Pohon Kramat 6
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 6
ang lawan tersebut.
Sin Hong Hiap menangkis serangan tadi, kini ia balas menyerang.
Bayangan Tan Kiam Lam lenyap mendadak dikala terpeta kembali bentuk tubuhnya sudah mengirim lain serangan.
Itulah pertempuran kelas berat.
Hebat, dahsyat dan menegangkan.
Diatas pohon, ada dua orang yang turut menonton pertandingan.
Mereka adalah Tan Ciu dan seorang kakek tua yang bungkuk.
Orang tua bungkuk itu tertawa.
"Bagus."
Ia memberikan pujian.
"Masing-masing telah mengirim lima kali serangan."
"Aaaaa....."
Tan Ciu tidak percaya.
"Lima serangan untuk setiap orang?"
"Betul! Perhatikan baik-baik."
Tan Ciu belum dapat mengikuti pertandingan kelas berat tadi, ia hanya dapat melihat bayangan-bayangan yang bergerak-gerak, terlalu cepat, terlalu guram. Tidak diketahui, siapa yang mempunyai kesempatan menang.
"Siapa yang menduduki posisi menguntungkan?"
Ia mengajukan pertanyaan.
"Belum terlihat."
Berkata kakek bungkuk.
"Masih sama kuat."
"Tapi jurus-jurus mereka tidak sama."
"Betul. Gerakan Sin Hong Hiap lebih gesit lebih cekatan. tapi tenaga dalam Tan Kiam Lam juga lebih berat, lebih hebat. Masing-masing mempunyai keistimewaan mereka. tidak mudah untuk mencari kemenangan cepat."
"Bila sampai terjadi ..."
"Kau mengkhatirkan kekalahan Sin Hong Hiap?"
Berkata kakek bungkuk itu.
"Jangan takut. Sin Hong Hiap tidak akan kalah. Tan Kiam Lam juga tidak akan kalah."
"Eeeh ...
"
"Dua-duanya tidak akan berhasil menyelesaikan pertarungan ini,"
Mata orang tua bungkuk itu sangat tajam sekali.
"Tidak ada habisnyakah pertempuran ini?"
"Saksikanlah perlahan-lahan. Dua jago kelas berat itu masih berkutet masing-masing mencari kemenangan, Tapi mereka sama kuat, sama ulet, tidak seorang pun yang dapat mengalahkan pihak lawan." 000-0dw0-000 Bercerita tenteng pertempuran yang terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam. Seperti apa yang telah diramalkan oleh siorang tua bungkuk yang masih mendampingi Tan Ciu tidak satu pun dari kedua jago itu yang dapat mengalahkan lawan mereka. Pertempuran masih berlangsung terus. Deru angin yang ditimbulkan oleh pukulan-pukulan dua jago itu mendesak semua orang yang menonton pergi jauh. Dan yang terakhir, wakil ketua Benteng Penggantungan juga dipaksa menjauhi lapangan. Tangan Sin Hong Hiap diraihkan, menyakar kearah wajah Tan Kiam Lam. Cepat sekali gerakan tadi. Tan Kiam Lam menggunakan tangan kiri. menutup serangan itu, berbareng, dengan tangan kanannya, ia mengirim satu pukulan. Gerakan mereka berada diluar dugaan para penontonnya. Setiap tangkisan pasti disertai dengan serangan balasan yang tidak kalah hebatnya. Terdengar suara beradunya telapak tangan, dua bayangan itu terpisah. Wajah dua orang yang bertempur telah menjadi pucat, masih terlihat ketegangan-ketegangan yang belum selesai, butiran peluh mulai mengetel turun dari jidat dua jago itu. Setelah terpisah Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mulai mengadakan penyerangan baru. mereka harus berubah taktik perang, hal itu penting mengingat kekuatan lawan yang luar biasa. Kali ini gerakan mereka lambat, masing-masing berputar, tapi, tidak segera melakukan penyerangan. Diatas dua orang yang sedang bersitegang itu. Tan Ciu dan kakek bungkuk melakukan percakapan.
"Lihat!"
Berkata orang tua bungkuk.
"Bila kau mengikuti pertandingan tadi ilmu kau akan mendapat kemajuan pesat."
"Sayang aku tidak dapat mengikuti setiap jurus serangan mereka."
Tan Ciu berkata terus terang.
"Didalam rimba persilatan, mungkinkah tidak ada orang yang dapat mengatasi dua orang ini?"
Tan Ciu bertanya.
"Menurut apa yang kutahu, sampai sekarang masih belum ada seorang yang dapat mengalahkan Tan Kiam Lam atau Sin Hong Hiap."
Dua orang yang baru disebut, Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mengeluarkan suara lengkingan mereka, pertempuran sengit terjadi lagi. Hanya terlihat dua bayangan yang bergulung-gulung menyelubungi tubuh mereka. Tiba-tiba Tan ciu berteriak.
"Celaka."
"Mengapa?"
Orang tua bungkuk memandang heran.
"Hampir aku melupakannya."
"Apa yang kau lupakan?"
"Seorang gadis menantikan dimulut lembah."
"Ha... Gadis2 selalu menyelubungimu."
Orang tua bungkuk itu tertawa. Wajah Tan Ciu menjadi merah.
"Jangan menggoda."
Ia berkata.
"Bila aku tidak cepat menemuinya, didalam waktu tiga jam setelah perpisahan tadi, ia segera menerjang masuk kedalam Benteng Penggantungan."
"Biar saja mengamuk didalam Benteng Penggartungan. Tan Kiam Lam tidak sempat menghadapi musuh kedua. Kau tidak perlu menguwatirkan keselamatannya."
"Hal ini tidak boleh terjadi."
Berkata Tan Ciu.
"Mengapa?"
Orang tua bungkuk itu tidak mengerti.
"Aku belum mau turut dengannya. Aku harus menemui Co Yong dahulu."
"Maksudmu."
"Akan kuberi tahu kepadanya tentang kesulitanku."
"Ingin meninggalkan aku?"
"Hanya sementara."
"Huh! Begitn enak?"
Bentak orang tua bungkuk itu.
"Kau memang pandai main asmara. Aku melarang kau meninggalkau Benteng Penggantungan."
"Mengapa?"
"Aku membawa kau keluar dari kamar tahanan dan aku wajib membawa kau kembali kekamar tahanan itu lagi."
"Kau takut kepada Tan Kiam Lam?"
"Pertanyaan yang lucu."
Berkata kakek bungkuk.
"Bila kau tidak takut padanya. bagaimana dapat dikurung didalam kamar tahanannya?"
Tiba-tiba, terdengar suara benturan yang bergelegar, itulah tenaga tenaga Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap yang bergumul menjadi satu.
Setelah itu, dua bayangan terpisah.
Tan Kiam Lam di Utara dan Sin Hong Hiap diselatan.
Masing-masing memandang lawan tanpa berkedip.
Bagaikan dua ekor binatang buas mereka ingin menemukan mangsanya.
Sayang hal itu tidak bisa terjadi, kekuatan mereka seimbang.
Tangan Tan Kiam Lam dimajukan kedepan, inilah persiapan untuk meneruskan pertandingan itu.
Sin Hong Hiap mengangkat sebelah tangannya.
jago tua ini pun belum kalah.
Tan Kiam Lam telah dapat melihat kelemahan lawannya.
tenaga dalam lawan bukanlah tandingannya, ia harus memaksa Sin Hong Hiap mengadu tenaga dalam, terus menerus, sehingga jago copot tenaga.
Sin Hong Hiap juga dapat melihat kelemahan Tan Kiam Lam, bila dapat menggunakan ilmu meringankan tubuh, main putar-putaran beberapa jam, pasti ia mempunyai banyak kesempatan untuk menjatuhkan si ketua Benteng Penggantungan.
Pendekar Dewa Angin, Sin Hong Hiap mempunyai kecepatan yang luar biasa ia harus menggunakan keahliannya itu.
Tan Kiam Lam juga ingin menggunakan kepusakaannya, itulah ilmu tenaga dalam.
Masing-masing mempunyai pikiran mereka.
Bila yang satu ingin cepat-cepat menyelesaikan pertempuran itu, lainnya ingin mengulur waktu.
Tiba-tiba ....
Tan Kiam Lam bergerak terlebih dahulu, ia memukul kearah Sin Hong Hiap.
tiga kali, atas, tengah dan bagian bawah.
Sin Hong Hiap meluncur keatas kepala orang, dari sana.
ia menurunkan tangannya, mengarah batok kepala ketua Benteng Penggantungan itu.
Dan sekali lagi, berkutetan ilmu silat itu berlangsung.
Sepuluh juru.....
Dua puluh jurus....
Tiga puluh jurus...
Masih belum ada tanda-tanda baik yang akan memenangkan pertandingan itu.
Seperti apa yang telah dikemukakan oleh orang tua bungkuk kedalam Benteng Penggantungan pertempuran yang seperti itu tidak mungkin mencapai satu hasil kemenangan.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap tidak boleh kalah.
juga tidak dapat memenangkan pertandingan itu.
Tiba tiba.......
Satu bayangan melesat cepat, langsung menerjunkan dirinya kedalam pertempuran.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap masih ngotot seru, mereka tidak memperdulikan masuknya orang itu, dua pasang tangan mengganti arah, pukulan-pukulan jatuh kepada orang tersebut.
Tan Ciu menjerit.
Orang tua bungkuk terkejut.
bukan mustahil dia orang jadi gepeng remuk, serangan bersama dan tenaga Tan Kiam Lam serta Sin Hong Hiap bukanlah tenaga yang mudah diterima.
Kejadian yang diluar dugaan terjadi, Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap terdorong mundur.
Pertempuran itu terhenti, orang yang datang berhasil memisahkan dua jago itu.
Siapakah yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat memisahkan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Disana berdiri seorang gadis berbaju putih, itulah Cang Ceng Ceng.
Tan Ciu melebarkan mulutnya besar-besar.
Orang tua bungkuk mengoceh.
"Heran. .. ,Heran.., . Sungguh tidak kusangka ... Tidak kusangka "
"Mengapa?"
Tan Ciu memandang dengan sinar mata heran.
"Tidakkah kau lihat, bahwa Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap berhasil dipisahkan olehnya?"
Tan Ciu tidak menyangka bahwa Cang Ceng Ceng mempunyai kekuatan yang berada diatas Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ditinggalkannya gadis tersebut didepan Benteng Penggantungan, bila tidak, tentu ia dapat mengajak dirinya.
Orang tua bungkuk berkata.
"Gadis inikah yang kau maksudkan?"
"Betul."
"Uh, aku telah menjadi katak didalam tempurung. Ternyata masih banyak tokoh silat muda yang berkepandaian tinggi."
Berbicara Cang Ceng Ceng yang telah memisahkan pertempuran itu, memandang dua orang dan berkata kepada mereka.
"Siapakah ketua Benteng Penggantungan?"
Tan Kiam Lam mengerutkan kedua alisnya, ia membuka suara.
"Ada urusan apa?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cang Ceng Ceng berkata.
"Aku harus bicara dengannya."
"Tentang urusan apa?"
"Aku ingin meminta orang."
"Meminta orang? siapakah orang yang ingin kau minta itu?"
"Tan Ciu."
"Tan Ciu?"
"Betul. Kami telah berjanji, dikatakan olehnya. Ia masuk kedalam Benteng Penggantungan, bila tidak keluar lagi. pasti telah terjadi sesuatu, aku harus menolongnya. Dan ternyata, sehingga saat ini ia belum menampilkan diri lagi."
Tan Kiam Lam tertawa, katanya.
"Tan Ciu telah berhasil menemuiku, kini masih berada didalam benteng."
"Kau Tan Kiam Lam?"
Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Mengapa?"
Tan Kiam Lam tertawa.
"Beri kesempatan kepadaku untuk menemuinya."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Dapatkah nona menunggu sebentar."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Urusan kami ini segera selesai."
Ia maksudkan urusan pertempurannya dengan Sin Hong Hiap yang belum mendapat penetapan.
"Kalian masih ingin meneruskan pertempuran?"
Cang Ceng Ceng bertanya kepada Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
"Betul."
Hampir berbareng, dua orang itu memberi jawaban.
"Tidak mungkin kalian dapat menghasilkan sesuatu keputusan."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Mengapa?"
"kalian memiliki keahlian yang setaraf. Tidak mungkin dapat mengalahkan satu diantaranya. Kecuali menggunakan akal licik. Hal itu pun akan mengakibatkan kematian. Dan bila seorang yang belum mati itu penasaran, kemungkinan besar menjadi nekad, mungkin mengakibatkan kematian seorang lainnya. Hal yang seperti diatas mempunyai kemungkinan yang paling kecil. Lebih besar, mati karena kehabisan tenaga, copot sukma."
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap memuji kepintaran yang seperti ini. Masing-masing diam ditempat. Dan Cang Ceng Ceng berkata lagi.
"Belum ada permusuhan yang mendalam mengapa tidak kalian dapat mendamaikan perkara?"
Tan Kiam Lam berkata.
"Kukira sulit."
Cang Ceng Ceng memandang Sin Hong Hiap.
"Bagaimana pendapatmu?"
"Seharusnya ada ketetapan, siapa yang memenangkan pertandingan ini."
Berkata Pendekar Dewa Angin itu. Cang Ceng Ceng berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Baiklah. Tapi ada banyaknya bila kalian bersedia mengganti cara pertempuran."
"Mengganti cara pertempuran?"
"Betul. Kalian tidak perlu mengadu jiwa. Tapi aku yang mengeluarkan acara, akan ku pertonton satu gerakan, bila siapa yang dapat menyebut tepat. Berarti orang itulah yang mempunyai pandangan mata lebih tajam. Ia ditetapkan sebagai pemenang pertandingan. Dan bila sama-sama berhasil menyebut nama itu, aku membuat gerakan2 yang berikutnya sampai ada satu penentuan."
Tan Kiam Lam menganggukkan, ia menyetujui usul ini.
"Baik."
Ia berkata cepat. Sin Hong Hiap juga tidak keberatan.
"Aku dapat menerima saran ini."
Ia berkata.
Tentu saja, saran Cang Ceng Ceng itu sangat menguntungkan mereka, tanpa berkeringat, mereka dapat menyebut gerakan tipu silat dari golongan mana juga.
Itulah hasil pengalaman-pengalaman mereka yang lama.
Cang Ceng Ceng sudah mulai siap.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam berkata.
"Tunggu dulu."
Dan dipandangnya Sin Hong Hiap seraya bertanya.
"Bagaimana dengan pertaruhan yang telah kita tetapkan."
"Masih berlaku."
Berkata Sin Hong Hiap. Cang Ceng Ceng tidak dengar perjanjian yang telah ditetapkan oleh Tan kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ia bertanya kepada mereka.
"Pertaruhan apa?"
"Nona tidak perlu tahu,"
"Baiklah. Kini aku akan mulai."
"Silahkan."
Berkata Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tubuh Cang Ceng Ceng melejit tinggi, meluncur cepat, lurus keatas.
Disana ia berjumpalitan dua kali, setelah itu, dengan enteng melayang turun kebawah, dikala hampir menginjak tanah, lagi-lagi ia berjumpalitan sangat bagus, sangat menarik, itulah gerakan meringankan tubuh yang sempurna.
Kejadian berikutnya ialah, Cang Ceng Ceng berdiri dihadapan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk turut menyaksikan tontonan itu.
Mereka meleletkan lidah.
Orang tua bungkuk mengeluarkan ocehan.
"Buh, buh Ilmu apakah yang dimainkan olehnya."
Tentu saja orang tua bungkuk itu tidak mengetahui ilmu apa yang dikerahkan oleh Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam juga tertegun.
Ilmu apakah yang Cang Ceng Ceng gunakan tadi, ilmu itu bukan tipu Lee ie hoan-seng, juga bukan Teng-tiam- seng.
Gerak tipu Le ie hoan-seng berarti ikan emas berjumpalitan.
Ia mementingkan lincahnya gerakan.
Tipu Hee-teng-tiam-seng berarti.
Cabang menotol air, ia mengutamakan lompat dan tipu yang Cang Ceng Ceng gerakan tadi bukanlah dua macam tipu itu.
Terdengar Cang Ceng Ceng berkata.
"K a t a k a n l a h !"
Tan Kiam Lam mengerutkan keningnya Sin Hong Hiap mengketapkan mulutnya. Ia pun tidak bisa bicara.
"Katakanlah"
Berkata lagi Cang Ceng Ceng kepada dua jago dihadapannya.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin menyebut nama gerakan itu dengan segera.
Tetapi siapapun tidak dapat menyebutnya ilmu yang digerakkan oleh Cang Cerg Ceng tadi adalah ilmu yang belum pernah terlihat oleh mereka.
Cang Ceng Ceng menengok kekanan, disana Tan Kiam Lam tidak dapat memberikan jawaban.
Gadis berbaju putih itu menengok kekiri, disini Sin Hong Hiap juga tidak bisa menyebut tipu gerakannya.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin merebut kemenangan, tetapi tidak dapat menyebut nama gerakan yang Cang Ceng Ceng perlihatkan kepada mereka, keadaan itu sangat menegangkan...
Bagi Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap, keadaan seperti itu adalah sangat canggung sekali.
Boleh dibayangkan didalam rimba persilatan.
mereka berdua adalah jago yang belum pernah dikalahkan, tetapi hanya dengan satu gerakan seorang gadis yang tidak ternama, tidak seorang dari mereka yang dapat menyebutnya, hal inilah sangat menjengkelkan sekali.
Yang lebih menjengkelkan lagi, bila tidak dapat menyebut gerakan Cang Ceng Ceng itu mereka harus menerima kekalahan.
keadaan yang seperti itu menyebabkan kemarahan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Cang Ceng Ceng tersenyum memandang dua orang dihadapannya, perbedaan yang sangat menyolok sekali bila dibandingkan dengan keadaan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Cang Ceng Ceng berkata.
"Bagaimana?"
Tidak ada jawaban.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap telah berusaha mengolah isi pengalaman mereka, tipu apa yang diperlihatkan oleh gadis berbaju putih itu? Mengapa sangat aneh sekali! Tetapi hasilnya sangat mengecewakan, mereka tak dapat menyebut nama gerakan itu.
Cang Ceng Ceng berkata.
"Katakan, aku mulai menghitung, bila kuhitung hingga lima puluh, kalian tidak dapat menyebut nama gerakan tadi, kalian kalah."
Wajah Sim Hong Hiap pucat pasi. wadjah Tan Kiam Lam matang biru.
"Satu... dua... tiga..."
Cang Ceng Ceng terus mulai menghitung angka2 tersebut. Tan Kiam Lam dan Sin Hang Hiap masih berusaha mencari jawaban untuk menyebut nama gerakan Cang Ceng Ceng tadi, ..... Keadaan sejenak itu tegang lagi.
"Empat puluh... Empat puluh satu.... empat puluh dua. , ."
Cang Ceng Ceng tetap menghitung angka-angka itu.
Tentu saja, Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam tidak dapat memberikan jawaban mereka.
Belum pernah ada gerakan yang seperti diperlihatkan oleh Cang Ceng Ceng tadi.
tentu saja mereka tidak tahu, apa nama gerakan ilmu silat itu.
"Lima puluh."
Ahirnya Cang Ceng Ceng selesai menghitung angka yang telah ditetapkan. Hati Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mencelos. Cang Ceng Ceng berkata.
"Kalian berdua kalah."
Putusan gadis berbaju putih itu tepat.
Sin Hong Hiap tidak dapat menyebut nama gerakannya.
Demikian pun Tan Kiam Lam, jago ketua Benteng Penggantungan itu juga tidak dapat menyebut nama gerakannya.
Maka putusan adalah.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap kalah, tak ada kemenangan bagi mereka.
Terdengar suara Sin Hong Hiap berteriak.
"Aku tidak dapat menerima putusan ini."
Tan Kiam Lam juga mengajukan protes.
"Aku juga tak dapat menerima putusanmu."
Cang Ceng Ceng memandang dua jago itu alis matanya berkerut, berkata gadis ini kepada mereka.
"Dengan alasan apa, kalian tidak dapat menerima putusanku?"
Sin Hong Hiap berkata.
"Didalam ilmu silat, semua orang tidak terbatas pada sesuatu macam ilmu saja, ribuan macam tipu gerakan yang aneh sulit dan entah berapa banyak macam lagi. Ilmu yang kau pelajari tidak dapat kita sebut, demikian pun tipu yang kami pelajari setiap orang tidak sama."
Tan Kiam Lam berkata.
"Aku pun mempunyai pendapat yang sama dengan apa yang Sin tayhiap kemukakan." -ooo0dw0ooo-
Jilid 11 CANG Ceng Ceng berkata.
"Kalian berdua sungguh tidak mengenal aturan, aku sudah mengadu tipu dengan kalian, tetapi maksudku baik. Siapa yang dapat memenangkan pertandingan. orang itu harus tahu, mengapa kalian tidak dapat menyebut sama gerakan tipuku. oleh karena itu seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap saling pandang.
"Perlihatkanlah lain tipu gerakannya!"
Berkata Tan Kiam Lam.
Cang Ceng Ceng memperlihatkan gerakan lainnya.
Seperti juga dengan gerakan yang pertama.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan kiam Lam dan Siu Hong Hiap tidak dapat menyebut nama tipu yang Cang Ceng Ceng perlihatkan itu.
Kejadian berikutnya ialah Cang Ceng Ceng memperlihatkan gerakan-gerakan lainnya, sangat aneh dan sangat luar biasa tipu itu belum pernah terlihat didalam rimba persilatan.
maka dua jago yang memandang dan menyaksikan tidak dapat menyebut sama sekali.
Cang Ceng Ceng berkata.
"Kalian berdua sudah seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam mengguman.
"Dengan demikian, kami berdua "
"Siapapun tidak dapat memenangkan pihak lainnya."
Berkata Cang Ceng Ceng memberi keputusan.
"Kalian berdua sama kuat."
Tan Kiam Lam memandang Sin Hong Hiap katanya.
"Bagaimana pendapat Sin Tayhiap?"
"Aku dapat menyetujui putusan ini."
Berkata Sin Hong Hiap dengan nada tawar. Ia sangat kecewa sekali. Tan Kiam Lam berkata.
"Sin TayHiap, bila masih mempunyai kesempatan. boleh kita bertanding lagi."
Kata-kata si ketua Berteng Penggantungan itu diajukan kepada si pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap. Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Baik."
Jawabnya singkat, tapi cukup mengesankan, Akhirnya pertempuran dari Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam tidak mendapatkan ketetapan, tidak seorang pun dari mereka yang memenangkan pertandingan.
Mereka sama kuat sama ulet.
Cang Ceng Ceng berhasil memisahkan pertandingan itu.
Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam telah menghilangkan rasa idndam mereka.
Kini Sin Hong Hiap menghadapi Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Nona, bolehkah aku mengajukan satu permintaan?"
"Silahkan."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"Kau kawan Tan Ciu ?"
"Betul."
"Bolehkah aku menyampaikan sedikit kata-kata kepadanya ?"
"Entah urusan apa ?"
"Satu hari aku akan mencarinya."
"Mengapa mencari Tan Ciu ?"
"Aku akan menuntut balas atas kematian muridku."
Cang Ceng Ceng belum mengetahui apa yang telah terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Ciu.
Maka ia agak bingung juga mengbadapi kata Sin Hong Hiap tadi.
Sin Hong Hiap tidak banyak memberi keterangan tentang terjadinya persengketaan dengan Tan Ciu, setelah berkata, ia membalikkan badan, tubuhnya melesat cepat bagaikan angin lewat, bayangan itu telah pergi jauh.
Sin Hong Hiap meninggalkan Benteng Penggantungan.
Tan Kiam Lam masih berdiri ditempatnya.
Agaknya ia sedang memikirkan suatu soal yang sangat rumit.
Soal yang sangat penting baginya.
Ia harus baik-baik menghadapi persoalan itu.
Bercerita kakek bungkuk dan Tan Ciu.
Setelah pertandingan selesai, kakek bungkuk itu berkata.
"Mari kita kembali."
Tan Ciu mengkerutkan keningnya, ia ingin sekali menemui Cang Ceng Ceng, katanya.
"Kembali kemana?"
"Darimana kita datang, kesitulah kita harus kembali."
Berkata kakek bungkuk itu.
"Kembali kekamar tahanan?"
"Tentu."
"Aku tidak mau kesana lagi."
"Mengapa?"
"Aku ingin menemui nona Cang."
"Legakanlah hatimu. ia ingin mencarimu, sudah pasti kau dapat bertemu dengannya.' "Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara dengannya,"
Berkata Tan Ciu yang ingin menemui Cang Ceng Ceng.
Yah! Tentu saja, orang tiua bungkuk itu tidak mengijinkan Tan Ciu bicara dengan Cang Ceng Ceng, karena Tan Kiam Lam masih berada disana.
tentu saja ketua Benteng Penggantungan itu mengetahui rahasia dirinya, maka orang tua bungkuk itu tak memberi ijin.
"Kembalilah dahulu."
"Mengapa terburu-buru."
"Pasti Tan Kiam Lam mengajaknya kedalam."
"Mengajak Cang Ceng Ceng kedalam Benteng Penggantungan?"
"Betul, sebelum Tan Kiam Lam masuk kedalam benteng Penggantungan, kita orang sudah berada dalam kamar tahanan."
"Aku takut kepadanya. Jangan kau mencelakakan diriku."
Tanpa banyak memberi kesempatan kepada Tan Ciu, orang tua bungkuk itu menyeret si pemuda dan kembali kedalam tahanan Benteng Penggantungan.
Terpaksa Tan Ciu mengikuti orang tua bungkuk tersebut.
Tiba-tiba ...
Orang tua bungkuk yang menggandeng Tan Ciu melakukan perjalanan masuk kedalam Benteng Penggantungan itu menghentikan langkahnya, matanya yang tajam menyapu kearah rimba seolah-olah ada sesuata yang aneh.
Tan Ciu tertegun, mengikuti arah pandangan mata orang.
ia menengok kearah rimba tidak terlihat sesuatu.
Orang tua bungkuk mengejar, seraya ia membentak.
"Siapa?"
Satu bayangan melesat cepat, dan lenyap tidak terlihat. Orang tua bungkuk mengangkat kedua pundaknya, kepala berangguk-angguk. Tan Ciu mengadakan pertanyaan.
"Siapa orang itu ?"
"Kau tidak melihat ?"
"Tidak."
Berkata Tan Ciu.
"Seorang yang mempunyai wajah yang mirip sekali dengan Tan Kiam Lam."
Berkata orang tua bungkuk.
"Oh. dia Tan Kiam Pek."
Berkata Tan Ciu.
"Betul."
Sungguh-sungguh Tan Ciu tak mengerti, dengan alasan apa Tan Kiam Pek juga berada ditempat Benteng Penggantungan? Dan tentang pertempuran hebat yang telah terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam disaksikan juga olehnya.
Mengapa? Mengapa Tan Kiam Pek ingin menimbulkan huru-hara ini? Dengan alasan apa Tan Kiam Pek memancing pertempuran Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam? Kakek bungkuk berkata.
"Kau mengatakan bahwa Tan Kiam Pek yang memancing Sin Hong Hiap ke Benteng Penggantungan?"
Bertanya kakek bungkuk.
"Betul."
Berkata Tan Ciu.
"Oh mengertilah sudah."
"Mengerti tentang apa?"
"Tan Kiam Pek mempunyai maksud-maksud tujuan tertentu."
"Aku masih belum mengerti."
Berkata Tan Ciu memandang orang tua bungkuk itu. Berkata lagi sikakek bungkuk.
"Tan Kiam Pek berada ditempat ini menyaksikan pertempuran yang sudah terjadi diantara Tan Kiam Lam Sin Hong Hiap."
"Tentu "
Berkata Tan Ciu.
"Maksud Tan Kiam Pek sangat jelas, menyaksikan dan mengintip pertempuran dari kedua tokoh tadi, maksudnya ialah ingin mengetahui perobahan-perobahan tipu silat dari mereka. Dan bila ia dapat menyaksikan ilmu-ilmu yang tiada tara itu, bukankah menjadi seorang tokoh silat tanpa tandingan?"
"Betul, tadi, bila aku mempunyai maksud tujuan yang sama, aku pun dapat mencuri beberapa tipu silat mereka."
Berkata Tan Ciu. Orang tua bungkuk itu tertawa, Katanya.
"Mari kita kembali kedalam penjara."
Tan Ciu diseret masuk lagi.
Bercerita Tan Kiam Lam didepan pintu Bentengg penggantungan.
Jago ini masih belum mengerti jelas mengapa Sin Hong Hiap menantang dirinya, mengapa dikatakan ia yang menjanjikan pertempuran itu! Gadis berbaju putih Cang Ceng Ceng tertawa, ia menggigil.
"Hai mengapa kau?"
Tan Kiam Lam terkejut, tersipu-sipu ia berkata.
"Maafkan."
Cang Ceng Ceng berkata.
"Bawa diriku untuk bertemu dengan Tan Ciu."
Ketua Benteng Penggantungan menganggukkan kepalanya, dan berpaling kebelakang, disana terdapat orang-orangnya, satu diantaranya ialah wakil Benteng Panggantungan, dan berkatalah kepada orang itu.
"Hu-pocu."
"Siap."
"Bawa nona ini masuk kedalam Benteng Penggantungan."
Perintah Tan Kiam Lam.
"Baik,"
Berkata si wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen. Cang Ceng Ceng memandang Tan Kiam Lam dan mengajukan pertanyaan.
"Bagaimana dengan dirimu,?"
"Aku harus mengurus sesuatu, setelah itu segera masuk juga."
"Baiklah."
Berkata Cang Ceng Ceng.
Maka wakil ketua benteng Penggantungan Co Yong Yen mengajak Cang Ceng Ceng masuk kedalam benteng itu.
Memandang lenyapnya bayangan Co Yong Yen dan Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam menyapukan pandangannya kepada Pek Hong dan Cie Yan.
panggilnya pada mereka.
"Pek-hiancu, Cie-hiancu!"
Pemuda berbaju putih Pek Hong dan orang tua dingin Cie Yan segera membawakan sikap yang siap siaga.
"Pocu ada perintah!"
Berkata mereka berdua segera. Tan Kiam Lam menganggukkan kepala dan berkata.
"aku mengutus kalian untuk menyelidiki sesuatu hal."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Urusan apakah itu?"
"Siapa yang berani menggunakan namaku mengundang si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap ke Benteng Penggantungan."
"Baik."
"Ingat,"
Berkata Tan Kiam Lam gagah. Dua orang ini berhenti lagi.
"Kuberi waktu sepuluh hari, dan perkara ini harus jelas, mengerti?"
"Mengerti."
"Manakala kalian berdua tidak dapat menunaikan tugas dengan baik, kalian akan mendapat hukuman."
Berkata Tan Kiam Lam kepada kedua orang itu.
Pek Hong dan Cie Yan segera menjalankan perintah.
Mereka memberi hormat kepada Tan Kiam Lam dan meninggalkan Benteng Penggantungan.
Kini Tan Kiam Lam seorang diri, ia berdiri didepan Benteng Penggantungan, matanya berputar kedatangan Cang Ceng Ceng yang sangat mendadak itu mengejutkan dirinya.
Apa lagi mengingat ilmu kepandaian gadis itu yang sangat tinggi sekali, bagaimana ia harus menghadapinya.
Tan kiam Lam segera mendapat suatu akal.
Ia mendengus.
"Hem .... aku harus..."
Dengan membawa senyuman iblisnya. Tan kiam Lam masuk kedalam Benteng Penggantungan. Disini telah menunggu Cang Ceng Ceng dengan tidak sabaran. Sebentar kemudian ia melihat kedatangan Tan Kiam Lam, segera ia memapakinya dan bertanya.
"Dimana Tan Ciu berada?"
Tan Kiam Lam menggapaikan tangannya berkata.
"Mari kau ikut kepadaku."
Cang Ceng Ceng mengikuti Tan Kiam Lam.
Dan ketua Benteng Penggantungan mengajaknya kedalam ruangan rahasia dibawah tanah.
Tan Kiam Lam mempunyai maksud menjual dodolnya, ia tidak mengajak Ceng Ceng ketempat kamar tahanan, tetapi menuju ke suatu ruangan.
Cang Ceng Ceng mengerutkan kedua alisnya, memandang kepada ketua Benteng Pengantungan tersebut dan bertanya kepadanya.
"Dimana Tan Ciu?"
Tan Kiam Lam menunjuk ke suatu bangku dan berkata.
"Silahkan nona duduk."
Cang Ceng Ceng semakin heran, tetapi ia mengikuti petuniuk Tan Kiam Lam, duduk dibangku yang telah ditetapkan. Tan Kiam Lam mengambil tempat dihadapan gadis berbaju putih itu ia pun duduk. Cang Ceng Ceng membuka suara.
"Tan Kiam Lam. maksudku untuk menemuimu bukan saja ingin bertemu dengan Tan Ciu, ada suatu hal lain ingin kuajukan kepadamu."
Tan Kiam Lam menatap gadis berbaju putih itu tajam- tajam dan ia berkata.
"Tentang hal apa?"
"Kau adalah kawan baik Kui-tho cu bukan?"
Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Bukan, aku tidak kenal dengan Kui-tho cu."
Tan Kiam Lam menyangkal.
"Sungguh tidak kenal?"
Gadis berbaju putih Cang Ceng Ceng meminta ketegasan.
"Aku memang tidak kenal dengan orang yang kau katakan itu."
Berkata Tan Kiam Lam, Cang Ceng Ceng menggunakan otaknya berpikir, seharusnya hanya Tan Kiam Lam yang mengetahui dimana Kui tho cu itu berada, dan ia harus menemui Kui tho-cu. Tan Kiam Lam tertawa, ketua Benteng Penggantungan ini berkata.
"Kini giliranku yang ingin mengajuan pertanyaan ini kepadamu."
Cang Ceng Ceng mendongakkan kepala. katanya.
"Katakanlah."
"Ilmu kepandaianmu hebat sekali, siapakah yang menjadi gurumu ?"
"Guruku melarang menyebut namanya."
Berkata Cang Ceng Ceng.
"oh... bolehkah mengetahui nama nona ?"
"Aku Cang Ceng Ceng."
Berkata gadis itu.
"Ouw... Nona Cing aku ada urusan lain."
"Katakanlah lekas."
"Kau kawan Tan Ciu."
"Betul."
"Kawan baik."
"Hemmmmm."
"Kekasihmu."
Kekasih?... Cang Ceng Ceng agak tertegun mendapat pertanyaan seperti ini. memang ia belum terpikir sampai kesitu.
"Aku tidak tahu,"
Akhirnya Cang Ceng Ceng memberikan jawaban seperti ini.
"Tentunya kau sangat cinta kepadanya bukan?"
"Hemmm ...."
Cang Ceng Ceng menganggukkan kepala lemah. Tan Kiam Lam dapat menduga tepat, dari sinar mata gadis itu ia mengetahui bahwa Cang Ceng Ceng cinta kepada Tan Ciu, hal ini penting bagi dirinya.
"Ehm. Tan Ciu membalas cintamu?"
Bertanya lagi Tan Kiam Lam.
"Aku ... aku tidak tahu."
Berkata Cang Ceng Ceng gugup.
"Tapi, kukira ia tidak benci kepadaku."
Sambung gadis baju putih.
"Maksudmu, besar kemungkinannya. Tan Ciu juga cinta kepadamu ?"
Tan Kiam Lam mengajukan pertanyaan ini dengan mata tidak berkesiap.
Cang Ceng Ceng menganggukkan kepalanya lagi.
= oo-OdwO-oo = Bercerita Tan Kiam Lam dan Cang Ceng Ceng dalam kamar ruangan dibawah tanah.
Tan Kiam Lam telah mendapat kepastian babwa Cang Ceng Ceng sangat mencintai Tan Ciu, rencananya semakin masak lagi.
"Nona, sungguh-sungguh cinta kepada Tan Ciu?"
Bertanya Tan Kiam Lam.
"Hei..... mengajukan pertanyaan ini sampai berulang kali?"
Cang Ceng Ceng agak naik darah. Dengan sabar Tan Kiam Lam berkata.
"Kukira kau telah terperdaya olehnya."
Cang Ceng Ceng tertegun, dengan tidak mengerti ia bertanya.
"Apa arti kata-katamu ini?"
"Ah .... seharusnya tidak boleh kukatakan kepadamu."
Berkata Tan Kiam Lam. Cang Ceng Ceng bangkit dari tempat duduknya, ia berkata dengan suara keras.
"Katakan sekali lagi."
Tan Kiam Lam berkata dengan pelahan.
"Sebaiknya kau lupakan kata-kataku tadi."
"Tidak mungkin, katakanlah."
"Aku....."
Tan Kiam Lam sengaja tidak meneruskan kata-katanya, dengan demikian ia lebih menambah minat gadis itu untuk mengetahui apa yang dikatakan olehnya. Dengan wajah beringas Cang Ceng Ceng maju setapak, katanya segera.
"Katakan. bila tidak, dengan sekali pukulan aku dapat menghancurkan kepalamu."
"Baiklah."
Seolah-olah Tan Kiam Lam dipaksa. Cang Ceng Ceng menantikan jawaban ketua Benteng Penggantungan itu.
"Aku akan berkata, tapi kau jangan bersedih, Tan Ciu adalah seorang pemuda yang suka mempermainkan wanita."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Apa?"
"Tan Ciu adalah seorang pemuda yang sering mempermainkan wanita."
"B e t u l ?"
"Betul, Aku tidak berbohong kepadamu."
Dengan suara yang penuh derita Cang Ceng Ceng berkata.
"Gadis mana yang telah dipermainkan olehnya?"
Dengan menghela napas Tan Kiam Lam berkata.
"Wakil ketua Benteng Penggantungan kami, itulah wanita yang mengantarkanmu tadi, ia mempunyai seorang murid yang bernama Co Yong, bersua dengan Tan Ciu, setelah mereka berkenalan, gadis inilah yang dipermainkan oleh Tan Ciu, ditinggalkannya begitu saja..."
Wajah Cang Ceng Ceng berubah menjadi pucat, ia berteriak.
"Aku tidak percaya .... aku tidak percaya "
"Tidak percaya, karena permainan Tan Ciu tadi Co Yong menjadi gila."
"Tidak. .. tidak mungkin.... Tan Ciu bukanlah pemuda seperti apa yang kau katakan."
Cang Ceng Ceng berteriak suaranya sangat aneh.
Penuh dengan ketegangan dan ketakutan, tidak enak didengar.
Disini letak kejahatan dari Tan Kiam Lam.
Sudah jeias dan gamblang sekali bahwa rentetan kejadian itu adalah susulan berencana yang telah dikeluarkan.
Lebih dari pada itu, Tan Kiam Lam masih mempunyai rencana jahat babak ketiga.
Terdengar Tan Kiam Lam berkata.
"Kau tidak percaya?"
"Aku tidak percaya."
Kata Cang Ceng Ceng.
"Ingin melihat bukti?"
Cang Ceng Ceng memandang ketua Benteng Penggantungan itu, ingin sekali mengeluh. betul tidaknya dari kata-kata atau keterangannya.
"Mari kau ikut aku untuk melihatnya."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Melihat siapa?"
"Co Yong"
"Baik,"
"Ikutlah dibelakangku."
Tan Kiam Lam mengajak Cang Ceng Ceng turun Keruangan dibawah tanah, disinilah letak kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Cang Ceng Ceng mengikuti dibelakangnya.
Pikirannya sedih, Tan Ciu adalah seorang pemuda yang gagah dan cakap, itulah idaman setiap wanita, termasuk juga Cang Ceng Ceng.
Bila betul apa yang Tan Kiam Lam katakan tadi, Tan Ciu seorang pemuda tukang mempermainkan wanita, hal itu akan mengecewakan.
Maka Cang Ceng Ceng sangat bersedih.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Kiam Lam menikung kelain lorong, Cang Ceng Ceng tetap mengikuti.
Kini mereka sudah berada didasar bangunan rahasia, lapat-lapat terdengar suara tangisan.
Tan Kiam Lam menghentikan langkahnya, Ia menoleh kearah Cang Ceng-ceng.
"itulah tangisannya."
Mereka berjalan maju lagi, disuatu kamar tahanan terbuat dari pada batu terlihat seorang gadis berwajah pucat rambutnya kusut, pakaian tidak karuan macam, itulah murid Co Yong Yen yang bernama Co Yong, Cang Ceng Ceng harus percaya kepada kenyataan.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan.
Tan Ciu adalah seorang pemuda hidung belang, tukang mempermainkan wanita.
Gadis yang bernama Co Yong ini adalah salah satu korban-korbannya.
Ia maju mendekati kamar tahanan itu, dan mengajukan pertanyaan.
"Hei. Siapa kau?"
Co Yong masih menangis ia mendoogakkan kepala, memandang Cang Ceng Ceng, tiba-tiba menubruk.
"Tan Ciu ..."
Berkata Co Yong.
"Akhirnya kau juga tiba ... akhirna kau tiba, sudah lama Kuharapkan kedatanganmu ini,"
Hampir saja Co Yong menubruk jeruji besi kamar tahanan itu, tapi akhirnya ia berhasil mencengkeram Cang Ceng Ceng.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan Co Yong sudah menjadi gila, ia tidak sadar siapa orang dihadapannya, ia tidak dapat membedakan pria atau wanita, kedatangan Cang Ceng Ceng dianggap Tan Ciu.
Dan Co Yong tertawa besar, itulah tingkah laku seorang yang sudah berpikiran tidak waras lagi.
Hati Cang Ceng Ceng dirasakan tenggelam.
Ia telah menghadapi kenyataan.
Dibiarkan saja tangan Co Yong mencengkeram dirinya.
Tiba-tiba, Co Yong menarik tangan Cang Ceng Ceng, dengan histeries ia berteriak.
"Bukan ... bukan... kau bukan dia... kau.. .ada iblis... iblis ... ihh... blis..pergi ...pergi ... kau iblis kepala..."
Didorongnya rtbuh Cang Ceng Ceng, dan Co Yong menangis lagi.
Tubuh Cang Ceng Ceng menggigil keras.
Co Yong menangis, sebentar kemudian tertawa.
tidak lama ia menangis lagi.
Tertawa dan menangis silih berganti, Co Yong memandang Cang Ceng Ceng.
Menyaksikan kejadian itu.
Cang Ceng Ceng sangat bersedih.
Ia mendekati Co Yong dan bertanya.
"Kau bernama Co Yong?"
"Hei, hei!...Betul! Aku Co Yong ... Heh. bukan... aku bukan Co Yong! ... Namaku Co Yong ? ...bukan, aku...bukan ha..ha ... ha, ha ...ha.. ."
Dia tertawa, tertawa histeris, Cang Ceng Ceng mengucurkan air mata.
Tan Kiam Lam tersenyum iblis, ia sangat puas dengan sandiwaranya itu , Dilain bagian dari kamar tahanan dibawah tanah Benteng Penggantungan itu.
sepasang mata lain mengintip, menyaksikan kejadian seperti ini.
Terlihat Tan Kiam Lam maju mendekati Cang Ceng Ceng dengan menepuk pundak gadis berbaju putih itu ia berkata.
"Kini seharusnya kau harus percaya. Tan Ciu bukanlah pemuda idaman. percayalah Tan Ciu telah menganggu banyak gadis. Co Yong hanya satu diantaranya, bila bukan Tan Ciu yang menganiaya dirinya, tidak mungkin ia menjadi gila seperti ini."
Cang Ceng Ceng mematung ditempat. Ia kecewa kepada Tan Ciu. Ia kasihan kepada Co Yong dan ia putus harapan kepada masa depan dirinya sendiri. Menarik gadis berbaju putih itu. Tan Kian Lam berkata.
"Mari..."
Cang Ceng Ceng menghindari seretan orang dan tidak mau pergi.
"Tidak, aku tidak mau pergi."
Cang Ceng Ceng berkata.
"M e n g a p a?"
"Aku harus mengobatinya ia sangat menderita!"
Menyaksikan kejadian yang dialami oleh Co Yong, Cang Ceng Ceng sangat bersedih, dan ia mempunyai maksud untuk mengobati gadis sengsara itu.
Maka ia ingin menolongnya.
Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Cang Ceng Ceng, kejadian itu bukanlah mustahil, dengan mudah ia dapat menyembuhkan penyakit Co Yong.
Tetapi, mungkin Tan Kiam Lam melulusi usul Cang Ceng Ceng itu? Tidak.
Tentu tidak.
Co Yong gila karena hasil perbuatannya Tan Kiam Lam sengaja mempermainkan gadis itu sehingga pikiran Co Yorg terganggu.
Bila Cang Ceng Ceng berhasil mengobati penyakit Co Yong, tentu saja segala rahasianya terbongkar, dan apa yang dapat dilakukan lagi? Bila Tan Kiam Lam mau, dengan mudah ia dapat membunuh Cang Cang Ceng.
Gadis berbaju putih itu masih kurang pengalaman tak tahu babwa dirinya sudah berada dimulut harimau.
dimulut srigala berjubah manusia.
Tapi Tan Kiam Lam tidak membunuh Cang Ceng Ceng.
Ia ingin menggunakan Cang Ceng Ceng.
Itulah satu dari sekian banyak rencananya.
Dengan wajah berubah Tan Kiam Lam berkata.
"Kau ingin menolongnya ?"
"Betul?"
Berkata Cang Ceng Ceng singkat.
"Mengapa kau ingin menolong seorang gadis yang menjadi seterumu ?"
"Karena Tan Ciu telah merusak kehidupannya, maka aku harus menyembuhkan penyakit Co Yong, agar ia dapat menuntut balas."
Tan Kiam Lam berkata.
"Baiklah, sebentar aku akan memberi perintah kepada orang-orangku untuk membawanya. Memang Co Yong sangat kasihan ..."
Sangat jelas, maksud Tan Kiam Lam agar Cang Ceng Ceng menyembuhkan penyakit Co Yong diruang atas. Bukan dikamar tahanan ini. Cang Ceng Ceng masih belum bergerak dari tempatnya. Menggandeng gadis berbaju putih itu Tan Kiam Lam berkata.
"Nona Cang, mari kita naik keatas dahulu."
Dan dengan setengah digandeng oleh Tan Kiam Lam, Cang Ceng Ceng meninggalkan kamar tahanan batu dibawah tanah Benteng P^ggantungan itu.
Dan sepasang mata yang menyaksikan drama kejadian tadi, menunggu sampai Tan Kiam Lam dan Cang Ceng ceng pergi jauh, dengan satu perasaan yang penuh dendam mengeluarkan tertawa dingin.
Siapakah orang yang mengintip ini? Untuk sementara, kita tinggalkan orang ini dan mengikuti perjalanan Cang Ceng-ceng dengan Tan Kiam Lam.
Sang ketua Benteng Penggantungan telah mengajak Cang Ceng Ceng naik keatas, mereka menuju kekamar rahasia.
Didalam kamar rahasia, dengan tersenyum puas Tan Kiam Lam berkata.
"Sudah percaya?"
Dengan menunjukkan wajahnya yang penuh ketidak puasan, Cang Ceng ceng berkata.
"P e r c a y a."
Kini sudah waktunya Tan Kiam Lam merealiseir rencananya yang terakhir. Tentu saja, tidak ada orang ketiga yang dapat mengganggu usaha itu. Dengan wajah merah Cang Ceng Ceng berkata.
"Dimana kini Tan Ciu berada."
"Mengapa kau menanyakan dirinya."
"Aku mau membunuh!"
"Ingin membunuh Tan Ciu?"
"Benar. Laki-laki yang semacam ini harus dibunuh!"
"Bagus."
Tan Kiam Lam memberi pujian.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam mengangkat tangan sangat tinggi sekali, hal itu mengejutkan Cang Ceng ceng.
Dari mata Tan Kian Lam bercahaya satu sinar yang sangat aneh sekali.
Cang Ceng-ceng tidak mengerti, ia memandang dengan penuh perasaan teka-teki.
Setapak demi setapak, Tan Kiam Lan mendekati Cang Ceng ceng, Cang Ceng ceng mematung, sepasang matanya tertarik kepada cahaya yang sangat aneh itu.
Inilah ilmu Ie-sin Tay-hoat.
Kini Tan Kiam Lam sedang mengerahkan ilmu Ie sin Tay-hoat mengosongkan isi pikiran Cang Ceng Ceng.
Sebagaimana layaknya seorang yang kena hypnotis, sepasang mata Cang Ceng ceng telah menjadi redup, semakin lama semakin redup dan akhirnya.
terketup.
Pikirannya bimbang, daya keperibadiannya lenyap sama sekali, runtuh berantakan ....
ilmu Ie sin Tay-hoat tidak gagal.
Cang Ceng-ceng telah masuk perangkap Tan Kiam Lam.
Ia tidak tahu bahwa ilmu itu sudah mengosongkan semua pikirannya, maka tidak mengalihkan sepasang sinar mata, dan karena itulah ia terpedaya.
Hal ini disebabkan karena Cang Ceng-ceng tidak tahu betapa lihaynya ilmu Ie sin Tay-hoat, dan karena itulah ia tidak ada persiapan sama sekali.
Seharusnya, dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh gadis berbaju putih ini, ilmu Ie sin Tay-hoat tidak mungkin membawa hasil.
Tapi hal itu diharuskan kesiap siagaan, ia harus mengerahkan kekuatan tenaga dalam melawannya.
Cang Ceng ceng tidak menduga bahwa Tan Kiam Lam memiliki ilmu Ie sin Tay-hoat yang jahat.
kini ia telah terpedaya.
Tan Kiam Lam mengerahkan terus ilmu jahat itu.
segasang matanya semakin lama semakin tajam, perlahan demi perlahan, pemikiran Cang Ceng Ceng telah tiada sama sekali.
Cang Ceng Ceng merasakan dirinya seperti berada disuatu tempat yang penuh kabut samar-samar segala sesuatu tidak terlihat lagi.
Kini mulut Tan Kiam Lam terbuka, dan suaranya terdengar.
"Kau... kau harus mendengar perintahku."
Cang Ceng-ceng menganggukkan kepalanya. Tan Kiam Lam mengajukan pertanyaan.
"Siapa namamu?"
"Cang Ceng-ceng."
Berkata gadis yang kena di Ie sin Tay- hoat itu.
"Beirapa umurmu?"
"Delapan belas tahun."
"Siapa gurumu?"
"Aku.. tidak tahu."
"Pria atau wanita?"
"Pria."
Tan Kiam Lam mengeluarkan suara tertawanya yang seperti iblis dan ia melangsungkan tanya jawab itu.
"Apa yang sedang kau lihat?"
Cang Ceng ceng membuka kedua matanya lagi, tapi mata ini telah kehilangan cahayanya sama sekali, redup, kaku dan tipis.
Terlihat seorang berdiri dihadapannya, itulah Tan Kiam Lam.
Cang Ceng Ceng melihat Tan Kiam Lam sedang berdiri.
Seolah-olah ketua Benteng Penggantungan itu menderita sesuatu jatuh dari tebing tinggi, dan sedang berteriak-teriak meminta pertolongan orang.
Cang Ceng ceng terkejut, ia membentang matanya lebih besar lagi, dan samar-samar terlihat tubuh Tan Kiam Lam penuh dengan darah....
ketua Benteng Penggantungan itu berteriak...menjerit...melengking sungguh menyeramkan sekali.
Itu hanya khayalan Cang Ceng Ceng.
Cang Ceng ceng masih melihat Tan Kiam Lam jatuh kedalam api yang membara...teriakannya semakin seram api itu berkobar semakin hebat.
Dan tiba-tiba Cang Ceng-ceng mengeluarkan satu jeritan juga, tubuhnya melesat menubruk Tan Kiam Lam.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Segala sesuatu samar-samar lagi.
Didalam keadaan yang tidak ingat kepada dia aslinya, Cang Ceng ceng ingin memberikan pertolongan kepada seseorang yang dilihatnya seperti jatuh dari tebing tinggi itu, orang itu masuk kedalam api neraka, dan ia wajib menolongnya.
Tan Kiam Lam berhasil, kini ia dapat menguasai pikiran Cang Ceng ceng.
Seorang gadis berada didalam rangkulannya seorang lelaki setengah umur.
Itulah Cang Ceng Ceng yang telah dihypnotis oleh Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam meletakkan tubuh gadis itu pada sebuah kursi ia mengeluarkan tertawa iblis.
Cang Ceng ceng melompat lagi, menubruk ketua Benteng Penggantungan itu.
Inilah reaksi dari ilmu Ie-sin Tay-hoat.
Tan Kiam Lam mengangukkan kepala, kini betul-betul ia memastikan bahwa ilmunya telah sukses.
Ia merangkul tubuh gadis itu.
"Kau bersedia menjalankan segala perintahku?"
Berkata Tan Kiam Lam. Cang Ceng ceng menganggukan kepala.
"Bersedia."
"Siapakah yang memperlakukanmu dengan baik sekali?"
"Kau."
"Siapakah yang paling kau benci?"
"Tan Ciu."
"Kau benci kepada Tan Ciu ?"
"Betul, Aku benci sekali kepadanya."
"kau ingin membunuhnya ?"
"Pasti, membunuhnya."
Tan Kiam Lam berkata lagi.
"Kau akan taat kepada segala perintahku ?"
"Tentu saja taat."
"Dengar, dengarkanlah perintahku yang pertama, ingat baik-baik semua kepandaianmu dan catatlah beri catatan itu kepadaku, mengerti?"
"Mengerti ?"
"Mulailah."
Cang Ceng-ceng menganggukan kepala.
Ia melepaskan dirinya dari rangkulan ketua Benteng Penggantungan itu.
Mengambil alat-alat tulis, dan mencatat segala ilmu kepandaiannya.
Itulah perintah yang diberikan kepadanya Perintah yang harus ditaati.
Inilah salah satu maksud tujuan Tan Kiam Lam, seperti apa yang diketahui, gadis berbaju putih Cang Ceng ceng mempunyai ilmu kepandaian yang sangat tinggi, dan ia harus mendapatkan ilmu itu.
Cara mendapatkan ilmu Cang Ceng Ceng itu yang termudah ialah menghipnotis gadis berbaju putih itu, kemudian dengan membari satu perintah, dengan mudah ia akan mendapatkan catatan-catatan ilmu dari Cang Ceng Ceng.
Dengan menyatuhkan ilmu kepandaian yang didapatkan dari Cang Ceng Ceng, siapakah yang dapat menandingi dirinya lagi? Kejadian ini sangatlah berbahaya sekali.
Dia adalah seorang jahat, seorang yang terjahat sekali, dan dengan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi, beium ada orang yang dapat menandinginya.
Ilmu kepandaiannya itu akan ditambah tinggi lagi, setelah mendapatkan ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng.
Dan kejadian telah berlangsung.....
Cang Ceng Ceng mencatat ilmu kepandaiannya.
....
Seorang gadis berbaju putih.
yang telah kena ilmu Ie-sin Tay-hoat, Tan Kiam Lam sedang mencatat ilmu kepandaian yang dimilikinya, ilmu kepandaian itu akan diserahkan kepada orang yang berada didepannya.
Tan Kiam Lam mengambil bangku dan duduk.
ia menyaksikan kejadian itu, senyuman iblisnya terlihat seram sekali.
Berceritera didalam kamar tahanan.
orang tua bungkuk telah mengajak Tan Ciu kembali kedalam sel mereka.
Tan Ciu memandang orang tua itu, ia bertanya.
"Cianpwe. mengapa kau rela dikeram didalam tempat yang seperti in ?"
"Kau ingin tahu alasannya?"
"Ingin sekali."
Orang tua bungkuk itu mendonggakkan kepalanya keatas, ia sedang mengenangkan masa mudanya. Tan Ciu menantikan cerita dengan sabar. Kini orang tua bungkuk itu berkata.
"Aku berada didalam kamar tahanan dibawah tanah ini hanya karena sesumbarku."
"Sesumbar?"
Berkata Tan Ciu bingung. Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepala.
"Betul. Itulah karena kecongkakanku sendiri. Mungkin kau tidak percaya, tapi inilah kenyataan. Pada tiga puluh tahun berselang, tidak ada orang yang dapat menandingiku, bukan saja menandingi, belum pernah ada orang yang dapat menerima tiga jurus pukulanku."
Tan Ciu bergumam.
"Hanya tiga jurus?"
Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepalanya.
"Betul. Aku malang melintang didalam rimba persilatan tanpa tandingan. Belum pernah ada jago silat yang dapat menghadapi tiga pukulanku, paling banter mereka hanya dapat menerima satu atau dua jurus saja, dan pada jurus yang ketiga pasti mereka kujatuhkan. Termasuk juga jago kelas satu."
Kata-kata ini terlalu sombong sekali, hampir Tan Ciu tidak percaya, ia memandang orang tua bungkuk iru dengan sinar mata yang penuh ragu-ragu.
"Bagaimana kau dapat dikalahkah oleh Tan Kiam Lam dan dikurung didalam kamar tahanannya?"
Bertanya Tan Ciu.
"Bukan dikalahkan olehnya."
Berkata orang tua bungkuk itu.
"Tapi dikalahkan oleh kata-kataku yang sangat sombong.
"Dikalahkan oleh kata-katamu sendiri?"
"Betul. Aku dikalahkan oleh kata-kataku sendiri, aku pernah sesumbar siapa yang dapat menerima tiga jurus ilmu pukulanku aku akan taat kepadanya."
Tan Ciu memandang orang tua itu, keterangannya agak tidak mudah diterima. Orang tua bungkuk tertawa, katanya.
"Kau tidak percaya?"
Tan Ciu menyengir. Haruskah ia percaya? Tapi tidak mungkin ia tidak percaya. Sesaat kemudian, ia menggeleng- geleng kepala.
"Aku kurang percaya."
"Kau tidak percaya bahwa ilmu kepandaianku berada diatas Tan Kiam Lam?"
"Kau mempunyai ilmu kepandaian dikalahkan oleh Tan Kiam Lam? Mengapa kau berada didalam tahanan ini?"
"Sudah kujawab tadi kepadamu aku kalah karena kata- kataku sendiri."
"Ceritakanlah."
"Sudah kukatakan, siapa saja yang dapat menerima tiga pukulanku, aku akan tunduk kepadanya dan tidak akan berjalan didalam rimba persilatan lagi."
"Tapi kau tidak mengatakan bahwa dirimu bersedia dikurung seperti binatang didalam tempat gelap ini."
"Betul. Dan Tan Kiam Lam itu sangat cerdik sekali. sebelum bertempur ia meminta syarat lain, dikatakan olehnya bahwa bila ia dapat menerima tiga pukulanku, aku diwajibkan melakukan dua hal. Dan aku melulusi permintaan itu."
"Dua ucapan apakah yang diajukan kepadamu?"
"Permintaan pertama ialah membuat Benteng Penggantungan ini."
"Hei..?!"
Tan Ciu terkejut dan berteriak.
"Kau yang membuat Benteng Penggantungan?"
"Mengapa bukan? Akulah yang membuat Benteng Penggantungan. Maka segala rahasia segala jalan, segala bangunan yang berada didalam Benteng Penggantungan ini, tidak satu pun yang luput dari penilaianku.'itulah semua rencana-rencanaku. Akulah yang mengarsitekinya akulah yang menjadi insinyurnya."
"Ow....pantas kau dapat keluar masuk dengan bebas."
Tan Ciu mulai percaya.
"Dan permintaan yang kedua ialah, aku diwajibkan mengurung diri sendiri didalam kamar tahanan ini. tidak boleh meninggalkan lembah Siang-kiat."
"Tidak ada pengecualian."
"Kecuali bila aku dapat menerima cintanya seorang wanita, itu waktu aku bebas dari janjiku. Aku bebas meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Aduh hal ini mana mungkin dapat terjadi?"
Tan Ciu harus percaya keterangan orang tua bungkuk itu.
hal itu menang mungkin terjadi ia dapat keluar masuk dengan bebasnya, bila tak ada sesuatu yang aneh.
hal ini tak mungkin terjadi.
Dan kata akhir, bila orang tua bungkuk ini meninggalkan Benteng Penggantungan, lebih dahulu, ia harus menerima cinta seorang gadis.
inilah yang tidak mungkin sama sekali, boleh dibayangkan, seorang tahanan di bawah tanah yang sangat rahasia, orang yang tidak pernah mendapat kunjungan orang lain mana mungkin mendapat cinta, apa lagi cinta seorang wanita? Penilaian Tan Ciu kepada orang tua bungkuk itu harus dirubah.
Inilah seorang jantan yang dapat menepati janji.
Sunyi beberapa saat, dan akhirnya Tan Ciu yang membuka suara lebih dahulu.
"Ada suatu yang ingin kutanyakan padamu."
"Katakanlah."
"Telah kau saksikan ilmu kepandaian nona Cang didepan Benteng Penggantungan tadi."
"Betul."
"Bagaimana penilaianmu tentang ilmu kepandaian Cang Ceng ceng?"
"Maksudmu, kau membandingkan ilmu kepandaianku dan ilmu kepandaian nona Cang itu?"
"B e t u l."
"Ilmunya hebat. Kukira kami mempunyai kepandaian setingkat, mungkin aku berada sedikit dibawah dirinya."
Tan Ciu telah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng ceng dan itulah ilmu kepandaian yang sangat menakjupkan, maka bisalah dikatakan, kakek bungkuk ini tidak dapat memadainya, hal itu memang mungkin sekali.
Percakapan mereka berhenti sampai disitu.
Diketahui Tan Kiam Lam sedang mengajak Cang Ceng ceng masuk kedalam Benteng Penggantungan.
Maksud dari gadis berbaju putih itu ialah menemui Tan Ciu, dan seharusnya Cang Ceng-ceng mengajak masuk ke dalam kamar tahanan dibawah tanah ini.
Tan Ciu melongok kearah pintu masuk, disana tidak terlihat ada orang yang datangi walau waktu sudah berselang lama sekali, mengapa masih belum terlihat.
Si pemuda mengerutkan alisnya seraya berkata.
"Mengapa belum terlihat mereka datang?"
Orang tua bungkuk memberikan penyahutan.
"Betul. Seharusnya mereka sudah tiba..."
"Mungkinkah ...mungkinkah ....ada sesuatu hal diluar dugaan?"
Berkata Tan Ciu. Mereka menantikan kedatangan Cang Ceng ceng, tapi gadis berbaju putih itu sedang mengalami suatu penderitaan. Hal ini tidak diketahuinya. Tan Ciu dan orang tua bungkuk itu saling pandang .
"Kukira kawan wanitamu itu telah dibius oleh Tan Kiam Lam."
Berkata siorang tua bungkuk. Sekujur bulu badan Tan Ciu bergidik bangun. Ia menggigil dingin. Hal ini bukanlah tak mungkin, mengingat pengalaman dan kejahatan Tan Kiam Lam. Dengan suara gemetar ia berkata.
"Mengalami pemindahan sukma."
"Hmmm "
"Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Cang Ceng ceng. mungkinkah . .. mungkinkah dapat dikalahkan? "
Berkata Tan Ciu ragu. Ia pernah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng ceng dan ilmu kepandaian itu tidak perlu diragukan lagi. Orang tua bungkuk berkata.
"Bila dalam keadaan tidak ada kesiap siagaan hal ini besar kemungkinan terjadi."
Tan Ciu tertegun. Bila betul apa yang diduga oleh orang tua bungkuk ini, dimisalkan Cang Ceng ceng mengalami pemindahan sukma, akibat dan hal itu sangat besar sekali.
"Aku harus segera menolongnya."
Berkata Tan Ciu berteriak keras.
"Sekarang?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berkata orang tua bungkuk itu memandang si pemuda.
"Betul."
Berkata Tan Ciu singkat. Orang tua bungkuk menganggukkan kepalanya. seraya ia berkata.
"Baiklah, Biar kubuka totokan jalan darahmu dengan gerakannya yang gesit, dengan jari2nya yang lincah orang tua itu menotok jalan jarah Tan Ciu. Jalan-jalan darah tersebut telah tertotok oleh Tan Kiam Lam, hal itu akan mengakibatkan gangguan gerakan dan kebebasan si pemuda. Maka ia membebaskannya. Tan Ciu bernapas sebentar, menyalurkan peredaran darahnya keseluruh tubuh dan terasa sangat baik sekali, tidak terdapat gangguan. Mereka berdua meninggalkan kamar tahanan dibawah tanah. Ditengah perjalanan. orang tua bungkuk itu menoleh dan memandang Tan Ciu, seraya ia berkata.
"Segala sesuatu langkah harus dipikirkan masak-masak, jangan terlalu gegabah. Harus memandang diriku."
"Baik,"
Berkata Tan Ciu singkat. Dan mereka melanjutkan perjalanannya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba terdengar suara lengkingan tertawa yang sangat panjang. Tan Ciu terkejut, dan memandang orang tua bungkuk ia berkata.
"Sungguh menyeramkan."
Orang tua bungkuk menghentikan langkahnya, ia bertanya.
"Kau kenal dengan suara itu?"
"Tidak. Siapakah yang berteriak seperti ini?"
"Gadis she Co itu, Co Yong."
"Ha ha, ha.
"
Terdengar lagi suara bising Co Yong. Tan Ciu melompongkan mulutnya.
"Ia telah gila."
Orang tua bungkuk itu menambah keterangan yang lebih jelas.
"Hei? Apa?"
Tan Ciu berteriak. Itulah sesuatu yang terberat bagi si pemuda, Diketahui Co Yong masih hidup, tetapi ia tidak tahu bahwa Co Yong telah menjadi gila.
"Nona Co telah menjadi gila?"
Tan Ciu bergumam, Orang tua bungkuk itu menganggukan kepala.
"Mengapa?"
Tan Ciu bertanya lagi.
"Inilah salah satu rencana jahat Tan Kiam Lam. Ia membuat Co Yong gila, seumur hidup ia menjadi gila. Dan setelah itu ia akan mati karenanya."
Tan Ciu berteriak.
"Aku harus menemuinya, aku harus menolongnya "
Orang tua bungkuk itu berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Baik, aku akan mengajakmu bertemu dengan Co Yong dahulu."
Dan arah mereka berganti, kini menuju kearah datangnya suara lengkingan Co Yong tadi.
Sebagai arsitektur dari bangunan Benteng Penggantungan, orang tua bungkuk itu dapat memahami segala seluk beluk keadaan, dengan mudah ia dapat mengajak Tan Ciu ketempat Kamar tahanan Co Yong.
Membuka satu pintu rahasia.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk itu telah masuk kesuatu ruangan yang sangat gelap.
Dengan menudingkan jari tangan kearah suatu tempat, orang tua bungkuk itu berkata.
"Itulah Co Yong,"
Tan Ciu memeriksa dengan seksama, matanya dikedip- kedipkan, dan kini ia telah menjadi biasa dengan keadaan ditempat gelap itu terlihat seorang gadis dengan rambut tidak terurus, terurai panjang berada dibalik terali besi.
Itulah Co Yong! Tapi Co Yong yang kini Tan Ciu saksikan bukanlah Co Yong yang dahulu itu, bila dahulu Co Yong sangat cantik.
gerakannya lincah dan berilmu kepandaian sangat tinggi, kini tanda -tanda itu sudah tak terduga lagi.
Gadis dihadapannya adalah seorang yang betul-betul menjadi gila, kumal kotor, dengan rambutnya yang kusut tidak teratur.
pakaiannya yang sobek-sobek dan dekil itu, mungkinkah Co Yong yang dahulu dikenal olehnya? Tan Ciu maju mendekati.
Kini ia dapat melihat jelas sekali, gadis gila itu adalah gadis yang pernah dikenal olehnya, itulah betul-betul Co Yong.
"Nona Co itu betul gila."
Tan Ciu bergumam.
"Ng "
"Mengapa?"
"Orang yang telah dibuat gila oleh Tan Kiam Lam akan mengalami keadaan yang lain temasuk gadis ini. Ia gila untuk seumur hidupnya. Dan perlahan-lahan ia mati, mati karena tidak tahan menderita penyakit gila itu."
Tan Ciu menjerit, keras.
"Tidak.... Tidak boleh terjadi hal seperti ini. Aku harus segera menolongnya."
Didalam tahanan kamar istimewa.
Co Yong yang telah menjadi lelah karena berteriak-teriak menjerit-jerit tertawa ha.
ha, ha, ha, menangis menggerung-gerung, dan akhirnya ia tidur berbaring dipojok yang gelap itu.
Tan Ciu mendekati sehingga memegang jeruji besi kamar tahanan dan ia menggigil.
"Nona Co "
Co Yoag tidak mendengar suara panggilan ia masih meringkuk berbaring. Tan Ciu berteriak lebih keras.
"Nona Co "
Teriakan ini bergema diseluruh ruangan, Co Yong tersentak kaget dengan pandangan sinar mata sangat sayu, ia memandang kearah orang yang memanggil itu. Tan Ciu dan Co Yong saling pandang.
"Siapa kau?"
Kata-kata ini keluar dari mulut Co Yong.
"Nona Co, aku Tan Ciu "
"Tan Ciu.... Hi hi.....ha.....ha..ha ...ha... ha ha Siapa Tan Ciu, aku tidak kenal."
Berkata Co Yong dengan wajah pucat sekali. Bagaikan disayat dengan pisau, hati Tan Ciu terasa sangat pedih.
"Nona Co, tidak kenalkah kepadaku."
"Ha ha ha ha ha..... kenal?....oh ya, aku kenal kepadamu.....kau adalah pemuda jahat itu, kau adalah pencuri isi hariku, tapi kau jahat, aku harus membunuhmu!"
Co Yong menubruk kearah pintu. Tan Ciu menyingkir kebelakang. Orang tua bungkuk turut menyaksikan segala kejadian tersebut. Ia menarik napas dalam-dalam. Co Yong berkata lagi.
"Hayo . ..kemari kau ... aku cinta kepadamu ...mari sini..."
Gila! Betul-betul Co Yong sudah jadi gila! Siapakah yang mengakibatkan kegilaan Co yong ini? Tan Kiam Lam.
Dan siapa yang memaksakan kejadian tersebut? Tan Ciu tak seharusnya ia memaksa Co Yong membuka rahasia Benteng Pengantungan, sehingga mengakibatkan gadis tersebut tersiksa sehingga seperti apa yang dilihat olehnya.
Tan Ciu mematung ditempat! Hatinya dirasakan hancur luluh, ia menyesal atas perbuatannya yang telah dilakukan pada Co Yong, biar bagaimana secara tidak langsung, ia harus memikul tanggung jawab itu.
Tan Ciu berpaling kearah orang tua bungkuk itu dan berkata.
"Cianpwe, tolonglah lekas agar ia dapat sembuh kembali."
Orang tua bungkuk berkata.
"Apa yang kau akan lakukan setelah menolongna?"
"Aku akan segera cari Tan Kiam Lam."
"Menuntut balas?"
"Aku harus membunuhnya."
"Dengan ilmu kepandaianmu, tidak ada bedanya dengan telur diujung tanduk. Kau bukanlah tandingan Tan Kiam Lam."
"Seharusnya, ..."
"Aku bersedia menolong gadis itu. dan setelah berhasil, kau harus mengajaknya meningsalkan tempat ini."
"Mengajak Co Yong meninggalkan Benteng Penagantungan?"
"Betul dan harus berjanji, kau harus baik-baik memeliharanya."
"Aku berjanji akan baik-baik memperlakukan dirinya."
"Baik."
Dengan mudah orang tua bungkuk itu dapat masuk kedalam sel tahanan. dibukanya segala sesuatu dengan alat yang telah tersedia, ia harus mengobati gadis sengsara itu. Menyaksikan ada orang yang datang, tubuh Co Yong melesat, ia berteriak.
"Kau iblis. .. aku akan membunuhmu ....."
Tentu saja gerakan Co Yong tidak membawa hasil, dengan cepat dan gesit orang tua bungkuk itu telah menotok Jalan darah si gadis, robohlah tubuh gadis tersebut.
Dari luar kamar tahanan Tan Ciu menyaksikan kejadian tersebut.
Orang tua menggerakkan jari-jarinya dengan mengerahkan tenaga dalam menotok beberapa bagian tubuh gadis tersebut.
Dengan kepandaian orang tua bungkuk itu, tentu saja tidak sulit baginya untuk menyembuhkan penyakit Co Yong.
Sepasang matanya yang lain turut menyaksikan kejadian tersebut.
Tan Ciu tidak sadar ia sedang memusatkan seluruh perhatian kepada gerakan-gerakan jarinja, ia harus dapat menyembuhkat Co Yong secepat mungkin.
Tiba-tiba ...
Orang yang mengintip mereka mengeluarkan suara.
"Saudara Tan."
Tan Ciu tidak mendengar suara panggilan itu. Seluruh perhatiannya masih ditujukan kedalam sel kamar tahanan Co Yong.
"Saudara Tan..,."
Memanggil lagi suara tersebut dengan lebih keras. Kali ini suara itu menggema diseluruh ruangan. Tan Ciu membalikkan badannya, ia dapat melihat sepasang mata yang mengintai kearah mereka lalu segera ia membentak.
"Siapa?"
"Aku! Aku Thung Lip."
Jawab orang itu.
"Hei.... kau siapa?. .. Thung Lip . ..?"
"Betul. Aku Thung Lip."
Hal itu sungguh berada diluar dugaan Tan Ciu tidak disangka sicendekiawan Serba Bisa Thung Lip berada didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Tan Ciu mendekati sel kamar tahanan Thong Lip.
Diperhatikannya sebentar, dan segera dikenalinyalah orang tua yang pernah mengepalai satu rombongan untuk memecahkan rahasia pohon Penggantungan, tetapi tidak berhasil itu.
Keadaan Thung Lip didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan tentu saja tidak dapat disamakan dengan dahulu kala, lebih kurus, pucat dan rambutnya pun tidak teratur rapi bersih, siapakah yang percaya orang ini seorang jago tua yang pernah mengepalai rimba persilatan? Terdengar Thung Lip membuka suara.
"Bagaimana kau berada ditempat ini?"
"Dan mengapa kau ditangkap oleh mereka?"
Bertanya Tan Ciu kepada Thung Lip.
"Aku ditangkap oleh mereka."
"Oleh siapa? Co Yong Yen? atau Tan Kiam Lam?"
"Co Yong Yen."
"Bagaimanakah permusahanmu dengan Co Yong Yen?"
"Sangat panjang untuk diceritakan. Saudara Tan, kau pernah berkata bahwa kakakmu yang bernama Tan Siang itu mencari aku?"
"Betul."
"Mungkin! Hal ini mungkin dapat terjadi, Kuduga ia telah datang berkunjung kerumahku. Tapi ia tidak berhasil menemuiku." -ooo0dw0ooo-
Jilid 12
"AKU percaya keteranganmu itu. Kini aku telah mengetahui siapa yang menjadi orang tuamu."
"Aku pun sudah tahu,"
Kata Tan Ciu.
"Coba kau katakan."
"Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam itu sebenarnya ayahku. Sedangkan Melati Putih adalah ibuku."
"Ternyata kau sudah tahu,"
Kata Thung Lip.
"Ada suatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu,"
Berkata Tan Ciu.
"Katakanlah."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pernah didesas-desuskan bahwa ibuku melakukan sesuatu yang tidak patut."
"Hal itu tak kuketahui,"
Berkata Thung Lip.
"Tan Kiam Lam pernah berkata, bahwa kau sudah mengetahui hal ini. Dikatakannya pula bahwa kau pasti suka untuk menjadi saksi."
"Kentut."
Berkata Thung Lip.
"Ia bohong. Jangan kau percaya keterangannya."
Tan Ciu menganggukkan kepala, tentu saja ia lebih percaya kepada Thung Lip daripada percaya kepada Tan Kiam Lam. Mereka terdiam beberapa saat, dan achirnya Tan Ciu berkata.
"Bagaimanakah hubunganmu dengan Co Yong Yen?"
Thung Lip memandang kelangit-langit batu kamar tahanan itu seolah-olah sedang mengenangkan kejadian lamanya. Beberapa saat kemudian ia berkata.
"Sewaktu-waktu. Co Yong Yen pernah menjadi istriku. Itulah masa kami menghadapi musuh bersama, orang itu bernama Permaisuri dari Kutub Utara. Kami berkumpul digunung Oey san, dan Co Yong Yen berpesan kepadaku agar aku cepat-cepat kembali menemuinya. tidak disangka tatkala aku kembali menemuinya telah kulihat Co Yong Yen dibunuh orang "
"Siapa yang membunuh Co Yong Yen?"
Bertanya Tan Ciu.
"Aku tidak tahu."
Berkata Thung Lip.
"Sehingga hari ini, setelah aku ditangkap olehnya dan dijebloskan kedalam kamar tahanan Benteng Penggantungan. dari mulutnya dapat kuketahui sedikit keterangan, diketahui olehnya bahwa setelah aku kembali dari pertempuran itu, aku telah bersetubuh dengannya, kemudian membunuhnya?"
"Tapi kau tidak membunuhnya. bukan?"
"Sudah kukatakan kepadamu, bahwa aku tidak membunuhnya. Dan aku pun malah telah melihat sendiri ia telah dibunuh orang."
"Tapi Co Yong Yen kokoh berkata bahwa kau yang membunuhnya ?"
"Betul."
Berkata Thung Lip.
"Siapakah orang yang menggunakan wajahku itu melakukan kejahatan dugaannya!"
"Hanya Tan Kiam Lam lah yang melakukan kejahatan !"
Menyambung cerita Thung Lip dan Tan Ciu. Mereka sedang bercakap-cakap didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan dibawah tanah. Tan Ciu berkata.
"Dikatakan bahwa Co Yong Yen ditolong oleh Tan Kiam Lam."
"Betul."
Berkata Thung lip. Tan Kiam Lam menolong Co Yong Yen, bagaimana ia dapat membunuh Co Yong Yen! Tan Ciu menjadi bingung.
"Pernahkah dengan cerita tentang Permaisuri dari Kutub Utara?"
"Dikatakan bahwa setelah Permaisuri dari Kutub Utara dibunuh oleh kalian, mayatnya digantung diatas Pohon Penggantungan."
"Tidak. Hal ini tidak benar."
"Mungkinkah ada sesuatu rahasia lain?"
"Memang betul kami betul telah mengurung dan mengeroyok permaisuri dari Kutub Utara, tapi kami tidak membunuhnya, bahkan ia berhasil melarikan diri dari kurungan dan bergerak bebas. Ia sama sekali belum mati."
Tan Ciu menjadi bingung, dengan heran ia mengajukan pertanyaan.
"Siapakah yang digantung diatas pohon Penggantungan?"
"Inilah yang membingungkan kita orang."
Berkata Thung Lip.
"Pada pagi hari keduanya, kita mendengar berita tentang pembunuhan pada diri Permaisuri dari Kutub Utara. dikatakan bahwa jago wanita telah digantung oleh orang diatas Pohon Panggantangan."
"Mengapa kalian tidak menyangkal berita tersebut?"
"Demi nama kita orang semua, tidak seorang pun yang menyangkal berita tersebut."
"Dan akhirnya Permaisuri Kutub Utara itu tidak mati."
"Betul."
"Siapa yang menolong Permaisuri dari Kutub Utara lagi?"
Bertanya Tan Ciu.
"Mungkinkah Tan Kiam Lam?"
"Kukira bukan."
Berkata Thung Lip.
"Aku percaya. Terus terang kuterangkan kepadamu bahwa Tan Kiam Lam belum pernah melakukan sesuatu kebaikan. Bia rpun dia adalah ayahmu, tapi aku harus barterus terang. Jangan salahkan kepada sifatku ini,"
"Aku tidak menyalahkanmu. Kini Co Yong Yen telah percaya kepada Tan Kiam Lam bahwa ketua Benteng Penggantungan itulah yang menolong dirinya, tentu dianggap berhutang budi kepadanya, segala keterangan orang tidak akan dipercaya olehnya-"
"Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, dikala kau masuk kedalam rimba Pohon Penggantungan, pernahkah melihat pencipta Pohon Penggantungan?"
"Belum!"
"Belum?"
Tan Ciu menganggukkan kepala. Si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip berkata.
"Saudara Tan, kuharap kau dapat membikin terang perkara ini, aku tidak pernah melakukan perbuatan yang terkutuk itu kepada Co Yong, tetapi dakwaannya tetap seperti itu harap kau dapat membikjn jelas perkara."
"Baik, aku bersedia melulusi permintaanmu,"
Berkata Tan Ciu.
"Sebelumnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
Berkata Thung Lip. Tan Ciu memandang orang itu dengan perasaan kasihan.
"Oh.... hampir aku melupakan sesuatu..,,!"
Berkata Thung Lip.
"Soal apakah itu?"
Tanya Tan Ciu.
"Belum lama Tan Kiam Lam mengajak se orang gadis yang bernama Cang Ceng Ceng, mereka masuk kedalam kamar tahanan ini dan memperhatikan keadaan nona Co Yong untuk beberapa waktu, membicarakan persoalan yang menyangkut dirinya,"
"Kemudian?"
Tan Kiam Lam mengatakan pula kepada nona Cang Ceng Ceng, bahwa nona Co Yong telah menjadi gila karena perbuatanmu. Dikatakannya kau adalah seorang pemuda yang suka mempermainkan wanita."
"Oh ..."
"Berhati-hatilah, Nona Cang Ceng Ceng itu seperti sangat sedih sekali."
Berkata Thung Lip.
"Lamakah mereka disini?"
"Tidak? Kini mereka telah berada dilain ruangan,"
Berkata Thung-Lip. Tan Ciu sedang berpikir, mengapa Tan Kiam Lam mengajak Cang Ceng ceng masuk ke kamar tahanan ini? Thung Lip berkata lagi.
"Bila dugaanku tidak salah, Tan Kiam Lam akan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan nona Cang Ceng-ceng! Kukira dengan ilmu kepandaian Ie-sin Tay- hoatnya ia dapat membuat orang tidak berdaya. Hal ini harus mendapat perhatian, dimisalkan Cang Ceng-ceng berada dibawah kekuasaannya dengan mudah Cang Ceng- ceng dapat melakukan sesuatu yang tidak menguntungkanmu. Kau harus berhati-hati. Ah aku curiga kepada orang ini, kukira dia bukan Tan Kiam lam?"
Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya hatinya mencelos.
"Apa?"
Teriaknya keras.
"Kau tidak percaya bahwa ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam!"
Ditatapnya wajah sijago tua yang kumal itu.
"Betul, Kukira dia bukan Tan Kiam Lam."
Berkata Thung Lip.
"Mengapa?"
"Apa yang telah dilakukan kepadamu tidak patut. Itu bukanlah suatu perbuatan seorang ayah kepada anaknya. Tidak mungkin Tan Kiam Lam dapat melakukan perbuatan tersebut."
Kecurigaan ini pernah timbul dalam pembicaraan Tan Ciu, ia memang meragukan dan mengharap bahwa ketua Benteng Panggantungan itu bukanlah jelmaan ayahnya.
Tapi kenyataan telah terbentang didepan matanya, ketua Benteng Penggantungan itu adalah Tan Kiam Lam, itulah orang tua lelaki.
Mungkinkah seorang ayah dapat melakukan perbuatan seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan kepada Tan Ciu.
Berpikir sampai disini Tan Ciu mengeluarkan keluhan napas panjang.
"Kau dapat merasakan keanehan ini ?"
Thung Lip mengajukan suatu pertanyaan.
"Betul,"
Berkata Tan Ciu.
"Aku harus mencoba dirinya."
"Apa yang akan kau coba?"
"Aku harus mencoba dan menjajal, betulkah dia yang menjadi ayahku ?"
Tiba tiba ..! Terdengarlah suatu suara geseran kaki dari dalam kamar tahanan! Ternyata orang tua bungkuk itu telah selesai memberi pengobatan kepada Co Yong, ia telah bangkit berdiri dan berjalan datang.
Tan Ciu meninggalkan Thung Lip, memapaki orang tua bungkuk itu dan memanggi.
"Cianpwe "
Orang tua bungkuk menyusut keringatnya ternyata ia telah lelah sekali. Tan Ciu kemudian memandang kearah Co Yong, dilihatnya gadis itu tengah berbaring, agaknya sedang tidur pulas sekali. Orang tua bungkuk berkata.
"Ia telah bebas dari kesengsaraan. Sebentar kemudian ia akan sadar. Dan penyakit ingatannya telah kusembuhkan, kau ada obat untuk penyegar badan?"
"Ada."
Dari dalam saku bajunya Tan Ciu mengeluarkan obat Seng-biat-hoan-bun-tan diserahkan kepada orang tua bungkuk itu.
Menerima pemberian obat Tan Ciu, orang tua bungkuk kembali.
Obat Seng-biat-boan-bun-tan dipilihnya sebutir dan dimasukkan kedalam mulut Co Yong.
Dan sekali lagi ia mengurut-urut.
Beberapa lama kemudian....
tubuh Co Yong yang tidur pulas itu mengeliat.
Perlahan-lahan ia membuka matanya.
Ternyata ia sudah sadar.
Tan Ciu segera masuk kedalam kamar tahanan itu, dengan menubruk tubuh Co Yong sambil berteriak.
"Nona Co "
Co Yong telah membuka matanya.
berputar-putar disapukan pandangan matanya kesekeliling ruangan.
tiba- tiba mendengar ada orang yanp memanggil namanya, maka ia menatap dengan sinar matanya kearah wajah Tan Ciu.
Untuk seketika ia belum dapat melihat dengan jelas, bagaikan impian yang baru sadar, hal itu masih membingungkannya.
"Kau ..."
Berkata sigadis dengan suara sangat lemah. Tan Ciu menghampiri lebih dekat lagi.
"Siapa kau,... ?"
Bertanya Co Yong.
"Ah ..."
Co Yong mengeluarkan keluhan tertahan.
Nama ini telah berkesan didalam hati dan pikirannya, sudah mendarah daging dan nama inilah selalu dikenang olehnya.
Tanpa ia mendengar lagi, tentu ia tersentak bangun, urat syarafnya menjadi tegang.
..
Tan Ciu hampir mengucurkan air mata, dengan sedih ia berkata.
"Nona Co, kau ... tidak kenalkah kepadaku?..."
Lama sekali Co Yong memperhatikan wajah Tan Ciu, dan akhirnya mengenali akan wajah kekasihnya.
"Tan Ciu ..."
Akhirnya kata-kata ini telah keluar dari mulut Co Yong, ia telah sembuh dari penyakit ingatannya.
Satu hal yang sangat menggirangkan Tan Ciu.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia mengulurkan kedua tangannya.
Co Yong membalas rangkulan itu, dan ia membiarkan dirinya berada dalam dekapan pelukan Tan Ciu.
Sepasang kekasih yang telah lama tak bersua, kini saling rangkul-rangkulan.
Co Yong menangis sesenggukkan.
Segala sesuatu yang telah dideritanya harus dikeluarkan, dan hanya air matalah yang dapat mengalirkan segala kesengsaraan hidup.
Tan Ciu memanggil perlahan.
"Nona Co ..."
"Oh, ... Tan Ciu ... akhirnya kau tiba juga."
Berkata Co Yong tiba-tiba.
"Aku akhirnya berhasil menjumpaimu."
Berkata Tan Ciu.
"Aku cukup merasa puas . .."
"Nona Co "
"Aku sudah merasa puas dapat menjumpaimu kembali. Mati pun kembali. Mati pun kita aku rela. .. ."
Berkata Co Yong lelah. Tan Ciu juga sedih, ia turut mengucurkan air mata. Kesedihannya tidak dapat dibendung lagi. Walaupun ia seorang pemuda, tetapi perasaan semacam itu tetap ada. Terdengar suara Co Yong berkata.
"Tan Ciu tahukah kau, betapa rinduku padamu?"
"Aku tahu."
Kata Tan Ciu perlahan.
"Dikala aku sadar kembali, kukira aku tidak dapat menjumpaimu lagi... ternyata aku dapat menjumpaimu. ...mungkinkah di alam mimpi? mungkinkah aku sedang bermimpi "
"Tidak. Inilah suatu kenyataan."
"Kenyataan? Sungguh-sungguh aku berada disebelahmu ?"
Co Yong masih ragu-ragu.
"Betul."
Berkata Tan Ciu menatap.
"Tan Ciu ..."
Co Yong memanggil perlahan namanya dengan tidak bersikap memandang pemuda itu.
Tan Ciu memegang kedua pipi Co Yong yang telah menjadi pucat, dan tiba-tiba saja ia menempelkan bibirnya kewajahnya itu.
Co Yong menggigil dingin.
Tapi rasa hangat itu telah menghilangkan semua-muanya.
Ciuman seorang pemuda membawa kebahagiaan baginja.
Dan sesudah itu membawa harapan untuk dihari kemudian.
Mereka saling rangkul dan kedua pasang bibir itu bertemu menjadi satu.
Orang tua bungkuk mendehem.
"Hmm... masih banyak waktu untuk berkasih-kasihan, bukan sekarang..."
Co Yong mendorong tubuh Tan Ciu, wajahnya yang pucat itu bersemu dadu ia menjadi malu. Memandang kearah orang tua bungkuk itu sebentar dan dengan penuh tanda tanya ia bertanya kepada Tan Ciu.
"Siapa dia?"
"Dialah yang telah menyembuhkan penyakit ingatanmu."
"Penyakit ingatan? Apakah aku menjadi gila? Aku telah gila? Diakah yang menyembuhkan penyakit gilaku?"
"Betul!"
Berkata Tan Ciu perlahan. Mengenangkan semua kejadian yang telah lewat beberapa saat berselang, Co Yong berkata dengan suara menggumam.
"Oh...... jelaslah kini, Pocu telah melakukan sesuatu yang jahat kepadaku."
"Betul, ia juga kejam. Bila tidak ada cianpwee ini, penyakit gilamu mungkin sukar disembuhkan. Lekaslah menghaturkan terima kasihmu kepadanya."
Co Yong lantas memberi hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebenar-besarnya kepada orang tua buugkuk tersebut. Orang tua bungkuk mengulapkan tangannya dan berkata.
"Lekaslah kalian tinggalkan tempat ini."
"Meninggalkan tempat ini?"
Co Yong masih bingung. Tan Ciu berkata.
"Betul. Aku harus mengajakmu meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Kemana kita pergi?"
Tanya Co Yong.
"Kemanapun boleh Co Yong, kita harus selalu bersama- sama. Aku cinta padamu. Maukah kau ikut serta denganku?"
"Aku bersedia."
Co Yong menundukan kepala rendah. Orang tua bungkuk berkata.
"Mari, kalian ikut dibelakangku."
Mengikuti dibelakang orang tua bungkuk itu, Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar tahanan Benteng Penggantungan. Menikung lagi dua kali, orang tua bungkuk itu menghentikan langkahnya dan berkata kepada mereka.
"Setelah keluar dari suatu pintu rahasia kalian berdua sudah berada dibelakang Benteng Penggantungan. Dibelakang gunung ada satu jalan kecil ambilah jalan itu untuk meninggalkan tempat jahat ini."
Tan Ciu dan Co Yong berjalan pergi. Tiba-tiba Tan Ciu merasakan bahwa orang tua bungkuk itu tidak mengikutinya, ia membalikkan badan, dan betul saja terlihat orang tua tersebut berdiri diam. Ia balik kembali, katanya.
"Cianpwte mengapa cianpwee tidak turut serta?"
"Aku? aku akan tetap berdiam ditempat ini,"
Berkata orang tua bungkuk itu.
"Apa akibatnya bila Tan Kiam Lam telah mengetahui kita melarikan diri? Apa yang akan dilakukannya terhadapmu?"
"Legakanlah hatimu. Ia tidak dapat berbuat sesuatu kepadaku."
"Cianpwe entah bagaimana harus kami nyatakan terima kasih kami kepadamu."
"Sudah! Lekas kalian pergi."
Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar rahasia itu, dan juga meninggalkan orang tua bungkuk itu.
= o OdwO o o = Meninggalkan cerita Tan Ciu dan Co Yong, dan mengikuti drama Tan Kiam Lam beserta dengan Cang Ceng ceng.
Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat jahat.
Tan Kiam Lam telah berhasil menguasai alam pikiran gadis tersebut.
Dengan muiah ia dapat memberikan perintah apa saja yang dikehendakinya.
Apa saja yang dimauinya! Setelah berhasil memberi perintah kepada Cang Ceng ceng untuk mencatat semua ilmu kepandaian gadis berbaju putih yang lihay itu.
Tan Kiam Lam mengantongi catatannya, dan rencana berikutnya sudah mulai akan dilakukan.
Tan Kiam Lam memandang gadis itu, napsu birahinya timbul seketika.
Ia berkata.
"Bukalah Pakaianmu."
Tidak ada alasan untuk menolak, Cang Ceng-ceng melakukan perintah itu, satu persatu ia mulai membuka pakaiannya. Tan Kiam Lam menyaksikan satu pemandangan yang bagai membakar hatinya, dadanya bergelora dengan hebat.
"Tidurlah disana."
Tan Kiam Lam memberi perintah selanjutnya.
Dengan tanpa pakaian, Cang Ceng-ceng berjalan ketempat yang ditunjuk, ia membaringkan dirinya.
Tan Kiam Lam mulai melakukan sesuatu yang diluar batas manusia bermoral, dengan semau-maunya ia menciumi seluruh tubuh gadis tersebut, sebentar lagi.
ia akan dapat melampiaskan nafsu kebinatangannya.
Cang Ceng-ceng tidak dapat menahan rasa gelinya, ia tertawa cekikikan.
Tan Kiam Lam menyerang dengan semakin kalap.
segala dari tubuh gadis itu diserangnya secara membabi buta.
Tertawa Cang Ceng-ceng semakin geli saja tertawanya, didalam keadaan antara sadar dan tidak ia dapat melakukan segala apa yang diperintahkan Tan Kiam Lam.
Rasa geli itu masih ada maka cekakak cekikik ia tertawa.
Suara tertawa inilah yang menggagalkan rencana Tan Kiam Lam.
Tan Ciu yang berpandangan tajam sudah dapat mendengar suara tersebut.
Dan pemuda itu terkejut, menghentikan langkahnya memasang kuping lebih jauh.
Co Yong menjadi bingung, ia memandang pemuda itu dan bertanya.
"M e n g a p a ?"
Tan Ciu berkata dengan perlahan.
"Tunggulah disini sebentar, aku akan melakukan sesuatu. Sekali-kali janganlah kau pergi kemana-mana."
Setelah memberi pesan itu, Tan Ciu melejitkan tubuhnya meninggalkan Co Yong.
Dengan mengikuti arah datangnya suara ia sudah berhasil tiba diluar kamar Tan Kiam Lam.
Dikala Tan Kiam Lam hampir berhasil, tiba-tiba terdengar suara jendela didobrak, seorang pemuda telah muncul dihadapannya.
"Kau?"
Tan Kiam Lam membelalakan matanya. Tan Ciu membentak dengan keras.
"Binatang kau!"
Pikiran Cang Ceng ceng telah berada dibawah kekuasaan Tan Kiam Lam, ia melihat kedatangan pemuda itu, tapi tidak mengenalinya. Lupa bahwa dirinya tidak berpakaian sama sekali, ia masih berbaring ditempatnya. Tan Kiam Lam memberi perintah padanya.
"Lekas berpakaian."
Cang Ceng-ceng mengenakan pakaiannya. Kini Tan Kiam Lam menghadapi Tan Ciu, ia membentak pemuda itu.
"Apa maksudmu?"
"Hemm . , ."
Tan Ciu mendengus! "Apa maksudmu?"
Tan Kiam Lam tidak mengerti, bagaimana Tan Ciu dapat keluar dari kamar tahanan bagaimana dapat membebaskan totokan-totokannya? "Dengan cara bagaimana kau keluar?"
Berkata Tan Kiam Lam.
"Kau tak perlu tahu,"
Kata Tan Ciu singkat. Berpikir sebentar, dan Tan Kiam Lam dapat menduga tentang kejadian larinya pemuda itu, dengan adanya sibungkuk didalam kamar tahanan hatl itu memang suatu hal yang tidak menguntungkan baginya.
"Ouw ..."
Tan Kiam Lam menganggukkan kepala.
"Mengertilah aku."
"Mengerti apa?"
Berkata Tan Ciu.
"Si bungkuk yang melepaskan dirimu?"
"Betul. Dialah yang membebaskan diriku, Bagaimana?"
"Rejekimu memang bagus."
Berkata Tan Kiam Lam kepada Tan Ciu. Tan Ciu menggeram.
"Tan Kiam Lam, ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Ha, ha, ha,..
"
Tan Kiam Lam tertawa. Tan Ciu maju dua langkah.
"Sebelum kau mati, tanyakanlah semua hal yang kau tidak tahu, agar kau dapat mati dengan puas.?"
Berkata Tan Kiam Lam.
"Kau ayahku?"
Bertanya Tan Ciu.
"Bila bukan anakku, sudah lama kau mati tahu?"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berkata Tan Kiam Lam. Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala, katanya.
"Kau bukan Tan Kiam Lam!"
Tan Kiam Lam tersentak bangun, ia mengalami satu getaran hebat, katanya.
"Siapa bilang bukan?"
Tan Ciu menatap tajam wajah sang ketua Benteng Penggantungan, pemuda itu dapat melihat sesuatu yang tidak beres.
"Kau menyangkal?"
Berkata lagi si pemuda.
"T e n t u."
"Mengapa?"
"Karena aku adalah Tan Kiam Lam."
"Kau bukan Tan Kiam Lam."
Berkata Tan Ciu lebih keras! "Mengapa kau mempunyai pendapat seperti ini?"
Katanya.
"Karena aku dapat melihat seorang Tan Kiam Lam yang lain."
Berkata Tan Ciu.
"Tak mungkin."
Berkata Tan Kiam Lam keras.
Tan Ciu memperhatikan segala gerak-gerik dan segala kelakuan dan sikap ketua Benteng Penggantungan.
sangat teliti sekali, ia mengharapkan bahwa keterangan Thung Lip yang mengatakan bahwa orang yang dihadapinyal ini bukan Tan Kiam Lam.
"Tan Kiam Lam,"
Panggil Tan Ciu.
"Kau tidak bodoh. Pikirlah. Mengapa Sin Hong Hiap mengatakan bahwa kau menantangnya bertanding diluar Benteng Penggantungan."
"Mengapa?"
"Berpikiriah sebentar."
"Aku tidak mengerti."
Tan Ciu tertawa, katanya.
"Itulah Tan Kiam Lam asli yang menantangnya diluar Benteng Penggantungan."
"Tidak mungkin."
"Mungkin saja."
"Tidak! Itulah Tan Kiam Lam palsu."
"Yang menantang Sin Hong Hiap adalah Tan Kiam Lam asli. Kau palsu!"
Tan Kiam Lam tertegun, tubuhnya gemetaran.
seolah- olah menemukan sesuatu yang paling tegang.
Tiba-tiba saja satu perasaan yang tidak enak menyerang dirinya.
Dengan keterangan ini, dugaan bahwa Ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam semakin besar.
Bila betul dia Tan Kiam Lam, tentunya tahu masih mempunyai seorang saudara kembar yang bernama Tan Kiam Pek? Tan Kiam Lam masih tetap menyangkal.
"Akulah Tan Kiam Lam"
Tan Ciu berdengus.
"Siapakah Tan Kiam Lam yang diluar Benteng Penggantungan?"
"Imitasi! Barang tiruan?"
"Kukatakan bahwa dialah yang asli. Dan kau Tan Kiam Lam palsu. Tan Kiam Lam tiruan. Tan Kiam Lam imitasi."
Tan Kiam Lam bergumam.
"Tidak mungkin. ...Tidak mungkin Ia telah mati."
"Siapakah yang telah mati?"
Bertanya Tan Ciu keras. Ketua Beateng Penggantungan itu terkejut, cepat-cepat ia memulihkan dirinya, dengan sinar mata yang sangat merah, ia menatap anak muda yang berada dihadapannya.
"Pergi! Lekas kau pergi dari tempat ini. Jangan turut campur urusanku."
Tan Ciu berkata.
"Kau tidak bodoh. Seharusnya mengerti bahwa kau bukan Tan Kiam Lam. Tan Kiam Lam yang asli telah menantang Sin Hong Hiap bertempur sedangkan kau tidak tahu."
"Tidak mungkin "
Apa yang dikatakan tidak mungkin? Keterangan yang Tan Ciu berikan kepadanyakah tidak mungkin atau... .Kehadirannya Tan Kiam Lam asli yang tidak mungkin? Jawaban ini hanya diketahui oleh si ketua Benteng Penggantungan tersebut. Tan Ciu berkata.
"Aku masih dapat menyebut alasan lainnya."
"Katakanlah lekas."
"Akan kukatakan, mengapa ada dua Tan Kiam Lam."
"Sudah kukatakan bahwa orang itu adalah pemalsu."
"Mengapa bukan kau katakan kau yang memalsukannya?' "Tidak mungkin."
Dengan berbelit-belit Tan Ciu mulai memasuki pembicaraan acaranya.
"Kau tidak mempunyai saudara?"
Yang diartikan dengan tidak bersaudara Tan Ciu memaksudkan Tan Kiam Pek. Bila Tan Kiam Lam salah memberi jawaban tidak tahu, tidak tahu akan adanya orang yang bernama Tan Kiam Pek. Pasti palsu. Tan Kiam Lam bergumam.
"Saudaraku? "
"Mungkinkah kau mempunyai saudara?"
Bertanya Tan Ciu.
"Mungkinkah dia?"
"Siapa."
"Tan Kiam Pek!" - "Tan Kiam Pek itukah saudaramu?"
Tan Kiam Lam menganggukan kepala berkata.
"Betul. Dialah yang sering mengganggu usaha orang. Saudara kembarku ini sering bersitegang. Puluhan tahun yang lalu ia telah kembali lagi. Tidak kusangka ia telah kembali lagi, Pasti dia. Pasti dia...... Ternyata ia telah kembali."
Tan Ciu bungkam.
Apa yang dapat dikatakan lagi? Sudah jelas bahwa ketua Benteng Penggantungan yang berada dihadapannya adalah Tan Kiam Lam asli.
Bukan saja mengetahui nama Tan Kiam Pek, lebih dari pada itu dikatakan juga bahwa orang itu saudaranya.
Jelas, ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam.
Tan Ciu berdiri mematung.
Apa yang dapat dilakukan olehnya.
Kepada ayah yang sangat jahat? Tan Kiam Lam membuka suara.
"Kini kau sudah tidak meragukan lagi tentang keaslianku?"
"Belum. Aku masih kurang percaya."
Berkata Tan Ciu. Tan Kiam Lam menyengir seram, ia mendekati pemuda itu dan berkata.
"Percaya atau tidak percaya. hal ini sudah tidak menjadi soal lagi. Yang jelas kau tidak akan hidup lama."
"Kau ingin membunuh?"
"Betul."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Aku tidak mempunyai jalan lain, terpaksa, aku tidak dapat mengampuni lagi."
"Aku tidak membutuhkan pengampunanmu."
Berkata Tan Ciu gagah.
"Bagus,"
Berkata Tan Kiam Lam yang sudah mulai siap. Tan Ciu juga tidak lengah walaupun orang yang berada didepannya adalah sang ayah, Diantara kebenaran dan kejahatan tidak dapat dijadikan satu, mereka sedang bersitegang, Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.
"Hia, sudah jelas, wajah aslimu terbuka, Telah berulang kali kau katakan bahwa kau seorang baik. Dan si Telapak Dingin Han Thiat Ciu orang jahat, Kini kedokmu telah terbuka! Kau jahat, tentunya kau inilah si Telapak Tangan Dingin Han Thiat Ciu! Begitu, bukan?"
Tan Kiam Lam terbelalak tangannya yang sudah hampir bergerak itu berhenti karenanya. Tan Ciu berkata.
"Kau kira aku mudah dihina?".
"Apa maumu?"
"Kini kau telah membuka rahasiamu sendiri, kau telah melakukan kejahatan yang tiada caranya. Dosamu tak akan mendapat pengampunan."
"Walaupun aku telah melakukan kejahatan apa yang kau mau?"
Tan Kiam Lam masih bersikap temberang.
"Sebelum aku mati, aku akan berusaha menentangmu."
"Kau segera akan mati."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Belum tentu."
Berkata Tan Ciu gagah.
Diantara kedua orang itu telah terjadi ketegangan yang memuncak.
Kecuali Tan Kiam Lam dan Tan Ciu, masih ada seorang lainnya, itulah sigadis berbaju putih Cang Ceng Ceng, sayang gadis itu telah di Ie-hun Tay-hoat, pikirannya adalah otak Tan Kiam Lam.
Ia berdiri menyaksikan kedua orang yang berhadapan dekat itu.
Tiba-tiba ...
Terdengar suara geraman Tan Kiam Lam disertai dengan gerakan tangan
Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Tusuk Kondai Pusaka Karya SD Liong Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung