Pendekar Riang 8
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 8
Salah seorang diantaranya mempunyai sebuah codet yang memanjang di atas wajahnya sehingga ia kelihatan menakutkan sekali.
Orang kedua meski tiada codet di wajahnya, tapi lengannya hilang, setelah ujung bajunya yang kosong itu terikat di pinggang, sementara sebilah golok lengkung tersoren di pinggang.
Golok lengkung semacam itu sudah merupakan senjata yang jarang ditemui dalam dunia persilatan, apa lagi orang yang berlengan tunggal masih mempergunakan golok lengkung seperti itu, sudah jelas kepandaian silat yang dimilikinya pasti tidak rendah.
Selain daripada itu, andaikata ia bukan seseorang yang sering kali masuk keluar diantara pertarungan yang menyangkut soal mati hidup, tak mungkin tubuhnya akan menderita luka separah itu.
Jika seseorang yang seringkali masuk keluar dalam pertarungan mati dan hidup ternyata masih bisa hidup sampai sekarang, sudah dapat dipastikan pamornya pasti besar dan dia tentu bukan seorang manusia yang gampang dihadapi.
Kenapa Hoat-liok-pi bisa mengadakan transaksi dagang dengan manusia semacam ini.
Hoat liok-pi telah membuka bungkusannya dan mengeluarkan pakaian milik Lim Tay-peng, ketika menyodorkan ke tangan ke dua orang itu, wajahnya kelihatan amat bangga, seakan-akan seperti lagi mempersembahkan benda mustika saja.
Sesungguhnya sampai dimanakah berharganya pakaian kumel milik Lim Tay peng tersebut? Si lelaki bercodet itu menerima pakaian tersebut dan diamatinya sebentar dengan seksama, kemudian diserahkan kepada lelaki berlengan tunggal itu.
Ketika ia sedang membolak balikkan pakaian itu, lamat-lamat Kwik Tay-lok juga dapat melihat di ujung baju itu seperti ada sebuah sulaman, cuma tidak jelas sulaman apakah itu? Lelaki berlengan tunggal itu telah membalik ujung baju itu dan menelitinya sekejap, pelanpelan ia mengangguk.
"Benar, memang pakaian miliknya"
Dia berkata.
"Tentu saja tak bakal salah,"
Kata Hoat liok-pi sambil tertawa.
"selamanya aku adalah seorang pedagang yang bisa dipercaya"
"Sekarang, dimana orangnya?"
Hoat-liok-pi tidak menjawab, melainkan mengulurkan tangannya.
"Sekarang juga kau akan mengambilnya?"
Tegur orang berlengan tunggal itu. Kembali Hoat-liok-pi tertawa.
"Orang yang membuka rumah pegadaian selalu membayar kontan, aku rasa kamu berdua tentu mengerti bukan"
"Baik, berikan kepadanya!"
Lelaki bercodet itu segera mengambil sebuah bungkusan dari bawah meja dan ...
"Blaaam"
Diletakkan ke atas meja. Sungguh berat bungkusan itu.
"Pekerjaan yang bisa membuat Hoat liok pi bersedia mengeluarkan lima ratus tahil perak lebih dulu hanya ada satu, yaitu pekerjaan yang bisa mendatangkan keuntungan lima ribu tahi perak baginya ". Ucapan dari Yan Jit itu memang tepat sekali, paling tidak isi bungkusan itu juga ada lima ribu tahil perak. Kwik Tay lok memandang sekejap ke arah Yan Jit, sekarang mereka mengerti sudah apa gerangan yang telah terjadi. Kedua orang itu sudah pasti sedang mencari Lim Tay-peng, bahkan amat terburu-buru maka mereka tak sayangnya mengeluarkan lima ribu tahil perak sebagai hadiah. Sudah lama Hoat liok pi mengetahui akan soal ini, tapi sampai Lim Tay-peng menggadaikan pakaiannya, dia baru menyadari bahwa Lim Tay-peng sesungguhnya adalah orang yang sedang mereka cari. Oleh sebab itu dia berharap Lim Tay-peng bisa menemaninya datang sebentar saja ke kota, kemudian menyerahkan Lim Tay-peng kepada kedua orang ini. Apabila bisa menghantar orangnya secara langsung, tentu saja hadiahnya lebih banyak. Tapi, apa yang sebenarnya telah dilakukan Lim Tay peng, mengapa dia begitu tinggi nilainya sehingga orang lain tak segan-segan mengeluarkan uang sebesar itu sebagai hadiah? Begitu melihat uang perak, tiba-tiba Hoat liok pi berubah menjadi menyenangkan sekali, bahkan sewaktu tertawapun sepasang matanya menjadi hilang seperti tidak kelihatan.
"Sekarang, tentunya kau sudah dapat menerangkan bukan, dia berada dimana ?"
Kata-kata lelaki bercodet itu.
Entah apapun yang telah dilakukan Lim Tay-peng, kalau toh dia sedang menghindari pengejaran dari kedua orang ini, maka dia tak boleh sampai ditemukan kembali oleh mereka berdua.
Kwik Tay-lok sudah bersiap-siap menerjang masuk lewat jendela.
Siapa tahu pada saat itulah mendadak senyuman di atas wajah Hoat liok pi berubah menjadi kaku.
Sepasang matanya melotot ke depan pintu dengan mata terbelalak, mulutnya melongo dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, keadaan waktu itu seakan-akan seorang yang mendadak menyumbat mulutnya dengan lumpur.
Mengikuti arah pandangan matanya, Kwik Tay-lok turut menengok ke depan, tapi dengan cepat diapun merasa terkejut.
Entah sedari kapan, di depan pintu berjalan masuk seseorang.
Orang itu cuma seorang nenek biasa yang sangat sederhana dan tiada sesuatu yang mengejutkan, tapi mimpipun Kwik Tay lok tak menyangka bakal bertemu dengannya disaat dan tempat seperti ini.
Dengan jelas ia masih melihat orang itu berdiri di depan rumah pegadaian Lip gwan sambil membawa tong sampah.
Kemudian mereka menunggang kereta datang kesana, sepanjang jalan tidak pernah berhenti, pun tidak berjalan pelan, mengapa si nenek inipun bisa sampai juga di sana? Apakah dia bisa terbang? Keadaan Hoat liok pi bagaikan bertemu dengan setan saja, dengan tergagap dia berseru.
"Mau... mau apa kau datang kemari?"
Di tangan si nenek membawa sebuah mangkuk, sambil berjalan masuk dengan langkah yang sangat lamban, dia gelengkan kepala dan menghela napas, sahutnya.
"Waktu minum obatmu sudah sampai, mengapa kau selalu kelupaan? Aku sengaja datang mengantarnya untukmu, hayo cepat diminum dulu."
Hoat liok pi menyambut mangkuk itu, kedengaran tutup mangkuk yang berada di tangannya berbunyi gemerutukan dengan amat nyaringnya.
Bukan saja tangannya sedang gemetar, peluh dinginpun telah bercucuran membasahi tubuhnya.
Paras muka si laki berlengan tunggal dan si lelaki bercodet itu masih tetap kaku tanpa emosi, mereka menatap sekejap ke arah nenek itu dengan pandangan dingin, tiba-tiba mereka turun tangan bersama, dua titik cahaya tajam segera meluncur ke arah depan.
Serangan kilat itu tak bisa dibilang amat lamban..Siapa tahu baru saja titik cahaya hitam itu sampai di depan si nenek, tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.
Padahal nenek itu sama sekali tak berkutik dari tempatnya semula.
Paras muka si lelaki bercodet itu agak berubah.
Sebaliknya si lelaki berlengan tunggal itu tertawa dingin, serunya tanpa emosi.
"Tidak kusangka kaupun seorang jago lihay, bagus, bagus sekali"
Tiba-tiba nenek itu tertawa, lalu menjawab.
"Tidak baik, sedikitpun tidak baik!"
"Kenapa tidak baik?,"
Tanya lelaki berlengan tunggal itu.
"Apa pula baiknya? Bila kalian telah bertemu denganku, maka kalian bakal sial, apanya yang baik?"
Lelaki berlengan tunggal itu segera melompat bangun, kemudian bentaknya keras-keras.
"Siapakah kau? Mengapa mencampuri urusan kami ?"
"Siapa yang akan mencampuri urusan kalian! Urusan kalian masih belum pantas kucampuri, mengundang aku untuk mencampuri pun belum tentu aku mau bahkan berlutut sambil memohonpun aku juga tak akan kesudian untuk mengurusinya."
"Lalu ada urusan apa kau datang kemari?"
"Aku datang untuk menyuruhnya minum obat, Cepat minum ? Habis minum obat kau harus segera tidur"
Dengan wajah murung Hoat liok pi segera memencet hidungnya dan minum obat itu sampai habis.
"Bagus!"
Kata si nenek.
"Sekarang kau harus pulang untuk tidur"
Bagaikan sedang menarik anaknya saja, sambil menyeret tangan Hoat liok pi dia lantas beranjak dari situ.
Tiba-tiba cahaya golok berkelebat lewat, sambil melompat ke tengah udara si lelaki berlengan tunggal itu sudah mengayunkan sebilah golok lengkungnya untuk membacok kepala orang.
Bisa menyerang sambil melambung ke udara tentu saja ilmu golok yang dimilikinya tak terhitung lemah.
Tapi cahaya golok itu hanya berkelebat lewat, kemudian lenyap tak berbekas.
(Bersambung
Jilid 13)
Jilid 13 SEBILAH golok lengkung yang bersinar tajam, tahu-tahu sudah kutung menjadi dua bagian dan...
"Trang!"
Jatuh ke tanah.
Terjatuhnya persis di sisi badan si lelaki berlengan tunggal itu entah apa sebabnya tahu-tahu sudah berlutut di atas tanah, berlutut di hadapan si nenek sambil bermandi keringat, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk bangkit berdiri, tapi sayang sekalipun segenap tenaganya sudah dikerahkan, ia tetap belum berhasil untuk berdiri.
Nenek itu menghela napas panjang, lalu gumamnya.
"Sedari tadi aku toh sudah bilang, terhadap urusan kalian, sekalipun kamu berlutut sambil memohon kepadaku, akupun tak akan mengambil perduli, rupanya kau benar-benar tidak menurut, jangan-jangan telingamu lebih tuli daripada telingaku"
Sambil mengomel dia lantas berjalan ke luar dari situ.
Dengan menurut sekali Hoat liok pi mengikuti di belakangnya, jangankan membangkang, untuk bernapas keras-keraspun tidak berani.
Sekujur badan si lelaki bercodet pun sudah bermandikan keringat, tiba-tiba serunya.
"Cianpwe, harap tunggu sebentar!"
"Apa lagi yang harus di tunggu? Apakah kau juga ingin berlutut di hadapanku?"
"Tatkala cianpwe sudah mencampuri urusan ini, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi, harap cianpwe suka meninggalkan namamu, agar aku bisa memberi pertanggungan jawab kepada majikan kami nanti"
"Kau ingin mengetahui namaku ?"
"Betul!"
"Kau masih belum pantas untuk mengetahui namaku, sekalipun kukatakan juga belum tentu kau akan mengerti"
Setelah berhenti sebentar, nenek itu melanjutkan kembali kata-katanya.
"Tapi kau boleh pulang menyampaikan kepada majikanmu, katakanlah ada seorang sobat lamanya menasehati dirinya, bocah cilik itu patut dikasihani, lebih baik jangan dipaksa terus menerus, kalau tidak orang lainpun akan merasa tidak leluasa untuk melihatnya"
Selesai berkata pelan-pelan dia berjalan keluar dari ruangan.
Lelaki bercodet itu segera memburu ke depan, agaknya dia seperti ingin menanyakan sesuatu lagi kepadanya.
Tapi di luar pintu sudah tiada seorang manusiapun, baik si nenek maupun Hoat-liok pi, keduaduanya sudah lenyap tak berbekas.
000000000000000 Ternyata si nenek tukang menanak nasi ini adalah seorang jago persilatan yang berilmu tinggi, sedemikian tingginya kepandaian silat yang dimilikinya itu sehingga orang lain mimpipun tak pernah menduga.
Tak heran ketika si anjing buldok dan si tongkat hendak melakukan penggeledahan ke rumah pegadaiannya dulu, sewaktu muncul kembali sikapnya begitu menghormat, kalau mereka bukannya sudah dibikin keok oleh si nenek tersebut, sudah pasti mereka telah mengetahui siapa gerangan dirinya itu.
Sekarang Kwik Tay lok dan Yan Jit baru dibikin mengerti.
Tapi mereka masih ada satu hal yang merasa tidak habis mengerti, setelah saling berpandangan sekejap serentak mereka meluncur ke arah belakang sana.
Di belakang situ terdapat sebatang pohon, sebatang pohon yang besar sekali.
Di atas pohon tiada duanya, yang ada cuma timbunan salju.
Terpaksa Yan Jit harus berjongkok di atas dahan pohon, sedangkan Kwik Tay-lok duduk dengan begitu saja, tapi kemudian ia melompat bangun dengan kaget, sebab pantatnya seperti digores dengan golok.
Salju di atas dahan pohon itu sungguh dingin dan tajam bagaikan sebilah golok.
Yan Jit menghela napas dan menggelengkan kepala berulang kali, katanya.
"Setiap kali hendak duduk, apakah tak pernah kau periksa dulu ada apanya di bawah pantatmu itu?"
Kwik Tay-lok tertawa getir.
"Aku tidak memperhatikannya, aku sedang memikirkan satu urusan"
Sahutnya. Dahan pohon itu sangat besar dan kuat, dia pun berjongkok disamping Yan Jit seraya berkata lagi.
"Aku sedang memikirkan Si nenek tadi, padahal dia adalah seorang jago persilatan yang sangat luar biasa, mengapa ia bersedia menjadi seorang tukang masaknya Hoat liok pi dari rumah pegadaian...?"
Yan Jit termenung sejenak, lalu sahutnya.
"Mungkin saja ia seperti juga Hong Si-hu, sedang menghindarkan diri dari pencarian orang lain"
"Sepintas lalu alasan ini seakan-akan sangat kuat sekali, akan tetapi sesudah direnungkan kembali, ternyata terdapat banyak hal yang tak bisa diterima dengan akal"
"Dunia bukan sedaun kelor masih terdapat banyak tempat lain yang bisa dia gunakan untuk menghindari kejaran orang, apalagi buat seorang jago silat yang begitu lihay seperti dia, anehnya, kenapa ia bersedia menjadi babunya orang lain, bersedia mendapat perintah orang dan menerima makian orang"
Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dia melanjutkan.
"Sekalipun dia ingin menjadi seorang babu, sepantasnya kalau dia menjadi seseorang yang agak terhormat atau suatu tempat yang lebih baikan, kenapa justru Hoat-liok-pi si pelit yang dicari? Apakah hal ini tidak mengherankan?."
"Jadi kau tidak habis mengerti?"
"Yaa, aku benar-benar merasa tidak habis mengerti"
"Persoalan yang bisa membuat kau tak habis mengerti, pasti tak akan dimengerti pula oleh orang lain"
Kwik Tay-lok tertawa.
"Kalau aku pun tidak mengerti, biasanya memang tak banyak orang yang bisa memahaminya"
"Mungkin saja dia memang menginginkan agar orang tidak habis mengerti?"
"Tapi persoalan yang bikin orang tidak habis mengerti masih banyak sekali."
"Coba katakan!"
"Kalau dilihat ilmu silatnya, mungkin tidak banyak manusia di dunia ini yang sanggup untuk menandinginya."
Mendengar perkataan itu, Yan Jit manggut-manggut, sahutnya sambil menghela napas pula.
"Ilmu silat yang dimilikinya memang sangat tinggi, bukan saja belum pernah kujumpai ada orang yang memiliki kepandaian silat selihai itu, bahkan pada hakekatnya mendengar pun belum pernah. ."
"Oleh karena itu, aku beranggapan bahwa sesungguhnya ia tak perlu takut kepada orang lain, diapun tak perlu menyembunyikan diri."
"Jangan lupa, diantara manusia yang lihay masih ada yang lebih lihay lagi, diantara bukit yang tinggi masih ada yang lebih tinggi lagi."
"Itu mah pepatah kuno yang sudah usang"
"Sekalipun sudah usang, kadangkala teori yang makin usang semakin masuk diakal"
Ooooo(O)oooooo RAHASIA LIM TAY-PENG "SEANDAINYA ia benar-benar lagi menghindarkan diri dari kejaran orang"
Kata Kwik Tay-lok, paling tidak gerak geriknya pasti akan jauh lebih rahasia, tapi setiap kali kita berkunjung ke rumah pegadaian, kita selalu masuk keluar dengan leluasa, sedikit pun tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia kuatir dikenali orang lain"
"Pada waktu itu, apakah kau bisa menduga manusia macam apakah dirinya itu ?"
"Tidak !"
"Kalau toh orang lain tak menduga siapakah dia, kenapa pula dia musti takut bertemu orang lain?"
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi menurut pendapatmu, seperti juga Hong si-hu, diapun sudah merubah wajahnya menjadi wajah yang lain ?"
"Dalam dunia persilatan, toh bukan hanya Hong si hu seorang yang pandai menyaru ?"
"Lantas, kenapa si anjing buldok dan si tongkat bisa mengenalinya hanya dalam sekilas pandangan saja ?"
"Dari mana kau bisa tahu kalau mereka dapat mengenalinya hanya didalam sekilas pandangan saja?"
"Kalau mereka tak dapat mengenalinya, mengapa pula sikap mereka terhadap Hoat-liok pi begitu menghormat dan munduk-munduk ?"
Yan Jit segera mengerdipkan matanya, lalu berkata.
"Lantas menurut pendapatmu, apa pula yang sebenarnya telah terjadi"
"Menurut pendapatku, dia dengan Hoat liok pi pasti mempunyai suatu hubungan yang agak luar biasa, mungkin saja dia adalah sobat lamanya Hoat liok pi atau mungkin familinya Hoat liok pi, apakah hal ini bukan suatu alasan?"
"Ya, memang suatu alasan"
"Tak kusangka kaupun mengakui kalau aku beralasan."
Kwik Tay lok tertawa.
"Tentu saja karena pendapatku sendiripun juga demikian,"
Sahut Yan Jit sambil tertawa pula. Kwik Tay-lok menjadi tertegun.
"Kalau toh pendapatmu sama dengan pendapatku, mengapa kau musti mengumpak aku?"
Seru sang pemuda tertegun.
"Sebab sejak dilahirkan aku memang sudah suka mengumpak orang"
Kwik Tay-lok segera melototinya sampai lama, kemudian baru berkata.
"Seandainya aku bilang salju ini putih?"
"Maka aku akan mengatakan kalau salju itu hitam" 00000000 Bagaimanapun cerdiknya kau, betapa rajinnya kau bekerja, ada kalanya akan ketanggor juga pada tandingannya, maka bila hal ini sampai terjadi, bagaimanapun hebatnya kau, semua kepandaianmu seolah-olah menjadi mati kutu. Agaknya Yan Jit adalah tandingan dari Kwik Tay-lok, apapun juga yang dilakukannya seakanakan terbentur semua pada batunya. Lewat beberapa saat kemudian, sambil tertawa dia baru berkata lagi.
"Paling tidak, ada satu hal yang mau tak mau harus kau akui akan kebenarannya."
"Soal apa?"
Kali ini Hoat-liok-pi tidak berhasil membeseti kulit seorang manusiapun,"
Kata Kwik Tay-lok sambil tertawa.
"Lagi-lagi kau keliru."
"Lagi-lagi aku keliru?"
Seru Kwik Tay-lok sambil tertawa getir.
"Yaa, paling tidak kali ini Hoat liok pi, telah membeseti kulit seseorang."
"Kulit siapa yang dibeseti?"
"Kulitnya sendiri!"
Sebenarnya siapakah manusia yang dinamakan Lim Tay-peng itu? Apa sebabnya ada seorang yang bersedia menghamburkan uang sebesar beberapa ribu tahi perak hanya bermaksud untuk mencari jejaknya ? Ada persoalan apa mereka mencarinya? "Menurut pendapatmu, apa sebabnya orang-orang itu pergi mencari Lim Tay peng?"
Tanya Kwik Tay-lok. Tampaknya ia sudah lebih pandai menguasahi diri, sebab kali ini ia tidak mengemukakan pendapatnya sendiri. Yan Jit termenung sebentar, kemudian katanya.
"Seandainya kau bersedia menghamburkan uang sebesar lima-enam ribu tahil perak untuk mencari seseorang, mungkin tujuannya karena apa ?"
"Aku tak bakal melakukan perbuatan semacam ini"
Sahut Kwik Tay lok sambil tertawa. Yan Jit melirik sekejap ke arahnya lalu, berkata.
"Seandainya aku lenyap secara tiba-tiba dan kau harus menghamburkan uang sebesar lima ribu tahil perak untuk menemukan diriku, bersediakah kau untuk melakukannya?"
Tanpa berpikir panjang lagi Kwik-Tay-lok segera menjawab.
"Tentu saja bersedia, demi kau sekalipun aku musti menggadaikan batok kepalaku juga aku bersedia."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Yan Jit. Sorot mata seseorang baru akan memancarkan sinar tajam bila ia sedang merasa sangat gembira atau merasa sangat bangga.
"Karena kita adalah sahabat karib maka aku bersedia untuk melakukannya"
Kata Kwik Tay-lok lagi.
"tapi, Lim Tay-peng sudah pasti bukan sahabat karibnya kedua orang itu, dia tak nanti akan bersahabat dengan manusia-manusia macam begitu"
Yan Jit manggut-manggut, sahutnya.
"Seandainya ada orang telah membunuhku, bersediakah kau menghamburkan yang sebesar lima ribu tahil perak untuk menemukan jejak pembunuhnya?"
"Tentu saja mau, sekalipun harus beradu jiwa, aku juga pasti akan mencari orang itu sampai ketemu dan membalaskan dendam bagimu"
Tapi kemudian dia lantas menggeleng, katanya lagi.
"Tapi Lim Tay-peng belum pernah membunuh manusia, aku rasa sikap menderita dan tersiksa yang diperlihatkannya sehabis membunuh Lamkiong Cho itu sudah pasti bukan dilakukannya dengan berpura-pura."
"Bila ada orang telah merampas lima puluh laksa tahil perak milikmu, kemudian kau menghamburkan lima ribu tahil perak untuk mencarinya, tentu saja kau bersedia untuk melakukannya bukan"
"Tapi ketika Lim Tay-peng datang, sepeser uangpun tidak dimilikinya, apalagi dia toh bukan manusia semacam itu"
Yan Jit segera tertawa.
"Sekarang bukan aku yang mendebat ucapanmu, adalah kau yang terus menerus mendebat perkataanku"
Serunya. Kwik Tay-lok turut pula tertawa.
"Yaa, soalnya aku juga tahu kalau hati kecilmu yang sesungguhnya juga tidak berpendapat demikian"
Yan Jit menghela napas panjang, katanya sambil tertawa getir.
"Terus terang saja, pada hakekatnya akupun tidak berhasil menemukan jawaban yang tepat, apa sebabnya mereka mencari Lim Tay-peng."
"Walaupun tak bisa ditemukan, apakah kau lupa aku sudah banyak belajar cara menanyai orang dari diri si tongkat?"
Sinar lentera didalam kamar masih terang benderang, tidak kelihatan ada orang berjalan keluar, juga tidak kelihatan ada orang berjalan masuk.
Baru saja mereka bersiap-siap akan menanyai kedua orang itu, tiba-tiba daun jendela dibuka orang.
Seseorang sedang menggape ke arah mereka dari depan jendela.
Sementara kedua orang itu masih belum mengerti jelas siapa gerangan yang sedang di gape, sambil tertawa orang itu sudah berkata lebih dulu.
"Di atas pohon udara tentu sangat dingin, mengapa kalian berdua tidak masuk saja, ke dalam untuk menghangatkan badan?"
Api pemanas dalam ruangan itu amat besar.
Duduk di tepi perapian sudah barang tentu jauh lebih nyaman ketimbang berjongkok di dahan pohon.
Orang yang menggape mereka dari jendela tadi, kini sudah duduk kembali.
Orang itu bukan si lelaki bercodet di wajahnya, juga bukan si manusia berlengan tunggal yang berwajah bengis.
Sesungguhnya orang itu sama sekali tidak terlihat ada didalam ruangan tadi.
Sebaliknya orang-orang yang tadi berada dalam ruangan, kini sudah pergi entah ke mana.
Kwik Tay-lok tidak melihat mereka keluar dari situ, juga tidak melihat orang ini masuk ke dalam.
Hanya ada satu hal yang membuat Kwik Tay-lok merasa agak terhibur dan lega.
Dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya, orang ini jauh lebih sedap dipandang daripada kedua orang tadi.
Yang lebih penting lagi, orang ini adalah seorang perempuan.
Sesungguhnya dia sudah tidak termasuk muda lagi, tapi wajahnya masih cantik dan agak menawan hati.
Di dunia ini memang terdapat semacam perempuan yang bisa membuat kau tidak akan memperhatikan usianya.
Dan kebetulan sekali dia adalah perempuan semacam itu.
Perempuan yang cantik kebanyakan angkuh, tak tahu aturan, hanya sedikit sekali yang terkecuali.
Kebetulan dia termasuk didalam pengecualian tersebut.
Anehnya, perempuan semacam ini mengapa secara tiba-tiba bisa muncul didalam ruangan tersebut? Setelah tertawa, katanya lebih lanjut.
"Apa pula hubungannya dengan kedua orang itu? Apa pula hubungannya dengan persoalan ini ?"
Tentu saja Kwik Tay lok ingin bertanya, tapi hingga detik itu belum juga ada kesempatan.
Setiap kali bila dia ingin bertanya, ternyata ia telah didahului terus oleh orang lain, bila ada seorang perempuan semacam itu mengajukan pertanyaan kepadamu, tentu saja kau harus menjawab lebih dulu.
"Aku she Wi"
Kata perempuan itu sambil tersenyum.
"dan kalian berdua?"
"Aku she Kwik, dan dia she Yan, Yan dari huruf Yan-cu si burung walet"
Yan Jit segera mendelik ke arahnya, tapi sebelum dia mengucapkan sesuatu, Wi hujin telah berkata lagi sambil tertawa.
"Semua teman Lim Tay-peng tak ada seorangpun yang tidak kukenal, mengapa belum pernah kujumpai kalian berdua?"
Kembali Kwik Tay lok ingin berebut menjawab, mendadak ia menjumpai Yan Jit sedang mendelik ke arahnya. Terpaksa dia harus menundukkan kepalanya dan mendehem pelan. Pelan-pelan Yan Jit baru mengalihkan sinar matanya ke wajah Wi-hujin, sahutnya hambar.
"Darimana kau bisa tahu kalau kami ini adalah temannya Lim Tay-peng ?"
"Kalian berdua datang dari tempat kejauhan dengan menempuh hujan salju serta angin kencang, kemudian menunggu di luar dalam udara sedingin ini, sudah barang tentu bukan dikarenakan tauke rumah pegadaian itu bukan?"
"Mengapa tidak mungkin?"
Wi-hujin tersenyum.
"Naga akan berteman dengan naga, burung hong akan berteman dengan burung hong, masih cukup jelas bagiku untuk mengetahui, siapa tepatnya berteman dengan siapa?"
Yan Jit segera mengerdipkan matanya.
"Kalau begitu, ternyata kau juga kenal dengan Lim-Tay-Peng bukan ....?"
Wi hujin manggut-manggut. Sambil tertawa kembali Yan Jit berkata.
"Padahal tidak seharusnya kuajukan pertanyaan seperti ini, bahkan temannya saja kau kenal semua, tentu saja kenal dengan dirinya"
"Yaa, memang boleh dibilang kenal sekali"
Wi-hujin tersenyum.
"Lain kali, bila kau bertemu lagi dengannya, tolong sampaikan salam dari kami, katakan kalau kami merasa rindu sekali dengannya"
Seru Yan Jit lagi.
"Aku pun ingin sekali berjumpa muka dengannya, maka sengaja aku datang untuk minta petunjuk dari kalian berdua"
"Minta petunjuk apa?"
"Aku minta kalian berdua suka memberitahu kepadaku, selama dua hari belakangan ini dia berada dimana?"
Yan Jit merasa seperti amat terkejut bercampur keheranan lalu serunya dengan cepat.
"Hubunganmu dengannya jauh lebih akrab dari pada kami, dari mana aku bisa tahu dia berada dimana sekarang ?"
Wi-hujin segera tertawa.
"Bagaimana akrabnya seorang teman kadangkala diapun bisa lama sekali tak pernah bersua muka"
Yan Jit menghela napas panjang.
"Aaaaaiii... aku malah punya rencana untuk meminta bantuanmu agar mengajak kami untuk pergi menjumpainya"
"Apakah kalian juga tidak tahu dimanakah ia berada sekarang?"
"Kalau kau sendiripun tidak tahu, darimana kami bisa tahu ? Seorangpun diantara temannya ini tak ada yang kami kenal"
Mendadak ia bangkit berdiri sesudah menjura katanya.
"Waktu sudah tidak pagi lagi kami harus segera mohon diri"
Wi-hujin tertawa ewa.
"Ooooohhh... kalian berdua akan pergi? Maaf aku tidak menghantar, tidak menghantar"
Ternyata ia sama sekali tidak berniat untuk menghalangi kepergian mereka dengan begitu saja dia membiarkan Yan Jit berdua pergi meninggalkan ruangan. Baru keluar dari rumah penginapan, Kwik Tay-lok sudah tidak tahan berseru.
"Aku benar-benar merasa kagum kepadamu kau memang hebat sekali"
"Hebat kenapa ?"
"Kalau kau sudah mulai berbohong, pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan orang yang sedang berbicara sungguhan"
Yan Jit segera melotot sekejap ke arahnya kemudian berkata pula.
"Akupun sangat mengagumi dirimu..."
"Kagum apa kepadaku?"
"Manusia macam kau memang jarang terdapat di dunia ini, asal melihat ada perempuan yang menarik, tanggal lahir sendiripun sudah terlupakan sama sekali kalau bisa seakan-akan semua rahasianya akan diungkapkan keluar"
"Itu mah disebabkan aku lihat dia tidak mirip orang jahat"sahut Kwik Tay-lok sambil tertawa.
"Hmm, memangnya orang jahat akan pasang papan nama di atas wajahnya ?"
Seru Yan Jit sambil tertawa dingin.
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Seandainya dia bermaksud jahat, masakah kita dibiarkan pergi dengan begitu saja?"
"Kalau tidak membiarkan kita pergi lantas bagaimana? Apakah dia mempunyai kemampuan untuk menahan kita?"
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang.
"Aaaai... andaikata kau menganggap dia hanyalah seorang perempuan biasa saja, maka pandanganmu itu keliru besar"
"Oya..."
"Semua gerak gerik kita agaknya diketahui olehnya dengan jelas, cukup mengandalkan persoalan ini aku berani memastikan kalau dia bukan manusia sembarangan"
"Apa saja yang dia ketahui ?"
"Ia tahu kita datang dari luar kota, dia tahu kita sembunyi di atas pohon..."
Mendadak dia menghentikan ucapannya lalu berbisik.
"Coba kau lihat di depan pintu toko obat dibelakang sana"
"Tak usah dilihat lagi"
"Jadi kau sudah tahu kalau ada orang sedang menguntil di belakang kita?"
Sambil tertawa dingin Yan Jit manggut-manggut.
Sementara itu mereka sudah berbelok ke sebuah jalanan yang lenggang dan sepi toko-toko di situ menutup pintu agak awal, saat itu hampir tiada orang yang perlu lalang lagi di sana.
Toko obat itupun sudah menutup pintu, tapi seorang manusia berbaju hitam yang pendek kecil sedang berdiri di belakang pintu sambil kadang kala melongokkan kepalanya memperhatikan mereka.
"Apakah orang ini mengikuti kita terus menerus?"
"Baru keluar dari rumah penginapan, aku telah mengetahui jejaknya. Maka aku baru sengaja membelok ke jalanan ini"
Sesudah tertawa dingin, lanjutnya.
"Sekarang, tentunya kau sudah mengerti bukan, apa sebabnya Wi-hujin membiarkan kita berlalu dengan begitu saja?"
"Masakah dia sudah tahu kalau kita sebenarnya tinggal bersama Lim Tay-peng, maka sengaja membiarkan kita pergi dengan begitu saja sementara dia suruh orang mengikuti kepergian kita secara diam-diam?"
"Ehmm"
Kwik Tay-lok menghela napas panjang.
"Perhitungan si-poanya hebat juga cuma sayang ia terlalu menilai rendah diri kita"
"Memangnya kau anggap dia memandang sebelah mata kepadamu?"
Jengek Yan Jit dingin.
"Walaupun aku tiada sesuatu yang luar biasa, tapi bukan sesuatu yang gampang buat orang lain bila ingin menguntit diriku"
"Oya !"
Kwik Tay lok mengerdipkan matanya, lalu tertawa.
"Siapa ingin menguntil diriku, maka dia harus mencicipi dulu hembusan angin barat laut"
Di jalanan tersebut, hanya rumah makan yang belum menutup pintu. Tak tahan Yan Jit segera tertawa, katanya.
"Aku lihat mungkin kau bukan berniat untuk menyuruh orang lain minum angin barat laut, adalah kau sendiri yang ingin minum arak bukan?"
"Aku minum arak dan dia minum angin barat-laut, pokoknya kan semua orang minum meski berbeda apa yang diminum"
Kwik Tay-lok mempunyai suatu penyakit didalam minum arak.
Sebelum minum sampai mabuk, dia takkan pergi.
Bila di kolong langit masih ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya itu, maka dia pastilah Yan Jit.
Rantai emas itu sudah digadaikan sebesar lima puluh tahil perak, separuh diantaranya sudah diberikan kepada Ong Tiong, sedang Kwik Tay-lok ternyata tidak menghabiskan isi sakunya dengan minuman tersebut.
Bahkan ketika keluar dari warung itu, dia masih tetap sadar, tetap bisa mengenali orang.
Betul juga, manusia berbaju hitam itu masih menunggu di depan pintu sambil minum angin barat laut.
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang, katanya.
"Seharusnya aku musti membiarkan dia lebih banyak minum sebab kelihatannya dia belum puas"
"Tapi kau sudah minum terlalu cukup. Kalau minum terlalu banyak lagi, maka seorang bocah yang berusia tiga tahun dia pasti dapat menguntil dirimu"
"Kwik Tay-lok segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, serunya.
"Siapa bilang begitu? sekalipun aku lari dengan kaki sebelah belum tentu dia bisa menyusulku, kau tidak percaya?"
"Aku cuma percaya satu hal"
"Hal apa?"
"Sekalipun dia dapat menyusulmu, kaupun dapat meniupnya sampai pergi"
"Meniupnya sampai pergi? Bagaimana cara meniupnya?"
"Meniup seperti kau sedang meniup kertas (membual)!"
Apapun tidak diucapkan oleh Kwik Tay lok tiba-tiba dia melompat ke muka dan mengayunkan kakinya. Ternyata lompat tersebut mencapai dua kaki lebih. Yan Jit segera menghela napas panjang, sambil menggeleng gumamnya.
"Heran, kenapa orang ini selamanya tak pernah dewasa?" 0000000 0000000 Langit sudah menggelap, sedang jalan berwarna putih cemerlang. Sesungguhnya jalanan itu tidak berwarna putih, yang putih adalah timbunan salju, Kwik Taylok, menyaksikan pepohonan di balik timbunan salju itu seakan-akan sedang lari ke belakang. Sesungguhnya pohon itu tidak lari, yang sedang berlarian adalah sepasang kakinya. Ia bukannya sedang takut tak bisa melepaskan diri dari penguntilan manusia berbaju hitam di belakangnya itu, melainkan dia kuatir tak bisa menyusul Yan Jit. Bila Yan Jit sedang mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, maka dia akan berubah bagaikan seekor burung walet. Kwik Tay-lok sudah mulai terengah-engah napasnya. Saat itulah Yan Jit baru pelan-pelan menghentikan gerakan tubuhnya, lalu sambil mengerling sekejap ke arahnya, dia menegur sambil tertawa.
"Apakah kau sudah kepayahan?"
Kwik Tay-lok menghembuskan napas panjang dan tertawa getir.
"Makanku lebih banyak daripada darimu, kepalaku juga lebih gedean daripada dirimu, tentu saja lariku tak bakalan bisa menangkan kau"
"Makan si kuda lebih banyak darimu, kepalanya juga lebih gedean dari pada dirimu mengapa larinya justru lebih cepat dari pada kau?"
"Aku bukan kuda dan kakiku cuma dua"
Yan Jit segera tertawa.
"Bukankah kau pernah bilang sekalipun sedang lari dengan satu kaki, orang lain jangan harap bisa menyusul dirimu !"
"Bukan kau yang kumaksudkan"
"Memangnya kau anggap orang lain tidak becus !"
"Tentu saja"
Tiba-tiba Yan Jit menghela napas panjang lalu katanya.
"Mengapa, kau tidak berpaling untuk melihat sendiri ?"
Begitu Kwik Tay lok berpaling dia lantas dibikin tertegun.
Tiba-tiba dia menjumpai ada seseorang berdiri ditengah jalan sana.
Jalanan itu putih, sedangkan orang itu hitam.
Manusia berbaju hitam yang bersembunyi di belakang pintu warung obat tadi, ternyata saat itu sudah menyusul sampai di sana.
Kwik Tay lok tertegun untuk beberapa saat lamanya, kemudian berkata.
"Sungguh tak kusangka bocah keparat ini bisa berlari dengan begini cepatnya"
"Jangankan kau cuma memakai sebuah kaki saja, tampaknya sekalipun kau lari dengan memakai tiga buah kakipun, dia tetap akan mampu mengikuti dirimu, percaya tidak?"
"Aku percaya!"
Yan Jit memandang ke arahnya, sinar mata itu penuh dengan makna senyuman.
Dia memang seorang yang menyenangkan, yang paling menyenangkan adalah keberaniannya untuk mengakui kesalahan yang telah dilakukannya.
Oleh karena itu, kendatipun tak sedikit kesalahan yang pernah dilakukannya, dia masih tetap merupakan lelaki yang menyenangkan.
"Ketika tak mampu meninggalkan kejarannya, itu berarti kita tak boleh pulang ke rumah!"
"Benar!"
"Tapi kalau tidak pulang, kita harus ke mana?"
"Tiada tempat yang bisa kita kunjungi."
Tapi kemudian sambil mengerdipkan matanya mendadak ia tertawa, katanya lebih jauh.
"Kau masih ingat dengan apa yang kau ucapkan tadi?"
"Apa yang pernah kukatakan?".
"Kau bilang, sekalipun dia benar-benar mampu menyusulku, akupun masih bisa meniupnya pergi."
"Aaah, masakah kau memiliki kemampuan sebesar itu? seru Yan Jit sambil tertawa.
"Tentu saja."
"Dengan cara apa kau hendak meniupnya pergi."
"Dengan kepalanku."
Tiba-tiba ia membalikkan badannya dan berjalan mendekati orang berbaju hitam itu. Orang berbaju hitam itu berdiri ditengah jalan sambil mengawasi dengan tenang.
"Hebat benar orang ini, sungguh pandai ia mengendalikan diri."
Habis kesabaran Kwik Tay lok, pelan-pelan dia berjalan ke depan sementara hatinya sedang berputar, dia sedang mempertimbangkan untuk membuka mulut lebih dulukah atau menggerakkan kepalannya? Siapa tahu, orang berbaju hitam itupun tak sanggup mengendalikan diri, sambil putar badan ia lantas kabur meninggalkan tempat itu.
Kwik Tay lok juga tak sanggup mengendalikan diri, dia mengerahkan tenaga dan mengejar dari belakang.
Mendadak ia menemukan bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki berbaju hitam itu tidak berada di bawah Yan Jit, sekalipun ia mempunyai tiga buah kaki juga, belum tentu dapat menyusulnya, terpaksa dengan suara lantang teriaknya.
"Sobat, tunggu sebentar, aku hendak berbicara denganmu!"
Tapi orang berbaju hitam itu justru tidak menunggu, dia malahan lari semakin cepat. Kwik Tay lok menjadi naik darah, segera teriaknya keras-keras.
"Hei, apakah kau tuli?"
Tiba-tiba orang berbaju hitam itu berpaling dan tertawa, sahutnya.
"Benar, aku memang tuli sekali, apa yang kau ucapkan tak sepatah katapun yang kudengar"
Agaknya untuk membuat berkobarnya amarah Kwik Tay lok.
Siapa saja yang berhasrat untuk membuat Kwik Tay lok marah hal ini bisa dilakukannya secara gampang, sebab dia memang seseorang yang gampang menjadi marah.
Begitu amarahnya berkobar, ia lantas mengejar dengan kencang.
Tadi, sebenarnya orang berbaju hitam itu yang menguntil mereka, tapi sekarang justru dia menguntil orang berbaju hitam itu.
Terpaksa Yan Jit harus mengiringinya untuk turut mengejar ke depan....
Di tepi jalan situ terdapat sebuah hutan yang tertimbun salju, dibalik hutan ternyata ada cahaya lampu.
Orang berbaju hitam itu segera berkelebat lewat didalam hutan tadi, kemudian tubuhnya lenyap tak berbekas.
Cahaya lampu masih bersinar terang di situ.
Cahaya lampu itu memancar keluar dari balik sebuah rumah, ternyata orang berbaju hitam itu menerjang masuk ke dalam rumah itu.
Sambil menggigit bibir, Kwik Tay lok berseru dengan gemas.
"Tunggulah aku di luar, akan kuperiksa rumah itu."
Yan Jit tidak berbicara, diapun tidak menahan pemuda itu.
Apabila Kwik Tay lok sudah berniat untuk melakukan sesuatu, pada hakekatnya tak seorangpun yang sanggup untuk menghalanginya.
Sekalipun dia ingin terjun ke sungai, Yan Jit terpaksa harus menemaninya juga.
Pintu rumah dimana cahaya lentera itu berasal berada dalam keadaan terbuka lebar.
Ketika Kwik Tay-lok menyerbu masuk ke dalam pintu rumah, kembali ia bikin tertegun.
Didalam ruangan itu tampak sebuah perapian, disamping perapian duduk seorang perempuan yang berwajah cantik.
Ternyata perempuan itu adalah Wi hujin.
Ketika menjumpai Kwik Tay-lok, sedikitpun ia tidak merasa heran atau kaget, malah ujarnya sambil tersenyum.
"Udara di luar sana tentu sangat dingin, mengapa kalian berdua tidak masuk untuk menghangatkan badan"
Tampaknya kehadirannya di sana adalah khusus untuk menantikan kedatangan kedua orang itu.
00000000 Selain dia, dalam ruangan itu masih ada seseorang, itulah si orang berbaju hitam.
Begitu melihat kehadiran orang itu di sana, api kemarahan dalam hati Kwik Tay-lok kontan saja berkobar, tak tahan dia menyerbu masuk seraya berteriak keras.
"Mengapa kau selalu menguntil di belakangku?"
Orang berbaju hitam itu mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian menjawab.
"Aku yang sedang menguntilmu? Atau kau yang sedang menguntil diriku ?"
Mencorong sinar bening dari balik matanya.
"Tentu saja kau yang sedang menguntil diriku!"
Sahut Kwik Tay-lok. Kembali orang berbaju hitam itu tertawa.
"Tahukah kau tempat manakah ini?"
"Tidak!"
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu kuberitahukan kepadamu, tempat ini adalah rumahku"
"Rumahmu?"
"Yaa, betul!"
Jawab orang berbaju hitam itu sambil tertawa.
"andaikata kau tidak menguntilku, mengapa kalian bisa sampai didalam rumahku ?"
Kwik Tay-lok jadi tertegun.
Tiba-tiba ia merasakan bahwa sinar mata orang berbaju hitam itu bukan saja amat jeli, senyumannyapun sangat manis.
Ternyata orang berbaju hitam itu adalah seorang gadis yang memakai baju hitam, lagi pula usianya paling banter sekitar enam tujuh belas tahunan.
Dalam keadaan begini sekalipun Kwik Tay-lok memiliki banyak alasan juga percuma saja sebab dia tak mampu untuk mengucapkan sepatah katapun.
Sambil tertawa Wi hujin lantas berkata.
"Toh kalian berdua sudah sampai di sini mengapa tidak duduk lebih dulu? Silahkan masuk, silahkan masuk!"
Disamping perapian terdapat dua buah bangku. Yan Jit segera duduk lalu katanya tiba-tiba sambil tertawa.
"Agaknya kau sudah menduga kalau kami bakal datang kemari, maka kau sengaja menunggu kami di sini?"
Wi hujin tersenyum.
"Kalian ingin pergi, aku tak bisa menahannya, kalian mau datang, akupun tak bisa menolaknya"
"Bila kami akan pergi juga sekarang?"
Tanya Yan Jit.
"Akupun masih tetap dengan perkataan yang lalu"
"Perkataan apa"
"Tidak menghantar, tidak menghantar!"
"Tapi kau masih akan menyuruh adik kecil itu untuk menguntil di belakang kami?"
Nona berbaju hitam itu segera melotot.
"Siapa yang sedang menguntil kalian?"
Protesnya.
"toh jalanan itu bukan milik kalian, kalau kalian boleh melewati jalan itu, mengapa aku tak boleh? kalian saja boleh seenaknya saja menyerbu ke rumahku, memangnya aku tak boleh mengambil jalan yang sama dengan kalian?"
"Oooh rupanya kau hanya secara kebetulan saja mengambil jalan yang sama dengan kami"
Jengek Yan Jit tertawa dingin.
"Tepat sekali!"
"Wah, kalau begitu sungguh amat kebetulan"
Wi hujin tertawa ewa, katanya.
"Bila usiamu sudah agak meningkat nanti, kau akan segera mengetahui kalau kejadian yang kebetulan memang tak sedikit jumlahnya.."
"Kalau begitu kau sudah bertekad untuk menemukan kembali Lim Tay peng dari tangan kami?"
"Soal itu mah harus dilihat dulu apakah kalian tahu kemana perginya atau tidak"
Sahut Wi hujin sambil tertawa.
"Seandainya kami tahu?"
"Asal kalian tahu, maka cepat atau lambat akupun bakal tahu juga"
Tiba-tiba Yan Jit mengedipkan matanya kepada Kwik Tay-lok, kemudian ujarnya.
"Andaikata kaki seseorang sudah dibelenggu dengan tali, dapatkah ia menguntil orang lagi?"
"Agaknya tak bisa"
Jawab Kwik Tay-lok.
"Tepat sekali jawabanmu itu!"
Mendadak dari sakunya meluncur keluar seutas tali dan secepat kilat menyambar kaki si nona berbaju hitam itu.
Ibaratnya seekor ular, tali tersebut dengan cepat dan tepat bahkan seakan-akan mempunyai mata meluncur ke muka.
Asal dia sudah melancarkan serangan dengan talinya, jarang sekali ada orang yang mampu menghindarkan diri.
Sesungguhnya nona berbaju hitam itu sama sekali tidak berkelit, sebab tali itu sudah berada ditangan Wi hujin.
Tangannya pelan-pelan di ulurkan ke depan, tapi kenyataannya meski gerak tali itu cepatnya luar biasa, tapi entah mengapa tahu-tahu sudah berada dalam genggamannya.
Yan Jit segera menarik dengan sepenuh tenaga, dia bermaksud untuk menarik kembali talinya.
Wi hujin sama sekali tidak menggunakan tenaga, tapi entah mengapa, tahu-tahu tali itu sudah berada di tangannya.
Paras muka Yan Jit berubah hebat, hanya seorang yang tahu apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, dia hanya merasakan dari balik tali itu muncul segulung tenaga yang aneh sekali, sedemikian dahsyatnya tenaga serangan tersebut, membuat separuh badannya sampai kini masih terasa kesemutan.
Selama hidup, ia belum percaya kalau di dunia ini terdapat tenaga dalam yang begitu dahsyatnya, tapi sekarang, mau tak mau ia harus mempercayainya.
Sambil tersenyum Wi-hujin lantas berkata.
"Padahal, sekalipun kau benar-benar hendak membelenggu sepasang kakinya juga percuma"
Yan Jit termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia menghela napas panjang.
"Yaa, memang percuma"
"Paling tidak, kau harus membelenggu sepasang kakiku lebih dulu"
"Benar!"
"Tapi aku berani menjamin, mungkin di dunia ini tak ada seorang manusiapun yang sanggup membelenggu kakiku"
Kata Wi hujin sambil tertawa lebar.
"Aku mempercayainya"
Tiba-tiba ia tertawa, lalu katanya pula.
"Tapi akupun dapat membuktikan sesuatu kepadamu"
"Membuktikan apa?"
"Walaupun aku tak sanggup untuk membelenggu kaki kalian, tapi masih sanggup untuk membelenggu kaki orang lain, asal kaki orang ini sudah dibelenggu maka sekalipun, kalian mempunyai kemampuan yang bagaimana hebatpun, jangan harap bisa mendapat tahu tentang jejak Lim Tay peng...."
"Kau berencana untuk membelenggu kaki siapa?"
Tanya Wi hujin sambil tertawa.
"Kakiku sendiri!"
Bagaimanapun tak becusnya seseorang, paling tidak ia dapat membelenggu kaki sendiri dan hal tersebut merupakan suatu hal yang tak dapat diragukan lagi.
Yan Jit telah membelenggu kakinya sendiri.
Dalam sakunya masih terdapat banyak sekali tali.
Dia seakan-akan gemar menggunakan tali sebagai senjatanya.
Wi hujin juga kelihatan agak tertegun, tapi sesudah tertegun beberapa saat lamanya dia baru tertawa lebar, sahutnya.
"Benar, cara ini memang merupakan sebuah cara yang sangat baik, bahkan akupun mau tak mau harus mengakui bahwa cara ini memang merupakan sebuah cara yang sangat baik."
"Terlalu memuji!"
"Seandainya kau membelenggu dirimu sendiri ditempat ini, aku memang tak akan mampu untuk menemukan kembali jejak Lim Tay-peng?"
"Aku tak perlu membelenggu kakiku sendiri"
Kata Kwik Tay lok.
"kakiku seperti juga dengan kakinya"
"Jadi kalau begitu, kau sudah bertekad untuk tidak pergi dari sini?"
"Agaknya memang begitu"
"Sebenarnya aku telah bersiap-siap untuk membelenggu kalian dengan tali kemudian memaksa kalian untuk mengatakan jejak Lim Tay-peng, sebelum kalian berbicara, aku tak akan melepaskan kalian pergi"
Setelah berhenti sebentar, dia menghela napas panjang, lalu terusnya sambil tertawa getir.
"Siapa tahu kalian telah membelenggu diri sendiri"
"Inilah yang dinamakan siapa turun tangan lebih dulu, dialah yang lebih tangguh"
Kata Kwik Tay lok tertawa.
"Sayang sekali yang bakal mendapat musibah juga bukan aku, melainkan diri kalian"
"Oya?"
"Tentu saja kalian tak akan mengendon sepanjang hidup ditempat ini bukan?"
"Siapa tahu begitu?"
Jawab Kwik Tay-lok sambil tertawa. Setelah memperhatikan sakejap sekeliling tempat itu, katanya lagi seraya tersenyum.
"Tempat ini mana hangat, sedap, nyaman lagi, paling tidak jauh lebih nyaman dari pada tempat bobrok kami itu?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Wi hujin setelah mendengar perkataan itu, serunya.
"Jadi kalian tinggal di sebuah rumah bobrok?"
"Kau tak usah mencoba untuk memancing rahasia apa-apa dari mulutku, tidak sedikit rumah bobrok yang ada di dunia ini, jika kau ingin mencarinya satu demi satu, maka sampai masuk liang kuburpun belum tentu pekerjaanmu itu sudah selesai."
Wi hujin segera menghela napas panjang.
"Aaai ....aku hanya merasa sedikit keheranan"
"Apa yang kau herankan?"
"Sejak kecil Lim Tay-peng sudah terbiasa dimanja, kenapa ia bisa tahan untuk hidup di dalam sebuah rumah bobrok?"
"Karena didalam rumah bobrok kami itu, terdapat semacam benda yang tak akan didapatkan di tempat lain"
"Ditempat kalian sana ada apanya?"
"Teman!"
Asal ada teman, sekalipun tinggal dirumah yang lebih miskin dan lebih bobrokpun juga tak mengapa.
Sebab asal di sana ada teman, di situ pula ada kehangatan dan kegembiraan.
Tempat yang tak ada temannya, meski di seantero lantai penuh dengan emas permata, dalam pandangan mereka tidak lebih hanya sebuah penjara yang terbuat dari emas.
Wi hujin kembali termenung sampai lama sekali, akhirnya dia menghela napas panjang, katanya.
"Tampaknya, walaupun kalian agak mengherankan, sesungguhnya cukup bersetia kawan."
"Yaa, paling tidak kami tak akan menghianati kawan!"
Kata Kwik Tay-lok.
"Apakah sampai kapanpun kalian tak akan menghianati teman?"
Tanya Wi hujin lagi. Kwik Tay-lok mengangguk. Wi hujin kembali tertawa, katanya riang.
"Baik, akan kulihat, kalian bisa menunggu sampai kapan?"
Fajar telah menyingsing, langitpun menjadi terang.
Di atas meja dihidangkan pelbagai aneka kueh dan santapan yang lezat, semuanya membangkitkan selera makan orang saja.
Bersantap, bukan saja merupakan kenikmatan, juga merupakan suatu seni.
Wi hujin pandai sekali mencari kenikmatan hidup, juga mengerti tentang seni memasak.
Waktu makan, dia makan amat lamban, makan dengan indahnya.
Entah apapun yang sedang dia makan, selalu bisa menimbulkan kesan bahwa makanan yang sedang dimakannya itu lezat sekali.
Apa lagi semua hidangan tersebut pada hakekatnya memang merupakan hidangan yang paling lezat.
Kalau baunya saja sudah sedap, apalagi kalau dimakan tentu enaknya bukan kepalang.
Kwik Tay-lok sudah tidak tahan dan diam-diam menelan air liur.
Bila pengaruh arak sudah hilang, biasanya perut akan terasa lebih cepat laparnya.
Sambil menahan lapar, harus menyaksikan orang lain berpesta pora, siksaan semacam ini pada hakekatnya jauh lebih menderita daripada siksaan apapun jua.
Tiba-tiba Kwik Tay lok berteriak keras.
"Aaai.... masa tuan rumah makan sendiri, membiarkan tamunya menahan lapar sambil menonton orang makan, macam beginikah perlakuan dari seorang tuan rumah?"
Wi hujin manggut-manggut.
"Yaa, ini memang bukan cara melayani tamu yang baik, tapi benarkah kalian adalah tamutamuku?"
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwik Tay-lok berpikir sebentar, kemudian sambil menghela napas dia tertawa getir.
"Bukan!"
"Inginkah kalian menjadi tamuku?"
"Tidak!"
"Kenapa? Demi Lim Tay-peng"
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang, sahutnya.
"Aaai.... siapa suruh dia adalah sahabat kami!"
"Walaupun kalian cukup setia kawan, tapi kalianpun cukup goblok!"
Kata Wi hujin sambil tertawa.
"Oya?"
"Hingga kini, kalian masih belum bertanya kepadaku, mengapa aku hendak mencari Lim Taypeng.."
"Kami merasa tak perlu bertanya!"
"Kenapa tidak perlu? Darimana kalian bisa tahu aku bermaksud baik atau bermaksud jahat kepadanya? Siapa tahu aku hendak mencarinya karena ingin memberi sedikit barang kepadanya?"
"Aku hanya tahu akan satu hal, bila dia tak ingin berjumpa denganmu, kamipun tak akan membiarkan kau menemukan dirinya, entah maksud baik atau jahat, kedua- duanya adalah sama saja!"
"Darimana kau bisa tahu dia tidak bersedia menjumpai diriku?"
Tanya Wi hujin lagi.
"Sebab kau mencarinya dengan terlampau tergesa-gesa, seperti mengandung satu maksud yang tidak baik, kalau tidak, seharusnya kau biarkan aku pulang dan memberitahukan hal ini kepadanya, kemudian suruh dia yang datang mencarimu"
Wi hujin segera tertawa, katanya.
"Tampaknya kalian tidak bodoh, cuma ada sedikit bodoh"
"Oya ?"
"Andaikata kalian takut dikuntil secara diam-diam olehku sehingga tak berani pulang, janganlah pulang, kalian toh masih bisa pergi ke tempat lain? Buat apa musti mengikat diri ditempat ini?"
Kwik Tay-lok berpikir sebentar, lalu serunya kepada Yan Jit.
"Agaknya apa yang dia ucapkan memang masuk diakal juga, mengapa kita belum juga pergi dari sini?"
"Sebab saat ini, aku sudah tak akan membiarkan kalian pergi lagi!"
Kata Wi hujin dengan cepat.
"Kau sendiri kan pernah bilang, setiap saat aku boleh pergi meninggalkan tempat ini ?"
"Tapi sekarang aku telah berubah pikiran"
Sesudah tertawa, lanjutnya.
"Kau toh juga tahu, perempuan itu suka berubah-ubah pikiran setiap waktu!"
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang.
"Aaaai, andaikata kau bukan seorang perempuan, hal ini lebih baik lagi"
"Apanya yang baik?"
Sambil memandang Sio-may dan kueh-kueh kecil lainnya di meja sahut Kwik Tay-lok.
"Jika kau ini seorang lelaki, paling tidak aku bisa tebalkan muka untuk merampas makanan milikmu itu"
"Kenapa kau tidak menganggap saja diriku sebagai seorang lelaki?"
Tantang Wi hujin sambil tersenyum. Kwik Tay-lok segera berpaling ke arah Yan Jit, sedang Yan Jit mengerdipkan matanya. Terdengar Wi hujin berkata lagi.
"Tak ada salahnya kalau kalian berdua ingin maju bersama"
Yan Jit segera tertawa.
"Kulit mukaku masih belum setebal mukanya, lebih baik biar dia saja yang turun tangan seorang diri". Kwik Tay lok segera menghela napas panjang, katanya.
"Bila seseorang sudah kelaparan setengah mati, sekalipun tak ingin menebalkan mukanya juga tak bisa?"
Mendadak tubuhnya meluncur ke depan dan menubruk ke atas meja yang penuh dengan hidangan itu.
Ke sepuluh jari tangannya di pentangkan bagaikan kuku garuda, ternyata yang dipergunakan pemuda itu adalah jurus Hui-eng-poh-toh (elang terbang menyambar kelinci) dari ilmu Eng-jiaukang yang sangat lihay itu.
Menggunakan jurus elang terbang menerkam kelinci untuk merebut siomay dari atas meja, sebenarnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang menggelikan sekali.
Tapi, bila seseorang sudah kelaparan sekalipun perbuatan yang lebih menggelikan juga bisa dilakukannya.
Wi hujin segera tertawa, katanya.
"Aku lihat ilmu Eng-jiau-kang yang kau miliki termasuk lumayan juga....". Sekalipun mulutnya bercakap-cakap dengan santai, namun sepasang supit di tangannya mendadak menotok ke muka dengan cepatnya. Supit yang digunakan adalah supit perak yang halus, supit semacam ini biasanya akan patah jika terbentur. Dengan cepat supit itu menotok pelan di atas jari tengah tangan kanan Kwik Tay-lok. Supit itu ternyata tidak putus. Sebaliknya tubuh Kwik Tay-lok bagaikan layang-layang putus benang, mendadak ia terjatuh dari tengah udara dan sebentar lagi agaknya akan segera menjatuhi hidangan di meja. Mendadak sumpit ditangan Wi hujin itu secepat kilat menjepit ke arah pinggangnya, dengan begitu seluruh bobot badannya terjatuh di atas sumpit yang terbentur sedikit saja akan patah itu. Ternyata sumpit itu belum juga patah. Tangan Wi hujin masih berhenti ditengah udara dan menjepit tubuhnya dengan sepasang sumpit itu, persis seperti lagi menyumpit seekor udang bago. Yan Jit menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian itu. Sambil tersenyum Wi hujin segera berkata.
"0h....begini besarnya sio-may cukup kenyang untuk isi perutmu seharian penuh"
Begitu selesai berkata, tubuh Kwik Tay lok sudah melayang ke atas tubuh Yan Jit.
Yan Jit ingin menerima tubuhnya, tapi tak sanggup, kedua orang itu segera saling bertubrukan dan sama-sama terguling ke arah tanah.
Lewat lama sekali Kwik Tay lok belum juga merangkak bangun, ia hanya bisa memandang ke wajah Wi hujin dengan sepasang mata terbelalak lebar-lebar.
Dia seakan-akan dibuat tertegun oleh kejadian tersebut.
Mendadak Yan Jit bertanya.
"Tahukah kau jurus apa yang barusan dia pergunakan itu?"
Kwik Tay-lok segera menggeleng.
"Kau toh mengerti ilmu Eng-jiau-kang?"
Seru Yan Jit.
"seharusnya kau juga tahu bukan kalau dalam ilmu tersebut terdapat satu jurus serangan yang dinamakan Lo eng cua ki (elang tua menyambar ayam)?"
Kwik Tay lok manggut-manggut. Yan Jit segera tertawa, serunya.
"Jurus serangan yang barusan ia pergunakan itu adalah perubahan dari jurus elang tua menyambar ayam yang diberi nama Kuay-cu sia-ki dengan sumpit ayam!"
"Sebetulnya aku ini ayam atau siomay?"
"Sudah pasti siomay isi daging ayam!"
"Sungguh tak kusangka persoalan yang kau ketahui tak sedikit jumlahnya"
Seru Kwik Tay-lok pula sambil tertawa.
Mendadak tubuhnya meluncur ke depan dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.
Kali ini dia tidak mencomot ke atas meja, melainkan menerobos ke kolong meja.
Wi-hujin sedang mendengarkan pembicaraan mereka sambil tersenyum, seakan-akan merasa tertarik sekali.
Agaknya dia tidak menyangka kalau Kwik Tay-lok akan menyusup maju lagi ke depan, sementara masih bercakap-cakap, lebih tidak menyangka lagi kalau orang itu bakal menerobos ke kolong meja.
Dikolong meja tak akan dijumpai hidangan lezat, tapi mau apa dia menerobos ke bawah.
Ingin mencari tulang? Tanpa terasa Wi hujin menjadi agak keheranan, tapi saat itulah mendadak hidangan yang berada di meja itu berlompatan ke tengah udara.
(Bersambung ke
Jilid 14)
Jilid 14 YAN JIT segera mengayunkan tangannya ke depan, tali yang sebetulnya digunakan untuk membelenggu kakinya itu mendadak meluncur ke depan bagaikan seekor ular berbisa, kemudian sekali menggulung, ke tujuh delapan macam hidangan yang terlempar ke udara itu sudah digulungnya...
Sementara itu Kwik Tay lok juga sudah menyusup keluar dari dasar kolong meja.
Yan Jit segera lepaskan tangannya, ada tiga empat macam hidangan segera meluncur ke bawah, dengan cepat Kwik Tay-lok menyambut dua tiga buah diantaranya, sementara mulut pun dibuka lebar-lebar untuk menyambut jatuhnya, sebiji siomay.
Walaupun beberapa macam gerakan ini tidak dilakukan dengan suatu kepandaian silat yang luar biasa, namun kerja sama mereka benar-benar dilakukan amat jitu dan bagus, pada hakekatnya membuat orang merasa kagum saja.
Wi hujin ternyata juga turut menghela napas, katanya.
"Setelah menyaksikan kepandaian kalian berdua, sekalipun harus kuberi sedikit makanan kepada kalian, itupun tidak rugi."
Dalam dua tiga kali gigitan saja ia sudah menghabiskan sebiji siomay, lalu katanya sambil tertawa.
"Aku lihat agaknya kau masih punya sedikit liang sim....."
Ketika ia mulai makan siomay yang ke dua, Yan Jit juga telah menghabiskan sebiji bakpao.
Bisa makan sebiji bakpao dalam keadaan seperti ini sesungguhnya bukan terhitung suatu pekerjaan yang gampang, maka rasanya tentu saja luar biasa sedapnya.
Sambil tertawa Yan Jit lantas berkata.
"Bakpao ini benar-benar sedap sekali, entah isinya terbuat dari apa ?"
Wi hujin segera tersenyum, sahutnya.
"Biasanya ada dua macam isi yang dipakai untuk isi bakpao dan siomay ....!"
"Macam apa saja itu?"
"Yang semacam adalah terbuat dari daging babi yang diberi udang!"
"Sedang yang lain memakai daging apa?!"
"Daging tikus, bangkai tikus!"
Daging tikus memang bisa dimakan, tapi daging bangkai tikus tak bisa dimakan, siapa memakannya, tentu akan mampus.
Bakpao yang dimakan Kwik Tay-lok seakan-akan terhenti di tenggorokan dan tak mampu ditelan lagi..
Sebetulnya dia ingin bertanya, bakpao yang dimakannya itu terbuat dari daging apa, tapi sekarang ia tak perlu bertanya lagi.
Mendadak ia merasakan ke empat anggota badannya menjadi lemas dan kepalanya mulai terasa pusing.
Ketika berpaling ke arah Yan Jit, dilihatnya paras muka rekannya juga telah berubah menjadi kelabu, bahkan makin lama semakin menghitam pekat.
Wi hujin masih saja tersenyum.
Baru saja Kwik Tay-lok ingin menerjang ke depan, mendadak ia merasa perempuan itu seakan-akan berada ditempat yang jauh sekali, selembar wajahnya itu makin lama semakin bertambah buram, makin lama semakin tak kelihatan.
Dia hanya merasakan Yan Jit menerjang ke hadapannya dan memeluknya erat-erat, lalu terdengar ia berbisik.
"Sebelum mati, aku mempunyai sebuah rahasia yang ingin kuberi tahukan kepadamu"
"Raaa ....rahasia apa?"
Belum sempat dia mengutarakan rahasianya, tahu-tahu iapun turut roboh ke tanah.
Dalam keadaan begini, sekalipun dia telah mengucapkan rahasianya, Kwik Tay-lok juga tak akan bisa mendengar lagi.
Manusia mati karena harta, burung mati karena makanan.
Ucapan ini ternyata kurang tepat.
Ada sementara orang yang sama sekali acuh terhadap harta kekayaan, mereka enggan bekerja keras demi uang, tapi seringkali mati demi makanan....
Apakah kau merasa bahwa cara kematian semacam ini penasaran sekali? Bila kau sudah kelaparan setengah mati, mungkin kaupun akan merasa bahwa lebih, baik mati daripada menahan lapar.
Tapi mengapa mereka bisa kelaparan? Tentu saja karena teman.
"Orang yang mati karena teman, dia tak akan dijebloskan ke dalam neraka"
Tapi bila teman-teman mereka berada di dalam neraka, mungkin mereka lebih suka hidup di neraka dari pada masuk ke sorga.
Tiada manusia yang bisa terlepas dari kematian.
Mati, sesungguhnya boleh dianggap sebagai suatu kejadian yang amat menakutkan.
Maksudnya kau sudah habis, sudah lenyap, tak akan memiliki perasaan lagi, tak akan memiliki harapan, badan kasarmu dengan cepat akan membusuk, namamu dengan cepat akan terlupakan orang..Di dunia ini masih ada kejadian apa lagi yang lebih menakutkan daripada kematian? Bila sudah mati harus masuk neraka, tentu saja kejadian ini lebih menakutkan lagi.
Tapi macam apakah neraka itu ? Tak seorangpun yang tahu.
Tempat itu tentu sangat gelap, sangat gelap sekali...
Gelap yang luar biasa menyelimuti seluruh tempat.
Demikian gelapnya membuat kau bukan saja tak dapat melihat orang lain, juga tak bisa melihat diri sendiri..Kwik Tay-lok yang ingin melihat diri sendiripun tak mampu melihatnya.
Dia hanya merasakan sepasang matanya, terpentang lebar-lebar.
Tapi berada dimanakah dia sekarang?, masihkah hidup? Ataukah sudah mati? Ternyata dia tidak tahu.."Tidak tahu"
Itu sendiri sebenarnya adalah suatu kengerian...
mungkin suatu kengerian buat umat manusia.
Umat manusia takut dengan kematian bukankah dikarenakan mereka tidak tahu macam apakah kematian itu? Kwik Tay-lok mau tak mau merasa amat seram, hampir saja merasa ketakutan sehingga tak mampu bergerak lagi.
Takut sebenarnya merupakan suatu perasaan yang selamanya tak akan mampu dikendalikan oleh manusia.
Lewat lama sekali, Kwik Tay-lok baru mendengar dari sisi tubuhnya seakan-akan ada orang sedang bernapas.
Tapi benarkah manusia yang sedang bernapas? Ia sama sekali tidak tahu....! Dalam kegelapan malam semacam ini, siapapun tak akan mempercayai diri sendiri.
Untung saja dia masih percaya akan satu hal.
Dikala masih hidupnya Yan Jit berada bersamanya, setelah matipun dia tetap akan berada bersamanya.
Ada sementara teman yang seakan-akan tak bisa berpisah lagi untuk selamanya, entah masih hidup ataupun setelah mati.
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka sambil memberanikan diri, Kwik Tay-lok lantas menegur dengan suara lirih.
"Yan Jit... kaukah di situ?"
Lewat beberapa saat kemudian, dari balik kegelapan baru terdengar seseorang menjawab dengan lirih.
"Siau-Kwik kah di situ?"
Akhirnya Kwik Tay-lok dapat menghembuskan napas lega.
Asal ada teman yang bersamanya, entah mati atau hidup tidak menjadi soal baginya.
Tubuhnya mulai bergeser ke arah sana, akhirnya dia berhasil meraba sebuah tangan, sebuah tangan yang dingin bagaikan es.
"Tanganmukah itu?"
Kwik Tay lok segera bertanya. Tangan itu bergerak dan segera menggenggam tangan Kwik Tay-lok kencang-kencang. Menyusul kemudian terdengar suara Yan Jit bertanya lagi dengan lemah dan lirih.
"Dimanakah kita berada sekarang?"
"Entah!"
"Apakah kita masih hidup?"
"Entah!"
Sahut Kwik Tay lok sambil menghela napas. Yan Jit juga menghela napas.
"Kelihatannya sewaktu masih hidup kau menjadi orang tolol, setelah matipun menjadi setan tolol"
Keluhnya. Kwih Tay-lok segera tertawa, sahutnya.
"Tampaknya semasa masih hidup kau suka menyindir aku, sudah matipun masih suka menyindirku"
Yan Jit tidak berbicara lagi, dia hanya memegang tangan Kwik Tay lok semakin kencang..
Di hari-hari biasa dia adalah seseorang yang keras kepala dan pemberani, tapi sekarang tampaknya dia ingin menggantungkan diri pada Kwik Tay-lok.
Mungkin saja sebenarnya dia ingin menggantungkan diri pada Kwik Tay-lok, cuma dihari biasa selalu berusaha mengendalikan dirinya....
bila seseorang sudah mencapai pada keadaan yang benar-benar ketakutan, perasaan tersebut baru benar-benar akan terpancar keluar.
Kwik Tay-lok termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia bertanya lagi.
"Coba tebak apa yang paling ingin kuketahui sekarang?"
"Ingin tahu kita berada dimana sekarang?"
Seru Yan Jit.
"Bukan !"
"Ingin tahu sebenarnya kita masih hidup atau sudah mati?"
"Juga bukan!"
Yan Jit segera menghela napas panjang.
"Sekarang aku belum punya kegembiraan untuk bermain tebak-tebakan denganmu, lebih baik katakan saja sendiri"
"Aku sangat ingin mengetahui rahasiamu"
"Aku...? Aku punya rahasia apa?"
"Sebelum mati tadi, bukankah kau hendak memberitahukan rahasiamu kepadaku?"
Mendadak Yan Jit menarik tangannya dan termenung, sampai lama sekali dia baru berkata sambil tertawa.
"Sampai sekarang kau masih belum melupakannya?"
Kwik Tay-lok segera tertawa.
"Entah masih hidup atau sudah mati, aku tak akan melupakannya"
Kembali Yan Jit termenung lama sekali, kemudian baru berkata.
"Tapi sekarang aku tak ingin memberitahukan soal itu kepadamu"
Oooo(O)oooo KEMATIAN TAK AKAN TERHINDAR "KENAPA?"
Seru Kwik Tay lok penasaran..
"Tidak karena apa-apa, cuma...cuma..."
Belum lagi dia menyelesaikan kata-katanya, dari kegelapan yang mencekam sekeliling mereka itu mendadak terbentik setitik cahaya api berwarna hijau yang sangat mengerikan.
Itulah api setan! Di bawah cahaya api setan yang berwarna hijau, seakan-akan berdiri sesosok bayangan manusia.
Mungkin saja bukan bayangan manusia, melainkan bayangan setan.
Ia berada di situ seakan-akan tidak menginjak tanah.
Ia seperti sedang melayang-layang di udara.
Tak tahan lagi Kwik Tay-lok segera membentak.
"Kau ini manusia atau setan ?"
Tiada Jawaban, entah manusia atau bayangan setan, tiba-tiba dia melayang kembali ke depan.
Entah dia orang baik atau setan, pokoknya itulah satu-satunya titik cahaya di tengah kegelapan yang mencekam.
Asal ada setitik cahaya, kan lebih baik dari pada ditengah kegelapan....
"Kau masih bisa berjalan?"
Tanya Kwik Tay lok dengan suara dalam.
"Bisa!"
"Bagaimana kalau kita kejar bayangan tadi?"
Yan Jit segera menghela napas panjang.
"Aaai.. bagaimanapun juga aku rasa suasana di sana tak akan sejelek keadaan di sini"
Api setan masih melayang-layang di depan sana, seakan-akan sengaja sedang menantikan mereka. Kwik Tay lok telah menemukan tangan Yan Jit, sambil menggenggamnya erat-erat katanya.
"Peganglah tanganku kencang-kencang, jangan terlepas, entah baik atau buruk, kita harus berada bersama sama..."
Tenaga yang mereka miliki masih merasa agak kaku.
Tapi bagaimanapun juga mereka sudah dapat berdiri, berjalan mengikuti di belakang api setan itu.
Di depan sana terdapat apa? Sorga lokakah ? Atau neraka? Mereka tidak tahu, merekapun tak ambil perduli, sebab mereka bisa berjalan ke depan sambil bergandengan tangan.
Menanti mereka merasa langkah kakinya makin lama semakin cepat, api setan di depan itupun sudah mempercepat pula langkahnya.
Mendadak bagaikan kilatan cahaya bintang tahu-tahu api setan itu lenyap tak berbekas.
Suasana di sekeliling tempat itu segera berubah menjadi gelap gulita.
Di sana tiada sinar, tiada pula suara.
Yang bisa mereka dengar ketika itu hanya debaran jantung sendiri, debaran jantung yang kian lama kian bertambah cepat.
Dua orang itu sama-sama merasakan telapak tangannya basah oleh peluh dingin.
"Kau tak usah takut"
Kata Kwik Tay-lok.
"seandainya kita benar-benar sudah mati, mengapa pula yang musti ditakuti?"
"Apabila bukan mati, kita lebih-lebih tak usah takut lagi"
Bila seseorang menyuruh orang lain tak usah takut, biasanya dia sendiripun pasti merasa takut sekali.
"Kita lanjutkan perjalanan ke depan? Ataukah mundur saja?"
Bisik Yan Jit kemudian.
"Apakah kita adalah orang yang suka mundur?"
"Baik, entah baik atau jelek, kita harus maju ke depan lebih dulu...!"
Mereka berdua makin kencang bergandengan tangan, dengan langkah lebar maju ke depan. Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar dari depan sana.
"Berhenti!"
Begitu suara bentakan itu menggelegar, tiba-tiba dari kegelapan muncul tujuh delapan titik api setan yang berkedip kedip.
Api hijau yang menyeramkan melayang-layang ditengah udara.
Sekarang, mereka sudah melihat adanya sebuah meja pengadilan yang besar...
besar sekali.
Di atas meja itu tampak tempat pit serta tumpukan buku yang besar dan tebal.
entah buku atau bon? Seseorang duduk di belakang meja pengadilan sedang membalik-balik sebuah kitab besar.
Mereka belum sempat melihat jelas wajah orang itu, hanya lamat-lamat seperti mempunyai jenggot yang panjang sekali dengan kepalanya mengenakan kopiah jaman kuno.
"Bayangan setan tadipun berada di sisi meja pengadilan, masih saja tubuhnya bergelantungan tidak di udara juga tidak menginjak tanah, di tangannya seakan-akan membawa sebuah tanda lencana yang amat besar sekali. Apakah itu yang dinamakan Lencana pencabut nyawa? Apakah tempat ini adalah pengadilan di akherat? Dan orang yang duduk di situ apakah Raja akherat? Mereka tidak tahu, siapapun belum pernah berkunjung ke akherat, dan siapapun belum pernah melihat raja akherat. Tapi mereka hanya merasakan semacam hawa setan yang menyeramkan seakan-akan menyelimuti sekeliling tempat itu, membuat bulu kuduk mereka pada bangun berdiri..Raja akherat yang duduk di atas kursi kebesaran itu tiba-tiba berkata, suaranya dingin menyeramkan seperti membawa hawa setan yang menyeramkan.
"Umur kedua orang ini belum habis, mengapa mereka datang kemari?"
"Sebab mereka melakukan pelanggaran!"
Jawab bayangan setan itu.
"Pelanggaran apakah yang mereka lakukan?"
"Rakus!"
"Dosanya termasuk tingkat ke berapa?"
"Lelaki rakus tentu pencoleng, perempuan rakus tentu pelacur, dosa ini tertera di tingkat ke tujuh, hukumannya dijatuhkan ke neraka tingkat ke tujuh, sepanjang masa tak akan makan kenyang"
Mendadak Kwik Tay-lok berteriak keras.
"Bicara bohong dosanya lebih besar lagi, dia harus dijebloskan ke dalam neraka pencabut lidah...."
Raja akherat itu segera menggebrak meja sambil membentak.
"Besar betul nyalimu, berani berbuat kurang ajar di sini?"
"Perduli kau manusia juga boleh, setan juga boleh, asal memfitnah diriku, aku tak akan berlaku sungkan-sungkan"
"Siapa yang memfitnahmu?"
"Kalau kau adalah raja akherat sungguhan tentunya kau lebih tahu"
Teriak Kwik Tay-lok.
"Paling tidak kau harus tahu akan satu hal"
Teriak Yan Jit pula dengan suara keras.
"Soal apa?"
"Perduli kau raja akherat sungguhan juga boleh, raja akherat gadungan juga boleh, jangan harap kau bisa menyelidiki jejak Lim Tay-peng dari mulut kami"
Agaknya perkataan tersebut sebaliknya malah agak mengejutkan si raja akhirat itu, lewat lama sekali dia baru berkata dengan suara menyeramkan.
"Sekalipun aku adalah raja akhirat gadungan, tapi kalian akan betul-betul mampus."
"Oya?."
"Setelah berada di sini, apakah kalian masih berharap akan pulang dengan selamat?"
Ejek Raja akhirat itu sambil tertawa dingin.
"Ingin hidup atau tidak adalah satu masalah, berbicara atau tidak adalah masalah lain."
"Apakah kalian lebih suka mampus dari pada berbicara"
"Kalau tidak bicara yaa tidak bicara!"
"Baik!"
Kata raja akhirat itu sambil tertawa dingin.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba semua cahaya api di situ lenyap tak berbekas, suasanapun berubah menjadi gelap gulita.
Kwik Tay-lok segera menarik tangan Yan Jit dan menerjang maju ke depan.
Baru saja mereka menerjang ke muka, ke dua orang itu segera roboh terjungkal.
Meja pengadilan di depan sana lenyap tak berbekas, Raja akhirat ikut lenyap, setan-setan cilikpun punah sama sekali.
Kecuali kegelapan, apapun tidak dijumpai di situ.
Yang ada tinggal mereka berdua.
Dua orang itu kalau bukan terlalu pintar, tentu saja terlalu bodoh.
Di sebelah kiri adalah dinding batu, di sebelah kanan juga dinding batu, di depan dinding batu, di belakangpun dinding batu.
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dinding-dinding batu itu semuanya lebih keras daripada baja.
Akhirnya mereka menyadari bahwa tempat itu telah berubah menjadi sebuah ruang penjara batu yang kuat sekali.
Maka sambil menahan sabar merekapun duduk di sana.
Lewat lama sekali, Kwik Tay-lok baru berkata sambil tertawa.
"Apakah kau sudah mengetahui kalau raja akhirat itu adalah raja akhirat gadungan?"
"Tentu saja, raja akhirat itu sudah pasti adalah Wi-hujin!"
"Tapi Wi-hujin tidak berjenggot!"
"Jenggotnya juga palsu, segala sesuatunya palsu"
Mendadak Kwik Tay-lok mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh...haaahhh... haaahhh... lucu benar orang itu, tak kusangka dia bisa menemukan cara bodoh semacam itu untuk menjebak kita berdua"
"Yaa, pada hakekatnya lucu sekali!"
Sambung Yan Jit sambil tertawa tergelak pula.
Sekalipun mereka sedang tertawa, tapi suara tertawanya tak sedap didengar, bahkan jauh lebih tak sedap dari pada mendengar orang menangis tersedu.
Sebab kejadian itu sesungguhnya tidak lucu, sedikitpun tidak lucu...
Cara yang dipergunakanpun tidak bodoh.
Bila kau makan sebiji bakpao yang beracun, tiba-tiba sekujur badannya terasa lemas tak bertenaga, kemudian kaupun menyaksikan wajah temanmu berubah menjadi hitam dan roboh terkapar di tanah, lalu jikalau kau sadar menemukan suatu tempat yang tidak diketahui, dan menyaksikan bayangan setan yang tidak menginjak tanah, melihat raja akhirat berkopiah kebesaran yang berjenggot besar di belakang meja pengadilan yang besar, apakah kau bisa menganggap kejadian ini sebagai sesuatu kejadian yang lucu atau menggelikan ? Kwik Tay-lok tidak tertawa lagi, mendadak katanya setelah menghela napas panjang.
"Sekalipun apa yang dilakukan menggelikan, tapi ucapannya tidak menggelikan"
"Perkataan apa?"
"Meskipun raja akhiratnya gadungan, tapi kita berarti sedang benar-benar menunggu kematian"
"Kau takut mati?"
"Yaa, rada takut?"
Sahut Kwik Tay-lok sambil menghela napas panjang.
Mendadak tampak cahaya api berkilat, setumpuk benda bersinar keemas-emasan yang menyilaukan mata kelihatan muncul di depan mata.
Itulah tumpukan emas murni.
Di dunia ini jarang sekali ada orang yang pernah melihat tumpukan emas sebanyak ini.
Dari balik kegelapan, kembali terdengar suara menyeramkan tadi berkumandang lagi.
"Asal kalian bersedia mengaku terus terang, bukan saja segera kulepaskan kalian pergi semua, tumpukan emas itupun menjadi milik kalian semua!"
Mendadak Kwik Tay-lok melompat bangun sambil berteriak keras-keras.
"Tidak bicara, tidak bicara, tidak bicara!"
Dari kegelapan terdengar kembali suara helaan napas panjang, kemudian apapun tidak kelihatan dan apapun tidak terdengar. Kembali berapa saat telah lewat, tiba-tiba Yan Jit berkata.
"Rupanya kau juga tidak takut!"
Kwik Tay-lok menghela napas panjang. Aaaai.... takutnya sih memang takut, cuma saja.... walaupun kita mati demi Lim Tay-peng, dia sendiri sama sekali tidak tahu, mungkin selamanya tidak tahu"
"Bila kau sudah bersedia melakukan perbuatan untuk teman, itu adalah urusanmu sendiri, pada hakekatnya temanmu tahu atau tidak, bukanlah suatu masalah yang penting"
"Sebenarnya aku masih khawatir tentang kau merasa kematianmu agak penasaran"
Kata Kwik Tay-lok sambil tertawa.
"tidak kusangka ternyata kau lebih setia kawan daripada diriku"
Yan Jit termenung beberapa saat lamanya, kemudian diapun menghela napas pula.
"Aaaai.... mungkin aku masih belum cukup dikatakan setia kawan, cuma aku cukup memahami"
"Memahami apa?"
"Demi menemukan Lim Tay-peng, agaknya dia tidak sayang-sayangnya untuk mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya"
"Yaa, agaknya memang begitu"
"Seandainya dia tidak memiliki dendam kesumat yang dalam sekali dengan Lim Tay-peng, mengapa bersedia untuk mengorbankan segala sesuatunya?"
"Aku cuma heran, Lim Tay-peng tidak lebih hanya seorang anak kecil, kenapa dia bisa mengikat tali permusuhan yang begitu mendalam dengan dirinya?"
"Sudah pasti generasi yang lalu membuat permusuhan itu, demi membasmi rumput seakarakarnya maka diapun harus membunuh Lim Tay-peng pula...!"
"Aaai, teori ini memang masuk diakal!"
"Kalau toh dia tahu bahwa kita adalah teman Lim Tay-peng, tentu saja kita tak akan dilepaskan dengan begitu saja, maka sekali pun kita mengungkapkan jejak Lim Tay-peng, kita toh sama saja akan mampus, malah mungkin mampusnya lebih cepat"
Kwik Tay-lok menghela napas panjang, sambil tertawa getir katanya.
"Setelah mendengar uraianmu itu, aku jadi merasa bahwa diriku sesungguhnya tidak cukup setia kawan seperti yang semula kuduga."
"Apakah kau juga sudah teringat sampai ke situ?"
"Yaaa, tapi kalau bukan kau ingatkan, mungkin aku sendiripun sudah melupakannya.."
"Kenapa bisa melupakannya?"
"Bila kau sengaja melupakan sesuatu hal dan tidak memikirkannya lagi, bukankah hal itu sama halnya dengan melupakannya?"
"Kenapa kau sengaja tidak memikirkannya?"
"Sebab dengan begitu aku baru akan merasa bahwa diriku sesungguhnya cukup setia kawan, menanti aku sudah mati nanti, maka akupun akan merasa bahwa kematianku ini cukup terhormat"
Yan Jit tertawa, tapi suara tertawanya penuh dengan perasaan pahit dan getir yang tak sedap didengar. Lewat lama sekali, dia baru berkata.
"Padahal sebetulnya kau lebih agung daripada siapapun juga"
"Sangat agung? kau juga merasa aku sangat agung?"
Seakan-akan kaget sekali Kwik Tay lok melompat bangun.
"Tiada orang di dunia yang menjadi enghiong semenjak dilahirkan, menjadi enghiongpun kadangkala dipaksakan. Walaupun semua orang memahami teori tersebut, toh semuanya masih suka untuk menipu diri sendiri. Hanya kau...."
Dia menghela napas panjang, pelan-pelan terusnya.
"Bukan saja kau berani mengakuinya, bahkan berani juga untuk mengutarakannya ke luar!"
"Mungkin.... mungkin hal ini dikarenakan kulit mukaku jauh lebih tebal dari pada orang lain"
"Soal ini bukan soal kulit muka yang tebal, melainkan...."
"Melainkan karena apa?"
"Keberanian! Itulah yang dinamakan keberanian, jarang sekali ada orang yang memiliki keberanian seperti ini"
Kwik Tay-lok segera tertawa.
"Tak kusangka kaupun ada waktu untuk memuji-muji diriku"
Serunya.
"apakah sengaja hendak menghibur hatiku, agar aku merasa nyaman?"
Yan Jit tidak menjawab, dia hanya menggenggam tangannya erat-erat. Tangannya yang dingin itu seakan-akan muncul hawa hangat yang menyegarkan badan. Kembali beberapa waktu sudah lewat, pelan-pelan Kwik Tay-lok baru berkata.
"Padahal perkenalan kita belum berlangsung lama, tapi aku selalu merasa bahwa kau adalah sahabatku yang paling akrab semenjak dilahirkan dulu, padahal Ong Tiong juga temanku yang paling baik, tapi sikapku terhadap dirimu dengan dirinya toh ada juga perbedaannya."
"Apa bedanya?"
Tanya Yan Jit pelan.
"Aku sendiripun tak dapat menerangkan dimanakah letak perbedaan tersebut, cuma... cuma... seandainya Ong Tiong berbuat salah kepadaku, aku pasti dapat memaafkan dirinya, tapi seandainya kau yang berbuat suatu kesalahan kepadaku, aku malah merasa sangat gusar, gusarnya setengah mati"
Perasaan semacam ini memang aneh sekali, tak heran kalau ia tak dapat menerangkannya.
Jari tangan Yan Jit seperti sedang gemetar, hatinya seperti merasa sangat terharu, cuma sayang Kwik Tay-lok tak dapat melihat mimik wajahnya, kalau tidak mungkin dia akan memahami lebih banyak lagi.
Tapi, tidak memahamipun jauh lebih baik lagi.
Suasana remang-remang dan kabur tak menentu justru kadangkala mendatangkan suasana yang jauh lebih indah dan juga lebih menawan hati.
Sayang saja waktu untuk mereka guna menikmati suasana semacam ini tidak terlalu banyak.
Tiba-tiba Yan Jit berkata.
"Aku masih ingin mengetahui satu hal lagi, cuma tak tahu bolehkah kuajukan?"
"Katakan, entah apapun yang kau ucapkan, kau boleh mengatakannya kepadaku"
"Andaikata Wi hujin benar-benar bersedia melepaskan kami dan benar-benar menghadiahkan emas yang begitu banyaknya itu kepada kita, apakah kau akan memberitahukan jejak dari Lim Tay-peng itu kepadanya?"
"Kwik Tay-lok tidak langsung menjawab pertanyaan itu, hanya pelan-pelan katanya.
"Aku tahu emas pasti akan habis dipakai, orang juga pasti akan mati, tapi persahabatan dan setia kawan pasti akan selalu ada di dunia ini..."
Setelah tertawa, terusnya.
"Justru di dunia ini masih ada keadaan seperti itu, maka kehidupan manusia baru berbeda dengan kehidupan binatang"
Yan Jit menghela napas panjang.
"Agaknya aku jarang sekali mendengarkan ucapan semacam ini keluar dari mulutnya, sepanjang hari kau seperti cengar-cengir melulu, tidak kusangka kau masih bisa menerangkan semacam ini"
"Ada sementara teori yang sebetulnya tidak perlu diucapkan dengan bibir..."
"Jika tidak kau katakan, darimana orang lain bisa tahu manusia apakah sebenarnya dirimu itu?"
"Aku tidak perlu orang lain mengetahui akan hal ini, asal temanku tahu, asal kau tahu, hal ini sudah lebih dari cukup"
Tiba-tiba ia tertawa lagi, terusnya.
"Tapi sekarang akupun ingin mengetahui akan satu hal ?"
"Apakah kau ingin tahu rahasia yang belum kukatakan kepadamu itu"
"Tepat sekali"
"Kau.... kau belum melupakannya ?"
"Aku sudah pernah berkata kepadamu! entah mati atau hidup aku tak akan melupakannya."
Yan Jit termenung sampai lama sekali, ia baru berkata dengan sedih.
"Padahal aku sudah berulang kali ingin memberitahukan rahasia ini kepadamu, tapi aku takut setelah ku utarakan bisa menyesal nanti"
"Menyesal? Siapa yang menyesal?"
"Aku..!"
"Kenapa kau musti menyesal ?"
"Karena, karena aku takut bila kau sudah mengetahui soal ini, maka kau tak akan bersedia berteman lagi denganku"
Kwik Tay-lok segera menggenggam tangannya kencang-kencang, serunya lirih.
"Jangan kuatir, entah manusia macam apakah dirimu itu, entah perbuatan apapun yang pernah kau lakukan dulu, sepanjang masa kau tetap adalah sahabatku"
"Sungguh ?"
Dengan suara keras Kwi Tay-lok segera berteriak.
"Belum lagi kata "mati dengan selamat"
Diucapkan, Yan Jit telah mendekap mulutnya sambil berkata dengan lembut.
"Baiklah, akan kuberitahukan kepadamu, sebetulnya aku adalah...."
Mendadak dari kegelapan kembali muncul setitik cahaya api yang menyinari di atas sebuah benda yang aneh sekali.
Kelihatannya benda itu seperti tabung besi yang amat besar dan panjang, warna hitam pekat dan diletakkan pada kayu pengganjal yang besar dan tebal.
Menyusul kemudian terdengar suara dari Wi hujin berkumandang kembali dengan nyaring.
"Kalian kenal dengan benda ini?"
"Tidak kenal!"
"Tampaknya bukan saja kalian miskin uang, juga miskin pengetahuan!"
Kata Wi hujin sambil tertawa.
Baru selesai berkata, mendadak dari balik tabung besi itu memancarkan sesuatu ledakan yang menggelegar di seluruh angkasa.
Hampir pecah gendang telinga Kwik Tay-lok ketika mendengar suara ledakan yang memekikkan telinga itu.
Lewat lama sekali dia baru bisa membuka matanya kembali, tampak empat penjuru dengan asap belerang yang amat menusuk hidung, sedangkan dinding batu yang berada tepat di depan moncong benda tadi sudah muncul sebuah lubang yang besar sekali.
"Sekarang tentunya kau sudah tahu bukan benda apakah itu?"
Kwik Tay-lok segera menghembuskan napas panjang, tanyanya kemudian dengan lirih.
"Apakah benda inilah yang dinamakan meriam?"
"Aaaah.... rupanya kau memang cerdik!"
Uji Wi hujin sambil tertawa tergelak. Moncong meriam pelan-pelan bergeser dan sekarang moncong tersebut sudah diarahkan ke depan tubuh Yan Jit dan Kwik Tay-lok.
Pendekar Riang Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah kau ingin merasakan bagaimana jika di tembak dengan meriam?"
Tanya Wi hujin.
"Tidak ingin!"
"Kalau begitu, cepatlah mengakui dimana dia berada!"
"Tidak!"
"Mungkin kau masih belum tahu sampai dimanakah kelihaian dari meriam ini?"
Kata Wi hujin lagi.
"Aku tahu!"
"Tahu apa?"
"Konon jika menggunakan meriam semacam ini untuk menyerang benteng, bagaimanapun kuatnya dinding benteng, tak akan tahan jika dihantam dengan tembakan meriam tersebut!"
Wi hujin segera tertawa.
"Bayangkan sendiri, kalau dinding tembok kota pun bisa hancur, apakah kau mampu untuk menahannya."
Tiba-tiba Kwik Tay-lok tertawa tergelak, serunya.
"Kau tidak akan mengerti, kulit mukaku ini sebenarnya memang jauh lebih tebal daripada dinding benteng"
"Jadi kau benar-benar tak akan berbicara?"
Teriak Wi hujin marah. Agaknya untuk menjawabpun Kwik Tay-lok sudah enggan, dia hanya memalingkan kepalanya memandang ke wajah Yan Jit. Sinar mata Yan Jit lebih lembut daripada air, suaranya lebih keras daripada baja. Dengan tegas dia berkata.
"Berpikir semalam aku sudah mati delapan kali, apa salahnya untuk mati sekali lagi."
Mati sebenarnya merupakan suatu hal yang sukar, juga paling menakutkan tapi ketika diucapkan dari mulut mereka, hal mana seakan-akan ringan dan tiada sesuatu yang bisa dianggap serius.
Tiba-tiba Kwik Tay-lok menghela napas panjang, sambil menarik tangan Yan Jit katanya.
"Hanya ada satu hal yang kusesalkan"
"Aku mengerti"
Bisik Yan Jit dengan lembut.
"tapi kau tak usah kuatir, mati atau hidup aku pasti akan memberitahukan kepadamu"
Tiba-tiba wajah Kwik Tay-lok berseri kembali, katanya.
"Kalau memang begitu, apa pula yang musti ku risaukan lagi?"
"Baik!"
Seru Wi hujin dingin.
"matilah bersama !"
Moncong meriam telah diarahkan ke tubuh Yan Jit dan Kwik Tay-lok.
"Blaaam!"
Suatu ledakan yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.
Di tengah bau asap belerang yang tajam, kelihatan tubuh mereka berdua roboh bersama...
Ada orang bilang mati itu sulit, ada pula yang mengatakan mati gampang.
Bagaimana dengan kau? (0oooo0)(0oooo0) HABIS GELAP TERBITLAH TERANG BAGI Yan Jit, kematian adalah yang mudah, ia sudah mati sembilan kali.
Tapi sekarang, ia hidup kembali.
Ia merasa tubuhnya berbaring di atas sebuah pembaringan yang empuk..
nyaman dan enak, setiap benda yang terlihat olehnya rata-rata mewah, indah dan mahal harganya, seakan-akan bukan berada di alam dunia.
Ketika untuk pertama kalinya sadar tadi, ia menebak tempat itu kalau bukan sorga tentu neraka.
Tapi bila tidak berada bersama Kwik Tay-lok, apalah artinya sorga? Dimana Kwik Tay-lok? Apakah dia dimasukkan neraka ? Yan Jit meronta dan merangkak bangun, dengan cepat ia melihat Kwik Tay-lok.
Hampir saja dia tak percaya dengan apa dilihatnya di depan mata...
Dalam ruangan itu ada meja, di atas meja penuh dihidangkan makanan yang lezat, Kwik Taylok sedang makan minum dengan lahapnya di sana.
Ketika melihat Yan jit sadar, dia segera meletakkan sumpitnya dan berkata sambil tertawa.
"Karena kulihat tidurmu sangat nyenyak, maka tidak kubangunkan dirimu, untung saja makanan di sini amat banyak, sepuluh orangpun tak bisa habis dimakan"
"Kau yang membawa aku ke sini?"
"Bukan!"
"Tempat manakah ini?"
"Aku juga tak tahu!"
Yan Jit segera melotot sekejap ke arahnya, serunya dengan gemas.
"Lantas kau tahu apa?"
"Aku hanya tahu makanan koki di sini sangat lezat, arakpun amat wangi, apalagi yang kau nantikan?"
Setelah berhenti sebentar dia menambah.
"Daripada tidak makan lebih baik makan, apakah kau belum memahami perkataan itu?"
"Dari dulu aku sudah memahami!"
Sahut Yan Jit sambil tak tahan untuk tertawa cekikikan. 0000000 Dalam ruangan itu bukan saja ada pintu, juga ada jendela. Dari luar jendela masih terendus bau harumnya bunga bwee yang semerbak.
"Apakah kau sudah menengok keluar?"
Tanya Yan Jit.
"Belum!"
Kenapa tidak keluar untuk melihat keadaan?"
Seru Yan Jit sambil berkerut kening.
"Kalau mengurusi mulut maka tak bisa mengurusi mata, bagaimanapun juga mulut toh lebih penting dari pada mata!"
Pisau Terbang Li -- Gu Long Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Peristiwa Merah Salju -- Gu Long