Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 5
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 5
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya dari Khu Lung
terdengar irama merdu mengalun Makin lama makin cepat Suaranya makin lama makin menyeramkan Sebentarsebentar berubah Terkadang seperti suara gunung meletus, terkadang seperti gempa bumi, terkadang seperti kilat menyambarnyambar Orang yang mendengarkannya akan membayangkan seperti suara yang dimainkannya Sementara itu, terlihat asap hitam yang sedang memenuni udara buyar dengan sendirinya.
Hek i tojin dapat merasakan gelagat yang kurang baik Dia segera menutulkan kakmya dan mencelat sejauh beberapa depa Sampaisampai mundnya sendiri tidak diperdulikannya lagi Rupanya pemuda berwajah hitam itu sudah jatuh pingsan sejak tadi.
Tubuhnya terkulai di tanah Hek i tojin sendiri sedang menahan sebisanya Mana mungkm dia sempat memikirkan muridnya lagi?.
Kali ini, Yok Sau Cun dapat merasakan hatinya berdegupdegup Telinganya terasa pekak sekali Sedangkan Ciok Ciu Lan yang ada di pelukannya, terlebihlebih lagi Wajahnyakembali pucat seperti tadi Bergerak pun tidak.
"Celaka'"
Pikir Yok Sau Cun dalam hati Tubuhnya sendiri mulai lemas Dia segera mengumpulkan hawa murninya dan diedar kan ke seluruh tubuh Untung saja dia segera pulih Kalau tidak, akibatnya sulit dibayangkan Sedangkan seorang tokoh besar seperti Hek i tojin sa|a sampai lan terbintbirit dan tidak memperdulikan nasib mundnya.
Hal ini membuktikan bahwa ilmu memetik harpa Tiong kouwnio sudah sampai puncaknya Apabila sejak kecil dia tidak mempelajan ilmu Yang tian ci kang.
tentu dia )uga tidak dapat menahan suara tersebut.
Tiba-tiba dia tersadar, dok Ciu Lan masih datam keadaan gawat Diulangnya kembali cara yang tadi digunakannya untuk memulihkan gadis itu Dia segera menempetkan tangannya di punggung Ciok Ciu Lan Baru saJa hawa murninya mulai tersalur ke dalam tubuh gadis itu Tiong kouwnio yang melihat Hek I tojin lan terbintbirit segera menghentikan permainan harpanya Tampak wajahnya menunjukkan kelelahan yang sangat Kenngat besarbesar menetes dan kemngnya Hal ini membuktikan bahwa dia juga sudah mengerahkan segenap tenaga untuk memainkan harpa maut itu.
Ciok Ciu Lan yang bersandar di dada Yok Sau Cun menarik nafas panjang.
"Lihai sekali permainan harpanya ".
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
Tanya Yok Sau Cun khawatir.
Ciok Ciu Lan mengembangkan senyuman manis.
'Begitu permainan harpanya berhenti aku juga segera pulih kembali.
Kau tidak perlu menyalurkan hawa murnimu lagi Aih Harpanya itu sangat aneh.
Seumur hidup aku belum pernah mendengar bahwa ada seseorang yang memainkan harpa untuk mengacaukan konsentrasi lawan,"
Katanya. Yok Sau Cun menarik kembali tangannya dan punggung gadis itu Baru sa(a dia hendak membuka mulut tiba-tiba terdengaf Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan terkejut.
"Cepat lihai Bukankah itu Song Bun Cun dan Hui Fei Cin'? Apa gerangan yang terjadi dengan mereka?''. Dengan panik Yok Sau Cun melongokkan kepalanya lewat batu tersebut Dia meman dang ke arah yang ditunjuk Ciok Ciu Lan Di bagian aliran air ternyata ada empat orang yang sedang mendatangi. Yang berjalan paling depan adalah se orang pemuda gagah dengan pakaian berwarna biru langit Di pmggangnya terselip sebatang pedang Siapa lagi kalau bukan Song Bun Cun? Di belakangnya menginngi dua orang gadis bertubuh langsing Mereka adalah Hui Fei Cin dan pelayannya Siau cui Di deretan paling akhir berjalan seorang lakilaki sebagai pengawal. Sekali Irhat saja, sudah dapat dipastikan bahwa ketiga orang itu dijaga ketat olehnya Laki-laki itu mengenakan pakaian berwarna hijau Ukuran tubuhnya sedangsedang saja. Usianya sekitar empat puluh ke atas Wajahnya kurus. Yok Sau Cun memperhatikan laki-laki itu dengan seksama Matanya menyiratkan sinar kemarahan.
"Rupanya dial"
Serunya perlahan. Ciok Ciu Lan menolehkan kepalanya.
"Siapa yang kau maksudkan?' tanyanya "Laki laki berpakaian hijau yang mengiringi ketiga kawan kita, adalah orang yang purapura terluka dan memperalat cayhe mengantarkan surat beracun kepada Song loya cu Yaitu manusia yang mengaku She Yu Man kita keluar Cayhe ingin menanyakannya di hadapan Song heng,"
Katanya penuh semangat. Dia langsung bersiap untuk menunjukkan diri Dengan panik Ciok Ciu Lan menariknya kembah dan mencegahnya.
"Sabar sedikit. Kita dengar duiu apa yang mereka katakan Setelah mengerti alasan kedua pihak, kita masih belum terlambat untuk turun tangan ". Mendengar kata-kata itu, Yok Sau Cun terpaksa menahan dirinya Sementara itu, Song Bun Cun beserta yang iainnya sudah sampai di batas jembatan Laki laki she Yu itu segera mendahului di depan mereka Dia membungkuk dengan hormat.
"Lapor Tfong kouwnio, Siaujin berhasit memergoki tiga orang ini, setelah tertawan, Siau jin segera membawanya kemari dan melaporkan kepada Tiong kouwnio.' katanya. Tiong kouwnio mendongakkan wajahnya sedikit.
"Hu popo. giring kemarii".
"Baik,"
Sahut Hu toa nio. Kemudian dia menoleh ke arah laki-laki she Yu tadi Tiong kouwnio memerintahkan agar kau menggiring tawanan ftu kemarii"
Tenaknya lantang.
"Tidak heran kalau mereka mandah sa)a digiring ke sana ke mari Ternyata jalan da rah mereka dalam keadaan tertotok,"
Bisik Ciok Ciu Lan. Yok Sau Cun mengerutkan keningnya.
"Dengan kepandaian yang dimiliki Song heng. rasanya mustahil dapat ditawan orang begitu saja,"
Sahutnya.
"Kau lupa permainan harpa perempuan siluman itu Lihai sekali bukan? Sampaisampai seorang tokoh terkenal seperti Hek I tojin rela meninggalkan muridnya dan melarikan diri seperti pengecut. Mereka bertiga pasti terpengaruh oleh irama harpa tersebut dan dalam keadaan setengah sadar dibokong oleh laki-laki she Yu."
Kata Ciok Ciu Lan.
"Kita harus mencari akal untuk membebaskan mereka,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Jangan berkata-kata apaapa sekarang Lihat, tampaknya Tiong kouwnio ingin mengaiukan beberapa pertanyaan,"
Kata Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun segera mengikuti pandangan mata Ciok Ciu Lan Ketika itu, Song Bun Cun, Hui Fei Cin dan Siau cui sudah diginng melintasi jembatan Mereka berhenti di hadapan gadis itu Tiong kouwnio tetap duduk di tempat semula Matanya menatap tiga orang itu secara bergantian.
"Siapa kalian? Siapa yang menyuruh kalian datang keman?"
Tanyanya.
"Menjawab pertanyaan Tiong kouwnio. pemuda ini bernama Song Bun Cun Dia adalah putra tunggal Bulim Toa lo Song Ceng San Sedangkan gadis ini bernama Hui Fei Cin. Dia adalah putri kesayangan Wi Yang taihiap Hui Kian Sai"
Kata laki laki she Yu itu. Mata Tiong kouwnio berkilauan mendengar keterangan tersebut.
"Ternyata orang yang mempunyai asal usul lumayan.".
"Kaiau dibandingkan dengan ham partai besar dunia Bulim. terhitung apa kalian ini? Kalau memang ada kemampuan mengapa tidak lepaskan Kongcumu dan mencoba mengadu ilmu sejati Kalau sampai Kongcu mu kalah, mati pun tidak akan mengerulkan kening sekejap,"
Sahut Song Bun Cun tan tang.
"Apakah kau tidak senang diperlakukan demikian?"
Tanya Tiong kouwnio dengan nada datar.
"Tentu saja Kongcumu tidak senang "
Sahut Song Bun Cun.
"Tadinya aku berniat melepaskan kalian begitu saja, tapi karena kau tidak senang, maka aku ingin membuat matamu terbuka lebih lebar,"
Katanya. Matanya mengerling sekilas.
"Yu Kim Piau, lepaskan mereka'"
Perintahnya. Ciok Ciu Lan mengeluarkan seruan terkejut.
"Dia adalah Ceng sat ciu (Pembunuh bayaran bertangan ringan) Yu Kim Piau."
Katanya.
"Apakah dia sangat terkenal?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Di daerah Kang lam namanya sangat terkenal llmu andalannya adalah Cesal ciang (Telapak hijau maut). Itu adalah sejenis ilmu dan golongan sesat di daerah perbatasan. Menurut cerita yang tersebar, siapa pun yang terkena racun tersebut dalam waktu setengah hari tubuhnya akan menghijau dan tidak tertolong lagi,"
Rata Ciok Ciu Lan menjetaskan. Sementara mereka bercakapcakap Laki-laki she Yu sudah membebaskan lalan darah ketiga orang tersebut.
"Bagaimana kau akan membuat mata kami terbuka'?"
Tanya Song Bun Cun.
"Ayahmu sejak dua puluh tahun yang lalu sudah terkenal sebagai Bulim it kiam, ilmu pedangnya menggetarkan dunia kangouw Aku yakin kau tentunya sudah mewarisi cukup banyak Biarlah kita bertanding ilmu pedang saja,"
Kata Tiong kouwnio.
"Bulim it kiam, nama besar yang diberikan kepada ayahku. tapi sejak semula ayah sudah mengatakan bahwa beliau tidak sanggup menerimanya Cayhe juga tak pernah mengatakan bahwa ilmu pedang keluarga kami amat tinggi Tetapi cayhe memang sejak kecil sudah berlatih ilmu pedang Kalau kouwnio memang ingin memberi pelaiaran, baiklah kita bertanding dengan ilmu pedang."
Sahut Song Bun Cun tenang. Yok Sau Cun menganggukkan kepala dengan diam-diam. Ucapan Song Bun Cun itu bagus sekali Sama sekali tidak menyombongkan nama besar ayahnya.
"Baik sekali."
Kata Tiong kouwnio dingin Dia menolehkan kepalanya Tangannya menggapai salah satu gadis yang membawa lentera tadi.
"Cun Hong!".
"Hamba di sini,"
Sahut salah seorang gadis yang berusia muda sekali.
"Coba kau terima beberapa jurus ilmu pedang Song Sauya itu,"
Perintah Tiong Kownio.
"Hamba menerima perintah,"
Sahut Cun Hong. Dia mengeluarkan sebatang pedang pendek dari selipan ikat pinggangnya Dengan langkah gemulai dia maju ke depan Song Bun Cun marah sekali.
"Kouwnio memenntahkan seorang pelayan cihk meladam cayhe, apakah memang kouwnio tidak memandang sebelah mata pada Kongcumu ini?"
Bentaknya.
"Kalau kau sanggup mengalahkannya, aku tentu akan turun tangan sendiri,"
Sahut Tiong kouwnio ketus.
Cun Hong mendekati u)ung jembatan dengan langkah tenang Mukanya yang berbentuk kuaci itu sanga't manis, apalagi usianya masih muda sekali, mungktn tidak lebih dan enambejas tahun Tampangnya sangat menawan tapl karena Song Bun Cun tadi memanggilnya sebagal pelayan cilik, wajahnya berubah cemberut.
"Apakah pelayan bukan manusia? Yang kita pertarungkan adalah pedang bukan derajat diri kita Dalam bertarung, yang kuat menang, yang kalah ditindas, itu sudah rnerupakan hukum alam. Kalau kau sanggup mengalahkan aku. nanti baru bicara besar toh belum terlambat,"
Katanya. Lidah pelayan cilik itu tajam sekali Sama sekali tidak memaafkan kata-kata Song Bun Cun yang dianggapnya menyakitkan itu Anak muda itu sampai terbungkam dibuatnya Siau cui segera maju ke depan dengan dada ditegakkan.
"Piau sauya . Biar budak menerima beberapa jurus darinya.".
"Song Bun Cun menganggukkan kepalanya.
"Baik,"
Sahutnya. Siau cui mengeluarkan pedang pendek dan selipan pinggangnya Dia maju lagi satu langkah dan tersenyum kepada Cun Hong.
"Bagaimana kalau kita yang mencoba kepandaian?"
Tanyanya.
"Kau ingin bergebrak denganku'?"
Suara Cun Hong terdengar dingin.
"Apakah aku tidak pantas bergebrak denganmu'?"
Tanyanya Siau cui. Cun Hong tersenyum tipis.
"Tentu saja boleh,"
Sahutnya.
"Bagus Kalau begitu kita car! tempatyang lebih luas,"
Ajak Siau cui.
"Tidak perlu. Untuk benanding ilmu pedang, para ko ciu hanya memerlukan tempat untuk berpijak. Meskipun hanya sepetak keen sudah cukup Aku tentu saja belum dapat disebut Ko ciu. namun jembatan itu rasanya sudah cukup besar Kita bertanding di atas jembatan itu saja,"
Kata Cun Hong angkuh. Siau cui tentu saja tidak mau kalah gertak.
"Kalau kau memang mau bertanding di atas jembatan, ayolah. Kau pikir aku takuf?"
Bentaknya.
"Mengadu ilmu pedang harus menggunakan kepandaian sejati, bukan dengan mulut besar sudah dapat mengalahkan lawan,"
Sahut Cun Hong. Dada Siau cui serasa akan meledak karena mendongkol.
"Bagus... Kau sudah boleh melancarkan serangan."
Katanya. Cun Hong mengangkat pedang pendeknya ke atas.
"Kalian adalah tamu Aku sepatutnya mengalah. Kau mulailah lebih dulu,"
Sahutnya. Siau cui benci sekali melihat lagaknya yang konyol Rasanya ingin dalam sekali tusuk ia menyerang agar budak itu mati saja.
"Kalau demikian keinginanrnUi aku tidak sungkan lagi."
Dengan gerakan kilat, pedang pendeknya menghunjam ke depan.
Jurus ini sangat lihai.
Apalagi dia sudah mefatih sampai matang.
tentu saja tidak dapat dianggap ringan.
Sementara itu, Song Bun Cun dan Hui Fei Cin sudah mundur beberapa langkah dan memperhatikan jalannya penarungan dengan seksama Hui Fei Cin melihat Siau cui membuka permulaan yang bagus sekali Diam diam dia menganggukkan kepalanya Cun Hong sendiri tadinya dipenntahkan untuk melawan Song Bun Cun.
sekarang digantikan oleh seorang budak, tentu saja dia tidak memandang sebelah mata "Bagus sekali,"
Katanya dingin Pedang di tangannya juga dipular dengan cepat Sinarnya sepeni pelangi yang indah Dengan keyakinan penuh dia menyambut serangan Siau cui dengan kekerasan "Trang""".
Terdengar suara benturan yang nyanng Pedang di tangan mereka samasama tof getar Keduanya mundur satu langkah.
Tu buh Cun Hong berputar dengan panik Pedang pendek di tangannya ditarik kembali dengan segera.
Siau cui juga menekuk pinggangnya dengan gaya yang manis.
Pedang pendeknya juga segera ditarik kembali Tubuhnya berdiri dengan tegak Pergelangan tangannya diputar dan sekaligus dikeluarkannya tiga jurus berturut turut.
Cun Hong terperanjat melihat serangan itu, dia mengelit dengan kelabakan Tubuhnya bergeser ke kin dan kanan Langkah kakinya mundur terus.
Song Bun Cun mendengus dingin.
"Dengan kepandaian cakar ayam begitu berani beranian ingin bertanding dengan Kongcul"
Katanya ketus. Sementara itu, Cun Hong kembali mundur satu langkah Siau cui sama sekali tidak membennya kesempatan.
"Kalau kau mundur lagi. maka lembatan ini tentu tidak cukup untuk kita mengadu kepandaian,"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sindirnya.
Wajah Cun Hong merah padam Dia menjadi nekad.
Pedangnya digerakkan dengangaya memutar, Kakinya maju dua langkah.
Dia menenang Siau cut tanpa memperdulikan serangan gadis itu, Tubuhnya miring kesamping Gerakannya tiba-tiba berubah.
Tangannya bergerak dengan gaya yang aneh Tidak sepsrti sedang mengadu ilmu dengan pedang, Tapl dengan tangan kosong Siau cul merasa matanya berkunangkunang Dia tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan pedang pendeknya Cun Hong yang merasa di atas angin makin bersemangat.
Dengan cepat ia menusuk ke depan Siau cui tidak tahu harus berbuat spa Pedang pendeknya diangkat ke atas untuk diadukan dengan pedang Cun Hong Ternyata dia sudah termakan siasat budak cilik itu, Karena memang itulah yang diharapkan oleh Cun Hong Pergelangan tangannya memutar dengan cepat Padang pendek Siau cui seakan dililit oleh gulungan angin kencang,.
"Trangg!!!. Pedang pendek Siau cui tedepas dari tangan dan melayang di udara Cun Hong mundur dua langkah Bibirnya mengembangkan senyuman mengejek.
"Kau bukan tandinganku Lebih baik suruh saja majikanmu menghadapikui"
Katanya. Siau cui hampir menangis mendengar ejekan itu Dia tidak memunggut kembali pedang pendeknya yang terjatuh di tanah. Dengan tangan kosong dia menyerbu ke arah Cun Hong.
"Biarlah aku mengadu jiwa denganrnui"
Teriaknya. Hui Fei Cin segera maju mencegahnya.
"Siau cui, kembali'"
Bentaknya.
"Siocia. aku belum kalah!"
Sahut gadis itu kesal.
"Pedangmu saja sudah terlepas dari tangan, masih tidak mau mengaku kalah'"
Sindir Cun Hong sambil mencibirkan bibirnya. Siau cui masih mau menyahut, tapi Hui Fei Cin mengibaskan tangannya.
"Tidak usah berkata apa-apa lagi Kembalilah!". Siau cui mendengus satu kali kepada Cun Hong Dia terpaksa mundur ke samping Hui Fei Cin Mata gadis itu sedang memandang Song Bun Cun.
"Piauko. biar aku yang menghadapinya ".
"Piaurnoi harus berhati-hati llmu pedang budak ilu biasa-biasa saja, tapi geifkan la ngannya sangat aneh,"
Kata Song Bun Cun. Hui Fei Cin mengembangkan senyuman lebar.
"Karena itulah aku ingin menghadapinya,"
Sahutnya. Dia maju ke depan beberapa langkah.
"Cun Hong, kau juga balik!"
Teriak Tiong kouwnio. Cun Hong tampak terpana.
"Tiong kouwnio Budak ". Tiong kouwnio tidak membiarkan dia membantah lebih lanjut.
"Kau sudah memenangkan satu kali pertandingan Sekarang mereka mengganti orang lain. Kita juga harus mengganti orang."
Katanya. Cun Hong tidak berani membantah lagi Setelah mengucapkan sepatah kata 'Baik' Dengan langkah lebar dia kembali ke sisi nonanya. Sia Ho Kau sambut beberapa jurus dan Hui toa siocia."
Ujar Tiong kouwnio. Gadis yang berdiri di sebelah kanannya segera menyahut.
"Budak terima perintah "
Dia melangkah ke depan Hui Fei Cin. Cadar di muka Hui Fei Cin bergerakge rak Dia menunggu sampai Sia Ho berada di hadapannya.
"Apakah kita juga bertanding dengan pedang?"
Tanyanya lembut.
"Budak menerima perintah Tiong kouwnio untuk melayam Siocia Tentu saja bertanding dengan pedang,"
Sahut Sia Ho.
"Bagus sekali Kita juga tidak perlu sungkan lagi Keluarkanlah seniatamu,"
Kata Hui Fei Cin.
Sia Ho mengeluarkan sebatang pedang pendek dari selipan pinggangnya.
Pedangnya itu persis seperti yang digunakan Cun Hong tadi Dia berdiri menanti.
Pedang yang dibawa oleh Hui Fei Cin malam ini bukan pedang Cen Ku kiam yang terkenal di dunia kangouw itu Tangannya diangkat ke atas.
'Cring!'.
Terdengar suara yang nyaring Pedang itu terbuat dari bahan baja putih dengan sebuah rantai panjang menjuntai di bagian ujungnya Bayangan Hui Fei Cin yang mempesona terpantaul di aliran air.
apalagi dengan pedang yang berkilauan Makin indah dipandang mata Sekali lihat saja, orang akan tahu bahwa yang ada di tangannya adalah sebilah pedang pusaka.
Hui Fei Cin mendongakkan wajahnya Pedangnya telah tergenggam di tangan.
"Kau boleh mulai sekarang,"
Katanya. Dia benar-benar pantas menjadi putri kesayangan Wi Yang taihiap Sikapnya anggun dan menawan.
"Tidak! Budak menerima perintah majikan berarti mewakili Tiong kouwnio Sebagai seorang tamu yang harus dihormati, maka Siocia yang harus mulai dulu,"
Sahut Sia Ho. Nada bicaranya sangat ramah, karena dia melihat Hui Fei Cin juga begitu ramah terhadapnya Sekarang gadis itu sedang tersenyum manis ".
"Kalau demikian, aku juga tidak perlu sungkan lagi,"
Kata Hui Fei Cin.
Pedangnya diputar, kilauan sinar putih menebar di sekelilmg Hui Fei Cin maju beberapa tindak dan menusuk ke arah Sia Ho Serangannya ini hanya percobaan saja, dia hanya ingin menyelidiki dahulu permainan pelayan itu Ternyata Sia Ho tenang tenang saja Tubuhnya berkelit ke kiri.
Dan lengan bajunya yang lebar tiba-tiba dikeluarkan lagi sebatang pedang pendek Pedang tersebut dibagi di kedua belah tangannya Dengan gerakan yang sangat cepat, menyambut serangan Hui Fei Cin.
'Trang' Trang".
Dia tidak berhenti sampai di situ saja Pedang di tangan kirinya ditarik kembali, sedangkan yang ada di tangan kanan menusuk dari bawah.
Hui Fei Cin terkejut sekali.
Dia tidak menyangka pelayan itu begitu lihai.
"Benar apa yang dikatakan orang Di bawah pimpinan seorang panglima besar tidak ada Prajurit yang lemah. Seorang pelayan saja sudah memiliki kepandaian begitu tinggi, apa lagi Tiong kouwnio itu,"
Pikirnya dalam hati Sekarang dia lebih waspada.
Gerakannya lebih dipectimbangkan Dia mundur dua langkah menghadapi tusukan pedang Sia Ho, namun sekali lagi dia terkejut Baru saja pedang di tangan kanannya berhasil dihmdari, pedang pendek di tangan kiri gadis itu sudah menyambarnya.
Hui Fei Cin sampai mandi kenngat men jaga diri dan serangan yang tiba liba da tangnya itu.
Serangan itu berbahaya sekali Hui Fei Cin mengangkat pedangnya dan menangkis.
Berpijarlah bungabunga api yang menyilaukan mata.
Song Bun Cun Siau cui serta Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan menonton "pertandingan itu dengan hati tegang Mereka belum tahu siapa yang akan menang atau kalah.
Sebetulnya dalam hal tenaga dalam, ke duanya tampak seimbang, tapi dalam hal kecepatan gerakan, Hui Fei Cin mungkin masih kalah sedikit dengan gadis pelayan itu Perlahanlahan dia mulai terdesak dan mundur terus Tiba-tiba pedang Sia Ho menyambar.
HUI Fei Cin dengan cepatnya mengelak, pedangnya menyambar dan mengurung Sia Ho.
tapt dia kalah cepat karena sepasang pedang pendek pelayan itu telah disilangkan dan diadukan dengan pedangnya Untuk sesaat Hui Fei Cin kehilangan keseimbangan Tangannya terasa kesemutan dan.
"Cring'". Pedangnya terlepas dan tangan Sia Ho meloncat mundur beberapa langkah.
"Hui toa siocia terima kasih atas pelajar anmu hari ini katanya la mengambil pe dang Hui Fei Cin yang terjatuh di tanah dan di sodorkannya kepada gadis itu.
"Hui toa siocia Terimalah kembali pedangmu ini,"
Lanjutnya. Hati Hui Fei Cin masih berdebardebar, tapi wajahnya tenang sekali.
"Terima kasih kembali Di bawah pimpinan seorang panglima besar memang tidak ada prajurit yang lemah Aku kalah dengan puas Pertandingan ini telah membuat mataku terbuka,"
Sahutnya. Diterimanya pedang yang disodorkan itu. Sia Ho membungkukkan badannya dengan hormat.
"Hui toa siocia memandang budak terlalu tinggi". Dia segera mengundurkan diri ke samping Tiong kouwnio Ciok Ciu Lan menoleh kepada Yok Sau Cun di tempat' persembunyiannya.
"Yok Siangkong, apakah kau juga melihatnya?".
"Apa yang kau maksudkan dengan juga melihat'?"
Tanya Yok Sau Cun dari mana datangnya mereka itu'? Mengapa aku tidak pernah mendengar ibu menceritakan tentang komplotan yang mempunyai kepandaian demikian hebat".
"Yang pertama memakai sebatang pedang pendek,yang kedua menggunakan sepasang pedang, entah yang dua lagi mempunyai keistimewaan apa?"
Sahut Yok Sau Cun sambil menggelengkan kepalanya.
Song Bun Cun yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Hui Fei Cin mengalami kekalahan di bawah sepasang pedang pendek Sia Ho.
tentu saja terkejut sekali Tapi dia tidak mau menampilkan perasaan tersebut di depan lawan Dia segera mengembangkan senyuman lebar.
"Piau moay. kalah atau menang dalam suatu pertandingan adalah hal yang lumrah Sekarang tentunya giliran Kongcu,"
Katanya. Dia melangkah dengan lebar kehadapan rombongan lawan.
"Tiong kouwnfo, apakah kau akan turun ke arena atau mengutus pelayanmu yang lain?"
Tanya Song Bun Cun. Tangan kin Tiong kouwnio melambal ke arah pelayannya.
"Ciu Suang giliranmu!"
Perintahnya dengan nada dingin.
Ciu Suang adalah gadis yang berdiri di ujung sebelah kanan dan dia juga yang membawakan kurungan berisi harpa tadi.
Dia segera mengiakan tapi baru saja kakinya melangkah beberapa tindak.
tiba-tiba dia berhenti Dia berdiri terpaku di tempatnya beberapa saat Song Bun Cun tahu bahwa Tiong kouwnio sedang mengisikinya dengan ilmu Coan Im Jut Bit Yaitu semacam ilmu yang berbicara tanpa mengeluarkan suara dan hanya tertuju pada orang tertentu Sesaat kemudian terlihat dia melangkah lagi sampal ke badapan Song Bu Cun.
'Apakah kouwnio yang akan bertanding dengan Kongou?"
Tanya Song Bun Cun tenang. Alis Ciu Suang sangat indah Bibirnya mungit Membuat orang yang melihatnya terpesona Namun sesual namanya (Ciu Suang berarti kesejukan di musim gugur) wajahnya juga sangat dingin.
"Apakah masih perlu disangsikan?". Tangannya menghunus sepasang pedang panjang dan balik punggungnya.
"Bagus sekali'"
Kata Song Bun Cun mernuii "Silahkan kouwrno mulai". Ciu Suang melinknya sekilas.
"Tiong kouwnio sudah berpesan, tuan rumah harus mengalah terhadap tamunya Tapi .".
"Tapi apa?"
Tanya Song Bun Cun.
"llmu pedang Tian Hua san ceng sangat terkenal Pertandingan kita kali ini juga menggunakan pedang apakah ada batasnya?". Song Bun Cun terpana.
"Apa maksud kouwnio?"
Tanyanya tidak mengerti.
"Tuan rumah selalu mengikuti permintaan tamunya Kau boleh kemukakan sendiri, kirakira dalam berapa jurus kau sanggup mengalahkan aku, maka kita menggunakan berapa jurus yang kau inginkan itu sebagai batas kalah atau unggul?"
Kata Ciu Suang.
Ucapan itu sangat sombong Juga sangat cerdik.
Song Bun Cun sejak kecil belajar ilmu pedang, meskipun dia belum mencapai ke sempurnaan, tapi sebagian besar ilmu pedang Song Ceng San telah diwansi oleh nya.
Walaupun jago kelas satu di Bulim saat ini sangat banyak, namun mereka belum tentu dapat mengalahkan Song Bun Cun dengan mudah Sekarang seorang gadis yang masih bau kencur malah menanyakan berapaJurus yang dia sanggup mengalahkannya'? Bukankah ini berarti tidak memandang sebelah mata Tian Hua san ceng"? Wajah Song Bun Cun agak berubah mendengar perkataan Ciu Suang.
"Silahkan kouwnio yang kemukakan sendiri,"
Sahutnya datar.
"Tidak Berapa jurus yang akan kau perlukan untuk mengalahkan aku, toh aku tidak tahu Kalau yang kuajukan terlalu sedikit, belum tentu kau dapat mengalahkan aku dalam jumtah tersebut. Kalau aku mengatakan terlalu banyak sama saja artinya aku memandang rendah Tian Hua san ceng Untuk menghadapi seorang budak saja, masa kau perlu menggunakanjurus sebanyak itu. 0!eh karena itu, aku jadi serba salah Karena hal ini menyangkut nama balk Tian Hua san ceng, maka lebih baik kau yang menentukan sendiri "
Kata Ciu Suang.
Dalam hati Song Bun Cun marah sekali.
Tetapi karena pihaknya telah dua kali mengalami kekalahan, maka dia berpikir kembali.
Sebetulnya dia ingin mengajukan sepuluh jurus, namun rasanya kurang tepat Kalau dalam sepuluh jurus dia tidak dapat mengalahkan pelayan itu, bukankah dm sendiri harus mengaku kalah? Tetapi kalau dia meng ajukan terlalu banyak, sebagai Sau ceng cu dari Tian Hua san ceng, untuk menghadapi seorang gadis cilik saja memerlukan jurus sebanyak itu, bukankah memalukan? Untuk sesaat Song Bun Cun kebmgungan Dia ti dak tahu bagaimana harus menjawab.
Ciu Suang tidak membtarkan berpikir lama lama.
"Bagaimana'? Apakah kau tidak mempunyai keyakinan untuk mengalahkan aku'1'"
Sindirnya tajam. Song Bun Cun panas sekali mendengar pernyataannya.
"Sungguh budak yang memiliki lidah ta jam, Kongcu sedang mempertimbangkan Apalagi untuk mengambil nyawamu, rasanya tiga jurus sudah cukup Tapi untuk mengalahkanmu tanpa terluka, mungkin duapuluh jUrus adalah keputusannya ". Dua puluh jurus Memang tepat dengan ilmu pedang pemnggalan Tian San Yi su yang hebat dan belum pernah ada orang yang sanggup memecahkannya Dia mengatakan duapuluh jurus untuk melawan ssorang budak cilik berusia belasan, sebetulnya dia juga sudah dalam keadaan terpaksa.
"Jiwa seorang budak sama sekali tidak berharga Apalagi dalam mengadu ilmu Pedang memang tidak bermata Kalau memang terpaksa, silahkan bunuh aku Tidak usah berpikir panjang Tetapi aku [ngin penjelasan, sebetulnya berapa jurus yang Song Kongcu inginkan, tiga atau duapuluh'?"
Tanya Ciu Suang.
"Pedang Kongcu ini tidak pernah membunuh orang yang tidak melakukan kejahatan besar. Kita bertanding duapuluh jurus saja."
Sahut Song Bun Cun. Hui Fei Cin diamdiam berpikir "Piauko mendapat didikan langsung dari paman, malam ini penampilannya sungguh tenang, jawabannya juga tepat Sungguh jauh berbeda dengan biasa"
Dia menatap pemuda itu sejenak. Ciok Ciu Lan menjawi! lengan baju Yok Sau Cun.
"Budak yang bernama Ciu Suang itu memaksa Song Bun Cun mengatakan berapa jurus yang diperlukan untuk mengalahkannya Aku yakin pasti dia mempunyai rencana tertentu"
Katanya.
"Apa salahnya?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Di mana salahnya, aku juga tidak tahu Pokoknya ada sesuatu yang tidak beres,"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sahut Ciok Ciu Lan. Sementara itu, terdengar sahutan dari Ciu Suang.
"Baiklah. Dua puluh jurus. Sekarang kau sudah boleh mulai menyerang ".
"Kouwnio harap berhati-hati. Kongcu mulai menyerang "
Dalam waktu sekejap, mimik wajahnya berubah menjadi serius.
Tangan yang menggenggam pedang, terangkat perlahan-lahan Sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam Menatap lurus ke arah pedangnya.
Ciu Suang yang berdiri di hadapannya juga sudah melihat waiah Song Bun Cun yang demikian tenang Tiba-tiba timbul perasaan hormat dalam hatinya Tepat pada saat itu, Song Bun Cun mulai menyerang Gerakannya sangat lambat, namun kelambatan itu hanya pembukaan saja.
Sampai di tengah jalan, pedang itu meluncur dengan cepat Begitu cepatnya sehingga seperti kilat yang menyambar Sasarannya adalah bahu kin Ciu Suang.
Mata gadis itu memang sejak tadi sudah terpaku pada pedang Song Bun Cun yang bergerak lambat.
Penampilannya sangat tenang Begitu pedang itu meluncur sampai di tengah jalan Tubuhnya juga mencelat Dengan mudah dia berhasil menghindarkan diri Song Bun Cun terkejut seiak tadi dia sudah memperhatikan bagaimana siau cui dan Hui Fei Cin dikalahkan maka dan itu, dia memilih jurus yang satu ini sebagai pembukaan Siapa sangka gadis cilik itu dapat berkelit dengan mudah? Bahkan perubahan jurus tersebut belum sempat dikeluarkannya sama sekali.
"Bagus!"
Tanpa sadar mulutnya berseru Serangannya kali ini tetap secepat tadi, tapi jurus yang digunakannya sangat barlainan Dia mengangkat sebelah kakinya ke belakang dan seperti orang yang sedang bermain ski salju meiuncur menyerang Ciu Suang.
Tubuhnya memutar beberapa kali, namun tikaman pedangnya tetap menuju ke depan Dia sekaligus mengerahkan tiga jurus ampuhnya.
Ciu Suang sempat terperaniat namun ilmunya memang hebat Dapat dipastikan orang yang melatih mereka luar biasa.
Kete nangannya mengagumkan.
Meskipun serangan Song Bun Cun sangat berbahaya, tapi dia menghadapinya tanpa panik sedikit pun Sekali kakinya dihentakkan, tubuhnya melayang ke atas tembok |embatan Dengan alas jembatan itu, dia menutui sekali lagi dan melayang melewati kepala Song Bun Cun.
Kemudian secepat kilat tubuhnya memutar Dan menikam pemuda itu dari belakang Dari pihak penyerang, Song Bun Cun menjadi pihak yang diserang Untung saja reaksinya cepat, dia membahkkan tubuh dan menangkis sepasang pedang gadis itu.
"Trangi"
Song Bun Cun mencelat ke atas dan turun dengan tenang Dia mengira paling tidak gadis itu akan terpental oleh pantulan tenaga benturan pedang tadi Tapi sekali lagi dia terkejut gadis itu bersalto di udara dan melayang turun dengan gaya yang indah.
Satu hal lagi yang menciutkan hati Song Bun Cun Dia mendapat kenyataan bahwa ilmu yang digunakan gadis itu seakan memang sengaja dicyptakan untuk mengimbangi kepandaian yang dimilikinya Meskipun dia menyerang dengan Jurus apa pun, gadis itu segera mengetahui cara untuk menandinginya Song Bun Cun berteriak lantang Dia memutar pedangnya dengan cepat Pertandingan berlangsung semakin seru dan menegangkan Yang satu menyerang, sedangkan yang lainnya mempertahankan diri.
Wajah Ciu Suang mulai merah padam Keringatnya mulai mengucur, tapi dia bertahan mati-matian llmunya sangat mengagumkan.
Meskipun dia seperti sudah kewalahan, tapi ilu hanya karena dia kalah tenaga saja dengan Song Bun Cun Sedang Ran serangan pemuda itu sendiri, berhasil dielakkan dengan manis.
Tiba-tiba Ciu Suang melayang mundur sejauh lima tindak Wajahnya penuh keringat.
Nafasnya tersengalsengal Namun bibirnya tersenyum.
"Sudah lewat duapuluh jurus, apakah kau masih belum mau berhenti?"
Tanyanya dingin. Song Bun Cun menarik pedangnya kembali Wajahnya muram. Kepalanya mengangguk-angguk "Ternyata sudah duapuluh jurus lebih. Kongcu mengaku kalah...."
Sahutnya sendu.
Ciu Suang menatapnya beberapa saat Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun Wajahnya tiba-tiba berubah Dengan langkah lebar dia segera kembali ke sisi Tiong kouwnio.
Song Bun Cun menjura dalam-dalam "Malam ini kami mengaku kalah.
Selamat tinggal,"
Katanya. Dia menoleh kepada Hui pei Cin "Piaumoi man kita pergi "Dia segera melangkah.
"Song Kongcu, berhenti sebentar!"
Terdengar seruan Tiong kouwnio. Song Bun Cun berhenti melangkah Dia membalikkan tubuhnya "Apakah Tiong kouwnio bermaksud menahan kami?"
Tanyanya. Tiong Kouwnio bangkit dan tempat duduknya Bibirnya menyunggingkan senyum datar.
"Aku tadi sudah mengatakan bahwa sama sekali tidak ada maksud menahan kalian di sini. Tetapi ada satu persoalan yang aku harap kalian mau duduk bersama agar kita dapat membicarakannya". Dan tempat persembunyiannya, Yok Sau Cun melihat rombongan kawannya mengalami kekalahan tiga kali berturut-turut.
"Ciok kouwnio, mari kita keluar Cayhe ingin menemui manusia she Yu untuk me minta obat pemunah,"
Katanya Dia segera berdiri. Ciok Ciu Lan sedangmelamun Dia t.erkejut melihat Yok Sau Cun yang bermaksud mengunjukkan diri Dia segera menarik tangannya.
"Untuk apa kau keluar?"
Tanyanya.
"Song heng belum tahu bahwa manusia she Yu yang membawanya ke man adalah orang yang menitipkan surat beracun ke pada cayhe Mumpung Song heng masih ada di sini, cayhe akan melucutj kedoknya dan meminta obat pemunah racun ".
"Tunggu dulu Aku tenngat sesuatu hal,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Hat apa?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Aku sedang berpikir, Tiong kouwnio mengajak keempat pelayannya tinggal di sini, kemungkinan besar demi Tian Hua san ceng. Song toya cu sudah lama mendapat sebutan Bulim it kiam llmu yang mereka pelaian, semuanya khusus untuk menandingi ilmu Song loya cu ".
"Apa yang kau katakan memang tidak salah,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Tetapi, karena nama Song loya cu sudah lama menggetarkan dunia kangouw, mereka tidak berani menghadapinya langsung Oleh karena itu, mencan jalan lain, misalnya mem peralat engkau membawakan surat beracun itu kepadanya".
"Tidak salah ".
"Ofeh karena itu, aku rasa obat pemunah itu tidak ada di tangan manusia she Yu,"
Kata Ciok Ciu Lan.
"Kalau begitu di tangan siapa'?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Manusia she Yu itu juga menjalankan perintah saja".
"Maksudmu... obat pemunah itu ada di tangan Tiong kouwnio'?"
Tanya Yok Sau Cun terperanjat. Ciok Ciu Lan tertawa lebar.
"Akhirnya kau berpikir juga,"
Sahutnya.
"Kalau demikian, kita temui Tiong kouwnio dan minta obat penawar dannya,"
Kata Yok Sau Cun.
"Untuk mendapatkan obat penawar itu, harus menguasai Tiong kouwnio dulu Tapi keempat pelayannya tidak mudah dihadapi Ah Ada sebuah akal".
"Apakah kau menemukan jalan yang baik'?"
Tahya Yok Sau Cun.
"Akal ini sangat berbahaya, tapi tidak ada salahnya kalau kita coba Dekatkan telingamu!"
Kata Ciok Ciu Lan'. Yok Sau Cun menempelkan telinganya ke bibir Ciok Ciu Lan Gadis itu segera menguraikan akal yang terpikir olehnya tadi Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Baiklah Kita jalankan rencana ini,' sahutnya. Sementara itu, Song Bun Cun yang mendengar perkataan Tiong kouwnio segera menolehkan wajahnya ke arah Hui Fei Cin.
"Piaumo, bagaimana pendapatmu?"
Tanyanya.
"Kita toh sudah datang ke man. Apalagi sudah mengalami kekalahan tiga kali berturutturut. Orang meminta kita duduk ber sama. Apakah kita enak hati menolaknya?. Biar kita dengarkan apa yang ingin dibicarakan nanti,"
Sahut Hui Fei Cin.
"Apa yang dikatakan Piaumoi benar juga Mari kita kesana '. Baru saja perkataannya selesai, terde ngar suara panggilan yang lantang.
"Song heng, tunggu sebentar". Song Bun Cun merasa suara itu tidak asing di telinganya Dia segera menoleh Terlihat dua bayangan melesat dan balik batu besar yang terhalang oleh pohon pohon rimbun. Mereka adalah Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan. Mereka tidak melintasi jembatan. Sebetulnya dari balik batu besar itu harus melintasi jembatan lebih dekat dengan tempat Song Bun Cun Tapi mereka mengambil jaian memutarj. Hui Fei Cin merasa hatmya ber getar aneh melihat kemunculan Yok Sau Cun yang bersama Ciok Ciu Lan.
"Apakah Yok heng berniat menyatakan sesuatu kepada cayhe?"
Tanya Song Bun Cun yang agak terpana melihat kehadiran kedua orang itu. Yok Sau Cun mengembangkan senyuman.
"Cayhe juga ingin meminta pelajaran dari Tiong kouwnio. Kebetulan kekurangan dua saksi Karena So heng dan Hui siocia ada di sini, maka memnita kalian berdua menjadi saksinya saja"
Dia mangedipkan mata ke pada pemuda itu. Song Bun Cun tidak mengerti apa maksudnya. Namun dia dapat menduga bahwa Yok Sau Cun mempunyai alasan sendiri "Baiklah Entah bagaimana kami harus bersaksi?"
Tanyanya.
"Song heng tunggu sebentar, biar cayhe rundingkan syaratnya dengan Tiong kouwnio,"
Kata Yok Sau Cun Matanya segera mengalih kepada gadis itu la mengangkat tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Selamat bequmpa kembali, semalam Tiong kouwnio mengutus orang membawa cayhe pulang ke rumah Hu toa nio, cayhe masih belum sempat mengucapkan terima ka sih Biar cayhe mengatakannya sekarang.".
"Yok Sau Cun, aku hanya memandang wajah Hong lo cianpwe, maka menyucuh orang mengantar engkau pulang Tidak disangka, siang ini kau mengajak mereka memenksa rumah ini dan sekarang kembali lagi untuk membiarkan dirimu tertangkap,"
Kata Tiong kouwnio dingin. Yok Sau cun tertawa lebar.
"Tiong kouwnio, aku ingin menjelaskan satu hal Cayhe dengan Hong locianpwe yang kau katakan sama sekali tidak ada hubungan apa apa Kau mengatakan kedatangan cayhe malam ini agar diri sendiri tertangkap Sungguh tidak sedap didengar Sedangkan kedatangan cayhe dengan memanjat tembok malam ini, adalah untuk mencan seseorang,"
Sahutnya.
"Siapa yang kau can?' tanya Tiong kouwnio datar. Yok Sau Cun menunjuk ke arah laki-laki yang berdiri di samping jembatan.
"Yu heng itulah yang ingin cayhe ternui Dialah laki laki yang menitipkan surat agar disampaikan kepada Song loya cu Akibatnya cayhe jadi kambing hitam. .". Song Bun Cun mendengar Yok Sau Cun mengatakan bahwa yang menitipkan surat adalah lakiiaki yang membawa mereka tadi, segera menghunus pedangnya "Rupanya engkau yang mencelakal ayahku !"
Bentaknya sambil menyerbu ke arahnya. Yok Sau Cun cepatcepat menarik tangannya.
"So heng, kau adalah saksi cayhe maka kau harus menunggu sampai perkataan cayhe selesai"
Sekali lagi dia mengedipkan mata kepada anak muda tersebut. Hui Fei Cin juga sempat melihat isyarat mata yang dibenkan Yok Sau Cun barusan Dia membantu membujuk piaukonya.
"Piauko, biarkan Yo Singkong menyelesaikan ucapannya, nanti masih ada waktu untuk menanyakan orang itu,"
Katanya.
Song Bun Cun terpaksa menahan kemarahannya Dia berdiri tanpa berkata apa-apa tagi Sementara itu, Yok Sau Cun menoleh kembali kepada gadis Tiong.
'Oleh karena itu, tadinya tufuan kedatangan cayhe malam ini adalah untuk meminta obat penawar dari Yu Kirn Piau Namun setelah direnungkan sekali lagi, tampaknya Yu heng ini juga hanya men|ajankan perintah $aja Dia belum tentu memiliki obat pemunah itu, maka ...
". Dia sengaja menghentikan ucapannya, Tiong kouwnio mendengus sekali.
"Maka kau mencari aku bukan?"
Sahutnya. Yok Sau Cun tersenyum manis.
"Tebakan Tiong kouwnio sungguh tepat Maksud cayhe memang demikian ".
"Apakah kau tidak menganggap dirimu sedang mencari kesusahan sendiri?"
Tanya Tiong kouwnio sinis.
"Mungkin juga Tapi pada akhir pertandmgan baru dapat terbukti benar atau tidak,"
Sahut Yok Sau Cun sambil tertawa dengan gaya santai.
"Dengan cara apa kau ingin bertanding?"
Tanya Tiong kouwnio.
"Seperti dalam perjudian setengah angka pun dihitung Maka dan itu, cayhe mengharapkan sebuah pertandingan yang adil dengan kouwnio,"
Sahutnya.
"Setengah angkapun dihitung?"
Tiong kouwnio tertawa dingin "Kau ingin bergebrak dengan aku?".
"Apakah Tiong kouwnio tidak berani bertaruh dengan cayhe?".
"Kalau kau ingin bergebrak dengan aku, kau harus mengalahkan dulu pelayanku baru pantas menghadapi aku,"
Katanya dingin.
"Hal ini cayhe sudah tahu Silahkan kouwnio pilih salah seorang pelayan kouwnio. Cayhe akan menemani dengan senang hati,"
Sahut Yok Sau Cun tenang Tiong kouwnio menolehkan kepalanya ke arah empat pelayan itu.
"Tong Suat, kau hadapi dia beberapa jurus,"
Penhtahnya. Tong Suat segera maju dan mengiakan. Yok Sau Cun tersenyum ramah.
"Tong Suat kouwnio; silahkan keluarkan pedangmu,"
Katanya. Tong Suat mengeluarkan sepasang pedang dari balik punggungnya.
"Mana pedangmu'?"
Tanyanya. Tangan Yok Sau Cun disentakkan.
"Cring!"
Pedang lenturnya telah digenggam dalam tangan.
"Tong Suat kouwnio, hati-hati!"
Seru Yok Sau Cun Secepat kilat pedangnya telah men]adi tegak lurus dihunjam ke depan Dia mengarah ke pergelangan tangan nona itu.
Dalam keadaan panik, Tong' Suat mencelat mundur Pedang Yok Sau Cun tetap mendesaknya Tempat berdiri Tong Suat kebetulan sangat dekat dengan Ciok Ciu Lan Gadis itu sejak tadi sudah menyiapkan sejumlah batu kecil di tangan Dengan diamdiam dia menyentil batu-batu itu.
Perlu diketahui, bagaimana pun Ciok Ciu Lan adalah putri kesayangan Be hua popo Perempuan itu sangat terkenal dengan ilmu Tian li san hua (Bidadari menyebar bunga) nya Dia dapat menimpukkan delapanbelas macam senjata rahasia sekaligus Sedangkan Ciok Cin Lan sejak kecil dididik olehnya.
Meskipun kepandaiannya belum setinggi Be nua popo, tapi paling tidak, dia juga dapat menimpukkan sembilan macam senjata rahasia pada saat yang bersamaan Lagipula timpukkannya itu selalu tepat di sasaran Dengan demikian Tong Suat sama sekali tidak menyadan adanya penyerang gelap Begitu salah satu jalan darah terkena salah satu batu kecil yang disentil oleh Ciok Ciu Lan.
dia segera terkulai tanpa bangun lagi.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gerakan Yok Sau Cun kali ini sangat cepat dan aneh Orangorang yang ada di tempat itu tidak tahu apa yang terjadi Mereka hanya melihat sinar pedang yang berkilauan menerjang ke arah Tong Suat, sebelum sempat melihat dengan jelas, gadis itu sudah roboh.
Pada saat itu Song Bun Cun dan Hui Fei Cin sampal terpana melihat hasil serangan anak muda ttu Terutama Song Bun Cun, dia sudah pernah bertarung dengan Yok Sau Cun Setahunya, ilmu silat pemuda itu memang cukup tinggi, tapi ton masih setmgkat di bawahnya Bagaimana mungkin dalam waktu dua hari saja dapat maju begitu he bat? Dia dapat melumpuhkan Tong Suat hanya dalam satu jurus saja'?.
Setelah mengalahkan Tong Suat, Yok Sau Cun segara menggulung kembaii pedang lenturnya.
Dia menghampin Tiong Kouwnio dan tersenyum lebar.
"Cayhe sudah meraih kemenangan Kalau Tiong kouwnio kurang yakin, boleh mengutus seorang lagi untuk menguJi cayhe,"
Katanya.
"Apa yang kau lakukan?"
Tanya Tiong kouwnio.
"Jangan khawatir Cayhe hanya menotok jalan darahnya dengan Ujung pedang. Bu kan hat yang mengancam jiwa,"
Sahut Yok Sau Cun tersenyum simpul. Sekali lagi Tiong kouwnio menggapai salah satu pelayannya.
"Cun Hong, kau hadapi dia!"
Perintahnya.
"Budak melaksanakan perintah!"
Sahut Cun Hong. Dia segera maju ke depan Yok Sau Cun. Dikeluarkannya sepasang pedang dari balik punggung. Tindakannya sengaja dilambatlambatkan.
"Kau boleh mulai sekarang,"
Katanya. Dia sengaja berlaku santai Yok Sau Cun dapat menangkap maksud hatinya dia tersenyum lebar.
"Tampaknya nona tidak akan membalas kalau cayhe tidak mendahului Kalau demikian, cayhe tidak sungkan lagi,"
Sahutnya.
"Cring!"
Sekali lagi pedang lenturnya dihentakkan sehingga menjadi kaku Dia menudingkannya ke depan Cun Hong.
"Kouwnio, hati-hati!"teriaknya Dengan ]urus Siau cu Tian lam (Sambil tertawa menuju ke arah Tian lamj dia mulai menyerang. Jurus ini adalah sebuah tipuan. Ternyata Cun Hong masuk dalam perangkapnya. Katika melihat Yok Sau Cun meluruskan pedangnya, dia mengira pemuda itu akan mengulangi kembaii serangan tiba-tiba yang dilakukan pada Tong Suat tadi, tubuhnya segera melayang ke alas dan dengan gerakan kilat menebas ke arah kepala pemuda itu Siapa sangka, pedang Yok Sau Cun hanya meiuncur sampai tengah jalan, kemudian ditariknya kembali Pemuda itu berkelit ke samping dan menyapu pedangnya ke pergetangan tangan lawan.
"Sayang sekali kouwnio terlambat sedikit"
Serunya.
Pedang lentur di tangan kanannya kembali ditarik kembali.
Tanpa disangkasangka telapak tangan kirinya menepuk ke depan.
Pada saat itu, tubuh Cun Hong baru saja mendarat Tubuhnya segera limbung tersapu tepukan angin telapak Yok Sau Cun Ciok Ciu Lan tidak menyianyiakan kesempatan itu Batu kecil ditangannya segera disentilkan.
Belum lagi tubuh Cun Hong tegak kembali, dia jatuh terkulai di atas tanah dan tidak' terbangun lagi.
Kedua orang yang bertarung tadi bergerak dengan sangat cepat.
Mereka hanya melihat hantaman telapak tangan Yok Sau Cun telah melumpuhkan Cun Hong Orangorang yang ada di taman itu terpana semuanya.
Song Bun Cun sampai mengerutkan keningnya Mata Hui Fei Cin di balik cadar tampak berkilau Siapa pun tidak ada yang menyangka bahwa lumpuhnya kedua gadis tadi adalah hasil kerja Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun mengangkat wajahnya Dia memandang ke arah Tiong kouwnio dengan tenang dan bibir tersenyum.
"Tiong kouwnio, apakah cayhe sudah pantas bergebrak dengan nona?"
Semakin tenang penampilan Yok Sau Cun, wajah Tiong kouwnio pun semakin dingin.
Peria hanlahan dia bangkit dari tempat duduknya Sepasang mata yang tajam memandang Yok Sau Cun dengan tatapan menusuk Dia maju beberapa tirrdak Matanya tidak beratih dari Yok Sau Cun.
"Sudah cukup,"
Sahutnya ketus Sia Ho dan Ciu Suang yang berdiri di sampingnya segera memanggil serentak.
"Tiong kouwnio, budak ". Tiong kouwnio tidak membiarkan mereka meneruskan ucapannya Tangan kirinya terangkat perlahan Maksudnya mencegah mereka bicara.
"Ambii pedangku!"
Perintahnya. Ciu Suang tidak berani membantah. Dia segera menyodorkan pedang panjang dengan gagang berbentuk kepala garuda Tiong kouwnio menyambutnya Dengan langkah tenang dia menghampiri Yok Sau Cun.
"Kau boleh bebaskan kedua budak itu sekarang!"
Perkataannya bagai sebuah perintah yang tidak boleh dibantah siapa juga.
Yok Sau Cun pemah bertemu dengannya tadi malam.
Lagipula tempat duduk mereka hanya dihalangi sebuah meja bundar.
Dua kali dia mengucapkan maaf, meskipun wa jahnya dingin dan kaku, tapi masih mengembangkan senyuman.
Jadi dia tidak merasa kan apa pun Sekarang, dia berdiri dihadapannya.
Juga di bawah cahaya lentera Dia merasa penampilan wajahnya sangat jauh berbeda dengan semalam.
Tampaknya pucat sekali Sepasang sinar matanya dingin menusuk Orang yang memandangnya mungkin akan bergidik Tetapi, sekaligus membLyt penampilannya begitu mempesona.
pedang Yok Sau Cun belum disimpan.
Dia menjura dalamdalam dengan bibir tersenyum lebar.
"Tiong kouwnio, tentang ini harap maafkan. Kedua pelayanmu itu tidak dapat dibebaskan sampai pertandingan antara kita berakhir, karena....". Yok Sau Cun mendongakkan wajahnya dan membalas tatapan gadis itu.
"Karena apa?"
Tanya Tiong kouwnio datar.
"Karena kedua pelayan semuanya memiliki pedang. Itmu mereka sangat hebat Sedangkan beberapa teman cayhe ini juga memegang pedang, untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, terpaksa harus menyiksa mereka untuk samentara,"
Kata Yok Sau Cun. Tiong kouwnio mendengus sekali "Baik Kau boleh mulai menyerang "
"Tidak Cayhe tadi sudah menyatakan, pertandingan kita kali ini adalah semacam pertaruhan Menang atau kalah, siapa pun jangan menyesal Tentu saja ada sesuatu yang harus dipertaruhkan bukan?"
Sahut Yok Sau Cun. Tiong kouwnio tampaknya tidak sabar melihat sikap Yok Sau Cun.
"Apa yang ingin kau jadikan taruhan?"
Tanyanya.
"Kedatangan cayhe malam im adalah untuk meminta obat pemunah,"
Kata Yok Sau Cin. Di wajah Tiong kouwnio tersirat hawa amarah.
"Apakah kau yakin dapat mengalahkan aku?"
Tanyanya.
"Pertandingan ini adalah sebuah pertaruhan. Tentu saja cayhe berusaha meraih kemenangan dan mendapatkan obat pemunah racun,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Bagaimana kalau aku yang menang?"
Tanya Tiong kouwnio. Meskipun wajahnya dingin dan kaku, tapi ketika berkata terlihat sedikit rona wajah merah di pipinya Bagaimana pun dia adalah seorang gadis yang jarang berdekatan dengan seorang pemuda.
"Kalau cayhe kalah di tangan kouwnio, cayhe bersedia menurut apa perkataanmu,"
Sahut Yok Sau Cun serius.
"Baik."
Senyum tersimpul di bibirnya.
"Apakah Marus dibataskan dengan berapa jurus?".
"Tentang itu, cayhe serahkan kepada Tiong kouwnio saja.". Tiong kouwnio merenung sejenak.
"Bagaimana kalau limapuluh jurus?". Sekali lagi Yok Sau Cun menjura.
"Cayhe sudah mengatakan akan menurut perkataan Tiong kouwnio saja.".
"Kau sungguh pandai bicara,"
Kata gadis itu sambil tersenyum Sebuah senyuman yang dingin namun membawa keindahan tersendiri.
"Kouwnio memuji cayhe terlalu tinggi."
Yok Sau Cun menolehkan kepalanya ke arah Song Bun Cun dan Hui Fei Cin "Cayhe dan Tiong kouwnio telah bersepakat untuk menentukan kalah menang dalam limapuluh Jurus.
Harap So heng dan Hui siocia bersedia menjadi saksi".
Pergelangan tangan Tiong kouwnio bergerak perlahan Pedang berkepala garudanya diangkat ke atas Tangan kirinya menggenggam sarung pedang.
"Silahkan,"
Katanya.
"Cayhe yang memohon pelajaran. Sudah seharusnya Tiong kouwnio yang mulai lebih dahulu,"
Sahut Yok Sau Cun. Tiong kouwnio tidak sebal melihat kecerewetannya lagi.
"Kalau begitu aku akan mulai menyerang,"
Katanya Pedang panjang diulurkan Dengan sekali putaran, dia menusuk ke depan, Tetapi serangannya ini hanya lewat di bahu Yok Sau Cun.
Belum benar-benar bermaksud melukainya.
Ciok Ciu Lan sudah lama berkelana di dunia kangouw Bagaimana mungkin dia tidak tahu? Diamdiam dia tertawa dingin dalam hati Yok Sau Cun mundur setengah langkah.
Dia menghindar dari tusukan pedang Tiong kouwnio.
Pedang lenturnya dikerahkan Jurus yang digunakannya adalah Kui Fu tong ceng (Membuka pintu melalui lorong).
Serangannya dikeluarkan.
Jurus ini tantu saja bukan untuk mendesak lawan Dia hanya membafas kehormatan yang' dilakukan oleh Tiong kouwnio tadi.
Dia juga belum menyerang secara serius.
Hanya sebagai pemanasan saja Rasanya tidak pantas sekali menyerang langsung mengeluarkan jurus yang keji.
Ciok Ciu Lan melihat kedua orang itu saling melink.
Di hatinya timbul perasaan sebal Apalagi setelah melthat gerakan kedua orang itu seperti mainmain saja.
Dia bertambah kesal.
"Yok Siangkong, pertarungan ini hanya ada lima Jurus, Kalau kau dapat memenangkan partarungan tersebut, maka kau akan mendapatkan obat penawar Satu jurus pun tidak boleh mengatah!"
Teriaknya lantang.
"Tidak boleh mengalah,"
Yang diucapkannya seperti sebuah jarum menusuk di hati Tiong kouwnio.
Mengapa harus mengalah? Dalam suatu pertarungan, mengatah adalah hal yang pantang Kata-katamu itu sangat menusuk hati Apalagi bagi pendengaran Tiong kouwnio Apalagi yang mengucapkannya adatah gadis yang datang bersama Yok Sau Cun.
Wajah Tiong kouwnio berubah hebat.
Dia mendengus dingin Sinar pedang berkilauan Pedangnya digerakkan ke samping, menuju bahu Yok Sau Cun.
Pedang lentur pemuda itu segera dikibaskan .
Perlahanlahan berubah kaku.
Dia melihat pedang Tiong kouwnio seperti bintang kejora yang melayang dengan cepat.
Dalam sekejap, dia tidak sempat menggantigaya serangannya.
Pedang lenturnya tidak dige rakkan, tetapi tubuhnya tiba-tiba berjongkok Kakinya menyapu ke depan Jurus ini perubahannya sangat cepat.
Yang digunakannya adalah sebuah jurus dariKunlun pai yang bernama Ceng liong jau san (Naga hijau mengitan gunung).
Apa yang terjadi kemudian persis seperti hujan badai.
Sinarsinar yang terpancar dari pedang mereka bagaikan petir salmg menyambar.
"Trangg' Suaranya menggelegar. Kedua pedang saling membentur Kemudian terpisah lagi dengan tubuh keduanya yang terhuyung-huyung. Yok Sau Cun merasakan bahunya panas membara Sedangkan Tiong kouwnio merasa pergelangan tangannya ngilu dan kesemutan. Mereka sama-sama terdesak mundur satu langkah Benturan kali ini membuktikan bahwa Iwekang keduanya sama kuat.
"Baru saja Yok Sau Cun memantapkan kedudukan kakinya, Tiong kouwnio sudah memutar pergelangan tangannya dan menikam tiga kali berturutturut. Angin yang terpancar dari serangannya menderu-deru. Yok Sau Cun akhirakhir ini sudah melangsungkan beberapa kali pertarungan Pengalamannya sudah bertambah. Langkah kakinya tidak kelabakan lagi Dengan tenang dia menunggu sampai serangan Tiong kouwnio di depan mata Dengan gerakan yang manis dia mengelit menghindarinya Dalam saat yang bersamaan pedangnya juga membalas dua kali tikaman.
"Tampaknya kau bukan murid perguruan Bo liang pai,"
Kata Tiong kouwnio sinis.
"Apa yang membuat Tiong kouwnio mengira cayhe murid perguruan Bo tiang pai?"
Tanya Yok Sau Cun.
"Karena pedang yang kau gunakan adalah benda pusaka Bo liang pai"
Sahut Tiong kouwnio. Yok Sau Cun sendiri terpana mendengar keterangan tersebut.
"Rupanya begitu".
"Meskipun mulut kedua orang itu saling bertanya dan menyahut, namun gerakan mereka tidak berhenti Mereka masih saling menyerang dengan seru. Jurusjurus yang dilancarkan juga makin lama makin aneh Kedua bayangan mereka seperti angin yang bergerak kian kemari Terkadang mundur, terkadang maju. Tidak terdengar lagi suara pembicaraan kedua orang itu. Sebentar saja dua puluh Jurus telah lewat Jurus yang dikeluarkan oieh Yok Sau Cun, makin lama makin matang dan aneh. Setiap gerakan dan jurus yang dikerahkannya adalah campuran dan berbagai aliran terkemuka di dunia Bulim Walaupun jurus tersebut sebenarnya sederhana sekali, namun dimainkan oleh pemucfa itu dengan indah dan banyak perubahan Seiuruh jurus campur aduk itu menjadi rangkaian ilmu yang sempurna. Pedang Tiong kouwmo bagaikan sebuah senjata yang bermata. Dia mendesak Yok Sau Cun terus menerus Tapi biar bagaimana pun dia berusaha, tetap saja ia tidak sanggup mengenai tubuh Yok Sau Cun. Tiong kouwnio merasakan sendiri bahwa pertarungan mereka sudah mencapai duapuluh jurus lebih, tap! masih dalam keadaan seimbang Belum terlihat siapa yang akan menang atau kalah. Sejak semula Tiong kouwnio menampilkan keangkuhan. Dia mana dapat menahan kedongkolan hatinya. Dalam sekejap, gerakannya segera berubah. Pedang di tangannya dikibaskan, menimbulkan cahaya berkilauan bagai bunga api di angkasa Laksana bintang bertaburan di malam hari. percikannya bagai hu|an Dengan indah menyebar ke seiuruh bumi. Seluruh tubuh Yok Sau Cun bagai tertutup kilauan pedang, Untuk sesaat dia panik. Sedangkan seorang turunan ahli pedang seperti Song Bun Cun saja tidak dapat melihat dengan jelas. Dia juga tidak tahu bagaimana melepaskan diri dan serangan maut itu?. Waiah Hui Fei Cin memang tertutup oleh sehelai cadar yang tipis, jadi tidak terlihat raut mukanya yang terkejut Tetapi tangannya yang sedang menggenggam pedang, sejak tadi sudah berkeringat dingin. Tanpa sadar tubuhnya gemetar. Sedangkan Ciok Qiu Lan merasa hatinya tegang sekali Deburan jantungnya seakan hampir meledak. Sampai nafasnya pun terlihat memburu. Tepat pada saat itu, terdengar suara gedebukan yang keras Disusul dengan.
".
"Tring! Tring!"
Suara senar harpa yang diputuskan Serta dentingan senjata yang membisingkan Tampaknya situasi di pinggir jembatan telah mengalami perubahan.
Kepala setiap orang menoleh dengan cepat Namun tiba-tiba cahaya lentera padam.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keadaan jadi gelap gulita Terlihat sesosok bayangan sambil tertawa terbahakbahak melintasi jembatan dengan kecepatan seperti seekor bangau besar yang sedang terbang di angkasa Dia mengambil arah utara.
Tiong kouwnio yang sedang bertarung sengit dengan Yok Sau Cun tidak memperdulikannya lagi.
"Kongsun Kian! Kau ber'ani merusakkan harpa pusakaku!"
Bentaknya Dia mendorong Yok Sau Cun Kedua kakinya menutui, tubuh bersama pedang melayang dalam waktu yang bersamaan Menimbulkan segurat petangi Tubuhnya masih di tengah udara, terdengar mulutnya berteriak.
"Kalian jaga mereka baikbaik Siapa pun yang datang malam ini, tidak boleh dibiarkan pergi."
Kata-katanya belum selesai, orangnya sudah menghilang dalam kegelapan.
Mendengar nada suaranya itu, tampaknya Kongsun Kian menggunakan kesempatan selagi dia bertarung dengan Yok Sau Cun, mengendap serta diamdiam lalu merusakkan harpa mautnya serta menolong muridnya yang tadi ditinggalkan Tidak heran kalau Tiong kouwnio begitu marah dan ingin niengejarnya sampai dapat Justru karena seharihannya dia memang terbiasa bersikap angkuh dan dingin maka dia mengumbar kemarahannya karena Hek i tojin membuat rusak harpa mautnya sehingga orang yang datang malam ini pun tidak dibiarkan pergi lagi.
Ketika Yok Sau Cun bertarung dengan Tiong kouwnio tadi, dalam pandangan orangorang dia bagaikan terkurung oleh sinar pedang gadis itu dan dengan nekad dia menyelinap ke dalam sinar pedang itu dan meloloskan diri Bahayanya jangan dikatakan lagi.
Sekarang dia meirhat Tiong kouwnio tiba-tiba melepaskan dirinya dan mengejar Hek I tojin.
Pedang yang sedang berkilau menusuk pandangannya tiba-tiba buyar Dia segera menarik nafas panjang.
Pedang lenturnya di simpan kembali.
Ciok Ciu Lan segera menghampirinya Dia bertanya dengan nada khawatir.
"Yok Siangkong, apakah kau baikbaik saja?". Sementara itu, Hui Fei Cin juga sedang mendekat ke arahnya. Karena Ciok Cin Lan sudah mengemukakan dulu pertanyaan yang ingin diajukannya, maka dia berlagak acuh saja. Yok Sau Cun tersenyum lebar.
"llmu Tiong kouwnio memang sangat tinggi, tapi cayhe masih bisa mengimbanginya.". Baru saia perkataannya selesai, tampak Hu toanio dengan dnringi Sia Ho, Cun Hong, Tong Suat mengurung mereka. Ciu Suang berada di belakang. Rupanya dia bersama Yu Kirn Piau yang melepaskan jalan darah kedua gadis Cun Hong dan Tong Suat. Mereka menghadang jalan pergi rombongan Song Bun Cun. Song Bun Cun menggenggam pedangnya erat-erat.
"Apa yang kalian inglnkan?"
Tanyanya.
"Apakah kalian tidak mendengar perintah. Hu toanio bahwa siapa pun yang datang malam ini tidak boleh dibiarkan pargi. Labih baik kalian menurut saja. tunggu sampal Tiong kouwnio kembali baru dibicarakan lagi,"
Kata Hu toanio sambil mencibir.
"Mengapa kita harus menunggu sampai dia kembali?"
Tanya pemuda itu.
"Kalian harus menunggu sampal dia kembali, Tidak mau juga harusl"
Sahut Hu toanio garang,. Yok Sau Cun mengerutkan keningnya, Sajenak kemudian dia tertawa lebar.
"Cayhe tadinya memang bermaksud menunggu Tiong kouwnio kembaM Pertafungan kami yang limapufuh jurus belum selesai, masih tidak tahu siapa yang menang atau kalah. Tapi nada bicara kalian sangat memaksa, cayhe jadi enggan menunggu lagi. Kalau Tiong kouwnio kembali nanti, tolong sampaikan bahwa cayhe, Yok Sau Cun besok akan kembali lagi,"
Katanya.
"Kalau Yok Sauhiap berkeras ingin pergi, bukankah sama saja dengan bermaksud menyulitkan kami orang bawahan?"
Kata Yu Kirn Piau. Mata Ciok Ciu Lan bersinar tajam. Dia tertawa mengejek.
"Tampaknya kalian begitu yakin dapat menghalangi kami?"
Sindirnya. Hui Fei Cin menolehkan kepalanya Tangannya menggapai sekali.
"Yok Siangkong, Piauko man kita pergi,"
Ajaknya.
"Kalian tidak mungkin berlalu dari sini"
Tiba-tiba terdengar ucapan parau orang tua.
Dalam kegelapan, muncul seseorang yang menghampiri mereka Mata setiap orang beralih ke arah suara tersebut Tampak orang yang datang itu adalah seorang laki laki berusia lanjut dengan pakaian hitam Rambutnya dikepang Wajahnya penuh kenput Rambut dan^anggutnya sudah memutih Punggungnya bungkuk, sehmgga berjalan pun susah payah Yok Sau Cun terpana Bukankah dia adalah orang tua penjaga pintu yang kemann ditotok oleh Ciok Ciu Lan?.
Mata orang tua itu buram, jalannya juga lambat sekali Ciok Ciu Lan dengan mudah berhasil menotok jalan darahnya namun ketika rombongan Song Bun Cun datang, mereka tidak melihat adanya orang tua tersebut.
Saat ini dia berjalan dengan tenang, tangannya memegang sebuah pipa tembakau yang terbuat dari rotan Langkahnya lambat laut mendekati jembatan Tampaknya untuk melangkahkan kakinya saja, dia harus mengerahkan seluruh kekuatan Sedangkan matanya yang sayu dan berwarna abu abu, hampir tidak terlihat jelas bola matanya dalam kegelapan tidak ada kesan bahwa dia pernah belajar ilmu silat.
Hu toanio yang melihat kedatangan orang tua itu menjadi cerah dalam seketika.
"Kebetulan sekali kedatangan Sen lo di sini ". Orang tua itu tidak menunggu sampai perkataannya selesai.
"Lao han sudah tahu "
Sahutnya.
"Untung saja Sen lo keburu datang, Tiong kouwnio berpesan ". Orang tua itu tampaknya tidak senang Hu toanio bicara terus Dia mengibaskan tangannya.
"Bukankah Lao han sudah mengatakan bahwa mereka tidak mungkin meninggalkan tempat ini? Satu orang tidak akan!". Yok Sau Cun merasa aneh dalam hati Orang tua itu tsrangterangan tidak mengerti ilmu silat. Bahkan kemarin Ciok Ciu Lan dengan mudah menotok jalan darahnya Andaikata dia memang bisa ilmu silat, mana mungkin dia memblarkan Ciok Ciu Lan menotoknya tanpa melawan? Tapi, kaiau mendengar nada suara Hu toanio, dia seakan sangat hormat kepada Lo kuan ke ini.
"Asalkan Sen lo menahan pemuda she Yok ftu, orang iainnya kita bisa hadapi,"
Kata Cun Hong. Mata orang tua yang buram itu mengerling ke arah Yok Sau Cun sekilas.
"Maksudmu bocah ini?' tanyanya.
"BetuI,"
Sahut Cun Hong. Orang tua itu mengisap plpa tembakaunya sekali Dia menunjuk pemuda she Yok dengan pipanya itu.
"Bocah cilik .. Dari perguruan mana kau berasal?"
Tanyanya. Yok Sau Cun sekarang sudah membuktikan bahwa orang tua itu adalah seorang jago yang pandai menyembunyikan kepandaiannya.
"Cayhe berasal dari perguruan mana, rasanya tidak ada hubungannya dengan Lao cang' sahutnya dingin. Tentu saJa ada hubungannya, Siapa tahu kau adalah murid salah seorang kenalan lama Lao nan Oengan demikian kalau aku turun tangan nanti, mesklpun tetap harus ditawan tapi aku bisa meringankan sedikit tanganku agar kau tidak terluka,"
Sahutnya.
"Bagaimana kalau cayhe bukan murid kenalanmu?"
Tanya Yok Sau Cun,.
"Dengan demikian Lao han tidak perlu sungkan lagi". Dia tidak membiarkan Yok Sau Cun membantah psrkataannya "Kalau Lao han turun tangan, kalau tidak sampai mati, paling tidak cacat Oleh sebab itu, sebelumnya lebih baik persoalan dijelaskan ". Yok Sau Cun tertawa tawa. Tentang ini Lao cang harap tidak usah khawatir Suhu cayhe tidak mungkin kenalan Lao cang,' sahutnya.
"Bagaimana kau bisa begitu yakin kalau Suhumu bukan kenalan Lao han?"
Tanya orang tua itu.
"Karena cayhe sendiri tidak tahu siapa she dan nama Suhu,"
Sahut Yok Sau Cun tenang, Mata buram orang itu mengerling sekilas.
"Bagaimana mungkin? Masa ada murid yang tidak tahu she dan nama Suhunya sendiri?". Cun Hong metihat kedua orang itu bicara tanpa berhenti Hatinya menjadi tidak sabar.
"Sen lo, dia toh tidak tahu siapa nama gurunya Buat apa kau persoalkan hubung"
An segala?"
Katanya dingin Wajah orang tua itu tampak tidak senang Namun dia mana han perasaan hatinya.
"Lao han melihat beberapa gerakannya tadi mirip dengan seorang kenalan lama Oleh sebab itu sengaja Lao han bertanya supaya jangan kesalahan ".
"Sekarang toh sudah ditanyakan Kau sudah boleh turun tangan bukan'"
Kata Cun Hong sinis. Yok Sau Cun mendengar Cun Hong men desak orang tua itu agar segera bergebrak dengannya Seakan asal orang tua itu turun tangan maka semua persoalan menjadi beres Tibatjba timbul rasa ingin menang dalam dirinya.
"Lao cang, Cun Hong kouwnio sudah mendesak agar kau turun tangan. Cayhe juga ingin mencoba seranganmu yang katanya kalau tidak mati. paling sedikit cacad itu Tidak usah sungkansungkan lagi Silahkan keiuarkan iimu Lao Gang yang paling ganas,"
Katanya. Orang tua itu mengisap pipa tembakaunya dua kali Tiba tiba pinggangnya ditegakkan Dari mulutnya disemburkan asap pipa tembakau tadi.
"Bocah busuk, terimalah'. Dengan jurus Pan liong bu pu (Rombongan naga menyapu jalanan) dia merandek ke samping Yok Sau Cun Tangan kanannya diremangkan lima jari yang hitam dan kurus ditekuk seperti cakar dan menyerang bahunya. Begitu tangannya diulurkan, jari yang tadinya biasa-biasa saja tiba tiba menjulur kuku panjang Kuku itu seperti pisau pendek tajamnya Angin yang ditlmbulkan terasa panas Sekali lihat saja, Yok Sau Cun tahu serangan itu tidak dapat dianggap enteng Dia segera mundur satu langkah, dengan aialb dirinya dapat Input dan serangan itu. Mau tidak mau, orang tua itu kagum juga tarhadap kecepatan Yok Sau Cun.
"Bagus sekali!"
Teriaknya.
Hati Yok Sau Cun lebih mantap.
Jurus yang digunakan tadi adalah Pit kiam sin huat yang diajarkan suhunya Ternyata mamang membawa pengaruh yang balk.
Sekarang dia tidak perduli serangan apa pun yang dikeluarkan oleh orang tua itu Dengan keyakinan besar, dia terus melanjutkan jurusjurus tadi.
Orang tua itu semakin heran.
Sebetulnya ilmu yang dimiliki orang tua itu sangat hebat, Namun duabelas jurus telah dikeluarkannya, dia tetap tidak sanggup menyantuh tubuh Yok Sau Cun.
Sedangkan pamuda itu tidak sekali pun baias menyerang, dia hanya berkelit ke kiri dan kanan.
tangkah Itu pula yang' digunakannya ketika menghadapi Tiong kouwnio tadi Hati orang tua itu terperanjat sekali.
"Entah iimu apa yang digunakan bocah ini?"
Pikirnya dalam hati Namun orang tua itu sudah mempunyai nama besar sejak berpuiuhpuluh tahun yang ialu Mana mungkin dia mau mengaku kalau begitu saja? Dia segera merubah gerakannya, Pipa tembakaunya dihisap berkalikali.
Asapnya menyembur ke muka Yok Sau Cun.
Pemuda itu kelabakan, tetapi dia berusaha menenangkan hatinya Dia metoncat ke atas.
Tubuhnya hinggap di atas pohon Asap itu buyar tertiup angin dan melintas di bawah tubuhnya Yok Sau Cun melayang turun kembali Dia tertawa lebar.
"Ilmu Loa cang yang mematikan atau paling tidak membuat cacad itu telah cayhe pelajan,"
Sindirnya.
Orang tua itu marah sekali Seumur hidupnya baru kali ini dia merasa dipermainkan oleh seorang bocah ingusan Tangannya dengan cepat merogoh sesuatu dan sakunya Dia menaburkannya ke plpa tembakau Sekaii [agi plpa itu dihisapnya Asapnya disemburkan Kali ini terlihat asap berwarna hitam menyembur dan mulutnya Sekali lihat saja, orang tentu tahu bahwa asap Itu beracun.
Ciok Ciu Lan terkeJUt sekati melihat perbuatan orang tua itu.
"Dia adalah Hun bu pao (Macan tutui kabut kematian) Yok Siangkong, hati-hati'"
Teriaknya panik.
"Apa yang kau teriakkan?"
Tanya Yu Kirn Piau dingin Telapak tangannya diuturkan Menepuk ke arah gadis itu.
Ciok Ciu Lan.
tahu julukannya Ceng sat ciu Ilmu telapaknya memang ganas sekali Dia tidak berani menyambut dengan kekerasan Dia mundur dengan cepat.
Pedang pendek yang terselip di pinggang segera dihunus.
"Ciok kouwnio, harap mundur Orang ini mencelakai ayahku dengan racun Biar aku yang menghadapinya,"
Tukas Song Bun Cun segera menghadang di depan Ciok Ciu Lan. Baru saja perkataannya selesai, serangkum angin yang harum menerpa hidungnya, Cun Hong telah berdiri di sampingnya.
"Bagian kami sudah ditentukan Kau seharusnya bertarung dengan aku.". Song Bun Cun sekarang sudah tahu kalau ilmu andalan Cun Hong adalah San ciu to Riam (Tangan kosong seperti pedang) Hati nya marah sekali.
"Budak can mati!"
Bentaknya dingin Dia tidak menunggu sampai gadis itu menyerang terlebih dahulu Telapak tangannya menghantam ke samping.
Cun Hong tertawa dingin Tubuhnya berkelebat Dia maiu dengan nekad.
Tangannya direntangkan Terkadang menepuk, terkadang menghantam.
Sampai tubuhnya berada tepat di samping Song Bun Cun.
Telapak kanannya secepat angin menerpa dada pemuda itu.
Bukan saja gerakannya yang cepat, kedua tangan yang menepuk dan menghantam dengan kalang kabut membuat serangannya tebih berbahaya.
Song Bun cun mengira dia hanya ahit dalam ilmu pedang saja, tidak tahunya ilmu telapak gadis itu juga begitu lihai Tangan kanannya menggenggam pedang kakinya mundur tiga langkah Dengan gerakan cepat pula dia menusuk ke depan.
Tampaknya Cun hong benar-benar nekat Dia tidak memperdulikan serangan Song Bun Cun Tubuhnya malah diasongkan ke depan Telapaknya tetap menghaniam bagi an tubuh yang paling berbahaya Song Bun Cun tidak membiarkannya sekali ini Pedangnya ditarik kembali Telapak tangan kirinya segera menyambut serangan Cun Hong.
Sementara itu, Sia Ho dan Ciu Suangjuga tidak tinggal diam Mereka menerfang ke arah Hui Fei Cin dan Siau cui.
Pertarungan makin seru Di bagian Yok Sau Cun juga terus bertarung dengan sengit.
Dia tidak sempat menghindar dari asap yang disemburkan oleh orang tua itu.
Hidungnyaterasa pedih.
Tidak sedikit asap hitam yang dihisapnya.
"Ternyata serangan kakek ini memang sangat keji,"
Pikirnya dalam hati.
Dengan gerakan cepat, dia segara menyambar pergelangan tangan orang tua itu Sekali putar, dia menghentak dengan keras Tubuh orang tua itu dilemparnya.
Orang tua itu sama sekali tidak menyangka akhirnya akan jadi begitu Baru saja pergelangan tangannya tercengkeram, tahutahu tubuhnya sudah melayang.
Tapi bagaimana pun, dia adalah seorang tokoh tua yang sudah banyak peagalaman.
Selagi masih di udara, tubuhnya segera bersalto Dengan mantap dia melayang kembali ke tanah.
Dia berdiri termangumangu di tempatnya Sedangkan pada saat yang bersamaan, telinga Yok Sau Cun mendengar teriakan nyaring.
Dia menolehkan kepalanya Terlihat Ciok Ciu Lan terhantam jatuh Rupanya dia kalah jauh dibandingkan Yu Kirn Piau Telapak tangan laki-laki tersebut berhasil menghantamnya sehingga terpental dan jatuh di atas jembatan.
Yok Sau Cun menghampiri dengan tergesa gesa.
Pada saat itu, Yu Kirn Piau juga sedang mendekati Ciok Ciu Lan dan bermaksud menghantamnya sekali lagi.
Melihat Yok Sau Cun, dia mengalihkan telapak tangannya menghantam ke arah pemuda itu.
Yok Sau Cun sedang mencemaskan keadaan Ciok Ciu Lan Dengan jurus yang sama.
dia segera mencengkeram pergelangan tangan Yu Kirn Piau dan melemparkannya sehingga terjatuh ke dalam Lumpur.
"Ciok kouwnio .. Ciok kouwnio "
Panggil Yok Sau Cun. Kedua mata Ciok Ciu Lan terpejam erat. Wajahnya berubah hijau Sepatah pun dia tidak menjawab.
"Ciok kouwnio.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"
Teriak Yok Sau Cun sekali lagi.
Nafas gadis itu melemah Seperti sedang sekarat.
Yok Sau Cun makin cemas.
Gadis itu tetap bungkam Yok Sau Cun tidak berpikir panjang lagi Dia segera membopong tubuh gadis itu Baru tubuhnya berputar, terdengar teriakan Hu tpanio..."Tong Suat, halangi dia!".
Sesosok bayangan berkelebat, menghadang di depan Yok Sau Cun.
Pemuda itu sedang cemas.
Dia tidak mau membuang waktu.
Dengan serampangan pergelangan tangan gadis itu diputarnya Sekali hentak, Tong Suat melayang ke udara.
Dia segera melangkah dengan lebar.
Karena paniknya, dia membentur tubuh Ciu Suang dan Siau cui yang sedang bertarung Sekali lagi tangannya digerakkan, kali ini Ciu Suang terlempar olehnya.
Siau cui menggunakan kesempatan itu untuk meloncat mundur Dia melihat Song Bun Cun dan Hui Fei Cin yang masih bertarung dengan sengit.
"Siocia, Piau sauya, cepat kita pergi!"
Teriaknya.
Mendengar teriakan itu.
Song Bun Cun dan Hui Fei Cin segera mundur dan berlari mengikuti belakang Yok Sau Cun Hu toanio marah sekali.
Dig menggereng dengan suara keras, Secepat kilat dia menerjang ke arah pemuda itu.
Yok Sau Cun seakan sudah yakin sekali dengan ilmunya melempar orang Dia menggunakan cara ampuh itu untuk menghadapi Hu toanio.
Belum lagi dirinya sadar bahwa pergelangan tangannya dicengkeram orang, tubuh Hu toanio telah terpental ke dalam lumpur bersamaan dengan Yu Kirn Piau.
Cun Hong dan Sia Ho melihat rombongan Yok Sau Cun melangkah pergi.
Mereka segera melangkah dengan maksud mengejar.
Orang tua yang tadi bergebrak dengan Yok Sau Cun segera menghalanginya.
"llmu bocah she Yok itu sangat aneh Katian menyusul pun belum tentu dapat menandinginya". Song Bun Cun, Hui Fei Cin dan Siau Cui mengikuti di belakang Yok Sau Cun. Begitu keluar dari jembatan tersebut Mereka melihat pemuda itu mengerahkan ginkangnya sambil membopong Ciok Ciu Lan Ketika ketiga orang itu juga melewati tembok besar gedung itu, bayangan Yok Sau Cun sudah tidak terlihat lagi. Song Bun Cun berdiri dengan termangu-mangu Daripadang rumput yang gelap keluar sesosok bayangan.
"Kongcu, bagaimana keadaan di dalam?"
Tanya orang itu dengan suara rendah. Ternyata dia adalah Ciek Ban Cing.
"Mari kita pergi,"
Ajak Song Bun Cun.
Yok Sau Cun membopong Ciok Ciu Lan melewati tembok.
Dia menundukkan kepalanya Mata Ciok Ciu Lan masih terpejam.
Denyut jantungnya makin melemah.
Wajahnya hijau menakutkan Hati Yok Sau Cun tegang sekali Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan? Dia melangkah tanpa tujuan pasti.
Kira-kira berjalan sepeminuman teh, tiba-tiba Yok Sau Cun teringat tengah han tadi bertemu dengan seorang peramal Dia mengatakan bahwa gadis itu akan mendapatkan bahaya Dirinya hanya bisa diselamatkan kalau berjalan ke arah barat Benar-benar tepat perkataannya.
Yok Sau Cun mendongakkan kepalanya.
Dia mengirangira arah di mana la berada sekarang.
Setelah yakin, dia menuju barat.
Tempat itu merupakan jalan setapak bertanah merah Tidak lama kemudian, dia memasuki sebuah perkampungan, Di sisi jalan ada sebuah kuil kecil Pintunya masih terbuka.
Yok Sau Cun teringat sekarang malam sudah sangat iarut.
Di dalam perkampungan juga sulit menemukan sebuah tabib Lebih baik dia beristirahat di kuil kecil dan menunggu hari terang.
Kakinya segera meiangkah mendekati kuil tersebut Dia mendongakkan wajahnya Kuil itu adalah tempat pemujaan To te kong (Dewa bumi) Tampaknya sudah tidak terpakai lagi.
Yok Sau Cun membopong Ciok Ciu Lan melewati pintu pekarangan Di halaman terdapat sebuah sumur.
Rumput-rumput tumbuh tinggi karena tidak pernah disiangi.
Setelah melewati tangga batu, mereka masuk ke dalam kuil tersebut Keadaan di dalam juga sangat gelap Tapi mata Yok Sau Cun yang tajam dapat melihat.
Ruangan itu tidak terlalu besar Di tengah-tengah terdapat patung pemujaan Di depannya ada sebuah meja yang biasa dipakai untuk meletakkan keperluan sembahyang Selain itu tidak ada apa-apa lagi.
Meja itu penuh dengan debu Tampaknya sudah lama tidak pernah dibersihkan Lantainya juga kotor sekali Paling tidak, sudah berbulanbulan tempat mi tidak pernah diinjak orang Yok Sau Cun menyapu debu dan rumput-rumput yang berserakan dengan ujung sepatunya Dia meletakkan Ciok Ciu Lan di atas tanah Dia membuka baju luarnya dan dipakai untuk menyelimuti gadis itu.
Dia tidak tahu Ciok Ciu Lan terluka di sebelah mana? Lagi pula dia adalah seorang gadis Dirinya enggan memeriksa sekujur tubuh Ciok Ciu Lan.
terpaksa dia menunggu sampai gadis itu sadar dan bertanya langsung.
Tapi, setelah menunggu sekian lama, Ciok Ciu Lan tetap tidak sadar.
sebetulnya Yok Sau Cun ingin membantunya dengan nafas yang disalurkan lewat mulut.
Tapi karena dia adalah seorang gadis juga maka dia tidak bisa melakukannya Yok Sau Cun makin panik.
Terpaksa dia mendekati Ciok Ciu Lan dan berbisik di telinganya.
"Ciok kouwnio bangun.."
Panggilnya. Ciok Ciu Lan tidak menyahut, tapi balik patung pemujaan justru ada seseorang yang bersin.
"Kau ini memang keterlaluan Tempat memuja To te kong mana ada nona segala macam Yang ada juga kakek atau nenek penjaga bumi Aku orang tua sudah capai sehanan baru dapat menemukan kuil kosong ini untuk melepaskan lelah, Malah di sini bertemu dengan orang seperti engkau. Tengah malam buta, memikir istri sampai gila. Datang ke kuil To te kong dan memanggil nona, nona terus Aku rasa kau salah alamat Kalau kau memang memikirkan nona itu terus, lebih baik mendatangi kelenteng di Hang ciu Kuil itu sangat ampun untuk perjodohan Asalkan kau sembanyang siang malam, matmu pasti terkabul"
Gerutu orang itu.
Yok Sau Cun mendengar orang itu mengoceh panjang lebar Rasanya suara tersebut tidak asing di telinganya Yok Sau Cun mengarahkan pandangannya Disudut yang gelap terlihat seseorang sedang menngkuk.
Dapat dipastikan, setelah selesai bicara tadi, dia membalikkan tubuhnya dan tidur kembali.
Yok Sau Cun segera bangkit dan menggapaikan tangannya.
"Laoko mungkin orang sekitar tempat ini. Cayhe ingin numpang bertanya. Apakah di daerah sini ada seorang tabib?"
Tanyanya so pan. Tangan orang itu mendekap di kepalanya. Tadinya dia tidak mau memperdulikan Yok Sau Cun lagi. Tapi telinganya menangkap kata 'tabib' yang diucapkan pemuda itu.
"Untuk apa kau mencari tabib?".
"Harap Laoko ketahui, adik cayhe tiba-tiba terserang penyakit aneh Kalau di sekitar sini ada tabib yang. .". Kata katanya beium selesai, orang itu sudah meloncat tucun dari tempat pemujaan.
"Kebetulan sekali. Aku adalah tabib Bisa menyembuhkan segaia macam penyakit. Meskipun yang paling parah. Kau... kau rupanya memang datang menemui aku untuk berobat Mengapa tidak mengatakan sejak tadi?"
Langkah kakinya makin dekat dengan Yok Sau Cun "Di mana rumahmu? Cepat jalan. Paling penting mengobati orang,"
Katanya sambil menarik lengan baju Yok Sau Cun. Saat itu, Yok Sau Cun sudah meiihat dengan jelas. Wajah yang khas dari orang itu tidak mungkin dilupakannya. Dia adalah Seng mia !o yang meramalkan nasib mereka siang tadi.
"Bukankah kau si mulut emas?"
Tanyanya. Seng mia lo mengucekkucek matanya beberapa kali Dia memandang Yok Sau Cun dengan seksama Kemudian bibirnya tersenyum.
"Rupanya Siangkong ini.. Aku takut diganggu orang makasengaja mencan kuiltua ini untuk beristirahat Ternyata Siangkong berhasil menemukan aku Siapa yang membentahukan? Merepotkan Siangkong sampai mencan sejauh ini Man kita berangkat,"
Katanya. Dia mengira Yok Sau Cun mencarinya untuk menyembuhkan seseorang.
"Lao cang adik cayhe sudah ada di sini,"
Sahut Yok Sau Cun.,.
"Oh ."
Seng mia lo tampak terpana "Kouwmo itu juga sudah datang? Di mana orangnya?".
"Adik cayhe dalam keadaan tidak sadar. Sekarang tergeletak di alas lantai Apakah iao cang benar benar mengerti pengobatan'?". Seorang peramal memang mengandalkan sebuah mulutnya berkelana di dunia kang ouw. Tentu saja Yok Sau Cun tidak dapat percaya begitu saja. Seng mia lo meluruskan pinggangnya yang pegal. Matanya mengerling sekilas ke arah Ciok Ciu Lan Kemudian melangkah mendekati Mendengar perkataan Yok Sau Cun, langkah kakinya terhenti Wajahnya mengunjukkan perasaan kurang senang. Dengan senus dia berkata.
"Perkataan Siangkong ini salah besar Aku dipanggil si mulut emas Meskipun terkadang nasib kurang mujur. Usaha kurang laku. Tapi mengenai ilmu perbintangan, ramalan dan pengobatan Aku ahlinya Apakah Siangkong ini tidak percaya?"
Tanyanya. Yok Sau Cun mengibaskan tangannya dengan gugup.
"Cayhe karena terlaiu mencemaskan adik im maka mengucapkan katakata yang tidak pantas Harap Lao cang jangan memasukkan ke dalam hati". Seng mia lo memainkan keningnya beberapa kali. Dia tertawa lebar.
"Siangkong cemas mencari tabib untuk menyembuhkan ponyakit kouwnio ini. Aku akan mengunjukkan kepada Siangkong bagaimana cara pengobatan si mulut emas agar Siangkong puas,"
Katanya.
Yok Sau Cun tidak berani membantah lagi kali ini Seng rma lo melanJutkan katakatanya "Coba Siangkong lihat Aku meramal nasib seseorang tanpa pertu orang itu mengatakan apa pun Aku pasti dapat mengatakan dengan jitu masa lalu atau pun kejadian mendatang Aku melihat penyakit seseorang demikian juga Tidak perlu pasien bicara banyak Sekali lihat saja, Seng mia lo dapat menebak asal usul penyakit ini Tidak percaya? Siangkong jangan mengatakan apa-apa Coba lihat apakah aku sanggup mengutarakannya atau tidak?".
Yok Sau Cun mendengar nada bicaranya demikian serius.
Dia segera menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, lekas lao cang sembuhkan adik cayhe ini.". Seng mia lo tidak berkata apa-apa lagi. Dia segera berjongkok dan meneliti raut wajah Ciok Ciu Lan Tanpa sadar, mulutnya mengeluarkan seruan terkejut. Yok Sau Cun adalah seorang pelajar. Meskipun dia tidak pernah mempelajari ilmu pengobatan, tapi dia tahu biasanya seorang tabib akan bertanya, mendengarkan keluhan pasien, memeriksa biji matanya dan denyut nadinya Tapi Seng mia lo tidak melakukan semua itu Dia jadi penasaran.
"Apakah Lao cang tidak memeriksa denyut nadi adik cayhe?". Seng mia lo tersenyum lebar.
"Aku melihat raut wajah si sakit Raut wajah dapat mengatakan keadaan jalan darah dalam tubuh seseorang Andaikata jalan darah seseorang tersumbat maka aku dapat melihat dari rona wajahnya Buat apa harus memeriksa denyut nadi segala macam'?"
Sahutnya. Melihat raut wajah adalah kebiasaan seorang peramal untuk menentukan jalan hidup seseorang Bagaimana pengobatan juga dapat dilihat dari raut muka?. Yok Sau Cun mengerutkan keningnya.
"Kalau begitu, Lao cang pasti sudah tahu apa penyakit yang didenta adik cayhe ini?". Perkataan ini tampaknya sengaja untuk menguji Seng mia lo.
"Penyakit adik Siangkong adalah luka panas,"
Sahutnya. Yok Sau Cun merasa jawabannya kurang beres.
"Di manamana cayhe juga hanya pernah mendengar tentang luka dalam atau luka dingin, Mana ada luka panas? Malam ini benar-benar kepergok tabib selebor,"
Pikirnya dalam hati.
Seng mia lo melihat Yok Sau Cun tidak menyahut Dia menyipitkan kedua matanya "Apakah Siangkong tidak percaya'? Oh oh .
Siangkong lihat kedua belah mata kouwnio ini terpejam rapat Wajahnya kehiiauan Apakah dia berpurapura'? Tidak bukan? Mengenai rona wajah yang menghijau, seperli sebatang kayu yang terbakar Seseorang apabila terluka karena kayu bakar, maka wajahnya akan men}adi hijau.
Apabila Siangkong tidak percaya, silahkan mencoba Ambillah sebatang korek api lalu nyalakan Bukankah api yang nyala akan berwarna hijau?"
Tanyanya.
Thian.
Dia melihat suatu penyakit seperti sedang meramal nasib Segala kayu bakar pun dibawanya.
Yok Sau Cun sungguh tidak sabar mendengar keterangannya.
Seng mia lo mengangkat kedua jari telunjuk dan manisnya lalu ditudingkan ke hidung Ciok Ciu Lan.
"Seorang anak gadis Mengapa berkelahi seperti anak laki-laki yang hendak membalas dendam dan mengadu jiwa'? Mengapa bisa terluka oleh kayu bakar'?". Katakata itu membuat hati Yok Sau Cun tergugah.
"Lao cang, kau mengatakan adik cayhe terluka oleh kayu bakar, apa artinya?". Seng mia io menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Aku hanya berkata sekenanya Adik Siangkong lembut dan menawan. Dengan siapa pun tidak ada dendam apa-apa. Rasanya tidak mungkin terluka di tangan orang jahat,"
Katanya.
"Apa yang dikatakan Lao cang memang tepat. Adik cayhe memang dilukai orang,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Benarlah kalau begitu. Sebetulnya aku sudah melihat sejak tadi. Hanya saja tidak enak mengungkapkannya. Sekarang Siangkong sudah menjelaskan sendiri Aku pun tidak usah sungkan lagi Adik Siangkong memang terluka oleh semacam ilmu telapak. Karena warnanya hijau, aku berani memastikan bahwa yang digunakan orang itu ada lah ilmu Ce sat ciang,"
Kata Seng mia lo. Kali ini, Yok Sau Cun benar-benar kagum kepadanya Dia tidak memaki laki laki itu sebagai tabib selebor lagi Dia segen nem bungkuk dengan hormat.
"Lao cang ibarat dewa Seperti melihat kejadian dengan mata kepala sendiri Adik cayhe memang terkena pukulan Ce sat ciang Harap Lao cang mau menyembuhkannya". Seng mia lo menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Sulit.. sulit. Ilmu Ce sat ciang sangat ganas. Dalam waktu setengah hari, seluruh tubuh akan berubah hijau. Tidak ada obatnya ". Hati Yok Sau Cun tergatar.
"Kalau begitu, adik cayhe benar-benar tidak tertolong lagi?".
"Akal pasti ada Kau harus menceritakan dulu bagaimana sampai adik ini bisa terkena Ce sat ciang Harus menceritakan dengan jelas Jangan sampal ada yang tertinggal. Oh ya bukankah tadi siang aku sudah mengatakan bahwa raut wajah adik ini membawa pertanda kurang baik? Dan aku juga menganjurkan kaiian mengambil arah barat Sekarang centakanlah semuanya"
Kata Seng mia lo.
Sampai detik itu, Yok Sau Cun tidak bisa menutupi kejadian yang sebenarnya lagi Dia terpaksa menceritakan kejadian yang mereka alarm malam ini selengkapnya Seng mia lo mendengar sampai penstiwa rusak nya harpa Tiong kouwmo Dia menganggukkan kepalanya berkali-kali Setelah kisah.
Sang dituturkan oleh Yok Sau Cun selesai la menarik nafas paniang.
"Tampaknya masih ada harapan "
Katakatanya terhenti Dia mengerutkan keningnya Wajahnya agak tegang "Tampaknya ada yang datang. Mungkmkah mereka telah mengejar sampai ke tempat ini?"
Gumamnya seorang diri.
"Biar cayhe lihat,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Kau tidak boleh pergi Adikmu terluka beginiparah Seandainya..
"
Dia menarik lengan baju Yok Sau Cun dan berbisik "Begini saja, aku saja yang keluar Kalau benar ada yang menyusul, mungkin aku bisa menemukan akal mengusir mereka "
Katakatanya baru saja selesai Dia segera melangkah keluar dari kuil kosong itu.
Matam ini gelap sekali Tidak terlihat sebuah bintang pun di langit Rembulan pun menyembunyikan diri Awan menyehmuti angkasa Seng mia lo mengangkat bahunya Dia melesat ke depan pintu Kedua bofa ma tanya mengerling ke kiri dan kanan.
"Tampaknya aku keluar terlalu dim Mereka masih belum sampai, gumamnya. Orangnya belum sampai tapi dia sudah tahu Bukankah telinganya dapat dikatakan seperti telinga dewata. Seng mia !o meluruskan pinggangnya dengan matas Dia berjalan menuju sebuah batu yang terdapat di pintu kuil dan ducfuk dengan santai Baru saja pantatnya dihenyakkan ke atas batu tersebut Dan kejauhan sudah terlihat dua sosok bayangan yang melesat secepat terbang Yang di de pan merupakan seorang kakek tua renta de ngan rambut yang sudah memutih seluruhnya Tangannya menggenggam sebuah pipa tembakau yang terbuat dan rotan Dia adaiah Hun Bu Pao Sen Yang Kao Sedangkan di belakangnya mengikuti seorang gadis bergaun pendek Di punggungnya terselip sebatang pedang Kalau melihat wajahnya yang dingin, sinar mata yang menggidikkan senyumannya yang membawa perasaan menggigil namun mampu membuat orang terpesona, maka Rita segera tahu dia tak bukan Tiong kouwnio adanya. Kedua bayangan itu bagaikan terbang Sebentar saia sudah melayang mendekat.
"Apakah Sen hu hoat (Penanggung jawab bagian hukuman) melihat dia datang ke arah ini?"
Tanya Tiong kouwnio. Hung Bu Pao menganggukkan kepalanya berkali-kaii.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"BetuI Karena iimu silatnya sangat aneh, maka Lao han mengikuti dari Jauh. Lao han melihat dengan mata kepala sendiri, dia menggendong gadis itu masuk ke dalam kuil itu ".
"Apa yang dikatakan Sen hu hoat memang tepat, kalau orang itu tidak cepat dibasmi, maka kelak dia akan menjadi dun dalam mata bagi partai kita ". Ternyata kedatangannya adalah untuk membunuh Yok Sau Cun Hun Bu Pao mengangkat pipa tembakaunya ke mulut.
"Lao han akan menjadi petunjuk Jalan bagi Tiong kouwnio,"
Sahutnya.
Dia segera beqalan di muka Dengan langkah lebar dia menuju kuil tua Tetapi baru saja dia menaiki tangga batu depan kuil itu Kakinya tersandung sesuatu Dia jatuh terpelanting.
Hun Bu Pao merupakan jago tua yang Budahmalang melintang di dunia Bulim se lama tiga puluh tahun lebih Bagaimana dia bisa seceroboh itu sampai jatuh tersandung? Reaksinya sungguh cepat Baru saja tubuhnya mencapai tanah Dia segera bersalto di udara dan melayang turun kembali dengan mantap.
"Siapa'?"
Bentaknya.
"Aduh. Bagaimana sih kau ini'? Mengapa Jalan tidak pakai mata'?. Kakimu hampir saja meremukkan tulang aku orang tua."
Di atas batu yang ada di depan pintu, rupanya terdapat seseorang Pasti dia tertidur di tempat itu Karena cuaca sangat gelap Hun Bu Pao tidak memperhatikannya Saat ini, orang itu sedang mengerang kesakitan Dia memeluk dengkulnya sambil merintih terus.
Hun Bu Pao marah sekali Matanya mendelik.
"Siapa kau? Mengapa bisa tidur di depan pintu?"
Bentaknya. Mulut Seng mia lo masih merintih kepanjangan Tampaknya dia kesakitan.
"Aku merasa hawa di daiam sangat panas. Mana banyak kotoran dan rerumputan. Banyak nyamuk Maka setelah berpikir bolakbalik, rasanya lebih enak tidur di luar. Bukan saja keadaannya lebih bersih, hawanya pun lebih sejuk Siapa sangka, tengah malam buta bisa sial begini Datang orang yang tidak melihat lagi langsung mendepak dengkulku. Sakitnya bukan main Aku men can makan dengan meramal nasib orang. Tapi sekarang dengkulku tertendang olehmu Bagaimana aku bisa mencan nafkah besok?". Akhir musim gugur Bulan sembilan adalah saatnya sebentar lagi akan turun salju. Dia mengatakan tidur luar karena udaranya lebih sejuk Bukankah aneh? Hun Bu Pao telah berkelana di dunia Bulim selama tiga puluh tahun lebih Segala macam manusia sudah pernah dilihatnya Sepakan kakinya i tadi, meskipun tidak disengaja, kalau orang biasa saja pasti sudah mati Mana mungkin masih sanggup mengoceh panjang lebar? Apalagi tubuhnya sendiri sampai terpelan ting. Dia segera mengunjukkan tawa seram.
"Bocah tua Siapa sebenarnya engkau? Di hadapan orang yang ahli, jangan coba berbohong Lebih balk kau jangan macammacam!"
Bentaknya. Seng mia lo tertawa kering 'Aku hanya kebetulan lewat dan beristirahat di tempat ini,"
Sahutnya.
"Di depan orang tua she Sen kau masih Oerani berdusta?' bentak Sen lo sekali lagi , Hatinya makin curiga.
"Rupanya Sen toaya Aku bernama Sai Kuan Lo julukan si Mulut Emas Pekerjaan meramal nasib, melihat keberuntungan atau pun bencana.".
"Kalau begitu, kau bisa meramal?"
Tanya Hun Bu Pao.
"Betul. betul. Aku dipanggil Mulut Emas Tentu saja bisa meramal Baik keberuntungan atau pun bencana Kalau tidaktepat, sepeser pun tidak usah bayar,' sahut Seng mia lo.
"Apakah kau pernah meramal nasibmu sendiri? Kapan kau akan dijemput Giam lo ong (Malaikat elmaut)'?"
Tanya Hun Bu Pao sinis.
'Mengenai nasibku sendiri, aku Seng mia lo sudah bosan menghitungnya Istri dan harta, bukan bagianku Mengenai tutup usia, malam ini, tahun ini, bulan ini memang ada sebuah penghalang Kalau saja aku dapat melewati nntangan ini, maka aku akan hidup sampai usia delapan puluh tiga,"
Sahutnya.
"Sayangnya kau tidak dapat melewati malam ini,"
Kata Hun Bu Pao.
Tangan kanannya terangkat Pipa tembakau sejak tadi sudah siap Dengan gerakan yang tidak terduga Pipa tembakau yang se besar kepalan tangan anak kecil itu dihantamkan ke batok kepala Seng mia lo Belum sempat mulut laki-laki itu mengaduh, kedua lututnya sudah terkulai dan rubuh di atas tanah.
Tiong kouwnio becmaksud mencegah, tetapi sudah terlambat Keningnya berkerut Dia menggerutu kepada Hun Bu Pao.
"Kau turun tangan terlalu keras Gerakgerik orang ini mencurigakan aku rasa bukan peramal biasa yang berkelana di dunia kangouw. Seharusnya kita menyelidiki lebih lanjut". Hun Bu pao menyadan dirinya memang turun tangan terlalu cepat, dia tidak berani membantah Sementara itu, Yok Sau Cun yang bersembunyi di dalam kuil tadinya merasa geli mendengar tanya jawab antara Seng mia lo dan Hun Bu Pao Tiba-tiba dia melihat plpa tembakau Hun Bu Pao menghantam kepala tukang ramal itu Hatinya terkejut sekali Dia mencemaskan keadaan Seng mia lo Baru saja dia bermaksud keluar untuk melihat telinganya mendengar suara laki-laki yang sedang mengomel.
"Bocah busuk1 Pipa tembakau laokomu itu benar-benar terlalu keras. Hampir saja otak tua tukang ramal ini hancur berantakan. Tapi, seharusnya aku mengucapkan terima kasih. Laoko sudah membantu aku melewati penghalang bencana tahun ini. Dengan demikian, aku bisa hidup sampal delapan pu luh tiga tahun Untung saja dia tidak bersungguhsungguh mengetuk kepalaku "
Katanya sambil bangkit berdiri dan menjura tiada hentinya.
Tetapi, Hun Bu Pao yang melihat hantamannya tidak mematikan orang itu, malah meniura sambil tertawatawa dan mengucapkan terima kasih kepadanya, jadi marah seka!i Matanya mendelik kepada Seng mia lo.
Setelah menjura berkali-kali, tiba tiba Seng mia lo menatap Hun Bu Pao dengan pandangan melongo.
"Ada apa dengan laoko ini? Matanya mendelikdelik Apakah sedang marah kepadaku? Memang batok kepalaku ini juga kekerasan sedikit, apakah membuat tanganmu menjadi sakit?". Tiong kouwnio menatap dan samping de ngan pandangan dingin. Sefak semula dia sudah menduga kalau laki-laki ini bukan se kedar tukang ramal biasa. Dia pasti seorang jago yang tidak mau mengunjukkan diri Kalau tidak, hantaman pipa tembakau Hun Bu Pao yang dapat menghancurkan sebuah batu karang, mengapa tidak mempan terhadapnya? Tetapi dia yakin dengan kepandaian Hun Bu Pao, dia tentu tidak akan membiarkan orang itu begitu saja Lebih baik dia membiarkan untuk sementara dan melihat kelanjutannya. Dia segera berdiri di samping tanpa mengucapkan apa-apa Sampai saat itu, Seng mia lo masih menjura terus sambil mengucapkan terima kasih Sedangkan Hun Bu Pao tidak mengunjukkan reaksi apa-apa. Tiong kouwnio merasa ada sesuatu yang tidak benar Dia segera melesat mendekati kedua orang itu.
"Apa yang kau lakukan terhadap Sen Yang Kao?"
Tanyanya dingin. Seng mia lo tampak ketakutan Dia mundur tiga langkah dengan tubuh gemetar.
"Harap kouwnio jangan marah Aku juga tidak tahu apa yang terjadi Tiba-tiba saja Laoko ini berdiri tanpa bergerak dengan mata mendelik Eh Apakah dia terganggu roh haius penjaga kuil ini?". Tiong kouwnio tertawa dingin.
"Sobat ini tampaknya berilmu tinggi. Sia pa kau sebenarnya? Sebaiknya dijelaskan saja,"
Katanya.
"Tidak... tidak berilmu tinggi,.. Aku benar-benar bernama Kirn ti kou (Mulut Emas). Bisa membaca rezeki alaupun bencana. .". Mata Tiong kouwnio berkilauan. Tangannya perlahanlahan terangkat Pedangnya sudah tergenggam.
"Mana senjatamu?"
Tanyanya sinis. Seng mia lo mundur satu langkah. Dia menatap Tiong kouwnio dengan mata terbelalak.
"Apakah kau ingin bergebrak dengan aku?"
Tanyanya ketakutan.
"Tidak salah Tiong Hui Ciong Ingin meminta pelajaran barang beberapa jurus. Ternyata nama kepanjangannya adalah Tiong Hui Ciong. Mata Seng mia lo menyipit,.
"Aduh.... Nenek. ... Apakah kau ingin mengambil nyawaku? Pekerjaanku adalah tukang ramal, setiap hari membantu orang mengusir bencana. Pedang memang ada, tapi terbuat dari kayu, hanya untuk menakutnakuti setan saja.".
"Jangan mengoceh lagi. Kalau tidak mau mengeluarkan senjatamu, berarti kau men cari mati sendiri.Aku tetap akan menyerangmu,"
Kata Tiong Hui Ciong ketus. Seng mia lao menggoyangkan tangannya dengan panik.
"Tunggu... tunggu dulu. Kalau nona berkeras ingin bertarung dengan aku, bagaimana pun aku harus mengambil senjata dulu,"
Sahutnya.
"Di mana pedangmu sekarang?". Seng mia lo menunJuk ke arah kuil kosong.
"Ada di dalam kuil itu,"
Sahutnya.
"Balk, cepat kau ambi!"
Kata Tiong Hui Ciong.
"Aku akan mengambilnya sekarang. Ha rap nona tunggu sebentar,"
Sahut Seng mia lo dengan bahu terangkat Dia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju kuil. Tiong Hui Ciong memperhatikan punggungnya. Diam diam hatinya berpikir.
"Orang ini usianya mungkin sekitar lima puluhan. Kalau memang seorang tokoh terkenal, mengapa aku tidak pernah mendengar bahwa di dunia Bulim ada seorang jago yang demikian?". Dia segera melangkah menghampuri Hun Bu Pao Dia mengulurkan tangannya dan menepuk salah satu urat nadi orang tua itu. Maksudnya ingin membebaskan Hun Bu Pao dan totokannya. Siapa sangka, meskipun dia sudah menepuk jalan darah itu, tapi Hun Bu Pao masih berdiri mematung Totokannya belum terlepas Hatinya tergetar. Sekali lagi telapak tangannya diangkat Kali ini dia menepuk beberapa kali Tapi Hun Bu Pao masih juga tidak bergerak. Tampaknya totokan itu masih belum terbebas fuga Hatinya makin kecut Dia berpikir dalam hati...
"llmu Go teng hui guan milikku ini adalah ilmu membebaskan totokan jenis apa saja. Tap! mengapa totokan atas diri Hun Bu Pao tidak dapat kubuka? Entah ilmu apa yang digunakannya?"
Dia terpaksa membiarkan Hun Bu Pao dalam keadaan tertotok. Sementara itu, Seng mia lo berlanlari ke dalam kuil dengan muka bersenseri Dia menghampin tempat persembunyian Yok Sau Cun.
"Bagus bagus Dewa penolong sudah datang,"
Katanya.
"Maksud Lao cang ?". Seng mia lo membongkar buntalannya yang terdapat di belakahg patung pemujaan. Dia mengeluarkan sebatang pedang kayu.
"Sekarang aku tidak sempat bercerita panjang lebar kepadamu Pokoknya adik Siangkong sudah dapat disembuhkan,"
Katanya.
"Apakah dia mempunyai obat pemunah?"
Tanya Yok Sau Cun, yang dimaksud olehnya adalah Tiong Hui dong.
"Ce sat ciang tidak ada obat pemunahnya,"
Sahut Seng mia lo "Cepat ikut aku keluar Kau akan bertindak sebagai saksi"
Tanpa banyak cakap lagi, dia menarik ujung lengan baju Yok Sau Cun dan menyeretnya keluar.
Sampai di luar, Seng mia lo memandang Tiong Hui ^Cong dengan bibir tersenyum "Aku akan tTertarung denganmu Tentu harus ada seorang saksi Seandainya kau kalan, pasli tidak dapat mungkir bukan?".
Tiong Hui dong mendongakkan wajahnya.
Dia melihal laki-laki yang mengaku sebagai tukang ramal itu menyeret seseorang keluar dari dalam kuil Orang itu adalah Yok Sau Cun.
Dia tertawa dingin.
"Sejak semuia aku sudah curiga kalau kalian ini satu komplotan ".
"Tebakan kouwnio salah, aku dengan Lao cang inj bukan satu komplotan,"
Sahut Yok Sau Cun datar.
"Seandainya satu komplotan, juga tidak apa-apa Mari mari... Aku hendak bertanding dengan nona ini Siangkong menjadi wasit antara kami,"
Tukas Seng mia lo dengan mulut tertawa terus. Tiong kouwnio mendengus sekali Dia sebal melihat gerakgerik Seng mia lo Laki- laki tukang ramal itu tidak memperdulikan sikapnya yang dingin.
"Kouwnio, coba katakan, bagalmana kita harus bertanding?"
Tanyanya.
Mata Tiong Hui Ciong mendelik ke arah tangan Seng mia lo.
Orang tua tidak kenal mampus ini benar-benar membawa sebuah pedang kayu untuk bertanding dengannya Dia marah sekali.
Seumur hidup, dia belum pernah menerima hinaan sebesar ini Beraniberaninya dia bertanding dengan Tiong Hui Ciong yang membawa pedang pusaka.
Kalau orang ini tidak gila, kemungkinan lain, dia pasti seorang tokoh yang benlmu tinggi.
Tiong Hui Ciong tidak berani meremehkan lawannya.
"Bagaimana kalau kita batasi sebanyak sepuluh jurus?"
Tanyanya,. Seng mia lo mengangkat bahunya Dia menunjuk dengan tiga buah jari.
"Menolong orang seperti memadamkan kebakaran Sepuluh jurus terlalu banyak. Kalau benar-benar mau bertanding, tiga jurus sudah cukup,"
Sahutnya. Tiong Hui Ciong merasa heran mendengar perkataannya.
"Menolong orang? Siapa yang hendak kau tolong? Apa hubungannya dengan pertandingan kita?".
"Ada.. ada, Tentu saja ada hubungannya. Nanti kouwnio akan tahu sendiri,"
Sahut Seng mia lo sambil tertawatawa.
"Sebetulnya berapa jurus yang kau inginkan sebagai batas?". Seng mia lo mengeluarkan tiga jari tangannya Dia memutarbalikkan sejenak, kemudian kepalanya manggutmanggut.
"Begini tiga jurus saja.". Tiong Hui Ciong benar-benar hampir muntah melihal lagaknya. Mana matanya sipit. Hidungnya besar, giginya rada tonggos. Apakah orang seperti ini mempunyai kepandaian yang tinggi? Dia bahkan seperti seekor singa yang membuka mulutnya, berani bertanding melawannya hanya dengan tiga jurus saja Bahkan hanya mengandalkan sebatang pedang kayu Bukankah sama saja mencan mati? Untuk sesaat, dia merasa [ucu, geli juga kesal.
"Baiklah Tiga jurus Kau boleh mulai sekarang,"
Katanya. Seng mia lo mengulurkan telapak tangannya kemudian dilambaikannya.
"Tunggu dulu, perkataanku belum selesai,".
"Katakanlah,"
Kata Tiong HUI Ciong tidak sabar.
"Pertandingan kita hanya sampai batas saling menutui saja. Jangan sampai ada yang terluka,"
Sikap Seng mia lo menjadi serius.
"Silahkan menyerang. Aku tidak akan melukaimu,"
Kata Tiong Hui Ciong.
"Betul, betui Hanya sampai batas saling menutui saja Toh kita ada saksi yang menilai pertandingan ini,"
Sahut Seng mia lo Tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu "Oh...
tidak.
Selama berkelana di dunia kangouw, aku tidak pernah menyerang orang terlebih dahulu Silahkan kouwnio saja yang mulai menyerang.".
Yok Sau Cun yang ditarik oleh Seng mia lo sebagai saksi, mengerutkan keningnya Dia melihat tukang ramal ilu bicara seenaknya, seperti sedang mempermainkan Tiong kouwnio.
Hatinya menjadi curiga.
Apakah dia memang mempunyai kepandaian yang dapat diandalkan.
Tiong Hui Ciong mendengus sekali Dia tidak berkata apa-apa lagi Tangan kanannya terangkat Pedang pusaka yang digenggam disentak ke atas.
"Cring!!!"
Kemudian diulurkannya ke depan Kaki kirinya juga maju setengah langkah.
Sedangkan telapak kiri diluruskan.
Inilah jurus Hui hong can yi (Burung hong terbang mementangkan sayap) Dia menggunakan jurus ini sebagai pembukaan.
Keempat pelayan Tiong Hui Ciong masinginasing memitiki kepandaian yang tinggi Dengan kepandaian yang dimilikinya se betulnya dia tidak usah memakai jurus pembukaan lagi Tapi dia sengaja melakukannya karena ingin melihat apakah lawannya yang bertampang cecurut itu juga akan memakai jurus pembukaan? Dan gerakannya nanti, mungkin dia bisa menebak asalusul orang itu.
Bara Naga Karya Yin Yong Bara Maharani -- Khu Lung Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id