Ceritasilat Novel Online

Pukulan Naga Sakti 25


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 25


uni, ia tetap berbicara dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara .

   "Tempat ini sudah dekat letaknya dari bukit Wu san, mata mata pihak Ban seng kiong tersebar dimana mana, untuk keuntungan dan keamanan kita sendiri, lebih baik setiap pembicaraan kita lakukan dengan ilmu menyampaikan suara."

   Walaupun Bu Im menertawakan sikap kelewat berhati hati dari rekannya, namun ia menyahut juga dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Bu Im akan turut perintah!"

   Walaupun Bu Im dan empat tokoh dunia persilatan berasal dari jaman yang sama, namun kemunculannya justru terlambat dua puluh tahun lamanya, apalagi dia pun tidak memiliki prestasi maupun nama besar yang bisa diandalkan, itulah sebabnya dia cukup tahu diri dan berhati hati dalam setiap perkataan.

   Saat itulah Bu im sin hong Kian Kim siang baru menghembuskan napas panjang, katanya .

   "Aku telah melihat tanda bahaya yang ditinggalkan oleh Tiang pek lojin!"

   "Kalau begitu So tua berada disekitar tempat ini?"

   Seru Bu Im terkejut. Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut.

   "Yaa, setelah melihat tanda bahaya tersebut, aku telah mengikuti tanda rahasia yang ditinggalkannya sepanjang jalan hingga sampai di sini, kemungkinan besar dia berada disekitar tempat ini."

   "So tua menghadapi masalah gawat apa?"

   "Tanda rahasianya amat sederhana dan tidak menerangkan apa apa tapi diterangkan bahwa tengah malam nanti akan berlangsung suatu pertarungan mati hidup disekitar tempat ini."

   Mendengar itu, Bu Im lantas berpikir .

   "Dengan kepandaian silat yang dimiliki So tua pun masih mengirim tanda bahaya, sudah jelas kalau persoalan ini bukan suatu masalah sederhana."

   Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang sedang dicekam pula oleh pelbagai masalah besar, dia hanya membungkam dalam seribu bahasa sambil mengawasi rembulan di angkasa.

   Bu Im merasa kurang leluasa untuk mengusik ketenangannya, maka dia hanya berdiri tenang saja di samping arena.

   Segulung angin bukit berhembus lewat..

   Menyusul kemudian terdengar suara ujung baju terhembus angin berkumandang datang, dua sosok bayangan manusia nampak bergerak mendekat dengan langkah cepat, nampaknya sambil berjalan mereka sedang membicarakan sesuatu.

   Sebagai jago kawanan yang berpengalaman, sudah barang tentu kedua orang jago kita tidak berdiam diri saja, setelah saling berpandangan sambil tertawa, mereka segera menyelinap ke balik hutan belantara.

   Tak selang berapa saat kemudian, sampailah pendatang tersebut ditempat mereka semula berdiri, sinar rembulan kebenaran mencorong diatas wajah mereka.

   Tatkala menjumpai raut wajah orang orang itu, Bu Im nampak seperti tertegun, kemudian bisiknya .

   "Aku kenal dengan mereka berdua."

   "Siapakah mereka?"

   "Entahlah!"

   Bu im sin hong Kian Kim siang jadi tertawa geli.

   "Bu lote"

   Ia berkata.

   "aku jadi bingung oleh perkataanmu.!"

   "Berapa bulan berselang, ketika aku sedang mengambil buah Hian ko, hampir saja aku tewas diujung telapak tangan mereka."

   Bu im sin hong Kian Kim siang cukup mengetahui akan kemampuan Hua lik sinking milik Bu Im, kalau ia bisa berkata demikian berarti kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu luar biasa sekali...

   Usia kedua orang itu sudah menanjak tua, diantara enam tujuh puluh tahunan, wajah mereka yang kuning hangus berbentuk segitiga, mukanya bagaikan pinang di belah dua, sudah jelas kalau mereka adalah saudara kembar.

   Perawakan kedua orang itupun tidak terlampau tinggi atau terlalu rendah, tidak gemuk ataupun kurus, seandainya wajah mereka yang berbentuk segitiga itu diganti dengan wajah yang lebih menarik, niscaya orang akan menganggap mereka sebagai dua orang enghiong.

   Tapi kesan yang diberikan oleh bentuk wajahnya adalah seram, licik dan memuakkan.

   Setelah berdiri sesaat, salah seorang di antaranya lantas berkata pelan .

   "Sebenarnya siapa sih yang harus kita hadapi hari ini? Maka kami berdua yang diutus untuk menghadapinya?"

   Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, seakan akan dia memandang kelewat tinggi kedudukan sendiri.

   "Loji, kau jangan menganggap kedudukan Lei san siang hiong (sepasang orang gagah dari bukit Lei san) kelewat tinggi, berbicara yang sebenarnya tingkat ke berapa sih kedudukan kita berdua dalam istana Ban seng kiong?"

   Lei san siang hiong yang terdiri dari sang lotoa Ang sah ciang (Pukulan pasir merah) Phang Put jin dan loji Hek sah ciang (Pukulan pasir hitam) Phang Put gi.

   Mereka sudah termashur puluhan tahun lamanya di dalam dunia persilatan sebagai sepasang gembong iblis yang buas dan berhati keji.

   Walaupun Bu im sin hong Kian Kim siang belum pernah bersua dengan mereka, paling tidak toh pernah mendengar juga nama kedua orang itu, mau tak mau dia harus berkerut kening juga dengan kenyataan tersebut, sekarang dia baru mulai mengenali ketakutan yang sesungguhnya dari pihak Ban seng kiong.

   Sementara itu, sang loji Hek sah ciang Phang Put gi telah berkata lagi dengan nada tak senang hati .

   "Dengan kedudukan kita sekarang tidak sepantasnya bila ditugaskan untuk berada di bawah seorang wakil tongcu dan menerima perintah mereka!"

   "Loji, keliru besar bila kau berkata demikian,"

   Kata Lotoa Ang sah ciang Phang Put jin.

   "kau harus tahu kalau Tee kun sangat menghargai kita serta menganggap kita sebagai orang kepercayaannya, di dalam ini aku dapat merasakan kesulitan serta kehendak Tee kun dalam keputusannya ini, tidak pantas kalau kita menganggap hal ini sebagai suatu sakit hati, perlu diketahui bila urusan telah berhasil nanti kekuasaan yang sesungguhnya masih tetap berada ditangan kita."

   "Hmmm, tapi sekaranglah aku yang tak tahan!"

   Hek sah ciang Phang Put gi mendengus.

   "Sebagai seorang lelaki yang sejati, dia harus bisa mengulur bisa pula menyusut, aku harap selanjutnya kau bisa sedikit menguasai diri, perlu kau ketahui nama besar Tee kun tak mungkin bisa kita tandingi dengan begitu saja."

   Berbicara sampai disitu, mendadak ia berbisik .

   "Ada orang datang!"

   Mereka berdua segera berdiri menghadang ditengah jalan.

   Bagaikan segulung angin, tampak tiga sosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.

   Orang yang berjalan didepan adalah Tiang pek lojin So Seng pak, sedangkan dibelakangnya mengikuti dua bersaudara Cia yang lebih dikenal sebagai Boan san siang koay.

   Begitu menyaksikan kemunculan Tiang Pek lojin So Seng pak, Lei san siang hiong segera menyingkir ke samping sambil memberi hormat, serunya cepat .

   "Hamba menyambut kedatangan Tongcu!"

   "Hmmm siapa sih yang menjadi Tongcu Ban seng kiong kalian?"

   Dengus Tiang pek lojin So Seng pak sambil berkerut kening.

   "lohu adalah So Seng pak yang asli dan suci."

   "Sejak kapan kau sudah tidak menjadi tongcu kami lagi?"

   Seru Lei san siang hiong agak tertegun. Tiang pek lojin So Seng pak segera tertawa terbahak bahak .

   "Haaahhh.. haaahhh. Haahhh. Kapan sih lohu pernah menjadi Tongcu kalian? Harap kalian jangan salah melihat orang!"

   Sang loji dari Lei san siang hiong yang berwatak paling berangasan menjadi naik pitam dengan suara menggeledek dia segera membentak keras .

   "Aku tak ambil perduli siapakah kau, pokoknya sebagai anggota istana kami, siapa pun dilarang menaiki bukit ini!"

   "Lohu datang kemari untuk memenuhi undangan,"

   Seru Tiang pek lojin sembari melotot besar.

   "kalau toh aku dilarang untuk naik ke atas bukit, baiklah, jangan salahkan kalau lohu mengingkar janji lagi!"

   Dia berpaling dan serunya kepada Boan san siang koay .

   "Lote berdua, mari kita pergi saja!"

   Dia membalikkan badan siap meninggalkan bukit tersebut. Lei san siang hiong tertegun, cepat cepat lotoa menghadang jalan pergi Tiang pek lojin sambil berseru.

   "Kalau memang So tua datang untuk memenuhi undangan, silahkan saja naik ke bukit."

   Baru selesai dia berkata, kembali terlihat ada dua sosok bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.

   Orang yang berjalan dipaling depan ternyata bukan lain adalah Tiang pek lojin So Seng pak.

   Yang lebih aneh lagi pakaian maupun dandanannya sama sekali tidak berbeda jauh dengan Tiang pek lojin yang datang lebih duluan tadi...

   Tiang pek lojin yang datang lebih duluan itu segera berpaling ke arah Lei san siang hiong, kemudian ujaraya sembari tertawa terbahak bahak .

   "Haaahhh haaahhh. Haaahhh. coba kalian saksikan! Bukankah lohu bisa menciptakan diri menjadi beribu bagian? Mau kulihat sekarang apa yang bisa kalian lakukan?"

   Tiang pek lojin So Seng pak yang datang belakangan segera tertawa seram .

   "Heehhh... heeehhh. heeehhhh... justru lohu sengaja mengundangmu kemari untuk menyelidiki penyaruanmu tersebut, bila punya nyali mari naik ke atas bukit, tak perlu banyak ngebacot lagi di sini."

   Dalam pada itu,Bu Im yang berada di tempat persembunyianpun dibuat kebingungan setengah mati, kepada Bu im sin hong Kian Kim siang segera tanyanya .

   "Diantara kedua orang itu, siapa sih yang merupakan So tua sesungguhnya?"

   "Tentu saja Tiang pek lojin yang datang lebih duluan adalah Tiang pek lojin yang asli!"

   Sahut Bu im sin hong Kian Kim siang tanpa berpikir panjang lagi. Menyaksikan jawabannya begitu meyakinkan, Bu Im semakin terkejut bercampur ke-heranan, kembali dia bertanya .

   "Kian tua, mengapa kau bisa membedakannya di dalam sekali tebakan saja?"

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menunjuk ke atas sebuah jarum pentul yang berada dipakaian sendiri, setelah itu sahutnya .

   "Sebab dia pun mengenakan ini!"

   Bu Im segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi, serunya dengan cepat .

   "Oooh...rupanya kalian sudah mengadakan perjanjian sebelumnya."

   "Bila terjadi pertarungan nanti, kau jangan sampai salah membantu yang lain,"

   Pesan Bu im sin hong Kian Kim siang. Sambil tertawa Bu Im manggut manggut .

   "Tak usah kuatir Kian tua, setelah adanya tanda tersebut, aku tak bakal salah lagi."

   Dalam pada saat itu Lei san siang hiong sedang mengawasi Tiang pek lojin yang datang belakangan sambil termangu, lama sekali mereka belum juga berbicara tampaknya kedua orang gembong iblis tersebut sudah dibuat kebingungan setengah mati.

   Akhirnya loji Hek sah ciang Phang Put gi membentak keras, sambil melompat ke depan Tiang pek lojin yang datang belakangan, dia berseru dengan suara rendah.

   "Siapakah kau sebenarnya? Kau harus tahu, lohu berdua bukan manusia yang gampang dipermainkan semaunya sendiri!"

   Tiang pet lojin yang datang belakangan segera menunjukkan sikap sedingin es, katanya tiba tiba .

   "Lohu adalah Pek hou tongcu adanya!"

   Sembari berkata dia mengeluarkan sebuah lencana berwarna putih perak dan diayunkan didepan mata.

   Terbentur batunya loji dari Lei san siang hiong merasa gusar bercampur mendongkol, namun dia pun tak berani mengumbarnya keluar, malah dengan sikap yang menghormat dia berkata .

   "Silahkan Tongcu!"

   Dengan gaya yang sok Tiang pek lojin So Seng pak gadungan berjalan menuju ke hadapan Tiang pek lojin So Seng pak asli kemudian setelah mendengus katanya .

   "Lohu akan menantikan kedatanganmu di atas bukit, harap kau jangan melarikan diri dari sini!"

   Setelah mengutarakan perkataan maka tanpa banyak berbicara lagi dia melejit ke udara dan melesat lebih dulu menuju ke atas bukit tersebut.

   Tiang pek lojin So Seng pak yang tulen segera mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, dengan membawa Boan san siang koay dia pun meluncur ke atas puncak bukit.

   Sepeninggal kedua orang itu, loji dari Lei san siang hiong baru meludah ke atas tanah, kemudian serunya dengan gemas .

   "Suatu ketika lohu pasti akan menyuruh kau rasakan kelihayan dari kami berdua!"

   Mendadak terdengar seseorang tertawa dingin sembari menegur .

   "Percuma saja kalian berdua menjadi pembantunya Tee kun, karena kalian tak pernah memahami perasaan atasan dan selalu saja menggerutu sambil mengomel, cara kerja kalian semacam ini paling kubenci. Hmmm! Lohu hendak menjatuhi hukuman untuk kalian berdua!"

   Lei san siang hiong segera menyebarkan diri sambil melompat mundur sejauh satu kaki kemudian membalikkan badan sembari bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.

   Tampak Hian bu Tongcu Bu im sin hong Kian Kim siang serta seseorang yang wajahnya terasa pernah dikenal, sedang mengawasi mereka berdua sambil tertawa dingin.

   Lei san siang hiong merasa terkesiap, bergidik seluruh tubuh mereka...

   Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im telah selesai berunding, mereka hendak memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk melenyapkan Lei san siang hiong dari muka bumi.

   Hal ini dilakukan sebagai persiapan suatu langkah mundur yang aman dan selamat...

   Bersama itu pula dia telah menduga kedua gembong iblis ini belum mendapat kabar tentang kematian dari Bu im sin hong gadungan, oleh sebab itu, dia berhasrat untuk menggertak mereka serta membuat pikiran mereka jadi kacau, dengan begitu apabila sampai terjadi pertarungan maka lebih mudah baginya untuk meraih hasil.

   Walaupun Lei san siang hiong merupakan manusia manusia buas yang tidak takut langit tidak takut bumi, terhadap Hian im Tee kun nyatanya takutnya setengah mati.

   Tindakan dari Bu im sin hong Kian Kim siang barusan pada hakekatnya telah membuat mereka menjadi ketakutan setengah mati.

   Terutama sekali sang lotoa Ang sah ciang Phang Put jin, dia kuatir sekali perkataan dari loji tersebut akan menggusarkan Bu im sin hong Kian Kim siang, buru buru serunya sembari menjura.

   "Harap Kian tua jangan salah paham, sesungguhnya rasa mendongkol adikku hanya tertuju untuk Tiang pek lojin gadungan, kami sama sekali tak berani bersikap tak puas terhadap Tee kun."

   Mencorong sinar setajam sembilu dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim siang, ditatapnya wajah Hek sah ciang Phang Put gi lekat lekat, kemudian serunya dengan suara dalam .

   "Benarkah maksud tujuanmu yang sesungguhnya persis seperti apa yang diutarakan lotoa mu?"

   Menghadapi sikap yang begitu jumawa dan takabur macam begini, jangan lagi manusia yang berangasan, sekalipun tak gampang marahpun akan dibuat naik pitam juga.

   Paras muka Hek sah ciang Phang Put gi kontan saja berubah menjadi merah jengah, tak selang berapa saat kemudian berubah kembali menjadi hijau membesi, dadanya naik turun tak menentu, sudah jelas amarah orang ini sudah mencapai pada puncaknya dan dia hendak berbuat nekad.

   Ang sah ciang Phang Put jin yang menyaksikan keadaan adiknya itu segera menghampiri Hek sah ciang Phang Put gi kemudian dicengkeramnya urat nadi adiknya agar ia tak bisa mengerahkan tenaga.

   Sesudah itu dengan ilmu menyampaikan suara dia baru memperingatkan .

   "Seorang lelaki sejati tak akan mencari kerugian yang berada di depan mata, di sekitar tempat ini terdapat banyak sekali jago lihay istana kita, bila benar benar sampai bertarung, niscaya sulit buat kita untuk melanjutkan hidup."

   Hek sah ciang Phang Put gi memang berangasan orangnya, namun bukan berarti dia adalah manusia yang sama sekali tak berotak, setelah diberi petunjuk lotoanya, dia pun mendongakkan kepala sambil tertawa terbahak bahak, rupanya dia menggunakan gelak tertawa tersebut untuk melampiaskan keluar semua perasaan mendongkolnya.

   Setelah puas tertawa, dia baru membungkukkan badannya memberi hormat seraya berkata .

   "Kian tongcu harap menjadi periksa, hamba tidak mempunyai maksud begini."

   Bu im sin hong Kian Kim siang pun segera berubah sikapnya, dengan senyum dikulum dia pun berkata .

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Lohu juga tahu kalau kalian berdua amat setia kepada Tee kun tapi berhubung akupun sedang memangku tugas jadi mau tak mau setiap kecurigaan mesti dilakukan pemeriksaan. Bila ucapanku tadi telah menyinggung perasaan kalian, harap kalian berdua suka memaafkan."

   Betapa girangnya Lei san siang hiong setelah rneyaksikan perubahan sikap dari Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan wajah gembira mereka seru bersama .

   "Aaah, Tongcu kelewat merendah, dikemudian hari kami masih membutuhkan petunjuk dari Tongcu."

   "Kalian berdua kelewat sungkan! Kalian berdua kelewat sungkan..."

   Seru Bu im sin hong Kian Kim siang berulang kali. Mendadak ia menepuk bahu Bu Im, kemudian serunya lagi .

   "Apakah kalian berdua kenal dengan sobat ini?"

   Lei san siang hiong tidak mengetahui maksud tujuan Bu im sin hong Kian Kim siang yang sesungguhnya, tanpa terasa ia menjadi tertegun dibuatnya.

   Tapi dengan cepat mereka pun teringat kembali akan perbuatan yang pernah berlangsung akibat sebiji buah Hian ko tempo hari, tanpa terasa perasaan yang telah menjadi tenang kini bergolak kembali.

   Untuk beberapa saat lamanya kedua orang itu benar benar tak tahu bagaimana mesti menjawab, namun mereka pun tak bisa berlagak pilon terus, maka sikap maupun gerak geriknya menjadi serba runyam dan tersipu sipu.

   Setelah tertawa tergelak Bu im sin hong Kian Kim siang oerseru kembali.

   "Air bah menerjang kuil raja naga, sebagai orang sekeluarga ternyata tidak saling mengenalhaaahhh... haaahhhhaaahhh.... ini namanya tidak bertarung tidak saling mengenal. Bu lote, kejadian yang sudah lewat biarkan saja lewat dan tak usah dipikirkan didalam hati, mari! Mari! Mari! Biar aku sebagai juru damai saja, berjabatan tanganlah kalian untuk damai!"

   Bu Im segera maju ke depan sembari berseru .

   "Siaute Bu Im, bila masa lalu banyak melakukan kesalahan terhadap kalian gara gara sebiji buah Hian ko, harap kalian sudi memaafkan!"

   Dia mengulurkan tangan kanannya sambil berjalan menuju ke hadapan Lei san siang hiong, dia telah bersiap siap untuk berjabatan tangan dengan mereka.

   Tergerak hati Lei san siang hiong menyaksikan hal itu, lotoa segera memberi tanda kepada loji, dan loji pun mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam tangan kanan sambil menyambut uluran tangan Bu lm tersebut.

   Menanti dia merasa kalau Bu Im sama sekali tidak bermaksud untuk melukainya, dengan perasaan lega katanya kemudian sambil tertawa lebar .

   "Baik, baik, siaute bersedia mengikat tali persahabatan dengan saudara Bu!"

   Dengan cepat ke dua orang itu saling berjabatan tangan dengan akrabnya seakan akan dua orang sobat lama saja.

   Waktu itu, sebenarnya Ang sah ciang Phang Put jin telah mengerahkan tenaganya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

   Melihat loji dan Bu Im saling berjabatan tangan dengan tenteram, maka sewaktu tiba gilirannya berjabatan tangan dengan Bu Im pun dia telah mengendorkan kewaspadaannya.

   Dengan cepat kedua orang itu saling berjabatan tangan, siapa tahu di saat ini pula Bu Im membalikkan jari tangannya sambil mencengkeram urat nadinya, segulung hawa panas dengan cepat menyerang ke dalam tubuhnya dengan dahsyat.

   Menanti Ang sah ciang Phang Put jin menyadari akan datangnya bahaya dan ingin menghimpun tenaga dalamnya, sayang keadaan sudah terlambat, dia lantas berseru.

   "Saudara Bu, kau....

   "

   Bu Im tidak menyahut, sebaliknya lakasna sambaran kilat dia membalikkan tangannya menotok jalan darah Jit kan hiat di tubuh Ang sah ciang Phang Put jin.

   Ang sah ciang Phang Put jin yang sudah banyak melakukan kejahatan ini segera menemui ajalnya dalam keadaan yang mengenaskan.

   Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu singkat, menanti Hek sah ciang Phang Put gi merasa kalau gelagat tidak menguntungkan serta bersiap sedia melancarkan serangan, telapak tangan kanan Bu im sin hong Kian Kim siang telah menempel diatas jalan darah Pay sim hiatnya.

   "Kau pun sudah cukup banyak melakukan kejahatan!"

   Seru Bu im sin hong Kian Kim siang kemudian.

   Tenaga pukulannya segera dimuntahkan keluar, tubuh Hek sah ciang Phang Put gi segera mencelat sejauh beberapa kaki dan tewas dengan isi perut hancur tak karuan.

   Untuk melenyapkan kedua orang gembong iblis ini tanpa mengejutkan anggota istana Ban seng kiong lainnya mau tak mau mereka harus menggunakan sedikit siasat, dengan begitu lenyaplah nyawa Lei san siang hiong tanpa menimbulkan suara berisik apapun.

   Berhasil dengan pekerjaannya, mereka saling berpandangan sambil tertawa, kemudian meluncur keatas puncak bukit.

   Dibawah sinar rembulan, tampak ada tiga pasang bayangan manusia sedang melangsungkan pertarungan seru diatas puncak bukit itu.

   Selain itu, terdapat pula empat orang kakek berjubah kuning yang masing masing berada disatu sudut sambil mengawasi jalannya pertarungan ditengah arena.

   Tampaknya Tiang pek lojin gadungan adalah seorang yang ingin menang, ternyata dia turun tangan sendiri untuk melangsungkan pertarungannya melawan Tiang pek lojin.

   Pertarungan berlangsung amat seru dan gencar, untuk beberapa lamanya kedua belah pihak sama sama belum berhasil untuk meraih satu kemenangan.

   Setelah menyaksikan situasi yang dihadapinya, diam diam Bu im sin hong Kian Kim siang berunding sebentar dengan Bu Im kemudian masing masing mengincar seorang kakek berjubah kuning dan menyusup ke arah mereka.

   Berhubung disekeliling bukit itu sudah dilakukan penjagaan yang berlapis lapis maka keempat kakek berjubah kuning itu sama sekali tak menyangka bakal ada orang yang menyergap mereka, waktu itu segenap pikiran maupun perhatian mereka ditujukan ke tengah arena guna menghadapi segala kemungkinan.

   Itulah sebabnya walaupun Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im telah berhasil menyelundup ke belakang tubuh mereka pun, kakek berjubah kuning tersebut belum merasakan juga datangnya ancaman bahaya tersebut.

   Ilmu meringankan tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang boleh dibilang tiada tandingannya dikolong langit diluar Thi Eng khi maupun Ciu Tin tin, maka seandainya kakek berjubah kuning itu tidak menyadari akan kehadirannya, keadaan tersebut masih bisa dibilang mendingan.

   Namun, kalau sampai kehadiran Bu Im pun sama sekali tidak mereka sadari, pada hakekatnya hal ini merupakan yang paling mengenaskan.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera melejit ke tengah udara, dari situ dia lancarkan sebuah totokan ke arah punggung salah seorang diantara kakek berjubah kuning itu.

   Tiga orang kakek berjubah kuning lainnya yang berada pada arah lain tentu saja dapat menyaksikan datangnya sergapan tersebut namun belum sempat berteriak untuk memberi peringatan, kakek berjubah kuning itu sudah terkena serangan kilat yang dilancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang tepat pada jalan darah Siau yau hiatnya, tak ampun dia jatuh tak sadarkan diri.

   Tiga orang kakek berjubah kuning lainnya menjadi tertegun menghadapi situasi semacam ini.

   Bu Im yang menyaksikan kesempatan yang sangat baik mendadak melompat ke depan dan menotok pula jalan darah seorang kakek berjubah kuning lainnya.

   Dua orang kakek berjubah kuning yang masih segar tak sempat melihat jelas berapa banyak musuh yang turut didalam penyergapan tersebut, mereka tak berani meninggalkan posisi masing masing untuk Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im.

   Dengan suatu gerakan yang cepat mereka membalikkan badan untuk memeriksa keadaan disekeliling sana, setelah tahu kalau yang datang hanya dua orang, mereka baru melejit ke udara dan menerjang Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im secara garang.

   Sekarang, lima pasang sosok bayangan manusia yang berada dipuncak saling bertarung dengan sengitnya.

   Dengan kepandaian silat yang dimiliki Bu im sin hong Kian Kim siang, ternyata untuk beberapa saat lamanya belum berhasil menaklukkan lawan lawannya.

   Boan san siang koay telah menunjukkan gejala tak kuat untuk bertarung lebih lanjut, posisinya telah berada dibawah angin, rupanya sebentar lagi pun mereka akan roboh.

   Pertarungan semacam ini lebih menguntungkan jika diselesaikan dalam waktu singkat, karena bila keadaan berlarut larut, sekalipun dapat meraih kemenangan mutlak, toh akan kehilangan tujuan mereka yang sebenarnya maka dari itu Bu im sin hong Kian Kim siang merasa sangat gelisah.

   Kakek berbaju kuning yang bertarung melawan Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar keteter hebat.

   Dibawah serangan Bu im sin hong yang ketat dan dahsyat meski sudah berada dalam posisi dibawah angin tapi mustahil bisa dilakukan dalam dua tiga puluh jurus mendatang.

   Lagipula kakek berjubah kuning itupun amat cekatan, selain mengambil posisi bertahan, dia berpekik panjang tiada hentinya untuk mengundang datangnya bala bantuan.

   Menghadapi situasi semacam ini, angin pukulan yang dilancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang bertambah gencar dan rapat, namun perasaannya pun ikut bertambah tegang.

   Dalam situasi yang amat kritis inilah mendadak dari sisi tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang berkumandang suara bisikan dari Keng thian giok cu Thi Keng yang dipancarkan dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Waktu amat kritis dan mendesak, siaute segera akan turun tangan membantumu."

   Betapa girangnya Bu im sin hong Kian Kim siang setelah mendengar bisikan itu, serunya pula dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Bagus sekali kedatangan Thi tua, sekarang kita sedang menghadapi manusia manusia buas yang berbahaya bagi umat persilatan, kita tak perlu mempersoalkan gengsi atau nama baik lagi, siaute akan menyambut bantuanmu dengan senang hati."

   Baru saja dia selesai berkata, mendadak dijumpainya gerak serangan dari kakek berjubah kuning itu menjadi lebih lamban, jelas ia sudah termakan sergapan jari sakti yang dilancarkan Keng thian giok cu Thi Keng secara diam diam.

   Sebagai seorang jagoan yang berilmu sangat tinggi, tentu saja Bu im sin hong Kian Kim siang tidak menyia nyiakan kesempatan yang sangat baik itu, dengan jurus Ci thian hua tee (nenuding langit menggaris bumi) dia totok tubuh kakek berjubah kuning itu.

   Berhasil dengan serangannya, Bu im sin hong Kian Kim siang tak sempat untuk memeriksa lagi bagaimana keadaan kakek berjubah kuning itu sesudah terkena serangannya, dia membalikkan badan dan balik menubruk ke arah kakek berjubah kuning yang sedang bertarung dengan lotoa dari Boan san siang koay tersebut.

   Setelah Bu im sin hong Kian Kim siang menerjang ke arah kakek berjubah kuning yang lain, kakek yang bertarung melawannya tadi baru roboh terjengkang ke tanah dalam keadaan tak sadarkan diri.

   Disamping itu, tampaknya Bu Im juga memperoleh bantuan diluar dugaan, secara lancar dan gampang ia berhasil menaklukan kakek berjubah kuning yang menjadi lawan bertarungnya, begitu berhasil diapun menerkam kakek berjubah kuning yang bertarung melawan jikoay Cia Gun.

   Hampir pada saat yang bersamaan, dari belakang batu cadas melompat keluar Keng thian giok cu Thi Keng yang langsung menghantam tubuh Tiang pek lojin gadungan.

   Berada dalam posisi semacam ini, rasanya mustahil baginya untuk menghindarkan diri lagi dari serangan Thian liong ciang yang dilancarkan Keng thian giok cu Thi Keng.

   Terdengar Tiang pek lojin gadungan mendengus tertahan lalu roboh terkapar di tanah dengan batok kepalanya hancur berantakan, hancur termakan pukulan maut dari Keng thian giok cu Thi Keng.

   Sekarang tinggal dua orang kakek berjubah kuning yang masih bertarung namun dibawah kerubutan banyak orang, mereka pun tak bisa bertahan terlalu lama, tak selang berapa saat kemudian merekapun terluka parah dan kehilangan kemampuan.

   Dua orang kakek berjubah kuning yang terakhir ini nampak terperanjat sekali setelah menyaksikan Keng thian giok cu Thi Keng turun tangan membunuh Tiang pek lojin gadungan, segera serunya tertahan .

   "Thi tongcu, kau...."

   Dengan kening berkerut Keng thian giok cu Thi Keng berseru .

   "Cia lote berdua, tolong bantulah lohu untuk melenyapkan bibit bencana dikemudian hari!"

   "Terima perintah!"

   Sahut dua bersaudara Cia dari Boan san bersama sama.

   Mereka berdua turun tangan menghajar kedua orang kakek berjubah kuning yang terluka itu sehingga tewas seketika.

   Memandang kedua sosok jenasah tersebut, Keng thian giok cu Thi Keng segera menjura dalam dalam sembari berkata .

   "Sukma kalian berdua di alam baka tentu tahu, harap maafkan lohu yang mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, mau tak mau terpaksa kami harus bertangan keji dengan menyingkirkan kalian dari muka bumi ini."

   Keng thian giok cu Thi Keng memang seorang manusia yang berjiwa besar sekalipun dengan keji dia telah membunuh orang namun sikapnya masih cukup membuat kagum orang lain.

   Setelah minta maaf kepada dua sosok mayat dari kakek berjubah kuning itu, tidak sempat menyapa semua orang lagi, segera perintahnya lagi kepada Boan san siang koay .

   "Lote berdua, kalian masih harus membantu kami dengan menghantar jenasah dari gembong iblis yang menyaru sebagai So lote ini sebagai So lote yang sesungguhnya. Hantarlah dia turun dari bukit ini."

   Mula mula Boan san siang koay agak tertegun namun dengan cepat mereka dapat memahami maksud hati dari Thi Keng. Terdengar Keng thian giok cu Thi Keng berkata lagi .

   "Sedangkan So lote sendiri harus menyaru pula sebagai So lote gadungan di dalam istana Ban seng kiong!"

   Sebagai jago kawanan yang sangat berpengalaman dalam dunia persilatan, tentu saja Boan san siang koay memahami maksud hati dari Thi Keng, yakni mereka disuruh menganggap jenasah jenasah gembong iblis tua itu sebagai Tiang pek lojin asli dan membawanya melarikan diri turun bukit.

   Dengan wajah serius, mereka lantas berkata .

   "Kami berdua memahami maksud hati Thi lo, harap kau tak usah kuatir, setelah meninggalkan bukit ini gembong iblis tersebut adalah So toako kami"

   "Kecuali lote berdua, lebih baik jangan sampai ada pihak ketiga yang mengetahui rencana ini,"

   Pesan Tiang pek lojin So Seng pak lagi. Boan san siang koay segera menjura kepada semua orang lalu berkata .

   "Kami ingin mohon diri lebih dulu, moga moga kalian suka menjaga diri baik baik demi kesejahteraan dan keamanan umat persilatan pada umumnya!"

   Dengan ji koay yang membopong jenasah Tiang pek lojin gadungan, berangkatlah kedua orang itu meninggalkan bukit. Mendadak Bu im sin hong Kian Kim siang membentak keras .

   "Harap kalian berdua suka berhenti sebentar!"

   Boan san siang koay membalikkan badannya dan balik kembali ke tempat semula, kemudian ujarnya .

   "Kian tua ada petunjuk apa?"

   Sambil menunjukkan arah jalan dimana ia lalui sewaktu naik gunung, Bu im sin hong Kian Kim siang berkata .

   "Kalian berdua boleh turun gunung melewati jalan ini, semua penghadang sepanjang jalan telah lohu dan Bu lote bersihkan, dengan begitu kalian pun bisa mengurangi banyak kesulitan."

   "Terima kasih!"

   Sahut Boan san siang koay bersama sama. Sekali lagi mereka melejit ke udara dan meluncur turun ke bawah bukit..

   Jilid 40 Sepeninggal kedua orang itu, Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengenalkan Bu Im kepada Keng thian giok cu Thi Keng serta Tiang pek lojin So Seng pak.

   Semua orang adalah tokoh tokok termashur dalam dunia persilatan, berada dalam keadaan dimana waktu adalah emas, mereka tidak banyak berbicara lagi, kedua belah pihak pun saling menganggukkan kepalanya sebagai tanda perkenalan.

   Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang menceritakan kisah tertangkapnya Thi Eng khi kepada Thi Keng.

   Mendengar penuturan tersebut, dengan kening berkerut Keng thian giok cu Thi Keng berpikir beberapa saat, kemudian katanya sambil menghela napas .

   "Belakangan ini, menurut hasil laporan yang diterima di istana Ban seng kiong, jago jago kepercayaan dari gembong iblis tua tersebut berhasil menjebak kawanan jago persilatan kenamaan di bukit Cian san, bahkan tak lama lagi akan dibawa pulang ke istana bila kita ingin melaksanakan rencana pertolongan, maka yang penting adalah menolong jago jago persilatan tersebut lebih dulu, tentang cucuku, dia toh sudah kehilangan tenaga dalamnya sekali pun kita selamatkan jiwanya tak bakal bermanfaat bagi keadaan, aku rasa lebih baik biarkan saja dia ditawan."

   Begitu Keng thian giok cu Thi Keng menyelesaikan kata katanya, Bu im sin hong Kian Kim siang yang bersusah payah datang dari tempat jauh untuk menolong Thi Eng khi ini menjadi kecewa sekali.

   Namun berhadapan dengan manusia yang berjiwa luhur dengan mengutamakan kepentingan umum lebih dulu sebelum kepentingan pribadi, timbul juga perasaan kagum dan hormatnya.

   Ia merasa kurang leluasa untuk mendesak lebih jauh maka ia pun membungkam dalam seribu bahasa.

   Thi Eng khi adalah cucu menantu Tiang pek lojin, sudah barang tentu Tiang pek lojin pun merasa kurang leluasa untuk banyak berbicara..

   Saat inilah Bu Im segera mengusulkan.

   "Menurut pendapat Bu Im, kalau toh didalam melaksanakan rencana semula cianpwe sekalian kekurangan Kian cianpwe seorang sehingga sukar dilaksanakan dengan sempurna, sedangkan usaha untuk menolong para jago kenamaan yang tertawan dibukit Cian san pun belum tentu akan berhasil dengan sukses, menurut Bu Im mengapa kita tidak manfaatkan kesempatan yang ada sekarang untuk membawa Kian lo serta Bu Im memasuki istana Ban seng kiong dan mencari kesempatan untuk menolong mereka secara diam-diam? Entah bagaimanakah menurut pendapat kalian?"

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera bertepuk tangan memuji, serunya dengan cepat .

   "Usul dari Bu lote memang dapat dilaksanakan, mengapa kita tidak manfaatkan kesempatan ini untuk menyelundup ke dalam istana Ban seng kiong? Harap Thi lo memutuskan."

   Dengan wajah berseri Keng thian giok cu Thi Keng segera berkata .

   "Kalau begitu kita harus membuat dosa terhadap lote berdua...

   "

   Berbicara sampai disitu, dia lantas turun tangan menotok jalan darah Bu im sin hong Kian Kim siang serta Bu Im. Sambil tertawa Tiang pek lojin So Seng pak segera berkata.

   "Thi toako, aku akan segera membebaskan jalan darah keempat orang itu."

   Tubuhnya berkelebat ke depan dan telapak tangannya diayunkan berulang kali, dalam waktu singkat dia telah membebaskan jalan darah dari keempat kakek berjubah kuning yang tertotok itu.

   Semenjak jalan darahnya tertotok, keempat orang kakek berjubah kuning itu selalu berada dalam keadaan tak sadar.

   Setelah mendusin mereka pun tidak mengetahui kalau Tiang pek lojin So Seng pak yang berada dihadapan mereka sekarang bukanlah Pek hou tongcu yang tadi, begitu melompat bangun dari atas tanah, serentak mereka bertanya kepada Tiang pek lojin So Seng pak.

   "Tongcu, apakah orang yang menyaru sebagai tongcu itu sudah dimusnahkan?"

   Tiang pek lojin So Seng pak menghela napas panjang .

   "Aaaai.., hampir saja kita terkecoh hari ini, coba kalau Thi tongcu tidak datang tepat pada saatnya dan berhasil membinasakan orang yang menyaru sebagai diriku serta membekuk dua orang lainnya, entah bagaimanakah keadaannya nanti?"

   Salah seorang diantara keempat kakek berjubah kuning itu segera bertanya .

   "Lantas ke mana perginya jenasah dari orang yang menyaru sebagai tongcu?"

   "Jenasah telah dilarikan oleh Boan san siang koay."

   Ketika satu diantara kakek berjubah kuning itu menyaksikan Bu im sin hong Kian Kim siang tergeletak ditanah, dengan perasaan tercengang ia lantas berseru .

   "Hei, bukankah orang ini adalah Kian tongcu?"

   "Siapa tahu? Kami tidak dapat memastikannya dengan begitu saja, terpaksa harus dibawa pulang dulu ke istana kemudian baru diselidiki lebih jauh!"

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Berbicara sampai disitu, dia lantas menitahkan kepada kedua orang kakek berjubah kuning itu agar membopong tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im.

   Baru saja akan turun gunung, segulung angin berhembus lewat disusul munculnya seseorang.

   Orang tersebut bukan lain adalah Ban li tui hong (selaksa li pengejar angin) Cu Ngo yang sudah lama tak nampak batang hidungnya, dia menuju ke hadapan Keng thian giok cu Thi Keng, kemudian agak tak tenang lapornya .

   "Thi ciangbunjin serta para jago kenamaan dari berbagai partai telah sampai dalam istana harap tongcu berdua segera kembali ke istana untuk berunding."

   Keng thian giok cu Thi Keng dan Tiang pek lojin So Seng pak saling berpandangan sekejap, seakan akan mereka sedang bilang .

   "Begitu cepat mereka sudah dibawa kesini!"

   Suasana di atas puncak Wu san puncak Wang soat hong istana Ban seng kiong nampak diliputi kegembiraan yang meluap luap.

   Siapa pun tak menyangka, dunia persilatan berhasil dikuasai oleh pihak Ban seng kiong hanya didalam semalaman saja.

   Dalam seharian ini, secara beruntun Hian im Tee kun telah membuat tiga macam surat perintah.

   Surat perintah yang pertama merupakan suatu pengumuman yang menggembirakan semua anggota perguruannya, isi pengumuman tersebut adalah begini "Segenap ciangbunjin dari berbagai perguruan dan orang orang kenamaan dari seantaro jagad, besok lusa tengah hari akan datang ke istana kami untuk bergabung dengan kami semuanya, disamping itu ciangbunjin dari Thian liong pay Thi Eng khi akan berkunjung pula ke istana untuk melebur permusuhan menjadi persahabatan, kemudian bersama sama ciangbunjin dari pelbagai perguruan besar dan orang kenamaan dari seantero jagad akan melangsungkan pesta perjamuan untuk merayakan hari yang damai..."

   Surat perintah kedua menitahkan kepada segenap anggota istana Ban seng kiong agar dalam dua hari selesai menghiasi jalanan sepanjang sepuluh li menuju ke istana untuk menyambut kedatangan para jago persilatan itu sebagai tamu agung, selain pula mengundang jago jago lainnya agar ikut menghadiri perayaan mana.

   Sedangkan surat perintah ketiga berbunyi dalam pesta perayaan yang bakal diselenggarakan nanti akan diadakan pembagian hadiah menurut pahala yang dibuat setiap orang.

   Dalam pada itu, dibagian belakang istana Ban seng kiong, dibalik sebuah ruangan yang mungil dikelilingi gunung gunungan dan kolam, duduklah dengan tenang tiga tokoh sakti dari dunia persilatan.

   Mereka adalah Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin So Seng pak.

   Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im yang ditawan, setelah dibebaskan jalan darahnya secara diam diam oleh Keng thian giok cu Thi Keng.

   kemudian diserahkan kepada anggota Ban seng kiong lainnya agar disekap sambil menunggu dijatuhi hukuman.

   Maka Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im menjadi tawanan dari istana Ban seng kiong, mereka tak dapat hadir dalam ruangan megah bersama Keng thian giok cu Thi Keng sekalian untuk bersama sama merundingkan tindakan yang bakal diambil untuk menghadapi kejadian besar esok pagi.

   Sekilas pandangan, Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga seakan akan sedang bersemedi dalam keadaan lupa segala galanya.

   Padahal pada saat itu, mereka sedang mempergunakan ilmu Hu hi sim ing (irama hati suara perut) yakni semacam ilmu sakti setingkat lebih tinggi dari ilmu Coan im ji mi untuk merundingkan siasat guna menolong orang dan menaklukan musuh.

   Kekuatan yang dimiliki pihak Ban seng kiong benar benar diluar dugaan mereka semula.

   Dilihat dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa rencana mereka untuk mengerubuti Hian im Tee kun tak akan bisa terwujud.

   Dari keempat kekuatan yang semula disiapkan, kini berkurang dengan Bu im sin hong Kian Kim siang seorang, berbicara soal kekuatan sudah jelas merupakan suatu pukulan yang cukup berat, mereka telah kehilangan keyakinan untuk bisa meraih kemenangan dan justru inilah merupakan salah satu alasan mengapa rencana tersebut dibatalkan.

   Tapi masih ada satu alasan yang lain lagi, yakni pada hakekatnya mereka tidak pernah memperoleh kesempatan yang baik untuk mengerubuti Hian im Tee kun.

   Entah disaat dan keadaan apapun Hian im Tee kun tak pernah menerima mereka bersama tanpa membawa pengawal, oleh sebab itu kekuatan mereka pun tak pernah dapat terhimpun untuk mengerubuti gembong iblis tua tersebut.

   Bila sedang berada dalam suatu pertemuan yang dihadiri jago, tentu saja mustahil bagi mereka untuk turun tangan, jangan dikata kelihayan dari gembong iblis itu sendiri, ke delapan kakek berjubah merah yang selalu mendamping Hian im Tee kun pun memiliki kemampuan yang tak boleh dianggap enteng.

   Sekalipun kekuatan gabungan dari mereka berdelapan belum tentu bisa mengungguli empat tokoh sakti ini, namun untuk menaklukkan mereka paling tidak mereka harus bertarung sampai ratusan gebrakan lebih dahulu.

   Apalagi jika harus dua lawan satu, keempat orang tokoh sakti itu makin tak akan peroleh keuntungan apa apa.

   Dan sekarang, mereka bertiga pun tidak berhasil menemukan suatu cara yang paling baik dan paling besar kemungkinannya untuk berhasil dengan sukses.

   Sekalipun mereka bisa menggabungkan Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im dengan mereka semuapun, belum tentu kemenangan bisa diperoleh secara gampang.

   Sementara mereka bertiga masih memutar otak mendadak seorang gadis cantik berbaju hijau munculkan diri dalam ruangan dan memotong pembicaraan mereka.

   Begitu melangkah masuk ke dalam ruangan, gadis berbaju hijau itu segera melapor .

   "Tee kun mengundang tongcu bertiga agar masuk ke ruang semedi untuk berunding."

   Selesai berkata, gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan diri. Sepeninggal nona berbaju hijau itu, dengan wajah berseri Tiang pek lojin segera berseru.

   "Oooh, rupanya Thian masih melindungi umat persilatan untuk hidup dengan merdeka!"

   "So lo sicu jangan keburu bergembira dulu,"

   Cegah Sim ji sinni dengan cepat.

   "dengan mengandalkan gabungan tenaga kita bertiga dapatkah menaklukan gembong iblis tersebut, hingga kini masih merupakan suatu tanda tanya besar, apalagi siapa yang bisa menduga apakah dia telah mempersiapkan gembong iblis lainnya didalam ruang tersebut atau tidak."

   "Sebagai seorang Kun cu, yang penting adalah berusaha sedapat mungkin, soal keberhasilan atau kegagalan, hal tersebut merupakan masalah kedua,"

   Sambung Keng thian giok cu Thi Keng dengan semangat yang berkobar kobar.

   "Toako,apakah kita memerlukan bantuan dari Bu im sin hong saudara Kian dan Bu lote?"

   Tanya Tiang pek lojin So Seng pak.

   "Waktu tidak mengijinkan kita untuk berbuat sampai ke situ, untung saja aku telah membebaskan jalan darah mereka, dengan kecerdasan Kian lote, semestinya dia dapat mengusahakan suatu upaya untuk lolos dari kurungan, maka aku pikir lebih baik kita kerjakan dulu pekerjaan yang sedang kita hadapi."

   Kemudian tanpa berbicara lagi mereka bertiga bersama sama keluar dari ruangan dan berangkat menuju ke ruang semedi dari Hian im Tee kun.

   Di dalam ruang semedi, tampak Hian im Tee kun berdiri seorang diri di situ dan menyambut kedatangan mereka dengan senyuman dikulum...

   Melihat hal mana dengan emosi yang bergolak ketiga orang itu segera berpekik di hati "Oooh...

   Thian!"

   Tak terlukiskan gejolak emosi yang mereka alami sekarang, mereka mengira inilah kesempatan yang sangat baik buat mereka untuk melenyapkan Hian im Tee kun dari muka bumi.

   Apabila mereka bertiga berhasil menaklukan gembong iblis tua ini maka dunia persilatan pasti akan terselamatkan, atau sekalipun tak mampu mempertahankan diri, mereka masih dapat memaksakan suatu pertarungan adu jiwa.

   Keng thian giok cu Thi Keng setelah melangkah masuk ke dalam ruangan segera bergerak menuju ke lima depa disisi kiri Hian im Tee kun, Sim ji sinni menuju ke kanan sedangkan Tiang pek lojin berada di tengah pintu...

   Dengan cepat mereka membentuk posisi mengepung dari tiga penjuru...

   Hian im Tee kun berlagak seakan akan tidak melihat keadaan tersebut, bahkan dengan senyuman dikulum katanya .

   "Lusa adalah hari yang paling gembira bagi istana kita karena itu sengaja kuundang kedatangan tongcu bertiga untuk membicarakan suatu masalah."

   Keng thian giok cu Thi Keng menganggap saatnya yang paling baik telah tiba, dia enggan untuk banyak berbicara lagi dengan Hian im Tee kun, setelah memberi tanda dengan kerlingan mata ke arah Sim ji sinni serta Tiang pek lojin So Seng pak, hawa murninya yang berada dalam pusar segera dihimpun.

   Siapa tahu baru saja hawa murninya terhimpun, mendadak nadinya terasa linu dan hawa murni yang telah berkumpul itupun membuyar secara tiba tiba...

   Betapa terkejutnya Keng thian giok cu Thi Keng setelah menyaksikan kejadian tersebut, dia segera berpekik dihati.

   "Aduh, celaka aku!"

   Tanpa terasa dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Sim ji sinni serta Tiang pek lojin, paras muka mereka berdua berubah menjadi pucat pias seperti mayat atau dengan perkataan lain kedua orang rekannya sama sama dicelakai orang secara diam diam.

   Sambil tertawa terkekeh kekeh Hian im Tee kun berseru .

   "Ambilkan kursi!"

   Tiga orang nona berbaju hijau muncul dari pintu luar sambil membawa tiga buah kursi, kemudian diletakkan dihadapan Hian im Tee kun, setelah itu seorang satu membimbing ketiga tokoh sakti itu untuk duduk.

   Dengan suara menggeledek Keng thian giok cu Thi Keng segera berteriak .

   "Lohu sekalian lebih suka mengakhiri hidup saja."

   "Thi lo, buat apa kau mesti memandang persoalan ini amat serius,"

   Ujar Hian im Tee kun sambil tertawa licik.

   "seandainya lohu benar benar berniat mencelakai kalian, tak nanti akan kuperlakukan kalian sampai hari ini sebagai tamu agungku, bahkan akupun tak usah bersusah payah untuk menciptakan Hua kong san (bubuk pembuyar tenaga) untuk menghadapi kalian."

   Hua kong san adalah sejenis bubuk beracun yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, barang siapa terkena racun tersebut, asal tidak mengerahkan tenaga dalam maka meski sedang bersemedi pun tak akan merasakannya.

   Bila didalam dua puluh empat jam setelah keracunan, sipenderita tidak mengerahkan tenaga dalam daya kerja racun itu akan punah dengan sendirinya tanpa bekas.

   Oleh sebab itu, dalam dua puluh empat jam setelah keracunan, si penderita tak boleh marah atau mengerahkan tenaga sehingga memancing bekerjanya racun itu.

   Cara penggunaannya pun sangat sederhana, bubuk racun itu cukup diletakkan didalam ruangan, orang akan menghisapnya ke dalam tubuh tanpa sadar dan mereka pun akan keracunan tanpa terasa pula.

   Tak heran kalau ketiga orang tokoh sakti itu tertipu mentah mentah.

   Keng thian giok cu Thi Keng bertiga belum pernah merasakan sendiri racun semacam itu, tapi mereka pernah mendengar racun itu dari cerita orang persilatan, sungguh tak nyana mereka bertiga harus merasakan sendiri hari ini.

   Ketiga orang itu tidak berbicara apa apa lagi, namun keenam buah mata mereka saling bertukar pandangan, mereka tahu Hian im Tee kun pasti hendak memperalat mereka untuk melalukan perbuatan yang memalukan sehingga mereka dimaki dan dicela orang lain.

   Daripada mengalami nasib tragis seperti itu, mereka mengambil keputasan untuk bunuh diri agar terbebas dari segala malapetaka.

   Seperti mempunyai hubungan batin yang amat erat, mereka bertiga segera menggigit lidah sendiri untuk menghabisi nyawa sendiri.

   Rupanya Hian im Tee kun selain waspada dan mengawasi perubahan wajah ketiga orang itu dengan seksama, baru saja Keng thian giok cu Thi Keng sekalian bertiga menggerakkan tulang gerahamnya untuk menggigit putus lidah sendiri, sambil tertawa seram Hian im Tee kun telah mengayunkan jari tangannya dan menotok jalan darah Ya si hiat mereka bertiga Sekarang tiada kesempatan lagi bagi Keng thian giok cu sekalian bertiga untuk menghabisi nyawa sendiri.

   Selesai menotok jalan darah Ya si hiat mereka, Hian im Tee kun berhenti tertawa dingin, kemudian sambil melompat bangun dan menggunakan gaya mengejek, dia berjalan bolak balik di depan Keng thian giok cu bertiga, serunya sambil tertawa bangga .

   "Tahukah kalian sejak kapan lohu mengetahui jika kalian sedang menyusun rencana keji?"

   Berhubung jalan darah Ya si hiat dari Keng thian giok cu bertiga sudah tertotok, mulut mereka tak dapat bergerak, otomatis merekapun tak dapat menjawab dengan jelas, namun sikap mereka tetap serius dan angker.

   Memandang sikap mereka yang serius tersebut, Hian im Tee kun tahu kalau orang orang itu tak bakal menjawab pertanyaan, padahal dia memang tidak bermaksud untuk menantikan jawaban mereka, maka setelah tertawa terbahak bahak katanya sambil menuding kearah Keng thian giok cu Thi Keng serta Sim ji sinni .

   "Sejak kalian berdua memasuki istana Ban seng kiong, lohu sudah tahu kalau kalian adalah orang yang sesungguhnya."

   Tergetar perasaan Keng thian giok cu Thi Keng serta Sim ji sinni, setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa mereka menarik napas dingin. Setelah tertawa seram Hian im Tee kun berkata lagi.

   "Di atas topeng kulit manusia yang lohu kenakan pada ketiga orang yang menyaru sebagai kalian, diam diam telah kubuat kode rahasia yang tidak diketahui oleh mereka sendiri, kode rahasia itu sangat halus dan berbeda beda letaknya, bahkan jauh lebih sempurna ketimbang kode jarum perak yang kalian pergunakan dengan sangat menyolok ini."

   Sembari berkata dia melepaskan jarum perak dari pakaian Tiang pek lojin dan dibuang keluar jendela sesudah diamati sekejap, sikapnya amat sinis dan menghina.

   Merah padam selembar wajah Keng thian giok cu Thi Keng bertiga, mereka merasa yaa malu yaa menyesal.

   Setelah puas menggoda, tiba tiba Hian im Tee kun menarik wajahnya, kemudian berkata .

   "Lusa adalah saat para jago dari pelbagai daerah datang bergabung dengan perkumpulan kami, sampai waktunya kalian bertiga harus bekerja dengan baik dan jangan menimbulkan urusan, kalau tidak jangan salahkan jika pun Tee kun akan menghadapi kalian dengan cara yang lebih keji lagi."

   Keng thian giok cu sekalian bertiga sama sekali tidak menggubris ocehan dari Hian im Tee kun, mereka hanya duduk tak berkutik tanpa memperlihatkan perlawanan.

   "Bersediakah kalian? Kalau bersedia segera mengangguk sebagai tanda setuju,"

   Bentak Hian im Tee kun lagi. Tiga orang tokoh besar dari dunia persilatan itu masih saja membungkam dalam seribu bahasa. Menyaksikan hal ini, Hian im Tee kun segera memperdengarkan suara tertawa dingin yang menggidikkan hati, teriaknya menyeramkan .

   "Bagus! Bagus! Bagus! Tampaknya kalian memang keras kepala, tampaknya aku harus memberikan sedikit kelihayan untuk kalian rasakan....

   "

   Selesai berkata, tiba tiba saja Hian im Tee kun mengayunkan tangannya dan menotok jalan darah Sin bun hiat, pek hwee hiat, hapi kok hiat, kwan goan hiat, heng kian hiat, lwee kwan hiat, tiong kek hiat, kau kut hiat, tay wi hiat dan Mia bun hiat sepuluh buah jalan darah penting ditubuh Tiang pek lojin.

   Baik Keng thian giok cu Thi Keng maupun Sim ji sinni, kedua duanya merupakan tokoh silat dari dunia persilatan, ketika mereka saksikan jalan darah yang ditotok Hian im Tee kun sebagian besar adalah jalan darah yang menimbulkan rangsangan pada syaraf dan bagi badan mereka jalan darah tersebut tidak akan menimbulkan perubahan apa apa, untuk beberapa saat lamanya mereda tidak mengetahui permainan busuk apakah yang sedang dilakukan oleh Hian im Tee kun? Siapa tahu belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mereka telah menyaksikan perubahan pada wajah dan sikap Tiang pek lojin, ternyata kakek itu menunjukkan sikap yarg munduk munduk dan menghormat sekali.

   Hian im Tee kun segera menotok bebas jalan darah Ya si hiat pada pipi Tiang pek lojin, kemudian ujarnya kepada Tiang pek lojin .

   "Sekarang, bawa kemari Bu im sin hong Kian Kim siang!"

   "Baik!"

   Sahut Tiang pek lojin dengan hormat.

   Kemudian setelah memberi hormat lagi kepada Hian im Tee kun, dia membalikkan badan dan berlalu dari situ.

   Terkesiap sekali Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni setelah menyaksikan kejadian itu, paras mukanya segera berubah hebat, diam diam mereka membenci Hian im Tee kun, terutama dengan caranya bekerjanya.

   Pelan pelan Hian im Tee kun berkata .

   "Didalam kitab pusaka Hian im hui goan keng tercantum semacam kepandaian sakti untuk mengendalikan jalan pikiran orang, kepandaian tersebut disebut Si im ko heng (cuci otak merubah watak). Kalian berdua tidak pernah menyangka bukan?"

   Setelah berhenti sejenak, dengan gembira dia berseru kembali .

   "Heeehhhh.... heeeehhh... heeehhhh..... mulai sekarang, empat tokoh sakti dari dunia persilatan akan menjadi pelindung yang setia dari istana Ban seng kiong."

   Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni sangat terkesiap, dalam keadaan demikian mereka hanya bisa pasrah kepada nasib.

   Tak lama kemudian, Tiang pek lojin telah membawa Bu im sin hong Kian Kim siang menghadap.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menangkap kegelisahan yang menghiasi wajah Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinnie.

   Sementara dia masih tidak habis mengerti, Hian im Tee kun telah memandang kearahnya sambil tertawa seram.

   Sebagaimana diketahui, jalan darah Bu im sin hong Kian Kim siang yang tertotok telah dibebaskan oleh Keng thian giok cu Thi Keng secara diam diam, sesungguhnya dia berada dalam keadaan bebas kini.

   Sebagai orang yang berotak cerdas, dengan cepat dia sudah melihat kurang beresnya keadaan, maka diambilnya keputusan cepat.

   Mendadak ia membalik telapak tangannya balas mencengkeram urat nadi Tiang pek lojin, kemudian didorongnya tubuh Tiang pek lojin kearah Hian im Tee kun.

   Sedang ia sendiri lantas melejit keluar dari ruangan itu dengan gerakan ikan leihi menembusi ombak.

   Mimpi pun Hian im Tee kun tidak menyangka kalau Bu im sin hong Kian Kim siang bakal bertindak cekatan dengan mendorong tubuh Tiang pek lojin untuk menghalangi jalan perginya, menanti dia bersiap untuk turun tangan, keadaan sudah terlambat.

   Dengan perasaan mendongkol ia berpekik nyaring, dia tahu para jago lihay dari istananya pasti akan turun tangan untuk menghalangi jalan pergi Bu im sin hong.

   Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang telah berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Hian im Tee kun, dia telah mengambil keputusan untuk meloloskan diri dari situ, maka ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im nya yang lihay segera digunakan mencapai pada puncaknya.

   Berada dalam keadaan demikian, dia memutuskan untuk rnenghindari pertarungan yang tak ada gunanya maka setiap peluang kosong dimanfaatkan olehnya dengan tepat.

   Didalam istana Ban seng kiong memang terdapat banyak jago lihay, andaikata Bu im sin hong Kian Kim siang harus menyerbu dengan kekerasan, jangan lagi seorang sepuluh orang pun jangan harap bisa lolos dari situ dengan selamat.

   Tapi tindakan Bu im sin hong Kian Kim siang yang kabur tanpa melayani pertarungan justru mendatangkan keuntungan baginya.

   Didalam situasi yang serba kalut karena kurangnya persiapan dari kawanan iblis istana Ban seng kiong, dia berhasil meloloskan diri dari Ban seng kiong dengan selamat.

   Kaburnya Bu im sin hong Kian Kim siang menimbulkan kekacauan yang luar biasa bagi istana Ban seng kiong meskipun Hian im Tee kun tidak senang hati namun dengan kemenangan yang sudah berada di depan mata, apalagi diapun menganggap kekuatan Bu im sin hong Kian Kim siang tak akan menjadi suatu ancaman baginya, persoalan itupun disudahi sampai disitu saja.

   Tapi yang paling apes adalah Bu Im, Hian im Tee kun segera mengirim orang untuk menotok jalan darahnya, membuat rencananya yang telah di susun rapi menjadi berantakan tak karuan.

   Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang telah melarikan diri dari istana Ban seng kiong, dia baru menghembuskan napas lega setelah dilihatnya tiada orang yang mengejar dirinya.

   Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im, dia sengaja memilih jalanan yang terpencil dan curam untuk menghindari pengejaran musuh.

   Entah berapa saat dia sudah berjalan dan entah berapa jauh dia sudah kabur...

   Menanti dia merasa sudah berada ditempat yang aman, Bu im sin hong Kian Kim siang baru mencari sebuah gua kecil untuk beristirahat.

   Pelan pelan gejolak perasaan hatinya dapat dikendalikan kembali....

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Namun pikirannya justru menjadi amat kalut dan tak karuan bentuknya lagi.

   Sekarang, dia mencoba untuk membayangkan kembali keadaan di dalam kamar semedi Hian im Tee kun.

   Kalau dilihat dari kegelisahan yang terpancar dari wajah Keng thian giok cu Thi Keng serta Sim ji sinni, sudah jelas mereka sedang menguatirkan keselamatan jiwanya, tapi mengapa Tiang pek lojin tidak memberi bisikan terlebih dahulu kepadanya? Mungkinkah Tiang pek lojin tak berani berbicara apa apa kepadanya karena menguatirkan keselamatan jiwa dari kedua orang sahabat karibnya? Bu im sin hong Kian Kim siang teringat kembali sewaktu dia balik mencengkeram urat nadi Tiang pek lojin dan mendorongnya untuk menghalangi Hian im Tee kun.

   Dia merasa Tiang pek lojin begitu lemah dan sama sekali tak bertenaga sedikitpun, hal ini tak seharusnya dijumpai dalam tubuh seorang jago silat kenamaan.

   Sebab walaupun Tiang pek lojin mempunyai niat untuk mengorbankan diri dan tidak memberikan perlawanan, namun reaksi dari seorang persilatan bila menghadapi serangan seharusnya dimiliki.

   Tapi kenyataannya Tiang pek lojin tidak memberikan reaksi apa pun, untuk kejadian tersebut rasanya hanya bisa dijelaskan kalau kepandaian silatnya telah dipunahkan orang.

   Teringat sampai disitu, diapun lantas menduga kalau Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni telah mengalami nasib yang sama.

   Berpikir sampai ke situ, Bu im sin hong Kian Kim siang lantas beranggapan bahwa keadaan dunia persilatan sudah berada dalam keadaan yang tak dapat ditolong lagi, dia menghela napas sedih.

   Sekalipun ia masih tersekap dalam pohon cemara dimasa lampau pun belum pernah ia rasakan keputus asaan seperti hari ini.

   Dalam keadaan kekecewaan yang besar inilah akhirnya dia tertidur didalam gua.

   Entah berapa lama dia sudah tertidur.

   Mendadak Bu im sin hong tersentak kaget dan mendusin dari tidurnya....

   Ketika membuka mata, tampak suasana dalam gua itu gelap gulita, tampaknya malam hari telah menjelang tiba.

   Mengikuti hembusan angin gunung, dia menangkap ada suara ujung baju yang terhembus angin lewat didepan mulut gua.

   Setelah mendusin dari tidurnya sekarang, Bu im sin hong Kian Kim siang merasakan kekecewaannya telah mereda, dengan semangat yang berkobar kobar dia melompat keluar dari gua itu.

   Angin malam berhembus kencang, bintang bertaburan di angkasa, namun tak nampak ada manusia yang lewat disitu.

   Bu im sin hong Kian Kim siang termashur karena ilmu meringankan tubuhnya yang tiada bandingan didunia ini, tentu saja dia enggan menyerah dengan begitu saja, bagaikan segulung asap dia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan mulai melakukan pencarian.

   Alhasil tidak dijumpai sesuatu apapun.

   Disaat dia hendak kembali ke gua kecil itu, mendadak terdengar olehnya ada orang sedang berbicara.

   Suara pembicaraan tersebut berkumandang dari balik semak belukar tak jauh dari gua kecil itu.

   Sambil menghela napas panjang, diam diam Bu im sin hong Kian Kim siang berpikir .

   "Aaaa..i makin tua, aku semakin tak becus, masa badut kecilpun berani mengejek didepan hidungku."

   Dengan kepandaiannya yang tinggi, dalam beberapa kali gerakan saja dia telah mendekati semak belukar itu tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

   Dipasangnya telinga baik baik untuk menyadap pembicaraan tersebut dengan cepat dia merasa kalau suara pembicaraan orang itu sangat dikenal olehnya.

   Tanpa terasa dia menerjang lebin ke depan lagi.

   Sembari meluncur ke muka, ia lantas menegur .

   "Sinni, sejak kapan kau sampai disini? Lohu Kian kim siang berada di sini!"

   Setelah menembusi semak belukar, disitu muncul sebuah mulut gua, karena dia yang bersuara lebih dulu maka orang yang berada dalam gua itu tidak menghalanginya untuk menerobos masuk ke dalam.

   Sinar obor menyoroti tiga lembar wajah yang asing sekali baginya.

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menghentikan gerakan tubuhnya dan tak berani masuk lebih ke dalam, sambil berdiri didepan pintu gua, bentaknya keras keras .

   "Siapakah kalian?"

   Salah seorang diantaranya segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, lalu berseru .

   "Aaaah, rupanya benar benar Kian tayhiap! Pinni adalah Sam ku.."

   Kemudian kepada dua orang lainnya dia perintahkan .

   "Cepat kalian lepaskan topeng kulit manusia yang kalian kenakan itu..."

   Setelah melepaskan topeng kulit manusia yang dipakai, maka diketahui kalau kedua orang itu adalah pencuri sakti Go Jit serta nona Siu Cu. Sambil tertawa Bu im sin hong Kian Kim siang menghampiri mereka semua, lalu tegurnya .

   "Mengapa kalian sampai disini pula?"

   "Nona Siu Cu dan Go tayhiap tak mau menyelamatkan diri untuk kepentingan sendiri, maka mengandalkan kemampuan mereka yang hapal dengan situasi disekitar istana Ban seng kiong, mereka bermaksud untuk ikut menyumbangkan tenaga demi kepentingan umum."

   Mendengar perkataan tersebut, Bu im Sin hong Kian Kim siang segera menghela napas panjang.

   "Aaai, segala sesuatunya sama sekali diluar dugaan, tampaknya kita sudah tidak berdaya lagi."

   Sam ku sinni menjadi tercengang setelah medengar ucapan itu, segara tegurnya .

   "Kian tayhiap, maksudmu berkata demikian?"

   Bu im sin hong Kian Kim siang tidak merahasiakan apa yang telah dialaminya lagi, dia lantas membeberkan kegagalan mereka didalam usahanya menjalankan rencana baik untuk menaklukan Hian im Tee kun, siapa tahu malah kena dipecundangi oleh musuh.

   Selesai mendengar penuturan itu, Sam ku sinni segera bermuram durja, dengan sedih sekali dia menundukkan kepalanya rendah rendah.

   Si pencuri sakti Go Jit pun berjalan bolak balik sambil menggendong tangan, tak sepatah kata pun yang diutarakan.

   Paras muka Siu Cu pun berubah beberapa kali, akhirnya sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah dia berseru .

   "Locianpwe bertiga harap menunggu sebentar didalam gua, boanpwe akan mencoba menyusup ke dalam istana untuk mencari kabar."

   Selesai berkata dia lantas menerobosi kegelapan dan lenyap dari pandangan mata.

   Sejak peristiwa yang pahit itu, dimana Bu im sin nong Kian Kim siang hampir saja tertipu oleh Hiau im Tee kun, tanpa terasa dia meningkatkan kewaspadaannya untuk menghadapi segala masalah, atas persetujuan semua orang, dia pun berpindah ke gua kecil miliknya sambil menunggu kedatangan Siu Cu.

   Sam ku sinni serta pencuri sakti Go Jit sangat menguatirkan pula keselamatan dari Siu Cu, maka atas persetujuan dari Bu im sin hong mereka pun ikut pindah ke gua kecil milik Bu im sin hong Kian Kim siang tersebut.

   Malam berlalu dengan cepat, kini fajar pun menyingsing.

   Di tengah lapisan kabut pagi yang tebal, nampak dua sosok bayangan manusia meluncur ke arah gua rahasia dibalik semak belukar itu dengan kecepatan tinggi.

   Dari kejauhan Bu im sin hong Kian Kim siang telah melihat akan kehadiran bayangan manusia tersebut.

   Dengan kening berkerut dia memberi tanda kepada Sam ku sinni serta pencuri sakti Go Jit, kemudian mereka melompat keluar dan melakukan pengepungan.

   Siu Cu muncul dengan membawa seorang lelaki bertubuh kekar, begitu masuk ke dalam gua dia lantas berseru tertahan .

   "Aaah, ke mana mereka pergi?"

   "Nona Siu Cu,"

   Lelaki kekar itu segera menegur.

   "tak nyana kalau kau masih punya kegembiraan untuk bergurau dengan aku Cu Ngo, kalau begitu jangan salahkan kalau aku Cu Ngo akan bertindak tak sungkan kepadamu."

   Ternyata lelaki kekar itu adalah Ban li tui hong Cu Ngo yang pernah ditolong oleh pil sakti Thian liong pay. Buru buru Siu cu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru .

   "Harap Cu tayhiap jangan salah paham, persoalan ini.. persoalan ini....."

   "Ke mana mereka telah pergi? Masa kau tidak tahu?"

   Siu Cu tak dapat menjawab, namun kegelisahan dan rasa jengah telah menghiasi wajahnya.

   Di luar gua, Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan Siu Cu kembali sambil membawa seseorang, pun menjadi tidak habis mengerti.

   Sebenarnya dia hendak menampakkan diri tapi segera dicegah oleh si pencuri sakti Go Jit.

   "Jangan Ban li tui hong Cu Ngo adalah sahabat karib boanpwe, biar boanpwe saja yang menampakkan diri untuk berbincang bincang dengannya kemudian locianpwe baru bertindak menurut keadaan."

   Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni mengangguk tanda setuju, dengan langkah lebar si pencuri sakti Go Jit segera munculkan diri dari balik gua.

   Suara langkah kakinya dengan cepat mengejutkan Ban li tui hong Cu Ngo serta Siu Cu, cepat mereka membalikkan badan sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

   Setelah mengetahui kalau yang muncul adalah pencuri sakti Go Jit, Ban li tui liong Cu Ngo baru menghembuskan napas panjang dan membuyarkan tenaga dalamnya.

   Siu Cu lebih girang lagi, dia lantas berseru .

   "Go tayhiap, kedatanganmu kebetulan sekali, hampir saja Cu tayhiap hendak menyerang diriku!"

   Walaupun pencuri sakti Go Jit adalah sahabat karib Ban li tui hong Cu Ngo namun berhubung mereka berdiri pada posisi yang berbeda, maka dia tak berani bersikap terlampau dekat dengan bekas sahabatnya.

   Sambil tertawa hambar pencuri sakti Go Jit berkata .

   "Cu tayhiap, kau ada urusan apa?"

   Ucapannya ketus dan sama sekali tidak berperasaan. Meskipun ia tidak menganggap Cu Ngo sebagai musuh, namun dia pun tidak mencerminkan sikap persahabatan. Dengan wajah sedih Ban li tui hong berkata .

   "Saudara Go, mengapa kau bersikap seperti ini terhadap siaute....?"

   "Paling tidak kedudukan kita sekarang adalah berbeda!"

   "Dahulu siaute tak berani mengungkap rahasia hatiku, tapi sekarang setelah kau berkhianat terhadap Ban seng kiong, siaute bermaksud untuk berkata secara terang terangan."

   Mendengar itu, pencuri sakti Go Jit tertawa dingin, katanya .

   "Aku si pencuri tua menganggap lebih baik menjadi pengkhianat Ban seng kiong daripada menjadi kaki tangan Ban seng kiong!"

   Ban li tui hong Cu Ngo tertawa getir.

   "Saudara Go, harap kau jangan memotong pembicaraanku lebih dulu, ucapan siaute belum selesai!"

   Pencuri sakti Go Jit segera mendengus dingin, dia menunggu kata kata selanjutnya dari Ban li tui hong Cu ngo. Dengan airmata berlinang, Ban li tui hong Cu Ngo berkata .

   "Sejak hari pertama siaute bergabung dengan Ban seng kiong, sejak saat itu pula aku merupakan musuh dalam selimut bagi pihak Ban seng kiong, harap saudara Go suka mempercayai kesulitan siaute ini....

   "

   Tampaknya pencuri sakti Go Jit dibikin terharu oleh ucapan Ban li tui hong Cu Ngo, dengan nada suara yang jauh lebih lembut dia berkata .

   "Harap kau suka berbicara yang lebih jelas lagi!"

   Secara ringkas Ban li tui hong Cu Ngo menceritakan kisahnya bagaimana dia mengirim surat undangan, terluka, ditawan Huan im sin ang dan dipaksa menuruti perintahnya dengan ancamaa mati hidup Thi Eng khi, lalu bagaimana dia terpaksa berbakti kepada pihak Ban seng kiong...

   Akhirnya dengan sedih dia menambahkan .

   "Siaute bersedia untuk berkawan dengan musuh karena aku ingin mencari kesempatan untuk membalas budi pertolongan dari Thi sauhiap, kini tuan muda dari Thian liong pay telah mengalami nasib yang tragis, peristiwa ini sungguh membuat siaute amat sedih, oleh karena itulah sengaja siaute datang kemari bersama nona Siu Cu untuk mengajak saudara Go sekalian merundingkan persoalan ini."

   Semestinya pencuri sakti Go Jit harus percaya dengan perkataan dari Ban li tui hong Cu Ngo, tapi dia masih merasa sangsi dan merasa wajib untuk membongkar persoalan itu sampai jelas, maka kembali ujarnya .

   "Tempo hari, kau menyuruh aku si pencuri tua mencuri pil Tay tham wan, sebenarnya apa tujuanmu?"

   "Siaute pernah menelan pil Toh mia kim wan milik Thian liong pay, maka akupun ingin membalas kebaikan tersebut dengan menghadiahkan sebutir pil Tay tham wan untuk Thi sauhiap."

   "Mengapa pula kau bisa berhubungan dengan nona Siu Cu?"

   Kembali pencuri sakti bertanya.

   "Keadaan nona Siu Cu tidak jauh berbeda dengan keadaan lo heng, dia merupakan penghianat yang berhadiah besar bila dapat diringkus, oleh sebab itu tatkala siaute melihat dia menyusup kembali ke istana Ban seng kiong, maka akupun lantas mencari kabar tentang diri kalian...

   "

   "Mengapa nona Siu Cu dapat percaya kalau kau mempunyai maksud tujuan lain?"

   "Persoalan ini merupakan masalah nona Siu Cu sendiri, siautepun tak bisa menjelaskan."

   Tidak menanti si pencuri sakti bertanya kepadanya, Siu Cu segera berkata cepat .

   "Sesungguhnya aku tidak percaya kepadanya, maka itulah aku mengajaknya kemari dan kalianlah yang memutuskan nasibnya!"

   Pencuri sakti Go Jit segera menghela napas panjang .

   "Nona seandainya Cu loji meninggalkan kode rahasia sepanjang jalan, bukankah kita akan mati semua tanpa tempat kubur?"

   Katanya. Siu Cu menjadi amat terkesiap, serunya kemudian agak tergagap .

   "Tentang soal ini....

   "

   Tiba tiba pencuri sakti mengalihkan pembicaraan, katanya dengan suara mantap .

   "Tapi aku si pencuri tua, percaya kalau Cu Lo Ngo bukan seorang manusia yang sudi menjual teman untuk mencari pahala."

   Rasa tegang yang semula menghiasi wajah Siu Cu kini mengendor kembali, dengan cepat dia menghembuskan napas lega. Dengan penuh emosi dan rasa haru Ban li tui hong Cu Ngo berseru pula keras .

   "Terima kasih atas kesediaan saudara Go untuk memahami keadaanku...!"

   "Sesungguhnya hal ini dikarenakan daya pengaruh dari Thi sauhiap, entah mengapa sejak kau menyinggung tentang dia, aku si pencuri pun merasakan sesuatu perasaan yang aneh, tentu saja aku harus memahami perasaanmu lebih dulu sebelum mempercayai ucapanmu."

   Kemudian dia berpaling dan serunya lagi .

   "Cianpwe berdua, bagaimanakah menurut kalian atas pendapat boanpwe ini?"

   Angin lembut berhembus lewat dari luar gua, seorang pendeta wanita dan seorang kakek munculkan diri. Begitu berjumpa dengan Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan terkejut Ban li tui hong Cu Ngo berseru .

   "Kian tongcu, kau....

   "

   Di dalam istana Ban seng kiong memang berlaku suasana yang serba misterius dan rahasia, dihari hari biasa banyak tersiar berita sensasi tentang tokoh tokoh silatnya.

   Cerita tentang asli dan percaya Bu im sin hong Kian Kim siang memang tersiar pula di dalam istana, namun jarang sekali ada orang yang menyaksikan dengan kepala sendiri maka dari itu tak heran kalau ia terkejut sekali menyaksikan munculnya tokoh sakti tersebut.

   Mungkin terpengaruh oleh berbagai cerita kosong atau kelihayan dari Kian Kim siang, oleh sebab itu Ban li tui hong Cu Ngo pun merasa terperanjat sekali sesudah berjumpa sendiri dengan tokoh yang disegani ini.

   Dengan cepat Bu im sin hong Kian Kim siang menggoyangkan tangannya berulang kali mencegah Ban li tui hong Cu Ngo melanjutkan kembali kata katanya.

   Kemudian dengan suara lembut dia berkata .

   "Lohu bukan Tongcu dari Ban seng kiong, harap Cu tayhiap jangan menaruh curiga selain itu lohu pun tak ada waktu untuk memberi penjelasan lagi kepadamu, bila ingin tahu tanyakan saja di kemudian hari kepada Go tayhiap."

   Setelah berhenti sejenak dan melihat Ban li tui hong Cu Ngo berhasil menenangkan kembali hatinya, ia baru melanjutkan kembali kata katanya .

   "Dengan menyerempet bahaya Cu tayhiap datang kemari, entah rahasia apakah yang hendak kau sampaikan?"

   Ban li tui hong Cu Ngo segera berkata langsung .

   "Keng thian giok cu Thi Keng, Sim ji sinni dan Tiang pek lojin setelah dikuasai jalan pikirannya oleh Hian im Tee kun, besok mereka dipersiapkan untuk melakukan suatu tindakan yang bakal menghancurkan nama besar mereka."

   Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Perbuatan apakah yang akan menghancurkan nama besar mereka...?"

   Tanya Bu im sin hong Kian Kim siang dengan perasaan cemas dan tak tenang.

   "Tengah hari besok, mereka bertiga akan mewakili segenap umat persilatan yang ada dikolong langit untuk mengangkat sumpah dan menyatakan kesetiaannya terhadap Ban seng kiong, bahkan akan mengalunkan pula kata kata pujian."

   Berbicara sampai disitu dia menghela napas panjang, dengan wajah sedih terusnya .

   "Bila hal ini sampai terjadi, maka ketiga orang locianpwe itu akan kehilangan muka untuk bertemu orang lagi, itulah sebabnya boanpwe merasa gelisah sekali, sengaja aku datang kemari untuk mengajak locianpwe sekalian merundingkan masalah ini, kita harus berupaya untuk menyelamatkan nama baik ketiga orang tua tersebut."

   "Lohu telah mencoba kalau kepandaian silat mereka telah punah, tapi tidak habis mengerti dengan cara apakah Hian im Tee kun bisa menguasahi jalan pemikiran mereka?"

   Ban li tui hong Cu Ngo menggelengkan kepalanya berulang kali sebagai pernyataan bahwa diapun tak tahu. Siu Cu dengan kening berkerut segera berkata .

   "Suatu ketika, tanpa sengaja boanpwe pernah mendengar Cun Bwee Seng li membicarakan tentang semacam ilmu si sim ko heng (cuci otak merubah watak) yang konon tercantum dalam kitab pusaka Hian im huan goan keng. Bisa jadi ketiga orang locianpwe itu sudah terkena ilmu tersebut....."

   Tanpa berpikir panjang Bu im sin hong Kian Kim siang segera bertanya .

   "Apakah nona Siu Cu mengetahui cara pertolongannya?"

   "Adakah sesuatu cara untuk menolong pengaruh tersebut, boanpwe tak pernah mendengar Cun Bwee seng li membicarakannya."

   "Sekarang keadaan sudah sangat kritis, sekalipun mengetahui cara pertolongannya lalu apa gunanya?"

   Ujar Sam ku sinni.

   "Seandainya didalam kitab pusaka Hian im hwee goan keng tersebut memang tercantum cara pertolongan, maka kita meminta bantuan Go lote untuk mendemontrasikan kelihayannya dengan mendapatkan kitab pusaka Hian im huan goan keng tersebut, asal Thi lo sekalian bisa mendapatkan kejernihan pikirannya lagi, urusan lain dapat dibicarakan belakangan."

   "Belakangan ini suasana dalam keraton sangat ramai, manusia yang berlalu lalang amat kacau, memang tepat sekali untuk menyusup ke dalam istana."

   Sambil bertepuk dada pencuri sakti Go Jit berseru .

   "Selama hidup aku si pencuri sakti memang pekerjaannya mencuri, tiap kali turun tangan tentu merugikan orang menguntungkan diri, sekarang kesempatan baik bagiku untuk berbakti kepada dunia persilatan telah tiba, meski sampai tertawan dan menerima hukuman mati, akupun rela dan pasrah.

   "Andaikata dalam kitab pusaka Hian im huan goan keng tersebut tidak terdapat cara pertolongan?"

   Tanya Sam ku sinni tiba tiba.

   Bu im sin hong Kian Kim siang termenung beberapa saat lamanya, mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya.

   Semua orang mengira dia menemukan cara yang lebih baik, dengan wajah berseri mereka lantas memasang telinga dan siap mendengarkan usulnya itu.

   Siapa tahu ibarat bola yang kempes, dengan wajah lesu dan sedih Bu im sin hong Kian Kim siang berkata .

   "Kita tak boleh menggunakan cara seperti ini untuk menghadapi Thi lo sekalian."

   "Kian lo, apa yang kau penuju? Utarakan saja secara blak blakan agar kita dapat membincangkannya bersama sama."

   Dengan cepat Bu im sin hong Kian Kim siang menggelengkan kepalanya berulang kali .

   "Seandainya lohu mengutarakan usulku ini berarti lohu berbuat salah kepada Thi lo bertiga."

   Tentu saja Pencuri sakti Go Jit, Ban li tui hong Cu Ngo dan Siu Cu bertiga ingin mengetahui juga apa usul dari Bu im sin hong Kian Kim siang itu namun dibandingkan dengan Kian Kim siang, kedudukan mereka masih selisih jauh, Sam ku sinni saja terbentur batunya, tentu saja mereka semakin tak berkeberanian untuk buka suara lagi.

   Tapi wajah dan pancaran mata mereka memancarkan sinar pengharapan, perasaan tersebut terlihat jelas pada wajah mereka.

   Sambil tersenyum tiba tiba Sam ku sinni berkata .

   "Padahal sekalipun tidak kau katakan, pinni juga sudah menduganya sejak tadi"

   Bu im sin hong Kian Kim siang hendak tertawa tergelak, tapi Sam ku sinni kembali mencegah .

   "Kian tua, hati hati kalau sampai membocorkan rahasia jejak kita ....

   "

   Bu im sin hong Kian Kim siang segera menyadari akan kesilafannya tapi berhubung gelak tertawanya sudah mulai, maka usahanya untuk menahan tertawa ini membuat wajahnya kelihatan lucu sekali.

   Tapi dalam keadaan situasi seperti ini meski semua orang dibikin geli oleh sikapnya yang lucu, rasa geli itu tak dapat melenyapkan suasana murung yang menyesakkan napas.

   Setelah berhasil menahan rasa gelinya, dengan wajah serius Bu im sin hong Kian Kim siang berkata .

   "Sinni, kalau toh pendapat kita sama mari kita laksanakan menurut rencana tersebut!"

   Ban li tui hong Cu Ngo dibuat kebingungan setengah mati, agak tersipu dia bertanya .

   "Siasat bagus apa sih yang locianpwe berdua dapatkan? Cepatlah diutarakan, agar boanpwe sekalian pun bisa turut bergembira....

   "

   Bu im sin hong Kian Kim siang, melirik sekejap orang orang itu, melihat Pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu tersenyum dikulum seperti telah mengerti, maka kepada Siu Cu katanya sambil mengangguk .

   "Nona Siu Cu, bagaimana kalau kau mewakili lohu untuk mengutarakannya keluar?"

   "Tapi boanpwe tak tahu jalan pikiran boanpwe ini betul atau salah....

   "

   "Kalau kulihat dari paras mukamu, sudah tak bakal salah lagi."

   Maka kepada Ban li tui hong Cu Ngo, Siu Cu berkata .

   "Menurut pendapat locianpwe berdua, jikalau kita tak sanggup menolong ketiga orang locianpwe itu, maka demi menjaga nama baik serta pamor mereka di mata umat persilatan, lebih baik kita cepat cepat mengirim mereka pulang ke nirwana!"

   Ban li tui hong Cu Ngo sangat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, serunya .

   "Tapi.... kita mana boleh turun tangan mencelakai jiwa ketiga orang locianpwe itu.... hal ini.... hal ini tak boleh sampai terjadi....

   "

   "Asalkan tindakan tersebut dapat melindungi nama baik ketiga orang locianpwe itu, boanpwe bersedia mewakili umat persilatan untuk melaksanakannya, biar orang memakiku tapi tindakanku ini justru akan kutujukan untuk membalas budi kepada Thi sauhiap.

   "

   Seru pencuri sakti Go Jit dengan gagah.

   "Go Jit, apakah kau sudah edan?"

   Bentak Ban li tui hong Cu Ngo dengan mata melotot. Siu Cu menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya .

   "Cu tayhiap, coba kau pikirkan lebih mendalam, seandainya pelbagai usaha kita tak berhasil menolong ketiga orang locianpwe itu, sehingga membiarkan mereka lakukan perbuatan perbuatan tanpa sadar yang akan merusak nama baik mereka, apakah tindakan semacam ini mencerminkan kasih sayang kita kepada mereka? Toh lebih baik kita melindungi nama baik mereka sebagai pernyataan rasa kasih kita terhadap mereka?"

   Ban li tui hong Cu Ngo adalah seorang lelaki berdarah panas, tadi ia dapat berkata begitu karena belum memahami sampai lebih mendalam, tapi setelah dijelaskan oleh Siu Cu sekarang dia menjadi paham, katanya kemudian .

   "Betul! Ucapan kalian memang betul, melindungi nama baik mereka bertiga memang jauh lebih penting daripada melindungi keselamatan jiwa mereka, aku Cu lo ngo tak akan ketinggalan, biar orang lain salah paham kepadaku, akupun bersedia ambil bagian didalam rencana ini...

   "

   "Boanpwe pun bersedia memikul tanggung jawab dan tugas yang tak nanti bisa dimaafkan orang lain ini,"

   Sambung Siu Cu pula dengan gagah perkasa. Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut .

   "Beginipun ada baliknya juga, kalian seorang bertanggung jawab satu korban bila mana keadaan memaksa, terpaksa kita harus menempuh jalan yang memedihkan hati ini."

   Maka keputusan pun segera diambil, si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu tetap ditugaskan untuk menyusup kembali ke istana Ban seng kiong dan berusaha bersama sama mencuri kitab Hian im huan goan keng milik Hian im Tee kun.

   Seandainya dalam kitab itu tidak tercantum cara pertolongan atau kitab Hian im huan goan keng tak berhasil diperoleh maka sebelum upacara dimulai besok, ditugaskan kepada Ban li tui hong Cu Ngo, pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu untuk melakukan pembunuhan terhadap Keng thian giok cu Thi Keng, Tiang pek lojin So Seng pak serta Sim ji sinni.

   Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni ditugaskan sebagai penyambut atau pembantu bilamana diperlukan, seandainya salah satu diantara Cu Ngo bertiga tak mampu melaksanakan tugas dengan lancar, mereka harus membantu dari samping hingga sasarannya tercapai.

   Kemudian setelah mereka merundingkan kembali masalah masalah kecil yang dianggap perlu, barulah Ban li tui hong Cu Ngo mengajak si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu untuk bersama sama kembali ke istana Ban seng kiong.

   Sebelum berangkat kembali Ban li tui hong Cu Ngo meninggalkan empat lembar topeng kulit manusia yang dibagikan kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni, pencuri sakti Go Jit serta Siu Cu empat orang.

   "Omitohud....

   "

   Bisik Sam ku sinni sambil menerima topeng itu "Cu sicu benar benar membawa persiapan yang lengkap, tidak sedikit topeng yang kau bawa rupanya."

   Ban li tui hong Cu Ngo tertawa .

   "Selama bertugas dalam istana Ban seng kiong, setiap saat setiap keadaan boanpwe perlu untuk menyaru muka dalam menghadapi setiap keadaan. oleh sebab itu Huan im sin ang Ui Sam ciat telah menyerahkan banyak sekali topeng kulit manusia kepadaku, sungguh tak disangka topeng topeng tersebut bermanfaat sekali untuk situasi seperti ini."

   Memegang topeng kulit manusia tersebut.

   Saat terbayang kembali bagaimana dia harus memakai topeng untuk membohongi orang, Sam ku sinni merasa murung, sedih bercampur kesal.....

   Sementara itu, Thi Eng khi bersama Pek leng siancu sekalian telah tiba pula di istana Ban seng kiong sehari sebelum upacara dimulai, karena Hian im Tee kun mempunyai maksud dan tujuan lain terhadap mereka, maka ia tidak membawa mereka secara langsung ke dalam istana Ban seng kiong.

   Untuk itu secara rahasia mereka ditempatkan disuatu tempat yang sepi dan terpencil dibawah bukit Wong soat hong yang jauh dari keramaian manusia.

   Tatkala Ciu Tin tin bersama Pek leng siancu So Bwe leng membimbing Thi Eng khi nemasuki sebuah gua besar yang dijaga secara ketat, tampak dalam gua tersebut banyak disekap jago jago persilatan.

   Tak salah lagi, meraka adalah kawanan jago persilatan yang dipermainkan oleh Cun Bwee di lembah Hu liong kok bukit Cian san tempo hari.

   Rupanya dalam keadaan dahaga dan lapar yang luar biasa, mereka berhasil ditawan semua oleh jago jago lihay dari istana Ban seng kiong.

   Oleh Hian im li Cun Bwee jalan darah mereka ditotok secara khusus hingga tenaga dalamnya tersumbat dan menjadi seekor domba yang menanti dijagal.

   Disaat suasana tak puas meliputi seluruh gua tersebut, dari luar gua muncul Thi Eng khi, Ciu tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng dan Bu Nay nay.

   Dibawah sorotan para jago, suasana dalam gua itu semakin gaduh dan kalut.

   Pada mulanya ada yang menaruh salah paham dengan mengira Thi Eng khi menerima bujukan dari Keng thian giok cu Thi keng sehingga bergabung pula dengan pihak Ban seng kiong, dan sekarang mendapat tugas untuk membujuk mereka.

   Maka suara desisan mengejek berkumandang dari seluruh gua tersebut.

   Menghadapi suasana seperti ini, Thi Eng khi hanya tertawa hambar tanpa menggubris.

   Sedangkan Ciu Tin tin menundukkan kepalanya dengan sedih.

   Pek leng siancu So Bwe leng mendongkol sekali, dengan gemas diapun mendepak depakkan kakinya ke atas tanah.

   Hanya Bu Nay nay seorang yang tak sanggup menahan amarahnya, dengan mata melotot segera bentaknya .

   "Sungguh memalukan! Tahukah kalian demi seluruh dunia persilatan Thi sauhiap sudah banyak menderita dan tersiksa, tapi sekarang kalian menghadapinya dengan sikap demikian, hmmm! Sungguh memalukan! Sungguh memalukan! Benar benar memalukan sekali!"

   Para jago persilatan itu menjadi tertegun oleh umpatan tersebut, dan suara desisan mengejek pun segera berhenti. Pada saat itulah salah seorang iblis dari Ban seng kiong yang berada dalam gua segera mengejek .

   "Thi ciangbunjin, orang baik tidak memperoleh pembalasan yang baik, mereka benar benar kawanan manusia yang lapuk, percuma saja sauhiap berkorban untuk mereka."

   "Ini urusan kami sendiri, tak usah kau campuri!"

   Umpat Bu Nay nay lagi sambil melotot gusar. Iblis tersebut angkat bahunya sambil tertawa seram.

   "Aku mah cuma tidak puas menyaksikan ketidak tahuan aturan mereka masa aku salah berbicara?"

   Segera diajaknya mereka menuju ke sebelah kanan, membuka pintu berterali besi dan membawa mereka ke dalam ruang batu di dalamnya, kemudian setelah mengunci kembali pintu tersebut, mereka berlalu.

   Jilid 41 Dalam anggapan orang orang Ban seng kiong, tenaga dalam yang dimiliki kawanan jago persilatan itu sudah punah dan tidak berdaya lagi untuk melawan, untuk menghindari umpatan serta caci maki mereka, maka kawanan iblis itu bersama sama mundur dari gua dan hanya berjaga di mulut gua saja.

   Dengan demikian mereka sama sekali tidak mau tahu terhadap kejadian yang berlangsung dalam gua tersebut.

   Sepanjang jalan, Thi Eng khi sama sekali tidak memberitahukan kepada Ciu Tin tin ataupun So Bwe leng dan Bu Nay nay kalau ilmu silatnya sudah pulih kembali.

   Tak heran kalau mereka merawat dan melayani kebutuhan Thi Eng khi dengan hangat dan penuh kasih sayang, justru karena itu pula kawanan iblis dari Ban seng kiong semakin percaya kalau Thi Eng khi benar benar sudah kehilangan kepandaian silatnya.

   Itulah sebabnya mereka mengurungnya bersama sama kawanan jago persilatan lainnya, dengan demikian banyak membantu Thi Eng khi sehingga bisa bertindak lebih leluasa.

   Setelah kawanan gembong iblis dari Ban seng kiong mengundurkan diri, Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari Thian liong pay, mereka datang mendekati terali besi dan menjumpai ciangbunjinnya.

   Thi Eng khi tidak leluasa untuk mengucapkan sesuatu terhadap mereka, maka setelah berbincang bincang sebentar, dengan alasan lelah karena menempuh perjalanan jauh, dia menitahkan kepada mereka agar mengundurkan diri.

   Dengan kejadian ini maka ketua Siau lim pay Ci long siansu dan ketua Bu tong pay Keng hian totiang yang sebenarnya ingin datang menghibur, menjadi mengurungkan niatnya, mereka hanya menyapa dari kejauhan sebagai adat kesopanan saja.

   Dengan disekapnya Thi Eng khi bersama para jago lainnya, tanpa diberi penjelasan lagi semua kesalah pahaman orang terhadap dirinya hilang lenyap dangan sendirinya.

   Dalam gua tiada penerangan maka setelah larut malam, suasana ditempat itu menjadi gelap gulita.

   Sebagaimana diketahui, jalan darah dari kawanan jago persilatan itu sudah tertotok, dengan demikian kepandaian mereka untuk melihat dalam kegelapan pun tak dapat digunakan, tak heran kalau mereka macam terkena buta ayam saja, tak dapat melihat siapa siapa.

   Bahkan tidak terkecuali pula dengan Ciu Tin tin, Pek leng siancu So Bwe leng serta Bu Nay nay.

   Satu satunya orang yang tidak mengalami keadaan tersebut hanyalah ketua Thian liong pay Thi Eng khi, meskipun dia terkena totokan pula oleh orang lain, tapi dengan kemampuan tenaga dalamnya yang sempurna, bila bukan Hian im Tee kun yang turun tangan sendiri, maka hakekatnya tiada orang yang mampu untuk menguasahi dirinya.

   Dengan tenang dia memeriksa sejenak keadaan disekeliling tempat itu, kemudian setelah manggut manggut katanya .

   "Sekarang, aku tak dapat berpura pura terus."

   Dia memandang sekejap ke arah Ciu Tin tin yang sedang tidur bersandar diatas dinding, timbul perasaan menyesal dalam hatinya, kemudian dengan ringan dia berkelebat ke depan, ternyata Ciu Tin tin tidak merasakan hal ini.

   Thi Eng khi segera menutupi bibir Ciu Tin tin dengan tangannya, ketika gadis itu tersadar dan hendak berteriak, ia sudah tak mampu bersuara lagi, pada saat itulah dia mendengar suara bisikan Thi Eng khi yang dipancarkan dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Enci Tin, sesungguhnya ilmu silat yang siaute miliki sudah pulih kembali sejak semula, tapi oleh karena aku hendak menciptakan suatu kesempatan yang dapat membuat Hian im Tee kun gugup dan gelagapan maka termasuk enci sendiri pun kutipu sampai sekarang, harap kau sudi memaafkan."

   Meskipun Ciu Tin tin tak dapat berbicara, setelah mendengar kabar gembira tersebut gemetar keras seluruh tubuhnya karena girang, dia segera menggenggam lengan Thi Eng khi kencang kencang.

   Sementara air matanya bagaikan hujan gerimis jatuh bercucuran tiada hentinya.

   Harapannya muncul kembali, semua kesedihan dan kepedihan yang mencekam perasaannya selama inipun hilang lenyap tak berbekas.

   Thi Eng khi menunggu sampai gejolak perasaan dari Ciu Tin tin menjadi tenang kembali, kemudian dia baru berkata lebih lanjut .

   "Enci Tin, harap kau jangan berbicara dulu, siaute hendak membebaskan jalan darahmu dan memulihkan kembali tenaga dalammu.."

   Sembari berkata, dia menarik kembali tangannya yang dipakai untuk menutupi mulut Ciu Tin tin itu.

   Berhubung Ciu Tin tin tidak mengetahui sampai dimanakah kemajuan yang dicapai Thi Eng khi dalam kepandaian silatnya, tanpa terasa satu ingatan melintas dalam benaknya .

   "Adik Eng, mampukah kau?"

   Belum habis ingatan tersebut melintas, angin jari yang dipancarkan Thi Eng khi sudah menotok tujuh buah jalan darah kematiannya secara beruntun menyusul kemudian pemuda itu menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Pay sim hiatnya.

   Segulung hawa murni yang segar dan hangat dengan cepat menembusi badannya.

   Ciu Tin tin merasakan bagian jalan darahnya yang tertotok itu menimbulkan suara nyaring, seakan akan batu yang menyumbat jalan darahnya itu sedang dicukil orang, menyusul kemudian peredaran hawa murninya menjadi segar dan lancar kembali, hawa murninya mengumpul dan mengikuti petunjuk dari Thi Eng khi berputar tiada hentinya secara teratur.

   Setelah mengatur napas tiga kali, tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin telah pulih kembali seperti sedia kala.

   
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sekarang dia sudah dapat mengajak Thi Eng khi untuk berbicara dengan ilmu menyampaikan suara.

   Pertama tama dia tertawa dulu, kemudian baru serunya .

   "Adik Eng, enci memang sangat bodoh padahal ketika kau membantu Bu Im cianpwe untuk menembusi urat nadi Jin dan tok mehnya, aku sudah seharusnya dapat menduga kalau tenaga dalammu sudah pulih kembali seperti sedia kala."

   Thi Eng khi tersenyum.

   "Oleh sebab enci terlalu memperhatikan dan percaya kepada siaute maka kau tidak membiarkan kecurigaanmu itu berkembang menjadi besar, siaute sangat berterima kasih kepadamu, hanya gara gara kejadian ini maka enci Tin lah yang susah!"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh .

   "Namun bila kau benar benar tak tahu kalau siaute


Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Lembah Patah Hati Lembah Beracun -- Khu Lung Telapak Emas Beracun -- Gu Long

Cari Blog Ini