Rajawali Sakti Langit Selatan 5
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 5
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long Waktu kedua kakinya menyentuh tanah, tidak terdengar suara137 sedikitpun juga hal itu menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Siauw Liong Lie mengawasi orang yang baru datang, dia jadi terkejut sendirinya, karena segera juga dia mengenali, bahwa orang tersebut tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Tubuhnya yang besar, dengan jubah kependetaannya dan kepala yang gundul dengan kuncup emas diatas kepalanya serta jenggot yang tipis panjang tanpa kumis, merupakan raut wajah yang sulit di lupakan walaupun baru bertemu satu kali. Dengan mengeluarkan seruan tertahan Siauw Liong Lie telah melompat mundur dua langkah. "Mengapa kaget nyonya ?" Sapa Tiat To Hoat-ong dengan disertai tertawanya yang mengejek. "Bukankah kita sahabat- sahabat lama ? walaupun kita baru pertama kali bertemu, tetapi melihat kepandaianmu dan juga kepandaian suamimu si buntung itu, maka dapat kuduga kalian adalah manusia- manusia pandai didaratan Tionggoan ini, maka jelas pula kalianpun mengetahui siapa adik seperguruanku yang bernama Kim Lun Hoat-ong. Bukankah begitu ?" Siauw Liong Lie mengerutkan alisnya. dia telah mengetahui dari Ciu Pek Thong yang menceritakan bahwa Tiat To Hoat- ong tengah mencari-cari Kim Lun Hoat-ong. Justru Kim Lun Hoat-ong telah terbinasa diatas panggung yang dibangunnya sendiri untuk membakar Kwee Siang guna menekan Kwee Ceng dan Oey Yong agar menyerah. Tetapi oleh Yo Ko justru Kim Lun Hoat-ong telah tertendang jalan darah Tan Tiong Hiat didadanya sehingga dia memuntahkan darah segar, tubuhnya rubuh kegumpalan api yang membakar panggung itu, kemudian oleh Ciu Pek Thong dipeluk dengan keras, sehingga sia-sia Kim Lun Hoat ong berusaha untuk meronta, dia telah dirubuhkan dan hanya disaat itulah Kim Lun Hoat-ong harus menjerit hebat, sebab tubuhnya telah tertusuk oleh baju lapis duri yang dikenakan138 Ciu Pek Thong disaat itu, sehingga pendeta dari Tibet yang bekerja untuk Kaisar Mangu telah terbinasa disaat itu, habis nyawanya. Peristiwa mana diketahui oleh Kaisar Mangu dan Kublai, hanya disaat itu Kaisar Mangu terbinasa oleh timpukan batu Yo Ko. Kublai telah menggunakan kecerdikannya, dan disaat Tiat To Hoat ong menanyakan perihal Kim Lun Hoat- ong, pada saat itu Kublai yang cerdik tidak memberikan keterangan yang sesungguhnya. Kublai hanya mengatakan Kim Lun Hoat-ong masih berkeliaran didaratan Tionggoan. Tidak menceritakan perihal kematian Kim Lun Hoat-ong yang mengenaskan itu. Siauw Liong Lie yang mengetahui bahwa kematian Kim Lun Hoat-ong menjadi kalap dan murka, telah berwaspada, karena dia mengetahui pendeta ini memiliki kepandaian yang luar biasa. Waktu Yo Ko menyatakan Kim Lun Hoat-ong memang telah mati Tiat To Hoat-ong pernah memperlihatkan sikap yang menakutkan sekali. Tetapi Siauw Liong Lie tidak takut, bahkan dia telah tertawa dingin. "Hemmm, rupanya kau masih penasaran" Kata Siauw Liong Lie. "Bukankah suamiku telah memberitahukan bahwa Kim Lun Hoat-ong memang benar-benar telah binasa?" Muka Tiat To Hoat-ong tidak berobah sedikitpun. dia hanya tertawa mengejek. "Andaikata memang keterangan suami nyonya itu benar, maka kalian tentu mengetahui di mana terbunuhnya adik seperguruanku itu. Dengan matinya adik seperguruanku yang liehay itu, tentu ada orang yang membunuhnya, maka siapa pembunuhnya itu?" Siauw Liong Lie merasa sebal melihat tingkah pendeta itu. Dia mendongkol sekali, maka dia menyahut sekenanya "Aku yang telah membinasakannya... "139 Mata Tiat To Hoat-ong tampak bersinar sepasang alisnya berkerut dan keningnya yang meng kilap itu ber gerak-gerak. "Hemm ... rupanya memang nyonya tidak mau menghormati sedikitpun kepada seorang tamu jauh ! Kau telah bicara secara bergurau, maka Hudyamu juga jadi ragu- ragu, apakah benar adik seperguruanku itu telah terbunuh......" Dalam partai Kouw Bok Pay terdapat aturan yang dipandang dan dianggap sebagai pantangan semuanya ada dua macam dan masing-masing terdiri dari dua belas macam intinya adalah "Kurang" Dan "Lebih" Seperti kurangi pikiran, kurangi kemauan kurangi urusan, kurangi bicara, kurangi tertawa, kurangi marah, kurangi kegembiraan, kurangi perbuatan jahat sebaliknya jangan lebih berpikir, jangan lebih keinginan, jangan lebin banyak urusan, jangan lebih bicara, jangan lebih tertawa, jangan lebih berduka, jangan lebih bergirang, jangan lebih jahat. Semua pantangan itu, kalau tidak dilawan artinya disingkirkan, bisa mencelakai diri Sendiri Siauw Liong Lie dapat mentaati ajaran tersebut, maka dia bebas, tidak bergirang, tidak berpikir, tidak berduka, bahkan kemurnian yang dimiliki Siauw Liong Lie tidak bisa ditandingi oleh kakek gurunya, Lim Tiauw Eng. Adalah kemudian, kedatangan Yo Ko dikuburan mayat hidup itu, yang telah membuat mereka bergaul erat, mulai lowonglah dan tidak seketat lagi pantangan "Kurang" Dan "Lebih" Itu, sedangkan enam belas tahun setelah mereka menikah, pengalaman dan penderitaan Yo Ko jadi bertambah banyak, sebaliknya Siau Liong Lie tetap tinggal menyendiri ditempat sepi, memang dia sering memikirkan Yo Ko tetapi berkat latihan sebelumnya yang selama dua puluh tahun lamanya, hatinya jadi lebih mantep dia terpengaruh pula pantangan itu.140 Begitulah sekarang, setelah lewat beberapa tahun lagi, kenyataannnya Siauw Liong Lie semakin tidak dapat mentaati sepenuhnya peraturan tersebut. Terlebih sekarang di saat dia tengah isi, sehingga sering diganggu oleh kekuatiran, kebahagiaan yang berkelebihan, kekalutan pikiran yang berkelebihan, kegembiraan yang berkelebihan, membuat Siauw Liong Lie mulai tersisih latihan selama puluhan tahun itu. Namun menghadapi Tiat-To Hoat-ong yang kurang ajar dan bicara seenaknya, Siauw, Liong Lie bisa mempertahankan hati dan diri, untuk tidak terlalu berkelebihan marah, tidak terlalu berkelebihan kuatir. Dia memandang pendeta Mongolia. tersebut dengan sorot mata yang tajam, dingin, wajahnya juga dingin tidak berperasaan sehingga Tiat To Hoat-ong jadi terkejut. Namun pendeta itu sengaja untuk menutupi keheranannya itu dengan tertawanya yang keras. "Sebagai seorang pendeta tentunya kau memegang patuh peraturan dan bicaramu, apakah kau anggap aku bicara ngawur dan sembarangan" Tegur Siauw Liong Lie dengan suara yang dingin. "Baiklah, jika nyonya mengatakan bahwa adik seperguruanku Kim Lun Hoat-Ong memang telah mati, maka silahkan nyonya mengantarkan aku untuk menjenguk kuburannya.. !". "Kim Lun Hoat-ong tidak memiliki kuburan, dia mati tanpa diterima bumi......!" Dingin luar biasa suara nyonya Yo, dia jadi muak terhadap sikap Tiat To Hoat-ong. "Apa...apa kau bilang ?" Tiat To Hoat-ong tampaknya terkejut bukan main. sehingga dia memandang tertegun kepada Siauw Liong Lie.141 "Dengarlah Kim Lun Hoat-ong mati tanpa diterima oleh bumi."!" Mengulang Siauw Liong Lie, suaranya tetap dingin tidak mengandung perasaan. Muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah tidak sedap dipandang, dia telah beringas dan mukanya bengis sekali di samping sepasang matanya memancarkan sinarnya yang tajam luar biasa. "Memang sesungguhnya engkau pembunuh adik seperguruanku itu...?" Menegasi si pendeta. "Tidak salah !" Mengangguk Siauw Liong Lie tegas. Dia mengakui begitu, karena suaminya Yo Ko, yang telah membinasakan Kim Lun Hoat ong, yang dibantu oleh Ciu Pek Thong. Tetapi karena kedua orang itu tengah pergi, Siauw Liong Lie menghadapi sendiri si pendeta. Dia memang melihat kepandaian Tiat To Hoat-ong liehay sekali, namun dia tidak takut sedikit pun juga. "Hemmm, jika memang demikian baiklah!" Kata Tiat To Hoat-ong kemudian. "Nah kau harus ikut bersamaku untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu itu.."" Dan si pendeta bukan hanya bicara sampai disitu saja, karena dia telah membarengi dengan mengulurkan tangan kanannya, yang maksudnya ingin mencengkeram nadi Wue-lu- hiat dipergelangan tangan Siauw Liong Lie. Jalan, darah Wue lu-hiat merupakan jalan darah yang cukup penting, merupakan urat utama dipergelangan tangan. Jika memang jalan darah itu berhasil dicengkeram, atau ditotok niscaya tubuh korban totokan itu akan lemas tidak bertenaga. Siauw Liong Lie mana mau membiarkan pergelangan tangannya dicengkeram oleh pendeta itu. Maka dengan miringkan sedikit tubuhnya, pergelangan tangannya telah bebas dari cengkeraman si pendeta.142 Tetapi Tiat-To Hoat-ong yang pernah merasakan hebatnya Yo Ko, dan juga melihat cara berkata dan sikap si nyonya Yo itu, siang-siang dia telah mengetahui Siauw Liong Lie memiliki kepandaian yang tinggi, maka dari itu walaupun serangannya berhasil dielakkan oleh Siauw Liong Lie, tidak menjadi heran karenanya. Begitu serangannya berhasil dielakkan, begitu dia susuli oleh serangan berikutnya, yaitu tangannya dibalik membarengi mana dia telah mencengkeram kearah bahu Siauw Liong Lie. Nyonya Yo Ko telah mengeluarkan suara dengusan dingin tubuhnya bagaikan seekor kupu-kupu berkelit indah dan ringan sekali kesamping. Waktu tubuhnya mengelak kesamping begitu, justru siaat itulah dia melihat punggung Tiat To Hoat ong maju kedepan, maka tanpa membuang- buang kesempatan yang ada, dia telah mengayunkan tangannya untuk menotok, jalan darah Siang kuhiat yang terletak dipunggung si pendeta, yang berdekatan dengan tulang piepe pendeta tersebut. Jalan darah Tiat To Hoat-ong berhasil ditotok dengan tepat, namun pundak si pendeta seperti juga berminyak jari tangan Siauw Liong Lie seperti melejit. Tetapi Siauw Liong Lie penasaran sekali, dengan serentak dia telah menyusuli totokan lainnya, yang menotok telak sekali jalan darah Pie-hong-hiat dipinggang si pendeta. Totokan itu tepat dan jitu sekali, tetapi di saat itulah si pendeta telah melompat kedepan dua langkah, seperti juga sedikitpun dia tidak merasakan hasil totokan Siauw Liong Lie. Nyonya Yo Ko juga mengerutkan sepasang alisnya, dia kagum atas keliehayan lawannya ini, yang dilihatnya memang jauh diatas kepandaian Kim Lun Hoat-ong. Jelas totokannya tadi telah berhasil mengenai sasarannya dengan jitu, tetapi kenyataannya pendeta itu tidak rubuh dan tidak kurang suatu apapun juga.143 Siauw Liong Lie mau menduga, bahwa Tiat To Hoat-ong tentunya mempelajari ilmu Yoga sama halnya seperti Kim Lun Hoat-ong, melatih telah sampai kepuncak kesempurnaan, sehingga pendeta itu berhasil memindahkan otot dan tulang sekehendak hatinya. Tidak mengherankan, walaupun totokan dari Siauw Liong Lie menghantam dengan jitu sekali, namun tidak ada hasilnya. Tiat To Hoat-ong tertawa nyaring, sambil memutar tubuhnya. "Nyonya, lebih bijaksana jika nyonya secara baik-baik ikut bersama Hudya, sehingga nyonya tak menemui kesulitan suatu apapun juga...!" Kata Tiat To Hoat-ong pula. Dan dia bukan hanya berkata-kata, karena dengan cepat sekali kedua tangannya telah digunakan untuk menangkap tangan Siauw Liong Lie dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya akan menotok jalan darah Su Sing Hiat dipinggang si nyonya Yo. Siauw Ling Lie jadi gusar, karena pendeta itu benar-benar terlalu mendesaknya. "Walaupun bagaimana kepandaian Siauw Liong Lie berimbang dengan Yo Ko, maka bisa di mengerti bahwa nyonya itu memang memiliki ke pandaian yang sangat lihay. Dan mungkin didaratan Tionggoan hanya Kwee Ceng dan Oey Yok Su yang bisa menghadapinya berimbang. Tetapi pendeta ini, yang tangannya lancang dan hatinya bengis kejam, rupanya tidak memandang sebelah mata kepada nyonya tersebut. Dia telah berulang kali melancarkan serangan. Tetapi Siauw Liong Lie juga tidak ingin membuang-buang waktu, dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan seruan kecil membarengi tangan kirinya mengibas dengan ujung lengan tangannya menyampok tangan kiri si pendeta,144 sedangkan tangan kanannya tahu-tahu menyambar akan menampar kepala botaknya si pendeta. Tamparan yang dilakukan oleh Siauw Liong Lie bukan merupakan tamparan biasa, karena sambil menampar dengan telapak tangannya itu, si nyonya Yo telah mengarahkan tenaga dalamnya maka bisa dibayangkan hebatnya tamparan itu. Tiat To Hoat-ong juga mengetahui hebatnya tamparan yang dilancarkan oleh Siauw Liong Lie. Lebih-Lebih dia merasakan sampokan ujung lengan baju si nyonya yang menghantam telak sekali tangannya, sehingga merasakan tangannya itu kesemutan, maka tamparan yang dilancarkan oleh, Siauw Liong Lie tidak berani dipandangnya remeh. Dengan gerakan yang aneh sekali, seperti juga gerakan seorang pendeta yang tengah bersemedhi, tahu-tahu tubuhnya jadi pendek kebawah karena sepasang kakinya telah ditekuknya dalam-dalam dan masih tetap dalam keadaan seperti itu, disaat dia seperti tengah berjongkok Tiat To Hoat- ong mengulurkan kedua tangannya lurus-lurus kedepan, akan memegang dan merangkul pinggang Siauw Liong Lie. Serangan yang dilancarkan oleh Tiat To Hoat-ong sesungguhnya merupakan serangan yang biasa saja, tetapi bagi Siauw Liong Lie tidak mau tubuhnya disentuh oleh tangan pendeta itu. Dengan cepat Siauw Liong Lie menjejak tanah, tubuhnya melompat kebelakang dengan gesit sekali menjauhkan diri. Dengan sendirinya serangannya terhadap si pendeta jadi batal. Tiat To Hoat-ong berdiri sambil tertawa tergelak-gelak nyaring sekali. Siauw Liong Lie jadi mengerutkan sepasang alisnya. Dia melihat kepandaian Tiat To Hoat-ong memang luar biasa hebatnya, dan diam-diam Siauw Liong Lie jadi mengharapkan Yo Ko dan Ciu Pek Thong kembali cepat-cepat, karena jika145 bertempur terus menerus dengan cara seperti itu, dan juga memakan waktu yang panjang. pasti lama kelamaan si nyonya akan kehabisan napas dan letih. Walaupun dia liehay, tetapi bukankah Siauw Liong Lie tengah mengandung ? Itulah sebabnya, Siauw Liong Lie pun tidak berani terlalu mengerahkan seluruh tenaganya, dan tidak berani bergerak terlalu gesit, sebab dia kuatir kalau-kalau mengganggu kesehatan bayinya. Maka dari itu, dengan cepat sekali Siauw Liong Lie merobah cara bertempurnya itu, tidak bisa dia selalu mempergunakan kekerasan dan kekuatan tenaganya, walaupun bagaimana dia harus mengandalkan kegesitannya belaka dan memancing agar si pendeta tidak menurunkan tangan keras kepadanya, sampai akhirnya nanti Yo Ko dan Ciu pek Thong kembali. Tetapi Tiat To Hoat-ong juga rupanya mengetahui jalan pemikiran dari Yo Hujin ini. karena dengan cepat sekali, dialah beruntun melancarkan serangan yang kuat sekali. Dengan disertai oleh kekuatan tenaga lweekang yang dahsyat bukan main. Dan didalam waktu yang singkat, Siauw Liong Lie jadi sibuk sekali untuk mengelakkan diri dari serangan-serangan lawannya. Tetapi Siauw Liong Lie sebagai seorang pendekar wanita yang terhebat dijaman itu. mana bisa dirubuhkan dengan mudah oleh Tiat To Hoat-ong ? Disaat itulah, Sin Tiauw yang sejak tadi mengawasi nyonya majikannya yang tengah bertempur begitu hebat, dan juga lama kelamaan terdesak karena lawannya liehay sekali, tidak tinggal diam. Dengan Cepat bukan main, Sin Tiauw telah mementang sayapnya melayang ditengah udara, dan menukik-nukik berusaha untuk mencengkeram dan mematuk kepala Tiat To Hoat-ong.146 Tiat To Hoat-ong gusar sekali, suatu kali dengan sengit dia telah menggerakkan tangan kanannya, dia melancarkan serangan kearah rajawali itu. Dia menduga, dengan sekali pukul, dengan pukulan yang disertai oleh tenaga dalam rajawali itu pasti akan dapat dibinasakannya. Tetapi diluar dugaannya, mimpipun Juga tidak, bahwa pukulannya itu ternyata tidak berarti apa-apa bagi Sin Tiauw, karena disaat tenaga serangan Tiat to Hoat-ong hampir tiba, disaat itulah Sin Tiauw yang tengah melayang diatas kepala Tiat To Hoat-ong telah mengibas dengan sayapnya yang kanan, yang seketika menyebabkan Tiat To Hoat-ong merasakan tangannya kesemutan dan telah tersampok kesamping! Itulah suatu urusan yang benar-benar tidak pernah dipikirkannya bahwa seekor burung rajawali dapat menangkis serangan hebat dari seorang pendekar tangguh seperti dia yang kekuatan tenaga menyerangnya itu meliputi lima ratus kati lebih. Di Tibet, Tiat To Hoat-ong dihormati dan disegani melebihi raja, dan di mongolia diapun disamping dihormati, juga telah merupakan penasehat raja. Kaisar Mangu sebelum meninggal juga sangat segan dan menghormatinya, disamping Kim Lun Hoat-ong. Begitu pula Kublai yang telah menjadi Khan yang telah dipilih oleh para menteri Mongolia untuk menggantikan kedudukan Khan, raja setelah kakaknya itu terbinasa dalam peperangan, sangat menghargai Tiat To Hoat ong. Dengan sendirinya kini seekor burung rajawali dapat memunahkan pukulannya. Dapat juga melancarkan serangan kepadannya, membuat Tiat To Hoat ong jadi takjub dan kagum disamping murka.147 Tiat To Hoat ong tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Kim Lun Hoat ong pun sangat takut dan jeri berurusan dengan Sin Tiauw ini. Karena Kim Lun Hoat ong pernah merasakan kehebatan sang Rajawali Sakti. Toat To Hoat ong sangat penasaran sekali dia sampai melupakan Siauw Liong Lie untuk sejenak lamanya dia telah melancarkan serangan yang beruntun kearah burung rajawali itu. Luar biasa hebatnya serangan-serangan yang dilancarkan oleh Tiat To Hoat ong karena dia melancarkan serangannya itu dengan mengerahkan lima bagian tenaga dalamnya. Bisa dibayangkan hebatnya serangan itu, karena sebagai jago yang nomor satu dinegerinya, dimana kini dia melancarkan serangan-serangan dengan mengerahkan lima bagian tenaga dalamnya, hanya untuk sekedar melayani seekor burung rajawali. Siauw Liong Lie girang melihat Sin Tiauw telah membantuinya, dia yakin, dengan dibantu oleh Sin Tiauw dia tentu bisa mengusir pendeta asing itu. Bukankah serangan-serangan Sin Tiauw yang dilancarkan oleh rajawali itu dari tengah udara, telah mempersibuk pendeta itu, yang perhatiannya jadi terpecah hebat? Tanpa membuang-buang waktu dan kesempatan yang ada, tampak Siauw Liong Lie telah melompat ketengah gelanggang, dan disaat tubuhnya masih melayang di tengah udara, kedua tangannya telah mendorong dengan keras. Dari kedua telapak tangannya itu telah meluncur serangkum angin serangan yang dahsyat sekali, yang menghantam keras luar biasa ke arah Tiat To Hoat ong. "Bruaakk" Tiat To Hoat ong telah sempat menangkisnya sehingga dua kekuatan raksasa dari dua macam tenaga dalam yang terlatih sempurna telah saling bentur ditengah udara. Yang hebat adalah tekanan dari tenaga serangan Siauw Liong Lie yang sudah menyebabkan tubuh Tiat To Hoat-ong148 jadi terhuyung-huyung mundur beberapa langkah kebelakang dengan muka yang telah berobah pucat sedangkan Siauw Liong Lie juga tergetar tubuhnya. Waktu itu Siauw Liong Lie telah mengempos semangatnya lagi untuk melancarkan serangannya. tetapi tiba-tiba pandangan matanya jadi gelap dan berkunang-kunang kepalanya pusing dan pinggangnya sakit seperti ditarik. Serangan seperti itu datangnya demikian tiba-tiba, sehingga Siauw Liong Lie mengeluh sendirinya dan membatalkan maksudnya untuk melancarkan serangan kepada lawannya dan cepat-cepat menyenderkan tubuhnya disebuah batang pohon karena dia kuatir rubuh pingsan. Hal itu disebabkan Siauw Liong Lie tadi telah mempergunakan tenaga yang melebihi takaran, dia telah mengempos semangatnya melebihi batas, sehingga mengalami goncangan pada kandungannya. Sin Tiauw yang melihat keadaan Siauw Liong Lie, jadi terkejut bukan main, dia telah mengeluarkan suara pekikan yang nyaring sekali dan telah mempergencar serangan- serangannya, dengan mempergunakan paruh dan kedua cakarnya. Tiat To Hoat-ong yang tadi telah terkejut bukan main, dan semula bermaksud untuk, mengundurkan diri meninggalkan tempat itu saja karena merasa tidak ungkulan, ketika melihat keadaan Siauw Liong Lie, dia jadi girang bukan main, dengan mengeluarkan suara seruan; yang mengguntur, dia telah melancarkan serangan yang jauh lebih kuat dan hebat kepada Sin Tiauw, sehingga memaksa Sin Tiauw terbang lebih tinggi ketengah udara. Mempergunakan kesempatan yang hanya beberapa detik itu. Tiat To Hoat-ong yang liehay luar biasa, telah melompat menubruk ke arah Siauw Liong Lie. Tangan kanannya tahu- tahu telah melayang menotok kearah jalan darah Su-suan-hiat149 didekat iga ketujuh dari tubuh nyonya Yo, jari tangannya itu meluncur cepat dan ber tenaga sekali. Siauw Liong Lie melihat datangnya serangan itu. namun dia tidak berdaya sama sekali untuk menangkisnya, karena disaat itu tubuhnya tengah bergoyang-goyang seperti akan rubuh pingsan tenaganya seperti lenyap dan juga sekelilingnya seperti lenyap. Maka tanpa ampun lagi totokan si pendeta Tiat To Hoat-ong tidak berhasil di elakkannya dan tubuh Siauw Liong Lie terjungkel rubuh ditanah. Sin Tiauw yang menyaksikan itu mengeluarkan pekikan dan cepat-cepat menyambar kearah Tiat To Hoat-ong, melancarkan serangan kepada Tiat To Hoat-ong dengan sayap kanan dan kirinya mengibasnya, maka kekuatan angin serangan ribuan kati menerjang si pendeta. Tentu saja Tiat To Hoat ong terkejut sekali dia telah menyingkir kesamping. Itulah yang dikehendaki oleh Sin Tiauw karena dengan menyingkirnya Tiat To Hoat ong, berarti si pendeta tidak bisa mengganggu Siauw Liong Lie lebih jauh. Burung rajawali itu telah hinggap turun di tanah, disamping Siauw-Liong Lie untuk melindunginya. Si pendeta mendengus tertawa dingin. Dia telah berhasil menotok rubuh Siauw Liong Lie tetapi disebabkan rajawali itu maka usahanya terancam gagal, jika sampai Yo Ko dan Ciu Pek Thong sempat datang, niscaya akan menyebabkan gagal rencananya. Disaat Tiat To Hoat-ong berdiri bimbang seperti itu, tiba- tiba dikejauhan, dari arah puncak Giok Lie Hong terdengar suara pekik seperti menangis yang menyayatkan hati, yang panjang dan terdengar samar sekali ........ itulah suara wanita yang rambutnya telah ubanan, yang telah berhasil di serang sampai dirubuhkan Yo Ko dan disaat akan berlalu nenek ubanan itu telah mengeluarkan suara tangisan yang di dengar oleh Tiat To Hoat ong.150 Dengan sendirinya, ketika mendengar suara tangisan yang panjang seperti itu, Tiat To Hoat ong jadi berkuatir kalau- kalau Yo Ko dan Ciu Pek Thong akan segera kembali. Dia cepat-cepat merogoh saku jubahnya, mengeluarkan sebuah tabung kecil, yang ujungnya terdapat tangkai, sehingga tampaknya seperti semprotan. Dengan cepat tabung itu ditujukan kepada Sin Tiauw. dengan mendorong tangkainya, dari ujung tabung itu muncrat semacam uap putih yang cukup tebal, menyambar kearah Sin Tiauw. Burung rajawali itu menjadi terkejut. karena jika senjata rahasia atau benda yang bersifat keras, tentu dengan mudah dia bisa membebaskan diri atau menangkisnya. Tetapi sekarang justru yang menyambar kearahnya itu adalah semacam uap yang telah memenuhi sekitar dirinya. Bahkan Sin Tiauw seketika itu rasakan betapa kepalanya pusing dan matanya gelap. Seperti akan rubuh. Dengan cepat burung rajawali itu menggerak-gerakkan kedua sayapnya kemudian dia melompat untuk terbang. Tetapi baru dua tombak lebih dia terbang ketengah udara, tubuhnya telah rubuh kembali menggeletak ditanah tanpa bergerak lagi. Ternyata tabung yang dimiliki oleh Tiat To Hoat ong merupakan tabung uap yang bisa dipergunakan untuk merubuhkan lawan, karena gas uap terdapat didalam tabung itu seperti juga gas tidur. Yang sekarang mungkin dikenal dengan chloroform. Tentu saja Sin Tiauw tidak sanggup untuk melawannya, matanya yang tiba-tiba menjadi berat dan mengantuk begitu juga tubuhnya lemas tidak bertenaga dan burung itu telah menggeletak tidur nyenyak. Siauw Long Lie yang dalam keadaan tertotok tidak pingsan, dia bisa menyaksikan semua peristiwa itu. Semula atas pertolongan Sin Tiauw, dia mengharapkan si pendeta Mongolia itu berhasil diusir, namun151 kenyataannya Sin Tiauw pun akhirnya telah rubuh, disamping dirinya sendiri juga tertotok tanpa bisa bergerak lagi. Habislah harapan Siauw Liong Lie, lebih-lebih Yo Ko dan Loo Boan Tong belum juga datang. Dengan cepat Tiat To Hoat-ong telah melompat menghampiri untuk menotok lagi beberapa jalan darah ditubuh Siauw Liong Lie. Kemudian diapun mengeluarkan seutas tali yang kuat sekali, dia menelingkung kedua sayap Sin Tiauw keatas, lalu mengikatnya kuat-kuat. Begitu pula kedua kaki burung dan paruh burung itu, yang diikatnya sama kuat. Umpama kata Sin Tiauw beberapa saat lagi terlepas dari pengaruh obat tidur itu, dia tidak bisa menggerakkan kedua sayapnya untuk terbang, tidak bisa mempergunakan kedua cakarnya dan tidak bisa mempergunakan paruhnya untuk mematuki tali yang mengikat kedua kaki dan sayapnya..... Tiat To Hoat-ong bekerja cepat sekali, dia telah mengangkat tubuh Siauw Liong Lie dan kemudian memanggul Sin Tiauw, berlalu dari tempat itu, Sebelumnya Tiat To Hoat- ong mempergunakan sepatunya menghapus jejak-jejak yang terdapat ditanah. Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika Yo Ko dan Loo Boan Thong akhirnya tidak melihat sedikitpun tanda-tanda apapun disekitar tempat itu. o0o^d!w^o0o CU KUN HONG menunggangi kudanya yang dilarikan cukup keras dijalur jalan yang terdapat dibawah kaki gunung Hoa- san. Memang pemuda pelajar she Cu tersebut bermaksud mendatangi Hoa-san untuk menyaksikan keramaian, karena dia mendengar bahwa Cu Pek Thong. Yo Ko dan Siauw Liong Lie ingin pergi ke Hoa San memenuhi undangan It Teng Taisu yang akan datang kegunung itu juga. Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Karena memang tidak memiliki urusan lainnya, maka pemuda she Cu itu telah152 menuju ke Hoa San dengan harapan bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan tokoh-tokoh terkenal rimba persilatan itu. Jago-Jago silat mana yang tidak akan merasa bangga jika bisa berjumpa dengan Yo Ko atau Siauw Liong Lie, sepasang pendekar besar dijaman itu ? Dan terlebih lagi jika bisa bertemu dengan It Teng Taisu, Oey Yok Su, Kwee Ceng, Oey Yong dan jago-jago lainnya. Maka dari itu, dengan tidak memikirkan sulitnya perjalanan, Cu Kun Hong telah melakukan perjalanan ke Hoa San. Telah belasan hari dia melakukan perjalanannya dengan kudanya itu, dan selama itu dia telah berusaha untuk melakukan perjalanan dengan cepat, karena pemuda pelajar tersebut takut datang terlambat. Hari masih cukup terang, walaupun senja mulai menyelimuti daerah pegunungan Hoa San. Sedang Cu Kun Hong melarikan kudanya, tiba-tiba dari arah depannya dia melihat sesuatu yang mengejutkan hatinya. Dia melihat sesosok tubuh yang tinggi dan besar tengah berlari menghampiri kearahnya. Setelah Cu Kim Hong menghentikan kudanya dan memperhatikan baik-baik, dan sosok tubuh yang baru turun dari atas gunung itu semakin dekat, barulah Kun Hong mengetahuinya itulah seorang yang tengah memanggul seorang manusia lainnya dan memanggul juga seekor rajawali berukuran raksasa, sebesar satu setengah manusia dewasa. Yang membuat Cu Kun Hong lebih kaget lagi adalah orang yang tengah berlari-lari itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong, Si pendeta Mongolia yang liehay luar biasa kepandaiannya. Sedangkan orang yang dipanggulnya, tidak lain dari Yo Hujin, yaitu Siauw Liong Lie. Tentu saja Cu Kun Hong jadi duduk diatas kudanya dengan sikap tertegun. Dia hanya mengawasi saja.153 Saat itu Tiat To Hoat-ong telah berlari-lari semakin dekat juga, dan gerakannya yang secepat angin itu menyebabkan pandangan mata Kun Hong kabur dan tidak bisa melihat jelas. Belum lagi dia mengetahui sesuatu apa, tiba-tiba dia melihat pendeta itu menggerakkan tubuhnya dengan sentakan yang kuat, membuat ujung lengan jubahnya itu menghantam muka Kun Hong, disaat si pendeta itu lewat disisinya. Gerakan si pendeta itu luar biasa sekali, karena ujung jubahnya itu mengandung tenaga lweekang yang dahsyat sekali, sehingga waktu ujung jubah itu menghantam muka Kun Hong, si pemuda seperti dihantam oleh lempengan besi. Sesungguhnya Kun Hong telah melihat menyambarnya ujung lengan jubah pendeta itu, dan dia juga bermaksud mengelakkan diri. Namun rupanya gerakan Tiat To Hoat-ong memang cepat luar biasa, sehingga sebelum dia mengetahui sesuatu apapun juga, disaat itulah mukanya telah terhajar jitu sekali oleh ujung lengan jubah si pendeta. Tanpa ampun lagi seketika itu juga tubuh Cu Kun Hong terpental dari atas kudanya, ambruk diatas tanah, dan rebah pingsan tidak sadarkan diri dengan hidungnya mengucurkan darah. Sambil mengeluarkan suara tertawa yang bergelak-gelak menyeramkan, Tiat To Hoat-ong telah melanjutkan larinya dengan cepat, sambil tetap membawa Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw Sama sekali pendeta Mongolia itu tidak bermaksud untuk merampas kuda Cu Kun Hong karena dengan menunggang kuda dibandingkan larinya, memang jauh lebih cepat dia mempergunakan kedua kakinya sendiri, yang bisa lari secepat angin. Lama Kun Hong rebah pingsan tidak sadarkan diri. sampai akhirnya dia merasakan kepalanya diusap seseorang.154 "Akhhhh, lukanya tidak berat, hanya disebabkan hantaman yang keras, menyebabkan dia pingsan sementara waktu ...!" Kun Hong mendengar seseorang berkata dengan suara sabar. Kun Hong membuka matanya, pandangan matanya masih kabur dan dia belum bisa melihat jelas, hanya terasa ada dua bayangan manusia berdiri dihadapannya, segera juga Kun Hong memejamkan matanya kembali. Disamping itu, Kun Hong merasakan dirinya tengah rebah dipembaringan, dan luka dimuka-nya, akibat kebutan ujung jubah dari Tiat To Hoat-ong, telah menimbulkan perasaan sakit yang luar biasa. Setelah berdiam diri sejenak lagi, akhirnya Kun Hong membuka matanya pula. Segera juga dia jadi girang, karena orang yang tengah duduk ditepi pembaringan, yang tadi juga telah mengusap keningnya tidak lain dari Yo Ko, Sin Tiauw Taihiap ! Sedangkan orang yang satunya lagi, yang berdiri dipinggir pembaringan dengan berdiam diri, ternyata Ciu Pek Thong, Loo Boan Tong si tua nakal jenaka. "Kau telah siuman, engko kecil !" Kata Loo Boan Tong dengan gembira. "Ahhh, siapa yang telah melukaimu demikian macam ?" "Tiat...Tiat. To Hoat-ong.. yang pernah bertempur dengan locianpwe !" Kata Cu Kun Hong dengan suara yang tak lampias. "Toat To Hoat-ong, pendeta Mongolia bangsat itu ?" Tanya Ciu Pek Thong dengan sengit. "Be.....nar.... !" Menyahuti Cu Kun Hong "Dan..."dia juga membawa seorang wanita, kalau tidak salah Yo.....Ko Hu-jin (nyonya Yo) locianpwe..." Yo Ko dan Ciu pek Thong telah saling tatap.155 Memang dipuncak Hoa San, Yo Ko dan Ciu Pek Thong telah mengelilingi gunung itu mereka mencari-cari Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw tanpa hasil. Dan akhirnya ketika mereka tengah mencari dikaki gunung Hoa San, disitulah justru mereka menemui Cu Kun Hong yang tengah pingsan. Dengan sendirinya, hal itu telah membuat mereka terkejut karena keduanya mengenali pemuda tersebutlah yang pernah bertemu dengan mereka. Segera Yo Ko mengangkat tubuh Cu Kun Hong dan Ciu Pek Thong menuntun kuda pemuda itu. Mereka membawa Cu Kun Hong kerumah seorang penduduk minta bermalam disitu. Dengan mempergunakan lweekangnya dan menotok beberapa jalan darah ditubuh Cu Kun Hong, Yo Ko telah menyadarkan Cu Kun Hong dari pingsannya. Dan Yo Ko maupun Ciu Pek Thong tidak menduga bahwa dari mulut pemuda inilah akhirnya dia mengetahui Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw telah ditawan oleh Tiat To Hoat-ong. Segera juga Yo Ko telah menanyakan persoalannya kepada Cu Kun Hong, sebetulnya menyadari bahwa Cu Kun Hong yang baru tersadar dari pingsannya itu masih lemah, karena darah yang mengucur keluar dari hidungnya sangat banyak sekali. Tetapi karena urusan itu menyangkut keselamatan isterinya dan Sin Tiauw. Yo Ko sudah tidak menantikan waktu terlebih lama lagi dan menanyakan disaat itu juga. Cu Kun Hong telah menceritakan semua yang dialaminya dikaki gunung Hoasan, menceritakan juga apa yang telah dilihatnya. Yo Ko jadi mengerutkan sepasang alisnya, Dia tidak mengerti mengapa Siauw Liong Lie. sampai bisa rubuh dan ditawan oleh Tiat To Hoat-ong. Sedangkan Siauw Liong Lie memiliki kepandaian yang sama tinggi dan tidak lebih rendah darinya, Sedangkan Sin Tiauw pun memiliki kepandaian yang156 sangat hebat mengapa dapat dirubuhkan oleh Tiat To Hoat- ong. Sedangkan menurut cerita Cun Kun Hong, Sin Tiauw telah diikat kedua sayap, kedua kaki dan paruhnya. Tentu saja keadaan Sin Tiauw seperti itu mengherankan dan membingungkan sekali hati Yo Ko dan Ciu Pek Thong. "Apakah Tiat To Hoat-ong memang sedemi kian hebat...?" Menggumam Ciu Pek Thong setelah tertegun sejenak. Yo Ko tambah berkuatir saja, terlebih lagi dia teringat bahwa isterinya tengah hamil. "Mari kita susul si kepala gundul itu", ajak Ciu Pek Thong dengan bersemangat. Yo Ko mengangguk. "Pergilah locianpwe mengejarnya, aku bisa merawat diriku sendiri, lebih lagi akupun tidak terluka berat..... yang terpenting jiwie lociapwe menolongi dulu Yo Hujin dan rajawali sakti itu ..." Bilang Kun Hong bersungguh-sungguh. Yo Ko mengangguk dan memandang pemuda itu dengan sorot mata memancarkan perasaan berterima kasih. Saat itu Ciu Pek Thong sudah tidak sabar, dia menepuk perlahan bahu pemuda she Cu itu. "Engko kecil terpaksa kami meninggalkanmu, karena kami harus mengejar si gundul itu dulu... !" Kata si tua jenaka itu. Kun Hong mengiakan cepat-cepat sambil mengucapkan terima kasihnya. Disaat itu, tampak Yo Ko masih ragu-ragu, tetapi karena Ciu Pek Thong telah melangkah ke luar Yo Ko pun setelah mengucapkan beberapa kata-kata hiburan kepada Kun Hong, lalu keluar dari kamar itu. Kepada tuan rumah, Yo Ko memberikan dua tail perak, dan terpesan agar merawat Kun Hong. Setelah itu, berdua dengan157 Ciu Pek Thong, Yo Ko telah berlari pesat sekali mengambil kejurusan yang diberitahukan oleh Cu Kun Hong... Tiat To Hoat-ong terus berlari-lari dengan mempergunakan ilmu berlari cepatnya yang Sempurna sekali. Walaupun dia membawa beban yang cukup berat, yaitu Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw, namun kenyataannya sedikitpun tidak mengganggu atau memperlambat larinya. Kebetulan sekali disaat itu hari mulai malam, sehingga Tiat To Hoat-ong yang memanggul Sin Tiauw dan mengempit Siauw Liong Lie tidak menarik perhatian orang, sebab jalan- jalan telah sepi dan pendeta itu dapat berlari-lari lebih leluasa. Memang luar biasa pendeta itu, diwaktu menjelang tengah malam, dia telah berhasil berlari-lari sejauh empat ratus lie lebih, dan tiba dikota Lung-siu-kwan, diluar perbatasan Kang- ciu. Suasana kota saat itu sangat sepi sekali, dan pintu kota juga telah ditutup. Tetapi Tiat To Hoat ong telah menjejakkan kakinya ditanah; dengan membawa beban yang berat seperti itu, tubuhnya melompat setinggi lima tombak, lalu dengan cepat sekali, disaat tubuhnya tengah terapung di tengah udara, Tiat To Hoat ong menendang dinding tembok pintu kota itu, sehingga tubuhnya terpental lebih tinggi lagi, dan dengan melakukan gerakan seperti itu yang diulanginya, beberapa kali akhirnya Tiat To Hoat-ong berhasil mencapai puncak pintu kota. Dengan mudah dia telah masuk kedalam kota tanpa seorang penjaga kotapun yang melihat perbuatannya itu. Dengan mengelilingi kota, akhirnya dia melihat ada sebuah rumah penginapan yang masih buka, cepat-cepat Tiat To Hoat ong memasukinya dan meminta dua kamar kepada pelayan yang menyambutnya. Semula pelayan itu mengawasi bengong kepada pendeta dihadapannya, ini yang mengepit Seorang wanita cantik dan158 menggotong seekor burung rajawali raksasa, Tetapi pelayan itu segera menduga bahwa pendeta itu seorang manusia luar biasa, setidaknya seorang manusia setengah dewa. Lebih-lebih setelah Tiat To Hoat-ong memberikan sepotong goanpo kepadanya, maka pelayan itu tidak berani banyak tanya dan cepat-cepat mempersiapkan, dua buah kamar yang berdampingan, waktu Tiat To Hoat-ong memasuki rumah makan itu, ada beberapa orang-orang yang belum tidur, mereka semuanya takjub melihat pendeta itu bersama seorang wanita cantik dan seekor burung rajawali raksasa. Dengan sendirinya, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang aneh. Jika memang Hiat To Hoat-ong hanya membawa Siauw Liong Lie, mungkin orang hanya menduga bahwa pendeta itu adalh pendeta cabul. Tetapi dengan membawa juga seekor burung rajawali raksasa seperti itu, keruan saja telah menyebabkan tamu-tamu yang berada didalam penginapan tersebut ingin menduga si pendeta setidak-tidaknya telah mencapai kesempurnaannya dalam mensucikan dirinya, telah menjadi setengah dewa, karena seekor burung rajawali berukuran begitu besar, dengan mudah digotongnya dan juga tidak berdaya ditangannya. Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak memperdulikan tatapan heran dari orang-orang itu, dengan membawa kedua bebannya itu Tiat To Hoat-ong telah menaiki undakan anak tangga, dia memasukkan Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw itu kesebuah kamar, sedangkan dia sendiri telah tidur dikamar yang satunya lagi. Sebelum tidur, Tiat-To Hoat ong telah berpesan kepada pelayan, agar mereka jangan mengganggu ketenangannya. Waktu pendeta itu telah masuk tidur, gemparlah orang- orang yang berada dirumah penginapan tersebut. Untuk bicara apa saja dengan berterang mereka tidak berani, akhirnya mereka telah bisik-bisik saja, dari mulut yang159 seorang menjalar keseorang lainnya sehingga keesokan harinya berita mengenai pendeta aneh itu telah tersebar diseluruh kota. Pagi dan siang itu Tiat To Hoat ong tidak keluar dari kamarnya. Dia hanya meminta pelayan mengantarkan masakan untuknya dikamarnya. selangkah pun dia tidak keluar dari kamarnya Tiat To Hoat ong memang bermaksud melanjutkan perjalanannya dimalam hari agar tidak menarik perhatian orang banyak dalam perjalanannya. Sepanjang hari Tiat To Hoat ong mengurung diri dikamar. Sedang Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw tetap dikurung dikamar yang satunya lagi yang dikuncinya dari luar dan melarang siapa saja mengganggunya. Sepanjang satu hari itu, sejak pagi sampai sore itu penduduk kota selalu memperbincangkan perihal seorang pendeta aneh tersebut dengan rajawalinya yang luar biasa itu dan wanita cantik seperti bidadari. Banyak penduduk kota yang berdatangan ke rumah penginapan itu ingin melihat si pendeta luar biasa tersebut, tetapi kuasa rumah penginapan tersebut telah melarang mereka menimbulkan suara ribut-ribut. "Jika Hudya itu marah, hemnm celakalah kita semua. Dia bukan pendeta biasa, setidak-tidaknya telah menjadi setengah dewa. Maka kalian jangan mencari penyakit untuk diri sendiri !," Kata kuasa rumah penginapan itu dengan berkuatir, karena penduduk kota yang memenuhi dimuka rumah penginapannya justru menimbulkan suara berisik sekali. Sedangkan disaat itu tampak seorang pendeta tua yang berpakaian sebagai seorang hwesio telah melangkah memasuki rumah penginapan tersebut, karena rumah penginapan tersebut merangkap sebagai rumah makan. Pendeta tua itu telah lanjut usianya, memakai jubah khase yang sederhana, dengan kepalanya yang licin dan janggutnya maupun kumis yang tumbuh panjang telah putih.160 Wajahnya memancarkan sifatnya yang welas asih, dan ramah sekali. Dia memilih sebuah meja didekat jendela dan duduk tenang-tenang disitu. Dipesannya beberapa macam sayur tanpa daging dan dua kati arak. Semula pendeta tua itu merasa heran sekali melihat banyak orang yang bisik-bisik, seperti tengah membicarakan sesuatu yang luar biasa. Tentu saja hal ini menarik perhatiannya, sehingga ketika seorang pelayan mengantarkan pesanannya, dia menarik tangan pelayan itu, memberikan dua tail perak dan menanyakan sesungguhnya apa yang telah terjadi ditempat tersebut. Pelayan itu segera memperlihatkan wajah yang bersungguh-sungguh.161 "Taisu mungkin baru sampai dikota ini, sehingga belum mengetahui ... !" Kata pelayan itu. "Benar-benar aneh! Benar- benar hebat!" "Apanya yang aneh? Apanya yang hebat?", tanyanya pendeta itu sabar. "Benar-benar luar biasa, Taisu .... seorang pendeta, yang pakaiannya sangat aneh sekali yang kepalanya memakai kopiah kecil terbuat dari emas, bertubuh gemuk dan besar kepalanya .....kepalanya botak seperti .... seperti Taisu ... dan juga kalau tidak salah dia berasal dari Mongolia !" Si pendeta tua tersenyum sabar mendengar itu. "Itu tidak perlu dibuat heran, bukan ?" Tanyanya "walaupun negeri ini telah aman dan tentara Mongolia dipukul mundur pulang ke-negerinya, dan kini ada seorang pendeta dari Mongolia yang berkeliaran didaratan Tionggoan hal itu tidaklah perlu dibuat heran atau aneh. Bukankah kini bukan jaman perang ? Mengapa kita harus memberikan kesan yang tidak baik sebagai tamu, pendeta Mongolia itu harus dihormati!" "Ohhh. Taisu belum tahu !" Berseru pelayan itu sambil memperlihatkan wajah yang bersungguh-sungguh. "Jika dia sebagai pendeta Mongolia saja. hal itu memang tidak perlu dibuat heran .. tetapi justru yang luar biasa, pendeta itu membawa seorang Wanita cantik seperti bidadari, yang mukanya merah sehat, rambutnya dikonde ujungnya terurai memakai baju merah dan angkin hijau, cantik luar biasa." "Apakah kau ingin mengartikan pendeta Mongolia itu adalah pendeta cabul?" Tanya pendeta tua itu sambil mengerutkan alisnya. o0o^d!w^o0o162 "BUKAN!" Menyahut pelayan itu cepat. "Wanita cantik Ini dikurung disebuah kamar sedangkan pendeta Mongolia itu tidur di kamar lainnya". "Apa maksud pendeta itu?" Tanya si hweshio , tambah tidak mengerti "Dan tahukah engkau siapa gelarnya?" Si pelayan menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak tahu". jawabnya. "Tetapi menurut keterangan tuan kuasa rumah penginapan ini yang memiliki pengetahuan luas ragam pergaulannya dengan orang-orang rimba persilatan, bahwa pendeta Mongolia itu adalah seorang pendeta setengah dewa". Si Hweshio tersenyum mendengar perkataan si pelayan, yang dianggapnya lucu. "Lalu, apa yang luar biasa lagi didiri pendeta Mongolia itu ?' tanya si hwesio. "Diapun membawa seekor rajawali yang besar sekali, yang mulutnya diikat, sepasang kakinya diikat, dan kedua sayapnya juga diikat. Besar sekali ukuran rajawali itu, lebih besar dari manusia dewasa !" Kali ini muka si Hwesbio jadi berobah mendengar disebutnya soal rajawali itu. Dia jadi teringat kepada seorang sahabatnya yang juga memiliki seekor rajawali yang besarnya melebihi ukuran manusia dewasa. "Mengapa rajawali itu diikat ?" Tanya si-Hweshio akhirnya. "Entahlah kata orang yang mengerti, tentunya pendeta itu telah menaklukan rajawali itu, sedangkan burung rajawali itu adalah rajawali siluman " Menyahuti si pelayan. Mendengar pelayan itu mulai bicara tidak karuan persoalan takhayul, pendeta tersebut sudah tidak berpikir untuk mendengar keterangannya, dia telah perintahkan pelayan Itu agar pergi meninggalkannya, dan si hweshio bersantap menghabiskan makanannya.163 Setelah itu dia meminta kepada kuasa rumah penginapan agar mempersiapkan sebuah kamar, karena diapun akan bermalam dirumah penginapan tersebut. Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dihatinya si hweshio jadi tertarik untuk menyelidiki persoalan tersebut, dia ingin mengetahui siapakah pendeta Mongolia yang disebut sebagai pendeta setengah dewa itu oleh si pelayan rumah penginapan tersebut. Tetapi ketika si Hweshio hendak menaiki undakan anak tangga. disaat itulah dari atas loteng tengah menuruni anak tangga tersebut seorang pendeta. Waktu itu si Hweshio melihat pendeta itu seorang pendeta Mongolia, dia tercekat hatinya, dia sampai memandang tertegun "Kim Lun Hoat-ong" Pikirnya. Namun akhirnya si Hweshio berhasil menindih goncangan hatinya, dia menundukkan kepalanya agar tidak menimbulkan kecurigaan pendeta Mongolia itu, yang telah turun Lewat disampingnya. "Kim Lun Hoat-ong telah meninggal...pendeta ini bukan dia, karena wajahnya lain, hanya jubah dan bentuk tubuhnya yang gemuk itulah yang mirip-mirip dengan Kim Lun Hoat-ong" Berpikir hweshio itu, sambil terus menaiki undakan anak tangga dan memasuki kamarnya. Didalam kamar, si pendeta jadi mengerutkan, alisnya dan tampaknya tengah berpikir keras. "Apa maksudnya pendeta Mongolia itu berkeliaran didaratan Tionggoan lagi...pasti dibalik semua ini terdapat persoalan yang besar...seperti yang baru beberapa saat yang lalu ketika ada urusan yang tengah kuhadapi...!" Dan si Hweshio telah menghela napas lagi, wajahnya jadi murung. "Dilihat demikian, tampaknya kerajaan song sulit untuk dilindungi, para pembesarnya gentong nasi semua, sedangkan pihak Mongolia tetap gigih berusaha mengincar untuk mencaplok daratan Tionggoan. Terlebih lagi Kublai Khan tampaknya lebih cerdik dari Kaisar Mangu. Ai, Ai, memang sudah takdir, sulit mengelak takdir.....!"164 Berulang kali hweshio itu menghela napas panjang pendek, sampai akhirnya dia duduk diam dikursi dalam kamarnya itu, dia terus memuji sang Budha. Sampai akhirnya si hweshio mendengar suara langkah kaki yang berat di undakan anak tangga, dia menduga bahwa pendeta mongolia itu tentu tengah menaiki pula undakan anak tangga untuk kembali kekamarnya. Memang tadi pendeta Mongolia itu Tiat To Hoat-ong telah turun keruang bawah untuk membereskan sewa kamarnya, karena dia bermaksud begitu hari mulai gelap dia ingin melanjutkan perjalanannya. Si Hweshio cepat-cepat membuka sedikit daun pintunya, yang kebetulan berhadapan dengan tikungan anak tangga diloteng itu. dia mengintai keluar dilihatnya Tiat To Hoat ong melangkah menuju kearah kamarnya langkah-langkah lebar, setelah tiba dimuka kamarnya, pendeta Mongolia itu berhenti sejenak, tampaknya dia ragu-ragu untuk segera memasuki kamarnya dia menoleh memandang kearah kamar disebelahnya yang pintunya tertutup rapat. Setelah tersenyum sejenak, pendeta Mongolia itu membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk, lenyap dibalik pintu kamarnya. Si hweshio yang telah mengintai memperhatikan gerak- gerik pendeta Mongolia itu, jadi mengerutkan sepasang alisnya yang telah putih itu. Perlahan sekali, seperti berbisik dia telah memuji kebesaran sang Budha. Ditutupnya kembali pintu kamarnya dan duduk dikursinya semula. "Hai, jika dilihat tindakan kakinya, matanya dan keadaannya, pendeta Mongolia itu memiliki kepandaian yang tidak berada dibawahnya Kim Lun Hoat-ong. Siapakah dia? Apa maksudnya datang ke Tionggoan? Tadi pelayan mengatakan bahwa wanita cantik dan burung rajawali yang diikatnya telah dikurung dikamar sebelahnya yang tadi diawasinya. Siapakah wanita cantik itu ? apakah mungkin dia ?165 dan apakah burung rajawali yang dibawanya itu mungkin Sin Tiauw milik dia ?, mengapa aku tidak coba-coba melihatnya ?" Karena berpikir begitu, dengan cepat si Hweshio membuka pintu kamar disebelah kamar si pendeta Mongolia itu. Pintu itu ternyata terkunci dari luar, tetapi hweshio itu telah mendengarkan dulu sejenak, lalu mengulurkan tangannya yang ditempelkannya didaun pintu dikerahkan tenaga lwekangnya. Luar biasa sekali dengan mengeluarkan suara "takkk" Yang perlahan sekali, besi engsel itu telah berhasil dipatahkannya dengan mudah. Dengan hati-hati si Hweshio telah mendorong daun pintu itu sehingga terpentang. Sesosok tubuh wanita tampak menggeletak dilantai. Sedangkan disampingnya mengeletak seekor burung rajawali berukuran besar, keduanya tampaknya tengah tertidur nyenyak sekali. Melihat wanita itu, dan melihat rajawali itu, hampir saja si hweshio mengeluarkan seruan tertahan karena sangat terkejut. Dia kenal dengan baik wanita yang menggeletak dilantai itu, dan mengenali dengan baik pula rajawali disamping wanita cantik tersebut, karena wanita cantik itu tidak lain dari Siauw Liong Lie dan rajawali itu tidak lain dari Sin Tiauw. Muka si hweshio jadi berobah merah padam, tampaknya dia murka bukan main. Namun disaat si hweshio mau melangkah menghampiri untuk menolongi Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw, justru disaat itulah dia merasakan dari belakangnya meluncur angin serangan yang kuat sekali, yang berat luar biasa, mungkin seribu kati. Tetapi hweshio itu tidak menjadi gugup, dengan mengucap "Siancai" Berulang kali, dia telah mengempos semangatnya, mengerahkan tenaga murninya dipunggungnya itu menjadi kebal untuk menerima serangan dahsyat itu.166 "Buuuukkk'" Terdengar suara benturan yang keras sekali waktu punggung si Hweshio itu terhajar oleh serangan dari belakang. Tubuh hweshio tersebut bergoyang-goyang tetapi sepasang kakinya seperti terpantek dilantai. Tidak bergeser sedikitpun. Sedangkan orang yang melancarkan serangan gelap itu. Mengeluarkan seruan tertahan. Jangankan manusia, sedangkan batu saja jika terhajar oleh serangannya dengan kekuatan seperti tadi, niscaya batu itu akan remuk hancur menjadi bubuk. Tetapi hweshio itu justeru dapat diserangnya dengan jitu, namun tidak mengalami sesuatu kerugian apapun juga. Saat itu si hweshio dengan tenang dan gesit sekali telah memutar tubuhnya. Segera dilihatnya, yang melancarkan serangan tadi adalah si imam Mongolia itu. "Siancai! Siancai" Si hweeshio menyebut ke besaran sang Buddha. "Sungguh hebat sekali ke pandaian yang kau miliki, Taisu". Orang yang melancarkan serangan itu memang Tiat To Hoat ong, dia menduga bahwa dengan sekali serang tentu dia akan dapat merobohkan hweshio itu. Tadi waktu dia memasuki kamarnya dan ingin merebahkan tubuhnya dipembaringan, dia mendengar samar sekali suara langkah kaki yang ringan. Dia jadi bercuriga, terlebih lagi suara langkah kaki itu mendekati kamar disebelah kamarnya. Dengan cepat Tiat To Hoat-ong telah melompat turun dari pembaringannya, dia menghampiri pintu kamarnya, berdiri disitu untuk memasang pendengarannya lebih tajam. Disaat itulah dia mendengar lagi suara "tak" Yang halus, suara patahnya benda logam, menyebabkan pendeta Mongolia ini tambah gusar, karena dia dapat menduga suara apa itu, yaitu patahnya engsel pintu.167 Dengan hati-hati Tiat To Hoat-ong telah membuka pintu kamarnya dan keluar berindap-indap dengan langkah yang ringan, dan disaat itu kebetulan dia melihat seorang hweshio tengah memandang kedalam dengan tubuh mematung. Sebetulnya, si hweshio pasti mengetahui kedatangan Tiat To Hoat-ong di belakangnya kalau saja dia tidak tengah diliputi keterkejutan yang hebat melihat Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw tertawan begitu rupa. "Apa maksudmu memasuki kamar ini?" Bentak Tiat To Hoat-ong dengan aseran dan kasar. "Siancai, Siancai, semula waktu mendengar cerita pelayan, Siauwceng (aku pendeta kecil) telah menduga bahwa wanita dan rajawali yang berada bersama Taisu adalah sahabat Siauwceng. Setelah Siauwceng melihat sendiri, memang Hujin (nyonya) itu bersama rajawali tersebut ialah sahabat baik Siauwceng. Sesungguhnya ada persengkataan apakah antara Taisu dengan mereka?..." Saat itu muka Tiat To Hoat ong sudah berobah tidak sedap dipandang, dia mendengar bahwa hweshio dihadapannya ini adatah sahabat Siauw Liong Lie dan rajawali itu. keruan saja dugaannya bahwa kedatangan hweshio tersebut pasti ingin menolongi kedua tawanannya itu. Maka tanpa menanti habisnya perkataan si hweshio, dengan cepat sekali tangan kanannya telah diulurkan akan menghajar dada si hweshio, juga tangannya yang kiri teluh mencengkeram jalan darah Pie-tu-hiat dipangkal lengan si hweshio. Namun hweshio tersebut juga memiliki kepandaian yang luar biasa hebatnya, dengan mengeluarkan suara dengusan perlahan, dan kemudian memuji kebesaran Sang Buddha karena melihat serangan pendeta Mongolia itu terlalu kejam, dia berkelit kesamping, Dengan sendirinya serangan Tiat To Hoat-ong telah jatuh ditempat kosong. "Akhhh, sayang, sayang .... !" Berkata si hweshio.168 o0o^d!w^o0o Jilid 06 TIAT TO HOAT-ONG penasaran bukan main, disamping itu dia juga kaget melihat Hweshio dihadapannya ini merupakan seorang hweshio yang memiliki kepandaian hebat, maka dia bersikap hati-hati, lebih waspada. Waktu mendengar si hweshio mengatakan "Akhh, sayang, sayang...", Tiat To Hoat ong telah menangguhkan serangan susulan yang tadinya akan dilancarkan. "Sayang apa ?" Tegurnya bengis. "Taisu memiliki kepandaian demikian tinggi, tetapi justru Taisu telah mempergunakannya untuk melakukan perbuatan salah ! Bukankah itu harus dibuat sayang?". "Mengapa kau bisa menyebut aku ini telah melakukan perbuatan salah?" Bentak Tiat To-Hoat-ong dengan murka. "Hudya telah menangkap wanita berdosa itu, dan rajawali pembawa malapetaka itu apakah itu suatu perbuatan yang salah?" "Wanita berdosa dan rajawali pembawa malapetaka?" Mengulang hweshio itu sambil mengerutkan sepasang alisnya, wajahnya berobah. "Akhh, Siancai! Siancai! Setahu Siauwceng nyonya itu seorang yang berbudi, dialah seorang pendekar wanita nomor satu di jaman ini. Bagaimana mungkin Taisu mengatakannya nyonya itu sebagai wanita berdosa? Dan juga mengenai rajawali sakti itu merupakan binatang peliharaan nyonya ini dan suaminya, yang selalu patuh terhadap perintah majikannya...jika tidak diganggu seseorang, tentu rajawali itu tidak akan menimbulkan kerusuhan, Bagaimana Taisu bisa mengatakannya juga bahwa rajawali itu, adalah rajawali pembawa malapetaka? Mungkin Taisu telah salah menilai..."169 Muka Tiat To Hoat-ong telah berobah merah padam, dia murka bukan main, tetapi pendeta Mongolia ini berusaha menindih kegusarannya itu karena dia melihat hweshio dihadapannya ini bukan hweshio sembarangan. "Siapa kau sesungguhnya?" Bentak Tiat To Hoat-ong. "Sancai! Siancai!" Memuji hweshio itu. "Sahabat-sahabat memberikan julukan kepadaku sebagai Lim Ceng, si pendeta dari Selatan. Siauw Ceng she Toan dan bernama Tie Hin, dan memiliki gelaran ringan It Teng Taisu..!" Jika yang mendengar kata-kata itu Kim Lun Hoat-ong, mungkin tubuh Kim Lun Hoat-ong akan gemetar, karena nama itu bukan sembarangan nama, nama dan gelaran yang telah menggetarkan jagad dan diakui oleh orang-orang rimba persilatan, dalam kalangan Kangouw! Memang Hweshio itu tidak lain dari Toan Hongya, bekas kaisar Taili, yang telah mensucikan diri dan bergelar It Teng Taisu. Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL