Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 30


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 30



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "

   "Jangan bicara sembarangan saja! "

   Bentak Blo'on.

   "Kalau aku bohong, engkau boleh memaki atau pun menghajar aku,"

   Kata Siau Bin lojin.

   "jika engkau kembali ke kuil dan memeriksa patung itu baru engkau dapat membuktikan aku berbohong atau tidak.

   "

   "Baik.

   "

   Sahut Blo'on.

   "tetapi sekarang aku hendak menyelesaikan dirimu. Mengapa engkau mengganggu aku? Kalau engkau memang bermaksud baik, mengapa tak mau bilang dengan terus terang tetapi engkau telah melarikan diri seperti orang ketakutan? . Bukankah tingkahmu itu membuat orang curiga? "

   "Goblok!"

   Seru Siau Bin lojin.

   "kalau aku tak melarikan diri, mereka tentu dapat mengetahui diriku? "

   "Siapa mereka? "

   Tegur Blo'on.

   "Jago2 Seng-lian kau!"

   "Apa? "

   Teriak Blo'on.

   "jago2 Seng-lian-kau? Mengapa aku tak melihat barang seorang manusia dalam kuil itu? "

   "Memang tidak,"

   Sahut Siau Bin lojin,"tetapi patung2 itulah."

   Bloon terbelalak, serunya .

   "Jangan mengoceh tak keruan. Masakan patung2 itu engkau katakan jago2 Seng lian-kau!"

   "Sudahlah, jangan banyak bicara!"

   Bentak Siau Bin lojin.

   "lekas engkau kembali ke dalam kuil, mungkin saat ini kawankawanmu sedang menderita."

   "Engkau . tiba2 Blo'on tak dapat melanjutkan katakatanya karena orangtua itu sudah loncat dua tombak jauhnya dan terus melenyapkan diri dalam kegelapan gerumbul pohon. Gerakannya yang begitu tangkas, membuat Blo'on tertegun heran.

   "Hm, kalau engkau berani membohongi aku, kelak kalau bertemu lagi tentu tak kuberi ampun,"

   Kata Bloon lalu berputar tubuh dan terus lari kembali ke dalam kuil.

   Bukan kepalang kejut Blo'on ketika saat itu kakek Lo Kun telah digepit dalam ketiak patung Thio Hwi, sedang patung Kwan Kong bertempur dengan Hong Hong tojin.

   Ruang kuil amat sempit sehingga Hong Hong tojin terdesak menghadapi senjata pedang panjang dari patung Kwan Kong itu.

   "Hong Hong kaucu."

   Teriak Hoa Sin.

   "kita keluar saja!"

   Ketua-ketua partai persilatan itu serentak Ioncat berhamburan keluar. Mereka siap menunggu di halaman kuil. Tetapi sampai beberapa saat belum juga patung itu keluar.

   "Hoa pangcu, mengapa? Apa yang terjadi? "

   Saat itu Blo'on lari menghampiri dan bertanya kepada Hoa Sin.

   "Celaka, kongcu,"

   Kata Hoa Sin.

   "entah apa sebabnya tiba2 kedua patung itu dapat bergerak dan menyerang Hong Hong kaucu."

   "Dimana kakek Lo Kun? "

   "Dia ditawan oleh patung Thjo Hwi."

   "Sumoayku Sian Li? "

   "Juga masih didalam dan ditawan oleh patung Kwan Kong"

   "Kita serbu!' teriak Blo'on terus lari masuk ke dalam kuil. Dia melihat kedua patung itu masih tegak berdiri di tempat masing-masing. Dilihatnya kakek Lo Kun dan Sian menggeletak di bawah kaki mereka.

   "Setan, engkau berani mencelakai kakekku."

   Blo'on terus menyerbu patung Thio Hwi.

   Tiba2 patung itu gerakkan tangan kanan menyongsong ke muka dan Blo'on menjerit.

   Ia terlempar mundur membentur dinding tembok.

   Blo'on tak mengira kalau patung itu dapat bergerak dan bahkan dapat memancarkan tenaga yang kuat sekali.

   Dia tak bersedia maka dia pun menderita.

   Sebelum ia sempat berdiri tegak, patung Thio Hwi yang bersenjata tombak itu sudah mengenplangkan tombaknya ke kepala Blo'on.

   Untung Blo'on menyadari bahaya dan cepat melambung ke samping.

   Bum ....

   Lintai hancur lebur dihantam tombak dari patung Thio Hwi itu.

   Debu bertebaran memenuhi ruang.

   Patung Thio Hwi itu tak menghiraukan.

   Seolah dia tak tergetar dan tak terpengaruh akan debu yang bertebaran itu.

   Dia terus maju menusuk Blo'on lagi, krak.....

   Blo'on dapat menghindari dan tombak pun menusuk dinding tembok.

   Hebat sekali tenaga patung Thio Hwi itu.

   Tembok kuil yang cukup tebal, dapat ditembuskan dan berlubang besar.

   Dengan gagah perkasa patung Thio Hwi itu mengamuk.

   Dia menyerang Blo'on habis-habisan.

   Blo'on heran.

   Bermula ia agak gentar menyaksilan keperkasaan patung itu.

   Tetapi beberapa waktu kemudian timbullah rasa penasaran dalam hatinya.

   "Hai, engkau ini patung atau manusia? "

   Teriaknya sehabis menghindari sebuah tusukan tombak patung itu.

   Namun patung Thio Hwi ini tak menghiraukan.

   Dia hanya menjawab dengan sebuah serangan yang lebih dahsyat.

   Memang serangannya yang satu lebih dahsyat dari yang lain.

   Ketika tombak patung Thio Hwi menghantam dinding lagi, cepat Blo'on menyambar tombak itu.

   Kini terjadilah tarik menarik diantara keduanya.

   Dengan menggerung keras, patung Thio Hwi menarik tombak sekuat-kuatnya.

   Tetapi dia terbelalak kaget ketika tarikan itu berhasil karena Bloon memang melepaskan cekalannya.

   Patung Thio Hwi tersurut setengah langkah ke belakang.

   Saat itu tak disia-siakan Blo'on.

   Ia loncat maju dan menghantam dada patung Thio Hwi, duk.....

   "Aduh.

   "

   Blo'on menjerit kesakitan tetapi patung Thio Hwi itu pun terjerembab ke belakang.

   Dengan menahan kesakitan, Bloon terus Ioncat menerjang lagi.

   Ia merampas tombak patung itu.

   Rupanya patung itu bukan patung sesungguhnya tetapi seorang manusia.

   Begitu melihat Blo'on menerjang, ia terus dorongkan kedua tangannya menyongsong.

   Blo'on juga songsongkan kedua tangannya ke muka.

   Dan manusia patung itu pun mendesuh keras lalu terpelanting ke belakang lagi.

   Rupanya manusia patung itu masih belum puas.

   Ia bergeliat bangun lalu perlahan-lahan mengangkat tangan kanan ke atas.

   "

   Kim kongcu, awas, dia hendak melancarkan pukulan Hong-im-ciang! "

   Tiba2 terdengar Hoa Sin ketua Kay-pang menerobos masuk dan berseru memberi peringatan kepada Blo'on.

   Terapi Blo'on tak tempat menghiraukan.

   Ia pun perlahanlahan mengangkat tangannya, persis menirukan gerak manusia patung yang berbentuk seperti Thio Hwi itu.

   Thio Hwi adalah seorang panglima perang yang gagah perkasa pada jaman Sam Kok (Tiga Negeri ) dahulu.

   Ketika manusia patung itu menyorongkan tangannya ke muka, Bloon pun juga.

   Dessss ....

   terdengar bunyi macam api tersiram air.

   Dan ketika itu manusia patung yang berbentuk seperti panglima Thio Hwi pun menjerit dan meraung keras.

   Dia terseok-seok ke belakang membentur meja dan terus rubuh.

   Ternyata pukulan sakti Hong im ciang atau pukulan Im merah yang mampu membakar sasaran, telah tertolak oleh tenaga sakti Ji-ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on.

   Memang rasanya tiada tenaga yang lebih aneh dan sakti dari tenaga Jiih sin-kang itu.

   Ji ih-sin kang mampu mengikuti kemudian menolak segala jenis tenaga-dalam yang bagaimana sifatnya, panas, dingin, keras mau pun lunak.

   Karena tenaga-sakti Hong im-ciang yang dilancarkan manusia patung itu tertolak balik, dia termakan sendiri oleh tenaga saktinya dan akibatnya ia rubuh menderita luka dalam yang parah.

   Melihat kawannya rubuh, patung Kwan Kong yang berwajah merah segera menuding ke arah Bloon dengan sebuah jari telunjuk.

   Singgg ....

   terdengar bunyi desis tajam melanda Blo'on.

   Blo'on terkejut.

   Buru2 ia menghindar ke samping tetapi tak urung bajunya telah berlubang juga.

   Juga dinding tembok yang di belakangnya ikut berlubang.

   "Kek-gong-it-ci kang!"

   Teriak Hoa Sin terkejut. Kek-gong-itci- kaag artinya dengan sebuah jari dapat menutuk dari jarak jauh.

   "Siapa? "

   Seru Ceng Siau suthay.

   "It-ci-sin-kang Jui Pok, tokoh dari gunung Se-gak yang sudah tak terdengar selama empatpuluh tahun."

   "Benarkah dia? "

   Ceng Sian suthay makin tegang.

   "Dalam dunia persilatan rasanya tiada tokoh yang mampu melepaskan tutukan sebuah jari dengan hasil yang begitu dahsyat,"

   Sahut Hoa Sin.

   "Dia orang baik atau jahat, Hoa pangcu? "

   Tanya Blo'on.

   "Dia memang seorang tokoh yang berwatak aneh. Sepak terjangnya hanya menuruti sekehendak hatinya. Dia tak tergolong aliran Hitam juga bukan tokoh aliran Putih,"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jawab Hoa Sin.

   "kong-cu. engkau harus hati2 benar terhadap dia."

   "Tetapi dia seperti manusia patung. Tak dapat bicara dan menyerang dengan kalap,"

   Kata Blo'on.

   "Mungkin seperti manusia patung yang menyerupai Thio Hwi tadi, dia juga sudah hilang kesadaran pikirannya. Rupanya dia tentu telah dikuasai Seng-liau kau."

   "Kim kongcu, kasihlah aku yang menghadapinya.

   "

   Kata Hoa Sin.

   "Hoa pangcu.

   "

   Seru Ceng Sian suthay.

   "jika manusia patung itu benar lt-ci-un kang Jui Pok, jangankan Hoa pangcu sekali pun kita bertiga maju berbareng, rasanya masih belum dapat menandingi kesaktian orang itu. Dahulu mendiang sukuku pernah menceritakan tentang tokoh itu. Suhu pesan, apabila bertemu dengan dia supaya berhati-hati dan jangan sampai menimbulkan kemarahannya."

   "Terima kasih, suthay.

   "

   Jawab Hoa Sin.

   "tetapi aku sudah mempunyai cara untuk menundukkannya."

   Kemudian ketua Kay pang itu membisiki beberapa patah kata ke telinga Bloon.

   Blo'on mengangguk-angguk.

   Hoa Sin terus loncat ke muka manusia patung itu dan sebelum orang sempat menggerakkan jarinya, Hoa Sin menyerangnya.

   Berulang kali orang itu mendesuh kejut karena hantamannya selalu salah dan dia berbalik terancam oleh pukulan Hoa Sin.

   Ternyata Hoa Sin telah mengeluarkan ilmu silat yarg baru saja diciptakannya.

   Ilmu silat itu diberi nama Joh bong-siang atau pukulan berlawanan arah.

   Kalau suaranya menyerang kiri, pukulannya datang dari kanan, demikian sebaliknya.

   Rupanya siasat Hoa Sin itu memberi hasil.

   Manusia patung yang berujud Kwan Kong itu agak bingung.

   Dia tak sempat mempergunakan jarinya untuk melukai lawan.

   Dan sebagai ketua partai Kay-pang sudah tentu Hoa Sin memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu Hoa Sin memang cerdas sekali.

   Hasilnya selama berkelana mencari jejak Blo'on dia telah mencintakan ilmusilat Salah-arah itu.

   Dia memang sengaja menyerang rapat pada lawan agar orang itu tak sempat melancarkan pancaran jari-saktinya.

   Kek-gong-it ci-kang Jui Pok memang hebat sekali.

   Walau pun dia kehilangan kesadaran pikirannya tetapi ilmusilatnya masih hebat.

   Dalam beberapa waktu ia sudah dapat menyesuaikan diri dengan gaya serangan lawan.

   Krak ....

   Terdengar bentrokan keras ketika Jui Pok menangkis pukulan Hoa Sin.

   Hoa Sin tak mengira kalau lawan sudah dapat mengimbangi permainannya, ia hanya mengerahkan sepertiga bagian tenaga dalamnya, sedang Jui Pok hampir tiga bagian.

   Sudah tentu Hoa Sin menderita.

   Ia rasakan lengannya kesemutan dan tersurut mundur.

   Melihat itu Jui Pok pun cepat hendak gerakkan jarinya untuk menutuk .,..

   Sekonyong-konyong seutas benda panjang macam tali meluncur menyerang ke muka Jui Pok hingga tokoh itu gelagapan untuk menampar.

   Dan pada saat perhatiannya ditujukan pada benda yang menyambar mukanya itu, tiba2 ia mendengus tertahan ketika sebuah benda keras membentur perutnya.

   "Hekkk .. Jji Pok kontal ke belakang. Sebelum ia dapat berdiri tegak, kakinya telah disapu orang, blus .... tak ampun lagi tokoh yang termasyhur pada empatpuluh tuhun berselang, terbanting jatuh ke lantai. Sebelum ia sempat bangun, dadanya sudah dicemplak orang dan kakinya pun diringkus. Ternyata benda macam tali tadi adalah ular Thiat-bi-coa milik kakek Lo Kun. Memang kakek itu sudah sadar. Ketika melihat Jui Pok hendak menutuk Hoa Sin, kakek itu segera lontarkan ular Thiat-bi coa lalu membenturkan kepalanya ke perut orang itu. Dan yang menyapu kaki Jui Pok tak lain adalah Blo'on. Kemudian Lo Kun terus mencempiak dan menindih perut, sedang Blo'on yang meringkus kaki Jui Pok. Jui Pok mati kutu. la menggerung sekuat-kuatnya dan meronta, Tenaga dalam yang terpancar dari seorang tokoh macam Jai Pok, bukan alang-kepalang hebatnya. Seketika kakek Lo Kun mencelat ke atas dan kepalanya membentur genteng, brak ....

   "Celaka!"

   Teriaknya.

   Kepalanya telah terjepit pada genteng sehingga tubuhnya terkatung-katung di atas, tidak dapat menerobos ke atas, juga tak dapat meluncur ke bawah.

   Dengan sekuat tenaga kakek itu meronta, dan berhasillah ia meluncur ke bawah.

   Beda dengan Blo'on, Ketika Jui Pok meronta den menendangkan kakinya, tenaga Ji-ih-sin kang Blo'on memancar sehingga tubuh Jui Pok ikut melambung ke atas kemudian meluncur ke lantai lagi, duk....

   duk ....

   Selekas tubuh Jui Pok membentur lantai, Lo Kun yang meluncur dari atas genteng tadi pun tepat jatuh di perut Jui Pok.

   Seketika Jui Pok tak ingat diri Iagi.

   "Hendak diapakan manusia patung ini? * tanya Lo Kun.

   "Lebih baik diikat. Tunggu setelah kita dapat menyelesaikan kawanan Seng-lian-kau, baru kita tolong lagi dia. Rasanya dia tentu diracuni orang Seng lian-kau sehingga kesadaran pikirannya hilang,"

   Kata Hoa Sia. Sementara itu Sian Li pun telah disadarkan.

   "Rupanya pihak Ssng-Iian-kau telah memasang beberapa rintangan di sepanjang jalan ke atas puncak,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "Sungguh tak kuduga kalau patung ternyata manusia hidup,"

   Lo Kun menggerutu.

   "mereka dapat menggangu tidurku seenaknya seja."

   Mereka beristirahat beberapa waktu sampai hari terang tenah barulah mereka berangkat mendaki lagi. Tak berapa Iama mereka sudah melihat bangunan gedung yang menjulang tinggi di kejauhan muka.

   "Gedung itu mirip sebuah vihara,"

   Seru Sian Li.

   "apakah markas Seng-liau-kau? "

   "Kita obrak-abrik saja sarang mereka,"

   Seru Lo Kun. Mereka makin dekat. Tetapi alangkah kejut mereka ketika jalanan terputus oleh sebuah jurang yang tak kurang dari tiga tonbak lembarnya.

   "Ah,"

   Hoa Sin mendesuh kejut.

   "hebat benar Seng-liau-kau membangun markasnya."

   Ternyata jurang yang curam itu mengelilingi sebuah tanah lapang yang luas dimana gedung vihara itu didirikan.

   Dengan begitu apabila hendak mencapai daerah markas itu, harus menggunakan jembatan atau alat lain2.

   Tetapi sekeliling jurang itu tak tampak barang sebuah jembatan maupun tali yang menghubungkan pada kedua tepi.

   "Ah, bagaimana kita harus mencapai tepi seberang sebelah sana? "

   Lo Kun bersungut-sungut.

   "Tunggu,"

   Seru Blo'on lalu menghampiri ke dekat tepi jurang lalu menahan napas dan terus menghamburkan teriakan yang nyaring sekali.

   "Hai, orang Seng-lian kau, kami datang memenuhi undanganmu ....."

   "Mereka tidak mengundang kita, kongcu."

   Tukas Hoa Sin.

   "

   Undangan waktu mereka mengadakan upacara merayakan berdirinya partai Seng-lian-kau sudah lama lampau."

   "Orang Seng-Iian-kau,"

   Mengapa kalian tak berani unjuk diri? Kami datang ke mari untuk mengabrak-obrik sarangmu! "

   Tiba2 Lo Kun berteriak. Walau pun, kumandangnya kalah nyaring dengan teriakan Blo'on tetapi cukup keras juga. Tiada penyahutan apa2, juga tak seorang pun muncul dari vihara itu. Keadaan di sekeliling vihara dan tanah lapang, sunyi senyap.

   "Mungkin mereka masih tidur,"

   Kata Lo Kun.

   "lalu bagaimana kita ini? "

   Hoa Sin tertawa kecil .

   "Hanya dua buah jalan. Kita tunggu sampai nanti ada orang yang muncul atau kita loncat melintasi mulut jurang ini! "

   "Huh.

   "

   Kakek Lo Kun mengeluh ngeri.

   "siapa yang mampu melompati jurang begini lebar? "

   "Hanya suko seorang.

   "

   Seru Sian Li.

   "Aku? "

   Bloon terkejut.

   "mana aku bisa? "

   Hoa Sin mengakui memang di antara rombongan nanya Bloon yang dapat melompati mulut jurang itu.

   Tiba2 ia mendapat akal.

   Ia segera meninggalkan mereka dan menuju ke sebuah hutan bambu.

   Di situ dia menebang beberapa puluh batang bambu lalu dijalinnya menjadi tali bambu yang cukup kokoh.

   Dengan membawa berpuluh utas tali bambu ia kembali lagi.

   "Kim kongcu. mari kita buat jembatan dari tali bambu ini.

   "

   Katanya.

   "Bagus, Hoa pangcu,"

   Seru Blo'on gembira.

   "Tetapi kongcu yang harus membuat,"

   Kata Hoa Sin pula.

   "Aku? "

   Blo'on heran.

   "bagaimana caranya? "] "Kongcu dengan membawa ujung tali bambu, loncat ke seberang tepi sana .......

   "

   "

   Mana mungkin aku dapat melakukan, pangcu? "

   Blo'on memprotes.

   "Kongcu memiliki tenaga sakti yang luar biasa, tetapi kongcu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus memancarkannya."

   "Ya, memang aku sendiri juga aneh. Entah bagaimana cara untuk memancarkan tenaga itu,"

   Kata Blo'on.

   "Mudah,"

   Kata Hoa Sin.

   "silahkan kongcu berdiri di tepi jurang ini dan pejamkan mata."

   "Lalu? "

   "Kongcu tentu dapat melayang sendiri ke seberang sana.

   "

   "Benar? "

   "Benar.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "

   "Baiklah.

   "

   Blo'on terus berdiri tegak menghadap ke seberang di muka. Ia pejamkan mata.

   "

   Lopeh.

   "

   Tiba2 telinga Lo Kun terngiang oleh suara macam nyamuk mendenging.

   "lekas engkau dorong tubuh Bloon sekeras-kerasnya. Dia tentu dapat melompati jurang itu."

   Lo Kun menurut. Segera ia lari dan terus mendorong tubuh Blo'on.

   "

   Huh .......

   "

   Blo'on menjerit kaget. Ketika membuka mata ia makin terkejut karena saat itu ternyata tubuhnya sedang melayang turun ke dalam jurang.

   "Celaka ..."

   Cepat ia meronta dan bergeliatan. Aneh juga. Seketika tubuhnya melayang ke atas dan dapat mencapai tepi di seberang muka.

   "Kim kongcu, sambutilah ujung tali ini.

   "

   Seru Hoa Sin seraya melemparkan ujung tali yang sudah diikat dengan batu.

   Bloon pun menyambuti.

   Berturut-turut.

   beberapa tali itu dilontarkan Hoa Sin dan disambut Blo.on.

   Dan dapatlah terbentuk sebuah jembatan tali yang terdiri dari berpuluh tali bambu.

   Sian Li, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Lo Kun lalu Hoa Sin, mereka segera melintasi jembatan gantung itu.

   Pada saat mereka masih di tengah-tengah jembatan, tiba2 dari arah vihara terbang seekor burung besar, burung garuda.

   Burung itu segera menyerang rombongan Hoa Sin.

   "Jahanam!"

   Teriak Lo Kun.

   Karena rombongan harus bergerak menghindari serangan garuda, jembatan itu pun berguncang guncang keras, maka Lo Kun menjerit-jerit.

   Melihat itu Ceng Sian suthay segera taburkan dua biji senjata rahasia Thi-lian-cu atau teratai-besi ke arah mata garuda.

   Tetapi burung itu lihay sekali.

   Dia dapat mematuk jatuh thi-lian-cu itu dengan paruhnya yang keras.

   Sian Li menggunakan pedang Pek-liong-kiam untuk melindungi diri.

   Kakek Lo Kun mengeluarkan ular thiat-bi coa dan Hoa Sin pun terpaksa memakai tongkat penggebuk anjing atau bak-kau-pang.

   Berulang kali tubuh burung itu tersabat dan terhantam tongkat tetapi rupanya burung itu keras sekali tubuhnya.

   Dia seolah tak mempan, badannya sekeras besi.

   Walau pun tak kalah tetapi kelima orang itu sibuk juga menghadapi serangan garuda.

   "

   Nona Liok, jangan berhenti, terus berjalan menghampiri tepi dan dengan secepatnya terus naik ke daratan."

   Seru Hoa Sin. Mereka bergerak pelahan dan akhirnya dapat menoapai daratan tepi.

   "Pengecut sekali orang2 Seng-lian-kau itu,"

   Teriak Lo Kun marah2.

   "didalam kuil kita diganggu si Jui Pok, sekarang disambar burung garuda keparat."

   Tiba2 burung garuda itu lepaskan serangannya dan terbang ke atas lalu hinggap pada sebuah batu tak jauh dari tempat mereka. Hoa Sin terkesiap.

   "Apakah dugaanku benar? "

   Pikirnya. Ia terus berteriak sekeras-kerasnya .

   "Hai garuda Sin-eng, bukankah engkau ini burung piaraan Kek-gong-it-ci kang Jui Pok? Dia sekarang sedang tidur dalam kuil, hayo, engkau lekas menjemput tuanmu ke sana! "

   Aneh sekali. Diluar dugaan, garuda sakti yang tadi menyerang begitu ganas, ketika mendengar Hoa Sin menyebut nama Jui Pok, terus terbang menuju ke kuil.

   "Hai, apa-apaan burung gila itu? "

   Teriak Lo Kun sembari mengacungkan tinjunya dengan geram. Rupanya dia masih marah kepada burung itu.

   "Sudahlah, lopeh,"

   Kata Hoa Sin.

   "dia burung piaraan Jui Pok yang jadi patung Kwan Kong tadi. Yang kuherankan mengapa tokoh sakti semacam Jui Pok dapat dikuasi orang Seng-Iian-kau? "

   "Kita tanya saja pada ketua Seng-lian-kau,"

   Seru Lo Kun seraya ayunkan langkah. Suasana vihara itu masih sunyi. Tiada penjaga sama sekali, Dung ..... dung ..... dung .... Kakek Lo Kun terus mendebur pintu sekeras-kerasnya seraya berkaok-kaok.

   "Hai, buka pintu, lekas buka pintu! "

   Pintu terdengar berderak derak dan pelahan-lahan terbuka. Seorang lelaki tua bungkuk muncull dan memaki-maki .

   "Hai, orang gila manakah yang pagi2 sudah menggembrong pintu? "

   "Aku bukan orang gila......

   "

   Baru Lo Kun berteriak demikian, tiba2 matanya terbelalak.

   "

   Engkau .... engkau .......

   "

   Ia tergagap-gagap ketika melihat penjaga pintu itu. Tiba2 penjaga pintu itu bersuit dan seekor anjing bulu kuning segera berlari-lari muncul dari dalam vihara.

   "Kuning, gigitlah pantat orang gila itu.

   "

   Teriak penjaga pintu sambil menuding kepada kakek Lo Kun. Anjing Kuning itu menggereng buas lalu menerjang tetapi secepat itu Sian Li pun berteriak.

   "Kuning ....!"

   Anjing itu berhenti, memandang Sian Li lalu menggereng pula. Pada lain saat dia loncat menerkam Sian Li. Nona itu terkejut. Ia tak menyangka maka tak bersiap. Untung pada saat yang berbahaya itu Blo'on loncat dan menampar kepala anjing itu .

   "

   Jangan mengganggu sumoayku, anjing gila!"

   Anjing-itu terlempar dan berguling-guling ke tanah. Meraung-raung kesakitan. Beberapa saat kemudian tiba2 binatang itu bangkit lalu menghampiri Blo'on. Melihat itu Blo'on siap hendak menamparnya lagi tetapi Sian Li mencegahnya.

   "Jangan suko, dia sudah jinak ....". Memang sinar mata anjing itu tidak sebuas tadi, ia menghampiri Blo'on dan menjilat-jilat kaki pemuda itu. Sikapnya seperti sudah kenal lama.

   "Suko, itulah anjing Kuning suko.

   "

   Seru Sian Li.

   "

   O, ya, ya, aku ingat sekarang,"

   Kata Blo'on.

   "mengapa dia di sini? "

   "Suko.

   "

   Seru Sian Li pula.

   "

   Bukankah kakek penjaga pintu kakek Kerbau Putih? "

   "

   Apa iya? "

   Seru Blo'on terkejut.

   "mengapa dia menjadi penjaga pintu vihara Seng-lian-kau? "

   "Memang benar, dia si Kerbau Putih yang hilang itu,"

   Kata Lo Kun seraya menghampiri.

   "

   Hai, Kerbau Putih, ternyata engkau masih hidup? "

   Tegurnya.

   "Orang gila, jangan ngoceh tak keruan! Siapa yang engkau panggil Kerbau Putih? Aku seorang manusia, bukan kerbau. Aku manusia hidup mengapa engkau terkejut? "

   Penjaga pintu marah.

   "Gila,"

   Balas kakek Lo Kun.

   "baik2 kutegur engkau, mengapa engkau malah marah2 seperti orang gila? Bukankah engkau Kerbau Putih dulu? "

   "Kakek edan,"

   Teriak penjaga pintu itu.

   "aku bukan terbau, aku manusia!"

   "Manusia bungkuk,"

   Teriak Lo Kun mulai penasaran.

   "bukankah namamu Kerbau Putih? "

   "Bangsat gundul!"

   Penjaga pintu itu balas memaki.

   "biar bungkuk aku seorang manusia. Namaku bukan Kerbau Putih, aku penjaga pintu vihara agung Seng-lian-kau."

   "Siapa namamu? "

   "Gu Mo Ong, pangkat Sin-bun-su vihara Seng-Iian-kau. Hayo lekas beri hormat kepadaku!"

   Teriak penjaga pintu itu. Sian Li heran. Jelas penjaga pintu itu adalah kakek Kerbau Putih, mengapa dia menyangkal? Apakah didunia ini terdapat dua orang yang sama rupa dan perawakannya? "Kakek Kerbau Putih,"

   Akhirnya ia coba menjelaskan.

   "memang kakek ini adalah kakek Kerbau Putih dalam rombongan kami yang dipimpin sukoku Blo'on."

   Penjaga pintu itu deliki mata kepada Sian Li, serunya .

   "Budak liar, siapa kakekmu itu? Engkau cantik, sayang kalau engkau ikut-ikutan seperti kakek jelek itu."

   Dikata kakek jelek, marahlah Lo Kun.

   "Hai, orang bungkuk."

   Teriaknya seraya menuding penjaga pintu itu.

   "engkau memang Kerbau Putih yang pernah jadi kawanku tempo dulu. Kalau engkau menyangkal dirimu sendiri, pun boieh saja. Kita putus hubungan, juga tak apa2. Tetapi janganlah engkau memaki aku kakek jelek. Apakah engkau ini tak lebih jelek dan aku? " ''Orang gila, enyahlah engkau!"

   Penjaga pintu balas memaki dan mengusir. Disini vihara Seng-lian-kau yang suci, tidak kuijinkan manusia gila seperti engkau mengotori vihara ini!"

   Lo Kun makin marah Ia terus maju dan menjotos penjaga pintu itu.

   Penjaga pintu juga tak mau mandah begitu saja dipukul.

   Ia menangkis lalu balas memukul.

   Kedua kakek itu segera berhantam.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Makin lama makin seru.

   Dari serang-menyerang dengan jurus ilmusilat mereka terus bergelut.

   Ternyata kepandaian mereka memang seimbang.

   Sampai beberapa saat belum ada yang menang dan kalah.

   "Suko, lerailah mereka,"

   Sian Li meminta kepada Blo'on "tentulah kakek Kerbau Putih itu sudah kehilangan ingatannya hingga dia lupa kepada kita"

   "Ya, memang kakek Kerbau Putih itu aneh,"

   Kata Blo'on.

   "tetapi apakah dia benar kakek Kerbau Putih kita itu? "

   "Eh, engkau ini bagaimana suko. Jelas dia itu memang kakek Kerbau Putih dulu. Sedangkan kakek Lo Kun pun ingat, masakan engkau lupa."

   "Kalau begitu, tunggulah,"

   Seru Blo'on. Dia terus maju dan membentak .

   "Hai. kamu kedua kakek limbung! Ayo, berhenti dulu!"

   Namun kedua kakek itu tak menghiraukan. Mereka masih bergulat, cengkram mencengkram, tindih, bahkan gigitmenggigit.

   "Hai, kakek gila, kalian mendengar tidak? "

   Teriak Blo'on.

   "berhenti, aku mau bicara!"

   Namun kedua kakek itu tak menggubris. Melihat itu Blo'on jengkel. Ia terus mencengkeram bahu kakek Lo Kun dan ditarik ke atas.

   "Aduh, aduh ..."

   Lo Kun menjerit-jerit kesakitan.

   "kakiku digigit kakek edan itu!"

   Blo'on memang melihat kakek penjaga pintu masih mendekap kaki Lo Kun dan menggigitnya. Ia merasa kasihan pada kakek Lo Kun yang ditariknya itu. Maka segera ia lepaskan cekelannya dan berganti menyeret tubuh kakek penjaga pintu.

   "Aduh, keparat, bedebah .....!"

   Sekarang kakek penjaga pintu yang berkaok-kaok kesakitan.

   "Aduh. hih, geli juga ..... ketiakku dicengkeram kakek gila!". Memang pada saat Blo'on menyeret tubuh kakek penjaga pintu, kakek Lo Kun terus menerkam ketiak orang dan diremasnya keras2. Terpaksa Bloon lepaskan kakek penjaga pintu lalu beralih memeluk tubuh kakek Lo Kun dan ditariknya ke belakang. Kesempatan itu digunakan kakek Kerbau Putih untuk balas dendam. Disambarnya kaki kakek Lo Kun lalu ditekuknya keras2.

   "Aduh ..., kakinya putus,"

   Lo Kun kesakitan. Tetapi kali ini Blo'on tak mau melepaskan tubuh kakek Lo Kun. Mengisar langkah ia mendupak kakek Kerbau Putih sekeras-kerasnya. 'Uh....."

   Kakek Kerbau Patih terlempar sampai beberapa langkah ke belakang. Dengan begitu dapatlah Blo'on melerai mereka. Kemudian ia melangkah ke tengah mereka.

   "Hai. dengarkan. Aku mempunyai cara untuk menemukan siapakah dtantara kalian berdua yang lebih sakti,"

   Kata Blo'on.

   "Katakan,"

   Teiiak Lo Kun.

   "Akan kuuji kalian dengan dua buah kepandaian. Pertama, angkatlah tubuhku Barangsiapa yang kuat mengangkat tubuhku sampai ke atas kepala, dia menang. Dan kedua, pukullah aku, siapa yang dapat memukul aku sampai rubuh, dia yang menang. Mau? "

   "Setuju."

   Seru kakek penjaga pintu.

   "siapa yang mulai memukul dulu? "

   "Engkau,"

   Seru Blo'on kepada penjaga pintu itu.

   "Baik,"

   Sahut kakek Kerbau putih seraya singsingkan lengan jubah dan menghampiri ke muka Bloon. Terus memegang tengkuk dan pantat Blo'on lalu diangkatnya.

   "Huh ... huh .....,"

   Tiba2 kakek itu mendesuh desuh. Sampai mukanya merah dan keringat bercucuran, tetapi dia tak mampu mengangkat tubuh Blo'on.

   "Engkau menggunakan ilmu setan,"

   Akhirnya karena tak berhasil dia marah2.

   "Sudahlah, engkau menyisih saja ke samping, biar kakek Lo Kun yang mencobanya,"

   Seru Blo'on. Lo Kun pun segera singsingkan lengan baju lalu mengangkat.

   "Hek .... hek ....,"

   Meski pun sudah berulang kali kakek Lo Kun kerahkan tenaga, tetap dia tak mampu mengangkat tubuh Blo'on.

   Dia rasakan tubuh Blo'on.

   memancarkan tenaga-tolak sebesar tenaga yang dikerahkannya untuk mengangkat tubuh Blo'on.

   Sampai merah padam mukanya tetapi kakek itu tak mampu mengangkat tubuh Blo'on.

   "Engkau curang,"

   Teriak kakek penjaga pintu.

   "engkau pinjam tenagaku untuk menahan tenagaku. Sudah tentu aku tak. dapat mengangkat."

   "Lalu bagaimana maksudmu? "

   Tanya Blo'on.

   "Eugkau naik dulu ke atas punggungku lalu kuangkatmu ke atas. Kalau aku tak mampu, aku menyerah kalah, berani? "

   "Setuju! "

   Sambut Bio'oa serentak.

   Kakek penjagu pintu ilu terus berjongkok dan Blo'on pun terus mencemplak dan menginjak benjolan daging pada punggung kakek itu.

   Kakek penjaga pintu berdiam diri sejenak.

   Rupanya dia sedang kerahkan tenaganya.

   Pada lain saat ia berteriak keras .

   "

   Naik ....!"

   Tubuh Blo'on memang terangkat naik bersama punggung kakek penjaga pintu.

   Tetapi pada saat penjaga pintu itu hampir berdiri tegak, tiba2 dia terperosok ke bawah Iagi.

   Dia penasaran sekali.

   Dihimpunnya segera tenaga lalu dengan menggembor keras ia melonjak sembari menyangga tubuh Blo'on.

   Memang seketika Blo'on ikut terangkat naik tetapi sesaat kemudian kakek penjaga pintu itu menjerit rubuh.

   Kali ini memang sakit sekali dia.

   Bukan saja kakinya tergempur sehingga terkapar ke lantai, pun punggungnya masih terinjak kaki Blo'on.

   "Tobaaat .....!"

   Ia menjerit dan pingsan.

   Rupanya dia tak tahu apa yang terkandung dalam tubuh Blo'on.

   Ji ih sin-kang merupakan tenaga sakti yang aneh, dapat mekar dan melingkup seperti karet.

   Makin keras menerima pukulan orang makin keras dia akan memantulkan tenaga-tolak.

   Kakek penjaga pintu mengerahkan seluruh tenagadalamnya dan akibatnya dia telah ditindih oleh tenaga-tolak yang mengembalikan tenaganya itu.

   Melihat kakek penjaga pintu pingsan, Blo'on segera turun dari punggungnya.

   Tetapi secepat itu kakek Lo Kun terus menghampiri dan memeluk tubuhnya.

   "Sekarang giliranku yang akan mengangkat tubuhmu! "

   Teriak kakek Lo Kun.

   "Gila.

   "

   Blo'on menjerit karena tubuhnya terangkat.

   "Jangan kakek Lo, tak usah mengangkat tubuh suko,"

   Teriak Sian Li seraya menarik baju Lo Kun. Juga Blo'on meronta sehingga Lo Kun terlempar dan terhuyung dua langkah!..

   "

   Tidak bisa.

   "

   Teriak Lo Kun.

   "kita sudah berjanji hendak adu tenaga mengangkat tubuh anak muda itu. Kakek penjaga sudah mengangkat, aku pun harus pegang janji."

   "Ah, lopeh, tak usahlah.

   "

   Hoa Sin ikut mencegah.

   "katakan saja kalau engkau sudah berhasil mengangkatnya."

   "Bohong! Engkau berani mengajari aku berbohong. Tidak bisa! "

   Lo Kun deliki marah kepada ketua Kay-pang. itu. Kemudian ia berkeras juga hendak mengangkat tubuh Blo'on.

   "Kim kongcu, turuti saja kemauannya dan biarkanlah dirimu diangkatnya. Jangan menggunakan tenaga dalam untuk meronta,"

   Tiba2 telinga Blo'on terngiang suara macam nyamuk. la menurut dan biarkan dirinya diangkat kakek Lo Kun.

   "Ya, engkaulah yang menang karena dapat mengangkat tubuhku,"

   Kata Bloon tertawa. Lo Kun terus menghampiri ke tempat kakek penjaga pintu .

   "Hai, kerbau tua, hayo bangun."

   Tetapi diguncang dan ditarik berulang kali ternyata kakek penjaga pintu itu diam saja. Dia masih pingsan. Tetapi pijakan Blo'on pada daging benjol di punggungnya itu memberi akibat yang hebat. Kakek itu pingsan berat.

   "

   Ah, dia mati!"

   Teriak Lo Kun. Sian Li terkejut dan memeriksa .

   "Ah, tidak, dia belum mati, musih bernapas."

   Blo'on kasihan.

   Dialah yang menyebabkan kakek itu pingsan dan menderita luka parah.

   Dia harus dapat menyembuhkan.

   Ia teringat masih mempunyai beberapa biji buah som seribu tahun (Hay-te cian-han-som).

   Ia mengambil dua butir dan menyusupkan ke dalam mulut kakek itu.

   Belum kakek itu siuman, tiba2 dari dalam ruang muncul dua orang kacung berpakaian paderi.

   "Hai, siapa kalian ini? Hai, mengapa tukang jaga pintu itu? "

   Teriak kedua paderi anak itu seraya lari menghampiri. Saat itu kakek Lo Kun sedang mengusap-usap dada kakek tukang jaga pintu supaya lekas siuman. Tahu2 telinganya dijiwir oleh kedua anak itu dan terus dilempar ke belakang.....

   "

   Aduh....."

   Lo Kun menjerit kesakitan. Kedua daun telinga merah dan panas sekali.

   "Bangsat, engkau berani menjiwir telingaku? "

   Ia terus lari menubruk kedua anak itu, maksudnya hendak dihajar.

   Tetapi kedua anak itu bergerak lincah sekali.

   Setelah masing2 menghindar, dengan cepat mereka meringkus Lo Kun lalu dilemparkan, bum ....

   Jatuh ke lantai sampai tiga tombak jauhnya menyebabkan Lo Kun meringis kesakitan.

   Terpaksa ia harus bangun dengan merangkak.

   "Kunyuk cilik, berani benar engkau melemparkan kakekmu? "

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ia terus lari hendak menerkam kedua anak itu tetapi kedua anak itu lincah sekali. Melihat itu Blo'on merasa sebal. Dengan sebuah gerak yang tak disangka-sangka ia menyambar tangan kedua anak itu.

   "Jangan kurang ajar engkau!"

   Kedua anak itu terkejut.

   Mereka meronta dan menghantam Blo'on.

   Tetapi mereka menjerit karena pukulan yang dilontarkan itu memancarkan tenaga tolak yang mendampar mereka sendiri.

   Kedua anak itu terlempar.

   Lo Kun menyambut mereka dengan tamparan pada kepalanya dan mereka pun terus jatuh ke lantai.

   "Omitohud!"

   Tiba2 terdengar suara orang berseru dan muncullah tiga orang lelaki tua terdiri dari seorang paderi, seorang imam dan seorang pertapa.

   "Hui Gong siansu ..... Ang Bin tojin .... Sugong pangcu!"

   Serentak berserulah Hoa Sin ketika melihat ketiga orang itu.. Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin pun terkejut. Mereka berseru menegur dan segera menghampiri.

   "Ah, siapakah kalian ini? "

   Paderi tua itu terkejut.

   "kami baru saja bertemu kali ini, bukan? '' Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong tojin terbelalak.

   "Bukankah taysu ini Hui Gong siausu, Ang Bin totiang dan Sugong In pangcu? Mengapa taysu sekalian lupa kepada kami? "

   Ang Bin tojin terkejut.

   "Ah, mungkin saudara salah lihat. Jelas kami tak pernah bertemu dan belum pernah mengenal saudara2 ini semua."

   "Hui Gong taysu. Ang Bin totiang, Sugong losu, mengapa taysu sekalian lupa kepada kami? "

   Teriak Sian Li yang heran atas sikap mereka.

   "Li-sicu, harap jangan bicara seenakmu sendiri. Kami adalah Ti-khek-ceng (paderi2 penerima tetamu) dari vihara agung Seng-lian-kau, harap jangan mengatakan yang bukan-bukan,"

   Seru Ang Bin tojin. Hoa Sin dan kedua ketua partai persilatan benar2 terbeliak heran. Mereka saling bertukar pandang. Akhirnya Hoa Sin mengangguk .

   "Kakek Kerbau Putih tadi pun bersikap demikian kepada kita,"

   Katanya dengan berbisik.

   "jelas ketika taysu ini juga terkena racun pelelap pikiran dari orang Seng-lian-kau."

   Kakek Lo Kun belum begitu kenal dengan Hui Gong bertiga, dia terus maju dan menegur.

   "Hai, paderi, hai, imam dan pertapa tua,"

   Serunya.

   "kalian jangan main2. Kalau Hoa pang Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin kami bukan orang sembarangan. Mereka adalah ketua partai Kay-pang, partai Kun lun dan partai Go-bi yang termasyhur. Kalau mereka mau kenal kepadamu, itu sudah suatu rejeki besar bagi kalian. Mengapa kalian berani menolak? ".

   "Kakek gila."

   Bentuk Ang Bin tojin.

   "siapa yang kenal dengan segala macam ketua partai persilatan itu. Dalam dunia persilatan yang ada hanya Seng lian-kau dan yang layak disebut kaucu hanyalah kaucu dari Seng-lian-kau."

   "Apa itu sih, Seng-lian kau,? "

   Dengus kakek Lo Kun.

   "imam hidung kerbau, sudahlah, jangan banyak bicara. Katakan engkau mau mengaku atau tidak!"

   "Mengaku apa? "

   "Mengaku kalau kenal dengan ketiga sahabat ku itu!"

   "Kakek gila!"

   Bentak Sugong In seraya menampar. Karena tak menduga, kakek Lo Kun tersurut beberapa langkah ke belakang.

   "Eh, pertapa gila, engkau berani turun tangan memukul aku? "

   Lo Kun penasaran dan terus menyerang.

   Melihat itu Hoa Sin hendak melerai.

   Ia tahu memang bukan atas kehendaknya sendiri Sugong ln itu menyangkal melainkan karena kesadaran pikirannya telah hilang.

   Entah dengan menggunakan obat apakah Seng liang kau sehingga dapat membuat tokoh2 sakti seperti ketiga paderi itu sampai lupa diri.

   Tetapi baru ia hendak melangkah, tahu2 Arg Bin tojin sudan menyerangnya.

   "Totiang, aku Hoa Sin, masakan totiang lupa kepadaku? "

   Seru Hoa Siu seraya menghindar mundur.

   Tetapi Ang Bin tojin benar2 lupa segala apa.

   Ia menyerang Hoa Sin sehingga ketua Kay-pang itu pun terpaksa harus melayani.

   Namun ia lebih banyak menghindar dan tak mau balas menyerang.

   Melihat itu Ceng Sian suthay, berseru .

   "Harap taysu sekalian berhenti. Kita adalah orang sendiri, mengapa harus saling bermusuhan."

   "Hm, jika engkau tahu gelagat. harap engkau segera ajak kawan-kawanmu enyah dari sini,"

   Tiba2 Hui Gong taysu mendengus.

   Ceng Sian suthay pun tahu bahwa Hui Gong taysu telah kehilangan kesadaran pikirannya.

   Ia tak mau menggubris.

   Maksudnya ia hendak menghentikan pertempuran itu agar jangan sampai terjadi akibat2 yang tak diharapkan.

   Tetapi baru ia hendak melangkah, Hui Gong sudah menghadangnya seraya kebutkan hudtim.

   "Sekali lagi kuperingatkan engkau supaya kalian enyah. Jangan bikin onar di sini!"

   Ceng Sian suthay terkejut.

   Taburan hudtim ketua Siau-lim si itu menimbulkan deru angin yang tajam sekali.

   Ceng Siau cepat2 lepaskan pukulan Hian-ciaug (kapas) untuk menghalau lalu dia loncat menghindar.

   Bian-ciang atau pukulan kapas, mengandung tenaga-dalam yang bersifat lunak, Tampaknya gerak pukulan rahib dari Kunlun- pay itu tak berapa keras dan bertenaga, tetapi pukulan itu dapat menyerap tenaga-keras dan menariknya ke samping.

   Hui Gong taysu terkejut ketika kebutan hudtimnya seperti terseret oleh segulung angin yang mengandung tenaga lembut.

   Tetapi dia adalah ketua Siau-lim-si yang berilmu tinggi.

   Saat itu pikirannya memang linglung, seperti hilang.

   Dia tak ingat lagi ketiga ketua partai bersilatan yang menjadi rekan perjuangannya.

   Tetapi dalam llmusilat, dia masih dapat memainkan dengan hebat seperti sediakala.

   Melihat Ceng Sian suthay dapat menghalau hud-timnya, Hwi Gong penasaran.

   Segera ia menyerang dengan hudtim.

   Kali ini disaluri dengan tenaga dalam Toa-lat-kim-kang.

   Tenaga dalam itu bersifat keras dan dahsyat, mampu menghancurkan batu karang.

   Hoa Sin terkejut.

   Pukulan itu teramat dahsyatnya.

   Ceng Sian suthay tentu terpaksa akan menangkis dengan pukulan yang sakti juga.

   Akibatnya salah seorang tentu akan menderita.

   Cepat Hoa Sin memutuskan untuk menyongsong dengan pukulan agar dapat mengurangi kedahsyatan pukulan Hui Gong taysu.

   Tetapi sebelum ia sempat bertindak, Hong Hong tojin sudah mendahului gerakkan tenaganya.

   Ketua Go-bi pay itu telah melepaskan pukulan Gun-goanciang.

   Tetapi agar jangan menimbulkan akibat2 yang tak diinginkan dia hanya menggunakan lima bagian tenaganya.

   Dalam pada itu ternyata Ceng Sian suthy pun melepaskan pukulan Hian ciang pula.

   Ketika toa-lat kim-kong ciang melanda di tengah jalan telah disambut oleh dua buah pukulan sakti.

   Dari muka dibentur pukulan Bian-ciang dan dari samping dilanda pukulan Gun-goan-ciang.

   Karena toa-lat kimkong ciang itu hanya menggunakan tiga bagian tenaga saja, maka pukulan itu pun terdampar ke samping, bum....

   akibatnya dinding yang terlanggar hancur berguguran.

   Melihat itu Ang Bin tojin marah Ketua Bu-tong-pay itu tanpa berkata apa2 terus menyerang Hong Hong tojin.

   Demikian pula Hui Gong taysu.

   Dia pun menyerang Ceng Sian suthay.

   Dan tak ketinggalan pula Sugong In ketua Kong tong pay, dia menerjang Hoa Sin.

   Suasana gaduh dan hiruk.

   Enam orang ketua partai persilatan telah saling bertempur sendiri.

   Ceng Sian suthay terpaksa tumpahkan seIuruh kepandaiannya untuk menghadapi Hui Gong taysu.

   Hong Hong tojin juga harus peras keringat untuk melayani serangan Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay yang lihay itu.

   Hanya Hoa Sin ketua Kay-pang yang agak ringan.

   Dengan mengeluarkan ilmusilat Joh-siang-ciang atau pukulan Salaharah yang baru saja diciptakannya, dia berhasil mendesak Sugong In ketua Kong-tong-pay.

   Sementara itu kakek Lo Kun bingung tak keruan.

   Sambil lari mondar-mandir ia menggerutu .

   "Gila, gila, mengapa kawan sendiri harus bertempur ....."

   Plak .... Tiba2 kepalanya ditampar orang dari belakang dan lehernya disekap orang dengan kencang sehingga Lo Kun tak dapat bernapas. Dia meronta-ronta hendak melepaskan diri sehingga terjadilah adegan seperti orang bergumul.

   "Hai, kakek, mengapa engkau!"

   Teriak Sian Li yang terkejut dan terus menarik tubuh kakek penjaga pintu.

   Ternyata yang menyekap leber Lo Kun dan menampar kepalanya, adalah kakek penjaga pintu.

   Disekap sekuat tenaga sehingga tak dapat bernapas dan ditampar sekerasnya sehingga kepalanya pening, Lo Kun terkulai tak ingat diri.

   "Mengapa engkau mencelakai kakekku Lo Kun"

   Tegur Sian Li dengan marah.

   "Budak perempuan, apakah aku bukan kakekmu juga si Kerbau Putih itu? "

   Kakek penjaga pintu itu balas berteriak.

   "Oh,"

   Sian Li berseru kejut2 girang.

   "apakah engkau sudah ingat dengan kami? "

   "Uh, siapa bilang aku lupa kalian. Bukankah kalian ini budak, perempuan Sian Li yang menjadi sumoay dari pemuda gundul Bloon itu? "

   Kata kakek Kerbau Putih sembari menuding ke arah Bloon.

   "Bagus, kakek Kerbau Putih,"

   Teriak Sian Li girang sekail.

   "tetapi mengapa engkau menampar kepala kakek Lo Kun itu, uh .... celaka mengapa dia? ' Sian Li terkejut ketika melihat Lo Kun masih menggeletak di lantai. Buru2 ia menghampiri Lo Kun, Kakek Kerbau Putih pun ikut menghampiri.

   "Hai, Lo Kun, mengapa engkau tidur saja? Hayo bangun,"

   Kakek Kerbau Putih itu menggoIak-golek kepala Lo Kun berulang kali namun Lo Kun tetap tak membuka mata.

   "Kurang ajar, masakan baru bertemu saja sudah minta dimanjakan,"

   Kakek Kerbau Putih merogoh ke dalam saku bajunya dan mengeluarkan sebuah buli2 kulit lalu disusupkan ke dalam mulut Lo Kun.

   Aneh, sekalipun pingsan tetapi mulut Lo Kun dapat meneguk isi buli2 itu.

   Beberapa saat kemudian, kakek Kerbau Patih berteriak .

   "Hai, sudah. Jangan engkau habiskan arak Swat-som-ciu ini,"

   Ia terus hendak menarik buli2 itu tetapi tiba2 tangan Lo Kun mendorongnya hingga kakek Kerbau Putih terjerembab ke belakang.

   "Nikmat sekali, benar2 nikmat."

   Lo Kun bergeliat bangun setelah menghabiskan arak dalam buli2 itu semua.

   "Setan Macan Hitam, mengapa engkau habiskan arakku? "

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kakek Kerbau Putih marah.

   "Bangsat kerbau, mengapa engkau menampar kepala dan menyekap leherku begini keras? "

   Lo Kun balas deliki mata.

   "O, kakek gila, masakan orang menumpahkan rasa rindu kepadamu, engkau malah pingsan? "

   Sahut kakek Kerbau Putih.

   Ternyata tindakan kakek Karbau Putih tadi, setelah pikirannya sadar dengan gembira memeluk sahabatnya karib.

   Tetap dia tak menyadari kalau pelukannya itu terlalu keras.

   Bukan memeluk lagi tetapi seperti orang mencekik.

   Dan celakanya yang dipeluk itu bagian leher.

   Sudah tentu Lo Kun tak dapat bernapas dan pingsan.....

   "Kakek Lo.

   "

   Cepat2 Sian Li menerangkan.

   "kakek Kerbau Putih sudah ingat kita. Setelah makan dua butir Hay te-cianlian som, rupanya pikirannya sudah tersadar."

   "O, Kerbau Putih, apa engkau sudah tidak gila lagi sekarang? "

   Tegur Lo Kun.

   "Siapa bilang aku gila? "

   Kerbau Putih deliki mata.

   Sementara itu pertempuran antara keenam ketua persilatan tadi sudah berlangsung sampai seratusan jurus.

   Ceng Sian suthay makin sibuk untuk menghadapi serangan Hui Gong taysu.

   Demikian pula Hong Hong tojin sudah mulai mandi keringat melayani serangan Ang Bin tojin.

   Hanya Hoa Sin yang masih lincah dan dapat membuat Sugong In kewalahan.

   "lh ..... .

   "

   Tiba2 kedengaran Ceng Sian suthay mendesis kaget dan loncat mundur.

   Ketika pukulan Hui Gong yang menimpah ke arah kepala tiba2 diganti dengan tusukan jari, walau Ceng Sian suthay sempat loncat mundur tetapi rambutnya kena tertowel sehingga terurai.

   Ceng Sian suthay marah.

   Sebagai seorang rahib, sebagai ketua Kun-lun-pay ia merasa terhina atas tindakan Hui Gong taysu.

   Serentak ia mencabut pedang Ceng-Iui kiam.

   Seketika terdengar bunyi macam halilintar meletus dan cahaya yang berkilat-kilat menyilaukan mata.

   Ceng-lui-kiam atau pedang Halilintar-biru memiliki perbawa dan cahaya yang sesuai dengan namanya.

   Pedang pusaka yang diperolehnya dari Lam-hay siang-jin dahulu, jarang sekali digunakan oleh Cen Sian.

   Kini suthay itu lupa bahwa Hui Gong taysu bukan Hui Gong taysu yang semula tetapi Hui Gong yang sudah terbius hilang kesadaran pikirannya.

   Dia hanya menuruti rangsang kemarahannya.

   "Suthay, jangan,"

   Tiba2 Blo'on mencegah.

   "pedang tak bermata, apabila sampai melukai kawan sendiri, tentu akan menimbulkan dendam yang parah. Lebih baik aku saja yang menghadapinya."

   Blo'on terus maju ke hadapan Hui Gong.

   "Taysu.

   "

   Serunya.

   "mengapa taysu lupa kepada kami? "

   "Aku adalah Ti khek-ceng (paderi penyambut tetamu) dari vihara Seng lian di sini. Lekas kaIian enyah atau terpaksa akan kugunakan kekerasan mengusirmu,"

   Seru Hui Gong.

   "Taysu, apakah benar2 taysu sudah lupa kepadaku? "

   Tanya Blo'on pula.

   "Buka dadamu!"

   Teriak Hui Gong taysu. Blo'on terbeliak.

   "Setelah melihat bagaimana dadamu, baru aku dapat mengatakan kenal atau tak kenal kepadamu,"

   Kata Hui Gong.

   Untuk menghindari pertempuran, terpaksa Blo'on menurut.

   Ia membuka bajunya sehingga dadanya yang bidang kelihatan jelas.

   Hui Gong menghampiri, memandang lekat pada dada anak itu.

   Kemudian ulurkan telapak tangan kanannya, melekat pada dada Blo'on.

   Blo'on diam saja.

   "Suko, awas, dia hendak mencelakai engkau!"

   Menyadari bahwa dengan melekatkan telapak tangan, ke dada Sukonya, Hui Gong dapat memancarkan tenaga-sakti untuk menghancurkan dada Blo'on, Sian Li cepat2 berteriak memberi peringatan.

   Dan habis berteriak, ia terus mencabut pedang lalu hendak menerjang.

   Tetapi sebelum sempat bergerak, ia terkejut menyaksikan pemandangan yang aneh.

   Apa yang diduganya memang benar.

   Tiba2 Blo'on mendesuh kaget dan mencelat sampai tiga langkah ke belakang.

   Tetapi Hui Gong taysu sendiri lebih menderita.

   Dia terhuyung-huyung ke belakang sampai beberapa langkah dan jatuh ngelumpruk ke lantai.

   Bloon terlongong-longong heran.

   Ia tak mengerti mengapa tiba2 Hui Gong taysu mendorongnya.

   Dan dari telapak tangan taysu itu memancarkan tenaga arus yang kuat sekali.

   Blo'on terkejut dan ingin berontak untuk menahan arus kuat itu.

   Akibatnya Blo'on terpental sampai tiga langkah tetapi Hui Gong taysu terkena tenaga-tolak dari Ji ih-sin kang sehingga ia harus menerima akibat dari tenaga-dalam yang dilancarkan itu.

   "Taysu bagaimana, apakah engkau kenal kepadaku? "

   Blo'on maju menghampiri. Seolah-olah tak terjadi apa2.

   "Aku tak kenal kepadamu,"

   Seru Hui Gong taysu.

   "engkau bukan anggauta Seng-lian-kau."

   "Memang, eh, bagaimana taysu tahu? "

   Sahut Blo'on.

   "Setiap dada anggauta Seng-lian-kau tentu mempunyai tanda cap bunga Teratai .......

   "

   "O, apakah taysu juga? "

   "Nih, lihatlah! "

   Tanpa sungkan2 lagi seperti sikap seorang yang tak sadar, Hui Gong taysu lalu menyingkap dada bajunya.

   Dan tampak sebuah torehan yang berlukiskan sekuntum teratai.

   Sayang Blo'on tak dapat meneliti bunga itu lebih lanjut.

   Sebenarnya lukisan bunga teratai itu bukan dicacah melainkan terbuat dari bahan campuran perak putih dengan ramuan obat.

   Setelah ditancapkan pada dada orang, maka orang itu akan kehilangan daya kesadarannya.

   Dia seperti kosong pikirannya, lupa segala.

   Yang diketahuinya dia hanya harus menurut perintah pimpinan Seng lian kau.

   Andaikata Hoa Sin atau Ceng Sian suthay atau Hong Hong tojin yang melihat pertandaan gambar teratai itu, mereka tentu dapat memikirkan lebih lanjut.

   "Kakek Kerbau butih,"

   Tiba2 Sian Li mendapat pikiran.

   "apakah dadamu juga berhias gambar bunga teratai? "

   "Huh, budak perempuan, mengapa engkau hendak melihat dadaku? Apakah engkau tak malu? "

   Sian Li tersipu-sipu merah mukanya.

   Sebenarnya hampir saja ia dapat memecahkan persoalan itu tetapi karena disemprot begitu oleh kakek Kerbau Putih, dia pun malu.

   Sementara itu pertempuran Hong Hong tojin lawan Ang Bin tojin pun mencapai ketegangan.

   Ang Bin tojin telah melancarkan pukulan Poh giok-ciang atau pukulan Pembelah kumala, sebuah ilmu pukulan yang istimewa dari partai Bu tong pay.

   Perbawa pukulan itu mampu menghancurkan batu karang, seperti terbelah dengan senjata tajam.

   Hong Hong tojin terkejut.

   Jika ia melayani dengan ilmu pukulan Gun-goan-ciang, jelas tentu akan terjadi suatu akibat yang tak diharapkan.

   Namun apabila ia lemah, jelas pula ia akan menderita.

   Tetapi angin pukulan dari Ang Bin tojin cepat melanda dan Hong Hong tojin gugup lalu mengangkat tangan.

   Tiba2 sebelum ia sempat mengayunkan tangannya, sesosok tubuh telah melesat di hadapannya dan menyongsongkan kedua tangannya untuk menahan pukulan Ang Bin tojin.

   Dessss.....

   Orang itu mencelat ke belakang untung dapat disanggah Hong Hong tojin, tetapi Ang Bin tojin mencelat sampai setombak jauhnya dan jatuh terduduk ....

   Yang melesat untuk menyambuti pukulan ketua Bu tongpay itu adalah Blo'on.

   Dia kencangkan tangan untuk menerima pukulan.

   la tak tahu bagaimana harusnya mengerahkan tenaga.

   Tetapi keinginannyalah yang menggerakkan tenagasakti Ji-ih sin-kang.

   Akibatnya ketua Bu-tong-pay yang memiliki tenaga-dalam hebat dan melancarkan pukulan Pohgiok- ciang, menderita sekali.

   Kali ini karena telah mengalami kegagalan yang pertama, maka Ang Bin tojm menambahkan tenaga-dalam sebesar tujuh bagian dalam pukulannya itu.

   Tetapi akibatnya makin runyam.

   Dia menderita tenaga dalamnya yang terpancar oleh daya tolak tenaga-sakti Ji ih sin-kang.

   Ang Bia tojin cukup parah menderita luka.

   Ia mutah darah lalu pejamkan mata.

   Blo'on kesima.

   Diam2 ia menyesal karena telah melukai ketua Bu tong-pay itu.

   Ia maju menghampiri dan meminta maaf".

   "Totiang .......

   "

   Baru dia berkata sepatah-tiba2 Ang Bin tojin meraung dan terus melenting bangun seraya menghantam Blo'on.

   Jarak mereka hanya terpisah dua tiga Iangkah dan gerakan Ang Bin tojin itu dilakukan secara cepat dan tak terduga-duga.

   Sudah tentu Blo'on sukar untuk menghindar.

   Melihat itu Sian Li pun menjerit .

   "Suko.....! "

   

   Jilid 45 Blo'on terkejut.

   Namun apa mau dikata.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jaraknya hanya tiga langkah dan Ang Bin tojin menghantam dengan penuh kemurkaan.

   Blo'on tak mampu menghindar lagi.

   Melihat itu Sian Li juga menjerit.

   Tetapi tak sempat lagi gadis itu hendak menolong.

   Dalam detik2 berbahaya itu tiada jalan bagi Blo'on kecuali mengangkat tangannya untuk menangkis.

   Krakkkk .....

   Terdengar dua buah kerat tulang saling beradu keras.

   Blo'on mencelat sampai beberapa langkah.

   Tetapi Ang bin tojin, ketua Bu tong pay pun terlempar sampai setombak jauhnya.

   Kali ini ketua Bu tong-pay itu duduk bersila di tanah pejamkan mata.

   Wajahnya pecat pasi.

   "Suko, engkau tak kena apa2? "

   Sian Li lari menghampiri dengan cemas.

   "Hanya sedikit ampek dadaku,"

   Kata BIo'on "bagaimana dengan Ang Bin tojin? "

   "Dia .......

   "

   Sian Li berpaling ke arah ketua Bu-tong-pay.

   "dia parah sekali ..."

   Blo'on dan Sian Li segera menghampiri.

   "Ang Bin totiang,"

   Seru Blo'on;

   "maafkan, tetapi totiang sendiri yang menghantam dengan sepenuh tenaga "

   Namun ketua Bu tong-pay itu diam saja. Ternyata dia telah mengerahkan sisa tenaganya untuk menghantam Blo'on. Tetapi akibatnya, dia makin menderita sekali. Tenagadalamnya telah menderita luka parah.

   "Kim kongcu,"

   Tiba2 Hong Hong tojin menghampiri dan seolah2 memeriksa keadaan Ang Bin, tahulah dia kalau ketua Bu-tong-pay itu gawat sekali keadaannya. Ibarat pelita yang kehabisan minyak.

   "Ang Bin toheng menderita luka parah. Apabila tak mendapat obat yang mujarab, mungkin dia ..... akan menjadi cacat. Sekurang2nya dia harus beristirahat sampai tiga empat bulan baru dapat sembuh.

   "Suko,"

   Tiba2 Sian Li berseru.

   "aku masih mempunyai simpanan Cian-lian-hay-te-som. Baik lah kuberi lima butir."

   Gadis itu, terus mengeluarkan lima biji Hay te som lalu diberikan kepada Hong Hong lojin. Hong Hong tojin menyambut! tetapi dia agak ragu2.

   "Mengapa totiang tak lekas memberikan kepadanya? "

   Tanya Sian Li.

   "Jelas bahwa Ang Bin toheng dan Hui Gong siansu itu telah menderita kehilangan kesadaran pikirannya. Dia telah diperalat oleh orang Seng-lian-kau. Aku kuatir, Ang Bin toheng akan menolak pemberian obat ini.

   "

   "Ya, benar, totiang."

   Kata Blo'on.

   "jika begitu lebih baik kita paksa saja."

   "Aku mempunyai daya.

   "

   Akhirnya Hong Hong tojin berkata lalu menghampiri ketua Bu-tong-pay itu. Tiba2 ia menutuk dada ketua Bu-tong-pay itu. Bluk .... Ang Bin rojin serentak rubuh.

   "Benar, totiang.

   "

   Seru Sian Li.

   "

   Hanya dengan jalan ditutuk jalan darah supaya dia tak dapat berkutik, barulah kita dapat memberi obat kepadanya."

   "Lebih baik buka saja bajunya,"

   Kata Hong liong pula kepada Blo'on.

   Blo'on pun terus melakukan perintah itu.

   Hong Hong tojin terus membuka mulut ketua Bui-tong-pay itu lalu memasukkan kelima butir Hay-te-som ke dalam mulutnya.

   Blo'on memegang kedua lengan Ang Bin menjaga supaya tokoh itu tidak meronta.

   Tetapi ternyata ketua Bu-tong-pay itu lemas tenaganya.

   "Hai, dada Ang Bin tojin ini juga ada lukisan bunga teratai putih.

   "

   Seru Blo'on seraja menunjuk dada Ang Bin.

   "Hai, apa yang dikatakan Hui Gong taysu memang benar,"

   Kata Hong Hong tojin.

   "semua tokoh penting dari Seng-liankau, dadanya tentu berhias cacahan bunga teratai putih.

   "

   Hong Hongpun memeriksanya. Dia dapatkan lukisan itu melekat pada dada, berwarna putih perak.

   "Hm, tentu inilah yang menyebabkan Ang Bin toheng kehilangan kesadaran pikirannya,"

   Kata Hong Hong. Ia membau lukisan itu, kemudian menjilatnya.

   "Ya, tak salah lagi.

   "

   Serunya.

   "lukisan teratai putih itu tentu dibuat dengan ramuan racun. Apabila kita dapat menghilangkannya, tentulah Ang Bin toheng akan pulih lagi kesadaran pikirannya!"

   Bio'on terus mengeluarkan pedang.

   "

   Eh, mau apa suko? "

   Seru Sian Li.

   "Akan kukorek lukisan teratai itu supaya hilang."

   "Jangan,"

   Cegah Hong Hong.

   "jika salah urus, kemungkinan malah akan membahayakan jiwanya."

   Ia coba memeriksa lagi lukisan itu dengan teliti.

   Dalam pada itu Hui Gong taysupun segera maju.

   Kuatir kalau paderi Siau-lim itu akan mengganggu pekerjaan Hong Hong tojin.

   Ceng Sian suthaypun segera maju menghadang.

   Rupanya dalam kesadaran pikirannya yang hilang, ketua Siau-lim itu masih dapat meluap ke marahannya.

   Ia jengkel melihat rahib itu selalu merintanginya.

   Hui Gong segera menyerangnya dengan ilmu pukulan Hung-liang-sip-pat ciang atau Delapan belas-tamparanmenundukkan- naga.

   Sebuah ilmu pukulan simpanan dari vihara Siau-lim.

   Ilmu Hang-liong-siap-pat-ciang itu memang jarang digunakan karena dari paderi Siau-lim angkatan Hui, hanya Hui Gong siansu seorang yang menguasainya.

   Dia memang seorang murid yang cerdas dan saleh.

   Ceng Sian suthay terkejut.

   Dengan sekuat tenaga ia melayaninya namun hanya dapat bertahan tanpa dapat membalas.

   Itupun dengan susah payah.

   "Suthay, silahkan beristirahat,"

   Seru pengemis-sakti Hoa Sin seraya maju. Ceng Sian suthay tahu akan watak ketua Kay Pang. Dia jujur dan baik hati. Hanya suka melucu dan berolok-olok. Karena yang meminta ketua Kaypang itu Ceng Sian pun tak marah. Ia segera loncat mundur.

   "Hola, Hui Gong siansu, kiranya siansu sudah lupa benar2 pada kawan2 lama. Aku si pengemis tua Hoa Sin,"

   Serunya.

   "Huh,"

   Ketua Siau-lim hanya mendesuh terus menyerang.

   Hoa Sin ketua Kay-pang mempunyai bermacam-macam ilmusiiat yang aneh.

   Sesuai dengan wataknya yang aneh, Hoa Sin disamping memiliki ilmusilat dari partainya, juga gemar mempelajari berbagai ilmusilat dari beberapa aliran.

   Dan gemar pula ia menciptakan ilmu silat baru.

   Joh-hong-ciang atau pukulan berlawanan arah, juga diciptakan selama dalam perjalanan.

   Hoa Sin pun segera mengeluarkan ilmu silat ciptaannya itu.

   Memang pada babak permulaan dapat mengimbangi permainan lawan.

   Tetapi setelah Hang-liong-sip-pat-ciang mencapai jurus yang ke lima-belas, ketua Kaypang itu kelabakan setengah mati.

   Dam2 ia harus mengakui bahwa ketua Siau lim itu memang hebat sekali tenaga dalamnya.

   Joh-hong-ciang mau disambar angin pukulan Hang-liong-sip-pat-ciang yang perbawanya laksana halilintar menyambar.

   Melihat itu kakek Lo Kun menghampiri kakek Kerbau Putih dan membisikinya.

   Kedua kakek itu terus mengitari ke belakang Hui Gong taysu.

   Tanpa berkata apa2, keduanya terus loncat menubruk ketua Siau-lim itu.

   Lo Kun merangkul kedua kaki Hui Gong dan kakek Kerbau Putih menyekap pinggang orang.

   Hui Gong terkejut.

   Ia hampir rubuh.

   Cepat ia ayunkan tangannya untuk menghantam kakek Kerbau Putih.

   Tetapi saat itu dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, Hoa Sin sudah loncat dan menutuk dada paderi itu.

   "Ah....."

   Hoa Sin menghela napas longgar dan mempesut keringat pada dahinya. Ia sudah kewalahan menghadapi paderi Siau-lim itu.

   "Bawa kemari!"

   Teriak Blo'on.

   "Kenapa? "

   Seru Lo Kun yang masih mati-matian mendekap kedua kaki Hui Gong.

   "Hui Gong taysu sudah terkena tutukanku, dia tentu tak dapat bergerak lagi. Harap paman Lo suka menggotong ke tempat Kim kongcu,"

   Kata Hoa Sin.

   "Mau engkau apakan? "

   Tanya Lo Kun ketika menggotong Hui Gong ke tempat Blo'on.

   "Lihat, kakek Lo,"

   Seru Blo'on.

   "mustika batu Naga merah yang engkau berikan itu ternyata memiliki hasiat yang hebat sekali. Lihatlah, lukisan teratai perak pada dada Ang Bin tojin ini!"

   Kakek Lo Kun melongok.

   "Hai, mengapa lukisan itu dapat tersedot rontok? "

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Teriaknya.

   "Memang hebat sekali batu pemberian kakek itu,"

   Seru Blo'on.

   "setelah lukisan di dada Ang Bin tojin habis, nanti kita kerjakan lukisan di dada Hui Gong taysu."

   Selagi rombongan Blo'on masih sibuk menolong Ang Bin tojin, tiba2 dari dalam vihara Seng-lian-si, muncul beberapa orang.

   Mareka mengenakan jubah putih, pada bagian dada berlukis teratai kuning.

   Jumlah mereka tak kurang dari duapuluh orang dan ketika melihat kakek Kerbau Putih, Hui Gong taysu dan Ang Bin tojin berada pada rombongan Blo'on segera mereka hendak menerjang.

   Melihat itu Ceng Sian suthay dan Hoa Sin segera menghadang.

   "Berhenti! hardik ketua Kay-pang, mau apa kalian ini? "

   "Kami anakbuah Hong-lian-tong,"

   Sahut salah seorang.

   "ketiga orang itu adalah tukang sapu dan paderi Ti-khek ceng Seng-lian-si. Kenapa mereka? "

   "Mereka adalah kawan kami. Hui Gong taysu ketua Siaulim- si, Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay dan kakek Kerbau Putih adalah kawan kami."

   Seru Hoa Sin.

   "Hm, berani benar engkau mengaku-aku! Lepaskan mereka!"

   Seorang pula segera menghampiri orang yang bicara itu dan berkata bisik.

   "Hm, jelas mereka telah menderita luka, tentu kamu yang mencelakai!"

   Seru orang itu pula.

   "Benar,"

   Seru kakek Lo Kun dan kakek Kerbau putih seraya maju.

   "memang kawanku ini bermula tak ingat siapa aku. Dia malah mengamuk, dan menyerang. Tetapi sekarang dia sudah jinak dan ingat kembali pada kawan2 lama."

   "Ta-soh ceng, mengapa engkau tak lekas ke mari!"

   Seru orang itu.

   "Hah? Siapa ta-soh-ceng itu? "

   Sahut Lo Kun.

   "Ta-soh-ceng adalah paderi tukang sapu, dia!"

   Orang itu menunjuk kakek Kerbau Pulih.

   "Benarkah? "

   Kakek Lo Kun berpaling kepada kakek Kerbau Putih.

   "Siapa bilang aku tukang sapu!"

   Teriak Kerbau Putih."

   "Hai, ta-soh-ceng, mengapa engkau lupa kewajibanmu dan enak2 campur dengan orang2 ini? "

   "Aku bukan tukang sapu!"

   Teriak kakek Kerbau Putih.

   "Tangkap ta-soh-ceng itu!"

   Orang berjubah putih teratai kuning itu segera berteriak memberi perintah. Dua orang jubah putih teratai kuning segera maju hendak meringkus kakek Kerbau Putih tetapi dihadang Hoa Sin dan Ceng Sian.

   "Eh, mengapa kamu merintangi? "

   Seru kedua paderi jubah putih itu.

   "Dia adalah kakek Kerbau Putih teman kami, bukan paderi tukang sapu."

   Seru Hoa Sin.

   "Hm, jelas dia adalah ta soh-ceng dari vihara Seng lian si ini. Aku hendak nenangkap orangku sendiri, mengapa kalian turut campur!"

   "Tidak!"

   Kata Hoa Sin.

   "dia adalah kawan kami. Memang dia telah di tangkap orang Seng-han-kau dan di jadikan tukang sapu, tetapi sekarang dia sudah bebas"

   "Hm, rupanya engkau memang hendak cari gara2 di sini,"

   Kata paderi jubah putih lalu ayunkan tangannya menghantam.

   Krakkkk .....

   Hoa Sin menangkis.

   Ia terkejut.

   Walanpun ia berhasil dapat membuat orang itu tersurut mundur dua langkah tetapi ia rasakan lengannya juga tergetar.

   Yang seorang hendak memukul tetapi segera di sambut Ceng Sian suthay.

   Juga Ceng Sian menderita perasaan seperti Hoa Sin.

   Kedua orang berjubah putih dengan lukisan bunga teratai itupun terkesiap juga.

   Namun mereka tak menghiraukan suatu apa dan terus menyerang lagi.

   Hoa Sin memperhitungkan, rombongan orang jubah putih teratai kuning itu berjumlah duapuluh.

   Jika kepandaian mereka rata2 seperti yang dua orang itu, tentu sukar untuk mengatasi mereka.

   Maka dia harus cepat2 dapat mengalahkannya.

   Hoa Sin segera gunakan ilmu meringankan tubuh.

   Juga dalam hal ini, dia telah menciptakan ilmu loncatan tersendiri yang dinamakan Tong-long jong-thian atau Belalang-loncat-ke udara.

   Gerakan ketua Kay-pang yang aneh itu membuat lawan bingung dan beberapa saat kemudian, dapatlah Hoa Sin mengatasi kedua lawannya.

   "Berhenti!"

   Tiba2 terdengar seorang lelaki tua berjubah putih dengan lukisan bunga teratai kuning, muncul dari dalam ruangan. Rombongan orang berjubah putih dengan teratai kuning itu segera menyiak membuka jalan seraya memberi hormat.

   "Hormat kepada Hong-lian-tong-cu!"

   Lelaki itu bermata satu, umurnya setengah baya, membawa sebatang tongkat tangkainya berbentuk kepala naga.

   Melihat kedua orang jubah putih terkapar di lantai, Honglian- tong-cu atau kepala dari Paseban-teratai-kuning yang bermata satu itu berkilat-kilat memancarkan kemarahan.

   "

   Kenapa mereka? "

   Serunya dengan suara bengis. Salah seorang jubah putih teratai kuning segera maju memberi laporan.

   "Hm, jelas mereka hendak cari gara2! "

   Kata lelaki mata satu.

   "Tok gan hui-liong! "

   Seru Hoa Sin ketika melihat lelaki bermata satu.

   Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin pun cepat dapat mengenali orang itu sebagai Tok-gan hui-liong atau si Naga terbang mata-satu dari Tibet yang dulu pernah datang menghadiri upacara sembahyangan jenazah Kim Thian ceng.

   Tetapi Tok gan hui-liong tak menyahut, melainkan membentak.

   "

   Hai, siapa kalian yang berani bertindak berandalan di vihara Seng-lian-si sini! Dalam pada itu, Blo'on telah menyelesaikan pertolongannya kepada Ang Bin tojin.

   Lukisan teratai perak pada dada ketua Bu-tong-pay itu sudah bersih dan kini imam itu sedang pejamkan mata menyalurkan pernapasan untuk mengembalikan tenaganya.

   "Sumoay, siapakah si Mata-satu itu? "

   Tanya BIo'on kepada Sian Ii.

   "Dia adalah si Naga-terbang-mata-satu dari Tibet yang dulu telah mengacau dalam upacara sembahyang peti jenasah suhu."

   "O "

   Kata Blo'on.

   "bagaimana cara dia melakukan pengacauan. ''Dia meyulut dupa, ketika sembahyang, dia manaburkan dupa itu ke arah peti mati dengan pukulan Biat gong ciang."

   "Hm,"

   Desuh Blo'on.

   "berikanlah pertolongan pada Hui Gong siansu dengan batu kumala merah ini. Aku hendak membuat perhitungan dengan si Mata-satu itu dulu."

   Blo'on menyerahkan mustika kumala merah lalu menghampiri kehadapan si Mata-satu.

   "Kim kongcu, mengapa engkau? "

   Hoa Sin terkejut.

   "Berikan si mata satu ini kepadaku. Aku hendak menyelesaikan perhitungan dengan dia."

   Dan sebelum Hoa Sin sempat berkata lagi, Blo'on pun sudah berseru kepada lelaki bermata satu itu .

   "Hai, Naga-terbang-mata-satu, kenapa engkau hendak terusakkan peti jenasah ayahku dulu? "

   "Hm, siapa engkau, setan gundul!"

   Bentak Tok-gan-huiliong.

   "Aku putera Kim Thian Cong. Lekas jawab, mengapa engkau hendak mengganggu ayahku yang sudah meninggal! "

   "Setan gundul, engkau berani bertingkah liar di sini! "

   Seru Tok-gan-hui-liong seraya menghantam.

   Aneh.

   Kali ini Blo'on tidak menirukan saja gerakan orang.

   Entah bagaimana dia mempunyai! pikiran untuk menangkap orang itu dan mengadilinya.

   Begitu orang memukul, dia terus enjot kakinya.

   Mudahmudahan bisa terbang ke udara, pikirnya.

   "Eh....."

   Ia terkejut dan girang ketika tubuhnya benar2 dapat melambung ke udara sampai dua tombak tingginya.

   Ia terkejut lalu meronta dan meluncur turun.

   Wut ....

   secepat anakpanah meluncur, tahu2 dia sudah berada di belakang lelaki bermata-satu itu.

   Tok-gan hui-liong cepat berputar tubuh dan wut ....

   ia menghantam lagi sekuat-kuatnya.

   Kali ini dia lancarkan pukulan Biat-gong-ciang yang paling menjadi andalannya.

   Blo'on terkejut dan loncat ke atas lagi.

   la meluncur dua tombak dan tahu2 sudah tiba di belakang lawan.

   Demikian berulang sampai tiga empat kali selalu pukulan Tok-gan-hui-liong itu tak dapat mengenai sasaran.

   "Baiklah aku berputar-putar supaya pandang matanya kabur, setelah itu baru kuhantamnya,"

   Pikir Blo'on.

   Ia terus lari berputar-putar mengelilingi si Mata-satu.

   Dan terkejutlah sekalian tokoh yang menyaksikan gerakan Blo'on.

   Hampir mereka tak percaya apa yang disaksikan.

   Saat itu Blo'on tidak tampak lagi orangnya melainkan hanya sesosok bayangan putih yang makin lama makin seperti segulung asap.

   "Hebat benar gin-kang dari Kim kongcu itu,"

   Bisik Hoa Sin.

   "Gila, Blo'on jadi bayangan setan.

   "

   Teriak kakek Lo Kun.

   "dari mana dia belajar ilmu macam itu? "

   Naga-terbang-mata-satu terkejut dan bingung, la berusaha untuk menghantam tetapi tak pernah kena. Dan selang beberapa saat kemudian, tiba2 ia jatuh terduduk, pejamkan mata.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hm, dia kehabisan napas,"

   Seru Lo Kun. Blo'on berhenti, la menghampiri ke muka orang itu, serunya .

   "Hai, mata satu, mengapa dulu engkau hendak menghancurkan jenazah ayahku? "

   Tegurnya. Teiapi si Mata-satu diam saja.

   "Hai, mata satu, apa engkau tuli? "

   Teriak Blo'on.

   "jawablah, kalau memang beralasan, dapat kuberi ampun. Tetapi kalau alasanmu tidak baik, engkau tentu kuhajar."

   Namun mata satu itu tetap diam.

   "Blo'on, dia matanya tinggal satu, tentu tidak dapat mendengar omonganmu!'* seru kakek Lo Kun. Hoa Sin, Ceng Sian dan beberapa orang tertawa geli. Masakan mata tinggal satu terus bisa tuli. Blo'on maju mendekat. Ia memegang bahu Mata-satu. Rupanya Naga-terbang-mata-satu masih terang ingatannya. Dia hanya lunglai karena kehabisan tenaga. Tahu bahwa bahu dipegang orang ia terkejut. Jika orang itu menggunakan tenaga untuk meremas, tentulah tulang bahunya akan remuk dan dengan demikian ilmu kepandaiannya akan lenyap kerena tenaganya merana. Sebenarnya baru dua bagian saja tenaga dalamnya yang sudah kembali. Tetapi karena kuatir akan dicelakai, dia terus kerahkan segenap sisa tenaga-dalamnya kearah bahunya untuk menolak tangan orang. Blo'on terkejut dan saat itu juga tenaga sakti Ji-ih-sin-kang pun terpancar dari tangannya. Naga-terbang-mata-satu menjerit dan terus terjungkal rubuh. Dia pingsan.

   "Celaka dia mati!"

   Teriak Blo'on.

   Hoa Sin menghampiri dan memeriksa pergelangan tangan orang.

   Ia mengatakan denyutnya masih ada, orang itu hanya pingsan.

   Pada saat itu Sian Lipun sudah selesai mengobati Hui Gong taysu.

   Ketua vihara Siau lim itu masih duduk bersemedhi.

   Hoa Sin memang sengaja tak mau membuka jalandarah Hui Gong yang ditutuknya tadi.

   Biar taysu itu dapat menjalankan darah untuk mengerahkan tenaga-dalamnya.

   Dengan demikian tentu akan makan waktu sehingga Cian lian-hay-te-som dapat mengembangkan khasiatnya.

   "Sumoay, pinjamkanlah kumala merah itu kepadaku untuk mengobati orang ini,"

   Seru Blo'on.

   Sian Lipun menyerahkannya.

   Juga pada dada Tok-gan-hui-liong terdapat lukisan teratai perak.

   Setelah dilekati dengan kumala merah itu, dapatlah lukisan teratai perak berguguran lenyap.

   Blo'on terkejut ketika melihat pandang mata Tok-gan-huiliong redup, tidak berkilat-kilat seperti tadi.

   Hoa Sin tertawa.

   "Kim kongcu,"

   Katanya.

   "apakah kongcu tetap hendak menghukumnya? "

   "Soal itu tergantung dari jawabannya.

   "

   Jawab Blo'on.

   "Tetapi dia sudah menerima hukuman dari kongcu,"

   Seru Hoa Sin pula.

   "Aku tak merasa menghukumnya! "

   "Orang Tibet ini, sudah menjadi orang biasa. Tenaganya sudah hancur sehingga dia tak dapat bermain silat lagi. Dia menjadi manusia cacad."

   "Hai! Bagaimana begitu? "

   Teriak Blo'on.

   "Ketika kongcu mencekal bahunya, dia meronta sekuat2nya. Hal itu berarti dia bunuh diri sendiri. Tenaga yang di pancarkannya telah tertolak oleh tenaga-sakti kongcu. Akibatnya tulang bahunya telah remuk dan dia akan cacad seumur hidup, menjadi seorang biasa."

   "Tetapi biarlah dia pulih kesadaran pikirannya dulu. Blo'on tetap melanjutkan pengobatannya untuk menyedot lukisan teratai perak dengan mustika Naga kumala merah. Rupanya karena tongcu mereka telah kalah, kawanan orang berjubah putih dengan gambar teratai kuning itu jeri. Mereka tak berani bergerak. Tiba2 dari dalam ruang vihara muncul seorang berjubah merah dengan gambar teratai warna kuning. Memakai topi berbentuk bunga teratai merah dan membawa sekeping marmar.

   "Amanat cong-thancu Seng-lian-kau,"

   Serunya seraya mengacungkan marmar putih itu. Kawanan orang yang berjubah putih dengan gambar bunga teratai kuning tadi seraya membungkuk tubuh, memberi hormat.

   "Dengarkan amanat Hek cong-thancu,"

   Seru orang itu pula.

   "bahwa rombongan tetamu yang datang supaya segera dibawa ke paseban agung."

   Rombongan jubah putih itu memberi hormat dan menyambut.

   "Baik, kami akan melakukan perintah congthancu."

   Orang berjubah merah itupun segera masuk lagi. Kemudian salah seorang dari rombongan jubah putih bergambar teratai kuning itu, maju ke hadapan Hoa Sin.

   "Atas perintah Hek cong-thancu, kalian di persilahkan masuk."

   Hoa Sin berunding dengan Blo'on. Blo'on menghendaki supaya rombongan orang jubah putih gambar teratai kuning itu masuk lebih dulu.

   "Kita harus menunggu Hui Gong taysu, Ang Bin totiang dan si mata-satu ini sembuh, baru akan masuk,"

   Kata Bloon.

   "Terima kasih atas sambutan anda sekalian,"

   Seru Hoa Sin kepada rombongan jubah putih itu.

   "tetapi kami hendak menolong orang dulu. Silahkan anda masuk lebih dulu."

   "Cong-thancu sudah mengeluarkan titah. Kalian harus sekarang juga masuk,"

   Seru orang itu.

   "Eh. apakah kalian hendak memaksa? "

   Tegur kakek Lo Kun.

   "Cong-thancu telah bermurah hati untuk mengundang kalian. Jangan kalian banyak tingkah!"

   "Telah kukatakan. Rombongan masih perlu menolong orang. Sebentar tentu akan menyusul."

   Tanpa banyak kata, dua orang jubah putih itu segera menghampiri kakek Lo Kun hendak menyeretnya.

   Melihat itu kakek Kerbau Putih pun marah.

   Dihantamnya orang berjubah putih itu.

   Dan kakek Lo Kun juga marah, la berontak lalu menyerang.

   Dua orang jubah putih itu terpelanting ke belakang.

   Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih tak peduli.

   Sudah terlanjur mengamuk, pikir mereka, lebih baik menghajar kawanan jubah putih ini sekali.

   Empat belas lelaki berjubah putih bergambar teratai kuning, segera menyerang Lo Kun dan Kerbau Putih.

   pertempuran kembali berkobar seru.

   "Hoa pangcu, tolong obati si mata satu ini,'! seru Blo'on.

   "aku hendak membantu kedua kakek itu.

   "

   Hoa Sin segera menyambuti mustika kumala merah dan mulai menolong si mata satu.

   Sementara Blo'on mendongkol kepada kawanan jubah putih itu.

   Tanpa menggunakan jurus silat, ia terus maju dan mengamuk.

   Duk, duk, duk ....

   terdengar tinjunya menghantam, disusul dengan beberapa sosok tubuh yang rubuh.

   Memang Blo'on juga menderita terkena pukulan lawan.

   Tetapi celakanya, si pemukul itu malah terpelanting sendiri.

   Dalam beberapa waktu saja keempat belas orang jubah putih bergambar teratai kuning itu sudah kalang kabut.

   Ada yang rubuh, ada yang mengerang-erang kesakitan, ada yang pingsan dan ada yang melarikan diri.

   Sababis menyelesaikan mereka, Blo'on kembali menghampiri si mata satu.

   Saat itu si mata satu sudah sadar pikirannya.

   "Mengapa dulu engkau hendak menghancurkan peti jenasah ayahku? "

   Tegur Blo'on. Tok-gan-hui-liong menerangkan bahwa ia hendak membalas sakit hati atas tindakan Kim Thian-cong menghancurkan sebelah matanya.

   "Mengapa ayahku sampai menghajar engkau? "

   "Pada masa itu aku memang menuntut penghidupan yang tak baik. Aku malang melintang di daerah Tibet sebagai begal."

   "Hai, apakah sekarang engkau sudah sadar? "

   "Ya,"

   "Jika demikian, silahkan pergi."

   "Apa engkau tak membunuh aku? "

   "Engkau sudah mendapat hukuman yang sesuai. Sekarang ilmu kepandaian dan tenagamu sudah punah. Tak mungkin lagi engkau berbuat jahat."

   "Hm "

   "Apakah engkau masih kurang puas dan hendak menuntut balas kepadaku kelak? "

   "Engkau sudah memberi ampun jiwaku, bagaimana aku hendak membalas dendam kepadamu. Ketahuilah kami orang Tibet juga rakyat yang tahu budi dan kenal kebenaran."

   "Bagus."

   Seru Blo'on.

   "maafkanlah aku karena telah mencelakai dirimu."

   Demikian Tok-gan hui-liong tokoh hitam dari Tibet yang pernah merajai daerah Tibet selama belasan tahun, saat itu berjalan pelahan-lahan turun dari gunung Hong-san.

   Dia tahu bahwa dirinya sekarang sudah menjadi orang biasa.

   Tetapi dia tetap gembira karena telah terlepas dari budi dan dendam yang sudah membayanginya selama ini.

   Kemudian rombongan Blo'on segera masuk kedalam vihara Seng Iian si.

   Dalam pada itu rombongan kedua yang terdiri dari Tay swat-san sam-hiong yakni si brewok Kian yang bergelar Swat kim-kong atau Malaekat salju, si tinggi Liong Kim Tong bergelar Swat-leng coa atau Ular salju-sakti, si mata-satu Pa Kiu bergelar Swat-gau-liong atau Naga-mata-salju, segera memasuki markas Seng-lian dari samping kanan gunung.

   Tetapi mereka segera dihadang oleh kawanan imam berjubah putih dengan gambar teratai warna kelabu.

   Ketiga tokoh dari gunung Tay swat-san segera dikepung.

   "Hai, siapakah kalian yang berani menyelundup ke daerah Seng-ling-kau? "

   Bentak salah seorang imam. Karena sudah kepergok, ketiga jago dari Tay-swat san-samhiong, memang hendak mengunjungi pangkalan Seng-liankau. '"Kalau memang bermaksud baik, mengapa tidak ambil jalan dari muka!"

   Tegur imam teratai kelabu itu.

   "Kami telah kesasar jalan. Maaf, karena belum kenal akan keadaan gunung ini. Terutama tak tahu kalau gunung ini telah menjadi pangkalan Seng-liau-kau."

   "Apakah kalian tak menerima undangan untuk menghadiri upacata peresmian berdirinya Seng-lian kau? "

   "Yang kami terima adalah undangan dari Thian su-kau. Tetapi waktu itu kami sedang keluar. Ketika kembali baru kami mengetahui undangan itu. Tetapi mengapa sekarang tempat ini menjadi pangkalan Seng-Iiau-kau l"

   Tanya Bo Kian.

   "Heh, memang sebelumnya di gunung ini telah berdiri sebuah perkumpulan baru yakni Thian-su-kau tetapi kemudian oleh ketua kami yang baru. diganti dengan nama Seng-liankau."

   "Siapatah nama ketua Seng lian kau? "

   "Kim Thian-cong tancu."

   "Kim Thian Cong? "

   Bo Kiam mengulang keras.

   "bukankah tokoh ini sudah menutup mata di gunung Lo-hu-san? "

   "Siapa bilang kalau sudah mati!"

   Bentak imam berlukis teratai kelabu.

   "Lalu bagaimana kalian akan memperlakukan kami? "

   Seru Bo Kian.

   "Serahkan dirimu agar kami ikat dan bawa menghadap kaucu."

   "Mengapa? "

   "Kalian telah melanggar peraturan Seng-lian-kau, berani masuk di tempat ini. Setiap tetamu harus masuk dari pintu besar vihara disebelah muka."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Telah kukatakan bahwa aku telah kesalahan jalan. Apakah engkau tak percaya? "

   "Soal itu boleh engkau katakan di hadapan kaucu kami. Kami anggauta Hwe lian tong bertugas meronda di daerah ini. Setiap orang yang berani masuk kemari, harus ditangkap!"

   "Jika aku menolak? "

   "Terpaksa harus kita hajar!"

   "Wah, enak saja engkau omong,"

   Bo Kian tertawa mengejek.

   "Memang kalau belum merasakan kelihaian dari anakbuah Hwa lian-tong, engkau tentu masih bermulut besar,"

   Seru orang itu kemudian berseru kepada kawan-kawannya.

   "Siapkan Lian-hoa tin!"

   Serempak kawanan imam yang berjumlah dua puluh orang itu berpencaran membentuk diri dalam sebuah barisan yang disebut Lian-hoa-tin atau barisan Bunga-teratai. Ketiga tokoh dari Tay-swat san itu dikepung.

   "Kita serang bersama,"

   Bisik Bo Kian dengan menggunakan ilmu Menyusup-suara.

   Serempak ketiga tokoh itu bergerak menerjang tiga jurusan.

   Barisan Lian-hoa-tin merentang mundur.

   Pada saat ketiga tokoh Tay-swat-san itu mendesak merekapun sagera menghantam sehingga Bo Kian bertiga mundur.

   Tampaknya memang tiada suatu keistimewaan pada barisan Lian-hoa-tin itu, kecuali hanya bentuknya yang menyerupai sekuntum bunga teratai.

   Tetapi ternyata ketiga tokoh Tay-swat-san itu sukar untuk menerobos.

   Setiap kali mereka mendesak maju, mereka seperti terbentur dengan pagar tenaga yang hebat.

   Dan yang lebih aneh, napas mereka makin sesak.

   "Mugkin mereka menggunakan asap beracun"

   Pikir Bo Kian. Tetapi dia tak melihat barang segumpal asap maupun bubuk apapun yang sekiranya dapat menebarkan hawa racun.

   "Mereka menggunakan ilmu setan,"

   Bo Kian menggunakan ilmu Menyusup suara pula untuk mamberitahu kepada kedua rekannya.

   "Sebelum mereka sampat menghancurkan kita, kita harus menghancurkan mereka,"

   Sahut Liong Kim Tong si Ular-saljusaktl.

   Bo Kian segera mencabut senjatanya, sepasang gembolan berbentuk orang.

   Liong Kim Tong melolos jwan-pian atau ruyung berbentuk ular dan Pai Kim dengan senjatanya pedang.

   Ketiga tokoh itu dengan bersuit nyaring lalu menyerang.

   Hebat sekali memang kesaktian dari ketiga tokoh Tay-swat san itu.

   Barisan Lian-hoa-tin kacau balau.

   Dalam beberapa kejap dua tiga orang telan rubuh.

   Barisan Lan-hoa tin berusaha untuk memelihara kesatuannya tetapi desakan yang dilancarkan ketiga tokoh Tay-swat-san itu terlalu dahsyat.

   Terutama senjata mereka, merupakan maut yang mengerikan.

   Beberapa imam jubah putih dengan gambar teratai kelabu itu, kembali rubuh lagi.

   Tiba2 terdengar sebuah suitan nyaring yang menggidikkan buluroma.

   Sesosok tubuh kurus melayang dari udara dan meluncur turun kedalam barisan.

   Barisan Lian-hoa-tin hentikan serangannya.

   Dan merekapun terus tegak berjajar lalu memberi hormat kepada pendatang itu.

   Orang itu bertubuh kurus kering, mengenakan jubah dengan gambar teratai kelabu.

   Kepalanya bertutup kain kerudung bunga teratai.

   Ketiga jago Tay swat-san terkesiap dan tertegun ketika manyaksikan orang itu.

   Wajahnya pucat kurus seperti mayat.

   Jari2 tangannya yang kurus dengan kuku yang panjang, menyerupai cakar setan.

   Dia adalah Hwe lian-tong tongcu atau kepala paseban Taratai Kelabu dari Seng-lian-kau.

   Namanya tak dikenal, orang hanya mengenal gelarannya yakni Te-gak giam-lo-kui atau Setan dari Raja Akhirat.

   Ketiga Jago Tay-swat-san itu tak sempat bertanya apa2 karena Giam-lo-kui terus menyerangnya.

   Dalam suasana petang hari seperti saat itu bayangan Giamlo- kui itu benar2 menyerupai setan.

   Rupanya ketiga lokoh Tay-swat san itu sungkan kalau maju bartiga.

   Maka majulah si mata satu Swat-an-liong Pa Kim.

   Dia memiliki pedang pusaka yang diperolehnya secara tak sengaja.

   Ketika Tay-swat-san dilanda badai salju hebat maka terjadi tanah longsor yang hebat.

   Sebuah puncak bukit telah longsor.

   Dalam bukit itu terdapat bekas sebuah kuil tua.

   Entah sudah berapa ratus tahun kuil itu teruruk timbunan salju.

   Dalam kuil itulah si mata satu Pa Kim telah menemukan sebatang pedang.

   Ketika dimainkan pedang itu memancarkan hawa yang dingin sekali.

   la menamakannya pedang Kilat-salju.

   Walaupun dengan tangan kosong, tetapi kesepuluh jari Giam-lo kui itu tak kalah berbahayanya dengan pedang lawan.

   Kuku jarinya itu dapat ditegangkan lurus dan keras untuk menusuk.

   Tring, iring-tring.....

   Terdengar dering senjata tajam yang memekakkan telinga ketika terjadi benturan antara pedang Kilat-salju dengan kuku2 jari.

   Keduanya menyurut mundur.

   Giam-lo-kui rasakan padang lawan itu seperti menyembur hawa dingin yang menyusup ke tulang2 lengannya.

   Pui Pa Kim rasakan lengannya juga seperti dirayapi binatang kecil2 yang terasa panas.

   Pa Kim terkejut namun tak sempat ia memeriksa lengannya.

   Giam lo-kui sudah loncat menyerangnya lagi.

   Pa Kim menduga kuku2 jari manusia seperti mayat itu tentu mengandung racun.

   Ia segera keluarkan ilmu permainan pedang Kilat-salju.

   Seketika tampak angin menderu-deru keras dan kilat menyambar-nyambar.

   Tetapi Giam-lo kui dengan gaya permainannya yang aneh selalu dapat menghindari tabasan pedang.

   Dan kadang terdengar dering tajam ketika ia gunakan ujung kukunya untuk menutuk batang pedang.

   Pertempuran berjalan seru.

   Beberapa saat kemudian tampak gerakan pedang Pa Kim makin menurun kecepatannya.

   Dan pada lain saat pula, tiba2 ia terhuyunghuyung ke belakang.

   Melihat itu dengan meringkik ngeri seperti hantu kuburan, Giam-lo kui terus merangsang maju.

   Tring, ia dapat menampar jatuh pedang lawan lalu mencengkeram lengannya dan terus ulurkan tangan kiri untuk menerkam muka Pa Kim.

   "Jangan mengganggu sam te!"

   Tiba2 Liong Kim Tong loncat, menyabat punggung Giam-lo kui dengan ruyung ular.

   Wut .....

   Giam-lo-kui cepat balikkan tangan untuk menampar.

   Tetapi ruyung ular itu luar biasa sekali.

   Seperti seekor ular hidup, ruyung ular itu dapat menghindar ke bawah lalu maju pula untuk menghantam punggung orang.

   Giam-lo-kui terkejut.

   Ia tahu bahwa lawan memiliki tenagadalam yang hebat sekali sehingga dapat menguasai ruyung menurut sekehendak hatinya.

   Terpaksa ia lepaskan cengkeraman lengan Pa Kim, lalu menyongsong ruyung ular itu dengan menebarkan kelima jarinya.

   Kemudian disusul dengan lengan kiri menampar batang ruyung.

   Plak ....

   ruyung ular luput dicengkeram tapi kena ditampar.

   Tetapi begitu meluncur ke bawah, ruyung ular itu kembali menjulur maju menyambar perut lawan.

   Serangan itu memang hebat.

   Giam-lo kui berteriak aneh lalu melambung ke udara untuk menghindar.

   Di tengah udara ia berulang kali menampar dengan kedua tangannya.

   Dan sambil meluncur ia menampar kepala orang.

   "Ji-te, cepat mundur! "

   Teriak Bo Kian ketika melihat gaya serangan Giam-lo-kui yang sedemikian cepat dan dahsyat.

   Liong Kim Ting terkejut.

   Ia hendak loncat mundur tetapi tak keburu.

   Sebelum kedua tangan Giam-lo-kui tiba, muka Liong Kim Ting sudah seperti tertabur bubukan yang menyebabkan kulit mukanya seperti terbakar.

   Bum ....

   Pada saat itu Bo Kian tak dapat berpeluk tangan lagi.

   Ia lepaskan dua buah hantaman ke arah Giam-lo kui dan kepada Liong Kim Ting.

   Bo Kian mempunyai gelaran sebagai Swat-kim-kong atau Malaekat-salju.

   Tenaganya kuat sekali.

   Giam-lo-kui terkejut dan terpaksa buang tubuhnya ke belakang.

   Sedangkan Liong Kim Ting mencelat sampai beberapa langkah.

   Bo Kian terus menerjang Giam-lo kui dengan sepasang gembolan baja.

   Dengan tenaganya yang kuat, sepintas tampak seperti seorang raksasa yang sedang mengamuk.

   Giam lo-kui berkuik-kuik seperti setan merintih-rintih.

   Sepasang tangannyapun makin kencang bergerak-gerak menyerang dan menampar gembolan lawan.

   Pertempuran berjalan amat seru dan seimbang.

   Bo Kian penasaran sekali.

   Ia menyerang dengan kalap.

   Wut .....

   segumpal kain kerudung kepala lawan terhantam, kopiahnya jatuh dan tampaklah wajah Giam-lo-kui lebih jelas.

   Terkejut sekali Bo Kian melihat wajah lawannya.

   Kepalanya tidak gundul tatapipun tidak banyak rambutnya.

   Batok kepalanya berwarna putih.

   Dalam kegelapan malam wajah Giam-lo-kui itu tak ubah seperti setan.

   Hanya sekejap ia tertegun tetapi ia harus menderita kerugian besar.

   Dengan tertawa meringkik keras dan seram, Giam-lo kui rentang kedua tangannya dan menerkam lawan.

   Bo Kian terkejut.

   Ia hendak mengangkat senjatanya tetapi kalah dulu.

   Tangannya kena tersambar jari tangan lawan.

   Bo Kian hendak ayunkan gembolan kiri untuk menghantam.

   Namun seketika itu ia rasakan tangan kanannya yang dicengkeram Giam-lo-kui itu seperti terbakar.

   Sakitnya sampai menusuk ke ulu hati sehingga hantaman dengan gembolan kiri tadi agak lambat.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Gian lo-kui miringkan kepala untuk menghindar lalu tangan kanannya menyambar siku lengan kiri lawan.

   Bo Kian terkejut sekali tetapi ia tak dapat berbuat apa2.

   Saat itu ia rasakan tangannya seperti dibakar api dan tenaganyapun lunglai.

   Setelah mencengkeram sekeras-kerasnya, Giam Io-kui tiba2 lepaskan tangannya dan terus hendak mencengkeram leher orang.

   Jelas Bo Kian tentu akan mati apabila lehernya tercekik manusia mayat.

   Namun ia tak berdaya, kecuali hanya membelalak memandang dengan penuh kemarahan kepada wajah lawan.

   Dalam detik2 yang berbahaya itu tiba2 sebuah gelombang angin yang keras menyambar punggung Giam-lo-kui.

   "

   Hm.

   "

   Giam-lo kui mendengus marah.

   Terpaksa ia balikkan tangan kanan untuk menangkis sambaran angin dahsyat itu.

   Krak ....

   Giam-lo-kui tergetar tubuhnya.

   Menyusul pantatnyapun tersodok oleh sebuah benda keras.

   Ia mundur karena rasakan tubuhnya kesemutan.

   Buru2 ia empos semangat lalu kerahkan tenaga dan loncat ke samping.

   Ia lebih berat menyelamatkan jiwanya daripada membunuh Bo Kian.

   "Setan Giam-lo-kui, jangan engkau mengganasi orang! "

   Bentak sebuah suara parau. Giam-lo-kui berputar tubuh dan menggeram "Hm, kiranya engkau nenek tua bangka!"

   "Kiranya engkau masih hidup setan kuburan? "

   Ternyata yang menyerang dari belakang tadi adalah nenek bertongkat bambu yang mengiringkan si gadis cantik.

   "Mengapa engkau turut campur urusanku? "

   Tiba2 Giam-lokui menggeram.

   "Apakah engkau masih melanjutkan pekerjaan dulu? Tapi yang hendak engkau bunuh itu seorang tua, bukan anak gadis!"

   Seru nenek bertongkat bambu kuning.

   "Hong-tiok pohpoh, disini bukan di gunung Ki-lian-san. Jangan engkau bicara semaumu sendiri!"

   Hong-tiok pohpoh atau Nenek Bambu Kuning mendengus.

   "Dimanapun juga, asal engkau setan kuburan masih suka mencelakai orang, aku Hong-tiok poh poh, tentu akan menghajarmu!"

   "Dia hendak masuk ke dalam Seng-lian-kau tanpa aturan!"

   "O, jadi sekarang engkau ikut sebagai antek Seng-lian-kau? Apa pangkatmu? "

   Hong Tiok poh poh mengejek.

   "Tutup mulutmu, nenek tua!"

   Teriak Giam-Io-kui.

   "sepuluh tahun yang lalu engkau telah mengobrak abrik tempatku. Sudah lama aku memang hendak mencarimu. Sungguh kebetulan sekali engkau datang mengantarkan diri sendiri."

   "Ponpoh,"

   Tiba2 terdengar lengking seorang gadis.

   "biarlah aku yang menghadapinya."

   Rupanya nenek Bambu Kuning itu taat pada si gadis. Ia segera mengundurkan diri.

   "Giam-lo kui,"

   Seru gadis cantik itu.

   "engkau masih ingat kepadaku? "

   "Siapa engkau!"

   "Aku adalah anak dari wanita yang engkau rusak kehormatannya lalu engkau bunuh itu!"

   "Hek-bi kui? "

   "Ya, Hek-bi kui si Mawar Hitam, engkau masih ingat? "

   Giam-lo-kui terbelalak.

   "Giam lo-kui, lekas bersiap untuk melawan aku. Pakailah senjatamu atau kukumu yang beracun itu!"

   Seru si gadis cantik.

   "Hong-tiok pohpoh!"

   Teriak Giam lo kui kepada nenek Bambu Kuning.

   "Ya. memang nona itu yang akan menagih hutang darahmu kepada ibunya. Jangan kuatir, setan akhirat, aku takkan membantunya. Dan kalau engkau mampu mengalahkan, bunuhlah."

   Tergetar hati Giam lo kui. Dengan pernyataan itu jelas bahwa kini akan berhadapan dengan seorang gadis yang lihay.

   "Giam-lo-kui, aku tak punya banyak waktu menunggumu. Kalau engkau tak lekas menyerang, terpaksa aku yang akan menyerang! "

   Seru gadis itu.

   "

   Hm, silahkan! "

   Dengus Giam-lo-kui.

   Gadis itu tertawa melengking.

   Sekali geliatkan tubuh ia terus menyerang lawan.

   Giam-lo kui menyambut dengan kedua cakar mautnya.

   Tetapi ia terkejut ketika mendapatkan bahwa gadis itu benar2 seperti sesosok bayangan setan.

   Tiap kali dicengkeram selalu hanya angin kosong.

   "Giam-lo kui, engkau dahulu membunuh ibuku dengan menginjak perutnya. Sekarang akupun hendak menyuruhmu merasakan betapa nikmatnya orang mati yang diinjak perutnya itu! "

   Crettt ..... Saat itu Giam-lo-kui tengah rentangkan kedua tangannya hendak menerkam. Tetapi ia terkejut ketika merasakan setiup desus angin tajam melanda ke arah tenggorokannya.

   "Heh.

   "

   Ia merasa tenggorokannya seperti tertusuk benda tajam dan seketika itu ia rasakan napasnya seperti berhenti.

   Baru ia hendak kerahkan tenaga-dalam untuk membuka jalandarah pada tenggorokannya yang tertutuk itu, kembali ia rasakan pusar perutnya seperti dilanda setiup angin tajam.

   Seketika ia terhuyung-huyung dan rubuh.

   Ia masih sempat menyadari bahwa dirinya telah terkena tutukan jari sakti dari jarak jauh.

   Namun ia sudah tak dapat berbuat apa2 lagi kecuali harus jatuh terduduk.

   Dan sekali sebuah kaki menendang dadanya iapun terkapar di tanah.

   "Hek......"

   Ia hanya dapat menguak tertahan ketika perutnya seperti dipijak oleh sebuah kaki yang beratnya ribuan kati.

   Hendak menjerit tak dapat karena tenggorokannya tertutuk.

   Hendak merontapun tak mampul karena tenaganya hilang.

   Tindihan itu makin lama makin keras dan tiba2 ia menyemburkan darah merah ketika perutnya pecah dan ususnya membural keluar.....

   Tiga empat imam jubah putih teratai kelabu marah melihat tongcu mereka menderita kematian yang begitu mengerikan.

   Mereka terus berhamburan hendak menyerang si nona.

   Tetapi saat itu nenek Bambu Kuning sudah menyambut dengan tongkatnya.

   Terdengar beberapa jerit pekikan ngeri ketika orang2 itu berhamburan terlempar ke beberapa penjuru.

   "Pohpoh, dendam kematian ibuku sebagian telah terhimpas. Pembunuhnya telah dapat kubunuh. Sekarang kita masih harus mencari manusia yang mencelakai ibuku itu,"

   Kata si gadis.

   "

   Ketiga orang tadi terluka parah, biar kutanyai mereka dulu,"

   Kata nenek Bambu Kuning. Setelah mengetahui bahwa ketiga orang itu jago dari Tayswat- san, nenek Bambu Kuning segera mengeluarkan tiga butir pil dan diberikan kepada mereka.

   "Kalian telah terkena racun-bangkai dari Giam-lo-kui. Pil ini hanya dapat mempertahankan jiwa kalian sampai empatpuluh hari. Dalam waktu itu kalian harus berusaha untuk mencari obat yang lebih mujarab.

   "Terima kasih, pohpoh,"

   Sahut Bo Kian. Kemudian ia menanyakan apakah obat yang manjur untuk menghilangkan racun-bangkai itu.

   "Leng-ci, swat-lian, bo-siu-oh dan ..... ah, apabila kalian dapat meminta obat Siok-beng-tan dari Kun Lun locu yang tinggal di puncak gunung Kun-lun-san, tentulah jiwa kalian dapat tertolong,"

   Kata nenek Bambu Kuning.

   Kemudian nenek dan gadis itu segera melanjutkan perjalanan masuk ke markas Seng-lian-si.

   Ternyata keduanya juga mengambil jalan dari lamping kanan gunung.

   Di sebuah lapangan, mereka melihat banyak sekali orang berkerumun.

   Sekeliling lapangan itu diterangi oleh obor sehingga terang seperti siang hari.

   Di sebelah utara tepi lapangan, tampak berderet-deret kursi yang penuh dengan orang.

   Juga di kedua samping lapangan itu penuh dengan jajaran orang2 berjubah putih yang tegak berdiri.

   Ternyata ketua Seng-lian-kau telah menerima laporan dari anakbuahnya bahwa Sean-lian-kau telah didatangi oleh serombongan orang yang hendak menantang.

   Ketua Seng-lian-kau lalu memerintahkan supaya penerimaan tetamu dilakukan di lapangan yangl dulu dipakai untuk mengadakan upacara meresmikan berdirinya Seng-liankau.

   Semua anggauta Seng-lian-kau hadir lengkap.

   Tampak duduk di kursi kebesaran, seorang lelaki mengenakan jubah kuning dengan lukisan bunga teratai warna merah.

   Memakai kopiah berbentuk bunga teratai.

   Tetapi mukanya tertutup kain kerudung warna hitam.

   Di kanan kiri diapit oleh dua orang pengawal.

   Bukan lelaki yang bertubuh gagah perkasa melainkan dua orang gadis cantik.

   Di deretan muka agak bawah, duduk pula seorang lelaki setengah tua, mengenakan jubah kuning dengan bunga teratai warna hitam.

   Di deretan mukanya, duduk lima orang.

   Empat lelaki dan seorang perempuan setengah tua.

   Sebenarnya deretan mereka telah disediakan tujuh kursi tetapi yang hadir hanya lima orang.

   Masih dua kursi yang kosong.

   Kelima orang itu masing2 mengenakan jubah putih tetapi berlainan gambar bunga teratai pada dada bajunya.

   Yang seorang dengan bunga teratai warna merah, kemudian yang seorang bunga teratai warna wungu, lalu bunga teratai warna biru, teratai hijau dan teratai coklat.

   Di antara kelima orang itu, yang mengenakan jubah berbunga teratai warna bijau itu adalah wanita setengah tua tadi.

   Sedang yang paling muda adalah orang yang mengenakan bunga teratai warna coklat.

   Dia masih muda dan berparas tampan.

   Pada saat itu serombongan orang melangkah masuk ke tengah lapangan dengan diiring oleh dua orang lelaki berjubah putih bunga teratai merah.

   Di sekeliling sepanjang empat penjuru tepi lapangan, berjajar-jajar beberapa kelompok barisan.

   Barisan jubah putih teratai merah, jubah putih teratai ungu, teratai biru, teratai hijau, teratai coklat.

   Yang mangenakan jubah putih teratai hijau terdiri dari gadis-gadis.

   Rupanya mereka termasuk pimpinan dari wanita setengah baya tadi.

   Setiap barisan ternyata disesuaikan dengan pemimpinnya yang duduk di kursi.

   Jika pemimpin jubah putih teratai hijau itu adalah seorang wanita maka barisan jubah putih teratai hijau pun terdiri dari gadis2.

   Pemimpinnya yang berjubah putih bunga teratai merah itu lelaki tua, maka barisannya pun terdiri dari orang2 yang sudah berumur 50-an tahun.

   Orang yang berjubah putih dengan teratai coklat itu masih muda maka barisannya pun terdiri dari orang2 muda.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Rombongan orang tadi segera berdiri di depan tokoh2 Seng-lian-kau yang duduk di kursi.

   "Cong-tongcu, tanyalah keperluan mereka!,"

   Tiba2 wanita setengah tua yang duduk di belakang kelima orang itu berseru. Orang muda yang berjubah putih dan teratai coklat segera berbangkit.

   "Hai, siapakah saudara2 ini? Dan apa maksud saudara datang ke vihara Seng-lian-si kami? ", serunya.

   "Aku, Hoa Sin, ketua dari Kay-pang, bersama Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay, Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay dan beberapa orang yang menghadap ketua Seng lian-kau."

   "O, pangcu bertiga tidak datang dalam acara peresmian berdirinya Seng lian-kau kami? "Kami bertujuh partai persilatan terpaksa membagi tugas. Hui Gong taysu ketua Siau lim-si, Ang Bin tojin ketua Bu-tongpay serta Su gong In kaucu dan Kong-tong-pay yang datang memenuhi undangan Seng-lian-kau."

   "Dan yang lain? "

   "Aku, Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong lojin serta Pang To Tik dari Hoa san-pay terpaksa harus ke Thay-san untuk memenuhi undangan Thian-tong-kau!"

   "O, jadi kalian menganggap Thian tong kau itu lebih berharga dari Seng lian kau? "

   "Aku tak bermaksud mengatakan begitu. Tetapi keadaanlah yang memaksa kami harus bertindak begitu.

   "Apa yang engkau maksudkan memaksa itu? "

   "Karena baik Seng lian kau maupun Thian lian-kau sama2 mempunyai ketua yang bernama Kim Thian Cong."

   "Ho, dan kalian percaya? "

   "Itulah sebabnya kami harus membuktikan mana yang betul!"

   "Dan bagaimana buktinya? "

   "Kim Thian Cong dari Thian teng kau di gunung Thay san itu adalah palsu. Kalau tak salah, dia adalah Thiat sat cu atau Ngo tok sin kun. Entah yang mana, tetapi yang jelas dia bukan Kim Thian Cong."

   "Engkau betul."

   Seru orang muda yang disebut Cong lian tongcu atau tongcu Teratai Coklat.

   "Kim Thian Cong yang aseli adalah ketua Seng-lian-kau kami."

   "Dimanakah kaucu Seng-lian kau'l"

   Seru Hoa Sin. Orangmuda berjubah putih dengan gambar teratai coklat itu berpaling ke atas dan berseru.

   "Yang duduk di deretan paling atas itu adalah kaucu kami yang kami hormati!"

   "Benarkah dia Kim Thian Cong tayhiap? "

   Seru Hoa Sin agak tegang.

   "Mengapa aku harus bohong? "

   "Tetapi mengapa kaucu tak menampakan wajahnya? Bagaimana kami dapat melihatnya kalau wajahnya mengenakan kain penutup warna hitam iiu? "

   Kepala barisan Teratai coklat itu tertawa, serunya.

   "Wajah Kim kaucu kami hanya dapat dilihat oleh orang yang sudah masuk menjadi anggauta Seng-lian-kau."

   "Bagaimana kami hendak membuktikan Seng lian-kau kaucu itu benar Kim Thian Cong tayhiap atau bukan? "

   "Engkau harus masuk dulu ke dalam Seng lian-kau."

   Hoa Sin diam beberapa saat.

   "Jika dia benar Kim Thian Cong tayhiap aku dan rombonganku, bersedia masuk menjadi anggauta Seng-lian kau."

   "

   Hm, peraturan Seng-lian-kau menetapkan, orang harus masuk menjadi anggauta dulu baru di perkenankan melihat wajah kaucu kami.

   "

   "

   Hm.

   "

   Hoa Sin mendesuh lalu berpaling kepada Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay untuk berunding. Tampak kedua ketua Kun-lun-pay dan Go-bi-pay itu menganggukangguk.

   "Tetapi bagaimana kalau setelah masuk ternyata kami anggap Seng-lian-kau kaucu itu bukan Kim Thian Cong tayhiap yang sesungguhnya? "

   "Kaucu kami bersedia untuk dibunuh."

   "Tidak cukup begitu saja! "

   Tiba2 terdengar suara orang berteriak hingga tongcu barisan Teratai Coklat terkejut dan memandang ke arah suara itu. Demikian pula Hoa Sin dan kedua kawannya. Ah, ternyata yang berseru itu tak lain adalah kakek Lo Kun.

   "Eh, kakek, siapa engkau! "

   Tegur tongcu barisan Teratai Coklat.

   "Kurang ajar! "

   Maki Lo Kun.

   "masakan engkau lupa kepadaku? "

   "Siapa? "

   "Gila! "

   Kakek Lo Kun masih memaki.

   "bukankah engkau yang kusemprot dengan bakso dari mulutku ketika berada di rumah-makan di bawah gunung ini? "

   Merah padam muka tongcu barisan Teratai coklat itu.

   "Hai, bung, siapa yang melakukan pembunuhan di rumahmakan itu? Hayo, ngaku saja!"

   "Soal itu, nanti saja kita bicarakan lagi. Sekarang yang penting adalah untuk menyelesaikan persoalan yang diajukan Hoa pangcu tadi,"

   Kata tongcu Teratai coklat.

   "Kuanggap belum cukup,"

   Seru Lo Kun.

   "Lalu bagaimana? "

   "Kim Thian Cong harus di uji ilmu kepandaiannya dulu, baru dapat dinilai dia aseli atau bukan. Karena kalau melihat wajahnya saja, mungkin terdapat orang yang menyerupai atau memakai kedok. Nah, inilah yang harus kujaga!"

   Tongcu Teratai coklat, Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong tojin terbeliak. Diam2 Hoa Sin terkejut mengapa tiba2 saja kakek limbung itu berobah terang sekali pikirannnya. Dia mengakui, bahwa dia tak sampai pada pemikiran begitu.

   "Hm. selama ini belum pernah ada manusia yang menuntut permintaan begitu!"

   Seru tongcu Teratai coklat.

   "Ya aku malah manusianya!"

   Seru Lo Kun, Tongcu Teratai coklat itu termenung.

   "Cong lian tongcu, kaucu meluluskan tuntutan itu ....

   "

   Tiba2 telinga Cong-tongcu itu terngiang suara halus macam bunyi nyamuk.

   Tongcu barisan Teratai Coklat itu terkesiap.

   Ia tahu bahwa yang membisikinya itu adalah Hek thancu, si wanita setengah tua yang duduk di belakangnya, dengan menggunakan ilmu Menyusup suara.

   Orang muda yang berpangkat sebagai Coug-lian tongcu dalam Seng-lian kau itu segera berseru.

   "

   Baik. Tetapi ingat Kaucu kami menjunjung rasa welas asih terhadap setiap orang. Tetapi sekali bertempur, jangan harap orang itu dapat diberi ampun jiwanya."

   Kakek Lo Kun menggerutu .

   "Itu kalau menang. Tapi kalau, eh..... Blo'on ke marilah.

   "

   Tiba2 kakek Lo Kun memanggil Blo'on. Blo'on menghampiri.

   "Ini adalah Kim Blo'on, anaknya Kim Thian Cong dan itu,"

   Kakek Lo Kun melambai Sian Li. Nona itupun segera menghampiri.

   "murid dari Kim Thian Cong. Apa dia kenal pada anak dan muridnya? "

   Cong lian tongcu merenung sejenak.

   "Sudah tentu kenal,"

   Sahutnya.

   "tetapi hubungan ayah dan anak serta murid itu adalah hubungan peribadi. Sedang urusan Seng-lian kau merupakan kepentingan umum. Jangan mencampur adukkan urusan keluarga atau peribadi dengan urusan umum! "

   "Apakah Blo'on dan anak perempuan ini juga harus masuk menjadi anggauta Seng-lian kau? "

   Tanya kakek Lo Kun pula.

   "Tentu.

   "

   Sahut Cong-lian tongcu.

   "dan harus tunduk pada setiap peraturan Seng-lian kau."

   "Kalau begitu percuma,"

   Kata kakek Lo Kun.

   "Bloon hayo kita pergi. Tak perlu engkau cari bapakmu. Ikut saja pada kakekmu ini, aku dapat mencarikan isteri yang cantik untukmu."

   "Berhenti! "

   Teriak Cong lian tongcu ketika melihat kakek Lo Kun terus berputar tubuh hendak ngeloyor.

   "engkau sudah datang ke vihara Seng lian si dan telah mendesak kaucu membuka persidangan besar. Jangan harap engkau dapat tinggalkan tempat ini sebelum urusan selesai! "

   "Gi!a, engkau hendak memaksa menginjak-injak hak azasi orang? "

   Teriak Lo Kun. Karena kuatir kakek itu menerbitkan onar sebelum urusan selesai, buru2 Hoa Sin membisiki.

   "Lotiang, harap bersabar dulu sampai urusan kita selesaikan."

   Lo Kun menurut.

   "Bagaimana, apakah kalian sudah mengambil keputusan? "

   Tanya Cong-lian tongcu pula.

   Hoa Sin memang sudah berunding dengan Ceng Sian dan Hong Hong tojin.

   Ketiga ketua partai persilatan itu bersepakat untuk menerima saja masuk menjadi anggauta Seng-lian kau.

   Setelah itu mereka akan menuntut untuk melihat wajah Kim Thian Cong.

   "Baik, kami menerima,"

   Kata Hoa Sin memberi jawaban. Cong lian tongcu segera memberi laporan kepada Hek cong thancu atau wanita yang duduk di sebelah belakangnya tentang hal itu.

   "Panggil Seng-lian Su-cia untuk segera melakukan upacara sembahyangan masuk menjadi anggauta! "

   Hek thancu memberi perintah.

   Tak lama kemudian muncullah seorang lelaki berjubah merah dengan dada dan pinggangnya bergambar bunga teratai merah.

   Orang itu mengenakan kedok muka yang menyeramkan.

   Dialah yang disebut Su cia atau duta dari Seng-lian kau.

   Di belakangnya mengiring sepuluh pemuda dan sepuluh pemudi, juga mengenakan jubah merah dengan gambar teratai hitam.

   Dua pasang pemuda pemudi yang paling depan membawa penampan bertutup kain warna merah.

   Entah apa isinya.

   Begitu barisan jubah merah itu tiba di depan rombongan Hoa Siu mereka lalu berhenti.

   "Sebelumnya kalian harus mengucapkan sumpah kesetiaan,"

   Seru Seng-Han Sucia itu.

   "Ketua Kay-pang, dipersilahkan maju.

   "

   Kata Seng-lian Sucia itu pula. Hoa Sin sebelumnya telah berunding dengan Ceng Sian dan Hong Hong tojin bagaimana harus menghadapi keadaan saat itu. Kemudian dia maju.

   "Engkau harus menirukan kata-kataku,"

   Kata Seng-lian Sucia itu.

   "

   Hayo, mulai .......

   "

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hari ini ......"

   "Hari ini ....

   "

   Hoa Sin menirukan.

   "Tecu, Hoa Sin, ketua Kay pan g ....

   "Tecu, Hoa Sin, ketua Kaypang ..."

   Hoa Sin menirukan.

   "Demi Thian dan agama Seng-lian-kau .. menyatakan masuk menjadi anggauta Seng-lian-kau. Taat dan setya pada Kim Thian Cong kaucu dan tunduk pada semua peraturan. Apabila tecu ingkar janji .... tecu bersedia dihukum mati atau hukuman apa saja ..."

   Ketika menirukan sumpah itu, Hoa Sin telah mengganti dan menambahi kata2 Kim Thian Cong kaucu' , menjadi * Kim Thian Cong kaucu yang aseli' .

   Selesai mengucapkan sumpah, Sucia itu membuka sebuah penampan, isinya sebilah pisau dan penampan yang kedua berisi sebuah basi besar.

   "Tusuk tanganmu dengan ujung pisau itu dan kucurkan darahmu ke dalam basi itu,"

   Seru Sucia kepada Hoa Sin. Hoa Sin juga menurut perintah itu.

   "Upacara yang terakhir, bukalah dadamu,"

   Seru Sucia.

   Hoa Sin.tetap menurut saja.

   Su-cia itu membuka penampan yang ketiga, berisi sebuah hiolou atau tempat abu dupa.

   Ia mengambil hiolou itu, menuang isinya lalu menaburkan ke dada Hoa Sin.

   Terakhir Su-cia itu membuka penampan yang keempat.

   Juga berisi sebuah bokor dari batu pualam putih, di bawah bokor itu terdapat dua pasang supit dari gading.

   Su-cia itu mengambil supit, masing2 dipegang dalam tangan kanan dan kiri.

   Kemudian ia menyumpit benda dari dalam bokor itu.

   Bentuknya seperti kalung dari prada perak.

   Dengan hati2, Su-cia lalu menempelkan kalung prada perak itu pada dada Hoa Sin.

   Setiap kali ia gunakan ujung sumpit untuk menekan kalung prada itu.

   Pada saat Su cia melepaskan kalung prada itu dan meletakkan kembali supitnya di dada Hoa Sin telah berhias sebuah lukisan bunga teratai perak.

   "Ya, selesai. Silahkan menunggu di sana."

   "Hong Hong tojin, ketua Go bi pay, harap melakukan upacara sumpah."

   Hong Hong tojinpun maju dan melakukan upacara2 seperti yang dilakukan Hoa Sin tadi.

   Setelan selesai ia disuruh berjajar ke tempat Hoa Sin.

   Kemudian Ceng Sian suthay.

   Hanya ketika disuruh buka dada, Ceng Sian suthay menolak.

   


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Legenda Kematian -- Gu Long Pendekar Aneh Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini