Ceritasilat Novel Online

Anak Naga 8


Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 8


Anak Naga Karya dari Chin Yung   "Kalau begitu Hek liong Pang merupakan perkumpulan para penjahat?"   Tanya Tan Giok Cu.   "Kira-kira begitulah"   Sahut Hakim souw.   "Aku kurang jelas tentang perkumpulan itu. oh ya, aku yakin engkau sudah lapar, Mari kita makan dulu"   "Terima kasih,Paman"   Tan Giok Cu tersenyum.   "Aku memang sudah lapar sekali, perutku sudah berbunyi dari tadi."   "Ha ha ha"   Hakim souw tertawa gelak.   "Ha ha ha..."   Malam harinya, souw Lan Ling dan Tan Giok Cu duduk di pekarangan rumah- Tan Giok Cu terus memandangnya dengan mata tak berkedip, membuat souw Lan Ling terheranheran.   "Adik Giok Cu, kenapa engkau memandangku dengan cara begitu?"   Tanya souw Lan Ling sambil tersenyum.   "Apakah kepalaku tumbuh tanduk?"   "Kakak Lan Ling,"   Sahut Tan Giok Cu sungguh-sungguh- "Engkau membohongi ayahmu kan?"   "Maksudmu?"   "Sudah lama engkau belajar ilmu silat secara diam-diam, namun engkau bilang tidak punya guru ketika ayahmu bertanya- Nah, bukankah engkau sudah membohongi ayahmu?"   "Aku terpaksa-"   Souw Lan Ling menghela nafas panjang.   "sebab ayahku melarangku belajar ilmu silat, maka aku harus mengelabui nya."   "Aku lihat kepandaianmu cukup tinggi, maka tak usah aku memberimu petunjuk lagi."   "Terus terang, kepandaianku masih rendah-"   Souw Lan Ling menggeleng-gelengkan kepala.   "Karena selama ini aku berlatih secara diam-diam, jadi tidak mengalami kemajuan pesat-"   "Kakak Lan Ling, bolehkah aku tahu siapa gurumu?"   "Aku akan memberitahukan, tapi engkau harus memberi petunjuk kepadaku-"   "Baik."   "guruku adalah seorang pengemis tua-"   "Seorang pengemis tua? Apakah beliau adalah anggota Kay Pang?"   "Bukan."   Souw Lan Ling tersenyum.   "guruku bukan anggota Kay Pang, hanya saja pakaiannya compang-camping mirip seorang pengemis."   "oooh"   Tan Giok Cu manggut-manggut.   "Apa yang diajarkannya kepadamu?"   "Ilmu pukulan dan ilmu pedang. Maka aku tertarik sekali kepada ilmu pedangmu,"   Ujar souw Lan Ling.   "gerakan ilmu pedangmu begitu lemas, namun sungguh hebat dan lihay. Adik Giok Cu, ilmu pedang apa itu?"   "Itu adalah ilmu Giok Li Kiam Hoat"   "Adik Giok Cu"   Souw Lan Ling menatapnya dengan penuh harap.   "Bolehkah engkau mengajarku beberapa jurus ilmu pedang itu?"   "Kakak Lan Ling...."   Tan Giok Cu mengerutkan kening.   "Itu adalah ilmu pedang perguruanku, aku tidak boleh mengajarkannya kepada orang lain."   "Adik Giok Cu...."   Souw Lan Ling menghela nafas panjang.   "oh ya"   Tan Giok Cu teringat sesuatu.   "Aku akan mengajarmu beberapa jurus ilmu pedang lain, tapi juga sangat lihay sekali."   "oh?"   Wajah souw Lan Ling langsung berseri.   "Terima kasih, Adik Giok Cu."   Tan Giok Cu mulai mengajar souw Lan Ling beberapa jurus ilmu pedang itu.   Ternyata ia belajar dari Thio Han Liong ketika masih kecil.   Beberapa malam kemudian, souw Lan Ling sudah berhasil menguasai ilmu pedang itu.   Dapat dibayangkan, betapa girangnya souw Lan Ling.   Di saat itulah mendadak kening Tan Giok Cu berkerut, lalu memandang ke arah pohon seraya berseru.   "siapa yang bersembunyi di situ? Ayoh, cepat keluar"   Souw Lan Ling terkejut, sebab ia tidak mendengar suara apa pun, dan segeralah ia memandang ke arah pohon itu.   "Ha ha ha ha"   Terdengar suara tawa gelak- "gadis kecil, pendengaranmu sungguh tajam"   "Guru"   Panggil souw Lan Ling dengan wajah berseri      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Guru...."   Tampak sosok bayangan melayang turun di hadapan merekai, yang ternyata seorang pengemis tua- "gadis kecil - ,"   Pengemis tua itu menatap Tan Giok Cu dengan mata tak berkedip- "Engkau masih kecil, tapi pendengaranmu begitu tajam, sungguh luar biasa sekali"   "Paman tua"   Tan Giok Cu cemberut- "Aku bukan gadis kecil, usiaku sudah lima belas tahun lho"   "Walau engkau sudah berusia lima belas tahun, namun engkau tetap gadis kecil. Ha ha ha..."   Pengemis tua itu tertawa.   "Dasar sudah tua jadi pikun"   Tan Giok Cu bersungutsungut.   "Ha ha Aku belum pikun,"   Sahut pengemis tua itu- "Lan Ling, kebetulan aku lewat di kota ini, maka aku mampir menengokmu- Tak disangka engkau sedang berlatih ilmu pedang di sini. oh ya, siapa gadis besar itu?"   "gadis besar?"   Souw Lan Ling tertegun.   "Dipanggil gadis kecil dia tidak mau, maka aku memanggilnya gadis besar saja,"   Ujar pengemis tua itu sambil menyengir ke arah Tan Giok Cu.   "Dia bernama Tan Giok Cu."   Souw Lan Ling memberitahukan.   "Dia yang menyelamatkan nyawa ayahku - ."   Kemudian souw Lan Ling menutur mengenai kejadian di kuil Hok Tek Cin sin. Pengemis tua itu mendengarkan dengan mata terbelalak dan bertanya.   "siapa ke tiga penjahat itu?"   "Mereka adalah anggota Hek Liong Pang."   "Aaah - "   Pengemis tua itu menghela nafas panjang.   "Ayahmu menghukum mati penjahat itu, tak disangka adalah anggota Hek Liong Pang dan kini menjadi masalah-"   "Ayahku adalah seorang hakim yang sangat membenci kejahatan, tentunya menjatuhkan hukuman mati pada penjahat itu,"   Sahut souw Lan Ling dan menambahkan.   "oh ya, ayahku sudah memperbolehkan aku belajar ilmu silat."   "Ayahmu perbolehkan atau tidak, yang jelas engkau sudah belajar ilmu silat dariku, oh ya, tadi engkau berlatih ilmu pedang apa?"   "Aku belajar dari Adik Giok Cu-"   Souw Lan Ling memberitahukan, lalu mempertunjukkan ilmu pedang tersebut- "   Ha a a h - ?"   Mulut pengemis tua itu ternganga lebar.   "Itu adalah ilmu pedang tingkat tinggi, sangat hebat dan lihay sekali."   "oh?"   Souw Lan Ling bertambah girang mendengar ucapan itu.   "guru tidak berkeberatea aku belajar ilmu pedang ini?"   "Tentu tidak"   Sahut pengemis tua sambil menatap Tan Giok Cu.   "gadis cantik, siapa yang mengajarmu ilmu pedang itu?"   "Thio Han Liong."   "Locianpwee itu adalah gurumu?"   "Hi hi hi"   Mendadak Tan Giok cu tertawa geli- "Eh?"   Pengemis tua tertegun.   "Gadis cantik, kenapa engkau tertawa geli, apa yang menggelikanmu?"   "Thio Han Liong bukan seorang Locianpwee. Ketika mengajarku ilmu pedang itu, dia baru berusia sepuluh tahun."   Tan Giok Cu memberitahukan.   "Kini dia baru berusia enam belas tahun."   "oh?"   Pengemis tua itu terbelalak.   "Sepertinya aku pernah melihat ilmu pedang itu, tapi lupa di mana aku pernah menyaksikannya."   "Bukankah barusan guru menyaksikan ilmu pedang itu?"   Souw Lan Ling tersenyum, Gadis itu mengira gurunya bergurau.   "Lan Ling"   Pengemis tua itu melotot.   "Aku berkata sesungguhnya, bukan sedang bergurau"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "oh? Kalau begitu..."   Souw Lan Ling menatapnya.   "Cobalah Guru ingat lagi, mungkin bisa ingat"   "Sudah lupa sama sekali."   Pengemis tua itu menggelenggelengkan kepala.   "Dasar sudah tua, kalau bukan pikun pasti pelupa."   Tingkah laku pengemis tua itu membuat Tan Giok Cu nyaris tertawa geli, sedangkan souw Lan Ling meng-gelenggelengkan kepala.   "Gadis cantik"   Pengemis tua itu menatapnya.   "Kepandaianmu sangat tinggi, engkau murid siapa?"   "guruku adalah Bibi sian sian."   "siapa Bibi sian sian itu?"   "Bibi sian stan adalah guruku."   "Eeeh?"   Pengemis tua itu mencak-mencak- "gadis cantik, engkau sengaja mempermainkan aku ya?"   "Aku tidak mempermainkan, Paman Tua"   Sahut Tan Giok Cu.   "guruku memang Bibi sian sian. Bibi sian sian adalah guruku"   "Engkau berasal dari perguruan mana?"   Tanya pengemis tua sambil melotot- "Jangan dijawab dengan putar balik lagi.. Awas"   "Perguruan Kuburan Tua-"   "Apa?"   Kening pengemis tua itu berkerut-kerut "gadis cantik, engkau berani mempermainkan orang tua?"   "Di belakang ciong Lam san, terdapat Kuburan Mayat Hidup- Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar, tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw-"   Tan Giok Cu membaca syair tersebut.   "Kuburan Mayat Hidup, - Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar..,"   Gumam pengemis tua itu dengan, air muka berubah- "Ternyata engkau adalah murid wanita baju kuning itu, sungguh di luar dugaan"   "Paman tua kenal guruku?"   Tanya Tan Giok Cu girang.   "Belasan tahun lalu, gurumu yang menyelamatkan Kay Pang. Kebetulan aku pun berada di tempat itu, maka aku tahu tentang kejadian itu dan melihat gurumu,"   Sahut pengemis tua "Kalau begitu..."   Tan Giok Cu menatapnya.   "Paman Tua adalah anggota Kay Pang?"   "Dulu aku adalah Tetua Kay Pang, namun kini sudah tidak"   Ujar pengemis tua itu.   "sebab aku sudah tidak mau pusing akan urusan perkumpulan lagi, maka mengundurkan diri untuk hidup bebas."   "Kenapa guru tidak mau mengaku kalau Guru anggota Kay Pang?"   Tanya souw Lan Ling bernada menegur.   "Aku sudah mengundurkan diri darijabatanku, itu berarti aku bukan anggota Kay Pang lagi. Mengerti?"   Sahut pengemis tua itu melotot.   "oooh"   Souw Lan Ling manggut-manggut.   "Lan Ling Kini sudah waktunya engkau berterus terang kepada ayahmu- Aku pun ingin bertatap muka dengan ke dua orang tuamu,"   Ujar pengemis tua itu sungguh-sungguh- "ya-"   Souw Lan Ling mengangguk dan bertanya.   "Kapan guru mau bertemu ke dua orang tuaku?"   "Sekarang,"   Sahut pengemis tua itu singkat.   "Sekarang?"   Souw Lan Ling terbelalak- "Sudah larut malam begini?"   "Lan Ling"   Pengemis tua itu tertawa      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Bagiku tidak ada larut malam. Ayoh cepat antar aku masuk"   "Guru...."   Souw Lan Ling serba salah- "Eh?"   Pengemis tua itu melotot.   "Engkau berani tidak menurut padaku? Mau jadi murid murtad?"   "guru...."   Souw Lan Ling menundukkan kepala.   "Kakak Lan Ling, antarlah guru ke dalam"   Ujar Tan Giok Cu.   "Aku yakin ke dua orang tua mu tidak akan gusar."   "Baiklah"   Souw Lan Ling mengangguk, lalu mengajak pengemis tua itu masuk ke rumah- "silakan duduk guru, aku mau ke dalam membangunkan ke dua orang tuaku"   "Tidak usah"   Mendadak terdengar suara sahutan dari dalam, kemudian berjalan ke luar hakim souw dan isterinya dengan wajah berseri-seri.   "Lan Ling, kami sudah bangun." (Bersambung keBagian 08)   Jilid 8   "Ayah, ibu?"   Tertegun Souw Lan Ling.   "Ha ha ha"   Hakim Souw tertawa gelak.   "Setiap malam kami mengintip engkau belajar ilmu pedang pada Giok Cu, malam ini munaul Cianpwee ini yang adalah gurumu."   "Ayah sudah mendengar pembicaraan kami?"   Tanya Souw Lan Ling dengan air muka agak berubah.   "ya."   Hakim Souw mengangguk.   "Engkau sungguh keterlaluan, sudah punya guru silat tapi tidak mau beritahukan."   "Kalau aku beritahukan. Ayah pasti marah-marah sih,"   Sahut Souw Lan Ling.   "Sekarang sudah tidak, karena ayah sudah tahu akan kegunaan ilmu silat. Engkau memiliki kepandaian tinggi, sudah barang tentu bisa melindungi ayah."   "Ayah...."   Souw Lan Ling girang bukan main.   "Hakim Souw"   Pengemis tua itu tertawa.   "Kalian bisa mengintip dari dalam rumah, sedangkan aku bisa mendengar dari pekarangan, maka tahu akan keberadaan kalian di dalam rumah. Ha ha ha..."   "Pantas Guru ingin ke dalam rumah"   Ujar Souw Lan Ling.   "Lan Ling"   Pengemis tua itu menatapnya.   "Engkau harus ingat satu hal, di saat berlatih atau berada di mana pun, engkau harus selalu pasang kuping Engkau harus ingat itu"   "Ya, Guru."   Souw Lan Ling mengangguk.   "Cianpwee"   Hakim souw tersenyum.   "Bagaimana kalau malam ini kita bersulang bersama?"   "Ha ha ha"   Pengemis tua itu tertawa seraya berkata.   "Itu yang kuharapkan. Cepat ambilkan arak wangi"   Nyonya souw segera ke dalam, tak lama sudah keluar lagi dengan membawa arak wangi dan dua buah cangkir.   Mulailah pengemis tua itu dan Hakim souw ber-sulang sambil tertawa gembira, setelah puas bersulang, pengemis itu berpamit "Guru menginap di sini saja"   Ujar souw Lan Ling- "Ha ha"   Pengemis tua itu tertawa- "Guru tidak biasa menginap di rumah mewah, tentunya engkau tahu itu-"   "Tapi - -"   Souw Lan Ling ingin menahannya, namun gurunya itu sudah melangkah pergi sambil tertawa-tawa- Pada waktu bersamaan, Tan Giok Cu berkata kepada Hakim souw- "Paman, aku akan melanjutkan perjalananku esok pagi-"   "Esok pagi?"   Hakim souw menatapnya.   "Kenapa begitu cepat?"   "Paman, waktuku banyak tersita di situ- Maka aku harus berangkat esok, agar bisa sampai di gunung Bu Tong selekasnya."   "Adik Giok Cu...."   Souw Lan Ling menghela nafas panjang.   "Engkau tidak bisa tinggal di sini beberapa hari lagi?"   "Maaf, Kakak Lan Ling,"   Ucap Tan Giok Cu.   "Aku harus berangkat esok pagi- Tidak bisa ditunda lagi"   "Adik Giok Cu, kapan kita akan berjumpa kembali?"   Tanya Souw Lan Ling dengan mata agak basah.   "Kalau aku sudah bertemu Han Liong, aku pasti mengajaknya ke mari,"   Sahut Tan Giok Cu berjanji- "Kakak Lan Ling pasti senang bertemu dia-"   "Engkau jangan ingkar janji lho"   "Jangan khawatir Kakak Lan Ling- Aku tidak akan ingkar janji-"   "Terima kasih. Adik Giok Cu"   Souw Lan Ling menggenggam tangannya erat-erat- "Mudah-Mudahan kita berjumpa kembali secepatnya"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tan Giok Cu manggut-manggub Keesokan harinya berangkatlah gadis itu menuju gunung Bu Tong.   -ooo00000ooo- Bab 15 Mengobati seorang Gadis Dengan Iweekang setelah meninggalkan Kuil siauw Lim sie, seng Hwi mengajak Thio Han Liong ke sebuah lembah- Di lembah itu terdapat sebuah gubuk, yang ternyata tempat tinggal seng Hwi dan ibunya.   seng Hwi mengajak Thio Han Liong ke dalam- Terlihat seorang wanita tua yang rambutnya sudah putih semua terbaring di tempat tidur.   "seng Hwi - ."   Wanita tua itu menatapnya- "ibu"   Seng Hwi mendekatinya- "Aku sudah pulang-"   "seng Hwi"   Wanita tua itu memandang Thio Han Liong- "siapa anak muda tampan itu?"   "Dia kawan baikku, namanya Thio Han Liong,"   Jawab seng Hwi memberitahukan.   "Bibi Tua"   Panggil Thio Han Liong.   "Ngmm"   Wanita tua itu manggut-manggut. kemudian bangun dan duduk di pinggir tempat tidur.   "seng Hwi, syukurlah engkau sudah punya kawan baik ibu... ibu turut gembira, oh ya, bagaimana urusanmu dengan pihak siauw Lim sie?"   "Justru itu aku ingin bertanya kepada ibu, harap ibu menjawab dengan jujur, jangan membohongiku"   "Engkau mau bertanya apa? Tanyalah"   "ibu"   Seng Hwi menatap ibunya seraya bertanya.   "sebetulnya ayahku orang baik atau orang jahat?"   "Ayahmu...-"   Wanita tua itu tidak melanjutkan ucapannya melainkan menundukkan kepala.   "Kenapa engkau menanyakan hal itu?"   "sebab - -"   Seng Hwi memandang Thio Han Liong, rupanya ia menghendaki pemuda itu yang memberitahukan kepada ibunya- "Bibi tua,"   Ujar Thio Han Liong membentahukan.   "Namaku Thio Han Liong, ayahku bernama Thio Bu Ki, Cia sun adalah ayah angkat orangtuaku...."   Kemudian Thio Han Liong menutur tentang urusan seng Kun dengan Cia sun dan lain sebagainya. Wanita tua itu mendengarkan dengan wajah murung, seusai Thio Han Liong menutur, wanita tua itu menghela nafas panjang.   "Aaah - "   Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala.   "seng Hwi, ayahmu memang begitu"   "Ha a a h - ?"   Wajah Seng Hwi pucat pias.   "Kenapa selama ini ibu membohong iku, tidakmau berterus terang?"   "ibu tidak mau merusak kesan baikmu terhadap ayahmu, lagipula - ayahmu memang sangat menyayangi-mu. oleh karena itu..."   Wanita itu menghela nafas panjang.   "ibu tidak tega menceritakan tentang semua kejahatan ayahmu, sebab itu... itu akan menghancurkan hidupmu."   "ibu...."   Air mata seng Hwi meleleh.   "Kini hidupku telah hancur, bahkan telah melakukan perbuatan berdosa. Aku... aku telah banyak membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay. Aaahhh"   "saudara Tua,"   Ujar Thio Han Liong.   "Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng telah memaafkanmu-"   "Tapi-., tapi- - "   Seng Hwi terisak-isak- "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, karena aku telah membunuh begitu banyak Hweeshio yang tak berdosa-"   "saudara Tua, engkau tahu salah berarti mau bertobat seperti kakekku itu, maka alangkah baiknya engkau ke siauw Lim sie untuk memohon pengampunan kepada Kong Bun Hong Tio-"   Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Saudara kecil,"   Ucap seng Hwi girang.   "Terima kasih atas petunjukmu. Kalau tiada engkau, dosaku pasti bertambah- Aku telah berhutang budi dan kebaikanmu, mudah-mudahan aku dapat membalas kelak"   "Jangan berkata begitu, Saudara tua"   Thio Han Liong tersenyum.   "Di antara kita tiada hutang budi atau kebaikan."   "saudara kecil...."   Seng Hwi menatapnya dengan haru.   "Terima kasih-.."   "Han Liong"   Wanita tua itu memandangnya dengan mata basah- "Kami sungguh telah berhutang budi kepadamu"   "Bibi tua jangan berkata begitu Aku dan Saudara tua adalah kawan baiki tentunya harus tolong menolong,"   Ujar Thio Han Liong.   "Han Liong...."   Air mata wanita tua itu mulai meleleh.   "Terima kasih."   "Bibi tua jangan terus mengucapkan terima kasih padaku, aku jadi malu."   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memandang seng Hwi seraya bertanya.   "Saudara tua, dari mana engkau belajar ilmu pukulan cing Hwee Ciang yang amat ganas itu?"   "Aku belajar dari sebuah kitab pemberian ayahku."   Seng Hwi memberitahukan.   "Hampir tiga puluh tahun aku belajar ilmu pukulan itu dan beberapa bulan lalu kitab itu telah kubakar."   Thio Han Liong manggut-manggut.   "saudara tua, aku mau pamit."   "Mau berangkat sekarang?"   "ya."   "Tidak bisa"   Seng Hwi menggelengkan kepala.   "Biar bagaimanapun engkau harus tinggal di sini beberapa hari"   "Itu...."   "jangan menolak"   "Tapi-"   "Tidak ada tapi-tapian, pokoknya engkau harus tinggal di sini beberapa hari"   Thio Han Liong berpikir, lama sekali barulah mengangguk- Itu sangat menggirangkan Seng Hwi.   "saudara kecil, terima kasih,"   Ucapnya dengan wajah berseri.   Thio Han Liong tinggal di gubuk itu.   Beberapa hari kemudian barulah berpamitan kepada seng Hwi dan wanita tua itu Kini ia melakukan perjalanan ke arah timur menuju desa Hok An, tempat tinggal Tan Giok Cu.   -ooo00000ooo- Dua hari kemudian, Thio Han Liong telah tiba di sebuah kota.   la mampir di sebuah rumah makan lalu memesan beberapa macam hidangan kepada pelayan.   Ketika ia mulai bersantap, beberapa tamu yang duduk di sebelahnya mulai bercakap-cakap dengan wajah serius.   "Aaaah"   Salah seorang tamu menghela nafas panjang. Tak disangka kota kita ini dilanda suatu bencana, khususnya bagi keluarga yang punya anak gadis."   "Memang mengherankan, setiap gadis pasti jatuh sakit, kemudian berubah gila dan bertenaga amat besar, setelah itu menghilang entah ke mana."   "Untung kita tidak punya anak gadis. Namun aku sangat prihatin menyaksikan para orangtua yang kehilangan anak gadisnya."   "Aaah - "   Tamu itu menggeleng-gelengkan kepala.   "Hartawan urn yang berhati-bajik serta sering menolong orang justru tertimpa bencana itu"   "Betul,"   Sambung yang lain.   "Putrinya yang berusia tujuh belasan itu mulai mengidap penyakit aneh seperti anak gadis lain. Tidak lama lagi putri hartawan Lim itu pasti gila dan akan hilang seperti anak gadis lain."   "Maaf"   Thio Han Liong segera menghampiri mereka.   "Bolehkah aku bertanya sesuatu kepada Paman?"   "Mau bertanya apa. Anak muda?"   "Putri hartawan Lim mengidap penyakit apa?"   "Penyakit aneh,"   Sahut orang itu memberitahukan.   "Badannya panas, mukanya agak kehijau-hijauan dan terus-menerus mengigau."   "setelah itu, dia akan menjadi gila dan bertenaga besar?"   Tanya Thio Han Liong, yang tadi telah mendengar pembicaraan mereka.   "Ya."   "Orang itu mengangguk- "Bahkan kemudian akan hilang begitu saja."   "oh?"   Thio Han Liong mengerutkan kening.   "Paman, di mana rumah hartawan itu?"   "Tak jauh dari sini."   Orang itu menunjuk ke arah kanan.   "Keluar dari rumah makan ini harus ke kanan, sampai di prapatan belok ke kiri. Nah, hanya puluhan depa lagi sampai di rumah hartawan Lim."   "Terima kasih, Paman"ucap Thio Han Liong. Kemudian ia membayar makanannya, dan meninggalkan rumah makan itu. la langsung menuju rumah hartawan urn, dan tak seberapa lama kemudian, sudah tiba di tempat tujuan, sebuah rumah yang amat megah dan mewah berdiri di situ dan dikelilingi tembok tinggi- Kebetulan pintu pagar luar tidak ditutup, maka Thio Han Liong mendorongnya dan sekaligus masuk ke dalam. Pekarangan rumah itu luas sekali, dihiasi pula dengan berbagai macam tanaman dan gunung-gunungan serta air teriun buatan. Perlahan-lahan Thio Han Liong berjalan ke rumah itu. Tiba-tiba pintu rumah itu terbuka, dan tampak seorang tabib berjalan ke luar sambil menggeleng-geleng-kan kepala- "Aaah - "   Tabib itu menghela nafas dan bergumam.   "Aku tidak mampu mengobatinya-"   "Tabib,"   Tanya seorang tua berpakaian jongos- "Apa-kah Nona kami tidak bisa diobati lagi?"   "Sudah puluhan tahun aku menjadi tabib, tapi tidak pernah menyaksikan penyakit seaneh itu- Aaah - "   Tabib itu menggeleng-gelengkan kepala- "Mungkin hanya dewa yang dapat mengobatinya-"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tabib itu melangkah pergi, namun masih sempat melirik Thio Han Liong, yang berdiri di situ, kemudian terus berjalan pergi lagi dengan kepala tertunduk- "Eeeh?"   Jongos tua itu terbelalak ketika melihat Thio Han Liong- "Anak muda, engkau ke mari tidak pada waktunya- saat ini hartawan Lim sedang dirundung duka, beliau tidak akan membantumu-"   "Paman tua - "   Thio Han Liong ingin menjelaskan maksud tujuan kedatangannya, namun dibatalkannya karena tiba-tiba berkelebat suatu ingatan lain. Kata orang hartawan Lim berhati bajik dan suka menolong siapa pun, maka ia ingin mengujinya.   "Aku ingin menemui hartawan Lim."   "Anak muda"   Jongos tua itu menggeleng-gelengkan kepala.   "Hartawan Lim sedang cemas, bingung dan berduka sekali, sia-sialah engkau menemuinya untuk minta toiong."   "Paman tua, toiong antar aku menemui beliau"   Desak Thio Han Liong.   "Anak muda, engkau...."   Ucapan jongos tua itu terputus, karena mendadak muncul seorang lelaki berusia lima puluhan, yang wajahnya tampak diliputi kecemasan dan kegelisahan.   "Ah Liok Ada apa?"   Tanya lelaki itu "Tuan besar.... jongos tua itu menundukkan kepala.   "Anak muda ini-..."   "Paman"   Ujar Thio Han Liong cepat.   "Aku... aku sedang dalam perjalanan, tapi kehabisan bekal dan sekarang aku lapar sekali-"   "Ah Liok, cepat antar dia ke dalam dan berilah makan"   Pesan lelaki itu, yang ternyata hartawan Lim.   "Ya, Tuan besar."   Jongos tua itu mengangguk. lalu mengajak Thio Han Liong masuk- "Anak muda, mari ikut aku ke dalam"   "Terima kasih,"   Ucap Thio Han Liong lalu mengikuti jongos tua itu ke dalamsedangkan hartawan Lim masih berdiri di situ sambil memandang ke langit, kemudian mulutnya berkomat-kamit, sepertinya sedang berdoa.   Thio Han Liong dibawa oleh Ah Liok ke ruang makan.jongos tua itu segera menyajikan berbagai macam hidangan, dan setelah itu ia menghela nafas panjang sambil bergumam.   "Tuan besar begitu baik hatinya, namun kini sedang tertimpa musibah- Lo Thian Ya (Tuhan) sungguh tidak adil"   Thio Han Liong tidak menyahut- la terus makan dan dalam hatinya sudah mengambil keputusan untuk menoiong putri hartawan Lim- usai ia bersantap ketika bangkit dari duduknya. Ah Liok bertanya.   "Anak muda, kenapa makanmu hanya sedikit?"   "Paman tua, aku sudah kenyang,"   Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. Pada saat bersamaan, muncul seorang pelayan wanita membawa sebuah bungkusan, lalu diberikan kepada Thio Han Liong.   "Ini dari tuan besar, terimalah"   Katanya. Thio Han Liong ragu-ragu menerima bungkusan itu, sebab tidak tahu apa isinya.   "Bungkusan ini berisi dua puluh tael perak pemberian tuan besar untuk bekalmu dalam perjalanan."   Kata wanita itu memberitahukan.   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "sungguh baik hati hartawan urn Walau dalam keadaan cemas dan bingung, beliau masih mau menoiong orang lain. Aku harus menemui beliau."   "sudahlah"   Tandas jongos tua.   "Anak muda, engkau terimalah pemberian tuan besar itu, lalu lanjutkanlah perjalananmu, jangan mengganggu tuan besar lagi"   "Paman tua, aku mengerti sedikit ilmu pengobatan. Aku ingin memeriksa putri hartawan Lim."   "Anak muda"   Jongos tua itu terbelalak, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata.   "Tabib yang berpengalaman puluhan tahun saja tidak sanggup mengobati nona kami-apalagi engkau. Kata tabib tadi- kecuali dewa...."   "Paman tua, toiong antar aku menemui hartawan Lim"   Desak Thio Han Liong.   "sudahlah"   Jongos tua itu menggeleng-Gelengkan kepala.   "Jangan membuat tuan besar marah"   "seandainya aku dewa muda?"   Ujar Thio Han Liong mendadak sambil tertawa kecil.   "Apa?"Jongos tua itu melotot "Anak muda, jangan bergurau"   "siapa dewa muda?"   Mendadak muncul hartawan Lim.   "Eh? Anak muda, kenapa engkau belum pergi?"   "Tuan besar, dia tidak mau pergi-"Jongos tua memberitahukan.   "Bahkan mengaku dirinya dewa muda"   "Ah Liok"   Hartawan urn mengerutkan kening.   "usiamu sudah enam puluh lebih, tapi-..."   "Maaf, Tuan besar"jongos tua itu menundukkan kepala.   "Ah Lioki cepatlah engkau pergi undang tabib lain"   Ujar hartawan Lim.   "Tuan besar, semua tabib yang terkenal di kota ini sudah diundang ke mari, tidak ada tabib tain lagi-"   Sahut jongos tua itu "Tuan besar, anak muda ini ingin menemui Tuan besar, katanya mengerti sedikit ilmu pengobatan, maka dia belum menerima uang pemberian Tuan besar untuk bekalnya dalam perjalanan."   Ujar pelayan wanita itu "oh?"   Hartawan Lim menatap Thio Han Liong dalam-dalam.   "Anak muda, siapa engkau?"   Tanyanya.   "Namaku Thio Han Liong, Paman"   "Engkau belajar ilmu pengobatan dari siapa?"   "Dari ayahku."   "Engkau berasal dari mana?"   "Kami tinggal di sebuah pulau di Laut utara."   Thio Han Liong memberitahukan.   "sejak kecil aku sudah belajar ilmu pengobatan. Aku dengar putri Paman sakit, maka aku ke mari dengan alasan minta bantuan, tapi sesungguhnya aku ingin memeriksa penyakit putri Paman itu"   "Anak muda, engkau"   Hartawan Lim agak terbelalak- "Ternyata engkau menguji hatiku dulu. Bagaimana? Apakah aku lulus?"   "Paman. - "   Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.   "Aku dengar Paman berhati bajik dan suka menoiong sesama. Aku... kurang yakin itu, maka...."   "Maka engkau ke mari untuk menguji hatiku dulu. ya, kan?"   Hartawan Lim menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata.   "Anak muda, kami tiga turunan selalu berbuat kebaikan, namun setiap turunan hanya punya seorang anak. Kini putriku malah mengidap penyakit aneh yang tiada obatnya, Lo Thian ya (Tahan) sungguh tidak adil"   "Paman, mudah-mudahan aku sanggup mengobati penyakit putri Paman itu"   Ucap Thio Han Liong.   "Engkau masih kecil...."   Hartawan Lim menghela nafas panjang.   "sudahlah Engkau boleh pergi"   "Paman. - "   "Tuan besar,"   Ujar pelayan wanita yang masih memegang bungkusan itu "Anak muda ini telah menguji hati Tuan besar, bagaimana giliran Tuan besar menguji ilmu pengobatannya? siapa tahu justru dia yang mampu mengobati Nona."   "Itu - "   Hartawan Lim masih tampak ragu.   "Tuan besar,!."   Sela jongos tua itu "Tadi Tuan besar menyuruh aku pergi mengundang tabib lain. Kini sudah ada tabib kecil berdiri di sini, kenapa Tuan besar tidak menyuruhnya memeriksa penyakit Nona?"   "Dasar kalian berdua sudah tua"   "Paman"   Mendadak badan Thio Han Liong bergerak cepat dan dalam sekejap ia sudah menghilang.   "Eeeh?"   Jongos tua menengok ke sana ke mari.   "Hilang ke mana anak muda itu? Kok bisa hilang mendadak? Janganjangan dia siluman?"   "Paman tua, aku bukan siluman, melainkan dewa muda yang main ke mari"   Terdengar suara sahutan nyaring, namun tidak kelihatan orangnya. Ternyata tadi Thio Han Liong menggunakan ilmu ginkang melesat ke belakang gorden, sekarang menyahut mengeluarkan Iweekang maka suaranya bergema dan terdengar begitu nyaring.   "Dewa muda Toiong perlihatkan dirimu dan cepatlah toiong nona kami yang sudah sekarat"   Ucap jongos tua itu.   "Dewa muda"   Sambung pelayan wanita- "Jangan marah kepada Tuan besar kami- sebab Tuan besar kami dalam keadaan bingung, cemas dan duka"   "Ht hi hi"   Thio Han Liong tertawa geli- kemudian mendadak berkelebat bayangannya di hadapan mereka-"   "Dewa muda - ."   Jongos tua itu terbelalak dan nyaris berlutut di hadapan Thio Han Liong- "Paman tua, aku bukan dewa muda,"   Ujar Thio Han Liong sambil tertawa      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Aku anak muda-"   "Han Liong - "   Hartawan Lim menatapnya d eng a n penuh perhatian.   "Engkau masih kecil.namun kepandaianmu sudah begitu tinggi."   "Paman, aku sudah tidak keail lagi- karena usiaku sudah enam belas."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Ngmmrn"   Hartawan Lim manggut- manggut.   "Ayoh-lah Mari ikut aku ke kamar putriku, mudah-mudahan engkau sanggup mengobati putriku"   Di saat bersamaan, mendadak terdengarlah jerit tangis di dalam, sebuah kamar sehingga membuat wajah hartawan Lim langsung berubah, lalu bergegas-gegas ke kamar itu.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Thio Han Liong mengikutinya dari belakang, begitu pula jongos tua dan pelayan wanita itu.   yang menangis itu ternyata nyonya hartawan Lim.   Wanita itu memeluk putrinya sambil menangis gerung-gerungan.   "Kenapa Mei suan?"   Tanya hartawan Lim aemas.   "Suamiku, putri kita..."   Air mata nyonya hartawan Lim berlinang-linang seraya berkata dengan terputus-putus.   "Putri kita... dia... dia sudah meninggal"   "Hah?"   Wajah hartawan Lim puaat pias. Thio Han Liong terus menatap gadis yang berbaring di tempat tidur, yang wajahnya tampak puaat kehijau-hijauan. Setelah menatap sejenak, ia maju menghampirinya.   "Maaf"   Ucapnya dan segera memeriksa gadis itu. Berselang beberapa saat kemudian, Thio Han Liong berkata kepada jongos tua.   "Paman tua, aepat ambilkan sebuah baskom"   "ya."   Jongos tua itu segera pergi mengambil baskom. Tak lama ia sudah kembali denganmembawa sebuah baskom tembagu.   "Dewa muda, aku sudah mengambil baskom-"   "sebentar lagi nona pasti muntah, Paman tua harus cepat menyodorkan baskom itu ke mulutnya,"   Pesan Thio Han Liong, lalu meioncat ke atas tempat tidur.   setelah itu, ia bergerak mengangkat gadis dan mendudukkannya.   Kemudian di tempatkannya sepasang telapak tangannya di punggung gadis itu, sekaligus mengerahkan Ktu yang sin Kang ke dalam tubuhnya.   Tak seberapa lama, wajah gadis yang puaat kehijauhijauan itu mulai berubah merah dan bibirnya pun bergerakgerak lalu membuka mulutnya lebar-lebar- Di saat itulah jongos tua cepat-cepat menyodorkan baskom tembaga ke arah mulut gadis itu "Uaaakh uaaaakh uaaaaakh - "   Gadis itu memuntahkan darah kental yang kehijau-hijauan.   "uaaaakh-.."   Berselang beberapa saat kemudian gadis itu berhenti memuntahkan darah- Hartawan Lim dan isterinya saling memandang, begitu pula jongos tua dan pelayan wanita itu Perlahan-lahan Thio Han Liong menurunkan sepasang telapak tangannya.   Gadis itu menoleh kepalanya memandang ke dua orangtuanya.   "Ayah ibu"   Panggilnya dengan suara lemah.   "Nak - ."   Nyonya hartawan Lim langsung mendekatinya, lalu memeluknya erat-erat.   "oh, anakku"   "ibu...."   Gadis itu menangis tersedu-sedu.   "ibu, aku. aku takut."   "Jangan takut, ibu dan ayah berada di sampingmu, Nak,"   Sahut nyonya hartawan Lim sambil membelainya. Thio Han Liong meloncat turun, itu sungguh mengejutkan gadis bernama Lim Mei suan itu.   "Ibu Siapa dia?"   "Dia...."   Nyonya hartawan Lim memandang suaminya.   "Nak"   Hartawan Lim tersenyum.   "Dia bernama Thio Han Liong, yang mengobatimu barusan."   "oh?"   Lim Mei Suan memandangnya.   "Engkau... engkau..."   "Jangan takut. Kakak"   Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum lembut.   "Kini Kakak sudah sembuh, tapi masih harus makan obat, karena kondisi badanmu masih lemah sekali."   "Terima kasih. Adik Han Liong,"   Uaap Lim Mei Suan. Thio Han Liong tersenyum lagi- kemudian memandang ke atas meja, yang kebetulan di sana tersedia kertas, pit dan tinta Tionghoa berwarna hitam. Thio Han Liong segera membuka resep, kemudian diberikan kepada hartawan Lim.   "Paman, suruh orang beli obat tiga bungkus Setelah Kakak makan obat ini pasti pulih kesehatannya,"   Ucap Thio Han Liong sungguh-sungguh.   "Han Liong, terima kasih,"   Ucap hartawan Lim sambil menerima resep obat tersebut.   "Tak disangka sama sekali- engkau mampu menyembuhkan penyakit putriku."   "Tentu,"   Sahut jongos tua sambil tertawa gembira.   "Sebab dia Dewa muda."   "Dewa muda?"   Lim Mei Suan tertegun.   "Adik Han Liong, betulkah engkau Dewa muda?"   "Kakakl"   Thio Han Liong tertawa kecil.   "Bagaimana mungkin aku Dewa muda? Aku cuma seorang anak muda biasa."   "oh?"Lim Mei Suan kurang peraaya.   "Tapi engkau mampu menyembuhkan penyakitku."   "Dewa muda...."   Jongos tua itu ingin mengatakan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh hartawan Lim.   "Ah Lioki cepatlah engkau pergi beli obat"   Artawan Lim menyerahkan resep obat itu.   "ya. Tuan besar."   Jongos tua menerima resep obat tersebut, kemudian segera pergi membeli obat.   "Kakak"   Thio Han Liong menatapnya.   "sejak kapan engkau menderita penyakit ini?"   Tanyanya.   "Belum lama, kira-kira beberapa hari lalu,"   Jawab Lim Mei suan.   "Kakak ingat apa yang terjadi ketika Kakak mau sakit?"   Tanya Thio Han Liong lagi sambil menatapnya dengan penuh perhatian.   "Tidak begitu ingat."   Lim Mei suan mengerutkan kening.   "Kalau tidak salah, malam itu aku mendengar suara suling yang bernada aneh, kemudian terdengar pula suara angin mendesir-destr. setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi."   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Han Liong, begitu banyak anak gadis mengidap penyakit ini. sebetulnya penyakit apa?"   Tanya hartawan Lim.   "Bukan penyakit"   Thio Han Liong menjelaskan.   "Melainkan semacam racun. Aku justru masih tidak habis pikir, siapa yang menyebarkan racun itu siapa yang terkena racun itu, akan menjadi gila. Tapi tidak mungkin hilang begitu saja, pasti ada yang menculik-"   "Kalau begitu,"   Ujar hartawan Lim dengan kening berkerut- "Itu pasti perbuatan penjahat-"   "Tidak salah, itu memang perbuatan kaum penjahat"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Dalam beberapa malam ini- aku yakin penjahat itu akan ke mari. oleh karena itu. Kakak harus pindah ke kamar lain, aku akan menempati kamar ini"   "Han Liong..."   Hartawan Lim menatapnya strata bertanya "Perlukah aku mengundang beberapa piauwsu (Pesilat PenjualJasa) untuk membantumu?"   "Tidak perlu"   Thio Han Liong menggelengkan kepala. Sementara nyonya hartawan Lim terus mendengarkan dan memandang Thio Han Liong dengan kagum, lama sekali barulah membuka mulut.   "Han Liong, tadi engkau menggunakan cara apa untuk membuat putriku memuntahkan racun itu?"   "Aku menggunakan Iweekang, Bibi/ Thio Han Liong memberitahukan.   "Sebab kalau aku tidak menggunakana Iweekang, Kakak Mei Suan pasti tidak tertolong lagi"   Nyonya hartawan Lim manggut- manggut.   "   "Apakah tiada obat penawar racun itu?"   "Ada"   Thio Han Liong mengangguk.   "Tapi begitu terkena raaun itu, harus segera diberikan obat penawarnya. Kalau sudah lewat beberapa hari, tiada gunanya.Maka tadi aku menggunakan Iweekang untuk mendesak raaun itu keluar dari mulut Kakak Mei Suan"   "Adik Han Liong,"   Ucap urn Mei Suan.   "Terima kasih atas pertolonganmu yang telah menyelamatkan nyawaku, aku... aku telah berhutang budi kepadamu"   "Jangan berkata begitu, Kakak"   Thio Han Liong tersenyum.   "Ayahmu orang yang baik hati- tentunya kalian pasti dilindungi Thian yang Maha Kuasa"   Di saat mereka sedang bercakap-cakap, muncullah jongos tua membawa tiga bungkus obat.   "Dewa muda, bagaimana cara menggodok obat ini?"   Tanyanya- "Paman tua"   Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.   "Jangan memanggilku dengan Dewa muda, namaku Thio Han Liong, panggil saja namaku"   "Ya."   Jongos tua itu mengangguk. Thio Han Liong memberitahukan cara-cara menggodok obat itu "dimasak sampai kering obat itu, harus ditunggu"   Pesannya.   "ya."   Jongos tua segera pergi untuk menggodok obat itu "Han Liong"   Hartawan Lim memegung bahunya seraya berkata.   "Kami berhutang budi kepadamu."   "Sudah impas,"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sahut Thio Han Liong sambil tertawa- "Sudah impas?"   Hartawan Lim tercengang- "Apakah yang sudah impas?"   "Tadi aku makan di sini, kemudian aku menolong Kakak Mei suan. Nah, bukankah sudah impas?"   "Han Liong...."   Hartawan Lim menggeleng-geleng-kan kepala.   "oh ya, lebih baik kita mengobrol di ruang tengah-"   Mereka menuju ruang tengah, lalu mulai mengobrol lagi. Nyonya hartawan Lim memandang Thio Han Liong seraya bertanya.   "Engkau berasal dari kota mana dan siapa ke dua orangtuamu?"   "Aku berasal dari sebuah pulau di Laut utara, ke dua orangtuaku melarangku menyebut nama mereka,"   Jawab Thio Han Liong.   "Engkau belajar ilmu pengobatan itu dari siapa?"   Tanya nyonya hartawan urn lagi.   "Aku belajar dari ayahku. Sejak kecil aku sudah mulai belajar ilmu pengobatan dan mengenai racun."   "oooh"   Nyonya hartawan Lim manggut- manggut.   "Pantas engkau begitu hebat"   "Adik Han Liong"   Lim Mei Suan menatapnya dengan tersenyum.   "Kalau begitu engkau pasti mengerti ilmu silat, ya, kan?"   Thio Han Liong mengangguk.   "Bolehkah engkau mengajarku ilmu silat?"   Tanya Lim Mei suan mendadak.   "Kakak Mei suan,"   Sahut Thio Han Liong sambil menggelengkan kepala.   "Tidak gampang belajar ilmu silat, lagipula membutuhkan waktu."   "Itu tidak apa-apa. Engkau boleh tinggal di sini,"   Ujar Lim Mei suan sungguh-sungguh.   "Betul,"   Sela hartawan um.   "Han Liong, engkau boleh tinggal di sini mengajar Mei suan ilmu silat."   "Paman, aku masih harus melanjutkan perjalanan."   Thio rtan Liong memberitahukan.   "Tinggal di sini beberapa bulan, tidak akan mengganggu perjalananmu kan?"   Ujar Ltm Mei suan sambil tersenyum.   "Itu...."   Thio Han liong tampak ragu.   "Han Liong, aku tidak punya adik, maka alangkah menggembirakan kalau engkau tinggal di sini beberapa bulan sebagai adikku."   "Kakak Mei Suan-, padahal ibumu masih muda dan bisa punya anak lagi lho. Kenapa ibumu tidak mau punya . anak lagi?"   "Han Liong...."   Wajah nyonya hartawan Lim agak kemerahmerahan.   "usiaku sudah hampir empat puluh tahun lagipula...."   "Kenapa?"   Thio Han Liong heran.   "Aku tidak bisa punya anak lagi. Kata tabib, peranakanku tidak kuat, maka akan menyebabkan keguguran apabila aku hamil lagi."   Nyonya hartawan Lim memberitahukan.   "oh?"   Thio Han Liong menatapnya.   "Bibi, bolehkah aku periksa nadimu? "   "silakan"   Sahut nyonya hartawan Lim. Thio Han Liong segera memeriksa nadi wanita itu Berselang beberapa saat kemudian ia manggut-manggut seraya berkata.   "Kata tabib memang tidak salah, peranakan Bibi tidak kuat, bahkan terganggu pula oleh datangnya haid yang tidak cocok."   "Han Liong,"   Tanya nyonya hartawan Lim penuh harap.   "Apakah aku masih bisa punya anak?"   "Mudah-mudahan"jawab Thio Han Liong.   "Aku akan coba mengobati Bibi- mudah-mudahan Babi bisa punya anak lelaki"   "oh?"   Wajah nyonya hartawan Lim langsung berseri.   Thio Han Liong segera membuka resep obat, lalu diberikan kepada hartawan Lim.   Hartawan Lim langsung menyuruh salah seorang pelayannya untuk pergi membeli obat "Han Liong, kalau isteriku bisa hamil lagi- aku...   aku,.."   Hartawan Lim memandangnya.   "Paman,jangan bilang berhutang budi lagi"   Ujar Thio Han Liong.   "Aku mahir ilmu pengobatan, maka harus kugunakan untuk menolong sesama."   "Han Liong"   Hartawan urn tampak terharu sekali- "Engkau memang anak baik-" -ooo00000ooo- Malam harinya, Thio Han Liong menempati kamar Lim Mei suan.   Pemuda itu tidak tidur, melainkan duduk bersila di tempat tidur.   Ketika mulai larut malam, sayup-sayup didengarnya suara sultng yang bernada aneh, membuat kepalanya terasa pusing sekali, segeralah ia mengerahkan Kiu yang sin Kang dan setelah itu rasa pusing di kepalanya mulai hilang.   Kemudian ia mendengar suara desiran angin, bahkan terdengar pula suara ioiongan anjing, itu membuat sekujur badannya merinding.   Kreeeek Daun jendela di kamar itu terbuka perlahan- lahan., Thio Han Liong cepat-cepat membaringkan dirinya, namun matanya mengarah ke jendela-itu.   setelah daun jendela itu terbuka, tampak dua sosok bayangan berkelebat ke dalam dan langsung menuju tempat tidur.   Di saat itulah secara mendadak Thio Han Liong meioncat bangun.   Ke dua orang itu terkejut.   Mereka mengenakan pakaian serba merah, wajah mereka pun merah menyeramkan.   "siapa kalian? bentak Thio Han Liong.   "Di mana gadis itu?"   Tanya salah seorang dari mereka.   "Di mana gadis itu?"   Thio Han Liong memperhatikan mereka, la terheran-heran, karena ke dua orang itu tampak tak berperasaan dan tatapan mata mereka kosong seakan terpengaruh semacam ilmu hitam.   "siapa kalian?"   Thio Han Liong mencoba bertanya lagi.   "Di mana gadis itu? Kami harus membawanya pergi Di mana gadis itu?"   Yang satunya mendekati Thio Han Liong.   Thio Han Liong terpaksa mundur selangkah sambil mengerahkan Kiu yang sin Kang.   Di saat bersamaan, terdengar lagi suara suling yang bernada aneh itu.   Begitu suara suling mengalun, mendadak ke dua orang itu berubah beringas dan sekonyong-konyong mereka menyerang Thio Han Liong dengan pukulan yang mematikan.   Thio Han Liong berkelit ke sana ke mari, kemudian balas menyerang dengan Kian Kun Taylo le- Ke dua orang itu bertambah ganas menyerang Thio Han Liong, kelihatannya sama sekali tidak menghiraukan nyawa sendiri.   Berselang beberapa saat kemudian, nada suling itu berubah, ke dua orang itu melesat pergi melalui jendela.   Thio Han Liong pun melesat pergi untuk menyusul mereka, namun begitu sampai di luar, ke dua orang itu telah lenyap ditelan kegelapan malam.   Thio Han Liong berdiri termangu-mang u di situ la tidak habis pikir, siapa ke dua orang itu dan siapa peniup suling, yang suaranya mempengaruhi ke dua orang tersebut.   Cukup lama Thio Han uong berdiri, lalu kembali ke dalam kamar melalui jendela itu Akan tetapi, tiada seorang pun berada di kamar itu Padahal tadi ketika bertarung dengan ke dua orang itu, telah menimbulkan suara hiruk pikuk, tapi kenapa tiada seorang pun yang bangun? Mendadak Thio Han liong tersentak karena teringat akan satu hal, yakni suara suling itu Mungkin seisi rumah itu telah terpengaruh oleh suara suling itu, sehingga lelap semua dalam tidur.   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala, la duduk dipinggir tempat tidur dan terus berpikir mengenai ke dua orang itu serta suara suling tersebut.   Tak lama kemudian, hari pun mulai terang.   Tok Tok Tok Terdengar suara ketukan pintu.   "siapa?"   Kata Thio Han Liong.   "Aku"   "oh. Kakak Mei suan"   Thio Han Liong segera membuka pintu kamar itu "selamat pagi-Kakak Mei suan"   "Pagi- Adik Han Liong"   Sahut Lim Mei suan sambil tersenyum lembut. Kemudian ia terbelalak karena melihat kamar itu berantakan tidak karuan.   "Ah? Kenapa kamar ini berantakan?"   "semalam aku bertarung dengan dua orang...."   Thio Han Liong memberitahukan tentang kejadian itu "Haah?"   Wajah LimMeisuan berubah pucat "Kalau aku yang berada di dalam kamar ini, tentunya aku sudah diculik"   Thio Han Liong tersenyum.   "Kakak Mei suan, ke dua orangtuamu sudah bangun?"   Tanyanya.   "sudah"   Gadis itu mengangguk.   "Mereka sedang duduk di ruang tengah. Mari kita ke sana"   "Baik-"   Ujar Thio Han Liong kemudian mengikuti Lim Mei suan ke ruang tersebut.Begitu melihat Thio Han Liong, ke dua orangtua Lim Mei suan langsung tersenyum.   "Han Liong, bagaimana tidurmu semalam? Bisa pulaskah?"   Tanya hartawan Urn.   "Kamar itu berantakan"   Sahut Lim Mei suan memberitahukan.   "Karena semalam Adik Han Liong bertarung dengan dua orang...."   "oh?"   Air muka hartawan Lim berubah- "Ke dua penjahat itu bermaksud menculik Mei suan?"   "Ya-"   Thio Han Liong mengangguk      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ke dua penjahat itu berpakaian serba merah dan wajah mereka tampak merah sekali, kelihatannya mereka dikendalikan oleh suara suling. Aku justru tidak habis pikir, siapa ke dua penjahat dan siapa peniup suling itu"   "Heran?"   Gumam hartawan Lim.   "Kenapa kami sama sekali tidak mendengar suara apa pun?"   "Karena terpengaruh oleh suara suling itu, sehingga semuanya menjadi pulas sekali, maka tidak mendengar suara apa pun,"   Ujar Thio Han Liong.   "Han Liong...."   Hartawan Lim menatapnya dengan penuh rasa terima kasih- "Engkau sungguh pintar, menyuruh Mei suan pindah ke kamar lain, engkau yang menempati kamar itu"   "Aku sudah menduga akan hal ini, Paman"   Thio Han Liong tersenyum.   "Maka menyuruh Kakak Mei sudah pindah ke kamar lain."   "Han Liong...."   Hartawan Lim menatapnya dengan penuh harap.   "Engkau tinggal di sini beberapa bulan, sekaligus mengajar Mei suan ilmu silat"   "Itu...."   "Adik Han Liong, engkau jangan menolak"   Ujar Lim Mei suan.   "Kalau engkau menolak, kami sekeluarga pasti kecewa sekali."   "Baiklah-"   Thio Han Liong mengangguk- "Terima kasih. Adik Han Liong,"   Ucap Lim Mei suan sambil tersenyum.   Dua bulan lamanya Thio Han Liong tinggal di rumah hartawan, selama itu, urn Mei suan telah berhasil menguasai ilmu silat yang diajarkan Thio Han Liong.   Ternyata Thio Han Liong mengajarnya Kiu Im Pek Kut jiauw.   Hari itu, usai makan mereka duduk di ruang tengah sambil bercakap-cakap- Tiba-tiba nyonya hartawan Lim berkata dengan suara rendah- "Aku- aku sudah dua bulan tidak datang.   - "   "Tidak datang apa?"   Tanya hartawan Lim heran sambil memandangnya.   "Dasar goblok"   Nyonya hartawan Lim melotot- "Tentunya tidak datang bulan-"   "oh? Apakah,-"   Wajah hartawan Lim, berseri- "Bibi- biar aku periksa sebentar,"   Ujar Thio Han Liong, lalu memeriksa nyonya hartawan Lim dengan teliti sekali- Kemudian ia manggut-manggut seraya berkata sambil tersenyum.   "Kuucapkan selamat kepada Paman dan Bibi"   "Han Liong"   Tanya hartawan Lim kurang percaya.   "Apakah isteriku telah hamil?"   "Betul."   Thio Han Liong manggut-manggut "Bibi sudah hamil dua bulan. Aku akan membuka resep obat, untuk memperkuat kandungan Bibi."   "Ha ha ha"   Hartawan Lim tertawa gembira.   "Mudah-mudahan anak lelaki Ha ha ha."   "Adik Han Liong"   Lim Mei suan tertawa.   "Engkau boleh menjadi tabib khusus kandungan lho-"   "Kakak Mei suan...."   Wajah Thio Han Liong agak kemerahmerahan.   "Han Liong, terima kasih,"   Ucap nyonya hartawan urn.   "Kami sangat berterima kasih kepadamu."   "Bibi-..."   Thio Han Liong tersenyum, lalu memandang Lim Mei suan seraya berkata.   "Ilmu silat yang kuajarkan itu sangat lihay dan dahsyatsetiap jurusnya pasti mematikan pihak lawan, oleh karena itu, kalau engkau tidak terpaksa janganlah mengeluarkan ilmu silat itu"   "Ya."   Lim Mei suan mengangguk      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Kini Bibi sudah hamil, Kakak.Mei Suanpun sudah menguasai ilmu silat yang kuajarkan, maka...."   "Adik Han Liong"   Lim Mei suan menatapnya dalam-dalam.   "Engkau ingin berpamit kan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk- "Kapan engkau akan melanjutkan perjalananmu?"   "sekarang."   "Apa?"   Lim Mei suan terbelalak- "sekarang? Kenapa begitu cepat? Adik Han Liong, jangan begitu cepat"   "Kakak Mei suan, sudah dua bulan lebih aku tingoal di sini,"   Ujar Thio Han Liong.   "Kini sudah waktunya aku melanjutkan perjalananku, tidak boleh dkunda-tunda lagi."   "Begini,"   Ujar hartawan Lim mengusulkan.   "Lusa saja engkau melanjutkan perjalananmu, ini permintaan kami."   "Baiklah."   Thio Han Liong mengangguk- Dua hari kemudian, Thio Han Liong berpamit Hartawan Lim masih berusaha menahannya.   begitu pula lim Mei suan.   Akan tetapi- Thio Han Liong terus menolak secara halus.   Hartawan Lim memberikannya beberapa ratus taelperaki sedangkan urn Mei suan mengantarnya sampai di luar rumah.   "Adik Han Liong, kapan engkau akan ke mari menengokku lagi?"   Tanya Lim Mei suan dengan mata basah.   "Kakak Mei suan"   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku pasti ke mari menengokmu kelak-"   "Jangan bohong ya?"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk- "Kakak Mei suan, sampai jumpa"   "Adik Han Liong, selamat jalan"   Ucap urn Mei suan dengan air mata meleleh deras- "Jangan lupa ke mari lagi menengokku"   "ya-"   Thio Han wong tersenyum, lalu melangkah pergi. setelah Thio Han Liong tidak kelihatan, barulah oadis itu kembali masuk ke rumah- "ibu- - "   Lim Mei suan memeluk ibunya sambil menangis- "Dia - dia sudah pergi-entah kapan dia akan ke mari menengokku?" -ooo00000ooo      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   Bab 16 Tewas Terkena Pukulan Aneh setelah meninggalkan rumah Hakim souw, Tan Giok Cu terus melanjutkan perjalanannya menuju ke gunung Bu Tong dengan menunggang kudanya.   Ketika berada di tempat sepimendadak muncul belasan orang berpakaian serba putih, yang bagian dada terdapat sulaman gambar seekor naga hitam.   Ternyata mereka para anggota He Liong Pang.   Dua orang di antara mereka pernah akan membunuh Hakim souw.   "Tuh"   Salah seorang dari mereka menunjuk Tan Giok Cu.   "Gadis itu mengalahkan kami bertioa-"   "oh?"   Pemimpin mereka terbelalak- "Gadis itu baru berusia belasan, bagaimana mungkin dapat mengalahkan kalian bertiga?"   "Dia lihay sekali,"   Bisik si Hidung Besar itu "Ilmu pedangnya sangat hebat-"   "Ngmm"   Pemimpin itu manggut-manggut lalu berseru.   "Kepung gadis itu"   Para anak buahnya langsung mengepung Tan Giok Cu, dan gadis itu segera meloncat turun dari punggung kudanya- "Hmm"   Dengusnya dingin.   "Mau apa kalian?"   "Ha ha ha"   Pemimpin itu tertawa gelak- "Gadis cantik, aku dengar kepandaianmu lihay sekali Karena itu, aku ingin mencobanya"   "Lebih baik kalian pergi, jangan menggangguku"   UjaHan Giok Cu- "Aku tidak mau melukai kalian"   "Gadis cantik"   Pemimpin itu menatapnya dengan penuh hawa nafsu.   "Dari pada engkau mati di ujung pedangku, bukankah lebih baik engkau bersenang-senang denganku? ya, kan?"   "Diam"   Bentak Tan Giok Cu gusar sambil menghunus pedangnya.   "Kalian sungguh jahat ini aku terpaksa membunuh kalian"   "Ha ha ha"   Pemimpin itu tertawa gelak- "serang dia"   Para anak buahnya langsung menyerang Tan Giok Cu dengan berbagai macam senjata, tapi gadis itu menangkis dengan pedang pusakanya, sehingga terdengarlah suara benturan senjata yang amat nyarlng.   Teang Teang...   setelah itu, terjadilah pertempuran yang amat dahsyat.   Para anggota Hek Liong pang itu berkepandaian cukup tinggi- maka Tan Giok Cu agak kewalahan.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Ha ha ha"   Pemimpin itu tertawa terbahak-bahak- "Gadis cantik lebih baik engkau menyerah Kalau tidak, tubuhmu yang mulus itu pasti terluka"   "Hmm"   Dengus Tan Giok Cu.   Mulailah ia mengeluarkan ilmu pedang Giok Li Kiam Hoat.   Di saat bersamaan, mendadak berkelebat sosok bayangan ke arena pertempuran itu, yang ternyata seorang pemuda- Tanpa berkata sepatah katapun, ia langsung menyerang para anggota Hek Liong Pang itu dengan sengitnya- "Nona"   Seru pemuda itu-"Jangan khawatir, aku datang membantumu"   "Terima kasih"   Sahut Tan Giok Cu- Pedang di tangan pemuda itu berkelebat ke sana ke mari, kemudian terdengarlah suara jeritan di sana sini pula dan tampak beberapa anggota Hek Liong Pang terkapar bermandi darah.   "Ha a a h - ?"   Betapa terkejutnya pemimpin itu Kemudian ia memekik keras sambil menyerang pemuda itu dengan pedangnya- "Bagus"   Pemuda itu tertawa sambil berkelit, kemudian balas menyerang dengan sengit. Terjadilah pertempuran yang amat seru dan tegang di antara mereka berdua- Berselang beberapa saat, kemudian terdengarlah suara jeritan yang menyayatkan hati- "Aaakhi."   Pemimpin itu menjerit kesakitan, ternyata sebelah lengannya telah kutung dan darah bCQar,v""[ja pun mengucur deras. Begitu melihat pemimpinnya terluka, mereka langsung berhenti menyerang Tan Giok Cu, dan berdiri mematung di tempat.   "Cepatlah kalian enyah dari sini"   Bentak pemuda itu "sebutkan namamu, sobat"   Sahut pemimpin itu dengan wajah pucat pias dan meringis-ringis menahan sakit.   "Aku bernama ouw yang Bun."   "Bagus Kelak kita akan berjumpa lagi"   Ujar pemimpin itu, lalu berjalan pergi dengan badan agak sempoyongan dan ditkutipara anak buahnya dari belakang.   "Ha ha ha"   Pemuda itu tertawa gelak lalu memandang Tan Giok Cu seraya bertanya.   "Nona, siapa engkau dan kenapa bertempur dengan para anggota Hek Liong Pang itu?"   "Namaku Tan Giok Cu. Mereka menghadangku di sini, akhirnya terjadi pertarungan."   Tan Giok Cu memberitahukan.   "Belum lama ini ada tiga anggota Hek Liong Pang ingin membunuh Hakim souw, tapi aku berhasil menyelamatkannya...."   "oooh"   Pemuda itu manggut-manggut. Ternyata begitu, secara tidak langsung kini pihak Hek Liong Pang telah memusuhimu. Nona, engkau harus berhati-hati"   "ya"   Tan Giok Cu mengangguk      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Eh?"   Pemuda itu terbelalak.   "Aku telah menolongmu, kenapa engkau tidak menanyakan namaku?"   "Kenapa aku harus menanyakan namamu?"   Tan Giok Cu balik bertanya dengan nada heran.   "Lho?"   Pemuda itu tertegun.   "Aku telah menolongmu, jadi kita pun sudah menjadi teman. Maka seharusnya engkau menanyakan namaku."   "Kalau begitu, siapa namamu?"   "Kenapa seperti dipaksa sih?"   Pemuda itu menggaruk-garuk kepala, kemudian memberitahukan.   "Namaku ouw yang Bun, guruku adalah Tong Koay-Oey su Bin. usiaku delapan belas tahun, sudah yatim piatu."   "oooh"   Tan Giok Cu manggut-manggut.   "Nona Giok Cu"   Ouw yang Bun menatapnya sambil tersenyum.   "Bagaimana kalau kita mengobrol sebentar di bawah pohon?"   "Baiklah-"   Tan Giok Cu mengangguk. la merasa tidak enak kalau menolaki karena pemuda itu telah membantunya- Mereka berdua duduk di bawah pohon, ouw yang Bun memandangnya seraya bertanya.   "Nona Giok Cu, siapa gurumu?"   "Guruku Bibi sian sian."   "Engkau fAariyicrp,\Ar\A.a.\fl"   Mana?"   "Wauruav^ Kuburan Tua."   "Hah?"   Ouw yang Bun terbelalak.   "Aku tidak pernah mendengar tentang perguruan itu Kuburan Tua... janganjangan auruvAU mayat hidup?"   "Betul. Guruku memang mayat hidup,"   Sahut Tan Cu dan menambahkan.   "sebab guruku tinggal di dalam kuburan tua."   "Iiiih"   Ouw yang Bun tampak merinding.   "Engkau juga pernah tinggal di dalam kuburan tua?"   "Ya."   Tan Giok Cu mengangguk,- "Hah?"   Ouw yang Bun tersentak- "jangan-jangan engkau juga mayat hidup?"   "Hi hi hi"   Tan Giok Cu tertawa cekikikan saking geli- "Aku memang mayat hidup. Engkau takut?"   "Mayat hidup yang cantik jelita, tentunya aku tidak takut-"   Ouw yang Bun tertawa.   "Ha ha ha - "   "Ha ha ha Hu hu hu Htk hik hik"   Terdengar suara tawa yang aneh      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "He he he - "   "siapa?"   Bentak Tan Giok Cu sambil bangkit dari tempat duduknya lalu menengok ke sana ke mari sekaligus meraba gagang pedang pusakanya.   "Jangan takut. Nona Dia adalah guruku yang suka menakuti anak kecil- Itu memang kebiasaan buruk guruku."   "siauw Koay (siluman Kecil), engkau berani mencela gurumu?"   Mendadak muncul seorang tua, yang tidak lain adalah TOng Koay-Oey su Bin.   "Guru"   Panggil ouw yang Bun sambil tertawa.   "Aku siluman Kecil, Guru adalah siluman besar- sedangkan nona ini adalah mayat hidup- Ternyata kita satu keluarga Ha ha ha..."   "Hei Murid kurang ajar"   Bentak TOng Koay.   "setengah mati aku mencarimu, engkau malah berduaan dengan gadis itu di sini"   "Guru...."   Ouw yang Bun mcnyengir.   "Cengar-cengir"   TOng Koaw melotot.   "Engkau pemuda bloon. Mana ada oadis uang akan jatuh cinta kepadamu? Gadis itu begitu cantik dan lemah gemulai, engkau malah bilang dia adalah mayat hidup Dasar-.."   "Dia mengaku sendiri, katanya gurunya adalah Bibi Sian Sian yang tinggal di dalam kuburan tua."   "Apa?"   Tong Koay terbelalak.   "Kuburan tua?"   "Ya."   Ouw Yang Bun mengangguk- "Gadis cantik"   Tong Koay menatapnya dengan penuh perhatian.   "Gurumu berbaju kuning dan selalu didampingi para pengiringnya?"   "ya, Cianpwee-"   Tan Giok Cu mengangguk.   "ya ampun"   Tong Koay menepuk keningnya sendiri "Aku tidak takut menghadapi siapa pun, namun justru paling takut menghadapi gurumu, oh ya, gurumu berada di sekitar sini?"   "Guruku tidak meninggalkan kuburan tua,"   Sahut Tan Giok Cu- "ooooh"   Tong Koay menarik nafas lega- "Terus terang, kalau aku melihat gurumu, kepalaku langsung pusing tujuh keliling-"   "Memangnya kenapa?"   Tanya Tan Giok Cu heran.   "Entahlah-"   Tong Koay menggelengkan kepala, dan itu membuat Tan Giok Cu tertawa geli- "Guru"   Ouw Yang Bu memberitahukan.   "Tadi aku bertarung dengan para anggota Hek Liong Pang."    Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong

Cari Blog Ini