Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 4


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 4



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Aku seorang manusia seperti kamu !"

   Kata Blo'on pula.

   "Bukan! Engkau tentu macan gadungan ...

   "Apa itu macan gadungan ?"

   Balas Blo'on tak kalah kerasnya.

   "Macan siluman !"

   Teriak orang-orang.

   "Apa itu Macan siluman ?"

   Blo'on tetap melantang.

   "Macan siluman ialah manusia yang mempunyai ilmu menjadi macan lalu memakan orang !"

   "ih, tetapi aku tak suka makan orang. Makananku nasi,"

   Seru Blo'on pula.

   "Bangsat, engkau masih berani berpura-pura? Lihatlah, nenek Ong telah engkau makan ... !"

   "Bunuh ! Tak usah diajak bicara, hayo bunuh macan siluman itu!"

   Serentak terdengar pula hiruk pikuk penduduk berteriak-teriak hendak menyerbu Blo'on.

   "Tahan "

   Cepat Blo'on berseru mencegah orang-rang yang hendak menyerbu itu.

   "nenek itu tak kumakan, masih utuh. Periksalah sendiri. Dia hanya pingsan karena kaget melihat aku memakai kulit harimau. Tentu mengira aku seekor harimau "

   Beberapa penduduk maju menghampiri ketem-pat nenek Ong.

   Dilihatnya nenek itu tak menderita luka.

   Dan setelah diperiksa, napasnyapun masih.

   Tentulah nenek itu hanya pingsan.

   Hampir mereka mau mempercayai keterangan Blo'on atau tiba-tiba seorang lelaki bertubuh pendek kekar, berteriak nyaring .

   "Macan gadungan, kalau kami tak keburu datang, nenek itu tentu sudah engkau makan habis !"

   Blo'on marah .

   "Hai, bung, engkau manusia akupun manusia. Mengapa engkau tak percaya pada omonganku?"

   "Siapa sudi percaya?"

   Teriak orang itu.

   "desa ini sudah banyak menderita dari gangguan macan gadungan. Tiap tiga hari kami harus mengirim makanan kepadanya. Kalau tidak, dia tentu akan mengganas disini. Nenek Ong ini salah seorang korban. Karena tak punya uang untuk mengantar makanan, macan itu datang kemari dan mengambil anak lelaki dan menantu nenek Ong. Sampai sekarang tiada beritanya." 'O."

   Desuh Blo'on.

   "dimanakah macan gadungan itu ?"

   Orang pendek itu tertawa mengejek.

   "Disini!"

   "Disini? Mana?"

   Blo'on terbeliak.

   "Engkau!"

   "Gila !"

   Blo'on menjerit marah.

   "aku bukan macan gadungan, aku manusia biasa !"

   "Kalau manusia biasa, mengapa memakai kulit macan?"

   Teriak beberapa orang.

   "Karena pakaianku kotor terpaksa aku diberi pinjam kulit harimau ini oleh paman Him Pa seorang pemburu yang tinggal dalam hutan disebelah puncak itu,"

   Kata BIo on sambil menunjuk ke puncak gunung disebelah selatan.

   "kalau engkau tak percaya, tunjukkan tempat macan gadungan itu, aku akan menangkapnya!"

   Orang-Orang itu tertegun mendengar pernyataan Blo'on.

   Sesaat kemudian mereka gembira.

   Mereka tak tahu siapa Blo'ori itu dan tak mempedulikan apakah Blo'on mampu menangkap macan gadungan itu atau tidak.

   Yang dirasakan, mereka menderita tekanan dari seorang penjahat yang menyaru jadi macan dan memeras penduduk disitu.

   Dan kini ada seorang yang menyatakan dapat menangkap macan gadungan itu.

   Serentak merekapun menyambut dengan gembira .

   "Baik, mari kita antarkan engkau ke sana !"

   Berpuluh-Berpuluh penduduk segera hendak membawa Blo'on tetapi Blo'on menolak .

   "Nanti dulu. Aku bersedia menghadapi macan gadungan itu tetapi aku hendak mengajukan dua buah permintaan kepada penduduk disini."

   "Katakanlah !"

   Seru mereka.

   "Pertama, aku minta makan. Karena sejak pagi tadi, perutku belum terisi sebutir nasipun jua. Dan kedua, aku minta pakaian,"

   Kata Blo'on.

   "Tentu!"

   Teriak mereka.

   "kami tentu akan memberikan permintaanmu itu !"

   "Kapan ?"

   Seru Blo'on.

   "Setelah engkau benar-benar dapat menangkap harimau gadungan itu !"

   "Tidak !"

   Teriak Blo'on.

   "makanan harus sekarang karena aku sudah lapar sekali. Kalau lapar mana aku dapat berkelahi? Coba kalian pikir !"

   Karena menganggap omongan Blo'on itu benar, akhirnya Blo'on diajak kerumah salah seorang penduduk.

   Disitu dia diberi makan dan minum sekenyangnya.

   .Setelah makan, Blo'on bercakap-cakap sebentar menanyakan tentang keadaan macan gadungan yang hendak ditangkapnya itu.

   Ternyata sejak beberapa bulan yang lalu, memang di desa itu telahi muncul seekor harimau yang ganas.

   Banyak ternak yang hilang.

   Beberapa penduduk yang bernyali besar, beramai-ramai mencari binatang itu yang tinggal disebuah guha dalam lembah yang sunyi.

   Dalam pertempuran, penduduk kalah dan menyerah.

   Ternyata macan itu bukan macan sesungguhnya melainkan seorang yang menyaru.

   Rupanya orang itu pandai ilmusilat sehingga berpuluh-puluh penduduk dapat dikalahkan.

   "Sejak itu kami diharuskan mengirim makanan dan minuman kepadanya.

   "orang itu mengakhiri ceritanya.

   "O, kurang ajar benar,"

   Seru Blo'on.

   "dia hendak memeras rakyat yang miskin."

   "Itu masih belum seberapa,"

   Kata orang itu pula.

   "dia masih minta disediakan gadis atau wanita muda."

   "Ho, kurang ajar benar!"

   Teriak Blo'on seraya kepalkan tangannya seolah-okh hendak meninju.

   Dia sebenarnya tak mengerti ilmusilat walaupun ayahnya seorang jago silat nomor satu.

   Tetapi dia marah mendengar perbuatan yang begitu jahat.

   Namun setelah bersikap seperti jagoan yang garang, tiba-tiba ia membayangkan wajah harimau jantan kemarin.

   Seketika bergidiklah bulu romanya.

   "Hai,"

   Teriaknya keras sehingga tuan rumah tersentak kaget.

   "harimau itu harimau gadnngan atau harimau sungguh?"

   "Gadungan,"

   Sahut yang empunya rumah.

   Dan hati Blo'onpuo tenang kembali.

   Kalau melawan orang, ia tak gentar.

   Ia pernah bertempur dengan Rajawali-mata-biru dan dengan Walet kuning Ui Hong-ing, bahkan pernah dikepung oleh berpuluh-berpuluh anakmurid Hoa-san-pay.

   Ia anggap cara o-rang yang katanya pandai ilmusilat itu, ternyata hanya begitu saja.

   "Bagus, antarkan aku sekarang "

   Serunya seraya berbangkit. Dengan diantar oleh belasan penduduk yang bersenjata, Blo'on dibawa kesebuah lembah dipedalaman gunung. Setelah tiba, Blo'on lalu dilepas seorang diri memasuki lembah itu.

   "Pulanglah,"

   Kata Blo'on dengan garang seolah-olah yakin tentu menang.

   "tunggu saja nanti kuseret mayatnya !"

   Melihat nada dan tingkah Blo'on yang begitu garang, legahlah hati penduduk itu.

   Setitikpun mereka tak pernah menyangka bahwa pemuda itu sesungguhnya hanya seorang anak bloon.

   Mereka pun lalu pulang.

   Saat itu rembulan remang.

   Permukaan lembah tertutup kepekatan malam.

   Bloon mulai ayunkan langkah menyusur jalan yang menjurus ke dalam lembah.

   Seluruh lembah tertutup rumput dan alang-lang setinggi orang.

   Kedua batas lembah, merupakan karang yang menjulang tinggi, bertaut pada lereng gunung.

   Akhirnya tibalah Blo'on di dalam lembah.

   Namun ia heran mengapa tak seorangpun yang muncul mengganggunya.

   Kemanakah gerangan harimau gadungan itu? Huh, apakah dia takut kepadaku ? Blo'on mulai bertanya pada diri sendiri.

   "Hai, macan gadungan, keluarlah dari tempat persembunyianmu agar kubunuh!"

   Teriaknya berulang-ulang.

   Namun tiada penyahutan.

   Sekonyong-konyong dari balik gerumbul belukar rumput.

   terdengar suara anjing menggonggong dan burung menguaknguak.

   la heran Mengapa anjing .dan bukan harimau.

   Adakah harimau gadungan itu dapat berobah diri jadi anjing ? Blo'on lari menghampiri.

   Setelah menyibak dan menerobos gerumbul belukar, akhirnya ia melihat sebuah gua karang.

   Mulutnya cukup lebar untuk dimasuki orang.

   Ketika menginjakkan kaki dimulut guna, segera la disambut dengan dan gonggongan anjing dan kuak burung yang keras.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tetapi tak tampak barang seekor anjing atau burung yang menyongsong keluar.

   Blo'on tak peduli.

   Ia terus melangkah kedalam.

   Guha itu dari luar tampaknya gelap, tetapi ketika berada di dalam, ternyata terdapat penerangannya.

   Ialah dari sebuah lubang pada langit guha.

   Dari lubang itu, sinar matahari atau rembulan dapat menyorot masuk.

   Ketika berjalan kedalam, tiba-tiba kakinya terantuk sebuah benda yang melintang di tanah.

   "Uh .."

   Blo'on terhuyung ke muka dan jatuh mengusur ke tanah.

   "Hai ..,"

   Kembali ia menjerit kaget ketika mukanya seperti dijilati sebuah lidah yang berair.

   Cepat ia melonjak bangun.

   Ah ...

   ternyata yang menjilati mukanya itu seekor anjing yang besar.

   Tetapi anjing itu tak dapat bergerak leluasa.

   Ternyata dia diikat dengan rantai dan ujung rantai dilekatkan pada dinding guha.

   Anjing menyalak-nyalak lalu beringsut-ingsut mendekam seraya mencawatkan ekor.

   Persis seperti tingkah anjing yang ketakutan dan minta pertolongan.

   Blo'on kasihan.

   Dibukanya tali pengikat anjing itu.

   Tetapi serentak dengan itu, terdengar dua buah suara yang aneh.

   Suara burung menguak dan suara monyet mencuit - cuit.

   Setelah beberapa saat, mata Bloonpun sudah terbiasa dengan tempat itu.

   Segera ia dapat melihat seekor monyet dan seekor burung rajawali terikat dengan rantai.

   Monyet itu tak henti-hentinya melonjak-lonjak kegirangan ketika melihat Blo'on.

   Anjing besar yang sudah terlepas dari rantai ikatannya itupun mulai menggigit kakinya dan menarik-nariknya ketempat monyet dan burung.

   "Setan,"

   Gumam Blo'on.

   "tak perlu engkau tarik-tarik, aku memang hendak melepaskan mereka."

   Monyet dan burung rajawali segera dibebaskan dari rantai yang mengikat kaki mereka pada dinding.

   Setelah bebas, monyet terus loncat keatas kepala Blo'on dan menampar - nampar kepalanya yang gundul.

   Sedang burung rajawalipun terus terbang lalu hinggap diatas bahunya.

   "Edan !"

   Blo'on menjerit seraya menyiak monyet itu ketanah.

   "masakan kepala manusia dibuat keplakan, eh ..setan, engkau anggap bahuku ini sebatang dahan pohon ?"

   Ia berpaling menegur burung rajawali.

   Namun burung itu diam saja.

   Dan karena tidak menganggunya, Blo'on pun membiarkan saja burung itu hinggap dibah-nya.

   Blo'on memandang dan memeriksa keadaan guha itu.

   Tiba- Tiba ia menjerit kaget ketika melihat sesosok tubuh harimau menggeletak ditanah.

   Cepat ia menghampiri .

   "Hai, aneh, badannya harimau tetapi mengapa kepalanya orang . , . hus eh, seperti aku, mengapa meniru seperti aku ?"

   Blo'on teringat kalau ia masih memakai kulit harimau. Dan keadaan orang yang menggeletak ditanah itupun serupa dengan dirinya.

   "Hai, mengapa engkau diam saja? Hayo, bangun !"

   Disepaknya pantat orang itu. Tetapi orang itu tetap diam tak bergerak.

   "Kurang ajar, apa engkau suruh aku memondongmu ? Huh, anjing, gigitlah hidungnya !"

   Karena marah, Blo'on menyuruh anjing itu. Entah bagaimana, anjing itu seperti mengerti perintah BIo' on. Ia terus menghampiri muka orang itu lalu menggigit hidungnya.

   "Hai, kurang ajar, mengapa hidungnya engkau gigit sampai putus ?"

   Teriak Blo'on lalu hendak memukul anjing. Anjing merebah ketanah dan bercawat ekor, pertanda ketakutan.

   "Celaka, kalau dia minta ganti hidungnya, kemana aku harus mencarikan ?"

   Blo'on mengomel uring-uringan.

   "oh, benar.

   "ia berpaling ke arah anjing yang masih mendekam di tanah, lalu menudingnya.

   "anjing, kalau dia minta ganti hidungnya, hidungmu akan kuambil dan kuberikan kepadanya!"

   Anjing itu tak menyahut melainkan mengopat-apitkan ekornya. Blo'on membungkuk tubuh memeriksa muka orang itu. Tiba-Tiba ia berseru kaget .

   "Hai, apa engkau mati ? Kalau tidak mati, mengapa matamu meram saja ?"

   Ia ulurkan merabah hidung orang itu dan serentak menjeritlah ia .

   "Hai, sudah tak bernapas ... !"

   "Celaka!"

   Blo'on tiba-tiba melonjak bangun dan terus lari keluar.

   "kalau diketahui orang, aku tentu dituduh yang membunuh lagi. Ketua Hoa-san-pay, aku yang dituduh membunuhnya. Kakek Hoa-san-pay juga aku yang dituduh menjadi pembunuhi nya. Lalu orang ini, tentu aku juga yang akan dituduh sebagai pembunuhnya !"

   Beberapa puluh langkah dari guha, tiba-tiba Blo' on berhenti. Dan saat itu anjing, monyet dan rajawalipun mengikutinya.

   "Hai, mengapa kalian ikut aku?"

   Hardiknya. Namun ketiga binatang itu tak mengacuhkan. Mereka diam saja.

   "hem, sial. Aku sendiri sukar cari makan, mengapa kalian ikut aku."

   Ia terus lanjutkan langkah dan ketiga binatang itupun tetap mengikutinya. Kalau ia berhenti, merekapun berhenti. Akhirnya ia kewalahan.

   "Hm, kalau kalian mau ikut aku, boleh saja. Tetapi harus cari makan sendiri, mau ?"

   Anjing menyalak, monyet menguik dan burung rajawalipun berkaok. Rupanya mereka menyetujui syarat yang dikatakan Blo'on.

   "Bagus, mari kita jalan,"

   Seru Blo'on. Tiba dimulut desa, beberapa penduduk sudah tampak menyambut.

   "Mana harimau gadungan itu? "Ha, apa maksud kalian?"

   Blo'on terbelalak.

   "Hal, bukankah engkau sudah berjanji akan membunuh harimau gadungan dan menyeret mayatnya kemari ?"

   Teriak beberapa penduduk.

   "Ho, benar, benar ! Aku lupa membawa ma yatnya kemari,"

   Seru Blo'on.

   "tetapi ..."

   "Tetapi bagaimana ?"

   Seru penduduk.

   "Tetapi bukankah kalian takkan menuduh aku sebagai pembunuh ?"

   "Gila,"

   Seru mereka.

   "justeru kami minta engkau membunuhnya ?"

   "0, aku tak bersalah kalau membunuhnya?"

   Masih Blo'on menegas.

   "Siapa bilang salah! Justeru harimau gadungan yang jahat itu harus dibunuh !"

   "Awas, kalau engkau tak dapat membunuhnya engkau sendiri yang akan kami bunuh!"

   Teriak salah seorang penduduk.

   "Ya, engkau sendirilah macan gadungan itu"

   Seru pula seorang lain.

   "Tutup mulutmu "

   Blo'on terus berputar tubuh dan lari kembali ke lembah. Beberapa langkah jauhnya, ia berhenti, berpaling dan berseru .

   "Hai, tunggu saja, tentu akan kubawa mayatnya kemari! Ia terus lari lagi tetapi beberapa langkah jauhnya, ia kembali berhenti dan berseru keras-keras .

   "Hai, jangan lupa sediakan makanan dan minuman lagi untukku!"

   Blo'on dengan diiring oleh anjing kuning monyet dan burung rajawali, kembali ke lembah.' Mayat orang yang menyaru jadi harimau itu lalui dipanggulnya dan dibawa turun ke desa lagi.

   Gemparlah sekalian penduduk kampung itu ketika melihat penjahat yang menyaru jadi macan..

   Rupanya penjahat itu banyak sekali menimbulkan kerugian pada penduduk, maka untuk melampiaskan kemarahannya, merekapun memakimaki.

   menyepak dan menggebuk mayat penjahat itu.

   Karena sampai sekian saat belum juga penduduk itu mengurus dirinya, Blo'on berteriak.

   "Sudahlah, sudahlah! Orang mati masa digebuki terun menerus. Dia sudah mati, kubur atau lempar saja mayatnya ke jurang supaya dimakan burung. Tetapi jangan terus menerus disiksa begitu rupa. Jangan mengurus yang sudah mati, tetapi aku yans masih hidup ini harus kalian urus !"

   Pendudukpun dapat menerima nasehat Blo'on.

   Mayat itu lalu dikubur.

   Kemudian mereka mengurus Blo'on dianggap sebagai pahlawan yang berja sa telah membebaskan desa itu dari gangguan penjahat.

   Blo'on sendiri tak merasa telah membunuh penjahat itu karena begitu tiba di guha, ia terus terantuk pada tubuh si penjahat yang sudah rebah menjadi mayat ditanah.

   Siapa yang membunuhnya ia sendiri tak tahu dan memang menganggiap tak perlu tahu.

   Ia girang karena dirinya tak dituduh sebagai pembunuh.

   Blo'on dipestakan lagi, dijamu dengan makanan dan minuman yang lezat.

   Demikian pula dengan ketiga binatang pengikutnya.

   Selesai makan, Bloon minta pakaian.

   Kulit harimau dilipat dan disimpan dalam sebuah bungkusan Pikir blo' on, kelak hendak ia kembalikan kepada si pemburu Him Pa.

   Keesokan harinya, setelah mendapat keterangan dan penduduk.

   Bloonpun melanjutkan perjalanan menuju ke kota Song-hian-koan untuk mencari sinshe yang menurut Him Pa pandai mengobati orang yang terserang penyakit syarat.

   Hoa-san merupakan salah sebuah dari Lima Gunung besar di negeri Tiongkok (Cina).

   Disebut Lima Besar karena letaknya arah.

   Hoa-san disebut Se-gak atau Gunung Barat.

   Thay-san disebut Tang-gak atau Gunung Timur.

   Jong- san itu Lam-gak atau Gunung Selatan dan Heng-san sebagai Pak-gak atau Gunung Utara.

   Sedangkan Tiong-gak atau Gunung Tengah ialah Ko-san, gunung yang menjadi pangkalan dari gereja Siau-lim-si.

   Hoa-san terletak dikota Hoa-im-koan wilayah Siamsay.

   Seterusnya dari kaki gunung, Blo'on terus menuju keutara.

   Menjelang petang, tibalah ia disebuah kota.

   Langsung ia bertanya pada seorang penduduk tentang sinshe yang pandai itu.

   "O, engkau mencari Gan Kui sinshe?"

   Tanya orang itu.

   "Entah,"

   Sahut Blo'on. Orang itu terbeliak .

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Entah ? Apakah engkau tak tahu nama sinshe itu '?"

   "Tolol engkau ini !"

   Blo'on deliki mata.

   "kalau tahu masa aku tanya kepadamu ?"

   Orang itu tak senang karena dirinya dimaki sebagai orang tolol. Ia hendak memberi tahu, malah dibentak dan dimaki. Tanpa berkata ia berputar tubuh lalu ayunkan langkah.

   "Hai, kemana engkau !"

   Blo'on cepat memburu dan mencekal lengan orang itu. Orang itu hendak meronta tetapi tak mampu lepaskan tangannya dari cekalan Bloon.

   "Kurang ajar, engkau hendak membunuh aku ?"

   Orang itu ayunkan kakinya menendang. Mendengar kata-kata 'membunuh', Blo'on kaget dan lepaskan tangannya.

   "Aku tidak membunuhmu ! Jangan menuduh sembarangan!"

   Teriaknya.

   Setelah bebas, orang itu terus lanjutkan langkah, tak menghiraukan si Blo'on lagi.

   Bloon terlongong-longong.

   Tiba- Tiba anjing kuning, monyet dan burung rajawali serempak memburu orang itu.

   Anjing menggigit celananya, monyet loncat menerkam tengkuk dan rajawali mencengkeram kepala orang itu.

   "Tolong ! Tolongngng ... !"

   Orang itu menjerit-menjerit ketakutan tetapi tak dapat terlepas dari sergapan ketiga binatang itu. Blo'on tertawa lalu menghampirinya .

   "Aku mau menolongmu asal engkau mau memberi keterangan tentang sinshe itu, mau ?"

   Karena tak ada lain jalan, terpaksa orang itu setuju. Blo'on lalu menyuruh ketiga binatang itu menyingkir. Setelah itu ia berkata pula .

   "Aku memang tak tahu nama sinshe itu. Kalau dia bernama Gan Kui, ya Gan Kui. Pokok dia dapat mengobati penyakitku. Eh, apakah artinya nama itu ?"

   Setelah mendapat penjelasan, rupanya orang itupun bersikap baik. sahutnya .

   "Gan Kui artinya si Mata Setan. Entah siapa namanya yang aseli. Karena pandai mengusir setan dan mengobati orang dengan dipandang saja maka orang-orang memberi julukan sinshe Gan Kui kepadanya."

   "Dimana tinggalnya ?"

   Tanya Blo'on.

   "Dari sini engkau jalan keutara sampai hampir keluar kota. Dia tinggal diujung kota. Asal engkau melihat sebuah bangunan yang mirip dengan sebuah biara, itulah rumahnya."

   Blo'on menghaturkan tetima kasih lalu meneruskan perjalanan.

   Tiba diujung kota, memang ia melihat sebuah rumah bercat merah yang bentuknya mirip dengan sebuah biara.

   Diruang luar tampak beberapa orang sedang duduk, la masuk dan bertanya kepada orang-orang itu.

   Ternyata mereka juga orang-orang yang hendak mengobatkan sakitnya.

   Setelah mereka satu demi satu dipanggil, akhirnya tiba giliran Blo'on.

   Dia berhadapan dengan seorang tua bertubuh gemuk, memakai kopiah hitam, berkumis panjang dan mencekal sebatang pipa huncwe dari perak.

   Dia segera menanyai Blo' on apa keperluannya datang kesitu.

   "Sinshe aku menderita penyakit aneh,"

   Kata Blo'on.

   "ialah aku merasa seperti kehilangan ingatanku. Aku tak ingat lagi siapa diriku siapa namaku dan dari mana asalku ..."

   "O, barangkali engkau gila!"

   Tukas sinshe itu.

   "Tidak, aku tidak gila,"

   Bantah Blo'on, ''aku masih suka makan, masih kenal orang, masih tahu kalau sinshe ini berwajah seperti setan."

   Tabib atau sinshe itu terbeliak .

   "Eh, rupanya engkau memang benar-benar gila. Kalau tidak masakan orang sakit berani mengatakan seorang tabib berwajah seperti setan .'"

   "Ho, kalau begitu aku keliru masuk ke sini,"

   Seru Blo'on.

   "bukankah nama sinshe ini Gan Kui?"

   "Ya."

   "Bukankah arti dari kata Gan Kui itu si Mata Setan ?"

   Tabib itu terbeliak.

   "Kalau yang mempunyai mata setan, tentulah bangsa setan. Salahkah kalau kukatakan sinshe ini berwajah seperti setan ?"

   Sitabib Gan Kui merah wajahnya. Tetapi cepat ia menghapus kemarahannya dengan tertawa.

   "Ya, ya memang namaku Gan Kui tetapi itu hanya nama gelaran sedang aku sendiri tetap seorang manusia seperti engkau."

   "O,"

   Blo'on mendesuh.

   "Siapa namamu ?"

   Tanya Gan Kui.

   "Itu justeru yang ingin kuketahui karena aku lupa. Seorang nona memberi nama baru kepadaku si Blo'on."

   "Tepat sekali,"

   Seru tabib Gan Kui.

   "memang engkau searang pemuda blo'on. Lalu penyakit apakah yang sesungguhnya engkau derita ?"

   "Sudah kukatakan tadi, aku kehilangan ingatanku tentang masa yang lampau. Tulunglah sinshe memeriksa dan memberi obat."

   "O, baiklah,"

   Kata Gan Kui.

   "mari ikut aku kekamar periksa."

   Blo'on mengikuti tabib itu masuk kedalam rumah belakang.

   Ternyata gedung itu mempunyai beberapa belas kamar.

   Blo'on dibawa kekamar paling belakang sendiri.

   Sinshe itu menuju keujung ruang lalu memutar sebuah tombol.

   Dinding terbuka dan tampaklah sebuah titian batu yang menurun kebawah "Mari,"

   Kata tabib Gan Kui seraya menuruni titian.

   Blo'on meragu sejenak lalu mengikuti.

   Ternyata dibawah titian itu merupakan sebuah bangunan dibawah tanah yang mempunyai beberapa kamar.

   Blo'on dibawa masuk kedalam sebuah kamar gelap.

   Kamar itu hanya diterangi sebatang lilin.

   Dari sebuah almari yang terdapat di kamar itu, sinshe Gan Kui mengambil seperangkat jubah hitam dan suruh Blo'on memakai.

   "Untuk apa ?"

   Tanya Blo'on.

   "Agar dapat kuperiksa apakah dalam tubuhmu terdapat penyakit biasa atau memang kemasukan setan,"

   Kata sitabib. Blo'on menurut. Ternyata bagian muka dari jubah itu digambari tulang kerangka manusia dengan cat putih. Begitu dipakai, seketika Blo'on berobah menjadi sesosok tengkorak.

   "Sekarang engkau harus menyebut 'omito-hud' sampai tiga kali,"

   Perintah sitabib. Blo'onpun melakukan perintah itu.

   "Bagus,"

   Kata Gan Kui.

   "sekarang julurkan lidahmu."

   Blo'onpun menjulurkan lidahnya. Tiba-Tiba tangan tabib itu mencekal lidah Blo'on terus ditarik.

   "Auhhh, aduh ... !"

   Blo'on menjerit.

   "mengapa engkau hendak menarik lidahku ?"

   "Diam!"

   Bentak Gan Kui.

   "kalau engkau tak suka silahkan keluar !"

   Karena ingin sembuh, terpaksa Blo'on menahan sabar. Tiba- Tiba sinshe itu memegang kedua telinga Blo'on lalu dijiwir sekeras-kerasnya.

   "Aduhhh !"

   Kembali Blo'on menjerit kesakitan.

   "awas, kalau daun telingaku sampai putus, engkau harus mengganti !"

   "Engkau tak mengandung penyakit apa-apa.

   "kata Gan Kui.

   "manakah yang engkau rasakan sakit? "Aku tak sakit, hanya ingatanku yang hilang."

   "O, kepalamu akan kuperiksa. Menunjuklah,"

   Seru sinshe itu. Blo'onpun menunduk. Tabib itu mengambil sebuah palu kayu lalu dipukulkan ke kepala Blo'on, tuk ...

   "Aduh ..

   "

   Blo'on menjerit kesakitan tetapi sinshe itu tak menghiraukan. Ia memukul gundul Blo'on sampai duabelas kali.

   "Aneh,"

   Gumam tabib itu.

   "Apa yang aneh ?"

   Tanya Blo'on.

   "Urat-Urat kepalamu masih berjalan baik. Buktinya, setiap kali kupukul tentu membenjul. Itu tandanya masih hidup."

   Blo'on meringis. Ia memaki dalam hati.

   "Setan, kalau kepalamu kupukul dengan palu, tentu akan benjul juga."

   "Kalau begitu terpaksa aku harus memeriksa rohmu,"

   Kata sinshe itu seraya menghampiri almari. Menyimpan palu kayu mengambil sebuah cermin besar berbentuk segi-delapan.

   "Bukalah pakaianmu !"

   Blo'onpun menanggalkan jubah hitam dari tabib itu.

   "Semua"

   "Hai, semua? Apa engkau suruh aku telanjang? "Ya, agar dapat kulihat apakah rohmu Mu masih ada di dalam tubuhmu. Dengan kaca wasiat Peneropong-roh ini, tentu dapat kuketahui keadaan rohmu yang sebenarnya."

   "Ah, malu ..."

   "Mengapa malu ? Aku orang lelaki dan engkaupun anak lelaki. Dan lagi disini tak ada lain orang kecuali kita berdua. Mengapa harus malu?"

   "Malu ya malu !"

   Sahut Blo'on kaku.

   "Kalau malu ya sudah, silahkan pulang saja. aku tak dapat mengobati,"

   Kata si tabib juga jengkel.

   "Ya, sudahlah,"

   Kata Blo'on lalu melepas baju dan celananya sehingga dia telanjang bulat.

   "Berdiri tegak kearahku, angkat kedua tanganmu keatas,"

   Seru tabib itu pula. Blo'on mendongkol sekali. Tetapi apa boleh buat, terpaksa ia melakukan perintah itu. Si tabib pun lalu mengacai seluruh tubuh Blo'on dengan cermin sesi-delapan. Tiba-Tiba ia hentikan kacanya pada alat kelamin Blo'on.

   "Hai, mengapa engkau memandang begitu lama ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Blo'on malu dan mendongkol sekali. Tabib itu tertawa .

   "Ho, kiranya engkau masih perjaka, bukan ?"

   "Perjaka bagaimana ?"

   "Belum pernah kawin."

   "Ya,"

   Blo'on mendengus.

   "lalu engkau mau apa kalau aku masih perjaka."

   Tabib tak mau meladeni. Ia mengacai dada si Blo'on, setelah itu ia berkata .

   "Ah, benar, benar. Tak heran kalau ingatanmu hilang, bung."

   "Kenapa ?"

   Blo'on kerutkan alis.

   "Roh-mu telah diambil orang karenanya ingatanmupun ikut hilang. Tanpa roh, orang tak dapat berpikir.

   "Kurang ajar !"

   Blo'on melengking.

   "makanya pikiranku serasa hampa. Lalu siapakah yang mencuri rohku itu ?"

   "Itu harus dicari dulu,"

   Sahut Gan Kui.."Bagaimana mencarinya ?"

   "Itu urusanku, engkau tak perlu tahu. Aku dapat mencari siapa pencurinya lalu kuambil rohmu dan kukembalikan kedalam tubuhmu."

   "O, terima kasih, terima kasih, sinshe.

   "seru Blo'on gembira ria dan memberi hormat. Sinshe itu terlongong.

   "Pengobatan disini bukan pertolongan cuma-cuma. Bukan hanya dibayar dengan terima kasih tetapi harus dengan uang."

   "Ya, ya, tak apa. Pokok aku sembuh, uang itu gampang."

   "Berapa engkau sanggup membayar ?"

   "Berapa engkau minta ?"

   Balas Blo'on.

   "Berapa banyak uang yang engkau bawa ?"

   "Uang ? O, aku belum membawa. Tetapi begitu sembuh, aku akan pulang mengambil uang, jangan kuatir."

   "Ngaco !"

   Bentak tabib itu.

   "aku bukan anak kecil yang dapat engkau permainkan. Ada uang, engkau kuobati. Tidak punya uang, silahkan pulang !"

   Bio'on melongo. '"Eh, bung, apa isi buntalan yang engkau bawa itu?"

   Tibatiba si tabib berseru sambil memandang bungkusan yang tersanggul di punggung Blo'on"

   "Ini? O, kulit harimau'' jawab Blo'on.

   "apakah engkau mau kubayar dengan kulit harimau ini?"

   Ia terus menurunkan buntalan dan membuka isinya.

   "jangan kuatir, ambil dulu kulit harimau ini, setelah sembuh aku segera pulang mengambil, uang dan kutebus kulit harimau ini. Terus terang,! ini bukan milikku sendiri."

   Gan Kui tertegun ketika melihat kulit harimau yang masih utuh. Tanyanya.

   "Dari mana engkau memperoleh kulit harimau itu ?"

   "Dan seorang pemburu."

   "Pemiliknya tentu engkau bunuh, bukan ?"

   Tabib Gan Kui menegas.

   "Tidak dia masih hidup. Eh, apa ? Engkau bilang aku membunuh ? Tidak, tidak Dia sudah mati sendiri !"

   Tabib Gan Kui melongo. Ia tak mengerti ucapan Blo'on yang simpang siur itu. Semula bilang orang itu masih hidup, kemudian mengatakan kalau sudah mati.

   "Eh, bung,"

   Tegurnya.

   "kalau bicara supaya yang jelas. Siapa yang masih hidup dan siapa yang sudah mati ?"

   "Yang masih hidup, pemburu harimau. Yang sudah mati manusia harimau. Jelas ?"

   Seru Blo'on dengan garang.

   "Apa? Manusia harimau?"

   Gan Kui terbeliak "Ya, seorang manusia yang menyaru jadi harimau, tinggalnya dalam guha di lembah karang."

   "Setan, engkau yang membunuhnya ?"

   Tabib, itu merah matanya.

   "Bukan, aku tak membunuhnya. Dia mati sendiri,"

   Kata Blo'on.

   "Bagaimana engkau tahu kalau dia mati sendiri?"

   "Karena ketika aku masuk kedalam guha, kakiku terantuk mayatnya yang membujur di tanah dengan tak bernyawa ..."

   "Bohong !"

   Tiba-tiba tabib itu mencekik leher Blo'on.

   "engkau tentu yang membunuhnya !"

   Karena dicekik, Blo'on mendelik matanya.

   Ia meronta-ronta hendak menyiak tangan tabib itu.

   Tetapi gagal.

   Karena kesakitan, kaki Blo'on menendang perut si tabib, plak ...

   tabib itu menjerit dan terpelanting jatuh ke belakang.

   Kepalanya membentur lantai hingga membenjul.

   "Eh, sinshe, mengapa engkau mencekik leherku? Apakah engkau hendak membunuh aku ?"

   Kata Blo'on seraya mengangkat bangun tabib itu. Rupanya tabib itu menyadari bahwa pemuda yang bloon itu ternyata memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Tendangannya tadi benar-benar hebat sekali. Diam-Diam ia mengatur siasat.

   "Ah, karena tegang, aku sampai lupa mencekik lehermu,"

   Katanya dengan nada berobah ramah.

   "lalu manusia harimau itu sudah mati ?"

   "Sudah kubawa kedesa dibawah gunung dan setelah digebuki penduduk lalu dikubur,"

   Kata Bloon.

   "O, bagus! Memang pengganggu rakyat itu harus dibunuh,"

   Kata tabib Gan Kui.

   "mengingati engkau telah berjasa kepada rakyat, maka akupun dapat memberi kelonggaran kepadamu. Engkau akan kuobati sampai sembuh, setelah itu engkau pulang mengambil uang. Engkau tentu sungguh akan kembali kesini, bukan ?"

   "Tentu,"

   Sahut Blo'on.

   "aku tak pernah bohong"

   "Tetapi engkau harus tinggal disini cukup lama. Apakah engkau sanggup ?"

   "Berapa lama ?"

   "Tergantung dari usahaku merebut rohmu dari pencuri itu. Untuk mencari si pencuri, memakan waktu tujuh hari. Syukur kalau bisa lebih cepat. Hal itu tergantung dari tingkat kesaktian si pencuri. Kemudian untuk mengambil dan mengembalikan rohmu kedalam tubuhmu, juga akan waktu tujuh hari. Jadi paling tidak engkau harus tinggal disini setengah bulan."

   "Bagaimana kalau aku turut padamu mencari si pencuri. Apabila ketemu, ambil saja roh itu terus masukkan ke dalam tubuhku. Bukankah itu dapat lebih cepat daripada aku harus menunggu disini ?"

   Kata Blo'on.

   "Ho, engkau kira aku pergi mencari pencuri itu kemanamana?"

   Kata sitabib.

   "ketahuilah. Dalam waktu tujuh hari itu akan mengadakan sembahyangan untuk memanggil roh dari sipencuri. Itu-pun tidak-mudah. Kalau dia tak mau datang, terpaksa aku harus memaksanya. Dan kalau dia lebih sakti ilmunya, kemungkinan aku juga bisa kalah. Maka engkau harus tinggal disini agar engkau tidak mengalami gangguan yang lebih hebat lagi."

   Habis berkata tabib itu mengambil secarik kertas kuning lalu menulis coretan-coretan, ditempelkan di pintu kamar.

   "Inilah hu atau jimat penolak setan. Karena rohmu kosong, engkau mudah dimasuki setan.

   "kata sitabib lalu menutup pintu dan terus ngeloyor pergi. Blo'on seorang diri tinggal dalam kamar yang hanya diterangi lilin. Jelas ia tahu bahwa kamar itu berada dibawah tanah Tiba-Tiba ia mendengar dari lain kamar, suara wanita menangis dan suara seorang lelaki yang tertawa-tawa. Heran, mengapa ditempat semacam ini terdapat orang perempuan? ia mulai tak enak. Ketika seorang pelayan kecil datang mengantar makanan iapun bertanya.

   "Hai, bung kecil, kemana sinshe?"

   "Sinshe berada diatas, masih sibuk menerima tetamu,"

   Sahut kacung kecil itu.

   "Tempat apakah ini ?"

   Tanya Blo'on.

   "Tempat orang sakit yang perlu dirawat lama."

   "Lalu siapakah orang perempuan yang menangis dan lelaki yang tertawa dilain kamar itu ?"

   "Kata sinshe, perempuan itu menderita penyakit kemasukan setan dan lelaki itu suaminya."

   "Engkau bawa apa itu?"

   "Makanan dan minuman,"

   Kata kacung kecil, lalu berbisik.

   "untunglah masih ada untuk tuan. Tadi makanan dan minuman yang diperuntukkan tuan. karena gelap, telah kujatuhkan. Terpaksa ku ambilkan lagi yang baru. persediaan untuk sinshe. Tetapi harap tuan jangan bilang pada sinshe. Kalau dia tahu, aku tentu dipukuli."

   Setelah kacung itu pergi, tanpa banyak pikir, Blo'on terus melahap makanan itu sampai habis.

   Setelah kenyang iapun terus tidur.

   Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba ia terkejut mendengar suara orang masuk ketempat itu, dan berhenti dimuka pintu kamar Blo'on.

   "Ah, sebenarnya aku memerlukan sekali pada anak itu. Dia masih perjaka. Sari perjakanya itu itu kubutuhkan untuk ramuan obat panjang umur"

   Kata salah seorang yang berada diluar pintu,"

   Tetapi apa boleh buat, karena lotiang yang meminta, akupun terpaksa rnemberikan."

   Blo'on terkejut, la kenal suara itu sebagai nada tabib Gan Kui.

   "Huh, setan, dia tabib jahat !"

   Gumam Blo'on dalam hati.

   "Ah, engkau masih bisa mendapat lain pemuda. Tetapi bagi Hoa-san-pay dia penting sekali artinya. Dia berani mengacau markas kami dan membunuh Beruang-sakti Han-Tiong, salah seorang tianglo Hoa-san-pay. Maka dia harus kubawa ke anarkas untuk disembelih dan disembahyangkan di depan makam Han sute,"

   Kata orang yang seorang, Mendengar itu Blo'on hampir menjerit kaget Ternyata yang datang itu salah seorang tianglo Hoa-san-pay yang akan menangkapnya. Celaka.....

   "Tetapi bagaimana lotiang dapat mengetahui kalau anak itu datang kesini ?"

   Tanya Gan Kui.."Seorang pemburu bernama Him Pa yang tinggal didaerah gunung Hoa-san, memberitahukan kepadaku bahwa anak itu hendak berobat kemari."

   "Keparat si Him Pa itu Dialah kiranya yang memberi tahu kepada kakek Hoa-san-pay ini.

   "damprat Blo'on.

   "Lotiang,"

   Kata si tabib.

   "maaf, tetapi karena terpaksa maka aku memberanikan diri untuk mengatakan hal ini kepada lotiang. Dalam membuka usaha pengobatan disini, apa yang kuterima dari orang-orang yang minta obat, tidaklah memadai dengan ongkos-ongkos yang harus kukeluarkan. Bahkan sering aku harus memberi obat cuma-cuma kepada orang miskin. Karena itu aku mohon totiang suka memberi uang pengganti untuk diri anak itu."

   "Hm, berapa engkau minta ?"

   Dengus Naga-besi Pui Kian.

   "Tak banyak, cukup seratus tail perak saja."

   "Terlalu banyak. Aku hanya membawa dua puluh tail perak, terimalah,"

   Kata tetua kesatu dari Hoa-san-pay seraya mengeluarkan sekantong perak, hancur dan diserahkan kepada si tabib.

   Apa boleh buat, terpaksa Gan Kui menerima Ia tahu bahwa orangtua dari Hoa-san pay itu amat sakti.

   Kalau sampai menimbulkan kemarahannya, tentu runyam.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Masih untung kakek itu mau memberi uang, kalau dia meminta anak itu dengan paksa, iapun juga tak dapat berbuat apa-apa.

   Gan Kui mendebur pintu tetapi tiada penyahutan.

   Sambil mengeluarkan seuntai anak kunci, tabib itu berkata .

   "Anak itu tentu sudah pingsan. Makanan yang diberikan kepadanya, kusuruh mencampuri obat bius."

   Pintu terbuka dan tabib itu dengan lenggang melangkah masuk.

   Ia heran mengapa ruangan itu gelap gelita.

   Tetapi ia tak peduli dan langsung menghampiri ketempat tidur.

   Memang dilihat sesosok benda terlentang di atas pembaringan.

   Ketika tiba di muka pembaringan ia terus ulurkan tangan hendak menjamah benda itu.

   Tiba-Tiba tengkuknya dicekik keras dan mulutnya didekap orang.

   Sedemikian keras cekikan itu sehingga ia tak dapat bernapas ....

   "Hm, mengapa dia tak keluar lagi ?"

   Gumam Naga-besi Pui Kian yang masih menunggu diluar pintu.

   "hai, Gin Kui, mengapa tak lekas membawanya keluar ?"

   Tetapi tiada penyahutan.

   Waktu Gan Kui minta uang tebusan, Naga-besi Han Tiong sudah mempunyai kesan tak baik terhadap tabib itu.

   Dan setelah masuk kedalam kamar Gan Kui tak keluar lagi, Han Tiong makin curiga.

   Ia duga tabib itu hendak main gila.

   Mungkin didalam kamar terdapat pintu rahasia untuk meloloskan diri.

   Bukankah tabib itu sesungguhnya merasa sayang untuk melepas anak itu ? "Hm, kalau berani main gila dengan aku,"

   Ia terus melangkah masuk.

   Kamar gelap dan sesaat ia tak dapat melihat jelas keadaan dalam kamar itu.

   Baru berapa langkah ia melalui pintu, tibatiba punggungnya terasa dilanda oleh segelombang angin keras.

   Cepat ia berputar diri seraya menghantam, prak ...

   Ia terkejut karena merasa telah menghantam batok kepala orang sehingga tangannya basah dengan air.

   "Darah ..,"

   Serunya makin kaget.

   Cepat ia menyulut korek dan astaga ...

   Gan Kui terkapar di lantai dengan kepala pecah ! Kakek Hoa-san-pay menyuluhi kamar tetapi tak melihat Blo'on.

   Segera ia tersadar apa yang telah terjadi.

   Ia duga waktu masuk kedalam ruang, Gan Kui tentu kena diringkus si Blo'on.

   Dan ketika ia masuk, pemuda itu tentu sudah siap melemparkan tubuh Gan Kui, lalu menyelinap keluar.

   "Hm, setan itu dapat mempermainkan aku lagi,"

   Secepat kilat tetua nomor satu dari Hoa-san pay itu terus melesat keluar, mengejar si Blo'on.

   Ternyata pintu masuk kedalam ruangan di bawah tanah itu telah tertutup.

   Tentulah ditutup si Blo'on.

   Pintu itu terbuat dari papan besi.

   Darrr ...

   dengan kemarahan menyala-nyala kakek dari Hoa-san-pay itu Kerahkan tenaga-dalam menghantam pintu penutup.

   Daun pintu besi itupun mencelat dan terbukalah lubang diatas titian.

   Sekali ayun, tubuh kakek Hoa-san-pay itupun sudah melayang ke atas lalu melesat keluar dari rumah sitabib.

   Saat itu rembulan terang.

   Dengan matanya yang tajam, dapatlah si Naga-besi Pui Kian melihat jejak si Blo'on yang lari.

   Walaupun sudah jauh dan pula pada waktu tengah malam, namun karena sosok tubuh pemuda itu diikuti oleh tiga ekor binatang yakni anjing, monyet dan burung rajawali, dapatlah kakek Hoa-san-pay itu mengenalinya.

   Dengan gunakan ilmu gin-kang, berlarilah Naga-besi Pui Kian mengejar Blo'on.

   Ternyata Blo'on pemuda itu lari menurut si pembawa kakinya.

   Ia tak tahu kemana arah larinya.

   Pokok lari kencang, makin jauh makin baik.

   Tetapi apabila ia berhenti sebentar dan berpaling ke belakang, darahnya mendebur keras lagi.

   Dari sinar rembulan yang menerangi bumi, dapatlah ia melihat jelas sesosok tubuh orang yang berlari sepesat angin menyusup jalan yang telah dilaluinya.

   Ya, tak salah lagi, tentulah orang itu kakek Hoasan- pay.

   Blo'on tancap gas lagi, lari te kuat-kuatnya.

   Angin malam terasa menderu-deru, menampar muka dan mendesing telinganya.

   Ia tak menyadairi bahwa sesungguhnya ia dapat berlari dengan pesat tak kalah dengan orang persilatan yang memiliki ilmu gin-kang.

   Itulah sebabnya maka sampai beberapa waktu, ia dapat mempertahankan jarak tertentu dengan Naga-besi Pui Kian.

   Anjing kuning tetap lari dibelakangnya.

   Sedangkan monyet kecil naik di punggung rajawali pun terbang mengikuti jejak Blo'on.

   Setelah melintasi sebuah hutan, ia seperti berlari keatas sebuah puncak gunung.

   Entah apa nama gunung itu.

   Sebuah pegunungan karang.

   "Hai ...

   "

   Blo'on tiba-tiba menjerit kaget ketika jalan yang ditempuhnya itu ternyata sebuah jalan buntu., yang menjurus kesebuah jurang.

   Menyadari tak mungkin dapat melanjutkan lari ke muka Blo'on terus berputar diri hendak lari balik.

   Tetapi tiba-tiba kakek Hoa-san-pay sudah tiba dihadapannya.

   "Ho, hendak lari kemana engkau sekarang?"

   Naga-besi Pui Kian menyeringai seraya melangkah maju menghampiri' "Lo-cianpwe, harap percaya padaku..

   Aku tak membunuh ketua Hoa-san-pay dan kakek yang seorang itu ...."Mengapa engkau masih banyak mulut? Kalau aku percaya, masakan aku mengejarmu sampai disini "Lalu dengan cara bagaimana aku dapat membuat locianpwe percaya ?"

   Seru Blo'on.

   "Menyerahkan dirimu !" .

   "Akan disembelih ?"

   "Ya,"

   Sahut Naga-besi Pui Kian seraya tetap maju menghampiri. Melihat itu Blo'onpun mundur.

   "Aku tak mau !"

   Seru Blo'on.

   "Boleh,"

   Jawab Naga-besi Pui Kian.

   "asal , engkau mampu melawan aku sampai lima jurus."

   Blo'on gemetar.

   "Dapat kuringankan lagi asal engkau mau menjawab dua buah pertanyaanku. Dimana Walet- kuning Hong-ing, murid perempuan perguruaan Hoa-san-pay itu ?"

   "Entah, aku tak tahu karena aku sendiri tergelincir ke dalam telaga ..."

   "Siapa yang membunuh Beruang-sakti Han Tiong ?"

   "Entah, karena ketika aku memeriksanya, dia memang sudah mati."

   "Baiklah,"

   Kata tetua nomor satu dari Hoa-san-pay itu,"

   Sekalipun tak dapat kuberikan keringanan tetapi masih dapat kuberikan kesempatan kepadamu. Engkau boleh memakai senjatamu dan melawan aku."

   "Tidak, aku tak punya senjata. Kulau cian pwe hendak menggunakan senjata, silahkan "

   Kata-Kata Blo'on itu membangkitkan keangkuhan Naga-besi Pui Kian, dengusnya .

   "Hm, engkau kira aku ini orang apa ? Baik, kalau engkau tak punya senjata, akupun akan memakai tangan kosong untuk mencabut nyawamu !"

   "Ih, mengapa engkau berkeras hendak mengambil jiwaku ?"

   Gerutu Blo'on.

   "Engkau lebih muda, silahkan engkau menyerang lebih dulu,"

   Seru Naga-besi Pui Kian.

   "Tidak mau !"

   Bantah Blo'on.

   "aku tak mau berkelahi. Kalau engkau hendak membunuh aku, terserah ...."

   Naga-besi Pui Kian tahu kalau anak itu memang blo'on.

   Percuma saja ia berbanyak kata, Maka ia terus saja membuka serangan dengan sebuah gerak Rajawali-menerkam-kelinci.

   Loncat ambil menerkam.

   Blo'on ketakutan dan cepat loncat kesamping.

   Sekalipun terhindar tetapi tubuhnya teihuyung juga karena deru angin gerakan tangan kakek itu.

   Sebelum ia dapat berdiri tegak Naga besi Pui Kianpun sudah menyusuli dengan sebuah pukulan Biat-gong-ciang atau pukulan Pembelah-angkasa yang dahsyat.

   Naga-besi Pui Kian menganggap Blo'on memiliki ilmu silat yang tinggi Maka pukulan Biat-gong ciang yang dilancarkan itu diisi dengan delapan bagian tenaga-dalam.

   Dan pukulan itu dapat menghancurkan batu karang pada jarak beberapa meter.

   Bloon tak berdaya lagi menghadapi pukulan itu.

   Luas pengaruh pukulan itu sampai mencapai sepuluh meter keliling.

   Kemanapun ia hendak lari tentu tetap termakan pukul itu.

   Tiba-Tiba sepercik angin tajam melanda dari belakang.

   Tajam sekali.

   Serempak menyusul teriakan seseorang.

   "Hai, berhenti dulu. Mengapa seorang kakek tak tahu malu hendak membunuh seorang anak tanggung . , . !"

   Sebuah benda warna hitam melayang-layang kearah punggung Naga-besi. Sebagai seorang tokoh persilatan sakti sudah tentu Naga-besi Pui Kian dapat mengetahui serangan gelap itu ditujukan kepadanya.

   "Jahanam, mengapa menyerang orang secara begitu pengecut,"

   Pui Kian menghindar. Dia dapat terlepas dari benda hitam itu tetapi tidak si Blo'on. Karena menghindar ke samping, benda hitam itu terus meluncur maju dan tepat mengenai bahu muka si Blo'on.

   "Aduh ..."

   Blo'on menjerit dan lebih kaget, pula ketika bahu dadanya tertabur sebuah benda yang amat kuat tenaganya.

   Blo'on dapat terhindar dari pukulan Biat-gong-ciang tetapi tak urung tubuhnya terdorong ke belakang dan, ah ....tubuh si Bloon terdorong ke belakang jatuh ke dalam lembah.

   Naga-besi Pui Kian kaget dan cepat berpaling ke belakang.

   Demi dilihat yang muncul itu seorang pengemis tua, iapun menggeram .

   "Ho, pengemis tua, mengapa engkau berani lancang menyerang tawananku ?"

   Yang muncul itu memang Hoa Sin, pengemis aneh yang memimpin perguruan Kay-pang.

   "Sama sekali tidak,"

   Sahut pengemis sakti itu.

   "aku hendak mencegah cianpwe karena kulihat tak pantas seorang cianpwe yang begitu dihormati, ternyata sampai hati juga untuk membunuh seorang anak yang tak mengerti apa-apa. Kutimpuk dengan kayu tetapi luput. Yang kena anak itu sendiri. Sampai anak itu terlempar jatuh ke dalam jurang ....

   "Ho, rupanya engkau habis makan hati macan,"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Seru Nagabesi Pui Kian.

   "sehingga engkau lancang tangan hendak mencegah tindakanku."

   "Jangan salah faham totiang,"

   Sahut Hoa Sin.

   "aku hanya hendak mencegah totiang membunuh seorang anak. Karena totiang dapat menghindari, timpukanku kayu mengenai bahu anak ini dan diapun terus meluncur kedalam jurang. Aku benar-benar heran melihat seorang tua bertempur dengan seorang anak. Aku tak tahu kalau yang bertempur itu totiang. Maksudku hanya mencegah dan tak menyangka kalau anak itu terkena kayu yang kutimpukkan dan terjebur kedalam jurang. Ah, dia tentu binasa ..."

   Tanpa menghiraukan Naga-besi Pui Kian yang masih marah, ketua Partai Pengemis itu terus menghampiri tepi jurang dan melongok ke bawah. Bergidikiah buluromanya ketika melihat betapa curam jurang itu sehingga tak kelihatan dasarnya ...

   "Hoa pangcu,"

   Tiba-tiba Naga-besi Pui Kian berseru bengis.

   "mustahil seorang tokoh berilmu tinggi seperti engkau tak dapat melihat bahwa yang bertempur itu aku, orangtua dari Hoa-san-pay yang bernama Pui Kian. Bukankah maksudmu hendak menolong anak itu ?"

   "Pui totiang,"

   Sahut Hoa Sin si Pengemis"

   Sakti-jari-enam.

   "hari begini malam dan aku masih berada jauh ketika melihat totiang lepaskan pukulan biat-gong-ciang kepada anak itu. Aku benar-benar tak tahu kalau totiang . , .

   "

   "Engkau bohong, Hoa paogcu,"

   Tukas Naga besi Pui Kian."bersikaplah sebagai seorang ketua perguruan yang berwibawa bahwa engkau memang benar-benar hendak melepaskan anak itu dari tanganku."

   "Totiang,"

   Jawab Pengemis-sakti Hoa-Sin.

   "sama sekali aku tak kenal siapa anak itu, bajai mana totiang mengatakan aku hendak menolongnya ? Eh apa sebab totiang hendak menangkap anak itu ?"

   "Hm, dia telah mengacau markas Hoa-san-pay dan membunuh salah seorang sute ku. Beruang sakti Han Tiong'!"

   "Hai"

   Hoa Sin melonjak kaget.

   "benarkah itu? Ah, masakan seorang anak begitu macam mampu membunuh seorang tiang-lo Hoa-san-pay yang sakti ?"

   "Aku tak membutuhkan kepercayaanmu tetapi tanggung jawabmu melepaskan anak itu dari tanganku !"

   Tukas Nagabesi Pui Kian. Pengemis-sakti Hoa Sin terbeliak.

   "Eh, bukan kah anak itu sudah binasa didalam jurang Mengapa totiang masih akan meminta pertanggungan jawabku lagi ?"

   Naga-besi Pui Kian mendengus.

   "Hm, memang anak itu sudah mati di dasar jurang tetapi kematiannya bukan disebabkan dari tanganku melainkan dari perbuatanmu. Dan perbuatanmu itupun sebenarnya bukan hendak membunuhnya melainkan hendak menolongnya. Dengan begitu jelas engkau hendak menghina kami orang Hoa-san-pay !"

   "Tidak, tidak,"

   Seru Hoa Sin.

   "sama sekali aku tak mengandung maksud begitu. Harap totiang jangan salah mengerti. Aku hendak mencegah karena ingin tahu persoalannya. Setelah tahu dia memang bersalah, tentu akan kupersilahkan totiang membunuhnya. Bahkan kalau perlu, totiang boleh menitahkann aku membunuh anak itu."

   Naga-besi Pui Kian tertawa mengerontang, serunya .

   "Memang pada masa akhir ini nama Hoa-san-pay tampak pudar di mata orang persilatan. Hoa-san-pay selalu menjadi buah ejekan dunia persilatan ..."

   "Ah, tidak, totiang,"

   Kata Hoa Sin.

   "Hoa-san-pay tetap kami indahkan sebagai salah sebuah dari Tujuh Partai Besar di dunia persilatan."

   Pui Kian tertawa dingin.

   "Itu hanya kata-kata kosong untuk menghibur hati. Buktinya, saat ini Hoa pangcu telah menghina Hoa-san-pay ..."

   "Pui totiang ... !"

   "Naga-besi Pui Kian yang sudah tua, akan mencuci bersih hinaan itu '."

   "Ah, totiang, mengapa engkau ..."

   "Hoa pangcu, jangan banyak bicara. Mari kita selesaikan urusan ini secara ksatrya !"

   "Totiang ..."

   "Hoa Sin. sambutlah seranganku ini!"

   Bentak Naga-besi Pui Kian seraya menghantam..... ---oo0dw0ooo---

   Jilid 6 Kate dan Bungkuk.

   Sebenarnya Pengemis-sakti Hoa Sin sedang dalam perjalanan mencari jejak putera Kim Thian cong yang hilang.

   Hari itu ia tiba di Kabupaten Hoa-im-koan wilayah Siamsay.

   Karena sudah tiba di daerah itu, pikirnya sekalian ia datang saja ke Hoa-san.

   Sekedar kunjungan persahabatan dan sekalian menanyakan tentang keadaan ketua Hoa-san-pay yang tak dapat datang pada upacara pemakaman jenazah Kim Thian-cong.

   Pada saat tiba di sebuah bukit, hari pun sudah malam.

   Dan ketika mendaki di lereng, ia melihat seorang kakek tua sedang menyerang seorang anak muda.

   Dan sebagai seorang tokoh persilatan yang tajam pandangan, cepat ia dapat melihat kalau anak muda itu terancam bahaya maut.

   Mau segera ia timpukkan sepotong kayu untuk mencegah tindakan si kakek.

   Tetapi kakek itu pun sakti.

   Cepat ia dapat mendengar kesiur angin yang melanda punggungnya.

   Dan segera ia pun menghindar ke samping.

   Akibatnya si Blo'on yang terdampar ke dalam jurang.

   Memang diantara ketujuh Partai Persilatan besar di dunia persilatan, dewasa itu Hoa-san-pay sedang mengalami masa kemunduran.

   Perguruan itu tak mempunyai murid yang menonjol kepandaiannya dan ketuanya, Kam Sian-hong, pun lesu semangat.

   Lebih banyak menyekap diri di dalam gua pertapaannya daripada turun ke dunia persilatan.

   Entah apa yang menjadikan sebabnya, orang luar tak dapat mengetahui.

   Apa yang orang dengar, entah apa sebabnya yang menjadi ketua Hoa-san-pay mengganti Tiang Bi lojin yang meninggal dunia, adalah Kam Sian-hong murid yang kedua, bukan Pang To-tik murid yang pertama.

   Dan sejak itu Pang To-tik pun tak mau menampakkan diri lagi di dunia persilatan.

   Demikian pula dengan sikap Kam Sian-hong yang tampaknya kurang gairah.

   Orang hanya dapat menduga-duga, tetapi tak dapat mengetahui persoalannya yang sesungguhnya.

   Dengan adanya peristiwa dalam tubuh perguruan itu maka Hoa-sanpay pun makin mundur.

   Banyak desas desus dan ejek cemoohan dilontarkan orang kepada alamat perguruan Hoasan- pay.

   Tetapi selama itu, fihak Hoa-san-pay tak mengadakan suatu reaksi apa-apa.

   Sebagai tetua dari Hoa-san-pay sudah tentu Naga-besi Pui Kian ikut prihatin akan keadaan perguruan itu.

   Dan karena dikuasai oleh rasa prihatin itu, kakek itu pun mudah sekali tersinggung perasaannya.

   Walau pun Hoa Sin sebagai ketua Partai Pengemis sudah minta maaf dan memberi penjelasan tetapi Naga-besi Pui Kian tetap merasa terhina.

   Ia merangkaikan tindakan Hoa Sin itu sebagai sikap menghina perguruan Hoa-san-pay.

   Naga-besi Pui Kian menyerang ketua Partai Pengemis dengan hebat.

   Tetapi Hoa Sin tak mau meladeni.

   Ia tetap berusaha untuk menghindar.

   "Pui totiang, harap berhenti dulu,"

   Katanya meminta kepada kakek yang marah itu. Namun Naga-besi sudah seperti kemasukan setan, la tak mau menghiraukan kata-kata ketua Partai Pengemis. Bahkan sambil melancarkan serangan yang makin dahsyat, ia menghambur ejekan.

   "Hm, kiranya hanya begitu sajakah kepandaian dari pangcu Kay-pang itu ? Main mundur macam kura-kura menyurutkan kepala, tak berani menghadapi lawan!"

   Setelah menyelinap dari pukulan kakek Hoa-san-pay, tibatiba Hoa Sin berdiri tegak dan berseru dengan nada bengis .

   "Pui Kian, dengarkan. Aku mengalah bukan karena aku takut kepadamu. Tetapi demi memandang persahabatan antara Hoa-san-pay dengan Kay-pang. Kita sama-sama partai sahabat dan sehaluan. Mengapa kita harus saling berhantam sendiri?"

   "Lebih baik tak bersahabat daripada bersahabat menderita hinaan !"

   Naga besi Pui Kian menutup kata-kata dengan lepaskan sebuah pukulan Thi-an-lui-oiang atau pukulan Geledek-menyambar, bum..

   Balu karang meledak pecah, tanah dan pasir berhamburan ke sekeliling penjuru hingga sekitar tempat itu sampai gelap.

   Ketika gulungan debu te bal itu hilang, tampaklah dua pemandangan yang mengejutkan.

   Pengemis-sakti Hoa Sin lenyap, Naga-besi Pui Kian duduk di tanah pejamkan mata .

   , Apakah yang terjadi ? Ternyata ketika Pui Kian bergerak memukul, Hoa Sin sudah menduga.

   Serentak la pun menghantam tanah sehingga debu berhamburan memenuhi sekeliling tempat itu.

   Ketika angin pukulan kakek Hoa-san-pay melanda, Hoa Sin pun sudah melambung ke udara.

   Sambil berjumpalitan melayang turun, ia menimpuk dengan biji tiok-ki atau catur ke arah lutut Pui Kian.

   Pui Kian terkejut ketika lututnya terasa terpukul benda kecil yang keras.

   Ia menyadari kalau dirinya diserang benda rahasia oleh ketua Partai Pengemis.

   Tak mau ia mengerang kesakitan karena lebih penting mengerahkan tenaga dalam untuk mempertahankan keseimbangan kakinya yang kena timpukan itu.

   Namun lututnya terasa lunglai sekali sehingga tak kuat menahan tegak tubuhnya.

   Akhirnya jatuhlah ia terduduk di tanah.

   "Hm, jalan darah lututku tentu tertutuk,"

   Diam-diam ia menduga seraya kerahkan tenaga dalam untuk berusaha membukanya kembali.

   Demikian keadaan tempat di tepi pegunungan bukit karang itu segera sunyi senyap lagi.

   Angin malam berhembus makin dingin.

   Tak berapa lama Naga-besi Pui Kian pun ber bangkit.

   Memandang ke sekeliling ia tak melihat ketua Partai Pengemis itu lagi.

   Ia pun segera ayunkan langkah hendak pulang ke markas Hoa-san-pay.

   Tiba-Tiba matanya tertumbuk pada gunduk batu yang terletak di tepi jalan.

   Pada batu itu terdapat gurat-gurat tulisan yang berbunyi .

   Pengemis Hoa Sin menghaturkan maaf kepada Pui totiang.

   Lain hari akan menghadap ke Hoa-san untuk menerima hukuman.

   Geram sekali kakek Hoa-san-pay itu.

   Tetapi diam-diam ia mengagumi kesaktian ketua Partai Pengemis.

   Tulisan pada batu itu dibuat dengan guratan jari tangan! Suatu pertanda betapa hebat ilmu tenaga dalam pengemis sakti itu.

   Naga-besi Pui Kian menghela napas, tundukkan kepala dan lanjutkan langkah .

   Bukit karang itu disebut Hek hou-san atau gunung Macan Hitam.

   Disebut bukit Macan Hitam karena memang di daerah pegunungan itu banyak dihuni kawanan macan hitam yang bersarang di dalam guha-guha karang yang banyak terdapat di pegunungan itu.

   Diantara yang paling terkenal menyeramkan ialah lembah Hek-hou-ko atau lembah Macan Hitam.

   Sebuah lembah yang menyerupai jurang.

   Mulut jurang tidak berapa luas.

   tetapi dalamnya sampai mencapai ratusan meter sehingga apabila orang berdiri ditepi jurang dan melongok ke bawah, hanya seperti sebuah kawah hitam yang tak kelihatan apa-apa.

   Memang jarang dan boleh dikata tak ada seorang penduduk yang berani turun kedalam jurang lembah Macan Hitam itu.

   Kecuali menjadi sarang harimau hitam, pun banyak juga terdapat bangsa ular beracun.

   Tetapi sebenarnya jurang Macan Hitam itu mempunyai seorang penghuni manusia.

   Seorang kakek yang amat tua renta, umurnya sudah lebih dari seratus tahun.

   Tubuhnya pendek sekali, tingginya hanya satu meter lebih sedikit.

   Yang aneh.

   kakek pendek itu rambut kepala, kumis dan jenggotnya masih hitam.

   Sejak lima hari yang lalu, kakek jenggot hitam itu menerima kedatangan seorang tetamu.

   Juga seorang kakek tua renta yang usianya sebaya dengan kakek pendek, Diantara kedua kakek itu terdapat hal yang menyolok sekali bedanya.

   Kalau tuan rumah seorang kakek yang bertubuh kate dan berambut hitam adalah tetamunya seorang kakek yang berpunggung bungkuk.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sebuah benjolan daging bundar besar hinggap di punggungnya.

   Rambut kepala dan kumis serta jenggotnya putih semua.

   Kakek bungkuk itu tinggal di gunung Hok-gu san atau gunung Kerbau Mendekam.

   Dan tempat itu memang sesuai dengan penghuninya.

   Sepintas pandang, kakek bungkuk itu memang menyerupai seekor kerbau yang tengah mendekam di tanah.

   Ah, biasanya orang yang datang berkunjung ke rumah orang, tentulah karena bersahabat.

   Kakek dari lembah Macan Hitam dan kakek dari lembah Kerbau Mendekam, memang sering kunjung mengunjungi.

   Tiap tahun mereka bergantian saling mengunjungi.

   Tahun yang lalu kakek Macan Hitam yang berkunjung ke lembah Kerbau Mendekam.

   Tahun ini kakek lembah Kerbau Mendekam yang datang ke lembah Macan Hitam.

   Ah, sungguh manis sekali hubungan kedua kakek itu.

   Mereka tentu sahabat yang kental dan rukun.

   Tetapi apabila anda menyangka demikian, itu salah.

   Kedua kakek yang tampaknya begitu rukun dan karib ternyata bukan bersahabat tetapi saling bermusuhan.

   Musuh bebuyutan.

   Ya, memang aneh tetapi nyata.

   Sudah berpuluh-puluh tahun mereka melangsungkan permusuhan bebuyutan itu.

   Tiap tahun mereka bergantian datang berkunjung untuk melangsungkan adu kepandaian.

   Adu kepandaian itu berlangsung sampai beberapa hari.

   Setelah sama mengakui bahwa kepandaian mereka berimbang, yang satu tak dapat mengalahkan yang lain, barulah mereka berjabat tangan.

   Duduk minum arak, makan enak.

   Setelah itu baru berpisah.

   Suatu perpisahan dari dua orang sahabat yang tampaknya mesra dan karib sekali.

   Dunia ini memang penuh dengan manusia-manusia aneh.

   Diantaranya ialah kedua kakek itu.

   Mereka sudah tua renta tetapi pikiran, ulah tingkah dan bicaranya masih seperti anak kecil.

   Mungkin karena usianya yang sudah kelewat tua, mereka berobah menjadi anak lagi.

   "Hai, sahabat Kerbau Putih."

   Seru kakek pendek, sudah empat hari kita adu kepandaian.

   Ternyata tangan kita sama kuatnya, kaki juga sama kuat, mulut sama kuat Sekarang hari kelima, hari terakhir Kita adu kepala.

   Kalau masih sama kuat, bubar.

   Aku menyediakan arak istimewa untukmu.

   Lain tahun kita adu kepandaian lagi.

   Setuju bukan ? "Ho, ho.

   Macan Hitam.

   Tahun ini aku sebagai tetamu.

   Sudah tentu aku menurut saja apa kehendakmu.

   Lain tahun kalau aku yang jadi tuan rumah, engkau harus menurut peraturanku."

   "Tentu, tentu"

   Sahut kakek Macan Hitam.

   "pokok yang penting, kita jangan mengingkari janji Mati yang telah kita buat dengan darah itu."

   "Jangan kuatir, Macan Hitam,"

   Seru kakek berambut putih.

   "takkan kulupa Perjanjian Mati itu."

   "Bagus engkau. Kerbau Putih,"

   Seru "

   Kakek Macan Hitam.

   "sekarang mari kita langsungkan pertandingan hari kelima atau hari terakhir ini. Kepalaku akan beradu kekuatan dengan daging bundar di punggungmu itu. Tahun yang lalu, kepalaku pusing sampai aku jatuh. Tetapi punggungmu juga kesakitan sehingga engkau pun rebah mencium tanah, bukan ?"

   "Ya, benar,"

   Sahut kakek Kerbau Putih.

   "tetapi dalam setahun ini, daging benjolan punggungku sudah kuperbaiki dan kuperkokoh dengan tenaga dalam yang lebih hebat. Apakah kepalamu juga sudah engkau tambah kuat ? Kalau tidak, tentu pecah. Dengan begitu berarti engkau menambah beban padaku !"

   "Jangan kuatir, Kerbau Putih,"

   Seru kakek Macan Hitam seraya menampar-nampar kepalanya "cukup keras. Pernah kucoba dengan batu karang, batu karang yang remuk."

   "Ah, sebenarnya aku tak mau berlatih tenaga dalam lagi, biar daging benjol yang mengeram di punggungku selama berpuluh-puluh tahun itu hancur saja. Ya, biar dihancurkan oleh kepala mu"

   "Manusia licik, engkau ini !"

   Teriak kakek Macan Hitam seraya deliki mata menuding kakek berambut putih.

   "engkau mau cari enak dan hendak mencelakai aku, ya ! Kalau engkau mati, tentu aku yang harus mengubur mayatmu. Itu saja masih tak apa. Tetapi kalau engkau mati, lalu siapakah tetamuku lagi ? Bukankah aku akan kesepian tak punya tetamu ? Lalu siapa kawanku bicara ? Siapa kawanku bertanding kepandaian ? Ho, kakek Kerbau Putih, jangan engkau cari enak sendiri, ya !"

   Memang kedua kakek aneh itu telah membuat perjanjian.

   Perjanjian itu disebut perjanjian Mati.

   Barangsiapa mati dalam pertandingan tiap tahun itu, yang hidup harus menguburnya.

   Perjanjian Mati itu diteguhkan dengan saling minum darah.

   Kakek Macan Hitam minum darah kakek Kerbau Putih, kakek Kerbau Putih juga minum darah kakek Macan Hitam.

   Tiba-Tiba kakek Kerbau Putih melonjak bangun dan balas memaki .

   "Ho, engkau kakek tak tahu kebaikan orang !"

   Kakek Macan Hitam melongo.

   "Kebaikan siapa Kebaikanku, sudah tentu!"

   Teriak kakek Kerbau Putih.

   "Kebaikanmu? Aneh, mengapa aku tak merasa, kakek Macan Hitam garuk-garuk kepala.

   "kapan engkau antar kebaikanmu itu kemari ?"

   Jika orang biasa, tentu sudah kaku perut atau paling tidak tentu sudah muntah karena mendengar omongan yang tak genah dari kakek itu.

   Tetapi karena keduanya itu memang kakek yang linglung, yang sinting, yang aneh, yang bego ....

   Mereka bicara menurut apa yang dipikirkan sendiri, menurut gerak lidahnya Tak peduli lain orang yang mendengarkan, apakah akan tersinggung hatinya, apakah akan merah mukanya, apakah akan panas telinganya apakah akan meringis, marah.

   "Edan,"

   Pekik kakek Kerbau Putih."

   Masakan engkau tak merasa ?"

   "Huh, kalau merasa, masakan aku bilang tidak !"

   "O, benar,"

   Kata kakek Kerbau Putih.

   "tetapi mengapa aku merasa sudah berbuat baik kepadamu "Bagaimana kebaikanmu itu ?"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "Pikir-Pikir, aku kasihan juga kepadamu. Kalau aku mati, engkau harus mengubur. Engkau tak punya kawan bicara lagi. Oleh karena itu aku pun lalu berlatih lagi, agar aku jangan sampai kalah dalam pertandingan tahun ini.

   "Ho, jangan sombong engkau, Kerbau Putih, teriak kakek Macan Hitam.

   "betapa pun engkau berlatih sampai setengah mati, tak mungkin engkau mampu mengalahkan kesaktian kepalaku ini."

   "Uh, sombong engkau. Macan Hitam,"

   Kata kakek berambut putih.

   "coba sajalah nanti berapa.

   "Setan engkau!"

   Bentak kakek Macan Hitam.

   "mengapa terhadap seorang sahabat, engkau tetap mau menyimpan rahasia ?"

   Kakek berambut putih mendelik. Ia merasa akan bertanding kepandaian dengan kakek Macan Hitam, tetapi ia pun merasa apa yang dikatakan kakek Macan Hitam itu benar. Kakek Macan Hitam itu memang seorang sahabat. Ah, ia bingung memikirkan.

   "'Eh, Macan Hitam, coba engkau bilang, kita ini musuh atau sahabat?"

   Akhirnya ia bertanya.

   "Musuh bersahabat, Sahabat bermusuhan,"

   Sahut kakek Macan Hitam.

   "Musuh bersahabat, sahabat bermusuhan ..."

   Kakek berambut putih mengulang lalu merenung.

   "o, benar, benar, tetapi eh, apakah maksudnya itu? Mengapa aku tak mengerti?"

   "Tak perlu mengerti, cukup asal engkau mendengar saja !"

   Kata kakek Macan Hitam.

   "Lho, orang mendengar tentu harus mengerti"

   Bantah kakek berambut putih.

   "Tolol !"

   Damprat kakek Macan Hitam.

   "coba kutanya kepadamu. Engkau pernah mendengar kerbau menguak ?"

   "Pernah "

   "Lalu apakah engkau harus mengerti apa arti dari suara kerbau itu ?"

   Kakek berambut putih merenung diam. Tiba-Tiba berseru.

   "Tidak bisa! Aku orang, mana bisa mengerti suara kerbau ?"

   "Itulah,"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "engkau cukup mendengar tak perlu mengerti. Nah, sekarang engkau dengarkan lagi. Baru-Baru ini aku mengeluarkan dua guci arak simpanan selama seratus tahun. Coba bilang arak itu enak atau tidak ?"

   "Arak makin disimpan lama, makin enak. Orang makin disimpan lama, makin tua. tidak enak"

   "Ho, ho, ho ...

   "

   Tiba-tiba kakek Macan Hitam tertawa gelak-gelak.

   "bagus, bagus. Sekarang engkau pandai bersajak juga. Penyair, ya ?"

   "Entah apa jadinya,"

   Sahut kakek berambut putih.

   "Eh, engkau belum belang. Engkau ingin minum arak simpanan seratus tahun itu atau tidak ?"

   "Semua !"

   Kakek Macan Hitam mendelik .

   "Ho, dasar kerbau, tentu rakus. Kalau engkau minum semua, lalu aku minum apa?"

   "Tak perlu minum, cukup asal membau baunya.

   "Ho, mana bisa ? Orang membau, harus minum dong !"

   Bantah kakek Macan Hitam.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Gila"

   Seru kakek berambut putih.

   "sekarang aku yang bertanya, engkau yang menjawab. Kalau aku kencing, engkau membau tidak ?"

   "Belum tentu "

   Kakek Macan Hitam masih ngotot membantah.

   "Kalau aku kentut disini, engkau membau atau tidak ?'"

   Kakek Macan Hitam berdiam sejenak lalu berseru .

   "Belum tentu. Harus lihat-lihat anginnya. Kalau aku duduk di sebelah timur dan angin meniup ke barat, aku tentu takkan membau kentutmu."- .""Hm, kalau aku berak disini, engkau tentu membau, bukan ?"

   "Kurang ajar ! Tentu saja bau !"

   Teriak kakek Macan Hitam.

   "Apakah kalau membau, engkau harus meminum kotoranku?"

   "Cabul!"

   Teriak kakek Macan Hitam seraya loncat mundur dan mendekap hidungnya kencang-kencang "hayo, enyah dari sini, kakek cabul !"

   Kakek Kerbau Putih melongo .

   "Aku tidak berak sungguh, hanya bertanya, kalau aku berak apakah engkau tak mencium baunya. Setan, mengapa engkau mendekap hidungmu? Apa engkau kira aku berbau busuk ?"

   Kakek Macan Hitam lepaskan hidungnya. Demikian pembicaraan apabila kedua kakek linglung itu saling bertemu. Setiap persoalan, tentu berlarut berkepanjangan sehingga apa yang ditanyakan, sering kabur dengan lain soal.

   "Eh, Kerbau Putih, karena engkau mengoceh panjang lebar, aku sampai lupa apa yang hendak kutanyakan kepadamu itu. Hayo, sekarang engkau harus bertanggung jawab, memberitahu kepadaku apa yang hendak kukatakan kepadamu tadi !"

   Kakek rambut putih terkesiap, kerutkan jidat, merenung. Tetapi dia lupa.

   "Ho, goblok benar engkau Kerbau Putih,"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "masakan soal begitu mudah saja engkau lupa ?"

   "Ya, memang aku lupa. Cobalah engkau beri tahu kepadaku, agar aku dapat, mengingatkan hal itu kepadamu."

   "Aku tadi bertanya soal arak ..."

   "O, benar. Sekarang aku pun akan memberi-tahu apa yang engkau bilang kepadaku tadi. Ya, engkau bertanya kepadaku soal arak."

   "Benar, ah, mengapa aku lupa,"

   Seru kakek Macan Hitam. Pada hal dialah yang ingat soal itu lalu memberitahu kepada kakek Kerbau Putih. Kakek itu segera memberitahu kepada kakek Macan Hitam.

   "Belum cukup !"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "Kalau begitu, engkau harus memberitahu lagi kepadaku agar akan dapat menyampaikan kepadamu."

   "Huh. aku juga lupa!"

   Seru kakek Macan Hitam "Celaka ! Kalau engkau sendiri lupa, bagaimana aku bisa ingat ?"

   Kakek Kerbau Putih menggerutu .

   "Ah, siapa bilang aku lupa ?"

   Kakek Macan Hitam menyeringai.

   "bukankah engkau bilang kalau berhasil mempelajari ilmu tenaga dalam gaya baru ? "Benar!"

   Seru kakek Kerbau Putih, memang ilmu tenaga dalam yang kuyakinkan itu luar biasa".

   "Engkau harus memberitahu kepadaku apa yang disebut ilmu tenaga dalam gaya baru itu. Atau arak itu takkan kusuguhkan kepadamu, akan kuminum sendiri ..."

   "Engkau licik, Macan Hitam ! Masakan musuh minta keterangan tentang kekuatan lawannya. Tetapi, benarkah arak itu arak simpanan seratus tahun yang lalu, engkau tidak bohong ?"

   "Ha, ha,"

   Kakek Macan Hitam tertawa bangga.

   "diseluruh jagad ini tak ada arak yang lebih hebat dari arak buatanku. Coba engkau dengarkan, arak-arak yang kubuat itu. Engkau tentu akan mendelik keheranan. Arak itu ....

   "

   "Bohong ! Bohong !"

   Teriak kakek Kerbau Putih seraya mendekap telinganya.

   "tak usah banyak omong, lekas sebutkan macam arak yang engkau buat itu"

   "Hou-thau-ciu, arak Kepala-macan."

   "Heh, apa itu ?"

   "Kepala harimau direndam arak sampai puluhan tahun. Khasiatnya minum arak itu, Ukiran terang, ingatan jernih. Nih, lihatlah aku. Walau pun sudah tua sekali tetapi aku tidak simpai linglung ..."

   "Lalu ?"

   "Hou gan-ciu atau arak Mata-macan. Minum arak itu, mata menjadi tajam dan terang sekali"

   "Ha.."

   "Hou-si-ciu atau arak Kumis-macan. Dapat menyuburkan tumbuhnya rambut Lihat, walau pun umurku sudah se ... eh, tua sekali, tetapi rambutku tetap tumbuh subur dan hitam."

   Sebenarnya kakek itu hendak mengatakan kalau umurnya sudah seratus tahun lebih. Tetapi tiba-tiba saja ia teringat bahwa karena rebutan umur, rebutan lebih tua, dengan kakek Kerbau Putih, mereka sampai menjadi musuh bebuyutan.

   "Ho ..."

   "Hou-kut-ciu arak Tulang macan, menguatkan tulangtulang, gigi dan kuku."

   "Hi..."

   "Hou-sin-ciu atau arak Ginjal-macan. Minum arak itu, orang tentu menjadi muda kembali, ingin kawin dengan gadis-gadis cantik. Kakek tua semacam engkau, dilarang minum arak itu !"

   "Heh ... apa engkau sering minum sendiri ?"

   "Berbahaya! Lalu Hou-si m-ciu, arak Hati macan. Minum arak itu, nyali akan bertambah besar, segala apa tidak takut."

   "Hih.."

   "Dan terakhir, yang paling hebat sendiri, Hou hiat-ciu. arak Darah-macan. Minum arak itu, darah akan mendidih, tenaga bertambah kuat berlipat ganda."

   "Amboi ... !"

   "Sekarang engkau boleh pilih mau minum arak yang mana, bung?"

   Kerbau Putih tak lekas menyahut melainkan merenung diam. Beberapa jenak kemudian baru berkata .

   "Aku ingin arak Hou-sin-ciu saja."

   "Hai, goblok benar engkau!"

   Teriak kakek Ma can Hitam.

   "arak itu arak Kumis-macan, khasiatnya hanya menumbuhkan dan menghitamkan rambut"

   "Memang aku ingin rambutku yang putih ini jadi hitam kembali."

   "Mengapa engkau tak minta arak Hati-macan atau Darahmacan yang dapat menambah tenaga kekuatanmu ?"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "Tidak perlu,"

   Sahut kakek Kerbau Putih.

   "aku sudah mendapat ilmu tenaga dalam gaya baru. Tak perlu mencari tambahan tenaga lagi."

   "Kurang ajar, hayo, lekas engkau beritahukan rahasia ilmu tenaga dalam gaya baru itu. Kalau tak mau, pergilah engkau dari sini, jangan minta arak kepadaku !"

   Kerbau Putih melongo. Untung dia itu juga seorang kakek linglung hingga tak menyadari kata-kata kakek Macan Hitam yang gila. Ia malah marah juga .

   "Setan tua, engkau hendak mengusir aku ? Jangan main-main engkau! Kalau engkau tak mau memberikan arak itu, sarangmu ini tentu kubakar !"

   "Ya, ya, akan kuberi arak itu tetapi sahabatku yang baik, engkau pun harus memberitahu tentang ilmumu tenaga dalam gaya baru itu,"

   Tiba-tiba kakek Macan Hitam berganti nada ramah. Mendengar itu kakek Kerbau Putih pun tenang juga .

   "O, baiklah, sahabat yang manis. Dengarkanlah Sebenarnya secara tak sengaja aku telah menemukan cara menimbulkan tenaga dalam gaya baru itu ...

   "

   Kakek Macan Hitam makin gelisah tak sabar. Ia berdiri lalu duduk, berdiri lagi dan duduk pula.

   ""Ketika itu aku sakit hampir mati. Dan kukira memang tentu mati. Aku sampai tak dapat bangun ..."

   "Hai, mengapa engkau tak memberitahu kepadaku ? Tentu aku akan datang menolongmu !"

   Kakek Macan Hitam memutus omongan orang.

   "Engkau edan !"

   Damprat kakek Kerbau Putih.

   "sedang bergerak bangun saja tidak bisa, mana aku dapat memberitahu kepadamu !"

   "O, benar, benar,"

   Kata kakek Macan Hitam sambil menampar-nampar kepala.

   "Perutku sakit sekali, terpaksa aku paksakan diri merangkak keluar guha untuk buang air. Tiba di muka guha aku sudah tak tahan dan berak terus menerus sampai kotoran habis hanya tinggal berak air. Tetapi tetap tak berhentinya. Sehari terus berak-berak saja, aku sampai lemas sekali dan rubuh pingsan di muka guha ..."

   "O. kasihan benar,"

   Kembali kakek Macan Hitam menyelutuk.

   "Entah berapa lama aku terhampar pingsan, ketika membuka mata mukaku basah kuyup dan perutku melembung. Ah, ternyata karena rebah dengan kepala menghadap ke atas dan mulut menganga, hujan yang turun malam itu telah masuk ke dalam perutku. Buru-Buru aku masuk ke dalam guha lalu duduk menjalankan pernapasan. Peredaran darah kuhentikan, kusalurkan saja air itu ke seluruh tubuh, untuk mencuci bersih kotoran-kotoran dalam tubuh Isi daging benjolan pada punggungku pun kucuci. Eh, di dalam menjalankan peredaran air itu, aku menemukan sesuatu yang belum pernah kualami. Kekuatanku bertambah, semangatku penuh. Kucoba untuk menghantam karang. Eh, mudah juga, tak kalah dengan pengerahan tenaga-dalam. Lama kelamaan baru kusadari bahwa selain tenaga dalam yang berasal dari pengerahan hawa dan darah dalam tubuh, ternyata air dalam tubuh manusia itu pun dapat dikerahkan dan dibentuk menjadi suatu kekuatan yang tak kalah hebatnya. Maka kusebutnya sebagai tenaga dalam gaya baru. Tidak menggunakan hawa dan darah tetapi dari air dalam badan manusia ini."

   "O, hebat,"

   Seru kakek Macan Hitam.

   "tetapi masakan dapat menyamai kehebatan ilmu tenaga dalam yang biasa ?"

   "Nanti engkau dapat merasakan sendiri "

   Kata kakek Kerbau putih.

   "Cui-sin-kang atau Tenaga-air-sakti, demikian kunamakan ilmu itu."

   "Huh, jangan berlagak sok, engkau !"

   Tiba-tiba kakek Macan Hitam marah.

   "aku pun hendak melatih ilmu itu, tentu dapat menyamai kepandaianmu."

   "Bangsat, engkau hendak mencuri ilmuku ? Aku yang jerih payah dan menderita kesakitan baru dapat menemukan ilmu itu, sekarang enak-enak saja engkau terus hendak menjiplaknya !" ''Siapa menjiplaknya ? Aku toh belajar sendiri ? Aku toh tidak mencuri ilmumu ?"

   Tiba-Tiba kakek Macan Hitam berseru kaget .

   "Hai, Macan Hitam, jangan, janganlah engkau belajar ilmu itu. Percuma dan sia-sia sajalah !"

   Kakek Macan Hitam melongo kemudian deliki mata .

   "Huh, apa engkau kira aku tak dapat meyakinkan ilmu itu? Lihat saja besok lain tahun !"

   "Ha, ha, ha ... !"

   Tiba-tiba pula kakek Kerbau Putih tertawa gelak-gelak dan panjang.

   "Setan, mengapa engkau tertawa ?"

   Seru kakek Macan Hitam terlongong.

   "Karena tak mungkin engkau dapat melatih ilmu itu !"

   "Mengapa?"

   Seru kakek Macan Hitam makin heran.

   "Karena hanya orang yang punggungnya tumbuh benjolan daging seperti aku ini, baru dapat melatih ilmu tenaga Cui-sinkang !"

   "Bohong!"

   "Aku bicara dengan sungguh, terserah engkau mau percaya atau tidak !"

   "Sekarang keluarkan dulu arakmu itu !"

   Seru kakek Kerbau Putih.

   "Hai !"

   Tiba-tiba kakek Macan Hitam menjerit dan melonjak.

   "celaka, celaka engkau Kerbau Putih!"

   Sudah tentu kakek Kerbau Putih melongo. Tanpa sebab apa-apa, mengapa mendadak sontak Macan Hitam menjerit dan mengerang seperti orang kebakaran jenggot.

   "Engkau gila barangkali. Mengapa engkau menjerit-jerit seperti orang edan ?"

   Seru Kerbau Putih.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Lihatlah keluar itu,"

   Seru kakek Macan Hitam seraya menunjuk ke dasar lembah yang merupakan sebuah tanah datar.

   "bukankah disana tampak terang benderang ? Itulah, matahari sudah berada di tengah langit, hari sudah tengah hari !"

   Kakek Kerbau Putih menurut arah yang ditunjuk kakek rambut hitam, serunya .

   "O, lalu maksudmu ?"

   "Mengapa engkau masih mengajak aku bicara begitu bertele-tele saja ? Bukankah kita harus menyelesaikan pertempuran yang terakhir ? Atau apakah memang engkau sudah mengaku kalah ?"' "Setan tua, siapa bilang aku kalah dengan engkau ? Bukankah engkau sendiri yang terus menerus mengoceh tak keruan? Hayo, kita mulai saja pertempuran itu !"

   Sahut kakek Kerbau Putih yang sudah lupa untuk menagih arak kepada tuan rumah. Memang hampir setengah hari mereka bertele-tele berdebat dan ngotot tak keruan. Setelah matahari naik di tengah, barulah kakek Macan Hitam itu kelabakan.

   "Hayo,"

   Katanya seraya melangkah keluar menuju ke tanah datar yang letaknya tepat di dasar jurang yang menjurus ke atas sehingga sinar matahari langsung menimpa kesitu.

   Setelah saling mengambil kedudukan mereka lalu saling merapat.

   Macan Hitam menundukkan kepalanya.

   Kerbau Putih berputar tubuh membelakangi dan songsongkan daging bundar di punggungnya ke kepala lawan.

   Sesaat terjadilah pemandangan yang lucu.

   Kakek Macan Hitam menunduk, sorongkan kepalanya ke daging benjol di punggung kakek Kerbau Putih.

   Sepintas pandang kepala kakek Macan Hitam itu seperti menyorong sebuah bantal daging.

   Demikian adu kepandaian yang aneh dari dua orang kakek yang aneh.

   Pertandingan itu mereka sebut adu tenaga kepala.

   Dan sesungguhnya, walau pun orang linglung tetapi kedua kakek itu memiliki kepandaian yang sakti sekali.

   Mereka termasuk tokoh-tokoh luar biasa.

   Adu tenaga kepala itu diiambari dengan tenaga dalam yang hebat.

   Dengan kepalanya itu, kakek Macan hitam dapat menyorong hancur batu karang.

   Demikian pun dengan kakek Kerbau Pulih.

   Daging benjol pada punggungnya itu mampu mendorong rubuh pohon besar.

   Ternyata kesaktian kedua kakek itu berimbang.

   Sudah empat hari lamanya mereka adu kepandaian.

   Hari pertama mereka adu tangan.

   Hantam menghantam, pukul memukul, cengkam mencengkam dan dorong mendorong dengan tenaga-dalam.

   Tetapi sampai malam rembulan tepat berada di atas mulut jurang, barulah pertandingan itu berhenti tanpa ada kesudahannya.

   Demikian pun dengan hari kedua, ketiga dan keempat.

   Hari itu adalah hari kelima, yaitu hari yang terakhir.

   Menurut perjanjian yang telah disepakati berpuluh-puluh tahun, pertandingan itu hanya dilangsungkan selama lima hari.

   Setelah itu dibubarkan.

   "Aduh, kurang ajar engkau Kerbau Putih,"

   Tiba-tiba kakek Macan Hitam berseru.

   "mengapa daging punggungmu berobah sedingin gumpalan es ?"

   "Ha. ha, itulah yang namanya Cui-sin-kang, sahut kakek Kerbau Pulih.

   "dalam waktu beberapa jam saja kepalamu tentu beku dan keras seperti es !"

   "Gila,"

   Teriak Macan Hitam.

   "kalau engkau tetap menggunakan Cui-sin-kang, aku bisa mati !"

   "Ha, ha, ha,"

   Seru kakek Kerbau Putih.

   "ka lau memang tak tahan, bilang saja kalah. Nanti tentu segera kuhentikan Cuisin- kang ..."

   "Kalah ? Ho, bukankah kalau kalah aku harus mencium kakiku dan menyebutmu 'ayah'? Tidak tidak, aku tak sudi. Masakan aku yang lebih tua harus menyebut ayah kepadamu!"

   "Siapa bilang engkau lebih tua ! Pantasnya engkau ini cucuku. Karena sejak aku lahir, aku tak pernah melihat engkau hidup. Baru setelah aku menjadi kakek setua ini, engkau muncul di dunia !"

   Bantah kakek Kerbau Putih.

   Demikian kedua kakek yang linglung itu mengadu kepandaian tenaga dalam sambil berbantah.

   Sekali pun begitu, tenaga dalam yang dipancarkan dari kepala dan daging benjol di punggung kakek Kerbau Putih, bukan kepalang dahsyatnya.

   Tampak kakek Macan Hitam itu makin gemetar tubuhnya Rupanya ia mulai kedinginan menerima serangan Cui-sin-kang atau Tenaga-dalam-air-sakti yang memancarkan hawa sedingin es.

   Berjam-jam lamanya kakek Macan-Hitam itu menggigil kedinginan.

   Dan matahari pun sudah silam ke balik gunung, hari mulai gelap.

   Tiba-Tiba kakek Macan Hitam menggembor keras lalu menarik-narik rambutnya, kumis dan jenggotnya.

   Berulang kali ia melakukan hal itu.

   "Hai, hangat, hangat!"

   Teriak kakek Kerbau Putih.

   "mengapa kepalamu mulai hangat?"

   Kakek Macan Hitam tak menghiraukan. Ia terus menarik rambutnya kencang-kencang dan menggerung seperti macan. Tubuhnya yang menggigil itu pun mulai tenang kembali.

   "Kurang ajar, mengapa kepalamu makin panas?"

   Beberapa saat kemudian kakek Kerbau Putih berteriak kaget.

   "Ho, ho, ho,"

   Kakek Macan Hitam tertawa meloroh.

   "sekarang rasakanlah pembalasanku. Memang Hou-hwat-sinkang itu baru mau memancar apabila matahari sudah silam."

   "Hou-hwat-sin-kang ? Apakah itu ?"

   Tanya Kerbau Putih.

   "Hou-hwat-sin-kang ialah tenaga dalam sakti dari Rambutharimau. Jangan kira rambutku yang hitam ini tidak ada gunanya. Ada, ada gunanya, bung ! Apabila matahari sudah silam, rambutku itu dapat kutarik khasiatnya yalah memancarkan tenaga dalam yang kekuatannya seperti tenaga harimau."

   "O,"

   Desus kakek Kerbau Putih.

   "mengapa saat matahari silam baru dapat memancarkan tenaga-dalam."

   "Karena sesuai dengan namanya Hou-hwat a-atau rambut macan, haruslah malam hari dapat digunakan. Bukankah macan hitam itu baru berkeliaran dan unjuk kekuatan pada waktu malam hari?"

   "Kurang ajar, engkau Macan Hitam,"

   Teriak kakek Kerbau Putih.

   "mengapa engkau diam saja? Bukankah engkau hendak mengelabui aku? Kapan engkau mendapatkan ilmu semacam itu ?"' "Baru dalam tahun ini,"

   Sahut kakek Macan Hitam.

   "tetapi aku lupa bilang. Sekali-kali aku tak bermaksud mengelabuhi engkau."

   "Hm, setan tua engkau !"

   Damprat kakek Kerbau Putih lalu berdiam diri.

   Jika tadi setengah hari, dari tengah hari sampai petang, kakek Macan Hitam yang menggigil kedinginan.

   Sekarang dari saat matahari terbenam sampai tengah- malam, kakek Kerbau Putih yang mengerenyut muka karena kepanasan.

   Kiranya tenaga dalam yang memancar dari Hou-hwat-sin-kang si kakek Macan Hitam itu mengandung hawa panas.

   Berjam-jam lamanya kakek Kerbau Putih harus menahan panas sehingga tubuhnya mandi keringat.

   Memang pada hakekatnya, tenaga-sakti dari ilmu Hou-hwat-sin-kang itu lebih unggul sedikit dari Cui-sin-kang.

   Tiba-Tiba rembulan tampak menjulang di tengah angkasa, wajahnya pun tepat terlihat di bawah dasar lembah sehingga sinarnya dapat mencapai tempat kedua kakek itu bertempur.

   Sekonyong-konyong kakek Kerbau Putih menguak-nguak tak henti-hentinya.

   Dan beberapa saat kemudian, kakek Macan Hitam menjerit.

   "Hai, mengapa tenaga-dalamku menyurut balik ?"

   Namun kakek Kerbau Putih tak mau menyahut. Dia tetap diam saja.

   "Kerbau Putih, ilmu apa yang engkau keluarkan sekarang ini?"

   Teriak kakek Macan Hitam pula. Tubuhnya mulai gemetar, kepalanya agak pusing.

   "Jawab dulu,"

   Sahut kakek Kerbau Putih.

   "bagaimana rasanya kepalamu ?"

   "Pusing, huh, kalau terus begini, kepalaku bisa berputarputar mengelilingi dunia ..."

   "Ha, ha, ha ..,"

   Kakek Kerbau Putih tertawa girang.

   "rasakanlah sekarang pembalasanku. Rembulan sudah berada di tengah, kerbau yang sesat di jalan tak dapat pulang kandang, tentu akan marah, bukan ?"

   "Ya"

   "Nah, itulah yang dinamakan ilmu Hong-gu-sin-kang atau tenaga dalam Kerbau-gila. Kepalamu dalam beberapa kejab lagi tentu akan berputar-putar dan setelah itu engkau tentu akan jatuh mencium kakiku !"

   "Keparat !"

   Kakek Macan Hitam mendamprat lalu ulurkan kedua tangannya kemuka dan berulang-ulang mencakar. Bukan mencakar punggung lawan tetapi mencakar tempat kosong.

   "Uh, uh,"

   Sesaat kemudian kakek Kerbau Putih mendesuhdesuh.

   "setan tua, hebat sekali tenaga-dalammu yang menghalau tenaga dalamku."

   "Hou-jiau-sin-kang !"

   "Apa ? Hou-jiau-sin-kang ?"

   "Ya, engkau boleh rasakan betapa kekuatan dari ilmu tenaga dalam Macan-mencakar itu."

   Demikian silih berganti kedua kakek itu mengeluarkan ilmu tenaga dalam yang aneh-aneh.

   Ilmu tenaga dalam yang hanya dimiliki oleh mereka berdua.

   Dalam dunia persilatan memang tak terdapat ilmu tenaga dalam yang seaneh itu.

   Karena ilmuilmu itu adalah hasil ciptaan mereka sendiri.

   Rembulan makin merebah ke barat dan malam pun makin larut.

   Tengah kedua kakek itu bertempur mati-matian, sekonyong-konyong mereka di kejutkan oleh sesosok tubuh yang menimpa tepat di atas kepala yang melekat rapat dengan daging panggung.

   Bluk ....

   Yang jatuh itu bukan lain adalah si Blo'on.

   Karena tertimpuk banggol kayu oleh Pengemis-sak-ti Hoa Sin, anak itu terlempar jatuh ke dalam jurang.

   Dasar belum takdirnya mati.

   Saat itu di dasar lembah sedang berlangsung pertempuran antara kakek Macan Hitam dengan kakek Kerbau Putih.

   Dan jatuhnya Blo'on tepat duduk di atas kepala kakek Macan Hitam dan daging benjul kakek Kerbau putih.

   "Aduh . ."

   Blo'on menjerit karena paha kanan menduduki kepala kakak Macan Hitam yang keras.

   Tetapi paha yang kiri menduduki daging benjul kakek Kerbau Putih tak terasa sakit.

   Kedua kakek linglung itu tidak merasa bahwa ada tubuh orang yang menduduki kepala dan daging punggung mereka.

   Dan mereka pun tak menyangka kalau ada manusia yang datang kesitu.

   "Kerbau Putih, ho, engkau hendak menekan kepalaku supaya pecah, bukan? Jangan ngimpi, rasakan seranganku,"

   Kakek Macan Hitam menjerit dan memaki-maki. Lalu kerahkan tenaga dalam untuk menyerang.

   "Aduhhh ... panas sekali !"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Teriak Blo'on ketika rasakan paha kanannya dialiri hawa yang amat panas.

   Ia hendak mengangkat pahanya tetapi tak dapat.

   Paha itu seolah-oleh melekat pada kepala kakek Macan Hitam.

   Dari paha kanan, aliran hawa panas itu menyalur ke paha kiri.

   Deras seperti arus sungai.

   "Aduhhh ... dingin sekali !'"

   Sesaat kemudian Blo'on menjerit lagi ketika paha kirinya dialiri hawa yang amat dingin, sedingin es.

   Ternyata aliran hawa dingin itu berasal dari pancaran tenaga dalam kakek Kerbau Putih untuk menolak serangan hawa panas dari kakek Macan Hitam.

   Dua buah tenaga dalam yang berlawanan jenis, panas dan dingin, segera berhamburan mengalir ke paha Blo'on.

   Paha yang kanan dilanda arus panas, paha kiri dibanjiri arus dingin.

   Kedua jenis tenaga dalam aneh itu berbenturan di tengah lalu meluap ke perut Blo'on.

   "Aduh perutku panas ..."

   Blo'on mendekap perut sebelah kanan.

   "aduh yang kiri .."

   Ia mendekap perutnya bagian kiri. Blo'on peringisan. Perutnya seperti digodok dan dibenam es.

   "Aduh, mati aku ..tiba-tiba Blo'on beralih "Hola ..."

   Blo'on menjerit kaget ketika ia jatuh terduduk di atas kepala kakek Macan Hitam dan hahu kakek Kerbau Putih yang sedang bertempur mati-matian itu ....mendekap tangan kiri ke dada kirinya.

   "dadaku beku ... !"

   "Mampus engkau, setan tua!"

   Tiba-tiba terdengar kakek rambut putih berteriak girang. Rupanya kakek itu menyangka kalau yang menjerit kesakitan tadi, lawannya kakek Macan Hitam.

   "Aduh, mati lagi aku ..!"

   Sesaat kemudian Blo'on menjerit dan mendekapkan tangan kanannya ke dada kanan,"

   Dadaku terbakar ..."

   "Ho, rasakan pembalasanku, Kerbau Putih,"

   Teriak kakek Macan Hitam yang mengira kalau jeritan Blo'on itu berasal dari kakek Kerbau Putih.

   Memang kedua kakek itu linglung dan sinting.

   Mereka tak merasa kalau kepalanya dan daging punggungnya diduduki orang.

   pun mereka tak mau memperhatikan kalau yang menjerit kesakitan itu bukan lawannya melainkan lain orang.

   "Aduh, minta ampun ..kepalaku panas ..mau pecah ..,"

   Tiba-tiba Blo'on menjerit kesakitan dan mendekap kepalanya yang sisih kanan.

   "Biar pecah ..eh, engkau sudah minta ampun? Mau mengaku kalah ?"

   Tiba-tiba pula kakek Macan Hitam berteriak. Dia mengira kakek Kerbau Putih yang menjerit dan minta am pun.

   "Aduh, mak, ampun..kepalaku beku . ."

   Blo'on berteriak lagi dan mendekap kepalanya sebelah kiri.

   "Setan tua, siapa yang minta ampun? Uh, kurang ajar, aku orang lelaki mengapa engkau menyebut emak kepadaku ? Kurang ajar, siapa yang kalah! Kalau tak tahan, jangan malu. Bilang saja, tentu kuampuni ... ,"

   Teriak kakek Kerbau Putih yang mengadakan serangan tenaga dalam makin hebat.

   Kasihan si Blo'on.

   Dia telah menjadi bulan-bulan sasaran kedua kakek linglung yang sakti itu.

   Tubuhnya telah dialiri dua macam tenaga-dalam, panas dan dingin.

   Separoh tubuhnya yang kanan, panas seperti dibakar api.

   Separoh tubuh yang kiri dingin seperti direndam es.

   Untunglah secara tak disadari, dia telah makan rumput mustika Li-ong-si-jau rumput Kumisnaga Rumput itu hanya mengeluarkan bunga tiap seribu tahun.

   Dengan memakan bunga rumput Liong-si-jau, secara tak disadari Blo'on telah memiliki tenaga dalam yang hebat, setingkat dengan tokoh persilatan kelas satu Tenaga dalam Blo'on mengalami gemblengan yang hebat.

   Yang berada di dalam separoh tubuhnya sebelah kanan, digodok dengan tenaga dalam si kakek Macan Hitam yang panas.

   Sedang tenaga dalam Blo'on yang berada ditubuhnya sebelah kiri, seperti direndam es dari kutub utara.

   "Aduh, dadaku beku ..aduh dadaku terbakar .."

   Blo'on menjerit dan berteriak ketika kedua jenis tenaga dalam panas dan dingin itu turun membanjiri dadanya.

   "Mati sungguh aku sekarang .."

   Bloon mengerang jerit terakhir, kemudian ia terkulai rubuh tengkurap di atas kepala dan daging punggung kedua kakek aneh itu.

   Kedua kakek itu tetap tak menyadari bahwa kepala dan punggungnya dimuati seorang manusia Mereka tetap menyalurkan tenaga dalam sekuat-kuatnya.

   Tetapi mereka pun merasakan sesuatu yang aneh.

   Tenaga dalam yang dipancarkan kakek Macan Hitam mau pun kakek Kerbau Putih, tak pernah kembali.

   Begitu memancar keluar, terus hilang.

   Dengan demikian, perlahan tetapi tentu, tenaga dalam mereka pun mulai berkurang, makin habis.

   Menjelang terang tanah, tenaga dalam kedua kakek itu benar-benar habis.

   Bluk.

   bluk, bluk ...

   terdengar tiga buah suara dan tubuh manusia yang jatuh ketanah.

   Kedua kakek itu karena tenaga-dalamnya habis, terjerembab jatuh terduduk ditanah.

   Sedang karena kedua kakek itu lepaskan kepala dan punggungnya maka Bloon pun jatuh rebah di atas tanah.

   Kedua kakek duduk pejamkan mata, menyalurkan pernapasan dan mengembalikan tenaganya.

   Bloon menggeletak tak ingat diri.

   Beberapa waktu lamanya, kedua kakek itu serempak membuka mata.

   Demi melihat sesosok tubuh manusia rebah di hadapan mereka, kakek Macan Hitam melonjak bangun .

   "Hai, harimau ..!"

   La terus mencengkeram Blo'on.

   "Kerbauku ..."

   Teriak kakek Kerbau Putih terus menubruk kaki Bloon.

   "Setan tua. lepaskan. Ini harimauku,"

   Teriak kakek Macan Hitam seraya menarik kepala Blo'on.

   "Bukan, ini kerbauku!"

   Kakek Kerbau Putih pun menarik kaki anak itu.

   Blo'on dijadikan barang tarikan.

   Kepalanya ditarik kakek Macan Hitam, kakinya ditarik kakek Kerbau Putih.

   Karena ditarik sana dibetot sini, Blo'on tersadar.

   Ia terkejut dan kesakitan karena dirinya ditarik sana ditarik sini.

   Saat itu tangannya masih bebas.

   Karena tak tahan rasa sakitnya.

   Blo'on ayunkan tangan kanan menghantam kebelakang dan tamparkan tangan kiri kearah kaki kearah kakinya Duk ..duk ..bluk ..terdengar suara tubuh jatuh ke tanah disusul dengan jerit kesakitan.

   Karena pukulan Blo'on, kakek Macan Hitam mencelat ke belakang, membentur karang dan rubuh terduduk ditanah.

   pun kakek Kerbau Putih juga terlempar beberapa langkah, membentur karang dan jatuh terduduk.

   Tetapi karena dilepas oleh kedua kakek itu, tubuh Bloon pun jatuh terbanting ditanah.

   Kembali kedua kakek itu pejamkan mata, menyalurkan peredaran darahnya yang bergolak-golak.

   Pukulan Blo'on bukan main hebatnya.

   Baik kakek Macan Hitam mau pun Kerbau Putih rasakan dadanya seperti dihantam pukul besi.

   Blo'on bergeliat bangun.

   Ia heran mendapatkan dirinya berada dalam sebuah tempat yang sempit.

   Sekelilingnya penuh dengan dinding karang yang menjulang tinggi.

   "Hai, setan ... !"

   Ia melonjak kaget ketika matanya tertumbuk pada seorang kakek berambut hitam yang tengah duduk meramkan mata. Ia ber paling ke kiri dan .."Hai, setan lagi ..!"

   Ia menjerit kaget seperti disengat tawon.

   Dilihatnya seorang kakek berambut putih tengah duduk pejamkan mata.

   Beberapa saat kemudian, ia mulai tenang.

   Ke dua kakek yang dianggapnya setan itu masih duduk meram.

   Timbullah nyali Blo'on.

   Ia berindap-indap menghampiri kakek berambut hitam.

   Memandangnya dengan teliti.

   '"Aneh ..."

   Gumamnya.

   "kalau setan mengapa mukanya manusia. Kalau manusia mengapa begitu pendek sekali tubuhnya. Menurut kerut wajahnya, dia seorang kakek tua tetapi mengapa rambutnya masih hitam ..."

   Ia maju lebih rapat lagi. Dijulurkannya tangannya untuk meraba muka kakek berambut hitam itu.

   "Uh, daging manusia,"

   Gumamnya.

   "kalau begitu dia seorang manusia, bukan bangsa setan. Tetapi mengapa diam saja .."

   Tangan Blo'on merayap disepanjang muka kakek itu singgah ke lubang hidung orang. Maksudnya hendak memeriksa pernapasan si kakek. Tetapi karena gelap, jari Blo'on keliru menyasar masuk ke dalam lubang hidung orang.

   "Haaaajingng ...

   ", karena lubang hidung digelitik jari, kakek Macan Hitam berbangkis sekuat-sekuatnya. Karena kaget dan karena kuatnya semburan mulut kakek Macan Hitam. Blo'on sampai terlempar dan berguling-guling ketanah. Pada waktu ia bangun, ia pun berteriak kaget .

   "Hai, engkau ! Mengapa tiba-tiba rambutmu sudah putih ? Kemana rambutmu yang hitam tadi ?"

   Kakek linglung, anak itu pun Blo'on.

   Ia berguling-guling sampai ketempat kakek Kerbau Putih.

   Dan ketika membuka mata, ia kaget karena mengira kalau kakek Kerbau Putih itu kakek Macan Hitam tadi.

   Tetapi kakek Kerbau Putih pun diam saja.

   Rupanya dia masih menjalankan peredaran napas dan darah untuk mengembalikan tenaganya yang habis.

   Karena heran, Blo'on maju mendekati lalu ulurkan tangan meraba rambut kepala kakek Kerbau Putih .

   "Aneh, mengapa rambutmu menjadi putih, setan ..."

   Setelah rambut kepala, tangan Blo'on pun turun meraba kumis kakek Kerbau Putih.

   Tak disengaja ujung kukunya menusuk ke dalam lubang hidung si kakek dan berbangkislah kakek itu berbangkis sekuat-kuatnya ...

   Untuk yang kedua kalinya, Blo'on terkejut dan mencelat beberapa langkah, berguling-guling ketempat kakek Macan Hitam.

   "Hai, engkau ... .

   "

   Ia menjerit kaget.

   "rambutmu hitam lagi, bagus !"

   Blo'on memang blo'on.

   Ia tak menyadari kalau di dalam dasar jurang itu terdapat dua orang kakek.

   Ia heran mengapa kakek itu, dapat berobah-robah, sebentar rambutnya hitam, sebentar putih Karena heran, Blo'on meraba-raba lagi muka kakek pendek itu.

   Tiba-Tiba ia meraba kelopak mata si kakek terus disiakkan supaya terbuka.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sudah tentu kakek Macan Hitam itu mendongkol.

   Mati-matian ia pertahankan kelopak matanya supaya tertutup.

   Tetapi kalah kuat dengan tangan Blo'on.

   Akhirnya kelopak mata kakek Macan Hitam itu pun terbuka.

   "Ih, ngeri ...

   "Blo'on menjerit kaget karena biji mata kakek itu melotot. Karena muka dan matanya dibuat mainan, kakek Macan Hitam itu marah sekali. Dengan menggerung keras, ia menandukkan kepalanya ke dada Blo'on, duk ... Blo'on yang duduk merapat didepan si kakek tak dapat menghindar lagi. Dadanya tertumbuk kepala si kakek dan terlemparlah ia ke belakang Bluk ... tiba-tiba kakek Kerbau Putih memutar tubuh dan menyambut Blo'on dengan daging benjolan punggungnya, duk ...

   "Uh ... ,"

   Kembali Blo'on terpental balik ketempat kakek Macan Hitam Kakek itu menandukkan dengan kepalanya lagi, duk ...

   Demikian Blo'on dibuat bulan-bulan, ditanduk dengan kepala dan dipentalkan dengan daging benjol punggung.

   Untunglah karena anak itu telah memiliki tenaga dalam yang kokoh, ia tak sampai menderita luka.

   Akhirnya karena dibuat bal-balan, Blo'on marah juga.

   Ketika kakek Macan Hitam menanduk.

   Blo'on menampar kepalanya dan ketika kakek Kerbau Putih hendak mendorong dengan punggung, anak itu pun menghantam daging benjol punggung Kakek itu.

   Prak, bluk ...

   kakek Macan Hitam terkapar dan kakek Kerbau Putih pun menyusur tanah.

   Keduanya tak ingat diri.

   Mereka kehabisan tenaga dalam, tenaga dalam keduanya telah disalurkan ke dalam tubuh Blo'on semua.

   Ditambah pula anak itu sudah makan bunga rumput Liong-si-jau.

   Maka tampaknya hebat sekali akibatnya.

   Kedua kakek itu pingsan ! "Aneh, dimanakah aku berada ?"

   Blo'on mulai bingung bertanya-tanya,"

   Dan siapakah kedua manusia tua itu ?"

   Tiba-Tiba melayanglah seekor burung rajawali yang punggungnya membawa monyet hitam. Langsung burung itu hinggap di bahu Blo'on dan monyet pun loncat ke atas kepala anak itu.

   "Turun !"

   Teriak Blo'on seraya mendorong monyet dan burung rajawali.

   Kedua binatang itu- pun loncat turun.

   Kedengaran lolong anjing berkepanjangan.

   Rupanya anjing kawan dari kedua binatang itu masih menunggu di tepi jurang sebelah atas.

   Anjing itu tak berani menuruni jurang yang begitu landai.

   Blo'on menghampiri kakek Macan Hitam, Diamatinya kakek itu beberapa saat .

   "O, dia seorang manusia juga. Tetapi mengapa tubuhnya pendek sekali ?"

   Kemudian dia menghampiri kakek Kerbau Putih memeriksanya .

   "Uh, ini juga seorang manusia. Rambutnya putih, tentu sudah tua. Hai, mengapa punggungnya bersusun?"

   Dipegangnya daging benjol pada punggung kakek Kerbau Putih itu .

   "Uh, keras sekali ..."

   Diguncang-guncangnya kakek itu supaya bangun tetapi mereka tetap meram. Blo'on tak tahu kalau kedua kakek itu pingsan. Akhirnya ia mengkal dan dibiarkan saja mereka menggeletak.

   "Celaka!"

   Ia berteriak.

   "jangan-jangan mereka mati dan aku lagi yang dituduh orang membunuhnya!"

   Karena beberapa kali ia selalu berada di dekat orang mati dan selalu dituduh pembunuh, Blo'on menjadi jera.

   Ia mulai bingung untuk meninggalkan tempat itu.

   Tetapi ketika memandang ke sekeliling ternyata dinding karang menjulang lurus ke atas dengan tinggi sekali.

   "Celaka, tak mungkin aku memanjat ke atas"

   Ia mulai sibuk lari kian kemari mencari jalan.

   Akhirnya ia menemukan sebuah terowongan, ia masuk dan dapatkan dirinya berada dalam sebuah guha yang cukup luas.

   Perlengkapan yang terdapat dalam guha itu menyerupai sebuah bilik rumah.

   Sebuah meja, dua buah kursi, sebuah balai-balai yang kesemuanya terbuat dari batu.

   Sebuah pelita yang masih menyala terletak di atas meja.

   Dengan demikian dapatlah ia melihat keadaan dalam ruang guha itu.

   Dan yang lebih menggirangkan, ternyata di-atas meja batu itu masih terdapat beberapa makanan.

   Nasi kering dan daging bakar yang menusuk hidung baunya.

   Seketika timbullah rasa lapar Blo'on.

   Tak peduli apa-apa lagi, ia terus duduk dan melahap makanan itu sampai habis Kemudian ia berbangkit mencari minuman.

   Setelah mencari sekian saat.

   ia menemukan di bawah balai-balai batu itu sebuah lubang yang ditimbuni rumput kering.

   Ketika timbunan rumput diambil, ia menjerit girang.

   "Oho, arak ..."

   Ia pun segera mengambil sebuah guci terus dibawa ke meja.

   Dicarinya sebuah cawan lalu dituangnya guci itu.

   Arak berwarna merah, baunya agak sedap-sedap anyir.

   Blo'on terus menghabiskan arak seguci itu.

   Tiba-Tiba ia rasakan kepalanya pening dan berat.

   Kemudian ia rasakan badannya panas dan makin panas.

   Rasanya seperti dibakar api.

   Karena tak kuat menahan rasa panas itu, ia tumpahkan pada meja batu.

   Dipegangnya meja itu lalu digulingkannya, uh, uh ..meja batu itu ternyata berat sekali.

   Tetapi Blo'on sudah seperti orang kemasukan setan.

   Didorongnya meja itu sekuat-kuatnya.

   Tiba-Tiba terdengar suara berderak-derak ketika meja batu itu mengisar ke samping.

   Blo'on tetap mendorongnya sehingga keringat bercucuran seperti orang mandi.

   Hanya dengan berbuat begitu, ia rasakan kepala dan tubuhnya agak ringan, panasnya mulai berkurang.

   Ternyata dia secara tak sengaja telah minum arak Hou-hiatciu atau Darah Macan Arak dari darah macan yang diawetkan dengan ramuan daun-daun obat dan disimpan selama berpuluh-puluh tahun oleh kakek Macan Hitam.

   Arak itulah yang dibanggakan kakek Macan Hitam sebagai arak yang mempunyai daya khasiat menambah kekuatan.

   Setelah minum arak itu, berkembanglah tenaga Blo'on Makan bunga rumput Liong-si-jau, diberi saluran tenaga dalam oleh kedua kakek aneh dan kini minum arak Darah Macan.

   Meja batu yang beratnya beberapa ratus kati itu dapat didorongnya ke samping dan kini terbukalah sebuah lubang terowongan.

   Untuk turun ke bawah, terdapat titian batu.

   Tanpa banyak pikir, Blo'on terus turun ke-bawah.

   Burung rajawali dan monyet pun mengikuti di belakangnya.

   Entah berapa lama ia berjalan menyusur lorong terowongan itu.

   Akhirnya terowongan itu buntu, pecah menjadi dua lorong yang menjurus ke kanan dan kiri..

   Yang menjurus ke kiri - terdapat sebuah huruf berbunyi Si (mati).

   Sedang lorong yang menjurus ke samping kanan terdapat sebuah Seng (hidup).

   Blo'on tak memperhatikan huruf itu.

   Pokok karena melihat lorong yang menjurus ke kiri itu agak lebar, ia terus saja membelok ke kiri.

   Berjalan tak berapa lama, tibalah ia di sebuah ruangan yang besar.

   Ruangan itu mempunyai empat buah pintu.

   Blo'on terkejut melihat suasana ruangan itu tidak segelap lorong terowongan tadi.

   Di tengah ruangan terdapat lampu yang masih menyala.

   Sedang empat sudut ruangan dihias dengan empat butir mutiara sebesar telur ayam.

   Karena ditimpa sinar lampu, mutiara itu memantulkan cahaya yang redup tetapi cukup terang.

   Mutiara itu disebut Ya-beng-cu atau Mutiara yang dapat menerangi malam hari.

   Tergolong mutiara yang jarang terdapat di dunia.

   Tetapi Blo'on tak tahu.

   la tak mempedulikan benda berharga itu.

   Perhatian Blo'on tertumpah pada keempat pintu yang terletak di empat penjuru, utara, timur selatan dan barat.

   Pintu utara bercat merah, pintu timur bercat kuning emas.

   pintu selatan bercat biru dan pintu barat bercat putih.

   Blo'on tertarik pada pintu bercat merah.

   Ia menghampiri dan terus membuka pintu itu.

   Begitu melangkah masuk, ia menjerit dan terus lari keluar lagi.

   "Huh, ngeri ..."

   Katanya sambil mengibas kibaskan kepala.

   "itu manusia atau bukan ?"

   La tegak termenung lalu berjalan mondar-mandir.

   Beberapa saat kemudian, ia membuka pintu merah itu dan melangkah masuk lagi.

   Ternyata di dalam pintu terdapat suatu pemandangan yang benar-benar menyeramkan.

   Duduk numprah di tanah, tampak seorang manusia yang luar biasa tingginya.

   Sepintas menyerupai seorang raksasa.

   Rambutnya panjang terurai, menutupi bahu dan sebagian mukanya.

   Alisnya pun menjulai panjang, demikian pula dengan kumis dan rambut jenggotnya yang sudah putih, menjulai panjang menutupi dadanya.

   Orang itu tak berbaju sehingga tulang-tulang rusuknya tampak menonjol karena kurusnya sehingga tubuhnya seperti tulang terbungkus kulit saja.

   "Hm, mengapa sampai begini siang baru mengantarkan makanan, Lo Kun,"

   Seru orang itu dengan suara yang menyeramkan bulu roma. Blo'on celingukan kian kemari. Ia kira raksasa itu sedang bicara dengan lain orang ternyata tidak ada orang kecuali dia.

   "Lekas bawa kemari makanan itu !"

   Bentak raksasa itu pula. Blo'on tercengang. Akhirnya ia merasa kalau raksasa itu berkata kepadanya .

   "Makanan apa ?"

   "Jangan menggoda aku kakek kate!"

   Raksasa itu menggeram.

   "Siapa kakek kate ? Aku bukan kakek dan bukan kate ..."

   "Lo Kun bangsat ! Engkau berani mempermainkan aku!"

   Damprat orang itu pula.

   Serempak terdengar bunyi bergerontang yang dahsyat sekali sehingga Blo'on buru-buru mendekap telinganya.

   Beberapa saat kemudian, barulah Blo'on mengetahui bahwa raksasa itu berada dalam sebuah kerangkeng besi.

   Begitu pula tangan dan kakinya diikat dengan rantai yang besar dan panjang, la dapat bergerak kian kemari tetapi tak dapat keluar dari kerangkeng itu.

   Melihat itu, timbullah rasa kasihan pada hati Blo'on.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ia maju menghampiri dan berdiri kira-kira lima langkah dari kerangkeng.

   "Kakek, aku bukan kakek kate. Aku seorang anak laki,"

   Katanya dengan perlahan. Raksasa itu picing-picingkan mata dan membelalak lebarlebar seperti hendak mengamati Blo'on.

   "Ho, engkau manusia baru rupanya?"

   Blo'on mengiakan.

   "Mana kakek kate itu?"

   Seru orang itu pula "Dia tidur."

   "Bedebah!"

   Orang itu memaki.

   "perutku sudah sangat lapar, mengapa dia masih tidur. Lekas panggil dia kemari !"

   "Siapa ?"

   Blo'on melongo.

   "Kakek kate itu !"

   "O, baiklah ..."

   Blo'on terus ayunkan langkah hendak keluar.

   "Tunggu!"

   Tiba-tiba orang itu berteriak pula. Bloon pun berhenti dan menghampiri.

   "Siapa engkau ?"

   Tanya orang itu.

   "Ya, benar aku ini."

   "Siapa namaku ?"

   "Entah, aku sendiri juga sedang mencari keterangan."

   "Hai ! Apakah engkau anak gila ?"

   "Tidak! Aku hanya kehilangan ingatan. Aku tak tahu siapa namaku, dari mana tempatku"

   "Aneh,"

   Gumam orang itu.

   "kakek itu linglung, sekarang ternyata engkau lebih gila lagi Masakan namamu sendiri engkau tak tahu."

   "Apa engkau tahu siapa namaku?"

   Tanya Blo'on Orang itu rentangkan kedua mata lebar-lebar, serunya.

   "Kenal saja baru sekarang, eh ... cobalah engkau mendekat kemari. Mataku kurang terang, eh kau ini apa bukan ..."

   Tiba-tiba ia menyambar lengan Blo'on terus ditarik ke dekatnya tetapi tertahan terali besi.

   "Lepaskan!"

   Blo'on berteriak dan meronta sekuat-kuatnya Ia merasa sakit sekali karena dicengkeram.

   Walau pun tangannya tinggal tulang terbungkus kulit, tetapi orang itu masih bertenaga kuat sekali.

   Tiba-Tiba kepala Blo'on dipegang oleh tangan orang itu lagi terus diputar ke belakang, menghadap kepadanya.

   "Ho, benar, benar ... engkau pangeran Sun Ti ..ha, ha, ho, ho ..

   "

   Orang itu tertawa gembira Karena berhadapan muka hampir merapat, ludah orang itu menyembur keluar ketika dia tertawa. Bau mulutnya hampir membuat Blo'on muntah "Pangeran ? Apa itu pangeran ?"

   Teriak Blo'on kaget.

   "Pangeran adalah putera raja. Ya, engkau memang pangeran Sun Ti putera baginda Ing Lokl!"

   "Aku anak raja? Namaku Sun Ti Benarkah itu"

   "Benar!"

   Teriak orang aneh itu pula.

   "Kalau begitu lepaskanlah tanganmu"

   "Lepaskan? Ha, ha, ha ..,"

   Orang aneh itu tertawa keras.

   "berpuluh-puluh tahun aku dipenjarakan disini oleh ayahmu. Sekarang engkau sendiri datang mengantar dirimu menjadi tawananku .."

   "Tidak, tidak!"

   Blo'on berontak sekuat-kuat-nya. Tetapi karena lengan kanannya dicengkeram dan kepalanya juga dipegang tangan orang itu, Blo'on tak dapat berkutik.

   "Kalau engkau meronta, lehermu tentu putus,"

   Seru orang itu.

   Burung rajawali dan monyet kecil melonjak! kaget.

   Rajawali terbang menyambar muka orang itu, tetapi orang itu menyemburkan mulutnya dan burung itu pun terdampar beberapa langkah.

   Semburan mulut orang aneh itu seperti angin puyuh dahsyatnya.

   Monyet kecil melonjak-lonjak dan berkuik-kuik.

   Tangannya melambai-lambai burung rajawali.

   Rupanya burung itu mengerti.

   Dia terus meluncur ketanah dan hinggap didepan monyet.

   Monyet cepat meloncat ke punggung burung.

   Setelah itu burung pun terbang keluar.

   Ternyata burung rajawali dan monyet itu serta anjing kuning adalah binatang peliharaan Blo'on! Mereka terlatih baik sekali sehingga mengerti apa! perintah tuannya.

   Sejak kehilangan ingatan, Bloon! tak mengenali lagi ketiga binatang peliharaannya! itu.

   Namun ketiga binatang itu tetapi setia mengikuti.

   Burung rajawali terbang kembali ke ruang guha kediaman kakek Macan Hitam.

   Ternyata kakek! itu sudah sadar dan masuk ke dalam guhanya.

   Demi melihat burung dan monyet, kakek itu terkejut.! Lebih terkejut pula ketika melihat meja batu telah berkisar dan kedua binatang itu keluar.

   


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long

Cari Blog Ini