Warisan Jenderal Gak Hui 15
Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bagian 15
Warisan Jenderal Gak Hui Karya dari Chin Yung Dengan hentakan kaki maka Kiam Ciu telah melentik dengan mengembangkan ilmu Cian-li-piauw-biauw. Menyaksikan kegesitan Kiam Ciu itu Kwi Ong jadi melompong dan pedang telah membacok batu besar yang tadi berada disisi Kiam Ciu. Batu itu hancur dan meledaklah suatu derakan keras dan batu itu berhamburan. Tetapi dengan cepat dan tidak terduga Kiam Ciu telah meluncur turun sedangkan Kwi Ong masih dalam sikap membongkok dengan pedang masih dibawa hendak membacok. Tanpa dapat terduga Kiam Ciu telah mengirimkan tendangan kaki kanan jurus Liong-hong-hun-hui menyerang wajah Kwi Ong dengan cepat dan dahsyat. Namun Kwi Ong dapat dengan cepat menggelundung menghindari serangan Kiam Ciu itu. Dengan mengandalkan ilmu trenggiling menggelundung, maka 12 26 tubuh Kwi Ong dapat terluput dari kehancuran terkena hantaman dan tendangan Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu telah mendepaknya dengan sebuah lompatan lebar. Semua orang yang berada ditempat itu berseru kaget. Saat itu Kiam Ciu telah bersikap menerkam tubuh Kwi Ong yang tergeletak ditanah. Dengan cepat pula Kwi Ong telah menggerakan pedang tepat menikam perut Kiam Ciu yang tengah melayang akan menerkamnya. Tetapi suatu yang tidak terduga telah terjadi. Ternyata Kiam Ciu telah menggunakan jurus Kai-thian-pik-tee (membuka langit membakar bumi) dimana tampaklah tangan kanan Kiam Ciu menghantam pedang dan tangan kiri menebak dada Kwi Ong. Gerakan itu begitu cepat bahkan tidak dapat diikuti dengan seksama oleh para Kang-ouw yang berada ditempat itu. Namun Kun-si Mo-kun yang pernah berhadapan dengan nenek lembah Si- kok itu dapat menduganya dan ketika Kiam Ciu meloncat diam-diam dada Kun- si Mo-kun telah berdebar hebat. Ingin dia menyaksikan lekas-lekas Kiam Ciu menyudahi pertempuran itu dengan Kwi Ong binasa. "Auwww!" Terdengar teriakan Kwi Ong. Dengan secepat kilat Kiam Ciu telah meloncat menyambar pedang Oey Liong Kiam yang terpental melambung tinggi. Sedangkan Kwi Ong telah binasa dengan dada remuk dan mata terbeliak. "Trang !" Terdengar desiran angin laju dan logam tertimpuk. Ketika Kiam Ciu telah meloncat hendak menyamber , tiba- tiba saja pedang itu telah meleset terkena timpukan batu kerikil. Namun Kiam Ciu dengan ilmu Cian-li-piauw-biauw berhasil mencandak pedang itu. Namun bertepatan dengan itu telah melesat pula berdiri dihadapan Kiam Ciu yang telah kembali berdiri diatas tanah dengan tergenggam ditangan kanan. "Kiam Ciu, kau merasa dirimu jago ya? Kau harus binasa ditanganku!" Bentak orang yang baru datang itu dengan rasa bengis. 12 27 Orang yang baru datang dan turut campur tangan di gelanggang pertempuran itu adalah seorang wanita yang berwajah cantik. Jelas kalau wanita itu adalah seorang jago silat yang berilmu tinggi juga. Karena memiliki tindak dan gerak yang sangat ringan dan ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Semua orang menebak-nebak tentang wanita cantik yang baru datang itu. Mereka belum mengenalnya, jago silat dari bagian mana dan siapa sebenarnya wanita yang baru muncul itu. Namun pada saat itu Shin Kai Lolo. Siok Siat Sin-ni dan Tong Kiam Ciu tampak terperanjat dengan kehadiran wanita cantik itu. Karena wanita itu tiada lain adalah Ciam Gwat. Orang-orang yang berada ditempai itu saling berpandangan. Tanpa banyak bicara lagi Kiam Ciu telah mengerahkan sin-kang dan dengan ilmu Kai-thian-pik-tee telah melesat menerkam kearah wanita cantik itu. Kiam Ciu mencakar wajah wanita itu hingga rambut yang menutupi dahi wanita itu tersingkap dan tampaklah suatu tanda didahi wanita itu. Bulan sabit yang jelas tergores dikeningnya. "Houwww!" Terdengar suara gumam orang-orang yang menyaksikannya. Mereka baru melihat tanda didahi wanita itu telah dapat menebak siapa adanya wanita cantik itu. tiada lain adalah Ciam Gwat. Ciam Gwat wanita jelita yang berilmu silat tinggi dan sempurna. Sesaat lamanya mereka yang berada dilempat itu bagaikan terpaku melibat kehadiran wanita jelita itu. Mereka baru kali itu melihatnya. "Ciam Gwat, kaupun harus menemui kebinasaanmu untuk menebus dosa- dosamu!" Seru Kiam Ciu dengan berkecak pinggang dan menuding kearah jago silat wanita itu. Ciam Gwat bergusar hati karena diperlakukan seperti itu, rambutnya yang dipergunakan untuk menutupi dahinya yang bernoda goresan bulan sabit itu telah disingkap oleh Kiam Ciu. Dia barus membunuh pemuda itu dan mencincangnya atas kekurang ajarannya. Juga dia sangat marah karena Kiam Ciu dia telah kehilangan orang-orang yang selama ini sangat disayanginya dan sangat setia padanya. Mereka itu ialah Peng Nio wanita yang dengan setianya 12 28 mengikuti dan mengasuh anaknya hingga dewasa dan dia bunuh gara-gara Kiam Ciu, juga Sio Cien telah dibunuhnya karena Kiam Ciu. Dengan minggatnya putri tunggal yang sangat disayanginya ialah Cit Sio Wie karena mengikuti Kiam Ciu. Semuanya itu menambah kemarahan Ciam Gwat yang merasa telah dihancurkan oleh Kiam Ciu segala kebahagiaannya itu. Maka tiadalah mengherankan lagi kalau wanita itu menjadi sangat gusar, marah sekali bertekad untuk mengadu jiwa dan membinasakan Kiam Ciu. "Jahanam! Kau harus binasa!" Berbareng dengan suara itu Ciam Gwat mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im. Tetapi Kiam Ciu telah memegang kim leng ditangan kiri. Kelintingan emas itu digerakannya dan terdengarlah bunyi kelintingan itu. Berbareng dengan suara bentakan Ciam Gwat. Sehingga suara yang mengandung ilmu Pan-yok- sin-im itu buyar punah. Ciam Gwat merasa gusar dan heran menyaksikan itu semua. Tetapi ketika menyaksikan apa yang dipegang oleh Kiam Ciu itu hatinya bertambah gusar. Maka dengan teriakan nyaring Ciam Gwat telah meloncat menerkam Kiam Ciu dengan jurus Hian-hiong-kong-ki. Namun Kiam Ciu dengan gerakan Liong-hong-hun-hui memutar tubuh dan mengirimkan hantaman kelambung Ciam Gwat. "Darrrl" Terdengar dua tenaga berhantam yang menimbulkan suatu ledakan keras dan mengejutkan para hadirin semuanya. Orang-orang gagah yang berada ditempat itu merasa takjub dan memuji kegesitan Kiam Ciu menghadapi serangan lawannya itu. Ciam Gwat terkenal sebagai wanita aneh yang berilmu tinggi dan kejam. Siapapun yang pernah melihat tanda ciam gwat didahinya pasti orang itu akan binasa ditangan wanita kejam itu. Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu sebenarnya menjadi sangat heran karena mereka tidak mengetahui sebab musababnya mengapa sampai Kiam Ciu bermusuhan dengan Cim Gwat. Mereka dalam bertanya-tanya itu tiba-tiba Kiam Ciu berseru kepada Ciam Gwat. "Cit Cai Hui, aku putra Tong Kiam Seng! Hari ini telah bersumpah untuk mengambil nyawamu dan memenggal kepalamu untuk menebus kematian 12 29 seluruh saudara-saudaraku ibuku dan ayahku yang telah kau bunuh!" Seru Kiam Ciu dengan suara lantang dan tegas penuh wibawa. Namun Ciam Gwat atau nama aslinya Cit Cai Hui tampak tertawa mendongak kelangit. Tampaklah suatu perubahan diremak muka yang jelita itu. Kini tampaklah guratan wajah wanita jelita itu menjadi kentara dan menampakan kebengisannya. "Tong Kiam Ciu, karena kau maka hancur keluargaku. Kau harus binasa ditanganku supaya tenang ayahmu karena menunggu anaknya yang gagah dan hari ini kau akan menyusulnya kealam baka!" Seru Ciam Gwat dengan suara mengejek dan wajahnya tampak bengis dengan mulut menyeringai. Berbareng dengan teriakan dan ancaman itu maka Ciam Gwat telah menerkam kearah dada Kiam Ciu dengan mengerahkan segenap sinkang dan lwekangnya untuk menghancurkan dada pemuda itu. "Binasa!" Seru Ciam Gwat sambil mengirimkan hantaman dengan jurus Hian- hiong-kong-ki yang bertenaga bebat. Kiam Ciu waspada dengan hantaman itu maka pemuda itu lalu berkelit dan kelinting emas yang digenggamnya di tangan kiri berbunyi. Maka buyarlah ilmu Pan-yok-sin-im yang telah dikerahkan oleh Ciam Gwat. Berkali-kali wanita itu berusaha mengerahkan ilmunya untuk melumpuhkan Kiam Ciu namun selalu dapat dibuyarkan akibat tenaga sakti yang ditimbulkan oleh Kim Leng atau kelinting emas. Ketika Kiam Ciu berkelit dengan menggeser kaki kanannya kebelakang dan Ciam Gwat dengan tiba-tiba telah mengubah serangannya dari hantaman kearah dada dengan kepalan tinju kini telah diubah dengan membabat kesamping dengan sisi tapak tangan kearah perut Kiam Ciu. "Buk!" Terdengar suara benda tertumbuk hantaman sisi tapak tangan wanita itu. Kiam Ciu terlempar kebelakang beberapa tombak. Namun berkat biji Leng Yok pemberian nenek lembah Si-kok dan telah dimakannya, maka dia menjadi kebal akan pukulan bertenaga hebat itu. 12 30 Sebenarnya Kiam Ciu dapat hancur isi perutnya akibat terkena pukulan sisi tapak tangan Ciam Gwat karena wanita itu telah mengerahkan segenap tenaga dengan jurus Hian-hiong-kong-ki. Apalagi isi perut baru besar sebesar gajah saja dapat dilumatkan karena hantaman itu mempunyai tenaga dasyat. Kiam Ciu dapat menahan pukulan sakti itu berkat biji Leng Yok yang telah dimakannya. Dia hanya terpental karena dorongan tenaga sakti Ciam Gwat. Namun pemuda itu tidak jatuh, dia tetap berdiri walaupun sampai terpental lima tombak, namun masih dapat menguasai keseimbangan tubuhnya. Serta kelinting emasnya selalu memperdengarkan kelintingan nyaring mengatasi suara-suara Ciam Gwat yang dilambari dengan ilmu Pan-yok-sin-im. "Hebat tidak omong kosong kau mendapat gelar Giok-ciang-cui-kiam!" Seru Ciam Gwat sambil memutar tubuh dan berhadapan dengan Kiam Ciu. Kiam Ciu bukannya bergirang hati mendapat pujian itu. Namun pemuda itu bertambah waspada. Karena dia tahu bahwa Ciam Gwat adalah tokoh sakti yang banyak ilmu dan pengalamannya. Segenap tokoh Kang-ouw yang berada di tempat itu kini telah mengetahui latar-belakang pertempuran antara Ciam Gwat dengan Kiam Ciu. Maka mereka banya dapat menyaksikan tanpa berani bercampnr tangan dalam urusan itu. Mereka hanya menyaksikan saja serta bersiap-siap untuk memberikan bantuan kepada Kiam Ciu dimana diperlukan atau kalau sampai pemuda itu menghadapi bencana. Kiam Ciu masih menggenggam pedang . Diam-diam pemuda itu teiah memunguti sarung pedang itu yang masih terselip dipinggang Kwi Ong. Kemudian pedang disarungkannya dan disisipkan kepinggangnya. Semuanya itu dilakukan dengan cepat dan Cium Gwat tahu apa yang dikerjakan oleh Kiam Ciu itu tanpa mengusiknya. Karena dia adalah tokoh kenamaan dan walaupun bagaimana kejam dan kejinya Ciam Gwat namun ternyata dia masih mempunyai harga diri. Maka lawan yang dalam keadaan tidak siap dia tidak sudi menyerangnya. Pada saat Kiam Ciu mengambil sarung pedang dipinggang mayat Kwi Ong itu dianggap oleh Ciam Gwat dalam keadaan tidak siap. Walaupun sebenarnya Kiam Ciu selalu waspada seandainya mendapat serangan tiba-tiba saja dapat menghadapinya. 12 31 Ketika Kiam Ciu telah berdiri kembali dengan kuda-kuda lutut setengah tertekuk dan renggang kedua belah kakinya, maka Ciam Gwat berseru sambil tertawa. (Bersambung Jilid 13) 13 0 13 1 (Warisan Jenderal Gak Hui) Diolah Oleh . HO TJING HONG Jilid ke 13 IAM CIU ! Kau kira aku tidak mampu menghadapi pedang dan ilmu pedangmu ? Mengapa kau sarungkan pedang pusakamu ?" Seru Ciam Gwat dengan sikap menantang. "Tidak perlu banyak mulut, hayo hadapi kematianmu !" Seru Kiam Ciu sambil meloncat mengirimkan hantaman kearah dada Ciam Gwat. Gerak cepat melesat kedepan dengan jurus Pek-jit-hui-sat dan mata memancarkan sinar aneh dan ingin mencengkeram kearah dada lawan. Perubahan serangan dari hantaman menjadi cengkeraman itu sangat mengejutkan Ciam Gwat. Ternyata hebat juga ilmu Kiam Ciu dalam gerak ilmu Pek-jit-hui-sat itu. Ciam Gwat hampir saja tidak mampu untuk menghindarinya, Karena daya pukau sinar mata aneh yang terpancar dari mata Kiam Ciu kearah Ciam Gwat. Seria kelintingan emas itu sangat mengganggu pemusatan pikiran Ciam Gwat. Ternyata wanita sakti dan cantik itu sama sekali telah dibuat tidak berdaya oleh Kiam Ciu. Namun untuk membinasakannya Kiam Ciu belum mampu, dengan satu gerakan kesamping saja Kiam Ciu ternyata hanya menerkam tempat kosong dan sempoyongan akan jatuh karena dorongan tenaga sendiri. Ciam Gwat meloncat mengirimkan tendangan maut kepunggung Kiam Ciu. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pemuda itu merasakan sambaran angin tendangan dan sempat mengelak sambil melejit dan memutar tubuh. Keduanya ingin saiing menjatuhkan dan menghindari serangan lawan. Kelihatannya kini mereka seimbang. Kiam Ciu dengan tangan kosong juga menghadapi serangan Ciam Gwat itu. K 13 2 Sampai puluhan jurus mereka bertempur, belum ada ketentuannya. Karena Ciam Gwat yang biasanya mengandalkan ilmu Pan-yok-sin-im itu kini ilmu andalannya itu tidak berarti lagi terhadap Kiam Ciu. Maka kini Ciam Gwat harus mengerahkan Gin-kangnya juga untuk mengimbangi kelincahan Kiam Ciu. Dia harus mengerahkan ilmu-ilmu silat yang dapat untuk melumpuhkan Kiam Ciu. Dengan memutar tubuh dan meloncat kemudian menghentakkan kaki kanan diatas tanah maka terlihatlah Ciam Gwat menyerang Kiam Ciu. Dengan mengerahkan ilmu pukulan maut Hwe-sat-pik-tee (api maut membongkar bumi) maka Ciam Gwat menghantamkan kepalan tinjunya kedada Kiam Ciu. "Darr," Terdengar dua tenaga beradu. Karena Kiam Ciu tidak sempat menghindar, maka satu-satunya jalan hanyalah memapaki serangan tinju maut itu dengan tapak tangannya. Kepalan tinju Ciam Gwat bagaikan melekat pada tapak tangan Kiam Ciu. Kiam Ciu terdorong sedikit kebelakang dan dengan mencondongkan tubuhnya kedepan maka pemuda itu dapat bertahan. Sesaat lamanya mereka mengadu sinkang. Kiam Ciu tampak mandi keringat karena mengerahkan Bo-kit-sin-kong untuk mengatasi ilmu Kie-kang Ciam Gwat yang memang sangat lihay itu. Mereka yang menyaksikan hal itu menahan napas. Lebih-lebih Teng Siok Soat murid Shin Kai Lolo. gadis itu kalau tidak ditahan oleh subonya pastilah telah melesat kegelanggang untuk membantu Kiam Ciu. Karena Siok Soat dengan diam-diam telah menaruh hati kepada pemuda perkasa dan budiman itu. "Siok Soat tenangkan pikiranmu" Bisik Shin Kai Lolo ke telinga gadis angin- anginan itu. "Subo" Bisik gadis itu dan wajahnya bersemu merah jambu. Sesaat Siok Soat memandang wajah subonya. 13 3 Tampaklah nenek itu tersenyum dan mengisyaratkan kepada muridnya itu untuk memperhatikan jalannya pertempuran. Mereka yang berada ditempat itu terpesona menyaksikan kehebatan Kiam Ciu. Seolah-olah mereka sedang menyaksikan suatu pertandingan yang menentukan masa depan kalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan. "Haya!" Terdengar suara terluncur dari mulut Ciam Gwat. Tampaklah wanita itu telah terdorong dan Kiam Ciu telah menyiramkan pukulan jarak jauh dengan tapak tangannya kearah Kiam Gwat. Ternyata ilmu pukulan Kai-thian-pik-tee ajaran nenek lembah Si-kok itu dapat mengimbangi ilmu pukulan Ciam Gwat Hwe-sat-pik-tee. Seo!ah-olah kedua ilmu itu ada persamaannya. Hanya ilmu pukulan Hwe-sat-pik-tee terasa lebih ganas dan berhawa panas. Namun Kai-thian-pik-tee mengutamakan hembusan angin besar dan tenaga sinkang yang besar. Pada intinya kedua ilmu pukulan itu sama-sama mempunyai jurus perkembangannya yang berlainan. Hanya pada intinya yang sama. Hebat kedua- duanya. Namun Kiam Ciu ternyata dapat melebihi setingkat lebih tinggi dari ilmu sinkang Ciam Gwat. Karena Kiam Ciu telah memakan biji Leng-yok. Sehingga menambah kehebatan sin-kang maupun lwekang pemuda itu. Tenaga dalam yang luar biasa itu ternyata dapat mengatasi serangan tenaga memukul jantung yang disalurkan dalam mengadu sin-kang lewat kepalan tinju dengan ilmu Hwe- sat-pik-tee. Kiam Ciu lelah mengirimkan sekali lagi hantaman mautnya kearah Ciam Gwat yang ternyata merasa agak keripuhan juga. Dia telah meloncat kesana kemari. Sebenarnya bukanlah karena dia menghindari serangan lawannya Tetapi dia mencari kelemahan jurus-jurus permainan ilmu silat Kiam Ciu. Sampai sepuluh jurus Ciam Gwat bertempur dengan Kiam Ciu. Noda darah dipunggung pemuda itu tadi telah terobek oleh pedang yang dilancarkan oleh Kwi Ong. Maka kini tampaklah merah membasahi jubahnya dibagian punggung yang terobek memanjang. 13 4 Rupa-rupanya karena terlalu banyak darah yang mengalir itu, mata Kiam Ciu menjadi berkunang-kunang. Tubuh Ciam Gwat didepannya itu tampak bergoyang-goyang dan kabur tampaknya. Kiam Ciu merasa kecewa dengan keadaan tubuhnya itu. Tetapi pemuda itu telah bertekad untuk membinasakan musuh besarnya. "Kiam Ciu ! Kiam Ciu ! Kiam Ciu kuatkan ditimu, kerahkan semangatmu musuh besarmu berada dihadapanmu ! Tunaikan tugasmu dengan baik !" Terdengarlah bisikan telinganya. Diam-diam Kiam Ciu terheran-heran mendapat bisikan halus ditelinganya itu. Padahal para pendekar berdiri mengelilingi tempat pertarungan itu berjarak cukup jauh. Tetapi ketika diingat-ingat suara itu, dia telah pernah mengenalnya. Dalam kesayup-sayupan daya pikir yang telah kabur dan kepala mulai berputar-putar rasanya Kiam Ciu mendengar bisikan itu lagi. Tiba-tiba wajah Kiam Ciu yang telah menjadi pucat itu, kini tampak gembira. Bahkan ketika Ciam Gwat meloncat menyerangnya dia telah mampu untuk memiringkan tubuh dan terhindar dari sasaran lawan. Ciam Gwat melesat kebelakang Kiam Ciu. Dengan cepat wanita itu telah memutar tubuh dan dengan genggaman kepalan mautnya serta memasang kuda-kuda. Kiam Ciu memutar tubuh pula dan kini telah dapat menguasai diri lagi dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong. Mereka berdua telah berhadapan dan masing-masing telah pada puncaknya Ciam Gwat sudah tidak sabar lagi. Dia bertekad harus memusnahkan Tong Kiam Ciu. Karena dengan adanya Kiam Ciu selangit dan sebumi dengan dirinya maka selama itu hidupnya tidak akan merasa tenang. Hanyalah dua pilihan, binasa atau membinasakan itulah kesimpulan Ciam Gwat. Tampaklah sinar mata Ciam Gwat menanar dan menyeramkan roman mukanya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan pasti langkah-langkahnya mendesak Kiam Ciu. Dengan satu jeritan yang menyerupai auman harimau betina, maka melesatlah Ciam Gwat menerkam Kiam Ciu, Tetapi belum sampai tangan wanita itu menyentuh tubuh Kiam Ciu. Tiba-tiba terdengar suatu teriakan dan kelebatan 13 5 tubuh seseorang didepannya. Ciam Gwat menahap serangannya karena khawatir mencelakai orang yang baru datang. "Ibu tahan dulu!" Terdengar seruan itu dan kelebatan tubuh .yang menghambur diantara Kiam Ciu dengan Ciam Gwat. "Wus." Terdengar angin berhembus kesamping tubuh Kiam Ciu. "Cit Sio Wie! Anak durhaka apa yang kau lakukan?" Seru Ciam Gwat. Walaupun suaranya melengking membentak dengan gusar, namun tanda- tanda bahwa wanita jelita itu menaruh kasih sayang dan selalu memanjakan kepada orang yang baru datang itu. Tiada lain kecuali Cit Sio Wie gadis cantik yang bernasib malang itu. "Ibu, kau menyingkirlah dari tempat ini" Seru Cit Sio Wie. "Anak durhaka! Apa maksudmu? Kau teruskan untuk berhubungan dengan pemuda laknat tak berguna itu?" Bentak Ciam Gwat dengan suara serak dan sangat bergusar hati. "Ibu, pergilah! Pergilah dari tempat ini! Ibu aku minta seru Cit Sio Wie sambil memeluk kaki ibunya dan menggoncang-goncangkan. Tetapi Ciatn Gwat tidak sabar lagi. Darah kemarahan telah bergolak dan menggelegak diseluruh tubuhnya. Pembuluh-pembuluh darahnya telah menjadi hangus dan tegang penuh amarah. "Minggir anak durhaka !" Seru Ciam Gwat dan menggerakkan kakinya maka terlemparlah Cit Sio Wie melesat beberapa tombak kesamping. Orang-orang yang menyaksikan drama itu merasa bergidik dan bingung. Karena mereka tidak mengetahui latar belakang kejadian ditempat itu. Begitu tampak kejamnya Ciam Gwat kepada anaknya sendiri yang mereka ketahui bahwa gadis itu adalah yang terkenal dengan nama panggilan Cit Siocia. Gadis cantik jelita yang selalu mengendarai kereta indah dan bertamasya. Begitu selesai melempar putrinya maka Ciam Gwat lalu memasang kuda- kuda kan mengerahkan sinkang kemudian bergerak dengan jurus Hwe-sat-pik- tee dan tampaklah tubuhnya melesat kearah Kiam Ciu. 13 6 Namun bersamaan dengan itu pula tampaklah tubuh Cit Sio Wie telah melesat diantara Kiam Ciu dan Ciam Gwat. "Bukk !" Terdengar suara tinju menumbuk dada. Tampaklah Cit Sio Wie telah terhantam oleh pukulan maut ibunya sendiri. Dadanya hancur dan tangan wanita jelita itu melesak kedalam dada Cit Sio Wie sebatas pergelangan tangan dan darah menyembur ke baju dan wajah Ciam Gwat karena jantung Cit Sio Wie pecah. Gadis itu tidak dapat menjerit lagi. Sekali hantam telah hancur dadanya dan langsung menuju kejalan maut. Ciam Gwat tidak dapat mengelakkan pukulannya lagi karena datangnya Cit Sio Wie tidak terduga dan dengan cepat sekali. Semuanya terlanjur dan diluar perhitungannya Ciam Gwat tampak pucat wajahnya dan menubruk tubuh anaknya. "Cit Sio Wie .... anakku, mengapa kau nekad anakku ? Untuk apa lagi aku harus hidup ini kalau kau tinggalkan ... oh, Sio Wie ... kau telah binasa ditanganku sendiri .." Ciam Gwat berbicara sambil memeluki tubuh dan wajah Cit Sio Wie yang telah tidak bernyawa lagi. Seolah-olah untuk sementara dia telah melupakan permusuhannya dengan Tong Kiam Ciu. Semua pendekar dari kalangan Kang-ouw menyaksikan kejadian itu dengan hati penuh haru. Namun mereka tidak ada yang berbicara turut campur tangan dalam urusan itu. Mereka seolah-olah penonton yang sedang nonton lelakon sandiwara diatas pentas terbuka. Walaupun sebenarnya Tong Bwee merasa kurang pernah menyaksikan kejadian itu. Karena walaupun bagaimana dia pernah mendapat cinta kasih tulus dari Cit Sio Wie yang telah menganggapnya sebagai saudara kandung. Namun Pek Giok Bwee memegangi tangan putrinya untuk tetap tenang menyaksikan perkembangan selanjutnya. Tiba-tiba diantara kesunyian dan isak tangis Ciam Gwat itu, terdengar suatu bentakan nyaring dan tegas kearah Ciam Gwat. "Ciam Gwat! Kita masih ada urusan dan perhitungan!" Seru Kiam Ciu dengan suara tegas dan lantang. 13 7 Giam Gwat terkejut dan tersadar dengan keadaannya. Maka dengan sekali loncat dia telah berdiri dan menghadap kearah Kiam Ciu "Tong Kiam Ciu, kau tak perlu melawan aku lagi !" Seru wanita itu dengan meloncat memutar tubuh dan menyambar pedang Kim-kong-sai-giok-kiam milik Cit Sio Wie yang terselip dipinggang mayat gadis itu. Begitu memutar tubuh dan tangan kanan tergenggam sebilah pedang milik Cit Sio Wie. Mengkilat dan tajam sekali tampaknya. Kiam Ciu dengan cepat pula telah mencabut pedang tampaklah sinar menyilaukan dan tajam berkilat-kilat diputar cepat sekali di tangan kanan Kiam Ciu. Pemuda itu bergerak secepat kilat dan secepat gerakan Ciam Gwat. "Crakk! Brukk !" Terdengar suara bacokan keras dan terpenggallah kepala Ciam Gwat oleh pedang . Kemudian tubuh Ciam Gwat terjungkal ke tanah dengan kepala terputus. Darah menyembur dan berakhirlah riwayat iblis wanita yang selalu menghancurkan rumah tangga para pendekar muda yang masih hijau dalam lautan asmara. Namuu ketika Kiam Ciu meneliti keadaan Ciam Gwat hatinya menjadi malu. Kareda ternyata Ciam Gwat bukannya mempergunakan pedang Kim-kong-sai- giok-kiam untuk menyerang Kiam Ciu, tetapi ternyata Ciam Gwat mempergunakan pedang itu untuk menikam perutnya sendiri. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semuanya berjalan dengan cepat dan tanpa terduga sebelumnya. Belum lagi Kiam Ciu sempat mengurus jenasah Cit SioWie dan Ciam Gwat, tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita lagi. "Koko awas!" Terdengar teriakan Tong Bwe. Namun Kiam Ciu yang mendengarkan suara teriakan yang sudah sangat dikenalnya itu. Maka dia bukannya berwaspada tetapi memalingkan wajahnya memandang kearah datangnya suara itu. Pada saat itu sebuah hantaman telah mengenai lambung Tong Kiam Ciu hingga pemuda itu terpental jatuh, menggelinding di tanah. 13 8 Orang yang menyerangnya itu adalah seorang laki-laki bertubuh gemuk pendek tiada lain adalah wakil Kwi Ong. Ialah Ho Beng bekas wakil ketua Ouw Hin Lee yang telah berkhianat karena inginkan kedudukan. Ho Beng telah menjadi orang Kwi Ong dan telah diangkat sebagai wakilnya. Maka ketika dia menyaksikan keadaan pemimpinnya telah binasa, tiadalah jalan lain baginya kecuali hanya untuk merebut pedang . Begitu telah menghantam roboh Kiam Ciu maka segeralah dia melompat menyambar pedang . Namun belum lagi tangannya menjamah hulu pedang pusaka Naga Kuning itu, Kiam Ciu dengan sebuah lompatan panjang dan cepat sekali dalam jurus Kai-thian-pik-tee menerkam lengan kanan Ho Beng yang terjulur akan meraih hulu pedang . Namun walaupun tangannya telah tercengkeram kuat oleh tangan Kiam Ciu namun Ho Beng terus nekad akan meraih hulu pedang. Akhirnya sebuah hantaman keras telah bersarang dirahang Ho Beng dan orang itu menggelinding kesamping menghindari hantaman Kiam Ciu selanjutnya. Ho Beng meloncat berdiri dan dengan sebuah loncatan pendek telah mengirimkan tendangan punggung kaki kanan. Namun Kiam Ciu dapat menangkisnya dengan punggung tapak tangan kanan. Kedua tenaga beradu dan mereka berdua sama-sama surut kebelakang. Kiam Ciu surut selangkah kebelakang, sedangkan Ho Beng terlonjak surut lima langkah dan tampak matanya melotot memandang Kiam Ciu dengan takjub. Sesaat lamanya Ho Beng berhenti dan mengatur pernafasan dan debaran jantungnya. Karena ketika dia terhempas surut oleh tangkisan Kiam Ciu dia merasakan bagaikan ada suatu tenaga keras dan kuat sekali telah menghempasnya. Kakinya terasa sesemutan dan nafasnya sesak. Namun semuanya sudah kepalang tanggung. Maka dengan tidak banyak perhitungan lagi Ho Beng telah menyerang Kiam Ciu dengan sebuah hantaman beruntun dan tendangan-tendangan bergantian. Beberapa orang dari suku Biauw yang setia kepadanya telah terjun kedalam gelanggang untuk membantu Ho Beng menyerbu Kiam Ciu. 13 9 Menyaksikan kecurangan dikalangan orang-orang suku Biauw itu. Maka Tong Siok Soat, Ji Tong Bwee dan Kun-si Mo-kun telah melibatkan diri dalam pertempuran itu. Kini tampaklah beberapa orang Biauw telah roboh oleh amukan Kun-si Mo-kun dan Kiam Ciu menghadapi Ho Beng. Yang menjadi perebutan adalah . Namun Ho Beng tidak pernah dapat menyentuh hulu pedang pusaka itu. Dengan cepat pula Kiam Ciu berusaha untuk menubruk pedang yang tergeletak di tanah dekat jenazah Ciam Gwat. Ho Beng melompat menerkam punggung Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu berhasil mengi rimkan tendangan kebelakang. Ternyata tendn. ngan yaDg tidak terduga itu dapat mengenai sasarannya dengan tepat. "Auw !" Terjerit Ho Beng dan terlempar kebelakang dua tombak dan jatuh dengan mulut menyeringai dingin gigi meringis menahan sakit. Tong Kiam Ciu telah berhasil memegang kembali pedang dan pemuda itu melangkah dengan langkah pasti mendekati Ho Beng dan tangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga Kuning yang menjadi perebutan dikalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan. Langkah pasti Kiam Ciu menghampiri Ho Beng yang memandang Kiam Ciu dengan mata terbeliak dan panik. Pedang tampak bersinar-sinar menyilaukan mata. Hawa saat itu sangat dingin karena pada saat itu adalah musim Chiu. Ho Beng memandang kilatan sinar yang tergenggam ditangan kanan Kiam Ciu. Dengan hati penuh kepanikan dan meraba-raba lehernya. Ho Beng terbeliak matanya menyaksikan langkah tetap Kiam Ciu. Ketika jarak antara Kiam Ciu dan Ho Beng kira-kira lima langkah, tiba-tiba Kiam Ciu mengangkat pedangnya. Ho Beng terbeliak matanya. Tetapi apa yang dilakukan oleh Kiam Ciu ternyata diluar dugaan semua orang meraka lega hati. Ternyata pedang itu telah diputar kebelakang dan disarungkan. "MenggelindingIah dari hadapanku, sebelum aku mengambil keputusan lain!" Bentak Kiam Ciu kepada Ho Beng. 13 10 Tanpa banyak bicara lagi Ho Beng telah berdiri dan membongkok hormat kepada Kiam Ciu. Kemudian memberikan isyarat kepada orang-orang Biauw untuk menyingkir. Maka suasana sementara itu menjadi tenang kembali. Beberapa saat kemudian terdengar teriakan seseorang tiada jauh dari tempat pertempuran. "Auwww!" Terdengar suara teriakan kepanikan dan mengerikan. Kiam Ciu dan beberapa tokoh persilatan yang berada ditempat itu dengan cepat meloncat menuju ketempat dimana suara teriakan itu berasal. Ketika mereka tiba dibawah sebatang pohon ternyata tampaklah Ho Beng telah tergantung dengan kaki diatas kepala dibawah. Namun orang yang berkepala dua itu lelah binasa. Beberapa anak panah telah menembusi punggungnya dan darah kehitam-hitaman tampak meleleh dari mulut, telinga, hidung dan mata Ho Beng. Kiam Ciu mengambil pedang , dengan satu gerakan meloncat dan membabat tali yang menjerat kaki Ho Beng. Sekali tabas tali itu putus dan dengan gerakan yang sangat indah Kiam Ciu telah memondong tubuh Ho Beng. Setelah kembali kaki Kiam Ciu menginjak tanah dengan gerakan sangat indah dan lunak sekali. Maka tubuh Ho Beng lalu diletakkan diatas tanah berumput. Tubuh Ho Beng telah berubah berwarna hitam bagaikan terbakar. "Oh, panah beracun orang-orang Ouw-ki-pang". terdengar seruan sikakek raja setan Kun-si Mo-kun. Benar juga tiada lama kemudian tampaklah serombongan orang-orang yang menyandang busur dan dipunggungnya dengan menggendong setabung penuh anak panah dengan bulu angsa bitara. Dibagian depan berjalan seorang laki-laki berjambang bauk tetapi wajahnya tampak arif dan tenang sorot matanya. Orang itu tiada lain adalah Ouw Hin Lee ketua partai silat Ouw-ki-pang. "Omitohud! Rupa-rupanya Ouw Hin Lee pangcu dari Ouw-ki-pang yang telah menghukum Ho Beng...!" Terdengar seruan Shin Kai Lolo sambil menghadap kearah Ouw Hin Lee. 13 11 "Ya, memang aku yang menghukumnya itulah ganjarannya orang yang berkhianat. Apakah urusan kita sudah selesai ?" Pangcu Ouw-ki-pang itu bertanya dan menahan langkah kakinya dihadapan Shin Kai Lolo. "Berkat bantuan semua orang gagah, hari ini persoalan Rimba persilatan dibagian pertengahan ini telah selesai. Pedang telah dapat direbut kembali oleh yang berhak. Giok-ciang-cui-kiam si orang she-Tong yang gagah perkasa!" Jawab Shin kai Lolo. Tampaklah Shin Kai Lolo sangat gembira saat itu. Karena dia telah merasa puas menyaksikan bahwa orang yang paling dibenci dan menyebabkan dia menderita hingga menjadi seperti sekarang ini karena Ciam Gwat. Tetapi disamping rasa puasnya itu dia merasa terharu pula karena pada saat itu bekas suaminya yang malang ialah Kim-leng-ji-su telah meninggal dalam keadaan mengenaskan dan menderita sampai akhir hayatnya. Menderita kemenyesalan dan patah hati karena perbuatannya yang semula hanya terburu nafsu disebabkan godaan dan rayuan Ciam Gwat yang memang sangat cantik jelita. "Ting ting ting tingg !" Terdengar bunyi kelintingan dan tersadarlah Shin Kai Lolo ketika mendengarkan bunyi kelintingan mas (Kim-leng) yang digerak- gerakan oleh Kiam Ciu. Nenek itu memandang kearah Tong Kiam Ciu. Ketika pandangan mata nenek dan Kiam Ciu saling bertemu maka nenek itu menyeringai. Begitu pula Kiam Ciu maklum dengan seringai nenek itu. Orang-orang Ouw-ki-pang telah mengambil jenazah Ho Beng dan dirawatnya dengan baik-baik. Walaupun dia pada masa hidupnya adalah seorang pengkhianat, namun orang yang sudah mati tidaklah pantas kalau didiamkan terlantar. Begitu juga jenazah-jenazah yang berada ditempat bekas pertempuran itu telah mendapat perawatan secukupnya. Kiam Ciu berlutut didekat jenazah Cit Sio Wie sampai beberapa saat lamanya pendekar muda yang berjiwa luhur dan gagah perkasa itu berlutut serta merenungi keadaan Cit Sio Wie. 13 12 Hati Kiam Ciu sangat mengenas dan pedih sekali menyaksikan keadaan orang yang pernah banyak memberikan pertolongan serta pernah mencurahkan kasih sayang kepadanya itu kini ternyata telah meninggal dan semua kecantikan dan ilmunya telah lenyap kalau manusia telah mengalami kematian itu. Didekat Kiam Ciu tampak sebuah bayangan dan angin sejuk berhembus serta terciumlah bau harum yang sangat halus dan nyamnan sekali. "Koko.." Terdengar bisik seorang gadis didekat telinga kanan Kiam Ciu. Hati pemuda itu tercekat dan berdebar keras jantungnya. Ketika Kiam Ciu memutar wajahnya dan dipandanginya ujung sepatu orang yang berdiri didekatnya, merayaplah pandangannya itu sedikit demi sedikit keatas. Tampaklah gadis jelita tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Kiam Ciu. "Ciu Koko, janganlah kau hanyutkan terlalu dalam kepedihan hatimu karena kematiannya" Bisik gadis itu yang tiada lain adalah Ji Tong Bwee. Suara gadis itu sangat merdu dan meresap sekali dihati Kiam Ciu. Maka dengan perlahan-lahan Kiam Ciu telah berdiri dan disambutnya uluran tangan Ji Tong Bwee. Kemudian keduanya saling berpandangan dan dari sudut mata gadis jelita itu telah meleleh air-mata dan tidak tahan lagi tubuhnya telah menubruk jatuh kepelukan Kiam Ciu. "Bwee moay...." Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Kiam Ciu, selanjutnya tangan pemuda itu telah mengelus rambut Ji Tong Bwee dengan kemesraan. Ketika itu tampak pula Shin-ciu-sam-kiat ialah Ji Han Su, Pek Giok Bwee dan Siauw Liang. Maka Kiam Ciu lalu melepaskan pelukannya dan menjura dihadapan ketiga oraug tuanya itu. Ketiga orang pengasuhnya itu dengan rasa hormat dan terharu. Semua yang berada ditempat itu merasa terharu pula menyaksikan pertemuan mereka. Angin semilir berhembus dan beberapa ekor burung hong jantan telah terbang melintasi, sekali kulumnya yang panjang menjurai bagai kan selendang sutera dewata. 13 13 "Kapan kita diundang untuk meresmikan perjodohan Giok-ciang-cui-kiam dengan Ji Tong Bwee?" Berseru Shin Kai Lolo sambil tertawa dan nenek itulah yang mulai menggembor-gemborkan Kiam Ciu dengan gelarnya sebagai Giok- ciang-cu-kiam. Mendengar perkataan Shin Kai Lolo itu maka tampaklah Tong Bwee sangat malu dan wajahnya tampak merah sampai keteiinga. Walaupun sebenarnya hati kedua muda-mudi itu merasa senang. Namun mereka merasa malu. Tahu-tahu Teng Siok Soat telah melesat pergi dari tempat itu. Shin Kai Lolo memaklumi sikap murid tunggalnya itu. Maka segeralah nenek itu menjura dihadapan Shin-ciu-sam-kiat untuk minta diri. "Maafkan kelakuan muridku yang tidak sopan itu. Aku menunggu undangannya dan kini ijinkanlah aku orang tua untuk menyusul muridku" Berkata nenek itu sambil membongkok hormat. Tampaklah Ji Han Su tersenyum dan mengangkat tangan kanannya. Sikapnya begitu agung dan sopan. Setelah memberikan hormat kepada nenek itu maka berkatalah Ji Han Su. "Baiklah dan terima kasih atas bantuan Shin Kai Lolo cianpwee yang telah banyak diberikan kepada anakku Kiam Ciu, hingga dia dapat berhasil tugasnya !" Jawab Ji Han Su dengan kata-kata sopan dan sikap sangat menghormat. Setelah Ji Han Su mengutarakan maksudnya untuk membicarakan dulu tentang perjodohan Kiam Ciu dan Ji Tong Bwee maka sambil menunggu kepastian dan hari baik, mereka diundang untuk berkunjung ketelaga Cui-ouw bertamasya dan bergembira. Ternyata Shin-ciu-sam-kiat adalah tokoh yang dihormati dikalangan Kang- ouw. Apalagi dengan munculnya Kiam Ciu dikalangan Kang-ouw yang ternyata pemuda itu bukan saja berilmu lihay, tetapi berhati arif dan bijaksana serta budiman. Maka undangan untuk mengunjungi tempat tinggal Shin-ciu-sam-kiat itu diterima oleh segenap orang gagah yang berada ditempat itu. 13 14 Juga termasuk si pendekar wanita berpakaian serba hijau atau Ceng-hi Sio- li. Angin sejuk berhembus dengan halus. Terasalah hawa yang sangat nyaman dan sangat berkesan. Pada saat itu semua orang gagah telah pada pergi menuju ke telaga Cui-ouw. Ji Tong Bwee tersenyum menyaksikan keindahan alam dihadapannya itu. Hatinya terasa tenteram karena kekasihnya kini telah berada disampingnya. Maka gadis jelita itu menempelkan bahunya kebahu Kiam Ciu. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Masa depan mereka berada diujung senja itu. Air telaga bening dan bayangan langit merah jingga, angin berhembus halus dan sejuk. Tenteramlah hati mereka penuh bahagia. T A M A T Oey Liong Kiam Oey Liong Kiam Bara Naga Karya Yin Yong Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo