Anak Rajawali 22
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 22
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Apalagi Ko Tie sendiri yang memang kepandaiannya masih berada di bawah kepandaian guru Giok Hoa. Tetapi walaupun demikian, Ko Tie tetap bersiap sedia, dia ingin setiap waktu jika guru Giok Hoa menghadapi suatu ancaman yang tidak dikehendaki, dia bisa segera turun tangan buat membantui. Walaupun kepandaiannya masih berada di bawah kepandaian guru Giok Hoa tokh tetap saja dia memang memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun tidak mungkin bisa merubuhkan Siauw Kwie. Tetapi bantuannya pun tidak terlalu kecil jika dia ikut mengepung Siauw Kwie untuk membantui guru Giok Hoa. Rupanya apa yang dipikirkan oleh Ko Tie terpikir juga oleh Giok Hoa. Karena diapun telah bersiap-siap di samping pemuda itu dengan mata terpentang lebar-lebar mengawasi ke dua orang yang tengah mengukur ilmu itu. Hanya sekali-kali Giok Hoa melirik, dan matanya memancarkan sinar seperti memohon, agar Ko Tie juga membantui pihaknya. Karena bukan hanya Siauw Kwie seorang lawan guru Giok Hoa, tetapi justeru Tang Lan Cie dan juga anggota-anggota Ang-hoakauw, yang waktu itu dalam keadaan siap buat menyerang dan mengeroyok mereka. Maka dengan melirik seperti itu, Giok Hoa seperti juga ingin menyatakan, bahwa diapun hendak meminta maaf atas sikapnya beberapa saat yang lalu. Sebenarnya di dalam hati Giok Hoa terdapat keinginan buat menanyakan kepada Ko Tie perihal guru pemuda itu, hanya saja justeru mulutnya seperti terkancing. Dia tidak bisa mengajukan pertanyaannya tersebut. Dalam keadaan seperti itu. tentu saja Giok Hoa tidak bisa menanyakan perihal guru Ko Tie. Padahal, dia yakin, jika saja guru Ko Tie yang memang telah dilihatnya memiliki kepandaian begitu tinggi, membantu pihak mereka, niscaya guru Ko Tie merupakan tulang punggung yang paling dapat diandalkan. Waktu guru Giok Hoa itu bukannya bertempur dengan hanya bernafsu menyerang, karena guru Giok Hoa, sebagai seorang yang dididik dengan keras oleh Yo Ko dan Siauw Liong Lie, dua orang tokoh sakti rimba persilatan dari golongan lurus dan bersih, dengan begitu, diapun bertempur dengan penuh perhitungan. Baik dalam hal mengerahkan tenaga dalamnya, maupun juga dalam hal menyerang dengan jurus-jurus yang telah diperhitungkan betulbetul. Sekarang melihat Siauw Kwie merupakan lawan yang berat, diapun hendak mengkombinasikan ilmu pukulannya itu dengan beberapa macam ilmu pukulan lainnya, terutama sekali jurus-jurus luar biasa ilmu pukulan tangan kosong dari Kauw-bok-pay! Karena telah berpikir begitu, maka guru Giok Hoa pun telah mengempos semangatnya. Dia masih mempergunakan jurus-jurus Am-jian Sio-hun-kun, namun dia tengah mencari kesempatan, begitu ada kesempatan tentu dia akan mempergunakan jurus-jurus ilmu pukulan tangan kosong dari pintu perguruan Kauw-bok-pay, yang diwarisinya dari Siauw Liong Lie. Dan kesempatan itu akhirnya datang juga, setelah lewat tiga jurus lagi. Waktu itu Siauw Kwie tengah mempergunakan sepasang tangannya mendorong sekaligus, dia telah mendorong dengan tubuh dimiringkan, sepasang kakiyang telah dilipatkannya, kaki kanan menindih kaki kiri. Cara menyerang yang dilakukan Siauw Kwie sebenarnya merupakan penyerangan yang sangat aneh sekali, karena cara dari gerakannya itu selain memang aneh, juga tenaga yang bergelombang menyambar kepada guru Giok Hoa pun luar biasa anehnya. Jika angin serangan dari seorang lawan di rimba persilatan, tentu akan menghantam lurus dan menerjang kepada lawan dengan langsung, Namun apa yang dilakukan oleh Siauw Kwie ternyata berbeda sekali dari kebiasaan itu. Waktu Siauw Kwie mendorong dengan ke dua telapak tangannya itu, maka tenaga yang menyambar kepada Guru Giok Hoa tidak langsung. Tenaga itu meliuk-liuk seperti juga gerakan seekor ular, tenaga serangan itu seperti lemas dapat berobah arah sasarannya. Karena dari itu, dengan anehnya cara penyerangan tersebut, pihak lawan sementara tidak bisa mengetahui ke arah mana sesungguhnya yang diincar sebagai sasaran, karena bisa sebelah kiri, atau bisa juga samping kanan. Dan tenaga itu tentu saja tidak bisa diperhitungkan keras dan lemahnya, berapa kuatnya karena justru sambaran dari tenaga serangan yang meliuk seperti itu telah mengaburkan dugaan untuk memperkirakan berapa kuatkah tenaga serangan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah, guru Giok Hoa yang walaupun heran, tidak mau bergerak sembarangan. Karena tenaga serangan itu bergelombang, maka dia berdiri tegak di tempatnya. Hanya saja dia telah bersiap-siap dengan satu jurus ilmu pukulan Kauw-bokpay yang dipergunakannya menghadapi jurus-jurus lawannya yang luar biasa anehnya ini. Ketika merasakan tekanan tenaga serangan itu telah dekat dan kuat, tahu-tahu guru Giok Hoa telah berputar, dan tangannya telah meraba pinggangnya, dia telah melepaskan ikat pinggangnya. Inilah untuk pertama kali guru Giok Hoa mempergunakan ikat pinggangnya dalam menghadapi lawan. Jika dia tidak dalam keadaan terpaksa, tentu dia tidak akan mempergunakan ikat pinggangnya itu. Sekarang karena dia agak terdesak juga, terlebih lagi memang cara menyerang dari lawannya itu agak luar biasa, dimana jurus penyerangan yang dilakukan oleh lawannya itu luar biasa tidak bisa diduga arahnya, akhirnya dia memutuskan untuk mempergunakan jurus-jurus sakti dari Kauw-bok-pay. Dia telah mengibaskan angkinnya itu, melibat tangan kanan dari lawannya, dengan maksud akan menghentaknya, untuk ditariknya. Namun gagal. Usaha dari guru Giok Hoa yang hendak melibat tangan kanan dari Siauw Kwie telah mengenai tempat kosong, karena di waktu itu terlihat ang-kin itu telah menyambar tempat yang kosong. Seperti sifat dari cara menyerang Siauw Kwie, yang tenaga serangannya itu meliuk-liuk, maka tangannya itu juga dapat merobah kedudukannya. Sehingga guru Giok Hoa tidak berhasil untuk melibat pergelangan tangan Siauw Kwie dengan ang-kinnya, karena begitu ang-kinnya menyambar dekat, justeru tangan Siauw Kie telah bergeser tempat dan berobah kedudukannya, namun tenaga serangannya yang begitu kuat masih terus menyambar kepada guru Giok Hoa dengan meliuk-liuk. Dengan demikian, guru Giok Hoa hampir saja melakukan suatu kesalahan, begitu ang-kinnya menyambar tempat kosong, dan dia terlambat buat berkelit dari menyambarnya kekuatan tenaga yang begitu kuat, niscaya tubuhnya akan terhantam dengan hebat. Dasarnya dia memang anak angkat dari pendekar sakti Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie, yang telah menerima gemblengan sangat keras, dengan demikian membuatnya jadi memiliki kepandaian beraneka ragam disamping beberapa kepandaian pokok yang hebat. Begitu melihat gelagat dirinya menghadapi bahaya tidak ringan, segera juga dia telah berputar. Tubuhnya tidak berobah kedudukan kuda-kuda ke dua kakinya, hanya saja tubuh itu telah berputar sedemikian rupa, berputar dengan gerakan sangat cepat sekali. Tetapi yang hebat dengan caranya ini, sesungguhnya terletak pada cara dia berputar. Karena begitu tubuhnya berputar, tekanan tenaga dari penyerangnya telah dapat dihindarkannya, di mana tenaga itu seperti menjadi panah karena menyerang tubuh yang lemas berputar seperti itu, sama sekali tidak terdapat daya menolak atau melawan. Karenanya, begitu tubuh guru Giok Hoa berputar, maka tenaga serangan yang aneh dari Siauw Kwie telah punah. Namun Siauw Kwie tidak mau sudah sampai di situ saja, dengan murka karena melihat cara penyerangannya tersebut yang sebelumnya diharapkan bisa merubuhkan guru Giok Hoa telah menemui kegagalan, membuatnya jadi mengulangi lagi. Sekarang jauh lebih cepat. Tenaga serangan itu tetap meliuk-liuk, akan tetapi tekanannya jauh lebih kuat. Siauw Kwie yang melihat cara guru Giok Hoa menyelamatkan diri dari sambaran tenaganya yang aneh itu, yang bisa diliukliukkannya, menduga tentunya itu disebabkan tenaganya kurang kuat. Karenanya dia telah menambah tenaga serangannya, di mana dia yakin walaupun guru Giok Hoa melakukan gerakan memutar seperti tadi, tidak mungkin dia bisa memunahkan tenaga penyerangannya kali ini. Siauw Kwie telah mempersiapkan, jika serangannya kali ini tidak menerima tenaga tolakan atau perlawanan dari lawannya yang berputar, justeru dia akan membarengi dengan mempergunakan tenaga melibat dan menarik, di mana tenaga serangannya itu akan dibuat sedemikian menjadi semacam gulungan angin serangan yang melibat diri guru Giok Hoa. Guru Giok Hoa pun bukannya orang tolol. Dia menyadari bahayanya penyerangan yang dilakukan lawannya. Karena itu, sekali ini tidak berputar. Begitu berhasil memunahkan tenaga serangan lawannya, segera juga dia menjejakkan ke dua kakinya tanpa menantikan penyerangan berikutnya, tubuhnya melambung ke tengah udara, di mana ang-kinnya telah diputarnya. Ang-kin itu terbuat dari secarik kain sutera yang berwarna kuning, sama seperti pakaiannya, tetapi ada keistimewaannya. Walaupun ang-kin itu menyambarnya lemah gemulai, namun jika diperlukan ang-kin tersebut bisa dibikin keras, kaku dan bisa dipergunakan sebagai gantinya toya! Juga ang-kin itu bisa dibuat menjadi lunak buat melibat senjata lawan. Karenanya, ang-kin itu memiliki banyak keistimewaannya. Maka betapapun juga ang-kin dari guru Giok Hoa tidak bisa dianggap ringan, karena setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan penyerangan yang bisa membahayakan lawannya. Rupanya Siauw Kwie yang sama sekali tidak menyangka akan kegunaan ang-kin itu di mana Siauw Kwie hanya menduga ang-kin itu mungkin hanya bisa dibuat kaku karena disalurkan tenaga dalamnya, dengan berani menghantam dengan jurus kedua dari pukulannya yang istimewa itu. Dan tenaga serangannya itu benar-benar sangat kuat sekali. Dia berpikir, jika tokh memang guru Giok Hoa mempergunakan tenaga dalamnya buat membikin kaku ang-kin itu, tentu akan menjadi hancur oleh kekuatan tenaga serangannya. Karena dari itu, dia telah menyerang dengan tenaga yang bertambah kuat. Dalam keadaan seperti ini, guru Giok Hoa tidak berayal telah membuat ang-kinnya menjadi lemas. Ujung ang-kin itu seperti juga kepala ular sigap sekali telah melingkar melibat ke dua tangan Siauw Kwie. Siauw Kwie tidak berkelit kali ini, dia berusaha mengelakkan tangannya dari sambaran ujung ang-kin. Didalam hatinya dia berpikir. "Hemmm, begitu ang-kinmu melibat tanganku dan aku mengerahkan tenaga dalamku maka ang-kinmu ini akan hancur lumat.......!" Karena memiliki keyakinan seperti itulah telah membuat Siauw Kwie tidak berusaha menghindarkan tangannya dari libatan angkin tersebut. Dia membiarkan ang-kin itu melibat sepasang tangannya. Dan waktu ang-kin itu mulai melibatnya bersamaan waktunya, segera juga Siauw Kwie mengempos tenaga dalamnya. Dia bermaksud menghancurkan ang-kin itu dengan mengandalkan kehebatan tenaga lweekangnya. Namun Siauw Kwie kecele. Karena waktu itu ang-kin tersebut telah merobah pula keadaan sifatnya, menjadi lunak dan lembek, di mana waktu tenaga dalam dari Siauw Kwie berusaha untuk menolak dan menghancurkan ang-kin itu, ang-kin tersebut menjadi lunak, selunak kapas. Malah di waktu itu, dalam keadaan Siauw Kwie belum lagi bisa mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengempos semangat dan tenaganya guna menyerang ke tiga kalinya, di waktu itulah terlihat guru Giok Hoa malah telah mengempos semangatnya, maka seketika ang-kin itu menjadi keras dan kaku, dalam keadaan ujungnya masih melingkar terus di pergelangan ke dua lawannya! Guru Giok Hoa juga tidak membuang-buang kesempatan yang baik itu, ketika dia telah menyalurkan lweekangnya membuat angkin itu menjadi sekaku besi, maka dalam keadaan seperti itulah segera juga dia membentak nyaring. "Pergilah kau!" Dia rupanya telah menghentak dengan mengerahkan tenaga lweekangnya sebanyak delapan bagian. Harus diketahui, bahwa ilmu silat warisan Kauw-bok-pay merupakan semacam ilmu silat yang bisa dipergunakan dengan cara lunak dan di dalamnya terdapat juga kekerasan yang dahsyat sekali. Terlebih lagi setelah disempurnakan oleh Yo Ko dan Siauw Liong Lie, maka ilmu silat itu semakin hebat. Sekarang memang guru Giok Hoa mempergunakannya dengan mengkombinasikan dengan ilmu silat Am-jian-sio-hun-kun. Sehingga kekuatan tenaga menghentaknya itu jadi luar biasa sekali. Tubuh dari Siauw Kwie seperti juga dihentak oleh kekuatan gelombang laut yang sangat besar sekali, membuat tubuhnya jadi terdorong ke depan. Dalam keadaan seperti inilah, segera juga terlihat dia telah melesat ke tengah udara. Pertamanya, begitu dia merasakan tubuhnya tertarik ke depan, sebetulnya Siauw Kwie hendak mempertahankan diri dengan mengerahkan kekuatan selaksa kati. Akan tetapi dia merasakan tenaga menarik yang dilakukan oleh guru Giok Hoa waktu itu sangat kuat sekali. Juga waktu itu kedudukan cara berdiri Siauw Kwie, di mana kuda-kuda ke dua kakinya tidak menguntungkannya, karena jika tokh dia bertahan, dia hanya bisa bertahan setengah-setengah, malah ini bisa membahayakan dirinya, jika saja guru Giok Hoa dalam kesempatan tersebut mempergunakan hantaman tangan kirinya. Begitu tubuhnya terasa terhentak, maka dia segera merobah keputusannya, dia jadi batal bertahan. Malah waktu itu dia telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara. Dengan dibantu jejakkan kakinya, maka tubuh Siauw Kwie jadi begitu ringan, seperti juga sehelai daun kering yang melayang ke tengah udara. Malah, karena menggabungkan tenaga jejakkan ke dua kakinya dengan tenaga tarikan dari guru Giok Hoa, membuat tubuh Siauw Kwie terlontar dengan daya tolak sampai delapan tombak ke tengah udara. Sedangkan ang-kin dari guru Giok Hoa tidak sampai empat meter. Dengan sendirinya libatan pada ke dua tangan Siauw Kwie terlepas. Dan di tengah udara Siauw Kwie bukan hanya berpok-say seperti biasanya saja. Karena dia berpok-say bertingkat, di mana pertama kali dia berpok-say, dengan tubuh yang berputar seperti gerakan bola, tubuhnya itu melengkung seperti menjadi bulat, antara ke dua kaki dengan dadanya telah saling bertemu, ke dua lututnya mengenai dadanya. Kemudian waktu tubuhnya berputar di udara, dia telah melonjorkan kakinya, bagaikan layang-layang. Ke dua tangannya dikembangkan dan tubuhnya meluncur turun. Barulah kemudian dia berjumpalitan lagi, di mana tubuhnya meluncur dengan ke dua kakinya terlebih dulu hinggap di atas tanah! Guru Giok Hoa sendiri waktu itu bukannya tidak terkejut, dia heran juga melihat keberanian Siauw Kwie dalam menghadapi cara hentakannya itu, karenanya diapun terkejut ketika tahu-tahu libatan dari ujung ang-kinnya terlepas dan tubuh Siauw Kwie malah terlontar lebih tinggi dari perkiraannya, seperti juga seekor burung yang telah terlepas dari jeratnya. Belum lagi rasa heran bercampur kagum pada guru Giok Hoa berkurang, justeru disaat itu Siauw Kwie yang tengah meluncur turun, ke dua kakinya baru saja hinggap di tanah membentak mengguntur, sepasang tangannya menghantam berulang kali. Itulah hantaman yang merupakan penyerangan sangat dahsyat, karena begitu tenaga pukulan tersebut menyambar, segera juga guru Giok Hoa merasakan kuatnya tenaga mendorong, seperti runtuhnya gunung. Belum lagi tenaga serangan pertama itu tiba pada sasarannya, telah disusul tenaga lainnya yang menyambar dengan ancaman yang tidak lebih ringan, karena Siauw Kwie menyerang beruntun dan berulang kali dengan cara memukul seperti juga ilmu pukulan Pek-kong-ciang atau Pukulan Udara Kosong, yang menghantam dari jarak terpisah, cukup jauh dari lawan. Yo Kouw-nio, guru Giok Hoa, sudah tidak keburu mempergunakan ang-kinnya, karena itu tahu-tahu tenaga serangan Siauw Kwie telah dekat, memaksa mempergunakan salah satu jurus Am-jiansio-hun-kun, yaitu jurus ketujuh yang bernama "Yong-jin-cu-yu" Atau "Si Goblok Kejengkelan Sendiri". ia membalas mendorong dengan ke dua telapak tangannya, "Dukkk, dukkk!" Dua kali terdengar suara benturan yang sangat kuat, sehingga suara benturan itu menyebabkan tempat tersebut tergetar. Kesudahannya benar-benar menakjubkan sekali! Sepasang kaki Yo Kouw-nio (nona Yo) melesak ke dalam tanah belasan dim, menembus lapisan salju dan menembus ketebalan bumi. Siauw Kwie tidak kurang hebatnya mengalami kesudahan dari bentrokan pukulan mereka, sepasang kakinyapun melesak ke dalam tanah, dalam sekali. Tubuhnya mengejang, mukanya merah padam dan sepasang matanya mendelik. Mata yang semula begitu jeli kini tidak memperlihatkan kegenitan lagi, tampak biji matanya begitu besar mengawasi kepada Yo Kouw-nio. Giok Hoa yang melihat keadaan gurunya seperti itu, dimana sepasang tangan terlonjor ke depan dan sepasang kakinya melesak sampai menembus bumi bermaksud melompat maju buat melihat keadaan gurunya itu, kalau-kalau gurunya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan di tangan lawannya. "Adik Giok Hoa, jangan.. berbahaya!" Cegah Ko Tie sambil mengawasi si gadis, matanya memancarkan permohonan agar gadis tersebut tidak membantah cegahannya itu. Giok Hoa tampak panik dan bingung, juga mukanya agak memucat. Di waktu itu ia berkata tergagap. "Guruku itu......." "Ya, mereka saling mengadu kekuatan tenaga dalam, kita tidak boleh menengahi mereka dulu, karena tenaga dalam mereka tengah bertemu di tengah udara dengan kekuatan yang hebat sekali. "Jika engkau menerjang ke tengah-tengah mereka, menyelinap di antara dua kekuatan tersebut, niscaya engkau sendiri yang menjadi korban, karena lweekangmu berada di bawah mereka yang tengah saling berusaha menindih....." Menjelaskan Ko Tie. Giok Hoa tampaknya dapat juga diberi pengertian, sebab ia tidak memaksa hendak pergi ke dekat gurunya. Ia berdiri dengan muka memperlihatkan ketegangan hati, walaupun bagaimana gadis ini tetap saja tidak tenang. Yo Kouw-nio waktu itu tampak tengah mengempos lwekangnya biarpun telah saling bentur tiga kali, tenaga lwekangnya masih saling tindih berusaha mengadu kekuatan tenaga dalam dengan lawannya, yang waktu itu masih berdiri mengejang dengan sepasang tangan terlonjorkan, tergetar keras sekali. Tampak mereka berdua masing-masing mengerahkan tenaga dalam mereka berusaha untuk saling menindih dan merubuhkan lawan mereka. Siauw Kwie sendiri di saat itu jelas tengah berusaha dan berupaya sekuat tenaganya, untuk dapat merubuhkan dan menggempur lweekang lawannya. Beberapa kali ia menggempos menambah kekuatan tenaga dalamnya, namun tetap saja tidak berhasil. Jika saja ia berhasil menggugurkan dan meruntuhkan tenaga dalam lawannya, Yo Kouw-nio akan terluka di dalam tubuh yang berat. Memang benar lweekang Yo Kouw-nio masih di bawah setengah tingkat atau kalah seurat dibandingkan lweekang lawannya. Namun ia memiliki lwekang yang lurus dan murni, warisan dari kedua orang tua angkatnya, yaitu Yo Ko dan Siauw Liong Lie. Sejak kecil Yo Kouw-nio telah menerima gemblengan yang sangat keras dari Siauw Liong Lie, di mana seperti juga ia memang sejak kecil telah berhasil memiliki lweekang dan dasar yang lurus dan murni, sehingga setelah dewasa, waktu ia menerima petunjuk yang jauh lebih penting dari Yo Ko, ia bisa berlatih dengan mudah! Menghadapi lweekang yang sesat, akan menyebabkan ia memang lebih tangguh daya pertahanannya, walaupun lweekang lawannya seimbang. Karena dari itu, biarpun Siauw Kwie telah mengerahkan dan mengempos lweekangnya sekuat tenaganya, masih juga ia selalu gagal untuk merubuhkan Yo Kouw-nio. Sebaliknya Yo Kouw-nio pun dalam mengadu kekuatan tenaga dalamnya bukan hanya menyalurkan tenaga murninya belaka, karena di samping ia mengempos lweekangnya, iapun berusaha memikirkan cara yang terbaik buat merubuhkan lawannya. Atau sedikitnya agar ia dapat mendesak lawannya itu, karena dari itu, beberapa usaha telah dicobanya. Ia telah berusaha untuk mendesak lawannya dengan pukulan telapak tangannya, disusul dengan pengerahan lweekang lagi, dan menangkis memunahkan tenaga serangan lawannya. Dengan demikian membuat mereka selalu saling mengadu tangan dan kekuatan lagi. Tetap saja Yo Kouw-nio tidak berhasil dengan usahanya itu, karena ia tetap berada di bawah tindihan dari kekuatan lweekang lawannya. Dengan caranya seperti sekarang ini, memang diakui oleh Yo Kouw-nio di dalam hatinya, tidak membawa keuntungan buat dirinya karena inilah yang disebut keras dilawan keras. Dan tentu saja, lawannya yang memang memiliki lweekang lebih tinggi seurat dari dia, jauh lebih beruntung memiliki posisi yang jauh lebih kuat. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekarang ini memang dapat Yo Kouw-nio bertahan terus menghadapi tenaga dalam lawannya. Tetapi jika mereka bertempur terus setengah harian lagi, niscaya akan menyebabkan Yo Kouw-nio berkurang tenaganya dan rubuh sendirinya. Bukan Yo Kouw-nio sendiri yang bingung karena justeru Siauw Kwie sendiri pun tidak kurang bingungnya melihat lawannya masih belum dapat dirubuhkannya. Walaupun bagaimana, ia seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki nama disegani semua jagojago rimba persilatan, karena ilmunya yang memang sangat tinggi sekali. Jarang ada orang yang bisa menandinginya. Dalam kemarahannya seperti itu, Siauw Kwie sesungguhnya hampir tidak bisa menahan diri dan ingin meneriaki Tang Lan Cie dan anak buahnya yang lain, agar mereka maju mengeroyok Yo Kouw-nio. Hanya saja ia segera teringat bahwa dirinya duapuluh tahun lebih berlatih diri mati-matian untuk memiliki kepandaian yang tinggi sempurna, yang kelak akan dipergunakan buat menghadapi Yo Ko. Jika memang menghadapi anak angkat Yo Ko saja ia tidak sanggup dan tidak bisa merubuhkannya, bagaimana mungkin dia memiliki muka buat mencari Yo Ko lagi? Dan tentu saja iapun tidak memiliki muka buat mengajak Yo Ko mengukur ilmu, karena biar bagaimana kepandaiannya yang sekarang ini dimilikinya memang masih berada di bawah kepandaian Yo Ko! Bukankah sekarang saja menghadapi anak angkat Yo Ko dia tidak bisa segera merubuhkannya, malah mereka tampaknya hampir berimbang? Dibayangkan juga oleh Siauw Kwie bahwa Tang Lan Cie dan semua anak buahnya akan mentertawainya diam-diam, di dalam hati mereka tentu akan mencemoohkannya. Di mana wibawa dan pengaruhnya di mata anak buahnya, jika kali ini ia tidak bisa merubuhkan anak angkat Yo Ko. Tetapi begitu, penasaran Siauw Kwie semakin besar, walaupun ia batal perintahkan anak buahnya mengeroyok Yo Kouw-nio, namun ia sendiri bertekad harus dapat merubuhkan Yo Kouw-nio. Ia berusaha mengempos seluruh kekuatan tenaganya, karena kali ini sungguh-sungguh hendak mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Ia mengetahui bahwa Yo Kouw-nio di waktu itu tentu telah letih, dan jika ia sekali ini mendesaknya dengan seluruh kekuatan sinkangnya, niscaya Yo Kouw-nio tidak sanggup menghadapinya lagi. Ia mengharap bisa merubuhkan Yo Kouw-nio dengan satu kali serangannya yang paling kuat ini. Tetapi usaha dari Siauw Kwie ternyata gagal. Yo Kouw-nio masih dapat bertahan. Benar-benar tangguh sekali Yo Kouw-nio. tidak percuma ia memperoleh gemblengan dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, dan juga ibu angkatnya, Siauw Liong Lie, ke dua pendekar sakti itu, pasangan pendekar yang memang harus diakui akan kehebatan mereka. Sekarang, biarpun lweekang Yo Kouw-nio memang masih berada di bawah lweekang lawannya, tokh dia masih bisa tahan buat menghadapi Siauw Kwie demikian lama! Y Swat Tocu yang waktu itu tengah berjalan perlahan-lahan karena terlalu lama menantikan Ko Tie bersama beruang salju itu belum juga kembali ke puncak tertinggi Heng-san, jadi tidak sabar dan menduga muridnya tengah menghadapi ancaman bahaya. Karenanya iapun turun dari puncak tertinggi Heng-san, dia telah berjalan perlahan-lahan. Hanya saja ia kini tidak melihat kobaran api lagi. "Apakah Ko Tie telah bisa mengatasi kebakaran itu? Atau memang kebakaran itu hanya kecelakaan belaka karena pemilik rumah itu lalai dalam meletakkan api penerangan atau disebabkan perapian yang terlalu besar?!" Berpikir Swat Tocu sambil mengawasi sekitarnya. Tokoh sakti rimba persilatan ini tetap melangkah perlahan-lahan menuruni puncak tertinggi gunung itu. Dan waktu tiba di tempat yang agak tinggi dari sebungkah batu gunung menonjol, dari mana ia bisa melihat keadaan di bawah, sehingga ia bisa melihat Ko Tie tengah berdiri berendeng dengan seorang gadis. Si gadis yang pernah ditawannya, juga terdapat banyak sekali gadis-gadis cantik lainnya yang semuanya berpakaian serba putih. Dilihatnya, di tengah-tengah, dalam sebuah gelanggang cukup besar di sekitar orang-orang itu, ada dua orang wanita yang tengah bertempur mengadu kekuatan tenaga lweekang. Yang seorang cantik bukan main, mengenakan baju warna merah. Walaupun usianya telah cukup tinggi hampir setengah baya, tokh wajahnya cantik sekali, memiliki raut wajah yang menarik sekali dan memancarkan kecentilan atas sikapnya yang genit! Matanya waktu itu tengah mendelik besar mengandung kebencian dan memancarkan hawa pembunuhan. Ia tengah mengempos semangatnya buat menindih kekuatan sin-kang lawannya. Yang seorang lagi adalah seorang wanita berpakaian serba kuning, yang dikenalnya sebagai anak angkat Yo Ko, yaitu Yo Kouw-nio, yang memang pernah bertemu dengannya beberapa kali waktu Swat Tocu membantui pihak Kay-pang menghadapi kerajaan. Yang membuat Swat Tocu tidak mengerti, mengapa anak angkat Yo Ko bertempur hebat dengan wanita berpakaian serba merah itu, malah tampaknya mereka berdua tengah mengeluarkan seluruh kemampuan dan kepandaian mereka, karena mereka masingmasing berusaha merubuhkan lawan mereka. Terlihat juga dari tubuh mereka yang menguap dan keringat yang sebesar kacang telah menitik turun tidak hentinya. Pakaian mereka basah kuyup, walaupun di waktu itu keadaan di tempat tersebut sangat dingin, bumi diselimuti salju, namun mereka tetap saja berkeringat deras seperti itu! Ko Tie segera dapat melihat gurunya, sampai ia berseru girang. Sedangkan Giok Hoa yang melihat datangnya Swat Tocu, hatinya tidak tenang. Karena ia kuatir Swat Tocu nanti berpihak kepada Siauw Kwie, dan mempersulit gurunya. Karena kuatirnya gadis ini sampai melirik kepada Ko Tie, buat melihat reaksi dan sikap pemuda itu. Dilihatnya wajah Ko Tie berseri-seri girang sekali. Si gadis cepatcepat memisahkan dirinya jauh-jauh dari Ko Tie. Tampak pipinya agak memerah, sebab di waktu itu Swat Tocu juga tengah memandangi padanya dengan bibir tersenyum penuh arti, membuat gadis itu malu. Ko Tie terkejut melihat si gadis tiba-tiba menjauhi dirinya. Hanya cepat sekali ia mengerti dan segera memahami bahwa gadis ini tentunya malu jika berada berdekatan dengannya, sedangkan di tempat itu telah datang guru si pemuda, yang belum lama lalu memiliki pertentangan dan sedikit ganjalan dengan Giok Hoa! "Suhu!" Panggil Ko Tie sambil lari menghampiri dan memberi hormat. "Orang-orang jahat itu mempersulit Yo Cici!" Swat Tocu mengangguk dan perintahkan Ko Tie agar menepi. Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia melangkah perlahan-lahan menghampiri gelanggang pertempuran. Setelah berada dekat, barulah Swat Tocu berkata. "Yo Kouw-nio, tampaknya kau tengah gembira sekali main-main dengan wanita ini." Sambil berkata, Swat Tocu telah mengulur tangannya. Cepat sekali gerakannya, dari telapak tangannya meluncur serangkum angin yang halus sekali, menyelinap tepat di tengah-tengah dua kekuatan yang tengah saling tindih itu. Tidak terdengar suara benturan, namun kesudahannya memang menakjubkan dan membuat Yo Kouw-nio dan Siauw Kwie kaget serta kagum. Karena waktu itu mendadak sekali kekuatan tenaga mereka menjadi lenyap dan mereka seperti kehilangan sasaran, sehingga hampir saja tubuh mereka terjerunuk ke depan, jika saja Swat Tocu tidak menyampok dengan tangan satu lagi, sehingga tubuh kedua wanita itu seperti juga tertahan oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, membuat mereka tidak sampai terjerunuk ke depan. Yo Kouw-nio cepat-cepat merangkapkan ke dua tangannya setelah mengenali Swat Tocu. "Akh kiranya Swat Locianpwe! Apa kabar? Apakah locianpwe selama ini dalam keadaan baik-baik?!" Swat Tocu tersenyum mengangguk. "Ya, jika aku tidak sehat tentu tidak berada di tempat ini! Bagaimana dengan Yo Tayhiap dan Yo Hujin? Apakah mereka dalam keadaan baik-baik?!" Yo Kouw-nio masih membungkuk memberi hormat ketika menyahuti. "Baik, terima kasih atas perhatian locianpwe!" Berbeda dengan Yo Kouw-nio yang girang melihat kehadiran Swat Tocu di tempat itu, maka Siauw Kwie justeru jadi tidak senang. Ia memang mengetahui siapa adanya Swat Tocu, telah lama didengarnya perihal Tocu Pulau Es ini, di mana kepandaiannya memang sangat tinggi. Dan baru kali ini ia melihat orangnya. Dia jadi tidak senang justeru Swat Tocu telah mencampuri urusan orang lain, mencoba memisahkannya, berarti tangannya begitu lancang! "Orang tidak tahu malu, kutungkan tanganmu sebagai hukumanmu berlancang tangan mencampuri urusanku! Jika tidak, hemmmm, aku akan menghabisi jiwamu!" Bentakan itu disertai dengan mata yang mendelik lebar-lebar, galak sekali dan mulut yang monyong cemberut. Namun Siauw Kwie memang memiliki paras yang cantik, karena biarpun ia berada dalam keadaan marah seperti itu, parasnya tetap cantik. Swat Tocu melengak sejenak melihat kegalakan Siauw Kwie, namun segera juga ia tersenyum. "Mengapa harus marah-marah seperti itu? Ku kira, ada baiknya jika memang aku memisahkan kalian, sebab tadi kulihat, keadaan kalian terancam bahaya. Kalian berdua bisa terluka di dalam yang tidak ringan, jika saja tidak segera dipisahkan!" "Hemmmmm!" Mendengus Siauw Kwie. "Apa hubunganmu dengan kami sehingga kau tampaknya begitu menguatirkan keselamatan kami, membuat engkau berusaha memisahkan kami? Cepat kutungkan tanganmu!" Tapi Swat Tocu, biarpun mendongkol melihat sikap Siauw Kwie yang galak seperti itu, tapi kini berusia telah lanjut dan jauh lebih sabar dibandingkan dengan waktu-waktu yang lalu. Coba jika saja Siauw Kwie bertindak dan bersikap ceroboh seperti itu padanya sepuluh tahun yang lalu, niscaya Swat Tocu sedikitnya akan menghajar mulut wanita yang nampaknya galak dan kejam ini, di samping wajahnya memancarkan kegenitannya! "Tenanglah, dengar dulu keteranganku!" Kata Swat Tocu sabar. "Walaupun aku tidak memiliki hubungan apa-apa, tapi apakah, aku tidak boleh memisahkan orang yang tengah terancam bahaya karena mengadu kekuatan mempertaruhkan jiwa? "Sesungguhnya ada urusan apakah di antara kalian yang tidak bisa dipecahkan atau diselesaikan, sehingga kalian berlaku begitu nekad. Telah bertempur mempertaruhkan jiwa kalian masingmasing?!" Muka Siauw Kwie semakin berobah merah padam, ia bilang dengan sikap tetap galak. "Tidak perlu banyak bertanya, sekarang engkau harus melaksanakan perintahku, kutungkan lenganmu, jika tidak, aku yang akan bertindak mengambil jiwamu!" Melihat sikap Siauw Kwie kurang ajar dan galak seperti itu terhadap gurunya membuat Ko Tie yang jadi gusar dan mendongkol, ia melangkah maju sambil katanya. "Suhu!" Tapi cepat sekali Swat Tocu telah menggerakkan tangannya, katanya. "Jangan, kau berdiri saja menyaksikan dari sana! Menarik sekali wanita ini sungguh galak namun sangat cantik!" Ko Tie tidak berani membantah perintah gurunya, segera ia berdiri di pinggir di luar gelanggang, buat menyaksikan saja, padahal hatinya panas sekali karena melihat kekurang ajaran Siauw Kwie.Ia berdiri di samping Giok Hoa, yang waktu itu berdiri dekat di sisi kanannya. Tampaknya gadis ini lebih tenang dibandingkan dengan tadi, karena sekarang telah dilihatnya, bahwa Swat Tocu memang tidak mempersulit gurunya, dan malah membela gurunya. Sekarang tengah menghadapi Siauw Kwie karena dari itu, senang hati Giok Hoa, sehingga ia melirik kepada Ko Tie sambil tersenyum. Kebetulan waktu itu memang Ko Tie tengah mengawasi si gadis, sehingga mata mereka bertemu, membuat pipi si gadis berobah merah dan terasa panas. Ia cepat-cepat membuang pandang ke arah lain. Ko Tie juga segera memandang lagi ke gelanggang, karena ia ingin melihat apa yang hendak dilakukan gurunya terhadap Siauw Kie. Waktu itu Swat Tocu sambil tersenyum tenang berkata kepada Siauw Kwie. "Sesungguhnya apa yang kau inginkan? Apakah tanganku ini cukup menarik, sehingga kau perintahkan aku membuntungi tanganku ini? agar dapat kau ambil dan menyimpannya baik-baik?" Muka Siauw Kwie jadi tambah merah padam karena marah yang meluap, ia berkata dengan suara yang penuh kegusaran. "Baik! Baik! Rupanya engkau sengaja hendak mempermainkan aku! Walaupun aku tahu, engkau adalah Swat Tocu yang diagulagulkan kepandaianmu di dalam rimba persilatan, namun aku justeru ingin sekali melihat dan membuktikan sendiri sebelum mengagumimu!" Setelah berkata begitu, cepat luar biasa tangan kanan Siauw Kwie bergerak ke punggungnya. Tahu-tahu dia telah mencekal gagang pedangnya yang terhunus, di mana ia telah melompat gesit sekali, pedangnya berkelebat dalam bentuk gulungan sinar putih menerjang pada Swat Tocu. Memang Swat Tocu memiliki kepandaian yang tidak jeri berhadapan dengan Siauw Kwie yang tampaknya selain memiliki lwekang yang tinggi, juga ilmu pedangnya tidak boleh dipandang ringan. Karena dari itu, segera juga ia telah bertindak cepat, ia tidak mau memandang enteng, dan telah mengulurkan tangan kanannya, dengan jari telunjuknya disentil pedang itu. Namun gagal, karena waktu itu pedang Siauw Kwie telah ditarik pulang batal menyerang, dia tidak mau membiarkan pedang kena disentil. Kemudian pedang itu telah berkelebat pula dengan cepat sekali, meluncur akan menikam dada Swat Tocu. Swat Tocu tersenyum, tubuhnya tahu-tahu berkelebat, pedang itu lewat di sisi ketiaknya, dan disaat itulah tangan kirinya menyampok ke arah muka Siauw Kwie. Kaget Siauw Kwie menerima serangan yang tidak terduga itu, ia memiringkan kepalanya mengelak. Tapi buat kagetnya yang bertambah juga, dirasakannya angin serangan itu seperti juga es yang membuat pipinya seperti membeku! Tepat sekali. Swat Tocu digelari sebagai majikan dari Pulau Es, karena ilmu pukulannya itu memang memiliki hawa yang sedingin es, yang bisa membekukan! Di waktu itu tampak jelas, Siauw Kwie mulai tergetar hatinya. Dia memang telah sering kali mendengar akan kehebatan Swat Tocu, telah sering mendengar juga akan ilmu pukulan Swat Tocu yang luar biasa. Namun dalam keadaan seperti itu, tentu saja ia menyadari, ia tidak bisa memperlihatkan menurunkan rasa semangat takutnya, anak karena buahnya. hanya Maka dia akan tidak memperlihatkan rasa takutnya, di samping itu memang ia ingin sekali untuk menguji kebenaran berita-berita yang didengarnya mengenai Swat Tocu. Ia ingin melihat apakah Swat Tocu benar-benar memiliki ilmu yang tinggi dan liehay sekali. Karena dari itu, dia telah melakukan penyerangan. Namun siapa sangka, begitu bergebrak justeru di waktu itulah dia telah merasakan hebatnya kepandaian dari lawannya ini. Dia berusaha untuk memulihkan ketenangan dirinya dan setelah berdiri diam sejenak, sebelum Swat Tocu berkata, ia telah membarengi dengan terjangan lagi. Pedangnya bergulung-gulung dalam bentuk sinar putih yang menutupi dan melindungi sekujur tubuhnya. Dengan demikian membuatnya jadi terlindung jika seandainya ada serangan dari luar. Ujung pedang juga telah melingkar ke sana ke mari mencari sasaran di tubuh Swat Tocu. Sedangkan Swat Tocu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya berdiri, ia hanya mengawasi saja datangnya serangan tersebut. Dan di waktu itulah, pedang dari Siauw Kwie telah hampir tiba pada paha Swat Tocu, namun Swat Tocu dengan segera menggeser kakinya, dia berhasil membuat pedang jatuh pada sasaran yang kosong. Di kala itu, pedang Siauw Kwie tahu-tahu telah naik ke atas, menyontek dengan kuat sekali, dibarengi dengan tenaga dorongan akan menikam dada Swat Tocu. Itulah memang sasaran yang benar-benar sulit dielakkan oleh jago-jago sembarangan. Namun bagi Swat Tocu, serangan seperti itu tidak berarti apa-apa baginya. Tubuhnya berkelebat, tahu-tahu telah berada di belakang Siauw Kwie. Diulur tangan kanannya maksudnya akan menepuk pundak Siauw Kwie. Namun Siauw Kwie pun bukan jago sembarangan, dia wanita yang memiliki ilmu liehay. Selama puluhan tahun dengan saudarasaudaranya dia telah berkelana dan berkecimpung menjagoi rimba persilatan, membuatnya dapat mengangkat namanya sangat terkenal sekali. Sekarang menghadapi Swat Tocu yang memang liehay bukan main, dia mana mau mengalah begitu saja, karenanya, begitu mengetahui Swat Tocu mengelakkan tikamannya itu dengan berkelebat ke belakangnya, dia menyadari bisa saja Swat Tocu melakukan serangan di saat itu. Buat mencegahnya, ia telah membalikkan pedangnya, tanpa memutar tubuhnya, hanya menekuk sepasang kakinya. Dia menabaskan pedangnya ke belakang dengan cepat sekali, sehingga pedangnya itu menyambar menimbulkan sambaran angin yang berkesiuran dingin serta kuat sekali. Swat Tocu pun agak terkejut melihat kegesitan dan hebatnya ilmu pedang Siauw Kwie sehingga terpaksa ia harus melindungi tangannya, yang ditarik pulang dengan cepat. Kalau tidak tentu akan tertabas kutung oleh sambaran pedang lawannya. Siauw Kwie telah mempergunakan ilmu pedang Sin-kiam-hwat atau Ilmu Pedang Sakti, di mana setiap jurusnya memiliki perobahan-perobahan yang banyak sekali. Dan juga memiliki perhitungan yang tepat buat menghadapi lawan yang tangguh. Maka setiap kali terancam, dia bisa merobah jurus serangannya dengan segera, dan dia bisa menghadapi Swat Tocu dengan baik. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian telah mencapai tingkat yang tinggi seperti Swat Tocu dan jarang sekali ada orang yang sanggup menandinginya pula, sekarang memperoleh lawan seperti Siauw Kwie, sedikitnya menarik hati Swat Tocu. Dia jadi tertarik buat main-main dengan Siauw Kwie puluhan jurus. Dan sekarang dia merobah sikapnya. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jika tadi dia hanya berdiam diri dan mengelak dari setiap serangan Siauw Kwie, justeru setelah tangannya diselamatkan dari tebasan pedang lawannya, tubuhnya itu seperti juga bayangan belaka, bergerak sangat lincah sekali, sebentar berada di sebelah kiri atau kanan dari Siauw Kwie. Malah diapun seperti telah mengelilingi Siauw Kwie. Semula Siauw Kwie agak bingung menghadapi cara penyerangan Swat Tocu yang baru ini, namun segera juga ia bisa mengatasi diri. Dia telah berusaha mengempos semangatnya, sepasang matanya dipentang lebar-lebar, dia telah mengawasi ke arah mana lawannya bergerak dan pedangnya menyambar dengan segera mengandung tenaga menikam yang sangat kuat. Terlebih lagi memang Swat Tocu tidak mencabut senjata, hanya bertangan kosong belaka, dia jadi semangat sekali mengempos kekuatannya menyerang semakin hebat, pikirnya di dalam hatinya. "Walaupun engkau memiliki kepandaian tinggi, tetapi dengan bertangan kosong seperti itu, jangan harap engkau bisa menghadapi ilmu pedangku!" Dia telah mempergencar tikamannya, seperti juga hujan pedang belaka ke arah tubuh Swat Tocu. Swat Tocu sambil melompat ke sana ke mari berkelebat-kelebat seperti bayangan, terdengar tertawa sambil katanya. "Sekarang engkau harus hati-hati karena aku akan segera mulai balas menyerang!" Di mana tubuh Swat Tocu tiba-tiba sekali mandek, dia telah mengayunkan ke dua tangannya. Gerakannya itu mantap sekali, di saat mata pedang Siauw Kwie tengah menyambar ke arahnya, sehingga mata pedang itu seperti terbentur sesuatu yang kuat sekali, mencong dan beralih ke arah sasaran lainnya, membuat pedang itu juga tergetar sangat keras. Siauw Kwie terkejut, dia menjejak ke dua kakinya, tubuhnya melesat ke belakang, karena ia merasakan betapa pedihnya telapak tangannya, sampai pedangnya hampir terlepas dari cekalannya. Dengan tersenyum Swat Tocu bertanya. "Apakah main-main ini akan dilanjutkan, karena tampaknya engkau masih penasaran? Mari...... mari.. mari kita teruskan. Kemarilah, kita main-main lagi, aku akan menemani.....!" Sambil berkata begitu Swat Tocu melambaikan tangannya. Jelas itulah sikap mengejek yang membuat Siauw Kwie meluap darahnya. "Hemmmm, kau jangan sombong tua bangka, karena walaupun engkau memiliki nama yang sangat terkenal, belum tentu engkau bisa merubuhkan aku, Siauw Kwie!" Teriaknya sambil bersiap-siap hendak menerjang lagi. "Ohhhh.......... kiranya Siauw Kwie yang terkenal dengan perkumpulan itu, Lang-kauw? "Baik! Baik! Bagaimana dengan Sun Kauw-cu? Apakah dia dalam keadaan baik-baik saja?!" "Hemmmm, rupanya engkau telah mendengar nama besar Langkauw!" Teriak Siauw Kwie yang terbangun semangatnya, karena ia mengetahui, tentunya Swat Tocu sedikitnya pernah mendengar nama besar Kauw-cunya, maka dari itu, dia telah tambah berani. "Mari, mari kita teruskan main-main ini!" Swat Tocu tertawa. "Ya.. memang aku pernah mendengar perihal Lang-kauw, yang mengganas dan sekarang ini semakin menggila dengan perbuatan kejam perkumpulan tersebut! Aku justeru hendak mencari Kauwcu Lang-kauw, buat memberantasnya!" Waktu itu Siauw Kwie tidak memperdulikan ejekan Swat Tocu, melainkan pedangnya dengan sinarnya yang keperak-perakan telah menyambar dengan cepat sekali, seperti juga kilat, mendesir menimbulkan kesiuran angin yang dingin sekali, menyambar kepada ulu hati Swat Tocu. Di kala itu Swat Tocu sendiri masih berdiri di tempatnya tanpa bergerak, karena memang dia tengah mengawasi wanita berbaju merah ini, buat melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian yang dimiliki Siauw Kwie, karena memang Swat Tocu telah pernah mendengar akan diri Siauw Kwie, salah seorang di antara sembilan Kwie lainnya yang sangat hebat kepandaiannya. Membuat Swat Tocu tidak mau sembarangan dalam turun tangan. Dia tidak mau menanam permusuhan dengan Siauw Kwie. Dan juga memang Swat Tocu belum mengetahui apakah saudarasaudara Siauw Kwie yang lainnya berada di sekitar tempat itu, dan ia harus memelihara tenaga. Memang kepandaiannya lihay dan terlatih mahir sekali, dengan sin-kang yang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali. Tetapi menghadapi Siauw Kwie terdapat kesulitan apa-apa, jika memang semua saudara Siauw Kwie muncul dan mengeroyoknya itulah lain urusan. Waktu itu pedang Siauw Kwie menyambar dengan hebat sekali, tenaga sin-kang yang disalurkan pada ujung pedangnya menimbulkan angin yang tajam sekali. Di samping itu ujung pedang tergetar, seperti juga pedang tersebut telah berobah menjadi puluhan batang dan sasaran yang diincarnya jadi sulit sekali diterka. Itulah keistimewaan Sin-kiam-hwat. Karenanya Swat Tocu mementang matanya mengawasi cermat sekali. Waktu serangan telah dekat, dia berkelit sambil mengibaskan lengan bajunya. Gerakan yang dilakukannya begitu cepat dan mengandung kekuatan sin-kang yang hebat membuat Siauw Kwie satu kali lagi harus melompat mundur, karena dia terdorong oleh suatu kekuatan yang dingin, menggigilkan tubuh. Bukan kepalang penasaran dan kaget Siauw Kwie, karena dia tidak tahu ilmu apa yang dipergunakan Swat Tocu. Setiap kali dia mempergunakan tenaga dalamnya, akan mendatangkan rasa dingin yang begitu hebat di samping sangat kuat sekali! Dia seperti berada di sekeliling es yang bisa membekukan darah di sekujur tubuhnya! Sekali ini Siauw Kwie ragu-ragu buat menerjangnya lagi, karena telah dua kali ia melihat, begitu Swat Tocu mengerahkan tenaga dalam dan menyerangnya, dia terdorong hebat dan juga diterjang oleh hawa dingin yang luar biasa hebatnya yang seperti bisa membekukan tubuhnya. Dia memperhitungkannya tidak mau Siauw Kwie berlaku nekad. Setelah memandang sejenak lamanya kepada Swat Tocu dengan mata memancarkan kemarahan dan penasaran, Siauw Kwie berkata dengan marah. "Baiklah, rupanya kali ini aku tidak dapat menghukummu, tetapi Lang-kauw tidak akan menghabisi urusan ini sampai di sini saja...... Kami akan datang mencarimu suatu saat kelak engkau harus menerima hukuman dari Lang-kauw!" Waktu berkata begitu, Siauw Kwie bermaksud hendak memutar tubuhnya, karena ia ingin meninggalkan tempat itu, guna mengajak anak buahnya berlalu, dia berpikir, tidak ada manfaatnya jika dia bertempur terus melayani Swat Tocu. Namun belum lagi dia menggeser kedudukan kakinya dan belum memutar tubuhnya, justeru diwaktu itu terdengar suara orang yang bernina bobo. "Tidurlah anakku ibu nanti sayang.. akan ibu akan tidurlah, menemanimu, memetikkan buah, menangkap burung buat engkau bermain, Sekarang engkau tidurlah tidurlah yang manis, nyenyak, karena besok engkau akan bermain lagi dengan riang tidurlah anak sayang......." Senandung itu disenandungkan seorang wanita, yang suaranya sangat bening sekali. Mendengar suara senandung itu, wajah Siauw Kwie tiba-tiba berobah menjadi cerah dan terang, karena dia menjadi girang sekali. "Tok-kui-sin-jie (Setan Racun dengan Anak Sakti) Khiu Bok Lan!" Berseru Siauw Kwie dengan suara yang nyaring, memperlihatkan kegirangan hatinya yang meluap-luap. Swat Tocu sendiri mengerutkan sepasang alisnya. Dia menoleh ke arah datangnya suara senandung itu, demikian juga Ko Tie, Giok Hoa dan yang lainnya, telah menoleh ke tempat dari mana datangnya suara senandung tersebut. Cuma bedanya, anak buah dari Siauw Kwie memperlihatkan kegirangan bukan main, seperti juga mereka telah kedatangan seorang yang sangat mereka andalkan! Dari arah sebelah kanan, di balik dari batu-batu gunung yang bertonjolan dan diselimuti oleh tumpukan salju, tampak melangkah ke luar seorang wanita. Usianya telah setengah baya, namun wajahnya masih cantik dan ia bersolek sangat jelita sekali. Di punggungnya tampak tersembul gagang pedang yang berkilauan kekuning-kuningan, pakaiannya sangat reboh sekali. Rambutnya disanggul dua, dan yang luar biasa, di tangannya tampak dia menina-bobokan sesuatu. Bukan seorang anak, melainkan sebatang pohon yang dipahat kasar dalam bentuk seperti seorang anak kecil! Menyaksikan sikap dan kelakuan wanita itu, yang melangkah keluar mendatangi ke tempat Siauw Kwie berada, rupanya wanita ini tidak beres pikirannya alias sinting. Karena batang kayu yang digendongnya itu digoyang-goyangkan, seperti juga dia tengah menina-bobokan seorang anak kecil dengan penuh kasih sayang dan sangat memanjakannya. Begitu merdu suaranya, halus dan lembut sekali, penuh kasih sayang seorang ibu. Siapakah wanita aneh ini yang tampaknya sinting? Tentu para pembaca telah dapat menduganya siapa dia! Benar! memang dia tidak lain dari Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, wanita sinting yang selalu membawa-bawa mayat anaknya. Sayang sekali mayat anaknya telah dibanting oleh Ko Tie, sehingga rusak, dan akhirnya dikubur. Dan sebagai gantinya, dia telah memahat kasar sepotong batang kayu, yang dinina-bobokan digendong-gendong kemana saja dia pergi. Dia memperlakukan potongan kayu itu seperti juga menghadapi anaknya masih hidup! Mengerikan dan terkadang mendirikan bulu roma bagi orang yang sempat menyaksikan tingkah laku Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan tersebut. Swat Tocu sendiri yang melihat kelakuan wanita itu jadi mengerutkan kening dan sepasang alisnya dalam-dalam. Ko Tie yang melihat munculnya Tok-kui-sin-jie jadi kaget tidak terkira. Wajahnya berobah hebat, karena dia teringat waktu kecil dulu dia pernah jatuh di dalam tangan wanita ini dan dipaksa menjadi penina-bobo mayat anak wanita sinting tersebut. Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan telah berhenti bernyanyi, dia memandang sekelilingnya. Pertama-tama dia memandang Siauw Kwie, dia tersenyum dan Siauw Kwie juga dengan muka berseriseri tersenyum lebar. Kemudian Tok-kui-sin-jie telah menoleh kepada Swat Tocu, lalu dia menggumam. "Hemm, tua bangka tidak menarik! Sungguh memuakkan melihat kau!" Dan tahu-tahu Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan memberikan potongan kayu yang digendong-gendongnya itu kepada Siauw Kwie. Kemudian dengan langkah lebar, dia menghampiri Swat Tocu, bola matanya terbuka lebar, memancarkan sinar yang sangat mengerikan sekali. "Hati-hati Suhu dia wanita sinting!" Teriak Ko Tie, yang sangat menguatirkan gurunya. Giok Hoa dan gurunya melihat wanita sinting tersebut juga jadi bergidik. Biarpun cantik tetapi di tubuh Tok-kui-sin-jie tersebut memancarkan hawa yang sangat menakutkan sekali, sehingga membuat orang merasa seram sekali, seperti terdapat sesuatu kekuatan yang aneh dan agak mistik. Sedangkan Swat Tocu tersenyum tenang saja, dia hanya merasa kasihan melihat keadaan wanita sinting itu. Mendengar peringatan muridnya, dia hanya mengangguk. Tidak demikian halnya dengan Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, karena tiba-tiba sekali dia menahan langkah kakinya, memutar tubuhnya, menoleh kepada Ko Tie. Bola matanya memain sejenak, lalu wajahnya yang bengis itu berobah menjadi lunak dan lembut sekali. Dia tersenyum manis, sambil menghampiri Ko Tie. "Anak yang manis, engkau sekarang telah besar dan dewasa! Anak manis! Anak manis! Sekarang engkau telah menjadi pemuda yang gagah..... anak manis, ke mari dekat pada ibu! Mari nak!" Sambil berkata begitu, Tok-kui-sin-jie melangkah menghampiri ke arah Ko Tie, sikapnya seperti juga wanita sinting ini tengah berhadapan dengan puteranya yang dianggapnya telah menjelang dewasa, pemuda tampan yang gagah. Mengkirik Ko Tie melihat sikap wanita sinting itu, sedangkan kakinya tanpa dikehendaki jadi melangkah mundur dua tindak. Memang Ko Tie yang sekarang ini bukan Ko Tie yang dulu, yang akan menurut saja apa yang dikatakan Bok Lan. Dia sekarang telah memiliki kepandaian yang tinggi, menjadi murid Swat Tocu dan memperoleh gemblengan yang sangat baik sekali. Namun melihat sikap sinting Bok Lan justeru dia tetap saja menggidik ngeri dan timbul perasaan seramnya, sehingga dia jadi mundur dua langkah ke belakang tanpa dikehendakinya. "Mari! Ke marilah nak, dekatlah kepada ibu!" Panggil Bok Lan sambil melambaikan tangannya. "Pergi.. jangan mendekati aku!" Teriak Ko Tie dengan suara tergetar. Entah mengapa menghadapi wanita sinting ini, tergetar hati Ko Tie, sebab walaupun bagaimana ia telah mengetahui bahwa wanita ini sinting dan juga telah membekukan mayat anaknya, yang selalu dibawa-bawanya. Dan Ko Tie pernah menggendong anak wanita sinting ini, dalam bentuk mayat yang telah dibekukan. Dengan demikian membuat Ko Tie selalu merasa ngeri dan seram jika melihat wanita sinting tersebut. Waktu itu jarak antara Bok Lan dengan Ko Tie tidak terlalu jauh lagi. Swat Tocu sendiri membiarkan Bok Lan menghampiri muridnya. Dia justeru hendak melihat apa yang ingin dilakukan oleh Bok Lan, sehingga dia hanya berdiri dengan tersenyum-senyum saja mengawasi dengan keadaan bersiap sedia. Jika memang muridnya membutuhkan pertolongannya, barulah dia akan turun tangan buat menolonginya. Bok Lan tiba-tiba tertawa bergelak, katanya. "Sangat girang hatiku melihat engkau telah menjadi besar dan gagah seperti sekarang ini..... mari anak, mari ke dekat ibu, anakku. Ibu ingin memelukmu.. ibu telah rindu sekali padamu!" Dan wanita sinting itu bukan hanya sekedar memanggil-manggil belaka, sebab tubuhnya tahu-tahu telah melesat, menubruk akan memeluk Ko Tie. Bukan main kaget dan ngerinya Ko Tie, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan, keringat dingin telah keluar dari kening dan tubuhnya, dia berkelit menghindar dari tubrukan Bok Lan. Benar gerakan Bok Lan sangat cepat, namun Ko Tie lebih cepat lagi menghindar, sehingga Bok Lan tidak berhasil memeluknya. "Eh..... anakku, gesit sekali kau!" Kata Bok Lan sambil tertawa. Sama sekali dia tidak marah atau kurang senang, malah tampaknya dia girang sekali, seperti tengah bermain-main dengan anaknya riang sekali. Ko Tie kewalahan juga, tiga kali Bok Lan mengulangi tnbrukannya hendak merangkulnya. Giok Hoa yang melihat Ko Tie begitu panik selalu menghindar dari tubrukan Bok Lan tidak bisa menahan tertawanya. Dia geli sekali dan beranggapan itulah urusan yang lucu sekali, lenyap perasaan seramnya. Bahkan gadis ini, yang memang memiliki perasaan halus, segera merasa berkasihan kepada Bok Lan. Karena dia beranggapan Bok Lan tentu menjadi sinting karena mengalami sesuatu pada diri puteranya, sehingga setiap kali melihat anak kecil atau pemuda yang baru meningkat dewasa, dianggap sebagai anaknya. Yo Kouw-nio, guru Giok Hoa, menghela napas berulang kali. Dia telah mengetahui siapa adanya Bok Lan, iblis sinting yang sangat berbahaya sekali, dengan kepandaiannya yang sangat tinggi. Sekarang dia muncul disini, tampaknya Bok Lan memiliki hubungan baik sekali dengan Lang-kauw. Karena dari itu, rupanya Yo Kouw-nio memang akan menghadapi urusan yang tidak ringan, tampaknya Lang-kauw memiliki banyak sekali orang pandai yang memiliki kepandaian sangat lihay. Di kala itu, Ko Tie tengah sibuk, dua kali mengelakkan lagi tubrukan dari Bok Lan, dan pemuda ini yang telah jadi begitu jijik dan menggidik ngeri, berulang kali berseru. "Suhu..... Suhu..... bagaimana ini?!" Swat Tocu tertawa melihat muridnya jadi panik seperti itu, dia bilang dengan suara nyaring dan tetap tidak bergerak dari tempatnya berdiri. "Mengapa engkau jadi bingung seperti itu? Apakah selama ini engkau kudidik buat menjadi seorang pemuda pengecut seperti itu?!" Ditegur seperti itu barulah Ko Tie tersadar, segera juga ia mentertawai dirinya yang bodoh sekali. Dia sekarang ini bukan Ko Tie yang dulu, yang harus takut kepada wanita sinting ini. Bukankah sekarang dia telah memiliki kepandaian yang tinggi digembleng oleh gurunya yang memang liehay itu, dia bisa saja menghadapi Bok Lan dengan baik. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Karya Hong San Khek