Si Angin Puyuh Tangan Kilat 27
Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh Bagian 27
Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya dari Gan Kh Maklumlah soal inimenyangkut istri dan putri Li Ih Siu, sudah tentu Cian Tiang jun tidak berani ambil putusan sendiri. Berpikir Wanyen Hou. "Tadi aku sudah berjanji kepada In tiong yan, biarlah dia keluar bersama Li Ci Hong, biar aku menjadi orang baik sekali ini, bocah she Geng itu masih berkesempatan untuk menangkapnya." Maka katanya. "bukankah kau dengar tuan putrid sudah ada janji dengan nona Li? Kalau toh mata-mata itu sudah lari keluar, tidak akan mungkin sembunyi di dalam kereta mereka. Tidak usah kita cape-cape mengubernya dengan sia-sia." Cian Tiang jun hanya mengiakan saja, hanya dalam hati ia menggerutu. "Apa yang dikatakan ln-tiong-yan terang hanya bualan belaka, kalau dia hendak keluar tamasya dengan budak itu kenapa Lo Hujin harus mengiringi ?" "Tapi kejadian ini entah Li tayjin sendiri sudah tahu belum ? Pergilah kau memberitahu kepadanya." Demikian suruh Wanyen Hou. Cian Tiang jun jadi sadar, pikirnya. "Betul, biar Li Ih siu sendiri yang mengurus anak bininya saja kenapa aku harus mencapaikan diri." "Ya! akupun perlu minta diri kepada tuan rumah. Cian ciangkun mari kami bersama menemui Li tayjin." Apa boleh buat terpaksa Cian Tiang jun dan Wanyen Hou mengiringi In tiong yan menemui Li Ih-siu. Begitu tiba ditempat kediaman Li Ih siu, seorang Wisu (penjaga) segera memberitahukan kepada Wanyen Hou. "Li Hujin sudah kembali, dia hanya pulang sendirian. Didalam mereka suami istri sedang bertengkar." Kiranya meski Lo hujin suka bantu suaminya untuk mempertahankan kedudukan dan pangkatnya namun toh dia amat sayang kepada putrinya. Setelah kejadian memalukan tadi ia tahu putrinya sulit hidup tenteram didalam gedung besar ini. Apalagi mata-mata itu sembunyi didalam kamar putrinya, kalau tidak segera diantar keluar kelak akan menjadi bibit bencana. Maka dibawah tekanan putrinya akhirnya dia nekad, ia sembunyikan Geng Tian didalam kereta, dia sendiri pula yang mengantar meninggalkan gedung gubernuran. Li Ih siu sedang mencak mencak gusar menyalahkan bininya, tiba tiba didengarnya Wanyen Hou dan tuan putri Mongol berkunjung, tahu bahwa urusan sudah terbongkar, terang mereka datang hendak menuduh perbuatan keluarganya yang memalukan, apa boleh buat terpaksa ia menebalkan muka keluar menyambut. Tidak menunggu Wanyen Hou buka suara In tiong yan mendahului. "Kabarnya putrimu sudah keluar kota, apa betul?"Saking ketakutan Li Ih siu pucat pias sahutnya tersendat. "Ya, ya, aku memang hendak menyusulnya, menyusulnya kembali!" "Lopek, biarlah putrimu menemani aku tamasya dua tiga hari, kutanggung putrimu tidak akan kurang seujung rambutnya, lusa dia pasti kembali." Li Ih siu melongo, katanya. "Omongan tuan putri........." "Putrimu adalah teman baikku, kami sudah berjanji hendak tamasya beberapa hari diluar kota Liang-ciu. Kami tidak ingin hal ini diketahui orang banyak kami hanya ingin menghibur diri saja terpaksa harus mengelabui kau orang tua." "Jadi putriku pergi kali ini......." "Akulah yang menyuruhnya. Hal ini sudah kuberitahu kepada pangeran Wanyen Hou, tidak perlu kau mengutus orang untuk mengejar jejaknya kalau begitu kami kurang senang dan puas bertamasya." Kalau Wanyen Hou tidak mempersulit dirinya, Li Ih siu sudah amat puas segera berpaling kepada Wanyen Hou ikut mengadu. "Ya tuan putri bertamasya dengan putrimu tidak suka diketahui orang banyak, bolehlah kau merahasiakan soal ini saja." Sudah tentu ini membuat Li hujin teramat girang, katanya tertawa . "Nah, sudah kukatakan akumengantarkan putrimu keluar sudah tentu ada alasannya, masih hendak bikin ribut dan curiga?" Li Ih siu tahu kata kata istrinya mengandung arti lain, terpaksa diapun tidak memperpanjang urusan, katanya unjuk tawa. "Ya, ya. Aku tidak tahu hal ini adalah kehendak tuan putri, sungguh aku bikin ribut sendiri dan bikin reka saja." Setelah menolong kesulitan Li Ih siu diam-diam In tiong yan amat geli, waktu Wanyen Hou mengantar dia sampai dipintu besar, dengan langkah gemulai seenaknya ia beranjak kegedung gubernuran. Setelah berada diluar In tiong-yan berpikir. "Li Ci- hong menolong Geng Tian, pastilah langsung menuju ke Ki lian san. Hal ini Nyo Su gi belum tahu, aku harus memberikan kepadanya." Nyo Su gi dan Ong Kiat sembunyi dirumah seorang anggota Ceng liong pang maka In-tiong yan mencarinya kesana sesuai alamat yang diberikan Ong Kiat kepadanya. Maklum sebagai kuli orang, rumah tinggalnya adalah gubuk pendek yang terbuat dari tanah liat, para tetangganya semua adalah orang orang miskin yang hampir sama kehidupannya, rumah disinipun dibangun seragam. Untung Ong Kiat ada memberitahu suatu tanda rahasia yang lain dari yang lain, tanda itu adalah guntingan kertas merah yang menggambarkan seekor kupu kupu ditempelkan pada pintu jendela. Maka dengan mudah ia menemukannya.Waktu sudah dekat dan melihat tanda rahasia itu, mau tidak mau timbul rasa curiganya. Memang daun jendela ditempel sebuah kertas merah kupu-kupu, tapi waktu ia lihat kupu kupu itu sudah tersobek separo, bekas ditempel pula dengan lem, ditengahnya nampak sekali ada bekas bekas sobekannya. ln tiong yan membatin. "Mungkinkah terjadi sesuatu? Kalau tidak kenapa guntingan kertas itu harus disobek lalu ditempelkan pula? kupu-kupu yang tersobek pertanda adanya apa apa. Ong Kiat tidak menjelaskan." Tapi In tiong yan mengandalkan ilmu silatnya tinggi maka nyalinya besar, kedua Wanyen Hou memerlukan tenaganya seumpama bentrok dengan anak buahnya iapun tak perlu takut, perduli apa yang terjadi di dalam segera ia melesat terbang melewati pagar tembok pendek masuk hendak memeriksa keadaan didalam. Keluarga yang menyamar diri sebagai kuli orang ini menempati rumah yang bobrok dan serba kekurangan, bagian belakang adalah dapur dan bagian luar adalah sebuah pekarangan kecil, bagian tengah hanya terdapat sebuah kamar tidur, selintas pandang keadaan dalam rumah, dapat dilihat jelas tampak keadaan dalam rumah morat marit tiada bayangan seorangpun. In tiong yan menyalakan pelita, dengan cermat ia memeriksa akhirnya menemukan di bawah bantal selembar kertas dijemput. Diatas kertas ada dua baristulisan kecil yang berbunyi; "Tempat ini sudah diperhatikan cakar alap, jangan tinggal terlalu lama." In tiong yan berlega hati pikirnya. "Mereka sudah tahu bila tempat ini tidak aman lagi sudah tentu pindah ketempat lain." Jadi Nyo Sugi bukan tangkap sudah tentu In tiong yan berlega hati. Disaat ia hendak tinggal pergi tiba tiba didengarnya kesiur lambaian pakaian orang berjalan malam melesat lewat diatas genteng. In tiong yan mengira cakar alap alap musuh yang meluruk datang, pikirnya. "cakar alap alap hanya seorang, biarlah aku tidak usah menyebutkan diriku biar kuhajar." Tengah ia menimang nimang orang itu sudah melompat turun dari atap rumah, pikir In tiong yan pula. "Ginkang orang ini lumayan juga." Diam diam tangannya sudah menggenggam tiga butir kacang kuning yang diraihnya dari gentong didalam kamar terus ditimpukkan ke arah bayangan hitam itu. Walau dia tidak menguasai kepandaian memetik daun kembang terbang untuk melukai dan membunuh orang, tapi karena butir kacang kuning ini bila telah menyerang Hiat to orang cukup dapat membuat orang pingsan beberapa jam lamanya. Dia tidak menggunakan senjata rahasia memang dia tidak ingin melukai orang. Lekas orang itu mengebaskan lengan bajunya ketiga butir kacang kuning itu kena digulung danjatuh ketangannya. Agaknya orang itu tidak menduga senjata rahasia hanya kacang kuning kelihatan melengak. Sekarang itu tanpa terasa iapun melongo. Ternyata pendatang itu adalah gadis baju merah. Kedua pihak sama tidak menduga dengannya sama sama perempuan keruan sama melengak tapi kilas Iain mereka pun sudah paham. Pikir In tiong yan kemudian. "Gadis baju merah yang kemarin berkunjung ke warung tahu Ong Kiat tentulah dia ini. Jadi pasti dia inilah Siau moli adanya." Nyo Wan cengpun berpikir. "Perempuan ini pastilah orang yang menerobos masuk kekamar Geng Tian tadi. Dia bantu menyembunyikan jejak Geng Tian tapi berhubungan begitu intim pula dengan Wanyen Hou, entah dia teman atau lawan." Ternyata Nyo Wan ceng sembunyi dalam gerumbulan kembang tidak melihat jelas keadaan kamar Geng Tian, ia pun tidak melihat raut muka In tiong yan, hanya dari bayangan punggung In tiong yan ia tahu kalau dia seorang perempuan. Waktu itu Li Ih siu dan Wanyen Hou pun sudah datang sementara para centeng gedung mengadakan pemeriksaan besar besaran didalam kebun, tahu dirinya tidak bisa tinggal lama-lama di tempat itu, terpaksa Nyo Wan ceng tinggal pergi sebelum jejaknya ketahuan. Diwaktu dia melayang naik keatas pohon lapat-lapat dia dengar suara percakapanWanyen Hou dengan seorang perempuan, dalam keadaan yang kepepet sudah tentu tidak sempat lagi ia menaruh perhatian cuma yang diketahuinya bahwa perempuan yang bicara itu jelas bukan Li Ci hong pastilah perempuan yang baru saja masuk ke kamar Geng Tian tadi demikian ia menerkanya dalam hati. Nyo Wan ceng tidak tahu In tiong yan kawan atau lawan, pikirnya. "Nyo Sugi tidak kelihatan guntingan kertas di jendelanya pernah tersobek lagi, itulah tanda rahasia khas dari Ceng liong pang. Kebanyakan perempuan ini pasti musuh adanya!" KIRANYA Nyo Wan-ceng sampai di Ki lian san setelah menghadap Liong pangcu baru ia putar balik menyusul ke liang ciu pula. Maka dia tahu alamat Ong Kiat, meninggalkan warung tahunya, pernah memberitahukan alamat barunya kepada tetangganya Thio toasiok iapun berpesan dengan jelas alamat barunya ini hanya boleh diberitahukan kepada perempuan baju merah yang tadi pagi mencari dirinya keluar dari gedung gubernuran. Nyo Wan ceng segera menuju kewarung Ong Kiat kebetulan Thio thoa berjaga disana dan dia segera memberitahu alamat baru itu. Karena dia harus mampir kerumah Ong-kiat dulu, maka In tiong yan malahan lebih cepat tiba ditempat ini. Bimbang hati Nyo Wan ceng. "Sret!" Dia meloloskan goloknya serta membentak. "siapa kau?" "Seperti kau, akupun sedang mencari Nyo-sugi !"Kaget dan heran Nyo Wan ceng dibuatnya, bentaknya. "Darimana kau bisa tahu Nyo Sugi sembunyi disini? Sebetulnya siapa kau?" "Kau tidak tahu siapa aku, sebaliknya aku tahu siapa kau !" "Kau tahu siapa aku?" Nyo Wan ceng menegaskan. "Kau siau moli bukan?" "Kalau benar mau apa?" In tiong yan tertawa dingin, jengeknya. "Hm, besar benar nyalimu, Siau moli, tadi berani menyelundup kedalam gedung gubernuran, kau sangka aku tak tahu ya. Biar kujelaskan aku mendapat perintah untuk membekuk dirimu!" Nyo Wan ceng gusar hardiknya. "Bagus! Tangkaplah aku!" Sembari bicara secepat kilat beruntun tiga kali ia membacok kepada In-tiong yan. Dengan gerakan Hong biau loh hoa, dalam detik- detik yang amat gawat itu In tiong yan berhasil meluputkan diri dari tiga bacokan Nyo Wan-ceng. Seketika timbul sifatnya ingin menang sendiri, sekonyong-konyong dia ayunkan tangan seraya membentak. "Sambutlah senjata rahasiaku ini!" Dengan tangan Nyo Wan ceng memainkan Hong- thiam thau tak nyana In tiong yan hanya main gertak sambal belaka, mana ada senjata rahasia? Disaat Nyo Wan ceng bergerak berkelit dari sambaran senjatarahasia, tiba tiba In tiong yan enjot tubuhnya melejit keatap rumah. "Mau lari kemana kau?" Teriak Nyo Wan Ceng. "Tempat ini tidak cocok untuk tempat berkelahi, kalau berani kejar aku!!" Tantang dan olok In tiong yan. In tiong yan memang ingin menjajal sampai dimana tingkat kepandaian silatnya Siau moli yang sudah ternama itu, sebab lain karena dia tahu rumah ini sudah dibawah pengawasan musuh, maka ia harus memancing Nyo Wan ceng ke tempat lain, baru enak ngobrol. Sudah tentu Nyo wan ceng tidak tahu isi hati orang, ia menyangka orang sebagai musuh yang diutus untuk mengintil jejaknya. Maka sebat sekali iapun berkelebat kerahkan ilmu ginkangnya tingkat tinggi menyandak dengan kencang, bentaknya. "lari keatas langitpun aku tidak akan melepas kau. Ayo mari kita coba kau yang dapat membekuk aku atau aku yang bisa meringkus kau." Keduanya sama memiliki ginkang yang tinggi, menerjang naik melompat kebawah, begitulah seperti kelinci lari berloncatan beberapa lorong jalan panjang. Jalan jalan, meski ada pasukan ronda yang mondar- mandir namun mereka hanya melihat dua sosok bayangan putih yang melesat lewat diatas wuwungan rumah, malah ada yang kaget sampai melongo,disangka dirinya melihat setan siluman, ada pula yang anggap pandangan kabur kucek kucek mata, tahu-tahu kedua sosok bayangan itu sudah lenyap. Begitulah kejar mengejar berlangsung amat cepatnya sekejap mata saja mereka sudah tiba dibawah tembok kota, tatkala itu kebetulan tepat kentongan kelima kira-kira setengah jam lagi hari bakal terang tanah, pintu kota belum tentu lagi dibuka. In tiong yang menggenjot kaki melambung tinggi, seraya meloloskan Pok-kiam. "cras" Ujung pedangnya menusuk amblas ke dalam tembok untuk menahan berat badannya, sementara sebelah tangannya yang lain menekan pedang terus jumpalitan naik keatas tembok. Dua tentara yang berjaga diatas tembok segera berteriak. "Hai, ada maling terbang! Ayo lekas tangkap!" Tidak menunggu mereka meluruk datang, In tiong yan mendahului memapak maju. "Plak plak" Kontan ia gampar kedua orang ini sampai terjungkal kebawah tembok. Katanya berpaling kebawah. "kau mampu naik tidak ? Perlukah kubantu?" "Siapa sudi kau bantu ?" Damprat Nyo Wan ceng, segera ia mencopot gelang peraknya terus dibesat sekali menjadi seutas cambuk panjang yang lembut, sekali lompat tinggi berbareng ia ayun cambukIembutnya tepat sekali ujung cambuknya membelit batang bendera diatas tembok begitu kedua kakinya menjejak tembok badannya lantas naik melambung berjumpalitan seperti burung dara sigap sekali ia sudah tiba di atas tembok. Sebelumnya ia sudah siaga bokong atau sergapan In tiong yan, maka diwaktu ia jumpalitan naik keatas tembok, segera golok pendeknya dikembangkan memainkan jurus Ya pat hong, tak nyana begitu ia berdiri tegak diatas tembok, dilihatnya In tiong yan sudah melompat turun disebelah luar. Karuan Nyo Wan ceng melenggong heran dan tak habis mengerti, pikirnya. "kalau dia agen utusan Wanyen Hou kenapa memukul roboh penjaga kota malah ? Tidak menyergapku pula?" Seketika ia mulai bimbang bahwa orang belum tentu musuh seperti yang ia duga semula tapi untuk mencari tahu sebenarnya, terpaksa ia telah ikuti perbuatan In tiong yan melompat turun kebawah dan melakukan pengejaran kencang pula. Para penjaga tembok lainnya segera menghujani anak panah, sembari berlari Nyo Wan ceng putar cambuk lembutnya beruntun ia pukul jatuh anak panah, kejap lain anak panah itu sudah tidak mampu candak dirinya. Cahaya keemasan sudah mulai menongol diufuk timur, sang fajar sudah mendatang.Mereka masih kejar2an dengan kencangnya, saat mana kira kira sudah puluhan lie diluar kota Liang ciu, In tiong-yan angkat langkah lebih dulu sejak mula jarak mereka masih tetap terpaut puluhan tombak jauhnya. Terhadap Ginkang Nyo Wan ceng yang tinggi itu diam-diam amat kagum dibuatnya, pikirnya. "Larinya rada tertunda beberapa kejap oleh serangan hujan panah, namun masih bisa mempertahankan jarak puluhan tombak dengan aku, Siau mo li ini memang tidak bernama kosong." Nyo Wan ceng mengejar terus memasuki hutan, bentaknya. Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Siapa kau sebenarnya ?" "Siapa she dan nama besarmu aku sendirikan belum tahu juga?" "Bukankah kau sudah tahu kalau aku ini Siau- moli?" "Itulah gelaran yang diberikan oleh musuh musuhmu, yang ingin kuketahui adalah she dan nama aslimu?" "Bukankah kau bersahabat dengan Wanyen Hou? Kenapa kau simpatik kepada bangsa mereka?" "Akupun punya gelaran yang dinamakan In tiong yan. Tentunya kaupun sudah tahu siapa sebenarnya aku ini?" Nyo Wan ceng kaget, pikirnya. "Kabarnya In tiong yan datang dari Mongol perempuan yang kurang jelasasal-usulnya. Ada pula yang bilang bahwa dia seorang tuan putri, apa benar tidak kabar ini?" "Bukankah kaupun sahabat karib Geng-Tian? Memangnya dia tidak pernah menjelaskan asal usulku kepada kau ?" Merah muka Nyo Wan ceng, terpaksa ia memperkenalkan diri lebih dulu. "Aku she Nyo bernama Wan ceng. Apakah kau orang Mongol ?" Disamping itu timbul juga rasa curiganya. "Kalau dia kawan Geng Tian kenapa harus menanyakan namaku?" "Betul," Sahut In tiong yan. "nama Mongolku yang asli adalah Pelosi." Seketika berubah air muka Nyo Wan Ceng, katanya. "Ternyata kau memang tuan putri dari Mongol, tidak heran kalau Wanyen Hou harus menyanjung puji kepada kau." Heran ln tiong yan dibuatnya, katanya. "Apa kau baru berkenalan dengan Geng Tian?" Sementara dalam hati ia membatin. "Kukira hubungannya dengan Geng Tian sudah luar biasa, kenapa dia tahu namaku, kok belum tahu hubunganku sebenarnya dengan Wanyen Hou?" Berkata Nyo Wan ceng dingin. "Dengan modal apa kau mencari tahu asal usul diriku ? Bagus, akupun ingin tanya kau, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan atas diri Geng Tian dengan Wanyen Hou?"In tiong yan tahu orang salah paham sengaja ia hendak bikin orang marah, katanya. "Memangnya mengandal apa pula kaupun mencari tahu seluk belukku?" Nyo Wan ceng tidak sabar lagi. "Set" Segera ia menyabet dengan cambuknya. Serunya. "Ginkang tadi sudah kita lombakan, sekarang bisa aku mohon petunjuk ilmu silatmu." "Baik, jadi kau mengandalkan cambuk lemasmu ini hendak main tanya denganku? Begitupun baik, mari kita bertanding lagi." Dalam bicara itu beruntun ia sudah berkelit dan balas menyerang. Nyo Wan ceng menyerang tiga cambukan, diapun membaIas tiga tusukan pedang, cambuk dan pedang masing-masing tidak mampu menyentuh badan lawannya. "Ilmu cambuk bagus !" In tiong yan memuji, mulut bicara pedang berputar menurut gerak badannya, dia mendesak maju kedalam serangan cambuk lawan. Dengan jurusnya Pat hong ho, pedangnya berhasil menyampokkan pula cambuk lawan kesamping. Sementara itu pula tangan kiri tiba-tiba menyelonong maju mencengkram pergelangan tangan Nyo Wan ceng. Jurus ini adalah tipu Siau kim-na ciu yang berarti dilancarkan dalam pertempuran jarak dekat. Cara bermainnya harus dilakukan sambil menyerempet bahaya, namun serangannya cukup ganas, cepat dan lincah.Dalam pada ini, cambuk lemasnya Nyo Wan ceng sudah keburu dilecutkan keluar dengan sigap terpaksa dia mempergunakan Sip-hiong ciau hoan-hyu, badannya jumpalitan kebelakang, kurang serambut jari-jarinya In-tiong yan mengenai badannya, sedang cambuk lemasnya sudah melingkar menggulung diri In tiong yan. Dengan tangkasnya In tiong yan melambungkan badannya keatas, maka cambuk lawan hanya menyamber di bawah kakinya, terpaut sedikit tumit kakinya kena digubat cambuk lawan. Begitu gebrak selanjutnya berlangsung lagi, kedua pihak sama-sama mengeluh didalam hatinya, pikir Nyo Wan ceng. "Tadi dia sudah merebut inisiatif pelajaran, sebenarnya ia masih mampu melancarkan serangan-serangannya yang lebih lihay, entah kenapa tadi ia tidak melanjutkannya?" In tiong-yan pun membatin. "Keadaannya tadi amat gawat, dalam keadaan demikian seharusnya melancarkan jurus-jurus nekad yang mematikan untuk gugur bersama, mungkinkah dia sudah tahu bila aku tiada niatan untuk melukai dia maka serangannya tidak diteruskannya? Ataukah diapun punya pikiran yang sama dengan diriku hanya ingin mencoba kepandaianku melulu?" Ternyata Nyo wan ceng ingin jajal kepandaian silatnya, diapun ingin tahu sebetulnya In tiong yan dari pihak lawan atau kawan, hal inilah yang menjadi tujuannya. Bahwa In tiong-yan benar sebagai tuanputri Mongol sudah menimbulkan kecurigaannya, tetapi waktu keluar kota tadi, sengaja orang membukakan jalan bagi dirinya bukankah hal itu jelas sekali tidak mengandung maksud jahat? Apalagi kini setelah kedua belah pihak bergebrak beberapa jurus dilihatnya In-tiong yan selalu batal melancarkan jurus jurus tipu ilmu pedangnya yang amat lihay, maka hatinya menjadi heran, curiga, dan tidak habis mengerti. Akan tetapi meski mereka membuang serangan ganas yang lihay toh masing masing berkeinginan menang sendiri, maka jurus hebat yang menakjubkan beruntun diboyong keluar seluruhnya tak putus putus. Sekejab saja puluhan jurus telah lewat, masih belum ada perbedaan siapa unggul mana yang asor, kebetulan In-tiong yan mendapat suatu kesempatan, dilihatnya titik lobang kelemahan cepat sekali ia merangsek mendekat, kedua jarinya terangkap keras menotok urat nadi lengannya orang, lekas Nyo wan ceng melintangkan golok pendek ditangan kiri serta melintirnya berputar, ejeknya. "Kau bisa menotok memangnya aku tidak bisa?" Golok dibuangnya, dengan kedua jari tangannya iapun balas menotok menggunakan King sin ci-hoat ajaran gurunya yang tunggal. In-tiong-yan bersuara heran dan kaget, sebat sekali ia berkelebat berkelit, tahu-tahu ia sudah melompat keluar dari gelanggang, katanya. "Agaknya sulit kitamembedakan siapa lebih unggul, pertandingan ini tak perlu dilanjutkan lagi, siapa gurumu?" Kiranya ilmu totokan King sin ci-hoat yang dipelajari oleh Nyo wan ceng itu adalah sumber pada pedoman gambar lukisan Hiat-totong jin, dikolong langit ini hanya ada dua keluarga saja yang mewarisi ilmu ini. Yaitu Wanyen Tiang Ci yang menurunkan kepada Wanyen Hou sementara yang lain adalah guru Nyo Wan ceng yaitu Bu-lim-thian-kiau yang mewariskan kepadanya, In-tiong yan banyak pengalaman dan luas pengetahuan, sejak mula ia sudah dapat meraba ilmu silat Nyo Wan ceng jauh berbeda dari ilmu silat dari golongan manapun di Tionggoan, kini berhadapan langsung dengan Kim- sin-ci hoat, segera ia dapat menerka siapa guru Nyo Wan ceng. "Perduli siapa guruku!" "Betul manusia hanya dibedakan antara baik dan buruk, kau belajar dengan guru siapa itu tidak penting. Orang Kim, orang Han atau orang Mongol, Masing masing boleh saja untuk mencari guru atau sahabat kita, betul tidak menurut pendapatmu?" Kata-kata ini seolah-olah mengetuk sanubari Nyo Wan ceng dan menyadarkan pikirannya, kemudian dia berpikir. "Benar, ia punya darah seorang pangeran dari negeri Mongol, tidak jauh berbeda dengan asal usulku, pangeran negeri Kim boleh menjadi gurukuyang berbudi, tuan putri dari Mongol kenapa pula tidak boleh menjadi sahabat baikku?" "Sudahlah kita tidak usah berkelahi," Ujar In tiong yan. "Tadi apa yang hendak kautanyakan padaku?" "Bagaimana keadaan Geng Tian?" Tanya Nyo Wan ceng. Sebetulnya tadi dia bertanya. "Apa yang kau lakukan atas Geng-Tian dan Wanyen Hou? Kini ia gunakan separohnya dari pertanyaan semula jelas rasa permusuhannya sudah hilang sebagian besar, tetapi perasaan curiga yang sejak semula dalam hatinya belum lenyap seluruhnya. "Yaa, akupun harus kasih tahu kepadamu supaya hatimu tidak selalu kebat kebit. Kau mau tahu keadaan Geng kongcu ketahuilah bahwa dia sekarang sudah keluar dari gedung gubernuran!" Sungguh kejut dan girang sekali hati Nyo Wan ceng, namun ia masih setengah percaya setengah tidak, pikirnya. "Tok Hok pernah bilang bahwa putra- putri Li tayjin secara diam-diam ada kontak dengan mereka, nona Li itu sudah dan bisa menyembunyikan Geng Tian didalam kamar pribadinya sendiri sudah tentu sepihak dia dengan engkohnya. Tapi dia kenal dengan Geng Tian mungkin hanya karena persoalan hubungan pribadi mereka. Tapi kabar ini tak dapat dipercaya, belum bisa seratus persen aku mempercayai obrolannya." "Kau tidak percaya penjelasanku?""Seumpama benar Li Siocia mengantarnya keluar, kukira urusan tidak sedemikian gampang bukan?" Baru saja In tiong yan hendak menjelaskan duduk perkara sebenarnya, tiba-tiba didengarnya langkah kaki orang berlari mendatangi, berubah air muka Nyo Wan ceng, bentaknya. "Siapa itu?" Sesaat ia menyangka dirinya sudah terjebak oleh tipu muslihat In tiong yan. Belum hilang suaranya orang itu secepat kilat sudah berlari datang dihadapan mereka. Barulah Nyo Wan ceng berlega hati setelah melihat jelas siapa orang itu, ternyata dia bukan lain adalah Nyo Sugi tertua dari Su tay kim kong Ceng liong pang. Nyo Wan ceng kenal Nyo Sugi sebaliknya Nyo Sugi tidak mengenalnya. Tapi melihat pada orang berpakaian merah dalam hati ia dapat menebak siapa adanya segera ia berkata. "In Lihiap ternyata benar kau adanya dan nona ini ...." "Nona Nyo !" Ujar In tiong yan. "Kemarin kan pernah mengunjungi warung tahu Ong kiat bukan ?" "Eeeh ! Dari mana kau tahu?? Paman Nyo, aku bernama Wan-ceng. Kebetulan aku sedang mencari kau." "Apakah mendiang ayahmu adalah Nyo Yan seng Nyo Tayhiap ?" "Benar, beliau adalah ayahku."Baru sekarang Nyo Su gi sadar dan paham katanya. "Samte Hou-wi pernah berkata kepadaku, tetapi aku masih belum menduga kau adanya. Dari mana kau bisa tahu warung tahunya Ong Kiat itu adalah milik Ceng liong pang kita ?" "Aku sudah sampai di Ki-lian-san, bertemu dengan Pangcu kalian." "Cara bagaimana kau bisa kemari ?" Tanya In-tiong yan. "Biarlah kuberitahu sebuah berita buat engkau, Geng kongcu sudah lolos dari mara-bahaya!!" "Apakah kabar itu dapat dipercaya?" Tanya In tiong yan. "Dengan cara bagaimanakah dia bisa lolos?" "Pasti dapat dipercaya. Saudara Ong Kiat pula yang bekerja dalam usaha pengangkutan arang, kebetulan sering memberi jatah arang kegedung gubernuran, setiap dua tiga hari pasti mengirim arang kesana. Kabarnya kemarin malam gubenuran menutup pintu mengadakan razia besar besaran hendak menangkap mata mata, dan melarang orang keluar masuk namun istrinya Li Ih-siu dan putrinya justru menunggang kereta keluar kota, tak lama kemudian terlihat hanya istrinya saja seorang diri yang pulang. Mata mata tidak berhasil ditemukan, putrinya Li Ih- siu malah hilang, bukankah hal ini amat menyangsikan ? Menurut apa yang kuketahui, secara diam diam putri Li Ih-siu itu secara diam diammembantu Geng kongcu, kini terjadi peristiwa ini, dapatlah dibayangkan pastilah nona Li itu sendiri yang mengantarnya keluar kota." Mendengar penjelasan orang mirip apa yang diuraikan In tiong-yan, hati Nyo Wan ceng menyesal pula, katanya kemudian. "Paman Nyo kabar yang kau ceritakan mungkin Hun-cici inipun sudah tahu, karena dari semalam diapun berada digedung Li Ih-siu, dalam soal ini mungkin diapun ada menyumbangkan tenaga dan pikirannya." Nyo Su-gi tertawa, katanya . "O, aku maIah anggap sebagai berita segar. Kalau tahu demikian akupun tidak perlu banyak bicara lagi." "Aku sendiri tahu dari penuturan Cian Tiang jun, mungkin kurang tepat. Maka sengaja kutanya kepada kau, untuk membuktikan kebenaran berita ini." Lalu iapun bercerita akan pengalaman yang dialaminya semalam. Ia duga asal usul dirinya Nyo Sugi pasti sudah tahu, maka iapun tidak perlu main sembunyi sembunyi lagi. "Kabar kalian yang diperoleh oleh saudara kita itu, adalah bahwa tempat tinggalnya itu sudah diperhatikan oleh cakar alap-alap, semalam sebetulnya Li-sia hendak mengurus para opasnya merazia itu, tapi karena dalam gedung gubernuran sendiri terjadi keributan adanya penyelundupan mata- mata, terpaksa ditunda beberapa waktu lagi, In Lihiap kau pernah mendatangi rumah itu bukan ?""Memang kebetulan aku bertemu dengan nona Nyo di rumah itu, guntingan kertas kupu kupu yang kau sobek itupun juga kami lihat," Demikian ujar In-tiong- yan. "Persembunyiannya mungkin sudah ketahuan musuh, kini Geng kongcu sudah lolos, maka pagi hari ini, aku bergegas keluar kota. Tak duga bertemu kalian disini. Apakah kalian tadi bentrok dengan musuh ?" "Ah, tidak !" Sahut Nyo Wan ceng. "Kenapa kudengar benturan senjata tajam, apakah kupingku yang salah dengar?" Ternyata karena mendengar suara benturan senjata inilah, maka Nyo Su-gi menyusul datang menurut arah datangnya suara. In-tiong yan tertawa, ujarnya . "Aku yang sedang saling ukur kepandaian silat disini hanya main-main saja. Tapi untunglah kami main jajal-jajalan, kalau tidak, pasti tidak begini kebetulan bisa bertemu dengan kau. Nyo Tayhiap menurut dugaanmu, kemana Geng-kongcu akan pergi ??" TAMAT Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Pendekar Bunga Karya Chin Yung Golok Sakti Karya Chin Yung