Si Rase Hitam 4
Si Rase Hitam Karya Chin Yung Bagian 4
Si Rase Hitam Karya dari Chin Yung Betapa terkejutnya Ouw Hui ketika tidak lama setelah peristiwa itu dia tiba kembali dirumah makan dan tidak berhasil menemui puteranya. Perasaan kagetnya berobah menjadi kemarahan dan kekuatiran, ketika kemudian dia mendengar cerita para pelayan rumah makan itu, yang, telah ikut menyaksikan betapa Ouw Ho diculik oleh tiga orang yang tidak dikenal, dan sebelum anak itu dilarikan, justru telah terjadi pertempuran antara Ouw Ho dengan ketiga orang itu. Ouw Hui berusaha mencari keterangan tentang tiga orang penculik itu, tetapi selain tidak ada yang mengenal mereka, dari lukisan2 yang diberikan kepadanya tentang wajah mereka, dia sendiri juga tidak dapat menarik kesimpulan rrengenai siapa mereka sesungguhnya. Ouw Hui masih berusaha mengikuti jejak mereka berdasarkan petunjuk2 yang diberikan oleh orang2 dijalan, tetapi usahanya itu terputus dipintu kota sebelah utara. Diluar itu terbentang padang rumput yang sangat luas. Kemana dia harus mencari mereka dan kepada siapa dia bisa meminta keterangan lebih jauh, didaerah yang hampir tidak berpenduduk itu. Dengan tertegun dia berdiri diluar pintu gerbang itu cukup lama, rupanya dia digeluti oleh berbagai perasaan, dan ingin sekali Ouw Hui untuk cepat2 menyusul ketiga penjahat itu, untuk menghajar mereka dan menolong puteranya. Tetapi Ouw Hui tidak mengetahui kemana dia harus mengejarnya. Kalau dia mengejar sekenanya saja, mungkin juga bukannya berhasil justru hanya akan tersesat dan terpisah senvkin jauh saja. Tiba2 dia teringat akan peristiwa kemarin hari, kasa-kusuk keempat orang dirumah makan itu. "Mungkinkah mereka yang telah menculik Hojie? Tetapi mengapa sekarang hanya bertiga dan lukisan tentang muka mereka juga berlainan sekali. Kukira bukan perbuatan mereka atas terculiknya Hojie. Mungkinkah komplotan mereka? Jika memang benar, mereka tentu telah membawanya pergi ...... untuk memaksa aku mengikuti jejak mereka. Ya, untuk memancing aku mema suki sebuah perangkap yang telah dipasang dan dipersiapkan mereka. Akhhh, tentu saja anak sekecil Hojie belum memiliki musuh. Akulah yang tentu tengah diincer oleh mereka, Kalau demikian, tentu mereka akan meninggalkan satu petunjuk agar aku bisa mengikutinya. Tidak berguna aku berdiri disiri terlampau lama, sebaiknya aku kembali dulu kepenginapan. Mungkin mereka sudah meninggalkan surat tantangan disana." Begitulah Ouw Hui telah berpikir dengan perasa an dan hati yang kalut sekali. Setibanya dipenginapannya, dia jadi kecewa bukan main, .karena dikamarnya dia tidak menemukan sesuatu apapun juga. Sedangkan para pelayan dan kuasa belum mengetahui perihal peristiwa penculikan diri Ouw Ho. Dengan hati yang risau dan rawan dia berpikir keras untuk memecahkan teka-teki mengenai siapa yang telah melakukan penculikan ini, dan kemanakah mereka itu membawa puteranya ? Setelah berpikir sekian lama, Ouw Hui jadi semakin yakin bahwa yang menjadi tujuan para penculiknya itu ialah pembalasan dendam kepadanya. Dia juga sudah tidak meragukan pula, bahwa musuh2 itu tentu sudah mempersiapkan sebu ah perangkap untuk menjebak dirinya dia yakin orang2 itu ingin mempergunakau anaknya sebagai unpan belaka, agar memancing Ouw Hui masuk kedalam perangkap itu. Karena yakin, maka hatinya jadi agak lega. Tentu saja untuk sementara puteranya itu tidak akan diganggu. Dia sendiri sedikitpun tidak gentar menghadapi musuh2 yang bagaimana sekalipun juga. Dengan kepandaian yang dimilikinya sekarang, mungkin sudah tidak ada orang yang bisa mencelakainya dengan jalan bertempur secara berterang. Tetapi bagaimana kalau mereka nanti memaksa dia untuk msnyerah dengan jiwa puteranya sebagai jaminan ? 0ooo0de0ooo0 Ouw Hui memang bersedia, rela, untuk berkorban demi puteranya tersebut. Tetapi bagaimana kalau mereka nantinya tidak juga melepaskan puteranya walaupun telah ditukar dengan jiwanya? Dan Ouw Hui menyadarinya, bahwa seluruh orang2 yang pernah dirubuhkan dan dihajarnya merupakan manusia2 jahat dan kejam tidak memliiki perasaan kemanusiaan. Walaupun mereka berjanji akan membebaskan puteranya jika Ouw Hui bersedia menyerahkan dirinya maupun jiwa nya, tetapi putera Ouw Hui juga akan di binasakannya. Ouw Hui jadi menghela napas dalam2, dia jadi demikian bingung memikirkan keselamatan puteranya. Lebih mungkin menurut dugaannya, bahwa mereka ingin mencelakai anak Ouw Hui, setelah Ouw Hui dibunuhnya. Jika memang persoalan telah terjadi demikian, lalu apa yang harus dilakukannya? Kepala Ouw Hui jadi pusing memikiikan semua itu dan hatinya semakin risau saja ketika membayangkan betapa perasaan isterinya kelak jika mengetahui patera mereka, sinakal telah lenyap dan diculik orang. Ouw Bui juga mengetahui tanggung jawab dalam bentuk bagaimana dia harus mempritanggung jawabkan kelalaiannya dalam mengawasi puteranya tersebut. Agaknya tidak ada jalan lain lagi yang lebih baik dari segera mengejarnya dan mencaci tempat persembunyian musuh2 itu, sedangkan mereka belum bersiap sedia, mereka belum mengharapkan kedatangannya. Tetapi kemana dia harus menyusul dan mencarinya? Inilah yang sulit, karena dia tidak dapat mengetahui kearah masa para penculik itu melarikan Ouw Ho. Ouw Hui berusaha mencari jejak dari ketiga penculik anaknya itu, namun selalu gagal dan dia tidak berhasil sama sekali. Tiba2 terkilas didalam benak pikirannya bahwa musuh2nya itu mungkin bersembunyi tidak jauh disekitar Ui. Kalau memang benar dugaannya itu, masih ada harapan baginya untuk menemukan jejak, dan menyergap ketiga penculiknya itu, sebelum mereka menduga dan ber-siap2 untuk menyambut kedatangannya. Dan jika dia tak bisa mencarinya, tentu celaka dan sengsaralah Ouw Ho. Namun kalau saja dia bisa menyusul dengan tiba2 diluar dugaan mereka, rasanya tidaklah terlalu sulit untuk merebut kembali puteranya itu Hanya berapa besarkah kemungkinan seperti itu, yaitu berhasil menemukan jejak dan tempat persembunyian penculik2 anaknya itu ? Ouw Hui sendiri tidak mengetahui dan dia tidak mau memikirkannya. Dalam kedudukannya yang demikian terjepit seperti saat itu sekalipun sangat kecil harapannya, namun berusaha memang masih lebih baik dari berdiam diri saja menyerah kepada nasib. Lagi pula, siapa tahu kalau2 diiengah perjalanan kelak dia bisa menemukan sebuah petunjuk atau memperoleh keterangan berharga lainnya ? Dengan berpikir demikian, Ouw Hui segera juga meninggalkan kamarnya dan setelah meninggalkan pesan kepada kuasa penginapan, dia segera berangkat dengan berkuda. Pertama sekali dia telah pergi kepintu gerbang sebelah utara dari kota tersebut dan setelah memperoleh keterangan mengenai arah yang ditempuh ketiga penculik itu, dia meneruskan perjalanannya lagi. Sampai sejauh sepuluh lie dia melarikan kudanya dan belum berhasil memperoleh keterangan yang bisa dijadikan bahan untuk mencari jejak penculik2 itu. Dan suatu saat, tibalah Ouw Hui disebuah tempat yang agak jarang sekali ditumbuhi rumput2, dan disitu. diantera rumput2 dia melihat bekas2 kaki kuda. Dilihat dati letak jetak itu, yang melalui tempat tersebut, jumlahnya tentu tiga ekor kuda, sesuai dengan jumlah musuh yang menculik puteranya Hanya mengapa begitu aneh bekas tapak2 kaki kuda itu datangnya dari arah barat desa menuju ketimur. Dia memutuskan untuk mengikuti jejak itu Dibandingkan tidak memiliki pegangan sama sekili, lebih baik dia memang berusaha mengikuti sampai beberapa lie. Kalau selanjutnya ternyata bahwa ada sesuatu yang mencurigakan, maka dia masih bisa mencarinya lagi kearah lain. Semakin ke-Timur, semakin jarang pula rumput yang tumbuh didaerah itu dan bekas2 kaki kuda itu menjadi semakin jelas. Tiba2 arah jejak kaki kuda itu telah berobah pula membelok kearah selatan, seperti juga hendak menuju kekota Ui Jagi. Ouw Hui sudah hendak meninggalkan jejak kaki kuda itu, karena dianggapnya bahwa dia telah mengikuti jejak yang keliru. Tetapi tiba2 dia terpikir sesuatu yang membuat hatinya jadi girang bukan main karena dia telah melihat sesuatu, terpisah beberapa langkah dari tempatnya berada, dia melihat sebutir kancing warnanya sama dengan warna kancing puteranya. Dan ketika dia mendekati, matanya jadi terpentang lebar2. Didekat kancing itu dia melihat sebuah huruf Ho, nama puteranya. Hanya huruf itu agak, aneh ditulisnya, entah dengan mempergunakan alat apa. Tampaknya seperti ditulis dengan mencurahkan air dari poci. Tetapi Ouw Hui tidak mau pusing2 memikirkannya. Hatinya sudah girang bukan main melihat petunjuk tersebut. Dia yakin bahwa itulah perbuatan Ouw Ho, si nakal yang memang memiliki banyak sekali akal bulus. Cepat2 Ouw Hui menaiki kudanya yang dilarikan keras sekali mengikuti jejak yang tidak perlu diragukan itu lagi. Kurang lebih satu lie dari tempat tadi, jejak itu kemudian membelok ketimur lagi, untuk kemudian berobah arah lagi kejurusan tenggara. Yakinlah Ouw Hui kini, bahwa jejak itu pasti akan menuntunnya ketempat persembunyian musuh dan dia sudah mengerti mengapa arah jejak itu ber-obah2 terus, yaitu untuk membuatnya menduga bahwa telah mengikuti jejak yang keliru dan segera melepaskannya. Siasat orang2 icu benar saja hampir dapat memperoleh hasil gemilang, kalau bukan Ouw Ho telah meninggalkan sebuah petunjuk dan menggagalkan usaha orang2 itu. Sepuluh lie lagi setelah dilalui, tanpa dijumpainya sesuatu yang baru. Dipercepatnya lari kuda tunggangannya, tetapi suatu saat dia menjadi terkejut. Dari depan dia melihat seekor kuda dilarikan keras setali oleh penunggangnya. Dalam sekejap mata saja kuda itu sudah datang cukup dekat dan segera ,Ouw Hui dapat mengenali siapa penunggang kuda yang lari kuat itu, dan membuat mata Ouw Hui jadi terpentang lebar2, karena segera juga dia mengenalinya bahwa penunggang kuda itu tidak lain Ouw Ho. Ouw Hui segera berteriak girang, penunggang kuda itu yang memang Ouw Ho, yang sesaat kemudian sudah berhenti di samping ayahnya sambil tertawa girang dan melompat untuk merangkulnya. Waktu itu sudah mendekati senja, matahari sudah menyilam dari cakrawala barat dan tidak lama pula cuaca sudah akan gelap. Ouw Hui cepat2 mengajak anaknya kembali kekota Ui dan disepanjang jalan anak nakal itu menceritakan pengalamannya. 0ooo0dw0ooo0 TERNYATA waktu ketiga orang penculik itu membawa Ouw Ho keluar dari Ui, Ouw Ho ingin sekali memaki mereka, tetapi urat gagunya telah ditotok sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah perkataanpun juga. Diam2 Ouw Ho telah memperhatikan jalan yang dilaluinya. Didalam hatinya dia telah bertekad untuk melarikan diri, setiap ada kesempatan. Walaupun sudah mengetahui bahwa ketiga penculik itu berkepandaiai tinggi semua, sedikitpun dia tidak bimbang bahwa pada suatu waktu dia akan berhasil melarikan diri. Dengan heran dia melihat bahwa, setelah berjalan lurus keutara sepanjang empat atau lima lie, tiba2 mereka membelok kearah barat untuk kemudian dengan membuat setengah lingkaran yang besar, menuju ketimur. Mula2 Ouw Ho tidak mengerti mengapa orang2 itu bersikap begitu aneh, tetapi tidak lama kemudian tahulah dia apa sebabnya. Didaerah sebelah timur dan timur laut Ui tanahnya agak kering. Juga disamping itu bercampur pasir dan rumputnya jarang sekali. Kalau mereka tadi langsung menuju ketimur atau ketimur laut, bekas kaki kuda mereka akan terlihat jelas ditanah dan jejak mereka akan mudah diikuti orang. Agaknya penculik2 itu yakin bahwa lewat tidak berapa lama lagi mereka pasti akan dikejar Untuk menyesatkan pengejarannya, atau se-tidak2nya mempersulit pengejarannya itu, mereka telah menemukan cara yang sengaja menempuh jalan yang lebih panjang itu melalui tanah yang berumput tebal, agar jejak mereka tidak kelihatan. Setelah mereka terpisah cukup jauh, dari Ui, barulah mereka berjalan ketimur. Kalau kebetulan sipengejar menemukan juga jejak mereka ditanah kering itu, tentu pengejar itu akan menduga jejak kaki kuda tersebut tentunya jejak kaki kuda orang lain, karena menuju kembali ke Ui dari arah barat laut, jadi bukan dari Ui. Hanya mereka ternyata tidak menduga, dalam keadaan putus asa seperti itu, Ouw Hui mengikuti juga jejak itu, walaupun dia masih ragu2. Setelah berjalan kurang lebih satu jam pula, tiba2 mereka membelok kearah selatan, se-akan2 hendak menuju kekota Ui. Siasat ini memang licik dan cerdik sekali, karena seseorang yang mengejar mereka tentu akan menduga bahwa dia telah keliru mengikuti jejak orang lain dan segera melepaskannya untuk mencari ketempat lain. Tetapi sekali inipun mereka tak dapat meta wan maunya takdir. Ketika menotok sianak bermuka hitam itu! mereka telah menotok agak perlahan, karena mereka hanya bermaksud agar anak itu tidak bisa melawan dan berteriak lagi. Dengan memiliki maksud untuk mempergunakannya sebagai umpan, tentu saja mereka kuatir jiwa anak itu melayang kalau tertotok terlalu keras. Hanya mereka tidak mengetahui bahwa anak itu telah memahami hampir seluruh ilmu silat keluarga Ouw, yang juga memiliki suatu pelajaran mengerahkan Iwekang untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan yang bagaimana bentuknya. Karena latihan lwekangnya masih sangat kurang. Ouw Ho tidak bisa cepat membuka sendiri totokan itu, tetapi setelah berlangsung beberapa saat, lebih dari dua jam, dia sudah bisa bergerak lagi. Seketika itu juga dia melihat ketiga penculiknya telab merobah arah perjalanan se-akan2 hendak menuju ke-Ui. Ouw Ho segera mengerti maksud pen-culik2nya itu. Tiba2 dia telah menoleh dan berkata "Tolong bernenti sebentar aku hendak kencing......Tidak tahan nih......" Mendengar suaranya dan melihat bahwa dia sudah bisa bergerak, ketiga orang itu tentu saja jadi kaget. Tetapi mengingat bahwa kepandaian ilmu silat anak ini belum berarti apa2, mereka tidak menjadi kuatir karenanya. Hanya saja orang yang membawa Ouw Ho dipelananya tentu sajia kuatir kalau2 terkena air kencing Ouw Ho. Dia segera menghentikan kudanya dan menurunkan anak nakal bermuka hitam itu. Ouw Ho bukan segera membuka celananya dan kencing disitu juga. Dia berjalan kembali kearah yang tadi telah dilewati dan dilalui mereka. Orang2 itu tentu saja ssgera memburu sambil berteriak . "Kau jangan coba2 melarikan diri". Disaat itu Ouw Ho sudah berhenti, sambil menoleh dia berkata ; "Siapa yang ingin melarikan diri ? Aku hanya malu kencing dengan dilihat dan ditonton oleh kalian Ayo kesana sedikit, jangan dekat2". Legalah hati orang itu dan mereka segera kembali ketempat kuda mereka. Mereka bahkan telah mentertawakan kekuatiran mereka sendiri, yang tidak beralasan. Bagaimana mungkin seorang anak kecil seperti Ouw Ho ingin melarikan diti, sedangkan dia tidak berkuda ? Memang, dengan kepandaian yang tidak seberapa itu, tidak mungkin sianak bermuka hitam itu melarikan diri, karena mereka merupakan ahli2 silat belas satu yang sangat disegani oleh orang2 rimba persilatan. Setelah ketiga musuhnya itu membatalkan maksudnya mencari dia, bahkan telah menjauh-Ouw Ho segera membuka celananya dan kencing. Tetapi diluar dugaan penculik2 itu. dia bukan hanya sekedar kencing saja. Ketika itu dia sudah memutuskan sebutir kancing bajunya dan menjatuhkannya didekat tempat mereka membelok tadi. Ouw Ho kencing pun bukan kencing asal kencing saja Dari tempat ketiga penculik itu tampaknya dia kencing sambil ber- main2, tetapi sebenarnya dengan air kencingnya dia telah menulis huruf Ho ditanah, yaitu huruf yang kemudian dilihat Ouw Hui dan membuatnya yakin bahwa dia tidak keliru mengikut jejak penculik anaknya. Setelah itu, dengan tenang dan sambil ter-tawa2 Ouw Ho kembali menghampiri ketiga orang penculiknya. Sebagai seorang anak yang cerdik, dia menyadari bahwa tiada gunanya dia berusaha melarikan diri. Kini dia puas, karena sudah berhasil meninggalkan satu petunjuk yang pasti tidak akan meragukan ayahnya. Dia juga yakin bahwa ayahnya tidak akan tinggal diam dan akan segera melakukan penyelidikan. Dia sudah memperhitungkan bahwa penyelidikan itu tentu akan dimulai didaerah sekitar Ui, dan sudah tentu ayabnya akan menemukan petunjuk penting yang telah ditinggalkannya itu. Dugaan sinakal yang memiliki seribu satu macam akal itu memang tidak meleset dan tanda2 yang ditinggalkannya itu ditemukan oleh Ouw Hui, sehingga gagallah siasat ketiga penculik itu. Mendengar cerita Ouw Ho sampai disitu, Ouw Hui tidak bisa menahan tertawanya yang keras. Didalam hatinya Ouw Hui telah berpikir. "Sungguh luar biasa anak ini. Kelak tentu dia akan melebihi ayahnya dan kakek moyangnya, kecuali Sui Thian Ho Li seorang". Sinakal Ouw Ho segera melanjutkan pula ceritanya. Setelah Ouw Ho kembali menghampiri ketiga penculiknya itu, perjalanan segera dilanjutkan pula. Arah yang dituju mereka adalah arah tenggara. Kurang lebih satu jam kemudian tibalah mereka disebuah daerab yang memiliki sumber air. Disekelillng sumber air itu tumbuh beberapa pohon, yang walaupun tidak seberapa tinggi tetapi cukup rindang daunnya. Kuda2 tunggangan mereka tiba2 menjadi sulit dikendalikan dan agak liar, mereka mendekati pohon2 itu, Hal itu tidaklah terlalu mengherankan, karena setelah melakukan perjalanan begitu jauh, binatang tunggangan tersebut tentu sudah letih dan haus dan ketika mencium bau air mereka tidak dapat mengendalikan keinginan mereka, yang membuat ketiga penculik itu sulit mengendalikan kuda tunggangan masing2. Disamping itu, ketiga penunggang itu sendiri juga sudah merasa cukup aman dengan bera darya mereka didaerah tersebut. JUGA bagi mereka tempat berteduh dibawah pohon2 rindang itu bukannya tidak menarik, karena itulah mereka lalu berhenti untuk melepaskan lelah dan mengisi perut. Setelah ber jam2 berada di bawah terik matahari, kesejukan udara dibawah pohon rindangi itu benar2 nikmat sekali rasanya. Mereka juga agak malas untuk cepat2 melakukan perjalanan pula. Sambil ber-malas2an dibawah pohon2 itu, mereka berusaha mengajukan rupa2 pertanyaan kepada Ouw Ho, yang menjawab semua pertanyaan itu secara menyimpang. Kurang lebih setengah jam kemudian, pemimpin rombongan penculik itu merasa bahwa mereka sudah cukup lama beristirahat ditempat itu dan dia telah perintahkan kawan2nya segera bersiap2 untuk segera melakukan perjalanan pula. Ketika itu tiba2 dari arah kota Ui terdengar derap langkah kaki kuda. Dengan terkejut mereka telah menoleh, dan dari jauh tampak empat orang tengah mendatangi kearah mereka. 0ooo0dw0ooo0 Jilid 4 PENDATANG itu tampaknya seperti hwe-shio, pendeta. Ketiga orang penculik itu jadi merasa kua-tir, jika keempat nweshio itu menjaga hendak mengejar mereka untuk menolong! Ouw Ho, cepat2 mereka mempersiapkan senjata. Sementara itu, agaknya keempat pendatang baru itu juga telah melihatnya orang2 yang berada dipohon itu. Tampaknya mereka memang ingin beristirahat juga dan telah berhenti. Sesaat mereka kasak-kusuk, setelah itu keempat pendatang baru itu melanjutkan perjalanan mereka menghampiri kearah pohon2 tempat meneduh Ouw Ho dan ketiga penculiknya. Mungkin msreka juga bercuriga dan sambil menjalankan kuda mereka per-lahan2, tangan mereka sudah siap didekat gagang senjata masing2. Tidak lama kemudian mereka sudah datang dekat sekali dan segera dapat dikenali. Ternyata keempat orang itu memang hweshio semuanya. Ketika itu Ouw Ho jadi terkejut sekali. Walaupun keempat orang itu kini berkepala gundul licin seperti hweshio, dia masih bisa mengenali keempat orang itu sebagai empat orang tamu dirumah penginapan yang telah pergi tanpa membayar uang sewa kamar. Dasar Ouw Ho memang masih anak2, peragaan kagetnya hanya sejenak saja sudai lenyap kembali. Dan setelah teringat bahwa keempat orang itu telah dipermainkannya dan kini terpaksa mereka berkepala gundul seperti itu, Ouw Ho tidak bisa menahan tertawanya yang be-gelak2 memenuhi tempat itu. Ketiga orang penculik itu terkejut mendengar tertawanya Ouw Ho. Menurut dugaan mereka, tertawa . anak itu tentunya disebabkan kegembiraannya sebab telah datang bata bantuan Untuknya. Salah seorang segera hendak menotok Ouw Ho, tetapi anak itu berhasil menyelamatkan diri dengan menyelinap kedafam batang pohon. Melihat kekuatiran penculik2nya, didalam otak Ouw Ho seketika timbul sebuah akal yang baik sekali. Se-keras2nya dia berteriak. "Benar, benar, inilah mereKa yang hendak mencelakai aku? Turun tanganlah tanpa segan2, biar mereka tahu rasa!" Kini yakinlah penculik itu bahwa kedata Ugan keempat bweesbio itu memang untuk menolongi Ouw Ho Serentak mereka menghunus senjata dan me lompat kemuka. menghadang keempat hweshio itu. Sebaliknya empat pendatang tu itupun terkejut sekali mtndengar teriakan Ouw Ho, yang lalu disusul melompatnya ketiga orang yang tidak dikenalnya itu telah menghadang rnereka dengan senjata terhunus. Mereka menduga bahwa ketiga orang penghadang itu tentunya kawan Ouw Ho, yang sudah dikenalnya sebagai putera Ouw Huu Didalam hati mereka timbullah dugaan babwa mungkln sekali ketiga orang inilah yang semalam telah mempermainkan mereka. Karena timbullah dugaan seperti itu, sekeri ka itu pula meluap amarah mereka. Dan serentak mereka pun telah menghunus senjata masing2. "Suwie Taisu, apakah talinn datang untuk mengambil anak itu? Kalau benar, lebih baik kalian mengurungkan niat itu, jika memang kalian ingin tidak terjadi sesuatu. Tetapi kalau kalian memaksa, hemmm, kami terpaksa akan berlaku kurang ajar," Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata ketiga penculik itu dengan suara hampir berbareng. Kata2itu mengandung tantangan dan bersifat mengancam. Keempat orang yang baru datang itu jadi yakin'.batiwafkeliga orang inilah yang telah mem permainkan mereka. , Dengan, mengeluarkan suara erangan, mereka sudah hendak membuka mulut untuk menjawab dengan makian. Tetapi Ouw Ho sudah mendahului berseru; "Tidak guna menghamburkan kata2 Hajar saja, habis perkara." Ketiga penculik itu melihat bagaimana keempat pendeta itu sudah hendak membuka mulur tetapi telah didahului Ouw Ho. Mereka kuatir, jika Hweshio2 itu akan mendahului turun tangan sehingga mereka harus bertempur dalam waktu yang lama sedangkan mereka kuatir- sekali, kalau2 dibelakang hweshio2 itu akan menyusul pula kawan2nya yang lain. Dan yang kuatirkan adalah pengejaran yang dilakukan oleh Ouw Hui sendiri, karena jika Ouw Hui telah tiba ditempat ini, tentu mereka akan celaka. Karena itu, tanpa mengucapkan sepatah per kataan juga, mereka serentak telah melancarkan, serangan sebelum keempat lawan itu turun dari kuda mereka. Hweshio2 tersebut ternyata juga hebat sekali, Dengan mudah mereka dapat mematahkan serangan ketiga penculik tersebut dan sesaat kemudian sudah melompat turun dari kuda2 mereka. Kedua belah pihak ternyata berimbang kepandaiannya dan pertempuran itu memang seru sekali. Tanpa mereka sadari, ketujuh orang itu telah berhasil ditipu dan dibakar oleh Ouw Ho. Dengan kecerdikannya anak itu telah melihat kesempatan yang ada untuk mengadu dombakan kedua pihak itu. Dengan sengaja dia berteriak, menganjurkan untuk turun tangan, tanpa menyebutkan dan tanpa menegaskan kepada pihak mana perkataannya-itu ditujukan. Dan dia hanya ber-teriak2 menganjurkan turun tangan belaka. Oleh sebab itu, kedua belab pihak jadi saling curiga mencurigai dan masing2 lalu hendak turun tangan lebih dulu untuk me rebut kemenangan yang cepat sekali, justru ka rena sama2 terlalu bernafsu untuk merubuhkan lawan masing2. Dan merekapun masing2 yakin bahwa lawan mereka itu merupakan musuh atau se-tidak2nya merupakan kawan dari ayah Ouw Ho. Keruan saja, akibat adanya dugaan seperti itu, telah membuat mereka jadi menurunkan tangan bengis untuk setiap penyerangan yang mereka lakukan. Dengan mengeluarkan seluruh kepandaian masing2 kedua belah pihak bertempur dengan di liputi kegusaran, untuk memaksa dan merubuhkan lawannya dengan cepat. Mereka telah melihat bahwa kepandaian mereka memang berimbang, dan pertempuran itu agaknya akan ber-larut2 dan berlangsung cukup lama. Sambil mengeluh didalam hati, ketujuh orang itu memperhebat serangan2nya, untuk merubuhkan lawan secepat mungkin. Seluruh perhatian mereka tercurah kepada pertempuran itu, karena jika mereka berlaku lengah sedikit saja, niscaya mereka akan celaka. Sementara itu, sambil terus menerus ber-teriak2 memberikan anjurannya untuk membakar kedua belah pihak yang tengah bertempur itu, Ouw Ho sedikit demi sedikit telah mendekati kuda2 ketiga penculiknya. Selama beberapa saat dia menanti lagi sambil memperhatikan jalannya pertempuran itu. Setelah memperoleh kenyataan bahwa ketujuh orang yang tengah bertempur itu tidak memperhatikannya lagi, tiba2 dia melompat ke-atas seekor kuda. Kemudian dicambuknya kedua ekor kuda yang lainnya, sehingga binatang tunggangan itu lari se-keras2nya meninggalkan gerombolan pohon tersebut. Seketika itu juga Ouw Ho telah melarikan kudanya kearah kuda2 keempat orang2 hweshio itu, yang lalu dicambuknya juga sehingga semua lari serabutan kesegala penjuru. Setelah itu, Ouw Ho sendiri melarikan kudanya kearah barat laut, kembali mengikuti jejak yang dilaluinya tadi, sambil tertawa nyaring dan mengeluarkan ejekan2 kepada ketujuh orang itu. Perbuatan Ouw Ho lentu saja sangat mengejutkan ketujuh orang yang tengah bertempur itu. Dengan bersarra mereka telah menghentikan serangan dan gerakan senjata masing2 dan ber diri tertegun memandang kearah Ouw Ho yang sudah semakin menjauh dan tampaknya semakin kecil. Entah apa yang mereka tengah pikirkan saat itu, yang pasti adalah perasaan menyesal yang membungkah dihati masing2. Cerita Ouw Ho tentang pengalamannya itu kemudian ditutupnya dengan suara tertawanya 'yang keras. Sedangkan Ouw Hui juga tidak bisa menahan tertawanya lagi. Tanpa merasa mereka sudah tiba dimuka kota IH lagi. Tetapi ternyata pintu gerbang sudah ditutup, dan mereka tidak dapat masuk. Dglam girangnya, Ouw Hui tadi telah melupakan hal itu dan kini mereka terpaksa harus me numpang bermalam disalah sebuah rumah penduduk diluar kota. Bagi Ouw Hui, peristiwa2 selama dua hari di Ilh itu meninggalkan dua kesan. Seperti umumnya setiap orang yang menjadi ayah, Ouw Hui tentu saja sangat berbesar ha ti dengan kecerdikin puteranya yang telah dibuktikan selama dua hari ini. Tetapi disamping kegembiraannya itu, dia-pun menjadi berkubur sekali, kini sudah terlihat jelas bahwa musuh2nya masih tetap hendak mencari jejaknya untuk menuntut balas dan beberapa musuhnya itu sekarang sudah dapat di lli Walaupun kini mereka belum dapat mengetahui tempat tinggalnya, tetapi sudah dapat di pastikan bahwa tidak lama lagi mereka akan mengetahui dan datang untuk mencarinya. Mengenai keselamatan dirinya sendiri, dia sama sekali tidak berkuatir apa2. Walaupun musuh2 itu tentunya telah mem pelajari kepandaian2 yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya, bahkain kini mereka berani menca rinya membuktikan bahwa mereka memang jauh lebih heoat kepandaiannya dari beberapa waktu yang lalu, dan mereka bermaksud ingin menuntut balas, daa Ouw Hui juga tidak tinggal diam selama sepuluh tahun terakhir ini. Walaupun hidupnya se-hari2 penuh kesibu kan untuk keperluan rumah tangganya dan untuk mendidik dan puteranya, tidak pernah seharusnya dia melalaikan latihannya sendiri. Berkat kecerdasannya dan dengan petunjuk berharga dari mertuanya, berdasarkan pengalaman orang tua itu, maka kepandaiannya sekarang ini sudah jauh melampaui kepandaiannya sepuluh tahun sebelumnya, ketika dia telah menghajar dan melabrak kawanan penghianat dan kaki tangan pemerintah penjajah Poen di Swat Hong Sancung, dirumah Touw Sat Kauw. Kini Ouw Hui sudah berhasil menciptakan semacam ilmu istimewa sebagai hasil dari jerih payahnya ber-tahun2 tekun mengasah otak. Dengan adanya Kim Bian Hud, yang sudah memperoleh pelajaran langsung dari Ouw It To mengenai ilmu silat keluarga Ouw, banyak bagi-an2 dari ilmu silat pusaka itu, yang tadinya ma sih samar- baginya, kini menjadi jelas sekali, Dan kini dia dapat menjajaki ilmu itu sampai kedasarnya. Disamping itu, dengan memiliki menantu sebagai Ouw Hui, Biauw Jin Hong tentu saja menjadi girang dan juga puas. Kepada menantunya itu dia dapat mewaris kan seluruh kepandaiannya agar ilmu pusaka ke luarga Biauw tidak menjadi hilang percuma sa ja, karena tiada yang mewarisinya. Ilmu istimewa yang diciptakan oleh Ouw Hui baru2 ini, sesungguhnya tidaklah melebihi kedua ilmu keluarga Ouw dan Biauw dalam hal kehebatannya. Yang istimewa adalah bahwa deng an ilmu itu orang lidak terikat lagi mempergunakan suatu senjata tertentu, dapat memperguna kan senjata, apa saja. Ouw Ke To Hoat adalah suatu ilmu yang khusus untuk mempergunakan golok, sedangkan Biauw Ke Kiam Hoat hanyalah dapat dipergunakan dengan bersenjatakan pedang. Berkat ketekunannya itu, Ouw Hui dapat juga menyelami intisari dari kedua macam ilmu silat hebat itu. Yang luar biasa lagi, Ouw Hui dapat meng gabungkan kedua intisari dari ilmu silat itu dan menciptakan ilmunya yang istimewa sekali. Kalau orang sudah berhasil menguasai dengari mahir ilmu tersebut, dia tentu akan dapat mem pergunakan setiap senjata pendek dengan sama sempurnanya jika dibardingkan dengan dia mem pergunakan senjata yang panjarg. Jika dilihat dari lamanya, Biauw Jin Hong sesungguhnya yang sudah lama memahami dasar2 kedua ilmu itu. Mengapa bukannya Biauw Jin Hong, tetapi justu Ouw Hui yang ternyata berhasil menggabungkan saiu kedua ilmu itu ? Sebabnya harus lah dicari pada watak mereka. Menurut adat istiadat dari tradisi keluarga Biauw mengutamakan kemurnian dari. ilmu silat turunan dan keluarga Biauw, dan umuk selanjut nya akan dipertahankan kemurnian ilmu silat i-tu. Dan jika terjadi perobahan maupun penambahan terhadap ilmu silat lain didalam Biauw Kee Kiam Hoat, berarti ilmusilat keturun d Biauw itu tidak murni lagi, sehingga lebih tepat jika semua itu hanya disebut sebagai penyempurnaan yang menodai kemurnian ilmu itu sendiri. Dasar dari palajaran demikian tepat sekali bagi Kim Bian Hud, yang wataknya sungguh2 dan sangat sederhana sekali, sehingga dapatlah dikatakan bahwa ilmu Itu mencapai puncaknya Sebagai salah seorang akhli silat kelas utama, Kim Bian Hud memang telah berhasil memahami ilmu silat keluarga Ouw dalam beberapa hari saja, bahkan dia telah berhasil menguasai intisarinya. Tetapi untuk dapat mempersatukan unsur2 penting dari kedua macam ilmu silat dari kedua keluarga itu, tentu saja tidak mudah, dan justru ke-dua2nya harus memiliki keistimewaan dan watak serta pendidikan lain. Dan keduanya dari unsur kedua ilmu itu digabungkan, sehingga akhirnya terciptalah semajcam ilmu yang hebat sekali. Didalam bidang itulah letak keistimewaan pelajaran keluarga Ouw, sejak Hui Titian Ho Li berhasil mempersatukan unsur seni silat dari berbagai partai pintu perguruan silat diseluruh daratan Tionggoan, setiap keturunan telah memasukkan unsur2 baru yang dipetiknya dari ilmu yang lain. Setelah bertanding dan bertukar pikiran dengan Kim Bian Hud, kalau bukannya dia mati Ouw It To tentu akan berhasil memper satukan unsur2 keistimewaannya kepandaian Kim Biau Hud untuk membuat ilmunya lebih sempurna lagi. Keluarga Ouw dapat melakukan semua itu karena dasar pelajaran ilmu mereka lebih mementingkan kecepatan dan perobahan2 yang tidak terduga. Terutama ;ekali unsur terakhir itulah yang selalu membuka kemungkinan bagi para putera keluarga Ouw untuk memetik sesuatu yang berfaedah dan ilmu lain untuk ditambahkan kepada ilmunya. Setiap penan.bahan itu dicatat dan dijelas kan dalam kitab pusaka mereka. Kini Ouw Hui telah berhasil melakukan se suatu yang lebih hebat dalam generasi2 yang terdahulu, kecuali si Hui Thian Ho Li. Hal itu bukan karena dia lebih cerdas dan para leluhur nya itu. Sebabnya sederhana saja. Kesempatannya untuk melakukan itu memang jauh lebih luas. Sejak mulainya menetap ditempat sunyi itu, dengan tekun dia telah mempelajari seluruh Biauw Kee Kiam Hoat dibawah pimpinan Kim Bian Hud Dengan cepat sekali dia sudah memahami seluruh ilmu itu dan dalam waktu hanya tiga ta hun saja, kepandaiannya ilmu pusaka keluarga Biauw itu sudah berimbang dengan Kim Illan Hud sendiri- Kemudian, dengan tenang dia mulai memi kirkan dan mengolahnya kedua ilmu itu. Kalau dia tinggal dikota, atau hidup merantau seperti dulu, dia tentu tidak akan bisa ber pikir tenang dan hasilnya tentu juga tidak akan sebesar itu. Suasana tenang yang ada disekelilingnya, kini terbukti betapa besar manfaatnya. , Per-tama2 -memang sulit baginya untuk menemukan titik2 pertemuan antara kedua ilmu i-tu. Tetapi lambat laun semakin lancarlah usaha nya itu dan kurang lebih satu tahun yang lalu dia telab berhasil dengan gemilang. Dengan ilmunya yang baru diciptakannya i-tu, dia dapat mempergunakan segala macam sen jata pendek seperti pedang, golok, Thicio, gada, tombak pendek dan lain2 senjata pula, dengan sama sempurnanya dan tanpa mengurangi daya tempurnya yang luar biasa. Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, .Ouw Hui menang tidak perlu kuatir akan keselamatan dirinya sendiri. Justru yang dikuatirkannya adalah keselamatan isterinya dan anaknya dan keselamatan Peng Ah Sie yang kini sudah berusia lanjut. Dengan adanya Kim Bian Hud dan sikembar Cie Beng dan Cie Jin, kalau musuh datang menyerang diwaktu mereka semua berada diru-mah, tidaklah sulit untuk melindungi ketiga orang yang dicintainya itu. Tetapi bagaimana kalau musuh datang diwaktu mereka berada diluar dan datang dengan berkawan banyak? Bukankah dengan adanya ancaman bahaya seperti itu, dia jadi tidak dapat meninggalkan keluarganya dirumah tanpa perlindungan? Dan bukankah dia jadi se olah2 seorang tawanan yang dipenjarakan dirumahnya sendiri? Semakin pikirkan semakin menggelisahkan ancaman bahaya itu, bahkan membuat dia menggidig dan risau sendirinya, dia tidak mengetahui pula apa yang harus dilakukannya. Kekuatiran itulah yang memenuhi pikirannya disepanjang jalan pulang. Setibanya dirumah dia segera merundingkan hal itu dengan mertuanya. Keduanya sependapat bahwa mereka sebaiknya mengatur rencana yang lebih teliti, yaitu menyingkirkan Yok Lan, Ouw Ho dan Perg Ah Sie diungsikan untuk sementara waktu kesebuah tempat yang aman Keputusan itu segera diberitahukan kepada yang bersangkutan, tetapi Yok Lan maupun Peng Ab Sie ternyata tidak menyetujui pendapat mereka. "Kalau aku menuruti saran kalian dan pergi mengungsi, siapakah yang akan mengurus keper luan kalian se-hari2? Bukankah Kongcu mengajarkan bahwa kewajiban seorang wanita terutama ialah pengabdian kepada suaminya? Dan bu kankah aku sebagai puteramu, ayah harus pula memberikan baktiku? Apakah aku bukan melang gar pelajaran yang telah kita pelajari jika aku meiuruti usul kalian?" Begitulah bantah Yok Lan sambil menundukan kepala dalam?., wajahnya juga memperlihatkan kesedihan hatinya. "Jiwaku yang sudah tua, tidaklah begitu berharga pula, dan yang nyata se-tidak2nya nku haaya akan hidup beberapa tahun lagi. Mati lebih cepat atau lebih lambat beberapa tabun tidak banyak bedanya. Kalian tidak usah memusingkan kepala memikirkan jiwaku. Yang terpenting adalah keselamatan isteri dan puteramu, Huijie. Bukankah begitu sebaiknya. Biauw Taihiap? Biarlah aku tetap disini un tuk mengurusi kepentinganmu sehari-hari dan biarlah Ti-tli (keponakan perempuan, Yok Lari maksudnya) dan Hojie menyingkir ketempat yang lebih aman untuk sementara waktu," Kata Peng Ah Sie. Sia2 saja Biauw Jin Hong dan Ouw Hui co ba membujuk mereka. Keduanya tetap berkeras dengan pendirian masing2 karena tiada keputusan, maka soal itu lalu ditunda untuk dibicarakan lagi esdk Harinya. Demikianlah ber-turut2 beberapa malam mereka saling desak, tetapi akhirnya, setelah leWat ber turut2 selama seminggu lebih, keputusan belum berhasil diambil. Walaupun tidak mengerti ilmu silat, Peng Ah Sie dan Yok Lan, keduanya memiliki jiwa satria dan pahlawan. Istilah takut tidak dikenal mereka. Sungguh menakjubkan bahwa dalam menghadapi ancaman bahaya yang membuat kedua jago seperti Kim Bian Hud dan Ouw Hui menjadi gelisah demikian hebat memikirkan keselamatan mereka, tetatpi sebaliknya mereka sendiri tetap tenang sekali, Disaat itu, Cie Beng dan Cie Jin diam2 justru jadi gembira dengan tiadanya bahaya seperti itu, Seperti juga biaanya anak2 muda, mereka pun sangat menyukai peristiwa yang penuh kete gangan dan penuh bahaya. Terlebih lagi memang mereka kini sudah memiliki ilmu yang tinggi se kali dan memperoleh kemajuan yang pesat. Selama sepuluh tabun meieka tidak pernah' bertem pur sungguhan. Maka kini mereka ingin sekali membuktikan kemajuan yang telah mereka miliki, tetapi selama sepuluh tahun tinggal ditempai sunyi membuat mereka belum memperoleh kesempatan. Sejak peristiwa di Swat Hong Sancung, sepuluh tahun yang lalu, belum pernah mereka ber tempur melawan musuh lagi, sedangkan mereka kini yakin bahwa kepandaian mereka sudah maju jauh sekali dan sangat pesat. Musuh2 yang akan datang itu akan memberikan kesempatan kepada meresa, untuk melatih diri dan membuktikan kemajuan yang telah dipe toleh mereka, sehingga tentu saja berita itu tak aceh kalsu menggembirakan hati mereka. Dan karena melihat kegelisahan Kim Bian Hud dan UuwHui, maka keduanya hanya menyem bunyikan perasaan gembira itu didasar hati masing2 Sikembar itu mengharapkan agar musub cepat2 datang dan ternyata harapan mereka itu menjadi kenyataan setelah lewat tidak lama kemudian. Pada hari kesepuluh sejak Ouw Hui kem bali dari Ili, terjadilah suatu peristiwa yang me ngisaratkan bahwa tidak lama lagi pasti musuh akan datang........ x-oo0dw0oo-x HARI itu. menjelang tengah hari, ketika se pasang pemuda kembar itu bersama Ouw Hui hendak meninggalkan ladang untuk beritirahat dan bersantap tengah hari dari jauh tampak tiga penunggang kuda mendekati tempat mereka. Anehnya, setelah datang cukup dekat, ketiganya bukan segera langsung datang kepada me reka, justru sebaliknya orang2 itu lalu berhenti dan memandang mereka dari jarak kurang lebih tiga puluh tombak. Yang berada ditengah, yang agaknya menjadi pemimpinnya, berwajah cukup tampan. Usianya kurang lebih baru antara empat puluh tahuni dan cara berpakaiannya seperti seorang saudagar kaya. Samar- Ouw Hui mengenali Wajah orang itu hanya dimana dia pernah berjumpa dengannya, telah lupa sama sekali.' Orang itu agaknya juga sudah mengenalinya. Dengan sorot mata mengandung kebencian yang sangat, orang itu telah menatap kearah Ouw Hui, dia memandang tanpa berkedip selama bebe rapa saat. Kemudian tiba2 dia memberikan isyarat kepada kedua kawannya agar segera meninggalkan tempat itu. Ketiga Orang itu telah kembali dari arah mana tadi mereka mendatangi. Jelaslah sudah bahwa orang2 itu hanyalah merupakan sebagian dari rombongan musuh Ouw Hui dan datangnya juga hanya untuk menyelidiki belaka tempat kediaman Ouw Hui, Entah berapa banyak kawan2 mereka itu hanya dapatlah dipastikan bahwa musuh itu berkawan tidak sedikit. Bahwa orang itu mengenali Ouw Hui, yang jika dirumah selalu tidak mengenakan janggut dan kumis palsu seperti jika tengah berpergian, memperlihatkan bahwa dia telah pernah bertemu dengan Ouw Hui dimasa-masa yang lalu sebelum terjadinya pertemuan para Ciangbunjin diistana Hok Kong An. Sambil berjalan pulang kerumahnya, Ouw Hui berusaha membayangkan kembali wajah2 semua musuh2nya dari saat itu. Tiba2 dia teringat kepada Hong Jin Eng. Wajah orang tadi memang sangat mirip se kali dengan musuh besar itu, akan tetapi dia mengetahui bahwa Hong Jin Eng sudah mati dalam pertempuran dipertemuan para Ciangbunjin diistana Hok Kong An. Apakah orang she Hong itu memang memiliki anak ? Apakah memang putera Hong Jin Eng, yang bernama Hong it Hoa ? Dan seketika itu juga Ouw Hui yakin tidak salah lagi bahwa orang itu memang Hong It Hoa. Ouw Hui yakin bahwa Ong It Hoa kini tentu telah mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi dan berkawan banyak sekali diantara orang2 berkepandaian tinggi. Kalau tidak, tentu musuh itu tidak akan berani datang mencarinya. Bukankah sembilan belas tahun yang lalu ayah beranak she Hong itu sudah ketakutan se tengah mati jika mendengar namanya. Kali ini ? Hong It Hoi tentu sudah bukan Hong It Hoa dulu dan kawan2nya tentu memiliki kepanda ian yang sangat tinggi. Keyakinan itu telah memperbesar kekuatiran dihari Ouw Hui, keku atiran akan keselamatan anak dan isterinya didamping Peng Ah Sie. Karena itu, maka Ouw Hui segera menceritakan peristiwa tadi dan hubungannya dengan permusuhannya dimasa lalu dengan Hong Jin Eng. Sekali lagi dia berusaha mendesak Yok Lan dan Peng Ah Sie agar mecgungsi untuk sementara waktu saja. Dikatakannya bahwa bahaya kini sudah tiba diambang pintu, tetapi usaha Ouw Hui untuk membujuk isterinya itu sia2 belaka. Yok Lan dan Peng Ah Sie tetap ingin ber diam disitu, apapun yang kelak terjadi. Si Rase Hitam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ouw Ho yang mendengar adanya bahaya itu, bahkan telah me-nepuk2 tangan sambil mengata kan bahwa dia senang sekali jika musuh cepat2 datang, agar dia bisa menghajar dan memperma inkan mereka. Sesuai dengan bunyi pepatah yang mengatakan bahwa "Anak kerbau tidak takut harimau" Sedikitpun dia tidak merasa takut akan musuh2 itu. Sebaliknya dari mengecilkan hatinya, penga laman di lli itu ternyata telah menambah keyakinan akan kecerdikannya, dan asal tidak lalai dan ceroboh, dia yakin akan bisa mempermain' kan setiap musuh yang datang. Tentu saja perkataan sibocah kecil bermuka hitam itu telah membuat Biauw Jin Hong dan Ouw Hui jadi tambah kuatir, sedangkan yang Ia innya, yang tadinya tenang- saja kini jadi kuatir juga. Mereka mengetahui, bahwa Ouw Ho sangat nakal dan biasa melakukan apa saja yang dikata kannya dan mereka justeru kuatir kalau anak2 ini nanti terjerumus kedalam bahaya karena kece robohannya. Ramai2 mereka melarangnya dan turut me nasehatkannya agar Ouw Ho tidak keluar disaat musuh datang. Melihat wajah kedua orang tuanya dan kakek luarnya, yang ber-sungguh2 ketika menaseha tinya, maka diapun tidak berani membantahnya, dan Ouw Ho hanya mengangguk. Memang sesungguhnya Ouw Ho sedrang anak yang penurut aras nasehatnya orang tuanya kadang2 dia melanggar juga larangan ayahnya maupun larangan ibunya, itu karena diduln u jiwa ke-kanak2annya sering terbawa oleh bayangan khayal belaka. Dengan sadar Ouw Ho belum pernah melakukan sesuatu yang sudah dilarang kedua orang tuanya atau kakeknya. Demikianlah, sedangkan Ouw Ho tidak per nah bermain jaub.2 dari rumahnya, sedangkan Ouw Hui sendiri juga tidak berani meninggalkan rumahnya untuk pergi berburu. Diwaktu malam hari, secara bergiliran, Kim Bian Hud, Ouw Hui, Cie Beng dan Cie Jin melakukan pen jagaan. Beberapa hari telah lewat dengan demikian Keadaan yang tegang yang meliputi hati jago2 itu, setiap hari kian memuncak saja, karena wa laupun bagaimana dengan lewatnya waktu, tentu kedatangan musuh kian dekat pula. Mereka jadi kehilangan kebebasan bergerak keadaan mereka kini benar2 bagaikan orang2 ter penjara. Lama kelamaan Kim Bian Hud dan Ouw Hui jadi tidak sabar lagi dan seperti Cie Beng maupun Cie Jin, mferekapun mulai meng- harap2 agar musuh cepat2 muncul, agar mereka tidak perlu hidup dalam kebimbangan terus menerus. Dan malam keempat sejak munculnya ketiga orang peninjau itu, tibalah saat yang di-nanti2 kan. Malam itu keluarga Ouw Hui batu saja sele sai bersantap, ketika dari jauh terdengar derap kaki kuda yang cukup ramai, dan kemudian berhenti tidak jauh dari rumah mereka. Kim Biaa Hud dan Ouw Hui sama2 merasa agak lega, karena mereka tidak perlu hidup dalam kebingbaagan pula dan mereka bersyukur bahwa musuh telah datang disaat mereka semua tengah berada dirumah Dengan demikian, mereka tidak perlu teria lu berkuatir lagi akan keselamatan Yok Lan dan yang lainnya. Setelah berpesan, agar Yok Lan, Pcng Ah Sie menjaga Ouw Ho didalam rumah, Ouw Hui lalu mengambil goloknya dan melangkah ke luar diikuti Kim Bian Hud dan kedua saudara Cie, yang masing2 juga sudah mempersiapkan senjatanya. Sementara itu telah terdengar tantangan dari luar. "Bangsat Ouw Hui! Keluarlah ! Main bersembunyi bukanlah sikap dan kelakuan seorang gagah" Demikian terdengar seseorang berteriak dengan suara yang lantang. Tetapi disaat itu Ouw Hui membuka pintu dan memperlihatkan diri. Dimuka rumahnya, kurang lebih sepuluh tombak dari pintu itu tam paklah dua puluh orang lebih berkumpul. Diantara kedua puluh orang itu, Ouw Hui mengenali empat orang yang telah dijumpainya di Ili. Melihat kepala mereka yang telah botak, teringatlah dia akan cerita puteranya tentang peristiwa penginapan itu. Tanpa disadarinya dia jadi tertawa ter-bahak2. Disamping empat orang itu, dia juga mengenali tiga orang yang telah datang empat hari sebelumnya. Setelah memperhatikan wajahnya sebentar dia menjadi yakin bahwa orang itu memang benar Hong It Hoa. "Aha, sungguh tidak kusangka, bahwa hari ini aku akan mendapat kehormatan begitu besar sehirgf a seekor burung Hong datang mempersembahkan sekuntum bunga kepadaku dengan di antar sekian banyak sahabat2 baik dan empat orang dewa sakti, yang dapat bcrganti2 rupa; yang sesaat bisa menjadi saudagar dan sesaat la gi bisa menjadi hweshio." Kata Ouw Hui dengan disertai tertawanya. Panas benar telinga Hong It Hoa ketika mendengar ucapan Ouw Hui itu. yang bisa juga diberi arti bahwa kedatangannya itu dianggap se bagai mengantarkan jiwa. Kata Hong (burung cendrawasih) itu berasal dari shenya dan sekuntum bunga adalah namanya "It Hoa." Darahnya seketika itu juga bergejolak karena amarahnya. Dalam otaknya seke tika ber kelebat2 pula peristiwa2 dimasa lampau itu, bagaimana Ouw Hui telah mendesak ayahnya begitu rupa, sehingga keluarga Hong harus kehilangan sebagian besar harta bendanya, bahkan harus hidup ter-lunta2, ber pindah2 dari sa tu tempat ketempat lain tanpa berani menetap lama2 disuatu tempat. Kematian ayahnya juga karena disebabkan desakan Ouw Hui, sehingga baginya Ouw Hui adalah musuh yang nomor satu yang harus diingat sepanjang hidupnya. Dalam pikiran orang2 seperti Hong It Hoa yang sejak kecil hanya dikelilingi orang-orang yang senang menindas pihak yang lemah, tentu saja tidak ada pertimbangan yang baik bahwa malapetaka yang telah dialami keluarganya dan kematian ayahnya itu sesungguhnya hanyalah bu ah dari perbuatan2 ayahnya sendiri yang sudah menumpuk dosa diatas dosa. Tidak mau It Hoa mengakui bahwa perbuatan Ouw Hui itu hanya sekedar hukuman yang setimpal bagi dosa2 ayahnya. Ketika diwaktu itu. yaitu sembilan belas ta hun yang lalu. ayahnya menemui ajalnya dige-dung Hok Kong An, dia telah .pergi merantau tanpa ketentuan tujuan, dengan mengandung pe nasaran serta dendam sedalam lautan didalam ha tinya. Betapa bersedih hatinya dia karena mengetahui bahwa musuhnya terlalu hebat kepandaian nya dan dia sama sekali tidak memiliki harap an untuk membalas dendamnya itu. Dalam perantauannya itu, dia tidak berani mempergunakan namanya yang sesungguhnya, kua tir jika Ouw Hui belum puas dengan kematian ayahnya dan akan mencarinya. Pada suatu hari, setelah ber-bulan2 mengala mi banyak penderitaan lahir dan bathin, tibalah dia disebuah desa diperbatasan propinsi Shoasay dan Siamsay. Disitulah dia bertemu dengan seorang tosu tua, yang sangat tertarik kepadanya. Setelah memperkenalkan diri, tosu itu lalu menanyakan mengapa It Hoa begitu bersedih? Tekanan suara pertanyaan tosu itu, yang di dengarnya mengandung perasaan kasihan dan iba melupakan setitik sinar terang baginya. Ber-bulan2 lamanya dia telah berkeliaran tanpa menemukan seorang juga yang memperlihatkan simpati atas kesedihannya. Karena itu dia telah menceritakan semua penderitaannya dan apa sebab2nya. Tentu saja apa yang diceritakannya itu menurut dugaan dan perkiraannya sendiri, dan juga jelas memenangkan pihak ayahnya dan menambahkan kebusukan untuk Ouw Hui. Si-tosu semakin merasa kasihan kepadanya dan menawarkan jasa untuk mengambilnya seba gai murid, Tosu itu telah menjelaskan bahwa dia sesungguhnya Ciangbunjin dari Ceng-cong Pai, dan dikenal dikalangan Kangouw sebagai Hian Beng Cu. Dan tosu itu merasa sayang kepada It Roa yang dilihatnya sangat berbakat dan merasa ka sihan terhadap msibnya yang cralarg. Tosu itu juga telah mengatakan hendak me rolorg she Hong tersebut agar kelak bisa menuntut balas sakit hatinya itu. Tawaran tosu tersebut diterima Ii Hoa de ngan kegembiraan yang me-luap2. Dia sudan sering mendengar nama Hian Beng Cu, yang untuk masa itu dianggap sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam rimba per silatan. Demikianlah dia telah berguru kepada tosu itu dan menjadi salah seorang murid Ceng Cong Pai yang sangat rajin sekali belajar. Gurunya semakin lama semakin menyayangi nya dan ketika Touw Sat Kauw minta bantuan untuk menghadapi Ouw Hui. Hian Beng Cu se gera menyanggupi, karena dengan demikian dia akan dapat membalaskan sakit hati muridnya. Sungguh tak diduga, bahwa akhirnya Hian Beng Cu sendirilah yang kena dihajar dan pulang dengan menderita iuka2 parah. Sebulan kemudian tosu tua itu menutup mata karena sedih dan malunya. Dengan demikian, secara tidak langsung Ouw Hui juga jadi penyebab kematian pemimpin Ceng Cong Pai, dan telah dianggap musuh oleh murid2 Geng Cong Pai. Hian Beng Cu sesungguhnya bukan seorang yang memiliki sifat2 jahat, dan kalau saja dia tidak begitu ceroboh untuk mempercayai begitu saja keterangan yang diberikan oleh Hong It Hoa sepihak, dia tidak usah mengalami nasib seburuk itu. Menurut pesan Hian Beng Cu menjelang ajal nya, maka kemudian diangkatlah It Ho menjadi ketua Ceng Cong Pai. Setelah memperoleh kenyataan bahwa sam paipun Hian Beng Cu sendiri masih belum sang gup menandingi Ouw Hui, tentu saja It Hoa ti-tak berani lagi pergi mencari Oaw.Hui dan untuk sementara waktu menyimpan saja penasarannya. Dengan persetujuan semua saudara seperguruannya, it Hoa lalu pergi merantau pula untuk mengejar ilmu2 yang lebih tinggi agar kelak dapat mencuci bersih malu yang diperoleh Ceng Cong Pai Setelah sekian lama, akhirnya dia berhasil mempelajari ilmu Tok See Ciang, tangan pasir beracun yang diperoleh dsri seorang aneh yang hidup menyendiri digegunungan Kun Lun. Dengan hasilnya itu, dia merasa sudah memiliki pegangan untuk melawan musuhrya. dan kembalilah dia ke Sai Hong Kiong. pusat Ceng Cong Pai, di Siam sai. Selama beberapa tahun dia menurunkan ilmu Tok See Ciang itu kepada beberapa orang saudara seperguruannya yang memang memiliki bakat Dua tahun yang telah lalu, dia merasa bahwa pihaknya sudeh cukup kuat untuk mencari musuhnya dan melakukan penuntutan balas bagi ayah dan gurunya. Dengan disertai lima orang saudara seperguruannya, dia lalu berusaha untuk mencari mu suhnya Hu kesana kemari. Akhirnya setelah dua tahun berkeliaran terus dalam rangka mencari jejak musuhnya itu, tibalah mereka di lli. Disiniiah secara kebetulan dia - menjumpsi Ouw Hui. It Hoa sendiri itu tidak mengenali musuhnya. tetapi salah seorang sutenya yang telah menyertai guru mereka ke Swat Hong Sancung,Segera mengenalinya. Tiga orang sutenya lalu disuruhnya mengin tai dan mengawasi terus gerak-gerik Ouw Hui dan berusaha menculik puteranya setiap ada ke sempatan. Kalau usaha itu berhasil, maka ketiga sute nya itu harus cepat2 menyingkir kesuatu tempat, yang terletak kurang lebih empat puluh lie disebelah tenggara kota IH. Oia sendiri bersama dua orang sutenya akan tetap didalam kota dulu. untuk mengawasi dan mengirim surat tantangan kepada Ouw Hui. Diluar dugaan rencananya itu menjadi beran takan karena ketiga sutenya itu telah berhasil di tipu oleh Ouw Ho. Keesokan harinya dia menjumpai ketiga o-rang sutenya, yang saat itu telah kembali ke Hi dalam keadaan rudin, dan mereka tampaknya sa ngat letih sekali. Tidak heranlah disaat itu, karena semalam suntuk dan hampir setengah hari mereka telah berjalan tanpa berhenti. Untung saja bahwa disamping kerugian itu bagi pihaknya juga ada keuntungannya. Setelah ketiga sutenya dan keempat lawan mereka yang berpakaian sebagai Hheshio itu sama2 sadar bahwa mereka telah menjadi korban dari tipu sianak nakal muka hitam itu, tahulah mereka bahwa mereka sesungguhnya memiliki sa tu tujuan. Karena itu mereka lalu telah bersekutu untuk bersama dan juga kelak mengadakan kerja sama untuk mencari Ouw Hui. Sute Hong It Hoa yang telah mengikuti gu runya ke Swat Hong Sancung segera mengenali salah seorang dari keempat hweshio itu sebagai Ie Koanke, pengurus rumah tangga she Ie, pegawai Touw Sat Kau w. Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Bangau Sakti Karya Chin Tung Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo