Anak Rajawali 43
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 43
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Satu harian hampir si kakek baju kuning itu dan Oey Yok Su tenggelam dalam ketekunan mengeluarkan kepandaian masingmasing, melupakan Kam Lian Cu dan Ko Tie. Waktu itu tampak Kim Go atau Kera berbulu emas telah muncul lagi. Ia mengeluarkan suara pekikan yang aneh. Kakek baju kuning telah menoleh dan tangan kanannya digerakkan perlahan, memberi isyarat. Kera itu rupanya kera peliharaan kakek baju kuning, karena patuh sekali, setelah ia diberi isyarat tersebut, ia segera duduk bersimpuh di dekat kakek baju kuning. Oey Yok Su melirik kepada kera bulu kuning itu, iapun segera menggumam. "Hemmmmmm, menjijikkan." "Tidak perlu kau menghina Go-jie, karena walaupun bagaimana belum tentu engkau lebih baik dan lebih cakap darinya!" Kata kakek baju kuning itu, tidak senang. Oey Yok Su tidak melayani perkataan si kakek baju kuning, dia telah mengawasi lukisan seekor kura-kura yang digambar oleh kakek tua itu. Kemudian tangannya bergerak. Dia menggambar seekor menjangan. Begitulah, ke dua jago tua ini masih terus tenggelam dalam pertarungan lewat gambar. Perlahan-lahan totokan pada diri Kam Lian Cu telah terbuka sehingga si gadis jadi girang. Dengan mengeluarkan seruan nyaring, dia melompat berdiri menyambar pedangnya. Baru saja si gadis bisa mencekal pedangnya, waktu itu kakek baju kuning telah menggerakkan tangan kanannya, berkesiuran angin yang dingin dan tajam sekali. Dan Kam Lian Cu terjungkal lagi, rubuh terguling tidak bisa bergerak, karena tertotok lagi. Bukan main mendelunya Kam Lian Cu, tapi benar-benar si gadis tidak berdaya. "Aku tidak bermusuhan denganmu, mengapa mempersulit diriku?!" Teriak Kam Lian Cu penasaran. Kakek baju kuning itu mendengus, katanya. "Jangan marah kau adalah calon mantuku kau harus dengar kata-kata dan baik-baik menurut kata-kataku..... !" Dan kakek baju kuning itu tidak memperdulikan Kam Lian Cu lagi, karena dia tengah tekun memperhatikan gambar yang dilukis Oey Yok Su. Ternyata waktu itu Oey Yok Su melukiskan garis-garis pat-kwa, segi delapan. Si kakek baju kuning menyoreng sekian lama memperhatikan, tetap saja dia tidak berhasil mencari jalan untuk memecahkan jurus itu. Dia tidak bisa melukiskan sebuah gambar lainnya. Oey Yok Su tertawa dingin. "Kau menyerah?" Tanyanya. Mendengar ejekan itu, bukan main gusarnya si kakek berbaju kuning. Dia penasaran sekali. "Hemmm!" Dia mendengus. "Jangan tergesa dulu, belum tentu aku tidak bisa memecahkan jurusmu ini!" Oey Yok Su tertawa tawar. Dia memang ahli sekali dalam hal ilmu Pat-kwa. Pulaunya saja To-hoa-to, telah diaturnya menurut susunan Pat-kwa. Karena itu, tidak mengherankan jika kali ini Oey Yok Su telah mengeluarkan ilmu Pat-kwanya itu, dan membuat kakek baju kuning jadi pusing sendirinya. Di waktu itu, si kakek baju kuning itu rupanya jadi semakin tidak sabar, karena dia belum juga berhasil untuk mencari jurus yang bisa memecahkan jurus yang dipergunakan Oey Yok Su. Akhirnya, karena ia berulang kali tidak berhasil untuk mencarikan jurus yang tepat, dia jadi gusar. Tahu-tahu tangan kanannya menghantam. "Kita mengadu secara Yang saja!" Teriaknya. Telapak tangannya itu mengandung kekuatan sin-kang yang dahsyat sekali. Oey Yok Su mengerutkan alisnya. Dia tidak ayal mengangkat tangan kanannya juga buat membendung tenaga serangan kakek baju kuning itu. Tenaga mereka saling bentur satu dengan yang lainnya. Nyaring sekali terjadinya benturan tenaga si kakek baju kuning dengan tenaga Oey Yok Su. Namun ke duanya tetap duduk di tempatnya, masih saling berhadapan. Hanya tenaga dalam yang mereka kerahkan itu merupakan sin-kang yang kuat sekali. Saling mendorong, saling menghisap dan menerjang dahsyat sekali. Tampak Oey Yok Su mendongkol bukan main, karena seperti yang telah di janjikan mereka tadi, bahwa mereka akan mengadu ilmu secara Im bukan dengan cara Yang. Akan tetapi, kakek baju kuning itu, setelah tidak berhasil memecahkan jurus Pat-kwa yang digambarkannya itu, ia telah menyerangnya dengan cara seperti membokong Untung saja Oey Yok Su memang memiliki sin-kang yang luar biasa kuatnya. Dengan demikian ia telah berhasil menyalurkan dengan cepat sekali pada tangannya dan menangkis. Tenaga serangan dari kakek baju kuning itu memang sangat kuat, namun di sanggap oleh tangkisan yang sama kuatnya dari Oey Yok Su membuatnya dia tidak memperoleh hasil sama sekali. Di waktu itu tampak Oey Yok Su memandang tajam sekali kepada kakek baju kuning tersebut. Tampaknya kakek baju kuning ini tengah memutar otak untuk mencari jalan, guna dapat merubuhkan Oey Yok Su dengan segera. Sedangkan Oey Yok Su pun tengah mengempos semangatnya. Ia telah berusaha untuk dapat menyerang juga dengan tenaga yang bergelombang jauh lebih kuat. Namun memang pada dasarnya kakek baju kuning itu memiliki tenaga dalam yang hampir setingkat dengannya, membuat mereka seperti juga hanya duduk saling berhadapan dan juga telah saling menempelkan tangan belaka. Tidak terlihat salah seorang di antara mereka yang terdorong atau yang tertarik oleh kekuatan tenaga dalam lawan. Beberapa kali kakek baju kuning itu berusaha untuk menambah tenaganya. Tapi usahanya selalu gagal. Kera bulu kuning rupanya melihat kakek baju kuning mengalami kesulitan buat merubuhkan Oey Yok Su, jadi tidak sabar. Dengan mengeluarkan suara aneh, kera bulu kuning itu melompat gesit sekali. Tubuhnya melesat akan mencakar muka Oey Yok Su. Harus dimengerti, jika seseorang tengah menghadapi pertandingan tingkat tinggi, dan telah mengeluarkan seluruh tenaga sin-kangnya, maka ia tidak boleh terpecahkan perhatiannya. Begitu buyar perhatiannya, tenaga dalamnya akan kacau dan berarti dia akan mengalami luka di dalam yang berat. Belum lagi jika memang tenaga serangan dari lawannya menghantam lebih kuat lagi, niscaya orang yang terbuyarkan perhatiannya akan menemui ajalnya. Karena itu, apa yang dilakukan oleh kera bulu kuning itu merupakan hal yang sangat membahayakan sekali jiwa Oey Yok Su. Sebab kalau sampai perhatian Oey Yok Su pecah, berarti dia akan menerima bencana yang tidak kecil buat dirinya. Namun kakek baju kuning itu sendiri ketika melihat kera bulu kuning itu menerjang akan mencakar muka Oey Yok Su, dia jadi kaget bukan main. Jika sampai kera itu benar-benar menerjang maju, tentu binatang itu akan mengalami celaka. Oey Yok Su bukanlah lawan yang ringan dan biasa, karena itu apa yang dilakukan oleh kera bulu kuning itu benar-benar merupakan perbuatan ceroboh. Namun kakek baju kuning tidak bisa mencegah atau melarangnya, karena dia tengah mengerahkan sin-kangnya juga, dengan begitu dia tidak bisa berseru. Sekali saja dia bersuara, maka akan buyarlah pengerahan tenaga dalamnya. Sedangkan kera bulu kuning itu telah menerjang sampai di dekat Oey Yok Su. Tangannya juga, dengan kuku-kuku yang panjangpanjang telah diulurkan buat mencakar. Tampak Oey Yok Su tertawa dingin. Di waktu itulah mendadak sekali, tahu-tahu kaki kiri Oey Yok Su telah terangkat. Kera bulu kuning itu tertendang dengan keras, tubuhnya sampai terpental bergulingan di tanah, dia juga mengeluarkan suara jeritan kesakitan. Masih untung kera bulu kuning itu cuma ditendang oleh kaki Oey Yok Su, dan tenaga tendangan Oey Yok Su tidak sepenuhnya, karena seluruh kekuatan tenaga dalamnya berada pada ke dua telapak tangannya. Maka dari itu, kera bulu kuning tidak perlu sampai menemui kematiannya. Sedangkan si kakek baju kuning, menyaksikan Oey Yok Su mempergunakan kakinya menendang kera itu, segera juga mempergunakan kesempatan tersebut buat menerjang dengan tenaganya yang lebih kuat. Tapi Oey Yok Su memang tetap memusatkan tenaga dalamnya pada ke dua tangannya. Dengan demikian dia bisa menghadapi dan menyanggah terus tenaga dorongan dari kakek tua baju kuning itu. Ko Tie yang menyaksikan kera bulu kuning itu ingin menyerang Oey Yok Su, bukan main mendongkolnya. Segera dia terpikir, dasarnya seekor binatang tetap saja binatang, dan juga ia mengharapkan kera bulu kuning itu tertendang mati oleh kaki Oey Yok Su. Namun harapan Ko Tie ternyata tidak terkabul. Kera itu masih merangkak bangun. Hanya saja tampaknya binatang itu jadi ketakutan dan tidak berani terlalu dekat dengan Oey Yok Su lagi. Rupanya tendangan Oey Yok Su yang diterimanya telah membuat dia kesakitan dan jadi jeri berurusan dengan Oey Yok Su. Kam Lian Cu waktu itu telah mengawasi jalannya pertempuran. Dia sendiri jadi bingung mengharapkan siapakah yang menang di antara ke duanya. Jika ia mengharapkan Oey Yok Su yang menang, kakek tua majikan pulau To-hoa-to itu memiliki perangai yang aneh sekali. Karena itu jika memang dia menang, belum tentu akan menggembirakan. Sedangkan kakek baju kuning itupun tampaknya seorang yang aneh juga, karena dia seorang yang luar biasa, tampaknya sebagai majikan dari kera bulu kuning itu. Dan ia pun mengandung maksud untuk mengambil Kam Lian Cu sebagai mantunya Tentu saja jika sampai kakek baju kuning itu yang menang, Kam Lian Cu akan menghadapi urusan yang tidak menggembirakannya. Terlebih lagi di saat itu ia tertotok dan rebah tidak berdaya di tanah tidak bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya, adalah di sebabkan kakek baju kuning itu. Dan akhirnya Kam Lian Cu cuma mengawasi saja, dia melihat rambut kakek tua berbaju kuning, yang tumbuh panjang dan telah putih semuanya itu seakan juga telah berdiri disebabkan tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Pertarungan antara kakek tua itu dengan Oey Yok Su benar-benar merupakan pertandingan yang sangat seru sekali, karena memang tampaknya ke dua orang itu bertempur dengan tidak menimbulkan suara dan keributan. Tapi itulah pertempuran yang menentukan. Sekali saja salah seorang di antara mereka memperoleh angin dan dapat mendesak lawannya, kemungkinan akan mendapat luka dalam yang parah sekali. Oey Yok Su telah memandang kepada si kakek berbaju kuning dengan sorot mata yang sangat tajam sekali. Dia melihat bahwa kakek tua itu berulang kali berusaha mengerahkan seluruh sinkangnya, untuk menindihnya. Namun sebagai Tong-shia atau juga si tua yang adatnya aneh pemilik pulau To-hoa-to, dia mana mau membiarkan lawannya mendesak dirinya terus menerus. Dia sebagai Loshia yang sangat terkenal sekali. Kwee Ceng mantunya, Oey Yong yang sangat terkenal itu adalah puterinya, sedangkan Kwee Siang adalah cucunya, di mana dialah cakal bakal dari Go-bie-pay maka dari itu, dia tidak mau memberikan kesempatan kepada lawannya buat mendesak dirinya. Di waktu itulah majikan pulau To-hoa-to tersebut telah menghirup udara bersih, dia mengempos semangatnya, dan menyalurkan sinkangnya. Mendadak sekali terjadi perobahan. Tenaga mendorongnya bukan merupakan tenaga yang mengandung kekerasan, karena tenaga Oey Yok Su yang tersalur keluar dari ke dua telapak tangannya itu, seperti juga bergelombang. Sebentar keras, sebentar lagi menjadi lunak. Dengan demikian membuat kakek baju kuning itu jadi kaget juga karenanya. Mati-matian kakek baju kuning itu berusaha merobah cara bertempurnya. Jika tadi dia selalu mengerahkan tenaga dalamnya menyalurkan sin-kangnya dengan kekerasan. Tapi sekarang justeru dia mengganti caranya juga. Dia telah mendorong dan menghisap berulang kali, bergantian. Jika memang Oey Yok Su tengah menerjang mendorong dengan kekuatan lweekangnya yang dahsyat, maka justeru kakek tua baju kuning itu telah mempergunakan cara menyedot. Tapi jika memang Oey Yok Su tengah menyedot, dia justeru membarengi dengan mendorong. Dengan cara bertempur seperti itu, barulah dia bisa mengimbangi tenaga dalam Oey Yok Su. Semakin lama pertempuran itu meningkat pada tingkat yang lebih menentukan, bahkan tampak dari kepala Oey Yok Su telah mengepul asap yang tipis. Dan juga rambut dari kakek baju kuning itu telah berdiri kaku, membuktikan ke duanya masing-masing telah mengerahkan tenaga dalam mereka dengan sekuatnya. Tapi pertempuran itu terus juga berlangsung. Kera bulu kuning itu rupanya sudah berkurang rasa sakitnya. Dia mengeluarkan suara aneh, melirik kepada Kam Lian Cu. Dilihatnya si gadis rebah dalam keadaan tertotok tidak berdaya dan tidak bisa bergerak. Satu kali lagi kera bulu kuning itu mengeluarkan suara pekik yang nyaring, dan juga segera dengan sikap gembira dia menghampiri kepada si gadis, bermaksud hendak mengganggu gadis itu. Muka Kam Lian Cu berobah pucat pias, dia jadi ketakutan bukan main, kalau saja kera bulu kuning itu mengganggunya seperti sebelumnya. Sedangkan Ko Tie dalam keadaan rebah tidak berdaya karena luka berat, dan Oey Yok Su tengah menghadapi kakek tua berbaju kuning itu, berarti mereka tidak mungkin bisa menolongi dirinya dari gangguan kera bulu kuning itu. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apalagi memang dirinya sendiri tengah rebah dalam keadaan tertotok, maka dia tidak akan bisa melakukan sesuatu apapun juga buat membela dirinya. Kera bulu kuning itu telah menghampiri dekat sekali dengan si gadis. Tapi kera itu berdiri tertegun di tempatnya beberapa saat, tampaknya dia ragu-ragu, dia cuma mengeluarkan suara merengek yang aneh sekali. Rupanya kera itu, yang melihat di tangan Kam Lian Cu tergenggam pedang, jadi ragu-ragu. Karena dia pernah terluka lengannya oleh tikaman pedang Kam Lian Cu. Maka sekarang melihat pedang tersebut, dia teringat bagaimana gadis itu pernah melukainya, membuat dia tidak berani untuk segera menghampiri lebih dekat. Setelah mengawasi sekian lama dan yakin bahwa Kam Lian Cu memang tidak dapat menggerakkan tubuh maupun tangan dan kakinya,barulah dia melangkah maju mendekati lagi. Perlahan-lahan dia mengambil pedang si gadis. Kam Lian Cu tidak bisa mencegahnya. Pedang itu setelah dimainkan beberapa kali oleh si kera bulu kuning, segera dilemparkannya, sehingga pedang itu terlempar jauh sekali. Sedangkan Kam Lian Cu semakin lama jadi semakin ketakutan, karena dia mengetahui bahwa sekali ini tentu dia tidak akan memiliki nasib baik buat menghindar dari gangguan kera bulu kuning itu. Karenanya, dia hampir saja menangis, karena marah, takut dan juga ngeri melihat muka kera bulu kuning yang menyeringai sangat menyeramkan itu Kera bulu kuning itu telah menghampiri semakin dekat, dia telah berjongkok di samping si gadis. Tangan kanannya yang jari-jari tangannya terdapat kuku-kuku yang runcing dan sangat kotor, telah mencolek muka Kam Lian Cu. Dia mengeluarkan suara yang aneh sekali. Kam Lian Cu mengeluh. Dia yakin, bahwa kali ini tentu dirinya akan menjadi korban monyet kurang ajar ini. Sedangkan kera bulu kuning itu telah tertawa menyeringai, suara tertawanya itu sangat menyeramkan. Ko Tie sendiri merasakan darahnya meluap karena amarah. Namun dia tidak berdaya buat menolongi Kam Lian Cu walaupun menyaksikan si gadis tengah terancam keselamatannya diganggu oleh kera berbulu kuning itu. Kera bulu kuning itu telah berani lebih kurang ajar lagi dengan mengulurkan tangan kanannya. Dia melepaskan pakaian si gadis yang sebelah atas. Kam Lian Cu menjerit-jerit. "Tidak! Jangan!" Teriaknya dengan kalap karena ketakutan. Sedangkan kera bulu kuning itu terus juga berusaha melepaskan pakaian Kam Lian Cu Di waktu itu, segera tampak kakek baju kuning yang mendengar teriakan si gadis, telah menoleh. Dia kaget melibat kera bulu kuning itu bermaksud hendak memperkosa si gadis. Anakrawali 36.178 . . . . . . . Anakrawali 36.177. Oey Yok Su tertawa tawar. Dia memang ahli sekali dalam hal ilmu Pat-kwa. Pulaunya saja To-hoa-to, telah diaturnya menurut susunan Pat-kwa. Karena itu, tidak mengherankan jika kali ini Oey Yok Su telah mengeluarkan ilmu Pat-kwanya itu, dan membuat kakek baju kuning jadi pusing sendirinya. Di waktu itu, si kakek baju kuning itu rupanya jadi semakin tidak sabar, karena dia belum juga berhasil untuk mencari jurus yang bisa memecahkan jurus yang dipergunakan Oey Yok Su. Akhirnya, karena ia berulang kali tidak berhasil untuk mencarikan jurus yang tepat, dia jadi gusar. Tahu-tahu tangan kanannya menghantam. "Kita mengadu secara Yang saja!" Teriaknya. Telapak tangannya itu mengandung kekuatan sin-kang yang dahsyat sekali. Oey Yok Su mengerutkan alisnya. Dia tidak ayal mengangkat tangan kanannya juga buat membendung tenaga serangan kakek baju kuning itu. Tenaga mereka saling bentur satu dengan yang lainnya. Nyaring sekali terjadinya benturan tenaga si kakek baju kuning dengan tenaga Oey Yok Su. Namun ke duanya tetap duduk di tempatnya, masih saling berhadapan. Hanya tenaga dalam yang mereka kerahkan itu merupakan sin-kang yang kuat sekali. Saling mendorong, saling menghisap dan menerjang dahsyat sekali. Tampak Oey Yok Su mendongkol bukan main, karena seperti yang telah di janjikan mereka tadi, bahwa mereka akan mengadu ilmu secara Im bukan dengan cara Yang. Akan tetapi, kakek baju kuning itu, setelah tidak berhasil memecahkan jurus Pat-kwa yang digambarkannya itu, ia telah menyerangnya dengan cara seperti membokong Untung saja Oey Yok Su memang memiliki sin-kang yang luar biasa kuatnya. Dengan demikian ia telah berhasil menyalurkan dengan cepat sekali pada tangannya dan menangkis. Tenaga serangan dari kakek baju kuning itu memang sangat kuat, namun di sanggap oleh tangkisan yang sama kuatnya dari Oey Yok Su membuatnya dia tidak memperoleh hasil sama sekali. Di waktu itu tampak Oey Yok Su memandang tajam sekali kepada kakek baju kuning tersebut. Tampaknya kakek baju kuning ini tengah memutar otak untuk mencari jalan, guna dapat merubuhkan Oey Yok Su dengan segera. Sedangkan Oey Yok Su pun tengah mengempos semangatnya. Ia telah berusaha untuk dapat menyerang juga dengan tenaga yang bergelombang jauh lebih kuat. Namun memang pada dasarnya kakek baju kuning itu memiliki tenaga dalam yang hampir setingkat dengannya, membuat mereka seperti juga hanya duduk saling berhadapan dan juga telah saling menempelkan tangan belaka. Tidak terlihat salah seorang di antara mereka yang terdorong atau yang tertarik oleh kekuatan tenaga dalam lawan. Beberapa kali kakek baju kuning itu berusaha untuk menambah tenaganya. Tapi usahanya selalu gagal. Kera bulu kuning rupanya melihat kakek baju kuning mengalami kesulitan buat merubuhkan Oey Yok Su, jadi tidak sabar. Dengan mengeluarkan suara aneh, kera bulu kuning itu melompat gesit sekali. Tubuhnya melesat akan mencakar muka Oey Yok Su. Harus dimengerti, jika seseorang tengah menghadapi pertandingan tingkat tinggi, dan telah mengeluarkan seluruh tenaga sin-kangnya, maka ia tidak boleh terpecahkan perhatiannya. Begitu buyar perhatiannya, tenaga dalamnya akan kacau dan berarti dia akan mengalami luka di dalam yang berat. Belum lagi jika memang tenaga serangan dari lawannya menghantam lebih kuat lagi, niscaya orang yang terbuyarkan perhatiannya akan menemui ajalnya. Karena itu, apa yang dilakukan oleh kera bulu kuning itu merupakan hal yang sangat membahayakan sekali jiwa Oey Yok Su. Sebab kalau sampai perhatian Oey Yok Su pecah, berarti dia akan menerima bencana yang tidak kecil buat dirinya. Namun kakek baju kuning itu sendiri ketika melihat kera bulu kuning itu menerjang akan mencakar muka Oey Yok Su, dia jadi kaget bukan main. Jika sampai kera itu benar-benar menerjang maju, tentu binatang itu akan mengalami celaka. Oey Yok Su bukanlah lawan yang ringan dan biasa, karena itu apa yang dilakukan oleh kera bulu kuning itu benar-benar merupakan perbuatan ceroboh. Namun kakek baju kuning tidak bisa mencegah atau melarangnya, karena dia tengah mengerahkan sin-kangnya juga, dengan begitu dia tidak bisa berseru. Sekali saja dia bersuara, maka akan buyarlah pengerahan tenaga dalamnya. Sedangkan kera bulu kuning itu telah menerjang sampai di dekat Oey Yok Su. Tangannya juga, dengan kuku-kuku yang panjangpanjang telah diulurkan buat mencakar. Tampak Oey Yok Su tertawa dingin. Di waktu itulah mendadak sekali, tahu-tahu kaki kiri Oey Yok Su telah terangkat. Kera bulu kuning itu tertendang dengan keras, tubuhnya sampai terpental bergulingan di tanah, dia juga mengeluarkan suara jeritan kesakitan. Masih untung kera bulu kuning itu cuma ditendang oleh kaki Oey Yok Su, dan tenaga tendangan Oey Yok Su tidak sepenuhnya, karena seluruh kekuatan tenaga dalamnya berada pada ke dua telapak tangannya. Maka dari itu, kera bulu kuning tidak perlu sampai menemui kematiannya. Sedangkan si kakek baju kuning, menyaksikan Oey Yok Su mempergunakan kakinya menendang kera itu, segera juga mempergunakan kesempatan tersebut buat menerjang dengan tenaganya yang lebih kuat. Tapi Oey Yok Su memang tetap memusatkan tenaga dalamnya pada ke dua tangannya. Dengan demikian dia bisa menghadapi dan menyanggah terus tenaga dorongan dari kakek tua baju kuning itu. Ko Tie yang menyaksikan kera bulu kuning itu ingin menyerang Oey Yok Su, bukan main mendongkolnya. Segera dia terpikir, dasarnya seekor binatang tetap saja binatang, dan juga ia mengharapkan kera bulu kuning itu tertendang mati oleh kaki Oey Yok Su. Namun harapan Ko Tie ternyata tidak terkabul. Kera itu masih merangkak bangun. Hanya saja tampaknya binatang itu jadi ketakutan dan tidak berani terlalu dekat dengan Oey Yok Su lagi. Rupanya tendangan Oey Yok Su yang diterimanya telah membuat dia kesakitan dan jadi jeri berurusan dengan Oey Yok Su. Kam Lian Cu waktu itu telah mengawasi jalannya pertempuran. Dia sendiri jadi bingung mengharapkan siapakah yang menang di antara ke duanya. Jika ia mengharapkan Oey Yok Su yang menang, kakek tua majikan pulau To-hoa-to itu memiliki perangai yang aneh sekali. Karena itu jika memang dia menang, belum tentu akan menggembirakan. Sedangkan kakek baju kuning itupun tampaknya seorang yang aneh juga, karena dia seorang yang luar biasa, tampaknya sebagai majikan dari kera bulu kuning itu. Dan ia pun mengandung maksud untuk mengambil Kam Lian Cu sebagai mantunya Tentu saja jika sampai kakek baju kuning itu yang menang, Kam Lian Cu akan menghadapi urusan yang tidak menggembirakannya. Terlebih lagi di saat itu ia tertotok dan rebah tidak berdaya di tanah tidak bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya, adalah di sebabkan kakek baju kuning itu. Dan akhirnya Kam Lian Cu cuma mengawasi saja, dia melihat rambut kakek tua berbaju kuning, yang tumbuh panjang dan telah putih semuanya itu seakan juga telah berdiri disebabkan tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Pertarungan antara kakek tua itu dengan Oey Yok Su benar-benar merupakan pertandingan yang sangat seru sekali, karena memang tampaknya ke dua orang itu bertempur dengan tidak menimbulkan suara dan keributan. Tapi itulah pertempuran yang menentukan. Sekali saja salah seorang di antara mereka memperoleh angin dan dapat mendesak lawannya, kemungkinan akan mendapat luka dalam yang parah sekali. Oey Yok Su telah memandang kepada si kakek berbaju kuning dengan sorot mata yang sangat tajam sekali. Dia melihat bahwa kakek tua itu berulang kali berusaha mengerahkan seluruh sinkangnya, untuk menindihnya. Namun sebagai Tong-shia atau juga si tua yang adatnya aneh pemilik pulau To-hoa-to, dia mana mau membiarkan lawannya mendesak dirinya terus menerus. Dia sebagai Loshia yang sangat terkenal sekali. Kwee Ceng mantunya, Oey Yong yang sangat terkenal itu adalah puterinya, sedangkan Kwee Siang adalah cucunya, di mana dialah cakal bakal dari Go-bie-pay maka dari itu, dia tidak mau memberikan kesempatan kepada lawannya buat mendesak dirinya. Di waktu itulah majikan pulau To-hoa-to tersebut telah menghirup udara bersih, dia mengempos semangatnya, dan menyalurkan sinkangnya. Mendadak sekali terjadi perobahan. Tenaga mendorongnya bukan merupakan tenaga yang mengandung kekerasan, karena tenaga Oey Yok Su yang tersalur keluar dari ke dua telapak tangannya itu, seperti juga bergelombang. Sebentar keras, sebentar lagi menjadi lunak. Dengan demikian membuat kakek baju kuning itu jadi kaget juga karenanya. Mati-matian kakek baju kuning itu berusaha merobah cara bertempurnya. Jika tadi dia selalu mengerahkan tenaga dalamnya menyalurkan sin-kangnya dengan kekerasan. Tapi sekarang justeru dia mengganti caranya juga. Dia telah mendorong dan menghisap berulang kali, bergantian. Jika memang Oey Yok Su tengah menerjang mendorong dengan kekuatan lweekangnya yang dahsyat, maka justeru kakek tua baju kuning itu telah mempergunakan cara menyedot. Tapi jika memang Oey Yok Su tengah menyedot, dia justeru membarengi dengan mendorong. Dengan cara bertempur seperti itu, barulah dia bisa mengimbangi tenaga dalam Oey Yok Su. Semakin lama pertempuran itu meningkat pada tingkat yang lebih menentukan, bahkan tampak dari kepala Oey Yok Su telah mengepul asap yang tipis. Dan juga rambut dari kakek baju kuning itu telah berdiri kaku, membuktikan ke duanya masing-masing telah mengerahkan tenaga dalam mereka dengan sekuatnya. Tapi pertempuran itu terus juga berlangsung. Kera bulu kuning itu rupanya sudah berkurang rasa sakitnya. Dia mengeluarkan suara aneh, melirik kepada Kam Lian Cu. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dilihatnya si gadis rebah dalam keadaan tertotok tidak berdaya dan tidak bisa bergerak. Satu kali lagi kera bulu kuning itu mengeluarkan suara pekik yang nyaring, dan juga segera dengan sikap gembira dia menghampiri kepada si gadis, bermaksud hendak mengganggu gadis itu. Muka Kam Lian Cu berobah pucat pias, dia jadi ketakutan bukan main, kalau saja kera bulu kuning itu mengganggunya seperti sebelumnya. Sedangkan Ko Tie dalam keadaan rebah tidak berdaya karena luka berat, dan Oey Yok Su tengah menghadapi kakek tua berbaju kuning itu, berarti mereka tidak mungkin bisa menolongi dirinya dari gangguan kera bulu kuning itu. Apalagi memang dirinya sendiri tengah rebah dalam keadaan tertotok, maka dia tidak akan bisa melakukan sesuatu apapun juga buat membela dirinya. Kera bulu kuning itu telah menghampiri dekat sekali dengan si gadis. Tapi kera itu berdiri tertegun di tempatnya beberapa saat, tampaknya dia ragu-ragu, dia cuma mengeluarkan suara merengek yang aneh sekali. Rupanya kera itu, yang melihat di tangan Kam Lian Cu tergenggam pedang, jadi ragu-ragu. Karena dia pernah terluka lengannya oleh tikaman pedang Kam Lian Cu. Maka sekarang melihat pedang tersebut, dia teringat bagaimana gadis itu pernah melukainya, membuat dia tidak berani untuk segera menghampiri lebih dekat. Setelah mengawasi sekian lama dan yakin bahwa Kam Lian Cu memang tidak dapat menggerakkan tubuh maupun tangan dan kakinya,barulah dia melangkah maju mendekati lagi. Perlahan-lahan dia mengambil pedang si gadis. Kam Lian Cu tidak bisa mencegahnya. Pedang itu setelah dimainkan beberapa kali oleh si kera bulu kuning, segera dilemparkannya, sehingga pedang itu terlempar jauh sekali. Sedangkan Kam Lian Cu semakin lama jadi semakin ketakutan, karena dia mengetahui bahwa sekali ini tentu dia tidak akan memiliki nasib baik buat menghindar dari gangguan kera bulu kuning itu. Karenanya, dia hampir saja menangis, karena marah, takut dan juga ngeri melihat muka kera bulu kuning yang menyeringai sangat menyeramkan itu Kera bulu kuning itu telah menghampiri semakin dekat, dia telah berjongkok di samping si gadis. Tangan kanannya yang jari-jari tangannya terdapat kuku-kuku yang runcing dan sangat kotor, telah mencolek muka Kam Lian Cu. Dia mengeluarkan suara yang aneh sekali. Kam Lian Cu mengeluh. Dia yakin, bahwa kali ini tentu dirinya akan menjadi korban monyet kurang ajar ini. Sedangkan kera bulu kuning itu telah tertawa menyeringai, suara tertawanya itu sangat menyeramkan. Ko Tie sendiri merasakan darahnya meluap karena amarah. Namun dia tidak berdaya buat menolongi Kam Lian Cu walaupun menyaksikan si gadis tengah terancam keselamatannya diganggu oleh kera berbulu kuning itu. Kera bulu kuning itu telah berani lebih kurang ajar lagi dengan mengulurkan tangan kanannya. Dia melepaskan pakaian si gadis yang sebelah atas. Kam Lian Cu menjerit-jerit. "Tidak! Jangan!" Teriaknya dengan kalap karena ketakutan. Sedangkan kera bulu kuning itu terus juga berusaha melepaskan pakaian Kam Lian Cu Di waktu itu, segera tampak kakek baju kuning yang mendengar teriakan si gadis, telah menoleh. Dia kaget melibat kera bulu kuning itu bermaksud hendak memperkosa si gadis. "Jangan!" Berseru kakek tua itu karena lupa bahwa ia tengah mengadu kekuatan dengan Oey Yok Su. Begitu dia berseru mencegah, maka tubuhnya segera juga terlontarkan ke tengah udara. Rupanya, waktu dia berseru, tenaga dalamnya jadi buyar, dan tenaga dalam dari Oey Yok Su telah menerjangnya, membuat dia terlempar jauh ke tengah udara. Di saat itu terlihat, kera bulu kuning jadi kaget mendengar cegahan kakek tua itu. Dia segera berlari menghampiri si kakek. Kakek tua baju kuning melompat berdiri, napasnya memburu keras. Walaupun dia telah kena terlontarkan oleh kekuatan tenaga dalam Oey Yok Su, akan tetapi dia masih sempat buat mengendalikan dirinya, sehingga tenaganya tidak buyar dan dia tidak sampai terluka karenanya. Dia masih tetap dalam keadaan sehat. Hal itu juga disebabkan memang kekuatan dan kepandaian kakek tua sangat tinggi sekali. "Mengapa engkau harus tergesa-gesa seperti itu? Kau tidak boleh menganggu dulu nona mantuku itu.....!" Kata kakek tua tersebut kepada kera bulu kuning. Kera bulu kuning itu seperti juga mengerti apa yang dikatakan olah kakek tua tersebut dia berulang kali mengeluarkan suara yang aneh dan kepala tertunduk, seakan juga dia memang tengah menyesali apa yang telah dilakukannya. Oey Yok Su waktu itu telah melompat berdiri. "Kera biadab tidak tahu malu!" Bentaknya dengan suara yang nyaring sekali, disusul dengan tubuhnya yang melesat ke tengah udara. Sepasang tangannya telah menyambar kepala kera bulu kuning karena Oey Yok Su bermaksud hendak menghantam binasa kera itu, yang bermaksud tadi berlaku kurang ajar terhadap Kam Lian Cu. Tapi kera bulu kuning itu segera juga melompat menyingkir ke samping kakek tua itu. Kakek tua itulah yang mewakilinya menangkis pukulan yang dilakukan oleh Oey Yok Su. Merekapun segera melakukan adu kekuatan lagi. Tapi sekarang ini justeru mereka telah mengadu juga gin-kang mereka! Sambil menyerang bertubi-tubi, mereka telah bergerak ke sana ke mari dengan lincah. Kera bulu kuning itu, Kim Go, ketika melihat kakek tua itu tengah bertempur seru lagi dengan Oey Yok Su, mereka mengikuti dengan sebentar-sebentar mengeluarkan suara yang aneh. Juga dia berulang kali melirik kepada si gadis, Kam Lian Cu! Tampaknya kera itu masih penasaran. Memang ukuran tubuhnya yang sama seperti tinggi tubuh manusia dewasa, maka sikap dan kelakuannya juga sama seperti manusia, dimana dia begitu tergiur melihat gadis cantik itu. Karenanya, begitu melihat Oey Yok Su dan kakek tua itu telah bertempur semakin menjauhi tempat itu, di mana mareka terlibat dalam pertempuran yang seru, kera bulu kuning itu rupanya sudah tidak bisa menahan diri lagi. Segera juga melompat ke dekat si gadis. Dia bermaksud untuk melakukan sesuatu lagi. Ke dua tangannya telah diulurkan kepada dada si gadis, dia meremasnya dengan mata meram melek. Keruan saja Kam Lian Cu jadi menjerit-jerit ketakutan dan marah setengah mati, namun si gadis benar-benar tidak berdaya, karena tubuhnya tidak bisa bergerak. Waktu itu si kera bulu kuning itu tampaknya semakin lama jadi semakin berani. Dia bermaksud akan melepaskan pakaian si gadis di sebelah bawah, karena tampaknya memang kera ini sudah tidak kuat membendung akan napsu birahinya sampai akhirnya dia tidak menyadarinya bahwa waktu itu ada sesosok tubuh yang tengah mendekatinya, sesosok bayangan berpakaian serba putih. "Bukk!" Sosok bayangan putih itu telah menghantam dengan dahsyat punggung kera itu. Seperti juga dihantam oleh pukulan alu yang besar, kera itu merasakan sakit bukan main, tulang punggungnya seperti juga akan patah. Malah kera itu juga tampak telah terjungkal rubuh bergulingan di tanah beberapa tombak jauhnya. Disebabkan kesakitan yang hebat, kera itu juga telah berulang kali mengeluarkan suara yang aneh. Di waktu itu, sosok bayangan putih itu telah menerjangnya lagi, menyerang berulang kali. Kera itu tidak tahan menghadapi pukulan sosok bayangan putih itu, dia memutar tubuhnya, dengan diringi oleh pekiknya yang aneh, dia telah melarikan diri. Sosok bayangan putih itu tidak mengejarnya. Ternyata dia seorang pemuda yang memiliki wajah tampan dan jantan sekali dengan tubuh yang tegap dan tinggi. Dia menghampiri si gadis she Kam, mengulurkan tangannya membebaskan si gadis dari totokan. Bukan main malunya Kam Lian Cu, karena melihat pemuda itu sempat melihat dadanya yang terbuka. Tapi dia sangat bersyukur, di dalam saat-saat dirinya terancam bencana yang begitu hebat, telah muncul pemuda tampan ini, yang telah menolonginya. Sedangkan si pemuda telah melirik kepada Ko Tie. Matanya memancarkan sinar yang mengandung kebencian. Kam Liau Cu telah mengeluarkan pakaian baru dari buntalannya dan mengenakannya. Barulah dia kemudian merangkapkan ke dua tangannya, membungkuk memberi hormat menyatakan terima kasihnya kepada tuan penolongnya ini. "Terima kasih atas pertolongan in-kong, si apakah in-kong sebenarnya?!" Tanya Kam Lian Cu. Pemuda tampan berbaju putih itu, yang wajahnya sangat tampan tapi jantan, telah berkata. "Aku Gorgo San.." "Ohh tampaknya anda bukan seorang Han?" Tanya Kam Lian Cu. Pemuda itu mengangguk sambil melirik kepada Ko Tie. "Mengapa dia rebah terluka seperti itu?" Tanyanya, nada suaranya terdengar sinis sekali, seperti juga menghina. Kam Lian Cu memandang kepada Ko Tie. Dia menghela napas. Katanya. "Justeru kawanku itu terluka di dalam yang parah.....!" Gorgo San yang sebelumnya memang telah kita kenal sebagai murid Dalpa Tacin, tertawa tawar. Ia memang tidak menyukai Ko Tie. "Mengapa kau tertotok seperti tadi? Apakah engkau dilukai oleh dia?!" Sambil berkata begitu, tampak Gorgo San menunjuk kepada Ko Tie. Kam Lian Cu menggeleng. "Dia dia malah kawanku.....!" "Hemm......!" Gorgo San telah mendengus dingin. Dia melangkah buat menghampiri Ko Tie. Sedangkan Ko Ti pun kenal siapa pemuda itu. Dia tahu, tentu Gorgo San tidak akan segan-segan turunkan tangan kejam padanya. Benar saja, waktu Gorgo San telah tiba di dekatnya, pemuda itu berkata dengan bengis. "Sekarang engkau tidak akan lolos dari kematian di tanganku!" Sambil berkata begitu tangan kanannya bergerak menghantam dengan dahsyat. Namun, justeru ketika telapak tangannya bergerak, di saat itulah berkesiuran juga angin pukulan dari arah belakangnya. Gorgo San segera mengelak, dia batal menghajar Ko Tie. Ketika dia menoleh, dilihatnya yang menyerang dirinya tidak lain Kam Lian Cu. "Kau.....?!" Katanya dengan sikap tidak puas. Kam Lian Cu jadi salah tingkah, dia bilang. "In-kong, kau telah menolongiku, tapi mengapa kau hendak mencelakai kawanku?" "Gorgo San tidak segan-segan membunuh dia!" Katanya dengan suara menyeramkan. "Selama Gorgo San berada di permukaan bumi, dia tidak boleh ada bersamaku!" Mendengar nada suara Gorgo San yang menunjukkan bahwa ia sangat membenci Ko Tie dan juga seakan menaruh dendam yang hebat, Kam Lian Cu segera dapat menduganya bahwa Gorgo San tentunya memang musuh Ko Tie. Sedangkan Ko Tie dengan suara yang tawar telah berkata. "Jika memang kau membunuhku sekarang, kau bukan seorang gagah..... percuma saja, karena engkau adalah seorang pengecut yang paling hina di dunia ini!" Muka Gorgo San berobah merah, karena murka, tubuhnya menggigil menahan amarah. "Hemmm, aku tidak perduli apakah orang akan menyebutku sebagai manusia hina, tapi yang terpenting engkau harus mampus!" Setelah berkata begitu, dengan bengis kembali ia berusaha menyerang Ko Tie. Tapi Kam Lian Cu mana mau membiarkan Gorgo San mencelakai Ko Tie dalam keadaan tidak berdaya seperti itu. Karenanya, segera juga dia melompat dan menghantam punggung Gorgo San lagi. Bukan kepalang gusarnya Gorgo San. "Wanita tidak berbudi! Aku telah menyelamatkan dirimu, ternyata engkau berbalik memusuhi diriku!" Sambil berkata begitu, segera juga dia menghantam kepada Kam Lian Cu, karena dia mendongkol bukan main merasa dirinya dihalang-halangi oleh si gadis. Sedangkan Kam Lian Cu melayaninya, mereka jadi bertempur seru sekali. Kepandaian Gorgo San memang tinggi. Dia merupakan murid tunggal Dalpa Tacin, dengan sendirinya, ilmunya juga luar biasa. Namun Kam Lian Cu pun memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun tak setinggi Oey Yok Su atau kakek tua baju kuning itu. Namun untuk menghadapi Gorgo San, dia tampaknya masih bisa mempertahankan diri. Dikala itu Gorgo San telah menyerang semakin lama jadi semakin hebat. Kam Liam Cu juga telah menyalurkan seluruh kepandaiannya, dia merasakan bahwa Gorgo San memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, karena itu dia tidak berani meremehkannya. Tadi ia masih setengah hati buat menyerang Gorgo San, mengingat pemuda tampan dengan muka berpotongan jantan itu, merupakan tuan penolongnya. Akan tetapi setelah bertempur beberapa jurus. segera dia merasakan bahwa Gorgo San seorang yang bertangan telengas. Setiap serangan yang dilakukan Gorgo San sangat ganas, dan ini membuktikan hatinya yang kejam. Terlebih lagi memang Kam Lian Cu telah melihat Gorgo San memusuhi Ko Tie, jelas tentunya Gorgo San bukan seorang yang baik-baik. Apalagi menyaksikan Gorgo San begitu hina, melihat Ko Tie dalam keadaan tidak berdaya. Justeru dia hendak menyerang dan membinasakan Ko Tie. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan itulah sikap seorang yang rendah dan hina. Dan sekarang Kam Lian Cu justeru tidak segan-segan lagi buat balas menyerang dengan ilmunya yang terhebat. Gorgo San sendiri heran, dia melihat gadis ini memiliki kepandaian yang tinggi. Yang membuatnya tidak mengerti mengapa tadi Kam Lian Cu dalam keadaan tertotok tidak berdaya? Maka Gorgo San telah mencurahkan perhatiannya lebih baik lagi, dia menyerang semakin gencar dan berusaha tidak memberikan napas dan kesempatan kepada Kam Lian Cu membalas menyerang. Dalam keadaan seperti itu, Kam Lian Cu melayaninya terus. Mereka berdua jadi bertempur seru, tubuh mereka berkelebatkelebat ke sana ke mari dengan lincah sekali. Di saat mereka tengah bertanding, mendadak sekali terlihat Oey Yok Su dan si kakek baju kuning tengah bertempur sambil mendatangi. Waktu itu Oey Yok Su telah melihat Gorgo San. "Bagus! Rupanya bocah busuk itu berada di sini!" Sambil berkata begitu, tiba-tiba Oey Yok Su tampaknya sudah tak memperdulikan ia si kakek baju kuning itu, tubuhnya melesat sangat cepat sekali ke dekat Gorgo San. Waktu itu Gorgo San tengah berusaha merubuhkan Kam Lian Cu. Dia tengah bergirang hati sebab melihat Kam Lian Cu terdesak hebat, dan tidak lama lagi tentu dia akan dapat merubuhkannya. Tapi justeru di saat-saat seperti itulah, dia mendengar bentakan Oey Yok Su. Dia telah melompat juga untuk menyingkirkan diri. Kagetnya tidak terkira, karena dia menyadari jika menghadapi Oey Yok Su, tentu dalam beberapa jurus saja dia akan dapat dirubuhkan oleh majikan To-hoa-to yang sangat lihay itu. Tapi Oey Yok Su tak mau melepaskannya. "Mau kabur ke mana kau?" Teriak Loshia dengan suara yang bengis, tubuhnya seperti juga gulungan warna hijau, telah melompat mengejar Gorgo San. Tapi Gorgo San tidak mau membuang-buang waktu, dia berusaha melarikan diri! Hatinya terguncang keras, mati-matian dia melarikan diri dengan mengerahkan seluruh gin-kangnya! Si kakek baju kuning justeru melihat Oey Yok Su tahu-tahu telah meninggalkannya dan mengejar Gorgo San, segera melompat sambil berteriak. "Oey Loshia, mengapa kau jadi pengecut, bukan menghadapi aku malah ingin menganggu seorang pemuda?!" Dia bukan hanya berteriak begitu saja, karena sepasang tangannya menghantam kuat sekali di saat tubuhnya masih terapung di tengah udara. Dia menghantam kepada punggung Oey Yok Su. Sebetulnya Oey Yok Su pada waktu itu hampir dapat mengejar Gorgo San, dia tengah bersiap-siap hendak menghantam rubuh Gorgo San dan Gorgo San tengah mengeluh. Tapi justeru dia merasakan hantaman yang begitu dahsyat dari si kakek baju kuning, telah membuat Oey Yok Su mau tidak mau membatalkan serangannya kepada Gorgo San. Dia membalikkan tubuhnya, terpaksa dia menghadapi si kakek tua baju kuning itu. Mendongkol bukan main Oey Yok Su, dia berseru. "Urusan kita masih bisa diselesaikan nanti, kita masih memiliki banyak waktu! Tapi sekarang aku ingin menangkap keparat cilik itu!" Tapi kakek tua itu tidak mau memperdulikan, dia menyerang terus gencar sekali. "Kau anggap aku budakmu, sehingga seenakmu saja kau perintahkan aku menantikan kau melakukan sesuatu?" Katanya dengan mengejek dan telah menyerang dengan dahsyat. Dikala itu terlihat Gorgo San telah melarikan diri secepat mungkin. Dalam waktu yang singkat dia telah menghilang dan tidak terlihat bayangannya lagi. Bukan main mendongkolnya Oey Yok Su. Dia jadi mendelu sekali. Kemurkaannya itu telah ditumpahkannya kepada si kakek tua baju kuning. Sedangkan kakek tua itu tampak gembira bisa membikin Oey Yok Su jadi murka seperti itu. "Ya, dengan demikian kita bisa bertempur sepuas hati! Mengapa harus diselingi dengan segala persoalan tidak ada artinya?" Katanya. Kakek tua berbaju kuning itu telah melayani terus setiap kali serangan Oey Yok Su. Tapi sejenak kemudian dia melirik melihat Kam Lian Cu yang berdiri diam tidak tertotok. "Ihhh, kau sudah terbebaskan?!" Katanya dengan suara terkejut. Dia menunda serangannya kepada Oey Yok Su dan melompat ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan Oey Yok Su. Kemudian dia menyentil dengan jari telunjuk tangan kanannya, dengan tenaga dalamnya dia bermaksud menotok si gadis lagi. Tapi Kam Lian Cu sekarang ini telah bersiap sedia, dia tidak mau membiarkan dirinya ditotok lagi oleh kakek tua itu. Begitu dia melihat si kakek menyentil dan merasakan menyambarnya angin serangan, seketika itu juga Kam Lian Cu melesat menjauhi diri. Kakek tua itu tertegun melihat totokannya tidak berhasil mengenai sasarannya, malah Kam Lian Cu telah melesat menjauhi diri dari tempatnya. "Ihhhhh, kau mau ke mana?!" Teriaknya. Dia bermaksud meninggalkan Oey Yok Su, buat mengejar si gadis. Tapi Oey Yok Su kini gilirannya buat merintangi si kakek, dia menyerang hebat pada kakek itu. "Mengapa engkau harus mengurusi urusan kecil tidak ada artinya dengan menunda pertempuran kita?!" Setelah berkata begitu, gencar sekali Oey Yok Su menyerang si kakek. Dengan demikian kakek tua baju kuning tersebut sudah tidak memiliki kesempatan buat mengejar Kam Lian Cu. Dia telah melayani Oey Yok Su dengan penasaran sekali, dan juga setiap serangan yang dilakukannya merupakan serangan yang mengandung kematian. Ko Tie yang menyaksikan hal itu jadi menghela napas. Dia berpikir di dalam hatinya. "Mereka berdua memiliki kepandaian yang tinggi luar biasa, jika memang mereka bertempur terus seperti itu, niscaya akhirnya mereka akan terluka bersama atau terbunuh bersama..... Tidak mungkin di antara mereka ada yang menang atau kalah, pasti ke duanya yang akan menerima malapetaka tidak kecil!" Setelah berpikir begitu, Ko Tie jadi menghela napas berulang kali lagi. Sedangkan dari kejauhan tampak berlari-lari sesosok bayangan kuning! Dialah kera bulu kuning itu, yang mendatangi sambil memperdengarkan suaranya yang aneh. Melihat Kam Lian Cu sudah berdiri dan berada di tempat yang terpisah jauh, justeru kera bulu kuning itu telah mengeluarkan suara pekik yang aneh lagi. Kemudian dengan buas dia menghampiri Ko Tie. Tampaknya kera bulu kuning itu bermaksud hendak melampiaskan kemarahan hatinya kepada Ko Tie. Menyaksikan hal itu Kam Lian Cu jadi kaget bukan main, karena dia mengetahui bahwa Ko Tie bukanlah seorang yang dapat diandalkan menghadapi kera itu dengan keadaannya yang tengah terluka parah itu. Tentu Ko Tie akan terbunuh di tangan kera yang buas tersebut. Dengan segera si gadis telah melompat ke dekat kera bulu kuning. Dia telah mengayunkan tangannya menyerang kera itu. Jika tadi dia dalam keadaan tertotok memang dia tidak berdaya menghadapi kera itu. Justeru sekarang ini dia dalam keadaan bebas, karenanya dia bisa menyerang dengan hebat kepada kera itu. Sedangkan kera tersebut yang menyadari bahwa Kam Lian Cu memang memiliki kepandaian yang tinggi, dan jeri buat pedang si gadis, telah melawan setengah hati. Kera itu selalu main mundur. Namun akhirnya setelah lewat beberapa saat, dia melihat si gadis tidak mencabut keluar pedangnya, yang ternyata pedangnya telah terpental mengeletak jauh di tanah, maka kera bulu kuning itu jadi semakin berani. Semula kera ini menduga bahwa pedang si gadis belum dicabut keluar. Sekarang setelah pertempuran itu berlangsung sekian lama dan si gadis masih tidak bersenjatakan pedang, hanya mengandalkan ke dua tangannya, kera itu semakin berani. Dengan mengeluarkan suara pekik yang menyeramkan tampak tubuhnya berkelebat-kelebat gesit sekali. Dia mencakar dan bermaksud mencengkeram kepada si gadis. Kam Lian Cu mengelakkan diri, di dalam hatinya si gadis heran bukan main, karena dia melihatnya bahwa si kera bulu kuning itu bersilat seperti juga mempergunakan ilmu silat yang teratur dan juga bagaikan seorang ahli silat. "Tentunya kera bulu kuning ini telah dididik baik sekali oleh kakek baju kuning itu!" Berpikir Kam Lian Cu. Gadis itu mengempos semangatnya, dia mengerahkan tenaga dalamnya berusaha untuk dapat mendesak kera itu dengan pukulan-pukulan yang bisa mematikan. Tapi kera tersebut juga bisa bergerak gesit, dia bukan hanya menghindarkan diri belaka. Dia selalu dapat balas menyerang juga kepada Kam Lian Cu. Begitulah, manusia dengan kera telah bertempur seru sekali. Tapi yang luar biasa justeru kera itu bertempur dengan mempergunakan jurus-jurus ilmu silat Kakek baju kuning juga melihat betapa keranya telah bertempur dengan Kam Lian Cu. Dia kuatir sekali kalau-kalau kera itu melukai si gadis. Karena memang dia telah penuju gadis itu akan dijadikan nona mantunya. Tetapi untuk mencegah kera itu menyerang si gadis lebih jauh, dia tidak memiliki kesempatan, karena Oey Yok Su telah mengikatnya dalam pertempuran yang seru. Di waktu itu terlihat, kera itu juga memang berimbang kepandaiannya dengan Kam Lian Cu. Hal ini disebabkan si gadis sering merasa jijik harus bertemu tangan dengan binatang itu, karenanya dia selalu menghindarkan diri dari bentrokan tangan mereka. Hal itu telah membuat kera itu menang angin dan memperoleh banyak kesempatan, tampaknya mereka jadi seperti berimbang. Oey Yok Su melihat pertempuran tersebut, tiba-tiba mengeluarkan tertawa yang nyaring sekali. "Bagus! manusia dengan kera bertempur! Aku ingin melihat, apakah kera itu yang engkau bangga-banggakan itu dapat menandingi si gadis dan memperoleh kemenangan?" Itulah ejekan buat si kakek, membuat kakek tua itu jadi tidak senang, pada wajahnya dia memperlihatkan sikap tidak puas, matanya jalang sekali. "Tentu saja Go-jie akan memperoleh kemenangan! Kita lihat saja, tidak lama lagi calon menantuku itu akan dapat dirubuhkannya!" "Dirubuhkannya? Tapi jika memang dibunuhnya?!" Tanya Oey Yok Su. "Bukankah harapanmu buat memperoleh seorang menantu secantik gadis itu akan sia-sia belaka?!" Kakek tua itu bungkam. Sedangkan ke dua tangannya telah menghujani Oey Yok Su dengan pukulan-pukulan yang sangat gencar. Oey Yok Su memang sejak dulu selalu berusaha untuk mencapai tingkat kedudukan sebagai jago nomor wahid dalam rimba persilatan, Te It Eng-hiong. sehingga pernah diadakan pertandingan di antara lima jago luar biasa, yang terdiri dari Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, It Teng Taysu, Ang Cit Kong maupun Auwyang Hong. Tapi selama itu, ke lima jago tersebut tidak berhasil menentukan siapa yang memiliki kepandaian tertinggi. Namun akhirnya Ong Tiong Yang lah yang mereka anggap sebagai jago Nomor Satu di dalam rimba persilatan. Sejak kematian Ong Tiong Yang, antara Auwyang Hong dengan Oey Yok Su, maupun dengan Ang Cit Kong dan It Teng Taysu, tidak pernah tercapai suatu pemutusan, siapakah yang paling lihay di antara mereka. Karena itu pula Oey Yok Su setiap saat telah melatih diri dengan giat. Bahkan di antara empat jago luar biasa itu telah berusaha memiliki kitab Kiu-im-cin-keng, untuk dapat mempelajarinya dengan cermat isinya. Terakhir, sampai menjelang usia tua dari ke empat jago luar biasa itu, bahkan di antaranya telah ada yang putus napas karena usia tua, mereka berempat masih belum bisa menentukan siapakah di antara mereka yang memiliki kepandaian paling tinggi. Kemudian tinggal Oey Yok Su yang memiliki usia paling panjang, dan ia merupakan satu-satunya jago dari tingkatan tua yang memiliki kepandaian tinggi yang masih hidup. Dengan sendirinya dia dianggap satu-satunya jago nomor satu di dalam rimba persilatan di jamannya itu. Sekarang ada si kakek baju kuning, yang penasaran dan menganggap kepandaiannya lebih tinggi dari Oey Yok Su. Waktu mereka bertemu, Oey Yok Su tidak menyangka bahwa kakek tersebut memiliki kepandaian yang tinggi, maka dia tidak memandang sebelah mata. Namun setelah mereka bertempur, ternyata kakek tua berbaju kuning itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dan hal ini benar-benar mengherankan sekali hati Oey Yok Su. Mengapa dulu-dulu tidak pernah kakek tua berbaju kuning ini muncul. Dan sekarang mereka tengah bertempur dengan seru sekali, buat menentukan siapakah di antara mereka yang memiliki kepandaian lebih tinggi. Dan Oey Yok Su melihat, lagak dan tabiat dari kakek baju kuning itu memang agak mirip dengan Ciu Pek Thong. Hanya saja bedanya, jika Ciu Pek Thong memang telah resmi memiliki kepandaian yang berada di sebelah bawah Oey Yok Su. Sedangkan kakek baju kuning ini belum lagi dapat dipastikan apakah dia yang lebih rendah dari Oey Yok Su atau memang sebaliknya. Karena itu Oey Yok Su telah mengerahkan seluruh kepandaiannya, namun sejauh itu dia masih belum bisa merubuhkan kakek tua baju kuning itu. Sedangkan kepandaian kakek baju kuning itu pun mengejutkannya, beberapa kali hampir saja Oey Yok Su kena didesaknya. Hanya saja memang dasarnya Oey Yok Su memiliki kepandaian tinggi, dia bisa mengimbanginya. Terlebih lagi setelah Oey Yok Su mempergunakan ilmu silat campur aduknya, yang sebagian telah dicernakan dari inti sari Kiuim-cin-keng. Dan juga telah dikombinasikannya dengan langkahlangkah Pat-kwanya. Dengan demikian membuat kakek baju kuning itu jadi gelagapan juga. Kakek tua baju kuning itu berusaha untuk dapat mengatasi keadaan dengan merobah cara bersilatnya. Usahanya itu beberapa kali telah di lakukannya, namun selalu gagal. Oey Yok Su dapat membuat dia bingung, karena setiap serangan yang dilakukan Oey Yok Su di luar dugaan. Juga kakek baju kuning itu akhirnya tidak bisa mendekati tempat di mana Oey Yok Su berada. Hal ini disebabkan memang Oey Yok Su telah melangkah menurut peraturan Pat-kwa. Seperti di dalam Sin-tiauw-hiap-lu, telah dijelaskan juga, jurusjurus langkah Pat-kwa ini telah dipergunakan Oey Yong untuk menyelamatkan Kwee Siang. Dan sekarang, sama halnya. Dengan Oey Yok Su mempergunakan langkah Pat-kwa seperti itu, membuat kakek baju kuning itu tidak dapat untuk mendekatinya. Setiap kali kakek tua baju kuning itu menyerangnya, maka dia menghantam tempat kosong. Sedangkan Oey Yok Su leluasa untuk mendesaknya, sehingga lama kelamaan membuat kakek itu penasaran dan murka sekali. "Kau main curang kau hina sekali, kau main curang tidak berani menghadapiku secara berterang!" Teriak kakek baju kuning itu berulang kali dengan suara yang mengandung kemarahan. Tapi Oey Yok Su tidak melayani teriakan-teriakan kakek tua itu. Dia meneruskan serangannya dengan caranya seperti itu. Dan selalu pula, dia memang berhasil membuat kakek itu jadi kebingungan karena si kakek selalu gagal dengan serangannya, sedangkan dirinya selalu di serang dari arah yang sukar diterka. Waktu itu perrempuran antara Kam Lian Cu dengan kera bulu kuning itu terus berlangsung. Beberapa kali baju si gadis kena dijambret oleh kera bulu kuning. Muka Kam Lian Cu merah padam karena murka. Dia penasaran sekali, karena dia merasa tidak yakin bahwa dirinya akan dapat dirobohkan oleh seekor kera seperti itu. Dia mengempos semangatnya, dan tidak perduli lagi akan perasaan jijiknya, dengan demikian dia telah menangkis setiap serangan tangan kera bulu kuning itu. Setiap kali menangkis, si gadis mempergunakan tenaga lweekang yang kuat, membuat kera itu jadi kesakitan setiap kali tangannya terbentur dengan tangan Kam Lian Cu. Dengan mempergunakan cara seperti inilah Kam Lian Cu akhirnya baru bisa menguasai keadaan. Kam Lim Cu melihat pedangnya menggeletak cukup jauh darinya di atas tanah. Dia berusaha untuk mendekati pedang itu. Karena jika dia berhasil mengambil pedang itu dengan bersenjatakan pedang menghadapi kera tersebut tentunya dia tidak akan menghadapi kesulitan. Tapi yang sulit sekarang adalah kera itu seperti dapat membaca isi hati si gadis. Dia selalu mendesak si gadis agar tidak dapat mendekati tempat menggeletaknya pedang tersebut. Begitulah mereka bertempur terus, sampai akhirnya Kam Lian Cu berhasil juga menggeser tubuhnya berada di dekat pedang itu. Dengan mempergunakan gin-kangnya, waktu si kera bulu kuning tengah menghindarkan diri dari serangan tangan kanannya, Kam Lian Cu telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara, dan dia menyambar pedangnya. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL