Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Ilmu Ulat Sutera 13


Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 13


Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   Wajah Giok-koan Tojin terlihat murung tapi dia tampak tidak terluka, dia juga bisa berdiri dengan tegak lalu menarik nafas panjang.   "Tenaga dalam orang ini tidak terukur, aku bukan lawannya, pantas Wan Fei-yang bisa kalah darinya!"   Ci-liong-ong dan Pek-jin Taysu baru merasa tenang, sebab Giok-koan Tojin terlihat tidak kurang sesuatu, tidak ada yang terluka sedikit pun. Pek-jin Taysu tertawa kecut.   "Dia sengaja memamerkan kepandaiannya!"   "Dia ingin menunjukan bahwa kemampuannya sudah mencapai tingkat seperti itu, kita tidak bisa berkata apa-apa lagi!"   Kata Ci-liong-ong. Tiba-tiba Liu Sian-ciu bertanya kepada Giok-koan Tojin.   "Menurutmu, kalau kita bergabung, apakah kita bisa mengalahkan dia?"210 Tanpa berpikir lagi Giok-koan Tojin langsung berkata.   "Bertarung satu lawan satu pada akhirnya mungkin akan berakhir seperti diriku, seharusnya aku tidak berkata seperti ini, tapi tenaga dalam orang itu benar-benar tidak terukur, kita tidak bisa mendekatinya sama sekali, punya senjata di tangan pun percuma, kalau kita bergabung dan menyerangnya, mungkin tenaga dalamnya tidak akan bisa menguasai ke seluruh penjuru, tapi mungkin..."   Giok-koan Tojin berhenti bicara. Kata Liu Sian-ciu.   "Jika bergabung kita mungkin kita bisa mengalahkan dia, tapi itu baru kemungkinan, walau bagaimana nama kita akan tercoreng, sebab dengan jumlah banyak menghadapi lawan yang berjumlah sedikit, nama kita jadi tidak enak untuk disandang!"   "Aku sudah terpikirkan akan hal ini!"   Kata Giok-koan Tojin.   "saat Mo-kauw menyerang Tiong-goan, selalu berhasil dikalahkan oleh pesilat Tiong-goan, maka mereka akan bersama-sama menyerang terlebih dulu!"   "Itu karena setiap kali menyerang satu lawan satu, lebih banyak kalahnya dari pada menangnya, maka dengan terpaksa mencoba-coba dulu, tapi keada an sekarang sangat berbeda,"   Ci-liong-ong tertawa kecut.   "dengan adanya Beng To yang begitu kuat, mana mungkin mereka tidak akan memperalatnya?"   "Benar..."   Jawab Pek-jin Taysu, dia teringat pada perkiraan Kouw-bok, Giok-koan Tojin pun demikian. Dia menarik nafas.   "Perkumpulan bisa melakukannya tapi kita tidak, kalau tidak, di dunia ini tidak akan ada berbedaan antara yang sesat dan yang lurus,"   Lalu dia melanjutkan lagi.   "lawan211 datang dengan jantan menantang kita, kita pun harus dengan jujur menyambut tantangan mereka!"   "O-mi-to-hud!"   Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha, sorot mata Giok-koan Tojin menatap Pek-jin Taysu, dia menggelengkan kepala.   "Tadi aku hampir mati!"   Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha lagi.   "Kalau keahliannya tidak setinggi lawan, kalah adalah hal biasa, itu bukan suatu penghinaan, hanya saja kita sudah tua, mungkin tidak akan mengalami kemajuan lagi!"   "O-mi-to-hud..."   Sekali lagi Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha, dia sangat emosi. Giok-koan Tojin kalah dalam pertarungan ini, l lalu berpikir untuk bergabung dan menyerang Beng To, cara ini bagi orang lain lebih terpikir lagi. Tawa Beng To memecah keheningan.   "Berikutnya siapa?"   "Pek-jin Taysu dari Siauw-lim-pai.. Pek-jin Taysu membawa singkupnya dan mendekati Beng To.   "Menurut kabar Siauw-lim-pai mempunyai 72 ilmu istimewa yang sangat terkenal, hari ini aku senang punya kesempatan menyaksikannya,"   Kata-kata Beng To terdengar sangat sungkan, tapi tidak terlihat dari sikapnya.   "72 jurus Siauw-lim, aku hanya mempelajari 45 jenis saja,"   Singkup Pek-jin Taysu mulai bergerak, jurus 'Kang-mo- cap-pwee-sut' sudah dikeluarkan (18 jurus penakluk iblis).   Singkup tidak setajam pedang Giok-koan Tojin, tapi beratnya 10 kali lipat dari pedang Giok-koan Tojin.   Disapukan oleh kedua tangan Pek-jin Taysu, gerakannya cepat dan menimbulkan gelombang keras, tempat yang212 dilewatinya tampak debu dan tanah beterbangan dengan hebat, sungguh membuat siapa pun jadi gentar.   Tapi senjata apa pun bagi Beng To tidak ada bedanya.   Sesudah Pek-jin Taysu menyerang hingga jurus ke-9, singkup sudah tidak bergerak dengan leluasa, akhirnya dia mengerti apa yang dikatakan Giok-koan Tojin 'tidak terukur' sekarang dia pun harus mengakui bahwa benar-benar tidak terukur.   Singkup sudah tidak bisa digunakannya lagi.   Selain hanya menghabiskan tenaga dalam, dia merasa tidak ada gunanya.   Tapi ingin membuang singkup itu pun bukan hal yang mudah.   Kekuatan tidak terlihat dari Beng To seperti mengikat kedua tangan dan singkup itu.   Akhirnya singkup berhasil ditancapkan ke tanah, baru kekuatan itu menghilang dan bisa bertarung dengan tangan kosong.   Tenaga dalamnya segera disalurkan ke jari tengah tangan kanannya, kemudian diringi 'Say-cu-houw' (auman singa) jari tengahnya menunjuk dada Beng To.   'Say-cu-houw' dan 'Kim-kong-ci' (Jari Kim-kong) adalah salah satu dari 72 jenis ilmu istimewa Siauw-lim, ilmu ini sulit dilatih dan sulit berhasil sampai tahap memuaskan jika bukan karena Pek-jin Taysu luar biasa sabar, dia tidak akan melatih kedua jenis ilmu ini.   Pek-jin Taysu bisa melatih kedua ilmu ini sampai tingkat atas.   Auman itu membuat angin dan awan seperti ikut terkejut, Beng To juga terpaku, saat itu Kim-kong-ci segera menyerang Beng To.   CES CES terdengar, Pek-jin Taysu merasa tenaga dalam Beng To yang keluar, terpecah oleh kekuatan Kim-kong-ci nya.213 Tapi perasaan Beng To sangat tajam, reaksinya pun sangat cepat, segera tangan kanannya mengepal, dia menyambut Kim-kong-ci yang menyerangnya.   Kepalan tangan kanannya dijulurkan, warnanya putih tidak seperti kulit manusia biasanya, tidak diragukan lagi semua tenaga dalamnya sudah ter kumpul di sana.   Arah Kim-kong-ci milik Pek-jin Taysu tidak berubah dan menusuk kepalan tangan kanan Beng To, Pek-jin Taysu tahu jika dia menyerang bagian lain tentu akan lebih baik hasilnya.   Tapi dia juga tahu Beng To akan merobah gerakan dengan cepat, akhirnya Kim-kong-ci tetap akan mengenai kepalan Beng To, Pek-jin Taysu juga tahu semakin lama bertarung kekuatan Kim-kong-ci akan semakin melemah.   Sewaktu dia sedang berpikir, jari dan kepalan tangan sudah mengenainya, tapi dia melihat jarak jarinya dengan kepalan Beng To masih ada 3 inchi lagi.   Kemudian jarinya merasa seperti mengenai sebuah benda kuat dan liat.   Pek-jin mengeluarkan aumannya dan Kim-kong-ci bisa masuk sedalam 1 inchi lagi.   Bersamaan waktu Beng To pun membentak, kemudian kepalan tangan kanannya didorong ke depan, dia memang tidak pernah berlatih Say-cu-houw tapi tenaga dalamnya sangat kuat, bentakannya menggetarkan langit dan bumi, bahkan bisa menutupi auman Pek-jin Taysu.   Bersamaan waktu tubuh Pek-jin Taysu tergetar oleh kepalan tangan Beng To hingga terdorong sejauh 2 depa.   Kepalan tangan kiri Beng To menusul menghantam, kedua kepalan tangannya silih berganti menghantam sebanyak 7 kali dan membentak beberapa kali, memaksa Pek-jin Taysu mundur hingga 10 depa.   Suara yang keluar besar dan kuat, tidak ada yang bisa menandingi.214 Pek-jin Taysu mundur dan terus mundur lagi.   Karena kekuatan tenaga dalam Beng To, Kim-kong-ci tidak bisa dikeluarkan kedahsyatannya, dia menarik nafas panjang, Beng To tidak menyerang lagi, terlihat dia tertawa.   "Apakah Taysu mengaku kalah?"   "Terimalah jurus kakiku 'Kwan-im-cu'!" (Kaki Kwan-im), Pek-jin Taysu mengangkat kaki kirinya, dia berdiri dengan sebelah kakinya, melayang ke atas, kemudian kaki kanannya menendang Beng To. Kwan-im-cu termasuk salah satu dari 72 jurus Siauw-lim- si, kekuatannya berada di atas Kim-kong-ci, bila tidak punya tenaga dalam yang kuat, tidak akan bisa memperagakan ilmu ini. Yang pasti sekarang Pek-jin Taysu tidak menyimpan semua perubahan Kwan-im-cu dia sudah bergerak tidak tanggung-tanggung di tengah udara. Ketika tendangan belum habis tendangan kedua sudah dikeluarkan secara berturut-turut sebanyak 36 kali, menyerang dari seluruh penjuru yang berbeda. Ada serangan kosong ada yang isi, siapa pun sulit untuk menduganya. Beng To pun tidak bisa menduga serangannya, tapi tenaga dalamnya terus berputar, tubuhnya seperti dibungkus oleh sebuah kantong kuat dan berangin, tendangan Pek-jin dari arah mana pun baginya tidak ada bedanya. Begitu pun bagi Pek-jin Taysu, setelah tendangannya habis, tidak menunggu Beng To datang membalas langsung kembali ke tempat semula.   "Apakah kepandaian Taysu hanya begitu saja?"   Kata Beng To tertawa215 Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha.   "Kang-mo- cap-pwe-sut, Kim-kong-ci, Say-cu-houw, Kwan-im-cu, sudah kukeluarkan, tapi kau lihat sendiri hasilnya seperti ini!"   "Tidak disangka Taysu mau bicara jujur!"   Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha lagi, dia berkata kepada Ci-liong- ong dan Liu Sian-ciu.   "Seumur hidupku pertama kali aku bertemu dengan pesilat yang begini tangguh, tenaga dalamnya kuat dan aneh, dia tidak bergerak tapi saat kita ingin mengerahkan tenaga dalam untuk melindungi tubuh kita, ternyata tidak mudah. Apalagi dia bisa setiap saat mengatur tenaga dalamnya menyerang kita!"   "Apakah kita harus menerima kekalahan ini?"   Tanya Ci- liong-ong. Pek-jin Taysu menggelengkan kepala.   "Aku mendukung semua orang bergabung dan bertarung dengannya, mungkin ada salah satu dari kita bisa melihat diamana kelemahannya!"   Ci-liong-ong tertawa.   "Maksudku pun seperti itu, dia tidak memakai senjata tapi bisa mengalahkan kita, dia juga tidak terlihat lelah, dan tampak dia juga belum mengeluarkan seluruh tenaganya, hanya dengan ini saja dia sudah bisa menyombongkan dirinya, kita harus mengakui kepandaian kita masih berada di bawahnya, melihat keadaannya kita masih harus bertarung sekali lagi, bila kita bisa mendapatkan kelemahannya, itu lebih bagus!"   Pek-jin melantunkan bacaan Budha, Ci-liong-ong berkata.   "Sekarang giliran naga malas meluruskan otot-ototnya!"   Baru saja kata-katanya habis, seluruh tubuhnya sudah mengeluarkan bunyi berderak seperti kacang goreng, semua orang tahu bahwa dia berlatih ilmu 'Cap-sa-tay-po' dan216 sudah mencapai taraf golok dan tombak tidak bisa menembus tubuhnya.   Tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat ke-12, dia bisa melukai orang dengan daun atau bunga, baginya keahlian seperti ini hanya masalah kecil.   Dari awal dia sudah ingin mencoba bertarung ilmu lweekang dengan Beng To tapi Ci-liong-ong memang bersifat malas, melihat ada orang yang berebut ingin bertarung dengan Beng To, dia lebih suka melihat saja dari pinggir, dan melihat seberapa kuat Beng To sebenarnya.   Hingga saat ini dia belum bisa melihat dan merasa menyesal mengapa bukan dia yang pertama yang bertarung dengan Beng To, kalau saja dia yang pertama bertarung, itu akan lebih meringankannya, dan rasa percaya dirinya lebih tinggi.   Tapi sekarang rasa percaya dirinya sudah hilang walau dia tetap akan berusaha, tidak percaya diri bukan berarti tidak mempunyai peluang, Karena itulah tawa dan gerakannya terlihat malas- malasan.   Baru melangkah satu langkah, Thi Gan dari Tiam-jong Pai berkata.   "Lebih baik kau perhatikan dulu, biar aku yang bertarung dulu!"   Dia segera meloncat keluar, saat Ci-liong-ong melihatnya, dia tertawa.   "Semua orang tahu ilmu meringankan tubuh Tiam-jong- pai paling bagus, aku ingin merebut pun tidak akan bisa!"   Kalimatnya belum selesai, Thi Gan sudah melewati kepala Beng To, tangannya memegang sepasang Yan-leng-to dan terjulur ke bawah.   (Pisau berbentuk bulu ekor burung walet).217 Pisau itu benar-benar seperti ekor burung walet begitu tipis seperti kertas khusus untuk memecahkan tenaga dalam.   Thi Gan selalu memperhatikan Beng To, juga memperhatikan saat Giok-koan Tojin bicara kepada Pek-jin Taysu, satu-satunya kesimpulan yang dia dapatkan adalah tenaga dalam Beng To sangat kuat dan berada di puncaknya.   Jika ingin mengalahkan dia harus menghancurkan kantong pelindungnya, saat Kim-kong-ci dan Sau-cu-houw keluar secara tiba-tiba hampir membuat Pek-jin Taysu berhasil tapi akhirnya tetap kalah, bagi Thi Gan bukan karena kepandaian Pek-jin Taysu kurang bagus, melainkan karena Kim-kong-ci nya kurang tajam dan kurang cepat.   Kalau gerakannya lebih cepat ditambah dengan adanya senjata tajam, mungkinkah bisa berhasil mengalahkan Beng To? Thi Gan pun tidak tahu, tapi dia percaya kegunaan sepasang Yan-leng-to nya dan tentu saja percaya pada kecepatannya.   Waktu itu dia merasa tenaga dalam Beng To dan tenaga pisaunya dengan cepat terpisah dan pisaunya bisa menepis kepala Beng To, tapi itu hanya sebentar, kemudian perasaan itu sudah menghilang.   Sebab begitu Yan-eng-to bertemu dengan tenaga yang kuat langsung mental, begitu mental gerakan tubuhnya jadi terganggu, tadinya Yan-leng-to bisa bergerak maju dan lurus, sekarang menjadi miring dan terbang ke atas.   Sewaktu dia turun, dia melihat sepasang pisau nya seperti telah tertempel sesuatu, hingga pisau itu menjadi gelap.   Dia terkejut, dari sudut matanya dia melihat Beng To sudah berlari ke arahnya.218 Kecepatan Beng To masih berada di atasnya, ketika sepasang pisau menyambutnya, saat itu Beng To sudah menghampiri Thi Gan.   Tenaga kuat segera datang menerjang.   Sepasang pisau itu dengan cepat diayunkan, tapi tenaga dalam yang datang menerjang membuat tubuhnya menjadi miring, Beng To pun lewat di sisinya, Thi Gan menyapu ke belakang dengan pisaunya, tapi tenaga besar sudah mengenai pinggangnya, membuat tubuhnya naik.   Di udara dia merubah gerakan sebanyak 7 kali, tiba-tiba dia melihat Beng To di atas kepalanya, tubuhnya sudah berubah secara total, tapi Beng To belum merubah gerakannya, dari belakang Beng To menepuk punggungnya.   Tepukan ini sangat keras hingga Thi Gan berteriak, tubuhnya berguling-guling di udara, lalu terbanting ke bawah ke tempat di mana dia berdiri tadi.   Giok-koan Tojin dan Pek-jin Taysu dengan cepat berlari ke tempat Thi Gan jatuh, dengan baju yang digulung mereka mengangkat tubuh Thi Gan yang terbanting.   Thi Gan turun dengan cara berguling-guling, wajahnya benar-benar terlihat marah, kedua pisaunya dimasukkan ke dalam sarungnya, sepatah kata pun tidak terucap keluar.   Ci-liong-ong mengerutkan alisnya.   "Lo-te..."   "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan..."   Kata Thi Gan sambil marah.   "orang itu sengaja memamerkan kepandaian dan kekuatannya, hanya ingin mempermalukan kita di hadapan banyak orang."   Ci-liong-ong tersenyum.219 "Sekarang aku mengerti, jika tenaga dalam seseorang sangat dalam maka ilmu meringankan tubuhnya pun pasti bagus!"   "Prinsip apa itu?"   Tanya Thi Gan tertawa dingin.   "Aku tidak bisa ilmu meringankan tubuh maka tidak akan mengerti seperti dirimu, tapi aku percaya dengan tenaga dalam ada hubungannya!"   Thi Gan terdiam, Ci-liong-ong melihat Liu Sian-ciu.   "Kalau kau mau keluar duluan, aku tidak akan menentang!"   Liu Sian-ciu menggelengkan kepala.   "Aku belajar ilmu silat terlalu banyak tapi tidak ada yang bisa kukuasai dengan baik, ilmu pedangku jauh dari Giok- koan To-heng, tendanganku tidak bisa menyaingi Pek-jin Taysu, ilmu meringankan tubuhku tidak seperti Thi Gan, kau masih punya tenaga dalam yang bisa diperagakan, sedangkan aku tidak tahu harus memperagakan ilmu apa."   "Sifatmu tetap seperti itu tidak mau melakukan jika tidak yakin."   Kata Ci-liong-ong tersenyum.   "Kali ini aku tidak punya keyakinan!"   "Kalau begitu aku tidak enak memaksamu bertarung!"   Ci-liong-ong dengan sikap malas-malasan berjalan ke depan Bok Touw-toh.   "Bagaimana denganmu?"   Bok Touw-toh tertawa kecut.   "Yang aku pelajari adalah ilmu lweekang, tapi tenaga dalam Toa-suheng jauh lebih baik dariku!"   Ci-liong-ong tertawa dan berjalan lagi, dia adalah orang Bu-tai-pai, di kalangan persilatan itu sudah bukan rahasia lagi. Beng To menatapnya lalu bertanya.220 "Apakah kau adalah orang yang paling kuat tenaga dalamnya?"   "Tidak juga"   "Lawanku yang paling kuat dalam mengadu tenaga dalam adalah Wan Fei-yang, apakah kau pernah bertarung dengannya?"   "Belum pernah, karena itu aku berani keluar."   "Kau lebih tenang dibandingkan yang lain!"   "Berlatih ilmu lweekang membutuhkan kesabaran, semakin sabar maka tenaga dalamnya akan semakin bagus jika tenaga dalam bagus kesabaran pun akan baik, dengan kesabaran yang baik, maka orang pun akan semakin tenang,"   Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ci-liong-ong tertawa.   "kalau berlatih tenaga dalam tidak tenang maka akan tersesat!"   "Apakah benar seperti itu?"   "Inilah teori dari perkumpulan lurus, kau dari Mo-kauw tidak akan mengerti, kalau kami menamakannya berlatih hingga tersesat kalian menamakannya apa?"   Beng To terpaku.   "Kau tidak mengerti!"   Kata Ci-liong-ong.   "Apa yang perlu dimengerti?"   "Tidak juga..."   "Ku rasa itu hanya sebuah prinsip sederhana, orang sepertimu yang memiliki ilmu lweekang tentunya harus mengerti!"   "Aku tidak mengerti dan kesabaranku pun kurang bagus!"   "Kalau begitu, aku harus curiga bahwa tenaga dalammu tidak didapat karena berlatih sendiri!"   Ci-liong-ong bertanya lagi.221 "Apakah benar kau bisa mendapatkan tenaga dalam melalui Ilmu Ih-hoa-ciap-bok yang kau peroleh dari Mo- kauw? Memindahkan tenaga dalam orang lain yang didapat dengan susah payah dengan mudah kau masukkan ke dalam tubuhmu sendiri?"   "Apakah kau tertarik?"   "Sebenarnya kesabaranku kalah dari Pek-jin Taysu, sifat dan pembawaanku sejak lahir sudah malas. Aku tidak senang menendang-nendang atau pukul memukul, maka aku memilih berlatih tenaga dalam yang dalam tidur pun bisa dilakukan. Orang yang malas bila memiliki cara berlatih begitu ringan, mana mungkin tidak tertarik?"   "Kau melihat dengan teliti!"   Beng To mengangkat tangan kanannya menghadap ke arah Ci-liong-ong.   Kulitnya sudah kembali normal, yang di maksud dengan normal tetap saja tidak senormal orang biasa.   Ci-liong-ong ikut mengangkat tangan kanannya, telapak tangannya lebih besar dan lebar dibandingkan orang biasa dan berwarna merah tua.   Begitu melihat telapaknya sudah terlihat ilmu luar dan dalam orang ini sudah ada dasarnya dan sudah berhasil.   Beng To melihatnya, tapi dia seperti tidak mempermasalahkan.   Secara berturut-turut dia sudah mengalahkan begitu banyak pesilat tangguh, kalau tidak percaya diri, itu baru aneh.   Ilmu lweekangnya mulai dikerahkan, awalnya di tengah-tengah telapak tangannya muncul warna perak, kemudian dengan cepat meluas, seperti di dalam telapak tapi juga seperti di luar telapak, di bawah siraman sinar matahari terlihat sangat menarik perhatian.   Ci-liong-ong melihat semua itu dengan jelas.   Dia hanya menaruh sedikit curiga dengan penglihatan matanya,222 dia tidak begitu mengerti tentang tenaga dalamnya.   Tapi dia tidak pernah melihat atau mendengar jenis tenaga dalam seperti ini.   Tenaga dalam Beng To bisa dipaksa keluar dari tubuhnya dan menjadi sebuah benda berbentuk.   Tadi Ci-liong-ong mengira dia sudah melihat dengan jelas, sekarang dia baru merasa walaupun sudah dekat dengan Beng To tapi dia belum bisa melihat dengan jelas.   Perubahan tenaga dalam Beng To sangat cepat, maka Ci- liong-ong mengerti mengapa Pek-jin Taysu dan Giok-koan Tojin tidak bisa mendekati Beng To.   Tenaga dalamnya sangat aneh, dia bisa membuat Pek-jin Taysu dan Giok-koan Tojin dalam jarak 3 depa tidak bisa mendekatinya.   Beng To memang bertarung dengan tangan kosong, tapi sebenarnya dia seperti sedang mencengkeram sebuah senjata yang bisa memanjang atau memendek, bisa berbentuk bulat atau pun persegi, bisa menyerang juga bisa bertahan.   Mo-kauw bisa melatih muridnya hingga menjadi seperti ini, apakah perkumpulan lurus Tionggoan sudah waktunya harus musnah? Ci-liong-ong sedang menaruh curiga waktu itu telapak tangan Beng To sudah berubah warna menjadi perak, di dalam telapaknya terlihat titik berwarna perak itu semakin membesar dan terus berputar-putar di tengah.   Pelan-pelan bergeser ke depan, bersamaan waktu Ci-liong-ong merasa tertekan.   Dia menarik nafas, lalu menghembuskannya.   Menarik nafas lagi, tangan kanannya semakin lama terlihat semakin merah dia menyambut tangan kanan Beng To.223 Masih berjarak satu kaki Ci-liong-ong semakin mulai merasakan terkena sesuatu, dia membentak dan menendang, tangan kiri dan kanannya bergerak.   Tapi titik berwarna abu itu tidak memudar, malah terus berputar, akhirnya tangan kanan Ci-liong-ong bisa mendekat dan mengenai cahaya perak itu dan cahaya perak itu segera menjadi terang.   Hal ini membuat Ci-liong-ong terpaku, dia merasa pusing, walaupun dia tidak mundur tapi dia merasa harus mundur.   Mulutnya menganga karena terkejut, cahaya abu itu tidak memudar, malah meledak menjadi benang dengan pelan menyebar, dan menyebar membentuk lingkaran dan menutupi Ci-liong-ong.   Dengan sekuat tenaga Ci-liong-ong memaksa tenaga dalam mengalir ke tangan kanannya karena tenaga dalam mengalir, bajunya tampak berkibar dan mengeluarkan suara.   Tenaga Beng To yang mengeluar kan ribuan atau puluhan ribu benang seperti terhalang oleh tenaga dalam Ci-liong- ong.   Gerakan maju untuk menutupi Ci-liong-ong terhenti dan benang-benang itu pun bergetar.   Ci-liong-ong merasa kepalanya bertambah pusing, benang-benang berwarna perak mulai menganyam dan dengan pelan membentuk sarang laba-laba.   Apakah semua nusi atau Kenyataan' Ci-liong-ong sedang menaruh curiga dan bersamaan waktu tenaga dalamnya terus mengalir ke telapak tangan kanannya.   Jala perak sudah berhenti dianyam, tapi tidak bisa hancur oleh tenaga dalamnya, berarti bila tenaga dalamnya tidak menyambung, jala itu akan menghampirinya.   Karena jala perak berhenti menganyam dia akan segera menyebar ke seluruh penjuru, kemudian menutupi tangan224 kanan Ci-liong-ong semakin kecil dan mengecil lalu menghilang.   Ci-liong-ong mengerti itu bukan menghilang melainkan karena mata tidak bisa melihat walaupun tenaga dalam sebagaimana kerap dan kuat tapi tetap tidak akan bisa melawan benang-benang yang ribuan jumlahnya dan lebih kecil dari jarum dan lebih kuat untuk menyerang.   Hatinya mulai terasa dingin, segera muncul pikiran untuk mundur, tapi saat itu dia mulai merasakan tangan kanannya seperti dilem.   Apakah ini ilusi atau kenyataan? Dia sendiri pun tidak yakin, tapi dia tidak akan mundur, kalah pun dia akan menerimanya.   Tenaga dalamnya masih keluar, ilmu Iweekang 'It-tiauw-liong' (seekor naga) nya dikeluarkannya dengan sempurna dan habis-habisan.   Tapi itu hanya berlangsung sebentar, dia mulai merasakan tenaga dalam Beng To membentuk benang ribuan bahkan ratusan ribu helai di tubuhnya, perasaan yang paling keras adalah di tangan kanannya, tenaga yang keluar segera dililit kemudian dibagi menjadi ribuan helai.   Tenaga dalam Beng To masuk ke dalam tubuhnya, membuat tenaga dalamnya menjadi lamban dan tidak mengalir dengan lancar.   Bisa dikatakan hampir berhenti, sebaliknya tenaga dalam Beng To semakin melilit semakin kencang, lalu mulai menyebar ke bagian atas tangan.   Ci-liong-ong benar-benar terkejut, dia mencegah tenaga dalam yang mengalir ke tangannya dan mengumpulkannya di tubuhnya.   Tapi walau bagaimanapun dia berusaha tetap tidak bisa membendung masuk tenaga dalam Beng To yang seperti225 ribuan helai benang dan bersamaan waktu dia melihat tawa Beng To seakan-akan sedang mengoloknya.   "Kau sudah tidak punya tenaga untuk menahan tenaga dalamku!"   Nada bicara Beng To tidak terjadi perubahan walaupun tenaga dalamnya keluar dan berubah-rubah. Baginya tidak terjadi gangguan apa pun, dia sudah mencapai pada taraf apa yang selama ini dia inginkan, inilah tahap tertinggi.   "Benarkah..."   Ci-liong-ong hanya bisa mengucapkan kata- kata ini, selebihnya dia mulai merasakan sulit meneruskan kalimatnya.   "Tenaga dalamku masih terus berubah, apakah kau mau tahu perubahannya seperti apa?"   "Oh..."   Ci-liong-ong terlihat curiga tapi dia ingin tahu dan perubahan seperti apa pada Beng To. Beng To menatap Ci-liong-ong dan melihat keinginannya.   "Perubahan berikutnya adalah menghisap tenaga dalam, mungkin itu hal yang paling membuatmu tertarik!"   "Apakah... harus... menerima... menerima nasihat... tersebut..."   Ucapan Ci-liong-ong terpatah-patah tapi masih terdengar gagah, sebenarnya dia terpaksa bicara seperti itu. Semua pesilat tidak bisa mendengar, mereka merasa Ci- liong-ong penuh wibawa dan gagah perkasa, tapi Pek-jin Taysu menggelengkan kepala.   "Dia sudah kalah!"   Dengan penuh rasa curiga Liu Sian-ciu berkata.   "Dia bicara dengan penuh wibawa, aku melihat dia masih bisa bertahan!"   "Bicara pun sudah terpatah-patah, dia masih bisa bertahan berapa lama?"   Liu Sian-ciu terpaku dan berkata.226 "Aku tidak berharap akan ada mujizat yang muncul, tapi dia adalah harapan kita satu-satunya..."   Dia tidak meneruskan kata-katanya karena dia mulai melihat wajah Ci-liong-ong terus berubah, keringat terus menetes dari dahinya.   *** BAB 14 Tenaga dalam Ci-liong-ong sudah dililit keluar oleh tenaga dalam Beng To.   Sisa tenaga dalamnya berkumpul untuk menyelamatkan tangan kanannya tapi tenaga ini terlilit kembali dan seperti sedang ditarik oleh benang yang jumlahnya ribuan helai.   Bila tenaga dalamnya sudah dililit keluar dari tubuhnya Ci-liong-ong akan mengalami luka dalam atau kehabisan tenaga, butuh waktu lama untuk pulih kembali.   Yang membuatnya terkejut adalah sisa tenaga dalamnya pun akan terhisap hingga bersih.   Selain hal ini, muncul perasaan bersalah, kalau tidak, dia tidak bisa membayangkan akan menjadi orang cacat.   Bila dasarnya hancur butuh waktu lama baru bisa pulih kembali.   Ci-liong-ong benar-benar tidak bisa membayangkannya, dia meronta ingin keluar dari jeratan benang yang jumlahnya ribuan helai, tetapi semakin dia meronta semakin dililit dengan kuat.   Sekarang malah menjalar ke tangan kiri.   Tawa Beng To terdengar semakin jahat, tiba-tiba dia bertanya.   "Sekarang kau tahu memang ada tenaga dalam seperti ini!"227 Beng To berkata lagi.   "Dulu selain Wan Fei-yang, kau adalah orang yang mempunyai tenaga dalam paling kuat, bila aku mengambil tenaga dalammu, maka aku akan bertambah kuat!"   "Oh...."   Ci-liong-ong berkeringat.   "Tapi sekarang walaupun tenaga dalammu tidak ada, tenaga dalamku akan terus mengalir karena dia bisa bertumbuh sendiri. Tahap penghisapan sudah berlalu, berarti tenaga dalammu tidak akan ada gunanya lagi bagiku, selain itu aku juga sudah tidak tertarik!"   "Apa maumu sekarang?"   Tanya Ci-liong-ong sambil menarik nafas.   "Apa mauku..."   Beng To tertawa.   "kalau kau berteriak di depan semua orang bahwa kau telah kalah, aku akan melepaskanmu!"   Wajah Ci-liong-ong memucat. Beng To berkata lagi.   "Kali ini aku datang ke Bu-tong-san hanya untuk menebar kekuatan, tidak ada rencana lainnya!"   "Marga Beng..."   Ci-liong-ong sangat marah.   "Kesabaranku ada batasnya, kau tahu itu, kalau kau diam saja aku tidak akan menunggu lebih lama lagi!"   Dada Ci-liong-ong berdebar kencang, pikirannya kacau, dia mulai merasa tenaga di tangan kanannya mulai keluar.   "Aku terima kekalahan..."   Kata-kata ini baru terucap keluar, wajah Ci-liong-ong segera berubah menjadi ungu kemerahan.   Dia sangat berpengalaman, kalah atau menang adalah hal biasa, hanya saja selama 20 tahun ini dia tidak pernah kalah.   Dia adalah ketua Tong-teng-ouw yang mempunyai 36 cabang.   Menginginkan dia tunduk dan bicara dengan nada memohon sungguh tidak mudah, apa lagi228 berteriak di depan banyak orang, 'aku terima kalah!' sungguh hal yang sulit.   Orang-orang Biauw dan golongan sesat bersorak-sorak.   Suara mereka memenuhi lembah dan naik hingga menembus awan.   Beng To segera melepaskan cengkeramannya, dan perasaan tenaga yang ditarik berhelai-helai benang menghilang sangat cepat.   Ci-liong-ong segera merasa terlepas dari segala beban, sisa tenaganya yang sedikit ditarik kembali ke dalam tubuhnya, dengan cepat membesar dan masuk ke tempat semula.   Semua perubahan terjadi begitu cepat dan alami.   Ci- liong-ong tidak perlu mengatur nafas bisa merasa sudah pulih kembali.   Dia menarik nafas, kembali ke posisi semula, terdengar Beng To tertawa terbahak-bahak.   Orang-orang suku Biauw dan golongan sesat Tionggoan terus bersorak, mereka bersama-sama menghampiri Beng To.   Orang-orang suku Biauw menganggap Beng To seperti dewa.   Sedikit pun tidak merasa semua terjadi di luar dugaan, golongan sesat Tionggoan tadinya masih ragu, mereka datang hanya untuk melihat keramaian, bila terjadi peristiwa tidak sesuai dengan harapan mereka, maka setiap saat mereka bisa kabur, sekarang mereka merasa senang, lebih senang dari orang-orang Biauw bahkan sudah mencapai tahap gila.   Tentu saja Ci-liong-ong dan yang lainnya jadi menundukkan kepala, mereka seperti ayam jago yang kalah229 adu.   Hanya Pek-jin Taysu yang masih bisa menjaga ketenangannya.   "Kali ini Mo-kauw benar-benar senang dan lega."   Giok-koan Tojin melihat Pek-jin Taysu lalu diam. Pek-jin Taysu berkata lagi.   "Kalah atau menang itu hal biasa, kesempatan ini bisa kita ambil untuk mawas diri."   "Apakah kau tahu kalau kekalahan kita kali ini berdampak apa?"   Tanya Giok-koan Tojin.   "Kalau Beng To hanya memamerkan kekuatan dan wibawa perkumpulannya, seharusnya tidak berdampak jelek!"   Jawab Pek-jin Taysu.   "Bagaimana dengan nasib dunia persilatan Tionggoan nantinya..."   Kata Giok-koan Tojin. Tiba-tiba Ci-liong-ong memotong.   "Aku setuju dengan pendapat Pek-jin heng, ada saingan baru akan mengalami kemajuan, apa lagi tampaknya Beng To bukan orang yang sangat jahat!"   Giok-koan Tojin mengangguk.   "Melihat keadaan sementara, memang seperti itu!"   "Maksudmu, kau khawatir golongan sesat Tionggoan akan berbuat kejahatan?"   Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sifat-sifat orang seperti itu harus dimengerti!"   Kata Giok-koan Tojin.   "Percuma saja kita khawatir, apakah kita harus masuk Mo-kauw lalu menasehati Beng To agar menjadi orang baik?"   Liu Sian-ciu tidak bisa berkata apa pun.   "Inilah cara yang baik!"   Kata Pek-jin Taysu. Ci-liong-ong menggelengkan kepala.230 "Apakah kalian tidak melihat Beng To bersifat iblis dan sesat, tidak diobok-obok oleh golongan sesat Tionggoan pun tetap tidak akan menjadi lurus!"   Pek-jin Taysu terdiam, tentu saja dia sudah melihat kenyataannya.   "Melihat keadaan dunia persilatan Tionggoan saat ini aku rasa sulit mencari orang yang bisa mengalahkan Beng To, tapi semua ilmu silat pasti ada kelemahannya..."   "Maksudmu adalah..."   Thi Gan dengan cepat memotong.   "Beritahu semua pesilat tangguh dari semua perkumpulan seperti apa keadaan hari ini, apakah kita bisa mencari kelemahannya, kemudian bersama-sama mencari cara untuk memecahkannya!"   Kata Ci-liong-ong.   "Terpaksa kita harus menggunakan cara ini!"   Kata Giok- koan Tojin.   "Kalau tidak mendapatkannya?"   Tanya Liu Sian-ciu.   "Harus melihat seberapa besar bencana yang akan dia lakukan, bila mencapai taraf di mana semua orang sudah tidak tahan lagi, waktu itu semua orang harus berkumpul dan dengan sekuat tenaga mengusirnya dari Tionggoan!"   Kata Ci-liong-ong.   "Apakah sekarang semua orang bisa bertahan atas kegagalan ini?"   Tiba-tiba Giok-koan Tojin bertanya.   "Ilmu silat kita di bawahnya, hanya saja dia bukan orang Tionggoan!"   Kata Ci-liong-ong. Hati Giok-koan Tojin bergetar, dia merasa di balik kata- kata Ci-liong-ong ada maksud lain, dia segera melafalkan "O- mo-to-hud!"   Mata Ci-liong-ong berputar.231 "Sekarang kita dengarkan dulu apa yang diinginkan orang Mo-kauw yang tidak terkalahkan itu, mereka ingin kita melakukan apa?"   Beng To sudah kembali ke atas kain yang ada di pundak orang-orang suku Biauw, kedua tangannya melayang, sorakan riuh segera berhenti. Pelan-pelan dia berkata.   "Aku sudah memilih tempat, aku akan meninggalkan gambar kemudian aku akan mengunjungi beberapa perkumpulan besar di Tionggoan, aku harap setelah membereskan pekerjaanku, kalian harus bersiap-siap membangun!"   "Tenanglah, apa yang sudah kami janjikan akan kami melaksanakan!"   Kata Ci-liong-ong.   "Dengan kondisi tenaga dan dana perkumpulan Tionggoan sekarang, itu hal yang mudah didapat!"   Kata Beng To.   "Tenanglah!"   Kata Ci-liong-ong.   "Apa yang harus kukatakan?"   Beng To berpikir sebentar baru berkata lagi.   "Terima kasih!"   Kemudian dia tertawa terbahak-bahak.   Kata-katanya terdengar sangat sungkan tapi tawanya penuh penghinaan.   Semua pesilat golongan putih marah mendengar tawanya itu tapi apa boleh buat, keahlian mereka di bawah orang yang menertawakan mereka.   Lukisan gedung yang akan dibangun diterima oleh Ci- liong-ong, setelah Beng To dan lain-lain turun gunung mereka baru membuka lukisan itu.   Begitu melihat lukisan itu mereka terkejut dan berseru.   "Astaga!"   Giok-koan Tojin dan lain-lainnya segera mendekat, setelah melihat lukisan itu mereka benar-benar terkejut.232 Lukisan itu sangat bagus dan teliti, sampai-bahan-bahan dan campuran bangunan pun tertulis semua, termuat terhitung dengan jelas, dan cara membangun pun tertulis jelas di sana.   Itu bukan bangunan ala Tionggoan, hanya melihat denahnya sudah dapat dirasakan kemegahan gedung ini.   Ci-liong-ong melihat lukisan itu sekilas dan berkata pelan-pelan.   "Denah bangunan ini dibuat dengan teliti juga menghabiskan waktu yang sangat panjang, orang yang merancang bangunan ini pasti bukan orang Tionggoan!"   "Apakah kau menduga Beng To orang Biauw itu bisa merancang rumah?"   Tanya Thi Gan.   "Dia tidak terlihat seperti orang yang bisa merancang dan menggambar bangunan!"   Kata Ci-liong-ong.   "Dia dari suku bangsa Biauw, dia juga murid Mo-kauw dari negeri barat."   "Apakah ini bangunan dari negeri barat?"   Tanya Thi Gan.   "Sepertinya begitu!"   Sorot mata Ci-liong-ong tampak berputar.   "aku merasa aneh, sampai sekarang Mo-kauw dari barat belum muncul hingga saat ini!"   "Mungkin sesudah beberapa kali dipukul kalah oleh dunia persilatan Tionggoan, maka mereka tidak percaya diri!"   Jelas Giok-koan Tojin.   "Atau mereka mempunyai rencana busuk, diam-diam menyiapkan segalanya, bila Beng To kalah mereka akan segera bertindak!"   Kata Liu Sian-ciu.   "Aku juga merasa seperti itu!"   Kata Ci-liong-ong.   "setelah mengalami beberapa kali kegagalan, mereka pasti akan lebih berhati-hati!"   "Pantas kau selalu melarang kita bergabung untuk menghantam Beng To!"   Kata Giok-koan Tojin.233 Dengan santai Ci-liong-ong berkata.   "Aku menentang karena Beng To selalu bertarung sendirian!"   "Apakah orang-orang Mo-kauw diam-diam.."   "Ini hanya dugaan, sebab gaya Mo-kauw selalu seperti itu, kalau mereka tetap seperti itu berarti mereka tidak percaya kepada Beng To, kalau Beng To sampai kalah mereka diam-diam akan mundur dan menunggu kesempatan datang lagi."   Tiba-tiba Ci-Liong-ong "Kita tidak perlu sembarangan menduga-duga, orang- orang Mo-kauw muncul atau tidak sekarang apa bedanya, bukankah Beng To sudah mendapat kemenangan dari kita semua? Giok-koan Tojin terdiam, Liu Sian-ciu bertanya.   "Apa yang harus kita lakukan sekarang, apakah benar kita harus pergi ke Kiu-hoa-san untuk membangun gedung yang dimintanya?"   "Kita sudah berjanji untuk melakukannya!"   Kata Ci-liong- ong sambil tertawa.   "apakah kita melakukan hal yang salah?"   Liu Sian-ciu terpaku, Pek-jin Taysu menyela.   "Walau bagaimana semua ini bagi kita merupakan semacam tenaga untuk membangitkan tekad berjuang!"   Ci-liong-ong menatap langit dan tertawa, dia setuju dengan apa yang dikatakan Pek-jin Taysu, membangitkan semangat juang, apakah akan berhasil? Beng To bukan hanya sudah mengalahkan dia, juga memukul hancur kepercayaan dirinya.   Bagaimana dengan yang lain?234 Saat Wan Fei-yang kembali ke Bu-tong-san, Beng To sudah meninggalkan Bu-tong-san hampir sebulan lamanya.   Bersamaan waktu Ci-liong-ong dan lain-lainnya juga telah meninggalkan Bu-tong-san.   Murid-murid Bu-tong-pai yang pergi ke Kiu-hoa-san untuk membantu membangun gedung itu pada hari ke-3 baru berangkat.   Ruangan utama gedung itu sudah ditentukan.   Berarti hari itulah hari di mana Mo-kauw dari negeri barat masuk ke Tionggoan.   Tampak semua tindakan Beng To sudah direncanakan dan diatur dengan rapi, pastinya semua itu adalah ide Sat Kao.   Walau pun sekarang Sat Kao sudah mati tapi Beng To tetap mengikuti rencana semula, apakah karena dia menghormati gurunya ataukah masih ada rencana lainnya, hanya dia sendiri yang tahu.   Orang-orang dunia persilatan Tionggoan atau pesilat golongan sesat semua mengira di belakang Beng To ada banyak pesilat tangguh dari Mo-kauw, mereka menunggu waktu yang tepat untuk bertindak, setelah beberapa kali gagal mereka bisa menyembunyi kan kekuatan mereka.   Bila kemunculan Beng To adalah gerakan awal dari Mo- kauw, apa gerakan berikutnya? Semua orang dunia persilatan mengkhawatirkan keadaan ini.   Tidak terkecuali golongan sesat.   Di pagi hari angin masih berhembus dingin, siang dan malam Wan Fei-yang terus melakukan perjalanan, akhirnya dia sampai juga di Bu-tong-san, hatinya terasa agak tenang.   Sepanjang jalan banyak berita yang sudah didengarnya.   Semua mengatakan Beng To telah membawa banyak orang- orang golongan sesat naik ke Bu-tong-san, mereka membuka puasa tidak membunuh, sampai ayam dan anjing pun tidak235 ketinggalan.   Awalnya dia curiga kalau gosip itu hanya dibesar-besarkan, tapi setelah beberapa kali mendengar, rasa percaya dirinya mulai goyah karena kesan Beng To terlalu buruk untuknya.   Setibanya di daerah dekat Bu-tong-san, gosip seperti itu tidak terdengar lagi dan di sana terlihat sangat tenang, walaupun mereka hanya rakyat kecil tapi bila di Bu-tong-san telah terjadi sesuatu mereka pasti akan terganggu karenanya.   Setelah masuk wilayah Bu-tong-pai, suasana memang tenang tapi ketenangan ini bukan ketenangan biasanya.   Setelah sampai di dekat batu Kie-kiam-yan (batu tempat melepas pedang) tidak ada seorang pun murid Bu-tong-pai yang berjaga, untuk pertama kalinya Wan Fei-yang melihat keadaan seperti ini, dia menjadi sangat khawatir.   Sesudah lama melakukan perjalanan dan tidak beristirahat, sebenarnya dia sudah merasa sangat lelah, dia sadar bila sudah terjadi sesuatu pun, cepat-cepat ke sana percuma saja, tapi dia tetap ingin cepat-cepat tiba di Bu- tong-san.   Sesampainya di Sam-goan-kong, hati Wan Fei-yang yang dingin mulai terasa hangat, begitu melihat murid-murid Bu- tong-pai sedang berlatih ilmu silat, hatinya baru merasa agak tenang.   Pek-ciok Tojin sendiri yang mengawasi murid-murid Bu- tong-pai berlatih, karena Wan Fei-yang datang dari arah yang memunggunginya maka dia tidak tahu bahwa Wan Fei- yang sudah berjalan mendekatinya, tapi dia melihat murid- murid Bu-tong-pai satu per satu melotot dan berhenti bergerak, lalu bengong di tempat mereka masing-masing.236 Hatinya bergetar, dia segera menoleh tadinya dia mengira ada musuh kuat yang akan menyerang Bu-tong-pai, setelah melihat yang datang adalah Wan Fei-yang, dia pun segera terpaku.   "Wan Fei-yang..."   Murid-murid Bu-tong-pai di saat yang sama tiba-tiba berteriak, kemudian berlari ke arahnya.   Pek-ciok Tojin pun tidak terkecuali, pertama dia berlari ke hadapan Wan Fei-yang, mencengkeram pundaknya, rasa haru membuatnya tidak bisa bicara.   Murid-murid Bu-tong-pai mengelilingi Wan Fei-yang, ada yang matanya berkaca-kaca, ada yang tidak bisa berkata apa-apa, sebab Wan Fei-yang adalah satu-satunya harapan mereka, tadinya mereka sudah putus asa.   "Ciang-bun Suheng..."   Panggil Wan Fei-yang.   Pek-ciok Tojin tertawa, tadinya dia ingin menangis tapi yang keluar malah tawa, tawa terharu bukan menangis.   Tawanya malah memancing murid-murid Bu-tong-pai lainnya menangis.   Wan Fei-yang melihat mereka, dia pun ikut terharu tapi dia berusaha menguasai diri, sampai semua sudah tenang, baru berkata.   "Aku sudah tahu masalah Beng To!"   "Semua sudah berusaha!"   Jelas Pek-ciok Tojin pelan- pelan. Wan Fei-yang mengangguk.   "Dengan kemampuan ilmu silatnya sulit ada orang yang bisa mengalahkan dia!"   Kemudian dia bertanya.   "mengapa aku tidak melihat... Pek-ciok Tojin tahu dia menanyakan Kouw-bok, dengan sedih dia menjawab.   "Dia sudah roboh di tangan Beng To!"237 "Seharusnya aku tidak mengganggunya, biar dia hidup tenang di dasar lembah itu!"   "Yang paling membuatnya sedih adalah kau kalah di tangan Beng To..."   Wan Fei-yang menarik nafas, teringat pada percakapan mereka sebelum Kouw-bok kemari. Orang persilatan akan mati! Dia menarik nafas dan berkata.   "Tenaga dalam dan kemampuanku sudah diambil Beng To, tapi aku masih bisa bertahan hidup, perubahan Thian- can-sin-kang memang ajaib, tapi boleh dikatakan aku belum waktunya harus mati."   "Thian-can-sin-kang membuat orang mati bisa hidup kembali, apakah kau sudah menguasai..."   "Selama masih ada sedikit kesempatan hidup, perubahan itu akan terjadi!"   Wan Fei-yang melihat langit, Pek-ciok Tojin ikut melihat ke atas.   "Langit melindungi Bu-tong!"   Wan Fei-yang tertawa kecut, Pek-ciok Tojin bertanya.   "Mengenai membangun gedung, apakah kau sudah mendengarnya?"   "Katanya semua orang setuju membangun gedung untuknya?"   Pek-ciok Tojin mengangguk.   "Ilmu silat kita berada di bawalinya, mau tidak mau harus menyetujui keinginannya, murid-murid Bu-tong-pai mulai berangkat ke sana!"   "Ternyata begitu, tadi aku masih merasa khawatir mengapa murid-murid Bu-tong-pai hanya sedikit..."238 "Apakah kau merasa aneh murid-murid Bu-tong-pai yang menjaga Kie-kiam-gan sudah ditarik? Aku melakukan semua ini karena ada tujuan."   "Aku hanya berpikir dari pada bertahan di sana lebih baik kembali ke kuil untuk berlatih ilmu silat."   Wan Fei-yang mengangguk.   "Menurunkan pedang di sana hanyalah satu formalitas, bila Bu-tong-pai ingin dihormati harus punya kekuatan sendiri, jangan melihat angkatan tua kita yang dulu membuatnya. Suheng bisa mengerti, aku yakin Bu-tong-pai pasti akan punya hari baik."   Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Apakah Beng To tahu Sute hidup kembali?"   Dia bertanya tapi menjawab sendiri.   "tampaknya dia tidak tahu, kalau tidak, dia akan menunggumu di sini."   "Sekarang kemana dia?"   "Mungkin ke Kai-pang, apakah kau ingin mengejar dan mengajaknya bertarung?"   Wan Fei-yang menggelengkan kepala.   "Aku akan menunggunya di gedung baru yang dia bangun!"   "Apakah kau tidak yakin bisa mengalahkannya?"   "Tidak..."   Wan Fei-yang sedikit mengeluh.   "Dengan Ih-hoa-ciap-bok dia menghisap tenaga dalam orang lain, maka kemampuannya terus bertambah, apakah ada batas tertentu, aku pun tidak tahu jelas, kalau tidak..."   "Kau harus segera mencarinya, kalau tidak, jarak antara ilmu silat kalian akan semakin jauh!"   "Kalau begitu mungkin ilmu silatnya sudah berada di atasku?"   "Kalau kau bisa segera menemukannya, kau bisa menang dengan mantap!"239 "Aku hanya ingin bertarung dengannya secara adil! Hanya dengan cara begitu baru bisa mencuci bersih nama jelek Bu-tong-pai yang dikatakan sudah mencuri ilmu lweekang Mo-kauw. Karena ulah seorang murid Bu-tong-pai maka murid Mo-kauw bisa menguasai ilmu iblisnya, sebenarnya hutang ini sudah bisa diperhitungkan dengan jelas."   Pek-ciok Tojin mengangguk, tanya Wan Fei-yang.   "Setelah Hoa-san-pai, apakah Beng To masih sembarangan membunuh?"   "Tidak, karena itu pula semua orang tidak bergabung untuk melawannya!"   Jawab Pek-ciok Tojin dingin.   "inilah salah satu kepintarannya."   Wan Fei-yang bertanya.   "Dia memilih Kiu-hoa-san untuk membangun gedung, apa tujuannya?"   "Ci-liong-ong menduga, mungkin Kiu-hoa-san adalah tempat di mana suku asing tinggal, di sana dibangun gedung agar lebih terasa ramah."   Wan Fei-yang tidak bertanya lagi karena rasa lelah sudah menyerang hatinya. Pek-ciok Tojin segera bertanya.   "Apakah kau sudah melakukan perjalanan jarak jauh?"   "Tidak jauh juga! Tapi aku ingin pergi ke suatu tempat". Pek-ciok Tojin tahu Wan Fei-yang ingin pergi ke mana, karena dia tahu Wan Fei-yang seperti apa karena mereka sudah lama bergaul. Kuburan baru, kuburan baru atau lama tetap melambangkan kematian. Wajah dan suara Kouw-bok masih terngiang dengan jelas, walaupun saat mereka berkumpul tidak lama tapi240 kesan orang tua itu kepada Wan Fei-yang begitu mendalam, apa lagi saat dia merasa berada di dunia persilatan tapi tidak bisa berbuat apa-apa, sekarang Wan Fei-yang juga seperti itu. Kalau Kouw-bok masih tinggal di lembah itu tidak diragukan lagi dia akan melewati masa tuanya dengan tenang, itu jelas hidupnya tidak ada artinya, paling sedikit Kouw-bok sudah mempunyai perasaan seperti itu. Mungkin dia sendiri sudah bosan hidup di dasar lembah yang tenang itu. Hanya saja bila Wan Fei-yang tidak muncul, mungkin dia tidak akan naik dan mengabdikan dirinya kepada Bu-tong-pai. Walaupun dia berhak untuk memilih, tidak ada seorang pun yang akan memaksanya, tapi saat melihat kuburannya, Wan Fei-yang tetap merasa bersalah. Saat Kouw-bok kembali ke Bu-tong untuk memimpin Bu-tong, Wan Fei-yang sama sekali tidak menyangka bahwa kematian akan begitu cepat menjemput Kouw-bok. Sambil berjalan Pek-ciok Tojin menceritakan tentang pertarungan sengit saat itu, Wan Fei-yang bisa mengerti apa yang dipikirkan Kouw-bok waktu itu. Di depan batu nisan Kouw-bok dia pun berlutut, menyembah 3 kali, hatinya benar-benar terasa kacau. Pek-ciok Tojin melihatnya.   "Orang yang sudah meninggal tidak akan bisa hidup kembali, Sute tidak perlu merasa terlalu sedih!"   "Memang Susiok-kong juga sangat kukuh, kematian kadang-kadang tidak bisa membereskan masalah!"   Pek-ciok Tojin menarik nafas.   "Kalau dia sudah menentukan jalan hidupnya, tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya bukan?"241 "Bu-tong-pai benar-benar membutuhkan tetua seperti dia,"   Wan Fei-yang teringat pada Yan Cong-thian dan ayahnya Ci-siong Tojin. Pek-ciok Tojin mengangguk.   "Karena Kouw-bok, semua orang jadi bersemangat, dia sangat menguasai ilmu silat Bu-tong-pai, setelah memberi pengertian semua masalah ilmu silat yang sulit bisa diatasi, karena itu ilmu silat murid-murid Bu-tong-pai maju pesat."   "Susiok-kong tinggal di dasar lembah selama puluhan tahun, tidak ada seorang pun yang mengerti jelas ilmu silat perguruannya sebaik dia."   "Susiok-kong tidak bosan-bosannya mengajar dan tidak membedakan murid-murid Bu-tong!"   Pek-ciok Tojin masih terus bercerita.   "aku percaya inilah cita-citanya, dia berharap murid-murid Bu-tong-pai dari atas sampai bawah bisa kompak berlatih dan bisa mengembangkannya!"   "Bu-tong-pai sudah beberapa kali mengalami musibah, banyak pesilat tangguh menunjuk ke Bu-tong-pai, kita harus ulet dan kuat baru bisa berdiri di dunia persilatan!"   Wan Fei- yang menarik nafas.   "Semua murid Bu-tong-pai mengerti, mereka tidak bisa hidup karena nama besar orang yang sudah terkenal di Bu- tong-pai!"   Kata Pek-ciok Tojin.   Sebenarnya Bu-tong-pai sudah beberapa kali kalah oleh Bu-ti-bun, karena Tokko Bu-ti menguasai dunia persilatan maka Bu-tong-pai telah dianggap kalah di mata semua orang, itu wajar dan sudah biasa, tidak ada yang peduli! Yang pasti selain Bu-tong-pai, perkumpulan lainnya tidak ada yang berani melawan Bu-ti-bun.   Bu-tong-pai yang beberapa kali kalah malah jadi lambang kebenaran, paling sedikit golongan sesat dan siluman menganggapnya seperti242 itu, perkumpulan lurus lain tidak mengaku juga tidak membantahnya.   Bu-ti-bun sangat kuat, kalau hanya menunjuk Bu-tong- pai, perkumpulan mana yang mau ikut campur, mereka takut akan terkena imbasnya, karena Wan Fei-yang telah mengalahkan Tokko Bu-ti maka Bu-tong-pai secara otomatis menggantikan posisi Bu-ti-bun.   Kekuatan Bu-tong-pai seperti apa? Murid-murid Bu-tong- pai sangat mengerti hal ini, sebenarnya mereka hanya mengandalkan Wan Fei-yang seorang.   Kemunculan Kouw-bok benar-benar membuat mereka senang, mereka benar-benar membutuhkan seorang tetua untuk bertahan dari badai dunia persilatan, maka di bawah petunjuk Kouw-bok murid-muird Bu-tong-pai berubah menjadi rajin.   Beng To naik Bu-tong-san dan memberi tahu Wan Fei- yang sudah kalah di tangannya, bagi murid Bu-tong-pai itu adalah pukulan besar, tapi mereka masih mempunyai Kouw- bok.   Tapi Kouw-bok pun akhirnya roboh, tentu saja murid- murid Bu-tong jadi sangat sedih, tapi mereka tidak loyo, seperti perkataan Pek-ciok Tojin mereka mengerti semangat tetap harus ada.   "Itulah kata-kata Susiok-kong!"   Kata Pek-ciok Tojin. Apa karena ini maka Susiok-kong memilih bertarung mati-matian dengan Beng To?"   "Bagaimanapun juga, semua orang terharu dengan semangat Susiok-kong!"   Kata Pek-ciok Tojin menarik nafas.   "Mungkin kau tidak tahu, semua orang datang dengan sukarela kemari untuk berlatih!"   "Baik sekali...."243 "Yang ingin pergi dari awal sudah pergi, yang tidak pergi tidak merasa ragu lagi, mereka rela hidup atau mati bersama Bu-tong-pai, walau tidak ada yang bisa diandalkan, tapi semangat harus bangkit, hanya kita yang harus mempunyai harapan ke depan. Untung kau pulang dengan bersemangat, membuat semua orang bertambah percaya diri!"   Kata Pek- ciok Tojin. Dia menyambung lagi.   "Beng To secara berturut turut mengalahkan pesilat dari semua perkumpulan yang ilmu silatnya sudah sangat tinggi, mungkin hanya kau yang sanggup mengalahkan dia!"   Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu, tapi Pek-ciok Tojin sudah berkata lagi.   "Di sini hanya ada kita berdua, jadi kau tidak perlu merasa sungkan!"   "Di luar langit masih ada langit lain, masih ada orang yang berilmu lebih tinggi lagi, aku belum tentu bisa mengalahkan Beng To, orang yang bisa mengalah kan Beng To tentu masih banyak..."   "Tapi pesilat tangguh seperti yang kau katakan sampai sekarang belum muncul!"   "Apakah kau punya rasa percaya diri bisa mengalahkan Beng To?"   "Ada atau tidak, aku tetap akan mencobanya!"   "Sute..."   "Suheng harus tahu aku bukan orang yang senang bicara sungkan!"   "Walaupun di sini hanya ada kita berdua..."   Kata-katanya belum selesai dari balik semak-semak kiri muncul 2 orang laki-laki separo baya, mereka mengenakan baju hitam dan wajah mereka terlihat mirip. Pek-ciok Tojin melihat wajah kedua orang itu.244 "Kalian berdua adalah..."   "Dua bersaudara Co dan Yu dari Tong-bun terpaksa masuk ke tempat terlarang Bu-tong-pai, harap maafkan kami!"   Kata sepasang laki-laki berbaju hitam itu.   "Apakah kalian menerima kabar dari sesama murid Tong- bun dan datang kemari?"   "Apakah Wan-tayhiap melihat orang-orang kami?"   Tanya Tong Thian-co.   "Hanya orang kalian yang berjalan dengan jarak denganku, aku buru-buru kemari..."   Wan Fei-yang mengangguk.   "Kami mengerti, di tengah perjalanan murid-murid Tong- bun tidak berani mengambil keputusan!"   Kata Tong Thian- yu.   "Kalian ingin tahu..."   "Mengenai beradaan ketua Tong-bun!"   Tong Thian-yu menarik nafas.   "Tetua kami telah dibunuh oleh Sat Kao dan Beng To, sudah dikuburkan di daerah Biauw, kami sudah menerima kabar ini dari ketua kami melalui surat yang diantar burung merpati. Seharusnya ketua kami sudah berada di Tionggoan, tapi setelah kami menunggu lama tidak terdengar kabar beritanya."   "Demi menolongku, dia kembali ke daerah suku Biauw..."   Jelas Wan Fei-yang.   "Sekarang dia ada di..."   "Dia sudah meninggal,"   Suara Wan Fei-yang terdengar sangat berat.   "Apakah Beng To yang membunuhnya? tanya dua bersaudara Tong Thian-co dan Tong Thian-yu.245 "Dia kalah bertarung dengan Beng To dan akhirnya tertangkap, lalu dengan senjata rahasianya dia berusaha bunuh diri!"   Jawab Wan Fei-yang jujur.   Walaupun 2 bersaudara ini telah menduganya tapi reaksi mereka terlihat sangat terharu.   Kesetiaan murid-murid Tong-bun sangat terkenal di dunia persilatan.   Sebelumnya mereka sudah berusaha mencari keberadaan tetua mereka dan Tong Ling.   "Aku mengebumikan Tong Ling di daerah Biauw!"   Jelas Wan Fei-yang.   "Terima kasih atas bantuan Wan-tayhiap..."   Tong Thian- yu dan Tong Thian-co pun berlutut.   "Dia meninggal gara-gara aku, aku harus melakukan sesuatu untuknya, aku harus membuat perhitungan dengan Beng To!"   "Murid Tong-bun rela membantu!"   "Kata-kata kalian terlalu berat!"   Dengan bersungguh- sungguh Wan Fei-yang berkata lagi.   "aku mengerti isi hati murid-murid Tong-bun, aku juga tidak memandang remeh murid-murid Tong-bun, tapi ilmu silat Beng To berbeda dengan yang lain, semakin banyak orang semakin menguntungkan baginya!"   Tiba-tiba Tong Thian-yu bertanya.   "Apakah ilmu silat orang itu mirip dengan Wan-tayhiap?"   "Thian-can-sin-kang berasal dari perkumpulannya, itu sudah bukan rahasia lagi!"   "Memang senjata rahasia kami tidak bisa membantu Thian-can-sin-kang milik Wan-tayhiap, tentu juga bagi Beng To, kami yang tadinya ingin membantu malah akan membuat Wan-tayhiap terganggu!"   Kata Tong Thian-co.246 "Tapi bila membutuhkan bantuan, kami tetap akan ikut membantu!"   Kata Tong Thian-yu. Wan Fei-yang menggelengkan kepala.   "Bila aku mati, semua orang harus bertoleransi, senjata rahasia Tong-bun memang dibutuhkan, mungkin perubahannya akan membuat kalian menang."   "Kami sudah tahu apa yang harus kami lakukan!"   Ucap Tong Thian-yu.   "Apakah ketua kami meninggalkan pesan?"   Tanya Tong Thian-co.   "Kalian harus kompak dan bersatu, sama-sama memuliakan kejayaan perkumpulan!"   Ini adalah isi hati Wan Fei-yang, tapi dia mengucapkannya dengan sungguh- sungguh seperti pesan Tong Ling saja.   Tong Thian-yu dan Tong Thian-co tidak menaruh curiga, setelah mengucapkan terima kasih mereka pun meninggalkan tempat itu, kedudukan mereka berdua di atas Tong Ling, dari kecil mereka melihat Tong Ling tumbuh dewasa dan mereka sangat hafal dengan sifatnya, mereka juga tahu Tong Ling menyukai Wan Fei-yang.    Si Rase Hitam Karya Chin Yung Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Golok Sakti Karya Chin Yung

Cari Blog Ini