Ceritasilat Novel Online

Sepasang Pendekar Perbatasan 10


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung Bagian 10


Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya dari Chin Yung   Mengetahui bahwa orang segan untuk mengikut keistana.   Wanyen Hong tak menolaknya.   Setelah menghaturkan terima kasihnya, sang puteri masih bertanya .   "Kalau Kie-su hendak kembali, dapatkah kiranya mampir ke Ciong Lam San. Tolonglah sampaikan salamku kepada Hian Cin-cu dan sekalian lihat Gorisan yang ditawan disana." "Memang akupun hendak pergi kesana.   "   Jawab Datuk Rimba-hijau itu.   "sebab akupun merasa kuatir. Gorisan mempunyai banyak tipu muslihat. Aku takut kalau2 Hian Cin-cu kena ditipunya."   Baru saja ia ingin pergi. Wanyen Hong menahannya. "Harap Kie-su tunggu sebentar......"   Im Hian Hong Kie-su mengetahui bahwa sang puteri. bermaksud mengutarakan sesuatu yang tak mudah di ucapkannya. "Ah, aku tahu. Kongcu menginginkan agar aku mau selidiki apakah Gorisan yang telah mencelakakan Tio Hoan dahulu bukan?"   Wanyen Hong manggut. "Dugaan Kie-su tepat. Dahulu Tio Hoan binasa, tapi mayatnya hilang secara rahasia." "Tapi"   Jawab Sipenunggu Puncak Gunung Maut, "bukankah waktu itu isteri Tio Hoan, Lu Giok berserta Tiang Jun telah menemukan mayatnya?" "Kudengar bahwa mayat itu telah koyak2 dimakan oleh binatang2 liar, sehingga sukar dikenali.   Sebab itu Lu Giok pun tak berani memastikan bahwa mayat itu adalah Tio Hoan.   Ketika mereka kembali, didapatkannya mayat itu telah hilang.   Hal itulah yang membuat aku sampai kini merasa gundah-gulanah." "Dengan kata lain, kalau begitu Kongcu beranggapan bahwa Tio Hoan sampai saat ini ...   masih hidup ?"   Sang puteri mengangguk. "Tapi apabila ia belum mati selama tujuhbelas tahun ini kemana ia pergi ?"   Gumamnya perlahan.   "Aku hanya......."   Belum selesai ia berkata, atau airmata Wanyen Hong sudah ber-linang2 turun membasahi pipinya.   Ternyata cinta-murni sang puteri tidak lumer sepanjang masa.   Im Hian Hong Kiesu melihat orang bersedih hati, iapun tak mengucap sepatah kata lagi.   Diam2 ia mengundurkan diri ---oo0dw0oo--- IM HIAN HONG KIE-SU sepanjang jalan menikmati keindahan alam semesta.   Karena itulah berselang sebulan lamanya, barulah ia sampai dipegunungan Ciong-Lam San.   Hari itu ia merasa letih sekali.   Didepan tampak olehnya sebuah dusun yang bernama Lan-kiauw Cun.   la memasuki sebuah warung untuk melepaskan Ielahnya, sambil menceguk beberapa cangkir arak.   Tak beberapa lama ia duduk disana atau sekonyong- konyong terdengar derapan kaki kuda mendatang dan berhenti dimuka warung.   Tak lama kemudian tampaklah penunggang kuda itu yang berjumlah dua orang.   Diam2 ia memperhatikan mereka.   Satu diantaranya adalah seorang nie-kouw yang usianya kira2 empat puluh tahun.   Kawan satunya lagi adalah seorang Lhama dari daerah barat.   la memakai tudung pertapaan yang berbentuk kukusan.   Jubahnya berwarna merah.   Yang sangat aneh adalah alis orang itu yang panjang menurun kebawah.   Yang lebih menarik perhatian ialah bahwa seorang niekouw bersama seorang Lhama berjalan ber-sama2 sungguh menertawakan.   Begitu mereka hampir dekat, Datuk Rimba-hijau kita buru2 mengalihkan pandangannya ketempat lain untuk menghindari bentrokan mata mereka.   Kedua orang itu hanya berhenti dimuka warung dan tidak turun dari kudanya.   Sejenak kemudian dari dalam warung muncul keluar seorang laki2 kate berlari menghampiri si nie-kouw dan membisikkan sesuatu kepadanya.   Im Hian Hong Kie-su waktu itu ber-pura2 seperti orang sedang mabok.   la merebahkan dirinya dengan mukanya dibaringkan diatas meja.   Diam2 ia memasang kupingnya uniuk mendengarkan pembicaraan orang.   Terdengarlah dengan jelas sikate tadi berbisik .   "Barang itu sudah kita peroleh. Suheng tak berani pulang ke Butong. la sedang menunggu dimulut lembah "ya-Ba Kok." "Aku kuatir ia takkan berhasil."   Jawab si nie-kouw. "kambing tua itu malam ini juga akan menemui ajalnya." "Huh, pukulan Sam Im Ciangku, meskipun pihak HweeLiong Pay mengundang orang2 pandai dikolong langit ini takkan berhasil untuk menolongi jiwanya itu."   Ujarnya dengan nada yang sombong.   Habis berkata tanpa memberi pamitan pula, kedua orang tadi berlalu meninggalkan warung.   Si-laki2 kate kembali masuk kedalam warung.   Setelah melirik kesana kemari menyapu tamu2 lainnya dalam warung itu, iapun segera membayar kepada pemilik warung dan meninggalkan tempat itu.   Im Hian Hong Kie-su menunggu sampai orang itu berlalu.   barulah ia mengangkat kepalanya pula.   Ia berpikir dalam hatinya, walaupun barusan ia tidak lihat jelas muka nie-kouw itu tapi mengingat ia berjalan bersama seoranga lhma tentu mereka adalah Im Yang Jie-yauw.   Apabila benar mereka orangnya, dapatlah dipastikan bahwa.   mereka baru saja melakukaan perbuatan.   yang tidak baik.   Im Hian Hong Kie-su masih ingat kata2 nie-kouw tadi yang menyebut nama Hwee-Liong Pay.   "Celaka."   Ia berpikir seorang diri.   "Hian Cin-cu tentu dalam kesukaran. Aku harus segera pergi menolong."   Sang pelayan yang melihat pada muka Im Hian Hong Kie-su membayang kegemasan segera menegur. "Apakah Lo-ya kehilangan sesuatu?"   Pendekar tua kita sadar bahwa karena ia terlalu dalam ketegangan, hingga lupa akan keadaan sekitarnya.   Tapi begitu melihat tamu2 lain semuanya terdiri dari kaum saudagar.   ia merasa lega pula.   lapun menjawab .   "Oh, tidak hanya badanku rasanya kurang enak."   Ta membayar uanar.ya. Disepanjang jalan ia teringat akan perbuatan2. Gorisan dimasa lampau. Ia mempercepat perjalanannya. Pada dua puluh tahun yang lalu. Gorisan mencuri kitab "See-hek Bu-cong"   Dari Bu Tong-pay.   Kitab itu berisikan sumber2 llinu sakti dari segala aliran Ilmu persilatan.   Gorisan kemudian melarikan diri ke Ceng-cong.   Disana akhirnya ia memasuki partai Lhama pay.   Bila ditilik lebih jauh.   Gorisan kemungkinan besar adalah seperguruan dengan lm Yang Jie-yauw.   Tentulah jiwa Hian Cin-cu sedang terancam bahaya basar.   Begitulah tak putusnya Im Hian Hong Kie-su berpikir disepanjang jalan.   Akhirnya tibalah ia digunung Ciong Lam San.   Ia mengambil sebuah jalanan kecil.   Ketika mendaki sampai dipertengahan kaki gunung tampak olehnya beberapa pendeta sedang berlari datang.   Sikap mereka seolah2 dalam keadaan bingung.   Tanpa ayal pendekar tua kita menyongsong mereka seraya memberi hormat .   "Apakah Hian Cin To-tiang berada dikuil?"   Ia bertanya. Pendeta2 tersebut saling melirik, salah seorang menjawab .   "Harap Sie-cu suka maafkan, Coun-su hari ini tak dapat menerima tetamu. Harap lain kali saja datang."   Mereka lalu ingin meneruskan perjalanannya, tapi Im Hian Hong Kie-su setelah melihat disekitarnya tiada lain orang, berkata dengan perlahan .   "Aku mendapat pesan dari puteri Negeri Kim Wanyen Hong Kongcu. Adapun maksud kedatanganktt adalah untuk mendengar kabar berita. Telah kudengar Couw-sumu dilukai orang, Betulkah?!"   Pendeta yang satunya lagi malihat bahwa Im Hian Hong Kie-su bukanlah seorang penjahat dari golongan hitam, segera mengajukan pertanyaan .   "Sie-cu siapa? Bagaimana sampai dapat mengetahui bahwa Couw-su kami telah dilukai orang?"   Pendekar tua kita memperkenalkan dirinya. "Pada dua hari ini apakah ada sepasang Lhama dan niekouw yang datang kegunung ini?"   Pendeta yang barusan bertanya adalah orang yang dahulu menghaatar Hay Yan untuk bertemu dengan Hian Cin-cu.   lapun segera mengetahui bahwa Gak Hong adalah nama lainnya dari Im Hian Hong Kiesu yang terkenal kosennya.   Tanpa ayal ia memberi hormat serta berkata .   "Sukur sekali.   Atas kedatangan Kie-su.   Couw-su kami akan tertolong.   Memang benar pada tiga hari yang lalu kami telah kedatangan seorang nie-kouw.   Couw-su tidak mau menemuinya.   Tapi dengan lancang nie-kouw itu telah menerobos masuk kedalam kamar Couw-su dan berbicara dengannya.   Kemudian pagi2 sekali Couw-su sudah keluar.   Tak diduga waktu pulang, ia tidak dapat berbicara lagi.   Lalu ia menulis dengan telunjuknya sebagai berikut .   "Aku terluka oleh pukulan Sam-Im Ciang. Lekas kau cari orang pandai yang dapat menolongiku"   Im Hian Hong Kiesu kaget sekali mendengar kabar itu. "Setelah itu iapun tak sadarkan diri lagi. Kami menjadi bingung. Kami tak tak tahu siapa yang harus kami cari. Syukurlah, seperti juga dihantar oleh Thian, Kie-su berkunjung kemari."   Serta merta Hu ln mengantar Im Hian Hong Kie-su berjalan. Ketika sampai dekat pintu luar, pendekar tua kita menjadi terkejut! Sambil menunjuk pada sebuah menara besi yang sudah condong, ia bertanya .   "Apakah Gorisan telah kabur? Menara itu bagaimana sampai bisa begitu doyong kebawah?" "Panjang sekali bila hendak diteritakan"   Menyahut Hu In, menara itu telah dirusak orang dengan mempergunakan obat peledak. Sedangkan tawanan, yang berada didalam menara itu telah berhasil meloloskan diri."   Benar saja apa yang diduga oleh Datuk Rimba-hijau kita.   Hatinya terkejut.   Begitu sampai didepan kamar Hian Cin-cu ia melihat beberapa pendeta yang menjaga didepannya semuanya pucat.   Melihat Hu In membawa seorang yang tidak dikenal, mereka lantas bertanya .   "Su-heng, apakah tamu ini datang untuk menolong Couwsu?" "Saudara2ku,"   Jawab Hu In dengan hormatnya.   "harap kalian jangan merasa kuatir. Gak Hong Cianpwee datang untuk menolong."   Dengan hati berdebar-debar Datuk Rimba.hijau kita berjalan masuk.   Im Hian Hong Kie su dihantar masuk kedalam markas besar Ciong lam San...   Hian Cin-cu sedang berbaring disebuah ranjang .   Napasnya terdengar sangat perlahan.   Mukanya pucat-pias.   Keadaan kamar sangat gelap.   Im Hian Hong Kie-su lekas2 menghampiri.   Pada sat itu juga terasa hawa sangat dingin menyambar keluar dari badan Ciang-bun Jin Hwee-Liong Pay itu.   Ini hebat sekali.   "Sungguh lihay ilmu pukulan Sam-lm Ciang,"   Gumam Sipenunggu Puncak Gunung Maut.   Untuk memunahkan racun dingin tersebut, ia segera menyedot hawa murni dari Tantian.   la menoleh kebelakang.   Tampak Hu In dan beberapa pendeta lainnya berdiri menggigil.   Lekas buka semua jendela dan pintu supaya sinar matahari dapat menembus masuk!"   Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ia berseru.   Perlahan-lahan ia mengurut nadinya Hian Cin-cu dan dirasakannya tangan pendeta itu dingin bagaikan es.   Aliran darahnyapun ter-putus2.   la meraba2 dada orang, d;., situ juga terasa dingin,sekali.   Hanya kadang2 masib ada hawa panas yang menaik keatas, namun sebentar saja dan lenyap pula.   Hian Cin-cu dapat mempertahankan nyawanya berkat latihan tenaga dalam yang ber-puluh2 tahun lamanya, yang sudah hampir sampai taraf kesempurnaan.   Kalau orang, lain niscaya sudah binasa.   Mengingat pukulan maut niekouw itu, hati, pendekar tua kita bergidik.   "Kie-su Cian-pwee, apakah keadaan Couw-su sangat berbahaya?"   Tanya Hu In berselang beberapa waktu.   Im Hian Hong Kiesu, mengetahui bahwa jiwa Hian Cin- cu ada dalam, .   keadaan, kritis, sukar untuk hidup.   Tapi ia masih tidak mau mengutarakannya kepada pendekar2 itu.   "Gurumu telah dilukai Tai Im Lie-nie dengan Sam-Im Ciang.   Ilmu itu berasal dari partai Lhama Pay.   Aku tak tahu cara mengobatinya.   Tapi jiwa gurumu dapat kuperpanjang sampai waktu duabelas jam lagi lamanya.   Dalam tempo itu kalian harus berusaha untuk dapat menemui seorang tabib pandai.   Mungkin jiwa gurumu dapat ditolong!" Mendengar keterangan itu, para pendeta terdiam dengan muka pucat.   Pendekar tua kita menyuruh.   Hian Cin-cu dibawa ke= Iuar untuk dijemur dibawah panas matahari.   Kemudiah ia pasang cermin pada bagian muka, kaki dan badan pendeta itu.   Setelah matahari terbenam, maka dipasangnya api unggun.   Para pendeta kini mengerti maksud Im Hian Hong Kie- su, lalu menghaturkan terima kasihnya.   Selagi orang sibuk menjalankan perintahnya, Datuk Rimba-hijau, kita berjalan keluar.   la hendak memeriksa keadaan.   menara besi tadi.   la melewati taman, maka dilihatnya ada sebuah jalan kecil yang menuju menara tersebut.   Ia terus berjalan.   Sesampainya dimenara, ia melihat bahwa menara itu terbuat dari besi.   Dasarnya dari batu hijau yang sangat keras.   Bentuk dasar menara itu bersegi enam.   Luasnya kira2 enam kaki.   Tinggi tiap susun tidak lebih dari lima kaki.   Semakin tinggi keatas, semakin sempit dan pendek bentuknya.   Pada tingkat yang terendah terdapat sebuah pintu yangmtertutup o1eh besi cor.   Dengan demikian menara itu tidak begitu lagi.   Juga tidak ada jendelanya.   Menara besi itu miring kebawah.   Karena dasarnya sangat kokoh.   Menara tak menjadi roboh.   la berjalan mengitari menara sampai dua kali.   Barulah diketemukan pada-tempat dimana menara itu condong terdapat bekas2 obat peledak.   Sedangkan dibagian lainnya dasar batu hijau itu ternyata berlubang.   Dibawah menara itu masih terdapat tingkatan dalam tanah! Pada atas bagian batu terdapat lobang yang yang menghubungi sebuah terowongan kedalam tanah.   "Sudah pasti Gorisan mengambil jalan ini untuk meloloskan diri,"   Pikir Im Hian Hong Kie-su seorang diri, "tapi cara bagaimana ia bisa menghancurkan batu itu?"   Selagi ia ber-pikir2, tiba2 muncul dari dalam lubang suatu makhluk yang berbadan penuh sisik.   Begitu melihat ada orang, mahluk itu cepat2 menyelusup pula kedalam lubang.   Ternyata mahluk aneh itu adalah seekor tenggiling.   "Ah, tentunya binatang inilah yang telah membuat terowongan, sedangkan orang dari luar telah mempergunakannya untuk memasang obat peledak.   Maka apa susahnya untuk Gorisan untuk menghancurkan batu itu?"   Pikiran Datuk Rimba-hijau kita berjalan terus, teringat, pula olehnya - pembicaraan laki2 itu kepada nie-kouw. "Benda, itu telah kami dapati."   Tentunya Gorisan telah berhasil mencuri sesuatu benda yang berharga.   Dan sudah pasti barang itu adalah mustika turunan dari partai Hwee-Liong Pay.   Ketika Im Hian Hong Kie-su kembali kedalam kuil, ia menarik Hu In kesamping dan bertanya dengan suara pelahan.   "To-heng, aku lihat bahwa bagian bawah dari menara seperti bekas dipasangkan obat pe!edak.   Sedangkan orang yang gurumu tetah kurung, kinipun turut lenyap.   Aku ingin tanya kepadamu, apakah dalam menara itu terdapat sesuatu benda penting yang telah hilng?"   Hu In menjadi terkejut atas pertanyaan orang.   "Benar! Sekarang baru kuingat! Hwee-Liong Pay mempunyai sebuah kitab pusaka yang sudah turun temurun.   Kitab itu adalah mengenai teori2 barisan formasi yang aneh2 dari Pak-Kian.   Semua ini bersal dari jaman Sam Kok.   Sungguh kami tak tahu bagaimana kitab tersebut sampai ditangan partal kami.   Hwee Liong Cinjin menggubahnya menjadi Hwee-Liong Tin-hoat atau barisan formasi Naga berapi.   Berhasilnya Gak-Goan-swee (Panglima Gak) mengalahkan orang2 Kim dan berhasil menawan pangeran Kim yang ke-empat bernama Kim Hu, itu semuanya berkat pertolongan Cinjin yang telah membantu Gak Goan-swee memasang tin.   Sejak itu pula kitab tersebut dianggap pusaka yang tiada ternilai bagaikan mustika untuk partai katmi....."   Im Hian Hong Kie-su tidak menunggu sampai orang habis berbicara, segera ia bertanya .   "Kitab itu disimpan dimana? Apakah To-tiang mengetahuinya? "Siauwte tak tahu"   Jawab Hu In sambil menggelengkan kepalanya. "Kitab itu tentu sudah hilang. Coba To-tiang antarkan aku keruang pendopo unuk memeriksanya!"   Im Hian Hong Kie-su menarik tangan Hu In.   Kedua orang itu bergegas masuk kependopo.   Didalam tidak terdapat sesuatu yang mencurigakan, tapi pendekar tua kita tak berputus asa.   la terus mengadakan penyelidikan.   Mereka memasuki ruangan lain.   Ruangan ini sangat tinggi dan Iuas.   Bangunannya sangat kekar dan pada sebuah papan beranda tampak sebuah tulisan.   "Lu Sian-Kok"   Yang terbuat dari huruf emas.   Itulah tempat pemujaan Lu Sian yang! Keadaan sangat sunyi.   Im Hian Hong Kie-su melanjutkan penyelidikannya.   Tantpak olehnya patung pemujaan yang terdapat ditengah ruangan letaknya agak miring mengarah kesamping.   la berteriak terkejut! "Ah!, kenapa patung dewa Lu Sian-yang ini berkisar?!"   Hu In pun turut kaget.   Ketika ia hampir lebih dekat.   maka tampak alas patung yang terbuai dari batu Giok telah sebesar mulut mangkok.   Dengan hati berdebar Im Hian Hong Kie-su merogoh kedalam dengan tangannya.   Lobang itu kira2 setengah kaki dalamnya.   la tak mendapatkan apa2 didalamnya.   Segera ia menggeser pula patung itu pada letak yang sebanarnya.   Sungguh ajaib! Lubang tersebut tertutup pula! Kiranya lubang itu adalah sebuah tempat rahasia! "Kitab mustika dari Hwee-Liong Pay tentu telah dicuri oleh Gorisan."   Ujar Im Hian Hong Kiesu,"   Mungkin sekarang ia masih berada di lembah Cu-Bu Kok. "Cianpwee,"   Tanya Hu In.   "bagaimana kau ketahui bahwa orang itu telah melarikan diri kesana? Kalau benar ia ada disana, siauwtee beserta saudara2 lainnya akan pergi kesana untuk menangkapnya kembali!" "Sebaliknya kalian jangan terlalu ter-gesa2, jika hanya Gorisan seorang, akupun dapat membantu kalian,"   Ujar sipenunggu Puncak Gunung Maut"   Tapi yang kukawatirkan adalah mahluk2 berbisa dari gunung Tangkula itu.   Kedua iblis itu adalah tokoh dari Bit-Cong Pay yang sangat tinggi kepandaiannya.   Aku tak berani pergi mengusik mereka.   Jika To-tiang hendak kesana, sama juga seperti mengantar kambing kemulut Harimau!"   Hu In kelihatanya berputus asa, ia terdiam. "To-tiang, baiklah sekarang aku pergi ke Cu-Bu Kok untuk meng-amat2ti gerak-geriknya Gorisan. Bila ada kabar, aku akan segera. kembali!"   Sehabis berkata Im Hian Hong Kiesu berangkat meninggalkan mereka.   ---oo0dw0oo--- Dua iblis dari gunug Tangkula San biasanya jarang berpergian.   Apalagi ke Tiong-goan.   Mereka adalah murid2 dari Bit-Cong Pay.   Dua puluh tahun yang lalu siiblis lelaki Tay Yang Lhama atau si lhama Matahari tinggal di kuil Tay Yang Bit, di pegunungan Tangkula sebelah utara, Sedangkan siiblis perempuan Tay Im Lo-nie atau pendekar perempuan Rembulan tinggal di Goat-Sim Yam dipegunungan Tangkula sebelah Selatan.   Dengan diam2 mereka menyakinkan ilmu lm Yang Cang-hoat atau ilmu pukulan telapak tangan Positip dan Negatip.   Tay Yang Lhama memiliki kepandaian yang sangat lihay, yaitu It Yang Cie atau tetunjuk positip.   Ilmu totokan ini disertai dengan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya, tak usah menyentuh tubuh orang dan daIam jarak satu tombak dapat menutup jalan darah lawan! Kaum Bu-lim didaerah Tiong-goan menamakan ilmu ini dengan nama Kek Kong Ta-hiat atau Menotok jalan darah orang melalui udara.   Sungguh suatu ilmu yang tiada taranya! Telunjuk tangan Tay Yang Lhama dengan mudah sekali dapat menembusi dinding batu! Tay lm Lo-nie menyakinkan ilmu telapak tangan Sam Im Ciang.   Ilmu ini harus diyakinkan hanya oleh kaum wanita yang mensucikan dirinya.   Dengan mangandalkan kemurnian hawa negatip untuk menekan hawa positip bila lawannya adalah kaum Adam.   Kemungkinan besar lawannya itu takkan tertolong lagi jiwanya! Kabarnya keluarga Tay Im Lo-nie seluruhnya telah dibunuh oleh orang? Monggol.   Sebab itulah ia telah bertekad untuk membalas dendam.   Gurunya Kim Liong Lhama memberikan ia ilmu aneh dari partai Bit-Cong Pay.   Ia berlatih dengan tekun didaerah -pegunungan salju.   Dan kabarnya kemudian Tay Im Lie-nie berhasil dengari baik menyakinkan Sam Im Ciang.   Setiap hari mulai gelap-gulita, maka ia menjalankan latihan pernapasannya dengan menghadap kegunung salju.   Sedangkari tubuhnya telanjang bulat! Dengan menyedot hawa inti bumi lambat laun berhasillah ia dengan ajaran dari gurunya itu....   Pukulan disertai tenaga ........   dingin! Ampuh dan berbahaya sekali.   Setelah Gorisan berhasil mencuri kitab See Hek Bu; Cong, ia bermaksud menghubungi kedua iblis dari Tangkula itu.   Karena cintanya tak dibalas oleh Wanyen Hong, Gorisan menjadi patah hati.   Pada suatu medan pertempuran ia ber-pura2 gugur dan semenjak itu ia merobah namanya menjadi Wan Hwi Sian.   Ia berhasil menjumpai Kim-Liong Lhama, yang pertama kali melihat orang itu adalah keturunan darii bangsa Kim mula2 menolak untuk menerimanya sebagai murid.   Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tapi melihat hasrat orang itu yang demikian teguhnya, hingga telah datang dari jauh, akhirnya diperkenankan juga Gorisan untuk pergi mencari susioknya yung bernama Kim Teng To-lo.   Wan Hwi Sian diterima juga akhirnya sebagai murid siimam! Dasar Gorisan sedang bernasib buruk, ketika Ang-bian Kim-kong bertempur dengan Gokhiol dan Kim Gan Bie, dikiranya gurunya sigadis Tiang Pek Lo-nie juga turut serta.   la menjadi jeri dan menyembunyikan diri dibawah gunung.   Tak lama kemudian ia tertawan dan dibawa ke Ciong Lam Sam oleh Hian Cin-cu untuk dipenjarakan dibawah menara besi.   Setelah melihat Gorisan digiring pergi, barulah Ang-bian Kim-kong berani munculkan dirinya.   Karena mempunyai firasat bahwa dirinya takkan unggul melawan para pendekar dari Tiong-goan, maka iapun mengambil keputusan untuk kembali ke Bu-liang Sie.   Tetapi ketika ia tiba di See Hek, sarangnya sudah habis dibakar hangus oleh orang2 Monggol.   Dengan hati sedih ia kembali ke Tay Yang Bio dipegunungan Tangkula untuk menemui suhengnya Tay Yang Lhama.   Setibanya disana, ia tuturkan segala apa yang telah terjadi.   Mendengar cerita orang itu, Tay Yang Lhama menjadi timbul kegusarannya.   "Cu-pu, walaupun kita bukan dari satu guru, tapi kau dan Wan Hwi Sian adalah murid2 Kim Teng To-lo.   Dengan adanya hubungan ini, maka tak boleh aku berdiam diri saja.   Tunggulah, nanti setelah Su-ciemu Tay Im Lo-nie datang kita akan rundingkan kembali!"   Benar saja tak lama kemudian Tay Im Lo-nie datang. Kembali Ang-bian Kim-kong mengkisahkan mengenai diri Gorisan yang telah tertawan musuh. "Kau berdua sungguh bukan manusia yang berguna,"   Seru si nie-kauw dengan marah.   "kalian mencemarkan nama partai kita dihadapan orang2 Tiong-goan! Hm..., Hian Cin-cu situa bangka memang busuk. Antara kita dan Hwee-Liong Pay selamanya belum pernah ada ganjelan. Tapi kini mengapa ia memenjarakan Gorisan dibawah menara besi? Su-heng, bagaimana kalau kita me-lihat2 didaerah Tiong-goan?" "Kita tak boleh sia2kan kesempatan baik ini,"   Jawab Tay Yang Lhama sambil tersenyum "pada lima tahun yang lalu, Ceng Bok Tan-su telah menceritakan suatu rahasia kepadaku.   Katanya ketika Hwee-Liong Pay membangun Lu Sian Kok dalam Hu Cin Kwan, kebetulan salah seorang tukang batu adalah orang Ceng-hai.   Dialah yang telah memberitahukan bahwa dibawah patung Lu Sian Yang terdapat sebuah lubang rahasia.   Sedangkan kuncinya terletak pada patung itu pula."   Tay Yang Lhama berhenti sebentar.   "Didalam lubang itu terdapat benda mustika dari partai Hwee-Liong Pay.   Tapi entah benda apakah itu? Ceng Bok pernah mengajak aku untuk mencurinya, tapi aku tak mau.   Sampai sekarang kukira Ceng Bok Ta-i-su tak berani pergi sendirian untuk mengusik Hian Cin-cu.   Sumoay ingin pergi menolongi Gorisan ke Ciong Lam Sam? Mengapa tidak sekalian menggunakan kesempatan baik ini untuk sekalian menyelidiki benda mustika apakah yang tersimpan dibawah patung itu?" "Niatan Suheng sungguh bagus! Baiklah, besok kita akan berangkat!"   Demikianlah See Hek Jie-yauw pergi ke Ciong-Lam San.   Ketika itu Gorisan sudah hampir sebulan dipen jara.   Rangsum yang disediakan oleh Hian Cin-cu sudah habis separoh.   Pada suatu malam, tiba2 ia mendengar ada suara dari dalam tanah seperti orang sedang menggali tanah.   Pikirnya dibawah tanah ini tentunya ada suatu solokan rahasia untuk saluran air.   Apakah mungkin ada orang datang untuk menolong? Demikian beberapa hari ber-turut2 terdengar suara seperti ada orang sedang menggali tanah.   Sementara itu Gorisan telah berhasil memutuskan ikatan belenggunya, la memukul hancur batu lantai dan mendorong patung batu.   Setelah itu dilihatnya seekor makhluk keluar dari terowongan dengan badannya penuh tanah.   Kiranya itulah binatang tenggiling! Selagi Gorisan berdiri ke-heran2an, dilihatnya pada binatang itu terikat se-helai tali.   la menjadi girang.   Tahulah ia kini bahwa benar2 telah datang orang untuk menolong dirinya.   Tanpa ayal binatang itu ditatangkapnya dan tali yang terikat pada binatang itu ditariknya.   Benar saja pada pangkal tali itu terikat sebuah bumbung yang didalamnya terdapat sepucuk surat serta dua bungkusan kecil.   Gorisan dengan hati berdebar-debar membaca surat itu.   Hatinya- menjadi girang.   Kiranya surat itu dari Ang-bian Kim-kong yang berbunyi sebagai beiikut .   "Tay Yang Lhama serta Tay Im Lo-nie telah datang.   Karena solokan sangat sempit, sedangkan fondamen tanah kokoh, maka sukar untuk kita masuk.   Maka dengan pertolongan tenggiling ini kami mengirimkan obat peledak.   Besok kami akan datang pula."   Gorisan menanggalkan bumbung yang berisikan obat peledak itu, lalu dilepaskannya pula binatang tersebut.   Demikianlah ber-turut2 beberapa malam Gorisan dikirimi obat peledak sedikit demi sedikit.   Akhirnya pada suatu malam, sebagaimana rencana Ang- bian Kim-kong, Gorisan menaikan bumbung itu menjadi satu dan menyumbatnya pada lubang dibawah tanah.   Begitu dipasang, terdengarlah suara ledakan yang luar biasa hebatnya.   Tanah bergetar, sedangkan Gorisan terpental jatuh.   Setelah keadaan menjadi redah, tampak oleh Gorisan menara itu sudah menjadi doyong karena alasnya terbongkar.   Sambil mengorek puing2 yang telah hancur, Gorisan cepat2 keluar dari tempat tahanannya.   Dibawah terangnya cahaya bintang, tampak samar2 dari jauh diatas gunung Ciong-Lam San dua sosok tubuh yang tengah berdiri saling berhadapan! Mereka adalah Hian Cincu dan Tay Im Lo-nie! Gorisan Iompat bersembunyi dibalik batu.   Tapi tiba2 sebuah tangan menarik dirinya! Begitu menoleh, kiranya Tay Yang Lhama bersama seorang laki2 setengah umur.   Selagi ia ingin menghaturkan kamsiah, telinganya mendengar Tay Yang Lhama berkata dengan menggunakan iimu Coan-im Jip-bie atau Mengirim suara melalui udara.   "Gorisan, Iekaslah kau bertindak.   Sebentar situa bangka akan roboh dan kau segera pergilah ka Lu Sian Kok untuk mengambil benda yang tersimpan disana."   Setelah memberikan penjelasan dan petunjuk2, Gorisan menganggukkan kepaIanya tanda setuju.   Setelah keadaan sunyi, maka terdengarlah dari kejauhan percakapan antara kedua orang diatas gunung Ciong Lam San.   "Sian-kauw mengajak pinto kemari untuk membicarakan sesuatu,"   Kata Hian Cin-cu.   "bukankah untuk memancing aku?" "Hian Cin-cu, kau sudah terIambat!"   Ujar Tay lm Lo-nie dengan tertawa.   "Siauwnie sebenarnya ingin memberitahukan bahwa malam ini ada orang meledakkan menara besimu.   Sayang kau tak mengijinkan aku untuk melihat benda mustika dari Hwee-Liong Pay! Maka kejadian ini janganlah kau sesalkan aku!" "Perguruan Hwee-Liong Pay tak menspunyai benda mustika apa2,"   Menjawab Hian Cin-cu dengan gusar, "terang2an kau berkomplotan dengan Gorisan dan malam ini sengaja memancing aku keluar. Sungguh siasatmu kotor!"   Sehabis berkata Hian Cin-cu membalikan badannya hendak berlalu, tapi Tay im Lo-nie tertawa keras. "Hai, kau hendak lari kemana?!"   Bentaknya.   Hian Cin-cu insyaf bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Tay Im Lo-nie, hatinya menjadi sangat gusar.   Dan teringat pula bahwa gurunya Bu Tong Cin-jin dahulu pernah dirugikan oleh Kim Liong Lhama.   Kini Lhama itu masih berada di See Hek, sedangkan si niekauw ini adalah muridnya.   Kemarinnya si niekauw talah datang ke Hu Cin Kwan, katanya Gorisan adalah murid susioknya Kim Teng To-lo dan meminta agar sudi menyerahkan Gorisan untuk dibawa pulang.   Sudah tentu permintaan itu ditolak mentah2 Tay Im Lo-nie menjadi gusar .   "Gorisan bukanlah dari partai Hwee-Liong Pay! Apabila kau tak mau serahkan juga, maka kelak apa bila terjadi perselisihan antara kedua partai, kau sendirilah yg harus memikul tanggung jawabnya."   Maka karena itulah pada malam esoknya Hian Cin-cu diajaknya berunding dipuncak Sian-jien Hong.   Tapi baru saja meninggalkan Hu Cin Kwan, atau ia mendengar ada bunyi ledakan yang sangat dahsyat yang datangnya dari arah menara.   Terperanjat Hian Cin-cu sadar bahwa kejadian ini adalah tipu dayanya si-niekauw.   Dengari napas memburu bahna gusarnya ia berpaling kepada si niekauw.   "Sian-kauw, maksud kedatanganmu ini adalah untuk menolongi Gorisan, bukankah? Pergilah! Biarlah pinto takkan mengadakan perhitungan deuganmu.   Kini kau masih menginginkan apa lagi?" "Hian Cin-cu! Hi-hi-iii.....! hari ini adalah hari kematianmu.   Aku hendak bunuh kau?"   Demikian Tay Im Lo-nie menjerit-jerit dengan suara menyeramkan.   Bukan kepalang panas hatinya Hian Cin-cu, iapun rnembalas dengan sengitnya .   "Jika bukanpya Pinto memandang muka kepada gurumu Kim Liong Lhama, malam ini tak mungkin kau bisa melangkah keluar dari Ciong Lam San!"   Sekonyong-konyong Tay Im Lo-nie lompat maju! Angin berkesiur dan tahu2 saja si niekauw telah berdiri dihadapan Hian Cin-cu. "Kerbau tua! Coba aku ingin tahu siapa gerangan yang lebih unggul? Aku memang ingin men-coba2 ilmu sakti dari Hwee Liong Pay!"   Perlahan-lahan Tay Im Lo-nie membalikkan keduabelah telapakan tangannya.   Hian Cin-cu tahu bahwa ilmu pukulan Im Yang Ciang sangat lihay, maka tanpa ayal dengan mempergunakan ilmu Bong-Yang Too Hoei atau Belalang berterbangan-terbalik, ia mencelat keatas.   Diam2 ia merasa bersyukur bahwa Tay Yang Lhama tak turut serta.   Maka dengan penuh semangat, iapun menyerang, hebat sekali! Pukulan Auw-tiap Siang-hoei-ciang atau Pukulan Sepasang-kupu2-terbang ia balas dengan pukulan Pao-coan Eng-giok atau Melempar-bata-mendapat-kumala.   Dengan tenaga dalam yang penuh, ia menyerang pula dengan jurusan An-lo Bian-ciu atau Tangan-kapas-meraup-sutera.   Pukulan itu, apabila berhasil menyentuh sedikit saja, sang lawan akan roboh.   Dalam sekejap mata terdengar suara "plak..., plak....!"   Dua kali yang sangat nyaring.   Kedua telapak tangan Tay Im Lo-nie ditangkis mental, dan tubuh wanita iblis itu mundur sempoyongan.   Akhirnya terpelanting kebelakang! Hian Cin-cu masih belum mengetahui kepandaian seluruhnya dari Tay Im Lo-nie, maka iapun tidak mengeluarkan ilmunya yang sejati.   Dengan girang ia menarik napas legah dan berpikir dalam hati .   "Aku kira Im Yang Ciang sangat hebat, tak tahunya hanya begini saja! Pada saat itu si niekauw sudah berdiri kembati. Mukanya merah padam dan kini menunjukkan sikap kekejamannya. Dengan wajah bengis ia menatap wajah Hian Cin-cu. "Hian Cin-cu! Coba kau sambut pukulanku lagi! Apabila kau dapat menyambutnya benar2 aku tunduk,"   Habis berkata, Tay Im Lo-nie menyerang pula dengan kedua belah telapak tangannya.   Pukulannya menderu keras karena disertai tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya.   Hian Cin-cu tak berani berlaku ayal.   Segera ia menangis pukulan orang, tapi sekonyong-konyong badannya tergoncang sangat keras! Kedua telapak-tangannya melekat dengan telapak-tangan si-niekauw.   Sementara itu wanita iblis telah menggunakan seantero tenaga-dalamnya.   la hendak merobohkan Hian Cin-cu dengan selekas mungkin.   Tapi Hian Cin-cu sangat berwaspada leka2 is merobah kedudukannya.   Kakinya berkisar kekiri sedangkan badannya mendoyong kekanan.   Berbareng ia menyedot hawa Cin-yang (hawa positip sejati) dan merobah keadaannya dari lembek menjadi keras.   Kini tenaga dalamnya berobah menjadi tenaga-luar! Semacam tenaga pantulan yang sangat dahsyat berhasil melawan tenaga dalam siniekauw pula! Tampak sebagai akibatnya, Tay Im Lo-nie jatuh terpental dan hampir2 masuk kedalam jurang! Hati Hian Cin-cu menjadi besar.   Pikirnya walaupan kepandaian si wanita iblis cukup tinggi, namun masih kalah setingkat dengannya.   Malam ini aku harus berikan sedikit ajaran padanya, pikirnya supaya kaum sesat dapat merasakan keangkeran Hwee Liong Pay yang jangan sembarang mengganggu! Tapi sayang Ciang-bun-jin kita tak ketahui-bahwa kedua pukulan yang beg-turut2 tadi dari lawannya adalah dengan tenaga kosong belaka! Tay Im-Lo-nie sedang memancing dirinya....   Sudah selayaknya apabila seorang kosen bertemu dengan lawannya mudah sekali untuk memperlihatkan kepandaiannya, sebaliknya adalah lebih sukar apabila hendak menyembunylkan kepandaiannya untuk mengetahui sang lawannya Tay lm Lo-nie sama sekali tidak memperhatikan pukulan Sam Im Ciangnya.   Hal mana benar-benar telah membuat Hian Cyn-cu terpedaya.   Tatkala itu ia sedang bernyala-nyala semangatnya untuk melampiaskan keamarahannya.   Menggunakan kesempatan selagi lawannya belum sempat bangun, ia menerjang dengan kedua tangannya memukul kedepan.   !a hendak mendesak Tay Im Lo-nie jatuh kedalam jurang! Tapi pada saat yang amat genting, itu, tiba2 berkelebat sesosok bayangan dari balik batu.   Menyusul terdengar suara orang berkata .   "Hian Cin-cu, mengapa mengikuti hawa nafsumu? Baiklah aku yang memintakan maaf untuk saudariku."   Suara itu diucapkan dengan iimu "Coan-im Jip-bie"   Adapun kelihayan dari ilmu tersebut ialah bahwa suara itu hanya dapat didengar oleh orang yang ditegurnya saja.   Hian Cin-cu menjadi pucat! Tampak dihadapannya sesosok bayangan orang berdiri tegak diatas batu! Berbarengan dengan munculnya bayangan itu, maka punahlah tenaga pukulannya.   Sebagai akibatnya, batu2 kecil berpercikan dan tanah pasir berterbangan tertiup oleh tenaga tak kelihatan yang tak biasa.   Hian Cin-cu insyaf bahwa orang itu bukanlah sembarang musuh.   Yang lebih mengejutkan hatinya, tatkala pukulannya dapat dipatahkan, ia merasa ada hawa panas yang menyerang kedalam badannya! Hian Cin-cu mengetahui bahwa yang berdiri dihadapannya adalah ...   Tay Yang Lhama, yang mengenakan jubah pertapaan berwarna merah.   Mukanya bersemu merah bagaikan api marong.   Kepalanya memakai topi pertapaan berwarna merah pula.   Ditangannya ia menggenggam sebuah kaca tembaga besar yang mengkilap, Dengan matanya yang bersinar-sinar ia mengawasi mangsanya dari jarak kira2 delapan tombak.   Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Hian Cin-tcu insyaf bahwa ia sedang berhadapan dengan lawan yang berkepandaian tinggi.   Selain Tay Yang Lhama, tak ada lain orang yang memiliki kepandaian semacam itu dikolong langit.   Selagi Hian Cin-cu dalam keadaan kaget, Tay Yang Lhama sudah mendahului memberi hormat, dan dengan ilmu Thian-seng Yuk-pit-nya ia berkata .   "Dengan ini Pinceng memberi hormat. Harap maafkan aku yang telah datang pada malam hari begini!"   Kini Hian Cin-cu melihat bahwa Tay Im Lo-nie sudah bangkit dan berdiri tegak. Kini ia sudah tahu bahwa kedua iblis itu telah datang ber-sama2. lapun memberi hormat, dengan senyuman getirdiapun berkata.   "Pinto memberi hormat. Numpang tanya apakah Hoat su adalah Tay Yang Lhama dari Tay Yang Bio? Dan entah maksud kedatangan kau kemari sebenarnya untuk keperluan apa?" Tampak badan Tay Yang Lhama bergerak sedikit dan kakinya maju tiga langkah kemuka. Kini jarak kedua orang itu semakin mendekat. Hian Cin-cu merasa hawsa panas yang menyerang dirinya semakin lama semakin tak tertahan. la hampir2 menjadi kewalahan. Diam2 ia membentang lebar seluruh perjalanan darahnya, lalu mengatur jalan napasnya. Akibatnya lobang2 kulitnya mendapat hawa sehingga badannya tidak banyak mengeluarkan peluh. Tay Yang Lahwa diam2 memuji kelihayan musuhnya. "Kalau bukannya ada urusan penting, tentu aku tak berani menggangggu kemari. Seperti To-tiang ketahui, Pinceng mendapat titah dari Su-siok Kim Teng To-lo. Bersama su-moayku Tay Im Lo-nie aku hendak bertanya sesuatu kepadamu. Gorisan sebenarnya telah berbuat kesalahan apa terhadap partai Hwee-Liong Pay hingga kau sekap dia dibawah menara besi?"   Hian Cin-cu tertawa getir.   "Huh, kiranya Hoat-su datang kemari untuk urusan itu! Baiklah akan kuterangkan.   Tadi menara besi itu telah hancur, Hoat-su tentunya mengetahui hal ini, bukan? Baik, aku juga tidak meminta ganti kerugian atas kerusakan tersebut.   Itu membuktikan bahwa aku sudah mengalah, dan tidak akan tarik panjang urusan ini.   Tapi apakah kau masih mau minta orangnya lagi?" "Eh, aneh sekali! Ada hubungan apa kami dengan kerusakan menara? Sedang soal Gorisan adalah To-tiang sendiri yang menawannya.   Tapi meskipun kau tak memberikan tentunya kau tak berkeberatan untuk kami bertemu, bukan?" Hian Cin-cu sudah mengetahui bahwa orang sedang mencari gara2.   Melihat gelagat kurang baik, iapun mencari akal untuk memancing kedua iblis Tangkula San itu untuk mengadakan perundingan lebih lanjut didalam kuil.   Apabila terjadi juga bentrokan sekurang2nya murid2 Hwee-Liong Pay akan dapat membantu.   "Hoat-su ingin bertemu dengan Gorisan,"   Jawabnya dengan tenang.   "aku tak berkeberatan. Marilah silahkan kita bersama2 masuk kedalam kuil." "Pinceng tak pernah memasuki rumah suci orang lain,"   Menolak Tay Yang Lhama.   "baiklah su-moayku saja yang turut kau." "Dan tadi ia telah berlaku sembrono terhadap to-tiang, sudilah kiranya kau memaafkannya. Pinceng akan menanti disini saja."   Mengetahui Tay Yang Lhama tak turut serta.   Hian Cincu merasa Iegah dalam hatinya.   Pikirnya tadi dalam pertarungannya dengan siwanita iblis ia telah berhasil menjatuhkannya sebanyak dua kali.   "Aku tadipun telah kesalahan, harap sian-kauw tidak menjadi kecil hati,"   Ujarnya. "To-tiang tak usah mengatakan hal itu!"   Berseru Tay Yang Lhama pula,"   Tadi pincang telah menyaksikan dari kejauhan dan memang benarlah bahwa su-moayku yang telah berlaku sembrono.   la lebih dahulu menurunkan tangan jailnya! Untung sekali to-tiang tadi telah berlaku murah hati.   Memang diantara partai kita berdua tiada permusuhan satu sama lain.   Untuk apa disimpan daIam hati lagi?" Selesai berkata ia berpaling kepada Tay Im Lo-nie serta berkata.   "Su-moay! Lekaslah menghaturkan maaf kepada totiang! Melihat Tay Yang Lhama berlaku sangat sopan, Hian Cin-cu mengerutkan keningnya, ia sungguh tidak mengerti. Mungkinkah hat ini dilakukannya untuk menghindarkan timbulnya bibit permusuhan? pikir Hian Cin-cu pula. Ledakkan tadi belum jelas diketahui apakah sebab musababnya. Mungkin juga Gorisan masih belum melarikan diri. Mereka telah merobah siasat untuk dengan cara damai dapat mengambil kembali Gorisan. Hian Cin-cu merasa legah hati. "Ah, tak usah Sian-kauw menjalankan segala peradatan. Pinto tak berhak untuk menyambutnya!"   Sedang ia masih berbicara, tiba2 hawa panas menyerang kembali dari Tay Yang Lhama. Hian Cin-cu terkejut dan lekas2 menyedot hawa-murni ditantiannya dan gelombang hawa panas itupun dapat dibuyarkanny !"   Menyusul mana Tay Im Lo-nie maju beberapa langkah dengan paras yang sangat menyeramkan. Dengan suara yang beringas ia berkata .   "Su-heng telah menitahkan kepadaku! Siauwnie mana berani tidak menurutinya. Harap to-tiang suka memaafkan kesalahanku yang telah berlaku sembrono terhadap to-tiang!"   Sambil merangkapkan kedua belah telapakan tangannya, si niekauw menjura.   Hian Cin-cu bukan tidak waspada.   la sedang memperhatikan Tay Yang Lhama.   Pikirnya siwanita iblis barusan ia telah uji kepandaiannya, maka ia tidak begitu kuatirkan.   Ia hanya menjaga-jaga serangan dari si Lhama.   Namun sekonyong-konyong Tay Im Lo-nie lompat menerjang! Hian Cin-cu berseru bahna kagetnya tatkala bayangan telapak tangan menggerayang didepan mukanya! Ini berbahaya sekali, karena dari anginnya yang membadai dapat dipastikan betapa kerasnya pukulan itu.   Dalam keadaan menghadapi bahaya, Hian Cin-cu yang berpengalaman luas tidak menjadi kalut pikirannya.   Cepat sekali ia membungkukkan badannya, kedua belah tangannya ia pentang lebar2.   Dengan menggunakan tipu Toa-tee Hian-hong atau angin-puyuh-menyapu-bumi dari ilmu pukulan Mo Ban Ciang-hoat, ia mendorong tubuh lawannya dengan kekuatan yang luar biasa! Namun pada datik bersamaan dada Hian Cin-cu sesak dan dingin bagaikan es! Celaka, pikirnya dalam hati, karena seraya mundur, Tay Im Lo-nie mengirimkan satu pukulan kilat yang jitu mengenai dadanya.   Mengetahui jiwanya berada dalam bahaya, terpaksa Hian Cin-cu melarikan diri sambil mendekap dadanya.   Kedua iblis Tangkula San segera mengejarnya sambil masing2 mengirimkan pukulan2 nya yang berbisa.   Hian Cin-cu merasakan hawa dari pukulan2 itu panas dan dingin.   Untuk menjaga dirinya, lekas2 Hian Cin-cu mengalirkan hawa murninya keseluruh badannya dan ia memukul kekiri dan kekanan.   Segera tampaklah pasir2 berhamburan, pohon2 disekeliling bergoyang.   Melihat gelagat kurang baik Im Yang Jie-yauw tidak berani mengejar lebih lanjut.   Kesempatan inilah yang telah digunakan Hian Cin-cu untuk pulang kembali ke Hu Cin Kwan.   "Su-moay, tua-bangka itu telah kena pukulanmu.   Apakah mungkin dia masih dapat hidup setelah lewat duabelas jam? Biarlah dia pulang untuk mati! Ha-ha-ha.....!" "Su-heng"   Ujar Tay Im Lo-nie.   "aku kuatir nanti ada orang pandai di Tionggoan yang dapat menyembuhkan lukanya. Bahkan pribahasa mengatakan bila memukul ular harus sampai mati. Kalau tidak, tentu ia akan mengadakan pembalasan dikemudian hari.   " "Kau tak usah risau, aku tanggung malam ini juga dia akan menemui ajalnya. Nah, Khutakan sedeng menanti kita di Liauw Kiauw Cin. Mari kita kesana !"   Khutakan adalah murid Ang-bian Kim-kong. Dialah yang menjadi. penunjuk jalan. "Apa su-heng suruh dia mengawasi Gorisan?"   Tanya Tay Im Lo-nie. "Gorisan sangat licik,"   Jawab Tay-Yang Lhama.   "   Dia pergi mencuri benda mustika Hwee Liong Pay di Lu Sian Kok. Sebab itulah aku telah menyuruh Khutakan untuk meng-amat2inya.   " ~Kedua iblis Tangkala San segera meninggalkan Ciong Lam San. Demikianlah kisah sampai pada saat Hian Cin-cu yang telah dilukai musuh. Dan kebetulan pula Im Hian Hong Kie-su. telah mencuri dengar percakapan antara Tay Im Lonie dengan Khutakan di Liauw Kiauw. Cin, hingga ia keburu datang ke Hu Cin Kwan untuk segera memberikan pertolongan kepada Hian Cin-cu yang dalam keadaan luka berat. Selain itu ia telah mengambil keputusan untuk menguntit Gorisan ....! ---oo0dw0oo--- CU BU KOK terletak dipropinsi Siam Say. Dengan Hu Cin Kwan jaraknya hanya kurang lebih seratus lie. Im Hian Hong Kie-su merasa cemas dan berlari dengan cepatnya. la berpikir dalam hatinya, apabila Im Yang Jie Yauw sama2 datang dan dengan ditambah pula Gorisan seorang, mungkin ini bukan tandingannya. la tak boleh melawan dangan tenaga melainkan dengan tipu! Selagi ia berlari bagaikan angin, sekonyong-konyong ia melihat didepannya dari kejauhan diatas gunung dua bintik bayangan manusia, sedang bergerak kearahnya. Bayangan itu meloncat2 dengan lincahnya melalui lereng2 gunung dengan amat pesatnya. Tatkala sudah berada pada jarak yang lebih dekat, terkejutlah Sipenunggu Puncak Gunung Maut. Karena kedua orang itu menggunakan Ilmu meringankan tubuh Pat-Poh Kan-san! Untuk menyelarni Pat-Poh Kan-san saja sudah sukar sekali, apalagi dengan ditambahnya Kwa Piet-keng Pok-kang atau berjalan-dengan-bergenlantungan-ditembok! Kini mereka sudah melalui sebuah bukit lagi. Jarak antara Im Hian Hong Kie-su sudah bertambah dekat dan ia dapat membedakan bahwa salah seorang yang berada disebelah muka adalah seorang Bo siong kecil yang baru berusia lima belas atau enam belas tahun. Sedang dibelakangnya mengikuti seorang pemuda yang berdandan sebagai kesatrya Monggol. Pada pinggangnya tergantung sebilah pedang yang bersinar terang ditimpah sorotan matahari. Pendekar tua kita tercengang. Kiranya pemuda yang berdandan sebagai kesatrya Monggol itu bukan lain dari ....Gokhiol! Yang membuat hatinya lebih heran ialah mengapa sipemuda itu balik kembali? Bo-siong kecil yang turut serta dengannya memiliki kepandaian yang tinggi pula. Pantangan orang2 Monggol jarang ada tandingannya! "Tio Peng Hiantit,"   Teriak Im Hian Hong Kie-su "harap kau suka berhenti sebentar untuk membicarakan sesuatu. Siapakah teman cilikmu itu?"   Suara pendekar tua itu bergema keras.   Si Bo-siong kecil berpaling kepada Gokhiol untuk membisik sepatah dua patah.   Tiba2 mereka berdua mencelat menghilang diantara balik bukit! Sebenarnya Im Hian Hong Kie-su sebelumnya belum pernah bertemu dengan mata kepala sendiri dengan Tay Yang Lhama.   Mau tak mau hatinya kuatir terhadap petapa2 dari daerah barat yang mempunyai kesaktian yang luar biasa.   Apakah mungkin Tay Yang Lhama telah mengubah dirinya menjadi seorang anak muda? la menjadi sangat penasaran dan buru2 mengejar kedua pemuda itu.   Sebenarnya ilmu-meringankan tubuhnya tiada berada dibawah kedua pemuda tersebut, namun kedua bayangan manusia itu sudah berada pada jarak yang jauh.   Tiba2 ia merasa seperti ada angin meniup menyusul mana terdengar suara dengan logat ke-kanak2an.   "Kie-su tak usah mengejar kita.   Pinto adalah Pasupat.   Kami mempunyai sedikit urusan yang perlu segera diselesaikan.   Lain kali saja mudah2an kita dapat bertemu untuk menghaturkan maaf kepadamu."   Suara itu entah dari mana datangnya dan dalam sekejap mata saja bayangan Gokhiol bersama Pasupat sudah tidak kelihatan lagi.   Im Hian Hong Kie-su berhenti.   Ia berpikir bahwa Pasupat adalah murid dari Tai Kauw-cu partai Lhama dari Turfan.   Beberapa puluh tahun yang lampau, negara2 dibagian barat telah mengangkatnya sebagai raja.   Sedangkan Pasupat yang menjadi muridnya dikisahkan sejak lahirnya sudah bisa membaca kitab suci.   Dikatakan bahwa Pasupat adalah titisan dari raja "Kong Cok Tai Beng Ong"   Dalam usia lima belas tahun, anak muda itu telah berbasil memperoleh seluruh kepandaian gurunya.   Dan ia teIah berhasil pula merobah para Lhama dari dua puluh delapan kepandaian dari masing2 kelenteng.   Kiranya Si Bo-Siong kecil ini adalah murid turunan agama Buddha daerah See Hek.   Dengan tak disadarkan lagi.   Im Hian Hong Kie-su berjalan dan tak lama kemudian sampai di Cu Bu Kok.   Tiba2 dari belakang terdengar suara tertawa orang.   "Ha-ha-ha! Im Hian Hong Kie-su! Tak dinyana dan tak diduga kau datang untuk menghantarkan jiwamu! Aku Gorisan sebenarnya tiada mempunyai ganjelan apa2 denganmu, tapi sebaliknya mengapa kau telah memusuhkan aku? Dan kau telah merusak rencanaku pula! Huh, tapi ini tak menjadi apa2, yang telah mengherankanku malahan telah membantu Hian Cin-cu si-imam bangkotan, sehingga aku dipenjarakan! Kalau sakit hatiku tidak juga kubalas, maka aku tak mau jadi orang lagi! Ha...ha...ha....!"   Suara Gorisan yang penuh kemurkaan menggema diangkasa dengan seramnya! Pendekar2 tua kita terperanjat juga, ia mengetahui bahwa suara itu asalnya dipancarkan dari jauh.   Cepat2 ia menenangkan pikirannya pura2 seperti tidak mendengar teguran orang.   la memandang kesekelilingnya.   Ia melihat disebelah bawah ada sebuah sungai yang mengalirkan airnya sampai ketebing curam dan menembus ke lembah Cu Bu Kok.   Diam2 ia berpikir tentunya kedua.   iblis Tangkula San sedang menanti dilembah itu.   Dalam keadaan seorang diri mana ia sanggup melawan mereka? Baiklah aku menyingkir dulu dengan melewati sungai ini, pikirnya.   Tapi terlambat, karena sekonyong-konyong dibelakangnya berkelebat sebuah bayangan.   Gorisan telah mengejarnya! "Im Hian Hong Kie-su! Sambutlah senjata-rahasia aku!"   Tanpa ayal pendekar tua kita memasang telinganya lebar2 dan mengawasi kesekitarnia dengan tajamnya.   Tampaklah sekolompok titik hitam menyerang datang.   Terus saja ia memapakiriya dengan membalas menyerang dengan pukulan yang disertai tenaga-dalam yang luar biasa.   Pada saat itu juga senjata2-rahasia yang terdiri dari puluhan Kiu-cu Liu-seng dibuyarkan oleh Im Hian Hong Kie-su! "Gorisan!"   Ujar Im Hian Hong Kie-su dengan dingin, "senjata rahasia semacam itu hanya sebagai permainan saja terhadap diriku. Tapi hari ini Lohu tak mempunyai waktu untuk ber-main2 denganmu. Harap maafkan!"   Kemudian Im Hian Hong Kie-su mencelat keatas! Dengan gerakan Ya-Lok Peng-see atau Belibis-hinggap- diatas-tanah-pasir badannya membubung tinggi keatas dengan indahnya.   Gorisan menjadi girang, karena ia sedang memancing lawannya untuk turun kelembah.   Maka dengan sengaja ia telah melepaskan senjata rahasianya.   Kini ia berdiri diatas sebuah puncak sambil tertawa ter-bahak2 mengawasi bayangan lm Hian Hong Kie-su yang berlari turun.   Pendekar tua kita mengetahui bahaya sedang mengancam dirinya, tapi sudah kepalang tanggung, tak dapat ia berhenti ditengah jalan.   la paksakan diri dengan memasang mata yang tajam ia men-jaga2 diri.   Akhirnnya tampak olehnya dari mulut lembah muncul dua orang.   Mereka bukan lain dari sepasang iblis Tangkula San! Wajah Tay Yang Lhama berwarna merah dan dengan jubahnya yang juga kemerah2an menampakkan sekali keangkarannya.   Sedangkan Tay lm Lo-nie berparas putih berbibir merah.   Sepasang alisnya melentik bagaikan bulan sabit.   Hanya sayang, apabila mau dikatakan cantik, melihat air mukanya yang mengandung kebuasan membunuh, orang menjadi bergidik.   Dengan berseri-seri mereka melangkah datang.   "Kami menghatur hormat kepada Gak Tayhiap yang mulia atas kedatanganmu kesini,"   Ujar Tay Yang Lhama.   "Kami sudah lama mendengar nama tayhiap yang tersohor, hanya sayang sekali kita tidak dapat berkenalan terlebih dahulu.   Belum, kami hanya dapat melihat tayhiap dari sebelah belakang dan syukur sekali hari ini kita dapat bertemu berhadapan muka dengan muka.   Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami!"   Sipenunggu Puncak Gunung Maut diam2 agak terkejut juga.   Pikirnya dalam hati, betul2 kedua iblis ini bermata jeli.   Kupikir ketika itu aku berhasil mengelabui mata mereka.   Aku harus ber-hati2, pikirnya! Im Hian Hong Kie-su mengambil sikap se-olah2 pilon, sambil mundur beberapa tindak ia menyahut.   "Maafkan aku yang bermata picik.   Bolehkah aku tanya siapa gerangan nama kalian yang mulia? Dan sungguh luar biasa bagaimana kalian dapat mengenali aku Gak Hong!" "Im Hian Hong Kie-su,"   Sahut Tay Im Lo-nie tertawa, "janganlah bermain sandiwara! Eh, kau baru datang dari Hu Cin Kwan, bukan? Dan juga kau sedang mengejar Gorisan!"   Sebelum pendekar tua kita sempat menyahut, Tay Yang Lhama mengedipkan matanya.   "Hm, baiklah Gak Hong! Aku akan berterus terang denganmu! Sebenarnya antara kita tidak ada ganjelan apa2 Mengapa kau kini berbuat yang menyakiti Gorisan dan mengapa pula kau telah membantu putri negeri Kim itu? Karena kau telah membantu menangkap Gorisan, kami pun hendak mengadakan perhitungan.   Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Marilah kami mengundang kau untuk turut ke Tangkula San untuk menikmati pemandangan indah didaerah Barat.   Kami akan berlaku sebagai tuan rumah dengan sebaik2nya!"   Selesai berbicara kadua iblis Tangkula San maju kemuka dan mengapit lm Hian Hong Kie-su, untuk menangkapnya.   Dua macam tenaga-dalam menyerang dengan kerasnya, hebat bukan buatan.   Tay Yang Lhama mengirimkan hawa- panas bagaikan lautan api yang bergelombang, sedangkan Tay lm Lo-nie mengirimkan hawa dingin yang bagai desiran angin salju menembusi badan.   Im Hian Hong Kie-su! Begitulah untuk beberapa saat jago tua kita sebentar2 badannya terasa panas bagaikan dibakar dan sesaat lagi dingin bagaikan disiram air.   Tapi Im Hian Hong Kie-su bukanlah dari kemarin, dua puluh tahun lamanya ia menyakinkan pelbagai macam silat dan selain itu iapun telah menyelami ilmu jiwa, hingga ia dapat menerka segala tipu daya musuh! Begitulah, karena musuh menyerangnya dengan beracun iapun melayaninya pula dengan serangan yang beracun! Pada saat itu ia bertempur seraya memutar otak.   la sadar bahwa pertarungan tak dapat disudahi lagi, tanpa tanggung2 ia menyalurkan tenaga-dalamnya yang paling hebat keseluruh tubuhnya! Kemudian ia berseru .   "Aku yang rendah sungguh tak bermaksud mencari permusuhan dengan kalian. Tapi karena kalian mendesak, akupun tak dapat berdiam diri!"   Segera terdengar teriakan yang keras berkumandang diudara dan berbareng pula bagaikan anak panah melesat dari busurnya, Datuk Rimba-hijau kita membubung tinggi keatas! lm Yang Jie-yau, menyangka bahwa orang ingin melarikan diri, maka buru2 mengejar dalam lompatan capung menotol air.   "Hai! kau hendak lari kemana?"   Serunya. Berbareng mana tubuhnya meleset keatas laksana anak panah terlepas dari busurnya! Tapi baru saja mereka ber-hadap2-an ditengah udara, Im Hian Hong Kie-su yang berada setombak lebih tinggi, berseru .   "terimalah hormatku ini!"   Menyusul badannya membungkuk.   Kedua belah tangannya memukul kekiri dan kekanan, sedangkan tubuhnya berputar cepat bagaikan roda! Segera tampak segumpalan bayangan dan dua belah lengan menyambar! Bagaikan angin puyuh lengan itu mengeluarkan tenaga- dalam yang bukan main hebatnya, menderu-deru! Sungguh tak disangka oleh Im Yang Jie-yauw bahwa lawannya akan mengadakan perlawanan yang sengit.   Pada detik itu juga tubuh mereka terapung mengikuti aliran angin berputar.   Sedangkan mereka kini berada diudara pada jarak tujuh atau delapan kaki dari!.   Sebetulnya kepandaian mereka dengan Im Hian Hong Kie-su, masih setanding.   Im Yang Jie-yauw lekas2 memakai ilmu pukulan "Oh-mo Kim-kang"   Atau Ilmu ringan-bulu-angsa.   Semula jago tua kita bermaksud menghempas kedua tubuh iblis itu sampai mati, tapi mendadak tubuh2 mereka menjadi ringan bagaikan kapas terapung melayang! Maka dengan demikian kedua iblis Tangkula San terluput dari cengkeraman maut dan kini mereka hinggap dengan selamat diatas muka bumi.   Im Hian Hong Kie-su terperanjat sekali.   la insaf bahwa iapun tak boleh lama terapung diudara, berbahaya! Ia pun segera turun kebawah dengan ringannya.   Pada jurus pertama ini ternyata Im Yang Jie Yauw kalah angin.   Merekapun semakin bertambah panas hati.   Tampak paras Tay Im Lo-nie bertambah pucat sedangkan wajah Tay Yang Lhama bertambah merah! Keduanya menunjukkan sikap.   yang sangat menyeramkan! "Huh, Gak Hong"   Segera terdengar suara Tay Im Lo-nie, "Kau telah membokong kami? Kali ini jangan kau sesalkan aku berlaku kejam terhadapmu!"   Maka dengan ganas kedua iblis Tangkula San membuka serangan yang laksana taupan hebatnya.   Pendekar tua kita menginsafi dirinya.dalam kedudukan bahaya.   Dalam sekejap mata saja terasa lagi gelombang panas dan dingin silih ganti menyerang badannya? Dengan menggunakan tipu "Pa Ong Cu-ting", ia mengangkat keatas kedua belah telapakan tangannya dan cepat bagaikan kilat ia menyampok tangan Tay Yang Lhama.    Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Bangau Sakti Karya Chin Tung Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini