Ceritasilat Novel Online

Warisan Jenderal Gak Hui 5


Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bagian 5


Warisan Jenderal Gak Hui Karya dari Chin Yung   Maka dia ingin menyudahi perkara ini dan segera berlalu untuk menghindari bentrokan.   Tetapi sikap mengalah dan tidak ingin bentrok itu ditafsirkan oleh pengawal itu sebagai sikap seorang pemuda yang lemah dan hanya berilmu rendah.   Maka bertambah berani dan sombonglah pengawal itu.   "Tuan besar dari istana Shin-san-Kong ! Aku menjelaskan padamu bahwa aku tidak sengaja mengejar dan mencari keributan ! seru Kiam Ciu sambil menghormat. Bagi seorang yang berhati tulus dan budiman, kata-kata yang diucapkannya dan penuh sopan santun itu akan meredakan hati dan damai. Tetapi bagi pengawal istana Shin-san-kong malah menambah kemarahannya dan membentak dengan mata merah menyala. 4 13 "Kurang ajar kau.. Hei Kiam Ciu rupa-rupanya kau hanya pembual dan pandai berbicara ! Tetapi ternyata kau takut menghadapi aku !"   Seru pengawal iatana Shin-san-Kong dengan sangat lantang dan marahnya.   "Twako ! Jangan mengulur-ulr waktu terhadap cecurut busuk itu ! Biarlah aku yang menghadapinya!"   Terdengar salah seorang pengawal itu mencampuri urusan itu.   Rupa-rupanya sejak tadi orang itu telah menahan hati dan tak terkekang lagi.   Mendengar seruan itu, akhiryna kesabaran Tong Kiam Ciu terpancing juga.   Pemuda itu turun dari punggung kudanya dan berdiri dengan sikap perwira, kemudian memandang kearah orang-orang yang berada dihadapannya dengan sinar matanya.   "Aku Tong Kiam Ciu tidak ingin mencari keributan ! Tetapi jika kalian mau mencari gara-gara aku bersedia melayaninya !"   Seru Tong Kiam Ciu dengan suara tegas.   "Nah... bersiap-siaplah untuk menghadapiku kalian dapat memilih cara satu lawan atau kalian bersama-sama mengerebutku!"   "Aku yang akan berhadapan denganmu!"   Seru pengawal yang bersenjata kipas baja itu seraya meloncat kedepan.   Orang-orang yang lainnya minggir dan menyaksikan pertempuran itu, sebenarnya mereka juga ingin menggempur serentak.   Namun rata tinggi hati mereka yang menyebabkan mereka tidak mau mengerubut Kiam Ciu.   Kiam Ciu telah waspada, maka ketika menyaksikan bahwa lawannya telah siap pula, Kiam Ciu segera memasang kuda-kuda.   Dengan sekali loncatan pengawal itu telah memukulkan kipas bajanya kearah leher Kiam Ciu.   Namun Tong Kiam Ciu memiringkan tubuhnya dan menekuk lutut.   Tangan kanan membentuk pedang.   "Tahan...!"   Terdengar suara seorang wanita yang sangat halus.   Rupa-rupanya tekanan suara wanita itu dapat menggetarkan jantung laki- laku.   Tenyata pengawal dan Kiam Viu juga menurut untuk menghentikan serangan mereka, Ternyata wanita itu adalah wanita yang berada dalam kereta indah itu.   4 14 "Tunggu dulu, aku ingin menyaksikannya !"   Seru wanita yang berwajah sangat jelita dengan kulitan kuning langsat dan giginya bagaikan mutiara berjajar.   Kehadiran wanita jelita itu membuat kedua orang yang akan bertempur untuk sesaat tertegun mematung.   Wanita muda dan jelita itu mengenakan pakaian yang berwarna dadu, wajahnya tampak sangat jelita lebih mirip dengan bidadari daripada manusia.   Gerak-geriknya sangat mempesonakan dan menggiurkan.   Keempat pengawal itu segera membongkok memberikan hormat kearah kehadiran wanita jelita itu.   Setelah memperhatikan Tong Kiam Ciu sejenak, maka wanita itu lalu menghampiri Kiam Ciu yang juga tampak terpesona dan lupa daratan menyaksikan kecantikan wanita muda itu.   Bahkan pada saat itu untuk sesaat Kiam Ciu telah melupakan adiknya Ji Tong Bwee.   Dengan gerak gerik yang memikat dan suara yang bernada merayu, wanita itu berseru kearah Tong Kiam Ciu.   "Hmmm.... rupa-rupanya kau ini adalah Tong Kiam Ciu yang memiliki ilmu Giok-ciang-cui-kiam (Tinju baja mematahkan pedang) !"   Seru wanita jelita itu sambil tersenyum.   Suara yang halus dan merayu itu mengandung pujian, schingga Kiam Ciu yang masih sangat muda dan hijau dalam hal asmara itu jadi tertunduk malu.   Sesaat kemudian wanita jelita itu membalikkan tubuhnya menghadapi kedua orang pengawalnya yang tadi telah menantang Kiam Ciu.   Kemudian berseru kearah kedua pengawal itu.   "Kalian berdua ! Kalian telah mengikutiku selama beberapa hari ini dan aku yakin betul bahwa kalian berdua telah mengetahui betul peraturan istana kita!"   Seru wanita jelita itu Kini suara yang merdu dan penuh daya perayu itu telah lenyap dan berubah merjadi lantang dan meninggi. Disusul dengan hormat dan suara takut oleh kedua pengawal itu. 4 15 "Siocia kita mengetahui betul peraturan itu."   Peraturan istapa Shin-san-kong itu ialah barangsiapa telah menjadi pengawal wanita itu harus dapat membuktikan bahwa mereka dapat menjaga keselamatan wanita itu dan dapat menghapuskan segala rintangan.   Padahal sekarang mereka berhadapan dengan Tong Kiam Ciu.   Berarti mereka harus menghadapi pemuda itu.   Kalau mereka tidak dapat mengalahkan Kiam Ciu berarti mereka kehilangan pekerjaan.   Laki-laki yang bersenjata kipas baja itu tidak mau kehilangan pekerjaan yang enak itu.   Maka dia akan segera menyelesaikan Kiam Ciu dan akan membuktikan bahwa dia adalah pengawal yang baik.   Maka segeralah dia siap siaga untuk bertempur.   Dikalangan Kang ouw sebenarnya kemunculan wanita jelita itu telah tersiar.   Karena wanita jelita itu mempunyai ilmu tinggi pula ialah sebuah ilmu pelenyap sukma yang bernama Pan-Yok-sin-im atau suara melenyapkan sukma.   Orang belum ada yang menyaksikan kehebatan ilmu silatnya dan juga tidak mengetahui dia berasal dari mana.   Sedangkan orang-orang hanya mengetahui bahwa dia adalah Nyonya besar dari istana Shin-san-kong.   Wanita jelita yang selalu berkereta.   juga selalu mendapat pengawalan.   Wanita jelita dari Istana Shin-san-kong itu selalu menarik perhatian dikalangan para pendekar.   Bahkan dalam rimba persilatan wanita jelita selalu menjadi teka-teki.   Karena belum jelas maksudnya dalam lingkungan Bu-lim, walaupun dia seorang wanita yang sangat lihay ilmu silatnya tetapi tidak pernah terjun dalam Kang-ouw.   Yang jelas menjadi sangat terpengaruh ialah para pendekar-pemdekar muda karena kejelitaan wanita itu.   Bahkan karena memandang kejelitaan itu mereka rela berkorban apa saja asal dapat selalu berdekatan dengan Nyonya besar diri istana Shin-san-kong.   Maka tiadalah mcngherankan kalau mereka itu telah banyak berkorban harta maupun kekasih bahkan nyawa.   Karena para pendekar muda itu bukan hanya sekedar mengharapkan selalu berdekatan dengan nyonya besar dari istana Shin-san-kong tetapi mereka mengharapkan lebih dari itu.   Mereka mengharapkan untuk menjadi kekasih yang tersayang.   4 16 Dalam keadaan itu maka tiadalah mengherankan kalau diantara para pendekar muda itu hingga terjadi persaingan bahkan permusuhan.   Kadang- kadang menimbulkan korban jiwa juga.   Sedangkab nyonya besar yang jelita itu karena sudah terbiasa dan menyadari keadaannya yang menjadi pujaan dan selalu disanjung oleh para pendekar muda yang tampan dan gagah, maka terbiasalah wanita itu menyaksikan segala kekerasan dan pertumpahan darah.   Sehingga hatinya tiada merasa puas kalau tidak menyaksikan perkelahian.   Maka dia telah menetapkan peraturan yang luar biasa bagi para pendekar muda yang telah menyerah kepadanya.   Pendekar muda yang telah takluk karena terbuai oleh kecantikan dan kemerduan suara wanita jelita itu.   Nyonya besar dari istana Shin-san-kong menetapkan bahwa seseorang dapat selalu menjadi pengawalnya kalau dapat membuktikan keperkasaan dihadapannya.   Sedangkan bagi pengawal yang telah kalah dianggap tidak berguna lagi dan harus keluar atau dikeluarkan.   Begitu pula bagi para pengawal yang membangkang perintah, orang-orang yang tidak patuh itu akan segera dipecatnya.   Kecantikan wanita itu sangat luar biasa.   Maka tidakhb mengherankan kalau kecantikannya itu mempesonakan banyak para pendekar muda yang saling bersaing untuk merebut hati dan simpati wanita jelita dari istana Shin-san-kong itu.   Tong Kiam Ciu juga sangat terpesona menyaksikan kejelitaan wanita itu.   Bahkan mata pemuda itu tiada berkedip, apalagi ketika menyaksikan gerak-gerik wanita itu yang sangat menarik.   "Hemmm, tidaklah mengherankan kalau banyak para pemuda yang masuk kedalam perangkapmu! Memang kecantikannya sangat luar biasa dan mempesonakan......"   Pikir Kiam Ciu.   Karena terus saja dia sendiri sangat tertarik dan mengagumi kecantikan, tetapi dia adalah ibarat bunga mawar yang banyak berduri......   Lalu tampaklah wanita jelita itu melangkah mundur dan dengan suara yang bernada perintah kearah kedua orang pengawalnya itu.   4 17 "Nah! Sekarang dapat berkelahi! Aku akan melihatnya!"   Seru nyonya besar dari istana Shin-san-kong dengan suara lantang tetapi mata bersinar-sinar mengkilat penuh gairah. Dengan hati berat Tong Kiam Ciu telah nyahut kata-kata itu.   "Aku Tong Kiam Ciu, selama sepuluh tahun telah menekuni ilmu silat. Ilmu silatku tidak untuk dipertontonkan, apa lagi untuk melukai dan menyiksa orang lain yang tidak ada ikatan permusuhan. Menyesal sekali, aku tidak dapat melaksanakan perintahmu!"   Seru Kiam Ciu dengan lantang dan pasti.   Setelah itu Kiam Ciu memutar dan bermaksud untuk menghampiri kudanya dan akan meneruskan perjalanan.   Penolakan yang diucapkan oleh Kiam Ciu dengan suara bernada tegas dan berani itu membuat para pengawal maupun sinyonya besar itu tidak pernah mendapat tantangan dan penolakan.   Semua perintahnya selalu diturut.   Apalagi para pendekar muda yang sebaya dengan Kiam Ciu.   Ia selalu dipuja dan segala tutur katanya.   Baru saja Kiam Ciu siap siaga menghadapi serangan sikipas baja, tiba-tiba telinganya menangkap suara seruan yang datangnya dari mulut wanita itu.   "Tunggu dulu... !"   Seru wanita muda itu dengan suara lantang.   Kiam Ciu sebenarnya akan bersikeras melawan pengaruh seruan wanita itu Namun ternyata tidak mampu, karena perintah itu ternyata mempunyai pengaruh luar biasa sekali.   Entah karena apa Kiam Ciu merasa semangatnya hilang dan seluruh tubuhnya menjadi lemas.   "Oh ! Dia telah melancarkan ilmu Pan-yo-shin-im. Celaka !"   Pikir Kiam Ciu dengan penuh khawatir.   Setelah dia dapat mengusir pengaruh ilmu lawan, segeralah dia meloncat kearah kudanya dan langsung meloncat ke punggung kuda putih itu.   Dengan tidak berpikir panjang lebar segeralah dia mengeprak kudanya untuk menjauhi tempat itu.   Sedangkan wanita muda yang jelita itu merasa heran karena llmu Pan-yo- shin-im ternyata tidak mampu menahan Kiam Ciu.   4 18 "Hmm.....Tong K.iam Ciu, baiklah kau menang untuk kali ini.   Tetapi waspadalah dilain waktu kau akan jatuh ketanganku !"   Pikir wanita itu dengan mengawasi kearah punggung Kiam Ciu yang bertambah jauh karena memacu kudanya melanjutkan perjalanan.   Selama dalam petualangannya untuk memikat laki-laki, baru kali ini dia merasa kecewa karena kenyataannya bahwa Kiam Ciu tidak mudah ditundukkan.   Sedangkan Kiam Ciu telah melarikan kudanya untuk lari sejauh- jauhnya dari wanita jelita Itu.   Kiaos Ciu bersyukur bahwa dia dapat lotos dari cengkeraman asmara wanita jelita istana Shin-san-kong.   Karena pemuda itu yakin bahwa dengan terlibatnya dalam skandal itu berarti akan menggagalkan segala tugas yang telah dirintisnya dengan bersusah payah.   Namun demikian, dia tidaklah terlalu lengah.   Karena dia tahu bahwa nyonya besar dari istana Shin-san-kong itu adalah seorang wanita jelita yang ganas dan sakti.   Dengan kewaspadaan itu maka Kiam Ciu meneruskan perjalanannya.   Walaupun demikian dia juga tidak mampu untuk mengusir bayangan wajah jelita wanita itu dari ingatannya.   Kiam Ciu terus memacu kudanya tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.   Hawa dingin telah terasa, ketika itu barulah Kiam Ciu mengangkat kepala dan memandang keadaan disekitarnya.   Barulah dia menyadari bahwa telah masuk kedalam sebuab hutan yang lebat.   Pohon-pohon dalam butan Itu telab bertiup, tiba-tiba Kiam Ciu mengeluh.   "Ohh...terlalu jauh aku mengambil jalan....kini aku berada di hutan bagian mana? Mudah-mudahan ada tanda-tanda yang dapat kuturutkan...."   Pikir Kiam Ciu.   Tetapi belum sampat pemuda iiu memikirkan hal-hal yang bakal ditempuhnya.   Matanya yang tajam itu dapat menangkap suatu benda yang melayang kearah dirinya.   Benda berwarna putih itu meluncur dengan cepat kearah dirinya.   Maka dengan tangkas pula Kiam Ciu menangkap benda iiu.   Benda yang berwarna putih itu ternyata adalah selembar kertas yang dilipat sangat kecil.   Kertas yang terlipat-lipat itu dilemparkan oleh seseorang kepada Kiam Ciu.   Ketika Kiam Ciu menangkap kertas itu buru-buru dibukanya dan dilihatnya, ternyata kertas itu bergambarkan wajah seorang gadis yang cantik 4 19 berumur kurang lebh lima belas tahunan..   Kiam Ciu mengangkat wajahnya dan melihat kearah orang yang melemparnya itu sambil mengejar kearah orang itu maka kertas itu masih ditentangnya.   Ternyata orang melempar kertas tadi adalah seorang pemuda berwajah pucat dan bertubuh tinggi berambut panjang meriyap.   Ilmu meringankan tubuh pemuda itu sangat hebat.   Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kiam Ciu menghentikan pengejarannya.   Karena dia merasa tidak mengerti maksud pemuda itu maka Kiam Ciu lalu menghentikan kudanya dan bayangan pemuda itu terus melesat hilang.   Sekali lagi dipardanginya kertas yang menggambarkan wanita jelita itu.   Kemudian dilipatnya dan dimasukkan kedalam saku bajunya.   Hanya sejenak Kiam Ciu mengerutkan keningnya memikirkan teka-teki kertas bergambar wajah gadis itu.   Namun sampai sedemikian lama dia tidak tapat memecahkan teka-teki itu.   Maka dihalaukannya persoalan itu dari pikirannya.   Dia mempunyai pokok tujuan dan tugas yang harus dapat diselesaikannya untuk memenuhi harapan-harapan gurunya.   Maka Kiam Ciu kini menggertak tali kekang kudanya dan kuda putih kesayangannya itu meloncat meninggalkan hutan itu.   Beberapa li pemuda itu menempuh perjaanan, tiba-tiba telinganya menangkap suara rintihan seseorang.   Rintihan itu terdengar sayup-sayup tertiup angin, Karena watak Kiam Ciu welas asih dan memegang teguh keperwiraan maka ketika mendengar rintihan itu dia tidak dapat tinggal diam saja.   Segeralah dia menarik tali kekang kudanya kearah datangnya suara itu.   Ketika suara itu terdengar nyata benair, segeralah Kiam Ciu turun dari punggung kuda putihnya.   Diperhatikannya seorang laki-laki yang tengah menelungkup ditanah dia memegangi perutnya sambil merintih-rintih.   Tampak bahwa orang itu sangat menderita, Kiam Ciu menghampiri dan memegang bahu orang itu.   Kemudian menegurnya dengan suara menghibur.   "Mengapakah kau...? Apakah aku dapat menolongmu ?"   Bisik Kiam Ciu sambil membongkok.   Tetapi orang itu dengan tiba-tiba menghentikan rintihan dan loncat berdiri.   Kemudian menyerang Kiam Ciu dengan sebilah golok.   4 20 Gerakannya sangat cepat sekali.   Namun Kiam Ciu dapat menghindarinya pula dengan cepat.   Maka melesatlah serangan ttu menusuk tempat kosong, dan orang itu dengan cepat pula memutar tubuh menghadap kearah Kiam Ciu dengn golok mengkilap tetap tergenggam di tangan kanan.   "Tahan ! Aku Kiam Ciu bermaksud baik untuk menolongmu, tetapi ternyata kau menyerangku dengan keji apakah maksudmu?"   Seru Kiam Ciu heran dan mengamati keadaan orang itu dengan penuh waspada.   Tetapi orang itu tidak menjawabnya, bahkan kini menyerang lagi dengan lebih dahsyat dalam jurus Long-li-ciu atau mendorong perahu dalam ombak.   Laki-laki itu meloncat sambil menikamkan goloknya ke leher Tong Kiam Ciu.   Tetapi Kiam Ciu dengan tenang dan waspa da telah berkelit.   Dengan jurus Kim-siok-liong atau Gunting mas menggunting ekor naga, pemuda itu membelokkan tubuhnya dan ujung golok orang itu menikam angin hingga tubuh laki-laki itu limbung.   Kiam Ciu dengan gerakkan cepat sekali menotok siku laki- laki itu.   "Aduh ! Trang..!"   Terdengar luara jeritan berbareng dengan suara dentangan nyaring goiok yang dipegang laki-laki itu terlepas jatuh.   Namun Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan dendam permusuhan dengan laki-laki itu.   Maka walaupun lawan dalam keadaan seperti itu, dia tetap diam dan tidak bermaksud membunuhnya.   Sedangkan laki-laki itu telah meloncat satu tindak sambil memegang pergelangan tangannya dan mengamati Kiam Ciu.   "Tong Kiam Ciu, aku tidak dapat melawanmu dengan senjata. Apakah kau bersedia berkelahi dengan tangan kosong!"   Seru laki-laki itu.   Kiam Ciu tidak menjawab tantangan itu, dia hanya tersenyum dan menyarungkan pedang.   Kemudlan siap siaga menghadapi serangan lawan.   Laki-laki itu telah memasang kuda-kuda.   Kemudian setelah melihat bahwa Kiam Ciu menyarungkan pedangnya, maka tantangannya berani diterima dan langsung dia menyerang dengan sepasang tangannya membentuk cakaran.   Laki-laki itu meloncat bagaikin terbang mengarah tubuh Kiam Ciu.   Bertepatan 4 21 dengan loncatan itu pula Kiam Ciu menyaksikan kelebatan bayangan bertubuh kurus dan tinggi.   Akhirnya Kiam Ciu berkeyakinan bahwa kelebatan bayangan itu tak lain adalah Li Hok Tian yang telah meminjam tenaga orang yang tengah dihadapinya itu untuk membinasakan Kiam Ciu.   Dalam perkelahian itu Kian Ciu telah mengingat kembali cerita gurunya tentang seorang jago silat yang mempunyai keahlian mempernakan golok dan orang itu buta.   Kemudian mengangkat murid yang telah dipeliharanya sejak kecil.   Namun akhirnya guru yang buta matanya tetapi baik hatinya itu menjadi sangat kecewa.   Murid tunggalnya yang bernama Pit Ki itu kemudian telah mengkhianatinya.   Pit Ki telah merajalela, menyebar kejahatan dan keji.   Disamping Pit Ki berhati keji juga bersifat curang dan licik.   Ketika itu ternyata menyerang Kiam Ciu tidak dengan tangan kosong benar-benar.   Tetapi melancarkan serangannya dengan lima butir bola baja yang beracun, lima bagian yang terlemah dan berbahaya pada tubuh Kiam Ciu yang diarahnya untuk kebinasaan pemuda itu.   Muka ketika pemuda itu dengan cepat dapat menangkap kilatan senjata rahasia itu, Kiam Ciu mengerahkan ilmu Bo-kit-sin- kong dan menggerakan tinju tangan kanan kearaa benda-benda yang tengah meluncur itu.   Hantaman dahsyat yang dilambari ilmu Bo-kit-sin-kong itu begitu hebatnya meluncur dan menggempur kedepan.   Lima butir bola besi itu telah terhalau dan Pit Ki sendiri terdorong ke belakang beberapa langkah.   Untung tidak terjengkang.   Berbareng dengan itu terdengar pula sebuah jeritan tinggi.   Tahu-tahu tampak seorang kakek yang berambut panjang digelung dan berwarna putih seluruhnya.   Kakek itu tampaknya buta dan berdiri diantara Pit Ki dan Kiam Ciu.   Li Hok Tian yang sejak tadi menyaksikan jalannya pertempuran antara Kiam Ciu dengan Pit Ki dan bersembunyi dibaiik batu besar.   Kini orang itu keluar dari persembunyiannya dan ingin menyaksikan kakek buta itu.   Tong Kiam Ciu yakin bahwa kakek itu adalah guru Pit Ki.   Sedangkan Pit Ki sendiri untuk sesaat masih ternganga dan wajahnya masih pucat memandang kearah kakek itu bergantian memandang Kiam Ciu.   Tetapi ketika semuanya telah 4 22 dapat dikuasai dan warna merah membersit di wajahnya barulah laki-laki itu terseru .   "Suhu! Kukira siapa tadi yang datang....!"   Seru Pit Ki dengan suara gugup dan berlutut di hadapan gurunya.   "Ya... benar aku yang datang, ternyata kau tidak silap dan masih mau mengakui aku sebagai suhumu.."   Sambung kakek itu sambil tersenyum dan mengangguk kearah Pit Ki.   Saat itu baik Kiam Ciu maupun Li Hok Tian terdiam.   Kekek berambut putih itupun sama sekai! tidak mempedulikan orang lain.   Dia mengutamakan urusannya.   Ialah hubungan antara guru dan murid.   Urusan perguruan yang sangat mendesak dan harus lekas-lekas diselesaikan.   "Pit Ki... aku telah memelihara kau semenjat kau masih anak-anak. kupelihara dengan penuh kasih sayang dan harapan. Sebenarnya aku menaruh harapan besar kepadamu. Tetapi..... tetapi kau telah minggat dari rumahku. Kau telah turun gunung dengan tujuan untuk menumpuk harta kekayaan dan mencari nama besar. Kau telah tersesat terlalu jauh. Aku telah mendengar dalam beberapa hari saja kau telah banyak membunuh jago-jago silat dikalangan Kang-ouw! Kau membunuh mereka dengan cara licik dan keji. Perbuatanmu itu sangat terkutuk Pit Ki ! Jika kau masih memandang aku sebagai guru dan masih menghormati, marilah ikuti aku kembali ke gunung. Aku dapat mengampuni segala kesalahanmu. Aku dapat mengampuni perbuatan-perbuatanmu yang lampau !"   Seru kakek itu dan menunggu jawaban dari muridnya itu. Namun sampai beberapa saat kakek itu menunggu tidak mendengar jawaban Pit Ki. Seaat suasana menjadi lengang tetapi tegang.   "Aku menyuruhmu untuk ikut pulang ke gunung! Apakah kau tidak mendengarnya?"   Seru kakek itu dengan suara lantang dan membentak. Pit Ki meloncat berdiri dan memandang suhunya serta menyahut.   "Suhu.... aku tidak mau turut!"   Seru Pit Ki dengan suara keras.   "Hai ! Jadi kau membangkang?"   Seru kakek itu dengan mulut melongo.   4 23 Tiba-tiba Pit Ki telah mencabut goloknya Dengan sebuah loncatan dia telah menyerang gurunya.   Serangan yang keji mengarah jalan darah kematian suhunya yang selama belasan tahun mengasuh dengan kasih sayang.   Perbuatan itu membuat Tong Kiam Ciu maupun Li Hok Tian jadi terperanjat sekali.   Sikakek buta meloncat kesamping menghindar serangan itu.   Kakek itu memiringkan tubuhnya dan memaki kearah Pit Ki.   "Kau berani menyerang dan akan membunuhku ?!"   Seru kakek itu. Sambil membentak lantang dan meloncat menerkam kearah Pit Ki. Pit Ki sama sekali tidak menduga akan gerakkan itu, Tanpa terduga goloknya telah jatuh ke tangan suhunya.   "Bunuhlah aku sekarang juga!"   Seru Pit Ki yang tidak berdaya itu.   Namun kakek buta itu tidak ingin membunuh muridnya itu.   Sejenak biji mata kakek itu bergerak-gerak.   Wajihnya berubah tampak sangat tua dan membayangkan kepedihan yang luar biasa.   Diangkatnya golok Pit Ki, kening kakek itu berkerut.   Kemudian golok itu dicentilnya dengan jari telunjuk.   Terdengar deringan nyaring dan dentangan benda jatuh.   Golok itu telah terputus menjadi dua.   "Nah, kau perhatikan golokmu ini Pit Ki. Seperti golok ini jugalah hubungan kita selanjutnya. Antara aku dengan kau sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. kau bukan lagi sebagai muridku !"   Seru kakek itu.   Kemudian hulu golok itu dilemparkan ketanah, bersamaan itu pula kakek itu berkelebat menghilang, hanya angin hembusan yang terasa sejuk menerpa wajah mereka yang berada ditempat itu.   Pit Ki dan Li Hok Tian terpesona menyaksikan semua kejadian yang diperbuat kakek iiu.   Pada saat itu maka segeralah Kiam Ciu dengan diam-diam menghampiri kudanya.   Kemudian menyemplaknya duduk dipunggung kuda itu.   Dia tidak mau berurusan dengan kedua yang tidak karuan itu dan ingin segera berlalu dari tempat iiu.   Ketika tali kekang kudanya ditarik dan dibentakan maka kuda itu telah mengetahui maksud tuannya.   Segeralah kuda putih yang cerdik itu 4 24 meninggalkan tempat pertempuran dan memasuki hutan, meninggalkan kedua orang itu dalam keadaan terpesona.   Kiam Ciu meninggalkan mereka dengan diam-diam.   Sepanjang malam Kiam Ciu menempuh rimba lebat dan gelap, mata dan telinganya tidak pernah ferlena.   Dia selalu waspada, karena dia tahu bahwa didalam hutan itu sering terjadi hal-hal diluar dugaan.   Binatang maupun orang- orang jahat yang selalu mengintai siapapun adanya yang berani menempuh dalam hutan lebat itu.   Sebenarnya Kiam Ciu akan menyerahkan pening kuningan partai Bu-tong kepada Li Hok Tian.   Namun ketika menyaksikan perbuatan Li Hok Tian yang kejam itu, niat K.iam Ciu lalu diurungkannya.   Kini dia bertekad untuk pergi ke markas besar partai Bu-tong.   Dia akan menemui pemimpin Bu-tong Pay dan akan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.   Dalam perjalanan itu dengan tiada terasa dia telah berjalan jauh sekali.   Hawa sejuk menjelang pagi telah menyentuh-nyentuh kulit tubuh pemuda itu.   Barulah sadar Kiam Ciu ketika terdengar suara burung hutan yang ramai berkicau Ditariknya tali kekang dan kuda itu berhenti.   Kiam Ciu menarik nafas panjang.   Segar dan bau harum kembang-kembang tertiup angin.   Kiam Ciu memeriksa keadaan disekelllingnya.   Semunya dalam keadaan tenang dan burung-burung bergembira.   Kemudian Kiam Ciu melanjutkan langkahnya! Mengentak kudanya untuk melanjutkan perjalnan! Tiada lama kemudian, tampaklah sebuah bangunan tua yang sebagian telah menjadi reruntuhan !.   Selelah Kiam Ciu menghampiri bangunan itu maka segeralah menghentikan kudanya dan pemuda itu turun dari punggung kudanya, Diperiksanya keadaan itu.   Kuda putihnya dibiarkan lepas dan mencari makan merenggut rumput- rumput muda yang banyak terdapat disekeliling bangunan itu., Sedangkan Kiam Ciu bermaksud untuk beristirahat sebentar, Sambil menggigit-gigit bunga rumput dan menggeletak dengan berbantalkan tapak tangannya, Kiam Ciu istirahat dan memandang keatas.   Walaupun langit lerhalang oleh dedaunan namun pemuda itu tetap memandanginya.   Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   ! Angan- angannya melayang-layang menyusup dicelah dedaunan dan menyembul keangkasa diantara mega-mega! Kiam Ciu kembali teringat kertas yang 4 25 bergambarkan gadis umur lima belasan! Kertas itu lalu dikeluarkannya dari dalam saku, dipandarginya gambar itu.   Kiam Ciu berusaha untuk memecahkan teka-teki gambar gadis itu.   Namun smpai sekian lamanya dia tidak berhasil.   Bahkan yang terbayang kini gambaran wajah adiknya Ji Tong Bwee.   Kiam Ciu berusaha untuk memejamkan mata.   Namun bayangan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya mengganggu terus.   Hingga pemuda itu sukar sekali unuk menghalau gangguan bayangan itu.   Dalam keadaan itu tiba-tiba dia menangkap suara langkah mendekatinya.   Langkah yang sangat halus itu bertambah dekat.   Maka Kiam Ciu lalu bangun dan memeriksa keadaan disekeliling bangunan itu.   Ternyata langkah itu telah lenyap.   Kiam Ciu berhenti sejenak dan memasang ketajaman telinganya untuk mendengarkan Iangkah-langkah yang tadi didengarnya itu.   Namun Iangkah- langkah itu telah lenyap.   Kembali pemuda itu ke tempat semula dan bermaksud untuk meneruskan beristirahat.   Dibaringkan tubuhnya diatas rerumputan yang tebal.   Ketika matanya memandang keatap bangunan itu, dia terperanjat ketika dia menyaksikan seorang pemuda yang mengenakan pakaian compang-camping dan rambutnya panjang terurai.   Pemuda yang duduk ongkang-ongkang diatap rumah bobrok itu tampak tersenyum.   "Hey apakah kau yang melemparku dengan kertas bergambar gadis Itu?"   Seru Kiam Ciu sambil meloncat berdiri.   "Ya.... hahaha"   Seru pemuda itu.   "Apa maksudmu kau melempar dengan gambar itu ?"   Seru Kiam Ciu.   "Hemmm gambar itu adalah milikku maka aku datang kesini akan minta gambar itu kembali.... !"   Seru pemuda gembel itu sambil mengulurkan tangan kanan kearah Kiam Ciu.   "Enak saja kau telah membuat otakku pusing karena teka-teki itu, Kini dengan seenakmu lalu minta kembali gambar itu. Aku belum dapat memecahkan teka- teki yang kau berikan kepadaku itu. Jangan kau bermimpi akan mendapatkan kembali gambar itu sebelum kau menerangkan maksudnya....."   Seru Kiam Ciu 4 26 sambil menuding kearah pemuda gembel yang masih tetap duduk diatas genting dengan tenangnya.   "Tetapi kertas bergambar itu adalah milikku, maka kini aku mengharapkan kau untuk mengembalikan kepadaku!"   Seru pemuda itu sambil mengulurkan tangan kanannya.   "Kau telah membuat seseorang tenggelam dalam suatu teka-teki. Maka sebagai penghormatan kau harus memberikan penjelasan tentang arti teka-eki itu!"   Seru Kiam Ciu dengan muka merah.   "Tetapi kertas itu kertasku! Mana berikan padaku !"   Seru pemuda itu "Kalau kau belum memberikan jawaban teka-teki itu padaku, jangan kau harapkan bahwa aku akan mengembalikan kertas ini padamu!"   Seru Kiam Ciu bersungguh-sungguh.   "Jika kau sangat mengharapkan jawabannya.... inilah jawabannya !"   Seru pemuda itu sambil meloncat turun dari atas atap rumah bobrok itu kemudian meloncat pula bagaikan kilat dia telah menghilang.   Kiam Ciu dengan tangkas telah menangkap lemparan itu.   Ternyata kertas yang dilipat sangat ringkas.   Kemudian Kiam Ciu membuka lipatan itu.   Ternyata adalah sebuah wurat yang berisi pisau.   "Awas! Penganiayaan! Berbahaya!"   Tullsan-tulisan singkat tetapi cukup berarti itu meupakan kesan padanya.   Akhirnya Kiam Ciu menyadari bahwa pemuda gembel yang aneh itu ternyata berusaha untuk menolongnya.   Ternyata pemuda itu bermaksud baik walaupun sebelumnya dia belum pernah mengenal dan saling berbicarapun belum.   Maka diamatinya sekali lagi.   diulanginya untuk membacanya.   "Hemmm rupa-rupaya dia berusaha untuk menolongku dari bencana. Mula- mula dia telah melemparkan kertas bergambarkan seorang gadis dia telah berusaha memperingatkan kepadaku akan jebakan Pil Ki yang keji itu, kemudian aku lebih waspada lagi. Siapakah dia yang sebenarnya ?"   Pikir Kiam Ciu sambil memasukkan kertas peringatan itu kedalam saku bajjuya.   4 27 Sebenarnya memang Tong Kiam Ciu banyak yang mencintai.   Apalagi ketika diketahui oleh tokoh-tokoh persilatatan bahwa Kiam Ciu akan naik kepuncak gunung Ciok-yong-hong untuk turut serta dalam pertemuan orang-orang gagah pada pesta Bu-lim-tahwee dan kelihatan bahwa Kiam Ciu membawa-bawa pedang Oey-Liong-Kiam, maka dia selalu diincar oleh tokoh persilatan itu.   Namun Kiam Ciu sama sekali tidak menyadarinya.   Bahwa segala peristiwa itu rangkai- berangkai sangat panjang dan tiada berkesudahan.   Dengan tetap tenang-tenang saja seolah-olah tidak ada apa-apa, maka Kiam Ciu telah bersiul memanggil kudanya; Kuda putih itu memperdengarkan ringkikannya dan berderap mendekati Kiam Ciu.   Setellah menggeser-geserkan kepalanya kelengan pemuda itu dan Kiam Ciu mengelus kepala kudanya tersenyum.   "Putih ayolah kita meneruskan perjalanan"   Bisik Kiam Ciu.   Kuda itu seperti tahu apa yang dikatakan tuannya dan memperdengarkan suara ringkikan tertahan beberapa kali, bagaikan jawaban kata-kata Kiam Ciu.   Akhirnya Kiam Ciu meloncat kepunggurg kuda putih itu.   Tali kekangnya dibentakkan dan kuda itu melompat lari.   Walaupui bagaimana pemuda itu masih memikirkan kata-kata yang tertulis pada surat yang dilemparkan oleh gembel itu, Namun dia sam a sekali tidak tahu apa maksudnya.   Tiba-tiba Kiam Ciu mencium bau daging dipanggang.   Seketika itu juga perutnya terasa sangat lapar.   Maka diputar langkah kudanya menuju keasap sedap yang melaparkan perut itu.   Apa agi hampir dua hari Kiam Ciu tidak makan.   Setelah mencium bau daging dibakar itu, perutnya merasa sangat lapar sekali.   Belum seberapa jauh dia telah melihat kepulan alap.   Setelah bertambah dekat terlihatlah seorang kakek pendek yang tengah membakar dua potong kaki babi.   Dihampirinya kakek itu.   Asap sedap mengepul dan mempengaruhi selera Kiam Ciu.   Laparnya hampir tak tertahan.   Laki-laki bertubuh gendut pendek dan berwajah kejam itu tetap tenang.   Dia terus memanggang dua buah kaki babi itu diatas api yang membara.   Kedatangan Kiam Ciu tidak mengejutkannya.   Rupa-rupanya laki-laki itu telah mengetahui maksud kedatangan Kiam Ciu.   4 28 "Apakah kau lapar ? Tetapi kawanku itu biar makan dulu!"   Seru laki-laki pendek dan gendut itu sekilas memandang kearah Kiam Ciu. Kemudian menunduk lagi mengamati paha panggangnya. Sepotong daging panggang telah dilemparkan ke arah seekor ular belang.   "Ayo turun dari kudamu, kita dapat makan bersama-sama!"   Seru laki-laki itu dan terus dia sendiri sibuk memotong daging panggang itu dan melahapnya.   "Terima kasih Locianpwe..."   Seru Kiam Ciu sambil dengan tergesa-gesa turun dari atas pelana kudanya dan menghampiri laki-laki itu, kemudian mengambil sepotong daging panggang dan dimakannya.   Kedua orang itu belum saling mengenai.   Mereka telah makan bersama dalam keadaan lapar.   Kiam Ciu mengauggap orang pendek yang berwajah kejam itu ternyata seorang yang baik hati.   Setelah laki-laki itu merasa kenyang dia telah berhenti makan.   Tangannya yang berminyak itu diusap-usapkannya ke betis dan di gosok-gosokannya ke rumput.   Kemudian mengusap mulutnya dengan jubahnya.   Ular belang itupun telah selesai menelan daging panggang.   Kemudian ular belang itu disimpannya dibalik jubah laki-laki gendut dan pendek itu.   "Aku telah kenyang, maka akan segera mininggalkan tempat ini. Tetapi kalau kau masih merasa kurang, disana kau dapat mengambinya !"   Seru laki-laki itu sambil menunjukkan ke satu tempat. Kiam Ciu agak terperanjat dengan kata-kata itu kemudian dia mengajukan pertanyaan ingin mengetabui nama laki-laki itu.   "Tetapi siapakah nama Locianpwee ?"   Seru Kiam Ciu. Laki-laki itu menahan langkahnya, kemudian berpaling kearah Kiam Ciu dan wajahnya yang bengis itu kini tampak agak cerah.   "Oh.... kau tanyakan namaku? Apakah perlu itu bagimu anak muda ?"   "Ya sangat perlu, karena kebaikan hatimu telah memberikan daging panggang ini ...."   Seru Kiam Ciu.   "Jadi hanya karena daging itu kau ingin mengetahui namaku ?"   "Oh . , , bukan iiu maksudku ..."   Sahut Kiam Ciu gugup. 4 29 "Baiklah kau dengar, kau dengar namaku....., Aku bernama Tok Giam Lo !"   Kiam Ciu tampak terpaku, matanya terbeliak karena terkejut mendengar nama itu, karena nama itu sudah sering didengarnya.   "Oh , , , jadi . , , jadi Locianpwee bernama Tok Giam Lo ? Nama itu sudah sejak lama kudengar nama besar dan malang melintang di kalangan Kang-ouw, namun mengapa kini kutemui sebagai pencuri kepunyaan orang lain"   Jawab Kiam Ciu dengan terheran-heran dan memandang laki-laki itu dengan sorot mata tak mengerti.   "Kalau kau sudah mengetahui siapa diriku, mengapa kini kau berani mencela. Untuk kesalahanmu itu kau harus menerima hukumanku tiga kali pukulan ! seru Tok Giam Lo.   "Oh, jika apa yang kukatakan tadi dianggap tidak betul. Maka aku bersedia untuk menerima pukulan sebagai hukuman , , .   "   Jawab Kiam Ciu.   Tanpa banyak berbicara lagi, Tok Giam Lo sudah siap untuk mengirimkan pukulan tiga kali kearah tubuh Kiam Ciu.   Tetapi Kiam Ciu telah siap siaga dengan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menangkis pukulan Tok Giam Lo yang berhati sewenang-wenang itu.   Karena pemuda itu telah menduga dan masih mengingat cerita gurunya tentang Tok Giam Lo itu seorang tokoh yang berjiwa keji dan suka berbuat sewenang-wenang, Tok Giam Lo mempuryai kehebatan ilmu racun dan bisa yang sangat ganas.   "Buk !"   Terdengar suara dua kekuatan berbentur.   Tok Giam Lo terlempar surut beberapa langkah.   Dia sangat terperanjat menyaksikan kenyataan itu.   Ternyata Kiam Ciu yang masih sangat muda itu telah dapat menguasai Bo-kit-sin-kong sangat sempurna.   Setelah mendapat kenyataan itu, maka laki-laki pendek itu jadi beringas.   Kini dia telah siap siaga untuk memukul kembali dengan ilmu Sin-kang yang lebih hebat dan dapat menghancurkan gunung.   Wajahnya tampak lebih bengis lagi.   Menggerakkan tinjunya yang mengepal dimuka dadanya dengan kerut kemerut dahi dan matanya melotot.   4 30 Ketika Tok Giam Lo meloncat menyerang dengan pukulan tangannya kedada Kiam Ciu, pemuda itu menarik kakinya selangkah kebelakang, kemudian memukulkan tangan kanan kedepan.   Belum lagi Tok Giam Lo sampai dihadapan Kiam Ciu, dia telah terkena angin pukulan Kiam Ciu hingga terpental balik lima tindak.   Wajah Tok Giam Lo jadi bertambah beringas dan marah sekali.   Dia meloncat dan mengembangkan kesepuluh jari jemarinya untuk menyerang Kiam Ciu.   Dari ujung jari jemari itu tampak mengepul asap beracun.   Kiam Ciu terperanjat ketika hidungnya mencium bau amis.   Dia telah menduga bahwa Tok Giam Lo telah mempergunakan racun.   Belum sempat dia berpikir lebib lanjut tahu-tahu tubuhnya menjadi panas, kemudian beralih dingin hingga dia menggigil kedinginan.   Sejenak kemudian dia merasakan kehilangan tenaga menjadi sangat lemah sekali.   Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kiam Ciu tidak berdaya, tubuhnya loyo dan mukanya tampak sangat pucat sekali.   Tok Giam Lo kemudian menahan serangannya.   Dia menghampiri Kiam Ciu yang sudah tidak berdaya itu.   Sambil tertawa dengan bangga dia berseru dan mencibir Kiam Ciu.   "Hahahah....... Aku kira kau ini adalah seorang jaro silat yang sangat hebat.. ha..ha..ha.. tidak tahunya hanyalah seekor ayam gorokan belaka ha ha ha ! Kau telah menghinp bawa beracun yang keluar dari ujung jariku. Dalam waktu pendek kau dan kudamu akan binasa bersama. Di jagat ini tiada seorangpun yang dapat menawarkan pengaruh racanku. Kecuali .... aku sendiri , , , ha hahahhha , , ,"   Terdengar tawa itu bertambah meninggi kedengarannya sangat menyakitkan hati.   Karena Kiam Ciu sedang mengerahkan Bo-kit-sin-kong maka dia diam saja.   Kiam Ciu berusaha untuk menghalau pengaruh racun.   Tok Giam Lo lenyap dari pandangan mata, barulah Kiam Clu merasa lega.   Karena racun itu sudah lenyap pula.   Pengaruh racun yang membuat Kiam Ciu jadi lumpuh untuk beberapa saat lamanya.   Tetapi nasib malang yang menimpa diri kudanya.   Kuda itu ternyata tidak dapat menahan pergaruh racun Tok Giam Lo.   Setelah menghisap hawa beracun, kuda putih itu jauh pingsan kemudian binasa.   Kiam Ciu telah berdiri kembali dan menghampiri kudanya yang telah mati.   Dengan hati pedih dielus kepala kuda 4 31 putih itu.   Seolah-olah dia tengah membujuknya.   Kemudian bangkai kuda itu lalu dikuburnya.   Setelah menguburkan kudanya yang terkena racun itu, Kiam Ciu meneruskan perjalanan.   Dia belum tahu kemana yang akan ditujunya.   Yang penting kini dia harus meninggalkan tempat itu selekas-lekasnya.   Dengan tak terasa Kiam Ciu telah sampai di sebuah gubuk yang telah terlantar.   Karena tubuhnya masih merasa agak lemah, maka segeralah berhenti dan duduk didepan gubuk yang tidak terawat itu.   Kiam Ciu telah kembali menjadi tenang dan kembali bayangan-bayangan kejadian yang telah dialaminya selama sehari semalam itu.   Teringatlah kejadian-kejadian yang telah dialaminya.   wanita muda yang jelita, kemudian Pit Ki yang keranjingan nama dan kekayaan, kemudian seorang pemuda gembel yang rambutnya terurai, akhirnya pertemuannya dengan Tok Giam Lo yang kejam itu.   Dengan tak sengaja dia telah memasukkan tangannya kedalam saku.   Didalam saku itu dia meraba batang akar Lok-bwee-kim-keng.   "Dengan akar kering ini aku dapat terbebas dari pengaruh segala macam racun dan bisa. Aku harus lekas-lekas sampai ke kota Pek seng. Kemudian pergi ke lembah Si-kok....."   Pikir Kiam Ciu dan menarik nafas panjang kemudian merasa keadaan tubuhnya yang telah kembali segar.   Demikianlah Kiam Ciu telah mengambil keputusan untuk pergi ke puncak Hiang-la hong di pegunungan Bu-tong dan terus ke lembah Si-kok yang sangat ditakuti oleh para jago-jago silat.   Tiba-tiba Kiam Ciu mendengar suara langkah kaki yang bertambah dekat Sementara itu hidung Kiam Ciu yang tajam penciumannya itu telah mencium bau harum.   Dia telah memastikan bahwa orang yang mendekatinya itu pastilah seorang wanita.   Karena bau wangi itu adalah bau harum-haruman yang biasa dipakai oleh wanita.   "Tong Kiam Ciu ! Tong Kiam Ciu kau berada dimana ?!"   Terdengar suara wanita memanggil-manggil nama pemuda itu. (Bersambung   Jilid 5) 5 0 5 1 (Warisan Jenderal Gak Hui) Diolah Oleh . HO TJING HONG   Jilid ke 5 AMUN Kiam Ciu telah kenal dengan irama dan nada suara itu.   Sejenak berdebar hati Kiam Cu mendengar suara iiu.   Namun kemudian dia telah ingat menguasai diri kembali.   Segeralah dia mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong agar ia menjadi kebal terhadap pengaruh rayuan wanita jelita yang kini telah mendatanginya itu.   "Tong Kiam Ciu. mengapakah kau menjauhkan diri dari padaku ? Sekarang tiada orang lain, kita hanya berdua saja kan kita bebas untuk bercakap-cakap dan berbuat apapun tiada orang lain yang mengganggu lagi."   Bujuk wanita jelita itu sangat manis dan lunak sekali.   Namun pengaruh ilmu Bo-kit-sin-kong telah menguasai Kiam Ciu.   Pemuda itu tanpa berbicara telah mengamatinya.   Ditatap wajah wanita muda itu dengan mulut tetap membisu.   Karena kekakuan dari Kiam Ciu itu maka wanita muda yang jelita dan menggairahkan itu jadi bergusar hati.   "Sio Cin ! Ambil pedangku ! Ambil pedangku !"   Seru wanita muda dan jelita itu.   Dengan serentak tampaklah tiga orang telah berloncatan ditempat itu.   Seorang wanita muda membaw sebilah pedang yang bersarung.   Kelihatan pula dua orang pendekar yang telah dikenai oleh Kiam Ciu.   Mereka yaitu ialah Pit Ki dan Li Bok Tian Mereka telah terdiri menghampiri wanita muda itu.   Mereka bertiga menantikan perintah tuannya.   "Hmmm.... rupa-rupanya Pit Ki dan Li Hok Tian telah dapat menundukkan para pengawnl wanita itu dan sekarang dia terpilih sebagai pengawalnya". pikir Kiam Ciu dan memandang kearah kedua pendekar itu. N 5 2 Kedua laki-laki itu memandang Kiam Ciu dengan sinar mata beringas. Tetapi mereka tidak berani berbuat lebih lanjut sebelum mendapat perintah wanita muda itu. Wanita muda itu mengambil pedangnya dan berdiri dalam sikap menantang kearah Kiam Ciu.   "Semenjak aku terjun dikalangan Kang-ouw pedangku ini belum pernah keluar dari sarungnya. Sekarang aku cabut pedang ini dari sarungnya!"   Seru wanita muda itu dan tampaklah mata pedang yang baru saja dicabut itu. Sekilas Kiam Ciu mengawasinya tetapi pemuda iiu masih tetap membisu dan masih terus mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong. Wanita itu bertambah gusar dan membentak lagi.   "Aku ingin mencoba kehebatan ilmu pedangmu dan kehebatan Oey Liong Kiam !"   Seru wanita itu, dibarengi dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menusuk kearah Kiam Ciu.   Tong Kiam Ciu melompat kebelakang satu tindak.   Tusukan pedang wanita itu mengenai tempat kosong.   Tetapi wanita muda itu tidak meneruskan serangannya.   Kemudian wanita jelita itu tersenyum dan menegurnya.   "Anak bandel ! Mengapa kau tidak membalas menyerang dengan pedangmu?"   Tetapi Tong Kiam Ciu tidak membalasnya. Pemuda itu hanya menatap mata wanita muda itu serta menahan amarahnya. Ketika itu wanita muda dan jelita itu telah menghampirinya dan membujuk.   "Hey Tong Kiam Ciu, mengapa kau selalu membisu. Apakah kau mendapat luka dalam !"   Bisik waniia muda itu seraya menghampirinya.   Belum lagi wanita muda itu menyentuh kulit Kiam Ciu, tahu-tahu pemuda itu telah menggerakkan tangan kanan dan memukul kearah wanita itu hingga terpental karena angin pukulannya.   Diam-diam wanita jelita itu merasa heran karena kehebatan Kiam Ciu yang tidak terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im atau ilmu Suara melenyapkan sukma 5 3 yang telah dilancarkannya itu.   Dia berpikir apakah ilmunya itu sudah tidak berguna lagi.   Menyaksikan wanita muda dan jelita yang selalu dipuja-pujanya itu telah diperlakukan sedemikian rupa oleh Kiam Ciu, maka tanpa menunggu perintah Li Hok Tian telah memukulkan ilmu pukulan mautnya kearah kepala Kiam Ciu dengan tenaga penuh.   Namun Kiam Ciu dapat berkelit dengan cepat dan meloncat beberapa tindak, dan tidak berusaha untuk membalas atau mengimbangi perbuatan Li Hok Tian itu.   Sejak tadi Kiam Ciu telah mengerahkan Ilmu Bo-kit-sin-kong yang mengutamakan penyaluran tenaga dalam segenap pembuluh darahnya.   Maka tidaklah mengherankan kalau pemuda itu bagaikan mandi.   Tubuhnya basah kuyup dan Kiam Ciu meloncat kebelakang sambil menahan luka dalam yang dideritanya akibat pertempuran dengan Tok Giam Lo tadi.   Tiada seberapa lama tampaklah darah meleleh dari lubang hidung dan sudut mulut pemuda itu.   Menyaksikan keadaan Kiam Ciu itu maka kini Li Hok Tian tertawa gelak-gelak.   Dibarengi dengan meluncurnya enam butir bola besi beracun yang dilemparkan oleh Pit Ki.   Serangan Pit Ki itu sangat cepat hingga Kiam Ciu tidak sempat lagi untuk mengelakkannya.   Namun bertepatan dengan meluncurnya butiran-butiran bola beracun itu kearah tubuh Kiam Ciu, tampaklah wanita muda itu mengebutkan lengan bajunya kearah benda-benda itu.   Wanita muda itu berhasil menghalaukan ke enam bola.   Kiam Ciu terhindar dari timpukan senjata rahasia yang ganas yang dilemparkan oleh Pit Ki.   Namun sebaliknya, baik Pit Ki maupun Li Hot Tian menjadi sangat heran menyaksikan sikap wanita muda itu, karena sebelumnya wanita muda itu telah mengejar-ngejar Kiam Ciu dan akans memberikan hajaran kepada pemuda itu.   Tetapi sekarang mengapa justru menolongnya ?.   "Hey mengapa kalian menyerang Kiam Ciu tanpa perintahku !"   Seru wanita itu dengan suara lantang.   5 4 Baik Pit Ki maupun Li Hok Tian tidik berani menyahut.   Mereka hanya menundukkan kepala untuk menghindari tatapan mata wanita jelita itu.   Mereka berdua memang sungguh-sungguh telah dibuat tidak berdaya dan menjadi sangat lunak sekali.   Selanjutnya wanita itu telah menghampiri Kiam Ciu dan membujuk.   "Tong Kiam Ciu, rupa-rupanya kau telah mendapat luka dalam hingga kau mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Marilah kutolong"."   Lalu betul-betul wanita muda itu memegang lengan kanan pemuda itu.   tampaknya sangat mesra kekali seolah-olah Kiam Ciu itu adalah kekasihnya.   Namun pemuda itu tetap berkeras hati untut tidak memperdulikan bujukan dan rayuan wanita muda itu.   Dengan sigap sekali wanita itu telah menotok jalan darah didekat jantung Kiam Ciu.   Hingga pemuda itu tidak berdaya.   Wanita muda itu berpendapat bahwa dia tidak mammpu untuk mengalahkan dan menundukkan Kiam Ciu dengan ilmu Pan-yok-sin-im.   Maka kini dia terpaksa harus berbuat itu.   Dia harus menotok jalan darah dan melumpuhkan pemuda itu hingga tidak berdaya.   Setelah pemuda yang keras hati itu tidak terdaya lagi, maka dia bertekad untuk menolong memulihkan tenaga dan semangat, serta menyembuhkan luka dalam Kiam Ciu.   Maka dengan tidak menghiraukan keadaan disekitarnya, wanita itu telah membopong tubuh Kiam Ciu untuk dibawa ke keretanya yang sejak tadi telah menunggu dipinggir jalan.   Semua orang yang menyaksikan kejadian itu merasa sangat heran sekali, Mereka ialah para pengikut pengawal dan pengiring wanita itu, merasa heran mengapa majikannya sudi membopong Kiam Ciu, Lebih-lebih lagi Pit Ki dan Li Hok Tian merasa heran dan bercampur cemburu menyaksikan kejadian itu.   Dengan sangat berhati-hati wanita muda itu meletakkan Kiam Ciu kedalam keretanya! Dari dalam saku bajunya dikeluarkan dua butir pil yang berwarna perak.   Kemudian pil itu disuapkannya ke mulut Kiam Ciu.   Pil yang berwarna perak itu bernama Cin-leng-sai-wan.   Adalah pil yang mempunyai khasiat luar biasa untuk mengembalikan tenaga dalam dan mengobati luka dalam.   Pil itu 5 5 adalah pemberian ibunya, semuanya berjumlah enam butir dan kini tinggal empat butir! Kiam Ciu setelah menelan dua butir pil Cin-leng-sai-wan itu maka dia menjadi tertidur sangat pulasnya! Bahkan dia bermimpi sangat mengasyikkan hingga tiada terasa goncangan-goncangan tubuhnya karena kereta yang ditumpanginya.   Wanita jelita itu terus menungguinya dengan tekun dan tersenyum-senyum gembira.   Beberapa saat kemudian barulah Kiam Ciu tersadar bangun.   Ketika itu terasa seseorang telah mengulapi keringat diwajahnya, ketika Kiam Ciu membuka kelopak matanya yang terlihat adalah wanita muda dan jelita itu, dengan tersenyum manis sekali mengawasinya.   Kiam Ciu merasa bahwa dirinya sudah kem bali sehat dan semangatnya pulih kembali.   Maka dengan serentak pula dia telah membuka pintu kereta dan meloncat keluar.   Kiam Ciu lari memasuki hutan.   Pit Ki dan Li Hok Tian memburunya.   Namun wanita muda itu berseru melarang.   "Biarkan dia pergi !"   Seru wanita muda itu dengan suara lantang.   Kedua jaso silat yang kini telah betul-betul terjerat dan menjadi budak wanita muda itu tak berani membantah lagi.   Dengan perasaan gemas dan cemburu namun mereka tak berani membantah lagi perintah wanita itu.   Bagaikan anjing- anjing yang tak berguna, mereka menurut.   Wanita muda itu berdiri diambang pintu kereta yang tengah berhenti dipinggir jalan.   Matanya mengikuti panggung Kiam Ciu yang bertambah jauh dan memasuki hutan kemudian menghilang.   "Hemmm Kiam Ciu, kau betul-betul seperti seekor kuda liar yang sukar untuk dijinakkan. Sekali ini aku gagal lagi untuk menguasai kau tetapi lain waktu aku pasti berhasil....""   Pikir wanita jelita itu sambil memandang kedalam hutan yang menelan Kiam Ciu.   Wanita itu memutar tubuh kemudian tersenyum menatap pedang Oey Liong Kiam yang ditinggalkan oleh Kiam Ciu.   Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   5 6 "Aku tak usah bersusah payah mencarinya lagi.   Kau pasti akan kembali kepadaku untuk menanyakan pedang pusaka ini"   Bisik wanita itu sambil mengelus-elus hulu pedang pusaka itu.   Semua pengawal dan pengiring wanita itu tiada yang berani berbicara.   Mereka sangat patuh dan takut untuk mengeluarkan pendapat.   Begitu juga Pit Ki dan Li Hok Tian.   Mereka membisu dan hanya berbicara dengan hati mereka sendiri-sendiri.   Sedangkan Tong Kiam Ciu yang tidak ingin memperhatikan dan tidak ingin terlibat dalam jaringan wanita itu telah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghindarinya.   Kini untuk yang sekian kalinya Kiam Ciu dapat terlepas dari jaring-jaring wanita muda dan jelita itu.   Kiam Ciu tahu bahwa dirinya tidak ada yang mengikutinya.   Maka dia merasa sangat bergirang hati.   Ketika dia melihat kearah kanan maka tampaklah bangunan gubuk yang sadah tidak terpelihara lagi.   Dihampirinya gubuk itu, Ditempat itu tadi dia telah beristirahat sebelum kedatangan wanita jelita dan yang selalu mengejar-ngejarnya itu.   Maka kini Kiam Ciu berhenti dan berteduh ditempat itu.   Dia hendak bermaksud untuk beristirahat dan memulihkan kembali tenaganya.   Karena pil Gin leng-sai-gwat-wan maka luka dalamnya telah sembuh.   Sebenarnya Kiam Ciu harus berterima kasih kepada penolongnya.   Ialah wanita muda yang berkereta indah itu.   Namun hatinya keras dan selalu berhati-hati dalam urusan itu.   Karena dia tahu cita-citanya akan kandas karena urusan wanita.   Lebih-lebih wanita muda itu tampak luar biasa.   Kembalilah dia terkenang wajah wanita jelita yang menolong mengobati luka dalam dengan pil Cin-leng-sai-wan.   Tetapi dengan segera dia menghalaukan bayangan itu dari ingatannya.   "Bunga mawar itu sangat indah tetapi banyak durinya "   Dengusnya seorang diri dan tersenyum sambil memandang langit.   "aku harus berhati-hati....."   Tak terasa tangan Kiam Ciu meraba cincin yang melingkar di jari manisnya, Cincin pemberian adiknya Ji Tong Bwee, Kiam Ciu membayangkan adiknya yang mungil, cantik dan jelita serta menyenangkan itu.   Kemudian teringat akan 5 7 pedang pusaka yang selalu dibawanya kemana-mana itu, Pedang itu lalu diraihnya.   Alangkah terperanjatnya Kiam Ciu ketika meraba hulu pedang itu ternyata lain bukannya .   Dengan perasaan gugup Kiam Ciu bangun dari pembaringannya dan dipegangnya pedang itu.   Diamatinya pedang itu, kemudian dicabutnya ternyata Kim-kang-sai-giok-kiam atau pedang baja biasa, Dia yakin bahwa Oey Liong telah ditukar oleh wanita yang berkereta itu.   "Sungguh-sungguh wanita yang selalu membuat celaka saja"   Gumam Kiam Ciu dan mengeluh.   Dia masih teringat pesan suhunya bahwa dia harus menjaga dengan berhati-hati.   Tetapi kini ternyata pedang itu telah hilang lalu apa kata suhunya nanti? Pedang itu harus dapat kembali lagi.   Diamatinya Kim-kang-sai-giok-kiam sekali lagi.   Terlintas pula wajah wanita muda yang jelita itu.   Kiam Ciu jadi gelisah.   Bagaimana nanti dia akan menghadapi suhunya kalau dia tidak membawa pedang pusaka itu ? Kemana pula dia akan mencari wanita berkereta itu ? Berbagai pertanyaan silih berganti.   Hatinya bertambah gelisah.   Sebenarnya ditempat itu Kiam Ciu bermaksud untuk tidur dan istirahat, tetapi karena kegelisahan hatinya dia tidak dapat tidur.   Didalam hutan dan ditempat yang terpencil itu suasananya sangat sunyi.   Pada saat itu mendung telah menebal, kilat gemerlapan bersambung-sambung.   Kemudian turun hujan.   Angin deras menggebu-gebu pepohonan.   Dalam suasana hujan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menangkap suara gerisik ranting-ranting terpijak.   Ketika Kiam Ciu memasang tajam pendengarannya, maka terdengarlah dua orang yang tengah bercakap-cakap sambil berjalan dibawah bujan dalam hutan ditempat yang tiada begitu jauh dari tempat dimana Kiam Ciu berteduh itu.   "Bagaimana sekarang? Hujan ini bertambah besar juga, pakaianku sudah basah kuyup semuanya. Padahal untuk mencapai kuil Pao-yan-ta masih sepuluh lie lagi jauhnya. Apakah kita berteduh di rumah bobrok itu dulu sambil menunggu hujan reda?"   Seru seseorang. 5 8 Kiam Ciu duduk dan mengamati kedua orang yang mendatangi tempat dimana dia sedang berteduh itu.   "Betul, betul", sahut yang lain dengan juara bersugguh-sungguh.   "kau tak usah merasa kuatir dan gelisah. Partai silatku mempunyai peraturan yang sangat keras. Maka sejak kudirikan selama dua puluh tahun ini belum pernah ada yang berani melanggarnya. Berita tentang peta itu kuterima dari muridku, maka aku berani menjamin kalau berita itu benar. Hanya saja untuk mendapatkannya kita harus sampai selekasnya di kuil itu dan kita dapat mengambilnya""    Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini