Anak Rajawali 14
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 14
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung "Karena dari itu, tidak bisa kita menangkan Kauw-cu itu ataupun Tang Lan Cie. Tokh kekuasaan Kim-coa-kauw berada di tangan siapa di antara ke dua orang itu akan sama saja, baik di tangan Tang Lan Cie maupun di tangan Kauw-cu kecil itu.....!" Yo Him mengerti apa yang dimaksudkan oleh Bun Kie Lin, ia telah mengangguk beberapa kali. Cuma saja, yang membuat Yo Him jadi heran, dia tidak mengerti, siapakah sebenarnya orang-orang Kim-coa-kauw itu. Sebelumnya jarang sekali dia mendengar perihal orang-orang Kim-coa-kauw tersebut, sebuah perkumpulan yang jarang sekali dibicarakan orang di dalam rimba persilatan. Waktu itu Bun Kie Lin telah menghela napas dalam-dalam, katanya. "Sahabat kalian besok akan sembuh benar, dia sudah dapat berdiri dan berjalan! Nanti, kurang lebih mendekati fajar, kalian berikan obat ini kepadanya lagi, buat menyembuhkan seluruh sisa penyakit dan lukanya, di samping menambah kekuatannya." Sambil berkata begitu Bun Kie Lin telah memberikan semacam obat pil yang berwarna merah kecoklat-coklatan, dan Yo Him menyambuti sambil mengucapkan terima kasih!" Sedangkan Sasana juga telah berkata dengan gembira. "Jadi Locianpwe sudah tidak marah lagi kepada kami?!" Bun Kie Lin tersenyum kecut. "Sebetulnya aku masih mendongkol karena kalian telah mempermainkan aku! Tetapi setelah kupikir-pikir, memang tidak perlu aku merasa dirugikan, karena justeru yang mempermainkan diriku tidak lain dari puteranya Sin-tiauw-tay-hiap, orang yang sangat kukagumi.....!" Dan setelah berkata begitu, tampak Bun Kie Lin tersenyum lebar. Yo Him waktu itu teringat sesuatu, lalu tanyanya kepada Bun Kie Lin. "Locianpwe, ada sedikit yang perlu kutanyakan lagi. Apakah Locianpwe kenal dengan orang bertubuh tinggi kurus yang tadi itu?!" Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, aku memang kenal dengannya..... dia adalah muridnya Hekpek-siang-sat....." "Ohh.....!" Yo Him terkejut, sampai mengeluarkan seruan tertahan. "Waktu orang itu muncul, sesungguhnya aku menduga bahwa aku akan bercelaka di tangannya, karena ia terkenal sangat berangasan dan kejam.....! Tetapi siapa tahu, justeru kau telah dapat menghadapinya, bahkan rajawali putih kalian telah mempermainkannya.....!" "Siapakah dia sebenarnya?!" Tanya Yo Him menegasi. "Mengenai riwayatnya aku tidak mengetahui jelas, tetapi memang seperti apa yang kuketahui dia telah lima atau enam tahun terakhir ini menjadi murid Hek-pek-siang-sat. Dan menurut cerita-cerita yang ada, dia she Bong dan sebelumnya dia sebagai penjahat yang menempuh jalan hitam. Namun suatu waktu dia telah bernasib beruntung, karena bertemu dengan Hek-pek-siang-sat. "Sebetulnya orang she Bong itu bermaksud membegal Hek-peksiang-sat, namun siapa tahu dengan mudah Hek-pek-siang-sat menghajarnya babak belur. Itulah sebabnya mengapa akhirnya Hek-pek-siang-sat mengambilnya menjadi murid mereka, dan mewarisi kepandaian yang liehay. Sejauh itu tidak diketahui dengan cara bagaimana orang she Bong tersebut membujuk Hekpek-siang-sat sehingga ke dua orang tokoh yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, bersedia menjadi gurunya orang she Bong. "Yang pasti, kini orang she Bong itu telah menjadi seorang yang memiliki kepandaian aneh dan tinggi. Mungkin berada di atas kepandaianku. Hanya saja yang mengherankan sekali, mengapa orang she Bong tersebut bisa muncul di tempat ini?!" Sambil berkata begitu, seperti juga bertanya kepada dirinya sendiri tampak, Bun Kie Lin telah termenung sejenak, dia berdiam diri. Sedangkan Yo Him dan Sasana masih diliputi perasaan terkejut, karena mereka lama sekali tidak menyangka bahwa orang she Bong itu adalah murid dari Hek-pek-siang-sat. Yo Him maupun Sasana mengetahui siapa adanya Hek-pek-siang-sat tersebut, dan merekapun mengetahui keliehayan ke dua orang itu, si hitam dan si putih. Terlebih lagi Sasana, karena memang Sasana mengetahui benar Hek-pek-siang-sat sebelumnya menjadi orang-orang kepercayaan dari Tiat To Hoat-ong, yang bekerja di bawah perintah dari pangeran Ghalik. Ke dua manusia yang memiliki perangai sangat aneh tersebut, yang diketahuinya sering angin-anginan, sebentar menempuh jalan lurus, sejenak kemudian menempuh jalan sesat, membuat Sasana pun sekarang tidak mengetahui, apakah jika Hek-pek-siang-sat bertemu dengannya, ke dua manusia luar biasa itu masih menghormatinya seperti dulu. "Kalian pernah bertemu dengan Hek-pek-siang-sat?!" Tanya Bun Kie Lin ketika melihat sepasang suami isteri muda itu berdiam diri saja termenung bagaikan terkejut mendengar perihal Hek-peksiang-sat. Yo Him menganggukkan kepalanya. "Ya, kami memang pernah bertemu, kepandaiannya cukup menggetarkan, karena mereka merupakan dua orang tokoh yang memiliki kepandaian tinggi! Hanya saja, mereka menempuh jalan yang tidak menentu, bisa menempuh jalan yang sesat, akan tetapi juga mereka bisa mengambil jalan yang lurus..... Itulah sebabnya, kamipun tidak mengetahui apakah mereka itu dari golongan putih atau hitam, kami tidak tahu pasti!" Bun Kie Lin mengangguk. "Ya, kuketahui memang begitu! Aku bisa mengetahui perihal mereka, karena seperti kalian telah kuberitahukan bahwa aku ini adalah orang bekas bawahan Tiat To Hoat-ong yang setiap kali bercampur gaul dengan mereka." "Tetapi..... mengapa dulu kita tidak pernah bertemu, Locianpwee?!" Tanya Sasana, karena dia merasa heran, sampai terlepasan bicara. "Tidak pernah bertemu?!" Tanya Bun Kie Lin yang jadi heran bukan main. "Apakah..... apakah kau mempunyai hubungan dengan Tiat To Hoat-ong?!" Sasana merasa ia telah terlanjur bertanya, hanya melirik sejenak kepada Yo Him, kemudian sahutnya. "Ya, karena memang Boanpwe adalah puteri pangeran Ghalik.....!" "Ohhh?!" Berseru Bun Kie Lin terkejut. "Memang telah kudengar soal kehebatan Kuncu (tuan puteri).....!" Dan Bun Kie Lin menghormatinya, bukan masih hanya melekat kaget, dalam rupanya sekali sikap didirinya. Mengetahui bahwa Sasana adalah puteri pangeran Ghalik, berarti puteri dari atasannya, dia bermaksud akan memberi hormat walaupun masih duduk dengan sepasang kaki bersemedhi. "Jangan banyak peradatan, Locianpwe. Sekarang aku bukan apaapa lagi, akupun telah menjadi isteri Yo Koko..... sedangkan ayahku telah..... menghabisi jiwanya dengan cara kecewa sekali!" "Kalau begitu..... begitu Kuncu tentunya murid dari Loo-boan-tong Ciu Pek Thong, bukan?!" Sasana mengangguk membenarkan. Setelah mengetahui bahwa Sasana adalah puteri pangeran Ghalik yang diketahui akan kehebatannya dan juga murid dari Ciu Pek Thong, dengan demikian sikap Bun Kie Lin jadi lebih terbuka. Juga terlihat ia sangat menghormati Sasana. Ia telah berkata. "Memang kita tidak pernah bertemu, Kuncu..... waktu itu aku hanya seringkali mendengar akan hebatnya kepandaian Kuncu sebagai murid dari Ciu Locianpwe......juga akan kecantikanmu! "Maka sejak tadi pertama kali kita bertemu, aku telah melihatnya, bahwa engkau pasti bukan seorang wanita Boan yang sembarangan, itulah sebabnya aku telah menanyakan kepada Yo Kongcu, siapa adanya Kuncu, yang menjadi isterinya! "Kita memang tidak pernah saling bertemu, karena justeru aku ditempatkan pada pasukan istimewa Tiat To Hoat-ong, yang dipersiapkan untuk mengadakan pembersihan di istana terhadap orang-orang yang menentangnya! Memang dulu ayahmu dicurigai oleh Tiat To Hoat-ong, dan ayah Kuncu termasuk salah satu dalam daftar merah......!" Sasana mengangguk mengerti. "Kalau begitu, Locianpwe tentunya ditempatkan dalam pasukan yang khusus, tidak pernah berhubungan dengan ayahku maupun para pahlawan lainnya?!" Tanya Sasana. Bun Kie Lin mengangguk membenarkan dan iapun menceritakan, betapa waktu ia menjadi kaki tangan Tiat To Hoat-ong, setiap hari ia hanya dikhususkan untuk melatih diri agar kepandaiannya memperoleh kemajuan yang pesat. Di samping itu, semua urusan yang menyangkut dengan masalah para pahlawan pangeran Ghalik, tidak dicampurinya dan ia dipisahkan dalam bentuk barisan khusus Tiat To Hoat-ong. Itulah sebabnya, walaupun Bun Kie Lin bekerja di bawah perintah Tiat To Hoat-ong, tokh ia tidak pernah bertemu muka dengan Sasana. Yo Him menghela napas dalam-dalam setelah selesai mendengar cerita Bun Kie Lin. "Tidak mengherankan jika sekarang Locianpwe memililiki kepandaian yang tinggi.....!" Pujinya. Bun Kie Lin berobah muram, wajahnya guram sekali, ia menghela napas beberapa kali, katanya. "Memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi dengan sepasang kaki yang bercacad seperti ini, sungguh menjengkelkan sekali!" "Locianpwe, harap Locianpwe jangan marah. Jika boleh Boanpwe mengetahui, apa sebabnya kaki Locianpwe bisa bercacad seperti itu?!" Bun Kie Lin tidak segera menjelaskan. Ia mengawasi Yo Him sejenak, barulah ia berkata. "Sebetulnya, urusan ini sungguh mendukakan sekali! Waktu itu, sebagaimana diketahui bahwa aku bekerja buat Tiat To Hoat-ong, yang ditempatkan pada pasukan khususnya. "Aku bicara dari hal yang sebenarnya, bahwa aku tengah berusaha untuk mempelajari ilmu Soboc yang dimiliki Tiat To Hoat-ong. Namun, sayangnya, aku tidak memperoleh petunjuk yang terperinci darinya, sehingga aku salah dalam melatih lweekangku, yang akhirnya membuat sepasang kakiku menjadi lumpuh! Anakrawali 11.055. "Beruntung aku belum mempelajari begitu mendalam, sehingga aku segera bisa membuang seluruh jurus yang pernah kupelajari itu, dengan demikian, aku bisa, memelihara jiwaku ini yang hanya sepotong belaka. Kalau tidak, tentu aku telah terbinasa oleh latihan celaka tersebut! "Tiat To Hoat-ong sendiri memiliki maksud tertentu dengan memberikan latihan ilmu Sobocnya itu, di mana ia bermaksud agar pasukan khususnya memang memiliki kepandaian yang bisa diandalkan. Tetapi sayangnya ia tidak mau membuka seluruh rahasia ilmunya tersebut, sehingga terjadi malapetaka ini..... "Dan bukan hanya aku seorang diri yang bercacad seperti ini, masih ada beberapa orang rekanku yang lainnya, yang juga bercacad seperti aku. Malah ada yang lebih berat lagi, mereka tidak keburu mencegah dan menghentikan latihan tersebut. "Mereka menyadari kesesatan mereka setelah terlanjur, sehingga bukan saja sepasang kaki mereka saja yang lumpuh, malah sepasang tangan mereka juga lumpuh. Malah, ada beberapa orang di antara mereka telah terbinasa karena latihan ilmu Soboc ini.....!" Setelah bercerita sampai di situ, Bun Kie Lin menghela napas beberapa kali. Tampaknya pengalamannya yang pernah mempelajari ilmu Soboc dan sampai membuat dia bercacat benarbenar merupakan hal yang sangat mendukakannya. Yo Him juga telah mengangguk-angguk beberapa kali. "Sempat beberapa kali Boanpwe menyaksikan ilmu Soboc itu, memang merupakan ilmu yang cukup mengerikan akan kehebatannya, dan ilmu itu agak sesat.....!" Kata Yo Him. Karena dia teringat betapa Tiat To Hoat-ong pernah saling mengadu ilmu dengan Swat Tocu, di mana Swat Tocu mempergunakan ilmu Inti Esnya, sedangkan Tiat To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya. Tetapi kesudahannya Swat Tocu memang masih menang satu tingkat dibandingkan dengan Tiat To Hoat-ong. Sasana sendiri telah berkata. "Memang Tiat To Hoat-ong memiliki ilmu Soboc yang cukup mengejutkan. Ayahku sendiri dulu seringkali memuji-muji bahwa ilmu Soboc yang dimiliki Tiat To Hoat-ong merupakan ilmu yang hebat, dan ayah memang sempat semasa hidupnya berusaha mencarikan ilmu tandingannya, karena almarhum ayahku pernah jnga mengetahui akan maksudmaksud tidak baik dari Tiat To Hoat-ong. Hanya saja, ayahku tidak menyangka bahwa Tiat To Hoat-ong ternyata memiliki maksud yang lebih jahat dari apa yang diduganya, di mana Tiat To Hoat-ong berusaha mempengaruhi Kaisar dan memfitnah ayahku. Dengan begitu, terakhir ayah menemui kematian dengan cara yang sangat menyedihkan dan penasaran sekali.....!" Bun Kie Lin mengangguk-angguk. "Mengenai nasib malang yang dialami pangeran Ghalik memang pernah juga kudengar.....!" Kata Bun Kie Lin kemudian. "Sayangnya pangeran Ghalik tidak mau mengambil tindakan tegas, buat menumpas Tiat To Hoat-ong dan kemudian membersihkan diri dihadapan Kaisar. Dengan mempergunakan kesempatan itulah telah membuat Tiat To Hoat-ong semakin leluasa memfitnah ayahmu, kuncu.....!" Yo Him cepat-cepat memotong, katanya. "Urusan yang telah lalu tidak perlu kita bicarakan terlalu berlarut-larut lagi, karena jika tokh kita membicarakannya sampai mendetail, tokh tidak ada gunanya lagi.....!" Bun Kie Lin mengangguk membenarkan, dan dia telah bicara pada Sasana, katanya. "Dan sekarang Kuncu telah hidup bahagia dengan Yo Kongcu, apakah kalian telah memperoleh anak?!" Sasana menggeleng. "Belum.....!" Sahutnya. "Sesungguhnya..... sesungguhnya, kami ingin merindukan sekali anak.....!" Yo Him telah berkata dengan suara yang bergurau. "Sesungguhnya, kami seharusnya telah memiliki beberapa orang anak. Hanya saja sayangnya justeru bahwa Sasana belum bermaksud ingin punya anak. Ia kuatir dirinya cepat menjadi tua.....!" Sambil berkata begitu, Yo Him telah melirik kepada isterinya sambil tersenyum. Tetapi Sasana, yang pipinya berobah memerah, telah mengulurkan tangan kanannya mencubit lengan Yo Him cukup keras, sambil katanya pura-pura marah. "Kau bergurau keterlaluan.....!" Yo Him menjerit kesakitan, namun masih tetap tertawa-tawa. Dan diwaktu itu juga dia telah mengundurkan diri beberapa tapak menjauhi dari Sasana, karena kuatir isterinya itu mencubit lagi. Tetapi Sasana tidak mengejarnya dan tidak mencubitnya, hanya mendelik saja pada Yo Him, pura-pura marah, padahal hatinya sangat bahagia sekali. Sedangkan Bun Kie Lin tersenyum, katanya. "Aku mendoakan, semoga saja kalian cepat-cepat memperoleh anak! Dengan diperolehnya anak, sehingga Sin-tiauw-tay-hiap memiliki cucu, tentu anak kalian itu, tidak perduli lelaki atau perempuan, niscaya akan menjadi seorang yang tangguh sekali, yang luar biasa dan memiliki kepandaian sangat tinggi sekali..... karena kakek dan neneknya akan turun tangan sendiri mendidik cucunya!" Yo Him mengangguk sambil tersenyum, dengan pipi agak memerah. "Benar apa yang dikatakan Locianpwe, memang ayah dan ibu selalu menanyakan kapan kami bisa menghadiahkan mereka seorang atau dua orang cucu...... hanya saja sungguh kami tidak memperoleh keberuntungan untuk cepat-cepat meraih kebahagiaan memperoleh keturunan......!" "Kau jangan berkata begitu, karena ini yang disebut belum waktunya! Jika memang telah tiba waktunya, tentu kalian akan memperoleh anak. Bahkan, jika kalian telah dikurniakan seorang anak, selanjutnya setiap tahun akan subur sekali, beruntun datang lagi seorang anak, lalu muncul pula yang lainnya! Telah berapa lama kalian menikah?!" "Lebih dari lima tahun, Locianpwe.....!" Menjawab Yo Him. "Maukah aku menolong kalian agar kalian cepat-cepat memperoleh arak?!" Tanya Bun Kie Lin. Waktu itulah Sasana teringat sesuatu, cepat-cepat dia berlutut di hadapan Bun Kie Lin, katanya. "Bun Locianpwe, alangkah bahagianya kami jika saja Locianpwe bisa menolong kami untuk mempercepat waktu kami untuk menggendong anak..... kami tentu tidak akan melupakan budi kebaikan!" Sikap Bun Kie Lin sekarang sudah berbeda dibandingkan beberapa waktu yang lalu. Jika sekarang dia telah mengetahui Yo Him adalah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Sedangkan Sasana adalah puteri dari pangeran Ghalik yang sangat terkenal sebagai panglima besar semasa hidupnya, dan juga Sasana merupakan murid tunggal dari Ciu Pek Thong. Maka dia sekarang memperlakukan pasangan suami isteri tersebut tidak seketus tadi. Ketika melihat Sasana berlutut di hadapannya meminta pertolongannya agar dia dapat membantu pasangan suami isteri ini cepat-cepat punya anak, dia tersenyum lebar. "Bangunlah..... bangunlah!" Kata Bun Kie Lin kemudian. "Bangunlah Kuncu..... aku tentu akan menolongmu......!" "Tetapi Locianpwe......, tentunya Locianpwee akan memberikan kami obat agar....." Berkata sampai di situ, muka Sasana berobah merah. "Ya, ya, aku akan memberikan semacam obat agar kandungan Kuncu menjadi subur, dan dengan demikian, mudah-mudahan dalam tahun ini engkau dapat hamil......" Sambil berkata begitu, Bun Kie Lin telah merogoh sakunya, mengeluarkan sejenis obat yang berwarna-warni berjumlah puluhan butir. Diberikan obat-obat itu kepada Sasana dan juga ia telah memberitahukan, obat-obat yang mana harus dimakan terlebih dahulu. Ternyata obat itu harus dimakan oleh Sasana selama satu bulan, karena memang obat tersebut berjumlah tigapuluh butir. Dengan demikian setiap harinya Sasana harus menelannya satu butir, dan menurut Bun Kie Lin jika Sasana mematuhi petunjuknya, niscaya ia akan lebih cepat hamil, karena obat-obat itu akan bekerja menyuburkan peranakannya. Yo Him dan Sasana mengucapkan terima kasihnya yang tidak terhingga. Mereka juga yakin, tidak lama lagi Sasana tentu akan hamil, bukankah Bun Kie Lin ini memang seorang yang pandai sekali dalam hal ilmu pengobatan. Sebelumnya Sasana memang seringkali mengeluh pada mertua perempuannya, yaitu Siauw Liong Lie. Sasana selalu mengeluh bahwa sampai saat itu ia masih belum juga bisa menghadiahkan mertuanya seorang cucu. Siauw Liong Lie menghiburnya agar Sasana bersabar. Bahkan Siauw Liong Lie telah mempergunakan lweekangnya, buat membantunya, agar peranakan Sasana menjadi subur dengan cara telapak tangan Siauw Liong Lie diletakkan di pinggang Sasana, dan itu dilakukan beruntun selama dua minggu, di mana setiap hari Sasana mengerahkan lweekangnya. Memang cara pengobatan dilakukan Siauw Liong Lie merupakan pengobatan yang umumnya memperoleh hasil cukup baik. Sebab dengan cara demikian berarti peranakan atau kandungan Sasana dihangati dan juga dipanasi oleh lweekangnya, di mana peranakan yang dingin dapat dipanaskan. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tetapi kenyataan yang ada, setelah lewat setahun, masih juga belum terlihat tanda-tanda akan kehamilan pada diri Sasana. Maka akhirnya, baik mantu maupun mertua itu, menjadi berputus asa. Mereka berpikir hendak mencari seorang tabib yang pandai untuk menolong Sasana dan Yo Him, agar mereka dapat segera memiliki anak. Menikah telah sekian tahun tanpa memperoleh anak memang merupakan hal yang tidak menggembirakan dan tidak membahagiakan! Telapi siapa tahu, sekarang mereka bertemu Bun Kie Lin, seorang tabib yang benar benar ahli dalam hal pengobatan. Bukankah Hok An yang telah dalam keadaan begitu parah, masih dapat diobati sembuh dengan mudah sekali oleh Bun Kie Lin, hanya dalam waktu beberapa hari saja? Dan sekarang, Bun Kie Lin bersedia menolong mereka, agar cepatcepat memperoleh anak, bahkan Bun Kie Lin telah memberikan pil obat kepada mereka, yang akan dapat menyuburkan peranakan Sasana. Bukan main gembiranya Sasana maupun Yo Him, sehingga mereka tidak berkesudahannya menyampaikan terima kasih mereka. Kepada Yo Him telah diberikan oleh Bun Kie Lin beberapa macam pil juga, yang diperintahkannya agar Yo Him menelannya sekaligus. "Untuk memperkuat bibitmu.....!" Kata Bun Kie Lin sambil tersenyum lebar. Sasana pura-pura tidak mendengar perkataan Bun Kie Lin, dia melengos ke arah lain dengan pipi yang berobah memerah dan muka yang dirasakannya sangat panas. Sedangkan Yo Him hanya tersenyum lebar dengan hati merasa jengah dan likat. Setelah bercakap-cakap sejenak lagi, Bun Kie Lin menyatakan ingin memeriksa keadaan Hok An. Dengan jari tangannya dia menotol tanah maka tubuhnya melesat ringan sekali ke samping Hok An, dia telah memeriksa keadaan Hok An, ternyata memang kesehatan Hok An banyak kemajuan. Dalam keadaau seperti ini telah membuat Yo Him dan Sasana jadi gembira sekali. Terutama Giok Hoa, yang sekarang telah dapat tersenyum simpul menyaksikan kesembuhan dari paman Hok nya itu, dia tidak menangis lagi. Bun Kie Lin menghela napas dalam-dalam, katanya. "Besok dia sudah boleh bangun dan bergerak perlahan-lahan, untuk menggerak-gerakkan otot-otot di sekujur tubuhnya pula..... tetapi tentu saja dia tidak boleh bergerak terlalu melelahkan, karena dia masih memerlukan satu-dua hari lagi beristirahat dan tidak boleh terlalu banyak mengeluarkan tenaga..... tetapi sekarang keadaannya sudah tidak berbahaya.....!" Hok An pun tidak sudahnya menyatakan terima kasihnya, karena ia pun mengetahuinya kalau saja tidak ada Bun Kie Lin, dia tentu telah binasa dengan lukanya yang parah itu. Waktu Bun Kie Lin hendak berkata-kata lagi, di tengah udara terdengar suara pekik burung rajawali putih. Bun Kie Lin mengangkat kepalanya, dilihatnya buruag rajawali putih itu tengah beterbangan memutari keadaan di sekitar tempat itu, sekali-kali memperdengarkan suara pekikan-pekikan yang perlahan. Rupanya burung rajawali putih itu, yang memiliki perasaan halus pun telah mengetahui majikannya mulai berangsur sembuh, karena itu, tidak hentinya dia memekik sambil berputaran di atas udara. Bun Kie Lin menunjuk kepada burung rajawali putih itu, katanya. "Tadi aku sempat menyaksikan burung rajawali itu mempermainkan orang she Bong itu..... betapa gagah perkasanya burung rajawali tersebut..... tentunya dia terlatih dengan baik sekali.....!" Giok Hoa mengiyakan, dia telah bilang. "Benar Locianpwe, memang Pek-jie telah memperoleh didikan dari paman Hok, sehingga dia bisa menghadapi orang-orang yang memiliki kepandaian silat yang tinggi sekalipun, dengan cara yang baik! Di samping itu, Pek-jie juga sangat kebal terhadap serangan yang tanggung-tanggung, dia sangat cerdik!" Segera juga Giok Hoa menceritakan riwayat dari burung rajawali putih itu, yang diceritakannya demikian menariknya, terutama sekali waktu Giok Hoa menjelaskan burung rajawali itu dapat bergerak-gerak dengan gerakan seperti seekor ular, membuat semua orang merasa kagum. Dan mereka takjub mendengar burung rajawali putih itu pernah dirawat dan dipelihara serta dibesarkan seekor ular yang sangat besar. "Tentunya rajawali putih ini seekor burung rajawali yang mujijat sekali, yang pasti memiliki kelainan dibandingkan dengan burungburung rajawali putih sebangsanya..... karena jarang sekali ada seekor ular yang bisa menetaskan telur burung rajawali dan kemudian memelihara anak rajawali itu menjadi besar.....!" Memuji Yo Him. Dan dia teringat kepada cerita-cerita ayahnya, mengenai Sin Tiauw, rajawali sakti, yang pernah menjadi kawan karib ayahnya di masa lalu. Dan kini Sin-tiauw telah mati. Dan mungkin rajawali putih yang dipelihara Giok Hoa, kalau memang dididik dengan sebaikbaiknya, burung rajawali putih ini akan sama tangguhnya dengan Sin-tiauw yang pernah menjadi sahabat karib Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Sasana sendiri telah memuji akan keindahan bulu burung rajawali putih itu, yang begitu mulus dan juga gerakan sayapnya yang begitu kuat, setiap kali mengibas menimbulkan angin yang sangat dahsyat sekali. Dan juga tenaga yang dimiliki burung rajawali putih itu sangat kuat sekali, berbeda dengan burung-burung rajawali biasa. Dengan demikian telah membuat Sasana pun merasa kagum bukan main. Dan ia menyatakan kepada Giok Hoa, kalau saja iapun bisa memperoleh seekor saja dari anak rajawali putih, seperti yang dimiliki Giok Hoa. Tetapi Giok Hoa menceritakan, umumnya burung burung rajawali putih bermusuhan dengan burung rajawali hitam, di mana ia selalu bertempur. Padahal, jika memang Sasana ingin sekali memiliki dan memelihara seekor anak rajawali putih, dia tentu dapat saja pergi ke tempat di mana Giok Hoa dulu memperoleh anak burung rajawali putih itu. Di sana memang banyak sekali terdapat burung rajawali putih dan rajawali hitam. Hanya saja, untuk mencari seekor anak rajawali putih tentunya tidak terlalu mudah, sebab induknya tidak akan sembarangan membiarkan orang mengambil anak mereka. Sasana tersenyum. "Ya, jika kelak kami mempunyai waktu tentu kami akan pergi ke sana. Siapa tahu kami pun akan bertemu dan memperoleh seekor anak rajawali putih, sama halnya seperti yang kau alami itu, Giok Hoa?" Giok Hoa mengangguk sambil tersenyum lebar. "Tetapi Cie-cie harus ingat, hahwa dalam urusan ini sebetulnya merupakan urusan yang tidak terlalu sulit buat Cie-cie dan Koko berdua karena kalian memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Kalian bisa mencari sarang burung rajawali putih. "Harus Cie-cie dan Koko ketahui, bahwa burung-burung rajawali putih umumnya merupakan burung-burung yang sangat baik, mereka tidak akan menyerang mangsanya dengan ganas. Berbeda dengan burung-burung rajawali hitam, yang selalu menyerang mangsanya dengan ganas. Dengan begitu, jelas akan membuat siapa yang berani mendekati sarang dan tempat mereka, akan diserang hebat oleh puluhan ekor burung rajawali hitam, hal inilah yang berbahaya.....!" Sasana dan Yo Him menggangguk mengerti. Tetapi di dalam hati mereka sendiri berpikir, jelas mereka tidak akan jeri berurusan dengan rajawali hitam, namun hal dan perasaan itu tidak diutarakannya? Bun Kie Lin tersenyum. "Jika memang kalian menginginkan seekor anak rajawali, maka akupun menghendakinya..... Siapa tahu anak rajawali yang kupelihara itu kelak dapat juga untuk diperintah-perintah untuk melayaniku?! Bukankah aku tidak memiliki seorang pelayan pun juga?!" Yo Him, Sasana dan Giok Hoa telah tertawa, karena beranggapan bahwa perkataan dari Bun Kie Lin sangat lucu. Hok An yang mendengar perkataan Bun Kie Lin, telah ikut tersenyum. Begitulah, Hok An diijinkan oleh Bun Kie Lin untuk berdiam di tempatnya sampai sembuh benar. Hal ini menggembirakan Yo Him maupun Sasana, karena dengan beradanya di tempat itu, mereka bertambah tenang. Jelas hal ini menyebabkan mereka tidak perlu berkuatir, kalau suatu saat Hok An kumat kembali luka-lukanya itu. Karena di situ terdapat Bun Kie Lin yang dapat memberikan pertolongannya. Keesokan harinya, Hok An benar-benar telah sehat. Dia telah dapat duduk, malah telah meminta makan. Sedangkan Bun Kie Lin rajin memeriksa keadaaannya. Melihat kemajuan dalam perkembangan kesehatan Hok An membuat Bun Kie Lin merasa gembira. Malah tidak jarang Bun Kie Lin telah bilang. "Apa yang kukatakan, bahwa aku akan dapat menyembuhkan lukanya itu bukan suatu dusta belaka, bukan? Sekarang Hok Hengtay telah sembuh..... besok dia telah boleh jalan-jalan ke mana dia suka." Yo Him mengangguk-angguk sambil tidak hentinya memuji akan keliehayan tabib itu. Sedangkan Giok Hoa pun tidak jarang mengucapkan syukur dan terima kasihnya kepada Bun Kie Lin. Waktu itulah Sasana telah melihat bahwa pada bekas-bekas luka di tubuh Hok An, terutama sekali pada ujung-ujung jari tangannya, telah merapat. Dan ini memperlihatkan kemajuan yang pesat sekali. Jarang ada seseorang yang menjadi korban penyiksaan yang begitu hebat, bisa sembuh dalam waktu sesingkat ini. Hal ini menunjukkan ilmu pengobatan Bun Kie Lin memang sangat hebat dan bisa diandalkan. Dan keyakinan Sasana, bahwa setelah kelak dia menelan pil-pil yang diberikan Bun Kie Lin padanya niscaya akan membuat dia dapat hamil bertambah tebal......! Begitulah, setelah lewat satu hari lagi, Hok An benar-benar dapat berdiri, kini boleh dibilang dia telah sembuh keseluruhannya. Hanya saja yang terasa sekarang adalah perasaan lemasnya. Tinggal melatih otot-ototnya lagi. Dia sembuh tanpa perlu mengalami cacad pada tubuhnya, inilah yang menggembirakan Hok An, terutama sekali lweekang yang dimilikinya itu tidak juga menjadi berkurang. Hok An memang telah dapat berjalan, dia melangkah perlahanlahan. Lewat dua hari lagi, dia bisa berlari walaupun tidak terlalu cepat. Setelah lewat satu minggu, Hok An benar-benar telah sembuh dan tidak memerlukan lagi perawatan dari Bun Kie Lin. Sedangkan Sasana dan Yo Him telah melihat Hok An sembuh benar, segera juga menyatakan bahwa mereka ingin melanjutkan perjalanan mereka dan akan berpisah. Walaupun Giok Hoa menyatakan keberatannya, karena berat harus berpisah dengan Yo Him dan Sasana, yang sudah dianggapnya seperti kakaknya sendiri. Namun Sasana memberikan pengertian kepadanya bahwa mereka tokh akhirnya harus berpisah, karena Yo Him masih mempunyai urusan lainnya, yang harus diselesaikan bersama dengan isterinya. Akhirnya, setelah dibujuk, barulah Giok Hoa mau berpisah melepaskan kepergian Yo Him dan Sasana dengan linangan air mata. Sedangkan Hok An merasa terharu sekali. Dia mengucapkan terima kasih yang tidak hentinya kepada Yo Him dan Sasana. Juga kepada Bun Kie Lin. Setelah Yo Him dan Sasana berlalu, Hok An pun akan menyatakan kepada Bun Kie Lin bahwa ia akan mengajak Giok Hoa buat melanjutkan perjalanan pula, juga ia tidak lupa mengucapkan syukur dan terima kasih tidak terhingga kepada Bun Kie Lin, karena Bun Kie Lin lah yang telah menyelamatkan jiwanya dari kematian. Sedangkan Giok Hoa menjanjikan, kelak jika memang ia lewat di sekitar tempat ini, akan sering-sering menjenguk Bun Kie Lin. Bun Kie Lin sendiri telah melepaskan kepergian Hok An dan Giok Hoa dengan hati yang berat. Namun orang tua she Bun ini tidak memperlihatkan perasaan sedihnya, dia telah melepaskan dengan tersenyum lebar dan melambai-lambaikan tangannya. Hok An dan Giok Hoa telah menuruni gunung tersebut, dan ia sampai di rumah Ho Sin-se. Tabib kampung itu segera banyak bertanya mengenai keadaan Bun Kie Lin. "Jika memang kau bermaksud menjadi pelayannya, cepat kau pergi menemuinya, mungkin permintaanmu akan dipenuhinya, karena memang Bun Locianpwee tengah membutuhkan seseorang yang bisa membantuinya. Tetapi ingat, engkau harus memiliki hati dan jiwa yang bersih. Engkau harus bersetia, karena sekali saja engkau mempunyai hati yang bengkok, begitu Bun Locianpwe mengetahui, tentu engkau akan dibuatnya bercacad....." Ho Sin-se tampak ragu-ragu dan Giok Hoa telah menyambungi perkataan Hok An. "Jika memang kau mengandung maksud buruk pada Bun Locianpwe, maka kemungkinan kau melarikan diri ke ujung langit sekalipun, Yo Him Koko bersama Sasana Cie-cie, tentu tidak akan melepaskan engkau. Mereka akan mengejar dan membinasakan kau!!" Ho Sin-se berdiam diri termenung, kebingungannya jadi bertambah besar. Dia berpikir di dalam hatinya, memang dia bermaksud mencari jalan guna memperoleh ilmu pengobatan dari Bun Kie Lin. Karena itu, jika perlu, ia pun akan mencari jalan tertentu buat membinasakannya. Namun jika gagal, tentu dia sendiri yang akan bercelaka. Terlebih lagi sekarang mendengar ancaman dari Giok Hoa seperti itu, membuat Ho Sin-se bertambah ragu-ragu. Tampak Giok Hoa telah bertanya pula. "Apakah engkau tidak jadi pergi kepada Bun Locianpwee?!" Ho Sin-se tidak segera menyahuti, waktu itu dia telah berpikir lagi. "Jika memang aku bekerja dengan hati yang jujur, tidak mungkinaku dicelakai olehnya..... aku tentu akan diwarisi juga ilmu pengobatannya..... Aku sesungguhnya tidak mengharapkan yang terlalu banyak. Ia menurunkan sepersepuluh saja dari ilmu pengobatannya itu, tentu aku sudah boleh bersyukur....." Setelahberpikir begitu, Ho Sin-se mengangguk. "Ya, aku akan segera pergi ke tempat Bun Locianpwe, untuk bekerja melayaninya.....!" Kata Ho Sin-se kemudian. "Tentu saja aku akan bekerja dengan baik yang jujur dan sebaik-baiknya, karena aku tidak akan memperdayakan Bun Locianpwe, dan juga tidak memiliki pikiran yang kotor.....!" Kata Ho Sin-se dengan sikap yang bersemangat sekali. "Dan juga, aku akan melayani Bun Loncianpwe selain sebagai majikan juga sebagai guru......!" Hok An tersenyum tawar. "Soal engkau bermaksud untuk bekerja dengan setia dan jujur, atau juga bersikap curang, itu juga terserah kepadamu sendiri, karena akibat buruknya engkau sendiri juga yang akan merasakannya. Kami hanya menasehati kau agar engkau bersikap baik-baik terhadap Bun Locianpwe, karena sekali saja engkau memiliki maksud jahat dan juga hati yang kurang baik niscaya engkau sendiri yang akan mengalami nasib yang buruk sekali......!" Ho Sin-se mengetahui! mengangguk, Oya, katanya. sekarang "Ya..... engkau memang telah aku sembuh keseluruhannya, engkau telah dapat melakukan perjalanan lagi dengan tubuh yang telah sehat karena luka-lukamu itu telah sembuh dan kembalinya tenagamu....." Hok An berkata. "Semua ini berkat pertolongan yang diberikan Bun Locianpwe. Memang Bun Locianpwe seorang tabib yang pandai. Jika bukan dia, belum tentu segera sembuh dalam waktu sesingkat ini, yaitu kurang dari setengah bulan!" Ho Sin-se menjawab. "Justeru aku bermaksud melayani Bun Locianpwe itu adalah untuk mempelajari ilmu pengobatannya itu, agar aku bisa memperoleh ilmu pengobatan yang lebih mendalam lagi. Bukankah jika aku bisa memperoleh ilmu pengobatan yang berarti, aku akan dapat menolong orang-orang yang tengah kesulitan dan terluka berat. Dengan demikian aku bisa melakukan banyak perbuatan kebaikan." Hok An tersenyum sinis. "Tetapi kukira engkau berbeda dengan Bun Locianpwe. Jika kau tentu dipentingkan adalah masalah uang.....!" Kata Hok An terbuka. "Jika seseorang membutuhkan pertolonganmu, tetapi tidak memiliki uang, tentu engkau tidak akan menolongnya, bukankah begitu?" Ho Sin-se berobah mukanya menjadi memerah, sama sekali dia tidak menyangka bahwa Hok An akan bicara terus terang seperti itu. Namun, memang dasar watak Sin-se seorang yang tebal muka, walaupun dia merasa malu, tokh dia tersenyum juga sambil mengangguk. "Benar! Di dalam dunia ini uang yang memegang peranan. Tanpa uang apakah engkau dapat makan? Tanpa uang apakah engkau dapat membeli pakaianmu, tanpa uang apakah akan ada tabib yang mau mengobati luka-lukamu! Hemmm, tanpa uang jangan harap engkau akan dapat hidup sebagai manusia yang layak di duniaini!" Mendengar perkataan rendah tidak tahu malu dari Ho Sin-se, membuat Hok An tidak berselera untuk bercakap-cakap lebih lama dengan Ho Sin-se, dia telah mengajak Giok Hoa buat melanjutkan perjalanannya. Begitulah, Giok Hoa dengan Hok An telahmeninggalkan tempat tersebut, diawasi oleh Ho Sin-se, yang rupanya masihragu-ragu apakah dia akan pergi menghadap Bun Kie Linatau memang tidak. Sedangkan Hok An mengajak Giok Hoa mengambil arah ke jurusan barat, di mana mereka melakukan perjalanan dengan di atas mereka selalu terdengar suara pekik dari burung rajawali putih itu. Dengan demikian mereka mengetahui, burung rajawali putih yang jinak dan penurut itu, tetap mengikuti mereka terbang di tengah udara. Setelah berjalan belasan lie, tampak Hok An memburu napasnya, juga keringat memenuhi mukanya. Maka Giok Hoa mengajaknya buat beristirahat. Ho An pun tidak membantah, karena iapun merasakan tenaganya belum pulih keseluruhannya. Jika dalam keadaan seperti itu melakukan perjalanan terus, memaksakan diri, mungkin akan menyebabkan kesehatannya terganggu. Dia duduk beristirahat di bawah sebatang pohon. Giok Hoa telah berkata kepadanya. "Paman Hok, aku akan pergi mencarikan buah-buahan segar buatmu......!" Hok An hanya tersenyum saja, entah mengapa dia sangat sayang sekali pada gadis cilik ini, puteri dari wanita yang sangat dicintanya. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dulu, karena dia telah pergi berpisah dari calon isterinya, sehingga calon isterinya itu menjadi isteri orang lain. Dan selama bertahuntahun Hok An bersengsara mencari jejak calon isterinya. Waktu dapat ditemuinya, telah menjadi isteri orang lain, dan telah berputeri seorang, yaitu Giok Hoa. Di saat ke dua orang tua Giok Hoa terbunuh dan mati, maka Giok Hoa hidup sebatangkara. Dan kini Hok An telah menganggap Giok Hoa sebagai anaknya sendiri, dia memanjakannya dan sangat sayang sekali. Karena itu, hatinya terharu sekali melihat Giok Hoa begitu memperhatikan keadaan dan kesehatannya. Dan Hok An pun mengetahui, entah berapa banyak air mata yang telah ditumpahkan Giok Hoa waktu menguatirkan kesehatannya sebelum sembuh. Tiba-tiba Giok Hoa telah bersiul nyaring sekali, dan burung rajawali putih itu telah memekik nyaring dan terbang meluncur turun, hinggap tepat di sisi si gadis cilik. "Pek-jie, antarkan aku ke tempat yang banyak terdapat buahbuahan segar....." Kata Giok Hoa. Burung rajawali putih itu seperti mengerti apa yang dikatakan Giok Hoa. Ia telah menekuk ke dua kakinya, tubuhnya jadi merunduk rendah. Giok Hoa segera melompat duduk diatas punggung burung rajawali itu. Setelah duduk benar di atas punggung rajawali itu, barulah Giok Hoa menepuk leher burung rajawali tersebut. Dan burung rajawali itu telah mengibaskan sayapnya, mulai terbang ke angkasa. Giok Hoa memandang sekelilingnya, ke arah bawah. Segala apa mulai tampak mengecil. Demikian juga halnya dengan Hok An yang tengah duduk beristirahat di bawah sebatang pohon, di mana tampak kecil sekali. Di waktu itulah tampak, betapa hutan-hutan di kejauhan, yang sangat lebat sekali. Sedangkan Pek-jie, burung rajawali putih itu telah terbang ke arah hutan-hutan belukar tersebut. Terbang di tengah udara sesungguhnya merupakan hal yang sangat mengasyikkan sekali buat Giok Hoa. Namun karena Giok Hoa tahu Hok An sangat haus dan letih, maka dia tidak berani berlambat-lambat dan berayal. Segera dia membisiki Pek-jie, katanya. "Pek-jie, cepat pergi ke hutan-hutan itu. Tentu di hutan itu kita bisa memperoleh buah-buahan segar yang kita inginkan..... paman Hok sangat haus dan letih sekali!" Burung rajawali itu seperti mengerti juga apa yang diinginkan oleh Giok Hoa, segera mengibaskan sayapnya lebih kuat, tubuhnya meluncur jauh lebih cepat. Dengan demikian, tidak lama kemudian burung rajawali yang membawa Giok Hoa terbang di punggungnya telah berputar-putar di sana. Sebelum meluncur turun, burung rajawali itu telah memekik nyaring gembira karena dilihatnya hutan itu benar-benar lebat dan rimbun, juga di hutan itu terdapat banyak sekali buah-buahan. Karena itu, burung rajawali putih tersebut tidak hentinya memekik. Giok Hoa pun telah melihat buah-buahan yang ranum dan matangmatang itu. Dia girang bukan main, sambil menepuk-nepuk leher burung itu, katanya. "Pek-jie, ayo kita turun......!" Burung rajawali itu telah menukik turun dan hinggap di tanah dengan sigap. Dan Giok Hoa pun telah melompat turun. Dilihatnya di sekelilingnya terdapat banyak sekali pohon buah-buah, segera Giok Hoa sambil bernyanyi-nyanyi kecil karena riang, telah memetik buah-buah itu, di mana dia telah mengumpulkan buahbuah yang masak, dan salah satu telah dimakannya. Kemudian Giok Hoa pun telah memetik sebuah yang masak, dilontarkan kepada burung rajawali putih itu. Burung rajawali itu menyambuti dengan patuknya, sehingga buah itu menancap di paruhnya, dan burung rajawali putih itu memakannya dengan nikmat. Waktu buah itu telah termakan habis, tinggal hati buah tersebut yang dibuangnya, burung rajawali itu memekik perlahan, seakan juga merengek meminta lagi. Giok Hoa mengerti apa yang diinginkan burung rajawali putih itu. Segera dilemparkannya sebuah lagi, yang disambar burung rajawali putih tersebut dengan cepat sekali, sehingga dia bisa memakannya dengan nikmat. Giok Hoa masih memetiki buah-buah yang terdapat di tempat itu. Setelah merasa cukup, dia pun segera menghampiri burung rajawalinya. Namun, disaat Giok Hoa tengah melangkah, terdengar seseorang yang berkata dengan suara yang agak bengis. "Kebetulan sekali, memang aku tengah mencari jejakmu! Siapa tahu bisa bertemu denganmu di sini.....!" Dan menyusul dengan perkataan itu, tampak sesosok bayangan yang berkelebat cepat sekali, dan tahu-tahu telah menghadang di depan Giok Hoa. Giok Hoa mementang matanya lebar-lebar, namun belum lagi dia melihat jelas, diwaktu itu telah dirasakannya berkesiuran angin yang sangat kuat sekali. Tahu-tahu tubuhnya telah melayang ringan dan buah-buah yang dipetiknya tadi telah berjatuhan. Karena kagetnya, Giok Hoa sampai mengeluarkan jerit tertahan. Suara jerit tertahan Giok Hoa menyadari burung rajawali itu, yang seketika telah memekik dan segera memburu akan mengejar orang yang telah mengempit Giok Hoa dan melarikan gadis cilik tersebut. Dengan sebat burung rajawali itu telah mementang sayapnya dan tubuhnya melesat sangat cepat sekali menerjang kepada orang yang hendak menculik Giok Hoa. Namun orang yang menculik Giok Hoa sama sekali tidak memiliki keinginan buat melayani burung rajawali itu. Dia berlari-lari cepat seperti bayangan belaka, dengan menikung ke kanan kiri di antara batang-batang pohon. Dengan sikap seperti itu, tentu saja orang tersebut bermaksud hendak mempersulit burung rajawali itu mengejar dirinya. Dan memang burung rajawali putih itu sulit buat mengejar orang yang telah menculik Giok Hoa, karena dia tidak bisa menerjang dengan cepat. Dia harus melewati batang pohon yang tumbuh berjarak tidak terlalu berjauhan. Untuk terbang pun dia tidak dapat, hanya sambil terus mengejar, burung rajawali itu telah mengeluarkan suara pekik yang berisik sekali. Giok Hoa yang berada dalam kempitan orang itu merasakan tubuhnya seperti melayang-layang terbang di angkasa, karena dia dibawa lari cepat sekali oleh orang itu, dirasakannya tangan orang yang menculiknya itu mengempitnya dengan kuat dan kencang sekali. Segera juga Giok Hoa berusaha meronta, gagal. Tenaganya tidak bisa menandingi kekuatan tenaga orang tersebut. Seketika itu juga dia merasakan kempitan tangan orang itu sangat kuat dan keras membuatnya jadi merasa sakit pada pinggangnya. Waktu itu Giok Hoa berusaha mengangkat kepalanya buat melihatnya, dan dia jadi kaget waktu melihat muka orang itu, karena orang yang telah menculiknya itu tidak lain dari orang berbadan kurus tinggi itu, yang disebut oleh Bun Kie Lin sebagai orang she Bong dan murid dari Hek-pek-siang-sat. Giok Hoa jadi mengeluh. Orang ini rupanya memang telah mengikuti jejaknya dan berusaha menantikan kesempatan yang baik untuk membalas sakit hatinya. Dan melihat Giok Hoa berada seorang diri, dia segera turun tangan. Hanya saja disebabkan di tempat itu terdapat burung rajawalinya, dengan sendirinya orang bertubuh tinggi kurus itu yang pernah merasakan hebatnya burung rajawali putih tersebut, tidak mau melayani burung rajawali itu. Dia telah membawa lari Giok Hoa secepatnya, untuk menyingkirkan diri. Sedangkan burung rajawali putih itu semakin lama mengejar semakin cepat juga, dengan suara pekikannya yang semakin ramai, karena dia menguatirkan sekali keselamatan Giok Hoa. Giok Hoa masih terus meronta, malah dia menundukkan kepalanya, berusaha menggigit lengan orang bertubuh tinggi kurus itu, dia juga menggigitnya dengan keras sekali. Dengan begitu, dia bermaksud agar orang itu melepaskan cekalannya sehingga burung rajawali putih itu akan dapat mengejarnya dengan cepat dan mempermainkan diri orang bertubuh tinggi kurus itu. Akan tetapi orang she Bong itu hanya merasa kesakitan sedikit, malah kemudian dia mengempit semakin kuat, dan tangan yang lainnya dipergunakan buat menghantam punggung Giok Hoa, sehingga gadis cilik tersebut merasakan kepalanya pusing dengan mata berkunang-kunang. Diwaktu itulah tampak tubuh orang she Bong itu melesat semakin cepat. Setelah berlari-lari sekian lama, dia memasuki hutan semakin dalam, sehingga pohon-pohon yang tumbuh di situ semakin lebat juga. Burung rajawali itu tidak bisa mengejar lebih jauh. Dengan mengibas-ngibaskan sayapnya dan mengeluarkan suara memekik yang berisik sekali, burung rajawali putih itu seperti mengamuk. Setiap kali sayapnya menghantam batang pohon, maka seketika batang pohon itu tergoncang sangat keras sekali, dan daun kering yang berterbaran di tanah telah beterbangan karena angin yang ditimbulkan oleh gerakan sepasang sayap dari burung rajawali putih tersebut sangat kuat sekali. Orang she Bong itu telah berlari semakin cepat juga, dan akhirnya dia telah menghentikan larinya, mengangkat kepalanya memandang ke atas pohon. "Suhu..... tecu telah menangkap orang yang telah menghina tecu, pemilik dari burung rajawali putih yang tecu ceritakan itu.....!" Kata orang she Bong tersebut. "Hemmmmm!" Terdengar suara yang perlahan dan tawar dari atas pohon itu. Giok Hoa berusaha mengangkat kepalanya, sehingga dilihatnya dua orang tengah duduk di cabang pohon itu dengan sikap seenaknya, yang seorang memakai baju warna putih, dengan kulit muka yang cukup putih, usianya telah lanjut, dialah seorang lakilaki tua yang memiliki wajah dan sikap yang dingin sekali. Sedangkan yang seorang lagi mengenakan baju warna hitam, yang mukanya hitam seperti pantat kuali. Matanya sangat besar, dia memelihara berewok yang kasar, dan mukanya sama seperti kawannya, dingin dan tidak memperlihatkan perasaan apapun juga. Waktu itu, orang she Bong itu telah melemparkan Giok Hoa ke tanah, sehingga gadis cilik itu terguling-guling di tanah. Dan Giok Hoa berusaha untuk bangun dan berlari meloloskan diri dari orang she Bong itu. Namun usahanya itu tidak berhasil. Begitu dia bermaksud hendak berlari, orang she Bong tersebut mengibaskan tangannya, maka tubuh Giok Hoa telah terguling-guling di tanah, karena diterjang oleh tenaga yang sangat kuat dari kibasan baju orang she Bong tersebut. Ke dua orang yang duduk di atas cabang pohon yang hitam dan putih itu, tidak lain dari Hek-pek-siang-sat. Mereka telah melompat turun dengan gerakan yang sangat ringan sekali. Mereka telah memandang dengan sorot mata yang sangat tajam dan memperhatikan Giok Hoa dengan sikap seperti juga memperhatikan sesuatu barang yang indah dan baik. "Hemmmmmmm, anak sekecil ini dapat menghina dirimu?!" Tanya orang yang bermuka hitam itu. Suaranya mengandung ejekan dan perasaan gusar. "Kami telah mendidik engkau bersusah payah selama enam tahun, lalu engkau dapat dihina oleh seorang gadis cilik seperti dia?" Orang she Bong itu berdiri dengan sepasang tangan diturunkan, sikapnya menghormat sekali. Mukanya pun berobah menjadi merah, tampaknya dia malu menerima teguran dari gurunya. "Bukan dia yang telah membuat tecu jatuh terguling dan diperhina, tetapi justeru dia adalah pemilik burung rajawali putih itu! Sedangkan seperti tecu katakan, bahwa yang telah menghina tecu tidak lain dari Yo Him, putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko.....!" Orang bermuka hitam itu tidak berkata apapun lagi, dia hanya memperhatikan gadis cilik itu. Sedangkan yang memakai baju putih itu, telah berkata tawar. "Gadis ini memiliki bakat yang menakjubkan..... dan juga dia seorang gadis kecil yang agak luar biasa! Jika mendengar ceritamu bahwa gadis cilik ini dapat memerintah burung rajawali putih itu, tentunya diapun bukan gadis sembarangan?" Setelah berkata begitu, orang bermuka putih tersebut telah menoleh kepada Giok Hoa,yang waktu itu tengah merangkak bangun dengan pipi kanannya agak membengkak karena, telah terguling-guling akibat kibasan tangan dari orang she Bong itu. "Siapa kau nak? Dan mengapa engkau memusuhi muridku, kau perintahkan burung rajawalimu itu buat menghina muridku itu?!" Tanya pula orang berpakaian serba putih itu, sikapnya berobah jadi sabar sekali. Giok Hoa telah berhasil merangkak bangun berdiri dengan kepala ditengadahkan. Sikapnya berani sekali, karena gadis cilik ini merasa marah. Apalagi setelah mengetahui bahwa ke dua orang ini, si Hitam dan si Putih, adalah dua orang guru dari orang she Bong itu. Tentunya mereka berdua pun bukan manusia baik-baik?? Karena itu, dengan suara yang lantang dan berani dia menyahuti. "Tidak perlu engkau mengurusi diriku! Tidak perlu kalian mengetahui siapa diriku! Tetapi yang terpenting, kalian harus mendidik murid kalian itu agar menjadi manusia yang cukup baik dan tidak mengumbar kebengisannya belaka..... "Masih untung waktu dulu aku tidak perintahkan Pek-jie agar mematuk biji matanya, agar buta.....! Hemmmmm, siapa sangka, setelah diberi hajaran oleh Pek-jie, ternyata dia masih berani mengumbar hatinya yang busuk itu.....!" Hek-pek-siang-sat tertegun mendengar kata-kata Giok Hoa yang begitu berani. Tetapi mereka berdua benar-benar merupakan manusia yang aneh sekali. Mereka selalu menempuh jalan sekehendak hati mereka, sehingga orang-orang dalam rimba persilatan tidak bisa memasukkan mereka dalam golongan putih atau golongan hitam. Karena terkadang Hek-pek-siang-sat menolong orang yang tengah dalam kesulitan dan juga membela kebenaran, tetapi tidak jarang pula Hek-pek-siang-sat menolongi penjahat untuk melakukan sesuatu kejahatan! Dengan demikian, sukar sekali diterka sesungguhnya ke dua orang yang berkepandaian luar biasa ini termasuk dalam golongan mana. Dan ada lagi sifat mereka yang agak aneh jika mereka bertemu dengan seseorang yang penakut dan bermuka-muka pada mereka, ke duanya akan merasa benci dan juga akan bersikap bengis. Tetapi menyaksikan Giok Hoa, walaupun masih demikian kecil, namun sangat berani dan gagah sekali, mereka jadi kagum dan malah tidak marah ditegur seperti itu oleh Giok Hoa. "Nona manis, kau berkata bahwa kami tak dapat mendidik murid kami dengan baik-baik, lalu dengan alasan apakah kau bisa berkata seperti itu?" Tanya si Putih sambil tersenyum tidak memperlihatkan kemarahan, malah dari wajahnya terlihat dia merasa senang melihat sikap gadis kecil yang berani ini! Giok Hoa telah bertolak pinggang, dia bilang. "Aku telah menyaksikan sendiri, tidak hujan tidak angin, muridmu telah mencari urusan dengan Yo Koko........ malah dia berusaha untuk turunkan tangan kematian, karena itu Yo Koko turunkan tangan keras padanya. Dan akupun telah memberikan ganjaran padanya dengan perintahkan Pek-jie agar mempermainkannya! "Hemmmm, dengan begitu, ternyata dia masih tidak kapok dan masih berusaha menghina diriku. Malah caranya hina sekali, karena dia menantikan di kala aku seorang diri, dia baru menculik diriku, dan melarikan diri ketakutan dari Pek-jie! Jika memang dia seorang Ho-han dan gagah perkasa, tentu dia tidak akan melarikan diri dari Pek-jie, dan akan menghadapi Pek-jie dengan gagah." Hek-pek-siang-sat saling tatap satu dengan yang lainnya, ke duanya saling tersenyum. Malah Hek-siang-sat telah berkata dengan, suara yang tawar. "Lalu menurut pendapatmu, dengan cara apa yang pantas buat kami mengajar murid kami itu?!" "Hukum dia dan menuntut agar dia bersumpah keras, bahwa dia tidak akan berbuat rendah dan memalukan. Disampingitu tidak melakukan hal-hal yang berbau kejahatan.....!" Mendengar jawaban Giok Hoa seperti itu Hek-pek-siang-sat tertawa bergelak-gelak. Mereka beranggapan perkataan Giok Hoa lucu sekali. "Kau aneh bukan main, nona manis....." Kata si putih kemudian. "Aneh? Aku tidak aneh, aku memiliki sepasang telinga, sepasang hidung, mulut dan mata..... mengapa aneh? Aku sama seperti kalian, tetapi yang kuinginkan orang itu yang menjadi muridmu tidak menjadi manusia rendah yang hanya berani terhadap orang yang tidak berdaya seperti aku, seorang anak-anak! "Mengapa dulu waktu menghadapi Yo Koko dan juga Pek-jie, dia melarikan diri secara pengecut! Dan kini pura-pura garang padaku, ingin menghina diriku! Apakah tidakan dan perbuatannya itu berarti perbuatan seorang Ho-han?!" Muka Hek-pek-siang-sat berobah ketika mendengar perkataan Giok Hoa, dan kemudian katanya. "Hemmm, dengan berkata begitu jelas nona ingin mengartikan bahwa kami ini merupakan manusia-manusia tidak punya guna, yang tidak dapat mendidik murid sendiri. Bukankah begitu?" "Aku tidak berkata begitu, tetapi kenyataan yang kulihat memang begitu....." Jawab Giok Hoa dengan lantang dan berani sekali. Tertegun kembali Hek-pek-siang-sat mendengar jawaban Giok Hoa yang berani itu, karena mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Giok Hoa memiliki keberanian seperti itu. Dan akhirnya Pek-siang-sat telah berkata dengan suara yang dingin. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sekarang coba kau sebutkan, apakah muridku ini harus di hukum?" Giok Hoa mengangguk cepat. "Ya, tentu saja harus dihukum. Memiliki murid yang hanya pandai melakukan kejahatan dan menghina orang tidak berdaya, disamping itu juga melakukan perbuatan-perbuatan rendah, hanya mengundang rasa malu pada guru-gurunya belaka! Karena itu, murid seperti dia harus dihukum sekeras-kerasnya, agar dilain saat dia tidak melakukan perbuatan yang memalukan lagi!" Hek-pek-siang-sat tiba-tiba tertawa bergelak-gelak dengan suara yang nyaring sekali, malah Pek-siang-sat telah berkata nyaring. "Bagus! Bagus! Jika memang nona berkata seperti itu, menandakan bahwa nona bersemangat sekali! Tetapi kami tidak akan menghukum murid kami, karena kami yang lebih mengetahui watak dan tabiatnya! "Kami juga tidak akan melarangnya buat melakukan sesuatu apapun juga, karena itu menjadi haknya. Jika memang dia bisa melakukannya dan sanggup, bahkan memiliki kemampuan buat melakukan segalanya, mengapa pula kami harus melarangnya......!" Waktu berkata begitu, tiba-tiba terdengar suara pekik burung rajawali putih di tengah udara. Terdengarnya begitu nyaring dan panjang, seakan juga burung rajawali putih itu tengah diliputi kemarahan, dan suara pekikannya itu terdengar demikian nyaring. Rupanya burung rajawali putih itu setelah mengetahui tidak mungkin dia memasuki lebih jauh hutan itu, dia segera keluar dari hutan itu, lalu ia terbang ke tengah udara berputar-putar di atas hutan itu, berusaha untuk mencari-cari di mana jejak dari majikannya, Giok Hoa. Tetapi hutan itu terlalu lebat dan tertutup sehingga dia tidak bisa melihat dari atas menembus ke dalam hutan itu. Lebatnya daundaun dan ranting pada pohon-pohon di hutan itu menyebabkan Pek-jie tidak bisa melihat keadaan di bawahnya. Apa yang dilihatnya hanyalah daun-daun yang tebal sekali. Manusia Aneh Alas Pegunungan Karya Gan Kl Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo