Kembalinya Ilmu Ulat Sutera 14
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 14
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Mereka tidak bisa melarang tindakan Tong Ling, belakangan mereka mengikuti jejak Tong Ling, mereka berharap Wan Fei-yang bisa melindungi Tong Ling. Sebelum bertemu dengan Wan Fei-yang mereka masih terus berharap. Setelah melihat Tong Thian-co dan Tong Thian-yu pergi, Wan Fei-yang bertambah sedih lagi. Pek-ciok Tojin baru bertanya. "Menurut perkiraan Sute, tindakan apa yang akan mereka ambil?"247 "Berlatih ilmu senjata rahasia membutuhkan kesabaran luar biasa, ilmu senjata rahasia mereka tingkatnya lebih tinggi dari Tong Ling, mereka pasti orang-orang yang sangat tenang dan tidak akan bertindak gegabah!" "Pasti akan ada suatu tindakan!" "Berharap sesudah aku mati!" "Berharap?" Kata Pek-ciok Tojin, dengan aneh melihat Wan Fei-yang. "Aku tidak bisa melarang atau menguasai tindakan orang lain, kalau bisa, banyak hal tidak akan terjadi!" Kata Wan Fei- yang sambil menundukkan kepala. Pek-ciok Tojin juga ikut menundukkan kepala, kemudian Wan Fei-yang dengan suara serak berkata. "Aku percaya pada nasib!" Nasib menentukan semuanya bukan manusia yang bisa mengubahnya. Pek-ciok Tojin merasakan nada bicara Wan Fei-yang yang tidak berdaya juga merasakan hati Wan Fei-yang yang galau, seakan lebih tua darinya yang menjadi Suheng nya. Tidak lama kemudian Wan Fei-yang baru bicara. "Tapi aku percaya bantuan yang maha kuasa dan kekuatan sendiri, kalimat ini terus meronta-ronta di dalam hatiku." "Meronta?" Pek-ciok Tojin tertawa kecut. Sebenarnya dia juga punya perasaan seperti itu, hanya saja tidak setajam Wan Fei-yang, dan kehidupannya tidak berliku-liku seperti Wan Fei-yang, bisa dikatakan hidupnya sangat datar. Perlahan Wan Fei-yang mengangkat kepala. "Kadang-kadang aku merasa bahwa aku hanya sebuah mainan, karena ini pula maka masalah yang tadinya tenang berubah menjadi beraneka warna dan beraneka ragam..."248 "Bagaimanapun hidupmu lebih berarti dibandingkan orang lain!" Kata Pek-ciok Tojin. "Tapi aku lebih rela hidup tenang dan hidup wajar!" Kata Wan Fei-yang sambil tertawa. "Kalau kau percaya pada nasib, kau harus berterima kasih karena ingin berusaha, kau harus berusaha sampai akhir dan semampu yang kau bisa!" "Maksudku memang seperti itu!" Kata Wan Fei-yang sambil berdiri. Angin kencang meniup bajunya, seperti ingin meniupnya ke atas langit, dia mempunyai perasaan seperti itu, tapi kedua kakinya dengan mantap menapak di sana. Pastinya angin tidak akan meniupnya, Pek-ciok Tojin melihat Wan Fei-yang, dia menarik nafas. "Kau benar-benar percaya pada nasib!" "Aku merasa takut pada nasib," Wan Fei-yang menatap langit. "aku hanya bisa meronta demi diriku sendiri." "Apakah kau bisa?" "Tidak bisa," Wan Fei-yang menggelengkan kepala. "kalau tidak, aku tidak akan merasa seperti sebuah mainan, tapi kalau tidak percaya diri, hidup ini tidak ada artinya." "Kalau kehidupanku seperti dirimu, mungkin aku bisa lebih mengerti jalan pikiranmu." "Kehendak Langit sulit diduga, perasaan tidak bisa diapa- apakan, benar-benar sulit diterima!" "Hati ingin melakukannya tapi tenaga tidak sampai, itu juga salah satu jenisnya!" Kata Pek-ciok Tojin. Wan Fei-yang terdiam dan menarik nafas. Angin kencang terus berhembus, daun yang berjatuhan tampak beterbangan. Sekarang sudah musim gugur, dalam suasana seperti ini hati siapa pun semakin sedih.249 Wan Fei-yang mencengkeran sebuah daun yang gugur sambil menarik nafas. "Hidup manusia di alam ini banyak waktu yang tidak bisa diatur olehnya sendiri!" Pek-ciok Tojin menatapnya seperti sedang melihat orang asing, kata-kata seperti ini biasanya bukan kata-kata dari seorang Wan Fei-yang. Wan Fei-yang melepaskan cengkeramannya, angin meniup daun itu hingga terbang dalam pusaran angin. Bersambung Jilid 3 Pustaka Koleksi . Bpk. Gunawan Aj. Image Source . Koh Awie Dermawan Firt Share in . Kolektor Ebook Pringsewu 1 Desember 2018 16.35 PM12 Judul . KEMBALINYA ILMU ULAT SUTRA Karangan . Huang Ying Terjemahan . Liang Y L Di edit/ sadur . Adhi H Penerbit . Tunas Mandiri Jaya Edisi Pertama . Juli 2010 I S B N / K D T . 978-979-1489-50-8 Jilid KE TIGA Di larang mengutip, tokopi, memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG3 KEMBALINYA ILMU ULAT SUTRA PERSEMBAHAN . SEE YAN TJIN DJIN4 KATA-KATA PENULIS Nama, asal usul Wan Fei-yang diambil dari lagu "Tai-hong- ke" Yang diciptakan oleh Raja Han-cau-cu, Liu Pang. Tai-hong-ke, Wan-fei-yang artinya Angin topan berhembus, awan beterbangan. Nama yang tidak biasa, orang yang tidak biasa, dan kehidupan yang menyedihkan dan tidak biasa. Cerita legendaris mengenai orang ini sudah 3 kali aku menulisnya. "Thian-can-pian" Lahir dan tumbuh dalam diri Wan Fei- yang, 3 kali bertarung dengan Tokko Bu-ti, akhirnya menjadi seorang pesilat tidak terkalahkan. "Thian-can-cai-pian" Menceritakan asal-usul Thian-can- sin-kang dan cerita mengenai kehidupan Wan Fei-yang. Masih ada cerita "Thian-liong-koat" (Irama naga langit), menceritakan tentang kematian Wan Fei-yang sebagai penerus Thian-can-pian. Cerita ini seharusnya sudah lama ditulis, tapi sampai sekarang baru bisa ditulis. Perasaan hati yang sedang kacau membuat huruf-huruf dan kata-katanya banyak berpengaruh. Kalau bukan karena perasaan hati menjadi baik, aku tidak akan menulis cerita ini lagi. Bagaimana perasaan hatiku sekarang ini? Kacau dan sulit diungkapkan, merasa sepi dan sunyi, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pengetahuan dan pengalaman selama beberapa tahun ini, bagi pemuda seperti aku sudah terlalu banyak juga terlalu kejam, tapi aku bisa menyesuaikannya, sehingga aku5 tidak melepaskan niat menulis, akhirnya aku mengangkat pensil dan menulis lagi bagian terakhir roman Wan Fei-yang. 0-0-06 KEMBALINYA ILMU ULAT SUTRA Jilid KE TIGA BAB 15 Di kabupaten Ceng-yang di bagian selatan ada sebuah gunung bernama Kiu-d-san, tinggi gunung mencapai ratusan tombak, di sana ada sembilan gunung yang berdiri berdempetan, seperti sebuah bunga teratai. Sewaktu penyair terkenal melancong ke Kiu-hoa-san, bersama penyair satunya lagi yang bernama Sang-bun, mereka menciptakan sebuah puisi. Puisi itu sebuah puisi biasa, tapi Li-pek adalah seorang penyair yang sangat terkenal, hal ini tidak ada seorang pun yang memungkirinya, gunung Kiu-ci-san yang tidak terkenal setelah dibuatkan puisi oleh seorang penyair terkenal gunung itu pun ikut menjadi terkenal. Yang pasti gunung itu sendiri memang mempunyai keistimewaan tersendiri. Lekukan sungai mencapai Ta-tong, dari Ta-tong berjalan darat ke Ceng-yang, dari Ceng-yang menuju utara, mulai masuk ke Kiu-hoa-san.7 Kiu-hoa-san terkenal karena penyair Li-Pek, mendapatkan nama itu karena Kim Jiau-ku. Kim Jiau-ku adalah dewa tanah. Empat gunung terkenal di Tiongkok, Bu-tai-san adalah tempat dewa Si Bun-su, Go-bi-san adalah tempat dewa Po- lam, Po-tuo -san adalah tempat dewi Kwan-im, dan Kiu-hoa- san adalah tempat dewa tanah. Kim Jiau-ku adalah seorang hweesio tinggi dari barat, beliau juga pangeran Sin-lok, pada zaman dinasti Tong, dia bertapa selama 10 tahun lebih, dan pada akhirnya menjadi dewa bumi. Kim Jiau-ku sebenarnya juga seorang penyair, dia bisa membuat puisi Tionggoan. Pada zaman dinasti Tong, Cukat Ku membangunkan untuknya sebuah rumah, muridnya pun semakin banyak, dia meninggal saat sedang duduk, setelah meninggal rohnya berbeda dengan orang lain, wajahnya terlihat sangat mirip dengan dewa bumi yang terdapat dalam kitab suci Budha, maka orang-orang percaya kalau beliau adalah dewa bumi yang terlahir kembali. Karena itu kerajaan Tong memberi nama kuil nya 'Kota Hoa' sejak dinasti Tong, Kiu-hoa-san sudah menjadi tempat suci bagi dewa bumi. Kim Jiau-ku adalah dewa bumi yang terlahir kembali, dewa bumi adalah dewa yang bagaimana? Menurut catatan dalam kitab suci Budha, dewa itu adalah dewa Sakyamuni, menolong semua orang yang ada di dunia ini dan sering muncul di neraka untuk menolong orang yang disiksa. Orang menyebutnya penanggung jawab roh halus di bawah tanah.8 Catatan dewa bumi dalam kitab suci adalah seorang dewa dengan pembawaan tenang dan tidak bergerak seperti bumi, diam berpikir dalam-dalam, dan teliti seperti khazanah, maka dia disebut sebagai dewa bumi. Mo-kauw pertama kali masuk ke Tionggoan bertekad harus menang, maka tempat yang mereka inginkan menjadi landasan di mana mereka sangat teliti memilih, golongan sesat menganjurkan Kiu-hoa-san. Sekelompok pesilat sesat ini adalah kelompok orang yang tidak mempunyai pengetahuan dan ingin membuat dunia kacau, mereka hanya tahu kalau Kim Jiau-ku adalah hweesio dari negeri barat dan dari suku berbeda. Tentang Sin-lok berada di barat atau timur mereka tidak peduli. Hweesio suku lain dari barat tinggal di Tionggoan dan berkembang menjadi besar, ini sangat cocok dengan keinginan Mo-kauw dari barat. Kata-kata Mo-kauw barat datang dari neraka, Kim Jiau-ku merupakan sebutan sebagai penanggung jawab roh halus. Tapi Mo-kauw barat tidak banyak mengetahui tentang budaya Tionggoan juga tidak terpikir kalau itu semua adalah embel-embel golongan sesat di Tionggoan. Begitu mendengar nama itu mereka menganggap Kiu-hoa-san adalah tempat yang paling cocok, maka mereka pun mulai membangun. Para pesilat Tionggoan dari aliran lurus mulai merasa aneh, awalnya mereka mengira yang datang adalah hweesio Budha, tapi dengan cepat mereka mengerti ternyata bukan seperti itu. Sewaktu membangun Kiu-hoa-san, Mo-kauw mulai bergerak, mereka berharap begitu bangunan selesai mereka pun bisa menguasai Tionggoan, dan perkumpulan besar di9 Tionggoan harus ada yang datang untuk mengunjungi dan memberi mereka selamat. Tapi keinginan mereka semua gagal, seperti pepatah. "Pohon besar roboh, kera-kera pun bubar." Akhirnya rumah istimewa itu tidak selesai dibangun. Ini adalah cerita lama, setelah itu Mo-kauw dari negeri barat beberapa kali menyerang Tiong-goan ingin menguasai dunia persilatan Tionggoan, tapi selalu gagal, maka istana yang dibangun di Kiu-hoa-san tidak pernah disentuh lagi. Tapi sekarang cita-cita ini bisa dilaksanakan oleh seorang suku Biauw yang bernama Beng To. Beng To adalah murid Mo-kauw, tapi dia tidak pernah mempunyai hubungan dengan orang-orang dari Mo-kauw, dia juga tidak tahu cara menghubungi mereka, ini adalah salah satu kegagalan gurunya, Sat Kao. Sat Kao tinggal di daerah perbatasan suku Biauw untuk meneliti ilmu lweekang Mo-kauw, dia tidak tahu kapan baru bisa berhasil, maka dia tidak pernah menghubungi sesama anggota Mo-kauw lainnya. Selain itu dua tempat itu berjarak sangat jauh, lalu lintas ke daerah Biauw pun tidak leluasa. Walaupun masalah ini bisa beres, menghubungi temannya pun menjadi masalah. Yang penting adalah kepercayaan diri. Sat Kao sebenarnya adalah orang berbakat, tapi dia tidak mempunyai bahan berlatih ilmu lweekang Mo-kauw. Dia heran dengan kemunculan Beng To, keberhasilan Beng To juga membuatnya terkejut, dalam kegembiraannya dia ingat harus menghubungi murid-murid satu perkumpulan dengannya, hanya satu hal yang belum terpikirkan olehnya. ... kematiannya begitu cepat menjemput.10 Kalau dia tahu, dia akan cepat mengatur semuanya dengan baik tapi walau bagaimanapun dia tidak salah memilih murid. Karena kematiannya Beng To tidak mengalami perubahan, dia tetap muncul membawa nama Mo-kauw. Orang-orang dunia persilatan Tionggoan tidak tahu- menahu tentang hal ini. Mereka mengira di balik Beng To ada banyak pesilat tangguh dari Mo-kauw, mereka sedang menunggu kedatangan anggota Mo-kauw dan siap bertindak. Kalau sampai bangunan utama istana Beng To sudah jadi dan akan diadakan upacara, apakah para pesilat tangguh dari Mokauw akan muncul? Banyak orang yang menaruh curiga. Istana dibangun di gunung Thian-tai, di sana merupakan tempat dengan pemandangan paling indah di Kiu-hoa-san, sebuah sungai yang jernih mengalir melewati gunung. Gunung bertumpuk, air sungai mengalir dengan deras, dan tanah hitam pekat menandakan subur, jurang pun terjal seperti ditepis pisau, dengan kedalaman mencapai ratusan tombak. Semua ini seperti diukir oleh tangan manusia, yang paling aneh, pohon-pohon cemara hijau tumbuh di sela-sela bebatuan, tampak indah seperti bonsai. Di atas gunung ada sebuah jurang, di sana tertulis. "Bukan dunia nyata." Artinya adalah di sana merupakan lingkungan dewa, tapi di mata orang-orang persilatan, di sana adalah tempat iblis. Istana Beng To sudah selesai dibangun, bisa dikatakan istananya sangat megah, sayang tidak cocok dengan pemandangan sekitar seperti terbang menembus masuk dari langit.11 Bangunan model barat terlihat di gunung terkenal di Tionggoan benar-benar terasa aneh. Semua sudah berada dalam dugaan Ci-liong-ong, tapi bila sudah berada dalam bangunan itu tidak hanya merasa aneh juga akan terasa tertekan. Kai-pang dan perkumpulan lainnya ada yang datang, Beng To sudah mengelilingi Tionggoan, dia memang tidak terkalahkan. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah istana selesai dibangun semua merasa sedih, Ci- liong-ong malah tertawa. Dengan sorot mata heran semua orang menatapnya. Giok-koan Tojin yang pertama tidak tahan. "Aku tidak melihat ada yang pantas mem-buat kita senang?" Kata Ci-liong-ong tertawa. "Kita membangun istana ini mengikuti denah, bahan yang dipakai pun tidak jauh dengan yang ada di catatan, waktunya pun selesai sesuai perkiraan, perhitungannya sangat tepat, rencananya sangat sempurna, pertama kalinya aku mengalami hal ini juga melihat sendiri, benar-benar mengagumkan!" "Dari sini terlihat bahwa sesuatu yang disiapkan sempurna dan dilakukan dengan betul, hasilnya akan terasa lebih besar, dari sini kita bisa banyak belajar." "Inilah hal yang mengerikan dari Mo-kauw!" Kata Pek-jin Taysu. Ci-liong-ong mengangguk. "Gerakan Mo-kauw sangat teliti dan rahasia, kalau dikatakan tindakan Beng To tepat sesuai rencana, aku tidak percaya!"12 "Tapi sampai sekarang orang-orang dari Mo-kauw belum ada seorang pun yang muncul, bukankah ini aneh?" Tanya Pek-jin Taysu. "Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah keberhasilan Beng To belum cukup untuk membuat mereka tenang?" Tanya Ci-liong-ong. "Berarti ilmu silat Beng To masih mempunyai titik kelemahan yang belum kita lihat!' kata Giok-koan Tojin. "Mungkin seperti itu!" Ci-liong-ong berkata. "tapi kalau begitu, orang-orang Mo-kauw harus melindunginya dari samping, apakah mereka tidak sanggup melakukannya?" "Mungkin juga!" Kata Giok-koan Tojin. Pek-jin Taysu menyela. "Kita kembali ke topik tadi, dengan gaya Mo-kauw kalau ada hal seperti ini seharusnya menghapus semua tindakan menunggu kesempatan ini!" Ci-liong-ong melambaikan tangan. "Kita tidak perlu berdebat, kecuali kalau kita menemukan kelemahan Beng To, kalau tidak, apa pun tindakan Mo-kauw, bagi kita sama saja, tidak ada bedanya!" Pek-jin Taysu menundukkan kepala, Giok-koan Tojin seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak jadi. Seorang anak buah Ci-liong-ong berlari ke arah mereka. "Apa yang terjadi di sana?" Tanya Ci-liong-ong. "Apakah bangunan ada masalah, tapi semua itu tidak ada hubungannya dengan kita, apakah bagus atau tidak kuat apa peduli kita, apakah istana itu sudah ambruk?" Tanya Liu Sian- ciu sambil tertawa. "Tidak ada hubungannya dengan kita, kita sudah membangun istana sesuai dengan denah, kita tidak mengurangi bahan atau yang lain-lain!" Kata Ci-liong-ong.13 Anah buah Ci-liong-ong sudah berada di depan mereka, dengan tegang dia melapor. "Sekelompok orang dengan identitas tidak jelas sedang masuk ke dalam istana." "Mereka dari mana?" Tanya Ci-liong-ong. "Mereka datang secara tiba-tiba dan bergerak cepat, jumlah mereka 20-30 orang, begitu melihatnya mereka sudah masuk melewati tembok dan langsung masuk ke dalam!" "Apakah tidak ada yang mengenali mereka?" Tanya Ci- liong-ong. "Mereka memakai mantel dan bertopi, wajah mereka terbenam di dalam topi itu, kami tidak melihat bentuk wajah mereka tapi mereka sangat hafal jalan masuk ke istana!" "Apa anehnya?" Ci-liong-ong tertawa. "Maksudmu, mereka adalah orang-orang Mo-kauw?" Tanya Giok-koan Tojin. "Selain mereka siapa yang bisa masuk ke dalam?" Ci- liong-ong balik bertanya. "Seharusnya memang seperti itu!" Kata Giok-koan Tojin. "hanya mereka yang bertindak mencuri-curi, pura-pura misterius dan berlagak!" Dia tidak berkesan baik terhadap Mo-kauw karena di depan banyak orang dia dikalahkan oleh Beng To, dia tidak bisa menerima kekalahannya. Ci-liong-ong dan lain-lain baru mengetahau bahwa orang yang biasanya tenang seperti seekor bangau liar. Pendeta yang dianggap mengetahui semuanya dengan jelas, ternyata tidak seperti itu. Dia yang dianggap sangat penting kedudukannya, ternyata jiwanya sempit hingga di luar dugaan mereka.14 Mereka kalah oleh Beng To, menerimanya dengan jiwa yang besar, mereka hanya ingin setelah itu menganalisis kembali kekalahan mereka untuk meningkatkan ilmu silatnya, bila ada waktu bertarung lagi dengan Beng To, tapi Giok-koan Tojin seperti tidak tertarik, dia hanya bicara terus, begitu ada kesempatan pasti akan menyerang Beng To. hati Giok-koan Tojin begitu sempit, dia tidak akan merasa teman- teman menunjuknya. Pek-jin Taysu adalah orang yang bisa diajak mengobrol oleh Giok-koan Tojin, melihat sikap Giok-koan Tojin seperti itu dia merasa terkejut, tapi dia telah terbiasa, maka dia hanya berkata. "Akhirnya orang-orang Mo-kauw muncul juga!" "Apa pun yang terjadi, semua masalah sudah jelas, kita tidak perlu khawatir lagi!" Pek-jin Taysu mengangguk. "Bila mereka masih bersembunyi dan tidak muncul, kita yang rugi, karena dikhawatirkan mereka mempunyai tujuan lain, kita akan cukup pusing!" "Sekarang mereka pasti mempunyai tujuan lain!" Kata Giok-koan Tojin dengan dingin. "Senjata terang lebih mudah ditahan!" Kata Ci-liong-ong sambil tertawa. "Kali ini mereka benar-benar datang secara terang- terangan, kalah atau menang menggunakan kepandaian sendiri!" Kata Pek-jin Taysu. "Setahuku, dari awal mereka selalu seperti itu, bila kalah mereka akan naik darah karena malu mereka akan bertarung dengan kacau dan berharap akan ada mujizat yang muncul, supaya mereka bisa tenang kembali!" Kata Ci-liong-ong.15 "Sekarang lebih baik kita tunggu mereka muncul, sesudah tenang..." Ci-liong-ong tidak membantah, dia hanya tertawa, yang pasti dia tidak tahu bahwa orang Mo-kauw itu tidak seperti yang dia pikirkan, begitu terus terang dan terbuka, seperti Sat Kao tidak hanya perutnya yang dipenuhi dengan rencana busuk, dia pun mengerti kegunaan ilmu guna-guna untuk mencelakai Wan Fei-yang. Apakah karena tinggal di daerah suku Biauw maka Sat Kao berubah menjadi seperti itu atau sewaktu berada di negeri barat dia memang sudah seperti itu? Yang pasti hanya Beng To yang tahu, apakah sifat Mo-kauw dari barat sudah berubah, yang pasti kemunculan mereka bagi dunia persilatan Tionggoan hanya ada kesan buruk dan tidak baik, satu Beng To saja sudah cukup merepotkan. Pek-jin Taysu tidak melayani Giok-koan Tojin, dia melihat Ci-liong-ong, tiba-tiba menarik nafas. "Jujur saja, aku tidak mengkhawatirkan Beng To atau orang-orang Mo-kauw." "Bagaimana dengan para pesilat Tionggoan golongan sesat?" Tanya Ci-liong-ong. Pek-jin Taysu mengangguk. "Beng To tidak berbeda dengan suku Biauw biasa, mereka pemberani dan senang bertarung, bila bersatu dengan pesilat Tionggoan yang beraliran sesat, lambat laun dia akan melakukan kejahatan!" "Apakah sampai waktunya tiba kita baru akan bertindak?" Tanya Giok-koan Tojin. Ci-liong-ong tertawa. "Sayang kita kalah bertarung dan tidak cepat naik pitam!"16 "Kita lahir di tempat yang ada sopan santunnya, berbeda dengan orang biadab dan kurang ajar," Kata Giok-koan Tojin. Ci-liong-ong tertawa dan bertanya kepada anak buahnya. "Apakah ada orang di dalam istana itu?" "Tidak ada..." "Baiklah, paling sedikit bisa mengurangi pertarungan yang tidak diperlukan," Kata Ci-liong-ong. "Begitu Beng To sampai, kita akan tahu lebih jelas!" Tiba-tiba Thi Gan bertanya. "Mengapa orang Bu-tong-pai belum ada yang muncul?" "Murid-murid Bu-tong-pai ada yang datang kemari membangun istana Beng To, berarti dalam masalah ini, tidak ada yang tidak sependapat!" Kata Ci-liong-ong. "Apakah akan terjadi musibah lagi?" "Nasib Bu-tong-pai memang tidak baik!" Ci-liong-ong melihat murid-murid Bu-tong-pai yang berkumpul di depan istana. Tidak diragukan lagi, mereka terlihat ketakutan, karena pemimpin mereka, Pek-ciok Tojin sampai saat ini belum muncul. Waktu itu ada kabar berita yang mengatakan bahwa Beng To berada di kaki gunung. Beng To duduk di atas kain di pundak orang-orang Biauw, yang pasti kain itu sudah diganti menjadi lebih mewah, bersamaan waktu baju orang-orang Biauw pun sudah diganti, mungkin karena nasihat pendekar-pendekar Tionggoan beraliran sesat, selain itu tidak ada perubahan lain. Terlihat sejak pertarungan di Bu-tong-san, dia hanya bertekad menaklukkan semua perkumpulan besar Tionggoan. Pesilat-pesilat golongan sesat itu mengikuti kehendak Beng To juga tidak ada waktu memancing melakukan kejahatan.17 Orang-orang suku Biauw yang mengikutinya, tidak ada yang gugur, berarti tindakannya selama ini sangat berhasil, dia menjadi inti dan dia pun tidak membuat pengikutnya kecewa. Yang membuatnya merasa menyesal adalah dunia persilatan Tionggoan terpencar di mana-mana. Jalan lurus yang ditempuhnya terlalu jauh, sampai di istana yang sudah selesai dibangun, dia belum menaklukkan semua pesilat tangguh di Tionggoan. Walaupun begitu, semua orang sudah mengakui bahwa dia orang nomor satu, yang pasti sebutan ini datang dari para pesilat beraliran sesat. Awalnya mereka hanya ingin menonton keramaian, sekarang malah merasa cocok dengan Beng To, mereka sepenuhnya mendukung Beng To, juga meren canakan semua hal untuk Beng To, yang merencanakan semakin banyak macamnya. Semua tidak ditolak oleh Beng To, memang dia tidak merasa ada keburukan. Karena mereka mem buatnya lebih hafal dengan keadaan dunia persilatan Tionggoan, sehingga semua tindakannya lebih lancar dan lebih berjaya. Dia hanya menutupi satu hal, mengapa orang-orang persilatan Mo-kauw sampai sekarang belum muncul. Sebenarnya dia juga ingin menghubungi orang orang Mo-kauw, hanya saja Sat Kao tidak meninggalkan cara bagaimana menghubungi mereka. Begitu masuk Tionggoan dia merasa bekerja sendiri merupakan hal yang sangat sulit. Memang orang-orang suku Biauw sangat banyak, sebenarnya pun mereka tidak ada gunanya, maka dari awal dia sudah merasa bimbang sampai orang-orang golong-an sesat datang bergabung.18 Dia bisa melihat kesungguhan orang-orang golongan sesat terhadap Mo-kauw, dia tetap men-jaga rahasia ini, dia adalah orang pintar dan punya seorang guru yang pintar juga. Orang-orang berbondong-bondong melewati semua pesilat golongan lurus, Beng To melambaikan tangan untuk menyapanya. Dia tertawa, pesilat golongan lurus melihatnya, hati mereka terasa tidak nyaman, merasa di balik tawa itu penuh dengan kesombongan dan penghinaan kepada mereka. Yang pasti mereka juga tidak betah melihat orang-orang golongan sesat. Kain terus digotong hingga ke ruangan utama, upacara akan dilaksanakan di siang hari, masih ada waktu satu jam lagi, maka digunakan oleh Beng To untuk bersiap-siap, dia segera masuk, dia sudah mengerti dengan cara apa bisa mengeluarkan wibawa nya yang tinggi. Sekarang Beng To sekarang merasa sangat senang sebab istananya sudah selesai dibangun tepat pada waktunya dan para pendekar golongan putih tepat waktunya berkumpul di sini, semua seperti yang dia inginkan, dia benar-benar senang. Bangun-an sudah jadi walaupun perkumpulan Tionggoan tidak tunduk, tapi untuk sementara mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan Beng To. Apa yang bisa mereka banggakan lagi. Saat Bu-ti-bun berjaya pun tidak ada wibawa seperti ini. Apa lagi para pesilat dari Mo-kauw belum muncul, bila mereka muncul, posisi Mo-kauw di Tionggoan akan lebih mantap seperti pagoda besi.19 Mereka melihat Beng To tidak begitu hafal dengan keadaan dunia persilatan Tionggoan, jika dia mau menerima bantuannya pasti akan banyak keuntungannya. Baru saja memasuki ruang utama, tawa di wajah Beng To segera menghilang, dia terlihat tidak senang. Pesilat golongan sesat atau orang-orang suku Biauw semua melihat ke arahnya, mereka mengira dia sedang berpura-pura, hanya ingin mengeluarkan wibawa seorang pemimpin dunia persilatan, juga mengira Beng To mulai belajar berwibawa, maka mereka terdiam. Dalam suasana serius Beng To turun dari kain yang menggotongnya dan naik ke singgasananya, dia mulai membuka suara. "Siapa saja yang datang?" Semua orang tampak terkejut, bersamaan itu 28 orang berbaju hitam seperti kelelawar menggantung telah turun. Semua orang mulai bereaksi, wajah Beng To mulai tersenyum lagi. "Ternyata ada orang-orang Tong-bun!" Tong Thian-co dan Tong Thian-yu turun di depan singgasana itu. Ketika orang-orang suku Biauw dan pesilat golongan sesat bersiap-siap ber-tindak, Tong Thian-co sudah mengeluarkan perintah. "Siapkan senjata rahasia!" Pesilat golongan sesat di sana ada yang mengenal mereka segera berteriak. "Hati-hati, mereka adalah Tong-bun-ji-pwe-siu!" (28 bintang Tong-bun) keluarkan semua senjata dari sarung. Waktu itu Beng To melambaikan tangan. "Tidak perlu kalian yang bertindak!" Tanpa melihat reaksi pesilat20 golongan sesat, dia langsung bertanya kepada Tong Thian-co dan Tong Thian-yu. "Apakah kalian datang untuk membuat perhitungan?" Tong Thian-co balik bertanya. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tetua perkumpulan kami, apakah beliau mati di tanganmu?" "Benar!" Beng To mengaku. "Kalau ketua perkumpulan kami..." "Walaupun dia bunuh diri itupun karena dia jatuh ke tanganku, kalau kalian menuduh pelakunya adalah aku, tidak apa-apa!" Beng To seperti tidak terjadian apa-apa. "Kalian masih ingin tahu apa lagi?" "Tong-bun-ji-pwe-siu ingin mencoba ilmu lweekang iblis milik Tuan!" Jawab Tong Thian-co. "Bagaimana kalau kalian kalah?" "Kedatangan kami kemari dengan tekad siap mati!" "Baik..." Beng To tertawa. "tapi aku tidak mau membunuh, kalau kalian kalah, kalian harus mengaku, itu sudah cukup!" Tanpa menunggu jawaban Tong Thian-co, Beng To segera berkata kepada orang-orang yang berada di bawah singgasananya. "Senjata rahasia akan berhamburan di sini, harap kalian menunggu di luar!" Dia tertawa lagi. "Untung masih ada 1 jam lagi baru tengah hari!" Tong-bun-ji-pwe-siu sangat terkenal di dunia persilatan, bila jalanya sudah dibuka burung pun sulit lewat. Pesilat golongan sesat sangat takut, mereka tidak menyangka Beng To berulah kepada Tong-bun, tapi mereka sangat percaya pada ilmu silat Beng To, maka mereka pun keluar.21 "Apakah ada yang ingin kalian sampaikan lagi?" Tanya Beng To kepada Tong Thian-co dan Tong Thian-yu. Dua kepalan tangan yang berisi senjata rahasia mulai dilepaskan dari tangan Tong Thian-co dan Tong Thian-yu, mereka meloncat dan kembali bergantung di atas balkon. Kedua tangan Beng To seperti tidak sengaja terulur, semua senjata rahasia terbang ke arah kedua tangannya dan menempel di tangannya. Seperti sebuah jala, yang menjala senjata rahasia itu, tapi Tong Thian-co dan Tong Thian-yu tidak melihat ada jala di sana. Mereka tahu itu adalah kehebatan tenaga dalam Beng To karena itu mereka tidak merasa aneh. Dulu mereka pernah bersama Tong Ling mencari Wan Fei-yang untuk membalas dendam, juga pernah melihat hal seperti itu. Tapi sekarang mereka melihat tenaga dalam Beng To berada di atas Wan Fei-yang. ...Pantas Wan Fei-yang kalah di tangan orang ini, bagaimana keadaan Wan Fei-yang sekarang? Apakah ilmu silat Wan Fei-yang ada kemajuan? Apakah dia bisa mengalahkan Beng To? Mereka merasa sangsi tapi bukan karena itu maka mereka menjadi kecewa. Isyarat sudah diberikan, 28 orang itu mulai bertindak dari atas atap, satu per satu seperti kelelawar menggantung tapi bukan karena itu membuat kecepatan mereka menjadi lamban, yang pasti hanya terlihat sedikit aneh. Walaupun posisi mereka terus berganti tapi tidak bergeser secara sembarangan terlihat sangat teratur, jaraknya tidak berubah. Asal ada yang mengerti pasti akan tahu pergeseran mereka menuruti geseran rasi bintang. Tapi Beng To sama22 sekali tidak mengerti dan merasa tidak ada keistimewaannya. Sebenarnya perubahan Tong-bun ji-pwe- siu tidak menbuatnya terganggu, dia tidak merasa bingung. Sampai posisi duduknya pun tidak berubah, dia menaruh senjata rahasia di sisi meja, kemudian menunggu tanpa bergerak datangnya senjata rahasia yang lain. Tong Thian-co dan Tong Thian-yu melihat dengan jelas tapi mereka tidak menjadi goyah, mereka datang kali ini memang tidak yakin bisa menang dari Beng To. Mereka hanya berharap bisa melukai atau menguras tenaga dalam Beng To, dengan cara itu mungkin mereka bisa membantu sedikit pada Wan Fei-yang. Senjata rahasia itu akhirnya keluar dari 28 arah yang berbeda, gerakan mereka terus berubah-rubah, senjata pun dilepaskan terus menerus. Senjata berkelebatan menganyam menjadi jala senjata rahasia yang sangat rapat, setiap senjata rahasia mengandung tenaga yang tidak sama, tapi pengaturannya sangat baik. Beng To tepat berada di tengah-tengah menjadi sasaran setiap senjata rahasia yang melesat, seseorang walaupun mempunyai banyak tangan dan kaki, juga bermata jeli, serta gerakan lincah, ingin dalam waktu bersamaan menyambut semua senjata rahasia bukan hal yang gampang. Beng To hanya mempunyai sepasang tangan, tapi karena dia mempunyai tenaga dalam yang tinggi dan perubahan yang aneh, sepasang tangan-nya seperti menjadi ratusan bahkan ribuan pasang tangan. Tenaga dalamnya seperti berhelai-helai benang muncul lagi, untuk melindungi dirinya, dia menjalin jala yang lebih rapat dibandingkan jala senjata rahasia. Begitu senjata rahasia mendekat, segera terikat oleh tenaga dalamnya,23 tidak ada satu pun yang lolos, bahkan dia masih mempunyai waktu meletakkan senjata rahasia yang diterimanya di meja yang ada di sampingnya. Tong Thian-co dan Tong Thian-yu juga murid-murid Tong-bun lainnya dari awal sudah tahu tidak gampang jika ingin merobohkan Beng To dengan senjata rahasianya. Hanya saja mereka tidak menduga Beng To bisa begitu tenang, sampai mereka pun tidak bisa memaksa dia meninggalkan kursi kebesarannya. Semua di luar dugaan mereka, gerakan Beng To begitu sederhana, mereka sangsi apakah yang mereka lemparkan tadi bukan senjata rahasia melainkan ilusi, mereka seperti sedang bermain-main bukan sedang bertarung antara hidup dan mati. Gerakan mereka tidak berhenti, terus berubah rubah dari posisi horisontal hingga vertikal atau sebaliknya. Mereka terus melepaskan senjata rahasia, sampai tas untuk menyimpan senjata rahasia pun kosong, baru berhenti karena terpaksa. Bersamaan waktu gerakan Beng To pun berhenti, meja yang ada di sampingnya yang ada senjata rahasia tampak menumpuk seperti sebuah gunung, tapi dia tetap tidak terluka sedikit pun, juga tidak melemparkan kembali senjata itu kepada murid-murid Tong-bun. Senjata rahasia terakhir sudah disambutnya dia malah bertanya. "Apakah sudah selesai?" Lama Tong Thian-co baru keluar suara. "Ilmu yang hebat..." Beng To tersenyum. "Kalau tidak mempunyai ilmu hebat, aku tidak akan berani membangun istana ini!"24 "Walaupun kami tidak sudi menerimanya tapi kami mengakui kami telah gagal total..." Kata Tong Thian-yu. "Baik, yang aku takutkan adalah orang yang tidak mau menerima kekalahannya dan selalu berbelit belit, kalian tenang saja, kalau bukan terpaksa aku tidak akan membunuh, apa lagi terhadap orang-orang Tong-bun." "Tapi hutang ini tetap harus diperhitungkan..." Kata Tong Thian-co. "Setiap saat kalian boleh datang membuat perhitungan, aku selalu siap, yang pasti harus ada keyakinan terlebih dulu, kalah bukanlah semacam penghinaan, aku tidak mau orang- orang Tong-bun menjadi malu untuk berdiri di dunia persilatan." Tong Thian-co marah, dia berteriak. "BengTo..." Beng To tertawa, memotong. "Kalian datang jauh-jauh mengantarkan begitu banyak senjata rahasia sebagai hadiah, seharusnya kita bersulang dulu, tapi sayang waktunya tidak tepat, sebab aku masih sibuk!" Lalu dia melambaikan tangan. "kalau kalian masih ingin melihat-lihat, boleh menunggu di luar, aku tidak akan lama!" Tong Thian-co tidak bersuara, semua murid Tong-bun menatapnya, mereka sudah bertekad untuk mati di sini! Tidak siap meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup. Melihat ilmu Beng To seperti itu mereka merasa kecewa berat. Tapi mereka sudah berusaha semaksimal mungkin. Tong Thian-co mengerti pikiran anak buahnya, dia menarik nafas. "Kita pergi..." Dia meloncat turun.25 Tong TTuan-yu dan 27 orang lainnya segera turun dari atap, mengikuti Tong Thian-co keluar dari sana. Langkah kaki dan pikirannya terlihat sama-sama berat. Akhirnya Beng To tertawa terbahak-bahak. Awalnya melihat pesilat golongan sesat keluar dari ruangan, Ci-liong-ong dan lain-lain merasa aneh, sampai terdengar suara bertarung mereka segera mengerti apa yang telah terjadi, hanya tidak mengerti siapa yang datang kemari mencari Beng To untuk bertarung dan memilih waktu sekarang. "Yang tadi masuk ternyata bukan datang dari Mo-kauw," Nada bicara Ci-liong-ong terdengar aneh, begitu juga pikirannya. "Berarti mereka sahabat dunia persilatan, mereka memilih saat sekarang ini, berarti mereka juga mempunyai maksud tertentu!" Kata Giok-koan Tojin. "Ada maksud atau tidak, sama saja!" Kata Ci-liong-ong dengan nada malas-malasan. "Beng To mengusir golongan sesat keluar dari ruangan, pasti dia sudah yakin dan tidak dianggap berat!" "Apakah kita hanya akan berpangku tangan melihat tontonan?" Tanya Giok-koan Tojin. "Jika kita ingin masuk harus melewati pesilat golongan sesat dan orang-orang suku Biauw," Kata Ci-liong-ong. "Siapa mereka?" "Mereka bukan siapa-siapa, kalau kita melakukan hal seperti itu untuk apa membangun istana ini, tidak perlu menunggu sampai hari ini!" Giok-koan Tojin mendengar kata-kata Ci-liong-ong seperti mengandung arti lain, maka dia terdiam. Tapi Pek-jin Taysu segera bertanya.26 "Beng To sudah yakin akan menang, walau pun pesilat golongan sesat tidak menghalangi kita masuk tapi aku yakin pertarungannya sudah selesai!" Ci-liong-ong tertawa. "Pembicaraan kita terlalu berlebihan..." Dia berhenti bicara matanya berputar. Seorang anak buahnya datang melapor dengan meriah. "Orang Bu-tong-pai sudah datang!" "Sudah datang?" Ci-liong-ong masih bernada tidak ada perhatian. "Kecuali Pek-ciok Tojin, masih ada Wan Fei-yang!" Begitu nama Wan Fei-yang disebut, terdengar nada perkataan anak buahnya berubah menjadi senang dan terharu. "Apa?" Bukan hanya Ci-liong-ong, yang lainnya pun merasa sangsi dengan pendengaran mereka maka semua orang menatap anak buah Ci-liong-ong itu. "Apa yang kukatakan itu kenyataan." Anak buah Ci-liong-ong ini adalah orang pintar, melihat semua orang melihatnya dia segera menjawab seperti itu. "Maksudmu, kau benar-benar melihat sendiri sosok Wan Fei-yang?" Tanya Ci-liong-ong. "Aku tidak akan salah lihat, bila aku bohong aku rela dihukum!" Anak buahnya bersumpah. Ci-liong-ong menepuk-nepuk pundaknya. "Kau sudah lama ikut denganku, aku tahu jelas sifatmu!" "Tapi kenyataan ini membuat siapa pun tidak akan percaya!" Kata Ci-liong-ong. Anah buahnya ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Giok- koan Tojin sudah menyela.27 "Apakah ini permainan Bu-tong-pai?" Pek-jin Taysu melafalkan bacaan Budha. "O-mi-to-hud, apakah kematian ketua Kouw-bok belum cukup bukti, bisa di buat main-main?" Giok-koan Tojin terpaku dan menundukkan kepala, dia terdiam, akhirnya dia merasa kata-katanya sudah keterlaluan, apa lagi Kouw-bok sudah berbudi kepadanya! Ci-liong-ong berkata. "Apakah Beng To juga bisa salah perhitungan sebenarnya Wan Fei-yang belum mati?" Kata Pek-jin Taysu. "Dia hanya mengatakan kalau Wan Fei-yang kalah di tangannya, ilmu silatnya sudah menyebar di kalangan dunia persilatan Tionggoan kalau Wan Fei-yang sudah seperti orang cacat tidak mungkin bisa bertahan hidup lagi, dia tidak mengatakan kalau Wan Fei-yang sudah mati!" "Katanya ada seekor induk serangga yang masuk ke dalam tubuhnya dan menggerogoti roh Wan Fei-yang!" Kata Liu Sian-ciu. "Dia belum bisa membuat Wan Fei-yang mati, kabarnya perubahan ilmu Thian-can-sin-kang sangat ajaib..." Kata Pek- jin Taysu. "Itu hanya gosip, walau bagaimanapun Wan Fei-yang hidup kembali, karena perubahan Thian-can-sin-kang, jadi tidak perlu merasa aneh," Ci-liong-ong tertawa, lalu berkata lagi. "ilmu lweekang Beng To berasal dari ilmu lweekang Mo- kauw asalnya sama dengan Thian-can-sin-kang, lweekangnya terus menerus mengalir seperti tidak ada habisnya, terlihat ilmu yang sangat ajaib ini, maka Wan Fei-yang tidak gampang mati begitu saja!"28 "Tapi," Pek-jin Taysu berkata lalu berhenti lagi, sikapnya menjadi aneh, tidak usah diragukan lagi, dia ingin mengajukan pertanyaan. "Apa yang ingin Taysu katakan?" Ci-liong-ong bertanya dengan heran. "Mengenai ilmu menghitung nasib, aku hanya tahu sedikit bagian kulitnya, seharusnya aku tidak merasa begitu yakin," Kata Pek-jin Taysu. Ci-liong-ong baru mengerti. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Maksudmu, dari raut wajahnya mengatakan dia orang yang pendek umur?" Pek-jin Taysu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia berhenti bicara, sorot mata Ci-liong-ong melihat Liu Sian-ciu, karena dia tahu Liu Sian-ciu juga orang yang mengerti urusan perhitungan nasib, dengan melihat wajah bisa memperkirakannya. Liu Sian-ciu tertawa kecut. "Pek-jin Taysu hanya mengerti sedikit maka dia tidak bisa melihat juga memperkirakan." Kata Liu Sian-ciu lagi. "Mati dan hidup kembali, apakah bisa dianggap sudah mati satu kali lalu hidup kembali, apakah sama dengan mengubahnya menjadi orang dalam sosok lain, aku tidak mengerti!" Kata Pek-jin Taysu. "Melihat wajah dan memperkirakannya, melihat wajah seperti apa muncul dari dalam hati, nasib seseorang tidak akan berubah karena dia sudah melakukan sesuatu!" Tiba-tiba Ci-liong-ong tertawa.29 "Terlihat kalian berdua berbobot setengah kati dan 500 liang, mengenai perhitungan wajah dan perkiraannya tetap saja masih merasa ragu!" Liu Sian-ciu tertawa kecut. "Aku hanya merasa perubahan nasib Wan Fei-yang sangat besar, bila terjadi perubahan lagi itu tidak aneh!" Kata Ci-liong-ong. Baru saja kata-katanya habis, Wan Fei-yang, Pek-ciok Tojin dan sekelompok murid Bu-tong-pai sudah muncul. Terlihat Pek-ciok Tojin dan murid-murid Bu-tong-pai sangat senang, hanya Wan Fei-yang yang terlihat sangat biasa, seperti tidak memiliki perasaan apa pun. Pesilat golongan sesat dan orang-orang suku Biauw tidak memperhatikan perubahan ini. Tong-bun-ji-pwe-siu yang baru keluar dari istana dengan kecewa dan murung juga merasa kurang bernafsu. Melihat sikap mereka Wan Fei-yang sudah tahu, Beng To sudah memenangkan pertarungan lagi. Memang semua sudah berada dalam dugaannya tapi pesilat golongan sesat dan orang-orang suku Biauw tetap bersorak. Dengan diam Tong-bun ji-pwe-siu melewati mereka tanpa reaksi, mereka tidak peduli sikap orang-orang itu, mereka sudah sekuat tenaga berjuang tapi tetap tidak sanggup membantu Wan Fei-yang. Mereka harus mengakui ilmu silat Beng To berada pada taraf seperti dewa dan khawatir, apakah Wan Fei-yang sanggup mengalahkan Beng To. Dulu ketika mereka ikut Tong Ling ke Bu-tong-san untuk mencari Wan Fei-yang, mereka sudah menyaksikan seperti apa ilmu silat Wan Fei- yang.30 Di benak mereka, ilmu silat Wan Fei-yang dengan Beng To masih berbeda jauh tingkatnya. Tapi Wan Fei-yang adalah satu-satunya harapan mereka, maka dengan berat hati mereka bisa membayangkan semuanya. Dari jauh mereka melihat Wan Fei-yang datang, mereka tidak merasa senang malah terasa semakin berat. Pesilat golongan sesat mengikuti pandangan mata orang- orang melihat ke arah yang dituju, akhirnya mereka melihat sosok Wan Fei-yang, di antara mereka ada yang mengenali Wan Fei-yang, maka tawanya pun segera berhenti dan membeku. Yang tidak mengenali Wan Fei-yang masih menertawakan Tong-bun-ji-pwe-siu, sampai melihat temannya yang berdiri di sisi mereka bersikap lain, mereka baru tersadar. Wan Fei-yang tidak menyalami Giok-koan Tojin dan lain- lain, dia terus berjalan ke depan murid-murid Tong-bun, dalam hati Wan Fei-yang, keselamat an murid-murid Tong- bun lebih penting dari pada menyapa Giok-koan Tojin dan lain-lain. "Apa kabar kalian?" Wan Fei-yang tidak tahu ada berapa murid Tong-bun yang datang, hanya berharap semua bisa selamat, tidak ada masalah berat yang terjadi. Tong Thian-co tertawa kecut. "Kabar kami baik, kami sudah berusaha, tapi tetap tidak berdaya." "Sebenarnya kalau dia berniat membunuh kami, gampang seperti membalikkan telapak tangan, tapi dia tidak melakukannya, mungkin karena terlalu gampang atau hari ini karena dia naik tahta," Kata Tong Thian-yu.31 "Sekarang orang itu lebih dewasa dibandingkan dulu ketika aku baru bertemu dengannya!" Kata Wan Fei-yang. "Ada sebuah pertanyaan, apakah kami boleh bertanya.." Kata Tong Thian-yu dengan cepat. "Kalian harus percaya pertarungan kali ini terjadi antara aku dan dia!" "Kalau kau tidak percaya diri, kau tidak akan datang!" Jawab Tong Thian-co. "Walau pun tidak yakin, aku tetap harus datang!" "Maaf..angguk Tong Thian-yu. "Yang minta maaf itu seharusnya aku!" Kata Wan Fei- yang, dia segera melangkah. Murid Tong-bun segera menyingkir ke kiri juga ke kanan, Ci-liong-ong terdiam, hanya Pek-jin Taysu yang masih melantunkan O-mi-to-hud. Pesilat golongan sesat terdiam, mereka segera memberi jalan untuk Wan Fei-yang. Dengan tenang Wan Fei-yang melewatinya, bumi dan langit seperti ikut membeku. Beng To merasakan kesepian luar biasa juga berfirasat buruk, dia tahu akan terjadi sesuatu di istana ini, dia tidak tahan lalu berdiri dan berteriak. "Wan Fei-yang!" Suaranya serak tidak seperti suara biasanya, dia melihat Wan Fei-yang seperti melihat makhluk aneh. "Sudah lama kita tidak bertemu!" Suara Wan Fei-yang tetap terdengar tenang, sikapnya pun seperti itu, bukan karena Beng To mengalami perubahan. Akhirnya Beng To tenang kembali dan duduk. "Aku sudah bersalah!"32 "Ilmu silatku sudah di ketahui secara luas, apa lagi di dalam tubuhku ada seekor induk serangga, kalau bukan karena Pei-pei mengorbankan nyawanya memancing induk serangga itu keluar, walaupun Thian-can-sin-kang bisa berubah secara ajaib tenaga dalamku tatap akan terganggu oleh induk serangga, tidak bisa dialirkan dengan sempurna, semua percuma saja." "Pei-pei?" Beng To tertawa dingin. "aku lalai tentang ini, Pei-pei benar-benar murahan, sampai-sampai nyawanya sendiri pun dikorbankan." Wan Fei-yang terdiam, dia hanya memberi tahu bahwa Pei-pei sudah meninggal. "Seharusnya aku terpikirkan akan hal ini, tapi aku tidak percaya perempuan mana pun yang kau kenal selalu siap berkorban untukmu!" Beng To tertawa dingin. Api cemburu naik ke kepala Beng To, dia tidak lupa dengan kata-kata Tong Ling sebelum meninggal. Tong Ling mengatakan bahwa dia lebih memilih mati karena tidak mau dihina dan diucapkannya dengan mantap, dia tidak bisa melindungi Wan Fei-yang, ilmu Wan Fei-yang seperti apa pun dia tidak tahu dengan jelas, tapi Beng To sudah bertekad mengambil posisi Wan Fei-yang di Tionggoan dan harus menguasai dunia persilatan, sekarang cita-citanya hampir tercapai. Bila bertanya kepada siapa pun semua akan menjawab bahwa ilmu silat Wan Fei-yang berada di bawah Beng To, tapi ketika dia akan naik tahta dan menerima sembahan orang-orang, Wan Fei-yang muncul. Apakah dia akan kalah di tangan Wan Fei-yang? Walaupun dia telah mengalahkan puluhan pesilat tangguh dari puluhan perkumpulan silat, dia juga sadar bahwa ilmu33 lweekangnya berada di atas Wan Fei-yang, tapi setelah berhadapan langsung dengan Wan Fei-yang, dia tidak yakin bisa menang dengan Wan Fei-yang. Tenaga dalam Wan Fei-yang yang sudah terlatih adalah sejenis dengannya, dengan mudah dia bisa menyedot tenaga dalam Wan Fei-yang dan menggunakannya dengan baik, tapi perubahan ajaib dari Thian-can-sin-kang, membuat Wan Fei- yang seperti terlahir kembali, dia bisa memulihkan tenaga dalamnya, entah sampai pada tahap seperti apa, dia tidak tahu. Tapi dia tahu dulu ilmu silat Wan Fei-yang seperti apa. Orang seperti Kiam-sianseng dan Ci-liong-ong bukan lawannya. Walaupun sekarang dia bisa mengalahkan Wan Fei-yang, tampaknya dia harus membayarnya dengan harga tinggi. Bila pertarungan ini bisa dihindari, ini lebih baik, tapi Beng To sadar dia tidak akan bisa menghindar, dia juga tidak berkompromi lagi dengan Wan Fei-yang, dia juga tahu pendekar-pendekar di luar sana, baik dari aliran lurus maupun yang sesat sedang menunggu hasil akhir pertarungan ini. Pertarungan ini dikatakan lebih penting dari pertarungan mana pun. Bukan hanya karena Wan Fei-yang hidup kembali merupakan suatu mukjizat, asal bisa mengalahkan Wan Fei- yang berarti bisa memukul hancur rasa percaya diri perkumpulan lurus, membuat mereka kecewa dan harus menjaga nama baik mereka. Dulu dia pernah mengatakan bahwa Wan Fei-yang kalah di tangannya dan sudah kehilangan semua ilmu silatnya. Sekarang Wan Fei-yang secara sehat walafiat muncul di depan semua orang. Hal ini sedikit banyak memberikan34 kesan bahwa dia telah berbohong, dia tidak tahu apakah pesilat golongan sesat juga akan berpikir seperti itu. Setelah dipikir-pikir, dia benar-benar merasa semua ini sangat buruk, tentu saja dia sangat membenci Wan Fei-yang, tapi Wan Fei-yang seperti tidak tahu perubahan perasaan Beng To, dia seperti tenggelam dalam kenangan, lama baru berkata. "Mereka adalah gadis-gadis baik, masih muda, tapi sayang aku tidak bisa menghalangimu... "Apakah ketika Pei-pei memancing induk serangga keluar dari tubuhmu, kau tidak tahu? Beng To tertawa dingin. "Ketika induk serangga meninggalkan tubuhku, aku baru sadar!" Beng To memang tahu Wan Fei-yang tidak akan berbohong, tapi dia tetap tertawa dingin. "Begitu cepat waktu berlalu bukan?" "Hal yang terjadi di dunia ini memang benar-benar cepat!" "Kau begitu cepat datang kemari, tidak terlalu awal dan tidak terlalu terlambat!" "Mungkin aku sudah bosan berkelana di dunia persilatan, walaupun tahu keberadaanmu tapi aku tidak akan mencarimu ke sana!" "Kau sengaja menunggu aku mengalahkan semua pesilat dari semua perkumpulan, dan ketika aku akan naik tahta kau baru datang?" Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. "Alasan yang sangat sederhana, kedudukan Bu-tong-pai dunia persilatan sebenarnya tidak tinggi, setelah bertarung dengan Bu-ti-bun mati-matian, pesilat tangguh Bu-tong banyak yang gugur dan selalu ada berita tidak enak35 mengenai Bu-tong, saat kau menggunakan Thian-can-sin- kang mengalahkan Tokko Bu-ti, kalian baru bisa tenang, sekarang rahasia terkuak lagi, ternyata ilmu Thian-can-sin- kang kalian di dapat dari mencuri dari ilmu lweekang Mo- kauw, ingin mengambil kembali yang sudah menghilang bukan hal yang gampang, karena itu kau menungguku setelah mengalahkan semua pesilat dari semua perkumpulan, dengan lagak menolong kau baru muncul." Wan Fei-yang menggelengkan kepala, Beng To berkata lagi. "Kau tidak perlu membantah, kau bisa menipu siapa pun tapi tidak akan bisa menipuku." "Kau..." "Apakah aku sudah menguak rahasiamu, tapi memang kenyataannya seperti itu, siapa yang tidak ingin menjadi orang nomor satu di dunia persilatan!" "Itu hanya cita-citamu saja!" Jawab Wan Fei-yang. "Aku tidak akan membantahnya kau juga tidak akan membantah, jangankan hanya ada kau dan aku, walaupun semua orang yang ada di luar masuk dan tahu semuanya, aku tidak peduli!" Beng To berkata sambil tertawa. "menurut Tong Ling, aku adalah orang picik, sebenarnya kau pun tidak berbeda jauh, sayang umurnya pendek tidak menunggu hingga saat ini, kalau tidak, apa yang akan dia pikirkan ya?" Wan Fei-yang terdiam, Beng To berkata lagi. "Kau tidak hanya menunggu dengan santai, kau masih memperalat murid-murid Tong-bun untuk menghabiskan tenaga dalamku terlebih dulu, tapi sayang, ilmu silat mereka terbatas, mereka tidak banyak membantumu!" "Murid Tong-bun datang kemari untuk bertarung denganmu, itu bukan ideku, memang mereka muncul pikiran36 seperti itu, itu pun aku baru mengetahuinya mengapa sampai sekarang aku baru datang mencarimu, penjelasannya adalah karena aku membutuhkan waktu untuk beristirahat terlebih dulu juga membutuhkan waktu untuk menerangkan semua kejadian kepada Bu-tong-pai!" "Menerangkan apa yang terjadi setelah kau mati?" Beng To berkata dengan dingin. Sebenarnya dia hanya berkata tanpa rasa tanggung jawab, tidak disangka Wan Fei-yang malah mengangguk membenarkan. "Jika karena kematianku ilmu silat Bu-tong-pai menjadi musnah, aku akan menjadi orang yang berdosa kepada Bu- tong-pai, di alam baka sana aku akan malu menghadapi para tetua Bu-tong-pai!" Suara Wan Fei-yang terdengar sangat tenang, perasaannya begitu jauh seperti datang dari alam baka. Beng To merasa tidak nyaman mendengarnya, entah mengapa tiba-tiba dia mempunyai perasaan kematian akan menjemputnya dan berkata. "Selain Thian-can-sin-kang yang pantas diwariskan kepada Bu-tong-pai, masih ada ilmu apa lagi? apa lagi Thian- can-sin-kang kalian dapat mencuri dari perkumpulan kami!" "Ini memang kenyataan, tapi aku sudah mengembalikan Thian-can-sin-kang kepada Mo-kauw, karena itu pula kau bisa menguasai dunia persilatan!" Beng To mengerti, itu memang keinginan Sat Kao yang menghisapkan tenaga dalam Wan Fei-yang kepadanya, dia ingin mengatakan sesuatu. Wan Fei-yang sudah menyambung. "Kami dari Bu-tong-pai mengubah lweekang dari Mo- kauw menjadi Thian-can-sin-kang, kami sudah bekerja37 dengan susah payah, tapi kalian hanya tinggal duduk memetiknya, aku rasa kita sudah impas dan tidak saling berhutang!" "Enak saja..." "Aku tidak ingin banyak bicara lagi!" Wan Fei-yang memotong perkataan Beng To. "Yang mana yang salah yang mana yang benar, biar orang dunia persilatan yang memutuskannya. Thian-can-sin- kang dari Bu-tong-pai tidak pernah membunuh, maka murid Bu-tong-pai tidak perlu merasa ada ganjalan di hati, aku pun seperti itu!" "Kali ini kau datang mencariku, apakah kau sudah siap untuk mati?" "Aku mengaku belum tentu bisa mengalahkanmu, kalau aku hidup dan bisa meninggalkan tempat ini, aku tetap akan mencarimu lagi, kau harus mengerti itu!" "Ingin menguasai dunia persilatan harus membayar dengan harga yang pantas!" "Kau tetap belum mengerti!" Kata Wan Fei-yang. "Aku hanya mengerti pertarungan kali ini menyangkut hidup dan mati dan tidak bisa memilih, itu saja sudah cukup!" Beng To menjulurkan tangannya. "Silakan..." "Silakan kau dulu..." Jawab Wan Fei-yang. Kedua tangan Beng To segera berubah menjadi putih keperakan, wajahnya pun seperti memakai topeng berwarna perak keputihan, perubahannya sangat cepat. Wan Fei-yang pun menjulurkan sepasang tangannya, tapi tubuhnya tidak terjadi perubahan, kulit wajahnya pun masih sama seperti sebuah giok bersih dan cemerlang, sangat enak dipandang, siapa pun yang melihat akan merasa sangat nyaman.38 Beng To pun merasa seperti itu, dia tidak melihat Wan Fei-yang berubah. Perubahan ini bagi Wan Fei-yang sangat kentara, dia sendiri merasakannya, orang lain mungkin tidak merasakannya, dari yang biasa berubah menjadi indah. Semua melihat perubahan Beng To, tapi perubahan yang terjadi pada Wan Fei-yang tidak segampang yang terlihat. Tenaga dalam Beng To dan pengalamannya sudah maju pesat, sebaliknya dia merasa Wan Fei-yang bukan saja tidak mengalami kemajuan malah kelihatan mundur. Maka dia mulai tersenyum dan berkata. "Biar aku mengalah 3 jurus dulu!" "Tidak perlu!" Wan Fei-yang menggelengkan kepala. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Baiklah..." Beng To mencengkeram senjata rahasia yang ada di atas meja, tangannya belum sampai senjata itu sudah terbang menempel ke tangannya, sekarang tangannya menjadi seperti sebuah bola senjata rahasia... bola bercahaya! Bola bercahaya itu segera meledak dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni, lalu dilempar kan ke arah Wan Fei-yang dari seluruh penjuru. Cahaya pelangi yang dihasilkan dari senjata rahasia, sebutir demi sebutir seperti disambung oleh benang tidak terlihat. Wan Fei-yang melihat cahaya pelangi datang menghampirinya dengan tenang dia membalikkan tubuh dan melambaikan tangannya, cahaya pelangi yang terpancar begitu tiba di depannya berkumpul kembali, berubah menjadi sebuah bola bercahaya lagi. Dia melayangkan tangan, bola bercahaya itu terbang ke arah dinding sebelah sana.39 Senjata rahasia itu pelan-pelan melesat dari sana, begitu menurut dan lembut, sama sekali tidak mengandung perasaan keras, sampai-sampai suara jatuhnya pun terdengar nyaring dan enak didengar, seperti sebuah alunan musik. Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo