Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 42


Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 42


Anak Rajawali Karya dari Chin Yung   Kam Lian Cu mengeluarkan seruan kaget.   Inilah hebat.   Dia memang tidak takut untuk disiksa.   Menghadapi lawan tangguh, dia pun tidak jeri untuk menemui kematian.   Tapi jika ingin ditelanjangi seperti itu, tentu saja dia jadi gentar dan ketakutan bukan main.   "Manusia rendah! Manusia rendah!"   Memaki Kam Lian Cu kalang kabutan.   "Apakah dengan perbuatan seperti itu engkau bisa mengangkat mukamu sebagai seorang tokoh sakti dalam rimba persilatan?!" Oey Yok Su tertawa dingin.   "Aku tidak perlu muka terang atau muka gelap! Apa yang ingin kulakukan pasti kulakukan!"   Katanya dengan tawar.   "Kau tidak perlu memaki-makiku, karena jika aku naik darah, hemmm, hukuman yang kau terima tentu jauh lebih berat lagi.....!"   Mendengar ancaman Oey Yok Su seperti itu, Kam Lian Cu jadi terdiam. Dia memutar otaknya, berusaha mencari akal, untuk dapat menghadapi Oey Yok Su, si tua ku-koay itu. Sedangkan Oey Yok Su telah berkata.   "Sekarang kita mulai setiap pertanyaan harus kau jawab. Jika memang tidak, aku akan segera melepaskan sepotong pakaianmu. Begitu juga selanjutnya!"   Kam Lian Cu diam saja. Sedangkan Oey Yok Su telah berkata lagi.   "Siapa namamu?!"   Kam Lian Cu menyahuti.   "Engkau tidak perlu tahu!"   "Hemmmm, kalau begitu, sekarang giliran potongan pakaianmu yang pertama kubuka!"   Sambil berkata begitu, tampak Oey Yok Su mengulurkan tangannya buat membuka baju di sebelah atas dari Kam Lian Cu. Kam Lian Cu jadi gugup.   "Tunggu dulu, hentikan!"   Kata Kam Lian Cu dengan suara berteriak. Oey Yok Su tertawa dingin.   "Hemm, sudah kukatakan, jika memang engkau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan melepaskan sepotong pakaianmu, dan juga pada pertanyaan berikutnya!"   "Tapi aku telah menjawab pertanyaanmu itu!"   Kata Kam Lian Cu kemudian dengan suara yang nyaring.   "Menjawab? Kau telah menjawab?!"   Tanya Oey Yok Su sambil memandang dengan mata yang terbeliak lebar-lebar. Sedangkan pada waktu itu terlihat betapa Kam Lian Cu tersenyum memperoleh kemenangan.   "Bukan tadi kau sendiri yang mengatakan, bahwa jika kau mengajukan pertanyaan dan aku tidak menyahuti, maka kau akan membuka sepotong pakaianku?!"   "Benar!"   Oey Yok Su mengangguk. "Lalu, setelah aku menyahuti pertanyaanmu, mengapa engkau masih hendak melepaskan sepotong pakaianku!?"tanya Kam Lian Cu.   "Kau telah menjawab pertanyaanku?!"   Tanya Oey Yok Su dengan mata terbeliak.   "Ohh, setan busuk, kau jangan coba-coba mempermainkan diriku!"   "Aku tidak bermaksud mempermainkan dirimu, aku benar-benar telah menyahuti! Tadi engkau bertanya dan aku telah menyahuti.   "Kau tidak perlu tahu! Bukankah itu sudah berarti aku memberikan jawaban, yang kau inginkan?!"   Oey Yok Su terdiam sejenak. Dia mengakui, inilah disebabkan ketidak telitiannya. Maka akhirnya dia bilang.   "Jawaban yang ku inginkan adalah jawaban yang benar. Jika memang engkau menjawabnya dengan tidak bersungguh-sungguh, kuanggap engkau tidak memberikan jawaban, dan hukuman itu akan kulaksanakan Kam Lian Cu jadi tambah gugup. Jika memang nanti Oey Yok Su membuktikan ancamannya, tentu dia akan menderita malu yang luar biasa. Karena itu, dia terdiam saja, sedangkan matanya memandang sekelilingnya, dia berusaha mencari akal. Melihat lagak si gadis, Oey Yok Su tertawa dingin.   "Hemmm, engkau tidak perlu mengharap dapat mencari akal untuk meloloskan diri dari tangan Tong-shia! Kau harus menjawabnya pertanyaanku dengan benar. Sekali lagi engkau main-main, aku tidak akan memperdulikan lagi kata-katamu!"   Setelah berkata begitu, dengan memperlihatkan sikap sungguhsungguh, tampak Oey Yok Su bertanya lagi.   "Siapa namamu?!"   Kam Lian Cu telah terdiam beberapa saat, kemudian dia bilang.   "Aku she Kam.!"   "Aku tidak tanya she mu........ aku tanya siapa namamu?!"   Tanya Oey Yok Su lagi.   "Aku aku."   Kam Lian Cu tidak segera menyahuti. Tampaknya dia bimbang, tapi biarpun hatinya mendongkol, dia ngeri dan takut sekali, kalau-kalau Oey Yok Su membuktikan ancamannya tersebut.   "Cepat katakan, atau memang perlu sepotong pakaianmu itu dicopotkan.....?!"   Tanya Oey Yok Su. Muka Kam Lian Cu berobah memerah, dia bilang.   "Aku bernama Kam Lian Cu!"   "Bagus! Begitulah kau harus menjawab setiap pertanyaanku!"   Kata Oey Yok Su. Sedangkan Kam Lian Cu sengit sekali berkata.   "Tapi aku bisa saja memberikan jawaban palsu kepadamu!"   "Aku akan mengetahuinya jika memang kau memberikan jawaban palsu padaku, karena itu, tanpa tawar menawar lagi, begitu aku mengetahui engkau mendustai aku, segera aku akan membuka sepotong pakaianmu! Karenanya engkau jangan bermimpi cobacoba untuk mendustai aku.!"   Kam Lian Cu jadi bingung bukan main, karena ia mengetahui Oey Yok Su memang bukan orang sembarangan.   "Siapa nama gurumu?!"   Tanya Oey Yok Su lagi. Waktu itu tidak diperhatikannya sikap si gadis yang gugup sekali. Dia mengajukan pertanyaannya dengan sikap seenaknya.   "Guruku?!"   "Ya, siapa gurumu? Siapa namanya?!" "Dia adalah ayahku!"   "Namanya?!"   Bentak Oey Yok Su.   "Namanya?!"   "Ya...... atau memang engkau menginginkan aku membuka sepotong pakaianmu, dengan pura-pura memperpanjang dan mengulur-ulur waktu seperti itu?!"   Mengancam Oey Yok Su.   "Dia dia bernama Kam Cu Ie!"   Menyahuti Kam Lian Cu kemudian.   "Kam Cu Ie?!"   Oey Yok Su mengerutkan sepasang alisnya, mengawasi si gadis beberapa saat. Waktu itu tampak Kam Lian Cu mengangguk.   "Ya, guruku adalah ayahku. Ayahku bernama Kam Cu Ie!"   Kata si gadis.   "Apakah Kam Cu Ie, si tua bangka dari Barat daya yang terkenal sebagai Siucai pemabokan?!"   Kam Lian Cu girang, dia mengangguk dengan segera. "Benar! Apakah kau kenal dengan ayahku?!"   Tanya Kam Lian Cu penuh harap, karena jika saja Oey Yok Su kenal dengan ayahnya, dengan memandang muka terang ayahnya niscaya dia tidak akan dipermainkan Oey Yok Su lagi, dia akan dibebaskan.   "Cissss!"   Tiba-tiba sekali Oey Yok Su meludah dan sikapnya dingin sekali, sehingga Kam Lian Cu jadi memandang bengong kepada Oey Yok Su.   "Kenal ayahmu? Hemm, melihat tampangnya saja belum pernah! Apakah sebangsa manusia seperti ia pantas menjadi kenalanku? Apakah manusia seperti dia memang pantas untuk menjadi orang yang diperhatikan olehku? Cissss, kenalpun tidak!"   Kembali satu kali Oey Yok Su meludah, bahkan waktu dia meludah diperhatikannya sikap yang memandang hina dan rendah! Bukan main sakit hati Kam Lian Cu, dia jadi kalap dan nekad, malah dia membentak.   "Ayahku pun tidak kesudian berkenalan dengan seorang manusia jadi-jadian seperti engkau yang memiliki adat seperti adat setan penasaran!"   Makinya. "Apa?"   Melompat Oey Yok Su dari duduknya mendengar perkataan dan makian dari si gadis, mukanya merah padam, matanya terpentang lebar memancarkan hawa kemarahan.   Dialah seorang tokoh rimba persilatan yang sakti dan disegani oleh seluruh orang rimba persilatan.   Tapi sekarang dia dimaki seperti itu oleh Kam Lian Cu, tentu saja darahnya jadi meluap mendidih.   Dia telah memandang bengis.   Kam Lian Cu yang telah memaki karena kalap dan lupa akan dirinya disebabkan amarahnya mendengar ayahnya dihina.   Sekarang melihat sikap Oey Yok Su, jadi menggidik.   Dia teringat bahwa Oey Yok Su ini seorang yang ku-koay.   Dia gentar melihat sinar mata si kakek yang menyala bengis seperti itu.   "Apa yang kau bilang tadi?"   Tanya Oey Yok Su dengan suara yang nyaring. Kam Lian Cu diam saja.   "Jawab! Jika engkau tidak menjawab, mulutmu akan kurobek!"   Ancam Oey Yok Su.   Menggigil tubuh Kam Lian Cu karena perasaan gentar! Ia mengetahui Oey Yok Su jika mengancam tentunya bukan ancaman kosong belaka.   Dia bisa saja memenuhi ancamannya itu, dan akan membuktikannya.   Kalau sampai mulutnya dirobek, bukankah itu merupakan bencana terburuk buat seumur hidupnya? "Aku, aku.......   aku tidak bermaksud menghinamu, jika memang engkau tidat menghina ayahku!"   Menyahuti si gadis kemudian dengan gugup.   Oey Yok Su berangsur-angsur berobah jadi tenang kembali.   Wajahnya pun tidak memperlihatkan sikap bengis seperti tadi, karena perlahan-lahan amarahnya telah menurun kembali.   Dia pun teringat kepada puterinya sendiri, Oey Yong.   Dia berpikir, sebagai seorang gadis, yang ayahnya dihina, tentu saja si gadis lupa diri.   Mungkin jika urusan itu terjadi pada diri Oey Yong, di mana Kam Lian Cu diganti sebagai Oey Yong, malah Oey Yong bisa-bisa memaki kalang kabutan karena nekad.   Karena teringat akan puterinya, berangsur kemarahan Oey Yok Su jadi menurun.   Walaupun dia memang seorang ku-koay, akan tetapi disebabkan usianya yang memang telah meningkat semakin tua, dia jadi jauh lebih sabar dibandingkan dulu-dulu.   Dulu jika dia tidak senang, murid-muridnya saja bisa dibikin bercacad semuanya.   Hanya disebabkan Bwee Tiauw Hong berdua dengan suaminya telah mencuri kitabnya, dia juga telah mematahkan seluruh kaki dari muridnya.   Bahkan Oey Yok Su telah melakukan pencarian dan pengejaran pada Bwee Tiauw Hong, yang ketakutan setengah mati kalaukalau sampai terkejar oleh gurunya.   Sekarang si gadis justeru tampaknya tidak merasa takut pada Oey Yok Su.   Bahkan juga tampaknya memang ia tidak jeri untuk menentang kata-kata Oey Yok Su.   Tentu saja hal ini membuat Oey Yok Su benar-benar jadi mendongkol.   Tapi dengan sifatnya yang ku-koay, ia malah jadi menyukai juga gadis ini.   Ia tidak bermaksud untuk menganiaya.   Karena ia beranggapan gadis ini memang gagah dengan sikapnya dan juga berani sekali, patut dihargai sifatnya yang gagah itu.   Oey Yok Su menghela napas, kemudian dia memandang kepada si gadis.   Dia memperdulikan telah bilang.   keselamatan "Baiklah, jiwamu, jika kau dengan ingin tidak membalas perasaan tidak senangmu itu dengan memakiku.   Hemmm, berarti tidak ada jalan lain lagi kau akan mati karenanya!"   Si gadis she Kam jadi terdiam beberapa saat. Betapapun juga memang Oey Yok Su seorang yang ku-koay sekali. Dengan demikian tentu saja membuat dia jadi putus asa. Dan akhirnya berobah jadi tenang.   "Baiklah! Dari pada aku mati di tangannya dengan percuma, lebih baik jika aku memakinya dulu!"   Karena berpikir begitu, segera juga tampak Kam Lian Cu telah membuka mulutnya, memaki.   "Baiklah, kau ingin membunuhku, bunuhlah. Aku tidak akan gentar menghadapi kematian, tapi kau sebangsa manusia pengecut, kau yang hanya pandai menghina manusia dari golongan muda yang tidak berdaya..... "Kau akan menjadi bahan tertawaan dari orang orang gagah dalam rimba persilatan! Kecewa kau memiliki nama besar jika memang kau hanya pandai menghina orang yang tidak berdaya!"   Muka Oey Yok Su merah.   "Siapa yang kau anggap pantas menjadi lawanku?"   Tanya Oey Yok Su dengan suara yang dingin.   "Apakah ayahmu?"   Kam Lian Cu tertawa dingin.   "Hemmmmm..... banyak orang bisa menjadi tandinganmu! Walaupun seorang yang memiliki tingkat lebih rendah dari kau, tapi jika memang bertempur aecara jujur, tentu akan dapat menghadapi dirimu dengan sebaik-baiknya. sayangnya justeru engkau seringkali melakukan hal-hal yang sangat memalukan dan curang sekali untuk merebut kemenangan.......!"   Merah muka Oey Yok Su.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kau jangan menuduh sembarangan...!"   Katanya sengit.   "Aku bukan menuduh, itu kenyataan!" "Siapa yang pernah mengalami hal itu dariku?!"   Bentak Oey Yok Su.   "Jika memang engkau tidak dapat memberikan bukti, maka engkau akan kusiksa hebat......!"   "Kau ingin bukti?"   Tanya si gadis she Kam tersebut tertawa dingin. Muka Oey Yok Su tampak dingin sekali, dengan suara yang tawar ia bilang.   "Ya, jika engkau tidak dapat memberikan bukti, maka ke dua kakimu akan kupatahkan!"   Waktu berkata begitu bengis bukan main sikap Oey Yok Su. Ko Tie yang mendengar suara Oey Yok Su sampai menggigil karena ia tergetar hatinya dan menguatirkan akan diri gadis she Kam tersebut.   "Gampang, aku memiliki bukti yang tidak mungkin kau bisa sangkal!"   Menyahuti Kam Lian Cu dengan suara yang dingin, sikapnya tabah sekali.   "Katakan!"   Bentak Oey Yok Su.   "Hemmm, sekarang saja sudah ada buktinya!"   Kata Kam Lian Cu dengan tawar. "Apa?"   Mata Oey Yok Su terpentang lebar-lebar, namun akhirnya tampak wajahnya muram.   "Akulah sebagai bukti nyata, karena aku orang yang mengalami betapa engkau perlakukan tidak baik!"   Begitulah kata Kam Lian Cu dengan suara yang tawar.   Oey Yok Su tidak bilang apa-apa lagi wajahnya muram.   Dia mengangkat kepalanya, memandang kepada langit, kemudian dia bersenandung "Hujan dengan salju suara turun yang perlahan.   tipis sekali, dan mendung tebal telah menyelimuti bumi!"   Sambil bersenandung begitu, dia melangkah perlahan akan meninggalkan tempat tersebut.   "Heei tunggu dulu!"   Teriak Kam Lian Cu nyaring. Oey Yok Su menoleh tanpa mengatakan apa-apa.   "Kau belum menyembuhkan luka dia.....!"   Bilang Kam Lian Cu sambil memonyongkan mulutnya kepada Ko Tie yang masih rebah di atas tanah.   Oey Yok Su tidak menyahuti, dia telah kembali melangkah buat pergi meninggalkan tempat tersebut.   Suara senandungnya terdengar sangat samar.   Dikala itu Kam Lian Cu jadi mendongkol sekali.   "Engkaulah seorang manusia tidak tahu diri, karena telah melakukan sesuatu hanya setengah jalan dan benar-benar tidak tahu malu!"   Teriak si gadis.   Oey Yok Su seperti tidak mendengarnya, sebentar saja ia telah lenyap dari pandangan mata.   Kam Lian Cu jadi gugup, karena dia dalam keadaan tertotok, sedangkan Ko Tie rebah dalam keadaan tidak berdaya.   Waktu itu, Ko Tie telah mengawasi si gadis, perlahan-lahan bibirnya tersenyum! Ia merasa lucu dan geli melihat gadis she Kam ini berhasil menghadapi Oey Yok Su, mempermainkannya.   "Bagaimana keadaanmu?"   Tanya Kam Lian Cu kemudian sambil tersenyum juga.   "Tidak apa-apa. mungkin juga benar apa yang dilakukan Oey Yok Su tadi merupakan suatu cara pengobatan buat diriku...... karena sekarang aku merasakan betapa napasku telah dapat berjalan lancar dan lurus kembali. Kam Lian Cu mengangguk dan berkata dengan suara yang perlahan.   "Dia sesungguhnya tidak bermaksud buruk padaku....."   "Tapi kita dalam keadaan tidak berdaya. Kau dalam keadaan tertotok, sedangkan aku dalam keadaan tidak berdaya.....!"   Kata Ko Tie kemudian.   "Ya...... itulah yang mempersulit kita!"   Kata Kam Lian Cu.   "Hemmm...... jika memang demikian halnya baiklah. Jika kita berdiam saja beberapa saat, karena tidak lama lagi tentu totokannya pada tubuhku akan segera terbuka dengan sendirinya setelah lewat beberapa saat!"   Ko Tie mengangguk. Tapi bersamaan dengan dia mengangguk waktu itu terdengar suara yang samar sekali. suara yang aneh terdengar di kejauhan. Kemudian suara itu lenyap.   "Suara apa itu?"   Kata Kam Lian Cu dengan wajah memperlihatkan perasaan heran. "Entah.....!"   Menyahuti Ko Tie.   "Suara itu aneh sekali, apakah Oey Yok Su yang berseru seperti itu?!"   "Kukira bukan.....!"   Menyahuti Ko Tie.   Begitulah, mereka telah terdiam lagi.   Suara aneh itu terdengar lagi semakin dekat juga.   Aneh sekali suara tersebut, karena seperti suara lolong serigala, tapi juga seperti pekik seorang bayi.   Dikala itu Ko Tie telah memandang kepada Kam Lian Cu katanya.   "Kukira telah mendatangi seseorang yang agak luar biasa ke tempat ini, nona Kam.....!"   Kam Lian Cu mengangguk.   "Kukira juga begitu.....!"   Baru saja Kam Lian Cu berkata sampai di situ, justeru terlihat sesosok tubuh mendatangi cepat sekali, gesit bukan main gerakannya, tubuhnya begitu ringan.   Kam Lian Cu dan Ko Tie mengawasinya.   Mereka melihat yang baru muncul itu bukan seorang manusia.   Melainkan seekor kera yang tinggi besar.   Kera raksasa itu, yang setinggi manusia dewasa, yang mulutnya menyeringai, selalu mengeluarkan bunyi yang aneh.   Yang luar biasa, justeru tubuh kera itu, yang kurus memanjang ke atas, dapat bergerak begitu lincah dan gesit sekali, seakan juga seorang ahli gin-kang yang mahir sekali.   Kam Lian Cu dan Ko Tie saling pandang dengan hati berdebar, karena mereka kuatir kera itu akan menganiaya mereka di saat mereka dalam keadaan tidak berdaya.   Kera tersebut telah berseru nyaring lagi, dia menari-nari beberapa saat, di mana ia telah berusaha mengelilingi Kam Lian Cu, seakan juga ia tengah menemukan sesuatu yang menggembirakan hatinya.   Suara pekikannya juga terdengar berulang kali.   Tapi suatu saat, ketika ia melihat Ko Tie yang menggeletak tidak jauh dari tempat itu, mendadak saja ia mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan.   Matanya mendelik bengis.   Ko Tie terkejut.   Sinar mata yang buas memperlihatkan kera itu tidak bermaksud baik padanya.   Kera itu juga telah melompat ke dekatnya menghampiri dengan sikap mengancam.   Mulut kera itu mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan.   Di antara keadaan yang hening mengerikan yang menegangkan itu, Ko Tie berusaha memutar otaknya mencari akal, karena ia bermaksud untuk dapat berusaha menghindar dari keganasan kera itu.   Sedangkan kera tersebut telah menghampiri dekat sekali.   Matanya masih memandang buas.   Ia pun memperdengarkan suata yang mengerikan sekali.   Ko Tie menghela napas.   Jika memang kera itu mengkoyak-koyak tubuhnya, habislah dia! Kam Lian Cu pun jadi berkuatir bukan main.   Dilihat lagaknya, tampaknya kera itu walaupun memang terlihat begitu aneh dan luar biasa, bisa bergerak sangat lincah, iapun tampaknya buas sekali.   Kam Lian Cu kuatir kalau-kalau kera itu akan mengkoyak tubuh Ko Tie.   Akhirnya, untuk memancing perhatian kera tersebut, Kam Lian Cu sengaja mengeluarkan jeritan.   Benar saja.   Kera itu menoleh.   Ia pun malah telah melompat ke dekat Kam Lian Cu.   Bola matanya memain tidak hentinya, tampaknya ia tengah memperhatikan Kam Lian Cu dengan teliti, karena dia heran si gadis mengeluarkan suara jeritan.   Tapi setelah memperhatikan sekian lamanya, ia akhirnya mengeluarkan suara pekik yang nyaring sekali.   dia rupanya segera tahu bahwa tidak ada sesuatu yang menguatirkan pada Kam Lian Cu.   Cepat sekali ia kembali kepada Ko Tie.   Ko Tie mengeluh.   Kali ini memang tampaknya ia tidak mungkin lolos dari kebuasan kera itu.   Bulu kera tersebut berwarna kuning keemas-emasan.   Mungkin juga dia seekor kera yang selama ini terkenal sebagai Kim Go, Kera Emas.   Dan Ko Tie mengetahui bahwa Kim Go memang memiliki kecerdikan seperti seorang manusia.   Jika sampai kera ini, Kim Go, bermaksud untuk mengkoyak tubuhnya, dia dalam keadaan tidak berdaya.   Kam Lian Cu pun tidak berdaya, ia tengah rebah karena dalam keadaan tertotok.   Kim Go, atau kera berbulu emas itu, telah mengeluarkan pekikan.   Dengan kaki kanannya, tahu-tahu dia mendorong tubuh Ko Tie, segera terbalik dan terlentang.   Hati Ko Tie berdebar.   Menghadapi binatang buas ini benar-benar membuatnya jadi gentar juga, terlebih lagi dalam keadaan tidak berdaya seperti itu.   Jika saja, memang di waktu itu ia tidak dalam keadaan terluka parah dan tidak berdaya, niscaya ia akan dapat menghadapi Kim Go itu.   Di kala itu Ko Tie berusaha untuk mengendalikan perasaannya.   Dia memandang kera itu dengan sikap yang diusahakan setenang mungkin.   Ko Tie menyadari, jika saja ia melakukan suatu gerakan, walaupun gerakan yang sangat perlahan, niscaya akan menyebabkan kera itu segera akan mencabik-cabik tubuhnya.   Karena Ko Tie telah berdiam diri saja, dia berdiam dengan hati tergoncang.   Kam Liang Cu kembali mengeluarkan suara seruan nyaring buat memancing perhatian kera itu.   Namun Kim Go cuma menoleh sejenak.   Dia sama sekali tidak menghampiri Kam Lian Cu lagi, karena dia tahu bahwa gadis itu hanya berseru tapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya.   Perlahan-lahan, sepasang tangannya yang terjuntai panjang itu, telah diulurkannya.   Dia telah mengangkat tubuh Ko Tie.   Ko Tie berdebar-debar juga.   Dia tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kera itu.   Atau memang tubuhnya yang akan dikoyak-koyaknya? Karena Ko Tie berdiam diri saja, berdiam terus sampai sekian lama, di mana tubuhnya telah diangkat tinggi sekali oleh Kim Go.   Dan Tiba-tiba tubuh Ko Tie dilontarkannya ke tengah udara tinggi sekali.   Kuat tenaga Kim Go, karena dia bisa melontarkan Ko Tie setinggi empat tombak lebih.   Ko Tie mengeluh.   Dia tengah keadaan terluka di dalam yang belum lagi sembuh.   Sekarang dia dilemparkan dan akan terbanting di tanah dari ketinggian seperti itu.   Niscaya akan membuatnya terluka yang lebih berat lagi.   Tubuh Ko Tie meluncur turun cepat sekali.   Sedangkan Kam Lian Cu mengeluarkan suara seruan tertahan menyaksikan itu.   Kim Go mengeluarkan suara aneh.   Dan tampak ia telah melesat gesit sekali.   Begitu tubuh Ko Tie meluncur jatuh di tanah, terbanting keras, Kim Go telah mengangkatnya lagi, melontarkannya lagi dengan sama kuatnya.   Waktu terbanting, Ko Tie merasakan pandangan matanya berkunang-kunang.   Ia menderita kesakitan yang tidak terkira.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sekarang dia dilontarkan kembali.   Dengan ketinggian yang begitu tinggi, sehingga membuatnya benar-benar jadi mengeluh, sebab tubuhnya akan terbanting pula keras di tanah.   Kam Lian Cu berulang kali menjerit untuk memancing perhatian kera tersebut.   Tapi kera itu tidak mau menoleh lagi kepadanya, asyik tengah mempermainkan Ko Tie yang dilontarkan ke tengah udara terbanting di tanah berulang kali pula.   Kam Lian Cu jadi bingung bukan main.   Dia menyesal tubuhnya dalam keadaan tertotok tidak bisa bergerak.   Jika saja dia tidak dalam keadaan tertotok, niscaya dia bisa menghadapi kera itu dengan sebaik-baiknya.   Justeru dia tengah tertotok, membuatnya tidak berdaya untuk menolongi Ko Tie.   Ko Tie merasakan pandangan matanya gelap ketika pada kelima kalinya ia dibanting di tanah oleh lontaran yang kuat dari Kim Go, dia mengeluh.   Dan di waktu itu, ia pun telah merasakan jantungnya seperti berdegup sangat keras.   Ia hampir tidak sadarkan diri, masih sempat didengarnya pekik Kim Go yang sangat keras sekali.   Dikala itu, Kim Go tak mengangkat tubuhnya tidak melontarkan lagi.   Cuma tangan kanan nya, yang panjang dan berbulu itu meluncur menghantam sangat kuat dada Ko Tie.   "Bukk!"   Dunia seperti terbalik.   Ko Tie merasakan sakit yang tidak kepalang, dan dia pingsan tidak sadarkan diri.   Kam Lian Cu mengeluarkan jeritan kaget dan berkuatir sekali terhadap nasib Ko Tie.   Kim Go mengeluarkan seruan yang aneh, dia telah duduk disamping Ko Tie.   Sepasang tangannya yang panjang itu digerakkan berulang kali, terdengar suara.   "Bukk, bukk, bukk!"   Kam Lian Cu memandang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar, karena dia menyaksikan bagaimana sepasang tangan Kim Go telah berulang kali menghantam dada Ko Tie.   Ko Tie sendiri tidak sadarkan diri, dalam keadaan pingsan dia tidak merasakan siksaan itu.   Hanya Kam Lian Cu yang justeru jadi seperti merasakan sakit bukan main.   Setiap kali tangan Kim Go menghantam dada Ko Tie, karena suara pukulan itu sangat nyaring sekali.   Kim Go telah memukul terus, sampat akhirnya dia mengeluarkan suara puas.   Kam Lian Cu melompat berdiri, dan sekarang melompat-lompat menghampirinya.   Hati Kam Lian Cu berdebar, karena ia menduga tentunya Kim Go akan menyiksa dirinya, sama halnya seperti ia menyiksa Ko Tie tadi.   Kim Go telah berada di dekatnya.   Matanya mengerikan sekali.   Sepasang tangannya yang sangat panjang itu terjuntai turun ke bawah mendekat tanah.   Kam Lian Cu mengeluh.   Kalau saja dia tidak dalam keadaan tertotok seperti saat itu, tentu si gadis akan dapat memberikan perlawanan dan melumpuhkan kera itu.   Cuma saja sekarang dia dalam keadaan tertotok.   Jangankan memberikan perlawanan kepada kera itu, sedangkan untuk menggerakkan tubuhnya saja dia tidak dapat.   Dan Kam Lian Cu cuma bisa pasrah untuk menyerahkan nasibnya belaka di mana iapun akan menjadi permainan dari kera itu.   Kim Go berdiri beberapa saat di dekat Kam Lian Cu.   Mulutnya tidak hentinya mengeluarkan suara aneh yang perlahan.   Sikapnya seperti tengah kegirangan, seperti memperoleh sesuatu yang sangat menarik dan memuaskan hatinya.   Kemudian Kim Go malah duduk di samping Kam Lian Cu.   Dia mengawasi terus seakan juga ia tengah menghadapi barang yang aneh baginya, tapi juga sangat menggembirakan hatinya.   Napasnya juga mendengus agak nyaring, membuat Kam Lian Cu bartambah ngeri saja.   Sepasang tangan Kim Go tahu-tahu telah diulurkan ke dada Kam Lian Cu.   Sikapnya benar-benar seperti seorang laki-laki ceriwis yang melihat gadis cantik.   Kam Lian Cu kaget.   Ia tidak menyangka seekor kera bisa berlaku segenit itu.   Ia sampai menjerit nyaring.   Kera itu jadi kaget, sampai terlompat berdiri dan mundur ke belakang mengawasi Kam Lian Cu.   Tapi ketika ia melihat Kam Lian Cu tidak bisa bergerak, ia mengeluarkan suara aneh.   Kam Lian Cu berdebar keras hatinya.   Ia melihat kera itu perlahanlahan melangkah menghampirinya.   Setelah dekat, kera itu duduk lagi di samping Kam Lian Cu, sepasang tangannya diulurkan.   Kam Lian Cu memejamkan matanya.   Ternyata kera itu telah mengusap perut Kam Lian Cu.   Si gadis mengggidik tidak terkira, ia menjerit sekuat suaranya.   Tapi sekarang ini kera itu tidak kaget, dia tidak melompat seperti tadi.   Malah tangan kanannya meremas dada Kam Lian Cu.   Bukan main ketakutan Kam Lian Cu.   Dia seakan hendak menangis menghadapi keadaan seperti ini.   Kera itu kesenangan, ia mengeluarkan suara yang aneh sekali.   Sambil sepasang tangannya terus juga merabah dan meremasremas tubuh si gadis, Kam Lian Cu hampir pingsan karena perasaan takut, ngeri dan juga marah.   Dia dalam keadaan tidak berdaya dipermainkan oleh kera itu.   Dan hati si gadis jadi mendongkol kepada Oey Yok Su yang telah menotoknya.   Semua penyesalan ditumpahkannya kepada Oey Yok Su.   Gara-gara Oey Yok Su telah membuatnya jadi tidak berdaya dipermainkan seekor kera seperti itu.   Waktu itu kera tersebut sambil mengeluarkan suara aneh, telah menarik robek baju bagian atas tubuh Kam Lian Cu.   Kembali Kam Lian Cu menjerit, Inilah ancaman yang mengerikan.   Kam Lian Cu segera dapat menerka apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh kera itu.   Tentunya kera tersebut tertarik sekali melihat gadis cantik ini, dan ia terangsang, ia hendak memperkosa si gadis.   Sungguh ancaman yang mengerikan dan hampir membuat Kam Lian Cu menangis karena saking ketakutan.   Di waktu itu terlihat, betapapun juga, memang Kam Lian Cu berusaha untuk dapat mempertahankan diri.   Dia membuka matanya mengawasi kera itu.   Sedangkan kera tersebut, dengan sepasang mata yang sangat mengerikan, telah memandangnya buas sekali.   Tangan kera itu juga telah merobek terus baju di bagian atas tubuh Kam Lian Cu.   Benar-benar keadaan si gadis terancam sekali.   Y Ko Tie merasakan kepalanya berdenyut sakit.   Ia pun merasakan betapa tubuhnya sakit bukan main.   Ketika dia membuka matanya, dia segera teringat apa yang telah terjadi, yaitu dia disiksa oleh seekor kera yang setinggi manusia dewasa.   Dia segera berpaling, dan menyaksikan apa yang tengah dilakukan kera itu terhadap Kam Lian Cu, yaitu tengah membuka dengan paksa baju bagian atas tubuh Kam Lian Cu.   Bukan main marahnya Ko Tie, darahnya meluap seakan hendak meledakkan dadanya.   Di antara keadaan seperti tengah bermimpi itu, Ko Tie berusaha menggerakkan tangannya.   Tidak berhasil.   Ia tidak bisa menggerakkan tangannya.   Malah telah membuat dia menderita kesakitan yang sangat hebat.   Dikala itu terlihat kera itu sudah tidak memperdulikan keadaan sekelilingnya.   Sepasang tangannya tengah sibuk sekali buat membuka pakaian Kam Lian Cu.   Semakin lama, semakin melihat tubuh si gadis yang begitu putih karena pakaiannya telah dikoyak dan dibuka dengan paksa, membuat kera itu semakin buas saja.   Kam Lian Cu hampir menangis.   Dan waktu itu kera yang tinggi besar tersebut telah bermaksud membuka juga gaun bawah si gadis dengan cara paksa.   Ko Tie mengeluh di dalam hatinya, karena dia tidak berdaya untuk menolongi si gadis.   Dia memejamkan matanya.   Ko Tie tidak akan sanggup menyaksikan apa yang akan dilakukan kera itu.   Waktu itulah, Kam Lian Cu tiba-tiba merasakan jalan darahnya beredar kembali seperti biasa, dan juga dia bisa menggerakkan tangannya, karena totokan Oey Yok Su telah terbuka.   Tidak memikir dua kali, dia telah menggerakkan tenaga dalamnya pada tangannya, dan menghantam dengan telak.   "Bukkkk!"   Dada kera itu kena dihantamnya dengan kuat sekali, sehingga kera itu terguling-guling di tanah sambil mengeluarkan suara jerit kesakitan.   Kam Lian Cu melompat berdiri.   Dia tidak memperdulikan bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup.   Dia menggerakkan tangannya lagi, dalam sekejap mata telah mencekal pedangnya dan menikam ke perut kera itu.   Kera tersebut bergerak gesit.   Dia bisa menghindar, cuma lengannya yang kanan kena tergores mata pedang, darah mengucur keluar.   Kera itu tampak kaget dan ketakutan dia segera berlari menjauh sambil mengeluarkan suara pekikan.   Kam Lian Cu bermaksud mengejarnya, namun sebentar saja tampak kera itu lenyap.   Kam Lian Cu berdiri diam beberapa saat dia menghela napas.   Ketika dia teringat akan dirinya, yang pada bagian atas anggota tubuhnya tidak berpenutup, sedangkan di tempat itu ada Ko Tie, mukanya jadi merah.   Dia membuka buntalannya dan mengeluarkan sepotong pakaiannya.   Dia memakainya.   Barulah kemudian Kam Lian Cu memasukkan pedang ke sarungnya, dia telah menghampiri si pemuda.   Dilihatnya Ko Tie lebih dalam keadaan tidak berdaya, karena terluka berat.   Tapi dia tidak dalam keadaan pingsan, karena matanya memandang kepadanya dengan sikap bersyukur.   Kam Lian Cu sendiri sangat bersyukur di detik yang membahayakan jiwanya, di mana dirinya akan diperlakukan tidak pantas oleh kera itu, totokan pada dirinya telah terbuka, sehingga dia bisa menghajar kera itu.   Dan akhirnya membuat kera itu melarikan diri.   Benar-benar merupakan hal yang membuat dia bersyukur tidak hentinya kepada Thian.   Sedangkan Ko Tie dengan suara lemah bertanya.   "Bagaimana....... bagaimana keadaanmu?"   Si gadis tersenyum pahit.   "Untung saja totokan itu terbuka di saat detik-detik yang menentukan itu! Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan entah apa yang akan terjadi!"   Menyahuti si gadis. Ko Tie juga tersenyum pahit.   "Lalu bagaimana keadaanmu?"   Tanya Kam Lian Cu melihat muka Ko Tie yang pucat pias dan juga keadaannya begitu lemah.   "Kukira, lukaku tidak ringan.....!"   "Boleh kuperiksa?!"   Tanya Kam Lian Cu. Ko Tie mengangguk, Kam Lian Cu memeriksanya. Diperoleh kenyataan bahwa Ko Tie memang terluka yang parah sekali. Dia berpikir, untuk membantu mengerahkan tenaga dalamnya. Ko Tie waktu itu telah berkata.   "Jangan, akan sia-sia belaka!"   "Tapi sedikitnya bisa membantu engkau mengerahkan sin-kangmu untuk memulihkan keadaanmu!"   Kata Kam Lian Cu. Ko Tie menggeleng.   "Jangan percuma, akan menghabisi tenagamu saja dan ini akan membuat kau akhirnya tidak dapat menghadapi kera biadab itu kalau dia datang lagi!"   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Disebut tentang kera itu, Kam Lian Cu terdiam. Dia anggap benar apa yang dikatakan oleh Ko Tie.   "Kalau aku pergi mencari Oey Yok Su, memintanya agar dia mau mengobati dan menolongimu, aku kuatir disaat aku pergi, kera itu datang lagi dan menganiaya dirimu!"   Ko Tie diam saja.   "Dan Oey Yok Su pun belum tentu bersedia menolongi kau!"   Kata si gadis lagi. Ko Tie mengangguk.   "Ya, dia seorang yang sangat ku-koay, tidak nantinya dia mau menolongiku! Jika memang dia bermaksud menolongiku, tentu sejak tadi dia telah menolongiku, tidak perlu dia mempermainkan diriku!"   Kata Ko Tie.   Kam Lian Cu mengangguk.   Mereka terdiam beberapa saat.   Dikala itu, tampak Ko Tie berusaha mengerahkan pernapasannya untuk menyalurkan sin-kangnya.   Dia gagal.   Waktu Ko Tie mengerahkan sin-kangnya, dia merasakan di dadanya seperti juga terjadi suatu pergolakan, dan isi perutnya seperti jungkir balik.   Kiam Lian Cu mengawasinya dengan berkuatir sekali.   Sedangkan Ko Tie yang telah gagal beberapa kali dengan usahanya, akhirnya menghela napas.   "Sudahlah! Rupanya aku harus membuang jiwa percuma di sini dengan kecewa!"   Kata Ko Tie mengeluh.   Kam Lian Cu pun ikut bersusah hati.   Gadis ini memiliki kepandaian yang tidak terlalu tinggi, tidak sehebat Oey Yok Su.   Mana mungkin dia bisa mengobati Ko Tie? Terlebih lagi memang ia pun tidak mengerti ilmu pengobatan.   Keadaan di tempat itu hening sekali.   Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara bentakan dan tertawa dingin, yang semakin lama semakin dekat.   Segera tampak sesosok bayang hijau yang berkelebat ke tempat itu.   Di belakang sosok bayangan hijau itu tampak berkelebat sesosok bayangan kuning pula.   Begitu cepatnya gerakan ke dua sosok tubuh itu, sehingga tidak dapat dilihat dengan jelas.   Ko Tie dan juga Kam Lian Cu mementang mata mereka, tapi mereka hanya melihat gulungan warna hijau dan kuning, yang cepat sekali telah menjauh.   Cuma suara bentakan dan mengejek belaka yang mereka dengar, dilontarkan dari ke dua sosok bayangan itu.   "Apakah yang memakai jubah hijau itu bukan Oey Yok Su?!"menggumam Ko Tie.   Memang biasanya Oey Yok Su mengenakan jubah hijau, walaupun tadi karena bergerak terlalu gesit sehingga Ko Tie dan Kam Lian Cu tidak bisa melihat jelas, tokh Ko Tie dapat menerkanya yang mengenakan jubah hijau tentunya Oey Yok Su.   Kam Lian Cu pun memperlihatkan sikap heran.   "Lalu siapa yang mengejarnya?!"   Berkata si gadis. Ko Tie juga jadi heran.   "Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dan di dunia sekarang ini mungkin sudah tidak ada duanya Tapi tampaknya ia menghadapi kesukaran juga dari orang yang mengejarnya yang mengenakan baju kuning itu!"   Kam Lian Cu mengangguk.   "Biar aku pergi melihat!"   Kata si gadis. Dia baru saja bangun, atau segera dia teringat kepada kera bulu kuning, Kim Go, dia jadi bimbang. Dia kuatir begitu dia meninggalkan Ko Tie, kera itu datang lagi. Ko Tie tersenyum.   "Pergilah kau melihatnya!"   Katanya menganjurkan.   "Kera itu tentu tidak akan muncul secara kebetulan di saat sekarang ini!"   Kam Lian Cu bimbang sejenak, tapi perasaan ingin tahunya membuat dia mengangguk dan kemudian mengerahkan ginkangnya buat mengejar Oey Yok Su dan orang yang mengenakan baju kuning itu.   Akan tetapi mana bisa Kam Lian Cu mengejar mereka yang memiliki ilmu meringan tubuh yang begitu mahir? Tidak lama kemudian Kam Lian Cu telah kembali ke tempat di mana rebah Ko Tie, dengan wajah yang murung.   "Aku tidak berhasil mengejar mereka!"   Katanya dengan suara yang tawar.   "Ya, mereka tampaknya seperti tengah saling kejar..!"   Menyahuti Ko Tie.   "Tapi siapa orang yang mengejar Oey Yok Su?!"   "Oey Yok Su memiliki nama besar, tentu nya dia bukan tengah melarikan diri dari kejaran orang itu, sebab tidak mungkin dia akan melakukan tindakan serendah itu!"   Kata Kam Lian Cu kemudian dengan ragu. Ko Tie mengangguk "Ya, tentunya ada sesuatu yang luar biasa!"   Kata pemuda itu.   Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi berdiam diri beberapa saat lamanya, keadaan hening sekali......   Tapi, di saat itu kembali terdengar suara seruan dan bentakan yang datang cepat sekali disusul berkelebat sesosok bayangan hijau dengan di belakangnya mengejar sesosok bayangan kuning.   Sekarang terdengar jelas teriakan Oey Yok Su.   "Jika memang engkau telah dapat mengimbangi gin-kangku, hemmmm, barulah aku sudi melayani dirimu!"   "Jangan sombong, kepandaianmu berada di bawah tingkat kepandaianku!"   Terdengar orang mengenakan baju kuning itu memaki dengan suara yang sengit.   Dan kemudian, sekejap mata saja, mereka kembali telah menjauh dan lenyap.   Ko Tie dan Kam Lian Cu tambah heran saja, mereka tidak mengerti entah apa yang tengah dilakukan oleh Oey Yok Su dan orang yang mengerakan baju kuning itu.   Tapi melihat gin-kang orang yang memakai baju kuning begitu hebat dan bisa mengejar terus Oey Yok Su dalam jarak pisah yang tidak terlalu jauh, maka mereka bisa menduga tentunya orang yang memakai baju kuning itu bukan orang sembarangan.   Tapi siapa orang itu? Dan mengapa Oey Yok Su harus berlari-lari seperti itu? Bukankah biasanya Oey Yok Su memiliki tabiat yang angkuh? Bukankah jika ada orang yang menantang dirinya, dia akan meghajarnya mampus? Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie diliputi perasaan heran dan tanda tanya, tiba-tiba mereka mendengar suara aneh di dekat mereka, terpisah tidak jauh.   Kera berbulu kuning telah muncul lagi tidak jauh dari tempat mereka berada! Muka Kam Lian Cu berobah pucat dan merah, karena dia jijik dan takut melihat kera itu.   Segera juga tangannya mencabut pedangnya, dia bersiap-siap buat menghadapi kera tersebut.   Kera itu mengerang, namun segera memutar tubuhnya, berlari dengan pesat menghilang lagi meninggalkan tempat itu, rupanya kera itu juga kaget.   Sedangkan Ko Tie menghela napas.   "Sayang aku tengah terluka berat seperti ini, jika tidak tentu aku akan menangkap dan menghajar kera kurang ajar itu!"   Menggumam Ko Tie. Kam Lian Cu sambil menggenggam pedangnya erat-erat, matanya mengawasi sekitar tempat itu. Ia kuatir kalau-kalau kera itu akan muncul lagi.   "Nona Kam, sudahlah lebih baik kau beristirahat.!"   Ko Tie menganjurkan.   "Tapi kera itu kurang ajar sekali!"   Kata Kam Lian Cu kemudian.   "Ya, kemungkinan dia akan kembali lagi, tapi kukira, kita tidak perlu, terlalu kuatir, karena dengan kepandaian yang kau miliki, kulihat engkau akan dapat menghadapinya dengan baik dan kera itu tidak akan berdaya!" Kam Lian Cu anggap apa yang dikatakan Ko Tie memang benar, maka dia duduk beristirahat. Tapi tangannya masih terus menggengam pedangnya erat-erat, karena dia bermaksud untuk mempergunakan pedangnya itu di sembarang waktu, jika saja kera itu muncul dengan tiba-tiba. Hanya satu yang disesalkan Kam Lian Cu yaitu Ko Tie tengah terluka begitu berat. Jika tidak tentu mereka tidak perlu kuatir terhadap kera tersebut. Kam Lian Cu juga mengetahuinya bahwa kepandaian Ko Tie sangat tinggi, jauh berada di atasnya. Dan sayangnya pemuda yang gagah itu justeru tengah terluka berat dan ia jadi tidak berdaya, malah sekarang ini ia harus dilindunginya!"   Tengah Kam Lian Cu dan Ko Tie berkuatir untuk kera besar itu, yang mereka kuatir akan muncul dengan tiba-tiba, justeru tampak pula berkelebat sesosok bayangan hijau dan bayangan kuning yang saling kejar.   Tentu saja hal ini membuat Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi tidak mengerti, mengapa Oey Yok Su, bersikap demikian, berlari-lari terus dikejar oleh sosok bayangan kuning itu yang terus juga mengejarnya.   Entah siapa sosok bayangan itu, yang tampaknya memiliki kepandaian sangat tinggi.   Di waktu itu rupanya sosok bayangan kuning itu melihat Kam Lian Cu dan Ko Tie.   Tahu-tahu dia berhenti mengejar Oey Yok Su, dia berdiri tidak jauh dari Kam Lian Cu dan Ko Tie.   Sekarang Kam Lian Cu dan Ko Tie bisa melihat jelas orang itu.   Dialah seorang lelaki tua yang rambutnya telah putih dan juga tumbuh panjang menutupi pundaknya.   Matanya tampak bersinar sangat tajam sekali, seakan juga sepasang berlian yang berkilauan.   Dengan bersuara terkekeh, tampak kakek tua yang tubuhnya kurus tinggi dan mengenakan jubah warna kuning itu, telah menghampiri Kam Lian Cu dan Ko Tie.   "Hehehehehe, tidak di sangka terdapat pasangan muda-mudi yang demikian cantik dan tampan!"   Menggumam kakek tua itu.   Kam Lian Cu menggenggam pedangnya erat-erat, dia kuatir kalau saja kakek tua itu bermaksud tidak baik pada mereka.   Ko Tie sendiri mengeluh.   Melihat keadaan kakek tua berbaju kuning itu, ia segera mengetahui bahwa kakek tua itu tentunya bukan sebangsa manusia baik-baik! Sedangkan kakek tua itu yang memakai baja kuning telah berkata lagi.   "Bagus! Bagus! Dengan demikian Go-jie akan memiliki kekasih yang cantik sekali......!"   Setelah berkata begitu, segera juga dia melompat, akan menubruk Kam Lian Cu, tangan kanannya diulurkan.   Kam Lian Cu kaget, dia mengibaskan pedangnya.   Tapi dia menabas tempat kosong, sebab tahu-tahu jalan darah Pai-cinghiat nya telah ditotok jari tangan orang tua itu.   Tanpa ampun lagi, tubuhnya segera terjungkal rubuh bergulingan di tanah.   Dia juga lantas tidak bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya, malah pedangnya telah terlemparkan agak jauh, terlepas dari genggaman tangannya.   Ko Tie kaget melihat apa yang dialami Kam Lian Cu, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan.   Waktu itu Oey Yok Su yang rupanya melihat orang yang memakai baju kuning itu tidak mengejarnya, ia pun tidak berlari lagi.   Dia membentak, tahu-tahu dia telah berada di situ juga.   "Tua bangka rendah tidak tahu malu, mengapa kau hendak melukai golongan muda yang tidak berdaya?"   Orang tua berbaju kuning itu tertawa dingin.   "Hem, kau jangan banyak bicara, Oey Loshia, aku akan mengambil gadis ini menjadi mantuku!"   Kata orang tua baju kuning itu. Oey Yok Su tertawa aneh.   "Kau ingin mengambil gadis itu menjadi mantumu?"   Tanyanya kemudian dingin sekali.   "Ya!"   "Aneh sekali!"   "Aneh apanya?"   "Kapan kau telah menikah? Dan sejak kapan kau memiliki anak?!"   Tanya Oey Yok Su. "Hemmm!"   Mendengus kakek baju kuning itu.   "Kau tidak perlu mencampuri urusanku! Jika aku tidak memiliki anak, tidak mungkin aku bermaksud untuk memiliki mantu"   "Tapi kukira engkau sinting, telah sinting!"   Kata Oey Yok Su.   "Sinting? Hemmm, kau tidak perlu banyak komentar! Urusan kita akan kita lanjutkan! Tetapi sekarang aku telah menemukan seorang calon mantu yang sangat baik, calon isteri yang sangat pantas buat anakku....."   Oey Yok Su tidak tertawa lagi. Dia memandang tajam sekali, lalu berkata.   "Siapa anakmu?"   "Itu urusanku!"   "Urusanku juga! Karena akupun menginginkan gadis itu!"   Kata Oey Yok Su.   "Kau!"   "Ya, aku menginginkan juga gadis itu!"   Menyahuti Oey Yok Su dengan sikap yang tegas Orang tua baju kuning itu tiba-tiba tertawa bergelak-gelak keras sekali.   "Sungguh memalukan! Rupanya semakin tua engkau jadi seorang yang mata keranjang dan genit lagi karena sekarang engkau bermaksud hendak mengambil seorang isteri"   "Bukan begitu maksudku!"   Kata Oey Yok Su kemudian dengan suara yang dingin.   "Aku ingin mengambil gadis itu menjadi muridku!"   "Menjadi muridmu?!"   "Benar!"   Sahut Oey Yok Su.   "Aku tidak percaya!"   "Mengapa kau tidak percaya?"   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tampaknya Oey Yok Su tidak puas.   "Karena aku mencurigai kau memiliki maksud-maksud tertentu dengan gadis ini!"   "Maksud tertentu apa?"   "Kau pura-pura menerima gadis ini menjadi muridmu, lalu kelak engkau akan mengerjakannya!" "Mulutmu terlalu kotor sekali!"   "Memang aku si kotor yang sesat..... tidak perlu dibuat heran lagi!"   Menyahuti si kakek baju kuning itu.   "Kau?"   Oey Yok Su tampak jadi tidak puas dan gusar sekali. Tapi kakek tua baju kuning itu tampaknya tidak jeri oleh sikapnya Oey Yok Su.   "Kenapa? Kau tidak puas?"   Tanyanya dengan suara yang mengejek.   "Ya, aku justeru hendak mengajak kau main-main seribu jurus untuk menemukan, apakah engkau memang pantas menjadi manusia yang sesumbar untuk menantang diriku!"   "Jangan begitu lama..... Seribu jurus merupakan waktu yang terlalu lama! Kukira......!"   Berkata sampai di situ dia berhenti berkata dan tertawa dingin. Oey Yok Su penasaran sekali.   "Kau kira apa?"   Tanyanya dengan suara yang bengis dan matanya menatap dingin.   "Kukira...   dalam waktu hanya seratus jurus, aku dapat membuat Oey Loshia selanjutnya akan menyimpan pedang dan mengakui dirinya tidak pantas lagi berkeliaran di dalam rimba persilatan, karena di dalam rimba persilatan ada aku!"   "Hemmm, kau terlalu congkak. Tahukah engkau siapa Oey Loshia?!"   Tanya Oey Yok Su karena terlalu murka.   "Tentu saja aku tahu......!"   Menyahuti orang tua baju kuning itu dengan suara yang dingin.   "Aku tahu bahwa Oey Loshia adalah calon pecundangku!"   Oey Yok Su sudah tidak dapat menahan kemarahan hatinya.   Dia merupakan tokoh sakti yang sangat dihormati di dalam rimba persilatan.   Mungkin sudah tidak ada duanya lagi, karena memang dia dianggap sebagai satu-satunya tokoh dari tingkatan tua yang sakti dan masih hidup.   Tapi sekarang kakek baju kuning ini berani mengeluarkan kata-kata kurang ajar seperti itu, membuat dadanya seperti juga hendak meledak.   Segera, tangan kanannya dikibaskan.   Tapi kakek tua itu sambil diiringi tertawa dingin telah menyingkir ke pinggir.   "Bukkk!"   Tampak sebatang pohon tumbang menimbulkan suara yang berisik.   Itulah disebabkan batang pohon itu kena diterjang oleh tenaga sinkang Oey Yok Su.   Rupanya tadi waktu dia mengibaskan tangannya walaupun Oey Yok Su cuma mengibas dengan sembarangan saja dan seperti tidak mengerahkan tenaga dalamnya, namun sesungguhnya mengandung kekuatan sin-kang yang luar biasa dahsyatnya.   Karena kakek tua berbaju kuning itu mengelak, tenaga pukulan itu menghantam batang pohon itu.   Ko Tie yang rebah di tanah, jadi kagum melihat hebatnya tenaga dalam Oey Yok Su.   Sedangkan Kam Lian Cu pun tidak kurang kagumnya.   Dia sampai memandang dengan mata terpentang lebar-lebar, mulutnya menggumam.   "Luar biasa!"   Yang membuat Ko Tie dan Kam Lian Cu heran, mereka mendugaduga, entah siapa kakek tua itu.   Mereka sungguh tidak mengerti, karena mereka tidak pernah mendengar perihalnya kakek tua baju kuning itu.   Jika Oey Yok Su dan beberapa tokoh tua yang sakti lainnya di dalam rimba persilatan, memang mereka mengetahuinya dan seringkali mendengarnya.   Tapi kakek tua baju kuning itu sama sekali tidak pernah mereka dengar.   Karena itu mereka heran sekali, sedangkan kepandaian kakek tua itu yang memakai baju kuning tampaknya tinggi sekali.   Dia tidak merasa jeri terhadap Oey Yok Su dan malah bisa menghadapi Oey Yok Su.   Dengan demikian dia bukan sembarangan.   Oey Yok Su tertawa dingin.   "Hemmm, jika memang engkau memiliki kepandaian yang berarti, mengapa engkau menghindar dan tidak menerima serangan itu?"   Ejeknya dengan suara yang dingin. Kakek tua baju kuning itu juga tertawa terkekeh dengan suara yang aneh. Sikapnya itu membuat Oey Yok Su tambah gusar, karena dilihatnya kakek tua itu seperti meremehkannya. "Sekarang kau terimalah!"   Kata Oey Yok Su kemudian sambil bersiap hendak menghantam lagi.   "Tunggu dulu!"   Kata kakek tua baju kuning itu dengan suara nyaring. Oey Yok Su menunda gerakan tangannya, dia batal buat menyerangnya.   "Apa yang ingin kau katakan? Atau memang kau hendak menyatakan bahwa engkau jeri dan ingin menyudahi urusan dengan begitu saja?"   Ejek Oey Yok Su.   "Ohhh, tentu saja tidak!"   Menyahuti kakek tua baju kuning itu.   "Tentu saja bukan begitu! Tapi aku memiliki urusan yang jauh lebih penting, aku harus mengurus soal mantuku ini..... urusan kita bisa kita urus nanti saja!"   Oey Yok Su tertawa dingin.   "Urusan gadis itu justeru menjadi urusanku!"   Sahut Oey Yok Su kemudian.   "Mana bisa kau mengatakannya bukan menjadi urusan kita? Bukankah sudah kukatakan bahwa aku bermaksud mengambilnya menjadi muridku?" Wajah kakek baju kuning itu berobah tidak sedap dipandang. Jika sebelumnya dia selalu tertawa tergelak-gelak. Justeru sekarang dia mengawasi Oey Yok Su dengan sinar mata yang tajam.   "Oey Loshia, ternyata engkau hanya mengada-ada saja..... Engkau hanya mencari alasan untuk menimbulkan urusan denganku.....!"   Suaranya terdengar menyeramkan sekali. Dia telah berkata dengan sikap yang memperlihatkan kegusaran. Oey Yok Su tidak memperdulikan sikap si kakek baju kuning yang gusar seperti itu, dia tertawa dingin, tawar sekali sikapnya.   "Hemmm, biarpun tanpa adanya urusan gadis itu, tetap saja engkau harus berurusan denganku!"   Kakek berbaju kuning itu memandang Oey Yok Su dengan sinar mata dingin, kemudian katanya.   "Baiklah..... mari kita bereskan dulu urusan kita, baru nanti aku menyelesaikan urusan mantuku itu!"   Oey Yok Su juga bersiap-siap, di mana kakek tua baju kuning itu telah melangkah menghampiri ke dekatnya.   Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi berdebar hati mereka, menyaksikan dua orang tokoh tua yang sakti itu akan mengadu kepandaian.   Walaupun Ko Tie dan Kam Lian Cu tidak mengetahui siapa adanya kakek tua baju kuning itu, tapi mereka yakin bahwa kakek tua itu adalah seorang yang memiliki kepandaian dan kesaktian yang luar biasa yang tidak berada di sebelah bawah kepandaian Oey Yok Su.   Karena itu, niscaya itulah merupakan suatu pertempuran yang seru sekali dan jarang terjadi.   Oey Yok Su dengan suara tawar telah bertanya.   "Dengan cara bagaimana kita mengadu kepandaian?!"   "Terserah padamu!"   Menyahuti kakek tua baju kuning itu dengan suara yang dingin. Oey Yok Su mendengus, dia bilang.   "Baiklah, kita bertanding mempergunakan ilmu Im dulu!"   Kakek tua itu tampak ragu-ragu.   Mengadu ilmu Im atau ilmu lunak merupakan kepandaian yang sempurna sekali dari Oey Yok Su.   Dia mengetahui sin-kang Oey Yok Su hampir mencapai pada tingkat yang paling sempurna.   Walaupun dia memiliki kepandaian tinggi.   Dia tidak jeri pada Oey Yok Su, akan tetapi, jika memang hanya bertanding dengan mempergunakan ilmu tertentu, itulah yang akan membuat dia menghadapi kesulitan yang tidak kecil.   Lain jika mereka bertempur dengan mempergunakan ilmu yang mana saja, bertempur secara umum terbuka.   Dia yakin masih bisa menghadapi Oey Yok Su.   Jika memang harus mempergunakan ilmu Im, yaitu tenaga lunak, dimana mengandalkan kemahiran sin-kang, berarti kakek tua berbaju kuning itu menghadapi kesukaran yang tidak kecil.   Dia yakin pula, bahwa sin-kangnya tentu berada di bawah dari sin-kang Oey Yok Su.   Cuma saja untuk menolaknya iapun malu, maka ia mengangguk.   "Baik!"   Ia menerima tantangan tersebut, dan ia telah berkata lagi kemudian sambil mengangkat ke dua tangannya.   "Apakah kita mulai sekarang saja?"   Oey Yok Su tersenyum tawar, dan katanya.   "Jika memang demikian, kita membiarkan golongan muda itu menyaksikan dan mereka sebagai saksi?"   Kakek tua berbaju kuning itu mengangguk. "Ya, bukankah memang kau bermaksud mengambilnya sebagai murid, dan akupun bermaksud mengambilnya sebagai mantuku? Apa, salahnya membiarkan dia menyaksikan semua ini?"   Oey Yok Su memandang dengan muka dingin kepada kakek berbaju kuning itu, kemudian katanya.   "Baiklah, mari kita mulai!"   Lalu Oey Yok Su duduk bersila di tanah, dia memejamkan matanya.   Kakek berbaju kuning itupun telah duduk bersimpuh di hadapan Oey Yok Su.   Ko Tie dan Kam Lian Cu tidak mengerti, entah apa yang hendak dilakukan ke dua tokoh sakti itu dengan perbuatan mereka, karena dari itu, mereka bermaksud untuk menyaksikannya, dengan apa yang disebut bertempur dengan mempergunakan cara Im tersebut.   Oey Yok Su pertama-tama telah menggoreskan jari telunjuknya pada tanah, sehingga di tanah tergores lukisan bulat melingkar, seperti juga sebuah bola, dan lingkaran itu cukup besar, mungkin setengah tombak.   Sedangkan kakek tua berbaju kuning itu telah menunduk dan dia memperhatikan lingkaran itu.   Dia mengawasi sekian lama, sampai akhirnya dia pun mengulurkan tangan kanannya, menggoresnya juga.   Dia menggores melukis bukan lingkaran, tapi empat persegi, dan juga dia berhasil untuk menggores sama kuatnya, dengan jari telunjuknya.   Dikala itu diapun telah berusaha untuk menggores dalam bentuk empat persegi yang lebih lebar dari luasnya lingkaran yang dilukis oleh Oey Yok Su.   Oey Yok Su mengawasi lukisan empat persegi tersebut, tapi kemudian tertawa dingin.   "Hemmm.....!"   Dan tangan kanannya telah bergerak dengan cepat sekali, di mana tahu-tahu jari telunjuknya itu telah melukis lagi setangkai bunga Bwee-hoa! Kakek baju kuning diam beberapa saat.   Tampaknya dia tengah berpikir keras sambil mengawasi bunga Bwee-hoa yang terlukis di atas tanah.   Itulah cara melukis yang sangat pandai sekali, karena waktu Oey Yok Su menggerakkan jari tangannya, dia cuma menggerakkannya perlahan, tapi jarinya bergerak begitu lincah tahu-tahu telah melukis selesai satu kuntum bunga Bwee-hoa, dengan hanya satu kali jalan lukisan atau coretan jari tangannya.   Setelah mengawasi sekian lama, tampak kakek baju kuning itu menggerakkan jari telunjuknya, dia melukis lagi sekuntum bunga, tapi bunga teratai.   Demikianlah, ke dua jago tua yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya tengah mengadu ilmu dengan cara yang aneh seperti itu seperti juga tengah mengadu ilmu melukis saja layaknya, membuat Ko Tie dan Kam Lian Cu jadi heran.   Sedangkan Kam Lian Cu telah berkata dengan suara yang nyaring.   "Kalian tidak akan menang dengan mengadu ilmu seperti itu.....!"   Oey Yok Su dan kakek berbaju kuning sama sekali tidak memperdulikan teriakan si gadis. Malah tampaknya mereka berdua semakin mencurahkan perhatian mereka buat lebih tekun mengamati gambar-gambar yang dilukis lawan mereka."   "Bebaskan aku dari totokanmu!"   Teriak Kam Lian Cu lagi dengan suara nyaring! Tapi teriakannya itu tidak diperdulikan oleh ke dua orang yang tengah mengadu ilmu itu.   Memang tampaknya Oey Yok Su dengan kakek baju kuning itu tengah mengadu ilmu yang tidak ada artinya, seperti tengah berlomba melukis saja.   Namun sebenarnya, cara mengadu ilmu seperti itu merupakan cara bertanding kelas tinggi, di mana masing-masing menimbulkan jurus demi jurus, untuk dapat menindih jurus yang lawan berikan.   Memang semuanya merupakan dalam bentuk lukisan.   Tapi di waktu itu, lukisan itu memiliki arti seperti juga merupakan gerakan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan jika tengah bertempur.   Seperti pertama kali Oey Yok Su melukis lingkaran, ia memperlihatkan dalam lukisannya itu, bahwa ia akan bergerak dengan lincah untuk mengelilingi si kakek baju kuning itu, sehingga dia tidak dapat menghadapi Oey Yok Su yang bergerak mengelilinginya.   Justeru kakek baja kuning itu telah melukis empat persegi.   Hal ini merupakan suatu isyarat bahwa ia akan menghadapi Oey Yok Su dengan langkah empat penjuru, dan memang ia berhasil memecahkan cara "pengepungan"   Oey Yok Su.   Demikian juga dengan menggambar bunga, setiap garis lukisan itu merupakan gerakan dari ilmu silat mereka, karenanya mereka telah memperlihatkan kehebatan ilmu masing-masing.   Itulah pertandingan tingkat tinggi.   Tapi bagi yang tidak mengerti, menganggap itulah semacam lomba gambar belaka.    Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bego Karya Can Bangau Sakti Karya Chin Tung

Cari Blog Ini