Ceritasilat Novel Online

Dendam Sejagad 8


Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung Bagian 8



Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya dari Khu Lung

   

   Namun diapun merasa amat gelisah, sebab dalam pertarungan yang berlangsung begitu sengit sudah jelas akhirnya pasti ada yang luka.

   Lalu apa yang harus dilakukan sekarang untuk menanggulangi situasi semacam itu? Ku See hong sendiri semakin bertarung semakin terkejut..., dia merasa bukan saja tenaga dalam lawan amat sempurna, hawa pukulannya yang bersambunganpun ibarat gulungan ombak ditengah samudra, jurus-jurus serangan yang digunakan rata-rata aneh, lihay, ganas dan jarang dijumpai dikolong langit.

   Ia kaget oleh ilmu silat lawan...., demikian pula halnya dengan si pemuda berbaju putih yang juga merasa terkejut oleh tenaga dalam dan jurus serangan yang dimiliki Ku See hong.

   Yang paling mengejutkan hatinya adalah diantara jurus-jurus serangan yang digunakan lawan, ternyata ada sebagian yang mirip sekali dengan ilmu silat aliran Cing-hay pay, tapi bila dibandingkan maka terasa pula perbedaan yang amat jauh.

   Kenyataan ini membuatnya benar-benar merasa tidak habis mengerti.

   Sedari dahulukala, ilmu silat aliran Cing-hay pay sudah merupakan suatu kepandaian silat yang berdiri sendiri, padahal ilmu silat yang dimilikinya sekarang justru dipelajari dari kitab pusaka Pek-ke cinkeng, sebuah kitab pusaka yang memuat ilmu sakti aliran Cing-hay.

   Mungkinkah pihak lawan pernah mengintip kitab pusaka tersebut serta menyadap ilmu rahasia dari Cing-hay pay? Akan tetapi, bila diperhatikan lebih seksama, maka terasa kalau jurus serangan tersebut sama sekali tidak mirip dengan ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Pek-ke-cinkeng.

   Mengapa bisa demikian? Rupanya Ku See hong yang berhasil memperoleh jurus pedang dari peninggalan Si-hong lo jin, setelah menekuninya selama dua bulan lebih, bukan saja ketiga jurus gerakan pedang itu berhasil dikuasahi dengan matang, bahkan diapun berhasil pula memahami banyak sekali jurus ampuh yang aneh-aneh dan sakti...

   Si Kakek menyendiri atau Si-hong lo jin, merupakan manusia paling aneh dalam dunia persilatan jaman itu, setiap patah kata yang ditulis olehnya pada hakekatnya mengandung suatu pelajaran silat yang sangat mendalam.

   Misalnya saja ketiga jurus ilmu pedang peninggalannya itu, jangan dilihat hanya tediri dari tiga gerakan belaka..., pada hal jurus itu dicipiakan dengan susah payah dan harus mengoroankan banyak tenaga dan pikiran.

   Tentu saja diantara gerakan mana terkandung pula pelbagai ilmu rahasia dari perbagai perguruan serta aliran didunia ini.

   Sebagai seorang ahli waris dari perguruan Cing-hay pay, otomatis dalam sepuluh jurus yang diciptakan olehnya, ada delapan diantaranya yang berbau ilmu silat Cing-hay pay.

   Tak heran kalau jurus jurus serangan yang kemudian berhasil dipahami dan dikuasahi Ku See hong, mustahil dapat melepaskan diri dari jurus-jurus serangan aliran Cing-hay pay, namun bila diteliti 413 dengan seksama maka akan terlihat bahwa gerakan silatnya sama sekali terlepas dari gerakan ilmu silat Cing-hay pay.

   Bagaimana mungkin bisa demikian? Rupanya ketika Si-hong lo jin menciptakan tiga jurus ilmu pedang itu, dia bukan cuma berdasarkan ilmu silat aliran Cing-hay pay saja, melainkan telah menghimpun segenap inti sari pelajaran ilmu pedang yang ada dipelbagai aliran dan pelbagai perguruan didunia ini, otomatis gerak serangannya jauh berbeda dengan aliran ilmu silat Cing-hay pay.

   Apalagi setelah kepandaian itu muncul atas ilham dan pengertian Ku See hong, selisihnya boleh dibilang semakin jauh lagi.

   Malah oleh Ku See hong jurus serangan yang sebenarnya digunakan pedang telah dirubahnya menjadi pukulan, bayangkan saja bagaimana mungkin gerakan itu bisa mirip dengan aliran C iang-hay-pay? Tak heran kalau si anak muda berbaju putih itupun dibikin melonggo dan tidak habis mengerti.

   Begitulah, makin bertarung kemarahan Ku See hong makin berkobar, tiba-tiba dia berpekik keras, mencorong sinar tajam dari balik matanya, setelah sepasang tangannya diputar mcmbentuk satu lingkaran besar mendadak sepasang tangannya di tolak kedepan.

   Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, bagaikan gulungan ombak di tengah samudra segera meluncur ke muka.

   Serangan itu dilancarkan secara tiba-tiba, kekuatannya pun cukup membut orang berubah muka.

   Mencorong pula serentetan cahaya mata yang menggidikan hati dari balik mata pemuda berbaju putih itu, sepasang telapak tangannya disilangkan lalu dilontarkan ke muka bersama-sama, hembusan angin puyuh bagaikan jala langit yang disertai suara desingan tajam, lansung menyambar kedepan.

   Ku See-hong merupakan seorang pemuda yang cerdas, dia tahu tenaga dalam lawan sama sekali tidak berada dibawah kepandaiannya, bila mereka harus beradu tenaga, sudah pasti akan 414 menyebabkan luka atau kematian, maka sewaktu melancarkan serangan i u tadi, sesungguhnya dibalik ancaman mana terselip pula suatu tipu muslihat.

   Sebagaimana diketahui, dalam pertarungan antara sesama jago lihay, bukan hanya tenaga dalam saja yang diandalkan, melainkan juga kecerdasan serta kelincahannya dalam menghadapi keadaan, yang lebih penting lagi adalah memaafkan kesempatan paling baik guna meraih suatu kemenangan.

   Disaat pemuda berbaju putih itu siap melancarkan serangan dengan mengayunkan sepasang telapak tangannya ke depan, tiba- tiba dia membuyarkan serangannya sambil menyusup ke samping kiri lawan dengan gerakan Mi-khi biau-tiong yang aneh tapi sakti itu.

   Di ringi bentakan keras, sepasang tangan Ku See hong membentuk, satu gerakan lingkaran busur dari samping, kemudian dengan membawa segulung tenaga serangan yang lembek bagaikan samudra, secepat kilat meluncur kedepan.

   Pepatah bilang.

   'Kebenaran meningkat sedepa, kejahatan meningkat setombak'.

   Pemuda berbaju putih itu bukan manusia sembarangan, sudah barang tentu rencana licik dari Ku See hong pun sudah dapat ditebak olehnya, maka jikalau Ku See hong melancarkan serangan ke depan itulah ......Mendadak pemuda berbaju putih itu menarik pula segenap tenaga serangannya, kaki badannya berputar, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan.

   Serentetan cahaya tajam berbentuk bintang bagaikan letusan mercon yang berantai menggelegar ditengah udara.

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See hong setelah dilihatnya pihak lawan mengambil tindakan untuk beradu kekerasan, diam diam hawa pukulannya dilipatkan menjadi dua kali, sepasang lengannya segera digetarkan membentuk gerak gelombang yang dahsyat.

   Hawa pukulan tak berwujud yang melingkar-lingkar, bagaikan hembusan angin puyuh, dengan membawa deruan yang memekikkan telinga langsung meluncur kemuka.

   "Blaaaa! Blaaam! Blaaam ... ....!"

   Ditengah serangkaian benturan keras, desingan angin pukulan yang tajam segera memancar ke empat penjuru...

   Tiba-tiba saja Ku See hong merasakan datangnya segulung tenaga tak berwujud yang menembusi jaringan hawa murninya sendiri dan menekan amat dahsyat sehingga sukar untuk bernapas, tak kuasa lagi tubuhnya mencelat setinggi satu kaki lebih dari pososi semula, namun ia tidak mengalami cedera apa-apa.

   Sementara itu pemuda berbaju putih itu pun merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak keras ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling membentur satu sama lainnya, hal mana membuat hatinya amat terperanjat.

   Dalam gugupnya, secepat kilat telapak tangan kirinya melancarkan tiga puluh serangan nerantai melalui suatu sudut yang aneh.

   Ketiga jurus serangan itu merupakan jurus pembunuh yang amat dahsyat dan mematikan dari pemuda berbaju putih itu, dia tak mengira kalau ketiga gulung hawa pukulan yang begitu dahsyatnya itu, sama sekali tidak menimbulkan cendera apa-apa meski sudah bersarang telak dibadan Ku See hong ..

   .! Tiba-tiba saja paras muka si pemuda berbaju putih yang dingin kaku itu berubah menjadi menyeringai seram, ....berubah bukan lantaran terluka melainkan berobah karena tarperanjat.

   Mendadak.....

   paras muka pemuda terbaju putih itu pulih kembali seperti sedia kala, dengan suara yang dingin memasuk ketulang sungsum dia berkata.

   "Orang she Ku, sinkang apakah yang barusan kau pergunakan? Beranikah kau sambut lagi tiga buah pukulan dari aku orang she Ciu?"

   "Ku See hong cukup sadar, seandainya dia tidak memiliki hawa Kan-kun mi-siu khikang yang melindungi badannya sehingga ketiga gulung hawa pukulan tersebut kena dipunahkan, mungkin semenjak tadi pula dia sudah menemui ajalnya. Sekalipun demikian, diam-diam dia pun merasa dendam atas kekejaman pemuda berbaju putih itu, mendengar perkataan tersebut dia lantas mendengus dingin, kemudian sambil tertawa sinis katanya.

   "Aaah, cuma ilmu silat biasa dari daratan Tionggoan, tidak terhitung sesuatu ilmu sinkang yang ajaib, maaf kalau aku tak dapat memberitahukannya kepadamu, ....kini menang kalah belum ketahuan, rasanya kita pun tak usah mengulur waktu lagi."

   Berapa patah kata ini diucapkan dengan nada menyindir, kontan saja membuat sekujur badan pemuda berbaju putih itu gemetar keras, giginya saling beradu gemerutukan, sementara sinar matanya memancarkan kebencian yang meluap.

   "Orang she Ku, kau jangan kelewat tekebur, sebentar aku orang she Ciu pasti akan membuat kau berlutut sambil minta ampun! "

   Serunya. Ku See hong berkerut kening, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara dingin ia menukas.

   "Tak usah banyak bicara, kalau punya kepandaian cepat saja dikeluarkan biar aku orang she Ku saksikan, sebenarnya ilmu silat dari aliran Cing-hay pay itu memiliki kelihayan sampai dimana..."

   Dalam hati kecilnya pemuda berbaju putih itu benar benar merasa marahnya luar biasa, tapi diluaran sikapnya masih tetap santai, sambil tertawa hambar katanya.

   "Orang she Ku, nampaknya sebelum melihat peti mati kau tak akan mengucurkan air mata, barusan kita telah mencoba ilmu pukulan, sekarang tak ada salahnya jika kita saling beradu kepandaian diujung senjata!"

   Biau'ki siangsu In Han im adalah seorang jago kawakan yang luas pengetahuannya dan cerdas otaknya, tadi diapun menyaksikan betapa tubuh Ku See hong termakan oleh serangan dahsyat si pemuda berbaju putih, tapi nyatanya dia tak mengalami luka apapun, halmana segera menbuat hatinya tertegun.

   Maka sewaktu pemuda berbaju putih itu bertanya kepada Ku See hong tadi, dalam benaknya dia pun memutar otak untuk menemukan ilmu silat apakah yang diandalkan Ku-See-hong tersebut.

   Mendadak ia menjerit kaget didalam hati.

   `Jangan-jangan ilmu sinkang yang dimiliki Bun-ji koan-su dimasa lalu? Aaah, tapi mustahil...

   dia masih muda, mana mungkin ilmu sakti yang penuh kerahasiaan itu bisa dipelajarinya?` Dipihak lain, Ku See hong merasakin hatinya bergear keras setelah mendengar tantangan pihak lawan uktuk beradu senjata, dengan cepat dia berpikir, `Bila pedang Hu-thian-seng-Kiam ini diloloskan keluar, niscaya indentiatasnya akan segera dikenal orang, setiap jago persilatan pasti akan tahu kalau pedang itu tak lain adalah pedang Ang-soat-kiam yang digilai umat persilatan selama ini, padahal dari posisiku sakarang, tidak seharusnya mendatangkan banyak kesulitan buat diriku sendiri, aai....

   paling baik kalau jangan diperlihatkan untuk sementara waktu....

   !` Berpikir sampai disini, sekulum senyuman dingin segera menghiasi ujung bibirnya, lalu berkata.

   "Pedangku ini bila diloloskan dari sarung tentu akan membunuh orang, padahal aku belum membencimu sampai merasuk ke tulang sumsum, maka aku rasa lebih baik kuhadapi dirimu dengan sepasang kepalan kosong saja!"

   Pemuda berbaju putih itu adalah seorang pemuda yang angkuh, aneh dan tinggi hati, malam ini dia sudah banyak kail melakukan 418 tindakan yang bertentangan dengan kebiasaannya, hal ini dikarenakan ia dibikin keder oleh ilmu silat Ku See hong.

   Akan tetapi sewaktu didengarnya pihak lawan hendak mempergunakan sepasang telapak tangan kosong untuk menghadapi senjatanya, dia segera menganggap hal ini sebagai suatu penghinaan, suato cemoohan..., seketika itu juga timbul hawa napsu membunuh didalam dadanya.

   Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik matanya, setelah tertawa seram katanya.

   "Orang she Ku, kau sendiri yang memberi jalan kematian bagimu sendiri, sampai waktunya jangan salahkan kalau aku orang she Ciu akan bertindak kejam kepadamu."

   Ku See hong tertawa dingin.

   "Mana, mana.... bila aku orang she Ku tak becus sehingga tewas diujung pedangmu sudah pasti aku tak akan menyesal atau menyalahkan kepada orang lain!"

   Mendengar perkataan itu, kembali pemuda berbaju putih itu terperanjat, segera pikirnya.

   `Bagaimanapun lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang itu, mustahil baginya untuk berhasil menanggulangi kelihayan sinkangku serta ilmu pedangku yang tiada taranya didunia ini.

   Tapi kalau dilihat dari sikap lawan yang begitu acuh, seakan-akan sudah mempunyai suatu rencana yang matang didalam hati jangan-jangan dia telah persiapkan suatu tipu daya.

   Aku tak boleh gegabah, aku harus menghadapinya dengan amat berhati-hati.` Padahal Ku See hong sendiri pun merasa gelisah sekali, ia tahu dengan tangan kosong sulit baginya untuk menahan sepuluh jurus serangan pedang dari pemuda berbaju putih itu, tapi diapun merasa enggan untuk segera meloloskan pedang Hu- thian seng-kiam tersebut.

   Dasar wataknya memang angkuh, setelah mendengar kalau Ku See hong akan menghadapinya dengan tangan kosong belaka, meski pemuda berbaju putih itu tahu bahwa menangpun bukan sesuatu yang patut di banggakan baginya, terkulum senyuman dingin juga diujung bibirnya.

   "Orang she Ku...!"

   Katanya kemudian "..

   ..aku tahu kau gagah dan berjiwa jantan, lapi akupun ingin memberitahukan kepadamu, bila kau harus menghadapi pedang Gin- coa-kiam (Pedang Ular Perak) -ku dengan tangan kosong, sebelum sepuluh gebrakan kau pasti akan tewas diujung pedangku, meski aku orang she Ciu memang menganggap kemenangan itu kurang mengena bagiku, maka sebelum pertarungan dimulai, terlebih dulu aku tidak menetapkan suatu peraturan dengan dirimu."

   Kagum juga Ku See hong oleh kegagahan orang, mendengar ucapan itu segera katanya.

   "Orang she Ciu, kau mempunyai peraturan apa, silahkan diutarakan, aku orang she Ku akan mendengarkan dengan seksama."

   Paras muka pemuda berbaju putih itu berubah menjadi serius sekali, katanya dengan suara dalam.

   "Sekarang aku hendak menggunakan nyawaku sebagai barang taruhan, bila aku tak dapat melukai dirimu dalam sepuluh gebrakkan, akan kugorok leherku di hadapanmu detik itu juga..., tapi bila kau tak kuasa menahan diri, maka dalam sepuluh gebrakan ini setiap saat kau boleh loloskan senjatamu untuk menghadapiku, ... Cuma saja begitu senjata kau loloskan, atas sepuluh jurus pun menjadi batal, pertarungan baru akan berakhir bila salah seorang diantara kita terluka !"

   Mencorong sinar terang dari balik mata Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, katanya dengan wajah bersungguh sungguh.

   "Bilamana dalam sepuluh jurus aku Ku See hong sampai meloloskan senjataku, maka dalam sepuluh jurus kemudian aku akan melukaimu, ....kalau gagal, akupun akan menggorok leherku dihadapanmu!"

   Biau-ki siang-su In Han im menjadi gelisah setengah mati menyaksikan kedua orang pemuda itu siap-siap bersua jiwa..., serunya tiba-tiba dengan cemas.

   "Ku Sauhiap..., Cu Sauhiap..., diantara kalian tidak terikat dendam sakit hati, buat apa mesti bercekcok tanpa suatu alasan tertentu? Aku lihat lebih baik pertarungan tersebut diakhiri sampai disini saja, entah bagaimana menurut pendapat kalian?"

   Mendengar perkataan itu, Ku See hong lantas teringat kembali dengan tugas berat yang sedang dipikul sekarang serta dendam kesumat yang musti dituntut balas, dengan cepat dia merasa ucapan dari Biau-ki siang-su tepat sekali.

   Membayangkan kecerobohan sendiri, peluh dingin bercucuran deras, diam-diam ia mendamprat ke-sembrono-an sendiri.

   Tapi ucapan seorang lelaki sejati lebih cerat dari sebuah bukit karang..., apalagi nasi telah menjadi bubur, apa boleh buat? Terpaksa harus pasrah pada nasib.

   Melihat kedua orang itu hanya membungkam, Biau ki siang-su In Han im segera berkata lagi.

   "Ku Sauhiap.., Ciu Sauhiap.., kalian berdua adalah bakat aneh yang sukar dijumpai dalam seratus tahun mendatang, apalagi memiliki ilmu silat yang begitu sempurna, ....apa artinya beradu jiwa gara- gara soal sepele? Berpikilah tiga kali sebelum bertindak."

   Ku See hong hanya membungkam dengan wajah hambar, sama sekali tanpa emosi. Sebalikya pemuda baju putih itu merenung sebentar, tiba-tiba katanya dengan suara sedingin es .

   "Orang she Ku, lancarkan seranganmu!"

   "Hati-hatilah kau orang she Cu!"

   Ku See hong terpaksa menanggapi sambil tertawa getir.

   Begitu selesai berkata, Ku See hong lantas mengayunkan sepasang telapak tangannya kemuka, kesepuluh jari tangannya yang dipentangkan lebar-lebar, disentil sambil digetarkan....Sepuluh gulung desingan angin tajam yang disertai hembusan angin puyuh serentak menyergap jalan jalan darah kematian ditubuh pemuda berbaju putih itu dengan kecepatan seperti kilat.

   Sementara Ku See hong melancarkan serangannya, pemuda berbaju putih itu pun telah meloloskan pedang ular peraknya, sekilas cahaya tajam yang berkilauan bak rembulan diudara segera memancar keempat penjuru.

   Kilatan yang tajam menunjukkan kalau senjata itu adalah sebuah senjata mestika yang amat tajam.

   Begitu pedang ular peraknya di loloskan, pemuda berbaju putih itu segera menggetarkan lengan kanannya..., lapisan cahaya yang berkilauan segera memancar keluar, dari tubuh pedang itu dan berhamburan kemana-mana, hawa pedang yang merasuk, tulangpun seperti gulungan ombak ditengah samudra, menyapu keluar menyongsong datangnya kesepuluh gulung desingan angin jari tangan tadi.

   Berapa kali benturan keras ditengah udara menimbulkan suara desisan yang amat memekikkan telinga, tatkala hawa serangan yang dipancarkan Ku See hong membentur hawa pedang yang rapat, seperti batu kecebur di samudra luas, lenyap dan musnah dengan begitu saja...

   Pedang ular perak dari pemuda berbaju putih itu segara membentuk lingkaran lingkaran hawa pedang yang amat tebal, jurus serangan yang kedua dengan membawa desisan yang tajam membelah angkasa, langsung menyerang ketubuh Ku See hong.

   Serangan ini benar-benar amat ganas dahsyat dan mengerikan, dimana pedang berwarna perak itu menyambar lewat,....

   bagaikan air bah saja segera menerjang kemana-mana dan menyusup masuk kedalam setiap lubang pori-pori yang ada.

   Ku See hong tahu kalau pemuda berbaju putih itu terhitung jagoan lihay kelas satu didalam dunia persilatan dewasa ini, oleh 422 sebab itu tatkala tenaga serangannya kena dipunahkan tadi.

   dia lantas tahu kalau hal ini pasti akan memancing pihak lawan untuk melancarkan serangan dengan jurus pedang yang lebih ganas.

   Begitu menjumpai gerak pedang lawan, paras mukanya berubah hebat, ia tak berani berayal lagi, tubuhnya dengan cepat merendah kebawah, lalu dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong yang sangat di andalkan kemampuan-nya untuk berkelit kesamping secara aneh.

   Menyaksikan Ku See hong mempergunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, diatas wajah sipemuda berbaju putih yang tampan segera terlintas suatu perubahan yang sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata....

   sepertinya dia sudah mendapat firasat bakal kalah.

   Sorot mara bengis dengan cepat memancar keluar dari balik matanya, ia membentak keras, jurus demi jurus serangan yang mematikan segera berhamburan keluar tak terbendung, sebab dia tahu bila dia tidak menggunakan jurus2 serangan yang keji dan dahsyat untuk mendesak musuhnya, mustahil baginya untuk memaksa lawan meloloskan senjatanya sebelum sepuluh jurus...! Sambil membentak nyaring, seperti bayangan tubuh saja pemuda berbaju putih itu menempel terus dibelakang tubuh Ku See hong yang berusaha menghindarkan diri dari lingkaran pengaruh pedangnya itu.

   Suatu ketika telapak tangan kirinya secepat sambaran kilat menciptakan beribu-ribu sosok bayangan telapak tangan yang secara tiba-tiba menggulung dan meluncur keluar dengan cepat.

   Selapis hawa pukulan yang dahsyat ibadat beribu-ribu ekor Kuda yang lari bersama,berhembus pula menyusul serangan tersebut.

   Mendadak......

   Pemuda berbaju putih itu melejit ketengah udara, pedang ular peraknya berputar membentuk gerak lingkaran, cahaya tajam berlapis-lapis seperti bukit, lalu berhamburan keluar seperti air yang menjebolkan bendungan.

   Ditengah bayangan pedang yang datang secara bergelombang, pedang ular perak itu meluncur dan melejit menciptakan tiga gulung hawa pedang, yang tajam bagaikan tiga jalur tongkat panjang, sungguh membuat bulu roma orang berdiri.

   Dalam waktu singkat, jurus ketiga dan jurus ke empat meluncur ke depan bersama-sama, ....kedasyatannya cukup menggetarkan perasaan siapapun jua.

   Ku See hong berdiri tegak di posisi semula, melihat datangnya pukulan dan serangan pedang yang tiba secara bertubi-tubi itu, terkesiaplah hatinya, ia tahu tiga jalur hawa pedang lawan itu semuanya merupakan serangan yang mematikan, bila dirinya tidak memiliki jurus serangan yang tangguh, niscaya sulit untuk lolos dari kematian.

   Ku See-hong segera berkerut kening, matanya memancarkan cahaya dingin yang menggidikan hati, sambil mendongakkan kepalanya dia segera berpekik nyaring...

   Menyusul suatu gerakan yang sangat aneh, tubuhnya menerjang masuk ke balik gulungan angin pukulan yang menderu-deru seperti gulungan ombak samudra itu, kemudian tubuhnya melengkung sambil melejit,sepasang kakinya meninggalkan permukaan tanah, ....seperti seekor udang bago lagi meletik, tahu-tahu ia sudah melambung sejauh tiga depa !! Bersama dengan gerakan tadi, sepasang lengan Ku See hong telah menggapai secara ngawur, cahaya berkilauan membias kemana-mana, seluruh tubuhnya memancarkan sinar seperti teriknya matahari....Tatkala hawa pedang serta angin pukulan yang dilancarkan pemuda berbaju putih itu membentur diatas dinding cahaya yang membara itu, bergemalah suara ledakan demi ledakan yang memekikkan telinga ......

   Tiba-tiba Ku See-hong merentangkan sepasang tangannya ke kiri dan kanan, dua gulung hawa pukulan yang kuat dari kiri dan kanan langsung melesat kedepan mengancam bagian mematikan ditubuh pemuda berbaju putih itu.

   Inilah jurus kedua dari ilmu Hoo-han-seng-huan yang benamakan Jin-hay-hu-seng (lautan manusia timbul tenggelam).

   Pemuda berbaju putih itu memang bermata jeli, tatkala ia saksikan sepasang lengan Ku See-bong memancarkan cahaya berkilauan tadi, kulit mukanya segera mengejang keras, ...

   dengan memaksakan diri dia himpun segenap hawa murni yang berada dalam tubuhnya untuk melindungi sekujur badannya, lalu, secara tiba-tiba saja bagaikan pusaran angin berpusing dia menggelinding keluar.

   Ditengah putaran tubuhnya yang mengguling, hawa murni dalam tubuhnya segera memancar keluar secara beruntun menciptakan selapis hawa khi-kang yang kuat; sementara telapak tangan kirinya secepat kilat pula melancarkan beberapa buah pukulan dahsyat yang memekikkan telinga.

   Hawa pedang membumbung tinggi ke angkasa dan berbunyi gemerincing.

   "Blaamm, blaaamm....!"

   Dua kali ledakan dahsyat bergema memecahkan keheningan.

   Jurus Jin-hay-hu-seng yang maha lihay dari Ku See hong tadi, akhirnya berhasil dipatahkan oleh pancaran hawa murni yang mengerikan dari pemuda berbaju putih itu.

   Ku See hong betul2 merasa terperanjar sekali menyaksikan ilmu silat lawan, ia tak mengira jurus Hoo-han seng-huan yang tiada taranya itu akhirnya berhasil dipatahkan orang.

   Pemuda berbaju putih itu sendiri, meski diluaran dia seperti berhasil meloloskan diri dari jurus Hoo-han seng-huan tersebut secara aman dan sempurna, padahal isi perutnya telah mengalami luka dalam yang cukup parah...! Seandainya ia tidak cepat menyadari akan bahaya, sehingga tak sempat mengerahkan hawa Tay-sih kun-goan khikang yang dipelajarinya hingga mencapai pada 425 puncaknya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang menunggalkan raganya sedari tadi....Kekalahan yang berulang kali segera membangkitkan hawa napsu membunuh dalam hati pemuda berbaju putih itu, dengan cepat dia mundur kebelakang, lalu secara tiba-tiba menerjang kembali kedepan bagaikan gulungan ombak samudra, tubuhnya berputar kencang secara aneh dan menggidikkann hati mereka yang melihatnya.....

   Ditengah perputaran yang cepat, aneh dan mempesonakan hati itu, gulungan hawa khikang Tay-ih kun-goan yang panas dan menyengat badan memancar keluar dari pori pori tubuhnya, yang mana terhimpun menjadi dua gulung angin puyuh yang dahsyat menerjang tubuh Ku See hong.

   Ku See hong amat terkejut menyaksikan ancaman itu, hawa murni yang terhimpun dalam tubuhnya segera disalurkan memenuhi seluruh dada, kemudian sepasang telapak tangannya digetarkan dengan tenaga pukulan yang berat dan dalam, bagaikan samudra, langsung menyambar ke muka menyongsong datangnya ancaman tersebut.

   Ketika gulungan hawa panas dan hawa dingin itu saling menumbuk menjadi satu ditengah udara..., bergemalah suara ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga ! Dengusan tertahan bergema diantara pusaran angin tajam yang menyebar keempat penjuru .....

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ku See hong merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak keras, peredaran darahnya membara seperti disengat panas, sakitnya bukan alang-kepalang.

   Seluruh badannya terasa terangkat dan terpental tinggi tinggi oleh segulung hawa pukulan yang dahsyat, dia harus berjumpalitan beberapa kali sebelum dapat turun kembali ke atas tanah dengan selamat ...

   , namun peluh sudah membasahi jidatnya, noda darah pun mengotori ujung bibirnya.

   Pemuda berbaju putih itu makin terperanjat lagi setelah mengetahui Ku See hong tidak tewas seketika meski sudah terkena pukulan Tay-ih kun-goan khikang-nya yang maha dahsyat itu..., Dia mulai berpikir-pikir, mungkinkah pihak lawan telah berhasil melatih ilmu kebal terhadap senjata hingga tak kuatir ditembusi tenaga pukulan? Tay-ih kun-goan khikang adalah suatu ilmu sinkang yang ganas dan dahsyat dari aliranl Cing-hay pay, keistimewaan dari ilmu sakti ini adalah memiliki tenaga pantulan yang maha besar, semakin besar menghadapi tenaga tekanan dari luar, semakin besar pula tenaga pantulan yang dihasilkan....

   Ilmu khikang semacam ini sepuluh kali lipat lebih dahsyat daripada ilmu Boan-yok sinkang atau kepandaian sederajat lainnya.

   Bagaimanapun sempurnanya tenaga dalam seseorang, bilamana sampai terkena serangan hawa khikang yang sangat panas itu, seketika jiwanya akan melayang, isi perutnya akan hhancur dan nadinya akan pecah.

   Sedemikian dahsyatnya ilmu tersebut boleh dibilang tiada khikang lainnya yang sanggup menandingi kelihayannya itu.

   Maka tatkala Ku See hong terhajar telak oleh pukulan Tay-ih kun-goan khikang tapi tak sampai menewaskannya, peristiwa ini segera mendatangkan perasaan tandatanya besar dalam hatinya.

   Padahal darimana dia tahu kalau Ku See hong telah berhasil menguasai semacam ilmu rahasia yang maha sakti, yakni Kan-kun mi-siu khikang! Ilmu sakti ini secara kebetulan juga merupakan ilmu tandingan dari ilmu Tay-ih kun-goan khikang sehingga tatkala hawa pukulan yang panas menyengat badan itu menyentuh dibadan Ku See hong, ilmu Kan-kun mi-siu khikang segera menghasilkan suatu daya kekuatan yang luar biasa.

   Apalagi ketika tenaga Im dan tenaga Yang saling membaur jadi satu dalam suatu keadaan yang tak terduga, hawa panas yang menyengat tersebut segera dipunahkan hingga tak berbekas.! Kendatipun demikian, Ku See hong toh tak tahan juga menghadapi sisa sergapan dan tenaga pantulan yang tersebar keempat penjuru itu.

   Sekuat tenaga Ku See hong menahan siksaan hawa panas yang membakar didalam badannya.

   Ketika hampir saja dia tak mampu menahan diri, mendadak dari arah pusarnya, segulung hawa dingin yang membumbung naik keatas ubun-ubunnya seperti gulungan ombak samudra, seketika itu juga hawa panas yang menyengat badan itu lenyap tak berbekas....

   Menggunakah kesempatan yang amat singkat, ia segera menghimpun hawa murninya untuk mengitari semua jalan darah penting didalam badannya, kemudian sambil mendengus dingin, sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali kemuka dengan kecepatan tinggi.

   Hawa pukulan yang dahsyat bagaikan selapis dinding lawa yang dingin dan tak berwujud mendesak kedepan menyelimuti seluruh badan pemuda berbaju putih itu dan menyusup kedalam seluruh bagian badannya.

   Dalam waktu singkat hawa dingin yang merasuk tulang mendekam diseluruh arena, sedemikian dinginnya sampai Lan ciau dan Pak siang mundur beberapa langkah kebelakang.

   Suasana disekitar tempat itu segera terjadi perubahan yang amat besar, tiga gulung hawa panas yang amat dahsyat itu menggelinding kedepan menghajar tubuh Ku See hong, sementara pukulan yang datang dari arah tengah seperti air yang menjebol bendungan, dengan disertai kekuatan yang mengerikan segera meluncur kemuka.

   "Blaaammmm .....!?"

   Sekali lagi terjadi ledakan dahsyat yang memekikkan telinga.....

   Paras muka Ku See hong berubah menjadi mengerikan, rambutnya kusut, darah segar muntah keluar dari mulutnya, secara beruntun dia mundur sejauh tiga empat langkah kebelakang.

   Pemuda berbaju putih itu sama sekali tidak berbelas kasihan begitu berhasil dengan serangannya, dia segera membentak keras.

   "Jurus ke tujuh !!"

   Kakinya melangkah ke tengah lalu menyerobot ke muka, tangan dan kaki diayunkan bersama seperti kelabang berkaki seribu, dia melepaskan serangkaian pukulan dan tendangan yang berantai.

   Gerakan yang cepat, kekuatan yang dahsyat, dalam sekejap mata mengancam keselamatan jiwa musuhnya.! Merah membara sepasang mata Ku See hong menahan geram dan marah, tiba-tiba dia melontarkan pula sepasang tangannya ke depan ...

   Selapis angin pukulan berhawa dingin dengan kekuatan yang melebihi ukuran biasa, langsung menerjang tubuh si anak muda berbaju putih yang sedang bergerak kedepan...., serangan inipun mengerikan sekali.! Sebetulnya pemuda berbaju putih itu amat bernapsu untuk melukai Ku See hong dalam sepuluh gebrakan, tapi setelah menyaksikan ancaman yang tiba, ia tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, seperti sukma gentangan ia segera berkelit kesamping, begitu lolos dari ancanan yang tiba, bentaknya lagi.

   "Jurus ke delapan !"

   Pedang ular perak bergetar keras meletupkan selapis cahaya tajam yang amat menyilaukan mata, di ringi suara desingan angin tajam serangan itu segera meluncur ke muka dan menyusup kedalam setiap celah-celah disekitar badan Ku See hong.

   Paras muka Ku See hong mengejang keras menahan penderitaan, tiba-tiba kakinya memainkan lagi ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau- tiong dan mengegos kesamping secara aneh dan jitu.

   Sayang gerakan ini terlalu lambat .....

   "Sreet..."

   Bunyi sambaran pedang yang tajam telah berkelebat lewat, tahu- tahu di atas bahu kiri Ku See hong telah muncul sebuah robekan panjang bekas tersambar pedang..., darah kental dengan cepat mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya.

   Ternyata pemuda berbaju putih itu tidak berbenti sampai disitu saja, kakinya segera berputar kencang lalu menyusul kedepan sambil membentak gusar.

   "Jurus ke sembilan !!"

   Pedang ular perak itu kembali digetarkan keras-keras, cahaya pedang semakin menyilaukan mata, hawa pedang yang tajam dengan membawa desingan angin yang memekikkan telinga, meluncur kemuka secepat kilat.

   Sedemikian cepatnya serangan itu meluncur datang, boleh dibilang belum pernah dijumpainya sebelumnya.

   Tiba-tiba Ku See hong tertawa panjang dengan suara yang mengerikan, suaranya keras bagaikan pekikan monyet di selat Wusia, seperti juga lolongan serigala ditengah malam, sungguh memekikkan telinga.

   Dari balik matanya memancar keluar sinar tajam yang menggidikkan hati..., ia nampak stpertl orang kalap, orang buas yang tak berperasaan sama sekali.

   "Cri ingg .....!"

   Serentetan suara gemerincing yang memekikkan telinga menyayat keheningan angkasa.

   Tahu-tahu dalam genggaman Ku See hong telah bertambah dengan sebilah pedang..!! Pedang mestika yang memancarkan cahaya berkilauan, ...

   inilah pedang Hu-thian seng-kiam yang maha sakti itu.

   Begitu pedang Hu-thian seng-kiam diloloskan dari sarungnya...., paras muka pemuda berbaju putih itu berubah hebat! Dengan cepat pedang ular perak yang berada ditangan kanannya berputar kencang menciptakan selapis dinding cahaya yang amat menyilaukan mata, berlapis-lapis hawa pedang yang tajam dengan cepat menyelimuti seluruh badannya.

   Ku See hong segera mengangkat pedang Hu-thian seng-kiam sambil mengebasnya ke belakang, kakinya berputar setengah lingkaran, lalu ...

   "Cri itt...!"

   Pedang mestika itu sudah meluncur ke depan menusuk dada lawan....Tutulan pedang itu di lancarkan dengan mempergunakan sebuah gerakan jurus serangan yang ditinggalkan kakek Si-hong lo jin, tampaknya seperti sederhana, datar, biasa dan enteng sama sekali tak bertenaga....

   Padahal dibalik serangan tersebut justru terkandung suatu ancaman mematikan yang luar biasa sekali, bahkan kedahsyatannya sanggup menembusi baja.

   "Cri ing!"

   Pedang sakti Hu-thian seng-kiam telah menembusi kabut pedang pelindung badan yang dipancarkan oleh pedang ular perak dari pemuda berbaju putih itu.

   Serentetan cahaya merah yang menyilaukan mata tiba-tiba memancar ke empat penjuru dan langsung menyergap duabelas buah jalan darah penting ditubuh pemuda berbaju putih itu.

   Arah sasarannya tidak menentu.

   Perubahan jurusnya begitu sakti dan hebat sehingga sukar diduga dengan tepat.

   Pucat pias paras muka pemuda berbaju putih itu menghadapi ancaman tersebut..., dia tahu kalau jiwanya sudah berada diambang kematian! Dia pun tahu apa sebabnya Ku See hong tidak mencabut pedangnya sedari tadi..., sekarang dia baru menyesal kejumawaan serta kepongahan sendiri.

   Bila seorang sedang menghadapi kematian sudah pasti dia akan memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga..., dengan cepat pemuda berbaju putih itu menyusut mundur ke belakang, pedang ular perak-nya segera menciptakan berjuta-juta titik cahaya bintang untuk menyosong datangnya ancaman dari Ku See hong.

   Hawa napsu membunuh telah menggelora dalam dada Ku See hong, sekali lagi dia berpekik panjang dengan suara yang memekikkan telinga......

   "... Inilah jurus yang ke-Sepuluh ! .....Hu-hong-cha-ki-hiat-seng-wi (Bianglala Terbang Muncul tiba-tiba Anyir Darah Menyebar) ...!"

   Bentak Ku See hong menggelegar.

   Tubuhnya melambung keatas, setelah berputar satu persatu lingkaran, kemudian berjumpalitan tiga kali, persis seperti naga sakti turun dari langit.

   Pedang Hu-thian seng-kiam ditangannya memancarkan cahaya tajam yang m.enyilaukan mata, bagaikan sebuah bianglala panjang segera membentang ditengah angkasa....Sewaktu mengundurkan diri tadi, pemuda berbaju putih itu sempat menyaksikan serentetan cahaya bintang yang menyilaukan mata, bagaikan sambaran kilat meluncur datang.

   Dalam kejutnya, pedang ular peraknya disentak kebelakang, cahaya pedang membalik berputar kencang dan menciptakan kabut pedang yang melingkar-lingkar serta berlapis-lapis.

   Dalam waktu singkat dua bilah pedang saling membentur ......Mendadak Biau-ki-siang-su In Han im menjerit keras.

   "Ku sauhiap, berbelas kasihanlah dengan seranganmu...!"

   "Trii ng! Trii ing....!"

   Terdengar dua kali dentingan nyaring berakumandang di angkasa.

   Menyusul kemudian jerit kesakitan yang memilukan berkumandang diudara, cahaya bianglala yang tajam dari pedang Hu-thian seng-kiam pun segera sirap dan lenyap.............

   Ku See hong berdiri kaku dengan sepasang matanya memancarkan cahaya membunuh yang menggidikkan, paras mukanya sangat aneh, sukar dilukiskan dengan kata-kata......

   Pemuda berbaju putih itu berdiri dengan badan penuh berlepotan darah, pakaiannya yang berwarna putih sudah robek belasan bagian, dari setiap mulut luka itu, darah jatuh becucuran.

   Wajahnya berubah menjadi mengerikan, sekujur badannya gemetar keras, bibirnya terkatup membentuk satu garis lengkung.

   Ia sedang merasa sakit yang luar biasa, sementara sepasang tangannya memegang pedang ular perak yang menancap ditanah guna menahan badannya yang lemah.

   Kulit mukanya mengejang keras, sambil menahan rasa sakit yang menghebat katanya dengan suara gemetar.

   "Orang she Ku, walaupun aku Ciu Heng thian baru muncul dalam dunia persilatan, namun selama beberapa bulan ini secara beruntun telah mengalahkan puluhan orang jago lihay dalam dunia persilatan! Aku yakin ilmu silatku sudah tiada tandingannya didunia ini..., tak kusangka hari ini harus menelan kekalahan ditanganmu. Cuma meski aku kalah pada malam ini, aku kalah dengan bangga, karena jurus serangan yang kau gunakan adalah jurus pedang Cang-Ciong-ciat-mia-kiam yang merupakan ilmu paling rahasia dari Cing-hay pay kami, bahkan pedang yang kau gunakan pun merupakan pedang Ang-soat-kiam milik Si-hong lo jin, seorang tokoh aneh dari Cing-hay pay !"

   "Setelah menderita kalah ditanganmu malam ini, aku Ciu Heng thian, sudah tak punya muka lagi untuk hidup didunia ini, mau dijatuhi hukuman apa terserah kepadamu..., aku orang she Ciu tak akan berkerut kening. Tapi sebelum mati, aku orang she Ciu ingin memohon sesuatu kepadamu, dan ini pun merupakan permintaan yang kuajukan untuk pertama kalinya kepada orang lain..., aku rasa kau pasti akan meluluskannya bukan...?"

   Paras muka Ku See hong dingin seperti es, sikapnya kaku tanpa perasaan namun sepasang matanya justru memancarkan sinar yang sangat aneh.

   Biau-ki siang-su In Han im, sebagai seorang jago yang berpengalaman, dengan cepat dapat memahami makna yang sebenarnya dari sorot mata Ku See hong tersebut.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian berhenti sejenak, lalu setelah menghela napas sedih lanjutnya.

   "Sejak dulu sampai sekarang, perguruan Cing-hay pay selalu mewariskan kepandaian silatnya kepada murid tunggal, setelah aku orang she Ciu meninggal nanti, ilmu silat Cing-hay pay juga akan turut musnah dari dunia persilatan. Maka dari itu persolan yang kupinta sekarang adalah melanjutkan perkembangan ilmu silat Cing- hay pay kami, mengingat hubunganmu dengan Si-hong lo jin, tentunya kau dapat menerima permintaanku ini bukan? Untuk budi kebaikanmu itu, biar aku orang she Ciu bayar dalam penitisan yang akan datang ...!"

   Begitu selesai berkata, Ciu Heng thian segera menggerakkan pedang ular peraknya untuk menggorok leher sendiri....

   Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat..., tubuh Ku See hong bagaikan sambaran sukma gentayangan telah meluncur ke depan, tangan kanannya mencengkeram tepi pedang ular perak itu erat-erat, sementara paras mukanya yang dingin dan kaku tanpa perasaan tadi, kini berubah menjadi lembut.

   Ujarnya kemudian dengan suara lantang.

   "Saudara Ciu, mengapa kau harus menghabisi nyawa sendiri tanpa menyelidiki dulu duduknya persoalan...? Sesungguhnya siaute-pun masih terhitung murid perguruan Cing-hay bun kalian..! Aaai..., semuanya ini memang kesalahan siaute... mengapa tidak menerangkan duduknya persoalan sejak semula dan tetap mengumbar napsu dengan mengajakmu melangsungkan pertarungan yang tak berguna ini? Siaute harap saudara Ciu suka memakluminya dan menyelesaikan persoalan secara damai, untuk itu sebelumnya siaute ucapkan banyak terima kasih..."

   Sejak bertemu dengan Ku See hong untuk pertama kalinya, si Pedang ular perak Ciu Heng thiam pun menaruh rasa kagum terhadap lawannya, tapi dasar wataknya memang dingin dan angkuh, hal ini memaksanya untuk mencoba kemampuan dari Ku See hong......

   Berbicara menurut keadaan semula, maka kesalahan sebetulnya terletak dipihaknya karena memang dialah yang terlalu memaksa musuhnya untuk melangsungkan pertarungan tersebut siapa tahu Ku See hong menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mengakui kesalahan tersebut dipihaknya, cukup dilihat dari hal ini saja, dari hati kecilnya segera muncul suatu perasaan terharu yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Tanpa terasa sepasang matanya berkaca-kaca, dengan amat terharu ujarnya.

   "Saudara Ku, tidak kusangka kau adalah seorang pemuda yang berilmu tinggi berjiwa besar, tidak suka mencari kemenangan dan senang berteman, siaute benar- benar amat berterima kasih, sekali atas kebesaran jiwamu itu. Kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya!"

   Ku See hong memang seorang pemuda yang mengangkat tinggi soal persahabatan, pada mulanya dia hanya mendongkol oleh kesombongan serta kejumawaan Ciu Heng thian, menyusul kemudian dia merasa kalau Ciu Heng thian memiliki semangat jantan seorang lelaki sejati yang hebat, yang mana segera membuat pandangannya sama sekali berubah.

   Kini dia malah merasa kalau lawannya adalah seorang yang berperasaan hangat.

   Selama berkelana dalam dunia persilatan Ku See hong memang ingin sekali dapat teman seorang jagoan yang bernyali, berjiwa besar dan pemberani seperti pemuda itu.

   Maka didorong oleh luapan emosi, dia segera menggemgam tangan, Ciu Heng-thian sambil katanya dengan suara gemetar.

   "Saudara Ciu, kita sama-sama orang perantauan, walaupun hari ini kita tanpa sengaja, bila kau tidak keberatan, siaute bersiap sedia untuk mengikat diri menjadi Sahabat karib denganmu."

   "Saudara Ku adalah seorang pendekar besar yang berjiwa besar, sedang aku Ciu Heng thian hanya manusia apa? Untung bisa berteman dengan sahabat seperti kau, masa aku akan menolaknya? Apalagi saudara Ku telah melimpahkan budi kebaikan kepadaku, sekalipun harus menyebrangi lautan api, aku Ciu Heng-thian tak akan menampik, apalagi cuma berteman?"

   Ku See hong menggenggam pergelangan tangan kanannya semakin kencang, katanya penuh luapan emosi.

   "Kebesaran jiwa saudara Ciu sungguh membuat siaute merasa kagum, bila kau berkata begini terus, aku jadi merasa malu untuk berkata lebih jauh. Kini situasi dalam dunia persilatan telah berubah, kaum kurcaci mencari untung dengan menindas rakyat, kaum perampok menguasai wilayah orang dan saat kiamat bagi dunia persilatan sudah hampir mendekat, bila saudara Ciu bersedia untuk bersatu padu denganku dan..........."

   Mencorong sinar mata tajam dari balik mata si pedang ular perak Ciu Heng thian, dengan cepat dia menukas ucapan dari Ku See hong sambil berkata dengan lantang.

   "Saudara Ku, sampai mati pun siaute bersedia mendampingimu untuk bersama-sama membuat pekerjaan besar dengan menumpas kaum durjana dan. menegakkan keadilan didunia, biarlah langit dan matahari menjadi saksi bagi sumpah keadilanku ini!"

   Setelah menyaksikan keadaan berkembang begitu jauh Biau ki siangsu In Han Im segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh....... haaahhh...... haaahhh....... selama seratus tahun belakangan ini. dunia persilatan penuh segala macam perubahan, satu peristiwa belum padam muncul persoalan lain, bagaikan gelombang air pasang saja, satu belum mundur, yang lain sudah menyusul, tapi akhirnya keadilan juga yang akan meredekan hal ini."

   "Haaahhh..... haaahh..... haaahh.... akhirnya beribu-ribu jiwa umat persilatan dapat ditolong juga, haaahhh ....haaahhh...... haaahh.... Ku Sauhiap, Lam ciau Pak siang yakin selama hidup belum pernah melakukan kesalahan, maka bila Sauhiap berdua tidak menampik, pada malam ini juga kami berdua manusia tak berguna bersedia untuk mendampingi kalian."

   Ku See hong berpaling dan segera tertawa.

   "Kita mempunyai cita-cita yang sama dan tujuan yang sama pula, apalagi kita merasa cocok sekali satu dan lainnya dalam perjumpaan ini, sayang aku orang she Ku masih mempunyai dendam kesumat yang musti dituntut balas, selain itu akupun mempunyai pedang Hu thian seng- kiam, sumber dari segala kekalutan dan bencana..., aku tak berani meramalkan bagaimanakah untung atau bencanaku di kemudian hari........"

   OooOdwOooo Bab 20 SIN HONG HWEE CIAU LUI KI segera tertawa terbahak-bahak.

   "Hu-thian seng-kiam telah muncul kembali dalam dunia persilatan, tujuannya tak lain adalah hendak membasmi kaum durjana dari muka bumi. Seandainya kawanan siluman itu datang mencari gara-gara, sudah barang tentu kitapun akan melangsungkan pembunuhan secara besar-besaran!"

   Mendadak Si pedang ular perak Ciu Heng thian berteriak kaget.

   "Saudara Ku, beberapa hari berselang aku telah membunuh seorang anggota perkumpulan Jian khi pang, sewaktu kuperiksa orang itu, dapat diketahui bahwa perkumpulan Ban-shia-kau telah melaksanakan tujuan kejinya untuk menumpas umat persilatan dan 437 menguasai seluruh jagad, selain itu mereka pun merencanakan suatu pembasmian secara besar-besaran terhadap pendekar- pendekar dari golongan putih!"

   Mendengar perkataan itu, paras muka Biau ki Siangsu In Han im segera berubah hebat, buru-buru serunya.

   "Ciu sauhiap, tahukah kau cakar iblis mereka telah direntangkan ke mana saja?"

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian tidak menjawab sebaliknya malah bertanya.

   "Aku ingin bertanya mengapa kawanan Liok-lim yang berada diwilayah Kang-lam berbondong-bondong berangkat kepuncak Hoat hong diwilayah Ou-lam untuk mengadakan suatu pertemuan besar pemilihan Bengcu pada bulan sembilan - tanggal enam nanti?"

   "Waah kalau begitu pihak Ban shia kau hendak turun tangan terhadap para pendekatr di Kanglam?"

   Seru Biau ki siangsu In Han Im dengan suara agak gemetar. Pedang ular perak Ciu Heng thian manggut-manggut.

   "Pendapat In tayhiap memang benar, rupanya Ban-shia-kau bermaksud hendak mengembangkan wilayah kekuasaannya dengan menjaring lebih banyak benggolan-bengeolan Liok-lim untuk berpihak kepadanya. Dalam pemilihan Bengcu yang mereka selenggarakan diwilayah Kanglam kali ini pun telah ditentukan suatu rencana busuk, yaitu bermaksud untuk menjaring semua orang gagah yang berada di wilayah Kanglam, bila diantara mereka ada yang tidak bersedia untuk bekerja sama, maka secara keji mereka akan membunuhnya, hingga apa yang dicita-citakan dapat tercapai."

   Hu thian seng kia m Ku See hong yang mendengar perkataan itu menjadi marah sekali, mencorong sinar buas dari balik matanya.

   "Ban-shia-kau, perkumpulan kaum bedebah! Aku bersumpah tak akan membiarkan mereka untuk melaksanakan rencana rencana busuk tersebut!"

   Teriaknya. Biau ki siangsu In Han Im menghela napas sedih, ucapnya.

   "Kemungkinan besar diantara kawanan jago kaum Liok-lim yang berada di wilayah Kanglam pun kini sudah disusupi oleh anjing-anjing Ban-shia-kau, bisa dibayangkan bagaimanakah akibat dari pemilihan besar, pemilihan Bengcu yang diselenggarakan pada bulan sembilan pada tanggal enam nanti."

   Tiba-tiba Sin hong hwee ciu Lui Ki berpaling kearah Ku See hong sambil bertanya.

   "Ku lote, siapakah Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau tersebut? Mungkin kau sudah mempunyai gambarannya bukan?"

   Ku See hong merasa amat terkejut setelah mendengar pertanyaan itu.

   Segera pikirnya.

   `Cermat betul jalan pemikiran orang ini, betul aku sudah menduga kalau ketua dari perkumpulan Ban-shia-kau adalah perempuan jalang itu...,tapi peristiwa ini menyangkut ke-aib-an dari guruku, apakah harus ku ungkapkan secara blak-blakkan?` Ternyata Ku See hong telah menduga kalau ketua dari perkumpulan Ban-shia-kau adalah istri gurunya, Bun ji koan-su, yang bernama Ceng Lan Hiang tersebut....

   Sebagaimana diketahui, peristiwa berdarah yang terjadi diatas puncak Ciat-hong di bukit Soat-san tempo hari merupakan suatu peristiwa pengeroyokan yang amat dirahasiakan oleh pelaku- pelakunya, sementara mereka yang tersangkut dalam peristiwa itu pun sebagian besar adalah manusia-manusia munafik yang berlagak sok suci dan sok bijaksana, ...andaikata diantara mereka terdapat pendekar sejati, maka setelah terjadinya peristiwa itu, kalau bukan lenyap ...tentulah mati secara mengenaskan sehingga diantara kaum pendekar sejati yang ada didunia ini dan mengetahui duduk persolan yang sebenarnya, boleh dibilang tinggal Ku See hong seorang......

   Ceng Lan hiang sebetulnya adalah putri dari Thi Kiam Kim Ciang (Pedang Baja Telapak Tangan Emas) Cong Ih huang....., demi rencananya untuk mencelakai Bun-ji koan-su ,dia telah menikah dengan tokoh persilatan tersebut.

   Tapi, peristiwa ini tak ada seorang manusia pun yang tahu, karenanya hingga kini orang tak pernah menyangka kalau Bun-ji koan-su sebenarnya sudah beristri, lebih-lebin tak ada yang tahu kalau kehidupan tokoh sakti itu sesungguhnya berakhir ditangan istri kesayangannya sendiri.

   Peristiwa semacam ini boleh dibilang merupakan peristiwa yang amat memalukan, Ku See hong sebagai muridnya sudah barang tentu enggan untuk menyiarkan kisah yang memalukan ini kepada semua orang.

   Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Ku See hong, akhirnya dia mengambil keputusan untuk tidak membongkar rahasia tadi.

   "Saudara bertiga..."

   Ujarnya kemudian "Walaupun pada saat ini aku orang she Ku sudah tahu siapa gerangan ketua dari Ban-shia-kau tersebut, namun berhubung persoalan ini menyangkut nama baik guruku, maka sulit bagiku untuk mengutarakannya keluar, ...untuk itu harap kalian maklum."

   "Padahal, nama Ban-shia Kaucu pun merupakan nama yang masih asing bagi pendengaran kaum pendekar golongan putih dari dunia persilatan, hingga sekalipun nama itu kusebutkan, belum tentu kalian akan mengenali orangnya.` "Aku dengan orang-orang dari Ban-shia-kau mempunyai dendam kesumat yang lebih dalam daripada samudra, aku tak akan membiarkan kaum durjana itu berbuat semena-mena didalam dunia ini, suatu hari, aku pasti akan menyuruh mereka semua rasakan pembalasan yang paling mengenaskan!"

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian segera berkata dengan suara lantang.

   Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kini pengaruh iblis sudah meraja-lela, mereka sudah bersekongkol dengan berbagai perguruan besar di dunia ini, sementara kaum yang dianggap sebagai golongan murni boleh dibilang sangat minim sehingga cuma terdiri dari beberapa orang, bila kita berempat harus menghadapi khalayak yang begitu banyak, jelas hal ini mustahil bagi kita untuk meraih kemenangan, aku pikir, tindakan paling penting yang harus kita laksanakan sekarang adalah mencari tahu markas besar pihak lawan, kalau bisa kita langsung menyerbu ke sarangnya dan melenyapkan pentolannya. Demikian ancaman bahaya baru bisa disingkirkan, kini saudara Ku sudah mengetahui siapa gerangan Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau, terangkan kepada kami dimanakah letak sarang iblis mereka?"

   Ku See hong menghela napas panjang.

   "Aaai.... di manakah letak markas besar Ban-shia-kau tidak begitu jelas bagiku, tapi bila kita mau mengorbankan sedikit tenaga dan pikiran, rasanya tidak sulit untuk mengetahuinya."

   Pada saat itulah mendadak...........

   Dari arah sebelah barat tanah pekuburan itu berkumandang datang suara pekikan panjang yang amat memekikan telinga, suara pekikan tersebut kedengaran aneh sekali.

   Ketika berkumandang mengikuti hembusan angin malam, lamat- lamat terasanya bagaikan isak tangis setan, seperti juga suara lolongan serigala, membuat siapa saja yang mendengarnya segera merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.

   Menyusul suara yang mengerikan tadi, terdengar seorang tertawa dingin lalu berkata.

   "Bocah keparat she Ku, Ban-shia-seng-kau merupakan pemimpin tertinggi didalam dunia persilatan saat ini..., kau anggap nama baik kami boleh dinodai dengan begitu saja olehmu? Hmmm....hmmm.... bocah keparat, jika kau merasa punya kepandaian ayolah ikuti aku, mari kita saksikan sampai dimanakan kelihayan dari Lian-hun ki-ong dari perkumpulan suci kami heeemm....heemmm...."

   Suara bisikan itu lirih seperti nyamuk, namun setiap patah katanya dapat terdengar jelas, bahkan sangat menggetarkan telinga.

   Dari balik mata Ku See hong segera memancar keluar sorot mata tajam yang menggidikkan hati, diiringi suara pekikan nyaring, tubuhnya melejit ke udara dan meluncur kedepan, diantara berkibarnya ujung baju, terhembus angin dengan kecepatan luar biasa ia meluncur ke arah mana berasalnya suara tadi.

   Waktu itu sudah mendekati kentongan ke empat; bintang bertaburan di angkasa, angin dingin berhembus menusuk tulang, diantara heningnya suasana terdengar suara tertawa menyeramkan bergema dari balik tanah pekuburan sana, kemudian muncullah sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu yang meluncur keluar bagaikan burung elang.

   Ditinjau dari kecepatan gerak orang itu, dapat diketahui kalau ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai puncak kesempurnaan.

   Tatkala bayangan tubuh Ku See hong lenyap dibalik kegelapan malam tadi, mendadak Si Pedang ular perak Ciu Heng thian mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara tertawa panjang yang seram memekikkan telinga......

   Dibalik tertawanya itu jelas tercermin nada yang begitu licik, begitu busuk dan menyeramkan.

   Itulah suatu penampilan yang amat buas, ganas, keji dan menggidikkan hati....

   Begitu menangkap suara tertawa panjang yang amat mengerikan itu Biau ki Siangsu In Kan im dan Sin hong hwee ciau Lui Ki segera merasakan hatinya bergetar keras, dengan empat mata mereka yang tajam bagaikan sembilu, mereka bersama-sama memandang kearah wajah Ciu Heng thian yang licik dan buas itu...

   ...

   Kontan paras muka mereka berubah hebat, dengan cepat kedua orang itu tahu bahwa mereka sudah berada diambang pintu kematian.! Ya, cuaca dilangitpun gampang berubah-ubah, apalagi kehidupan manusia di dunia ini.

   Tahu wajah, tahu orangnya ...

   tak akan tahu hatinya, siapakah yang bisa menduga akan, kebusukan, kelicikan serta kemunafikan seseorang yang tersembunyi dibalik hatinya?? Diam-diam Biau ki Siangsu In Ham im sangat menyesali kekhilafan sendiri , selama ini dia selalu merasa bangga karena kemampuannya untuk menilai orang dari raut wajahnya..., sungguh tak disangka pada malam ini dia harus melakukan suatu kesalahan yang amat besar.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa licik beberapa saat lamanya, ....mendadak ia berhenti tertawa.

   Dengan sekulum senyaman menyeringai menghiasi ujung bibirnya, bagaikan bayangan setan dia menerjang kearah Lam ciau Pak Siang, wajahnya nampak begitu menyeramkan, begitu licik dan menggidikkan hati.

   Sepasang mata Sin hong hwee ciau Lui Ki segera memancarkan cahaya berapi-api, dengan suara keras dia membentak.

   "Bocah keparat she Ciu, kau............. kau sungguh amat licik dan rendah, aku.... aku akan beradu jiwa denganmu !"

   Sambil berkata dia siap menerjang kedepan.

   Biau ki Siangsu In Ham Im lebih cerdik daripada rekannya, sekalipun dia dihadapkan pada ancaman bahaya maut yang menyeramkan, namun pikirannya tak sampai menjadi kalut.

   Sambil menarik tangan Sin hong hwee ciau, bisiknya lirih.

   "Lui lote, cepat tenangkan pikiranmu pertarungan yang bakal berlangsung merupakan suatu pertarungan yang akan menentukan mati hidup kita, jangan bertindak kelewat gegabah!"

   Walaupun Sin hong hwee ciau Lui Ki merupakan seorang yang berangasan, namun dia cukup tahu betapa gawat dan seriusnya persoalan yang dihadapinya sekarang, sebab bilamana mereka berdua sampai tewas ditangan manusia laknat ini, bisa jadi dendam 443 sakit hatinya tak pernah akan terbalas untuk selamanya, bahkan keselamatan jiwa Ku See hong pun terancam oleh bahaya maut! Karena itu setelah pelbagai ingatan berkecamuk didalam benaknya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya dia berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaan dalam hatinya dan berusaha untuk menenangkan kembali pikirannya.

   Terdengar si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram lagi belulang kali, lalu berkata.

   "In Ham Im, percuma kau disebut orang sebagai Biau-ki Siangsu,' heehhh...... heeeehhh..... heeehhh...... siapa sangka kalau kau telah menyerahkan nyawamu sendiri ketangan raja akhirat, heehhh...... heeeehhh..... heeehhh......" -oo0dw0oo-

   Jilid 14 DIAM-DIAM Biau-ki-siang-su In Han-im menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak di nginkan, sedang diluar wajahnya ia tetap bersikap tenang, sahutnya pelan;

   "Ciu Heng-thian, perubahan drastis semacam ini tak akan bisa diduga siapapun juga, yang bakal mati pada malam inipun masih merupakan tanda tanya besar, bila liangsim pun masih mampu berbicara, saat inilah merupakan saat yang paling baik bagimu untuk melepaskan kesesatan dan kembali kejalan kebenaran, karena kau masih mempunyai kesempatan untuk menolong dirimu sendiri"

   "In Han im!"

   Kata si pedang ular perak Ciu Heng thian sinis.

   "hati bajik dan perasaan welasmu itu lebih baik kau dermakan kepada sukma-sukma gentayangan di alam baka nanti saja!"

   Walaupun Biau-ki-siangsu In Han im tahu kalau usahanya untuk menyadarkan kembali pemuda ini agar kembali ke jalan yang benar tak nanti menjadi kenyataan, namun satu-satunya jalan baginya sekarang adalah berusaha untuk mengulur waktu sebisanya sambil menunggu kedatangan Ku See hong.

   Maka dengan sikap yang masih tetap tenang Biau ki siang su In Han im berkata.

   ' Ciu Heng-thian, tahukah kau bahwa karma tetap berlaku bagi umat manusia, apakah kau tidak takut terhadap pembalasan karma dikemudian hari?"

   Sekali lagi si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram. 'Heeehhh...heeehhh...heeehhh... In Han Im, sekarang aku sudah mengetahui akan siasat busukmu itu, hmmmm, hmmm, sayang percuma saja kau menanti, Ku See hong tak bakal kembali lagi kemari!"

   Mendengar perkataan itu paras muka Biau ki siang su In Han im segera berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala, kembali dia berkata.

   "Sejak dulu sampai sekarang, kaum dujana tak ada yang bisa lolos dari keadilan dan kebenaran, hanya persoalannya, berbeda waktu belaka, cepat atau lambat akhirnya kau pasti akan terkena pembalasannya juga"

   "Hmmm, In Han im! Kematian sudah berada didepan mata, tapi kau masih sempat berkhotbah terus, hmmm ....hmmm ... sungguh merupakan suatu perbuatan yang sangat menggelikan' Kini, Biau-ki siang su In Han im betul-betul sudah merasa putus asa, tapi dia toh tak mau menyerah dengan begitu saja, kembali ujarnya. ' Pintu Buddha terbuka lebar bagi orang yang mau bertobat, lepaskan golok pembunuhmu dan bertobatlah atas dosa dan kesalahanmu, Aku harap kau suka berpikir tiga kali sebelum mengambil tindakan' Paras muka si Pedang ular perak Ciu Heng thian telah berubah menjadi mengerikan sekali, kelicikan dan kebusukan sudah semakin 445 menyelimuti wajahnya, suara tertawa dingin yang menggidikkan hati sekali lagi bergema memenuni angkasa.

   "In Han im, kematian sudah berada di depan matamu, lebih baik padamkan saja keinginanmu itu!"

   Heeehhh-heeehhh-heehhh bagi manusia yang berpengalaman picik semacam kau juga ingin berkecimpungan dalam dunia persilatan.

   Hmm! Pada hakekatnya perbuatan kalian itu benar-benar tak tahu diri.

   ' Terus terang saja kuberitahukan padamu, Sejak setengah bulan berselang aku Ciu Heng thian sudah menggabungkan diri dengan perkumpulan Ban shia kau kini, kedudukan ku adalah wakil ketua dari Ban shia kau, adapun kedatanganku sekarang adalah untuk melaksanakan perintah dari kaucuku guna menyelidiki asal mula munculnya suara nyanyian dari Bun ji koan su, sekarang segala sesuatunya sudah kuterangkan sejelasnya kepadamu, aku rasa kalian pun boleh mampus dengan mata terpejam rapat.

   Heehh...

   heeehhh .....

   Sampai disitu sekali lagi dia perdengarkan suara tertawa licik-nya yang penuh disertai dengan perasaan bangga.

   Dalam keadaan seperti ini, Biau ki siang su In Han im sudah benar-benar putus asa, sekarang dia hanya bisa menyesali dirinya yang bermata tak berbiji sehingga terjebak dalam perangkap manusia durjana.

   Oooh Thian, mengapa manusia-manusia durjana itu dibiarkan memperoleh kedudukan dan kesempatan untuk melakukan kejahatannya? Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera tertawa seram dengan nada yang amat licik.

   "In Han im, tadi mengapa kalian ingin mengetahui siapakah kaucu kami itu?"

   Setelali berhenti sebentar, dia melanjutkan.

   "Heeehhhh ... heeehhh... heeehhh... bagaimanapun sebentar lagi kalian akan berangkat meninggalkan dunia ini, beritahu kepada 446 kalian pun tak menjadi soal ..Ketahuilah, kaucu dari Ban shia kau tak lain adalah istrinya Bun ji koan su si setan tua itu yang bernama Ceng Lan hiang. 'Heeehhh...heeehhh... nama ini amat asing bukan bagi kalian? Tentunya kalian tak pernah menyangka bukan, kalau Bun ji koan su yang dianggap sebagai jagoan oleh kalian ternyata punya bini? Padahal kalian mana tahu kalau Bun ji koan su sesungguhnya adalah seorang manusia histeris yang menyeramkan?"

   Betapa gusarnya Biau ki siangsu In Han im ketika mendengar orang itu mencemooh dan menghina Bun ji koan su, sambil melotot besar bentaknya keras-keras.

   "Bocah keparat she Ciu, tutup bacot anjingmu, seorang lelaki sejati boleh dibunuh pantang dihina, seandainya kami Lam ciau pak siang mati ditanganmu pada hari ini, sekalipun jadi setan kami tetap akan menyeretmu ke dalam neraka"

   Mencorong sinar keji dan buas dari balik mata pedang ular perak Ciu Heng thian, serunya.

   "In Han im, sekarang serahkanlah nyawa kalian! Aku orang she Ciu akan siang malam menantikan kedatangan kalian sebagai setan iblis, tapi kalian musti ingat, jika sebagai setan iblis sekali lagi kalian mampus, maka kalian akan berubah menjadi bayangan setan yang tak bakal bisa menitis kembali untuk selamanya, heeehhh... heeehhh..."

   Suara tertawa dingin yang menyeramkan kembali bergema menggetarkan sukma...

   Tubuh Ciu Heng thian bagaikan bayangan sukma menerjang maju ke muka, telapak tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan dahsyat..

   Dimana serangan tersebut dilancarkan, hawa pukulan yang maha dahsyat disertai gerakan berputar segera meluncur ke muka bagaikan gulungan ombak samudra, pasir dan batu segera beterbangan memenuhi angkasa dan menerjang ke arah Lam ciau pak siang dengan sangat hebatnya.

   Tadi, Lam ciau pak siang telah menyaksikan kelihayan ilmu silat yang dimiliki Ciu Heng thian,, maka begitu dilihatnya angin serangan yang maha dahsyat itu meluncur datang, serentak mereka membentak keras kemudian bersama-sama melejit ke samping untuk menghindarkan diri.

   Sambil tertawa dingin tiba-tiba Ciu Heng thian mementangkan sepasang telapak tangannya ke kiri dan ke kanan, dua gulung angin pukulan yang sangat hebat seperti hembusan angin topan, dengan disertai suara desingan tajam yang memekikkan telinga langsung menyergap tubuh Lami Ciau dan Pak Siang.

   Perubahan jurus serangan ini dilakukan dengan kecepatan luar biasa, jauh berbeda dengan jurus serangan pertama, selisih antrara kedua buah serangan itupun kecil sekali.

   Waktu itu Lam ciau pak siang masih melambung di udara, dan belum sempat melayang turun ke atas tanah, tahu-tahu gulungan angin pukulan yang menyesakkan napas telah meluncur tiba dengan hebatnya.

   Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya itu Lam ciau pak siang merasa amat terperanjat, masing-masing pihak segera menggunakan jurus serangan yang paling hebat untuk melejit kesamping, seluruh badannya segera berputar bagaikan gangsingan, secara drastid sekali mereka meloloskan diri dari ancaman maut tersebut.

   Sin-hong hwee ciau segera membentak nyaring begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah, tubuhnya yang tinggi besar itu dengan membawa gulungan angin yang kencang menerkam kedepan, sepasang telapak tangannya dengan disertai desingan angin tajam yang menggidikan hati secepat kilat melepaskan tiga buah pukulan berantai ke tubuh C iu Heng thian.

   Ketiga buah serangan itu dilancarkan dalam keadaan gusar, kedahsyatannya bukan alang kepalang.

   Begitu pukulannya dilepaskan, seperti gelombang dahsyat yang mangamuk ditengah samudra saja, dengan hebatnya segera menggulung kedepan ....

   Dipihak lain, Biau-ki-siang-su In han im pun melancarkan serangan dengan kepandaian saktinya pada saat yang bersamaan, bayangan kaki, pukulan tangan bagaikan jaring laba-laba mengurung musuhnya secara ketat dan rapat.

   Semua jurus serangan yang dahsyat itu tertuju ke bagian-bagian tubuh yang mematikan disekujur badan lawan, bagaimanapun lihay Ciu Heng-thian, dalam keadaan seperti ini buru-buru dia gunakan ilmu gerakan tubuh yang lihay untuk menghindarkan diri.

   Biau ki-siang-su In Han-im tahu, soal mati hidup dirinya adalah urusan kecil, tapi nasib dunia persilatan merupakan masalah besar, bila mereka berdua tak bisa bertahan hingga kembalinya Ku See-hong, sudah pasti sampai di akhirat pun mereka akan menanggung penderitaan.

   Maka setelah memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang mengenaskan, angin pukulan serta bayangan kaki seperti angin puyuh menerjang tiada hentinya....

   Bila seseorang sudah nekad untuk beradu jiwa maka semua serangan yang dilancarkan otomatis memiliki kekuatan yang mengerikan.

   Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menyelimuti seluruh angkasa, sedemikian berlapis-lapisnya kekuatan serangan itu hingga hampir setiap ruang kosong tertutup rapat...

   Diteter secara ganas dan dahsyat oleh Lam-ciau pak-siang, si Pedang ular perak Ciu Heng thian terdesak mundur berulang kali, lama kelamaan kejadaian ini membangkitkan sifat buasnya.

   Mendadak ia mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara pekikan keras yang membetot sukma..

   Dengan cepat ia menghimpun tenaga Tay ih kun goan khikangnya yang maha dahsyat itu kedalam telapak tangannya.

   Segulung demi segulung tenaga pukulan yang dalam bagaikan samudra meluncur kedepan, dalam waktu singkat udara disekeliling tempat itu sudah berubah menjadi panas menyengat badan.

   Sepuluh gebrakan kemudian walaupun ilmu silat yang dimiliki Biau ki siangsu In Han im sangat lihay, namun semua gerakannya terhadang oleh hawa murni yang dipancarkan Ciu Heng thian sehingga semua kelihayannya tak sanggup dipancarkan.

   Sebaliknya, Ciu Heng thian yang khusus meneter In Han im justru makin menyerang semakin menghebat, serangan demi serangannya yang dahsyat memaksa In Han im mundur terus tiada hentinya, bahkan keselamatan jiwanya makin terancam.

   Sementara itu Sin hong hwee ciau Lui Ki yang terlibat pula didalam pertarungan itu secara diam-diam telah menghimpun pula tenaga dalam yang dimilikinya, dia telah mengeluarka ilmu Ceng pit kang yang paling diandalkan seumur hidupnya untuk melaku kan perlawanan.

   Tampak sepasang lengannya membesar satu kali lipat, dibalik warna merah muncul warna kehitam-hitaman yang amat mengerikan, di ringi bentakan nyaring, menda-dak sepasang lengannya didorong ke muka secara aneh, segulung angin kencang yang berputar dengan cepatnya meluncur ke tubuh lawan.

   Si pedang ular perak C iu Heng thian segera meningkatkan kewaspadaannya begitu menyaksikan sepasang lengan Sin hong hwee ciau berubah menjadi hitam membengkak, ia tahu serangan yang dilancarkan itu sudah pasti amat beracun dan mematikan.

   Baru saja ingatan tersebut melintas lewat dalam benak Ciu Heng thian, angin pukulan yang menyesakkan napas itu bagaikan jaring langit dan perangkap bumi meluncur kedepan dan mengurung seluruh tubuhnya rapat-rapat..

   Diam-diam Ciu Heng thian merasa terkesiap, ia tak mengira kalau kepandaian silat yang dimiliki Lam ciau pak siang sudah mencapai taraf yang begitu hebatnya, tanpa terasa hawa napsu membunuhnya berkobar.

   Diam-diam hawa khikang Tay ih kun goan sinkangnya dikerahkan mencapai sepuluh bagian, kemudian sepasang tangannya di getarkan semakin kencang, memaksa Biau ki siang su In Han im menjadi keteter hebat dan keadaannya makin mengenaskan.

   Ketika angin pukulan Ceng pit kang yang dilancarkan Sin hong hwe ciau Lui ki menyentuh satu depa didepan badan Ciu Heng thian, tahu-tahu dia seperti merasa membentur diatas sebuah dinding baja yang tak berwujud yang amat kuat, ternyata daya kekuatannya tak sanggup menerjang lebih ke depan.

   "Blaaamm!"

   Terdengar bunyi benturan keras yang memekikkan telinga bergema memecahakn keheningan, tenaga pukulan maha dahsyat yang dilontarkan oleh Sin hong hwee ciau itu tahu-tahu sudah dipunahkan hingga tak berbekas oleh angin pukulan Tay ih kun goan khikang yang tak berwujud dari Ciu Heng thian.

   Menyusul kemudian terdengarlah suara pekikan ngeri yang memilukan hati bergema memenuhi seluruh angkasa.

   Tubuh Sin hong hwee ciau Lui ki yang tinggi besar itu bagaikan layang-layang yang putus tali segera mencelat sejauh tiga kaki dengan nadi yang putus, darah segar memancar keluar dari lubang indranya, ia mati secara mengenaskan.

   Begitulah seorang pendekar sejati akhirnya harus berpulang kealam baka karena dianiaya dan dicelakai oleh seorang manusia laknat yang berhati busuk.

   Mendadak...

   sekali lagi terdengar suara pekikan keras yang membetot sukma bergema memenuhi angkasa, Biau ki siangsu In Han im bagaikan gulungan angin berpusing menerjang maju kesamping tubuh Ciu Heng thian, sepasang telapak tangannya yang penuh dengan tenaga dalam segera melancarkan bacokan dari suatu sudut yang aneh sekali.

   Dimana serangan dari In Han im dilancarkan, beberapa gulung angin pukulan yang tajam di ringi suara desingan tajam telah meluncur kedepan dan menerjang tubuh C iu Heng thian.

   Betapa sedih dan hancurnya perasaan Biau ki siangsu In Han im setelah menyaksikan adik angkatnya mati secara mengenaskan, sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dengan mempergunakan jurus serangan yang paling tangguh dia lepaskan serangan mematikan.

   Sedemikian dahsyatnya serangan itu, ibaratnya bendungan yang jebol diterjang air bah.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian tak pernah mengira kalau jurus serangan yang dilancarkar In Han im bisa sedemikian cepat nya, lagipula arah serangannya adalah bagian tubuh yang harus diselamatkan, padahal tenaga dalamnya waktu itu belum sempat terhimpun kembali.

   Segulung angin pukulan yang dahsyat dan menyesakkan napas seperti ambruknya bukit Tay san segera menekan keatas kepalanya.

   Kontan dia merasakan kepalanya menjadi pusing tujuh keliling, nadinya seperti membengkak besar, sakitnya bukan kepalang.

   Tak terlukiskan rasa terkesiap dalam hati Ciu Heng thian, buru-buru sepasang tangannya disilangkan kemudian di ringi bentakan gusar mendadak sepasang tangan nya didorong kemuka.

   "Plaaakkk. ...!"

   Suatu benturan nyaring segera bergema memecahkan keheningan.

   Angin pukulan tajam segera berputar kencang sambil menimbulkan suara desingan tajam, dengan cepatnya hembusan angin itu di memancar keempat penjuru.

   Ciu Heng thian merasakan kuda-kudanya tergempur, dengan sempoyongan dia mundur sejauh tiga empat langkah, wajahnya berubah menjadi pucat pias seperti mayat.

   Biau ki Siangsu In Han im sendiripun kena dilemparkan tubuhnya sejauh satu kaki lebih, tapi ketika terjatuh kembali ke tanah ia berdiri tegak dengan tubuh kaku.

   Kulit wajahnya segera mengejang keras dengan pancaran garis- garis kebencian yang dalam, rambutnya terurai kalut, mata nya merah membara sehingga keadaannya tampak sangat mengerikan....

   Si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram, katanya dengan suata yang dingin.

   "In Han iln, sebenarnya aku orang she Ciu hendak menghabisi nyawamu dengan begitu saja, heeehhh... heeehhh...heeehhh... tapi sekarang aku telah merubah maksudku semula, aku hendak menyuruh kau untuk merasakan siksaan yang paling keji lebib dulu sebelum mampus secara mengerikan"

   Biau ki siang su In Han im tahu kalau kekuatan yang dimilikinya sudah punah, nadi yang berada didalam tubuhnya telah membengkak besar seperti mau meledak, sementara hawa darah yang bergolak dalam dadanya membuat dia tak sanggnp untuk menghimpun sedikit tenagapun, apa yang bisa dilakukan sekarang tak lebih hanyalah melototkan sepasang matanya yang merah membara dengan penuh kebencian.

   Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menunjukkan wajah seram dan buasnya yang mengerikan, lalu sambil senyum tak senyum dia berkata.

   "In Han im, mungkin kau pernah mendengar bukan bahwa didalam ilmu silat terdapat semacam ilmu yang disebut khi im ciok meh hoat (ilmu membalikkan nadi) bukan? Begitu mendengar ucapan tersebut, paras muka Biau ki siangsu In Han im segera berubah menjadi pucat pias dan makin mengerikan. Sekali lagi si Pedang uiar perak Ciu Heng thian tertawa seram.

   "Heeehhh... heeehhh...heeehhh.... bagaimana? Apakah kaupun memahami kepan-daian semacam ini?"

   Seluruh badan Biau ki siang su In Han im sudah lemas tak bertenaga, dia hanya bisa menerima cemoohan dan penghinaan manusia laknat itu dengan pasrah, ia betul-betul putus asa dan tidak mempunyai harapan lagi untuk meloloskan diri.

   Mendadak Ciu Heng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, suara tertawa nya bagaikan tangisan setan, seperti juga suara lolongan serigala hingga kedengaran nya amat menusuk pendengaran.

   Ditengah gelak tertawanya itu, tubuhnya seperti bayangan sukma segera menerjang kemuka dan berhenti disamping kiri Biau ki siang su In Han im, kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar, kemudian secara beruntun melepaskan serangkaian totokan berantai..Gerak serangannya aneh tapi cepat, sekalipun In Han im berada dalam keadaan sehat juga jangan harap bisa menghindarkan diri.

   Apalagi isi perutnya sekarang sudah menderita luka dalam yang amat parah, sakitnya bukan alang kepalang!! sudah barang tentu ia tak dapat meloloskan dari dari ancaman tersebut.

   Tak ampun lagi semua ancamannya segera bersarang diatas badannya.

   Begitu berhasil menotok semua jalan darah dan urat penting ditubuh In Han im, Ciu Heng thian segera menggerakkan telapak tangan kirinya membuat musuhnya roboh terkapar kembali.

   Memandangi lawannya yang terkapar, si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram.

   'Heeehhh...

   heeehhh...

   heeehhh...

   
Dendam Sejagad Legenda Kematian Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
In Han im, sekarang kau boleh rasakan siksaan yang paling keji didunia ini, kemudian nantikan lah nadi-nadimu meledak sebelum ajalmu tiba, haaahhh...

   haaahhh...

   haaahhh, inilah akhir yang akan kau alami"

   Terhajar oleh totokan berantai dari C iu Heng thian tersebut Biau ki siangsu In Han im merasakan seluruh urat nadi didalam tubuhnya melilit menjadi satu, peredaran darahnya berbalik sehingga menyumbat jalan darahnya, sementara aliran hawa panas mengalir terbalik dan menerjang ke atas otak.

   Seketika itu juga dia merasakan seluruh badannya mengejang keras, seolah-olah terdapat beribu-ribu ekor ulat dan semut yang menggigit disekujur badannya, selain gatal sakit juga amat menyiksa badan.

   Penderitaan semacam itu pada hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata, seperti ada sebilah pedang tajam yang sedang menyongkel setiap bagian badannya.

   Peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh badannya, mata yang membelalak besar kini hampir melotot keluar, muka yang pucat pun berubah semakin mengerikan.

   Tapi dia masih berusaha keras untuk menahan penderitaan dan siksaan yang maha dahsyat itu, sebab dia tak ingin merintih serta menunjukkan kelemahannya didepan musuhnya.

   Si pedang ular perak Ciu Heng thian betul-betul berhati buas dan kejam melebihi binatang, melihat musuhnya tersiksa, dia malah makin kegirangan, sambil tertawa keji katanya dingin menyeramkan.

   "In Han im, sekarang aku akan memotongi semua otot didalam badan agar saat kematian yang bakal merengut nyawamu makin panjang, tapi juga akan menambah siksaan yang akan menggilas tubuhmu. Heeehhh... heeehh. ."

   Seraya berkata, ia lantas melolos pedang ular peraknya dari pungggung, kemudian diantara berkelebatnya cahaya tajam, mata pedang yang tajam itu bekerya keras membetoti semua otot dalam tubuh In Han-im.

   Bayangkan saja betapa menderitanya In Han-im menghadapi siksaan brutal seperti itu, tapi dia tidak mengeluarkan sedikit suarapun, meski badahnya gemetar keras, darah mengucur deras, namun ia tetap mempertahankan diri dengan sekuat tenaga.

   Dalam waktu singkat, In Han-im telah berubah menjadi manusia darah, wajahnya lebih pucat daripada mayat.

   Penderitaan yang menyiksa tubuhnya sekarang betul-betul sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia sampai berguling- gulingan diatas tanah untuk menahan penderitaan tersebut.

   Sayangnya, gerakan itu bukan saja tidak mengurangi penderitaannya, malah sebalik nya justeru menambah hebat penderitaan.

   Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menarik kembali pedangnya dan tertawa seram.

   "Heeeehhh...heeeehhh In Han-im, sekarang kau pasti telah menikmati kebahagiaan bukan? Nah aku boleh memberitahukan kepadamu, apa yang kau rasakan sekarang baru suatu permulaan, kenikmatan yang lebih mengasikkan justru akan kau rasakan dibelakang nanti" 'Kemudian setelah tertawa dingin dia melanjutkan.

   "Silahkan berbaring disini sambil merasakan kenikmatan hidup, maaf aku orang she Ciu tak bisa menemani lebih lama"

   Di ringi suara tertawa yang amat nyaring, bayangan tubuh Ciu Heng-thian berkelebat di udara dan lenyap tak berbekas.

   Yaa, apa yang dikatakan memang benar nasib tragis dari In Han- im memang masih berada dibelakang.

   Tatkala bayangan iblis dari Ciu Heng hian sudah lenyap dari pandangan mata, penderitaan yang menyerang tubuhnya ternyata beratus kali lipat lebih dahsyat..Ia mulai memperdengarkan suara pekikan keras bagaikan binatang yang terluka, begitu mengenaskan, begitu menusuk pendengaran.

   Sambil menjerit dan berguling dan mencoba untuk mengurangi penderitaan, tapi rasa sakit makin mengurung dirinya, bahkan makin lama semakin dahsyat dan hebat...

   Penderitaan yang makin lama semakin menghebat ini, membuat ia tak sanggup untuk menahan lebih jauh, diapun merasakan daya tekanan yang menghimpit tubuhnya makin dahsyat seperti hendak menghimpitnya menjadi cairan darah, seperti hendak meremukkan badannya dan meng-hancurkannya menjadi beribu-ribu keping.

   Penderitaan semacam ini sukar untuk dilukiskan dengan kata- kata.

   Tapi Biau ki siangsu In Han im masih tetap mempergunakan kecerdasan otaknya serta kemauan yang besar untuk menahan penderitaan tersebut dengan sepenuhi tenaga.

   Kekuatan apakah yang sebenarnya menunjang dia sehingga membuat In Han im sanggup untuk mempertahankan diri? Itulah Ku See hong, dendam kusumat serta nasib dunia persilatan dimasa mendatang.

   Bagaimanapun juga, dia berusaha keras untuk mempertahankan diri, menahan diri sehingga Ku See hong balik kesana dan menceriterakan segala sesuatunya kepada permuda itu, kemudian ia baru bisa meninggalkan dunia yang fana ini untuk kembali ke alam baka.

   Ia tak ingin cepat-cepat menghabisi nyawanya, sebab ia tahu betapa pentingnya arti kehidupan yang tak seberapa lama itu bagi semua orang, yaa buat keselamatan dunia persilatan.

   Sseandainya ia sampai mati, maka semua rahasia besar itu akan dibawa masuk ke liang kubur, itu berarti manusia laknat Ciu Heng thian akan meraja lela, keselamatan Ku See hong akan terancan, dan nasib dunia persilatan bisa terjatuh ke tangan mereka.

   Sungguhpun tersiksa hebat, ia bertekad untuk mempertahankan diri selama mungkin, syukur kalau bisa menanti hingga Ku See hong kembali ke sana.....

   ooo0dw0ooo BAB 21 SEMENTARA itu Ku See hong dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang paling sempurna mengejar bayangan manu-sia tersebut sepenuh tenaga, sedemikian cepatnya ia bergerak, dalam sekilas pandangan saja sudah lenyap dibalik kegelapan sana.

   Tapi gerakan tubuh orang itupun tak kalah cepatnya, hanya didalam beberapa kali lompatan, ia sudah hilang dibalik kegelapan sana bagaikan segulung asap.

   Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, pikirnya.

   Orang-orang yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia kau benar-benar tak boleh dipandang enteng, ditinjau dari ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini, jelas ia merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan, tak heran perkumpulan Thi kiong pang dan Jian khi pang yang amat besarpun bersedia menerima perintah dari Ban shia kau.

   Sebelum meninggal suhu pernah berkata kalau si perempuan terkutuk Ceng Lan hiang telah berhasil mendapatkan se

   Jilid kitab Ban shia cinkeng, ucapan itu jelas bukan gertak sambel belaka, itu berarti ilmu silat yang dimllikinya pasti lihay sekali.

   "Disamping itu kedua orang murid murtad suhu sudah pasti akan membantu perbuatan Ceng Lan hiang pula, aaai... untuk menghadapi kekuatan yang begitu besar, mustahil aku bisa bekerja sendiri. 'Entah Ciu Heng thian bersedia untuk membantuku atau tidak? Bila ia bisa membantu usahaku, tak lama kemudian siluman-siluman iblis itu tentu bisa ditaklukan!' Walaupun dalam benaknya dipenuhi oleh pelbagai macam pikiran, namun gerakan tubuhnya sama sekali tidak mengendor, malahan makin lama semakin cepat, akhirnya dia seperti tak menyentuh tanah saja, bagaikan burung elang yang terbang diangkasa, tubuhnya bergerak ke depan dengan kecepatan tinggi. Tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, apalagi tenaga murni itu sudah saling bergabung dengan tenaga im dan yang dalam badannya, maka hawa murni tersebut dapat beredar tiada hentinya bagaikan 458 gulungan ombak yang saling mengejar di tengah samudra, seolah- olah bersambung tiada hentinya. Kurang lebih setengah perminuman the kemudian, dari jarak seratus kaki Ku See hong telah berhasil memperkecil jaraknya menjadi beberapa puluh kaki, sementara seratus kaki dihadapannya terbentang sebuah hutan yang amat lebat. Bayangan manusia yang berlarian di depan itu nampak amat terperanjat sekali sewaktu dilihatnya Ku See hong telah mengejar semakin dekat, padahal dia menganggap ilmu meringankan tubuh yang dilikinya sekarang sudah terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan, malah dalam perguruannyapun dia cuma kalah dengan kaucunya, dua orang penanggung jawab serta wakil ketuanya. Ku See hong takut kalau orang yang berada dihadapannya itu keburu masuk kedalam hutan, ia segera berteriak keras.

   "Setan kaparat yang berada didepan, tadi kau masih berani berbicara sesumbar mengapa saat ini malah kabur terbirit-birit' Hanya dalam waktu singkat bayangan manusia yang berada didepan itu sudah berada tiga puluh kaki dari hutan. Terdengar bayangan manusia yang berada didepan itu memperdengarkan suara tertawa anehnya yang menyeramkan, begitu suara tertawa berkumandang dalam dua tiga kali lompatan saja badannya sudah melompat sepuluh kaki lebih kedepan. Sekarang Ku See hong sudah berada sepuluh kaki dibelakangnya, melinat ini dia menjadi panik, sambil membentak keras kecepatan badannya ditingkatkan, bagaikan seekor burung alap-alap badannya mener-kam ke bawah dengan dahsyat. Sesungguhnya bayangan manusia yang berada didepan itu bukan berniat masuk ke dalam hutan, melainkan cuma menjalankan siasat busuknya untuk menjebak lawan, maka sewaktu badannya melompat ke depan untuk kedua kalinya, mendadak ia menghentikan gerakan badannya, kaki kiri nya membuat gerakan setengah lingkaran, secara lincah badannya telah berputar kembali. Pada saat itulah secara kebetulan Ku See hong menerjang tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Sesaat ketika badannya berputar, orang itu sudah mengayunkan sepasang telapak tangannya ke muka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, tenaga pukulan mendesing bagaikan pisau dan menderu-deru di tengah udara. Ku See hong sama sekali tak menyangka kalau musuhnya begitu licik dan keji, sebelum ia menyadari akan datangnya bahaya tampaklah bayangan telapak tangan telah menyelimuti seluruh angkasa dan menggulung tiba dengan ketatnya, begitu dahsyatnya ancaman tadi sehingga menggidikkan bulu roma setiap orang. Kedua belah pihak sama-sama bergerak dengan kecepatan tinggi, apa yang terjadi pun berlangsung dalam sekejap mata. Ku See hong memang lihay, dalam cemasnya satu ingatan segera melintas dalam benaknya, mendadak ia menggunakan tak tik Biau siu ji siu (terbang melayang bagaikan tipuan) dari ilmu gerakan tubuh Mi khi biau tiong guna menyelamatkan diri. Ketika tubuhnya yang menerjang tiba menyentuh pada gulungan angin puyuh yang maha dahsyat itu, badannya secara aneh melayang ke samping seenteng bulu. Ternyata ilmu Biau siu ji siu tersebut merupakan sejenis ilmu gerakan badan yang khusus mengandalkan tenaga dalam untuk membuat badannya seenteng bulu, bagai-manapun dahsyatnya angin pukulan orang, bila terkena badannya tenaga itu akan lenyap seperti menghantam kapas, melayang ke udara dengan sangat entengnya. Ilmu gerakan tubuh ini pernah dipraktekkan oleh Ku See hong sewaktu tubuhnya terjatuh dari atas puncak tebing di laut lam hay dari ketinggian lima enam puluh kaki itu. Begitulah, seenteng bulu tubuh Ku See hong melayang sejauh lima enam kaki dari tempat semula dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi orang itu tak berkedip. Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, sang surya sudah mulai muncul dari ufuk sebelah timur, tampaklah orang itu adalah seorang lelaki berbaju abu-abu yang berperawakan kurus kering, ia memiliki muka berbentuk kuda dengan kulit badan yang putih hampir tidak berwarna darah, dari balik matanya yang cekung terpancar keluar serentetan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu membuat orang yang memandang terasa menjadi ngeri. Orang ini tak lain adalah salah seorang diantara empat thamcu yang berada dalam perkumpulan Ban-shia-kau, yakni thamcu dari ruang Tee- hun-thiam, orang menyebut nya sebagai To-soat-bu- liang (menginjak salju tanpa bekas) Tham Hun-ki. Perlu diketahui, ke empat ruangan yang dimaksudkan dalam Ban shia-kau terdiri dari ruang Sin-hwee-thiam, Im-hong-tham dan Tee-hun thiam. Kiranya organisasi Ban-shia-kau tersusun amat rapi, dibawah kedudukan Kaucu adalah dua orang penanggung jawab yang menguasahi mati hidup segenap anggota perkumpulan, mereka berdua dibantu oleh empat orang pelindung hukum. Dibawah mereka berdua adalah Hu-kaucu atau wakil ketua, dibawahnya lagi adalah Empat kau-tham dengan setiap bagian terdapat satu orang thamcu dibantu, empat orang Hiangcu, dibawah hiangcu adalah anggota biasa. Bisa dilihat betapa luasnya organisasi tersebut sehingga boleh dibilang melebihi perkumpulan manapun. Tee hun-thamcu ..... menginjak salju tanpa bekas Tham Hunlki nampak terkejut sekali setelah menyaksikan demontrasi ilmu gerakan tubuh yang dilakukan Ku See hong, paras mukanya berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian sikapnya telah berubah menjadi tenang kembali. Ia segera tertawa dingin dengan suara yang rendah dan berat, kemudian katanya.

   "Orang she Ku, sekalipun kau amat cerdik, tapi kali ini kau pun termakan juga oleh siasat wakil kaucu kami, heeehhh... heeehhh... heeehhh... aku lihat umurmu pun tak akan bertahan lebih lama lagi"

   Ku See-hong yang menyaksikan peristiwa itu pun menjadi kebingungan, ia tidak habis mengerti apa yang dimaksudkan, setelah mendengus dingin dengan nada sinis katanya.

   "Manusia laknat berhati busuk, bila mengandalkan kepandaian secetek itu pun kau sudah ingin merenggut nyawaku, Hmm.. perbuatan itu betul-betul tak tahu diri..."

   Tentu saja si menginjak salju tanpa bekas Tahm Hun khi cukup mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari Ku See hong, tapi dia tetap yakin kalau masih sanggup untuk bertarung dengan lawannya, maka sambil tertawa seram katanya.

   rang she Ku, kau harus sedikit tahu diri, ketahuilah orang Ban shia kau adalah manusia-manusia yang tidak gampang diusik, bila kau masih saja tak tahu diri, hmmm ....

   sekarang juga kau boleh rasakan kelihayanku!' Ku See hong mengerutkan dahinya kencang-kencang, mencorong sinar mata yang menggidikkan hati dari balik matanya, ia berseru dengan suara dingin.

   ' Setiap manusia yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia kau, cepat atau lambat pasti akan kubunuh diujung pedangku!' "Haaahhh...

   haahhh .....

   haaahhh ....mana, mana...' Si Menginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

   "saat kematianmu sudah didepan mata, tapi kau masih saja tak tahu diri, betul-betul manusia yang bermata tak berbiji!"

   Tujuan dari To soat bu liang Tham Hun-khi pada saat ini adalah mengulur waktu selama mungkin agar Ciu Heng thian mempunyai waktu yamg cukup untuk membunuh Lam ciau pak siang, maka ia sengaja membawa pembicaraan tersebut ke sana kemari tanpa tujuan.

   Sekali lagi Ku See hong memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang mengerikan.

   ' Heeehhh...

   heeehhh...

   heeehhh...

   kau tak usah banyak berbicara lagi, kini malaikat maut telah mementangkan cakar setannya, bersiap-siaplah kau untuk berangkat menghadapnya!"

   To soat bu liang Tham Hun khi mendongak kan kepala dan memeriksa keadaan cuaca, ketika ia merasa Ciu Heng thian sudah berhasil dengan serangannya, sekulum senyuman yang mengerikan segera tersungging di ujung bibirnya, disusul kemudian menggemalah suara gelak tertawa nyaring..Mendadak ia menerjang maju ke muka, sepasang telapak tangannya didorong bersama melancarkan pukulan dahsyat dengan membawa deruan angin tajam secepat kilat angin pukulan itu menerjang ke muka.

   Ilmu silat yang paling diandalkan To soat bu liang Tham Hun khi adalah ilmu meringankan tubuh, tak heran kalau gerak serangannya ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

   Ku See hong hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa telah menerkam kearahnya.

   Paras muka Ku See hong segera berubah hebat, telapak tangan kanannya diayunkan kemuka, serentetan cahaya tajam yang berbentuk bintang, bagaikan serentetan mercon yang meledak, dengan cepatnya menyongsong ke muka.

   To soat bu liang Tham Hun khi adalah seorang manusia licik yang berakal panjang, sekilas pandangan saja ia telah melihat kilau dibalik serangan yang dilancarkan Ku See hong terselip suatu kekuatan yang luar biasa, tentu dia tak berani menyambut dengan kekerasan.

   Tiba-tiba terasa serangannya dibuyarkan lalu sambil berputar setengah lingkaran, ia membentak keras.

   Sekali lagi badannya menerjang maju ke muka, angin pukulan bayangan kaki seolah-olah berubah menjadi beribu-ribu banyak nya, di mbangi dengan hawa pukulan yang dahsyat, langsung menerjang kebagian mematikan ditubuh Ku See hong dari sudut yang aneh.

   Berada dibawah serangan berantai Tham Hun khi yang memancar bagaikan gulungan samudra, Ku See hong segera memutar sepasang tangannya membentuk gerakan melingkar dan tiba-tiba mendorongnya kemuka.

   Selapis angin pukulan yang dahsyat, bagaikan selembar jaring yang tebal menggulung kemuka menyongsong datang nya ancaman lawan.

   To soat bu liang Tham Hun khi memang tak malu disebut jagoan lihay, ia benar-benar memiliki ilmu silat yang dahsyat, sekali lagi dia membentak keras, seluruh badannya seperti pusaran angin berpusing menerobos masuk kedalam celah kosong dari pukulan berantai lawan, sepasang tangan dijojoh kemuka bagaikan tombak.

   Kali ini dia mengancam jalan darah Yan noo hiat dan Ciang tay hiat di badan Ku- See hong, sementara kaki kirinya secepat kilat menyambar jalan darah Hee im hiat ditubuh anak muda itu.

   Serangan semacam ini selain ganas dahsyat juga teramat keji..Ku See hong mendengus dingin mendadak kaki kanannya berbalik menendang jalan darah wi tiong hiat diatas kaki kiri lawan, kemudian sepasang telapak tangannya saling menyilang mengunci datangnya ancaman lawan dengan kekerasan.

   Jurus serangan ini dilancarkan dengan mengkombinasikan suatu gerakan tubuh yang sangat indah, bahkan serangan yang dilancarkan dengan kakinya itu selain berhasil mengunci serangan musuh, dapat pula melancarkan serangan balasan, benar-benar merupakan satu jurus serangan yang amat lihay.

   Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah To soat bu liang Tham Hun khi menjumpai jago sedemikian lihaynya, dimana setiap jurus serangannya selalu tertuju untuk menekannya dalam keadaan apa boleh buat mendadak ia buyarkan serangan ditengah jalan kemudian melompat keluar dari arena.

   Terhadap manusia buas semacam ini Ku See hong tak pernah berbelas kasihan, sambil membentak nyaring tubuhnya seperti turut menerjang kemuka, sementara sepa-sang telapak tangannya menyerang secara bergantian.

   Serangan demi serangan dengan jurus membabat, membacok mendorong menyam-but dan memotong, semuanya digunakan secara berganti-gantian.

   Semua ancaman dilancarkan dengan dahsyat, ganas dan gencar seperti hujan badai.

   Ternyata To soat bu liang Tham Hun khi termasuk seorang jagoan yang ulet.

   Dia tidak menyerah dengan begitu saja, badannya berkelebat secara aneh, dan serangannyapun meluncur keluar seperti air bah yang menggulung lewat, dibawah serangan Ku See hong yang maha dahsyat itu ternyata diapun membawa tenaga ancaman yang hebat menggulung keluar.

   Malahan ancaman tersebut tibanya dari suatu sudut yang aneh dengan ruang gerak yang sempit tapi sama sekali tidak mengurangi kedahsyatannya.

   Begitulah dua orang jago lihay dari dunia persilatan segera mengandalkan kepandaian silat yang dimiliki untuk saling menyerang dan mendesak lawannya.

   Pertempuran ini betul-betul merupakan suatu pertempuran yang amat seru.

   Hawa puseran yang dahsyat seperti geledek berhembus kencang disekeliling hutan itu dan merubah wilayah seluas tujuh delapan kaki itu menjadi tempat amukan badai Dua pulu jurus begitu saja lewat, seluruh jidat To soat buliang Tham Hun-khi sudah dibasahi oleh keringat, namun serangan demi serangan yang dilancarkan musuh tetap gencar dan dahsyat.

   Sementara pertempuran masih berlang-sung amat sengit mendadak ....

   Suara pekikan keras yang memekikkan telinga berkumandang datang dari arah sisi hutan.

   Suara pekikkan yang memekikkan telinga itu seperti suara panggilan seseorang.

   Tapi kalau didengar lebih seksama maka terasa pula seperti suara teriakan seseorang yang sedang bergembira.

   Begitu pekikkan tadi sirap terdengarlah seseorang berseru dari tempat kejauhan.

   "Te- hun thamcu, kau diperintahkan segera kembali!"

   Ku See hong telah merasakan seperti suara pekikan dan suara pembicaraan orang itu seperti amat dikenal olehnya, hal ini membuatnya merasa amat terkejut, suatu firasat tak enak mendadak melintas di dalam benaknya.

   Sebaliknya Ta soat bu liang Tham Hun khi yang mendengar seruan tersebut segera tahu kalau Ciu Heng thian telah berhasil melaksanakan tugasnya, ingatan untuk mengundurkan diri dari sana segera terlintas dalam benaknya.

   Sambil tertawa seram, Ta soat bu liang Tham Hun ki segera memperketat serangan nya, secara beruntun dia lancarkan empat gulung pukulan dahsyat yang memaksa Ku See hong terdesak mundur sejauh rmpat langkah.

   Menggunakan kesempatan inilah dengan cepat tubuhnya melejit ke tengah udara dan melesat kearah hutan, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan.

   Sepasang mata Ku See hong berubah menjadi merah membara dan memancarkan sinar kebuasan, saking mendongkolnya dia sampai mendepak-depakkan kakinya keatas tanah, akhirmya dia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan meluncur balik ketempat semula.

   Waktu itu hatinya betul-betul merasa gelisah sekali, dia segera mempercepat langkahnya menuju ke tempat semula.

   Tak selang beberapa saat kemudian, tibalah pemuda itu di kompleks tanah pekuburan itu.

   Sang surya telah berada diatas udara, sinar yang keemas- emasan memancarkan sinar terangnya menyoroti seluruh jagad.

   Dengan sorot mata yang tajam Ku See hong mencoba untuk memperhatikan sekeliling tempat itu, namun bayangan tubuh dari Lam ciau pak siang serta Ciu Heng thian sudah tak nampak lagi..

   Tiba-tiba Ku See hong menangkap suara rintihan lirih berkumandang dari sisi tanah pekuburan itu, tak berani berayal lagi secepat kilat dia melompat turun ke bawah dengan kecepatan tinggi.

   Dengan cepat ia menangkap mayat Sin hong hwee ciau Lui Ki yang tergeletak kaku di tanah, kemudian diapun menyaksikan tubuh Biau ki siangsu In Han im yang sedang berguling-guling di tanah dengan sekujur badannya bermandikan darah.

   Merah membara sepasang mata Ku See hong setelah menyaksikan kejadian itu, sambil membentak keras dia segera menerjang ke samping tubuh Biau ki siangsu In Han im sambil tegurnya.

   "Paman In, Paman In! Siapa yang telah mencelakai kalian? Cepat katakan, cepat katakan!"

   Waktu itu sekujur badan Biau ki siangsu In Han im seperti diremuk menjadi berkeping-keping, tersiksanya bukan kepalang, namun dia masih tetap memper-tahankan diri sambil menantikan datanganya Ku See hong.

   Akhirnya dengan wataknya yang keras kepala dia berhasil mencapai apa yang diharapkan, namun saat itu ajalnya sudah semakin dekat, dalam keadaan sadar tidak sadar ia seperti mendengar suara panggilan Ku See hong, pelan-pelan diapun membuka kembali matanya yang penuh berdarah dan mengawasi Ku See hong dengan pandangan mata yang sayu.

   Jelas dia tak percaya kalau orang yang berada dihadapannya adalah Ku See hong, mungkin dia mengira apa yang dilihat hanyalah pandangan semu menjelang tibanya ajal.

   Dengan sepasang mata berkaca, Ku See hong berteriak keras.

   "Paman In, aku yang telah datang! Aku adalah Ku See hong, kau... apakah kau sudah melihat jelas?"

   Wajah Biau ki siangsu In Han im yang mengenaskan itu tampak mengejang keras, titik air mata berlinang dari wajahnya, tidak bukan air mata, melainkan darah! Setelah menggerakkan bibirnya sekian lama, akhirnya dia berbisik dengan suara yang lemah.

   "Ku... Ku lote, kaukah yang datang?"

   "Paman In, aku yang datang, betul aku Ku See hong, oooh .... apa yang telah terjadi disini? Sedang bermimpikah aku?"

   Suara dari Ku See hong kedengaran gemetar dan keras, nadanya parau sehingga mendatangkan suasana yang amat pedih bagi siapapun yang mendengarnya.

   Setelah merasa yakin kalau yang datang adalah Ku See hong, In Han im nampak gembira sekali, jauh melebihi rasa sakit yang sedang menyiksa tubuhnya? ' Ku lote"

   Katanya kemudian dengan suarta gemetar.

   "harap kau suka maafkan lohIu yang telah salah menilai orang, sungguh menggemaskan kawanan laknat itu berhati keji ...' "Paman In, cepat katakan! Apa yang sebenarnya telah terjadi?"

   Sela Ku See hong cemas. Biau ki siangsu In Han im menghela napas sedih, katanya.

   "Ku lote, lohu dan adik angkatku telah terbunuh oleh si Pedang ular perak Ciu Heng thian, si manusia berhati binatang, manusia laknat tersebut, dia adalah wakil ketua dari Ban shia thian kau, sungguh menggemaskan ternyata lohu pun kena dikelabuhi olehnya" ' Ooh... rupanya perbuatan dari Ciu Heng thian!"

   Seru Ku See hong dengan pancaran sinar kebencian yang amat tebal.

   "binatang keparat, aku bersumpah akan mencincang tubuhnya menjadi berkeping-keping'' "Ku lote, cepatlah berangkat ke lembah Yu-ming-kok dibukit Soat-hong-san, kalau sampai terlambat, beberapa ratus lembar nyawa manusia tentu akan musnah pula di tangan manusia durjana tersebut"

   Saat itu, Ku Seng-hong tak dapat mengendalikan perasaan sedih yang menyerang tubuhnya, dia tahu In Han im adalah seorang ksatria sejati, tapi Thian telah menjatuhkan siksaan yang begitu keji kepadanya, apakah Thian tidak mengingin kan keadilan dan kebenaran ditegakkan dibumi ini? Setelah menghela napas sedih, ia berkata.

   Paman In, sekalipun tubuhku bakal hancur, keadilan dan kebenaran tetap akan kutegakkan, aku ingin membasmi semua manusia laknat tersebut dari muka bumi"

   Tampaknya ajal sudah semakin dekat buat Biau ki-siang-su In Han-im, seperti juga lentera yang hampir padam, cahayanya pasti akan menjadi terang benderang sebelum akhirnya mati.

   Tiba-tiba saja Biau-ki-siang-su In Han-im nampak jauh lebih segar, dengan nada yang halus dan penuh perhatian dia berkata.

   "Ku lote, kau mempunyai bait nyanyian dari Bun-ji-koan-su serta pedang Ang-soat kiam dari Si hong lo jin, kedua berita ini sudah pasti telah tersebar luas dalam dunia persilatan, ini berarti keselamatan jiwamu terancam bahaya maut. Meski ilmu silat yang 469 kau miliki sangat lihay, namun sepasang tangan tak bisa mengalahkan empat tangan ... aaai..... Berbicara sampai disitu Biau-ki-siang-su In Han-im tak dapat mengendalikan rasa pedih dalam hatinya lagi, dia menghela napas panjang.

   "Aai .... para pendekar sejati penegak keadilan dalam dunia persilatan banyak yang telah mati dan lenyap tak ujung rimbanya, boleh dibilang kau harus hidup sebatang kara didunia ini tanpa bantuan orang lain, aaai .... gunakanlah kecerdikanmu untuk mengatasi semua kesulitan yang kau hadapi."

   Ku lote, kau harus memahami betapa berbahaya dan liciknya umat persilatan didunia ini, mereka lebih banyak menipu orang dengan kemunafikannya dari pada membantumu, ketahuilah kelicikan tak bisa dihadapi dengan ilmu silat, maka kau harus selalu waspada terhadap setiap manusia yang ada disekelilingmu' Ku See hong tahu bahwa kesempatan In Han im hidup didunia ini sudah tak banyak lagi, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, ia mengangguk.

   "Paman In, aku tahu tentang hal itu, kau tak usah kuatir, sebelum semua perempuan durjana didunia ini kupunahkan, aku bersumpah tak akan berhenti membunuh. ."

   Ketika mengucapkan perkataan itu dari balik matanya segera terpancar keluar hawa napsu membunuh yang mengerikan ....

   Hal ini melambangkan kalau badai yang penuh dengan genangan darah sudah mulai melanda dunia persilatan.

   Tiba-tiba In Han im mengeluh pelan sambil menahan tubuhnya yang gemetar keras, wajahnya mengejang keras menahan penderitaan yang hebat, tapi ia tidak berdiam diri, kembali katanya.

   


Legenda Kelelawar -- Khu Lung Legenda Pendekar Ulat Sutera -- Huang Ying Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung

Cari Blog Ini