Ceritasilat Novel Online

Munculnya Seorang Pendekar 3


Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id Bagian 3



Munculnya Seorang Pendekar Karya dari Tjan Id

   

   "Ie Heng terlampau banyak pikir, sekalipun orang she Thio itu mendatangkan bala bantuanpun, dikuatirkan dia tidak dapat mendatangkannya secara cepat."

   Muka Ie It Hui berubah merah, dengan cepat dia berkata .

   "Aku bukannya takut terhadap bala bantuannya, cuma aku merasa aneh."

   Lie Siauw Hiong karena kuatir telah banyak ber-tanya2, buru2 mengalihkan percakapannya sambil berkata .

   "Siauw- tee baru untuk pertama kali sampai dikota Bu Han, Ie Heng sudah lama mengembara dikalangan Kang-ouw, aku kira pengalamanmu sangat banyak, tapi belum tahu, apakah sekiranya Siauw-tee boleh turut ber-sama2 Ie Heng ?"

   Ie It Hui menjawab .

   "Hal itu sudah tentu saja boleh sekali."

   Kedua orang ini lalu keluar dari toko itu.

   Mereka tidak menggunakan kereta lagi, tapi berjalan kaki per-lahan2 dijalanan Bu Han, yang termasuk sebagai kota yang penting.

   Juga daerah Tiang-kang, bila ingin mengirim barang, selalu memusatkan pada kota ini.

   Di-jalan2 bukan main ramainya, namun hal itu lumrah saja.

   Lie Siauw Hiong yang berdiam dalam kamar batu selama sepuluh tahun, kagum sekal melihat keramaian tersebut, dan sekalipun dia mempunyai kepandaian bagaimana tinggipun, pasti merasa girang sekali melihat suasana demikian.

   Kedua orang ini pergi minum disalah satu rumah makan, lalu mereka berjalan pulang.

   Sewaktu pelayannya melihat majikan mereka sudah kembali, lekas2 pergi menyambutnya sambil berkata .

   "Loo-ya (tuan majikan) sudah pulang ?"

   Lie Siauw Hiong manggutkan kepalanya. Pelayan toko itu berkata pula .

   "Tadi ada dua Tuan2 datang mencari Loo- ya, yang satu she Hwan, sedangkan yang satu lagi she Beng, hamba yang rendah mengenali dan mereka adalah pemimpin Piauw Kiok yang terkenal dikota ini, hamba lalu mempersilahkan mereka masuk. Sekarang mereka masih berada didalam."

   Lie Siauw Hiong tertawa lalu membalikkan badannya dan berkata pada Ie It Hui .

   "Tidak disangka yang hari ini Beng Piauw-thauw (orang she Beng yang memimpin Piauw Kiok) dan Hwan Piauw-thauw datang bertandang kemari."

   Sehabis berkata demikian, dia bersama Ie It Hui lalu berjalan masuk. Ketika Hwan Tie Seng melihat kedua orang itu berjalan masuk, ia tertawa besar sambil berkata .

   "Kalian berdua ternyata gemar sekali jalan2, hari masih pagi sekali telah menuju ke Hong Lim Pang."

   Lie Siauw Hiong berkata .

   "Hwan-heng jangan tertawakan kami. Hanya kalian sudah lama menunggu, Siauw-tee sungguh merasa tidak enak sekali."

   Mendengar hal itu, keempat orang tersebut lalu pada tertawa gembira. Se-konyong2 Beng Pek Kie berkata kepada Ie It Hui .

   "Kedatangan kami kemari hari ini adalah kecuali untuk membalas kunjungan Lie Heng tempo hari, kami masih ada satu perkara besar yang hendak diberitahukan kepada Ie Heng."

   Kemudian Beng Pek Kie berkata pula .

   "Manusia aneh Chit-biauw-sin-kun yang sepuluh tahun yang lampau namanya sangat terkenal sekali dikalangan Kang-ouw, Se- konyong2 sudah muncul kembali kemarin malam dikota Bu Han !"

   Mendengar hal itu, muka Ie It Hui tampak berubah, kemudian dia berkata .

   "Ah, aku kira hal itu tidak mungkin terjadi. Menurut penuturan guruku tempo hari, pada sepuluh tahun yang lalu digunung Ngo-hoa-san, Chit- biauw-sin-kun sudah kena pukulan guruku satu kali, disamping itu diapun sudah tertotok dua jalan darahnya yang paling berbahaya oleh ahli waris tingkat ketujuh dari murid partai Tiam-cong. Oleh karena itu, mustahil amat dia masih dapat hidup sampai sekarang ?"

   Beng Pek Kie segera berkata pula .

   "Tetapi omongan ini sungguh merupakan satu kenyataan yang tak mungkin dapat dipungkiri lagi oleh siapapun. Siauw-tee mempunyai seorang kawan karib, kawan karib Siauw-tee itu bernama Kang-lie-pek-liong Sun Tiauw Wan, aku kira Ie Heng pun pernah juga mendengar nama orang tersebut, bukan ? Kemarin malam justeru dia sendiri dengan mata kepala sendiri telah menyaksikan munculnya Chit-biauw-sin-kun tersebut."

   Muka Ie It Hui berubah menjadi tak sedap dipandang mata, sebaliknya Lie Siauw Hiong yang duduk disampingnya, hanya bersikap pura2 saja mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Beng Pek Kie lalu berkata pula .

   "Hari ini pagi2 sekali Sun Tiauw Wan datang mengunjungi aku, kedatangannya sekali ini khusus untuk memberitahukan soal tersebut kepadaku, dan sekalian memberi peringatan terhadapku, supaya aku ber-hati2, karena menurut perhitungannya, tidak lama lagi dikalangan Kang-ouw pasti akan terbit kegemparan besar."

   Dari samping Hwan Tie Seng turut berkata .

   "Sebenarnya Sun Heng terlampau banyak memikir yang bukan2 saja, sekalipun terbit kegemparan yang bagaimana besarpun, pasti sekali hal itu tidak akan sampai membenturmu maupun aku. Biarkan saja mereka berebutan mempertahankan kejantanan mereka, hal itu mana ada sangkut-pautnya dengan diri kita ?"

   Pada saat itu Lie Siauw Hiong pura2 bingung dan lalu berkata .

   "Dikalangan Bu-lim Siauw-teepun pernah mendengar orang mengatakan, tentang terdapatnya seorang yang berjulukan Chit-biauw-sin-kun. Kepandaiannya tak ada tandingannya didunia Kang-ouw ini, oleh karena itu, mana ada orang lain yang bisa memenangkannya?"

   Hwan Tie Seng lalu berkata .

   "Mengenai orang tersebut, beberapa hari ini orang2 dikalangan Kang-ouw kuatir sekali. Mendengar namanya saja orang2 pada berubah mukanya. Orang hanya mengetahui bahwa dia she Kim, namanya Ie, julukannya ialah Thian-mo (setan laknat), tapi orang tidak mengetahui asal-usulnya, begitu pula tidak tahu siapa gurunya. Dia baru saja beberapa tahun ini muncul dalam kalangan Kang-ouw, tapi beberapa tindakannya mengejutkan sekali. Menurut ceritera, bukan saja kepandaiannya sangat tinggi, tetapi tabiatnyapun sangat kejam sekali dan tamak, dan segala tindak-tanduknya sulit diduga. Beng-cu (kepala persekutuan) Pat-kwa-yu-sin-ciang Ouw Toa Cie yang berkuasa di Holam dan Hopak, entah telah berbuat salah apa terhadapnya, sehingga menimbulkan murkahnya, yang disusul dengan pembunuhan terhadapnya berikut anak buahnya. Pada saat itu dimedan pertempuran masih terdapat ahli pedang yang sangat ternama dibagian utara, yaitu Pat-pouw-kan-sian Kouw Jie Kong bersama Ngo-houw-toan-bun-to Pheng Thian Kie, tapi ketiga orang yang sangat ternama ini tidak berdaya sama sekali terhadapnya, malahan mereka kena dicelakakan juga. Dan meskipun Chit-biauw-sin-kun kini telah merampas orang perempuannya, dia sendiri mustahil terima kejadian ini dengan berpeluk tangan saja ?" (Oo-dwkz-oO)

   Jilid 05 Dengan mengeluarkan suara "Oh", Ie It Hui berkata pada Lie Siauw Hiong .

   "Tak disangka kemarin malam disebabkan wanita muda itu, Chit-biau-sin-kun telah turun tangan sendiri !"

   Setelah berdiam diri sejurus lamanya, dia lalu berkata lagi .

   "Rupanya Chit-biauw-sin-kun telah menerjunkan dirinya kembali kedalam kalangan Kang-ouw. Hal yang tak diduga-duga ini, menarik perhatianku kembali. Siauw-tee setelah menyelesaikan perkara ini, segera akan kembali ke Kong-tong, untuk memberitahukan hal ini pada guruku, bahwa pertempuran seru yang akan berlangsung antara Kim Ie dan Chit-biauw-sin-kun, tidak menjadi suatu kegembiraan dihati Siauw-tee untuk menyaksikannya."

   Dalam hatinya diam-diam Lie Siauw Hiong memaki pada Ie It Hui, sambil berkata pada dirinya sendiri .

   "Kau ingin melihat pertarunganku, yang kalau dibandingkan denganmu, pasti akan lebih ramai."

   Sambil menarik napas panjang lalu Beng Pek Kie berkata .

   "Dikalangan Bu-lim beberapa puluh tahun belakangan ini, suasananya sudah mulai tenang, dan disamping ketenangan itu, aku berkeyakinan pada suatu hari pasti akan terbit suatu peristiwa besar. Dugaanku ternyata tidak meleset barang sedikitpun juga. Begitu pula kemarin dikalangan Kang-ouw juga telah terbit satu perselisihan yang besar pula. Peristiwa diantara kelima ahli waris belum lagi reda, atau sekarang bertambah pula dengan Chit-biauw-sin-kun yang telah menampakkan dirinya kembali dikalangan Kang-ouw, ditambah lagi dengan Kim Ie !"

   Hwan Tie Seng dengan menunjukkan muka yang kesal sekali lalu berkata .

   "Kekalutan didalam kalangan Kang- ouw tak gampang diselesaikannya. Tahun yang lalu Hay- thian-siang-sat sebagai pemimpin dari sembilan jago dari Kwan Tiong, yaitu Thian-can dan Thian-hui kakak beradik, menurut kabar angin mengatakan bahwa mereka sudah ingin menjagoi didunia Kang-ouw. Kita yang membuka Piauw Kiok dan hidup dari pekerjaan tersebut sesungguhnya sangat berbahaya sekali. Bila demikian kejadiannya, hal kita ini rasanya sukar dipertahankan terlebih lama lagi."

   Lie Siauw Hiong yang mendengar nama Hay-thian- siang-sat, tidak terasa lagi badannya menjadi agak bergidik.

   Syukur juga ketiga kawannya tengah memikirkan persoalan mereka masing-masing, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan gerak-gerik kawan mereka ini.

   Dalam pada itu Lie Siauw Hiong dengan tiba-tiba bertanya .

   "Hay-thian-siang-sat itu apakah sesungguhnya ingin memasuki dunia Kang-ouw kembali ?"

   Dengan perasaan yang terheran-heran Hwan Tie Seng lalu memandang kepadanya, kemudian barulah menjawab .

   "Lie Heng terhadap tokoh-tokoh dalam kalangan persilatan, kenapa saudara ingin mengetahuinya begitu mendalam ? Syukur juga Lie Heng sendiri bukan seorang dari golongan Kang-ouw, hingga meski peristiwa didalam kalangan Kang- ouw bagaimana hebat sekalipun, pasti tidak akan mengakibatkan diri Lie Heng tersangkut didalamnya."

   Lie Siauw Hiong kemudian tertawa, dengan Hwan Tie Seng sama sekali tidak menduga apakah arti tertawaan kawannya ini.

   Setelah berselang pula tiga hari, begitu hari menjelang malam, Ie It Hui lalu duduk dikamarnya untuk mengatur pernapasannya.

   Lie Siauw Hiong yang melihatnya, tidak terasa lagi dengan diam-diam mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu dia berkata didalam hatinya .

   "Tidak heran nama Ie It Hui ini begitu terkenal didunia Kang-ouw. Sekalipun dia bersifat angkuh, tapi sewaktu menghadapi lawan-lawannya yang tangguh, sedikitpun dia tidak gugup atau berlaku lengah."

   Tidak sampai setengah jam kemudian, Ie It Hui telah dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna, yaitu menaruh dengan hati-hati dipunggungnya sebilah pedang panjangnya.

   Sebelumnya dia telah mencoba-coba terlebih dahulu, apakah pedangnya itu tidak menghambat kelancaran gerakannya.

   Setelah merasakan segala sesuatunya sudah beres, lalu dia berjalan keluar dari dalam kamarnya.

   Sementara itu dibawah sinar bulan purnama Lie Siauw Hiong berjalan mondar-mandir dipekarangan menantikan kedatangan Ie It Hui.

   Sebelumnya Ie It Hui dari dalam kamarnya melihat Lie Siauw Hiong berjalan mondar- mandir dipekarangan, lalu dia bertanya .

   "Lie Heng mengapa tidak siang-siang pergi beristirahat ? Kepergian Siauw-tee sekali ini, meski apapun yang akan terjadi, Siauw-tee harap Lie Heng jangan kuatir, hanya Lie Heng disini supaya berlaku tenang-tenang saja."

   Kemudian Lie Siauw Hiong berkata dalam hatinya .

   "Orang ini ternyata simpatik juga tampaknya, dia mengira aku kuatir akan sesuatu."

   Begitu pikiran ini terlintas dikepalanya, dibelakang hari Ie It Hui memperoleh tidak sedikit faedah dari perbuatannya ini. Hal ini sedikitpun tidak pernah disangka- sangka oleh Ie It Hui sendiri. Dengan tertawa Lie Siauw Hiong berkata .

   "Apakah Ie Heng tidak mengetahui bahwa Siauw-tee sangat gemar akan ilmu silat. Dimana saja ada keramaian tentang persilatan, Siauw-tee tidak akan melewatkan kesempatan untuk melihatnya."

   Sambil menggoyang-goyangkan tangannya Ie It Hui lalu berkata .

   "Lie Heng sekali-kali tidak boleh turut pergi, kau harus menginsyafi sendiri, tenaga untuk mengikat ayampun tidak Lie Heng milik. Kuharap Lie Heng jangan pergi menyaksikan keramaian tersebut, karena Siauw-tee kuatir sekali yang Siauw-tee tidak dapat menjaga keselamatan diri Lie Heng. Siauw-tee kuatir, lawan-lawan Siauw-tee akan melukai diri Lie Heng. Niat Lie Heng ini, tidak Siauw-tee benarkan."

   Lie Siauw Hiong lalu berkata pula .

   "Sekalipun Ie Heng tidak mau mengajak Siauw-tee pergi, namun Siauw-tee tetap pergi. Siauw-tee percaya bahwa lawan-lawan Ie Heng tak akan mengganggu Siauw-tee, karena Siauw-tee tak pernah bermusuhan dengan mereka."

   Dengan menarik napas Ie It Hui lalu berkata lagi .

   "Karena Lie Heng mempunyai pendirian yang demikian teguhnya untuk menyaksikan keramaian persilatan tersebut, Siauw-tee pun tidak dapat menolaknya, hanya Siauw-tee beritahukan pada Lie Heng, pada waktu Siauw-tee sedang bertempur nanti dengan musuh, Siauw-tee minta dengan sangat agar Lie Heng jangan sekali-kali campur tangan. Jadi Lie Heng hanya saya izinkan menyaksikannya saja."

   "Hal ini sudah tentu akan Siauw-tee perhatikan,"

   Jawab Lie Siauw Hiong.

   Sesudah itu Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui lalu naik kereta, mereka menuju kepantai dengan amat tergesa-gesa.

   Sebelumnya Lie Siauw Hiong sudah menyediakan kapal untuk dipakai menyeberang.

   Dari pantai sampai keseberang sana memakan tempo satu jam.

   Oey-ho-lauw letaknya persis disamping perhentian pantai, ditanah lapang dibawah loteng itu, pada siang hari banyak sekali kaum pedagang berkumpul disitu memperjual belikan barang dagangannya, tapi pada saat tengah malam tempat itu tampak kosong melompong, tak kelihatan bayangan seorang manusiapun, maka dengan perasaan yang penuh keheran-heranan Ie It Hui berkata .

   "Mengapa murid-murid partai Bu-tong belum juga seorangpun jua yang datang, rupanya mereka yang bersifat sombong ini, bila ditantang tidak kelihatan batang hidungnya seorangpun. Hal ini sangat memalukan kalangan Kang-ouw benar."

   "Bu-tong-pay sudah lama terkenal kedudukannya sebagai pemimpin dari partai-partai lainnya di Tiong-goan, sudah tentu mempunyai ciri-ciri yang luar biasa,"

   Jawab Lie Siauw Hiong sambil tersenyum sinis.

   Mendengar jawaban kawannya ini, Ie It Hui hanya dapat mengeluarkan suara 'hmmm' saja, sedang didalam hatinya rasa bencinya terhadap partai Bu-tong bertambah dalam saja.

   Kedua orang ini merasa tidak sabaran menantikan kedatangan lawannya.

   Tiba-tiba pada saat itu sekonyong- konyong Lie Siauw Hiong, dari jarak yang begitu jauh melihat bayangan tiga orang yang tengah berlari-lari kearah mereka, hingga dengan tak disengaja dia, berkata sambil menunjuk kearah bayangan orang itu .

   "Sudah datang, itu dia sudah datang !"

   Mendengar perkataan kawannya ini, segera Ie It Hui memandang kearah yang dikatakan kawannya ini.

   Didalam hati ia berpikir, mengapa dia sendiri sedikitpun belum melihat kedatangan lawannya, sedangkan kawannya sudah mengetahuinya? Dia merasa amat kagum akan ketajaman mata Lie Siauw Hiong, karena ternyata lebih tajam daripada matanya sendiri.

   Sebaliknya ketiga lawan mereka juga telah melihat kedatangannya.

   Dari kejauhan tampak tubuh mereka datang berkelebat dengan pesatnya.

   Sekalipun jarak antara mereka tidak terlampau jauh, dalam waktu sekilas saja lawan mereka sudah tiba dekat mereka.

   Ie It Hui melihat bahwa yang maju paling depan adalah orang yang paling terkemuka sekali dari angkatan muda partai Bu-tong, yaitu Sin-ho Ciam Peng dan orang yang kedua adalah murid pertama dari partai Bu-tong, yaitu Leng-hong-kiam-khek.

   Orang yang paling akhir ini adalah orang yang menertibkan gara-gara atas perselisihan mereka itu, yaitu Kin-biauw-kiu-kong-kiam Thio Tie Hoa.

   Dalam hatinya Ie It Hui berpikir .

   "Tak disangka hari ini Ciam Peng dan Leng-hong-kiam-khek datang berbareng. Menurut pendengarannya, kedua orang ini adalah murid- murid terpandai dari partai Bu-tong, bila sampai kejadian dia bertempur dengan mereka satu lawan satu, mungkin dia masih dapat menandinginya, tapi bila mereka berdua maju secara berbareng, maka kesudahannya sukar dapat diramalkan."

   Ie It Hui tak menduga kedatangan Leng-hong-kiam-khek dan Sin-ho Ciam Peng sekali ini.

   Sebelum berangkat, mereka sudah mengambil keputusan yang pasti sekali, apapun akibatnya, mereka akan berdaya upaya melabrak Ie It Hui habis-habisan.

   Pada beberapa tahun belakangan ini, sekalipun partai Bu-tong masih tetap sebagai partai pemimpin dalam dunia Kang-ouw, tapi menurut kenyataannya, setelah Li Gok sebagai pemimpin dan ahli waris dari partai Kong-tong dapat beruntun-runtun mengalahkan lawan-lawannya dalam pertempuran dipuncak gunung Thay-san yang semuanya terhitung ahli lwee-kang (ahli tenaga dalam) dan merebut gelar 'Ahli pedang nomor satu sejagat', pengaruh maupun kedudukannya dibeberapa tempat malah jauh melampaui ketenaran dari partai Bu-tong tersebut.

   Memang perhubungan antara partai Bu-tong dan Kongtong secara tidak disengaja telah terbit perselisihan yang mendalam satu sama lain.

   Partai Kong-tong tidak puas terhadap partai lawannya Bu-tong yang masih tetap disebut-sebut sebagai pemimpin partai-partai dan dikalangan dunia rimba hijau sebagai pemimpin umum, begitu pula sebaliknya, partai Bu-tong tidak senang pengaruh dan kedudukan partai Kong-tong, kian hari kian meluas dan kedudukannya bertambah kuat, itulah sebabnya antara kedua partai telah terbit perselisihan dan permusuhan yang tambah hari tambah menghebat.

   Sebenarnya perhubungan antara kedua partai tersebut sudah lama sekali berjalan baik, tapi pada akhir-akhir ini telah timbul persengketaan yang berlarut-larut, disamping itu perhubungan merekapun kini sudah amat retak sekali, tapi belum terputus sama sekali.

   Didalam partai Bu-tong yang paling terkemuka adalah Ciam Peng.

   Karena dia merasa dirinya sendiri yang paling pandai, maka tabiatnyapun agak sombong, harus diakui yang dia memang mempunyai bakat yang luar biasa sekali, ditambah lagi dia sangat rajin belajar, sekalipun umurnya belum lanjut benar, dia sudah mewarisi seluruh pelajaran asli dari partai Bu-tong.

   Setiap saat dia berangan-angan untuk membuat satu hal yang mengejutkan dunia Kang- ouw.

   Dia ingin melakukan tindakan ini pertama disebabkan .

   dia ingin mengangkat namanya sendiri agar menjadi terkenal dikalangan rimba hijau; kedua .

   untuk membuat nama partainya menjadi harum kembali dan diakui kembali sebagai pemimpin diantara partai-partai.

   Disamping itu partai-partai seperti Tiam-cong, Go-bie, Kun-lun juga mempunyai keahlian-keahlian tersendiri, mereka inipun sedang berusaha pula untuk menjagoi dikalangan rimba hijau untuk menjadi pemimpin umum, mereka ini setiap saat bersiap-siap untuk menantikan kesempatan baik, tapi sebegitu jauh kesempatan itu belum juga kunjung datang.

   Bwee San Bin pada sepuluh tahun belakangan ini namanya tidak pernah disinggung-singgung, kedudukan yang sangat menguntungkan ini dikalangan Kang-ouw, mana dapat membohonginya.

   Terhadap kelima pemimpin partai tersebut, San Bin sangat benci sekali.

   Belakangan setelah ia berhasil mendidik Lie Siauw Hiong sehingga menjagoi didunia Kang-ouw, tentu saja dia sudah merencanakan untuk menebus kembali sakit hati terhadap lawannya yang dilakukannya dipuncak gunung Ngo-hoa-san, tapi dia sendiri menginsyafi, bila hanya mengandalkan tenaga Lie Siauw Hiong seorang untuk menghadapi kelima ahli waris dari dunia Kang-ouw, tentu saja tidak mungkin, maka Bwee San Bin sudah mengajarkan pada Lie Siauw Hiong bagaimana ia harus menjalankan rencananya, yaitu membiarkan diantara kelima ahli waris partai saling bunuh, kemudian barulah merobohkan mereka satu persatu.

   Memang tabiat Bwee San Bin sangat aneh sekali, lebih- lebih setelah tenaga dalamnya menjadi punah sama sekali, barulah dia merencanakan tipu macam demikian.

   Sekiranya dia tidak berbuat demikian, gelombang yang hebat pasti akan terbit dalam kalangan Kang-ouw dan sudah tentu banyak sekali yang akan menjadi korban, apa lagi Lie Siauw Siong masih hijau sekali dalam pengalaman dan ditambah lagi dia hanya seorang diri saja, juga pandangannya tentu saja masih belum begitu luas.

   (Oo=dwkz=oO) Ie It Hui yang menampak kedatangan Leng-hong-kiam- khek, Ciam Peng dan Thio Tie Hoa, hanya tertawa dingin dan lalu berkata .

   "Aiya, tidak disangka, tidak diduga, Siauw-tee yang dalam kalangan Kang ouw hanya seorang yang biasa saja, telah menyebabkan serta menyibukkan Leng-hang-kiam-khek dan Ciam Peng kedua pendekar besar sampai membuang tempo kalian yang berharga untuk menjumpai aku."

   Ciam Peng tidak menunggu lagi Su-heng (kakak seperguruannya) berkata, sebaliknya ia sudah mendahului membuka mulut .

   "Nama Kong-tong Sam-coat-kiam telah menggetarkan dunia persilatan, oleh karena itu, mana mungkin kau mau memandang pada partai kami Bu-tong ? Aku datang kemari setelah mendengar penuturan Su-teeku (adik seperguruan), sekalipun kami mengetahui bahwa kepandaian ilmu pedang kami sangat kacau balau dan tidak berguna. Dari itu, sudah barang tentu bukan menjadi tandingan dari ahli pedang partai Kong-tong. Hanya aku orang she Ciam tanpa mengukur kekuatan dan kepandaianku, aku bersedia untuk menerima pengajaranmu."

   Ie It Hui lalu memandang pada Thio Tie Hoa yang berdiri disamping sambil tertawa dingin karena ia yakin tentu dialah yang membusukkannya.

   Sifatnya sangat angkuh, memang dia ingin sekali untuk menempur murid- murid partai Bu-tong.

   Oleh karena itu, hal ini sungguh kebetulan sekali baginya, lalu sambil tertawa dingin pula iapun berkata .

   "Ciam Tay-hiap sungguh berlaku sangat sungkan sekali. Aku yang tak pandai bercakap-cakap, sungguh merasa sulit sekali, kata-kata apa yang sebaiknya kuucapkan, maka dari itu, dengan sangat terpaksa aku berbalik meminta pengajaranmu saja."

   Hal itu berarti walaupun aku tidak dapat bercakap sepandaimu, tapi kepandaianku belum tentu berada disebelah bawah kemampuanmu.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Leng-hong-kiam-khek dan Sin-ho Ciam Peng yang sudah lama juga bergelandangan dikalangan Kang-ouw, segera paham apa maksud perkataan lawannya itu.

   Dengan tertawa dingin Leng-hong-kiam-khek lalu berkata .

   "Ie Tay-hiap sungguh seorang yang arif bijaksana, hingga segala perkataanmu cocok sekali dengan watakmu, oleh karena itu, yang lebih baik dari ini aku kira tidak ada lagi."

   Sambil berkata begitu, matanya dilirikkannya kearah Lie Siauw Hiong, dan setelah berdiam diri sejurus lamanya, barulah dia berkata .

   "Tuan ini ..."

   Ie It Hui segera berkata .

   "Tuan ini adalah seorang kawanku yang bernama Lie Siauw Hiong, karena dia sudah lama mengagumi nama baik dari partai Bu-tong, teristimewa dalam ilmu pedangnya, maka dengan khusus dia datang untuk menyaksikannya."

   Thio Tie Hoa pun segera memotong perkataannya .

   "Orang ini adalah yang tempo hari pernah ku-singgung pada Su-heng yaitu Lie Heng."

   Leng-hong-kiam-khek hanya mengeluarkan perkataan 'oh' saja, lalu dia memandang lagi pada Lie Siauw Hiong sejenak, dan dengan tersenyum-senyum lalu dia merangkapkan sepasang kepalannya memberi hormat pada Lie Siauw Hiong.

   Lie Siauw Hiong pun dengan tertawa sopan membalas hormatnya.

   Ciam Peng segera maju kemuka sambil berkata .

   "Marilah aku minta pengajaran Ie Tay-hiap barang beberapa jurus."

   Kedua orang ini walaupun pada akhirnya tampaknya sangat hormat menghormati, tapi pada batinnya masing- masing mengandung perasaan kebencian yang memuncak, maka dikalbu masing-masing pihak terselip pula perasaan membunuh lawannya jika ada kesempatan terluang.

   Dalam pada itu mereka sedang sama-sama berpikir bagaimana cara yang hendak dipakainya untuk menjatuhkan lawannya masing-masing.

   Kedua orang ini tidak berkata-kata lagi, mereka sedang memusatkan semangat mereka pada satu tujuan, meneliti pihak lawannya dengan penuh kewaspadaan, agar supaya pihak lawannya tidak sampai menyerobotnya terlebih dahulu.

   Pada saat itu Lie Siauw Hiong sudah berdiri jauh-jauh dari situ, seakan-akan dia takut akan sinar pedang mereka yang sedang bertempur itu nanti jatuh keatas kepalanya.

   Dalam saat mereka sedang menantikan lawannya bergerak, tiba-tiba dari pinggir pantai tampak beberapa orang yang sedang berlari-lari, menuju ketempat dimana orang akan mengadu kepandaian.

   Dari cara lari mereka segera dapat diketahui, bahwa kepandaian merekapun tidak rendah.

   Muka Ciam Peng segera berubah dan lalu bertanya .

   "Ie Tay-hiap ternyata tidak sedikit mengundang kawan-kawan, ya ?"

   Ia berkata demikian sambil tertawa dingin.

   Ie It Hui sendiripun merasa heran sekali atas kedatangan orang-orang itu.

   Beberapa orang ini setelah datang ditempat mengadu kepandaian silat itu, lalu mereka berhenti berlari.

   Mereka berdiri disamping.

   Ie It Hui yang melihat kedatangan mereka itu, segera dia kenali bahwa mereka itulah Hwan Tie Seng, Beng Pek Kie dan beberapa orang dari kota Bu Han yang mempunyai nama terkenal juga dikalangan Kang-ouw.

   Beberapa orang ini memang kenal dengannya.

   Ie It Hui lalu merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.

   Kedatangan mereka ini semata-mata untuk menyaksikan keramaian saja.

   Ie It Hui yang mendapat kesempatan baik ini, tidak ingin dia melepaskan begitu saja, sambil tertawa dingin dia lalu berkata .

   "Aku orang she Ie sekalipun kepandaianku tidak cukup sempurna, tapi sekali-kali tidak akan mendatangkan bala bantuan untuk membantuku dalam pertempuran ini."

   Adapun maksud dari perkataan yang sebenarnya ialah ia seakan-akan berkata .

   "Aku orang she Ie hanya datang seorang diri saja, tetapi kamu datang tidak terbatas hanya seorang saja."

   Sambil tertawa dingin muka Ciam Peng kelihatan menjadi biru, kakinya segera ditarik dan tangannya memegang pedangnya erat-erat, kemudian menyabutnya keluar dari sarung pedangnya sambil berseru .

   "Awas serangan,"

   Kemudian pedang itu segera mengikuti gerak badannya maju kemuka.

   Gerakannya ini sangat ringan dan hebat sekali, dengan hanya mengeluarkan sinar kebiru- biruan, pedang itu meluncur kejurusan pundak lawannya.

   Partai Bu-tong memang terkenal sebagai golongan lwee- kee dalam ilmu pedang, tentu saja kepandaian pedangnya ini sangat luar biasa pula, tapi serangan Ciam Peng sekali ini dilakukan dengan gerak pura-pura saja.

   Dia belum lagi mengeluarkan jurus-jurus istimewa dari ilmu pedangnya itu.

   Ie It Hui memperhatikan sampainya ujung pedang itu, ditunggunya sampai pedang itu telah tiba dekat betul kepadanya, barulah dia segera menarik mundur kakinya .

   satu langkah, kakinya itu lalu digerakkannya separuh berputar, ketika sinar pedang itu lewat dari pinggir badannya, kemudian satu sinar berkelebat, entah dari mana dia telah menggenggam sebatang pedang panjang ditangannya.

   Dengan sekali bergerak saja dia telah mempertunjukkan jurus 'Huy-liong-cee-hian (naga terbang mengunjukkan diri) dari ilmu pedang 'Siauw-yang-kiu-it-sek' dari partai Kong- tong.

   Dan dengan pergerakannya itu dia telah memperlihatkan pada orang banyak yang dia sudah mencapai tingkat yang sempurna dalam ilmu pedangnya itu.

   Tipu 'Siauw-yang-kiu-it-sek' ini adalah yang tempo hari dipergunakan oleh Li Gok, dia dengan menuruti ilmu pedang asli dari partai Kong-tong itu, lalu kemudian dia ubah menjadi lehih sulit dan rumit, dengan tipunya ini Li Gok pada sepuluh tahun yang lalu telah berhasil mendapatkan gelar sebagai 'ahli pedang nomor satu sejagat', dengan melihat caranya ini teranglah bahwa ilmu tersebut bukanlah ilmu sembarangan.

   Sekali orang mengadu kepandaian diantara jago-jago itu, begitu turun tangan saja, sudah dapat diketahui apakah lawannya itu sesungguhnya mempunyai kepandaian tinggi atau tidak.

   Demikian pula halnya Ie It Hui, sekali ia mengeluarkan jurusnya tersebut, Ciam Peng sudah mengetahui yang pada hari itu dia sesungguhnya tengah berhadapan dengan seorang lawan yang pandai dan berat.

   Maka dengan memiringkan badannya dia lalu membabat pergelangan tangan lawannya dari sebelah bawah keatas.

   Jurusnya ini dilakukan beruntun-runtun, namun demikian sekalipun dia menyerang berturut-turut, serangannya ini tidak kelihatan kegugupannya, hal itu sungguh cara yang paling sempurna yang dapat dipakai oleh orang-orang atau murid-murid dari partai Bu-tong.

   Dengan sportif lalu Ie It Hui berkata .

   "Ilmu pedang yang bagus,"

   Lantas dia balas menyerang lawannya dengan ganas, disamping itu dia tidak lupa menjaga dirinya rapat- rapat dengan pedangnya sehingga membentuk satu lingkaran disekeliling badannya untuk menjaga serangan lawannya.

   Sinar pedangnya yang kelihatan berkelebat-kelebat itu, kemudian tampak sebentar keatas sebentar kebawah, menyerang kearah lawannya, yang sesungguhnya merupakan salah satu jurus 'Sin-liong-hian-bwee' (naga sakti memperlihatkan ekornya) dari tipu 'Siauw-yang-kiu-it-sek'.

   Ciam Peng mengeluarkan suara siulannya, Leng-hong- kiam-khek yang berdiri disampingnya, mengetahui yang Su- teenya ini sudah mulai naik darah, itulah sebabnya mengapa Ciam Peng memperoleh gelaran 'Sin-ho', sebab sudah menjadi kebiasaannya, sebelum dia membunuh orang, terlebih dahulu dia mengeluarkan suara siulannya ini, benar saja sesudah bersiul itu tampak pedangnya diputar-putar bagaikan bianglala saja mengurung lawannya.

   Setiap serangan yang dilancarkannya selalu diarahkannya ketempat-tempat yang berbahaya dari badan lawannya.

   Menyaksikan pertempuran macam ini, sungguh cocok sekali dengan keinginannya sendiri, karena dia mengetahui, sekali salah satu orang menderita luka-luka, maka jalan damai tak mungkin dapat dipergunakan lagi.

   Ilmu pedang kedua orang ini masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, seperti tipu 'Siauw-yang-kiu-it- sek' yang dipakai oleh Ie It Hui, sungguh-sungguh mengejutkan orang sebab setiap serangannya selalu disertai angin yang bersuitan kerasnya.

   Tapi partai Bu-tong dengan menggunakan 'Kiu-kiong- lian-hwan-kiam' (ilmu pedang berantai) yang beberapa puluh tahun lawannya disebut-sebut sebagai leluhurnya ilmu pedang dikalangan Kang-ouw pun tidak lemah, sebab setiap jurus dilakukan dengan amat mantap serta dilakukan secara berantai, seperti juga air sungai Tiang-kang yang tidak putus-putusnya mengalir.

   Sekali kedua orang ini turun tangan, sebentar saja sudah sepuluh jurus lebih dilewatkan, orang banyak yang menyaksikan hal itu hanya melihat sinar pedang berkelebat kian kemari tak putus-putusnya, sedangkan sinar pedang memenuhi angkasa.

   Hanya Lie Siauw Hiong seorang saja yang menyaksikan ilmu pedang tersebut merasa bahwa partai Kong-tong dan Bu-tong memperoleh nama yang tersohor dikalangan Kang- ouw bukanlah didapatkan dengan secara kebetulan saja.

   Diam-diam dia memperhatikan setiap serangan yang dilancarkan oleh kedua orang ini, dia merasa sekalipun ilmu pedang kedua orang itu tampaknya sangat rapat, tapi masih terdapat lowongan yang terbuka.

   Dalam hal ini bila bukan seorang yang ahli dalam ilmu pedang, lowongan itu tak mungkin dapat terlihat begitu saja.

   Diam-diam dia tersenyum seorang diri, lantas dia mengerti yang ilmu pedang 'Kiu-cie-kiam-hoat' sekalipun tampaknya tidak berguna, tapi khusus untuk dipergunakan melawan ilmu pedang tersebut.

   Sewaktu Bwee San Bin menciptakan ilmu tersebut, dia setelah bersusah payah berapa tahun lamanya, barulah terbentuk ilmu tersebut.

   Waktu dia pertama kali berhasil membentuk ilmu tersebut, sebelumnya dia sudah memahami titik kelemahan ilmu pedang dari tiap-tiap partai.

   Sepuluh jurus telah berlalu pula, sedangkan kedua orang ini masih belum ketahuan yang mana yang akan menang dan yang mana pula yang akan kalah.

   Selagi mereka bertanding satu sama lain, tiba-tiba sebagian besar awan gelap gulita, sedangkan sinar pedang masing-masing bertambah menyeramkan saja tampaknya.

   Sesaat kemudian dengan secara mendadak hujan besar turun dengan derasnya bagaikan ditumpahkan dari langit.

   Orange yang sedang menyaksikan pertempuran itu segera berlari-lari kebawah loteng Oey-ho-lauw untuk menghindarkan diri mereka dari serangan hujan besar itu, tapi kedua orang yang sedang melangsungkan pertempuran tersebut, tetap saja bertarung mati-matian dibawah hujan deras itu.

   Kedua orang ini boleh dikatakan telah menunjukkan kepandaian yang lihay sekali dari keturunan kedua masing- masing partai mereka, yaitu Bu-tong dan Kong-tong, sekalipun mereka ini bukan ahli waris dari masing-masing partai mereka, tetap mereka memandang sangat penting pertempuran sekali ini, sedikitpun tidak mereka acuhkan hujan yang turun sangat lebatnya itu.

   Serta merta diantara suara hujan itu terdengar suara orang menyanyi .

   "Dahulu ada seorang bernama Kiang Thay Kong, sampai umur tujuh puluh masih tidak berguna, sambil memikul terigu dia berjualan dijalan-jalan, tiba-tiba terbit hujan dan angin ..."

   Para penonton pertempuran itu merasa sangat takjub, karena mengapa dibawah hujan lebat begini dan malam yang demikian larutnya dan gelap gulita masih ada orang yang bernyanyi.

   Suara nyanyian itu makin lama makin dekat, lalu diantara hujan itu tampak mendatang seorang yang jalan dengan sempoyongan, sambil menyanyi orang itu memukulkan kayu yang berbentuk panjang seperti gendang.

   Melihat ini orang banyak bertambah heran dan tercengang.

   Orang itu ketika melihat ada orang yang bertempur dengan menggunakan pedang, lalu tertawa besar, kemudian berjalan sambil bernyanyi lagi .

   "Ha, ha, sungguh ramai sekali, hure, kedua orang bertempur seru dan ramai, hure, hure, dikota Yang-ciu ada kuil Swat-lie-bio, sedangkan dikota Tien-kang terdapat Lian-hwan-to ..."

   Sambil menyanyi, ia berjalan terus, dan sewaktu dia berjalan sampai dibawah loteng, lalu dia menjatuhkan dirinya duduk didekat Lie Slauw Hiong, lalu dia bernyanyi lagi .

   "Dahulu ada satu tempat yang sangat bagus, tempat itu bila tak salah bernama Hong-yang, dikota Hong-yang itu lalu muncul Cu Hong Bu, dalam sepuluh tahun ada sembilan tahun menderita musim kemarau. Tung tung ciang, tung tung ciang."

   Sambil menyanyi dia memukul gendangnya, ramainya bukan buatan.

   Dia berbuat demikian seakan-akan disampingnya tidak ada orang lain lagi.

   Hwan Tie Seng yang melihat dandanannya seperti juga seorang pengemis, muka dan kepalanya sangat bersih sekali, sepasang matanya putih bagaikan batu giok, dan kukunya panjang-panjang.

   Tiba-tiba dia teringat akan seseorang, maka dengan suara yang perlahan dia lalu membisik dikuping Beng Pek Kie, bisikan mana telah menyebabkan muka Beng Pek Kie berubah, siapa dengan muka yang heran sekali dia memandang pada orang itu.

   Lie Siauw Hiong yang melihat gerak-gerik kedua orang ini, hatinya tertarik, tapi dengan tenang sekali dia tetap duduk disitu.

   Sewaktu orang itu memutar kepalanya, dia lihat bahwa Lie Siauw Hiong duduk disampingnya, mukanya berubah, lalu dia memperhatikan Lie Siauw Hiong ini, kemudian dia tertawa pada Lie Siauw Hiong.

   Lie Siauw Hiong pun lalu tertawa pula pada orang itu, Hwan Tie Seng dan Beng Pek Kie yang melihatnya pun merasa keheran-heranan.

   Pada saat itu pula Ie It Hui dan Ciam Peng yang sedang bertempur seru itu, tiba-tiba mendengar suara nyanyian itu, sangat mengganggu konsentrasi pikiran mereka.

   Pada umumnya bila dua orang yang mempunyai kepandaian yang sempurna sedang berkelahi, perhatian mereka sedikitpun tidak boleh terganggu.

   Hujan masih turun dengan derasnya, lalu ditambah lagi dengan nyanyian dan gendang, sehingga kedua orang itu tidak dapat bertempur sebaik semula, karena hati mereka sudah mulai kacau rasanya.

   Kedua orang itu merasakan semangat mereka tidak sebaik tadi, sedangkan permainan pedang merekapun tidak setangkas semula, tapi kedua orang ini insyaf bahwa pada saat ini adalah saat-saat yang menentukan.

   Leng-hong- kiam-khek paling merasa kuatir sekali, pada waktu itu setindak demi setindak dia berjalan mendekati, tidak terasa lagi dia sudah berada dibawah hujan.

   Pada saat itu setelah mengeliatkan serangan pedang lawannya, Ciam Peng dengan memiringkan tubuhnya maju merangsak lawannya, tangan kirinya dipakai menotok pergelangan tangan Ie It Hui yang memegang pedang, sedangkan dengan tangan kanannya dia menotok jalan darah 'Liok-yang' pada tubuh lawannya.

   Serangan ini sebenarnya sangat berbahaya sekali, mereka yang sedang bertempur dengan serunya ini sungguh- sungguh hebat sekali, seharusnya Ciam Peng tidak boleh melakukan penyerangan macam begitu, sebab dengan menyerang demikian ini, badannya tidak cukup terjaga, sebab kedua-dua tangannya sudah digunakan untuk menyerang lawannya, maka Leng-hong-kiam-khek yang melihat dari samping tidak terasa lagi berseru kaget, karena dia tahu yang saudara seperguruannya ini pasti akan menemui bahaya, buru-buru kakinya ditotolkan untuk berlompat maju, tapi dia sudah terlambat satu langkah.

   Ie It Hui dengan teguhnya memasang kuda-kudanya ditanah, badannya dengan sekonyong-konyong ditarik mundur, tangan kanannya dikendorkan, sehingga pedangnya pun menjadi agak kendor.

   Sewaktu pedangnya itu hendak turun kembali, .tiba-tiba dibalikkannya pedangnya itu dari arah luar lantas dengan cepat menjurus menotok jalan darah 'Ciang-tay' ditubuh Ciam Peng.

   Caranya dia melakukan serangannya ini, sungguh tepat sekali, pedang yang berada ditangannya secara kendor sekali sudah berhasil mengelitkan totokan Ciam Peng, sedangkan dengan penyerangan pedangnya ini, dia menotok jalan darah Ciam Peng, tipu macam demikian, tidak terdapat pada golongan partai manapun, kecuali partainya sendiri, hanya dengan perubahan yang sekonyong-konyong dari Ie It Hui, sungguh-sungguh berada diluar dugaannya lawan sama sekali.

   Ciam Peng ingin berkelit sudah tidak sempat lagi, tanpa dinyana tubuhnya lalu jatuh kebumi.

   Pergerakan Leng-hong-kiam-khek seperti angin, tapi sekali ini waktu dia memburu maju, ternyata tubuh Ciam Peng sudah terlebih dahulu jatuh kemuka bumi, sedangkan tangannya masih tetap memegang pedangnya, tapi mukanya pucat kuning, sedangkan kedua matanya telah terpejam.

   Dalam kekagetannya ini, Leng-hong-kiam-khek tanpa memperdulikan segala sesuatunya lagi lalu membungkukkan badannya memeluk tubuh Ciam Peng, lalu dia periksa luka adik seperguruannya ini.

   Para penontonpun pada berteriak pula menyaksikan kejadian itu, tanpa memperdulikan hujan lagi lalu mereka berlari-lari kemuka kedua orang itu.

   Lie Siauw Hiong yang melihat orang aneh itu, tidak ingin memperdulikan keadaan mereka, tampak dia terus saja bernyanyi-nyanyi, oleh karena itu, diapun duduk tidak ingin meninggalkan tempat itu.

   Leng-hong-kiam-khek yang melihat Ciam Peng kena ditotok jalan darah Ciang-tay-nya, dia merasa gugup dan marah, lalu dia berkata .

   "Bagus, bagus, ilmu pedang Kong- tong benar-benar sangat lihay sekali, sekarang ternyata partai Bu-tong boleh dikatakan sudah kalah olehmu."

   Pada saat itu seluruh pakaian Ie It Hui basah kuyup, sedangkan badannyapun terasa sangat capai sekali. Bila sampai Leng-hong-kiam-khek turun tangan terhadapnya, dia tahu yang dia tidak mungkin dapat melayaninya lagi, buru-buru dia berkata .

   "Apakah tuan ingin mencoba pula ?"

   Dengan perasaan marah yang memuncak Leng-hong- kiam-hek berkata .

   "Aku pasti tidak akan menarik keuntungan dari keadaanmu itu, kepandaian orang she Ie itu, walau bagaimanapun akhirnya aku ingin coba merasainya."

   Didepan para pendekar, dari kota Bu-han ini dia telah mengeluarkan perkataan yang pantas sekali, tapi hal itu bukan terbit dari hatinya yang jujur, adalah karena setelah dia melihat keadaan Ciam Peng cukup membahayakan, oleh karena itu, dia harus pergi cepat-cepat untuk mengobatinya.

   Sambil mendukung tubuh Ciam Peng dia lalu membentak Thio Tie Hoa yang berdiri disampingnya .

   "Masih belum mau jalan !"

   It It Hui berkata pula .

   "Harap kau beritahukan kapada gurumu, kasih tahu padanya bahwa kawan lamanya dari gunung Kong-tong sebelah barat, pada sepuluh tahun yang lalu mungkin ketinggalan sesuatu ditempat, bila memang barang tersebut masih ada disana, tolonglah dikembalikan saja pada pemiliknya yang sah."

   Dengan marah Leng-hong-kiam-khek menjawab .

   "Dalam batas waktu satu bulan lamanya, guruku pasti akan mengunjungi gunung Kong-tong, harap kau sambut kedatangannya nanti."

   Sambil menengadahkan kepalanya Ie It Hui tertawa lalu berkata .

   "Baik, baik, pertemuan dipuncak gunung Thay-san pada musim rontok ini, aku masih mengharapkan kaupun dapat datang juga, untuk memberi pelajaran terhadapku."

   Dengan masih tetap marah Leng-hong-kiam-khek menjawab .

   "Sudah tentu."

   Badannya segera berkelebat, sambil mendukung tubuh Ciam Peng dia lari pesat sekali seperti terbang saja cepatnya.

   Lie Siauw Hiong yang mendengar percakapan kedua orang itu, dia sudah tahu perhubungan antara partai Bu- tong dan Kong-tong tidak dapat didamaikan lagi.

   Kini perhubungan mereka ini bagaikan air dengan api saja yang tidak dapat bercampur baur pula, lalu dia menolehkan kepalanya memandang pada orang aneh itu, dia lihat orang itu tambah lama suara nyanyiannya bertambah kecil dan perlahan, seakan-akan pada saat itu dia sudah jatuh tertidur.

   Lie Siauw Hiong lalu tersenyum, kemudian dia bangun berdiri berjalan kearah Ie It Hui sambil berkata .

   "Kepandaian ilmu pedang Ie Heng sungguh-sungguh luar biasa sekali, hari ini mata Siauw-tee benar-benar sudah terbuka."

   Lalu diapun berkata pula terhadap Hwan Tie Seng dan kawan-kawannya .

   "Hari ini aku menjadi tuan rumah, untuk pergi ke Hong-lim-pan untuk minum sampai puas guna memberi selamat pada Ie Heng, apakah kalian setuju ?"

   Dengan segera Ie It Hui berkata .

   "Atas kebaikan Lie Heng ini, Siauw-tee merasa berterima kasih sekali, hanya Siauw-tee harus segera kembali ke Kong-tong untuk memberitahukan urusan ini kepada guruku."

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Setelah berdiam sejurus lalu dia melanjutkan perkataannya .

   "Masih ada Chit-biauw-sin-kun yang muncul kembali didunia rimba persilatan Siauw-teepun harus segera memberitahukan pula kepada guruku supaya dia bisa bersiap-siap."

   Lie Siauw Hiong lalu berkata .

   "Karena Ie Heng mempunyai pekerjaan penting tersebut, Siauw-teepun tidak dapat memaksa menahanmu, hanya perpisahan hari ini, bila dikemudian hari kita tidak dapat saling bertemu kembali, Siauw-tee sungguh merasa kecewa dan bersedih hati sekali."

   Dengan tertawa lalu Ie It Hui berkata .

   "Kepergian Siauw-tee sekali ini, justeru ingin menyelesaikan suatu pekerjaan, bila pekerjaan ini telah dapat aku selesaikan, Siauw-tee pasti akan datang kemari lagi, Lie Heng boleh berpesta pora dengan kawan-kawan selama sepuluh hari. Dan kita berpisah dahulu untuk sementara waktu."

   Sehabis berkata begitu, lalu dia memberi hormat kemudian dia berangkat pergi secepat terbang, hingga dalam waktu sekejap mata saja bayangannya telah lenyap ditelan gelap pekat dalam hujan rintik-rintik itu.

   Sesudah itu mendadak sontak Hwan Tie Seng datang menghampiri sambil berkata dengan suara yang perlahan .

   "Lie Heng apakah kenal dengan orang itu ?,"

   Sambil menundingkan jarinya menunjuk kearah orang aneh yang masih duduk diemper rumah makan tersebut. Lie Siauw Hiong sambil menggelengkan kepalanya menjawab .

   "Tidak kenal."

   Baru saja Hwan Tie Seng ingin membuka mulutnya untuk bicara lagi, tiba-tiba dia menguap, maka perkataan yang hendak diucapkannya itu segera ditelan kembali. Beng Pek Kiepun segera datang menghampiri sambil berkata .

   "Dibawah hujan bukankah tempat yang layak untuk bercakap-cakap, Lie Heng lebih baik turut kami sekalian untuk naik kekapal kembali."

   Sambil tertawa Lie Siauw Hiong lalu berkata .

   "Siauw- tee masih merasa aneh sekali, Siauw-tee masih ingin berdiam disini untuk beberapa waktu, Hwan Heng dan Beng Heng silahkan saja pulang dahulu."

   Hwan Tie Seng terpekur sebentar lalu berkata .

   "Begitupun baik, tapi siapa tahu Lie Heng akan menjumpai hal-hal yang aneh, hanya kami sekalian ingin berjalan terlebih dahulu."

   Begitupun Beng Pek Kie tampaknya tidak suka berdiam lebih lama lagi disitu, sambil memberi hormat lalu dia menarik tangan Hwan Tie Seng dan kawan-kawannya lain untuk meninggalkan tempat itu.

   Lie Siauw Hiong lalu menggunakan tangannya menyeka air hujan yang melekat dimukanya, kemudian dia balik keemper rumah makan tersebut.

   Disana dia melihat orang aneh itu seperti sedang tidur dengan nyenyaknya.

   Maka setelah berdiri sesaat lamanya, lalu diapun duduk dipinggir orang aneh itu.

   Setelah duduk sejurus lamanya, hujan makin kecil turunnya, diufuk Timur kelihatan fajar hampir menyingsing, sedangkan orang aneh itu masih tetap tidak bergerak dari tempatnya.

   Lie Siauw Hiong lama-lama menjadi tidak sabar, lalu berkata pada dirinya sendiri .

   "Bila sampai kejadian saat ini ada orang yang jalan mendatanginya, bukankah akan menerbitkan buah tertawan saja ?"

   Tak lama antaranya fajar mulai menyingsing.

   Dugaan Lie Siauw Hiong ini tepat benar.

   Dari arah pantai Lie Siauw Hiong melihat orang datang, malah yang datang itu tidak terbatas satu orang saja.

   Pandangan matanya sangat awas sekali, dari jauh dia melihat yang datang itu semuanya adalah wanita, diantara keempat wanita itu masing-masing memegang sesuatu barang, sedangkan seorang wanita yang berjalan dimuka adalah bertangan hampa.

   Lie Siauw Hiong diam-dian mengeluh pada dirinya sendiri, dia berpikir wanita itu pakaiannya mewah-mewah, sedangkan dia sendiri kini sedang duduk berdampingan dengan seorang pengemis, hal itu bukankah suatu hal yang memalukan sekali ? Dalam hatinya dia rasakan berdebar-debar ketika dia melihat seorang wanita yang berjalan dimuka menunjuk kearah tempat duduknya sambil menunjukkan muka yang berseri-seri terhadapnya.

   Dia semakin merasa heran, dan dia tidak pernah berkenalan dengan wanita muda itu, sebaliknya mengapa wanita itu menunjuk kearahnya, mungkinkah dia tengah menertawakan aku, tapi agaknya wanita itu tidak mungkin melakukan hal yang demikian.

   Wanita muda itu memakai baju yang berwarna hijau, rambutnya lebat sekali, sedangkan alisnya indah bagaikan dilukis.

   Dipagi hari begini seakan-akan dia melihat gadis dalam sebuah lukisan saja.

   Lie Siauw Hiong tidak terasa lagi dia telah melirik kearah wanita itu.

   Wanita muda itu semakin lama semakin dekat saja, malahan dia berjalan kearah tempat duduk Lie Siauw Hiong sendiri, dibelakangnya keempat wanita itu agaknya adalah budak-budaknya, mereka masing-masing memegang sebuah sudut dari tapang yang lemas.

   Lie Siauw Hiong rasakan seakan-akan dia tengah bermimpi saja, semakin melihat keadaan tersebut dia merasa semakin aneh saja, tapi satu hal yang paling aneh ialah justeru wanita muda itu ketika berjalan sampai dimukanya lalu dia melemparkan sebuah senyuman yang manis sekali.

   Lie Siauw Hiong yang memperoleh sebuah senyuman ini, merasa bahagia sekali, sehingga membuat dia tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya dengan perasaan yang bingung dia berdiri terpaku disitu.

   Keempat budak yang berjalan dibelakangnya itu sewaktu sampai dimuka pengemis itu, lalu mereka angkat tubuh pengemis itu kemudian dibaringkan pada sebuah tapang yang mereka bawa, ketika itu pengemis itu membuka matanya, setelah memandang keempat penjuru, lalu dia tidur kembali, melihat kejadian tersebut, sungguh-sungguh membuat Lie Siauw Hiong menjadi heran sekali, dengan terpesona dia tetap memandang pada wanita muda itu, sedangkan wanita itu kembali memberikan sebuah senyuman lagi kepadanya.

   Maka dengan tersipu-sipu Lie Siauw Hiong segera memberi hormat pada wanita itu sambil berkata .

   "Kho-nio ..."

   Dia hanya dapat mengeluarkan dua patah kata saja, lalu diapun tidak dapat mengucapkan perkataan selanjutnya.

   Oleh karena itu, diapun tidak mengetahui siapakah gerangan wanita itu, juga dia tidak mengetahui antara wanita muda itu dengan pengemis tersebut mempunyai hubungan apakah, mengapa pula keempat budak itu membawa pergi pengemis tersebut, lagi pula apa maksud wanita muda itu memberi senyuman kepadanya.

   Wanita muda tersebut ketika melihat Lie Siauw Hiong berbuat demikian, untuk ketiga kalinya dia memberi sebuah senyuman lagi.

   Saat itu sudah menjelang pagi, matahari sudah mulai memancarkan sinarnya.

   Keempat budak itu setelah meletakkan badan pengemis itu diatas tapang, lalu masing-masing memegang setiap sudutnya kemudian mereka berjalan pergi darimana mereka datang tadi.

   Wanita muda itu tampak memainkan sudut matanya seketika, tiba-tiba lalu dia berkata dengan suaranya yang amat merdu sekali .

   "Ayahku telah menerima layananmu yang sempurna, aku amat merasa bersyukur dan berterima kasih sekali pada tuan. Malam ini aku akan menyediakan arak untuk menjamu tuan. Sudi apakah kiranya tuan mampir keperahu kami, untuk saling mempererat persahabatan kita ?"

   Sehabis berkata begitu, sekali lagi dia memberi hormat dengan takzimnya, lalu dia memutar badannya untuk berjalan pergi.

   Sejurus lamanya Lie Siauw Hiong terpesona, hingga dia lupa akan segala kejadian-kejadian yang baru saja berlalu.

   Wanita muda yang demikian cantiknya ini, adalah anak dari pengemis tersebut.

   Sekian pula lamanya ia terheran- heran dengan takjubnya, memikirkan akan adanya hal yang seaneh itu, tapi mengapa pula wanita muda itu mengundangnya datang keperahunya untuk minum- minum, setelah dia mengatakan bahwa Lie Siauw Hiong telah melayani ayahnya dengan telaten.

   Betulkah pengemis ini ayahnya yang sebenarnya.? Tapi walaupun benar pengemis itu adalah ayahnya, Lie Siauw Hiong tidak pernah merasa melayani ayahnya dengan teliti.

   Dan pula yang mana kapalnya yang dikatakannya perahu itu, akupun tidak mengetahui, sebab disungai itu banyak sekali kapal-kapal yang berlabuh, lagi pula bagaimana bentuk kapalnya itu.

   Sekalipun dia sendiri sangat ingin bertandang kekapal wanita itu, tapi ia tidak bisa mencari yang mana kapal mereka itu.

   Aneka ragam pertanyaan yang tak putus-putusnya membuat otaknya bekerja keras.

   "Kejadian yang aneh, kejadian yang aneh, sungguh- sungguh satu kejadian yang langka, tapi waktu berpisah wanita muda itu rasanya sangat berat sekali, hal itu sungguh-sungguh mengherankan sekali, hingga tepat seperti apa yang dikatakan oleh Hwan Tie Seng."

   Berkata sampai disini lalu tiba-tiba ditepuknya dahinya dan dia berkata .

   "Aku sungguh bodoh. Hwan Tie Seng tampaknya mengetahui benar latar belakang dari pengemis itu. Aku akan pulang menanyakan hal ini kepadanya, tanpa mengatakan sesuatu padaku, tentu dia sudah mengetahui persoalannya."

   Oleh karena itu, soal ini lalu dikesampingkannya saja untuk sementara waktu, sambil membersihkan bajunya, lain dia berjalan kearah pantai untuk menantikan datangnya tukang perahu yang dapat membawa dia menyeberangi sungai itu.

   Tapi waktu perahu itu tepat berada ditengah-tengah sungai, dia melihat air sungai berombak-ombak, hatinyapun terasa kacau seperti air sungai itu pula.

   Dalam waktu sepuluh tahun sewaktu dia berada dikamar batu untuk mempelajari ilmu kepandaiannya itu, dia sudah menjadi biasa hidup seorang diri dengan cara yang sederhana sekali, kecuali dia sudah sangat biasa dalam melatih diri, diluar itu tidak ada sesuatu yang dipikirkannya, tapi pada saat itu dia baru saja empat atau lima hari menerjunkan dirinya dalam kalangan Kang-ouw.

   Kini banyak sekali pekerjaan yang harus dipikirkannya, yang meminta penyelesaiannya.

   Ternyata tugas yang diberikan oleh Bwee San Bin adalah begitu sulit dan berat.

   Ingatannya pada kejadian sepuluh tahun yang silam, kejadian yang amat menyedihkan, telah menimpa dirinya kembali mendadak sontak terlintas diotaknya.

   Walaupun peristiwa itu ia sudah mulai agak lupa karena lamanya massa berlalu, tapi saat itu tiba-tiba segar kembali dalam ingatannya.

   Ditambah lagi dengan pengalamannya yang 'sangat manis' pada beberapa hari yang lain, dengan memeras tenaga, dia telah berhasil menolong wanita muda she Phui yang mempunyai mata yang sangat indah itu.

   Tampaknya ia seakan-akan minta belas kasihan dan wanita yang berbaju hijau itu yang mempunyai gaya tertawa yang manis sekali yang dia temui dibawah loteng rumah makan Oey-ho-lauw, kesemuanya itu membuat dia merasa bingung sekali.

   Wanita-wanita itu adalah wanita pelacur dari Hong-lim- pan.

   Sekalipun Lie Siauw Hiong sangat benci atas pekerjaan wanita-wanita tersebut, namun perasaannya merasa amat tertusuk membuat ia menjadi sangat terharu akan hal itu.

   Belum pernah seumur hidupnya ia mengalami hal demikian.

   Tanpa disadarinya, batin Lie Siauw Hiong telah terpengaruh pula oleh kecantikan wanita muda itu.

   Dalam berpikir demikian tekunnya ini, tidak terasa lagi perahunya sudah mendekati pantai.

   Dipantai kusirnya sedang menantikan kedatangannya.

   Kusirnya itu duduk termangu-mangu diatas keretanya.

   Ia merasa sangat lelah dan terkantuk selama menantikan majikannya itu.

   Ia sangat sayang dan hormat sekali pada majikannya itu, karena ia tahu bahwa majikannya itu adalah seorang manusia yang ramah dan baik hati dan lagi mempunyai simpati besar pada orang lemah, melarat dan juga pada orang yang hidup tertekan seperti para pelacur itu.

   Ketika kusirnya melihatnya sudah datang, dengan girang sekali dia segera melompat dari keretanya, lalu membukakan pintu kereta dan dengan hormat sekali dia bertanya .

   "Sudah ingin pulangkah Loo-ya (majikan) ?"

   Lie Siauw Hiong hanya menggut saja, dalam hatinya ia berpikir .

   "Rupanya tiap-tiap orang mempunyai keingininnya sendiri-sendiri. Bila dibandingkan dengan orang lain, tentu bedanya akan sangat jauh pula, umpamanya saja kusirku ini, ketika melihat kedatanganku, dia kelihatannya begitu girang dan puas sekali. Sesudah sampai dirumah, kusirku yang kelihatannya penat itu baru dapat tidur dengan nyenyaknya, karena dia tidak lagi harus menantikan majikannya sampai pagi. Untuk dan sampai hari ini, aku masih belum mengetahui apa harapanku, aku hanya tahu yang aku mempunyai satu keinginan yang kuat sekali dan aku mengharapkan yang keinginanku itu akan tercapai. Bila demikian halnya; barulah terhitting yang cita-citaku akan terpuaskan."

   Lalu dia menghampiri kereta tersebut dan kemudian, naik kereta. Sambil menarik napas panjang, dia berkata.

   "Hanya mungkinkah angan-anganku itu akan tercapai ?"

   Dalam ruangan keretanya yang sangat sempit dan kecil itu, dia memandang kepojok keretanya itu.

   Pada saat itu dia sangat mengharapkan sekali wanita yang tempo hari menyembunyikan dirinya disitu, agar dapat kembali duduk disampingnya.

   Kemudian Lie Siauw Hiong memerintahkan saisnya untuk mempercepat jalan keretanya.

   Karena jarak dari pantai kerumahnya sangat dekat, maka dalam tempo beberapa menit mereka sudah sampai.

   San Bwee Cu Poo Hoo baru saja menutup pintu tokonya, sedangkan pelayan-pelayan sedang mengerjakan pekerjaannya sehari-hari.

   Mereka tampak sangat mengantuk sekali.

   Lie Siauw Hiong hanya manggutkan kepalanya saja atas sambutan pelayannya itu, yang tampaknya begitu rajin-rajin, kemudian dia langsung masuk kekamar wanita muda itu.

   Tanpa mengetuk pintunya lagi, dia sudah memasuki kamar wanita muda itu, karena dia sudah kebiasaan selama bertahun-tahun hidup dikamar batunya, terhadap segala adat istiadat khalayak ramai dia kurang mengetahui jelas, itulah sebabnya mengapa peraturan antara laki-laki dan wanita, dia tidak tahu jelas, maka terjadilah tindakannya yang semberono itu memasuki kamar orang, sekalipun dia banyak sudah membaca buku-buku, tapi setiap dia mengerjakan sesuatu selamanya dia sering lupa, karena dia sudah kebiasaan apa yang dikerjakan tanpa dipikir baik buruknya terus saja dia lakukan menurut suara hatinya.

   Wanita muda itu didapatinya sedang duduk termenung diatas ranjang, ketika melihat Lie Siauw Hiong masuk, ia tampak amat girang lalu memanggil Lie Siauw Hiong.

   Sebaliknya Lie Siauw Hiong sendiri merasa gembira pula, dengan tersenyum-senyum dan dengan suara yang lembut dia berkata .

   "Kho-nio (nona) pasti dapat beristirahat dengan tenang sekali, bukan ?"

   Lalu tampak alisnya terangkat naik, sinar matanya yang cemerlang memancar dari mukanya yang sedari tadi kelihatan bersedih hati. Kini romannya yang sedih itu sudah berubah menjadi lebih bercahaya. Dengan perasaan malu-malu dia berkata .

   "Aku she Phui ..."

   "Phui Kho-nio,"

   Kata Lie Siauw Hiong selanjutnya.

   Dengan sekonyong-konyong saja dalam hatinya timbul perasaan yang tenteram dan damai.

   Diwajah wanita muda itu terbayang seakan dia merasakan bahwa dia telah mempunyai tulang punggung yang kuat sekali, karenanya dia tidak usah banyak memikirkan soal dirinya lagi yang hidup sebatang kara itu.

   Wanita muda itu karena amat malunya, dia menundukkan kepalanya, karena ia maklum bahwa seorang wanita yang belum berumah tangga dan berani memberitahukan namanya dihadapan pemuda asing adalah terlarang pada saat itu.

   Hal itu telah dilakukannya, karena dia sangat tertarik serta mmepunyai kesan yang baik sekali atas diri pemuda itu, karena Lie Siauw Hiong adalah seorang pemuda yang tampan serta masih muda belia, sangat sopan santun, welas asih dan periang, sehingga hal itu semuanya telah berhasil membuka pintu hatinya.

   Sebaliknya pemuda Kim Ie, mempunyai suara yang sangat jelek dan berwajah sangat dingin.

   Sejak kecil pemuda- pemuda yang pernah dijumpainya, kalau bukan petani pastilah ia pencuri atau perampok.

   Walaupun dia tidak mengerti akan tindak-tanduk Lie Siauw Hiong ini, bahkan diapun sama sekali tidak saling mengenal, tapi perasaan aneh telah merasuk dikalbu masing-masing.

   Perasaan ganjil ini semakin bersemi dengan segarnya dihati kedua muda- mudi yang belum begitu saling mengenal.

   Sewaktu-waktu bila keduanya bertemu, acapkali membuat muka mereka kemerah-merahan, itulah yang disebut cinta pertama yang membuat seseorang itu melamun, berkhayal kesoal yang muluk-muluk dan indah-indah saja.

   Perasaan tersebut lebih- lebih menonjol pada pemuda dan pemudi yang masih bujangan.

   (Oo-dwkz-oO)

   Jilid 06 Lie Siauw Hiong tentu saja tidak mengetahui sejelas- jelasnya apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.

   Kedua muda-mudi yang berada didalam kamar pada saat itu, tidak bercakap-cakap lagi.

   Suasananya penuh mengandung kemesraan yang meresap sekali.

   Kemudian Lie Siauw Hiong mencari akal memecah kesunyian dan lalu bertanya .

   "Apakah disini Kho-nio dapat berdiam dengan tenang ?"

   Wanita muda itu tampak menggelengkan kepalanya, ia menunjukkan muka yang berseri-seri dan lalu berkata dengan suara perlahan.

   "Aku sangat kesepian sekali, aku tidak mempunyai pekerjaan perintang waktu dan mau keluarpun tidak berani."

   Perhubungannya dengan Lie Siauw Hiong pada saat ini, seakan-akan sudah sangat mendalam sekali dan saling mengerti pada satu sama lain, oleh karena itu, dia tidak lagi menyembunyikan perasaan hatinya pada Lie Siauw Hiong.

   Lie Siauw Hiong manggut-manggutkan kepalanya, tampaknya dia belum lagi menyadari makna perkataan wanita muda itu, yang sudah sering berkata secara terus terang.

   Setelah dia berpikir sejurus, dengan sungguh- sungguh dia berkata .

   "Kho-nio pasti mempunyai amat banyak urusan, aku tidak tahu apakah sekiranya Kho-nio tidak berkeberatan untuk memberitahukan hal itu kepadaku ?"

   Berkata sampai disitu, tampak suaranya agak bergetar, kemudian dengan perasaan sangat simpati ia melanjutkan .

   "Malahan apa yang telah kuketahui tentang diri nona, kebanyakan adalah hal-hal yang sangat menyedihkan sekali. Dalam hal ini sebenarnya akupun sependeritaan dengan nona. Bila kuingat kejadian yang lampau aku merasa sangat risau sekali."

   Wanita muda itu kemudian tampak menangis, karena dia sedang mengingat-ingat segala penghinaan yang diterimanya beberapa hari yang lalu, malah hal itu tidak boleh diberitahukan kepada siapapun jua, tapi sekarang dia rasakan yang lawan bicaranya ini sudah sepantasnya untuk diberitahukan secara terus terang tentang hal apa yang terjadi atas dirinya.

   Maka dengan suara yang terputus-putus ditenggorokan dia mulai menuturkan segala peristiwa yang dialaminya.

   Sewaktu dia mengisahkan tentang 'ayahnya' Phui Loo Bu-su dan membicarakan 'Ie Ko-nya', dia sangat mendongkol sekali, lalu dia menceritakan tentang segala kesengsaraannya yang hidup sebatang kara, kesepiannya, dan segala penghinaan yang telah dialaminya.

   Kesemuanya itu sungguh membuat hati Lie Siauw Hiong sangat terharu, yang mana dengan cermat dia mendengarkan kisah wanita muda itu dengan asyiknya.

   Sewaktu dia dengar tentang 'Kim Ie', hatinya menjadi geram sekali, perasaannya seakan-akan dia tidak dapat hidup sama-sama dengan orang tersebut diatas muka bumi ini.

   
Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan lemah-lembut Lie Siauw Hiong menghiburi, sambil memegang tangannya dengan perasaan kasih sayang dan wanita muda inipun tidak berusaha untuk menolak pegangan pemuda ini, masing-masing hati mereka sudah sama tahu saja.

   Mereka menganggap kejadian itu adalah satu kejadian yang lumrah saja, sedikitpun tidak dilakukan dengan paksaan, juga tidak merasa canggung.

   Kemudian sesudah selesai pembicaraan mereka, Lie Siauw Hiong meninggalkan tempat itu.

   Hatinya yang terasa kosong selama ini, kini serta merta telah terisi oleh cinta murni yang telah diberikan oleh seorang wanita muda.

   Kedua muda-mudi ini yang tadinya hidupnya penuh kesepian dan kekosongan, ditambah dengan berbagai soal yang telah dialaminya, kini hidup riang gembira dengan penuh kemesraan.

   "Phui Siauw Kun, Phui Siauw Kun,"

   Lalu dia tertawa pada dirinya sendiri, ketika mengingat tiga huruf nama tersebut, karena untuk dia ketiga nama itu tidak hanya terbatas tiga huruf begitu saja, malahan arti yang terkandung dari tiga huruf nama tersebut baginya sukar dilukiskan.

   Perasaannya yang bimbang ini terus saja berkelana dikepalanya dan dengan adanya hal tersebut, perkara lainnya muncul kembali.

   Karena banyak sekali perkara yang harus minta penyelesaiannya, satu hal yang harus segera dilaksanakan adalah janji yang dia telah sanggupi dengan wanita berbaju hijau anak dari pengemis aneh yang dijumpainya dibawah loteng rumah makan Oey-ho-lauw itu.

   Sesungguhnya dia tertarik jua akan perkara ini dan yang paling aneh baginya ialah, bahwa dia masih dapat memikirkan keinginannya, dan dia pasti akan memenuhi janji yang telah disanggupinya, pikir Lie Siauw Hong.

   Dalam pada itu sejenak lamanya pikirannya melayang pada Phui Siauw Kun, sambil tersenyum berguman ia berpikir .

   "Sebabnya aku pergi untuk memenuhi janjiku padanya, tidak lain karena kebetulan saja, paras dan tertawa yang manis dari pemudi itu bagiku sudah tidak menjadi satu soal yang menarik, karena perasaan hatiku sebelumnya sudah terisi oleh lain orang."

   Perasaan ini adalah lumrah saja bagi siapapun yang baru untuk pertama kalinya jatuh cinta alias mabuk asmara.

   Yang jadi pertanyaan selanjutnya ialah apakah perasaan tersebut dapat dipertahankan untuk selama-lamanya.

   Kembali Lie Siauw Hiong ingin mengunjungi Hwan Tie Seng dulu, untuk menanyakan asal-usul dari pengemis dan anak daranya itu, sudah tentu yang paling penting yang akan ditanyakannya ialah tentang perahunya, apakah perahunya itu mempunyai ciri-ciri yang khas, maka ia memerintahkan pada kusirnya untuk menyediakan kereta.

   Baru saja Lie Siauw Hiong melangkah keluar dari pintu rumah besarnya, sekonyong-konyong dia melihat seorang berkuda yang tampaknya segar bugar berhenti didepan pintunya, kemudian turun dari punggung kudanya.

   Orang itu adalah orang yang hendak dicarinya itu, untuk minta penjelasannya, yaitu Hwan Tie Seng.

   Hwan Tie Seng yang melihat Lie Siauw Hiong tampaknya wajar sekali seperti juga tidak ada kejadian apa- apa, dengan girang lalu berkata .

   "Lie Heng sudah kembali ? Hal itu sungguh baik benar."

   Lie Siauw Hiong merasa sedikit heran dan lalu bertanya .

   "Tentu saja aku sudah kembali, perkataanmu ini bukankah sangat aneh sekali ?"

   Hwan Tie Seng lalu menarik tangan Lie Siauw Hiong sambil berjalan masuk. Sambil jalan dia bertanya .

   "Kim It Peng pernah membicarakan hal apakah dengan Lie Heng ?"

   Sekali lagi Lie Siauw Hiong merasa tercengang, lalu berkata .

   "Kim It Peng itu siapa ?"

   Kemudian ia melanjutkan perkataannya .

   "Aku kira yang kau maksudkan Kim It Peng itu, tentunya si pengemis itu, bukan ?"

   Lalu dia menjawab .

   "Tidak apa-apa, hanya ..."

   Sampai pada orang yang Lie Siauw Hiong tidak ketahui jelas asal-usulnya itu, yaitu Hauw Jie, pada saat itu sedang duduk dimeja kasir ketika mendengar Hwan Tie Seng menyebut Kim It Peng tiga huruf, mukanya lantas saja berubah, seakan-akan Kim It Peng tiga huruf ini menyebabkan dia merasa telah melakukan sesuatu kesalahan yang maha besar, bahkan tampaknya dia begitu takut sekali.

   Dia bangun berdiri hendak meninggalkan meja kasirnya itu, kemudian sesudah berpikir dan melihat Hwan Tie Seng sebentar, lalu dia duduk kembali pada tempatnya semula.

   Hwan Tie Seng sudah tidak memperhatikan hal ini, sewaktu dia mendengar Lie Siauw Hiong berkata .

   "Tidak apa-apa."

   Mukanya tampak lega dan merasa girang bukan main.

   "Hanya .........."

   Ulas Lie Siauw Hiong terputus. Dia lantas memotong perkataannya sambil bertanya .

   "Hanya kenapa ?"

   Lie Siauw Hiong hanya tertawa saja, dia melanjutkan perkataannya .

   "Hanya dia mempunyai seorang anak dara, yang justeru pada malam ini telah mengundang aku untuk mengunjungi kapalnya sebentar."

   Mendengar hal itu, muka Hwan Tie Seng kelihatan amat heran sekali, lalu bertanya .

   "Benarkah ?"

   Dengan sungguh-sungguh Lie Siauw Hiong menjawab .

   "Siauw-tee mana berani membohongi Heng-tay (sebutan kehormatan yang kurang lebih sama dengan 'saudara' atau 'anda')."

   Hwan Tie Seng buru-buru berkata .

   "Siauw-tee tidak maksudkan demikian, hanya kejadian ini sangat aneh sekali, Lie Heng tidak tahu asal-usul orang tersebut, tentu saja hatimu tidak merasa kuatir apa-apa, tapi Siauw-tee justeru sangat menguatirkan sekali akan diri Lie Heng ?"

   Kedua orang ini berjalan sambil berbicara menuju kepekarangan belakang. Hwan Tie Seng tidak menunggu sampai Lie Siauw Hiong membuka mulut, tiba-tiba ia melanjutkan perkataannya .

   "Tiga hari belakangan ini, segala perkara yang aneh-aneh saling susul-menyusul muncul ditiga kota Bu-han disini. Hal itu semuanya sungguh membuat Siauw-tee merasa bingung sekali."

   Dari pembicaraannya, Lie Siauw Hiong dapat menarik kesimpulan, yang pengemis aneh itu pasti mempunyai riwayat yang luar biasa sekali, maksudnya untuk mencari Hwan Tie Seng adalah untuk menanyakan hal kedua orang tersebut, pada saat ini ketika Hwan Tie Seng mengatakan begitu, dia memusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengarkan omongan kawannya ini.

   Sekalipun dia belum banyak mempunyai pengalaman dalam kalangan Kang-ouw, tapi kecerdasannya sangat menonjol sekali, melihat rupa Hwan Tie Seng, dia sudah tahu tanpa banyak bertanyapun pasti dia akan menceritakan perihal pengemis itu padanya, oleh karena itu, lalu dia berpura-pura tenang-tenang saja.

   Benar saja, begitu mereka sudah masuk kebelakang pekarangan, dengan tidak sabaran sekali Hwan Tie Seng lalu berkata .

   "Lie Heng, tahukah Lie Heng bahwa orang yang kau jumpai itu, tokoh apakah dia dikalangan dunia persilatan ?"

   Lie Siauw Hiong sambil tertawa lalu menggeleng- gelengkan kepalanya, kemudian barulah dia berkata.

   "Siauw-tee tidak mengetahui jelas."

   Sambil menarik napas tampak Hwan Tie Seng berkata .

   "Bila Lie Heng mengetahuinya, aku kira Lie Heng pasti tidak akan berlaku demikian tenangnya."

   Ketika sampai diruangan depan, kembali dia lalu menjatuhkan dirinya diatas sebuah kursi dan duduk disitu sambil berkata .

   "Mula-mula sekali aku tidak percaya, bahwa dialah Kim It Pang, tapi setelah aku berpikir-pikir, kecuali dia seorang, masih ada siapa lagi, untung Lie Heng bukan orang dari kalangan Kang-ouw, lagi pula umurmu masih demikian mudanya, sudah sewajarnya saja bila kejadian Lie Heng tidak mengenal orang itu, tapi Siauw-tee yang sudah bergelandangan dikalangan persilatan kurang lebih dua sampai tiga puluh tahun lamanya, mendengar pembicaraan orang tentang orang itu entah beberapa puluh kali, maka dari itu, begitu Siauw-tee melihat orang itu, lantas Siauw- tee dapat mengetahui sejelas-jelasnya tentang rwiayat hidupnya orang itu."

   Lie Sivaw Hiong hanya manggut saja, dalam hatinya ia berpokok acara yang. utama, dia hanya mengatakan yang remeh saja, dengan tidak sabar sekali dia lalu bertanya .

   "Orang ini sebenarnya siapa gerangan ?"

   Hwan Tie Seng kembali menarik napas sebelum dia menjawab pertanyaan Lie Siauw Hiong, setelah itu barulah dia berkata .

   "Dua puluh tahun yang lalu, dikalangan Kang- ouw terdapat sebuah semboyan . 'Menampak kedua Kun, ayam dan anjing menjadi tidak aman'. Ayam dan anjing saja sudah tidak aman, apa lagi terhadap manusia, didunia persilatan sungguh terdapat hal demikian, siapapun tidak sudi berjumpa dengan 'kedua Kun' ini, karena kedua orang yang dimaksudkan itu ialah . yang satu Chit-biauw-sin-kun. Bwee San Bin, sedangkan yang satunya lagi yaitu Tok-kun Kim It Peng, mereka ini yang satu terkenal dengan kepandaiannya 'Yang tujuh', sedangkan yang satunya lagi terkenal dengan 'bisa'nya yang luar biasa sekali. Seluruh badan Kim It Peng ini tidak ada satu bagianpun yang tidak mengandung racun, bila sampai badanmu kena tergesek sedikit saja dengan badannya, pasti jiwamu dalam waktu dua belas jam lamanya akan menghadap Giam-loo-ong alias raja akhirat, kerena sekali kau kena racunnya, maka dunia ini tidak ada obat untuk menyembuhkannya. Dikalangan Kang-ouw bila orang membicarakan raja racun ini, maka tidak ada seorangpun yang tidak terkejut,"

   Lie Siauw Hiong hanya dapat mengeluarkan suara 'Oh' saja, ketika mendengar penuturan kawannya itu, lalu dia mulai mencoba mengingat-ingat, tapi gurunya Bwee San Bin tidak pernah menyinggung-nyinggung nama orang tersebut, maka tidak terasa lagi dia telah menunjukkan muka yang keheran-heranan sekali.

   Hwan Tie Seng lalu memandang kepadanya, kemudian ia berkata pula .

   "Orang ini bersama Chit-biauw-sin-kun, yang satu berkuasa diselatan sedangkan yang lainnya berpengaruh diutara, sebenarnya masing-masing tidak pernah saling mengganggu satu sama lain, tapi entah bagaimana kejadiannya, pada suatu hari Chit-biauw-sin-kun memasuki daerah utara untuk mencari orang tersebut, untuk menentukan siapa yang lebih unggul, tapi hal yang jelas mengenai pertempuran mereka ini tidak seorangpun yang mengetahuinya, hanya dikalangan Kang-ouw tersiar berita yang simpang-siur tak berketentuan, sejak waktu itu, raja racun itu lenyap dari kalangan Kang-ouw, bayangannyapun tidak tampak lagi. Sebenarnya Chit-biauw-sin-kun dikalangan Kang-ouwpun orang-orang pada takut padanya, tapi siapapun setuju bila dia dapat melenyapkan raja racun tersebut, maka dari sini Lie Heng bisa meraba-raba sampai dimana 'beracunnya' raja racun ini."

   Mendengar kisah itu, Lie Siauw Hiong merasa sangat tertarik sekali, maka dia lalu bertanya .

   "Belakangan bagaimana Chit-biauw-sin-kun pada pertempuran dipuncak gunung Ngo-hoa-san, kabarnya sudah mati, belakangan sembilan jago dari Kwan Tiongpun mulai sirap, dikalangan Kang-ouw hanya ketinggalan sebutan mereka saja. Hal mana sungguh membuat dunia Kang-ouw menjadi 'aman', karena sesungguhnyalah, bahwa dalam kalangan rimba persilatan dapat juga aman beberapa tahun lamanya, sekarang orang yang sudah sekian lamanya lenyap dari dunia Kang-ouw itu, kabarnya dengan secara sekonyong-konyong muncul kembali dikota Bu-han."

   Berkata sampai disitu, sepasang alisnya tampak dikerutkan, lalu dia berkata pula .

   "Yang Siauw-tee paling merasa heran, ialah mengapa kepala setan ini terhadap Lie Heng tampaknya begitu baik sekali, bahkan belum pernah ia menyamar sebagai pengemis dimuka orang banyak. Bila aku tidak melihat sepasang tangannya, dan melihat pula kulitnya yang beda sekali dengan orang kebanyakan, akupun pasti tidak akan menyangka dia adanya. Malam ini Lie Heng ingin menemuinya, nasihatku sebelum rencana tersebut dilaksanakan, lebih baik Lie Heng sudi sekali lagi mempertimbangkan soal tersebut masak-masak, supaya jangan menjadi sesalan dikemudian hari."

   Lie Siauw Hiong berdiam diri sejurus lamanya. tiba-tiba dia bertanya .

   "Anak dara dari raja racun itu, kelihatannya masih sangat muda sekali, tidak tahu apakah dia itu anak kandungnya atau bukan ?"

   Hwan Tie Seng ketika mendengar pertanyaan kawannya ini perihal anak dara si raja racun itu, diam-diam dia berkata pada dirinya sendiri .

   "Hai, orang ini sungguh- sungguh tidak mengetahui betapa tingginya langit dan betapa tebalnya bumi, begitu dia menjumpai anak dara orang, lantas saja dia menanyakannya, bukankah hal itu akan membawa dirinya celaka saja akibatnya ?"

   Sedangkan didalam hatinya ia berpikir .

   "Dahulu aku belum pernah mendengar bahwa raja racun itu mempunyai anak dara, ai ... oh, umur dari anak gadis itu masih demikian mudanya, maka dikalangan Kang-ouw sudah barang tentu tidak seorangpun yang akan mengetahui, apakah anak dara itu anak kandungnya atau bukan !"

   Waktu dia menengadahkan kepalanya melihat Lie Siauw Hiong, ternyata pemuda itu tengah menantikan jawabannya agaknya, maka berkatalah dia .

   "Hal ini Siauw-tee kurang jelas."

   Kemudian dengan perasaan sungguh-sungguh Tie Seng memberi nasihat lagi kepadanya .

   "Hanya, menurut pendapat Siauw-tee, Lie Heng lebih baik malam ini jangan pergi untuk memenuhi janjimu itu."

   Lie Siauw Hiong hanya tertawa saja, lalu berkata .

   "Sekalipun raja racun itu adalah manusia yang demikian derajatnya, perahu yang dipakai olehnya tentunya mempunyai ciri-ciri yang istimewa pula, apakah hal ini Hwan Heng mengetahuinya ?"

   Hwan Tie Seng sudah tentu saja mengetahui pertanyaannya ini, karena dilihatnya kawannya ini sudah bertekad untuk pergi juga, diam-diam dia berkata pada dirinya sendiri .

   "Dengan orang ini aku tidak mempunyai perhubungan yang rapat sekali, karena dia ingin pergi mencari penyakit sendiri, tentu aku tak dapat melarangnya. Orang ini betul-betul mencari penyakit, siapapun pasti tidak dapat menasehatinya."

   Sekalipun pengalaman Hwan Tie Seng sudah banyak sekali, walaupun bermimpi dia tidak pernah berpikir, bahwa pemuda yang tampaknya begitu lemah-lembut ini, ternyata dibalik semua tingkah-lakunya itu tersembunyi kepandaian silat yang sangat mengejutkan orang.

   "Diperahunya itu mempunyai ciri-ciri istimewa apakah, aku sendiripun kurang jelas, hanya menurut kata orang- orang dikalangan Kang-ouw, tempat tinggal maupun segala perabot yang dipergunakan oleh raja racun ini, semuanya berwarna hijau, maka aku pikir perahu yang digunakannya juga pasti berwarna hijau pula, Lie Heng pasti tidak terlampau sulit untuk mencarinya,"

   Jawab Hwan Tie Seng setelah bertubi-tubi didesak oleh sipemuda.

   Lie Siauw Hiong yang mendengar pertanyaannya sudah dijawab sedemikian jelasnya, lalu diapun tidak membicarakan lagi soal-soal mengenai raja racun itu.

   Setelah Lie Siauw Hiong tak mempan dinasihatinya, maka Hwan Tie Seng pun tidak melanjutkan lagi kata- katanya, kemudian ia minta diri dan masing-masing lalu berpisahan.

   Lie Siauw Hiong demi memikirkan nasibnya dimasa depan, diapun tetap menampakkan keramah-tamahannya pada Hwan Tie Sang, maka setelah pamit untuk berpisah, lalu dia mengantarkan tamunya ini kepintu pekarangan rumahnya.

   Hauw Jie yang sedang duduk dimeja kasir, lalu menyambut kedatangan Siauw Hiong yang habis mengantar tamunya dengan separuh membungkukkan badannya dan berkata .

   "Siauw-ya, aku hendak bercakap- cakap beberapa patah kata dengan dikau."

   Lie Siauw Hiong lalu memandang dirinya sambil berkata .

   "Bila ada yang hendak dikatakan, silahkan masuk saja untuk membicarakannya."

   Hauw Jie segera berkata .

   "Baiklah,"

   Lalu dia mengikuti Lie Siauw Hiong masuk kedalam, kemudian setelah dia masuk kekamar, lalu kamar itu dia kunci kembali, sedangkan mukanya tegang sekali kelihatannya.

   Lie Siauw Hiong tahu yang Hauw Jie ini juga pasti bukan orang sembarangan, biasanya karena pengalamannya sudah banyak, segala perkara besar maupun kecil bila sudah dihadapkannya, pasti dia dapat selesaikan dengan rapinya dan tenang sekali, tapi pada saat ini pasti ada sesuatu yang tak diinginkannya telah terjadi, maka diapun lalu balik bertanya kepadanya .

   "Hauw Jie Siok tampaknya mempunyai urusan yang sangat penting sekali, yang hendak dibicarakan dengan Siauw-tit."

   Sepasang mata Hauw Jie dibukanya lebar-lebar, dengan tajam sekali dia memandang diri Lie Siauw Hiong kemudian barulah dia berkata .

   "Apakah kau sudah berjumpa dengan Kim It Peng ?"

   Lie Siauw Hiong menganggukkan kepalanya. Hauw Jie Siok kemudian bertanya pula .

   "Apakah dengan anak dara Kim It Peng pun kau telah berjumpa juga ?"

   Lie Siauw Hiong merasa sangat heran juga, mengapa Hauw Jie Siok yang belum pernah keluar pintu itu mengetahui kejadian ini sedemikian jelasnya, sedangkan Hwan Tie Seng yang sepanjang hari berkeliaran dikalangan Kang-ouw, tidak mengetahui bahwa Kim It Peng ini mempunyai anak dara, tapi mengapakah hanya dia saja yang tahu tentang raja racun dan anak daranya itu ? Lie Siauw Hiong melihat Hauw Jie Siok tampak demikian dingin.

   Pada air mukanya tampak sekali perubahannya.

   Melihat ini Lie Siauw Hiong amat heran, karena dia yang selama ini mengikuti Hauw Jie Siok, belum pernah melihatnya dia berlaku seperti disaat itu.

   Dia mulai merasa yang segala gerak-gerik dari Hauw Jie Siok ini sudah merupakan satu teka-teki yang besar baginya, dia memang tahu yang Hauw Jie Siok ini pasti mempunyai asal-usul yang luar biasa sekali, pada saat itu perasaannya itu menjadi suatu kenyataan, dia merasa pasti yang dia tengah menyembunyikan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sendiri.

   Perasaan yang menjadi teka-teki begini, membuat ia kelihatan terharu sekali, sehingga setelah hal ini menjadi pertanyaan besar dihatinya, maka sampai pada namanya sendiri, dia tidak ingin orang lain mengetahuinya.

   'Hauw Jie' dua huruf ini hanyalah nama palsu semata- mata, tapi siapa dia ini sebenarnya ? Malahan melihat romannya pada saat itu, bukankah antara dia dengan Kim It Peng mempunyai sangkut-paut juga ? Kesemuanya ini sungguh sangat membingungkan Lie Siauw Hiong, sehingga dia sampai lupa menjawab pertanyaan Hauw Jie Sioknya ini.

   Pandangan mata Hauw Jie berubah kembali, lalu dia bertanya pula .

   "Apakah kau pernah menjumpai anak daranya ?"

   Lie Siauw Hiong terkejut sekali mendengar pertanyaan ini, maka dia menjawab .

   "Siauw-tit pernah melihatnya, malah anak daranya itu malam ini mengundang Siauw-tit untuk mengunjungi kapalnya dan bercakap-cakap sebentar, tapi setelah Siauw-tit berpikir lebih jauh, Siauw-tit tetap tidak mengetahui, apa sebabnya maupun alasannya ia mengundang Siauw-tit."

   Kulit muka Hauw Jie tampak dikerutkan, tidak diketahui apakah dia itu merasa senang atau benci. Sedangkan sepasang tinjunya dikepalkan erat-erat, kemudian dengan sikap yang aneh dia berkata .

   "Tuhan ternyata masih mengasihaniku, akhirnya aku masih diberi kesempatan untuk mengetahui kediaman mereka disini."

   Lie Siauw Hiong yang melihat tingkah laku Hauw Due maupun mendengar perkataannya, dia makin tidak mengerti. Dengan perasaan yang tak dapat ditahannya lagi dia bertanya .

   "Hauw Jie Siok ..."

   Baru saja perkataan Lie Siauw Hiong sampai pada namanya saja, Hauw Jie tampak menarik napas panjang dan menggoyang-goyangkan tangannya sambil berkata .

   "Kau jangan bertanya lebih dahulu kepadaku, silahkanlah kau duduk, aku akan mengisahkan sebuah cerita yang menarik."

   Lie Siauw Hiong berpendapat, bahwa cerita ini pasti bagus sekali.

   Hauw Jie lalu duduk disebuah kursi dekat jendela.

   Sejurus pandangan mata Hauw Jie ditujukan keawan putih yang tampak melayang-layang diluar jendela, kemudian mulai menceritakan penuturannya yang sangat menarik itu.

   Beginilah kisahnya itu "Pada beberapa puluh tahun yang lalu, di Hoo-pak terdapat seorang yang sangat mewah sekali hidupnya, sejak dia dilahirkan kedunia, ia hidup ditengah-tengah kekayaan yang berlimpah-limpah.

   Dia itu sangat gemar sekali bergaul dengan siapa saja.

   Sedari muda dia sudah gemar sekali dengan kepandaian silat, pergaulannya itu begitu luas dan tak pilih bulu, sehingga tidak perduli, apakah orang yang dipergaulinya itu dari golongan hitam (penjahat) maupun dari golongan putih (ksatria-ksatria sejati), hampir semuanya mengenalnya.

   Kedua golongan orang-orang kalangan Kang-ouw bila mendengar namanya disebut, tidak seorangpun yang tidak mengacungkan ibu jari sambil memujinya, tambahan pula dia ini mempunyai seorang isteri yang tak ada taranya cantiknya.

   Kecantikan isterinya itu laksana sekuntum bunga yang sedang mekar, disamping usianya yang juga masih muda pula,"

   Sarnpai disitu ceritanya dia melirik kemuka Lie Siauw Hong, kemudian baru dia melanjutkan ceritanya kembali .

   Munculnya Seorang Pendekar Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Orang yang seperti dia, bukankah sudah boleh dikatakan amat mewah sekali ? Dari perkawinannya dengan isterinya yang sangat cantik itu, ia memperoleh seorang anak perempuan yang menambah kegembiraannya bertambah besar pula. Orang ini sudah lama sekali tinggal di Hoo-pak. Seumurnya belum pernah dia keluar dari kampung halamannya untuk pergi merantau. Ketika dia mengingat pepatah yang mengatakan . 'Berjalan laksaan lie, membaca laksaan buku', oleh karena mendengar orang mengatakan, bahwa didalam negerinya terdapat gunung dan sungai- sungai yang sangat ternama sekali, akhirnya dia menjadi sangat tertarik sekali dengan cerita orang itu."

   Perkataan yang dikeluarkannya diwaktu bercerita. begitu lambat dan nyata. Kisahnya ini seakan-akan entah sudah beberapa ribu kali diulanginya. Kemudian ia melanjutkannya .

   "Akhirnya segala sesuatu dikesampingkannya sama sekali, lalu dia pergi mengembara dan pengembaraannya itu memakan waktu satu tahun lebih. Selama itu pengalamannya telah bertambah tidak sedikit, pemandangannya sudah mulai terbuka pula. Dirasakannya hidupnya sangat berkesan dan berarti. Sewaktu dia kembali kekampung halamannya, keadaan dirumah tangganya telah mengalami perubahan yang sangat besar sekali."

   Kemudian kelihatan pandangan mata Hauw Jie menjadi sangat sayu.

   Pandangannya ini penuh mengandung kebencian yang berapi-api.

   Menyaksikan itu, tidak terasa lagi Lie Siauw Hiong menjadi gemetaran.

   Lalu dia melanjutkan lagi ceritanya yang belum habis itu .

   "Begitu dia tiba kembali dirumahnya dan melihat segala sesuatu yang terdapat didalam rumahnya, semuanya telah berubah menjadi berwarna hijau, sampai pada isteri dan anaknya yang baru berusia beberapa tahun mengenakan pakaian berwarna hijau pula, sedang orang-orang bawahannya maupun bujang-bujangnya pun, semuanya asing sekali baginya. Mereka ini semuanya memandang kepadanya dengan perasaan yang sangat takjub. Menyaksikan semuanya ini, tidak terasa lagi dia menjadi sangat heran, lalu dia bertanya pada isterinya. Mendengar pertanyaan ini, isterinyapun bersikap sangat dingin sekali terhadapnya, seakan-akan isterinya inipun asing baginya. Melihat segala perubahan ini, dia jadi bertambah kaget, heran. dan marah. Dia tidak tahu apakah sebenarnya yang telah terjadi sepeninggalnya."

   Sampai disini dia hentikan dahulu ceritanya, sedangkan pandangan matanya bertambah berapi-api tampaknya, lalu dia berkata pula .

   "Ketika ia melihat munculnya seorang dari dalam rumahnya yang seluruhnya memakai pakaian yang serba merah seperti api, barulah dia tahu akan segala persoalannya. Rupanya setelah dia meninggalkan rumahnya satu tahun, rumah berikut isterinya telah dirampas oleh seseorang. Orang yang merampas rumah dan isterinya ini justeru adalah orang yang paling berbisa sekali dikalangan Kang-ouw pada saat itu, yaitu Tok-kun Kim It Peng."

   Mendengar cerita selanjutnya, Lie Siauw Hiong sudah mulai dapat meraba-raba bahwa orang yang memegang peranan yang penting dalam cerita itu adalah 'Hauw Jie' sendiri.

   Dan diapun sudah mulai mengerti pula latar belakang dari cerita itu, begitulah ketika dia menyebutkan nama 'Kim It Peng', sinar matanya menjadi tajam dan berapi-api.

   Lie Siauw Hiong merasakan kesemuanya ini sungguh- sungguh luar biasa dan tidak mudah dapat diterka oleh orang lain.

   Tanpa disadarinya, diapun mulai mengerti dan bersimpati pada 'Hauw Jie' selalu memandanginya.

   Lie Siauw Hiong coba membayangkan, bila peristiwa tersebut menimpa dirinya sendiri, entah apa pula yang akan terjadi selanjutnya.

   Hauw Jie tertawa getir dan lalu melanjutkan ceritanya .

   "Sekalipun diketahuinya nama ahli racun itu, tapi dirinya sendiripun mempunyai kepandaian pula, maka dalam kegeramannya itu, dia sudah ingin mengadu jiwa saja dengan Kim It Peng, tapi Kim It Peng yang melihatnya, hanya mengganda tertawa sambil berkata .

   "Kau tidak perlu mengadu jiwa secara mati-matian denganku, karena isterimu sendirilah yang menyukai aku, yang menghendaki aku tinggal disini, karena kau sendiri tidak bisa mengurus isterimu sendiri. Oleh karena itu, lantas kau ingin mengadu jiwa denganku, untuk maksud apakah kau lakukan tindakan itu ?"

   Mendengar Kim It Peng berkata begitu, seketika dia merasa dirinya seolah-olah sedang berada ditengah-tengah sungai yang sangat dalam, tiba-tiba dirinya terjatuh kedalam sungai tersebut.

   Hatinya menjadi hambar sekali, seakan seluruh tenaganya mendadak lumpuh.

   Tak pernah tergubris dihatinya, bahwa isterinya dapat memperlakukannya sedemikian rupa.

   Kemudian dipandangnya isterinya dengan pandangan berarti, tapi sebaliknya isterinya hanya memandangnya dengan dingin saja sambil tertawa mengejek.

   Dia boleh dikatakan seorang laki-laki sejati.

   Baru sekali ini dia menghadapi persoalan semacam ini, sehingga semangatnya yang bernyala-nyala tadi kini padam sama sekali bagaikan dian ditiup angin tofan.

   Setelah mengetahui keadaan isterinya yang sebenarnya, dia tidak mempunyai niat lagi untuk mengadu jiwa dengan Kim It Peng.

   Hauw Jie lalu meneruskan ceritanya .

   "Setelah dia melihat perkembangan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada anaknya yang sedang tertawa padanya, hatinya tiba-tiba menjadi pedih. Sambil menahan perasaan hatinya yang seperti diiris-iris itu, ia lalu mengulurkan tangannya menyentuh pakaian anak perempuannya itu, seluruh badannya merasa seakan-akan terkena stroom listrik, sedang kedua tangannya terasa seperti digigit oleh jutaan semut. Tak lama antaranya perasaan berubah menjadi amat sakit dan gatal, ternyata dia telah terkena racun dari raja racun tersebut. Ia sedikitpun tidak mengira, bahwa waktu itu pakaian anaknya sendiri sudah dipolesi racun yang sangat berbisa ! Ia insyaf bahwa ia terkena racun yang dia sendiri tidak mungkin mendapatkan obat untuk menyembuhkannya."

   Lie Siauw Hiong hanya merasakan badannya sedikit bergidik, sedangkan bulu tengkuknya pada berdiri karena seramnya dengan kisah Hauw Jie yang didengarnya itu. Hauw Jie melanjutkan ceritanya pula .

   "Pada saat itu saking menderitanya, dia hanya dapat duduk disebuah kursi saja, sedangkan raja racun tersebut sambil tertawa berseri- seri dihadapannya terus saja menciumi mulut isterinya. Menyaksikan hal tersebut, dia menjadi sangat geram sekali, tapi kaki dan tangannya sudah tidak bertenaga dan tidak berdaya lagi karena racun itu telah meresap kedalam tubuhnya."

   Kemudian terdengar gigi Hauw Jie menggemeretuk menahan geramnya, seakan-akan pada saat itu sekaligus terbayang diotaknya peristiwa yang sedang diceritakannya pada Lie Siauw Hiong itu.

   Akibat pengaruh dari cerita ini, mendadak sontak Lie Siauw Hiong teringat pula akan peristiwa yang telah dialaminya sendiri, yaitu pada saat ibunya sedang diniaya oleh Hay-thian-siang-sat, saat mana ayahnya berdiri saja disampingnya.

   Demi keselamatan jiwanya, ayahnya dengan sabar menerima segala macam penghinaan yang ditimpahkan Hay-thian-siang-sat atas dirinya.

   Lie Siauw Hiong yang menyaksikan sendiri peristiwa kedua orang tuanya pada saat itu, tidak terasa lagi matanyapun menjadi basah.

   "Selagi dia tak mendapat jalan untuk melampiaskan amarahnya,"

   Hauw Jie melanjutkan.

   "tiba-tiba diantara mereka berdua bertambah satu orang lagi. Orang yang baru datang ini memakai pakaian seperti seorang anak sekolah. Orang itu sambil memaki menunjuk kearah muka Kim It Peng .

   "Kau binatang berbisa, sungguh amat keterlaluan ! Setelah isteri orang kau rampas, kau bermaksud pula untuk membunuh orang, aku Bwee San Bin tidak dapat memandang peristiwa itu begitu saja !"

   Begitu dia mendengar yang anak sekolah itu adalah Chit-biauw-sin- kun Bwee San Bin, lalu dia membuka matanya lebar-lebar memandang pada orang tersebut sambil menantikan perkembangan peristiwa selanjutnya."

   Lie Siauw Hiong sekarang baru sadar sebabnya Bwee San Bin ingin melenyapkan diri Kim It Peng ini, tanpa terasa dia semakin kagum pada 'Bwee Siok-siok'-nya, dan berbareng dengan itu, terhadap pekerjaan yang diperintahkan Bwee Siok-siok-nyapun dia semakin merasa mempunyai pegangan yang sangat kuat sekali.

   Hauw Jie lalu melanjutkan ceritanya .

   "Benar saja Bwee San Bin dan It Peng telah jadi bertempur, dan begitu dia lihat kedua orang itu turun tangan, barulah dia tahu, bahwa kepandaiannya sendiri tertinggal jauh sekali. Kepandaian raja racun itu luar biasa sekali, tapi kepandaian Chit-biauw- sin-kun jauh lebih luar biasa lihaynya, dia hanya merasakan diseluruh ruangan rumahnya dipenuhi dengan dua bayangan pukulan dari kedua orang ini, sedangkan angin yang keluar dari pukulan mereka menderu-deru bagaikan angin topan, sehingga semua meja, kursi dan barang lainnya beterbangan kian- kemari menjadi hancur berantakan, sedangkan anak perempuannya, saking takutnya, lalu menangis keras sekali, sedang dirinya sendiri yang terkena angin pukulan mereka, lalu terjatuh kelantai, tapi dia terus menyaksikan pertempuran kedua orang ini."

   "Tidak lama kemudian, kelihatan pergerakan tangan Kim It Peng mulai kendor, sedangkan bagian pundak lawannya dengan sengaja diberi tempat yang lowong untuk diserang lawannya. Benar saja Bwee San Bin tampak hendak memukulkan telapak tangannya kepundak lawannya, tapi sekonyong-konyong dia teringat akan racun yang dipoles pada pakaian anak perempuan itu. Oleh karena itu, sudah barang tentu lawannya itupun memakai juga racun. Pukulan tangan Bwee San Bin yang cepat laksana angin, dalam waktu yang sangat keritis itu mengeluarkan sisa tenaganya dan lantas menjadi perlahan setelah dia berseru .

   "Ada racun !"

   Pukulan Bwee San Bin diperlambat jalannya, tapi tiba-tiba dia mengubah pukulannya dengan jeriji yang lantas ditotokkannya kearah jalan darah lawannya itu.

   Ternyata kepandaian Bwee San Bin dalam hal tenaga dalam sudah mencapai pada puncak yang tertinggi.

   Dia lihat Kim It Peng yang terkena totokan tersebut, lantas jatuh terjungkel kelantai.

   Kemudian Bwee San Bin lalu berbalik memandang kepadanya sambil tertawa dengan perasaan yang terharu sekali, setelah itu, dia memanggutkan kepalanya sambil berkata .

   "Kau jangan bergerak, aku akan mewakilkan kau untuk memunahkan racun tersebut !"

   Sambil berkata begitu Bwee San Bin lalu berlari-lari kebelakang, hingga hati orang itu menjadi lega dan memandang pada Kim It Peng sambil diam-diam berkata pada dirinya sendiri .

   "Asalkan racun dibadanku sudah lenyap, aku akan turun tangan sendiri untuk membunuhmu."

   Hauw Jie lalu berkata pula .

   "Siapa tahu ilmu tenaga dalam Kim It Peng sungguh luar biasa sekali, sekalipun dia sudah kena ditotok jalan darahnya, tapi dia bisa membuka sendiri jaian darah yang kena tertotok itu. Begitu dia melihat Bwee San Bin lari masuk kebelakang, dengan gerakan yang cepat sekali dia melompat bangun, sebelah tangannya ia mengempit isterinya, sedangkan dengan tangan kanannya ia memondong anak perempuannya. Kim It Peng melompat keluar dari jendela, hingga dia hanya dapat membuka matanya lebar-lebar menyaksikan peristiwa tersebut, sedikitpun dia tidak berdaya untuk menghalang- halanginya. Kemudian setelah Bwee San Bin berhasil menemukan obat pemunah racun tersebut dan balik kembali keruangan tersebut. Kim It Peng sudah lari jauh sekali, hingga terpaksa Bwee San Bin hanya dapat memunahkan racun ditangan orang itu. Tapi karena kedua tangannya itu sudah lama juga terkena racun, lagi pula Bwee San Bin tidak mengetahui sifat-sifat daripada racun tersebut, sekalipun jiwa orang itu tidak menjadi halangan apa-apa, tapi kedua tangannya itu hingga sekarang tidak dapat dipakai untuk berbuat apapun jua, karena itu sudah tidak berguna lagi dan pula tidak bertenaga sama sekali."

   Sambil berkata begitu, Hauw Jie lalu memandang pada kedua tangannya sendiri.

   Pada saat itu Lie Siauw Hiong sudah mengerti jelas segala-galanya tentang Hauw Jie Sioknya ini, dan terhadap Kim It Peng dan wanita yang tidak tahu malu itu, dia sendiripun menjadi sangat benci sekali, hingga berbareng dengan itu, diapun memahami apa yang disebut anak perempuan dari Kim It Peng itu, tidak lain daripada anak Hauw Jie sendiri.

   Tidak mengherankan agaknya, ketika tadi waktu disinggung-singgungnya anak perempuan Kim It Peng itu, Hauw Jie begitu heran tampaknya.

   Dengan wajar sekali Hauw Jie lalu berkata .

   "Sejak waktu itu, aku pun tidak ingin menyebutkan namaku sendiri, sedangkan raja racun Kim It Peng tersebut, sejak waktu itu ibarat batu jatuh kelubuk, hingga sedikitpun tidak ada kabar beritanya pula. Begitulah dengan cepatnya masa dua puluh tahun itu berlalu dengan tidak terasa pula.

   "Seumur hidupku, aku tak dapat melupakan dendam kesumat itu, juga aku tidak dapat melupakan anak perempuanku,"

   Sambung Hauw Jie lagi.

   Perkataannya penuh mengandung perasaan sedih dan benci.

   Mendengar hal itu, Lie Siauw Hiong jadi sangat terharu sekali, hingga untuk sesaat dia tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.

   Kemudian Hauw Jie lalu menghapus air matanya yang sudah berlinang dikelopak matanya, sambil menguatkan hatinya dia berkata .

   "Cerita tersebut kini sudah sampai diakhirnya."

   Sinar matahari sudah tenggelam disebelah barat, sedangkan sinarnya yang masih ketinggalan diluar jendela tampak sudah mulai suram.

   Lie Siauw Hiong lalu memandang pada kerutan didahi Hauw Jie, perasaan hatinya sangat bersimpati terhadap Hauw Jie, hal itu membuat kedua orang yang masing-masing mempunyai kepandaian silat yang tinggi itu, pada berdiam diri saja, tidak seorangpun yang mau memecahkan suasana yang hening ini.

   Malam sudah menjelang tiba, dan jalan-jalan dikota Han-kouw seperti biasanya sangat ramai sekali dengan pedagang-pedagangnya yang menjual barang dagangannya, sedangkan dalam toko San Bwee Cu Poo Hoo sendiri, terdapat beberapa orang hartawan laki-laki dan perempuan yang sedang menawar barang-barang permata yang berharga.

   Dari dalam dengan tergesa-gesa tampak keluar seseorang, ialah Lie Siauw Hiong sendiri, dengan kening yang dikerutkan, mukanya tampak bersungguh-sungguh, matanya sedikitpun tidak memperhatikan orang-orang yang sedang menawar barang-barang ditokonya itu.

   Sejurus kemudian terdengar suara pecut memecah angkasa, tiba-tiba dijalan kota Han-kouw tampak muncul sebuah kereta berlari dengan cepatnya menyusur pantai.

   Kusirnya hari itu melihat majikannya agak aneh sikapnya bila dibandingkan dengan hari-hari yang sudah-sudah, semangatnya tampak luar biasa gelisahnya, tidak seperti sifatnya yang asli, yang biasanya sangat tenang sekali.

   Orang yang duduk dalam kereta itu tak lain daripada Lie Siauw Hiong adanya.

   Pada saat itu, dia coba memikirkan dengan seksama, daya apa yang harus dilaksanakannya nanti, bila sesuatu telah terjadi atas dirinya.

   Hal itu membuat dia banyak berpikir saja, apa lagi jika teringat akan cerita yang dia dapat dengar dari Hwan Tie Seng dan Hauw Jie Siok berdua, raja racun itu sebenarnya boleh digolongkan pada golongan orang jahat, tapi anehnya, mengapa dia dapat berlaku kegila-gilaan malam- malam berkeliaran dibawah loteng rumah makan Oey-ho- lauw, tampaknya dia ini tak berbeda dengan seorang gila sungguhan.

   "Mungkinkah orang itu bukan Kim It Peng ? Tampaknya dia ini bukan seperti raja racun yang demikian telengas dan tidak berprikemanusiaan,"

   Pikirnya.

   Pada saat itu kereta yang dinaiki Lie Siauw Hiong sudah hampir sampai dipantai yang ditujunya, lalu dia memerintahkan kusirnya memperlambat jalan kereta itu.

   Dari dalam jendela kereta itu dia melongok keluar, tampak disungai banyak sekali perahu maupun kapal yang berlabuh disitu.

   Melihat hal itu, dia menjadi sedikit bingung, sebab bagaimana dia dapat membedakannya, yang mana satu kapal Kim It Peng ? Sudah pastikah kapal itu berwarna hijau seluruhnya ? Tapi dia meragukan, apakah dugaannya itu tepat dengan pendapatnya sendiri.

   Sekonyong-konyong Lie Siauw Hiong teringat akan wanita muda anak raja racun itu, yang memakai pakaian yang berwarna hijau, maka dia lalu menarik kesimpulan dan diam-diam berpikir didalam hatinya .

   "Apakah sekarang pakaian yang dikenakannya masih mengandung racun juga ?"

   Dengan keretanya Lie Siauw Hiong sudah dua kali mondar-mandir dipantai tersebut, tiba-tiba dari tengah- tengah sungai Lie Siauw Hiong melihat sebuah kapal besar datang menuju pantai.

   Ketika kapal itu sudah merapat kepantai, segera terlihat tangga diturunkan untuk orang-orang turun kedarat.

   Tidak lama kemudian, tampak turun empat orang budak wanita yang ditangannya masing-masing memegang sebuah tengloleng yang dibuat daripada sutera hijau.

   Dia lihat keempat budak perempuan itu semuanya mengenakan pakaian yang berwarna hijau tengah turun kedarat.

   Keempat budak itu kalau bukan budaknya Kim It Peng yang tempo hari bertemu dengannya dibawah loteng Oey ho-louw, siapakah lagi ? Ia menyuruh kusirnya menghentikan keretanya dan dengan tenang Lie Siauw Hiong turun dari kereta dan lalu berjalan menuju kearah mereka.

   Keempat wanita itu waktu melyhatnya, masih mengenalinya.

   Terbukti saat keempat wanita itu memandanginya, mereka pada tertawa-tawa, kemudian berkata .

   "Majikanku serta Siocia (nona), pada saat ini sedang menantikan kedatangan tuan, kami persilahkan tuan segera menuju kapal kami."

   Kedatangan Lie Siauw Hiong sekali ini sebenarnya ingin menyelidiki keadaan mereka. Kemudian ia berkata pula .

   "Kalau demikian halnya, silahkan kalian berjalan dimuka sebagai petunjuk jalan."

   Wanita-wanita tersebut sambil menutupi mulut mereka, tertawa cekikikan, lalu berjalan dimuka.

   Lie Siauw Hiong memegang lampu masing-masing menuju keatas kapal.

   Ketika Lie Siauw Hiong mengangkat kepalanya memandang, benar saja kapal itu berwarna hijau, sedangkan lampu yang berada dalam kapal itupun berwarna hijau pula.

   Jika kapal tersebut diwaktu larut malam berada ditengah- tengah sungai, tampaknya merupakan suatu pemandangan yang indah dan berbeda dengan kapal-kapal lainnya yang sama-sama berlabuh disitu.

   Tapi tak seorangpun mengetahui, bahwa didalam kapal yang sangat indah dipandang mata ini, ditinggali oleh kepala setan yang sangat ditakuti sekali dikalangan dunia persilatan.

   Baru saja Lie Siauw Hiong naik keatas kapal itu, wanita muda yang memakai baju hijau sudah menyambut kedatangannya, warna bajunya dibawah sinar lampu kelihatan sangat mentereng, hingga dalam keadaan demikian kecantikannyapun tambah berlipat ganda.

   Ia tampak bagaikan seorang dewi saja.

   Wanita muda itu sambil tertawa menggiurkan menyambut kedatangan Lie Siauw Hiong dan lalu berkata .

   "Lie Siang-kong (tuan Lie) sungguh seorang yang dapat memegang janji, aku malah berkeyakinan bahwa Siang- kong pasti tidak akan datang kemari."

   Mendengar perkataannya ini, tidak terasa lagi Lie Siauw Hiong menjadi terkejut sekali, maka diam-diam dia berkata pada diri sendiri .

   "Ai, ternyata dia sudah mengetahui sheku, mungkinkah karena diapun lebih dahulu sudah mengetahui dengan jelas tentang riwayat hidupku, maka dia mengundang aku datang kemari. Bila benar demikian, aku harus berlaku luar biasa hati-hati sekali."

   Sekalipun hatinya berkata begitu, tapi pada romannya tidak berubah, ia menunjukkan laku yang sangat tenang sekali.

   Disinilah letak perbedaan Lie Siauw Hiong dengan orang biasa.

   Walaupun dalam keadaan yang bagaimanapun keritisnya, dia masih dapat berlaku tenang.

   Dengan tertawa gembira dia lalu berkata .

   "Setelah menerima undangan nona yang sangat berharga, apa alasanku untuk tidak datang ? Sebaliknya, kedatanganku ini malah akan merepotkan nona saja."

   Wanita muda itu sambil menutupi mulutnya dia tampak tertawa.

   Lie Siauw Hiong hanya dapat merasakan yang tertawaan wanita muda itu mengandung makna yang dalam sekali.

   Dia tidak mengetahui hal itu sesungguhnya apa artinya, hatinya dirasakan agak berdebaran.

   


Anak Berandalan -- Khu Lung Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini