Anak Rajawali 16
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 16
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Tangan kirinya telah menyampok serangan lawannya tersebut. Walaupun sampokan gadis berpakaian kuning itu dilakukannya perlahan, tokh tidak urung telah membuat tangan Pek-siang-sat terasa sakit. Dia merasakan getaran yang kuat waktu tangan mereka saling bentur, terasa pedih dan getaran itu menjurus terus pada ulu hatinya yang terasa menyesak. Karena itu, sebagai seorang yang berpengalaman, Pek-siang-sat menyadarinya gadis berpakaian kuning ini tentunya bukan lawan sembarangan. Dia berseru nyaring, ke dua tangannya telah bergerak menyerang bertubi-tubi bagaikan gelombang laut yang datang susul menyusul. Tetapi dasarnya gadis berpakaian kuning itu memiliki kepandaian yang tinggi, tidak satupun serangan dari Pek-siang-sat yang berhasil mengenainya, bahkan dengan gerakan tubuh seperti juga seekor burung rajawali rubuh, gadis berpakaian serba kuning itu telah melesat ke sana ke mari dengan lincah mengurung Peksiang-sat. Yang lebih mengejutkan lagi, gadis berpakaian serba kuning itu telah menggerakkan tangannya buat memunahkan tenaga serangan Pek-siang-sat, walaupun tanpa saling membentur. Namun tenaga serangan dari Pek-siang-sat telah terpunahkan. Malah dengan mengandalkan ginkangnya yang mengagumkan, gadis berpakaian kuning itu telah beberapa kali hampir kena menotok jalan darah terpenting di tubuh Pek-siang-sat. Beruntung Pek-siang-sat memang liehay dan juga memiliki kepandaian yang tinggi. Disebabkan itulah, walaupun serangan gadis berpakaian serba kuning tersebut selalu hampir mengenai sasarannya, tokh dia masih bisa meloloskan diri. Gadis berpakaian baju kuning itu telah berkata dengan sabar. "Kita mengadu tenaga dan bertempur, hal ini tidak ada gunanya, lebih baik jika kalian membebaskan gadis cilik itu.....!" Tetapi Pek-siang-sat malah jadi penasaran bukan main. Dengan bersuara mengguntur tahu-tahu sepasang tangannya itu meluncur serentak seperti juga akan menungkrap batok kepala gadis berpakaian kuning tersebut. Semua itu dilakukannya cepat sekali, sehingga bagi orang biasa, tidak mungkin bisa melihat meluncur ke dua tangannya tersebut. Sedangkan gadis berpakaian serba kuning itu, kali ini tidak mau menyingkir. Dia mengawasi tangan Pek-siang-sat yang meluncur ke arah kepalanya. Waktu sepasang tangan itu telah dekat, di saat itulah dia telah bergerak lincah sekali, memiringkan sedikit kepalanya, kemudian mengulurkan tangan kirinya menyanggah ke dua tangan tersebut. Dengan demikian membuat Pek-siang-sat merasakan pergelangan tangannya seperti tertahan oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, membuat sepasang tangannya itu tidak bisa meluncur lebih jauh. Dalam keadaan demikian Pek-siang-sat tidak mau sudah. Dia cepat menarik pulang ke dua tangannya, kemudian dia telah menghentak ke dua tangannya, membarengi dengan mana, tahutahu tangan kanannya ditekuknya, ia membarengi juga dengan tangan kirinya yang menyelusup karena dia bermaksud menotol biji mata gadis berbaju kuning itu. Sedangkan tangan kanannya yang seperti menggaet itu, hendak menerobos akan menghantam dada gadis berpakaian baju kuning itu. Namun sekali ini benar-benar Pek-siang-sat melupakan sesuatu. Yaitu dia tidak ingat bahwa gadis berpakaian baju kuning itu baru mempergunakan satu tangannya belaka, berarti satu tangannya yang lain masih bebas. Karena itu, begitu Pek-siang-sat menyerang lagi dengan perobahan pada ke dua tangannya, justeru tangan gadis berbaju kuning itu telah meluncur cepat sekali menghantam dengan kuat. "Bukkk.....! Dukkk!" Terdengar benturan dua kali benturan. Ternyata dalam keadaan seperti itu, Pek-siang-sat masih bisa menahan serangannya, tangannya tidak meluncur terus, sehingga masih sempat menangkis gempuran dari gadis berpakaian serba kuning tersebut. Bentrokan tenaga yang terjadi dari benturan tangan mereka, menimbulkan suara yang keras. Dan juga Peksiang-sat merasakan tangannya itu pedih. Gadis berpakaian serba kuning itupun tak kurang kagetnya, karena begitu tangannya menangkis tangan Pek-siang-sat, seketika dia merasakan tubuhnya bagaikan diterjang sesuatu kekuatan yang seperti juga terjangan gelombang laut. Namun karena dia memiliki lweekang yang tinggi, maka gadis berpakaian serba kuning tersebut tidak sampai terhuyung, hanya tubuhnya tergoncang sedikit. Setelah ke duanya mengadu kekuatan tenaga dalam, kemudian seperti berjanji, ke duanya menjejakkan kaki mereka masingmasing melompat ke belakang. Dengan begitu mereka saling menjauhi dirinya. Sedangkan gadis berpakaian kuning itu telah berkata dengan suara yang tetap lembut dan juga sikap yang sabar. "Ternyata Siauw-moay tengah berurusan dengan seorang yang sakti!" Hek-pek-siang-sat berobah memerah, karena ia mendengar pujian gadis berpakaian kuning itu seperti juga sebuah olok-olok yang mengejeknya. Maka katanya dengan murka. "Siapa engkau sebenarnya?" Walaupun Pek-siang-sat bertanya dengan gusar, tokh tidak urung di dalam hatinya diliputi perasaan heran dan kagum. Dia heran melihat usia gadis berpakaian baju kuning itu yang masih muda belia, tetapi lweekangnya tadi, di mana mereka telah saling mengadu kekuatan dalam satu gebrakan itu. Pek-siang-sat mengetahui lweekang gadis berpakaian kuning ini tidak berada di sebelah bawah kepandaiannya. Dan perasaan kagum, karena dia melihat juga jurus-jurus dari gerakan itu tidak dapat dikenalinya. Sebetulnya Pek-siang-sat memiliki pengalaman yang luas sekali, dia boleh dibilang mengenal hampir seluruh ilmu silat dari berbagai aliran. Namun sekarang ini ternyata dia tidak bisa mengenali ilmu silat gadis itu, walaupun mereka telah mengadu ilmu sebanyak beberapa jurus. Sedangkan gadis berpakaian baju kuning itu tersenyum sabar, katanya. "Sekarang begini saja! Tolong kau katakan, siapakah sebenarnya kalian..... nanti Siauw-moay akan sebutkan siapa Siauw-moay adanya." Pek-siang-sat waktu itu sebetulnya tengah murka juga, dia sebetulnya pun tidak mau menyebutkan siapa dirinya. Namun Heksiang-sat yang waktu itu masih duduk di bawah batang pohon, dengan memegangi terus pergelangan tangan Giok Hoa, telah mewakili menyahuti. "Kami adalah Hek-pek-siang-sat!" Gadis berpakaian serba kuning itu memperlihatkan sikap terkejut. "Ohhh, kiranya jie-wie Locianpwee..... maaf, maaf Siauw-moay tadi berlaku kurang ajar." Benar-benar gadis berpakaian kuning itu telah membungkukkan diri menjurah memberi hormat. Sedangkan Pek-siang-sat yang sudah tidak sabar segera membentak. "Siapa kau?!" Gadis berpakaian serba kuning itu tersenyum, dia menyahuti dengan tetap sabar. "Siauw-moay she Yo......!" "She Yo.....?!" Tanya Pek-siang-sat seperti terkejut, karena dia teringat seseorang. "Mengapa?!" Tanya gadis berpakaian serba kuning she Yo tersebut ketika melihat Pek-siang-sat terkejut seperti itu, juga dilihatnya Hek-siang-sat pun sangat kaget, sampai hampir-hampir cekalannya terlepas. "Masih ada hubungan apa antara kau dengan Yo Ko?!" Tanya Heksiang-sat dari tempat duduknya, malah waktu itu Hek-siang-sat telah melompat berdiri sambil menarik tangan Giok Hoa. Gadis she Yo itu tersenyum. Sikapnya tetap sabar dan tenang, kemudian katanya. "Tentang hal itu, Siauw-moay rasa kurang layak dibicarakan! Tadi Locianpwee menanyakan siapa adanya Siauw-moay dan Siauwmoay telah memberitahukan bahwa Siauw-moay she Yo. Dan Siauw-moay kira, urusan telah habis sampai di situ. Sekarang Siauw-moay memiliki pertanyaan, entah Locianpwe mau menjawabnya atau tidak?!" Pek-siang-sat sebetulnya masih penasaran karena belum menerima jawaban dari gadis itu atas pertanyaannya, maka dia baru saja ingin bertanya lagi, Hek-siang-sat telah mewakilinya berkata. "Baiklah, katakanlah, apa yang hendak engkau tanyakan?!" "Sesungguhnya, masih ada sangkutan apakah antara jie-wie Locianpwe dengan gadis kecil itu?" Tanya gadis berpakaian serba kuning itu. "Dia seorang cucu dari sahabat kami yang tersesat di hutan ini, tetapi dia bersikeras hendak meninggalkan hutan ini seorang diri, karena dari itu pula, dan kami pun tidak akan mengijinkannya. Kami menganjurkan agar dia bersama kami dulu, sehingga nanti sahabat kami itu datang menyambutnya. Hal ini karena kami kuatir kalau saja dia nanti tersesat dalam hutan belukar ini!" Kata Heksiang-sat. "Bohong! Dia bukan apa-apaku! Mereka bukan sahabat paman Hok! Mereka hendak menawanku!" Teriak Giok Hoa tiba-tiba dengan suara yang nyaring. Muka Hek-siang-sat berubah, dia kemudian berkata dengan sikap berang. "Jika banyak rewel lagi akan kuhajar hancur batok kepalamu ini!" Mendengar Hek-siang-sat mengancam gadis cilik tersebut, gadis berpakaian serba kuning itu telah berkata dengan sikap yang tenang dan sabar. "Hemmm, engkau hendak menghajar batok kepala adik kecil itu? Berarti kau hendak membunuhnya! "Dengan demikian memperlihatkan bahwa kalian bukan apaapanya adik kecil itu, karena jika memang ia puteri dari seorang sahabatmu, tentu kalian akan sayang padanya, tidak akan menyakitinya, dan juga tidak akan mengancamnya seperti itu!" Setelah berkata begitu, segera si gadis she Yo yang berpakaian serba kuning tersebut telah menoleh kepada Pek-siang-sat katanya. "Apakah kalian benar-benar hendak menawan adik kecil itu, locianpwe?" Hek-pek-siang-sat adalah dua tokoh rimba persilatan yang memiliki nama sangat ditakuti dan disegani oleh tokoh-tokoh lurus maupun sesat. Mereka itu semuanya menghormati Hek-pek-siangsat sehingga Hek-pek-siang-sat mengatakan hitam, harus hitam. Jika mereka mengatakan putih, maka semuanya harus mengiyakan dan harus putih. Dengan begitu membuat Hek-pek-siang-sat tidak pernah bersikap murah hati kepada siapapun juga. Jika mereka tidak senang tentu mereka akan menghajar orang yang tidak disenangi tersebut. Namun sekarang gadis berpakaian serba kuning yang mengaku she Yo, tersebut justeru seperti tidak memandang sebelah mata kepada mereka. Bahkan sikap gadis berpakaian kuning itu sangat berani sekali, sama sekali tidak memgerlihatkan perasaan gentar sedikit pun juga. Maka mereka sangat gusar dan bermaksud untuk menguji kepandaian gadis berpakaian serba kuning itu, karena mereka ingin mengetahui berapa tinggi kepandaian yang dimiliki gadis berpakaian serba kuning tersebut. Memang tadi Pek-siang-sat telah mengadu kekuatan dengan gadis berpakaian serba kuning itu, namun dia tidak percaya sepenuhnya si gadis yang belum mencapai usia tigapuluh tahun itu, bisa memiliki lweekang yang begitu tinggi. Disebabkan itulah, dengan penasaran Pek-siang-sat justeru hendak mencobanya pula. "Biarkanlah aku yang menghadapinya dulu," Kata Pek-siang-sat kepada Hek-siang-sat. Hek-siang-sat mengiakan, kembali duduk pada tempatnya. Kali ini sikapnya agak kasar waktu dia menarik tangan Giok Hoa, sampai gadis tersebut telah tertarik dengan keras dan hampir saja terjerembab. Sedangkan gadis berbaju kuning itu telah berkata dengan suara yang tawar, tetapi tetap sabar. "Jika memang jie-wie Locianpwee tidak memiliki hubungan apa-apa dengan adik kecil itu, maka dengan memandang muka Siauw-moay, tentunya jie-wie Locianpwee bersedia buat membebaskan adik kecil itu! Jika seandainya adik kecil itu pernah melakukan kesalahan pada jiewie, maka dengan ini Siauw-moay menyatakan maaf pada jie-wie berdua.....!" Dan benar-benar gadis berbaju kuning itu telah membungkukkan tubuhnya lagi memberi hormat untuk mewakili Giok Hoa mengucapkan maafnya. Tetapi Pek-siang-sat tertawa dingin. "Mari kita main-main dulu!" Katanya kemudian dengan suara mengandung penasaran sekali. "Mari main?? Apa maksud dari Locianpwe?" Tanya gadis berbaju kuning itu. "Kita bertempur sampai seratus jurus!" Mengajak Pek-siang-sat. "Aku melihat bahwa engkau memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tentunya engkau akan dapat untuk menghadapi setiap seranganku....." Gadis berbaju kuning itu telah tersenyum, sambil katanya. "Baiklah! Jika memang Locianpwe hendak main-main, Siauwmoay bersedia menemani! Tetapi terus terang saja, jika kita mengadu tangan dan tenaga, tentu hal ini akan menimbulkan kesalah pahaman, suatu kali tentu kita bisa kesalahan turun tangan! Sekarang Siauw-moayada saran, entah Locianpwe menyetujuinya atau tidak......!" "Katakanlah!" Kata Pek-siang-sat gusar dan penasaran, karena dilihatnya gadis berbaju kuning itu sama sekali tidak memperlihatkan sikap jeri. Dengan begitu jelas membuatnya jadi mengetahui bahwa gadis berbaju kuning ini memang yakin memiliki kepandaian tinggi, sehingga dia tidak merasa takut. "Aku mempunyai saran, dan harap Locianpwee mau mempertimbangkannya!" Kata gadis berbaju kuning itu, setelah berdiam diri sejenak dan telah menoleh mengawasi Giok Hoa yang masih dicekal tangannya oleh Pek-siang-sat. "Dan permainan itu tentunya merupakan permainan yang sangat menarik sekali, di mana kita atur sedemikian adilnya, sehingga nanti tidak ada salah satu pihak di antara kita saling menyesalinya......!" "Apa saranmu itu?!" Tanya Pek-siang-sat. "Karena jie-wie berdua bergelar Hek-pek-siang-sat, tentunya jiewie memiliki kepandaian yang diandalkan dan selalu harus dibawakan berdua oleh jie-wie. Bukankah begitu?!" Tanya gadis berbaju kuning itu. Pek-siang-sat mengangguk. "Ya..... memang begitu!" Menyahuti Hek-pek-siang-sat. "Jika kami berdua telah turun tangan serentak, jangan harap siapapun dapat menghadapi kami! Walaupun tokoh tersakti sekalipun di dalam rimba persilatan, jika kami telah turun tangan serentak berdua, tentu tokoh sakti itu akan dapat kami rubuhkan." "Nah!" Kata gadis berbaju kuning itu. "Jika demikian halnya, Siauwmoay sangat tertarik sekali. Tetapi jiwie Locianpwe jangan tersinggung. Siauw-moay memang ingin mengemukakan saran yang berasal dari dasar hati yang sejujurnya. "Bagaimana jika jie-wie berdua serentak maju menghadapi Siauwmoay dan kita bertempur sebanyak sepuluh jurus. Jika dalam sepuluh jurus Siauw-moay tidak bisa merubuhkan Jie-wie berdua, hitung saja Siauw-moay yang kalah! "Dan yang kita pertaruhkan itu adalah adik kecil itu. Jika memang Siauw-moay kalah, berarti Siauw-moay tidak akan mencampuri lagi urusan adik kecil itu. Jie-wie ingin mengapakan juga adik kecil itu, Siauw-moay tidak akan mencampuri lagi! "Demikian juga sebaliknya jika Siauw-moay dalam sepuluh jurus dapat merubuhkan jie-wie berdua, maka adik kecil itu harus diserahkan kepada Siauw-moay untuk Siauw-moay bawa pergi meninggalkan tempat ini dengan syarat bahwa jie-wie tidak akan menimbulkan kesulitan lagi buat kami, dan terutama sekali tidak akan berusaha merintangi pula keberangkatan kami dari tempat ini. Bagaimana, apakah jie-wie menerima saran Siauw-moay?" Muka Pek-siang-sat dan demikian juga Hek-siang-sat jadi berobah merah padam. Memang gadis berbaju kuning itu berkata-kata dengan sikap yang manis dan sabar sekali. Tetapi dibalik dari kata-kata yang sabar dan manis itu, ternyata mengandung ejekan dan memandang remeh kepada Hek-pek-siang-sat. Bayangkan saja, gadis itu yakin, dalam sepuluh jurus ia akan dapat merubuhkan Hek-pek-siang-sat! Itulah sikap tekebur yang dianggap oleh Hek-pek-siang-sat keterlaluan sekali. Dan juga malah gadis berpakaian kuning itu tidak tanggung-tanggung dalam tantangannya, karena dia sekaligus menantang kepada Hek-peksiang-sat maju serentak berdua! Tetapi Pek-siang-sat yang lebih dapat menahan diri, telah berkata dengan sikap geram. "Baiklah! Jika memang engkau menghendaki diaturnya begitu, kami juga tidak keberatan!" Setelah berkata begitu, Pek-siang-sat menoleh kepada Hek-siang-sat. "Mari kita hadapi gadis angkuh ini!" Katanya dengan suara yang mengandung penasaran. Hek-siang-sat melirik kepada Giok Hoa, namun akhirnya keraguraguannya itu lenyap. Karena diapun memang mendongkol sekali! "Baik!" Katanya sambil melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Giok Hoa. Dia pun telah melompat ke samping Pek-siangsat. Kemudian katanya. "Apakah kita sudah boleh memulainya sekarang?!" Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gadis berpakaian baju kuning itu telah berkata dengan sikap yang tenang sekali, katanya. "Silahkan, silahkan! Siauw-moay memang telah siap, silahkan kita mulai!" Setelah berkata begitu, gadis berpakaian baju kuning itu berdiri dengan sikap yang tetap tenang dan sabar, sama sekali dia tidak memperlihatkan sikap hendak bersiap siaga terhadap kemungkinan serangan-serangan Hek-pek-siang-sat yang bisa saja terjadi dilancarkan dengan tiba-tiba. Di waktu itu Hek-pek-siang-sat telah saling melirik dan mereka bersiap-siap hendak mulai menyerang kepada gadis berbaju kuning she Yo itu, yang dianggap mereka sebagai gadis yang tekebur dan angkuh. Sedangkan Giok Hoa jadi menguatirkan keselamatan gadis berbaju kuning itu, karena dia mengetahui kepandaian ke dua orang Hek-pek-siang-sat tersebut sangat lihay dan tinggi sekali ilmunya. Jika saja ke dua orang Hek-pek-siang-sat maju serentak buat mengepung dan mengeroyok gadis berbaju kuning, inilah hal yang benar-benar sangat menguatirkan sekali. Kalau saja gadis itu berlaku ayal sedikit saja tentu dia akan terluka di tangan Hek-peksiang-sat. Karena dari itu, jika memang sampai gadis itu terluka, berarti keselamatan jiwa Giok Hoa juga akan terancam. Sedangkan Hek-pek-siang-sat gusar bukan main, mereka pun penasaran. Seumur hidup mereka, baru kali ini ada seorang gadis muda yang berani bersikap demikian sombong dan sama sekali tidak memandang mata kepadanya. Tanpa memberi muka sedikitpun juga, telah memancing mereka berdua, agar maju serentak, di mana mereka akan dihadapi hanya dalam sepuluh jurus dan dijanjikan akan dapat dirubuhkan! Dengan begitu, hal ini merupakan suatu penghinaan yang paling hebat buat Hek-pek-siang-sat. Maka kedua Hek-pek-siang-sat yang memang memiliki tabiat aneh, telah mengambil keputusan, mereka akan turun tangan dengan keras. Mereka menginginkan dalam dua atau tiga jurus akan dapat merubuhkan gadis berbaju kuning itu. Jika memungkinkan mereka juga hendak melukai gadis berbaju kuning lebih parah lagi. Karena dari itu, begitu mendengar gadis berbaju kuning itu mempersilahkan mereka mulai menyerang, maka Hek-pek-siangsat sudah tidak memperdulikan lagi aturan-aturan Kang-ouw, bahwa pihak yang lebih tua tingkatannya, harus menerima diserang lebih dulu dari pihak yang lebih mudah. Dan kini, dengan segera ke duanya memencarkan diri karena mereka telah berusaha uutuk menyerang gadis berbaju kuning itu dengan dua jurusan yang serentak. Gadis berpakaian baju kuning itu tetap bersikap tenang dan sabar. Dia sama sekali tidak jeri. Malah dia telah mengawasi Hek-pek-siang-sat dengan sikap seperti juga bukan tengah berhadapan dengan dua orang lawan tangguh. Tentu saja sikap yang diperlihatkan gadis berbaju kuning itu membuat Hek-pek-siang-sat bertambah meluap darahnya. Mereka telah mengeluarkan suara gerengan, disusul dengan Peksiang-sat melompat lebih dulu. Dia telah bergerak cepat sekali tangannya, mengancam akan menghantam dengan lweekang yang bisa menghancurkan sebungkah batu yang sangat besar. Dia percaya, jika memang gadis berpakaian kuning itu menangkisnya, dia akan menyusuli dengan hantaman berikutnya. Dan jika gadis berbaju kuning itu mengelak, tentu Hek-siang-sat waktu itu telah menyerangnya juga. Tetapi dugaan Hek-pek-siang-sat meleset, karena terlihat pukulan tangan Pek-siang-sat dibiarkan saja oleh gadis berbaju kuning itu, sama sekali dia tidak berusaha menangkisnya. Malah diapun tidak berusaha untuk mengelakkan diri dari pukulan tersebut, sehingga dalam keadaan seperti itu telah membuat Pek-siang-sat tertegun sejenak, namun dia tidak mengurangi tenaga serangannya, karena biarpun gadis berpakaian baju kuning yang sangat cantik manis tersebut terluka akibat pukulannya itu, dia tidak akan menyesal. Di kala itu Hek-siang-sat pun tidak tinggal diam, tangannya telah meluncur secepat kilat. Waktu pukulan dari Pek-siang-sat hampir tiba, terlihat gadis berpakaian baju kuning itu telah mengempos semangatnya. Kemudian waktu kepalan tangan Pek-siang-sat hanya tinggal beberapa dim dari dirinya, dia telah menotok dengan telunjuknya. Luar biasa! Walaupun hanya ditotok dengan jari telunjuk, tetapi telah cukup buat gadis itu memunahkan tenaga pukulan dari Pek-siang-sat. Sebab begitu kepalan tangan dari Pek-siang-sat mengenai ujung jari telunjuk dari gadis berbaju kuning itu, seketika dia merasakan bahwa dari ujung jari itu seperti mengalir suatu kekuatan yang sangat panas sekali yang telah menyelusup dan menerjang kepada kepalan tangannya, menyebabkan tulangnya sangat sakit sekali. Dengan begitu, Pek-siang-sat seperti kehilangan kekuatan tenaganya, yang sebagian terbesar seperti telah sirna begitu saja. Tentu saja Pek-siang-sat jadi kaget, dia juga heran dan bingung, karena tidak mengetahui entah ilmu apa yang dipergunakan oleh gadis berbaju kuning itu, yang dengan hanya mempergunakan jari telunjuknya dapat memunahkan tenaga serangannya. Akan tetapi seketika itu juga Pek-siang-sat teringat sesuatu, di mana dia telah teringat semacam ilmu totok, yaitu It-yang-cie. Teringat akan ilmu itu, seketika keringat dingin mengucur deras sekali di kening dan muka Pek-siang-sat. Dia sampai berpikir. "Masih ada hubungan apakah dia dengan It-teng Taysu?" Sambil berpikir begitu, tubuh Pek-siang-sat menggigil juga. Hal ini disebabkan Pek-siang-sat memang telah mengetahui dan pernah mendengar akan kehebatan dari ilmu It-yang-cie itu. Dengan demikian, dia jadi gentar juga. Namun perasaan gentarnya itu segera lenyap, karena dia berpikir usia gadis baju kuning itu tidak lebih dari duapuluh lima atau duapuluh enam tahun, tidak mungkin dia memiliki lweekang yang terlatih dengan sempurna. Taruh kata memang gadis berbaju kuning itu mengerti ilmu It-yangcie, tidak mungkin dia bisa mempergunakan ilmu It-yang-cie nya itu dengan sempurna. Karena dari itu, telah membuat semangat Pek-siang-sat bangun lagi. Sedangkan berbeda dengan apa yang dialami oleh Hek-siang-sat. Karena dia waktu itu tengah menghantam ke punggung gadis berpakaian kuning tersebut. Dia yakin gadis itu pasti akan mengelakkan hantaman kepalan tangannya. Namun buat kagetnya, waktu kepalan tangannya itu meluncur, justeru gadis berpakaian kuning itu tidak bergeming dari tempatnya berada, dia masih berdiri tegak. Dengan begitu, Hek-siang-sat girang. Dia menduga tentu tulang punggung gadis berpakaian kuning tersebut akan dapat dihajarnya hancur oleh hantaman kepalan tangannya. Maka dia mengempos semangat dan lweekangnya untuk menambah kekuatan tenaga serangannya. Tetapi ketika kepalan tangan dari Hek-siang-sat hanya terpisah beberapa dim lagi dari punggung gadis berbaju kuning itu, dia jadi kaget sendirinya, karena tahu-tahu dia melihat tubuh gadis berbaju kuning itu berkelebat menggeser ke samping. Ketika kepalan tangan Hek-siang-sat lewat, si gadis membarengi mengulurkan tangan kirinya. Dia telah mencekal pergelangan tangan Hek-siang-sat, kemudian dengan mendorong sedikit, dia membuat tubuh Hek-siang-sat tertarik ke depan. Untung saja Hek-siang-sat memang telah bersiap-siap sejak semula, dia telah memperkokoh kuda-kuda ke dua kakinya. Dengan begitu dia tidak sampai terjerunuk maju ke depan. Sepasang kakinya tetap berdiri tegak di tempatnya, sedangkan tubuhnya membungkuk sedikit ke depan. Namun sebagai seorang yang berpengalaman, Hek-siang-sat juga segera dapat merobah kedudukannya. Begitu tubuhnya terdorong ke depan hampir terjerunuk, segera juga dia menekuk tangannya, tahu-tahu sikut tangannya itu telah menyambar dada gadis berbaju kuning itu. Namungadis berpakaian kuning tersebut benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa begitu sikut lawannya menyambar kepada dadanya, justeru dia telah menahan dengan telapak tangannya. Ditahan oleh telapak tangan gadis berbaju kuning itu, sikut Heksiang-sat tidak bisa meluncur lebih jauh. Malah Hek-siang-sat nyaris tulang sikut tangannya itu kalau saja dia tidak cepat-cepat menariknya karena akan kena dicengkeram oleh telapak tangan gadis berbaju kuning itu. "Sudah tiga jurus!" Berseru gadis itu sambil tersenyum sabar dan tenang. "Jika dalam tujuh jurus lagi aku masih tidak berhasil merubuhkan kalian, maka jelas aku yang kalah dan tidak akan mencampuri urusan kalian lagi!" Hek-pek-siang-sat seperti ucapan gadis itu bahwa telah berlangsung tiga jurus. Karena dari itu, dalam tujuh jurus pula pasti gadis itu akan berusaha untuk merubuhkan mereka. Tetapi Hek-pek-siang-sat seperti telah berjanji sebelumnya, seketika mereka teringat sesuatu, bahwa mereka sengaja akan menyerang serabutan lebih hebat lagi. Dengan begitu, dia akan menghabisi ke tujuh jurus itu dengan segera. Bukankah jika telah sepuluh jurus, berarti mereka terbebas dari gadis berbaju kuning itu? Walaupun memang mereka ini tidak dapat merubuhkan gadis itu, namun mereka pasti akan puas, karena mereka tokh tetap akan berada sebagai pemenang. Maka Hek-pek-siang-sat saling lirik. Mereka memberikan isyarat, untuk menyerang gadis berbaju kuning itu jauh lebih hebat lagi. "Tidak perlu kita sampai berhasil merubuhkan gadis itu, cukup jika kita telah dapat menghabisi sepuluh jurus tanpa kita dapat dirubuhkannya!" Berseru Pek-siang-sat, mengingatkan Hek-siangsat. Dan Hek-siang-sat pun memiliki pemikiran yang sama, karena itu, mereka berdua mempercepat setiap serangan mereka, agar mereka dapat segera menghabisi, sisa yang tujuh jurus lagi. Dengan begitu, tanpa si gadis berbaju kuning itu rubuh, namun mereka sudah sebagai pemenang. Gadis berpakaian kuning itu tersenyum mendengar seruan Peksiang-sat, kemudian dia telah berkelit dari serangan telunjuk tangan kanan Pek-siang-sat yang hendak menotok jalan darah di ketiaknya. Totokan itu membuat Pek-siang-sat memaksa gadis baju kuning tersebut harus menyingkir ke samping kiri, dengan demikian jarak pisah antara gadis berbaju kuning itu dengan Heksiang-sat cukup jauh. Hek-pek-siang-sat sambil mengerahkan delapan bagian tenaga lweekangnya, segera menyerang dengan serentak. Waktu itu gadis berbaju kuning tersebut berpikir. "Hemmm. telah tiba saatnya.....!" Dan karena dia telah melihat adanya kesempatan, maka segera juga ia mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali. Tahu-tahu dia telah menghantam ke arah tengkuk Pek-siang-sat. Hantaman gadis baju kuning itu dengan tepian telapak tangannya merupakan pukulan yang menimbulkan angin berkesiuran kuat sekali. Sebetulnya gadis itu hanya menabas dengan tepian telapak tangannya dengan gerakan yang tampaknya perlahan saja, seperti juga dia tidak menyerang sungguh-sungguh. Namun Pek-siang-sat justeru menyadari, jika sampai telapak tangan gadis baju kuning itu mengenai tengkuknya, tentu dia akan semaput, karena angin dari serangan tepian telapak tangan itu, sesungguhnya merupakan pukulan yang mengandung kekuatan tenaga dalam yang sulit sekali dijajakinya. Maka Pek-siang-sat tidak berani untuk berlaku ayal. Ia berusaha membungkuk, buat membiarkan pukulan tepian telapak tangan gadis berbaju kuning itu lewat di atas kepalanya. Dan memang tabasan tepian telapak tangan gadis berbaju kuning itu lewat di atas kepala Pek-siang-sat. Namun yang tidak disangka-sangka oleh Pek-siang-sat, waktu dia membungkuk seperti itu, justeru kaki dari si gadis berbaju kuning telah menyambar secepat kilat ke arah kempolannya. Tidak ampun lagi, tubuh Pek-siang-sat telah terguling. Memang Pek-siang-sat dapat bergerak sangat lincah sekali, dia telah dapat melompat berdiri pula, namun mukanya telah berobah merah dan pucat bergantian. "Bukankah seperti yang Siauw-moay janjikan, paling banyak dalam sepuluh jurus siauw-moay akan dapat merubuhkan jie-wie Locianpwe?!" Tanyagadis berbaju kuning itu. Dan pertanyaangadis baju kuning itu sama saja seperti tempilingan pada muka Hek-pek-siang-sat. Malah waktu itu Hek-pek-siang-sat yang melihat gadis baju kuning itu tengah berbicara tanpa bersiap siaga, segera mempergunakan kesempatan itu.Tahu-tahu tubuhnya telah melesat bagaikan bayangan belaka, tangan kiri dan tangan kanan dilonjorkan ke depan. Dia telah memusatkan seluruh kekuatan lweekangnya pada ke sepuluh jari tangannya, karena dia memang hendak menghantam sepenuh tenaga kepada gadis baju kuning. Hanya saja, cara dia menyerang itu sama saja seperti dia melakukan pembokongan. Gadis baju kuning itu tetap berdiri membelakanginya, seperti juga tidak menyadari bahwa dirinya tengah dibokong oleh Hek-siangsat..... Namun setelah tangan Hek-siang-sat dekat pada sasarannya, tahu-tahu tubuh gadis berbaju kuning itu berkelebat. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat dan lincah sekali. Dia bergerak bagaikan seberkas sinar kuning belaka yang tahutahu telah lenyap dari mata Hek-siang-sat. Dan "Bukkkkk!" Punggung Hek-siang-sat kena dihantam kuat sekali oleh kepalan tangan gadis berbaju kuning itu. Tubuh Hek-siang-sat tidak bergeming, dia tetap berdiri di tempatnya dengan sepasang tangannya terlonjorkan ke depan, tetap bersikap dalam keadaan menyerang seperti tadi. Namun tidak lama kemudian telah terjungkal rubuh pingsan tidak sadarkan diri. Pek-siang-sat terkejut melihat keadaan Hek-siang-sat seperti itu.Dia menduga Hek-siang-sat telah terbunuh di tangan gadis baju kuning tersebut. Dengan bentakan marah bercampur kuatir, cepat793 cepat dia melompat ke dekat Hek-siang-sat, diapun telah memeriksa keadaan Hek-siang-sat. Ternyata Hek-siang-sat keadaannya tidak terlalu menguatirkan. Dia hanya tertotok pada tulang punggung utamanya, di mana beradanya jalan darah utama pada perputaran seluruh urat syaraf seorang manusia. Tidak mengherankan, begitu jalan darah utamanya itu kena dihantam begitu kuat oleh kepalan tangan gadis berbaju kuning tersebut, tubuh Hek-siang-sat menjadi kaku. Dan kemudian barulah rubuh tidak sadarkan diri. Cepat-cepat Pek-siang-sat mengurutinya. Lima menit kemudian terdengar keluhan, dan sepasang mata Hek-siang-sat terbuka lebar-lebar. Begitu Hek-siang-sat teringatapa yang terjadi, cepat sekali dia telah melompat berdiri. Anakrawali 13.065. Pek-siang-sat mengetahui bahwa Hek-siang-sat hendak menyerang lagi kepada gadis berbaju kuning itu, karena Hek- siang-sat waktu itu tengah penasaran dan kalap, karena dia telah dirubuhkan seperti itu. "Jangan..... kita memang telah dirubuhkannya!" Kata Pek-siang-sat mencegahnya, yang mengakui, bahwa dalam delapan jurus ternyata mereka telah rubuh di tangan gadis berbaju kuning itu. Dan mereka memang harus mengakui kenyataan tersebut. Sedangkan Hek-siang-sat yang masih murka, memandang kepada gadis berbaju kuning itu dengan mata yang memancarkan kemarahan yang sangat, tampaknya dia masih penasaran dan hendak menerjang lagi. Pek-siang-sat telah berkata kepada gadis baju kuning itu. "Baiklah, kami mengakui, bahwa engkau telah berhasil merubuhkan kami..... Kami menerima kalah dalam pertaruhan ini, sehingga gadis cilik ini menjadi milikmu..... Terserah engkau mau apakan gadis cilik itu!" Gadis baju kuning itu ketika melihat Pek-siang-sat telah mengakui dan menerima kekalahannya itu, cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, dia telah memberi hormat dalam-dalam, katanya. "Semua ini berkat jie-wie Locianpwee berlaku murah hati kepada Siauw-moay. Jika tidak tentu Siauw-moay tidak akan berdaya menghadapi jie-wie Locianpwee..... karena dari itu, terima kasih atas sikap mengalah dari jie-wie Locianpwce?" Setelah berkata begitu, sekali lagi gadis berpakaian serba kuning itu telah menjurah dalam-dalam? Melihat lagaknya gadis itu, yang dapat merendahkan diri, walaupun telah meraih kemenangan yang gemilang, Pek-siang-sat berkurang amarahnya sebagian. Dia telah menoleh kepada Heksiang-sat,katanya. "Mari kita berlalu!" Hek-siang-sat rupanya masih penasaran dan murka sekali, karena dia masih mengawasi mendelik kepada gadis berbaju kuning itu. Setelah tangannya ditarik oleh Pek-siang-sat, barulah Hek-siangsat menurut untuk di ajak pergi. Gadis berpakaian kuning itu berdiri tersenyum manis saja, tanpa mengucapkan sepatah perkataan lagi. Giok Hoa melihat kemenangan gemilang dari gadis berpakaian kuning tersebut, bukan main gembiranya. Dia sampai bersorak dan telah menghampiri si gadis berpakaian kuning, dia menekuk ke dua kakinya, berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, dia pun berkata. "Terima kasih atas pertolongan Cie-cie......!" Gadis berbaju kuning itu membungkukkan tubuhnya, untuk mengangkat dan membangunkan Giok Hoa, katanya. "Jangan banyak peradatan, semua itu hanya kulakukan seperti apa yang mampu kulakukan.....! Hu! Hu! Ke dua orang itu sangat berbahaya sekali, mereka memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Mereka sebetulnya merupakan lawan yang sangat berat sekali. Jika saja bukan memang kebetulan aku bisa menangkap kelemahan mereka, niscaya aku tidak mungkin dapat merubuhkan mereka!" Setelah berkata begitu, gadis berbaju kuning tersebut mengajak Giok Hoa duduk di bawah pohon itu, kemudian melanjutkan perkataannya. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sesungguhnya, kepandaian Hek-pek-siang-sat tinggi sekali, walaupun tidak bisa disebut kepandaian mereka yang berada di atas kepandaianku, tetapi dengan majunya mereka serentak berdua, seharusnya aku menghadapi kekuatan yang tidak sedikit. Hanya saja tadi aku melihat, bahwa mereka merupakan manusiamanusia yang memiliki perangai sangat aneh sekali, di mana mereka mudah sekali dihasut, sehingga dalam keadaan marah, mereka akan lupa dengan penjagaan diri. "Itulah sengaja aku menantangnya buat bertanding sepuluh jurus..... dan ternyata apa yang kuduga itu memang benar. Mereka mudah sekali dipanasi, dan dengan begitu, aku bisa mencari kelemahan mereka dan berhasil untuk merubuhkannya. Tetapi jika memang bertempur sungguh-sungguh tanpa batas, dan juga mereka mengadakan kerja sama yang jauh lebih kompak lagi, niscaya aku akan sibuk sekali menghadapi mereka......!" Setelah berkata begitu, gadis berpakaian kuning itu mengawasi Giok Hoa, lalu katanya. "Adik kecil, sesungguhnya siapakah engkau dan mengapa berada di tempat ini, ditawan oleh Hek-peksiang-sat?!" Giok Hoa tiba-tiba menghela napas, hampir saja air matanya menggelinding jatuh karena dia jadi sedih sekali, sebab dirinya telah diperlakukan tidak baik oleh Bong Kie Siu, murid dari Hekpek-siang-sat. Segera juga Giok Hoa menceritakan semua pengalamannya. Gadis berbaju kuning itu setelah mendengar cerita Giok Hoa jadi menghela napas juga. "Mana rajawalimu yang penurut itu?" Tanya gadis berbaju kuning ini setelah mendengar betapa rajawali putih peliharaan Giok Hoa begitu setia berusaha menolonginya walaupun burung rajawali itu telah terluka pada sayapnya. "Aku jadi teringat kepada rajawali yang pernah dimiliki ayahku!" Giok Hoa bersiul beberapa kali. Akan tetapi rajawali itu tidak muncul. Rupanya burung rajawali putih itu telah terbang jauh untuk memberitahukan pada Hok An tentang keadaan Giok Hoa. Begitulah, Giok Hoa dengan gadis berbaju kuning itu bercakapcakap beberapa saat. Dan waktu itu gadis berbaju kuning itu telah menanyakan, apakah Giok Hoa ingin diantarkan kepada paman Hok nya. Tetapi baru saja dia bertanya seperti itu, justeru di udara terdengar suara pekik yang nyaring dari burung rajawali. Waktu gadis berbaju kuning dan Giok Hoa mengangkat kepala mereka memandang ke tengah udara, mereka melihat seekor burung rajawali putih besar sekali, tengah berputar-putar di atas hutan itu. Sedangkan di punggung rajawali putih itu duduk seorang laki-laki cukup tua usianya. Dan lelaki itu tidak lain dari Hok An. Melihat burung rajawali itu, yang telah datang bersama-sama dengan Hok An, bukan kepalang girangnya Giok Hoa. Seketika dia bersiul nyaring. Burung rajawali tersebut mengerti panggilan majikannya, segera dia menukik, dan terbang turun. Giok Hoa sambil berlari-lari menyahuti mereka, tidak lupa gadis cilik ini mengajak gadis berpakaian serba kuning, yang ingin diperkenalkan kepada Hok An. Hok An telah melompat turun dari punggung burung rajawali putih itu dengan sikap berwaspada, karena dia mengetahui bahwa Giok Hoa tengah menghadapi kesukaran, sedangkan burung rajawali itu sendiri telah terluka sayapnya. Dia bersiap-siap, buat menghadapi sesuatu. Kedatangan burung rajawali putih itu tadi, yang memekik tidak sudahnya, dan datang tanpa Giok Hoa, membuat Hok An mengerti bahwa Giok Hoa tengah menghadapi ancaman dan dia segera perlu sekali pergi menolonginya. Karena dari itu, dia segera melompat ke punggung rajawali putih itu dan rajawali tersebut telah membawanya terbang ke tempat di mana Giok Hoa ditahan oleh Hek-pek-siang-sat. Tetapi ketika tiba di tempat itu, Hok An malah jadi heran dan bingung, karena dilihatnya Giok Hoa tidak kurang suatu apapun juga, di belakangnya ikut berjalan dengan tenang dan tersenyumsenyum seorang gadis yang cantik jelita berpakaian serba kuning. Hok An segera memeluk Giok Hoa, tanyanya. "Apakah engkau tidak apa-apa?!" Giok Hoa menggeleng manja. "Tidak aku telah ditolongi oleh Cie-cie itu, paman Hok!" Kata Giok Hoa. Sambil berkata begitu Giok Hoa menunjuk kepada gadis berpakaian serba kuning tersebut. Cepat-cepat Hok An telah melepaskan rangkulannya pada Giok Hoa, dia telah menghampiri si gadis berpakaian seba kuning itu. Waktu tiba di depan gadis tersebut dia telah merangkapkan ke dua tangannya, memberi hormat sambil mengucapkan terima kasihnya. "Paman Hok!" Kata Giok Hoa kemudian, waktu gadis berpakaian serba kuning itu tengah merendahkan diri menerima hormat Hok An. Hok An menoleh dengan segera Giok Hoa telah menghampirinya, "Tahukah paman Hok siapa yang telah menawanku?!" Tanya Giok Hoa. Hok An menggelengkan kepalanya. Giok Hoa tersenyum katanya lagi. "Orang yang telah menangkapku tidak lain dari orang bertubuh tinggi jangkung murid Hek-pek-siang-sat.....!" Mendengar keterangan Giok Hoa, muka Hok An menjadi berobah seketika. "Orang she Bong itu yang telah menangkapmu?" Tanya Hok An dengan suara agak tertahan. "Sekarang di mana orang itu?" Dan juga Hok An telah memandang sekelilingnya dalam keadaan bersiap-siap, karena dia mengetahui bahwa orang she Bong itu memiliki kepandaian yang liehay sekali. "Orang she Bong itu telah melarikan diri siang-siang!" Menyahuti Giok Hoa. "Bahkan kedua gurunya, Hek-pek-siang-sat, yang bermaksud hendak menawanku, juga telah dirubuhkan Cie-cie itu." Hok An memandang kepada gadis berpakaian serba kuning itu dengan sikap setengah mempercayai setengah tidak, karena dia kurang yakin bahwa gadis berpakaian serba kuning yang usianya masih demikian muda telah dapat merubuhkan Hek-pek-siang-sat. Waktu Giok Hoa menceritakan kepadanya, betapa Hek-pek-siangsat bermaksud menahannya dan gadis berbaju kuning itu bertaruh dengan mereka. Hok An mendengarkan bengong saja. Benar-benar hampir tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Tetapi memang apa yang terjadi telah ada di hadapannya, dan dia telah melihatnya Giok Hoa tertolong. Karena itu, tidak sudahnya Hok An memuji akan kehebatan gadis berbaju kuning itu. Gadis berbaju kuning tersebut pun telah mengucapkan kata-kata yang merendah, karena diapun merasa canggung mendengar Hok An memujinya terus menerus. "Sesungguhnya, sangat luar biasa sekali.....!" Kata Hok An kemudian. "Hek-pek-siang-sat..... mereka merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian sangat tangguh sekali..... dan memang sulit sekali diterima akal sehat, bahwa nona bisa merubuhkan mereka tidak lebih dari sepuluh jurus.....!" Dan setelah berkata begitu, Hok An merangkapkan ke dua tangannya, dia telah menjurah lagi kepada gadis berbaju kuning itu, katanya. "Jika memang Liehiap tidak keberatan, bolehkah aku mengetahui she dan nama Liehiap yang mulia dan agung?" Gadis berpakaian serba kuning itu tertawa. "Janganlah paman terlalu merendah seperti itu. Malah seharusnya Siauw-moay yang harus bersikap menghormat kepada paman Hok! Telah lama sekali Siauw-moay mendengar kebesaran nama paman Hok, dan beruntung sekali kita dapat bertemu hari ini.....! "Mengenai nama Siauw-moay, sesungguhnya hal itu kurang leluasa dibicarakan sekarang. Dan kiranya, memang perlu juga paman Hok ketahui, Siauw-moay she Yo.....!" Dan setelah berkata begitu, gadis berbaju kuning tersebut bersenandung dengan suara perlahan, dia mengangkat kepalanya memandang kepada langit, seperti tengah memandangi gumpalan awan, mulutnya berkemak kemik bergumam perlahan, bersenandung lembut sekali. "Berpasangan, berkelana dengan rajawali sakti, dan juga pergi berdua, Bermesraan, di antara mega dan tingginya gunung, di antara kesucian dan keadilan.....!" Waktu itu muka Hok An telah berobah. Dia memperlihatkan sikap terkejut, kemudian tanyanya dengan sikap yang ragu-ragu. "Apakah..... apakah Liehiap adalah..... adalah sanak dari Yo Tayhiap? Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko?!" Gadis berbaju serba kuning itu tersenyum. "Semua itu ada awal dan ada akhir, semua itu ada pertemuan dan ada perpisahan..... perjalanan......" Gadis maka Siauw-moay berpakaian serba akan kuning melanjutkan itu telah mengelakkan pertanyaan Hok An. Sedangkan Hok An bertambah yakin, tentunya gadis ini adalah salah seorang dari sanak kerabatnya Yo Ko. Segera juga Hok An telah berkata. "Tunggu dulu, Liehiap..... dengarlah dulu, ada yang perlu kusampaikan kepadamu......!" "Ya, katakanlah......!" Kata gadis berbaju kuning itu. "Siauw-moay akan mendengarkannya baik-baik!" Hok An memandang ragu kepada gadis itu kemudian melirik kepada Giok Hoa, baru kemudian memandang kepada gadis berpakaian serba kuning tersebut, katanya. "Sesungguhnya belum lama yang lalu, aku baru saja berpisah dengan puteranya Sintiauw-tay-hiap Yo Ko yang bernama Yo Him....." Mendengar perkataan Hok An itu, tiba-tiba saja gadis berpakaian serba kuning tersebut telah memandang bersungguh-sungguh, kemudian tanyanya. "Kapan kalian bertemu dan di manakah sekarang ini Yo Him berada?" "Baru beberapa hari saja kami berpisah, rasanya belum lama berpisah. Begitu mulia hati Yo Him Tayhiap, dan juga isterinya itu..... Sasana Kouw-nio. Betapa agungnya mereka, merupakan pasangan yang sangat ideal sekali......" Mendengar Hok An, tidak menjawab pertanyaannya malah telah bergumam seperti orang kesima, gadis berpakaian serba kuning tersebut bagaikan tidak sabar, tanyanya. "Paman Hok...... di manakah sekarang ini Yo Him dan isterinya berada?!" "Mereka telah melanjutkan perjalanan, tetapi kukira belum begitu jauh. Apakah Liehiap bermaksud menemui mereka?" Gadis berpakaian serba kuning itu menghela napas dalam-dalam. "Ya, ya, memang aku ingin sekali bertemu dengan mereka, namun rupanya memang bukan jodoh kami buat berkumpul!" Gadis berbaju kuning itu telah berkata dengan suara menggumam. "Memang sesungguhnya Siauw-moay ingin sekali berkumpul dengan mereka." "Tetapi jika Liehiap bermaksud untuk mengejar mereka, tentu mereka melakukan perjalanan belum terlalu jauh......" Kata Hok An. Tetapi waktu itu gadis berpakaian berbaju kuning itu menghela napas dalam-dalam, kemudian dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. Diapun telah memandang ke atas langit, kepada gumpalan awan, lalu katanya. "Sudahlah, nantipun kami akan bertemu!" Dan wajah gadis berbaju serba kuning itu telah berobah biasa lagi, karena dia telah tersenyum manis pula, malah dia telah menoleh kepada Giok Hoa, katanya. "Adik kecil, menurut apa yang kulihat, engkau memiliki bakat sangat baik sekali untuk mempelajari ilmu silat, maka kelak engkau harus baik-baik berlatih diri. Tentu jika engkau tekun dan giat berlatih diri, engkau akan menjadi seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, di mana tidak mudah orang menghina dirimu lagi......!" Baru saja gadis berbaju kuning itu berkata sampai di situ, tiba-tiba Hok An telah menekuk ke dua kakinya. Dia berlutut di hadapan gadis berbaju kuning tersebut, katanya. "Liehiap, maafkanlah atas kelancanganku, ada yang hendak kuajukan untuk memohon sesuatu dari Liehiap. Entah Liehiap mengijinkan atau tidak aku menyebutkannya.....?!" "Ya, katakanlah.....!" Kata gadis berpakaian serba kuning itu. "Sesungguhnya, aku merasa kasihan dan juga merasa iba akan nasib Giok Hoa. Dia seorang anak yatim piatu, yang sudah tidak memiliki ayah dan ibu lagi. "Di antara kami sesungguhnya tidak ada hubungan darah, hanya saja, selama ini aku berusaha merawat Giok Hoa sebaik mungkin. Cuma sayangnya justeru aku tidak memiliki kemampuan apa-apa. "Dengan demikian, jika Giok Hoa tetap berada di tanganku, berarti akan sia-sia belaka kesempatan yang ada padanya, karena dia tidak akan memperoleh suatu apapun yang berarti dariku..... Karena dari itu, jika memang Liehiap tidak keberatan, ada sesuatu yang hendak kumohonkan kepada Liehiap!" "Katakanlah!" Kata gadis berpakaian serba kuning itu. "Sesungguhnya, sudah lama sekali terkandung niat di hatiku untuk mencarikan seorang guru yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi buat Giok Hoa, sejauh itu aku belum berhasil. Dengan demikian, maka selama beberapa tahun, sia-sia saja Giok Hoa ikut bersama denganku tanpa memperoleh hasil yang berarti, terlebih lagi dalam hal latihan ilmu silat! Jika memang Yo Liehiap tidak keberatan, sudi kiranya mengambil Giok Hoa menjadi murid Liehiap......!" Setelah berkata begitu, Hok An telah mengangguk-anggukkan kepalanya, sampai keningnya menghantam bumi, dan memerah bengkak. Namun Hok An tidak memperdulikan, dia tetap mengangguk-angguk. Tentu saja gadis berbaju kuning itu jadi repot. Dia telah berulang kali meminta Hok Anagar bangun berdiri, namun Hok An tidak mau berdiri. Dia tetap berlutut dengan mengangguk-anggukkan kepalanya tidak hentinya. "Jika memang Yo Liehiapmau menerima Giok Hoa sebagai murid Liehiap, maka walaupun harus mati sekarang, aku tentu akan mati dengan mata yang meram......!" Kata Hok An lagi. Gadis berpakaian serba kuning itu telah menghela napas dalamdalam, dia memperhatikan Giok Hoa beberapa saat. Sedangkan Giok Hoa yang cerdas, pun telah cepat-cepat menekuk ke dua kakinya berlutut di hadapan gadis berbaju kuning itu. Gadis berbaju kuning itu tersenyum, diapun telah perintahkan Giok Hoa berdiri. Tetapi Giok Hoa tetap berlutut, dia tidak mau berdiri. Sedangkan Hok An telah memohon terus menerus. Hal ini membuat gadis berbaju kuning itu jadi sibuk bukan main buat perintahkan ke dua orang itu berdiri dari berlutut mereka. Dalam keadaan seperti itu Hok An telah berkata lagi dengan sikap bersungguh-sungguh. "Jika Liehiap bersedia menerima Giok Hoa menjadi murid Liehiap, maka biarpun sekarang ini leherku harus digorok, tentu aku puas....." Dan sambil berkata begitu, tidak hentinya Hok An mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis berbaju kuning itu menghela napas, kemudian dia berkata dengan sikap bersungguh-sungguh. "Sebetulnya memang bisa saja aku menerima permohonanmu itu, yaitu menerima Giok Hoa menjadi muridku! Akan tetapi, sayangnya kepandaianku belum bisa diandalkan, aku tidak memiliki kepandaian yang berarti!" Setelah berkata begitu, gadis baju kuning itu perintahkan Giok Hoa dan Hok An untuk berdiri. Tetapi waktu itu terlihat betapapun juga Hok An dan Giok Hoa tidak mau berdiri. Mereka tetap berlutut, sampai akhirnya gadis baju kuning itu berkata lagi. "Baiklah! Jika memang kalian tetap menghendaki agar aku menjadi guru Giok Hoa, namun harus diketahui, untuk menjadi muridku, terlebih lagi murid utama, dengan demikian kau harus mengetahui larangan dan syaratnya, Giok Hoa!" "Ya, katakanlah.....!" Kata Giok Hoa dengan cepat. "Apapun syaratnya akan Giok Hoa penuhi......!" Gadis berpakaian kuning itu berhenti sejenak tidak berkata-kata, dia hanya mengawasi Giok Hoa. Memang gadis kecil ini sangat berbakat sekali, juga tampaknya dia sangat baik sekali hatinya, memiliki jiwa yang bisa ditempa dan juga memancarkan ketekunannya buat berlatih silat. Maka, karena melihat Giok Hoa cocok untuk menjadi muridnya, gadis berbaju kuning itupun tidak menampik lagi jika Giok Hoa hendak menjadi muridnya. Dia hanya berkata pula. "Dalam hal ini, kau harus mengetahui dengan jelas Giok Hoa. Dalam pintu perguruanku ini, tidak akan ada seorang muridku yang dibiarkan untuk mengandalkan kepandaian dan ilmu silatnya menindas pihak yang lemah. Jika memang hal itu terjadi, maka murid tersebut akan menerima hukuman yang tidak ringan......!" "Hal itu akan tecu perhatikan.....!" Kata Giok Hoa kemudian. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Baik! Sekarang kau dengarlah baik-baik. Selanjutnya, pantangan lainnya lagi, kau tidak boleh tekebur, tidak boleh karena memiliki kepandaian tinggi, lalu bertindak sewenang-wenang, dan juga kau harus selalu bertindak bijaksana, adil dalam memutuskan suatu persoalan.....! Mengertikah, kau Giok Hoa?!" "Ya, ya.....!" Menyahuti Giok Hoa sambilmengangguk-anggukan beberapa kali. "Bagus! Dan untuk menjadi muridku, engkau harus bersumpah berat, bahwa ilmu kepandaian yang akan kuwarisi kepadamu ini tidak akan dipergunakan buat melakukan hal-hal yang tidak pantas atau juga melakukan kejahatan!" Kata gadis berbaju kuning itu. Giok Hoa segera juga bersumpah. "Jika memang nanti tecu mempergunakan kepandaian yang diwarisi Suhu untuk melakukan perbuatan jahat dan tidak adil, biarlah tubuh tecu hancur tidak diterima langit dan bumi!" Itulah sumpah yang berat sekali, dengan demikian telah membuat gadis berbaju kuning itu mengangguk-angguk beberapa kali. "Cukup! Jangan kau bersumpah begitu berat. Dengan bersumpah engkau tidak melakukan kejahatan sebetulnya juga telah lebih dari cukup.....!" Kata gadis berbaju kuning itu. "Jadi..... jadi Liehiap menerima Giok Hoa menjadi murid Liehiap?!" Tanya Hok An dengan kegembiraan yang meluap-luap. Gadis berpakaian serba kuning itu mengangguk mengiakan. "Karena di sini tidak terdapat barang-barang sembahyang, maka biarlah nanti jika aku telah bertemu dengan sebuah kampung, akan kubeli alat sembahyang itu. Kalian boleh menanti dulu di sini..... nanti kita lakukan sembahyang pengangkatan guru dan murid!" Hok An mengiakan. Demikian juga halnya dengan Giok Hoa. Mereka menantikan di situ setelah si gadis berbaju kuning itu berlalu dengan gesit sekali. Dalam waktu sekejap saja gadis berbaju kuning itu telah lenyap dari pandangan Hok An maupun Giok Hoa. Waktu itu tampak jelas, betapa Hok An sangat gembira sekali. Berulang kali dia menasehati Giok Hoa. Jika kelak telah ikut gadis berpakaian serba kuning itu, dia harus belajar dengan giat, di samping itu semua nasehat yang diberikan gadis berbaju kuning itu harus didengar dan dipatuhinya. Giok Hoa berjanji akan mematuhi dan mengingat pesan dari Hok An. Hok An juga berusaha untukmengingatkan Giok Hoa. Jika Giok Hoa belajar dengan sungguh-sungguh, kelak tentu Giok Hoa akan dapat menjadi seorang pendekar wanita yang tangguh sekali. Tak lama kemudian tampak si gadis berbaju kuning telah tiba kembali. Dia membawa beberapa batang lilin dan juga beberapa macam alat sembahyang lainnya. Segera lilin, dinyalakan, dan diwaktu itu juga telah disiapkan segala sesuatunya. Giok Hoa segera berlutut pada alat-alat sembahyang itu, berlutut menghadap pada langit, bersembahyang pada langit dan bumi, bahwa ia bersumpah akan belajar dengan giat, di samping itu juga akan mematuhi perintah dari gurunya. Dengan begitu, berarti akan mematuhi juga semua peraturan di dalam pintu perguruannya. Jika sekali saja dia berkhianat terhadap pintu perguruannya, dia bersedia menerima hukuman yang seberat-beratnya dari gurunya. Juga Giok Hoa bersumpah, dia akan berusaha menjaga nama baik pintu perguruannya. Setelah bersumpah begitu, Giok Hoa kemudian berlutut di hadapan gadis berbaju kuning itu. "Suhu......!" Panggilnya tigakali sambil menganggukkan kepalanya tujuh kali. Gadis berbaju kuning itu tersenyum lebar dia mengulur kantangannya bantu membangunkan Giok Hoa, katanya. "Bangunlah muridku! Mulai detik ini, engkau telah resmi menjadi muridku! Tetapi engkau harus ingat, harus berlatih dengan tekun dan giat, karena selanjutnya nama baik pintu perguruan kita terletak di tanganmu.Terlebih lagi jika kelak aku sudah tiada, tentu akan menjadi tanggung jawabmu untuk melaksanakan segala apapun yang menyangkut dengan nama baik pintu perguruan kita." Giok Hoa mengiyakan dan segera dia bangun memberi hormat kepada Hok An. Di waktu itu terlihat bahwa Hok An telah beberapa kali mengangguk-angguk sambil menyusut air mata, tampaknya dia gembira sekali. Sedangkan gadis berbaju kuning itu telah berkata dengan suara yang sabar. "Dengarlah Giok Hoa. Sesungguhnya dalam persoalan pengangkatan guru dan murid ini hanya terdapat suatu ikatan yang umum belaka. Tetapi yang sebenarnya kuinginkan adalah engkau sendiri yang harus dapat berlatih diri dengan sebaik-baiknya, di mana engkau harus dapat menggembleng dirimu, untuk memiliki kepandaian yang tinggi. "Di samping itu juga engkau harus memiliki hati dan jiwa yang bersih dan tulus, sehingga engkau tidak akan berjauhan dari keadilan! Sekali saja engkau memberikan kesempatan kepada iblis kejahatan menguasai hatimu, maka selanjutnya sulit buat engkau untuk menyingkirkan iblis kejahatan itu!" Giok Hoa mengiakan dan mendengarkan baik-baik semua petuah yang diberikan oleh gurunya. Sedangkan gadis berbaju kuning itu banyak sekali memberikan petuah padanya, dan semua itu telah didengar dengan cermat oleh Giok Hoa. Dan mengingatnya baik-baik, karena dia mengetahui untuk waktu-waktu selanjutnya dia menghadapi tugas yang cukup berat, yaitu harus bertindak jauh lebih hati-hati buat menjaga nama baik pintu perguruannya. Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH Golok Sakti Karya Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL