Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 13


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 13



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian ia manggut-manggut.

   "ya a, perkataan nona memang benar-"

   Maka dengan ilmu menyampaikan suara dia segera memberitahukan kepada Molim agar berbelok kesamping kiri langsung menuju kesebuah lembah yang rimbun.

   siapa tahu justru karena perbuatannya ini secara kebetulan sekali mereka telah menghindari pos penjagaan yang diatur diseputar puncak bukit itu.

   sepanjang jalan Molim sekalian menelusuri hutan dengan langkah lebar, sepanjang jalan dia pun sibuk mengatur Mokim, Rumang dan Hapukim sesuai dengan petunjuk yang diterimanya dari Kho Beng.

   Tiba-tiba terdengar Molim berseru dengan suara keras .

   "saudara-saudaraku, kenapa sih kita begitu apes sehingga segala pekerjaan sepertinya tak pernah lancer, dengan susah payah kita berhasil mengadakan hubungan dengan situa Thia, eeei siapa tahu dia justru melakukan bunuh diri"- "ya a, nasib kita memang lagi gelap, makanya."

   Sambung Rumang cepat, sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah memasuki lembah bukit itu.

   Pepohonan yang tumbuh dalam lembah tersebut sangat lebat lagi rimbun, jalan setapak pun susah dilewati, bukan saja hening sepi tak kedengaran sedikit suara pun, bahkan sesosok bayangan manusia pun tidak Nampak- Dengan suara lantang Hapukim segera berseru.

   "sebelum melakukan bunuh diri, si tua Thia juga tak meninggalkan pesan apa pun, kemanakah kita harus mencari rekanrekannya- heeei-situa Bangka itu betul-betul si telur busuk "

   Biar pun nada suaranya tak terlalu lantang samun gema suaranya telah mengalun diseantero lembah, asal disitu ada orangnya sudah pasti suara tersebut akan kedengaran.

   Tapi sungguh anehi selain gema panggilan suara sendiri, dari lembah tersebut tak kelihatan sesuatu reaksi apapun.

   Dengan gemas Rumang memungut sebutir batu dan ditimpuk kedalam hutan seraya berteriak "Makin dipikir rasanya hatiku semakin mendongkol, kalau bisa akan kuobrak abrik bukit ini hingga rata dengan tanah"

   Tangannya segera diayunkan ke depan, sebutir batu pun meluncur ke depan dengan dahsyatnya.

   Blarrrrrr,...

   Diiringi suara benturan yang sangat keras, sebatang pohon kecil yang terkena timpukan batunya patah seketika itu juga menjadi dua bagian, batang pohon itupun segera roboh ke tanah- Tapi pada saat itu pula kedengaran suara orang membentak keras dari balik hutan.

   "Hey, siapa yang berkaok-kaok disini tengah malam buta begini? Huuuh, benarkah didunia ini tiada tempat yang betul-betul tenang?"

   Tampak seorang kakek berambut putih yang berperawakan kecil lagi ceking dan membawa sebuah tongkat berkepala ular munculkan diri disamping pohon yang tumbang itu, dia langsung melotot kearah Molim sekalian.

   sambil tertawa terkekeh-kekeh Molim sebera berseru.

   "Maaf orang tua, kami datang untuk mencari seseorang- "

   "Hmmmm, sekalipun maksud kalian hendak mencari orang, toh bukan begitu caranya"

   Seru si kakek berambut putih itu sambil mendengus.

   "Masa ditengah malam buta begini datang kelembah untuk mencari orang, benar-benar perbuatan orang edan.siapa sih yang kalian cari?"

   Sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, Molim berkata agak gugup.

   "Apakah kau orang tua kenal dengan Thia huhoat?"

   "Hmm, mendengar namanya pun belum pernah,"

   Sahut kakek itu sambil mendengus.

   "siapa yang tak tahu kalau kau sama seperti Thia huhoat, samasama menjadi anak buah siancu?"

   Kata Molim lagi dengan kening berkerut.

   "Hey bocah kunyuki kau jangan sembarangan bicara, aku tak peduli Dewi atau iblis, hayo cepat kalian pergi dari sini."

   Molim tiada beranjak dari situ, malah setelah memutar biji matanya, ia berkata lagi.

   "Kalau begitu sungguh aneh, kalau toh kau bukan rekan Thia huhoat, kenapa dirimu bisa berada dibukit Cian san ini?"

   "Hmm, apakah bukit Cian san ini sudah punya pemilik tunggalnya dan orang lain tak boleh datang?"

   "Tentu saja tidak, tentu saja tidak"

   Sahut Molim serasa menggeleng.

   "tapi kau orang tua seorang diri bersembunyi di lembah tersebut, sebetulnya apa yang sedang kau perbuat"

   "Tidur"

   "Waahi sungguh aneh sekali,"

   Tak tahan Molim berteriak "kalau pingin tidur seharusnya pergi ke kota atau dusun untuk mencari rumah penginapan.

   Kalau toh tak punya uang untuk menyewa penginapan, pergilah ke kuil untuk mondok barang semalam, masa kau malah datang keatas gunung untuk tidur?"

   Kakek berambut putih itu mendengus.

   "Baik rumah penginapan maupun dalam kuil sedikit banyak disitu pasti ada orang, bila ada orang tak bisa dihindari lagi tentu rebut, itulah sebabnya aku lari kelembah yang sepi ini untuk tidur. Heii..sungguh tak disangka tidurku lagi-lagi diganggu oleh kalian beberapa orang telur busuk?"

   "Hey, kau lagi maki siapa?"

   Rumang segera menegur dengan gusar.

   "Tentu saja kau"

   Rumang menjadi sewot, sambil mengayunkan kepalannya dia siap menjotos tubuh kakek tersebut. Tapi Molim segera menghadang dihadapannya sambil menegur.

   "Jangan bertindak gegabah"

   Ternyata Kho Beng telah memberi petunjuk kepada Molim dengan ilmu menyampaikan suaranya untuk menyelidiki nama kakek tersebut lebih dulu.

   setelah mencegah Rumang, Molim segera menjura dalam-dalam sambil tanyanya kepada kakek berambut putih itu ramah- "Bolehkah aku tahu nama cianpwe?"

   Kakek berambut putih itu tertawa cekakakan, sambil menatap Molim, katanya .

   "Jika kulihat dari tampangmu, agaknya kau Cuma seorang budak asing, tak kusangka orang asing pun mengerti akan tata kesopanan, aku dari marga Ang bernama It ciang, orang menyebutku si Kakek Tongkat sakti"

   "Namamu memang tepat sekali orang tua"

   Ujar Molim kemudian sambil tertawa.

   "Mungkin nama tersebut disesuaikan dengan tongkat kepala ular yang berada ditanganmu, bukan?"

   Rupanya dia tak tahu apa yang mesti dibicarakan selanjutnya, maka diutarakannya kata-kata basa basi untuk mengulur waktu sambil menantikan petunjuk berikut dari Kho Beng.

   Akan tetapi Kho Beng sama sekali tidak memberi petunjuk lagi kepadanya dengan ilmu menyampaikan suara, sebaliknya malah munculkan diri bersama Chin sian kun.

   Mereka berdua langsung melayang turun dihadapan si Kakek Tongkat sakti dan menjura dalam-dalam sambil ketanya.

   "Boanpwee Kho Beng dan chin sian kun menjumpai Ang locianpwee"

   Buru-buru si Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Mana...mana..."

   Tapi kemudian sambil menghela napas, katanya lebih lanjut.

   "Makin lama orang yang muncul semakin banyak. aku rasa memang susah untuk menemukan tempat yang amat tenang didunia ini"

   "Boanpwee memohon maaf yang sebesar-besarnya bila kehadiran kami telah mengganggu ketenangan tidur cianpwee"

   Buru-buru Kho Beng berseru.

   "tapi entah disebabkan urusan apa cianpwee munculkan diri kembali didunia persilatan.."

   Ternyata si Kakek Tongkat sakti bersama Bu wi lojin serta Gin san siancu disebut sebagai tiga tokoh aneh dari dunia persilatan tapi sejak puluhan tahun berselang jago tua ini telah hidup mengasingkan diri, tak disangka secara tiba-tiba orang itu muncul kembali di lembah yang sunyi hari ini..

   Kakek Tongkat sakti seoera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh-haaaah-haaah-sebetulnya aku sedang mencari tempat untuk tidur, terus terang kukatakan sudah hampir setahun lamanya aku belum pernah tidur yang nyenyak"

   "Aaahi cianpwee memang gemar bergurau "

   "Tidaki sama sekali tidak bergurau"

   Si Kakek Tongkat sakti dengan wajah serius.

   "aku dapat memberitahukan kepadamu sejujurnya, tempat tinggalku yang lama di lembah Ciong cun kok di bukit Pa San boleh dibilang telah berubah menjadi lembah monyet, siang malam selalu kedengaran suara monyet berteriak disitu, kau tahu telingaku ini belum beristirahat dengan tenang barang sejenak saja."

   "oooohi kiranya begitu,"

   Kata Kho Beng serius. Mendadak Kakek Tongkat sakti menatap wajah Kho Beng lekatlekat, setelah itu tegurnya.

   "Dilihat dari usiamu masih sangat muda, dari mana kau bisa mengetahui namaku?"

   Buru-buru Kho Beng berseru.

   "Nama besar tiga tokoh sakti dari dunia persilatan sudah termasyur dimana-mana. sekalipun pengalaman boanpwee amat cetekpun namun nama besar Ang locianpwee masih cukup kukenal"

   Kakek Tongkat sakti kelihatan gembira sekali setelah mendengar umpakan tersebut, segera katanya.

   "Aaaahi terlalu sungkan, terlalu sungkan.."

   Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya kewajah Kho Beng kembali katanya sambil tertawa.

   "Akupun rasanya seperti pernah mendengar akan namamu itu, tapi bila ditinjau dari usiamu, sudah pasti namamu kudengar setelah kemunculanku yang kedua kalinya, tapi dari siapa kudengar namamu.aaaai, sekarang tak dapat kuingat kembali dengan jelas."

   Kho Beng berpikir sejenaki kemudian katanya .

   "sungguh beruntung boanpwee bisa bersua dengan cianpwee pada malam ini, sebab hubungan boanpwee dengan kedua tokoh sakti lainnya boleh dibilang cukup akrab."

   "Coba kaujelaskan, hubungan macam apakah yang terjalin antara dirimu dengan mereka berdua?"

   Tanya Kakek Tongkat sakti keheranan.

   "Bu wi lojin pernah mewariskan ilmu silat kepadaku, bahkan dengan ilmu may teng tay hoat telah menghadiahkan tenaga dalam sebesar empat puluh tahun hasil latihannya kepadaku, meski tiada hubungan guru dan murid, tapi kenyataannya hubungan kami menyerupai guru dan murid, sedang mengenai Gin san siancu, dia adalah guru dari ciciku. Nah, coba bayangkan sendiri, bukankah boanpwee mempunyai hubungan yang akrab dengan kedua orang tokoh sakti tersebut?"

   Kakek Tongkat sakti segera tersenyum.

   "Paling tidak kau sedang mendekati diriku sekarang, tapi hubungan kita akan datar, bahkan bertemu pun baru saja berlangsung, bagaimana mungkin bisa terjalin hubungan yang akrab diantara kita berdua?"

   Dengan wajah serius Kho Beng berkata .

   "Berbicara dari nama serta kedudukan cianpwee untuk bertemu muka saja sudah sukar bagi orang lain, tapi kini boanpwee bisa berbincang-bincang denganmu, hal ini sudah terhitung suatu kejadian yang beruntung sekali-"

   "Tak nyana kau sibocah muda pandai sekali berbicara, begini saja, bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatan?"

   Buru-buru Kho Beng memberi hormat sambil serunya "cianpwee, hal ini tak berani kuterima, masa boanpwee harus saling menyebut sobat dengan cianpwee?"

   Kembali Kakek Tongkat sakti tertawa .

   "Kau jangan salah duga, kau toh tahu aku tak bakal menerima murid, sekalipun ingin mengorek kepandaianku sedikit demi sedikitpun tak mungkin bisa terjadi-dan lagi, akupun tak mampu menerima dirimu sebagai muridku, sekarang teringat sudah aku siapakah dirimu yang sebenarnya."

   Dengan wajah serius ditatapnya wajah Kho Beng lekat-lekat, kemudian ujarnya lebih jauh.

   "Kau adalah keturunan dari perkampungan hui im ceng, sekarang telah berhasil mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Thian goan bu boh-yaa aku memang sudah tua, otakku sudah tak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Padahal baru-baru berselang kudengar berita tentang dirimu, siapa tahu hari ini sudah hampir melupakannya kembali.

   "

   "Kalau begitu cianpwee pun sudah mengetahui persoalan si Dewi In wn?"

   "Barusan toh sudah kukatakan dengan jelas,"

   Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.

   "Aku tak ambil peduli dewi atau setan, yang kuperhatikan justru pada sudut yang lain, yaitu kemunculan partai kupu-kupu"

   "Baik"

   Kho Beng maupun chinsian kun sama-sama dibuat tertegun setelah mendengar perkataan tersebut.

   "Kalau begitu kedatangan cianpwee ketempat ini bukan disebabkan untuk mencari tempat tidur, bukan?"

   Kata Kho Beng kemudian sambil tertawa. Kakek Tongkat sakti tertawa bergelak.

   "Haaah.haaaah-haaah..aku datang kemari-sesungguhnya memang untuk itu, namun akupun merasa amat terkejut atas munculnya kembali partai kupu-kupu didalam dunia persilatan."

   "Cianpwee, tak nyana kaupun memandang serius kemunculan partai kupu-kupu tersebut, nampaknya partai kupu-kupu tak boleh dianggap enteng"

   "Bukan cuma tak boleh dianggap enteng"

   Dengus Kakek Tongkat sakti.

   "pada hakekatnya persoalan ini harus dianggap sebagai satusatunya masalah yang terbesar dan paling serius dari dunia persilatan, aku sebagai salah satu anggota dunia persilatan tentu saja tak boleh duduk berdiam diri saja, itulah sebabnya meski aku mencari tempat yang tenang untuk tidur yang nyenyak, sesungguhnya kedatanganku kemari adalah untuk mencari seseorang, tapi hingga kini orang yang kucari belum juga ditemukan.,"

   "siapa sih yang cianpwee cari?"

   Tak tahan Kho Beng bertanya.

   "orang dari marga Thian bernama Cun yang, dia adalah sahabat karibku tapi sudah tiga puluhan tahun belum pernah bersua muka."

   Diam-diam Kho Beng menyebut nama orang itu berulang kali, terasa olehnya nama Thian Cun yang amat asing baginya, karena itu sambil mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, katanya lagi.

   "Tahukah cianpwee bahwa diantara anak buah Dewi In un terdapat pula jago jago lihay dari partai kupu-kupu?"

   Kakek Tongkat sakti tertawa lebar.

   "Padahal tiada sesuatu yang perlu diherankan dalam persoalan ini, siapa tahu siancu tersebut adalah tokoh terpenting dalam partai kupu-kupu? Tapi yang terpenting dari kesemuanya ini masih tetap berada sang ciangbunjin dari partai kupu-kupu yaitu ui sik kong."

   "Apakah locianpwee kenal dengannya?"

   Tanya Kho Beng agak tertegun. Kakek Tongkat sakti menggeleng.

   "Kenal sih tidaki tapi sebelum aku mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan dulu, aku sudah mendengar tentang keturunan partai kupu-kupu yang dibangkitkan dari keruntuhan dan sedang mempelajari sejenis ilmu sesat disuatu lembah yang terpencil, adapun pentolan dari kesemuanya itu tak lain adalah Ui sik kong, satu-satunya putra Thian it ketua partai kupu-kupu yang telah tewas ditangan tiga dewa see gwa sam sian tempo hari, semenjak saat itu aku sudah bisa menduga bahwa suatu saat partai kupu-kupu pasti akan muncul kembali kedalam dunia persilatan."

   "Locianpwee, pengetahuanmu sangat luas, aku rasa diantara partai kupu-kupu dengan tiga dewa see gwa sam sian pasti sudah terjalin hubungan dendam sakit hati yang tak mungkin terselesaikan dengan damai bukan?"

   Kakek Tongkat sakti manggut-manggut.

   "aku rasa ada tiga tujuan partai kupu-kupu muncul kembali dalam dunia persilatan, pertama mencari kitab pusaka Thian goan bu boh yang hilang, kedua menuntut balas kepada tiga dewa see gwa sam sian dan ketiga, membantai umat persilatan untuk menyampaikan rasa bencinya selama ini."

   Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata lebih jauh .

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kini terbukti kitab pusaka Thian goan bu boh berada ditanganmu, otomatis kau pun terseret pula didalam peristiwa ini"

   "Boanpwee sama sekali tak tahu kalau kitab pusaka Thian goan bu boh adalah barang milik partai kupu-kupu, selain itu.."

   "Tak usah kaujelaskan kepadaku"

   Tukas Kakek Tongkat sakti.

   "Padahal kitab pusaka Thian goan bu boh bukannya milik partai kupu-kupu sejak permulaan. Hanya saja turun temurun kitab tersebut beralih tangan sampai akhirnya jatuh ketangan mereka jadi siapakah pencipta kitab tersebut hingga kini masih merupakan tekateki besar namun yang pasti kitab pusaka Thian goan bu boh adalah sumber bencana, sejak seratus tahun berselang dimana partai kupukupu membantai dunia persilatan, hingga peristiwa berdarah yang menimpa perkampungan Hui im ceng pada belasan tahun berselang, semuanya sudah ditandai dengan ceceran darah dimana-mana-"

   "Ya a, perkataan cianpwee memang betul, karena memang begitulah kenyataannya,"

   Ucap Kho Beng lirihsetelah menghela napas kembali. Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Kita memang tak bisa berbuat banyak terhadap peristiwa yang telah terjadi, tapi menurut hematku, persoalan paling penting yang harus kita lakukan sekarang adalah menghentikan pembantaian berdarah yang tampaknya sudah mulai melanda dunia persilatan ini."

   "Lantas apa pendapat cianpwee tentang persoalan ini?"

   Sesudah mendengus dingin. Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Tindak tanduk partai kupu-kupu kelewat buas dan tak berperi kemanusiaan, mereka tinggi hati karena menganggap ilmu silatnya paling top, selain itu berambisi pula untuk menumbangkan semua kekuatan yang ada dalam dunia persilatan, oleh sebab itu satusatunya jalan adalah dengan membunuh untuk menghentikan pembunuhan, kita tumpas partai kupu-kupu hingga ke akar-akarnya, dengan begitu keamanan dunia persilatan baru bisa terjamin."

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Konon Tiga dewa see gwa sam sian tinggal dipulau Bong lay sian to, entah Peristiwa itu terjadi pada seratus tahun berselang, setelah Tiga dewa see gwa sam sian bekerja sama menumpas ketua partai kupu-kupu ui Thian it, dengan menderita kerugian hampir lima puluh tahun hasil latihan, ketiga dewa tersebut kembali ke pulau Bong lay untuk memulihkan kembali kekuatannya, tapi tiga puluh tahun kemudian secara beruntun mereka telah pulang kealam baka, jangan lagi tiga dewa pribadi, sekalipun keturunan mereka pun kini sudah mencapai generasi yang ketiga yaitu cucu-cucunya- Tapi pihak partai kupu-kupu toh takkan peduli sampai dimanakah generasi penerus dari tiga dewa tersebut, jelas mereka hanya akan melampiaskan rasa benci dan dendamnya kepada ahli waris mereka bertiga, bukan demikian?"

   Kakek Tongkat sakti manggut-manggut.

   "ya a, tentu saja demikian, tapi ahli waris tiga dewa"

   Mendadak dia menghela napas dan tidak melanjutkan kembali kata-katanya, sebenarnya bagaimana dengan k.tfi.^R^ keturunan tiga dewa? desak Kho Beng keheranan, setelah lama sekali termenung akhirnya Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Keturunan dari tiga dewa minim sekali jumlahnya, hingga sekarang cucu tiga dewa masing-masing cuma seorang, usianya pun telah mencapai tujuh delapan puluh tahun tapi mereka sudah tidak menetap di pulau Bong lay lagi."

   "Lantas mereka telah pergi kemana?"

   "Tak ada yang tahu"

   Kakek Tongkat sakti menggeleng.

   "Bahkan tak ada yang tahu pula karena persoalan apa mereka sampai meninggalkan pulau Bong lay tersebut, tapi hubunganku dengan si dewa An khek Thian cu yang paling akrab, itulah sebabnya aku sengaja melacaki jejaknya sampai dimana-mana.

   "oooh, rupanya cianpwee sedang mencari keturunan dari tiga dewa,. sela Kho Beng.

   "tapi si dewa Bu khek "

   Sambil tertawa Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Dewa Bu khek merupakan gelar yang dipergunakan turun temurun, dulu gelar itu dipergunakan kakek Thian cun yang dan sekarang dipakai olehnya sendiri, namuan..dunia begini luas, siapa tahu dia telah pergi kemana?"

   "Apakah keturunan tiga dewa sudah mengetahui tentang berita meunculnya partai kupu-kupu dalam dunia persilatan?"

   Kakek Tongkat sakti menghela napas panjang .

   "Aaaai.justru persoalan inilah yang amat merisaukan hatiku, lagi pula berbicara menurut situasi yang ada sekarang, kendati pun jago silat yang berpihak kepada kita cukup banyak jumlahnya, tapi selain keturunan dari tiga dewa, siapa lagi yang mampu membendung agresi dari partai kupu-kupu?"

   "Waaahi kalau begitu badai pembunuhan yang melanda dunia persilatan sudah tak mungkin bisa dihindari lagi?"

   Tanya Kho Beng dengan kening berkerut kencang. Kakek Tongkat sakti tertawa getir.

   "Berbicara yang sebenarnya, badai pembunuhan sudah mulai melanda dunia persilatan, bukankah dimana-mana sudah terjadi pembunuhan berdarah yang menimpa umat persilatan?"

   Kho Beng terbungkam tak mampu menawab pertanyaan itu, sampai lama kemudian dia baru berkata.

   "Apakah cianpwee akan melanjutkan tidurmu? Kalau begitu, biar boanpwee mohon diri lebih dulu.."

   "Setelah dibangunkan oleh suara kalian yang berisik, sekarang aku tak berminat untuk tidur lagi.."

   Lalu sambil tertawa ia berpaling dan melanjutkan.

   "Ditengah malam buta begini, sebenarnya karena persoalan apa kalian mendatangi bukit yang terpencil ini?"

   "Bukit cian san merupakan sarang dari Dewi In Un serta anak buah andalannya. bisa jadi Dewi In un pribadi juga tinggal dibukit ini, sekarang boanpwee sedang berusaha melacaki letak sarang mereka itu."

   "

   Apakah telah berhasil ditemukan?"

   "Belum"

   Pemuda itu menggeleng.

   "tak kusangka gerak aerik mereka begitu misterius dan sangat rahasia, aku lihat bukan pekerjaan yang gampang untuk menemukan tempat persembunyian mereka-"

   "Lantas apa rencana kalian sekarang?"

   "Boanpwee bermaksud meneruskan pelacakan disekitar tempat ini, bila tak berhasil kami akan segera tinggalkan bukit cian san, bagaimana dengan cianpwee sendiri"

   Setelah memperhatikan sekejap sekitar tempat itu. Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Aku toh tak bisa tidur lagi, tentu saja akan kutemani kalian, kita baru berpisah setelah meninggalkan bukit Cian san nanti"

   "silahkan cianpwee"

   Buru-buru Kho Beng berseru. Tapi Kakek Tongkat sakti segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Aku kurang hafal dengan daerah disekitar sini, lebih baik kalian saja menjadi petunjuk jalanku."

   Maka Molim sekalian berempat pun diperintahkan untuk berangkat lebih dulu, sementara Kho Beng, chin sian kun serta Kakek Tongkat sakti mengikuti dari belakang.

   Kali ini mereka berangkat menuju kebelakang bukit.

   suasana diatas bukit tersebut amat sepi, hening dan tak kedengaran sedikit suara pun seakan-akan bukit tersebut adalah sebuah bukit kosong yang tidak berpenghuni.

   Mendadak Dari kejauhan sana muncul tiga sosok bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan tinggi, menanti Molim sekalian mengetahui akan kehadiran orang-orang tersebut, kedua belah pihak sama-sama tertegun dan serentak menghentikan perjalanan.

   Kho Beng, chin sian kun serta Kakek Tongkat sakti yang menyaksikan dari kejauhan.

   peristiwa tersebut segera menyusupkan diri kebalik pepohonan yang rimbun dan menyembunyikan diri Dengan ilmu menyampaikan suara Kho Beng segera berbisik kepada Kakek Tongkat sakti.

   "Tak disangka kita akan bersua disini-, mereka bertiga adalah pelindung hukum dari Dewi In wn, yaitu anggota dari partai kupukupu yang menghebohkan itu. Ternyata mereka bertiga adalah tang Bok kong, Liok Ci ang serta ong Thian siang."

   "Bagus sekali"

   Kakek Tongkat sakti segera berseru dengan ilmu menyampaikan suara, '"Ingin kulihat manusia macam apakah mereka itu?"

   Dalam pada itu. Tang Bok kong sekalian telah membentak sambil tertawa dingin.

   "Heeehh.heehh.heeeh..kebetulan amat, kami memang sedang mencari kalian beberapa orang, sungguh tak disangka kita akan bersua dibukit ini."

   Kemudian dengan nada berat, hardiknya .

   "Ada urusan apa kalian datang ke bukit Cian san ini?"

   "

   Kami sedang mencari kalian"

   Jawab Molim cepat. Jawaban tersebut segera membuat Tang Bok kong jadi tertegun, serunya kemudian.

   "Besar amat nyali kalian, kemana perginya Thia huhoat?"

   "Justru karena persoalan ini kami khusus datang kemari, Thia huhoat telah tewas, kamilah yang telah mengubur jenasahnya."

   "Apa sebabnya dia tewas?"

   Tanya Tang Bok kong lagi sambil kertak gigi. Molim menghela napas panjang .

   "Aaaaai, dia mati karena bunuh diri bahkan kematiannya mengenaskan sekali-"

   Ong Thian siang tak bisa menahan diri lagi, dengan suara dalam segera bentaknya .

   "Hayo cepat ceritakan keadaan yang sebenarnya, bila berani berbicara sembarangan, hati-hati dengan nyawa kalian semua"

   "Kami memang sengaja datang kebukit Cian san untuk melaporkan kejadian ini kepada Dewi In Un"

   "Tutup mulut"

   Bentak Liok Ci ang keras-keras.

   "Nama siancu bukan sebutan yang boleh diucapkan sembarangan orang. Hmmm.. cepat katakana, apa yang sebenarnya telah terjadi?"

   Sesudah menghela napas panjang, Molim beru berkata .

   "Kami telah bersua dengan Thia huhoat di kuil Lu con bio, tatkala ia sedang mengajak kami merundingkan persoalan penting, tiba-tiba muncullah seorang pelajar rudin yang amat dekil"

   "siapa namanya?"

   Tanya tang Bok kong. Molim pura-pura mikir sejenak, akhirnya sambil bertepuk tangan serunya .

   "Ahhhh, betul Dia bernama sipelajar rudin Ho heng"

   "Pelajar rudin Ho heng?"

   Bisik Tang Bok kong sambil menggigit bibir.

   "Tak disangka bajingan tua inipun muncul kembali di dalam dunia persilatan.apa yang dia lakukan?"

   "Perdebatan segera terjadi antara dia dengan thia huhoat, kami lihat pembicaraan diantara mereka saling bertolak belakang sampai akhirnya terjadilah pertarungan yang amat seru. Kami benar-benar tidak menyangka kalau sipelajar rudin yang kelihatannya ceking dan tak bertenaga itu ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu tangguh. Tidak sampai dua gebrakan kemudian ia telah berhasil memetik kupu-kupu diujung senjata Thia huhoat. sampai disitu Thia huhoat pun mengaku kalah dan siap berlalu dari situ, siapa tahu sipelajar rudin itu tidak mengijinkan pergi"

   "Membunuh orang tak lebih kepala menempel tanah, apalagi yang hendak diperbuatnya?"

   Tanya TanBok kong sambil menggertak gigt.

   "Dia memaksa Thia huhoat untuk memberitahukan tempat dan alamat siancu, tapi permintaan tersebut dtampik oleh Thia huhoat, kemudian entah mengapa ternyata ia menggigit putus lidah sendiri dan bunuh diri"

   "Bagaimana dengan sipelajar rudin Ho heng?"

   Tanya TanBok kong setelah berpikir sejenak- "Dia pergi dari situ"

   Ucap Molim sambil menggeleng.

   "Kemanakah dia pergi aku kurang jelas."

   Dengan kemarahan yang meluap Tang bok kong berkata .

   "Thia Bu ki telah salah menilai orang itulah sebabnya dia mengundang bencana kematian bagi diri sendiri. Aku rasa kalian berempat sama sekali tak berguna lebih baik kuhantar kalian pulang kerumah nenek saja, hitung-hitung untuk melampiaskan rasa dendam Thia bu ki"

   Sambil berkata dia segera mempersiapkan panji kupu-kupunya untuk melancarkan serangan.

   Molim menjadi sangat etrperanjat setelah menyaksikan kejadian itu, cepat-cepat matanya celingukan ke sekeliling tempat tersebut kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, ia berseru.

   "Tunggu dulu, tunggu dulu, jangan buru-buru turun tangan."

   Tang Bok kong mendengus dingin, sambil melintangkan senjata panji kupu-kupunya didepan dada, ia berseru.

   "Apalagi yang hendak kau ucapkan?"

   Agaknya Molim cukup mengetahui akan kelihaian ke tiga orang tersebut, dengan kemampuan yang dimilikinya bersama Rumang sekalian berempat, paling banter Cuma bisa menahan seorang saja, bila musuh turun tangan bersama, mustahil bagi mereka untuk bisa meloloskan diri Disamping itu diapun tidak tahu apakah Kho Beng sekalian berada disekitar situ atau tidaki maka sambil tertawa paksa katanya .

   "Terhadap kematian Thia huhoat, sesungguhnya kami turut bersedih Wati, tapi ilmu silat yang dimiliki sipelajar rudin Ho Heng kelewat tinggi, tak mungkin bagi kami untuk membantunya, oleh sebab itu terpaksa kami berangkat ke bukit Cian san untuk memberi laporan."

   Tang bok kong sebera mendengus dingin.

   "Darimana kalian tahu tentang bukit cian san?"

   Molim menjadi tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, tapi segera jawabnya .

   "Kami pernah mendengar pengakuan Thia huhoat yang konon berdiam di bukit Cian San. oleh karena itulah terpaksa kami datang kebukit Cian san untuk beradu nasib."

   "sipelajar rudin itu telah pergi kemana?"

   Tanya Tang Bok kong kemudian dengan suara dingin.

   "Dia telah pergi ke lembah hati Buddha, konon hendak mencari Bu wi lojin serta Hwesio daging anjing"

   Tang Bok kong sebera tertawa dingin.

   "Apalagi yang hendak kalian sampaikan?"

   Sambil berkata senjatanya kembali dipersiapkan, tampaknya ia sudah berniat untuk turun tangan lagi. selain itu selain itu. Molim jadi tergagap.

   "hingga sekarang Kho Beng masih belum tahu kalau kami telah menghianatinya, ia masih menganggap kami sebagai orang kepercayaannya, ini berarti kami dapat memperalat dirinya dan pelan-pelan berusaha untuk mencuri kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu"

   Tang Bok kong sebera mengulapkan tangannya seraya berkata .

   "Tidak usah dilanjutkan kata-katamu itu, terus terang saja aku katakan, siancu sudah bosan dengan cara yang membuang waktu seperti itu.."

   Kemudian setelah berhenti sejenaki bentaknya keras-keras .

   "Apalagi kau sudah tiada perkataan lain, hayo bersiap-siaplah untuk menerima kematian"

   Senjata panji kupu-kupunya digetarkan siap hendak menyerang tubuh Molim- Disaat yang kritis itulah, mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara nyaring "Tunggu sebentar"

   Menyusul suara bentakan itu tampak empat sosok bayangan menusia melayang turun dihadapan Tang Bok kong sekalian bertiga- Kehadiran bayangan manusia itu agaknya membuat Tang Bok kong, Liok Ci ang serta ong Thia n siang jadi tertegun, tapi buruburu mereka menjura seraya berkata .

   "Menjumpai Lengcu berempat"

   Ternyata yang datang adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu, serta Tang soat Lengcu berempat.

   Diantara keempat orang lengcu tersebut Molim sekalian pernah bertemu dengan ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu, diam-diam mereka merasa amat terperanjat-sementara itu Cun hong Lengcu telah maju beberapa langkah ke depan, lalu menegur.

   "Apakah mereka berempat adalah budak-budak asing dari Kho Beng?"

   "Benar"

   Sahut Tang Bok kong seraya menjura.

   "Kami telah bersiap-siap akan membunuh mereka semua, sebab secara tidak langsung Thia huhoat telah tewas ditangan mereka."

   Sambil memutar biji matanya buru-buru Molim maju ke depan, kemudian ujarnya seraya menjura dalam-dalam.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Lengcu berempat, sesungguhnya bukan begitu persoalannya"

   Cun hong Lengcu tertawa-tawa, bukan menjawab dia malah bertanya .

   "Tahukah kalian Kho Beng berada dimana sekarang?"

   Molim berpikir sejenaki kemudian sahutnya .

   "sekarang kami tidak tahu, tapi kami dapat segera mencarinya, kami percaya dalam waktu singkat akan berhasil kami temukan."

   "Bagus sekali."

   Cun hong Lengcu tertawa girang.

   "Nah, adikku bertiga bagaimana menurut pendapatmu? Menurut penilaianku merekalah pilihan yang paling ideal"

   Hee im Lengcu mengerling sekejap kearah Cun hong Lengcu serta Tang soat Lengcu, kemudian katanya sambil tersenyum.

   "Toaci adalah pimpinan dari keempat Lengcu, sudah sepantasnya bila toaci yang mengambil keputusan, siau moy sekalian tak ada pendapat lain.."

   Ucapan tersebut bernada mengumpak tapi bermaksud untuk mencuci tangan, kontan saja membuat Cun hong Lengcu berkerut kening, senyuman dinginpun segera menghiasi ujung bibirnya. sambil berpaling kearah Tang Bok kong sekalian, ia segera berkata .

   "Aku ingin mengajukan satu permohonan kepada huhoat bertiga, apakah kalian bertiga sudi memberi muka"

   Tang Bok kong agak tertegun, buru-buru sahutnya .

   "Bila anda mempunyai suatu permintaan utarakan saja secara terus terang, kami pasti akan mentaatinya."

   Cun hong Lengcu sebera tertawa .

   "Aku mempunyai kegunaan yang lain atas keempat orang budak asing ini, bagaimana kalau kalian serahkan saja orang-orang tersebut kepadaku?"

   "Kalau memang Lengcu bermaksud demikian, tentu saja ku akan mentaatinya. Cuma saja.."

   "Cuma saja kenapa?"

   Tukas Cun hong Lengcu sambil melotot.

   sekujur badan Tang Bok kong Nampak bergetar keras, buru-buru ujarnya dengan kepala tertunduk.

   "yang aku maksudkan bukan persoalan mereka bertiga, melainkan pembunuhan Thia huhoat yang sebenarnya yakni si pelajar rudin Ho Heng."

   Mendengar kata-kata itu, Cun hong Lengcu sekalian nampak terperanjat sekali. Hee im Lengcu segera menyela .

   "Aku dengar si pelajar rudin ini belum pernah meninggalkan kawasan Pat huang mengapa secara tiba-tiba ia bisa muncul didaratan Tionggoan."

   Padahal sederhana sekali jawabannya kata Ciu hoa Lengcu sambil tertawa dingin- "Mungkin dia cun mendengar kabar tentang kitab cusaka Thian goan bu boh sehingga bermaksud mencari bagian."

   Cun hong Lengcu mendengus dingin, sambil berpaling kearah Tang bok kong tanyanya .

   "Dimanakah dia sekarang?"

   Sambil menunjuk kearah Molim, Tang bok kong berkata .

   "Menurut pengakuan orang ini sipelajar rudin tersebut telah pergi ke lembah hati Buddha."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh .

   "Kalau dihitung sekarang berarti dalam lembah hati Buddha sudah terdapat Bu wi lojin, Hivesio daging anjing serta sipelajar rudin, tiga orang jago tangguh"

   Sambil mengkertak gigi Cun hong Lengcu menyela .

   "jangankan baru mereka bertiga, sekalipun terdapat tiga puluh orang atau tiga ratus orang pun akan kubuat mereka hancur berantakan dan tak seorangpun dibiarkan hidup"

   Lalu sambil mengulapkan tangannya kepada Tang Bok kong sekalian, ia berkata lagi.

   "Kalian boleh mengundurkan diri dari sini."

   Tang Bok kong saling berpandangan sekejap dengan Liok Ci ang serta ong Thian siang, kemudian sambil menjura mereka segera mengundurkan diri dari situ.

   sepeninggal ketiga orang pelindung hukum itu, Cun hong Lengcu mengawasi sekejap wajah Molim sekalian, lalu katanya sambil tertawa .

   "sebenarnya kalian pingin mati atau hidup?"

   Buru-buru Molim membungkukkan badan dalam-dalam seraya berkata .

   "sebenarnya maksud kedatangan kami kesini adalah untuk menyampaikan kabar, perkataan Lengcu barusan benar-benar membuat kami susah untuk menjawabnya."

   "Aku sengaja mengajukan pertanyaan tersebut kepadamu tak lain maksudku agar kalian mengetahui sampai dimana gawatnya keselamatan kalian. Bila kamu berempat berpikiran dua.sudah pasti kematian yang menimpa kamu semua bakal mengerikan sekali."

   "Kami tak ingin mati, berjanji akan melaksanakan perintah Lengcu dengan setia"

   "Apakah kau yakin bisa menemukan Kho Beng?"

   Tanya Cun hong Lengcu dengan suara dalam.

   "Kami yakin bisa menemukannya"

   Molim mengangguk.- "Bagus sekali"

   Cun hong Lengcu tertawa.

   "tapi aku hanya memberi waktu tiga hari kepada kalian, bila dalam tiga hari mendatang tetap tanpa berita, maka kalian semua akan kubunuh"

   Molim sebera menganggukkan kepalanya berulang kali.

   "Itu mah gampang dan lagi waktu tiga hari sudah lebih dari cukup buat kami, tapi apa yang harus kami perbuat setelah berhasil menemukan dirinya?"

   "Kalian cukup menyampaikan sebuah kabar kepadanya"

   "Waahi itu mah sangat gampang tapi apa yang mesti kami sampaikan?"

   "Katakan kepada Kho Beng bahwa encinya Kho yang ciu sudah disekap didalam gua pengikat cinta dibukit Cian san ini, dalam tiga hari mendatang dia akan dihukum mati, tapi dia bisa menyelamatkan jiwanya kalau mau. Asal datang dengan membawa kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut."

   "Akan.akan kuingat baik-baik pesan itu"

   Kata Molim kemudian tergagap. Tiba-tiba Hee im Lengcu berkata pula dengan suara dalam.

   "Katakan kepada Kho Beng, inilah kesempatan terakhir baginya untuk menyelamatkan cicinya, sebab bila sampai lewat tiga hari, besar kemungkinan dia Cuma akan bertemu denganjenasah Kho yang ciu"

   "Baik..baik,"

   Setelah hening sesaat, Cun hong Lengcu berkata lagi.

   "Asal dia telah memasuki daerah terlarang dari bukit ini, pasti ada orang yang akan menyambut kedatangannya, tapi Kho Beng harus bersikap hati-hati, kuharap dia jangan mempergunakan keselamatan cicinya sebagai barang taruhan, bila dia berani bermain gila, maka yang bakal mampus paling dulu adalah cicinya."

   Kemudian setelah tertawa terkekeh-kekeh, katanya lagi.

   "Nah, adikku bertiga, sekarang kita boleh pulang, sungguh tak disangka persoalan ini bisa dilaksanakan dengan lancar."

   Hee im Lengcu sekalian hanya mengangguk tanpa menjawab, mereka berempat segera membalikkan badan dan berjalan menuju kearah puncak bukit.

   sepeninggal keempat orang perempuan itu, Molim baru menyeka peluh dingin yang membasahi tubuhnya sambil berbisik dihati.

   "sungguh berbahaya, sungguh berbahaya.."

   "Dari keempat orang perempuan itu, aku kenal dua orang diantaranya.

   "kata Rumang sambil menghampirinya.

   "Mungkinkah mereka semua adalah anak buah dari Dewi In wn?"

   "ssst mereka adalah empat orang Lengcu"

   Bisik Molim- "Kepandaian silat yang dimiliki konon jauh lebih hebat daripada pelindung hukum, masih untung kita bisa menghadapi mereka secara baik, kalau tidaki waah bisa berbahaya sekali"

   "Apa yang mesti kita takuti?"

   Kata Rumang.

   "bukankah cukong serta Kakek Tongkat sakti mengikuti kita secara diam-diam? Andaikata benar-benar terjadi pertarungan, yang bakal sial adalah keempat orang perempuan tersebut."

   "Tapi hingga detik ini aku tak mendengar pesan cukong lewat ilmu menyampaikan suara, aku kuatir cukong tidak ikut datang kemari.

   "

   Kata Molim sambil celingukan kesekeliling tempat itu. Mendadak terdengar Kho Beng berkata sambil tertawa ringan "Kalian kelewat mengkuatirkan soal itu padahal tak sedetikpun kutinggalkan semua."

   Tatkala Molim sekalian berpaling kearah sumber suara tersebut, tampak Kho Beng, Chin sian kun serta Kakek Tongkat sakti sedang berjalan keluar dari balik pepohonan.

   Ternyata selama ini mereka bertiga bersembunyi hanya tiga kaki dari area, tapi kenyataannya Tang Bok kong serta keempat Lengcu sekalian tidak mengetahui akan kehadirannya.

   Buru-buru Molim maju kedepan memberi hormat katanya .

   "oooh cukong, hamba sekalian hampir mati saking cemas dan kuatirnya"

   Kakek Tongkat sakti segera mengulapkan tangannya seraya berkata .

   "Aku rasa tempat ini bukan suatu daerah yang aman, lebih baik kita mencari tempat yang lain untuk berbincang-bincang"

   Kho Beng dan chinsian kun segera mengangguki maka merekapun mengajak Molim sekalian meninggalkan tempat tersebut menuju kekaki bukit.

   Lebih kurang lima li kemudian sampailah mereka disebuah bukit, meskipun bukit tersebut tidak terlalu tinggi, namun bisa melihat keadaan disekitarnya dengan jelas-sambil menunding keatas Kakek Tongkat sakti berkata .

   "Tempat diatas sana merupakan tempat yang amat strategis, mari kita berbincang-bincang diatas sana."

   Dia segera menggerakkan badannya dan berangkat lebih dulu menuju ke atas puncak bukit itu. setibanya diatas puncaki dengan wajah serius dan amat berat Kho Beng menatap Molim sekalian seraya berkata.

   "Kalian tak perlu menjelaskan lagi, semua pembicaraan yang berlangsung tadi telah kudengar dengan terang.."

   "Tampaknya perubahan yang terjadi bertambah serius, cukong harus mencari akal yang bagus untuk menanggulangi persoalan ini."

   "soal ini aku mengerti,"

   Tukas Kho Beng.

   "

   Tapi kalian., lebih baik pulang dulu ke lembah hati Buddha dan menunggu kedatanganku di situ."

   "Cukong hendak menyuruh kami pergi ke lembah hati Buddha?"

   Tanya Molim sambil berkerut kening.

   "ya a, kita harus pergi ke lembah hati Buddha,"

   "

   Bagaimana dengan cukong sendiri?"

   Seru Rumang pula dengan mata melotot-Hapukim tak mau kalah dan berseru juga- "Kami sudah bertekad akan mengikuti cukong, bila cukong hendak berangkat ke lembah hati Buddha, maka kami pun turut ke sana, bila cukong tak pergi, kami pun tak akan kesitu."

   "Kalian semua toh sudah mengetahui,"

   Kata Kho Beng serius- "Aku hanya di beri waktu selama tiga hari, dalam tiga hari ke depan aku harus berupaya sedapat mungkin untuk menyelamatkan ciciku."

   Kemudian setelah berhenti sejenaki terusnya lagi.

   "Disamping itu, aku menyuruh kalian pergi ke lembah hati Buddha tak lain adalah demi memikirkan keselamatan kalian semua,"

   Sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, Molim berkata .

   "sekalipun keselamatan jiwa cici cukong amat berbahaya, tapi kepergian cukong jauh lebih berbahaya lagi, aku rasa lebih baik,."

   Tiba-tiba ia berhenti bicara dan tidak melanjutkan lagi katakatanya . Kho Beng sebera mendengus dingin.

   "Lebih baik kenapa?"

   Setelah tertawa rikuh, Molim berkata .

   "Andaikata cukong telah hapal dengan isi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh itu, lebih baik diserahkan saja kepada mereka"

   "Tidak bisa"

   Tukas Kho Beng sambil tertawa dingin.

   "Isi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut adalah gambar-gambar petunjuk yang tak boleh keliru barang sedikitpun, kenapa aku mesti serahkan kepada mereka? Dan lagi masih ada dua sebab lain yang jelas tak mungkin bisa kuserahkan kitab tersebut kepada mereka,"

   "

   Sebab apakah itu?"

   Tanya Molim sambil tertawa getir.

   "Kesatu, Dewi In Un adalah mush besar ku yang paling tangguhi diapun merupakan bibit bencana bagi umat persilatan, baik untuk kepentingan umum maupun kepentingan pribadi, aku tak bisa menyerahkan kedua lembar kunci tersebut kepadanya sehingga dia bisa menyelesaikan pelajaran ilmu silatnya, kedua, sekalipun aku benar-benar menyerahkan kedua lembar kitab pusaka tersebut, mereka belum tentu akan benar-benar membebaskan ciciku dengan begitu saja.

   "

   "Kalau memang begitu, cukong lebih-lebih tak boleh pergi menyerempet bahaya,"

   Seru Molim semakin cemas.

   "lebih baik kita undang datang Bu wi lojin, hwesio daging anjing serta pelajar rudin Ho Heng dan Kim bersaudara sekalian. Dengan kekuatan yang besar berarti kemungkinan selamatpun semakin besar pula."

   "ya betul"

   Sambung Mokim cepat.

   "cukong toh bisa berkunjung ke Siau lim si dan meminta para hwesio siau lim si untuk menghimpun kekuatan dari pelbagai partai lainnya agar bersama-sama mengepung bukit Cian san ini"

   Kho Beng sebera mendengus dingin.

   "Kenapa sih kalian begitu bawel? Apakah kuatir aku tertimpa musibah sehingga tak ada orang lain yang bisa mengurutkan nadi kalian lagi?"

   Merah padam selembar wajah Molim sekalian karena jengah, agak tergagap segera katanya.

   "Harap cukong jangan salah paham-"

   Dengan suara dalam Kho Beng seoera berseru.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kalian dengarkan baik-baiki semua persoalan yang telah kuputuskan tak bisa ditawar lagi, kusuruh kalian pergi kelembah hati Buddha, lebih baik kalian menurut saja."

   "

   Kami seaera mentaati perintah"

   Kata Molim segera. Dengan suara dingin kembali Kho Beng berkata .

   "seandainya nasib ku jelek dan tewas dalam peristiwa ini, paling tidak toh masih ada si pelajar rudin Ho Heng yang bisa mengurutkan nadi kalian, tak mungkin dia akan membiarkan kalian mampus secara mengenaskan."

   Rumang nampak agak tertegun, kemudian serunya .

   "Tapi tua Bangka itu berwatak jelek, andaikata dia menolak untuk mengurutkan nadi kami, bukankah urusan menjadi berabe-"

   "andai kata sampai demikian, anggap saja nasib kalian memang lagi sial"

   Tukas Kho Beng segera. Kemudian setelah berhenti, katanya lagi.

   "sebetulnya kalian mau pergi atau tidak?"

   "Pergi, pergi,"

   Sahut Molim terkejut.

   "semoga cukong baik-baik menjaga diri, hamba akan segera berangkat"

   Secara beruntun dia mundur tiga langkah sambil memberi tanda kepada rekan-rekannya, tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuh mereka berempat telah lenyap dibalik kegelapan sana.

   sepeninggal keempat orang itu, sambil menghela napas Kho Beng segera berpaling kearah Chin sian kun, seraya berkata .

   "Nona Chin, bersediakah kau untuk membantu aku mengerjakan sesuatu."

   "

   Tidak bersedia"

   Chin sian kun menggeleng. sementara Kho Beng masih tertegun, dengan agak emosi Chinsian kun telah berkata lagi.

   "Kho kongcu, kau tak usah menggunakan akal untuk mengusirku pergi, setelah aku bertekad menemanimu untuk menanggulangi persoalan ini, tak nanti aku akan meninggalkan dirimu dalam keadaan demikian"

   "

   Tapi-"

   Kho Beng menghela napas panjang. Kembali Chin sian kun menggoyangkan tangannya berulang kali, menukas perkataannya yang belum selesai.

   "Aku cukup memahami maksud hatimu, mungkin aku memang tak bisa membantu dirimu malah sebaliknya akan menjadi beban untukmu, tapi kau sendiri harus tahu, dalam suatu pertarungan belum tentu hanya ilmu silat yang diandalkan, paling tidak aku toh bisa memberikan ide atau akal lain."

   "Nona, aaai..kalau toh tekadmu sudah bulat, aku. .a ku hanya bisa mengucapkan terima kasih.."

   Chin sian kun tertawa .

   "Bila kau berpendapat bahwa kita harus menanggulangi kesulitan ini secara bersama, rasanya sepatah kata terima kasih pun sudah terlalu berlebihan.."

   "Bagaimana terhadap diriku? Apakah kaupun hendak mengusirku pergi dari sini?"

   Sambung Kakek Tongkat sakti secara tiba-tiba sambil tertawa terkekeh-kekeh. Kho Beng tertawa getir.

   "Boanpwee tak berani berbuat demikian, tapi..bukankah cianpwee sedang berusaha untuk mencari Thian cun yang cianpwee? Aku rasa cianpwee tak perlu membuang waktu lagi." (Bersambung ke

   Jilid 28)

   Jilid 28

   "Aaah, apa maksud perkataanmu itu?"

   Ucap Kakek Tongkat Sakti sambil tertawa.

   "bukankah sama saja kau hendak mengusirku pergi dari sini?"

   Merah padam selembar wajah Kho Beng.

   "Harap cianpwee tangan salah paham."

   Kakek Tongkat Sakti menggeleng.

   "Berbicara secara sejujurnya saja, jangan lagi kau pergi seorang diri, sekalipun ada aku yang menemanimu pun mungkin kepergian kita ibarat menimpuk anjing dengan bakpao isi daging, sekali pergi tak bakal kembali lagi."

   "Tapi boanpwee tak akan berpikir sampai kesitu."

   Kata Kho Beng sambil menggigit bibir.

   "aku tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan ciciku terancam bahaya."

   "ya, tentu saja kau harus memikirkan keselamatan jiwanya."

   Kakek Tongkat Sakti mengangguk.

   "tapi bagaimana pun juga, setiap tindakan harus melalui perencanaan yang matang lebih dulu. Paling tidak kita harus mempunyai pegangan sebesar tujuh bagian sebelum berangkat."

   Kho Beng berkerut kening.

   "Tapi aku tak mempunyai waktu yang cukup, mereka hanya memberi batas waktu tiga hari kepadaku, rencana apapun yang hendak dipersiapkan, aku rasa sudah tak akan sempat lagi."

   "aku tidak sependapat denganmu."

   Kata Kakek Tongkat Sakti sambil menggeleng.

   "batas waktu tiga hari Cuma akal-akalan mereka demi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut, mungkin untuk menunggu selama tiga tahun pun mereka akan sabar menanti.

   "Kho Beng agak tertegun, tiba-tiba dia memberi hormat kepada kakek itu sambil berkata "Walaupun cianpwee berjiwa kesatria dan ringan tangan, mengapa kau begitu berhasrat hendak membantu boanpwee?"

   Kakek Tongkat sakti tertawa.

   "Masa kau belum tahu apa tujuanku pergi mencari Thian cun yang?"

   "Boanpwee mengerti, tapi cianpwee pun harusnya mengetahui akan maksud tujuan kepergianku kali ini hanya bertujuan menolong ciciku dari bahaya maut, persoalan ini merupakan urusanku sendiri, karenanya boanpwee tidak berharap cianpwee turut menyerempet bahaya."

   Berkilat sepasang mata si Kakek Tongkat sakti, katanya kemudian.

   "Paling tidak aku masih mempunyai dua alasan, pertama ditinjau dari kehadiran orang-orang tadi, aku telah membuktikan bahwa Dewi In Un adalah seorang anggota partai kupu-kupu. Kedua, kau adalah ahli waris dari kitab pusaka Thian goan bu boh, lagipula merupakan keturunan dari sahabat karib Bu wi lojin, malah kemungkinan besar beban berat untuk menanggulangi bencana besar yang menimpa dunia persilatan akan terletak dibahumu, coba bayangkan sendiri, disaat kau sedang menghadapi bahaya, apakah aku mesti berpeluk tangan belaka?"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .

   "yang seharusnya kita bicarakan sekarang adalah bagaimana caranya menyusup masuk ke sarang iblis dan bagaimana caranya menyelamatkan encimu, soal-soal yang lain lebih baik jangan kita bicarakan dulu sementara waktu."

   Dengan wajah murung dan amat gelisah, Kho Beng berkata .

   "Boanpwee sendiripun tidak berhasil mendapat cara yang lebih baik lagi untuk menghadapi persoalan ini, sebetulnya aku berniat menyerempet bahaya dengan mendatangi serangan mereka seorang diri, tapi sekarang.

   "

   Dia menghela napas dan berhenti berbicara.

   "Bila kau sampai berbuat demikian, maka tindakanmu itu merupakan perbuatan bodoh-"

   Ucap Kakek Tongkat sakti dengan wajah serius.

   "kau harus tahu, setelah mereka berani menyuruh Molim sekalian menyampaikan kabar tersebut kepadamu, berarti mereka pasti telah mempersiapkan perangkap yang amat kuat disekitar sana, apabila cicimu masih berada dalam cengkeraman mereka, kau lebih tak boleh kehilangan posisi yang menguntungkan, selain itu aku lihat Lengcu atau pelindung hukum mereka tak boleh dipandang enteng, oleh sebab itu, aku rasa kita tak boleh bertindak secara gegabah."

   Kho Beng segera menggertak gigi menahan gejolak emosi didalam hatinya, ia berkata kemudian.

   "Ditinjau dari kesemuanya ini, aku dapat mengambil kesimpulan kalau Dewi In un pasti berada didalam gua pengikat cinta ini, siluman perempuan itu adalah musuh besar pembasmi keluarga Kho kami"

   "Jangan sekali-kali kau bekerja menuruti emosi"

   Hibur Kakek Tongkat sakti dengan tenang.

   "ketahuilah persoalan ini tak bisa diselesaikan secara terburu nafsu."

   "Apakah petunjuk cianpwee didalam masalah ini?"

   Pinta Kho Beng kemudian dengan kening berkerut.

   "apa yang mesti boanpwee lakukan sekarang?"

   Kakek Tongkat sakti jadi tertegun untuk berapa saat, bisiknya agak tergagap.

   "Tentang soal ini..."

   Tapi sampai setengah harian lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun, sebab didalam kenyataannya persoalan ini memang suatu masalah yang susah diatasi.

   Tiba-tiba Chin sian kun berkata .

   "aku mempunyai sebuah pendapat yang baik, apakah boleh kuutarakan keluar.."

   "Nona Chin, bila kau mempunyai sesuatu pendapat silahkan saja diutarakan keluar,"

   Seru Kho Beng cepat. Kakek Tongkat sakti pun tersenyum.

   "yaa, biasanya pikiran dan perasaan anak wanita memang jauh lebih tajam dan seksama . cepat utarakan keluar.

   "

   Setelah tertawa, Chin sian kun berkata .

   "Terlepas apakah Dewi In Un merupakan anggota partai kupukupu atau bukan, paling tidak dia pasti mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan partai kupu-kupu bukan?"

   "yaa, ini sudah pasti"

   Kakek Tongkat sakti mengangguk- "Cianpwee pasti banyak mengetahui tentang peristiwa yang terjadi pada seratus tahun berselang, tahukah cianpwee apakah pihak partai kupu-kupu mempunyai hubungan yang akrab dengan seseorang?"

   Kakek Tongkat sakti termenung berapa saat lamanya, mendadak ia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak- Kho Beng jadi keheranan, buru-buru tanyanya .

   "Cianpwee, kenapa kau tertawa bergelak?"

   Kakek Tongkat sakti tidak menjawab pertanyaan Kho Beng, sambil menatap wajah Chin sian kun ujarnya .

   "yaa, memang terbukti pikiran dan perasaan wanita jauh lebih teliti, aku sudah dapat menduga apa yang sedang kaupikirkan "

   "Cianpwee tahu apa yang sedang kupikirkan?"

   Ucap Chin sian kun sambil tertawa.

   "Bukankah kau hendak mempergunakan hubungan akrab antara pihak partai kupu-kupu dengan seseorang yang dikenalnya dulu untuk menyelesaikan persoalan ini, karena kau merasa Dewi In un pasti mempunyai hubungan yang akrab dengan pihak partai kupukupu?"

   "Cianpwee, kalau kudengar dari gelak tertawa mu barusan, apakah kau pun telah berhasil mengingat orang tersebut?"

   "Betul"

   Kakek Tongkat sakti mengangguk.

   "Aku memang sudah teringat dengan seseorang, orang tersebut masih terhitung sahabat karib dari ui Thian it, ketua partai kupukupu yang tewas ditangan tiga dewa tempo dulu. orang itu bernama Kong ci cu, orang lain menyebutnya sebagai si naga terbang dari see ih. Disaat ui Thian it melangsungkan pertarungan seru melawan tiga dewa tempo hari, Kong ci cu yang mendapat kabar segera menyusul ketempat kejadian, sayang kedatangannya terlambat selangkah, ketika ia tiba disitu, ui Thian it sudah tewas dibawah tebing berduka hati"

   Setelah menghela napas panajng, katanya lebih jauh .

   "Kong ci cu lah yang membereskan jenasah Ui Thian it serta membawanya pulang, konon peristiwa tersebut pernah menjadi bahan pembicaraan yang paling hangat dalam dunia persilatan waktu itu."

   Chin sian kun berpikir sejenak, kemudian tanyanya .

   "aku rasa si naga terbang dari see ih Kong ci cu tentunya sudah lama meninggal dunia bukan?"

   Kakek Tongkat sakti manggut-manggut - "Pada seratus tahun berselang ia telah berusia tujuh delapan puluh tahunan, kini seratus tahun telah lewat, masa dia belum juga mati? Tentu saja jiwanya telah lama berakhir-"

   "Apakah orang partai kupu-kupu mengetahui tentang kematian Kong ci cu ini?"

   Kembali Kakek Tongkat sakti tertawa .

   "sejak peristiwa berdarah ditebing hati duka, partai kupu-kupu sudah tiada kabar beritanya lagi, apakah mereka mengetahui akan kematian Kong ci cu atau tidak kurang jelas, tapi bagi diriku justru mengetahui soal kematian Kong ci cu tersebut dengan jelas sekali-"

   "entah apa yang menyebabkan kematiannya?"

   Tanya Chin sian kun dengan perasaan gembira.

   "Dia mati karena sakit."

   Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.

   "Peristiwa itu terjadi lebih kurang sepuluh tahun setelah peristiwa berdarah di tebing hati duka, tapi kematiannya tidak diketahui oleh siapa pun sebab seorang pelayan tua dan seorang bocah muda yang hidup bersamanya telah bunuh diri pula setelah kematiannya itu"

   "Kalau toh soal kematiannya tidak diketahui orang lain, dari mana cianpwee bisa mengetahui akan persoalan ini?"

   Kakek Tongkat sakti tertawa misterius.

   "yang mengubur mereka bertiga juga seorang sahabat dari tingkatan ayahku, sedang diapun akhirnya mati ditempat pengasingan, itulah sebabnya kecuali aku seorang mungkin tiada orang kedua yang mengetahuinya."

   Chin sian kun termenung sambil berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Entah bagaimanakah perawakan tubuh serta wajah dari sinaga terbang dari see ih Kong Ci cu?"

   Kakek Tongkat sakti memandang sekejap kedua orang yang berada dihadapannya lalu ujarnya sambil tertawa.

   "Persoalan ini sangat kebetulan sekali, walaupun perawakan badan si naga terbang dari see ih tidak terhitung tinggi besar, namun tidak seceking diriku ini, aku rasa Kho sauhiaplah yang paling cocok untuk memerankan dirinya, sedang seorang pelayan tua dan bocah muda dari Kong ci cu tampaknya harus diperankan oleh nona dan aku"

   Meskipun rencana ini sangat bagus, tapi cianpwee telah melupakan satu persoalan"

   Kata Chin sian kun sambil menggelengkan kepalanya, keningnya Nampak berkerut kencang.

   "Apa yang kulupakan?"

   Tanya Kakek Tongkat sakti tertawa- "Cianpwee harus ingat bahwa peristiwa itu terjadi seratus tahun berselang, raut tampang mereka tak akan seperti wajahnya para sahabat yang lalu-"

   "Tentu saja"

   Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.

   "mana mungkin aku melupakan persoalan ini, tapi hal semacam itu masih bisa ditutupi."

   Dengan suara lirih dia segera membisikkan sesuatu kepada Chin sian kun dan Kho Beng. selesai mendengar bisikan itu, Kho Beng berdua segera tersenyum dan manggut-manggut. Kembali Kakek Tongkat sakti memutar biji matanya sambil berkata lagi.

   "Hayo berangkat, mungkin kita harus kerja keras seharian penuh, ketahuilah benda-benda tersebut tidak mudah untuk dibuat."

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Diiringi sekulum senyuman yang misterius, berangkatlah ketiga orang itu meninggalkan bukit Cian san.

   Didalam gua pengikat cinta bukit Cian san, cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta tang soat Lengcu sekalian berempat sedang berdiri didepan Dewi In Un dengan sikap yang sangat hormat.

   Dua orang nenek berbaju perlente berdiri dikedua belah samping Dewi In Un dengan wajah yang serius, persis seperti dua buah patung batu.

   Disamping itu masih terdapat dua puluhan orang dayang berbaju ringkas yang berdiri dikedua belah sisi arena, suasana terasa amat serius dan seram, setelah memberi hormat, Cun hong Lengcu berkata .

   "suhu, tecu sekalian telah melaksanakan semua pekerjaan sesuai dengan petunjuk suhu"

   "Hmmm, apa saja yang telah kalian kerjakan?"

   Dengus Dewi In Un.

   "semua jalan darah ditubuh Kho Yang ciu telah kami totok, kini dia dirantai diatas kursi batu, selain itu ditempat kegelapan.,"

   Setelah menunjukkan senyuman bangga, lanjutnya .

   "Didalam maupun diluar ruangan tecu telah menyiapkan jebakan yang berlapis-lapis, setiap perangkap yang kupersiapkan rasanya sudah lebih dari cukup untuk mengubah mereka kakak beradik dua orang menjadi perkedel."

   Paras muka Dewi In Un tetap dingin kaku tanpa perubahan emosi, katanya hambar.

   "yang perlu kalian perhatikan adalah kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh itu"

   "soal ini suhu tak perlu kuatir,"

   Cun hong Lengcu segera tertawa.

   "tentu saja kami akan berusaha untuk mendapatkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh lebih dulu sebelum berusaha melenyapkan kedua bibit bencana ini dari muka bumi"

   "Dengan cara apa kalian menyampaikan berita tersebut kepada Kho Beng?"

   Sungguh kebetulan sekali kata Cun hong Lengcu dengan bangga.

   "sewaktu dalam perjalanan menuruni bukit Cian san tadi, telah bertemu dengan keempat budak asing dari Kho Beng, kami memberi batas waktu tiga hari kepada Kho Beng untuk datang kemari menukar cicinya dengan kedua lembar kitab pusaka tersebut."

   Dewi In Un berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Aku dengar Kho Beng adalah seorang pemuda yang sangat licik dan banyak akal muslihatnya, mungkinkah dia akan datang memenuhi janji tepat pada waktunya?"

   Hee im Lengcu segera menyahuti.

   "Menurut apa yang tecu ketahui, Kho Beng pasti akan datang-"

   Dewi In Un segera mengerling sekejap kearahnya .

   "Atas dasar apa kau berani berkata begitu meyakinkan?"

   Sambil tertawa paksa Hee im Lengcu berkata .

   "Kho Beng adalah seorang yang amat perasa, terutama sekali terhadap saudara kandungnya sendiri, Ia menaruh perhatian yang amat khusus- Apabila la mendapat kabar yang menyatakan bahwa cicinya menjumpai kesulitan disini, biarpun dia tahu bakal mati namun ia pasti akan datang juga."

   "Heeeheee- h eeee- memang inilah kelemahan manusia,"

   Seru Dewi In Un sambil tertawa terkekeh-kekeh.

   "kalian harus mempergunakan nya secara baik-baik,"

   Tapi sejenak kemudian paras mukanya telah berubah hebat, dengan suara mendalam dia menambahkan.

   "Tapi bila usaha kali ini tidak berhasil, maka kalian berempat bakal menerima hukuman yang cukup berat."

   Keempat orang lengcu itu segera merasakan hatinya bergetar keras, paras mukanya berubah hebat, tapi hanya sebentar. Dalam waktu singkat mereka telah memperoleh ketenangannya kembali. sambil tertawa paksa Cun hong Lengcu segera berkata .

   "suhu tak usah kuatir, kali ini tiada kemungkinan untuk menderita kegagalan, tanggung kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh itu akan kita peroleh."

   Dengan sikap hambar Dewi In Un manggut-manggut.

   "semoga saja usaha kalian berhasil dengan sukses, untuk mencapai keberhasilan ini kalian boleh menggunakan semua kekuatan yang berada disini- selain daripada itu, dalam menghadapi situasi dan keadaan seperti apapun, setiap saat kalian harus memberi laporan kepadaku"

   "Tecu turut perintah"

   Keempat orang Lengcu itu menyahut serentak dengan sikap menghormat. Agaknya Dewi In Un merasa puas, dia menguap lalu sambil mengulapkan tangannya, ia berkata.

   "sekarang kalian boleh mengundurkan diri dari sini"

   Keempat orang Lengcu itu bersama-sama memberi hormat lalu mengundurkan diri.

   yang disebut sebagai kamar penjara di dalam gua pengikat cinta tak lebih hanya berupa sebuah gua yang belum pernah dibenahi- Disana sini ruangan gua terdapat banyak batu granit yang mencuat kesana kemari, tapi dasar tanah amat datar, dibagian tengah terdapat sebuah kursi batu, kursi itu terbuat dari tonjolan batu karang yang mencuat keatassaat itu Kho yang ciu didudukkan pada kursi tersebut dan dirantai dengan sebuah rantai raksasa sebesar lengan bocah- Padahal sekalipun tak dirantai, Kho yang ciu tak mampu lagi menggerakkan badannya, sebab bukan saja seluruh jalan darahnya telah tertotok, lagipula ia telah dicekoki cairan beracun yong luo ih yang mempunyai khasiat membuyarkan tenaga- Peredaran darah yang tidak lancer membuat keadaan gadis tersebut tak ubahnya seperti seorang penyakitan yang hampir sekarat, bentuk rupanya telah berubah menjadi amat mengenaskan.

   suasana dalam gua gelap gulita tanpa cahaya, lembab lagi gelap, berada ditempat seperti ini tak ubahnya seperti berada didalam neraka.

   Tapi diluar maupun didalam gua tersebut, terutama pada bagian yang gelap dan tersembunyi, secara diam-diam sudah dilengkapi perangkap yang berlapis-lapis, diantaranya meliputi panah beracun, uap beracun dan jebakan yang mengerikan.

   Kini Kho yang ciu telah mendusin dari pingsannya, namun seluruh jalan darahnya yang tertotok membuat ia tak mampu ergerak, tak mampu pula bicara, kecuali benaknya yang dipenuhi pelbagai persoalan yang pelik, pada hakekatnya keadaan nona tersebut tak berbeda seperti sesosok mayat.

   Namun perasaan sedih dan menyesal yang mencekam perasaannya tak terlukiskan lagi dengan perkataannya, dia menyesal mengapa tidak menurui nasehat dari adiknya Kho Beng yang sudah berhasil membongkar identitas mereka yang sebenarnya ketika masih berada di perkampungan ciu hong san ceng tempo hari, malah sudah berulang kali adiknya membujuk serta menasehatinya.

   Tapi-mengapa ia tak mau tahu dan belumjuga mau sadar? sekali salah melangkah, menyesal sepanjang masa, walaupun ia merasa menyesal sekali tapi sayang keadaan sudah terlambat.

   Ia sama sekali tak takut mati, tapi dendam sakit hatinya belum terbalas.

   sedangkan diapun akan mati ditangan musuh besarnya, inilah yang membuat ia mati tak meram.

   Disamping itu dia pun teringat kembali dengan adiknya Kho Beng, diapun cukup memahami tujuan yang sebenarnya Dewi In Un menyekap dirinya disitu, sudah pasti dia akan dijadikan umpan untuk memancing kedatangan Kho Beng guna menyerahkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut.

   Ia pun sadar, demi keselamatan jiwanya, Kho Beng pasti tak akan memperdulikan segala sesuatunya untuk datang menyelamatkan jiwanya, apabila keadaan seperti ini sampai terjadi, bukankah dialah yang telah mencelakai adiknya? Teringat akan dendam berdarah dari keluarga Kho yang belum sempat terbalas, teringat pula Kho Beng adalah satu-satunya keturunan keluarga Kho, andai kata gara-gara keteledoran sendiri menyebabkan kematian Kho Beng, apakah dia masih punya muka untuk bertemu dengan arwah orang tuanya dialam baka? Berpikir sampai disitu, tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran, satu-satunya yang diharapkan sekarang adalah berharap agar adiknya tidak menyerempet bahaya.

   Namun dia pun tahu, keadaan seperti ini hampir boleh dibilang tak mungkin, sebab dia cukup memahami perasaan dan tabiat adiknya, dia pasti akan datang untuk menolongnya apapun yang bakal terjadi-Mendadak-.

   Disaat pikirannya sedang melayang entah kemana saja, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang.

   Dengan paksakan diri Kho yang ciu membuka matanya, tapi apa yang kemudian terlihat membuat darahnya terasa mendidih, sepasang matanya berapi-api dan hampir saja melotot keluar.

   Ternyata yang datang adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.

   Dengan langkah yang santai keempat orang itu berjalan masuk kedalam ruangan.

   Kho yang ciu tak mampu bergerak, tak mampu pula bicara, satusatunya yang bisa diperbuat olehnya hanya menunjukkan rasa benci dan dendamnya yang merah membara itu kelihatan berapi-api seperti mau melompat keluar.

   setibanya dihadapan Kho yang ciu, Hee im Lengcu segera menyapa sambil tertawa .

   "Adik Kho, maaf sekali yaa aku telah membuatmu sangat menderita"

   Sedemikian benci dan dendamnya Kho yang ciu ketika itu, mungkin kalau dapat dia hendak menggigit daging mereka mentahmentah, tapi sekarang yang dapat diperbuat olehnya hanya duduk tak berkutik seperti patung. Pelan-pelan Hee im Lengcu berkata lagi.

   "Walaupun aku merasa rada tak tega, tapi.yaa apa boleh buat lagi? Padahal manusia hidup seabad pun akhirnya akan mari juga, hanya sekarang kau mati lebih awal saja."

   Cun hong Lengcu tertawa sambungnya pula .

   "Disaat ajalmu hampir tiba, kau masih bisa bertemu kembali dengan adikmu, hitung-hitung anggaplah kebaikan ini sebagai balas jasa kami terhadapmu mengingat dulu pernah menjadi saudara sendiri."

   Lalu setelah memutar biji matanya dengan genit, dia berkata lebih lanjut.

   "Aku rasa tidak sampai tiga hari kemudian, ia pasti sudah menyusul kemari."

   "Tapi sayang,"

   Cun hong Lengcu menambahkan sambil tertawa.

   "Disaat kalian kakak beradik saling bersua, saat itulah ajal kalian akan tiba.-haaaahhhaaaahhhh."

   "Keluarga besar kalian telah mati semua,"

   Kata Tang soat Lengcu.

   "sebenarnya kalau kamu berdua kakak beradik harus hidup sendirian didunia ini, aku rasa juga tak ada artinya. Lebih baik mati saja bersama- Toh, semua persoalan akan beres pula dengan sendirinya,"

   Sambil tersenyum Cun hong Lengcu, berkata lagi.

   "Tapi kalian tak usah kuatir, kami tak bakal menyia-nyiakan kalian dengan begitu saja, bila kau telah mati semua, kami pasti akan membuat upacara penguburan yang megah dan mengubur kalian dengan batu marmer sebagai nisan."

   Begitulah keempat orang Lengcu itu saling berebut bicara, tapi setiap perkataan yang diucapkan bagaikan sebilah pisau tajam yang menghujam didada Kho yang ciu dalam-dalam.

   Ditinjau dari pembicaraan mereka berempat, Kho yang ciu pun dapat memahami siasat busuk dibalik kesemuanya itu, rupanya mereka sedang menipu Kho Beng untuk datang kesana.

   sementara dia masih termenung, terdengar cun hong Lengcu berkata sambil tertawa .

   "Pemeriksaan telah usai, mari kita pergi dari sini"

   Hee im Lengcu sekalian mengiakan, pelan-pelan mereka membalikkan badan dan berjalan keluar dari gua. setelah berada diluar, cun hong Lengcu memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu serunya .

   "Adikku bertiga "

   "Ada apa toaci?"

   Hee im Lengcu segera bertanya, sambil menghela napas, Cun hong Lengcu berkata .

   "Tiba-tiba saja timbul perasaan kuatir didalam hatiku."

   "Bukankah persiapan kita sangat rapi dan luar biasa rapatnya? Apalagi yang toaci kuatirkan?"

   Tanya Ciu hoa Lengcu keheranan.

   Pelan-pelan cun hong Lengcu berkata .

   "Mungkin saja perasaan ini timbul disebabkan masalah yang kita tangani kelewat penting, kita tak boleh gagal tentunya kalian masih ingat dengan perkataan suhu bukan? Andaikata sampai terjadi halhal yang tak diinginkan,"

   Sambil menghembuskan napas panjang dia segera berhenti berbicara, Perasaan dan pikiran Hee im Lengcu sekalian pun berubah menjadi berat dan serius, sebab mereka tahu apa yang telah dikatakan Dewi In Un selalu dapat dilaksanakan dan menjadi kenyataan, andaikata usaha mereka kali ini mengalami kegagalan total, dapat dipastikan hukuman yang berat serta nasib yang kelak akan menimpa mereka semua.

   Untuk beberapa saat lamanya keempat orang itu menjadi terbungkam dan tidak berbicara lagi.

   Akhirnya Cun hong Lengcu mendongakkan kepalanya sambil berkata lebih lanjut.

   "agar usaha kita kali ini tak sampai menderita kegagalan, kita wajib mengambil suatu tindakan yang cukup gratis"

   "Maksud cici? Bukankah penjagaan kita cukup ketat? Tindakan apa lagi yang hendak toaci lakukan?"

   Sela Hee im Lengcu Li sian soat.

   "Pertama, kta berempat bakal berjuang lebih berat dan sengsara lagi, selama tiga hari ini setiap malam kita harus melakukan penjagaan bersama disini- Kedua, kita pun harus mengajukan permohonan yang lain kepada suhu.

   "

   "Permohonan apa?"

   "Biarpun suhu telah menyanggupi permintaan kita mempergunakan anak buahnya sekehendak hati, tapi aku rasa hal tersebut tidak meliputi kedua pendamping utamanya yakni Nenek penunjang langit serta Nenek perata bumi?"

   "Tentu saja. Nenek penunjang langit dan Nenek perata bumi adalah orang yang melindungi keselamatan suhu, tak setengah jengkal tanah pun mereka meninggalkan beliau."

   "ya a, berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa kita harus mengalihkan perhatian kepadanya, asal kedua orang itu bisa kita gunakan tenaganya untuk menyamar sebagai pelindung Kho yang ciu, sudah pasti tiada kegagalan yang mungkin terjadi"

   "Cara ini memang bagus, tapi apakah suhu bakal mengabulkannya?"

   Tanya Li sian soat denga kening berkerut. Dengan keyakinan yang amat besar Cun hong Lengcu menyahut.

   "Demi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh, demi melenyapkan kedua keturunan terakhir dari keluarga Kho, kemungkinan besar suhu akan mengabulkan permintaan kita?"

   "Perkataan toaci memang benar"

   Li sian soat mengangguk pula.

   "mari kita pergi memohon kepada suhu"

   Maka secara berurutan berangkatlah keempat orang Lengcu tersebut meninggalkan tempat itu.

   -ooo00000oooo- Ditinjau dari luar, puncak bukit Cian san masih tetap kelihatan gundul lagi gersang, tak ubahnya seperti bukit gersang yang tak berpenghuni, namun dalam kenyataannya situasi disitu amat tegang dan serius.

   Namun hari pertama lewat dengan begitu saja, sampai hari kedua lewat pun Kho Beng belum tampak batang hidungnya.

   Keempat Lengcu dibawah pimpinan Dewi In Un mulai gelisah bagaikan semut berada dikuali panas, pada mulanya mereka kuatir usaha tersebut akan mengalami kegagalan total, dan kini kuatir Kho Beng tak akan datang memenuhi janji- Kini senja hari ketiga pun sudah lewat, tampaknya batas waktu selama tiga hari sudah lewat, namun bayangan Kho Beng belum kelihatan juga- Bukan saja keempat orang Lengcu itu mulai gelisah dan tak tenteram- Dewi In Un sendiripun mulai merasa cemas dan kesal, berulang kali ia mengirim orang untuk menanyakan persoalan ini kepada keempat Lengcu, tentu saja dia tak akan memperoleh berita yang menggembirakan dari keempat orang anak buahnya.

   sementara mereka masih dirundung rasa kecewa dan gelisah, tiba-tiba diluar gua pengikat cinta tersiar datang suatu berita yang betul-betul mengejutkan hati- Berita tersebut memang betul-betul merupakan suatu berita ledakan yang amat menggemparkan, sebab ada seseorang yang mengaku sebagai sahabat karib ui Thian it, ketua partai kupu-kupu generasi yang lain dengan membawa pelayan tua dan kacungnya dimuka gua dan mohon bertemu.

   Berita tersebut dengan cepat disampaikan kepada Dewi In Un, mendengar laporan tersebut Dewi In un jadi tertegun dan segera membentak.

   "sama sekali ngaco belo, tak mungkin akan terjadi peristiwa semacam ini"

   Yang datang membawa laporan tersebut adalah ChinBu wi, salah satu diantara dua belas pelindung hukum, hitung-hitung dia masih termasuk jago kelas satu dibawah pimpinan Dewi In Un. Ketika mendapat teguran tersebut, buru-buru dia berkata .

   "Pada mulanya hambapun tidak percaya, namun setelah bersua dengan mereka, hamba jadi rada-"

   "Rada percaya bukan?"

   Sambung Dewi In Un sambil tertawa terkekeh-kekeh. Kemudian sambil menghentikan gelak tertawanya, dia berkata lebih jauh .

   "ciangbunjin angkatan pertama partai kupu-kupu telah mati dalam pertarungan dibawah tebing hati duka pada seratus tahun berselang, dalam seratus tahun hidup dalam pengasingan ini partai kita selalu menggembleng diri dan memupuk kekuatan terus menerus. Tujuannya tak lain adalah untuk membalaskan dendam bagi kematian leluhur kita ini. Bila orang tersebut benar-benar adalah sahabat karib leluhur kita, coba pikir sendiri berapa usianya tahun ini?"

   "Konon dia sudah berusia seratus sembilan puluh delapan tahun"

   Kata ChinBu wi agak tergagap.

   "seratus sembilan puluh delapan tahun?"

   Kembali gelak tertawa Dewi In Un berderai-derai memecahkan keheningan.

   "Haaaahaaaa.mungkinkah didunia ini terdapat manusia yang bisa hidup seumur itu?"

   Cun hong Lengcu segera tampil kedepan sambil menimbrung .

   "suhu, bolehkah tecu mengucapkan sepatah dua patah kata?"

   Dewi In Un manggut-manggut "aku bukan orang yang terlalu fanatic dengan pikiran dan pendapat orang lain, apa pendapatmu dalam masalah ini? Katakana saja terus terang."

   Buru-buru Cun hong Lengcu berkata.

   "Terlepas dari asli atau palsunya orang ini, paling tidak peristiwa ini adalah suatu kejadian yang sangat aneh, apa salahnya bila suhu mengundangnya masuk serta memeriksa secara langsung? Dengan berhadapan muka secara langsung, tecu percaya, asli tidaknya orang ini akan segera ketahuan, bila orang ini hanya sengaja hendak membuat berita sensasi, kita basmi saja seketika daripada meninggalkan bibit bencana besar dikemudian hari."

   "Benar, kalau begitu undang dia masuk"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata Dewi In Un sambil tertawa lebar.

   Chin Bu wi sebera mengiakan dan mengundurkan diri dari situ.

   Tak lama kemudian dia telah muncul kembali dengan membawa tiga orang manusia.

   Ketika ketiga orang tersebut memasuki ruangan batu, segenap hadirin segera merasakan sikap hormat dan serius yang tiba-tiba muncul dari hati masing-masing.

   orang yang berjalan dipaling muka adalah seorang kakek berbaju ungu yang berwajah bagaikan tembaga antik, sepasang matanyaa memancarkan sinar berkilat, jenggot putihnya terurai sepanjang perut, tingkah lakunya mantap dan berwibawa sekali.

   Dibela kang tubuhnya mengikuti dua orang pembantunya, yang tua berambut dan berjenggot putih, tangannya membawa sebuah tongkat berbentuk.

   aneh, berbaju kuning, sedang yang muda berbaju bersih, putih kemerahan, usianya paling banter baru delapan belas tahunan.

   Ketiga orang itu berjalan dengan langkah lebar dan kepala terangkat keatas, begitu anggun langkah mereka sampai-sampai Dewi In Un yang berada ditempat duduknya pun tergerak hatinya dan berdiri tanpa sadar.

   Ketika kakek berbaju ungu itu sudah tiba diruangan tengah, ia segera mengalihkan pandangan matanya mengawasi sekitar situ, kemudian berseru dengan suara yang nyaring bagaikan genta.

   "Tempat yang bagus.siapa yang bernama Dewi In Un?"

   Dewi In Un segera mengernyitkan alis matanya, lalu menjawab .

   "akulah orangnya, boleh kutahu siapa namamu?"

   Kakek berbaju ungu itu tersenyum.

   "sebelum kusebutkan namaku, terlebih dahulu ingin kutanyakan satu persoalan lebih dulu. soal apa?"

   "Anda adalah keturunan keluarga ui yang keberapa?"

   Tanya kakek itu dengan suara dalam.

   "Angkatan keempat"

   Sahut Dewi In Un keningnya makin berkerut. Kakek berbaju ungu itu manggut-manggut, katanya lagi.

   "kalau begitu anda tentunya mengetahui dengan jelas tentang segala kejadian yang telah menimpa kakekmu ui Thian it bukan?"

   "sejak masih kanak-kanak orang tua kami selalu membicarakan soal leluhur kami dulu. Kisah ceritanya boleh dibilang telah mendarah daging ditubuhku"

   Kakek berbaju ungu itu segera tertawa girang, katanya lebih jauh .

   "Kalau begitu tentunya kau tahu bukan, ketika leluhurmu ui Thian it bertarung melawan tiga dewa see hwa sam sian dibawah tebing hati duka, pernah ada seorang sahabatnya dari see ih yang buruburu datang ketempat kejadian, tapi berhubung kedatangannya terlambat satu langkah hingga menemukan leluhurmu telah tewas ditangan tiga dewa, hingga akhirnya sahabatnya itu menguburkan jenasah ui Thian it serta mendirikan baru nisan baginya."

   Sambil berkata sepasang matanya yang tajam mengawasi wajah Dewi In Un lekat-lekat, kemudian baru melanjutkan.

   "Tahukah kau siapakah orang tersebut?"

   Dewi In Un balas menatap wajah kakek berbaju ungu itu dengan seksama, lalu sahutnya keheranan.

   "Tentu saja aku tahu, dia adalah sahabat karib leluhurku. Naga Terbang dari See ih Kong ci cu, orang tuaku pun pernah menyinggung tentang perbuatan baik yang pernah dilakukan orang tua itu, selama ini kami menghormatinya sebagai tuan penolong dari keluarga ui. Sayang sekali, dia orang tua tidak mempunyai keturunan, tidak memiliki ahli waris, sehingga budi kebaikannya itu tak sempat kami balas. Kakek berbaju ungu itu seoera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhh..haaaahhhh.haaaahhhhh akulah Kong ci cu"

   Segenap yang hadir termasuk juga Dewi In un pribadi menjadi tertegun sesudah mendengar jawaban tersebut. selang beberapa saat kemudian Dewi In Un baru berkata sambil tersenyum.

   "Lojin gemar amat bergurau, Kong ci cianpwee tak mungkin masih hidup didunia ini, hal semacam ini sama sekali tak masuk akal dan tak bakal dipercayai oleh siapa saja."

   "Tiada keanehan yang tak bisa terjadi didunia yang lebar ini,"

   Ucap si kakek berbaju ungu sambil tertawa.

   "semua kemungkina bisa terjadi dan dialami setiap manusia, atas dasar apa kau tidak mengakui keaslianku."

   "Bila anda benar-benar adalah Kong ci cianpwee, dengan cara apa kau bisa.."

   Kakek berbaju ungu itu segera menukas perkataannya yang belum selesai diucapkan itu.

   "Aku cukup memahami kecurigaanmu, tegasnya saja peristiwa ini memang merupakan suatu peristiwa yang hampir tak masuk diakal dan susah dipercayai alasannya. Mungkin rasa curigamu itu akan lenyap dengan sendirinya."

   Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melanjutkan.

   "Tatkala leluhurmu ui Thian it telah meninggal disini, hatiku merasa sangat masgul dan risau, karenanya aku tak pernah kembali ke see ih lagi, tapi dengan membawa serta pelayan dan kacung aku mengembara kesegala pelosok tempat, setahun kemudian sampailah kami dibukit Tiang pek san sebelah timur laut."

   "Bila apa yang totiang katakan benar, dari wilayah see ih disebelah barat kau bisa berkelana sampai wilayah timur laut, kelihatannya kepandaianmu sungguh mengagumkan"

   Sela Dewi In Un. Dengan sorot mata yang tajam, kakek berbaju ungu itu mengawasinya lekat-lekat, lalu melanjutkan kembali kata-katanya.

   "Ketika aku mengajak kacung dan pelayanku memasuki bukit tiang pek san untuk berpesiar, akhirnya kami bertemu dengan badai salju selama sepuluh hari-"

   "Apa yang dimaksudkan badai salju selama sepuluh hari?"

   Tanya Dewi In Un sambil tertawa.

   "selama sepuluh hari lamanya, badai salju menyerang kami tiada hentinya . itulah yang disebut badai salju sepuluh hari."

   "Waaah, kalau terjadi badai salju selama sepuluh hari tiada hentinya, bukankah semua jalan gunung menjadi terhambat dan seluruh bumi berubah menjadi putih berkilauan?"

   Kakek berbaju ungu itu manggut-manggut.

   "yaa, justru Karena itulah kami jadi terjebak didalam suatu wilayah yang amat terpencil, dalam keadaan begini, betapapun tingginya ilmu silat yang kumiliki sulit juga untuk melepaskan diri dari lapisan salju yang menutup seluruh bukit Tiang peksan, rasa lapar, kedinginan membuat kami hampir saja mati konyol,"

   Sekali lagi Dewi In Un menyela.

   "Lantas dengan cara apakah lotiang berhasil meloloskan diri dari mara bahaya?"

   Berkilat sepasang mata kakek berbaju ungu itu.

   "Kami tidak terlepas dari kurungan, tapi dibawah sebuah tebing yang terjal kami berhasil menemukan sebatang pohon waru."

   Ditengah salju yang begitu dingin, pohon waru yang ditemukan pastilah sebatang pohon kering yang sudah tak karuan lagi- Tapi setelah berhenti sejenak- dengan pandangan keheranan dia bertanya.

   "Mengapa lotiang menyinggung soal pohon waru?"

   Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaah-haaaahhh-haaaahhhhh sebab nyawa kami bertiga telah diselamatkan pohon waru tersebut, tentu saja harus kusinggung tentang persoalan ini. Silahkan lotiang melanjutkan penuturanmu"

   Pinta Dewi In Un dengan perasaan gelisah. Setelah melemparkan sekulum senyum misterius, kakek berbaju ungu itu berkata lebih laniut.

   "Dibawah tekanan udara yang amat dingin dan lapisan salju yang begitu tebal, tentu saja pohon tersebut tinggal sebuah batang kering yang tak karu-karuan- lagi, namun diatas dahan yang kering tersebut justru terdapat dua puluh empat butir biji waru, setiap butir biji waru itu besarnya seperti buah kelengkeng, warnanya merah menyala."

   "Oooo.. sungguh suatu kejadian yang sangat aneh"

   Kata Dewi In Un keheranan. Kakek berbaju ungu itu tertawa .

   "Waktu itu kami merasa amat kelaparan, tentu saja tak terlintas pikiran yang bukan-bukan terhadap buah tadi, kami petik buah merah tersebut dan setiap orang mendapat delapan butir untuk menahan lapar."

   Sambil tertawa Dewi In Un menyela .

   "Bila seorang sudah berada dalam keadaan kelaparan, rasanya delapan butir biji waru belum mampu untuk menghilangkan rasa lapar yang menyerang badan."

   "Sama sekali tidak,"

   Kakek berbaju ungu itu menggoyangkan tangannya berulang kali.

   "setelah kedelapan butir biji waru itu msuk kedalam perut, bukan saja semua rasa lapar telah lenyap, bahkan rasa dingin yang mencekam badan pun lenyap tak berbekas, baru saat itulah aku merasa amat keheranan"

   "Masa benda tersebut adalah buah dewa yang bisa membuat orang awet muda?"

   "setelah kulakukan penyelidikan yang seksama, akhirnya dapat kusimpulkan bahwa buah waru tersebut sesungguhnya adalah bibit waru kutub yang telah berusia seribu tahun. Mengapa dinamakan bibit waru kutub? "

   Kakek berbaju ungu itu tertawa .

   "Ditengah badai salju yang begitu kencang dan udara yang begitu dingin, hampir mustahil buat sebatang pohon waru untuk tetap hidup dibumi sekitar situ, apalagi biji waru yang tak pernah rontok selama seribu tahun lamanya. Tapi kesemuanya ini bisa terjadi dikarenakan ada sebab yang lain, rupanya batang pohon waru itu persis tumbuh ditempat yang dilalui aliran hawa panas bumi, dengan menghisap sari bumi, maka pohon waru tersebut dapat mempertahankan setitik harapan untuk hidup, Itulah sebabnya pohon tadi menghasilkan dua puluh empat butir biji yang berkhasiat luar biasa. Dasar nasibku lagi mujur, gara-gara mendapat musibah akhirnya malah peroleh rejeki,"

   "itulah sebabnya Kau menjadi dewa yang tetap awet muda?"

   Sambung Dewi In Un dengan mata melotot besarsambil menunding kearah pelayan serta kacung yang berada dibelakang tubuhnya, kakek berbaju ungu itu berkata lebih jauh .

   "Waktu itu, wajah mereka persis seperti sekarang ini, biar sudah lewat seabad lamanya, tampang mereka masih tetap tak berubah."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh .

   "Menurut perkiraanku, meski kami tak bisa hidup panjang umur, paling tidak masih bisa hidup tiga atau empat kali enam puluh tahun."

   Dewi In Un tertegun beberapa saat lamanya, mendadak ia berkata sambil tersenyum.

   "kisah cerita lotiang memang sangat menarik hati, tapi rasanya aku belum dapat mempercayai kau sebagai Kong ci cianpwee hanya didasarkan pada ceritamu saja"

   Kakek berbaju ungu itu sebera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahaaahh-haaahhh.apakah kau masih ingin memeriksa yang lain?"

   Dewi In Un berpikir sejenak, kemudian katanya .

   "Menurut apa yang kuketahui, Kong ci cianpwee menggunakan sepasang senjata yang berbentuk. aneh, sampai sekarang benda tersebut masih jarang dijumpai didunia persilatan."

   Kakek berbaju ungu itu tertawa tergelak, mendadak dia merogoh kedalam sakunya lalu mengeluarkan sepasang senjata yang berbentuk sangat aneh.

   Dalam waktu singkat seluruh ruangan telah diliputi oleh cahaya keemas-emasan yang amat menyilaukan mata.

   sewaktu semua orang mengawasi dengan seksama, maka tampaklah benda tersebut adalah epasang gelang emas, satu diantaranya mengeluarkan cahaya yang begitu tajam sehingga sewaktu digerakkan membiaskan cahaya yang begitu menyilaukan mata persis seperti cahaya sang suryasebaliknya yang berbentuk setengah lingkaran dan bersinar redup, bentuknya tak berbeda seperti rembulan yang separuh bulat, sambil tertawa tergelak-gelak.

   kakek berbaju ungu itu berkata .

   "Apakah kau maksudkan sepasang gelang jit gwat siang huan ini?"

   Dewi In Un membelalakkan matanya lebar-lebar, saking tergagapnya sampai dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. sambil menatap wajahnya lekat-lekat, kakek berbaju ungu itu berkata lagi.

   "Tentunya kau mengharapkan aku bisa mendemontrasikan kepandaian silatku sebelum mau mempercayainya, bukan?"

   Sebelum Dewi In Un sempat menjawab, kakek berbaju ungu itu telah memainkan sepasang tangannya, gelang emas berbentuk.

   separuh bulat itu tahu-tahu sudah meluncur kedepan dengan hebatnya.

   Tampak cahaya kuning berkelebat lewat gelang emas tersebut dengan membawa gaung desingan tajam yang amat memekakkan telinga telah meluncur kearah dinding yang berada pada jarak tiga kaki bagaikan kilatan cahaya petir.

   Tahu-tahu obor yang diletakkan pada dinding tadi sudah terpapas kutung menjadi dua bagian.

   sementara semua yang hadir masih termangu-mang u dibuatnya.

   Kakek berbaju ungu itu kembali sudah melepaskan gelang mataharinya.

   Pancaran cahaya yang begitu kuat dan tajam membuat semua yang hadir menajamkan matanya tanpa sadar lalu mundur setengah langkah kebelakang.

   ' 'criiiiing' Terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, gelang matahari yang dilepaskan kemudian telah membentur diatas gelang rembulan yang baru saja menebas putus batang obor itu.

   Begitu sepasang gelang saling beradu, tiba-tiba saja benda tersebut memencarkan diri kekiri dan kanan, lalu dengan membawa desingan suara yang amat memekikkan telinga, senjata-senjata tersebut telah balik kembali ketangan kakek tersebut.

   setelah menyambut kembali kedua gelangnya, kakek berbaju ungu itu baru baru menegur sambil tertawa bergelak.

   "Apakah anda masih curiga?"

   Rasa kejut dan girang menghiasi wajah Dewi In Un, namun perasaan curiga masih menyelimuti seluruh perasaannya, segera katanya lagi.

   "yang membuat aku keheranan adalah Lootiang bukannya pergi mencari ayahku, mengapa sebaliknya datang mencari aku? "

   Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh-haaaahhh.-haaaahhhh-.semuanya terdapat tiga alasan mengapa aku berbuat begini, pertama aku kebetulan sedang lewat diwilayah sekitar sini, kedua ayahmu sebagai ketua angkatan ketiga dari partai kupu-kupu ternyata tidak turun tangan sendiri sebaliknya hanya mengirim putrinya untuk memegang tampuk pimpinan, tindakannya ini membuat aku merasa sangat tak puas kepadanya dan ketiga, aku menjumpai kalian sedang terancam sekarang."

   "Ancaman bahaya apakah itu?"

   Tanya Dewi In Un dengan perasaan amat bergetar. Kakek berbaju ungu itu tertawa hambar.

   "sepintas lalu nampaknya saja kau dilindungi oleh begitu banyak jago lihay dan memiliki kekuatan yang luar biasa, padahal dalam dunia persilatan telah terjadi pergolakan sehingga situasipun harus dipandang dari sudut yang berbeda pula."

   Setelah berhenti sejenak, kembali katanya .

   "Kho Beng dibantu oleh Bu wi Lojin dan berhasil pula mempelajari ilmu sakti thian goan sinkang, bila jagojago lihay dari Patih uang berkumpul semua didaratan Tionggoan lalu keturunan dari tiga dewa see gwa sam sian yang telah mendapat warisan- ilmu silat dari leluhurnya menyusul pula kesini, hal ini masih dibantu lagi dengan himpunan seluruh inti kekuatan tujuh partai besar dunia persilatan membuat jumlah kekuatan mereka jadi beribu-ribu orang banyaknya, coba bayangkan sendiri mampukah kau menahan serangan gabungan mereka yang memiliki kekuatan sedemikian dahsyatnya itu."

   Berubah hebat paras muka Dewi In Un, namun diluar dia tetap paksakan tersenyum, katanya cepat.

   "Terima kasih banyak atas perhatian Lootiang, tapi aku yakin masih mampu untuk menghadapi mereka."

   Kakek berbaju ungu itu menghembuskan napas panjang.

   "sekalipun ayahmu memimpin partai kupu-kupu, namun situasi sekarang sulit rasanya untuk membuatnya merasa lega hati. Apalah gunanya kau membohongi dirimu sendiri? "

   Dewi In Un berkerut kening.

   "Jadi maksud kedatangan Lootiang kemari adalah."

   "Mengajak kau merundingkan masalah besar yang dihadapi dan membantu usahamu itu, berniat membalaskan dendam bagi kematian sobat karib ku ui Thian it"

   Setengah percaya setengah tidak Dewi In Un berkata .

   "Apakah cianpwee tidak merasa gusar oleh sikap curiga dan pelayanan yang jelek dariku?"

   Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhhh.haaaahhh.haaaa pengalaman yang kualami memang sulit membuat orang lain percaya, kecurigaan terhadap diriku memang sudah sepantasnya dan sewajarnya."

   Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Dewi In Un, katanya kemudian.

   "Jikalau cianpwee memang tidak bermaksud menegur atau marah kepada kami, boanpwee masih ingin melakukan suatu percobaan lagi."

   Agaknya Kakek berbaju ungu itu merasakan hatinya bergetar keras, namun diluarnya dia tertawa tergelak.

   "Haaaahh-haaahh-haaah-percobaan macam apakah yang kau inginkan?"

   "satu-satunya yang bisa dicoba hanya ilmu silat, boanpwee ingin berbuat lancang dengan menyuruh keempat orang Lengcu anak buahku untuk bertarung sebanyak tiga jurus dengan diri Locianpwee."

   "Hahahaha "

   Kakek berbaju ungu itu menggunakan gelak tertawa yang keras untuk menutupi perasaan tidak tenangnya, akhirnya dia menatap lawannya tajam-tajam dan berkata .

   "Aku adalah sahabat karib leluhurmu, masa sekarang harus bertarung melawan angkatan muda dari empat generasi dibawah ku?"

   Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh .

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "yaa, sebab hanya dengan cara inilah keaslian cianpwee baru bisa diketahui, apakah cianpwee tidak berharap rasa curiga boanpwee sekalian hilang sama sekali?"

   Kakek berbaju ungu itu berpikir berapa saat lamanya, lalu berkata .

   "Cara seperti ini sama sekali tak masuk diakal..

   "Tapi sejenak kemudian dia telah berkata lagi.

   "Namun aku punya sebuah usul yang lain? entah usul macam apakah itu?"

   "Walaupun aku enggan bertarung sendiri melawan kalian, tapi pelayan tuaku ini bisa menemani kalian untuk bermain beberapa gebrakan"

   "siapa saja yang turun tangan, rasanya juga sama saja,"

   Kata Dewi In Un sambil tertawa. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya .

   "Bila pelayan cianpwee memiliki ilmu silat yang jauh melebihi kemampuan kami, sudah jelas kepandaian silat cianpwee jauh lebih hebat lagi, tentu saja kami tak perlu curiga lagi."

   Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak, dia segera berpaling seraya berseru.

   "Ang tua"

   Pelayan tua yang berdiri dibelakangnya segera maju kedepan dan menyahut.

   "Hamba siap"

   "Apa yang telah kami bicarakan barusan, tentunya sudah kau ketahui, bukan? Nah, coba kau yang melayani beberapa orang itu untuk bermain beberapa gebrakan"

   "Hamba turut perintah"

   Dewi In Un segera berkata pula sambil tertawa girang .

   "Maafkan kelancangan boanpwee ini"

   Dengan cepat dia mengulapkan tangannya, seorang dayang berpakaian ringkas segera muncul sambil menyodorkan sebilah pedang.

   Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu pun tidak menunggu perintah lagi serentak meloloskan pedang masing-masing dan mengurung pelayan tua ditengah arena.

   sambil mempersiapkan tongkat berbentuk anehnya, pelayan tua itu berkata secara tiba-tiba sambil tertawa .

   "Lapor cukong"

   "Ada apa?"

   Tanya si Kakek berbaju ungu agak tertegun.

   "Pertarungan ini merupakan pertarungan mati hidup ataukah Wanya terbatas saling menutul?"

   "Tentu saja hanya terbatas saling menutul, masa pertarungan harus berlangsung antara mati dan hidup,.ingat, kau tak boleh melukai siapapun diantara mereka"

   "Hamba turut perintah"

   Sementara itu Dewi In Un telah mengayunkan pedang sambil melancarkan sebuah tusukan ke depan, serunya kemudian.

   "Maaf boanpwee menyerang lebih dulu"

   Pelayan tua itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula, namun ujung tongkatnya yang naga bukan ular bukan itu segera dilancangkan tiga kali.

   Ketika serangan yang dilancarkan Dewi In Un membentur diatas bayangan tongkat tersebut, terdengar suara dentingan yang amat nyaring, ternyata serangan tersebut sudah terbendung sama sekali.

   Padahal Dewi In Un bukan menyerang secara sungguhan, dengan berbuat demikian pertama, dia hendak member petunjuk kepada keempat Lengcu dan kedua, dia ingin mengamati aliran ilmu silat dari pelayan tua tersebut.

   Mendadak terdengar keempat orang Lengcu itu membentak keras, keempat bilah pedang mereka berkelebat memenuhi angkasa dan melakukan pengepungan dari empat arah delapan penjuru.

   sebaliknya Dewi In Un segera menarik kembali pedangnya sambil mundur sejauh tiga langkah.

   Dalam waktu singkat, cahaya tajam telah memenuhi angkasa.

   Hawa pedang mederu-deru, seluruh badan pelayan tua itu sudah terkurung oleh jarrtng pedang yang amat kuat.

   Pelayan tua itu tertawa terbahak-bahak, segera serunya .

   "IImu pedang yang amat bagus.coba lihat jurus naga ular menari bersamaku ini"

   Sementara si pelayan tua tersebut masih terkurung oleh lapisan hawa pedang yang diciptakan keempat bilah pedang tersebut, mendadak tampak bayangan tongkat menerobos ketengah angkasa, lalu bagaikan deruan angin topan segera menyambar keempat penjuru.

   serangan dahsyat ini bukan saja telah menjebolkan bayangan pedang yang berlapis-lapis, lagipula dalam beberapa putaran saja seluruh cahaya pedang yang berkilauan telah terdesak balik kembali- Akhirnya tampak bayangan toya dan cahaya pedang lenyap semuanya hingga tak berbekas, dengan wajah amat terperanjat keempat orang Lengcu itu mengundurkan diri kebelakang.

   sebaliknya pelayan tua itu tetap berdiri dengan senyuman dikulum, seolah-olah tak pernah terjadi pertarungan apa pun disitu.

   Baru saja pertarungan berhenti tiba-tiba, terdengar Dewi In Un membentak keras laksana sambaran petir cepatnya dia menyergap pelayan tua tersebut.

   sergapan yang dilakukan sangat mendadak ini sungguh luar biasa, hal tersebut membuat si Kakek berbaju ungu yang berada disisi arena menjadi amat terperanjat, serangan yang hebat seru si pelayan tua sambil tertawa bergelak-Bayangan tongkat segera menyambar kemuka menyongsong datangnya serangan itu.

   Terdengar suara desingan angin tajam menderu-deru diseluruh ruangan, tapi sejenak kemudian suasana telah berubah menjadi sunyi kembali.

   Kini suasana sepi yang luar biasa mencekam Perasaan setiap orang, sementara Dewi In un kelihatan masih berdiri termangu ditempat semula, senjata panji kupu-kupunya masih berada juga ditangannya.

   .....

   sipelayan tua itu berdiri lebih kurang lima depa dihadapanny a, tapi pada ujung tongkatnya kini telah bertengger sepasang kupukupu yang sedang mementangkan sayapnya.

   Bersambung ke

   Jilid 29

   Jilid 29

   "Aaah, apa maksud perkataanmu itu?"

   Ucap Kakek Tongkat Sakti sambil tertawa.

   "bukankah sama saja kau hendak mengusirku pergi dari sini?"

   Merah padam selembar wajah Kho Beng.

   "Harap cianpwee tangan salah paham."

   Kakek Tongkat Sakti menggeleng.

   "Berbicara secara sejujurnya saja, jangan lagi kau pergi seorang diri, sekalipun ada aku yang menemanimu pun mungkin kepergian kita ibarat menimpuk anjing dengan bakpao isi daging, sekali pergi tak bakal kembali lagi."

   "Tapi boanpwee tak akan berpikir sampai kesitu."

   Kata Kho Beng sambil menggigit bibir.

   "aku tak bisa berpeluk tangan saja membiarkan ciciku terancam bahaya."

   "ya, tentu saja kau harus memikirkan keselamatan jiwanya."

   Kakek Tongkat Sakti mengangguk.

   "tapi bagaimana pun juga, setiap tindakan harus melalui perencanaan yang matang lebih dulu. Paling tidak kita harus mempunyai pegangan sebesar tujuh bagian sebelum berangkat."

   Kho Beng berkerut kening.

   "Tapi aku tak mempunyai waktu yang cukup, mereka hanya memberi batas waktu tiga hari kepadaku, rencana apapun yang hendak dipersiapkan, aku rasa sudah tak akan sempat lagi."

   "aku tidak sependapat denganmu."

   Kata Kakek Tongkat Sakti sambil menggeleng.

   "batas waktu tiga hari Cuma akal-akalan mereka demi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut, mungkin untuk menunggu selama tiga tahun pun mereka akan sabar menanti.

   "Kho Beng agak tertegun, tiba-tiba dia memberi hormat kepada kakek itu sambil berkata "Walaupun cianpwee berjiwa kesatria dan ringan tangan, mengapa kau begitu berhasrat hendak membantu boanpwee?"

   Kakek Tongkat sakti tertawa.

   "Masa kau belum tahu apa tujuanku pergi mencari Thian cun yang?"

   "Boanpwee mengerti, tapi cianpwee pun harusnya mengetahui akan maksud tujuan kepergianku kali ini hanya bertujuan menolong ciciku dari bahaya maut, persoalan ini merupakan urusanku sendiri, karenanya boanpwee tidak berharap cianpwee turut menyerempet bahaya."

   Berkilat sepasang mata si Kakek Tongkat sakti, katanya kemudian.

   "Paling tidak aku masih mempunyai dua alasan, pertama ditinjau dari kehadiran orang-orang tadi, aku telah membuktikan bahwa Dewi In Un adalah seorang anggota partai kupu-kupu. Kedua, kau adalah ahli waris dari kitab pusaka Thian goan bu boh, lagipula merupakan keturunan dari sahabat karib Bu wi lojin, malah kemungkinan besar beban berat untuk menanggulangi bencana besar yang menimpa dunia persilatan akan terletak dibahumu, coba bayangkan sendiri, disaat kau sedang menghadapi bahaya, apakah aku mesti berpeluk tangan belaka?"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .

   "yang seharusnya kita bicarakan sekarang adalah bagaimana caranya menyusup masuk ke sarang iblis dan bagaimana caranya menyelamatkan encimu, soal-soal yang lain lebih baik jangan kita bicarakan dulu sementara waktu."

   Dengan wajah murung dan amat gelisah, Kho Beng berkata .

   "Boanpwee sendiripun tidak berhasil mendapat cara yang lebih baik lagi untuk menghadapi persoalan ini, sebetulnya aku berniat menyerempet bahaya dengan mendatangi serangan mereka seorang diri, tapi sekarang.

   "

   Dia menghela napas dan berhenti berbicara.

   "Bila kau sampai berbuat demikian, maka tindakanmu itu merupakan perbuatan bodoh-"

   Ucap Kakek Tongkat sakti dengan wajah serius.

   "kau harus tahu, setelah mereka berani menyuruh Molim sekalian menyampaikan kabar tersebut kepadamu, berarti mereka pasti telah mempersiapkan perangkap yang amat kuat disekitar sana, apabila cicimu masih berada dalam cengkeraman mereka, kau lebih tak boleh kehilangan posisi yang menguntungkan, selain itu aku lihat Lengcu atau pelindung hukum mereka tak boleh dipandang enteng, oleh sebab itu, aku rasa kita tak boleh bertindak secara gegabah."

   Kho Beng segera menggertak gigi menahan gejolak emosi didalam hatinya, ia berkata kemudian.

   "Ditinjau dari kesemuanya ini, aku dapat mengambil kesimpulan kalau Dewi In un pasti berada didalam gua pengikat cinta ini, siluman perempuan itu adalah musuh besar pembasmi keluarga Kho kami"

   "Jangan sekali-kali kau bekerja menuruti emosi"

   Hibur Kakek Tongkat sakti dengan tenang.

   "ketahuilah persoalan ini tak bisa diselesaikan secara terburu nafsu."

   "Apakah petunjuk cianpwee didalam masalah ini?"

   Pinta Kho Beng kemudian dengan kening berkerut.

   "apa yang mesti boanpwee lakukan sekarang?"

   Kakek Tongkat sakti jadi tertegun untuk berapa saat, bisiknya agak tergagap.

   "Tentang soal ini..."

   Tapi sampai setengah harian lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun, sebab didalam kenyataannya persoalan ini memang suatu masalah yang susah diatasi. Tiba-tiba Chin sian kun berkata .

   "aku mempunyai sebuah pendapat yang baik, apakah boleh kuutarakan keluar.."

   "Nona Chin, bila kau mempunyai sesuatu pendapat silahkan saja diutarakan keluar,"

   Seru Kho Beng cepat. Kakek Tongkat sakti pun tersenyum.

   "yaa, biasanya pikiran dan perasaan anak wanita memang jauh lebih tajam dan seksama . cepat utarakan keluar.

   "

   Setelah tertawa, Chin sian kun berkata .

   "Terlepas apakah Dewi In Un merupakan anggota partai kupukupu atau bukan, paling tidak dia pasti mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan partai kupu-kupu bukan?"

   "yaa, ini sudah pasti"

   Kakek Tongkat sakti mengangguk- "Cianpwee pasti banyak mengetahui tentang peristiwa yang terjadi pada seratus tahun berselang, tahukah cianpwee apakah pihak partai kupu-kupu mempunyai hubungan yang akrab dengan seseorang?"

   Kakek Tongkat sakti termenung berapa saat lamanya, mendadak ia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak-bahak- Kho Beng jadi keheranan, buru-buru tanyanya .

   "Cianpwee, kenapa kau tertawa bergelak?"

   Kakek Tongkat sakti tidak menjawab pertanyaan Kho Beng, sambil menatap wajah Chin sian kun ujarnya .

   "yaa, memang terbukti pikiran dan perasaan wanita jauh lebih teliti, aku sudah dapat menduga apa yang sedang kaupikirkan "

   "Cianpwee tahu apa yang sedang kupikirkan?"

   Ucap Chin sian kun sambil tertawa.

   "Bukankah kau hendak mempergunakan hubungan akrab antara pihak partai kupu-kupu dengan seseorang yang dikenalnya dulu untuk menyelesaikan persoalan ini, karena kau merasa Dewi In un pasti mempunyai hubungan yang akrab dengan pihak partai kupukupu?"

   "Cianpwee, kalau kudengar dari gelak tertawa mu barusan, apakah kau pun telah berhasil mengingat orang tersebut?"

   "Betul"

   Kakek Tongkat sakti mengangguk.

   "Aku memang sudah teringat dengan seseorang, orang tersebut masih terhitung sahabat karib dari ui Thian it, ketua partai kupukupu yang tewas ditangan tiga dewa tempo dulu. orang itu bernama Kong ci cu, orang lain menyebutnya sebagai si naga terbang dari see ih. Disaat ui Thian it melangsungkan pertarungan seru melawan tiga dewa tempo hari, Kong ci cu yang mendapat kabar segera menyusul ketempat kejadian, sayang kedatangannya terlambat selangkah, ketika ia tiba disitu, ui Thian it sudah tewas dibawah tebing berduka hati"

   Setelah menghela napas panajng, katanya lebih jauh .

   "Kong ci cu lah yang membereskan jenasah Ui Thian it serta membawanya pulang, konon peristiwa tersebut pernah menjadi bahan pembicaraan yang paling hangat dalam dunia persilatan waktu itu."

   Chin sian kun berpikir sejenak, kemudian tanyanya .

   "aku rasa si naga terbang dari see ih Kong ci cu tentunya sudah lama meninggal dunia bukan?"

   Kakek Tongkat sakti manggut-manggut - "Pada seratus tahun berselang ia telah berusia tujuh delapan puluh tahunan, kini seratus tahun telah lewat, masa dia belum juga mati? Tentu saja jiwanya telah lama berakhir-"

   


Legenda Kematian -- Gu Long Laron Pengisap Darah -- Huang Yin /Tjan Id Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung

Cari Blog Ini