Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 12


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 12



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   Dg rasa gembira, Kho Beng berseru .

   "Kalau memang begitu tujuannya, aku bersedia sekali utk bekerja sama dg kalian!"

   "Omitohud, kalau begitu kita tetapkan dg sepatah kata ini saja"

   Seru Bok cuncu.

   "Benar!"

   Kho Beng mengangguk.

   "kita tetapkan sepatah kata ini saja."

   "Omitohud, kalau begitu harap Kho sicu baik-baik menjaga diri, aku segera akan berangkat ke siau lim si!"

   "Lo siansu, bila kau harus kembali ke Siau lim pay lebih dulu utk meminta persetujuan dari ketua kalian sebelum menghimpun para jago dunia persilatan, aku rasa dalam soal waktu mungkin akan sangat terlambat sekali"

   Ucap Kho Beng sambil mengerutkan kening. Mendengar perkataan tsb, Bok cuncu segera tersenyum.

   "Tentang soal ini, harap sicu tak usah kuatirkan, setelah kembali ke Siau lim si utk melaporkan hal ini, saat itu juga kami akan menyebarkan surat kilat kepada seluruh jago dari pelbagai perguruan agar bersiap sedia, aku percaya dalam tujuh hari mendatang sudah ada sebagian jago persilatan yg turut serta didalam pergerakan ini"

   Kemudian setelah memuji keagungan sang Buddha lagi, dia menambahkan.

   "Aku akan mohon diri lebih dulu!"

   Habis berkata, dia segera menggerakkan badan dan berlari dari situ dg kecepatan tinggi. Lama sekali Kho Beng berdiri termangu-mangu ditempat semula sebelum akhirnya menghela napas dan berkata .

   "Perubahan sikap yg diperlihatkan hwesio tua ini kelewat cepat, aku menjadi tak habis mengerti, sebetulnya niat mereka itu baik atau jahat"

   Chin Sian kun memperhatikan sekejap wajah anak muda itu, lalu katanya dg lembut .

   "Tampaknya ia mempunyai niat yg jujur dan tulus, apalagi tindakan semacam inipun bakal mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak, aku rasa tawaran tsb tak usah kita risaukan lagi."

   Mendadak Kho Beng menghentakkan kakinya sambil berseru .

   "Aduh celaka! Aku telah melupakan suatu masalah yg amat penting."

   "Soal apa?"

   Tanya Chin sian kun keheranan.

   "Masalah disekapnya ketua Sam goan bun oleh pihak Siau lim pay, aku lupa utk titip pesan kepadanya agar memohonkan pembebasan dari ketua Siau lim pay."

   Chin sian kun segera tertawa cekikikan serunya.

   "Kalau hanya disebabkan persoalan ini, aku rasa kau tak perlu terlalu merisaukannya."

   "Kenapa?"

   Tanya Kho Beng tak habis mengerti.

   "Coba kau bayangkan sendiri, ketua dari Sam goan bun bias disekap dikuil Siau lim si gara-gara urusanmu, apabila sekarang pihak Siau lim pay bersedia utk bekerja sama dg mu, masa mereka tak akan membebaskan ketua dari Sam goan bun tsb? Siapa tahu dia justru akan dikirim kemari utk ikut melacaki jejak dewi In nu?"

   Kho Beng segera manggut-manggut, katanya .

   "Nona memang sangat teliti dan cermat sekali, dugaanmu memang tepat sekali!"

   Setelah tertawa bangga, kembali Chin sian kun berkata .

   "Lantas kemanakah kita harus pergi sekarang?"

   "Sekarang kita harus pergi mencari Molim sekalian berempat!"

   Maka mereka berdua pun menuruni bukit tsb dan kembali kekota kecil dikaki gunung.

   Ketika menyusul kerumah penginapan tsb, menurut keterangan pemilik rumah penginapan itu, keempat orang itu sudah meninggalkan tempat tsb sejak kemarin.

   Kho Beng menjadi sangat gelisah, segera tanyanya .

   "Apakah mereka telah meninggalkan alamat yg hendak dituju?"

   "Tidak!"

   Pemilik penginapan itu menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "mereka tidak mengatakan apa-apa, langsung pergi begitu saja.."

   Terpaksa Kho Beng harus meninggalkan rumah penginapan tsb, sepanjang jalan dia Nampak murung dan sangat kesal.

   Melihat sikap anak muda tsb, Chin sian kun segera berkata .

   "Bukan aku sengaja banyak mulut, tapi aku rasa alangkah baiknya bila keempat orang anak buah kongcu itu pergi tanpa pamit."

   "Kenapa begitu?"

   "Aku tak ingin mengatai kejelekan orang lain, tapi dalam kenyataannya keempat orang itu sama sekali tidak menaruh kesetiaan terhadap Kho kongcu, sikap mereka selama ini tak lebih hanya ingin mempelajari isi dari kitab pusaka Thian goan bu boh!"

   "Aaaaai.setiap manusia tentu mempunyai watak yg baik dan jelek, tapi sikap mereka berempat saat ini sudah jauh berbeda dg sikap mereka waktu pertama dulu."

   "Maksud Kho kongcu"

   Chin sian kun berpaling.

   "Mereka berempat sebetulnya mempunyai sifat yg jujur dan terbuka, apalagi setelah melalui pendidikan dan bimbingan beberapa waktu, boleh dibilang kesetia kawanan mulai mereka kenal. Bisa jadi kepergian mereka dari rumah penginapan ini adalah utk mencari jejakku."

   Kemudian setelah menghela napas, kembali katanya .

   "Cuma saying mereka terlalu sempit jalan pikirannya sehingga tidak tahu bagaimana mesti meninggalkan pesan kepada pemilik rumah penginapan itu"

   Dg nada setengah percaya, Chin sian kun berkata .

   "Kalau begitu kita harus pergi mencari mereka berempat?"

   Kho Beng berpikir sebentar lalu mengangguk .

   "Yaa, tentu saja, tapi aku rasa tiada tempat yg bias kita telusuri utk mencari jejak mereka, aku pikir lebih baik kita kembali dulu kelembah hati Buddha, coba kita periksa apakah kondisi badan Bu wi cianpwee telah pulih kembali seperti sedia kala."

   "Betul!"

   Sambung Chin sian kun.

   "bisa jadi Molim bersaudara telah kembali kelembah hati Buddha!"

   "Kejadian semacam ini mungkin saja dapat berlangsung, mari kita segera berangkat kelembah hati Buddha."

   Maka berangkatlah kedua orang itu menuju kelembah hati Buddha.

   Oleh karena kepergian mereka kelembah hati Buddha tidak mengandung tujuan yg terburu-buru, maka perjalanan mereka tempuh dg santai, sepanjang jalan selain mereka menikmati panorama yg indah, pekerjaan mereka adalah mengamati gerak gerik umat persilatan.

   Menjelang magrib keesokan harinya, mereka berdua menempuh perjalanan sejauh lima li dari bukit Cian san.

   Setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, Kho Beng segera berkata .

   "Aku lihat kita sudah jalan terlalu jauh hingga melampaui tempat penginapan."

   Ternyata sekeliling tempat itu merupakan hutan belantara dg tanah perbukitan dikejauhan sana.

   "Apa salahnya?"

   Sahut Chin sian kun sambil tersenyum.

   "udara malam pasti amat nyaman, mengapa kita tidak menempuh perjalanan malam? Kapan kita sampai dikota, kapan pula kita beristirahat, toh hasilnya juga sama saja?"

   Kho Beng manggut-manggut, tanpa berbicara mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya menelusuri tanah berhutan.

   Mendadak..

   Kho Beng menyaksikan ada seseorang yg berjalan malam melintas lewat dari sisi kiri mereka, jaraknya hany beberapa puluh kaki saja dari mereka berdua.

   Tergerak perasaan Kho Beng sesudah menyaksikan hal ini, kepada Chin sian kun dia segera member tanda, kemudian dilakukan pengejaran secara ketat.

   Ternyata ilmu meringankan tubuh yg dimiliki si pejalan malam itu cukup tangguh, mereka harus mengejar sejauh satu li lebih sebelum berhasil menyusul sampai jarak sepuluh kaki dibelakang orang itu.

   Agaknya si pejalan malam itupun sudah merasakan kalau jejaknya sedang diikuti orang, tiba-tiba saja dia menghentikan larinya.

   Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling bersua muka, tanpa terasa Kho Beng berseru tertahan, ternyata orang itu adalah orang yg cukup dikenal olehnya, yakni si Saudagar racun berjalan cepat Cho Tay hap.

   Cho Tay hap sendiripun nampak agak tertegun, kembali sambil buru-buru member hormat, katanya .

   "Ooooh rupanya kongcu, mengapa kau datang kemari?"

   Kho Beng menghela napas.

   "Aaaaipanjang sekali utk diceritakan dan bagaimana dg kau sendiri? Apakah belakangan ini pernah bertemu muka dg ciciku?"

   Kali ini Cho tay hap yg menghela napas panjang.

   "Aaaaicicimu sudah terperangkap oleh anak buah dewi In nu sehingga hubungan diantara mereka Nampak sangat akrab dan mesra, kemanakah dirinya berada sekarang kini sudah menjadi sebuah tanda Tanya yg besar sekali"

   "Yaa benar, aku sendiripun merasa amat gelisah dan cemas karena persoalan ini!"

   Cepat-cepat Kho Beng berkata.

   "Oooohjadi kongcu pun sudah mengetahui akan persoalan ini?"

   Kho Beng manggut-manggut.

   "Bukan hanya tahu, tapi aku sudah dua kali menemui ancaman bahaya maut diperkampungan Ciu hong san ceng, saying sekali ciciku begitu terpengaruh oleh mereka sehingga bagaimanapun aku member penjelasan kepada dirinya, ia tetap tidak percaya!"

   Kemudian sambil menatap wajah Cho Tay hap sekejap, kembali ujarnya .

   "Bagaimana dg kau sendiri? Hendak pergi kemana?"

   "Sebenarnya hamba sedang berusaha mencari kongcu, maksudku hendak pergi kelembah hati Buddha, sungguh tak kusangka kita telah bertemu muka disini."

   "Ada persoalan apa mencariku?"

   Tanya Kho Beng cepat.

   "Pertama hamba ingin mengajak kongcu utk berunding bagaimana caranya melepaskan encimu dari pengaruh anak buah dewi In nu, kedua adalah menyangkut masalah keempat orang anak buah kongcu itu.."

   "Apakah kau bersua dg mereka?"

   Dg wajah serius Cho Tay hap segera berkata .

   "aku telah bersua dg mereka, saat ini mereka telah menjalin hubungan yg cukup akrab dg para begundal Dewi In nu, tentu saja tujuan mereka tak lain adalah kitab pusaka Thian goan bu boh yg berada ditangan kongcu."

   "Aaah, peristiwa ini benar-benar jauh diluar dugaanku!"

   Seru Kho Beng setengah percaya setengah tidak. Dg wajah serius kembali Cho Tay hap berkata .

   "Sebenarnya hamba bermaksud menguntit dibelakang mereka utk mengetahui siapakah orang yg mengadakan kontak dg mereka, tapi akhirnya mereka berhasil meloloskan diri."

   Chin sian kun yg berada disisinya segera menukas.

   "Sudah sejak lama aku tahu kalau mereka bukan manusia baikbaik.!"

   Sementara itu Cho Tay hap sudah memandang sekeliling tempat itu, kemudian katanya lagi .

   "aku telah bertemu pula dg si Unta sakti berpunggung baja Thio cianpwee, dia sendiripun mengusulkan agar kongcu bias turun tangan melenyapkan mereka berempat dari muka bumi."

   "dimanakah si Unta Sakti cianpwee? Apakah kau tahu?"

   Buruburu Kho Beng bertanya.

   "Meskipun aku tak tahu berada dimanakah dia sekarang, tapi setengah bulan kemudian aku masih mempunyai janji dgnya."

   "Kalian berjanji akan bersua dimana?"

   "Lembah bunga tho dibukit Hu gou san!"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, ujarnya lebih jauh .

   "Tapi Thio cianpwee berpesan agar kongcu tidak pergi menjumpainya, sebab yg terpenting buat kongcu saat ini adalah menghimpun seluruh kekuatan yg dimiliki utk melacaki jejak dewi In nu, selain watak diketahui watak dan tabiat keempat orang asing itu sudah diketahui tak jujur dan berniat membelot. Walaupun semula Thio cianpwee menghimpun mereka demi membantu kongcu yg berada dalam posisi seorang diri, tapi sekarang sudah ada Bu wi cianpwee, hwesio daging anjing serta Kim bersaudara sekalian yg siap membantu, oleh karenanya dianjurkan agar keempat orang tsb dilenyapkan saja dari muka bumi, ketimbang akhirnya menimbulkan banyak kesulitan buat diri sendiri."

   "Baiklah segala sesuatunya akan kulaksanakan sesuai dg perintah Thio cianpwee, bila kau bertemu lagi dg dia orang tua, tolong sampaikan pula salamku kepadanya."

   "Hamba mengerti"

   Buru-buru Cho Tay hap mengiakan. Setelah berpikir sejenak, Kho Beng berkata lebih lanjut .

   "Kalau memang begitu, kau boleh pergi sekarang."

   "Harap kongcu bias baik-baik menjaga diri"

   Cho Tay hap segera member hormat.

   Kemudian berangkatlah saudagar itu meninggalkan tempat tsb.

   Mengawasi bayangan punggung Cho Tay hap yg pergi jauh, tanpa terasa Kho Beng menghela napas sedih.

   Chin sian kun mengerti bahwa pikiran dan perasaan hatinya waktu itu amat kalut dan berat, karenanya dia pun tidak banyak berbicara , dg mulut membungkam ia berjalan mengikuti disampingnya.

   Sekalipun mereka berdua tidak bercakap-cakap, namun Kho Beng bias merasakan timbulnya rasa hangat yg sukar dilukiskan dg katakata, menyelimuti pikiran dan perasaannya yg kalut.

   Begitulah dalam suasana hening dan saling mencekam, mereka berdua menempuh perjalanan selama hampir satu jam lebih, sementara itu kegelapan yg luar biasa telah menyelimuti seluruh angkasa.

   Waktu itu langit amat gelap tiada cahaya rembulan, tiada cahaya bintang, yg ada hanya awan gelap yg menutup angkasa.

   Tiba-tiba Chin sian kun berbisik .

   Padahal Kho Beng sendiripun merasa agak lelah karena selama beberapa hari terakhir ini mereka berdua belum pernah beristirahat secara baik.

   Kho Beng mencoba utk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, mendadak ujarnya sambil menunjuk kemuka .

   "Rasanya didepan sana terdapat sebuah bangunan kuil, bagaimana kalau kita menginap semalam dikuil tsb?"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Walaupun kegelapan telah menyelimuti seluruh bumi waktu itu, namun mereka masih dapat melihat secara lamat-lamat bahwa ditengah pepohonan yg rimbun didepan sana terdapat sebuah bangunan besar yg membentuk seperti kuil.

   Dg perasaan gembira Chin sian kun manggut-manggut, berangkatlah mereka berdua menuju kebangunan kuil tsb.

   Sewaktu sampai didekat bangunan tsb, ditemui pintu gerbang sudah setengah roboh, rumput ilalang tinggi selutut, rupanya tempat itu merupakan sebuah kuil bobrok yg sudah lama tidak dipergunakan lagi.

   Dari papan nama yg terpancang dimuka bangunan tsb dapat diketahui bahwa kuil itu bernama "Lu cau bio"

   Sambil tertawa Kho Beng segera berkata .

   "Malah kebetulan sekali kalau kuil ini adalah kuil yg terbengkalai, kita tak usah mencari alasan utk membohongi pendeta, biar tak usah pula membayar uang minyak."

   Dg langkah lebar mereka berdua berjalan masuk keruang tengah kuil tsb, Chin sian kun segera bersorak gembira .

   "Coba lihat, bersih nian tempat ini"

   Ketika Kho Beng menyusul kedalam, dijumpai ruangan tsb memang berada dalam keadaan bersih sekali, lagipula bangunan utamanya masih tetap utuh. Tanpa terasa dia berseru dg kening berkerut .

   "Sungguh aneh!"

   "Yaa, memang sangat aneh"

   Chin sian kun menimpali.

   "kalau dibilang kuil ini sudah lama terbengkalai dan tak dihuni manusia lagi, kenapa ruangan tengahnya justru begitu rapih dan bersih?"

   Kemudian setelah berpikir sebentar, kembali ujarnya .

   "Yaa betul, sudah pasti tempat ini dipergunakan kaum pengemis atau pendatang sebagai tempat pondoknya, itulah sebabnya tempat ini diatur secara rapih dan bersih!"

   "Aaaah, peduli amat"

   Kata Kho Beng sambil tertawa aneh.

   "bagaimana juga kita kan Cuma menginap semalam, besok pagi kita telah berangkat kembali."

   Maka mereka berdua pun duduk bersila didepan altar sambil mengatur napas utk memulihkan kembali tenaga dalam mereka.

   Ditengah suasana hening dan hampir mencapai keadaan akan lupa akan keadaan sekelilingnya, mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang dari kejauhan sana.

   Kho Beng yg pertama-tama merasakan hal itu, cepat-cepat ia menarik ujung baju Chin sian kun, sambil berbisik .

   "Ssst, ada orang datang!"

   "Mungkin para pengemis penghuni kuil ini telah pulang"

   Jawab Chin sian kun lirih.

   "Itu toh menurut dugaan kita sendiri, bisa juga orang lain yg datang kesini."

   "Lantas apa yg harus kita lakukan sekarang?"

   Tanya si nona dg kening berkerut.

   "Lebih baik kita bersembunyi saja!"

   Dg langkah cepat mereka berdua segera lari kesisi ruang tengah dan m enyembunyikan diri dibalik kegelapan.

   Dinding samping itu berada dalam keadaan setengah roboh sehingga mudah sekali bagi mereka untuk mengundurkan diri kebelakang, boleh dibilang tempat tsb merupakan tempat yg amat strategis, karena bisa digunakan menyerang maupun mengundurkan diri secara leluasa.

   Baru saja mereka berdua menyembunyikan diri, tampak empat sosok bayangan manusia telah melangkah masuk kedalam ruang kuil dg langkah lebar.

   Setibanya dalam ruang tengah, keempat orang itu segera m,embuat api unggun dan mengeluarkan daging serta arak, lalu bersantaplah mereka dg lahap.

   Baik Kho Beng maupun Chin sian kun dapat melihat dg jelas bahwa keempat orang tsb adalah Molim, Hapukim serta Rumang berempat.

   Beberapa kali Kho Beng berniat utk munculkan diri, namun niatnya selalu dihalangi Chin sian kun, malah dg ilmu menyampaikan suara, bisiknya .

   "Coba kita dengarkan dulu apa yg mereka bicarakan, apalah gunanya tergesa-gesa menemui mereka?"

   Terpaksa Kho Beng harus bersabar dan tetap menyembunyikan diri dibalik kegelapan. Tak lama kemudian keempat orang itu sudah mulai mabuk oleh air kata-kata. Tampak Rumang menepuk paha sendiri keras-keras segera berseru .

   "Aku lihat pergaulan kita makin lama makin kacau, benar-benar mak nya."

   Hapukim berkata pula kepada Molim.

   "Sekarang apa yg mesti kita perbuat, jangan lagi orangnya, bayangan tubuh dari Kho Beng si bocah keparat itupun sudah tak nampak lagi, hmmm!"

   "Sudah pasti kau bertindak kurang hati-hati sehingga rahasia kita ketahuan, karena itulah dia segera melarikan diri!"

   Kho Beng yg menyadap pembicaraan itu kontan saja merasakan hatinya tenggelam kedasar samudera, diam-diam pikirnya .

   "Betul-betul tahu orangnya, tahu mukanya belum tentu dapat menyelami perasaannya."

   Sementara itu Molim telah berkata sambil tertawa .

   "Buat apa kita mesti gelisah, toh tiada pekerjaan yg gampang didunia ini."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .

   "Tentang masalah Kho Beng, aku kira dia sudah menjumpai kesulitan diperkampungan Ciu hong san ceng, jadi mustahil dia telah mengetahui rencana kita, dalam hal ini aku yakin masih dapat melihatnya secara jitu."

   Rumang segera mendengus .

   "Hmmmbaiklah, anggap saja Kho Beng si bocah keparat itu memang belum mengetahui persoalan kita, tapi kemanakah kita harus pergi mencari dirinya?"

   "Yaa betul"

   Sambung Hapukim.

   "paling tidak kita kan mesti menemukan Kho Beng lebih dulu, kalau tidak, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kitab pusaka Thian goan bu boh tsb?"

   Molim segera menggeleng, katanya .

   "Menurut penilaianku, kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh sudah tidak berada ditangan Kho Beng, besar kemungkinan benda tsb masih berada ditangan si tua Bu wi."

   "Hmm, kau sama sekali tak pernah melakukan pelacakan secara khusus, dari mana bisa tahu kalau benda tsb tidak berada disakunya?"

   Seru Rumang.

   "Padahal asal kita mau berpikir, hal tsb bisa kita pikirkan dg jelas, sesungguhnya Kho Beng si bocah keparat itu belum berhasil menguasai ilmu silat yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh, sekalipun pernah dipelajarinya tanpa latihan satu atau dua tahun mustahil dia bisa memperoleh hasil yg sepadan, jadi tegasnya kepandaian silatnya tak lebih hanya mendapat sedikit kemajuan saja. Bayangkan saja, dg bekal kepandaian serendah ini, apakah dia akan menggembol benda yg tak ternilai harganya itu?"

   "Yaa, betul juga perkataan ini"

   Seru Mokim sambil mengangguk. Tapi Hapukim segera berteriak .

   "Aaah, peduli amat betul atau tidak perkataan tsb, yg penting apa yg mesti kita perbuat sekarang?"

   "Sederhana sekali, aku telah berhasil mendapatkan sebuah rencana yg amat bagus."

   Sekali lagi Rumang menepuk paha sendiri keras-keras, teriaknya .

   "Cepat katakan apa rencanamu itu?"

   "Kita berangkat kelembah hati Buddha dan berlagak diutus oleh Kho Beng si bocah keparat itu utk mengambil kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh!"

   "Aku rasa cara seperti itu tak bakal berhasil, jangan lagi situa Bu wi adalah seorang yg berotak lihay dan liciknya bukan kepalang. Ia tak mungkin percaya dg perkataan kita, lagipula si hwesio daging anjing pun bukan manusia yg boleh dianggap enteng, bagaimana mungkin dia bersedia menyerahkannya kepada kita?"

   Molim segera mendengus .

   "Hmmm, dasar goblok!"

   "Hey, siapa yg kau maki?"

   Tegur Hapukim marah.

   "Tentu saja kau! Otakmu memang bebal dan tak pernah bisa dipakai utk berpikir, hmmm sekalipun kita gagal utk menipu mereka, paling tidak kita kan akan memperoleh kepastian tentang kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tsb, asal kita laporkan kabar tsb kepada Thia hu hoat, emangnya kita tak akan peroleh bagian?"

   Agaknya Hapukim menyadari kalau otak sendiri memang tak selancar dan sepintar Molim, karenanya dia Cuma bisa menahan diri dan tak banyak bicara lagi.

   Sementara itu Molim telah mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak amat bangga.

   Chin sian kun segera berbisik kepada Kho Beng dg ilmu menyampai suara .

   "Nah, sekarang kau sudah jelas bukan? Thia hu hot yg dia maksudkan bernama Thia bu ki, dia adalah salah satu diantara duabelas pelindung hukum dari dewi In nu."

   Diam-diam Kho Beng menghembuskan napas panjang, utk sesaat ia merasa sangat kecewa hingga lupa utk memberi jawaban.

   Mendadak terdengar lagi suara langkah kaki dari manusia bergema datang dan langsung menuju kedalam kuil.

   Sementara Kho Beng masih tertegun, Chin sian kun kembali berbisik .

   "Sudah pasti pelindung hukum she Thia yg datang!"

   Namun setelah suara langkah kaki manusia itu masuk kedalam ruang kuil, ia baru mengetahui kalau dugaannya salah.

   Ternyata yg datang adalah seorang lelaki yg berdandan seperti seorang Sastrawan tapi tegasnya pakaian tsb sudah dekil lagi luntur warnanya, mungkin sudah sepuluh tahun tak pernah dicuci hingga warnanya tak bisa diduga lagi.

   Yg jelas pakaian tsb memberi kesan dekil lagi bobrok bagi siapapun yg melihatnya.

   Orang itu berumur empat puluh tahunan, tubuhnya kurus lagi kuning kepucat-pucatan, mungkin sudah tiga tahun menderita sakit dan belum juga sembuh, pokoknya dia mempunyai potongan muka yg mengenaskan dan patut dikasihani.

   Sambil mengoyangkan sebuah kipas berwarna hitam, sastrawan itu berjalan masuk kedalam ruang kuil dg jalan terseok-seok.

   Kho Beng serta Chin sian kun yg melihat kehadiran orang itu menjadi tertegun , utk sesaat mereka tak bisa menduga asal usul orang tsb.

   Agaknya Molim sekalian yg berada didalam ruang kuil pun merasa agak tercengang dg kehadiran orang itu.

   Sambil memutar biji matanya, Molim segera menghardik .

   "Hey si peminta-minta, malam ini tempatmu sudah kami pergunakan, lebih baik mencari tempat pemondokan ditempat lain saja!"

   "Biarpun sudah kalian tempati, memangnya aku tidak boleh masuk kemari?"

   Sahut sastrawan rudin itu sambil tertawa terkekehkekeh. Rumang segera berteriak .

   "Tempat ini kelewat sempit, tak mungkin bisa menampung sekian banyak orang utk tidur bersama."

   "Aaah, bisa tak bisa tidurpun tak mengapa, toh aku bisa duduk duduk.hey, kalian punya arak wangi?"

   "Arak sih ada, Cuma sayang bukan disediakan untukmu!"

   Bentak Hapukim mendongkol. Kembai sastrawan rudin tertawa .

   "Empat samudera adalah sahabat, masa kalian tak akan mengundangku untuk minum barang dua cawan saja?"

   Rumang menjadi teramat gusar, segera teriaknya .

   "Hey pengemis busuk, kenapa sih kau ribut amat? Huuuh, dg tampangmu yg begitu dekil dan menjijikkan, kaupun ingin meneguk arak kami? Hayo cepat menggelinding pergi dari sini, kalau terlambat menggelinding akan kusuruh kau merangkak keluar dari sini!"

   Kembali sastrawan rudin itu tertawa .

   "Aku sipelajar belum pernah belajar merangkak, entah kalian berempat mampu tidak utk merangkak keluar?"

   "Haaaah.haaahaaaahorang apapun mengaku sebagai pelajar? Huuuh, betul-betul tak tahu malu!"

   Ejek Rumang sambil tertawa seram.

   "Sesungguhnya aku sipelajar adalah orang yg paling ramah dan tahu diri"

   Kata si sastrawan rudin sambil menggeleng.

   "asal kalian bersedia menjamu aku dg arak dan daging lezat, akupun bersedia memaafkan kekasaran kalian serta tidak mempersoalkan lagi."

   "Lebih baik kau persoalkan saja, pingin kulihat bagaimana caramu utk mempersoalkan masalah ini."

   "Aku lihat kalian semua adalah orang-orang yg tak tahu diri, orang bermata buta!"

   Rumang menjadi sewot, sambil mengepal tinjunya ia membentak .

   "Ngaco belo tak karuan, hati-hati akan kupetik batok kepalamu itu!"

   Mendadak sastrawan rudin itu tertawa tergelak .

   "Haaaahhaaahhhaaahhbagus sekali.aku sipelajar sastra gagal menjadi sastrawan, belajar pedang gagal menjadi jago pedang, kemudian belajar memetik batok kepala, ternyata dalam bidang yg satu ini aku memang cukup ahli dan berpengalaman."

   "Kau pun pandai memetik batok kepala?"

   Tanya Rumang dg wajah tertegun.

   "Yaa, mengetahui sedikit-sedikit"

   Sambil bertolak pinggang Rumang segera membentak .

   "Kalau begitu coba kau petiklah, bila tak mampu memetik batok kepala ayahmu.hati-hati kalau batok kepalamu tak bisa di pertahankan lagi!"

   "Bagus sih bagus"

   Kata sastrawan rudin itu sambil tertawa.

   "tapi sebelum itu aku ingin melihat dulu bagaimana caramu merangkak keluar dari sini."

   Tak terlukiskan rasa gusar Rumang menghadapi kejadian ini, tanpa banyak berbicara lagi dia segera mengepal tinjunya dan langsung disodokkan kemuka.

   Pada hakekatnya dia tak memandang sebelah matapun terhadap sastrawan rudin yg ceking lagi pucat sehingga mirip orang yg hampir mampus ini.

   Serangan yg dilontarkan dg cepat dan dahsyat itu dalam perkiraannya paling tidak bisa membuat pelajar rudin itu pingsan sebelas kali Siapa tahu menilai orang tak boleh menilai dari wajahnya, kali ini Rumang telah salah menilai lawannya.

   Tidak tampak bagaimana cara pelajar rudin itu menghindarkan diri, tahu-tahu jotosan yg sangat kuat itu sudah mengenai sasaran kosong.

   "Hey orang muda, kau betul-betul hendak main pukul?"

   Teriak pelajar rudin itu keras-keras. Rumang agak tertegun, kemudian teriaknya pula .

   "Hey, kalau punya nyali hayo jangan berkelit!"

   Kembali sebuah sodokan tinju yg keras dilontarkan kedepan.

   Kali ini ternyata sastrawan rudin itu tidak mencoba utk menghindarkan diri, dia malah sambut datangnya serangan tsb dg sodokan kipasnya.

   Dg demikian pukulan keras dari Rumang tsb bukan bersarang ditubuh sastrawan rudin itu, sebnaliknya malah saling membentur dg ujung kipas.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tak ampun lagi dia menjerit kesakitan, seketika itu juga kepalan kanannya sakit bagaikan retak, rasa sakit yg dideritanya benar-benar tak terlukiskan dg kata-kata.

   Sambil tertawa terkekeh-kekeh, sastrawan rudin itu berseru .

   "Nah, bocah tolol, kali ini kau harus menderita cukup berat!"

   Kipasnya ditotok berulang kali kedepan, dalam waktu singkat, sikut kiri serta sepasang lutut Rumang sudah terhajar oleh gebukan kipas tsb Jerit kesakitan yg memilukan hati bergema saling menyusul, keempat anggota badannya seperti sudah dibikin cacat semua, membuat ia tak mampu berdiri tegak lagi dan segera roboh terjengkakng keatas tanah Hapukim serta dua bersaudara Mo yg melihat peristiwa itu menjadi amat terperanjat, serentak mereka meloloskan s enjata masing-masing sambil menerjang kemuka.

   Terdengar sastrawan rudin itu berseru sambil tergelak .

   "Kalian tak perlu tergesa-gesa, marilah maju satu persatu!"

   Kipasnya segera direntangkan, selapis tenaga pukulan yg tak berwujud dan bersuara segera menyapu ketubuh ketiga orang tsb.

   Bagaikan menumbuk diatas lapisan dinding baja yg amat kuat saja, tampak ketiga orang itu mencelat kebelakang hingga menumbuk diatas dinding ruangan keras-keras.

   "Blaaaammm.!"

   Sampai setengah harian lamanya mereka tak sanggup utk merangkak bangun kembali.

   Kho Beng serta Chin sian kun yg mengikuti jalannya peristiwa itu menjadi terperanjat sekali hingga paras mukanya berubah hebat, sadarlah mereka bahwa sastrawan rudin tsb sesungguhnya adalah seorang tokoh dunia persilatan yg berilmu tinggi, hanya mereka tak dapat nmenebak siapa gerangan orang ini.

   Sementara itu Molim sekalian telah meronta bangun, kini mereka Cuma bisa berdiri termangu-mangu bagaikan patung.

   Sambil tertawa dingin sastrawan rudin itu berkata kemudian .

   "Nah, siapa lagi yg merasa tak puas, silahkan maju menyerang"

   Buru-buru Molim menggoyangkan tangannya berulang kali seraya berkata .

   "Jangan main kasar, jangan main kasar, apalagi diantara kita toh belum pernah terikat hubungan dendam atau sakit hati."

   "Yaa,yaakau memang seorang yg pandai melihat gelagat"

   Ejek sastrawan rudin itu sambil tertawa.

   "dan bagaimana dg yg lain?"

   Sebetulnya Mokim serta Hapukim mempunyai maksud akan turun tangan utk kedua kalinya, namum kerlingan mata Molim membuat kedua orang tsb harus mengurungkan niatnya.

   Pelan-pelan Rumang berusaha meronta dan merangkak bangun, tapi kaki kanan sastrawan rudin itu sudah keburu menginjak diatas punggungnya, hal ini membuat badannya yg hampir bangkit berdiri segera terjatuh kembali mencium tanah.

   "Hey, kau sudah selesai belum?"

   Teriak Rumang keras-keras.

   "Belumbelum selesai!"

   Sahut sastrawan rudin itu sambil tertawa terbahak-bahak.

   "kau harus merangkak dulu dari sini sampai keluar kuil ini"

   "Tidak! Aku tak akan merangkak keluar biar harus mati aku tak akan merangkak keluar!"

   Kembali sastrawan rudin itu tertawa .

   "Kebetulan sekali aku si pelajar mempunyai watak aneh, yaitu setiap perbuatan yg kuinginkan harus dilaksanakan sampai jadi, untuk itu kau mesti merangkak keluar dari sini entah apapun alasannya."

   "Kalau aku tak mau merangkak keluar, mau apa kau?"

   Teriak Rumang makin sewot.

   "Kalau begitu terpaksa kau mesti menahan pelbagai siksaan dan penderitaan, nah pertimbangkan sendiri, kau benar-benar enggan merangkak atau menurut saja? Bila menolak, terpaksa aku sipelajar akan turun tangan untuk mulai menyiksamu, bahkan.."

   Setelah memutar biji matanya, ia menambahkan .

   "Bahkan sekali aku sipelajar sudah turun tangan, maka pekerjaan ini tak bakal berhenti sampai ditengah jalan."

   Mendadak terdengar Molim berteriak keras.

   "Tuan, kau jangan marah dulu, dia...dia pasti akan bersedia merangkak keluar.."

   "Bagus sekali!"

   Kata pelajar rudin itu sambil tertawa.

   "coba kau bujuklah dia"

   Molim segera menghampiri Rumang , kemudian teriaknya .

   "Seorang lelaki sejati bisa mengikuti perubahan situasi, hari ini kita telah bertemu dg tokoh berilmu tinggi, sekalipun harus merangkak keluar dari sini, apalah artinya bagimu?"

   "Kalau kau hendak merangkak, lebih baik merangkaklah lebih dulu, asal kau sudah mulai merangkak, aku pasti mengikuti"

   Teriak Rumang sambil menggigit bibir. Molim segera berkerut kening, tiba-tiba ia membisikkan sesuatu dg menggunakan ilmu menyampaikan suara. Rumang kelihatan termenung sebentar, akhirnya dia berkata .

   "Baiklah! Mak nya.. aku akan merangkak keluar dari sini..!"

   Habis berkata ia benar-benar merangkak sampai diluar kuil. Sambil bertepuk tangan pelajar rudin itu segera bersorak .

   "Horeeee..bagus, bagus sekali, sungguh menarik, sungguh menarik hati."

   Mendadak Pada saat Rumang sedang merangkak keluar itulah, Molim, Mokim serta Hapukim bertiga secara diam-diam telah meloloskan golok masing-masing, lalu tanpa menimbulkan sedikit suara pun membacok punggung si pelajar rudin tsb.

   Agaknya ketiga orang itu berniat membokong musuhnya secara diam-diam, padahal si pelajar rudin itu sedang memusatkan seluruh perhatiannya melihat Rumang merangkak keluar, jelas dia tidak mempersiapkan diri secara baik.

   Keselamatan jiwanya pun segera terancam bahaya maut, kelihatannya sebentar lagi dia bakal termakan oleh bacokan tsb.

   Tapi disaat yg amat kritis inilah, Kho Beng serta Chin sian kun yg bersembunyi diruang samping telah melayang keluar bagaikan sukma gentayangan saja, dua bilah pedang mereka dg cekatan sekali menangkis ketiga golok lawan.

   Tentu saja peristiwa ini sama sekali berada diluar dugaan Molim, Mokim dan Hapukim, untuk sesaat lamanya mereka dibuat terkejut bercampur amat gusar.

   Rumang yg sedang merangkak diatas tanah dan kebetulan berpaling pun nampak perubahan pada mukanya, dg cepat dia menjatuhkan diri berbaring diatas tanah dan berlagak sudah mampus "Budak kurangajar!"

   Dengan mata melotot dan suara nyaring Kho Beng membentak keras.

   "aku lihat nyali kalian makin lama semakin bertambah besar saja!"

   Molim, Mokim serta Hapukim segera menundukkan kepala dg mulut membungkam, paras muka mereka berubah menjadi merah padam karena jengah. Sebaliknya si pelajar rudin itu berkata sambil tertawa terkekehkekeh.

   "Haaaahhhaaahhhaaahhbagus sekali, nampaknya kuil ini memang luar biasa, masa dalam waktu sekejap mata telah muncul kembali dua orang manusia?"

   Sambil tertawa hambar Chin sian kun berkata .

   "Seandainya kami berdua tidak munculkan diri tepat pada waktunya, mungkin tuan sudah termakan oleh bokongan mereka!"

   "Nona terlalu serius kalau b erbicara"

   Ucap si pelajar rudin sambil tertawa.

   "aku si pelajar meski tidak sering berkelana didalam dunia persilatan, namun aku percaya kemampuan yg dimiliki keempat anjing asing ini masih belum mampu utk membokongku!"

   Lalu sambil memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh .

   "Aku si pelajar paling senang kalau berbicara sejujurnya, tahukah kau apa sebabnya aku sengaja memberi kesempatan kepada mereka utk membokongku?"

   "Aku tidak tahu!"

   Sahut Chin sian kun dg paras muka berubah menjadi merah padam. Sambil tertawa si pelajar rudin itu berkata lebih jauh .

   "Hal ini tak lain disebabkan aku si pelajar ingin mencari sebuah alasan yg cukup kuat utk membunuh mereka semua."

   "Apa sebabnya tuan bersikeras hendak membunuh mereka semua."

   "Haaahhhaaahh.haaahh.tegasnya aku sipelajar tak mampu memberi alasan yg tepat, pokoknya begitu bertemu dg mereka timbul perasaan muak dan benci dalam hati kecilku, biasanya terhadap orang-orang yg kubenci, aku si pelajar tak akan membiarkan mereka hidup terus didunia ini."

   Rasa terkejut, gusar dan gelisah segera mencekam perasaan Molim sekalian berempat, namun utk berapa saat lamanya tak sepatah katapun yg sanggup mereka utarakan keluar. Sambil menjura Kho Beng berkata cepat .

   "Bolehkah aku tahu siapa nama tuan yg sebenarnya?"

   Si pelajar rudin itu tertawa .

   "Selama hidup aku si pelajar tidak memiliki kelemahan apapun selain rudin, oleh karena itulah namaku memakai pula kata rudin tsb yakni si pelajar rudin Ho Heng!"

   "Haaahrupanya tuan adalah Ho cianpwee, pemimpin dari Lam huang pat ciong (nelayan rudin dari Lam huang), kalau begitu maaf.maaf."

   Sembari berkata dia segera memberi hormat dalam-dalam . Buru-buru si pelajar rudin, Ho Heng menghalanginya seraya b erkata .

   "Tak usah sungkan-sungkan, kau sendiri sebetulnya siapa"

   "Boanpwee berasal dari marga Kho bernama Beng, asalku adalah perkampungan Hui im ceng dikota Hang ciu!"

   Si pelajar rudin segera bertepuk tangan kegirangan, serunya cepat .

   "Oooh, rupanya kau adalah Kho Beng, sudah lama aku sipelajar rudin mengagumi nama besarmu"

   "Aaaahperkataan dari cianpwee tsb tak berani boanpwee terima."

   "Oya, sudah lama aku si pelajar rudin tak pernah melangkah masuk daratan Tionggoan, dari siapa sih Kho sauhiap pernah mendengar namaku ini?"

   "Bu wi cianpwee yg memberitahukan kepadaku!"

   "Situa Bu wi?"

   Si pelajar rudin Ho Heng segera tertawa tertawa terbahak-bahak.

   "bukankah si tua bangka ini sudah hidup mengasingkan diri dari keramaian dunia?"

   "Aaaaipanjang sekali utk menceritakan tentang ini.."

   Maka secara ringkas Kho Beng bercerita tentang Bu wi lojin serta pengalaman yg dialaminya sampai terluka Sewaktu selesai mendengar penuturan, sambil tertawa terkekehkekeh, si pelajar rudin Ho Heng berkata .

   "Sewaktu menyinggung tentang aku si pelajar rudin, apa saja yg dikatakan si tua Bu wi kepadamu?"

   Dg wajah serius Kho Beng berkata .

   "Dia orang tua sangat memuji kehebatan cianpwee, katanya cianpwee suka mengembara seorang diri dan membentuk kekuatan yg tersendiri didalam dunia persilatan, kau adalah seorang tokoh yg dihormati oleh setiap umat persilatan didunia ini!"

   Pelajar rudin Ho Heng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya .

   "Tidak mirip, tidak mirip, aku merasa belum sanggup membawa kedudukanku mencapai tingkatan seperti apa yg dia gambarkan."

   Lalu setelah memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh .

   "Untung saja perkataan semacam ini biar agak lebih banyak pun tak akan mengganggu selera orang, entah betul atau tidak yg pasti mendatangkan rasa gembira bagi yg mendengarkan..ehmmm, rasanya pembicaraan diantara kita cocok sekali, baiklah kita cari kesempatan lain utk pelan-pelan berbicara lagi!"

   Berbicara sampai disitu, dia segera menggerakkan lengan kanannya dan mencengkeram tubuh Rumang yg masih mendekam diatas tanah. Kho Beng menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan peristwa itu, buru-buru serunya .

   "Cianpwee, kau.."

   Si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya seraya berkata .

   "Tunggulah sampai aku si pelajar memetik batok kepala mereka lebih dulu sebelum melanjutkan pembicaraan kita tadi."

   "Beberapa orang ini adalah anak buah boanpwee, bersediakah cianpwee utk ringan tangan serta mengampuni mereka semua?"

   Pinta Kho Beng dg perasaan cemas.

   "Anak buahmu?"

   Setengah percaya setengah tidak si pelajar rudin Ho Heng mengalihkan pandangan matanya dan memandang sekejap kewajah keempat orang asing itu, lalu katanya lebih jauh .

   "Sekalipun dalam dunia persilatan sudah tak mampu menemukan orang lain, kau tidak sepantasnya menerima manusia semacam ini sebagai anak buahmu."

   Kho Beng segera menghela napas panjang .

   "Tapi boanpwee toh sudah menerima sebagai anak buahku, paling tidak hubungan antara majikan dan pembantu sudah cukup melekat dihati kami!"

   Si pelajar rudin Ho heng menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya lagi .

   "Menurut penilaianku si pelajar, watak dari beberapa orang ini tidak baik, mereka tak kenal budi, membalas air susu dg air tuba, manusia yg tak kenal budi seperti ini hanya merupakan bibit bencana kalau ditampung disisimu, aku lihat lebih baik"

   Mendadak Molim menjatuhkan diri berlutut dihadapan Kho Beng seraya merengek .

   "Cukong, tolonglah jiwa kami!"

   Hapukim serta Mokim serentak menjatuhkan diri berlutut pula dihadapan anak muda tsb sambil menyembah tiada hentinya. Sambil mendengus dingin Kho Beng berkata .

   "Kalian anggap apa yg telah kamu lakukan sama sekali tidak kuketahui?"

   "Hamba tak berani melakukannya kembali, hamba sudah merasa amat menyesal."

   Seru Molim cepat-cepat. Pelajar rudin Ho Heng yg ikut mendengar pembicaraan itu segera menimbrung sambil tertawa .

   "Bila kuperhatikan nada pembicaraan kalian, tampaknya orangorang ini sudah pernah berhianat kepadamu?"

   Kho Beng segera menghela napas panjang .

   "Aaaaimanusia toh bukan nabi, siapakah yg pernah luput dari kesalahan?"

   "Yaa, siapa tahu salah dan bersedia utk bertobat, berarti orang ini masih bisa dipelihara lebih jauh."

   Setelah berhenti sejenak, pelajar rudin itu berkata lebih jauh .

   "Tapi sayang keempat orang ini bukan termasuk orang-orang yg tahu salah serta bersedia utk bertobat, rasanya aku si pelajar terpaksa harus menggunakan sedikit keahlian utk membuat mereka takluk selamanya dan sepanjang hidup tak berani berhianat lagi."

   "Dengan cara apa?"

   Tanya Kho Beng keheranan. Si pelajar rudin Ho Heng tertawa.

   "Kepandaianku ini bernama "memotong urat menutup nadi", setelah dilakukan ditubuh mereka, maka dalam sebulan mendatang mereka pasti akan merasakan gangguan hebat hingga menyebabkan peredaran darah mereka tersumbat dan akhirnya mati, namun bila saban bulan peredaran darah mereka diurut dg kepandaian khusus, maka tidak akan terjadi persoalan pada dirinya."

   Kemudian sambil menatap wajah Kho Beng lekat-lekat, katanya lebih jauh .

   "Bagaimana menurut pendapat Kho sauhiap?"

   Molim, Mokim serta Hapukim yg masih berlutut buru-buru merengek dg suara memelas.

   "Jangan gunakan kepandaian apapun utk melukai kami, kami semua berjanji tak akan berhianat lagi"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Utk beberapa saat lamanya Kho Beng jadi ragu-ragu utk mengambil keputusan. Melihat hal tsb, si pelajar rudin Ho Heng segera berkata lagi sambil tertawa terkekeh-kekeh .

   "Kalau persoalan lain, aku si pelajar akan rikuh utk turut campur, tapi dalam persoalan ini aku si pelajar sudah mempunyai keputusan yg cukup tegas, nah siapakah diantara kalian yg akan merasakan lebih dahulu?"

   Berada dalam keadaan seperti ini, Molim sekalian berempat tak berani lari dari situ, kabur pun tak berani, terpaksa mereka hanya bisa berlutut sambil merengek tiada hentinya.

   Ternyata apa yg diucapkan si pelajar rudin Ho Heng segera dikerjakan pula, tanpa membuang tempo lagi dia segera menghampiri Molim sekalian dan melakukan gerakan menotok dg ilmu menyumbat nadi memotong urat! Selesai menotok jalan darah orang-orang itu, si pelajar rudin Ho Heng baru bertanya sambil tertawa .

   "Nah sekarang cobalah utk mengatur pernapasan, coba dirasakan keanehan apakah yg kalian rasakan antara bagian dada dg lambung?"

   Molim sekalian menurut dan segera mengatur pernapasan. Tak lama kemudian terdengar Molim berteriak lebih dulu .

   "Aaahaku merasa agak kesemutan.."

   Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhhaaahhaahhitu berarti ilmu menyumbat nadi memotong uratku telah mulai bekerja menunjukkan reaksinya, cara yg kupergunakan ini sama sekali tak akan berpengaruh pada tenaga dalam yg kalian miliki, tapi sebulan kemudian apabila tidak memperoleh pengurutan secara khusus, habislah sudah riwayat kalian."

   "Selanjutnya bukankah kami harus mengikuti dirimu terus menerus?"

   Tanya Molim sangat terkejut.

   "Heeheeeheekalau aku mah tak dusi dg kalian, tentu saja kalian harus mengikuti majikan kalian yg lama"

   "Kalau begitu, bukankah kami hanya bisa hidup selama satu bulan saja.?"

   Seru Molim dg perasaan amat gelisah. Kembali si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya berulang kali, ujarnya .

   "Kalau soal itu mah kalian tak perlu kelewat kuatir, aku si pelajar pasti akan mewariskan kepandaian mengurut tersebut kepada majikan kalian, asal kalian mau setia dan berbakti kepadanya, aku yakin setiap bulan dia pasti bersedia pula mengurutkan kalian satu kali."

   Pucat pias selembar wajah Molim karena ngeri dan ketakutan, buru-buru serunya kemudian .

   "Cukong, cepatlah kau pelajari ilmu mengurut nadi darinya..selamatkanlah jiwa kami"

   Sambil manggut-manggut pelajar rudin segera berseru .

   "Nah, Kho sauhiap, mari kita pergi keluar!"

   Kho Beng segera manggut-manggut dan mengikuti si pelajr rudin menuju keluar ruangan.

   Dalam beberapa kali lompatan saja tubuh si pelajar rudin telah berada sejauh lima puluh kaki dari tempat semula, dari situ dia segera melompat naik keatas pohon raksasa.

   Dg amat cekatan Kho Beng mengikuti dibelakangnya, begitu sampai diatas pohon, pemuda itu segera berkata dg hormat .

   "Mohon petunjuk dari cianpwee!"

   "Petunjuk apa?"

   Kho Beng jadi tertegun, tapi segera sahutnya .

   "Tentu saja ilmu mengurut utk mengobati ilmu menyumbat nadi memotong urat tsb."

   Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa misterius, serunya .

   "Terus terang saja aku katakan, sebetulnya apa yg terjadi hanya tipuan belaka."

   "Tipuan belaka?"

   Tanya Kho Beng agak tertegun.

   "tapi mengapa mereka merasakan dada serta lambungnya agak kesemutan?"

   Sambil tertawa si pelajar rudin berkata .

   "Hal ini disebabkan aku telah menggetarkan dada dan lambungnya dg tenaga dalamku, paling tidak dalam setahun mendatang mereka masih akan merasakan kesemutan tsb, setiap bulan kau cukup berlagak menguruti nadi-nadinya dan mengelabui mereka dg begitu saja, dalam keadaan seperti ini sebuas-buasnya watak orang asing tsb, aku rasa mereka tak berani menunjukkan sikap yg menyeleweng lagi."

   Buru-buru Kho Beng berkata .

   "Terima kasih banyak atas bantuan cianpwee, cara yg kau pergunakan ini memang cukup hebat!"

   Pelajar rudin Ho Heng tertawa gembira, baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, mendadak tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dari kejauhan sana dan langsung menerobos masuk kedalam kuil.

   "Aduh celaka"

   Bisik Kho Beng dg gelisah.

   "ada orang menyerbu dalam kuil itu!"

   Si pelajar rudin Ho Heng yg sudah mengetahui kehadiran bayangan manusia tsb sendiri tadi, segera berkata sambil tertawa .

   "Tak usah kuatir, mari kita lihat kembali kedalam kuil, memang sudah lama tanganku terasa gatal dan pingin mencari orang utk diajak berkelahi, kuharap orang ini cukup berharga utk bertarung melawan diriku"

   Dg cepat mereka berdua segera melompat turun dari atas pohon dan kembali kedalam kuil.

   Sementara itu, diruang tengah bangunan kuil tsb telah berdiri seorang kakek berkerudung, paras muka Molim sekalian berubah seketika, mereka kelihatan gugup dan gelagapan sendiri.

   Chin sian kun sendiripun merasa agak kaget bercampur gugup, sorot matanya yg gelisah dan cemas berulang kali dialihkan keluar ruangan, jelas ia sangat berharap Kho Beng dan si pelajar rudin Ho Hewng bisa pulang kembali dg cepat.

   Keadaan semacam ini tak lebih hanya berlangsung dalam sekejap mata, sebab si pelajar rudin dan Kho Beng telah muncul kembali kedalam ruangan tsb.

   Situasi didalam ruangan kuil seketika mengalami perubahan yg sangat besar, paing tidak Molim sekalian serta Chin sian kun sudah tidak sekaget dan segugup tadi lagi.

   Dalam pada itu, kakek berkerudung itu sudah memperhatikan sekejap disekitar ruangan kuil, kemudian sambil tertawa dingin katanya .

   "Haaahhhaaahhhaaahhbagus sekali, aku sudah menduga kalau kalian empat anjing asing bukan manusia yg bisa dipercaya, ternyata dugaanku benar, kalian telah membocorkan rahasia kehadiranku disini."

   Kemudian sambil berpaling kearah Chin sian kun, bentaknya lebih lanjut .

   "Bukankah kau adalah To ko Giok, anak murid dari Go bi pay? Mengapa bersekongkol dg mereka?"

   Chin sian kun segera mendengus dingin .

   "Hmmm, sekarang aku dapat memberitahukan kepadamu, sesungguh nonamu adalah "

   Belum selesai perkataan itu diucapkan, kakek berkerudung bertubuh ceking itu sudah menggoyangkan tangannya berulang kali seraya menukas .

   "Tak perlu kau lanjutkan, aku sudah dapat menebak siapa gerangan dirimu yg sebenarnya."

   "Siapakah aku?"

   Tanya si nona sambil tertawa. Dg suara rendah dan dalam kakek berkerudung itu membentak .

   "Kau adalah si walet terbang Chin sian kun yg telah menghianati para jago dari kawasan Sam siangbetul bukan?"

   Chin sian kun segera tertawa terkekeh-kekeh .

   "Ketajaman matamu memang sangat mengagumkan, tebakanmu memang sangat tepat!"

   Dg penuh amarah, kakek berkerudung itu berseru lagi .

   "Selama hidup, belum pernah aku dibodohi orang seperti hari ini, hey budak busuk, aku lihat nyalimu benar-benar cukup besar, tapi.beginipun ada baiknya juga. Bersambung ke

   Jilid 26

   Jilid 26

   "Yaa benar"

   Sambung Chin sian kun.

   "mari kita selesaikan persoalan tsb sekarang juga, toh urusan segera akan menjadi beres."

   Kho Beng yg berada disisinya segera mengawasi kakek berkerudung itu tajam-tajam, lalu hardiknya dg suara keras .

   "Siapa kau? Berani benar berkaok-kaok semaunya sendiri ditempat ini?"

   Kakek berkerudung itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhhaaahhhaaahhwalaupun hari ini kau sudah memperoleh kemajuan yg pesat dalam ilmu silat, bukan berarti aku sudah memandang sebelah mata kepadamu, terus terang saja aku katakan diriku ini adalah Thia Bu ki, salah satu diantara dua belas orang pelindung hukum dari Siancu!"

   "Kalau begitu kedatanganmu memang sangat kebetulan"

   Kata Kho Beng kegirangan.

   "aku memang sedang mencari tahu dimanakah siluman perempuan In nu berdiam diri, aku rasa kau bisa memberitahukan alamat kepadaku bukan?"

   "Kurang ajar!"

   Bentak Thia Bu ki marah.

   "berani amat kau menghina Siancu kami? Hmmm, pelanggaranmu itu pantas kalau dijatuhi hukuman mati"

   Sebetulnya dia sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap sipelajar rudin Ho Heng yg dianggapnya sebagai si pengemis itu, tapi akhirnya dia toh memperhatikan juga sekejap, tanyanya kemudian dg nada menghina .

   "Siapa pula dirimu? Mengapa ikut bergerombol bersama mereka?"

   Pelajaar rudin Ho Heng memandang sekejap kearah Kho Beng, kemudian baru ujarnya sambil tertawa .

   "Apakah anda bertanya kepadaku si pelajar?"

   "Aku tak peduli kau adalah seorang pelajar atau seorang guru, aku Cuma bertanya apa sebabnya kau berkelompok bersama mereka?"

   Bentaknya sengit. Si pelajar rudin Ho Heng menghela napas panjang .

   "Aaaiaku sipelajar bernasib kurang mujur, ketika ujian negara yg kuikuti berulang kali, aku gagal lulus akhirnya dg perasaan apa boleh buat aku mengembara dalam dunia persilatan dan mencari sesuap nasi dg kesana kemari, sungguh beruntung nasibku hari ini rada mujur, aku telah bertemu dg beberapa orang langganan yg berduit, kami telah bicarakan secara baik-baik bahwa temanku ini akan menggunakan tenaga aku si pelajar dg upah dua tahil perak setiap hari, waaahcoba kau bayangkan sendiri, bila aku dipakai selama setahun saja sudah pasti aku sipelajar akan menjadi seorang hartawan yg cukup lumayan."

   "Untuk apa mereka menyewa dirimu? Memangnya membutuhkan tenaga utk membuat syair atau membacakan dongeng?"

   Jengek Thia Bu ki sinis.

   "Oooh, bukan, bukan"

   Si pelajar rudin menggoyangkan tangannya berulang kali.

   "mereka bukan mengundang utk menjadi guru sastra, tapi menyewa aku si pelajar utk menjadi tukang pukulnya."

   "Haaahhhaaahhhaaahh"

   Thia Bu ki segera tertawa terbahak-bahak.

   "betul-betul satu berita yg amat lucu, dg kemampuan seorang setan penyakitan macam dirimu, mau jadi tukang pukul macam apakah dirimu itu?"

   "Jangan kau menilai orang dari bentuk rupanya, yg penting adalah isinya"

   Ucap si pelajar rudin sambil menggeleng.

   "biar pun tampangku kurang meyakinkan, tapi kepandaian silatku cukup tangguh, kau tahu delapan belas senjata dapat kupergunakan semua secara sempurna."

   Utk kesekian kalinya, Thia Bu ki memperhatikan si pelajar rudin itu dari atas kepala hingga keujung kaki, lalu jengeknya lagi sambil tertawa dingin .

   "Heeehhheeehhheeehhkalau toh kau sudah bersedia menjadi tukang pukul mereka, andaikata menghadapi soal pertarungan, tentunya kau pula yg akan tampilkan diri utk membela bukan?"

   "Oooh, tentu saja, tentu saja! Setelah menerima upah, tentu saja aku mesti berusaha utk melenyapkan bencana atas dirinya. Kau tahu bukan, saban hari aku si pelajar telah menerima gaji sebesar dua tahil perak, tentu saja bila bertemu dg urusan yg menyangkut nyawa, aku si pelajar lah yg akan tampilkan diri utk menghadapinya."

   "Mengapa kau tidak mencoba utk menimbang diri sendiri, mampukah kepandaianmu mengatasi setiap masalah?"

   Ejek Thia Bu ki lagi sambil tertawa. Si pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terkekeh-kekeh .

   "Cukup berbobotkah diriku utk mengatasi masalah tsb, hanya orang lain yg mampu menimbangnya, aku sipelajar tidak mengerti bagaimana caranya utk menimbang kemampuan sendiri."

   "Bagus sekali"

   Thia Bu ki segera membentak keras.

   "malam ini juga aku akan mencoba utk menimbang sampai dimanakah bobot kemampuan yg kau miliki."

   Sesudah berhenti sejenak, kembali tegurnya dg suara dalam .

   "Senjata apa yg hendak kau gunakan?"

   Si pelajar rudin Ho Heng menggeleng kepalanya berulang kali, katanya .

   "Aku si pelajar tidak pernah mempergunakan senjata, aku pun tak memerlukan senjatasebab ak si pelajar adalah orang yg malas, bila mesti menggembol senjata utk berjalan, waaahrepotnya setengah mati, maka aku lebih suka tidak membawa apa-apa"

   "Bila bertemu dg jagoan yg berilmu tinggi, dg silat apa kau hendak menghadapinya?"

   Tanya Thia Bu ki mendongkol.

   "Jago yg benar-benar berilmu tinggi tidak terlalu banyak jumlahnya didunia ini, kalau biasa-biasa mah cukup kuandalkan sepasang kepalanku ini, karena kepalanku sudah lebih dari cukup"

   Lalu setelah mengerling sekejap sekitar ruangan, kembali dia berkata .

   "Seandainya benar-benar bertemu dg lawan tangguh, aku sipelajar pun menyambar benda apa saja yg kebetulan ada disekitar sana, sebab setiap benda yg ada didunia ini tak ada sebuahpun yg tak bisa dipergunakan sebagai senjata."

   Thia Bu ki mendengus dingin .

   "Hmmmkalau didengar dari perkatanmu sih nampaknya kepandaianmu sangat hebatcoba kau lihat, senjata macam apakah yg hendak kau comot sekarang?"

   "Oooohkalau begitu kau hendak menantang aku sipelajar utk bertarung?"

   Tanya si pelajar rudin sambi tertawa cengar cengir.

   "Tepat sekali! Aku memang bermaksud demikian!"

   Masih juga tertawa cengar cengir, si pelajar rudin Ho Heng berkata lebih jauh .

   "Apakah kau menganggap aku si pelajar telah bertemu dg musuh yg sangat tangguh?"

   "Haaahhhaaahhhaaahhkesediaanku utk bertarung melawanmu pun sudah merupakan sikap yg cukup menghargai dirimu"

   "Aku sipelajar pun cukup menghargai kemampuanmu"

   Jengek si pelajar rudin sambil tertawa aneh.

   "baiklah, aku akan mencomot sebuah benda sebagai senjata"

   Dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya lebih jauh .

   "Aaahbenda yg bisa dipergunakan dalam kuil miskin ini sungguh tidak terlalu banyak, terpaksa aku harus menggunakan sekenanya saja biar kupakai yg ini saja!"

   Sambil berkata tangannya segera mencomot kedepan, sebuah tempat hio yg berada diatas altar tahu-tahu sudah berada dalam genggamannya.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Benda itu besarnya tak lebih Cuma seperti mangkuk nasi, biarpun berada dalam genggamannya, tak bisa terhitung sebagai senjata yg membahayakan.

   Kejadian tsb bukan saja membuat Thia Bu ki jadi tertegun bahkan Kho Beng serta Chin sian kun pun ikut merasa terperanjat sekali.

   Terdengar Thia Bu ki tertawa terbahak-bahak, dia segera membalikkan tangannya dan tahu-tahu sudah mengeluarkan sebuah panji kupu-kupu yg egera digetarkan ditengah udara.

   Dg angkuh dia menggoyangkan senjatanya dihadapan si pelajar rudin Ho Heng, lalu tegurnya .

   "Apakah kau kenal dg senjataku ini?"

   "Bukankah senjata tsb bernama panji kupu-kupu?"

   Sahut si pelajar rudin acuh tak acuh. Agaknya jawaban si pelajar tsb jauh diluar dugaan Thia Bu ki, dia nampaknya agak melengak, kemudian serunya .

   "Setelah mengenali senjataku, tentunya kau pun tahu asal usul senjata ini beserta kedudukanku bukan?"

   "Heeehhheeehhheeehhsedikit banyak tentu saja tahu, mungkin kau adalah anak murid dari partai kupu-kupu bukan?"

   "Kupu-kupu terbang berpasangan, banjir darah melanda dunia persilatan, saat ajalmu telah tiba!"

   Seru Thia Bu ki sambil menggoyangkan senjatanya.

   "Aaaah, belum tentu!"

   Jengek si pelajar rudin sambil menggelengkan kepalanya. Thia Bu ki tidak banyak berbicara lagi, senjata panji kupukupunya bagaikan menyodok seperti juga menusuk, langsung ditujukan kedada si pelajar rudin Ho Heng.

   "Waaasenjatamu memang luar biasa"

   Teriak si pelajar rudin setengah mengejek.

   "tapi sepasang kupu-kupumu menarik hati"

   Hiolo yg berada ditangannya segera digetarkan, tampak selapis cahaya kuning menyebar keempat penjuru untuk melindungi tubuhnya, dg suatu gerakan ringan badannya mundur sejauh lima kaki lebih jauh dari posisi semula.

   Thia Bu ki menarik kembali senjatanya kemudian bentaknya keras .

   "Hey, kalau merasa punya kepandaian, ayo jangan main sembunyi, mari kita bertarung tiga ratus jurus."

   Walaupun begitu, timbul juga perasaan ngeri didalam hatinya, sebab gerak gerik si pelajar rudin yg kacau dan tak beraturan dikenali sebagai suatu ilmu gerakan tubuh yg amat lihay, hal mana menyadarkan dirinya bahwa pelajar yg dihadapinya bukan jagoan tak berguna seperti apa yg diduganya semula.

   Sementara itu si pelajar rudin telah menggelengkan kepalanya sambil tertawa, katanya .

   "Aku sipelajar merasa amat sayang dg sepasang kupu-kupu itu dan tak ingin merusaknya, janganlah kita bertarung tiga ratus gebrakan karena terlalu merepotkan, selamanya aku belum pernah bertarung dg musuh melebihi sepuluh gebrakan, kalau dalam jangka sepuluh jurus bisa menang ya anggaplah unggul, kalau tak bisa menang yaa anggaplah saja kalah."

   "Sepuluh jurus? Baik, kita tetapkan sepuluh jurus saja, sambutlah seranganku ini!"

   Bentak Thia Bu ki. Panji kupu-kupunya digoncangkan keras-keras, lalu dg jurus "pentang sayap terbang berpasangan"

   Ia melepaskan sebuah serangan yg mah dahsyat.

   Tiba-tiba saja tampak sepasang kupu-kupu yg berada diujung senjatanya meluncur kemuka dg kecepatan luar biasa, satu berubah menjadi dua, lalu dua menjadi empat, dalam waktu singkat bayangan kupu-kupu yg berlapis-lapis sudah mengurung seluruh tubuh pelajar rudin tersebut Menghadapi serangan yg begitu gencar, si pelajar rudin hanya menggoyangkan badannya kian kemari seperti orang sempoyongan, sementara hiolo ditangannya bergoncang tiada hentinya.

   Lapisan cahaya kuning yg terpancar keluar segera membungkus tubuhnya berlapis-lapis, kendatipun bayangan kupu-kupu sangat banyak dan menyerang secara ganas, kenyataannya semua ancaman tsb tak mampu berbuat banyak terhadap dirinya.

   "Criiing!"

   Tiba-tiba bergema suara dentingan yg amat nyaring, disusul kemudian tampaklah bayangan kupu-kupu yg menyilaukan mata tadi hilang lenyap seketika itu juga.

   Thia Bu ki dg perasaan ngeri bercampur kaget nampak mundur kebelakang, meski poanji kupu-kupunya masih berada ditangan, akan tetapi sepasang kupu-kupu diujung senjata tsb telah berpindah tangan, kini benda tsb berada dalam genggaman si pelajar rudin.

   Kho Beng dan Chin sian kun maupun Molim sekalian yg berada disisi arena meski dapat mengikuti semua peristiwa itu secara jelas, namaun bagaimana cara si pelajar rudin memetik sepasang kupukupu dari ujung senjata lawan, ternyata tak seorangpun yg sempat melihat dg jelas.

   Lama sekali Thia Bu ki berdiri tertegun, kemudian baru teriaknya .

   "Ilmu kepandaian apa yg telah kau pergunakan.?"

   Si pelajar rudin Ho Heng melemparkan hiolo tsb kedepan, dg tenang tapi mantap benda tadi segera mendarat kembali diatas altar, setelah itu dia baru berkata sambil tertawa hambar.

   "Inilah yg disebut jurus "Petik bunga menangkap kupu-kupu"

   Dg penuh kasih sayang dipandangnya kupu-kupu itu sekejap, kemudian dimasukkannya kedalam saku bajunya yg dekil. Sambil menggertak gigi menahan amarah, Thia Bu ki berkata .

   "Aku benar-benar punya m ata tak mengenal bukit Tay san, boleh aku tahu siapa namamu sehingga dikemudian hari bisa mohon petunjuk lagi?"

   "Aku si pelajar bernama Ho Heng!"

   Jawab si pelajar rudin itu sambil tertawa. Thia Bu ki kelihatan sangat terkejut, segera serunya tertahan .

   "Ooohrupanya jago lihay dari Pat huang, tak aneh kalau begitu"

   "Sayang sekali terlalu terlambat kau mengetahui segala sesuatu itu"

   "Tidak terlalu terlambat"

   Tukas Thia Bu ki sambil menggertak gigi.

   "aku segera akan melaporkan kejadian ini kepada Siancu serta mencatat nama besarmu baik-baik, dikemudian hari kami pasti akan mengunjungi anda sambil menyatakan terima kasihnah sekarang maaf kalau aku hendak mohon diri lebih dulu!"

   Ia menggerakkan sepasang bahunya dan siap meninggalkan tempat tersebut.

   "Eeeitunggu dulu, tunggu dulu!"

   Pelajar rudin Ho Heng segera menghalang jalan perginya. Thia Bu ki menjadi tertegun.

   "Membunuh orang tak lebih hanya kepala menempel tanah, aku toh sudah mengaku kalah, apa yg hendak kau lakukan sekarang"

   Si pelajar rudin Ho Heng tertawa .

   "Yaa benar, semestinya aku si pelajar tak pantas menyusahkan dirimu lagi tapi aku sudah menerima gaji dua tahil perak saban hari apakah kau diperkenankan pergi dari sini atau tidak rasanya aku si pelajar tak bisa memutuskan sendiri"

   Kemudian sambil menjura kepada Kho Beng, katanya lebih jauh .

   "Tuanku, sekarang tugas aku si pelajr sudah selesai, kecuali kalau dia tak mau menuruti perkataanmu, aku sipelajar pasti akan turun tangan dg sendirinya utk memberi pendidikan kepadanya."

   Thia Bu ki benar-benar mendongkol sekali gemasnya, dia hanya bisa menggertak gigi keras-keras. Sementara itu Kho Beng telah maju keepan, katanya kemudian sambil tertawa .

   "Sobat, akupun tak ingin terlalu menyusahkan dirimu, keinginanku tak lebih hanya berharap kau sudi menjawab sebuah pertanyaan ku saja, aku rasa kau pasti tahu bukan dimanakah letaknya sarang dewi In nu?"

   "Sebagai salah satu dari dua belas pelindung hukum Siancu, tentu saja aku mengetahui alamatnya"

   Sahut Thia Bu ki dingin.

   "tapi aku tak bakal memberitahukan kepadamu, lebih baik matikan saja harapanmu itu"

   Kho Beng menjadi gusar sekali, serunya .

   "Kuanjurkan kepadamu lebih baik menuruti saja permintaanku, sebab kalau tidak, hmmm! Kau sendiri yg bakal rugi"

   "Hmmm, aku justru sengaja tak mau bicara, apa yg bisa kau lakukan.?"

   Tidak sampai perkataan tsb selesai diucapkan, panji kupu-kupu yg telah kehilangan sepasang kupu-kupunya itu telah digetarkan kembali keras-keras kemudian langsung disodokkan kedada Kho Beng.

   Melihat datangnya serangan tsb, Kho Beng menjadi amat gusar, pedangnya segera diloloskan dari sarungnya, kemudian dg jurus Thian goan kui wi, dia tangkis datannya ancaman panji kupu-kupu dari Thia Bu ki.

   Pada saat yg bersamaan pula si pelajar rudin menerjang kemuka dan melepaskan sebuah tendangan kilat ketubuh Thia Bu ki.

   Sebetulnya keistimewaan yg dimiliki senjata panji kupu-kupu itu terletak pada sepasang kupu-kupu diujung senjata tsb, dg lenyapnya kupu-kupu itu maka senjata tsb menjadi tak ada gunanya sama sekali.

   Itulah sebabnya hanya dalam satu gebrakan saja, senjata tsb sudah gigetarkan oleh pedang Kho Beng hingga terlepas dari genggaman dan mencelat keluar pintu.

   Tendangan yg dilepaskan si pelajar rudin Ho Heng barusan memang lihay sekali, tendangan tsb persis menghajar tulang selangkangan sebelah kanan Thia Bu ki.

   Akibatnya ia nampak mundur dua langkah dg sempoyongan, kemudian roboh terjungkal keatas tanah.

   Kho Beng tidak berayal lagi, kelima jari tangannya segera dikebaskan kedepan utk menotok jalan darah Cian kong hiat dikiri kanan bahunya serta jalan darah Yong swan hiatnya.

   Dg tertotoknya jalan darah Cian kong hiat serta Yong swan hiat, otomatis keempat anggota badan Thia Bu ki menjadi hilang fungsinya, meski begitu bagian tubuh yg lain tetap berjalan normal dan sama sekali tidak ada gangguan.

   Sambil tertawa terkekeh-kekeh si pelajar rudin Ho Heng berkata .

   "Hey situa bangka, inilah yg disebut mencari penyakit buat diri sendiri, sungguh menggelikan, sungguh menggelikan!"

   Sementara itu Kho Beng telah berjongkok sambil membentak keras .

   "Sekarang kau tentu sudah sadar bukan, tidak berbicara pun tiada gunanya, biarpun aku mesti mencincang tubuhmy sedikit demi sedikit, aku tetap akan memaksamu memberi keterangan."

   Mendadak Thia Bu ki tertawa seram, katanya .

   "Heeeheeeheeekalau aku bisa membuat harapan kalian terkabul, percuma saja menjadi salah satu diantara dua belas pelindung hukum Siancu, biar aku bakal mampus tapi cepat atau lambat kalian pun jangan harap bisa lolos dari cengkeraman maut partai kupu-kupu!"

   Pelajar rudin Ho Heng nampak agak tertegun, kemudian teriaknya .

   "Hati-hati, tua bangka itu hendak bunuh diri."

   Tapi sayang peringatan itu toh masih terlambat selangkah, tampak darah segar menyembur keluar dari mulut Thia Bu ki, menyusul kemudian terlihat sepotong gu,palan daging berwarna merah turut tersembur keluar, rupanya dia telah bunuh diri dg menggigit putus lidah sendiri.

   Dg gemas Kho Beng menghentak-hentakkan kakinya keatas tanah sambil berseru .

   "Akulah yg teledor, sayang sekali titik terang yg berhasil kita peroleh dg susah payah harus terputus kembali ditengah jalan"

   Setelah menyemburkan beberapa gumpal darah segar, selembar nyawa Thia Bu ki pun turut melayang meninggalkan raganya. Dalam pada itu Molim telah mendekati jenasah Thia Bu ki serta mencopot kain kerudungnya, kemudian ia berkata .

   "Bajingan inilah yg telah menggaet kami utk masuk kedalam komplotannya"

   Tergerak hati Kho Beng, mendadak ia bertanya .

   "Selain dia, siapa lagi yg sering mengadakan hubungan kontak dg kalian?"

   Molim jadi terkejut sekali, buru-buru katanya .

   "Sudah tak ada, selain dia seorang kami tidak mengenal yg lain"

   Pelajar rudin Ho Heng segera menyela sambil tertawa terkekehkekeh .

   "Padahal persoalan ini tak usah digelisahkan, kita bisa menyelidiki secara pelan-pelan"

   Kemudian setelah melirik sekejap kearah Molim, Mokim, Hapukim serta Rumang, katanya lebih jauh .

   "Ilmu mengurut nadi telah kuajarkan kepada majikan kalian, asal kamu semua tak punya pikiran nyeleweng dan menuruti perintahnya, aku rasa tak akan terjadi sesuatu atas dirimu berempat."

   "Cukong, benarkah kepandaian tsb telah kau pelajari?"

   Dg raguragu dan gelisah Molim berpaling kearah Kho Beng. Sianak muda itu segera mengangguk .

   "Tentu saja telah kupelajari, kalian tak usah kuatir, setahun kemudian, cianpwee ini pasti akan membebaskan kalian dari pengaruh ilmunya, disamping itu aku pun tetap akan menepati janjiku dulu, yakni mewariskan ilmu silat dari kitab pusaka Thian goan bu boh kepada kalian"

   "Terima kasih cukong"

   Buru-buru Molim berseru. Sambil tertawa pelajar rudin segera berkata pula .

   "Kho Beng, belum terlalu lama aku sipelajar meninggakan kawasan Lam huang, munculnya kembali orang-orang partai kupukupu membuat hatiku sangat tak tenang, sebetulnya siapa sih dewi In nu itu? Dan apa yg telah terjadi selama ini?"

   Setelah menghela napas, Kho Beng berkata .

   "Dewi In nu adalah dalang dari peristiwa pembunuhan berdarah ketujuh puluh lembar jiwa keluarga Kho kami, sedangkan orangorang dari partai kupu-kupu tak lain adalah para pelindung hukumnya"

   "Kalau begitu sungguh aneh sekali!"

   Bisik si pelajar rudin sambil berkerut kening.

   "Maksud cianpwee"

   Kho Beng kelihatannya agak tercengang. Dg wajah amat serius pelajar rudin Ho Heng berkata .

   "Kau tahu, sewaktu partai kupu-kupu masih malang melintang didalam dunia persilatan, waktu itu kemampuan mereka amat dahsyat hingga tujuh partai besar pun bukan tandingan mereka. Badai pembunuhan berdarah yg berlangsung pada seratus tahun berselang itu hampir memporak porandakan seluruh dunia persilatan andaikata tiga dewa Sam gwa sam sian tidak segera munculkan diri, entah bagaimanakah penyelesaian terhadap pembantaian berdarah itu. Akibat dari peristiwa ini, pihak partai kupu-kupu telah mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia persilatan, tapi sempat meninggalkan nyanyian yg berbunyi . Kupu-kupu terbang berpasangan, banjir darah melanda dunia persilatan, hujan air mata bersedihan, bangkai berserakan menganak bukit."

   "Tentang masalah ini, boanpwee sudah pernah mendengar"

   Pelajar rudin Ho Heng manggut-manggut kembali katanya .

   "Setiap anggota partai kupu-kupu hampir semuanya angkuh dan berpandangan tinggi, coba bayangkan sendiri, apa sebabnya mereka bersedia tunduk dibawah perintah seorang wanita dan mau bnertindak sebagai pelindung hukum dari dewi In nu?"

   Kemudian sambil menunding kearah jenasah Thia Bu ki yg terkapar ditengah ruangan, kembali dia berkata .

   "Bayangankan pula sikap situa bangka tsb, dia lebih rela mati daripada mengungkapkan letak sarang dari dewi In nu, dari sini bisa disimpulkan bahwa persoalannya lebih tak gampang"

   "Yaa, persoalan ini memang membingungkan sekali!"

   Kata Kho Beng sesudah termenung sebentar. Sambil memicingkan matanya, si pelajar rudin Ho Heng kembali berkata .

   "Dalam masalah demikian ini hanya ada satu kemungkinan, yakni bisa jadi dewi In nu adalah salah seorang tokoh dari partai kupukupu."

   Bagaikan baru memahami akan sesuatu, dg rasa kaget Kho Beng segera berseru .

   "Yaa, tebakan cianpwee memang tepat sekali, kemungkinan besar memang begitulah kenyataannya, kalau tidak mengapa tokohtokoh partai kupu-kupu seperti Thia Bu ki, Ong Thian siang, Tang Bok kong serta Liok Ci ang sekalian begitu rela menjadi pelindung hukumnya?"

   "Benar!"

   Pelajar rudin manggut-manggut.

   "ditambah lagi tujuannya berada dikitab pusaka Thian goan bu boh, persoalan pun rasanya semakin jelas lagi, sebab peristiwa berdarah yg terjadi pada seratus tahun berselang pun timbul dari kitab pusaka Thian goan bu boh yg lenyap secara tiba-tiba, karena kitab pusaka Thian goan bu boh sesungguhnya adalah benda mestika milik partai kupu-kupu."

   "Tapi ilmu silat yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh hanya terdiri dari ilmu kepalan, ilmu pukulan dan ilmu pedang, sama sekali tidak tercantum ilmu panji kupu-kupu seperti andalannya, aku rasa dibalik kesemuanya ini"

   Dg cepat si pelajar rudin Ho Heng menggoyangkan tangannya menukas pembicaraannya yg belum selesai itu, katanya .

   "Tentang soal ini justru aku.sendiri pun tidak mengerti tapi menurut berita yg tersiar, kenyataannya memang begitu, jadi bila masih ada persoalan lainnya, jelas aku tak akan mengetahuinya"

   Tiba-tiba ia memutar biji matanya sambil menambahkan .

   "Lebih baik kau sendiri yg mencegah persoalan pelik itu, aku sendiri harus segera pergi!"

   "Cianpwee hendak pergi?"

   Tanya Kho Beng agak tertegun. Pelajar rudin tertawa .

   "Aku si pelajar khusus meninggalkan Lam huang datang kemari, tentunya bukan dikarenakan urusanmu, bukan?"

   Merah jengah selembar wajah Kho Beng, segera tanyanya .

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Lantas cianpwee hendak kemana?"

   Pelajar rudin Ho Heng berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Hwesio daging anjing, situa Bu wi semuanya termasuk orangorang yg ingin kujumpai dalam perjalananku kali ini, biar aku pergi mencari mereka berdua saja."

   "Saat ini kedua orang tua tsb berada dilembah hati buddha, apakah cianpwee mengetahui tempat tsb?"

   Buru-buru Kho Beng bertanya. Pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haahaaahaaalembah hati buddha adalah sarang lama dari hwesio daging anjing, aku sipelajar pernah berkunjung kesitu, nah selamat tinggal."

   Sambil berkata, tubuhnya sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan tsb. Cepat-cepat Molim menyusul kedepan sambil berteriak .

   "Hey situa, setelah berkunjung kelembah hati buddha, kau masih hendak pergi kemana? Lebih baik kita jangan sampai kehilangan kontak dg dirimu!"

   "Kenapa?"

   Tanya si pelajar rudin sambil mendengus. Agak tergagap Molim segera berkata .

   "Andaikata cukong kami lupa cara menguruti nadi kami, dia bisa mencarimu utk belajar kembali."

   Mendengar perkataan ini, si pelajar rudin Ho Heng segera tertawa terbahak-bahak tanpa menjawab pertanyaan dari Molim lagi, ia segera menggerakkan sepasang bahunya.

   Laksana anak panah yg terlepas dari busurnya dia segera melesat kemuka meninggalkan tempat tsb, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.

   Menyaksikan si pelajar rudin tidak menggubris sama sekali atas kekuatirannya, Molim menjadi amat m endongkol sambil menggigit bibirnya ia berseru .

   "Aku benci setengah mati dg si tua bangka tsb!"

   "Yaa betul betul mak nyahari ini kita lagi apes semua"

   Teriak Rumang pula sambil melonjak-lonjak.

   "sialan, kita bisa mati penasaran"

   "Tutup mulut!"

   Mendadak Kho Beng membentak keras.

   Molim dan Rumang tak berani bicara lagi, sedang Mokim serta Hapukim nampak agak terkejut, paras muka mereka berubah hebat, namun selain mengawasi pemuda itu dg termangu, tak seorangpun berani bersuit lagi.

   Dg suara yg keras dan tajam kembali Kho Beng berkata .

   "Kalian anggap perbuatan kalian berempat yg berhianat dan berniat jahat sama sekali tidak kuketahui? Hmmm, selama ini aku hanya membungkam karena aku masih berharap kalian bisa bertobat serta kembali kejalan yg benar. Kalian tahu, malam ini Ho cianpwee sudah menaruh ulat utk membunuh kalian semua, coba kalau aku tidak mengingat-ngingat hubungan kita yg terdahulu, mungkin tubuh kalian sudah dingin dan kaku sekarang."

   Buru-buru Molim berseru .

   "Yaa, memang cukong telah menyelamatkan kami, selama hidup kami tak akan melupakan kebaikan dari cukong!"

   Kembali Kho Beng mendengus .

   "Hmm, lantas kalian lagi mengumbar nafsu apa sekarang?"

   "Hamba sekalian mengerti salah!"

   "Hmm, ingat baik-baik, mulai hari ini kalian berempat harus saling menjaga diri baik-baik, dalam perkataan maupun tindak tanduk kalian mesti bersikap lebih hati-hati, bila salah seorang diantara kamu berempat telah melakukan kesalahan, akibatnya kalian berempat yg akan kuhukum, bila ada seseorang diantara kalian berhianat, maka aku tak akan menguruti kalian berempat, biar kulihat kalian berempat mampus bersama-sama."

   Berubah hebat paras muka keempat orang itu, serempak mereka berteriak bersama-sama .

   "Cukong tak usah kuatir, betapa pun besarnya keberanian kami, tak nanti kami berani mempunyai pikiran jahat lagi."

   "Bagus sekali!"

   Kho Beng manggut-manggut.

   "asal kalian dapat berbuat demikian akupun tak akan menyia-nyiakan pengharapan kalian semua."

   Tiba-tiba Chin sian kun menyela .

   "Kho kongcu, fajar sudah hampir menyingsing, kita harus segera memutuskan langkah kita berikutnya!"

   Kho Beng hanya mengangguk tanpa menjawab, keningnya berkerut kencang, jelas untuk sesaat sulit baginya utk mengambil keputusan, ia tak tahu kemana harus pergi? Chin sian kun yg menyaksikan hal itu, kembali berkata .

   "Untung saja Bok cuncu sudah kembali ke kuil Siau lim si utk memberikan laporan pada ketuanya dan segera menurunkan perintah kepelbagai jago partai utk mengutus jago-jagonya melacaki jejak siluman perempuan In nu, aku rasa kita harus kembali dulu ke lembah hati Buddha!"

   Kho Beng termenung berapa saat, mendadak ia menggelengkan kepalanya seraya berkata.

   "Tidak, utk sementara waktu ini aku tak ingin bertemu dg Bu wi cianpwee maupun hwesio daging anjing."

   "Kenapa?"

   Tanya si nona sambil menghembuskan napas panjang.

   Kho Beng menghela napas panjang, katanya .

   "Sewaktu hendak meninggalkan lembah hati Buddha, aku pernah sesumbar kepada Bu wi cianpwee dan hwesio daging anjing, kenyataannya hasil nihil yg kuperoleh sekarang, rasanya kok rikuh kalau mesti kembali dalam keadaan tangan hampa."

   Setelah memutar biji matanya sebentar, dia berkata lagi .

   "Menurut pendapatku, lebih baik nona pulang lebih dulu, biar aku berangkat kebukit Cian san utk sekali lagi mengadakan penyelidikan"

   "Bukankah rencana semula kita akan pulang ke lembah hati Buddha bersama? Mengapa kau berubah pikiran ditengah jalan?"

   Tegur si nona sambil berkerut kening.

   "Sebab, setelah mengetahui penghianatan Molim sekalian berempat yg secara diam-diam bersekongkol dg pihak In nu siancu, rasanya semangatku seperti dikobarkan lagibetul dari pihak Siau lim si bakal mengirim banyak jago dari pelbagai partai utk melacaki jejak si pembunuh keji itu, tapi aku rasa toh lebih baik kulakukan pelacakan sendiri, apalagi keselamatan ciciku terancam bahaya maut, aku wajib mencoba sekali lagi!"

   Chin sian kun segera menghela napas panjang .

   "Baiklah, setelah kau memutuskan demikian, maka aku pun tak berniat menghalangi mu lagi, tapi aku tetap akan mendampingimu, aku pikir kau tak bakal menampik bukan?"

   "Lebih baik nona jangan ikut, pulanglah dulu kelembah hati Buddha karena kepergian nona sama sekali tak diketahui mereka, bila kau tak segera kembali kelembah, aku kuatir mereka bakal gelisah, disamping itu"

   "Cukup! Kau tak usah melanjutkan"

   Tukas Chin sian kun sambil menggoyangkan tangannya berulang kali.

   "aku cukup memahami perasaanmu, bukankah kau takut kehadiranku hanya akan menjadi beban untukmu?"

   "Nona jangan salah paham, aku sama sekali tak sependapat begitu."

   Buru-buru Kho Beng berseru .

   "Kalau begitu kau setuju atau tidak?"

   Desak si nona agak girang. Dg perasaan apa boleh buat terpaksa Kho Beng berkata .

   "Kalau toh nona berkata demikian, rasanya kurang baik kalau kuhalangi niatmu itu."

   "Nah begitu baru benar..apakah kita akan segera berangkat kebukit Cian san?"

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Paling baik kita duduk beristirahat sejenak disini, besok malam kita baru berangkat kebukit Cian san."

   Waktu itu Molim sekalian berempat telah berubah menjadi amat jinak dan penurut, mereka hanya mengekor belaka terhadap semua keputusan yg diambil.

   Begitulah, Rumang segera ditugaskan menguburkan jenasah Thia Bu ki dibelakang kuil, sementara yg lain membersihkan ruang kuil tsb, distulah mereka berempat duduk bersemedi sambil menunggu waktu.

   Dalam suasana yg hening dan tenang, mereka berenam beristirahat hingga tengah hari seblum bangkit utk berangkat.

   Setelah melalui masa beristirahat yg cukup panjang, kesegaran mereka telah pulih kembali.

   Kho Beng segera menurunkan perintah utk berangkat menuju kebukit Cian san.

   oooOOooo Ketika melalui sebuah dusun dalam perjalanan, mereka pun bersantap dulu disebuah rumah makan sampai kenyang, selesai bersantap mereka baru meneruskan perjalanan kebukit Cian san.

   Ketika sampai dikaki bukit, tengah malam telah menjelang tiba.

   Mereka berenam melanjutkan perjalanannya memasuki sebuah hutan lebat, disanalah perundingan rahasia segera dilaksanakan.

   Pertama-tama Kho Beng berkata lebih dulu kepada Molim dg suara berat lagi dalam .

   "Sekarang kau harus berbicara sejujurnya, selama kau mengadakan kontak dg anak buah dewi In nu, benarkah kau Cuma berhubungan dg Thia Bu ki yg telah terbunuh itu?"

   Molim sangat terkejut, buru-buru dia mengangkat sumpah .

   "Jika hamba berbicara bohong, biarlah aku dikutuk oleh thian dan mati secara tak wajar!"

   Dg kening berkerut, kembali Kho Beng berkata .

   "Bukan aku tak mau percaya kepadamu tapi dg matinya Thia Bu ki berarti hubunganmu dg mereka pun jadi putus, kini hubungan semacam ini tak mungkin dapat dipergunakan lagi!"

   Tiba-tiba Chin sian kun menimbrung .

   "Walaupun Thia Bu ki telah mati, tapi aku rasa anak buah dewi In nu yg lain pasti mengetahui juga akan hubungan persekongkolan antara Molim dg mereka, paling tidak dewi In nu pasti mengetahui persoalan ini."

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian manggut-manggut .

   "Yaa, perkataanmu ini memang ada benarnya juga."

   Sorot matanya segera dialihkan kembali kewajah Molim, lanjutnya .

   "Begini saja, kalian berempat tak usah menyembunyikan jejak lagi, teruskan perjalanan keatas bukit secara terang-terangan, asal dewi In nu belum meninggalkan bukit Cian san, sudah pasti jejak kalian bakal mereka diketahui."

   "Apa yg mesti kami lakukan jika kami telah ditemukan?"

   Tanya Molim agak sangsi.

   "Setelah mereka menemukan kalian berempat, tak ada salahnya bila kau melaporkan peristiwa Thia Bu ki yg telah bunuh diri, bila ada jawaban lain, aku tentu akan menyampaikan kepada kalian dg ilmu menyampaikan suara."

   Terpaksa Molim manggut-manggut .

   "Hamba turut perintah."

   "Nah, kalian boleh berangkat sekarang."

   Molim saling pandang sekejap dg Mokim, Rumang serta Hapukim, kemudian beranjak pergi dari situ dg langkah lebar.

   Begitulah dibawah petunjuk Kho Beng yg disampaikan secara diam-diam, keempat orang itu sengaja berjalan dg langkah berat, bahkan sengaja bercakap dg suara keras.

   Asalkan satu li disekitar tempat itu ada orangnya, sudah pasti kehadiran mereka akan menarik perhatiannya.

   Sementara itu Kho Beng bersama Chin sian kun menguntil dibelakang mereka secara diam-diam, gerak gerik mereka tak ubahnya seperti sukma gentayangan.

   Sepanjang jalan mereka perkampungan Ciu hong san ceng, juga melewati perkampungan Bwee wan yg rata dg tanah, namun sepanjang jalan suasana amat sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun..

   Dalam posisi empat berjalan terang-terangan dan dua mengikuti secara diam-diam inilah mereka berenam meneruskan perjalanan kepuncak bukit, sebab Kho Beng telah memutuskan, dia harus memeriksa seluruh bukit Cian san sampai jelas utk membuktikan apakah dibukit Cian san masih ada musuh yg bersembunyi.

   Dipuncak bukit Cian san terdapat sebidang tanah datar, rerumputan tumbuh subur diatas tanah tsb.

   Pepohonan yg rimbun memenuhi pula sisi lereng bukit dg batu cadas berserakan disana sini.

   Sekilas pandangan, tempat tsb tak ubahnya seperti sebuah puncak bukit yg sepi dan jauh dari keramaian manusia.

   Namun menjelang kentongan pertama, tiba-tiba tampak empat sosok bayangan manusia berkelebat dan berkumpul ditengah-tengah puncak bukit tsb.

   Ternyata keempat sosok bayangan manusia itu adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.

   Mereka berempat saling berpandangan sekejap, lalu tertawa ringan.

   Cun hong Lengcu segera berkata dg lirih .

   "Belakangan ini sifat suhu kurang baik, karenanya dalam pertemuan malam nanti kita harus menghadapinya secara hati-hati."

   Selesai berkata ia segera bertepuk tangan tiga kali sebagai kode rahasia mereka Begitu selesai bertepuk tangan, dari empat arah delapan penjuru segera bermunculan dua puluhan lelaki berbaju hitam yg semuanya memakai pakaian ringkas dan menyoren pedang dipinggangnya, dg cepat mereka mengurung ketengah lapangan.

   Salah seorang diantaranya segera menjura , sambil berkata .

   "Hamba menjumpai Lengcu berempat!"

   Ternyata orang ini adalah sipedang geledek Sin Cu beng, seorang tokoh silat yg amat termasyur dalam dunia persilatan dimasa lalu dan sekarang menjadi selah seorang komandan pasukan dibawah perintah dewi In nu.

   Sambi tersenyum, Cu hong Lengcu berkata .

   "Malam ini Siancu akan membuka sidang, harap komandan Sin melakukan penjagaan yg lebih ketat dan berhati-hati lagi!"

   "Hamba mengerti!"

   Buru-buru Sin Cu beng manyahut.

   "Apakah penjagaan disekeliling tempat ini sudah selesai diatur?"

   "Lengcu tak perlu kuatir, hamba telah menyiapkan segala sesuatunya secara rapi, jangan lagi manusia, seekor burung jangan harap bias melintasi istana gua pengikat cinta ini tanpa diketahui jejaknya."

   "Bagus sekali!"

   Dg gembira Cui hong Lengcu manggut-manggut.

   "silahkan komandan Sin kembali ke posnya!"

   Sin Cu beng segera menjura, lalu sambil membalikkan badan, bisiknya .

   "Masing-masing kebali ke posnya sendiri, jaga dg hati-hati, menjumpai tanda bahaya jangan bertindak terlalu ayal!"

   Dua puluhan orang jago berbaju hitam itu serentak mengiakan bersama dan menyebarkan diri keempat penjuru, gerak-gerik mereka cepat bagaikan gulungan asap ringan, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan.

   Setelah anak buahnya bubaran, Sin Cu beng baru beranjak pula meninggalkan tempat tsb.

   Sepeninggal orang-orang itu, Cu Hong Lengcu mendongakkan kepalanya dan memandang sebentar keadaan cuaca, lalu bisiknya .

   "Waktu sudah semakin dekat, mari kita tunggu suhu naik ke mimbar sidang!"

   "Silahkan suci!"

   Hee im Lengcu dan Tang soat Lengcu serentak berseru.

   Dg langkah lebar, Cun hong Lengcu segera beranjak lebih dulu meninggalkan tempat tsb.

   Disisi kiri bukit terdapat sebuah dinding karang yg terjal, disanalah terbuka sebuah lorong rahasia waktu itu, keempat Lengcu serentak melangkah masuk kedalam lorong tsb.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ketika mereka telah masuk kedalam, terdengar kembali suara gemerincingan nyaring, pintu gua merapat kembali seperti sedia kala hingga sama sekali tak terlihat titik kecurigaan pun.

   Setelah berada dalam lorong rahasia, Cun hong Lengcu sekalian menelusuri undak-undakan batu turun kebawah, lebih kurang lima puluh anak tangga kemudian didepan sana terbentang sebuah lorong bawah tanah yg amat luas dan lebar.

   Dinding samping maupun langit-langit lorong tsb terbuat dari batu cadas yg datar, pada jarak setiap dua kaki tertancap sebatang obor yg menerangi sekitar goa tsb.

   Selain itu, pada jarak setiap satu kaki sepanjang lorong tadi berdiri seorang busu bersenjata lengkap yg siap menghadapi segala kemungkinan, suasana yg menyeramkan menimbulkan rasa bergidik bagi siapapun yg memandangnya..

   Ketika Cun hong Lengcu sekalian melewati lorong tsb, serentak semua busu membungkukkan badan member hormat.

   Panjang keseluruhan dari lorong rahasia tsb mencapai dua puluhan, kaki pada ujungnya terdapat dua buah cabang jalan, Cun hong Lengcu sekalian mengambil jalan yg belok kesisi kiri.

   Jalan bercabang itu tidak terlalu panjang, lebih kurang hanya tiga kaki lebih, pada ujungnya muncul sebuah ruang batu yg luas sekali, paling tidak lebarnya mencapai dua puluhan kaki persegi.

   Waktu itu dalam ruangan telah penuh berdiri manusia yg berjajar-jajar, diantaranya terdapat busu bersenjata lengkap, ada gadis-gadis cantik berpakaian ringkas, ada pula kakek yg rambutnya telah beruban.

   Ditengah ruangan, dekat dinding belakang didirikan sebuah panggung tinggi, didepan panggung tergantung tirai bamboo, sedang dibelakang tirai bamboo terdapat sebuah kursi besar.

   Pada kedua belah sisi kursi besar tadi, masing-masing tersedia pula empat buah bangku bambu yg agak kecil.

   Kecuali kelima lembar kursi tsb berada dalam keadaan kosong, diluar tirai bamboo telah penuh dg manusia.

   Pada barisan terdepan berjajar sebelas orang kakek yg berusia antara lima puluh sampai tujuh puluh tahunan, pakaian mereka beraneka ragam.

   Sedang pada barisan kedua adalah puluhan nona cantik berbaju ringkas, pakaian mereka pun berwarna warni dan amat menyolok mata.

   Dibelakang barisan gadis-gadis muda itu adalah lelaki kekar yg masih muda semua, usia mereka berkisar dua sampai tiga puluhan tahun, sedang pakaian yg dikenakan adalah warna hitam atau kuning yg kelihatan amat segar.

   Tatkala Cun hong Lengcu sekalian memasuki ruangan tsb, suasana yg semula hening kini bertambah sepi, demikian sepinya hingga detak jantung setiap orang hampir bias terdengar jelas.

   Keempat orang Lengcu itu langsung menerobos masuk diantara kerumunan orang banyak, mereka tidak berhenti dalam ruang batu tapi langsung membuka pintu rahasia dan masuk kedalam.

   Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, tampak pintu rahasia itu kembali terbuka, tampak seorang dayang berbaju indah munculkan diri sambil berseru dg nyaring .

   "Siancu memasuki mimbar!"

   Suaranya mengalun sampai ketempat kejauhan dan mendengung tiada hentinya dalam pendengaran.

   Tak lama kemudian tampak lima puluh empat orang nona berbaju ringkas berwarna kuning yg membawa pedang terhunus munculkan diri dari balik pintu rahasia dan berjalan menuju mimbar dg langkah lebar.

   Dg gerakan cepat mereka menyebarkan diri lalu mengurung mimbar itu rapat-rapat.

   Suasana yg mencekam seluruh ruangan waktu terasa hening dan sepi, suasana serius menyelimuti perasaan setiap orang.

   Lewat beberapa saat lagi baru kelihatan seorang perempuan cantik berusia tiga pulu tahunan yg memakai baju kuning, bermantel bulu dan berwajah anggun, munculkan diri ditengah ruangan.

   Dua orang nenek berbaju kuning berjalan mengiringi disisi kiri dan kanannya, sikap yg anggun dan wajah berwibawa membuat setiap orang merasakan hatinya tercekat.

   Barulah dibelakang mereka mengikuti keempat Lengcu yakni Cun hong, Hee im, Ciu hoa serta Tang soat, semuanya langsung menuju keatas mimbar.

   Tak salah lagi perempuan anggun yg diiringi dua orang nenek tsb bukan lain adalah In nu Siancu.

   Ia langsung menuju kekursi kebesaran yg telah disediakan dan duduk, sementara kedua orang nenek tadi berdiri mendampingi dibelakang tubuhnya."

   Menunggu dewi In nu sudah duduk, secara terpisah keempat orang Lengcuitu baru mengambil tempat duduk dikeempat kursi kecil yg telah disediakan. Pelan-pelan dewi In nu memperhatikan suasana dalam ruangan, kemudian tanyanya dg suara hambar.

   "Apakah semuanya telah hadir!"

   Mendadak paras muka dewi In nu berubah hebat, bentaknya keras-keras .

   "Kurangajar, sampai kalian berempat pun berani membohongi diriku, besar nian nyali kalian!"

   Cun Hong Lengcu sangat terkejut, tanpa sadar ia menjatuhkan diri berlutut diatas tanah sambil katanya .

   "Teecu tak berani membohongi suhu!"

   Masih dg nada marah, dewi In nu berkata lagi .

   "Sudah jelas diantara duabelas orang pelindung hukum hanya sebelas orang yg hadir, terpaksa hanya sebelas orang yg hadir, mengapa kau katakana telah hadir semua?"

   Tampaknya Cun hong Lengcu sama sekali tidak mengetahui akan peristiwa itu, ia baru berpaling kebawah mimbar setelah mendengar perkataan tsb.

   Betul juga, diantara deretan kakek yg berdiri dibarisan terdepan, ternyata hanya sebelas orang yg hadir, terpaksa katanya lagi dg suara tergagap.

   "Teecu memang pikun, silahkan suhu menjatuhkan hukuman!"

   Dewi In nu mendengus .

   "Dihukum atau tidak, lebih baik dibicarakan nanti saja, hayo cepat selidiki apa yg telah terjadi!"

   "Teecu turut perintah!"

   Buru-buru Cun hong Lengcu bangkit berdiri, mundur sejauh tiga langkah kemudian baru menghadap kebawah mimbar, seraya membentak .

   "Siapakah diantara dua belas pelindung hukum yg belum hadir?"

   "Thia Bu ki!"

   Seorang kakek berbaju ungu menjawab. Dg kening berkerut, Cun hong Lengcu kembali berkata .

   "Apakah dia tak tahu kalau mala mini diadakan siding?"

   "Tentu saja tahu!"

   "Kalau sudah tahu malam ini ada siding, mengapa sengaja ia tidak hadir? Memangnya ia sudah bosan hidup!"

   "Betapapun besarnya nyali Thia Bu ki, semestinya dia akan dapat hadir pada waktunya..aku kuatir.."

   "Kuatir kenapa? Mengapa tidak segera diucapkan?"

   Hardik Cun hong Lengcu keras-keras.

   "Aku kuatir terjadi sesuatu peristiwa yg diluar dg dirinya.."

   Bergetar keras perasaan Cun hong Lengcu setelah mendengar perkataan itu, buru-buru katanya .

   "Tahukah kau apa yg sedang dilakukannya selama satu dua hari belakangan ini?"

   "Menurut apa yg kuketahui, dia sedang melacak jejak keempat orang asing yg menjadi pengikut Kho Beng, tapi hingga saat ini bayangan tubuhnya masih belum juga Nampak."

   Mendadak.

   Disaat Cun hong Lengcu dan sikakek berbaju ungu itu melangsungkan Tanya jawab, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yg tergesa-gesa datang, disusul kemudian tampak seorang laki-laki berbaju ringkas lari masuk kedalam ruangan.

   Suasana gaduh segera mencekam seluruh ruangan itu, Cun hong Lengcu menghentikan pembicaraannya dan menyingkir kesamping, sementara sorot matanya dialihkan kewajah Dewi In nu, jelas ia sedang mengamati bagaimana reaksi gurunya terhadap peristiwa ini? Tampak lelaki berbaju hijau itu lari kedepan mimbar lalu menjatuhkan diri berlutut seraya berseru .

   "Hamba menjumpai Siancu!"

   Menyusul kemudian ia menyembah berulang kali. Paras muka Dewi In nu amat dingin dan tanpa emosi, terhadap sikap lelaki itu ia menunjukkan sikap acuh tak acuh. Melihat sikap gurunya itu, buru-buru Cun hong Lengcu segera membentak dg suara lantang .

   "Besar amat nyalimu, berani sekali mengganggu ketengan Siancu.."

   Buru-buru lelaki itu berkata .

   "Berhubung ada urusan penting yg mesti dilaporkan, terpaksa hamba harus menerobos masuk kemari, untuk itu harap Lengcu sudi memaafkan kelancangan hamba."

   Agak kurang sabar dewi In nu menyelak secara tiba-tiba .

   "Suruh dia laporan secepatnya!"

   Buru-buru Cun hong Lengcu berseru .

   "Cepat katakan!"

   Dg suara lantang lelaki itu berkata .

   "Thia huhoat telah mendapat celaka, jenasahnya dikubur dibelakang kuil Lu cuo bio lima puluh li diluar kota, kini mayatnya sudah digali keluar dan dibawa kemari. Paras muka semua jago yg hadir dalam ruangan berubah hebat, suasana berubah menjadi semakin hening, tiada orang yg berani bersuara kecuali dengusan marah dari dewi In nu. Dg perasaan amat bergetar, Cun hong Lengcu bertanya .

   "Thia huhoat tewas karena termakan bacokan senjata ataukah tewas oleh pukulan tenaga dalam?"

   Lelaki itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Semua tidak, ia tewas karena bunuh diri, Thia huhoat bunuh dg menggigit putus lidahnya sendiri."

   Tiba-tiba dewi In nu berkata sambil menghela napas .

   "Bagus sekali! Masih untung dia tak menyia-nyiakan kepercayaanku kepadanya, meski tewas karena musibah, ia pantas dihormati sebagai pembantu yg amat setia, aku pasti akan memohonkan pujian dari ciangbunjin"

   Setelah berhenti sejenak, dg suara dalam kembali katanya .

   "Segera perintahkan orang utk mengurusi layonnya secara baikbaik dan segera kirim ke markas besar partai kita."

   "Teecu segera akan mengutus orang utk melakukannya."

   Buruburu Cun hong Lengcu berseru. Dg suara dalam sekali lagi dewi In nu berkata .

   "Segera kirim tiga orang pelindung hukum utk menyelidiki sebab kematian Thia huhoat, kemudian balaskan dendamnya!"

   "Teecu terima perintah."

   Dg cepat Cun hong Lengcu membalikkan badan, membalik kebawah mimbar seraya serunya .

   "Tang Bok kong, Liok Ci ang, Oun Thian siang, perintah dari Siancu tentunya sudah kalian dengar sendiri, kuharap kalian bertiga segera melaksanakannya."

   "Hamba terima perintah!"

   Buru-buru ketiga orang huhoat itu menyahut. Dewi In nu segera berseru .

   "Persoalan ini tak perlu ditunda lagi, kalian berangkat sekarang juga.."

   Tang Bok kong sekalian serentak member hormat kemudian membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ.

   Ruang tengah yg luas pun pulih kembali dlm keheningan, hanya kali ini paras muka dewi In nu telah dilapisi oleh hawa dingin dan kaku yg sangat mencekam hati.

   Suasana hening semakin mencekam seluruh hadirin, mereka semua menundukkan kepalanya rendah-rendah dan tak berani menatap wajah atasannya lagi.

   Terutama sekali keempat Lengcu, mereka merasa bagaikan duduk dikursi berjarum, gerak geriknya amat tak tenang.

   Diam-diam Cun hong Lengcu telah balik kembali ketempat duduknya, sementara sinar matanya secara diam-diam meneliti wajah Dewi In nu.

   Ketika ia menjumpai tatapan mata Dewi in nu sedang tertuju kearahnya, tanpa sadar cepat-cepat ia mengalihkan pandangan matanya kearah lain, sementara wajahnya berubah menjadi merah hijau tak menentu, sikapnya mengenaskan sekali.

   Dg suara sedingin es, Dewi In nu berkata kemudian .

   "Sewaktu berada diperkampungan Bwee wan tempo hari, justru karena penjagaan yg sangat kendorlah menyebabkan Bu wi si bajingan tua itu berhasil mencapai tujuannya secara mudah, kendati aku berhasil menghajarnya sampai terluka parah, namun bagian yg terpenting dari kitab pusaka Thian goan bu boh berhasil dicuri olehnya.

   Sejak kejadian itu sampai sekarang, sudah berjalan cukup lama, kenapa kalian semua belum berhasil juga merebutnya kembali?"

   Buru-buru Cun hong Lengcu mengerlingkan matanya sekejap kearah Hee im, Ciu hoa serta Tang soat, serentak mereka berempat bangkit berdiri dan berlutut dihadapan gurunya sambil berkata .

   "Kesemuanya ini memang merupakan kesalahan teecu yg tak becus!"

   "Sebetulnya sampai dimanakah sulitnya pekerjaan ini? Memang kalian mengulur waktu terus menerus? Memangnya aku harus turun tangan sendiri baru berhasil?"

   Cun hong Lengcu berpikir sebentar, lalu ujarnya .

   "Keadaan yg sebenarnya telah teecu laporkan kepada suhu, dalam kenyataannya Kho Beng adalah pemuda yg licik, justru karena kami bermaksud memperalat keempat orang pembantu asingnya, siapa sangka gara-gara persoalan ini Thia huhoat pun kena musibah."

   Dewi In nu segera berkata setelah berpikir sebentar .

   "Konon kalian menggunakan encinya sebagai umpan, mengapa sekarang malah mengalihkan sasarannya kepada ke empat pembantu asingnya?"

   Dg hati bercampur keki serta marah.

   "masa untuk menyelesaikan pekerjaan kecilpun kamu harus menggunakan cara yg berputar kayuh macam begini?"

   Setelah berhenti sejenak, ia segera membentak "

   "Gusur dia kemari!"

   Cun hong Lengcu tak berani membantah, ia segera member tanda kepada Hee im dan Li sian soat, kemudian bersama-sama mengundurkan diri dari situ.

   Lebihkurang setengah peminuman teh kemudian, tampak Cun hong Lengcu dan Hee im Lengcu telah muncul kembali kedalam ruang siding dg mengempit tubuh Kho Yang ciu yg berambut awutawutan serta bermata sayu.

   Bersambung ke bab 27

   Jilid 27 Wajahnya Nampak berpenyakitan, rasa bimbang dan tak habis mengerti menghiasi mukanya yang kuyu, agaknya dia tak tahu kemanakah dirinya telah dibawa.

   Hingga dirinya diseret menuju ke depan mimbar, kedua orang dayangnya Sia hong maupn Bwee hiang tak Nampak turut serta datang kesitu.

   Agaknya Kho yang ciu berada dalam semakin lemahi tampak napasnya terengah-engah sambil meronta serunya .

   "enci jin, enci Li sebenarnya apa yang telah terjadi..tempat apakah ini?"

   Dengan pandangan mata yang sayu dan payah dia memperhatikan sekejap disekeliling sana, sementara rasa heran dan curiga menyelimuti wajahnya. Dengan suara sedingin es cun hong Lengcu berkata .

   "Kho yang ciu, setelah kejadian berkembang begini, kamipun tak bermaksud mengelabui dirimu lagi, terus terang saja kukatakan, sebenarnya diantara kita merupakan musuh bebuyutan, hakekatnya antara kita tak ubahnya bagaikan air dengan api."

   "Cici berdua jangan bergurau,"

   Teriak Kho yang ciu makin kebingungan.

   "kalian..."

   "Dengarkan baik-baik, kami sama sekali tidak membohongimu,"

   Sambung Hee im Lengcu Li Sian soat dengan suara ketus.

   "Dahulu kami baik kepadamu karena kami hendak memperalat dirimu untuk membatasi umat persilatan dan sekarang kami akan memperalat dirimu kembali untuk memaksa Kho Beng agar menyerahkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut.."

   Berubah hebat paras muka Kho yang ciu, agak tergagap katanya .

   "sungguh .sungguh ini?"

   "Kau tahu, siapakah orang yang duduk di atas situ? Terus terang saja kami katakan, dia adalah guru kami. Dewi In Un"

   "Aaaah-"

   Kho yang ciu berteriak keras, ia bermaksud untuk bangkit berdiri.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi sayang dia sudah lupa kalau posisinya saat ini sangat lemah.

   tahu-tahu kepalanya terasa amat pening dan seketika itu juga roboh tak sadarkan diri-Cun hong Lengcu segera membungkukkan badan memberi hormat keatas mimbar, katanya .

   "Harap suhu sudi memberi petunjuk untuk menyelesaikan persoalan ini.."

   Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh .

   "Heeeeehhi.heeeehhheeeehhh, totok dahulu seluruh jalan darahnya kemudian sekap dia didalam kamar tahanan, setelah itu beritahu kepada Kho Beng agar dia datang kemari menukar cicinya dengan dua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut"

   Kemudian sambil berpaling kembali serunya .

   "Ciu hoa. Tang soat"

   Ciu hoa dan Tang soat Lengcu serentak melompat bangun sambil berseru.

   "Tecu siap menerima perintahi-"

   Dengan wajah serius Dewi In n berkata .

   "Kalian berempat kerjakan tugas ini bersama-sama, setiap orang yang termasuk anak buahku boleh kalian pergunakan bilamana perlu, yang penting selesaikan tugas ini secepatnya"

   "Baik, tecu terima perintah"

   Jawab Ciu hoa dan Tang soat Lengcu serentak-Tiba-tiba Cun hong Lengcu berseru agak sangsi.

   "Lapor suhu, bila kita sampai berbuat demikian kemungkinan besar rahasia letak gua pengikat cinta ini akan ketahuan musuh. bisa jadi malah menyebabkan timbulnya pelbagai kesulitan dikemudian hari."

   Dewi In wn tertawa hambar.

   "Pertama, bila perkerjaan ini telah selesai dikerjakan maka aku akan segera memimpin semua jago pulang ke markas besar, secara otomatis semua bangunan yang berada dibukit cian san ini bakal ditinggalkan dengan begitu saja"

   Setelah berhenti sejenaki lanjutnya .

   "Kedua, disaat kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh sudah didapatkan kembali, apakah kalian benar-benar hendak membebaskan mereka kakak beradik berdua dengan begitu saja?"

   "Tentu saja tidak"

   Jawab Cun hong Lengcu sambil memutar biji matanya "jadi maksud suhu, tecu..."

   "Tentu saja harus membabat rumput sampai akar-akarnya, kita tak boleh membiarkan kedua orang anak jadah tersebut hidup terus didunia ini."

   Seru Dewi In wn sambil menggertak giginya menahan emosi- "Tecu pasti akan melaksanakan pesan suhu, hanya kali ini.."

   Tidak sampai Cun hong Lengcu menyelesaikan ucapannya. Dewi In wn telah menukas lagi dengan suara dalam.

   "Bila kali ini menderita kegagalan lagi, kalian berempat akan menerima hukuman yang paling berat"

   Keempat orang Lengcu itu serentak membungkukkan badan sambil berseru.

   "suhu tak usah kuatir, kali ini tecu berempat pergi pasti tak akan membuat suhu kecewa."

   Sementara itu seluruh jalan darah ditubuh Kho yang ciu telah tertotok oleh Hee im Lengcu Li sian soat disaat ia jatuh tak sadarkan diri tadi, keadaannya saat ini tak jauh berbeda seperti orang mati, kesadarannya hilang dan tubuhnya lemas tak bertenaga- Maka dibimbing oleh beberapa orang dayang, tubuhnya kembali diseret keluar dari ruangan sidang- Memandang hingga semua orang sudah pergi.

   Dewi In wn baru bangkit berdiri sambil tersenyum.

   Dayang berbaju perlente yang berdiri disisinya buru-buru berteriak lagi dengan suara lantang .

   "Tutup sidang"

   Ditengah suara teriakan yang keras itulah.

   Dewi In Un diiringi kedua orang nenek tersebut mengundurkan diri ke ruang dalam melalui jalan rahasia semula.

   sementara itu Kho Beng bersama Chinsian kun sekalian telah menelusuri puncak bukit dalam usahanya melacak sarang musuhnya.

   Tatkala mereka sudah berada setengah li dari puncak bukit, mendadak Chinsian kun menarik ujung baju Kho Beng sambil bisiknya .

   "Puncak bukit itu gundul tanpa tumbuhan, sudah jelas tiada bagian tempat yang menarik perhatian, aku rasa justru lembah disitu yang amat mencurigakan, bagaimana kalau kita lakukan pemeriksaan lebih dulu atas lembah tersebut?"

   


Anggrek Tengah Malam -- Khu Lung Pedang Abadi -- Khu Lung Sepasang Golok Mustika -- Chin Yung

Cari Blog Ini