Pohon Kramat 12
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 12
itu."
Han Thian Chiu menimpali suara sang kekasih.
"Betul. kita harus bersatu menghadapinya. menghadapi semua orang."
"Aku meminta waktu tiga hari."
Akhirnya Kim Ie Mo- Jin menolak dengan halus.
"Kami mengharapkan jawaban kauwcu."
Berkata Giok Hong.
"Tiga hari adalah waktu yang tidak lama."
Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kami harapkan kauwcu dapat menerima tawaran kami."
Berkata Han Thian Chiu.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."
Lanjut Giok Hong.
Kata-kata Ratu Bunga itu mengandung dua macam arti.
Seolah-olah tidak memngerti akan maksud itu, Kim Ie Mo-Jin meminta diri.
Giok Hong dan Han Thian Chiu mengantar tamu itu.
Setelah mengantar Kim Ie Mo-Jin keluar dari markas, Giok Hong dan Han Thian Chiu menuju kearah lapangan dimana telah berbaris murid-muridnya, mereka mengitari tiang bendera, pada tiang bendera itu terikat seorang gadis, itulah Lie Bwee.
Giok Lo Sat menyongsong kehadiran sang guru.
"Persiapan telah selesai."
Dia memberi laporan.
Giok Hong menganggukan kepala.
Dia menghampiri Lie Bwee, gadis ini berani mengkhianati pintu perguruan.
Untuk menjaga agar tidak sampai terulang kejadian yang sama, dia harus memberi hukuman yang setimpal.
Lie Bwee mengucurkan air mata.
"Suhu..."
Dia memanggil lemah. Giok Hong mengayunkan tangan.
"Taarr..."
Menempiling pipi murid itu.
"Jangan lagi panggil aku suhu."
Dia bergeram. Lie Bwee memandang kelilingnya, dia tidak melihat bayangan Tan Ciu.
"Dimanakah Tan Ciu?"
Dia mengajukan pertanyaan.
"Tan Ciu sudah mati."
Berkata Giok Hong ketus.
"Aaa "
"Kau juga segera menyusul arwah pemuda itu."
Giok Hong menambahi. Wajah Lie Bwee sangat kaku, dia sudah putus harapan.
"Suhu, aku menyesal sekali."
Dia berkata perlahan.
"Hendak meminta pengampunan?"
Giok Hong mengejek.
"Tidak!! Aku siap mati."
Lie Bwee kenal baik akan sifat gurunya itu.
"Kau harus mati. Dan kematianmu tidak seperti kematian biasa. Kau harus menderita beberapa lama digerogoti anjing-anjing penjaga kita."
"Aaaa "
"Kau takut?"
Siapa tidak takut menghadapi kematian? Ada yang mati secara gemilang, ada yang mati sudah berada didalam perhitungannya.
Mati berkorban! Orang ini dapat menekan rasa takutnya.
Ada juga yang mati diluar perhitungan.
Orang ini sulit menekan rasa takutnya.
Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu.
Dan dia harus menanggung resiko besar, inilah akibat kegagalan, dia harus mati.
Ratu bunga Giok Hong memberi perintah.
"Keluarkan Anjing Penjaga."
Giok Lo Sat menjalankan perintah. Terdengar suara gongongan anjing. Tiba-tiba seorang gadis berbaju merah lari mendatangi. Tubuhnya penuh luka.
"Suhu !"
Dia memanggil Ratu Bunga itu.
"Ada apa?!"
Membentak Giok Hong tidak puas.
"Seorang pemuda mengamuk kalang kabut.. beberapa kawan telah mati dibawah tangannya."
"Apa yang dikatakan oleh pemuda itu?"
"Dia menantang suhu, memaki-maki nama dan gelar suhu."
Ratu Bunga Giok Hong marah besar.
"Tidak ada yang dapat menahan kemajuannya?"
Dia uring-uringan.
"Dia berkepandaian liehay, tidak mempan senjata."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu."
"Tidak ada yang kenal kepadanya?"
Giok Hong mendelikkan mata.
"Dia menyebut dirinya sendiri bernama Ong Jie Hauw."
"Baik. Aku harus turun tangan sendiri."
Dikala itu, Giok Lo Sat telah melepas lima ekor anjing galak, dengan suara mereka yang mengerikan, menubruk kearah Lie Bwee.
Giok Hong dan Han Thian Chiu meninggalkan tempat itu.
Mereka tidak tahu bagaimana anjing-anjing itu menggerogoti daging sang murid yang berani berkhianat kepada dirinya.
Betulkan anjing-anjing tersebut berhasil menggerogoti daging Lie Bwee yang terikat ditiang panjang? Tidak!!! Dikala keadaan sangat kritis sekali, tiba-tiba meluncur lima bintik hitam, yang mengincar lima ekor anjing galak itu.
Terdengar suara berkuing-kuingnya anjing, lima ekor binatang itu mati ditanah.
Satu bayangan loncat turun, orang inilah yang membunuh lima ekor anjing disana.
Giok Lo Sat dan empat gadis berbaju merah membentak.
"Siapa?"
Orang yang datang adalah seorang tua.
Dia Tan Kiam Pek.
Tanpa banyak cingcong, dia menghujani pukulan- pukulan yang sangat cepat dan sangat keras.
Empat gadis berbaju merah dibunuh olehnya.
Hanya Giok Lo sat yang luput dari kematian.
Gadis ini melarikan diri.
Tan Kiam Pek tidak mengejar, dia membuka ikatan Lie Bwee dan tinggalkan tempat itu.
Dikala Ong Jie Hauw menyerang dibagian depan, Tan Kiam Pek menyeludup masuk pusat markas besar Sang Ratu Bunga, suatu kejadian yang sangat kebetulan, dengan mudah orang tua ini menyelamatkan jiwa Lie Bwee dari kematian sigadis dari tajamnya taring-taring anjing galak.
Mengikuti cerita perjalanan Ratu Bunga Giok Hong yang keluar sarang, dia disertai Han Thian Chiu.
Pendekar dungu muda Ong Jie Hauw sedang menyerang tiga gadis berbaju merah.
Ditanah telah menggeletak jatuh beberapa korban.
Terdengar suara jeritan.
seorang gadis berbaju merah lagi yang mati dibawah tangan Ong Jie Hauw.
Giok Hong mengeluarkan suara bentakan.
"Hentikan pertempuran ini."
Para dayang berbaju merah menghentikan kurungan mereka, perintah sang Ratu harus ditaati dengan patuh.
Ong Jie Hauw menghadapi dengan hati besar.
Dia belum pernah dikalahkan orang, Ilmu kekebalannya terhadap hantaman atau pukulan menjadikannya dia sebagai manusia besi.
Itulah senjata terampuh untuk menangkat derajat kedudukannya.
Ratu Bunga memandang anak muda itu, tiada sesuatu yang sangat luar biasa, seperti pemuda-pemuda lainnya, gesit dan bergelora, tentu saja disertai juga dengan semangat yang menyala-nyala.
"Bocah kurang ajar!!"
Giok Hong membentak dengan suara keras.
"Berani kau membunuh orang dibawah kekuasaan Istana Ratu Bunga?"
Ong Jie Hauw memperhatikan wanita itu, belum terlalu tua, Dia juga membalas dengan suara keras.
"Sebutkan namamu!"
"Aku Sri Ratu Bunga ditempat ini."
Berkata Giok Hong sombong.
"Aha... ini dia yang sedang kucari."
Ong Jie Hauw berteriak girang.
"Mengapa kau melukai kawanku? Aku harus menuntut balas."
"Siapa yang menjadi kawanmu?"
"Tan Ciu."
"Dan maksud kedatanganmu?"
"Menuntut balas."
"Huh!! begitu mudah?"
"Bukti telah bicara. Berapa anak buahmu telah binasa. Sangat mudah bukan?"
"Bocah sebutkan namamu!"
Giok Hong membentak.
"Ong Jie Hauw."
"Ong Jie Hauw?"
Giok Hong belum pernah mendengar nama dari seorang jago silat yang bernama Ong Jie Hauw. Sedangkan pemuda ini berkepandaian tinggi, lumayanlah..
"Ong Jie Hauw."
Berpanggil sang Ratu Bunga.
"Begitu kejamkah kau membunuh anak buahku?"
"Mengapa?"
Ong Jie Hauw memandang lawannya.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau harus memganti dengan jiwa juga."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Bagus. Siapa yang harus mengganti jiwa?"
Berkata Ong Jie Hauw.
"Dan kedatanganku kesini hendak mencari seseorang."
"Siapa lagi yang hendak kau temui?"
"Seorang gadis berbaju merah."
"Namanya?"
"Aha..
"
Ong Jie Hauw memijit jidatnya. Dia belum tahu gelaran dan nama Lie Bwee. Si gadis belum memberitahukan namanya, tentu saja pemuda ini tidak dapat menyebut.
"siapakah yang hendak kau temukan?"
Bertanya lagi Ratu Bunga Giok Hong.
"Seorang gadis yang berbaju merah."
Berkata Ong Jie Hauw.
"Semua anak buahku mengenakan pakaian warna merah. Yang manakah yang hendak kau temukan itu?"
"Kau tidak mau memeri tahu?"
Ong Jie Hauw naik darah.
"Apa lagi?"
"Kuobrak abrik tempat ini, mungkinkah dia tidak mau keluar dari tempat persembunyiannya?"
"Kau sudah bosan hidup."
"Aha... kau yang sudah bosan hidup."
Tubuh Giok Hong bergerak cepat sekali, sudah berada didepan Ong Jie Hauw.
"Nah, enyahlah dari tempat ini."
Dia mengayunkan tangannya memukul si pemuda.
Kecepatan Giok Hong tiada terlukiskan.
Ong Jie Hauw tidak bersiap siaga, dimisalkan dia sudah siap untuk menjaga diripun belum tentu dapat menghindari diri dari pemukulan ini.
apa lagi didalam keadaan lengah.
Terdengar suara benturan yang keras.
Dukk...
Tubuh pemuda ini terdorong jatuh kebelakang.
Gesit laksana harimau, tubuh Ong Jie Hauw mencelat bangun kembali, menerkam dan menerjang lawannya.
Setiap serangan pertama dari seseorang yang bertempur dengan jago kuat, tentu tidak mengandung kekuatan penuh.
Demikian juga pukulan Giok Hong yang telah dikerahkan tadi.
Boleh dikatakan sangat perlahan sekali.
Dan itu pun sudah dapat mengenai sasaran dengan terlalu mudah.
Suatu kejadian yang janggal untuk terjadi didalam pertempuran.
Sang Ratu bingung tidak mengerti.
Kini anak muda itu sudah mencelat bangun, dengan satu kekuatan yang lebih dahsyat Giok Hong mendorong kedua tangannya.
"Blegguuurrr "
Ong Jie Hauw belum dapat mempertahankan keseimbangan badannya, langsung melurus panjang, tubuh itu dilayangkan, membentur batu dan..
Hek...
Dia jatuh menggeletak.
Kepalanya berkunang-kunang.
Dua kali Giok Hong menjatuhkan lawannya, pekerjaan itu dapat dilaksanakan dengan muda.
Dia tertawa besar.
"Ha.. Ha..Ha.. Hanya seperti inikah ilmu kepandaianmu?"
Pukulan Giok Hong yang kedua kalinya memang berat sekali.
Ong Jie Hauw seperti hampir menemukan dunia kiamat.
Tanah yang dipijak seperti berputar keatas.
Cukup lama dia meringkuk diatas tanah.
Giok Hong menduga bahwa dia sudah membunuh mati lawan itu, setidak-tidaknya melukainya sampai parah.
Setelah tertawa ngakak, dia mendekati korban pukulan itu.
Secara mendadak sekali, tubuh Ong Jie Hauw melentik bangun.
suatu kejadian yang mengejutkan lawannya.
"Aaa...Pukulan tanganmu cukup berat. Lebih hebat dari pukulan laki-laki."
Ong Jie Hauw hendak menuntut pembalasan.
Pukulan berat? Huh!! Pukulan Giok Hong dapat membunuh mati seekor kerbau jantan, paling sedikit bertenaga kuda.
sampai beberapa kerjadi sangat tidak masuk akal.
Bila pukulan itu belum dapat menaklukan lawannya, Kejadian luar biasa.
Ratu Bunga Giok Hong termangu-mangu ditempatnya, hampir dia menjadi patung ditempatnya.
Ong Jie Hauw menggoyang pundak, gilirannya yang mengirim pukulan.
Hutt...
menjotos muka sang lawan.
Ong Jie Hauw memiliki ilmu kekebalan yang tidak mempan senjata, tapi ilmu kepandaian silatnya hanya kepandaian biasa.
Gerakannya pun tidak mengandung perubahan.
Dengan mudah Giok Hong dapat menyengkelit pukulan itu, disertai dengan lain serangan balasan.
"Bek "
Kali ini dada sipemuda yang dihajar olehnya. Terdengar suara daging yang dipukul, Ong Jie Hauw dipentalkan kebelakang. Dia jatuh terlentang. Han Thian Chiu mengayun tangan, Buttt memukul tubuh pemuda itu yang jatuh tidak jauh darinya.
"Beekkk..."
Bagaikan daging bola, tubuh Ong Jie Hauw ditendang pergi lagi.
Berguling-gulingan ditanah.
Han Thian Chiu dan Giok Hong saling pandang.
mereka tertawa.
Senyum mereka memberi tahu tentang kepuasan dan kesombongan hatinya.
Hanya sekejap mata, senyum inipun lenyap sama sekali.
Terganti dengan rasa seram, dengan wajah yang menunjukkan ketakutan tidak kepalang, mereka dapat mengikuti gerakan Ong Jie Hauw yang bangun sendiri.
Dengan mengibrik-ibrikkan bajunya yang penuh debu, Ong Jie Hauw siap menerima tantangan baru.
Bulu tengkuk Giok Hong dan Han Thian Chiu bergemerinding bangun.
Mungkinkah bukan seorang manusia biasa? Manusia robotkah yang menjadi tandingan mereka? Mengapa tidak mempan pukulan? Disaat mana.....
Ong Jie Hauw yang dipukul terus menerus secara saling susul, menyebabkan pemuda itu menciumi tanah sampai lebih dari satu kali.
Kemarahannya pun meledak.
"Aha "
Diapun sudah melompat bangun kembali.
"Ilmu macam apakah yang kalian miliki? Walau tidak dapat memukul mati diriku, tapi kepala berat juga. Heh "
Ratu Bunga Giok Hong lebih heran atas ilmu kepandaian lawan yang seperti karet, dia pun membentak.
"Kau menggunakan ilmu apa?"
"Ilmu?"
Ong Jie Hauw tidak mengerti.
"Aku ingin memukul kalian, haruskah belajar ilmu?"
Ong Jie Hauw mendekati kedua musuhnya.
Apa yang dilakukan Giok Hong dan Han Thian Chiu? mereka seperti sedang berhadapan dengan manusia sintetis, seorang manusia karet.
Jatuh dan dapat bangun kembali.
Tidak mempan senjata, juga tidak mempan pukulan.
Kedua orang itu mundur beberapa langkah kebelakang.
Ong Jie Hauw maju dua langkah lebar, mengirim pukulan yang disertai gertakannya.
"Nah.. giliran kalian yang menerima serangan pembalasan."
Giok Hong tidak berani menerima serangan itu, dia menyingkir ke samping.
Dengan mudah berhasil menghindarkan diri dari serangan pukulan si bocah dungu.
Hal ini terlalu mudah dilakukan olehnya, mengingat kecepatan Ong Jie Hauw yang terlalu lambat dan ayal- ayalan.
Han Thian Chiu menggeser posisi, berputar kaki membalikkan badan, kini sudah berada dibelakang Ong Jie Hauw.
Tangannya di kebaskan, Seett....., mengincar jalan darah Beng bun-hiat, tentu saja serangan ini mengenai sasarannya.
Tepat sekali serangan tadi.
Bless.....
Senjata apakah yang dapat memakan kulit Ong Jie Hauw? Tidak sebongkah benda pun yang dapat melukai pemuda itu.
Apalagi hanya tusukan jari Han Thian Chiu, Betul eks ketua Benteng Penggantungan memiliki tenaga dalam yang luar biasa, dibawah kekebalan Ong Jie Hauw diapun tidak berdaya.
Menggunakan kesempatan berjarak dekat itu, Ong Jie Hauw mengayun tangan, Bekk Mata pinggang Han Thian Chiu kena pukulannya.
Tubuh terhuyung jauh kebelakang.
Giok Hong lebih pandai dari sang kekasih mengincar cepat, dia memukul dada Ong Jie Hauw, menggulingkan jago muda ini.
Betul tidak dapat melukainya, waktu itu cukup memberi kelonggaran waktu kepada mereka untuk menarik napas.
Lagi-lagi Ong Jie Hauw dibuat mencium tanah.
Giok Hong mendekati Han Thian Chiu.
"Kau mengapa?"
Dia bertanya dengan penuh kasih sayang. Han Thian Chiu adalah salah satu kekasihnya yang terpandai.
"Aku menderita luka dalam."
Han Thian Chiu berkata berat. Itu waktu, Ong Jie Hauw sudah merayap bangun lagi, tentu akan menyerang mereka.
"Bagaimana?"
Giok Hong bertanya cepat.
"Lekas bawa aku meninggalkan tempat ini."
Berkata Han Thian Chiu.
Mengingat tidak mungkin melukai pemuda aneh itu, menimbang tidak guna meneruskan pertandingan tersebut, dan keadaan Han Thian Chiu yang sudah terluka tidak memungkinkan sang bekas ketua Benteng Penggantungan memberi bantuan.
Giok Hong mengangkat tubuh kekasih itu, melarikan diri.
Ong Jie Hauw bergerak terlalu lambat dikala dia hendak memukul kedua lawannya.
Giok Hong dan Han Thian Chiu sudah mengambil langkah seribu.
Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak sanggup melayani Ong Jie Hauw, mereka melarikan diri.
Tidak lama, didepan mereka telah melintang satu bayangan.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Giok Hong dan Han Thian Chiu menghentikan lari mereka, mata mereka terbelalak, dengan rasa takut yang tidak terhingga, sepsang manusia itu mengalami getaran yang hebat.
"Kau?!"
Han Thian Chiu berusaha melepaskan dirinya dari pegangan sang kekasih.
"Tan Kiam Lam."
Giok Hong berteriak.
"Kau masih hidup?!"
Tan Kiam Lam kah yang datang? Bukan! Dia adalah saudara orang-orang yang sudah tersiksa, Dia adalah Tan Kiam Pek. Menyaksikan rasa takutnya kedua orang itu, Tan Kiam Pek sangat puas sekali. Dia mengeluarkan suara dari hidung.
"Sepasang manusia terkutuk, saudaraku telah terluka dibawah kedua tanganmu. Aku Tan Kiam Pek. Sudah waktunya aku mengadakan tuntutan."
Giok Hong dan Han Thian Chiu harus memburu waktu, dibelakang mereka masih ada seorang jurik.
Ong Jie Hauw.
Mereka harus cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
Tangan Giok Hong terayun, menghujani Tan Kiam Pek dengan serangan dahsyatnya.
Belasan jurus kemudian, Tan Kiam Pek dipaksa mengakui akan keunggulan lawannya.
Dia main mundur, berusaha mengelakan setiap serangan sang Ratu Bunga.
Giok Hong mendesak dan merangsek hebat.
Keadaan Tan Kiam Pek sangat kritis sekali.
Dari jauh, sudah terdengar teriakan Ong Jie Hauw.
"Hei.. kalian jangan lari!"
Giok Hong meninggalkan lawannya, mengangkat Han Thian Chiu dan meneruskan lari mereka.
Tan Kiam Pek tidak berani mengejar, ilmu kepandaiannya sudah ditekuni selama belasan tahun terakhir masih bukan tandingan Giok Hong, apa mau dikata? Ilmu meringankan tubuh Ong Jie Hauw sangat belet, dikala dia tiba di tempat itu, bayangan Giok Hong dan Han Thian Chiu sudah lenyap.
"Dimana kedua orang tadi?"
Ong Jie Hauw bertanya kepada Tan Kiam Pek.
"Saudara Ong,"
Berkata Tan Kiam Pek.
"Kau mengatakan mempunyai seorang kekasih ditempat ini? Belum lama aku menolong seorang gadis berbaju merah, kukira dialah orang yang hendak kau temukan."
Ternyata, setelah Tan Kiam Pek menolong Lie Bwee, ditengah jalan dia mengetahui jejak Giok Hong dan Han Thian Chiu, Cepat-cepat menyembunyikan gadis tersebut, dan menghadang lari kedua orang itu.
Dia kalah pandai, maka tidak berdaya membekuk musuh.
Kini dia mengajak Ong Jie Hauw untuk bertemu Lie Bwee.
"Aaaaaaaa "
Ong Jie Hauw mengenali kepada gadis yang telah diperkosa olehnya. Lie Bwee masih pingsan dan masih belum sadarkan diri.
"Bagaimana dia dapat menjadi seperti ini?"
Bertanya Ong Jie Hauw dengan cemas.
"Telah kuusahakan untuk menolongnya, tapi tidak berdaya."
Berakata Tan Kiam Pek.
"Mari kita bawa kepada orang berkerudung itu, Kulihat dia pandai mengobati."
Berkata Ong Jie Hauw.
"Orang berkerudung?"
Tan Kiam Pek belum pernah melihat guru Cang Ceng Ceng.
"Ng.. dia sedang menolong Tan Ciu."
Berkata Ong Jie Hauw.
"Tan Ciu? Tan Ciu sudah ditolong juga?"
"Ng "
Mereka membawa Lie Bwe ketempat Tan Sang menungu, disana ada Cang Ceng Ceng, Tan Ciu dan manusia cacad diatas kursi roda. Orang berkerudung itu masih menolong Tan Ciu. Tan Sang menghampiri dan menyongsong datang.
"Eh, Bagaimana kalian menjadi satu?"
Dia memandang Ong Jie Hauw dan Tan Kiam Pek. Secara singkat Tan Kiam Pek menceritakan jalannya kejadian. Itu waktu, Ong Jie Hauw masih menggendong tubuh Lie Bwee.
"Diakah orang telah kau sebut itu?"
Tan Sang menunjuk kearah tubuh gadis yang digendong Ong Jie Hauw.
Pemuda yang ditanya menganggukan kepalanya.
Tan Sang membuka mulut, menggerak-gerakan bibir tidak sepatah katapun yang terdengar jelas entah apa yang hendak dikemukakan olehnya.
Dia berkemak kemik.
Ong Jie Hauw kurang memperhatikan perubahan wajah Tan Sang, Dia menyerahkan tubuh Lie Bwee dan berkata.
"Dia terluka! tolong kau periksa."
Disaat itu, Tan Kiam Pek sedang mengucapkan terima kasih kepada orang berkerudung diatas kursi roda.
"Bukan aku yang menolong."
Orang itu memberi keterangan.
"Orang yang menolong kemanakanmu adalah gadis she Lie ini. Kebetulan aku datang maka membawa ketempat ini."
Betapa tinggipun ilmu kepandaian Lie Bwee tidak mungkin dapat menolong Tan Ciu dari Istana Ratu Bunga. Bila tidak ada guru Cang Ceng Ceng, keadaan itu masih belum diketahui. Tan Kiam Pek memperhatikan orang berkerudung itu.
"Bolehkah aku beratnya."
Dia berkata.
"Bagaimanaah nama dan julukan tuan yang mulia?"
Orang cacad yang duduk diatas kursi roda menggoyangkan kepalanya.
"Namaku memalukan orang."
Dia berkata dengan suara perlahan. Tan Kiam Pek tidak mendesak. Keadaan Tan Ciu telah banyak lebih baik, dia memandang kearah tempat itu, dengan bingung dia bertanya.
"Eh.. dimanakah aku?"
"Kau berada diluar daerah lingkungan Istana Ratu Bunga."
Berkata Cang Ceng Ceng. Tan Ciu memandang gadis itu, Dia masih dapat mengenalinya.
"Kau? Nona Ceng?"
Dia bertanya.
"Betul"
Cang Ceng Ceng menganggukan kepala.
"Guruku telah berhasil menolongmu."
"Ooo.."
Terbayang kembali kejadian-kejadian yang baru saja dialami diatas Istana Ratu Bunga. Terbayang dan terpeta bayangan Jelita Merah, Ong Leng Leng yang menggeletak ditiang Siksaan, gadis itu telah menggigit lidah dan membunuh diri.
"Aaaa.."
Ketenangan Tan Ciu terganggu, ia menjerit dan berteriak.
"Hee.. Kau mengapa?"
Cang Ceng Ceng memegang kedua pundak si pemuda.
"Dia sudah mati."
Berteriak Tan Ciu sedih.
"Dia? Dia siapa?"
Cang Ceng Ceng tidak mengerti.
"Jelita Merah Ong Leng Leng. Ong Leng Leng mati bunuh diri karena dia hendak menolong diriku... Aaa !"
Melepaskan pegangan Cang Ceng Ceng, Tan Ciu mencelat bangun.
dia melarikan diri.
Arahnya adalah gunung Pek Hoa san.
Cang Ceng Ceng melentikkan sepasang kakinya, cepat sekali gadis ini menyusul gerakan Tan Ciu, menghadang jalannya pemuda itu.
dia membentak.
"Hei, kau mau kemana?"
"Minggir!!"
Tan Ciu memukul bayangan yang menghadang kepergiannya. Cang Ceng Ceng mengegoskan diri, maka luputlah serangan yang ditujukan kearah dirinya.
"Tan Ciu !"
Dia bergeram keras.
"Kemana kau?"
"Aku harus menolong Ong Leng Leng."
Berkata si pemuda.
"Dia sudah mati bukan?"
Cang Ceng Ceng memberi peringatan.
"Aaaa..."
Tan Ciu bergugam.
"Betul.. betul... betul.. Dia sudah mati... Dia bunuh diri "
"Sebentar lagi, kita bersama-sama mencari jenazahnya."
Berkata Cang Ceng Ceng memberi hiburan. Itu waktu, Ong Jie Hauw mendekati kawannya.
"Tan Ciu."
Dia memanggil.
"Aku telah mengalahkan mereka! kedua-duanya lari."
Tan Ciu mematung ditempat.
"Tan Ciu."
Panggil lagi Cang Ceng Ceng.
"Tenangkanlah pikiranmu."
"Tan Ciu"
Ong Jie Hauw juga memanggil "Aku berhasil menemukannya."
Tan ciu berhasil dibujuk kembali. Dikala mereka tiba dihadapan orang tua berkerudung, Tan Kiam Pek dan Tan Sang, Mata Tan Ciu bertumbuk dengan Lie Bwee. Sinar mata itu menjadi liar mendadak. dengan beringat sipemuda menggeram.
"Bunuh!". Dia maju mendekati gadis Lie Bwee. Cang Ceng Ceng berteriak lagi.
"Tan Ciu, Siapa yang kau hendak bunuh?"
"Nah! ini dia bilang keladinya."
Tan Ciu menuding kearah Lie Bwee.
Dia mengayun tangan hendak memukul gadis itu.
Ong Jie Hauw tersentak kaget, dia menghadang didepan Tan Ciu.
Menerima pukulan pemuda ini.
Disaat yang sama, Tan Sang dan Cang Ceng Ceng maju berbareng.
Dengan kekuatan tiga pasang tangan itu, Tan Ciu berhasil di tekan.
Kebencian Tan Ciu kepada Lie Bwee tidak dapat dilukiskan, tentu saja dia tidak tahu kalau orang yang terakhir hendak menolong dirinya adalah gadis itu.
Cang Ceng Ceng menarik si pemuda.
"Tan Ciu."
Dia membentak.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"kau sudah gila."
"Aku hendak membunuh mati dia."
Bergeram lagi Tan Ciu. Dan menunjuk jari kearah Lie Bwee.
"Dengan alasan apa kau mau membunuh orang?"
Bertanya lagi Cang Ceng Ceng yang belum mengerti akan duduk perkara.
"Semua gara-gara disebabkan oleh munculnya orang ini."
Tan Ciu berontak diri. Dia hendak memukul Lie Bwee. Bila bukan Lie Bwee yang menemukan jejak mereka, tentu Ong Leng Leng tidak akan mati.
"Tan Ciu."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Dialah yang menolong jiwamu. Tahu?!"
Tan Ciu berjingkrakan.
"Dia yang menolong aku?"
Dia masih kurang percaya.
"Sshh.. tidak mungkin..."
"Jika Lie Bwee yang menolong dirimu, tidak mungkin kau dapat meninggalkan Istana Ratu Bunga."
Cang Ceng Ceng masih berusaha menyadarkan kerumitan otak si pemuda.
"Tidak mungkin!!!"
Tan Ciu masih belum dapat menerima kesan tadi.
"Betul."
Orang tua berkerudung cacad itu memperkuat keterangan muridnya.
"Lie Bwee telah menolong dirimu."
"Aaa.."
Tan Ciu mulai ragu-ragu. Untuk melenyapkan keretakan itu orang berkerudung mengisahkan jalannya cerita.
"Dengan alasan apa dia menolong jwaku?"
Tan Ciu Bergugam.
"Sebentar lagi, setelah siuman, kau boleh langsung mengajukan pertanyaan ini kepadanya."
Berkata orang berkerudung.
"Hanya dia yang dapat memberi keterangan, Mengapa dia mau menolong dirimu."
Sedari tadi, Tan Kiam Pek mengikuti pembicaraan itu, Kini dia maju bertanya.
"Bolehkah tuan menyebut namamu?"
"Sudah kukatakan"
Berkata orang berkerudung.
"Namaku sudah busuk, tiada guna menyebutnya lagi."
"Logat suara tuan sangat berkesan sekali."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Tentu seorang yang aku kenal baik. Suara ini tidak asing bagiku."
"Begitu?"
Orang cacat itu menganggukan kepalanya.
"Tidak keberatankah menyebut nama tuan yang mulia?"
Tan Kiam Pek ingin mendapat kepastian.
"Sangat menyesal,"
Berkata guru Cang Ceng Ceng itu.
"Belum dapat kupenuhi permintaanmu itu."
Tan Kiam Pek meneliti secara menyeluruh wajah dibalik tutup kerudung, tiada dapat dilihat, Bentuk tubuhnya yang sudah cacat, Tidak dapat dijadikan pedoman penilaian.
Hanya suara itu yang sangat dikenal sekali.
Dia masih membandingkan suara-suara yang memiliki hubungan dekat dengannya.
Orang berkerudung sudah selesai menyembuhkan Lie Bwee, dia memandang Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak berangkat lebih dahulu, Bagaimana dengan dirimu? Ingin turut serta?"
Cang Ceng Ceng berkata.
"Aku akan menyusul kemudian."
"Baik."
Orang itu menggerakan kursinya. Siuuttt.. Kursi beroda itu meluncur jauh meninggalkan semua orang. Tan Kiam Pek mendekati Cang Ceng Ceng.
"Nona Cang."
Dia memanggil perlahan.
"Dapatkah kau menjawab beberapa pertanyaanku?"
"Boleh saja."
Berkata Cang Ceng Ceng ramah.
"Bagaimanakah nama dan gelar julukan gurumu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek. Cang Ceng Ceng menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu."
Dia Berkata.
"Dia tidak memberi tahu kepadamu?"
Bertanya lagi Tan Kiam Pek.
"Betul."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Belum pernah suhu menyebut nama dirinya sendiri.
"Pintu perguruan kalian?"
"Juga tidak!"
"Pernah kau melihat wajah aslinya?"
"Ng..."
"Bagaimana bentuk raut wajah itu? Panjang? bulat? atau ada ciri yang menarik lagi?"
"Wajahnya telah dirusak orang, aku tidak dapat membedakannya."
"Aaaaa "
"Suhu belum pernah bercerita tentang rusaknya wajah itu, juga belum pernah bercerita tentang keadaan rumah tangga, asal usul atau pintu perguruan."
"Kau tidak tahu siapa yang menjadi gurumu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek mesem-mesem, kini dia dapat menerka, siapa orang berkerudung yang duduk diatas kursi roda tadi.
"Tapi, aku tahu."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapa?"
Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Siapa?"
Tan Ciu turut bertanya. Tan Kiam Pek memandang si pemuda.
"Nona Cang."
Dia berganti arah ketempat si gadis.
"Pada kuping kiri gurumu ada terdapat tahi lalat bukan?"
Cang Ceng-Ceng berpikir untuk beberapa saat, kemudian berkata.
"Kukira ada. tapi kurang jelas, Kuping itupun rusak."
Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. Berbalik memandang sang kemenakan.
"Tan Ciu."
Dia memanggil.
"Tahukah orang ini?"
"Siapa?"
Bertanya Tan Ciu dengan napsu.
"Kau berhasil menemukan ayahmu."
Dia berkata.
"Ayah?"
Tan Ciu bingung, tidak mengerti.
"Orang berkerudung tadilah ayahmu. Dia Tan Kiam Lam yang asli."
Berkata Tan Kiam Pek mantap.
"Aaaa "
Tan ciu berteriak.
"Guruku bernama Tan Kiam Lam?"
Cang Ceng Ceng tidak mengerti.
"Betul?"
Berkata Tan Kiam Pek tegas.
"Dia adalah saudaraku yang lenyap itu."
"Aaa..."
Tan Ciu telah melepaskan kesempatan untuk bicara dengan ayahnya.
"Itulah suara Tan Kiam Lam."
Berkata Tan Kiam Pek.
"tidak salah lagi."
"Pasti?"
Tan Ciu menatap tajam-tajam wajah sang paman.
"Pasti."
Berkata Tan Kiam Pek tegas.
Suatu kejadian yang mungkin dapat terjadi.
Lebih dari satu kali orang berkerudung itu menolong dirinya.
Tan Tan Ciu girang luar biasa.
Ternyata ayahnya masih hidup didunia.
Betulkah sang ayah itu masih ada? Dengan alasan apa dia tidak mau mengakuinya? Keragu-raguan segera ditemukannya.
"Siok-siok, mengapa dia tidak memanggilku? Mungkinkah tidak membutuhkan kita lagi?"
"Kukira mempunyai alasan-alasan tertentu."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Mungkin belum waktunya untuk dia berterus terang. Manakala Tan Ciu dan Tan Kiam Pek memperbincangkan persoalan Tan Kiam Lam, Tan Sang sedang mengurut-urut Lie Bwee. Mereka didampingi oleh Ong Jie Hauw. Lie Bwee memandang kearah keliling dirinya.
"Bagaimana keadaanmu?"
Ong Jie Hauw memberi hiburan.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau..? Aaaa....!"
Lie Bwee menunjukkan rasa girangnya.
"Betul.. aku Ong Jie Hauw."
Si pemuda itu tertawa melowek!.
"Ong Jie Hauw.."
Panggil Lie Bwee.
"Dimanakah kita berada? dineraka?"
Lie Bwe belum tahu, bahwa dirinya telah mendapat pertolongan dari luar maka jiwanya nyaris dibunuh mati.
"Aha.. Kita masih hidup didalam dunia.
"
Berkata Ong Jie Hauw.
"Aku bukan mengimpi?"
Lie Bwee mengucek-ucek mata. Itu waktu Tan Ciu datang menghampiri mereka.
"Kau?!"
Mata Lie Bwee terpentang lebih besar.
"Betul. aku Tan Ciu."
Pemuda itu menganggukkan kepala.
"Kau juga masih hidup."
Bertanya Lie Bwee lagi.
"Betul! kita semua masih hidup."
Kekuatan hidup Lie Bwee bangkit kembali.
Dia putus harapan karena Giok Hong ingin memberi hadiah hukuman mati.
Dan kematian itu sudah jauh dari dirinya.
Tubuh si gadis meletik bangun, menubruk Ong Jie Hauw dan menangis didalam pelukan si pemuda.
Tan Ciu mengalihkan pandangannya kearah tempat lain.
Disini dia bentrok dengan tubuh Tan Sang.
Wajah kakak itu sangat muram, air mata sudah berada diambang pintu kelopak mata.
Dia menaruh cinta kepada Ong Jie Hauw.
Hal itu terjadi sebelum Lie Bwee muncul dihadapan mata mereka.
Kini itu pun tinggal kenangan, sudah waktunya untuk diberi akhiran tamat.
Lie Bwee memeluki tubuh Ong Jie Hauw.
"Akhirnya aku harus kembali kepadamu."
Dia berkata dengan perlahan. Ong Jie Hauw kurang pandai membawa peranan akan asmara, memandang rambut kepala gadis itu, dia berkata.
"Bukankah kau tidak suka kepadaku?"
Lie Bwee tersentak bangun, pertanyaaan seperti itu tidak patut dikeluarkan. Dia menghentikan suara tangisnya. Memandang pemuda itu dan berkata.
"Aku memang benci kepadamu."
Ong Jie Hauw semakin bingung.
"Benci?"
Mulutnya bergugam.
"Kau benci kepadaku?"
"Ng "
"Mengapa?"
"Kau tolol!!"
"Aku memang tolol. Tapi sebagai seorang istri yang baik, Mana boleh kau pergi meninggalkan aku?"
"Karena itulah, aku baik kepadamu."
Bekata Lie Bwee.
"Mengapa?"
Ong Jie Hauw masih belum mengerti.
"Mengapa kau mau balik kembali?"
"Kau tidak suka aku kembali kepadamu?"
Lie Bwee memberi kerlingan mata menarik.
"Aha... mana mungkin tidak suka? Aku senang sekali."
Berkata si Pendekar Dungu.
"Karena itulah aku kembali kepadamu."
Berkata Lie Bwee penuh arti.
"Karena aku senang, maka kau kembali lagi?"
Bertanya si dungu yang tolol. Lie Bwee mendekati telinga si pemuda, dengna perlahan dia berkata.
"Karena aku sudah mengandung."
"Apa?"
Ong Jie Hauw berteriak keras.
"kau sudah mengandung? Apakah artinya mengandung ini?"
Selembar wajah si gadis menjadi merah.
Tan Ciu menoleh balik.
Adakah itu kebetulan? Satu kesalahan Ong Jie Hauw digunung Pek Soat hong yang memperkosa Lie Bwee menelorkan bibit-bibit benih baru? Ong Jie Hauw belum menerima jawaban dari arti kata- kata mengandung itu, dia mengulang pertanyaan.
"Hei, apa artinya mengandung itu?"
"Mengandung berarti seorang wanita yang mendapat bakalan anak, tidak lama lagi dia akan melahirkan seorang bayi, dia akan mempunyai anak kecil."
Tan Ciu memberi keterangan singkat.
"Mempunyai anak?"
Ong Jie Hauw berkerut kening.
"Anak siapa?"
"Tentu saja anakmu."
Berkata Tan Ciu.
"Aku? "
Ong Jie Hauw menunjuk hidung sendiri.
"Aha... aku akan mempunyai seorang anak?? Aa "
"Aku harus mengucapkan selamat kepadamu."
Berkata Tan Ciu.
Ong Jie Hauw menari-nari dan berlompat-lompatan.
Rasa girangnya tidak kepalang.
Hanya seorang yang bersedih inilah gadis Tan Sang.
Tentu saja Tan Sang sangat sedih, dia tidak dapat meneruskan hubungan baiknya dengan Ong Jie Hauw.
Adanya Lie Bwee berarti memisahkan perkembangan kasih cinta.
Gadis ini bermuram durja.
Lie Bwee menghaturkan terima kasih kepada semua orang.
Kemudian mendekati suaminya.
"Ong Jie Hauw"
Dia berkata perlahan.
"Mari kita kembali."
"Betul"
Berkata si pemuda.
"Kita harus pulang kerumah kita."
Dipandangnya Tan Ciu dan berkata.
"Saudara Tan, Kami hendak minta diri."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya. Ong Jie Hauw meneriaki Tan Sang.
"Nona Tan, aku minta diri."
Dia berkata dari jauh.
"Selamat jalan!"
Tan Sang menetes air matanya.
"Selamat jalan."
Mengajak Lie Bwee, Ong Jie Hauw pulang ke gunung Pek Soat Hong.
Bayangan Ong Jie Hauw dan Lie Bwee lenyap dari pandangan mata semua orang.
Tan Sang tidak dapat membendung deras air matanya mengalir bagaikan anak sungai yang lepas dari induknya.
Tan Ciu dapat memberikan keadaan sang kakak yang tidak seperti biasa! "Ciecie,"
Dia memanggil.
"Kau mengapa?"
"Uh.."
Cepat cepat Tan Sang menyusut air mata itu. inilah air mata kekasih.
"Tidak mengapa!"
Dia berkata cepat.
"Mengapa kau menangis?"
Bertanya lagi Tan Ciu.
"Tidak."
Tan Sang masih mau menyangkal. Tapi air matanya tidak dapat mengelabui orang, mengalir lagi.
"Jangan bohong."
Berkata sang adik.
"Apa yang menyebabkan kau sedih?"
"Aku tidak bersedih."
Berkata Tan Sang cepat-cepat. Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian dia dapat menduga akan adanya kesedihan yang merundung saudara tua itu.
"Ciecie.."
Dia memanggil.
"Kau jatuh cinta kepada Ong Jie Hauw?"
Tan Sang menundukkan kepala.
"Ahh, bagaimana hal ini dapat terjadi?"
Tan ciu bergugam seorang diri.
"Mengapa tidak bisa terjadi?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Kiam Pek turut bicara.
"Hubungan kakakmu dengan Ong Jie Hauw begitu intim, tentu saja bukan hubungan biasa."
"Mengapa kau diam saja?"
Bertanya Tan Ciu.
"Apa yang dapat kulakukan?"
Tan sang meminta petunjuk adiknya.
"Nyatakanlah cintamu itu."
Berkata Tan Ciu.
"Mungkinkah Ong Jie Hauw tidak dapat memberi suatu tempat kepadamu."
"Dan gadis yang bernama Lie Bwee tadi?"
"Mengapa harus memikirkan dirinya? Yang penting adalah kesediaan Ong Jie Hauw."
"Aku tidak ingin melukai hati seseorang."
Berkata Tan Sang.
"Sudahlah."
Berkata Tan Sang lagi. Dia tidak mau meneruskan pembicaraan tentang dirinya.
"Mari kita pulang ke sumur Penggantungan."
Sumur Penggantungan adalah markas gerakan Melati Putih Giok Hu Yong, Tan Sang sudah lama menetap didalam sumur ibu itu.
"Betul."
Dia sangat setuju.
"Kita harus segera kembali."
"Aku turut kalian."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Kalian boleh pulang lebih dahulu."
Berkata Tan Ciu.
"Aku mau menemukan Ong Leng Leng sebentar."
"Bukankah sudah mati?"
Cang Ceng Ceng bingung.
"Jenazahnya yang kumaksudkan."
Berkata Tan Ciu memberi keterangan.
"Aku mau menemukan jenazah itu dan mengebumikannya secara layak."
Biar bagaimana hubungan Tan Ciu dan Jelita Merah bukan hubungan biasa.
"Aku menyertaimu."
Berkata Cang Ceng Ceng. Tan ciu tidak keberatan. Memandang Tan Kiam Pek dan Tan Sang. dia bertanya kepada mereka.
"Bagaimana dengan kalian?"
"Istana Ratu Bunga sudah ditinggalkan para penghuninya."
Tan Kiam Pek memberi keterangan.
"Tenaga kalian berdua pun sudah cukup. Aku hendak berjalan lebih dulu."
"Aku juga mau pulang."
Berkata Tan Sang.
Rombongan itu terpecah dua, Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng naik keatas gunung, mereka hendak mengubur jenazah Ong Leng Leng.
Sedangkan Tan Sang dan Tan Kiam Pek pulang kearah Sumur Penggantungan.
0odwo0 Mengisahkan perjalanan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng yang menuju kearah Istana Ratu Bunga.
Singkatnya cerita, mereka telah berada di dalam bangunan itu.
Adanya penyerangan Ong Jie Hauw telah mengucar-ngacirkan semua anak buah Giok Hong.
Sebagian besar anak buah Giok Hong adalah sisa anak buah dari Souw Hun Nio dan Souw Hun Nio adalah salah satu murid Liu Ang Ciauw, Setelah Liu Ang Ciauw gugur berantakan, kedua muridnya yaitu Souw Hua Nio dan Put Lee Put lee memisahkan diri.
Kekuasaan mereka tidak kalah dari gurunya, Tentu saja mempunyai banyak anak buah yang berkepandaian tinggi.
Tentang cerita Suw Hun Nio dan Put lee put lee dapat saudara saksikan di dalam cerita yang memaparkan keganasan Liu Ang ciauw.
Ternyata setelah dia mengalami kegagalan didalam asmaranya dengan Lu-Cu Kok.
Liu Ang Ciauw menggerakan seusatu kelompok kekuatan diberi nama Barisan Pendukung Liu Ang Ciauw.
Mula-mula kekuatan ini terdiri dari kekuatan Bu-jin-to dan lembah Maha Bisa.
Belakangan setelah mendapat penyerangan Lu Cu Kok, dibawah sergapan-sergapan para jago kesatuan.
Aksi Kerajaan.
Barisan Pendukung Liu Ang Ciauw berceceran.
Mengalami suatu pengalaman dunia Kang-ouw yang pahit, Liu Ang Ciauw mengumpulkan semua wanita-wanita berkepandaian tinggi.
Dan wanita-wanita ini lebih banyak berada di pihak Put lee, dari pada ditangan Souw Hun Nio, maka anak buah Ratu Bunga Giok Hong agak lemah.
Balik mengisahkan cerita POHON PENGGANTUNGAN.
Didalam Istana Ratu Bunga, Tan Ciu behasil menemukan jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng.
Si pemuda mengucurkan air mata.
Bila bukan membela dirinya, gadis ini belum tentu mati.
Terkenang akan kebaikan Jelita Merah, terkenang akan kejadian didalam guha, dan semua itu tinggal bayangan kosong belaka.
Tan Ciu semakin bersedih.
"Tan Ciu."
Cang Ceng Ceng memanggil perlahan. Tan Ciu menoleh. Tidak Bicara. Tanpa kata-kata pujian, jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng dikebumikan. -ooo0dw0ooo-
Jilid 23 MEREKA membuat makan dibawah sebuah pohon yang rindang.
Disini tidur seorang gadis yang bernasib buruk.
Kesucian gadis Ong Leng Leng telah dikorbankan untuk Chio It Cong, dengan hasil pengalaman getirnya.
Laki-laki itu pergi meninggalkan dia.
Akhirnya Ong Leng Leng jatuh cinta kepada Tan Ciu, seharusnya cinta ini mendapat balasan yang selayaknya, Bila tidak ada peristiwa Istana Ratu Bunga.
Sebelum Ong Leng Leng menerima janji-janji muluk yang Tan Ciu berikan, gadis itu sudah mengorbankan jiwanya.
Tan Ciu bertiarap diatas makam kuburan Jelita Merah.
Beberapa waktu kemudian....
Cang Ceng Ceng mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu."
Dia membisiki telinga sipemuda.
"Mari kita pulang."
Tan Ciu menoleh kebelakang.
"Pulang?"
Dia mencemooh bujukan itu.
"Lambat atau cepat, kita harus meninggalkannya."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Berat bagiku untuk kutinggalkan begitu saja."
"Maksudmu?"
"Sudah selayaknyalah bila aku menemaninya untuk beberapa waktu."
Berkata Tan Ciu.
"Urusanmu bukan dia seorang."
Cang Ceng Ceng memberi peringatan.
"Selesaikanlah yang lebih penting. Keadaan ibumu didalam Sumur Penggantungan belum tentu aman, mengingat Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak ada ditempat ini. Kita harus segera kembali."
"Baiklah."
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Mereka meninggalkan Istana Ratu Bunga.
"Tan Ciu...."
Ditengah jalan, Cang Ceng Ceng memanggil kawannya.
"Ng "
"Aku tahu akan rasa kesedihanmu."
Berkata lagi Cang Ceng Ceng.
"Aku pun turut bersedih. Kematian Ong Leng Leng berarti kerugian dipihak kita."
"Kematiannya disebabkan untuk menolong kesulitan diriku."
Berkata Tan Ciu.
"Tan Ciu."
Berkata lagi Cang Ceng Ceng.
"Dimisalkan, pada suatu hari, akupun mati sepertinya, maukan kau mengenang arwahku?"
"Kau?.."
Tan Ciu menghentikan gerak langkahnya. Cang Ceng Ceng menyedot napasnya dalam-dalam.
"Setiap orang akan mati."
Dia berkeluh kesah.
"Dan akupun tidak terkecuali. Suatu hari aku pun akan mati. Kulihat kau cinta kepada orang-orang yang sudah mati. Entah bagaimana cintamu kepadaku."
"Tidak mungkin."
Berkata Tan Ciu.
"Kau tidak mungkin mati."
"Aku tidak mati."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Bila mana mendapat hiburan cintamu."
"Cang Ceng Ceng"
Tan Ciu menubruk gadis itu.
Cang Ceng Ceng membalas dengan rangkulannya yang panas.
Mereka berpelukan.
Itulah himpitan dari kedua tubuh yang gersang.
Tan Ciu tidak akan membiarkan kesempatannya diapun masih muda, masih membutuhkan cinta.
Adanya tawaran dan kekosongan Cang Ceng Ceng tentu saja diterima olehnya.
Tiba tiba.......
Terdengar satu suara yang mengejutkan kedua insan tadi.
"He...he..... lagi indehoy..?"
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng dikejutkan..
Cepat-cepat mereka memisahkan diri.
Dikala mabuk kepayang panca indra merekapun banyak berkurang, sehingga dapat didatangi orang tanpa sepengetahuan mereka.
Disana sudah berdiri seorang kakek kurus mengenakan pakaian warna merah, cara-cara dandanan agak menyimpang dari kebiasaan, tentunya orang pendatang asing, tamu dari luar daerah.
Orang tua itu berkata lagi.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hebat... hebat suatu adegan yang tidak mudah dilupakan."
Memperhatikan kakek kurus kering itu, Tan Ciu menegur.
"Siapa kau?"
"Bocah kurang ajar."
Kakek kurus kering itu membentak.
"bagaimana kau tidak menggunakan panggilan 'cianpwee' kepadaku?"
"Huh.."
Tanpa menghiraukan lagi, Tan Ciu mengajak Cang Ceng Ceng.
"Mari kita pulang."
Dia berkata kepada sigadis.
Tentu saja Cang Ceng Ceng sangat setuju.
Mereka bergerak, maksudnya hendak pulang ke Sumur Penggantungan.
Kakek kurus kering itu menggoyangkan tubuh, terlihat cahaya merah bergerak, tahu-tahu dia sudah berdiri dihadapan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng.
"Jangan pergi."
Dia menggeram.
"Ada apa?"
Tan Ciu mendelikkan matanya.
"Kau baru turun gunung, tentunya dari Istana Ratu Bunga."
"Hee.. Bagaimana??"
Suara Tan Ciu tidak mengandung rasa persahabatan.
"Jawablah pertanyaanku."
Berkata Kakek kurus kering itu.
"Kau dari Istana Ratu Bunga?"
"Betul. mau apa?"
"Bagaimana dia memperlakukan dirimu?"
Bertanya lagi si kakek kurus kering.
"Siapa?"
"Ratu Bunga Giok Hong."
"Dia sudah lari."
Berkata Tan Ciu.
"Kenapa?"
Bertanya kakek kurus kering itu.
"Mana kutahu?"
"Dikatakan dia hendak bertemu denganku. Mengapa melarikan diri? Pergi begitu saja?"
"Kau boleh langsung mengajukan teguran ini kepadanya."
Berkata Tan Ciu.
"Betul."
Cang Ceng Ceng turut serta.
"Kami harus segera pulang. Tidak ada waktu."
"He..he..he.."
Kakek kurus kering itu menyeringai.
"Kau manis sekali. Juga panas dan Hot. Aku bersedia menemani kau tidur beberapa malam."
"Cih.."
Cang Ceng Ceng meludah. Tangannya terayun, memukul kakek kurang ajar itu.
"Hee.. he...
"
Orang tua itu tertawa terkekeh-kekeh, gesit sekali, ujung kakinya bergeser maka dengan tangan-tangan yang seperti ceker ayam, dia hendak menyengkeram lengan putih si gadis.
Cang Ceng Ceng menurunkan tangan, kemudian menelikung kesamping, dari situ, dia meneruskan serangannya.
Mereka bergerak cepat.
Ceker kurus dari si kakek berbaju merah sangat tajam, lambat tapi pasti, dia menekan kekuatan Cang Ceng Ceng.
Si gadis terdesak mundur, dia masih berusaha untuk mengelakkan dirinya.
Tan Ciu melompat maju, suatu ketika dia mewakili Cang Ceng Ceng menerima pukulan orang tua itu.
Bleguurr......
Masing-masing termundur tiga langkah, pertempuran terhenti beberapa waktu.
"Hee..."
Orang tua berbaju merah itu menunjukkan wajahnya yang tertarik! "Kau juga berkepandaian tinggi?"
"Jangan mengganggu perjalanan orang."
Tan Ciu membentak.
"Kami harus pergi."
"Tunggu dulu,"
Berkata orang tua itu.
"Tanganku jadi gatal. Tidak mudah untuk mencari tandingan lawan yang seperti dirimu. Mari.. mari kita bertempur."
Tidak menunggu persetujuan Tan Ciu, kakek kurus kering itu sudah mulai membuka serangan yang mana yang diterima Tan Ciu.
Kini mereka bergumul hebat.
Cang Ceng Ceng menonton jalan pertandingan itu.
Suatu ketika, kakek baju merah agak lengah, pukulan Tan Ciu menyodok masuk, tapi mengenai dadanya.
Heekkk...
Kakek kurus itu mendelikkan matanya, semakin marah.
"Bocah kurang ajar. berani kau memukul kakek tuamu?"
Pukulan tadi menyebabkan keliarannya yang memuncak.
Tan Ciu sudah mengirim pukulan yang menentukan.
Dengan pukulan ini dia hendak menutup pertandingan.
Diluar dugaan, kakek kurus kering itu masih gesit, mudah sekali menyingkirkan diri dari serangan si pemuda.
Betul dia telah menderita luka, mengandalkan latihan tenaga dalamnya yang luar biasa, dia masih dapat mengegos, berkelit dan menyingkirkan setiap serangan lawannya.
Tan Ciu menyaksikan keunggulan lawan, didalam keadaan terluka, kakek kurus kering itu dapat mempertahankan diri dengan baik.
Bila saja dia tidak lengah, bila saja kakek itu melayaninya dengan hati-hati, tentu dia yang akan dilukai balik.
Bergebrak lagi belasan jurus, Cang Ceng Ceng masuk kedalam gelanggang.
Ilmu kepandaian si gadis tidak berada dibawah Tan Ciu.
Betul-betul kakek kurus kering itu bertobat.
Mengingat luka yang sudah diderita olehnya, mengingat tidak mungkin dapat memenangkan sepasang muda mudi itu, dia meloloskan diri dari kepungan mereka, siuttt...
tubuhnya melayang pergi.
Dia melarikan diri.
"Lain kali, aku akan menuntut balas."
Dia memberi ancaman. Dan tubuh kakek yang kurus kering itu lenyap dari pandangan. Tan Ciu tidak mengejar, Diantara mereka memang tidak mempunyai permusuhan begitu mendalam.
"Siapakah tokoh silat tadi?"
Cang Ceng Ceng mengajukan pertanyaan.
"salah satu dari komplotan si Ratu Bunga."
Tan Ciu memberi keterangan.
"Dia hebat."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Ng.."
Tan ciu membenarkan pendapat kawannya.
"Ilmu kepandaian si kakek kurus kering masih berada diatas si Ratu Bunga dan Han Thian Chiu."
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menuju ke arah Sumur Penggantungan. Ditengah jalan, tiba-tiba teringat sesuatu, Tan Ciu berkata.
"Cang Ceng Ceng, kau sudah bertemu dengan si bungkuk Kui Tho cu?"
Cang Ceng Ceng menggelengkan kepala.
"Belum."
Dia memandang si pemuda.
"Masih hendak menemuinya?"
"Ngg.. suhu hendak meminta keterangan orang ini."
Tan Ciu sudah menduga, bahwa guru Cang Ceng Ceng itu adalah ayahnya, dengan maksud tujuan apa sang ayah mau meminta keterangan Kui Tho cu? "Gurumu?"
"Betul!!"
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Aku harus memberi tahu kejadian ini kepadanya."
"Si bungkuk Kui Tho Cu berada didalam Benteng Penggantungan."
Tan Ciu memberi keterangan.
"Ouw!!Aku harus berpisah dengnamu. aku harus mengajak suhu ketempat itu."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Aku akan menemanimu."
Berkata Tan Ciu.
"Jangan!!"
Cang Ceng Ceng menolak.
"Suhu berpesan agar tidak mengajak orang ketiga ketempat persembunyiannya."
Tan Ciu dapat maklum, tentunya guru Cang Ceng Ceng masih hendak merahasiakan sesuatu, maka melarang sang murid membawa orang ketiga. Termasuk juga dia.
"Baiklah!"
Akhirnya Tan Ciu menyerah, dia tidak memaksa.
Perpisahan akan memakan waktu yang cukup lama, berat juga bagi mereka yang sedang berkasih-kasihan.
Cang Ceng Ceng pulang untuk menjumpai gurunya, memberi tahu tentang adanya si bungkuk Kui Tho Cu dibenteng Penggantungan.
Tan Ciu pulang ke dalam Sumur Penggantungan.
Tiba didalam sumur rahasia itu, kedatangan Tan Ciu disambut oleh Tan Sang dan permaisuri dari Kutub Utara, Pek Pek Hap.
"Bagaimana keadaan ibu?"
Tan Ciu bertanya kepada kakaknya.
"Sedang melatih diri dengan sucie-sucie dan sumoy- sumoy kita."
Tan sang memberi tahu.
"Tong Kay Cianpwee?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pengemis Tukang Ramal Amatir itupun sedang melatih diri."
Dia berkata. Pek Pek Hap mendekati si pemuda, dia berkata.
"Tan Ciu, aku ingin bicara denganmu."
Tan Ciu membelalakan matanya.
"Katakanlah."
Dia belum tahu apakah yang hendak dibicarakan oleh jago wanita itu.
"Putriku datang."
Berkata Pek pek hap.
"Dia menjadi kurus. Tidak mau makan, Penyakitnya semakin berat."
"Dia sakit?"
Bertanya Tan Ciu.
"Penyakit apa yang menyerang Pek Co Yong?"
"Penyakit Rindu."
Berkata Pek Pek Hap.
"Rindunya kepadamu tidak dapat dibuang begitu saja. Maukan kau menjenguknya dahulu?"
Tan Ciu menganggukkan kepala, Mereka menuju kearah ruang yang disediakan untuk Pek Pek Hap dan putrinya.
Disana Pek Co Yong terbaring lemah, wajahnya pucat, kurus kering, tinggal kulit yang membungkus tulang.
Sangat menakutkan sekali.
Tan Ciu hampir tidak percaya, inikah Pek Co Yong yang cantik jelita? Sungguh perubahan yang terlalu besar.
"Pek Co Yong."
Tan ciu memanggil perlahan.
Itu waktu, Pek Co Yong sedang memeramkan kedua matanya, mendapat panggilan, dia membuka perlahan matanya, diperlebar dan diperbesar, dia mengenali wajah orang yang selalu dirindukan olehnya.
Wajah pemuda yang selalu terbayang-bayang dibulu mata.
"Kau?!"
Hampir Pek Co Yong tidak percaya.
"Aku Tan Ciu!!"
Si pemuda menghampiri lebih dekat lagi.
"Tan Ciu..."
Pek Co Yong lompat bangun dari tempat tidurnya, dia menubruk dan memeluk pemuda itu, Menangis dengan sedih, rasa rindunya selama itu telah mendapat wajah yang selayaknya.
Tan Ciu ada menaruh cinta kepada gadis itu, apa mau takdir mempermainkan nasib manusia.
Pek Co Yong adalah putri dari perkawinan Pek Pek Hap dan Han Thain Chiu yang tidak sah Bagaimana dia bisa mengawini seorang anak musuh? Membiarkan dirinya dipeluki oleh Pek Co Yong, Tan Ciu bungkam didalam seribu bahasa.
"Tan Ciu..."
Pek Co Yong merintih perlahan.
"Sudah lama kunanti-nantikan hari yang seperti ini. Akhirnya kau mau menjumpai diriku. Oh..."
"Co Yong."
Berkata Tan Ciu membawa hiburan.
"Jangan kau banyak pikiran. Jagalah dirimu baik-baik."
"Tan Ciu..."
Memanggil Pek Co Yong.
"Kau telah berjanji untuk menemani aku seumur hidup. Mengapa kau mengingkari janji?"
"Co Yong "
"Karena aku Pek Co Yong terlahir sebagai putri musuhmu?"
"Aku tidak memusuhimu."
Berkata Tan Ciu.
"Tapi kau akan memusuhi ayahku."
Berkata Pek Co Yong.
"Han Thian Chiu bersekongkol dengan Giok Hong mencelakakan ayahku."
Berkata Tan Ciu.
"Ibuku pun dikejar-kejar oleh mereka."
"Aku tidak memaksa kau mengawini aku,"
Berkata Pek Co Yong.
"Dan aku tahu kehilangan dirimu berarti kehilangan semua kekuatan hidupku... Oh Dunia memang berlaku tidak adil.."
Pek Co Yong melepaskan rangkulannya, dia menjatuhkan diri diatas pembaringan.
Pek Pek Hap menubruk sang putri, sekali lagi dia menerima pahit getirnya hidup sebagai manusia setelah ditinggal pergi oleh Han Thian Chiu, setelah dia melahirkan seorang putri tanpa ayah.
Putri itu mengalami godaan cinta kepada pemuda yang mau membunuh ayahnya.
Atas terjadinya lakon sedih itu, sebagai seorang ibu, sedikit banyak dia wajib turut bertanggung jawab.
Menoleh ke arah Tan Ciu, Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap mengajukan permohonan.
"Tan Ciu, Harapanku kepadamu tidak terlalu keras, sebagai ibunya akupun turut bersedih. Bila dapat, usahakanlah agar kau memeliharanya.."
Tan Ciu menundukkan kepalanya. Tan Kiam Pek maju. Dia hendak mengambil jalan tengah, katanya.
"Tan Ciu, ada sesuatu yang harus kuberitahu kepadamu. Tidak ada yang melarang terjadinya cinta kasih kalian."
"Akan kuusahakan."
Tan Ciu menundukkan kepalanya.
Dia memandang tanah.
Tan Sang dapat mengikuti percakapan mereka, dia terkenang kepada nasibnya.
Perbedaan apakah yang ada diantara mereka? Dia pun menyintai Ong Jie Hauw, Tapi pemuda itu sudah pergi dengan kekasihnya yang pertama.
Seluruh ruangan dirundung oleh kabut mendung.
Kelesuan yang tidak terhingga..
Seorang berjalan masuk, dia adalah Tong Kay, pengemis tua yang jenaka, Pengemis yang pandai meramalkan nasib orang.
Demikian dia menyebut dirinya sendiri.
"Eh..Eehh...
"
Dia memandang wajah semua orang yang murung itu.
"apakah yang telah terjadi?"
Dia bertanya kepada wajah-wajah orang yang berada ditempat itu. Tidak satupun yang menjawab pertanyaan itu.
"Apa yang telah terjadi? Tidak satupun yang terjadi, hanya cinta dan kasih yang salah memberikan tempatnya."
Si Pengemis Tukang Ramal amatir Tong Kay pandai melihat situasi, hanya memberikan kerling mata, dia paham akan keadaan itu, dia tertawa terbahak-bahak.
"Ha..Ha..Ha... Bocah Tan Ciu ini memang bibit penyakit bagi kaum gadis."
Tan Ciu menundukkan kepalanya semakin rendah, dia menerima salah.
"Tan Ciu!!"
Panggil lagi si pengemis tua.
"Kau tidak tahu, betapa rindunya orang kepadamu. Enak-enak saja kau mencari gadis lain. huuh..."
"Cianpwee.."
Tan ciu memanggil orang tua itu.
"Aku tahu.."
Berkata Tong Kay.
"Inilah pengalaman. Lain kali, bila masih berani kau menggoda anak gadis orang, aku Tong Kay segera turun tangan.. mengerti??"
"Aku mengerti."
"Bagus. Ingat baik-baik akan janjimu."
"Kudengar cianpwee sedang melatih diri?"
Bertanya Tan Ciu mengeyampingkan pokok persoalan.
"Betul. Kedatanganmu tepat pada waktunya."
Berkata Tong Kay.
"Bila kau tidak balik ke Sumur Penggantungan, Aku pun hendak menyusulmu."
"Ada urusan penting?"
"Tentu saja penting. Bagaimana ilmu kepandaianmu bila dibandingkan dengan kepandaian Sri Ratu Bunga Giok Hong? Dapatkah kau memadainya?"
"Terus terang boanpwee katakan, bahwa boanpwee masih bukan tandingannya."
"Nah. aku sedang mencari jalan keluar untuk mengatasi kekurangan ini."
"Cianpwee sudah berhasil?"
"Kau telah menyerahkan kitab Thian Mo Po Lok bukan? Didalam catatan ilmu silat itu, aku menemukan penemuan baru, Dengan penemuan-penemuan baru ini, aku mengharapkan kau dapat mengatasi segala kesulitan."
"Sungguh??"
"Aku telah meramalkan adanya kejadian ini."
Berkata Tong kay.
"Mari kau ikut kepadaku. Mencari suatu tempat yang sepi, Tempat ynag sangat sepi, tempat yang tidak ada gangguan untuk meyakinkan catatan-catatan hebat yang ada pada kitab Thian Mo po Lok. Sebelum berhasil, jangan harap kau keluar untuk meninggalkan diriku."
Tan Ciu setuju. Tong Kay memandang Pek Pek Hap dan Pek Co Yong.
"Kalian tidak marah kepadaku bukan?"
Dia berkata kepada ibu dan anak itu.
"Hendak ku kurung bocah itu untuk beberapa waktu."
Mereka menyeringai.
"Nona Tan!",Tong Kay menoleh ke arah Tan Sang.
"Aku hendak menggunakan salah satu guha rahasia ibumu."
Tan Sang tidak keberatan.
Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh muridnya menggunakan satu ruang rahasia melatih diri.
Dan Tong Kay juga mengajak Tan Ciu menggunakan ruang rahasia lain, mereka menekunkan ilmu kepandaian yang tercatat pada kitab Thian mo Po Lok.
Dan kelompok kekuatan ini tidak boleh diganggu.
Hampir saja mengakibatkan kehancuran Sumur Penggantungan.
Si Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay dan Tan ciu, Melati Putih Giok hu Yong beserta tujuh murid-murid perempuannya meyakinkan ilmu-ilmu baru untuk menghadapi musuh-musuh tangguh.
Masing-masing memilih ruangan rahasia yang tertutup rapat, menyekap diri, maka dengan tekun mereka dapat meyakinkan pelajaran pelajaran itu.
Keadaan mereka terasing dari dunia luar.
Menyisihkan diri dari jago-jago ini hampir mengakibatkan hancurnya Sumur Penggantungan.
Bercerita Tan Kiam Pek, Tan Sang, Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap sekalian.
mereka sedang bercakap-cakap.
Tiba-tiba......
Gadis penjaga sumur lari masuk dengan suara yang tidak lancar menceritakan kedatangan musuh.
"Berapa orangkah yang datang?"
Bertanya Tan Sang.
"Enam orang. Lima perempuan dan satu laki-laki."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berkata penjaga sumur itu.
Tan Sang menduga kepada Sri Ratu Bunga beserta bantuannya.
Memandang Tan Kiam Pek dan meminta adfis sang paman.
Tan Kiam Pek sedang menimbang-nimbang kekuatan Sumur Penggantungan hanya Pek Pek Hap seorang yang dapat diandalkan, kecuali itu mereka tidak mempunyai lain jago kelas satu.
"Berapa orangkah yang dapat kita gunakan?"
Dia bertanya kepada Tan Sang. Tan Sang berkata.
"Kecuali tujuh orang yang menyertai ibu, kita masih mempunyai lima orang tenaga yang selalu siap diperbantukan dimana saja."
"Bilakah ibumu dapat menamatkan pelajaran?"
Bertanya Tan Kiam pek.
"Seharusnya hari ini."
Jawab Tan Sang.
"Bagus. Mari kita bertahan sedapat mungkin."
Mengajak Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Pek Co Yong.
Tan sang dan lima gadis lainnya.
Tan Kiam Pek beserta iring-iringan ini keluar dari Sumur Penggantungan.
Diluar sumur sudah menantikan enam orang, mereka adalah Ratu Bunga Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian Chiu, Jago undangan Tok Sim Kiam, Giok Lo Sat dan dua gadis baju merah.
Mewakili rombongannya, Tan Kiam Pek maju kedepan.
"Kedatangan kalian tidak kebetulan, sehingga kami kurang membuat persiapan."
Dia berkata dengan keras.
"Bukan penyambutan meriah yang kukehendaki."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Lekas bubarkan bangunan dalam Sumur ini."
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berhadapan dengan orang yang memperkosa dirinya.
"Han Thian Chiu."
Dia membentak.
"Akhirnya kita bersua lagi."
"sudah dua kali."
Berkata Han Thian Chiu.
"Diluar Benteng Penggantungan kau tidak mengenal aku."
"Itu waktu kau menggunakan wajah orang lain. Maka aku sudah melewatkan kesempatan baik. Mengapa kau tidak berganti rupa lagi?"
Pek Pek Hap menegur.
"Sudah tidak perlu."
Jawaban Han Thian Chiu sangat singkat.
"Tentunya kau tahu , betapa susah aku mencari-cari jejakmu."
"Ha..Ha..Ha..."
Han Thian Chiu tertawa panjang.
"Kau kau. Tidak sudi aku menggunakan kepunyaanmu. Manusia mayat diatas ranjang. Aku sudah bosan dengan wanita- wanita semacam kau.."
Pek Pek Hap menggertak gigi. Disebelah Han Thian Chiu, Sri Ratu Bunga Giok Hong meneriaki kekasihnya.
"Han Thian Chiu, apa guna kau berkasih-kasihan lagi dengannya?"
Itu waktu, Pek Co Yong menyelak keluar dari rombongan. Dia berteriak.
"Ayah..!"
Ratu Bunga Giok Hong mengkerutkan alis.
Dia tidak tahu bahwa gadis yang sudah seperti mayat hidup ini adalah putri dari kekasihnya yang nomor satu.
Han Thian Chiu dapat menyaksikan raut wajah Pek Pek Hap dimasa muda, dia segera sadar, bahwa bibit yang ditanam pada tubuh Permaisuri dari Kutub Utara itu sudah membawa hasil, terbuah dengan subur.
Dan buah itu adalah gadis remaja yang kini berada dihadapannya.
"Siapa yang kau panggil?"
Han Thian Chiu hendak menolak kenyataan.
"Ayah..."
Pek Co Yong menubruk kearah orang tua lelakinya.
Han Thian Chiu mengibaskan lengan, dia hendak menyingkirkan datangnya sang anak gadis.
Pek Pek Hap selalu siap sedia, adanya adegan tadi tidak begitu menguntungkan.
Cepat menarik sang putri, maka Pek Co Yong terhindar dari pukulan ayah kandung sendiri.
"Aku tidak mempunyai putri yang seperti kau."
Han Thian Chiu bergeram. Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berkata dengan suara gemetar.
"Dia tidak mempunyai seorang ayah kejam yang sepertimu."
"Bagus!!"
Han Thian Chiu menganggukan kepala.
"Han Thian Chiu."
Terdengar suara geraman Sri Ratu Bunga yang panas.
"Kedatangan kita ini bukan untuk mengurus asmara lama kalian bukan??"
Han Thian Chiu mengundurkan diri, dia mendampingi sang kekasih yang berkuasa. Ratu Bunga Giok Hong memandang rombongan dari Sumur Penggantungan.
"Hayo.. Dimana Si Melati Putih Giok Hu Yong menyembunyikan diri? "
Dia mengajukan pertanyaan.
"Ada apa??"
Tan Kiam pek adalah wakil dari keluarga Tan.
"Mau menjadi penanggung jawab mereka?"
Giok Hong menatap orang tua itu tajam-tajam.
"Begitulah.."
"Hmm...Dia takut kepadaku?"
Giok Hong mencemooh..
"Ibuku tidak takut kepadamu."
Tiba-tiba Tan Sang menampilkan dirinya.
"Aku harus menjumpainya."
Berkata Giok Hong.
"Dimanakah dia berada?"
"Kau tidak perlu tahu."
Tan sang menjadi sengit.
"Ada beberapa patah kata yang hendak kusampaikan."
Berkata Giok Hong.
"Maukah kau memberi tahu tentang kedatanganku?"
"Katakan saja kepadaku..."
Berkata Tan Sang ketus.
"Kau masih kecil.."
Berkata Giok Hong.
"Yang hendak kurundingkan adalah menyangkut soal ayahmu."
"Dimana kini ayahku itu?"
Bertanya Tan Sang.
"Akan kuberitahu kepada ibumu."
"Beritahu kepadaku."
"He..he..."
Wanita berbaju merah yang siap membantu penyerangan itu mendekati Sri Ratu Bunga, dia memberi usul.
"Bunuh saja semua orang yang ada ditempat ini. Tidak mungkin mereka bersembunyi lagi."
Wanita ini bernama Tok Sim Kiam, juga salah seorang anggota Ratu Bunga, dia pernah mendapat beberapa pelajaran dari Liu Ang Tiauw.
Ilmu kepandaiannya hanya kalah setingkat dari Put lee Put lee.
Sri Ratu Bunga Giok Hong dapat menerima saran Tok Sim Kiam.
"Betul!!..."
Dia berkata.
"Setelah kita basmi orang-orang yang ada ditempat ini, tidak mungkinlah si Melati Putih Giok Hu Yong tidak keluar dari tempat persembunyiannya."
Menurunkan tangan isyarat, Giok Hong memberi perintah untuk menyerang.
Han Thian Chiu dan Tok Sim Kiam maju dikiri dan dikanan.
Giok Lo Sat dan dua gadis berbaju merah menyertai dari belakang.
Tan Kiam Pek, Pek Pek Hap, Pek Co Yong dan Tan Sang berbaris sejajar.
Dibelakang mereka turut serta lima gadis berpakaian campuran.
Gadis-gadis ini diperoleh dari drama Pohon Penggantungan, mengingat bakat-bakat mereka yang kurang memuaskan Melati Putih Giok Hu Yong tidak mengikut sertakan pelajaran gabungan.
"He..He..."
Ratu Bunga Giok Hong menyeringai.
"Hanya ada beberapa orang ini?"
Dia mengejek.
"Kemana kekuatan inti kalian? Bocah dogol Ong Jie Hauw? kemana pula si pemuda bergajul Tan Ciu? Masih belum pulang? Tentunya kecantol dengan gadis-gadis baru!he..he..."
"Bukan urusanmu."
Tan Sang membentak.
"Bagus!!"
Giok Hong menganggukkan kepala."
Kalian boleh merasakan kerasnya pukulanku."
Tangan wanita ini melayang, mengancam empat lawannya.
Tan Kiam pek wajib mengadakan pembelaan, diukur dari kekuatan dan kepandaian silat.
Tan Kiam Pek bukan tandingan Giok Hong, dan lebih daripada itu, semua orang yang ada disamping sisinya pun akan turut berkorban, tidak satupun dari mereka yang dapat menerima sang Ratu Bunga, dia wajib mengadu jiwa.
Karena itulah dia menerima pukulan musuh.
Heekkkk...
Tubuh Tan Kiam Pek terpental kebelakang, tapi secepat itu pula dia berjumpalitan, menyodok pinggang lawan.
Giok Hong mengegos diri, berputar kearah kiri, kemudian meluruskan badannya, hampir selanjar dengan tanah, menyerang sepasang kaki Tan Kiam Pek.
Terjadi serangan menyerang, Tan Kiam Pek selalu membawakan posisi pecah, tidak mau menempelkan kekuatan dengan jago itu.
Disaat yang sama tadi Han Thian Chiu juga menyergap datang, dia dipapaki oleh Pek Pek Hap.
Kedua orang tua Pek Co Yong bertemu didalam keadaan yang bertentangan.
Pertemuan ini menyedihkan putri mereka.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Sang menahan kemajuan Tok Sim Kiam, tentu saja putri Tan kiam Lam terdesak.
Pek Co Yong digencar serangan oleh Giok Lo Sat, mengingat keadaan Pek Co Yong yang sayu dan lesu, pertempuran inipun tidak menguntungkan pihak Sumur Penggantungan.
Dua gadis berbaju merah menempur lima anak buah Melati Putih.
Pertempuran itu agak melemahkan pihak Sumur Penggantungan.
Bila dibiarkan berlarut-larut, pasti Tan Sang sekalian berceceran.
Tiba-tiba....
Dari dalam sumur mencelat satu bayangan...siut....
Menerjang semua orang.
"Segera hentikan pertempuran.."
Bayangan ini memberi komando keras, Dia adalah Melati Putih Giok Hu Yong.
Gerakan Giok Hu Yong disusul oleh tujuh bayangan lainnya, mereka terdiri dari gadis-gadis jelita, dengan aneka macam warna pakian yang kontras, mereka menyertai pemimpinnya.
Pertempuran terhenti.
Tan Sang berteriak girang.
"Ibu "
Giok Hu Yong menganggukkan kepala. Dia harus menghadapai banyak musuh kuat, Matanya terarah ke Giok Hong. Sri Ratu Bunga Giok Hong meninggalkan Tan Kiam Pek, dengan langkah yang lenggang, dia mendekati Giok Hu Yong.
"Melati Putih."
Dia berkata.
"Akhirnya kau pun harus menampilkan dirimu."
Han Thian Chiu mendampingi Giok Hong. Laki-laki itupun ada menaruh hati kepada Giok Hu Yong, menggunakan kesempatan itu, ia turut bicara.
"Giok Hu Yong, dua puluh tahun kita tidak bersua, wajahmu masih cantik seperti dulu."
Melati Putih Giok Hu Yong memberi satu angggukan kepala.
"Kalian datang bersama-sama. Tentunya ada urusan penting."
Dia berkata.
"Katakanlah urusan apa yang hendak kalian selesaikan."
"Giok Hu Yong."
Giok Hong memanggil.
"Kau bukan wanita bodoh, seharusnya mengerti, apa yang menjadi maksud tujuanku datang ketempat ini."
Diantara Melati Putih Giok Hu Yong, Sri Ratu Bunga Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian Chiu dan Tan Kiam Lam pernah terjadi hubungan sangat rumit, bila Giok Hong menyintai Suami Giok Hu Yong, sebaliknya Han Thian Chiu ada mengharapkan cinta kasih istri Tan Kiam Lam.
Laki-laki ini lebih mudah terganggu, maka Tan Kiam Lam tak tahan godaan-godaan Giok Hong harus mengalami drama yang menggenaskan, setelah disiksa dia dibuang kedasar lembah.
Permusuhan itu masih belum selesai, adanya Giok Hu Yong akan mengganggu ketenangan hati Han Thian Chiu, maka Giok Hong harus melenyapkan saingan itu.
Giok Hu Yong tersenyum-senyum saja.
Giok Hong berkata lagi.
"Melati Putih, kutantang dirimu dipuncak Pek Soat Hong, mengapa kau tidak berani menerima tantangan itu?"
"Betul!!"
Berkata Giok Hu Yong.
"Aku tidak pergi kegunung Pek soat Hong. tapi berpikirlah lagi, adakah kau kepuncak gunung itu?"
Giok Hong tidak dapat meneruskan perdebatannya. Dia pun tidak menepati janji, dia mengutus Lie Bwee sebagai wakil dirinya, dan itu waktu Tan Ciu mewakili ibunya, janji duel diatas puncak Pek Soat Hong sama-sama tidak ditepati.
"Melati Putih.."
Giok Hong berkata.
"Hari ini aku datang untuk menemuimu. Dan bersediakah kau menerima tantanganku?"
Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Setiap tantangan pasti kuterima."
Dia berkata gagah.
"Melatih Putih, kau masih hebat seperti dimasa mudamu."
Giok Hong memberikan pujiannya.
"Terima kasih."
Berkata Giok Hu Yong mesem-mesem.
"Sebelum pertandingan dimulai, ada sesuatu yang hendak kusampaikan kepadamu."
"Katakanlah.."
"Aku bicara atas dasar sebagai kawan."
Giok Hong berkata."
Sebagai kawan baik suamimu."
"Aku Tahu.."
Sikap Giok Hu Yong cukup sabar.
"Kau cinta kepada Tan Kiam Lam?"
Berkata Giok Hong. Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Dan cintakah suamimu itu kepadamu?"
Bertanya lagi si Ratu Bunga! "Tentu saja!"
Berkata Melati Putih Giok Hu Yong.
"Ha...Ha..Ha..."
Giok Hong tertawa.
"Kau kira Tan Kiam Lam sangat setia kepadamu? Tahukah bahwa dia baik kepadaku?"
"Aku tahu!!!"
"Betul. Dia sangat baik kepadaku. Lebih dari itu, dia pernah berjanji untuk memperistri aku."
"Bohong!!!"
Melati Putih Giok hu Yong berteriak keras.
"Tidak bohong!!!"
Berkata Ratu Bunga Giok Hong tandas.
"Hubungan kami telah lebih dari batas persahabatan biasa.
"Hanya wanita ganjen yang dapat mengucapkan kata- kata sepertimu "
"Dengarlah keteranganku."
Berkata Giok Hong.
"Tan Kiam Lam tidak ada niatan untuk melepas dirimu! Dia masih cinta kepadamu, karena kau pandai merawat dirinya, Tapi kau terlalu alim. Dia harus mendapat kepuasan secara liar, karena itu dia memilih aku. Dia pun termasuk salah satu laki-laki yang rakus... hanya akulah yang dapat memberi kepuasan kepadanya."
"Terima kasih atas keteranganmu."
Berkata Giok Hu Yong.
"Kau tidak percaya?"
"Mengapa tidak percaya? Yang hendak ku ketahui adalah, dimanakah kini dia berada?"
"Kukira sudah tiada di dalam dunia."
Berkata Giok Hong.
"Sudah kuduga.."
Berkata Giok Hu Yong.
"Kau yang membunuhnya bukan?"
"Salah sendiri.."
Berkata Giok HOng.
"Dengan alasan apa dia hendak meninggalkan diriku?"
"Tidak tahu malu! Dengan alasan apa kau merebut suamiku?"
"Huh!! siapa yang merebut suamimu? Dia adalah suamiku, belum pernah aku menggugat kau merebut cinta kasihku, dengan alasan apa kau berani menegur aku? Untuk selanjutnya, jangan lagi kau menyebut persoalan ini."
"Baik.."
Berkata Giok Hu Yong.
"Dengan alasan apa kau berkunjung ke tempatku?"
"Istana Ratu Bunga telah hancur dibawah tangan anak dan kawan anakmu itu, untuk mengadakan pembalasan, akupun hendak merusak Sumur Penggantungan."
"Silahkan. Kuharap saja aku dapat menuntut balas dendam kematian suamiku."
Melati Putih Giok Hu Yong menggapaikan tangannya, dia memanggil tujuh gadis dengan aneka warna pakaian, setelah mengadakan gemblengan kuat kepada ketujuh gadis itu, sudah waktunya untuk menggunakan tenaga-tenaga mereka.
Tujuan gadis dengan aneka warna pakaian mendampingi pemimpin mereka.
Disaat itu juga, Giok Hu Yong memberi komando untuk mengurung musuh.
Ratu Bunga Giok Hong terlalu mengagulkan ilmu kepandaiannya, dia memasuki barisan kurungan itu.
Melati Putih Giok Hu Yong menggerakkan barisannya serentak, bermainlah tenaga kekuatan delapan orang.
Tujuh gadis didikan Giok Hu Yong mengenakan pakaian warna merah, putih, kuning, hijau, biru, jingga, dan jambu.
Menggunakan langkah-langkah tertentu dengan suara suara yang tidak sama, mereka melagukan irama pertempuran.
Suara itu dapat membangkitkan sukma mereka tapi melemahkan lawan.
Seolah-olah guntur yang saling sambar.
Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh anak buahnya mengurung Giok Hong.
Gerakan-gerakan mereka bertambah cepat, membawa desingan angin yang berkesiur keras, bayangan-bayangan itu saling seliweran.
Ratu Bunga melayani setiap serangan itu.
Giok Hu Yong keluarkan pekikan panjang, maka permainan silat berganti, tujuh gadis berpakaian tujuh warna mengitari lawannya, semakin lama, semakin cepat.
dan warna warna itupun bergulung-gulung bercampur menjadi satu, akhirnya hanya terlihat biang lala putih yang mengurung Giok Hong.
Giok Hong terkejut, ilmu ini tidak boleh dipandang ringan.
Dia kehilangan pegangan untuk menyerang, hanya sinar putih panjang yang berdesing, tidak terpeta bayangan orang.
Bagaimana dia mengeluarkan pukulan? Lebih daripada itu, suara dengungan gemuruhpun bertambah santer, seolah-olah menghadapi dunia kiamat, guntur-guntur saling samber diangkasa yang gelap.
Keadaan Sri Ratu Bunga Giok Hong terjepit.
Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam dan Giok Lo Sat menyaksikan keadaan buruk bagi pihaknya, mereka menggerakan kaki siap membantu dan memecahkan kurungannya barisan gadis tujuh warna.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap melintangkan tangan, dia membentur Han Thian Chiu.
Tan Sang bertemu dengan serangan Tok Sim Kiam.
Dan Tan Kiam Pek menghadang kemajuan Giok Lo sat.
Dua gadis baju merah menyertai Giok Hong mendapat tandingan lima gadis dari sumur penggantungan.
Tidak ada seorang yang berpeluk tangan.
Inilah peperangan terbesar yang pernah terjadi dari Istana Ratu Bunga dan Sumur Penggantungan.
Dari lima front pertarungan, hanya satu yang menguntungkan pihak Sumur Penggantungan, itulah pertempuran antara Giok Hu Yong beserta tujuh gadis tujuh warnanya yang menghadapi Giok Hong.
Dari itu empat front lainnya sangat menguntungkan pihak Istana Ratu Bunga.
Pek Pek Hap terdesak oleh Han Thian Chiu.
Tan Sang tidak kuat mengimbangi kekuatan Tok Sim Kiam.
Seharusnya Tan Kiam Pek dapat mengalahkan Giok Lo Sat, tapi pertempuran ini terlalu dekat dengan Tan Sang, sering kali Tan Kiam Pek membantu keponakannya maka jalan pertempuran menjadi seret.
Lima gadis Sumur Penggantungan tidak dapat mempertahankan diri dari serangan dua gadis Istana Ratu Bunga.
Dua gadis ini adalah didikan Liu Eng Ciauw almarhum.
Orang pertama yang tidak sanggup mempertahankan diri dari gencaran pukulan lawan adalah Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, lawan jago wanita ini adalah suami sendiri, betul suami tidak sah, tokh Han Thian Chiu sudah dapat menghasilkan seorang gadis cantik jelita.
Karena itu, Pek Pek Hap tidak dapat berlaku kejam.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berbeda dari Pek Pek Hap, Han Thian Chiu bukan terbuat dari sel-sel manusia, dia berlaku kejam, setiap pukulannya mengandung unsur kematian, suatu ketika, dia mengirim satu pukulan tangan kiri, datangnya cepat sekali, juga dari arah yang tidak mudah diterka, buk....
Pek Pek Hap dipukul jatuh.
Pek Co Yong mengeluarkan jeritan kaget, dia maju memukul ayahnya, kemudian menerkam tubuh ibunya.
Han Thian Chiu melupakan hubungan dengan putri sendiri, tangannya terayun but...! siap menterjangkan bayangan sang putri.
Pek Pek Hap menarik tubuh Pek Co Yong.
mereka, ibu maupun anak itu luput dari kematian.
Berulang kali Han Thian Chiu memukul dan berulang kali pula Pek Pek Hap menyingkirkan diri.
Keadaan ini sangat krisis sekali.
Krisis kedua adalah jatuhnya Tan Kiam Pek.
Manakala Tan Sang menderita tekanan yang terlalu kuat, Tan Kiam Pek memukul Tok Sim Kiam dan ini waktu Giok Lo Sat memukul Tan Kiam Pek.
Hek..Bek...! Tan Kiam Pek kena pukulan pertama, tapi dia marah, tangannya dibalikkan kebelakang, disaat yang bersamaan, dia pun berhasil melakukan pembalasan.
Giok Lo sat di pukul jatuh.
Kedua orang inipun terluka sangat parah sekali.
Krisis ketiga adalah untuk bagian Tan Sang yang tidak ada bantuan.
Tok Sim Kiam bersenjata pedang, but...
but...
but..
Tiga kali serangan mengancam tiga jurus pertahanan Tan Sang, salah satu dari tiga serangan itu tidak dapat dielakkan...
Creeettt...
Dada Tan Sang ditembus oleh pedang lawan.
"Ha.. ha.. ha "
Tok Sim kiam tertawa.
Tan sang menggunakan semua kekuatan yang ada, dia menubruk kedepan, tanpa menghiraukan pedang yang menembus kebelakang, dia mengirim satu tendangan kilat.
Heekkk...
Ujung kaki Tan sang mengenai ulu hati, dan Tok Sim kiam yang terlalu cepat bergirang itupun roboh jatuh.
dia menghembuskan napasnya setelah mengirim satu tusukan pedang yang mematikan.
Lima gadis Sumur Penggantungan menderita luka-luka ringan di beberapa bagian tubuh mereka.
Di fihak Istana Ratu Bunga telah kehilangan Tok Sim Kiam, jago dari pelarian.
Barisan Pendukung Ang Ciauw ini sudah mati.
Giok Lo Sat luka dibawah tangan Tan Kiam Pek, jiwanyapun terancam.
Di pihak Sumur Penggantungan luka Tan Sang.
Luka ini tidak mungkin ditolong lagi, pedang telah menembus sampai kebelakang.
Dan jago nomor dua Tan Kiam Pek juga menderita luka cukup berat.
Masih ada Pek Pek Hap dan Pek Co Yong, jiwa kedua orang ini pun masih berada diujung tanduk.
Jelas bahwa situasi perkembangan tidak menguntungkan Sumur Penggantungan.
Dari jauh berlari datang dua bayangan.
"Eh, suhuku berada disana?"
Yang dikanan berkata, Dia adalah gadis berbaju merah Lie Bwee. Bayangan yang mendampinginya mudah diduga, inilah Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw.
"Keadaan Sumur Penggantungan sangat berbahaya. Mari kita bantu mereka."
Ong Jie Hauw mempercepat langkah. Sebentar kemudian, pasangan ini sudah memasuki gelanggang pertempuran.
"Aha..."
Ong Jie Hauw berteriak.
"Manusia kurang ajar berani mengganggu kawan-kawanku?"
Dia menyerbu masuk.
Orang yang dapat incaran pertama adalah si Telapak Dingin Han Thian Chiu.
Nyali Han Thian Chiu pernah diintimidasikan oleh kekebalan Ong Jie Hauw, dia meninggalkan Pek Pek Hap dan Pek Co Yong, berusaha melarikan diri.
Ong Jie Hauw mengirim satu pukulan.
Dengan mudah Han Thian Chiu mengelakkan diri.
Maka mereka seperti tikus dan kucing, saling kejar disekitar daerah itu.
Lie Bwee menghampiri Tan Sang.
Keadaan Tan Sang tidak dapat ditolong, dia memeramkan kedua matanya.
"Nona Tan.."
Lie Bwee memanggil perlahan. Tan Sang membuka dengan berat, arwahnya sedang melayang-layang, melakukan perjalanan ke arah neraka, tidak lama lagi, dia dapat meninggalkan dunia yang fanatik itu.
"Kau?!"
Dia terkejut sekali.
"Betul!!"
Berkata Lie Bwee.
"Aku dan Ong Jie Hauw balik untuk menjemputmu."
Tan Sang mengucurkan air mata.
"Terlambat."
Dia berkata lemah.
"Kuatkanlah imanmu."
Berkata Lie Bwee.
"Kita berusaha menolong."
"Tidak mungkin.."
Tan Sang mengatupkan matanya.
"Nona Tan. Ong Jie Hauw akan mengalahkan lawannya."
"Tolong... beri tahu... kepadanya...."
Kata Tan Sang lemah.
"Janganlah kau banyak memikir yang bukan bukan."
Lie Bwee datang menghibur.
"Tahukah mengapa kita balik kembali?"
Tan Sang tidak membuka mulut.
"Dari keterangannya Ong Jie Hauw,"
Lie Bwee meneruskan cerita.
"Aku tahu, bahwa kau juga menaruh hati kepadanya."
Tan Sang memelekkan penutup mata yang sudah menjadi sangat berat, harapan hidupnya sangat tipis.
"Ong Jie Hauw berkata kepadaku.."
Sambung Lie Bwee.
"Dia juga cinta kepadamu. Aku tidak keberatan untuk menarik diriku. Kita dapat hidup bersama. Maukah kau turut serta?"
"Aku..Aku..."
Tan Sang hendak mengangkat kepalanya, tapi tidak berhasil, Kletak... kepala itu jatuh telkol dan untuk seterusnya. Tan Sang tidak dapat menggerakkan bibir lagi, Dia mati.
"Oh..."
Lie Bwee tidak dapat melawan kodrat alam.
Han Thian Chiu memukul Ong Jie Hauw, tentu saja tidak dapat mengganggu kemajuan pemuda itu, Ong Jie Hauw dapat jatuh bangun seribu kali, seribu kali juga dia tidak mati.
Karena kewalahannya, Han Thian Chiu meneriaki kekasihnya.
"Giok Hong, kita pergi!!"
Dia melejitkan kaki hendak meninggalkan tempat itu, tujuannya kearah barat. Pek Pek Hap melintangkan dirinya dihadapan Han Thian Chiu. Si Telapak dingin membalikkan badan, Siutt Berganti arah, dia lari kearah utara.
"Eh, kau jangan lari.."
Melati Putih Giok Hu Yong meninggalkan arenanya, dia mengirim satu pukulan.
Han Thian Chiu menjadi nekad, dia mengangkat kedua tangan, menerima pukulan itu.
Terdengar suara benturan dari dua tenaga yang sangat keras, badan Giok Hu Yong terdorong kebelakang.
Kesempatan itu telah memberi peluang baik bagi Ong Jie Hauw, tanpa tanda atau aba-aba lagi, dia menjatuhkan pukulannya.
Han Thian Chiu bergulingan pergi, tapi tidak urung gegernya mendapat tekanan hebat.
Dia menderita luka.
Tubuh itu jatuh dibawah kaki Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap.
Jatuhnya celentang menengadah langit.
Pek Pek Hap menurunkan tangannya, begitu cepat gerakan itu dan tanpa dapat dielakkan lagi, pukulan ini mengenai dada Han Thian Chiu.
Terdengar suara jeritan panjang yang mengerikan, Han Thian Chiu yang dipukul didepan dan dibelakang, tanpa dapat membikin pertolongan sama sekali, dan didalam waktu yang sangat singkat, dengan cara yang sangat menggenaskan, tubuh itu diam tidak bergerak.
Laki-laki akhli wajah bunglon inipun mati dibawah tangan wanita yang pernah diperkosa olehnya.
Giok Hu Yong dan Ong Jie Hauw saling pandang.
Dilain saat mereka memandang kearah Pek Pek Hap, Wanita ini sedang mematung dihadapan jenazah lakinya.
Pek Co Yong juga turut mengeluarkan suara jeritan.
"Ayah "
Han Thian Chiu tidak dapat mendengar jerit tangis putrinya.
Mengikuti pertempuran tujuh gadis tujuh warna yang mengurung Ratu Bunga Giok Hong.
Keluarnya Giok Hu Yong dari gelanggang pertempuran itu meringankan beban Giok Hong, Dia sudah terlalu letih, berkutet lagi beberapa saat, ada baik untuk melarikan diri.
Melongok kearah luar kurungan, semua bala bantuan yang diharapkan tiada kunnjung datang.
Ternyata Han Thian Chiu, Giok Lo Sat, Tok Sim Kiam dan dua gadis baju merah sudah menggelak ditanah.
Biar bagaimana, ilmu kepandaian Giok Hong memang luar biasa, suatu waktu, menggunakan kekosongan pertahanan tujuh pengurungnya, dia melejitkan diri, bagus sekali.
Tanpa dapat ditolak, tubuh sang ratu keluar dari kurungan.
Terbentang dihadapan Giok Hong, bangkai-bangkai semua kawan yang dibawa untuk menyerang Sumur Penggantungan.
Wajahnya berobah.
Begitu matanya bertumbuk dengan bayangan Ong Jie Hauw.
Dia dapat menduga kesalahan apa yang menyebabkan penyerangan Ratu Bunga Giok Hong, kucar kacir ternyata pemuda bego itu yang merusak rencana.
Kaki Giok Hong menutul tanah, dan lagi-lagi dia melayangkan diri.
Maksudnya menjauhkan musuh-musuh berbahaya.
Giok Hu Yong mencoba merintangi larinya musuh itu, tidak berhasil.
Giok Hong lebih pandai darinya.
Giliran Ong Jie Hauw yang mengirimkan pukulan kelas berat.
Giok Hong menjatuhkan diri, dengan tipu, Ular meluncur disawa.
Dia meratakan tubuh dengan tanah, cukup jauh juga.
Dikala dia bangun meletik, dan hanya melayangkan badan, enteng bagaikan burung kepatis, wanita itu meninggalkan musuh-musuhnya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap lari mengejar.
Melati putih, Giok Hu Yong menaruh dendam yang luar biasa, bila bukan gara-gara wanita ini, tidak mungkin Tan Kiam Lam melarikan diri.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan keluarganya pun tidak mengalami perceraian.
Dia mengintil dibelakang Giok Hong.
Kecuali dua orang itu, Ong Jie Hauw adalah orang yang mengejar Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap tidak mungkin dapat mengalahkan lawannya.
Tiga orang ini mengejar Giok Hong yang sudah mulai letih.
Giok Hong lari meninggalkan Sumur Penggantungan, Dikejar oleh Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie Hauw.
Dua wanita yang kita sebut lebih dahulu mempunyai dendam kematian lelaki, secara tidak langsung.
Giok Hong yang mengakibatkan terjadinya drama sedih itu, Ong Jie Hauw adalah inti kekuatan untuk mengalahkan lawan tangguh.
Sebenarnya didalam keadaan yang normal, bila bukan diberi dan disaat itu, untuk melarikan diri dari tiga pengejarnya.
Giok Hong dapat mengelakkan pengejar- pengejar itu, terlalu mudah baginya.
yang memberatkan kedua kaki Giok Hong adalah pertempuran alot dengan tujuh gadis tujuh warna dan Melati Putih.
Sebagian tenaganya sudah disusutkan.
Tentu saja dia terempas- empis.
Dari ketiga pengejarnya, Ong Jie Hauw memiliki kekebalan yang tidak terkalahkan.
Giok Hu Yong memiliki ilmu meringankan tubuh yang tertinggi, lari-lari setengah lie, si Melati Putih berhasil memperpendek jarak pengejaran.
"Giok Hong, Kau jangan lari."
Berteriak Giok Hu Yong.
Giok Hong tidak menghiraukan teriakan itu, Larinya semakin cepat lagi.
Giok Hu Yong mengempos tenaga, terbang melayang tinggi, meluncur dengan kecepatan penuh, dan dengan tangan yang sudah ditekuk keras dipandangkan lurus ke depan.
"Pak..."
Pundak Giok Hong menjadi korban.
Mengalami dan mendapat pukulan itu, badan si ratu Cabul sempoyongan, kakinya nyangkut pada tangga yang melintang.
dia jatuh ngusruk.
Ong Jie Hauw dan Pek Pek Hap menyusul datang.
Bersama-sama dengan Giok Hu Yong mereka mengurung wanita itu.
Tiga orang dengan enam tangan mereka mengancam korbannya.
Satu bayangan merah meluncur datang, dengan kecepatan yang tidak dapat dilukiskan dengan pena, memasuki kurungan ketiga jago kita, dua lebih cepat lagi, bayangan merah itu keluar dari pusat perhatian.
Bersamaan dengan lenyapnya bayangan merah itu, turut lenyap pulalah si ratu bunga yang sudah ngusruk ditanah tadi.
Giok Hu Yong, Pek Pek hap dan Ong jie Hauw hampir mengeluarkan jeritan kaget, Datangnya bayangan merah dan lenyapnya Giok Hong terlalu cepat bagi mereka, tentu saja mengejutkan semua orang.
Bayangan merah adalah seorang kakek kurus kering, pakaiannya seperti api, dengan tata cara yang tidak sama dengan apa yang biasa orang kenakan, mudah diduga, bahwa orang ini datang dari luar Tiong-goan.
Inilah kakek berbaju merah yang pernah Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng jumpai di gunung Pek Hoa san.
"Main keroyok.."
Kakek baju merah memandang Giok Hu Yong cs.
"siapa nama tuan?"
Melati putih Giok Hu Yong membentak.
"Kut Lauw Kui."
Berkata kakek berbaju merah singkat.
"Aaa Tiga jago dari Tong-hay?"
"Heee..He..Hee...."
Kakek kurus kering itu tertawa.
"Masih ada orang yang kenal nama Tiga Jago Tong-hay?"
Tiga Jago Tong Hay adalah rangkaian nama tiga orang.
Mereka adalah Tay Tauw Kui, Kut Lauw Kui, dan Bu Ceng Kui.
Kakek baju merah adalah jago nomor dua dari urutan nama itu.
Giok Hu Yong menunjuk Giok Hong yang masih berada didalam pelukan Kut Lauw Kui.
"Kau tahu siapa orang yang kau tolong itu?"
Dia hendak memberi peringatan kepada si kakek kurus, bahwa wanita yang ditolong olehnya adalah seorang wanita cabul, seorang wanita jahat yang dimusuhi oleh banyak orang. Si kakek kurus Kut Lauw Kui tertawa.
"Aku menolongnya, karena aku kenal dia."
Dia mengemukakan pendiriannya.
"Ternyata pihak Tong-hay juga mempunyai hubungan dengannya?"
"Disini menyangkut soal pribadi, kau tidak perlu tahu."
Ternyata Kut Lauw Kui juga termasuk salah satu dari sekian banyak kekasih liar si Ratu Bunga Giok Hong.
Tentu saja dia mau mengadakan pembelaan untuknya.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie Hauw tak akan membiarkan Kut Lauw Kui menolong Giok Hong.
Lepasnya si ratu cabul dari tangan mereka berarti bibit bencana bagi manusia umumnya, bagi laki-laki khususnya.
Ong Jie Hauw membentak.
"Hei, segera turunkan disuatu tempat yang empuk,"
Berkata si kakek kurus Kut Lauw Kui.
"Bukan ditempat ini tahu?!"
"Sudahkah terpikir olehmu, apa akibat dari sikapmu yang berkepala batu?"
Pek Pek hap turut buka suara.
"Hee.Hee.. he.."
Kut Lauw Kui tertawa.
"Siapakah yang berkepala batu? sudahkah terpikir oleh kalian, apa akibat dari bentrok dengan pihak Tong Hay?"
"Aha..."
Ong Jie Hauw berteriak.
"Dimanakah letak keunggulan dari pihak Tong Hay? Aku Ong Jie Hauw belum pernah dengar, Aku Ong Jie Hauw hendak menantang pihak kekuasaanmu itu."
Kut Lauw kui memperhatikan si pemuda tolol, Tidak ada yang aneh, pelipisnya juga kurang dalam, menandakan bahwa tenaga latihan orang yang bernama Ong Jie Hauw inipun kurang sempurna betul.
Dia berani mengucapkan kata-kata besar? Begitu sombong? siapakah beking dibelakangnya.
"Coba kau datang lebih dekat lagi."
Dia menggapaikan tanganya.
"Akan kuperlihatkan cara-cara Pihak Tong Hay mengalahkan lawannya."
Ong Jie Hauw maju empat langkah.
"Wutt.."
Kut Lauw Kui mengayun tangan.
"Duukk.."
Dada Ong Jie Hauw dimakan pukulan mendadak itu.
"Wutt.. Gedebuk... Tubuh si pendekar Dungu Muda celentang ditanah.
"Aha.."
Ong Jie Hauw meletik bangun dan mengeluarkan suara teriakan.
"Kau cuma menyerang, menyerang tanpa memberi tahu kepada orang yang bersangkutan?"
Dengan berlenggang kangkung, Ong Jie Hauw mendekati lawannya lagi. Kakek kurus Put Lauw Kui mendelikkan mata, Adakah manusia sekuat ini? Dipukul tanpa luka sama sekali? Wutt.. Sekali lagi dia memukul lawannya. -ooo0dw0ooo-
Jilid 24 DAN Ong Jie Hauw sudah bersiap sedia, dia memantekkan sepasang kakinya kokoh ditanah.
Bek!! Diterimanya pukulan tadi tanpa reaksi.
Kut Lauw Kui mendapat tandingan lawan yang akan dihadapi bukan seorang, dan bukan untuk menghindari kerewelan, sebelum ada penerusan, karena ini dia membawa Giok Hong melarikan diri.
Giok Hu Yong mengirim satu pukulan, tapi sengkelit oleh kakek kurus kering itu, begitu cepat gerakannya, dengan membawa tubuh seorangpun dia masih dapat lari seperti terbang.
Ong Jie Hauw hendak mengejar, Pek Pek Hap segera memanggilnya.
"Saudara Ong Jie Hauw.. biarkanlah dia pergi."
"Huh.. lagi-lagi lolos dari tanganku."
Ong Jie Hauw masih sangat penasaran.
"Larinya kedua orang ini akan membawa banyak kerewelan bagi kita semua."
Berkata Giok Hu Yong menarik napas.
"Apa boleh buat."
Berkata Pek Pek Hap.
"Mari kita kembali. Tadi kulihat anakmu menderita luka yang cukup parah."
Ong Jie Hauw, Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap kembali ke Sumur Penggantungan.
Mayat-mayat sudah dibersihkan disekitar sumur itu.
Bagi pihak Istana Ratu Bunga, kecuali Giok Hong seorang, semua mati musnah, Bagi pihak Sumur Penggantungan jatuh dua orang, yaitu Tan Sang mati dan disusul oleh luka beratnya Tan Kiam Pek.
Jago ini sudah terlalu tua, dia t
Tiga Maha Besar -- Khu Lung Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long