Ceritasilat Novel Online

Tugas Rahasia 13


Tugas Rahasia Karya Gan KH Bagian 13


Tugas Rahasia Karya dari Gan K H   "Tak perlu, cukup asal kau antar aku keluar dari sini saja.*' Liong-bun Pangcu juga tidak banyak bicara lagi, segera dia menggerakan langkah, dengan cepat dia berlari kedepan, Gmkang-nya memang tinggi, tapi Hun Lian juga kembangkan Ginkangnya maka sementara dia masih dapat mengikuti langkah orang, setelah mengitari banyak lorong yang barlika liku, akhirnya mereka tiba depan sebuah pintu besi yang besar. Didepan pintu berdiri dua orang batu raksasa, perawakannya gede sikapnya garang dan gagah, dandanan dan sikapnya mirip pejuang jaman kuno, Liong-bun Pangcu langsung maju medckat lalu mengayun tangan, beruntun dia memukul delapan kali dengan gerakan kilat didelapan tempat yang berbeda diatas papan pintu besi itu, lalu dia pegang gelang besi serta menariknya aengan mengerahkan tenaga. Hun Lian tahun bahwa kungfu Liong-bun Pangcu amat tinggi, namun melihat orang waktu menarik daon pintu besi ini selebar mukanya sampai merah padam, maka dapat dibukitkan bahwa pintu besi ini disamping tebal juga amat berat. Pintu besi hanya tertarik dua kaki lebarnya lantas Liong-bun Pangcu berhenti serta mengganti napas panjang, sekilas dia menolth serta memberi tanda, sekilas bimbang segera Hun Lian ikut menyelinap masuk. Keluar dari pintu besi itu mereka man-jat lorong yang menjurus k atas, kedua sisi sepanjang lorong ini berderet orang-orang yang berdiri tegak, melihat orang lewat tapi mereka berdiri kaku tidak bergerak sedikitpun, bila keluar dari / lorong yang miring ini tampak cahaya surya sudah doyong kebarat, tanah tegalan yang menguning kelihatan bertahuran cahaya emas, ditengah tegalan itulah didapatinya banyak orang-orang baiu dan kuda-kuda batu yang sudah rusak dan berserakan. Sebelum berlalu sempat Hun Lian menoleh mengamati mulut gua di mana barusan dirinya keluar, ternyata itulah sebuah gua belukar yang amat kotor, penuh ditumbuhi semak dan rumput jalar, jikalau bukan ke luar dari sebelah dalam, dari luar orang tidak akan tahu bahwa dibalik akar-akar pohon jalar itu ada gua yang Tersembunyi, terutama kaum persilatan juga tidak akan menyangka bahwa maskar pusat Liong-bun-psng berada didalam kuburan kuno yang serba rahasia dan banyak perangkapnya. Liong-bun Pangcu tetap berdiri didepan gua, tidak maju lebih jauh, cahaya mentari menyinari rambut kepalanya yang kuning emas hingga kelihatan mengkilap dan lebib semarak. Hanya sekejap Hun Lian menoleh lantas mengembangkan Ginkang berlari dengan pesat, setelah dia meluncur puluhan tombak, baru dia mendengar kumandang suara Liong-bun Pangcu yang lembut ;   "Nona Hun, jagalah dirimu baik-baik. Selamat jalan."   Kedengarannya suaranya dilontarkan di-belakaugnya, seperti Liong-bun Pangcu berbisik dibelakang telinganya, tapi Hun Lian tahn Liong-bun Pangcu pasti ma ih bertda didepan gua tanpa bergerak meski setspak sekalipun, namun suaranya lembut dan jelas karena orang bicara sambil mengerahkan tenaga dalamnya."   Hun Lian tidak tahu bagaimana perasaan hatinya, yang terang batinya hampa dan masgul maka dia mempercepat langkab melesat lebih kencang kedepan.   Tak lama kemudian hari sudah mulai petang, bila tabir malam sudah menyelimuti jigat perasaan Hun Lian semakin bingung dan risau, kecuali berlari dan lari secepat angin seolah-olah sukar dia / menghilangkan perasaan hambar yang masih terus menghantui sanubarinya.   Bila hari sudah betul-betul gelap, Hun Lian semakin gelisah karena dia tidak tahu dirinya sekarang berada di mana, sekeluar dari gua tadi dia langsung ayun langkab lari fnerti dikejar setan, hakikatnya tidak menentukan arah, yang jelas dia hanya ingin buru buru meninggalkan tempat itu.   Tapi kenapa dia ingin buru-buru meninggalkan tempat iru, hatinya tidak bisa memberi jawaban, mungkin lantaran kecewa, tapi kenapa kecewa ? Apa yang membuatnya kecewa ? Malam ini tiada bulan tak kelihatan bintang, terpaksa Hun Lian berlari naik ke gundukan tanah tinggi, sejenak dia berdiri menyeka keringat, selepas mata memandang dunia hitam pekat melulu, akhirnya di arah utara dilihatnya tujuh titik sinar lampu yang bergoniai dan bergerak menuju kearah barat, tujuh titik sinar lampu itu seperti berbaris dan bergerak secara lambat, gelagatnya ada orang yang mencentel lampu lampion dengan genter dan menempuh perjalanan, tapi sin&r lampion amat benderang, sehingga dilihat dari kejauhan tampak menyolok sekali.   Melihat ketujuh titik sinar lampu itu seketika Hun Lian berjingkrak girang dan menghela napas lega, dia tahu tujuh titik sinar lampu itu adalah cahaya lampion minyak hitam bi atan Hiat-lui-kiong mereka, maka dia yakin ada orang sendiri didaerah sini.   Tanpa ayal Hun Lian kembangkan Gin-kang meluncur kearah tujuh titik sinar lampu itu.   cepat sekali jarak sudah semakin dekat, dibawah cahaya benderang ketujuh lampion minyak itu.   ada tujuh laki-laki perawakan besar berjalan lurus sambil memegang galah panjang mengerek ketujuh lampion merah itu, mereka memang para kacung dari Hiat-lui-kiong.   Hun Lian langsung melayang tuiun di depan mereka serta menegur ;   "Apa yang kalian lakukan di sini ?" / Begitu melihat Hun Lian, ketujuh kacung seketika keplok kegirangan, dengan berseri mereka menyapa bersama. ,,Tuan putri,sungguh susah kami mencarimu."   Berkerut alis Hun Lian, katanya.   "Siapa suruh kalian mencariku?"   "Sudah tentu majikan, melihat kau tikak muncul seteiah waktu yang dijanjikan tiba, kami temukan pula jenazah Li-pi-Iik, siapa yang tidak gelisah menguatrkan dirimu?"   Hun Lian hanya tertawa nyengir saja, perjalanan kentara bersama Li-pi lik kali ini demi mencari Cia Ing kiat tapi idelah bertemu pemuda yang semula dipujanya, hatinya menjadi rawan dan masgul malah, gara-gara kasmaran sehingga Li-pi-lik berkorban percuma Celakanya begitu bertemu denian Liong-bun pangcu dan selama dimarkas Liong-bun Pang ternyata dia melupakan cintanya terhadap Cia Ing-kiat, terbayang betapa besar perobaban hatinya, sungguh dia sendiri tidak habis mengerti.   Setelah melenggong sesaat lamanya, maka dia bertanya.   , Ibu di mana? ' Ketujuh orang itu berkata serempak.   "Mari ikut kami."   Sembari bicara masing-masing merogoh.   kantong menseluarkan sebatang roket panah terus ditimpukan kendara, terdengar desir suara disertai -muncratnya lelatu api, ketujuh roket panah itu menjulang tinggi keudara lalu meledak bersama diangkasa memancarkan cahaya jambon hijau dan kuning.   Maka ketujnh kacung iiu memberi penjelasan.   "Majikan amat gelisah dan kuatir akan keselamatan noia, biar beliau tahu bahwa kami sudah menemukan dirimu dengan selamat."   Hun Lian tidak memberi tanggapan, dia hanya mengangguk kepala, maka ketujuh kacung itu lantas melesat kedepan menuju ke-timur Lekas sekali mereka memasuki sebuah selat / sempit, makin kedalam tampak bayangan orang, diatas dinding gunung atau diatas ngarai dijaga ketat, selat sempit yang diapit dinding karang yang curam begini, siapapnn jangan harap dapat menerobos masuk kedalam selat secara kekerasan.   Panjang selai sempit ini ada puluhan tombak, makin kedalam makin lebar, batu batu gunung bertahuran, api unggun berkobar dibeberapa tempat, banyak orang berkerumun disekitar api unggun.   Begitu masuk kedalam selat, Hun Lian lantas melihat ibunya duduk diatas batu besar bentuk persegi, di bawah batu api unggun menyala besar, cahaya api menyinari wajahnya.   Dibawan batu dan mengelilingi api ungun duduk banyak orang, mereka adaiah anak buah Hiat-lui-kiong.   Hun Lian langsung menuju ke empat duduk ibunya, setiba dia dipinggir batu suasana lembah ini sedemikian sunyi, hanya kobaran api yang menjilat kayu raja mengeluarkan suara letusan yang lirih.   Sekilas Hun Lian meiirik ke kiri kanan, kearab jago j go silat Buiim itu, wajah mereka tampak- kaku dan mcmbcsi, jelas hati mereka amat berang, namun karena jiwa mereka tergengga n ditangan Kui-bo, apa boleh buat, terpaksa mereka tunduk.   Kui-bo Hun Hwi nio buka suara lebih dulu.   "Ke mana saja kau ini?"   Hu Lian menunduk, katanya.   "Aku diundang Liong-bun Pangcu, berkunjung ke markas mereka."   Didalam situasi yang bakal terjadi perobahan besar seperti ini, sebagai putri Kui bo yang berkuasa di Hiat-iui-kiong, bahwa dia berkunjung ke markas besar Liong-ban-pang sepantasnya merupakan kejadian yang cukup menggemparkan, mereka yang mendengar berita mengejutkan ini pantasnya kaget dan menunjukan reaksi.   Tapi keayataan orang-orang yang hadir semua diam tanpa / memberi reaksi sedikitpun.   Hanya Kui bo saja yang angKat alis, katanya.   "Untuk apa kau ke sana? ' "Liong bun Pangcu mengundangku untuk menengok Cia Ing-kiat. ' Kui-bo mengangguk dan menggerakan kaki, sebelum dia bicara lekas Hun Lian menambahkan.   "persoalan yang lain selanjutnya tak usah kau bicarakan lagi,"   Dengan sorot pandangan heran Kui-bo menatap Hun Lian, kejap lain tiba-tiba dia tertawa, katanya.   "Bukankah sejak mula sudah kuka-takan kepadamu, bocah itu apa sih baiknya, kau justru kasmaran kepadanya , ."   Hn Lian membanting kaki, katinya gemas. .Jangan bicarakan lagi . ..."   "Baiklah,"   Ucip Kui-bo.   "besok pagi pagi, kita akan menggempur Kim-hou-po."   Hun Lian melenggong, katanya- "Ma, didalam Kim-hou-po telah terjadi perobahan.' Kui-bo Hun Hwi-nio menyeringai, katanya "Peduli terjadi perobahan apa, besok pagi, kami akan menggempur Kim-hou-po."   Sampai di sini dia angkat kepala serta meninggikan suara berseru.   "Tan-thocu. persiapan sudah lengkap belum?"   Seorang lelaki yang berpakaian lnsuh segera berdiri dan menjawab.   "Sudah siap seluruhnya."   Hun Lian ingin bicara, namun isi hatinya belum sempat dituangkan, Kui-bo sudah angkat bicara lebih dulu.   Waktu dia lirik laki-laki lusuh ini, seingatnya dia pernah melihat laki-laki ini sebagai anggota Kaypang (kaum pengemis) disekitar dirinya juga banyak laki-laki yang berpakaian serupa dirinya, banyak tambalan, disebelah samping kanan bertumpuk buntalan-buntalan persegi sepanjang satu kaki, Hun Lian tidak tahu barang apa buntalan persegi itu.   / Sementara itu, Oh-sam Siansing, Pak-to Suseng dan lain-lain tampak bersikap prihatin Besok pagi-pagi akan menyerbu Kim-hou-po, Kui-bo Hun Hwi-nio sudah mengumumkan secara terbuka.   Maka penyerbuan besar-besaran itu akan merupakan pertempuran darah yang bakal menjatuhkan banyak korban dikedua pihak.   Sepatutnya jago-jago kosen kaum persilatan yang biasanya amat perkasa dimedan laga, bersikap tegang dan bersemangat, tapi kenyataan sikap mereka sekurang seperti tidak tahu menahu atau tidak ambil perhatian sedikitpun.   Terdengar Kui-bo Hun Hwi-nio tertawa dingin dua kali, katanya .   ,,Aku tahu kalian tidak rela bertempur, namun apa boleh buat harus maju kemedan laga, maka kuanjurkan kepada kalian yang tahu diri dan pandai melihat gelagat, berjuanglah sekuat tenaga, aku yakin kalian akan terus bertahan hidup, siapa yang ingin lekas mati, coba bersuara."   Jago-jago kosen- disekitar batu batu itu tiada satupun yang bersuara.   Dalam silua yang serba ganjil ini, perasaan Hun Lian amat tidak enak, setelah memberikan ancamannya Kui-bo Hun Hwi-nio lantas duduk sa-madi memejam mata tanpa bersuara sepatah katapun, agaknya dia sudah mulai menyalurkan hawa murni menghimpun tenaga dan semangat uniuk persiapan pertempuran besok pagi.   Tak lama kemudian tampak segulung uap putih mulai mengepul diatas kepalanya.   Lama kelamaan Hun Lian merasa risi berdiri di situ, segera dia celingukan, tampak di pinggir api unggun sana Liong-bin Siangjin tengah menggeleng-geleng kepala, sebelah tangannya menggapai kepada dirinya.   Hun Lian bimbang dan curiga, tapi akhir nya dia beranjak kearah Liong bin Siangjin baru saja dia tiba didepan Liong-bin Siangjin tiba-tiba orang berkelebat mundur menyelinap kebelakang sebuah batu besar, ternyata Hun Lian mengikuti dengan langkah kalem, maka dilihatnya bayangan beberapa / orang bergera , delapan jago kosen ternyata ikut menyelinap kebelakang batu raksasa itu serta mengepung Hun Lian.   Baru sekarang Hun Lian tersirap kaget, namun sekilas pikir hatinya lega dan yakin dirinya takkan di apa apakan karena merasa sudah terkena racun ulat yang semayam dalam tubuh mereka, bila mereka menunjukan gerakan yang tidak senonoh hingga mengejutkan Kui-bo atau ibunya, jiwa mereka pasti amblas seketika, maka mereka pasti takkan berani berbuat kurang ajar kepada dirinya.   Maka legalah bati Hun Lian setelah berpikir demikian.   Liong-bin Siangjin segera berkata kepadanya .   "Nona Hun, ada satu persoalan kami ingin mohon bantuaumu "   Otak Hun Lian encer, sebelum Liong-bin Siangjin bicara, melibat gelagat dia sudah tahu, apa maksud mereka merubung dirinya.   Sebelum menjawab Hun Lian ulur lehernya melongok kearan Kui-bo Hun Hwi-to samadi, melihat ibunya tetap tidak menun-jukan reaksi apa-apa.   bara dia berkata .   ..Kalian barus maklum untuk persoalan itu aku tak mampu berbuat apa-apa.   Ibu pernan belajar langsung dari Sam boa Niocu.   ulat racun itu memang tiada penawarnya kecuali obat buatannya sendiri, aku sendiri belum pernah diajarkan."   Liong-bin Siangjin tertawa getir, katanya . ..Nona Hun, aku tahu ulat .teracun itu tiada obat penawarnya, namun Kui-bo punya Sebumbung kumbang berbisa yang mampu merenggut jiwa kira semua, nona Hun . ,"   Sebelum Lion -bin Siangjin bicara habis, Hun Lian sudah goyang kedua tangan, sudah tentu Liong-bin Siangjin dan para jago kosen yang hadir saling pandang, lalu katanya pula .   ..Kita pasti tidak akan minta bantuan nona Hun secara percuma, bila nona sudi membantu fkami, dengan gabungan tenaga kita beramai, yakin dapat menemukan jejak Cia-saucengcu serta menyerahkan kepada mu." / Sedih dan pilu lati Hun Lian setelah mendengar syarat yang diajukan Liong-bin Siangjin.   namun hampir saja tak kuat dia menahan rasa gelinya, lama juga dia berdiri menjublek, lalu berkata penuh penyesalan .   "Tak usahlah. persoalanku dengan Cia-sau cengcu sudah tidak perlu dibicarakan lagi. di dalam markas besar Liong-bun-pang aku sudah bertemu dia dan putuskan hubungan selanjutnya."   Besar harapan para jago kosen itu atas bantuan Hun Lian yang lagi kasmaran kepada Cia sau cengcu, umumnya gadis suku Biru memang lebih tegas dalam memilih jodoh, bila dia sudah menaksir seorang laki-laki, kalau bukan laki-laki itu tidak mau menikah dengan lelaki lain, maka mereka yakin dapat membujuk Hun Lian untuk membantu bila mereka berjanji untuk bantu merangkap perjodohan mereka, sungguh tak nyana bahwa Hun Lian mengeluarkan pernyaraan yang memencilkan harapan mereka bersama, karuan mereka berdiii menjublek putus harapan, walau tiada yang menangis gerang - gerung, tapi semua bermuka pucat pasi.   Hun Lian adalah gadis yang berhati bajik dan bijaksana, jiwanya jauh berbeda dengan ibunya, melihat mereka dirunding kesedihan, hatinya tidak tega, maski jago jago kosen ini tamak sebutir biji teratai darah, sehingga mereka terjebak oleh kelicikan ibu nya, tapi kejadian gara-gara oleh Hun Lian juga, maka dia menghela napas, katanya .   "Sebetulnya kejadian ini tidak akan mengancam jiwa kalian bila mau tunduk atas perintah ibu, apaiagi aku dengar d dalam Kim-hou-po juga telah terjadi pemberontakan, betapapun banyak jago mereka, kalau tanpa pimpinan tentu tidak sukar kita menggempur Kim hou-po."   Maksud Hun Lian hendak membujuk dan menentramkan hati jago-jago kosen itu, namun melihat sikap mereka, seperti tidak mendengar anjurannya, semua tunduk kepala lalu menyingkir satu persatu tanpa bersuara, hanya Liong bin Sianjing saja yang ma sih berdiri didepannya, bibirnya sudah / bergerak hendak bicara, namun batal, akhirnya diapun menyingkir tanpa bicara lagi.   Hun Lian celingukan, ratusan jago kosen tersebar luas didalam lembah, ada yang duduk, berdiri ada juga yang sudah mendengkur, namun semua bersikap Kaku dan terlongong mengawasi api unggun, dibawah jilatan cahaya api tampang mereka tak ubahnya batu-batu gunung yang berserakan Itu.   Ingin Hun Lian membantu mereka, namun bila terbayang bila ibunya marah, betapa menakutkan mimik dari tindakannya, di sendiri juga bergidik seram, apapun dia tak berani mencuri bumbung itu dari badannya.   Api masih terus menyala dan ranting kering bertambah sehingpa api unggun berkobar makin besar, kira-kira satu jam kemudian, tampak Kui-bo Hun Hwi-nio mendadak membuka mata, sorot matanya tajam jelilat-an, tidak marah tapi menunjukkan wibawanya yang garang, siapapun tak berani beradu pandang dengan dirinya.   Begitu membuka mata Kui-bo Hun Hwi nio lantas beriak ;   "Tan - thancu, dibawah pengawalan Oh sam Siansing, Pak-to Suseng dan Liong-bin Sianjing bertiga, kalian berangkat dulu dan pendam semua bahan peledak itu dikedua sisi pintu gerbang Kim-hou-po. Laki-laki berpakaian lusuh dan banyak tambalan itu segera berdiri sambil mengia-kan. Baru sekarang Hun Lian tahu bahwa untaian segi empat itu adalah bahan peledak, agaknya Tan-thocu adalah seorang ahli membuat dinamit. Terdengar Kui bo Hun Hwl-nio berteriak .   "Lekas berangkat."   Teriakannya ini menggunakan kekuatan tenaga dalam suaranya keras menggetar lembab mengguncang bumi, menimbulkan gema uara yang mendengung diudara.   Sebetulnya jago-jago kosen yang hadir dalam lembah itu, satupun tiada yang menjadi tandingan Kui-bo Hun Hwi-nio bila / bertanding satu lawan satu, namun bukan tandingan masih bisa melarikan diri, supaya Kui-bo tidak petingkah dan bersimaharaja Tapi mereka tahu jiwa mereka tergenggam di angan Kui-bo, meski hati amat berang mendengar bentakan kasar Kui- bo Hun Hwi-nio, namun Oh-sam Siansing, Pak-to Suseng dan Liongbin Siangjin tiada yang berani membangkang, lekas mereka berdiri.   "Setelah menunaikan tugas, tunggulah aku dijalan tembus yang menuju ke Kim-hou-po,"   Demikian seru Kui-bo Hun Hwi-nio "b la ada diluar benteng menghadapi rintangan, babat dan ganyang saja seluruhnya habis perkara."   Oh sam Siansing bertiga diam saja, Tan thocu segera masukan buntalan-buntalan di namit itu kedalam sebuah karung lalu beranjak keluar lembah.   Setelah keempat orang ini keluar dari lembab dan lewat selat sempit itu, kira-kira beberapa li kearah utara, baru Liong-bin Siangjin buka suara.   "Keadaan kita sekarang apa bedanya dengan dicacah hancur oleh musuh "   Tan-thocu menyeringai getir, katanya "Memangnya apa yang bisa kita lakukan ?"   Oh-sam Siansing saling pandang sekejap dengan Pak to Suseng, Pak-io Suseng segera berkafa .   "Dunia sebesar ini, namun kemana kita bisa menyembunyikan diri."   Mendadak Oh-sam Siansing menegakkan badan, seluruh tulang belulang tubuhnya mengeluarkan suara keretekan, jelas menandakan bahwa hatinya amat geram dan penasaran, sesiai apa yang dikatakan Tan-thocu barusan, memangnya mau apa meski bati amat berang ? Tan-thocu berkata .   ,,Ayolah jangan membuang waktu, tidak sedikit jago jago kosen yang bertugas d luar Kim-hou-po, kita perlu membuang banyak tenaga untuk menunaikan tugas ini." / Oh-sam Siansing bertiga mendengus bersama, segera mereka bergerak lebih cepat ke arah depan, lekas sekali dan kejauhan mereka sudah melihat tembok benteng yang bercokol tinggi diatas bukit tandus.   Beberapa rumah petak tak jauh dibawab benteng kelihatan memancarkan cahaya kelap kelip, dua kepala harimau emas diatas pintu itu tampak mengilap ditingkah sinar bulan.   Tempat di mana Oh sam Siansing berempat berada sekarang, adalah tanah tegalan tak jauh di sebel ah utara Kim-hou po dimana dulu Cia Ing kiat menyembunyikan diri di-tanah galiannya selama tiga hari menyelidik keadaan Kim-hou po Sejenak mereka ber-henti, dari kejauhan mereka mendengar derap lari kuda, hanya sekejap lari kuda sudah mcacongklang makin dekat malam remang-remang, tampak seekor kuda putih berlari kencang, dipunggungnya mendekam satu orang, gelagatnya sedang memburu waktu atau ingin menyampaikan kabar penting fcmgga kuda dibedal sekencang itu.   Lekas sekali kuda dan penunggangnya sudah membedal dekat, agaknya penunggang kuda mendadak sadar bahwa d d pan ada orang mencegat segera dia menarik tali kendali menghentikan lari kuda serta berduduk menegakkan badan.   Oh sam Stansmg berempat melibat jelas, penunggang kuda ini bukan lain adalah Cia Ing-kiat.   Dahulu Oh sam Siansing pernah mertamu ke Kim-long-ccng dan bersahabat dengan ayahnya, sudah tentu dia j iga kenal Cia Ing-kiat.   Sebagai jago silat iop anp disegani kaum persilatan umumnya, beberapa hari ini dia harus tunduk dan patun akan perintah Kui-bo Hun Hwi-nio, betapa dougkol dau penasaran hatinya sungguh tak terlampias begitu melihat Cia Ing-kiat, terbayang gara-gara pemuda ini sehingga nasibnya serba mengenaskan begini, kini jiwanya terbelanggu di tangan majikau Hiat lui kiong Saking gusar, penasaran beberapa hari ini seketika meledak sambil menghardik bagai guntur menggelegar dia angkat terus mencengkram.   / Begitu melibat ada orang mencegat, Cia Ing kiat sudah menghentikan kudanya, jaraknya dengan Oh sam Siansing ada dua tiga tombak jauhnya.   Cengkraman Oh-sam Siansing sudah tentu tak bisa mencapai dirinya, apalagi orang juga tidak menubruk maju.   Tapi di tengah hardikan gusarnya itu, Cia Ing kiat seperti dikemplang palu kepalanya, hatinya kaget, badan tergeliat, serumpun tenaga lunak yang kuat mendadak mendera tiba, karuan kuda putih tunggangannya berjingkrak kaget berdiri dengan kaki belakang, karena tidak bersiaga Cia Ing-kiat terperosok jatuh dari punggung kuda.   Begitu terguling beberapa kali di tanah, Oh-sam Stansing sudah menggerung geram memburu datang sambil melompat terapung, mirip seekor burung raksasa tubuhnya menukik dengan tubrukan sengit kesra b Cia Ing-kiat.   Kebetulan Cia Irg kiat berhenti menggelundung dan kebetulan menegadah keatas, dilihatnya tubuh Oi-sam Stansing sudah berada diatas kepalanya, matanya mencorong murka, kedua telapak tangannya sedang bergerak menepuk kebawah, karuan serasa copot arwahnya saking takut dan ngeri, mulutnya hanya sempat menjerit.   "Oh..."   Tapi hanya sepatah kata yang sempat keluar dari mulutnya.   Ternyata O'n sam Siansing menubruk dengaa mengerahkan kekuatan hawa murninya,sekujur badannya seperti terbungkus baja yang tidak kelihatan ikut menindih turun, betapa bebat kekuatan Lwe-kangnya sehingga Cia Ing-kiat me asi berat ditindih dan dada sesak, sudah tentu dia tak kuat meneruskan perkataannya.   Dalam kesdaan gawat itulah, mendadak sempat dia mendengar dua bentakan orang, menyusul bayangan dua orang ikut melesat tiba.   Rebah dia tas tanah, hakikatnya Cia Ing-kiat tidak sempat mengikuti apa yang terjadi, terasa tenaga hebat yang menindih tubuhnya itu mendadak sirna tak berbekas, tapi tubuhnya terbawa arus perpaduan dua jalur / kekuatan hebat sehingga tubuhnya terguling lagi beberapa kaki jauhnya.   Bila dia sudah menenangkan hati, tampak Oh-sam Siansing berdiri tegak ditanah, Pak-to Suseng dan Liong- bin Siangjin berdiri agak jauh di kanan kirinya.   Tak-to Suseng masih kuat menguasai keseimbangan badannya, tapi Lion bin Siangjin tampak memburu napasnya, wajahnya agak pjcit, jelas tenaga dalamnya menghadapi perlawanan yang kokoh dan tangguh sehingga napasnya sengal-sengal.   Cia Ing-kiat tidak sempat menduga apa yang telah terjadi, lekas dia melompat berdiri lalu menyurut mundur delapan langkah pula.   didengarnya Pak-to Suseng berseru.   "Oh-sam, ada sangkut paut apa persoalan ini dengan bocah ini?"   Masih beringas muka Oh-sam Siansing, bentaknya.   "Jikalau bukan para gara permainan patgulipat bocah ini dengan cewek bangsat itu, mungkinkah Kui-bo menelorkan rencana jahat ini sehingga kita semua tertipu di Hiat-lui-kiang."   Liong-bin Siangjin menghela napas, katanya. ,,Sudahlah, jangan kau menyalahkan orang lain, kenapa tidak salahkan diri kita sendiri yang terlalu tamak,"   Pak-to Suseng ikut tertawa getir, katanya.   "Ya, memang harus sudah kita duga sejak mula memangnya siapa tidak tahu pribadi Kui-bo Hun Hwi-nio yang licik dan jahatf kalau kita tidak tamak, nasib ini tidak seje lek sekarang."   Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Oa-sam Siansing berdiri menjublek, keringat membanjir dijidatnya, jelas hatinya amat menyesal dan malu, seperti ingin sembunyi didalam lobang bawah tanah saja.   Sudah tentu Cia Ing-kiat tidak habis herannya, sejak dia diculik Liong bun Pangcu dari Hiat lui kiong hingga dia disekap dalam markas L ong bun pan , berapa kali dia berusaha melari an diri, namun selalu he-hasil diringkus kembali oleh jago-jago Liong-bun-pang, hingga Liong-bun Pangcu me nberitahu kepadanya bahwa dia akan membawa Hun Lian kemari baru / hatinya merasa tentram dan tidak memberontak lagi dalam sel.   Ternyata Liong-bun Pangcu memang tidak menjilat ludahnya Hun Lian memang datang, tapi habis ] ertemuan itu justru amat mengecewakan hatinya, gusar, benci dan penasaran lagi.   5etelah Hun Lian pergi, segera dia menerjang keluar, diluar dugaan kali ini dia tidak mengalami halangan.   Sudah tentu sejak dia diculik dari Hiat-lui-king, apa yang terjadi selanjutnya dia tidak tahu menahu, kini mendengar percakapan ketiga jago silat top ini, baru dia menyimpulkan bahwa mereka pernah dirugikan didalam Hiat-lui-kiong, setelah tenang perasaannya, baru Ing-kiat berkata perlahan.   Para Cianpwe, apa yang terjadi di Hiat-lui-kiong?"   Begitu dia ruka suara, sorot mata Oh-sam setajam kilat dingin menyapu pandang kearah dirinya, seketika Cia Ing-kiat bergidik dibuatnya. Pak-to Suseng tidak perduli akan pertanyaannya, sementara Liong - bin Siangjin mengulap tangan, ucapnya.   "Enyahlah kau."   Meski heran dan curiga, namun terbayang betapa kejam tubrukan Oh-sam Sian sing tadi, mengkirik bulu kuduknya, sambil tnengiakan tersipu Cia Ing-kiat mundur ke belakang, sebelum dia memutar tubuh hendak pergi' tiba-tiba Liong bin Siangjin berteriak .   "Tunggu dulu,"   Cia Ing kiat berdiri dan menoleh, dilihatnya Liong bin Siangjin mengawasi dirinya denian tersenyum getir seperti apa boleh buat, lalu katanya ;.'Biasanya perempuan suku Biau amat khusus dalam memilih jodoh-cintanya tidak gampang berobah.   tapi Hun Lian bilang hubungannya dengan kau sudah putus, apakah yang terjadi coba kau jelaskan."   Seketika berkobar amarah Cia lng-kiat harga dirinya seperti direndahkan, dengan merah dia berkata "Buat apa bicara tentang perempuan seperti itu, siapa tahu kenapa dia / memutar balik persoalan yang terang ayahku gugur lartaran perbuatannya, aku tidak akan memberi ampun kepadanya."   Sebetulnya kematian Cia Ing kiat terbunuh ditangan Lui Anging, hal ini sejauh itu tidak diketahui oleh Cia Ing-kiat, tapi-dosa kesalahan ini sekarang justeru dia jahitkan dipundak Hun Lian.   maka amarahnya tidak tertahankan.   Liong bin Siangjin menghela napas gege tun.   sebetulnya dia masih ingin merujukan hubungan Cia Ing-kiat dengan Hun Lian.   setelah mendengar langsung pernyataan Cia-Ing-kiat dia tahu soal jodoh ini sudah tidak mungkin diharapkan lagi, terpaksa dia me-ngulap tangan.   Cia Ing-kiat menghela napas, katanya;   "Siangjin, bila kau ketemu budak busuk itu, tolong sampaikan kepadanya, orang she Cia tidak sudi menerima budi kebaikan apapun band rinya Lioi g bin menggeleng kepalanya pelan-pelan bahwasanny dia tidak perhati kan apa yang diucapkan Cia Ing-kiat selanjutnya. Tapi Tan thocu yang berada dise-belahnya tergerak hatinya setelah mendengar pernyataan Cai ing kiat,segera dia mendahului maju kudepan Cia ing kiat. katanya.,,Cia sau-cengcu, bukankah soal jodoh ini diajukan oleh Kui-bo sendiri?"   Kembali mendidih amarah Cia Ing-kiat dengan geram dia mendengus saja, walau tidak memberi reaksi apa-apa lagi, namun dalam ban dia membatin, mending kalau soal jodoh ini diajukan langsung oleh Kui-bo tapi kenyataan adalah Thi jan Lojin dan Gin-koh atas perintah Kui-bo meluruk kerumahnya serta merebut dirinya dari tangan sang ayah.   Agaknya peristiwa ini tidak banyak diketahui orang.   Tadi kalau hal ini dibicarakan dengan orang lain sungguh memalukan juga menurunkan gengsi ayahnya almarhum, sebagai anak muda yang suka merang dan berdarah panas, namun Cia Ing-kiat masih bisa menguasai diri dan tutup mulut saja.   Segera Tan thocu berkata pula.,Jadi nona Hun bilang putus hubungan segala, artinya perjodohan itu batal?" / Cia Ing-kiat mendongak kepala sambil menggendong kedua tangan, maksudnya tidak ingin membicarakan soal jodoh ini lebih lanjut.   Tapi Tan-thocu berkata pula."Cia-sau-cengcu tadi kau bilang tidak sudi menerima budi kebaikan nona Hun, setelah membatalkan pernikahan ini nona Hun merasa menyesal kepadamu, maka dia menyajikan suatu bantuan demi kepentinganmu?"   Mendengar pertanyaan Tan-thocu, Oh-sam Siansing, Pak-to Suseng dan Liong bin Siangjin yang sudah siap pergi serempak putar balik merubung kedepan Cia Ing-kiat, pandangan keempat gembong silat ini menatap Cia Ing-kiat.   Sebetulnya Cia Ing-kiat sudah segan membicarakan soal ini, tapi melihat sikap empat orang ini seperti ingin tahu seluk beluk persoalannya, sedikit banyak timbul rasa- takut dalam hatinya, maka dia berkata ,,Ya, benar, dia bilang merasa salah dan mungkin terhadapku maka dia bersedia melakukan sesuatu meski betapapun sulit persoalan yang kuajukan pasti takkan ditolak olehnya ...   "   Sampai di sini dia berhenti sejenak, dia bicara tetap mendongak sehingga tidak perhati kan sikap kegirangan keempat orang yang mendengar penjelasannya, pikirnya penjelasan ini hanya untuk menjaga gengsi sendiri, maka dia bicara lebih lanjut .   "Hm, perempuan jalang seperti dia, memangnya kapan aku pernah merindukan dia, bahwa dia sendiri yang membatalkan soal jodoh ini, kebetulan sekali malah, memangnya siapa sudi mohon bantuannya segala."   Begitu dia habis bicara, mendadak terasa pergelangan kedua tangannya dipegang kencang orang dengan berjingkat dia menoleh kiranya Pak to Suseng dan Liong bin Siang-ji-i sudah dekat di kanan kirinya, kedua orang ini yang memegang erat tangannya, karuan Cia Ing-kiat tersirap kaget, teriak-rya .   "Kalian mau apa ?" / ,,Cia sau cengcu"   Tukas Liong- bin Siangjin ,,kami mohon bantuanmu, tolong kau menuntut nona Hun untuk menolong kita."   Karuan Cia ing-kiat berdiri bingung.   Ternyata sikap Oh sam Siansing, Pak-to Suseng dan Liong-bin Siangjin berobah seratus delapan puluh derajat, kalau tadi mereka bersikap kereng dan penasaran, sekarang roman muka mereka berseri lebar dan ramah malah PaK-to Suseng berkata .   "Soal ini memang perlu dijelaskan dari permulaan supaya Cia-sau-cengcu tahu duduk persoalannya."   Maka Liong bin Siangjin berkata . ..Cia-sau-cengcu, setelah kau dibawa pergi Liong-bun Pangcu . , .."   Begitulah sifat manusia, bila kau ingin mohon bantuannya maka tutur katanya juga berobah ramab dan sopan, pada hal Cia Ing-kiat diculik Liong bun Pangcu, tapi Liong bin Siangjin bilang dibawa pergi.   Sudah tentu Cia Ing-kiat amat senang menghadapi pembahan sikap mereka tanpa bersuara dia mendengar penjelasan Liong-bin Siangjin Sudah tentu berdebar jantung Cia Ing-kiat meudengar cerita Liong-bin Siangjin.   Tapi melibat sikap Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng yang serius dan prihatin, dia yakin cerita itu memang betul, peristiwa ini jelas merupakan pukulan lahir batin yang memalukan mereka, maka Ing kiat masih menelaah persoalan ini tanpa bicara.   Maka Pak-to Suseng campur bicara .   " ..Maksud kami ingin mohon bantuanmu supaya menuntut balas kebaikan nona Hun, mencuri bumbung kumbang milik ibunya itu."   Cia Ing-kiat menarik napas dalam, sebelum dia bicara, Oh-sam Siansing yang sejak tadi diam saja mendadak ikut bicara .Bila kau berhasil n enunaikan tugasmu ini dengan baik, berarti kau sudah menolong jiwa ratusan orang, jelasnya kita juga tidak akan membiarkan kau bekerja secara percuma, raiusan jago-jago silat itu semua memiliki kepandaian khusus perguruannya, setiap orang bila mengajar tiga jurus / kepadamu, maka hidupmu selanjutnya tanggung tak kan kapiran."   Pernyataan Oh-sam Siansing menambah debar jantung Cia Ing kiat lebih keras.   Memang, jikalau jago jago silat kosen sebanyak itu, setiap orang mengajar tiga jurus kepada nya, memang selama hidupnya ini pasti takkan kapiran.   Setelah melenggong sekian lama baru Cia Ing-kiat berkata .   "Tapi di sini hanya ada kalian berempat, bagaimana maksud orang lain ..."   "Orang lain aku yang tanggung, mereka pasti setuju dan patuh akan usulku."   Demikian tukas Oi-sam Siansing.   Mengawasi Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng, Cia Ing-kiat membatin, dengan gabungan kekuatan kedua orang, jago lihay mana didunia ini yang mampu menandingi mereka, maka dia yakin persoalan ini sudah pasti, katanya perlahan.   ..Di mana nona Hun sekarang, biar kucoba."   Liong-bin Siangjin berkata .   idalam lembah tak jauh dari sini.   lebih batk kau bisa memancingnya keluar dari lembah, dan hati-hati jangan sampai diketahui Kui-bo." ,,Tidak jadi soal, aku bisa merias diri menjadi bentuk lain, Kui-bo pasti tidak akan mengenali diriku."   Sahut Cia Ing-kiat. Tan-tho-cu berkata .   "Urusan cukup genting, sebelum terang tanah, Kui-bo sudah akan mengerahkan seluruh kekuatan mulai menggempur Kim-hou-po, lebih baik kau bisa membereskan tugasmu sebelum fajar, bantuanmu amat besar artinya bagi kita semua."   "Baiklah,"   Ucap Cia Ing-kiat.   "   Segera aku pergi mencarinya."   Habis bicara Cia Ing-kiat berlari ke sana lalu mencempUk ke-punggung kuda serta dibedal kencang kearah selaian, di punggung kuda dia keluarkan sebuah kedok muka terus dikenakan, sementara kudanya berlari kencang menuju ke selat yang ditunjuk serta menyelinap kedalam.   / Baru beberapa langkah dia berjalan, lantas didengarnya didinding selat sebelah atas seorang menegurnya .   "Siapa kau ?"   Cia Ing-kiat angkat kepala, dikeremang-an malam, dilihatnya seorang berdiri tegak mepet dinding karang, tidak kelihatan di mana kedua kakinya berpijak, mirip cicak saja orang itu mendempel ditengah dinding karang yang rata itu.   Cia Ing-kiat menghentikan langkah serta menjawab .   ,,Oh sam Siansing mengutusku kemari."   Sorot mata orang ini dingin tajam, dari atas kebawah dia mengawasi Cia Ing kiat, pandangan penuh selidik ini membuat Cia Ing-kiat mengkirik merinding.   Makin dipan dangsemakin risi, untunglah mendadak orang itu tertawa dingin lalu mengulap tangan, tubuh yang mendempel dinding karang itu merambat lurus keatas makin tinggi.   Cia Ing-kiat seperti masih ingat wajah orang ini pernah dilihatnya di Hiat-lui-kiong kini dia sudah tahu segala seluk beluk persoalannya, maka boleh diduga bahwa orang ini juga pasti sudah terkena niat beracun, walau tidak berani memberontak atau menentang secara terang-terangan, tapi umpama melihat ada spion musuh menyelundup kemari juga tidak akan mau bekerja sepenuh hati.   Tanpa bicara segera Cia Ing-kiat melesat kedaiam selat, di dekat mulut selat dia mencari tempat gelap serta menyembunyikan diri lalu melongok kedepan.   Tampak banyak oraug didalam lembah, semua tiduran dibawah.   diatas batu, sikap nya lesu dan loyo seperti tawanan yang sudah sekian lama tidak diberi makan, tiada semangat sedikitpun.   puluhan api unggun menyala diberbagai tempat, tepat ditengah lembah Kui-b) duduk bersimpuh diatas batu, matanya terpejam, jelas sedang samadt.   Hun Lian juga duduk dibatu tak jauh dipinggir ibunya, kepala tunduk entah soal apa yang sedang dipikirkan, sikapnya tampak memelas.   / Timbul rasa iba dalam hari Cia Ing-kiat namun bila terbayang betapa dirinya dibuat malu dan sudah banyak berkorban secara sia-sia karena cewek yang satu ini, rasa benci dan penasaran seketika merasuk sanubarinya pula, pikirannya menjadi ruwet, sesaat lamanya dia berdiri mematung ditempat nya Cukup lama dia mendekam dibelakang batu, sekian lamanya itu, orang-orang d dalam lembah itu ternyata tidak banyak yang bergerak, keadaan di sini kira-kira hampir mirip dengan apa yang pernah dia saksikan di Kim-hou-po tempo hari.   Maka Cia Ing-kiat berpikir .   "Umpama aku berjalan terang-terangan masuk ke lembah pasti tiada yang memperhatikan diriku."   Maka dia segera maju bebeiapa langkai, dengan menegakkan badan ternyata tiada reaksi dari sekian banyak orang, nyalinya makin besar maka dia beranjak lebih lanjut, bila dia sudah berada didepan Hun Lian, baru gadis jelita ini angkat kepala mengawasinya sejenak, Cia Ing-kiat mengenakan kedok muka sudah tentu Hun Lian tidak bisa mengenalnya.   Makin dekat perasaar Cia log kiat makin gundah, dia tahu bila dia mengajukan permohonan kepada Hun Lian, berarti dia sudah menerima budi kebaikannya sesuai yang telah dijanjikan orang kepada dirinya, maka selanjutnya jangan mengharap cewek ini merujuk kembali hubungan asmara mereka, celakanya harga dirinya dalam sanubari cewek ini mungkin sudah tidak berharga sc-peserpun, orang pasti menilai dirinya sebagai manusia rendah yang tamak keuntungan melulu.   Tapi bila dia terbayang imbalan yang dijanjikan beberapa jago silat kosen kepada nya, hatinya menjadi gatal lagi, akhirnya dia kertak gigi sirta berbisik perlahan .   "Nona Hun, aku ingin bicara dengan kau." / Terbeliak bola mata Hun Lian yang jeli bundar, sebening kaca pandangannya menatap dirinya, begitu Cia Ing-kiat buka suara, Hun Lian segera kenal suaranya, seketika badannya bergetar, namun segera dia berbangku. Lekas Cta Ing-kiat putar bidan lalu berlalu. Hun Lian mengin.ul dibelakangnya, terus menuju keluar selat dan berhenti diba-wah dinding karang yang cnram itu. jaraknya dengan tempat duduk Kui-bo cukup jauh yakin percakapan di sini takkan terdengar olehnya, Cia Ing-kiat putar badan, sesaat dia berdiri melongo tenggorokan seperti disumbat, rangkaian kata ying sudah dipersiapkan diujung mulut kini tak kuasa diucapkan, yang menahan mulutnya melontarkan rankaian kata yang sudah dikarangnya sudah tentu adalah harga diri, didamping malu diapun merasa segan. Hun Lian masih menatapnya, melihat mulutnyt megap-megap akhirnya dia yang buka suata lebih dulu . ,,Adakah persoalan yang ingi-i minta bantuanku?"   Cia Ing-kiat segera angkat kepala. Hun Lian menghela napas katanya perlahan .   "Aku pernah janji kepadamu untuk melakukan satu pekerjaan, asal aku bisa melakukan, aku pasti menerima permintaanmu, katakan saja "   Cia Ing-kiat masih merasa berat juga mengutarakan maksudnya, maka Hun Lian berkata pula .   "Setelah aku menunaikan janjiku, persoalan lama pasti takkan menjadi ganjalan sanubariku lagi." ---ooo0dw0ooo--   Jilid 12 Hun Lian berterus terang, bicara blak-blakan, mungkin karena hatinya bajik dan bersih, apa yang dipikir lantas diutarakan, namun apa yang diucapkan bagi pendengaran Cia / Ing-kiat sudah tentu amat menusuk perasaannya, hampir saja meledak amarahnya, untung janji imbalan Oh-sam Siansing dan lain-lain lebih merangsang hatinya, tentang melampiskan rasa dongkol dan dendam kelak masih banyak kesempatan, kenapa harus dirisaukan sekarang? Maka dia telan penasaran hatinya, setelah tertawa kering, baru dia berkata.   "Permintaanku gampang dilaksanakan, asal kau mau pasti dapat kau kerjakan. Ibumu memiliki bumbung bambu, bumbung, itu....."   Seketika Hun Lian menjerit tertahan, untung dia lekas mendekap mulutnya, dia sadar dalam keadaan seperti ini, suaranya pantang didengar oleh Kui-bu, lekas dia menoleh ke sana, uniung dia sempat mengerem suara dan mendekap malu t orang yang paling nekatpun tidak tertarik perhatiannya, sudah temu Kui bo yang berada lebih jauh tidak mendengar suaranya, den an mu a tegang beringas dia bertanya.   "Untuk apa kau minta bumbung itu?"   Cia ingkiat hanya menarik napas panjang tanpa memberi jawaban. Hun Lian berkata pula.   "Kumbang beracun dalam bumbung itu sebetulnya tidak berbahaya, orang biasa bila duengat juga takkan binasa, paling hanya membekak saja, tapi bagi yang sudah terkena ulat beracun ..,"   Sampai di sini Hun Lian berhenti' agaknya dalam sekejap ini dia maklum apa maksud Cia Ingkiat menuntut bumbung kumbang itu, maka dia menambahkan dengan suara lirih.   "Orang lain yang suruh kau minta kepadaku?"   "Tidak, keinginanku sendiri"   Sahut Cia Ing-kiat. Berkerut alis Hun Lian, perlahan dia tunduk kepala serta menepekur, beberapa kali Cia Ing-kiat tertawa dingin katanya.   "Pernikahan yang kau kehendaki sendiri boleh kau batalkan sesuka udelmu sendiri, maka janjimu yang kau lontarkan didalam markas Liong-bun pang itupun boleh saja kau jilat kembali, anggap saja aku tidak pernah menuntut apa-apa / kepada ku."   Habis bicara Cia Ing-kiat putar badan terus melangkah pergi. Hun Lian segera memburu seraya berseru tertaaaa.   "Tunggu sebentar."   Cia Ing kiat berhenti tanpa membalik, Hun Lian berkata gelisah.   "Jangan kau kira aku ini perempuan plinplan yang suka ingkar janji "   Memangnya amarah sudah membakar hati Cia Ing-kiat, dengan kertak gigi dia mendesis. ,,Enak juga didengar."   Hun Lian menarik napas dalam, katanya. ..Baiklah, kuterima permintaanmu, tunggulah aku diluar selat, begitu berhasil segera akan kuserahkan kepadamu."   Mendengar Hun Lian menerima permintaannya dan janji akan menyerahkan kepada dirinya, hati Ing-kiat girang bukan main-Pada hal dia tahu modal Kui-bo Hun Hwi-nio untuk menggepur Kim-hou-po adalah tenaga jago jago kosen dunia persilatan itu, bumbung kumbang ditangannya itu adalah alat pemeras untuk mengancam jiwa mereka bila tidak mau bekerja sesuai perintahnya, maka bumbung berisi kumbang berbisa itu dipandangnya lebih berharga dari harta benda, untuk mencurinya, bagi Hun Lian, meski putri kandung sendiri juga bukan soal mudah Tapi Hun Lian berani berjanji bagaimana bekerja, sukses atau gagal adalah urusannya.   Walau hati senang, namun lahir Cia Ing-kiat tetap dingin, katanya.   Baik, akan kutunggu diluar, bila.   bumbung itu sudah kau serahkan baru aku man percaya kau bukan orang yang suka menjilat ludahnya sendiri."   Dengan langkah lebar segera dia tinggal pergi.   Hun Lian mengawasi bayangan punggungnya, hatinya hambar dan mendelu.   Semula dia merasa menyesal terhadap Cia Ing - kiat, tapi sekarang rasa sesal ini sudah lenyap, tapi berobah menjadi pandangan hina.   Hal ini memang sudah dalam dugaan Cia Ing-kiat.   / Setelah menjublek beberapa saat baru perlahan Hun Lian kembali kesamping Km-bo, di saat bicara dengan Cia Ing-kiat tadi, beberapa kali dia melirik kearah Kui bo syukur ibunya tetap duduk bersimpuh tak bergerak, tapi begitu Hun Lian tiba d samping ibunya, Kui-bo lanlas membuka mata dan bertanya.   "Siapa yang ajak kau bicara diluar tadi? ' Hun Lian terperanjat, jantungnya melonjak, sesaat dia gelagapan tak tahu bagaimana harus menjawab. Untung Kui-bo tdak mendesak lebih lanjut, malah mengajurkan .   "Kulihat langkah orang itu berat gentayangan, Kungfunya rendah, selanjutnya jangan kau bergaul dengan orang seperti cia.' Hun Lian menghela napas lega, segera dia mengiakan dengan suara rendah. Pada hal dalam hati dia tengah merancang akal, bagaimana dia harus turun tangan, sudah tentu dia tahu sampai dimana taraf kepandaian silat ibunya, bila mencurinya secara diam-diam jelas tidak mungkin, lalu bagaimana baru bisa bumbung kumbang itu berada ditangannya? Atau berusaha supaya ibunya mau serahkan bumbung itu kepada dirinya ? Dasar otaknya encer segera dia berkata.   "Bu, dalam penyerbuan ke Kim-hou-po besok, tentunya kau sendiri juga terjun kemedan lega bukan ?"' "Em,"   Kui-bo bersuara rendah dalam tenggorokan lalu katanya .   "Biar mereka menjadi pelopor barisan, bila Kim-hou-po sudah tergempur, sudah tentu aku sendirian turun tangan."   Mumpung ada kesempatan segera Hun Lian berkata .   "Tidak sedikit jago jago kosen di dalam Kim hou po apa lagi oran aneh yang datang bersama Lui Ang in waktu mereka berkunjung ke Hiat lui kiong tempo hari ..Sampai disini Hun Lian bicara, mendadak Kui bo Hun Hwi-nio menoleh dan menatapnya, soror matanya tampak / mencorong tajam, Karuan Hun Lian mengkirik dan ber gidiK seram dan tak berani melanjutkan perkataannya. Nsda perkataan Kui bo mengandung amarah . ..Memangnya kenapa kau kira aku tak mampu merebut Kim-hou-po ' "Bukan demikian, aku .... maksudku ..bila bertarung, bukan mustahil bisa kesalahan tangan, bumbung kumbang itu kau bawa dan disimpan dalam saku, kukira tidak leluasa."   Setelah mengutarakan isi hatinya Hun Lian berdebar kuatir wajahpun merah, bahwa dia bicara tidak sesuai dengan kebersihan satm-bari.   sejak dibesarkan ibunya sampai sekarang baru sekali ini terjadi.   Pada hal Hun Lian juga maklum, umpama keinginan tercapai, bila peristiwa ini berakhir, perbuatannya pasti terbongkar oleh sang ibu, disaat murka, hukuman apa yang akan dijatuhkan ibunya kepada dirinya sungguh tak berani dia membayangkan.   Tapi sekuatnya dia menahan diri supaya mimik wajahnya tidak memperlihatkan sikap gugup gelisah dan kuaur "Em,"   Kui-bo angkat alis sambil mendehem pula dalam tenggorokan. lalu katanya .   "Betul, hal ini belum pernah kupikirkan. baiknya kau saja yang menyimpan bumbung kumbang ini."   Mimpipun Hun Lian tidak pernah duga bahwa kejadian semudah i 11 tercapai, sesaat dia berdiri melongo tak mampu bicara, lidahnya seperti Kelu.   Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   tan tahu nagaimana dia arus bicara.   Sudah tentu Kui bo tidak rnengira bahwa hati sang putri srdah berkiblat kepada orang, lain, maka dia tertawa riang malah, katanya.   "Coba lihat, kau ketakutan begini rupa, hanya persoalan sepele, umpama ada sementara oiang tahu berusaha merebut bumbung kumbang ini, bila bumbung ini pecah jiwanya sendiri yang akan mampus lebih dulu, takut apa?" / Seperti ditusuk sembilu sanubari Hua Lian, hampir tak tertahan dia ingin berlutut dan memeluk kedua kaki sang ibu mohon pengampunannya dan menangis sepuas hati. Maklum tujuannya menipu sang ibu. sebaiknya sang ibu memperhatihan keselamatan dirinya betapa hatinya takkan menyesal dan bertobat ? Jikalau Kui-bo menunda beberapa kejap lain baru mengeluarkan bumbung yang disimpannya mungkin situasi bisa berobah secara drastis tapi sembari bicara Kui bo mengeluarkan bumbung itu disertai diserahkan langsung kepada Hun Lian. Begitu memegang bumbung itu, terasa oleh Hun Lian, kumbang yang berada dida-lam bumbung seperti berontak hingga menimbulkan getaran halus dari sayapnya yang bergerak, maka dia memegang bumbung itu lebih kencang, dalam hati dia membatin . ,,Apapun yang terjadi, yang penting aku selesaikan dulu tugasku."   Begitu dia simpan bumbung itu kedalam bajunya, dilihatnya sui-bo suaah memejam mata serta mengulap tangan suruh dia menyingkir.   Jantung Hun Lian berdebar keras, mundur selangkah segera dia melangkah pergi pnluhan tindak, di sini dia berdiri pula sekian lama, melihat Kui-bo tidak memberikan reaksi apa-apa baru perlahan dia putar tubuh dan mulai beranjak pergi dengan langkah perlahan, menjelang mendekati mulut selat mendadak dia menarik napas lalu menjejak kaki, beruntun beberapa kali lompatan ia sudah meluncur keluar selat.   Sekelnar dari selat sempit itu Hun Liari masih berlari kencang setengah li jauhnya keorah utara, ditempai yang gelap dibawah sebuah pohon, dilihatnya bayangan seorang, setelah lebih dekat baru jelas bahwa orang itu adalah Cia Ing-kiat / Hun Lian tidak mau maju terlalu dekat, dalam jarak tertentu dia menghentikan langkah, suara Cia Ing-kiat yang dingin berkumandang .   "Apa mungkin secepat ini kau berhasil mengambilnya?"   Nadanya seperti tidak percaya bahwa Hun Lian bisa mencuri bumbung itu secepat ini maka dia kira kedatangannya ini hanya untuk membatalkan janjinya saja.   Sudah tentu sikap Cia Ing-kiat justru menimbulkan kesan buruk dan memualkan bagi Hun Lian, segera dia balas bersuara dengan nada tak kalah dinginnya .   ,,Ya, memang sudah berhasil."   Kelihatannya Cia Ing kiat berjingkat kagei, segera dia melompat datang, Hun Lian sudah meroboh keluar bumbung itu, langsung dilemrar kearah Cia Ing-kiat yang kebetulan melompat datang, lekas Cia Ing-kiat meraih bumbung itu lalu mendekatkan bumbung kepinggir telinganya strta mendengarkan sejenak, seketika wajahnya mengunjuk tawa senang.   Sebetulnya Hun Lian sudah ingin tinggal pergi, betapapun dia seorang gsdis yang bajik maka dia berkata .   "Awas, bila tutup bumbung itu terbuka, entah berapa banyak jiwa akan menjadi korban."   Habis memberi pesan, hatinya dirangsang rasa sedih dan kasihan, maka cepat dia berlari pergi.   Mengawasi bayangan Hun Lian yang meluncur pergi, hati Cia Ing-kiat menjadi mendelu namun rasa senang lebih merasuk pikirannya, segera dia putar badan berlari kesetanan.   Makin lari makin kencang, makin kencang hati makin senang, tak lama kemudian, Kim-bou-po sudah kelihatan tak jauh didepan.   Saat itu sudah lewat tengah malam, Cia Ing-kiat langsung meluncur kearah benteng yang tegak diaias gundukan tanah tandus itu, tampak Oh sam Siansing, Pak to Suseng, Liong-bin Siang jin dan Tan-thocu masih berada diatas ngarai, gulungan tambang panjang melilit pinggang Tan tocu tubuhnya sudah tergantung diudara dan sedang melorot / kebawah, sementara tambang-dipinggangnya terus berputar dan mulur makin panjang.   Sebelum keempat orang ini meluncur tiba dibumi, dari kejauhan mereka sudah melihat Cia Ing-kiat yang sedang meluncur datang, tiga tombak lebih masih terapung di udara, mendadak Pak-to Suseng dan Oh-sam Siansing bersalto kebelakang, tubuhnya meluncur turun dengan menukik celeniang laksana burung, di mana kesiur angin menderu sebat dan enteng sekati kedua orang ini meluncur turun dan hinggap dikedua sisi Cia Ing-kiat.   Melihat pertunjukan Ginkang setinggi itu Cia Ing-kiat berjingkat kaget, batinnya "   "Kungfu orang ini sedemikian tinggi, bila kuserahkan bumbung kumbang beracun itu kepada mereka, umpama mereka ingkar janji. Spa yang bisa dilakukan dirinya. Waktu berlari kencang tadi bahwasanya bal ini ak. pernah dia pikirkan, tujuannya banya ingin selekasnya menyerahkan bumbung itu kepada pihak yang berkepentingan, namun dalam waktu sesingkat ini timbul sifat egoisnya, terpaksa dia harus memikirkan kepentingan pribadinya juga. Sebetulnya Cia Ing-kiat terhitung pendekar muda yang punya pambek besar dan berjiwa luhur, jadi bukan pesilat yang tidak dipercaya oleh kaum persilatan atau orang yang jiwa sempit Tapi sejak dia tidak pedulikan gengsi sendiri, lalu meugajukan permohonan bantuan kepada Hun Lian, wataknya yang agung sudah mulai luntur, maklum biasanya sukar bagi seseorang yang akan melakukan perbuatan yang dirasa memalukan namun untuk melaksanakan kedua kalinya jauh lebih mudah dan perasaanpun lak tertekan. Demikian pula perasaan Cia Ing-kiat sekarang, dia anggap apa yang dilakukan adalah logis. Begitu hinggap ditanah Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng serempak bertanya.   "Secepat ini kau berhasil? " / Serta merta Cia Ing-kiat tertawa riang dan bangun, sekarang obrolan keluar dari mulutnya secara lancar, sedikitpundia tidak merasa rikuh atau kikuk- "Mana mungkin semudah itu, tapi nona Hun sudah berjanji kepadaku untuk membantu sekuat tenaga."   Ol sam Siansing dan Pak-to Suseng mengunjuk rasa kecewa, katanya.   "Lalu kalau dia berjanji akan menyerahkan bumbung kumbang itu?"   "Wah, sulit dikatakan, kuharap kalian a-jak berunding orang-orang lain bila mereka sudah bersumpah berat pasti tidak akan meng ingkari janjinya kepadaku, aku akan kembali ke stia mendesaknya supaya lebih cepat bekerja' Pak-to Suseng mengerut aJis, Oh-sam Siansing mengunjuk rasa gusar, katanya.   "Kalau kami sudah berjanji kuatir bila kami akan ingkar, soalnya seluruhnya terkekang oleh muslihat Kui-bo, dalam keadaan berpencar lagi, mana mungkin mengadakan ikrar bersama, bila hari terang tanah, kita bakal dipaksa menggempur Kim-bou-po. tingkah apa pula yang a-kan kau lakukan?"   Cia Ing kiat mengkirik menghadapi a-marah Oh-sam Siansing, namun rasa jeri seketika lenyap, katanya dingin.   "Setelah berhasil menggempur Kim-hou po, kesempatan pasti akan ada."    Seruling Gading Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini