Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 14


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 14


Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong   Sedangkan murid-murid tingkatan lebih bawah lagi seperti In Cie Peng dan lainnya, tidak mendengar apa-apa, mereka tengah menungkuli jenazah dengan membaca kitab suci terus dengan irama yang sendu mengandung kedukaan.   Ciau Pek Thong melirik kepada Coan Cin Cit Cu, dia memberi isyarat, bahwa dia akan tetap menunggu jenazah Suhengnya ini, dia tidak akan keluar.   hanya Coan Cin Cit Cu itu yang berus berusaha memancing musuh yang telah menyatroni itu keluar dari kuil, agar mereka tidak memiliki kesempatan untuk merusak jenazah Ong Tiong Yang.   Sedangkan Coan Cin Cit Cu telah melompat ringan dari dalam ruangan itu, mereka telah tiba dipekarangan luar dengan gerakan tubuh yang ringan.   Namun begitu mereka menancapkan kaki di bumi, disaat itu juga mereka merasakan berkesyuran angin serangan yang menyambar dahsyat sekali kearah mereka, disusul pula dengan menerjangnya puluhan sosok bayangan yang menubruk kearah mereka.   Tubrukan itu disusul dengan serangan yang beruntun.   Dengan demikian telah membuat Coan Cin Cit Cu untuk sejenak terkejut, namun mereka telah memperoleh didikan yang sangat baik sekali dari Og Tiong yang, maka cepat pula mereka bisa menguasai diri mereka.   Terlebih lagi Khu Cie Kie, yang merupakan satu-satunya murid Ong Tiong Yang berhasil mewarisi sebagian besar 447 kepandaian gurunya dan juga merupakan murid yang terpandai dari Coan Cin Kauw dibandingkan dengan keenam saudara seperguruannya yang lainnya itu, telah mencabut pedangnya, dengan berkelebat-kelebatnya sinar pedang dia memaksa orang-orang itu untuk mundur beberapa tombak.   Pedangnya telah digerakkan dengan mempergunakan ilmu pedang Coan Cin Kiam Hoat yang hebat luar biasa, dimana pedang Khu Cie Kie berkelebat-kelebat terus mendesak lawan-lawannya yang berada didekatnya.   Demiikian juga dengan Ma Giok dan yang lainnya, mereka telah mencabut pedang masing-masing dan menyerang hebat pada lawan mereka, sebab mereka memang hendak mencegah orang-orang yang merupakan tamu tidak diundang itu tidak bisa menerobos masuk ke dalam kuil, karena dikuatirkan orang itu datang dengan mengandung maksud hendak merusak jenazah dari juru mereka.   Begitulah terjadi pertempuran yang seru sekali.   Tapi jago- jago yang menyatroni Tiong Yang Kiong tersebut ternyata merupakan jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi dan hebat, mereka juga bukan orang-orang sembarangan, karena terdiri dari berbagai pintu perguruan di dunia persilatan.   Mereka memang telah mengincar sejak beberapa waktu, kalau- kalau Ong Tiong Yang menemui kematiannya.   Dan disaat pendeeta itu menutup mata, mereka bermaksud untuk membarengi untuk merebut kitab Kiu Im Cin Keng.   Mereka yakin dengan cara menyerbu seperti itu, dan dikala orang- orang Cian Cin Kauw tengah dirundung kedukaan yang hebat, tentu saja mereka mudah ditundukkan dankitab kiu Im Cin Keng akan mudah dirampas oleh mereka.   Namun tidak mereka sangka, bahwa Coan Cit Cu ternyata memang telah memperoleh gemblengan yang baik sekali dari 448 Ong Tiong Yang, bahkan Khu Cit Kie mempunyai ilmu pedang yang hebat sekali, yang berhasil mendesak lawannya sampai akhirnya harus keluar dari kuil itu.   Demikian juga Coan Cin Cit Cu itu telah berhasil mendesak dan memancing lawan- lawan tangguh itu keluar dari kuil Tiong Yang kiong.   Ciu Pek Thong tetap duduk disamping jenazah Suhengnya untuk berjaga dan bersiap-siap dengan waspada,kalau-kalau nanti ada seorang yang berhasil menerobos masuk untuk merusak peti dan jenazah suhengnya tersebut.   Lauw Cie Hian dan Cek Tay Thong berdua yang agak terdesak oleh lawan mereka.   Kedua lawan dari kedua murid Coan Cin Kauw itu terdiri dari dua orang lelaki berusia lanjut, bertubuh jangkung, dan mereka berdua merupakan manusia-manusia yang memiliki tangan yang sangat telengas sekali.   Walaupun Lauw Cie Hian dan Cek Tay Thong telah mengerahkan kepandaian mereka untuk berusaha menghadapi kedua lawannya dengan baik, tokh mereka terdesak hebat.   Setelah lewat belasan jurus lagi, pundak Lauw Cie Hian telah terkena cengkraman dari lawannya dan terluka dengan jubah dipundaknya telah robek pecah.   Lauw Cie Hian berusaha untuk memperbaiki kedudukannya dengan memutar cepat sekali pedangnya, untuk mencegah lawannya menyusuli dengan serangan berikutnya.   Dia telah memutar pedangnya seperti kitiran, sehingga seluruh tubuhnya seperti dilindungi oleh sinar pedang itu.   Cek Tay Thong sendiri, setelah lewat beberapa jurus lagi, semakin terdesak.   Namun Cek Tay Thong memang nekat, dalam kedukaan dia sudah tidak mempedulikan lagi 449 keselamatannya, dia telah bertempur dengan hebat sekali dan pedangnya telah digerakkan berkali-kali ke bagian yang mematikan di tubuh lawannya.   Lawannya itu, seorang yang menguasai ilmu Kim Na Ciu, ilmu mencengkram dan memutar serta menangkap.   Dia bertangan kosong.   Waktu melihat pedang Cek Tay Thong meluncur beruntun menyerang bagian yang mematikan di anggota tubuhnya, orang tersebut main lompat kesana kemari mengelakkan.   Tapi kedua tangannya itu tidak tinggal diam, sebab diapun telah menggunakan Kim Na Ciu untuk menangka pergelangan tangan Cek Tay Thong, berusaha juga untuk mencengkram pundak lawannya, atau juga memutar batok kepala dari pendeta ini.   Namun serangan orang ini dapat dihindarkan oleh Cek Tay Thong, karena diapun telah berusaha melancarkan serangan yang paling dahsyat dari Coan Cin Kiam Hoat.   Dengan demikian mereka terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan.   Sedangkan jumlah musuh demikian banyak, membuat Coan Cin Cit Cu jadi kewalahan juga, harus menghadapi mereka yang puluhan orang itu.   Akhirnya, Khu Cie Kie yang melihat keadaan mereka sudah tidak menguntungkan, dimana pihak lawan demikian besar jumlahnya, dia telah meneriaki saudara-saudara seperguruannya itu agar segera membagi diri mengambil kedudukan Thian Kong Pak Tauw Tin, yaitu ilmu yang diciptakan oleh Ong tiong Yang untuk ketujuh murid ini yang bisa digunakan untuk menghadapi lawan-lawan yang tangguh.   Setelah Khu Cie Kie memberi isyarat, maka para Tosu dari Coan Cin Kauw itu memecah diri, mereka segera duduk bersila tanpa mengucapkan sepatah katapun juga.   450 Lawan-lawan mereka untuk sejenak jadi tertegun, mereka heran, mengapa disaat bertemput seperti itu, ketujuh murid Coan Cin Kauw ini kemudian duduk bersila dan saling berendeng dalam bentuk sebuah barisan seperti itu.   bahkan diantara orang-orang yang menyatroni Tiong Yang Kiong ini telah ada yang saling pandang satu dengan yang lainnya, mereka heran bercampur lucu, terdengar suara geli mereka.   "Sekali tertinggal sampai beberapa puluh tahun!"   Bersenandung Ma Giok dengan suara halus dan sabar sekali. Lalu Tam Cie Toan telah menyambunginya.   "Dengan rambut kusut jalan sepanjang hari bagaikan edan."   Suaranya kasar karena dia memang seorang yang berpotongan kasat, dimana anggota Coan Cin Cit Cu itu mukanya berdaging dan berotot, alisnya gempyok, matanya besar, tubuhnyapun besar serta kekar.   Sebelum mensucikan diri, dia merupakan seorang tukang besi di Soantang, tabiatnya juga jujur dan polor, maka dari itu, gelarannya adalah Tiang Cin Cu.   Anggota ketiga dari Coan Cin Cit Cu yaitu Tiang Seng Cu Lauw Cie Hian, yang mukanya kurus memanjang dan tubuhnya pendek kurus juga tempaknya seperti muka seekor kera, telah ikut menyambungi senandung dari kedua saudara seperguruannya.   "Dibawah paseban Haytong menanam bibit."   Walau tubuhnya pendek dan kurus serta kedil, suaranya itu nyaring sekali. Kemudian Tiang Cun Cu Khu Cie Kie yang ikut menyambungi senandung itu.   "Didalam perahu diantara daun teratai ada dewa Thay It Siat."   Senandung Khu Cie Kie itu telah disambung lagi oleh Giok Yang Cu Ong Cie It.   "Tak ada beda maka boleh keluar dari batok kosong!" 451 Lalu menyusul Kong Leng Cu Cek Tay Tong ikut bersenandung.   "Ada orang yang dapat sada sebelum dilahirkan."   Dialah seorang anggota Coan Cin Cit Cu yang pakaiannya sangat berbeda sekali dengan keenam anggota Coan Cin Cit Cu lainnya.   Dia seorang yang bertubuh gemuk dan tinggi besar, romannya seperti seorang pembesar negeri, tangan baju dari jubahnya ad separuh, hanya sampai sebatas sikut.   Jadi sangat menyolok tampak dia beda sekali dengan jubahnya Ma Giok beramai Cek Tay Thong ini.   semasa dia belum menjadi Tosu, dia adalah seorang hartawan yang kaya raya di Lenghay, Shoatang.   Diapun terpelajar tinggi.   Baru kemudian mengangkat Ong Tiong Yang menjadi guru.   Ketika dia diterima menjadi murid Ong Tiong Yang, guru itu telah meloloskan jubahnya yang dipakai, kedua ujung lengan baju itu dikutunginya, jubahnya itu diberikan kepada muridnya untuk dipakai.   Ong Tiong Yang waktu itu telah berkata.   "Tidak ada bahaya Tdak ad tangan baju, maka kaulah yang harus merampungkannya sendiri."   Dan huruf "TANGAN BAJU memang sama suaranya dengan huruf "MENERIMAKAN.   Dengan itu mau diartikan, walaupun guru itu tidak memberikan banyak pengajaran kepada murid yang satu ini, dengan peryakinan sendiri si murid akan memperoleh kemajuan.   Cek Tay Thong mengingat baik-baik perkataan gurunya itu, maka selanjutnya dia terus mengenakan jubah tangan buntung itu.   Waktu itu Ceng Ceng San Jin Sun Put Jie juga telah meneruskan senandung dari saudara-saudara seperguruannya itu, katanya.   "Pergi keluar sambil merdeka dan tertawa bebas."   Sebagai penutup, bersenandunglah Tan Yang Cu Ma Giok.   "Mega di telaga Sii Ouw, rembulan dilangit!"   Semua jago-jago yang tidak diundang yang waktu itu telah mengurung mereka, siap menerjang maju, jadi terkejut 452 mendengar suara Coan Cin Cit Cu, karena suara mereka menunjukkan tenaga dalam yang mahir.   Waktu itu salah seorang jago yang mengurung Coan Cin Cit Cu telah melompat sambil menggerakkan cambuk ditangannya yang diayunkan dengan cepat, sehingga cambuk itu terus juga meluncur ke arah Sun Put Jie.   Cambuk panjang itu memiliki banyak gaetan.   Bergerak perlahan bagaikan seekor ular naga besar berlegot! Orang itu memiliki potongan tubuh yang tinggi besar dan wajahnya bengis sekali.   Dialah seorang ahli Pianhoat (Ilmu Cambuk) dari wilayah barat di See Hek, kedatangan-nya kedaratan tionggoan hanyalah menantikan kesempatan untuk ikut memperebutkan Kiu Im Cin Keng jika Ong Tiong Yang telah meninggal dunia.   Dan sekarang cikal bakalnya Coan Cin Kauw itu memang telah menutup mata, maka dia ikut bersama jago-jago lain untuk mendaki Ciong Lam San dan menyerbu ke Tiong Yang Kiong untuk merebut Kiu Im Cin Keng.   Namun dia tidak menyangka murid-murid Ong Tiong Yang memang tangguh, dan sekarang melihat sikap ketujuh murid Ong Tiong Yang seperti itu, bukannya bertempur, malah duduk bersila, saling sahut bersahutan bersenandung, membuat dia habis kesabaran dan mengayunkan cambuknya itu untuk menyerang.   Tian Kong Pak Tiau Tin merupakan barisan yang mengambil kedudukan bintang-bintang Pak Tauw, sehingga ketujuh Coan Cin Cit Cu itu mengambil kedudukan persis dengan keletakan dan kedudukannya ketujuh bintang Pak Tauw tersebut, bintang-bintang utara.   Ketujuh Tosu itu telah mengambil kedudukannya masing- masing menurut fungsi dari tugas mereka.   Ma Giok mengambil kedudukan Thian Kie, Tam Cie Toan mengambil kedudukan Thian Soan, Lauw Cie Hian mengambil kedudukan Thian 453 Koan, sedangkan ong Cie It mengambil kedudukan Giok Heng, Cek Tay Thong mengambil kedudukan Kay Yang dan Sun Put Jie mengambil kedudukan Yauw Kong.   Kedudukan Thian Koan paling penting, karena kedudukan itulah yang menghubungi yang tiga dengan yang tiga lagi, karena itu kedudukan tersebut ditempati oleh Khu Cie Kie yang kepandaiannya paling liehay.   Yang kedua terpenting adalah Giok Heng, maka dari itu diambil oleh Ong Cie It.   Tujuh Tosu itu telah menggabungkan diri dengan tangan kiri mereka menyambung dengan tangan kanan.   Sambungan tangan itu mirip dengan tangan yang berkaitan kuat merupakan mata rantai yang bisa disaluri dan dilewati tenaga Iwekang keetujuh Tosu tersebut.   Dengan demikian pula, berarti tenaga Iwekang dari salah seorang Tosu itu sama kuatnya dengan tujuh Tosu digabung menjadi satu yang berkumpul tangguh dan kuat sekali.   Cambuk jago See Hek itu telah menyambar perlahan ke kepala Sun Put Jie, tampaknya memang perlahan, ancamannya sebenarnya memang sangant hebat sekali.   Sun Put Jie seorang Tosu wanita, tetap tidak bergerak.   Disaat mengawsi cambuk itu meluncur datang dan disaat ujung cambuk hampir mengenai sasarannya, ialah bagian gigi dari uung kaitan pada cambuk tersebut, Sun Put Jie dengan tiba-tiba menyampok dengan lengan jubahnya, sehingga cambuk itu telah berbalik sendirinya, berbalik dengan kaget, bagaikan kepala ular kena dibacok, menyambar kepada pemiliknya.   Jago See Hek itu kaget bukan kepalang, dia tidak sempat menggerakkan tangannya, sebab tangannya itupun tergetar.   Yang membuat dia jadi kaget tidak terkira, karena tenaga sampokan itu dahsyat sekali, dan hampir saja dia tidak 454 mempercayai bahwa Sun Put Jie memiliki tenaga Iwekang sedahsyat itu.   Sesungguhnya, seperti tadi telah diceritakan bahwa ketujuh Tosu ini duduk bersila dengan tangan kiri mereka saling berpegangan dengan yang lain tangan kanan Tosu disampingnya, begitu sambung menyambung, dengan demikian tenaga Iwekang dari ketujuh Tosu ituberkumpul menjadi satu.   Tidak peduli Tosu mana saja menggerakkan tangan dan membuka serangan, dia sama juga artinya dengan mempergunakan tenaga mereka bertujuh yang digabungkan.   Jago See Hek itu telah melompat mundur, dia penasaran, waktu kesemutan tenaganya agak berkurang, dia menggerakkan cambuknya lagi.   Kali ini dia bukan mengincar Sun Put Jie, melainkan dia menggerakkan cambuknya kearah pundak Khu Cie Kie.   Tanpa disadarinya, inilah suatu kesalahan terbesar buatnya.   Seperti diketahui bahwa Khu Cie Kie yang memiliki kedudukan Thian Koan yang menghubungkan ketiga kedudukan dengan tiga kedudukan lainnya.   Dan sekarang justru pusat dari ketujuh "Bintang Pak Tauw tersebut telah diserang intinya, pusat kekuatannya, yang merupakan nadi terpentingnya, maka celakalah jago See Hek itu.   Begitu cambuk berkaitan, menyambar kearahnya, Khu Cie Kie juga tidak mempedulikan datangnya serangan.   Dan menanti hampir saja cambuk itu mengenai pundaknya, diwaktu terpisah beberapa dim saja, cepat luar biasa tangan kiri Khu Cie Kie telah menyentil.   Dan sentilan yang dilakukan Khu Cie Kie yang merupakan Tosu yang menduduki kedudukan Thian Koan, yang paling penting, sehingga seluruh tenaga dalam ketujuh Tosu itu telah berkumpul dan tersalur ke ujung jari Khu Cie Kie.   455 Pecut berduri itu tidak ampun lagi telah terpental pesat, sulit dilihat oleh mata biasa, berbalik menyambar kearah pemiliknya, dan belum lagi jago See Hek itu mengetahui apa yang terjadi, mukanya telah dihantam oleh cambuknya sendiri dengan hebat.   Duri-durinya yang panjang dan tajam itu telah menancap dan karena kesakitan dan kaget, jago See Hek itu telah menghentakkan cambuknya, dimana akhirnya daging dimukanya bercopotan kena tergaet oleh duri-duri di cambuknya sendiri, bukan hanya darah yang berlumuran, muka jago See Hek itu juga jadi rusak karenanya, dagingnya seperti dipoceli sepotong demi sepotong.   Saking kesakitan dia menjerit-jerit sambil melompat mundur kebelakang belasan tombak.   Jago-jago lainnya sekarang jadi lebih hati-hati dan waspada, mereka telah menyaksikan dengan duduk dalam barisan Tian Kong Pak Tauw Tin itu maka ketujuh Tosu dari Coan Cin Kauw itu jadi lebih liehay dari sebelumnya, dimana mereka seperti memperoleh kemajuan kepandaian sebanyak tujuh tingkat dalambeberapa detik itu! Beberapa orang jago yang memang datang menyatroni Thiong Yang Kiong bermaksud merebut kitab Kiu Im Cin Keng, tanpa mempedulikan bahaya mulai melancarkan gempuran dan serangan, baik dengan tangan kosong maupun dengan senjata tajam ditangan mereka.   Maka bagaikan hujan pedang dan golok ketujuh Tosu itu telah dihujani serangan- serangan yang mengandung maut.   Dengan duduk bersila dalam kedudukan Thian Kong Pak Tauw Tin itu, Coan Cin Cit Cu memiliki perbentengan yang kuat.   Mereka bertujuh telah menggerak-gerakkan sepasang 456 tangan mereka tidak hentinya dan tenaga dalam mereka silih berganti tersalurkan berpindah-pindah dari Tosu yang seorang ke Tosu yang lainnya.   Dengan demikian seperti bergantian menggunakan tenaga gabungan itu dan musuh-musuh mereka telah berhasil dibikin kocar kacir tidak berdaya lagi berurusan dengan mereka, karena selain senjata-senjata mereka yang telah terpental atau direbut dan banyak yang telah terluka didalam akibat gempuran tenaga Iwekang yang dahsyat itu, maka musuh-musuh murid Coan Cin Kauw itu pontang- panting disekitar tempat itu.   Hanya saja, orang-orang yang bermaksud memiliki Kiu Im Cin Keng itu memiliki kemauan yang keras, mereka rupanya sudah tidak memikirkan keselamatan jiwa mereka lagi, sebab semuanya telah bertempur mati-matian.   Jika ada salah seorang dari mereka yang terjungkir pontang-panting, maka dia segera bangkit lagi tanpa memikirkan keselamatan jiwanya.   Walaupun ada salah seorang diantara mereka yang terluka parah, dia masih juga melompat bangun dan ikut meneruskan pengeroyokan/ tampaknya memang jago-jago yang menyatroni Tiong Yang Kiong sudah nekat bukan main.   Mereka rupanya sudah bertekad, jika memang belum memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng, maka mereka tidak akan mundur walaupun harus menemui kematian.   Jago-jago yang datang menyatroni Tiong Yang Kiong itu jadi terkejut bukan main melihat Coan Cin Cit Cu kini menyerang mereka dengan ilmu yang lebih hebat dan keras.   Maka mereka lebih berhati-hati.   Tapi dengan dibukanya pantangan membunuh oleh Coan Cin Cit Cu, maka diwaktu- waktu selanjutnya beruntun telah berjatuhan lagi beberapa musuh mereka yang menjadi korban dan menemui ajalnya dengan tubuh yang tergempur rusak dan terluka parah sekali.   457 Sedangkan Coan Cin Cit Su menyadari, jika mereka tidak bertindak tegas, pihak mereka sendiri yang akan menemui bahaya, dimana kalau sampai Coan Cin Cit Cu bisa dirubuhkan oleh para jago-jago yang telah temahak kitab Kiu Im Cin Keng, niscaya kuil mereka akan dirusak, jenazah gurunya tidak akan utuh dan pamor serta nama besar Coan Cin Kauw akan runtuh karenanya.   Dengan didasari pertimbangan-pertimbangan seperti itulah Coan Cin Cit Cu telah membuka pantangan membunuh.   Dan bertempur serintasan lagi, telah limabelas orang lawan mereka yang menggeletak menjadi mayat.   Ciu Pek Thong yang waktu itu tetap berdiam menjaga peti mati suhengnya, telah mendengar ribut-ribut diluar kuil.   Doama akhirnya diapun mendengar suara jerit-jerit kematian .   hati Pek Thong juga tidak tenang.   Walaupun dia sebagai Loo Boan Tong, seorang yang berandalan sekali, si bocah tua nakal dan liar, namun dia masih memikirkan keselamatan dari ketujuh orang keponakan muridnya.   Terlebih lagi disaat tengah diliputi kedukaan karena meninggalnya sang Suheng.   Sama sekali Pek Thong tidak menyangka, disaat Coan Cin Kauw tengah dalam kedukaan yang hebat karena kepergian Coan Cin Kauwcu mereka untuk selama-lamanya, maka jago- jago Kangouw yang temahak akan kitab kiu Im Cin Keng mempergunakan seperti itu menyerbu menyatroni Tiong Yang Kiong untuk melakukan perampasan.   Kitab kiu Im Cin Keng itu telah berada dalam tangan Pek Thong dan disimpannya dalam sebuah tempat yang aman.   Sedangkan Coan Cin Cit Cu sendiri tidak mengetahui dimana kitab Kiu Im Cin Keng itu.   458 Tapi orang-orang Kangouw yang menyerbu Tiong Yang Kiong waktu itu, tentu menduga bahwa kitab pusaka tersebut akan dibawa mati oleh Ong Tiong Yang.   Jika Pek Thong tidak melakukan penjagaan terhadap peti jenazah kakak seperguruannya itu, dan sempat satu atau dua orang jago kangouw yang menerobos masuk kedalam ruangan ini, berarti mereka akan merusak peti jenazah untuk mengambil kitab kiu Im Cin Keng yang mereka duga berada didalamnya.   Mata Pek Thong waktu itu masih merah karena banyak menangis dan dia tengah mengawasi sekitar ruangan, bersikap waspada sekali.   Bola matanya telah mencilak-ciluk kesana kemari.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tapi ketika Pek Thong tengah mengkorek hidungnya yang gatal, tiba-tiba dia dikejutkan oleh bentakan seseorang yang parau seperti suara kecer pecah, nyaring dan memekakkan telinga.   "Ciu Pek Thong, cepat kau keluar dan serahkan kitab kiu Im Cin Keng padaku! Jika tidak, hahaha, Tiong Yang kiong akan kubakar menjadi rata dengan tanah, tidak sepotong jiwapun dari Tosu-tosu Tiong yang Kiong yang kubiarkan hidup.!"   Ciu Pek Thong terkejut, karena dari suara cempreng seperti suara kecer pecah itu menunjukkan orang tersebut memiliki Iwekang yang sempurna sekali, dimana suara itu mendengung masuk telinga, sangat tajam tapi juga menggetarkan sekitar tempat itu, bagaikan Tiong Yang Kiog tengah dilanda gempa bumi.   Namun Ciu Pek Thong tidak berani meninggalkan ruang jenazah ini, dia tidak mau meninggalkan jauh-jauh peti jenazah Ong Tiong Yang, karena jika dia keluar dri ruangan itu sama 459 saja dia seperti meninggalkan peti jenazah itu untuk dirusak oleh jago-jago lainnya musuh Coan Cin kauw.   Yang dikuatirkan Ciu Pek Thong, musuh menggunakan akal bulus memancing keluar harimau dan kemudian mereka menyerbu kedalam ruangan waktu Ciu Pek Thong tengah dilibat diluar.   Karena dari itu Ciu Pek Thong hanya menghampiri jendela, dia melongok keluar.   Begitu Ciu Pek Thong melongok keluar, segera dia mengeluh dengan muka yang berobah dan mengeluarkan keringat dingin.   Dia melihat sesosok tubuh yang tinggi besar, tengah berdiri diatas uncak sebatang pohon, dan puncak pohon tersebut yang memiliki ranting yang kecil sekali bergoyang- goyang, namun tubuh orang itutidak juga jatuh, dia tetap berdiri diatas puncak pohon tersebut, dengan demikian berarti ginkang orang tersebut benar-benar tinggi sekali.   Dan Ciu Pek Thong juga menyadarinya, bahwa ginkangnya masih terpaut kalah beberapa tingkat dengan orang tersebut.   Yang membuat dia lebih kaget lagi, orang tersebut tidak lain dari See Tok Auwyang hong.   Si Racun dri Barat itu telah mengeluarkan suara tertawa bergelak-gelak ketika Ciu Pek Thong melongok keluar dari jendela.   Dia telah berkata dengan suara yang keras dan cempreng seperti kecer pecah, dia berkata.   "Loo Boan Tong, apakah kau tuli? Atau memang engkau ingin menyaksikan lebih dulu, kuil Tiong Yang Kiong ini terbakar dan musnah menjadi rata dengan bumi baru engkau mau menyerahkan kitab Kiu Im Cin Keng itu kepadaku?"   Ciu Pek Thong berdiam diri sejenak, dia jadi berpikir keras.   Jelas tidak mungkin dia bisa menandingi Auwyang 460 Hong karena memang kepandaiannya waktu itu belumsetaraf dengan kepandaian yang dimiliki si Bisa dari Barat itu.   Auwyang Hong memang lebih muda beberapa tahun dari dia sendiri, namun bicara soal Iweekang atau kepandaiannya, jelas kepandaian berada diatasnya, karena memang Auwyang Hong merupakan salah seorang jago diantara kelima jago luar biasa yang pernah mengadakan pertemuan di Hoa San.   Dalam keadaan trdesak dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, Ciu Pek Thong melihat Auwyang Hong telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan bibit api.   Ketika bibit api itu dinyalakan, dia menyulut ujung obor yang dibawanya.   Maka seketika itu juga ujung obor tersenut menyala dengan terang, bersinar diatas puncak pohon itu.   dengan demikian, keadaan Auwyang hong waktu itu benar- benar bagaikan seorang dewa yang tengah melayang-layang diatas puncak pohon itu, dengan diterangi oleh cahaya berkilauan dari obor ditangannya.   "Loo Boan Tong, kau dengarlah baik-baik!"   Teriak Auwyang Hong lagi.   "Jika memang kau masih berayal menyerahkan kitab kiu Im Cin Keng kepadaku, segera obor ini akan kulemparkan, akan kubakar habis Tiong Yang Kiong ini jadi rata dengan bumi, disamping itu, semua Tosu dari Coan Cin kauw tidak seorangpun yang akan kuberikan kesempatan hidup! Kau boleh memilih, menyerahkan kitb Kiu Im Cin Keng itu kepadaku atau memang engkau hendak menyaksikan kemusnahan Kiong Yang Kiong berikut semua Tosunya?!"   Ciu Pek Thong jadi naik darah.   Walaupun dia menyadari dirinya bukan tandingan Auwyang Hong, namun dia seorang yang berani dan tidak kenal takut.   Karena dari itu, melihat maksud orang yang demikian busuk, yang hendak membakar 461 Tiong Yang Kiong dan nanti juga akan melakukan pembunuhan terhadap para Tosu Cian Cin Kauw, Ciu Pek Thong tidak bisa menahan diri lagi, tubuhnya segera kuga melesat untuk menempur si bisa bangkotan dari barat itu!"   Auwyang Hong tertawa terbahak-bahak waktu menerima serangan Ciu Pek Thong, dia membuang obor kesamping, dia melayani serangan Ciu Pek Thong, mereka bertempur empat puluh jurus lebih.   Waktu itu nafas Ciu Pek Thong telah memburu keras dan cepat sekali, karena dia merasakan betapa kuatnya serangan Auwyang Hong yang mempergunakan Ha Mo kongnya itu.   dengan demikian, membuat Ciu ek Thong selama bertempur memutar otaknya dengan keras untuk mencari daya guna menghadapi See Tok, si Bisa bangkotan dari barat ini.   Auwyang Hong berusia lebih muda dari Ciu Pek Thong, namun dia liehay dan bertangan telengas sekali, walaupun Ciu Pek Thog telah melawannya dengan keras, akhirnya tidak urung pundak Ciu Pek Thong telah kena dihajar sampai dia terjatuh dari atas pohon dan kemudian hampir terbanting, untung saja dia masih sempat menjambret sebatang dahan.   Sehingga luncuran tubuhnya itu berkurang dan dia berpoksay (berjumpalitan) beberapa kali, kemudian kedua kakinya hinggap ditanah dengan tidak kurang suatu apapun juga.   Cuma saja, akibat gempuran yang diterima, Ciu Pek Thong dari tangan telengasnya Auwyang Hong, membuat dia jadi terluka didalam yang hebat sekali.   Ciu Pek Thong telah mengeluh didalam hatinya, bahwa dia tidak mungkin akan menghadapi Auwyang Hong lebih lanjut, karena tadi saja disaat dia belum terluka, dia tidak bisa menandingi See Tok, apalagi sekarang diwaktu dia terluka dalam.   462 Dalam keadaan seperti itu, dimana Ciu Pek Thong merasakan sakitnya sampai ke ulu hati dan tubuhnya gemetaran, dia tidak bisa bergerak, karena dia telah terhajar telak sekali oleh ilmu andalan See Tok, yaitu Ha Mo Kong sehingga Ciu Pek Thong terluka parah sekali.   Namun mengingat keselamatan jenazah Suhengnya, Ciu Pek Thong telah menggigit bibirnya, dia mengeraskan hati dan memaksakan diri untuk menerobos kedalam.   Dia sudah bertekad dalam putusannya, jika memang Auwyang Hong ingin menurunkan tangan busuknya untuk merusak peti jenazah Ong Tiong Yang, Ciu Pek Thong akan mengadu jiwa dengan manusia berbisa dan tangannya yang telengas itu.   Waktu Ciu Pek Thong menerobos kedalam, dia melihat See Tok memang sudah berdiri didepan meja sembahyang peti mati, dimana dia hendak menghantam rusak dan pecah peti mati itu, guna melihat jenazahnya Ong Tiong Yang, sebab diapun menduga, tentunya Kiu Im Cin Keng dibawa ke lobang kubur bersama-sama dengannya.   Ciu Pek Thong panik bukan main.   Waktu itu seluruh murid Coan Cin Kauw tengah berada diluar menghadapi musuh, dan diruang jenazah ini memang hanya Ciu Pek Thong seorang diri.   Sedangkan lawan yang tengah dihadapi begitu tangguh, dimana diapun telah terluka tidak ringan, dan waktu itu Auwyang-pun tengah mengangkat tangannya, sekali saja tangan itu diturunkan, maka akan hancurlah peti jenazah itu, rusak dan kemungkinan besar jenazah dari Ong Tiong Yang akan dirusaknya juga.   Karena dari itu, Ciu Pek Thong telah mengeluarkan jeritan kalap.   Dia telah melompat dan menggerakkan kedua kakinya, dia bermaksud akan menerjang See Tok.   463 Namun waktu itu terdengar tutup peti mati itu meledak, mengeluarkan suara ledakan yang hebat dan bergelombang, hancur kayunya berhamburan.   Ciu Pek Thong mengeluh, semangatnya terbang seperti meninggalkan raganya, karena dia menduga bahwa See Tok lah yang telah sempat menghantam dengan tangan yang beracun itu, merusak peti mati.   Bukan main gusar dan marahnya Ciu Pek Thong, tubuhnya gemetaran sambil melompat kalap menerjang kepada See Tok, suara bentakannya juga bercampur suara isak tangis.   Namun kenyataan yang ada, See Tok sendiripun terkejut dengan suara ledakan pada tutup peti mati itu, karena dia sendiri memang belum mengayunkan tangannya, menghantam tutup peti mati itu.   jika memang tokh dia sempat menghajar tutup peti mati itu, jelas hasilnya tidak akan sehebat itu, dimana tutup peti mati itu telah hancur dan berlobang, dengan hancurnya yang terpental beterbangan kemana-mana.   Belum lagi berkurang rasa kagetnya See Tok, waktu itu dari dalam peti mati telah melompat keluar sesosok tubuh dengan gesit sekali.   Sosok tubuh itu tidak lain dari Ong tiong Yang, Tiong Yang Cin Jin, Coan Cin Kauwcu.   Bahkan sambil melompat dari peti mati, dia juga menotok Auwyang Hong dengan totokan It Yang Cie-nya.   See Tok wktu itu tengah tertegun, dia menduga Ong Tiong Yang karena penasaran Kitab Kiu Im Cin Keng nya hendak direbut, arwahnya telah terbangun kembali, dan dia telah hidup pula.   Dia kaget tidak terkira, terlebih lagi sekarang dia diserang dengan It Yang Cie seperti itu.   464 Sebelumnya memang Auwyang Hong telah mengintai dan melihat jelas Ong Tiong Yang telah menutup mata, sekarang Ong Tiong Yang dapat keluar dari peti mati, maka hal itu membuat dia kaget sampai semangat dan arwahnya sampai kabur meninggalkan raganya, dia memang jeri terhadap Ong Tiong Yang, yang ilmu It Yang Cienya dimaluinya.   Maka dari itu, sekarang dalam keadaan kaget dan terkesima seperti itu, dia tidak sempat untuk mengelak atau membela diri, maka telaklah totokan It Yang Cie Ong Tiong Yang hinggap di alisnya sehingga tertotoklah jalan darah Ciu- tay-hiat nya! Dan pecahlah ilmunya yang dinamakan Ha Mo Kong itu, atau ilmu kodok.   Sambil mengeluarkan suara jeritan yang nyaring, mengandung kemurkaan, penasaran bercampur takut, Auwyang Hong segera mencelat ke jendela, dia telah melompat keluar dan lenyap dalam kegelapan malam.   Sedangkan Ong Tiong Yang tengah melangkah keluar kamar, dia menuju ketempat pertempuran antara Coan Cin Cit Cu dengan jago-jago yang menginginkan Kiu Im Cin Keng, dan ketika Ong Tiong Yang membentak agar pertempuran dihentikan, semua orang menoleh.   Para jago yang telah menyatroni kuil Tiong Yang Kiong mengawasi dengan mata terbelalak lebar, dengan semangat dan arwah meninggalkan raga masing-masing.   Mereka melihat jelas Ong Tiong Yang 465 berdiri dihadapan mereka masih segar bugar dan tidak kurang suatu apapun juga.   Dengan mengeluarkan jeritan kaget bercampur ketakutan, para jago itu telah memutar tubuh, berlari secepat mungkin untuk meninggalkan Tiong Yang Kiong.! Ciu Pek Thong sendiri telah mengawasi kakak seperguruannya sejak dari dalam kamar jenazah itu dengan mata terpentang lebar, terbengong-bengong dan dengan kedua tangan tidak henti-hentinya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal itu, dia telah mengawasi seperti melihat sesuatu yang menakjubkan sekali, bagaikan suatu peristiwa gaib dalam cerita dongeng, dia juga teringat seperti tengah menyaksikan peristiwa dalam cerita dongeng pada kitab San Hay Keng.   Mulut Loo Boan Tong telah terbuka terus, bahkan ketika seekor lalat terbang akan hinggap dimulutnya, dia seperti tidak mengetahui.   Ong Tiong Yang ketika melihat musuh-musuhnya lari serabutan ketakutan setengah mati seperti itu jadi tertawa panjang sekali, kemudian memutar tubuhnya kembali ke kamar mayat.   Dia duduk diatas meja sembahyang, duduk bersemedhi seperti tengah mengatur jalan pernafasannya.   Murid-muridnya, Ma Giok dan yang lainnya, walaupun mereka bingung dan diliputi perasaan heran bercampur girang, melihat guru mereka hidup kembali, bahkan musuh telah dapat dipukul mundur, tidak berani bertanya-tanya dulu melihat keadaan guru mereka bagaikan itu, mereka tahu guru mereka perlu beristirahat untuk memulihkan semangat dan tenaganya.   Ciu Pek Thong sendiri mengetahui, dengan menggunakan It Yang Cie (Telunjuk Matahari) Ong Tiong Yang telah 466 mempergunakan tenaga yang berlebihan dan terlalu banyak, sebab dia hanya memiliki kesempatan satu kali untuk menyerang See Tok dan memunahkan ilmu Ha Mo Kong nya itu.   dan Ciu Pek Thong tidak berani mengganggu semedhinya itu.   Begitulah Ciu Pek Thong dengan ketujuh murid Coan Cin Kauw telah menantikan sampai semedhi gurunya itu selesai.   Namun Ong Tiong Yang selama seharian itu, sepanjang malam dan kemudian esok paginya sampai menjelang sore hari, tidak bangun-bangun tetap dalam keadaan bersila, waktu Ciu Pek Thong memeriksanya, mereka semua jadi kaget sekali, semuanya jadi mengeluh kecele.   Ternyata waktu tubuh Ong tiong Yang telah rubuh miring sedikit, wajahnya juga berobah dari biasanya.   Ketika Ciu Pek Thong meraba tubuhnya, ternyata tubuh itupun telah dingin, sedingin es.   Saat itu barulah Ong tiong Yang benar-benar berpulang ke alam baka.   Ternyata Ong tiong Yang dengan kematiannya yang pertama itu Coan Cin Kauwcu tersebut hanya pura-pura mati saja.   Ong Tiong Yang sebetulnya telah mengetahui bahwa See Tok bersama seorang wanita yang dikenalnya sebagai Lauw Kuihui dan mungkin Lauw Kuihui bekas selirnya ToanHongya, senantiasa setiap hari berkeliaran diluar kuilnya dan Ong Tiong Yang menyadari bahwa Auwyang Hong telah berhasil mempengaruhi Lauw Kuihui dan mungkin Lauw Kuihui akan diperalat oleh See Tok yang licin dan sangat berbisa itu.   Hati Ong Tiong Yang jadi berduka sekali, sedikit banyak dia menyesal, mengapa bekas selir Toan Hongya bisa jatuh kedalam tangan Auwyang Hong dan juga tentunya wanita itu akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik selama 467 dia diperalat oleh Auwyang Hong.   Niscaya kelak Lauw Kuihui akan menimbulkan kerusuhan.   Malah yang membuat Ong Tiong Yang berkuatir sekali didalam hatinya, dia kuatir kalau-kalau Lauw Kuihuilah yang memperalat Auwyang Hong untuk mencelakai Toan Hongya.   Jika hal itu terjadi, maka terancamlah keselamatan Toan Hongya.   Memang benar Lam Te Toan Hongya, kaisar negeri Tayli itu telah menerima warisan It Yang Cienya dan juga ilmu-ilmu hebat lainnya, disamping itu kepandaian Toan Hongya juga tidak berada disebelah bawah kepandaian Auwyang Hong, dimana mereka memang berimbang.   Denngan demikian, tentu tidak mudah Toan Hongya untuk dicelakai oleh See Tok kalau saja See Tok bersikap jantan.   Namun justru See Tok seorang manusia licik dan beracun, yang memiliki ratusan bahwak ribuan akal busuk dan tipu daya keji.   Sekarang juga memang Lauw Kuihui tampaknya telah dapat dipengaruhinya, entah menjadi murid atau bersahabat, atau juga Auwyang Hong mengambilnya menjadi isterinya, Ong Tiong Yang tidak mengetahuinya, tapi yang diketahuinya dengan pasti, tentunya juga Auwyang hong memiliki rencana dan maksud-maksud tertentu dan hubungan dekat dengan bekas selirnya Toan Hongya.   Sedikitnya Auwyang Hong pasti akan mengorek keterangan prihal keadaan Toan Hongya dari mulut Lauw Kuihui atau Eng Kouw itu.   Juga dengan setiap hari kedua orang itu, Auwyang Hong dan Lauw Kuihui berkeliaran disekitar kuil Tiong Yang Kiong, Ong Tiong Yang pun menyadari, bahwa Auwyang Hong telah menantikan saatnya dia meninggal dunia 468 dan dia hendak merampas kitab Kiu Im Cin Keng.   Soal Eng Kouw, wanita itu tidak perlu dikuatirkan, karena memang dia mempunyai kepandaian yang tidak berarti.   Namun bagaimana jika Auwyang Hong sambil berusaha merampas kitab Kiu Im Cin Keng, dan kesempatan itu juga dipergunakan Eng Kouw memperalat Auwyang Hong untuk mencelakai Ciu Pek Thong yang dianggap oleh Eng Kouw telah mengecewakannya dan menyakiti hatinya? Dalam hari-hari belakangan itulah Orng Tiong Yang selalu diliputi oleh bermacam-macam pikiran dan pikirannya jadi ruwet bukan main.   Setelah memikirkan berhari-hari, akhirnya Ong Tiong Yang telah memutuskan, dia akan berpura-pura mati, guna menghajar Auwyang Hong, untuk menghantam musnah ilmu andalan Auwyang Hong, yaitu Ha Mo Kong.   Jika dia berhasil memusnahkan ilmu andalan Auwyang Hong, niscaya Auwyang Hong tidak begitu membahayakan lagi buat keselamatan Toan Hongya maupun Ciu Pek Thong, dan juga buat keselamatan seluruh orang-orang gagah dalam rimba persilatan.   Jika dia gagal memusnahkan Ilmu Ha Mo Kongnya Auwyang Hong dan terlebih lagi jika nanti Auwyang Hong berhasil merampas kitab Kiu Im Cin Keng, maka See Tok seperti juga tambah sayap dan dia akan malang melintang tanpa ada yang bisa mengendalikan lagi, bahkan Lam Te, Pak Kay maupun Tong Shia, tentu tidak akan berdaya lagi menghadapinya.   Setelah keputusannya tetap, maka Ong Tiong Yang telah pura-pura mati.   Itulah kematian pertama, dimana dia telah menutup semua jalan darahnya, menutup jalan pernafasannya, sehingga waktu Ciu Pek Thong memeriksanya dia benar-benar seperti telah mati.   Hal itu bisa dilakukan oleh Ong Tiong Yang sebab dia telah memiliki Iwekang yang benar-benar sempurna.   469 Dan dugaan Ong Tiong Yang memang tepat, Auwyang Hong telah kena terkecoh oleh sandiwaranya yang pura-pura mati seperti, dia itu menduga bahwa Ong Tiong Yang benar- benar telah menutup mata.   Demikian sempurnanya rencana Ong Tiong Yang dan juga sempurna Iwekangnya sehingga bisa mengelabui mata See Tok yang lihay itu, dimana dia berhasil menutup seluruh jalan darah dan pernafasannya dengan sempurna sekali, membuat dia seperti benar-benar telah menutup mata.   Waktu See Tok menyatroni, diwaktu itulah dia muncul disaat yang tepat dan telah menghadiahkan satu totokan It Yang Cienya yang paling hebat, mempergunakan seluruh Iwekang yang ada padanya dan kebetulan totokan itu telak sekali mengenai sasaran, sehingga pecahlah tenaga latihan Auwyang Hong, musnahlah ilmu andalah Ha Mo Kongnya! Setelah melukai dan memusnahkan ilmu andalan Auwyang Hong tersebut, hati Ong Tiong Yang baru puas dan diapun baru tenang, karena selanjutnya ancaman buat Toan hongya maupun Ciu Pek Thong telah disingkirkannya, terutama sekali ancaman buat orang-orang gagah dalam kalangan Kangouw dengan dimusnahkannya Ha Mo Kongnya Auwyang Hong.   See Tok tidak bisa malang melintang leluasa lagi! Dan diwaktu itulah Ong Tiong Yang benar-benar berpulang dengan hati yang tenang.   Setelah selesai penguburan jenazah Ong Tiong Yang, Ciu Pek Thong menyampaikan keinginannya pada Ma Giok yang waktu itu telah mewarisi kedudukan sebagai Coan Cin Kauwcu, bahwa sang paman guru ini bermaksud untuk pergi ke suatu tempat yaitu ke sebuah gunung terkenal diselatan, namun Ciu Pek Thong tak mengatakan apa maksud perjalanannya itu dan Ma Giok pun tidak berani menanyakannya karena dia 470 anggap, pertama, Ciu Pek Thong mungkin ingin menghibur dirinya jangan sampai terlalu berduka, kedua, Chiu Pek Thong juga ingin melakukan sesuatu hal yang penting yang tentu saja tidak bisa ditanyakannya pada paman gurunya itu.   ****   Jilid 13 CIU PEK THONG mempersiapkan perbekalannya.   Setelah lewat tujuh hari sejak pemakaman Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang, segera Loo Boan Tong turun gunung meninggalkan Ciong Lam San dan kuil Tiong Yang Kong.   Sesungguhnya memang jauh hari se- belumnya Ong Tiong Yang telah berpesan pada Ciu Pek Thong, jika dia menutup mata, maka kitab Ciu Im Cin Keng itu harus dibagi dua yaitu bagian atas dan bagian bawah, menjadi dua bagian.   Jika memang kitab tersebut dicuri, maka yang tercuri itu tidak semuanya, hanya separo saja.   Setelah sang suheng itu menutup mata, maka Ciu Pek Thong memenuhi pesan terakhir sang Suheng itu.   dia telah membagi dua kitab Kiu Im Cin Keng, yang dijadikan dua bagian, bagian atas dan bagian bawah.   Bagian atas telah disimpan oleh Ciu Pek Thong disebuah tempat yang aman, dan kemudian dia membawa bagian bawah itu ke sebuah gunung 471 yang terkenal di selatan, maksudnya hendak me-nyembunyikan kitab Ciu Im Cin Keng bagian bawahnya itu di gunung tersebut.   Itulah sebabnya, Loo Boan Tong, si bocah tua bangkotan yang berandalan telah melakukan perjalanan turun gunung meninggalkan Ciong Lam San berikut Kuil Tiong Yang Kiong dan Coan Cin Cit Cu.   **** SELAMA setengah bulan lebih Ciu Pek Thong melakukan perjalanan menuju ke daerah Selatan.   Selama melakukan perjalanan, Ciu Pek Thong berusaha menindih kegemarannya bermain.   Setiap kali menyeksikan peristiwa-peristiwa yang menarik hatinya, Pek Thong cepat-cepat menyingkir, karena dia kuatir nanti hatinya gatal seperti diklitik dan berkepanjangan ingin ikut bermain.   Dia menyadari, pada dirinya terdapat kitab Kiu Im Cin Keng bagian bawah, berarti dia memiliki tugas yang berat.   Sebelum berhasil dia menyembunyikan kitab Kiu Im Cin Keng itu di gunung terkenal di Selatan, dia tentu tidak berani untuk mengumbar kegemarannya bermain.   Namun biarpun begitu, tokh tidak urung Loo Boan Tong tetap saja Loo Boan Tong, yang gemar menimbulkan kerusuhan.   Tidak jarang jika dia menyaksikan ada penjual silat yang tengah mengadakan pertunjukan di sebuah kota yang disinggahinya, maka Ciu Pek Thong tertarik hatinya untuk menyaksikan sebentar.   Dan jika dia melihat penjual silat itu, yang menjual kepandaian silatnya untuk dipertunjukkan pada orang yang mengerumuni-nya, untuk memperoleh derma dan sumbangan dari para penontonnya, Ciu Pek Thong selalu erasa 472 muak, karena kepandaian yang diperlihatkan pada umumnya merupakan kepandaian yang buruk dan tidak sedap dipandang.   Dan jika memang Ciu Pek Thong tidak bisa mempertahankan keberandalannya, seringkali dia telah mengajak penjual silat itu untuk main-main beberapa jurus dan tidak jarang dia menghantam penjual silat itu tunggang langgang jungkir balik ditanah sampai mukanya bengkak dan babak-belur.   Dan jika telah terjadi begitu, barulah timbul penyesalan dihati Loo boan Tong.   Dia telah memberikan sepuluh atau dua puluh tail dan repot menyuruh si penjual silat untuk pergi berobat pada tabib pandai.   Sampai terkadang Ciu Pek Thong sendiri jengkel dan kesal sekali pada sepasang tangannya itu, dia pernah melakukan perjalanan dengan tangan diikat oleh ikat pinggangnya, agar kedua tangan itu tidak bisa digerakkan.   Dan setiap kali dia menyaksikan urusan yang menarik hati, tentu dia lebih bisa menahan diri.   Namun tidak urung, dengan sepasang kaki yang masih bebas, setiap kali ada sesuatu yang menarik, selalu Ciu Pek Thong tampil kedepan, untuk menggoda dan bergurau dengan orang yang disenanginya, dan kesudahannya benar-benar keadaan Ciu Pek Thong menarik perhatian orang banyak.   Apalagi dia mengikat kedua tangannya yang ditelikung kebelakang atas bantuan pelayan rumah penginapan yang disinggahinya, diikat menjadi satu dengan ikat pinggangnya, namun dengan keadaan seperti itu, dalam satu dua jurus dia selalu bisa menumbangkan penjual-penjual silat atau para penjahat yang tengah ingin melakukan pekerjaan.   473 Dan setiap kali telah terjadi peristiwa, Ciau Pek Thong tentu akan memaki-maki dirinya sendiri, mengomeli dirinya tidak bahisnya.   Tapi ketika tiba di Hopak, dia telah bertemu dengan satu urusan yang membuat dia akhirnya menyesal seumur hidup.   Waktu tiba di Su Liang, hari telah menjelang sore, waktu itu Ciu Pek Thong tengah berlari-lari dengan berjingkrak- jingkrak dan melompat-lompat seperti lagaknya seorang anak kecil, mulutnya juga bernyanyi dengan riang.   Dalam usia seperti itu dan juga dengan lagaknya yang seperti bocah, benar- benar Ciu Pek Thong menarik perhatian orang yang berpapasan dengannya, terlebih lagi dengan kedua tangannya yang terikat dan ditelikung kebelakag, maka semua orang yang melihatnya akan merasa lucu dan menduga dia adalah seorang yang tidak beres pikirannya.   Sedang Ciu Pek Thong bernyanyi-nyanyi sambil melompat-lompat berjingkrakan menghampiri pintu kota, tiba- tiba dia ditegur orang dari tepi jalan.   "Mengapa lagakmu masih seperti bocah saja Loo Boan Tong?! Suara itu perlahan, namun yang berkata-kata itu rupanya memiliki Iwekang yang tinggi sekali. Hati Ciu Pek Thong tercekat, dia segera menoleh dengan berwaspada, menduga dia telah bertemu dengan orang pandai yang akan coba-coba merampas kitab Kiu Im Cin Keng bagian bawah yang berada dalam sakunya. Maka dia telah mementang matanya mengawsi dengan tajam. Tapi begitu dia melihat orang itu, seorang lelaki yang memakai jubah warna hijau dengan kopiah Siauw-yan-kin, segera juga Ciu Pek Thong berjingkrak sambil berseru.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Oey Loo Shia, kau?" 474 Orang yang menegur Ciu Pek Thong memang tidak lain dari Oey Yok Su. Hanya saja Pek Thong berjingkrak sekejap saja, kemudian dia telah mementang matanya lebar-lebat lagi, dia memonyongkan mulutnya kepada wanita yang berdiri disamping Oey Yok Su, katanya.   "Kau kau sekarang dikawal, Oey Loo Shia?"   Oey Yok Su tersenyum melihat lagak Ciu Pek Thong, dia menyahut.   "Pek Thong, ini isteriku, kami baru saja menikah beberapa hari yang lalu.. dan A Heng, inilah Ciu Toako, sute dari Ong Cinjin CoanCin Kauwcu!"   Mendengar bahwa wanita yang berdiri disamping Oey Yok Su adalah isteri dari Tocu tersebut, Ciu Pek Thong telah berjingkrak lagi sambil berseru heran dan girang.   "Eh engkau telah meperoleh Nyonya? Eh, eh, tentu tidak lama lagi engkau akan menggendong bayi kalian!"   Muka Oey Yok Su berobah merah sedikit, demikian juga dengan nyonya Oey itu, A Heng yang berdiri menunduk malu dengan pipi yang berobah merah.   "Pek Thong,"   Kata Oey Yok Su.   "Kau jangan menggoda isteriku. Engkau memang si bocah tua bangkotan, yang berandalan dan nakal, tapi ingat, jangan sekali-sekali engkau berbuat kurang ajar dan tidak sopan terhadap isteriku, karena aku tidak akan segan-segan turun tangan berat padamu!"   Ciu Pek Thong menjublak sesaat, mukanya celangap dan bola matanya telah bermain tidak hentinya, mengawasi bergantian antara Oey Yok Su dengan isterinya itu. Kelakuan Ciu Pek Thong membuat A Heng jadi jengah, dia telah menunduk. 475   "Inilah berat berat sekali!"   Kata Ciu Pek Thong kemudian dengan suara menggumam. Oey Yok Su yang memang telah mengenal watak Ciu Pek Thong jadi tersenyum, dia telah berkata.   "Apanya yang berat, Pek Thong?"   "Berat, berat sekali!"   Kata Ciu Pek Thong sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.   "Aku seorang yang bicara apa yang kupikirkan, apa yang kuingat segera kukatakan, segera kulakukan, dan sekarang engkau telah mengancam aku untuk jadi gagu dan tuli dihadapan isterimu, bukankah ini berat sekali?"   Oey Yok Su tersenyum. Siapa yang menyuruh engkau jadi sigagu dan situli..?"   Kata Oey Yok Su.   Oey Loo Shia, engkau jangan bicara seperti orang polin saja, dengan engkau mengancam agar aku tidak berandalan, tidak nakal dan bersikap sopan santun pada isterimu itu bukankah engkau meminta aku supaya aku jadi sigagu dan situli? Bukankah aku tidak bisa untuk tidak berandalan? Bukankan engkau tahu aku tidak bisa tidak nakal? Bukankan engkaupun tahu akuun tidak bersopan santun pura-pura alim? Hu, hu, Oey Loo Shia, engkau hanya secara tidak langsung telah menyuruh aku menjadi sigagu dan situli!"   Oey Yok Su tidak gusar atau mendongkol melihat lagaknya Loo Boan Tong, karena dia memang telah mengenal benar watak dan tabiatnya si bocah tua bangkotan yang nakal ini. dia mengangguk-angguk beberapa kali, katanya.   "Baiklah Pek Thong, terserah padamu, kukira isteriku juga tidak akan membencimu, karena diapun tentu akan memaklumi memang 476 watak dan perangaimu yang seperti itu..!"   Dan setelah berkata demikian, Oey Yok Su tertawa.   Ciu Pek Thong melihat cahaya muka Oey Yok Su terang sekali tampaknya.   Dia tengah gembira dan bahagia sekali.   Dari sikapnya maupun lirikan matanya, tampaknya Tong Shia memang sangat mencintai isterinya.   Pek Thong bengong lagi beberapa saat, sepasang alisnya tampak berkerut dalam-dalam.   Oey Yok Su melihat lagaknya Loo Boan Tong segera bertanya.   "Apa yang sedang kau pikirkan? Atau memang kau si Loo Boan Tong yang biasa jenaka dan bergembira, kini telah menghadpi kesulitan yang sukar dipecahkan sehingga tampaknya engkau jadi pemurung seperti itu?!"   Pek Thong menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu dia berkata.   "Bukan, bukan!"   Katanya.   "Aku sedang memikirkan dengan cara apa aku harus menyampaikan ucapan selamat kepada kalian berdua.. atau aku mengundang kalian untuk kujamu saja kalian setuju tidak?!"   Oey Yok Su waktu itu merupakan pengantin baru bersama isterinya dan dia tengah bergembira.   Maka mau dia menerima undangan sahabat yang jenaka ini.   Begitulah, Oey Yok Su bertiga dengan A Heng dan Pek Thong telah ke kota dan memasuki sebuah rumah makan, dimana Pek Thong telah memesan satu meja penuh bermacam- macam makanan yang lezat-lezat.   Sambil makan minum, Ciu Pek Thong telah menceritakan prihalnya Ong Tiong Yang, sang Suheng yang pura-pura mati, dan kemudian telah berhasil menghajar Auwwyang Hong dengan It Yang Cienya, sehingga ilmu andalan Auwyang Hong 477 yang bernama Ha Mo Kong atau ilmu kodoknya itu telah punah.   Mendengar cerita Ciu Pek Thong, Oey Yok Su tersenyum lebar, dia mengangguk-angguk gembira.   Memang See Tok seorang yang licik sekali, malah Oey Yok Su juga telah mengatakan, tidak selayaknya See Tok menghajar Ciu Pek Thong disaat orang dirundung malang.   Dan diapun tidak pantas dengan perbuatannya yang busuk itu, disaat Coan Cin Kauw tengah dirundung malang hendak merampas kitab Kiu Im Cin Keng.   Hemm, Ong Cinjin memang sangat waspada sekali! Dia telah mengetahui niatan busuk dari si bisa bangkotan beracun itu!"   Ciu Pek Thong tampaknya tengah gembira sekali telah setengah bulan dia melakukan perjalanan dan selama itu dia tidak pernah memperoleh kawan yang bisa diajak bercakap- cakap.   Sekarang dia bertemu dengan sahabat lama seperti Oey Yok Su, sahabat karib dari suhengnya juga, dengan demikian banyak yang diceritakannya.   Bahkan dia telah menceritakan prihal kitab Kiu Im Cin Keng yang dipecah menjadi dua bagian, bagian atas dan bagian bawah.   Ciu Pek Thong menceritakan prihalnya kitab Kiu Im Cin Keng karena dia mengetahui dengan jelas, bahwa Oey Yok Su mempunyai tabiat yang aneh, namun tidak nantinya Tong Shia kemaruk kitab Kiu Im Cin Keng seperti halnya See Tok.   Waktu itulah isteri Oey Yok Su telah meminta pad Pek Thong untuk pinjam lihat kitab pusaka yang diperebutkan oleh jago-jago seluruh kalangan Kangouw.   A Heng mengatakan bahwa dia sama sekali tidak mengerti ilmu silat.   "Jika memang Ciu Toako tidak keberatan, maukah kau meminjamkan sebentar saja agar aku dapat melihat kitab 478 pusaka yang diincar oleh semua orang-orang gagah dalam rimba persilatan itu?"   Katanya kemudian. Ciu Pek Thong jadi ragu-ragu, dia cepat-cepat menggelengkan kepalanya.   "Tidak boleh! tidak boleh!"   Katanya kemudian.   Walaupun dia meras tidak enak hati menolak keinginan nyonya Oey tersebut, tapi diapun segera menyadari, tidak bisa dia memperlihatkan sembarangan kitab pusaka itu kepada orang lain.   Dan karena dia memang seorang yang polos, tentu saja apa yang dipikirkannya.   "Kitab itu adalah kitab pusaka, bagaimana aku bisa memperlihatkannya kepadamu Enso!"   A Heng tersenyum manis, dia berkata.   "Aku sesungguhnya tidak paham ilmu silat, jadi melihat kitab itupun akan percuma saja, karena aku tentu tidak akan mengerti apa isinya! Akan tetapi, aku hanya sekedar tertarik dan didorong oleh perasaan ingin tahu belaka, sesungguhnya kitab itu merupakan kitab bagaimana, sehingga menimbulkan korban-korban berjatuhan yang begitu banyak dikalangan orang-orang gagah dalam rimba persilatan? Hemm, jika memang Ciu Toako keberatan untuk meminjamkan padaku sebentar saja, tentu saja aku tidak berani mendesaknya!"   Oey Yok Su sangat mencintai isterinya, karena Tong Shia memang tidak pernah menolak setiap keinginan isterinya.   Sekarang mendengar isterinya itu ingin sekali melihat sebentar saja kitab mustika itu namun ditolak oleh Ciu Pek Thong, maka dia telah ikut bicara.   "Pek Thong, isteriku benar-benar tidak mengerti ilmu silat. Dia masih muda sekali, dia gemar melihat apa yang baru, maka kau berikanlah kesempatan untuk sekedar melihat-lihat saja. Ada apakah halangannya? Jika aku sendiri, 479 melirik satu kali saja kitabmu itu, nanti aku akan korek keluar biji mataku untuk diserahkan kepadamu!"    Pendekar Bego Karya Can Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini