Ceritasilat Novel Online

Pendekar Misterius 2


Pendekar Misterius Karya Gan Kl Bagian 2


Pendekar Misterius Karya dari Gan Kl   Habis berkata ia tertawa terkikih-kikih. Karena muka Cu Hong-tin merah padam seakan-akan orang keselak tulang, seketika ia berbangkit hendak bertindak. Baiknya tuan rumah, Jing-ling-cu keburu mencegahnya .   "Ah, apa guna Toyu sepandangan dengan kanak2 ?"   Setelah itu ia berpaling dan berkata pada Lou Jun-yan .   "Sudahlah, nona, kaupun terlalu nakal!"   Baru saja selesai ucapannya, tiba2 dari belakang ruangan terdengar suara "blung"   Yang keras, menyusul mana kembali tiga kali "blung-blung-blung"   Yang maha dahsyat, seluruh isi kelenteng itu se-akan2 tergoncang oleh suara itu. Ketiga suara itu lebih keras dari yang pertama, malahan kembali disusul lagi sekali "blung"   Yang terlebih keras, seketika batu pasir berhamburan, tiga arca Sam-jing-cosu yang besar ditengah kuil itupun mendadak roboh, dari gugusan tembok sana satu orang melangkah keluar dengan tindakan lebar.   Siapa lagi dia, kalau bukan si orang aneh itu ! Nyata cara keluarnya itu dengan menggunakan ilmu nge- kang (tenaga keras) untuk menumbuk beberapa lapis tembok kuil itu.   Karena munculnya orang aneh ini secara mendadak, semua orang yang berada dipaseban kuil itu sangat terperanjat, seketika mereka menyingkir minggir.   Maka terlihatlah orang aneh itu telah menyingkap kain selubung kepalanya, dua biji matanya ternyata melolor keluar bagai ikan mas, tapi jelek luar biasa dan sudah buta berkedip- kedip pula mengitari paseban itu dengan perlahan, tampaknya seperti ingin sekali mengamat-amati seseorang yang berada disitu.   "Sobat tidak jadi mengaso, ada perlu apakah maka keluar lagi?"   Demikian Jing-ling-cu coba membujuk.   Diluar dugaannya, mendadak dari tenggorokan orang itu mengeluarkan suara gerungan kalap, kelima jarinya bagai kail terus mencengkeram kearah Jing-ling-cu.   Melihat serangan itu, sebagai kawan karib tuan rumah, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong menjadi terkejut, dilihatnya serangan orang itu cepat luar biasa, dan pula Jing-ling-cu tanpa siap siaga, cepat ia mewakili bertindak, sepasang senjatanya "Hun-cui-go-bi-ji", yakni semacam cundrik (badik panjang berujung lancip) yang biasa dipakai kaum nelayan, ia tarik keluar terus menghadang dimuka Jing-ling-cu sambil gunakan tipu "siau-hu-kiat-khiang"   Atau sejodoh ikan selamat bahagia, kontan ia tusukkan dada orang aneh itu.   Tapi orang aneh itu mendadak berdiri tegak.   Ujung cundrik yang gemerlapan itu berhenti di depan dadanya sekira satu- dua dim saja hingga tak sampai mengenai sasarannya.   Sebaliknya karena senjatanya sudah diulurkan sepenuhnya dan tidak mengenai sasaran, selagi Bok Siang-hiong hendak mengganti serangan tahu2 sesudah tertegun sejenak, orang itu terus baliki tangannya mencengkram, dan sebelum Bok Siang-hiong sempat menghindarkan diri, senjata "Hun-cui-go- bi-ji"   Sudah kena terbetot olehnya. Senjata "Hu-cui-go-bi-ji"   Atau cundrik pemisah air yang dipakai Bok Siang-hiong ini terbikin dalam bentuk segi empat dan tajam tiada bandingan, tapi ketika dipegang oleh orang aneh itu dan ditarik kesamping, sesaat genggaman Bok Siang- hiong menjadi sakit tak tertahan dan tahu2 senjatanya sudah berpindah tangan.   Dalam kagetnya cepat2 ia melompat mundur.   Sebaliknya meski orang itu berhasil merampas senjata orang, tapi tak urung tangannya juga terluka oleh mata Go-bi- ji yang tajam, namun seperti tak berasa sakit saja, tiba2 kedua tangannya menekuk, sepasang senjata andalan Tong- ting-hui-hi Bok Siong-hiong itu telah kena dipatahkan menjadi empat potong terus dibuang kelantai.   Berbareng dari tenggorokan si orang aneh mengeluarkan suara "kruk-kruk"   Yang tak terhempas, mulutnya yang jelek, karena bibir atasnya sudah gerowak, menganga lebar, hingga terlihat kedua gusinya yang merah darah lantaran giginya sudah ompong seluruhnya, kesemuanya itu membikin orang2 yang memandangnya menjadi ngeri.   Dan kalau melihat gerak geriknya, agaknya orang itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, cuma tak mampu bersuara, sebab itulah ia menjadi kelabakan sendiri.   Melihat macam orang yang menakutkan bagai setan itu, tapi tampaknya hendak mengucapkan sesuatu perkataan, Lou Jun-yan menjadi menaruh belas kasihan.   Maka lantas menegur .   "He, apakah kau hendak menga.........."   Tapi belum lagi selesai pertanyaannya "mengatakan sesuatu"   Diucapkan tiba2 dari tenggorokan orang itu mengeluarkan semacam suara siulan gembira, lalu kedua tangannya dipentang terus menubruk kearah si gadis.   Keruan Jun-yan menjerit kaget.   Baiknya ilmu ginkangnya sudah terlatih sangat matang, sekali kakinya menutul dengan gerakan "Koan-im-seng-thian"   Atau Budha Koan-im naik ke langit, tubuhnya terus mencelat keatas dan menggunakan tangannya memegangi belandar paseban kuil itu, hingga tubuhnya bergantung di udara.   Tak tersangka, tahu-tahu orang aneh itu seperti bayangan saja yang selalu mengikuti gerak tubuhnya, iapun ikut meloncat keatas terus meraup, tiba-tiba Jun-yan merasa kakinya terbetot, tapi syukur segera terlepas, kiranya sebuah sepatu yang terbuat dari kulit rusa itu telah lepas kena ditarik manusia aneh itu.   Dalam kaget dan takutnya, cepat si gadispun melompat turun kesamping.   Orang aneh itu ternyata tidak memburunya lebih jauh, hanya sebelah sepatu si gadis itu dipeganginya kencang- kencang, sambil tiada hentinya ditempelkan kepipinya dengan lakunya yang lucu bagai sijejaka lagi bercumbu rayu dengan sang kekasih.   Melihat itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli .   "Hahaha, mungkin sekali orang ini berpenyakit gila perempuan!"   "Ngaco-belo!"   Semprot Jun-yan dengan wajah merah jengah.   Maklum seorang gadis remaja tidak layak mendengarkan kata2 semacam itu.   Tapi karena suaranya itu, tiba2 orang aneh itu sisipkan sebelah sepatunya itu kedalam bajunya, lalu bagai anak panah terlepas dari busurnya, cepat sekali ia menubruk kearah si gadis sambil tangan dipentang.   Lekas-lekas Jun-yan berkelit kesamping hingga orang aneh itu menubruk tempat kosong, dan begitu seterusnya sampai dua-tiga kali luput menubruk sasarannya, namun masih tetap ia memburu kearah mana si gadis menyingkir dan menyusul menubruk lagi, hingga keduanya undak-undakan kian kemari mengitari ruangan sampai beberapa kali.   Ketika sekilas Jun-yan mengetahui sikap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang lagi senang2 lantaran menyaksikan dirinya diuber orang aneh itu, tiba-tiba iapun mendapatkan akal, cepat ia berkelit dari tubrukan si orang aneh dan mengumpet kebelakang tubuh Cu Hong-tin sembari mengeluarkan suara tertawa terkikih-kikih untuk memancing datangnya si orang aneh itu.   Dan aneh juga, entah mengapa, asal mendengar suara si gadis, pasti orang aneh itu pentang mulut mengeluarkan suara "ah-ah-ah"   Yang tak jelas terus menubruk kearahnya.   Sekali ini pun tidak terkecuali, kontan ia menubruk lagi ketika mendengar suara tawa si gadis, dan sudah tentu yang pertama-tama harus menghadapinya adalah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang dibuat tameng.   Cu Hong-tin tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang aneh itu, keruan ia sangat terkejut oleh tubrukan itu, lekas- lekas ia mengegos kesamping, namun Lou Jun yan juga terus menempel disebelahnya sambil tertawa pula, hingga tentu saja diuber lagi oleh si orang aneh.   Setelah berkelit beberapa kali masih terus diudak saja, akhirnya Cu Hong-tin menjadi kalap.   Sekali kebutnya mengebas, bulu kuda kebut itu mekar bagai berdiri, dengan gerak serangan "hun-hoa-hut-liu"   Atau menebar bunga mengebut pohon liu, segera ia menyabet kedada orang aneh itu.   Diwaktu mengubar Lou Jun-yan, kedua tangan orang aneh itu selalu dipentang lebar2 se-akan2 hendak merangkul si gadis kepelukannya.   Dalam sikap demikian, dengan sendirinya dadanya menjadi terbuka tidak terjaga.   Maka serangan Cu Hong-tin itu boleh dikata dapat "makanan empuk", apalagi bulu kebutnya itu hanya satu perempat terbuat dari bulu kuda, sedang tiga perempat lainnya adalah benang emas putih yang sangat lembut, bahkan pada tiap2 ujung benang emas itu berkait kecil.   Senjata ini adalah dahulu dimasa mudanya ia berkelana ke daerah barat, dimana ia dapat menawan dua orang pandai emas, ia tutup mereka didalam suatu kamar dan paksa mereka selama tujuh bulan untuk membuatkan benang emas berkait dari bulu kebut itu.   Dikalangan kang-ouw, kebutannya itu terkenal dengan nama "siau-yau-kek-lok-hut"   Atau kebut pesiar kesorga. Nama itu diambil oleh karena ilmu permainan kebutnya yang berjumlah tiga puluh enam jurus itu disebut "Kek-lok- hut-hoat"   Atau ilmu kebut riang gembira, setiap jurus mempunyai nama yang indah.   Pula dengan kebutnya itu entah sudah berapa banyak korbannya yang sudah dikirim ke sorgaloka.   Begitulah, sebab kebutnya cepat lagi ganas, dan orang aneh itu justru menubruk kedepan, maka telah kena disabet.   Tapi orang aneh itu pun amat sigapnya, cepat sebelah tangannya membalik hendak menangkap ekor kebut lawan.   Namun Cu Hong-tin sudah sempat menarik kembali senjatanya, bahkan berbareng sikunya digunakan untuk menyikut Lou Jun-yan yang berada dibelakangnya, malahan kebutnya yang ujung benangnya berkait itu terus dikebaskan pula buat menyerempet si orang aneh itu.   sekali gerakan dua serangan yang amat lihay.   Sebaliknya karena tahu dirinya hendak disikut, cepat Jun- yan melompat pergi, sedang orang aneh itupun berusaha hendak bungkukan tubuhnya menghindarkan serangan, namun demikian, dimana kebut Cu Hong-tin menyamber, terdengarlah suara "bret", kain baju dibagian dada orang aneh tetap tersobek sebagian besar, hingga tulang iganya yang menonjol bagai jeruji pagar itu tampak jelas.   Sementara itu karena serangannya berhasil, hati Cu Hong- tin menjadi besar, mendadak kebutnya ia sentak, tahu2 bulu kebut itu menjengkit terkumpul menjadi satu hingga ujungnya yang lancip itu ditutukan kearah "Jin-tiong-hiat"   Dijidat si orang aneh. Tipu serangan itu terkenal dengan nama "gwa-ho-seng- thian"   Atau menumpang bangau menjulang kelangit, cepat lagi ganas luar biasa. Tapi sama sekali orang itu tidak berkelit, tanpa menggeser tubuh, tahu-tahu badannya menyondong kebelakang mengeluarkan ilmu "tiat-pan-kio"   Atau jembatan papan besi yang maha hebat.   Dan pada saat itu Cu Hong-tin hendak ayunkan kebutnya terus, mendadak ia sendiri menjerit kaget, kebutnya yang sudah dikebaskan itu ia tarik kembali mentah-mentah, habis itu ia maIah terhuyung2 mundur kebelakang dengan muka pucat lesi dan sinar matanya nyata sekali menunjukkan rasa ketakutan.   Tadi waktu orang aneh itu mengeluarkan kepandaian "tiat- pan-ko", oleh Jing-ling-cu, Tong Po dan kawan-kawannya dapat melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya menurun kebawah tanpa mengadakan pembelaan diri sedikitpun, tapi kenapa mendadak Cu Hong-tin malah terhuyung-huyung mundur dengan wajah ketakutan ? "Ada apakah, Cu-heng? Kau tidak apa-apa, bukan ?"   Demikian sebagai kawan mereka lantas menanya. Namun Cu Hong-tin tidak menjawab, bahkan terus putar tubuh dan melangkah keluar kelenteng, hingga sekejap saja orangnya sudah pergi jauh.   "Hai, hai, hidung kerbau, utangmu 30 kali gaplokan tadi masih belum kulakukan!"   Segera Jun-yan ber-teriak2.   Tapi tahu bila dengar suaranya itu, tentu si orang aneh akan menubruknya lagi, maka segera iapun menggeser tubuhnya terus mengumpet dibelakangnya Jing-ling-cu.   Saat itulah tubuh si orang aneh telah membal keatas, lalu tancap kaki kembali kebawah, dan pada saat yang sama, Jun- yan juga sudah berdiri tegak dibelakang pelindungannya.   Ia lihat orang aneh itu tengak-tengok kesana kemari sambil kepalanya meleng-meleng seperti ingin mendengarkan sesuatu.   Maka tahulah kini semua orang dengan pasti bahwa kedua mata orang aneh itu memang sudah buta, cuma anehnya sebab apakah selalu Lou Jun-yan yang di-uber2 saja ? Dan dari sebab itu juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tadi dengan menggunakan ilmu ngekang yang dahsyat menerobos beberapa lapis tembok kuil dari belakang kedepan, nyata tujuannya juga disebabkan mendengar suara tertawa si gadis yang terkikih-kikih tadi.   Maka sambil menghalang-halangi Jun-yan, sebelah tangan Jing-ling-cu berjaga-jaga didepan dada, lalu dengan sungguh2 dan jujur ia berkata .   "Sobat, sebenarnya siapakah kau ini ? Kenapa tak mau kau berterus terang ? Kami sekali-kali tiada bermusuhan, hal ini harap kau jangan kuatir!"   Namun orang itu tetap membisu, kepalanya meleng dan termangu-mangu sejenak, habis itu, kedua tangannya memegang mukanya, sesaat kemudian, tiba-tiba ia menengadah sembari bersuara pilu, lalu secepat kilat tubuhnya melesat keluar pintu.   "Hai,"   Seru Jun-yan tiba-tiba.   "jangan kau pergi, aku ingin bertanya dulu padamu!"   Begitu cepat cara tubuh orang aneh itu melesat pergi, tapi aneh, demi mendengar suara teriakan Jun-yan, di mana angin berkesiur, tahu2 orangnya melesat balik, dan kedua tangannya terus me-rangsang2 dengan samberan angin yang keras.   Sungguh tak terduga oleh Lou Jun-yan bahwa orang bisa mencelat balik secara begitu cepat, hingga hampir saja ia kena ditangkap, untung ilmu entengi tubuh yang dipelajari dari sang guru tidak mengecewakan, dalam gugupnya, ia masih sempat mengegos kesamping Jing-ling-cu sembari sedikit menarik lengan orang.   Tapi karena tak ber-jaga2 lantaran tarikan itu, Jing-ling-cu kena diseret maju selangkah hingga se-akan2 memapaki si orang aneh, pada saat mana kelima jarinya yang bagai cakar sedang mencengkeram ke bawah.   "Hihihi, maaf, Jing-ling-Totiang!"   Jun-yan terkikih-kikih senang.   Nyata ia anggap kejahilannya itu sebagai lelucon.   Tentu saja Jing-ling-cu yang serba berabe, lekas2 ia gunakan kepandaiannya yang gesit untuk menghindarkan cengkraman si orang aneh, lalu ia pelototi si gadis yang nakal itu.   "Hahaha, budak ini benar2 telah menurunkan segala kelicinan gurunya!"   Seru Tai-lik-kim-kong terbahak-bahak.   "Emangnya aku muridnya suhu!"   Sahut Jun-yan tertawa.   Karena suaranya itu, kembali orang aneh itu menubruk kearahnya meninggalkan Jing-ling-cu.   Tapi Jun-yan sudah bersiap-siap, segera ia melompat pergi, cuma sekali ini tidak kebelakangnya Jing-ling-cu, melainkan kesampingnya Tai-lik- kim-kong Tong Po.   Tong Po, simalaikat bertangan raksasa itu, memangnya seorang polos, ia anggap kelakuan si gadis itu licin menarik, sama sekali tak terpikir olehnya bahwa selama belajar silat pada Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sampai-sampai kesukaan menggoda orang dari gembong persilatan itupun sudah diwarisi si gadis.   Lebih jail lagi, meski tahu betapa lihaynya setiap gerakan orang aneh itu, namun gadis nakal itu ternyata tidak ambil perduli, ketika ia berkelit kesamping Tai-lik-kim-kong, ia berterak .   "Aku tak ingin hidup lagi!"   Dan kepalanya terus menumbuk keperisai baja Tong Po yang besar itu. Keruan si "raksasa"   Itu kena dikejutkan, lekas-lekas ia angkat senjatanya itu kesamping, tapi sebab inilah ia telah kena diakali si gadis, ketika secara gesit tubuhnya mendekati Tong Po mendadak jarinya yang lentik itu terus menjojoh kesamping iga tempat "Thian-coan-hiat".   Dengan kepandaian ngekang yang dilatihnya hingga pada tingkat tertinggi itu, sekali ia himpun tenaganya, 72 tempat hiat-to atau jalan darah seluruh tubuhnya seketika tertutup semua, maka tak nanti Tong Po takut ditutuk si gadis.   Cuma celakanya pada saat itu juga tiba-tiba terdengar Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong telah berteriak.   "Awas, Tong-heng!"   Berbareng itu dari belakang terasa angin keras menyambar datang, ia tahu tentu si orang aneh yang sedang menyerangnya sebab hendak menubruk Lou Jun-yan. -o0o-dwkz-hendra-o0o-   Jilid 2 TADI perisainya yang hendak digunakan buat mengemplang orang aneh itu telah kena disengkelit hingga senjatanya itu mencelat ke angkasa, maka ia sudah cukup kenal akan lihaynya orang aneh itu, segera ia bermaksud memutar tubuh untuk menghalau serangan.   Tapi pada saat itu pula, tutukan Jun-yan sudah tiba, meski jalan darahnya tidak sampai tertutup hingga badannya kaku, tapi tempat "thian-coan-hiat"   Yang tertutuk itu terasa kesemutan juga.   Ia berseru tertahan, habis itu, cepat tangan kiri menahan kebawah, lalu sebelah tangan lain lantas hendak disodokan.   Tatkala mana si orang aneh itu lagi menguber Jun-yan menuruti suaranya, tapi karena gadis itu masih berada dibelakang Tong Po, maka rangsangan si orang aneh menjadi seperti ditujukan kepada Tong Po.   Melihat raksasa bertenaga sakti itu lagi sibuk melayani Jun- yan, lekas2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong turun tangan menolong, mereka melompat maju dari kanan kiri terus menangkis keatas hingga kedua orang merasa ditumbuk oleh suatu tenaga yang maha besar, cuma tenaga itu lunak kuat, beda sekali dengan angin pukulannya yang keras.   Sebagai ahli, Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong saling pandang dengan ter-heran2 oleh ilmu kepandaian orang aneh itu, bukan saja segala macam ilmu silat dipahaminya, bahkan ilmu Iwekang dari berbagai cabang pun dimahirinya.   Mereka tak berani ayal, masing-masing segera balas menyerang sejurus.   Melihat kedua kawannya sudah turun tangan membantunya, Tong Po menjadi lega.   Sebaliknya Lou Jun-yan benar2 gadis jail, ketika jarinya dapat menutuk tubuh Tong Po dan merasa badan orang keras bagai baja hingga jarinya sendiri yang kesakitan, mendadak dari menutuk ia ubah menjadi mencengkeram, tiba2 ia mencengkeram tepat sekali dibawah iga Tai-lik-kim-kong Tong Po.   Keruan mendadak Tong Po menjadi geli, tak tertahan lagi ia bergelak tertawa.   Dan yang menjadi heran adalah Jing-ling- cu dan Bok Siang hiong, mereka tak mengerti sebab apa tiba2 Tong Po ketawa terpingkal-pingkal.   Sementara itu Jun-yan sudah melompat minggir, dengan tepuk tangan ia berkata sambil tertawa .   "Hihi, ternyata Tai- lik-kim-kong seorang yang takut bini!"   Kiranya menurut dongeng rakyat, katanya orang yang merasa geli bila dikitik2 iganya, maka orang itu tentu takut pada bininya! Kini dikatai takut bini oleh Lou Jun-yan, seketika muka Tai- lik-kim-kong menjadi merah, ia ber-kaok2 lucu .   "Budak cilik, biar kuhajar kau !"   "Ai, jangan galak2!"   Goda Jun-yan sembari lelet2 lidahnya. Lalu katanya pula .   "Jing-ling Totiang, Bok-locianpwe, dan Tai- lik-kim-kong yang takut bini, karena disini tiada urusan lagi, sekarang juga aku hendak pergi!"   Pendekar Misterius Karya Gan Kl di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Melihat si gadis akan mengeloyor pergi begitu saja, tentu saja Tong Po masih penasaran.   Sekali tubuhnya melesat, bagai malaikat penjaga pintu saja, tiba2 tubuhnya yang besar sudah menghadang diambang pintu.   Namun Jun-yan hanya tersenyum, tahu2 kakinya menutul perlahan, mendadak tubuhnya mencelat keatas.   Ternyata ia tidak perlu menembusi rintangan Tia-lik-kim kong itu, tapi terus menerobos keluar kelenteng melalui lubang atap yang jebol oleh perisainya tadi.   Melihat itu, Tong Po menjadi melongo, tapi segera ia hendak mengejar keluar.   Namun Jing-ling-cu keburu melerainya.   "Sudahlah, Tong-heng, buat apa kau mesti gusar pada seorang anak dara ?"   "Tapi tidak pantas ia bilang aku takut bini !"   Sahut Tong Po masih penasaran.   Mendengar itu, diam2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong menahan rasa geli mereka.   Kiranya istri Tai-lik-kim-kong Tong Po juga seorang pendekar wanita yang dikenal orang sebagai Thay-jing-sian- cu, she Cio bernama Ham, asalnya adalah sumoay atau adik seperguruan Tong Po sendiri.   Dalam hal ilmu silat, Tong Po ada sedikit lebih rendah, maka memang rada2 takut pada sang istri, hal ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang kang- ouw.   Pantas kalau ia marah2 dikatai takut bini, sebab tepat kena boroknya.   Namun sesudah dihibur Jing-ling-cu, perlahan-lahan rasa gusarnya Tai-lik-kim-kong pun menjadi reda.   Heran juga, seperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling.   Bedanya tadi ia terus mengubar jejaknya si gadis, adapun sekarang orangnya berdiri tegak bagaikan patung.   Melihat keadaan orang, Jing-ling-cu menghela napas kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong.   "Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita. Cuma sayang ia sudah buta, pula bisu, boleh jadi dimasa dulu hatinya pernah kena pukulan yang hebat sehingga tindak- tanduknya menjadi abnormal. Untuk selanjutnya diharap kalian mengingat akan sesama orang persilatan sukalah meng-amat2i dan mencari tahu siapakah gerangan dia ini serta adakah sanak pamilinya. Adapun kini terpaksa biarkan dia tinggal sementara dikelentingku ini !"   Habis berkata, lalu ia mendekati orang aneh itu.   Tak terduga, tiba-tiba dilihatnya pada pipi orang aneh yang jelek itu sedikit basah, nyata air matanya sudah meleleh.   Hati Jing- ling-cu tergerak, diam2 ia menduga pasti dimasa yang lalu orang aneh ini tentu mengalami sesuatu peristiwa yang amat menyakiti hati dan menggetarkan sukma.   Cuma sayang, keadaan orang aneh ini kini dalam keadaan tidak waras hingga susah untuk ditanya.   Yang mencurigakan ialah kejadian tadi sebab apakah mendadak Siau-yau-ih-su menjerit kaget, lalu berlari pergi begitu saja ? Dan mengapa bila mendengar suara si gadis, Lou Jun-yan, lantas mengubar terus ? Apakah mungkin dengan kedua orang tersebut belakangan ini memang pernah ada hubungannya ? Dasar watak Jing-ling-cu memang simpatik, ia pikir orang aneh itu ia sendiri yang ketemukan, maka urusan apa yang menyangkut diri orang aneh itu, sudahlah pasti ia takkan bisa tinggal diam.   Maka kembali ia tutup muka orang dengan kain selubung hitam tadi dan katanya ramah .   "Sobat, marilah kembali kekamar mengaso dulu !"   Orang itu tetap diam saja, maka Jing-ling cu lantas menarik tangannya dan dibawa masuk keruangan belakang.   Besok paginya sesudah Tong Po dan Bok Siang-hiong memohon diri pulang kekediamannya masing2, dalam keadaan seorang diri Jing-ling-cu terus memikirkan teka-teki yang menyelubungi diri orang aneh itu.   Tiba2 ia menjadi ingat, kalau tak bisa buka suara, bukankah dapat menulis, dan kenapa kemarin tidak diberikan pena dan kertas suruh menulis jawaban apa yang ditanyakan itu ? Diam2 Jing-ling-cu mengomeli dirinya sendiri yang kenapa begitu goblok hingga tidak ingat akan akal ini.   Maka lekas2 ia mendatangi kamar si orang aneh.   Tapi ia kecele, sebab orang itu ternyata telah tiada di kamarnya lagi.   Kalau melihat bantal dan selimut yang masih baik2 berada diatas ranjang, nyata sekali semalam sama sekali orang aneh itu tidak tidur disitu, dan sejak kapan orangnya menghilangpun susah diketahui.   Karena kejadian ini, hati Jing-ling-cu menjadi murung, tapi apa daya ? Dalam pada itu, mengenai diri Lou Jun-yan sejak meninggalkan kuil Lo seng-tian, ditengah jalan teringat olehnya kejadian dikelenteng itu, dimana ia telah menggoda habis2an beberapa tokoh angkatan tua, diam2 ia merasa geli sendiri dan saking senangnya, sepanjang jalan ia bersenandung per-lahan2 sembari memainkan tetumbuhan bunga hutan di tepi jalan, terus turun ke bawah gunung.   Setibanya dibawah puncak gunung, gadis ini menjadi ragu2, apakah begitu saja terus pulang kerumah ? Biasanya sang guru teramat keras mengawasi dirinya, kalau bukan undangan Jing-ling-cu dan sang guru enggan turun gunung, boleh jadi hingga kini ia masih tetap dikeram, kini dirinya berada sejauh ribuan li dari gurunya, tentu orang tua itu takkan tahu urusan disini ternyata begitu cepat sudah selesai ? Dan kesempatan ini mengapa tak dipergunakannya untuk pesiar dikalangan kang-ouw ? Setelah ambil ketetapan itu, hati si gadis makin gembira.   Terus saja ia melanjutkan perjalanan buat tinggalkan pegunungan Heng-san itu.   Tak terduga, karena terlalu sedikit pengalaman, dan pula Lam-gak Heng-san ini baru pertama kali ia kunjungi, jalan pegunungan ber-liku2, bilak-biluk, meski ia sudah ber-putar2 hingga hari hampir magrib, masih juga belum keluar dari tanah pegunungan itu.   Jun-yan menjadi gugup, akhirnya ia pikir2 jangan2 malam ini harus tidur dialas pegunungan terbuka.   Dalam kesalnya ia duduk diatas satu batu ditepi jalan untuk mengaso.   Tiba2 dilihatnya dari jauh ada beberapa orang yang mendatangi, sesudah dekat, ternyata mereka adalah beberapa tukang pencari kayu.   Dalam girangnya Jun-yan terlompat bangun serta berseru .   "Numpang tanya, toako tukang kayu kangzusi.com   !"   Sembari berkata, segera iapun memapak maju.   Siapa tahu, baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa dibelakangnya ada berkesiur angin yang sangat perlahan, se- akan2 ada seseorang yang mengintil dibelakangnya.   Gerak-gerik Jun-yan memang sangat gesit dan cekatan, ketika berasa begitu, tanpa berpaling lagi, se-konyong2 ia baliki tangannya terus meraup kebelakang.   Tapi ternyata ia hanya meraup angin belaka, ketika ia menoleh, yang tertampak hanya cuaca remang2 tanpa suatu bayanganpun.   la menjadi heran dan melengak, tapi segera ia meneruskan niatnya memapak beberapa tukang kayu tadi.   Sudah tentu para tukang kayu itu terheran-heran ketika mendadak melihat seorang gadis jelita muncul ditengah- tengah alas pegunungan yang sunyi itu.   Tadinya mereka menyangka jangan-jangan dewi kayangan yang turun kebumi.   Sesudah mendengar pertanyaan si gadis tentang jalan turun kebawah gunung, lalu dengan sangat sopannya mereka memberitahukan dengan jelasnya.   Dengan riangnya Jun-yan mengucapkan terima kasih lalu berlari-lari lagi kejurusan yang ditunjuk, tapi sesudah beberapa puluh tombak jauhnya, kembali ia merasa angin silir berkesiur lagi dibelakangnya.   Tatkala hari itu sudah mulai gelap, cuma sang dewi malam belum menampakan diri.   Kembali hati si gadis terkejut, diam2 ia memikir, apakah mungkin ada setan alas yang sedang mengintil dibelakangnya.   Ketika ia coba menghentikan langkahnya, tahu2 angin silir dibelakangnyapun lenyap.   Maka yakin sudah si gadis, pasti ada orang yang selalu mengintil, tapi bila ia mendadak menoleh toh tiada sesuatu bayangan yang terlihat olehnya? Dalam keadaan seorang diri di-tengah2 alas pegunungan, dan pula dimalam yang kini sudah gelap, sungguhpun nyali si gadis cukup tabah, tak urung ia merasa mengkirik.   Segera ia tarik senjatanya "Ah-jui-bian"   Atau pecut mulut bebek, ia siapkan ditangan untuk menjaga segala kemungkinan.   Pecut ini adalah senjata andalan gurunya, Thong-thian-sin- mo Jiau-Pek-king diwaktu mulai berkecimpung didunia kang- ouw.   Meski nama senjata itu lucu kedengarannya, tapi sebenarnya adalah sesuatu genggaman yang liehay dan jarang dilihat.   Panjang pecut itu kira2 tujuh kaki, besarnya seperti jari dan terbagi dalam ruas2 yang terbikin dari baja yang tajam sekali.   Di ujung pecut itu terdapat pula dua potong pelat baja yang tipis tajam, letak kelihayannya justru pada kedua pelat baja ini, kalau diputarkan, ke dua pelat ini bisa buka-tutup hingga mirip mulut bebek.   Begitulah, Jun-yan siapkan pecutnya ini di tangan terus melanjutkan perjalanan dengan cepat.   Beberapa kali terasa angin berkesiur lagi dibelakangnya, segera pecutnya ia sabetkan, tapi selalu mengenai tempat kosong.   Dengan sendirinya hatinya menjadi semakin heran.   Tidak antara lama, sesudah rembulan lambat laun meninggi disebelah belakangnya serta memancarkan sinarnya yang indah, diam2 Jun-yan bergirang.   Tapi ketika ia memandang kebawah, ia menjadi terperanjat tidak kepalang.   Kiranya di bawah sorot sinar bulan yang terang, kecuali bayangan tubuhnya yang tertampak memanjang kedepan ditengah pegunungan itu, terdapat pula satu bayangan orang lain yang lebih jangkung dari dirinya, kalau melihat jaraknya, orang itu terang selalu mengintil dalam jarak tiada 4-5 kaki dari belakangnya.   Memangnya sejak tadi Jun-yan curiga ada orang yang mengintil dibelakangnya hingga menerbitkan berkesiurnya angin, tapi beberapa kali ia berpaling atau menyabet dengan pecutnya, toh selalu nihil tiada sesuatu yang dilihatnya.   Kini kalau bukan dia berjalan dengan memungkiri bulan hingga bayangannya tersorot kedepan, boleh jadi ia belum berani yakin kalau berkesiurnya angin itu dijangkitkan oleh orang.   Dalam kagetnya, hati Jun-yan benar2 dek-dekan, ia menduga orang mungkin sudah lama mengintil, maka betapa hebat ilmu entengi tubuh orang itu, sungguh susah dibayangkan.   Cuma anehnya, mustahil orang itu belum insyaf kalau bayangan tubuhnya yang tersorot sinar bulan itu kini sudah dapat diketahui? Ketika per-lahan2 Jun-yan sengaja melangkah dua tindak kedepan, tahu-tahu bayangan orang itupun bertindak dua langkah.   Bila ia berlari, bayangan itupun ikut berlari, hingga mirip seperti bayangan sendiri saja.   Sembari berjalan, diam-diam Jun-yan menimang-nimang, ia pikir orang mungkin tiada maksud jahat, sebab kalau punya tujuan jahat pada sebelum bayangannya diketahui, sejak tadi- tadi sudah turun tangan.   Boleh jadi orang ini adalah Bu-lim Cianpwe atau angkatan tua dari dunia persilatan yang kenal akan kenakalannya maka sengaja hendak bergurau padanya.   Memikir akan itu, diam2 Jun-yan geli sendiri, sebab besar kemungkinan malah suhunya sendiri yang telah turun gunung dan menggoda padanya.   Diam2 ia himpun tenaganya, ia siapkan pecutnya baik2, suatu ketika, mendadak ia putar tubuh, terus menyabet ber- runtun2 tiga kali.   Cara menyerangnya itu cepat luar biasa, tapi gerak tubuh orang yang dibelakangnya itu ternyata jauh lebih cepat lagi, hingga tiga kali sabetannya mengenai tempat kosong semua.   Cuma ada hasilnya juga, sebab ia sudah pusatkan perhatian, maka sekilas dapat dilihat oleh Jun-yan, dibawah sinar bulan ada satu orang secepat angin telah melesat pergi terus menyelusup masuk kedalam rimba yang berdekatan.   "Ha, masih lari ? Sudah kepergok, kau mau sembunyi kemana ?"   Teriak Jun-yan.   Dan sambil mengangkat pecutnya, segera ia mengejar.   Sesudah menyusur rimba, ia ber-teriak2 lagi memaki dengan maksud memancing keluar orang itu, tapi pohon2 rimba itu jarang2 saja tidak terlalu rindang, hingga keadaan sekitarnya cukup terlihat jelas, sunyi senyap saja tiada seorangpun.   Tanpa terasa bulu roma si gadis berdiri, diam2 ia membatin, apakah mungkin setan atau genderuwo yang lagi menggodanya ? la coba tenangkan diri, lalu duduk dibawah satu pohon besar sambil meng-amat2i keadaan sekitarnya, tapi benar2 tiada suatu bayanganpun yang terlihat, ketika ia menengadah, sinar bulan yang putih jernih menembus rimba yang jarang itu hingga suasana malam itu tenang2 aman.   Selagi Jun-yan tengak-tengok kesana kemari, tiba2 dilihatnya diatas sebatang dahan pohon yang tumbuh miring, coraknya agak aneh.   Ketika ditegasi, ternyata bukan dahan pohon, tapi kain baju yang ber-goyang2, terang seorang manusia terpantek miring dibatang pohon besar itu dengan ilmu kepandaian "lip te-seng-kin"   Atau berdiri ditanah tumbuh akar, semacam ilmu yang memberatkan tubuh yang pernah didengar tapi belum pernah dilihatnya. Ilmu "lip-te-seng-kin"   Itu adalah kepandaian tunggal kaum Khong-tong-pay.   Yang melatih ilmu ini, kalau Iwekangnya belum punya dasar yang kuat, tak nanti bisa berhasil.   Kalau begitu, apakah mungkin orang ini adalah Li Pong, Ciang-bun- jin atau ketua dari Khong-tong-pay yang berjuluk Liok-hap- tong-cu itu ? Li Pong itu di waktu berusia tujuh belas tahun, ilmu silatnya sudah menjagoi sesama saudara seperguruannya, dengan liok-hap-to-hoat dari Khong-tong-pay mereka, sekaligus ia telah kalahkan tiga puluh lima saudara perguruannya hingga diangkat sebagai ketua.   Sebab itulah orang kang-ouw menyebutnya "Liok-hap-tong-cu"   Atau sibocah pemain Liok- hap-to.   Kini meski usianya sudah lanjut, tapi julukan muda itu masih belum terhapuskan.   Jun-yan pikir Li Pong adalah kawan sehidup semati gurunya, Jiau Pek-king, biasanya suka menggoda dan bergurau padanya.   Maka ia menduga orang ini pasti Li Pong adanya.   Hatinya menjadi lega, dengan ketawa-ketawa segera ia menegur .   "Hayo, Li-sioksiok (paman Li), sudah dapat kukenali, kenapa masih kau pura2 tidak tahu disitu ? Lekaslah turun ke mari, ajarkanlah padaku ilmu golokmu Liok-hap-to- hoat. Bila tidak nanti aku akan siarkan kau seorang tua sengaja menindas yang muda, coba bagaimana kau akan membela diri ?"   Habis berkata lalu iapun berdiri. Dan ketika ia mendongak pula sambil berkata dengan ketawa.   "Nah, Li........"   Belum lagi sioksiok diucapkan tiba2 ia merasa mukanya seperti teraling-aling sesuatu nyata itulah muka seorang yang jelek dan menyeramkan luar biasa yang hampir-hampir menempel dengan mukanya, maka teranglah bahwa orang itu sekali-kali bukan Liok-hap-tong-cu Li Pong yang disangkanya, tapi adalah si orang aneh yang dilihatnya dikelenteng Lo-seng-tian siang tadi.   Kiranya tadi tubuh orang aneh itu "terpantek"   Miring keatas dibatang pohon, tapi kemudian menggantung kebawah, hingga mukanya hampir2 berciuman dengan mukanya Jun-yan ketika si gadis berdiri. Sesaat itu, saking kagetnya napas Jun-yan seakan-akan sesak, ia terhuyung-huyung mundur beberapa tindak.   "Kau......kau sebenarnya........siapa?"   Tanyanya kemudian dengan suara gemetar.   Mendadak matanya menjadi burem, tahu-tahu orang itu telah melayang turun kedua tangannya terpentang terus melangkah maju se-akan2 Jun-yan hendak dirangkul kedalam pelukannya.   Dalam kagetnya Jun-yan menjerit tajam sembari melompat mundur.   Mendengar suara jeritan si gadis, mendadak orang aneh itu berhenti tak jadi maju, kedua tangannya pun diluruskan kebawah lagi, hanya dari tenggorokannya terdengar berkeruyukan, mulut dengan bibirnya yang sudah tak utuh lagi itu ternganga dan mengeluarkan semacam suara yang menakutkan dan menggetarkan sukma.   Mendengar orang mengandung rasa pilu, tapi penasaran dan benci, seperti orang yang telah dianiaya musuh, tapi dendam sedalam lautan itu tak berdaya dibalas.   Maka meski suaranya tadi begitu menyeramkan, dari takut tiba-tiba timbul rasa simpatik si gadis terhadap diri orang aneh itu.   Jun-yan coba mengamati-amati perawakan dan bentuk wajah orang, tapi tiada sesuatu yang mirip Li Pong, diantara anak murid Khong-tong-pay juga tidak sedikit yang dikenalnya dan tiada seorangpun yang berwajah begini, sebaliknya kepandaian "lip- le-seng-kin"   Yang ditunjukkan si orang aneh ini tadi justru adalah ilmu tunggal golongan Khong-tong-pay yang tak mungkin diajarkan pada orang luar.   Diam-diam Jun-yan menimang-nimang meski orang aneh tiada maksud jahat, tapi ketika di Lo-seng-tian selalu mengejar saja pada dirinya, sesudah ia tinggalkan kelenteng itu masih terus orang mengintil.   Dengan siapapun boleh berkawan, tetapi masa harus berkawan dengan seorang aneh seperti setan ini? Tidakkah jalan paling selamat ialah .   kabur ? Karena itu segera ia pura2 membentak.   "Hai, apakah kau ini orang Khong-tong-pay ? Berani kau menggoda aku ditengah jalan, jika aku laporkan pada Ciangbunjin dari Khong-tong-pay, Liok-hap-tong-cu Li Pong, pasti takkan menguntungkan kau!"   Cara Jun-yan berkata ini sengaja ia keraskan suaranya, sebab ia insyaf, sedikit saja ia menggeser pergi, betapapun gesitnya, pasti orang aneh itu dapat menyusulnya.   Maka semakin berkata semakin keras suaranya, sedang kakinya terus menggeser kebelakang.   Ketika selesai ia berkata, sementara itu ia sudah berada sejauh 4-5 tombak dari orang aneh itu.   Betul juga, orang aneh itu masih berdiri terpaku ditempatnya, hanya kepalanya miringi, rupanya sedang pasang kuping buat mendengarkan.   Diam-diam Jun-yan sangat girang, lebih pasti lagi dugaannya bahwa orang aneh tentu seorang buta, asal ia menahan napas dan tidak menerbitkan suara, pasti orang takkan dapat mencari jejaknya.   Ia pikir mundur lagi sedikit jauh, lalu berdiam diri untuk melihat bagaimana reaksi orang aneh itu.   Tak terduga ada lebih baik kalau ia tidak mundur lagi, tapi baru mundur selangkah, tahu-tahu tubuhnya telah menubruk kedalam pangkuan seseorang.   Kagetnya Jun-yan kali ini ber-tambah2, tanpa pikir lagi telapak tangan kirinya ia tamparkan kebelakang.   Dalam keadaan tubuh menempel, semestinya tamparan ini tentu kena sasarannya, siapa duga, baru saja tangannya diayun, tahu-tahu pergelangan tangannya malah terasa kesemutan, kiranya sudah kena ditangkap orang dibelakangnya itu.   Jun-yan jadi mengeluh, ia tak berani berteriak, karena kuatir diketahui orang aneh itu hingga soalnya semakin bertele-tele.   Dalam gugupnya ia ayun pecutnya yang berujung mulut bebek itu kebelakang dengan tipu "hwe-jui-tiok-le"   Atau membalik mulut mematok keong. Tapi sial baginya, sebelum sabetannya mengenai sasarannya, tahu-tahu "jiok-tek-hiat"   Pendekar Misterius Karya Gan Kl di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Di sikutnya terasa kesemutan, genggamannya menjadi kendor, dan senjatanya sudah pindah ketangan orang.   Dahulu ketika Jun-yan mempelajari ilmu pecut itu, pernah gurunya Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king berpesan."Dengan ilmu pecut lain dari pada yang lain ini, betapapun musuh takkan dapat merampas senjatamu ini, tetapi bila sampai pecutmu ini kena direbut, maka terang kau sudah kecundang, tak perduli lawan seorang sepele saja, jangan lagi kau menempur terus, jalan paling selamat ialah lari.   Baiknya gurumu ini bukan seorang ksatria atau laki2 sejati, lebih2 bukan manusia yang suka cari nama, maka kau larikan diri rasanya juga tidak merosotkan pamor gurumu ini!"   Pesan itu selamanya diingat baik-baik oleh Jun-yan.   Kini melihat pecutnya benar2 kena dirampas orang, segera ia bermaksud kabur.   Namun pergelangan tangan kirinya kena dipegang musuh, mana bisa lari begitu saja ? Dalam gugupnya ia me-ronta2 sembari melirik tangan musuh yang memegangi tangannya itu, dan diluar dugaan, demi nampak tangan orang, dari keringat dingin yang tadinya sudah membasahi tubuhnya itu, kini ia malah menjadi lega.   Kiranya tangan orang yang memegangnya itu ternyata berjari gemuk-gemuk dan merah seperti diwanter kuku jarinya, panjang lebih dua senti hingga mengeluarkan cahaya mengkilap, siapa lagi dia kalau bukan telapak tangan Cu-seng- cian atau tangan merah Cu-se yang dikenalinya sebagai tangannya Liok-hap-tong-cu Li Pong.   Saking girangnya, segera iapun mengomel .   "He, Li- sioksiok, kenapa kau sengaja bikin kaget padaku ?"   Maka terdengarlah orang yang dibelakangnya itu ketawa terbahak-bahak sembari kendorkan cekalannya, kemudian katanya .   "Setan cerdik, dibelakangku kau selalu sebut namaku, apa yang sedang kau lakukan untuk alamatku bukan ? Haha, kalau tidak bikin kaget kau sekali-kali, adu mulut aku memang kalah, bukankah selalu aku akan rugi ?"   Ketika Jun-yan menoleh, maka terlihatlah seorang berperawakan pendek buntat, rambutnya hitam mengkilap, alisnya yang panjang tebal, tapi berwarna putih bersih, dibawah janggutnya tumbuh serumpun jenggot, tapi warnanya justru hitam, dan diapit dan alisnya putih, wajahnya masih kekanak2an, tambah lagi sepasang tangan "Cu-seng- ciang", siapa lagi dijagat ini yang mempunyai corak khas seperti Liok-hap-tong-cu Li Pong ini ? Sesudah tertegun sejenak, segera Jun-yan mengomel lagi.   "Bagus kau, Li-sioksiok ! Kau kirim orang golonganmu Khong- tong-pay untuk bikin rusuh di Lo-seng-tian diatas Ciok-yong- hong, kini tua menghina lagi seorang gadis muda seperti aku, kelakuanmu ini mana ada sifat pribadi yang agung sebagai Bu- lim-cianpwe (angkatan tua persilatan) dan seorang ketua cabang persilatan kangzusi.com   . Biarlah aku siarkan berita ini tentu kau akan dibuat buah tertawaan orang!"   "Hebat benar dakwaanmu ini ?"   Sahut Li Pong sambil melelet-leletkan lidahnya.   "Tapi cara bagaimana untuk menebus kekalahanku ini, supaya nona jelita tidak marah-marah lagi?"   "Itu mudah", ujar Jun-yan sembari tekap mulutnya yang mungil untuk menahan tertawanya.   "Asal kau ajarkan aku Liok-hap-to-hoat, maka segalanya akan menjadi beres!"   Kiranya Liok-hap-tong-cu Li Pong ini memang bertabiat jenaka, meski seorang ketua cabang persilatan, tapi paling suka pada orang muda yang ingin maju, sama sekali tak berlagak tua terhadap kaum muda, dan Lou Jun-yan memang sudah biasa bersenda gurau dengan dia.   "Ai, setan cerdik", demikian sahut Li Pong kemudian dengan tertawa ia menyambung .   "Belum lagi menjadi pembesar, sudah mau terima sogok, sayang Liok-hap-to-hoat yang kau inginkan tidak ada, kalau Liok-hap-cio-hoat, bagaimana? Kau mau tidak?"   Jun-yan tidak tahu kalau kata2 Li Pong itu sedang mempermainkannya, sebaliknya ia pikir, menurut cerita suhunya ilmu silat rahasia kaum Khong-tong-pay sangat banyak dan semuanya bagus tiada bandingan, keruan ia kegirangan, segera ia menyahut .   "Ya, boleh, bagus sekali!"   "Baik", kata Liok-hap-tong-cu Li Pong sembari geraki tangannya terus mendorong ke arah si gadis. Sampai disini, barulah Jun-yan tahu dirinya kena diapusi. lapun tahu tak nanti Li Pong memukul sungguh-sungguh padanya, namun bila pukulan itu sampai kena, bukankah ia sendiri malu sebagai anak murid Thong-thian-sin mo Jiau Pek- king? Maka cepat sekali ia berkelit kesamping.   "Bagus, gerakan yang gesit!"   Seru Li Pong memuji Tapi segera ia melangkah maju dan pukulan kedua dilontarkan pula.   Selagi Jun-yan hendak berkelit pula, mendadak terasa angin berkesiur cepat lewat disampingnya, si orang aneh yang terpaku ditempatnya tadi tahu-tahu melesat ketengah-tengah antara dia dengan Li Pong, terlihat pula tangan si orang aneh diangkat, iapun melontarkan pukulan kedepan, maka terdengarlah suara "plak", kedua tangan si orang aneh dan Li Pong saling beradu.   Pukulan yang dilontarkan oleh Li Pong tadi hanya pura2 saja untuk menggoda Jun-yan, sama sekali ia tidak menduga bahwa mendadak bisa muncul kangzusi.com   seseorang untuk merintanginya? Sebaliknya orang aneh itu melontarkan pukulan sepenuh tenaga, maka Liok-hap-tong-cu Li Pong tergetar hingga mundur 7-8 tindak, jika bukan Iwekangnya sudah terlatih sampai tingkat yang bisa dipergunakan dengan sesukanya dan segera kumpulkan tenaga buat menahan, boleh jadi ia sudah terluka dalam.   Bila kemudian Li Pong dapat melihat bahwa lawannya itu ternyata seorang jelek yang mukanya 90 persen lebih mirip setan, kedua matanya melolor memutih, terang seorang buta, tapi tenaga dalamnya ternyata sedemikian hebatnya, ia menjadi tercengang.   "He, budak cerdik, kiranya kau masih punya bala bantuan!", katanya kemudian. Semula Jun-yan menyangka kalau orang aneh ini adalah orang Khong-tong-pay, kini mendengar kata Li Pong, pula cara orang aneh itu turun tangan tadi terang bukannya pura2, tapi menganggap Li Pong hendak mencelakainya, kalau begitu, apakah benar2 orang aneh ini sudah berkawan dengan aku? demikian pikir si gadis. Karena itu, cepat ia menjawab.   "Li-sioksiok, bergurau boleh bergurau, tapi kalau sungguh2 hendaklah kita juga sungguh2. Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di kelenteng Lo-seng- tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal- usulnya, tadi aku melihat ia gunakan kepandaian "lip-te-seng- kin"   Untuk pantek dirinya diatas batang pohon, masa dia bukan orang golonganmu? Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang?"   "Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu", sahut Li Pong.   "Cuma ditengah jalan terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat. Apakah undangan Jing-ling-cu pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini?"   "Benar", kata Jun-yan mengangguk.   "Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari."   "Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat!"   Goda Li Pong dengan tertawa.   "Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku. Aku hanya gunakan kesempatan ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu, harap jangan kau laporkan!"   Pinta si gadis.   "Tak bisa", kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya.   "Masa kau suruh aku seorang tua yang menghina kaum muda, seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang persilatan, supaya berdusta untukmu?"   "Aii, Li-sioksiok ini....."   Sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut.   Li Pong menjadi geli melihat muka si gadis yang menyenangkan ini.   Jun-yan tahu kalau orang tua itu diam2 sudah berjanji, lalu ia menceritakan pengalamannya di Lo- seng-tian diatas Ciok-yong-hong itu.   Sambil mendengarkan cerita si gadis yang menarik itu, diam2 Li Pong memperhatikan orang aneh itu.   Ia lihat orang aneh itu berdiri menghadap kearah si gadis tanpa bergerak sedikitpun, se-akan2 sangat senang dan ketarik oleh setiap kata2 serta setiap suara ketawa si gadis.   Sesudah Jun-yan selesai menutur, lalu Li Pong berkata .   "Kalau dia mahir ilmu silat cabang lain, itulah bukan soal, tapi kepandaian "lip-te-seng-kin"   Benar2 adalah ilmu tunggal Khong-tong-pay kami, darimana ia dapat mempelajarinya? Ahm....."   Ia merenung sejenak, tiba2 dari pinggangnya ia lolos keluar sebilah golok yang bersinar hijau mengkilap. Nyata itulah golok pusaka "Pek-lin-sin-to"   Kaum Khong-tong-pay.   Melihat Li Pong mendadak lolos senjata, sedang orang aneh itu juga rupanya sudah mendengar suara senjata tajam dicabut, maka agak terkejut dan terus mundur setengah langkah, kakinya berdiri kokoh dalam gaya miring, nyata itulah kuda2 yang kuat sekali untuk menghadapi segala kemungkinan.   Menyangka kedua orang bakal saling gebrak dan kasihan juga bila orang aneh yang cacat itu sampai terluka, maka cepat Jun-yan bertanya.   "Li-sioksiok, apa yang hendak kau lakukan ?"   "Aku hendak menjajal dia. Kau bilang dia mahir ilmu "lip- seng-kin", apakah ia juga pandai Liok-hap-to-hoat?!"   Sahut Li Pong. Lalu ia membentak ke arah si orang aneh.   "Nah, sobat, sambutlah!"   Habis itu, sekali tangannya bergerak, tahu2 golok pusakanya itu tertimpuk kedepan membawa selarik sinar hijau yang menyilaukan ke-arah orang aneh itu.   Ternyata orang aneh itu sangat cekatan, sekali tangannya membalik, segera golok itu sudah kena dipegangnya.   Terkejut sekali Li Pong melihat cara si orang aneh itu menyambuti goloknya, tanpa terasa ia berseru memuji.   "Kepandaianmu bagus! Awas serangan!"   Segera ia gunakan sarung goloknya sebagai senjata, terus dengan tipu Ci-gi-tong-lai atau hawa ungu datang dari timur, sarung goloknya membawa angin kencang terus menusuk kemuka si orang aneh.   Liok-hap-to-hoat dan Liok-hap-co-hoat dari Khong-tong- pay, kesemuanya mengambil atas gabungan langit bumi dan keempat penjuru yang diubah lagi, jadi langit dan bumi atau atas dan bawah ditambah empat penjuru yalah enam, maka disebut Liok-hap atau enam gabungan.   Ilmu golok dan pukulan itu sebenarnya masing-masing hanya terdiri dari enam jurus saja, yaitu dengan aksara langit, bumi, timur, barat, utara dan selatan, tapi diantara tiap-tiap jurus itu terkandung pula enam macam pecahan, dari tiap-tiap pecahan, ini juga mengambil kedudukan enam aksara seperti tersebut diatas, maka kalau dimainkan menjadi enam kali enam menjadi tiga puluh enam jurus.   Ilmu silat ini adalah kepandaian tunggal Khong-tong-pay yang tak diajarkan pada orang lain.   Begitulah Jun-yan melihat gerak serangan Li Pong itu dilontarkan sangat perlahan sekali, ia tak kenal tipu serangan macam apakah itu, juga tak tahu kemuzizatan yang terkandung dalam tipu ini, tapi bila ingat inilah kesempatan bagus untuk mencuri belajar Liok-hap-to-hoat, berkat otaknya yang tajam, segera ia perhatikan sungguh2 gerak geriknya Li Pong, ia ingat baik2.   Ia lihat ketika tusukan Li Pong itu dilontarkan, sarung golok yang dibuat senjata itu mendengung sekali terus ujungnya memutar hingga menjadi satu lingkaran kecil, kembali mendengung sekali terus menggores sebuah lingkaran besar, selesai dua lingkaran digores, ujung golok itu sudah mendekati muka si orang aneh.   Orang aneh itu masih berdiri tegak sambil memegangi Pek- lin-to yang dilemparkan Li Pong tadi, sama sekali tiada tanda2 hendak menangkis atau berkelit.   "Hayo sambut!"   Bentak Li Pong lagi sembari menggores lingkaran yang ketiga.   Dengan digoresnya tiga lingkaran sinar itu, ujung goloknya sudah tinggal beberapa senti saja didepan muka si orang aneh.   Karena itu, baru mendadak orang aneh itu geraki goloknya secepat kilat.   Herannya gerak tipunya ternyata sama dengan tipu serangan Li Pong, golok bersinar hijau yang menyilaukan itu segera melingkar menjadi satu bundaran, hebatnya lingkaran pertama ini sudah jauh lebih besar dari lingkaran ketiga yang digoreskan Li Pong tadi.   Dibawah sambaran sinar senjata itu, sarung golok Li Pong sudah terkurung didalamnya.   Melihat sekali bergerak, orang itu benar-benar melontarkan tipu "Ci-gi-tong-lai", jurus pertama dari Liok-hap-to-hoat, bahkan tenaga dalam yang digunakannya terang diatas dirinya, tak nanti dibawahnya, keruan Li Pong terkejut, segera ia bermaksud menarik kembali sarung goloknya, tapi sudah tidak keburu lagi.   Tiba2 sinar hijau berkelebat, ilmu golok orang aneh itu sudah berubah, Pek-lin-to dibujurkan kesamping.   Li Pong adalah Ciangbunjin atau ketua Khong-tong-pay, sudah tentu ia kenal gerak tipu itu disebut "Se-jut-ham-koan"   Atau kebarat keluar benteng Ham.   Jika ia tidak mundur cepat saatnya, tapi tunggu sampai orang habis memainkan enam jurus hingga tiga puluh enam macam perubahan seluruhnya dilontarkan, maka pasti ia akan kewalahan menghadapinya.   Ia menjadi geregetan mengapa tadi terlalu pandang enteng lawannya dan menyerahkan golok pusaka kepadanya, kini ia sendiri hendak melepaskan diri dari rangsakan saja rasanya susah.   Mendadak ia kendorkan cekalannya, sarung goloknya terpaksa ia korbankan, ia ulurkan kedepan dan dilepaskan, berbareng orangnya terus melompat mundur.   Maka terlihatlah sinar golok gemerlapan, sarung golok itu tahu2 terkutung menjadi tujuh potong.   Nyata itulah tipu "Lam-tau-liok-sing"   Atau enam bintang dari langit selatan.   Tipu serangan ini biasanya sangat susah dimainkan, sebab harus sekali membacok beruntun-runtun menyendal enam kali, tapi dalam permainan orang aneh itu, tipu itu seperti sepele saja, jitu dan langgeng, sedikitpun tidak meleset, hingga sarung golok itu terbabat enam kali dan terkutung menjadi tujuh potong dan berserakan ditanah.   Sesudah Liok-hap-tong-cu Li Pong melompat pergi, kembali orang aneh itu berdiri kaku.   Saking herannya Jun-yan sampai ternganga, hingga lama baru ia buka suaranya .   "Li-sioksiok, bagaimana ini ? Kau adalah Ciangbunjin Khong tong-pay, masa ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat malah kalah sama dia?"   "Bukan saja ilmu golokku kalah, bahkan tenaga dalam juga dia lebih menang", sahut Li Pong.   "Umpamanya dia yang gunakan sarung golokku dan aku memegang Pek-lin-to, rasanya akupun bukan tandingannya! Bukankah kau saksikan tadi, begitu bergerak, jurus pertama saja sarung golokku sudah terkurung didalam sinar goloknya? Sungguh aneh! Orang ini pasti tokoh Khong-tong-pay, apakah mungkin masih angkatan tua dari golongan kami ?"   Sehabis berkata, segera ia gelengi kepala menjawab sendiri.   "Tak mungkin, tak mungkin!"   "Li-siok-siok, tak perlu kau terka tak keruan, sebab ilmu silat cabang lain, iapun sangat mahirnya!"   Ujar Jun-yan.   "Paling benar sekarang carilah akal untuk merebut kembali golok pusakamu itu dari tangannya!"   Benar juga pikir Li Pong, segera ia menubruk maju sambil julurkan tangannya yang merah itu untuk merebut goloknya, tapi sedikit orang aneh itu angkat lengannya, dengan jurus "Thian-ho-to-kwa"    Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung

Cari Blog Ini