Anak Rajawali 35
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 35
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Mereka memberi hormat kepada orang tua itu, lalu memutar tubuh memberi hormat kepada para tamu. "Harap cianpwe dan juga tuan-tuan tidak mentertawai keburukan kami.....!" Kata mereka hampir berbareng. "Sekarang kami hendak meramaikan pesta pangcu Ang-kie-pay, agar para Cianpwe dan tuan-tuan tidak menjadi kesepian karenanya.....!" Setelah berkata begitu, dengan gesit ke dua pemuda itu memisahkan diri. mereka telah berdiri berhadapan dan juga tangan mereka dengan sebat telah mancabut pedang masing-masing, yang berkilauan terkena sinar matahari pagi. Segera juga di sekitar tempat itu ramai oleh tepuk tangan dan suara memuji, karena orang-orang kagum dengan gerakan dan kesebatan tangan ke dua pemuda itu. Semangat ke dua pemuda tersebut terbangun dan mereka segera juga melompat dengan gesit dimana mereka telah menyerang satu dengan yang lainnya. Gerakan yang dilakukannya sebenarnya hanya merupakan kembang ilmu pedang belaka, karena biarpun tampaknya mereka gesit dan menyerang dengan hebat, namun tidak mungkin akan dapat mencelakai lawan masing-masing. Ko Tie yang menyaksikan cara bertanding ke dua pemuda itu, jadi tidak tertarik. Demikian juga Giok Hoa. Karena ke dua pemuda itu memang benar-benar hanya memperlihatkan permainan yang tidak berarti, cuma hendak meramaikan pesta tersebut. Setelah lewat duapuluh jurus, ke dua pemuda itu melompat mundur memisahkan diri. Orang tua enampuluhan tahun yang tadi telah maju pula ke depan, ia merangkapkan ke dua tangannya, kemudian katanya. "Siapakah di antara tuan-tuan yang hendak memanaskan darah untuk main-main dengan gembira di atas panggung? Mereka merupakan anggota muda kami yang memiliki kepandaian belum berarti, karena itu, mereka telah memperlihatkan permainan ilmu yang kurang baik!" Setelah berkata begitu, dengan sikap mempersilakan, tampak tangan orang tua itu telah diacungkan. Dia mempersilakan jika di antara tamu-tamu itu ada yang bersedia uutuk maju ke atas panggung, untuk pibu. Tiba-tiba Ko Tie dan Giok Hoa melihat, seorang pemuda berusia hampir tigapuluh tahun telah melompat naik ke atas panggung. Gerakan tubuhnya begitu ringan waktu ke dua kakinya hinggap di atas panggung. Sama sekali tidak mengeluarkan suara dan juga mereka melihat bahwa mata pemuda itu memiliki sinar tajam. Di kala itu terlihat pemuda itu merangkapkan ke dua tangannya memberi hormat, sambil katanya, "Maaf, boanpwe Tie Koay Cie ingin sekali main-main untuk menambah kegembiraan. Dan siapakah di antara tuan-tuan yang bersedia menemani?!" Terdengar suara tertawa tawar, disusul dengan melesatnya sesosok bayangan ke atas panggung. "Aku yang rendah Wu Cie Lin ingin sekali main-main untuk menambah pengalaman!" Dan orang itu ternyata seorang pemuda berusia duapuluh lima tahun, memakai baju di sebelah atas berwarna putih, sedangkan celananya warna coklat. Ia membawa sepasang pedang di punggungnya. Demikianlah, ke dua pemuda itu setelah basa-basi, segera mulai bergerak. Semua orang menyaksikan pertempuran kali ini lebih tertarik, karena ke dua pemuda yang tengah mengukur ilmu tersebut merupakan orang-orang yang jauh lebih lihay dibandingkan dengan ke dua orang anggota muda dari Ang-kie-pay. Ko Tie dari Giok Hoa yang tengah menyaksikan pertempuran itu, tiba-tiba mendengar orang di samping mereka berkata perlahan kepada kawannya. "Kita sudah boleh mulai bertindak!?" "Tunggu dulu, sabar, kita tidak boleh ceroboh! Sekarang mereka berkumpul semuanya, yang terdiri dari orang-orang yang kepandaiannya tidak rendah! Jika kita meleset dalam perhitungan, niscaya kita yang celaka!" Ko Tie melirik. Dia melihat orang yang tengah bercakap-cakap itu adalah dua orang laki-laki setengah baya, yang masing-masing memiliki wajah yang kejam dan bengis. Mata mereka tengah memandang tajam sekali ke panggung. Pakaian orang yang satunya, yang berada di samping Ko Tie berwarna hijau, sedangkan yang seorang lagi berwarna kuning. Di saat itu yang berpakaian hijau telah berkata perlahan sekali. "Walaupun bagaimana usaha kita kali ini harus berhasil. Jika gagal berarti untuk selanjutnya tidak ada kesempatan buat kita menancapkan kaki di Bu-ciu!" Yang memakai baju warna kuning cuma mengangguk. Ko Tie jadi tertarik. Entah apa yang hendak dilakukan ke dua orang ini. Tapi melihat cara berkata-kata mereka, tampaknya mereka memang bukan hendak melakukan sesuatu yang baik. Karenanya diam-diam Ko Tie jadi memperhatikan gerak gerik mereka. Ko Tie dan Giok Hoa memakai baju warna abu-abu sebagai anak sekolahan. Karena itu, orang yang memakai haju hijau dan kawannya yang memakai baju kuning, sama sekali tidak mencurigai Ko Tie maupun Giok Hoa. Mereka bicara walaupun bisik-bisik, tampaknya mereka leluasa sekali dan sangat berani. Ko Tie masih memperhatikan beberapa saat, akhirnya ia mendengar yang memakai baju warna hijau itu telah berkata perlahan kepada kawannya. "Mari kita mulai!" Kawannya cuma mendengus saja, dan ikut bangun berdiri. Mereka meninggalkan tempat duduk mereka, untuk menyelusup ke tempat lain. Ko Tie pesan kepada Giok Hoa, agar kawannya tetap berdiam di situ, sedangkan dia sendiri telah mengikuti ke dua orang itu. Giok Hoa mengangguk sambil tersenyum. Ternyata ke dua orang yang diikuti oleh Ko Tie menuju ke tepi telaga sebelah utara di mana keadaan di situ sepi, tidak terdapat seorang manusiapun juga. Orang-orang Ang-kie-pay pun justeru berkumpul di sekitar panggung. Ko Tie menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat ke atas sebatang pohon. Dia menyembunyikan diri di situ, mengawasi gerak-gerik ke dua orang tersebut. Orang yang memakai baju hijau telah mendekatkan tangannya pada bibirnya, maka terdengarlah suara siulan yang nyaring dan disusul kemudian dari tempat yang rimbun, melesat keluar beberapa orang. Gerakan mereka sangat gesit sekali, dan telah sampai pada ke dua orang itu, yang segera berkata. "Kita akan gembira bekerja waktunya telah tiba.....!" "Ya Tong-cu!" Menyahuti orang-orang yang baru keluar, yang semuanya mengenakan baju singsat dan usia mereka rata-rata pertengahan umur. Ko Tie semakin heran, entah apa yang hendak dilakukan mereka, karena mereka seperti juga telah merencanakan untuk melakukan sesuatu yang diperhitungkan benar. Waktu itu orang yang memakai baju warna hijau telah berkata dengan sikap sungguh-sungguh. "Jika sekali ini kita gagal, maka habislah kita karena Ang-kiepay memang bermaksud menelan perkumpulan kita. Karena itu, kalian harus bekerja sebaik-baiknya!" "Ya kami mengerti!" Menyahuti beberapa orang itu. "Nah, pergilah kalian melaksanakan perintah!" Kata orang yang memakai baju warna kuning. Orang-orang yang berjumlah delapan orang itu telah berlari ke tepi telaga, lalu mereka menyelam ke dalam air, lenyap tidak terlihat lagi. Hanya terlihat air yang bergerak perlahan. Rupanya mereka berdelapan telah menyelam sambil berenang menghampiri kapal besar itu. Orang yang memakai baju hijau dan kuning memperdengarkan tertawa dingin mereka. Keduanya segera pergi ke balik sebatang pohon untuk menempatkan diri mereka di situ. Baru saja Ko Tie hendak berlalu, pergi ke atas kapal besar itu, guna melihat, siapakah sebenarnya orang-orang yang berkumpul di dalam kapal itu, mendadak sekali terdengar suara orang tertawa dingin. "Hemmm, kami tidak pernah menyangka sama sekali bahwa Houw-sim-pay (Perkumpulan Hati Harimau) ternyata hanya terdiri dari manusia-manusia rendah dan tidak tahu malu!" Ko Tie melirik ke arah datangnya suara itu. Tampak seorang Tojin tua berusia hampir tujuhpuluh tahun, melangkah keluar dengan langkah yang ringan. Mukanya lancip seperti muka burung. Matanya bersinar sangat tajam sekali. Di waktu itu orang yang memakai baju hijau dan kuning kaget bukan main. Namun mereka cepat bisa menguasai diri, karena mereka telah melompat berdiri dan menghadapi si Tojin. "Ohhhhh, tidak tahunya Oey Tojin!" Kata yang memakai baju hijau. "Tidak kami sangka bahwa Oey Tojin yang memiliki nama sangat terkenal di dalam rimba persilatan, tidak hanya seorang manusia rendah tukang mengintip dan mencuri dengar percakapan orang lain" Muka Tojin itu berobah bengis. Memang mukanya sudah bengis, sekarang dia dalam keadaan gusar, maka dia tampaknya jadi lebih bengis, sedangkan matanya juga memancarkan sinar yang sangat tajam. "Jangan bicara sembarangan ngaco balau!" Bentak Tojin itu dengan suara mengandung kemarahan. "Siapa yang mencuri dengar percakapan kalian? Hemmm, memang beruntung pinto mengetahui kalian memiliki maksud buruk, maka pinto telah menguntit kalian. "Benar saja kecurigaan kami itu memperoleh kenyataan, bahwa kalian merupakan manusia-manusia rendah! Apa maksud kalian untuk menghancurkan kami? "Hemm, beruntung saja kami telah menduga sebelumnya. Kami telah mengadakan persiapan! Nah, sekarang coba kalian berpaling. Lihatlah! Apa yang terjadi itu.....!" Sambil berkata begitu, Tojin tersebut memperdengarkan suara tertawanya, tertawa mangejek. Sedangkan orang berbaju hijau dan kuning itu telah mendatangi ke tengah telaga. Benar saja air telaga telah berubah menjadi merah, disusul dengan mengambangnya beberapa sosok tubuh. Tidak lain yang mengambang sosok mayat di tengah-tengah telaga itu adalah kawan-kawan mereka. Saling susul satu demi satu telah mengambang, akhirnya jumlahnya genap delapan orang, yang telah mati mengambang menjadi mayat!" "Hemmm!" Tojin itu mendengus mengejek, waktu melihat muka orang berbaju hijau dan kuning itu memandang tertegun dengan wajah yang berobah memucat. "Sekarang kalian telah menyaksikan, betapapun juga Ang-kie-pay bukanlah sebangsa perkumpulan yang mudah untuk dipermainkannya.....!" Dan Tojin tersebut segera memperdengarkan suara tertawanya yang sangat nyaring sekali. Suara tertawanya itu seperti juga menggema di sekitar tempat tersebut. Sedangkan dari dalam telaga telah bermunculan beberapa orang yang berpakaian serba merah. Mereka berjumlah lima orang. Di tangan masing-masing tergenggam pedang, yang waktu itu berkilauan, karena darah di pedang itu telah tercuci oleh air telaga. Dan pedang-pedang itulah yang telah menghabisi jiwa dari delapan orang anak buah orang yang memakai baju hijau dan kuning itu. "Oey Tojin, betapa rendahnya kalian!" Bentak orang yang memakai baju hijau dengan sengit sekali. "Engkau telah memasang jaring buat kami!" "Menghadapi manusia-manusia rendah seperti kalian, mengapa harus sungkan?!" Menyahuti Tojin itu dengan suara yang tawar. "Hemm, bukankah kalian justeru bermaksud buruk terhadap kami? Jika kami tidak mengadakan penjagaan yang ketat, niscaya kalian dapat melaksanakan maksud buruk kalian!" Setelah berkata begitu, Tojin tersebut telah tertawa bergelak-gelak. Orang yang memakai baju hijau dan kuning tidak bisa menahan kemarahan mereka lagi. Seperti juga mereka berdua telah berjanji, dengan gesit sekali dan sangat cepat, ke duanya telah menjejakkan kaki mereka masing-masing dan tubuh mereka telah melesat ke depan Tojin itu. Tangan mereka buat menghantam. Kuat sekali tenaga pukulan mereka, yang datang dari sebelah samping kanan dan kiri Tojin itu, karena orang yang memakai baju hijau dan kuning itu telah memperhitungkan serangan mereka tersebut, di mana memang mereka bermaksud buat menyerang serentak, agar Tojin itu tidak memiliki kesempatan lagi buat mengelakkan diri dari serangan mereka. Tapi Tojin itu memang tabah dan lihay. Ia tidak gentar menghadapi pukulan ke dua orang lawannya tersebut, karena dengan segera ia telah mengeluarkan tertawanya yang panjang, tahu-tahu ke dua tangannya diputar. Akibat tangannya yang diputar cepat seperti itu, menimbulkan angin yang berkesiuran dan juga telah membuat pukulan ke dua lawannya terbendung. Dan dikala orang yang memakai baju hijau dan juga yang memakai baju kuning, tengah terkejut. Mereka hendak menarik pulang tenaga mereka ketika melihat serangan mereka gagal. Di waktu itulah dengan cepat sekali terlihat betapa Oey Tojin telah menghantam dengan kedua tangannya lagi, maka seketika terlihat tubuh orang yang berbaju hijau dan kuning itu terpental, sebab mereka tidak bisa menangkis. Juga datangnya pukulan itu sangat cepat, di samping ilmu pukulan Tojin tersebut memang merupakan ilmu pukulan yang lihay. Ko Tie yang tengah mengintai, diam-diam, terkejut. "Telengas sekali tangan Tojin itu!" Pikir Ko Tie yang segera dapat mengenali ilmu pukulan Tojin tersebut adalah ilmu pukulan yang dinamakan "Menghancurkan Jantung Memutuskan Otot" Semacam ilmu pukulan sesat yang sangat ganas sekali. Sedangkan orang yang memakai baju hijau dan kuning, terpental cukup jauh. Dan mereka berusaha untuk berdiri. Memang berhasil mereka berdiri kembali, namun dari mulut mereka segera memuntahkan darah segar! Melihat muka orang yang memakai baju hijau dan kuning itu pucat pias, tampak Oey Tojin tertawa bergelak-gelak. "Hemmm, seperti delapan orang kawan kalian, maka kalian berdua juga tidak dapat meloloskan diri dari tangan kami, Ang-kie-pay!" Mengetahui bahwa Tojin ini sebagai anggota dari Ang-kie-pay memiliki tangan yang begitu telengas, dan hati yang sangat kejam, seketika Ko Tie memperoleh kesan yang pasti, bahwa Ang-kie-pay pasti sebuah perkumpulan yang kejam dan jahat, yang termasuk dalam golongan hitam! Di waktu itu, Oey Tojin telah melangkah setindak demi setindak menghampiri ke dua orang lawannya. Orang yang memakai baju hijau dan baju kuning jadi panik juga. Mereka gentar setelah mengetahui bahwa Tojin itu sangat lihay, dan juga mereka memang bukan jadi tandingannya. Apa lagi dikala itu mereka telah terluka di dalam yang tidak ringan. Melihat Oey Tojin menghampiri mereka, ke dua orang ini, yang memakai baju hijau dan kuning mundur setindak demi setindak ke belakang. Dan mereka bermaksud untuk meloloskan diri saja. Hanya, ke lima orang pemuda yang memakai baju berwana merah, telah menghampiri dan mengurung mereka, berusaha buat mencegah mereka melarikan diri. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pedang mereka telah melintang, siap dipergunakan sembarang waktu yang diperlukan. Orang yang memakai baju warna hijau dan kuning itu menyadari, bahwa mereka sulit ingin meloloskan diri, maka yang memakai baju hijau segera jadi nekad, katanya dengan suara yang bengis. "Hemmm, Oey Tojin, jika memang engkau memiliki kepandaian yang tinggi, bunuhlah kami! Memang kami tidak berdaya kali ini terhadapmu, tapi kau jangan gembira dulu! "Kami tidak takut buat mati, tapi kematian kami tidak akan sudah sampai di sini saja. Pangcu kami tentu akan mengadakan pembalasan yang jauh lebih hebat lagi kepada kalian." Waktu berkata begitu, muka si baju hijau yang memang telah pucat itu, tampak bengis mengandung kekecewaan, putus asa dan nekad. Sedangkan yang berpakaian warna kuning, juga jadi nekad. Namun ia tidak banyak bicara, karena tahu-tahu tubuhnya telah melesat menerjang kepada Oey Tojin. Dia menerjang sambil mengulurkan ke dua tangannya, karena ia bermaksud hendak mencengkeram batok kepala imam itu. Belum lagi kakinya terpisah jauh dari tanah, orang yang memakai baju kuning itu telah menjerit, jerit kematian. Dia kemudian rubuh di tanah, karena dia telah ditabas oleh pedang salah seorang anak buah Ang-kie-pay. Waktu melihat orang memakai baju kuning hendak maju, dengan segera pedangnya itu bergerak menabas punggung orang berbaju kuning. Dia rubuh di tanah, dan hanya menggeliat satu kali, kemudian diam tidak herkutik lagi, karena memang napasnya telah putus. Sedangkan kawannya yang memakai baju warna hijau, jadi berdiri menjublek. Dia menyadari, kalau saja memang hendak melakukan pembalasan, berarti diapun akan menemui ajal seperti kawannya. Karena memang di waktu itu diapun tengah terluka parah dan tidak berdaya. Dengan muka yang pucat pias, dikala si imam telah tertawa bergelak-gelak, orang yang memakai baju hijau itu bilang. "Bunuhlah aku..... jangan harap kalian bisa menghina kami! Aku tidak akan gentar menghadapi kematian!" Oey Tojin tertawa mengejek. "Kau ingin mampus? Justeru aku tidak bermaksud kau mati cepatcepat. Aku menginginkan engkau berangkat ke akherat tidak terburu-buru, perlahan-lahan. Itulah kematian yang paling menyenangkan! "Hemm, sekarang engkau harus menjelaskan dulu, apa maksudmu datang untuk mengacaukan pesta yang diselenggarakan Ang-kiepay?!" Waktu bertanya seperti itu, muka Oey Tojin bengis bukan main, matanya mendelik memancarkan sinar yang tajam. Sebetulnya, Ko Tie melihat orang yang memakai baju kuning telah dibunuh mati, hendak turun tangan, guna melindungi orang yang memakai baju hijau. Namun, ia jadi tertarik mendengar Oey Tojin itu menanyakan apa maksud dari orang berbaju hijau itu mengacau di situ. Segera juga Ko Tie tersadar, walaupun bagaimana memang dia belum lagi mengetahui, urusan apa yang sesungguhnya terjadi antara Ang-kie-pay dengan perkumpulan dari orang berbaju hijau itu. Maka dari itu, Ko Tie batal melompat keluar dari tempat persembunyiannya. Dia berdiam diri saja, ingin menantikan jawaban dari orang berbaju hijau tersebut. Sedangkan orang berbaju hijau itu tertawa dingin. "Jika ingin bunuh, bunuhlah! Mengapa harus banyak bicara lagi? Tidak sepatah katapun juga aku akan memberikan keterangan kepada kalian!" Melihat ketegasan sikap dari orang berbaju hijau itu, Oey Tojin mengangguk-angguk dengan wajah yang bengis. Dia melangkah dua tindak menghampiri. "Baiklah, rupanya engkau memang mencari mampus!" Sambil berkata begitu, tangan kirinya bergerak. Tangan kanannya membarengi menyambar. Itulah merupakan pukulan mengandung maut, telengas sekali. Tapi, waktu orang berpakaian serba hijau itu putus asa dan memejamkan matanya, tahu-tahu berkelebat sesosok bayangan, yang menyampok dengan tangan kanannya buat menangkis pukulan yang dilakukan Oey Tojin. Tubuh Oey Tojin terhuyung sampai tiga tindak. Karena terlalu kaget, dia sampai menjerit. Sedangkan orang berpakaian baju hijau segera membuka matanya. Dia jadi heran. Penolongnya adalah pemuda pelajar yang saat itu duduk di sebelahnya, yang sebelumnya dipandang ringan dan tidak sebelah mata olehnya. Siapa tahu, pemuda pelajar yang semula diduganya lemah itu, kini telah memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandaian yang tinggi sekali, juga dia telah menolongnya. Belum lagi orang berbaju hijau tersebut mengucapkan terima kasihnya, waktu itu, dengan sebat Tojin tersebut telah kaget waktu menghantam lagi kepada Ko Tie. Rupanya Oey Tojin penasaran sekali. Dia serangannya ditangkis dan telah membuat tubuhnya sampai terpental seperti itu. Segera juga dia mengawasi orang yang telah menangkis serangannya tersebut. Dan dia tambah heran, karena itulah seorang pemuda remaja yang mungkin usianya baru duapuluh tahun lebih, dan ternyata memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Maka segera juga tampak Oey Tojin telah melesat dengan lincah dia menghantam kepada Ko Tie. Pukulan yang dilakukannya jauh lebih hebat dibandingkan dengan pukulannya yang tadi. Angin pukulan itu juga berkesiuran menderu-deru. Ko Tie tertawa dingin, dia bilang. "Hemm, engkau mencari mampus!" Dan sambil berkata begitu, segera juga ia menangkis. Kali ini ia menangkis dengan mempergunakan Pukulan Inti Esnya. Karena itu, begitu tangannya saling bentur dengan tangan Oey Tojin, seketika imam itu terhuyung mundur empat langkah ke belakang, dan mukanya pucat. Tubuhnya menggigil keras, karena ia merasakan tubuhnya seperti juga direndam di dalam kolam es! Ke lima orang anak buahnya yang menyaksikan keadaan Oey Tojin seperti itu, segera juga membentak bengis. Mereka menggerakkan pedang masing-masing. Lima batang pedang telah menyambar berseliweran, mengancam bagian-bagian yang mematikan di tubuh Ko Tie. Tapi Ko Tie memang sangat lihay. Dia mana memandang sebelah mata terhadap penyerangan dari ke lima orang itu. Sambil tertawa dingin, dia telah melesat ke sana ke mari, tahu-tahu ke lima batang pedang itu telah pindah tangan. Tapi ke lima orang anggota Ang-kie-pay itu benar-benar manusia kepala batu. Setelah mereka tertegun sejenak, dan tersadar, mereka cepat sekali melompat sambil mengayunkan ke dua tangan masingmasing, yang menyerang dengan sekuat tenaga mereka. Dengan demikian, mereka bermaksud untuk merubuhkan pemuda yang tidak mereka kenal ini. Ko Tie jadi mendongkol melihat kepala batu ke lima anggota Angkie-pay, terlebih lagi ia menyaksikan sendiri, betapa semua anggota Ang-kie-pay memiliki tangan telengas. Cepat luar biasa dia melontarkan ke lima batang pedang rampasannya. Ke lima batang pedang itu meluncur dengan mengeluarkan suara mendengung, karena kuatnya timpukan Ko Tie dan ke lima pedang itu menancap serentak di batang pohon, melesak dalam sekali. Membarengi dengan itu, tubuh Ko Tie juga berkelebat-kelebat menangkis pukulan ke lima orang anggota Ang-kie-pay tersebut. Tangan mereka saling bentur, disusul dengan terdengarnya suara hancur dan patahnya tulang tangan ke lima orang itu, yang menjerit kesakitan dan telah melompat mundur dengan muka yang pucat dan tubuh menggigil keras. Masing-masing ke dua tangan mereka telah hancur dan lunglai tidak bertenaga serta sudah tidak dapat dipergunakan lagi! Ko Tie tertawa dingin. "Hemmm, manusia bertangan telengas dan berhati kejam seperti kalian tidak perlu diampuni!" Dingin sekali suaranya Waktu itu Oey Tojin tengah berusaha menahan hawa dingin yang menyerang dirinya, dan tangan kanannya dipakai bersiul nyaring dengan ditempelkan pada bibirnya. Suara siulan itu bergema di sekitar tempat itu. Ko Tie tertawa, katanya. "Hemm, engkau memang hendak memanggil kawanmu, bala bantuanmu?" Dan dia telah berkata begitu sambil tubuhnya dengan cepat sekali bergerak, di mana tangannya melayang menghantam lagi. Maka seketika tubuh dari orang tua itu, imam yang lanjut usia tersebut, seperti juga daun kering yang tidak berbobot lagi, terpental dan ambruk di tanah, dengan tubuh yang menggigil keras. Tubuhnya juga telah dibungkus oleh selapisan salju yang tipis sekali, di waktu mana dia menggigil keras dengan gigi yang bercatrukan satu dengan yang lainnya. Akhirnya karena menahan hawa dingin yang luar biasa hebatnya membuat dia pingsan tidak sadarkan diri. Dalam keadaan seperti itulah, dia juga telah menggeletak diam dengan napas yang tidak berhembus lagi, karena begitu ia pingsan, begitu jantungnya tidak bekerja lagi, dan telah menutup mata buat selama-lamanya. Ko Tie memang telah menurunkan tangan yang keras seperti itu, karena memang dia melihatnya betapa Oey Tojin seorang pendeta yang bertangan telengas sekali. Karena itu, dalam turun tangan dia tidak tanggung-tanggung. Dia telah membunuhnya tidak mengenal kasihan lagi. Di waktu itu juga tampak dari kejauhan berlari-lari beberapa orang. Gerakan orang-orang itu sangat gesit sekali. Dalam waktu yang singkat, mereka telah sampai di tempat tersebut. Mereka adalah lima orang tua yang jenggot dan juga kumisnya telah memutih semuanya. Disamping itu, mereka semuanya memakai jubah warna merah. Ke lima orang tua itu kaget bukan kepalang melihat Oey Tojin menggeletak tidak bernapas lagi, tubuhnya telah terbungkus oleh salju yang tipis. Mereka memandang kepada Ko Tie dengat sorot mata yang tajam. Karena di waktu itu mereka juga melihat ke lima orang anggota Ang-kie-pay menggeletak tidak bernapas lagi. "Tuan!" Kata salah seorang di antara mereka sambil merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Ko Tie. "Sesungguhnya, apa kesalahan mereka, sehingga kau turunkan tangan begitu keras kepada mereka?!" Ko Tie tertawa dingin. "Mereka merupakan manusia-manusia yang tidak berperikemanusiaan! Mereka memang memiliki muka manusia, tapi berhati binatang!" Ke lima orang tua itu berobah mukanya jadi merah padam, dan mereka murka bukan main. Tapi orang tua yang tadi berkata-kata itu telah bilang lagi, sambil menindih kegusarannya. "Siapakah kau sebenarnya tuan?" "Kalian tidak berderajat buat menanyakan namaku....." Kata Ko Tie dengan suara yang dingin. "Hemmm, kalian dari Ang-kie-pay, ternyata kalian hanya dapat menyelenggarakan pesta untuk banjir darah dari orang-orang yang tidak berdaya! "Berusaha menancapkan kaki di Bu-ciu, hanyalah untuk memperluas kekuasaan kalian belaka, tanpa memikirkan lagi korban yang akan jatuh karenanya.....! Sekarang tuan mudamu ingin melihat, sesungguhnya perkumpulan macam apakah itu yang disebut Ang-kie-pay?" Setelah berkata begitu, Ko Tie berdiri sambil memperlihatkan sikap mengejek. Muka ke lima orang tua itu berobah hebat. Inilah baru pertama kali mereka alami, seorang pemuda, yang usianya baru duapuluh tahun lebih, telah menantang mereka dengan sikap kurang ajar seperti itu. Seumur mereka, belum pernah mereka menghadapi sikap seperti itu walaupun seorang tokoh rimba persilatan, mereka dihormati, dan tidak ada yang berani bersikap kurang ajar seperti itu. Karenanya, tampak mereka telah memandang dengan sikap yang bengis sekali, yang seorang itu telah berkata dengan suaranya yang tawar. "Baik, engkau tidak mau menyebutkan namamu dan tidak mau menjelaskan siapa adanya kau. Inipun tidak menjadi persoalan buat kami! Tetapi yang jelas, memang kau yang telah membunuh Oey Tojin dan ke lima orang anggota Ang-kie-pay kami itu bukan?" "Benar..... memang aku yang telah mengirim mereka ke neraka!" Menyahuti Ko Tie berani sekali, bahkan sambil menyahuti seperti itu, dia telah memperdengarkan suara tertawa mengejek, sikapnya tidak memandang sebelah mata kepada lawan-lawannya itu. Orang yang memakai baju hijau, yang telah ditolongi jiwanya oleh Ko Tie, jadi memandang dengan mata terbuka lebar-lebar. Dia telah menyaksikan sendiri betapa lihaynya pemuda ini. Tapi, dia juga berkuatir sekali, karena ke lima orang tua itu adalah jago-jago tertinggi dari Ang-kie-pay, yang bergelar Kim-hong-ngosian (Lima Dewa Dari Puncak Emas), di mana kepandaian mereka sulit dijajaki dan juga memang mereka itu merupakan manusiamanusia aneh di dalam rimba persilatan. Mereka memiliki kedudukan tertinggi di Ang-kie-pay, setelah Pangcu mereka. Dan kepandaian mereka memang menggetarkan rimba persilatan. Karena itu, orang berbaju hijau tersebut berkuatir kalau-kalau nanti pemuda penolongnya itu tidak sanggup menghadapi ke lima tokoh Ang-kie-pay tersebut. Dengan sorot mata mengandung kekuatiran yang sangat, orang yang memakai baju hijau tersebut hanya mengawasi saja. Sedangkan orang Ang-kie-pay, yang tadi telah menanyakan halnya kematian Oey Tojin kepada Ko Tie, melangkah perlahanlahan, ia menghampiri Ko Tie dengan sikapnya yang mengancam. Namun Ko Tie tetap berdiri tegak di tempatnya dengan tenang, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan gentar sedikit pun juga. Dia telah melihatnya, betapa empat orang tua lainnya pun telah melangkah maju serentak berlima. Ko Tie diam-diam telah memusatkan tenaga dalamya. Dia mengetahui, ke lima orang tokoh dari Ang-kie-pay bukanlah sebangsa manusia baik-baik. Ilmu silat mereka walaupun ilmu silat tersesat, namun mereka lihay sekali. Karenanya, Ko Tie juga bermaksud ingin melihatnya, berapa tinggi kepandaian ke lima orang itu. Sedangkan orang tua yang seorang itu telah berkata dengan suara yang dingin menahan kemurkaannya. "Tuan, baiklah, aku ingin sekali minta pengajaran dari kau..........!" Dan menyusul dengan perkataannya itu, cepat bukan main dia telah melompat dan menyerang dengan dahsyat sekali. Tenaga pukulannya itu mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan sebatang pohon yang cukup besar. Ko Tie juga memang merasakan, sambaran angin pukulan itu memang kuat sekali, tapi dia tidak gentar. Sedangkan orang tua itu, karena mengetahui pemuda ini yang telah membinasakan Oey Tojin dan ke lima anak buah Ang-kie-pay lainnya. Sedangkan kepandaian Oey Tojin sesungguhnya tinggi sekali, maka dapat menduganya bahwa Ko Tie tentunya memiliki kepandaian yang hebat. Maka begitu dia turun tangan, seketika dia menyerang dengan dahsyat. Pukulan yang dilakukannya itu disertai delapan bagian tenaga dalamnya. Waktu itulah dia melihatnya, betapa Ko Tie sama sekali tak menangkis pukulannya tersebut, hanya berdiri tersenyumsenyum dengan tenang. Dia jadi girang, dia yakin, begitu pemuda ini berusaha menangkis, tentu sudah terlambat. Karena jarak pukulan itu sudah terlalu dekat. Karena itu, dia memperhebat pukulannya, dia bermaksud dapat merubuhkan Ko Tie dalam sekali hantam saja. Waktu pukulan itu menyambar lebih dekat, di saat itulah tahu-tahu tubuh Ko Tie telah lenyap dari penglihatan orang tua tersebut. Gerakannya begitu gesit, sehingga si orang tua itupun jadi kabur matanya, karena dia tidak bisa melihat jelas gerakan Ko Tie. Tahu-tahu Ko Tie telah berada di belakangnya, dengan tangan kanannya dia menepuk pundak orang tua itu. Perlahan tepukannya, tapi akibatnya memang luar biasa buat orang tua itu Sambil menjerit keras, tubuhnya terjerunuk ke depan. Hampir saja dia ambruk rebah di tanah, kalau saja dia tidak cepat-cepat mengendalikan kuda-kuda ke dua kakinya. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di saat itu ke empat orang tua lainnya, yang kaget melihat kawan mereka telah ditepuk terjerunuk seperti itu, segera juga menjejakkan ke dua kaki mereka, menerjang serentak. Ilmu pukulan mereka merupakan pukulan yang telengas sekali, yang bisa mematikan. Tubuh Ko Tie berkelebat-kelebat ke sana ke mari dengan lincah, dan setiap pukulan lawannya dapat dihindarkan dengan mudah. Malah, setiap kali ada kesempatan dia telah membalas menyerang. Serangan Ko Tie bukan berupa pukulan, dia cuma menepuk, dan selalu berhasil. Serangan demi serangan. Ke empat orang tua itupun telah kena ditepuk pundaknya, dan mereka telah dimusnahkan ilmu silat dan tenaga dalam mereka, seperti orang tua yang pertama itu! Ke lima orang tua itu berdiri dengan wajah yang pucat dan tubuh yang menggigil. Tampak mereka berdiam diri dengan mata yang memandang penuh dendam. Ko Tie juga telah berdiri di depan mereka sambil tertawa mengejek. "Hanya sebegitu sajakah kepandaian dari anggota-anggota Angkie-pay?" Ejeknya. Sedangkan orang yang memakai baju hijau itu memandang tertegun mematung. Karena dia tidak menyangka betapa hebatnya Ko Tie. Ke lima tokoh dari Ang-kie-pay, yang diketahuinya memiliki kepandaian yang sangat tinggi, hanya dalam beberapa gebrakan saja. Dia telah berhasil merubuhkannya. Malah, bukan sekedar merubuhkannya, juga telah memusnahkan kepandaian dan tenaga dalam mereka. Dengan demikian, tentu saja membuat orang yang memakai baju hijau itu seperti juga tidak mempercayai apa yang dilihatnya, seakan juga tidak mempercayai apa yang disaksikannya. Semua itu seperti berada dalam dongeng saja. Dia hampir tidak bisa mempercayainya, bahwa di dalam rimba persilatan terdapat seorang pemuda yang memiliki kepandaian dan ilmu silat sehebat itu. Sedangkan Ko Tie telah berkata. "Kali ini aku masih berlaku murah hati, karena kalian belum pernah berbuat salah kepadaku! Tapi di lain kali, jika aku bertemu dengan kalian dan masih tidak meninggalkan dunia hitam, kalian hemmm, hemmm, hemmm, di waktu itu sudah tidak ada tawar menawar lagi dan kalian harus pulang ke neraka! "Sekarang kalian pergilah menggelinding dari tuan muda kalian!" Sambil berkata begitu, Ko Tie memperlihatkan sikap yang bengis dan juga bersungguh-sungguh angker. Ke lima jago dari Ang-kie-pay itu menghela napas dalam. Mereka merasakan betapa sekujur tubuh mereka lemas tidak memiliki tenaga apa-apa. "Tuan, apakah tuan adalah seorang dari ke dua pelajar yang belakangan ini muncul di, dalam rimba persilatan?" Tanya orang tua yang seorang itu. "Yaitu pelajar she Bie dan she Un itu?!" "Sudah kukatakan tadi bahwa kalian tidak sederajat buat menanyakan diriku! Jika kalian tidak mau cepat-cepat angkat kaki menggelinding meninggalkan tempat ini, tuan mudamu tidak akan sungkan-sungkan lagi dan akan mengirim kalian ke neraka.....!" Setelah berkata begitu, segera juga ia telah melangkah maju. Muka ke lima orang tokoh Ang-kie-pay yang memang telah pucat itu jadi semakin pucat, dan mereka tanpa berani menanyakan sesuatu lagi telah memutar tubuh dan berlari. Tapi gin-kang mereka telah lenyap, tubuh mereka tidak bisa diringankan kembali, dengan begitu lari mereka sangat lambat sekali. Orang yang memakai baju warna hijau tersebut berdiri tertegun beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia menghampiri Ko Tie dengan merangkapkan ke dua tangannya. Dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat, menyatakan terima kasihnya. "Syukur Siauw-hiap telah menolongiku, jika tidak, niscaya jiwaku telah melayang.....!" Katanya dengan penuh rasa syukur. Melihat wajah orang, dan apa yang dilakukannya, Ko Tie mengetahuinya, tentunya orang yang berpakaian serba hijau ini pun bukanlah sebangsa manusia baik-baik, karena itu dia kurang memiliki kesan baik buat orang tersebut. Walaupun demikian, ia tersenyum tawar, katanya. "Bangunlah, jangan terlalu banyak peradatan......! Dan dapatkah kau menjelaskan kepadaku, mengapa kalian saling bermusuhan?" Orang yang berpakaian baju hijau tersebut, telah menceritakannya. Ia menjelaskan bahwa ia sesungguhnya berasal dari Hauw-sim-pay, di mana dia memang merupakan orang-orang yang menjagoi di Bu-ciu ini, selama puluhan tahun. Akan tetapi disebabkan memang di saat belakangan ini pihak Angkie-pay hendak mengembangkan sayap dan pengaruh di Bu-ciu, karena itu, menyadarinya, mereka jika berusaha saja pihak menentangnya. Ang-kie-pay Mereka berhasil mengembangkan sayap dan kekuasaan di Bu-ciu, niscaya akhirnya Hauw-sim-pay akan terdesak. Itulah sebabnya, Pangcu Hauw-sim-pay telah perintahkan kepada anak buahnya, untuk menggagalkan pertemuan dalam bentuk pesta yang diselenggarakan oleh pihak Ang-kie-pay, karena dengan menyelenggarakan pestanya itu, Ang-kie-pay memang bermaksud hendak mengunjukkan gigi dan pengaruh. Tapi sayangnya, orang-orang Ang-kie-pay justeru merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Di samping itu juga memang mereka telah mengadakan penjagaan yang kuat. Dengan demikian telah membuat orang-orang Hauw-sim-pay jadi dapat dirontokan. Maksud mereka yang semula hendak membobolkan kapal di mana terdapat para tokoh dari Ang-kie-pay, dapat digagalkan, bahkan mereka telah dibinasakan, yang tinggal hanyalah orang yang mangenakan baju hijau tersebut. Beruntung saja Ko Tie telah turun tangan menolonginya. Jika tidak, tentu diapun telah dikirim ke neraka oleh orang-orang Ang-kie-pay. Itulah sebabnya, betapa ia sangat bersyukur sekali kepada Ko Tie yang telah menyelamatkan dirinya. Di waktu itu Ko Tie sambil mendengarkan cerita orang berpakaian serba hijau tersebut, juga berpikir. "Hemm, baik Ang-kie-pay maupun Hauw-sim-pay, ke duanya merupakan perkumpulan manusia-manusia tidak benar. Karena itu, aku tidak boleh berdiri di tengah-tengah mereka membela salah satu pihak..... "Walaupun bagaimana, memang aku justeru harus membubarkan mereka, ke dua golongan itu. Cuma saja, Ang-kie-pay tampaknya memiliki orang-orang yang berkepandaian tinggi dalam jumlah tidak sedikit. Rupanya lebih sulit untuk menghancurkannya dibandingkan dengan Hauw-sim-pay." Sambil berpikir begitu, terlihat betapa Ko Tie telah menganggukangguk beberapa kali. Kemudian dengan sikap yang angker, dia bilang. "Baiklah! Kau boleh pulang ke markasmu. Katakan kepada ketuamu bahwa aku akan datang menemuinya! Aku harap kalian membubarkan diri dan selanjutnya tidak mengunjuk gigi lagi di Buciu ini! Siapa yang membandel, hemmm, hemmm, aku tidak akan segan-segan membasmi kalian!" Sambil berkata begitu, Ko Tie berdiri tegak dengan sikap yang angker sekali. Dengan demikian membuat orang berbaju hijau tersebut tidak berani menantang tatapannya, dia hanya menunduk dan mengiyakan beberapa kali. Semula orang berpakaian hijau dari Hauw-sim-pay tersebut girang bukan main. Ia menyangka bahwa Ko Tie akan membela pihaknya. Siapa sangka justeru pemuda itu perintahkan kepadanya agar menyampaikan kepada ketuanya bahwa Hauw-sim-pay harus dibubarkan, karena itu dia jadi kecele. Namun dia mengetahui bahwa pemuda itu memang memiliki kepandaian yang tinggi dan sangat lihay, maka ia tidak berani membantah sepatah perkataan pun juga, biarpun ia tidak puas. Dikala itu, dari kejauhan mendatangi tiga sosok tubuh, yang gerakannya sangat ringan. Begitu cepat mereka mendatangi, dan malah salah seorang di antara mereka telah membentak bengis sekali. "Mana pemuda she Bie itu!" Rupanya, ke lima orang tokoh dari Ang-kie-pay telah kembali di tengah-tengah kawan mereka dan menceritakan apa yang mereka alami. Juga mereka menyampaikan dugaan mereka bahwa Ko Tie adalah salah seorang dari ke dua pemuda yang menggemparkan rimba persilatan sebagai Bie Siauw-hiap dan Un Siauw-hiap itu. Dan dugaan jatuh bahwa Ko Tie adalah yang disebut Bie Siauwhiap itu. Karena itu, Pangcu dari Ang-kie-pay segera mengutus tiga orang tokoh Ang-kie-pay buat mengurus Ko Tie. Ia tidak leluasa pergi sendiri, karena dia tengah pesta dan juga mendampingi banyak sekali tamu-tamunya, yang terdiri dari para tokoh rimba persilatan. Ke tiga orang itu dengan cepat sekali telah sampai di depan Ko Tie. Orang dari Hauw-sim-pay yang belum lagi angkat kaki, jadi batal buat pergi, karena dia sangat ingin buat menyaksikan pertempuran antara orang-orang Ang-kie-pay dengan Ko Tie, yang pasti terjadi. Di waktu itu Ko Tie berdiri tenang di tempatnya. Dia hanya mengeluarkan suara mendengusnya beberapa kali. "Hemmm! Hemmm! Hemmm!!" Dilihatnya ke tiga orang tokoh Ang-kie-pay yang baru datang adalah tiga orang Tojin, yang berpakaian sangat rapih dan bersih. Usia mereka telah lanjut sekali, mungkin tujuhpuluh tahun lebih. Merekalah kakak-kakak seperguruan dari Oey Tojin. "Hemmm jadi engkau yang telah membunuh Oey sute kami?" Kata salah seorang Tojin, yang usianya paling tua, dengan suara dan sikap yang bengis. Dengan berani Ko Tie mengangguk. "Apakah yang kalian maksudkan adalah tosu bau ini?!" Sambil Ko Tie menunjuk kepada mayat Oey Tojin. Bola mata ke tiga orang tosu itu mencilak-cilak memain tidak hentinya, betapa murkanya mereka. Dan segera juga terlibat bahwa salah seorang di antara mereka berkata. "Kau terlalu tekabur, bocah busuk" Sambil berkata begitu, cepat sekali ke dua tangannya bergerak. Kagum juga Ko Tie menyaksikan cepatnya gerakan tangan tosu yang seorang mempergunakan ini, terlebih lweekang lagi yang ia menyerang dahsyat, sehingga dengan angin serangannya halus sekali, namun tajam dan kuat sekali, berkesiuran kepada Ko Tie. Ko Tie dengan sigap telah mengelak. Sedangkan ke dua tosu lainnya tidak tinggal berdiam diri saja. Mereka segera juga telah bergerak buat membantu saudara seperguruan mereka dan mendesak Ko Tie. Benar-benar Ko Tie lihay karena biarpun dia dikepung oleh ke tiga orang Tojin yang masing-masing memiliki kepandaian tinggi, namun dia bisa menghadapinya dengan baik. Dia telah mengelakkan diri ke sana ke mari. Selama itu Ko Tie tidak membalas menyerang, karena memang dia sengaja mengelak saja untuk bisa melihat berapa tinggi kepandaian ke tiga Tojin ini. Setelah bergerak lima kali, melewati enam jurus dari ke tiga orang lawannya, di waktu itulah segera Ko Tie dapat mengambil kesimpulan bahwa kepandaian dari ke tiga orang lawannya ini yang berada di atas Oey Tojin, karena itu tidak terlalu mengherankan jika ke tiga orang lawan ini memang jauh lebih hebat, dan juga jauh lebih sulit untuk dirubuhkan dalam waktu yang singkat. Terlihat betapa ke tiga Tojin itu bernafsu sekali untuk menyerang kepada Ko Tie. Setiap kali tangan mereka itu menyambar, maka berkesiuran angin yang hebat sekali! Di kala itu, Ko Tie dengan segera merobah cara bertempurnya. Dia memutar ke dua tangannya, yang segera memancarkan angin serangan yang mengandung hawa dingin luar biasa, yang menyelubungi tubuhnya. Ketiga Tojin itu kaget tidak terkira, karena segera juga mereka merasakan diri mereka menggigil kedinginan. Karena semakin dekat dengan Ko Tie mereka merasa semakin kedinginan, seperti juga memasuki kolam es. Karena itu cepat-cepat mereka mengerahkan tenaga dalam, agar tubuh mereka hangat dan melawan hawa yang dingin itu. Mereka berhasil, karena memang mereka memiliki lweekang tinggi. Mereka berhasil membuat tubuh mereka menjadi hangat. Dalam keadaan seperti itulah terlihat Ko Tie memperhebat pukulannya. Dia menambah hawa dingin yang tersalur pada setiap serangannya. Ke tiga Tojin itu kembali merasakan tubuh mereka menggigil dingin. "Setan, bocah busuk ini mempergunakan ilmu siluman apa?!" Berpikir mereka bertiga yang jadi heran dan bingung sekali. Karena mereka tidak bisa menduganya. Entah ilmu apa yang dipergunakan oleh Ko Tie, sehingga dia bisa membuat ke tiga Tojin itu menggigil kedinginan, sedangkan ke tiga Tojin itu melihat usia Ko Tie masih muda sekali, dan dia memiliki sin-kang yang begitu hebat, tentunya sangat mengherankan sekali. Dikala itu tampak Ko Tie telah melesat ke tengah udara. Dia melambung tinggi sekali ke tengah udara, dan sekonyong-konyong dia telah membentak dengan suara yang nyaring. "Rebahlah kalian!" Waktu membentak begitu, cepat luar biasa ke dua tangan Ko Tie telah berkelebat. Dan di waktu itulah terlihat betapa tubuh ke tiga orang Tojin tersebut seperti diterjang oleh angin pukulan yang sangat dahsyat, dan telah membuat mereka hampir terjengkang. Beruntung sekali, mereka cepat-cepat dapat mengerahkan tenaga dalam pada ke dua kaki mereka, memperkokoh kuda-kuda kaki mereka masing-masing, membuat mereka tidak perlu sampai terjungkal karena sampokan tenaga dalam Ko Tie. Ko Tie telah meluncur turun, sedangkan ke tiga Tojin itu memencarkan diri di tiga jurusan. Mereka telah merobah cara mendesak dan menyerang Ko Tie, karena mereka sekarang tidak merangsek dengan serentak seperti tadi. Mereka bergiliran. Jika yang seorang di antara mereka tengah menyerang, maka yang dua lagi tidak menerjang. Dan begitu yang seorang telah melompat mundur, barulah mereka menerjang maju secara bergantian. Dengan cara seperti itu membuat Ko Tie tidak bisa sekaligus mengerahkan tenaga Inti Es nya, karena dia tidak bisa sembarangan hanya mencurahkan perhatiannya buat seorang lawan saja. Dia telah bertempur dengan seru sekali. Selama itu Ko Tie memaksa ketika Tojin itu tidak bisa datang dekat karena hawa dingin yang luar biasa kuatnya terpancar dari tubuh Ko Tie. Orang dari Hauw-sim-pay, yang memakai baju hijau itu, ketika menyaksikan jalannya pertempuran itu, jadi bengong. Karena seumur hidupnya belum pernah dia menyaksikan pertempuran sehebat itu! Dengan demikian telah membuat orang itu tertegun mementang matanya lebar-lebar dan mulut terbuka lebar. Setelah lewat sepuluh jurus lagi, Ko Tie menjejakkan ke dua kakinya, tahu-tahu tubuhnya melesat ke sana ke mari dengan lincah sekali, seperti juga bayangan. Ke tiga orang Tojin itu jadi bingung bukan main, karena mereka tidak bisa menerka di mana beradanya Ko Tie yang sebenarnya. Maka dari itu, mereka tidak bisa mendesak dengan serangan mereka yang sesungguhnya. "Bocah setan!" Teriak salah seorang di antara ke tiga Tojin itu. "Jika memang engkau gagah, mari bertempur dengan cara berterang. Mengapa engkau seperti main kucing-kucingan dengan kami?" Ko Tie tertawa nyaring, dia menantang. "Jika memang kalian memiliki kepandaian yang tinggi, ayo keluarkanlah, biarlah tuan muda kalian melihatnya!" Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil berkata begitu, Ko Tie telah mengeluarkan ilmu pukulan Inti Es nya yang jauh lebih hebat lagi. Dengan demikian memaksa ke tiga Tojin itu mengeluarkan seruan kaget dan melompat mundur empat tindak. Mereka merasakan tubuh mereka dingin sekali. Mereka tidak berhasil buat mempertahankan diri agar tidak menggigil, karena di waktu itu mereka telah menggigil sangat keras, juga merasakan betapa jalan darah di sekujur tubuh seperti beku, membuat tangan dan kaki mereka tidak bisa bergerak leluasa. Mereka telah mundur lagi beberapa tindak. Karena memang di waktu itu mereka menyadari, jika saja Ko Tie menyerang pula, niscaya mereka akan tidak sanggup untuk mempertahankan diri. Di dalam keadaan seperti itu Ko Tie sudah tidak mau membuangbuang waktu. Dikala ke tiga orang lawannya tengah mundur menjauhi diri, maka tubuh Ko Tie berkelebat ke sana ke mari. Dia berhasil menepuk pundak ke tiga Tojin itu bergantian, dengan tepukan yang perlahan. Itulah tepukan yang membuat ke tiga Tojin itu jadi terjungkel rubuh lantas tidak bertenaga, tulang-tulang di sekujur tubuh mereka berbunyi, menunjukkan bahwa lweekang mereka telah musnah dan ilmu silat mereka telah habis ludas. Dengan demikian membuat mereka terduduk lemas dengan muka yang pucat pias. Ko Tie berulang kali telah merubuhkan orang-orang Ang-kie-pay dengan begitu mudah, benar-benar membuat orang dari Hauwsim-pay semakin tunduk dan kagum bukan main, disamping sangat gentar. Usia Ko Tie masih begitu muda, tetapi dia bisa menyerang lawannya dengan hebat, di dalam waktu singkat selalu dapat merubuhkan tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay dan ilmu silat Ko Tie memang tinggi luar biasa. Dengan demikian telah membuat orang yang berpakaian baju hijau ini tidak berani berdiam terlalu lama lagi di situ. Ia kuatir nanti Ko Tie merobah pikirannya dan memusnahkan Ilmu silatnya, seperti yang dialami oleh tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay tersebut, membuat orang yang berpakaian hijau itu melarikan diri meninggalkan tempat tersebut. Dikala itu tampak Ko Tie berdiri dengan bertolak pinggang, mengawasi ke tiga Tojin itu. "Hemmm, kalian belum pernah berbuat salah kepadaku. Hari ini tuan mudamu berlaku murah hati, hanya memusnahkan ilmu silat kalian! Tapi jika memang kalian tidak mau insyaf, hemmm, dilain waktu tentu aku akan mengirim kalian ke neraka!" Setelah berkata begitu, Ko Tie menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali melesat lenyap dari tempat itu. Ke tiga Tojin itu duduk bengong, mata mereka mengeluarkan air mata, karena mereka berduka dan penasaran bukan main. Berduka karena mereka menyadari bahwa ilmu silat mereka telah dimusnahkan oleh Ko Tie, berarti mereka akan menjadi manusiamanusia tidak punya guna di waktu-waktu mendatang. Penasaran, mereka dirubuhkan dengan mudah oleh pemuda itu. Padahal si pemuda masih berusia begitu muda. Sungguh membuat mereka penasaran tidak terkira. Sedangkan Ko Tie telah kembali duduk di tempatnya semula, yaitu di samping Giok Hoa. Pertandingan di atas panggung tengah berlangsung antara dua orang pemuda yang berusia tigapuluh tahun lebih! Mereka tidak mempergunakan senjata tajam, hanya menggerakkan kepalan tangan belaka, mengandalkan kekuatan tenaga dalam mereka. Tampaknya mereka bertempur dengan keras dilawan keras. Ko Tie mengerutkan alisnya waktu melibat cara bertempur ke dua orang itu, karena mereka mempergunakan ilmu silat yang sesat dan juga setiap pukulan mereka telengas sekali. "Hemmm, benar dugaanku bahwa yang berkumpul di sini umumnya terdiri dari manusia-manusia sesat yang memiliki ilmu sesat dan juga telengas serta kejam hatinya!" Pikir Ko Tie kemudian. Dia menoleh kepadi Giok Hoa, yang waktu itu tengah menyaksikan jalannya pertempuran dengan mata yang setengah meram dan setengah melek, tampaknya mengantuk karena pertarungan yang tidak menarik hati itu. "Kau sudah kembali? Siapa yang telah kau hajar?"tanya Giok Hoa waktu merasa dirinya diawasi si pemuda, dia tersenyum kecil. Ko Tie telah menyahuti sambil tersenyum. "Nanti, engkau akan mengetahuinya, karena memang aku telah memberikan hajaran kepada tokoh-tokoh dari Ang-kie-pay" Si gadis mengangguk saja, sama sekali dia tidak mendesaknya. Di waktu itu terlihat betapa orang-orang Ang-kie-pay jadi sibuk sekali. Ke tiga orang Tojin itu telah kembali dan telah memberikan laporan kepada ketuanya. Mata Pangcu, atau ketua dari Ang-kiepay menyebar orang-orangnya buat mencari jejak dari Ko Tie. Dan memang tidak lama, segera ada beberapa orang di antara mereka yang mengenali Ko Tie, karena salah seorang di antara yang mengenalinya adalah ke lima tokoh Ang-kie-pay yang sebelumnya telah dimusnahkan ilmu silatnya. "Itu dia.....!" Berteriak orang itu dengan suara yang nyaring. Semua mata menoleh dan memandang Ko Tie, sedangkan Ko Tie tersenyum, tawar, tahu-tahu tubuhnya melesat sangat cepat melayang di tengah udara. Dia telah hinggap di atas panggung dengan ringan sekali tanpa mengeluarkan suara. Dan cara hinggapnya juga luar biasa, karena tubuhnya berjumpalitan beberapa kali di tengah udara, dan tanpa turun terlebih dulu di tanah, dia hanya sekali saja menjejakkan kakinya, tubuhnya telah sampai di lantai panggung. Ke dua orang pemuda yang tengah bertempur itu tampaknya terkejut. Mereka menghentikan gerakkan tangan mareka. Belum lagi mereka mengetahui apa yang terjadi, di waktu Ko Tie telah memegang lengan mereka. Sekali menghentak, maka tubuh ke dua pemuda tersebut terlempar ke tengah udara keluar dari panggung! Ke dua pemuda itu sesungguhnya memiliki ilmu silat yang cukup tinggi di kalangan pendekar muda. Namun mereka begitu mudah dicekal tangannya, tanpa berdaya buat mengelakkan. Bahkan di waktu itu tubuh mereka telah dilontarkan begitu macam, membuat mereka kaget tidak terkira. Sampai mereka mengeluarkan seruan nyaring, karena mereka menyadari, niscaya tubuh mereka akan terbanting di tanah dengan keras, sedikitnya tulang lengan atau kaki mereka akan patah! Orang-orang yang hadir di tempat tersebut juga jadi kaget tidak terkira, karena mereka melihat tubuh ke dua pemuda itu terlambung tinggi sekali ke tengah udara. Mereka kuatir kalaukalau pemuda-pemuda tersebut terbanting dengan hebat. Namun Ko Tie melontarkan ke dua pemuda itu dengan penuh perhitungan. Ia telah memperhitungkan tenaga melontar yang benar-benar telah mahir sekali, karena tubuh ke dua pemuda itu meluncur turun dan tahu-tahu jatuh terduduk di dua kursi! Sama sekali mereka tidak mengalami cidera apa-apa! Semua orang tertegun takjub dan kagum bukan main. Ko Tie memperlihatkan betapa mahirnya tenaga dalam pemuda itu, yang dapat melontarkan ke dua pemuda itu sedemikian baiknya. Di waktu itu juga terlihat orang-orang dari Ang-kie-pay melompat naik ke atas panggung, karena mereka bermaksud hendak mengepung Ko Tie. Sedangkan Ko Tie telah berseru nyaring. Dia melompat ke tengah panggung, sikapnya tenang sekali. Ia merangkapkan ke dua tangannya kepada hadirin, sambil memberi hormat ia bilang. "Maaf, siauwte telah mencampuri urusan ini, dimana siauwte lancang ingin membuat pesta yang diselenggarakan oleh pihak Ang-kie-pay menjadi pesta yang sungguh-sungguh menggembirakan, bukannya pesta yang banjir darah, seperti yang dikehendaki oleh Pangcu dari Ang-kie-pay!" Setelah berkata begitu, di saat semua hadirin memperlihatkan sikap terkejut, Ko Tie memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh dan mukanya berobah angker dan keren. Dia juga berkata dengan suara yang berobah keras. "Pangcu Ang-kie-pay, kuharap mau memperlihatkan diri, guna mempertanggung jawabkan maksud dan rencana busuknya itu!" Waktu itu telah melompat ke atas panggung belasan orang anggota Ang-kie-pay, di tangan mereka semuanya siap tercekal senjata tajam. Mereka mengepung Ko Tie. Kemudian telah melompat ke atas panggung seorang Tojin, yang mukanya guram memancarkan kemarahan. Dia berusia lanjut sekali, juga rambutnya telah memutih semua, kumis dan jenggotnya yang tumbuh panjang tipis itu berwarna putih juga. Tubuhnya kurus tinggi semampai, tapi sinar matanya yang bersinar sangat tajam memperlihatkan bahwa ia merupakan seorang Tojin yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Dengan mata yang tetap memancarkan sinar yang tajam, dan langkah kaki yang perlahan-lahan, dia telah melangkah menghampiri kepada Ko Tie. Diapun mengibaskan tangannya, memberikan isyarat kepada anggota Ang-kie-pay agar mundur, guna dia sendiri yang menghadapi Ko Tie. Anggota-anggota Ang-kie-pay segera mundur, mereka berdiri di pinggiran panggung, dan mereka tetap bersiap-siap penuh kewaspadaan, karena mereka akan menerjang maju untuk mengeroyok begitu Tojin ini terdesak. Dengan muka yang tetap guram memancarkan kemarahan, Tojin itu telah berkata. "Bocah, engkau yang telah melukai sute-sute pinto, bukan?!" Ko Tie berani sekali. "Ya!" Mengangguk pemuda ini. "Masih beruntung mereka tidak kukirim ke neraka! Manusia-mamusia jahat seperti mereka untuk apa dibiarkan hidup..... hanya berdasarkan pertimbangan dan rasa kasihan dari tuan mudanya belaka, mereka bisa dibiarkan hidup!" "Mereka dengan kau tidak ada hubungan atau sangkutan apapun juga, bocah, mengapa engkau menurunkan tangan begitu telengas dan telah memusnahkan seluruh kepandaian mereka? Bukankah itu tindakan yang keterlaluan?" Bengis sekali suara tojin tua, tojin tersebut. Tubuhnya yang kurus tinggi semampai itu berdiri dengan sikap yang angker, lalu dia telah meneruskan lagi kata-katanya. "Pinto Bian Kie Tojin, dengan ini hendak menuntut keadilan buat mereka!" Ko Tie tertawa tawar. "Baik! Baik! Memang maksud Ang-kie-pay menyelenggarakan pesta ini buat menjagoi wilayah Bu-ciu, dan juga mengembangkan kekuasaan dan pengaruh. Jelas ia telah memiliki banyak sekali jago-jagonya yang bisa diandalkannya, termasuk seperti engkau! Dan aku tentu saja tidak keberatan untuk melihat, betapa tinggi kepandaian dari jago-jago andalan Ang-kie-pay....." Golok Sakti Karya Chin Yung Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long