Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 4


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 4


iapa lagi yang akan masuk neraka, pernahkah taysu mendengar tentang perkataan ini?"

   Perkataan ini selain diucapkan kurang sopan, juga bernada memandang remeh dan menyindir. Mendadak Poan-kay siansu mengerutkan dahinya rapat- rapat, kemudian serunya.

   "Siau-sicu, apakah kau memandang hina kepada loIap?"

   Cepat Oh Put Kui tertawa.

   "Waah, rupanya taysu sudah mulai di pengaruhi amarah?"

   "Siau-sicu, ucapanmu mengandung arti yang dalam, sebenarnya apa maksudmu datang kemari?"

   Kata Poan-kay siansu kemudian dengan sorot mata pedih. Oh Put Kui kembali tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh haaahhh......haaahhh taysu adalah seorang pendeta suci yang memikirkan keselamatan umat manusia, apakah tak pernah taysu pikirkan kalau Bu lim-jit-seng yang berada di pulau Jit-hu-to sebenarnya bukan manusia-manusia bengis. Mengapa kalian menyekap mereka selama delapan belas tahun lamanya tanpa memperkenankan mereka bertujuh meninggalkan pulau tersebut?"

   Tergerak hati Poan-kay siansu setelah mendengar ucapan yang terakhir itu, katanya tiba-tiba.

   "Siau-sicu apakah kau harus datang kemari untuk minta keringanan hukuman bagi ke tujuh orang sicu tersebut?"

   "Penggunaan kata 'minta keringanan hukuman' kurang tepat kalau digunakan dalam persoalan ini!"

   "Lantas maksud siau-sicu?"

   Poan kay siansu agak tertegun. Dengan menjawab serius Oh Put Kui segera menjawab.

   "Aku datang kemari untuk mengajak taysu berbicara menurut keadaan yang sewajarnya!"

   Untuk sesaat lamanya, Poan-kay siansu menjadi terbelalak dan tak tahu bagaimana mesti menanggapi ucapan tersebut.

   "Benar-benar seorang pemuda yang berotak cerdas......"

   Demikian pikirnya di dalam hati. Berpikir sampai disini, pendeta itu segera tertawa ramah, katanya pelan.

   "Siau-sicu, bila kau ingin mengucapkan sesuatu, katakanlah secara langsung!"

   "Haahhh haaahhh haahhh taysu memang seorang tokoh persilatan yang lihay, sebelumnya kumohon maaf lebih dulu bila ucapanku nanti menyinggung perasaan..."

   "Ke tujuh orang kakek dari pulau telah menderita kekalahan total di tangan Thian-tok-siang-ciat dan Hong-gwa-sam-sian dimasa lalu, masih ingatkah taysu, janji apa kah yang telah mereka ucapkan?"

   "Ya, masih ingat ! Ceng-siu huan-im-siu ( si kakek bayangan semu ) Samwan sicu pernah menyuruh mereka untuk mengangkat sumpah bahwa disaat putra tunggal Oh Ceng thian kembali ke pulau tersebut, saat itulah merupakan saat bagi mereka untuk meninggalkan pulau tersebut."

   "Lantas bagaimana ceritanya sehingga putra Oh tayhiap bisa lenyap tak berbekas?"

   Tanya Oh Put ICui lagi sambil tertawa.

   "Tiga tahun sebelum pertemuan besar yang kami adakan di bukit Thian-tay tempo dulu, istri Lei hun mo-kiam yang bernama Pek-ih-ang-hud (si kebutan merah berbaju putih) Lan Hong telah melahirkan seorang anak lelaki, tapi tiga bulan setelah dilahirkan, suami istri berdua itu telah disergap oleh musuh tangguh, dalam pertarungan tersebut Pek-ih-ang-hud Lan Hong tewas seketika, sedangkan Lei-bun-mo kiam Oh sicu dengan mengandalkan ilmu pedangnya yang lihay berhasil meloloskan diri dari kepungan dan menyelamatkan diri, namun dalam peristiwa itulah bayi kecil berumur tiga bulan yang berada dalam bohongan Lan Hong telah lenyap tak berbekas."

   "Tahukah taysu, bocah itu telah terjatuh ketangan siapa?"

   Tiba-tiba Oh Put Kui menyela. Poan-kay siansu segera menggelengkan kepalanya.

   "Darimana lolap bisa tahu?"

   "Bagaimana dengan Samwan To?"

   Tanya Oh Put Kui lebih lanjut sambil tertawa dingin.

   "Lolap rasa diapun tidak tahu!"

   Mendadak mencorong sinar tajim dari bilik mata Oh Put Kui, katanya lebih jauh.

   "Jika kalian orang-orang yang bisa berkelana dengan bebas dalam dalam dunia persiIatan pun tidak tahu bocah piatu itu terjatuh di-tangab siapa, Oh Ceng-thian yang disekap dalam pulau terpencil mana mungkin bisa mengetahuinya pula?"

   Pertanyaan ini kontan saja membuat Poan-kay taysu menjadi terbungkam dalam seriu bahasa, dia nampak tertegun karena keheranan. Tiba-tiba Pengemis pikun menimbrung.

   "Hai, anak muda, mungkin saja Samwan To suka berlagak seolah olah tidak tahu, padahal dalam hati kecilnya dia mengetahui dengan jelas."

   Ucapan tersebut segera melintaskan satu ingatan dalam benak Oh Put-kui, serunya dengan cepat.

   "Lok tua, kau benar benar sudah menjadi pintar sekarang."

   Pengemis pikun nampak gembira sekali lagi sambil tertawa.

   "Pikunku itu memang sengaja kuperIihatkan selama ini, apa kau anggap aku betul-betul bodoh."

   Poan-kay taysu memandang sekejap kearah pengemis pikun, lalu sambil merangkap tangannya ia berseru.

   "Sicu, kau betul-betul memiliki hati yang suci dan mulia, kau merupakan murid yang paling bagus dari umat Buddha."

   "Hei, hwesio gede, aku si pengemis mah tak akan tahan untuk hidup sengsara didalam kuil seperti kau."

   Kata Pengemis pikun dengan mata melotot.

   "Lebih baik kau tak usah mencari kesulitan bagiku, meski umurku sudah tujuh puluh tahun, tapi aku masih ingin mencari bini yang berumur tujuh delapan belas tahunan, orang bilang asal punya uang, membeli seorang bini bukanlah pekerjaan sukar, kebetulan aku si pengemis baru saja menjadi orang kaya baru, kalau disuruh menjadi pendeta, waaah, bisa sia-sia hidupku didunia ini."

   Perkataan yang diucapkan itu kontan saja membuat Oh Put Kui tertawa terpingkal-pingkal karena geli. Bahkan Poan-kay taysu pun turut tertawa geli, katanya.

   "Sicu pengemis, nampaknya kau memang masih suka bersenang-senang, kalau begitu lo lap ucapkan selamat berbahagia untukmu...."

   "Tak usah, tak usah, tak usah merepotkan dirimu."

   Pengemis pikun itu segera menggoyangkan tangannya berulang kali.

   Dia merasa keren benar, bayangkan saja satu diantara Hong-gwa-sam-sian pun mengucapkan selamat kepadanya, apakah hal ini tak pantas untuk dibanggakan? Oh Put Kui segera berhenti tertawa, lalu ujarnya kepada Poan-kay taysu.

   "Taysu, aku rasa perjanjian yang kalian buat dibukit Thian- tay tempo hari kurang adil !"

   "Ooh, tampaknya sicu benar-benar berhasrat untuk membantu ketujuh orang bintang pembunuh itu?"

   "Taysu, aku kurang setuju bila kau masih tetap menganggap mereka sebagai pembunuh"

   Ucap Oh Put kui dengan sepasang alis matanya berkenyit.

   "Siancay, siancay! melepaskan golok pembunuh berpaling adalah tepian, tahu siau sicu hawa pembunuh yang dimiliki ketujuh orang bintang pembunuh tersebut pada dua puluh tahun berselang cukup membuat paras muka setiap orang berubah."

   "Tapi mereka toh sudah melepaskan golok sekarang? apa lagi..."

   Sengaja dia berhenti sebentar, kemudian setelah tertawa panjang katanya lebih jauh.

   "Taysu, pernahkah mereka membunuh orang baik di masa lalu?"

   Dengan cepat-Poan-kay taysu menggelengkan kepalanya.

   "Sekalipun mereka hanya membunuh orang jahat, tapi hawa pembunuhan yang mereka miliki toh kelewat berat, bila tidak diberi kesempatan untuk memperbaiki hal itu, bisa jadi perbuatan mereka akan melanggar ajaran Thian kepada umatnya."

   "Haaahh haaahhh haaahhh kalau begitu, taysu pun telah melakukan kesilafan seperti apa yang mereka lakukan."

   "Aaaah, mana mungkin lolap bisa berbuat demikian? selama hidup belum pernah lolap melanggar pantangan membunuh!"

   Oh Put Kui segera tertawa.

   "Seandainya ke tujuh orang tua itu merasa tersiksa jiwa raganya sehingga akhirnya mati di pulau Jit-hun-to tersebut, apakah taysu bukan termasuk seorang pembunuh ? Benar Pak-jiu bukan mati karena kubunuh, tapi Pak-jiu toh mati lantaran aku.?"

   Poafi-kay siansu menjadi tertegun.

   "Soal ini..."

   "Bagaimana?"

   Tiba-tiba Poan-kay siansu bangkit berdiri lalu sambil merangkap tangannya didepaa dada ia menjawab.

   "Lolap menerima petunjukmu itu!"

   "Taysu memang seorang yang saleh, cepat amat kau bisa memahami perkataanku itu!"

   Buru-buru Oh Put Kui bangkit berdiri sambil memberi hormat. Kembali Poan-kay siansu menghela napas panjang.

   "Aaaai siau-sicu, seandainya kau tidak menyinggung soal tersebut pada hari ini, lolap benar-benar telah berbuat kesalahan besar terhadap Bu-lim-jit-seng!"

   Oh Put Kui tertawa.

   "Kalau memang taysu sudah memahami hal ini, dapatkah kau segera berangkat ke pulau Neraka untuk membatalkan perjanjian dulu sehingga ke tujuh orang cianpwe itu bisa bebas kembali ?"

   Poan-kay siansu segera menunjukkan perasaan berat hatinya, dia berkata kemudian.

   "Tentang soal ini, lolap tak bisa memutuskannya sendiri."

   "Apakah harus menunggu keputusan lima orang lainnya ?"

   Poan-kay siansu segera setuju.

   "Yaa, begitulah !"

   "Mengapa taysu tidak mengirim orang untuk mengundang kehadiran empat orang lainnya sehingga persoalan ini bisa segera diselesaikan ?"

   "Omitohud, lolap bersedia sekali untuk memberi kabar kepada mereka semua, tapi..."

   "Apakah taysu kuatir ada yang tak akan menyetujui usulmu itu ?"

   "Benar!"

   Oh Put-ki-ii tertawa terbahak-bahak.

   "Haa... haa... haa... walaupun manusia berusaha, Thian lah yang menetapkan, taysu toh belum lagi mulai, mengapa kau sudah sangsi lebih dulu ? Bila sikapmu dalam persoalan yang lain pun demikian, mungkin selama hidup taysu tak akan bisa berhasil menyelesaikan persoalan apapun."

   Poan-kay taysu merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar perkataan itu.

   "Sungguh cerdas anak muda ini."

   Demikian dia berpikir. Mendadak ia berhenti sejenak karena tiba-tiba teringat kalau ia belum menanyakan nama dari anak muda tersebut, buru-buru katanya. Siau-sicu, tolong tanya Siapa nama-mu ?"

   "Oh Put-kui."

   Paras muka Poan-koay taysu berubah hebat setelah mendengar sama itu, serunya kemudian.

   "Benar-benar sebuah nama yang mengandung maksud mendalam, siau-sicu, apakah ayahmu yang memberi nama tersebut kepadamu?"

   Oh Put Kui segera menggeleng.

   "Suhuku yang memberi nama tersebut."

   "Siapakah suhumu itu?"

   "Aaah, suhuku cuma seorang pendeta liar yang sudah tak mencampuri urusan keduniawian lagi, diapun enggan namanya diketahui orang, harap taysu suka memakluminya."

   Poan-kay taysu segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Oh Put Kui dan mengawasinya beberapa saat, kemudian katanya sambil tertawa.

   "Siau-sicu bagaimana kalau loIap mencoba untuk menebaknya?"

   "Tidak usah."

   Oh Put Kui menggeleng.

   "buat apa taysu masih ingin mengetahuinya?"

   Mendadak Poan-kay taysu seperti merasa terkejut dia segera berseru.

   "Aaah, hari ini sikap lolap agak silaf..."

   Oh Put Kui tertawa hambar, kembali dia berkata.

   "Sewaktu hendak meninggalkan pulau Jit hu-to, aku telah menyanggupi permintaan ketujuh orang cianpwe itu untuk menemukan kembali putra tunggal dari On tayhiap, aku bersedia melakukan perjalanan bersama dengan taysu, bila taysu bisa memperoleh dukungan dari Siang-kiat, Sin-ni dan Tou-to, tak ada salahnya bila kau datang dulu ke pulau Jit-hu- to untuk membatalkan janji kalian dulu, agar Bu-lim-jit-seng merasakan kembali kebebasan hidupnya!"

   "Omintohud, lolap bersedia untuk membantu dengan sepenuh tenaga."

   Oh Put Kui tertawa hambar, kembali katanya.

   "Bencana besar sudah mengancam dunia persilatan, dengan kemampuan yang dimiliki Jit-seng sekarang, kekuatan mereka merupakan suatu bantuan yang maha besar bagi umat persilatan dari golongan lurus, harap taysu suka memperhatikan persoalan ini dengan serius !"

   Beberapa patah kata itu kontan membuat jantung Poan-kay siansu berdebar. Tidak menunggu Poan-kay siansu berbicara, Oh Put-kui segera bangkit berdiri sambil menjura, katanya.

   "Maaf bila aku sudah mengganggu ketenangan taysu, semoga bila taysu berjumpa dengan Sawan To nanti, sekalian bisa mencari tahu dimanakah anak tunggal dari Oh tay hiap, sebab kalau dilihat dari usul Sawan tayhiap dalam hal ini, bisa disimpulkan kalau dia pun mengetahui akan jejak orang itu. kalau tidak maka terpaksa aku akan mencurigai tokoh sakti tersebut sebab sebagai seseorang yang mempunyai tujuan tertentu !"

   Setelah berhenti sebentar dan memandang wajah Poan- kay siansu, dia berkata lagi sam bii tertawa.

   "Taysu adalah seorang tokoh sakti dari kalangan beragama, tentunya kau dapat memaklumi kesalahan orang lain bukan ? Bila aku telah melakukan banyak kesalahan tadi, dikemudian hari pasti akan kubayar, nah sampai jumpa lagi..."

   Selesai berkata dia lantas meninggalkan tempat tersebut. Pengemis pikun ikut bangkit berdiri pula, katanya sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Haa ... haa , ..haa ." ..hwesio gede aku merasa beruntung sekali dapat berjumpa dengan wajah seorang dari Hong-gwa-sam sian bahkan mendengarkan pembicaraannya, selamat berpisah dan semoga kita akan bersua kembali dimasa mendatang "

   Begitu selesai berkata, ternyata dia berjalan lebih dahulu dengan mendahului Oh Put Kui.

   Han san-ya-ceng Poati-koay taysu tidak menjawab apa- apa, dia hanya merangkap tangannya didepan dada.

   Selama hidup boleh dibilang dia selalu disanjung dan dihormati oleh umat persilatan baru kali ini dia ditegur dan dinasehati oleh orang Iain, perasaan semacam itu benar- benar amat tak sedap sekali, dan apa yang didengarpun sudah cukup baginya untuk berpikir setengah harian lamanya.

   Tapi dia bisa menduduki sebagai salah seorang dari Hong- gwa sam sian, tentu saja ia memiliki suatu kemampuan yang melebihi siapapun.

   Terlepas dari masalah lain, dia merasa kagum sekali terhadap pemuda ini, rasa kagum yang benar-benar timbul dari hati sanubarinya .

   Diapun mengagumi pengemis pikun tersebut, meski pikun orangnya tapi mulia hatinya.

   Dia tak menyangka walaupun dia sudah menjadi pendeta dan setiap hari berdoa, namun dia toh tak bisa melepaskan diri dari keduniawian.

   -oOdwOo0dw0oOdwOo- Sinar matahari senja sedang memancarkan cahayanya menerangi pepohonan diatas bukit Gan-tang san.

   Diatas sebuah jalan bukit yang menghubungkan tebing Cing-peng-gay, tiba-tiba muncul dua sosok bayangan manusia.

   Mereka adalah Oh Put Kui serta pengemis pikun.

   Oh Put-kui telah merubah rencananya se-mula, sebab dia merasa lebih baik mencari tahu asal usulnya lebih dulu sebelum menyelesaikan persoalan lainnya, maka dia tidak pergi ke perkampungan Ang-yap san-ceng di lembah Hui-im- kok, sebaliknya kembali ke tebing Cing-peng-gay.

   Ketika mereka sampai di tebing Cing-peng gay, sinar mata hari senja telah tenggelam dibelakang bukit.

   "Lok tua, mari ikut aku menjumpai suhu didalam gua !"

   Kata pemuda itu kepada rekannya.

   Dengan gerakan yang cepat mereka berangkat menuju ke sebuah dinding tebing.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan sikap yang sangat hormat Oh Put kui menyembah sebanyak tiga kali ke arah dinding tebing itu, kemudian tangannya melepaskan sebuah pukulan ke atas sebatang pohon siong yang tumbuh diatas dinding tebing tadi.

   Diiringi suara gemuruh yang amat memekakkan telinga, muncullah sebuah pintu diatas dinding tebing tersebut.

   Dari balik pintu segera terpancar keluar sinar putih yang amat menyilaukan mata.

   Sambil tertawa Oh Put-kui segera berteriak.

   "Suhu, bocah yang mengembara telah pulang."

   Dimasa lalu, bila dia telah berteriak maka dari dalam gua pasti akan berkumandang suara gelak tertawa yang riang dan penuh kasih sayang.

   Tapi berbeda dengan hari ini.

   Suasana dalam gua itu sunyi tak kedengaran sedikit suara pun...

   Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Oh Put-kui seketika itu juga berubah menjadi kaku dan lenyap tak berbekas.

   Tanpa membuang waktu lagi dia segera menerjang masuk ke dalam gua tersebut.

   Ternyata gua itu kosong melompong tak ada penghuninya.

   Pengemis pikun mengikuti dibelakangnya telah masuk pula ke dalam gua itu, ternyata luas ruangan dalam gua tadi cuma lima kaki, sedang perabot yang berada disanapun amat sederhana.

   Selain sebuah meja, sebuah pembaringan dibawah lantai terdapat pula sebuah kasur duduk.

   Disamping meja batu terdapat pula sebuah hiolo, sedang disisi pembaringan terdapat sebuah rak buku.

   @oodwoo@

   Jilid 7 RAK BUKU itu sangat besar, lebarnya dua kaki dengan ketinggian beberapa kaki, semuanya terbagi menjadi tujuh rak, setiap rak penuh dengan buku-buku.

   pengemis pikun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, mendadak ia merasa agak bingung.

   Dia tak mengira kalau gua tersebut begitu kering dengan udara yang segar, buktinya begitu banyak buku yang tersimpan dalam gua itu sama sekali tidak lembab dan rusak.

   Dia lantas mendongakkan kepala bermaksud untuk menanyakan hal ini kepada Oh Put Kui.

   Tapi mimik wajah Oh Put Kui justru membuatnya semakin tertegun.

   Ternyata Oh Put Kui sedang duduk dikasur duduk sambil menangis tersedu-sedu.

   Pelan-pelan pengemis pikun segera maju menghampirinya ia menemukan secarik kertas tergeletak didepan anak muda itu, ketika diambiI maka terlihatlah beberapa patah kata tercantum disitu.

   "Kekasih lama menuntut balas kepada guru, Gi-hweesio mengembara keujung langit, nak, aku pergi dulu, baik-baiklah jaga diri, baik-baiklah jaga diri."

   Tulisan itu nampak sangat indah dan penuh bertenaga, membuat pengemis pikun yang melihatnya segera memuji tiada hentinya.

   "Dari sini dapat diketahui kalau pengemis pikun inipun mempunyai pengetahuan tentang ilmu sastra. Dia lantas membentangkan kertas surat tersebut didepan mata pemuda itu, kemudian katanya sambil tertawa.

   "Hei, bocah muda, gurumu sudah minggat!"

   Oh Put Kui mendongakkan kepalanya, dengan wajah penuh air mata dia berkata .

   "Lok tua, mari kita pergi!"

   Dia menerima kembali surat peninggalan dari gurunya itu dan melompat keluar dari ruangan, tanpa berpaling lagi ia tinggalkan gua tersebut.

   Pengemis pikun tak berani berdiam kelewat lama disitu, ia segera mengikutinya pula dari belakang.

   Setelah menutup kembali pintu gua, Oh Put Kui kembali menyembah tiga kali, Kemudian ia baru berkata .

   "Lok tua, kali ini aku benar-benar telah menjadi seorang gelandangan yang tak punya rumah lagi."

   Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia membalik sepasang matanya yang kecil dan berseru.

   "Bocah muda, benarkah gurumu adalah seorang hwesio?"

   Oh Put-kui manggut-manggut. Mencorong sinar terang dari balik mata pengemis pikun itu, serunya kembali.

   "Tay-gi sangjin?"

   "Dari mana kau bisa tahu?"

   Sahut Oh Put Kui dengan sekujur badan gemetar keras.

   Begitu ucapnya tersebut diutarakan, ia baru menyadari kalau sudah salah berbicara.

   Dengan ucapan tersebut, bukankah sama artinya dengan memberitahukan kepada pengemis tua, siapa gerangan suhunya? Pengemis pikun segera tertawa terbahak bahak.

   "Haaahhh... .haaahhh haaaahhh dalam dunia yang begini luas, hwesio bodoh cuma seorang, dialah sipendeta sinting Tay-gi sangjin yang disebut orang persilatan sebagai tokoh sakti!"

   "Aaaai Lok tua, kau sangat cerdik!"

   Puji Oh Put-kui sambil menghela napas.

   "Haaahhh..,.haaaahhh haaaahhh masa kau baru tahu anak muda ?"

   Pengemis tua nampak amat bangga.

   "Aaah, tidak! Hal ini sudah kuketahui sejak berada di tepi telaga kiu liong thian ."

   Kali ini pengemis tua yang dibikin tertegun, lama kemudian dia baru berseru.

   "Bocah muda, kau memang amat hebat..."

   "Aaaah, Lok tua, kau toh sudah tahu aku ini murid siapa."

   "Yaa, betul, kau memang muridnya tokoh paling sakti dikolong langit."

   Pengemis pikun tertawa gelak. Sesudah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh.

   "Bocah muda, setiap orang mengatakan kalau gurumu telah berpulang ke alam baka sesudah berhasil mengalahkan gembong iblis nomor wahid dari kolong langit, Pat-huang it- koay-jian-sim jui-siu manusia paling aneh di Pat-huang, kakek setan berhati cacad, Siu Lun. Tampaknya ucapan itu tidak benar, rupanya dia orang tua bersembunyi ditengah gunung untuk mendidik kau si bocah pintar!"

   "Yaa, memang guruku berbuat demikian..."

   Pengemis tua segera mengawasi bocah muda itu lekat- Iekat, kemudian katanya lagi.

   "Bocah muda.siapakah kekasih lama gurumu? Tahukah kau akan hal ini ?"

   Oh Put-kui segera menggeleng.

   "Aku belum pernah mendengar suhuku menyinggung tentang soal ini, lagipula suhu adalah seorang pendekar yang sudah berusia ratusan tahun, aku tidak percaya kalau dia orang tua masih mempunyai kekasih lama..."

   Kembali pengemis pikun tertawa tergelak.

   "Haaahhh haaahh haaahhh kali ini kau benar-benar ketanggor batunya!"

   Mendadak tergerak hati Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat.

   "Lok tua, nampaknya dibalik ucapanmu itu masih ada ucapan lain!"

   "Tentu saja."

   Pengemis pikun tertawa bangga.

   "aku si pengemis mah tak bakal disulitkan oleh persoalan semacam itu!"

   Oh Put Kui segera tertawa, pelan-pelan ia duduk di atas batu besar didepan dinding batu itu, kemudian bisiknya.

   "Lok tua, aku bersedia untuk mendengarkan penuturanmu itu!"

   "Penuturanku? Penuturan apa?"

   Pengemis pikun segera menjatuhkan diri keatas tanah dan menggelengkan kepalanya sambil tertawa aneh.

   "aku si pengemis mah tak pandai bercerita yang unik-unik."

   "Lok tua, kau tidak bersedia untuk bercerita?"

   Tanya Oh Put Kui sambil tertawa hambar.

   "Bercerita apa? Aku si pengemis toh cuma gentong nasi "

   Diam-diam Oh Put Kui tertawa geli, dia tak menyangka kalau pengemis itupun pandai jual mahal. Maka sambil menarik muka dia berseru keras.

   "Lok tua, kalau begitu silahkan!"

   Uaapan mana diutarakan dengan nada dingin dan ketus. Pengemis pikun itu jadi tertegun setelah menyaksikan sikap rekannya itu, cepat dia berseru.

   "Hei, kenapa kau Bocah keparat kau hendak mengusir aku si pengemis pikun. Hayo jawab?"

   "Yaa, betuI, kita memang harus berpisah."

   Dengan cepat pengemis pikun menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya.

   "Hal ini mana boleh jadi ? Hei bocah muda, semua uang emas itu belum habis dipakai."

   Oh Put Kui segera tertawa tergelak.

   "Aku mah menganggap uang seperti kotoran kerbau, sedang msnganggap teman seperti mestika, kalau toh Lok tua tak bisa mempunyai pikiran dan perasaan yang bisa mencocoki diriku, tentu saja lebih baik kita berpisah saja."

   "Kau membuatku penasaran."

   "Benarkah itu?"

   Oh Put Kui tertawa sinis.

   "kau sudah jelas mengetahui kalau aku ingin cepat-cepat mengetahui siapakah kekasih lama suhuku, dan kaupun jelas mengetahuinya, tapi justru sengaja jual mahal, bukankah hal ini menunjukkan kalau kau tidak setia kawan ? Terhadap manusia semacam ini, aku selalu memandangnya rendah, oleh karena itu lebih baik kita jangan bertemu lagi mulai sekarang!"

   Pengemis pikun segera tertawa geli.

   "Ooh. jadi karena soal itu?"

   "Apakah belum cukup? Kau sombong dan tidak setia kawan."

   Belum habis Oh Put Kwi berkata, pengemis pikun sudah tertawa tergelak, sahutnya.

   "Baiklah anak muda, biar aku si pengemis bercerita dengan sejelas-jelasnya..."

   Mendengar perkataan itu, diam-diam Oh Put Kui tertawa geli.

   "Katakan saja,"

   Ujarnya kemudian.

   "walau pun aku bersedia untuk mendengarkan tapi aku tak ingin merengek kepadamu."

   "Bocah keparat, merengek atau tidak itu urusanmu sendiri,"

   Si pengemis pikun berkerut kening. Setelah berhenti sebentar, mendadak wajahnya berubah menjadi serius, katanya lebih jauh.

   "Bocah muda, tujuh puluh tahun berselang ketika gurumu belum masuk menjadi pendeta, dia sesungguhnya adalah seorang kongcu muda yang tampan dan romantis sekali."

   "Ooh.,.?"

   Oh Put Kni tak pernah menyangka kesitu.

   "Lok tua, siapakah nama preman guruku itu..."

   Sambungnya kemudian setelah berhenti sebentar.

   "Entahlah"

   Pengemis pikun menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "sejak gurumu terjun kedalam dunia persi!atan, dia telah menamakan dirinya sebagai Thian-yang-yu-cu (si pemuda pesiar dari ujung langit), siapapun tidak tahu siapa nama aslinya. Tapi lantaraa ilmu silatnya sangat lihay, gerak- geriknya pun seperti naga sakti yang kelihatan kepala tak kelihatan ekornya, maka orang persilatan memberi julukan Sin-Iiong-koay-hiap (pendekar aneh naga sakti) pula kepadanya."

   "0ooh...rupanya si pendekar aneh naga sakti adalah guruku sendiri...."

   Tiba-tiba Ob Put Kui tertawa. Pengemis pikun nampak agak tertegun.

   "Kenapa Hei bocah muda, siapa yang pernah menceritakan tentang soal Sin-liong koay hiap ini?"

   "Tentu saja guruku sendiri."

   "Sangjin sendiri? Ternyata situa ini belum dapat melupakan kegagahannya dimasa lalu."

   Oh Put Kui termenung dan berpikir sebentar lalu katanya lagi sambil tertawa.

   "Lok tua, sekarang aku sudah tahu siapakah kekasih lama dari guruku itu..."

   Pengemis pikun segera manggut-manggut.

   "Kalau tokh sangjin pernah menyinggung soal Sin-Iiong- koay-hiap kepadamu, tentu saja dia pernah menyinggung pula dengan Thian-hiang-hui-cu "permaisuri cantik Ki Yan-hong!"

   "Benar, guruku memang pernah menyinggung soal Thian- hiang Hui-cu Ki Yan-hong!"

   "Anak muda, tahukah kau, gara-gara Thian-hiang-hui cu hendak mendapatkan cinta dari Sin-liong-koay-hiap, hampir saja dia telah mengacaukan seluruh dunia persilatan?"

   "Benarkah itu ?"

   Kembali si pengemis pikun tertawa.

   "Coba kalau perempuan itu tidak mengejarnya kelewat buas, mana mungkin gurumu bisa berubah menjadi Tay-gi Sangjin ?"

   Oh Put-kui menjadi tertegun.

   "Kalau begitu suhu dipaksa untuk mencukur rambutnya menjadi pendeta ?"

   Ia berseru.

   "Siapa bilang tidak ?"

   Setelah menggelengkan kepalanya dan tertawa tergelak, pengemis pikun berkata lebih jauh.

   "Sungguh tak kusangka tujuh puluh tahun kemudian, untuk kesekian kalinya Sangjin harus melarikan diri."

   Oh Put-kui tak tahan untuk menghela napas pula.

   "Tak heran kalau snhu segera berkerut kening bila menyinggung soal perempuan.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Haaah... haah... ketika Thian-hiang Huicu mengejar sangjin, aku si pengemis tua baru berumur belasan tahun, kini rambutku sudah beruban semua, tak nyana masih sempat menyaksikan lagi peristiwa aneh ini, aaai... rasa cinta Thian- hiang Hui-cu kepada gurumu benar-benar hebat sekali."

   Tiba-tiba Oh Put kni memejamkan matanya dan termenung. Melihat pemuda itu termenung saja sehingga terhadap apa yang diucapkan seolah-olah tidak mendengar, pengemis pikun itu kembali berseru.

   "Hei, anak muda, apa yang sedang kau pikirkan ?"

   "Aaah, aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk berjumpa dengan Thian hiang Hui-cu !"

   "Mau apa?"

   Seru pengemis pikun dengan wajah tertegun.

   "apakah kau ingin mencari kesulitan buat diri sendiri?"

   "Akn hanya ingin membujuknya agar jangan mendatangkan kesulitan lagi buat guruku."

   "Apa gunanya? Dia toh tak akan bisa menemukan gurumu."

   Kata si pengemis sambil menggeleng. Oh Put-kui turut menggelengkan pula kepalanya.

   "Tapi aku merasa tak tega menyaksikan guruku berkelana didalam dunia persilatan, oleh karena itu aku hendak menganjurkan kepada Thian-hiang Hui-cu agar mematikan saja ingatan tersebut!"

   Mendengar perkataan itu, pengemis pikun tertawa terbahak-bahak.

   "Gurumu saja tak mampu, masa kau bisa melakukannya?"

   Oh Put-kui ikut tertawa tergelak.

   "Lok tua, mungkin guruku tak mampu untuk melakukannya, tapi aku pasti akan berhasil."

   "Benarkah itu? Bocah muda. mari kita pergi ke kota Kim- leng. -oOdwOoOdwOOdwOoo- Tepi sungai Chin-hway merupakan suatu tempat pasiar yang sudah termashur namanya di seantero dunia. Apa bila malam tiba, beraneka warna lampu akan menerangi sekeliling tempat tersebut, Rumah pelacuran Yan hiang-lo yang tersohor di wilayah Kanglam karena empat orang pelacur topnya, setiap senja sudah tiba seIalu penuh dikunjungi oleh tetamu. Hari itu, didepan rumah pelacuran Yan-hiang-lo telah kedatangan dua orang tamu yang berdandan sangat aneh. Seorang tua dan seorang muda ini mengenakan pakaian yang sangat perlente sedemikian menterengnya dandanan mereka hingga putra residen pun kalah. Pada hakekatnya dandanan mereka seperti raja muda, seperti pangeran dari kerajaan. Yang muda tampaknya adalah majikan, ia mempunyai wajah yang ganteng dengan perawakan badan yang gagah. Pakaian yang dipakai adalah sebuah pakaian bersulamkan dengan emas, harganya per stel mungkin mencapai seribu tahil emas. Yang tua pun berdandan orang kaya, cuma kalau dilihat gerak-geriknya yang kedesa-desaan, bila diduga kalau dia datang dari dusun, mungkin orang kaya dusun. Tua dan muda berdua ini datang dengan sikap yang menterang pengiringnya amat banyak tak terhitung. Kontan saja suasana dalam rumah pelacuran Yaa-hiang-Io menjadi amat sibuk, terutama sekali ibu germonya. Setelah mempersilahkan tamunya duduk, melihat dandanan kedua tamu agungnya itu, diam-diam si germo berkerut kening.

   "Tolong tanya siapakah nama loya berdua."

   Oh!"

   Jawab kongcu muda itu tertawa hambar.

   "OOdwOoo, kiranya Oh kongcu!"

   Sedang siorang kaya desa yang memelihara kumis itu segera menyambung pula dengan suara aneh.

   "Lohu adalah Lok toa-loya. Pembesar To-tay dari Holam!"

   "Aaaah... rupanya Lok-toa-loya, hamba menyampaikan salam kepada kau orang tua!"

   Buru buru Germo itu memberi hormat dengan sikap munduk-munduk begitu mengetahui kalau kakek itu adalah pembesar. Lok-toa-loya segera tertawa, kemudian serunya dengan suara keras.

   "Mengapa kau tidak menyampaikan salam pula kepada Oh kongcu?"

   "Baik ..baik. ."

   Mendadak Lok toa-Ioya tertawa dingin.

   "Heeehhh... heeehh ..heeehhh....kau tahu, siapakah Oh toa kongcu ini?"

   "Hamba hamba... dosa hamba besar sekali, hamba tidak tahu Oh Toa Kongcu."

   "Oh Toa Kongcu adalah... adalah..."

   Mendadak pembesar To tay dari Holam yang mengaku bernama Lok Toa-loya ini membungkukkan tubuhnya dalam- dalam sambil bertanya dengan suara lirih.

   "Kongcu, bolehkah hamba untuk mengatakannya ?"

   Oh Kongcu segera melotot besar.

   "Ketika meninggalkan ibu kota, apa pesan ku kepadamu? Lok tayjin, berhati-hatilah kalau berbicara!"

   Sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya, buru- buru Lok tayjin menjura lagi dalam-dalam.

   "Baik... baik... Tayjin "

   Mendengar tanya jawab tersebut, si Germo tersebut menjadi semakin ketakutan.

   "Waaah... siapa gerangan Oh Kongcu ini?"

   Demikian dia mulai berpikir.

   "kalau seorang pembesar To-tay kelas empatpun begitu munduk-munduk dihadapannya aaah, jangan-jangan Oh Kongcu ini adalah seorang Raja muda atau pangeran."

   Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benak germo itu, Lok tayjin sudah membentak keras.

   "Apakah keempat orang nona ada disini?"

   "Ada, ada tayjin!"

   "Suruh mereka keluar semua!"

   "Baik."

   Sambil sipat ekor, germo itu buru-buru menyembah lalu mengundurkan diri dari situ, Tak selang berapa saat kemudian, terdengar suara kegaduhan di luar ruangan sana, Tiba-tiba Oh Kongcu itu berkerut kening, kemudian katanya.

   "Lok tua, hebat betul permainan sandiwaramu!"

   "Benarkah itu?"

   Pembesar Lok tertawa keras.

   "baru pertama kali ini selama hidup aku sipengemis..."

   Rupanya mereka berdua tak lain adalah Oh Put-kui dan si pengemis pikun berdua.

   "Ssttt.... Lok tua, jangan keras-keras,"

   Bisik Oh Put-kui dengan mata berkilat.

   "tempat ini bukan sembarangan rumah pelacuran"

   Pengemis pikun segera menjulurkan lidah nya dan tertawa.

   "Betul, hampir saja aku si pengemis melupakannya."

   Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, si germo telah mundul kembali dengan senyuman palsunya.

   "Kongcu-ya,"

   Dia berkata.

   "harap tunggu sebentar lagi, ke empat nona segera akan tiba!"

   Oh Put-kui mendengus dingin.

   "Hmmm, Lok tayjin,"

   Dia berseru.

   "tampak nya lagak dari rumah-rumah hiburan di kota Kim-leng ini kelewat besar!" -oOdwOoOdwOOdwOoo- "BENAR.... harap Kongcu maklum."

   Buru-buru pengemis pikun menjura dengan hormat. Kemudian sambil melotot kearah germo itu, bentaknya.

   "Mengapa tidak segera pergi? Kalau sampai menggusarkan Kongcu, hmmm, jangan salahkan kalau dari pengadilan akan muncul opas yang akan menggiringmu masuk bui. Hmm, kalau sudah sampai begitu, tahu rasa nanti."

   Mendengar perkataan itu, si germo segera menjulurkan lidahnya karena ketakutan. Setelah mengiakan berulang kali, sambil lipat ekor dia segera melarikan diri terbirit birit. Setibanya diluar ruangan, iapun berteriak keras.

   "Nona sekalian, cepat sedikit, Kongcu sudah marah."

   Hampir meledak suara tertawa pengemis pikun saking gelinya.

   Tapi ruangan itu sangat ramai dan banyak orang yang berlalu lalang, walaupun pengemis pikun ingin berbicara dia tak berani bersikap gegabah.

   Oh Put Kui sendiri, untuk memperlihatkan sikapnya sebagai seorang pangeran atau raja muda, mau tak mau harus menarik kembali sikap acuh tak acuhnya.

   Setelah menghidangkan air teh.

   si germo itupun lari masuk kedalam ruangan sambil berseru.

   "Kongcu-ya....Lok-toa-loya..,nona berempat tiba!"

   Tampak tirai disingkap orang, empat orang gadis yang berdandan model keraton berjalan masuk dengan langkah yang lemah gemuIai.

   Ternyata mereka berempat memang tak malu disebut pelacur kenamaan dari kota Kim-leng.

   Selain mereka berwajah cantik jelita, lagi pula mempunyai perawakan tubuh yang ramping tapi padat berisi.

   Oh Put Kui nampak agak tertegun.

   Pengemis pikun pun agak termangu sampai sampai ternganga lebar mulutnya.

   Melihat itu, si germo pun tertawa, Karena dilihat dari mimik wajah kedua orang ini, dia seakan-akan melihat ada uang segenggam yang dimasukkan kedalam sakunya.

   Buru-buru dia maju kedepan sambil memperkenalkan.

   "Nona sekalian Kongcu ini adalah Oh Kongcu dari ibu kota, dan ini adalah Lok-toa-loya, kalian harus baik-baik memberi pelayanan, percaya Kongcu ya pasti tak akan menyia-nyiakan kalian."

   Empat orang gadis itu bersam-sama memberi hormat, bahkan hampir bersamaan waktunya berkata lembut.

   "Oh Kongcu, Lok loya, terimalah salam kami."

   "Nona tak usah banyak adat, siapkan perjamuan!"

   Kata Oh Put Kui sambil mengulapkan tangannya. Dengan cepat perjamuan dipersiapkan. Sambil tertawa Oh Put Kui berkata lagi kepada pengemis pikun.

   "Lok to-tay, tampaknya nama besar empat pelacur utama dari Kanglam memang bukan nama kosong belaka."

   Pengemis pikun tersenyum.

   "Dimasa lalu hamba selalu menganggap orang cantik yang kujumpai sudah banyak, tapi sekarang baru hamba ketahui, belum pernah kujumpai empat wanita secantik ini."

   Setelah berhenti sebentar, dia lantas mengangkat cawannya kearah empat orang perempuan itu sambil bertanya.

   "Nona berempat, siapa nama kalian?"

   Benar-benar tak disangka, si pengemis pikunpun dapat menunjukkan sikapnya yang lembut dan terpelajar. Dalam pada itu, seorang nona berbaju putih yang berusia paling tua diantara keempat orang gadis itu tersenyum manis, lalu menjawab.

   "Aku yang rendah bernama Liu Im!"

   Sesudah mengerling sekejap kewajah Oh Put Kui, dia menuding tiga orang gadis lainnya sambil menambahkan.

   "Dan mereka adalah Khi cui, Wi Hiang dan Siau Hong."

   Sekarang Oh Put Kui baru tahu, rupanya si nona yang berbaju hijau bernama Khi Cui, yang berbaju kuning bernama Wi Hiang sedang si nona yang berbaju biru bernama Siau Hong..."

   Sambil tersenyum dia lantas berkata.

   "Sudah lama kudengar nama besar kalian."

   Padahal dalam hati kecilnya dia merasa jauh lebih terkejut daripada si pengemis tua. Nama besar "Liu Im, Khi Cui, wi Hiang dan Han Yan"

   Sebagai empat orang dayang kepercayaan Thian-hiang Hui-cu sudah termashur dalam dunia persilatan. Walaupun Han Yan, salah seorang diantara ke empat dayang itu sudah dibunuh oleh Oh Put-kui, tapi sekarang kedudukan "Han Yan"

   Telah digantikan oleh Siau Hong masih di-tas kecantikan Han Yan.

   Diam-diam pengemis pikun mengomel di dalam hati, dia merasa nyali dari ke empat orang gembong iblis ini benar- benar sangat besar, sampai namapun sama sekali tidak berubah.

   Sementara mereka berdua masih termenung, Liu Im sudah mengisi cawan dengan arak lalu berkata.

   "Kongcu, silahkan minum arak!"

   "Aah merepotkan nona saja!"

   Sambil tertawa Oh Put Kui menerima cawan berisi arak ini.

   "Aaah Kongcu tampaknya baru pertama kali ini berkunjung ke kota Kim-leng?"

   "Di hari biasa banyak urusan dinas yang harus kuselesaikan sehingga jarang dapat datang ke Kim-leng!"

   "Kocngcu-ya, kau pasti seorang yang amat repot..."

   Timbrung Khi Cui sambil tertawa.

   "Urusan tentang negara, lebih baik tak usa nona campuri!"

   Tukas Oh Put Kui tiba-tiba dengan dingin.

   Perubahan sikapnya yang secara tiba-tiba segera membuat keempat orang pelacur itu menjadi tertegun.

   Pengemis pikun yang menyaksikan dari samping, diam- diam tertawa geli, ia tak menyangka kalau bocah muda itu sedemikian lihay sehingga dengan perubahan sikap-sikapnya saja sudah dapat menghilangkan kecurigaan ke empat orang pelacur itu.

   Khi Cui tertawa rawan, lalu menyahut dengan sedih.

   Teguran kongcu akan hamba ingat terus, harap kongcu sudi memaafkan."

   "Aku tak akan menyalahkan kalian"

   Jawab Oh Put-kui dengan gaya pembesarnya.

   "lebih baik jika kalian menerima tamu seorang pembesar, janganlah bertanya tentang soal negara, daripada mendatangkan kesulitan bagi diri sendiri"

   "Nasehat kongcu akan hamba ingat selalu didalam hati,"

   "Kalau bisa di ingat memang lebih baik"

   Jawab Oh Put-kui tertawa hambar. Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba katanya kepada si pengemis pikun.

   "Lok tayjin!"

   "Kongcu ada perintah apa?"

   Pengemis tua menjura dengan sikap menghormat.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Sewaktu ada di ibu kota, kau selalu memuji ke empat orang gadis ini sebagai orang yang pandai ilmu silat, tapi setelah berjumpa hari ini, sungguh membuat hatiku kecewa!"

   Pengemis pikun jadi tertegun, bagaimana harus menjawab. Dalam cemasnya dia lantas berseru tergagap.

   "Soal ini soal ini hamba...hamba..."

   Oh Put-kui memandang sekejap wajah ke-empat orang gadis itu, kemudian katanya lagi sambil tertawa.

   "Lok tayjin, kau tak usah gugup, aku tidak bermaksud untuk menegur dirimu."

   "Ooh rupanya begitu "

   Si pengemis pura-pura menghembuskan napas lega.

   "kongcu, kau..."

   Oh Put Kui kembali tertawa, tapi kali ini dia tertawa sambil memandang kearah Liu Im yang genit.

   Sikap Liu Im nampak sangat aneh, agaknya mereka sudah terpikat oleh kegantengan Oh Kongcu ini, lagi pula terpengaruh oleh apa yang dikatakannya tadi.

   Maka mereka hanya sempat berpikir, siapa gerangan Oh Kongcu ini ? Apa maksud kedatangannya ? Ternyata tak seorangpun diantara mereka yang memperhatikan sorot matanya yang tajam, atau tegasnya mereka tidak menyangka kalau Oh Put Kui sesungguhnya adalah seorang jago muda yang berilmu sangat tinggi.

   Sudah barang tentu mereka lebih-lebih tak menyangka kalau pemuda tampan ini adalah Oh Put Kui yang pernah berkunjung ke Pulau neraka dan dapat pulang dengan selamat.

   Sekalipun demikian, Liu im adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam bidang pelacuran, maka sewaktu Oh Put Kui tertawa kepadanya, diapun segera mengeluarkan ilmu merayunya.

   Sambil tertawa genit, katanya dengan lembut.

   "Kongcu tak pernah meninggalkan ibu kota, dan cuma mendengar pembicaraan orang saja, sudah barang tentu jauh sekali dengan kenyataan. Walaupun kami berparas lumayan, dan mengerti sedikit tentang ilmu sastra, tapi dalam hal ini silat sesungguhnya kami tidak tahu sama sekali !?"

   Oh Put Kui segera tersenyum, dibalik senyuman tersebut tersimpanlah suatu arti yang sangat mendalam.

   "Nona, kalian pandai sekali merendahkan diri !"

   Mendadak dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Pengemis pikun, lalu katanya lagi.

   "Lok tayjin, kalau kudengar dari pembicaraan nona ini, bukankah berarti apa yang kau dengar itu tidak benar?"

   Kali ini pengemis tua agak tertegun, kemudian baru menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Hamba rasa apa yang hamba dengar sudah pasti dan bisa dipercaya seratus persen."

   "Haaaahhh... haaaaahhh... haaaahhh... benar, kalau tersiar kabar begini sudah pasti tak akan tersiar tanpa sebab."

   Dengan sorot matanya yang jeli dia lantas mengerling kembali ke atas wajah ke empat orang gadis itu.

   Sebodoh-bodohnya Liu Im berempat tentu saja mereka dapat menangkap arti yang sebenarnya dari ucapan tersebut, maka tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap.

   Siau Hong yang termuda diantara mereka berempat, tiba- tiba menutup mulutnya Sambil tertawa, kemudian katanya .

   "Kongcu, kau terlalu menyanjung kemampuan kami empat bersaudara."

   Suaranya lemah lembut dan amat merdu bagaikan kicauan burung nuri, membuat setiap orang yang mendengar akan terpikat rasanya.

   Oh Put Kui tertawa, diamatinya sekejap si nona cantik yang berada dihadapannya, lalu sambil berpaling kearah pengemis pikun, dia berseru.

   "Lok tayjin, kalau aku tidak salah dengar, agaknya diantara nama-nama keempat pelacur kenamaan dari rumah pelacuran Yan-hiang-lo tidak tercantum nama nona Siau-hong, apakah hal ini keliru?"

   "Tidak, tidak keliru, waktu itu diantara nama-nama keempat nona memang tidak ter dapat nama Siau Hong!"

   Oh Put Kui segera berlagak seakan-akan termenung sambil berpikir sejenak, lalu katanya lagi.

   "Kalau aku tidak salah ingat, seharusnya terdapat nona Han Yan."

   "Ya, yaa betul, memang nona itu bernama Han Yan!"

   Kembali si pengemis pikun bertepuk tangan. Pelafi-pelan Oh Put Kui segera berpaling kearah Siau Hong, lalu katanya lebih jauh.

   "Nona, kalau begitu kau telah menggantikan kedudukan nona Han Yan! Atau mungkin nona Han Yan sudah jemu dengan pekerjaan semacam ini maka dia mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menikah."

   Paras muka Liu Im sekalian berempat segera berubah berulang kali, tapi belum menjumpai sesuatu yang mencurigakan mereka berempat tak berani sembarangan berkutik.

   Siau Hong sebagai orang yang ditanya, tentu saja tak dapat berdiam diri terus, maka sambil tertawa paksa sahutnya.

   "Dugaan kongcu, kedua-duanya salah besar !"

   "Aaah, aneh kalau begitu, aaah jangan-jangan nona Han Yan telah jemu dengan segala macam kehidupan manusia biasa, maka dia telah masuk kebidang agama dengan mencukur diri menjadi rahib?"

   Siau Hong segera tersenyum.

   "Kongcu, walaupun dugaanmu tidak benar toh tidak selisih jauh, benar enci Han Yan memang telah suci sekarang, tapi dia suci di alam baka, karena beberapa waktu berselang dia diserang penyakit aneh dan menghembuskan napasnya yang penghabisan!"

   Oh Put Kui segera menghela napas sedih.

   "Aaaa! kalau begitu, nona Han Yan benar-benar seorang gadis cantik yang bernasib mengenaskan!"

   "Siapa bilang tidak?"

   Dengan wajah murung Siau Hong menghela napas pula, kematian enci Han Yan benar-benar mengenaskan."

   Sekalipun Oh Put Kui telah berperan lebih baik, cuma Oh Put Kui mengerti bahwa kematian Han Yan telah menimbulkan pula perasaan ngeri dihati mereka. Oleh karena itu tidaklah heran jika mereka turut bersedih hati.

   "Kong-cu-ya,"

   Pengemis pikun segera berseru sambil tertawa.

   "tampaknya berita kematian dari nona Han Yan ini masih belum tersiar sampai di ibu kota ?"

   Oh Put Kui tertawa hambar.

   "Kematian seorang pelacur kenapa mesti dianggap begitu serius dan penting ? Lok tayjin, bukannya aku sengaja mengurangi suasana gembira disini, tapi sebenarnya perbuatan para pembesar dari ibu kota betul-betul kelewat brutal."

   Pengemis pikun kesima, kemudian sahutnya berkali-kali.

   "Benar... benar..."

   Padahal dalam kenyataan dia tidak tahu apa, yang dimaksudkan oleh Oh Put-kui, tapi dia tahu asal mengucapkan kata "benar"

   Maka jawaban tersebut sudah pasti tak bakal salah Iagi.

   Sementara itu mimik wajah Liu Im berempat semakin tak menentu dan berubah-ubah, tamu yang dijumpainya sekarang boleh dibilang merupakan tamu paling istimewa yang dijumpainya tahun ini.

   Berbicara soal dandanan, Oh kongcu ini memiliki gaya dari seorang pangeran.

   Tapi kalau ditinjau dari soal pembicaraan dia justru lebih mirip seorang jagoan persilatan dari golongan putih.

   Mereka sudah berusaha keras untuk menemukan suatu cara yang paling baik untuk menghadapi tamu semacam ini, tapi untuk beberapa saat mereka justru tidak berhasil menemukan sikap semacam apakah yang sepantasnya diperlihatkan hingga tak sampai menimbulkan kesulitan.

   Oleh karena itu sambil tersenyum, Liu Im segera berkata kepada Oh Put kui.

   "Oh kongcu, dalam keadaan seperti ini, aku sangat berharap bisa berbincang-bincang dengan kongcu sambil menikmati keheningan suasana, kebetulan kami berempat mengerti juga tentang seni suara, bagaimana kalau kami bawakan sebuah lagu untukmu."

   Oh Put-kui tahu kalau ke empat orang perempuan penghibur itu sudah menaruh curiga kepadtnya, sambil tertawa segera sahutnya.

   "Setelah berada dalam barisan perempuan tampaknya aku harus menurut saja..."

   Khi Cui dan Wi Hiang segera tertawa, mereka lantas mengambil kim dan harpa dari atas dinding, kemudian jari jemari mereka memetik senar-senar harpa itu membawakan irama merdu, sedang Liu Im Siu liong menarik suara.

   -oOdwOoOOdwOodwOo- Mendengarkan suara nyanyian yang begitu merdunya.

   Pengemis pikun sampai melongo dengan mata terbelalak.

   Ia benar-benar amat girang, sebab selama hidup baru pertama kali ini dia merasakan suasana semacam ini.

   Arak wangi, hidangan Iezat, perempuan cantik, nyanyian merdu dan tarian indah....

   kesemuanya itu hampir saja membuatnya menjadi mabuk kepayang.

   Oh Put Kui masih saja duduk dengan senyuman dikulum, padahal perasaannya makin lama semakin berat.

   Dia mempunyai rencana untuk menaklukkan ke empat orang perempuan itu dalam sekali serangan.

   Demi gurunya, mau tak mau dia harus turun tangan terhadap perempuan perempuan penghibur itu.

   Dia ingin mencari tahu tempat tinggal Thian hiang Hui-cu Ki Yan-hong dari mulut ke empat orang dayang tersebut, kemudian berusaha untuk membebaskan gurunya dari kesulitan.

   Perjamuan telah berlangsung, nyanyianpun telah berakhir.

   Sambil tertawa tergelak, pengemis pikun berkata.

   "Merdu merayu, lembut mengalun, selain cantik nona berempat memang mempunyai kepandaian yang amat menarik hati.!"

   Oh Put Kui tak kuasa menahan gelinya, dia segera berseru.

   "Lok ... Lok tayjin, tampaknya kau adalah orang yang amat mengenal seni suara!"

   Mencorong sinar terang dari balik mata pengemis pikun, sambil tertawa sahutnya.

   "Kongcu, aku yang rendah belum pernah merasa segembira hari ini..."

   Liu Im segera memenuhi cawannya dengan arak, kemudian ujarnya dengan manja.

   "Biarlah aku yang rendah sekalian menghormati arak secawan sebagai rasa terima kasih kami atas pujian kongcu dan tayjin."

   Sambil berkata dia lantas meraba tengkuk si pengemis pikun dengan lemah lembut. Serta merta pengemis pikun menyingkir kesamping dengan perasaan terkejut. Menyaksikan rabaannya dihindari Liu Im kelihatan tertegun, lalu katanya lagi dengan lembut.

   "Tayjin, apakah kau merasa aku yang rendah kotor?"

   Satu ingatan cerdik segera melintas dalam benak pengemis itu, sambil tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Bukan begitu nona, selama berada dihadapan Oh Kongcu, terpaksa aku harus tahu menahan diri."

   Mendengar itu, Liu Im segera tertawa cekikikan.

   Sedang Siau Hoag yang berada disisi Oh Put Kui juga sudah mulai melancarkan ilmu rayuan mautnya.

   Seluruh tubuhnya hampir boleh dibilang bersandar diatas dada pemuda itu, sambil mendongakkan kepalanya dia berkata dengan manja.

   "Koogcu, suara parau aku yang rendah mungkin hanya akan mengganggu pendengaran Kongcu saja, bagaimana kalau kuhormati kau dengan secawan arak sebagai permintaan maafku ? Kongcu, kau harus memberi muka kepada aku yang rendah."

   Walaupun dihati kecilnya diam-diam Oh Put Kui tertawa geli, tapi dia merasa tak tahan juga menghadapi rayuan lembut dari perempuan cantik itu.

   Yaa, lelaki mana yang bisa melewati barisan perempuan dengan selamat? Apalagi Oh Put Kui cuma manusia biasa.

   Tangannya segera merangkul pinggang Siau Hong yang ramping dan menekannya keras-keras, sementara sekulum senyuman aneh tiba-tiba menghiasi ujung bibirnya.

   Dengan sorot mata yang tajam, pengemis pikun mengawasi wajah pemuda tersebut tanpa berkedip, inilah keputusan yang terakhir.

   Jika senyuman dari Oh Put K.ui telah berubah, maka pada saat yang bersamaan mereka akan turun tangan secara serentak.

   Tapi senyuman yang menghiasi ujung bibir Oh Put Kui masih saja tetap dan tak berubah.

   "Lama kelamaan habis sudah kesabaran pengemis pikun, dia lantas berkata dengan lantang.

   "Kongcu, Van-hiang-su-hoa memang merupakan empat bunga yang indah dan menahan di kota Kim-leng, cukup didengar dari suara nyanyiannya yang begitu merdu, boleh dibilang jarang sekali dijumpai gadis semacam mereka ini..."

   Suara tertawanya amat keras dan nyaring, karena saat inilah yang mereka nanti-nantikan selama ini.

   Sepasang mata Oh Put Kui yang bersinar jeli, tiba-tiba saja berubah menjadi aneh sekali menyusul gelak tertawa pengemis pikun yang keras, ketika pengemis pikun menyaksikan sorot mata tersebut ia segera bersorak didalam hati.

   Tangan kiri Oh Put Kui yang menempel diatas pinggang Siau Hong itu mendadak menekan keras, sementara tangan kanannya pada saat yang bersamaan disentilkan ke muka melepaskan dua buah serangan berantai ka arah tubuh Khi- cui dan Wi hiang.

   Ditengah jeritan kaget yang berkumandang saling beruntun, empat orang dari Thian hiang itu sudah kena dipecundangi semua.

   Jalan darah Wi Kiong-hiat ditubuh Liu Im pun kena di totok oleh pengemis pikun.

   Untuk menghadapi seorang korban saja-sudah barang tentu bagi pengemis tersebut lebih dari cukup.

   Sebaliknya Oh Put Kui sendiripun dapat bekerja dengan enteng dan amat santai.

   Buktinya hanya didalam sekali gerakan saja, Khi-cui, Wi- hiang dan Siu-hong sudah berhasil dikuasai sama sekali.

   Oh Put Kui tertawa hambar, memandang kearah empat dayang Thian-hiang yang sedang melotot ke arahnya dengan perasaan gemas.

   marah, gelisah, jengkel dan kaget itu, dia berkata dengan suara rendah.

   "Maaf, terpaksa aku harus menyiksa kalian berempat!"

   Mimpi pun ke empat orang dayang Thian-hiang itu tak pernah menyangka kalau dalam dunia persilatan masih terdapat orang berani mencari gara-gara dengan mereka berempat.

   Apa yang terjadi sekarang sungguh membuat mereka tidak puas, tidak takluk.

   Sementara itu si pengemis pikun telah melompat ke depan pintu dan menguncinya rapat rapat.

   "Lok tua, pertunjukkan bagus sekarang baru akan dimulai!"

   Oh Put Kui kemudian sambil tertawa hambar. Pengemis pikun tertawa tergelak.

   "Benar, hei bocah muda, aku siap menantikan perintahmu..."

   Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Oh Put Kui memandang sekejap ke arah Liu Im, lalu bentaknya keras-keras.

   "Aku hanya ingin menyelidiki tentang satu hal kepada kalian, asal kalian bersedia untuk menjawab dengan sejujurnya, maka akupun tak akan menyusahkan kalian!"

   Setelah berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan oleh Liu im sekalian berempat? Mereka betul- betul mau menangis tak bisa, tertawa apa lagi.

   Jalan darah yang tertotok membuat sekujur badan mereka tak sanggup bergerak, selain matanya yang masih bisa bergoyang, hampir seluruh tulang belulangnya terasa sakit bagaikan remuk.

   Diantara ke empat orang dayang itu Liu Im merupakan pemimpin diantara mereka.

   Setelah melirik sekejap kearah ketiga orang rekannya, dengan perasaan gemas dia berseru.

   "Siapakah kau? Mengapa kau melakukan perbuatan semacam ini terhadap kami? Tahu kah kau, perbuatanmu itu telah mengundang bencana besar bagi dirimu sendiri ?"

   "Nona, kau tak usah bertanya siapakah diriku,"

   Kata Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Sedang bencana besar yang kau maksudkan bagi pendengaran kami justru amat menggelikan sebab tujuan dari kedatanganku ke tempat ini adalah untuk menerbitkan bencana besar..."

   "Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jerit Liu Im dengan suara tercengang.

   "Hmmm, aku hanya ingin mencari tahu tentang kabar berita seseorang!"

   Sekali lagi Liu Im tertegun.

   "Siapa?"

   "Ki Yan-hong!"

   Hampir saja ke empat orang dayang itu menjerit tertahan saking kagetnya setelah mendengar perkataan itu, lama sekali mereka termangu-mangu dan ternyata tak seorang pun yang menyahut. Sambil tartawa dingin Oh Put Kui berkata lagi.

   "Tidak kenal? Nona aku percaya kalian pasti sangat mengenal diri orang itu"

   "Kong cu, sebenarnya siapakah kau ?"

   Tanya Liu Im dengan sinar mata sayu karena duka. Oh Put Kui tertawa dingin.

   "Soal ini tak usah nona tanyakan, apa yang kalian kerjakan hanya menjawab apa yang ku ajukan kepada kalian !"

   Siau-hong, dayang termuda diantara ke empat orang itu tiba-riba berteriak keras.

   "Kau.,.kau si iblis jahanam... cepat bebaskan jalan darah kami."

   "Nona, kau belnm menjawab pertanyaan yang kuajukan tadi!"

   Siau-hong menjadi amat gusar sehingga sepasang matanya melotot brsar kembali teriaknya.

   "Iblis...sampai mati pun aku tak akan memberitahukan hal ini kepadamu.."

   "Benarkah itu?"

   Pengemis pikun tertawa aneh.

   "budak cilik, lebih baik jangan sembarangan berbicara kalau tidak merasa tulangmu sudah cukup keras!"

   Oh Put Kui tertawa dingin, dia mengalihkan pula sorot matanya kewajah perempuan-perempuan itu dengan sinar mata setajam sembilu kemudian jengeknya.

   "Kalian anggap aku benar-benar tak berani menggunakan kekerasan untuk memaksa kalian?"

   Sikap yang begitu angker dan seram tersebut, seketika menggetarkan setiap orang. Gemetar keras sekujur badan Liu Im karena ngeri, sahutnya kemudian dengan suara lirih.

   "Kongcu, tahukah kau siapa kami berempat ?"

   Oh Put Kui menjengek sinis. Sebaliknya pengemis pikun membentak keras.

   "Ngaco belo, bicara tak karuan!"

   Tiba-tiba sorot mata Liu Im pun berkilat, kemudian tertawa, pikirnya dengan cepat.

   "Ternyata kalian memang benar-benar anggota dunia persilatan kalau toh begitu, berarti ancaman terhadap jiwa kami pun menjadi tipis sekali..."

   Ia bisa berpikir demikian karena dia menganggap nama besar dari majikannya sudah terlampau termashur dalam dunia persilatan Ditinjau dari keberanian mereka untuk datang mencari gara-gara dengan majikannya, tentu saja merekapun tak akan mencelakai dirinya sebagai seorang dayang sehingga merusak nama baik sendiri, sebab dia cukup mengetahui titik kelemahan orang persilatan lebih suka menjaga gengsi dan nama baik daripada mempersoalkan yang lain.

   Berpikir demikian, dia lantas bertanya.

   "Kongcu, ada urusan apakah kau mencari majikan kami?"

   "Tak usah banyak bicara,"

   Bentak pengemis pikun gusar.

   "persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian!"

   Liu Im segera mendengus dingin.

   "Jika kalian berdua tak mau menerangkan alasannya lebih dulu, terpaksa kamipun tak bisa memenuhi keinginan kalian itu!"

   Pengemis pikun menjadi semakin gusar, bentaknya.

   "Budak sialan, kau berani menantang aku? Baik, lohu akan suruh kau merasakan kelihayanku..."

   Begitu selesai berkata, dia lantas mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan kearah punggung Liu Im. Oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu segera berseru cepat.

   "Lok, tua ampuni selembar jiwanya!"

   Waktu itu telapak tangan si pengemis pikun sudah menempel diatas punggung Liu Im, tenaga dalamnya juga sudah siap dilancarkan keluar, seandainya Oh Put Kui tidak membentak tepat pada waktunya, sudah pasti Liu Im akan merasakan suatu penderitaan yang luar biasa.

   Untung saja kepandaian silat yang dimiliki pengemis pikun sudah mencapai pada taraf yang sempurna, sehingga mendengar suara tersebut, dengan cepat dia menarik kembali tenaga serangannya.

   Kendati pun demikian, peluh dingin toh sempat jatuh bercucuran juga membasahi seluruh badan Liu im.

   "Terlalu enakan budak sialan ini...."

   Omel pengemis pikun dengan perasaan tidak puas. Oh Put-kui tertawa hambar.

   "Lok tua, sabarlah dulu, mereka pasti akan mengakui dengan terus terang"

   Katanya. Tapi kemarahan sipengemis tua itu belum juga mereda, sambil tertawa dingin dia berseru.

   "Bocah muda, kau jangan sampai terpikat olehnya."

   Mendengar itu, Oh Put-kui tertawa gelak.

   "Haaahh.... haaaaahhh haaahhh.... jangan kuatir, didalam dunia pada saat ini masih belum ada orang yang bisa membuat diriku jadi terpikat!"

   Kemudian sambil menarik kembali senyumanya, dia berpaling kearah Liu Im dan membentak lagi.

   "Nona, terus terang kukatakan bahwa aku tak ingin mencelakai jiwa kalian, oleh sebab itu akupun berharap nona bisa baik-baik membawa diri."

   "Hmm, memetik bunga didapati kerbau.. ..."

   Kembali pengemis pikun itu tertawa mengejek.

   Agaknya saat ini Lin im sudah tahu kalau kongcu yang berada dihadapannya sekarang bukan seorang manusia yang mudah dihadapi, setelah berputar otak sekian lama, akhirnya berhasil juga dia menemukan suatu akal yang amnt bagus.

   "Kongcu, bukannya aku tak mau berkata"

   Katanya kemudian "melainkan. .,.

   "

   Dia sengaja menjual mahal dan tidak melanjutkan perkataannya sedang matanya segera mengerling kewajah Oh Put-kui, si anak muda itu tersenyum.

   "Nona, lebih baik kau tak usah berlagak lagi, apa yang kau pikirkan sudah cukup jelas bagiku!"

   Terkesiap juga Liu Im setelah mendengar perkatan itu, tapi perasaan mana tak berani di-utarakan diatas wajahnya.

   Maka sambil berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya, dia berkata sedih "Kongcu, setelah kau mengetahui asal usul kami bersaudara tentunya juga tahu bukan akan tabeat dari majikan kami? Bila kalau sampai menyebutkan tempat tinggalnya tanpa mengetahui alasannya, maka mungkin sekali hal ini akan..."

   Berbicara sampai disitu, kembali ia berhenti ditengah jalan.

   Oh Put-kui berkerut kening, dia seperti mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkan.

   Berdua dengan pengemis pikun, habis sudah kesabarannya menghadapi keadaan seperti itu, dengan gusar dia lalu membentak "Budak kecil, bila kau masih saja berbicara mencla-mencle, jangan salahkan kalau aku si pengemis tua akan segera membunuhmu!."

   Begitu kata "si pengemis tua", disebutkan, maka terbongkarlah kedudukan dan rahasiaj pengemis tersebut. Siauw Hong yang pertama-tama menjerit keras lebih dulu.

   "Kalian adalah anggota Kay-pang ?"

   Pengemis pikun agak tertegun sejenak, kemudian bentaknya cepat.

   "Kalian tak usah mencampuri urusan ini!"

   Mungkin dalam pandangan ke empat orang perempuan itu Kay-pang adalah suatu perkumpulan lemah yang tak perlu dikuatirkan maka setelah mengetahui ranasia tersebut mimik wajah mereka yang semula menegang pun kini menjadi jauh lebih kendor.

   Dengan suara lembut Liu Im berkata .

   "Kau orang tua sudah pasti adalah salah Satu diantara ke enam orang tianglo dari kay-pang, sedang kongcu ini, mungkinkah ia adalah murid pertama dari Kongsun pangcu ?"

   Dilihat dari mimik wajah serta nada pembicaraan ke empat orang perempuan itu, Oh Put-kui sudah dapat menduga apa yang menjadi pikiran mereka berempat.

   Dengan kedudukannya sebagai empat dayang kepercayaan Thian-hiang Hui-cu Ki Yan-hong, tentu saja mereka tidak memandang sebelah matapun terhadap perkumpulan Kay-pang.

   Maka sambil tertawa dingin ujarnya.

   "Kalian jangan lupa, nyawa kamu berempat sudah berada didalam genggamanku."

   Tampaknya keberanian ke empat orang perempuan itu makin lama makin menjadi, baru saja Oh Pni-kui menyelesaikan kata-katacya, mendadak terdengar Siau Hong berkata dengan suara dingin.

   "Hmm, jangan lagi kalian, sekalipun pangcu kalian Kongsun Liang juga tak berani mengganggu seujung rambutku pun, padahal kau tak lebih cuma muridnya Kongsun Liang... hmmm, kesombonganmu betul-betul mendekati keadaan tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi..."

   Belum habis perempuan itu berkata, pengemis pikun sudah gusar, mendadak dia mengayunkan telapak tangannya dan menampar wajahnya keras-geras.

   Sekalipun tamparan itu tidak dilakukan tanpa disertai tenaga dalam, toh akibatnya cukup mengenaskan, lima buah bekas telapak tangan yang memerah telah membekas jelas diatas pipinya yang pntih.

   "Hmm, kalian anggap nama besar Kongsun pangcu boleh sembarangan disebut oleh perempuan-perempuan lonte seperti kalian?"

   Teriaknya marah.

   "hmm, kalian harus tahu, aku si pengemis tua tidak sesabar bocah muda itu, kalau berani mengoceh tak karuan sekali lagi, jangan salahkan kalau aku si pengemis tua tak akan sungkan-sungkan kepada kalian..."

   Sekarang, keempat orang dayang itu baru terperanjat sebab sepanjang sejarah baru pertama kali ini mereka jumpai anggota Kay pang yang tidak jeri terhadap nama majikannya.

   Sementara itu, paras muka Oh Put-kui juga telah berubah menjadi amat mengerikan, dengan suara dingin ia membentak.

   "Aku sama sekali tiada hubungan apa-apa dengan pihak Kay-pang, lebih baik kalian jangan salah paham dengan menghubungkan aku dengan perkumpulan lain..."

   Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya.

   "Bila kalian merasa berkepandaian silat lebih lihay dari ke tujuh orang kakek yang menghuni di Pulau Neraka, silahkan saja, tunjukkan keangkuhan kalian itu."

   Begitu mendengar nama "Pulau Neraka,"

   Disebutkan, paras muka ke empat orang perempuan itu berubah menjadi pucat pias, peluh dingin jatuh bercucuran sementara matanya terbelalak lebar. @oodwoo@

   Jilid 8 Sekarang mereka baru sadar bahwa kongcu yang mereka hadapi sekarang, ternyata adalah Long-cu koay-hiap (pendekar aneh pengembara) yang namanya menggetarkan dunia persilatan belakangan ini.

   Tak heran kalau mulut mereka segera terkunci rapat-rapat dan tak berani berkutik lagi.

   orang persilatan telah melukiskan si "pengembara"

   Yang bernyali besar dan berilmu tinggi sukar diukur ini mendekati seperti seorang malaikat.

   Mimpipun mereka tak mengira kalau si pendekar aneh tersebut masih berusia begitu muda, malah justru telah muncul dihadapan mereka berempat.

   Untuk beberapa saat, mereka jadi termangu mangu dan memandang wajah oh Put Kui dengan perasaan yang amat terkesiap.

   sebaliknya oh Put Kui tetap tenang, dia tahu orang persilatan telah mengibaratkan dia bagaikan malaikat, itulah sebabnya dia bersikap acuh tak acuh terhadap pandangan orang.

   Pengemis pikun yang berada disisi arena masih saja tertawa dingin tiada hentinya, terdengar ia kembali membentak.

   "Budak ingusan, kalian sudah berpikir jelas ?"

   Tentu saja mereka sudah berpikir jelas, mereka bukan orang bodoh tentu saja mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan dapat dibedakan dengan jelas. Liu Im memutar biji matanya yang jeli, kemudian katanya pelan.

   "Bolehkah aku yang rendah sekalian menanyakan nama besar Kongcu?"

   "Aku oh Put Kui"

   "Oh Kongcu..."

   Kata Liu Im sambil tertawa.

   "maaf kalau aku yang rendah sekalian tak bisa memberi hormat kepadamu karena jalan darah kami masih tertotok...."

   "Tidak usah"

   Oh Put Kui sambil tersenyum.

   "asal nona berempat bersedia untuk menerangkan dimana letak rumah kediaman majikan kalian, aku sudah merasa sangat berterima kasih sekali..."

   "Oh Kongcu"

   Kata Liu Im pelan.

   "bukannya kami tidak bersedia memberitahukan alamat majikan kami kepada Kongcu, adalah Kongcu sendiri yang tak mau menerangkan maksud kedatanganmu, bila aku yang rendah melanggar peraturan dengan memberikan alamat suhu kami, niscaya nyawa kami berempat akan terancam...."

   Beberapa patah kata itu diutarakan dengan suara sesengukkan, malah sampai akhirnya hampir saja menangis.

   "Sungguhkah demikian ?"

   Tanya oh Put Kui dengan kening berkerut.

   "Masa aku yang rendah berani membohongi Kongcu ?"

   Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya, memejamkan mata dan tidak berbicara lagi. sebaliknya pengemis pikun berseru dengan gusar.

   "Waaduhh.... betul betul repot, tampaknya akal bulus kalian benar benar amat banyak"

   "Locianpwe, kau harus maklum, kami mempunyai kesulitan kami sendiri, harap kalian suka memaafkan."

   "Heehhhh.... heeeehhh... heeehhhh. memaafkan- Lohu sudah cukup memaafkan kalian-"

   Kembali Liu Im tertawa sedih.

   "Locianpwe, bagaimanapun juga kalian tak akan membiarkan kami dihukum mati oleh majikan kami sendiri tanpa berusaha untuk menolong bukan ?"

   "Hmm..."

   Kembali pengemis pikun itu tertawa dingin.

   "Kenapa aku mesti menolong kalian? Berbicara dari perbuatan terkutuk yang kalian lakukan selama ini dalam dunia persilatan, sekalipun mati seratus kali lagi juga belum cukup untuk menebus dosa tersebut. Lohu mah tak akan memiliki hati yang begitu welas "

   Mendengar perkataan itu, Liu Im merasa terkesiap sekali.

   "Pengemis itu tampaknya tak bisa didekati dengan cara yang halus tapi tak dapat pula dihadapi dengan kekerasan. itu berarti kemungkin mereka berempat bisa lolos dari situ dengan keadaan selamat menjadi tipis sekali....... Tanpa terasa ia lantas berpaling kearah oh Put Kui sambil berkata.

   "Kongcu, kalau begitu lebih baik bunuhlah kami berempat................"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah menangis tersedu-sedu, kembali lanjutnya.

   "Lebih baik kami mati ditangan kongcu saja daripada mati secara mengenaskan ditangan majikan kami "

   Begitu ia selesai berkata, Khi Cui, Wi Hiang dan siau Hong segera berseru pula bersama sama...

   "Kongcu, bunulah kami semuaa..... Kamu tak akan tahan menerima siksaan keji dari majikan kami.........."

   Sikap yang diambil keempat perempuan itu sangat menyusahkan oh Put Kui, karena dia memang tidak berniat utk membunuh keempat orang itu, tujuan kedatangannya tak lebih hanya ingin membantu gurunya untuk melepaskan diri dari kesulitan- Apalagi setelah ia tahu kalau Thian Hiang Hui Cu Ki Yan Hong adalah bekas kekasih gurunya, dia lebih lebih tak ingin menyalahi anak murid dari Thian Hiang Hui Cu.

   setelah termenung beberapa saat, akhirnya pemuda itu menghela napas panjang, katanya .

   "Nona, terus terang kuberitahukan kepada kalian, sebenarnya aku tidak mempunyai dendam sakit hati apa apa dengan majikan kalian, aku ingin bertemu dengannya karena ingin berbicara sebentar saja dengannya"

   Mendengar perkataan itu, perasaan keempat orang perempuan itu menjadi lega. -oOdwOooOdwOoo- Sambil tertawa, Liu Im segera berkata.

   "Kongcu, benarkah kau hanya ingin berbicara sebentar saja dengan majikan kami?"

   "Sejak dilahirkan sampai sekarang, aku belum pernah berbicara bohong...."

   Kata oh Put Kui dengan wajah serius. Tiba-tiba nona siau Hong tertawa.

   "Dengan nama besar Kengcu, kami semua merasa mempercayainya seratus persen-"

   "Hmmm, sekalipun tidak percaya juga harus percaya."

   Sela pengemis pikun sambil tertawa mengejek.

   Buru-buru oh Put Kui mengerling sekejab kearah pengemis pikun, melarangnya banyak berbicara lagi.

   Dia kuatir kalau sampai menggusarkan keempat orang perempuan itu maka hal mana justru malah akan membengkalaikan urusan-sedang pengemis pikun memang sangat menuruti perkataan dari oh Put Kui, begitu diberi tanda, terpaksa manggut-manggut.

   Maka sambil tertawa oh Put Kui berkata lagi kepada keempat orang perempuan itu.

   "Nona berempat, aku harap kalian bisa cepat - cepat memberitahukan kepadaku tempat tinggal Ki locianpwe, sebab kalau tidak. bila jalan darah kalian berempat tertotok kelewat lama, maka akhirnya yang bakal menderita adalah kalian sendiri"

   Mendengar perkataan itu, dengan suara rendah Liu Im lantas berbisik.

   "Setelah kami mempercayai kongcu, tentu saja kamipun akan menghantar kongcu kesana..."

   "Apakah kalian berempat akan pergi bersama?"

   Liu Im kembali menggelengkan kepalanya.

   "Adik siau Hong yang akan membawa kongcu kesana. sedangkan kami bersaudara masih harus tugas disini....."

   Walaupun dia hanya seorang penghibur, akan tetapi setelah berjumpa dengan manusia seperti oh Put Kui, ternyata sikap mereka turut berubah juga menjadi serius.

   Maka mereka tak berani mengatakan "harus menerima tamu", melainkan kata itu dirubahnya menjadi "harus bertugas disini".

   Diam-diam pengemis pikun menggelengkan kepalanya sambil berpikir.

   "Bocah muda itu benar-benar luar biasa sekali, sampai sampai lontepun tahu malu...."

   Sementara itu oh Put Kui telah berkata sambil tertawa hambar.

   "Kalau memang begitu, aku harus merepotkan nona siau Hong...."

   Begitu selesai berkata, dia lantas menggerakkan tangannya melancarkan tiga buah totokan untuk membebaskan jalan darah Khi cui, Wi Hiang serta siau Hong yang tertotok.

   Pengemis pikunpun segera menepuk bebas jalan darah Liu Im, cuma sikapnya tidak selembut oh Put Kui, sambil membebaskan pengaruh totokan tersebut, dia membentak keras.

   "Lebih baik kalian bertindaklah dengan sedikit sopan, kalau tidak. kalian sendirilah yang bakal menderita"

   Begitu totokannya dibebaskan, keempat orang perempuan itu segera menghela napas panjang. sambil menggerakkan otot-otot badannya yang kaku, Liu Im berkata.

   "Kau orang tua tak usah kuatir. Kami empat budak Thian- hian bukan manusia yang termasuk golongan licik, apa yang telah kami ucapkan, selamanya tak pernah disesali kembali."

   Setelah berhenti sebentar, katanya kepada oh Put Kui sambil tertawa.

   "Kongcu, ikutlah nona siau Hong kesana"

   Sementara itu nona siau Hong telah bangkit berdiri, setelah memberi hormat kepada oh Put Kui katanya.

   "Silahkan Kongcu"

   Oh Put Kui segera memberi tanda kepada pengemis pikun, kemudian dia membuka pintu dan berjalan keluar dari situ dengan langkah lebar.

   Dengan cepat pengemis pikun menyelinap dibelakang tubuh nona siau Hong dan mengawasinya secara ketat.

   Dia tidak percaya dengan budak budak tersebut, maka untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, dia harus bersiap sedia selalu.......

   Ternyata Liu Im, Khi Cui dan wi Hiang tidak melakukan tindakan apa-apa, dengan sikap yang amat menghormati mereka menghantarkan keberangkatan pemuda tersebut.

   Kejadian mana kontan saja membuat oh Put Kui dan pengemis pikun menjadi tertegun, sebab hal ini sama sekali diluar duagaannya.

   Tapi berada dalam keadaan seperti ini, mereka tak sempat untuk berpikir lebih jauh lagi, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, mereka mengikuti dibelakang tubuh siau Hong dengan kencang.....

   -oOdwOooOdwOoo- Nona siau Hong mengajak oh Put Kui dan pengemis pikun berdua menuju kedepan sebuah patung sik-ang-tiong yang besar sekali didepan kuburan siau-leng.

   Tiba-tiba saja nona itu tidak berjalan lagi.

   "Sudah sampai"

   "Sudah sampai ? Ki Yan Hong tinggal disini?"

   Saking herannya pengemis pikun sampai melototkan matanya besar-besar dan berteriak aneh. Nona siau-hong tertawa, sahutnya.

   "Benar, majikan kami memang tinggal didalam kuburan sian-leng ini"

   "Nona, dimanakah kuburan tersebut? Apakah berada dibawah tanah?"

   Tanya oh Put Kui sambil tertawa. Nona siau-hong turut tertawa.

   "Apa yang Kengcu ucapkan memang benar, letaknya memang berada dibawah kuburan siau-leng"

   Pengemis pikun menjadi tertegun Sungguh besar nyali Thian-hiang Hui-cu, ternyata dia berani tinggal didalam kuburannya kaisar Tay-cu-huang-leng.

   Apakah pihak kerajaan tak ada yang mengurusi ulahnya ini? Sebaliknya oh Put Kui hanya menggelengkan kepalanya sambil berkata.

   "Mengapa majikan kalian berani menghina dan mengusik ketenangan Kaisar yang telah tiada? Kompleks pekuburan sian-leng merupakan kompleks pekuburan raja raja, apakah majikan kalian tidak kuatir ditangkap oleh pihak Kerajaan ?"

   Tiba-tiba siau Hong tertawa, sahutnya.

   "Kongcu, bila kau telah bersua dengan majikan kami nanti, persoalannya akan menjadi jelas dengan sendirinya, budak sekalian tak berani memberikan kritik seenaknya sendiri, harap kongcu dapat memakluminya."

   Oh Put Kui manggut manggut dan tidak berbicara lagi. sebaliknya si pengemis pikun berseru sambil tertawa aneh.

   "Budak, banyak amat permainan busukmu, hayo cepat katakan, bagaimana cara kita untuk masuk kedalam?"

   Nona siau Hong tertawa, dia segera maju kedepan mendekati patung sik-ang-tiong dan mengetuk bagian perutnya dua kali, kemudian dia berbelok kesebelah kiri dan membisikkan sesuatu diantara celah celah pakaian-...

   Belum habis dia berbisik, patung sik-ang-tiong tersebut telah bergeser sejauh tiga kaki kesamping, menyusul kemudian muncullah sebuah pintu rahasia.

   Sambil tertawa terbahak-bahak.

   pengemis pikun berseru.

   "Benar-benar sebuah cara yang sangat bagus, baru pertama kali ini aku sipengemis tua menyaksikan cara membuka pintu rahasia dengan cara semacam ini."

   "Benar, selain leluasa juga amat hati-hati"

   Sambung oh Put Kui sambil tertawa juga. Sambil tertawa nona siau Hong segera melangkah masuk ke dalam lorong rahasia bersebut, katanya.

   "Silahkan kalian berdua mengikuti budak masuk kedalam"

   "Silahkan-....."

   Sambung pengemis pikun Mungkin saking girangnya, maka dia mengucapkan kata sungkan.

   Nona siau Hong berpaling dan memandangnya sambil tertawa, kemudian dia berjalan lebih dulu memasuki lorong rahasia tersebut.

   Oh Put Kui dan pengemis pikun segera mengikuti pula dibelakang tubuhnya.

   Lorong rahasia itu menjorok ke bawah, mereka harus berjalan sedalam sepuluh kaki lebih sebelum mencapai permukaan tanah yang datar.

   oh Put Kui segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengawasi daerah disekeliling tempat itu, dijumpainya luas lorong rahasia itu tidak sampai dua kaki, tapi tingginya mencapai tiga kaki lebih dan luas sekali.

   Pada kedua belah dinding lorong rahasia tadi terdapat beberapa butir mutiara, itulah sebabnya suasana disekitar tempat itu tidak kelewat gelap.

   Akan tetapi setelah mencapai tanah yang datar, suasanannya menjadi terang benderang.

   Disana nampak sebuah pintu besar, pintu itu terbuat dari batu kemala yang penuh dengan ukiran, sehingga nampak sangat anggun dan indah sekali.

   Diatas pintu terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan .

   "Tee- hu-thian- kiong "

   Oh Put Kui yang menyaksikan keadaan disana diam diam ia merasa hatinya bergetar keras.

   Tampaknya tempat itu bekas dihuni oleh orang-orang yang bertugas menjaga kuburan raja-raja itu dimasa lampau.

   Tiga ratus berselang, kerajaan Ming sudah runtuh, dan gedung istana inipun entah sejak kapan berhasil ditemukan oleh Thian hiang Hui-cu dan dipakai sebagai tempat tinggalnya.

   Setelah melewati pintu gerbang, didalamnya merupakan sebuah ruangan tamu yang luas.

   setelah ruang tamu terlihat sebuah ruangan tengah yang luas sekali.

   Ruangan itu tingginya mencapai beberapa kali dengan luas hampir puluhan kaki lebih, betul betul sebuah ruangan yang amat besar.

   Untuk membangun ruangan sebesar itu, entah berapa banyak tenaga, pikiran dan uang yang telah dikeluarkan? Oh Put Kui menjadi gegetun sendiri, karena membangun ruangan dalam kompleks kuburan dengan segitu megahnya jelas merupakan suatu pemborosan yang tidak pada tempatnya.

   Waktu itu ruangan tengah yang amat luas itu sunyi senyap tak nampak seorang manusiapUn.

   Tapi didalam ruangan tersebut penuh dengan rak senjata disekelilingnya, pelbagai macam senjata nampak tersedia disana.

   Setelah memperhatikan sekejap sekitar ruangan tersebut, sambil tertawa pengemis pikun berkata.

   "Tampaknya ruangan ini mirip sekali dengan sebuah ruangan untuk berlatih silat."

   Mendengar itu, Siau Hong segera tertawa sahutnya.

   "Benar, ruangan ini memang ruangan yang disediakan untuk berlatih ilmu silat."

   Pengemis pikun tidak menyangka kalau dugaanya bisa benar, sambil tertawa serunya.

   "Benarkah itu?"

   Nona Siau Hong kembali tertawa, katanya.

   "Kongcu dan locianpwe ini silahkan duduk sebentar, budak akan segera melaporkan kunjungan kalian kepada majikan kami,......"

   "Silahkan"

   Sambil tertawa siau Hong segera berlalu dari ruangan itu dan masuk melewati sebuah pintu berbentuk rembulan disisi ruangan.

   Diam-diam pengemis pikun merasa keheranan setelah menyaksikan keadaan disana, dia tidak habis pikir kenapa ruangan Tee-hu-thian-kiong yang begitu luas bisa sunyi senyap tak nampak seorang manusiapun, apakah Thian- hiang Hui-cu tinggal disana seorang diri? Ia tidak percaya kalau perempuan tua itu tidak mempunyai pembantu juga.

   sebaliknya oh Put Kui juga sedang berpikir mengapa Ki Yan-hong menggunakan kompleks pekuburan raja-raja ini sebagai tempat tinggalnya? Mungkinkah dibalik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang luar biasa? Demikianlah, mereka berdua tercekam dalam lamunan masing-masing, tapi toh tiada jawaban yang berhasil didapatkan- Entah berapa lama sudah lewat, mendadak terdengar suara tertawa merdu berkumandang memecahkan keheningan, lalu terdengar seseorang berkata dengan merdu.

   "Oh kongcu, Lok locianpwe, majikan kami mempersilahkan kalian untuk masuk kedalam."

   Oh Put Kui tidak merasakan apa-apa sesudah mendengar perkataan itu, sebaliknya pengemis pikun merasakan hatinya bergerak.

   Ia sudah lama mendengar kabar kalau Ki Yan-hong adalah seorang gembong iblis yang sangat kejam, mengapa dia mempergunakan kata "mengundang"

   Untuk mempersiapkan mereka masuk? Mungkinkah apa yang tersiar didunia persilatan tidak sesuai dengan kenyataan? Tapi berada dalam keadaan seperti ini mereka tak sempat untuk banyak bertanya lagi.

   oh Put Kui memandang sekejap kearah wajah siau Hong yang berdiri ditepi pintu berbentuk rembulan, lalu katanya sambil tertawa.

   "Terima kasih banyak nona ?"

   Selesai berkata, dia lantas berjalan menuju kearah pintu berbentuk rembulan itu.

   Pengemis pikun mengikuti pula dengan kencang dibelakangnya.

   setelah masuk kedalam pintu tersebut, oh Put Kui segera merasakan pandangannya menjadi silau.....

   sungguh indah sekali apa yang terlihat didepan mata.

   Bangunan loteng, bangunan gardu, gunung-gunungan dan batu-batuan disusun begitu indah didepan mata, menengok dari balik pintu, tempat tersebut mana mirip seperti sebuah kompleks tanah pekuburan? pada hakekatnya menyerupai istana dilangit.

   Tanpa terasa oh Put Kui menghela napas panjang dengan perasaan amat kagum.

   Sedangkan peng emis pikunpun memuji tiada hentinya.

   sambil tertawa siau Hong kembali berkata.

   "Disini terdapat lima puluh delapan buah bangunan loteng serta gardu indah, bila kongcu mempunyai kegembiraan, dikemudian hari boleh datang kemari untuk menikmatinya. Bukan budak sengaja mengibul, istana kaisar diibukotapun paling cuma begitu saja bila dibandingkan dengan keindahan tempat ini...."

   "Apa yang nona katakan memang benar,"

   Ucap oh Put Kui sambil tertawa.

   "semua yang indah diibu kota telah kusaksikan, dan keindahan keraton kaisar memang tak lebih indah dari tempat ini."

   "Budak. tentunya bukan majikanmu yang membangun keraton ini bukan ?"

   Kata sang pengemis sambil tertawa.

   "Tentu saja bukan-..... majikan kami hanya........"

   Mendadak ia berhenti berbicara dan tertawa, sambungnya.

   "Kongcu, locianpwe, silahkan mengikuti budak masuk kedalam"

   Ia lantas membalikkan badannya dan berjalan menelusuri gunung-gunungan ditengah sana.

   Walaupun oh Put Kui merasa seperti teringat akan sesuatu setelah mendengar ucapan yang tak selesai itu, tapi karena siau Hong enggan meneruskan pembicaraannya, tentu saja diapun merasa kurang leluasa untuk bertanya lebih jauh.

   Dengan mulut membungkam, mereka bertiga segera berjalan menuju kedepan, menurut perhitungan oh Put Kui secara diam-diam, mereka telah berjalan lima li sebelum tiba ditempat mereka berada sekarang.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Didepan mata sekarang, tampaklah berdiri sebuah bangunan loteng yang sederhana.

   Dibawah loteng, berdiri dua orang gadis yang menyoren pedang.

   siau Hong segera maju dan mengucapkan sesuatu kepada kedua orang gadis tersebut, dua orang gadis itupun membuka pintu loteng dan mempersilahkan tamunya masuk.

   Sambil tertawa oh Put Kui manggut manggut kearah dua orang gadis itu, katanya.

   "Merepotkan nona berdua saja"

   Kemudian dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam ruangan loteng.

   Setelah memasuki bangunan loteng, dihadapan mereka terlihat sebuah ruang altar Buddha yang amat indah.

   Didepan altar terdapat sebuah kasur untuk duduk.

   dan disitu duduklah seorang perempuan cantik setengah umur yang berdandan model keraton-oh Put Kui segera merasa terkesiap setelah menyaksikan kesemuannya itu, ternyata apa yang tersiar dalam dunia persilatan tentang Thian- hiang Hui- cu, sama sekali berbeda dengan kenyataannya.

   Kalau dibilang perempuan berwajah suci dan anggun itu adalah seorang iblis keji yang berwatak cabul, maka perempuan didunia ini bukankah akan menjadi siluman semua.

   Bahkan sipengemis pikun yang tak pernah seriuspun, kini mulai terpengaruh oleh suasana yang terbentang dihadapan mukanya, ia tak mampu tertawa lagi.

   Dengan wajah yang serius, dia berjalan masuk kedalam ruangan itu dengan langkah pelan, seolah-olah kuatir kalau langkah kakinya akan mengusik ketenangan disitu.

   Pada saat itulah, siau Hong telah memburu kedepan lebih dulu, sambil berlutut katanya.

   "Majikan, oh Kongcu telah datang"

   Perempuan cantik setengah umur yang berbaju putih dan berwajah anggun itu segera membuka matanya, mencorong sinar setajam sembilu dari balik matanya. Diam-diam pengemis pikun berpikir.

   "Tajam amat sepasang mata orang ini, nampaknya ilmu silat yang dimiliki Permaisuri (Hui-cu) ini benar benar menggidikkan hati."

   Belum habis dia berpikir, Thian- hiang Hui-cu telah menatap wajah oh Put Kui dan berkata sambil tertawa.

   "Kongcu, silahkan duduk Dalam loteng yang kuhuni ini selalu hanya tersedia kasur duduk saja, terpaksa aku harus merendahkan derajat oh Kongcu dan tianglo dari Kaypang ini......"

   Sementara itu, oh Put Kui sudah terpengaruh oleh keanggunan orang maka mendengar perkataan itu, buru-buru dia membungkukkan badannya memberi hormat sahutnya .

   "Boanpwe oh Put Kui menjumpai Ki locianpwe........."

   Sembari berkata, dia lantas melakukan penghormatan besar kepada perempuan itu. Menyusul kemudian, pengemis pikun pun turut menjura dalam-dalam.

   "Tak usah banyak adat, aku tak berani menerimanya...."

   Seru perempuan itu cepat.

   Ujung bajunya dikebaskan kedepan, nyaris tubuh oh Put Kui terangkat meninggalkan permukaan tanah.

   sedangkan pengemis pikun, segera merasakan badannya terangkat satu depa dari permukaan tanah.

   Dari sini dapat diketahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu.

   Diam-diam oh Put Kui berdua merasa terkejut sekali sehingga peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuh mereka.

   Tapi diluarnya, oh Put Kui masih tetap bersikap dengan hormat, sahutnya sambil menjura.

   "Terima kasih Ki cianpwe."

   Sedangkan pengemis pikun berkata.

   "Lok Jin-ki dari Kay-pang menjumpai Ki lo....."

   "silahkan duduk"

   Tukas Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa hambar.

   "Boanpwe turut perintah......."

   Kedua orang itu masing- masing duduk diatas kasur yang telah tersedia. Setelah semua orang duduk Thian-hiang Hui-cu baru mengawasi wajah oh Put Kui dengan seksama, kemudian tegurnya.

   "Oh Kongcu, ada urusan apa kau datang mencari diriku?"

   Suatu pertanyaan yang langsung ditujukan pada maksud dan tujuan, hal ini membuat pemuda kita agak tertegun. Tapi dengan cepat oh Put Kui menjawab dengan hormat.

   "Boanpwe datang kemari karena ingin menanyakan tentang satu hal kepada kau orang tua"

   "Persoalan apa? silahkan Kongcu utarakan"

   "Boanpwe datang kemari karena urusan guruku,"

   Ucap pemuda tersebut serius.

   "boanpwe hanya berharap selanjutnya lociapwe jangan mencari guru boanpwe lagi, agar guru boanpwe bisa beristirahat dengan perasaan hati yang lebih tenang......"

   Thian-hiang Hui-cu nampak agak tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, serunya dengan cepat.

   "siapakah guru Kongcu? Aku....."

   Ia berhenti sebentar dan mengelengkan kepalanya berulang kali, sambungnya.

   "Kongcu, apakah kau tidak salah orang?"

   "Boanpwe merasa tak mungkin salah orang, mohon locianpwe sudilah kiranya....."

   "sebenarnya siapakah gurumu?"

   Tukas Thian- hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "Guru boanpwe disebut orang Pendeta sinting Tay-gi sangjin". Begitu ucapan tersebut diutarakan, sekali lagi mencorong sinar tajam dari balik mata Thian- hian Hui-cu. Ditatapnya wajah oh Put Kui lekat-lekat, kemudian katanya sambil tertawa.

   "Apakah kau ahli waris dari Tay-gi?"

   "Benar"

   "Ehmmm......... dengan menggunakan tujuh bagian tenaga Si-mi-sin-kang, nyatanya aku gagal membuatmu meninggalkan permukaan tanah, hal ini menunjukkan kau telah memperoleh warisan langsung dari Tay-gi sangjin-"

   Setelah tertawa, lanjutnya.

   "Tay-gi bisa mempunyai murid seperti kau, rasanya diapun boleh merasa lega hati" -oOdwOooOdwOoo- Mendengar perkataan itu, oh Put Kui merasa amat terkejut. oh Put Kui merasa terharu sekuli, pikirnya.

   "Heran, mengapa orang tua ini bisa dianggap sebagai iblis cabul oleh kebanyakan orang? Padahal apa yang berada dihadapan ku sekarang ini adalah seorang perempuan anggun yang menyerupai malaikat........"

   Dalam hati dia berpikir begitu, diluar ujarnya.

   "Locianpwe begitu memandang tinggi diri boanpwe, hal ini sungguh membuat boanpwe merasa malu sekali "

   Thian-hiang Hui-cu tersenyum, tiba-tiba ujarnya kepada pengemis pikun.

   "Hei si pikun kecil, baik- baikkah dengan Kongsun Liang ?"

   Buru-buru pengemis pikun melompat bangun, lalu menjawab dengan sikap yang amat menghormat.

   "Pangcu kami berada dalam keadaan sehat wal-afiat, terima kasih banyak atas perhatianmu...."

   Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "Duduklah, selamanya aku tidak terlalu memperhatikan soal adat istiadat atau tata kehormatan"

   Buru- buru pengemis pikun mengucapkan terima kasih dan duduk kembali ditempat semula. Setelah menghela napas panjang, Thian-hiang Hui-cu kembali berkata.

   "Pikun kecil, diantara kalian suheng-te bertujuh, Kongsun Liang memang terhitung paling becus dan mampu, dulu aku pernah berkata kepada gurumu Ciang- liong- koay-siu (kakek aneh penakluk naga) Huyong Beng, bilamana perkumpulan Kay-pang bisa dipimpin oleh orang ini, maka Kay-pang pasti akan semakin besar dan jaya...."

   Setelah berhenti sebentar dan tertawa hambar, katanya lebih jauh.

   "Sekarang terbukti sudah, Kongsun Liang memang tidak menyia-nyiakan harapan gurunya"

   "Petunjuk berharga dari locianpwe, membuat boanpwe sekalian merasakan manfaatnya, hal ini sungguh membuat boanpwe sekalian merasa amat berterima kasih sekali."

   Kembali Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   "Pikun cilik, ketika aku berjumpa dengan kalian ditempat gurumu dulu, waktu itu kau masih berusia belasan tahun bukan? Kini enam puluh tahun sudah lewat, aaai...., benar- benar sudah tua....."

   Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu menjadi terkejut sekali, kalau didengar dari pembicaraan tersebut, bukankah berarti usia Thian-hiang Hui-cu telah mencapai seratus tahun lebih ? Tapi, kalau dilihat dari paras mukanya mengapa dia nampak seperti baru berusia tiga puluh tahunan? Sementara itu pengemis pikun buru buru bangkit berdiri sambil menyahut.

   "Boanpwe masih ingat kau orang tua....... enam puluh tahun belakangan ini, ternyata wajah cianpwa masih saka seperti sedia kala."

   "Pikun cilik, kaupun sudah menjadi pintar. sungguh patut diucapkan selamat, benar-benar pantas menerima selamat....."

   Kata Thian-hiang Hui-cu tertawa.

   Merah padam selembar wajah pengemis pikun setelah mendengar perkataan itu.

   Sedang oh Put Kui pun merasa geli, cuma dia tak berani mengeluarkan suaranya.

   Pelan-pelan Thian-hiang Hui-cu mengalihkan kembali sorot matanya keatas wajah oh Put Kui, kemudian katanya .

   "Nak, tadi kau bilang apa ? Kau mengatakan aku telah mengganggu ketenangan gurumu ? sudah lama sekali aku tak pernah pergi meninggalkan tempat ini, walau hanya selangkah pun."

   Mendengar perkataan tersebut oh Put Kui menjadi tertegun-"Kau orang tua......."

   Dengan kening berkerut dia segera menjura kepada Thian- hiang Hui-cu, kemudian lanjutnya .

   "Boancwe telah menemukan surat yang ditinggalkan guruku ditebung Cing-peng-gay, dalam surat itu dikatakan......"

   Ia berhenti sejenak.

   kemudian akhirnya membeberkan apa yang ditulis gurunya pada surat tersebut.

   Ketika mendengar isi tulisan tersebut, mendadak Thian- hiang Hui-cu tertawa tiada hentinya.

   Meskipun perempuan ini sudah berusia hampir seratus tahun lebih, namun gerak geriknya masih tak terlepas dari tingkah laku seorang gadis remaja, sehingga waktu tertawa ia nampak amat menawan hati.

   Dengan wajah termangu karena keheranan oh Put Kui segera bertanya .

   "cianpwe, mengapa kau tertawa ?"

   "Nak, kau keliru besar "

   "Maksud cianpwe, orang yang dimaksudkan suhuku dalam suratnya itu bukanlah dirimu ?"

   Tanya oh Put Kui agak sangsi.

   "Benar nak. yang dimaksudkan gurumu adalah seseorang yang lainnya......"

   Ketika mengucapkan perkataan itu, wajahnya menjadi murung dan sorot matanya memancarkan sinar duka, lanjutnya .

   "Kau keliru besar, orang itu bukan aku "

   Sekali lagi oh Put Kui berdiri termangu mangu sambil mengawasi wajah Thian-hiang Hui-cu tanpa berkedip.

   "Kau orang tua......"

   Ia tak tahu apa yang musti diucapkan, karena sianak muda itu benar-benar dibikin tertegun oleh keadaan yang sedang dihadapinya.

   sekali lagi Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang, katanya lebih lanjut "Nak, yang dimaksudkan gurumu sebagai kekasih lamanya bukan aku, cuma dia memang sangat mirip sekali wajahnya dengan diriku, maka orang persilatan banyak yang mengira dia sebagai aku "

   Hampir saja oh Put Kui tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, betulkah dalam dunia terdapat kejadian semacam ini ? sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dia berseru .

   "cianpwe, boanpwe benar-benar merasa kebingungan setengah mati........"

   "Nak, tentu saja kau akan merasa kebingungan-"

   Sahut Thian-hiang Hui-cu sambil tertawa.

   "selama banyak tahun ini, kecuali gurumu, aku dan perempuan itu, siapapun tak akan mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya........."

   Oh Put Kui memandang sekejap kearah pengemis pikun, kemudian manggut- manggut.

   "Locianpwe, bolehkah boanpwe menanyakan sumber dari persoalan ini?"

   "Tentu saja boleh,"

   Thian-hiang Hui-cu menghela napas panjang.

   "

   Sejak berjumpa dengan kau, aku sudah merasa senang denganmu nak. aku sudah merasa sedari dulu bahwa persoalan ini sudah seharusnya dibikin jelas."

   "Terima kasih banyak atas kesediaan locianpwe....."

   Buru- buru Oh Put Kui membungkukkan badannya memberi hormat. Dari balik sorot mata Thian-hiang Hui-cu tiba-tiba terpancar keluar sinar jengah seperti seorang gadis remaja, kemudian setengah menghela napas panjang dan tertawa ringan, katanya .

   "Nak. tahukah kau siapa nama preman dari gurumu itu ?"

   Dengan cepat Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Boanpwe tak pernah menanyakan soal ini,"

   Sahutnya. Thian-hiang Hui-cu segera berpaling kearah pengemis pikun dan bertanya pula "Pikun cilik, pernahkah kau mendengar seseorang yang bernama Thian-yang-yu-cu si pengembara dari ujung langit oh sian?"

   Pengemis pikun tercengang dan berdiri terbelalak, nama Thian-yang-yu-cu oh sian sudah lama termashur dalam dunia persilatan.

   Delapan puluh tahun berselang, bila nama tersebut disebut orang, maka setiap manusia pasti tahu, setiap manusia pasti pernah mendengar namanya......

   Dengan mengandalkan sebilah pedang, ia pernah membabat mampus delapan orang gembong iblis sekaligus.

   Sedang kedelapan orang gembong iblis itu rata-rata memiliki ilmu silat yang sepuluh kali lipat lebih lihay daripada kepandaian silat ketua dari pelbagai perguruan.

   Waktu itu, nasib seluruh umat persilatan hampir sebagian besar dikuasahi oleh kedelapan gembong iblis itu dan dikuasai sepenuhnya.

   Didalam suasana yang serba kritis dan kacau inilah, mendadak Thian-yang-yu-cu oh sian munculkan diri dalam dunia persilatan.

   Dengan kekuatan seorang diri ditambah sebilah pedang, dia segera mencari kedelapan orang gembong iblis itu dan menantang mereka untuk berduel sambil menentukan kehidupan masing-masing.

   Maka terjadilah suatu pertempuran sengit diatas bukit Thay-san tebing Thian-bun-sian, disitulah delapan orang gembong iblis tersebu


Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Rahasia Peti Wasiat -- Gan K L

Cari Blog Ini