Rajawali Sakti Langit Selatan 3
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 3
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long dan mungkin saja dua tahun lagi Kim Lun Hoat-ong baru kembali kenegerinya tersebut. Senang hati Tiat To mendengar itu sehingga lenyap kekuatirannya terhadap adik seperguruannya itu. Tetapi setelah di tunggu-tunggu selama tiga tahun sang adik seperguruan belum juga muncul, maka muncul kembali kecurigaan dan kekuatirannya dia akhirnya menghadap ke Kublai untuk meminta ijin, karena dia bermaksud pergi kedaratan Tionggoan untuk mencari adik seperguruannya itu. Mempergunakan kesempatan ini, Kublai yang mengetahui akan hebatnya kepandaian Tiat To Huat-ong. pendeta yang menjadi Koksu negara tersebut, dialah diberikan juga perintah rahasia untuk melakukan sesuatu didataran Tionggoan. Tetapi disaat Tiat To Hoat ong tiba didaratan Tionggoan, dia tidak berhasil mencari jejak adik seperguruannya itu, sehingga dia semakin berkuatir saja. Selama dua bulan dia berputar kayuh mengelilingi daerah-daerah selatan untuk mencari Kim Lun Hoat ong, yang ingin diajak pulang keutara namun tetap saja hasilnya nihil. Dan hari itu, secara kebetulan dia bertemu dengan Loo Boan Tong yang usil yang bersedia melayani ketemberangan dan keangkuhan pendeta Mongolia itu sehingga terjadi pertempuran hebat diantara kedua jago yang luar biasa tersebut.69 Disamping itu, Ciu Pek Thorg juga memiliki maksud tersendiri dengan melayani pendeta dari Mongolia itu. Waktu mendengar Tiat To Hoat-ong adalah kakak seperguruan Kim Lun Hoat-ong; seketika itu juga dia menduga pasti tiat To Hoat-ong memiliki maksud-maksud tidak baik Terhadap daratan Tionggoan, dan Ciu Pek Thong justru kuatir kalau- kalau kedatangan Tiat To Hoat-ong kedaratan tionggoan ini atas perintah Kublai. Memang Ciu Pek Thong, walaupun sifatnya angin-anginan dan sering uring-uringan, otaknya cukup encer dan polos jujur maka dia segera berkuatir kalau Kublai telah mempersiapkan tentaranya untuk menerjang masuk kedaratan Tionggoan lagi Saat itu, Tiat To Hoat ong telah melancarkan serangannya yang ketiga. Disaat dia berhasil mengelakkan diri dari cengkeraman Ciu Pek Thong dipunggungnya, dengan mengerahkan tenaga dalamnya kepundak, sehingga bahunya licin seperti berminyak dan Ciu Pek Thong gagal dengan usahanya, tahu-tahu pendeta Mongolia ini telah memutar kedua tangannya dengan serentak bersamaan dengan tubuhnya yang berputar juga. Tidak mengherankan, jika serangkum angin serangan yang dahsyat telah menggempur Ciu Pek Thong. Tetapi Ciu Pek Thong juga tidak tinggal diam, dengan memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, sebagai adik seperguruan Ong Tiong Yang, yang merupakan pewaris ilmu "It Yang Cie" Tenaga dalam Ciu Pek Thong memang luar biasa sekali, dengan mengeluarkan seruan yang sangat nyaring justru Ciu Pek Thong tidak berkelit atau mengelakkan diri dari serangan itu dia telah menangkisnya dan keras dilawannya dengan keras. "Bukk!" Terdengar suara yang keras bukan main, yang dahsyat sekali, bumi seperti bergetar karena kuatnya benturan yang terjadi antar dua kekuatan raksasa tersebut. Kun Hong yang berdiri terpisah belasan tombak dari gelanggang70 pertempuran, telah terhuyung hampir rubuh terjengkang oleh getaran benturan tenaga itu, untung pemuda ini cepat-cepat memegang dinding batu yang terdapat didekatnya. Kuda pemuda itu juga meringkik nyaring, rupanya binatang tunggangan itu kaget. Bukan main kagumnya Kun Hong sehingga dia sekarang menyadari, walaupun dia belajar dua puiuh tahun lagi, belum tentu dia bisa memiliki kekuatan tenaga dalam seperti kedua orang jago itu. Yang disaksikan Kun Hong kali ini adalah sebuah pertempuran yang benar-benar luar biasa sekali dan lain dari yang lain. Walaupun kepandaian Kun Hong tidak ada sepersepuluh dari kepandaian kedua orang itu, namun karena pemuda pelajar she Cu tersebut memiliki dan mengerti ilmu silat, dia bisa merasakan dan melihat bahwa pertempuran diantara kedua jago itu merupakan pertempuran antara mati dan hidup. Ciu Pek Thong sendiri semakin lama jadi semakin kaget melihat kenyataan bahwa lawannya memiliki kepandaian yang lebih liehay dari kepandaian Kim Lun Hoat ong. setidak- tidaknya memang Tiat To Hoat ong kakak seperguruan dari Kim Lun Hoat-ong namun dengan kepandaian seperti itu jelas dia bisa berbuat sesuka hatinya. Memang benar Ciu Pek Thong tidak mungkin dapat dirubuhkan oleh Tiat To Hoat-ong namun jangan harap pula Ciu Pek Thong dapat merubuhkan lawannya itu. Jika tadi Ciu Pek Thong masih bisa bergurau dengan melayani serangan lawannya, tetapi kini mau tidak mau memang Ciu Pek Thong harus mencurahkan semangat dan seluruh perhatiannya terhadap lawannya yang liehay. Mereka bertempur semakin lama jadi semakin berat, gerakan tangan mereka seperti berat dan lambat sekali gerakannya. Tetapi bagi ahli silat kelas satu, hal itu membuktikan bahwa ke dua orang yang tengah bertempur itu memang sedang mempergunakan tenaga kelas satu. Sedikit71 saja mereka salah perhitungan, berarti akan terbinasa ditangan lawannya. Ciu Pek Thong sendiri heran. karena dia melihat si pendeta asing memiliki ilmu kebal akibat sempurnanya latihan ilmu Yoga juga pendeta itu memiliki tenaga lm dan Yang sangat sempurna sekali, dia dapat mempergunakan tenaga dalamnya itu sekehendak hatinya bisa lunak, dan bisa keras dengan tiba-tiba, sehingga dijurus berikutnya Ciu Pek Thong lebih sering tertipu oleh cara licik lawannya yang main ulur tenaga dalamnya yang di ganti-ganti sifat itu, Sesungguhnya sebagai seorang ahli Yoga yang telah terlatih pada puncak kesempurnaannya, maka pendeta tersebut disamping memiliki ilmu kebal (weduk), juga bisa menguasai dan memberikan perintah sekehendak hatinya terhadap seluruh otot disekujur tubuhnya. Walaupun bagaimana kenyataan seperti itu, memang telah membuat Tiat To Hoat-ong bisa menjagoi dinegerinya dengan ilmunya tersebut. Belum lagi ilmu golok yang digubahnya, yang hebat luar biasa. Ciu Pek Thong melihat kenyataan seperti ini, kalau memang dia bertempur terus menerus dengan keadaan tidak berobah, niscaya akhirnya dia yang akan kalah ulet, berarti dirinya yang bisa celaka. Itulah sebabnya terpaksa dia harus dapat merubah cara bertempurnya untuk berusaha meuguasai lawannya. Sulitnya Tiat To Hoat-ong seperti bisa membaca jalan permikiran Ciu Pek Thong sehingga dia selalu melibatkan Ciu Pek Thong dengan serangan-serangan yang hebat sekali, yang tidak memungkinkan Loo Boan Tong memiliki kesempatan merubah cara bertempurnya itu. Dengan gusar Ciu Pek Thong mengeluarkan seruan dan dia menggerakkan tangannya kebawah dengan gerakan meminta, kemudian dengan cepat sekali tangannya yang kiri menyusul akan menotok mata si pendeta. Itulah gerakan "Bin Bu Jin Sek72 (Dimuka tidak ada cahaya manusia), yang pernah diperolehnya dari Yo Ko. Hebat sekali serangan tersebut, Tiat To Hoat ong mengeluarkan seruan tertahan karena terkejut dan dengan gerakan yang gesit dia mengelakkan diri. Tetapi Ciu Pek Thong dalam gusarnya telah melancarkan lima serangan lainnya secara beruntun pukulan "Bo Beng Kie Miauw" (Tidak mengetahui apa keindahannya), disusul dengan "Jiak Yu So Sit" (Seperti Kehilangan sesuatu), lalu dengan hebat Ciu Pek Thong membarengi dua serangan susulan dengan "Heng Sie Cauw Jiok" (Mayat Berjalan), dan To Heng Gek Sie" (Jalan Jungkir Balik). ==oo0dw0oo== Jilid 03 DIJURUS terakhir itu, yaitu "To Heng Cok Sie" Ciu Pek Thong telah melancarkan serangan dengan hebat sekali, tubuhnya seperti ber gerak-gerak sempoyongan seperti ingin rubuh, lagaknya itu seperti orang pemabokan dan kedua tangannya melancarkan serangan kesebelas jalan darah lawannya. Keruan saja Tiat To Hoat-ong jadi mengeluarkan seruan kaget dan berusaha untuk menangkis dengan tabasan tangannya. Walaupun dia menabas dengan mempergunakan tangannya tetapi gerakannya itu seperti juga gerakannya menabas dengan gerakan ilmu goloknya yang tangguh dan hebat sekali, angin serangannya berkesiuran lambat, tetapi dahsyat luar biasa.73 Ciu Pek Thong mengeluh sendiri, jika dia meneruskan serangannya, memang. Loo Boan Tong bisa menghantam telak jalan darah Bian-kie-hiat si pendeta asing itu, tetapi dirinya sendiri tidak akan lolos dari tabasan yang mematikan pendeta tersebut. Dengan mendongkol Ciu Pek Thong telah menarik pulang serangannya, dia melompat mundur. Tiat-To Hoat ong yang telah menyaksikan hebatnya si kakek tua yang dipanggilnya sebagai si-"monyet" Itu tidak mengejarnya, dia berdiri tegak sambil mendelik mengawasi lawannya itu. "Katakan, siapa kau sesungguhnya ! Apakah adik seperguruanku. dibinasakan oleh kau?. Jika bukan siapa pembunuhnya ?". tegur pendeta asing itu dengan murka. Ciu Pek Thong memiliki sifat yang kekanakan dan gemar sekali bergurau, walaupun tengah menghadapi lawan berat, seperti Tiat To Hoat-ong. Ciu Pek Thong masih sempat berjenaka. "Jika aku yang membunuhnya, apa yang kau inginkan ? Kalau bukan, apa yang kau kehendaki ?. tanyanya sambil nyengir mentertawai si pendeta asing, membuat Tiat To Hoat- ong merasakan dadanya seperti mau meledak. "Baiklah, kalau kau tidak, mau membuka mulut itupun tidak menjadi soal. Biarlah aku kirim kau menemui adik seperguruanku dulu." "Mungkin juga engkau sendiri yang akan menengokinya ke Imkan (neraka) !" Mengejek Ciu Pek Tong. "Bukankah engkau tengah mencarinya" Tentu saja kemarahan yang bergolak didada pendeta tidak terkiraan. Dengan murka dia telah melompat dan melancarkan serangan dengan kedua tangan yang diputar kekuatan tenaga serangannya itu sama beratnya seperti runtuhnya gunung.74 Tetapi Ciu Pek Thong tidak takut, diapun tidak mengelakkan diri melihat serangan yang hebat seperti itu, bahkan dia memusatkan tenaganya, untuk mencoba kembali sampai di mana ke kuatan pendeta asing itu. Tangan mereka saling bentur, tubuh mereka bergoyang- goyang, tenaga mereka yang saling bentur itu merupakan tenaga benturan yang luar biasa sekali, dan keduanya diam bagaikan patung, dengan sepasang matanya terpentang lebar- lebar. Ciu Pek Tbong memang nakal, jiwanya jenaka, sesungguhnya dia ingin mengeluarkan ejekan pula tetapi disebabkan tenaga menindih dari Tiat To Hoat-ong luar biasa kuatnya, membuat Ciu Pek Thong tidak bisa berkata-kata, sebab jika dia bicara berarti pemusatan tenaganya akan ter pecah dan dirinya bisa tergempur oleh tenaga lawannya. Karena tidak bisa memaki dan memperolok-olok pendeta asing itu, hati Ciu Pek Thong jadi gatal sendirinya, dan akhirnya dia hanya bisa mengejek, lawannya dengan mendeliki mata menyipitkan, melirik kekiri dan kekanan dengan memperlihatkan mimik muka yang membadut. Keruan Tiat To Hoat-ong tambah murka, dadanya bergelombang turun naik karena menahan kemurkaan yang seperti ingin meledakkan dadanya itu. Dengan bergelombang dia telah menambah tenaga menindihnya semakin lama semakin kuat. Ciu Pek Thong juga telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dia telah memusatkan lwekangnya dikedua lengannya, dan berusaha untuk menolak tenaga menindih dari si pendeta asing. Keduanya berdiri berhadapan seperti patung dengan kedua tangan mereka saling menempel satu dengan lainnya. Dari tubuh dan kepala kedua jago tersebut telah mengepul semacam uap tipis.75 Kun Hong yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut jadi tergoncang batinnya. Itulah pertempuran yang terdasyat yang baru pernah disaksikan seumur hidupnya. o0o^d!w^o0o PUNCAK Siauw-hong yang merupakan rangkaian gunung- gunung disekitar pegunungan Thian-san . di mana letak puncak Siauw-hong berada disebelah barat daya dari pegunungan Thian san. Walaupun tidak setinggi puncak- puncak Bie hong dan Sian-hong, tetapi puncak-puncak Bie- hong-pun menembusi mega serta tinggi sekali, tidak mudah didaki oleh manusia. Disamping itu, udara disekitar puncak Siauw-hong dingin luar biasa dengan salju yang tebal membeku menutupi sebagian puncak itu, yang tidak pernah mencair sepanjang jaman. Disamping salju yang membeku sepanjang jaman itu, juga Siauw-hong memiliki lembah dan jurang yang banyak jumlahnya, disamping keadaan alamnya yang masih buas dan liar sehingga sangat berbahaya sekali bagi orang-orang yang tidak memiliki kepandaian apa-apa. Bahkan penduduk, kampung Siauw-wie cung yang terletak dikaki gunung Thian san sebelah utara, yang umumnya memiliki pencaharian sebagai pemburu dan pencari kayu bakar, tidak berani mendatangi Siauw Hong Terlalu dekat, mereka hanya berani mencari kayu bakar dikaki Siauw hong, sedangkan pemburunya hanya berani sampai dilamping gunung itu tidak berani mereka memburu sampai dipuncak Siauw hong. Mereka menyadari bahaya dan buasnya alam dipuncak Siauw hong akan menulikan pendengarannya, disamping mengeluarkan darah dari telinga, hidung dan mata. bahkan jika memaksakan diri bisa membawa kematian.76 Belum juga perjalanan yang sulit, Untuk mendaki puncak Siauw-hong diantara dinding-dinding jurang dan lembah yang curam sekali disamping sangat berbahaya. ltulah sebabnya boleh dibilang disekitar Siauw hong tidak pernah terlihat seorang manusiapun juga. Setiap hari disekitar Siauw-hong sepi dan sunyi sekali; suasananya begitu tenang dan liar hanya diselingi, oleh suara binatang-binatang liar yang memang banyak memenuhi ditempat itu. Pagi itu diantara kelenggangan yang ada, tiba-tiba terdengar suara kepak-kepak sayap burung yang keras sekali disertai oleh pekik yang nyaring, disusul terlihat disebelah selatan puncak Siauw hong me layang-layang seekor burung rajawali, yang berukuran sangat besar sekali. Burung itulah yang telah mengeluarkan suara, memekik- mekik nyaring dan suara kepak-kepak yang terdengar adalah suara sayapnya yang lebar yang hampir selebar dua meter. Ukuran burung rajawali itu luar biasa tetapi justru bentuk burung rajawali yang agak luar biasa. Setiap kali dia terbang, dia menukik, dan kedua sayapnya digerakkan. justru gerakannya itu dilakukan seperti juga seorang manusia yang tengah bersilat, karena kedua kaki burung rajawali itu telah ber gerak-gerak dengan jurus-jurus ilmu silat. Setelah berputar-putar sekian lama akhirnya burung rajawali itu menukik dan menyambar cepat sekali kebawah kearah sesuatu yang berwarna putih. Ternyata yang diincar oleh burung rajawali itu tidak lain dari seekor kelinci putih, yang telah berusaha berlari untuk mencari tempat persembunyian mengelakkan diri dari sambaran burung rajawali. Namun gerakan yang dilakukan oleh rajawali itu benar-benar luar biasa, dia menukik dengan kecepatan seperti kilat dan berbeda dengan burung rajawali lainnya yang biasanya menyambar mangsanya dengan secara77 menuju kesasarannya, tetapi burung rajawali tersebut tidak segera menerjang mangsanya hanya mengikuti dan melewati diatasnya, dan disaat kelinci itu memutar tubuhnya untuk berlalu, dengan kecepatan yang seperti kilat, tahu-tahu tubuh rajawali tersebut telah menerjang dan mencengkeram mangsanya itu dan kelinci tersebut tak bisa meloloskan diri. Dengan membawa mangsanya itu burung rajawali tersebut telah terbang menuju keangkasa dan menuju kepuncak Siauw hong yang tertinggi. Ketika bagian kanan dari barat daya puncak Siauw-hong burung rajawali tersebut telah mengeluarkan suara pekikan yang nyaring dan meluncur turun menuju kesebuah lembah. Rajawali itu terbang semakin rendah dan akhirnya ber henti dimuka sebuah rumah yang sederhana namun bersih. "Ahhh, Tiauw-heng (Saudara Rajawali) telah kembali!" Terdengar suara seorang, wanita yang merdu dan lembut sekali. Anehnya wanita ia memanggil si rajawali dengan sebutan Tiauw heng yaitu saudara Rajawali, panggilan yang agak luar biasa. Dari dalam rumah itu, si wanita yang berkata-kata tadi telah melompat keluar dan dia telah menerima kelinci yang menjadi mangsa dari rajawali tersebut, dan si rajawali yang dipanggil dengan sebutan Tiauw-heng itu, telah terbang ringan dan hinggap di sebuah batu gunung yang ter letak disebelah kanan. Pemandangan yang terdapat dilembah itu memang agak luar biasa. disamping indah, juga keadaannya tenang sekali. Pohon-pohon bunga tampak memenuhi sekitar lembah tersebut, disamping itu rumah yang dibangun dengan cara sederhana itu terawat dengan rapi dan bersih sekali. "Kojie, lihatlah !" Berseru wanita yang ke luar dari dalam rumah itu dengan suara yang riang, wajahnya cantik luar biasa dengar kulitnya yang halus, sepasang mata yang indah,78 di samping itu senyum yang selalu menghiasi bibirnya itu demikian menawan. Dialah Siauw Liong Lie ! "Tiauw-heng memang pandai mencari mangsa, kita setiap hari tentu akan bersantap lezat" Menyahuti suara lelaki dari dalam rumah. "Liongjie, engkau harus memasakan Tiauw heng sayur kelinci yang lezat". Siauw Liong Lie tertawa riang, dia membawa kelinci itu kebelakang. Dengan cepat dia telah melihat suaminya Yo Ko, tengah duduk mengasah pedangnya, sehingga pedang itu berkilauan. "Lihatlah Kojie" Kata Siauw Liong Lie sambil mengacungkan kelinci yang diperoleh rajawali itu. "Betapa besarnya kelinci ini". Yo Ko mengangguk sambil tersenyum. "Untuk Tiauw-heng kau harus memanggangnya yang wangi" Katanya kemudian. Siauw Liong Lie hanya mengangguk dan telah cepat-cepat menuju kebelakang untuk mempersiapkan masakannya. Sedangkan Yo Ko masih terus juga mengasah pedangnya, hari ini dia mengenakan baju berkembang yang dibuat oleh Siauw Liong Lie, tampaknya dia bahagia sekali hidup berdampingan dengan isterinya yang cantik jelita dan gagah ilmunya. Yo Ko dan Siauw Liong Lie memang telah menetap dilembah itu. Semula Yo Ko hendak mengajak Siauw Liong Lie menetap di Giok Lie Hong yang terletak dipuncak Hoasan, dimana dipuncak bidadari itu terdapat sebuah kuil kecil yang kosong, yang ingin dipergunakan oleh Yo Ko sebagai tempat tinggal mereka. Tetapi Siauw Liong Lie telah berpikir jauh, dia berpandangan luas, maka Siauw Liong Lie yang telah memberikan saran kepada suaminya agar tidak mengambil79 tempat Giok Lie Hong sebagai tempat pengasingan mereka, karena tempat itu sering didatangi oleh orang-orang yang bermaksud untuk sujud bersembahyang di kuil. Belum lagi banyak orang-orang rimba persilatan yang mengunjungi mereka untuk mengunjuk hormat, yang berarti bagi mereka tidak akan dapat menikmati hidup tenang selamanya. Akhirnya bersama Yo Ko, Siauw Liong Lie menjelajahi beberapa buah gunung yang terdapat didaratan Tionggoan bahkan tadinya mereka bermaksud untuk melihat-melihat puncak Himalaya, yaitu Longmo Cunglo yang terdapat di Himalaya namun terlalu dingin. Udara dingin memang tidak menjadi persoalan mereka, tetapi justru yang mereka pikirkan adalah calon anak mereka kelak jika mereka memiliki anak. Dan setelah menjelajahi berbagai tempat sekian lamanya, akhirnya Yo Ko dan Siauw Liong Lie merasa cocok untuk menetap dilembah yang terletak dipuncak Siauw-hong dari pegunungan Thiansan. Dengan tenang mereka hidup bahagia ditempat mereka yang baru itu, ditemani oleh Tiauw-heng itu, yaitu si rajawali sakti, yang biasa disebut oleh orang-orang rimba persilatan dengan nama Sin Tiauw. Sin Tiauw itulah yang setiap hari mencarikan makanan untuk suami isteri tersebut dan tidak jarang pula Siauw Liong Lie bergurau dengan rajawali tersebut, dengan cara melatih ilmu silat dan Yo Ko hanya menyaksikan sambil tersenyum. Tetapi dengan menetapnya mereka ditempat yang seperti itu. Pasangan suami isteri tersebut dibantu oleh Sin Tiauw telah melatih diri terus, sehingga tanpa mereka ketahui kepandaian dan tenaga dalam mereka telah sempurna sekali. Telah dua tahun lebih Yoko dan Siauw Liong Lie menetap dilembah tersebut. Dan mereka selalu melewati hari-hari dengan gembira dan bahagia.80 Sejak berpisah dengan sahabat mereka di gunung Hoa-san setelah menjengguk makam Ang Cit Kong dan Auwyang Hong, serta mengambil selamat berpisah dengan Kwee Siang dimana telah bertemu juga Kak Wan Siansu yang kehilangan kitab mujijad Kui Im Cin Keng serta Kui Yang Cin Keng, yang dicuri oleh In Kek See dan Siauw Siang Cu, Yo Ko telah berhasil mengecap kemesraan berdua dengan isterinya. Perpisahan selama enam belas tahun yang pernah terjadi beberapa saat yang lalu, justru telah menyebabkan Yo Ko maupun Siauw Liong Lie menyadari bahwa cinta mereka merupakan cinta yang kekal dan abadi, cinta yang tulus dan sejati. Usia Yo Ko yang telah duduk sebagai See Kong dalam urutan Ngo Ciat, telah mencapai hampir tiga puluh tiga tahun dan Siauw Liong Lie lebih tua beberapa tahun dari dia. Tetapi karena sejak kecil Siauw Liong Lie memang telah dididik oleh gurunya didalam kuburan mayat hidup, maka kecantikannya tetap utuh dan awet muda, terlebih lagi sekarang, disaat mana lwekangnya telah sempurna. Sedangkan Yo Ko selama hidupnya, sejak sampai akhirnya menikah dengan Siauw Liong Lie, selalu menghadapi urusan- urusan yang mendukakan hatinya, walaupun tetap tampan luar biasa tetapi tampaknya telah dewasa sekali. Jika dilihat selintas mereka tampak berimbang usia maupun ketampanan dan kecantikan mereka. Mengenai Wajah Yo Ko yang tampan itu tidak perlu dikatakan lagi karena Kwee Siang selalu memimpikan Yo Ko (Telah diceritakan dalam kisah Membunuh Naga, Jilid 1, 2 dan 3) dan memang Yo Ko memiliki lwekang yang telah mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga disamping awet muda, kulit mukanya itu bersih dan bercahaya gemilang. Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seperti diketahui jika seseorang melatih lwekang (tenaga dalam) yang berpusat dipusar maka jika hawa murni di81 Tantian telah naik sampai keotak, maka baik umur maupun kesehatan bisa ditentukan dan diperintahkan oleh orang yang bersangkutan, (Mirip juga dengan latihan Yoga yang telah sempurna, dapat menentukan usia dan otot-otot diseluruh tubuh dapat diperintahkan) Begitu pula Yo Ko, walaupun usianya telah tiga puluh tahun lebih, tetapi raut wajahnya sepertl seorang pemuda yang berusia dua puluh tahun. Penghidupan yang tenang, jauh dari keramaian yang memusingkan kepala, dan juga hidup tenteram babagia disamping isterinya yang cantik, namun Yo Ko manusia juga. Akhirnya timbul rindunya kepada Kwee Ceng, Oey Yok Su, Ciu Pek Thong, Oey Yong, Kwee Siang dan sahabat-sahabat lainnya. Walaupun bagaimana memang kenyataan-nya Yo Ko akhirnya tidak bisa menahan keinginannya itu, tidak berhasil melenyapkan rindunya dia semalam telah menyampaikan hasratnya kepada Siauw Liong Lie, untuk turun gunung selama tiga bulan, guna mencari sahabat-sahabatnya itu. Dan Siauw Liong Lie lebih suka menyendiri, tetapi setelah menikah dengan Yo Ko dengan sendirinya sifat dan wataknya jadi berobah banyak. Kini selain periang, Siauw Liong Lie pun lincah walaupun belum lenyap sifat-sifatnya yang dingin jika tengah menghadapi urusan yang rumit dan penting. Mendengar Yo Ko ingin mengunjungi sahabat-sahabatnya itu, Siauw Liong Lie jadi girang sekali. Dia telah bersyukur bahwa suaminya bermaksud mengajak dia. "Tentu aku bisa menyaksikan keramaian lagi" Kata nyonya Yo itu sambil tersenyum,82 Dan itulah sebabnya hari itu Yo Ko, sibuk mengasah pedang, milik Siauw Liong Lie; Sedangkan golok pusakanya telah diasahnya malam tadi. Mereka telah bersiap-siap untuk berangkati pagi ini, tetapi Siauw Liong Lie tiba-tiba sekali telah sakit. Sejak fajar dia telah muntah-muntah dan perut maupun pinggangnya sakit Dia memberitahukan Yo Ko, sehingga suaminya itu membatalkan keberangkatan mereka dan menganjurkan isterinya untuk beristirahat. Disaat Siauw Liong Lie tengah rebah dipembaringan, Sin Tiauw justeru telah pergi memburu mangsa, untuk santapan sahabat-sahabatnya itu, pasangan suami isteri tersebut, yang telah memperlakukan mereka sebagai sahabat. Disaat Sin Tiauw kembali dengan kelinci buruannya itu, justeru Siauw Liong Lie telah sembuh dari sakitnya, pinggangnya sudah tidak sakit lagi, dan dia bisa mengerjakan masakan untuk suaminya dan Sin Tiauw. Tetapi, selama didapur, mukanya sebentar-sebentar berobah merah, karena sebagai seorang ahli lwekhe. segera dia telah mengetahui bahwa penyakit yang tadi menyerangnya bukan penyakit sembarangan, melainkan gejala-gejala bahwa dia telah hamil. Justeru untuk memberitahukan kepada suaminya dia merasa malu, walaupun ditempat tersebut hanya mereka berdua. Dan Siauw Liong Lie bermaksud memberitahukan suaminya nanti malam, Tetapi ketika Siauw Liong Lie tengah menyelesaikan masakannya, tiba-tiba dia mendengar samar-samar suara siulan yang cukup panjang. Muka Siauw Liong Lie berobah, saat itu Yo Ko telah mendatangi dan bertanya kepada isterinya. "Liongjie, kau dengar siulan itu?" Isteri tersebut mengangguk.83 "Dua tahun lebih kita menetap ditempat ini. belum pernah didatangi orang, tetapi suara orang bersiul itu ..... jelas yang bersiul merupakan orang yang memiliki lwekang sangat tinggi dan sempurna!" "Ya..... sapakah dia?" Mengumam Siauw Liong Lie. "Hmmmm .....apakah mungkin salah seorang sahabat lama ?" Menggumam Yo Ko. "Tetapi suara siulan itu aneh dan belum pernah kita dengar, Kojie kau harus hati-hati nanti tidak mungkin sahabat lama yang datang...!" Yo Ko tersenyum, dia mendekati isterinya dan mencekal tangan Siauw Liong Lie dengan lembut dan mesra sekali. Muka Siauw Liong Lie jadi berobah merah, dia telah menunduk dalam-dalam dengan sikap kemalu-maluan, tanpa mengucapkan sepatah katapun juga. Yo Ko jadi heran melihat sikap isterinya seperti itu, belum pernah Siauw Liong Lie membawakan sikap seperti itu. "Liongjie, apakah ada sesuatu... ?" Tanya Yo Ko halus sambil mengusap-usap lembut tangan isterinya. Siauw Liong Lie mengangkat kepalanya menatap suaminya mesra sekali. "Kojie, kau harus dapat menjaga diri dengan baik, karena karena..." Suara Siauw Liong Lie semakin lama semakin perlahan, dan akhirnya tidak terdengar, dan juga Siauw Liong Lie telah menunduk lagi. "Karena...apa Liongjie?" Tanya Yo Ko jadi heran melihat sikap isterinya tersebut. "Karena...." Dan Siauw Liong Lie menubruk memeluk Yo Ko, kemudian sambil tertawa dengan pipi yang merah, dia telah meneruskan perkataannya. "Mari kubisiki."84 Yo Ko mendekati telinganya kebibir isterinya dan Siauw Liong Lie telah membisikan beberapa patah kata. Muka Yo Ko berobah menjadi berseri-seri, dia berseru girang dan melompat-lompat dengan riang. "Hus ! Anak edan !" Bentak Siauw Liong Lie sambil tersenyum. "Apakah kau tidak malu jika didengar orang ?" Yo Ko masih melompat-lompat sesaat lamanya lagi, setelah itu dia lagi menyahuti. "Malu? Bukankah disini hanya kita berdua? Malu kepada siapa?" Muka Siauw Liong Lie telak berobah merah lagi, diapun baru teringat bahwa mereka memang hanya berdua. Muka Siauw Liong Lie jadi bertambah merah karena malu waktu Yo Ko mengawasi saja perutnya. "Sudahlah kau lihat siapa yang datang itu!" Siauw Liong Lie memperingati suaminya. Tetapi baru berkata sampai disitu Siauw Liong Lie jadi kaget sendirinya, karena tiba-tiba dia menciumkan sesuatu "Akhh!" Berseru Siauw Liong Lie. Daging panggangku hangus" Dan ketika dia menoleh, benar saja daging kelinci yang tengah dipanggangnya itu telah hangus separuh. Disaat itu, waktu Siauw Liong Lie ingin menyesali suaminya, justru telah terdengar lagi suara siulan itu yang panjang dan didengar dari kerasnya suara siulan itu, tentu orang yang bersiul itu telah berada dekat sekali dengan rumah mereka, setidak-tidaknya telah berada disekitar daerah tersebut. "Liongjie kau baik-baik rawat diri, jangan bekerja terlalu capai, setelah memanggang daging kelinci itu, pergilah kau tidur, biarlah aku yang melihat keluar...!" Kata Yo Ko dengan perasaan menyayang sekali.85 "Anak sinting mana mungkin siang-siang tidur!" Mengomel Siauw Liong Lie. Tetapi hatinya bahagia bukan main, sangat bersyukur, karena memang dia bahagia sekali mempunyai suami seperti Yo Ko. Justeru Yo Ko sendiri setelah dia mengetahui dia akan segera menjadi calon ayah dia girang luar biasa. Dengan, gerakan yang lincah dia telah melompat keluar. Disaat itu Yo Ko melihat Sin Tiauw sudah tidak berada ditempatnya. Dikejauhan terdengar suara pekikan Sin Tiauw. Bagaikan terbang Yo Ko telah berlari menghampiri kearah suara pekikan itu lengan baju kanannya yang kosong melampaui lambaian tertiup angin.86 Seperti diketahui lengan kanan Yo Ko telah tertabas buntung akibat tingkah dan ulah Kwee Hu, puteri Kwee Ceng. Setelah berlari-lari sekian lama, Sin Tiauw Taihiap tiba dibalik mulut lembah, dia melihat diangkasa Sin Tiauw tengah terbang melayang tidak hentinya mengeluarkan suara pekikan. Rupanya tadi Sin Tiauw juga telah mendengar suara siulan itu, dan segera terbang ketengah udara untuk melihat siapakah yang telah datang itu, si tamu yang tidak diundang. Yo Ko tiba ditempat itu segera dapat melihat jelas tamunya. Ternyata orang tersebut hanya seorang diri, memakai pakaian bulu yang tebal untuk mencegah hawa udara yang dingin, memelihara kumis yang panjang dan mukanya berbentuk segi tiga, sinar matanya agak licik. Melihat Yo Ko, orang itu telah cepat-cepat menghampiri, dia menjatuhkan dirinya ditanah berlutut dihadapan Yo Ko. "Sin Tiauw Taihiap Locianpwe.. boanpwe menghunjuk hormat ..!" Kata orang itu, yang membahasakan Yo Ko dengan sebutan Locianwe (yang tingkatan tua) dan membahasakan dirinya sendiri dengan sebutan Boanpwe, tingkatan muda. "Boanpwe Liang Ie Tu membawa titipan pesan untuk locianpwe". Yo Ko mengawasi tamu tidak diundang tersebut dengan sorot mata yang tajam, sepasang alisnya agak mengkerut, karena tidak senang dia melihat bentuk muka orang itu yang amat licik. "Siapa yang telah menitipkan pesan untukku ? Mengapa kau mengetahui bahwa aku menetap disini ?" Tegur Yo Ko sambil memandang penuh kecurigaan , Orang itu telah cepat-cepat mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia juga telah berkata setelah memberi hormat begitu. "Sesungguhnya Boanpwe memang lancang telah datang kemari tanpa meminta ijin dari Sin Tiauw Taihiap Locianpwe, tetapi karena dalam keadaan terdesak, maka87 terpaksa Boan pwe harus melakukan perbuatan lancang seperti ini, yang layak dihukum" Dan setelah berkata begitu, Liang Ie Tu telah merogoh sakunya mengeluarkan sepucuk surat, yang diberikan kepada Yo Ko dengan sikap yang menghormat sekali, disusuli kata-katanya. "lt Teng Taisu Locianpwe telah perintahkan Boanpwe untuk menyampaikan suratnya ini kepada Sin Tiauw Taihiap Locianpwe.. ". Yo Ko menyambuti surat itu, hatinya terkejut sekali setelah mengetahui bahwa surat tersebut adalah kiriman It Teng Taisu. Cepat-Cepat dia telah membacanya, bunyi surat itu lebih mengejutkan Yo Ko, antara lain berbunyi . Yo Hiante (adik) Sebetulnya lolap bermaksud datang sendiri untuk menjumpai kalian suami isteri, namun berhubung timbulnya urusan yang demikian tiba-tiba, terpaksa lolap harus memecahkan perhatian dan hanya bisa mengirimkan berita melalui sepucuk surat ini. Bagaimana keadaan kalian ? Tentu baik-baik saja bukan?. Maksud sesungguhnya suatu peristiwa aneh yang akhir-akhir ini telah terjadi didalam rimba persilatan. Selama tiga tahun kita telah berpisah, sesungguhnya bukanlah waktu yang terlalu lama, namun dalam tiga tahun itu justeru didalam rimba persilatan muncul urusan-urusan yang aneh-aneh luar biasa. Sedangkan saudara Kwee Ceng dan Kwee Hu jin (Oey Yong), telah ikut membantu lolap untuk menyingkap tabir rahasia yang tengah terjadi ini. Sesungguhnya Lolap mau menceritakan panjang lebar urusan itu, namun lolap kuatir jika surat ini jatuh ketangan yang tidak berkepentingan, akan menimbulkan urusan yang jauh lebih hebat lagi. Biarlah kelak Lolap akan menceriterakannya langsung kepada Yo Hiante. Maka jika memang Yo Hiante dan Yo Hujin tidak keberatan, Lolap menantikan kedatangan Yo Hiante di Hoasan, dimakam saudara Ang Cit Kong dan Auwyang Hong, tepat ditanggal Cit Gwee Cesah (bulan tujuh tanggal tiga) dimana sahabat-sahabat lain-lain-nya juga akan88 berkumpul. Kami menantikan kedatangan Yo Hiante, salam kepada Yo-Hujin. Dan surat tersebut telah ditanda tangani oleh It Teng Siansu pendekar Lam Ceng, pendekar dari selatan. Yo Ko memang mengenali tulisan It Teng Taisu, begitu pula tanda tangannya, tidak mungkin surat itu surat palsu Tetapi yang membuat Yo Ko tidak mengerti justeru mengapa It Teng Taisu menitipkan suratnya tersebut kepada seorang manusia bermuka licik seperti itu yang mengaku bernada Liang Ie Tu. Ada hubungan apakah antara Liang Ie Tu dengan It Teng Taisu ?. Sebelumnya Yo Ko belum pernah bertemu dengan orang she Liang tersebut ? "Masih ada sangkutan apa antara Liang-heng dengan It Teng Taisu ?" Tanya Yo Ko sambil melipat surat itu dan memasukan kedalam saku Liang It Tu masih berlutut, cepat sekali dia menyahut . "It Teng Taisu pernah paman dengan Boanpwe. dan menurut pesan yang diberikan oleh It Teng Taisu locianpwe, bahwa urusan yang sekarang muncul ini merupakan urusan yang luar biasa sekali, urusan yang membingungkan..." "Urusan luar biasa dan membingungkan ? Urusan apakah itu ?" "It Teng Locianpwee tidak menjelaskan, hanya meminta kepada boanpwe secepatnya menyampaikan surat tersebut kepada Yo Locianpwe tempat berdiamnya Yo Locianpwe juga diberitahukan oleh It Teng Locianpwe." Yo Ko mengangguk, setidak-tidaknya dia merasa tidak enak hati jika membiarkan orang bermuka licik itu tetap berlutut, maka diperintahkannya Liang Ie Tu berdiri. "Dari sini Liangheng bermaksud pergi kemana lagi ?" Tanya Yo Ko kemudian.89 "Boanpwe telah melakukan perjalanan tidak hentinya selama setengah bulan, maka jika Locianpwe tidak berkeberatan, disaat tugas yang diberikan It Teng Locianpwe berhasil boanpwe laksanakan dengan baik, maka boanpwe meminta ijin Locianpwe untuk bermalam disini !" Yo Ko jadi mengerutkan alisnya, tetapi setelah ragu-ragu sejenak, tidak dapat dia menolak atas keinginannya Liang Ie Tu bukankah orang she Liang itu utusan It Teng Taisu, dan masih pernah keponakan pula dengan Lam Ceng tersebut ? "Baiklah, tetapi maafkan tempat kami buruk sekali..." Kata Yo Ko sambil mengangguk. Liang Ie Tu tampak gembira sekali, dia menyatakan terima kasihnya, berulang kali Yo Ko mengajak Liang Ie Tu kerumahnya, diperkenalkan kepada Siauw Liong Lie. isterinya. Sama halnya dengan Yo Ko, malam itu ketika berada dikamar mereka, Siauw Liong Lie menyampaikan perasaan tidak senangnya melihat lelaki bermuka licik itu, walaupun bagaimana wajah Liang Ie Tu memancarkan kelicikan yang tidak menyenangkan sekali. "Biarlah, hanya malam ini saja, besok kita bisa memintanya untuk meninggalkan tempat ini, dengan alasan kitapun akan segera berangkat untuk memenuhi undangan It Teng Taisu". Siauw Liong Lie hanya mengangguk saja. Tetapi diluar dugaan mereka tepat menjelang tengah malam, Liang Ie Tu yang diberi kamar dibelakang rumah mereka, telah turun dari pembaringan, dengan hati-hati dia telah berjingkat kepintu dan memasang pendengarannya baik- baik. Sunyi dan sepi sekali . Dengan hati-hati sekali, Liang Ie Tu membuka daun pintu dan melangkah keluar. Dia berada di pekarangan belakang rumah Yo Ko, dengan hati-hati Liang Ie Tu melompat kebalik90 batu gunung-gunungan yang terdapat disitu, dia bersembunyi agak lama ditempat tersebut. sampai akhirnya setelah melihat keadaan aman, orang she Liang tersebut keluar dari tempat persembunyiannya itu. Diawasinya keadaan disekitar tempat itu, dan tampaknya dia tidak memperoleh apa yang diinginkannya. Maka dia telah melangkah lagi dan terus menghampiri keruang tengah rumah tersebut, keadaan sepi, Yo Ko dan Siauw Liong Lie tidak dilihatnya. Orang she Liang itu dengan berhati-hati sekali telah menuju kepintu ruang tengah. Dia membuka sedikit dan mengintai. Sunyi dan sepi, tidak ada siapapun diruang dalam. Dia kemudian memasuki ruang dalam. Dilihatnya sebatang pedang dan sebatang golok tergantung didinding matanya bersinar, Namun dia tidak segera mengambil kedua benda itu, melainkan telah mengeluarkan semacam bungkusan kecil dari sakunya, dia mendekati pintu kamar Yo Ko. berjongkok disitu dengan hati-hati sekali dia membakar bungkusan kecil itu asap segera memenuhi ruangan. Itulah dupa tidur yang bisa membuat seseorang yang menyedotnya akan tidur dengan nyenyak. Setelah menanti sekian lama dan yakin bahwa dupa tidur itu telah memasuki kamar Yo Ko maka Liang Ie Tu baru mendekati golok dan pedang yang tergantung didinding. Diulurkan tangannya untuk mengambil kedua benda itu, dengan wajah yang berseri-seri dan mulut tersungging senyuman licik. Namun belum lagi tangannya semua menyentuh kedua benda itu, justeru tahu-tahu Liang Ie Tu merasakan punggungnya seperti dijambak keras sekali oleh sesuatu. Belum lenyap kagetnya dan belum lagi mengetahui apa yang terjadi, justru disaat itu tubuhnya telah terangkat keatas dan terbanting di-lantai, sehingga Liang Ie Tu menjerit kesakitan punggungnya dirasakan pecah dan matanya berkunang-kunang.91 Dengan memaksakan diri dia merayap untuk bangun, disaat itupun dia melihat seseorang berdiri didekatnya, seorang lelaki bermuka tampan, dengan mata yang bersinar tajam penuh kejengkelan dan dengan lengan baju sebelah kanan berkibar-kibar lemas karena tidak ada lengannya. "Sin Tiauw Taihiap........" Mengeluh Liang Ie Tu dengan suara putus asa. Dan Liang Ie Tu jadi mengeluh lagi waktu melihat dipintu berdiri seorang wanita cantik, yang tengah menatap kearahnya dengan wajah yang dingin sekali. Wanita itu tidak lain dari Yo Hujin Siauw Liong Lie. Tanpa berpikir lagi. Liang Ie Tu telah ber lutut menganggukkan kepalanya sampai keningnya menghantam lantai berulang kali, menimbulkan suara yang beledak- beleduk. Dan orang she Liang itupun telah menangis sambil sesambatan karena ketakutan sekali . "Ampun, ampunilah hamba, Sin Tiauw Taihiap dengan memandang It Teng Locianpwe suka mengampuni jiwaku yang tidak berharga ini" Yo Ko yang sejak tadi hanya mengawasi dengan sorot mata yang dingin telah mendengus. "Hmmm, memang sejak semula aku telah mencurigai kau bukan sebangsa manusia baik-baik" Katanya dengan suara yang tawar. "Ternyata kedatanganmu hanya untuk mencuri senjata kami berdua! Kini bicaralah terus terang, sekali saja kau berdusta, jangan harap bisa lolos dari tangan kami!" Liang Ie Tu mengiakan berulang kali, diam-diam dia mendongkol juga, karena dia telah memasang dupa tidur di muka pintu kamar tidur Yo Ko dan Siauw Liong Lie tetapi kenyataannya Yo Ko dan Siauw Liong Lie telah keluar dari jendela dan mengambil jalan memutar tahu-tahu telah berada dibelakang pintu ruang dalam.92 "Siapa yang perintahkan kau datang kemari? Dan mengapa surat It Teng Taisu bisa jatuh ketanganmu?" Tanya Yo Ko dengan suara yang dingin. "Boanpwe berani bersumpah surat itu benar surat It Teng Taisu ..." Kata Liang Ie Tu dengan menganggukkan kepalanya dalam keadaan berlutut seperti itu. "Hemmm, akupun mengetahui bahwa surat itu memang surat It Teng Taisu. Tetapi mengapa bisa terjatuh ditanganmu ?" Tanya Yo Ko lagi. "Bukankah kemarin sore boanpwe telah menceritakan bahwa boanpwe pernah paman dengan It Teng Locianpwe" Menyahuti orang she Liang itu. "Jangan kau bicara dusta, belum pernah aku mendengar It Teng Taisu menyebut perihal diri mu", kata Yo Ko bengis. "Sungguh, memang boanpwe pernah paman dengan It Teng Taisu dan surat itupun It Teng Locianpwe yang berikan, meminta agar boanpwe menyampaikannya kepada Yo Locianpwe......" Berkeras Liang Ie Tu dengan suara yang perlahan, tampaknya dia ketakutan sekali. Yo Ko telah maju akan mengorek terus keterangan dari orang she Liang itu, karena dia penasaran bukan main menghadapi urusan hari ini. Tetapi disaat itu, Siauw Liong Lie, merasakan pinggangnya sakit kembali, kepalanya pening dan matanya ber kunang-kunang, perutnya mual seperti ingin muntah dan mukanya pucat pias, dia telah menyender ditiang pintu sambil memegangi kepalanya. "Kojie........usirlah orang itu !" Katanya dengan suara yang agak tergetar. Yo Ko terkejut melihat keadaan isterinya, dengan cepat dia telah menjambret dan mencekal punggung Liang Ie Tu, dengan cepat sekali dia mengangkat tubuh orang she Liang93 itu, dan melontarkan kedepan. Walaupun hanya mempergunakan tangan kirinya, tetapi tenaga melempar Yo Ko hebat luar biasa. Bukankah Kaisar Mangu terbinasa akibat timpukan batu oleh Yo Ko yang mempergunakan tangan kirinya juga, dengan ilmu "Tan Cie Sin Thong ?" Maka dari itu bisa dibayangkan. betapa hebat dan kerasnya lemparan Yo Ko terhadap Liang Ie Tu, lebih-lebih Yo Ko tengah dalam keadaan kuatir dan gusar melihat isterinya yang mendadak pucat pias seperti itu. Tubuh Liang Ie Tu yang terlempar belasan tombak itu, telah terbanting keras. Tetapi setelah mengeluarkan suara seruan kesakitan, tanpa berani menoleh, lagi dia telah pentang kaki untuk kabur secepatnya. Tetapi baru berlari belasan langkah, tahu-tahu dari atas menyambar bayangan hitam yang sangat besar, tahu-tahu tubuh Liang Ie Tu telah melayang dan kemudian meluncur jatuh lagi. Rupanya Sin Tiauw pun mengetahui bahwa Liang Ie Tu bukan sebangsa rnanusia baik-baik tadi dia yang menyambar dengan, cengkeramannya dan membawa terbang yang cukup tinggi, lalu melepaskannya kembali. Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semangat Liang Ie Tu seperti terbang meninggalkan raganya tanpa berani bersuara dia telah melarikan diri secepat mungkin karena takut tersiksa lagi. Yo Ko telah cepat-cepat menghampiri Siauw Liong Lie, menanyakan dengan halus apa yang dirasakan oleh isterinya tersebut. Setelah mendengar bahwa isterinya mabuk, dan pinggangnya yang sakit, Yo Ko cepat-cepat mengangkat, isterinya dan dibawa kekamarnya lalu merebahkan isterinya dipembaringan dengan penuh kasih sayang.94 Dengan kuatir sekali Yo Ko duduk menunggui Siauw Liong Lie. Dilihatnya berangsur-angsur wajah isterinya memerah kembali dan Siauw Liong Lie pun telah dapat tersenyum lagi. "Itulah gangguan anak kita yang nakal...." Kata Siauw Liong Lie dengan manja. Yo Ko mengusap-usap kening isterinya dengan tangan tunggal kirinya, mereka bahagia sekali. Tetapi ketika Yo Ko rebah dipembaringan dan Siauw Liong Lie telah tertidur nyenyak, kembali pikiran Yo Ko jadi melayang-melayang diliputi kekuatiran terhadap It Teng Taisu. Sesungguhnya peristiwa hebat apakah yang telah terjadi ? Dan mengapa surat It Teng Taisu bisa terjatuh ketangan orang she Liang ini? Siapakah orang she Liang itu yang mengakui dirinya pernah paman dengan It Teng Taisu. Bermacam-macam pertanyaan. meng aduk-aduk, dalam hati dan otak Yo Ko dan Pendekar berlengan tunggal yang sakti itu telah memutuskan besok untuk berangkat ke Hoa San untuk melihat sesungguhnya urusan apakah yang telah terjadi dan melanda dunia persilatan, Setelah mengambil keputusan seperti itu, barulah Yo Ko dapat memejamkan matanya dan tidur. Keesokan harinya. Setelah mempersiapkan keperluan dalam perjalanan, Yo Ko dan Siauw Liong Lie turun gunung, meninggalkan puncak Siauw-hong untuk menuju Hoa aan memenuhi undangan It Teng Taisu. Sedangkan Sin Tauw ikut bersama mereka, terbang ditengah udara, dengan sekali mengeluarkan suara pekikkan yang nyaring. Setelah melakukan perjalanan hampir sepuluh hari lamanya, suatu sore mereka tiba dimuka perkampungan Lu- yang cung. Waktu itu baru saja Yo Ko ingin memberitahukan Siauw Liong Lie bahwa mereka akan bermalam di-kampung95 tersebut, karena Siauw Liong Lie tengah berisi, jelas tidak boleh terlalu letih dan harus Banyak istirahat, Tetapi belum saja Yo-Ko membuka mulut, justeru Sin Tiauw yang berada diatas mereka telah memekik dan terbang cepat sekali kearah depan. Yo Ko, Siauw Liong Lie beran sekali melihat sikap Sin Tiauw mereka menduga tentu ada urusan sesuatu yang luar biasa. Lama juga menanti, akhirnya pasangan suami isteri itu tidak dapat menahan hati lagi dan mengejar kearah mana tadi Sin Tiauw terbang. Disaat mereka tiba didekat tanah datar yang tidak jauh dari tempat mereka berada tampak dua sosok tubuh yang tengah berdiri kaku berhadapan saling mengadu kekuatan tenaga dalam kelas tinggi. Dan yang membuat mereka lebih terkejut justru salah seorang diantara kedua orang itu adalah Loo Boan Tong, sedangkan seorang lainnya, seorang berpakaian pendeta Mongolia yang mengingatkan suami isteri itu kepada Kim Lun Hoat Ong. Disamping gelanggang pertempuran itu tampak seorang pemuda pelajar tengah menyaksikan jalannya pertarungan tenaga dalam kelas satu itu dengan mata terpentang lebar- lebar memancarkan ketakjubannya. Yoko dan Siauw Liong Lie tidak mengenal pemuda pelajar itu. Tetapi tampak Ciu Pek Thong telah mulai kewalahan menahan tenaga dalam dari lawannya sepasang kakinya telah melesak kedalam tanah sedalam empat cun karena terlampau kuatnya dia menahan sanggahan dari tindihan tenaga dalam pendeta mongolia itu. "Liongjie, kau tunggu disini, biar kubereskan dulu urusan Ciu Toako.. !" Kata Yo Ko. Siauw Liang-Lie mengangguk, dan Yo Ko secepat terbang telah melompat ketengah gelanggang, sedangkan mulutnya96 telah berteriak nyaring . "Loo Boan Thong, jangan takut, aku akan membereskan imam ini !" Ciu Pek Thong kaget bercampur girang. Kaget karena sahabatnya yang sakti itu bisa muncul disitu secara kebetulan, girang karena dengan kedatangan Yo Ko, Tiat To Hoat ong yang menjadi lawannya itu akan dibereskan dengan cepat. Tetapi Ciu Pek Thong tidak bisa menyahuti karena sekali saja dia membuka suara, berarti pecahlah perjalanan tenaga dalamnya, yang tengah dikerahkan mencapai puncaknya. Ciu Pek Thong hanya berdiam diri saja. Saat itu Yo Ko secepat kilat telah menggerakkan lengan kanan jubahnya yang "kosong" Dan serangkum angin yang luar biasa telah menyambar kearah Loo Boan Tong dan Tiat To Hoat ong, kesudahannya hebat sekali, karena baik Ciu Pek Thong maupun Tiat To Hoat ong keduanya telah terdorong mundur terpisah satu dengan yang lainnya. Yang paling terkejut adalah Tiat To Hoat-ong. Dia bisa mengetahui betapa hebat dan luar biasanya tenaga dalam Yo Ko yang sempurna karena tidak mudah memisahkan doa tenaga raksasa yang tengah mengukur kekuatan satu dengan yang lainnya. Tetapi Yo Ko justru dengan hanya sekali mengibas saja, dia telah berhasil membuat kedua orang itu terpisah. Yo Ko mengawasi pendeta Mongolia itu. Kemudian dia membungkukkan tubuhnya sedikit sambil tanyanya ; "Jika aku yang bodoh Yo Ko tidak salah mata, Taisu tentu seorang Lhama dari Mongolia .... ? "Tepat!" Berseru Tiat To Hoat ong dengan bengis. matanya masih mengawasi lengan baju Yo Ko yang kosong maka dia mengetahui, pemuda dihadapannya yang tampaknya berusia muda sekali dan memiliki kepandaian luar biasa disamping sangat tampan itu, ternyata hanya memiliki tangan tunggal,97 karena tidak memiliki tangan kanan, yang ternyata telah buntung. Melihat cara pendeta itu menatap tangan kanan yang buntung itu Yo Ko tidak tersinggung hanya dengan tersenyum sabar dia telah menegur; "Peperangan telah berakhir, pasukan tentara perang negeri Taisu telah ditarik pulang oleh Kublai ke-Utara, mengapa Taisu masih berkeliaran disini? Dilihat dari kepandaian yang Taisu miliki, jelas Taisu bukan orang sembarangan dinegerimu. " Tiat To Hoat-ong yang tengah murka, dan memang tidak mengenal Yo Ko, telah mendengus, dia telah mengawasi mendelik dan menunjuk kearah Loo Boan Thong. "Dia mencari mampus. Hudya telah bertanya secara baik. apakah dia mengenal atau mengetahui dimana adanya sute (adik seperguruan) Hudya yang bernama Kim Lun Hoat-ong namun sungguh tidak tahu mati, dia telah mempermainkan Hudya dengan olok-olokannya yang tidak lucu". Mendengar Loo Boan Tong mempermainkan pendeta Mongolia itu, dan melihat pendeta itu murka sekali, Yo Ko tak heran, justeru dia berpikir jika Loo Boan Tong tidak nakal, tentunya dia bukan Loo Boan Tong. Tetapi yang membuat Yo Ko jadi terkejut, justru pendeta Mongolia itu telah menyebut-nyebut Kim Lun Hoat-ong sebagai adik seperguruannya, disamping itu juga Yo Ko melihat kepandaian pendeta ini tidak boleh dibuat main-main. Maka sambil tersenyum Yo Ko telah berkata. "Taisu, sungguh malang nasib Kim Lun Hoat ong, dia telah binasa karena dosanya yang terlalu melebihi takaran...!" Muka Tiat To Hoat ong jadi berobah hebat. "Jadi memang benar Kim Lun Hoat ong telah meninggal?" Tanyanya serak suaranya. Yo Ko mengangguk. "Hmm, pendeta tak tahu malu!" Memaki Loo Boan Tong. "aku Loo Boan Tong seumurnya belum pernah berdusta....98 bukankah tadi aku telah bicara benar bahwa si bangsat gundul Kim Lun telah mampus? Dan juga, mengapa tak hujan tak angin tahu-tahu engkau memanggil aku si monyet? Siapa yang tidak membalas dengan guyon pula. Jika engkau ingin menyusul Kim Lun si gundul bangsat itu, pergilah ke Im Lau tetapi jangan mengajak aku, aku sudah bilang tadi, aku masih mau makan nasi...." Mendengar dan melihat lagak Ciu Pek Thong maka Yo Ko mau tidak mau jadi tertawa juga, karena sikap si tua yang kekanak-kanakan memang lucu Tetapi bagi Tiat To Hoat ong, sikap Ciu Pek Thong merupakan hinaan yang sangat hebat sekali, dengan mengeluarkan suara mengerang menyeramkan, dia telah melompat menubruk Ciu Pek Thong sambil melancarkan serangan dan gempuran telapak tangan hebat sekali. Namun Yo Ko telah bergerak cepat, dengan lengan jubah sebelah kanan yang kosong, Yo Ko mengibas sehingga kembali serangkum angin yang menerjang Tiat To Hoat-ong memaksa pendeta Mongolia itu mau tidak mau harus mundur beberapa langkah. Tentu saja Tiat To jadi terkejut sekali. "Bocah busuk, siapa kau sesungguhnya ?' bentak Tiat To Hoat-ong setelah berhasil menguasai tubuhnya. "Hm, jika memang benar apa yang Taisu katakan tadi bahwa kedatangan Taisu untuk mencari adik seperguruan Taisu, maka setelah Taisu mengetahui dan mendengar keterangan mengenai diri adik seperguruan Taisu itu, mengapa Taisu tidak berlalu ?". Tajam kata-kata Yo Ko, yang sama juga seperti mengusir pendeta itu. Tubuh Tiat To Hoat-ong gemetar keras, dia murka bukan main, jenggotnya itu sampai bergetar bergerak-gerak.99 Tetapi, disaat itu hatinya ragu-ragu. Dia melihat pemuda ini masih berusia muda sekali, tetapi kepandaiannya luar biasa, lwekangnya pun mungkin berimbang dengannya. Maka mau Tiat To Hoat-ong menduga bahwa tidak jauh dari tempat ini pasti ada guru dari pemuda berkepandaian hebat itu. Maka berpikir begitu, akhirnya Tiat To Hoat-ong mengambil keputusan untuk mengalah saja dulu. Dia memang bukan hanya memiliki kepandaian yang hebat, memiliki ilmu golok gubahan yang tangguh sekali, yang belum digunakan, tetapi otaknya cerdik sekali. Maka akhirnya dia telah mengangguk ! "Baiklah", katanya. "Kelak Hudya tentu akan mencarimu untuk melihat berapa tinggikah sesungguhnya kepandaianmu. Sekarang Hudya tengah sibuk karena memiliki urusan penting, maka tidak bisa menemanimu untuk main-main" Dan setelah berkata begitu, ia lalu menoleh dan mendelik satu kali lagi kepada Ciu Pek Thong, Tiat To Hoat-ong melompat ringan keatas kudanya yang kemudian dilarikan ketengah tegalan dengan cepat sekali, dalam sekejap mata telah lenyap dari pandangan mata Yo Ko, Ciu Pek Thong, Siauw Liong Lie maupun Cu Kun Hong. "Ahaa, untung saja kau datang Yo Hiante!" Berseru Ciu Pek Thong memecahkan kesunyian tempat itu. "Kalau tidak, hu, hu, kalah sih belum tentu, tetapi yang jelas harus membuang banyak tenaga sia-sia". Yo Ko dan Siauw Liong Lie tertawa waktu mendengar perkataan Ciu Pek Thong yang jenaka itu. Cu Kun Hong cepat-cepat menghampiri mereka, dia memberi hormat sambil katanya. "Boanpwe Cu Kun Hong sangat beruntung hari ini dapat bertemu dengan Samwie Taihiap Locianpwe". Yo Ko cepat-cepat mencegah pemuda itu lebih hormat kepada mereka. Sebagaimana lazimnya Yo Ko bertiga Ciu Pek100 Thong dan Siauw Liong Lie melayani hasrat Cu Kun Hong untuk berkenalan, dan setelah basa-basi sejenak, akhirnya Yo Ko bertiga Siauw Liong Lie dan Ciu Pek Thong berlalu. Cu Kun Hong mengawasi kepergian ketiga pendekar gagah itu dengan sorot mata kosong, hatinya kagum sekali akan kepandaian ketiga orang gagah itu. Gurunya sendiri belum tentu dapat menandingi seperlima dari kepandaian salah seorang ketiga pendekar itu. Maka dari itu, Kun Hong lama berdiri tertegun ditempatnya, walaupun bayangan ketiga pendekar itu sudah tidak terlibat. Dan akhirnya sambil menghela napas, Kun Hong juga telah melanjutkan perjalanannya. Hanya satu yang menghibur hatinya, tidak mudah orang berjumpa dengan Yo Ko dan Siauw Liong Lie, tetapi hari ini dia telah berhasil sekaligus bertemu muka dan menghunjuk hormat kepada Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Ciu Pek Thong. o0o^d!w^o0o KINI Ciu Pek Thong melakukan perjalanan bersama Yo Ko dan Siauw Liong Lie, Jarak ke Hoa San dari tempat mereka berada sudah tidak terpisah terlalu jauh. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih sepuluh hari, akhirnya mereka tiba dikaki gunung Hoasan sebelah selatan. Dari jauh, baik Yo Ko maupun Siauw Liong Lie dan Ciu Pek Thong telah melihat menjulangnya puncak Giok Lie Hong yang tinggi dan megah. Yo Ko menjelaskan kepada Ciu Pek Thong dan Siauw Liong Lie, dia merasa heran bukan main atas adanya peristiwa seperti ini karena walaupun bagaimana dia merasakan bahwa didalam urusan yang tengah terjadi ini pasti terselip suatu urusan yang mencurigai dan tidak beres.101 It Teng Taisu merupakan salah seorang dari Ngo Ciat, lima jago luar biasa, dan mungkin diantara kelima jago dalam urutan Ngo Ciat tersebut, It Teng Taisu yang memiliki kepandaian yang tertinggi dengan "It Yang Cie"nya, Umpama kata memang terjadi suatu urusan yang hebat bagaimanapun, dengan mengandalkan kepandaiannya yang telah mencapai puncak kesempurnaannya, It Teng Taisu tentu akan berhasil menghadapi dan menyelesaikannya sendiri. Yang mengherankan justru kini It Teng Taisu telah mengundang Yo Ko dan Siauw Liong Lie, mengundang Ciu Pek Thong, ahkan didalam surat It Teng Taisu kepada Yo Ko telah dijelaskan pendeta dari Selatan itupun telah mengundang Kwee Ceng dan Oey Yong yang menurut suratnya telah berangkat dan akan berkumpul di Hoa San, didekat makam Auwyang Hong dan Ang Cit Kong. Entah urusan besar yang bagaimana sehingga seorang It Teng Taisu perlu mengundang jago-jago Ngo Ciat untuk bantu menyelesaikan urusannya itu. Tetapi yang lebih mendatangkan kecurigaan dihati Yo Ko bertiga, justru surat yang disampaikan untuk Yo Ko itu diantar oleh seorang yang mencurigakan sekali, yang mengaku bernama Liang Ie Tu itu, yang akhirnya berusaha mencuri pedang dan golok Yo Ko. Waktu Yo Ko menanyakan kepada Ciu Pek Thong, siapakah orangnya yang telah mengantarkan surat It Teng, yang ditujukan untuk Loo Boan Thong tersebut, Ciu Pek Thong menjelaskan diapun menghadapi teka-teki yang membingungkan, karena pembawa surat It Teng Taisu untuknya itu adalah seorang wanita pengemis yang pakaiannya pecah dan robek-robek mesum sekali, berusia diantara dua puluh tujuh tahun dan nampaknya agak sinting. Dengan lagaknya yang edan-edanan seperti itu, tentu saja Ciu Pek Thong tidak bisa mengorek keterangan apa-apa dari pembawa surat.102 Namun disebabkan pemikiran Ciu Pek Thong memang sederhana dan polos, setelah membaca isi surat It Teng Taisu, yang sebagian besar, bunyinya itu mirip dengan surat yang diterima Yo Ko, Loo Boan Tong hanya berpikir untuk cepat- cepat melakukan perjalanan ke Hoa san untuk, memenuhi undangan It Teng Taisu disamping itu dia juga memang bermaksut untuk bertemu dengan sabahat-sabahatnya yang telah dirindukannya. Tetapi dalam perjalanan justru dia telah dapat bertemu dengan Yo Ko dan Siauw Liong Lie. Pertemuan itu memang menggembirakan. Tetapi dengan munculnya persoalan Tiat To Hoat-ong. membuat mereka harus berpikir keras, bahwa urusan yang tengah dihadapi It Teng Taisu justru memiliki hubungan yang erat dengan pihak orang-orang Mongolia. Walaupun bagaimana, memang kenyataannya mereka belum bisa menjawab sendiri teka-teki yang tengah mereka hadapi, disamping itu urusan belum pula menjadi jelas dengan hanya men duga-duga. Dan jika kelak telah bertemu dengan pendeta dari selatan itulah baru persoalan menjadi jelas. Akhirnya Yo ko, Siauw Liong Lie dan Ciu Pek Thong memutuskan tidak ingin memusingkan pikiran mereka dengan persoalan tersebut bukankah dalam beberapa hati lagi mereka segera akan bertemu dengan It Teng Taisu. Maka pada waktu-waktu luang yang mereka miliki telah dipergunakan untuk pesiar menikmati keindahan yang terdapat di Hoasan, bahkan Siauw Liong Lie dan Yo Ko tidak lupa mendatangi kuil kecil yang berada dipuncak Giok Lie Hong, puncak Bidadari itu,dimana terdapat patungnya "bidadari" Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo