Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 19


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 19



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   Kho Beng tertawa seram .

   "Heeehh.heeehh.heeehh.apabila kau benar-benar membunuhku, mungkin kitab pusaka Thian goan bu boh tak pernah akan terjatuh kembali ketanganmu, apakah kau sudah tidak menginginkannya lagi?"

   "Kitab pusaka Thian goan bu boh adalah warisan mestika partai kupu-kupu kami, siapa bilang aku sudah tidak menghendakinya lagi."

   Kemudian setelah menatap wajah Kho Beng sekejap dengan mimik yang menyeramkan, dia berkata lebih jauh "Tapi hal tersebut adalah persoalan disaat ajalmu sudah hampir tiba nanti, sebab orang yang akan mati biasanya berbicara jujur, siapa tahu kalau sampai saatnya nanti kau akan berbicara terus terang?"

   Kontan saja Kho Beng tertawa dingin .

   "Heeehh..heeeehh.heeehhh.kalau memang begitu kau boleh sebera turun tangan"

   Ui sik kong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bentaknya keras-keras .

   "Kho Beng coba kau rasakan jurus Guntur menggoncangkan seisi bumi ini"

   Ditengah bentakan keras dengan suatu gerakan yang cepat ia telah meloloskan ruyung lemasnya dari pinggang dalam waktu singkat cahaya kuning telah menyelimuti seluruh angkasa bagaikan sebuah payung raksasa saja dengan cepatnya mengurung kacau disekitar situ Kho Beng tidak berdiam diri saja, segera bentaknya pula .

   "Coba kau lihat jurus Angin menderu awan menggulung aku ini segera akan mematahkan seranganmu."

   Sepasang gelang surya rembulannya serentak digetarkan keatas menciptakan lapisan cahaya kuning yang menyambar diangkasa.

   Dalam waktu singkat, cahaya kuning telah menyeliuti seluruh angkasa dan menggulung bayangan tubuh kedua orang tersebut.

   Tapi peristiwa ini hanya berlangsung dalam sekejap mata, menyusul lenyapnya cahaya kuning itu, mereka berdua masih tetap berdiri diposisi semula.

   Namun dari perubahan wajah kedua orang itu dapat diketahui siapakah yang lebih tangguh.

   sambil menggigit bibir Ui sik kong berkata .

   "Kau tidak terluka?"

   "Tentu saja tidak"

   Jawab Kho Beng sambil tertawa angkuh.

   "bagaimana dengan kau sendiri?"

   Ui sik kong tidak menjawab pertanyaan itu, sambil menarik muka kembali ia menegur .

   "Jurus serangan apakah yang kau pergunakan?"

   "Bukankah telah kujelaskan tadi,jurus tersebut bernama Angin menderu Awan menggulung?"

   "Jurus Guntur menggoncangkan seisi bumi merupakan jurus yang paling tangguh, belum pernah ada jurus serangan apapun yang mampu mematahkannya, hmmm.jurus Angin menderu Awan menggulungmu itu terhitung gerak serangan macam apa?"

   Sambil tertawa tergelak. Kho Beng segera menyela .

   "Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu, walaupun serangan tadi nampaknya eperti satu jurus, padahal dalam kenyataannya terdiri dari dua gerakan yang berbeda, atu adalah gerakan Angin langit menderu-deru dari kitab pusaka Thian goan bu boh, ementara gerakan yang lain adalah jurus ciptaan mendiang guruku sendiri yang bernama Awan tertutup surya menghilang, andaikata kedua jurus serangan itu dipergunakan secara terpisah, mungkin saja aku telah terluka diujung seranganmu sedari tadi."

   Kemudian sambil menatap wajah lawannya dia meneruskan .

   "Namun jika kedua jurus itu dikombinasikan menjadi satu, bukankah segera terwujud kekuatan yang sama sekali tak terduga?"

   Ui sik kong segera menghembuskan napas panjang .

   "Huuuhhaku benar-benar amat benci"

   "Apa yang kau benci?"

   Kho Beng keheranan.

   "Aku benci dengan Kongci Cu, tapi benci pula kepada diri sendiri"

   Sambil tertawa Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya .

   "susah bagiku untuk mencerna makna dari perkataanmu ini."

   Dengan penuh kebencian Ui sik kong berseru .

   "Aku benci kepada Kongci Cu karena dia tidak cukup setia kawan, akupun membenci diriku sendiri karena tidak memunahkan ilmu silatmu sedari dulu"

   Kho Beng kembali menggelengkan kepalanya.

   "Lambat laun kau bakal memahami bahwa mendiang guruku tak pernah melakukan tindakan yang menyalahi keluarga Ui kalian, tentang mengapa kau tidak memunahkan ilmu silatku setelah kau berhasil merampas diriku dari tangan Phu sian sangjin tempo hari, hal tersebut adalah menjadi urusanmu sendiri"

   Kemudian dengan suara dalam dia melanjutkan .

   "Barusan kita baru bertarung satu jurus, aku rasa dalam gebrakan berikut belum tentu ada yang roboh diantara kita berdua, nah kau boleh melanjutkan seranganmu lagi."

   Tapi Ui sik kong segera menggelengkan kepalanya berulangkali, ujarnya .

   "Aku tak ingin bertarung melawan orang yang memiliki ilmu yang seimbang denganku."

   Kho Beng segera tertawa tergelak .

   "Biarpun kau sangat licik, namun akupun bukan seorang manusia bodoh,"

   "sebetulnya apa yang hendak kau utarakan, mengapa tidak disampaikan secara blak-blakan?"

   Bentak Ui sik kong marah.

   "sebetulnya sangat sederhana, kau membenciku setengah mati, boleh dibilang rsa bencimu itu sudah merasuk sampai ketulang sumsum, jadi tiada alasan bagimu untuk menolak suatu pertarungan melawanku, tapi hingga sekarang kau enggan bertarung hal ini hanya dikarenakan sebuah alasan saja.."

   "Apa alasannya?"

   Teriak Ui sik kong.

   "Karena kau sudah menderita luka dalam, bila pertarungan ini dilanjutkan maka belum sampai tiga gebrakan kau tentu sudah roboh terjengkang mencium tanah"

   Mula-mula Ui sik kong merasa amat gusar, tapi dengan cepat dia berhasil menenangkan kembali hatinya, terus terang dia berkata .

   "Dugaanmu memang tepat sekali, tapi luka yang kuderita hanya dikarenakan aku terlalu memandang remeh kekuatanmu, kuakui bahwa kau adalah musuh tangguh yang pertama pernah kujumpai."

   Namun setelah tertawa seram, lanjutnya .

   "Kho Beng, apabila kau hendak menyerangku dengan sepenuh tenaga, mungkin aku benar-benar akan jatuh pecundang ditanganmu, marilah, inilah kesempatan terbaik bagimu."

   Tapi sambil tertawa Kho Beng sebera menggeleng .

   "Aku bukan manusia yang senang memanfaatkan kesempatan disaat orang lain sedang mengalami kesulitan, kalau memang kau sudah terluka, biar kita sudahi saja pertarungan hari ini sampai disini saja."

   Agaknya ucapan ini sama sekali diluar dugaan Ui sik kong, serunya dengan cepat .

   "Aku rasa kau bukan orang yang terlalu berbelas kasihan kepada lawannya bukan?"

   "Ya a benar, disamping aku tak ingin memanfaatkan kesempatan dikala orang sedang sakit, akupun masih mempunyai alasan yang lain"

   "Hmmm, apa alasanmu yang lain?"

   "Kalau begitu kita boleh berbincang-bincang bukan?"

   Tanya Kho Beng sambil tertawa. sambil berbicara ia segera mengambil tempat duduk diatas sebuah batu cadas. Ui sik kong memutar biji matanya sejenak. namun akhirnya diapun duduk sambil berkata.

   "Bila ingin membicarakan sesuatu, katakanlah sekarang dengan blak-blakan..

   "

   Kho Beng berpikir sejenak. lalu ujarnya .

   "Pertama-tama aku ingin bertanya dulu tentang atu hal, benarkah kitab pusaka Thian goan bu boh adalah mestika turun temurun dari partai kupu-kupu kalian?"

   Agak emosi Ui sik kong menjawab .

   "setiap umat persilatan mengetahui akan persoalan ini, aku tak ingin banyak berbicara lagi."

   Kho Beng manggut-manggut, ujarnya kemudian .

   "Aku bukannya merasa curiga tapi hanya tak habis mengerti. ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Thian goa bu boh kebanyakan adalah ilmu pedang, mengapa orang-orang partaimu justru menjadi kesohor karena senjata panji kupu-kupunya, sedang anda sendiripun lebih suka mengandalkan ruyung emas."

   Ui sik kong tertawa tergelak .

   "Haaaahh.haaahh.haaahh..andaikata partai kami hanya mengandalkan jurus pedang dari kitab pusaka Thia goan bu boh belaka, mungkin kejayaan dan pengaruh kami didalam dunia persilatan tak akan seluas dan sebesar ini, apalagi kitab pusaka tersebut telah lenyap sejak seabad berselang, sisa peninggalan kepandaian tersebut pun sudah tak lengkap."

   "Lantas dari sumber manakah ilmu silat yang diandalkan partai anda?"

   Tanya pemuda kita sambil berkerut kening.

   "Tentu saja dari kitab pusaka Thian goan bu boh"

   Kho Beng berpikir sebentar, dengan cepat ia pun menjadi paham dengan duduk persoalan yang sebenarnya, katanya kemudian .

   "ooooh, rupanya kau menggunakan kepandaian dari kitab pusaka Thia goa bu boh sebagai dasar dengan mencampurkan kepandaian lain kedalamnya sehingga tercipta sejenis kepandaian manunggal yang khusus?"

   "Cara tersebut persis seperti apa yang kau lakukan sekarang,"

   Kata Ui sik kong sambil tertawa seram.

   "tapi aku percaya jurus serangan yang berhasil kuciptakanjauh lebih hebat daripada mu."

   "Hmmm, itu kan dikarenakan kau kelewat tinggi menilai kemampuan sendiri,"

   Jengek Kho Beng sambil tertawa dingin. Dengan geram Ui sik kong berseru .

   "selewatnya hari ini bila kita sampai bertemu kembali, saat itulah aku akan menyuruh kau tahu dengan pasti, siapakah diantara kita yang lebih tangguh"

   Kho Beng tertawa riang.

   "selama seabad terakhir ini mendiang guruku sudah menciptakan beratus-ratus jenis ilmu silat yang tangguh, aku rasa dalam masa hidupmu sekarang tak nanti kau punya kesempatan lagi untuk angkat kepala dihadapanku"

   Berubah hebat paras muka Ui sik kong setelah mendengar perkataan itu, namun sambil menggigit bibir ia berseru .

   "Kho Beng, kau cukup mengingat satu hal saja, yaitu dalam suatu pertarungan yang berlangsung, belum tentu menang kalah ditentukan oleh tangguh tidaknya jurus serangan yang dimiliki, tapi terpengaruh pula oleh kerja sama dalam bidang lainnya."

   Kho Beng tersenyum.

   "sejak hari ini kau boleh saja berupaya dengan segala cara untuk mencelakai aku, tapi yang hendak dibicarakan hari ini bukan lah masalah tersebut."

   "Apa yang hendak kau bicarakan?"

   Tanya Ui sik kong keheranan.

   "Apabila kitab pusaka Thian goan bu boh benar-benra merupakan benda mestika dari partai kupu-kupu, akupun bersedia untuk menjelaskan kepada para pemimpin dari partai agar mengembalikan kitab pusaka tersebut kepada anda."

   Ui sik kong berpikir sebentar, lalu serunya .

   "Aku tak percaya kalau kau memiliki tujuan sebaik ini."

   "Ya a, tentu saja kitab tersebut tidak dikembalikan dengan Cuma- Cuma, aku mempunyai syaratnya."

   "Lanjutkan perkataanmu"

   Pinta Ui sik kong sambil memejamkan matanya.

   "Mendiang guruku adalah sobat karib kakekmu almarhum, bahkan kakekmu pernah melepaskan budi kepada leluhur guruku, karena pikiran tersebut maka menjelang ajalnya ia telah berpesan kepadaku agar tetap memelihara keutuhan dari keturunan partai kupu-kupu."

   "omong kosong"

   Teriak Ui sik kong sambil menggigit bibir.

   "kau anggap siapakah aku ini? Memangnya aku bisa dipermainkan anak kecil macam kau ini?"

   Dengan kening berkerut, Kho Beng berseru pula dengan marah .

   "kau tak perlu membangkitkan amarahku dengan cara demikian, kau harus menerima kenyataan ini, meski usiaku jauh lebih muda darimu, tapi dalam tingkat kedudukan masih lebih tinggi darimu,"

   Lagipula setelah tertawa dingin Lanjutnya .

   "Berbicara dari soal ilmu silat, akupun masih jauh lebih tangguh daripada kepandaianmu"

   Ui sik kong mendengus dingin "Hmmm, seandainya aku tidak memandang terlalu enteng kekuatanmu, siapa menang siapa kalah belum tentu bisa diketahui."

   Kho Beng tertawa dingin, tukasnya .

   "Lebih baik anda mendengarkan dulu perkataanku hingga selesai, ketahuilah mendiang guruku adalah manusia yang bertanggung jawab dan amat setia kawan, ia bisa membedakan mana yang lurus dan mana yang sesat secara jelas. Ketika beliau merasa tak puas dengan kebiadaban kakekmu dulu, ia pernah membujuknya secara baik-baik,"

   "Hmmm, justru disinilah letak kemunafikannya"

   Tukas Ui sik kong sambil mengigit bibir.

   "sekarang aku sudah menganggapnya sebagai musuh yang paling kubenci, cepat atau lambat suatu ketika aku pasti akan menggali kuburnya dan melecuti mayatnya dengan cambuk"

   Sambil menghela napas, Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Tampaknya pengorbanan guruku almarhum tak mungkin bisa memperoleh pengertian darimu, tapi akupun merasa berkewajiban untuk menjelaskan dulu persoalan ini kepada mu, justru karena guruku tak ingin melupakan hubungan persahabatannya dimasa lalu, maka selama seabad lamanya dia tak berhubungan dengan partai kalian, padahal secara diam-diam setiap saat setiap waktu dia orang tua selalu memperhatikan sepak terjang kamu semua."

   "Hmmm, mungkin saja dia sedang mencari kesempatan untuk membokong kami "

   Jengek Ui sik kong sambil tertawa dingin "Kalau toh kitab pusaka Thian goan bu boh merupakan benda mestika dari partai kupu-kupu, maka setelah aku mendapatkan pengertian dari para jago pelbagai partai besar, kitab pusaka segera kuserahkan kembali kepadamu, tapi kaupun harus memenuhi juga syaratku ini .

   Kesatu, partai kupu-kupu harus segera mengundurkan diri dari daratan Tionggoan dan mulai saat ini tak akan melangkah masuk kewilayah orang lain lagi, kalianpun tak boleh mengandalkan ilmu silat untuk menguasai seluruh jagat.

   Kedua, segera bebaskan kakek tongkat sakti, nona chin, ciciku bersama kedua orang dayangnya, Ketiga, serahkan orang yang telah menyamar sebagai Bu wi lojin pada tujuh belas tahun berselang, karena orang itulah biang keladi dari peristiwa berdarah diperkampungan Hui im ceng, sebab dia pula yang harus bertanggung jawab atas tujuh puluh lembar jiwa keluarga Kho kami yang terbunuh secara mengenaskan"

   Ui sik kong termenung sebentar, lalu sahutnya .

   "Aku tak ingin menerima perjanjian semacam ini."

   "Hmmm, kalau toh kau tetap tak mau sadar, terpaksa aku harus menggunakan cara yang lain"

   "Apa caramu?"

   "Biarpun mendiang guruku berpesan demikian, namun dia orang tua pun sudah cukup menyelami watak dari keluarga Ui kalian, ia tahu bahwa kemungkinan seperti ini tak bisa terwujud, Itulah sebabnya diapun telah berpesan kepadaku, apabila keadaan sudah terpaksa, aku boleh menumpas partai kupu-kupu sampai keakarakarnya."

   Lalu dengan suara dalam ia menambahkan.

   "maka dari itu aku berpendapat, bila kau enggan menerima syaratku yang semula dan keadaan benar-benar sudah terpaksa, aku akan menuruti pesan dari guruku ini dengan membasmi partai kupu-kupu dari muka bumi, agar keturunan kalian turut tertumpas habis"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Berubah hebat paras muka Uisik kong, sambil menggigit bibir dia berseru .

   "Hal ini sudah berada dalam dugaanku."

   Dalam waktu yang relatif singkat ini, paras muka Ui sik kong beberapa kali berubah, tapi akhirnya dia menghela napas sedih, katanya .

   "Bila hal ini sampai terjadi, riwayat hidup partai kupu-kupu pasti akan punah sama sekali."

   Dengan cepat Kho Beng menggeleng, katanya .

   "Aku toh sudah menegaskan tadi, partai kupu-kupu tak bakal musnah, tapi kalian harus merubah sepak terjang kalian selama ini, yang terpenting adalah padamkan ambisi kalian untuk menguasai jagat"

   Ui sik kong menghela napas panjang, mendadak katanya .

   "Daripada cita-citaku berantakan, toh lebih baik aku mati saja."

   "Hmmm, hal itu hanya disebabkan pandangan yang berbeda, bila setiap partai yang ada didalam dunia persilatan mempunyai ambisi yang sama untuk menguasai jagat, lantas kapankah dunia persilatan menjadi aman dan tentram? Yang penting adalah kau dapat mengendalikan ambisi sendiri"

   Lama sekali Ui sik kong termenung tanpa berbicara, akhirnya ia mendongakkan kepalanya dan tertawa seram .

   "Haaaahh.haahhhaaahhh..hari ini aku sudah dipecundangi habishabisan olehmu, aku merasa tak punya muka lagi untuk hidup dldunia ini sudahlah.sudahlah.."

   Mendadak dia mengayunkan telapak tangan dan dihantamkan keatas ubun-ubun sendiri.

   Kho Beng sangat terkejut, cepat-cepat dia melompat kedepan sambil mencengkeram urat nadinya.

   Tapi sayang dia tak tahu kalau perbuatan itu sebenarnya merupakan siasat licik dari Uisik kong untuk menjebaknya, disaat kelima jari tangan Kho Beng hendak mencengkeram diatas nadinya itulah, mendadak ia melepaskan sebuah tendangan keras kedepan.

   Tendangan itu dilepaskan Ui sik kong dengan sepenuh tenaga, lagipula dilancarkan pada saat Kho Beng tidak bersiap sedia sama sekali, tak ampun lambung pemuda itu terhajar telak.

   Duuukkk Tubuh Kho Beng tertendang sampai mencelat keudara dan terjatuh pada tiga kaki dari posisi semula.

   Ui sik kong tertawa seram, sambil memburu kedepan serunya kepada Kho Beng sambil tertawa dingin .

   "Bukankah sedari tadi aku sudah bilang dalam menghadapi pertarungan bukan hanya keampuhan jurus yang diandalkan, tapi tergantung pula pada situasi dan kondisi, tadi kau menyombongkan diri dihadapanku, katanya ilmu silatmu lebih tangguh daripada kemampuanku. Tapi sekarang..heeeehh..heeehhh..yang bakal mampus ditengah bukit bukanlah aku, tapi kau si bocah keparat"

   Darah segar menyembur keluar dari mulut, dengan geram pemuda itu berteriak .

   "Bajingan tua, akupun menyesal mengapa tidak memunahkan ilmu silatmu tadi"

   Ui sik kong tertawa bangga.

   "Haaahh.hahhhhhaaahhh..Kho Beng, tahukah kau apa yang paling kubutuhkan sekarang? Kitab pusaka Thian goan bu boh.tapi jangan harap tujuanmu ini tercapai."

   "Tebakanmu salah besar,"

   Seru Ui sik kong sambil tertawa seram.

   "bagiku lebih baik tidak mendapatkan kembali kitab pusaka Thian goan bu boh dari pada membiarkan kau hidup terus didunia ini, sebab kau sudah menjadi ancaman yang terbesar bagi kesuksesan cita-cita partai kupu-kupu kami."

   Sambil meng kertak gigi Kho Beng membungkam dalam seribu bahasa, sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat.

   Ia cukup mengetahui sampai dimanakah kekejaman serta kebuasan bajingan tua itu, ia telah kena bokong hingga terluka parah, rasanya tak mungkin lagi baginya untuk lolos dari kematian.

   sambil tertawa seram Ui sik kong mengangkat telapak tangannya keatas.

   Dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian, ia siap menghaar tubuh Kho Beng hingga hancur berantakan.

   Mendadak Pada saat telapak tangannya hampir diayinkan kebawah itulah, terdengar suara desingan tajam bergema lewat, disusul munculnya sebutir batu kerikil yang menghantam jalan darah Cun hiat dilengan kanannya.

   seketika itu juga Ui sik kong merasakan lengannya menjadi linu dan kesemutan, jalan darahnya segera tertotok.

   Kejadian ini seketika membuatnya tertegun, buru-buru dia mengerahkan tenaga dalam ditangan kirinya lalu mencoba membebaskan jalan darahnya yang tertotok itu.

   Tapi kenyataan segera membuat hatinya terkejut sekali, siapakah orang yang memiliki ilmu silat begitu tinggi? Hanya dengan sebutir kerikil saja jalan darahnya sudah tertotok? Mungkinkah didunia ini masih terdapat Kho Beng kedua atau Kongci Cu kedua? Ketika ingatan tersebut masih melintas dalam benaknya, tahutahu saja sesosok bayangan biru berkelebat lewat dan dihadapan mukanya telah berdiri seorang kakek berjenggot putih .

   "siapa kau?"

   Ui sik kong segera membentak. Kakek berbaju biru itu tertawa dingin, dengusnya .

   "Aku tak sudi menyebutkan namaku terhadap manusia licik dan berhati busuk macam kau"

   "Kalau begitu lebih baik kau mampus saja"

   Bentak Ui sik kong dengan marah. sambil berkata dia berusaha meloloskan ruyung lemas yang melilit dipinggangnya. Buru-buru kakek berbaju biru itu mengoyangkan tangannya berulang kali, seraya berseru .

   "Lebih baik kau jangan turun tangan, apakah kau tak sadar bahwa isi perutmu sudah terluka parah?"

   Ui sik kong betul-betul sangat terkejut, dengan mata melotot penuh amarah, teriaknya "Jadi apa yang terjadi tadi telah kau saksikan semua?"

   Kakek berbaju biru itu tertawa tergelak .

   "Haaaahh..haaahhh.haaahh..terus terang saja kukatakan, apa yang telah terjadi tadi memang telah kulihat semua, yaa, pertunjukkan tersebut memang sangat menarik hati"

   "sebenarnya apa maksudmu?"

   Tegur Ui sik kong kemudian sambil menggigit bibir.

   "Menegakkan keadilan dan kebenaran memberantas segala hal yang tak adil merupakan prinsip hidupku yang terutama."

   Setelah berhenti sejenak, dengan suara dalam ia berkata lebih jauh .

   "Bila berbicara dari semua sepak terjangmu, maka biar dijatuhi hukuman mati pun rasanya belum bisa menebus semua kesalahanmu itu, namun aku betul-betul merasa terharu oleh ucapan Kho sauhiap tadi, kalau toh dia pun bersedia menyingkirkan masalah dendam keluarganya untuk mempertahankan generasi penerus partai kupu-kupu, mengapa aku sekalian harus membunuhmu?"

   Tiba-tiba Ui sik kong tertegun .

   "Apa maksudmu mengucapkan kata- aku sekalian-?"

   "Masa kau tidak memahami arti perkataan tersebut?"

   Tanya kakek berbaju biru itu sambil tertawa.

   "Maksudmu, kau masih mempunyai teman?"

   Ui sik kong bertanya dengan nada menyelidik.

   "Memang begitulah maksudku"

   Si kakek berbaju biru itu sebera mengangguk.

   "itulah sebabnya kuanjurkan kepadamu agar tidak membuat rencana yang jahat lagi."

   "Hmmm, dimanakah orangnya?"

   Ui sik kong bertanya. Mendadak kakek berbaju biru itu menggapai ke belakang sambil serunya keras-keras .

   "saudara Kui sam, situa Bangka Ui ingin cepatcepat bertemu denganmu"

   Dari atas sebatang pohon besar yang tumbuh takjauh dari situ segera terdengar seseorang menjawab dengan suara nyaring .

   "Beritahu kepada orang she Ui itu, aku ingin memberi hadiah tiga macam kepadanya"

   Ui sik kong merasa amat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, dengan cepat la mengalihkan pandangan matanya kemuka.

   Terlihatlah bayangan sinar berkelebat lewat, diiringi desingan suara yang amat tajam tampak sebuah senjata rahasia telah dibidikkan kearahnya.

   Ui sik kong tak berani berayal, cepat-cepat dia mengayunkan pula telapak tangannya untuk menghalau ancaman tersebut.

   Ternyata senjata rahasia itu adalah sebutir batu yang sangat kecil, sewaktu terkena tenaga serangannya itu segera terpental kesamping.

   "Haaahh.haaahh.haaahhh.sebuah gerak serangan yang amat bagus"

   Puji kakek yang berada diatas pohon itu sambil tertawa tergelak.

   Menyusul kemudian batu kedua dan ketiga pun meluncur datang susul menyusul.

   Biarpun Ui sik kong merasa terkejut namun diapun sedikit kegelian, sebab ilmu melepaskan senjata rahasia yang dipergunakan kakek itu tidak terhitung hebat, maka sebuah pukulan kembali dilontarkan kedepan.

   Bersambung ke

   Jilid 39

   Jilid 39 Tenaga pukulannya dengan cepat menyelimuti daerah seluas berapa kaki, sudah dapat dipastikan kedua butir batu kecil itu sudah pasti akan terhalau kembali.

   Siapa tahu kenyataannya sedikit agak diluar dugaan, biarpun batu kedua berhasil pula dihalau hingga runtuh ketanah, namun batu yang terakhir justru memiliki sisa kekuatan yang cukup tangguh walaupun sudah termakan oleh tenaga serangannya.

   Setelah membentuk busur lingkaran, bukan bertambah lemah kekuatan batu kerikil tadi, malah sebaliknya daya luncur benda itu makin bertambah cepat lagi.

   Duuuukk Tahu-tahu batu kerikil itu sudah menghajar telak jalan darah ci ti hiat dilengan kanan Ui Sik kong.

   Tak terlukiskan rasa kaget Ui Sik kong menghadapi kejadian ini, cepat-cepat tangan kirinya ditepuk untuk membebaskan kembali jalan darah sendiri yang tertotok.

   Terlihat sesosok bayangan hijau berkelebat lewat, tahu-tahu seorang Kakek berbaju hijau telah berdiri bersanding dengan Kakek berbaju biru itu.

   Kejut dan gusar Ui Sik kong segera menegur .

   "Siapa kau?"

   Kakek berbaju hijau itu tertawa bergelak .

   "Aku merasa amat kagum dengan caramu membebaskan totokan jalan darah pada tubuh sendiri, itulah sebabnya aku ingin menyaksikan lebih dari satu kali."

   Kemudian sambil berpaling kearah Kakek berbaju biru itu, kembali dia berkata .

   "Kita harus membandingkan gerakan tersebut dengan apa?"

   Kakek berbaju biru itu berpikir sebentar, lalu sambil ketawa tergelak katanya .

   "Aku telah menemukannya, gerakan itu rasanya mirip orang yang tersengat lebah saja."

   "Ya betul, tepat sekali"

   Seru Kakek berbaju hijau itu bertepuk tangan sambil tertawa tergelak.

   "memang mirip sekali dengan orang yang tersengat lebah"

   Rupanya gerakan Ui sik kong untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan memang amat menggelikan, kesatu karena perawakan tubuhnya kecil pendek, kedua berhubung rasa tegang karena jalan darahnya tertotok.

   maka sambil melompat tangan kirinya segera mana bok lengan kanan sendiri, begitu kerasnya tabokan ini sampai jenggotnya ikut bergoncangan.

   Tak salah lagi kalau gerakan tersebut dibilang seperti orang yang tersengat lebah, sebab memang amat menggelikan.

   Ui sik kong benar-benar sangat gusar, bentaknya dengan keras .

   "Huuuh, sungguh menjengkelkan"

   Sepasang lengannya segera direntangkan dengan ruyung ditangan kanan dan serangan kosong disebelah kiri secara terpisah dia menyerang kedua orang kakek itu pada saat yang hampir bersamaan.

   Agaknya kedua orang kakek itupun cukup mengetahui kelihaian lawannya, mereka tak berani memandang enteng, cepat-cepat telapak tangan kanannya diayunkan kedepan untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut, terdengar suara desingan tajam menderu- deru, pasir dan batu beterbangan diangkasa membuat suasana disekeliling tempat itu menjadi amat mengerikan.

   Namun disaat angin pukulan itu sudah berhembus lewat ternyata kedua orang kakek itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, sebaliknya Ui sik kong justru tergetar mundur sejauh dua langkah, napasnya rada tersengal-sengal.

   Dengan cepat dia mengayunkan tuyung lemasnya sambil berseru dengan penuh kebencian .

   "sebenarnya siapakah kalian?"

   "Eeeeh.eeeehh jangan kelewat emosi"

   Seru si Kakek berbaju hijau sambil mengoyangkan tangannya berulang kali. Kakek berbaju biru itu berseru pula sambil tertawa.

   "jangan lupa, isi perutmu sudah terluka parah"

   Akhirnya Ui sik kong berhasil juga menenangkan kembali hatinya, namun rasa gusar dan pedih sempat menghiasi wajahnya, sudah jelas kekalahan secara beruntun yang dideritanya membuat ia sangat emosi.

   Kembali Kakek berbaju biru itu mengejek sambil tertawa.

   "Nah, begitu baru benar, selama bukit nan hijau kenapa kau mesti takut kehabisan kayu bakar? Bila ingin mempertaruhkan selembar nyawa sendiri, waaahh.bagimu tak akan mendatangkan manfaat yang besar"

   "Cepat katakan siapa kalian dan apa maksud kedatanganmu berdua?"

   Teriak Ui sik kong sambil menggigit bibir. Kakek berbaju biru itu mengerling sekejap kearah Kakek berbaju hijau lalu katanya.

   "Baiklah, tak ada salahnya kalau kami beritahukan kepadamu identitas kami, sebenarnya aku bernama Thian cun yang sedang dia bernama oh Kui sam"

   Bagaikan tersengat listrik bertegangan tinggi, Ui sik kong berseru kaget lalu teriaknya keras-keras .

   "Rupanya kalian berdua, jadi kalianpun telah datang kedaratan Tiongoan?"

   "Benar"

   Jawab Thian cun yang gamblang.

   "Pertama suasana didaratan Tionggoan cukup ramai, kedua kamipun ingin datang menghantar diri daripada akhirnya kau mesti bersusah payah datang mencari kami"

   "Jadi kalian ingin mengulangi kembali peristiwa tragis dibawah tebing hati duka pada seratus tahun berselang?"

   Dengan cepat Thian cun yang menggeleng.

   "Biarlah dendam kesumat leluhur kita diselesaikan sendiri oleh leluhur kita itu, kami tak ingin mengulangi kembali tragedy dibukit hati duka, namun tentu saja hal ini tergantung pada pilihanmu sendiri"

   Ui sik kong memandang sekejap sekeliling arena, lalu serunya sambil menggigit bibir .

   "sejak seabad berselang partai kupu-kupu berusaha hidup sambil menahan malu, tahukah kau apa tujuannya? Tak lain adalah untuk balik kembali dari liang kuburan serta membalas dendam atas sakit hati."

   "Mungkin kau pun sudah dapat merasakannya sekarang bahwa untuk mencapai kedua hal tersebut, paling tidak kalian mesti berlatih lagi selama seabad"

   Ujar Thian cun yang sambil tertawa.

   "Hmmm, bagiku selama hayat masih dikandung badan, aku tetap akan berupaya mewujudkan kedua harapan tersebut, kalau tidak, aku lebih suka menghabisi hidup sendiri"

   "Huuuh, kalau begitu kau memang ditakdirkan untuk mampus"

   Jengek Thian cun yang.

   "jadi, begitukah tujuan kalian itu?"

   Ui sik kong menghembuskan napas panjang. Cepat-cepat Thian cun yang menggoyangkan tangannya sambil tertawa. Katanya .

   "Tidak. buat hari ini, asal kau bersedia meninggalkan Kho Beng disini, maka kau boleh meninggalkan tempat ini dengan segera"

   Dengan pandangan penuh kebencian Ui sik kong mengerling sekejap kearah Kho Beng yang tergeletak ditanah serta Thian cun yang dan oh Kui sam, setelah itu serunya .

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kalian tak akan melarikan diri keujung langit, bukan?"

   "Haaahhaaahhhaaahhh.perkataanmu tersebut kurang tepat, buat apa kami mesti melarikan diri?"

   "Tapi mungkin juga begitu,"

   Sambung oh Kui sam sambil tertawa bergelak .

   "tapi hasil ini tergantung bagaimana kau si tua Bangka, asal kau bisa bertobat serta kembali kejalan yang benar, otomatis kami jadi menganggur, daripada diundang sana dipanggil kemari oleh rekan-rekan persilatan, lebih baik kami kabur saja keujung langit"

   Ui sik kong tak ingin mendengar kata-kata sindiran dari kedua orang itu lagi, setelah mendengus dingin, dengan membawa luka dibadan ia segera berlalu dari situ.

   Memandang bayangan punggung Ui sik kong yang menjauh, tanpa terasa kedua orang itu menghembuskan napas panjang.

   Lama kemudian, akhirnya oh Kui sam berkata .

   "Mari kita memeriksa dulu bagaimana keadaan luka dari bocah anak muda she Kho itu"

   Mereka berdua segera bersama-sama mendekati Kho Beng.

   sementara itu noda darah telah membasahi mulut dan hidung Kho Beng, tendangan dari Ui sik kong terbukti memang sangat keji dan mengerikan sekali, kini isi perutnya telah menderita luka yang sangat parah.

   Thian Cun yang yang berjongkok untuk memeriksa keadaan Kho Beng kemudian tegurnya .

   "Hey anak muda, apakah kau masih bisa mendengar suara kami?"

   Pelan-pelan Kho Beng membuka sepasang matanya lalu menjawab lemah .

   "Cianpwee berdua, terima kasih banyak."

   Biarpun suaranya amat lemah, namun setiap patah kata masih dapat terdengar dengan jelas sekali.

   Untuk kesekian kalinya Thian cun yang memeriksa keadaan Kho Beng dengan seksama, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan berkata kapada oh Kui sam dengan serius .

   "Tenaga dalam yang dimiliki bocah ini benar-benar amat sempurna, padahal denyut nadinya telah tergetar sehingga berdetak dengan lemah, kesadarannya pun hampir hilang, tapi kenyataannya masih bisa bertahan dengan bagus sekali, kalau dilihat dari tenaga dalam yang dimilikinya paling tidak telah mencapai seratus dua puluh tahun hasil latihan."

   "Waaah kalau begitu kan jauh lebih tangguh dari pada kita berdua?"

   Bisik oh Kui sam.

   "sssst, jangan keras-keras"

   Bisik Thian Cun yang pula.

   "buka aku sengaja melemahkan semangat sendiri, kalau dibandingkan kita berdua, dia memang lebih tangguh, kenyataan berkata demikian"

   Mendadak.

   Disaat dua orang tersebut sedang berbisik-bisik, tampak dua sosok bayangan manusia kembali berkelebat datang dengan kecepatan tinggi, sewaktu bayangan tersebut semakin dekat, terlihatlah mereka adalah dua orang gadis muda yang tak lain adalah Beng Gi ciu serta siau wan.

   Thian Cun yang nampak gembira sekali, teriaknya .

   "ooooh, ternyata keponakan kita telah datang, hey kenapa kedatanganmu begitu kebetulan?"

   Buru-buru Beng Gi ciu memberi hormat kepada dua orang kakek itu, sahutnya .

   "sesungguhnya keponakan memang sedang mencari empek berdua, tapi selama ini usahaku tak pernah berhasil, dalam kecewanya aku mendengar Phu sian sangjin sekalian para jago hendak mengadakan pertemuan dipuncak Giok cin hong dibukitTiong lam san, maka keponakan pun menyusul kesitu, siapa tahu ternyata mereka pun telah pergi dari situ, karena nya terpaksa keponakan meninggalkan tempat itu dan berkeliaran disekitar sini, tadi keponakan malah sempat mendengar teriakan dari empek berdua."

   "Apakah kau mengetahui peristiwa yang barusan terjadi?"

   Tanya Thian cun yang kegirangan.

   "Keponakan sendiripun kurang jelas, sekarang hendak kutanyakan persoalan ini kepada empek berdua."

   Baru saja Thian cun yang hendak menjawab, mendadak terdengar siau wan berteriak keras .

   "Nona.. celaka Kho kongcu."

   Rupanya Thian cun yang dan oh Kui sam telah berdiri dihadapan Kho Beng sehingga dalam pembicaraan tadi Beng Gi ciu sama sekali tidak menjumpai kehadiran Kho Beng disitu.

   Teriakan kaget dari siau wan membuat Beng Gi ciu menjadi sangat terperanjat, buru-buru dia menyelinap kedepan.

   Betul juga, ia menemukan Kho Beng sudah tergeletak tak berkutik dengan tubuh penuh berlepotan darah, keadaannya tak berbeda seperti orang mati.

   Tak terlukiskan rasa terperanjat Beng Gi ciu menghadapi kejadian seperti ini.

   Tanpa ambil peduli dengan kehadiran Thian Cun yang serta oh Kui sam lagi, buru-buru dia berjongkok disamping Kho Beng sambil teriaknya .

   "Kho kongcu, kenapa kau?"

   Tanpa disadari saking paniknya air mata sampaijatuh berceceran membasahi pipinya. Thian Cun yang yang melihat kejadian ini, buru-buru menarik tangan oh Kui sam sambil bisiknya .

   "Waaah, kelihatannya keponakan kita ini rada kurang beres"

   "Apanya yang kurang beres?"

   Tanya oh Kui sam agak tertegun.

   "Masa tidak kau lihat apa yang sedang diperbuat oleh nya?Jangan lagi berada dihadapan kita berdua, sekalipun tidak berada dihadapan kita pun sikap dan tingkah lakunya yang diperbuatnya sekarang sedikit kelewat batas."

   "Betul, memang rada kurang beres,"

   Sahut oh Kui sam. Kemudian seperti baru menyadari akan sesuatu. setelah memutar biji matanya, dia berkata lagi agak keheranan.

   "Padahal keponakan kita ini belum lama datang ke daratan Tionggoan, mengapa perkembangan salam soal ini berlangsung begitu cepat.ini namanya apa? orang menyebutnya sebagai..ehmmm betul, orang menyebutnya sebagai cinta dalam pandangan pertama"

   "sssst. .jangan keras-keras"

   Bisik Thian Cun yang sambil menarik ujung bajunya.

   "mari kita rundingkan persoalan ini."

   Dalam pada itu Beng Gi ciu dan siau wan sedang berjongkok disisi Kho Beng bertanya ini itu, tentu saja mereka tidak menaruh perhatian terhadap kedua orang kakek tersebut, atau pada hakekatnya mereka tidak mendengar apa saja yang dibicarakan kedua orang tua tersebut.

   sebaliknya Thian Cun yang dan oh Kui sam yang telah mundur dua langkah dan merundingkan masalah itu dengan suara lirih.

   Kata oh Kui sam .

   "Beng toako sudah berangkat duluan, itu berarti kita dua orang tua Bangka ini tak bisa berpeluk tangan saja terhadap masalah yang dihadapi keponakan kita ini"

   "Ya a, bocah muda she Kho ini mempunyai pengalaman yang luar biasa, masih muda tampan lagi, tak heran kalau keponakan kita itu segera tertarik dan jatuh cinta padanya, coba kau lihat dia masih juga menangis dengan begitu sedihnya."

   Ternyata Beng Gi ciu memang sedang menangis tersedu-sedu karena terharu menyaksikan keadaan Kho Beng yang mengenaskan. sambil menghela napas kembali oh Kui sam berkata .

   "Aaaai, kalau berbicara sejujurnya, bocah muda itu memang bagus sekali, bahkan aku sendiripun amat suka kepadanya."

   Lalu setelah berhenti sebentar, tambahnya .

   "Masih berkasiat kah pil sim mia wan mu itu?"

   Thian Cun yang segera tertawa.

   "Dia kan Cuma menderita luka dalam yang biasa, bukan dilukai oleh racun jahat atau tenaga pukulan yang aneh, tentu saja obat tersebut akan berkasiat sekali, kujamin dalam tiga hari lukanya sudah akan sembuh seperti sedia kala."

   "Kalau memang begitu, hayolah cepat kita obati luka itu"

   Sorak oh Kui sam dengan gembira.

   "Tunggu sebentar"

   Tiba-tiba Thian cun yang mencegah.

   "dibalik kesemuanya ini masih ada persoalan lain?"

   "Masih ada persoalan apa?"

   "Persoalan besar sekali, kesatu keponakan kita tampak begitu mencintainya hingga seakan-akan ia sudah begitu pasrah kepadanya, tapi apakah bocah muda itupun menyukai keponakan kita? Hal ini belum ada kepastian secara khusus. Kedua, siapa tahu bocah muda itu mempunyai kekasih hati lainnya atau mungkin sudah beristri,"

   "lantas bagaimana baiknya?"

   Dengan kening berkerut, oh Kui sam berkata .

   "Ya a, hal ini memang merupakan sebuah masalah yang pelik, Beng toako sudah lama meninggal dunia, andaikata kita tak bisa menyelesaikan persoalan dari keponakan kita dengan sebaikbaiknya, seratus tahun kemudian dengan muka apakah kita akan menjumpai Beng toako dialam baka?"

   Thian Cun yang berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Kau tak perlu kuatir, aku mempunyai ide yang sangat bagus."

   "oya? Apa idemu ? cepat katakanlah agar kita dapat merundingkannya secara baik-baik,"

   "Tidak. rahasia langit tak boleh dibocorkan,"

   Ujar Thian Cun yang sambil menggeleng.

   "pokoknya asal urusan dari keponakan kita gagal total, minta saja pertanggungan jawab kepadaku"

   "oh"

   Kui sam menatap wajah rekannya sebentar, lalu katanya .

   "Baiklah, akan kulihat bagaimana kau menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya."

   Maka dengan langkah lebar mereka pun berjalan menuju kedepan, setelah mendehem, Thian cun yang segera menegur .

   "Keponakanku, apakah kau kenal dengannya?"

   Merah padam selembar wajah Beng Gi ciu karena jengah, buruburu ia bangkit berdiri sambil menjawab .

   "Ya a, kami memang saling mengenal."

   "oya? Aku dengar dia adalah keturunan dari perkampungan Hui im ceng, masih muda, ganteng lagi. Betul-betul seorang pemuda yang menarik hati."

   Kepala Beng Gi ciu ditundukkan makin rendah, bisiknya lirih .

   "Apakah empek berdua dapat menolongnya."

   Oh Kui sam sebera berteriak keras .

   "Tentu saja, Pil si mia wan milik empek Thian mu khusus untuk mengobati luka dalam,kujamin dalam tiga hari saja luka yang dideritanya sudah akan sembuh kembali seperti sedia kala."

   Mendengar perkataan itu buru-buru Beng Gi ciu berseru kepada Thian Cun yang.

   "empek Thian kumohon kepadamu agar bersedia mengobati lukanya."

   "Heh, aneh betul dirimu ini, mengapa sih kau menaruh perhatian yang begini besar kepadanya?"

   Tegur Thian cun yang sambil tertawa. sekali lagi paras muka Beng Gi ciu berubah menjadi merah padam, agak tergagap dia berkata .

   "sebab..sebab dia dalah orang yang berilmu sangat tinggi dan amat mempunyai perasaan, aku lihat dia adalah pendekar sejati yang jujur, suka menegakkan keadilan dan merupakan kekuatan yang tak boleh dianggap enteng dalam usaha menumpas kaum iblis dari muka bumi."

   Oh Kui sam segera mengacungkan ibu jarinya.

   "Waaah.waaahhh keponakan memang benar-benar seorang wanita luar biasa, tak nyana kau menaruh perhatian yang begitu besar terhadap keselamatan dunia persilatan, tak kusangka kaupun menaruh simpati terhadap tokoh hebat seperti ini."

   Paras muka Beng Gi ciu berubah semakin merah lagi, kepalanya tertunduk rendah-rendah dan tak sepatah kata pun sanggup diucapkan lagi. Thian Cun yang kembali tertawa tergelak .

   "Haaahhh.haaahhh.haaahhhh Kui sam jangan banyak berbicara lagi, cepat lepaskan kantung airmu"

   Sementara berbicara ia telah merogoh keluar sebuah botol kecil dari sakunya.

   oh Kui sam pun sudah melepaskan kantung airnya dan diserahkan kepada rekannya itu.

   Tanpa ragu-ragu Thian Cun yang membuka penutup botol itu dan mengeluarkan sebutir pil berwarna merah yang segera dijejalkan kemulut Kho Beng.

   Buru-buru oh Kui sam meloloh anak muda tersebut dengan air.

   Kemudian sambil tersenyum, Thian Cun yang berkata lagi .

   "Tak jauh dari sini terdapat sebuah rumah penduduk milik pemburu Lan, dia sangat ramah dengan tamunya, selama inipun kami sudah dua hari menginap dirumahnya, untuk menyembuhkan luka dari Kho Beng bagaimana kalau kita berdiam berapa hari lagi disitu?"

   "Terserah empek yang mengatur."

   Buru-buru Beng Gi ciu berseru. Lalu sambil berpaling kembali katanya .

   "Tapi pantaskah keponakan ikut menginap disitu?"

   "Tentu saja"

   Thian cun yang tertawa.

   "pemburu Lan punya anak istri, kau toh bisa menginap bersama mereka."

   Dengan cepat oh Kui sam membopong tubuh Kho Beng dan dibawah petunjuk Thian cun yang sebera berangkat menuju kebawah tebing sana.

   Pemburu Lan memang seorang yang sangat ramah, dia melayani tamu-tamunya secara ramah dan hangat, untuk keperluan tempat penginapan malah dia menyisihkan dua buah kmar kosong bagi tamu-tamunya itu.

   sebuah untuk tempat mondok Beng Gi ciu dan siau wan, sedang yang lain untuk merawat luka yang diderita Kho Beng serta tempat beristirahat dua orang kakek itu.

   Untung Kho Beng memiliki dasar tenaga dalam yang amat sempurna, dua hari kemudian kesehatan badannya telah pulih kembali seperti sedia kala, tentu saja dalam jangka waktu sesingkat ini dia telah menceritakan semua pengalamannya kepada Beng Gi ciu sekalian.

   Pada hari ketiga, pagi-pagi sekali selesai duduk bersemedi, Kho Beng merasakan tubuhnya menjadi amat segar, tenaga dalamnya pun telah pulih kembali seperti sedia kala, tanpa terasa dia berdiri dari semedinya, untuk mencari udara segar.

   Didalam muka rumah ia menjumpai Thian cun yang berdua sedang melakukan senam untuk melemaskan otot.

   Maka cepat-cepat dia memberi hormat kepada mereka berdua sambil sapanya .

   "selamat pagi cianpwee berdua"

   "Bagaimana keadaanmu hari ini?"

   Tanya Thian cun yang sambil tertawa.

   "Boanpwee merasa kesehatan badanku telah pulih kembali seperti sedia kala, aku jadi tak mengerti bagaimana harus membalas budi kebaikan atas pertolongan dari cianpwee berdua."

   "Haaah..haaahhh.haaahh justru persoalan inilah yang hendak kami bicarakan,"

   Kata oh Kui sam cepat sambil tertawa terkekehkekeh. Thian Cun yang melirik sekejap ke arah kamar tidur Beng Gi ciu yang tertutup rapat, lalu setelah tertawa misterius, ajaknya .

   "Kho Beng, mari kita berbincang-bincang disana saja."

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan dicekam perasaan tak mengerti, Kho Beng mengikuti kedua orang kakek itu menuju kehalaman belakang.

   Halaman belakang rumah adalah sebuah kebun sayur, aneka bunga tumbuh disekelilingnya membuat suasana disitu terasa tenang dan nyaman.

   Waktu itu hari masih amat pagi, keluarga pemburu Lan belum ada yang bangun, maka mereka bertiga pun duduk diatas undakundakan batu.

   setelah termenung sejenak dengan wajah tertegun, Thian cun yang mulai bertanya.

   "Kho Beng, selanjutnya apa rencanamu?"

   Kho Beng agak tertegun, tetapi segera jawabnya .

   "Tentu saja banpwee akan mengiringi cianpwee berdua membasmi kaum iblis dari muka bumi"

   "setelah itu?"

   Desak Thian cun yang. sekali lagi Kho Beng dibuat tertegun.

   "Bila segalanya berjalan lancer dan partai kupu-kupu berhasil dihancurkan, boanpwee ingin hidup bersama cici ku ditempat yang sepi, membereskan pusara orang tua ku dan membangun kembali kejayaan nama keluarga kami."

   "setelah semua urusan itu beres?"

   Kho Beng tidak habis mengerti, terpaksa katanya agak tergagap.

   "Boanpwee akan . Akan membaktikan diri demi kepentingan dunia persilatan membantu yang lemah dan membasmi yang jahat, menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan"

   "Hmmm, cita-cita yang amat luhur,"

   Puji Thian Cun yang sambil mengacungkan kembali ibu jarinya.

   "tapi"

   Oh Kui sam yang tidak sabar, cepat-cepat menukas.

   "Kalau pingin bertanya lebih baik tak usah berputar-putar dulu. Kho Beng, biar aku saja yang bertanya kepadamu, apakah kau tak mempunyai rencana bagi diri sendiri. Apakah selama hidup kau tak akan kawin?"

   Mendengar pertanyaan tersebut, Kho Beng merasakan hatinya bergetar amat keras, sementara paras mukanya berubah menjadi merah padam.

   Pertanyaan yang diajukan oh Kui sam terlalu blak-blakan dan langsung menuju kesasaran, hal ini membuat anak muda kita menjadi gelagapan dan tak tahu yang mesti dikatakan.

   Akhirnya dengan wajah bersemu merah padam, pemuda itu menjawab .

   "Tentang persoalan ini aku rasa .. aku rasa bukan masalah yang perlu dibicarakan sekarang kekacauan didalam dunia persilatan belum lagi mereda, dendam sakit hati belum terbalas, mana berani boanpwee membicarakan soal perkawinan?"

   "Tidak bisa"

   Kata oh Kui sam dengan suara dalam.

   "perkataanmu toh hanya alasan yang dibuat-buat dengan maksud untuk mengulur waktu, tidak bisa kita terima sebagai alasan yang sesungguhnya, menentramkan dunia persilatan yang sedang kalut dan menuntut balas sakit hati memang termasuk pekerjaan besar. Tapi belum tentu orang mesti membujang terus, bila ditemui kesempatan yang baik dan tepat, apalah salahnya kalau persoalan tersebut dibicarakan?"

   "Betul"

   Dukung Thian Cun yang.

   "Disaat untuk berbincangbincang memang tak ada salahnya kalau masalah perkawinan pun di bicarakan, nah Kho Beng, apakah kau mempunyai rencana dalam hal ini?"

   Cepat-cepat Kho Beng menggeleng.

   "Setiap hari boanpwee harus berkelana dari timur kebarat, dari utara ke selatan, masih hiduppun menjadi tanda Tanya besar, belum pernah kulewatkan hari-hari dengan tenang, bayangkan saja, mana mungkin aku sempat memikirkan persoalan seperti ini?"

   "Kalau begitu, paling kau belum pernah bertunangan, bukan?"

   Tanya oh Kui sam lagi sambil tertawa gembira.

   "Tentu saja belum"

   Thian cun yang segera berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Perkawinan adalah suatu kejadian besar dalam kehidupan manusia, kau harus menerangkan dulu kepada kami, apakah dalam hati kecilmu mempunyai bayangan seseorang yang kau cintai? Atau mungkin kau pernah menaruh kesan dalam terhadap seorang wanita?"

   Tanpa disadari Kho Beng segera teringat akan chin sian kun, paras mukanya seketika berubah makin merah, buru-buru sahutnya .

   "Belum belum pernah ada yang kucintai"

   "Bagus sekali"

   Sorak Thian cun yang sambil bertepuk tangan.

   "kalau begitu biar aku langsung membicarakan soal pokoknya, kau toh mengerti bahwa keponakan perempuanku Beng Gi ciu adalah keturunan dari Kim Ka sian pemimpin dari tiga dewa, ia pun terhitung jagoan yang cukup tangguh didalam dunia persilatan."

   Oh Kui sam ikut menimbrung tapi segera dicegah Thian cun yang dengan pelototkan matanya, setelah itu sambil tersenyum dia berkata lebih lanjut .

   "Aku dengar, ia pernah menyelamatkan dirimu dibela kang lembah bukit Cian san, apakah benar demikian?"

   Dengan cepat Kho Beng menyadari apa yang menjadi maksud kedua orang tua tersebut, ia sadar masalah tersebut memang sebuah masalah yang amat pelik, tapi setelah mendengar pertanyaan itu terpaksa dia harus menjawab .

   "Yaa benar"

   "Beruntung sekali kami berdua pun telah menolongmu lagi dari situa Bangka Ui,"

   Kata Thian cun yang sambil tertawa ,"Itu berarti kau memang sangat berjodoh dengan kami keturunan dari tiga dewa, bukankah demikian?"

   "Boanpwee merasa amat berhutang budi, selama hayat masih dikandung badan tak akan kulupakan budi kebaikan ini."

   "Itu sih tak perlu."

   Cepat-cepat Thian cun yang menggoyangkan tangannya berulang kali.

   "kalau toh kita memang berjodoh, ini berarti pula segala sesuatunya telah diatur oleh yang kuasa dilangit karenanya kami berniat mempererat hubungan tersebut, menjadi lebih akrab lagi."

   Sesudah berhenti sebentar, tanyanya kemudian .

   "Bagaimana pendapatmu tentang keponakan perempuanku ini?"

   "Cianpwee"

   Kho Beng menjadi serba salah .

   "Hayo jawab pertanyaanku"

   Seru Thian cun yang sambil menarik muka. Pelan-pelan Kho Beng mengangguk. katanya .

   "Nona Beng adalah keturunan orang termasyur, wajahnya cantik, kepandaiannya pun tinggi, boleh dibilang dia adalah seorang nona yang sangat menawan hati.

   "

   Jawaban itu diutarakan dengan perasaan yang sejujurnya.

   oh Kui sam yang turut mendengarkan dari samcing menjadi amat kegirangan sambil mengerakkan tubuhnya yang gemuk pendek.

   dia berseru .

   "Hey anak muda, aku pingin bertanya kepadamu, seandainya kau bisa mendapatkan nona seperti itu sebagai istri, tentunya kau merasa tidak sia-sia bukan hidup didunia ini?"

   Kho Beng menundukkan kepalanya semakin rendah lagi .

   "Ucapan cianpwee memang benar"

   Saking gembiranya oh Kui sam segera berteriak .

   "Nah, anak muda kami dua orang tua berniat menjodohkan keponakan perempuan kami itu kepadamu"

   Kho Beng menjadi tertegun, meski sejak tadi ia telah menduga akan hal ini, agak tergagap serunya kemudian .

   "soal ini . soal ini .. boanpwee .."

   Sampai setengah harian lamanya ia tak mampu melanjutkan perkataannya, namun dia pun tidak mengutarakan keputusannya, setuju atau tidak. Thian Cun yang dan oh Kui sam sebera menarik wajah masingmasing, sambil mendengus oh Kui sam sebera berseru .

   "Aku anggap kejadian ini merupakan sebuah berita gembira yang luar biasa, mungkin kau bisa semaput saking girangnya tapi kenyataannya, kenapa kau justru tergagap seperti tak mampu mengemukakan pendapat? Apakah kecantikan dari keponakan kami ini belum bisa memenuhi harapanmu?"

   "Ya a betul, apakah kau menganggapnya tak pantas menjadi binimu?"

   Sambung Thian cun yang. Buru-buru Kho Beng menggoyangkan tangannya berulang kali seraya berseru .

   "Harap cianpwee berdua jangan salah paham, kecantikan dan kepandaian nona Beng menawan hati, lagi pula dia berasal dari keturunan keluarga termasyur, apa lagi yang kurang begiku? Akan tetapi.."

   "Akan tetapi kenapa?"

   Dengus oh Kui sam. setelah berpikir sebentar, Kho Beng berkata .

   "Boanpwee rasa dalam situasi seperti ini, kita tak seharusnya membicarakan persoalan macam itu, sebab cici ku masih berada dalam kesulitan, perkampungan Hui im ceng masih berupa puingpuing yang berserakan, sedang arwah orang tua kami pun masih gentayangan di alam baka dengan penasaran, boanpwee ."

   "Ya a, aku tahu, ucapan mu memang benar sekali, tapi bukan merupakan sebuah alasan yang kuat,"

   Kata Thian cun yang tertawa.

   "Aku mempunyai sebuah usul bagus, bagaimana kalau kita atur dulu soal ikatan jodoh ini, kemudian setelah dunia persilatan tenang kembali dan dendam kesumat Hui im ceng sudah dituntut balas, upacara perkawinan baru diselenggarakan?"

   "Betul, cara ini bagus sekali."

   Sambung oh Kui sam.

   "bagaimana kalau kita tentukan demikian saja?"

   Dengan kening berkerut Kho Beng sebera berkata .

   "Boanpwee Cuma manusia biasa yang tak berkemampuan apaapa, mungkin juga nona Beng tak akan setuju."

   Oh Kui sam sebera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh .. haaahhh .. haaahhh .. kau tak usah rikuh, padahal wajahmu tampan, tubuhmu tegap. berulang kali mendapatkan penemuan aneh membuat kemampuanmu mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. Kecuali kau, siapa lagi yang pantas menjadi suami keponakan perempuan kami itu?"

   "Ya a benar, kujamin dia pasti setuju,"

   Sambung Thian cun yang sambil tertawa pula. Kho Beng berpikir sebentar kemudian katanya.

   "Walaupun orang tua boanpwee telah tewas namun ciciku masih segar bugar, boanpwee rasa masalah perkawinanku ini lebih baik dibicarakan dulu dengannya, apalagi ciciku toh sebagai pengganti orang tua."

   Dengan cepat oh Kui sam menarik muka, tegurnya .

   "Hey bocah muda, kenapa sih kau berulang kali menolak"

   "Kho Beng biar kutanggung masalah tersebut,"

   Kata Thian cun yang tiba-tiba.

   "bila kami telah bersua dengan cicimu nanti, akan kusinggung masalah perkawinanmu itu, aku percaya dia tak akan keberatan."

   Mendengar perkataan ini terpaksa Kho Beng berseru .

   "Jangankan cianpwee berdua telah melepas budi pertolongan kepada boanpwee, dilihat dari tingkatan kedudukan cianpwee berdua pun cici pasti tak akan keberatan."

   "Kalau begitu urusan menjadi beres"

   Seru Thian cun yang sambil bertepuk tangan.

   "nah, dengarkan baik-baik Kho Beng, dalam soal perjodohanmu dengan keponakan perempuan kami ini, anggap saja akulah yang telah memaksamu, setelah cicimu lolos dari bahaya nanti, akulah yang akan menjelaskan semua persoalan ini kepadanya."

   Kho Beng segera menunduk tanpa berbicara, bukannya dia merasa keberatan.

   Berbicara dari kecantikan dan keluwesan Beng Gi ciu, ia memang seorang calon istri yang sangat ideal malah baginya bagaikan pucuk dicinta ulam tiba.

   Tapi ia pun merasa tidak pantas untuk mengikat tali perkawinan disaat dendam sakit hatinya belum terbalaskan, encinya pun masih berada dalam keadaan berbahaya.

   Tapi berhubung situasi yang berada didepan mata membuatnya tak dapat menampik lagi, maka diapun membungkam diri dalam seribu bahasa.

   sementara itu oh Kui sam telah memutar biji matanya sambil berseru .

   "Beres sudah, mari kita persiapkan hari yang gembira ini dengan sebaik-baiknya."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. la melanjutkan dengan gembira.

   "sekarang juga aku akan mencari si tua Lan agar dia siapkan perjamuan untuk kita semua hari ini kita harus merayakan peristiwa ini dengan sebaik-baiknya."

   Tidak sampai perkataannya selesai diucapkan, dengan cepat kakek itu sudah berlalu dari sana.

   Dalam keadaan begini Kho Beng sendiri tak bisa mengatakan bagaimana rasa hatinya sekarang, disamping rasa gembira terselip pula rasa haru dan sedih.

   Tentu saja yang paling menonjol aadalah rasa malu-malu kucingnya.

   "Ayolah jalan"

   Kata Thian cun yang sambil tertawa.

   "Mari kita pergi kedepan"

   Maka mereka berdua pun berjalan kembali kehalaman depan.

   Baru saja melangkah keluar dari halaman tampak Beng Gi ciu dan siau wan sedang berjalan-jalan menghirup udara pagi.

   Ketika melihat kedatangan dua orang tersebut, Beng Gi ciu segera menegur sambil tertawa.

   "Empek Thian, sepagi ini kau sudah bangun dari tidurmu?"

   Thian Cun yang tertawa terbahak-bahak, sahutnya .

   "Haaaa .. haaaahhh ..biasanya orang yang mendapat rejeki wajahnya selalu cerah, otomatis diapun akan bangun pagi, keponakanku kau mesti turut bergembira.

   "

   Beng Gi ciu agak tertegun, lalu tanyanya sambil tertawa .

   "Apakah empek Thian menjadi kaya?"

   "Haaahh . Haaahhh . Harta kekayaan adalah barang sampingan, apalagi usia empek sudah setua ini, apa artinya harta kekayaan bagiku? Rejeki yang sudah tak menarik perhatianku lagi"

   Beng Gi ciu memutar biji matanya sambil berpikir sebentar, mendadak serunya keras.

   "Aaaah, aku mengerti sekarang, sudah pasti empek telah menemukan bibi baru"

   "Ya a . Ya a a .dugaanmu sudah hampir tepat"

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kata Thian Cun yang sambil tertawa misterius.

   "Cuma bukan empek yang mendapat bibi baru justru empek telah mencarikan pasangan yang serasi untukmu."

   Kontan saja sepasang pipik Beng Gi ciu berubah menjadi merah jengah agak tersipu sipu serunya .

   "empek, kenapa sih kau gemar menggoda diriku?"

   Sambil membalikkan badan ia segera lari masuk kedalam kamar. Sebaliknya Siau wan kelihatan gembira setengah mati sambil memandang Kho Beng segera katanya .

   "Mungkin Kho kongcu yang bakal menjadi majikan mudaku?"

   Thian cun yang sebera mengangguk.

   "Yaa, selain dia, siapa lagi yang pantas menjadi pasangan hidup nonamu itu?"

   Saking girangnya siau wan sebera berseru "Kau orang tua memang betul-betul pandai bekerja, kalian pun sungguh memahami perasaan hati nona kami, kalau begitu siau wan mesti berterima kasih sangat kepada kau orang tua?"

   Sambil mengelus jenggotnya, Thian cun yang tertawa bergelak .

   "Haaahh . Haaahhh ..haaahhh .tetu saja kau harus berterima kasih kepadaku, setelah nonamu kawin dengan Kho sauhiap. maka kau pun pasti akan menemani nonamu, kau tahu apa arti dayang yang turut majikannya kawin? Berarti kau pun merupakan istri muda dari Kho sauhiap"

   Siau wan menjadi amat tersipu-sipu, serunya gemas .

   "Kau orang tua memang nakal, masa aku pun turut digoda?"

   Cepat-cepat dia membalikkan badan dan kabur dari situ Thian cun yang segera tertawa tergelak, ia kelihatan gembira sekali dengan peristiwa ini.

   oh Kui sam memang amat cekatan dalam mempersiapkan segala sesuatunya, dalam waktu singkat suasana gembira telah meliputi rumah pemburu Lan.

   semua orang sibuk berbenah, sibuk menghias dan mempersiapkan perjamuan untuk upacara pertunangan Beng Gi ciu dengan Kho Beng nanti.

   Akibatnya Kho Beng serta Beng Gi ciu menjadi amat tersipu-sipu, bahkan gara-gara perkataan Thian Cun yang tadi, siau wan pun turut merasa jengah sampai tak berani mendongakkan kepalanya lagi.

   Dia percaya perkataan dari Thian Cun yang memang benar, sudah pasti dirinya akan turut nonanya setelah menikah, ini berarti dia pasti akan menjadi istri muda Kho Beng.

   Hanya Thian Cun yang serta oh Kui sam yang dapat berbicara sambil tertawa bergelak.

   bukan saja mereka selalu berteriak teriakan, tak lupa pula menggoda kedua pasangan sehingga membuat Kho Beng maupun Beng Gi ciu sekalian tak berani angkat kepala.

   Hari itu mereka lewati dalam suasana gembira ria.

   Menjelang malam, suasana rumah pemburu Lan baru mulai hening, Thian Cun yang, oh Kui sam bersama sepasang calon suami istri ditambah siau wan duduk berkumpul dalam satu ruangan dan bersama-sama mengadakan perundingan.

   Pertama-tama Thian Cun yang yang berbicara lebih dulu, katanya .

   "Kini luka yang diderita Kho sauhiap telah sembuh, tentu saja kurang leluasa buat kita untuk berdiam lebih lama disini, sekarang kita mesti membicarakan langkah kita berikut"

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian ujarnya.

   "Dikala boanpwee meninggalkan kuil Leng thian sian wan dipuncak Giok cing hong bukit Tiong lam san tempo hari sudah pasti Phu sian sangjin sekalian dicekam perasaan ragu dan tak tenang. Y a, ketika itu boanpwee terpaksa berbuat demikian karena guruku almarhum telah berpesan demikian, mau tak mau aku mesti mengajak bajingan tua she Ui itu untuk mengadakan pertemuan empat mata serta mengemukakan diat dari mendiang guruku."

   "Tindakan semacam ini merupakan suatu tindakan yang ksatria, perbuatanmu memang benar sekali"

   Seru oh Kui sam nyaring.

   "Sebetulnya maksud boanpwee akan kembali lari kekuil Leng thian sian wan dan memberi penjelasan kepada mereka setelah tugasku selesai, siapa sangka gara-gara kekhilafanku hampir saja nyawaku melayang ditangan bajingan she Ui itu, akibatnya . saat ini mereka semua telah berangkat ke Siau lim si,"

   Kata Thian cun yang.

   "Malah kudengar surat undangan telah disebar luaskan keseluruh dunia persilatan untuk mengundang para jago berkumpul di Siau lim si dan bersama-sama membicarakan cara untuk menanggulangi peristiwa besar ini, dengan jarak yang begitujauh dari sini kebukitSiong san, aku pikir tidak cocok kalau kita mesti berangkat kesitu."

   "Tapi boanpwee kuatir kalau hal tersebut sampai menimbulkan kesalah pahaman umat persilatan kepadaku, akibatnya persoalan menjadi sulit untuk dijelaskan."

   "Soal ini tak perlu kau kuatirkan, paling tidak perkataan dari kami dua orang tua Bangka masih punya manfaatnya, soal penjelasan kepada Phu sian sangjin hwesio sekalian, serahkan saja kepadaku, Cuma sekarang .. Hmmm, padahal apa susahnya?"

   Dengus oh Kui sam tiba-tiba.

   "Asal kita mendatangi bukit Cian san mengobrak-abrik sarangnya, bukankah semua persoalan menjadi beres?"

   Dengan cepat Thian cun yang menggelengkan kepalanya.

   "Dis inilah letak masalahnya, kita tak boleh bertindak kelewat gegabah."

   "Memangnya kita harus takut dengan bajingan tua Ui sik kong?"

   Seru oh Kui sam penasaran.

   "Takut sih tentu tak perlu takut, tapi dibalik kesemuanya masih terdapat berbagai kesulitan."

   "Hmmm, apa kesulitannya?"

   Thian cun yang berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Pertama, Kho Beng telah menyanggupi permintaan si naga terbang dari see ih Kongci cu untuk memelihara keutuhan dari keturunan partai kupu-kupu, padahal Ui sik kong hanya mempunyai seorang anak gadis, paling tidak kita kan tak bisa menumpas mereka berdua?"

   Bantah oh Kui sam .

   "Padahal asal semua jago andalan partai kupu-kupu dapat kita sikat habis, dengan sisa mereka ayah dan anak berduaan saja, apa pula yang bisa mereka kerjakan?"

   "aku rasa persoalan tersebut tak akan begitu sederhana, apalagi Ui sik kong adalah manusia yang amat licik, salah-salah kita sendiri yang menjadi korban."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya .

   "selain itu, kakek tongkat sakti beserta kakak Kho sauhiap sekalian masih berada ditangan bajingan tua Ui Sik kong, bila ia menyandera orang-orang tersebut dan mengancam dengan nyawa mereka sebagai taruhannya, lalu apa yang mesti kau perbuat?"

   Sambil meremas-remas sepasag tangannya, oh Kui sam manggutmanggut .

   "Yaa, bajingan tua itu memang dapat melakukan perbuatan apa saja, persoalan ini memang sebuah masalah yang amat pelik,"

   Thian cun yang segera berkata lebih jauh .

   "Hingga kini tiga hari sudah lewat, siapa yang tahu permainan busuk apa lagi yang telah dipersiapkan bajingan tua Ui sik kong. Biarpun tenaga dalam yang kita miliki masih mampu mengunggulinya, tapi bila ditambah dengan kelicikan hatinya, sudah jelas ia merupakan musuh yang amat tangguh untuk kita berdua."

   "Ehmmm, kita berdua tak pernah mempunyai akal untuk main licik-licikan, memang disinilah letak kerugian bagi kita,"

   Kata oh Kui sam sambil menggigit bibir.

   "

   Lantas menurut pendapatmu kita tak boleh menyatroni bukit ciansan?"

   Kemudian setelah menghembuskan napas panjang, ia berkata lagi .

   "Apakah kita mesti pergi ke siau lim si untuk menggabungkan diri dengan Phu sian lo hwesio serta mengikuti perintahnya?"

   "Tentu saja kita tak boleh berbuat begitu, bagaimanapun juga kita harus mendatangi bukit Cian san, hanya saja kedatangan kita tak boleh terang-terangan, kita mesti merahasiakan jejak kita dulu."

   "

   Dengan kedudukan serta pamor kita didalam dunia persilatan, masa kita berdua pun mesti mendatangi sarangnya seperti pencuri yang takut ketahuan?"

   Dengan wajah serius Thian cun yang berkata .

   "

   Kesemuanya ini salahmu sendiri, kenapa sepanjang hidup mengasingkan diri terus menerus dipulau Bong lay to? Kalau tak pernah berkelana dalam dunia persilatan, otomatis kau tak akan memiliki pengalaman apa-apa.

   Ketahuilah perbuatan seperti apa pun bisa saja terjadi dalam dunia persilatan, karena nya seorang dibutuhkan akal yang panjang untuk dapat mengatasi situasi dan kondisi setempat, biarpun kita datangi bukit Cian san secara diamdiam, hal semacam ini bukan berarti akan menurunkan martabat serta pamor kita."

   Setelah berkerut kening berapa saat, akhirnya oh Kui sam berkata .

   "Baik,lah, terserah pada yang hendak diperbuat, kalau memang akan didatangi secara diam-diam, mari kita datangi saja secara diam-diam."

   Thian cun yang segera berpaling kearah Kho Beng, lalu ujarnya lagi.

   "Apakah kau mempunyai pendapat lain?"

   "segala sesuatunya boanpwee akan menuruti semua perintah cianpwee, hanya saja"

   Setelah berhenti sejenak. dengan suara dalam sambungnya lebih lanjut.

   "Dalam perjalanan kita menuju kebukit Cian san kali ini, boanpwee telah bertekad akan menolong kakek tongkat sakti, nona Chin serta ciciku sekalian dari sekapan musuh."

   "oooh, tentu saja ...."

   Thian cun yang manggut-manggut.

   "Malah jalan pemikiranku lebih hebat lagi, seandainya pukulan kita dibukit Cian san kali ini berhasil dengan sukses, bisa jadi segala kerepotan yang dilakukan orang-orang di siau lim si saat ini bakal sia-sia."

   "Tentu saja"

   Sambung oh Kui sam.

   "

   Kalau gebrakan kita berhasil, anggap saja kita memang tidak menyia-nyiakan nama besar serta kemampuan yang diperjuangkan leluhur kita dimasa lalu, namun kalau gagal, pamor kita bakal hancur berantakan."

   Kemudian setelah berhenti sebentar, katanya lagi.

   "

   Lantas kapan kita akan berangkat?"

   Thian cun yang termenung sebentar lalu katanya .

   "Bagaimana kalau besok pagi?"

   "Baiklah, besok pagi kita berangkat"

   "Kini waktu berangkat telah ditentukan, mari kita rundingkan kembali bagaimana caranya untuk menempuh perjalanan?"

   "Berangkat ya berangkat, memangnya kau ingin naik tandu atau menunggang keledai?"

   Tanya oh Kui sam keheranan. Thian cun yang mengerling sekejap kearah rekannya, lalu berkata .

   "Kau jangan salah artikan perkataanku itu, kita kan semuanya berjumlah lima orang, bukan saja sasarannya menjadi lebih besar, perjalananpun pasti ditempuh amat lambat, lebih baik kita membagi diri menjadi dua rombongan saja."

   Dengan cepat oh Kui sam memahami tujuan rekannya itu, sahutnya dengan cepat.

   "Benar, benar, perkataan ini memang masuk akal"

   Dengan wajah bersemu merah, Beng Gi ciu sebera berseru .

   "Kalau begitu biar aku dan siau wan berada satu rombongan dengan empek Thian"

   "Waaaah ..... tidak bisa, aku tak ingin berada satu rombongan denganmu ....."

   Tolak Thian cun yang sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. sambil tertawa bergelak, oh Kui sam berseru pula .

   "Hey budak. kami berdua sudah terbiasa menempuh perjalanan bersama, masa kau ingin memencarkan kami berdua ?"

   Air muka Beng Gi ciu berubah makin memerah, kali ini dia terbungkam dalam seribu bahasa. Kembali oh Kui sam berkata .

   "Biar yang muda berkumpul dengan yang muda, yang tua berkumpul dengan yang tua, sebab baru namanya cocok dan serasi, saudara Cun yang, tentunya kau tak merasa keberatan bukan dengan pembagian ini ?"

   "ooooh tentu saja, tentu saja ....."

   Sahut Thian Cun yang sambil manggut-manggut.

   "Kami berdua memang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya, bagaikan kuali dengan tutupnya, tak seorangpun bisa memisahkan kami berdua ..... nah keponakanku, kau toh berkunjung ke bukit Ciansan, menurut pendapatmu dimanakah kita akan bersua muka ?"

   Setelah berpikir sesaat, dengan wajah serba salah, akhirnya Beng Gi ciu berkata lirih .

   "Bagaimana kalau dilembah belakang puncak bukit Cian san ?"

   "Bagus kentongan kedua esok malam kita akan bersua lagi ditempat tersebut."

   Keesokan harinya dengan perasaan berat hati keluarga pemburu Lan melepas keberangkatan jago-jago tersebut hingga tiba didepan dusun.

   setelah menempuh perjalanan lebih kurang setengah li kemudian didepan situ muncul sebuah persimpangan jalan.

   Mendadak Thian cun yang menghentikan langkahnya seraya berkata .

   "Kita harus berpisah sekarang "

   Tanpa sadar muka Beng Gi ciu dan Kho Beng sekalian berubah menjadi merah jengah, sebaliknya Thian cun yang dan oh Kui sam segera tertawa terbahak-bahak.

   dengan sekali lompatan saja mereka berdua telah berlalu dari situ.

   Lebih kurang empat, lima puluh kaki kemudian kedua orang tua ini berhenti ditengah sebuah hutan lebat.

   dengan kening berkerut oh Kui sam sebera menegur .

   "Hey kenapa? Sudah lelah?"

   "Auuuuh, kalau baru berjalan berapa langkah sudah merasa lelah, buat apa aku berkelana terus didalam dunia persilatan ?"

   "

   Lantas mengapa menghentikan perjalanan?"

   Sambil tertawa Thian cun yang balik bertanya.

   "Kau anggap kita akan benar-benar berpisah jalan dengan mereka ?"

   "Lho .... bukankah ede tersebut muncul dari benakmu ?"

   Suara oh Kui sam keheranan.

   "

   Kenapa kau berubah pikiran lagi sekarang ?"

   "Aku bukannya berubah pikiran, tapi mempunyai maksud lain.

   "

   Tertawa Thian cun yang nampak misterius.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Hmmm, tak sedikit akal busukmu, maksud apa lagi yang kau kandung ?"

   "

   Untuk kepentingan keponakan kita, apalagi mereka harus menempuh perjalanan bersama kita berdua, sudah bisa diramaikan tingkah laku mereka bakal kaku sekali, padahal diantara mereka berdua tentu mempunyai banyak urusan peribadi yang hendak diutarakan, lalu apa artinya kita bedua menjadi pengganjal mata yang tak sedap untuk mereka berdua."

   "Ya a betul, betul Itulah sebabnya aku menyetujui usulmu tadi dan menempuh perjalanan secara terpisah, tapi kau ....."

   "Membiarkan mereka menempuh perjalanan sendiripun rasanya tak tega.

   "sela Thian cun yang.

   "sebab kita cukup tahu betapa licik dan kejinya si manusia laknat Ui sik kong. manusia semacam ini bisa saja melakukan perbuatan macam apapun, andaikata mereka sampai terjadi apa-apa bukankah kita bakal menyesal sepanjang masa ?"

   "Bagaimana sih kau ini ?"

   Oh Kui sam segera menghentakkan kakinya keatas tanah.

   "Mengapa kau menguatirkan yang bukanbukan ? Lantas apa rencanamu selanjutnya?"

   "Nah, disinilah letak kehebatan dari usulku tersebut, ibaratnya sekali timpuk mendapat dua hasil, bukan saja kita tak menjadi pengganjal mata untuk mereka, kita pun tak usah kuatir mereka mengalami kejadian yang diluar dugaan."

   Oh Kui sam segera melototkan matanya bulat-bulat, teriaknya .

   "Hey tua bangka, sudah cukup aku dipermainkan habis-habisan, sudah bisa kutebak, rupanya kau hendak menguntil mereka lagi secara diam-diam?"

   Thian Cun yang sebera tertawa berkelak .

   "Haaah ..... haaaahh ..... haaahh ..... tuh lihat mereka sudah pergi jauh, ayo kita cepat menyusulnya."

   "Kau betul-betul hebat, tak ubahnya seperti rase tua"

   Puji oh Kui sam sambil tertawa gembira.

   Begitulah, mereka berdua tak membuang waktu lagi, bagaikan dua gulung hembusan angin puyuh, dengan cepat mereka berkelebat menuju kedepan.

   ^ooooooo Kho Beng merasa amat tak tentram hatinya melihat kepergian Thian cun yang berdua.

   Seandainya diantara mereka tak pernah ada ikatan pertunangan, menempuh perjalanan bersama bukanlah masalah yang terlalu merisaukan, tapi setelah adanya ikatan tersebut, ia justru merasa agak rikuh.

   Akan tetapi dila teringat si nona yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan ini sudah menjadi istrinya yang tercinta, dari hati kecilnya timbul pula perasaan gembira yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

   Akibatnya untuk sesaat dia menjadi termangu-mangu dan berdiri mematung bagaikan orang bodoh.

   Beng Gi ciu yang menyaksikan hal tersebut menjadi amat geli, tanpa terasa ia tertawa cekikikan.

   Suara tertawanya dengan cepat menyadarkan kembali Kho Beng dari lamunannya, dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa rikuh .

   "Nona, mari kita berangkat"

   Beng Gi ciu manggut-manggut dan segera berangkat duluan.

   siau wan yang dihari-hari biasa banyak bicara dan lincah, berhubung benaknya selalu dipenuhi ucapan Thian cun yang yang mengatakan dia adalah bini muda Kho Beng, akibatnya dayang yang lincah ini menjadi jarang berbicara dan membungkam terus.

   selama ini dia hanya mengikuti disamping Beng Gi ciu tanpa mengucapkan apapun.

   Hampir dalam dua jam berikut, ketiga orang itu tetap berjalan dengan mulut terbungkam.

   Mendekati tengah hari, sinar surya memancar dengan terik diatas langit, mendadak Beng Gi ciu menghentikan perjalanannya dan menjatuhkan diri duduk diatas batu dalam hutan.

   Melihat itu Kho Beng ikut menghentikan langkahnya, lalu menegur .

   "Nona, apakah kau lelah?"

   Tanpa berpaling Beng Gi ciu menjawab .

   "Bukan cuma lelah, perutku terasa lapar"

   Sambil tertawa Kho Beng sebera berkata .

   "Tak jauh didepan sana adalah dusun Pit kho ceng, bagaimana kalau kita beristirahat didusun tersebut?"

   "Baiklah"

   Sikap dan jawaban si nona yang hambar segera menimbulkan perasaan yang amat tak sedap dalam hati kecil Kho Beng, pikirnya tanpa sadar .

   "Waaaah ..... susah amat melayani gadis keturunan orang kenamaan ..... sekarang saja sikapnya sudah panas dingin tak menentu, entah bagaimana sikapnya setelah kawin secara resmi nanti?"

   Tapi bila teringat Beng Gi ciu adalah tuan penolong yang telah menyelamatkan jiwanya, apalagi ikatan jodoh itupun dilakukan oleh Thian cun yang serta oh Kui sam, pemuda kita merasa wajib untuk mengalah berapa bagian kepada gadis tersebut.

   sementara dia masih termenung, terdengar Beng Gi ciu menegur lagi dengan dingin .

   "Mengapa secara tiba-tiba kau berubah seperti patung?"

   Kho Beng agak tertegun, sahutnya tergagap .

   "Maksud nona"

   "Hmmm, coba kau lihat tampangmu sewaktu berdiri disitu, emangnya tidak mirip kayu saja? Kalau memangnya ingin beristirahat kenapa tidak duduk?"

   "Aku tidak lelah"

   Sahut Kho Beng terbata-bata.

   Perkataan ini memang sejujurnya sebab bagi pemuda kita biarpun harus menempuh perjalanan sehari semalampun belum tentu dia akan merasa lelah.

   Padahal Beng Gi ciu sendiripun tidak merasa lelah, hanya disebabkan rasa tak senangnya maka dia sengaja duduk untuk mengambek.

   Diam-diam Kho Beng menghela napas panjang, sambil memaksakan diri untuk tertawa katanya kemudian .

   "Baiklah, biar akupun duduk"

   Maka diapun mengambil tempat duduk disebuah batu yang berada disisinya.

   Waktu itu diatas sebatang pohon, lebih kurang dua puluh kaki dibelakang ketiga orang itu, Thian Cun yang dan oh Kui sam sedang bersembunyi disana.

   Kalau Thian Cun yang masih tersenyum simpul, maka oh Kui sam dengan wajah serius berbisik kepada rekannya dengan ilmu menyampaikan suara .

   "Aku lihat keadaan sedikit kurang beres"

   "Apanya yang tidak beres?"

   Thian Cun yang balik bertanya dengan ilmu menyampaikan suara pula.

   "Hmmm, matamu belum lamur, telingamu belum tuli, masa kau masih juga belum tahu."

   Bersambung ke

   Jilid 40

   Jilid 40

   "Kau berani bertaruh denganku?"

   Tiba-tiba Thian cun yang menantang dengan senyum misterius.

   "Bertaruh? Hmmm, kenapa tak berani?"

   "Kujamin hubungan mereka akan berubah menjadi amat erat bagaikan lem, bagaimana kalau kita bertaruh dengan semeja perjamuan saja?"

   "Baik, kita bertaruh ......"

   Sambil menunjuk kedepan Thian cun yang berkata .

   "Hasil taruhan kita segera akan diketahui siapa pemenangnya, aku lihat kau pun bakal menjamuku tengah hari nanti."

   "Asal aku bisa melihat hubungan mereka erat seperti lem dan bukan seperti air dan api, biar mesti mentraktir makan dirimu pun aku kalah dengan hati rela."

   Kata oh Kui sam serius. Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, medadak tampak Beng Gi Ciu-menghela napas sedih . Oh Kui sam segera berbisik pula sambil menghela napas .

   "coba kau lihat, keadaannya semakin lama semakin bertambah runyam, bila keponakan kita merasa puas dengan bocah muda she Kho itu, mengapa setelah ditunangkan ia justru berkeluh kesah?"

   "Aaaah, terlalu awal untuk mengatakan demikian.

   "

   Bantah Thian cun yang sambil tertawa. Dalam pada itu Kho Beng telah berpaling sambil bertanya .

   "Nona ...... mengapa kau berkeluh kesah?"

   Sekali lagi Beng Gi ciu menghela napas panjang, katanya .

   "Aku mengeluh karena nasib ku jelek."

   "Nona ...... aku cukup memahami maksudmu ...."

   Kata Kho Beng gelagapan.

   "setelah bertemu dengan Thiam dan oh cianpwee nanti, aku pasti akan menyelesaikan secara baik-baik, pasti ........"

   "Apa yang kau ngaco belokan?"

   Tukas Beng Gi ciu cemas. dengan wajah serius Kho Beng berkata .

   "Sudah pasti lantaran aku tak pantas mendampingi nona, maka nona baru merasa masgul dan berkeluh kesah, itulah sebabnya ......"

   Beng Gi ciu mendengus kembali, tukasnya .

   "Apa maksudmu aku pun mengerti, kenapa aku pergunakan katakata seperti itu untuk menghadapi aku?"

   Kho Beng tertawa getir.

   "Nona, apa yang kau artikan dengan perkataan itu? Dan dimana letak kesalahan dalam ucapanku ini?"

   Beng Gi ciu mendengus .

   "Hmmm, terus terang kau yang merasa diriku tak pantas menjadi binimu, kenapa malah mengembalikan perkataan tersebut kepadaku? Aku tahu kau merasa sungkan untuk menampik perjodohan ini dihadapan empekku berdua, maka secara sengaja kau bersikap dingin kepadaku, aku cukup memahami keadaanku sendiri, biar aku saja yang mengusulkan untuk membataikan ikatan perkawinan ini."

   Oh Kui sam yang bersembunyi dua puluh kaki dari tempat kejadian itu jadi terkejut, pucat pias selembar wajahnya, sambil menggigit bibir katanya kemudian .

   "Waaah ..... waaah ....bakal bubar sungguhan coba lihat, hubungan mereka seperti air dan api, aku menang taruhan tapi kemanakah mesti kutaruh mukaku ini bila bertemu kembali dengan Beng toako dialam baka nanti?"

   Namun Thian cun yang masih tetap tenang, malah katanya sambil tersenyum .

   "Tak usah keburu panik, pembicaraan diantara mereka toh belum selesai."

   Sementara itu paras muka Kho Beng telah berubah hebat, dengan suara lantang ia sebera berseru .

   "Nona, aku tak berani menerima tuduhan mu itu, bila Kho Beng benar-benar mempunyai pikiran yang seperti apa yang nona tuduhkan, biarlah Thian mengutukku dan membiarkan aku..."

   Belum lagi kata "mampus"

   Sempat diucapkan, Beng Gi ciu telah melompat maju sambil menutup mulut Kho Beng dengan tangannya.

   dengan wajah tertegun Kho Beng menghentikan pembicaraannya, sedang Beng Gi ciu juga merasakan perbuatannya kelewat mesra, dengan wajah bersemu merah cepat-cepat dia mundur kembali.

   setelah agak tertegun beberapa saat, Kho Beng kembali berkata .

   "Nona, mengapa kau tidak mengijinkan diriku untuk melanjutkan perkataan tersebut."

   "

   Hanya masalah kecil saja kenapa kau mesti mengangkat sumpah?"

   Sahut Beng Gi ciu lirih.

   "Untuk menunjukkan ketulusan hatiku, kalau tidak mengangkat sumpah lantas apa yang mesti ku perbuat?"

   "Jadi tuduhanku tidak benar?"

   "Aku bukan manusia yang lain dibibir lain dihati, bila aku benarbenar merasa tak puas dengan perkawinan ini, secara langsung lamaran dari Thian dan oh locianpwee akan kutampik, setelah kusanggupi berarti sampai matipun pendirianku tak bakal berubah."

   Kembali paras muka Beng Gi ciu menjadi merah padam, katanya kemudian .

   "jadi ..... kau ..... kau sungguh-sungguh? Bukan lagi membohongi diriku?"

   "seharusnya nona percaya dengan perkataanku?"

   Kho Beng berkerut kening. sekulum senyuman yang manis dan mesra segera tersungging diujung bibir Beng Gi ciu, kembali ujarnya .

   "Kalau memang benar begitu, mengapa sikapmu begitu dingin dan hambar?"

   "Bagaimna mungkin hal ini bisa terjadi? Kalau dibilang bersikap dingin dan hambar, seharusnya sikap nonalah yang dingin dan hambar sekali terhadapku"

   "Hmmm, kalau berbicara harus tumbuh dari hati kecil yang jujur,"

   Seru Beng Gi ciu sambil cemberut.

   "Coba kutanya, kau memanggil apa kepadaku?"

   "Memanggil nona"

   Beng Gi ciu segera mendengus dingin .

   "Hmmm, tapi apa pula hubungan kita sekarang? Bukankah kau sengaja bersikap dingin dan menjauh kepadaku?"

   Dengan cepat Kho Beng memahami arti perkataan gadis itu, buru-buru ia memukuljidat sendiri sambil berseru .

   "Aaaah ..... rupanya memang aku yang bersalah, tapi berhubung kita belum menikah secara resmi, aku kuatir bersikap kelewat mesra maka dari itu aku menyebutmu ........"

   Tapi setelah berhenti sejenak. buru-buru sambungnya lagi .

   "Kalau memang begitu biarlah aku mengganti dengan sebutan lain, tapi ...... aku mesti memanggilmu apa?"

   "Mana kutahu?"

   Seru Beng Gi ciu sambil berpaling kearah lain. Kho Beng berpikir sebentar, mendadak serunya sambil tertawa .

   "Adik Ciu ...... terimalah hormat dari kakandamu"

   Sambil berkata, ia betul-betul menjura dalam-dalam . siau wan yang berdiri disamping tak dapat menahan diri lagi dan segera tertawa cekikikan. Beng Gi ciu pun berusaha menahan rasa gelinya, sambil mendengus ia berseru .

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Huuuh, usil"

   Oh Kui sam yang berada dua pulu kaki dari tempat kejadianpun menjadi sangat gembira, tak kuasa lagi ia berteriak menirukan lagak suara Kho Beng .

   "Adik Ciu ..... terimalah hormat dari kakandamu Haaaahh ...... haaaahh ...... haaaahh"

   Gelak tertawanya amat keras bagaikan guntur yang menggelegar ditengah hari bolong, suaranya sampai menggema beberapa li jauhnya. Kho Beng menjadi malu sekali, dengan wajah tersipu-sipu serunya .

   "Aduh celaka, rupanya kedua orang tua itu tidak pergi secara sungguhan, rupanya mereka menguntil dibelakang kita secara diamdiam."

   "Jangan perduli mereka, mari kita lari"

   Sahut Beng Gi ciu dengan wajah merah padam pula seperti kepiting rebus.

   Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, Kho Beng merasa rikuh sekali untuk bersua dengan Thian cun yang serta oh Kui sam, sehingga dia justru berharap Beng Gi ciu mengusulkan hal itu.

   Maka tanpa membuang waktu lagi, cepat-cepat dia beranjak pergi meninggaikan tempat tersebut.

   Beng Gi ciu dan siau wan tak ketinggalan, mereka menyusul pula dibelakangnya, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka bertiga sudah lenyap dari pandangan.

   Thian cun yang segera menarik tangan oh Kui sam sambil menegur .

   "Mengapa sih kau tak dapat menahan diri, coba lihat, mereka kabur karena jengah"

   Oh Kui sam berusaha menghentikan gelak tawanya, dengan wajah berseri ia berseru .

   "Puas ..... puas .......hatiku benar-benar puas, dengan begitu akupun tak usah kuatir lagi."

   "Tapi kau telah kalah bertaruh, berarti harus mentraktir aku makan satu meja"

   "Jangan lagi cuma semeja, biar sepuluh meja pun aku rela seratus persen"

   Tak lama kemudian sampailah mereka didusun pit keh ceng.

   Pit keh ceng adalah sebuah dusun dengan lebih kurang dua ratus kepala keluarga, tempat itu merupakan persimpangan jalan utara dan selatan, karenanya banyak pedagang yang berlalu lalang disitu, suasana amat ramai.

   Ketika menyusul kedalam dusun, Thian cun yang berdua menyaksikan Kho Beng sekalian bertiga telah memasuki sebuah rumah makan, maka mereka pun mencari tempat duduk dekat jendela dirumah makan seberang, dari situ mereka dapat mengaasi pintu depan rumah makan dengan jelas.

   dengan perasaan gembira, Thian Cun yang berseru .

   "sekarang kita boleh makan minum dengan perasaan lega."

   Dengan cepat oh Kui sam memesan satu meja penuh hidangan yang lezat kemudian mereka berdua pun mulai bersantap dengan lahapnya sambil mengawasi pintu gerbang rumah makan seberang jalan.

   sementara itu Kho Beng sekalian bertiga pun mencari tempat duduk yang agak longgar diatas loteng, kemudian dengan pikiran agak ringan tanyanya .

   "Adik Ciu, apakah kau ingin minum barang dua cawan arak?"

   Beng Gi ciu menggeleng.

   "Lebih baik pesan saja hidangan seadanya, selesai bersantap kita harus segera bersantap."

   "Hari masih cukup pagi, kenapa kita mesti tergesa-gesa menempuh perjalanan?"

   "

   Kedua orang tua itu sudah mempermainkan kita, maka kita harus balas mempermainkan mereka berdua."

   Mendengar itu, Kho Beng segera tertawa.

   "sudah dapat dipastikan kedua orang cianpwee sedang bersantap dirumah makan sekitar sini, bila kita menempuh perjalanan dengan tergesa-gesa sudah pasti mereka tak jadi makan."

   "Tidak akan kubuat agar mereka sama sekali tidak dapat menemukan diri kita lagi"

   Kata Beng Gi ciu cepat. Buru-buru Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya .

   "Aku rasa hal ini sulit sekali, tak nanti mereka berdua akan melepaskan kita dengan begitu saja."

   "Tak usah kuatir"

   Hibur Beng Gi ciu sambil tertawa.

   "tanggung kita akan berhasil"

   Kho Beng tidak banyak berbicara lagi, dengan cepat dia memesan hidangan yang tersedia dalam waktu cepat, begitu selesai bersantap mereka pun membereskan rekening dan turun kebawah.

   Namun ketika Kho Beng hendak melangkah keluar dari rumah makan itu, mendadak Beng Gi ciu menariknya sambil berbisik .

   "Tunggu dulu"

   Dengan wajah tertegun Kho Beng berkata .

   "Bukankah adik Ciu ingin cepat-cepat menempuh perjalanan? Mengapa kau ....."

   "Benar, kita memang akan menempuh perjalanan sekarang juga,"

   Tukas si nona cepat.

   "tapi bila kita keluar dengan begitu saja, sudah dapat dipastikan jejak kita akan mereka ketahui, itu berarti untuk meninggalkan mereka pun jadi amat sulit, karenanya kita tak boleh keluar lewat pintu muka."

   Kemudian tanpa menunggu Kho Beng berbicara, ia telah berpaling kearah seorang kacung berusia sepuluhan tahun sambil tanyanya .

   "Apakah rumah makan kalian mempunyai pintu belakang?"

   "Pintu belakang?"

   Kacung itu membelalakkan matanya bulatbulat, dengan wajah tak habis mengerti serunya.

   "Mengapa kek koan tidak lewat pintu muka?"

   Dengan cepat Beng Gi ciu menyerahkan sekeping uang perak ketangannya sambil menyahut "Kami senang lewat pintu belakang"

   Terkejut bercampur girang kacung itu, segera serunya .

   "ooooh .....ada, ada ......silahkan kek koan mengikuti hamba"

   Sambil tersenyum Beng Gi ciu segera mengikuti kacung itu menuju kebelakang, setelah melalui dua beranda sampailah didepan sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu dengan sebuah lorong kecil.

   Mereka bertiga segera saling berpandangan sambil tersenyum, kemudian dengan cepat menelusuri lorong kecil itu.

   Tak selang berapa saat kemudian, mereka bertiga telah berada diluar dusun pit keh ceng.

   Beng Gi ciu berpaling memandang sekejap kebelakang, kemudian katanya sambil tertawa .

   "Empek oh adalah seorang yang jujur, dia tak akan mempunyai pikiran yang tidak-tidak. sebaliknya empek Thian meski lebih banyak tipu muslihatnya, namun diapun orang yang amat jujur, sehingga tak nanti mereka akan menyangka kalau kita berbuat demikian."

   Maka berangkatlah ketiga orang itu menempuh perjalanan dengan amat cepat.

   Mendekati lohor sampailah mereka disebuah tanah yang datar, sejauh mata memandang hanya pepohonan yang rimbun tumbuh disana sini, sementara sinar surya sore membiaskan cahaya berwarna merah.

   sambil memandang sekejap sekeliling tempat itu, Kho Beng berkata dengan kening berkerut .

   "Rasanya kita belum pernah sampai ditempat seperti ini, padahal menurut perhitungan seharusnya bukit Cian san sudah terlihat didepan mata"

   Siau wan yang selama ini membungkam membungkam, segera menyela .

   "Mungkin saja kita sudah tersesat"

   Tapi Beng Gi ciu tidak ambil peduli, katanya cepat .

   "Arah yang ditempuh tidak salah, sekalipun tersesat rasanya pun tak bakal terlalu jauh, asal kita mencari penduduk disekitar sini dan mencari keterangan dari mereka, rasanya sebelum kentongan kedua nanti kita sudah tiba dibukit Cian san."

   Perkataan ini memang ada betulnya juga, namun kemanakah mereka harus mencari rumah penduduk yang terpencil seperti ini? Jangan lagi penduduk.

   orang yang berlalu lalangpun tak nampak seorang pun.

   Namun mereka bertiga masih tetap meneruskan perjalanannya menuju kedepan.

   Setelah berjalan lebih kurang tiga li kedepan, matahari telah tenggelam sama sekali dilangit barat, kegelapan malam pun lambat laun mulai menyelimuti seluruh angkasa, pemandangan disekeliling sepuluh kaki sudah amat sulit untuk terlihat jelas.

   Mendadak Beng Gi ciu menunding kedepan dan serunya sambil tertawa .

   "Coba kalian lihat, apakah itu?"

   "Hah, kuil"

   Sorak siau wan dengan nada gembira. Kho Beng pun sudah melihatnya dengan jelas, ternyata dibalik hutan disisi kanan jalan tampak sebuah bangunan kuil berdiri angker diantara pepohonan. sambil tersenyum, Beng Gi ciu berkata lagi .

   "Asal kita minta keterangan dari penghuni kuil tersebut, dengan cepat jalan menuju kebukit Cian san akan kita temukan."

   Tanpa menunggu jawaban lagi, dengan cepat ia meluncur lebih dulu menuju kehutan tersebut.

   Kho Beng dan siau wan sebera menyusul dari belakang dan bersama-sama menerobos hutan menuju kuil tersebut.

   Tapi setelah tiba didepan kuil tadi, mereka baru menemukan kalau kuil itu cuma sebuah sisa kuil yang sudah lama dtinggalkan dan terbengkalai, bangunan sebelah muka masih nampak utuh, namun pintu gerbang sudah roboh sedang papan namapun telah hilang.

   Beng Gi ciu merasa amat kecewa, baru saja mereka bertiga bermaksud meninggalkan tempat itu, mendadak terdengar suara rintihan lirih bergema datang dari balik ruangan.

   suara tersebut kedengaran aneh sekali, seperti suara tintihan orang kesakitan, seperti juga dengus napas binatang buas.

   Kho Beng memandang sekejap wajah Beng Gi ciu, lalu bisiknya ".

   "Mari kita masuk kedalam memeriksa ......."

   Beng Gi ciu mengangguk tanpa menjawab, maka dipimpin Kho Beng berangkatlah mereka bertiga memasuki kuil tersebut.

   sarang laba-laba kelihatan tersebar dimana-mana, debu amat tebal menyelimuti lantas, rumput ilalang tumbuh liar, suasana disana terasa mengenaskan.

   Walaupun gedung utamanya masih tegak berdiri, namun patung didalam ruangan sudah porak poranda tak utuh, kelihatannya paling tidak sudah sepuluh tahun kuil tersebut dibiarkan terbengkalai.

   Kho Beng mencoba untuk memasang telinga dan memperhatikan sumber suara aneh itu, dengan cepat ia ketahui suara tadi berasal dari sebuah ruangan disebelah kanan.

   Maka tanpa menunggu persetujuan Beng Gi ciu lagi, ia segera melangkah masuk kedalam ruangan.

   Begitu berada dalam kamar, pemuda kita segera menemukan sumber suara tersebut.

   Ternyata disudut ruangan sana berbaring seorang kakek berusia enam puluh tahunan.

   Dalam sekilas pandangan saja, Kho Beng sudah tahu kalau jalan darah orang itu sudah tertotok.

   Kakek itu tak dapat berbicara, tubuhnya tak mampu berkutik, hanya dari tenggorokannya mengeluarkan suara dengan napas yang sangat aneh.

   Tatkala melihat kedatangan Kho Beng, sepasang biji matanya segera berputar dan dialihkan kewajah pemuda kita dengan harapan minta tolong.

   Kho Beng kelihatan agak sangsi, sambil berpaling kearah Beng Gi ciu katanya .

   "

   Orang ini pasti telah dianiaya seseorang dan sengaja ditinggalkan didalam kuil ini, kalau kita tidak menolongnya, mungkin dia bakal mati kelaparan disini, apakah kita ....."

   Sambil tertawa Beng Gi ciu sebera menukas.

   "Bukan soal besar, lebih baik engkoh Beng memutuskan sendiri, kenapa mesti bertanya kepadaku?"

   Kho Beng tertawa, dengan cepat dia menggetarkan tangannya melepaskan beberapa desingan serangan, dalam waktu singkat lima buah jalan darah didepan dada sikakek yang tertotok telah dibebaskan semua.

   Mungkin karena jalan darahnya sudah lama tertotok maka walaupun sudah dibebaskan kakek itu masih berbaring diatas tanah dengan napas tersengal-sengal.

   Kejadian ini menumbuhkan perasaan iba dalam hati kecil Kho Beng, tanpa sadar ia berjongkok disisinya dan menempelkan telapak tangan kanannya diatas jalan darah Ki hay hiat, segulung hawa murni pun dengan cepat menyusup kedalam tubuh kakek itu.

   dengan bantuan tenaga dalam Kho Beng, lambat laun kakek itu dapat mengatur pernapasan sendiri, air mukanya pun lambat laun berubah menjadi merah segar, akhirnya dia melompat bangun dan duduk bersila.

   dengan perasaan kasihan, Kho Beng bertanya .

   "Mengapa jalan darah lotiang ditotok orang sehingga tersekap disini?"

   Kakek itu menghela napas panjang .

   "Aaaai ..... panjang sekali untuk diceritakan, sejak dibokong orang sampai kalian temukan kembali, paling tidak aku sudah lima jam lamanya tersekap dalam kuil ini, andai kata sauhiap tiak menolong, sudah dapat dipastikan aku bakal mampus disini."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. tanyanya lagi .

   "Boleh aku tahu siapa nama sauhiap?"

   "Aku Kho Beng"

   "Kho Beng .....

   "berubah hebat paras muka kakek itu, agak tertegun ia menegaskan.

   "Apakah Kho Beng .... Kho sauhiap keturunan dari perkampungan Hul im ceng?"

   "Yaa benar"

   Kho Beng mengangguk.

   "dari mana lotiang tahu tentang diriku?"

   Sambil memaksakan diri untuk tertawa, kakek itu berkata .

   "Haaahh .....haaahh .....haaaahh ..... dewasa ini Kho sauhiap sudah menjadi manusia yang paling termashur dalam dunia persilatan, sebagai anggota persilatan mana mungkin aku tidak mengenali nama Kho sauhiap?"

   "

   Kakek terlalu memuji ...... tapi siapakah namamu dan mengapa dicelakai orang ditempat ini?"

   "Aku .....aku dari marga Go bernama Pou han ..."

   Sahut kakek itu agak tergagap.

   "Aaaai, sewaktu lewat disini pagi tadi, aku telah bertemu dengan seorang sobat lama yang mengajakku datang kekuil ini, siapa sangka disaat aku tidak terlalu memperhatikan, ia telah menotok jalan darahku"

   "

   Kalau memang orang itu dikenal, mengapa dia membokong dirimu?"

   Tanya sang pemuda tak habis mengerti. Kembali kakek itu menghela napas.

   "Aaaai ..... inilah yang disebut hati orang susah diduga."

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah menghela napas panjang, kembali dia melanjutkan .

   "

   Ketika aku masih sering berkelana diwilayah barat laut dulu, aku pernah dibegal oleh seorang perampok ulung, namun orang itu bukan tandinganku sehingga dalam pertarungan yang kemudian terjadi lengan kirinya berhasil kukuntungi."

   "Kalau begitu dia seharusnya musuh besarmu, bukan teman lamamu?"

   Sela Kho Beng. dengan cepat kakek itu menggeleng.

   "setelah lengan kirinya berhasi kukutungi, ternyata dia merasa amat menyesali perbuatannya, dikatakan keluarganya sangat miskin sehingga tak punya uang untuk memelihara ibunya yang tua, karena keadaan yang mendesaklah maka dia menjadi begal. Waktu itu aku merasa terharu mengingat dia berani mengakui kesalahannya serta bersedia untuk bertobat, lagipula mengingat rasa baktinya untuk membiayai hidup ibunya yang tua, maka bukan saja memberi nasihat agar dia mau bertobat, malah kuberi juga bekal hidup, Waktu itu dia berlalu dengan rasa terima kasih yang amat sangat. Itulah sebabnya ketika bersua kembali hari ini, aku sama sekali tidak menaruh curiga kepadanya, siapa tahu dia justru mempunyai niat jahat."

   Dengan rasa penasaran, Kho Beng segera berseru .

   "orang ini benar-benar bedebah, siapa sih namanya?"

   "Ia bernama .....bernama .....

   "kembali kakek itu gelagapan. Berapa saat kemudian, buru-buru dia berkata lebih jauh.

   "

   Waktu itu dia memang sudah menyebutkan namanya, namun aku tidak terlalu mengingatnya dihati sehingga namanya kulupakan."

   "Aaah, itu bukan masalah penting, toh lengan kirinya jelas terpapas kutung, ciri ini tak susah diketahui, bila kau bersua dengannya dikemudian hari pasti akan kutuntut keadilan bagi totiang."

   Kakek itu memutar biji matanya beberapa kali, mendadak katanya lagi sambil menghela napas .

   "Budi kebaikan Kho sauhiap tak akan kulupakan untuk selamanya, tentang soal balas dendam .... aku rasa tak perlu dirisaukan."

   "

   Kenapa?"

   "Aku selalu berprinsip bahwa kita hidup sebagai manusia, tak ada salahnya untuk mengalah pada orang lain, begaimanapun juga toh nyawaku tak sampai terenggut, kenapa pula aku mengingat-ingat masalah tersebut didalam hati?"

   Dengan rasa kagum Kho Beng sebera berseru .

   "Tak nyana kau berjiwa besar dan berhati mulia, aku benar-benar amat kagum ....."

   Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya .

   "Apakah lotiang kenal dengan jalanan disekitar tempat ini?"

   "Kho sauhiap hendak kemana?"

   Tanya kakek itu cepat.

   "Bukit Cian san"

   Kakek itu berpikir sebentar, lalu sahutnya .

   "Pergilah kearah utara, setelah menempuh perjalanan sejauh sepuluh li, maka bukit Ciansan akan sebera kelihatan ..... cuma aku ...... aaaaai ...."

   Tiba-tiba ia menghembuskan napas panjang dan membungkam. dengan perasaan keheranan Kho Beng segera bertanya .

   "Lotiang apa yang ingin kau sampaikan?"

   "Walaupun aku sudah berterima kasih sekali atas pertolongan dari Kho sauhiap. namun berhubung jalan darahku sudah tertotok beberapa jam lamanya hingga kondisi badanku lemah sekali, maka sebelum ajalku mungkin tiba, ingin sekali kutitip pesan akan satu hal."

   "Ooooh, rupanya lotiang ingin meminta bantuan ku untuk mengerjakan sesuatu? Kalau begitu katakan saja terus terang, asal Kho Beng mampu melakukannya, tentu akan kukerjakan bagimu."

   Dengan rasa gembira, kakek itu sebera "Terima kasih banyak Kho sauhiap. tapi .....

   "

   Ia melirik sekejap kearah Beng Gi ciu serta siau wan yang berdiri disamping, kemudian tutup mulut dan tidak berbicara lagi Kho Beng segera memahami maksudnya, kepada Beng Gi ciu serunya cepat .

   "Adikku, tolong menyingkirlah dulu, mungkin kakek ini ....."

   Beng Gi ciu tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah katapun bersama siau wan mereka menyingkir dari sana Menanti kedua orang itu sudah mengundurkan diri dari ruangan, sikakek buru-buru berbisik .

   "

   Harap Kho sauhiap tempelkan telingamu kemari ..."

   Kho Beng tidak berprasangka jelek.

   la benar-benar membungkukkan badan dan menempelkan telinganya didepan mulut kakek itu.

   Tapi disaat Kho Beng sedang menempelkan telinganya itulah, tiba-tiba kakek itu menghimpun segenap tenaga dalamnya dan mencengkeram lambung pemuda tersebut dengan lima jari yang terpentang lebar.

   Tenaga dalam yang dimiliki kakek itu benar-benar sangat tangguh, jangan lagi kelima jari tangan digunakan bersama, satu jaripun sudah cukup untuk mencabik-cabik perut Kho Beng.

   Dalam keadaan seperti ini, biarpun ilmu silat yang dimiliki Kho Beng sangat hebat, namun oleh karena serangan yang dilancarkan kakek itu amat mendadak lagipula dari jarak yang begitu dekat, ditambah pula Kho Beng berada dalam keadaan tidak siap.

   menanti ia sadar akan gelagat yang kurang menguntungkan, keadaan sudah terlambat.

   Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati serta bergema memecahkan keheningan.

   Namun yang terluka ternyata bukan Kho Beng, melainkan si kakek yang berniat jahat itu.

   Diatas telapak tangan kanannya kini telah muncul sebuah lubang besar sementara disekelilingnya terlihat warna hitam pekat bagaikan hangus terbakar.

   sambil tersenyum simpul Beng Gi ciu dan siau wan segera menyelinap masuk kedalam ruangan.

   sementara itu Kho Beng masih berdiri tertegun saking kagetnya, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, sambil memandang kearah Beng Gi ciu, katanya .

   "Adik Ciu, tak kusangka kau telah menyelamatkan jiwaku sekali lagi."

   Beng Gi ciu tertawa.

   "Sejak pertama kali tadi aku sudah menaruh curiga kepada tua bangka celaka ini, sebab kulihat biji matanya berkeliaran aneh, paras mukanya tak menentu, ditambah lagi pembicaraannya terbata-bata seprti orang gugup, sudah jelas manusia semacam ini bukan manusia baik hati, itulah sebabnya sedari tadi aku telah mengawasinya dengan khusus"

   Ternyata walaupun Beng Gi ciu sudah mengundurkan diri dari kamar, namun secara diam-diam mereka bersembunyi dibalik jendela sambil mengawasi keadaan dalam ruangan.

   Ketika secara tiba-tiba ia menyaksikan kakek itu melancarkan serangan yang mematikan, secepat kilat pula dia melepaskan sebuah serangan Tang kim ci yang segera menembusi telapak tangan lawan.

   dengan berlubangnya telapak tangan kanannya, kakek itu meraung-raung kesakitan lalu roboh tak sadarkan diri dengan gemas Kho Beng menyepak tubuh kakek itu keras-keras, sehingga kakek itu sadar kembali dari pingsannya.

   dengan suara dalam Kho Beng sebera menghentak .

   "Antara aku she Kho dengan dirimu toh tak punya ikatan dendam sakit hati, mengapa setelah kutolong jiwamu, kau malah berniat menghabisi nyawaku?"

   Kakek itu memejamkan matanya sambil menggertak gigi kencang-kencang, mulutnya membungkam diri dalam seribu bahasa. Beng Gi ciu berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Mungkin saja orang ini adalah anak buah bajingan tua ui sik kong"

   "Buat apa manusia tengik seperti dia dibiarkan hidup terus? Nona, lebih baik ditusuk saja sampai mampus"

   Bentak siau wan pula dengan nada benci. dengan cepat Beng Gi ciu menggelengkan kepalanya, ia berkata .

   "seandainya dia benar-benar adalah anak buah bajingan tua ui sik kong, kita justru manfaatkan dirinya untuk mengorek keterangan sedikit darinya, kenapa kita mesti biarkan ia mampus secara mudah."

   "Yaa betul, perkataan adik Ciu memang tepat"

   Dukung Kho Beng.

   "Kita harus dapat mengorek keterangan dari mulutnya."

   Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat, seorang lelaki telah menerobos masuk kedalam kuil dengan melompati pagar pekarangan.

   Kho Beng tertawa dingin ia segera menyambut datangnya orang tersebut.

   Tapi dengan cepat ia dibikin tertegun sebaliknya lelaki itupun tertegun, kemudian teriaknya keras-keras .

   "Majikan kecil, kau ....."

   Namun setelah sorot matanya memandang sekejap kewajah Beng Gi ciu dan siau wan, cepat-cepat ia menutup mulut kembali. Ternyata orang itu adalah si saudagar racun berkaki sakti, Chee Tay hap.

   "Chee toako mengapa kau datang kemari?"

   Tegur Kho Beng cepat. Kemudian sambil menunding kearah Beng Gi ciu katanya lagi .

   "Dia adalah keturunan dari Kim ka sian pemimpin tiga dewa, bila hendak menyampaikan esuatu, katakan saja berterus terang."

   Dengan sikap amat menghormat chee Tay hap segera memberi hormat kepada Beng Gi ciu, katanya .

   "Rupanya nona Beng. Maaf .....maaf ...."

   "sejak kapan majikan sampai disini? Apakah kau telah melihat si pedang iblis penutup awan ciu Bu ki yang berhasil kutangkap?"

   "Apa? orang ini hasil tawananmu, dia adalah Ciu Bu ki?"

   Seru Kho Beng dengan perasaan terperanjat. Cepat-cepat chee Tay hap berkata .

   "siunta sakti Thio locianpwee berada ditebing oh llong nia sepuluh li dari sini, tanpa disangka hamba telah bertemu dengan bajingan tua ini dan akupun berupaya membekuknya hidup, hidup, sebab dialah pembunuh yang telah menghabisi nyawa putra Kho Po koan yang telah menjadi pengganti majikan. oleh sebab itu aku tak berani bertindak sembarangan, barusan hamba pergi mencari Thio locianpwee dengan maksud minta petunjuk."

   "oooh, dia berada sepuluh li dari sini? apa dia bilang?"

   Tanya Kho Beng dengan wajah gembira. dengan kening berkerut chee Tay hap berkata .

   "sayang sekali kedatangan hamba terlambat selangkah, ia telah berangkat ke siau lim si, itulah sebabnya buru-buru aku memburu kembali kesini."

   Dengan nada amat emosi Kho Beng berkata .

   "Ternyata bajingan tua ini adalah Ciu Bu ki, sudah sejak lama aku berniat akan membalaskan dendam bagi kematian tuan penolong yang telah menggantikan aku mati, apa lagi diapun sudah bermaksud mencelakai diriku secara keji. Hmmmm, hari ini dia tak bisa dilepaskan dengan begitu saja."

   Selesai berkata dia segera menyelinap masuk kedalam kamar.

   Chee Tay hap segera menyusul pula dari belakang, tapi apa yang kemudian terlihat segera membuat hatinya tertegun.

   Kho Beng tak sempat memberi penjelasan lagi, dengan gemas ia menendang tubuh Ciu Bu ki keras-keras, lalu umpatnya .

   "Binatang tua, sekarang apa lagi yang hendak kau katakan?"

   Ketika Ciu Bu ki mendongakkan kepalanya dan melihat kehadiran chee Tay hap.

   paras mukanya segera berubah hebat.

   ia berusaha meronta lalu mengayunkan telapak tangannya keubun-ubun sendiri, rupanya dia berniat menghabisi nyawa sendiri.

   


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Anak Rajawali -- Chin Yung Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id

Cari Blog Ini