Ceritasilat Novel Online

Tugas Rahasia 14


Tugas Rahasia Karya Gan KH Bagian 14


Tugas Rahasia Karya dari Gan K H   Tengah bicara Liong-bin Siargjin dan Tan-thocu juga sudah menghampiri.   Melihat Oh-sam Siansing masih bersungut gusar, lekas Liong-bin Siangjin mengedip mata kepadanya, katanya.   ' Arja yang diucapkan Cia-sau cengcu juga ada benarnya, kami pasti aken bekeja dan berusaha sekuat tenaga, tapi sebaliknya bila Cia sau cengcu sudah berhasil, kuharap kaupun tidak mempersulit dan mempermainkan kita."   Diam-diam mencelos hati Cia Ing-kiat, dalam hati dia mengumpat rase tua yang licin ini, namun dia bersikap wajar, / katanya bersungut marah malah. 'Kenapa kau bilang begitu, jikalau kalian tidak percaya boleh kau geledah tubuhku."   Empat jago silat ini saling pandang, waktu sedemikian singkat, keberhasilan Cia Ing-kiat tidak terduga bakal berlangsung dalam waktu sependek ini, empat orang ini tidak menduga bahwa urusan ternyata berjalan lancar sesuai rencana, apalagi harapan mereka satu-satunya terletak dari bantuan Cia Ing-kiat, sudah tentu mereka tidak berani bertindak kasar serta memaksanya.   Maka Liong-bin Siang jin berkata pula Aku hanya menegaskan saja, tak usah kau menganggapnya serius.   Hari menjelang fajar, kau harus menyingkir agak jauh bila pintu gerbang Kim hou-po diledakan.   pertempuran besar bakal terjadi, bila aku terjepit ditengah adu jiwa ini, tiada manfaatnya bagi kau."   Apa yang diucapkan Liong-bun Siangjm memang kenyataan, namun bagi pendengaran Cia Ing-kiat amat menusuk perasaan, je.las o-rang anggap rendah kepandaian sendiri yang, tidak becus, karuan mukanya merah padam, hatinya amat gusar, namun dia tahan emosi yang hampir meledak, dengan kaku dia mengiakan lalu berlalu tanpa pamit.   Sambil berjalan pikirannya Pmbul leng-am, mendadak satu pikiran merangsang benaknya, sekilas dia menoleh keaiah empat jago top persilatan yang berada diiengah gelap itu, seketika jantungnya berdebar keras.   Walau secara mendadak hal itu menggelikan sanubarinya, orang lain pasti tiada yang tahu.   namun begitu jantungnya berdebar, Cia Ing-kiat kuatir jejaknya diketahui orang lain, maka dia ingin mencari tempacuntuk menyembunyikan diri.   Kira-kira setengah li dia berlari kearah utara, kebetulan ditemukan sebuah gua.   lekas dia menyelinap masuk.   Gua ini gelap gulita, setelah berada di tengah gelap baru Cia Ing-kiat merasa lega dan tentram, tapi jantungnya masih berdebar keras.   Karena pikiran yang menggelitik hatinya itu menyangkut persoalan bcs&r, dia / sendiri heran dan ngeri kenapa pikiran ini bisa merangsang sanubarinya.   Yang terpikir olehnya adalah, bumbung kumbang itu berada ditanganya berarti dia menggengga jiwa ratusan jago-jago silat itu, mati hidup mereka berada diiangamiya.   Ratusan jago jago silat itu memang jeri terhadap Kungfu Kui bo Hun Hwi-nio.   tapi Kui bo sendiri bukan menundukan mereka dengan kepandaian silatnya, tapi karena dia memiliki bumbung kumbang yang bisa mereng gut jiwa jago-jago silat itu maka mereka dipaksa untuk menyerbu ke Kim-hou-po.   Umpama bumbung kumbang itu terjatuh ditangan bocah kecil, jago jago top persilatan yang ratusan jumlahnya itupun harus menyembah ke-kepada nya, Walau Oh-sam Siansing menjajinkan akan memberi imbalan tiga jurus ilmu tunggal dari perguruan masing-masjng, namun untuk mempelajari tiga jurus dari ilmu ratusan jago silat itu paling cepat makan waktu sepuluh tahun, bila sekarang dirinya mampu menundukkan mereka dan ratusan jago jago silat itu tunduk akan perintahnya, bukankah lebih baik lebih manjur dan menguntungkan? Hal ini membuat hati Cia Ing kiat gundah gulana, namun juga senang dan bersama ngat, jantungnya dag dig dug, dalam jangka sesingkat ini teramat banyak persoalan yang dipikirkan dan harus dipecahkan, semua merangsang benak dan menunggu penyelesaisn secara merdadak.   Perlahan dia menarik napas panjang lalu menen ram kan hati, lalumu lai mencerna persoalan tahap demi tahap.   ' Pada saat ini fajar telah menyingsing.   Begitu cahaya mentari muncil diufuk timur, dua kepala harimau emas diatas pintu gerbang Kim-hou-po mencorong kemerdip bila orang mau memperhatikan, akan melihat sedikit keganjilan dari keadaan biasa karena dikedua sisi pintu gerbang kini bertambah dua gundukan tanah, tapi kalau tidak diperhatikan orang tidak tahu bahwa dibawah gundukan tanah / itu terpendam dinamit, itulah buah karya Tan thocu diwaktu masih gelap tadi, Sementara pintu gerbang Kim-hou-po ma s h tertutup rapat.   Setiap kali pintu gerbang m terbuka, hanya ada orang masuk, tak per nah terjadi ada orang keluar dan pintu ger bang itu, memang tak pernah ada orang keluar dari Kim-hou-po, hal ini sudah diketahui umum secara meluas.   Cuaca makin terang, namun suasana ma sih sepi lengang d depan pintu gerbang Kim hou-po.   Semeniara dijalan raya yang menuju kearah Kim-hou-po, dalam jarak satu li, keadaan ternyata riuh ramai, ratusan orang berderap bersama menjadi ban aa panjang, debu mengepul inggi diangkasa.   Barisan ini dipimpin Kui bo, Hun Lian berada dipaling akhir, setiap langkah maju kedepan, perasaan Hun Lian makin tenggelam.   Diantara sekian banyak orang, hanya dia saja yang tahu, pada hakikatnya Kui-bo sekarang sudah tidak punya kekuatan untuk mengendalikan jago-jago silat ko ea itu.   Bila rahasia ini sampai bocor, jelas pasti akan menimbulkan banyak keributan yang tidak berani dia bayangkan, sudah tentu orang orang itu akan bubar seketika, Kui-bo akan marah dan bukan mustahil menjadi gila, celaka adalah dirinya yang akan ketimpa akibat nya.   Betapapun jago jago kosen itu tiada yang tahu, mereka terus maju mengikuti langkah Kui-bo,tunduk tanpa suara.   Diam-diam Hun Lian mengharap urusan lekas meledak saja, bila barisan jago jago silat ini sudah mulai menggempur Kim-hou-po baru orang banyak itu timbul niat jahatnya maka dapat dia bayangkan betapa berbahaya posisi Kui-bo saat itu, Tanpa sadar telapak tangan Hun Lian berkeringat dingin, sengaja dia memperlambat langkahnya hingga ketinggalan dibelakang, namun tembok benteng Kim-hou-po yang tinggi kokoh itu sudah kelihatan d depan sana pintu gerbangnya yang besar dan angker juga sudah muncul didepan matanya.   Kira-kira lima puluh langkah didepan pintu, gerbang Kim-hoa-po, barisan btsar itu berhenti, ternyata tiada reaksi / sedikitpun dari pihak Kim-hou-po seolab-oloh penghuni benteng itu tidak tahu apa yang terjadi diiu ar.   sepi dan lengan, berdiri paling depan a ri barisan jaga-jago kosen itu Kui-bo Hun-Hwi-nio mendadak bersuit panjang, suaranya mengalun tinggi, kokoh kuat seperti dapat menembus batn menyusup bumi, bergema di tengah udara menimbulkan getaran gelombang yang memekak telinga, disaat sultannya masih bergema diangkasa, Kui-bo mulai angkat bicara.,,Lui-pocu silakan keluar dan jawab pertanyaanku.   ' Kata katanya dilontarkan kearah pintu gerbang bagai gelombang pasang suaranya mengalun kedepan, sehingga daun pintu gerbang yang tebal itu seperti terpukul palu besar hingga mengeluarkan dengung suara keras.   Tapi setelah gema suara Kui-bo semakin lirih dan akhirnya lenyap, keadaan Kim-hou-po masih tetap hening lelap, tetap tiada suara atau reaksi sedikitpun, karuan wajah Kui-bo berubah kelam dan masam, itengah seringai tawanya, perlahan dia mengulap sebelah tangan sambil bersuara rendah berat.   "Mundur."   Ratusan orang serempak mundur enam puluhan langkah, jaraknya ada ratusan langkah dari pintu gerbang Kim-hou-po.   Maka Kui-bo kembali bersuit nyaring, tapi setelah suitan kali ini sirap dia tidak angkat bicara lagi.   Tidak lama setelah sirna suara suitan kedua, terdengarlah desis suara ramai di kanan kiri yang timbul dari bawah tanah mengeluarkan percikan kembang api yang bergerak cepat maju kearah pintu gerbang Kim-hou-po.   Kepulan asap putih juga bergerak seiring bunyi desis percikan api itu, hanya sekejap jaraknya tinggal tiga kaki lagi dari p-ntu geibpng Kim-bou-po.   Pada genting itulah mendadik Kui-bo memberi aba-aba .   "Tengkurap semua."   Sebelum orang banyak menjatuhkan dirinya rebah ditanah seluruhnya, ledakan dahsyat yang menggoncang bumi terdengar dua kali berturut, begitu dahsyatnya seperti letusan / gunung merapi.   Seberapa orang yang terdepan meski sudah mendekam ditanah, tak urung ada yang tergetar mencelat m umbul beberapa senti.   Karuan bukan kepalang kejut dan ngeri jago-jago silat kosen itu, walau sebelumnya mereka sudah tahu dan siap siaga namun tak pernah terbayang dalam benak mereka bahwa ledakan dynamit yang dipasang dikedna sisi pintu gerbang Kim-hou-po itu sehebat itu.   Waktu semua orang angkat kepala memandang kedepan ditengah kepulan asap tebal yang membumbung tinggi keudara diseling berkelebatan cahaya kuning kemilau ternyata kedua daun pintu gerbang Kim-hou-po yang kokoh tebal itu juga mercelat tinggi keudara oleh ledakan dahsyat itu.   Konon kedua daun pintu gerbang Kim-hou po itu terbuat dari emas murni, maka dapat dibayangkan betapa beratnya daun pintu sebesar dan setebal itu, umpama bukan terbuat dari emas murni seluruhnya, berat kedua daun pintu itu juga pasti ada laksaan kati, ternyata kedua daun pintu berat dan tebal itu mencelat keudara, maka dapatlah dibayangkan betapa dahsyat kekuatan ledakan kedua dynamit tadi.   Kecuali kedua daun pintu yang mencelat terbang keudara itu sudah tentu masih ada pula pecahan batu bata pasir dan debu yang muncrat ke mana-mana, jago jago silat itu masih merebahkan diri tanpa bergerak, maka runtuhan debu dan batu itu berjatuhan ditubuh mereka.   Namun jago-jago kosen itu termasuk tokoh silat kelas wahid Bulim, maka mereka tidak tinggal diam.   ada yans mengebas lengan baju, ada yang menjetik jari ada pula yang memukul atau menampar dengan telapak tangan sehingga batu batu yang berhamburan itu dipukulnya mental ketempat lain.   Dengan pandangan mendelong jago-jago kosen itu dengan takjup mengawasi kedua daon pintu emas itu mencelat terbang dua puluhan tombak tingginya, lalu melayang dan berputar turun sepuluhan tombak diluar pintu gerbang.   "Biang / blung", daon pintu yang tebal dan berat itu melesak amblas dipermu-kaan batu sedalam dua kaki. D saat orang banyak tersirap kaget dan takjup, tiba-tiba Kui-bo Hun Hwi-nio memberi aba aba lalu mendahului menerjang ke-depan, terpaksa jago-jago kosen yang lain lain ikut bergerak maju. Kui-bo suruh beberapa orang menerjang masuk kedalam rumah dipinggir benteng, pintu rumah papan itu sekali tendang telah roboh, beberapa jago menerobos masuk, kejap lain seorang dalam penghuni rumah itu telah terdesak keluar hendak melarikan diri. begitu melompat keluar orang ini lantas menjejak tanah tubuhnya melambung keatas wuwungan rumah, begitu kedua telapak tangan didorong kedepan. pukulannya mengeluarkan deru angin kencang Ada belasan orang jago dibawah komando Kui-bo sendiri berdiri didepan rumah, namun mereka tak sempat mencegah aksi seorang ini hanya Utti Ou saja, meski orangnya gendeng dalam keadaan genting ini ternyata otaknya bekerja secara cerdik, ditengah bentakannya, segera melompat maju memeluk sebatang saka besar, begitu kerahkan tenaga saka itu ditariknya serta dicabut, maka terdengarlah suara gemuruh, atap genteng segera runtuh berhamburan Karena wuwungan runtuh orang yrng berada diatap rumah sudah tentu ikut terjungkal jatuh, namun dengan sigap begitu kaki menginjak tanah, segera dia menerobos di-aniara hamburan genteng dan kayu. tubuhnya melejit mumbul pula membawa pusaran angin kencang sehingga genteng yang berhamburan disekitar badannya tersibak menyingkir, kekuatannya memang luar biasa, laksana semburan air deras yang menyemprot dari sumber bawah tanah saja, tubuhnya melenting kencang. Gerak gerik tubuh orang ini bukan saja gesit lagi tangkas dan cepat, tapi yang mengepung dirinya juga terdiri jago-jago kelas wahid, disaat tubuhnya jatuh dan melejit mumbul itulah, / terdengar Kui-bo Hun Hwl-nio mengeluarkan siulan keras, di mana kedua tangannya terkembang, tampak sekujur pakaiannya mendadak melembung bergetar, rambutnya yang sudah ubanan tampak berhamburan, laksana seekor burung raksasa tubuhnya meluncur miring langsung menubruk kearah orang itu, kedua telapak tangan didorong dengan sepenuh tenaga. Pada hal jarak Hun Hwi-nio dengan oraag itu ada pulu'nan rrmbak betapapun tinggi Lwekang Hun Hwi-nio pukulannya takkan mungkin mencapai jarak sejauh itu, tapi saat itu rumah itu sedarg roboh, genteng dan kayu sedang berhamburan, satu tombak dalam jangkauan angin pukulannya, genteng dan pecahan kayu itu seperti disapu angin puyuh dibrondong kearah orang itu, karuan dia seperti d hujan ribnan senjata rahasia. Terapung diudara orang itu mengebas dengan kedua lengan bajunya, batu bata, genteng dan pecahan kayu yang melesat ke-arahnya berhasil dihalau ronto, namun tak urung ada beberapa pecahan genteng yang mengenai tubuhnya juga, sehingga tubuh yang melejit mumbul itu sedikit terhambat gera-kaunya, bukan lagi melesat keatas, tubuhnya malah melorot turun. Begitu tubuh orang ini melorot jatuh, ada dua puluhan orang dari berbagai penjuru serentak merubung datang sehingga dia terkepung rapat tak mampu lari kearah manapun. Pada saat itu pula Kui-bo Hun Hwi-nio d i tengah siulannya melesat diatas kepa la orang banyak, hinggap diatas puing rumah yang barusan ambruk. Kejadian berlangsung dalam sekejap mata, orang itu hanya setapak lebih cepat dari Kui-bo hinggap diatas puing-puing tembok begitu kaki menyentuh tanah, tubuhnya lantas berputar, menerjang kedua arah, namun dua tiga puluhan orang sudah mengepungnya, mana mung m dia bisa melarikan diri ? "Biang, Plak"   Dua kali dia adu pukulan dengan para / pencegaina, tubuhnya terpental balik, pada saat itulah Kui-bo meluncur tiba, jari tangannya lantas menceng-kram.   Centkraman Kui-bo ini mirip orang ulur tangan meraih barang, gerakan biasa yang sederhana saja.   namun kenyataan diudara, bertaburan bayangan telapak tangannya, bayangan orang itu terbungkus rapat, entah mengandung betapa banyak probahan dan variasi, jelas orang itu takkan mampu lolos dari cengkraman mautnya.   Tak terduga pada saat itulah mendadak tubuh orang itu mendadak anjlok kebawab, pada hal dia berdiri d atas tumpukan puin , sehingga tubuhnya amblas dan terpendam di tengah guguran tembok dan kayu,, dengan sendirinya cengkraman Kui-bo mengenai tempat kosong, karuan orang banyak melongo heran, namnn setelah melihat kenyataan apa yang terjadi hampir saja orang banyak tergelak tertawa.   Ternyata sekujur badan orang itu melesak amblas ditengah puing-puing hanya kelihatan kepalanya saja yang masih menongol diluar, sehingga badannya tak mampu berkutik lagi; siapapun dapat membekuknya dengan mudah, gerak tubuhnya yang lincah dan tangkas serta indah tadi tak berguna lagi.   Bahwa cengkraman tangannya luput semula Kui bo Hun Hwi-nio juga melongo, namun setelah melihat apa yang terjadi, tak urung diapun meraba geli juga.   Baru sekarang orang banyak melihat jelas tampang orang ini, ternyata kepalanya gundul plontos, tapi jelas dia bukan Hwesio, kulit mukanya tampak kasar bcwarna n-crah gelap, kedua matanya bundar kecil hidung-nya besar seperti terong, bibirnya tebal mulutnya lebur, biji matanya jehlatan kek nen kiri.   sukar ditebak berapa usianya.   Betapa luas pengalaman dan pandangan Kui bo, namun sebelum ini rasanya belum pernah dia melihat tokoh lihay ini, maka bendiri sambil bertolak pinggang dia mengejek dingin.   "Sekarang, kau mampu lolos ?""   Jago jago kosen yang mengepungnya juga merubung maju, beberapa orang yang / tadi menggrebek kedalam -rumah itu juga sudah berlompatan keluar, salah seorang segera memberi keterangan .   ,,Waktu kami masuk dan melibatnya didalam rumah tadi, dia sedang menulis, entah apa yang ditulisnya."   Sambil bicara dia keluarkan selembar kertas tipis lemas yang dilempit kecil langsung diserahkan kepada Kui-bo Hun Hwlnio.   Hun Lian berada dipinggir ibunya, msllhat lem-pitan kertas tipis ini, tergerak batinya, bila Kui-bo membeber kertas tipis itu, tanpa kuasa Hun Lian menjerit tertahan.   Ternyata tulisan hitam diatas kertas hitam itu melingkar lingkar seperti cacing kering, hakikatnya mereka tiada yang tahu dan bisa membaca huruf-huruf aneh ini.   Tapi huruf sejenis ini pernah Hun Lian melihat-nya, yaitu waktu dia berada d markas besar tong bun pang Maka jelas bagi Hun Lian, bahwa orang gundul ini pasti adalah jago kosen Liong-bun-pang yang sengaja ditanam didalam Kim-hou-po sebagai agen oleh Liong-bun Pangcu Sekilas Kui-bo melirik kepada putrinya lalu angkat kepala mengawasi orang banyak, tanyanya.   "Siapa dapat membaca huruf buru aneh ini?"   Sembari bicara dia angkat kertas itu serta memperlihatkan tulisan diatas kertas itu kepada orang banyak.   Tapi tiada seorangpun yang bersuara.   Kui-bo mendengus hidung lalu melangkah maju setapak, sebelah kaki terangkat menginjak batok kepala orang itu yang gundul.   Nyawa orang gundul ini boleh dikata sudah diambang pintu akhirat, bila Kui-bo kerahkan tenaga pasti jiwanya melayang seketika, tapi wajahnya sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut atau ngeri, hanya sepasang bola matanya yang kecil bundar berputar lebih cepat, kelihatannya gugup.   "Siapa kau?"   Bentak Kui-bo gusar "Apa yang telah terjadi didalam Kim-hou-po ? Terangkan sejujurnya."   Kui-bo Hun Hwi-nio bertanya dengan muka bengis, maka orang Itu segera membuka lebar mulutnya mengeluarkan / suara ' Ah, ah, uh, uh,.   Begitn dia membuka mulut urang banyak segera melihat bahwa lidah orang ini ternyata sudah dipotong, karuan mereka bersuara kaget maklum siapapun bila lidah terpotong pasti tak mampu bicara.   Kui bo Hun Hwi-nio juga melenggong, kaki yang menginjak kepala orang segera diturunkan.   Lekas Hun Lian berkata .   "Ma. orang ini bukan anggota Kim-hou-po tapi agen rahasia Liong-bun Pangcu yang ditanam di Kim hou-po untuk mengirim kabar kepadanya"   "Dari mana kau tahu?'' tanya Kui bo Hun Hwi-nio.   "Dimarkas besar Liong-bun pernah aku melihat kertas dan tulisan sejenis ini, orang ini mengadakan kontak dengan pimpinannya menggunakan seekor burung kecil, jadi burung kecil itulah alat komunikasi dua arah yang mereka gunakan.' Kui-bo Hun Hwi-nio menggeram gusar sebelah kakinya digajlokan dipingir kepala orang itu betapa kuat tenaga kakinya hingga puing tembok dipinggir kepala orang itu mendekuk dalam, ternyata badan orang gundul inipun tergetar mumbul ke atas. sekali raib dan tarik badan orang n segera berdiri kaku diatas puing. Dengan dingin Hun Hwi-nio berkata .   "Bagus. Liong bun Pangcu mengutus seorang agennya yang sudah dipotong lidahnya, bila tetangkap musuh juga takkan dapat mengaku dan membocorkan rahasia, tapi dia punya' tangan, pasti dapat menulis,"' sembari bicara Kui-bo Hun Hwi nio mendelik kepada orang gundul didepannya, tapi orang iiu membuka lebar mulutnya seperti ingin berteriak atau bicara. Liong-bin Siangjin yang berada disam-ping tiba-tiba berkata .   "Walau bisa menulis tapi tulisannya huruf asing, tiada orang kita yang bisa membaca tulisannya."   Setelah tahu orang ini anak buah Liong-bun Pangcu, entah kenapa dalam sanubari Hun Lian timbul rasa kasihan dan / simpati kepadanya, segera dia menimbrung .   ,,Ya betul, bukan saja tak bisa bicara, tulisannya juga tak bisa dibaca, apa gunanya, bebaskan saja." ,,Cerewet."   Sentak Kui-bo Hun Hwi-nio menarik muka.   "umpama dia tidak tahu seluk beluk Kim bou-po, pasti tahu ke daan Liong-bun pang mereka, siapa bilang dia tiada gunanya, mana boleh dibebaskan ?"   Seketika berdetak jantung Hun Lian, ingin dia membelanya, tapi takut ibu bagaimana dia harus bicara, karuan hatinya menjadi gundah, sementara habis bicara Hun Hwi nio sudah ulur tangan mencengkram urat nadi orang itu, beruntun dia tutuk pula be betapa Hiat-to di dada dan dipun gungnya sekali dorong dia sorong orang kearah Gin koh, katanya .   "Kuserahkan orang ini kepada mu, bila dia melarikan diri, kau harus bertanggung jawab."   Gin koh tertawa getir, sambil membalik dia mencengkram lalu didorong pula kepala gundul itu dia dorong pula kearah Utti Ou Sekian hari ini.   harya Utti Ou yang baru menikah saja yang menunjukan rasa gembira dan bahagia, nada hal jago-jaso koien vang lain prihatin akan nasib hidup mereka agaknya setelah mendapat bini, laki-laki, kasar ini tak peduli ulat beracun yang mengeram dalam tubuhnya lagi.   Melihat Ginkoh dororp orang gundul kerahnya, seger Utti Ou ulur tangan menangkap kuduk kepala gundul itu serta berkata .   Jangan kuaur, pasti takkan lolos,"   Lalu dia jinjing tubuh orang terus dipanggulnya.   Sementara itu, Hun Hwi-nlo sudah memberi aba-aba kepada orang banyak lalu dia tarik suara berseru .   , Kalau masih ada orang didalam Kim-hou po, kuajurkan lekas keluar saja, jikalau sampai kubekuk dan kuseret keluar, jiwa kalian akan hancur lebur."   Betapa hebat tenaga dalamnya, rangkaian katanya dilontarkan dengan tekanan keras dan tinggi jago / jago kosen yang hadir tidak sedikit yang memiliki Lwekang tinggi, namun tidak sedikit yang berobah rona mukanya.   Setelah sirap gema suara Kui-bo keadaan menjadi hening lelap, maka Kui-bo Hun Hwi nio pimpin barisan besar im maju lebih jauh.   ternyata mereka tidak memperoleh rintangan atau gangguan apapun, ditengah keheningan itulah, mendadak mereka dengar seperti ada suara aneh yang kumandang dari dasar empang disebelah depan sana.   Kedengarannya suara iiu adalah suitan keras panjang yang menggetarkan bumi , cuma terbenam didalam bumi sehingga kedengaran nya seperti petasan yang melempem karena kena air, maka beramai orang banyak memburu kearah empang besar itu, tapi air empang tenang, ikan mas didalam empang juga berenang santai dan sewajarnya, mana ada bayangan orang ? Gerak gerik Kui-bo Hun Hwi-nio paling cepat, begitu suara itu berkumandang segera dia melompat tinggi, beberapa kali lompatan sudah mendahului hinggap dipinggir empang, orang banyak ikut merubung maju.   Semula suara itu sayup-sayup sampai, namun lama kelamaan makin jelas dan terang, kini orang banyak lebih jelas bahwa suaranya memang kumandang dari dasar em pang, karuan seluruh hadirin melengak heran saling pandang, suitan panjang itu Lr-osih terus berbunyi hingga setengah jam lamanya, lalu terdengar pula suara percakapan orang dari bawah, pembicara jelas menggunakan tekanan Lwekang tinggi, sayang mereka teraling sebuah empang hingga yang berada diatas tidak begitu jtlas mendengarnya.   Ternyata orang dibawah itu berkata.   "Kui bo, kalau kau ingin bertemu dengan aku, lekas masuk kelorong bawah tanah, kutunggu kau dibawah sini."   Meski hebat Kwekang orang yang berbicara, namun karena teraling sebuah empang berlapis kaca kristal lagi, orang lain tidak begitu jelas apa yang diucapkan, namun lain dengan Kui-/ bo, Lwekangnya juga tinggi, dia menangkap jelas apa maksud ucapan dibawab seketika berobah air mukanya, orang orang yang berada disebelahnya mengkirik merinding melihat perobahan mimik mukanya.yang bernyali malah menyurut mundur.   Dengan muka beringas segera Kui bo membentak bengis.   ,, Kiranya kau tua bangka yang belum mampus, kenapa kau yang menggelinding keluar menemui aku?"   Kui bo juga melontarkan perkataannya dengan tekanan Lwekang tinggi, kekuatan iya mamau membuat retak batu raksasa namun setelah dia melontarkan tantangannya, keadaan dasar empang menjadi sepi malah, tiada reaksi a-tau jawaban sama sekali.   Agak lama kemudian, orang banyak baru mendengar helaan napas panjang, lalu suara itu berkumandang pula.   "Kalau aku bisa keluar, memangnya aku tidak akan naik ke-atas menemui kau? Kui-bo Hun Hwi-nio melengak, mendadak dia tertawa besar, katanya .   "Setan tua kiranya kau terkurung dibawah empang ini?"   Suara tawanya seperti bunyi kokok beluk di tengah malam sunyi, kedengarannya bernada sumbang dan mengerikan. Belum berhenti Kui-bo terloroh tawa, dibawah terdengar suara "Biang, blung"   Dua kali, seperti ada seorang dengan sekuat tenaga memukul suatu benda keras, menyusul air dalam empang mendadak bergolak dan muncrat naik seperti semburan air mancur, dan sini dapat diba yangkan betapa hebat tenaga pukulan dibawah empang itu.   Kui-bo Hun Hwi-nio masih terus tertawa besar hingga se engah jam lamanya, baru dia berkata bengis kepada orang banyak .   ..Kuras air dalam empang ini."   Sudah tentu orang banyak tidak tahu apa maksud Kui-bo Hun Hwi-nio ingin menguras air empang besar ini, namun meresa tahu kumbang beracun ditangan Kui-bo sembarang waktu dapat menamatkan jiwanya, mereka tiada yang tahu / bahwa bumbung kumbang itu kini sudah jatuh d tangan Cia Ing-kiat, mengira mati hidup mereka masih berada ditangan Kui-bo mana berani mereka membangkang.   Untung mereka berkepandaian tinggi, bukan kerja beiat secara gotong ro-yong menguras air dalam empang ini.   Setelah memberikan perintahnya, Kui bo menggapai tangan kepada Hun Lian.   maka ibu beranak ini segera beranjak kedalam rumah.   Maka ramailah kerja keras puluhan jago silat kosen itu menguras air atau mengeduk parit supaya air mengalir keluar, meski peralatan pacul dan sekop tidak ada, tapi mereka menggunakan golok pedang atau gaman apa saja yang bisa mereka gunakan, bila cuaca sudah mulai gelap air dalam empang iiu pun sudah terkuras menjadi kering.   Bila empang itu sudah kering baru orang banyak melihat jelas, dasar empang ini ternyata terbuat dari kaca kristal, dibawah kaca kristal ada bayangan orang bergerak, tapi hanya dua orang saja.   Anak buah Hia -lui-kiong segera lari melapor kepada kui-bo maka kejap lain Kui bo sudah datang dan berdiri dipinggir empang.   Dibawah kaca kristal tampak sinar pelita rrunyala, seraut wajth orang mendongak memandang keatas, dibawah penerangan cahaya api, orang banyak dia as melihat jelas, orang dibawah kaca kristal itu adalah seorang tua, wajahnya kelihatan kereng ber wibawa.   namun welas asih, namun seorang yang lain berdiri agak jauh ditempai gelap, hingga tidak kelihaian jelas.   Pembaca tentu sudan tahu.   Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      bahwa dua orang d bawah kaca kristal itu bukan lain adalah Bu bing Siansing dan Lui Ang-ing.   Terkurung didasar empang, mereka yakin takkan '-isa keluar, ajal mereka tinggal menunggu waktu saja, pada hal mereka sudah beberapa kali berkaok-kaok m tna to'onp.   tapi penghuni Kim-hou-po ternyata berpeluk tangan, nada yang / memberi pertolongan-meski tenggorokan Bu bing Siansing hampir pecah juga sia-sia.   Mereka yakin terkurung dibawah tanah akhirnya pasti akan ajal, setiap manusia bila jelas menghadapi buntu, tahu jiwa sendiri takkan hidup lama lagi, maka segala perbuatan juga berani ia dilakukan, sesuatu yang biasa tidak berani dilakukan, sekarang sudah, bebas dari batas perilaku, agama dan kepercayaan, adat isiiadatpun tak dihiraukan lagi demikianlah yang dilakukan Bu-bing Siansing dan Lui Ang-ing, meski usia mereka terpaut amat jauh.   patut menjadi kakek dan cucu.   betapapun mereka adalah laki perempuan, dalam menghadapi jalan kematian, apa pula yang takut mereka lakukan ? Didasar empang yang terputus hubungan dengan atas, sudah temu mereka tidak tahu apa yang telah terjadi di Kim-hou-po.   Hari kedua bayangan orang yang biasa mancing atau mo dai mandir diatas empang ternyata tidak kelihatan laji, bayangan seorangpun tidak terlihat, berbeda dengan keadaan biasanya, tengah mereka keheranan suara Kui-bo sayup-sayup sampai terdengar dari atas.   menyusul Terdengarlah ledakan dahsyat yang menggoncang bumi.   tidak lama lagi, suara Kui-bo teraba lebih dekat disertai derap langkah orang banyak semakin dekat.   Lekas Bu bing Siansing bersuara, maka bermunculan lan bayangan Kui bo Hun Hwi-nio dan orang banyak diseketiling empang, tapi orang ora g ini jelas bukan penghuni Kim-hou-po semula.   Bila air empang terkuras kering, kini ke dua pihak hanya terbatas oleh kaca kristal saja.   maka pandangan terlibat lebih jelas.   Selama dua hari bermain cinta dengan Lui Ang-ing, walau mereka terkurung dibawah tanah menunggu ajal saja, namun ke adaan Bu-bing Siansing justru kelihatan lebih bergairah, lebih bot seperti waktu muda di saat pat-gulipat dengan Hun Hwi-nio di Siau limsi dulu.   wajahnya yang penuh keriput dan pucat kini tampak cerah bercahaya, semangat menyala, / keriput mukanyapun hampir tak terlihat lagi.   Maka orang-orang diatas agak pangling melihat wajah yang ke reng berwibawa ini.   Walau banyak yang pangling tapi jago-jago kosen itu masih kenal baik suara Bu-bing Siansing.   tahu bahwa dia adalah orang aneh yang pernah membikin ciut yah Kui-bo Hun Hwi-nio waktu masih berada di Hiat lui-kiong tempo hari, maka waktu melihat Kui-bo melayang datang banyak d antaranya mundur memberi jalan kepadanya.   Tampak oleh kui-bo.   Bn-bing Siansing berdiri tegak sambil angkat obor ditanganya cahaya obor menyinari wajahnya, tampak merah cerah dan gagah, kelihatan jelas dan amat dikenal o'ebnya.   Seketika rona mukanya tampak kaget dan tercengang namun hatinya sekejap berobah pula menjadi kelam dan sinis, berapa kati dia terkekeh dingin, bola ma an a mencorong hijau seperti pandangan Dracila yang haus darah Sudah beberapa hari lamanya orang banyak bergaul dengan Kui-bo, bukan tidak pernah mereka melihat Kui bo murka, namun rona muka yang diperlihatkan sekarang justru jauh lebih menakutkan dari biasanya, karuan orang orang banyak berdetak tegang, mereka yang berdiri agak dekat segera mun dur dan menyingkir lebih jauh.   Lama Kui-bo berdiri dipinggir empang sambil menrtap kebawah, sesaat kemudian mendadak dia terkial-kial, suaranya seperti lolong serigala, lalu bertanya.,,Kenapakah kau?' Setelah air empang kering, maka suara Bu bing Siansing dari bawah terdengar jelas katanya.,.Singkirkan dulu kaca kristal ini, biar aku keluar, nanti kami bicara lebih lanjut."   Mendadak Kui-bo mencak mencak seperti joget kera, tingkah tata lakunya amat aneh dan lucu entah senang atau marah yang terang sambil berjoget mulurnya berceloteh tak karuan, suaranya bikin orang banyak merinding dan seram.   / Sikap Bu-bing Siansing tampak berobah hebat, mendadak dia membentak sekeras geledek.   Walau dia berada didasar empang ter-paut kaca kristal yang tebal namun bentakan keras ini be ul b tul laksana halilintar hingga kuping orang banyak merasa pekak, menyusul tampak Bu-bing Siansing melompat keatas sambil mendorong kedua tangan ''Blang"   Dengan dansyat dia menggempur kaca kristal tebal itu.   Kui-bo sedang berjoget dipinggir empang, mimpipun tak mengira bahwa Bu-blng Siansing yang tersekap dibawah bakal menyerangnya.   Kekuatan pukulan Bu-bing Siansing sudah disaksikan orang banyak tadi waktu air empang muncrat laksana air mancur sehingga air seisi empang itu bergolak mendidih, jelas bahwa Khi-kang aliran Lwekeh yang dilatihnya sudah mencapai taraf yang paling tinggi.   Demikianlah sekarang dia memukul pula dengan ilmu Kek san bak gu (dibalik gunung memukul kerbau).   Orang banyak termasuk Hun Lian tidak tahu apa arti Kui-bo yang mendadak berjoget dan berdendang, hanya Bu-bing Siansing saja yang maklum, betapa senang bati Kui-bo Hun Hwi-nio setelah tahu dirinya terkurung dibawah tanah dan tiada harapan keluar lagi.   maka dapatlah diduga babwa perempuan jalang yang jahat ini pasti tidak berpeluk tangan begitu saja, meski dirinya tak mampu keluar, orang akan berusaha mencelakai jiwanya secepat mungkin, joget Kui-bo justru membakar amarahnya, maka pukulan Kek san-bak-gu dilontarkan sekuat tenaga, kebetulan sasaran pukulannya berada aiba-wah kaki Kui-bo.   ''Blang'' celoteh Kui-bo mendadak berhenti, tubuhnya mencelat tertiang keudara oleh daya pukulan Bu bing Siansing yang tersalur lewat kaca krisial di bawah kakinya.   Orang banyak menyaksikan dengan jelas, tubuh Kui-bo mendadak mumbul setombak enam kaki dengan kaki tangan terpentang lebar, bukan lantaran cia melompat keatas tapi / terpental oleh pukulan dahsyat Bu bing Siansing.   Setelah jungkir balik ditengahi udara baru Kui-bo memekik.   Pukulan Bu bing Siansing memang tidak terduga dan menyebabkan Kui-bo terpental mumbul keudara namun untuk melukai masih be'um mampu, begitu tubub Kui-bo jungkir balik Kui-bo kembangkan ketangkasan Ginkangnya.   dengan gaya indah segera dia menukik turun, kira-kira seteag h tombak menjelang enyentuk tanah tubuhnya terbalik pula hingga kakinya turun lebih dulu ' B lu m begitu kakinya menyentuh kaca kristal terdengarlah getaran yang keras meng goncang bumi, ternyata daya luncurnya kebawah laksana gugur gunung dahsyatnya.   Orang-orang yang berdiri disekitar empang juga nira akan goncangan yang cukup keras dibawah kaki mereka.   Begitn berdiri tegak pula Kui-bo terloroh-loroh latah, serunya.   ..Bagaimana aku tidak mampu keluar ? Biar kami saksikan kau mampus lemas, biar kau mati kelaparan.'' kulit daging muka Kui-bo tampak ber erut-merut, bibirnya kedutan, sorot matanya tampak penuh kebencian, Hun Lian tak pernah melihat sikap ibunya yang menakutkan ini, seketika mengkirik dibuatnya.   "Ma ' teriak' nya ngeri. Kui bo segera membalik badan, bentaknya;   "Lekas bawa kemari hidangan yang lezat arak wangi. panggang ayam dan babi, cari seorang tukang bor, bikin sebuah lobang kecil diatas kacara kristal ini, biar dia pun mencium betapa sedap hidanganku pagi ini."   Disaat Kui-bo memberikan perintahnya.   Hun Lian memandang kebawah, dilihatnya Bu bing Siansing sudah mundur kepinggir, di sana terdapat sebuah pintu kecil, dipinggir pintu ada bayangan orang berkebebat, walau hanya sekilas pandang, tapi Hun Lian sudah melihat jelas bayangan orang itu.   bukan lain adalah Lui Ang-ing.   Maka Hun Lian segera berteriak.   "Lui Ang-ing, Kim bou-po Sau-pocu juga berada didalam." / Mendengar teriakan Hun Lian orang banyak merubung maju dan melongok ke bawah pula, namun Bu bing Siansing dan Lui Ang ing sudah menyelinap masuk kebalik, pintu kecil itu. Dari atas bayangan mereka sudah tidak kelihaian. Sikap Kui-bo kelihatan tidak tenang, matanya jelilatan, bibirnya komat kamit. Hun Lian mendekat dan tanya berbisik .   "Ma, siapakah orang itu, kenapa kau membencinya sedemikian rupa ?'* Kui-bo diam saja, hanya angkat kepala lalu menggeleng Orang banyak tiada yang tahu apa yang dipikir oleh Kui-bo, semua menunggu perkembangan selanjutnya, hingga suasana hening lelap. Ditengah kesunyian itulah tampak bayangan seorang meluncur tiba, langkahnya agak berat, jelas kepandaian silat dan Ginkang orang ini masih kepalang tanggung, begitu dia mendekat orang banyak sudah tahn kedatangannya, namun tiada orang ambil perhatian padanya, setelah dekat yang menghadap keluar sda beberapa orangyang me ngenalnya berseru.   "He. Cia-sau cengcu."   Yang baru datang memang Cia Ing-kiat, begitu melihat pemuda ini jantung Hun Lian seketika berdetak keras.   Kui-bo sendiri juga menoleh serta memandangnya dengan tatapan heran penuh tanda tanya.   Maklum Kui-bo pernah mengutus Gin koh dan Thi-jan Lojin me-luruk ke Kim liong ceng menculik Cia Ing-kiat namun selama ini dia belum pernah melihat tampangnya, betapa tinggi kepandaiannya.   Sejauh ini diapun tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan putrinya dengan Cia Ing-kiat, maka begitu Cia Ing-kiat mendekat segera dia menyambut dengan pertanyaan.   "Jadi kau inilah, apakah kau melarikan diri dari Liong-bun-pang"   "Tidak,"   Sahut Cia Ing kiat geleng kepala. Sembari bicara kepalanya celingukan a-khirnya matanya menatap kearah Oh-sam Sian sing, serunya dengan nada berat. 'Oh-sam Siansing,akan kutunjukan sesuatu kepadamu."   Sembari bicara dia merogoh keluar bumbung bambu hijau terus diacung / tinggi diatas kepala, bumbung bambu hijau mengkilap berisi kumbang beracun itu mirip terbuat dari batu jade.   Waktu di Hiat-lut-kiong orang banyak pernah melihat dan tahu bumbung bambu hijau ini berisi kumbang beracun yang menjadi ancaman jiwa mereka, ki.ii diacung tinggi di-tangan Cia Ing-kiat, sudah tentu banyak mengenalnya.   Terutama Oh-sam Siansing yang tahu seluk beluk persoalannya, serentak dia berjingkrak girang bersama Pak to Suseng dan Liong-bin Sianjjin.   Begitu Cia Ing kiat angkat bumbung kumbang itu seketika pucat muka Hun Lian badan pun gemetar dan menyurut mundur beberapa langkah.   Dengan tatapan melotot sekilas Kui-bo menoleh kepadanya.   Sigap sekali mendadak Kui bo mencelat maju, tubuhnya menubruk kearah Cia Ing-kiat.   Tapi jaraknya cukup jauh, meski cepat tubrukannya.   Tapi Oh sam Siansing dan Pak-to Suseng juga sudah siaga, bersama Liong-bln Siangjin serentak mereka sudah melompat menghadang.   Gerakan Liong bin Siangjin sedikit terlambat, maklum kepandaiannya memang jith lebih rendah, tapi dia sempat berteriak "Hayolah para saudara, lekas kalian ganyang Kui-bo, bumbung kumbang itu sudah tidak berada ditangannya."   Perobahan ini sungguh tak terduga juga amat fatal bagi Kui-bo.   Sebelum Liong bin Siangjin selesai berteriak, terdengar duakali benturan keras "Plak, plok'', Oh-sam Siansing dan Pak to Suseng kontra Kui-bo adu pukulan dengan satu lawan dua ternyata Kui-bo tidak lebih asor, ketiganya terpental jauh dari udara.   Disaat kaki mereka menginjak tanah.   Liong-bin Siangjinpuu sudah selesai memberi peringatan kepada orang banyak, seketika sambutan gegap gumpita.   / Selama beberapa hari ini, hidup jago-jago kosen itu boleh dikata amat tertekan, selalu dibayangi langit mendung, rasa penasaran selama ini tak icrlampia kini setelah ta hu ancam jiwa mereka tak berada diangan Kui bo lagi, serempak meiela berteriak dengan paduan suara yang menggemparkan, serempak mereka merubung maju dari berbagai jurusan, Saat itu Kui-bo memangnya berada diatas kaca kristal atau didasar empang bersama Hun Lian.   maka dia terkepung oleh or ng banyak, Dalam pada itu Cia Ing-kiat lompat kepucuk sebuah gunungan yang tak jauh dari empang serta mengacung tinggibumbung bam-bu.   Disaat orang banyak merubung maju mengepung Kui-bo Oh Sam siansing segera berseru.   "Bagi beberapa orang untuk melindungi keselamatan Cia-sau-cengcu"   Betapapun tinggi kungfu Kui bo, menghadapi kerumunan sekian banyak jago-jago kosen ini tak urung hatinya jeri dan tersirat darahnya, apalagi bumbung kumbang pengendali jiwa mereka sudah tidak berada dita-ngannya, mendengar aba-aba Oh-sam Siansing segera dia gerakkan tangan menyambit dua larik sinar geinerdep kearah Cia Ing-kiat.   Begitu pesat luncuran dua larik sinar putih itu bukan saja mengeluarkan desing suara tajam, hakikatnya orang banyak tidak melihat jelas jenis apa senjata rahasia yang disambitkan Kui bo.   Berdiri diatas gunungan, Cia Ing-kiat menyaksikan jelas Kui-bo sudah terkepung rapat hatinya agak lega dan terhibur, namun serta mendengar betapa bebat gemboran sekian banyak orang yang naik pitam ingin mengganyang Kui bo.   tak urung mengkirik juga bulu kuduk Cia Ing-kiat, maklum dalam hati dia ada maksud memegang bumbung bambu itu untuk mengendalikan jago jngo kosen itu, disaat dia melenggong itulah, dua larik sinar gemerdep melesat datang, karuan dia menjerit kaget, namun tetap berdiri tanpa menyingkir saking kesima.   Bukan Cia Ing-kiat tidak ingin menyelamatkan jiwa, / tapi selama hidup kapan dia pernah menghadapi adegan yang menegangkan seperci ini, sehingga dia menjublek seperti orang linglung.   Untung setelah mendengar seruan Oh-sim Siansing tadi, ada delapan orang segera melompat mundur kearah Cia Ing-kiat, meski mereka tergolong jago kosen, namun gerak gerik mereka jelas kalah cepat dengan luncuran dua senjata rahasia Kui-bo terdengar delapan orang itu berteriak bersama, seoiang diantaranya segera mengayun seutas cemeti lemas panjang dua tombak kearah Cia Ing kiat, seorang lagi juga mengayun tangan, sebatang Kim-ci-pian (ru-yung uang emas) dengan deru angin kencang meluncur diudara juga.   Kim-ci pian yang Htimpukan ini terbuat dari kepingan uang emas yang sengaja digosok mengkilap dan tajam bagian pinggirnya serta direnteng dengan benang emas pula, begttu ruyung lemas ini ditimpukan.   laksana naga emas yang terbang diudara, langsung memapak kearah sambitan senjata rahasia Kui bo, daya luncur senjata rahasia kedua pihak kencang dan deras.   ..Cring, cring"   Dua senjata rahasia Kui-bo dengan telak menerjang Kim ci-pian.   Seketika Kim ci-pian putus menjadi tiga potong diudara, kepingan mata uang emas seketika berhaburan diudara menjadikan pemandangan yang aneh menakjup-kan.   Ternyata timpukan Kui bo memang kuat sekali, kedua senjata rahasianya tidak terhalang meski beradu dengan Kim ci-pian diudara, daya luncurnya masih cukup pesat meski apak berkurang, baru sekarang o.ang banyak melihat jelas, senjata rahasia timpukan Kui bo ternyata dua bilah Lu yap-to setipis kena'.   Setelah kebentur Kim-ci-pian, meski tetap meluncur kedepan tapi dua bilah Liu-yap-to ini sudah melenceng arahnya ,,Trap, trap"   Keduanya menancap amblas samrai gagangnya digunungan karang yang keras.   Pada saat itulah, cemeti lemas panjang itupun telah menyapu tiba dibawah kaki Cia Ing k at, sedikit sendal dan tarik ujung cemeti segera membelit betis Cia Ing-kiat, begitu merasa kaki terbelit, baru saja Cia Ing-kiat menjerit kaget, / mendadak tubuhnya sudah terangkat naik keudara oleh sendalan tenaga orang yang memegang cemeti.   ---ooo0dw0ooo--   Jilid 13 Tamat Ditengah udara Cia Ing-kiat sempat melihat pemegang cemeti panjang ini adalah seorang kakek tua kurus kecil, kalau tidak menyaksikan sendiri, apapun dia tidak mau percaya bahwa kakek kurus sekecil ini ternyata memiliki tenaga raksasa dan mampu memainkan cemeti sepanjang ini begitulihay.   Kakek tua kurus kering ini adalah ahli waris keluarga Tong jaman ini satu-satunya.   Tong keh pian-hoat memang tiada tandingan dlkolong langit, Tong-lojl sudah meyakinkan ilmu cemetinya ini selama puluhan tahun sudah tentu hasilnya luar biasa.   Tampak oleh Cia Ing kiat disaat tubuhnya masih terapung diudara dan mulai melorot turun, beberapa orang sudah melompat dari berbagai arah kearab dirinya, sebelum tubuh Cia Ing-kiat terjatuh berantai orang-orang itu ulur tangan memegang lengannya, ada yang memegang pinggang, sehingga dia terjatuh tanpa kurang suaiu apa.   Sebelum Cia Ing-kiat berdiri tegak, ada beberapa orang berserabutan ulur tangan hendak merebut bumbung yang dipegangnya..   Setelah terjadi perobahan yang tak terduga barusan, jantungnya masih berdebar tegang, hakikatnya dia takkan mampu melawan bila jago jago kosen itu mengeroyok serta merampas bumbung ditangannya, namun dasar otak nya encer, dalam keadaan kepepet itu mendadak dia membentak.   "Stop kalian ingin mampus y a ?' Karena bentakannya, tangan yang sudah terulur itu ssketika berhenti diudara tak berani bergerak lagi. sambil / menggenggam bumbung bsmbuitu dengan kedua tangan Cia-Ing-kiat membentak bengis.   "Siapa berani bergerak, bila kumbang beracun terlepas, bukan aku yang ketimpa akibatnya."   Lekas orang-orang itu menurunkan tangan serta mundur selangkah. Pada saat yang sama terdengar seruan Oh sam Siansing dari pinggir empang.   "Jangan sentuh bumbung itu."   Sementara itu setelah menimpukan dua belah Lui-yap-to, Kui-bo tidak menghentikan gerakannya, dia insaf lawan terlalu banyak kalau tidak menyergap lebih dulu, hari ini nasibnya bisa celaka di sini, namun pengepungan juga sudah bergerak, mereka sudah keba-cut benci kepada iblis perempuan yang jahat ini, seorang laki-laki kekar berewok menggerung sekeras guntur terus menerjang maju seraya mengayun toya tembaga sebesar paha mengemplang kepala Kui-bo.   Hebat memang kepandaian km bo setelah merobohkan beberapa orang, segera tangannya terbalik menangkap toya tembaga yang mengemplang kepalanya.   Tepat d'saat tangannya menangkap ujung toya.   "Ser ,ser, ser."   Dari kiri kanan dan belakang liga batang pedang menusuk tiba bersama.   Betapa tinggi Kungfu Kui bo disaat menghadapi bahaya inilah dia memperlihatkan ke-lihayan, sebelum jelas siapa penyerangnya, namun mendengar gerak pedang lawan, dia sudrh tahu bahwa yang menyerang dirinya a-dalah Tiam-jong sam kiam.   Tiam-jong-kiam hoat mengutamakan gerak enteng yang lincah, perobahannya tak da-pat dijajagi, sudah lama terkenal bahwa Tiam-jong sam kiam terdiri tiga saudara seperguruan yang meyakinkan bersama ilmu pedang gabungan ini selama puluhan tahun, letak Tiam-jong sam tidak jauh dari Biau-kiang, tempat semayam Kui-bo di Hiat-Iui kiong, maka dia tahu jelas betapa lihay Tiam-jong-kiam-boat, disamping kaget marah pula hatinya, begitu mengencang jari jari tangannya, dia pegang toya yang dipegangnya ditarik sedikit lalu didorong / kedepan, terdengar "krak"   Sekali, laki laki gede itu pegang kencang toyanya yang hendak dirampas lawan, tak nyana lawan kerahkan tenaga menyodok balik malah sehingga tulang pergelangan tangannya patah, menyusul "Duk"   Ujung toya telak menyodok batok kepalanya pula hingga pecah dan meleleh keluar otak darahnya.   Bola matanya-pun melotot keluar, kematiannya sungguh mengerikan.   Membunuh seorang lagi tampang Kui bo Han Hwi-nio tampak makin beringas, serangannya juga lebih kejam, sebat sekali dia berputar, terasa hawa pedang menyentuh tubuh, tiga redarg musuh menyerempet le-wat diplnggir tubuhnya.   Ketiga penyerangnya berjenggot putih berjubah pertapaan, mereka memang bukan lain Tiam-jong-sam-kian adanya.   Begitu serangan luput Tiam-jong-sam-kian menggetar pedang sehingga menimbulkan lapisan bayangan pedang yang kemilau, Kui-bo seperti terkurung didalam jala sinar pedang yang bertaburan menung krup dari atas sehingga Kui-bo tak mampu melompat keatas.   Padahal pengepung Kul-bo Hun Hwi nio hampir seratus orang banyaknya, karena Tiam jong sam kian sudah tampil kedepan mengembut Kui-bo, maka jago-jago lain kurang leluasa campur tangan.   Maka orang banyak hanya berkaok-kaok menambah semangat tempur Tiam-jong-sam-kian belaka, kalau otang lain menghadapi teriakan-teriakan yang begitu ribut dan menakutkan pasti pecah nyalinya.   Tapi lain halnya bagi Kui bo Hun Hwi-nio.   gembong iblis perempuan yang keliwat kejam dan jahat ini, melihat dirinya ditindih oleh jala sinar pedang Ttam jong-sam-kiam.   mendadak dia mengendap tubuh sambil membalik sebelah telapak tanean menenuk miring keatas "Plak"   Dengan telapak tangannya memukul lambung Loji dari salah satu Sam-kiam Betapa dahsyat tenaga pukulan telapak tangan kui bo ini, karuan tubuh Loji mencelat terbang keudara dan ambruk satu tombak jauhnya.   Satu diantnr tiga jago pedang yang sudah / mahir menggunakan barisan pedang roboh, maka permainan barisan pedang Loioa dan Losam menjadi kacau balau.   Begitu menegakkan tubuh kedua tangan Kui-bo bergerak bersama, maka terdengar kedi a orang pengeroyoknya menjerit kaget, tahu tahu pedang mereka sudah direbut oleh Kui-bo Hun Hwi-nio Serangan yang dilancarkan Kui-bo barusan adalah jurus Siang-liong-jut-hay (sepasang naga keluar laut) merupakan salah satu jurus tunggal ajaran murni Siau-lim-pay yang terdiri tujuh puluh dua jurus Kim-na-jm hoat.   ilmn yang berhasil dipelajarinya dari Bu-bing Siansing di waktu Hwesio muda itu kepincut dan terpelet oleh mulut manisnya dulu.   Berhasil merampas pedang lawan, sekali berputar arah dua pedang rampasannya segera ditimpukan kepada pemiliknya, belum lagi lenyap jeritan kaget kedua orang itu, pedang sndah tembus menusuk leher, jiwa melayang seketika.   Hebat memang kepandaian Kui-bo Hun Hwi-nio, kecepatan gerak tubuhnya memang luar biasa, sebelum tubuh kedua korbannya roboh, mendadak dia uienggentak kedua lengan, gagang pedang berhasil dipegang, pedang tercabut terus diayun balik kebelakang, dua batang pedang sekaligus meluncur kebelakang mengincar Loji yang sedang merangkak bangun setelah terpukul mabur tadi.   Barn saja orang banyak kaget dan merasa ngeri, Loji sudah menjerit ngeri, darah pun muncrat, Loji atau orang kedua dari Tiam-jong sam-kiam tertembus dua batang pedang didada dan perutnya, tnbuhnya yang sudah mulai tegak berdiri terbanting roboh pula, hanya sekejap Tiam-jong sam-kiam sudah ajal ditangan Kui-bo.   Kematian empat orang beruntun ini lebih mengerikan dari korban yang jatuh lebih dulu, betapa cepat dan kejam serangan Kui-bo sungguh belum pernah ada selama ini, karuan sebagian besar jago-jago kosen itu menjadi patah semangat dan jeri, yang semula berkaok-kaok, karena ciut / nyali nya seketika bungkam dan menyurut mundur.   Hanya sekejap situasi telah berobah drastis, kepungan terhadap Kui-bo menjadi kendor dan terpencar, Sementara itu Cia Ing-kiat masih berdiri diatas gunungan dengan beberaoa jago kosen yang berusaha melindunginya, mereka menyaksikan dengan jelas apa yang barusan, terjadi.   Air empang itu semula ada setombak dalamnya setelah air empang terkuras kering, banyak orang sudah melompat turun didasar empang yang bentuknya hampir sebuah wajah raksasa.   Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kui-bo justru terkurung didasar empang yang licin itu, Disaat kritis itulah mendadak terdengar jeritan kaget nyaring dianiara rombongan o-rang banyak menyusul dua bayangan orang melambung tinggi melampaui kepala orang banyak meluncur keiengah empang hingga tak jauh didepan Kui-bo, kedua orang ini ternyata Pak-to Sunseng yang berjubah longgar berkibar seorang lagi adalah Hun Lian.   Pak-to Suseng tampak mercengkram urat nadi Hun Lian lengannya ditelikung dibelakang punggungnya, sementara tangan yang lain mengancam Toa cui-hiat ditengkuk Hun-Lian Orang banyak maklum bila Pak-to kerahkan tenaganya, tulang leher Hun Lian pasti ter-remas patah atau hancur, jiwanya takkan ter tolong lagi, kecrali Kui-bo Hun Hwi-nio sendiri yang tertegun kaget, orang banyak juga berdiri menjublek.   Begitu melompat turnn Pak-to Suseng dorong Hun Lian maju beberapa langkah pula lalu bentaknya beringas..,Hun Hwl-nio masih berani kau mengganas?"   Tampak membesi hijau muka Kui-bo Hun hwi nio kulit mukanyatampak kedutan, ram butnya yang sudah nbanan tanmpak menggelembong seperti ditiup angin, sorot matanya memancaikan sinar buas dan penuh kebencian.   jelas hatinya murka sekali Kungfu Pak to Suseng amat tinggi, apa lagi dia tahu lawan sudah tidak memegang bumbung kumbang Kui-bo takkan mengancam jiwanya, dalam keadaan terjepit lagi, umpama / Hun Hwi-nio memiliki kepandaian setinggi langit juga jangan harap mampu menjebol kepungan jago-jago silat sebanyak ini.   Tapi melihat rona muka Kui bo yang bero-bah begini seram menakutkan, tak urung bergetar juga perasaan Pak- to Suseng disamping ngeri diapun merinding.   Sementara waktu kedua pihak berhenti bergerak, semua orang menunggu bagaimana reaksi Kui-bo setelah melihat putrinya dijadi kan sandera.   Belasan jago yang berdiri diatas gunungan tambah waspada menjaga keselamatan Cia Ing-kiat, siaga dari sergapan Kui bo Hun Hwi nio yang bukan mustahil masih mengincar jiwa Cia Ing-kiat yang menjadi Mang ke adi perobahan situasi sehingga diri nya kini menjadi sasaran kemarahan orarg banyak.   Perobahan drastis ini tak pernah terbayaig oleh Hun Lian, bahwa ibunya menjadi sasaran kemarahan orang banyak menjadikan hati Hun Lian amat sedih sekali.   Sebetulnya, menilai taraf Kungfu Hun Lian, betapapun Pak-to Suseng takkan mampu membekuknya sekali bergebrak, namun sejik me lihat Cia Ing-kiat muncul serta mengacungkan bumbung bambu berisi kumbang beracun tadi.   rasa bencinya bukan kepalang sehingga dia kehilangan akal, apalagi ditatap pandang an Kui bo sang ibunda yang biasanya amat sayang kepadanya, terasa olehnya betapa gu sar ibunya, sehingga dia berdiri kebingungan disaat dia menjublek itulah Pak-to Suseng menyergap mencengkram pergelangan tangannya serta menyeretnya kehadapan Km b o Mengawasi sang ibu, dilihatnya betapa gusar da penasaran serta berci sorot sang ibu.   seperti diiris-iris hati Hun L an, sedih bukan main.   teriaknya tertahan;"   Ma."   Semula tatapan Kui-bo tampak murka jelilatan lagi, terasa oieh Hun Lian, kulit daging sendiri kedutan, tak tertahan air mata bercucuran.    Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Pedang Wucisan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini