Ceritasilat Novel Online

Pohon Kramat 10


Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 10


pandaian seperti apa yang telah disaksikan.

   "Hei..."

   Pemuda itu berteriak lagi.

   "Mengapa tidak bicara.

   "Kau menang."

   Berkata Tan Ciu.

   Kemenangan pemuda itu diperas dari ilmu kekebalan, badannya yang luar biasa.

   Suatu kemenangan yang gilang gemilang.

   Tan Ciu menderita kesalahan, sangat mutlak.

   Kepandaian pemuda ini menaklukkan semua jago rimba persilatan dan menjadi seorang jago tanpa tandingan.

   Dia berkata.

   "Kau kalah seorang istri."

   "Kau hebat."

   Tan Ciu memuji.

   "Wanita mana yang hendak kau serahkan kepadaku?"

   "A a a a,"

   Tan Ciu menghadapi suatu problem kesulitan. Sebelum terjadi pertaruhan. Tan Ciu menduga pasti bahwa ia akan memenangkan pertandingan itu. Terbukti bahwa ia menderita kekalahan. Siapa yang hendak diserahkan kepadanya sebagai isteri? "Hei"

   Berteriak lagi pemuda itu.

   "Siapa yang hendak kau serahkan kepadaku ?"

   "Kau harus bersabar."

   Akhirnya Tan Ciu berkata.

   "Kau segera tahu."

   "Kau yang membawa datang ketempat ini."

   "Ng . ."

   "B a g u s."

   "Eh, bagaimanakah sebutan saudara yang mulia."

   "Aku Ong Jie Hauw."

   Mereka saling berkenalan.

   Hari itu Tan Ciu bermalam didalam guha Ong Jie Hauw.

   Menjelang hari yang kedua ? Hari yang jernih, tanpa hujan salju.

   Tanah yang masih putih adalah bekas peninggalan salju dikemarin hari.

   Tan Ciu meninggalkan guha Ong Jie Hauw dan menuju kearah puncak.

   Dia tidak menunggu lama, terlihat bayangan merah yang bergulung naik keatas, itulah bayangan orang yang ditunggu.

   Sangat gesit sekali, cepat sekali, disana telah bertambah seorang gadis berpakaian baju merah.

   Mereka saling pandang.

   Gadis baju merah tertegun.

   "Hei?"

   Ia menegur "Adakah melihat seorang wanita?"

   "Tidak?"

   Berkata Tan Ciu.

   "Kau menunggu siapa? Bertanya lagi gadis tersebut.

   "Kau?"

   "Aku?"

   Gadis baju merah sangat heran.

   "Kau kenal kepadaku?"

   "kau yang menantang ibuku?"

   "Aaaa...Kau putra Giok Hu Yong?"

   "Betul. kau Giok Hong?"

   "Bukan. Aku muridnya! Surat tantangan dikeluarkan oleh guruku."

   Berkata sigadis.

   "Mengapa ibumu tidak datang?"

   "Mengapa gurumu tidak datang?"

   Balik debat sipemuda.

   "Bagus! Berani Giok Hu Yong mengabaikan panggilan guruku?"

   "Dewa manakah yang menjadi gurumu? Mengapa berani mengadakan surat panggilan?"

   Gadis. itu marah besar.

   "Kau mencari mati?"

   Ia membentak "Kau yang mencari kematian!"

   Berkata Tan Ciu.

   "Bagus! Biar aku yang membunuhmu!"

   Kata gadis itu.

   "Kau berani?"

   Tantang Tan Ciu.

   "Mengapa tidak?"

   "Kurang ajar."

   "Kau yang kurang ajar."

   Perdebatan meningkat, pertarungan tidak dapat dielakan. gadis itu menggoyangkan tangan memukul sipemuda. Tan Ciu menangkis serangan tadi.

   "Serangan bagus."

   Ia mengeluarkan pujian.

   "Kau juga tidak lemah,"

   Berkata gadis itu.

   "Kini giliran kau yang menerima seranganku."

   Berkata Tan Ciu.

   Betul-betul ia membalas dengan satu serangan maut! Gadis berbaju merah bukan manusia biasa, ia berani mewakili gurunya menantang Giok Hu Yong, tentu berkepandaian tinggi! Serangan Tan Ciu dapat diegoskan olehnya! Dari situ, ia mengirim tiga serangan lainnya, sangat cepat sekali! Lawan berat! Tan Ciu mengerahkan semua kekuatannya, dan ia berhasil mengimbangi kekuatan lawan! Belasan jurus telah dilewatkan! Gerakan gadis itu gesit sekali, Tan Ciu percaya, bila guru si gadis yang berkunjung datang, dia bukan tandingannya.

   Keterangan sang ibu telah terbukti, musuh berkepandaian tinggi.

   Bila guru gadis si baju merah yang datang, akh...

   Tan ciu memberikan perlawanannya.

   Suatu ketika, gadis baju merah membentak, tangan kirinya melurcur kearah perut si pemuda.

   Tan Ciu mengeraskan tangan, membacok kebawah, sangat keras sekali.

   Si gadis gesit, dikala serangan Tan Ciu datang, dia telah menarik kembali.

   membatalkan maksud tujuannya yang semula, jari-jarinya dikeraskan, menotok kearah jalan darah Leng-lay.

   Tan Ciu berganti tempat, berbalik cepat.

   Dia sudah berada dibelakang orang.

   Hut...

   mendorongkan kedua tangannya.

   Gadis itu mengalami kegagalan.

   Lompat atau melarikan diri, berarti kekalahan set! Dia juga berbalik, dengan kedua tangan, memapaki datangnya pukulan.

   Terdengar suara yang bergemuruh, tubuh gadis itu terpental mundur.

   Dia kalah tenaga.

   Kalah tenaga bukan berarti bukan kalah kepandaian, dengan tipu-tipu silatnya yang luar biasa ia menerjang lagi.

   pertempuran masih belum lagi selesai.

   Dua puluh jurus berlalu ...

   Tiga puluh jurus berlewat.

   Dan setelah empat puluh jurus kemudian, perbedaan segera menonjol.

   Dengan tenaga dalamnya yang lebih unggul.

   Tan Ciu memaksa mengadakan benturan-benturan akibat dari benturan- benturan tadi, sigadis terdesak.

   Tan Ciu berhasil membuat suatu posisi tegang lagi? Kedua telapak tangan didorong kedepan.

   Gadis itu tidak mempunyai jalan mundur ia harus mengadu kekuatan pula.

   T i b a2 ...

   Satu bayangan meluncur naik, menyelak diantara kedua orang ini.

   Dengan satu tangan satu ia menerima pukulan2 gadis berbaju merah dan Tan Ciu.

   Pertarungan duel terhenti Tan Ciu di Timur.

   Lawannya diarah Barat, Dia di- tengah2 dua orang.

   berdiri si pemuda berpakaian kulit macan, itulah Ong Jie Hauw.

   Pusat perhatian terpikat oleh bentuk tubuh gadis baju merah.

   dengan mulut melongo ia memandangnya terus menerus.

   "Aha. Tentunya, kau seorang wanita asli."

   Ia berkata. Itulah kata-kata dan perbuatan yang sangat kurang ajar. Si gadis segera membentak.

   "Cih, tidak tahu malu."

   Ong Jie Hauw tidak marah, Ia berpaling kearah Tan Ciu dan menegur kawan itu.

   "Hei, mengapa tidak boleh menghina seorang wanita?"

   Tan Ciu menyengir.

   "Aku..."

   Gadis berbaju merah sudah hampir menderita kekalahan. Datangnya Ong Jie Hauw sangat menguntungkan. Tiba-tiba hatinya tergerak, bila ia dapat menggunakan orang ini, tentu lebih menguntungkan lagi. Segera ia berteriak.

   "Dia orang jahat."

   Ong Jie Hauw menoleh, dan dikala kepalanya dibalikan, sepasang matanya telah menatap Tan Ciu.

   "Mengapa ?"

   Ia bertanya.

   "Wanita itulah yang jahat."

   Berkata Tan Ciu. Ong Jie Hauw menggeleng-gelengkan kepala ia tidak percaya.

   "Dia sangat cantik."

   Katanya.

   "Mengapa katakan jahat."

   "Saudara Ong,"

   Berkata Tan Ciu.

   "Minggirlah."

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jie Hauw tertawa. Ia tidak mau menyingkir diri dari persengketaan.

   "Saudara Ong?"

   Berkata lagi Tan Ciu.

   "Lekaslah kau kembali kedalam guha! menunggu wanita yang kubawakan kepadamu?"

   "Uh uh, . uh . , ,"

   Ong Jie Hauw mengundurkan diri. Gadis berbaju merah berteriak.

   "Jangan percaya?!"

   Ong Jie Hauw berpaling.

   "Mengapa?"

   Ia mengajukan pertanyaan.

   "Dia bohong."

   Berkata si gadis.

   "Dia tidak mempunyai wanita. Akulah wanita. Kau bantu membunuh dia, aku adalah istrimu."

   "Ah ..."

   Ong Jie Hauw berteriak girang.

   "Kau bersedia menjadi istriku?"

   "T e n t u."

   "Mari kita kembali."

   Ong Jie Hauw hendak menarik tangan gadis itu.

   "Tunggu dulu, Kau harus membunuhnya."

   Berkata si gadis.

   "Tidak akan kau biarkan orang lain menghina istrimu, bukan?"

   "Tentu."

   "Bunuh dia."

   Si gadis memberi perintah.

   "Aha, tentu ...tentu . ."

   Ong Jie Hauw berhadap- hadapan dengan Tan Ciu.

   Tan Ciu mundur dua langkah.

   Bila Ong Jie Hauw ada niatan membunuh dirinya.

   Tidak mungkin ia lolos dari kematian.

   Ong Jie Hauw masih tertawa-tawa.

   Tan Ciu mundur satu langkah lagi.

   Ong Jie Hauw maju satu langkah, jarak mereka tetap seperti semula.

   Tan Ciu menggeram.

   "Ong Jie Hauw, kau gila?"

   "Gila? Aha . .."

   Ong Jie Hauw tertawa.

   "Aku belum pernah mempunyai penyakit gila."

   "Bagaimana kau membantu pihak musuh?"

   Bertanya Tan Ciu lagi.

   "Dia isteriku. Tentu aku membela dirinya."

   Berkata Ong Jie Hauw tertawa-tawa. Gadis baju merah juga berteriak.

   "Betul. Setelah membunuh dirinya. aku adalah istrimu."

   Tan Ciu berteriak.

   "Jangan percaya keterangannya. Dia hendak menipu dirimu."

   "Hendak menipu aku?"

   Ong Jie Hauw membatalkan niatannya untuk membunuh Tan Ciu, dia berpaling dan memandang gadis baju merah yang mengatakan hendak menyerahkan diri jadi istrinya.

   "Kau tidak menipu aku bukan?"

   Ia berkata.

   "Mana mungkin. Bunuhlah dia cepat."

   Berkata gadis itu.

   "Aku adalah istrimu."

   "Sungguh? Jangan mencoba untuk membohong kepadaku."

   "Mana mungkin aku berbobong?"

   "Baik."

   Ong Jie Hauw mengambil putusan.

   Tan Ciu menggedek-gedek kepala.

   Apa yang dapat dilakukan untuk menghadapi si dungu? Tujuan si Dungu hendak memperistri orang kecuali itu, apapun tidak dihiraukan olehnya.

   Ong Jie Hauw mendatangi Tan Ciu.

   Mengapa dunia melahirkan seorang dungu seperti Ong Jie Hauw? Dikata ada orang yang bersedia menjadi istrinya, apapun tidak mau diambil pulang.

   Membunuh orang pun boleh.

   Tan Ciu berkepandaian tinggi.

   Tinggi untuk menghadapi orang lain.

   Bertemu dengan Ong Jie Hauw yang tidak mempan senjata, tentu saja Tan Ciu turun pangkat, kalah derajat.

   Tan Ciu mundur lagi kebelakang.

   Ong Jie Hauw mendesak kedepan.

   "Saudara Ong, mengapa kau percaya kepada obrolannya?"

   Tan Ciu masih berusaha menghindari kejadian.

   "Mengapa tidak boleh percaya ?"

   "Setelah kau membunuh aku, dia segera melarikan diri."

   "Melarikan diri?"

   Ong Jie Hauw berpaling kebelakang.

   "Kau hendak melarikan diri?"

   Ia bertanya kepada gadis baju merah itu.

   "Tidak."

   Berkata si gadis.

   "Bila kau melarikan diri?"

   "Kau ... Kau dapat mengejar, bukan?"

   "Aha..."

   Ong Jie Hauw mendesak Tan Ciu, untuk kesekian kalinya. Tan Ciu menggeretek gigi! "Saudara Ong,"

   Ia berteriak.

   "Tekadmu untuk membantunya sudah bulat?"

   "Aha, dia ingin menjadi istriku? Mengapa tidak bulat?"

   "Bagaimana dengan wanita yang kau minta dariku?"

   "Satu istri pun cukup, persembahanmu tidak kuterima lagi!"

   Tan Ciu membalikkan badan, maksudnya hendak melarikan diri.

   Ong Jie Hauw lebih cepat, begitu melesat.

   tubuhnya telah berada diudara, bagaikan seekor burung alap-alap yang menerkam mangsanya, ia menukik turun.

   Cengkeraman yang lihay.

   Tan Ciu menjatuhkan dirinya kesamping.

   Ong Jie Hauw menerkam lagi.

   Untuk kedua kalinya, Tan Ciu berhasil menyingkirkan dirinya.

   Dua terkaman Ong Jie Hauw tidak membawa hasil.

   Sifat liarnya si dungu terjangkit, ia menggeram, mengeluarkan suara yang seperti binatang, lagi-lagi menubruk si pemuda.

   Tan Ciu teringat akan ilmu Ie hun Tay-hoat, bila dia dapat menggunakan ilmu itu untuk menundukan lawannya.

   Tan Ciu juga mengeluarkan suara pekikan panjang.

   Ong Jie Hauw terkejut, Matanya memandang korban itu.

   Dua pasang mata hadap-berhadapan.

   Sinar mata saling tumbuk.

   Menggunakan ilmu batinnya.

   Tan Ciu memancarkan cahaya luar biasan tangannya diangkat tinggi2.

   Ong Jie Hauw tidak mengerti.

   kejadian apa yang akan menimpa dirinya.

   Gadis berbaju merah juga bingung.

   Tiba-tiba , ..Ong Jie Hauw tertawa, Ia berkata.

   "Aha mengapa mempelototkan mata seperti itu?"

   Celaka! Tamatlah harapan Tan Ciu untuk mengalahkan manusia dungu itu! Tenaga dalam Ong Jie Hauw masih berada diatas Tan Ciu! Maka kekuatan yang dikatakan kepadanya tidak membawa hasil! Ong Jie Hauw mengayun tangan! P h a n g ! ! ! Tan Ciu tidak dapat menolak pukulan, mulutnya menyemburkan darah, tubuhnya terpental! Ong Jie Hauw mengirim pukulan yang kedua.

   Tan Ciu menjadi nekad, dengan sekuat tenaga menyongsong datangnya pukulan itu.

   Gedubrak!, Tan Ciu jatuh terpelanting.

   Gadis berbaju merah membarengi gerakan itu, beberapa pukulan pula dilontarkan pada Tan Ciu! Berguling-gulingan beberapa kali, Tan Ciu meloloskan diri dari pukulan-pukulan maut! Akibat dari beradunya kedua tenaga, Ong Jie Hauw juga terdorong mundur! Kini ia maju kembali.

   Segera ia berteriak.

   "Serahkan kepadaku."

   Gadis berbaju merah mengundurkan diri. Secepat kilat itu Tan Ciu melarikan diri. Ong Jie Hauw tertegun! Gadis Derbaju merah tidak berani mengejar, ilmu kepandaiannya masih dibawah tingkatan Tan Ciu! Dia berteriak.

   "Lekas kejar!"

   Ong Jie Hauw mengayun Kaki.

   mengejar Tan Ciu.

   Gadis baju merah mengintil dibelakangnya.

   Kecepatan Ong Jie Hauw juga luar biasa, ia berhasil memperpendek jalan pengejaran.

   Tan Ciu melarikan diri.

   kini dihadapannya tiada jalan lagi.

   Lembah curam memutuskan perjalanan.

   Ong Jie Hauw telah mengejar tiba.

   "Tan Ciu, jangan benci kepadaku!"

   Berkata si dungu.

   Ia memukul lagi, Tan Ciu menerjunkan diri kedalam jurang sangat dalam, terdengar suara jeritan pemuda itu, berkumandang lama sekali.

   Semakin lama semakin kecil akhirnya lenyap! Ong Jie Hauw terpaku dipinggiran tebing jurang.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Gadis berbaju merah menengok kebawah hanya kabut putih yang mengisi lembah itu, Ong Jie Hauw bergumam.

   "Manusia tolol. mengapa menerjunkan diri kedalam jurang? Bukankah mati konyol?"

   Gadis baju merah tertawa riang. Ong Jie Hauw meninggalkan tebing jurang menghampiri gadis itu dan berkata.

   "Mari kita pulang."

   "Pulang kemana?"

   Bertanya gadis itu.

   "Tentu saja pulang ketempatku."

   "Pulang ketempatmu?"

   "Mengapa tidak? Kau harus tidur denganku."

   Wajah sigadis menjadi merah.

   "Tidak tahu malu."

   Ia berkata.

   "Mengapa malu. Kau adalah istriku. Mengapa tidak boleh tidur denganmu?"

   Gadis itu hendak menggunakan tenaga Ong Jie Hauw membunuh Tan Ciu.

   Perkembangan kejadian seperti itu sungguh berada diluar dugaan.

   Ong Jie Hauw berkepandaian tinggi, ciri lain adalah otaknya yang sangat dungu.

   Tentu saja gadis itu tak mau kawin dengannya.

   "Dimanakah tempat tinggalmu?"

   Ia bertanya.

   "Didalam guha itu ?"

   Lie Bwee, demikian nama gadis berbaju merah tertawa manis.

   Dia harus membawakan sikapnya yang lunak, se- olah2 tunduk pada si dungu.

   Ong Jie Hauw kesima, dia menjadi lupa daratan dunia pun dirasakan menjadi sorga.

   Dia tidak tahu.

   itu pun termasuk salah satu tipu Lie Bwee.

   "Hayo, kau berjalan didepan."

   Lie Bwee berkata.

   "Tentu.... Tentu "

   Berkata si dungu Ong Jie Hauw. Seolah-olah terkena ilmu sihir. ia meninggalkan gadis itu. turun gunung, hendah pulang kedalam guhanya. Lie Bwee mesem-mesem ditempat, Sebentar lagi. setelah si dungu sudah jauh, ia akan melarikan diri.

   "Dasar dungu."

   Ia bergumam sendiri. Ong Jie Hauw melangkah turun, tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya.

   "Tidak mungkin,"

   Ia bergumam. Cepat-cepat ia membalikkan badan kebelakang, gadis baju merah Lie Bwee tidak bergeming dari tempatnya yang semula. Ia menghampiri lagi.

   "Ada apa?"

   Bertanya Lie Bwee. Ia sangat terkejut.

   "Tidak mungkin."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Apa yang tidak mungkin."

   "Mana mungkin aku berjalan lebih dulu."

   "Maksudmu ?"

   "Kau berjalan dihadapanku."

   Ia berteriak.

   "Mengapa?"

   Lenyaplah kesempatannya untuk melarikan diri.

   "Setelah aku pergi, kau dapat melarikan diri bukan?"

   Berkata Ong Jie Hauw. Ternyata, diapun tidak dungu sekali.

   "Melarikan diri. Mana berani!"

   Berkata Lie Bwee.

   "Aha, tidak melarikan diri. Baik berjalanlah didepan."

   "Kau saja yang didepan."

   Berkata Lie Bwee.

   "Aku tidak bisa jalan didepan."

   "Biar kugendong."

   Wajah Lie Bwee berubah. Ong Jie Hauw mendekati gadis itu. Lie Bwee kehabisan akal. tiba-tiba timbul rencana baru. dengan tertawa ia berkata.

   "Aku lelah. Gendonglah."

   Ong Jie Hauw membelowekkan mulutnya, ia tertawa girang.

   "Aha....."

   Ia berkata.

   "Ternyata, kau senang digendong orang?"

   "Semua wanitapun senang digendong, apa lagi digendoog oleh kekasih sendiri."

   "Aha, aku gendong."

   Ong Jie Hauw mengulurkan tangan mengangkat tubuh Lie Bwee.

   Lie Bwee telah bersiap-siap, jalan darah yang mematikan adalah jalan darah Beng-bun-hiat, begitu tubuh terangkat, ia menotok jalan darah Ong Jie Hauw, tepat dibagian Beng- bun-hiat.

   Taakk!....Bagaikan membentur tembok besi yang kuat totokan Lie Bwee tidak membawa hasil, ujung jarinya patah.

   Kejadian itu tidak mengganggu usaha Ong Jie Hauw.

   Ia sudah menggendong tubuh orang yang menyatakan bersedia diperisteri olehnya.

   Lie Bwee meringis.

   tentu saja terkejut.

   Manusia besikah yang sedang dihadapi? Mengapa tidak mempan totokan? Dia berontak-rontak.

   maksudnya hendak melepaskan dari kekangan si Dungu.

   Ong Jie Hauw tertawa-tawa.

   "Aei jangan banyak bergerak. Nanti kau jatuh kejurang."

   Ia tidak menyangka bahwa gadis itu masih hendak berusaha melepaskan diri.

   "Lepaskan aku... .Lepaskan aku!"

   Lie Bwee berteriak- teriak. Ong Jie Hauw tertegun.

   "Kau minta digendong. bukan?"

   Ia bertanya dengan suara bingung, tidak mengerti.

   "Tidak mau . .?"

   "Jangan main-main."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Aha, kita sudah tiba."

   Ong Jie Hauw menggendong Lie Bwee memasuki tempat tinggalnya guha lebar dilereng gunung Pek-soat- hong.

   Lie Bwee menggunakan kedua lengannya, memukul- mukul tubuh Ong Jie Hauw, bagaikan memukul tembok besi tangannya sendiri yang babak belur.

   Ong Jie Hauw mengoceh.

   "Aha, cerita ayah telah terbukti. seorang wanita adalah mahkluk yang paling sulit diselami. Kau suka kepada lelaki, semua wanita suka kepada pelukan lelaki, tapi bersikap malu-malu kucing, memukul . ..berteriak-teriak ... aku ... Biar bagaimanapun kau akan menyerah.

   "Lepaskan aku."

   Lie Bwee berteriak.

   "Aha."

   Ong Jie Hauw menggendong Lie Bwee masuk kedalam guhanya. Bagaimana Lie Bwee berdaya tidak mungkin melepaskan diri. Meletakan Lie Bwee ditempat pembaringannya Ong Jie Haaw berkata.

   "Inilah rumahku, seterusnya kau akan menetap ditempat ini."

   "Tidak mau "

   "Aha, mengapa kau tidak mau?"

   "Aku tidak mau kawin denganmu."

   Ong Jie Hauw tersenyum.

   "Kau .. Kau tidak mau kawin dengan aku?"

   Ia bertanya.

   "Betul!"

   "Belum lama apakah yang telah kau katakan kepadaku?"

   "Kukatakan kepadamu, aku hendak menggunakan tenagamu untuk membunuh pemuda yang bernama Tan Ciu."

   Ong Jie Hauw mempentang kedua matanya lebar2. tidak percaya kepada kenyataan.

   "Busuk sekali hatimu, he?"

   "Kau baru tahu?"

   Ong Jie Hauw menjadi marah, setiap orang yang mengetahui bahwa dirinya ditipu mentah-mentah, tentu sangat marah. Tangannya dikepal rapat-rapat. Lie Bwee berkata.

   "Jangan harap kau mendapat tubuhku. Bila kau berani, bunuhlah!"

   "Kau tidak mau diperistri olehku?"

   "Tidak mau."

   "Mana boleh?"

   "Bunuhlah aku,"

   Lie Bwee berteriak.

   "Aha . ."

   Ong Jie Hauw tertawa.

   "Aku tidak mau membunuhmu. Aku hendak memperistrimu."

   "Aku tidak mau . ."

   "Harus mau,"

   Ong Jie Hauw menerkam mangsanya. Lie Bwee berusaha meloloskan diri. kemana pun dia lari, Ong Jie Hauw telah melintang dihadapannya.

   "Aha . ."

   Si dungu tertawa.

   "Ingin melarikan diri? ..."

   Kasihan seorang gadis yang tidak mempunyai kekuatan telah menjadi korban keganasan si dungu.

   Didalam guha itu.

   telah terjadi drama penghinaan yang tidak dapat dielakkan.

   Diluar, hujan salju turun lagi.

   Dunia memutih, salju menutupi semua kotaran manusia.

   Pemandangan indah menutupi kejahatan masyarakat yang menjijikan.

   Akhirnya salju pun berhenti.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pergumulan diantara dua insan yang berada didalam guha itupun sudah selesai.

   Terdengar rintihan tangis Lie Bwee.

   Ong Jie Hauw selesai melampiaskan hawa napsunya ia telah mendapat kepuasan yang tidak terhingga.

   Lie Bwee berpakaian, berjalan keluar, matanya telah menjadi benggul.

   Ong Jie Hauw terkejut, dengan satu kali luncuran kaki, ia berhasil menyusul gadis itu.

   Menghadang didepannya seraya berkata.

   "Hendak kemana ?"

   "Pergi."

   Berkata lagi Lie Bwee singkat.

   "Jangan pergi. Kau sudah menjadi istriku."

   Berkata si dungu. Lie Bwee mendelikan mata.

   "Minggir!"

   Ia membentak.

   "Mengapa?"

   "Bila kau tidak mau minggir, aku segera membenturkan kepala pada batu."

   Lie Bwee memberi ancaman.

   "Mengapa tidak mau menjadi istriku?"

   "Minggir tidak?"

   Mata Lie Bwee memancarkan kewibawaan! Ong Jie Hauw menggeser kakinya, tanpa disadari olehnya.

   Lie Bwee melesat keluar, meninggalkan guha yang telah mencemarkan dirinya, Ong Jie Hauw tertegun didepan pintu guha.

   Dia adalah seorang pemuda yang jujur.

   pemuda berkepandaian tinggi yang belum kenal kepada keramaian dunia, masyarakat ramai itu sangat asing baginya.

   Dia bergumam.

   "Mengapa? Mengapa dia melarikan diri lagi..Mengapa tidak mau menjadi istriku."

   Ong Jie Hauw masuk kedalam guhanya. Tiba-tiba , ..Kupingnya yang tajam dapat menangkap satu suara, itulah suara yang datang kearah guhanya. Dia terpentak bingung, cepat lari keluar.

   "Tentunya dia kembali lagi."

   Demikian si Dungu menduga kepada Lie Bwee.

   Ong Jie Hauw telah berada dimulut guha.

   Disana berjongkrok sebuah kursi ada rodanya, diatas kursi itu duduk seorang berbaju kelabu, wajahnya tertutup oleh kerudung kain, inilah orang yang pernah Tan Ciu jumpai ditengah jalan.

   Ong Jie Hauw menjadi kecewa.

   Bukan orang yang dikehendakinya.

   "Siapa kau ?"

   Ia membentak. Orang itu mengajukan pertanyaan.

   "Numpang tanya, adakah seoraag anak muda yang lewat sini?"

   "Seorang anak muda?"

   "Siapakah yang kau maksudkan ?"

   "Kemarin hari, dia menuju kearah sini."

   "Namanya"

   "Namanya? O. lupa aku menanyakan, namanya. Dia mengenakan pakaian warna putih pinggangnya menggerobol pedang. wajahnya tampan. gerakannya gesit dan cekatan umurnya diantara dua puluh limaan tahun."

   "Akh ... Tan Ciu yang kau maksudkan?"

   "Akh? Tan Ciu?"

   Orang cacad yang duduk diatas kursi roda terkejut. wajahnya berubah.

   "Anak muda itu bernama Tau Ciu?"

   Ia bertanya.

   "Betul. Dia mengaku bernama Tan Ciu?"

   Berkata Dungu Ong Jie Hauw.

   "Aaaa..."

   Orang berkerudung yang cacad itu mengeluarkan keluhan suara yang menunjukkan getaran jiwanya.

   "Dimanakah dia berada?"

   Cepat ia bertanya.

   "Sudah mati,"

   Berkata Ong Jie Hauw singkat. Orang itu mumbul dari tempat duduknya sangat kaget sekali begitu pantatnya mengenai kursi setelah turun kembali ia menggerakkan kursi roda itu berjalan dan sudah berada didepan si Dungu.

   "Sudah mati?"

   Ia membentak.

   "Betul."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Mengapa mati?"

   "Kudorong dirinya, dia jatuh kedalam jurang dan setelah itu, tentu saja mati."

   "Lekas katakan dimana jurang itu?"

   Orang cacad yang menutup wajahnya dengan kerudung kain itu membentak.

   "Disana."

   Ong Jie Hauw menunjuk kearah tebing.

   Orang itu memegang roda kursi ...

   srett ...badan dan tempat duduknya meluncur cepat, menuju kearah yang si dungu tunjuk? "Bila aku tidak berhasil menemukan jejaknya, aku akan kembali lagi, membikin perhitungan denganmu."

   Suara ancaman ini diucapkan sebelum ia bergerak? Saking cepatnya ia gerakkan orang cacad itu maka terdengar setelah bayangannya hampir lenyap.

   Perbuatannya yang mendorong Tan Ciu sehingga jatuh kedalam jurang disebabkan oleh ojokan Lie Bwee atas dasar janji bersedia diperistri, bukti telah menyadarkan dirinya dari impian.

   Lie Bwee menggunakan tangannya membunuh Tan Ciu.

   Ong Jie Hauw kembali kedalam guhanya.

   Untuk pertama kalinya dia membunuh orang.

   Disaat itu malampun datang.

   sek, sek.

   sek, sek, Itulah derap langkah orang.

   Ong Jie Hauw lompat bangun ia meninggalkan lamunannya.

   Bayangan seseorang memasuki guha.

   Ong Jie Hauw membentak! "Siapa?"

   "Aku."

   Berkata orang itu. Disana telah terpaksa bayangannya seseorang, itulah bayangan orang yang belum lama dijatuhkan Kedasar jurang.

   "Aaaaa .,!"

   Ong Jie Hauw berteriak.

   "Setan!"

   Ong Jie Hauw membalikan badan dia melarikan diri. Bayangan itu membuntuti dibelakang si Dungu. Akhirnya Ong Jie Hauw tiba diujung batu tiada jalan lagi.

   "Ong Jie Hauw."

   Memanggil bayangan itu.

   "Jangan mengganggu aku!"

   Berteriak Ong Jie Hauw.

   "Bukan aku yang mau membunubmu."

   "Ong Jie Hauw aku minta ganti jiwa."

   Berkata si bayangan.

   "Jangan, oh dewa, tolonglah aku."

   "Ha, ha, apakah kesalahanku. Mengapa kau memukul aku kedasar jurang."

   Itulah suara Tan Ciu.

   "Saudara Tan Ciu, jangan kau mengganggu aku. Akan kudewa-dewakan arwahmu, aku kupuja seumur hidupku."

   "Aku tidak mau menjadi dewa."

   "Baik. Baik. Menjadi sahabat baikku?"

   "Karena seorang wanita, kau membunuh kawan sendiri."

   "Betul ... Betul ... Aku harus dihukum...hukum apa pua boleh ..Tapi, janganlah dibawa kedunia akherat,"

   "Kau mengaku salah?"

   "Betul . ..betul ... Janganlah kau menyiksa aku didunia akhirat."

   "Baik. Bersediakah mendengar perintahku?"

   "Tentu .. Tentu ..Seumur hidup, aku mendengar segala perintahmu."

   "Bersumpahlah,"

   "Baik... Baik . .. Aku Ong Jie Hauw bersumpah, untuk seumur hidupku. aku akan mendengar perintah Saudara Tan Ciu."

   "Bagus."

   "Lekaslah kau Pergi, jangan mengganggu aku lagi."

   "Aku tidak pergi?"

   "Aaa, tidak mau pergi? Apa maksudmu?"

   "Aku hendak mengawanimu."

   "Aaaa ! Kau hendak mengawani aku? Mengawani seorang manusia?"

   "Tentu!"

   "Aaaii...Aku akan hidup dengan seorang setan?"

   "Aku bukan setan."

   "Kau ?!...Kau Tan Ciu?"

   "Betul. Aku Tan Ciu."

   "Kau , ..kau ... Kau sudah mati."

   "Belum! Aku Tan Ciu asli."

   "Bobong! Kau sudah mati."

   "Percayalah, aku belum mati."

   "Bohong !"

   "Betul. Panggilah!"

   Ong Jie Hauw ragu2, dengan tangan gemetar, ia mendekati pemuda itu! "Peganglah!"

   Berkata Tan Ciu. Ong Jie Hauw memegang tangan Tan Ciu, kini ia percaya, bahwa bayangan yang dihadapi adalah manusia juga.

   "Syukurlah!"

   Dia menarik napas lega.

   "syukur. Kau masih hidup."

   Tan Ciu tertawa.

   "Kau mengharapkan kematianku bukan?"

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ia berkata.

   "Tidak ..Tidak...Tidak...aku menyesal telah membunuh seorang sahabat baik yang sepertimu. Dua sahabat baik rujuk kembali! = o OdwO o =

   Jilid 19 TAN CIU memandang kearah keliling isi guha.

   "Dimanakah nona baju merah tadi?"

   Ia bertanya.

   "Sudah pergi."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Sudah kukatakan, dia hendak menggunakan dirimu, kau tidak percaya, Hanya mendengar sepaitah dua patah kata ucapan seorang wanita kau bersedia membunuh orang. Dikemudian hari entah berapa banyak orang-orang yang akan kau bunuh bila menjumpai wanita-wanita yang sebangsanya."

   Ong Jie Hauw berkata.

   "Selanjutnya, aku tidak percaya kepada ucapan wanita."

   "Mulai saat ini. kau harus mendengar segala perintahku."

   "Aha...tentu saja."

   Tan Ciu berhasil menarik kembali kawan itu. Mereka berjalan bersama-sama, tiba diruang tidur Tan Ciu mendudukan diri ditempat pembaringan.

   "Aaaa..."

   Pemuda itu lompat bangun.

   "Mengapa ada benda ini?"

   Ong Jie Hauw terguguk-guguk.

   "Gadis tadi... Gadis tadi yang ..."

   "Aku tidak mengerti!"

   "Kau tolol, setelah kutangkap dirinya, terus kubawa ketempat tidur."

   Si Dungu mengatakan Tan Ciu tolol! "Aaaaaa,"

   Tan Ciu terkejut.

   "M e n g a p a ?"

   "Kau telah bersetubuh dengannya?"

   "Dia adalah istriku, mengapa tidak boleh?"

   "Kau terlalu jujur. Belum tahu keadaan dunia luar."

   "M e n g a p a ?"

   "Kau suka kepadanya, tapi dia tidak suka kepadamu. Kalian tidak dapat mengikat hubungan suami istri."

   "Aku akan turun gunung mencarinya!"

   "Setelah berhasil."

   "Kutarik pulang."

   "Agar dia menyuruh kau membunuhku lagi?"

   "Oh...Tidak...Tidak...Aku tidak akan membunuhmu lagi."

   Berkata Ong Jie Hauw.

   "Baik. Aku akan membantunya."

   "Segera kita turun gunung?"

   "Ng, yang penting kau harus mengganti pakaian."

   Berkata Tan Ciu. Pakaian Ong Jie Hauw adalah pakaian orang hutan, terbuat dari kulit macan, wajahnya pun tidak terurus, tentu saja Lie Bwee tidak tertarik kepadanya. Ong Jie Hauw berteriak girang.

   "Aha ..."

   "Pagi-pagi kita akan berangkat."

   Berkata Tan Ciu.

   "Oh, aku lupa memberi tahu."

   Tiba-tiba Ong Jie Hauw berkata lagi.

   "Apa yang telah kau lupakan?"

   "Seseorang yang menggunakan tutup kerudung muka mencarimu.

   "Dia ?"

   "Kau kenal dengannya?"

   "Seorang cacat yang duduk dikursi roda?"

   "Betul."

   "Dimanakah orang itu?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Sudah pergi."

   Orang cacad yang duduk dikursi roda hendak mencari Han Thian Chiu, apakah maksud tujaannya? Tan Ciu ingin tahu. Ong Jie Hauw berkata lagi.

   "Orang itu marah. dikatakan olehnya. Bila ia tidak berhasil menemukanmu, dia hendak membikin perhitungan denganku.

   "Ouw..."

   Mereka bermalam diguha itu.

   Pada hari berikutnya ....

   Tan Ciu mengajak Ong Jie Hauw turun gunung, mereka meninggalkan puncak Pek-Soat-hong! Pertama-tama, Tan Ciu mengajak sang kawan untuk membikin pakaian.

   Ong Jie Hauw meninggalkan pakaiannya yang terbuat dan kulit macan.

   Tujuan dari kedua orang itu adalah mencari si gadis berbaju merah Lie Bwee.

   Tentu saja, Tan Ciu dan Ong Jie Hauw tidak tahu siapa nama dari gadis berbaju merah itu.

   Lie Bwee tidak memperkenalkan dirinya.

   Tentu saja kedua pemuda itu tidak dapat mengetahui namanya.

   Suatu hal yang menyulitkan Tan Ciu dan Ong Jie Hauw kemana mereka harus menemukan gadis baju merah itu.

   Gadis baju merah adalah murid Giok Hong orang yang menjadi musuh besar Giok Hu Yong.

   Bila Tan Ciu menanyakan kepada sang ibu, tentu dapat mengetahui.

   Giok Hu Yong dapat mengetahui tempat tinggal Giok Hong? Belum tentu.

   Teringat kepada ibunya, Tan Ciu menjadi sangat khawatir.

   Gadis baju merah telah kembali.

   tentunya mengadu kepada gurunya, bahwa Percipta Drama Pohon Penggantungan Giok Hu Yong tidak hadir duel maut dipuncak Pek-soat-hong.

   Besar kemungkinan bahwa Giok Hong mengajak murid-muridnya menyerang sumur tua lembah Penggantungan.

   Keadaan sang ibu sangat berbahaya.

   Seorang lainpun berada didalamm keadaan bahaya.

   ituTlah Cang Ceng Ceng.

   Adanya gadis itu didalam sarang perkumpulan Kim ie-kauw.

   tentunja membahayakan kesehatannya.

   Kecuali Cang Ceng Ceng masih ada seorang lain yang tiada kabar berita, Itulah si Ular Golis Siauw Tin.

   Besar kemungkinan.

   Siauw Tin jatuh kedalam tangan orang-orang Kim-ie-Kauw.

   Kemana dia harus pergi? Kembali kelembah penggantungan? Atau kemarkas besar Kim-ie kauw dilembah Ngo-liong? Tan Ciu sangat bingung! Dua tugas sangat mendesak sekali.

   Kecuali dua unsur tadi yang membingungkan kepentingan Ong Jie Hauw.

   kemana perginya si gadis baju merah? Siapakah nama gadis itu? Menyaksikan sang kawan yang melakukan perjalanan dengan acuh tak acuh, Ong Jie Hauw berkata.

   "Aku sedang memikirkan jalan yang harus kita tempuh."

   "Mengapa?"

   Tan Ciu menepuk kepala. ia mendapat jalan untuk mengatasi kesulitan. Ia berkata "Maukah kau menolong?"

   "Kita sudah menjadi kawan, bukan?"

   Berkata si jago dungu.

   "Diantara sesama kawan sudah menjadi kewajiban untuk saling tolong."

   "Bagus. Aku hendak minta pertolongamu."

   "Aha, mengapa kau tidak mengatakan?"

   "Kita berpisah, aku menuju kegunung Ngo-liong hendak menolong "

   "Aku?"

   "Kau membantu kakakku, menjaga ibuku."

   "Dimanakah kakakmu itu?"

   "Disatu sumur tua yang terletak dibelakang kelenteng didekat rimba Penggantungan."

   "Aha, didalam sumur tua?"

   Ong Jie Hauw terkejut.

   "Ng... Kau masuk kedalam sumur itu, mereka akan menyambutmu. Itulah sumur tua."

   Tan Ciu membuat suatu gambar tempat untuk menjumpai rombongan ibunya.

   Membawa gambar peta itu, Ong Jie Hauw menuju kearah sumur Penggantungan.

   Tan Ciu menuju kearah lembah Ngo-liong digunung Ngo-liong-san.

   Mereka berpisahan.

   Mengambil dua jalan yang tidak sama.

   melakukan tugas masing-masing.

   Cerita bercabang dua, mari kita mengikuti perjalanan Tan Ciu.

   Dia menuju Kearah lembah Ngo-liong, Perjalanan yang tidak asing bagi Tan Ciu.

   Itulah kepergiannya yang kedua kali.

   Tiba dilembah Ngo-liong, ia tidak segera menampilkan diri, dia bersembunyi memeriksa keadaan tempat itu.

   Melewati pos-pos penjagaan para angguta Kim-ie-kauw.

   Tan Ciu behasil menyelundup masuk kedalam markas besar perkumpulan itu.

   Deretan bangunan rumah telah berada didepannya, tidak sedikit dari peronda-peronda yang mengadakan penjagaan.

   Keamanan dimarkas besar Kim ie kauw dijaga sangat ketat.

   Tan Ciu maju merayap, Tiba-tiba terdengar suara bentakan.

   "Siapa!"

   Datangnya suara dari salah satu pohon, hal itu mengejutkan Tan Ciu.

   "Hei!"

   Bentak lagi orang itu.

   "Sebutkan namamu."

   Tan Ciu mengirim satu bacokan tangan...

   "Hei!"

   Orang itu jatuh keluar dari tempat persembunyiannya, dia menyembunyikan diri didalam sebuah pohon.

   Hampir Tan Ciu diketahui olehnya, Penjagaan bukan saja dilakukan oleh mereka yang berdinas penjaga gelap pun memperkuat keamanan di daerah itu.

   Menyembunyikan diri didalam pohon sungguh sangat luar biasa.

   Mungkinkah dia dapat menembus penjagaan gelap itu? Tan Ciu berpikir lama.

   Tiba2 ia lompat girang, cepat2 membuka pakaian kuning orang itu, dia telah mendapat akal, dengan menyamar menjadi salah seorang anggota Kim-ie-kauw tentunya mudah masuk kesarang mereka.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tan Ciu berpakaian.

   berdandan sebagai seorang anak buah Kim-ie kauw.

   Setelah mengembalikan tubuh orang itu ketempatnya yang semula.

   Tan Ciu berjalan masuk.

   Tiba-tiba terdengar suara bentakan.

   "Yu Hong ada apa?"

   Tan Ciu terkejut, Dari sebuah undukan tanah. muncul beberapa kepala orang, Pertanyaan keluar dari mulut salah seorang darinya.

   "Aman."

   Berkata Tan Ciu membawa logat orang yang bernama Yu Hong. Seperti apa yang kita ketahui, Yu Hong telah mati dibawah tangan si pemuda.

   "Kita harus ber-hati2, malam ini akan mendapat kunjungan orang."

   "Ng..."

   Tan Ciu melanjutkan perjalanannya.

   Pikirannya bekerja.

   siapakah orang yang hendak berkunjung kemarkas Kim-ie-kauw? Apakah maksud tujuannya? Dia sudah berada didepan sebuah bangunan kuning, lebih besar dari bangunan-bangunan disekitarnya.

   Lagi-lagi Tan Ciu mendapat teguran.

   "S i a p a ?"

   "Yu Hong."

   Dengan tenang. Tan Ciu memberi jawaban.

   "Apa yang kau kerjakan?"

   Wah! Tan Ciu mendapat ujian berat. Baagaimana ia harus mengatasi kesulitannya? Disaat yang tegang itu, tiba-tiba berlari datang tiga orang berbaju kuning. Orang yang hendak memeriksa Tan Ciu membentak lagi.

   "Ada apa ?!"

   "Mereka sudah tiba dimulut lembah."

   Tiga orang yang baru datang memberi laporan.

   "A a a a a ..! Lekas bikin persiapan."

   Keadaan menjadi agak kalut masing2 menjalan tugas yang telah ditentukan.

   Menggunakan kesempatan itu.

   Tan Ciu meninggalkan mereka.

   Dia lari kesamping, menyembunyikan diri dibalik pohon.

   Banyak orang berbaju kuning berlari-larian diantaranya, terlihat Kim Sam Nio, mengajak beberapa orang, dia meninggalkan bangunan itu.

   Tan Ciu melanjutkan penyelidikannya, ia harus mencari letak kamar tahanan.

   Suatu ketika, Tao Ciu lompat masuk ke lorong panjang.

   Tiba-tiba ada orang yang membentak.

   "Siapa?"

   Tan Ciu tidak menjawab pertanyaan itu.

   Ia menyelipkan dirinya kedalam lorong.

   Disitu ada pintu, dia mendorong pintu itu, ia masuk kedalam kamar.

   Didalam kamar tertidur seorang gadis.

   Dikala Tan Ciu memasuki kamarnya, gadis itu terkejut, ia membelalakan matanya.

   Diluar terdengar suara orang2 yang mengejar.

   "Dimana?"

   "Disinikah dia?"

   "Bagaimana bayangan orang itu?"

   "Laki2 atau wanita?"

   Teriakan2 itu menuju kearah kamar.

   Tan Ciu menemukan jalan buntu, tidak ada tempat persembunyian baginya.

   Tiba-tiba ia mendapat akal.

   Dia lompat ketempat tidur gadis itu, membuka kain selimut mengeram dibawah kain penutup hawa dingin itu.

   Dengan suara penuh ancaman, ia bergeram.

   "Berani kau mengatakan aku bersembunyi ditempat ini, segera kubunuh kau lebih dahulu."

   Pedangnya telah ia sodorkan kearah sigadis. Pintu kamar dibuka orang, beberapa orang berbaju kuning memasuki ruangan itu. Mereka dibawah pimpinannya seorang tua. Gadis berselimut itu bicara.

   "Sam siok, ada urusan apa?"

   Ia memanggil Sam siok yang berarti paman ketiga. Orang tua baju kuning yang dipanggil sam-siok memeriksa seluruh ruangan, ia tidak menemukan sesuatu, Ia bertanya.

   "Kim Cui, ada orang yang memberi laporan bahwa sesosok bayangan telah memasuki kamarmu."

   Tan Ciu yang bersembunyi didalam selimut, mengerahkan ancamannya pedangnya. Kim Cui, demikian nama gadis itu berkata.

   "Aku tidak melihat."

   Orang tua berbaju kuning mengkerutkan keningnya. Ia tidak percaya. Kim Cui berkata.

   "Mungkinkah salah lihat?"

   "Salah lihat?"

   Orang tua semakin curiga. Kim Cui berkata lagi.

   "Mungkin bayangan kucing yang dilihat olehnya.

   "Bayangan kucing?"

   "Nah, itu dia kucingnya,"

   Kim Cui menunjuk kearah sudut kamarnya.

   Disana terlihat seekor kucing putih, berbulu panjang, dia memandang kearah orang2 itu.

   Kim Ie Lo-jin demikian nama paman Kim Ciu yang ketiga itu ragu-ragu, memeriksa lagi keadaan didalam kamar itu.

   Akhirnya ia menerima kenyataan.

   Kim Ciu berkata.

   "Sam-siok, masih ada urusan lain?"

   Itulah suatu permintaan agar mereka meninggalkan kamarnya.

   Kim ie Lo-jin mengajak semua orang meninggalkan kamar Kim Ciu.

   Tan Ciu menyingkap selimut, kepalanya nongol keluar, mulutnya terbentang hendak bicara.

   Cepat-cepat Kim Ciu mengulapkan tangan, suatu tanda agar pemuda itu tidak membuka mulut.

   Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan gadis itu.

   Lama sekali mereka saling pandang.

   Tan Ciu memasang kuping panjang.

   Sesuatu dengan napas masih berada diluar pintu, ternyata orang tua berbaju kuning.

   Kim-ie Lojin belum percaya kepada keterangan yang diberikan oleh kemenakannya, ia memasang kuping juga.

   Tidak lama suatu derap langkah yang sangat perlahan meninggalkan kamar itu.

   Dia adalah Kim ie Lo-jin yang berjalan pergi.

   Tidak ada suara didalam kamar kemenakannya, maka orang yang hendak dicari bukan dikamar itu.

   Tan Ciu mengeluarkan nanas lega.

   Nasib masih baik, ia tidak dipergoki oleh orang tua baju kuning itu.

   Dengan rasa terima kasih ia memandang gadis yang bernama Kim Cui itu.

   Kim Cui menganggukkan kepala, ia berkata.

   "Mereka telah pergi."

   Tan Ciu membelalakan mata, dikala bahaya mengancam ia kurang menaruh perhatian.

   Kini bahaya telah lewat, meneliti keadaan gadis ini hatinya tercekat, agaknya gadis tersebut berada dalam keadaan telanjang.

   Sangatlah masuk diakal.

   mengapa Kim ie-lo-jin tidak membuka selimutnya kemenakan itu, ternyata Kim Cui berada didalam keadaan sakit, tentu saja harus berselimut.

   Kim Cui memandang pemuda itu.

   letak mereka terlalu dekat, mereka berhadapan muka, napas masing-masing terdengar jelas.

   Debaran jantung Tan Ciu memukul keras.

   Kim Cui membuka mulut.

   "Hei, hendak berkeram terus menerus didalam selimut?"

   Tan Ciu merayap keluar. Keadaannya sangat tidak bersemangat. ia hendak pergi. Kim Cui berteriak.

   "Hei, seperti inikah perlakuanmu?"

   Tan Ciu terkejut, sadar dari lamunannya, menunjuk hormat dan berkata.

   "Atas bantuan nona, aku mengucapkan banyak terima kasih "

   "Hanya mengucapkan terima kasih."

   "Maksud nona ..."

   "Aku telah menolongmu, tahu?"

   Bertanya si gadis. Tan Ciu menganggukkan kepala.

   "Mengapa?"

   Berkata Tan Ciu.

   "Aku mengharapkan bantuanmu."

   "Bantuan ?"

   "Ng... aku menderita luar biasa."

   "Aku tidak mengerti,"

   Berkata Tan Ciu.

   "Kuceritakan kepadamu. suatu hari. dikala aku melatih ilmu pedang, seekor ular yang jahat memagut, terlalu cepat, ular itu berkepala segi tjga, sangat berbisa. aneka macam pengobatan telah kulakukan tanpa hasil sama sekali."

   Tan Ciu mendengar cerita Kim Cui dengan penuh perhatian. Kim Cui meneruskan ceritanya.

   "Ayahku Kim ie Mo-jin . ."

   "Aaa...!"

   Tan Ciu berteriak, ternyata ia sedang berhadapan dengan putri ketua perkumpulan Kim ie-kauw.

   "Mengapa ?"

   Kim Ciu terkejut.

   "Kau anak Kim-ie Mo-jin?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "M e n g a p a ?"

   "Putri ketua perkumpulan Kim-ie kaaw."

   "Betul."

   Kim Cui menganggukan kepala.

   "Ayahmu jahat, dia menyuruh orang menangkap kawanku ..."

   "Menangkap kawammu?"

   Bertanya Kim Cui.

   "Siapakah nana kawanmu itu?"

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Cang Ceng Ceng."

   "A a a a a ... Kau Tan Ciu?"

   "Betul."

   "Murid su-siok."

   Bertanya lagi Kim Cui.

   "Siapa yang kau artikan dengan su-siok?"

   "Dia adalah putri Angin Tornado Kim Hong Hong!"

   "Aaaa ...!"

   Tan Ciu berteriak.

   "Suhu juga disini?"

   "Dia ditawan oleh ayahku."

   Kim Ciu memberi keterangan.

   "Kecuali mereka masih ada seorang gadis yang bernama siauw Tin."

   "Aaaa .. Siauw Tin juga ditawan kalian?"

   "Ng... Kau hendak menolong mereka?"

   "Aku harus menolong mereka."

   Berkata Tan Ciu.

   "Tidak mungkin."

   Berkata Kim Cui.

   "Mengapa tidak mungkin?"

   Bertanya Tan Ciu. Kim Cui memberi keterangan.

   "Mereka ditawan didalam tekanan batu, tidak seorang pun tahu dimana letak tahanan batu itu, kecuali keluarga kami dan beberapa orang yang dipercaya! Penjagaan sangat keras."

   "Kau tahu?"

   Kim Cui menganggukan kepala.

   "Mau memberi tahu dimana letak tempat tahanan batu itu."

   Tan Ciu memohon.

   "Aku akan membantu."

   Berkata Kim Cui.

   "Membantu?"

   Tan Ciu tidak percaya.

   "Betul, kau membantu menyembuhkan penyakitku dan aku membantu kau menolong mereka."

   "Menyembuhkan penyakitmu?"

   Beetanya Tan Ciu.

   "Ng...Sudah kukatakan, ayahku tidak berdaya, racun ular itu sangat maha bisa. Dengan aneka macam obat, mereka mempertahankan jiwaku, tapi tidak dapat menolong mengeluarkan bisa racun."

   "Bagaimana aku dapat menolongmu?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Sedangkan ayahmu sekalian tidak sanggup menyembuhkannya?"

   "Siauw Tin berkata kepadaku, bahwa kau mempunyai sebuah bola mutiara Jit goat cu."

   "Jit-goat-cu?"

   Tan Ciu teringat kepada pemberiannya Thio Ai Kie. Kim Cui menganggukkan kepala.

   "Betul."

   Berkata gadis itu. Tan Ciu mengeluarkan mutiara Jit goat-cu. Dia percaya, Jit-goat cu dapat menyembuhkan luka Kim Cui, mengingat khasiat itu yang sangat luar biasa. Ia menyerahkan mutiara Jit-goat-cu kepada Kim Cui. Si gadis menyengir.

   "Tolonglah."

   Ia berkata. Tidak menyambut mutiara itu.

   "Tapi...Tapi ..."

   Mengingat keadaan si gadis yang tanpa pakaian, bagaimana membantunya. Kim Cui mengeluarkan suara dari hidung.

   "Mengapa menggunakan kata-kata tapi?"

   Berkata Kim Cui.

   "Diantara kita "

   "Diantara kita telah terjadi benturan tubuh bukan?"

   Berkata Kim Cui.

   "Menolong dirimu aku rela. Sebaiknya. demi kepentinganmu, mungkinkah kau tidak mau?"

   Dengan tangan yang gemetaran, Tan Ciu menyingkap selimut sigadis.

   Tan Ciu menggeser kain selimut, Kim Cui memeramkan mata.

   Apa boleh buat, demi menolong gadis itu dari kesengsaraan badan.

   Tau Ciu menempelkan mutiara Jit- goat-cu ditempat lukanya.

   Luka dipagut ular tepat dibagian paha besar Kim Cui.

   Takdir mengatur jalan cerita seperti ini, apa mau dikata? Luka dipagut ular masih membengkak, karena itulah Kim Cui tidak dapat berpakaian, luka menjalar sehingga kaki dan perut.

   Dikala bola Jit goat-cu ditempelkan ditempat luka, darah hitam mengalir keluar.

   Kim Ciu mengerutkan alisnya, ia menahan sakit.

   "Sakit?"

   Bertanya Tan Ciu.

   Gadis itu hanya memberi anggukkan kepala.

   Tidak bicara.

   Bisa jahat telah disedot keluar.

   mengalirnya bertentangan dengan arus darah, tentu saja sangat sakit.

   Tidak lama kemudian.

   Bengkak tubuh pada gadis itu telah mereda, mereda dan akhirnya lenyap sama sekali.

   Tempat luka yang memerah mulai kempis.

   Akhirnya Tan Ciu berhasil menyembuhkan luka gadis itu.

   Dia menarik mutiara Jit-goat-cu.

   "Sudah."

   Berkata Tan Ciu. Keringat telah membasahi sekujur tubuh gadis itu, walaupun demikian, wajahnya bercahaya terang.

   "Ada obat pengering untuk luka?"

   Berkata Tan Ciu telah menyimpan mutian Jit-goat-cu.

   "Ada"

   Dari dalam bantal. Kim Ciu mengeluarkan bubuk putih. Obat khusus untuk mengeringkan luka. Tan Ciu menyambut serbuk putih itu, ditaburnya diatas mulut luka. Dibungkusnya dengan kain. Kim Cui menyelimuti dirinya.

   "Terima kasih."

   Ia berkata perlahan.

   "Sama-sama."

   Butiran air mata mengalir dikedua kelopak Kim Ciu. Tan Ciu terkejut.

   "Mengapa."

   Ia bertanya.

   "Kau hendak pergi?"

   Bertanya si gadis.

   "Ng "

   "Meninggalkan aku?"

   "Aku...aku "

   Tan Ciu menjadi gugup sekali.

   "Katakanlah terus terang, bagaimana kesanmu kepadaku?"

   Bertanya Kim Ciu.

   "Tidak buruk."

   "Kau telah menyaksikan seluruh bagian dari tubuhku"

   Berkata Kim Ciu, ia menundukkan kepala.

   "Demi kepentingan "

   "Dikala kau memasuki selimutku?"

   Kim Cui berkata dingin.

   "Kita orang "

   "Betul. Bagaimana hidup kita dikemudian hari ?"

   "Aku "

   "Tan Ciu, tidak sukakah kepadaku?"

   "Kedudukan kita sangat berlawanan."

   Berkata Tan Ciu.

   "Karena ayahku ?"

   "Ng . .!"

   "Kuharapkan saja, kalian dapat rujuk kembali."

   Tan Ciu telah menyembuhkan penyakit Kim Cui! Dan Kim Cui mengajak pemuda itu kebagian kamar tahanan batu.

   Disuatu tempat yang sangat tersembunyi ditempat yang banyak rahasianya.

   Tan Ciu berhasil memasuki kamar- kamar tahanan diruang batu! "Dimana suhu?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Dikamar itu."

   Berkata Kim Cui! Seorang nenek membelakangi mereka. mendengar derap kaki, ia menoleh itulah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong. Tan Ciu memegang jeruji besi dan berteriak.

   "Suhu!"

   Kejadian yang berada diluar dugaan Kim Hong Hong.

   "Kau?"

   Ia menunjukkan ketidak percayaannya kenyataan itu jauh sekali.

   "Suhu. Tan Ciu akan menolong dirimu."

   "Aku bersyukur."

   Berkata Kim Hong Hong, Kim Ciu telah membuka pintu kamar tahanan, setelah itu, ia pergi membuka kamar tahanan Cang Ceng Ceng dan Siauw Tin. Mereka berkumpul dikamar tahanan Kim Hong Hong.

   "Suhu. Mari kita meninggalkan tempat ini!"

   Berkata Tan Ciu."

   Kim Hong Hong menggeleng2 kepala, ia berkata.

   "Kalian pergilah!"

   Tan Ciu bingung.

   "Mengapa?"

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ia tidak mengerti akan sikap guru itu. Kim Hong Hong berkata.

   "Aku dibesarkan didalam perkumpulan Kim-ie-kauw. Ayahku mati karena pengkhianatanku, dosaku harus kutebus. Kalian pergilah. Aku tidak mau."

   "Suhu...!"

   Tan Ciu masih mencoba untuk mengajak guru itu meninggalkan kamar tahanan.

   "Lekas kalian pergi."

   Kim Hong Hong membentak. Cang Ceng ceng, Siauw Tin dan Kim Cui mencoba mengadakan bujukan. Tingkat kedudukan Kim Hong Hong berada diatas ketiga gadis itu. Dia menolak.

   "Pergilah!"

   Ia mengusir mereka.

   Dibawah tuntunan Kim Cui, Tan Ciu dan dua kawan wanitanya meninggalkan tempat tahanan Kim-ie kauw.

   Kim Cui adalah putri ketua perkumpulan Kim-ie-kauw Kim-ie Mo-jin.

   Secara tidak disengaja, Tan Ciu memasuki kamar gadis itu, hasil dari pertemuan itu adalah bantuan tenaganya.

   Mereka berhasil membebaskan Siuw Tin dan Cang Ceng Ceng.

   Kim Hong Hong berat kepada perkumpulan yang membesarkan dirinya.

   ia menolak melarikan diri.

   Mereka tiba dimulut guha rahasia dari tawanan batu.

   Disana telah berbaris orang-orang berbaju kuning, mereka berada dibawah pimpinan paman Kim Cui yang bernama Kim-ie Lo jin.

   Kim Cui terbelalak.

   Kim-ie Lo-jin mengeluarkan suara dingin- "Bagus.

   Berani kau bersakongkol dengan orang luar?"

   Tan Ciu menampilkan dirinya, ia berkata.

   "Bukan urusannya. Akulah yang memaksa."

   Kim-ie Lo jin menganggukkan . kepala, ia berkata.

   "Bagus. Kau bernama Tan Ciu?"

   "Betul."

   Si pemuda tidak menyangkal.

   "Luar biasa."

   Kim ie Lo-iin memberikan pujian! "Rencana yang bagus! Pandai kau menggunakan tenaga kemenakanku, he? Pandai kau mengerti tipu, He? Dua orang menyerang dari depan secara berterang! Dan kau dengan membawakan sikapnya yang seperti pencuri menyelinap masuk, menolong orang ..!"

   "Aku membawa dua orang kawan?"

   Tan Ciu menjadi bingung.

   "Jangan berpura-pura tolol."

   Bentak Kim-ie Lo-jin.

   "Penghuni Guha Kematian kakak beradik bukan orangmu?"

   "A a a a "

   Ternyata Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie telah menyerang Kim-ie-kauw. Tan Ciu sangat girang. Siauw Tin berteriak.

   "Guruku juga datang!"

   Kim-ie Lo-jin berkata lagi.

   "Jangan terlalu cepat bergirang, kauwcu sedang mengusir mereka."

   Cang Ceng Ceng telah dikurung orang tanpa sebab, kemarahannya tidak terhingga. Dia maju dan berkata.

   "Apa yang hendak kalian lakukan?"

   "Menangkap orang."

   Berkata Kim-ie Lo-jin.

   "Bagus. Tangkap aku dahulu!"

   Berkata Cang Ceng Ceng.

   Ilmu kepandaian si gadis sangat tinggi.

   bila bukan kelengahannya, bila bukan Kim Sam Nio yang menggunakan tipu.

   menyebar obat bius Cang Ceng Ceng tidak dapat dikalahkan, Kemarahan itu hendak mendapat tempat pelampiasan, ia mendekati lawan.

   Kim ie Lo-jin mengibaskan tangan.

   "Tangkap mereka."

   Ia memberi perintah.

   Dia menerjang Cang Ceng Ceng Seorang yang berbaju kuning mempunyai ukuran badan lebih gemuk menyerang Tan Ciu.

   Seorang kurus menyerang Siauw Tin.

   Dua orang itu adalah jago kelas satu.

   Mereka hendak menangkap tiga orang musuh.

   Orang-orang berbaju kuning lainnya berkepandaian agak rendah, mereka mengurung rapat-rapat? Kim Cui berteriak-teriak.

   "Hentikan pertempuran ini ..Hentikan pertempuran ini. ..!"

   Tidak ada yang menggubris teriakan putri ketua perkumpulan Kim ie kauw.

   Kedudukan Kim ie Lo-jin sebagai paman Kim Cui lebih tinggi.

   Mereka hanya taat pada perintahnya.

   Tiga jago Kim ie kauw menempur tiga musuh mereka.

   Pertempuran terjadi cepat sekali.

   Kim Ciu membanting-banting kaki.

   Dia tidak mengharapkan kejadian itu.

   Kekalahan manapun tidak dikehendaki, kekalahan Tan Ciu berarti kekalahan dirinya, kekalahan Sang paman berarti memperdalam permusuhan, Perjodohannya dengan si pemuda akan terganggu.

   Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng sangat mengejutkan Kim-ie Lo-jin.

   Kim ie Lo-jin menduduki kursi kedua setelah saudaranya, belum juga ia berhasil menangkap gadis baju putih itu.

   Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng berada diatas ilmu kepandaian Tan Ciu, bila Kim Sam Nio tidak menggunakan obat bius.

   belum tentu ia dapat ditangkap oleh orang orang Kim ie-kauw.

   Disaat ini, Cang Ceng Ceng sedang ada kemarahan.

   gerak-geraknya sangat sebat, tentu saja membuat Kim-ie Lo-jin tidak berdaya.

   Ilmu kepandaian si gendut dan sim kurus yang melawan Tan Ciu dan Siauw Tin berada dibawah Kim ie Lo jin.

   sebentar kemudian mereka berada dipihak yang terdesak.

   Kim Cui menyaksikan dengan sangat cermat.

   Tan Ciu memukul,'Hu!' si gendut jatuh terluka.

   Disaat yang sama! Siauw Tin hampir menamatkan Jiwa lawannya! Kim Cui berteriak.

   "Jangan bunuh mereka!"

   Tan Ciu dan Siauw Tin menarik diri...

   Beberapa orang Kim ie kauw memayang bangun kedua jago mereka.

   Dikala ini.

   Cang Ceng Ceng mengeluarkan bentakan, ia mendesak Kim-ie Lo jin.

   Kim-ie Lo jin mendorongkan kedua tangannya.

   Cang Ceng Ceng tidak mau menyerah, dia juga mengerahkan tenaga, menepuk dua pukulan itu Terdengar suara yang sangat keras.."B l e g u r ...!!"

   Kim ie Lo-jin mundur jauh.

   mulutnya mengeluarkan darah.

   Cang Ceng Ceng yang mundur dua langkah, dia tidak menderita luka.

   menggunakan kesempatan musuh tidak berdaya, ia meneruskan serangannya lompat tinggi memberi tekanan pukulan.

   Kim Cui berteriak lagi.

   "Nona Cang.. ."

   Cang Ceng Ceng menarik pukulannya. Ia melayang turun. Kim ie Lo-jin menderita luka yang amat parah, kedua matanya memancarkan api kebencian. Cang Ceng Ceng berdengus.

   "Bila tidak memandang muka terang nona Kim, aku tidak mengampuni dirimu."

   Kim-ie Lo-jin menggeretek gigi, ia berkata.

   "Baik aku menyerah kalah. Aku tidak percaya. kalian tidak meninggalkan tempat ini."

   Dia hendak mengajak orang-orangnya meninggalkan musuh-musuh itu. Disana telah bertambah seorang berbaju kuning. Itulah Toako Kim-ie Lo-jin ayah Kim Cui, Kaucu Kim-ie-kauw Kim ie Mo-jin. Wajah Kim Cui berubah.

   "Ayah . .."

   Ia memanggil perlahan. Kim-ie lo-jin memberi hormat.

   "Toako ..."

   Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala. Memandang sang putri. ia mengajukan rasa herannya.

   "Kim Cui."

   Ia memanggil.

   "Kau dapat berjalan?"

   "Aku sudah sembuh."

   Berkata Kim Cui.

   "Siapa yang menyembuhkan lukamu?"

   Bertanya lagi Kim ie Mo-jin.

   "Dia!"

   Kim Cui menunjuk Tan Ciu, sikapnya sangat takut.

   "Bagus,"

   Berkata Kim-ie Mo-jin.

   "Maka kau membantunya, menolong kawan-kawannya?"

   Kim Cui semakin gemetar. Kim-ie Mo-jin mengeluarkan suara geraman sangat menyeramkan seperti seekor binatang Purbakala yang hendak menerkam orang. Tan Ciu menampilkan diri, ia berkata.

   "Kaucu, begitu galak kau pada putri sendiri."

   Suaranya sangat dingin, sangat menantang. Kim-ie Mo-jin mengalihkan sinar pandangan matanya, tertancap diwajah si pemuda.

   "Kau yang bernama Tan Ciu."

   Ia bertanya.

   "Tidak salah."

   "Memang luar biasa. Kau adalah seorang pemuda luar biasa. Sangat berani."

   "Terima kasih."

   "Kau berani berkunjung datang, mengapa tidak berani menemuiku?"

   "kauwcu, adalah pucuk pemimpin tertinggi dari perkumpulan Kim-ie kauw, mana mudah untuk diketemukan."

   "Ha ha ha, ...kau belum menerima panggilanku?"' "Ha ha ha... Tujuan kauwcu hendak memiliki Thian- mo-po-lok, ada hubungan apa dengan nona Cang ceng ceng dan nona Siauw, mengapa menawan mereka?"

   Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala.

   "Berapakah umurmu?"

   Ia bertanya.

   "Dua puluh satu."

   "Bila kau tidak mati, dua puluh tahun kemudian, rimba persilatan berada dibawah kekuasaanmu."

   Kim-ie Mo-jin ada niatan untuk membunuh Tan Ciu.

   Bilamana rimba persilatan akan berada dibawah kekuasan Tan Ciu.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dan hal itu tidak mungkin terjadi, karena Tan Ciu tidak mungkin lolos dari kekejamannya.

   Wajah Kim Cui berubah menjadi pucat.

   Tan Ciu tidak gentar.

   Ia berkata.

   "Aku masih ingin hidup dua puluh tahun lagi?"

   "Bagus? Serahkanlah kitab Thian mo po-lok?"

   "Bila tidak?"

   "Kau dapat mengetahui, apa akibat dari penolakan ini?"

   "Aku ingin mengetahui?"

   "Kepalamu cukup keras, he?"

   "Hampir menyerupai batu."

   "Bagus. Kepala batu, segera menerima tangan besiku."

   Kim-ie Mo-jin menghampiri si pemuda. Tan Ciu telah siap sedia. Kim Cui berteriak.

   "Ayah...!"

   Dia menyelak didepan ayahnya, bermaksud menggagalkan gerakan ayahnya itu. Kim ie Mo jin membentak.

   "Minggir!"

   "Ayah "

   "Minggir."

   Tangan Kim ie Mo-jin dikibaskan. Maka Kim Cui jatuh kebelakang.

   "Kauwcu, inikah perbuatanmu?"

   Tan Ciu mengeluarkan suara.

   "Hm..."

   Kim ie Mo-jin berdengus.

   "Kuulang lagi permintaanku. Menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok atau menyerahkan jiwamu."

   "Kita akan menggambil putusan diatas pertempuran."

   "Bagus."

   Berkata Kim-ie Mo jin.

   "Kalian boleh maju semua."

   Tan Ciu membusungkan dada.

   "Aku seorangpun cukup?"

   Ia berkata "Ha. ha ... Kau ... ha, ha "

   "Mengapa tertawa?"

   "Bila berhasil menerima sepuluh jurus serangan kau bebas dari kematian."

   Berkata Kim-ie Mo-jin memberikan janji.

   "Bila tidak dapat menerima sampai sepuluh jurus?"

   Tan Ciu masih hendak berkelakar.

   "Bila kau tidak dapat menerima serangan-seranganku itu, tentu jiwamu melayang ke alam baka?"

   "Bagus. Hendak kulihat, bagaimana aku dikirim keluar ke alam baka?"

   Cang Ceng Ceng menampilkan diri, ia berdiri didepan Tan Ciu, dan menghadapi Kim ie Mo jin? "Biar aku yang menerima sepuluh jurus seranganmu"

   Ia berkata. Kim ie mo-jin membikin penilaiannya! "Kau?"

   Ia memandang gadis berpakaian putih itu.

   "Betul! Biar aku yang menerima serangan-seranganmu."

   Ia berkata.

   "Kukira, kau harus menerima dua puluh jurus."

   Berkata Kim ie Mo-jin.

   Mata kauwcu perkumpalan Kim-ie kauw sangat tajam.

   Sekali lihat, ia mengetahui ilmu kepandaian Cang Ceng- ceng masih berada diatas Tan Ciu.

   Maka ia menambah syarat-syaratnya.

   Melipat gandakan, dari sepuluh jurus untuk Tan Ciu diganti dua puluh jurus Cang Ceng ceng.

   "Baik,"

   Cang Ceng-ceng menerima tantangan itu.

   "Aku siap menerima serangan2mu hanya dua puluh jurus, bila aku beruntung dapat menggagalkan serangan2mu, aku meminta kebebasan untuk semua orang."

   "Baik. bila kau dapat menerima serangan2ku sampai dua puluh jurus, semua orang bebas."

   Berkata Kim-ie Mo-jin. Tan Ciu mengundurkan diri. Cang Ceng Cengg berhadapan dengan Kim-ie Mo-jin. Kim ie Mo-jin berkata.

   "Sudah siap?"

   Cang Ceng Ceng menganggukan kepala.

   "H u u u u t ...! Kim ie Mo-jin menjatuhkan pukulan yang pertama. Cang Ceng Ceng lompat menyingkirkan diri. Tangan Kim ie Mo-jin yang sudah hampir jatuh ditanah, tidak ditarik pulang ia mengganti menjadi cengkeraman, mengincar naik. Cang Ceng Ceng terkejut. kecepatan tangan lawan sangat cepat sekali. Hampir ia tidak dapat mengelakkan diri. Tangannya dikebutkan, hendak menotok jalan darah Kim ie Mo-jin, dan demikianlah ia lolos dari lubang jarum, Beberapa serangan luar biasa lagi dilontarkan oleh Kim ie Mo-jin. Keadaan Cang Ceng Ceng semakin gawat. Tan Ciu, Siauw Tin dan Kim Cui memeras keringat. Mereka mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Kim Ie Mo-jin mempergencar serangan2nya. Cang Ceng Ceng bertahan sedapat mungkin. Sering ia menjumpai jurus-jurus berbahaya. Belasan jurus telah dilewatkan. Pada menjelang saat-saat beberapa jurus yang terakhir menyusul jurus ke empat belas. Kim ie Mo-jin berhasil membayangi lawannja, dia memukul keras. Cang Ceng Ceng menempatkan dirinya ditempat jalan buntu, dia pun harus menyambuti pukulan itu. Bledur...!! Tubuh Cang Ceng Ceng terpental jauh. mulutnya menyembur darah hidup. Cang Ceng Ceng tidak berhasil! Wajah TanCiu. Siauw Tin dan Kim Cui menjadi pucat. Tiba-tiba...Meluncur datang sebuah benda, dikala berhenti disana telah bertambah kursi beroda, diatas kursi itu duduk seorang berkerudung, dia adalah orang cacad yang pernah Tan Ciu jumpai. Dari kecepatan orang itu. Kim ie Mo-jin maklum. ilmu kepandaian orang cacad itipun termasuk ilmu kelas satu. Wajahnya menunjuk rasa bingungnya. Berapa banyaklah jago-jago yang muncul dihari ini? Dia menjadi bingung. Kim ie Mo-jin membentak.

   "Siapa nama tuan yang mulia?"

   Orang cacad berkerudung itu mengeluarkan suara dengusan. Hmmm."

   "Kau tidak berani menyebut nama sendiri?"

   Berkata Kim-ie-Mo-jin lagi.

   "Namaku akan mengejutkanmu."

   Berkata orang cacad dikursi roda.s "Ha. ha..."

   Kim-ie Mo-jin tertawa.

   "Siapakah yang pernah ditakuti oleh Kim-ie Mo-jin?"

   "Ha, ha... Tidak takut kepada Ciat Tin Cu?"

   Wajah Kim-ie Mo-jin berubah.

   Disebutnya nama dari si jago tiga jaman Ciat Tin Cu mengkeretkan hatinya, tidak ada seorang pun yang ditakuti olehnya kecuali Ciat Tin Cu.

   Dia kenal baik nama, bentuk tubuh dan logat suara Ciat Tin Cu, orang ini bukan Ciat Tin Cu.

   Kim-ie Mo-jin berkata.

   "Ha, ha.... Dengan menutup wajahmu dengan kain kerudung, kau hendak memalsukan nama Ciat Tin Cu?"

   "Siapa yang memalsukan nama Ciat Tin Cu. Pernahkah aku menggunakan namanya?"

   "Apakah maksud kedatanganmu?"

   Kim-ie Mo-jin membentak.

   "Membawa mereka."

   Orang cacad dikursi roda menunjuk kearah Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng sekalian.

   "Ha, ha...Kau mempunyai ilmu kepandaian yang melebihi Ciat Ti Cu?"

   "Yang sudah pasti, berada diatasmu!"

   Berkata orang cacad itu.

   Kim ie Mo-jin marah sekali.

   Dia menengadah mengeluarkan suara lolongan panjang.

   se-olah2 menguasai dunia, seluruh lembah berkumandang suara pekikan ini.

   Wajah Tan Ciu berubah.

   Ilmu kepandaian Kim-ie Mo jin memang luar biasa, Orang berkerudung itu tidak gentar.

   "Tidak percaya?"

   Ia berkata.

   "Kau terlalu sombong."

   Berkata Kim ie Mo-jin.

   "Sombong? Menghadapi muridku saja, hampir kau dikalahkan."

   "Muridmu?"

   Kim ie Mo-jin terbelalak.

   "Siapakah muridmu itu?"

   "Siapa yang belum lama berkutet denganmu?"

   "Dia?"

   Kim-ie Mo-jin menunjuk kearah Cang Ceng Ceng. Orang cacat itu menganggukkan kepala. Oh! Dia guru Cang Ceng Ceng.

   "Kau hendak mengajak dia pulang?"

   Bertanya lagi Kim-ie Mo-jin.

   "Ng..."

   "Tidak mungkin. Kecuali kau dapat mengalahkan aku."

   "Baik."

   Orang cacad dikursi roda itu berkata.

   "Aku akan menerima tiga pukulanmu tanpa membalas. Bila aku menang, aku akan mengajak mereka meninggalkan lembah Ngo-liong."

   Siuuurr..Kursi beroda meluncur datang, berhenti dihadapan Kim- ie Mo jin.

   Kim ie Mo jin menghadapi lawan kuat! Dia harus berhati-hati, Tiga Kali pukulan tanpa mendapat serangan balasan? Mungkinkah ia tidak berhasil? Kim ie Mo jin tidak parcaya.

   Orang itu seperti dapat menduga isi hati orang, ia berkata.

   "Tidak percaya? "Baik."

   Kim ie Mo-jin berkata.

   "Bersiap-siaplah untuk menerima tiga pukulanku."

   "Aku sudah siap."

   Hut!..."

   Kim-ie Mo-jin memukul orang berkerudung yang cacad itu.

   Hati Tan Ciu, Siauw Tin dan Kim Cui berdebar-debar.

   Pukulan Kim ie Mo-jin sangat luar biasa, batu dan debu mengulak keras.

   Terdengar suara benturan yang gemuruh, se-olah2 benda yang memukul barang lapuk.

   Kursi roda hanya bergoyang sebentar, mengganggu orang yang duduk diatasnya.

   Kim-ie Mo-jin melompongkan mulutnya, dia juga menutup kembali, Betaapa hebat tenaga pukulan tadi.

   mengapa lawan itu dapat menerima dengan mudah? Orang berkerudung itu berkata.

   "Kau belum menggunakan tenaga penuh. Ber-hati2lah hanya dua pukulan lagi!"

   Wajah Kim-ie Mo-jin menjadi merah padam.

   Siapakah orang ini? Mengapa mempunyai ilmu kepandaian yang berada diatas dirinya.

   Dia belum menggunakan tenaga penuh, itupun cukup untuk menjatuhkan jago kelas satu.

   Dimisalkan Ciat Tin Cu hidup kembali belum tentu jago tiga jaman itu berani menerima pukulannya tanpa mengadakan perlawanan sama sekali.

   "Aku akan memukul dua kali lagi."

   Berkata Kim ie Mo- jin.

   "Silahkan!"

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Berkata orang berkerudung itu dengan suaranya yang sangat terang.

   "Hut. .. Hut ...!"

   Kim-ie Mo-jin mengirim dua pukulannya.

   Semakin keras semakin dahsyat.

   Kursi roda orang yang terdorong mundur, pemiliknya masih duduk ditempat semula.

   Sikapnya sangat tenang.

   Wajah Kim-ie Mo-jin berubah pucat.

   Ia menderita kekalahan mutlak.

   Memandang orang2nya, ia memberi perintah.

   "Antar semua tamu2 kita keluar lembah."

   Kemudian, ia mamandang orang cacad berkerudung dan berkata kepadanya.

   "Aku kalah."

   Tan Ciu. Siauw Tin sangat gembira. Cang Cang Ceng memanggil orang itu.

   "S u h u..."

   "Kalian pergi dahulu."

   Berkata orang cacad berkerudung itu.

   Mengajak Tan Ciu dan Siauw Tin.

   Cang-Ceng-ceng meninggalkan lembah Ngo-liong.

   Mereka tidak mendapat gangguan.

   Semua orang berbaju kuning mengantar keluar.

   Guru Cang Ceng-ceng masih berhadap-hadapan dengan Kim-ie Mo-jin.

   Kim ie Mo-jin membentaknya.

   "Mengapa kau belum pergi?"

   Orang Cacad yang duduk dikursi roda, orang yang menjadi guru Cang Ceng-ceng membuka tutup kerudung mukanya.

   "Kauwcu, masih Kenalkah dengan aku?"

   Ia berkata perlahan.

   "Aaaaa ..Kau?"

   Kim ie Mo-jin berteriak kaget.

   "Betul. Aku,"

   Berkata orang itu. Wajah dibalik kerudung adalah satu wajah yang penuh cacad, Sudah dirusak orang, maka dia menggunakan kain penutup. Kedua kakinya dimakan rematik, maka tidak bisa jalan, dia menggunakan kursi roda. Orang itu berkata.

   "Ilmu kepandaianku tidak cukup untuk menandingimu, aku telah menderita luka."

   Kim-ie Mo-jin percaya orang ini telah dilukai olehnya.

   maka tidak mempunyai kekuatan menggerakkan kursi roda, dia harus mengatur peredaran jalan darahnya untuk beberapa waktu.

   Kim-ie Mo-jin ditipu mentah-mentah, seharusnya dia marah, bila sebelum mengetahui duduk perkara yang terang, dia murung dan masgul, kini kemurungan dan kemasgulannya lenyap semua.

   Malah dibayangkan.

   dia adalah jago diatas segala jago, hanya pendekar tiga jaman Ciat Tin Cu yang dapat mengalahkannya, itupun terjadi setelah mereka bertarung hebat.

   Berarti dia pun dapat menghadapi jago luar biasa itu sampai ratusan jurus.

   Mungkinkah dikalahkan oleh seorang berkerudung hanya tiga jurus saja? Bahkan orang itu tidak membalas menyerang? Inilah yang memurungkan dirinya.

   membuat ia menjadi marah-marah.

   Membubarkan mengusir semua orang- orangnya.

   Orang berkerudung itu telah membuka kain kerudungnya.

   dia adalah seorang yang berwajah rusak, sampai dimana ilmu kepandaian orang ini.

   dia maklum ternyata dia belum menderita Kekalahan.

   Kim-ie Mo-jin segar kembali.

   Diapun belum menderita kekalahan.

   Walau gagal menangkap Tan Ciu.

   Dia masih dapat mempertahankan gengsi dirinya, Dia adalah pendekar agung nomor dua, setelah dibawah urusan Ciat Tin Cu.

   Orang dikursi roda itu memberi keterangan.

   "Ilmu kepandaianmu masih berada diatasku. Dikala menerima pukulan pertama. aku telah menderita luka. Pukulan- pukulan berikutnya tidak dapat kupertahankan lagi, maka aku mengundurkan diri."

   "Ilmu kepandaianmu pun cukup luar biasa."

   Berkata Kim-ie Mo jin. Orang itu berkata lagi! "Kulihat, kau telah mengumpulkan semua orang-orang lamamu, mungkinkah hendak mengunjuk gigi kembali?"

   Kim-ia Mo-jin mengagggukan kepala. Orang itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. sangat panjang sekali. Tutup kerudungnya dikenakan lagi. Kim-ie Mo-jin berkata.

   "Kau tidak percaya ?"

   Orang itu berkata.

   "Kuanjurkan, agar kau membatalkan niatmu."

   "Hendak menantang?"

   Kim ie Mo jin tidak puas.

   "Aku ada niatan untuk menantangmu. Tapi aku belum mempunyai itu kekuatan."

   Berkata orang itu.

   "Siapa yang mempunyai kekuatan untuk menantang aku?"

   Bertanya Kim-ie Mo jin "Ratu bunga dan anak buahnya."

   Berkata suhu Cang Ceng Ceng.

   "Ratu bunga?"

   Kim ie Mo-jin belum mendengar nama itu.

   "Belum mendengar nama Ratu Bunga?"

   "Pendekar baru dari golongan muda?"

   "Bukan. Dia sedang merencanakan untuk menguasai dunia persilatan. Seperti juga dengan dirimu, kalian adalah dua kekuatan yang hendak menjadi raja."

   "Huh,"

   Kim-ie Mo-jin berdengus.

   "Mungkinkah dia mempunyai ilmu kepandaian yang diatasku?"

   "Seratus Persen diatasmu."

   "Aku diwajibkan untuk menempurnya dahulu, untuk meratakan kerikil2 tajam yang akan mengganggu usahaku?"

   "Sudah tentu."

   "Baik! Katakanlah dimana tempat bermukimnya Ratu Bunga itu?"

   Berkata Kim ie Mo jin penasaran.

   "Dilereng gunung Pek-hoa san."

   Berkata guru Cang Ceng Ceng, orang yang cacad kaki dan rusak wajah itu.

   "Aku akan menempurnya."

   Berkata Kim ie Mo-jin.

   "Kukira kau akan menderita kekalahan."

   Berkata orang itu.

   "Kau akan mendapat bukti, siapa yang kalah. aku atau Ratu Bunga itu."

   Berkata Kim-ie Mo jin.

   Orang berkerudung berhasil.

   Diam mesem2.

   Karena wajahnya yang rusak berkerudung, Kim-ie Mo-jin tidak melihat perobahan itu.

   Si Ratu bunga Giok Hong adalah guru Lie Bwee orang yang menjadi musuh si Melati putih Giok Ho Yong.

   Orang yang bernama Giok Hong itulah yang dikatakan membunuh Tan Kiam Lam Kim-ie Mo-jin meninggalkan orang berkerudung itu.

   Orang berkerudung menggeser kursi roda, ia harus menemui muridnya.

   Keluar dari lembah, ia menemukan Cang Ceng Ceng! Ternyata setelah mendapat ijin pergi, Cang Ceng Ceng, Siauw Tin dan Tan Ciu keluar dari lembah Ngo-liong.

   Disitu Cang Ceng-ceng menunggu gurunya! Tan Ciu dan Siauw Tin meneruskan perjalanan.

   Meninggalkan Cang Ceng Ceng! Tidak lama dari perjalanan Tan Ciu dan Siauw Tin.

   dua bayangan melayang menyambut mereka itulah Thio Ai Kie dan Thio Bie Kia.

   "Aha, kalian telah bebas?"

   Mereka berteriak girang. Siauw Tin menubruk kepada mereka.

   "Sunu. susiok, terima kasih kepada bantuan kalian."

   Ia berkata. Thio Bie Kie berkata.

   "Selama satu bulan, kau tiada khabar cerita. Kami menduga, tentunya kau jatuh kedalam tangan musuh, maka kami menyusul untuk menolongmu."

   Memandang Tan Ciu, si Penghuni Guha Kematian berkata.

   "Dimana nona Cang Ceng Ceng? Berhasilkah menolong dirinya?"

   "Dia hendak menunggu gurunya."

   Tan Ciu memberi keterangan.

   "Tidak ada bahaya lagi?"

   Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengajak Siauw Tin untuk pulang ke Guha Kematian.

   Tan Ciu harus cepat-cepat pulang ke sumur Penggantungan.

   Dimana ibunyaa menunggu pulangnya dia.

   Gadis berbaju merah Lie Bwee telah kembali, tentu memberi laporan dari hasil pertempuran dipuncak Pek soat- hong.

   Dan besar kemungkinan mereka menyerang sumur tua itu.

   Tan Ciu berlari pulang.

   Ditengah jalan, seseorang menghalang didepannya seraya memanggil.

   "Tan Ciu ..."

   Tan Ciu menghentikan perjalanan. didepannya berhenti seorang tua, dia adalah sang paman, Tan Kiam Pek.

   "Aaaa..."

   Tan Ciu mengeluarkan suara perlahan.

   "Bocah, kemana saja kau melarikan diri?"

   Tan Kiam Pek menegur.

   "Aku "

   "Huh, hampir Saja aka masuk perangkap orang2 Kim-ie- kauw itu!"

   "Aku Tidak sengaja."

   Tan Ciu memberi keterangan.

   "Tidak sengaja?"

   Tan Ciu bertutur tentang apa yang telah dialami, bagaimana para sucienya membawa dia kesumur rahasia dirimba Penggantungan. Tan Kiam Pek mengkerutkan keningnya.

   "Pencipta Drama Pohon Penggantungan itu yang menjadi ibumu?"

   "Betul."

   "Dugaanku tidak meleset."

   Berkara Tan Kiam Pek.

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Paman hendak kemana?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Kukira kau jatuh kedalam tangan mereka."

   Berkata Tan Kiam Pek.

   "Aku hendak monolong dirimu. Tapi, penjagaan sangat ketat, aku belum berhasil menyelundup masuk."

   Tan Ciu bersyukur kepada perhatian paman itu.

   "Eh,"

   Tan Kiam Pek memandang pemuda itu.

   "Kau seperti datang dari arah markas mereka."

   Tan Kiam Pek belum mengetahui akan duduk perkara. Tan Ciu menceritakan pertemuannya dengan guru Cang Ceng Ceng, orang yang cacad berkerudung, dan bagaimana orang itu menolong mereka.

   "Siapakah nama orang itu?"

   Bertanya Tan Kiam Pek.

   "Belum kutanyakan kepada Cang Ceng Ceng. Tidak tahu."

   "Kini kau hendak kemana lagi?"

   Bertanya Tan Kiam Pek.

   "Menjumpai ibu."

   "Baiklah! Kita boleh berpisah! Kau kerimba Penggantungan, aku akan ke Benteng Penggantungan."

   Berkata Tan Kiam Pek.

   "Benteng Penggantungan sudah tidak ada orang."

   Berkata Tan Ciu.

   "Bagaimana tidak ada orang?"

   "Pengemis tua dan Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap sudah berada didalam sumur ibuku."

   "S u n g g u h."

   "B e t u l."

   "Aku hendak menemui mereka. Mari kita berjalan sama- sama."

   Tan Ciu dan Tan Kiam Pek melakukan perjalanan bersama, mereka menuju kearah sumur tua didekat rimba Penggantungan.

   Dikala mendekati rimba bersejarah itu, tiba-tiba melayang empat bayangan, mereka dihadang oleh orang- orang tersebut.

   Tan Ciu dan Tan Kiam Pek menghentikan langkah mereka.

   Disana telah berdiri empat orang gadis berpakaian merah.

   Tan Ciu menegur.

   "Cuwie berempat...?"

   "Mencari kau."

   Berkata seorang gadis berbaju merah, potongan badannya agak gemuk. Dia adalah kepala rombongan tadi.

   "Maksudnya?"

   Tan Ciu belum tahu maksud tujuan mereka. Gadis-gadis baju merah itu tidak menjawab, mereka menatap sekian lama, dan lagi-lagi si gemuk yang menjawab pertanyaan Tan Ciu.

   "Bersediakah kau ikut kepada kami?"

   "Kemana?"

   Bertanya Tan Ciu.

   "Apa maksud tujuan kalian?"

   Tan Kiam Pek turut bicara.

   "Siapakah tuan ini?"

   Bertanya wanita gemuk berbaju merah itu.

   "Aku sedang bertanya."

   Tan Kiam Pek membentak.

   "Hendak kemanakah kalian mengajak Tan Ciu?"

   "M e n g a p a ?"

   "Aku harus tahu."

   "Guru kami hendak bertemu dengannya."

   Berkata si gadis gemuk.

   "Siapa guru kalian? Bertanya Tan Kiam Pek.

   "Ratu Bunga."

   Jawab gadis yang ditanya.

   "Ratu Bunga?"

   Tan Kiam Pek belum mendengar gelar nama itu. Tan Ciu juga bingung. siapakah yang menggunakan nama julukan Ratu bunga? Dia tidak tahu.

   "Ng ..."

   Gadis baju merah berkata.

   "Guru kami ada urusan dengannya."

   "Kalian anak buah si Ratu Bunga?"

   Bertanya Tan Ciu."

   "Ng "

   "Katakan kepadanya, aku menolak undangan."

   Berkata Tan Ciu.

   "Aku tidak kenal dengannya."

   "Segera kau kenal, bila kau bersedia turut kepada kami."

   Berkata gadis baju merah.

   "Aku tidak mau kenal dengannya."

   Berkata Tan Ciu.

   "Kau harus kenal dengannya."

   Berkata gadis itu.

   "Eh, Hendak menggunakan kekerasan?"

   Tan Ciu menatap keempat gadis berbaju merah.

   "Kami mendapat tugas untuk mengundangmu."

   Berkata si gadis gemuk.

   "Dengan keramah tamahan atau dengan kekerasan akan kami pertimbangkan baik-baik. Bila kau bersedia mendengar perintah, tentu sikap kami ramab tamah. Tapi bila kau menolak, kami harus menggunakan kekerasan. Terpaksa! Apa boleh buat!"

   "Ha, ha ...

   "Tan Kiam Pek tertawa. Sanggupkah kalian mengalahkan kita berdua?"

   Tan Ciu juga berkata.

   "Bagus. Hendak kulihat, bagaimana kalian menggunakan kekerasan."

   Srek .

   , .! Serentak, keempat gadis itu mengurung dua orang.

   Tan Ciu dan Tan Kiam Pek sudah bersiap mengganyang para penghadangnya.

   Gadis yang mempunyai potongan badan lebih gemuk memberi komando.

   Tiga gadis merah mengurung Tan Ciu.

   Si gemuk menghampiri Tan Kim Pek.

   Tan Ciu dan pamannya tidak tahu asal usul dari ke empat gadis baju merah itu, nama Ratu Bunga masih sangat asing sekali.

   Kedua pihak telah bersiap-siap untuk melakukan pertempuran.

   Gadis gemuk mengulapkan tangan itulah perintah untuk mulai mengadakan gerakan.

   Tiga gadis baju merah menerjang Tan Ciu, gerakan2 mereka sangat cepat sekali.

   -ooo0dw0ooo-

   Jilid 20 SI GEMUK PUN sudah menerkam kearah Tan Kiam Pek.

   Lebih gesit dari lebih dari tiga Kawannya.

   Perang tangan tidak dapat dielakan.

   Peperangan pecah menjadi dua kelompok, Tan Kiam Pek kontra gadis gemuk, dan Tan Ciu dikurung oleh tiga gadis baju merah lainnya.

   Mengetahui dihadang oleh empat gadis-gadis berbaju merah itu, mata Tan Ciu diketinggikan, dia memandang rendah, sampai dimanakah ilmu kepandaian gadis-gadis ini? Mana mungkin dapat memadainya? Hasil dari gebrakan-gebrakan itu sangat mengejutkan si pemuda, bukan saja gesit dan lihay setiap langkah merekapun mengandung unsur barisan pat-kwa-tin.

   Tan Ciu mandi keringat.

   Gadis-gadis baju merah mengurung lebih rapat.

   Dilain gelanggang ...

   Ilmu kepandaian Tan Kiam Pek hanya dapat mengimbangi kekuatan gadis gemuk, dia belum dapat menekan kekuatannya.

   Cepat dilawan cepat, kuat dilawan kuat.

   Pertempuran ini berjalan seimbang.

   Bila keadaan Tan Kiam Pek tidak begitu membahayakan dirinya, Tan Ciu mengalami hari-hari naas, posisi kedudukannya semakin terjepit, mundur lagi dan mundur lagi.

   Tiga gadis baju merah mengurung semakin rapat, mereka mendesak maju.

   Tan Ciu menjadi nekad.

   tiba-tiba ia mengeluarkan pekikan keras, mengincar salah seorang dari musuhnya, menerkam dengan kekuatan penuh.

   Tenaga yang disertai dengan ilmu Yu leng-poh sangat maha dahsyat.

   Gadis baju merah yang diterjang tidak dapat mengelakkan diri, terdengar jeritan yang nyaring melengking, nyawanya terbang melayang.

   mati menjadi korban penasaran.

   Disaat yang sama, dua gadis baju merah merangsek dari kiri dan kanan si pemuda.

   Tan Ciu gelagapan.

   Menyingkir berarti menempatkan dirinya kepada posisi yang lebih buruk lagi.

   Tidak menyingkir, berarti kematian tidak mungkin ia menerima dua pukulan mereka.

   Tiba-tiba teringat kepada ilmu Ie-hun Tay-hoat, maka diapun memekik keras.

   Sudah terlambat, bek.

   .buk...dua pukulan mengenai tubuh-tubuh sipemuda.

   Disaat yang sama, kekuatan magnit Ie-hun Tay-hoat bekerja, Dua gadis itupun tertegun, dua pasang mata memperhatikan sikap aneh lawan itu.

   Tan Ciu mendelikkan mata, mempelototi mereka.

   Secepat kilat dua lawan tertegun, secepat itu pun Tan Ciu mengirim pukulan2nya duk...duk...masing2 memberi hadiah persenan yang berupa jotosan.

   Kejadian yang seperti diceritakan diatas terlalu panjang.

   sebenarnya terjadi disaat yang hampir bersamaan.

   Pukulan2 dua gadis berbaju merah yang mengenai badan Tan Ciu, dan pukulan-pukulan Tan Ciu yang memukul badan mereka hanya terpaut beberapa permil menit saja.

   Tan Ciu yang di pukul dua orang jatuh pingsan dan dua gadis itupun sudah dijotos oleh pemuda kita, tanpa ampun, badan itu mereka ringsak, mati membayangi kawannya.

   Tiga gadis berbaju merah mati ditempat itu.

   Tan Ciu juga menyemburkan darah segar dia terlena ditanah, pingsan tanpa ingat orang.

   Tidak mudah untuk mengalahkan gadis-gadis berbaju merah itu, mereka adalah anak buah si Ratu Bunga Giok Hong yang luar biasa.

   Setiap orang mempunyai ilmu kepandaian hebat, kekuatan mereka menyamai jago-jago kelas satu.

   
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tan Ciu dapat membunuh tiga orang mereka.

   Berarti mengalahkan tiga orang jago kelas satu.

   Setelah itu.

   walaupun dirinya jatuh luka, jatuh pingsan.

   diapun tidak akan kalah pamor.

   Gadis gemuk yang menempur Tan-Kiam pek dapat mengikuti perkembangan situasi tadi, tubuhnya melayang jauh, meninggalkan Tan Kiam Pek, meraihkan tangan menyambar tubuh Tan Ciu yang terlena tanpa ingatan, hanya beberapa kali lompatan, dia melarikan diri.

   Meninggalkan Tan Kiam Pek yang masih bengong melolong-lolong.

   Dikala gadis gemuk itu melarikan diri.

   Tan Kiam Pek takut ditipu musuh, belum berani ia mengejar bersiap-siap untuk melayani muslihat baru.

   Gadis gemuk berbaju merah telah menyeret kemenakannya.

   Tan Kiam Pek sadar dari kesalahan.

   Dia menjadi marah, tubuhnya melesat dan berteriak "Jangan lari!"

   Gadis gemuk tidak menghentikan larinya.

   semakin lama semakin cepat.

   Dia memang berangkat, karena itu mempunyai banyak peluang untuk meninggalkan lawannya.

   Terjadi perburuan.

   mereka saling kejar.

   Gadis gemuk masuk kedalam suatu rimba, sebelum itu, dia memberi pesan.

   "Bila hendak mengambil Tan Ciu, kalian djpersilahkan datang dilereng gunung Pek-hoa-san. Minta bertemulah dengan guru kami yang menggunakan gelar Ratu Bunga."

   Dikala Tan Kiam Pek memasuki rimba itu ia kehilangan jejak orang yang dikejar, Tan Ciu jatuh ketangan musuh.

   Tan Kiam Pek menjadi lesu.

   Meneruskan pengejaran tiada artinya.

   Ilmu kepandaian golongan berbaju merah itu sangat kuat.

   Tenaganya masih belum cukup.

   Dia mengambil keputusan untuk meminta bantuan beberapa orang.

   langkahnya menuju ke arah rimba penggantungan.

   Dimana terdapat sumur tua, dan kekuatan Melati Putih Giok Hu Yong berada ditempat itu.

   Mengikuti perjalanan Tan Kiam Pek.

   Setelah tidak berhasil menolong Tan Ciu, apa boleh buat.

   Tan Kiam Pek menuju kearah sumur Penggantungan.

   Ia wajib memberi tahu kejadian tadi.

   Sumur Penggantungan terletak didekat Rim ba Penggantungan, maka Giok Hu Yong bebas melakukan siasat-siasatnya, pergi datang disekitar Pohon Penggantungan tanpa diketahui orang.

   Tan Kiam Pek berhasil menemukan sumur tua itu.

   Seperti sumur biasa.

   sumur kering yang sudah lama tidak digunakan.

   Bila tidak ada petunjuk Tan Ciu, Tan Kiam Pek tidak mengetahui, bahwa dibawah sumur ini tersembunyi banyak tokoh-tokoh silat kelas utama.

   Tan Kiam Pek menerjunkan diri kedalam sumur itu.

   Dia sudah menginjak tanah, dikala berjalan beberapa tapak.

   dua bilah pedang telah nempel dilehernya.

   "Jangan bergerak."

   Terdengar suara bentakan mengancam. Tan Kiam Pek datang bukan dengan maksud tujuan untuk mengacau, dia diam tidak bergerak.

   "Aku hendak bertemu dengan...."

   Tan Kiam Pek tidak meneruskan kata-katanya bagaimana dia menyebut nama Giok Hu Yong.

   "Siapa?"

   Bentak gadis yang melintangkan pedang dipunggung orang.

   "Aku minta bertemu dengan Tong-kay."

   Berkata Tan Kiam Pek. Dia teringat kepada keterangan Tan Ciu yang mengatakan bahwa si Pengemis sakti dari Timur Tong Kay dan Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berada ditempat itu, maka ia menyebut salah satu nama dari kedua orang tadi.

   "Tong Kay?"

   Agaknya murid-murid Giok Hu Yong tidak kenal kepada si pengemis Tukang Ramal Amatir.

   "Ooo...Pengemis tua itu yang kau maksudkan?"

   "Ng..."

   "Dia sudah pergi keluar."

   "O. Tan Sang ada?"

   Berkata Tan Kiam Pek.

   "Sebutkan namamu !"

   "Tan Kiam Pek."

   "Tan Kiam Pek ?"

   "Ng ... Aku adalah pamannya."

   Tan Kiam Pek diajak keruang dalam, disana telah berkumpul Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap.

   Pencipta Drama Pohon Penggantungan Melati putih Giok Hu Yong, si Pendekar Dungu Ong Jie Hauw, dan Tang Sang.

   Tan Kiam Pek menceritakan pengalamannya, bagaimana Tan Ciu telah jatuh kedalam tangan seorang gadis baju merah yang menyebut dirinya sebagai anak buah si Ratu Bunga dari gunung Pek Hoa san.

   Wajah mereka menjadi pucat.

   Hanya seorang yang berdiri gagah, ia adalah si Dungu Ong Jie Hauw.

   "Aku segera menolong dirinya."

   Ia berkata. Tan Kiam Pek memperhatikan wajah pemuda itu. Dia ragu-ragu.

   "Kau?"...Tan Kiam Pek belum melihat kepandaian Ong Jie Hauw. Tentu saja belum yakin kepada kehebatan pemuda itu. Tan Sang memberi keterangan.

   "Kecuali dia. kukira tidak seorang pun yang dapat menolong Tan Ciu."

   Tentu saja, dengan kekebalan Ong Jie Hauw siapakah yang dapat menandinginya? Tan Kiam Pek memberi tahu letak Tan Ciu diringkus orang.

   Dikatakan juga tempat kediaman si Ratu Bunga yang sedang bermukim di gunung Pek-hoa san.

   Dan kita menyusul keadaan Tan Ciu.

   Tan Ciu sedang berbaring disuatu tempat yang bersih dan rapi.

   Seorang laki-laki baju kuning dan seorang wanita baju merah memperhatikan wajah pemuda itu.

   Enam gadis baju merah berdiri dibelakang mereka.

   Memperhatikan beberapa saat.

   wanita itu memandang seorang gadis baju merah, gadis inilah yang membawa Tan Ciu.

   "Giok Lo Sat. Kau telah berhasil dengan baik. Inikah orangrnya?"

   "Betul."

   Berkata Giok Lo Sat gadis gemuk yang dapat mengimbangi kekuatan Tan Kiam pek.

   "Putra Tan Kiam Lam? Tidak akan salah?"

   "Tidak salah lagi."

   Berkata Giok Lo Sat.

   Wanita baju merah adalah si Ratu Bunga Giok Hong musuh Giok Hu Yong orang yang diduga telah membunuh Tan Kiam Lam.

   Laki-laki baju kuning adalah pengawal pribadinya.

   Ratu Bunga Giok Hong memperhatikan wajah Tan Ciu yang tampan.

   Dia mengoceh.

   "Lebih cakap dari ayahnya. Lebih hebat dari ayahnya."

   Dan dia berpaling kearah Giok Lo Sat, bertanya.

   "Dimana tiga anak buahmu?"

   Cepat-cepat Giok Lo Sat berkata.

   "Mati semua."

   "Mana mungkin? bagaimana mereka boleh mati?!"

   Giok Hong marah.

   "Mereka gugur setelah berhasil menjatuhkan Tan Ciu."

   Berkata Giok Lo Sat. Dan diceritakan jalan cerita.

   "Akh!..."

   Sang Ratu Bunga terkejut.

   "Maafkan teecu yang tidak dapat menolong jiwa mereka."

   Berkata Giok Lo Sat meminta pengampunan.

   "Bukan salahmu."

   Berkata Giok Hong."

   Didalam keadaan itu. kau masih berhasil menunaikan tugasmu, inipun cukup untuk mendapat pujian."

   "Terima kasih."

   Giok Lo Sat girang. Ratu Bunga Giok Hong mengalihkan pandangan matanya, menatap gadis baju merah yang berdiri dipaling ujung, itulah Lie Bwee, gadis yang telah diperkosa oleh Ong Jie Hauw.

   "Kau juga kalah dibawah tangannya?"

   Dia bertanya.

   "Teecu juga kalah"

   Berkata Lie Bwee. Ratu Bunga Giok Hong tertawa kejam, dia mengoceh. 'Tidak boleh diremehkan.' "Giok Lo Sat."

   Tiba2 memanggil murid itu.

   "Bangunkan pemuda ini!"

   Giok Lo Sat maju tiga langkah, menotok beberapa jalan darah Tan Ciu, kemudian mengeluarkan sebutir obat, dimasukkannya kedalam mulut pemuda itu.

   Beberapa saat kemudian, Tan Ciu sudah siuman.

   Samar-samar terlihat banyak bayangan2, dia mengkerutkan keningnya, memikir kejadian-kejadian yang telah terjadi.

   Tan Ciu kagat, bagaimana dia melakukan perjalanan bersama-sama dengan sang paman, kemudian dihadang oleh empat gadis berbaju merah, dia teiah membunuh mati tiga orang, Tan Kiam Pek melawan sigemuk, setelah itu, dia jatuh, tidak ingat orang lagi.

   Dimana dia berada? Dia bangkit berdiri.

   "Saudara Tan, kau sudah sadar?"

   Tan Ciu memandang wanita itu, masih cantik agak liar, terbukti dari sepasang matanya yang sangat binal, inilah type wanita jalang.

   "Kau? Kau Ratu Bunga?"

   Dia mengajukan pertanyaan.

   "Tepat! Tidak mudah untuk mengundang dirimu."

   Berkata Wanita itu.

   Tan Ciu memperhatikan orang-orang disekeliling, hadirnya Giok Lo sat dan Lie Bwee ditempat itu tidak mengejutkannya.

   seorang gadis yang menundukkan kepalalah orang yang dikenal, itulah murid Permaisuri dari Kutub Utara yang bernama Ong Leng Leng.

   "Kau?"

   Tan Ciu hampir berteriak. Adanya si Jelita Merah Ong Leng Leng ditempat itu sungguh berada diluar dugaan. Ong Leng Leng menganggukan kepala. Tan Ciu menegur.

   "Mengapa kau berada ditempat ini ?"

   Ong Leng Leng berkata."Aku telah menjadi murid Si Ratu Bunga yang ternama."

   Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tan Ciu memancarkan sinar mata kemarahan.

   "Telah kau beritahu penggantian guru baru kepada. guru lamamu? Setujukah Pek Pek Hap Cianpwe kepada langkahmu?"

   "Mengapa harus memberi tahu kepadanya?"

   Ong Leng leng tertawa.

   "Berani kau berkhianat kepada pintu perguruan?"

   Tan Ciu memberi teguran.

   "Mengapa tidak?"

   Debat Jelita merah Ong Leng Leng! "Aku telah mendapatkan guru yang lebih pantas, Setiap orang wajib mempersenjatai dirinya dengan ilmu-ilmu yang lebih hebat. bukan?"

   Tan Ciu mengeretek gigi. Jelita Merah Ong Leng Leng termasuk gadis-gadis yang mencintai dirinya. Sikapnya ramah tamah, mengapa mengalami perubahan. Ong Leng Leng berkata.

   "Jangan kau marah. Guruku hendak mengajak kau bekerja sama."

   Yang dimaksud sebagai guru oleh Ong Leng Leng adalah Sri Ratu Bunga Giok Hong, guru barunya. Bukan permaisuri dari Kutup Utara Pek Pek Hap, Tan Ciu membentak.

   "Bohong!"

   Sri Ratu Bunga Giok Hong mengentengah pertengkaran mulut itu, dia berkata.

   "Tan Ciu, jangan marah? Dengarlah nasihatku baik-baik kalian bersahabat. Kami dapat memberi tempat dan kedudukan yang bagus untukmu."

   Tan Ciu berhadapan dengan Sri Ratu Bunga Giok Hong.

   "Huh."

   Dia berdengus.

   "Apa maksudmu, menyuruh orang menculik aku?"

   Tan Ciu tidak tahu bahwa dirinya sedang berhadapan dengan musuh yang hendak menghabiskan jiwa ayahnya. Si Ratu Bunga Giok Hong berkata.

   "Tan Ciu, Tahukah kau bagaimana gelar dari nama sebutanku?"

   Tan Ciu bersungut-sungut, dengan getas dia berkata.

   "Tidak perlu tahu."

   "Namaku Giok Hong dengan gelar baru Sri Ratu Bunga."

   "A a a a a!"

   Ternyata Ratu Bunga bernama Giok Hong? Musuh kedua orang tuanya? Tan Ciu memperhatikan wanita baju merah itu terlalu muda untuk menjadi musuh kedua orang tuanya. Mungkinkah? Hal itu akan terjadi. Sri Ratu Giok Hong berkata.

   "Pernah dengar cerita tentang diriku?"

   "Kau adalah musuh ibu, orang yang membunuh ayahku,"

   Berkata Tan Ciu.

   "Cerita dari ibumu bukan?"

   Berkata Giok Hong tertawa.

   "Kau telah membunuh ayahku?"

   Tan Ciu meminta ketegasan.

   "Aku tak ada niatan untuk membunuh ayahmu, dia adalah orang yang kucintai."

   "Huh, karena cintamu yang tidak terbalas?"

   "Sudah kukatakan bukan aku yang membunuh."

   "Si Telapak dingin Han Thiun Chiu?"

   "Bukan urusanku."

   Berkata Sri Ratu. Han Thian Chiu bukan Ratu Bunga Giok Hong. Giok Hong bukan si Telapak Dingin Han Thian Chiu.

   "Atas instruksimu bukan?"

   "Mengapa mempunyai dugaan seperti itu?"

   Berkata Ratu Bunga Giok Hong.

   "Mengapa tidak berani menjawab pertanyaanku?"

   Tan Ciu menyelak.

   "Han Thian Chiu bukan aku, kau harus mengerti."

   "Sama saja. Kalian adalah suatu komplotan."

   "Terserah bagaimana penilaianmu."

   Berkata Giok Hong.

   "Bagus. Aku harus memnuntut balas atas dendam itu."

   "Kepada siapa? Aku atau Han Thian Chiu?"

   "Kedua-duanya."

   "Ha. ha ha..."

   Sri Ratu Bunga Giok Hong tertawa.

   "Sampai dimanakah ilmu kepandaianmu ingin menantang?"

   Kemarahan Tan Ciu sudah tidak dapat dibendong, tangannya didorong kedepan, hut!, memukul wanita itu.

   "Nah, terima serangan."

   Dia memberi peringatan. Laki-laki baju kuning disebelah sang Ratu Bunga bergerak dia menerima serangan yang Tan Ciu lontarkan.

   "Jangan kurang ajar."

   Dia membentak keras.

   Orang baju kuning adalah pengawal Ratu Bunga, ilmu kepandaiannya cukup tinggi.

   Akibat dari benturan itu, masing-masing terdorong mundur dari kedudukan tempat semula.

   Tan Ciu terkejut.

   Dan untuk melaksanakan maksud tujuannya, dia tidak diam, bergerak capat mengirim empat pukulan lagi.

   Pengawal pribadi Ratu Bunga memberikan perlawanan yang seimbang, Giok Hong dan keenam muridnya menonton pertandingan itu.

   Sepuluh jurus telah berlalu, Tan Ciu Semakin lincah, serangan-serangan dilipat gandakan.

   Orang berbaju kuning itu terdesak mundur.

   Dia bukan tandingan jago muda kita.

   Tan Ciu mengel


Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id Lencana Pembunuh Naga -- Khu Lung

Cari Blog Ini