Ceritasilat Novel Online

Pukulan Naga Sakti 16


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 16


sebuah pukulan untuk menghantam Pek leng siancu So Bwe leng yang berada du tengah udara, kemudian bentaknya gemas .

   "Lebih baik kuhajar mampus kau siluman perempuan lebih dulu untuk menghilangkan rasa mendongkol dalam hatiku."

   Sementara tangan kanannya merogoh ke saku dan sekilas cahaya keemas emasan meluncur dari balik baju panjangnya kemudian diantara putaran pergelangan tangannya dia menyambut datangnya toya besi dari nenek dengan jurus Tay san yaa teng (bukit tay san menindih kepala).

   Bersamaan waktunya tangan kirinya sudah melepaskan pukulan itu berubah menjadi jurus Kim liong tham jiu (naga emas mementangkan cakar) menyongsong datangnya peluru baja Thi tan kim wan yang dilepaskan Yu Ceng hui.

   Lalu setelah berhasil menangkap peluru baja tadi dia mengayunkan pula benda mana kemuka untuk menghajar datangnya cahaya emas yang tiba belakangan.

   Dikala peluru baja disambit balik, Thi Eng khi menarik pula tangan kirinya ke depan dada, kebetulan serangan pedang dari pencuri sakti Go Jit menyambar datang.

   Dengan jurus Pin kong cho im (memburu sinar menangkap bayangan) dia jepit tubuh pedang tersebut dengan jepitan kedua jari tangannya.

   Secara beruntun Thi Eng khi telah mempergunakan empat macam kepandaian untuk menghadapi empat macam situasi yang sama sekali berbeda, untuk diceritakan memang terasa panjang, padahal kenyataannya terjadi dalam waktu yang singkat.

   Mula mula terdengar Pek leng siancu So Bwe leng menjerit melengking, lalu ia berteriak .

   "Engkoh Eng, kau bakal menyesal .."

   Sesosok bayangan tubuh terhajar sampai terpental sejauh beberapa kaki dari posisi semula.

   Setelah itu, peluru baja Thi tan kim wan yang disambit balik itu menghajar peluru baja Thi tan kim wan yang kedua dan mementalkannya sejauh satu kaki lebih dari tempat semula.

   Akibatnya timbul hujan bunga emas yang kebetulan menyongsong tubuh Thi tan kim wan Yu Ceng hwi sendiri, tentu saja jagoan itu tak ingin membiarkan senjata makan tuan, ia terdesak hebat dan buru buru menghindarkan diri dari ancaman tersebut.

   Sebaliknya pencuri sakti Go Jit yang pedang pendeknya kena dijepit jari tangan lawan betul betul mati kutu, walaupun dia telah mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, muka dan tengkuk sampai merah membara, namun senjatanya sama sekali tak bergeming.

   Yang paling hebat adalah toya baja yang dilancarkan si nenek, toya tersebut berhasil tertusuk telak oleh pedang emas Thian liong kim kiam milik Thi Eng khi, sehingga ujung pedang mana menembusi toya dan tersumbul setengah hun keluar.

   Si nenek itu sendiri ibarat kecapung yang menempel di tonggak batu, bukan saja tak mampu menggerakkan toyanya, mau ditarik balikpun tak bertenaga lagi.

   Thi Eng khi sendiri, walaupun dalam waktu yang hampir bersamaan harus menghadapi beberapa jago persilatan, ia masih kelihatan tenang dan biasa, sama sekali tak nampak ngotot atau kepayahan.

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui sebetulnya ada rencana untuk melakukan terjangan lagi begitu lolos dari ancaman peluru Thi tan kim wan miliknya, namun setelah menyaksikan kejadian yang berada di depan mata, ia menjadi ketakutan setengah mati, buru buru tubuhnya mundur terus menjauhi tempat tersebut, tentu saja diapun tak berani melancarkan tubrukan lagi .

   Sebab berdasarkan pengalamannya, dia sudah melihat kalau kepandaian silat yang dimiliki Thi Eng khi sangat lihay, bahkan mati hidup si nenek maupun pencuri sakti Go Jit sudah berada di bawah kekuasaan Thi Eng khi, terserah apa yang bakal dilakukan pemuda itu terhadapnya.

   Betul, ilmu Thi tan kim wan yang dimilikinya sangat ampuh, namun Yu Ceng hui pun sadar, sekalipun dia maju membantu, hal mana hanya akan sia sia belaka.

   Ditambah lagi dia melihat peluru baja Thi tan kim wan miliknya yang dihajar pental oleh Thi Eng khi tadi sudah berubah bentuknya menjadi kueh baja, tak heran kalau peluru mautnya tak sampai meledak ditangan anak muda tersebut tadi.

   Rupanya oleh karena tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi kelewat sempurna, sewaktu peluru Thi tan kim wan itu jatuh ke tangannya tadi, tanpa terasa sudah kena tertekan oleh kekuatannya hingga berubah bentuk, tak heran jika peluru mana tak sanggup menimbulkan daya ledaknya yang hebat dan mematikan.

   Perlu diketahui, peluru Thi tan kim wan dari Yu Ceng hui tersebut bukan terbuat dari besi biasa, melainkan terbuat dari serbuk baja yang sangat lembut, daya kemampuannya sangat besar dan bukan sembarangan orang dapat menghadapinya.

   Bila orang biasa yang melakukan penahanan terhadap serangan tersebut, asal benda mana meledak niscaya sang korban akan tewas.

   Menurut sejarah pengalaman dari Thi tan kim wan Yu Ceng hui, belum pernah ada orang yang mampu mematahkan serangan peluru Thi tan kim wan miliknya, paling banter mereka hanya bisa meloloskan diri dari ancaman bahaya maut.

   Oleh sebab itu, setelah ia menyaksikan peluru sakti Thi tan kim wannya hancur menjadi begitu rupa, kontan hatinya keder dan ia tak berani sembarangan berkutik lagi.

   Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng yang terkapar di tanah telah menggeliat dan memanggil dengan suara lirih .

   "Engkoh Eng.."

   Dia mengangkat tangannya, mengangkat teratai emas Jit kiau kim lian tersebut seperti hendak dilemparkan ke muka tapi lantaran luka yang dideritanya kelewat parah, tak ada tenaga yang bisa digunakan, tangannya yang baru terangkat kembali terkulai, teratai emas Jit kiau kim lian itupun tergelinding ke samping.

   Ternyata perginya Pek leng siancu So Bwe leng tadi hanya bertujuan untuk memancing tumbuhnya kembali rasa cinta pemuda tersebut kepadanya, asal pemuda itu menyusulnya maka dia akan mencari kesempatan untuk minta maaf kepadanya.

   Siapa tahu jalan pikiran Thi Eng khi sama sekali berbeda dengan jalan pemikirannya, ia sama sekali tidak menganggap gadis itu sebagai Pek leng siancu So Bwe leng pribadi, malah ia begitu tega melancarkan bacokan ke tubuhnya.

   Semestinya serangan tersebut tak akan sampai membuat Pek leng siancu So Bwe leng menderita luka parah.

   Dengan kemampuan yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe leng sekarang, kendatipun ia tak sanggup menerima serangan yang dilepaskan dengan tenaga enam bagian ini, namun untuk menghindari yang berat dan mencari luka yang ringan bukanlah suatu pekerjaan yang sulit baginya.

   Jadi dengan perkataan lain, Pek leng siancu So Bwe leng memang sengaja menerima pukulan dari Thi Eng khi tersebut karena dia mempunyai maksud tertentu.

   Oleh sebab itu, ketika Pek leng siancu So Bwe leng sudah mencelat keudara dan tak melihat pemuda itu menyusulnya, malah sebaliknya menambahi dengan sebuah pukulan yang mematikan lagi, dia lantas menarik kesimpulan kalau Thi Eng khi memang sudah tidak menaruh perasaan lagi kepadanya, malah bisa jadi dalam hatinya sudah tiada lagi dirinya.

   Begitu ingatan tersebut muncul, Pek leng siancu So Bwe leng segera merasa hidupnya menjadi hambar, ia kecewa dan putus asa, dalam waktu singkat timbullah niatnya untuk mengakhiri hidupnya.

   Maka bukan saja dia tidak melepaskan pukulan untuk melancarkan serangan balasan, atau mencoba berkelit kesamping, sebaliknya dia malah membuyarkan tenaga dalamnya dan menyambut serangan dari Thi Eng khi tersebut.

   Kontan saja hawa murninya buyar dan ia jatuh tak sadarkan diri.

   Menanti gadis itu sadar kembali, jaraknya dengan kematian sudah tak jauh, tipis sekali harapan baginya untuk pulih dalam keadaan sehat seperti semula.

   Namun dalam benak Pek leng siancu So Bwe leng justeru terjadi lagi perubahan sebesar seratus delapan puluh derajat, dia merasa kematian semacam ini sama sekali tak ada harganya, terlalu tidak beralasan, lagi pula yang membuatnya rela mati adalah ia mencintai Thi Eng khi dengan bersungguh hati, kalau dia harus mati dalam keadaan demikian bukankah Engkoh Eng nya bakal menyesal sepanjang masa? Sayang sekali hal itu disadari kelewat terlambat, kini nasi sudah menjadi bubur, tenaga untuk menyerahkan teratai emas Jit kiau kim lian ke tangan Thi Eng khi pun sudah tidak dimiliki lagi.

   Kepalanya terkulai dan ia jatuh tak sadarkan diri lagi.

   Teratai emas Jit kiau kim lian itu menggelinding disisi tubuhnya.

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui bertindak cepat, dia segera membalikkan badan dan menerjang kearah teratai emas tersebut.

   Thi Eng khi segera mengerahkan tenaga dalamnya ke lengan, lalu menggetarkan tubuh si nenek dan pencuri sakti Go Jit sampai mencelat sejauh beberapa langkah, setelah itu dengan mengerahkan ilmu Hu kong keng im ia menyerobot kemuka dan menyambar teratai emas tersebut lebih dahulu.

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui hanya merasakan pandangan matanya kabur, tahu tahu teratai emas Jit kiau kim lian tersebut telah jatuh ke tangan Thi Eng khi.

   Kenyataan mana kontan saja menggidikkan hatinya, segulung hawa dingin sempat menembusi tubuhnya kemana mana.

   Sudah barang tentu ia tak berani merebut mestika itu lagi, dengan cepat tubuhnya mundur sejauh beberapa kaki ke belakang, kemudian ditatapnya Thi Eng khi dengan termangu mangu.

   Sementara itu, Pek leng siancu So Bwe leng yang berada dalam keadaan tak sadar kembali bergumam .

   "Engkoh Eng.! Aku tak akan menyalahkan dirimu ."

   Suaranya rendah dan lemah, boleh dibilang ucapan mana tak sempat ditumpahkan keluar, andaikata Thi Eng khi tidak memiliki tenaga dalam yang sempurna, sulit baginya untuk menangkap gumaman tersebut.

   Orang bilang ucapan yang dikatakan orang yang hampir mati biasanya bukan kata bohong.

   Thi Eng khi merasa dadanya bagaikan dihantam dengan martil berat, kepalanya menjadi pening dan mukanya berubah pucat pias, dengan terkejut bentaknya .

   "Kau benar benar adalah adik Leng?"

   Sepasang tangannya bekerja cepat, dalam waktu yang singkat, ia menotok tiga puluh enam buah jalan darah penting di tubuh Pek leng siancu So Bwe leng untuk sementara waktu dia cegah menjalarnya luka itu.

   Kemudian dari sakunya dia mengeluarkan pil Kim khong giok lok wan dan menjejalkan tiga butir ke mulut gadis tersebut.

   Ilmu pertabiban yang dimiliknya sekarang sudah amat lihay, meskipun ia tahu kalau Kim khong giok lok wan tak bisa menyembuhkan luka pukulan, tapi justru memiliki kasiat untuk menunda saat kematian seseorang.

   Itulah sebabnya dia tak segan menggunakan obat mujarab itu untuk mempertahankan selembar jiwanya lebih dulu, kemudian baru diusahakan pertolongannya.

   Dibawah totokan dan pemberian obat mujarab dari Thi Eng khi, Pek leng siancu So Bwe leng behasil menghembuskan napas panjang, bahkan kesadarannya telah pulih kembali.

   Betul sorot matanya sayu tapi penuh dengan perasaan cinta yang amat tebal.

   Buru buru Thi Eng khi memeluk gadis itu dan merangkulnya kencang kencang.

   Dalam pada itu, Thi tan kim wan Yu Ceng hui sekalian bertiga sedang berkumpul jadi satu dan berbisik bisik, agaknya sedang merundingkan cara untuk menghadapi kejadian yang ada di depan mata.

   Pek leng siancu So Bwe leng yang bersandar dalam pelukan Thi Eng khi berbisik lagi lirih .

   "Engkoh Eng, aku tak mengerti apa sebabnya kau begitu membenci diriku ?"

   Thi Eng khi berusaha menenangkan hatinya, dia tidak segera menjawab pertanyaan dari Pek leng siancu So Bwe leng, melainkan meraba ke belakang telinga gadis itu.

   Sebab dia teringat kalau So Bwe leng gadungan mengenakan topeng kulit manusia, maka dia ingin melalui cara itu untuk membedakan palsu dan aslinya.

   Jilid 25 Ketika tangannya meraba di belakang telinga Pek leng siancu So Bwe leng, terasa olehnya kulit disana halus dan lembut ternyata tidak menunjukkan pertanda kalau mengenakan topeng kulit manusia Bukti itu membuat sang pemuda tak bisa menahan diri lagi, segera dipeluknya Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang dan serunya dengan amat pedih .

   "Adik Leng! Oooh..... kau benar benar adik Leng! Kau benar benar adalah adik Leng!"

   Tiba tiba dia mendekap tubuh Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang, setelah itu serunya sambil menangis tersedu sedu .

   "Oooh Thian! Sebetulnya aku Thi Eng khi telah melakukan perbuatan apa ......?"

   Sementara itu kesadaran Pek leng siancu So Bwe leng telah menjadi terang kembali, dari nada pembicaraan Thi Eng khi, diapun mendengar kalau anak muda itu telah menaruh kesalahan paham terhadapnya, diam diam ia menjadi menyesal, ia merasa gurauan yang dilakukannya selama ini sesungguhnya kelewat batas.

   Kalau nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun tak ada gunanya, sekarang apa yang bisa digunakan olehnya hanya memberitahukan kepada pemuda itu bahwasannya dia benar benar Pek leng siancu So Bwe leng pribadi.

   Sambil menggerakkan tubuhnya, ia pun berbisik .

   "Engkoh Eng, peluklah aku erat erat!"

   Thi Eng khi segera memeluk Pek leng siancu So Bwe leng kencang kencang .... Kembali Pek leng siancu So Bwe leng berkata .

   "Engkoh Eng, pada mulanya apakah kau mengira aku bukan adik Leng mu ....?"

   Thi Eng khi menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan wajah bingung .

   "Aku tidak tahu!"

   Apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan perkataan itu? Dia sendiripun tidak tahu, sebab ia sudah tidak mempunyai rasa percaya lagi pada alam sekitarnya.

   "Engkoh Eng, tempelkan telingamu kemari!"

   Bisik Pek leng siancu So Bwe leng kemudian sambil menyusupkan badannya ke dalam pelukan hangat Thi Eng khi. Anak muda itu segera menunduk.

   "Perkataan apa yang hendak kau katakan?"

   Sahutnya.

   Pek leng siancu So Bwe leng mendongakkan kepalanya, tapi sebelum berbicara mukanya sudah merah lebih dulu.

   Thi Eng khi mengira itulah pertanda saat terakhir gadis itu sudah tiba, buru buru ia menempelkan telapak tangannya ke atas dada So Bwe leng, kemudian menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh gadis itu.

   Setelah itulah ia baru bertanya .

   "Apa yang hendak kau katakan?"

   Pek leng siancu So Bwe leng memejamkan matanya seperti lagi mengenang kembali kejadian lama, setelah itu dia baru tersenyum dan berkata dengan nada malu malu .

   "Suatu hari ..... suatu tengah malam, di ..... dibawah sinar rembulan, aku .... aku telah mencubit sekali pa....pahamu .... masih ..... masih ingat ...."

   Thi Eng khi menjadi amat pedih hatinya sesudah mendengar perkataan itu, tanpa terasa dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

   Padahal sekalipun So Bwe leng tidak mengungkap kejadian itu, ia sudah percaya kalau gadis yang berada dalam pelukannya adalah Pek leng siancu So Bwe leng yang asli.

   Apalagi setelah gadis itu menyinggung kembali kenangan manis yang pernah mereka alami bersama dulu, anak muda tersebut tak sanggup mengendalikan diri lagi, ia benar benar amat terharu.

   Tatkala titik air mata jatuh bercucuran membasahi wajah So Bwe leng, dengan terkesiap gadis itu menengadah.

   "Engkoh Eng, kau menangis?"

   Tegurnya. Thi Eng khi segera berpaling kearah lain, diam diam ia menyeka air matanya, kemudian sambil tertawa paksa ujarnya .

   "Adik Leng, kau jangan sembarangan bicara, siapa bilang aku sedang menangis?"

   "Engkoh Eng, jangan membohongi aku, aku mengerti hidupku tak lama lagi..."

   Ucapan gadis tersebut diutarakan dengan nada datar, tenang dan sama sekali tanpa emosi.

   Sesungguhnya luka yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng sekarang bukannya sama sekali tak tertolong lagi, seandainya Thi Eng khi masih mempunyai sebutir pil Toh mia kim wan dari Thian liong pay, niscaya jiwa gadis itu akan tertolong.

   Namun sisa empat butir Toh mia kim wan yang dimiliki Thi Eng khi sudah habis terpakai, meskipun ilmu pertabibannya lihay dan di dunia ini masih terdapat bahan obat obatan lainnya yang dapat menyembuhkan luka parah yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng, namun nyawa Pek leng siancu So Bwe leng sekarang sudah berada di ujung tanduk, lagipula bahan obat obatan tersebut sukar diperolah, kenyataan tersebut membuat anak muda itu menjadi kehabisan daya.

   Teringat soal obat obatan, Thi Eng khi segera teringat kembali dengan gua pertapaan dari Cu sim ci cu Thio Biau liong, bukankah disana tersedia berbagai macam obat obatan mujarab? Siapa tahu selembar nyawa So Bwe leng masih ada harapan untuk diselamatkan? Berpikir sampai disitu, Thi Eng khi ingin sekali kalau bisa segera sampai di gua pertapaan Thio Biau liong.

   Cepat ia menunduk dan berbisik kepada gadis itu .

   "Adik Leng, aku akan mengajakmu menuju ke suatu tempat, disana lukamu itu pasti akan sembuh!"

   Habis berkata, dia membopong tubuh si nona dan siap menuruni tanah perbukitan itu.

   Sudah barang tentu Thi tan kim wan Yu Ceng hui sekalian tidak rela membiarkan Thi Eng khi pergi dari situ dengan membawa teratai emas Jit kiau kim lian tersebut, meski mereka tahu bukan tandingan anak muda tersebut, namun prinsip mati demi harta mendorong mereka untuk berbuat nekad.

   Serentak ketiga orang itu menampilkan diri dan menghadang jalan pergi Thi Eng khi.

   "Bocah keparat, tinggalkan teratai emas Jit kiau kim lian itu lebih dulu sebelum meninggalkan tempat ini!"

   Bentak nenek itu keras keras.

   Dalam pada itu, semua pikiran dan perhatian Thi Eng khi telah dicurahkan seratus persen diatas tubuh Pek leng siancu So Bwe leng, berbicara soal tenaga dalamnya, meski dia harus membopong So Bwe leng, juga tak akan pandang sebelah matapun terhadap ketiga orang musuhnya.

   Akan tetapi, bagaimanapun juga suatu pertarungan membutuhkan waktu, dia enggan membuang waktu dengan percuma, maka timbullah niatnya untuk serahkan teratai emas Jit kiau kim lian tersebut kepada mereka bertiga, daripada menimbulkan keributan yang tak perlu.

   Sebagai pemuda yang berjiwa besar, ia tidak kelewat menaruh pandangan serius terhadap benda yang ada di dunia ini.

   Selain daripada itu, dia pun mempunyai suatu pikiran sendiri, selama gunung nan hijau, dia tak kuatir tiada kayu bakar.

   Dalam anggapannya menyelamatkan jiwa So Bwe leng jauh lebih penting artinya daripada kehilangan sebuah teratai emas Jit kiau kim lian, apalagi seandainya gara gara peristiwa itu menyebabkan si nona ketimpa musibah, bukankah kejadian ini akan membuatnya menyesal sepanjang masa? Toh hari ini teratai emas itu diserahkan kepada mereka, besok ia masih mempunyai kesempatan untuk merebutnya kembali.

   Pemikiran semacam ini bukan baru sekali melintas dalam benaknya, berapa tahun berselang, dikala ia meninggalkan lukisan para jago di perkampungan Ki hian san ceng, dimana kemudian lukisan tersebut direbut oleh Huan im sin ang, anak muda ini pun berpendapat demikian.

   Begitu keputusan diambil, dia lantas mengambil teratai emas Jit kiau kim lian tersebut dan siap diangsurkan kepada musuh, yang kurang hanya maksud tersebut belum diutarakan.

   Mendadak So Bwe leng yang berada dalam pelukannya berpekik .

   "Jangan ...."

   Karena ucapan tersebut diutarakan kelewat buru buru, dia merasa hawa murni dalam dadanya bergolak, tak ampun darah segar mengucur keluar lewat ujung bibirnya sementara orangnya sudah jatuh tak sadarkan diri ....

   Thi Eng khi paling memahami watak So Bwe leng, ia tak berani menentang keinginannya, maka tangan yang sudah diulurkan ke depan segera ditarik kembali, sepasang matanya yang tajam menggidikkan pun dialihkan ke wajah tiga orang lawannya.

   Sikap penuh kewibawaan dari pemuda itu kontan mengejutkan ketiga orang lawannya sampai sampai mereka tertegun dan bergidik, tanpa disadari masing masing orang mundur selangkah ke belakang.

   Thi Eng khi segera menghimpun tenaganya bersiap siaga, seakan akan tidak menganggap kehadiran mereka, ia menerjang pergi dari situ dengan langkah lebar.

   Ternyata Thi tan kim wan Yu Ceng hui sekalian bertiga tak berani turun tangan menghadang jalan perginya.

   Dalam waktu singkat Thi Eng khi sudah berada beberapa kaki jauhnya dari tempat semula.

   Pada saat itulah, dari depan sana meluncur datang sesosok bayangan manusia dengan kecepatan tinggi tatkala orang itu menyaksikan Pek leng siancu So Bwe leng yang berada dalam bopongan Thi Eng khi, mendadak ia menghentikan gerakan tubuhnya dan segera menghadang jalan pergi anak muda itu.

   "Omitohud!"

   Seru orang itu.

   "harap sicu segera membaringkan nona itu keatas tanah!"

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Thi Eng khi mengalihkan sorot matanya ke depan, ternyata pendatang tersebut adalah seorang nikou tua yang berwajah segar, ketika itu dengan wajah tak senang hati ia menatap Pek leng siancu So Bwe leng yang berada dalam pelukannya dengan pandangan tajam.

   Kebetulan pula Pek leng siancu So Bwe leng sedang berada dalam keadaan tak sadarkan diri, darah kental meleleh menodai ujung bibirnya, keadaan yang sangat mengenaskan itu kontan saja menimbulkan kobaran hawa amarah dalam dada nikou tua itu.

   "Nona So yang berada dalam pelukanmu itu terluka ditangan siapa?"

   Segera tegurnya dingin. Tentu saja pertanyaan itu ditujukan kepada Thi Eng khi, akan tetapi Thi tan kim wan Yu Ceng hui segera memburu kemuka, dia menjura lebih dulu kepada nikou tua itu, lalu berseru .

   "Sinni, tepat sekali kedatanganmu, nona ini terluka ditangan bocah keparat tersebut."

   Nikou itu segera berpaling kembali kearah Thi Eng khi, setelah itu bentaknya .

   "Betulkah apa yang diucapkan Yu sicu itu?"

   Kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, tampaknya nikou tua itu sudah lama kenal dengan Thi tan kim wan Yu Ceng hui.

   Sebenarnya Thi Eng khi tergesa gesa hendak berlalu dari situ karena dia kuatir luka yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng bertambah buruk, namun mendongkol juga hatinya setelah mendengar teguran tersebut, dia segera berseru .

   "Kalau nona So memang terluka ditanganku, mau apa kau?"

   Nikou tua itu sama sekali tidak menyangka kalau Thi Eng khi bakal menjawab dengan ucapan sekasar itu, untuk sesaat dia menjadi tertegun. Tapi sejenak kemudian sambil tertawa keras lantaran gusar, serunya .

   "Aku tahu kepandaian silat yang sauhiap miliki sangat lihay, apalagi begitu turun tangan lantas bisa melukai parah orang lain, biarlah pinni yang tak tahu diri mohon beberapa petunjuk darimu!"

   "Apa salahnya jika kalian berempat maju bersama?"

   Jengek Thi Eng khi dengan kening berkerut.

   "akan kusambut kalian semua!"

   Ia menganggap nikou tua itu sebagai anggota komplotan dari Thi tan kim wan sekalian, sebab itu sikapnya terhadap si nikou tua sedikitpun tidak sungkan sungkan.

   Nikou tua itu merupakan seorang tokoh silat yang berkedudukan tinggi, belum pernah ada orang bersikap begitu kurang ajar kepadanya, sambil tertawa dingin ia lantas berseru .

   "Besar amat caramu berbicara, sayang kau telah salah melihat orang, pinni tak akan sungkan sungkan lagi kepadamu."

   Seusai berkata, segera bentaknya .

   "Cepat baringkan nona So keatas tanah, kemudian datang menyambut kematianmu!"

   "Membaringkan nona So ke atas tanah atau tidak merupakan urusan pribadiku sendiri, bila kau ingin turun tangan, silahkan saja segera turun tangan!"

   Nikou tua itu benar benar dibikin gusar hingga sepasang alis matanya berkenyit, sepasang telapak tangannya disiapkan, begitu melangkah kemuka, dengan jurus Yau koh thian bun (mengetuk pintu langit dari jauh) ia melepaskan sebuah serangan dahsyat.

   Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menerjang kearah batok kepala Thi Eng khi.

   "Sebuah serangan yang bagus!"

   Seru Thi Eng khi.

   Lengan kanannya diayunkan pula ke depan, dengan jurus Tiu juang wang gwat (mendorong jendela melihat rembulan) telapak tangannya didorong keatas melepaskan pula sebuah pukulan.

   Berhubung Thi Eng khi harus membopong tubuh seseorang dalam pelukannya, maka dia bermaksud untuk menyelesaikan pertarungan itu secepatnya, tak heran kalau begitu turun tangan, dia telah menggunakan tenaganya sebesar delapan bagian.

   Begitu sepasang telapak tangan saling bertemu, terjadilah ledakan keras yang menimbulkan desingan angin berpusing yang membumbung tinggi ke angkasa.

   Akibatnya nikou tua itu terdorong mundur sejauh lima langkah, sebaliknya Thi Eng khi sama sekali tidak bergeming.

   Tak terlukiskan rasa kaget nikou tua itu menghadapi kenyataan yang berada di depan mata, tanpa terasa tegurnya .

   "Siapa kau?"

   "Aku adalah Thi Eng khi, ciangbunjin dari Thian liong pay!"

   Nikou tua itu nampak agak tertegun, keningnya kembali berkerut kencang ......

   Kebetulan So Bwe leng yang berada dalam bopongan Thi Eng khi sadar kembali dari pingsannya setelah terkena pengaruh benturan angin pukulan kedua orang itu, sambil menengadah memandang wajah pemuda itu, serunya .

   "Engkoh Eng, kau sedang bertarung melawan siapa?"

   "Dengan seorang nikou tua yang tak tahu diri."

   Pek leng siancu So Bwe leng segera berpaling, begitu melihat wajah nikou tua itu, segera jeritnya tertahan .

   "Oooh suhu.... suhu!"

   Jeritan So Bwe leng itu segera membangkitkan semangat nikou tua itu untuk melindungi muridnya, tanpa menggubris kelihayan dari Thi Eng khi lagi, ia menubruk kembali dari arah depan sambil serunya penuh kegusaran .

   "Jika kau tidak menurunkan kembali anak Leng, pinni akan beradu jiwa denganmu!"

   Walaupun ia tidak memperhatikan hubungan antara Thi Eng khi dengan So Bwe leng namun Thi Eng khi sudah tahu kalau nikou tua yang berada di hadapannya adalah guru gadis itu, tentu saja dia segan untuk melanjutkan pertarungan itu.

   Dengan menggunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im, dengan cekatan si anak muda itu menghindarkan diri dari ancaman nikou tua tersebut, buru buru serunya .

   "Locianpwe, kau salah paham, harap dengarkan dulu penjelasan boanpwe ....!"

   Bersamaan itu pula, Pek leng siancu So Bwe leng juga berteriak keras .

   "Suhu! Oooh.... suhu! Engkoh Eng adalah orang sendiri, kau tak boleh melukainya."

   Sekarang nikou tua itu baru percaya kalau ia sudah menaruh prasangka jelek terhadap pemuda tersebut, padahal kejadian mana hanya suatu kesalahan paham belaka, serentak dia menarik kembali serangannya sambil mundur ke belakang.

   "Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"

   Tanyanya kemudian kebingungan. So Bwe leng tidak langsung menjawab pertanyaan gurunya, melainkan berbisik kepada Thi Eng khi .

   "Cepat mohon maaf kepada guruku!"

   "Siapa sih gurumu ini?"

   "Kau belum pernah mendengar tentang Sam ku sinni?"

   "Oooh....! Rupanya dia orang tua!"

   Thi Eng khi manggut manggut dengan wajah serius.

   Perlu diketahui, Sam ku sinni dan Sim ji sinni disebut orang sebagai Siang hiap sinni (sepasang pendekar nikou), kedudukannya amat tinggi didalam dunia persilatan, selama ini Thi Eng khi hanya pernah mendengar namanya, tak kenal orangnya, itulah sebabnya ia telah bersikap kurang sopan terhadapnya tadi.

   Dengan cepat, ia maju kedepan dengan langkah lebar, masih tetap membopong tubuh Pek leng siancu So Bwe leng, dengan wajah merah padam karena jengah, serunya kepada Sam ku sinni .

   "Berhubung boanpwe sangat menguatirkan keselamatan dari adik Leng hingga perasaan tegang menyelimuti diriku, akibatnya boanpwe telah bersikap kurang hormat kepada sinni barusan. Harap locianpwe sudi memandang diatas wajah adik Leng dan memaafkan kesalahanku tadi."

   Sam ku sinni memperhatikan Thi Eng khi beberapa saat lamanya, mendadak ia menghela napas panjang.

   "Aaai...., ombak belakang sungai Tiangkang mendorong ombak didepannya, orang baru memang harus menggantikan orang lama, sauhiap! Sempurna amat tenaga dalammu!"

   Kemudian sambil mengulurkan tangannya menyambut tubuh Pek leng siancu So Bwe leng, ia menambahkan .

   "Sebenarnya apa yang terjadi? Sungguh bikin sinni kebingungan setengah mati."

   Di bawah persetujuan Pek leng siancu So Bwe leng, Thi Eng khi segera menuturkan apa yang barusan terjadi hingga dia salah melukai gadis tersebut, sebagai akhir kata dia menambahkan .

   "Setelah boanpwe salah melukai adik Leng, sebenarnya aku bermaksud berangkat meninggalkan tempat ini untuk mengobati lukanya, tak nyana locianpwe telah datang."

   Tiba tiba Sam ku sinni memperhatikan sekejap teratai emas Jit kiau kim lian yang berada di tangan Thi Eng khi lalu ujarnya .

   "Tak usap kuatir sauhiap, luka anak Leng serahkan saja kepada pinni ....!"

   "Omitohud,"

   Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, Ci kong taysu dari Siau lim si beserta ke lima orang sutenya telah melayang datang ke tengah arena.

   Begitu menyaksikan kehadiran Sam ku sinni di sana, Ci kong taysu segera merangkap tangannya memberi hormat seraya berkata .

   "Terima kasih banyak atas kebaikan budi sinni dan Thi ciangbunjin yang telah membantu partai kami untuk merebut kembali teratai emas Jit kiau kim lian!"

   Sembari berkata sepasang matanya yang lembut dan halus dialihkan ke atas teratai emas Jit kiau kim lian yang berada dalam genggaman Thi Eng khi ....

   Dalam pada itu, Thi tan kim wan Yu Ceng hui sekalian entah sejak kapan telah ngeloyor pergi secara diam diam.

   "Ucapan taysu kelewat serius,"

   Thi Eng khi membalas hormat sambil tertawa.

   "Teratai emas Jit kiau kim lian berada di sini, harap taysu sudi menerimanya kembali."

   Dengan membawa teratai emas Jit kiau kim lian tersebut, ia berjalan menghampiri Ci kong taysu.

   Dengan serius pula, Ci kong taysu menyambut benda mestika tadi.

   Ci wan taysu yang berada di belakangnya segera menyelinap kedepan dan menerima pula mestika itu dari tangan ketuanya.

   Ci tin taysu, Ci san taysu, Ci bi taysu dan Ci sin taysu serentak berdiri diempat penjuru dan melindungi Ci wan taysu.

   Ci wan taysu yang membawa teratai emas Jit kiau kim lian tak dapat memberi hormat kepada Thi Eng khi untuk menyampaikan rasa terima kasihnya, akan tetapi air matanya telah jatuh bercucuran karena terharu....

   Perlu diketahui, teratai emas Jit kiau kim lian hilang sewaktu berada di tangannya, bila benda mestika ini tidak berhasil ditemukan kembali, maka dia akan menjadi orang yang paling berdosa dalam perguruannya, bisa dibayangkan betapa terharu dan terima kasihnya pendeta ini terhadap Thi Eng khi.

   Namun, kalau berbicara yang sesungguhnya, teratai emas Jit kiau kim lian itu berhasil dirampas oleh Pek leng siancu So Bwe leng dari tangan pencuri sakti Go Jit hingga jasa yang sebetulnya tidak berada di tangan Thi Eng khi.

   Di bawah sorot mata para pendeta dari Siau lim si yang diliputi rasa haru dan terima kasih, Thi Eng khi merasa amat tak tenang hatinya.

   Selembar wajahnya turut berubah menjadi merah padam karena jengah, buru buru ia berseru .

   "Berbicara sebetulnya, teratai emas Jit kiau kim lian partai anda sebetulnya direbut kembali oleh Pek leng siancu So Bwe leng, murid dari Sinni ini, sedang aku sendiri sama sekali tidak membuat pahala apa-apa."

   Seusai berkata, ia lantas memperkenalkan Pek leng siancu So Bwe leng kepada Ci kong taysu.

   Setelah mendengar penjelasan Thi Eng khi, Ci kong taysu serta kelima orang sutenya bersama sama mengalihkan sorot matanya ke wajah Pek leng siancu So Bwe leng.

   Luka yang diderita Pek leng siancu So Bwe leng sangat parah, waktu itu dia sedang bersandar dalam pelukan Sam ku sinni dengan napas yang sangat lemah, kematian sudah berada di ambang pintu.

   Ci kong taysu sekalian merupakan jago jago persilatan yang berilmu tinggi, dalam sekilas pandangan saja mereka dapat melihat kalau keselamatan jiwa Pek leng siancu So Bwe leng berada di ujung tanduk, tak terlukiskan rasa kaget mereka serentak menegur .

   "Apakah nona So menderita luka parah?"

   Sam ku sinni menghela napas panjang .

   "Aaaai.... isi perut muridku sudah bergeser dari tempatnya, nadinya sudah putus sebagian, kecuali .... aaai."

   Agaknya dia merasa kurang leluasa untuk melanjutkan perkataan selanjutnya, maka setelah menghela napas dia menghentikan perkataan selanjutnya.

   Tujuan Thi Eng khi semula adalah mengajak Pek leng siancu So Bwe leng menuju ke gua pertapaan Cu sim ci cu Thio Biau liong untuk beradu nasib.

   Setelah terjadi peristiwa mana banyak waktu sudah terbuang lagi dengan percuma, maka begitu Sam ku sinni menyinggung kembali, dia semakin gelisah lagi, buru buru ia meminta gadis tersebut dari bopongan gurunya.

   Namun Sam ku sinni segera menggelengkan kepalanya sembari berkata .

   "Bocah ini mengenaskan sekali nasibnya, biarkanlah dia berbaring dalam pelukanku dengan tenang!"

   "Tapi boanpwe hendak menghantar adik Leng menuju ke bukit Bu gi san untuk mencari penyembuhan harap locianpwe suka menyerahkan kembali adik Leng kepada boanpwe!"

   Seru Thi Eng khi lagi dengan gelisah.

   "Apakah kau hendak mencari Sim ji sinni?"

   "Tidak, boanpwe mempunyai tujuan tempat lain!"

   "Tahukah kau berapa jauhkah jarak dari tempat ini sampai ke bukit Bu gi san?"

   Thi Eng khi agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, sahutnya kemudian .

   "Sekarang jaraknya ribuan li dari sini, boanpwe percaya suatu ketika pasti akan sampai juga di tempat tujuan."

   "Apakah anak Leng bisa selamat dari hari ini?"

   Kembali Sam ku sinni bertanya. Thi Eng khi merasa hatinya gugup sekali, dengan perasaan bingung dan tanpa berpikir panjang lagi, dia berseru .

   "Boanpwe akan berusaha dengan sekuat tenaga mungkin perjalananku akan lebih cepat dua jam lagi!"

   Thi Eng khi berbicara menurut kemampuan yang dimilikinya, namun setelah masuk ke telinga orang, mereka segera memperlihatkan perasaan tidak percaya.

   Perlu diketahui, bagi orang awam biasa jarak sejauh ribuan li hanya bisa dicapai setelah melakukan perjalanan selama setengah bulan lamanya.

   Bagi jago lihay dari dunia persilatan, kendatipun sudah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, paling tidak mereka pun membutuhkan waktu selama empat lima hari.

   Bukankah ucapan dari Thi Eng khi barusan kelewat dibesar besarkan? Sam ku sinni adalah satu satunya orang yang sama sekali tdiak memperlihatkan rasa kaget atau tercengang, dengan sikap yang amat tenang, dia berkata .

   "Pinni sudah mengetahui kalau tenaga dalam yang sauhiap miliki sangat tangguh, bahkan boleh dibilang merupakan tokoh yang termasyur dalam dunia persilatan, ditambah pula ilmu gerakan Hu kong keng im dari Bu im sin hong Kian Kim siang, pinni percaya percaya kau memiliki kecepatan gerak seperti apa yang kau ucapkan, namun sayangnya nyawa anak Leng sukar untuk diperpanjang dua jam lagi. Kendatipun kau bisa menempuh perjalanan dengan kecepatan luar biasa, juga tak ada kegunaannya dalam persoalan ini!"

   Sam ku sinni tak malu disebut jagoan lihay masa kini, hanya dalam sekali bentrokan saja, ia sudah mengetahui sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi, bahkan dari gerakan tubuhnya, ia pun dapat melihat kalau ilmu gerakan tubuh yang dipakai pemuda tersebut adalah Hu kong keng im, ajaran Bu im sin hong Kian Kim siang.

   Begitu ucapan tersebut diutarakan, serentak semua orang dibikin amat terperanjat.

   Bahkan Thi Eng khi sendiripun merasa sangat kagum sekali atas ketajaman matanya untuk menilai kepandaian yang digunakan.

   Karena tidak bisa menjawab, maka diapun membungkam.

   Sementara itu, paras muka ketua Siau lim si Ci kong taysu telah berubah beberapa kali, akhirnya dengan wajah serius dia berkata .

   "Sinni cianpwe, untuk sementara waktu boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu!"

   "Silahkan taysu!"

   Sahut Sam ku sinni sambil tersenyum. Ci kong taysu segera mengebaskan ujung bajunya, lalu kepada Ci wan taysu sekalian berlima, ia berseru .

   "Sute berlima, kemarilah! Aku ada persoalan yang hendak dirundingkan dengan dirimu!"

   Enam orang pendeta itu melayang turun meninggalkan bukit tersebut dan akhirnya lenyap di balik hutan sana. Sepeninggal ke enam orang pendeta itu, dengan perasaan yang tak tenang Thi Eng khi segera berkata .

   "Locianpwe, bagaimanakah pendapatmu tentang luka yang diderita adik Leng ? Barusan, bukankah kau orang tua mengatakan kalau urusan itu akan kau tanggung?"

   "Bila kesempatan tidak tersedia, pinni pun tak bisa berbuat apa apa, untuk menolong anak Leng, kita harus melihat dulu kebesaran jiwa ketua Siau lim si."

   Thi Eng khi termenung beberapa saat lamanya, kemudian dengan kening berkerut, ia menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Sungguh menyesal, boanpwe tidak dapat memahami maksud dari ucapan locianpwe itu."

   "Apa yang pinni ucapkan adalah suatu kenyataan, sebentar kau bakal tahu sendiri."

   Karena nikou tua itu sudah berkata begitu, Thi Eng khi agak sungkan untuk bertanya lebih jauh, namun setelah ditunggunya selama sepertanak nasi lamanya, selain merasa membuang waktu dengan percuma, tiada sesuatu apa pun yang terjadi.

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ia tak habis mengerti penantian semacam ini bisa memberi bantuan apa terhadap keselamatan Pek leng siancu So Bwe leng? Thi Eng khi menjadi gelisah sekali seperti semut dalam kuali panas, dia berjalan bolak balik tanpa tujuan, main berjalan makin cepat hingga seperti orang gila saja.

   Beberapa kali dia ingin mengerahkan ilmu tenaga dalamnya untuk menyadap pembicaraan Ci kong taysu sekalian, dia ingin mencari tahu persoalan apakah yang sedang mereka rundingkan, apa sebabnya dia belum juga kembali ."

   Akan tetapi, sebagai manusia yang jujur, dia merasa perbuatannya itu memalukan sekali, sehingga dia menahan diri dan tak berani melakukan perbuatan tersebut.

   Sementara itu, paras muka Sam ku sinni juga diliputi oleh kemurungan, tiada hentinya dia menengok ke bawah bukit sana.

   Setengah harian lamanya kembali sudah lewat.

   Thi Eng khi sudah hampair gila saking gelisahnya, mendadak serunya dengan suara lantang .

   "Boanpwe tak dapat menunggu lebih lama lagi, lebih baik kita membawa adik Leng pergi ke bukit Bu gi san saja!"

   Tiba tiba sikap murung yang semula menyelimuti wajah Sam ku sinni segera berubah menjadi cerah kembali, serunya cepat .

   "Coba kau lihat, bukankah mereka telah kembali? Lagipula wajah mereka nampak amat saleh, sudah pasti nyawa anak Leng bakal tertolong."

   Belum selesai dia berkata Ci kong tasyu ketua dari Siau lim si dengan membawa kelima orang sutenya telah muncul kembali disitu.

   Dengan sekuat tenaga Thi Eng khi segera berusaha menahan diri.

   Dengan wajah amat serius, Ci kong taysu tersenyum, sesudah merangkap tanganya di depan dada ia berkata .

   "Pinceng mewakili ratusan anggota Siau lim si cabang Phu thian mohon kepada sinni , Thi ciangbunjin dan nona So berkunjung ke kuil kami, kami akan berusaha untuk mengobati luka yang diderita nona So!"

   Dengan perasaan terkejut, Thi Eng khi membelalakkan matanya lebar lebar saking tercengangnya, dia sampai lupa memberi hormat, serunya keras keras .

   "Maksud taysu, kau dapat menyembuhkan luka yang diderita nona So .... ?"

   "Dalam kuil kami terdapat sebutir pil yang bernama Tay tham wan,"

   Ci kong taysu menerangkan.

   "kami bersedia menghadiahkan pil mestika itu untuk nona So sebagai rasa terima kasih kami atas kebaikan hati nona So yang telah merebut kembali teratai emas Jit kiau kim lian tersebut."

   Thi Eng khi tahu kalau pil Tay tham wan dari Siau lim si merupakan salah satu pil mestika di kolong langit, khasiatnya hampir sejajar dengan pil Toh mia kim wan dari Thian liong pay. Maka sambil menghembuskan napas panjang ujarnya .

   "Mengapa taysu tidak mengatakan sejak tadi?"

   Ucapan tersebut diutarakan dalam keadaan cemas dan sama sekali tidak bermaksud apa-apa, namun paras muka Ci kong taysu segera berubah menjadi merah padam, sikapnya agak tersipu sipu. Sambil tertawa Sam ku sinni berkata .

   "Pil Tay tham wan dari Siau lim si sudah dibuat pada ratusan tahun berselang, konon turun temurun hingga sekarang pil mestika itu hanya sisa tiga butir saja, sedangkan dalam kuil Siau lim si cabang Phu thian hanya memiliki sebutir saja, harap Thi sauhiap jangan salah paham."

   "Omitohud,"

   Buru buru Ci kong taysu merangkap tangannya memberi hormat.

   "dalam kuil kami memang cuma mempunyai sebutir Tay tham wan, pil tersebut tersimpan dalam teratai emas Jit kiau kim lian, harap sinni suka membawa nona So menuju ke kuil kami dan menerima pil mestika itu."

   Thi Eng khi masih ingin bertanya lebih jauh, bukankah teratai emas Jit kiau kim lian berada di sini? Mengapa tidak segera diberikan kepadanya? Namun Sam ku sinni sudah keburu memberi tanda dengan kerdipan mata, maka dia pun mengurungkan pertanyaan tersebut.

   Sam ku sinni segera membopong tubuh So Bwe leng kemudian berkata .

   "Taysu rela menghadiahkan mestika kuil kalian untuk menyelamatkan jiwa anak Leng, pinni merasa berterima kasih sekali atas kebaikan kalian itu ....

   "

   Ujung bajunya berkibar, dengan membopong Pek leng siancu So Bwe leng, dia segera menuruni tanah perbukitan itu lebih dulu.

   Orang persilatan yang menerima budi, biasanya mereka tak pernah mengutarakan rasa terima kasihnya dengan kata kata, melainkan menyimpannya dalam batin.

   Oleh karena itu, wajah mereka sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa.

   Begitulah, serentak mereka kembali ke kuil Siau lim si dan membaringkan Pek leng siancu So Bwe leng dalam ruangan.

   Dalam ruang tengah Tay hiong poo tian, kuil Siau lim si segera diselenggarakan upacara besar membuka teratai.

   Sekarang Thi Eng khi baru tahu apa sebabnya teratai emas Jit kiau kim lian itu tidak dibuka sembarangan tempat, ternyata mereka begitu taat dengan segala adat istiadat dan peraturan yang berlaku.

   Diam diam anak muda itu menyesal juga akan perbuatannya yang bertindak tanpa berpikir panjang.

   Sesudah bersembayangan didepan meja pemujaan, Ci kong taysu dengan membawa teratai emas Jit kiau kim lian tersebut berjalan menuju ke sebuah ruang kecil yang sementara waktu diberikan untuk Pek leng siancu So Bwe leng.

   Ruang kamar itu tidak besar, kecuali Sam ku sinni dan Thi Eng khi yang berada dalam kamar tersebut, hanya Ci kong taysu yang masuk pula ke dalam ruangan.

   Ci wan taysu, Ci tin taysu, Ci bi taysu dan Ci san taysu berdiri di luar ruangan sambil bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

   Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah pulih kembali kesadarannya, memandang wajah Ci kong taysu dengan suara rendah dan lemah, katanya kepada Thi eng khi .

   "Engkoh Eng, apakah hwesio tua ini khusus datang untuk mendoakan arwahku? Aku .... aku ..... aku tak akan menyalahkan kau .... kau tak usah sedih, enci Tin pasti akan bersikap baik kepadamu!"

   Rupanya dia telah salah paham dan mengira Ci kong taysu diundang untuk membacakan doa pemberangkatan arwahnya kealam baka.

   Kecut rasanya perasaan Thi Eng khi setelah mendengar perkataan itu, sambil menggenggam tangan Pek leng siancu kencang kencang, serunya .

   "Adik Leng, harap kau jangan sembarangan berbicara, taysu ini datang untuk menyembuhkan lukamu!"

   Sesungguhnya Pek leng siancu So Bwe leng pun tak ingin mati dengan begitu saja, semangatnya segera berkobar setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan wajah berseri .

   "Sungguhkah itu?"

   "Harap li sicu tenangkan hatimu,"

   Ujar Ci kong taysu pula serius.

   "pinceng khusus datang kemari untuk menghantar obat bagimu!"

   Sembari berkata, jari kelingking tangan kirinya yang memegang dasar teratai emas itu mendadak ditekannya ke dasar teratai dengan tenaga Kim kong cinya yang sakti hingga melesak sedalam lima hun, sementara tangan kanannya pelan pelan menekan diatas keempat lebar putik teratai itu kebawah, kemudian mengembalikan lagi keempat lebar putik teratai tadi ke posisi semula.

   Cara semacam itu dilakukan sebanyak tiga kali, akhirnya dia baru menggengam teratai emas tersebut erat erat menggunakan jari kelingking menekan lagi dasar teratai dengan ilmu kim kiong cinya hingga melesak sedalam lima hun lagi.

   "Kraaakkk..... !"

   Diiringi bunyi nyaring, putik teratai emas itu mendadak merekah dan terbelah.

   "Omitohud!"

   Ci kong tasyu segera berbisik .

   "harap siau sicu membuka mulut lebar lebar!"

   Sembari berkata dia mengarahkan bagian teratai emas yang merekah tadi kearah mulur Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian hawa murninya dikerahkan kedepan, serentetan cahaya putih langsung meluncur keluar dari balik putik bunga dan menyusup kemulut si nona.

   Akan tetapi Ci kong taysu yang menyaksikan benda yang meluncur keluar ternyata adalah cahaya putih, dia segera merasakan sesuatu yang tak beres, dengan cepat teriaknya .

   "Aduh celaka!"

   Saking kagetnya, dia menjadi gugup dan kelabakan setengah mati, untuk sesaat dia tak tahu apa yang harus dilakukan.

   Thi Eng khi memiliki pengetahuan ilmu pertabiban yang sangat lihay, pengetahuannya tentang obat obatan jauh melebihi orang lain, sudah barang tentu dia pun mengetahui seharusnya berwarna apakah pil Tay tham wan tersebut.

   Begitu menyaksikan cahaya putih yang memancar keluar dari balik putik teratai, ia segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi.

   Sebagai seorang jagoan yang berilmu tinggi dan bermata tajam, sebelum Ci kong taysu sempat menjerit kaget, telapak tangannya sudah diayunkan kedepan menghadang didepan mulut So Bwe leng.

   Walaupun cahaya putih itu meluncur keluar dengan kecepatan luar biasa, nyatanya toh terlambat setindak, benda itu segera menusuk di atas telapak tangan Thi Eng khi, tanpa sempat melukai Pek leng siancu So Bwe leng.

   Thi Eng khi segera kesakitan sampai keningnya berkerut, ternyata cahaya putih itu merupakan sebatang paku pendek sepanjang satu inci yang terbuat dari besi baja, mempunyai kegunaan khusus untuk mematahkan perlindungan hawa khikang orang, hebatnya bukan kepalang.

   Akan tetapi, anak muda tersebut tak sempat menggubris luka yang dideritanya lagi, dia segera maju ke depan, tangan kanannya menyambar ke muka dan mencengkeram bahu Ci kong taysu, bentaknya keras keras .

   "Hwesio gundul, sungguh keji hatimu, kalau kau tidak bersedia memberikan pil Tay tham wan tersebut, yaa sudahlah! Mengapa kau begitu tega hendak mencelakai jiwanya?"

   Dengan tenaga sebesar lima bagian dia segera menekan bahu pendeta tersebut, membuat Ci kong taysu tak sanggup menahan diri dan mundur sejauh tiga langkah.

   "Kraaak...

   "

   Persendian tulangnya berbunyi nyaring dan terlepas dari engselnya, kontan saja Ci kong taysu menjerit kesakitan.

   Bagaimanapun juga dia memang tak malu menjadi ketua kuil Siau lim si cabang Phu thian, setelah menjerit keras, ia segera mengendalikan diri dengan sekuat tenaga, ujarnya dengan suara lembur .

   "Harap sauhiap jangan salah paham, pinceng sama sekali tak berniat mencelakai orang!"

   Sesungguhnya tindakan yang dilakukan oleh Thi Eng khi itu hanya terdorong perasaan hatinya yang amat gelisah, padahal dia cukup memahami perasaan orang.

   Dengan cepat dia merasa kalau tindakannya kelewat gegabah, dengan cepat ia cengkeram lengan Ci kong taysu dan mendorongnya ke depan, tulang yang terlepas dari engselnya tadi dengan cepat tersambung kembali.

   Kemudian sambil melejit ke depan pintu dan menghadang jalan pergi orang, serunya .

   "Aku berharap taysu suka memberi keadilan buat kami!"

   Ci kong taysu merasa kebingungan setengah mati, peristiwa tersebut benar benar diluar dugaannya sehingga untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diucapkan.

   Sementara itu, Ci wan taysu yang berada di luar pintu telah melompat mendekat sesudah mendengar suara ribut ribut didalam kamar, segera tegurnya .

   "Thi ciangbunjin, ada sesuatu yang tak beres?"

   "Hmmm, lebih baik tanyakan sendiri kepada hongtiang kalian!"

   Sahut Thi Eng khi dingin.

   Dia menyingkir ke samping dan memberi jalan lewat buat Ci wan taysu memasuki ruangan.

   Begitu masuk kedalam ruangan Ci wan taysu segera dapat merasakan suasana yang tak beres disitu, terkesiap hatinya, dengan perasaan tak habis mengerti, dia menegur .

   "Hongtiang......"

   Ci kong taysu mengulapkan tangannya mencegah dia berbicara lebih jauh, tukasnya .

   "Undang keempat sute masuk kedalam kemari!"

   Thi Eng khi memang tak memandang sebelah matapun terhadap pendeta pendeta dari Siau lim si, sambil tertawa dingin, ia berseru .

   "Suruh saja mereka masuk semua, memang lebih baik begitu!"

   Ia membiarkan keempat pendeta yang berada di luar kamar itu masuk kedalam ruangan, sedang dia sendiri tetap berjaga di depan pintu.

   Dengan perasaan bimbang dan tak habis mengerti, Ci kong taysu segera menuturkan semua peristiwa yang telah terjadi.

   Ci wan taysu sekalian berlima menjadi tertegun, jelas mereka nampak terkejut sekali.

   Seandainya mereka berlima benar benar tidak mengetahui duduk persoalan yang sesungguhnya, memang sulit menyuruh mereka memperlihatkan sikap yang bersamaan.

   Pengalaman Thi Eng khi dalam dunia persilatan masih amat cetek, dia tak dapat menemukan hal tersebut secara jitu, berbeda dengan sekali dengan Sam ku sinni yang sudah banyak pengalaman.

   Begitu melihat paras muka kawanan pendeta tersebut, ia segera tahu kalau mereka memang benar benar tidak mengetahui akan kejadian yang sebenarnya.

   Kepad Thi Eng khi, segera ujarnya .

   "Asal anak Leng sehat walfiat, Thi sauhiap juga tak perlu mengumbar emosi, budi atau dendam suatu ketika toh akan menjadi jelas dengan sendirinya, lebih baik tenangkan dulu hatimu sekarang, emosi tidak akan membantu duduk persoalan!"

   Thi Eng khi sendiri sesungguhnya adalah seorang yang amat cerdik, dorongan emosi lah yang membuatnya terburu napsu, maka begitu pikirannya menjadi tenang, ia lantas berjalan kembali ke sisi Pek leng siancu So Bwe leng, sementara paku kecil tadi masih tetap menancap diatas telapak tangannya.

   Dalam kenyataan, Thi Eng dibikin sibuk oleh berapa kejadian yang kemudian menyusul, tentu saja ia tak sempat untuk mencabut paku itu.

   Memandang paku kecil yang menancap diatas telapak tangannya, Thi Eng khi segera berkata kepada Sam ku sinni .

   "Apakah locianpwe kenal dengan paku ini?"

   Dia segera mengerahkan tenaga untuk mencabut paku kecil itu lalu disentilkan kearah Sam ku sinni. Sam ku sinni menyambutnya dan diperiksa sebentar kemudian, dengan kening berkerut dia berkata .

   "Benar ini adalah Pek hou toan hun ting (paku terima putik pemutus sukma) dari Tiang pek lojin So Sen pak!"

   Sembari berkata dia lantas menyerahkan paku kecil itu ketangan Ci kong taysu sekalian. Ci kong taysu sekalian memeriksanya beberapa saat, lalu menyerahkan kembali paku Pek hou toan hun ting tersebut kepada Sam ku sinni katanya .

   "Pinceng pernah mendengar namun belum pernah melihatnya, harap sinni suka memberi petunjuk!"

   "Walaupun paku Pek hou toan hun ting merupakan benda milik Tiang pek lojin So tayhiap, namun sejak ia termashur sampai diluar perbatasan, tak pernah kudengar ia pernah memakainya lagi, entah bagaimana keadaan yang sesungguhnya?"

   Thi Eng khi merasa amat tak sabar ketika menyaksikan mereka hanya memperbincangkan soal paku Pek hou toan hun ting belaka, seakan akan keselamatan Pek leng siancu So Bwe leng sudah dilupakan sama sekali.

   Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dia segera berpikir .

   "Jangan jangan pil Tay tham wan tersebut sudah dicuri oleh pencuri sakti Go Jit."

   Makin dipikir dia merasa semakin masuk diakal, maka sembari menjura kepada Sam ku sinni, katanya .

   "Harap locianpwe sudi merawat adik Leng, boanpwe akan pergi dulu, sebentar akan balik lagi kemari."

   Dengan suatu gerakan cepat, dia melompat keluar dari ruangan meninggalkan kuil Siau lim si.

   Dalam perjalanan pemuda itu berpendapat untuk bisa menemukan jejak Pencuri sakti Go Jit, satu satunya jalan adalah mencari ke rumah sinenek tersebut, maka dia pun berangkat ke rumah nenek tersebut.

   Keadaan rumah itu masih tetap seperti sedia kala, setiap benda yang ada disitu tiada yang berubah, akan tetapi dalam ruangan itu tak nampak sesosok bayangan manusia.

   Sambil tertawa getir, Thi Eng khi segera berpikir .

   "Betapa bodohnya orang itu, tak mungkin dia akan kembali lagi kemari, mengapa aku tidak berpikir sampai ke situ? Pikun, bodoh, aku benar benar bodoh!"

   Untuk sesaat dia tak punya pegangan lagi, ia tidak tahu harus pergi kemanakah untuk mencari pencuri sakti Go Jit? Ia menjadi sangsi untuk beberapa saat lamanya, kemudian sambil mendepak depakan kakinya ke tanah dia bergumam .

   "Setelah berhasil, mereka pasti melarikan diri, bila kulakukan pengejaran, siapa tahu kalau akan berhasil menyusul mereka?"

   Baru saja akan meninggalkan rumah kosong itu, mendadak dari luar pintu terdengar suara seseorang menegur dengan nada yang merdu .

   "Sun popo, kau orang tua berada di rumah?"

   Ketika Thi Eng khi merasa suara tersebut sekan akan pernah didengarnya, dengan cepat dia menyelinap ke samping untuk menyembunyikan diri.

   Menyusul kemudian terdengar ada orang membuka pintu dan masuk kedalam, bahkan terdengar pula suara seorang bocah sedang berkata .

   "Ibu! Rumah ini tiada orang lain, kita tak usah masuk kedalam ...."

   Mendadak Thi Eng khi teringat akan seseorang, tampaknya orang itu adalah Kwik toanio dan putranya. Sebenarnya dia hendak maju untuk menyongsong, namun tiba tiba pikirnya lagi .

   "Sebenarnya manusia macam apakah ibu dan anak itu? Mengapa mereka kenal dengan Sun popo?"

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Karena curiga, dia segera merubah niatnya semula. Dalam pada itu, Kwik toanio sudah masuk ke dalam rumah sambil melangkah kedalam, ia masih bergumam .

   "Mendapat titipan orang merupakan suatu perbuatan amal, kita harus bertanggung jawab. Nak, inilah prinsip hidup seorang manusia, bukankah aku pernah mengatakan hal ini denganmu?"

   Lama sekali Kwik Yun tetap membungkam, tampaknya ia tidak setuju dengan apa yang diucapkan ibunya. Terdengar Kwik toanio berkata lagi .

   "Bukankah di hari hari biasa Sun popo amat menyukai dirimu? Mengapa kau tidak mempunyai niat untuk membalas budi?"

   Kwik Yun menjadi gelisah sekali, sahutnya cepat cepat .

   "Hmmm, siapa yang kesudian berhubungan dengan manusia seperti itu? Hmmm..... seandainya ibu tidak bilang, setelah belajar silat maka tiada orang yang akan mengganggu kita, aku mah tak akan sudi menggubris dirinya."

   "Apalagi orang yang titip pesan kepada kita itu, Huuuuhh.... gerak geriknya mencurigakan, sudah pasti diapun bukan orang baikbaik!"

   Kwik toanio menghela napas panjang.

   "Aaai..... kalau toh orang yang dicari tak berhasil ditemukan, lebih baik kita pergi saja!"

   Begitu mendengar mereka akan pergi, Thi Eng khi tak sempat banyak berpikir lagi, dia segera menyelinap keluar dari tempat persembunyiannya dan berseru .

   "Entah ada persoalan penting apakah kalian Ibu dan anak berdua datang kemari mencari Sun popo?"

   Kwik toanio dan putranya sama sekali tidak menyangka kalau Thi Eng khi bakal muncul dari balik kamar, kedua duanya merasa amat terperanjat sekali, untuk setengah harian lamanya mereka sampai tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

   Beberapa saat kemudianm perempuan itu baru berseru tertahan .

   "Ooooh, rupanya Thi siangkong!"

   Kwik Yun juga segera menegur dengan suara ketus .

   "Oooph, engkau pun kenal dengan Sun popo?"

   Thi Eng khi tidak terbiasa berbicara bohong, maka dengan berterus terang katanya .

   "Aku tidak kenal dia, tapi aku memang datang kemari untuk mencari dirinya."

   "Ada urusan apa kau datang mencarinya?"

   Nada suaranya amat tidak bersahabat, bahkan kedengaran sekali kalau dia tidak memandang sebelah mata pun terhadap Thi Eng khi.

   Ditinjau dari sini, Thi Eng khi dapat melihat kalau bocah itu tidak percaya terhadap Sun popo maupun terhadap sahabat sahabatnya, ketidak sungkanan dari bocah itu terhadap dirinya pun kemungkinan besar disebabkan ia telah salah menduganya sebagai teman Sun popo.

   Thi Eng khi berpikir lagi, kalau toh mereka kenal dengan Sun popo, siapa tahu dari mulut kedua orang ini bisa ditemukan suatu titik terang yang bisa dipakai untuk pelacakan? Maka dia mengambil keputusan dalam hatinya untuk melakukan suatu penyelidikan.

   Maka secara ringkas dia lantas mengisahkan apa yang telah terjadi di kuil Siau lim si sehingga terpaksa ia datang ke rumah itu ....

   Belum habis dia berkata, Kwik yun sudah tak tahan dan berseru .

   "Ibu! Benarkah kita hendak membantu mereka?"

   Dengan diutarakannya perkataan itu maka tak bisa disangkal lagi bahwasannya kedatangan mereka ada sangkut pautnya dengan persoalan ini.

   Thi Eng khi merasakan hatinya bergetar keras, namun ia tak berani mengemukakan perasaan itu, dengan penuh pengharapan ia menantikan keputusan dari Kwik toanio.

   Kwik toanio menghela napas panjang, kemudian berkata .

   "Aaai....! Terlepas bagaimanakah watak Sun popo, yang jelas ia sering membantu kami berdua untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang kita hadapi, ia selalu melindungi dan menyayangi kami, aku tak dapat melupakan budi kebaikan orang dan menghianatinya, harap Thi siangkong dapat memahami kesulitan ini."

   Thi Eng khi merasakan hatinya dingin separuh, ia tak sanggup menyalahkan perempuan itu, sebab apa yang dikatakan memang masuk diakal.

   Sebab kesetiaan kawan merupakan sesuatu yang patut dikagumi oleh setiap umat persilatan, tentu saja Thi Eng khi tak dapat hanya memikirkan kepentingan sendiri.

   Selain itu, dia sebagai ketua dari suatu partai besar tak ingin turun tangan terhadap perempuan dan memaksanya untuk membeberkan suatu berita.

   Di saat Thi Eng khi masih serba salah dibuatnya, mendadak tampak Kwik Yun berkata dengan wajah bimbang .

   "Ibu! Bila kita membantu orang jahat, bukankah kitapun akan menjadi orang jahat? Ibu! Bukankah seringkali kau menerangkan bahwa kita harus bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ananda benar benar tidak habis mengerti, dalam keadaan yang bagaimanakah kita harus membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Dan disaat apa pula kita tidak seharusnya membedakan mana yang benar dan mana yang salah?"

   Lega juga perasaan Thi Eng khi sesudah mendengar pertanyaan itu, diam diam pekiknya "Sebuah pernyataan yang bagus sekali!"

   Sebaliknya Kwik toanio menjadi tertegun tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

   "Ayo ibu, jawablah, apakah ananda telah salah bertanya lagi?"

   Desak Kwik Yun. Setelah ragu ragu sejenak, akhirnya dengan wajah serius, Kwik toanio berkata .

   "Nak, pertanyaanmu memang tak salah, ibulah yang tak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah!"

   Kemudian dengan kepala tertunduk, ujarnya lebih jauh dengan suara amat sedih .

   "Tapi kita pun tak dapat mengingkari janji, apalagi menunjukkan sikap ketidak setia kawanan!"

   "Di hari hari biasa Toanio sering mendapat bantuan dan perhatian dari Sun popo, bila hari ini kau melakukan pula sedikit pekerjaan baginya, hal mana merupakan suatu tindakan yan lumrah, aku memang tidak bisa berkata apa-apa lagi,"

   Sambung Thi Eng khi kemudian, berbicara sampai disitu, wajahnya segera diliputi rasa murung dan sedih.

   "Ananda tidak habis mengerti!"

   Sela Kwik Yun bingung.

   Tampaknya ia masih tetap tidak habis mengerti oleh nasehat yang pernah diterima dari ibunya tempo hari.

   Melihat sikap putranya, Kwik toanio merasakan hatinya diliputi oleh kabut kemurungan, contoh salah semacam ini, kuatirnya akan mendidik bocah itu menjadi manusia yang tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang keliru.

   Pada dasarnya, dia memang seorang perempuan yang bisa mengambil keputusan dengan cepat, begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, dengan kening berkerut dia lantas termenung.

   Pikir punya pikir akhirnya peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, diam diam ia berpikir di hati .

   "Oooh, sungguh memalukan, membedakan mana yang benar dan mana yang salah merupakan dasar dari sikap hidup seorang manusia, bila aku tak bisa membedakan mana yang betul dan mana yang salah sekarang, apa pula artinya memegang janji atau kesetiaan kawan? Tindakanku ini benar benar merupakan suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan, untung bocah tersebut berkata demikian, kalau tidak bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang sangat berdosa."

   Berpikir sampai di situ, dia lantas membelai bahu Kwik Yun dan berkata dengan nada menyesal .

   "Nak, ucapanmu memang benar, ibu memang tak boleh mempersoalkan sedikit budi yang pernah kuterima lantas menjadi seorang manusia yang tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah."

   Lalu denga wajah rikuh ujarnya pula kepada Thi Eng khi .

   "Thi siangkong, kau tak akan menertawakan diriku bukan!"

   "Aaaai... perkataan macam apakah itu?"

   Seru Thi Eng khi dengan wajah serius.

   "perempuan yang cerdas bijaksana seperti toanio pada hakekatnya jarang sekali kujumpai di dunia ini."

   Kwik toanio yang menyaksikan hari sudah hampir gelap segera menghela napas, katanya .

   "Saat ini Sun popo sedang berada dirumahku, menunggu kamu ibu dan anak pulang ke situ!"

   "Hanya dia seorang diri?"

   Tanya Thi Eng khi dengan wajah tegang.

   "Tidak, masih ada seorang lelaki tua yang berwajah suram, orang itu berada bersamanya di rumah."

   "Kalau begitu orang itu pasti si pencuri sakti Go Jit, kebetulan aku memang sedang mencari dia, terima kasih toanio."

   Dengan langkah cepat dia segera memburu keluar dari pintu ruangan tersebut. Melihat anak muda itu hendak pergi, buru buru Kwik toanio berseru .

   "Thi siangkong, jangan pergi dulu, aku masih ada persoalan hendak disampaikan kepadamu."

   Thi Eng khi segera berhenti di depan pintu, lalu serunya .

   "Toanio, kau masih ada persoalan apalagi? Sekarang aku sedang buru buru hendak mencari si pencuri sakti Go Jit untuk menyelidiki masalah pil Tay tham wan dari Siau lim si, pil tersebut kubutuhkan untuk menolong nyawa nona So."

   "Tadi aku datang kemari dengan alasan hendak mencari Sun popo, sesungguhnya hal itu cuma alasan belaka, yang benar kami datang untuk mengambil sebuah benda milik Sun popo, seandainya pil Tay tham wan itu disimpan disitu, bukankah Thi siangkong tak usah repot repot lagi?"

   Dengan cepat Thi Eng khi mengundurkan diri kembali ke dalam ruangan, serunya dengan girang .

   "Terletak dimanakah benda yang hendak toanio ambil itu? Bolehkah aku memeriksanya lebih dulu?"

   Kwik toanio segera menuding kearah sebuah keranjang bobrok yang tergantung di atas dinding itu, sahutnya .

   "Keranjang itulah yang hendak kuambil."

   Tatkala Thi Eng khi menyaksikan keranjang itu penuh dengan debu, seolah olah tak pernah dijamah orang, bahkan tergantung di tempat yang menyolok, dia merasa tak mungkin pil Tay tham wan itu disimpan di situ.

   Itulah sebabnya dia menjadi sangsi dan tidak segera mengambil keranjang yang dimaksud.

   Terdengar Kwik toanio berkata lagi .

   "Dari pembicaraan Sun popo dengan kakek tersebut, kudengar mereka menaruh perhatian yang serius terhadap keranjang tersebut, itulah sebabnya aku bisa berpendapat demikian. Thi siangkong, apa salahnya jika kau periksa dulu isinya?"

   "Perkataan toanio memang ada benarnya juga!"

   Baru saja dia hendak melompat kedepan mengambil keranjang tersebut, mendadak dari luar pintu telah menyerbu masuk sesosok bayangan manusia. Begitu menerjang masuk kedalam, ia segera menghantam tubuh Kwik toanio sambil dampratnya dengan gusar .

   "Perempuan rendah yang tak tahu budi, ternyata dugaanku tak salah, kau telah menghianati Lo nio!"

   Kwik toa nio tidak mengerti ilmu silat, bagaimana mungkin dia sanggup menahan serangan dahsyat dari jago lihay macam Sun popo? Berada dalam keadaan demikian, Thi Eng khi lebih mengutamakan menolong orang, tanpa menggubris keranjang tersebut lagi, ia sambar tangan Kwik toanio dengan tangan kirinya dan menyeretnya ke tepi dinding, sementara telapak tangan kanannya menyambut datanganya ancaman lawan dengan jurus Wan hong tiau yang (burung menghadap matahari).

   Bagaimana mungkin tenaga pukulan dari Sun popo bisa menandangi kemampuan dari Thi Eng khi? "Blaaammmm.....!"

   Ditengah bentrokan keras yang memekikkan telinga, tubuh nenek itu tergetar keras sampai kuda kudanya tergempur, nyaris ia jatuh terjerambab keatas tanah.

   Pada saat bersamaan itulah, tampak sesosok bayangan manusia menerjang kearah keranjang tersebut.

   Padahal waktu itu, Thi Eng khi sedang beradu pukulan, tentu saja ia tak berkesempatan lagi untuk mengurusi pendatang tersebut.

   Sekilas pandangan saja, Thi Eng khi dapat mengenali orang itu sebagai si pencuri sakti Go Jit, segera teriaknya .

   "Bagus sekali kedatanganmu, aku memang sedang mencarimu!"

   Dengan suatu lompatan cepat dia menubrik kearah tubuh si pencuri sakti Go Jit. Sambil tertawa dingin, Sun popo segera berseru .

   "Perempuan rendah, mampus kau hari ini!"

   Nenek itu tahu kalau kepandaiannya tak sanggup menandingi Thi Eng khi, tapi dia tahu kalau serangannya ini pasti akan memaksa pemuda itu memberikan pertolongannya, maka serangan yang dilancarkan kali ini tidak mempergunakan ilmu pukulan melainkan mengayunkan toyanya menghantam kepala Kwik toanio.

   Serangan toya tersebut sedemikian dahsyatnya hingga membawa desingan angin serangan yang mengerikan.

   Dengan perasaan terkejut, Kwik Yun segera menjerit .

   "Ibu!"

   Dia segera menubruk ke atas tubuh Kwik toanio.

   Thi Eng khi merasa si pencuri sakti Go Jit pasti tak akan lolos dari serangannya itu, siapa tahu usaha mana dibikin berantakan oleh serangan toya dari Sun popo, tentu saja ia tak bisa membiarkan ibu dan anak dua orang itu mati lantaran dia, apalagi dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan kedua orang itu terancam mara bahaya.

   Terdesak oleh keadaan, dia segera menghentikan gerakan tubuhnya, dengan jurus Thian ong tou ta (Raja langit menyungging pagoda) sebuah pukulan dilepaskan untuk mementalkan toya Sun popo dan menyelamatkan jiwa Kwik toanio berdua.

   Sementara tubuhnya turut menyusul pula kemuka menghadang dihadapan Kwik toanio berdua, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi Sun popo dan pencuri sakti Gio Jit tanpa berkelip.

   Posisi yang mereka berdua tempati sekarang justru merupakan sudut posisi yang teramat sulit bagi Thi Eng khi.

   Bila Thi Eng khi hendak menghadapi Sun popo, maka pencuri sakti Go Jit akan mempunyai kesempatan untuk melarikan diri lewat pintu.

   Sebaliknya bila Thi Eng khi siap menghadapi pencuri sakti Go Jit, maka Kwik toanio berdua niscaya akan terluka di ujung toya Sun popo.

   Sesungguhnya Thi Eng khi memiliki kemampuan untuk membinasakan mereka berdua tapi ia tak berani sembarangan bergerak.

   Sebab baik jiwa Kwik toanio berdua maupun keranjang yang berisi pil Tay tham wan, kedua duanya sama pentingnya bagi sianak muda itu....

   Sebaliknya pencuri sakti dan Sun popo juga tak berani sembarangan turun tangan karena mereka cukup mengetahui kelihayan dari Thi Eng khi.

   Maka ketiga orang itu membentuk suatu posisi yang berimbang, untuk sesaat kedua belah pihak tak berani sembarangan berkutik, mereka hanya saling menatap sambil berusaha mencari kesempatan untuk bertindak lebih dulu ....

   Pada saat itulah dari luar pintu mendadak muncul seseorang.

   Sebenarnya dia ingin masuk, akan tetapi setelah menyaksikan keadaan dalam ruangan tersebut, dengan cepat dia mundur lagi ke luar ruangan, kemudian serunya sambil tertawa terbahak bahak.

   "Haahhh.... haaahhhh...... haaahhhh...... tadi kalian berdua menyingkirkan lohu dengan akal, sekarang justru terjatuh ketangan bocah keparat ini, kejadian tersebut benar benar membuat lohu merasa gembira sekali!"

   "Harap saudara Yu jangan salah paham,"

   Pencuri sakti Go Jit segera berseru sambil tertawa getir.

   "kita sama sama merupakan orang yang bekerja untuk Tee kun ....."

   

   Jilid 26 Belum habis dia berkata, Thi tan kim wan Yu Ceng hui telah berteriak keras .

   "Saudara Yu, saudara Yu , hmmm, kau anggap sebutan saudara Yu boleh kau gunakan seenaknya? Sewaktu lohu termashur di kolong langit, dalam dunia persilatan belum ada namamu."

   Kemudian setelah mendengus berat, ujarnya lagi .

   "Barusan lohu telah berkunjung ke kuil Siau lim sim, sudah kuketahui kalau pil Tay tham wan yang disimpan dalam teratai emas Jit kiau kim lian tersebut sudah diambil oleh kalian manusia manusia penghianat sahabat dan pencari pahala yang tak tahu malu. Akupun tahu bahwa kalian telah mengganti pil itu dengan sebatang paku Pek hou toan hun ting milik Tiang pek lojin, kini kenyataan sudah berada di depan mata, apalagi yang hendak kalian ucapkan?"

   Dengan diutarakannya perkataan itu, bukan saja ia telah mencaci maki si pencuri sakti Go Jit, bahkan ucapan mana seolah olah khusus ditujukan kepada Thi Eng khi, agar Thi Eng khi turun tangan membunuh pencuri sakti Go Jit untuk melampiaskan rasa mendongkolnya.

   Diam diam pencuri sakti Go Jit mengeluh, serunya kemudian .

   "Yu cianpwe, jangan marah dulu, kesemuanya ini sudah diatur oleh Tee kun sendiri, kau jangan menyalahkan aku berbuat demikian."

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui yang berada di luar pintu kembali tertawa dingin.

   "Heeehhh..... heeehhhh..... heeehhhh..... Sun popo saja diikut sertakan dalam rencana ini, apakah lohu tak mampu melebihi dirinya ....?"

   Jelas dia makin marah lagi dibuatnya. Buru buru Sun popo menjelaskan .

   "Rencana bagus ini diatur sendiri oleh Tee kun, dikemudian hari saudara Yu pasti akan menjadi tahu dengan sendirinya, harap kau sudi membantu kami untuk meloloskan diri dari kesulitan di depan mata, kemudian kami baru akan berterima kasih kepadamu, bagaimana?"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui adalah seorang manusia yang amat licik, walaupun dalam hati kecilnya, dia bermaksud membantu mereka untuk meloloskan diri dari ancaman mara bahaya, akan tetapi di luaran dia tetap membungkam, bahkan menjawabpun segan.

   Tentu saja sikap semacam ini membuat pencuri sakti Go Jit dan Sun popo menjadi sangat tak tenang.

   Sebaliknya Thi Eng khi juga sedang memutar otak untuk mencari jalan penyelesaian sebaik baiknya.

   Mendadak terdengar pencuri sakti Go Jit berseru dengan tegang .

   "Saudara Yu..... Yu cianpwe, kau sudah pergi?"

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kenapa aku harus pergi?"

   Jawab Thi tan kim wan Yu Ceng hui dengan suara sedingin es.

   "aku hendak menunggu untuk menyelesaikan urusan terakhir kalian!"

   Pencuri sakti Go Jit dan Sun popo saling bertukar pandangan sekejap, berhubung dalam hati kecil mereka sudah ada kesepakatan, maka Thi Eng khi yang berada di hadapan mereka pun tidak tahu kalau kedua orang lawannya sudah saling bertukar pendapat.

   Terdengar pencuri sakti Go Jit berkata dengan suara lantang .

   "Pil Tay tham wan berada dalam keranjang ini, kami akan segera menyerahkannya kepadamu, sekarang tentunya kau boleh berlega hati bukan ....?"

   Dia siap berbuat demikian, tentu saja dibalik kesemuanya itu karena mempunyai tujuan lain, diantaranya .

   Pertama, tentu saja ingin memancing perhatian dari Thi Eng khi, dia ingin memberitahukan kepada Thi Eng khi bahwasannya pil Tay tham wan tersebut benar benar berada dalam keranjang itu hingga Thi Eng khi mengalihkan sasarannya dengan melepaskan diri mereka berdua.

   Kedua, tentu saja dia bermaksud membalas dendam terhadap Thi tan kim wan Yu Ceng hui, dengan niat mengalihkan bencana tersebut kepadanya ....

   Tergerak juga perasaan Thi Eng khi, betul juga, dia segera mengalihkan segenap perhatiannya ke atas keranjang tersebut, sementara tenaga dalamnya dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan ....

   Akan tetapi Thi tan kim wan Yu Ceng hui yang berada di luar pintu bukan manusia sembarangan, sudah barang tentu dia dapat menebak maksud dan tujuan orang untuk melimpahkan bencana kepadanya.

   Maka sambil tertawa dingin, katanya .

   "Lemparkan dulu keranjang tersebut ke depan pintu setelah lohu periksa barangnya baru akan berunding lagi dengan kalian."

   Tangan kiri dengan kelima jari tangannya dipentang lebar lebar, masing masing digunakan untuk menjepit empat biji peluru emas Thi tan kim wan, tindakannya itu bukan dimaksudkan untuk menyelamatkan mereka dari mara bahaya, sebaliknya mempersiapkan diri untuk dirinya melarikan diri nanti.

   Si pencuri sakti Go Jit sengaja berkerut kening, lalu dengan perasaan apa boleh buat berkata .

   "Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu itu!"

   Dia lantas mengayunkan tangannya dan melemparkan keranjang tersebut keluar pintu. Berbareng itu juga ia membentak keras .

   "Mundur!"

   Telapak tangannya dibalik, menghajar ke dinding.....

   "Blaaammm!"

   Sebuah lubang besar segera ternganga diatas dinding ruangan tersebut.

   Bersama sama Sun popo, pencuri sakti Go Jit segera melompat keluar dari dinding ruangan dan melarikan diri.

   Sementara itu Thi Eng khi sudah mengerahkan tenaga dalamnya sambil mempersiapkan diri, begitu dilihatnya pencuri sakti melemparkan keranjang tersebut ke depan, dia segera membentak keras .

   "Kemari!"

   Telapak tangan kanannya membentuk suatu gerakan tipuan, segulung hawa sakti tak berwujud segera menggulung keatas keranjang tersebut.

   Sementara tubuhnya sendiri masih berdiri tak berkutik disamping badan Kwik toanio berdua.

   Sebenarnya keranjang itu dilemparkan si pencuri sakti dengan sepenuh tenaga, gerak luncurnya selain cepat juga amat kuat, dalam perkiraan pencuri sakti itu andaikata Thi Eng khi ingin mendapatkan keranjang tersebut, paling tidak dia harus menubruk ke depan.

   Di samping itu, diapun dapat berpikir bila Thi Eng khi menguatirkan keselamatan dari Kwik toanio berdua, untuk sementara waktu, bisa jadi dia tidak akan mengejar keranjang yang dilemparkan ke depan itu.

   Itulah sebabnya dia lantas menyuruh Sun popo menjebol dinding dan melarikan diri, maksudnya agar Thi Eng khi tak usah menguatirkan datangnya ancaman dari belakang, dengan begitu anak muda tersebut tentu akan menubruk keranjang itu dengan perasaan lega.

   Andaikata apa yang direncanakan itu menjadi kenyataan, maka siasat sekali timpuk dua ekor burungnya akan mendatangkan hasil yang diharapkan.

   Siapa sangka tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi terlampau hebat, sekalipun tanpa bergerak, dengan mengandalkan gapaian tangan kananya saja, dia mampu menghisap keranjang tersebut ketangannya tanpa harus bersusah payah mencari gara gara dengan manusia seperti Thi tan kim wan Yu Ceng hui.

   Kenyataan tersebut, sudah barang tentu saja sama sekali diluar dugaan pencuri sakti Go Jit.

   Namun justru karena Thi Eng khi harus mencabangkan pikirannya untuk menghisap keranjang tersebut, maka anak muda itu tak sempat menghalangi mereka berdua untuk melarikan diri.

   Dalam pandangan mereka, hal ini sudah merupakan suatu keberuntungan dibalik ketidak beruntungan.

   Oleh karena itu, setelah lolos dari dalam rumah, bagaikan ikan yang terlepas dari jaring, segera melarikan diri menuju ke luar kota.

   Setelah berlarian sekian lama, akhirnya mereka membelok masuk ke dalam sebuah hutan bambu yang lebat.

   Dari bagian akar sebatang bambu, Sun popo berhasil membuka sebuah pintu rahasia yang tampaknya memang telah dipersiapkan jauh sebelumnya ....

   "Mari kita bersembunyi dulu disini, setelah mara bahaya lewat kita baru berbicara lagi,"

   Usul Sun popo. Pencuri sakti Go Jit manggut manggut.

   "Begitu pun boleh juga, kau silahkan masuk dulu!"

   Sun popo berjalan menuju ke samping pintu kecil, sebelum masuk mendadak ia berhenti sambil bertanya .

   "Saudara Go, benarkah kau telah melemparkan pil Tay tham wan itu kepada Thi tan kim wan lo Yu?"

   "Kau anggap aku begitu bodoh?"

   Sahut pencuri sakti Go Jit sambil tertawa terkekeh kekeh dengan bangga.

   "Tapi aku tidak melihat kau mengambil keluar pil Tay tham wan tersebut dari keranjang!"

   Pencuri sakti Go Jit tertawa terbahak bahak dengan gembira.

   "Haaahhh..... haaahhhhhh.... haaahhhhh..... itulah sebabnya aku terkenal sebagai pencuri sakti dalam dunia persilatan ...."

   Mendadak ia berhenti berbicara, lalu sambil membalikkan badan bentaknya keras keras .

   "Siapa di situ?"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui melangkah keluar dari dalam hutan dengan langkah lebar, serunya sambil tertawa seram .

   "Heeehhhh..... heeehhhh...... heehhhhh..... pencuri kecil sia sia belaka usahamu selama ini, tenaga iwekang yang dimiliki bocah itu kelewat hebat, dia telah mempergunakan ilmu menghisap barang untuk menghisap keranjang tersebut di tengah jalan dan hasilnya keranjang tersebut kosong melompong. Hmmm... kau anggap lohu tidak tahu akan siasat licikmu itu?"

   Setelah berhenti sebentar, dengan wajah membesi dia mengayunkan tangan kanannya dimana empat biji peluru besinya telah dipersiapkan, kemudian membentak nyaring.

   "Bawa kemari!"

   Berbicara soal kepandaian silat, dengan tenaga gabungan dari si pencuri sakti Go Jit serta Sun popo, sebenarnya tidak sulit bagi mereka berdua untuk memukul mundur Thi tan kim wan Yu Ceng hui, akan tetapi mereka tahu bahwa peluru sakti yang kini sudah dipersiapkan lawan tak boleh dianggap remeh.

   Sebagaimana diketahui, peluru sakti Thi tan kim wan dari Yu Ceng hui diisi dengan bahan peledak yang daya penghancurnya mencapai dua kaki persegi, peluru tersebut khusus dipakai untuk mematahkan pertahanan hawa khikang orang, yang paling lihay diantaranya adalah sejenis bubuk beracun yang larut bila terkena angin.

   Barang siapa yang mengendus bubuk beracun itu, kecuali makan pil penawar buatannya, kalau tidak jangan harap bisa hidup lebih jauh.

   Didesak dalam keadaan seperti ini, pencuri sakti Go Jit segera memberi tanda kepada Sun popo sambil serunya .

   "Mari kita bekerja sama membereskan dia!"

   Siapa tahu Sun popo segan menempuh bahaya, bukan maju dia malahan mundur sejauh beberapa kaki sambil menyahut .

   "Kalian berdua sama sama adalah sahabatku, berdiri sebagai rekan persilatan, aku tak akan memihak kepada siapapun!"

   Dalam bahaya menghianati teman, sikap yang diambil nenek tersebut benar benar diluar dugaan.

   Pencuri sakti Go Jit terhitung pula seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, ia sendiri pun sering kali mencelakai orang dengan menggunakan siasat licik, namun dia yakin bahwa dirinya tak akan sudi mengucapkan kata kata semacam itu dalam keadaan begini.

   Kontan saja sepasang matanya melotot besar karena mendongkol, tapi kemudian setelah menghela napas panjang, katanya .

   "Aaaai, nampaknya aku si pencuri tua benar benar sudah buta sepasang mataku!"

   "Heeehhhh.... heeehhhh...... heeehhhhh...... matamu memang benar benar sudah buta,"

   Jengek Yu Ceng hui sambil tertawa dingin.

   "kau anggap si nenek manusia macam apa? Hanya mengandalkan dua puluh empat butir mutiara saja kau sudah ingin membeli nyawa si nenek!"

   "Dua puluh empat butir mutiara itu merupakan benda mestika yang tak ternilai harganya, tidak gampang lohu mendapatkan benda tersebut, tahukah kau sudah berapa banyak nyawa jago persilatan yang melayang gara gara benda itu?"

   "Huuuhh..... besarnya baru sebuah kelengkeng, berapa sih nilainya?"

   Jengek Sun popo sinis.

   "sekalipun besarnya melebihi telur ayam, paling paling juga hanya sebuah benda mati saja, apakah nilainya bisa lebih berharga daripada nyawa manusia?"

   "Bagus sekali!"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui membentak keras.

   "Asal Sun popo bersedia menjaga peraturan dunia persilatan, dikemudian hari lohu pasti akan memberi muka pula kepadamu."

   "Terima kasih saudara Yu, aku si nenek akan berangkat selangkah lebih dahulu!"

   Seusai berkata dia segera melejit ke udara dan meluncur keluar dari hutan bambu itu, tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap tak berbekas. Sekali lagi Thi tan kim wan Yu Ceng hui membentak keras .

   "Kini Sun popo sudah tahu diri dan melarikan diri, nah pencuri kecil, mengapa kau tidak serahkan pil Tay tham wan tersebut kepadaku? Apakah hendak menanti sampai lohu turun tangan sendiri?"

   Seraya berkata, tangan kirinya segera disusupkan kembali keatas pinggangnya, senjata Thi tan kim wan yang diandalkan itu agaknya sudah disimpan kembali.

   "Hmm, untuk menghadapi seorang pencuri kecil, biar lohu pergunakan sepasang telapak tangan saja, toh itupun lebih dari cukup,"

   Jengeknya sinis.

   Dicemooh seperti itu, pencuri sakti Go Jit tak sanggup menahan diri lagi, dia segera meloloskan pedang pendeknya kemudian sambil menggetarkan pergelangan tangannya ia melepaskan sebuah tusukan kilat ke tubuh Thi tan kim wan Yu Ceng hui.

   "Tidak usah ngomong besar dulu, lihat pedang!"

   Hardiknya.

   "Hei, pencuri kecil,"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui tersenyum.

   "aku lihat serangan pedangmu itu memang sudah mencapai dua bagian kesempurnaan.!"

   Sembari berkata, telapak tangan kirinya menyambar ke muka dengan jurus Hun im po gwat (memisah awan menyingkap rembulan), dari pukulan ia merubah serangannya menjadi totokan jari, lalu berbalik mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan pencuri sakti Go Jit yang menggenggam pedang.

   Sementara telapak tangan kanannya dengan jurus Tui san tian hay (mendorong bukit membendung samudera) melepaskan sebuah pukulan dahsyat menyapu ke pinggang lawan.

   Serangan kiri sebenarnya hanya gerak tipuan belaka, serangan yang sesungguhnya justru berada pada telapak tangan kanannya.

   Pedang pendek yang dipergunakan pencuri sakti Go Jit sekarang sesungguhnya merupakan pedang Hi cong po kiam yang termasuk salah satu senjata ampuh dalam dunia hanya dengan sebuah getaran pedang saja ia telah berhasil mematahkan serangan yang dilancarkan Thi tan kim wan Yu Ceng hui dengan tangan kirinya.

   Namun serangan dahsyat yang dilepaskan dengan tangan kanannya itu sangat dahsyat.

   Pencuri sakti Go Jit mengerti bahwa sulit baginya untuk membendung ancaman itu, andaikata dia menyambut dengan kekerasan, sudah pasti ia sendiri bakal terluka, maka dengan mengerahkan San tian biau hong (hembusan angin sambaran petir) suatu ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi ia mengegos lima langkah ke samping kiri.

   Begitu mundur pencuri sakti Go Jit segera menerjang maju kembali, pedang Hi cong po kiamnya berputar kencang menciptakan bayangan tajam yang memenuhi angkasa, mengimbangi gerakan tubuh san tian biau hong nya, dia malang melintang kian kemari sambil melepaskan serangkaian ancaman dahsyat ....

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui mendengus dingin, dia tetap berdiri tegak di tempat semula, terhadap bayangan pedang yang menyelimuti angkasa boleh dibilang ia berlagak tidak melihat.

   Selama ini dia hanya menjaga perubahan gerak dari musuhnya sambil menghimpun tenaga siap melepaskan pukulan maut.

   Sesungguhnya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pencuri sakti Go Jit sekarang terhitung salah satu kepandaian yang hebat bahkan keampuhan ilmu San tian biau hong tersebut hanya sedikit dibawah kelihayan ilmu Hu kong keng im dari Bu im sin hong Kian Kim siang.

   Tak heran kalau Thi tan kim wan Yu Ceng hui tak sanggup menandingi kehebatannya.

   Walaupun dalam hal ilmu meringankan tubuh Thi tan kim wan Yu Ceng hui tak mampu melebihi pencuri sakti Go Jit namun pukulannya tetap berat dan mantap, ditambah lagi dia memang sudah terlatih untuk bertarung secara mantap, sepasang matanya yang tajam dengan seksama mengikuti setiap gerakan lawan, agaknya ia memakai taktik dengan tenang mengatasi gerak.

   Lama kelamaan gelisah juga pencuri sakti Go Jit setelah menyaksikan pertahanan dari Thi tan kim wan Yu Ceng hui sangat ketat dan kokoh, akan tetapi keadaannya sekarang ibarat menunggang di punggung harimau, mau turun tak bisa, tetap duduk pun sungkan.

   Dalam keadaan demikian, terpaksa dia mengubah gerakan tubuhnya menjadi gerakan Thian gwa hui hong (pelangi terbang dari luar angkasa), setelah berputar satu lingkaran, pedang pendeknya merendah kebawah lalu menusuk ke wajah Thi tan kim wan.

   Menghadapi ancaman itu, Thi tan kim wan Yu Ceng hui miringkan kepalanya ke samping untuk meloloskan diri dari sergapan pencuri sakti, tangan kanannya segera menghadang lengan kiri si pencuri sakti itu sementara tangan kirinya menyambar ke atas dengan jurus Yap teh tau to (mencuri buah tho di bawah daun).

   Dengan cepat kedua orang itu melangsungkan suatu pertarungan jarak dekat yang sangat ramai, cahaya pedang bayangan telapak tangan saling bergumul menjadi satu.

   Makin bertarung kedua orang itu bergerak makin cepat, tak selang berapa saat kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat, begitu terpisah kedua orang itu segera bergumul kembali dan saling bertarung dengan serunya.

   Di tengah berlangsungnya pertempuran yang amat seru itu, tiba tiba terdengar suara tertawa dingin disusul dengusan tertahan, berbareng itu pula dua sosok bayangan manusia yang sedang bertarung sengit itu tahu tahu saling berpisah.

   Tampak Thi tan kim wan Yu Ceng hui melintangkan sepasang telapak tangannya di depan dada, ia berdiri di tempat tanpa menderita luka sedikit pun jua, Sebaliknya pencuri sakti Go Jit harus mundur sejauh tujuh langkah lebih sebelum dapat berdiri tegak.

   Lengan kanannya yang menggenggam pedang kini terkulai lemas, baru saja tubuhnya berhenti bergerak, pedang pendek yang berada di tangannya sudah terlepas dan menancap di tanah.

   Rupanya sebuah pukulan dahsyat dari Thi tan kim wan Yu Ceng hui telah melukai tangan kanannya.

   Dengan langkah lebar Thi tan kim wan Yu Ceng hui menghampiri si pencuri sakti Go Jit, lalu bentaknya keras keras .

   "Bawa kemari!"

   Sebelum terluka tadi pencuri sakti Go Jit sudah bukan tandingan Thi tan kim wan, apalagi saat ini, namun sampai matipun dia enggan menyerah kalah, mendengar ucapan itu dia segera balik bertanya .

   "Apanya yang bawa kemari?"

   "Tay tham wan!"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui tertawa dingin.

   Mendadak tangannya berkelebat lewat dan melepaskan sebuah totokan kilat keatas tubuh pencuri sakti Go Jit.

   Totokan tersebut dilancarkan secara tiba tiba dan menggunakan kecepatan yang luar biasa, ternyata pencuri sakti Go Jit tak sanggup menghindarkan diri, dia segera terkena totokan, sambil mendengus tertahan tubuhnya segera roboh terkapar di tanah.

   Secara kasar Thi tan kim wan membalikkan tubuh pencuri sakti Go Jit kemudian menggeledah seluruh saku bajunya, akhirnya dia berhasil menemukan sebuah botol kecil berwarna putih, dari dalam botol itu dia mengeluarkan sebutir pil berwarna merah.

   Setelah diendus sebentar, dengan kening berkerut tegurnya .

   "Obat apakah itu?"

   Walaupun jalan darah pencuri sakti Go Jit sudah tertotok sehingga dia kehilangan kekuatan untuk melawan namun kesadarannya masih tetap utuh, ia bisa berbicara bisa pula mendengar.

   Akan tetapi saat ini dia hanya menggigit bibirnya kencang kencang, bukan cuma membungkam saja, bahkan wajahnya menunjukkan senyuman dingin yang sinis dan penuh ejekan.

   Dengan mendongkol bercampur marah Thi tan kim wan Yu Ceng hui segera melepas sebuah pukulan dahsyat di samping tubuhnya membuat pasir dan debu beterbangan di angkasa.

   Kontan saja seluruh badan pencuri sakti Go Jit menjadi kotor karena terkena pasir dan debu.

   "Keparat, jika kau tak mau berbicara lagi, terpaksa lohu akan menggunakan ilmu pemisah otot untuk menyiksa dirimu!"

   Akhirnya dia mengancam dengan geram.

   "Bukankah Tay tham wan itu sudah berada ditanganmu, apa yang harus kukatakan lagi?"

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sahut pencuri sakti Go Jit dingin.

   "Apakah pil ini adalah pil Tay tham wan yang asli? Mengapa sama sekali tidak terendus bau harumnya?"

   Pencuri sakti Go Jit segera tertawa terbahak bahak, dia bermaksud mempermainkan lawannya untuk melampiaskan rasa mangkel dalam hatinya, dia berkata .

   "Baik, kau maupun aku belum pernah melihat bagaimanakah bentuk pil Tay tham wan yang asli, mana yang asli dan mana yang palsu, siapa yang tahu? Jika kau memang bernyali datang saja sendiri ke kuil Siau lim si dan tanyakan kepada hwesio hwesio itu!"

   Ucapan tersebut segera membungkamkan Thi tan kim wan Yu Ceng hui sampai beberapa saat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya dengan mendongkol dan geram, dia mendamprat .

   "Bajingan, kau memang pantas mampus!"

   Sambil mengambil pil Tay tham wan tersebut, wajahnya nampak tersipu sipu. Tiba tiba pencuri sakti Go Jit berguman seorang diri .

   "Pengetahuan untuk membedakan sejenis obat saja tak punya, hmmm, kalau sampai memperoleh sebutir Tay tham wan yang palsu, itu baru lucu namanya ."

   "Bangsat, kau tak usah mengejek lohu, bisa kumampusi dirimu!"

   Teriak Yu Ceng hui marah. Pencuri sakti Go Jit segera tertawa dingin.

   "Heeehhh.. heehhhh heehhhh sebenarnya gampang sekali bila kau ingin mengetahui asli atau tidaknya obat Tay tham wan tersebut ."

   Berbicara sampai di tengah jalan mendadak ia berhenti, kemudian sambil memandang kearah Thi tan kim wan dia hanya tertawa dingin tiada hentinya . Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi tan kim wan Yu Ceng hui, segera serunya.

   "Asal kau dapat membuktikan asli atau tidaknya pil Tay tham wan in, lohu bersedia pula mengampuni selembar jiwamu."

   Pencuri sakti Go Jit berlagak seolah olah serius, katanya kemudian .

   "Silahkan kau menghamtan lohu satu kali lagi, tinggalkan segulung hembusan napas bagiku, kemudian berikan pil Tay tham wan tersebut kepadaku, asal aku bisa sembuh kembali, terbukti kalau obat itu asli, sebaliknya kalau aku tak sembuh, maka terbukti kalau obat itu palsu!"

   Mula mula Thi tan kim wan Yu Ceng hui agak tertegun kemudian tangannya langsung melayang menampar wajah pencuri sakti itu beberapa kali, teriaknya .

   "Sialan, kau anggap aku tidak mengerti dengan caramu itu?"

   Pencuri sakti Go Jit tak mau mengalah, kembali serunya dengan tertawa dingin .

   "Lohu toh bersedia mengorbankan selembar jiwaku, masa kau tak rela mengorbankan sebutir pil palsu?"

   Thi tan kim wan Yu Ceng hui benar benar dibikin menangis tak bisa tertawa pun tak dapat oleh perkataan itu, rasa bencinya terhadap orang ini boleh dibilang sudah merasuk sampai ke tulang sumsum, akan tetapi dia tak bisa berbuat banyak.

   Cuma saja, kalau didengar dari maksud kebalikan perkataan itu, dia dapat mendengar kalau kemungkinan besar pil Tay tham wan itu tidak mungkin palsu.

   Setelah termenung beberapa saat, ia masih juga belum merasa lega hati, maka dengan suara menggeledek bentaknya .

   "Lebih baik kau tak usah bergurau dengan lohu, ketahuilah nyawamu itu sesungguhnya tidak ada nilainya sama sekali, lohu pun tak akan membiarkan kau mampus dengan puas."

   Sambil berkata, dia lantas memperlihatkan gerakan seperti hendak menggunakan ilmu pemisah otot untuk menghadapi pencuri sakti Go Jit. Berada dalam keadaan seperti ini, pencuri sakti Go Jit baru berkata dengan wajah serius .

   "Tidak sulit bila kau menginginkan aku berbicara sejujurnya tapi kau harus memberi jaminan dulu kalau selembar nyawaku kau ampuni."

   Thi tan kim wan Yu Ceng h


Antara Budi Dan Cinta -- Gu Long Sarang Perjudian -- Gu Long/Tjan Id Sukma Pedang -- Gu Long

Cari Blog Ini