Anak Rajawali 13
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 13
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Menyusul dengan perkataan tersebut, tiba-tiba terdengar suara ledakan, yang terjadi tidak begitu jauh dari Yo Him, di mana dia merasakan itu demikian kuat dan panas menggetarkan tempat berpijaknya. Ringan sekali Yo Him telah melesat ke samping, dengan demikian dia tidak perlu sampai terkena tanah yang telah berhamburan itu. Sedangkan Sasana menyaksikan itu kaget tidak terkira, dia sampai berseru nyaring, dan Giok Hoa yang tengah tertidur jadi bangun. Tubuh Yo Him telah melesat cepat sekali ke arah dari mana menyambarnya benda hitam yang tadi bisa meledak, di mana dia ingin mencekuk orang yang telah menyerangnya secara membokong dan pengecut seperti itu. Akan tetapi dia telah tiba di tempat yang sepi sekali, tidak ada seorang manusiapun juga. Yo Him sesungguhnya memiliki mata yang awas dan juga pendengaran yang sangat tajam, dia telah melihat memang keadaan di sekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada seorang manusiapun juga. Jangan kata manusia, seekor burung yang terbang sekalipun dia masih sanggup untuk melihat dan juga mendengar suara berkereseknya. Diam-diam Yo Him jadi menduga, tentunya orang yang tengah menyerangnya secara menggelap itu memiliki kepandaian yang tinggi. Maka dari itu dia berwaspada. Sewaktu Yo Him bermaksud untuk memasuki tempat itu lebih jauh, tiba-tiba telah terdengar pertanyaan Bun Kie Lin. "Hemm, engkau rupanya ingin ikut berkecimpung dalam urusanku ini, bukan?" Segera juga secepat terbang Yo Him telah melasat ke arah tempatnya semula. Dilihatnya Bun Kie Lin masih duduk bersila di tempatnya, di mana dia tengah bertanya kepada salah seorang yang bentuk tubuhnya tinggi kurus, yang di dekatnya itu. Seketika itu Yo Him menduga bahwa orang itulah yang tadi telah melemparkan padanya bahan peledak itu. Maka segera juga dia bilang. "Hmmmm, tidak tahunya engkau di sini!" Orang bertubuh tinggi kurus itu memiliki muka yang runcing dengan sepasang alis yang hitam gompiok, dia menoleh sedikit mendengarkan perkataan Yo Him, dam dia tertawa bergelak, kemudian katanya. "Kau mengaku sebagai putera Sin-tiauw-tay618 hiap Yo Ko, tetapi mana kepandaianmu yang tertinggi. Apakah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap hanya sebegini saja?!" Mendongkol Yo Him mendengar ejekan dari orang tersebut, segera juga dia berkata dengan suara yang mengandung kegusaran. "Hemmm, siapa engkau sebenarnya? Ada hubungan apa kau dengan ayahku, sampai engkau berani mengeluarkan kata-kata kurang ajar seperti itu ditujukan kepada ayahku?!" Mendengar pertanyaan tersebut, orang bertubuh tinggi kurus itu tertawa dingin. "Jika aku memberitahukan siapa adanya diriku, mungkin engkau akan kaget dan semaput tidak sadarkan diri.....!" Kata orang tersebut. "Kukira, cukup aku memberitahukan saja bahwa ayahmu sendiri tidak berani berlaku kurang ajar seperti itu kepadaku, maka engkau lagi. Jika engkau berani bersikap lancang dan kurangajar kepadaku, hemmm, hemmm, tentu akan kupatahkan batang lehermu, sekali hantam tentu batok kepalamu itu akan hancur.....!" Belum lagi orang itu menyelesaikan perkataannya, Yo Him menjejakkan kakinya. Dia telah berseru. "Justeru aku ingin melihat dengan cara bagaimana engkau hendak menghantam hancur batok kepalaku.....?" Dan sambil berkata begitu tangan Yo Him bergerak cepat sekali. Orang bertubuh tinggi kurus itu mengejek dengan senyuman sinis. Melihat tangan Yo Him yang menyambar ke arahnya begitu cepat, dia juga tidak berayal, segera dia menangkisnya. "Duk, duk, dukk!" Beberapa kali tangan mereka saling bentur. Dan orang bertubuh tinggi itu jadi kaget juga karena setiap kali tangannya tertangkis oleh benturan tangan Yo Him, setiap kali dia membalas menyerang maka dia merasakan tangannya panas tergetar. Begitu juga setiap kali dia menangkis tangan Yo Him, dia merasakan tulang pergelangan tangannya sakit. Dalam keadaan seperti itu Yo Him telah mendesak lebih gencar. Dia sendiri tidak kurang kagetnya, padahal tadi Yo Him telah mempergunakan tujuh bagian dari tenaga dalamnya, namun begitu tangannya saling membentur tertangkis oleh pergelangan tangan orang bertubuh tinggi kurus tersebut, dia merasakan tangannya panas sakit, tubuhnya tergetar. Maka dia semakin kuat lagi dalam mengerahkan tenaga dalamnya. Begitulah, ke dua orang itu terlibat dalam pertempuran selama puluhan jurus. Namun setelah terjadi bentrokan tangan beberapa kali itu, orang bertubuh kurus tinggi tersebut merobah cara bertempurnya, karena dia menghadapi Yo Him dengan mengandalkan kegesitannya. Tubuhnya telah bergerak lincah ke sana ke mari dengan kecepatan seperti angin saja, di mana tubuhnya berkelebat-kelebat tidak hentinya, membuat Yo Him terpaksa harus mengawasinya dengan mata yang tajam dan cermat. Karena sekali saja dia lengah, niscaya dia akan menjadi korban dari tangan orang bertubuh tinggi kurus itu. Karenanya, Yo Him juga terbangun semangatnya, dia mengempos tenaga lweekangnya dan balas menyerang dengan beruntun, Bun Kie Lin yang melihat pertempuran yang tengah berlangsung, jadi memandang dengan mata yang terpentang lebar-lebar. Dilihatnya Yo Him memang memiliki kepandaian yang tinggi. Juga orang bertubuh tinggi kurus itu memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Jika Bun Kie Lin yang harus menghadapinya, tentu dia tidak mungkin dapat menghadapinya, karena kepandaiannya masih kalah setingkat dari kepandaian ke dua orang itu. Diam-diam Bu Kie Lin pun menyadari, telah belasan tahun ia berlatih diri dengan giat. Di samping memperdalam ilmu pengobatannya iapun melatih lweekang dan ilmu silatnya. Namun ternyata latihannya yang selama belasan tahun itu belum memberikan hasil yang terlalu banyak buatnya. Di samping lweekangnya yang belum dapat menandingi lweekang Yo Him dan orang bertubuh tinggi kurus itu, juga belum pasti bahwa ia akan dapat menghadapi ilmu silat dan ilmu pukulan mereka. Sebelumnya Bun Kie Lin yakin bahwa ia telah mempelajari ilmu silat tingkat tinggi dan lweekang yang sempurna. Karena itu diamdiam dia yakin bahwa jarang ada orang yang bisa menandingi kepandaiannya. Disebabkan itu pula, maka ia selalu bersikap angkuh terhadap siapapun juga. Namun sesungguhnya di hati kecilnya Bun Kie Lin itu sekarang terdapat perasaan kagum tidak terhingga kepada Yo Him. Hal ini disebabkan dia memang mengetahui Yo Him sebagai putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, juga melihat usianya yang masih begitu muda, tetapi telah berhasil memiliki kepandaian yang begitu tinggi, disamping lweekangnya pun cukup kuat, melebihi lweekangnya, maupun lweekang dari orang bertubuh tinggi kurus itu. Sasana sendiri yang menyaksikan cara bertempur Yo Him, diamdiam merasa heran, mengapa Yo Him selama itu masih juga belum bisa merubuhkan lawannya, dan yang membuat Sasana jadi heran, tampaknya kepandaian Yo Him tidak menang banyak dibandingkan orang bertubuh tinggi kurus itu. Diam-diam, Sasana menduga-duga entah siapa adanya orang bertubuh tinggi kurus itu dan diapun telah memperhatikan cara bertempurnya orang bertubuh tinggi kurus tersebut, jurus demi jurus. Semakin memperhatikan cara bertempur dari orang bertubuh tinggi kurus itu. Sasana semakin heran, karena dilihatnya bahwa orang bertubuh tinggi kurus itu mempergunakan semacam ilmu silat yang tidak dikenalnya. Dengan begitu, Sasana mengawasi dengan tertegun. Giok Hoa berbeda dari Sasana. Jika hatinya memang tertarik menyaksikan jalannya pertempuran seru itu, tokh ia tetap saja menguatirkan keselamatan jiwa paman Hok nya, karena dari itu perhatiannya lebih banyak dicurahkan kepada Hok An. Dilihatnya pelupuk mata Hok An mulai bergerak, juga telah mengeluarkan suara keluhan yang perlahan sekali, kemudian matanya terbuka, perlahan-lahan. Bukan main gembiranya hati Giok Hoa melihat Hok An telah tersadar. "Paman Hok.....!" Panggilnya dengan suara yang agak sember, dan air matanya telah menitik turun. "Kau telah sadar paman Hok.....!" Hok An telah melirik kepada gadis cilik itu, menggerakkan tangan kanannya, dia telah menggenggam tangan Giok Hoa. "Ya, ya..... sekarang kita berada di mana?" Tanya Hok An. "Kita berada di tempat yang cukup aman paman Hok.... Kau telah menerima pengobatan yang sangat baik dari Bun Sin-se, karena itu tenanglah paman Hok. Tidak lama lagi tentu kau akan segera sembuh dan kesehatanmu pulih sebagaimana sedia kala!" Menghibur Giok Hoa. "Siapakah Bun Sin-se itu?!" Tanya Hok An sambil bola matanya bergerak-gerak berusaha memandang sekitarnya, sehingga dia melihat Bun Kie Lin duduk tidak jauh dari tempatnya berada, tengah mengawasi ke arahnya. "Aku yang telah mengobatimu......!" Kata Bun Kie Lin dengan suara yang tawar. "Ohhh, terima kasih..... terima kasih atas budi kebaikan Sin-se......!" Kata Hok An. "Maafkanlah, aku belum bisa bangun buat menyatakan rasa terima kasih......!" Bun Kie Lin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga di wajahnya. Dia telah memandang tawar kepada Hok An, katanya. "Di antara kita tidak terdapat perkataan budi dan kebaikan. Aku bukan bermaksud menolongimu, karena merasa kasihan melihat keadaanmu, tetapi aku tengah bertaruh dengan kawanmu yang tidak mempercayai bahwa aku bisa menyembuhkan luka-lukamu, dan sekarang telah terbukti bahwa aku tidak mendustainya, serta sanggup mengobati luka-lukamu, sampai sembuh! "Engkau telah dapat bicara. Engkau mulai berangsur sembuh dan sehat lagi, maka dari itu kawanmu tidak mungkin dapat mengatakan bahwa aku ini mendustainya.....!" Hok An tidak mengerti apa yang dikatakan Bun Kie Lin, sehingga dia hanya mengawasi saja, sampai akhirnya dia bilang. "Jika demikian, baiklah.... Kalau memang terlihat kawanku itu tidak mempercayai akan keteranganmu, biarlah nanti aku yang memberitahukan kepadanya, bahwa aku benar-benar telah sembuh. Tentu kawanku itu akan meminta maaf kepadamu dan juga akan menyatakan terima kasihnya....." Tetapi Bun Kie Lin hanya tertawa tawar saja, dia seperti tidak mengacuhkan perkataan Hok An. Giok Hoa yang melihat keadaan Bun Kie Lie seperti itu, segera maju ke depan. Dia telah menjatuhkan diri berlutut di hadapan Bun Kie Lin, sambil mengangguk-anggukan kepalanya, dia telah berkata. "Terima kasih atas bantuan dan pertolongan dari Bun Sin-se, tidak dapat kami lupakan budi kebaikan Bun Sin-se..... Dengan ini aku mewakili paman Hok buat menyatakan terima kasih yang sebesarbesarnya......" Tetapi Bun Kie Lin mengibaskan tangannya, dia telah bilang. "Tidak perlu engkau mengucapkan terima kasih, akupun tidak membutuhkan terima kasihmu.....!" Karena dia mengibas dengan tenaga yang cukup kuat pada pergelangan tangannya, maka tubuh Giok Hoa telah terpental dan terguling di tanah. Menyaksikan itu, segera juga Hok An hendak memaksakan diri buat melompat guna menolongi Giok Hoa. Hanya saja, tubuhnya masih lemah, sehingga dia tidak bisa bangun. Dengan perasaan kaget dan tidak senang, ia telah membentak. "Kau..... kau mengapa kau menganiaya Giok Hoa?!" Bun Kie Lin tertawa tawar, katanya. "Sudah kukatakan, bahwa aku tidak membutuhkan terima kasih kalian! Yang terpenting aku telah memenangkan pertaruhan kami, di mana aku dapat menyembuhkan luka-lukamu itu! "Hemmmm, apa gunanya ucapan terima kasih kalian? Sekarang kalian menyatakan terima kasih kepadaku, tetapi setelah kita berpisah, tentu kalian akan melupakannya begitu saja! Tetapi, yang terpenting sekali, memang aku sesungguhnya bukan hendak menolongi engkau, maka engkau tidak perlu berterima kasih kepadaku, karena aku hanya tengah bertaruh belaka dengan kawanmu itu......!" Sambil berkata begitu, tampak Bun Kie Lin telah menoleh menyaksikan lagi jalan pertempuran antara Yo Him dengan orang bertubuh tinggi kurus itu. Giok Hoa merangkak bangun mukanya agak merah, karena membengkak. Semua itu akibat mukanya tadi telah menubruk tanah, sehingga terbentur cukup keras. Dengan begitu telah membuat Giok Hoa menderita kesakitan. Namun walaupun hatinya mendongkol, tokh Giok Hoa tidak memperlihatkan kemendongkolannya itu, dia telah merangkak bangun dan berdiam di samping Hok An tanpa mengucapkan sepatah perkataan pun juga. "Engkau..... kau terluka, Giok Hoa?" Tanya Hok An sambil melirik terharu kepada gadis kecil itu. Hok An memang sangat sayang dan memanjakan sekali Giok Hoa, sedang di depan matanya dia melihat Giok Hoa dikibas seperti itu, sehingga tubuhnya terguling dan pipinya memerah membengkak, membuatnya jadi merasa gusar pada Bun Kie Lin. Hanya saja disebabkan memang dia tidak berdaya dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya, maka walaupun mendongkol dia tidak bisa menghadapi Bun Kie Lin untuk mengumbar kemendongkolannya itu. Giok Hoa menggeleng sedikit, katanya sambil memaksakan diri tersenyum. "Tidak paman Hok..... luka seperti ini tidak ada artinya..... lebih baik jika paman Hok beristirahat lebih tenang, agar luka-Iuka di tubuh paman Hok dapat sembuh benar-benar......!" Kesehatan Hok An telah berangsur sembuh. Memang ilmu pengobatan yang dimiliki Bun Kie Lin sangat luar biasa, di mana dia bisa mengobati Hok An dengan sebaik mungkin. Dalam waktu begitu singkat, dia telah dapat menyembuhkan luka Hok An yang sesungguhnya sangat parah sekali. Di waktu itu, tampak betapapun juga, Hok An masih mendongkol dan hanya mengawasi kepada Bun Kie Lin. Jika saja Hok An di waktu itu bisa melompat bangun, tentu dia akan menerjang kepada Bun Kie Lin untuk menyerangnya dengan pukulan yang sekuat tenaga, sebab dia tidak bisa menerima Giok Hoa dibuat terpelanting seperti itu oleh Bun Kie Lin. Walaupun sekarang ini Hok An melihat bahwa dirinya memang telah ditolong dan disembuhkan oleh Bun Kie Lin, tokh dia tidak bisa merasakan berterima kasih lagi, malah dia selalu teringat betapa kasihannya Giok Hoa yang telah dibuat terpelanting seperti itu, membuat pipi gadis itu memerah karena te1ah terkena benturan pada bumi, sehingga membengkak. Giok Hoa berusaha menghiburnya, ia menyatakan kepada Hok An, memang Bun Kie Lin memiliki perangai yang sangat ku-koay. Itu pula sebabnya Yo Him telah mengajak Bun Kie Lin bertaruh dalam hal mengobati luka Hok An, hanya untuk memancing perasaan gusar Bun Kie Lin, karena jika tidak, tentu dia tidak akan mau mengobati Hok An. Karena itu setelah Yo Him berhasil memancing kegusaran Bun Kie Lin, ia baru bersedia buat mengobati Hok An. Dengan demikian telah membuat Hok An sedikit menurun perasaan mendongkolnya dan mulai mengerti bahwa Bun Kie Lin seorang yang memiliki perangai sangat aneh. Sedangkan waktu itu Bun Kie Lin sudah tidak memperhatikan lagi keadaan Hok An, dia telah melihatnya bahwa Hok An dan Giok Hoa saling bisik-bisik, namun dia sudah tidak memperhatikannya. Dia lebih banyak mencurahkan seluruh perhatiannya kepada jalannya pertempuran antara Yo Him dengan orang bertubuh tinggi kurus itu. Dengan begitu, telah membuat Sasana juga ikut mengawasi dengan tegang, karena dilihatnya Yo Him waktu itu tengah mempergunakan beberapa macam ilmu simpanannya. Setiap jurus yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang bisa menghancurkan dan membinasakan. Hanya saja disebabkan lawannya itu, memiliki kepandaian yang tinggi, maka dia bisa menghadapi Yo Him sampai begitu lama. Mereka berdua bertempur terus dengan seru. Diam-diam orang bertubuh tinggi kurus itu telah berpikir di dalam hatinya. "Dalam hal ini memang tidak salah, Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa hebat, karena puteranya saja telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Menghadapi puteranya saja sekarang ini, aku masih belum dapat merubuhkannya, sedangkan mendesaknya pun tidak bisa. Apa lagi jika aku menghadapi Sin-tiauw-tay-hiap, niscaya dalam beberapa jurus aku sudah dapat dirubuhkan....." Karena berpikir seperti itu, segera juga orang bertubuh tinggi kurus itu mencari kesempatan buat melompat mundur menjauhi diri dari Yo Him. Pada suatu kali, waktu Yo Him kembali gagal dengan hantamannya, maka tampak orang bertubuh tinggi kurus itu telah melompat ke samping kanan dengan gerakan yang sangat gesit. Begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, kembali tubuhnya melesat pula tiga tombak lebih ke arah samping kanannya. Dengan caranya seperti itu, orang bertubuh tinggi kurus itu hendak mencegah serangan susulan dari Yo Him. Benar saja, semula Yo Him ketika melihat orang bertubuh tinggi kurus itu melompat ke samping mengelakkan serangannya, ia bermaksud untuk menyusuli dengan hantamannya lagi. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun belum sempat dia menghantam, justeru orang itu telah menyingkir lagi, mereka terpisah agak jauh. Dan waktu Yo Him hendak menyusul buat menyerangnya pula, tampak orang bertubuh tinggi kurus itu telah berseru nyaring. "Tahan, aku hendak bicara denganmu.....!" Berbareng dengan seruannya tersebut, segera terlihat orang bertubuh tinggi kurus itu bersiap-siap, karena ia kuatir kalau-kalau Yo Him tidak mau menghentikan pertempuran itu dan tetap menerjangnya. Tetapi Yo Him telah menahan gerakan tangannya, dia berdiri tegak menghadapi orang bertubuh tinggi kurus itu. "Apa yang ingin kau katakan?!" Orang bertubuh tinggi kurus itu telah memandang ragu, kemudian katanya. "Aku bermaksud bertemu dengan ayahmu! Kau sebutkanlah, di mana aku bisa bertemu dengan ayahmu itu?!" Yo Him tidak segera menyahuti, dia hanya mengawasi orang bertubuh tinggi kurus itu, kemudian dengan sikap yang memandang ringan ia berkata. "Engkau hendak mencari ayahku guna mengajaknya mengadu kepandaian?!" Orang itu ragu-ragu tetapi kemudian mengangguk. "Ada sesuatu yang hendak aku bereskan bersamanya!" Katanya. "Kau hendak membereskan sesuatu dengan ayahku? Atau memang engkau hendak membalas dendam?!" Tanya Yo Him dengan sikap, yang mengejek. "Hemmm, dengan kepandaian seperti ini, mana mungkin engkau bisa berurusan dengan ayahku? Sedangkan untuk bertempur denganku saja, engkau tidak bisa merubuhkan aku, malah dalam beberapa jurus lagi engkau akan dapat kurubuhkan!" Muka orang bertubuh tinggi kurus itu tampak jadi berobah memerah. Akan tetapi kemudian dia berkata. "Jika memang engkau keberatan menyebutkan di mana ayahmu, sehingga aku dapat mencari jejaknya, akupun tidak akan memaksanya! Tetapi mengenai urusan kita ini, dapat kita lanjutkan nanti, setelah kita bertemu lagi di dalam kesempatan lain. "Sekarang ini aku masih memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan..... Aku tidak bisa main-main terlebih lama lagi dengan kau?" Setelah berkata begitu, tanpa memberi hormat, dan dengan sikap seenaknya dia hendak memutar tubuh, guna berlalu. Yo Him sebetulnya hendak menahannya, tetapi dia melihat isyarat dari Sasana. Walaupun tidak mengerti apa maksud isyarat dari isterinya, tetapi ia mematuhi tidak mengejar dan menahan kepergian orang itu. Dilihatnya juga Sasana telah melompat ke samping Giok Hoa, di mana isterinya telah membisikkan sesuatu kepada Giok Hoa, dan Giok Hoa mengangguk beberapa kali. Kemudian terdengar siulnya yang cukup nyaring. Suara siulan itu disambut dengan suara pekik yang nyaring di tengah udara. Orang bertubuh tinggi kurus itu sesungguhnya hendak mempergunakan ginkangnya untuk berlalu dengan cepat, namun waktu itulah dia telah melihat ada bayangan besar yang menyelubungi dirinya, dan bayangan besar itu semakin besar juga, malah dia merasakan kibasan yang sangat kuat pada dirinya. Ketika orang bertubuh tinggi kurus menoleh ke atas, ia terkejut juga, hatinya terkesiap. Seekor burung rajawali putih yang sangat besar sekali, tengah meluncur turun menyambar ke arahnya, dengan sepasang cakarnya siap untuk mencengkeramnya. Sikap burung rajawali putih itu seperti juga hendak menerkam mangsanya, seekor kelinci atau sejenis lainnya. Cepat-cepat orang bertubuh tinggi kurus itu telah mengelak ke samping. Akan tetapi, burung rajawali putih itu seperti juga dapat mengatur penyerangnya dengan sepasang cakarnya, dia menyambar lagi kepada orang bertubuh tinggi kurus itu, membuatnya harus berkelit berulang kali ke sana ke mari. Orang itu jadi agak gugup, karena setiap kali berkelit, sepasang kakinya tidak bisa berdiri dengan tetap. Hal ini disebabkan sayap dari burung rajawali putih itu telah menyambar-nyambar ke arahnya, dengan gerakan yang begitu kuat, menimbulkan kibasan angin yang sangat dahsyat sekali. Orang bertubuh tinggi kurus tersebut berusaha mempertahankan kedudukannya dengan kuda-kuda yang kokoh. Tokh tidak urung dia merasakan terjangan yang sangat kuat jika dia bersikeras berusaha mempertahankan diri terus, niscaya dia akan terjungkel. Hal inilah yang tidak diinginkan olehnya, dia telah melompat ke sana ke mari dengan lincah. Dengan demikian bisa memperkecil daya desak dan terjang dari lawannya yang luar biasa ini, yaitu burung rajawali yang berukuran sangat besar tersebut. Burung rajawali putih itu, yang telah menerima perintah dari majikannya,Giok Hoa, rupanya mengetahui apa yang harus dilakukannya. Ia telah diperintah oleh Giok Hoa lewat suara siulannya, agar dia mempermainkan orang bertubuh tinggi kurus itu, Karenanya, dengan sepasang sayapnya, yang selalu dikibaskan ke sana ke mari, diapun selalu mengancam dengan cakarnya yang tampak runcing dan berbahaya itu. Orang bertubuh tinggi kurus itupun bukannya hanya selalu berkelit ke sana ke mari saja, setiap ada kesempatan tentu dia akan menghantam burung rajawali putih itu dengan pukulan telapak tangannya, yang mengandung tenaga, lweekang tingkat tinggi. Namun, setiap pukulan dari orang bertubuh tinggi kurus itu, walaupun selalu tepat mengenai tubuh rajawali putih itu, tetapi tidak berhasil untuk memukul mundur rajawali putih itu. Pertama kali ia diserang oleh rajawali ini, ia menduga tentunya dengan hanya beberapa kali hantaman, burung rajawali putih itu akan kesakitan dan..... juga akan segera terbang pergi. Namun dugaannya itu telah meleset, karena burung rajawali tersebut seperti juga memiliki tubuh yang kedot sekali. Setiap pukulan yang dilakukan oleh orang bertubuh tinggi tersebut seperti juga tidak mempunyai arti apa-apa pada tubuhnya. Malah yang membuat orang bertubuh tinggi kurus itu tambah terancam keselamatannya, karena waktu itu setiap kali dia menyerang, maka burung rajawali putih itu akan menghantam dengan salah satu sayapnya. Setiap kali sayapnya itu dikibaskan, maka akan menimbulkan serangkum angin yang keras dan kuat sekali, seperti juga sambaran topan saja, karena itu, telah membuat orang bertubuh tinggi kurus itu, selain harus berusaha menjaga diri dari sambaran cakar burung rajawali putih, juga dia harus dapat mempertahankan kuda-kuda ke dua kakinya itu kuat-kuat. Hal ini agar dia tidak terjungkel akibat terjangan tenaga kibasan sayap rajawali tersebut. Sedangkan burung rajawali putih itu tetap tidak mau melepaskan orang bertubuh tinggi kurus itu. Dilihatnya, sampai membalas menghantam dengan ke dua telapak tangannya, orang bertubuh tinggi kurus itu selalu berusaha agar dia dapat mencelat ke samping meloloskan diri. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh burung rajawali tersebut, yang selalu mengepungnya dengan kibasan-kibasan sayapnya, membuat orang bertubuh tinggi kurus itu memang tidak mempunyai kesempatan lagi buat meloloskan diri. Maka suatu kali, burung rajawali tersebut telah berhasil menggertak orang bertubuh tinggi kurus itu dengan kibasan ke dua sayapnya yang dilakukan dengan serentak, sehingga angin yang menyambar lawannya itu bergemuruh sangat hebat. Batu-batu kecil beterbangan menggelinding dan debu naik mengepul tinggi, batang-batang pohon jadi bergoyang-goyang, demikian juga halnya dengan bungkahan batu-batu besar yang jadi ikut tergoncang. Hal itu memperlihatkan, betapa kuat dan dahsyatnya tenaga kibasan dari sepasang sayap burung rajawali putih itu, membuat hati orang bertubuh tinggi kurus itu tercekat. Ia mati-matian berusaha mempertahankan diri, agar tidak terpelanting. Namun di saat dia tengah berusaha mempertahankan diri seperti itu, tiba-tiba dia merasakan punggungnya sakit bukan main, karena kuku-kuku dari burung rajawali tersebut, telah mencengkeram baju di bagian punggungnya dengan kuat. Kemudian serentak mengangkat tubuhnya terbang ke tengah udara. Bukan main kagetnya orang bertubuh kurus tinggi itu. Mati-matian dia telah berusaha menghantam dengan sepasang tangannya, di mana pada ke dua telapak tangannya telah dikerahkan seluruh kekuatan lweekang yang dimilikinya. Dengan demikian membuat tenaga pukulannya itu sangat dahsyat sekali. Dalam keadaan seperti ini, burung rajawali itu berpekik nyaring. Sebab iapun merasakan bahwa tenaga pukulan dari orang bertubuh tinggi kurus itu sangat menyakitkan sekali, tubuhnya tergetar. Coba jika bukan burung rajawali putih yang menerima pukulan itu, yang memang memiliki semacam kekebalan dan juga latihan yang kuat sekali pada dirinya, tentu serangan itu akan dapat membinasakan seorang yang bagaimana kuatnya pun tubuhnya. Hal itu disebabkan orang bertubuh tinggi kurus itu dalam keadaan dirinya terancam, ia telah menghantam dengan sekuat tenaganya. Seluruh sin-kangnya telah dipergunakannya. Melihat burung rajawali putih itu berpekik kesakitan ketika dihantam olehnya, dia mengulangi lagi hantamannya, sehingga burung rajawali putih itu memekik pula. Namun, ketika orang bertubuh tinggi kurus itu menoleh ke bawah, hatinya terkesiap. Sebab dirinya telah dibawa terbang sangat tinggi sekali, sehingga jika saja burung rajawali putih itu kesakitan, dan melepaskan cengkeraman cakarnya, tubuhnya tersebut terlepas dan jatuh meluncur ke bawah. Dia pasti akan terbanting dengan keras di tanah. Disebabkan itulah, telah membuat orang bertubuh tinggi kurus itu harus berpikir dua kali buat menghantam lagi tubuh burung rajawali putih tersebut. Memang jika dia menghantam dengan gencar, pasti akhirnya burung rajawali putih itu akan melepaskan cengkeramannya, namun tubuhnya pun akan terlepas dengan meluncur ke bawah, hal ini membuatnya akan menemui ajal dengan tubuh yang hancur remuk! Sedangkan burung rajawali putih itu telah terbang semakin tinggi, dia terbang ke sana ke mari, sehingga tubuh orang berbadan tinggi kurus itu jadi ikut berputar-putar dibawa terbang oleh burung rajawali putih itu, ia merasakan kepalanya jadi pusing dan matanya menjadi nanar. Dengan demikian telah membuat orang bertubuh tinggi kurus itu memejamkan matanya rapat-rapat, dia membiarkan dirinya dibawa terbang terus oleh burung rajawali putih itu. Sama sekali dia tidak berusaha untuk meronta, karena dalam keadaan seperti itu, di mana tubuhnya telah dibawa terbang berputar-putar di tengah udara, dalam ketinggian yang sangat menakutkan, membuat orang bertubuh tinggi kurus tersebut malah kuatir cengkeraman cakar dari burung rajawali itu akan terlepas sehingga dirinya terjatuh meluncur ke bawah, terbanting remuk. Itulah sebabnya, orang bertubuh tinggi kurus tersebut membiarkan dirinya dibawa terbang oleh burung rajawali putih itu......! Sedangkan rajawali putih itu telah membawa orang bertubuh tinggi kurus itu berputar-putar tanpa hentinya. Dengan demikian, semakin lama orang tersebut merasakan kepalanya bertambah pusing. Dia telah memejamkan matanya, tidak berani melihat keadaan sekitarnya, sebab semakin dia memperhatikan keadaan sekelilingnya, maka dia merasakan kepalanya semakin pusing, hatinya berdebar keras. Begitulah, terlihat burung rajawali putih itu telah membawa terbang terus orang bertubuh tinggi kurus tersebut. Setiap kali burung rajawali itu mengeluarkan pekiknya, maka telah membuat lawannya yang kena dicengkeram itu bertambah pusing, karena semakin cepat pula ia membawa terbang orang tersebut. Dan juga dia terbang berputaran semakin tinggi, sehingga jika pada waktu itu cengkeramannya itu terlepas, niscaya tubuh orang itu akan meluncur turun dan terbanting di tanah dengan tubuh yang remuk. Disebabkan itu pula, membuat orang itu jadi memejamkan matanya dengan hati yang berdebar keras, sebab ia kuatir kalaukalau dia dilepas dan tubuhnya terbanting jatuh, akan membuat dia terbinasa dengan tubuh yang hancur. Giok Hoa merasa telah cukup mempermainkan orang bertubuh kurus tinggi itu. Dia bertanya kepada Sasana, apakah dia boleh perintahkan burung rajawalinya tersebut turun. Sasana mengangguk. Segera juga Giok Hoa bersiul nyaring, ia telah perintahkan burung rajawali itu turun kembali. Burung rajawali itu telah meluncur turun membawa terbang korbannya yang masih berada dalam cengkeramannya dengan pesat sekali, membuat orang tinggi kurus yang berada dalam cengkeramannya bertambah ngeri, karena menduga bahwa dia tengah meluncur turun dilepas cengkeraman burung tersebut. Dalam keadaan seperti itu, tanpa disadarinya, orang bertubuh tinggi kurus tersebut telah mengeluarkan seruan nyaring, dan dia merasakan tubuhnya masih meluncur turun terus. Hanya terpisah setengah tombak dari bumi, barulah burung rajawali putih itu melepaskan cengkeramannya, dan tubuh dari orang bertubuh tinggi kurus itu telah terbanting di tanah. Bantingan itu perlahan sekali, tetapi sentuhan tubuhnya dengan tanah membuat orang tersebut benar-benar kaget, sampai dia mengeluarkan seruannya, dan seketika itu juga dia menjerit cukup nyaring. Waktu mengetahui dia menggeletak di tanah tanpa terbinasa, ia bermaksud hendak melompat berdiri. Hanya saja, begitu dia berdiri, seketika tubuhnya terhuyunghuyung, terjungkal rubuh lagi. Hal ini disebabkan dia masih pusing bukan main sehingga begitu dia berdiri, seketika dia merasakan tubuhnya bagaikan berputar. Walaupun dia telah mengerahkan tenaga dalamnya buat memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya, tokh dia masih gagal juga. Dua kali beruntun dia mencoba berdiri, tubuhnya telah terjungkal rubuh. Rajawali putih itu setelah melepaskan cengkeramannya, segera terbang tinggi pula, sambil mengeluarkan suara pekikannya, dan orang bertubuh tinggi kurus itu masih berusaha merangkak untuk berdiri. Untuk ke tiga kalinya, dia gagal, karena di waktu itu ia telah terjungkal, terus rubuh lagi. Kepalanya masih juga pusing. Mengetahui bahwa dirinya tidak mungkin dapat berdiri lebih lama lagi, maka dia telah merangkak bukan untuk berdiri, melainkan duduk, buat bersemedhi, mengatur jalan pernapasannya. Waktu dia duduk bersemedhi, dia merasakan kepalanya masih pusing juga, tubuhnya dirasakan berputar-putar tidak hentinya. Dalam hatinya, diapun heran bertanya-tanya entah burung rajawali putih itu dipelihara siapa? Tetapi besar dugaannya, apakah burung rajawali putih itu dipelihara oleh Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko? Dan sekarang dengan munculnya burung rajawali putih itu apakah Sin-tiauw-tay-hiap telah muncul kembali? Karena berpikir begitu, batinya semakin tergetar. Dan dia berkuatir kalau-kalau dalam keadaan demikian Sin-tiauw-tay-hiap itu muncul buat menghinanya. Dan yang lebih membingungkannya, kalau saja nanti Sin-tiauwtay-hiap itu perintahkan burungnya buat menangkapnya lagi seperti tadi, kemudian membawa terbang tinggi sekali, ratusan kaki jauhnya, lalu melepaskannya di tengah udara, bukankah dia akan mati konyol, dimana dia akan terbanting binasa di waktu itu juga? Karena berpikir begitu, cepat-cepat dia telah mengempos seluruh kekuatannya, dia telah berusaha menyalurkan lweekangnya, guna memulihkan ketenangannya. Dan dia cukup berhasil setelah kepalanya tidak begitu pusing, dia melompat berdiri. Hanya saja tubuhnya itu masih bergoyang-goyang tidak bisa berdiri tetap, buat sementara waktu dia belum berani buat melangkah berjalan, hanya berdiri tetap di tempatnya. Sekali saja dia melangkah berjalan, niscaya akan menyebabkan dia terguling, karena tubuhnya masih sering terhuyung-huyung. Dalam keadaan seperti inilah Yo Him telah berkata dengan suara yang mengejek. "Apakah kau tidak mau cepat-cepat angkat kaki, sampai engkau merasakan tubuhmu itu terbanting dari atas udara?!" Mendengar ejekan Yo Him, orang bertubuh tinggi kurus itu, yang sesungguhnya merupakan seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan tidak pernah jeri terhadap siapapun juga, sekarang jadi ciut juga nyalinya. Dia kuatir bahwa Yo Him akan membuktikan perkataannya itu, sehingga burung rajawali putih yang berukuran besar sekali, seperti burung rajawali raksasa itu, akan mencengkeram lagi, dan membawanya terbang ke udara serta melepaskan cengkeramannya, sehingga dirinya akan menemui ajalnya dengan konyol sekali. Tanpa memperdulikan kepalanya masih agak pusing, diapun telah memutar tubuhnya, buat berlalu. Tubuhnya masih bergoyang-goyang terhuyung, namun dia sudah tidak memperdulikannya, dia telah melangkah terus dengan tindakan kaki yang terhuyung, dan hampir saja dia menubruk sebatang pohon. Untung saja dia bisa menahan langkahnya, sehingga dia bisa berjalan terus, seperti juga seorang yang tengah mabok arak. Pada waktu itu, Giok Hoa telah bersiul pula, burung rajawali putih itu memekik nyaring dari tengah udara. Mendengar suara pekik burung rajawali putih itu, orang bertubuh tinggi kurus itu menahan langkah kakinya, dia telah mengangkat kepalanya menoleh ke tengah udara dengan hati terkesiap. Dia menduga bahwa burung rajawali putih itu hendak menyerang dirinya lagi. Namun diwaktu itu burung rajawali putih itu hanya berputar-putar di tengah udara, mengambil sikap seperti hendak mengiringi kepergian orang bertubuh tinggi kurus itu. Bun Kie Lin yang menyaksikan semua itu jadi menghela napas. Dia segera menyadari bahwa pertunjukan yang tadi diperlihatkan di hadapannya, di mana burung rajawali itu telah membuat orang bertubuh tinggi kurus itu tidak berdaya, tentu merupakan ancaman buatnya. Jika memang Bun Kie Lin menimbulkan kesulitan, iapun bisa menghadapi peristiwa yang sama pasti dialami oleh orang bertubuh tinggi kurus itu. Waktu itu Yo Him telah menoleh kepada Bun Kie Lin, tanyanya. "Apakah engkau berhasil mengobati luka kawanku itu dan memenangkan pertaruhan yang kita adakan?!" Bun Kie Lin tertawa dingin. "Seperti engkau lihat sendiri, kawanmu itu telah sembuh, dan telah dapat bicara.....!" Kata Bun Kie Lin. "Hemmm, apakah engkau beranggapan bahwa aku ini mendustai engkau dan tidak sanggup mengobati luka kawanmu itu!! Nah, kau saksikan sendiri, aku telah menyembuhkannya.....!" Yo Him tersenyum lebar, dia merangkapkan sepasang tangannya menjurah dalam-dalam, kemudian katanya. "Ya, memang Locianpwee telah menyembuhkan Hok Lopeh, untuk itu kami mengucapkan syukur dan terima kasih yang tidak terhingga.....!" Dan setelah berkata begitu, sambil tetap tersenyum, Yo Him telah menjurah tiga kali. Mata Bun Kie Lin terbuka lebar-lebar. Dia mengawasi Yo Him tajam sekali, kemudian dia telah bilang dengan bola mata yang berputarputar itu. "Untuk ini..... ini.....!" Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampaknya dia seperti orang kesima. Namun akhirnya dia tertawa bergelak, dia telah bilang. "Kau begitu licik..... engkau telah menipuku!" Yo Him melihat bahwa Bun Kie Lin baru tersadar dirinya dipermainkan dan ditipu olehnya, membuat Yo Him jadi geli sendirinya. Namun dia tidak berani bersikap kurang ajar lagi, dia tersenyum saja dan katanya. "Ya, tadi memang Boanpwee sengaja bersikap agak kurang ajar, harap Locianpwe mau memaafkan..... Dengan ini Boanpwee menyatakan maaf yang sebesar-besarnya, harap Locianpwee jangan gusar.....!" Setelah berkata begitu, segera Yo Him menjurah lagi memberi hormat, dan menyatakan penyesalannya yang telah "mempermainkan" Bun Kie Lin. Sedangkan Bun Kie Lin mendengus tidak senang, katanya. "Maafkan? Enak saja engkau bicara! Hemmm, apakah engkau mengira bahwa aku ini mudah buat dipermainkan?!" "Oh, tentu saja tidak!" Menyahuti Yo Him segera. "Mana berani boanpwe mempunyai pikiran seperti itu. Jelas Boanpwe tidak berani berlaku kurang ajar dan mempermainkan Locianpwe, tetapi..... memang dalam hal ini Boanpwe terpaksa sekali harus menolongi jiwa sahabat Boanpwe, yaitu Hok Lopeh itu..... "Dan kini jiwanya telah tertolong oleh pengobatan Locianpwe, maka sekali lagi Boanpwee mewakili Hok Lopeh menyatakan terima kasih yang tidak terhingga kepada locianpwe.....!" Benar-benar Yo Him telah merangkapkan tangannya lagi. Dia menjura memberi hormat dalam-dalam. Bun Kie Lin mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, kemudian memandang kepada Hok An yang waktu itu tengah menggenggam tangan Giok Hoa, seakan juga Hok An gembira sekali, sebab sekarang dia sudah tidak menderita kesakitan seperti sebelumnya. Anakrawali 11.053. Dalam keadaan seperti itu, Bun Kie Lin telah bilang. "Jika memang engkau mau meminta secara baik, aku tidak penasaran seperti sekarang, di mana aku telah ditipu mentah-mentah!" Tetapi Yo Him telah berkata memotong perkataan Bun Kie Lin. "Jika memang kami memintanya dengan baik-baik, seperti yang kami lakukan sebelumnya, bukankah Locianpwe tidak bersedia menolong, dan sekarang setelah kami bersikap agak kurang ajar, ternyata malah Locianpwe memaksa hendak menolong paman Hok itu untuk memperlihatkan keliehayan Locianpwe dalam bidang ilmu pengobatan! "Dan memang Boanpwe juga mengakuinya, Locianpwe sangat hebat sekali, memiliki kepandaian dalam ilmu pengobatan yang sangat mengagumkan! Seperti bunyinya pertaruhan kita, maka dengan ini Boanpwe menyatakan rasa kagum tidak terhingga kepada Locianpwe dan juga mengucapkan terima kasih serta syukur yang tidak terhingga terhadap pertolongan ini.....!" Setelah begitu, Yo Him memberi hormat pula. Bun Kie Lin mengibaskan lengan bajunya, katanya dengan sikap tidak senang, karena ia tetap merasa seperti diingusi. "Pergilah! Aku tidak mau melihat kalian terlalu lama! Pergilah!" Yo Him jadi tersenyum melihat sikap Bun Kie Lin, katanya. "Bukankah sahabat kami itu memerlukan satu-dua hari buat beristirahat..... tentunya Locianpwe tidak akan mengusir kami sebelum Hok Lopeh benar-benar sembuh.....!" "Hemmm, untuk ini aku tidak mengijinkan! Kalian telah menipu diriku, sekarang malah ingin berdiam di tempatku selama beberapa hari disini, itulah tidak mungkin! Ayo pergi..... pergi......!" Yo Him jadi berpikir keras, sampai akhirnya dia teringat sesuatu. "Locianpwe, ada sesuatu yang hendak boanpwe tanyakan, entah Locianpwe mau menjawabnya atau tidak?!" Tanya Yo Him kemudian sambil mengawasi Bun Kie Lin. "Apa yang ingin engkau tanyakan?!" Tanya Bun Kie Lin sambil balas menatap dengan tajam, karena dia tengah mendongkol dan penasaran merasa telah diingusi oleh Yo Him. "Mengenai wanita setengah baya itu!" Menyahuti Yo Him. Muka Bun Kie Lin berobah. "Ada apa dengan wanita setengah baya itu?!" Tanyanya kemudian dan sikapnya tambah tidak senang. "Menurut apa yang dilihat oleh Boanpwe tampaknya dia memusuhi Locianpwe! Apakah di antara Locianpwe dengan wanita setengah baya itu memang terdapat ganjalan atau perasaan bermusuhan?!" Muka Bun Kie Lin berobah sejenak lamanya, akhirnya baru dia menyahuti setelah raga-ragu sejenak. "Hemmm, dia datang ke tempatku ini, memaksaku harus mengobati luka-luka dari cucucucunya itu! Aku sendiri heran, usianya masih begitu muda, dan aku tidak mempercayai bahwa wanita-wanita yang dikatakannya sebagai cucunya itu benar-benar adalah cucunya.....!" "Dan Locianpwe telah menolak permintaannya buat mengobati cucu-cucunya itu?!" Tanya Yo Him. Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, buat apa aku mengobati mereka? Aku tidak kenal mereka, dan juga cara mereka meminta pertolongan kasar sekali, mereka memaksa. Katanya cucu-cucu dari wanita setengah baya itu, yang semuanya berjumlah delapan orang, telah terluka oleh sejenis racun yang berkerjanya sangat lambat. Jika dalam satu tahun mereka tidak diobati, maka seluruh tenaga dari wanita-wanita muda itu akan musnah, disusul kemudian, selama dalam satu tahun pula perlahan-lahan mereka akan sampai pada ajalnya! "Aku sebetulnya mengetahui, mereka terkena racun yang diberi nama Bau-tok-ban-hun, sejenis racun yang hebat sekali, yang bekerja sangat lambat sekali. Seorang korbannya, tidak merasakan perobahan pada dirinya, karena mereka tidak akan mengetahui bahwa sesungguhnya jiwa mereka tengah terancam. Dan aku memang dapat mengobatinya, namun, hemmm, hemmm, mereka mengancam.....!" "Mengancam? Apa yang diancamkan wanita setengah baya itu pada Locianpwe.....?" Tanya Yo Him. "Ia mengancam, jika aku menolak buat mengobati cucu-cucunya, ia akan membunuhku! Aku tidak takut. Aku dapat menghadapinya. Setiap kali ia bersama, semua cucunya hendak menerjang memasuki goaku, maka aku memukul mundur mereka. Hemm, hemm, mereka memang tidak berdaya buat memaksa untuk menerobos masuk ke dalam goa! Namun mereka terlalu licik, mereka tahu tidak mungkin dapat mendesak aku lebih jauh dengan kekerasan, dan memaksaku..... Namun mereka mengancam akan membunuh empat orang pelayanku.....!" "Ohhh, tentunya empat orang laki-laki yang kami temui telah terbinasa dengan leher masing-masing hampir seperti tersayat oleh pisau.....!" Kata Yo Him. "Benar! Merekalah yang harus dikasihani. Walaupun ke empat orang pelayanku itu mengerti ilmu silat, namun kepandaian mereka masih lemah sekali. Karenanya dengan mudah mereka dijadikan korban dari kemarahan wanita setengah baya itu, yang membuktikan ancamannya, di mana ia bersama cucu-cucunya telah membunuh ke empat orang pelayanku itu! "Hai, hai, sesungguhnya ke empat orang pelayan itu merupakan pelayan-pelayan yang sangat baik sekali, di samping mereka sangat setia. Mereka harus binasa dengan cara begitu mengecewakan!" "Lalu mengapa Locianpwe tidak bermaksud membalas sakit hati kepada wanita setengah baya itu?" Tanya Yo Him ingin memancing reaksi dari Bun Kie Lin. Bun Kie Lin tidak segera menyahuti, ia menghela napas dalamdalam, kemudian dia telah berkata dengan suara yang mengandung kesusahan hati. "Sayangnya, aku memang tidak dapat keluar meninggalkan goaku ini! Aku telah bertekad, walaupun bagaimana aku harus menghadapi wanita setengah baya itu bersama cucu-cucunya itu di dalam goa ini! "Kau tentu mengetahui, aku tidak jeri berurusan dengan wanita setengah baya itu, dan juga cucunya itu. Namun, jumlah mereka banyak sekali. "Biarpun kepandaian cucu-cucu dari wanita setengah baya itu belum begitu tinggi, tokh mereka bisa bertempur dengan cara bergiliran. Dengan demikian akan membuat aku selalu terkepung. Jika hal itu terjadi, tentu aku menghadapi kesulitan. Terutama sekali, kepandaian wanita setengah baya itu sendiri memangnya tidak rendah.....!" Setelah berkata begitu, Bun Kie Lin menghela napas beberapa kali, tampaknya dia bersusah hati, baru kemudian meneruskan perkataannya. "Dan aku telah memutuskan, memang cara terbaik dengan mempertahankan diri di dalam goa ini, sehingga perhatianku tidak terpecah, dan hanya perlu mengawasi bagian sebelah depan, untuk memperhatikan apabila ada yang menerobos masuk, maka aku bisa menyambuti dengan hantaman telapak tangan dari jarak jauh atau juga menyambuti dengan lontaran senjata rahasia. Karena dari itulah, aku telah berdiam terus di dalam goa itu......!" "Tetapi sekarang ini justeru Locianpwe telah menyalahi tekad Locianpwe, di mana Lo- cianpwe justeru telah keluar dari goamu itu buat mengobati luka kawanku itu!" Kata Yo Him sambil tersenyum. Bun Kie Lin tersenyum, namun senyuman pahit. "Aku memang mengetahui, bahwa kedatanganmu sama seperti wanita setengah baya itu, yaitu membutuhkan pertolonganku buat mengobati luka kawanmu itu! Aku juga mengetahui belakangan engkau mempergunakan taktik membangkitkan perasaan penasaranku! "Hemm, namun aku memiliki kelemahan, yaitu aku tidak boleh dibuat penasaran, sekali saja aku penasaran, apa saja aku bisa melakukannya. Karena itu, aku segera bertaruh dengan kau! Malah, karena terlalu penasaran, aku telah keluar dari goaku itu..... memang inilah kelemahanku..... aku mengakuinya, itulah sifat burukku.....!" Yo Him tersenyum. "Namun Locianpwe berhasil menyelamatkan sebuah jiwa, berarti Locianpwe telah melakukan suatu kebaikan. Jadi Boanpwe kira, tidak perlu Locianpwe terlalu bersusah hati!" Kata Yo Him. Namun Bun Kie Lin menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menghela napas ia telah menunjuk kepada ke dua kakinya. "Kaulihat ke dua kakiku ini?!" Yo Him memandangi kaki Bun Kie Lin yang terlipat bersemedhi itu. "Ya..... Boanpwe memang melihat kaki Locianpwe..... ada apakah dengan ke dua kaki Locianpwe?!" Tanya Yo Him tidak mengerti, dan dalam hati kecilnya dia hanya menduganya, tentunya pada sepasang kaki dari Bun Kie Lin terdapat sesuatu yang agak luar biasa dan tidak wajar. "Aku..... aku telah mengalami kelumpuhan, sepasang kakiku ini sudah tidak bisa dipergunakan untuk berjalan lagi!" Menjelaskan Bun Kie Lin. Seketika Yo Him tersadar. Pantas orang tua she Bun ini tidak pernah bangun berdiri hanya duduk bersila. Dan jika hendak melompat ke suatu tempat cukup dia menotol tanah dengan jari tangannya. Dengan mengandalkan tenaga totolannya itu, tubuhnya melesat ke tempat tujuannya, dalam sikap dan keadaan tetap bersemedhi. Di saat itu, Yo Him telah dapat menenangkan hatinya, dia menjurah, katanya. "Maaf..... maaf, Boanpwe telah banyak menyusahkan Locianpwe.....!" Dan Yo Him meminta maaf dengan hati setulusnya. Bun Kie Lin tidak menanggapi permintaan maafnya itu. Dia berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia telah berkata dengan suara yang agak sengau. "Sekarang ke empat orang pelayanku itn telah terbunuh, kini aku sudah tidak memiliki orang-orang yang bisa melayani aku lagi.....!" Dan berulang kali Bun Kie Lin menghela napas. Yo Him teringat kepada Ho Sin-se. "Tadi Ho Sin-se bersedia untuk menjadi pelayan Locianpwe, tetapi mengapa locianpwe mengajukan syarat begitu berat?!" Tanya Yo Him tidak mengerti. Bun Kie Lin mengangkat kepalanya memandang kepada Yo Him, kemudian katanya. "Sebetulnya, untuk bisa mencari pelayan memang mudah. Aku bisa saja mengambilnya dari penduduk kampung yang berdekatan dengan tempatku ini, lalu membawa mereka ke mari. "Selanjutnya mereka dapat menjadi pelayanku dan melayani seluruh kebutuhanku. Namun, untuk memperoleh pelayan yang setia dan baik, yang bekerja melayaniku dengan segala kesetiaan dan kesungguhan hati, inilah yang sulit! "Seperti Ho Sin-se yang kau katakan tadi. Aku telah melihatnya, dia seorang yang licik. Dia bersedia menjadi pelayanku dengan mengandung maksud, ia ingin mempelajari ilmu pengobatanku! Tanpa adanya maksud tersebut, tentu dia tidak akan bersedia menjadi pelayanku! "Dan kelicikan yang dimiliki Ho Sin-se bisa kulihat dibalik wajahnya itu, aku telah mengetahuinya. Jika perlu Ho Sin-se tentu akan mencari kesempatan buat membunuh atau mencelakai aku, asal dapat menguasai dan memiliki kepandaian ilmu pengobatanku. "Hanya itu saja tujuannya. Maka aku sengaja mengajukan syarat yang tegas dan keras, untuk melihat watak yang sebenarnya dari Ho Sin-se itu. Dan apa yang diperlihatkan Ho Sin-se, telah kalian saksikan sendiri.....!" Yo Him mengangguk-angguk. Ia baru mengerti, dibalik dari watak dan tabiatnya yang ku-koay, sesungguhnya memang Bun Kie Lin pun memiliki perangai yang cukup teliti dalam melakukan dan memilih sesuatu, sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian, telah membuat Yo Him jadi mengaguminya juga, dan timbal sedikit perasaan menyesal, karena telah mempermainkan orang tua she Bun ini. Walaupun benar, Bun Kie Lin telah mengobati Hok An dan berhasil menyembuhkan Hok An dari luka-lukanya itu, tokh tetap saja Yo Him merasa jadi bersyukur kalau saja Bun Kie Lin tokh telah berhasil dipancingnya untuk mengobati Hok An, sehingga kini hanya tinggal cara untuk meminta maaf saja kepada Bun Kie Lin, agar hati orang tua she Bun tersebut tidak penasaran lebih jauh. Karena dari itu, untuk mengalihkan perasaan tidak senang orang tua she Bun tersebut, Yo Him telah bertanya lagi. "Lalu, siapakah sebenarnya wanita setengah baya itu, apakah Locianpwe kenal dengannya?!" Bun Kie Lin tidak segera menyahuti, namun setelah tertegun beberapa saat, barulah dia bilang. "Jika ingin bicara mengenai diri wanita setengah baya itu, sesungguhnya dia merupakan iblis wanita yang berhati bercabang dan tidak boleh diajak bersahabat.....!" "Mengapa begitu, Locianpwe?!" Tanya Yo Him, semakin ingin mengetahui. Sedangkan Sasana yang waktu itu telah menanyakan keadaan Hok An, dan Hok An memberitahukan bahwa ia sudah tidak menderita kesakitan lagi, dengan gembira telah menghampiri Yo Him dan berdiri di samping suaminya. "Wanita setengah baya itu bernama Tang Lan Cie, seorang wanita berhati beracun sekali!" Menjelaskan Bun Kie Lin. "Dia adalah wakil utama dari Kauw-cu Kim-coa-kauw, perkumpulan Ular Emas!" "Kim-coa-kauw?!" Tanya Yo Him. Orang tua she Bun tersebut mengangguk. "Ya, Kim-coa-kauw..... kau tampaknya heran?!" Tanya Bun Kie Lin sambil mengawasi Yo Him, kemudian pada Sasana. Yo Him mengangguk. "Nama perkumpulan itu baru pertama kali Boanpwe dengar!" Kata Yo Him. "Hemmm, sesungguhnya perkumpulan itu jarang sekali diketahui orang..... Itulah merupakan sebuah perkumpulan yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita. Dan juga, kauw-cunya. "Hanya saja, apa yang kudengar belakangan, Kauw-cu yang lama telah meninggal dunia karena suatu kecelakaan di tangan para pendekar, yang tidak menginginkan orang-orang Kim-coa-kauw menimbulkan kerusuhan. Dan akhirnya Kauw-cu tersebut sebelum meninggal sempat berpesan, begitu ia menghembuskan napasnya, maka putera tunggalnya, yang baru berusia dua tahun, agar diangkat menjadi kauw-cu Kim-coa-kauw...... "Pesan terakhir dari Kauw-cu itu, yang tidak lama kemudian telah meninggal dunia, dipatuhi oleh seluruh anggota perkumpulan tersebut, dan diangkatnya Kauw-cu baru, yaitu putera dari Kauw662 cu lama itu, yang baru berusia dua tahun. Dan karena usia anak itu masih terlalu kecil, maka kekuasaan di Kim-coa-kauw di tangani oleh Tang Lan Cie, dan itu pula sebabnya ia dipanggil dengan sebutan nenek oleh semua murid dan anggota dari Kim-coa-kauw, sebagai panggilan menghormat belaka, padahal semua wanitawanita muda yang datang bersamanya itu bukanlah cucu-cucunya yang sebenarnya!" Yo Him mengangguk-angguk mengerti, demikian juga Sasana, tanpa diinginkan telah mengangguk, sambil mengawasi Bun Kie Lin untuk mendengarkan cerita yang cukup menarik itu. Di waktu itulah, Bun Kie Lin telah menoleh kepada Sasana, kemudian tanyanya. "Tampaknya isterimu ini bukan orang Han..... tepatkah dugaanku itu?!" Yo Him mengangguk. "Ya..... memang isteriku ini seorang Boan-ciu..... tetapi, dia sangat membenci sekali kepada orang-orang Boan-ciu, bangsanya, karena dilihatnya betapa orang-orang Mongolia telah melakukan penindasan yang kejam sekali di daratan Tiong-goan ini, maka Locianpwe tidak perlu sungkan-sungkan padanya.....!" Menjelaskan Yo Him segera. Memang sebelumnya, Bun Kie Lin memperlihatkan sikap tidak senang pada Sasana. Ia melihat Sasana mengingatkan padanya tentang Tiat To Hoat-ong, di mana ia pernah menghamba diri pada Tiat To Hoat-ong. Tetapi setelah mendengar penjelasan Yo Him, Bun Kie Lin menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya. "Jika demikian, kau bisa dipercaya!" Sasana mengangguk sambil tersenyum. "Jangan kuatir Locianpwee, walaupun bagaimana Boaopwe tidak akan membocorkan apa yang diceritakan Locianpwee..... dan jika memang ada rahasia penting yang hendak dikatakan Locianpwee kepada suamiku ini, maka aku pun tidak keberatan tidak mendengarnya, aku akan menyingkir dulu.....!" Setelah berkata begitu Sasana memperlihatkan sikap seperti hendak bangkit untuk pergi meninggalkan tempat itu, menyingkir dari hadapan Bun Kie Lin. Namun Bun Kie Lin telah mengulap-ulapkan tangannya, katanya. "Tidak usah, kau tidak perlu menyingkir..... Duduklah, dengarlah ceritaku......!" Waktu berkata begitu, sikap Bun Kie Lin sudah tidak seku-koay seperti sebelumnya, malah tampak ia bersikap cukup bersahabat. Menyaksikan perobahan itu, diam-diam Sasana jadi girang juga. Dia telah mengiyakan dan mengucapkan terima kasih, tetap duduk di samping Yo Him, mengawasi Bun Kie Lin yang bersiap-siap untuk meneruskan ceritanya. Bun Kie Lin menghela napas dalam-dalam, kemudia melanjutkan ceritanya. "Memang dalam usia dua tahun, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Kauw-cu baru itu, dan semua itu ditangani oleh Tang Lan Cie..... dan sejauh itu, Tang Lan Cie banyak sekali mengumbar muridnya itu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang terpuji.....! Sekarang ini mungkin Kauw-cu dari perkumpulan Kim-coa-kauw tersebut telah berusia sepuluh tahun, mungkin lebih sedikit..... aku kurang begitu jelas!" "Siapa nama Kauw-cu dari Kim-coa-kauw itu, Locianpwe?!" Tanya Yo Him. "Mengenai namanya maupun keadaannya, tidak begitu jelas, karena tidak banyak yang didengar olehku! Namun ada satu yang pernah kudengar belakangan ini, Tang Lan Cie telah menghimpun orang-orang yang berpihak padanya, dan bermaksud akan merebut kekuasaan dari tangan kauw-cu Kim-coa-kauw itu, karena memang Tang Lan Cie tidak bermaksud untuk mengalihkan kekuasaan itu ke tangan Kauw-cu yang sebenarnya, karena Tang Lan Cie selama ini hanya memperlakukannya sebagai boneka belaka.....!" "Sungguh jahat Tang Lin Cie!" Menggumam Sasana. Bun Kie Lin menggeleng perlahan sambil tersenyum kecut, katanya. "Tidak bisa dibilang seperti itu. Jika kauw-cu yang sebenarnya itu kelak telah dewasa dan berkuasa, tentu iapun akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, di mana iapun akan tidak banyak bedanya dengan Tang Lan Cie...... Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Mustika Gaib Karya Buyung Hok