Pedang Kiri Pedang Kanan 41
Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 41
Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L "Apakah Suhuku juga di Gak-kohbio?" Sesaat Ling Kun-gi jadi serta salah untuk menjawab, hanya secara samar2 mengiakan. Untung mereka sudah tiba di ujung lorongdantibadikamar segienam. Pui Ji-ping segera berteriak menyambut. "Ling-toako, sudah kauketemukan Pek-hoa ......" Belum habis bersuara dilihatnya di belakang Kun-gi berjalan keluar seorang gadis berwajah jelita mengenakan pakaian ketat, dasar kainnya warna kuning, tepat di depan dadanya tersulam sekuntum Bok-tan, dengan leher tinggi bertitik warna emas, di pinggangnya tergantung pedang. rambutnya digelung mirip puteri keraton yang diberi bermacam perhiasan, meski agak semrawut dan wajahnya kelihatan kotor, mungkin sudah tiga hari tak pernah berdandan, tapi sikapnya kelihatan anggun. Berhadapan dengan Pek-hoa-pangcu yang agung dan berwibawa sekilas Pui Ji-ping jadi melenggong, kata2 selanjutnyapun lupa terucapkan. "Ling-heng," Tanya Bok-tan tertawa. "dia inikah adik dari keluarga Un?" Dalam hati Tong Bun-khing juga menggerutu, lagi nona yang begitu mesra dan aleman pada Ling-toakonya ini. Lekas Pui Ji ping menggeleng kepala, katanya. "Aku bukan Un-cici, aku bernama Pui Ji-ping, Cici ini ......" Tiba2 dia menuding ke sudut pintu di depan sana serta menambahkan dengan tertawa. "Nah, ituUn-cicisudah keluar." Dari sudut pintu bagian tengah sedang beranjak keluar sebarisan orang, paling depan adalah dua laki2 baju hijau penunjuk jalan diikuti Yong King-tiong Un Hoan-kun, Giok-lan, Ci-hwi dan seorang Nikoh tua dengan pedang dipunggungnya, dia inilah Bing-gwat Suthay. Melihat Bok-tan sudah berada di sini, tanpa janji Un Hoan-kun, Giok-lan dan Ci-hwi sama berteriak girang. "Pangcu!" -Seperti berlomba saja mereka berebut maju serta memberi hormat. Mendengar orang banyak sama memanggil "Pangcu", diam2 Pui Ji-ping melengak heran. Bok-tan maju selangkah memegang kedua tangan Un Hoan-kun, katanya haru dan penuh nada terima kasih. "Nona Un, berkat pertolonganmu sepanjang jalan ini, kau telah menolong Sam-moay bertiga lagi, entah bagaimana aku harus berterima kasih padamu." Un Hoan-kun melengak sejenak, tanyanya. "Pangcu sudah tahu?" Bok-tan manggut, katanya. "Barusan Ling-heng sudah menjelaskan padaku." -Sebentar matanya menjelajah lalu berkata. "Dalam rombongan kita masih ada Coh-houhoat Leng Tio-cong, serta Liang Ih-jun dan Yap Kay-sian, apakah mereka tidak di temukan?" "Leng Tio-cong dan Yap Kay-sian sudah gugur, beruntung Liang Ih-jun lolos dari barisan pedang, badannya terluka delapan belas goresan pedang, sekarang di luar sedang menyembuhkan luka2nya Ling Kun-gi memberi keterangan singkat. Guram wajah Bok-tan, katanya. "Rombongan kita sungguh bernasib amat jelek." -Lalu dia ang-kat kepala bertanya kepada Kun-gi. "Ling-heng, apa kau melihat Jimoay dan rombongannya?" "Waktu Cayhe kemari di sebuah lorong bertemu dengan Coa Liang, lukanya amat parah, dia cuma bisa menuding ke suatu arah dan tak mampu bicara, belakangan dari mulut Han Jan-to dapat kuduga bahwa Hupangcu terjebak di Hwi-liong-tong, dari sini kita bisa maju lebih lanjut untuk mencari mereka di Hwi-liong-tong." -Lalu satu persatu dia perkenalkan seluruh hadirin. Berkata Yong King-tiong dengan mengelus jeng-got. "Ling- kongcu, urusan di sini sudah beres, marilah kita lekas lanjutkan tugas yang lain." Di bawah pimpinan Yong King-tiong mereka meninggalkan kamar segi enam dan membalik ke arah datangnya semula. Waktu lewat lorong barisan pedang, tiada seorangpun yang melelet lidah dan mengkirik dibuatnya. Kini Tu Hong-sing berjalan paling depan, dia bertugas membuka pintu rahasia. Liang Ih-jun segera menyambut ke hadapan Bok-tan dan Kun-gi, katanya sambil hormat. "Pangcu, hamba sudah gelisah tak karuan, ribuan barisan pedang terpasang di dalam pintu ini, entah bagaimana perjalanan Congcoh mencari Pangcu, kini syukurlah kalian telah kembali dengan selamat ......" "Luka2 Liang-heng apa sudah sembuh?" Tanya Kun-gi "Berkat pertolongan Congcoh, jiwa Cayhe-ter-tolong, kini sudah jauh lebih baik," "Sejak kini aku bukan Cong-hou-hoat-su-cia segala, selanjutnya Liang-heng takusah memanggilku demikian." Giok-lan melirik Bok-tan, katanya keheranan. "Ling-kongcu kan baik2 saja, kenapa ......." Kun-gi tertawa kecut, katanya. "Kalau dibicarakan sungguh amat menyesal, dikala Cayhe memasuki Ui-liong tong seluruh rombongan tertumpas habis, waktu Cayhe bertemu Thay-siang di Hek-liongtam, beliau sudah terima pengunduran diriku sebagai Cong-houhoat-su-cia, belakangan kuketahui bahwa Pangcu dan rombongan Hupangcu terperangkap di Ceng-liong-tong dan Hwi-liong-tong, maka Cayhe mengajukan diri mohon persetujuan Thay-siang untuk menolong orang banyak, setelah meninggalkan lorong2 di perut gunung ini, selanjutnya Cayhe sudah bukan anggota Pek-hoa-pang lagi." -karena Thay-siang adalah bibinya, maka peristiwa ledakan dahsyat oleh bahan peledak yang tersimpan dalam tandu sehingga seluruhanak buahnyagugurtidakenakdiaceritakan. Bok-tan tertawa wajar, katanya. "Meski bukan Cong-su-cia, tapi Ling-heng tetapadalahkeluargaPek-hoa-pang, betultidak?" Rombongan kali ini jumlahnya lebih banyak, sambil jalan mereka mengobrol serta mengagumi bangunan lorong2 yang membingungkan di sini, tanpa terasa mereka sudah berada di sebuah lorong lurus dan lebar. Yong King-tiong menghentikan langkah, serunya sambil membalik badan. "Perhatian, sekarang kita sudah keluar dari lingkungan Ceng-liong-tam, di luar pintu batu di luar sana sudah termasuk Hwi-liong-tong. Di Hwi-liong-tong ada Cap-coat-kiam-tin dan Cap-ji-sing-siok, meski kedua barisan lihay ini sudah tertumpas habis, tapi kelompok mereka yang berdinas di luar masih punya jago2 kosen yang lihay, maka kalian harus hati2 dan selalu siaga." -Habis berkata dia melangkah lebar ke depan. Tidak jauh mereka sudah tiba di ujung lorong, di mana mengadang sebuah dinding. Yong King-tiong langsung menekan sebuah tombol di dinding, maka terbukalah sebuah pintu, dia mendahului melangkah masuk. Di luar pintu adalah lorong panjang pula, tapi kira2 lima tombak Yong King-tiong beranjak, Tu Hong-sing lantas mengerut kening, katanya lirih. Yong-congkoan, harap berhenti dulu!" "Ada apa?" Tanya Yong King-tiong. "Mungkin Yong-congkoan belum pernah datang di Hwi-liong koan?" "Hwi-liong-koan?" Yong King-tiong balas tanya. "Lohu memang belum pernah ke sana? Memangnya di mana letak Hwi-liong-koan??? "Setelah dipugar barulah kedua tempat itu dinamakan Ceng- liong-tam dan Hwi-liong koan, ke duanya dibawah pengawasan langsung Cui Kin-in, merupakan dua tempat yang paling rahasia dalam Hek-liong-hwe, bila engkau berjalan lurus ke depan itu berarti langsung menuju Ceng-liong-tong". "Kalau begitu, sia2 Lohu menjabat Congkoan di Hek-liong-hwe selama dua puluh tahun ini," Demikian ujar Yong King-tiong dengan gegetun. Lalu dia bertanya. "Coba katakan, lalu ke mana arahnya untuk pergi ke Hwi-liong-koan?" "Pintu rahasia yang menembus ke Hwi-liong-koan berada di sini, cuma bila pintu di sini terbuka, maka kedua lorong yang menjurus ke dalam ini akan buntu dengan sendirinya, jumlah orang kita kali ini lebih banyak, untuk ini perlu kita berdiri saling berhimpitan sedikit," Setelah suruh orang banyak kumpul di satu tempat yang ditunjuk, baru Tu Hong-sing mendekati kaki dinding sebelah kiri, di sana dia menggagap sebentar, lalu berpindah ke dinding sebelah kanan, di sana iapun meraba sekian lamanya. Kemudian terdengarlah suara gemuruh seperti roda raksasa yang menggelindang pelan, dua lapis dinding di kiri-kanan pelan2 terbuka sendiri, tapi bertepatan dengan itu, tepat pada mulut lorong yang menembus ke depan dan belakang itu melorot turun pelan sebuah daun pintu pemisah yang tebal dan berat menutup lubang lorong, seperti pintu dam saja kedua lorong ini tertutup rapat takkan bisa dibuka lagi untuk selamanya. Yong King-tiong terbeliak kagum, katanya. "Sejak kapan tempat ini dibangun?" "Hampir sepuluh tahun yang lalu," Sahut Tu Hong-sing. "waktu ituKiSengjiang masih menjabatCongkoandisini." Ia tuding lorong sebelah kanan serta menambahkan. "Kalau orang2 Pek-hoa-pang menyerbu ke Hwi-liong-tong, orang2 Hek- liong-tong tak perlu melawan, mereka akan masuk perangkap dan terpancing masuk ke Hwi-liong-koan, siapapun bila masuk ke Hwi- liong-koan, seperti juga masuk ke Ceng-liong-tam, cukup asal pintu dinding ini diturunkan dan jangan harap mereka bisa keluar." "Kalau kita sudah masuk ke sana, lalu bagaimana?" Tanya Yong King-tiong. "Untuk ini Congkoan tak usah kuatir, tombol rahasia pintu ini berada di bawah daun pintu, setelah lorong di sini beralih dan berubah bentuk, dari luar takkan bisa dibuka lagi, cukup asal kita membagi beberapa orang berjaga di sini, segalanya tidak perlu dibuat kuatir." Bok-tan pandang seluruh hadirin lalu berkata. "Sam-moay, Cap-moay, Bing-gwat Suthay dan Bak-ni boleh berjaga saja di sini." Kuatir keempat orang ini kurang tenaga, maka dengan tertawa Kun-gi pandang Bok-tan dan Tong Bun-khing beramai, katanya. "Tujuan kita masuk ke sana untuk menolong orang, kalau tempat itu dinamakan Hwi-liong-koan, pasti di sana terpasang perangkap lihay dan berbahaya, kalau terlalu banyak orang malah kurang leluasa, menurut pendapatku. Pangcu, nona Tong, nona Cu dan Puisiaumoay besertaSiau-thotetapikutberjagadisini saja." "Tidak," Sela Bok-tan tegas. "sebagai Pek-hoa-pang Pangcu, aku wajib ikut masuk mencariorang." "Baiklah kalau begitu, sisanya yang lain harap tetap berada di sini, marilah kita masuk bersama," Demikian Yong King-tiong ambil keputusan. Maka Tu Hong-sing tetap bertugas jadi penunjuk jalan, Yong King-tiong, Ling Kun-gi, Bok-tan, Ban Jin-cun, Kho Keh-hoa, Liang Ih-jun dan tiga jago pedang baju hitam bersepuluh orang beriring masuk ke lorong sebelah kiri. Sepuluh tombak kemudian keadaan mendadak berubah, lorong itu menjadi luas dan lebar, bentuknya seperti sebuah aula panjang, di depan kembali mereka diadang lapisan dinding besar, tepat di bagian tengah bertatahkan dua huruf besar warna merah yang menyolok berbunyi "Hwi Liong" Di bawah tulisan adalah dua sayap pintu yang bercat merah darah. Sudah tentu daun pintu besar ini juga terbuat dari batu, cuma daun pintu dicat, maka kelihatannya mirip daun pintu umumnya. Malah pada daun pintu ada sepasang gelang besi yang berukir binatang pula, kelihatan amat angker. Hwi-liong-koan memang sesuai namanya, bentuknya memang seperti sebuah benteng. Bagi orang yang tidak tahu pasti mengira tempatiniadalah Hwi-liong-tong. Rombongan kedua yang dipimpin Hupangcu So-yok bertugas menyerbu kemari, pastilah mereka terpancing masuk ke Hwi-liong koan ini. Tiba di bawah benteng Yong King-tiong mengamati keadaan sekelilingnya, lalu berpaling dan bertanya. "Apakah Tu-heng tahu bagaimana keadaan di dalam Hwi-liong-koan?" "Pernah aku mmemperoleh tugas dua kali masuk kemari, tapi hanya berhenti di bawah benteng saja, bagaimana keadaan di dalam aku sendiri tidak jelas, cuma pernah kudengar pembicaraan Hwi-liong-koancu Oh Coan-oh, katanya di dalam banyak terdapat rumah2 batu." "Oh Coan-oh dulu pernah menjadi anak buah-ku, pernah menjabat Sincu (ketua barisan ronda), coba kau panggil dia keluar menemui aku." Tu Hong-sing menyengir, katanya. "Ya, kenapa aku lupa bahwa engkau dulu petuah menjabat wakil komandan ronda Hwi-liongtong, Oh Coan-oh memang bekas anak buahmu." Yong King-tiong menghela napas pelahan, katanya. "Waktu itu Hek-liong hwe masih menentang kerajaan yang sekarang, kini Hekliong-hwe sudah dijadikan alat untuk menumpas dan menjebak para pahlawan bangsa yang menentang kerajaan, situasi dan keadaan sekarang sudah jauh berbeda." Dalam pada itu Tu Hong-sing telah maju mendekati pintu, gelang pintu dia putar ke kanan-kiri tiga kali. Maka dari mulut binatang yang terukir pada gelang besi berkumandang suara bertanya. "Siapa di luar?" "Hek-liong-tam Yong-congkoan minta Oh-koan-cu keluar menjawab pertanyaannya," Kata Tu Hong-sing lantang... Orang di dalam segera menyahut. "Baik, Cayhe akan segera melaporkan." -Keadaan kembali menjadi sunyi. Lekas sekali kedua daun pintu besar terbuka pelan2 tanpa mengeluarkan suara, dua laki2 baju hitam ketat menenteng lampion beranjak ke-luar bersama. Di belakangnya pula seorang laki2 berusia lima puluhan berjubah hijau. Orang ini, adalah Hwi-liong-koan Koan-cu Oh Coan oh, sekilas dilihatnya Yong King-tiong berdiri di depan rombongan orang banyak, lekas dia maju lagi dua langkah serta menjura, sapanya. "Hamba tidak tahu akan kedatangan Yong cong-koan, maaf akan keterlambatan penyambutan ini." Yong King-tiong tertawa sambil mengelus jenggot, katanya., "Oh-heng tak usah banyak adat, kini aku sudah bukan Hek-liongtam Congkoan lagi." Oh Coan-oh membungkuk badan, katanya dengan tertawa. "Kalau demikian, Yong-congkoan tentu naik pangkat." Tiba2 Yong King-tiong menarik muka, katanya sedikit mendengus "Memangnya kecuali mengejar pangkat dan kedudukan, apakah benakOh-hengtak pernah memikirkansoal lain?" Oh Coan-oh tampak tertegun, ia mengawasi Yong King-tiong, suaranya kedengaran sumbang. "Yong-congkoan ......." "Oh Coan-oh," Bentak Yong King-tiong. "ingin kutanya padamu, dulu waktu kau menjabat Sincu Hek-liong-hwe, bukankah kau anggota setia dari Thay-yang-kau?" Tergagap Oh Coan-oh, katanya dengan ragu2... ." "Baik, sekarang Lohu beritahu padamu, Han Jan-to sudah mati, Cui Kin-in sudah melarikan diri, Hek-liong-hwe juga sudah dihancurkan, impianmu untuk naik pangkat sudah sirna sama sekali, maka sadarlah kau." Pucat muka Oh Coan oh saking kaget dan jeri, katanya sambil menyeka keringat. "Kau orang tua ....." "Lepaskan orang Pek-hoa-pang yang masuk perangkap, mengingat hubungan baik kita dulu Lohu boleh mengampuni jiwamu, setelah meninggalkan tempatini......." Belum habis dia bicara dari dalam Hek-liong-koan tiba2 berkumandanggelaktawaseseorang, katanya."Yong-hengternyata adadisini, agaknyakedatanganku belumterlambat." Belum habis bicara, muncul dua orang dari balik pintu sana. Yang di depan adalah seorang kakek berperawakan kecil kurus, dial bukan lain adalah Hwi-liong-tong Tongcu Nao Sam-jun, orang di belakangnya adalah Ui-liong-tong Tongcu Ci Hwi-bing. Di belakang mereka mengintil pula sebaris laki2 baju hitam ketat, semuanya menenteng pedang panjang warna hitam. "Hamba menyambut kedatangan Tongcu," Lekas Oh Coan-oh memberi hormat. Dengan menyeringai Nona Sam-jun berkata. "Yong-heng minta kau membebaskan orang2 Pek-hoa-pang yang masuk perangkap, bagaimana pen-dapat Oh heng?" Oh Coan-oh bergidik ketakutan, jawabnya. "Hamba tidak berani." Jelilatan sorot mata Ci Hwi-bing, katanya dengan tertawa. "Eh, Pek-hoa-pang Pangcu kiranya juga datang." Bok-tan tertawa dingin, katanya. "Memangnya kenapa kalau aku datang? Kau kira perangkap kalian mampu mengurung aku?" Melihat dandanan lima orang laki2 di belakang Nao Sam jun tergerak hati Ban Jin-cun, katanya berpaling ke arah Kho Keh-hoa. "Kho-heng, kau lihat, dandanan beberapa bangsat ini bukankah sama dengan penyamun yang menyerbu Ciok-bun-san-ceng dulu?" "Betul," Sahut Kho Keh-hoa mengangguk. "bangsat yang membunuh keluargaku, semuanya juga mengenakan seragam seperti itu." Ban Jin-cun mengertak gigi, katanya. "Tidak salah lagi kalau begitu, memang demikianlah kejadiannya, bukan mustahil mereka inilah penyatron..." Kho Keh-hoa tak tahan lagi, sambil angkat pedang sebat sekali dia melompat maju, bentaknya. "Orang she Nao, apakah mereka anak buahmu?" Ban Jin-cun tidak kalah cepat, segera iapun melompat maju. Melihat kedua orang, Nao Sam-jun-tertawa, katanya-"Eh, kalian juga sudah keluar." "Jawab pertanyaanku dulu," Bentak Kho Keh hoa. "apakah mereka anakbuahmu?" Sekilas Nao Sam-jun pandang kelima anak buahnya, lalu menjawab. "Betul, mereka adalah jago pedang dari Hwi-liong-tong, untuk apa kau tanya hal ini?" Membara mata Ban Jin-cun, pedang ditangannya diobat-abitkan, tanyanya. "Yang menyerbu ke Ui-san dan keluarga Kho di Ciok-mui dan membunuh seluruh angota keluarganya apakah perbuatan Hwiliong-tong kalian?" Nao Sam-jun tatap kedua anak muda itu sebentar, katanya dengan mendengus. "Untuk apa kalian tanya soal ini?" "Katakan, apakah kau orang she Nao yang pimpin mereka membunuh keluargaku?" Hardik Ban Jin-cun. "Betul, kami diperintahkan atasan, keluarga Ban di Ui-san dan keluarga Kho di Ciok-bun adalah keturunan pembesar dinasti Bing dahulu yang sekongkol dengan pemberontak, maka baginda memerintahkan untuk menumpas kedua keluarga besar ini.... " Mendidih darah Ban Jin cun dan Kho Keh-hoa, tanpa berjanji keduanya menghardik bersama. "Anjing bangsat, serahkan jiwamu!" -Dua bayangan orang menubruk bersama, dua pedang panjang mereka serentak menyambar ke badan Nao Sam-jun. Sudah tentu Kim-kau-cian Nao Sam jun tidak pandang sebelah mata pada kedua lawannya, dengan menyeringai dia berkata. "Anak muda, bicaralah baik2, kenapa main senjata?" -Sebat sekali kedua tangannya terpentang, dengan jari telunjuk dan jari tengah ia berhasil menjepit ujung pedang kedua orang. Agaknya dia sengaja mau pamer ilmu sakti Kim-kau cian, tapi dia tidak menjepit putus ujung pedang, cuma menjepitnya saja dan tidak dilepaskan, katanya dingin. Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Siapa kalian sebetulnya? Lohu belum lagi membuat perhitungan dengan Yong-congkoan, tahu?" Bahwa pedang tusukan mereka kena dijepit hanya dengan dua jari oleh lawan, sungguh kaget dan gugup Ban Jin-cun dan Kho Kehhoa bukan main, lekas mereka menarik, tapi kedua jari Kim-kau-cian Nao Sam-jun sekeras tanggam, usahanya tidak membawa hasil yang diharapkan. Setelah Nao Sam-jun habis bicara, sedikit ang-kat dan sendal, mendadak terasa oleh Ban Jin-cun dan Kho Keh-hoa dari ujung pedang tiba2 tersalur segulung tenaga yang menerjang tiba sehingga mereka tertolak sempoyongan. Berhadapan dengan musuh besar, Ban Jin-cun dan Kho Keh-hoa seperti orang kalap, apalagi terbukti bahwa orang dihadapan mereka adalah musuh pembunuh ayah bunda dan keluarganya maka mereka tidak hiraukan kepandaian sendiri yang rendah, dengan nekat mereka menyerbu maju pula, bentaknya beringas. "Bangsat tua, serahkan nyawamu! Tuan muda ini adalah Ban Jincun dari Ui-san" Dan aku Kho Keh-hoa dari Ciok-bun!" Dia larik sinar terang serentakmenyamberdari kanan kiri. "Hahaha," Nao Sam-jun bergelak terlawa. "jadi kalian buronan dari keluarga pemberontak? Bagus juga, membabat rumpat harus se-akar2nya, biar hari ini Lohu bereskan kalian pula." -Mulut bicara, tanpa menyingkir atau berkelit, tiba2 dia malah berkelebat maju dan menyelinap di antara sambaran sinar pedang kedua orang. Ui-san-kiam-hoat biasanya mengutamakan ke-tenangan dan mantap, dada Ban Jin-can diliputi dendam darah yang tak terlampias, sekali tusuk ingin rasanya dia tamatkan jiwa Nao Sam-jun, maka begitu turun tangan dia lantas iancarkan serangan mematikan. Sebaliknya Liok-hap kiam-hoat kebanggaan ke-luarga Kho terkenal gesit dan cepat, bila ilmu pedang ini dikembangkan, maka bertebaranlah bintik2 sinar berhamburan melingkar tubuh musuh. Konon bila Liok-hap-kiam-hoat berhasil diyakinkan mencapai puncak kesempurnaan, sekali menyendal pedang, sekaligus dapat menusuk tiga puluh enam Hiat-to besar di badan manusia, dari sini dapatlah dibayangkan betapa cepat gerakan pedangnya. Perasaan Kho Keh hoa sekarang diburu dendam kesumat, dua puluh delapan jiwa keluarganya harus menuntut balas, kini berhadapan langsung dengan musuh, apapula yang harus dia takutkan, dengan gigi gemerutuk menahan gelora amarah, Nao Sam-jun dicecar dengan serangan gencar. Dari kiri-kanan kedua orang bekerja sama melancarkan serangan, kalau yang satu membabat, yang lain main tusuk, ternyata dua aliran pedang yang berlainan dapat kerja sama dengan baik. Nao Sam-jun tetap bertangan kosong, perawakannya yang kurus kecil tampak bergerak se-lincah kera, terjang sana kelit sini di antara sambaran dan tusukan pedang, seakan2 dia kerepotan dan hanya mampu berkelit saja di bawah rangsakan pedang kedua lawan. Tapi betapapun gencar dan lihay serangan kedua orang tetap tak mampu melukainya, sampaipun menyentuh ujung baju orangpun tidak bisa. Maklumlah Nao Sam-jun berjuluk Kim-kau-cian (gunting emas), Kungfu yang dilatihnya selama hidup justeru terletak pada keempat jari tangannya, setiap kali gebrak dengan musuh, peduli golok, pedang, ruyung atau tombak, sekali kena jepit kedua jarinya pasti patah seketika. Dendam, Ko Keh-hoa dan Ban Jin-cun sudah lama terpendam, yang mereka pikirkan hanya mengadu jiwa demi menuntut balas sakit hati keluarga, sampaipun ujung pedang sendiri yang selalu terjepit putus dan semakin pendekpun tak dihiraukan lagi, mereka tetap menggempur dengan sengit dan nekat. Sudah tentu Kun-gi dapat melihat gelagat jelek ini, baru saja dia hendak bersuara, didengarnya, Nao Sam-jun membentak sambil tertawa. "Nah, kalian anak muda terimalah serangan balasanku." -Di mana kedua tangan terayun, dari celah2 jarinya melesat keluar delapanbintiksinardingin mengincar kedualawan. Ternyata Ban Jin-cun dan Ko Keh-hoa tidak menyadari bahwa pedang mereka sudah terjepit putus semakin pendek, sehingga jarak pertempuran kedua pihak semakin dekat, sehingga jarak ketiga pihak kini tinggal tiga kaki saja. Maka serangan mendadak Nao Sam-jun ini boleh dikatakan dilancarkan dalam jarak yang amat dekat, umpama di dunia ini ada manusia memiliki ilmu Ginkang maha tinggi juga tidak mungkin dapat meluputkan diri dari serangan telak ini, untuk berkelitpun sudah tidak sempat lagi. Apalagi serangan ini merupakan ilmu kebanggaan Nao Sam-jun pula. Memangnya apa gunanya bertangan kosong melawan senjata musuh yang terjepit putus itu telah digunakan sebagai senjata rahasia untuk makan tuannya. Dengan gerak tipu "Lau Hay menaburkan uang emas", peduli musuh dalam jarak jauh atau dekat, selama dua puluh tahun ini, belum pernah ada tokoh Bu-lim yang lolos dari tangannya, jangankan selamat, luka parahpun sudah untung. Dikala Nao Sam-jun mengayun tangan, sementara delapan bintik sinar dingin hampir hinggap di badan Ban Jin-cun dan Kho Keh-hoa, mendadak sesosok bayangan orang menyelinap di depan Ban Jincun dan Kho berdua. Sekali lengan baju menyendal, delapan bintik kemilau itu seketika kena digulungnya, berbareng tangan kiri membalik. "plak", dengan telakpunggungtelapaktangannya mengenai dadaNao Sam-jun. Sungguh mimpipun Nao Sam-jun tidak pernah membayangkan gerak tubuh pendatang ini bisa se-gesit dan secepat itu, sudah tentu dia tidak sempat berkelit, kontan mulutnya mengerang tertahan, pandanganseketika menjadigelap, kakipunterhuyung mundur. Orang yang menyelinap maju ini adalah Ling Kun-gi. Begitu melihat gelagat cukup gawat, dengan gerak kecepatan luar biasa segera dia lompat ke depan Ban Jin-cun dan Kho Keh-hoa, sekaligus dia lancarkan Kian-kun-siu menggulung kutungan pedang yang ditimpukkan Nao Sam-jun serta persen orang sekali tamparan. Dikala Nao Sam-jun terhu-yung mundur sambil mengerang kesakitan, sementara Ling Kun-gi sudah berkelebat balik ke tempatnya pula. Bok-tan terbeliak lebar memandanginya penuh kasih mesra, katanya lirih. "Cepat benar gerakan Ling-heng." Belum habis dia bicara terdangar Nao Sam-jun menjerit kesakitan pula, kontan badannya terjungkal roboh. Ternyata Ban Jin-cun dan Kho Keh-hoa sama merasakan kutungan senjata rahasia yang menyerang mereka mendadak lenyap, Nao Sam-jun pun sempoyongan mundur, agaknya terluka tidak ringan, sudah tentu kesempatan ini tidak di sia2kan, tanpa janji keduanya terus menubruk maju, yang satu menusuk dan yang lain menabas. Kelima laki2 seragam hitam-sama kaget, serem-pak mereka membentak terus menubruk maju hendak menolong. Ban Jin-cun sudah beringas, pedang kutungnya membawa sinar kemilau memapak tubrukan dua laki2 baju hitam. Kho Keh-hoa juga tidak kalah garang, ia membalik badan dan pedang-pun bekerja, tiga laki2 baju hitamyang lain disambutnya dengan sengit. Bok tan tahu kepandaian kelima orang baju hitam cukup tinggi, Ban dan Kho berdua kalau satu lawan satu masih mending, bila dikeroyok pasti celaka akhirnya, maka dia berpaling, katanya. "Liang-houhoat, marilah kita maju membantu." "Hambaterima perintah,"sahutLiangIh-jun. Bok-tan segera mendahului menubruk maju, Liang Ih-jun segera menyusul, bayangan jarinya yang merah secepat kilat menjojoh ke punggung seorang baju hitam yang mengeroyok Kho Keh-hoa. Hiating-ci merupakan ilmu jari yang lihay, serangannya tidak mengeluarkan suara, siapa yang terserang tiada obat yang dapat menolongnya. Pada hal laki2, itu sedang mengerubut Kho Keh-hoa dengan pedangnya, kedua kaki berdiri tegak kokoh, Kho Keh-hoa sudah terkepung di tengah samberan sinar pedang mereka, tak pernah di duga bahwa serangan jari Liang Ih-jun yang tidak bersuara ini sudah menyerang tiba di punggungnya, seketika mulutnya menguak keras, dan kontan roboh tersungkur dan tak bernyawa lagi. Melihat kawannya mendadak roboh binasa, laki2 baju hitam yang satu lagi amat kaget, lekas dia tinggalkan Kho Keh-hoa dan mengayun pedang menabas Liang Ih-jun yang menerjang tiba. Liang Ih-jun tak kalah gesitnya, ia mendak miring meluputkan diri sembari balas menyerang dengan telapak tangan kanan dan tutukan jari tangan kiri. Dalam pada itu, Pek-hoa-pangcu Bok-tan juga melolos pedang, dengan mendelik hardiknya."CiHwi-bing, keluarkanpedangmu!" Melihat Nao Sam-jun sudah ajal, beberapa jago kosen lawan belum lagi turun gelanggang, diam2 Ci Hwi-bing menerawang situasi dan jelas pihak sendiri bakal kalah total, kalau dirinya tidak bertindak cepat mengundurkan diri, mungkin jiwa sendiri bakal melayang percuma. Di kala dia menimang2 itulah didengarnya Pek- hoa-pangcu menantangnya, terpaksa katanya. "Pangcu ingin bergebrak dengan orang she Ci, baiklah kulayani." -Tangan diulur ke belakang, melolos pedang yang terselip di punggung, kaki kiri melangkah setengah tindak, pedang melintang dan badan berdiri miring, tampaknya dia sudah pasang kuda2 siap tempur. Padahal dengan gaya ini dia bersiap2 untuk lari masuk ke Hwi-liong-koan. Bok-tan tertawa dingin, segera ia menerjang maju. Jarak kedua pihak ada tiga tombak, jurus meluncur lurus dengan sinar pedang bertaburan ini adalah jurus Sin-liong-jut-hun, jurus lihay pertama dari Hwi-liong-sam-kiam. Sin-liong-jut-hun sebetulnya ada dua gerakan, gerakan pertama membalut badan dengan cahaya pedang sambil melesat ke depan, setelah badan ter-apung baru melancarkan gerak susulannya, pedang menyerang musuh. Sejak kecil Bok-tan digembleng Thay- siang, sebagai Pek-hoa-pangcu hanya dia seorang yang pernah diajarkan ketiga jurus ilmu pedang naga terbang ini. Gerak lurus meluncur ke depan ini adalah untuk mengejar musuh yang melarikan diri, atau bila jarak kedua pihak terlalu jauh untuk dijangkau pedang, tapi baik mengejar musuh atau menubruk maju dengan serangan dari atas, jurus ini tetap merupakan serangan lihay yang mematikan. Ci Hwi-bing adalah ahli pedang, waktu di Hoa-keh-ceng dulu, dia pernah merasakan kelihayan jurus pedang ini, kini melihat Bok-tan melancarkan serangan ini, hawa pedangnya tampak lebih keras dan kuat, keruan hatinya terkesiap, pelan2 dia menarik napas, seluruh kekuatan dia pusatkan ke lengan, baru saja dia akan angkat senjata balas menyerang, tak nyana Bok-tan yang meluncur datang tahu2 seperti berhenti di tengah jalan, serangan pedangpun telah dilancarkan dengan cahayanya yang terang. Di mana sinar terang menyambar, laksana kilat cepatnya, jeritan orang segera melengking, salah seorang baju hitam yang mengeroyok Ban Jin-cun tahu2 terkapar mati dengan pinggang putus, darah muncrat berceceran. Sinar pedang ternyata tidak berhenti, dengan kecepatan yang tidak berkurang tetap menerjang ke arah Ci Hwi-bing.. Ci hwi-bing sadar kena dikecoh Bok-tan, untuk membantu Ban Jin-cun sengaja Bok-tan menantang dirinya, padahal sasaran utama adalah kedua jago pedang baju hitam anak buahnya yang mengroyok Ban Jin-cun itu. Keruan tidak kepalang marah Ci Hwi-bing, tapi iapun seorang yang cerdik, licik dan licin, melihat Bok-tan tetap menerjang dirinya, tapi jurus ini terang sudah banyak berkurang kekuatannya. Atau dengan kata lain, Bok-tan hanya mau menggertak dengan jurus lanjutan "naga terbang keluar dari mega" Ini, padahal untuk menyerang dan merobohkan dirinya orang harus melancarkan jurus kedua. Untung dia sudah kerahkan setaker tenaga di lengan untuk menghadapi serangan Bok-tan, cuma belum sempat dilancarkan. Kini kebetulan malah dengan kekuatan yang segar ini untuk menundukkan serangan lawan yang sudah kehabisan tenaga. Kesempatan baik ini tidak di sia2kan, sebelum Bok-tan menginjak tanah dia mendahului menghardik. "Perempuan hina, lihat pedang." -Pedang segera menabas. Jurus ini dilancarkan dengan sekuat tenaga, menurut perhitungannya, serangan ini dilancarkan dikala lawan berada pada posisi yang kepepet, betapapun tinggi ilmu silat Bok-tan juga pasti kelabakan, umpama tidak bisa membunuhnya seketika, paling tidak akan membikin orang terluka parah. Tak terduga dikala serangan dia lancarkan, Bok-tan yang meluncur tiba dan belum lagi kaki menyentuh tanah, badannya tiba2 melayang naik pula dengan sekali pusaran, betapa indah dan gemulai gerak tubuhnya, pedang di tangan mengikuti putaran tubuhnya membawa lingkaran sinar kemilau, sebaris cahaya pedang segera bentrok dengan tabasan pedang Ci Hwi-bing. "Tring", suara nyaring senjata beradu memekak telinga. Ci Hwi-bing merasakan pedangnya seperti sekaligus dipukul delapan batang pedang, betapapun tinggi Lwekangnya, tak urung seluruh lengannya terasa kemeng. Padahal hanya barisan sinar pedang bagian depan saja yang tertangkis buyar oleh sapuan pedang Ci Hwi-bing, sisa cahaya di sekelilingnya masih tetap berhamburan laksana ombak menggulung mangsanya. Keruan kaget Ci Hwi-bing, kembali dia sadar telah kena tipu muslihat Bok-tan. Nyata Bok-tan sekaligus secara berantai telah melancarkan Hwi-liong-sam-sek, gerak pedangnya sambung menyambung, setelah dia melancarkan Sin-liong-jut-hun, dikala gerakannya menjadi lamban dan seperti hampir kehabisan tenaga, dia susuli pula dengan jurus kedua Liong-jan-ih-ya. Jurus kedua ini merupakan gerakan menghadapi serangan lawan, bila musuh hanya seorang, segera jurus ini dikembangkan dan musuh pasti terkurung dalam cahaya pedangnya. Untuk menangkis dan balas menyerang terang tidak sempat lagi bagi Ci Hwi-bing, dalam sibuknya mendadak dia menggentak kedua kaki, ia melompat mundur ke belakang dan berusaha lari masuk ke Hwi-liong-koan. Kejadian bagai percikan api cepatnya, tahu2 dia melejit mundur lolos dari libatan sinar pedang musuh, tapi tiba2 dia rasakan kedua kakinya silir2 dingin, ternyata kedua kakinya sudah terpapas putus oleh tajam pedang musuh, dengan mengeluarkan jeritan, panjang badannyaterjungkirbalik ke dalampintubatu. Bok-tan melejit memburu ke depan orang, dengan tertawa dingin sambil menudingkan ujung pedang. "Ci Hwi bing, ke mana pula kau mau lari?" Dikala Bok-tan memburu maju, tiba2 Ci Hwi-bing ayun telapak tangan menghantam batok kepala sendiri, seketika kepalanya hancur dan nyawapun melayang. Sementara itu Liang Ih-jun juga telah berhasil merobohkan lawannya, Hiat-ing-ci dengan gaya ti-punya yang aneh berhasil menutuk Thian-toh-hiat lawan, tanpa mengeluarkan suara laki2 baju hitam itu roboh tak bernyawa. Kini tinggal kedua jago pedang baju hitam, melihat Nao Sam jun binasa, Ci Hwi bing mati bunuh diri, mana kedua orang ini berani bertempur lagi, mulut sama bersiul saling memberi tanda terus melompat mundur hendak melarikan diri. Orang yang melawan Kho Keh-hoa berlalu ter-gesa2, mungkin karena terlalu tegang dan ketakutan, dikala melompat mundur paha kanannya tergores luka oleh pedang kutung Ko Keh-hoa, maka langkahnya jadi sempoyongan. Ko Keh-hoa menubruk maju sambil susuli dengan tabasan. dengan telak dada orang telah dikoyaknya, orang itu menjerit ngeri, setelah ter-guling2 dan berkelejetan, akhirnya jiwapun melayang. Laki2 yang bertempur melawan Ban Jin-cun sudah tentu semakin ketakutan, dia coba menyerang dengan gerak gertakan, sebat sekali diaputartubuhteruslari, taktahunyabelumlagidiasempatangkat langkah seribu, dilihatnya Liang Ih-jun sudah mencegat di belakangnya, jengeknya dingin. "Kau masih mau lari ke mana?" Pelan2 jarinya bergerak, jari tangannya yang merah tahu2 memapak mukanya. Keruan orang itu mengkeret kaget, belum sempat dia pikir, pedang Ban Jin-cun sudah ambles di punggungnya. Kejadian hanya berlangsung beberapa kejap saja Nao Sam jun, Ci Hwi-bing dan kelima jago pedang telah dibinasakan. Kini tinggal Hwi-liong-koancu Oh Coan-oh dan kedua laki2 pembawa lam-pion yang masih berdiri terlongong seperti patung, bergerakpun tidak berani, pecah nyali mereka. Yong King-tiong pandang mayat Ci Hwi-bing dengan terharu, katanya sambil menghela napas. "Ci Hwi-bing adalah laki2 sejati, sayang dia menempuh jalan yang salah." Bok-tan melengak, katanya. "Kalau Wanpwe tahu dia punya persahabatanakrabdenganpaman, pastitidak kubinasakandia." Yong King tiong menggeleng, katanya. "Tidak, dulu dia memang salah satu panglima bersamaku, keadaan memaksa dia menyerah pada kerajaan, tapi perbuatannya beberapa tahun terakhir ini memang pantas dia mmemperoleh ganjarannya, cuma Lohu sendiri tidak tega turun tangan." -Sampai di sini tiba2 dia berpaling, bentaknya ke-reng. "Oh Coan oh!" Oh Coan oh tersentak kaget, ter-sipu2 dia menghormat. "Hamba di sini." "Apa yang Lohu katakan tadi kau masih ingat?" "Ya, hamba masih ingat, masih ingat," Sahut Oh Coan-oh dengan menyengir. "Baik sekali, sekarang lekas kau lepaskan orang2 Pek-hoa pang yang terperangkap didalam Hwi-liong-koan." Terunjuk sikap serba salah pada muka Oh Coan-oh, katanya takut2. "Pesan engkau orang tua pasti akan hamba laksanakan, cuma ..... cuma......" "Cuma apa?" Bentak Yong King tiong dengan tatapan tajam. Bergidik Oh Coan-oh, dia munduk2 dan menjawab. "Kau orang tua harap jangan marah, hamba perlu memberi sedikit penjelasan" "Baik, coba katakan, lekas!" "Dalam Hwi-liong-koan terdapat tujuh puluh dua kamar batu, keadaan kamar di dalam tidak jauh berbeda dengan lorong2 sesat, bila masuk ke sana seketika akan kehilangan arah, makin putar kayun semakin tersesat, bila tiada orang yang tahu seluk beluk di dalam, selamanya takkan bisa keluar. Orang Pek hoa pang semuanya berkepandaian tinggi, Nao-tongcu pernah utus puluhan jago pedang masuk ke sana untuk memancing mereka masuk perangkap lalu akan dibekuk satu persatu, tak nyana jago2 pedang yang masuk beruntun mengalami kekalahan yang mengenaskan, tiada seorangpun yang keluar lagi, karena kewalahan terpaksa Naotongcu mengubah siasat, hamba diperintahkan untuk mematikan jalan keluarnya, supaya mereka mati kelaparan di dalam, padahal setiap kamar batu itu saling bergandengan dan tembus kian kemari, entah orang2 Pek-hoa-pang kini berada di mana? Kalau hamba masuk pasti akan menimbulkan salah paham, lebih baik engkau orang tua mengutus satu-dua orang yang kenal dengan orang2 Pekhoa-pang dan ikut hamba masuk ke sana untuk menolong mereka." "Yong-lopek," Kata Kun gi. "biarlah Wanpwe saja yang masuk, kalian haraptunggu disinisaja." "Biar kuiringi Ling-heng masuk kesana"seru Bok-tan. "Hamba saja ikut masuk," Kata Liang Ih jun. "Tak usahlah, kau tunggu di sini, sudah ada Oh-koancu sebagai penunjuk jalan, kita kan mau cari orang, banyak orang malah repot." "Begitupun baik," Ucap Yong King-tiong. "Ling-kongcu dan Pangcu saja yang masuk, biar kita tunggu di luar sini saja." -Lalu dia tatap Oh Coan-oh dan bertanya. "Oh Coan oh, ada perangkap apa pula di dalam benteng? Kalau dihadapan Lohu berani kau bertingkah, awasbatokkepalamu." Ou Coan-oh munduk2, sahutnya. "Hamba tak berani, berapa sih batok kepalaku, masa berani menipu kau orang tua." -Lalu dia mengeluarkan secarik kulit kambing yang terlempit rapi, dengan kedua tangan dia persembahkan, katanya. "Inilah peta Hwi-liong-koan, pada setiap pintu rahasia ada keterangannya, silakan engkau orang tua melihatnya ." Waktu Yong King-tiong membuka kulit itu, sekilas dia pandang gambar peta Hwi-liong-koan ini, lalu dia serahkan pada Kun-gi, katanya. "Biar kau saja yang bawa gambar peta ini." Kun-gi terima peta itu dan disimpan dalam bajunya, Oh Coan-oh berputar menghadapi Kun-gi dan Bok-tan, katanya. "Silakan kalian ikut." -Lalu dia mendahului melangkah masuk. "Silakan Pangcu," Ucap Kun-gi. Bok-tan tertawa manis, katanya. "Perjalanan ini dipimpin Ling heng, silakan kau saja yang di depan." Oh Coan-oh sudah beranjak masuk, terpaksa Kun-gi tidak bicara lagi, dia melangkah kedalam, Bok-tan ikut dibelakangnya. Hwi-liong-koan ternyata merupakan sebuah ruangan batu besar, bentuknya mirip sebuah aula. Pada ujung kamar besar ini terdapat lima-enam undakan batu yang dipagari balok2 batu, tepat di tengah terdapat sebuah pintu besar, daun pintunya yang terukir bunga warna warni terbentang lebar. Oh Coan-oh bawa kedua orang naik undakan dan masuk ke dalam pintu, itulah sebuah pendopo besar, di tengah atas sebelah depan terpancang sebuah pigura besar yang bertulisan "Hwi-liong-koan" Berwarna emas. Tepat di bawah pigura ada sebuah meja batu dan kursi batu pula, di kanan-kirinya masing2 terdapat sebuah kamar batu, daun pintunya juga terbuka lebar. Kun-gi mengerling, tanyanya. "Apa pula yang ada di dalam pintu ini?" Oh Coan-oh tersenyum, katanya . "Agaknya Ling-kongcu belum periksa peta benteng besar ini. Ketahuilah, kedua pintu ini dinamakan pintu memancing musuh, siapapun yang menerjang masukke dalampastitakkan bisa keluar." "Kenapasetelah masuk takbisakeluar?" TanyaKun-gi. "Kelihatan kamar batu ini tiada pintu lain lagi, tapi sekali berada di dalam, pintu batu akan terdorong keluar dari dinding sehingga pintu tertutup, bertepatan dengan itu tiga muka dinding yang lain sekaligus muncul pula tiga buah bentuk pintu yang serupa, pintu manapun biladimasukitentuakan terjeblossemakindalam." "Lalu dari mana kita harus masuk?" Tanya Bok-tan. Oh Coan-oh tertawa pula, katanya. "Cara untuk membuka pintu serta bagaimana keluar masuknya sudah tertera dipeta .... " Bok-tan menarik muka, katanya. "Aku tahu kalau ada keterangan di atas peta, tapi kau adalah Hwi-liong-koancu, penunjuk jalan pula, sekarang kau buka semua jalan tembus yang harus kita lalui dan jalanlah di depan untuk menunjukan jalan, ada kau sebagai petunjukjalan, buatapa kami harusperiksapetasegala?" Oh Coan-oh tahu bahwa Pek-hoa-pangcu ini galak dan sukar dilayani, sambil mengiakan cepat dia melangkah maju, pada sebuah papan batu di atas meja yang berukir bunga teratai dia dorong dan tarik, lalu ditekan tengahnya, kemudian dia mundur dan berdiri tegak menunggu. Cepat sekali meja batu di depannya itu bergeser ke kanan, tepat di bawah dinding depan pelan2 terbelah dan muncul sebuah pintu. "Silakan kalian masuk," Ucap Oh Coan-oh sambil munduk2. Bok-tan merasakan sorot mata orang jelilatan dan sikapnya terlalu dibuat2, tapi dia diam saja dan waspada, maka sebelum Ling Kun-gi berbicara dia sudah mengulap tangan, katanya. "Kau masuk lebih dulu." Oh Coan-oh tidak banyak bicara, segera dia melangkah masuk lebih dulu. Kun-gi dan Bok-tan ikut di belakangnya, kamar batu di sini tidak besar, bentuknya juga tampak lonjong. Tepat di tengah depan sana di atas dinding terdapat sebuah ukiran bunga Boh-tan dari berbagai jenis dengan warnanya yang berbeda pula, hampir seluruh dinding dipenuhi ukiran bunga ini, begitu indah dan hidup ukirannya, terang buah karya seorang seniman ternama. Bahwa Hwi-liong-koan merupakan perangkap untuk menjebak musuh. sudah tentu di sini tidak perlu pakai pajangan apa2, terutama kamar batu ini luasnya tidak lebih dua tombak, tiada perabotapa-pun, maka lukisandidinding ini kelihatanagak ganjil.. Sekilas Pandang Ling Kun-gi lantas merasakan keganjilan pada lukisan di dinding ini, karena lukisan lima kuntum bunga Bok-tan itu kecuali yang di tengah bentuknya rada besar dan empat lain yang bentuknya agak kecil mengelilingi sekitarnya, jadi terbagi atas dan bawah, kanan dan kiri, kedudukan ini jelas tidak ditatah secara kebetulan. Tengah dia mereka2, didengarnya Oh Coan-oli berkata dengan tertawa. "Ling-kongcu, gambar bunga Bok-tan ini adalah pusat dari kunci seluruh peralatan rahasia yang ada di dalam Hwi-liong-koan ini." -Tangannya, menuding kelima kuntum Bok-tan serta menjelaskan lebih lanjut. "Setiap kamar batu di dalam pada keempat penjuru, dindingnya pasti terpasang pintu rahasia, sekarang menurut tanda yang ada di pusat ini semuanya sedang terbuka, tapi pintu setiap kamar batu itu selalu berubah sehingga orang yang terkurung di dalam sana akan lari kian kemari, se-olah2 sudah menembusi ratusan kamar, tapi tetap tidak menemukan jalan keluarnya..." "Apakah pintu setiap kamar batu itu bisa menutup sendirinya?" Tanya Bok-tan. "Ya, bunga Bok-tan di tengah yang besar itulah letak kuncinya, empat bunga disekelilingnya yang agak kecil merupakan kunci setiap pintu kamar, asal kunci pusatnya ini dibuka, lalu keempat kuntum yang lain juga dibuka pula, maka pintu di keempat dinding setiap kamar itu tidak akan buka-tutup secara bergiliran lagi," Sampai di sini dia menambahkan. "Kita akan masuk menolong orang, terpaksa tiga pintu di setiap kamar itu harus kita tutup, tinggal satu lagi yang masih terbuka untuk memudahkan usaha pencarian ini." "Lalu kunci pusatnya itu apakah tidak perlu ditutup?" Tanya Boktan. "Kalau kunci pusatnya yang di tengah itu ditutup juga, seluruh peralatan rahasia di dalam akan berhenti bekerja, seluruh pintu takkan bisa dibuka lagi, lalu bagaimana kita bisa masuk?" Oh Coan-oh menjelaskan. "Baik. lekas kau kerjakan," Perintah Bok-tan. "kita harus lekas2 menolong orang." Oh Coan-oh mengiakan, dia memutar ke kanan tiga kali pada kuntum bunga Bok-tan yang agak kecil yang terletak di atas, bawah dan sebelah kanan, lalu kuntum keempat yang terletak di sebelah kiri dia putar ke kiri tiga kali, katanya. "Beres, sekarang tinggal pintu kiri setiap kamar itu yang terbuka, umpama kita tidak masuk mencari mereka, maka orang2 yang terperangkap di dalam akan bisa mencari jalan keluarnya." "Baik, lekas kau buka saja pintunya," Kata Bok-tan pula. Oh Coan-oh mengiakan, dia menghampiri dinding kiri dan menekan dua kali, dinding di depannya lantas terbukalah sebuah pintu. "Pangcu," Ucap Kun-gi. "marilah kita masuk," "Kau sudah dengar, keadaan seperti di dalam lorong sesat itu, biarlahOh-koancu menunjukkanjalannya,"sahutBok-tan. "Kalian tunggu sebentar," Kata Oh Coan-oh sambil menghampiri dinding sebelah kanan. "Apa yang kau kerjakan?" Tanya Bok-tan. "Seluruh peralatan di sini sudah kubereskan, sekarang tiada tugasku yang lain, maaf aku mohon diri saja..... " Badannya mepet dinding, maka terdengar "crat", dinding segera menjeplak, badan Oh Coan-oh terus terjungkir ke dalam, sekali berkelebat lantas lenyap. Bok-tan gusar, makinya. "Keparat!" -Tangan terayun, dilontarkan pukulan jarak jauh. Tapi pintu di sini mirip pintu jeblakan yang dapat memantul balik dengan cepat, waktu pukulan Bok-tan tiba sementara pintu sudah tertutup pula. "Blang", pukulannya mengenaidinding. Kata Bok-tan dengan gegetun. "Sudah ku-sangsikan dia pasti bukan manusia baik2." "Sudahlah, biar dia melarikan diri," Ujar Kun-gi. Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ling-heng lekas keluarkan peta Hwi-liong-koan, jangan kita tertipu olehnya". Kun-gi keluarkan peta kulit kambing itu, segera mereka memeriksa dengan teliti. Apa yang diterangkan Oh Coan-oh ternyata tidak salah, dia memang sudah membereskan segala peralatan rahasia dalam Hwi-liong-koan ini. Jadi hanya pintu di sebelah kiri pada setiap kamar batu saja yang terbuka, tiga pintu lain sudah buntu. Asal keluar atau masuk mengikuti pintu2 yang terbuka itu, dengan sendirinya akan mudah menemukan orang dan keluar lagi dengan leluasa. Setelah memeriksa sekian lamanya, Bok-tan berkata heran. "Ling-heng, peta ini merupakan keterangan seluruh peralatan dalam Hwi-liong-koan, kenapa pintu dari Oh Coan-oh lari tadi tidak ada keterangannya di sini?" Kun-gi berpikir sejenak, katanya. "Mungkin jalan ini merupakan sebuah lorong rahasia tersendiri yang tidak termasuk dalam lingkungan Hwi-liong-koan, maka di sinitidakdiberi keterangan," Berkedip mata Bok-tan, tanyanya tidak paham. "Penjelasanmu belum kumengerti." "Hwi-liong-koan merupakan salah satu seksi berkuasa dari Hwiliong-tong, lorong rahasia ini mungkin menembus langsung ke Hwiliong-tong, maka tidak termasuk dalam lingkungan rahasia di Hwiliong-koan ini, tadi waktu kita tiba di luar benteng, tahu2 Nao Sam jun dan Ci Hwi-bing menyusul datang, tapi mereka keluar dari Hwiliong-koan, ini dapat dijadikan bukti." "Ling-heng memang cerdik," Puji Bok-tan tertawa. "Siau-moay selamanya tak mau kalah dari orang lain, tapi terhadang Ling-heng, sungguh tunduk lahir hatin." Panas muka Kun-gi, katanya tertawa. "Pangcu terlalu memuji." Bola mata Bok-tan yang jernih menatap Kun-gi lekat penuh kasih mesra, katanya lirih. "Ling-heng, jangan panggil aku pangcu, kalau dalam hatimu ada tempat untuk diriku, lebih baik kalau kau panggil aku Bok-tan saja," Agaknya dia memberanikan diri melimpahkan isi hatinya, tak urung wajahnya merah jengah, tapi dengan berani dia tetap memandang dengan malu2 harap. "Kebaikan Pangcu sungguh membuat Cayhe amat terharu .... . .." Bok-tan tertunduk lalu angkat kepala pula, katanya cemas. "Lingheng, kau tahu aku tidak menginginkan rasa harumu saja." Wajah Kun-gi menunjukan perasaan kurang tenteram, seperti mau bicara tapi urung, Tiba2 sorot mata Bok-tan menjadi rawan, katanya lembut. "Lingheng tidak menjelaskan juga aku sudah tahu, apakah kau sudah punya kekasih?" Tanpa memberi kesempatan Ling Kun-gi bersuara dengan tertawa dia menambahkan. "Dengan karakter dan kepandaian silat Ling-heng, adalah jamak kalau banyak gadis yang kasmaran kepadamu, hal ini tidak menjadi soal bagiku, karena kita berkenalanagaklambat,asalkausudi menerimaku,akusudahamat puas." Tidak kepalang haru Kun-gi, dengan kencang dia genggam pundak Bok-tan, katanya dengan suara tersendat. "Pangcu ....." Semakin jengah muka Bok-tan, dia balas genggam lengan Kungi, sambil bersuara aleman, katanya. "Nah, lagi2 kau panggil Pangcu." Lalu dia angkat kepala dan bertanya. "Siapakah kekasih Ling-heng? Apakah yang menyamar Kiu-moay ... .. ." "Blang", tiba2 suara gedebrukan berkumandang dari kamar sebelah kanan. Dua orang sama tersentak kaget, lekas mereka berpaling ke sana, tampak pintu jeplakan di sebelah kanan itu kembali terbalik, dari luar menerjang tiba seorang dengan langkah sempoyongan, sekujur badannya berlepotan darah, tiga empat langkah saja dia gentayangan lalu jatuh tersungkur. Karena orang gentayangan sambil menopang badan dengan pedang, terang orang ini terluka amat parah. Mata Kun-gi amat tajam, sekilas pandang dia sudah jelas muka orangini, iaberteriak. "Kong-sun-heng!"-Sebatsekalidia memburu maju. Lekas Bok tan ikut memburu maju, katanya. "Bagaimana mungkin Kongsun houhoat keluar dari lorong rahasia ini?" "Betul, dia terpencar denganku waktu masih berada di Hwi-liong tong, tadi Oh Coan-oh keluar dari sini, mungkin karena terburu2 sehingga lupa menutup pula pintunya, maka dengan leluasa Kongsun-heng bisa keluar kemari," Sembari bicara Kun-gi periksa keadaan Kongsun Siang. Bok-tan berdiri di sampingnya, tanyanya. "Apa-kah lukanya berat?" Bertaut alis Kun-gi. katanya. "Ada tiga luka bekas tabasan pedang dan satu luka kena piau, mungkin juga terluka dalam, umpama tidak terluka, dalam sehari semalam tanpa makan minum dan tidak tidur lagi, pula harus mengalami pertempuran sengit, badannya juga pasti loyo." -Sembari bicara dia keluarkan obat luka dan dijejalkan ke mulut Kongsun Siang, lalu sebelah tangan menekan Ling-tai hiat dari pelan2 salurkan hawa murninya. Keadaan Kongsun Siang betul2 amat gawat, untung Kun-gi segera memberi saluran hawa murni sehingga jiwanya direnggut balik dari perjalanan ke akhirat, sesaat kemudian matanya mulai melek, lama dia pandang muka Kun-gi, mendadak dua titik air mata menetes dari kelopak matanya, katanya dengan lemah. "Congcoh ....aku....aku....mungkin....takkuat... " "Kongsun-heng janganbicara,"bujukKun-gi. "Seharisemalamini .....akubertemu..... delapanbelasjago .. ..Hek-liong hwe ....badanku terluka pedang beberapa tempat . ... tapi mereka berhasil kubunuh ....seluruhnya ....Barusan ada seorang lagi ....lari dari sini, aku menempurnya pula .... sampai lama, aku kena dipukulnya sekali di Bong-hwe-hiat di belakangpundak....tapidiapun ....kutusuk luka ... ." "Kau terlalu letih, terluka luar dan dalam lagi, darah keluar terlalu banyak, beruntung dasar Lwekangmu amat kuat sehingga dapat bertahan sekian lama, barusan kau sudah kuberi minum Po binghing-kang-san buatan guruku, sekarang jangan banyak bicara, biar obat bekerja, tanggung kau takkan apa2." Kongsun Siang batuk2, katanya dengan tertawa muram. "Congcoh berulang kali menolong jiwaku, sungguh tak terperikan rasa terima kasihku, cuma ....aku sendiri tahu, kali ini mungkin aku tidak tertolong lagi, ada suatu hal ....sudah lama terpendam dalamsanubariku, sudah lama, cuma....takberani kukemukakan, tapisebelumajalharus....haruskukatakanpadamu.... " "Nanti saja Kongsun-heng jelaskan, sekarang istirahat saja." Kongsun Siang menggeleng, katanya. "Tidak, kalau tidak segera kututurkan, sekali aku tarik napas, selamanya takkan ada orang tahu akan kejadian itu." "Ling-heng,"sela Bok-tandarisamping. "biarlahdiabicara." Dua butir air mata menetes pula membasahi pipi Kongsun Siang, jari2 kedua tangannya dengan kencang meremas baju dada sendiri, dengan keras tiba2 ia berteriak. "Berulang kali Congcoh menyelamatkan jiwaku, aku ....aku bukan manusia, aku binatang, aku pantas mampus, aku bersalah padamu .... " Mendadak tergerak hati Kun-gi, katanya. "Kongsun-heng, jangan terlalu emosi, ada omongan apapun boleh kau bicarakan setelah lukamu sembuh." Gemeretak gigi Kongsun Siang, katanya tegas. "Tidak, kalau tidak kukatakan sekarang matipun aku tidak tenteram. Congcoh .. ..kejadian ini, jelas aku berdosa padamu, beberapa kali ingin aku berterus terang padamu, tapi kata2 yang sudah di mulut selalu urung kuucapkan, aku tidak berani berterus terang, kini aku sudah akan mangkat, tiada yang perlu kukuatirkan lagi ...." Sekuatnya dia menarik napas lalu meneruskan. "Malam itu, waktu Congcoh pertama kali menduduki jabatan Cong-hou-hoat-su-cia, karena congcoh terlalu banyak menenggak arak, aku ingin menengokmu . . .." "Tak usah kau jelaskan lagi," Lekas Kun-gi mencegah. "Aku harus berterus terang, hanya setelah melimpahkan ganjalan hatiku, aku akan mati dengan tenteram," Dia tidak berani memandang ke arah Bok-tan, katanya dengan pedih. "Waktu itu sudah mendekati kentongan kedua, tiada penerangan dalam kamar Congcoh, hanya jendela di sebelah selatan yang masih terbuka, aku masuk lewat jendela, kudapati Congcoh sudah tiada di kamar, tapi kudengar derap langkah Hupangcu di serambi muka, agaknya karena Congcoh mabuk iapun hendak menengokmu ....diwaktu itu aku terlalu sembrono dan diburu nafsu setan, aku memalsukan Congcoh melakukan perbuatan terkutuk ...." Bok tan pernah mendapat laporan kejadian ini dari Giok-lan cuma sejauh ini dia belum tahu siapa gerangan pemalsu Ling Kun-gi itu, tapi karena soal ini menyangkut kesucian dan nama baik So-yok maka sejak dulu hal ini tak pernah dia laporkan kepada Thay-siang. Kini setelah mendengar pengakuan Kongsun Siang, diam2 dia membatin. "Karakter dan jiwa Kongsun Siang yang jujur kiranya setimpal juga berjodohkan Jimoay, cuma sekarang lukanya begini berat, entah dapat tertolong tidak?" Dikala dia termangu itulah, mendadak sesosok bayangan orang menerjang tiba dari pintu sebelah kiri, gerakannya sebat dan aneh, langsung dia menubruk kearah Kongsun Siang seraya berteriak beringas. "Kau bangsat keparat ini, kau bikin aku merana selama hidup?" -Mendadak pedang berkilau menyamber menabas Kongsun Siang. Orang yang muncul mendadak ini adalah Hu-pangcu So-yok yang terkenalkeraskepala, suka menangdan berwajahcantik. Bok-tan terperanjat, teriaknya. "Jimoay, jangan!" Kun-gi juga tidak menduga urusan bisa terjadi secara begini kebetulan, So-yok mendengar sendiri pengakuan Kongsun Siang. Bahwa orang muncul secara tiba2 sudah membuatnya kaget, tak pernah terpikir pula olehnya bahwa orang muncul sambil menyerang, apalagi telapak tangan kanannya masih menekan Ling- tai-hiat Kongsun Siang..melihat sinar pedang menyamber tiba, dalamseribu kerepotannyatangankirinyalantas menjentikpedang. Sayang usahanya terlambat. "Tring", batang pedang memang terjentik, tapi jentikannya hanya sedikit menyerempet dan bikin pedang menceng sedikit pula, di mana sinar pedang menabas turun, darah kontan muncrat, lengan kiri Kongsun Siang tertabas kutung. Muka So-yok tampak membesi hijau, matanya mendelik, tanpa bicara setelah membanting kaki dia terus putar tubuh dan berlari keluar. Setelah minum Po bing-hing-kang-san buatan Hoan-jiu ji lay, dibantu saluran hawa murni Ling Kun-gi lagi, luka Kongsun Siang boleh dikatakan sudah makin membaik. Mendadak dilihatnya So-yok muncul tiba2 sambil mengayun pedang, maka dia pejamkan mata, dia rela menerima kematian, bahwa hanya lengan kirinya yang tertabas kutung, sedikitpun dia tidak mengeluh kesakitan. Kini melihat So-yok berlari pergi malah, maka tanpa perdulikan lengannya yang kutung dan keluar darah serta sakit luar biasa, mendadak dia melompat bangun seraya berteriak. Perangkap Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung