Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 27


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 27


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Kun-gi simpan mutiaranya, lalu kedua tangan memijat dan mengurut beberapa kali di leher Ji Siu-seng untuk melancarkan jalan darahnya.   Tiba2 Ji Siu-seng membuka mata, dilihatnya Ling Kun-gi duduk bersimpuh di sampingnya, segera dia berlutut di depan orang, katanya sambil menyembah beberapa kali.   "Dua kali Cong-coh menolong jiwa hamba, cara bagaimana hamba harus membalas."   Lekas Kun-gi memapahnya bangun, katanya.   "Ji-heng, berbuat apa kau?" "Ayah-bunda melahirkan, aku, tapi Cong-coh dua kali telah menolong jiwaku ...   " ''Jangan berkata demikian Ji-heng, sebagai Cong-hou-hoat adalah tugasku untuk memberantas anasir2 jahat ini, demikian pula menolong kau adalah kewajibanku...."   Ji Siu-seng ingin bicara, lekas Kun-gi berkata pula.   "Jangan bicara lagi Ji-heng, marilah kita periksa keadaan, mereka mengundurkan diri tanpa membawa Kho Ting-seng dan orang yang menyarudirimu, entahdiasudah matiatau masih hidup?"   Dari samping tiba Song Tek-seng bersuara tertahan.   "Lapor Cong-coh, muncul lima sampan cepat di sana, kelihatan lajunya arah kita."   Waktu Kun-gi memandang kesana, memang dilihat lima sampan laju pesat menerjang ombak menuju ke arah mereka. Cuma jaraknya masih terlampau jauh, jadi sukar membedakan yang datang kawan atau lawan? Sejenak Kun-gi berpikir, katanya kemudian.   "Song-heng, coba nyalakan kembang api sebagai tanda, kalau sampan, itu milik Pang kita,merekapastiakan menyalakankembangapipula."   Song Tek-seng mengiakan, segera dia keluarkan sebatang kembang api dan dipasang.   "Sreng", sejalur kembang api meluncur ke udara dan akhirnya ""Tar-tar-tar"   Meletus tiga kali di angkasa, tampak bola api berwarna hijau menyala menerangi langit sampai lamasekalibaru padam.   Baru saja kembang api yang diluncurkan di sini hampir padam, dari salah satu sampan yang mendatangi itu juga meluncur sejalur apiyangsama meletusdiangkasa.   Song Tek-seng bertepuk girang, serunya.   "Kiranya orang sendiri, aneh sekali, Liang-heng dan kawan2nya hanya memiliki tiga sampan, dari mana di peroleh, dua sampan lagi?" "Waktu kita melawan Cap-ji-sing-siok tadi, sinar pedang berkelebatan, tentunya orang2 di kapal juga melihatnya, kelima sampan cepat ini mungkin sengaja menyusul. kemari hendak memberibantuan,"demikianucap Kun-gi. "Kalau Cong-coh tidak unjuk kesaktian, bila kita harus menunggu datangnya bala bantuan, mungkin sejak tadi kita semua sudah mati konyol,"demikian kelakarKongsunSiang. Kun-gi terima kembali kedua pedangnya, katanya.   "Ilmu silat Cap-ji-sing-siok memang tidak lemah, tapi mereka mengutamakan kekebalan baju terhadap segala macam senjata, beruntung aku memiliki kedua macam senjata pusaka ini yang kebetulan dapat memecahkan kekebalan mereka."   Mereka lantas memeriksa kedaan setempat, ternyata orang yang menyaru jadi Kho Ting-seng yang tadi direbut oleh orang2 berbaju hitam telah menggeletak di atas rumput dan tak bernyawa lagi, kepalanya pecah terpukul, keadaannya amat mengerikan.   Jelas orang2 baju hitam juga berlaku kejam terhadap orang sendiri.   Malah Ji Siu seng palsu yang menggeletak tertutuk Hiat-tonya di semak rum-put sana ternyata masih hidup, tadi Song Tekseng melemparnya, agak jauh dari arena pertempuran, sehingga tidak menjadi perhatian orang berbaju hitam.   Disamping itu masih ada pula tiga sosok mayat.   Seorang matiterpukulolehMo-ni-in Ling Kun-gi.   Seorang lagi adalah orang yang melawan Ji Siu-seng, kena terbabat putus pinggangnya menjadi dua oleh pedang Ling Kun-gi.   Orang ketiga adalah yang buntung kedua kakinya karena terbabat oleh jurus Liong-cancay-ya yang dilancarkan Ling Kun-gi, menginsafi kedua kakinya buntung dan tak mungkin melarikan diri, dari pada tertawan musuh, dia pukul remuk kepalanya sendiri, mati bunuh diri atau mungkin juga dipukul mati temannya sebelum mengundurkan diri.   Pendek kata dalam pertempuran singkat ini Cap ji-sing-siok telah kecundang, pantas kalau Nao Sam-jun cepat2 melarikan diri dengan anak buahnya.   Sementara itu kelima sampan tadi sudah menepi.   Orang pertama yang lompat ke daratan adalah Hupangcu So-yok, disusul Hwehoa, Lianhoa, Giok-li dan Bikui.   Di belakangnya lagi baru Coh-houhoat Leng Tio-cong, Houhoat Liang Ih-jun dan kedua pembantunya Ban Yu-wi dan Sun Ping-hian.   Lekas Kun-gi pimpin Kongsun Siang, Song Tek-seng, Thio Lam- jiang dan Ji Siu-seng menyambut di tepi sungai, dia menjura dan katanya.   "Kenapa Hupangcu juga ikut kemari?" . Lekat tatapan So-yok, katanya, dengan heran.   "Apa yang terjadi di sini?"   Kun-gi tersenyum, jawabnya.   "Hwi-liong-tongcu dari Hek-lionghwe membawa anak buahnya mengadakan sergapan di sini, tapi kejadian sudah usai." "Hwi-liong-tongcu?"   Seru So-yok heran sambil celingukan. "Mana mereka? Tiada yang tertawan?" "Sudah dipukul mundur, mereka meninggalkan tiga mayat,"   Ucap Kun-gi. So-yok banting kaki, katanya gegetun.   "Kalau datang lebih dini, tentu mereka dapat kita jaring seluruhnya." "Cap ji sing-siok yang datang malam ini semuanya kebal senjata, kalau Cong-coh tidak berada di sini, hanya kita beberapa orang ini, pasti sudah ditumpas habis, memangnya mampu kami membekuk mereka?" "Apakatamu?"teriakSo-yok kurang senang. Merah muka Kongsun Siang, sahutnya menunduk.   "Hamba berkata sesuai kenyataan."   So-yok mendengus geram. Kuatir Kongsun Siang banyak mulut dan membuat So-yok gusar, lekas Kun-gi menyela.   "Bagaimana Hupangcu bisa menyusul kemari?"   Sikap kaku So-yok seketika sirna, katanya aleman setelah, melerok sekali.   "Masih tanya lagi, kau suruh aku menangkap orang, tapi urusannya kau rahasiakan kepadaku, tengah malam tadi baru Sam-moay naik ke atas membawa suratmu dan suruh aku bertindak menurut petunjuk ......"   Kongsun Siang berdiri di sebelah samping, jaraknya cukup dekat, melihat sikap dan mimik So-yok waktu bicara dengan Ling Kun-gi begitu mesra dan aleman, tanpa terasa kepalanya menunduk semakin rendah. Kun-gi tersenyum, katanya.   "Memang Cayhe suruh Congkoan memberikan surat itu kepada Hu pangcu setelah lewat kentongan kedua, harap Hu-pangcu maaf." "Memangnya siapa yang salahkan kau?"   Omel So-yok, tiba2 dia cekikikan.   "Kau diberi kekuasaan oleh Thay-siang untul membongkar urusan ini, jangankan aku, Toacipun harus tunduk pada perintah mu, memangnya aku berani membangkang." "Thay-siang memberi kuasa, Pangcupun harus tunduk padamu", hal ini sama sekali tidak diketahui oleh orang2 yang ada ditingkat kedua, yaitu para Houhoat dan Hou-hoat-su-cia. Diam2 mencelos hati Coh-houhoat Leng Tio-cong, telapak tangannya berkeringat dingin, pikirnya.   "Bocah ini selangkah lagi manjat ke atas, untung aku tidak berbuat salah terhadapnya." "Berat ucapan Hupangcu, tentunya 'Nyo Keh-cong' bertiga telah diringkus bukan?" (Nyo Keh-cong, Sim Kiansin dan Ho Siang-seng asli sudah gugur dan digantikan mata2 Hek-liong-hwe, hal ini telah dibeberkandalamtanyajawabLing Kun-gidanCinTek-hong tadi). So-yok tertawa, katanya..   "Sudah tentu teringkus semua, malah mereka sudah mengaku terus terang,"   Lalu dia menyambung.   "tadi Kiu-moay melaporkan, katanya dari sini kelihatan cahaya pedang melambung tinggi, kemungkinan Ling-heng ketemu musuh tangguh, maka buru2 aku menyusul kemari."   Baru sekarang Coh-houhoat Leng Tio-cong sempat tampil ke depan dan berkata sambil menjura.   "Cong-coh memang ahli meramal dan tepat perhitungan, tajam pandangan dan tegas tindakan, sekali jaring seluruh mata2 musuh yang terpendam telah digaruk seluruhnya, sungguh aku merasa amat malu dan menyesal, selanjutnya aku tunduk lahir-batin kepada Cong-coh." "Leng-heng terlalu merendah,"   Ucap Kun-gi tertawa.   "akupun secara kebetulan saja memergoki muslihat mereka." "Eh mana Cin Tek-hong?"   Tanya So-yok.   "apakah dia melarikan diri? Menurut pengakuan Nyo Keh-cong, dialah pemimpin mata2 musuh." "Cin Tek-hong sudah mati,"   Kun-gi menerangkan.   "mati diserang oleh orang mereka sendiri, soal tidak penting, yang paling penting adalah para Cap-ji-sing-siok yang kita hadapi malam ini, pakaian yang mereka kenakan semuanya kebal senjata, untuk penyerbuan kita ke Hek-liong-hwe kali ini, hal ini merupakan masalah yang harus segera dipecahkan untuk mengatasinya, kalau tidak pihak kita pasti akan rugi besar." "Bukankah ada tiga musuh yang mati, di mana mereka. Hayo kita periksa bersama", kata So-yok. "Nah, itulah di sana,"   Kun-gi menuding.   Lalu dia iringi So-yok menghampiri mayat2 itu.   So-yok melolos pedang dan membacok tubuh salah satu mayat itu, bacokannya menggunakan enam bagian tenaganya, tapi pedangnya terpental balik tak dapat tembus badan orang.   Keruan So-yok melenggong, katanya heran.   "Kulit apakah ini?" "Cayhe tidak tahu, kita angkut saja mayat2 ini pulang dan diperiksa lebih lanjut." "Cara ini paling baik, eh, mereka dinamakan Cap-ji-sing-siok, jadi seluruhnya ada 12 orang."   Kun-gi lalu tuturkan kejadian tadi.   Sebelumnya dia suruh orang banyak menggali liang besar, pakaian kulit hitam yang dipakai ketiga orang mati itu ia suruh belejeti, mayat mereka dikubur bersama Cin Tek-hong, Kho Ting-seng, Jiu Siu-seng sendiri menjinjing tawanan musuh yang menyaru dirinya naik ke sampan lebih dulu, kejap lain semua orang sudah berada di sampan dan lalu balik ke kapal besar.   Laksana panglima yang kembali dari medan perang dengan kemenangan gilang gemilang.   Sementara itu di atas kapal, Pek-boapangcu Bok-tan, Congkoan Giok-lan sudah duduk menunggu sekian lamanya di tingkat kedua.   Yu-houhoat Coa Liang pimpin seluruh Houhoat dan Hou-hoat-su-cia terpencar disekeliling kapal menyambut kedatangan mereka.   Kun-gi bertanya, So-yok langsung masuk ke ruang besar, dua orang Hou-hoat-su-cia menyambut diambang pintu.   Dua pasang lilin raksasa menyala terang benderang di ruang besar.   tampak Pek-hoa-pangcu du-duk di kursi ujung atas menyandang meja panjang, Tho-hoa dan Kiok-hoa berdiri di kanankirinya, di sebelah belakang adalah para Tay-cia, pakaian mereka ringas bersenjata siap tempur.   Melihat Kun-gi, Pek-boa-pangcu Bok-tan berdiri, katanya sambil tertawa lebar.   "Apakah Ling-heng kepergok musuh?"   Sorot matanya menyala terang penuh perhatian. tapi juga penuh rasa kasih sayang yang amat mendalam. Kun-gi menjura, katanya.   "Terima kasih atas perhatian Pangcu, di Gu-cu-ki setelah Cayhe ber-hasil menangkap Cin Tek-hong, pada saat kami mengorek keterangannya, Nao Sam-jun Hwi-liong-tongcu dari Hek-liong-hwe tiba2 muncul dengan Cap-ji-sing-siok yang kebal senjata. ....."   Terbeliak mata Pek-hoa-pangcu Bok-tan, katanya kaget.   "Banyak jumlah bala bantuan musuh? Akhirnya bagaimana?" "Syukurlah, berkat wibawa Pangcu yang sakti, musuh meninggalkan tiga sosok mayat dan melarikan diri.' Cerah senyuman Pek-hoa-pangcu Bok-tan katanya.   "Itu berkat kesaktianLing-heng sebagaiCong-su-ciayangperkasa." "Toaci,"   Sela So-yok.   "Cap-ji-sing-siok dari Hek-liong-hwe semuanya berpakaian kulit yang kebal senjata, kita sudah belejeti pakaian ketiga korban itu."   Sementara itu Leng Tio-cong, Kongsun Siang dan lain2 juga ikut masuk ke ruangan besar, baru sekarang mereka sempat maju memberi hormat kepada sang Pangcu.   Sedangkan Song Tek-seng dan Thio Lam-jiang tampil ke depan menghaturkan ke tiga pakaian kulit itu.   Sementara Ji Siu-seng juga maju memberi hormat sambil tetap mengempit tawanannya.   ' Sebentar Pek-hoa-pangcu pandang Ji Siu-seng palsu, lalu bertanya.   "Mana Cin Tek-hong dan Kho Ting-seng?" "Kedua orang ini sudah terbunuh musuh, kami sudah menguburnya,"   Tutur Kun-gi..   Sambil melirik Ji Siu-seng palsu Pek-hoa-pangcu berkata pula.   "Inikah utusan mereka yang memalsukan Ji Siu-seng.   Untung Lingheng membongkar kedok dan muslihat jahat mereka, kalau tidak sebelum kita tiba di sarang Hek-liong-hwe, seluruh Hou-hoat-su-cia sudah ditukar dengan orang2 mereka."   Lalu dia mengulap tangan dan menambahkan.   "Gusur dia dan sementara sekap saja di gudang bawah."' JiSiu-seng mengiakanterusgusurJiSiu-sengpalsukeluar. Pek-hoa-pangcu berkata lebih lanjut.   "Silakan duduk Ling-heng, tadiKiu-moay telah memberi laporanpadaku, dari arahGu-cu-ki ada cahaya pedang yang berkelebatan, dikuatirkan Ling-heng menghadapi bahaya serbuan musuh, maka kusuruh Ji-moay menyusul ke sana memberi bantuan, kukira pertempuran kalian pasti sangat sengit dan ber-bahaya, sukalah Ling-heng kisahkan kejadian tadi?"   Kun-gi menarik kursi dan berduduk. So-yok ikut duduk di sebelahnya, sekilas dia melirik Song Tek- song dan Kongsun Siang, katanya.   "Seorang diri tadi Ling-heng menghadapi Cap-ji-sing-siok, musuh yang tangguh dan kebal senjata, tentu badan amat lelah, kukira kalian boleh bergantian mengisahkan kejadian itu."   Kongsun Siang mengangguk, katanya.   "Baiklah, biar hamba yang memberi laporan kepada Pangcu."   Pek-hoa-pangcu manggut2 setuju.   Kongsun Siang lalu bercerita cara bagaimana mereka berhasil menjebak Cin Tek-hong , serta mengorek keterangannya, sampai tahu2 Nao Sam-jun muncul bersama Cap ji-sing-siok, lalu mereka bentrok dengan sengit, seorang diri Ling Kun-gi berhasil membunuh dan melukai Cap-ji-sing-siok, seluruh peristiwa diceritakannya dengan lengkap dan teliti.   Kongsun Siang berwajah cakap dan pandai bicara, maka peristiwa menegangkan yang mereka alami itu dapatlah dia kisahkan dengan baik dan menarik sehingga hadirin yang mendengarkan seolah2 ikut menyaksikan sendiri ditempat itu.   Waktu dia bercerita cara bagaimana pedang pusaka sekaligus membabat kutung tangan orang serta memukul mati lawan, hadirin sama bertepuk tangan memuji.   Dengan seksama Pek-hoa-pangcu periksa baju kulit rampasan yang berada di atas meja, tanyanya sambil angkat kepala.   "Tahukah kalian terbuatdarikulitapakahpakaian ini?"   Tahu bahwa pakaian kulit ini tak mempan senjata tajam, meski senjata rahasia dan pukulan saktipun takkan dapat melukai pemakainya, maka para hadirin jadi lebih ketarik, beramai2 mereka merubung maju, tapi tiada seorangpun yang mampu memberi keterangan.   Akhirnya Sam-gansia Coa Liang buka suara.   "Hamba pernah dengar orang mengatakan di laut utara ada tumbuh sejenis binatang anjing laut, kulit bersisik lembut dan halus sekali, dapat dibuat pakaian yang kebal senjata dan tahan pukulan, sarang Hekliong-hwe mungkin terletak tak jauh dari Pak-hay, maka tidak heran kalau mereka bisa memproduksi pakaian anjing laut ini secara besar2an."   Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya.   "Ya, mungkin saja, akhir2 ini Hek-liong-hwe memang telah merangkul banyak sekali orang2 kosen dari berbagai kalangan, kalau mereka sama mengenakan pakaian seperti ini dan kita tidak lekas mempersiapkan diri, mungkin bisa mengalami kegagalan." "Buat apa Toaci kesal?"   Ujar So-yok.   "Bukankah Cap ji-sing-siok telah dibikin porak poranda dengan tiga mati dan tiga luka oleh Ling-heng, akhirnya melarikan diri dalam keadaan serba runyam?"   Kata Pek hoa-pangcu.   "Itu baru seorang yang memiliki Lwekang dan kepandaian setinggi ini, diantara kita sebanyak ini, kalau berhadapan dengan musuh yang kebal senjata, bukankah kita sendiri bisa runyam jadinya?"   Ia melongok keluar jendela melihat cuaca, katanya pula.   "Sudah terang tanah, sebentar lagi Thay-siang akan bangun, soal ini betapapun harus cepat kulaporkan kepada beliau."   Ia berpaling dan berpesan kepada seorang pelayan.   "Bakni, ambillah perangkat pakaian itu dan ikut aku ke atas, dua perangkat yang lain serahkan kepada Ling-houhoat untuk menyimpan sementara."   Lalu ia berdiri dan menambahkan pula.   "Ling-heng, Ji moay, mari kita menghadap Thay-siang."   Ling Kun-gi, So-yok dan Giok-lan berdiri bersama.   "Silakan Lingheng,"   Pek-hoa-pangcu angkat sebelah tangannya. "Pangcu silakan dulu,"   Kun-gi, merendah.   "mana berani hamba mendahului.?"   Pek-hoa-pangcu tersenyum, katanya.   "Mengapa Ling-heng lupa, Thay-siang sudah memberi mandat padamu, kau berkuasa penuh untuk membongkar perkara ini, aku dan Ji-moay termasuk pembantu saja, maka silakan Ling-heng jalan di depan."   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kata2 ini terucap dari mulut sang Pangcu sendiri, sudah tentu bobotnya jauh berbeda.   Baru sekarang semua orang tahu bahwa, Ling Kun-gi adalah orang kepercayaan Thay-siang, kedudukannya seolah2lebihtinggi dariPangcu danhupangcu malah.   Memangnya hal ini sebetulnya tidak perlu dibuat heran, dinilai taraf ilmu silat dan martabat Kun-gi, dalam kalangan Bu-lim masa kini sukar dicari orang kedua yang mirip dengan Kun-gi.   Maka semua orang sudah menduga dan kini semakin yakin bahwa Ling Kun-gi akan semakin menanjak ke atas menjadi calon menantu, cuma bakal mempersunting Bok-tan, sang Pangcu yang cantik rupawan merajai semua perempuan yang ada di sini, atau menikah dengan So-yok, Hupangcu yang cerdik pandai dan berkuasa serta garang dan angkuh ini Betapapun Kun-gi tidak mau jalan di depan, terpaksa Bok-tan membuka jalan, disusul So-yok terus Giok-lan dan ke 10 Taycia beriring naik ke tingkat ketiga.   Tiba di depan kabin tengah di mana Thay-siang berada, kecuali Bwehoa yang dinas malam ini, Bikui pernah menyaru jadi Cu-cu, tapi iapun tidak berani sembarangan masuk ke kabin, maka para Taycia lantas menyebar ke sekitarnya.   Sementara Pek-hoa-pangcu dan Ling Kun-gi berempat lantas masuk.   "Urusan apa, Kun-gi?"   Tanya Thay-siang segera. Lekas Kun-gi menjura, sahutnya.   "Hamba akan memberi laporan kepada Thay-siang." "Baiklah, tunggu sebentar,"   Seru Thay-siang. Kun-gi memberi hormat, hanya dia saja yang tidak tekuk lutut menyembah, sementara Bok-tan, So-yok dan Giok-lan sama tekuk lutut menyembah tiga kali dan berseru bersama.   "Tecu menyampaikan sembah sujud kepada Suhu."   Walau wajahnya tertutup cadar, tapi suara Thay-siang terdengar lembut ramah.   "Bangunlah kalian."   Lalu dia duduk di kursi kebesarannya, tanyanya kepada Kun-gi.   "Ling Kun-gi, baru sekarang kau menghadap, memangnya perkara. Ci Gwat-ngo dan komplotannya sudah kau bongkar seluruhnya?" "Lapor Thay-siang,"   Seru Kun-gi.   "syukurlah hamba tidak sia2 menunaikan tugas berat ini." ''Em, baik sekali,"   Tampak sinar terang kedua mata Thay-siang dibalik cadarnya, katanya lembut dengan tertawa.   "Memang, kau anak bagus, Losin tahu kau cukup mampu menjaring mereka semua, maka Losin beri kuasa penuh padamu, kiranya kau tidak mengecewakan Losin. Oya, kalian lekas duduk, bicaralah pelan2."   Betapa halus dan kasih sayang panggilan "anak bagus"   Itu, bagi Kun-gi sendiri tidak merasakan apa2 tapi Pek-hoa-pangcu seketika merah jengah dan bukan kepalang rasa riang dan syur hatinya, Sejak Thay-siang menyerahkan lh-thiankiam kepada Kun-gi, sejak itu pula perasaan Bok-tan sudah mantap seolah2 soal jodohnya sudah terangkap.   "Terima kasih,"   Sahut Kun-gi, lalu dia duduk di kursi sebelah bawah.   Maka Pek-hoa-pangcu, Hu pangcu dan Congkoan juga ikut duduk.   Kun-gi mulai bercerita sejak dia diangkat menjadi Cong-su-cia, malam itu seseorang coba membunuh dirinya menggunakan Som- lo-ling, cara bagaimana dia menguntit musuh dan setelah dianalisa dengan teliti, dia yakin bahwa orang itu pasti Cin Tek-hong adanya.   Waktu kembali didapatinya Kho Ting-seng yang berjuluk Gintancu ternyata hanya begitu saja kepandaiannya, padahal dia tersohor dengan pelor peraknya itu, setetah dekat dan diawasi kiranya wajah orang sudah terias, kedua hal inilah mulai menimbulkan rasa curiganya.   Kemudian di atas kapal, Nyo Keh-Cong dan Sim Kiansin kembali dengan luka2, didapatinya pula wajah kedua orang ini riasan juga, hari ketiga demikian pula yang terjadi pada Ho Siang-seng dan Kho Ting-seng yang kembali dari ronda.   Urusan berkembang sedemikian pesat, ini sudah jelas menandakan bahwa musuh memang bekerja sejak lama dan direncanakan dengan matang, setiap orang kita yang keluar ronda, pulangnya ditukar seorang dengan kaki tangan musuh.   Thay-siang manggut2, ujarnya.   "Kau memang cerdik, ai, ada kejadian begitu, kenapa tidak kau katakan sejak mula?"   Sedikit membungkuk Kun-gi berkata.   "Harap Thay-siang maklum, urusan semacam ini, kalau tiada bukti, mana boleh sembarangan menuduh orang?" "Betul,"   Ucap Thay-siang.,"   Manggut2.   "Coba teruskan."   Kun-gi melanjutkan uraiannya bahwa mungkin karena waktu itu dirinya berhasil membuat obat penawar getah beracun, maka pihak Hek- liong-hwe berusaha melenyapkan dirinya, maka terjadilah Ci Gwatngo memfitnah dirinya dengan menyembunyikan barang bukti di kamarnya, lalu dia ceritakan sampai pada giliran Cin Tek-hong mendapat tugas untuk ronda malam.   Secara diam2 ia lantas perintahkan Kongsun Siang, Song Tek-seng dan Thio Lam-jiang agar membekuk para kelasi perahu Cin Tek-hong dan Kho Ting-sing, betul juga pada badan para kelasi ini diperoleh sebuah kotak Somlo-ling, maka dia lantas meninggalkan sepucuk surat rahasia kepada Congkoan, surat harus dibuka setelah kentongan kedua dan supaya disampaikan kepada Hupangcu untuk membekuk Nyo Keh-cong dan Sim Kiansin berdua, sementara dirinya bersama Kongsun Siang berempat menyamar kelasi dan cara bagaimana Cin Tek-hong memasang lampu merah di ujung perahu lalu mendarat di Gu-cu-ki, di sana orang telah mengatur muslihat hendak menawan Ji Siuseng, tapimalahberbalik kenadi-ringkus olehnya.   Pelan2 Thay-siang menepuk kursi, katanya mengangguk.   "Bagus sekali, memang tidak malu kau sebagai Cong-su-cia Pek-hoa-pang kita, bagaimana selanjutnya?"   Kun-gi tidak berani main sembunyi, cara bagaimana dia, mengorek keterangan dari Cin Tek-hong dia tuturkan pula seterang2nya, Thay-siang hanya manggut saja, tidak tanya seluk beluk Hek-liong-hwe lebih lanjut. Diam2 Kun-gi merasa heran, pikirnya.   "Kenapa dia tidak tanya lebih lanjut? Memangnya dia sudah jauh lebih tahu akan seluk-beluk Hek-liong hwe?' Selanjutnya dia tuturkan Cin Tek-hong mendadak mati terbunuh oleh orang2 pihak mereka sendiri dan menurut Nao Sam-jun, atas perintah Hwecu mereka, dia diperintah menawan Kun-gi hidup2 .. . Tampak mimik Thay-siang menaruh perhatian akan hal ini, matanya membulat ke arah muka Ling Kun-gi, tanyanya.   "Apa yang dia katakan padamu? Katakan terus terang, jangan disembunyikan."   Tutur Kun-gi.   "Dia bilang asal hamba betul2 bisa membuat obat penawar getah beracun, Hek-liong-hwe tidak akan kikir memberi imbalan upah besar dan kedudukan lebih tinggi ...." "Bluk", Thay-siang menggebrak meja, seruhya gusar.   "Mereka memancing dan hendak menyogok kau."   Pek-hoa-pangcu, Hupangcu dan Giok-lan sama berjingkat kaget. Kun-gi juga gelisah dan jeri, katanya.   "Hamba..."   Thay-siang angkat kepala, katanya ramah.   "Lo-sin tidak salahkan kau, lanjutkan keterangan ini."   Lalu Kun-gi tuturkan cara bagaimana seorang diri dia melabrak Cap-ji-sing-siok, meski lawan memakai seragam kebal senjata, beruntung dia membekal Ih-thiankiam anugerah Thay-siang yang tajam luar biasa, beruntun dia melukai enam orang musuh, melihat gelagat tidak menguntungkan cepat2 Nao Sam-jun mencawat ekor melarikan diri.   Pada akhir ceritanya Ling Kun-gi berpaling dan berkata kepada Giok-lan.   "Tolong Congkoan suruh mereka membawa pakaian kebal senjata itu kemari dan diperlihatkan kepada Thay-siang."   Giok-lan mengiakan, dia beranjak ke pintu serta menggapai, maka Bak-ni melangkah masuk sambil membawa pakaian kulit itu terus diaturkan ke hadapan Thay-siang. Hanya sekilas Thay-sung pandang baju kulit itu lalu berkata sinis.   "Kukira Cap-ji-sing-siok apa, kiranya orang2 yang berpakaian kulit binatang, memang kulit anjing laut ini kebal senjata."   Mendengar nada perkataan orang Kun-gi berkesimpulan bahwa agaknya Thay-siang sudah tahu akan pakaian kulit anjing laut ini, diam2 dia merasa heran.   Terdengar Thay-siang berkata lebih lanjut dengan suara lembut.   "Ling Kun-gi, kali ini kau berhasil membongkar komplotan musuh yang menyelundup ke dalam Pang kita, inilah merupakan pahala besar sekali ....."   Bicara sampai di sini entah sengaja atau tidak matanya melirik kearah Pek-hoa-pangcu Bok tan.   "Kerjalah yaug baik, lebih giat dan rajin, Losin tidak akan menyia2kan bakat dan kebaikanmu."   Kata2nya sudah gamblang, sejak mula kiranya dia sudah ada maksud menjodohkan Bok-tan kepada Ling Kun-gi.   Pekhoa-pangcutampakmaludan menunduksemakinrendah.   Sudah tentu Kun-gi juga merasa ke arah mana ucapan Thay- siang ini, tapi karena Thay-siang tidak bicara blak2an, tidak enak dia bicara lebih banyak, maka sekenanya dia membungkuk serta "   Kenapa kau tidak menungguku?" "Nona mau ke mana? "Kau menyamar lagi bukankah ka hendak menemuka pengejaranmu?" , u n "Betul, kenapa?" "Aku ikut, boleh tidak?" K n gi te teg n sah tn a menggeleng "Jangan non cant berkata.   "Terima kasih Thay-siang."   Sebaliknya terasa hampir meledak dada So-yok dengan penuh "Bagus, penggal saja kepala mereka,"   Thay-siang memberi perintah. "Tecu terima perintah,"   Sabut So-yok membungkuk. "Hamba ada sebuah permohonan,"   Sela Kun-gi. Lembut suara Thay-siang.   "Kau ada pendapat apa, boleh kau utarakan." "Mata2 Hek-liong-hwe yang diselundupkan ke Pang kita semua di bawah pengawasan Ci Gwat-ngo dan Cin Tek-hong, kedua pemimpinnya ini sudah mati, sisa yang lain hanyalah anak buah Hek-liong-hwe yang berkedudukan rendah, kukira dipunahkan saja ilmu silat mereka dan berilah kesempatan hidup kepada mereka, semutpun ingin hidup apa lagi manusia, kukira tidaklah jelek kita memberikan kebijaksanaan ini dan menaruh belas kasihan terhadap mereka...   "   So-yok menjengek dingin.   "Hek-liong-hwe sudah jelas bermusuhan dengan kita, terhadap musuh buat apa menaruh belas kasihan segala? Mereka menyelundup kemari bukankan orang2 kita juga sudah menjadi korban? Hutang jiwa harus bayar jiwa, inilah hukum kodrat yang cukup adil."   Thay-siang tersenyum, katanya lembut.   "Waktu gurumu masih muda dulu juga tidak pernah mengampuni setiap musuh, beberapa tahun belakangan ini sudah tekun mempelajari ajaran agama, nafsu dan emosi sudah jauh tertekan. Begini saja, bahwa Ling Kun-gi sudah telanjur mintakan ampun bagi mereka, maka baiklah ampuni saja jiwa mereka." "Thay-siang memang bajik dan welas asih, hamba menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga,"   Seru Kun-gi. Sejenak merandek lalu ia berkata ppla.   "Hupangcu, masih ada sebuah persoalan yang ingin hamba sampaikan.". "Adaurusanapa?"suaraSo-yokdingin ketus. "Nona kecil yang menyamar Cu-cu itu adalah orang dari Ceng-liong-tong, Ceng-liong-tong merupakan seksi dalam di Hek-liong- hwe, sekarang baru kita ketahui bahwa Ui-liong-tong yang termasuk seksi luar bermarkas di Ui-lionggiam di utara Kunlunsan, sejauh ini belum diketahui dimana letak markas seksi dalam mereka, maka orang ini teramat penting bagi kita, hendaklah jangan kau punahkan dulu ilmu silatnya."   So-yok memandangnya dengan dingin, tanpa memberi tanggapan terus putar badan tinggal keluar.   Melihat sikap orang yang kaku dan dingin, diam2 Kun-gi menggerutu dalam hati, entah soal apa yang menyebabkan dia begitu, dihadapan sekian banyak orang juga mengumbar adat, Kungi hanya menyengir saja, katanya setelah membungkuk kepada Thay-siang.   "Kalau Thay-siang tiada pesan apa2, hamba mohon diri saja." "Ya, boleh kau pergi,"   Rujar Thay-siang.   Kun-gi menjura lalu mengundurkan diri.   Waktu itu hari sudah terang benderang, sementara kapal juga telahberlayar.   Cahayamentariterasahangatdancemerlang.   Kun-gi menengadah menghirup napas panjang, sambil berpegang langkan kapal pelan2 dia beranjak turun dari anak tangga kembali ke tingkat kedua, ternyata sernua orang masih tunggu di kamar makan kecuali yang bertugas diluar.   Sekilas dia menyapu pandang lalu berkata dengan kalem.   "Semalam suntuk kalian tidak tidur, kenapatidakbubar dan istirahatsaja?"   Coh-houhoat Leng Tio-cong segera memapak maju, katanya tertawa.."Karena semalam Cong-coh berhasil membongkar seluruh jaringan mata2 musuh yang menyelundup di Pang kita mendirikan pahala besar lagi, maka kita semua ingin menyampaikan selamat pada mu." "Menjaring mata2 dan melawan serbuan musuh dari luar, adalah tugas dan tanggung jawabku, apalagi kejadian semalam juga berkat bantuan para saudara, toh bukan pahalaku seorang, kita semua orang sendiri, soal memberi hormat segala sungguh tak berani kuterima."   Tengah bicara tampak dari luar berbaris masuk sembilan dara kembang yang menyoreng pedang, setiap dara kembang membawa sebuah nampan warna merah tertutup kain warna hitam, entah barang apa yang berada di nampan kayu itu? Begitu masuk ke ruang makan kesembilan dara kembang lantas berdiri berjajar, serempak memberi hormat, lalu seorang yang berdiri paling ujung buka suara.   "Seksi hukum telah menunaikan tugas memenggal kepala sembilan mata2 musuh, harap Cong-su-cia periksa adanya."   Seiring dengan kata2nya, berbareng kesembilan dara kembang itu menyingkap kain taplak yang menutup nampan merah itu.   Ternyata nampan kayu itu semua berisi batok kepala manusia yang masih berlepotan darah segar..   Mata2 musuh yang dijatuhi hukuman mati penggal kepala ini jelas adalah orang2 yang menyamar Nyo Keh-cong, Sim Kiansin dan Ho Siang-seng, demikian pula empat kelasi sampan yang masing2 bernama Li Hek-kau, Ong-ma-cu, Lim Telok dan Kim-lo-sam.   Batok kepala terakhir berambut panjang awut2an, beralis lentik bermuka halus, jelas adalah batok kepala gadis cilik yang menyaru Cu-cu.   Sembilan dara kembang yang membawa nampan berisi batok kepala manusia ini semua masih muda belia, berparas cantik bertubuh montok menggiurkan, pakaian mereka ringkas ketat, dengan garis tubuh yaug mempesona, tapi sembilan batok kepala manusia yang berlepotan darah itu jauh menarik perhatian orang dan terasa menjijikan, siapapun takkan percaya bahwa dara2 kernbang ayu jelita seperti mereka ini tega memenggal kepala kesembilan korbannya ini.   Semula hadirin sama bersorak tawa gembira, kini semuanya melongo seram dan berdiri bulu kuduknya.   Ling Kun-gi sendiri juga tertegun diam sekian lamanya.   Maklumlah, atas persetujuan Thay-siang para mata2 ini hanya diputus hukuman punahkan ilmu silatnya tapi diampuni jiwanya, terutama gadis cilik yang menyaru Cu-cu dipandang lebih penting, maka dia merasa perlu berpesan kepada So-yok untuk menjaga dan menyelamatkan jiwanya, karena hanya dara cilik inilah yang tahu letak markas Ceng-liong-tong, musuh yang amat terahasia itu.   Diam2 ia mendongkol, serunya naik pitam.   "Siapa yang perintahkan kalian memenggal kepala mereka?"   Terdengar seorang menanggapi di luar pintu.   "Sudah tentu atas perintahku!"   Seiring suaranya tampak So-yok melangkah masuk. Tak tertahan, seperti dibakar hati Ling Kun-gi, katanya dongkol. "Sudah kumohon ampunkan jiwa mereka kepada Thay-siang. ." "Yang berkuasa dalam seksi hukum aku atau kau?"   Tukas So-yok sengit.   "Setiap tugas urusan dalam Pang kita masing2 diurus oleh jabatan masing2, apakah Cong-su-cia tidak merasa mencampuri urusan orang lain?" "Hupangcu memang menjabat rangkap seksi hukum, tapi tahukah kau telah menggagalkan urusanku?"   Semprot Kun-gi.   "Menggagalkan urusan apa?" "Umpama kata dara cilik yang menyaru Cu-cu ini, dia adalah pelayan Cui-tongcu yang berkuasa di Ceng-liong-tong, hanya dia saja yang tahu di mana letak markas Ceng-liong-tong, maka tadi kupesan kepada Hupangcu supaya tidak memunahkan ilmu silatnya, kini kau malah membunuh dia...   ."   Membesi hijau muka So-yok, jengeknya.   "Aku mengagalkan urusanmu, memangnya kau sudah kepincut pada dara molek ini, maka kau melarang aku menyentuh dia... .."   Merah muka Ling Kun-gi, semprotnya marah.   "Kau memang usil dan sengaja cariperkara." "Ling Kun-gi!"   Teriak So-yok.   "berani kau .... memakiku?"   Setelah membanting kaki dia terus putar badan berlari keluar.   Dia pikir setelah marah dan berlari keluar, Kun-gi pasti akan mengejarnya keluar, tak terduga beberapa langkah kemudian, waktu dia berpaling, Kun-gi masih berdiri mematung di tempatnya.   Saking marah tak tertahan dia berteriak.   "Ling Kun-gi, keluarlah kau!"   Kun-gi tetap berdiri tidak bergerak. Diam2 Kongsun Siang mendekati dan berbisik.   "Watak Hu pangcu selamanya angkuh, dalam segala persoalan Ling-heng harus bersabar dan mengalah, dia memanggilmu keluar, mungkin dia merasa menyesal, di sini banyak orang dan malu menyatakan kesalahannya, lekaslah Ling- heng keluar saja."   Mengingat orang adalah Hupangcu, tak pantas dihadapan orang banyak dirinya marah2 padanya, Kun-gi mengangguk lalu beranjak keluar.   Sementara sembilan dara kembang masih berdiri menjublek, karena pertengkaran Hupangcu dan Cong-su-cia menyangkut perintah yang mereka lakukan, mereka menjadi pucat ketakutan.   Coh-houhoat Leng Tio-cong mengacung jempol kepada Kongsun Siang, katanya tertawa.   "Kongsun lote memang pandai bicara, syukurlah kau berhasil membujuk Cong-su-cia." "Ah, hamba hanya membujuk Cong-su-cia supaya tidak bekerja menurutiadat saja."   Leng Tio-cong tetap tersenyurn, katanya sambil menoleh ke arah para dara kembang.   "Nona2, kalian boleh mengundurkan diri."   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Serempak kesembilan dara menjura terus mengundurkan diri. Menyapu pandang seluruh hadirin, Leng Tio-cong buka suara sambil mengelus jenggot kambing di dagunya.   "Semalam kalian tidak tidur, sekarang boleh kembali ke kamar masing2 untuk istirahat."   Hanya Kongsun Siang seorang yang bertaut ke dua alisnya, seperti dirundung persoalan rumit yang mengganjel hatinya, dia tetap mondar-mandir di ruang makan sambil menggendong tangan.   Keadaan sepi lengang, dalam ruang makan yang luas ini kini tinggal Kongsun Siang dan Sam-gansin Coa Liang yang duduk dibangku panjang sambil mengangkat sebelah kakinya di atas bangku..   Hari ini.   dia menjadi komandan para petugas siang.   Dengan memicingkan mata dan miring kepala dia memandang Kongsun Siang, tanyanya.   "Kongsunlote, kau ada ganjelan hati apa?"   Kongsun Siang menggeleng.   "Mana ada ganjelan hati segala."   Coa Liang meraih secangkir teh terus diteguknya, katanya terkekeh.   "Kongsunlote, jangan mulutmu bicara tidak sesuai dengan isi hatimu, aku berani bertaruh kau pasti sedang kasmaran entah terhadap nona yang mana sampai kehilangan semangat seperti orang linglung. Kemarilah, hayo ceritakan padaku, nanti kubantu mencarikan akal."   Merah muka Kongsun Siang, katanya tergagap.   "O, sungguh tiada persoalan apa2."   Lalu dia menjura dan mernambahkan. "Silakan duduk lagi, hamba akan kembali ke kamar saja."   Bergegas dia lantas ke kamar. Mengawasi punggung orang, Coa Liang ter-kekeh2, katanya., "Anak bagus kau masih pura2 dan mungkir, kalau betul kau sudah kasmaran, kau bisa sakit rindu."   Sementara itu So-yok berdiri di ujung dek tingkat kedua.   Angin sungai menghembus santer..wajah yang selama ini berseri cerah kini kelihatan meradang kemarahan dan kesal.   Kun-gi sudah berada di sampingnya, jelas dia telah mendengar langkah orang mendatangi, tapi dia sengaja memandang ke tempat nanjauhdidepantanpa menolehatau melirik.   Kun-gi berhenti, serunya.   "Hupangcu.. ... ."   Tetap tidak menoleh, suara So-yok kedengaran kaku dingin.   "Jangan panggil aku Hupangcu, untuk apa kau masih hiraukan diriku?" "Bukankah Hupangcu yang suruh aku kemari?" "Siapa suruh kau kemari? Aku tidak memanggilmu, pergilah kau." .   "Hupangcu memanggilku dan aku sudah keluar, kalau kau memang tidak memanggilku, yah anggaplah aku yang salah dengar,"   Pelan2 dia putar badan hendak tinggal pergi. MendadakSo-yok putarbadan, bentaknya."Berdiriditempatmu!"   Kun-gi masih muda dan berdarah panas juga, katanya tertawa tawar.   "Cayhe sebetulnya ... ."   Dia mau berkata.   "Cayhe menghargaimu sebagai Hupangcu, tapi Cayhe bukan orang yang boleh di panggil dan diusir begini saja."   Tapi baru saja berucap 'Cayhe' itulah, sorot rnatanya kebentrok dengan wajah orang yang kelihatan sayu rawan, seperti dirundung kesedihan dan penyesalan, suaranya garang, tapi sorot matanya ber-kaca2 dan akhirnya meneteskan air mata.   Hati lelaki umumnya memang lemah bila melihat air mata perempuan.   Dan perempuan juga tahu cara mengambil keuntungan ini, maka dalam setiap pertengkaran air matalah yang dijadikan alat untuk menundukkan lelaki.   Sejak jaman dahulu kala air mata perempuanentahsudah menundukkanberapabanyakkaumlaki2.   Demikian pula hati Ling Kun-gi seketika luluh, kata2 yang sudah siap tercetus dari mulutnya seketika dia telan kembali, setelah menghela napas, dia berkata.   "Kau memang suka membawa adatmu sendiri" "Aku membawa adat apa?"   Jengek So-yok. "Entah karena apa Hupangcu marah2, sekaligus membunuh sembilan orang, memangnya ini bukan membawa adatnya sendiri." "Ya, aku marah2 dan membunuh orang, memangnya kenapa?"   Serius rona muka Kun-gi, katanya.   "Kau ada-lah Hupangcu Pekhoa-pang, memangnyasiapa beraniberbuatapa2terhadapmu? Tapi perlu Cayhe memberitahukan nona bahwa kuinginkan keutuhan ilmu silat nona cilik penyaru Cu-cu itu adalah untuk kepentingan Pang kita, dengan tingkat kepandaiannya, utuh atau dipunahkan ilmu silatnya tidak menjadi persoalan bagi kita, cuma menurut rencanaku setelah nanti kita mendarat akan kuberi kesempatan dia melarikan diri, dengan menguntit jejaknya kita pasti akan dapat meluruk ke Ceng-liong-tong dengan mudah, dengan Hek-liong-hwe Cayhe tiada permusuhan apa2, tapi jelek2 Cayhe adalah Cong-su-cia Pek-hoapang, aku punya tanggung jawab untuk berbakti dan bekerja demi kepentingan Pek-hoa-pang, dan kau membawa adatmu sehingga segala rencanaku kau gagalkan." "Gagalyagagal, memangnyakenapa?"ejekSo-yok. "Bagi Cayhe sendiri tiada persoalan, kalau di sini aku tidak bisa bekerja dan tidak betah lagi, seandainya seluruh isi kapal bakal tertumpas habis, Cayhe yakin masih cukup mampu mempertahankan diri, aku masih tetap bisa berkelana di Kangouw, aku tetap Ling Kun-gi, tapi kau adalah lain....." "Dalamhalapa akuberbeda?" "Kau kan Hupaagcu Pek-hoa-pang, kalian mengerahkan seluruh kekuatan meluruk ketempat jauh ini, hanya boleh menang pantang kalah dan gagal, sekali menang akan tambah semangat juang yang lebih berkobar dan menyapu segala aral rintangan, tapi bila gagal kalian akan berbalik tertumpas habis seluruhnya, nama Pek-hoapang selanjutnya akan lenyap dari percaturan Kangouw, oleh karena itu menghadapi setiap persoalan tidak boleh kita membawa adatnya sendiri." "Kau sedang mengajar dan memperingatkan aku?" "Mengajar atau memperingatkan aku tidak berani, aku hanya memberi ingat saja." "Tidak perlu kau membujukku, memang demikianlah aku ini, watak pembawaan sejak dilahirkan, segala tindak-tanduk selalu menuruti keinginan hati ....   " "Obat mujarab biasanya memang pahit getir, bujuk kata umumnya memang menusuk telinga, kalau Hupangcu tidak suka dengar nasihatku, ya sudahlah,"   Kun-gi putar badan hendak tinggal pergi. Melihat orang mau pergi, semakin marah So-yok, bentaknya. "Berdirilah ditempatmu." "Apa pula yang ingin kau katakan?" "Terangkan sejelasnya, ya sudahlah apa maksudmu?"   Kiranya si nona salah paham. "Sudahlah, anggapsajaakutidakpernahbicaraapa2"   Membesi kaku muka So-yok, serunya menuding Kun-gi dengan menggereget.   "Ling Kun-gi, jangan kau kira secara langsung Thaysiang sudah memberi muka padamu, maka kau lantas ingin berbuat tidak semena2, mendapat yang baru lupa yang lama, ketahuilah, kalau kau berani ....membuang akhir untuk permulaan yang kalut, aku tidak akan membiarkan dirimu,"   Lenyap suaranya mendadak dia putar tubuh terus berlari ke tingkat ketiga. "Membuang yang akhir untuk permulaan yang kalut"   Kata2 ini umpama geledek menggelegar di pinggir telinga Ling Kun-gi, apa lagi kata2 ini terucap oleh seorang perempuan macam So-yok yang Hupangcu ini, dia terlongong sekian lamanya. Betapa berat dan serius kata "mendapat yang baru lupa yang lama"   Dari mulut seorang perempuan? Mendapat yang baru lupa yang lama, memangnya siapa yang baru dan siapa pula yang lama itu? Kapan dirinya pernah mendapatkan yang baru? Kapan pula yang lama? ..   ..   Lama sekah Kun-gi menjublek di atas dek, mulutnya berulang menggumam kata2 yang tak berujung pangkal itu, hatinya dirundung rasa kesal dan masgul yang tak terlampias.   Sungguh dia tidak habis mengerti darimana juntrungan kedua patah kata dan persoalan apa yang dimaksud? Kun-gi adalah perjaka yang punya perasaan tajam dan otak yang encer pula, selama beberapa hari ini, bagaimana sikap dan tindaktanduk So-yok terhadapnya, memangnya dia tidak tahu? Tapi dia yakin sebagai murid didik Hoanjiu-ji-lay yang kesohor itu dirinya selalu bertindak jujur dan sopan, tak pernah melakukan perbuatan kotor apalagi melanggar susila.   Waktu Thay-siang memanggilnya dan So-yok mengantar, di lamping gunung yang melekuk gelap itu, karena tak kuat menahan gejolak perasaan lantaran dirayu pernah dia memeluk ia satu kali, kania sendiri jugareladan mandahdipelukdan dicium, kalaubukan dia sendiri yang rela menyerahkan dirinya, memangnya dirinya berani berbuat kurangajar? Bagaimana kejadian itu dapat dikatakan sebagai permulaan yang kalut? Dia tahu perempuan yang satu ini memang angkuh dan tinggi hati, tidak dapat disangkal bahwa sikap orang memang teramat baik pada dirinya, dan di sinilah mungkin letaknya kenapa dia sampai berkata demikian pedas dan ketus.   Beginipun baik, paling tidak selanjutnyanonaitutidakakan merecokidirinyalagi.   Semalam suntuk Kun-gi tidak memejamkan mata, angin sungai terasa silir nyaman, tanpa terasa ia merasa letih, setelah menguap dia kembali ke kabin.   Setiba di kamar baru saja dia duduk di kursi dekat jendela, didengarnya seseorang mengetuk pintu pelahan, lalu daun pintu didorong orang, bayangan seorang berkelebat masuk.   Itulah Kongsun Siang, mimik mukanya tampak aneh, seperti dirundung persoalan rumit saja, mulutnya berseru lirih.   "Cong-coh"   Heran Kun-gi, tanyanya.   "Ada urusan apa Kongsun-heng?' "Ti ... .tidak apa2,"   Gagap jawaban Kongsun Siang.   "kulihat Ling-heng baru kembali, maka sengaja kutengok kemari."   Jelas jawabannya sangat meng-ada2. "Silakan duduk Kongsun-heng."   Kongsun siang duduk tanpa banyak kata, kedua tangan tergenggam dan jari2 nya mengerat kencang di depan dada, matanya mendelong mengawasi Kun-gi, bibirnya bergerak beberapa kali, seperti hendak mengutarakan apa2.   Tapi begitu melihat sorot mata Kun-gi yang tajam, seketika dia menunduk, wajahnya menampilkan rasa penyesalan yang tak terhingga, ingin bicara tapi tak berani mengutarakan isi hatinya.   Kun-gi anggap tidak tahu, dia angkat poci teh dan menuang dua cangkir, katanya.   "Minumlah Kongsun-heng."   Ter-sipu2 Kongsun siang menerima cangkir teh yang disodorkan padanya, sahutnya.   "Terima kasih Ling-heng."   Diam2 Kun-gi merasa heran melihat sikap ganjil orang.   "Kong sun-heng"   Katanya sambil angkat cangkir tehnya.   "semalam suntuk kaupuntidaktidur, kenapatidak istirahatsaja?"   Mendadak Kongsun Siang berdiri, katanya.   "Silakan Ling-heng istirahat, aku tidak menggangu lagi."   Kun-gi tertawa tawar, ujarnya.   "Silakan duduk Kongsun-heng, bukan maksudku mau mengusirmu, terus terang aku tidak merasa kantuk, maksudkukausendiriyangperluistirahat?'.. "Seperti juga Ling-heng, akupun tidak merasa kantuk,"   Sahut Kongsun Siang. "Kalau begitu silakan duduk lagi."   Kongsun Siang duduk pula, sekilas dia pandang Kun-gi lalu berkata.   "Ada sepatah kata yang ingin kukatakan, tapi aku jadi ragu2 apakah pantas kuucapkan?' "Sesama saudara, ada omongan apa, boleh katakan saja." "Baiklah kubicara terus terang, kurasa Ling-heng dengan Hupangcu adalah pasangan yang setimpal ......"   Mendadak Kun gi tertawa, katanya.   "Apa arti kata2 Kongsun- heng?"   Kongsu Siang melenggong, katanya.   "Apakah ucapanku salah? Kulihat sikapnya terhadap Ling-heng begitu mesra dan manja, jelas dia penujui kau ........."   Kun-gi menggeleng, katanya.   "Kongsun heng salah paham, watak Hupangcu dingin di luar panas di dalam, dia pandang aku sebagai saudara, akupun memandangnya sebagai adik hakikatnya tiada persoalan jodoh diantara kami."   Berkelebat sinar terang pada sorot mata Kongsun Siang, tanyanya."Ha, betuldemikian?" "Terus terang Kongsun heng, aku sudah punya . ....."   Teringat akan Tong Bunkhing dan Pui Ji-ping yang terjatuh di tangan orang2 Hek-liong-hwe, terbayang pula akan Un Hoankun yang kini menyamar jadi Bikui di Pek-hoa-pang ini, sesaat dia jadi sukar bicara lebih lanjut.   Terpancar rasa senang pada wajah Kongsun Siang, katanya tertawa.   "O, kiranya Ling-heng sudah punya pacar."   Terpaksa Kun-gi manggut2, ujarnya.   "Ya, boleh dikatakan demikian "   Tiba2 serius sikap Kongsun Siang, katanya sambil menekan suara.   "Tapi dia begitu kasmaran terhadap Ling-heng, sifatnya yang ketus dan kaku juga sudah kau ketahui, kukira urusan ini bisa jadi runyam." "Hubungan laki perempuan harus cinta sama cinta, soal asmara sedikitpun tidak boleh dipaksakan, aku hanya anggap dia sebagai adik, tak pernah terpikir dalam benakku untuk mempersunting dia sebagai seorang yang cerdik, lewat beberapa waktu lagi pasti dia, akan mengerti juga,"   Sejenak dia berhenti lalu berkata menatap KongsunSiang.   "Dan lagi aku tidak akantinggalterlalu lamadi sini."   Kongsun Siang mengangguk, ujarnya.   "Aku tahu dua saudara Ling-heng menjadi tawanan Hek-liong-hwe, mungkin Ling-heng harus selekasnya menolong teman dan harus meninggalkan kita semua." "Sekali bertemu Kongsun-heng kita lantas seperti sahabat lama, memang demikianlah maksudku, hanya kau saja yang dapat menyelami perasaanku." "Bila Ling-heng memerlukan tenagaku, kapan saja dan di mana saja pasti aku rela dan senang hati membantumu biarpun sampai titik darah terakhir."   Mendengar orang menyinggung titik darah terakhir (gugur), sekilas Kun-gi melengak, katanya mengerut kening.   "Soal menolong orang, memang aku sedang merasa kebingungan, bahwa Kongsunheng suka membantu, kuaturkan terima kasih." "Kalau Ling-heng merasa kekurangan tenaga, hubunganku dengan Thio Lam-jiang amat intim, kalau tiba waktunya cukup kumintatenaganyapastidia suka membantujuga."   Kun-gi menghela napas pelan2, ujarnya.   "Ai, dara cilik yang tertangkap itu sebetulnya adalah pelayan pribadi Cui-tongcu dari Ceng-liong-tong, keterangannya amat berguna bagi kita, tapi Hupangcu tadi telah membunuhnya, sumber penyelidikan yang kuharapkan menjadigagal, bukankah amatsayang?"   Kongsun Siang bertanya.   "Dari ucapan Ling-heng ini seolah2 Thay-siangtelahsetujupengampunanjiwa mereka?". "Ya, aku telah mohon pengampunan mereka kepada Thay-siang." "Lalu kenapa dia membunuhnya?" "Siapa tahu apa sebabnya, tidak hujan tiada angin tiba2 dia marah2 padaku?" "Waktu Ling-heng keluar tadi, apa yang dia katakan?" ''Dia sudah biasa membawa adat dan terlalu binal, memangnya dia mau mengaku salah?" "Marah2 dan main bunuh tentu ada alasannya,"   Ujar Kongsun Siang.   "Apakah dia tidak menjelaskan kepada Ling-heng?" "Tidak,"   Sahut Ling Kun gi.   "bicara baru beberapa patah kata lalu dialarike kamarnya."   Sudah tentu Kun-gi merasa rikuh dan malu menceritakan tentang tuduhan So-yok mengenai dirinya, apalagi dia sendiri bingung apa maksud kata2 "mendapat yang baru lupa yang lama, membuang yang akhir untukpermulaan yang kalut".   "Kurasa kalau Ling-heng ada maksud mau pergi, tidak perlu kau melayaninya secara serius, segala urusan harus sabar dan berpikir panjang." "Memang, sebetulnya wataknya yang sejati tidak jahat, cuma terlalu binal dan suka main bunuh, tangannya yang gapah itu membikin aku kurang cocok."   Sampai di sini tiba2 Kongsun Siang berdiri, katanya.   "Ling-heng harusistirahat, aku mohon dirisaja."Terus dia melangkah keluar. Setelah Kongsun Siang pergi sudah tentu Kun-gi tidak bisa tidur. Seorang diri dia pegangi cangkir tehnya sambil melamun. Sekonyong2 dia seperti ingat sesuatu, mendadak dia berdiri dari tempat duduknya, seketika pucat wajahnya dan badanpun gemetar, keringat dingin gemerobyos, mulutnya bergumam. "Mungkinkah dia ...." -o-00d0w00-o- Malam itu kapal besar itu berlabuh di Ko-toh-than yang terletak di Kwanciu, Go-san. Malam sudah larut, kabut tebal. Kira2 setengah li dari tempat kapal besar itu berlabuh terdapat sebuah bukit kecil yang tandus, hanya ada puluhan batang pohon saja yang tumbuh di bukit itu, Angin malam menghembus men-desir2 seolah2 suara berkeluh-kesah. Pada saat itu, tampak dua sosok bayangan orang sedang ber- lari2 ke arah bukit saling kejar. Orang yang di depan mengenakan baju hijau, seorang laki2, yang di belakang berperawakan ramping semampai, itulah seorang gadis remaja. Malam berkabut cukup gelap sehingga sukar terlihat jelas wajah2 mereka, tapi dari perawakan mereka jalas bahwa mereka adalah muda-mudi yang mungkin sedang mengadakan pertemuan cinta rahasia di sini. Memang tempat yang sunyi dengan hawa yang sejuk dan pemandangan malam nan menyegarkan ini cocok benar untuk memadu cinta.   Jilid 22 Halaman 63/64 dan   Jilid 23 Halaman 4 s/d 6 Hilang ....... lagidiantara merekasudah tidak kuperhatikan."   Si pemuda banting kaki, katanya geram.   "Bajingan laknat, selagi aku tidak di kamar dia menyamar diriku melakukan perbuatan kotor dan mesum itu."   Si gadis meliriknya sekali, tanyanya heran.   "Kenapa iapun memanggilmu Toako?"   Pertanyaan yang bernada cemburu. "Hoanmoay, jangan kau salah paham, pertama kali waktu aku harus menghadap Thay-siang, di tengah jalan dia memaksa aku menjadi Toakonya." "Tak heran, selama ini begitu besar perhatiannya terhadapmu."   Si pemuda menghela napas, ujarnya.   "Ai, malam itu juga kau menjelaskan persoalannya padaku kemungkinan aku masih sempat menangkap keparat itu." ' "Memangnya kenapa kalau kau menangkapnya? Merekakan suka sama suka, apa sangkut pautnya dengan kau?" "Aduh, kenapa kau masih belum mengerti. Kalau malam itu kutangkap keparat itu, paling tidak urusan akan menjadi jelas tiada sangkut pautnya dengan aku dan bukan aku yang dijadikan kambing hitam."   Ber-kedip2 bola mata si gadis, tanyanya.   "Malam itu kuseret Giok-lan ke tempat itu, kalau sampai terjadi sesuatu, dia kan bisa jadi saksi."   Berkerut alis si pemuda, katanya.   "Urusan ini memang serba susah, bagaimana aku harus memberi penjelasan kepadanya?". Bergetar tubuh si gadis, tanyanya sambil memandangnya lekat2.   "Kenapa? Memangnyadiacariperkarapadamu?"   Si pemuda manggut2, katanya serba runyam.   "Tadi pagi, dia memakiku, katanya aku mendapat yang baru lupa yang lama segala." "Mendapat yang baru lupa yang lama,"   Tanya si gadis.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Lalu bagaimana jawabmu?"   Sipemuda menyengir kecut, katanya.   "Sehabis mengataku, dia lantas lari pergi."   Si gadis berpikir sebentar, katanya.   "Kukira sudah saatnya kau harus meninggalkan tempat ini." "Tidak, sekarang aku masih belum boleh pergi." "Kenapa?" "Pertama, perkara ini belum kuselidiki, selama belum terang persoalan ini aku tetap akan menjadi kambing hitam, kalau kutinggal pergi begini saja, bukankah aku betul2 membuang yang akhir dari permulaan yang kalut? Selain itu kedua temanku berada ditanganorang2Hek-liong-hwe,akuharusmenolong mereka."   Berpikir sejenak si gadis mengangguk, katanya.   "Alasanmu juga betul, lalu bagaimana selanjutnya?" "Aku harus membekuk keparat yang memalsu diriku itu .....   "   Sampai di sini, mendadak ia genggam lengan si gadis, katanya lirih. "Ada orang datang, lekas kita sembunyi."   Pohon cemara di atas bukit memang tinggi besar, tapi dahannya runcing dan daunnya jarang2, tidak cocok untuk menyembunyikan diri.   Sipemuda celingukan, cepat iatarik si gadisterus melompatjauh ke semak2 sana dan merunduk maju, baru saja mereka sembunyi di belakang pohon cemara besar, Tampak sesosok bayangan orang melesat tiba, langkahnya begitu enteng dan cepat meski harus berlari menanjak naik ke atas bukit, begitu tiba dia berdiri tegak menghadap ke utara sambil menggendang kedua tangan.   Bukit ini kecil tapi luasnya ada belasan tombak.   Tempat orang itu berdiri sedikitnya berjarak empat-lima tombak dari tempat sembunyi kedua muda-mudi, di tengah malam yang gelap oleh kabut ini, yang kelihatan hanya bayangan hitam belaka.   sukar melihat bentuk dan roman mukanya.   Kedua muda mudi itu mendekam di-semak2 di belakang pohon, mereka mengawasi bayangan orang itu tanpa berani bergerak.   Bayangan itu tetap berdiri menghadap ke utara, juga tiga bergerak sedikitpun.   Begitulah keadaan demikian bertahan cukup lamanya, tak kuat menahan rasa heran, si gadis berbisik di pinggir telinga si pemuda.   "Untuk apa dia kemari?"   Si pemuda menjawab dengan suara lirih.   "Kelihatannya dia sedang menunggu sesuatu."   Arah utara sebelah bukit kecil ini adalah hutan pohon cemara, pohonnya pendek2 dan tidak begitu lebat, tapi di malam nan gelap ini kelihatannya begitu lebat dan pekat..   Tak lama kemudian dari arah hutan cemara itu berkumandang sebuah suara rendah berat.   "Kau sudah datang?"   Orang yang berdiri tegak di atas bukit segera membungkuk hormat, sahutnya.   "Cayhe sudah tiba."   Orang di dalam hutan cemara ternyata tidak unjuk diri, suaranya tetap berkumandang.   "Baik sekali!"   Sesaat kemudian dia bertanya.   "Bagaimana diatas kapal?"   Orang di bukit menjawab.   "Memang Cayhe hendak menyampaikan laporan kepada Cujin (majikan), sejak datang seorang she Ling dalam Pang itu, dia diangkat menjadi Cong-su cia, usianya masih muda, tapi berilmu silat tinggi, kabarnya adalah murid kesayangan Hoanjiu-ji-lay....... ."   Orangdidalamhutanbersuara kagetdanheran. Orang di atas bukit melanjutkan.   "Akhir2 ini dia berhasil membongkar komplotan mata2 Hek-liong-pang yang diaelundupkan ke sana, maka dia mendapat kepercayaan Thay-siang ....... '" "O,"   Orang di dalam hutan bersuara pula. "Kalau bocah she Ling ini tidak disingkirkan, mungkin akan merugikan jugabagiCujin,"   Ucaporang di atasbukit. Mendadak orang di dalam hutan tertawa, katanya.   "Majikan malah suruh aku memberitahu padamu, sedapat mungkin kau harus ber-muka2 kepada bocah she Ling itu, dan ikatlah hubungan intim dankerjasamabaikdengan dia."   Orang diatas bukit mengiakan, sahutnya. ''Cayhe mengerti" "Majikan ada sepucuk surat,"   Kata orang di dalam hutan cemara, 'Kau harus menyerahkan kepada Thay-siang, cuma jangan sampai jejakmu di ketahui." "Cayhe akan laksanakan perintah dengan hati2." "Nah terimalah surat ini!"    Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini