Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 8


Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 8


Anak Rajawali Karya dari Chin Yung   Kata Yo Him.   Segera kecurigaan Kwee Tayjin kepada ke dua orang ini semakin hebat, karena ke dua orang tersebut telah datang justeru buat meminta orang.   Dengan demikian, niscaya akan menimbulkan keributan yang tidak kecil.   Namun sebagai seorang pembesar negeri yang berpengalaman, Kwee Tayjin tetap tersenyum dan di wajahnya tidak terlihat perasaan apa pun juga.   "Siapakah yang ingin kalian minta itu?"   Tanya Kwee Tayjin akhirnya.   "Dia seorang lelaki tua dengan seorang gadis cilik!"   Sahut Sasana.   "Kami mengetahui benar, bahwa mereka tidak seharusnya berurusan dengan Tayjin dan orang-orang juga, karena mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan orang-orang yang tengah dicari Tayjin..... Mereka telah datang di kampung ini, dan menurut apa yang kami dengar, justeru mereka telah dibawa oleh orang-orang Tayjin ke gedung ini.   "Kami bisa membayangkan bahwa mereka akan mengalami siksaan yang hebat! Karena itu, agar Tayjin tidak menyiksa orang yang tidak bersalah, alangkah baiknya jika saja Tayjin membebaskan mereka.....!" Setelah berkata begitu, Yo Him merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat. Kwee Tayjin tengah berpikir keras, dia mengawasi Yo Him dan Sasana, dengan sorot mata yang tajam, dia membawa sikap yang berwaspada. Malah, diam-diam dia telah memberikan isyarat kepada beberapa orang bawahannya yang diam mengawal di ruang depan gedungnya ini. Dan dua orang di antara mereka telah keluar ruangan, untuk mengumpulkan kawan-kawan mereka yang lainnya, guna mengadakan penjagaan, di mana tentu saja mereka baru bergerak kalau memang Yo Him dan Sasana berusaha untuk mempergunakan kekerasan. Sehingga di depan pintu ruangan depan itupun telah dikepung rapat sekali oleh orang-orang Boan itu, anak buah dari Kwee Tayjin. Sedangkan Kwee Tayjin sambil tersenyum berkata tawar.   "Menyesal sekali! Menyesal sekali!"   Katanya.   "Semula aku yakin bahwa laki-laki tua mesum itu dan si gadis cilik memang bukan orang Kay-pang, akan tetapi dengan kedatangan kalian ini membuat aku jadi bimbang kembali! Sebelumnya aku telah berpikir untuk membebaskan mereka berdua, namun sekarang, justeru benar-benar aku jadi bimbang!" "Mengapa begitu!"   Tanya Yo Him pura-pura tidak mengerti.   "Karena justeru aku tambah curiga bahwa mereka sesungguhnya memiliki hubungan yang erat dengan Kay-pang. Bukankah begitu mereka tertawan, segera kalian datang buat meminta orang?!"   Waktu berkata begitu, suara Kwee Tayjin meninggi, rupanya diapun sudah bersiap-siap hendak menghadapi Yo Him dan Sasana dengan mempergunakan kekerasan. Yo Him tertawa tawar.   "Kwee Tayjin, seperti apa yang kami dengar dari penduduk kampung ini, seluruh pasukan tentara Boan yang berdiam di sekitar perkampungan ini di bawah pimpinanmu, untuk mencari dan menumpas orang-orang Kay-pang.   "Jika kalian melihat ada pengemis, segera kalian akan menangkapnya dan menyiksanya dengan hebat, karena kami mengetahui benar bahwa lelaki tua itu dengan gadis cilik tersebut bukan orang Kay-pang, maka kami segera bergegas datang ke mari agar mereka tidak menerima penasaran dari Kwee Tayjin.....!"   Kwee Tayjin itu tersenyum.   "Justeru aku jadi heran, jika memang kalian tidak memiliki hubungan apa-apa dengan lelaki tua dan gadis cilik itu, mengapa kalian berdua jadi demikian sibuk, sampai mau merendahkan diri guna memohon kepadaku buat membebaskan mereka? Justeru sekarang aku semakin curiga bahwa ke dua orang itu terdapat hubungan istimewa dengan pihak Kay-pang.....!"   Berkata sampai di situ, Kwee Tayjin merangkapkan sepasang tangannya dengan membungkukkan tubuhnya memberi hormat, lalu katanya.   "Nah, memandang pada bekas atasanku, yaitu Pangeran Ghalik, silahkan kalian meninggalkan tempat ini.....! Janganlah menimbulkan keonaran dan akupun tidak bermaksud menahan kalian! Hanya saja, besok begitu fajar menyingsing, kalian harus sudah angkat kaki dari perkampungan ini dan tidak berdiam lebih lama di perkampungan ini....."   Sasana tertawa.   "Terima kasih! Terima kasih atas budi kebaikan Kwee Tayjin! Itulah budi kebaikan yang sangat besar sekali, yang mimpipun kami tidak berani mengharapkannya....."   Kata Sasana kemudian dengan tersenyum mengejek.   "Hanya saja, kami memang sudah bertekad, jika kami tidak bisa meminta pertolongan Kwee Tayjin agar membebaskan ke dua orang itu, maka kami akan mengambil tindakan menurut cara kami! "Kami berdua adalah orang-orang gunung dan dusun yang tidak mengerti aturan, maka jika sebelumnya kami tidak menghubungi Kwee Tayjin dan mohon bantuan Kwee Tayjin, kami kuatir tindakan kami nanti salah dan kurang ajar. Namun tampaknya Kwee Tayjin juga tidak mau memberikan kesempatan kepada kami, agar kami dapat membebaskan ke dua orang yang tidak bersalah itu......!"   Mendengar perkataan Sasana itu, Kwee Tayjin menyadarinya bahwa keributan memang sukar dielakkan lagi.   Karena dari itu, dia telah memberi isyarat kepada anak buahnya agar bersiap-siap.   Kwee Tayjin sendiri bersiap-siap dengan penuh kewaspadaan, karena begitu Yo Him dan Sasana melakukan suatu gerakan, segera juga dia akan menghadapinya dengan kekerasan.   Kwee Tayjin juga diam-diam telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalam dan hawa murninya, dia tengah menantikan perkembangan berikutnya.   Cuma saja, dia telah bilang dengan sikap yang tetap biasa.   "Jika memang kalian berdua tidak mau memandang dan memberi sedikit muka terang kepadaku, maka akupun tidak bisa bilang apa365 apa pula. Jelas akupun tidak bisa memaksa kalian akan memberikan muka terang dan memandang sedikit kepadaku! "Terpaksa akupun hanya melihat perkembangan yang ada. Maafkanlah, bukan aku tidak ingat budi kepada ayahmu, nona.....   "Akan tetapi memang aku makan gaji negara, karena dari itu, aku pun harus bekerja buat negara. Dan sekarang jika memang kalian berdua menimbulkan keonaran, niscaya akan memaksa aku harus mengambil tindakan yang kurang ajar dan tidak berbudi......"   Sasana telah tertawa, dia memotong perkataan Kwee Tayjin.   "Tidak usah Kwee Tayjin terlalu sungkan seperti itu, justru yang membuat kami merasa segan, semula kami menduga Kwee Tayjin terpaksa bekerja pada negara dan juga telah berjuang dengan setengah hati, sebab masih bersetia kepada ayahku almarhum.   "Jika memang kenyataan yang ada seperti sekarang ini di mana Kwee Tayjin memang sudah tidak mau menoleh sedikitpun pada mendiang ayahku akan perbuatannya di masa lalu terhadap Tayjin, inipun tidak bisa kami bilang apa-apa. Hanya saja, kami harap, jika memang kami terjatuh ke dalam tangan Tayjin, harap Tayjin mau berlaku murah hati kepada kami.....!" Setelah berkata begitu, Sasana menoleh kepada Yo Him.   "Him Koko..... mari kita pergi!"   Yo Him mengangguk.   "Nah Kwee Tayjin, maafkan, memang kami datang terlalu tiba-tiba sekali, dan juga kami tidak bisa menemani terlalu lama lagi, kami harus segera berlalu......!"   Kwee Tayjin merangkapkan sepasang tangannya sambil membungkuk.   "Silahkan.....!"   Katanya dengan sikap yang biasa saja.   Akan tetapi sebenarnya, sambil membungkuk seperti itu, matanya telah mengedip memberi isyarat kepada anak buahnya.   Orang-orang Boan, yang sesungguhnya merupakan tentara negeri yang tengah menyamar sebagai penduduk biasa, yang waktu itu telah bersiap-siap dengan senjata tajam mereka, melihat isyarat yang diberikan Tayjin, tanpa membuang waktu lagi mereka segera menerjang maju, karena mereka mengetahui apa maksud isyarat tersebut, yaitu harus menangkap hidup atau mati pada Sasana dan Yo Him.   Waktu itu Yo Him telah memutar tubuhnya buat keluar dari ruangan gedung tersebut namun mereka merasakan dari arah belakang, berkesiuran angin serangan senjata-senjata tajam.   Yo Him tertawa dingin, tanpa menoleh dia telah mengibaskan tangan kanannya ke belakang.   Kibasan yang dilakukan Yo Him tampaknya biasa dan perlahan saja, namun hebat kesudahannya.   Lima batang golok telah terlepas dari cekalan yang empunya, karena ke lima batang golok yang tengah menyambar ke arah Yo Him dan Sasana itu telah tersampok keras sekali.   Ke lima orang Boan yang sebagai pemilik senjata tajam tersebut pun merasakan telapak tangan mereka nyeri dan sakit bukan main.   Segera juga mereka melompat mundur dengan wajah yang pucat.   Orang-orang Boan yang menanti di luar ruangan, ketika mendengar suara ribut-ribut di dalam, mereka dapat menduganya bahwa keributan telah berlangsung.   Tanpa menantikan perintah lagi belasan orang Boan telah menerobos masuk ke dalam ruaagan buat mengepung dan menyerang Yo Him.   Sasana dan Yo Him tersenyum.   "Bagus sekali jamuan yang kau selenggarakan buat kami, Kwee Tayjin?"   Seru Sasana. Kwee Tayjin rupanya sudah tidak memperdulikan ejekan Yo Him dan Sasana, dia hanya merangkap ke dua tangannya dengan membungkuk dan berulang kali berkata.   "Maaf, maaf, sambutan yang tidak berarti..... sambutan yang tak berarti!"   Belasan orang Boan itu serentak telah menerjang Yo Him dan Sasana, mereka semuanya rata-rata memiliki tenaga yang cukup kuat.   Dalam keadaan seperti itu, Sasana dan Yo Him pun tidak tinggal diam.   Dengan lincah mereka berkelit ke sana ke mari, tangan Yo Him bergerak juga, tiga orang lawannya telah terjungkal rubuh tertotok.   Sasana juga tidak tinggal diam, cepat sekali dia telah menyerang belasan orang Boan itu.   Gerakan Sasana pun sangat gesit karena belakangan ini banyak sekali petunjuk yang diperoleh Sasana dari suaminya tersebut.   Dalam waktu yang singkat belasan orang Boan itu telah dapat dibuat jungkir balik oleh Yo Him dan Sasana.   Hanya saja, belasan orang Boan itu benar-benar tangguh sekali, di mana begitu mereka terjungkel, seketika mereka melompat bangun lagi, dan telah menyerang kalap dan nekad kepada Yo Him dan Sasana.   Kwee Tayjin yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut, seketika menyadari, bahwa tidak bisa dia membiarkan belasan orang bawahannya menghadapi Yo Him dan Sasana dengan cara seperti itu, sebab akan percuma saja.   Kepandaian Yo Him dan Sasana memang sangat tinggi sekali, dan akhirnya tokh belasan orang anak buahnya akan dapat dirubuhkan atau mungkin juga sebagian dari mereka akan ada yang terbinasa.   Karenanya, dalam waktu yang singkat Kwee Tayjin telah mengambil keputusan.   Dengan menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat dengan ringan menuju ke pintu, di mana dia mengunci pintu rapat-rapat.   Kuncinya dikantonginya.   Dengan demikian dia bermaksud hendak mencegah Yo Him maupun Sasana dapat melarikan diri.   Kwee Tayjin sendiri setelah mengantongi kunci pintu, segera melompat ke dekat Yo Him.   Waktu itu Yo Him telah menghantam pundak salah seorang pengepungnya.   Tanpa mengatakan suatu apapun juga Kwee Tayjin menggerakkan tangannya menghantam dengan pukulan Tok-see-ciang.   Dari Sasana, Yo Him memang telah mendengarnya bahwa Kwee Tayjin ini seorang ahli Tok-see-ciang, Tangan Pasir Beracun, maka Yo Him tidak berani berayal.   Dia telah mengeluarkan kepandaiannya.   Setelah berkelit dia telah menghantam dengan telapak tangannya, dari jurus Termenung Bersedih, ilmu simpanan warisan ayah.   Karena dari itu, bukan main dahsyat dada Kwee Tayjin kena dihantamnya.   Belum lagi Kwee Tayjin sempat menyerang untuk menghalangi, Yo Him menyerang lagi, tangan Yo Him telah bergerak lebih cepat menghantam lambungnya dengan jurus Di antara Bunga Bersedih Hati, sehingga tubuh Kwee Tayjin itu terpental keras sekali, berguling-guling di tanah.   Sedangkan anak buah Kwee Tayjin cepat-cepat mengepung lebih rapat, untuk mencegah Yo Him menyerang lebih lanjut pada atasan mereka tersebut.   Namun di saat seperti itu, Yo Him telah memutuskan untuk turunkan tangan keras pada mereka, mana bisa anak buah Kwee Tayjin menghadapinya? Tidak ampun lagi tiga orang telah terpental kena dihantam Yo Him dengan tulang pundak mereka yang pada patah! Sasana sendiri telah melukai dua orang, dan waktu itu Sasana telah dikeroyok tiga orang lawannya yang lain.   Yo Him melompat ke dekat Sasana, dan cepat sekali menghantam ke tiga orang itu sekaligus.   Tubuh ke tiga orang bagaikan layanglayang putus tali, terpental dan ambruk di lantai dengan tulang iga mereka berantakan.   Walaupun luka mereka itu tidak sampai membawa mereka kepada ajalnya, namun luka itu merupakan luka yang berat dan akan membuat mereka bercacad seumur hidup.   Yo Him dan Sasana bekerja cepat sekali, mereka telah merubuhkan lagi sisa anak buah Kwee Tayjin.   Ketika itu Kwee Tayjin telah berhasil merangkak bangun dan bersiap-siap hendak melarikan diri.   "Kwee Tayjin, mau ke mana kau!"   Tanya Yo Him dengan suara mengejek.   Tubuhnya melesat ke samping Kwee Tayjin, yang dicengkeramnya dan telah dibantingnya tubuh pembesar tersebut.   Dengan mengeluarkan suara yang nyaring tampak tubuh Kwee Tayjin telah terbanting dan bergulingan di lantai.   Walaupun Yo Him telah berlaku ringan dan tidak menurunkan tangan kematian buat Kwee Tayjin, namun dia telah cukup keras menghajar pembesar itu, membuat Kwee Tayjin terluka di dalam yang tidak ringan.   Sedangkan Sasana juga telah melompat ke dekat Kwee Tayjin, dia ingin menyerang Kwee Tayjin, akan tetapi Yo Him telah mencegahnya.   Kwee Tayjin benar-benar sama sekali tidak berdaya buat mempergunakan Tok-see-ciang nya, karena diwaktu itu dia telah dibuat terluka tidak ringan oleh Yo Him.   Malah dia tengah merintih menahan sakit.   Selama menjabat kedudukan sebagai pembesar negeri, maka dia jarang sekali berlatih diri, kepandaiannya dan ilmu silatnya seperti dilalaikannya.   Hidup mewah dan senang dengan kekuasaan yang ada membuat pertumbuhan tubuh Kwee Tayjin jadi pesat dan subur.   Dia jadi gemuk, dan kegesitannya banyak berkurang.   Sehingga sekarang menghadapi keributan seperti ini, membuat Kwe Tayjin tidak bisa berbuat banyak.   Terutama sekali orang yang dihadapinya adalah Yo Him, pendekar muda yang memiliki kepandaian sangat liehay! "Berdirilah, Kwee Tayjin!"   Perintah Yo Him dengan suara tetap sabar. Kwee Tayjin telah merangkak buat berdiri, dia kemudian telah berkata dengan suara yang agak gemetar.   "Jangan..... jangan menyiksaku.....!"   Yo Him tertawa melihat kelakuan Kwee Tayjin seperti itu.   "Hemmm..... engkau yang selalu menyiksa korban-korbanmu..... sekarang mengapa engkau harus jeri buat disiksa? Bukankah selama ini telah banyak orang-orang yang menjadi korban keganasanmu?!"   Kata Sasana mengejek. Muka Kwee Tayjin berobah merah, dia telah berkata dengan kepala tertunduk.   "Aku..... aku akan segera membebaskan ke dua orang yang kalian minta.....!"   "Nah, itulah tindakan yang paling bijaksana!"   Kata Yo Him.   "Rupanya Kwee Tayjin seorang pembesar negeri yang bijaksana dan adil, sehingga setelah mengetahui bahwa ke dua orang yang baru saja ditawannya itu bukan orang-orang yang tengah diburunya dan tidak memiliki sangkut paut apapun juga, dia bersedia membebaskannya......!"   Muka Kwee Tayjin berobah semakin merah. Sedangkan Sasana telah berkata.   "Cepat kau perintahkan orangmu buat membawa ke dua orang itu kepada kami, agar kami dapat membawanya pergi.....!"   Kwee Tayjin mengiyakan, segera juga dia membuka pintu itu, dan memanggil beberapa orang anak buahnya, yang waktu itu ketakutan dan tubuh mereka agak menggigil.   Walaupun dipanggil Kwee Tayjin, mereka tidak berani segera masuk ke dalam, menantikan di dekat pintu saja.   "Cepat ambil gadis cilik itu bersama pamannya yang tadi kita tangkap!"   Perintah Kwee Tayjin.   Orang-orang Boan itu mengiyakan.   Tidak lama kemudian tampak tiga orang Boan yang telah membawa Giok Hoa dan Hok An ke dalam ruangan itu.   Dua orang Boan memayang Hok An yang keadaannya sangat mengenaskan sekali, sedangkan yang seorangnya lagi menggiring Giok Hoa.   Melihat keadaan Hok An seperti itu, muka Yo Him dan Sasana berobah hebat.   "Sungguh keterlaluan sekali!"   Menggumam Yo Him dengan suara mengandung kegusaran.   "Kau telah menyiksa orang ini demikian kejam dan hebat..... sungguh keterlaluan sekali Kwee Tayjin.....!" Kwee Tayjin yang mukanya sebentar berobah pucat dan merah telah cepat-cepat berkata.   "Sesungguhnya..... aku..... aku tidak tahu menahu soal mereka..... Aku belum lagi dilapori perihal mereka..... semua ini tentu hasil perbuatan dari beberapa orang anak buahku..... biarlah nanti aku akan menghukum mereka sepantasnya..... sesuai dengan perbuatan mereka ini!"   Ternyata Kwee Tayjin yang dalam keadaan ketakutan, ingin melepaskan tanggung jawabnya kepada anak buahnya. Yo Him dan Sasana mengetahui bahwa ini semua tentu perbuatan Kwee Tayjin sendiri. Maka Yo Him tertawa dingin.   "Seharusnya dengan melihat keadaan orang ini demikian mengenaskan sekali kau sendiri seharusnya memperoleh hukuman yang setimpal, Kwee Tayjin!"   Kata Yo Him dengan suara mengandung kegusaran.   Kwee Tayjin tidak berani memandang Yo Him, dia menunduk dengan hati kebat-kebit.   Begitulah, Yo Him telah menggendong Hok An, dan meminta kepada Sasana agar menggendong Giok Hoa.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Baiklah, kami tidak akan menarik panjang urusan ini, akan tetapi, ini harus menjadi pelajaran bagimu, jika memeriksa seseorang.   Janganlah terlalu mengumbar hukumanmu.....   Jika memang terjadi lagi seperti ini, di mana engkau menyiksa orang-orang yang tidak bersalah, maka kami pun akan turunkan tangan kejam padamu.....!"   Kwee Tayjin yang tengah ketakutan hanya berulang kali berkata.   "Ya, ya, ya.....!"   Dengan kepala yang mengangguk-angguk tidak hentinya.   Dia membiarkan saja Yo Him dan Sasana membawa pergi Hok An dan Giok Hoa.   Waktu tiba di luar gedung, Yo Him dan Sasana melihat beberapa orang Boan anak buah Kwee Tayjin lainnya.   Mereka semuanya seperti juga anjing kena penggebuk menyembunyikan diri, hanya berdiri mengkeret belaka tak berani memandang Yo Him dan Sasana, semuanya menunduk dalam-dalam dan sekali-sekali saja mereka melirik.   Dengan ringan Yo Him melompati dinding pekarangan itu diikuti oleh Sasana, dan kemudian ke duanya telah berlari-lari dengan cepat membawa Giok Hoa dan Hok An.   Mereka telah keluar dari perkampungan itu karena Yo Him bersama Sasana hendak menghindarkan diri dari kemungkinan pengejaran yang akan dilakukan oleh Kwee Tayjin dan orangorangnya.   Waktu Yo Him dan Sasana tengah berlari-lari, mereka melihat di tengah udara mengikuti seekor burung rajawali putih yang besar sekali.   Mereka heran, ke mana saja mereka pergi burung rajawali putih itu tetap mengikuti saja.   Setelah berlari setengah harian, Yo Him dan Sasana berhasil membawa Hok An dan Giok Hoa sampai di lamping gunung Hoa-san.   Barulah mereka berhenti dan menurunkan Hok An dan Giok Hoa yang direbahkan di tanah.   Sesungguhnya Yo Him dan Sasana berada di perkampungan itu secara kebetulan saja.   Mereka tengah berkelana dan singgah di kampung tersebut.   Dan mereka secara kebetulan mendengar cerita dari mulut ke mulut penduduk kampung itu, betapa belum lama yang lalu ada seorang laki-laki tua dan seorang gadis cilik telah ditangkap oleh beberapa orang tentara Boan yang berpakaian sipil.   Memang penduduk kampung itu selalu diliputi ketakutan belakangan ini, di mana cukup banyak orang-orang yang ditangkapi oleh pasukan tentara Boan tersebut, yang katanya sebagai pengalaman dan penjaga ketertiban kampung itu, banyak juga penduduk itu ditangkap-tangkapi walaupun tidak memiliki kesalahan apapun.   Malah banyak juga penduduk yang mengetahui, setiap orang yang ditangkap itu akan disiksa hebat sekali, karena ada beberapa orang di antara mereka, yang telah disiksa setengah mati, dibebaskan.   Namun keadaannya sudah tidak seperti manusia lagi, bercacad sana sini dan keadaannya mengenaskan sekali.   Selanjutnya tidak bisa melakukan pekerjaan apa-apa lagi buat mereka, hanya keluarganya yang merawatnya.   Maka dari itu, sekarang di pasar itu telah ditangkap laki-laki tua itu dengan seorang gadis cilik, maka penduduk kampung merasa kasihan sekali pada mereka, yang diketahui oleh penduduk kampung tersebut tentunya bukan anggota Kay-pang atau orangorang partai pengemis.   Walaupun lelaki itu mesum, namun dia tetap rapi dan tidak ada tambalannya.   Terlebih lagi gadis cilik itu yang mengenakan pakaian baru.   Yang membuat penduduk kampung itu ramai membicarakan urusan penangkapan itu, karena mereka semuanya merasa kasihan dan bisa membayangkan, betapa gadis cilik itupun akan menjadi korban keganasan tentara Boan itu, di mana gadis cilik itu akan disiksa hebat sekali.   Semula Yo Him maupun Sasana kurang begitu memperhatikan bisik-bisik penduduk kampung itu.   Mereka baru memperhatikannya lebih serius waktu di rumah makan, di saat mereka bersantap, beberapa orang pelayan bisik-bisik dengan wajah yang murung.   "Jika memang keadaan seperti ini berlarut-larut, niscaya semua penduduk kampung ini terancam keselamatannya!"   Kata salah seorang di antara pelayan-pelayan rumah makan tersebut.   "Benar orang-orang Boan itu bisa saja sekehendak hatinya menangkap orang yang kurang mereka senangi, lalu menyiksanya. Dengan begitu, siapa saja tidak akan dapat mempertahankan hakhak azasi dirinya, maupun menjamin keselamatan dan jiwanya masing-masing, setiap detik bisa saja maut menjemputnya dengan siksaan yang entah berapa hebatnya."   "Ya,"   Kata pelayan lainnya.   "Beberapa orang yang telah ditangkap tanpa bersalah, kemudian disiksa hebat, waktu mereka dibebaskan kembali, keadaan mereka sudah tidak mirip-miripnya manusia lagi, segala apapun juga tidak bisa mereka kerjakan pula, karena mereka diwaktu itu sudah bercacad hebat. Di samping itupun mereka sudah tidak bisa menggerakkan sepasang tangan dan kaki, tidak bisa melihat dengan baik mempergunakan mata mereka, dan bicaranya juga tergagap.   "Entah siksaan apa yang telah dijatuhkan oleh orang-orang Boan itu kepada orang-orang tersebut! Aku sendiri sampai berpikir, suatu waktu mungkin aku sendiri yang akan ditangkap oleh orang-orang Boan itu dan akan disiksa seperti itu juga, tanpa memiliki kesalahan apapun!"   Para pelayan itu menghela napas dalam-dalam.   "Aku hanya merasa kasihan pada gadis cilik itu, yang ditangkap bersama-sama dengan lelaki setengah tua yang bersamanya, tentu mereka berdua akan disiksa hebat sekali! Aku tahu benar, dan merekapun bukan dari golongan Kay-pang (pengemis), seperti yang selama ini dicari-cari oleh orang-orang Boan tersebut. Akan tetapi tokh mereka tetap saja ditangkap dan pasti mereka akan mengalami siksaan yang hebat sekali.....!"   Kata salah seorang pelayan itu pula.   Muka mereka murung sekali.   Dan perhatian Yo Him serta Sasana jadi tertarik oleh pembicaraan para pelayan tersebut, karena memang sejak tadi mereka telah mendengarnya perihal penangkapan terhadap diri gadis cilik itu dan lelaki setengah baya yang sesungguhnya tidak bersalah itu.   Dengan demikian, Yo Him dan Sasana jadi bertanya-tanya.   Entah apa yang telah terjadi di perkampungan ini, sehingga tampaknya semua penduduk kampung tersebut dikuasai oleh kegelisahan seperti itu.   Sampai akhirnya Sasana telah menganjurkan Yo Him agar mereka pergi ke tempat orang-orang Boan tersebut, buat membebaskan si gadis cilik dan lelaki tua yang diduga adalah ayah gadis cilik tersebut.   Yo Him pun menyatakan persetujuannya, karena memang dia tertarik sekali mendengar urusan penasaran itu.   Malah lebih jauh Yo Him dan Sasana mendengar percakapan para pelayan itu.   "Pembesar Kwee Tayjin yang memimpin orang-orang Boan itu, memiliki kepandaian yang tinggi, karena dari itu, jika kita hendak melawan, dengan mempergunakan kekerasan, kukuatir nanti membawa akibat yang tidak baik-baik untuk kita semua......!" "Sttt......!"   Waktu dia baru berkata sampai di situ, kawannya telah memberi isyarat, kemudian saling memandang ke sekeliling mereka.   Selanjutnya, mereka tidak bercakap-cakap pula, apalagi mereka melihat Yo Him dan Sasana mengawasi ke arah mereka.   Karenanya, para pelayan tersebut bubar.   "Apakah lebih baik kita menanyakan urusan itu pada para pelayan tersebut?"   Tanya Sasana. Yo Him menggeleng, dia tidak menyetujuinya.   "Nanti bisa menyebabkan mereka ketakutan, lebih baik-baik kita bertanya-tanya saja di luar, tempat beradanya markas dari pembesar orang-orang Boan itu, yaitu Kwee Tayjin!"   Sasana menyetujui usul Yo Him.   Begitulah mereka telah meninggalkan rumah makan tersebut.   Dengan bertanya-tanya pada beberapa orang penduduk, walaupun dengan perasaan segan dan takut-takut, penduduk yang ditanya Yo Him memberitahukan tempat kediaman dari panglima orang-orang Boan itu.   Disebabkan itu pula mengapa Yo Him dan Sasana bisa tiba di tempat kediaman Kwee Tayjin dan telah menolongi Hok An serta Giok Hoa.   Sekarang, setelah berhasil menolongi Giok Hoa dan Hok An, Yo Him dan Sasana telah membawanya pergi keluar perkampungan cukup jauh.   Malah mereka telah membawanya sampai ke lamping gunung Hoa-san tersebut.   Dan kini mereka beristirahat dengan merebahkan Giok Hoa dan Hok An di tanah, karena mereka melihat betapa luka yang diderita oleh Hok An sangat parah.   Cuma saja mereka sangat bersyukur sekali bahwa Giok Hoa tidak terluka dan belum teraniaya.   Karena dari itu Yo Him telah mengambil tempat obatnya, dia mengeluarkan semacam obat bubuk, dan memborehkan pada kaki dan bagian lainnya anggota tubuh Hok An yang terluka.   Bahkan mulutnya yang telah rusak karena siksaan orang-orangnya Kwee Tayjin itu, telah diobatinya.   "Dilihat dari parahnya luka yang diderita orang ini, mungkin dalam waktu satu bulan keadaannya baru bisa pulih kembali.....!"   Kata Yo Him, seperti juga berkata kepada dirinya sendiri.   Sasana membenarkan, dan dia telah membantu membalut luka pada kaki Hok An, Sedangkan Giok Hoa juga diurus oleh Sasana.   Begitulah, setelah Giok Hoa tersadar dari pingsannya.   Sasana mengajaknya bercakap-cakap.   Memang Sasana puteri dari seorang pangeran Boan juga, yaitu pangeran Ghalik, akan tetapi karena kematian ayahnya dan juga karena telah tertanam di dalam hatinya perasaan antipati terhadap orang-orang Boan.   Dia sekarang benar-benar berdiri di pihak orang-orang Han.   Apalagi sekarang ini dia menyaksikan kekejaman dari orang-orang Boan itu, yang telah menyiksa sekehendak hati mereka dengan ganas dan buas, menyebabkan Sasana jadi semakin membenci orang-orang Boan.   Giok Hoa yang mengetahui dirinya dan juga Hok An telah ditolong oleh Yo Him dan Sasana, jadi girang dan berulang kali mengucapkan rasa syukurnya dan juga terima kasihnya.   Sedangkan Hok An sendiri masih pingsan, karena dia menderita terlalu hebat, membuat dia tidak bisa segera tersadar dengan cepat.   Yo Him telah berusaha menyadarkan Hok An.   Namun usahanya itu tetap gagal, karena Hok An tetap pingsan tidak sadarkan diri, sampai akhirnya Yo Him telah menotok beberapa jalan darah di tubuh Hok An.   untuk menyadarkan laki-laki itu.   "Apakah dia ayahmu?!"   Tanya Sasana kepada Giok Hoa. "Bukan...... dia pamanku, Cie-cie..... paman Hok An!"   Menjelaskan Giok Hoa.   "Mengapa kalian bisa ditangkap orang-orang Boan itu?!"   Tanya Sasana lagi.   "Kami sendiri tidak mengetahui, kami tidak pernah berbuat suatu kesalahanpun juga, akan tetapi orang-orang Boan itu justeru telah menangkap kami, bahkan orang-orang Boan itu memaksa paman Hok agar mau mengakui bahwa kami dari Kay-pang..... Aku sendiri tidak mengetahui, entah apa maksud mereka dengan yang disebut Kay-pang itu!"   Sasana tersenyum, kemudian menghela napas dalam-dalam.   "Sudahlah adikku, kau jangan terlalu bersedih!"   Menghibur Sasana, karena dilihatnya mata Giok Hoa telah memerah, seperti juga gadis cilik itu akan menangis. Sedangkan Giok Hoa telah mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.   "Jika tidak ada Cie-cie dan Koko itu, niscaya aku berdua dengan paman Hok akan teraniaya lebih hebat di tangan orang-orang Boan itu.....!"   Kata Giok Hoa pula.   Sasana menghela napas lagi, dia mengusap-usap punggung Giok Hoa, katanya.   "Memang sekarang ini orang-orang Boan tampaknya tengah mengganas, di mana mereka mengumbar angkara murka mereka tanpa memikirkan keselamatan dan kepentingan rakyat! Memang orang-orang Boan tengah melakukan pengejaran terhadap orang-orang Kay-pang, di mana setiap anggota Kay-pang akan ditangkap mereka dan disiksa hebat......!"   "Sebenarnya Cie-cie, apakah itu Kay-pang?"   Tanya Giok Hoa masih tidak mengerti.   "Paman Hok diperintahkannya agar mengaku sebagai orang Kay-pang dan selanjutnya dijanjikannya tidak akan disiksanya lebih jauh."   Sasana memandang gadis cilik ini sejenak, usianya masih terlalu kecil.   Jika memang dia menceritakan sejelas-jelasnya, belum tentu gadis cilik ini bisa mengerti akan ceritanya tersebut dan juga duduk persoalannya.   Maka dia telah berpikir untuk memberikan penjelasan singkat saja.   Namun belum lagi Sasana menceritakan segalanya, waktu itu Hok An telah mengeluarkan suara keluhan dan tersadar dari pingsannya.   Dia mengeluh dan merintih kesakitan, sebab, begitu dia siuman dari pingsannya, seketika dia menderita kesakitan yang hebat sekali, membuat dia sangat menderita.   "Tenang.....   tenang.....!"   Menghibur Yo Him segera. Dan juga pemuda ini mengeluarkan botol obatnya, diberikan beberapa butir kepada Hok An, yang segera diperintahkannya agar menelan pil tersebut.   "Kau akan segera sembuh, dan pil itu akan mengurangi penderitaan dan perasaan sakitmu.....!"   Menjelaskan Yo Him.   Hok An belum bisa mengucapkan suatu apa pun juga dengan jelas, karena mulut dan bibirnya yang bengkak besar juga pecah-pecah, di samping bagian dalam mulutnya terluka hebat sekali.   Dengan demikian membuat Hok An tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas.   Sedangkan Giok Hoa yang melihat paman Hok nya itu telah siuman dari pingsannya, segera memburunya, sambil menangis dia ingin menubruk untuk memeluk paman Hok nya itu.   Akan tetapi Yo Him mencegahnya.   "Jangan ganggu dia dulu, biarkan dia tertidur..... dia menderita luka yang parah sekali. Jika dia tidak bisa berdiam dengan tenang, lukanya itu akan membuatnya menderita hebat sekali. Maka dari itu nona kecil, biarkan saja dia beristirahat dulu, buat menenangkan hatinya. Siksaan yang dialaminya itu pasti telah membuat goncangan jiwa yang tidak ringan bagi dirinya......!"   Giok Hoa bisa dibujuk Yo Him, dan dia telah mengangguk sambil menghapus air mata nya.   "Koko..... apakah paman Hok ku itu akan sembuh seperti sedia kala?"   Tanya Giok Hoa. Yo Him mengangguk sambil tersenyum.   "Ya, ya, ya...... memang dia akan sembuh kembali seperti sediakala. Dan juga dia akan dapat bicara dan berjalan seperti biasa serta mengasuhmu karena dari itu, nona engkau tidak perlu terlalu kuatir..... pergilah engkau bercakap-cakap dengan Cieciemu....."   Giok Hoa mengucapkan terima kasih, segera juga dia berlalu untuk menghampiri Sasana. Dan diapun setelah duduk bertanya lagi.   "Cie-cie..... sesungguhnya apakah itu Kay-pang.....?"   Sasana tersenyum.   "Baiklah adikku, aku akan menjelaskan serba singkat saja, agar kau mengerti duduknya persoalan!"   Kata Sasana kemudian.   "Sesungguhnya Kay-pang adalah sebuah perkumpulan pengemis yang mengumpulkan dan mengorganisasikan pengemis-pengemis di seluruh daratan Tiong-goan ini.   Karena terjadi suatu gerakan, di mana Kay-pang berusaha menumpas bangsa Boan yang menjajah negeri kalian maka telah terbunuh Koksu negara Mongolia juga beberapa orang gagah lainnya dari Mongolia.   "Dengan demikian Kaisar Boan itu telah perintahkan semua pasukannya untuk memusuhi Kay-pang juga mengeluarkan firman, untuk menangkap-nangkapi orang Kay-pang. Dan kalian berdua telah dituduh sebagai orang-orang Kay-pang, lalu ditangkap dan disiksa......! Hemm, itulah pekerjaan dari manusia-manusia tidak punya guna, karena para tentara negeri yang telah menerima perintah dari atasannya, yang menerima firman dari Kaisar, maka mereka bekerja dengan serabutan.   "Semua orang yang mereka curigai akan ditangkap, bahkan orangorang yang tidak bersalah tentu akan ditangkap dan disiksa, maka semua orang penduduk di kampung itu membenci orang-orang Boan tersebut, di mana beberapa orang penduduk kampung itu telah ada yang ditangkap dan menderita hebat karena disiksa, padahal mereka tidak bersalah sama sekali. Giok Hoa mendengar cerita Sasana dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar mengawasi Sasana, dia tidak mengerti, mengapa justeru pengemis-pengemis yang harus dimusuhi Kaisar Boan itu. Sedangkan Sasana telah berkata lagi.   "Sekarang..... sekarang ini memang banyak sekali orang yang menderita karena firman dari Kaisar Boan tersebut. Tentara negeri yang tidak punya guna dan tidak bisa bekerja dengan baik-baik, sehingga mereka tidak berhasil menangkap-nangkapi orang-orang Kay-pang, segera asal tangkap saja penduduk biasa, yang mereka tuduh sebagai anggota Kay-pang, kemudian memberikan laporan ke atasan mereka, berapa banyak orang "Kay-pang"   Yang telah mereka tangkaptangkapi itu. Yang akhirnya menjadi korban justeru adalah penduduk setempat juga, yang akhirnya telah disiksa dengan hebat oleh mereka, yang dipaksa agar mau mengakui sebagai orang-orang Kay-pang......"   Giok Hoa mengangguk-angguk beberapa kali, katanya dengan penasaran.   "Pantas mereka telah memaksa paman Hok agar mau mengaku sebagai orang Kay-pang..... Tidak tahunya mereka itu semuanya merupakan manusia-manusia tidak punya guna yang tidak bisa melaksanakan firman Kaisar mereka, guna menangkapnangkapi orang-orang Kay-pang. "Lalu mereka telah menangkapi orang orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya yang akan mereka paksa untuk mengaku sebagai orang Kay-pang. Dengan demikian di mata atasan mereka, semua orang-orang Boan itu bisa bekerja dengan baikbaik dan mereka telah berhasil menangkap cukup banyak orangorang Kay-pang!"   "Benar adikku, apa yang kau katakan itu memang tepat sekali!"   Kata Sasana.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Memang begitulah kejadian yang sebenarnya......"   Setelah berkata begitu, Sasana menghela napasnya dalam-dalam.   Yo Him waktu itu tengah mengawasi Hok An yang kini telah tertidur nyenyak, karena memang obat yang diberikan olehnya tadi mengandung bius, dan dapat membuat seseorang yang memakan obat itu akan tertidur nyenyak, guna mengurangi penderitaannya dari sakit yang dideritanya.   Sekarang melihat Hok An telah tertidur nyenyak, dengan bibir yang bengkak besar dan keadaannya yang sangat mengenaskan sekali, telah membuat Yo Him hampir saja menitikkan air mata.   Sedangkan Sasana sendiri berusaha menghibur Giok Hoa.   Disaat itu, Yo Him menghela napas dalam-dalam dan bangkit dari duduknya.   Dia telah menghampiri Sasana, katanya.   "Keadaannya cukup parah, sulit bagi kita menyembuhkan keseluruhannya tanpa memiliki obat-obat yang manjur benar- benar..... Apakah kita lebih baik membawanya ke kota yang terdekat dengan tempat ini, agar dapat seorang tabib mengobatinya dengan baik?"   Sasana tidak segera menyahuti, dia berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia telah bilang.   "Jika memang demikian, bukankah pada akhirnya hanya akan membuat orang ini terancam bahaya yang tidak kecil, karena dia tentu mengalami suatu keadaan yang sangat menguatirkan sekali..... Tentu akan membuat orang-orang Boan yang mengejarnya pasti akan menyelidikinya di sekitar tempat ini. Kalau memang terjadi seperti itu, niscaya akan membuat jiwanya benar-benar terancam.   "Walaupun kita berusaha untuk melindunginya, akan tetapi tetap saja suatu waktu, setelah dia berpisah dari kita, akan terancam sekali. Karena dia selanjutnya pasti bercacad dan kepandaiannyapun berkurang banyak sekali, disebabkan lukalukanya seperti ini benar-benar akan membuat dia tidak berdaya jika menghadapi musuh.....   "Gadis kecil itupun tidak bisa melindunginya dengan baik, maka jika memang dia kita tinggalkan bersama gadis cilik tersebut, niscaya akan membuat mereka berdua seperti ditinggal di mulut macan saja....."   Yo Him tertegun sejenak, dia telah memandang jauh sekali, sepasang alisnya mengkerut dalam-dalam, rupanya dia tengah berpikir keras sekali, sampai akhirnya Yo Him bilang lagi dengan suara ragu-ragu.   "Jika memang demikian, baiklah! Kita lihat saja bagaimana keadaannya nanti, akan tetapi aku kurang yakin bahwa dia hanya sembuh karena obat-obat perbekalan kita ini, yang sangat terbatas sekali.....   "Jika saja sekarang ini kita benar-benar memiliki obat yang benarbenar mujarab, niscaya kita bisa menyembuhkannya dengan baik. Kemungkinan besar kita pun tentu bisa akan melindunginya agar ilmu silatnya tidak sampai lenyap......!"   Sasana menghela napas dalam-dalam.   "Kita lihat saja bagaimana nasibnya. Jika memang ilmu silat dan kepandaiannya lenyap, itulah nasibnya yang buruk sekali. Akan tetapi, didalam hal ini jelas kita harus berusaha untuk melindunginya dalam waktu sementara ini, karena itu, selama dia belum sembuh dan kita belum yakin bahwa orang ini dan gadis cilik itu dalam keadaan aman tidak terancam bahaya di tangan orangorang Boan itu, barulah kita meninggalkannya!"   Yo Him menyetujui saran yang diberikan Sasana, diapun telah berkata dengan suara yang mengandung penyesalan.   "Hanya saja, aku tidak pernah membayangkan bahwa Kaisar Mongolia itu bisa memiliki hati yang demikian telengas mendatangkan penderitaan tidak ringan buat penduduk daratan Tiong-goan! Jika keadaan ini berlangsung terus, niscaya akan menimbulkan kebencian di hati rakyat..... Dan kukira tidak mungkin Kaisar Kublai Khan dapat bertakhta lebih lama lagi di daratan Tiong-goan ini."   Sasana hanya menghela napas.   "Semua ini hanya disebabkan memang Kaisar itu di dampingi manusia-manusia berhati iblis! Kaisar tentunya telah berhasil dipengaruhi mereka, di mana para Kan-sin (penjilat) itu telah membujuk Kaisar dengan berbagai jalan dan usaha, dengan demikian Kaisar telah menempuh jalan yang salah! "Memang sebelumnya pasukan perang Kaisar Mongolia sangat kuat sekali. Kaisar pun selalu ikut turun tangan memimpin dalam medan peperangan. Namun sekarang setelah memperoleh kemenangan buat pihaknya, maka dia telah terlena oleh wanitawanita cantik dan arak..... Jika keadaan seperti ini berlangsung terus, niscaya kerajaan Boan ini tidak berusia panjang dan akan runtuh......"   Begitulah Yo Him dan Sasana bercakap-cakap membicarakan situasi waktu itu di daratan Tiong-goan dan segala apa yang mereka saksikan akhir ini dalam pengembaraan mereka.   Sedangkan Giok Hoa yang tengah berduka karena memikiri keadaan dan keselamatan paman Hok nya tersebut, hanya mendengarkan saja percakapan Yo Him dengan Sasana.   Pertama-tama memang dia tidak mengerti urusan yang dibicarakan ke dua orang ini, sebab lainnya dia memang tengah berduka dan tidak berhasrat buat ikut bercakap-cakap.   Sampai akhirnya Yo Him telah menoleh memandang Giok Hoa, katanya.   "Beruntung bahwa kau belum sempat disiksa oleh orangorang Boan itu.....!"   Giok Hoa mengangguk, katanya.   "Semua ini berkat pertolongan Koko dan Cie-cie.....!"   Yo Him tersenyum. "Sebenarnya, ke manakah tujuan kalian!"   Tanyanya lagi.   "Kami baru saja turun dari gunung Hoa-san, dan bermaksud akan berkelana....."   Menjelaskan Giok Hoa dengan jujur.   "Dan kami juga...."   Akan tetapi baru saja Giok Hoa berkata sampai di situ, di atas udara tampak melayang-layang sebuah bayangan putih yang besar.   Di mana akhirnya setelah ditegasi, ternyata itulah seekor burung rajawali yang memiliki ukuran tubuh sangat besar, dengan sepasang sayap yang lebar.   Bukan main girangnya Giok Hoa.   Sedangkan Sasana telah berkata kepada Yo Him.   "Sejak tadi burung rajawali putih ini selalu membuntuti kita..... entah apa yang diinginkannya....."   Baru saja Yo Him ingin menyahuti, tiba tiba Giok Hoa telah bersiul nyaring, disusul kemudian panggilannya.   "Tiauw-jie ke mari kau....."   Dan Giok Hoa yang tampaknya begitu girang, dengan wajah yang berseri-seri, melambai-lambaikan tangannya memanggil burung rajawali berbulu putih seperti seputih salju tersebut.   Burung rajawali putih itu seperti juga mengerti panggilan Giok Hoa, karena burung tersebut sambil mengeluarkan pekik yang nyaring, telah terbang turun dan hinggap di samping Giok Hoa.   Waktu dia terbang turun dan hinggap di tanah, maka debu-debu beterbangan, akibat kuatnya gerakan sepasang sayapnya yang menimbulkan angin yang menderu-deru.   Sedangkan Yo Him dan Sasana hanya memandang dengan takjub dan heran, betapa rajawali itu telah menyelesapkan kepalanya ke dalam pelukan Giok Hoa.   Giok Hoa sambil menangis telah mengusap-usap kepala burung rajawali itu.   "Tiauw-jie..... Tiauw-jie...... paman Hok telah disiksa dan dianiaya oleh orang-orang Boan. Keadaannya sangat mengenaskan sekali.....!"   Kata Giok Hoa kemudian di antara sendat tangisnya.   Tiauw-jie mengeluarkan suara pekik yang perlahan, namun sangat panjang, rupanya dia ikut bersedih hati.   Giok Hoa menunjuk ke arah di mana Hok An tengah rebah dalam keadaan tidur.   Tiauw-jie segera juga menghampiri Hok An, kemudian berdiri di samping Hok An dengan air mata berlinang.   Diapun memperdengarkan suara pekik yang perlahan sekali.   Menyaksikan semua itu, Yo Him dan Sasana jadi sangat terharu.   Dia telah menyaksikan betapa burung rajawali itu seperti juga sikap seorang manusia, yang dapat berduka melihat sahabat atau majikannya yang terluka begitu berat.   Memang Yo Him seringkali mendengar cerita dari ibunya, bahwa dulu ayahnya memiliki seekor rajawali sebagai sahabatnya di mana burung rajawali tersebut sangat liehay sekali ilmu silatnya, burung rajawali itulah yang mengajarkan Yo Ko, ayah Yo Him, berbagai ilmu silat yang liehay.   Begitu juga perihal Kwee Ceng dan Oey Yong, yang memiliki sepasang burung rajawali putih yang sangat jinak dan penurut sekali, telah sering didengar oleh Yo Him.   Sekarang ini justeru disaksikan oleh Yo Him dan isterinya, seekor burung rajawali yang demikian jinak dan juga setia sekali, maka bukan main tertariknya hati Yo Him dan Sasana.   Sedangkan Giok Hoa juga telah menghampiri lebih dekat, berdiri di samping burung rajawali itu.   "Orang-orang Boan itu yang telah menganiaya paman Hok sampai keadaannya demikian mengenaskan.....!"   Kata Giok Hoa sambil menangis terus dengan berduka sekali.   Setelah memandangi Hok An yang tengah tertidur nyenyak, burung rajawali itu, Tiauw-jie, menoleh kepada Giok Hoa, kemudian mengeluarkan suara pekikan yang perlahan, seperti juga burung itu tengah menanyakan siapa saja orang-orang Boan yang telah menganiaya Hok An.   Giok Hoa seperti juga mengerti, dia telah berkata dengan suara yang menggumam, seperti juga berkata kepada dirinya sendiri.   "Kami telah masuk ke dalam perkampungan itu, dan ditangkap oleh orang-orang Boan itu, di mana akhirnya paman Hok dianiaya hebat oleh orang-orang Boan itu. Jika saja Cie-cie dan Koko ini tidak menolongi kami, akupun hampir saja disiksa mereka!"   Burung rajawali tersebut mengeluarkan suara pekik perlahan, sedangkan Giok Hoa memandang ragu-ragu. Rupanya burung rajawali itu meminta agar Giok Hoa naik ke punggungnya. Akhirnya Giok Hoa menoleh kepada Yo Him dan Sasana, katanya.   "Koko dan Cie-cie, Tiauw-jie meminta agar aku mengantarkannya ke kampung itu untuk menunjukkan padanya siapa orang yang telah menganiaya paman Hok ini.....!"   Yo Him dan Sasana jadi heran, memandang takjub.   "Akan tetapi kalian akan menghadapi bahaya yang tidak kecil bagaimana jika burung rajawali itu tidak sanggup menghadapi orang-orang Boan itu, atau terpanah, tentu kau juga akan menghadapi bahaya yang cukup besar.....!"   Kata Sasana kemudian. Tetapi burung rajawali itu berulang kali mengeluark.an suara pekik, sampai akhirnya Giok Hoa telah berkata.   "Baiklah! Baiklah! Sabar..... aku akan ikut dengan kau.....!"   Setelah berkata begitu, Giok Hoa kemudian berkata lagi kepada Yo Him dan Sasana.   "Koko dan Cie-cie, aku hanya akan pergi menunjukkan pada Tiauw-jie di mana letak rumah orang-orang Boan itu, setelah itu aku akan dibawa terbang ke mari lagi. Dan Tiauw-jie akan kembali sendiri ke sana, di mana ia ingin membalas sakit hati paman Hok..... walaupun bagaimana keinginan Tiauw-jie tidak bisa dihalangi lagi.....!"   Setelah berpikir sejenak, akhirnya Yo Him mengangguk.   "Baiklah, pergilah kau, akan tetapi hati-hatilah, dan cepat kembali!"   Kata Yo Him.   "Him Koko.....!"   Seru Sasana ragu-ragu. "Tidak apa-apa..... bukankah adik kecil itu akan segera diterbangkan kembali ke mari? Biarlah mereka pergi.....!"   Kata Yo Him kemudian.   Giok Hoa tidak berayal pula melompat naik ke punggung burung rajawalinya, kemudian melambaikan tangannya kepada Yo Him dan Sasana.   Sedangkan Tiauw-jie mulai mementangkan sepasang sayapnya, dia telah terbang membawa Giok Hoa di punggungnya.   Semakin lama semakin tinggi, dia terbang menuju ke arah perkampungan itu lagi.   Yo Him dan Sasana yang melihat betapa burung rajawali itu terbang semakin tinggi, jadi merasa ngeri.   Dilihatnya Giok Hoa merangkul leher burung rajawali tersebut, dan Sasana kuatir kalaukalau Giok Hoa terjatuh.   Sampai akhirnya Tiauw-jie dan Giok Hoa telah lenyap dari pandangan mata mereka.   Waktu itu Tiauw-jie memang telah terbang semakin tinggi, dan kemudian sampai di atas perkampungan tersebut.   Dia terbang berputar-putar.   Giok Hoa mengawasi ke bawah, dan akhirnya dia menepuk kepala burung itu perlahan sekali dengan tangan kanannya, seperti juga mengusap, kemudian dia membisikkan.   "Itulah rumah orang-orang yang telah mencelakai paman Hok, itu di depan pintu, mereka itulah yang telah menganiaya paman Hok.....!"   Tiauw-jie terbang lebih rendah, sehingga Giok Hoa bisa menunjukkan rumah yang dimaksudkannya itu lebih jelas pula.   Setelah itu Tiauw-jie terbang pulang kembali ke lamping gunung Hoa-san, di mana menanti Yo Him dan Sasana.   Sedangkan Hok An masih dalam keadaan tertidur nyenyak.   Tiauw-jie setelah menurunkan Giok Hoa, segera terbang kembali ke arah perkampungan itu.   "Apa yang akan dilakukan Tiauw-jie?!"   Tanya Yo Him dan Sasana hampir berbareng, karena mereka heran dan menduga-duga apa yang dapat dilakukan oleh burung rajawali tersebut.   "Dia ingin membalas sakit hati paman Hok, tentu Tiauw-jie akan mengamuk di sana!"   Menjelaskan Giok Hoa.   Apa yang diduga oleh Giok Hoa memang tidak meleset, karena waktu itu Tiauw-jie telah tiba di atas perkampungan itu.   Dia terbang berapa kali memutarinya, dan ketika berada di atas gedung dari orang-orang Boan itu, tiba-tiba Tiauw-jie memekik nyaring, tubuhnya meluncur ke bawah dengan pesat.   Kemudian waktu tiba dekat genting rumah, sayap kanannya menghantam dengan hebat.   "Prakk.....!"   Sayap itu menghantam genting bangunan dengan kuat, dan disusul dengan suara hiruk pikuk runtuhnya genting-genting rumah itu, yang telah digempur dengan tamparan yang kuat sekali dari sayap Tiauw-jie.   Malah Tiauw-jie pun bukan hanya menampar satu kali saja.   Dia terbang menukik dan menampar lagi, malah ke dua sayapnya itu bergantian telah menghantami rumah tersebut yang jadi porakporanda.   Di dalam rumah itu terdengar suara ribut-ribut, di mana terlihat betapa beberapa orang berlari-lari keluar dari dalam rumah itu.   Tiauw-jie tidak mensia-siakan kesempatan tersebut, segera ia terbang menukik rendah, sayap kanannya menampar ke arah rombongan orang-orang Boan yang berlari-lari keluar dari rumah tersebut.   Sampokan sayap Tiauw-jie dahsyat luar biasa, orang-orang Boan itu segera terjungkir balik.   Malah Tiauw-jie bukan hanya menampar dengan sayapnya saja, waktu orang-orang itu jungkir balik karena diterjang angin sampokan sayap burung rajawali tersebut, Tiauwjie telah meluncur turun terus, dia mematoki mereka.   Seketika juga orang-orang Boan itu menjerit-jerit kesakitan dan ketakutan.   Demikian juga waktu Tiauw-jie mempergunakan kakinya mencengkeram dua orang Boan itu, yang dibawa terbang tinggi, ke dua orang itu menjerit-jerit kesakitan dan ketakutan.   Namun kuku-kuku dari kaki Tiauw-jie sangat kuat menghujam ke dalam tubuh mereka, begitu kuat, sehingga mereka tidak bisa melepaskan diri.   Sedangkan Tiauw-jie setelah merasa cukup tinggi membawa terbang ke dua orang tersebut, segera melepaskan cengkeramannya.   Seketika tubuh orang itn meluncur jatuh ke bawah dengan jerit ketakutan mereka setengah mati.   Ke dua sosok tubuh orang Boan itu terbanting hebat sekali di atas tanah, dan tidak bergerak pula, diam tidak bernapas, karena mereka telah menjadi mayat.   Tiauw-jie masih tidak puas, masih juga terbang meluncur lagi! Dilihatnya orang-orang Boan yang lainnya tengah berusaha melarikan diri, karena mereka ketakutan kalau-kalau merekapun mengalami nasib sama halnya dengan ke dua kawan mereka, dicengkeram dan dibawa terbang tinggi-tinggi, lalu dilemparkan ke bawah! Tiauw-jie bergerak cepat sekali, namun orang-orang itu telah keburu mencari tempat persembunyian di rumah penduduk lainnya.   Hanya satu orang saja yang berhasil dicengkeram oleh kaki kiri Tiauw-jie.   Tanpa buang waktu dan memperdulikan orang itu menjerit-jerit meminta tolong kepada dewa dan Thian, agar dia tidak dilepaskan burung rajawali putih itu dalam ketinggian yang sangat tinggi, Tiauw-jie telah membubung tinggi sekali.   Kemudian setelah terbang cukup tinggi, orang itu dilepaskan kembali meluncur jatuh ke bawah, terbanting keras sekali di tanah, dengan menggeliat karena tulang-tulang di tubuhnya hancur, orang itu kemudian mengejang kaku diam tak bergerak.   Tiauw-jie rupanya masih belum puas, dia mengamuk terus menghancurkan rumah itu, dengan mempergunakan terjangan sayapnya.   Tiauw-jie telah menyammpok ke sana ke mari.   Tidak seorangpun dari orang-orang Boan itu yang berani keluar memperlihatkan diri.   Setelah puas mengamuk seperti itu, akhirnya Tiauw-jie terbang meninggalkan tempat tersebut.   Dia kembali ke tempat di mana Yo Him, Sasana, Giok Hoa dan Hok An berada.   Setibanya di tempat Hok An berbaring dalam keadaan tertidur nyenyak, burung rajawali putih itu mengeluarkan suara pekik yang nyaring, dari matanya tampak menitik butir-butir air mata yang bening.   Giok Hoa menghampirinya, mengelus-elus lehernya sambil gadis cilik itu telah bertanya.   "Apakah kau berhasil membalas sakit hati paman Hok?"   Tiauw-jie mengangguk-angguk seperti juga dia mengerti pertanyaan yang diajukan Giok Hoa.   Malah kemudian kepala burung rajawali tersebut telah digerakgerakan seperti juga menunjuk ke arah punggungnya, sambil mengeluarkan suara pekikan perlahan.   Hal itu menunjukkan bahwa ia meminta Giok Hoa agar naik kembali ke punggungnya.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Giok Hoa menuruti, dia naik kepunggung burung rajawali tersebut, setelah itu Tiauw-jie mengajaknya terbang menuju ke perkampungan itu.   Setibanya melayang di udara di atas perkampungan tersebut, Giok Hoa bisa melihat betapa gedungnya orang-orang Boan itu telah hancur porak poranda, dan juga ada tiga sosok mayat yang menggeletak di jalanan.   Sebenarnya waktu itu ada beberapa orang Boan yang hendak mengangkut ke tiga sosok mayat kawan-kawan mereka yang telah terbinasa karena terbanting hebat.   Namun melihat munculnya Tiauw-jie pula, mereka melarikan diri buat mencari tempat perlindungan menyelamatkan diri masing-masing dengan meninggalkan ke tiga kawan mereka yang menggeletak telah menjadi mayat itu! Terhibur juga hati Giok Hoa menyaksikan itu, dia menepuk-nepuk leher rajawalinya.   "Hebat sekali kau Tiauw-jie!"   Katanya memuji.   "Kau telah membalaskan sakit hati paman Hok, walaupun tidak keseluruhannya, akan tetapi kau telah mengurangi rasa penasaran paman Hok. Kau hebat sekali......!"   Tiauw-jie memekik, kemudian terbang kembali ke tempat Yo Him dan Sasana berada.   Setelah turun dari punggung burung rajawali putih itu, Giok Hoa menceritakan apa yang dilihatnya itu pada ke dua penolongnya tersebut.   Yo Him jadi tersenyum mendengar semua itu dan diam-diam merasa kagum atas kesetiaan burung rajawali putih tersebut terhadap majikannya.   Sasana sendiri telah menepuk-nepuk tangannya, katanya.   "Sungguh hebat burungmu itu, adikku!"   Pujinya.   "Dia sangat setia..... dan tenaganya sangat dahsyat sekali!"   Giok Hoa jadi senang juga, kesedihannya berkurang. Namun waktu teringat pada luka-luka yang diderita oleh Hok An, dia kembali menjadi sedih, tanyanya.   "Cie-cie..... apakah paman Hok akan sembuh kembali seperti sedia kala?"   Sasana mengangguk sambil tersenyum.   "Jangan kuatir, paman Hokmu itu akan kami usahakan supaya sembuh..... tenangkanlah hatimu!"   Menghibur Sasana.   Giok Hoa mengucapkan terima kasih.   Tiauw-jie memekik perlahan, dengan kepala yang digerakkan mengangguk beberapa kali kepada Yo Him dan Sasana, seperti juga burung rajawali ini ingin ikut menyatakan rasa syukur dan terima kasihnya bahwa Yo Him dan Sasana telah menolongi Hok An dan Giok Hoa.   Yo Him dan Sasana yang melihat kelakuan burung rajawali tersebut jadi tertawa.   "Akh, burung yang jinak, dan setia sekali!"   Kata Yo Him dan kemudian melangkah menghampiri Hok An, dan memeriksa keadaan Hok An.   Diperoleh kenyataan Hok An masih tertidur nyenyak sekali, dan pada wajahnya tidak terlihat penderitaan kesakitan pula.   Perlahanlahan Yo Him telah menaburkan obat bubuk, obat luka miliknya pada luka di kaki dan di tubuh Hok An.   Juga kemudian mengobati bibir Hok An.   "Kita harus menanti selama satu bulan, sampai luka paman Hok mu ini sembuh, barulah kita bisa meninggalkan tempat ini....."   Kata Yo Him.   Giok Hoa mengangguk sambil mengucapkan terima kasihnya pula.   Yo Him segera juga membuat sebuah tenda terdiri dari daun-daun dan cabang-cabang pohon agar Hok An tidak terkena embun di pagi atau di malam hari.   Sedangkan buat Giok Hoa, Yo Him dan Sasana bertiga, telah dibuat sebuah tenda yang ukurannya lebih besar.   Yo Him bekerja cepat sekali, karena dia telah dapat menyelesaikan semuanya itu dengan segera.    Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Rase Emas Karya Chin Yung Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini