Kembalinya Ilmu Ulat Sutera 8
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 8
Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Dia masih terus berjalan Pei-pei menangis sejadi-jadinya, akhirnya dia ambruk ke bawah. Dengan penuh rasa kasihan Sat Kao menatapnya, tapi dia masih terus melangkah, tidak menoleh ke belakang lagi.25 Nyanyian aneh itu terdengar lagi, perasaan tidak berdaya terasa lebih kental lagi. Pei-pei menangis bercampur dengan nyanyian itu, seperti tidak mendengar lagu itu, sampai nyanyian itu sudah menjauh dan mulai menghilang, Pei-pei masih menangis. Dia benar-benar sedih. Sat Kao mengira Pei-pei akan menyusulnya, tapi setelah berjalan lama dia tidak melihat ada jejak Pei-pei. Dia tidak merasa aneh, dia bisa melihat dan merasakan kesedihan Pei-pei, dia juga merasa Pei-pei tidak mempunyai akal dan sangat putus asa, dia tidak mau menyusul Sat Kao karena tidak tega melihat keadaan Wan Fei-yang. Pei-pei bersifat jujur dan baik, dia juga sangat menghormati gurunya, tapi gara-gara berhubungan dengan Wan Fei-yang, dia mulai tidak menyukai gurunya, bagi gurunya memulihkan ilmu silat Beng To lebih penting dan menjadikan Beng To seperti iblis, itu adalah cita-cita gurunya. Sat Kao mengira tidak ada orang yang sanggup merebut Wan Fei-yang dari tangannya, walau pun luka dalamnya belum pulih, Wan Fei-yang bisa melindunginya dengan baik. Induk serangga itu membuatnya bisa menguasai Wan Fei-yang, dia bisa memperalat Wan Fei-yang untuk melakukan apa pun demi Mo-kauw, tapi jika orang dunia persilatan melihatnya, mereka akan mentertawakan Mo- kauw, hal ini bukan hal yang bisa membuat mereka bangga. Sebab orang-orang Tionggoan mempunyai alasan dan akan bersama-sama menyerangnya, dan di antara orang- orang Tionggoan itu pasti akan ada yang yang mengerti ilmu hitam, mereka akan menghancurkan ilmu dukun miliknya.26 Banyak hal yang harus dipertimbangkan, tapi yang penting dia harus bisa memindahkan Thian-can-sin-kang milik Wan Fei-yang ke dalam tubuh Beng To sehingga dia bisa pulih dan ilmu silatnya maju pesat melebihi Wan Fei- yang. Ilmu silat Wan Fei-yang sekarang nomor satu di dunia persilatan Tionggoan, jika Beng To menggantikan posisinya dia bisa menguasai dunia persilatan Tionggoan dengan gampang seperti membalikkan telapak tangan. Beng To adalah murid Mo-kauw, jika Beng To menguasai Tionggoan, berarti Mo-kauw lah yang akan menguasai dunia persilatan Tionggoan, dia yang menjadi gurunya akan merasa bangga, murid-murid Mo-kauw akan menyerang Tionggoan, tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi, mereka akan berjaya. Terpikir akan hal ini, darah Sat Kao mulai bergejolak, nada dalam lagu itu yang tadinya sedih berubah menjadi bersemangat. Wan Fei-yang yang ikut di belakangnya tetap tidak berekspresi apa pun, sebenarnya dia tidak memiliki perasaan apa-apa, sekarang jika ada musuh yang lewat dan menyerangnya, dia pasti tidak bisa menghindarinya. Tapi jika dia roboh, akan mengganggu keselamatan induk serangga itu, dan ada kaitannya dengan Sat Kao. Hal inilah yang paling dikhawatirkan oleh Sat Kao, maka dia mengambil keputusan jika ilmu lweekang Wan Fei-yang sudah di sedot ke dalam tubuh Beng To dengan Ih-hoa-ciap- bok, dia akan mengurung Wan Fei-yang di tempat terpencil dan rahasia, sampai jiwanya berakhir.27 Kecuali kalau dia bisa mendapatkan cara aman dan memancing induk serangga itu keluar dari dalam tubuh Wan Fei-yang, waktu itu Wan Fei-yang lah yang harus mati. Setelah induk serangga berada di dalam tubuh Wan Fei- yang, Sat Kao bisa mengatur nasib Wan Fei-yang. Tapi Sat Kao hanya manusia bukan dewa, seseorang jika ingin menguasai nasib orang lain, itu bukan hal gampang. Induk serangga yang sudah dipeliharanya selama bertahun-tahun pun tidak sanggup dikuasai olehnya, malah dia yang dikuasai oleh induk serangga itu, karena takut induk serangga itu tidak senang, dengan terpaksa dia harus mengurus Wan Fei-yang secara hati-hati, dia tidak lupa akan hal ini. Jika seseorang ingin berpikir tenang bukan hal yang gampang, walau pun bisa sering menyimpang, semua menyangkut pengalaman, kepintaran, dan... Pei-pei tidak mengejar mereka, dia mengerti apa tujuan Sat Kao sebenarnya, dia juga melihat tekad Sat Kao dengan sangat jelas, jika hanya dia seorang tidak akan bisa mengalahkan Sat Kao, tidak akan bisa merebut Wan Fei-yang dari tangan Sat Kao. Jika menculik Wan Fei-yang itu sama tidak mungkin, sebab induk serangga yang berada di dalam tubuh Wan Fei- yang mempunyai kontak batin dengan Sat Kao, begitu Wan Fei-yang bergerak Sat Kao akan tahu. Dengan pengalaman hidupnya yang sangat minim, Pei- pei jadi bingung, bagaimana caranya agar dia bisa menculik Wan Fei-yang, mungkin Sat Kao sudah tahu lebih dulu sebelum dia mendekati Wan Fei-yang.28 Setelah menangis pikirannya malah terasa tenang dan bisa berpikir lebih jernih, setelah berpikir dengan teliti, dia mengambil keputusan akan menculik Wan Fei-yang. Kemudian dia teringat pada Tong Ling. Pei-pei mengambil keputusan untuk kembali ke penginapan di mana kemarin mereka menginap, asal tahu Tong Ling singgah di mana, Pei-pei bisa mencarinya. Dia masuk penginapan di mana Tong Ling menginap kemarin, dan melewati kamar itu. Mengingat semalam dia bercinta dengan Wan Fei-yang di sebelah kamarnya, hati Pei-pei seperti diiris-iris pisau, dengan susah payah baru dia bisa berkonsentrasi dan mencari sesuatu di kamar Tong Ling, akhirnya di bawah bantal dia mendapatkan beberapa helai rambut Tong Ling. Dia ingin tahu apakah rambut itu milik Tong Ling atau orang lain, bagi orang lain hal ini mungkin sulit tapi bagi Pei- pei ini hal yang gampang. Awalnya dia meniup kulit kerang, membuat sekelompok serangga datang menghampirinya lalu dia menyuruh serangga-serangga itu membaui rambut Tong Ling, sekelompok serangga itu tidak ragu-ragu menelan rambut Tong Ling. Pei-pei meniup kulit kerang itu lagi, sekelompok serangga itu terbang ke arah Tong Ling pergi. Pei-pei segera mengejar kelompok serangga itu, seperti mendapat petunjuk dan terus berjalan. Itulah ilmu guna-guna bagian mengejar, tidak gampang menguasai ilmu ini, butuh kesabaran besar, Sat Kao pun tidak berhasil seperti Pei-pei dalam hal ini.29 Tidak disangsikan lagi ilmu guna-guna ini sangat cocok bagi orang-orang seperti Pei-pei yang bersifat baik dan jujur, Sat Kao mengajarnya tepat pada tujuan. Ilmu mengejar ini masing-masing perkumpulan mempunyai cara tertentu, ada yang mengguna kan tenaga orang banyak, ada yang menggunakan anjing pelacak, yang paling berhasil adalah menggunakan daya penciuman anjing, hidung anjing lebih tajam dari hidung manusia. Bagaimana dengan daya penciuman serangga? Ilmu guna-guna menggunakan ilmu serangga mungkin tidak berbeda jauh. Sekarang Pei-pei menggunakan ilmu ini, hasilnya tampak di atas hasil penciuman anjing, malah ada manfaat yang tidak terduga. Siang malam Pei-pei terus mengejar Tong Ling, sebaliknya, Tong Ling yang masih kesal berjalan dengan tidak bersemangat, yang pasti tidak berjalan cepat, setelah dua hari saat sore Pei-pei sudah melihat Tong Ling. Waktu itu Tong Ling sudah sangat lelah, Pei-pei melihat Tong Ling dan menjadi bersemangat lagi, sambil mengejar dia berteriak. "Tong Ling!" Tong Ling masih berjalan walau pun hari sudah sore, dia masih belum mencari penginapan, sampai-sampai dia lupa akan hal ini, dia merasa lelah dan kesepian yang sulit diungkapkan, tiba-tiba dia mendengar ada yang memanggilnya, dia merasa terkejut sekaligus senang. Jauh dari kampung halaman lalu bertemu dengan teman, bagaimanapun juga ini merupakan hal yang menyenangkan, apa lagi sekarang ini.30 Tapi siapa yang memanggilnya? Tong Ling melihat Pei- pei yang sedang berlari mendekatinya, hatinya langsung terasa berat, dia ingin pergi dari sana tapi setelah dipikir-ikir, dia berubah pikiran. "Walaupun sekarang ini aku masih berada di wilayah Biauw, aku tidak takut, untuk apa menghindar dari orang yang tidak tahu malu ini?" Otaknya terus berputar, dia berhenti melangkah, dengan dingin melihat Pei-pei yang berlari mendekatinya, kedua tangannya memang tidak diletakkan di dalam kantong senjata rahasia, tapi dengan kecekatan yang dia miliki kalau ada yang perasaan tidak cocok, senjata rahasia dengan cepat akan dilemparkan keluar. Setelah tiba di depan Tong Ling, Pei-pei masih merasa sangsi, setelah jelas melihat gadis itu memang Tong Ling, hatinya merasa agak tenang dan bersamaan waktu dia roboh tersungkur di kaki Tong Ling. Tong Ling terpaku, sifatnya memang keras dan cepat marah, tapi begitu melihat keadaan Pei-pei yang jatuh tersungkur, dia sadar telah terjadi sesuatu, segera dia terpikir pada Wan Fei-yang. Karena mereka sama-sama hanya mengenal Wan Fei- yang, kecuali Wan Fei-yang mengalami musibah, kalau tidak, tidak ada alasan Pei-pei mengejarnya sampai kemari. Tindakan yang dilakukan Wan Fei-yang semalaman tidak dipikirkannya, jika terjadi sesuatu itu pantas didapatkannya, tidak perlu peduli padanya, Tong Ling berpikir seperti itu, tapi kakinya tidak bergeser sedikit pun, dengan dingin dia melihat Pei-pei. Pei-pei berusaha bangun, dia mencengkeram kaki Tong Ling nafasnya ngos-ngosan, tidak sanggup bicara.31 "Ada apa denganmu?" Tong Ling tertawa dingin. Pei-pei bertambah bersemangat, berteriak. "Cepat tolong Wan-toako!" Ternyata benar, Wan Fei-yang mengalami musibah! "Ada apa?" Walau pun Tong Ling ingin sekali tahu tapi ekspresinya tetap dingin dan datar, nada bicaranya pun dingin, dia menjawab. "Dia senang berlaku cabul, apa ada yang tidak beres?" Pei-pei tidak menghiraukan, berkata lagi. "Kalau kau tidak menolongnya, tidak akan ada yang sanggup menolongnya!" Setangah menyindir, Tong Ling berkata. "Apakah ada yang merebut Wan Fei-yang dari tanganmu?" Pei-pei mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi, Tong Ling tertawa. "Itu adalah masalahmu, dia adalah suamimu, apa hubungannya denganku?" Pei-pei melihat Tong Ling, lalu dengan tegas berkata. "Asal kau mau menolong, aku sudah merasa puas, ke mana pun kau akan membawanya aku tidak akan melarang, juga tidak akan merebutnya darimu!" Wajah Tong Ling menjadi merah dia membentak. "Siapa peduli! Jangan sembarangan bicara!" Pei-pei adalah gadis yang lurus. "Aku tahu kau suka padanya!" "Kalau kau sembarangan bicara lagi, aku akan menghajarmu! Kau kira aku perempuan tidak tahu malu?" Pei-pei menggelengkan kepala. "Suka pada seseorang tidak ada salahnya, yang salah aku tidak boleh cemburu kepadamu, tidak boleh terlalu percaya32 pada kata-kata Suhu, dengan cara itu kita akan menolong Wan Fei-yang!" "Akhirnya kau mengaku dengan cara sesat mendekati Wan-toako!" Pei-pei menangis. "Kata Suhu asal aku mendekati Wan-toako, induk serangga itu akan masuk ke dalam tubuh Wan-toako, sesudah itu Wan-toako tidak akan menyukai gadis lain, hanya suka padaku seorang saja." Tong Ling tertawa dingin. "Guna-guna lagi, dari awal aku sudah bilang, kalian dari suku Biauw tidak ada yang baik, semua memelihara serangga dan menabur guna-guna untuk mencelakai orang." "Belum tentu untuk mencelakai orang...." Bela Pei-pei. "Kau masih ingin membela diri? Wan Fei-yang akan mati karena ulahmu itu!" "Aku tidak tahu akan terjadi seperti itu, tapi dengan cara apa pun, induk serangga itu sulit diusir dari tubuh Wan- toako!" "Apa yang terjadi?" Tong Ling benar-benar ingin tahu, bersamaan waktu dia merasa di jalan banyak pejalan kaki yang sedang mendekati mereka. Dua orang gadis cantik, yang satu berlutut di bawah memohon, yang seorang berteriak, pasti menarik perhatian banyak orang. Seorang laki-laki tegap dan kuat datang menghampiri mereka dan bertanya. "Dua orang gadis kecil, siapa yang menghina kalian, beri tahu kepadaku...." Tong Ling tertawa dingin. "Jangan ikut campur urusan kami, pergilah..."33 Laki-laki itu terpaku. "Aku kasihan kepada kalian, mengapa kau malah membentak dan berlaku tidak sopan, kau pasti sedang menggencet gadis kecil itu...." "Aku menyuruhmu pergi!" Tong Ling yang ingin melampiaskan kemarahannya, sekarang jadi ada sasaran di depan mata, dia segera menyapu laki-laki itu dengan kakinya. Walaupun laki-laki itu kuat, tapi dia hanya bertenaga kasar, kalah dalam tenaga, dia disapu dan terbang ke atas genting, setelah tahu apa yang terjadi, wajahnya menjadi pucat, karena gugup dia berdiri tidak benar lalu terpeleset dan terjatuh ke bawah. Orang yang menonton keramaian sadar seperti apa kelihaian Tong Ling, maka dengan cepat mereka pun bubar. Pei-pei berteriak lagi. "Asalkan kau mau menolong Wan-toako...." Tong Ling terdiam, dia melepaskan kakinya dari cengkeraman tangan Pei-pei dan berjalan ke arah luar kota. Pei-pei mengikutinya dari belakang sambil terus memohon, karena Tong Ling adalah satu-satunya harapan baginya. Tong Ling tampak kebingungan, tapi langkah nya tidak berubah, tidak cepat juga tidak lambat, ekspresinya tidak berubah, dari luar tidak terlihat apa yang sedang dia pikirkan. Setelah berada di luar kota, Tong Ling baru berhenti melangkah, dia duduk di atas sebuah batu besar, Pei-pei berada di belakang dan memohon lagi. "Asal kau mau menolong Wan-toako, apa pun yang kau suruh, akan kukabulkan!"34 "Kalau aku ingin kau meninggalkan Wan-toako dan tidak memilikinya lagi, bagaimana?" Tanya Tong Ling. Ini hal yang sulit. Pei-pei terpaku, setelah berpikir sebentar, dengan nada terpaksa dia menjawab. "Asal dia selamat, tidak apa-apa." Akhirnya Pei-pei mengangguk, Tong Ling melihatnya, dalam hati dia merasa tidak enak, sekarang dia merasa yakin sekali Pei-pei benar- benar menyukai Wan Fei-yang, demi Wan Fei-yang dia rela mengorbankan segalanya. Dia tidak tahu bagaimana perasaan Wan Fei-yang kepada Pei-pei, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang setelah lama termangu, akhirnya dia berkata. "Beritahu kepadaku dengan jelas, sebenarnya apa yang terjadi!" Pei-pei menjelaskan semuanya, dia gadis yang teliti, walaupun dalam keadaan tidak tenang, dia tetap bisa menceritakan semuanya dengan apik. Tong Ling merasa terkejut, dia tahu apa yang Sat Kao inginkan dan Wan Fei-yang akan mengalami hal apa. Dia juga mengerti isi hati Pei-pei, dia juga menyadari kalau dia sepanjang perjalanan tidak terus-menerus menyindir Pei-pei, hal ini tidak akan terjadi. Jadi sekarang dia pun harus ikut bertanggung jawab, maka hatinya mulai gelisah. Pei-pei terus menundukkan kepala, setelah selesai bercerita, dia baru berani menatap Tong Ling, dia melihat Tong Ling yang tampak cemas tapi tidak bisa melihat apa isi pikiran Tong Ling, sekarang yang dia harapkan adalah Tong Ling setuju menolong Wan Fei-yang.35 Tong Ling melihat, dia mengerti apa pikiran Pei-pei, tiba- tiba dia merasa Pei-pei tidak terlalu menyebalkan, tidak pantas di benci. Lama... Tong Ling baru menarik nafas. "Aku benar-benar tidak pernah melihat ada orang yang begitu polos dan tidak dewasa!" Pei-pei menggelengkan kepala, Tong Ling menghembuskan nafas. "Aku tidak mengerti, apakah perempuan suku Biauw jika ingin mendapatkan hati seorang laki-laki selalu menggemakan segala cara asal bisa mencapai tujuannya dan tidak pernah memikirkan akibatnya di kemudian hari!" "Seharusnya aku berpikir. Suhu dan Wan-toako adalah musuh...." "Selamanya akan seperti itu!" "Aku belum pernah melihat orang yang dikatakan musuh itu seperti apa? Juga belum pernah melihat dengan cara apa Suhu menghadapi musuhnya!" "Sekarang kau baru bisa mengerti, bagaimana keadaanku sepanjang perjalanan!" Kata Tong Ling menyindir. "Aku bukan ingin bertengkar denganmu, hanya saja...." Pei-pei menggelengkan kepala. "aku tidak tahan melihat Wan-toako terus bicara dengan-mu." Tong Ling sangat mengerti isi hati Pei-pei, dia melayangkan tangan untuk memotong. "Sudahlah, jangan diteruskan lagi!" "Kalau begitu, kita akan membicarakan apa?" Tong Ling jadi tertawa salah, ingin menangis juga salah, dia tahu dia tidak berpengalaman, sifatnya keras juga terburu-buru, gampang menimbulkan masalah, tapi jika36 dibandingkan dengan Pei-pei, dia merasa dirinya jauh lebih dewasa. "Tentu saja kita bicarakan bagaimana cara menolong Wan-toako!" Dia menggelengkan kepala, hatinya terasa kacau. "Kau setuju...." Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Karena senang air mata Pei-pei menetes. "Tapi itu bukan demi dirimu!" Begitu kata-katanya terucap keluar, dia segera tertawa kecut, akhirnya dia sadar ternyata dia juga tidak dewasa. Tapi Pei-pei tidak merasakannya, dia hanya berkata. "Asalkan kau mau menolong Wan-toako, asal Wan-toako tertolong, aku sudah merasa senang!" Tong Ling melihatnya dan menggelengkan kepala. "Sat Kao pasti sangat berhati-hati menjaga Wan-toako, ingin menolong Wan-toako tidak begitu gampang!" "Aku tahu mereka sekarang berada di mana." "Apakah Sat Kao tidak tahu bahwa kau tahu tempat itu!" Tiba-tiba Tong Ling bengong, dia seperti teringat sesuatu dan berkata sendiri. "murid seperti dirimu tidak banyak, berani bersekongkol dengan orang luar untuk memberontak kepada gurunya, aku yakin semua ini di luar dugaannya." Pei-pei tertawa kecut. "Semua ini terjadi karena diriku, maka aku juga yang harus membereskannya, asalkan bisa menculik Wan-toako, biar Suhu mengejar, aku akan berusaha menghadangnya!" "Kau telah merusak rencana gurumu, jika dia marah, dia akan membunuhmu!" "Biarkan dia membunuhku, paling sedikit tidak banyak orang yang akan terbunuh!" Kata-kata ini benar-benar muncul dari dasar hatinya paling dalam.37 Tong Ling tidak melihat kepalsuan dalam diri Pei-pei, kebencian kepada Pei-pei jadi berkurang. Dan dia bertanya. "Apakah kau benar-benar tidak mengerti dengan masalah induk serangga itu?" Pei-pei mengangguk. Tong Ling mengerutkan alis. "Kalau begitu, setelah Wan-toako lolos, tidak ada cara untuk membuatnya kembali sadar, dan ke mana pun dia pergi, gurumu pasti akan tahu!" "Setelah Wan-toako lolos, baru kita pikirkan caranya!" Jawab Pei-pei. "Kalau ada kesempatan lebih baik bunuh gurumu!" Tiba- tiba Tong Ling berkata seperti itu. "Kita jangan membunuh Suhuku...." Pei-pei berteriak. Tong Ling menatapnya. "Gurumu bukan orang baik-baik, mati pun tidak perlu disayangkan!" "Tapi dia tetap Suhuku!" "Kalau disuruh memilih hidup dan mati, antara guru dan Wan Fei-yang, kau memilih siapa?" Pei-pei bengong. Tong Ling tertawa dingin. "Keinginanmu hanya sepihak, tidak melihat situasi." "Mengapa bisa terjadi seperti ini?" Pei-pei tampak bingung. Tong Ling menarik nafas. "Semua hal yang berada di dunia ini selalu seperti itu, kalau kakakmu ikut menghadang, apa yang akan kau lakukan?" "Aku harus bagaimana?" Pei-pei malah balik bertanya.38 "Harus bagaimana?" Kata Tong Ling tertawa kecut. "apakah aku harus mengajarkan kepadamu cara membunuh kakakmu?" Dia menarik nafas. "Hal ini benar-benar merepotkan, sekarang tidak perlu mengambil keputusan dulu, kita bisa berjalan selangkah demi selangkah!" "Apakah kita harus berangkat sekarang?" Tanya Pei-pei. "Apakah kau masih kuat berjalan?" Pei-pei mengangguk, kata Tong Ling. "Siang malam kau terus berjalan, bisa bertahan sampai sekarang sudah terhitung sangat kuat, kalau dipaksakan kau akan roboh, kerepotanku akan bertambah, walaupun kau tidak bisa banyak membantu, tapi kau sangat mengenal situasi di sini, ada kau di sisiku, itu akan lebih baik!" "Kalau sekarang tidak cepat-cepat ke sana, aku takut tidak akan keburu...." "Aku tidak berkata tidak pergi sekarang," Tong Ling berdiri, dia berjalan ke arah kota. "Bukan ke arah sana!" Teriak Pei-pei. "Tidak perlu tegang seperti itu, aku ke sana untuk mencari benda pengganti berjalan." "Pengganti berjalan... " "Apakah kau tahu benda itu bernama kereta kuda, yang satu lagi bernama kusir?" Pei-pei mengangguk. "Tapi kedua benda itu tidak ada hubungannya dengan mereka...." "Ada sejenis benda yang bisa mengubah hati mereka. "Apa itu?" "Uang!"39 Kekuatan uang sulit ditolak, untung dia dibantu karena Tong Ling cukup mempunyai banyak uang. Dengan harga sepuluh kali lipat dari harga biasa Tong Ling bisa langsung menyewa sebuah kereta bagus, cepat, juga nyaman untuk membawa mereka berangkat. 0-o-040 BAB 9 Kusir itu terlihat sangat berpengalaman, melihat kedua gadis itu, dia tahu mereka bukan orang sembarangan, maka dia tidak berani banyak bertanya, hanya mengerjakan tugas seorang kusir. Dia juga tahu uang yang dia dapatkan bukan uang yang gampang didapatkan, kalau dia menolak untuk memberangkatkan mereka, mungkin kereta ini akan dihancurkan oleh kedua gadis itu. Ketika Tong Ling melempar laki-laki ke atas genting, saat itu kusir itu berada di sana, apa lagi keadaan ekonomi keluarganya sangat membutuhkan uang. Seorang laki-laki biasanya ingin keluarganya makan kenyang dan tenang, kesempatan di mana dia bisa mendapatkan uang tidak akan dia lepaskan. Setelah menerima uang, dia menyerahkan kepada keluarganya dan segera membawa kedua gadis itu berangkat menuju tempat tujuan, tekniknya membawa kereta pun dikuasai dengan baik. Jalanan rata maka kereta melaju sangat tenang, Pei-pei terlalu lelah, begitu berada di dalam kereta, dia langsung terlelap. Melihat gadis polos itu, Tong Ling menghela nafas. 0-0-0 Akhirnya Sat Kao berhasil membawa Wan Fei-yang ke tempat sembahyang rahasia, sepanjang perjalanan Wan Fei- yang begitu menurut, setelah masuk tempat rahasia itu, Sat Kao baru benar-benar merasa merasa tenang.41 Gagal satu kali baginya bisa dikatakan terlalu rugi. Beng To sedang beristirahat dan memulihkan lukanya di tempat itu tapi sampai sekarang pernafasannya masih belum pulih seperti dulu, walaupun dia bisa bergerak tapi tubuhnya terlihat sangat lemah. Dia mulai merasa tubuhnya lemas, dia mulai curiga Sat Kao hanya menghiburnya, sebenarnya ilmu silatnya sudah musnah, dia bukan seorang pesilat tangguh lagi. Tapi Beng To percaya dengan perhatian Sat Kao kepadanya dan dia juga percaya Sat Kao sedang mencari cara untuk memulihkan kondisinya, letak persoalan ada pada Wan Fei-yang, begitu melihat Sat Kao membawa Wan Fei-yang, Beng To segera bersemangat lagi. Dia lebih mengerti ilmu guna-guna dari Pei-pei tapi tetap masih di bawah Sat Kao, melihat orang yang terkena guna- guna dan reaksinya seperti apa, dia bisa langsung tahu dia sudah melihat Wan Fei-yang berada dalam kekuasaan Sat Kao, Wan Fei-yang tidak akan berani membantah perintah Sat Kao, kapan pun Sat Kao bisa mengalirkan tenaga dalam Wan Fei-yang ke dalam tubuhnya. Tenaga dalam Wan Fei-yang sangat tinggi, apa lagi ilmu yang mereka latih adalah ilmu sejenis, kalau dia bisa mendapatkan tenaga dalam Wan Fei-yang keuntungannya benar-benar tidak diragukan lagi, terpikir akan hal ini, Beng To mulai tersenyum. Wajah Sat Kao pun tampak berseri-seri, tadinya dia sangat khawatir Beng To tahu keadaannya seperti apa dan akan melakukan hal bodoh, setelah melihat Beng To tetap berada di ruang rahasia, bebannya jadi terlepas sebagian. Mulutnya segera berkomat-kamit, lantunan manteranya mulai terdengar, laba-laba beroman manusia segera keluar42 dari semua penjuru, laba-laba itu merayap ke tubuh Wan Fei-yang. Orang yang berhati-hati seperti dia tidak banyak, laba- laba itu tidak diragukan lagi merupakan jaminannya. Wan Fei-yang tidak bereaksi apa pun, dia membiarkan laba-laba itu merayap memenuhi tubuhnya, dengan cepat dia sudah menjadi orang aneh. Laba-laba itu satu per satu diam di atas tubuh Wan Fei- yang. Beng To melihat semua itu dengan jelas, dengan senang dia berkata. "Marga Wan, kali ini aku ingin melihat sampai dimana kegagahanmu?" "Dia tidak akan menjawab pertanyaanmu, Wan Fei-yang yang sekarang tidak berbeda jauh dengan orang mati!" Jawab Sat Kao. "Apakah tenaga dalamnya masih ada?" "Kalau tidak ada, untuk apa aku dengan susah payah membawanya kemari!" "Suhu benar-benar baik hati, apakah Suhu merasa lelah?" "Aku tidak lelah, hanya saja sepanjang perjalanan aku khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan, siang malam kami terus berjalan." "Apakah induk serangga itu sudah berada di dalam tubuhnya?" "Kalau tidak, dengan ilmu lweekangnya yang begitu tinggi, mana mungkin aku bisa menguasainya?" Tangan Sat Kao secara tidak sengaja melayang dan Wan Fei-yang segera mendekati Beng To.43 "Ilmu dukun Suhu benar-benar sudah berada di puncaknya dan benar-benar membuatku kagum!" "Kali ini kalau bukan karena Pei-pei, induk serangga itu tidak akan bisa mendekati Wan Fei-yang!" "Oh ya, sekarang Pei-pei pasti sudah tahu apa yang terjadi!" "Dia tidak ikut aku kembali, hal ini membuatnya menjadi benci kepadaku tapi aku terpaksa melakukannya!" Jelas Sat Kao. Beng To menggelengkan kepala. "Anak perempuan tahu apa? Dia hanya menyukai Wan Fei-yang dan tidak ingin Wan Fei-yang terluka, maka bisa berlaku seperti itu, setelah lewat beberapa saat dia pasti akan lupa, dia akan kembali!" Sat Kao tertawa kecut. "Tampaknya kau yang menjadi kakak pun tidak begitu mengerti tentang dia, kali ini dia benar-benar serius!" "Tidak ada cara lain, sebab kita tidak bisa melepaskan Wan Fei-yang!" Kata Beng To. "Ingin melepaskannya pun tidak bisa!" "Apakah karena induk serangga itu...." "Kau benar-benar pintar!" Sat Kao sangat senang. "kalau Pei-pei mempunyai setengah dari kepintaranmu, dia tidak akan mau melakukan hal ini!" Beng To tampak sedikit khawatir. "Kalau tenaga dalamnya semua tersedot keluar, apakah induk serangga itu akan marah?" "Seharusnya tidak, menurutku kalau tidak salah induk serangga itu tidak mau keluar karena ini pertama kalinya dia masuk ke dalam tubuh manusia, dia merasa lebih nyaman di dalam tubuh manusia dibandingkan di dalam kotak giok itu!"44 "Memang lebih nyaman, apakah setelah tenaga dalamnya disedot akan ada perubahan terhadap tubuhku, apakah akan membuat induk serangga itu merasa tidak nyaman?" Tanya Beng To. "Serangga yang berada dalam pengaruh guna guna, biasanya terhadap tenaga dalam yang ada di dalam tubuh tidak bereaksi apa pun, apakah induk serangga itu akan berlaku seperti itu? Sampai saat ini aku belum merasa yakin, tapi sewaktu mengambil tenaga dalam, kita harus lebih berhati-hati, jika terjadi perubahan, kita bisa berhenti tepat pada waktu!" "Suhu!" "Kalau begitu malah akan membuat repot "Kau adalah satu-satunya harapanku!" "Aku akan berusaha, walaupun harus berkorban nyawa, aku tidak akan mengecewakan Suhu!" Sat Kao menggelengkan kepala. "Sebaliknya, setiap saat kau harus menyayangi nyawamu, kalau tidak, aku benar-benar tidak mempunyai harapan lagi!" Beng To menundukkan kepala, Sat Kao berkata lagi. "Bakatmu berada di atas semua orang, kau adalah orang berbakat dalam ilmu silat, orang seperti dirimu jarang ada, maka kau jangan meremehkan dirimu, dan dengan gampang bertarung hingga mengorbankan nyawa!" "Bukankah murid sudah kalah oleh Wan Fei-yang?" "Karena dia lebih awal menguasai ilmu ini, pengalamannya lebih banyak darimu, walaupun kau kalah darinya, tapi tidak berbeda jauh, kelak kau akan bisa melebihi kemampuannya, itu bukan hal yang sulit!" Sat Kao tertawa. "apa lagi mulai hari ini sudah tidak ada lagi orang45 yang bernama Wan Fei-yang, kelak tidak akan ada pesilat tangguh yang datang untuk bersaing denganmu!" Akhirnya dari wajah Beng To bercahaya, dia juga tampak berseri-seri. "Dengan cara apa Suhu membereskan Wan Fei-yang?" "Dengan Ih-hoa-ciap-bok menghisap tenaga dalam yang ada di dalam tubuhnya hingga habis, kemudian menyembunyikan dia di sebuah tempat rahasia, lalu membuat induk serangga yang ada di dalam tubuhnya berpindah tempat ke tempat lain agar Wan Fei-yang bisa memulihkan ingatannya dan memancing dia menceritakan cara-cara berlatih Thian-can-sin-kang!" "Tapi menurutku, dia harus dibunuh agar tidak terjadi bencana di kemudian hari!" "Kau khawatir ilmunya akan pulih?" "Itu sangat mungkin!" Sat Kao menggelengkan kepala. "Dia adalah murid perkumpulan lurus, ilmu yang dipelajarinya tidak ada ilmu seperti Ih-hoa-ciap-bok jadi dia tidak bisa mengambil tenaga dalam orang lain untuk memulihkan tenaga dalamnya, kita pun tidak akan memberi kesempatan ini, apa lagi induk serangga itu masih suatu halangan." Tiba-tiba Beng To seperti teringat sesuatu, dia merasa sedikit menyesal. "Aku masih ingat penghinaan sewaktu kalah di tangannya, aku ingin membalas dendam, aku lupa keberadaan induk serangga sangat berpengaruh kepada Suhu!" "Kalau kau pindahkan Thian-can-sin-kang yang dia dapatkan dengan susah payah, itu juga balas dendam46 terbesar, membantunya memulihkan ingatannya, akan membuatnya tahu apa yang telah terjadi, hatinya akan sedih dan kesedihannya tidak terlukiskan, jika membunuh dia atau membiarkan dia jadi orang idiot, baginya malah menjadi semacam kemurahan hati!" Ternyata Beng To tidak terpikir masalah ini, setelah tahu dia tertawa sambil bertepuk tangan. "Kata-kata Suhu benar-benar mengejutkan orang yang sedang bermimpi, betul juga, membunuh dia baginya adalah semacam kemurahan hati, itu tidak ada artinya sama sekali!" "Kau biarkan dia tahu bahwa kau menggunakan Thian- can-sin-kang miliknya, sehingga bisa berjaya di dunia persilatan Tionggoan dan tujuan pertama adalah memukul... Bu-tong-pai!" "Ide yang bagus!" Beng To sangat gembira. Sat Kao benar-benar tidak salah memilih orang, memang dari lahir Beng To sudah mempunyai sifat iblis, dia tidak terima dunia ini terlalu tenang. "Apa lagi...." Sat Kao berkata. "Bu-tong-pai mengambil inti sari dalam penciptaan Thian-can-sin-kang, itulah seperti menjadi tamu di rumah sendiri, banyak hal bisa kita pelajari, kalau masih bisa menerobos, bukankah itu akan lebih baik?" Beng To mengangguk. "Aku tahu di luar langit masih ada langit, dan aku tidak akan berbuat sombong aku pasti akan bertambah giat belajar dan lebih maju lagi!" "Inilah semangat orang yang belajar ilmu silat, kalau hanya maju selangkah demi selangkah saja sudah merasa cukup, pikiran ini paling tidak baik!" Kata-kata Sat Kao memang masuk akal, tapi cara-caranya terlalu rendah dan keji.47 Di sinilah perbedaan antara golongan lurus dan golongan sesat. Mata Beng To melihat Wan Fei-yang lagi, dia tertawa. "Aku memang kalah di tanganmu hingga terluka berat, tapi aku harus berterimakasih kepadamu, setelah mendapatkan pelajaran ini, aku akan lebih berhati-hati!" Tentu saja Wan Fei-yang tidak bisa menjawab, Beng To pun tidak berkata apa-apa lagi, lalu dia berkata kepada Sat Kao. "Aku yang menjadi kakak pasti harus memikirkan adikku!" Tiba-tiba Sat Kao terharu. "Dunia begitu luas, kita bisa saling mengenal, itulah jodoh yang sangat hebat, apa lagi hubungan darah, kalau bukan karena terpaksa, jangan saling membunuh!" Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Murid mengerti!" Beng To mengangguk. Sat Kao menarik nafas lagi. "Kau mengerti prinsip ini, namanya watak bawaan!" "Suhu seperti terharu?" Beng To mencoba-coba menyelidik. Sat Kao tidak menjawab, dia melangkah ke tempat lain, Beng To sangat tahu seperti apa sifat gurunya, dia tidak menjawab, berarti ada kesulitan yang membuatnya tidak mau menjawab atau ada rahasia yang tidak ingin orang lain tahu, maka dia tidak bertanya lagi. Di tempat sama, banyak genderang besar juga kecil dan berbentuk aneh, Sat Kao duduk di sana dan berkata sendiri. "Kalau Wan Fei-yang bisa sadar kembali, walau pun tidak bisa bersilat lagi, Pei-pei pasti akan merasa cukup puas." "Murid akan membuat mereka bisa hidup senang!" Kata Beng To.48 "Wan Fei-yang tidak akan senang, tapi kita tidak bisa memperhatikan semua pihak!" Kata Sat Kao. "Asal Pei-pei senang, yang lain biarkan saja!" Sat Kao mengangguk. "Mulai sekarang kau harus berhati-hati dan harus lebih berkonsentrasi, menyedot tenaga dalam Wan Fei-yang yang berbeda dengan yang dulu, dia lebih kuat, kalau tidak berhati-hati kau akan gagal, kau akan terganggu, nyawaku juga akan terancam!" "Murid mengerti!" Beng To menarik nafas panjang, pikirannya dipusatkan dengan tenang menunggu Sat Kao menggunakan ilmu guna-guna. Setelah semua siap, Sat Kao mulai memukul genderang besar juga kecil, sewaktu tangannya melayang lonceng yang menempel di tubuhnya ikut berbunyi, dari hama pelan menjadi cepat, menjadi sebuah musik aneh. Laba-laba itu mengikuti alunan musik terus merayap, satu per satu mendekati Wan Fei-yang, setiap laba-laba membawa serat sarang laba-laba yang bercahaya. Mata Sat Kao pelan-pelan dipejamkan. Dia tidak perlu merasa khawatir dengan aksi laba-laba, dia hanya merasa khawatir dengan reaksi induk serangga, karena mereka bisa kontak batin, hanya berdasarkan perasaan dia bisa melihat reaksi induk serangga itu. Dia tidak perlu melihat posisi genderang, setiap kali genderang ditabuh nadanya tidak pernah meleset. Wan Fei-yang tetap tidak bereaksi apa-apa, seperti tidak ada perasaan apa pun, kalau bukan karena sarafnya mati rasa, pasti karena induk serangga itu sudah menguasai syarafnya, dia menyetujui gerakan Sat Kao.49 Mata Sat Kao memang terpejam tapi dari sudut mulut terlihat ada tawa, gerakan memukul genderangnya sangat ringan seperti orang yang sudah terlepas beban. Suara genderang yang ringan, laba-laba pun bergerak dengan ringan dan lincah, benang sutra laba-laba terlihat lebih terang. Beng To tidak merasakan perubahan suara genderang karena ekspresi wajahnya tidak mengalami perubahan yang berarti, kalau dia tidak bisa menguasa diri, mana mungkin dia disebut pesilat tangguh. Lantunan mantera mulai terdengar lagi, karena bebannya sudah terlepas maka Sat Kao melantunkan dengan konsentrasi penuh. Karena pengaruh mantera laba-laba meloncat tinggi- tinggi, kemudian satu per satu terjatuh tepat ke atas tubuh Beng To, laba-laba itu bergerak dengan kekuatan penuh mungkin datang dari Wan Fei-yang. Antara Wan Fei-yang dan Beng To tersambung oleh benang sutra laba-laba dan bersamaan waktu laba-laba itu terus merayap ke atas tubuh Beng To. Benang sutra laba-laba dengan sangat cepat melilit tubuh Beng To. Beng To tidak merasa ketakutan, dia malah merasa sangat nyaman, seperti berubah menjadi manusia dari kayu. Sat Kao mulai membuka suara. "Induk serangga di dalam tubuh Wan Fei-yang mulai mengatur untuk mengeluarkan tenaga dalamnya, kau harus berusaha menyedotnya tapi ingat harus berhati-hati, kalau bisa sedikit demi-sedikit, jika terlalu banyak, tubuhmu yang sedang terluka dalam belum tentu bisa mencerna!" Beng To mengangguk, Sat Kao berkata lagi.50 "Aku hanya bisa membantumu sampai di sini, setelah tenaga dalam Wan Fei-yang masuk ke dalam tubuhmu, akan terjadi perubahan seperti apa? Itu akan terlihat dari perubahan dirimu!" Caranya memukul gendang berubah lagi menjadi sangat lembut, suara genderang membuat orang merasa sangat nyaman, kerena suara genderang tidak sekuat tadi laba-laba itu bertambah lincah, mereka masih melilit tubuh Beng To dengan benang sutra laba-laba, kemudian melayang ke tubuh Wan Fei-yang dan melilit tubuh Wan Fei-yang. Tenaga dalam Wan Fei-yang melalui benang sutra laba- laba ini mengalirkan ke dalam tubuh Beng To. Menebarkan ilmu silat sebenarnya adalah hal yang sangat menyakitkan, tapi bagi orang yang tidak punya pikiran apa pun, tidak akan merasakan apa-apa. Keadaan Wan Fei-yang sekarang lebih parah dari orang idiot. Orang idiot hanya bereaksi lambat, pikiran polos, tapi dia mempunyai perasaan, paling sedikit ada reaksi. 0-0-0 Hari kedua sore, Tong Ling dan Pei-pei baru tiba di daerah sekitar tempat bersembahyang, mereka tidak terlalu terlambat, mereka terlambat sekitar 10 jam lebih. Mereka tidak merasa terlambat sampai Pei-pei pun mengira Sat Kao dan Beng To pasti membutuhkan sedikit waktu untuk menyiapkan penyedotan ilmu lweekang, tapi tidak disangka setelah mempunyai pikiran itu, dia sadar setiap saat Sat Kao dan Beng To bisa bertindak.51 Sat Kao sampai tidak beristirahat dulu, pada malam itu juga dia langsung memyedot tenaga dalam Wan Fei-yang, yang pasti semua ini di luar dugaan Pei-pei dan Tong Ling. Mereka berdua masih muda, tidak ada pengalaman, mereka juga tidak tahu, Sat Kao sangat berharap kepada Beng To, kekalahan Beng To membuat Sat Kao sangat terpukul, kalau tidak, mereka pasti akan sadar, Sat Kao akan berhati-hati dan dia tidak akan melakukan kesalahan, hanya waktu yang sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan. Tapi walaupun hanya ada sedikit harapan Tong Ling dan Pei-pei tidak akan melepaskannya. Mereka menggunakan waktu di perjalanan untuk beristirahat di dalam kereta, walaupun tidur mereka tidak begitu nyaman tapi bagi mereka sudah cukup. Mereka juga terpikir kereta kuda ini mungkin akan mereka pakai lagi, maka mereka berpesan kepada kusir agar menunggu mereka di daerah ini, Tong Ling sangat percaya diri, dia percaya dalam waktu semalam, semua akan beres dan mereka bisa menolong Wan Fei-yang. Pei-pei sangat hafal dengan tempat sembahyang itu, dia juga mengerti bagaimana cara menghadapi guna-guna Sat Kao dan menghadapi Beng To yang sudah terluka, seharusnya tidak dengan cara melawan mereka. Satu-satunya yang mereka khawatirkan adalah Wan Fei- yang yang sudah dikuasai oleh induk serangga milik Sat Kao. Mereka takut Sat Kao akan membuat Wan Fei-yang menghadapi mereka berdua. "Walau bagaimanapun kita harus menaklukkan Wan Fei- yang terlebih dulu," Sewaktu Tong Ling mengambil keputusan ini Pei-pei sedang berada di tepi jurang di atas tumpukan batu-batuan.52 Letak tempat sembahyang tidak jauh dari jurang itu, dari tempat yang lebih tinggi sangat mudah melihat keadaan tempat sembahyang. "Memang harus seperti itu!" Pei-pei sangat setuju. "kalau pikiran Wan-toako sudah dikuasai oleh induk serangga dia skan menjadi bodoh dan kalau kita menaklukkan dia tidak akan terlalu sulit!" Tong Ling dengan diam menatapnya. "Paling sedikit tidak semudah saat kau memasukkan induk serangga itu ke dalam tubuhnya!" Sepanjang perjalanan, sebenarnya Tong Ling sudah bisa melihat jelas sifat Pei-pei, dia seorang gadis yang baik, tapi karena hati yang cemburu tidak bisa terlepas darinya, asalkan ada kesempatan dia tetap saja menyindir. Pei-pei mengerti isi hati Tong Ling dan sudah terbiasa mengoloknya, maka dia hanya menundukkan kepala, tidak bersuara. Melihat dia seperti itu Tong Ling pun merasa olokannya tidak berarti. Dia kembali melihat ke tempat sembahyang dan bertanya. "Kau pasti sangat mengenal tempat sembahyang itu!" "Aku tidak begitu mengenal tempatnya tapi keadaan semua tempat sembahyang hampir sama, jika ingin masuk ke sana bukan masalah besar!" "Aku hanya khawatir akan membuat mereka terkejut, paling-paling kita hanya akan bertarung mati-matian, hanya kau yang murid Sat Kao setelah bertemu dengan gurumu harus dengan cara apa menghadapinya?" "Aku..." Pei-pei tidak bisa menjawab. "Kenapa denganmu? Apakah kau akan mendengar perintah darinya untuk membantunya meng-atasiku?" "Mana mungkin aku melakukannya!" Teriak53 Pei-pei. "Sampai saat ini aku masih curiga apakah semua ini adalah kenyataan?" Yang pasti kalimat ini menandakan Tong Ling masih kesal kemudian dia berkata lagi. "Kita sudah berada di sini, kita pasti harus masuk ke sana dan melihat-lihat keadaan." Pei-pei mendengar kata-kata Tong Ling seperti itu, dia lebih cemas lagi dengan keadaan Wan Fei-yang, dia merasa cemas juga merasa bersalah. Dia sangat takut Tong Ling sampai lepas tangan terhadap masalah ini, maka perasaan cemasnya timbul dan langkah-langkahnya menjadi kacau. Tong Ling sengaja membuat Pei-pei sedih tapi setelah meliha Pei-pei sedih, dia tidak tega, Tong Ling memang bukan gadis berhati keras. "Tempat sembahyang itu selain ada dua penjahat, masih ada apa di sana?" Tanya Tong Ling. "Masih ada Wan-toako..." Jawab Pei-pei. "Baiklah, kau anggap dia seperti benda apa?" Pei-pei tertawa kecut, Tong Ling bertanya lagi. "Tempat sembahyang begitu luas, tapi tidak ada seorang penjaga pun!" Pei-pei menjelaskan. "Di sini adalah tempat suci selain yang bersembahyang biasanya orang-orang tidak berani masuk juga tidak boleh memasuki wilayah ini, sebab takut akan membuat dewa marah dan mendatang-kan bencana!" "Semua ini pasti permainan gurumu, dia takut masyarakat kalian masuk dan akan ketahuan rencana busuknya!" "Tapi katanya tempat ini sudah ribuan tahun seperti ini!"54 "Apakah hanya dukun dari suku kalian yang baru boleh masuk dan keluar dari tempat ini?" Pei-pei mengangguk, Tong Ling bertanya lagi. "Dari apa yang kau ketahui, dukun mana yang merupakan orang baik-baik?" Pei-pei tidak bisa menjawab, karena dia juga tidak tahu dan tidak yakin. "Pastinya tidak ada, jangankan dukun orang yang memelihara serangga pun tidak ada yang baik!" Dia berkata lagi. "kalau tidak, sejak lahir dia tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk!" Ini adalah semprotan kepada Pei-pei, tentu saja Pei-pei mengerti, tapi dia hanya bisa tertawa kecut, sorot mata Tong Ling tampak berputar, dia berkata lagi. "Saat bagaimana bagi kita untuk masuk ke dalam?" "Suhu dan Beng To seharusnya sudah berada di tempat rahasia di bawah kamar ini di mana kita akan masuk sekarang, mereka tidak akan tahu!" "Apakah kau yakin?" Pertanyaan Tong Ling terdengar sanga tajam. "Apakah kita bisa masuk secara terang-terangan?" Tanya Tong Ling lagi. "Lebih baik kalau kita bisa berhati-hati..." Pei-pei menatap Tong Ling suaranya jadi rendah. "Aku siap jika malam ini menyerang secara tiba-tiba, kalau kau tidak setuju kau boleh masuk sekarang, tapi aku tidak akan menemanimu." "Aku tidak sanggup, jika Cici sudah mengambil keputusan aku akan mengikuti rencana Cici, sekarang kita sudah kelelahan lebib baik kita beristirahat dulu!"55 Setelah mendengar dan melihat, Tong Ling memberikan reaksi dingin. "Ingat, kali ini aku setuju datang kemari karena Wan Fei- yang, karena dia pernah menolong-ku, tentu saja jika dia tidak pernah menolongku tapi tetap berdiri di posisi pesilat Tionggoan aku pun tidak akan berpangku tangan, sama sekali tidak ada kaitannya denganmu!" "Aku mengerti!" "Jadi jangan memanggilku Cici, aku tidak terbiasa mendengar panggilan itu juga tidak pantas!" Tong Ling tidak menatap Pei-pei. "aku, Tong Ling mempunyai nama dan marga, mengapa kau tidak memanggilnya?" Pei-pei terdiam lalu berbaring di atas sebuah batu besar, hatinya merasa tidak tenang, mana mungkin dia bisa tidur? Tong Ling pun seperti itu, matanya memang terpejam, dari luar dia terlihat tenang, tapi hatinya sedang bergejolak, dia sedang berpikir. "Jika Wan Fei-yang bisa dibawa keluar, di mana Pei-pei harus ditaruh?' Tapi walau bagaimana Wan Fei-yang dan Pei-pei sudah menjadi suami istri jika memaksa Pei-pei pergi itu sangat tidak masuk akal. ... biar saja ini kuanggap sebagai balas budi kepada Wan Fei-yang karena pernah menolongku. Akhirnya Tong Ling mengambil keputusan seperti itu, dari alis dan matanya terlihat dia terpaksa melakukannya, sebab sampai saat ini dia tetap tidak terpikir kalau mereka akan kalah. Dia percaya dengan kemampuan ilmu silatnya, dan lebih percaya kepada senjata rahasia Tong-bun dan dia tahu Sat Kao dan Beng To sudah terluka parah, waktu itu saat mereka56 bertemu dengannya mereka telah berbohong kepadanya agar mem-punyai kesempatan untuk melarikan diri, karena mereka tidak berani bertarung dengannya. Setelah beberapa hari berlalu Pei-pei pernah mengatakan Sat Kao belum pulih, sedangkan mengenai Beng To, dia memang pernah memasuki Tong-bun seorang diri, dia juga mempunyai ilmu silat tinggi, sekarang dia sedang menunggu ilmu lweekang Wan Fei-yang untuk di sedot ke dalam tubuhnya baru bisa pulih seperti sedia kala, dia lebih-lebih tidak perlu ditakuti. Dengan permainan duga-menduga, dalam waktu singkat tidak akan terjadi perubahan yang berarti. Tapi sayang, banyak hal sulit diukur dengan peraturan. Perhitungan manusia kalah dibandingkan dengan perhitungan Tuhan, pepatah ini sudah lama berlaku pasti ada artinya dan masuk akal. Malam baru tiba, Pei-pei dan Tong Leng-mulai bergerak. Dengan tubuh yang lincah dan ilmu silat yang mereka miliki, untuk turun ke dasar jurang pasti bukan suatu masalah. Apalagi Tong Ling yang lincah selalu berjalan di depan. Pei-pei sulit mengejarnya, tapi dia tetap berusaha agar tidak tertinggal, di tengah perjalanan dia sudah terjatuh sebanyak 3 kali, setiap kali setelah terjatuh dia segera melompat berdiri seperti tidak pernah terjadi apa-apa dan mengejar Tong Ling lagi. Hatinya hanya dipenuhi dengan keinginan agar Wan Fei-yang cepat-cepat bisa keluar dari tempat itu, masalah lainnya tidak diperhatikan. Setelah tiba di bawah dinding yang menjulang tinggi yang ada tempat sembahyang, Tong Ling baru berhenti, di balik dinding tidak terdengar suara apa pun, Tong Ling segera meloncat ke atas dinding tinggi itu kemudian seperti seekor kucing dia menelungkup di atas dinding itu.57 Di balik dinding sangat sepi, tidak ada seorang pun. Tapi Tong Ling tetap mengawasi tempat itu dengan teliti, mungkin dari kecil dia sudah berlatih senjata rahasia maka matanya menjadi jeli. Di balik dinding tinggi itu tidak terlihat ada lampu, hal ini tidak mengganggunya. Tidak hanya di lapangan yang tidak ada lampu, di balik pintu masuk ke tempat sembahyang pun terlihat gelap, hal ini membuat Tong Ling merasa aneh. Pei-pei mengejar sampai di bawah dinding tinggi itu, dia tidak tahu apakah Tong Ling berhasil masuk atau belum. Sewaktu dia sedang kebingungan di depannya terlihat bayangan seseorang, Tong Ling sudah turun kembali dari dinding tinggi itu dan sekarang berdiri di depan Pei-pei. "Kau..." Baru satu kata keluar, mulut Pei-pei langsung ditutup oleh Tong Ling, dia berhenti meronta. "Menghebohkan sesuatu yang sepele!" Tong Ling tertawa, dia pun melepaskan tangannya dari mulut Pei-pei. "apakah benar tempat ini yang kau maksud?" "Apakah terjadi masalah?" "Di dalam sana tidak ada lampu juga tidak ada seorang pun," Jawab Tong Ling dengan percaya diri. "aku tidak merasakan ada orang di sana." "Kecuali saat sembahyang di hari besar, di hari biasa memang tidak ada yang datang!" "Kau pernah mengatakannya apakah benar seperti itu?" Pei-pei tertawa kecut. "Jika Suhu dan Beng To di sana pun mereka tetap akan berada di ruang bawah tanah." "Dari mana kau bisa memastikan bahwa mereka akan berada di sana?"58 "Tempat rahasia ini adalah satu-satunya tempat rahasia dalam radius ratusan Li! Kalau mereka tidak ada di sini, aku pun tidak tahu harus mencari ke mana!" "Kalau begitu kita harus masuk ke dalam sana untuk mencari tahu!" Tong Ling meloncat lagi ke atas dinding. Pei-pei ikut bergerak walaupun tidak segesit Tong Ling tapi dia tidak sanggup melakukannya tanpa suara seperti Tong Ling, Tong Ling melihat sekeliling, kemudian melayang masuk ke balik dinding. Dia menempelkan tubuhnya ke dinding dan terus berjalan. Di tempat yang bisa menyembunyikan tubuhnya dia berhenti sebanyak 2-3 kali, akhirnya mereka tiba di luar tempat sembahyang. Pei-pei ikut di belakang Tong Ling, sekarang dia berdiri di samping Tong Ling. Kembalinya Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apakah di dalam tempat sembahyang ini ada serangga yang digunakan untuk guna-guna?" Tong Ling menatap Pei- pei. "Kalau pun ada ilmu guna-gunamu akan merasakannya." "Jika orang yang memelihara serangga atau ulat, tidak ada serangga atau ulat pun tidak ada efeknya. Jika ada serangga, dia harus memilih orang atau menghitung jarak!" Tong Ling tertawa dingin. "Ku kira kalian yang menguasai ilmu guna-guna bisa membunuh sampai jarak ribuan Li." Pei-pei menggelengkan kepala lalu tertawa kecut, dia segera berjalan memasuki ruangan, tapi langsung dicengkeram oleh Tong Ling. "Ada apa?" Tanya Pei-pei. "Kau mau mencelakakan Wan Fei-yang? Mengapa berteriak? Kau ingin semua orang tahu, kita sudah masuk kemari?"59 "Apakah aku sudah melakukan kesalahan?" Tanya Pei-pei dengan suara kecil. "Kau sembarangan masuk, itu kesalahan besar, apakah kau yakin di dalam tidak ada orang?" Pei-pei ingin mengatakan sesuatu tapi begitu melihat ekspresi Tong Ling, dia menelan kembali kata-katanya, tidak lama kemudian dia baru bicara. "Aku tidak berpengalaman..." Tong Ling memotong. "Kalau tahu tidak punya pengalaman, jangan banyak bicara, ikut saja di belakangku!" Pei-pei cepat-cepat bersembunyi di balik punggung Tong Ling. Tong Ling masuk tanpa banyak pikir, dari awal dia sudah merasa yakin kalau di ruangan itu tidak ada seorang pun, hanya saja dia merasa tidak yakin apakah di dalam ruangan itu ada serangga atau ulat yang dipelihara, di sini adalah tempat sembahyang, tempat di mana dukun sering keluar masuk. Di bagian dalam tempat sembahyang tampak lebih gelap lagi beberapa kali Tong Ling ingin menyalakan korek api tetapi begitu teringat pada Pei-pei, dia menjauhkan niatnya ini. Karena dari sudut manapun dia terlihat lebih unggul dari Pei-pei. Kalau dia menyalakan korek api dia percaya akan menemukan pintu rahasia, tidak perlu Pei-pei yang membawa jalan. Tapi kalau dia menyalakan korek api ada maksud lain karena dia tidak bisa melihat sesuatu di dalam kegelapan seperti ini. Pei-pei tidak mengerti perubahan jalan pikiran Tong Ling. Dia berjalan di dalam kegelapan tanpa arah jelas. Tapi karena dia sangat berhati-hati maka dia mempercayai apa60 pun yang diputuskan oleh Tong Ling. Maka sewaktu Tong Ling kembali ke sisinya, dia tidak terlihat terkejut atau takut, dengan pelan dia berkata. "Pintu rahasia ada di bawah patung Budha!" "Kau sudah menyebutkannya tadi!" Tong Ling tertawa dengan dingin katanya lagi. "Patung Budha di sini sangat banyak!" Tong Ling merasa seperti melihat banyak patung Budha, tetapi Pei-pei segera berkata lagi. "Patung Budha yang di sini hanya ada satu!" Baru saja Tong Ling mau membela diri, Pei-pei sudah berkata lagi. "Patung Budha hanya ada satu, yang lainnya patung siluman atau para pelayan Budha!" "Dewa apa yang ada di sini?" Tong Ling tertawa dingin. "untuk pertama kalinya aku mendengar dewa yang ada di sini merupakan pelayan Budha atau siluman!" "Memang dewa guna-guna semua seperti itu!" "Dewa guna-guna?" Akhirnya Tong Ling baru mengerti mengapa tidak disebut siluman guna-guna, bukankah siluman melayani pemimpin siluman lagi? Pei-pei tertawa kecut. "Dari dulu suka bangsa kami menyebutnya seperti itu dan tidak ada yang tidak beres." "Tentu saja, orang yang percaya kepada siluman dan iblis kalau tidak menganggap siluman sebagai dewa malah akan merasa aneh!" Sambil bicara Tong Ling mendekati patung Budha itu. Semua patung siluman yang ada di tempat sembahyang itu berbentuk aneh, orang yang sama sekali tidak mengenal61 ilmu guna-guna benar-benar sulit membedakan mana yang dewa dan mana yang siluman. Setelah Pei-pei menjelaskan semuanya akhirnya Tong Ling bisa membedakannya. Patung dewa itu lebih tinggi dari patung lainnya dam wajahnya tampak lebih menyeramkan dan lebih menakutkan. Setelah tiba di depan patung Budha itu, Tong Ling berhenti. Dia tidak ingin banyak bertanya, akhirnya dia membuka mulutnya juga. "Di mana pintu rahasianya?" Walaupun dia bisa melihat benda di dalam kegelapan, tapi tidak begitu jelas, posisi pintu rahasia juga pasti tidak sama, dia tidak menguasai tombol rahasia apalagi dalam keadaan gelap, mana mungkin dia bisa melihat! Pei-pei balik bertanya. "Di mana patung dewanya?" "Apakah kau buta? Bukankah sekarang aku sudah berada di depan patung Budha?" Nada bicara Tong Ling terdengar tidak senang. "sampai sekarang kau masih tampak tidak bersemangat, apakah kau sengaja ingin melawanku?" "Aku benar-benar tidak melihat di mana patung Budha itu?" "Tapi kau bisa mengikutiku dari belakang!" "Karena aku menaruh seekor ulat di bajumu, di dalam kegelapan ulat itu bisa bercahaya!" Tong Ling menoleh di atas bajunya memang ada benda yang bersinar, memang tidak terlalu terang, tapi di dalam kegelapan bisa terlihat jelas. "Apakah kau ingin mencabut nyawaku? Kau mulai lagi meletakkan guna-guna di tubuhku!" Senjata rahasia segera dicengkeramnya lagi.62 Pei-pei sangat terkejut, dia menjelaskan. "Ulat ini tidak akan melukaimu, dia hanya memberitahu jalan kepadaku, kalau kau tidak suka, aku akan segera mengambilnya kembali!" Baru saja kata-katanya habis, ulat itu sudah menghilang dari baju Tong Ling, kata Tong Ling dengan suara berat. "Apa kau akan melukaiku atau tidak, aku tidak tahu, tapi jika kau menaruh kembali benda tadi di tubuhku, senjata rahasiaku tidak akan sungkan lagi, jangan bercanda denganku!" Pei-pei mengangguk, kata Tong Ling lagi. "Kau mempunyai ulat yang bisa memancarkan sinar di dalam kegelapan, mengapa kau tidak membuatnya menjadi terang?" "Aku hanya memelihara 3 ekor ulat semacam ini dan tidak bisa menerangi tempat gelap!" "Apa maksudmu menerangi semua lampu yang ada di tempat sembahyang?" "Aku rasa lebih baik menyalakan sebuah lampu untuk menerangi tempat sembahyang, sebab mereka sekarang berada di ruang rahasia, mereka tidak akan melihat..." Golok Sakti Karya Chin Yung Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo