Anak Naga 5
Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 5
Anak Naga Karya dari Chin Yung "Kakak begitu cantik, kelak pasti ketemu pemuda tampan. Aku masih kecil sih. Kalau sudah dewasa, aku pasti memperisterl Kakak." "Eh?" Wajah Lie Goat Hiang kemerah-merahan. "Engkau mulai genit, ya? Masih kecil" "Ha ha ha" Mendadak Lie Cong Peng tertawa gelak sambil bergurau. "Thio Liong, kalau engkau betul-betul ingin memperisterl Hiang jie, paman pasti merestuinya." "Ayah" Wajah Lie Goat Hiang bertambah merah. "Hi hi hi" Thio Han Liong tertawa geli. "Paman bisa bergurau juga, ya?" "Tentu" Lie Cong Peng manggut-manggut. "Namun alangkah baiknya paman tidak bergurau, karena Hiang Jie memang menyukaimu." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Usiaku lebih kecil dari Kakak Hiang, bagaimana mungkin aku memperlsterlnya? Tadi itu cuma ingin menggoda Kakak Hiang." "Adik kecil, engkau mulai nakal" Tegur Lie Goat Hiang. "Bukan mulai nakal, aku memang nakal" Sahut Thio Han Liong sambil tertawa. "Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mencuri dengar pembicaraan paman Siang dengan Kakak?" Gadis itu merengut menatap Thio Han Liong. "Paman" Ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh. "Kini urusan yang tak menyenangkan itu telah beres, maka aku mau mohon pamit" "Apa?" Lie Cong Peng dan putrinya tertegun. "Aku harus segera berangkat ke gunung Bu Tong, aku... aku rindu sekali pada ke dua orangtuaku." Ujar Thio Han Liong. "Ke dua orangtuamu tinggal di gunung Bu Tong?" Tanya Lie Cong Peng. "tidak," Jawab Tiiio Han Liong memberitahukan. "Ke dua orangtuaku tinggal di pulau yang di Pak Hai. Aku berharap pihak Bu Tong Pay bersedia mengantar aku pulang ke pulau itu" "oooh" Lie Cong Peng manggut-manggut. "Kalau begitu... tunggu sebentar" Lie Cong Peng masuk rumah, sedangkan Lie cioat Hiang terus menatap Thio Han Liong dengan mata tak berkedip- Anak kecil itu tertawa geli- "Kenapa Kakak menatapku dengan cara begitu? Naksir ya padaku?" Lie cioat Hiang menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum- "Engkau memang nakal, tapi tidak menyebalkan." "Kakak, aku berterima kasih sekali atas kebaikanmu," Ujar Thio Han Liong setulus hati. "Kakak sangat baik padaku, aku tidak akan lupa selamalamanya." "Akupun tidak akan lupa budi baikmu menolongku dan telah menyelamatkan diriku...." Lie goat Hiang tersenyum. "Tapi... kenapa engkau begitu cepat ingin pergi?" "Kakak Aku... aku rindu sekali pada ke dua orangtuaku, aku harus cepat-cepat pulang ke pulau itu." "Adik kecil...." Lie Goat Hiang menghela nafas panjang. "entah kapan kita akan bertemu lagi?" "Aku pasti ke mari menengok Kakak kelak" Sahut Thio Han Liong berjanji. "Sungguh?" Lie Goat Hiang kelihatan kurang percaya. "Tentu" Thio Han Liong mengangguk. "Aku tidak akan ingkar janji." Gadis itu tertawa gembira, bersamaan itu muncullah Lie Cong Peng dengan membawa sebuah bungkusan kecil. "Thio Liong" Lie Ceng Peng menyerahkan bungkusan kecil itu padanya- "Ini untuk bekalmu dalam perjalanan." "Paman...." "Terimalah" "Terima kasih, Paman" Thio Han Liong menerima pemberian Lie Ceng Peng, sebab ia memang membutuhkan uang. "sebetulnya aku bernama Thio Han Liong." "oooh" Lie Ceng Peng manggut-manggut. "Han Liong, engkau akan ke mari lagi menengok kami?" "Pasti," Sahut Thio Han Liong lalu pamit. "selamat jalan, Han Liong" "sampai jumpa, Paman" Thio Han Liong berjalan pergi, Lie Goat Hiang mengantarnya sampai di depan. "Adik kecil, jangan lupa datanglah lagi kelak" Pesan gadis itu. "ya" Sahut Thio Han Liong. "sampai jumpa. Kakak" "selamat jalan. Adik kecil" Ucap Lie Goat Hiang. setelah Thio Han Liong tidak kelihatan, gadis itu kembali ke dalam. "Hiang jie" Lie Ceng Peng menghela nafas panjang. " Kalau Han Liong tidak berada di sini, engkau pasti sudah dinodai Thiam Chun." "Ayah Han Liong akan ke mari lagi?" "Itu sudah pasti, namun tidak begitu cepat. Mungkin harus beberapa tahun kemudian.saat itu dia sudah dewasa." Bab 9 Si Mo (iblis Dari Barat) Kali ini dalam perjalanan menuju gunung Bu Tong, Thio Han Liong tetap menolong fakir miskin dengan uang pemberian Lie Cong Peng. Namun dia menyisakan untuk bekalnya sendiri, tidak dihabiskan seperti tempo hari. Dua hari kemudian, ketika ia memasuki sebuah rimba, mendadak terdengar suara tawa yang menyeramkan. Betapa terkejutnya Thio Han Liong. Anak kecil itu mengira suara tawa setan atau hantu. Cepat-cepat ia bersembunyi di belakang pohon. Thio Han Liong mengerutkan kening dan tiba-tiba ia tersenyum geli- Ternyata ia ingat akan perbuatannya terhadap siang Thiam Chun, malam itu ia juga mengeluarkan suara tawa seram menakuti lelaki itu. oleh karena itu, ia pun yakin suara tawa seram itu bukan suara tawa setan iblis. Timbul dalam hati keberaniannya. Dia berendap-endap mendekati suara tawa seram itu. Ternyata dia melihat beberapa orang terikat di sebuah pohon, terdapat kaum wanita pula. seorang tua berusia tujuh puluhan duduk dekat pohon itu, ia sedang menyantap paha ayam sambil mengeluarkan tawa seram. "He he he Hik hik hik, seusai bersantap, aku akan membunuh mereka" Gumam orangtua itu. "Se,Mo" Bentak salah seorang lelaki yang terikat di pohon. "Kita tidak punya dendam apapun, kenapa engkau ingin membunuh kami?" "He he he" Ternyata orangtua itu adalah se Mo ketua golongan hitam. "Aku memang senang membantai kalian kaum golongan putih He he he - " Bukan main terkejutnya Thio Han Liong mendengar itu. Dia memperhatikan orangtua itu. Melihat wajah seram menakutkan orangtua itu Thio Han Liong menggigil ketakutan. (Bersambung ke Bagian 05) Jilid 05 Si Mo (iblis Dari Barat) itu perlahan-lahan ia bangkit berdiri, kemudian mendekati orang-orang yang terikat di pohon sambil tertawa terkekeh-kekeh. "He he he Sebelum membunuh, aku akan menyiksa kalian dulur ujar Si Mo, mendadak ia membuka baju salah seorang wanita. "Jangan.." Teriak wanita itu ketakutan, namun bajunya sudah terbuka dan tampak sepasang payudaranya yang montok. "Wuah" Si Mo tertawa sambil memegang payudara wanita itu. "Masih segar he he... Akan kusayat payudaramu. He he he..." Si Mo mengeluarkan sebuah belati mengkilap. Namun ketika hendak menyayat payudara wanita itu, mendadak ia dikejutkan oleh suara bentakan yang amat nyaring. "Berhenti" Saat itu muncul seorang anak kecil, yang tidak lain Thio Han Liong. "Eeeh?" Si Mo kaget melihat ada bocah cilik di dalam, rimba itu. "Paman tua" Thio Han Liong melotot. "Kenapa Paman tua begitu kejam? Sama sekali tidak punya rasa prikemanusiaan" "He he he" Si Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Anak kecil, kenapa engkau berkeliaran di sini? Kebetulan sekali, aku belum membunuh anak kecil." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Paman tua mau membunuh aku juga?" Tanya Thio Han Liong, tanpa merasa takut. si Mo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ha ha ha..." "Hm" Dengus Thio Han Liong. "Paman tua seorang Locianpwee, kalau membunuh aku seorang anak kecil, orang Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com orang kaum persilatan akan menertawakan hingga rontok gigi mereka" "Mereka mau tertawa hingga rontok gigi mereka itu urusan mereka. Aku mau membunuhmu juga urusanku" Sahut si Mo sambil tertawa. "Ha ha ha..." "Paman tua boleh membunuh aku, tapi aku punya syarat" Ujar Thio Han Liong mendadak- "oh?" Si Mo tertegun, iblis Dari Barat itu tidak menyangka Thio Han Liong begitu berani. "Anak kecil, siapa engkau?" "Namaku Thio Liong" Sahut anak kecil itu. "Paman tua, bagaimana mengenai syaratku?" "Apa syaratmu?" "Lepaskan mereka" Thio Han Liong menunjuk orang-orang yang terikat di pohon. "Dirimu ditukar dengan mereka?" "Ya" "Ngmm" Si Mo manggut-manggut. "Kelihatannya engkau memang lebih berharga daripada mereka. Baik-lahi aku terima syaratmu." "Terima kasih, Paman tua," Ucap Thio Han Liong. si Mo segera memutuskan tali yang mengikat kaum rimba persilatan golongan putih itu. Begitu bebas mereka cepatcepat memberi hormat pada Thio Han Liong. "Terima kasih. Anak kecil," Ucap mereka serentak- "Cepatlah kalian tinggalkan tempat ini" Perintah Thio Han Liong. "Kalian memang harus cepat pergi Kalau tidak, akan kubunuh kalian" Bentak si Mo dengan mata melotot tajam. orang-orang itu pergi- sementara si Mo terus menatap Thio Han Liong dengan penuh perhatian. "Engkau memang berbakat untuk belajar ilmu silat. Aku tidak membunuhmu, kalau engkau mau jadi muridku" "Paman tua begitujahat, aku tidak sudi jadi muridmu," Sahut Thio Han Liong sambil menggelengkan kepala. "Apa?" Si Mo langsung melotot. "Jadi engkau lebih suka mati daripada mengangkatku sebagai guru?" Thio Han Liong mengangguk- "Tak sudi berguru kepada orang jahat" "Bocah" Bentak si Mo sambil mengangkat tangannya siap memukul anak kecil itu. "Tunggu" Seru Thio Han Liong. "Engkau maujadi muridku?" Tanya si Mo bernada girang. "tidak," Sahut Thio Han Liong. "Aku ingin bertanding denganmu, tapi cukup tiga jurus saja" "Apa?" Si Mo terbelalak. "Engkau ingin bertanding dengan aku?" "Ya" Thio Han Liong mengangguk- "Aku pernah belajar ilmu silat. Kalau dalam tiga jurus engkau tidak mampu merobohkan diriku, maka harus membebaskan aku pergi dari sini" "Ha ha ha" Si Mo tertawa gelak "Baik, baik" "Paman tua jangan ingkar janji" Tegas Thio Han Liong. "Jangan khawatir, bocah" Sahut si Mo- "Aku tidak akan ingkar janji" "Kalau begitu, silakan Paman tua menyerang aku" Thio Han Liong mulai mengerahkan Kiu yang sin Kang. si Mo langsung menyerangnya seraya berseru. "jurus pertama" Thio Han Liong bergerak cepat menghindari serangan itu dan berhasil. Hal itu membuat si Mo terbelalak. "Eh?" Si Mo menatapnya dengan mata tak berkedip. "Tak disangka engkau cukup berisi juga" "Paman tua, silakan menyerang lagi" Seru Thio Han Liong. "jurus ke dua" Seru si Mo sambil menyerang. Kali ini ia menggunakan j urus yang lebih hebat. Akan tetapi, Thio Han Liong tetap mampu mengelak serangannya. Itu semakin membuat si Mo penasaran sekali. "Jurus ke tiga" Seru si Mo dan langsung menyerangnya. Thio Han Liong tidak keburu berkelit, maka ia terpaksa menangkis serangan itu. Blaaam Terdengar suara benturan yang dahsyat. Thio Han Liong terpental beberapa depa dan jatuh di tanah namun tidak luka sama sekali. Terheran-heran si Mo memandangnya. "Engkau tidak terluka?" "Paman tua" Sahut Thio Han Liong sambil bangkit berdiri "Aku tidak terluka, kini aku bebas" " Engkau telah roboh di tanganku, maka engkau harus jadi muridku" Ujar si mo "Kapan aku roboh di tangan Paman tua? Buktinya aku berdiri di sini" Thio Han Liong tersenyum-senyum "Tadi engkau sudah terpental beberapa depa lalu roboh" Si Mo melotot. "Buktinya aku berdiri di hadapanmu," Ujar Thio Han Liong,"sesuai dengan syarat, aku boleh meninggalkan tempat ini.. " "Tidak bisa" "Kenapa tidak?" "Pokoknya engkau harus jadi muridku" Mendadak tangan si Mo bergeraki seketika juga jalan darah Thio Han Liong tertotok, sehingga sekujur badannya tak bisa bergerak- "Paman tua curang" Bentak Thio Han Liong. "Aku iblis Dari Barat, sudah pasti selalu berlaku curang. He he he..." Si Mo tertawa terkekeh-kekeh "Bocah Kalau engkau tidak mau jadi muridku, aku akan menyiksamu" "Pokoknya aku tidak maujadi muridmu, tidak mau" "Kalau begitu, setiap hari aku akan menyiksamu" Ujar si Mo sungguh-sungguh. "Kalau perlu, akan kubunuh kau" "Dasar iblis" Caci Thio Han Liong. "Engkau akan disambar geledek kelak" "He he he" Si Mo tertawa. " Geledek takut padaku bagaimana mungkin geledek akan menyambar aku?" "Pokoknya aku tidak maujadi muridmu" Tegas Thio Han Liong. " Lebih baik bunuh aku saja" "He he he" Si Mo tertawa terkekeh- "Aku akan membunuh mu perlahan-lahan. Sekarang aku bertanya sekali lagi, maukah engkau jadi muridku?" "Tidak mau" "Kalau begitu - " Mendadak si Mo menatapnya bengis. "Engkau akan merasakan ilmu totokanku Ban Gin Coan sim (selaksa jarum Menembus Hati)" Si Mo menotok jalan darah Hiok Tiong Hiat, Ci Kiong Hiat dan Tian Tong Hiat yang didada Thio Han Liong, seketika anak kecil itu menjerit jerit dengan wajah meringis-ringis. Peluh merembes keluar dari keningnya, karena dirasakan dadanya sakit luar biasa, seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. "He he he" Si Mo terus tertawa terkekeh-kekeh- "Bagaimana? Engkau maujadi muridku?" "Ti- tidak" "Kalau begitu..." Ujar si Mo- "Engkau akan terus merasakan kesakitan itu- He he he-" Pada waktu bersamaan, sayup,sayup terdengar suara kecapi dan suling yang amat halus-Begitu mendengar suara itu air muka si Mo mendadak berubah- "Hah? Wanita sialan itu- - " Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Si Mo segera melesat pergi- Tak seberapa lama kemudian, muncullah empat wanita berpakaian putih sambil memainkan alat-alat musik itu Kemudian datang juga wanita berbaju kuning, berusia empat puluhan dan berparas cantik sekali- Namun wajahnya tampak putih sekali seperti tidak pernah terkena sinar matahari- Dengan langkah lemah gemulai wanita itu menghampiri Thio Han Liong yang masih merintih-rintih kesakitan. Tangannya bergerak laksana kilat ke tubuh anak kecil itu, ternyata ia membebaskan totokannya. "Aaah - " Thio Han Liong langsung menarik nafas lega, dadanya sudah tidak sakit dan tubuhnya pun sudah bisa bergerak- Cepat-cepat ia memberi hormat. "Terima-kasih atas pertolongan Bibi" "Ngmm" Wanita itu manggut-manggut. "Engkau agak nakal, tapi berhati baik dan berbudi luhur. Bahkan, amat keras hati pula." "Maaf," Ucap Thio Han Liong menatap wanita itu. "Bolehkan aku tahu siapa Bibi yang cantik jelita?" "Thio Han Liong...." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. "Engkaupun agak genit, bagaimana kalau sudahi dewasa kelak?" "Hah?" Thio Han Liong terperanjat. "Bibi tahu namaku?" "Aku juga tahu nama ayah dan ibumu" Ujar wanita itu. "Ayahmu bernama Thio Bu Ki, ibumu bernama Tio Beng." "Eh?" Makin membelalak mata Thio Han Liong. "Bibi kenal ke dua orangtuaku?" " Kenal" Wanita itu manggut-manggut seraya berkata. "Engkau harus ingat baik-baik syair yang akan kubacakan. Ayahmu pasti ingat padaku apabila mendengar syairku ini." "oh?" Thio Han Liong langsung pasang kuping- "Di belakang Ciong Lam san, terdapat Kuburan Mayat Hidup, Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar, tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw-" Wanita itu membacakan syair tersebut dan berpesan. "Bertemu ayahmu, bacakanlah syair ini Dia - pasli ingat siapa aku." "ya. Bibi-" Thio Han Liong mengangguk- "Han Liong" Wanita itu menatapnya tajam- " Engkau tidak boleh terlampau nakal, juga tidak boleh genit- Itu akan mencelakai dirimu-" "ya. Bibi-" Thio Han Liong mengangguk lagi- " Aku pasti menuruti nasihat Bibi." "Bagus" Wanita itu manggut-manggut. " Dan juga engkau tidak boleh ingkar janji- Apa yang pernah engkau janjikan, engkau harus melaksanakannya kelak- Misalnya terhadap Tan Giok Cu, gadis itu masih kecil, tapi dalam hatinya hanya terdapat engkau seorang diri" "Bibi...." Mulut Thio Han Liong ternganga lebar- "Kok Bibi tahu itu?" "Engkau cuma nakal dan suka menggoda, tapi tidak kurang ajar. Kalau engkau kurang ajar, tentu sudah kuhajar," Ujar wanita itu tanpa menjawab pertanyaan Thio Han Liong. "Engkau harus ingat, jangan mengingkari janjimu terhadap gadis kecil itu" "ya." Thio Han Liong manggut-manggut. "oh ya, bolehkah aku tahu nama Bibi?" "Aku she yo, engkau panggil aku Bibi yo saja," Sahut wanita itu dan menambahkan. "Belum waktunya engkau berkelana dalam rimba persilatan, maka engkau harus segera pulang ke tempat tinggalmu di pulau itu." "Bibi kok tahu tempat tinggalku?" Thio Han Liong terheranheran. "Bahkan aku pun tahu ayahmu terluka oleh pukulan para Dhalai Lhama itu," Ujar wanita itu sambil tersenyum. "Maka engkau harus cepat-cepat pulang, setelah kepandaianmu tinggi, barulah engkau berkecimpung dalam rimba persilatan membela kebenaran dan membasmi kejahatan." "Bibi...." Wajah Thio Han Liong agak cemas. "Bagaimana keadaan ayahku?" "Tidak apa-apa. Engkau tidak usah cemas, yang penting engkau harus pulang untuk memperdalam kepandaianmu. Kelak engkau dan Giok Cu harus bersatu padu membasmi kejahatan." "Maksud Bibi...." Thio Han Liong girang bukan main. "ingin menerima Giok Cu menjadi murid?" "Betul." Wanita itu manggut-manggut sambil tersenyum. "Kelak dia akan menjadi gadis yang cantik sekali, kalian berdua memang cocok dan serasi." "Bibi...." Thio Han Liong teringat sesuatu. "Aku memang rindu sekali kepada ke dua orangtuaku, tapi aku tidak tahu harus bagaimana pulang ke pulau itu. Lagipula aku tidak punya uang untuk menyewa perahu." "Engkau menuju pesisir utara, sampai di sana carilah seorang lelaki bernama Kwa Kiat Lam. Beritahukaniah kepadanya siapa ayahmu, dia pasti mengantarmu pulang ke pulau itu" "Terima kasih atas petunjuk Bibi, terima kasih." "Uangmu tidak cukup untuk biaya ke pesisir utara, maka aku akan memberimu uang." Wanita itu menyerahkan sebuah bungkusan kecil kepada Thio Han Liong. "Terima kasih, Bibi," Ucap Thio Han Liong sambil menerima bungkusan kecil itu. "oh ya. Bibi, kenapa si Mo begitu kejam?" "Itu memang sifatnya, engkau harus membasminya kelak" Sahut wanita itu, kemudian menghela nafas panjang. "Aku telah bersumpah tidak akan membunuh, maka aku tidak membunuh si Mo- Kepandaian si Mo sangat tinggi sekali, dan dia pun sering menggunakan racun. Hati-hatilah kalau kelak engkau berhadapan dengannya" "Ya." Thio Han Liong mengangguk- "Aaaah - " Mendadak wanita itu menghela nafas panjang. "Tak disangka kini begitu banyak jago berhati kejam bermunculan dalam rimba persilatan Kelak engkau dan Giok Cu harus membasmi para jago berhati jahat itu" "Ya." Thio Han Liong mengangguk lagi. "Baiklah, kita berpisah di sini. &ngkau harus langsung menuju pesisir Utara.Agar lebih cepat sampai di sana, lebih baik engkau membeli seekor kuda." Ujar wanita itu lalu melesat pergi. Ke empat pengiringnya juga melesat pergi sambil memainkan alat musik masing- masing. Thio Han Liong berdiri termangu-mangu, setelah itu barulah ia meninggalkan tempat itu, langsung menuju arah utara. -ooo00000ooo Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com Tan Giok Cu, gadis kecil itu duduk melamun di pekarangan. Tan Ek seng dan Lim soat Hong mendekatinya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Nak," Tanya Lim soat Hong lembut. "Kenapa engkau duduk melamun di sini?" "Ibu, Giok Cu sedang memikirkan Kakak tampan. entah berada di mana dia dan bagaimana" "Dia pasti sudah sampai di gunung Bu Tong," Sahut Lim soat Hong. "Dan dia pun pasti baik-baik saja." "Ibu," Tanya Tan Giok Cu mendadak- "Bolehkah aku menyusulnya ke gunung Bu Tong?" Lim soat Hong tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Tidak boleh, sebab engkau masih kecil," Jawabnya. "Bagaimana kalau Ayah mengantarku ke gunung Bu Tong?" Gadis itu memandang Tan Ek seng dengan penuh harap. "Nak" Tan Ek seng menggelengkan kepala- "Ayah tidak sempat, lagipula belum tentu dia berada di gunung Bu Tong. Lebih baik engkau tunggu dia di rumah saja." "Ayah," Tanya Tan Giok Cu dengan mata basah- "Dia pasti ke mari menjumpaiku?" "Dia sudah berjanji, tentunya akan ke mari menengokmu," Sahut Lim soat Hong "sungguh-sungguh Ibu- Kalau dia tidak ke mari, aku - ." Air mata gadis kecil itu meleleh. "Aku tiada gairah hidup," Tan Ek seng dan Lim soat Hong terkejut, kemudian mereka berdua saling memandang. Di saat itulah mendadak terdengar suara kecapi dan suling, yang makin lama makin jelas. "Heran?" Gumam Tan Ek seng. "Kok ada suara musik?" Pada saat bersamaan, melayang turun empat wanita berpakaian putih- Tak lama kemudian melayang turun lagi seorang wanita berpakaian kuning, dan suara musik tadi berhenti- "Maaf" Ucap wanita berpakaian kuning. " Kedatangan kami telah mengganggu kalian sekeluarga." " Tidak apa-apa" Sahut Lim soat Hong dengan ramah. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bolehkah kami tahu siapa Nona?" "Aku she yo," Jawab wanita itu. "Nona Yo, ada keperluan apa Nona berkunjung ke mari?" Tanya Tan Ek seng sopan, la tahu sedang berhadapan dengan wanita yang berkepandaian tinggi. "Aku tertarik akan putri kalian, maka aku ke mari," Sahut wanita itu sambil memandang Tan Giok Cu. "Maksud Nona?" Lim soat Hong tidak mengerti Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com "Aku berniat menerimanya menjadi murid-" Wanita itu memberitahukan. "Tentunya kalian berdua tidak berkeberatan kan?" Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang, kemudian Tan Ek seng bertanya. "Nona bersedia mengajar Giok Cu di sini?" "Kalau sudah menjadi muridku, tentunya harus ikut ke tempat tinggalku," Sahut wanita itu. "Di mana tempat tinggal Nona?" Tanya Lim soat Hong. "Di belakang Ciong Lam san" Sahut wanita itu. "Haah?" Lim soat Hong terbelalak- "Be - begitu jauh, bagaimana mungkin Giok Cu mau ikut Nona ke sana?" "Aku tidak akan memaksa- Apabila dia tidak mau berarti tiada jodoh dengan aku," Ujar wanita itu sambil tersenyum- " Namun, aku yakin dia mau ikut aku ke gunung ciong Lam san. yang penting kalian berdua tidak berkeberatan. Kalau kalian berkeberatan, itu akan menyia-nyiakan kesempatan ini." "Tapi..-" Lim soat Hong tampak ragu. "Begini saja Nona" Ujar Tan Ek seng. "Bila Giok Cu bersedia ikut Nona ke gunung Ciong Lam San, kami pun tidak berkeberatan." "Bagus" Wanita itu manggut-manggut, kemudian bertanya kepada Tan Giok Cu. "Engkau mau belajar ilmu silat tingkat tinggi?" "Mau. Tapi - Bibi siapa?" Gadis kecil itu menatapnya. "Namaku yo sian sian. Engkau panggil aku Bibi sian sian saja," Sahut wanita bernama yo sian sian itu. "Bibi sian sian, aku - aku tidak mau ikut ke gunung ciong Lam san, aku mau belajar di rumah saja," Ujar Tan Giok Cu. "Giok Cu" Yo sian sian tersenyum. " Kalau engkau belajar di rumah, pasti tidak akan maju. Maka alangkah baiknya engkau ikut ke tempat tinggalku, lima tahun kemudian, engkau boleh pulang." "Lima tahun?" Tan Giok Cu terbelalak. "Tidak mau ah" "Kenapa tidak mau?" Tanya yo sian sian lembut. "Karena. - " Tan Giok Cu menundukkan kepala. "Giok Cu" Yo sian sian tersenyum. "Aku tahu, engkau sedang menunggu Kakak tampan bernama Thio Han Liong kan?" "Kok Bibi tahu?" Tan Giok Cu menatapnya heran. " Bibi adalah familinya?" "Kami bukan famili, tapi aku kenal ayahnya," Sahut yo sian sian. "Kini Kakak tampanmu itu sedang menuju pesisir utara, dia akan berlayar pulang ke rumahnya. Dia akan belajar ilmu silat tingkat tinggi dari ayahnya, maka engkau pun harus belajar ilmu silat tingkat tinggi dariku. Kalau tidak, bagaimana mungkin engkau menjadi pasangannya kelak?" "Bibi-..." Tan Giok Cu berpikir sejeNak, lalu mengangguk. "Aku mau ikut Bibi kegunung Ciong Lam san." "Bagus, bagus" Yo sian sian tersenyum. "Engkau memang berjodoh menjadi muridku, pasti kuwariskan semua ilmu silatku." "Terimakasih, Bibi," Ucap Tan Giok Cu- "Apakah mulai sekarang aku harus memanggil Bibi guru?" "Giok Cu" Yo sian sian membelainya- "terserah engkau- Engkau boleh memanggilku guru, juga boleh memanggilku bibi-" "ya. Bibi-" Tan Giok Cu mengangguk " Kapan kita berangkat ke gunung ciong Lam san?" Tanyanya. "saat inijuga" Sahut yo sian sian. "Maaf" Ucap Lim soat Hong. "Bagaimana kalau berangkat esok saja?" "Berangkat sekarang atau esok sama saja," Sahut yo sian sian sambil tersenyum. "Lima tahun kemudian, Giok Cu pasti pulang." "Itu." Lim soat Hong tampak berat sekali berpisah dengan putri tercintanya.- "Ibu jangan bersedih" Ujar Tan Giok Cu. "Lima tahun kemudian aku pasti pulang dengan membawa kepandaian yang luar biasa." "Nak,.." Lim soat Hong memeluknya erat-erat. "Nona, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Tan Ek seng. "Tentu boleh." Yo sian sian mengangguk. "Silakan" "Sebetulnya siapa orangtua Thio Han Liong?" Ternyata ini yang ditanyakan Tan Ek seng. "Engkau tidak kenal dia, tapi pasti pernah mendengar nama besarnya" Sahut yo sian sian. "Dialah yang paling berjasa meruntuhkan Dinasti Goan." "Dia. - " Tan Ek seng terbelalak. "Thio Bu Ki?" "Betul." Yo sian sian mengangguk. "Bagaimana kepandaiannya, tentunya kalian tahu. oleh karena itu, sungguh beruntung Giok Cu karena aku bersedia menerimanya menjadi murid-" "ooooh" Tan Ek seng manggut-manggut. " Terima kasih Nona." "Maaf" Ucap Lim soat Hong. "Bolehkah kami tahu, sebetulnya siapa Nona?" "Di belakang ciong Lam san, terdapat Kuburan Mayat Hidup, Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar, tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw." Yo sian sian membaca syair tersebut, kemudian mendadak menyambar Tan Giok Cu dan melesat pergi, diikuti ke empat pengiringnya. "Giok Cu.. Giok Cu..." Teriak Lim soat Hong memanggil putrinya- Namun, cuma terdengar suara kecapi dan suling. "Aaaahi-" Seru Tan Ek seng mendadak "Aku sudah tahu siapa Nona yo itu Aku sudah tahu" "suamiku...." Lim soat Hong terisak-isaki "Giok Cu telah dibawa pergi." "Tidak apa-apa, tidak apa-apa," Sahut Tan Ek seng dengan wajah berseri. "Sungguh beruntung putri kita, sungguh beruntung sekali" "Suamiku...." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lim soat Hong menatapnya dengan kening berkerut-kerut. "Kenapa engkau tidak sedih? Giok cu-..." "Isteriku, engkaupun harus bergembira," Sahut Tan Ek Seng. "Tahukah engkau siapaNona yo itu?" Lim soat Hong menggelengkan kepala Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com "isteriku" Tan Ek seng memberitahukan. "Nona yo adalah turunan sin Tiauw Tayhiap yo Ke dan siauw Liong Li" "Apa?" Lim soat Hong tertegun. "Benarkah itu?" "Aku yakin benar." Sahut Tan Ek seng. "Syair itu menyatakan bahwa dia adalah keturunan Pasangan Pendekar. Kita... kita juga beruntung, sebab Thio Han Liong adalah anak Thio Bu Ki, yang amat terkenal itu. Ha ha ha..." Belasan hari kemudian, yo sian sian, Tan Giok Cu dan ke empat pengiringnya telah tiba di hadapan sebuah kuburan tua yang amat besar. Kuburan tua itu terletak di belakang gunung ciong Lam san. Begitu melihat kuburan tua tersebut, pucatlah wajah Tan Giok Cu. "Bibi, kuburan tua itu sungguh menyeramkan" Ujar gadis kecil itu ketakutan. "Giok Cu" Yo sian sian menggeleng-gelengkan kepala- "Engkau begitu penakut, bagaimana mungkin menjadi pendekar wanita kelak? Han Liong lebih besar setahun darimu, tapi dia begitu berani." "Aku... aku tidak takut." Tan Giok Cu membusungkan dadanya. "Kalaupun ada setan keluar dari kuburan tua itu, aku... aku pasti mengusirnya." "Bagus, bagus" Yo Sian sian tersenyum. "Tapi di dalam kuburan tua itu tidak ada setan. Ayohi kita ke dalam" "Ha a a h?" Tubuh Tan Giok Cu langsung menggigil. "Kita... kita akan masuk ke kuburan tua itu?" "Ya. Engkau takut?" "Aku - aku tidak takut" Tan Giok Cu membusungkan dadanya lagi seraya bertanya. "Kita ke dalam untuk mengusir setan?" "Bukan." Yo sian sian tersenyum. "Melainkan akan tinggal di dalam kuburan tua itu" "Itu... itu bagaimana mungkin?" "Giok Cu" Yo sian sian memberitahukan. "Kuburan tua itu adalah tempat tinggalku. Engkau adalah muridku, maka harus tinggal di dalam kuburan tua itu juga." "oooh" Tan Giok Cu manggut-manggut. "Engkau takut?" Yo sian sian menatapnya. "Bibi tidak takut, maka aku pun tidak takut," Sahut Tan Giok Cu sambil tertawa kecil. "Bagus, bagus" Yo sian sian membelainya, kemudian tangannya menekan sebuah tombol rahasia, setelah itu ia mendekati sebuah batu, lalu memutar batu itu ke kiri dan ke kanan beberapa kali. Terdengarlah suara gemuruh- Ternyata mendadak tempat yang mereka injak itu bergeser menimbulkan suara itu, kemudian terlihatlah sebuah lubang di situ. "Giok Cu, mari kita masuk" Tan Giok Cu mengangguk, lalu mengikuti yo sian sian memasuki lubang itu melalui undakan tangga. Ke empat pengiring itu pun mengikutinya. Mendadak terdengar suara gemuruh, ternyata lubang yang di atas tadi telah tertutup kembali. Namun sungguh mengherankan, di dalam ruangan itu tetap terang benderang. Ternyata dinding ruangan itu dibuat dari batu yang memancarkan cahaya. yo sian sian menekan sebuah tombol rahasia, tiba-tiba dinding itu bergeraki dan muncul sebuah pintu rahasia- yo sian sian mengajak Tan Giok Cu masuk ke dalam. Begitu memasuki pintu itu, terbelalaklah Tan Giok Cu karena dirinya berada di sebuah ruangan yang amat indah dan besar, bahkan juga terang benderang. "Giok Cu, mulai sekarang engkau resmi menjadi muridku," Ujar yo sian sian sambil menatapnya tajam. "Guru" Panggil Tan Giok Cu sekaligus bersujud di hadapannya. "Terimalah hormat dari murid" "Banguniah muridku" Yo sian sian tersenyum lembut dan memberitahukan. "Mereka berempat adalah pelayanku bernama siauw Cui, siauw La n, siauw Ling dan siauw Cing. Engkau boleh panggil nama mereka." "ya." Tan Giok Cu mengangguk "Nona Giok Cu" Ucap mereka berempat serentak sambil memberi hormat. "Terimalah hormat kami" "sama-sama," Sahut Tan Giok Cu dan segera balas memberi hormat kepada mereka itu. "Giok Cu," Ujar yo sian sian. "Mulai besok guru akan mengajarmu Giok Li sin Kang (Tenaga sakti gadis Murni), dan engkau harus rajin-rajin belajar. " "ya, guru"Tan Giok Cu mengangguk. "Giok Cu" Yo sian sian menatapnya sambil tersenyum."Engkau masih ingat kepada Kakak tampan itu?" " Ingat. Wajahnya selalu muncul di depan mata murid...." Tan Giok Cu memberitahukan sambil menundukkan kepala- "Engkau menyukainya?" "ya." "Berapa usiamu sekarang?" "Sepuluh tahun, Guru." "Baru berusia sepuluh tahun, namun cintamu sudah mulai bersemi- sungguh luar biasa" Yo sian sian menggelenggelengkan kepala, kemudian berpesan. "Mulai besok di saat engkau berlatih Giok Li sin Kang, tidak boleh membayangkan wajah Han Liong." "ya, guru." Tan Giok Cu mengangguk- "Guru, Kakak tampan tidak akan melupakan murid, kan?" Tanyanya mendadak. " Kalau dia berani melupakanmu, guru pasti mencabut nyawanya" Sahut yo sian sian sungguh-sungguh - "Guru - -" Bukan main terkejutnya gadis kecil itu- "Guru tidak boleh begitu- Kalau Guru mencabut nyawanya, bagaimana diriku?" "Giok Cu" Yo sian sian membelainya. " Kalau dia tidak setia kepadamu, engkau harus membunuhnya. Tapi itu adalah urusan kelak, jangan dibicarakan sekarang" "ya, Guru." Tan Giok Cu mengangguk,- Keesokan harinya, mulailah yo sian sian mengajar Tan Giok Cu Giok Li sin Kang.... Bab 10 Kembali Ke Pulau Hong Hoang to Setelah menempuh perjalanan hampir sepuluh hari. barulah Thio Han Liong tiba di pesisir utara. Banyak sekali perahu nelayan di sana. Thio Han Liong menuntun kudanya menghampiri seorang nelayan tua. "Paman tua," Tanya anak kecil itu. "Di mana Paman Kwa Kiat Lam?" "Kwa Kiat Lam?" Nelayan tua itu tampak terkejut. "Anak kecil, mau apa engkau mencarinya?" "Mau minta tolong kepadanya mengantarku ke sebuah pulau," Sahut Thio Han Liong. "Anak kecil...." Nelayan tua itu menggeleng-gelengkan kepala- "Percuma engkau mencarinya." "Kenapa?" "Dia tidak akan mengantarmu ke pulau itu, sebaliknya malah akan memukulmu." "oh?" Thio Han Liong tertegun. " Paman tua, katakan dia berada di mana?" "Anak kecil...." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Nelayan tua itu menghela nafas panjang. "Kenapa engkau berkeras ingin menemuinya?" "Paman tua...." "Baiklah" Nelayan tua itu menunjuk ke arah kiri- "Itu adalah kapalnya- Dia pasti berada di dalam kapalnya itu-" "Terima kasih, Paman tua," Ucap Thio Han Liong, lalu segera menuntun kudanya ke sana. sampai di tempat itu ia berteriak-teriak "Paman Kwa Kiat Lam, aku Han Liong ingin bertemu Paman Kwa Kiat Lam..." Thio Han Liong terus berteriak-teriak memanggil orang tersebut- Berselang sesaat. tampak sosok bayangan melesat keluar dari kapal itu, mengarah Thio Ha n Liong, lalu berdiri di hadapannya. "Paman Kwa...." Betapa girangnya Thio Han Liong. "Bocah" Bentak orang itu dengan wajah gusar, usia-nya empat puluhan bermuka hitam. "Kenapa engkau berteriakteriak memanggil namaku? Mau cari mampus ya?" " Paman Kwa" Thio Han Liong seaera memberi hormat. " Tolong antar aku ke pulau Hong Hoang to di Pak Hai" "Apa?" Kwa Kiat Lam melotot. "Engkau berani menyuruhku mengantarmu ke pulau yang di Pak Hai? Hm Putra kaisar pun tidak akan kuantar ke sana, apalagi engkau" "Paman Kwa, ayahku bernama Thio Bu Ki." Thio Han Liong memberitahukan. "Apa?" Air muka Kwa Kiat Lam langsung berubah- "Bocah sungguh berani engkau mengaku sebagai anak Thio Kauwcu." "Ayahku bukan Thio Kauwcu, melainkan Thio Bu Ki- ibuku bernama Tio Beng." "Engkau sendiri bernama apa?" "Thio Han Liong-" "Bocah, betulkah engkau anak Thio Kauwcu?" "Paman Kwa, aku anak Thio Bu Ki, bukan anak Thio Kauwcu," Sahut Thio Han Liong dan bertanya. "Kenapa Paman memanggil ayahku Thio Kauwcu? Kauwcu apa ayahku?" "Bocah" Kwa Kiat Lam menatapnya tajam. "Engkau punya bukti bahwa engkau adalah anak Thio Bu Ki?" "Bukti?" Thio Han Liong mengerutkan kening sambil berpikir. "oh ya Ayahku pernahmengajarku Thay Kek Kun, bagaimana kalau aku memperlihatkan Thay Kek Kun itu?" "Baik" Kwa Kiat Lam mengangguk. Thio Han Liong segera mempertunjukkan ilmu silat tersebut, dan Kwa Kiat Lam menyaksikannya dengan mulut ternganga karena kagumnya. "Bagaimana Paman Kwa?" Tanya Thio Han Liong seusai mempertunjukkan ilmu silat itu. "Sudah percayakah kalau aku anak Thio Bu Ki?" "Han Liong" Sahut Kwa Kiat Lam sambil memberi hormat- "Terimalah hormatku Tidak disangka aku akan bertemu anak Thio Bu Ki Ha ha ha - " Kwa Kiat Lam memberi hormat kepada Thio Han liong, anak Thio Bu Ki-" "Paman Kwa - " Thio Han Liong cepat-cepat balas memberi hormat Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com "Han Liong," Tanya Kwa Kiat Lam penuh perhatian. "Bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" "Ayah dan ibu - " Thio Han Liong menutur tentang kejadian itu, kemudian menutur juga mengenai dirinya yang meloloskan diri dari tangan para Dhalai Lhama. "sungguh jahat Cu Goan Ciang" Ujar Kwa Kiat Lam sambil mengepal tinju dan menambahkan. "Aku akan membunuhnya kelak" "Cu Goan ciang? Bukankah beliau kaisar?" Thio Han Liong tercengang. "Kenapa Paman Kwa ingin membunuh kaisar?" "seharusnya ayahmu yang menjadi kaisar, tapi dengan cara yang licik dia menggeser ayahmu, akhirnya dia yang menjadi kaisar-" "Paman Kwa - " Thio Han Liong terheran-heran. "Aku - aku sama sekali tidak mengerti." "Ayahmu tidak pernah menceritakan tentang dirinya?" Kwa Kiat Lam menatapnya. "Tidak pernah-" "oooh" Kwa Kiat Lam manggut-manggut. " Engkau masih kecil, tentunya ayahmu tidak menceritakan tentang kejadian itu" " Paman Kwa. tolong antar aku pulang ke pulau Hong Hoang to" " Pulau Hong Hoang to? Di Pak Hai tidak ada pulau Hong Hoang to," Ujar Kwa Kiat Lam. "Pulau itu adalah tempat tinggal kami-" Thio Han Liong memberitahukan. "oooh" Kwa Kiat Lam manggut-manggut, kemudian menepuk bahu Thio Han Liong seraya berkata. "Kebetulan aku memiliki kapal yang cukup besar- Kalau tidak, pasti tidak bisa mengantarmu ke pulau itu." "Terima kasih, Paman" Ucap Thio Han Liong. "oh ya, kudaku?" "Berikan saja kepada nelayan tua itu" Sahut Kwa Kiat Lam. " "Suruh dia jual kudamu, uang itu kasihkan dia saja" "ya." Thio Han Liong segera menuntun kudanya ke tempat nelayan tua. "Paman tua, aku sudah bertemu Paman Kwa." "oh?" Nelayan tua itu memandang ke arah Kwa Kiat Lam. "Dia... dia tidak memukulmu?" "Tidak." Thio Han Liong tersenyum. "sebaliknya malah bersedia mengantarku ke pulau yang di Pak Hai itu." "oh? syukurlah" Ucap nelayan tua itu. "Paman tua" Thio Han Liong memberitahukan. " Aku sudah mau berlayar, kuda ini kuberikan kepada Paman tua saja." "Apa?" Nelayan tua itu terbelalak. "Kuda ini engkau berikan kepadaku?" "ya." Thio Han Liong tersenyum, lalu menyerahkan tali les kuda ilu kepada nelayan tua itu. "Anak kecil" Panggil nelayan tua itu. Namun Thio Han Liong sudah berjalan pergi, kemudian bersama Kwa Kiat Lam memasuki sebuah kapal. -ooo00000ooo- Ketika sang surya mulai condong ke barat, pemandangan di pantai pulau Hong Hoang to sungguh indah menakjubkan. Thio Bu Ki danTio Beng duduk di dekat pantai sambil menikmati keindahan panorama. Berselang beberapa saat, mendadak Tio Beng menghela nafas panjang. "sudah empat tahun..." Gumam Tio Beng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kita sama sekali tidak tahu Han Liong masih hidup atau sudah mati." "Beng Moay," Sahut Thio Bu Ki sambil memandang jauh ke depan. "Aku yakin anak kita baik-baik saja." "Tapi sudah empat tahun...." "yaah" Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Keadaanku belum pulih- Aku menyuruhmu ke Tionggoan mencari Han Liong, namun engkau bilang harus pergi bersamaku." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bu Ki Koko" Tio Beng memandangnya. "Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu dalam keadaan belum pulih?" "Beng Moay" Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala. "Tak disangka nasib kita jadi begini" "Bu Ki Koko, aku sama sekali tidak menyesal bersamamu, hanya saja... kita kehilangan Han Liong." Tio Beng mulai terisak-isak- "Beng Moay, percayalah" Ujar Thio Bu Ki yakin- "Kita tidak akan kehilangan Han Liong." "Tapi-..." Tio Beng memandang jauh ke depan. Mendadak ia terbelalak. "Ada sebuah kapal datang" "oh?" Thio Bu Ki langsung memandang jauh ke depan, la menarik nafas lega seraya berkata. "Itu bukan kapal perang, melainkan kapal biasa, mungkin kapal dagang." "Tapi-.." Tio Beng mengerutkan kening. "Kenapa kapal itu ke mari?" "Ya." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Memang mengherankan. Apakah mungkin kapal itu kehabisan bahan bakar, maka terpaksa berlabuh di sini?" "Bu Ki Koko," Ujar Tio Beng berpesan. "Kita harus berhatihati. Kalau yang datang itu adalah utusan cu Goan ciang...." "Ngmmm" Thio Bu Ki mengangguk- "Kalau begitu, mari kita bersembunyi sambil mengintip kapal itu" "Baik," Sahut Tio Beng. Mereka berdua segera bersembunyi di balik sebuah batu besar, lalu mengintip ke arah kapal yang sudah berlabuh itu. seorang lelaki dan seorang anak kecil meloncat turun dari kapal itu. siapa mereka? Ternyata Kwa Kiat Lam dan Thio Han Liong. Karena berada di tempat yang agak jauh, maka Thio Bu Ki dan Tio Beng tidak dapat melihat jelas anak kecil itu, lagipula kini Thio Han Liong bertambah agak besar, sehingga Thio Bu Ki dan Tio Beng tidak mengenali bentuk tubuhnya dari jauh. "Heran?" Gumam Tio Beng. "siapa mereka? Kelihatannya anak kecil itu mengenali tempat ini." "Beng Moay" Seru Thio Bu Ki mendadak- "Jangan-jangan anak kecil itu Han Liong" "oh?" Tio Beng tampak tegang. "Mari kita sapa mereka Mudah-mudahan anak kecil itu Han Liong" Mereka berdua segera meloncat ke luar dari balik batu, kemudian cepat-cepat menghampiri anak kecil itu. Terdengarlah suara seruan yang sangat menggembirakan. "Ayah Ibu..." Itu adalah suara seruan Thio Han Liong. "Han Liong Han Liong..." Sahut Tio Beng dengan air mata berlinang-linang saking gembira. "Anakku..." "Ibu" Thio Han Liong mendekap di dada Tio Beng. fsak tangis pun meledak di saat itu. "Nak-..." Tio Beng membelainya. sementara Kwa Kiat Lam terus memperhatikan Thio Bu Ki, lama sekali barulah ia memberi hormat. "Thio Kauwcu, terimalah hormatku" "Maaf" Thio Bu Ki menatapnya. "siapa Anda?" "Thio Kauwcu, aku adalah Kwa Kiat Lam, mantan anak buah Kauwcu." "Kwa Kiat Lam...." Thio Bu Ki terus berpikir, kemudian terlawa gembira. "Aku ingat sekarang. Bukankah aku pernah-.." "Tidak salah- Kauwcu memang pernah menyelamatkan nyawaku, setelah itu aku masuk menjadi anggota Beng Kauw," Ujar Kwa Kiat Lam. "saudara Kwa" Thio Bu Ki memegang bahunya. "Terima kasih atas kebaikanmu mengantar anakku pulang. " "Jangan berkata begitu Kauwcu" Kwa Kiat Lam tersenyum. "Aku gembira sekali bisa berjumpa dengan Kauwcu." "saudara Kwa" Thio Bu Ki tersenyum getir. "Beng Kauw sudah bubar, maka engkau jangan memanggilku Kauwcu lagi" " Kauwcu - ." Kwa Kiat Lam menggeleng-gelengkan kepala. "Ayah" Thio Han Liong mendekatinya. "Ayah,.." "Nak," Thio Bu Ki membelainya dengan penuh kasih sayang. "Engkau bertambah besar, ayah, ayah girang sekali." "Bu Ki Koko dan saudara Kwa" Ujar Tio Beng. "Mari kita bercakap-cakap di rumah saja" "Terima kasih. Nyonya," Ucap Kwa Kiat Lam. Mereka berempat berjalan menuju gubuk tempat tinggal Thio Bu Ki dan Tio Beng. Berselang beberapa saat kemudian, sampailah mereka di gubuk itu. Mereka berempat duduk berhadapan di dalam gubuk ilu. Thio Han Liong terus memandang wajah ke dua orangtuanya. "Nak," Ujar Thio Bu Ki sambil menghela nafas panjang. "wajah kami telah rusak terbakar oleh Liak Hwee Tan yang beracun." "Tidak bisa diobati lagi?" Tanya Thio Han Liong." "Bisa. Tapi--.." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala. "sulit sekali mencari obatnya." "obat apa?" "soat Lian (Teratai salju)." Thio Bu Ki memberitahukan. " Hanya tumbuh di gunung soat sat yang amat dingin, dan setiap lima ratus tahun berbunga sekali." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut dan berjanji dalam hati, kelak ia pasti ke gunung soat san mencari soat Lian. "Nak" Tio Beng tersenyum. "Tuturkaniah pengalamanmu selama empat tahun ini, cara bagaimana engkau meloloskan diri dari para Dhalai lama dan tinggal di mana?" " Ya-" Thio Han Liong mengangguk, lalu menutur tentang ia meloloskan diri dari para Dhalai Lhama, kemudian bekerja di rumah Tan Ek seng dan di rumah Lie Cong Peng. "Nak" Tio Beng manggut-manggut bangga. "Tak disangka engkau begitu tabahi bahkan mampu pula hidup mandiri, padahal engkau baru berusia tujuh tahun." "Betul-betul luar biasa" Ujar Kwa Kiat Lam. "Aku kagum dan salut kepadanya, sungguh" "Nak" Thio Bu Ki tersenyum. "Itu merupakan pengalaman yang amat berharga bagimu, jadi engkau tahu dalam rimba persilatan terdapat orang baik dan orang jahat." "oh ya" Mendadak Tio Beng tertawa geli- "Nak, engkau sungguh-sungguh menyukai gadis kecil bernama Tan Giok Cu itu?" "Ya-" Thio Han Liong mengangguk- " Dia adalah gadis kecil yang baik hati, lagipula sangat memperhatikanku." "ohi ya?" Thio Bu Ki tertawa. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kalian berdua masih begitu kecil, tapi sudah saling menyukai. Bukan main itu" "Ayah- - " Wajah Thio Han Liong langsung memerahi "Nak," Pesan Thio Bu Ki. "Kalau gadis kecil itu begitu baik dan menaruh perhatian kepadamu, engkau pun tidak boleh mengecewakannya." "ya. Ayah-" Thio Han Liong mengangguki kemudian tertawa. "Aku ingat pada siang Thiam Chun." "Kenapa?" Tanya Tio Beng. "Dia pernah kukerjai." Tutur Thio Han Liong tentang kejadian itu dan menambahkan. "Untung aku usil. Kalau tidak, kakak Hiang pasti sudah celaka di tangan siang Thiam Chun itu" "Itu bukan usil." Tio Beng tersenyum. "Melainkan perbuatan seorang pendekar." "Betul." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Nak, kelak engkau harus menjadi seorang pendekar yang gagahi berhati bajik dan berbudi luhur." "Ya, Ayah-" Thio Han Liong mengangguki "Oh ya, aku bertemu si Mo (iblis Dari Barat), sungguh jahat si Mo itu, dia menyiksaku karena aku tidak mau menjadi muridnya." "Si Mo?" Thio Bu Ki tertegun, kemudian memandang Kwa Kiat Lam seraya bertanya. "Engkau tahu tentang si Mo itu?" "Aku pernah dengar tentang si Mo dan lainnya," Jawab Kwa Kiat Lam memberitahukan. "Belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul empat jago dan seorang pembunuh misterius. Ke empat jago itu adalah Tong Koay.Oey su Bin, si mo-Bu yung Hok, Lam Khie- Toan Thian Ngie dan Pak Hong-Lim Bun Kim. si mo-Buyung Hok adalah ketua golongan hitam, sedangkan Tong Koay.Oey su Bin adalah ketua golongan sesat." "oh?" Thio Bu Ki terbelalak- "Seratus tahun lalu juga terdapat empat jago dalam dunia persilatan. Mereka adalah Tong sla-Oey yok su, si Tok Ouw yang Hong, Lam Ti-Toan Hong ya dan Pak Kay-Ang cit Kong. Tong Koay-Oey suBin, apakah dia punya hubungan deng Tong sia-Oey yok su? Lam Khie-Toan Thian Ngie, mungkinkah dia berasal dari Tayli?" "Bu Ki Koko" Tanya Tio Beng. "Engkau kok tahu tentang itu?" "Aku mendengar dari Thay suhu." Thio Bu Ki memberitahukan, lalu bertanya lagi kepada Kwa Kiat Lam. "Tentang si pembunuh misterius itu?" "Dia telah membantai Hweeshio-hweeshio siauw Lim sie tingkatan Goan,"jawab Kwa Kiat Lam. "Ha a h?" Bukan main terkejutnya Thio Bu Ki dan Tio Beng. "siapa pembunuh misterius itu?" "Tiada seorang kaum rimba persilatan mengetahuinya. Bahkan belum lama ini tersiar suatu berita yang amat mengejutkan, yakni pembunuh misterius itu berhasil melukai Keng Ti seng Geng." Ujar Kwa Kiat Lam dan menambahkan. "saksi mata adalah- - song wan Kiauw." " Apa?" Thio Bu Ki terbelalak- "Benarkah itu?" "Aku yakin benar" Sahut Kwa Kiat Lam- "Kini dalam rimba persilatan telah timbul berbagai badai-" "Itu - " Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala- "Sungguh di luar dugaan, pembunuh misterius itu dapat melukai Keng Ti seng Ceng, membuktikan kepandaiannya sangat tinggi sekali-" " Kepandaian ke empat jago itu pun sangat tinggi sekali. Bahkan Tong Keay telah mengalahkan ketua Hwa san Pay dan Kun Lun Pay." "oh?" Thio Bu Ki mengerutkan kening, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya. "Lalu bagaimana setelah si Mo menyiksamu?" "Mendadak terdengar suara kecapi dan suling. Begitu mendengar suara musik itu, si Mo langsung kabur," Jawab Thio Han Liong memberitahukan. "setelah itu muncul empat wanita berpakaian putih dan seorang wanita berpakaian kuning. Wanita berpakaian kuning itu sangat cantik sekali, wajahnya putih bagaikan salju, berusia empat puluhan." "siapa wanita itu?" Tanya Thio Bu Ki. "Wanita itu kenal ayah" Jawab Thio Han Liong lalu membaca sebuah syair. "Di belakang Ciong Lam san, terdapat Kuburan Mayat Hidup, Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar, tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw. Wanita itu membaca syair ini, katanya ayah pasti ingat." "Betul. Ayah sudah ingat siapa wanita itu." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Dia yang menyelamatkan Kay Pang dan pernah pula menyelamatkan cia sun. Wanita itu she Yo-" "Betul, wanita itu memang she Yo" Ujar Thio Han Liong. "Dia juga yang memberi petunjuk ke pesisir mencari Paman Kwa." "oooh" Kwa Kiat Lam manggut-manggut. "Pantas engkau tahu namaku, tapi sebetulnya siapa wanita she Yo itu?" "Kemungkinan besar..." Jawab Thio Bu Ki. "Dia adalah turunan sin Tiauw Tayhiap Yo Ko dan siauw Liong Li. sebab, siauw Liong Li berasal dari partai KouwBok Pay (Partai Kuburan Tua) yang terletak di belakang Ciong Lam san." "Haaah-.." Kwa Kiat Lam terbelalak. "oh ya, kepandaian para Dhalai Lhama itu..." "Memang tinggi sekali kepandaian mereka, karena mereka memiliki semacam ilmu istimewa, yakni mampu menggabungkan Lweekang mereka untuk memukul pihak lawan. Aku terserang oleh pukulan itu, kemudian terbakar lagi oleh Liak Hwee Tan yang mereka sambitkan itu." Ujar Thio Bu Ki menjelaskan. "Aku yakin tiada seorang jagopun di Tionggoan yang mampu menandingi mereka." "Begitu tinggi kepandaian para Dhalai Lhama itu?" Gumam Kwa Kiat Lam. " Ya" Thio Bu Ki mengangguk- "Mereka berjumlah sembilan, bisa membentuk suatu formasi, itulah kehebatan mereka." "Aku tidak pernah mendengar tentang para Dhalai Lhama itu, mungkinkah mereka sudah pulang ke Tibet?" Tanya Kwa Kiat Lam. "Menurutku..." Sahut Thio Bu Ki. "Cu Goan ciang sudah mengangkat mereka jadi pengawal pribadi-" "si keparat Cu Goan ciang itu, memang tidak tahu diri" Caci Kwa Kiat Lam. "Sudahlah" Thio Bu Ki tersenyum getir. "itu sudah takdir- Yang penting dia harus jadi kaisar yang baiki adil dan bijaksana." Kwa Kiat Lam menghela nafas panjang. "Aku sudah mengantar Han Liong ke mari, sekarang aku harus kembali ke Tionggoan." "saudara Kwa." Ujar Tio Beng. "Bagaimana jika engkau tinggal di pulau ini? sebab kelak Han Liong masih membutuhkan bantuanmu, dia pasti akan ke Tionggoan." "Baik" Kwa Kiat Lam mengangguk- "Aku pun akan mengajar engkau ilmu silat tingkat tinggi." Ujar Thio Bu Ki sungguh-sungguh "oh?" Kwa Kiat Lam langsung memberi hormat. "Terima kasih, Thio Kauwcu Terima kasih - " Thio Bu Ki tersenyum, kemudian berkata pada putranya. "Han Liong, mulai besok engkau harus giat berlatih Kiu yang sin Kang dan Thay Kek Kun, ayah juga akan mengajar engkau Kian Kun Taylo Ie" "ya. Ayah" Thio Han Liong mengangguk. -ooo00000ooosementara di kuil siauw Lim sie justru terjadi sesuatu. Malam hari ketika para Hweeshio sedang Liam Keng (Membaca Doa), mendadak terdengar suara tawa yang memekakkan telinga. Bersamaan itu, melayang turun sosok bayangan di depan kuil siauw Lim sie itu, yang ternyata si Pembunuh Misterius. "Keng Ti seng Ceng Keng Bun Hong Tio" Seru si Pembunuh Misterius itu sambil mengerahkan Lweekang-nya, sehingga suara seruannya bergema ke dalam kuil. Tak lama kemudian, muncullah dua Hweeshio tua dan belasan Hweeshio lain berusia lima puluhan. Mereka adalah siauw Lim Cap Pwee Lo Han, masing-masing membawa sebatang toya. Kedua Hweeshio tua itu adalah Keng Ti seng Ceng dan Keng Bun Hong Tio (Ketua siauw Lim). "Omitohud" Ucap Kong Ti seng Ceng. " Engkau sudah ke mari" "Ha ha ha" Si Pembunuh Misterius tertawa gelak "Malam ini aku ke mari untuk minta petunjuk pada Kong Bun Hong Tio" "omitohud" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sahut Kong Bun Hong Tio- "Kenapa engkau membunuh para Hweeshio di sini?" "Karena aku sangat dendam pada siauw Lim Pay" Ujar si Pembunuh Misterius. "Oleh karena itu, malam ini aku akan mencabut nyawa kalian" "Omitohud" Ucap Kong Bun Hong Tio- "Lebih baik engkau bertobat daripada terus berbuat dosa" "Sudahlah. Jangan cuma omong kosong, malam ini juga aku akan menantang tiga Tetua siauw lim pay" "Omitohud" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala. " Kalau begitu, aku saksa harus menghadapimu" "Ha ha ha" Si Pembunuh Misterius tertawa gelak "Memang harus Kita bertanding sepuluh jurus saja. Kalau engkau sama sekali tidak terluka dalam sepuluh jurus, aku akan memberitahukan siapa diriku dan akan segera angkat kaki dari sini. namun, apabila engkau kalah atau terluka, maka harus mengantarku menemui tiga Tetua itu" "Baik" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut. "Suheng" Bisik Kong Ti seng Ceng, lalu mengajak belasan Hweeshio itu menyingkir.sementara si Pembunuh Misterius sudah mulai mengerahkan Iwekangnya. Begitu pula Kong Bun Hong Tio, mereka berdua saling menatap. Mendadak si Pembunuh Misterius membentak sambil menyerang. "Jurus pertama" Si Pembunuh Misterius langsung menyerangnya dengan ilmu Cing Hwee ciang. sepasang telapak tangannya mengeluarkan cahaya kehijau-hijauan mengarah pada Keng Bun Hong Tio. Keng Bun Hong Tio tidak berkelit, melainkan berusaha menangkis serangan itu dengan ilmu Kim Keng Hok Mo Ciang. ilmunya itu memang telah mencapai tingkat kesempurnaan, setelah menangkis, Keng Bun Hong Tio balas menyerang. Terjadilah pertarungan yang amat menegangkan. Keng Bun Hong Tio berdiri diam sambil menggerakkan sepasang tangannya, sedangkan si Pembunuh Misterius berkelebat ke sana ke mari menyerang padri tua. Tak terasa sudah lewat delapan jurus, hanya tersisa dua jurus lagi. si Pembunuh Misterius penasaran sekali, karena belum dapat merobohkan Keng Bun Hong Tio. Tiba-tiba ia bersiul panjang, lalu menyerang Keng Bun Hong Tio dengan jurus Cing HweeBu Ceng (Api Hijau Tiada Perasaan). Tabuhnya berputar-putar ke atas, kemudian menukik turun sambil menggerakkan sepasang telapak tangannya menyerang ubun-ubun Keng Bun Hong Tio. Paderi tua itu tetap berdiri di tempat, namun mendadak ia mengangkat sepasang telapak tangan ke atas menangkis serangan itu- " Ternyata Keng Bun Hong Tio mengeluarkan jurus Kim Keng Toh Ceng (Arhat Mengangkat Lonceng). Prakk Terdengar huura benturan dahsyat. si Pembunuh Misterius terpental ke atas, sedangkan badan Keng Bun Hong Tio berubah agak pendeki karena sepasang kakinya amblas ke dalam tanah- si Pembunuh Misterius yang terpental ke atas, mendadak saja cepat berjungkir balik dan langsung menyerang Kong Bun Hong Tio dengan jurus Cing Hwee sao Te (Api Hijau Membakar Bumi). Kong Bun Hong Tio yang tidak bergerak menyambut serangan itu dengan jurus Kim Kong Hok Mo (Arhat Menaklukkan iblis), sepasang tangan padri tua ini mengeluarkan cahaya kekuning-kuningan menangkis sepasang telapak tangan yang bersinar kehijau-hijauan itu. Daarrr suara ledakan dahsyat memekakkan telinga, ketika benturan terjadi. si Pembunuh Misterius itu terpental ke atas lagi, sedangkan sepasang kaki Kong Bun Hong Tio semakin amblas ke dalam tanah. sudah sepuluh jurus mereka berdua bertanding, si Pembunuh Misterius berjungkir balik ke bawahi lalu mendekati Kong Bun Hong Tio- Kong Bun Hong Tio tersenyum sambil meloncat ke atas. Padri tua itu sama sekali tidak terluka. "omitohud" Ucap Kong Bun Hong Tio- "Kita telah bertanding sepuluh jurus, aku tidak terluka maupun roboh di tanganmu" "Hm" Dengus si Pembunuh Misterius dingin- "Engkau memang hebat, aku kagum padamu." "Sesuai dengan janji, maka engkau harus memberitahukan tentang dirimu" Ujar Kong Bun Hong Tio sambil memandangnya. "Baik" Si Pembunuh Misterius mengangguk "Kalian dengar, aku bernama seng Hwi Hun, Goan Pek Lek- Chiu-seng Kun adalah ayahku" "Omitohud, ternyata engkau anaknya seng Hwi, engkau harus tahu...." "Aku memang sudah tahu" Potong seng Hwi. "Kalian semua membiarkan cia sun membutakanmata ayahku, tak lama kemudian ayahku binasa. Karena itu, aku harus balas dendam Kalian dengar baik-baik, lima tahun kemudian aku akan ke mari lagi membuat perhitungan." Seng Hwi melesat pergi, sementara Keng Bun Hong Tio masih tetap berdiri di tempat. "suheng...." Keng Ti seng Ceng menghampirinya. "uaaaakh - " Mendadak Keng Bun Hong Tio muntah darah segar. "suheng" Bukan main terkejutnya Keng Ti seng Ceng. " Engkau terluka?" Keng Bun Hong Tio mengangguk. "Sungguh hebat ilmu pukulan cing Hwee Ciang itu, aku harus terus bertahan agar tidak muntah darah di hadapannya." "suheng..." Keng Ti seng Ceng segera memapahnya ke dalam kuil, belasan Hweeshio itu pun ikut ke dalam. "Aaaa]f\..." Keng Bun Hong Tio duduk sambil menghela nafas panjang. "untung Kim Keng sin Kang ku telah sempurna, kalau tidak mungkin aku sudah mati di tangan seng Hwi itu" "Bagaimana luka suheng?" Tanya Keng Ti seng Ceng cemas. "Tidak apa-apa. Hanya saja, aku harus beristirahat beberapa bulan agar bisa pulih." Jawab Keng Bun Hong Tio sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Lima tahun kemudian, dia akan ke mari lagi, entah apa yang akan terjadi-" "suheng." Ujar Keng Ti seng ceng sambil mengerutkan kening. "Aku yakin seng Hwi itu telah salah paham terhadap kita. Aku tahu, seng Kun sangat licik, tentunya menceritakan yang bukan-bukan pada seng Hwi" "sutee" Keng Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala. "Aku justru tidak habis pikir, kapan seng Kun beristeri?" "Tentunya sebelum jadi murid Keng Kian suheng, sebab Seng Hwi kelihatan sudah berusia tiga puluhan." Ujar Kong Ti seng Ceng. "Tapi, dari mana dia memperoleh ilmu Cing Hwee ciang itu?" "Memang mengherankan" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang. "Lima tahun kemudian, kepandaiannya pasti bertambah tinggi, sedangkan kita bertambah tua. Aku kuatir siauw Lim Pay akan dihancurkannya." "suheng, menurut aku lebih baik kita mohon petunjuk pada ke tiga paman guru." Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala. "Itu tidak baik, kecuali terpaksa" Kong Ti seng Ceng manggut-manggut. "Baik, kalau begitu kita tunggu saja" "Tapi - " Kong Bun Hong Tio menatapnya seraya berkata. "Kita pun harus terus berlatih mempersiapkan diri untuk melawan seng Hwi lima tahun yang akan datang" "Ya, suheng" Kong Ti seng ceng mengangguk. -ooo00000ooo Tiraikasih WEBSITE Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Walet Besi Karya Cu Yi Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung