Sepasang Pendekar Perbatasan 11
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung Bagian 11
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya dari Chin Yung Yang aneh bentrokan tangan itu tidak menimbulkan suara, tapi sebaliknya tangan mereka saling melekat! Segera, Tay Yang Lhama mengirimkan hawa panas melalui tangannya, begitu pula Tay Im Lo-nie dengin mengirimkan hawa dinginnya, ber-gelombang2! Bila Im Hian Hong Kie-su tidak menyelami ilmu sakti "Thwan Touw Khie-kang" Yang sangat istimewa dari gurunya, niscaya sekujur badannya akan terbakar hangus berbareng menjadi beku seperti es! Begitulah hebatnya ilmu beracun dari kedua iblis Tangkula San itu. Lewat seminuman teh lamanya Im Yang Kie-su telah mengeluarkan seluruh kepandaian2nya yang sakti2. Sebaliknya melihat wajah pendekar tua kita yang kemerah2an dan sikapnya yang tenang, kedua iblis itu menjadi heran bercampur jeri. Tiba2 suatu perobahan hawa menyerang tubuh mereka! Tai Im Lo-nie merasakan bahwa telapak tangan musuhnya seperti ada gelombang panas yang menghancurkan hawa dingin! Sedangkan Tai Yang Lhama merasa hawa dingin keluar dari tubuh lawannya dan mengalahkan gelombang panasnya! Kini teringatlah oleh mereka akan kata2 gurunya Kim Liong Lhama yang pernah mengatakan kepadanya bahwa dikalangan Bu Lim di Tionggoan ada seorang imam yang bernama Ceng Gak Cin-jin yang telah menciptakan semacam ilmu Khie-Kang yang aneh. Mungkinkah Gak Hong ini adalah muridnya Ceng Gak Cin-jin? Hati Tai Yang Lhama merasa sangsi, segera ia memberi isyarat pada su-moainya dalam bahasa Sanskrit untuk merobah penyerangannya. Jago-tua kita tak mengerti bahasa mereka, Hanya apa yang dilihatnya ialah sekonyong-konyong tubuh kedua lawannya ber-goyang2 sambil salah seorang berseru . "Gak Hong, kau benar2 hebat!" Menyusul mana mereka mencelat keatas untuk meninggalkan gelanggang pertempuran! Mengetahui berbahaya untuk mengejar musuh2nya, maka Im Hian Hong Kie-su hanya berkata dengan suara dingin . "Hah, aku telah mendapat pelajaran yang bermanfaat dari Im Yang Pai. Sungguh dengan ini kukira sudah cukup! Aku tak perlu lagi berkunjung ke See-hek untuk melancong membikin repot kalian lagi, bukan?" Tapi belum habis ia berkata atau mendadak dari atas tebing melayang dua sosok bayangan, cepat sekali seperti elang menubruk. "Gak Hong, jahanam!" Seru salah seorang,".apakah kau kira masih bisa kembali ke-Je-Liong San dengan hidup2 ?! Ternyata dialah Gorisan yang kini telah hinggap diatas batu besar disusul oleh...... Ang-bian Kim-kong! Bukan-kepalang bercekadnya hati pendekar tua kita. Pikirnya dalam hati bahwa kepandaian Gorisan, seperti juga dirinya masing2 mempunyai keistimewaannya. Tempo hari tatkala bertarung di Ji Liong Bio dengan meminjam kaca mustika Wanyen Hong, ia baru berhasi! menundukkan Gorisan! Sekarang orang itu muncul pula bersama dengan Ang- bian Kim-kong dan ditambah pula dengan Im Yang Jie Yauw berdua! Ini sungguh berbahaya! Sementara itu Gorisan telah menyerang sambil membentangkan tangannya yang hijau berkilau2-an untuk mencekeram lawan2nya! Lok mo-ciang. Im Hian Hong Kie-su membalikkan tubuhnya, dengan suatu gerakan yang lincah ia melesat kesamping. Pada saat orang berkelit, mendadak Tay Yang Lhama menyerang dari belakang! Im Hian Hong Kie-su merasakan ada kesiuran angin dari belakangnya, cepat2 membalikkan badannya dan berbareng menyapu dengan tangannya. Serangan serta tangkisan itu disertai dengan tenaga-dalam yang hebat sekali! Maka begitu kedua tangan itu beradu, melekatlah satu sama lain! Tay Yang Lhama mengirimkan hawa gelombang panasnya, maka terasa oleh Im Hian Hong Kie-su ulu hatinya seperti dibakar. Pendekar tua kita telah menutup seluruh jalan darahnya, namun ia masih tetap tak berdaya. Pada saat yang genting itu ia masih sempat menarik tangannya untuk segera melesat meninggalkan gelanggang pertempuran! Tapi belum ia berlari beberapa tindak, atau Tay Im Lonie menyusulnya sambil membentak . "Gak Hong! Matilah kau!" Berbareng mana wanita iblis itu melontarkan pukulan yang mematikan! Im Hian Hong Kie-su tak berani berlaku lengah. la merendek dan mengeluarkan ilmu pukulan Lo-swan Ciang, ilmu pukulan Tangan-baling2 menangkis tangan lawan. Begitu kedua tangan beradu pendekar tua kita menggigil kedinginan! Sadarlah ia kini bahwa Im Yang Jie Yauw menyerangnya degan sistim bergiliran sehingga ia tak sempat menggunakan ilmu Thwan-touw Khie-kang. Pada saat itu juga ia menekan bumi dan tubuhnya terIoncat kebelakang! Tay Im Lo-nie terus mendesak dan menyerang lawannya tanpa memberi ketika untuk mengadakan serangan pembalasan! "Plak" Tiba2 terdengar suara keras dan ternyata pundak lm Hian Hong Kie-su dipukul si nie-kauw! Pukulan itu ke!ihatannya tidak keras, namun begitu kena, pendekar tua kita merasakan sekujur badannya dingin bagaikan disiram dengan es, perasaan linu yang hebat menjalar di seluruh tubuhnya. Melelihat lawannya kewalahan, Tai Im Lo-nie berdiri terbengong. la tak menduga sebelumnya bahwa pukulannya akan mengenai sasarannya, hingga menderita luka parah. Si nie-kauw menjadi girang dan timbullah napsunya untuk menghabiskan jiwa lawannya. "Gak Hong." Ujarnya dengan sombong. "hari ini jangan kau kira akan dapat terlepas lagi dari tanganku! Huh...huh..., dasar kau bodoh! Siapa suruh kau menguntit kami?" Tangannya memukul batok kepala lawannya. Walaupun sekujur badannya terasa kesemutan, Im Hian Hang Kie-su masih dapat berpikir tenang. Celaka, pikirnya, sekali lagi aku menerima pukulan maut itu, niscaya melayanglah jiwaku! Jalan satu2nya adalah menjatuhkan dirinya. Dasar nasibnya sedang baik, maka ketika ia sedang jatuh bergulingan tampak dibelakangnya dibalik sebuah batu! seorang sedang bersembunyi. Ditangan orang itu tergenggam sebilah golok. la masih dapat membedakan bahwa orang itu adalah seorang laki2 dan segera ia kenali puIa bahwa orang itu tak lain dari sikate yang kemarin berbicara dengan Im Yang Jie-yauw diwarung tempat penjualan arak! Orang itu adalah muridnya Ang-bin Kim-kong yang bernama Khutakan. Kemaran ia telah mendapat tugas untuk meng-amat2ti Hian Cin cu, kemudian ia menyusul ke Cin-bu Kwan. Melihat Im Yang Jie-yauw bertarung dengan Gak Hong, maka ia menghunus goloknya dan menyembunyikan diri dibalik batu, Dengan tak disengaja badan Im Hian Hong Kie-su bergelinding ketempat orang itu bersembunyi. Baru saja pendekar tua kita berdekatan, atau Khutakan meloncat keluar sambil menikam dengan goloknya. Tapi pendekar tua kita gesit, selagi musuhnya ingin membacok bagaikan kilat ia memakai kedua kaki orang itu. Khutakan jatuh terpelanting dan goloknya terhempas diatas tanah. Im Hian Hong Kie-su segera membalikkan badannya berbareng tangannya mencengkeram pundak musuh. Dengan bantuan Kie-kangnya, maka hawa dingin si nie- kauw yang mengeram pada tubuhnya kini dialirkan ketubuh Khutakan! Khutakan yang kepandaiannya masih dangkal, tak dapat melawan serangan dingin yang menyerang tubuhnya itu. Begitulah dalam beberapa saat saja kakinya berkelejetan dan sekujur badannya menjadi kaku dan kejang! Pendekar tua kita mencelat kemuka. Dipandangnya Khutakan, tampak muka orang pucat pasi. Ternyata jiwanya sudah melayang! Mau tak mau hati Im Hian Hong Kie-su mencelos. Sungguh hebat, pikirnya. Melihat murid kesayangannya terbunuh, Ang-bian Kim- kong bukan kepalang marahnya. Dengan sebatang, tongkat yang dipegang ditangannya, tiba2 ia menyodok dada lawannya! "Cukup!" Mendadak terdengar suara Tay Yang Lhama," BiarIah aku yang ambil jiwa jahanam itu!" Mendadak wanita iblis itu mencelat dan berdiri dihadapan Im Hian Hong Kie-su. Gerakannya boleh dikatakan bagaikan burung Hong, sungguh membuat pendekar tua kita dalam hatinya merasa kagum. Im Hian Hong Kie-su berpikir apabila ia tidak meloloskan diri dari sarang serigala ini, niscaya ia akan menghadapi bencana besar. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh Bok-seng in-tee atau Menaiki-tangga awan, ia membumbung tinggi keatas. Ketika berada pada tinggi tujuh kaki dari atas bumi, kakinya menotok pula dan semakin tinggi pula badannya membumbung keatas udara. Akhirnya tibalah ia pada tebing yang tinggi.... Tapi Tay Yang Lhama tidak berpeluk tangan saja. Dengan pertolongan sorotan sinar matahari yang terik ia mengerahkan seluruh tenaga-dalamnya melalui pemantulan kaca tembaga... ia menyorotkan hawa panas itu kearah tubuh Im Hian Hong Kie-su. Pada saat itu juga Im Hian Hong Kie-su menjerit.! Bajunya terbakar dan kulitnya terberangus. Badannya terguling jatuh dari tempat setitiggi beberapa tombak dan rebahlah ditanah. Gorisan tanpa ayal lompat kedepan. "Jahanam tua!" Serunya sambil tertawa dingin, "terimalah ajalmu sekarang! Ha... ha... ha...!" Sambil tertawa terbahak-bahak ia mengangkat tangannya, siap memukul kepala orang. Tapi pada saat yang krisis itu, Tai Im Lo-nie lompat maju dan membentak. "Tahan! Sabarlah dahulu!" "Jangan kau terburu nafsu !" Ujar si Niekauw. "Biarkan orang ini hidup dahulu. Kelak ia akan memberikan banyak faedah terhadap kita!" Gorisan tak berani membantah. Diam2 ia mundur sambil membatalkan niatannya. Sekonyong-konyong dari samping terdengar orang berkata. "Apabila Im Hian Hong Kie-su tidak dibunuh, maka muridku aka mati penasaran!" Suara tadi bukan lain datangnya dari Ang-bian Kim- kong. Setelah selesai berkata, dipeluknya muridnya seraya menangis ter-sedu2. Tai Yang Lhama tak tegah melihat orang sangat menderita, ia berkata . "Sumoai, akupun belum mengerti maksudmu. Mengapa tidak sekarang juga kita cabut nyawa sljahanam ini?" Tai Im Lo-nie tidak menyahut. Diawasinya rekan2 lainnya dengan sortoan mata memandang enteng. Dengan suara dihidung ia berkata . "Huh, dasar kalian tak mempunyai otak sama sekali. Yang diingat hanya membunuh orang saja. Hai, Gorisan! Aku ingin bertanya kepadamu, apa faedahnya kita membunuh Im Hian Hong Kie-su?" Jawab Gorisan buru2. "Akan kujawab pertanyaan Sucie dengan jelas. Dengan matinya Im Hian Hong Kie-su, kita akan berkurang seorang musuh besar!" Si niekauw menganggukkan kepalanya. "Benar pendapatmu itu. Kita akan kekurangan seorang musuh besar." Lalu ia bertanya pula kepada, Ang-bian Kim-kong, "Cupu, bagaimana dengan pendapatmu sendiri?" "Aku hanya ingin membalaskan sakit hati muridku. Khutakan." Akhirnya Tai Im Lo-nie berpaling kepada Tai Yang Lhama. Setelah memandang beberapa saat, lalu ia membuka suara. "Apakah suheng mempunyai usul yang lebih baik?" Tai Yang Lhama termenung sebentar, kemudian menjawab dengan suara tenang, Sumoai, kau telah melupakan peristiwa pada duapuluh lima tahun yang berselang. Sebagaimana kau masih ingat, Kui Bak Tojin telah mengalahkan ilmu Im Yang Thyiu dari Kim Suyoan guru kita. Nah, Gak Hong adalah anak niuridnya Kui-Buk Tojin! Mengapa kita tidak mau membalas penghinaan atas guru kita?" "Su-heng dan lain2nya berpendapatan benar," Jawab Tay Im Lo-nie sambil tersenyum. "hanya kali ini aku hendak menjadikan Gak Hong sebagai umpan. Agar tokoh2 persilatan dari daerah Tiong-goan kena terjebak dalam perangkap kita. Pada saat itu kita mempunyai kesempatan baik untuk mengganyang mereka semua," Kawan2 siiblis wanita menjadi terperanjat mendengar keterangan itu. Mereka bungkam seribu bahasa. Tak lama barulah Tay Yang Lhama membuka suara. "Maafkan, aku belum dapat menangkap arti maksud kata2 Su-moay." Jawab Tay Im Lo-nie dengan tersanyum. "Su-heng, apabila kutunjukan pasti kau segera akan mengetahui! Beberapa waktu yang lalu, adik misanku teIah menyuruh pawang Tilla untuk menghantar surat rahasia. Eh.... bukan kau sendiri telah membacanya pula? Kali ini......" Belum habis si niekauw berkata atau Tay Yang Lhama mernotongnya . "Bukan saja aku telah membaca surat Ong houw itu, malahan aku masih ingat sampai sakarang apa isi surat tersebut. Bee Cin Ong-houw adalah adik misanku juga. Dia telah menyuruh kau untuk membantu puteranya Kui Yu yang dalam keadaan duka. Tatkala itu su-moay masih belum dapat melulusi permintaannya itu. Cuma... ada hubungan apakah hal ini dengan pembunuhan terhadap Gak Hong?" Kiranya Tay Im Lo-nie adalah putri ketua dari suku Hui didaerah See Hek. Seluruh anggota keluarganya telah habis dibunuh oleh orang2 Monggol. Setelah kejadian itu, ia mensucikan diri. Sedangkan piaumoay nya Bee Cin Sie yang berparas elok telah saling berpisahan dengannya sejak mereka masih kanak2. Kemudian Bee Cin Sie menikah dengan raja Kasmir, Pakhunan namanya. Tak lama kemudian pasukan Monggol melawat kedaerah barat dan See Hek habis dimusnakan. Bee Cin Sie dibawa lari dan kemudiam Ogotai mengambilnya untuk menjadikan salah seorang selirnya yang keenam. Karena parasnya yang luar biasa cantiknya ia mendapat perhatian yang istimewa dari Ogotai. Ibu kandung Bee Cin Sie adalah bibinya Tai Im Lo-nie. Mendengar bahwa keponakannya telah mensucikan diri untuk menjadi seorang niekauw, maka ia pergi mengunjungi Tay Im Lo-nie di Gwat Sin Yam. Dari dialah Tay Im Lo-nie mengetahui bahwa Bee Cin Sie Ong-houw masih ada hubungan Keluarga segagai saudara misannya sendiri. Maka iapun berkata pada bibinya . "Orang2 Monggol telah membunuh orang tuaku dan keluargaku. Dendam ini bagaimanapun takkan kulupakan. Bagaimana piauwmoay menjadi lupa akan kejadian ini sungguhlah tak dapat kumengerti." "Title," Jawab sang bibi. "apa kau telah lupa kisah orang2 Tionggoan dan tentang Sie Lie memusnakan negeri Go? Maka lihatlah kenyataan sekarang. Orang2 Monggol sedang besar pengaruhnya disini. Dan tentang menuntut balas, kita harus bersabar dan menantikan saatnya yang baik. Selanjutnya sang bibi ber-bisik2 ditelinga Tay Im Lo-nie. Dan semenjak itu pula Bee Cin Ong-houw senantiasa mengirimkan orang2 kepercayaannya untuk mengadakan kontak dengan mereka. ---oo0dw0oo--- Pada waktu itu Ogotai yang memegang jabatan Kha Khan. la sangat kemaruk akan paras yang elok2 dan sering berfoya-foya. Sedangkan pucuk pimpinan kekuasaan boleh dibilang berada ditangan Bee Cin Ong-houw. la mempunyai angan2 untuk mengangkat puteranya sebagai pengganti dari kedudukan Khan, tetapi sebaliknya ia masih menyegani pengaruh Jendral Tuli beserta keenam orang puteranya. Oleh karena itulah ia telah menitahkan orang kepercayaannya yang bernama Tilla seorang pawang untuk menemui saudara misannya Tay Im Lo-nie untuk minta bantuannya agar membunuh putera2-nya Jendral Tuli. Hal ini telah dirundingkan oleh Tay Im Lo-nie dengan Su-hengnya Tai Yang Lhama. Mereka tahu bahwa keenam putera Jendral TuIi itu berkepandaian tinggi. Dan diantaranya masih terdapat Gokhiol, yang katanya bersahabat baik dengan tokoh2 silat di Tionggoan. Malahan pemuda ini telah meyakinkan ilmu Swie Hwee To dari Gorisan. Sebab itulah dalam waktu sesingkat itu Tai Im Lonie belum, dapat memikirkan suatu tipu daya yang tepat. "Su-heng, kau masih belum mengetahuinya. Sebelum kita meninggalkan gunung Tangkula San, aku telah menerima sepucuk surat dari piauwmoaiku yang mangatakan bahwa keenam putera Jendral Tuli telah berhasil ditawan! Hanya tingal Gokhiol saja yang masih lolos. Dikatakan pula dalam suratnya bahwa Gokhiol telah banyak berhubungan dengan pendekar bu-lim di Tionggoan dan ia menyuruh aku agar dapat membekuk semua orarg2 pandai dari negara Song dan Kim. Kelak apabila puteranya telah memperoleh kedudukan Khan dan mengadakan serangan ke Tionggoan, maka hal ini akan meringankan kerepotan kita!" Mendengar sampai disini Tay Yang Lhama memotongnya . "Sumoay, kini kau bekerja untuk kepentingan bangsa Monggol. Apa pula maksudmu ini?" "Bila kita tidak memberikan jasa2 kepada orang2 Monggol, kelak kita akan sukar mendapatkan jalan yang baik untuk mencapai tujuan kita. Bee Cin Ong-hauw telah menjanjikan jabatan Kok-su kelak kepada salah seorang dari kita. Setelah kita mendapat kekuasaan, maka secara diam2 kita akan mengadu-dombakan para bangsawan Monggol. Dengan demikian mereka saling bertengkar dan saling bunuh-membunuh! Dengan demikiaa pula kita punya See Hek pun akan dapat merdeka dengan penuh. Sedangkan dendam sakit hatiku dapat dibayar punah. Bagaimana pendapatmu?" Tai Yang Lhama menjadi sadar. Sambil mengangguk pelahan ia menjawab . "Sumoai, sungguh hebat rencanamu ini! Tapi apa gunanya kita tinggalkan Gak Hong ini? Harap kau suka terangkan tentang hal ini yang masih belum masuk dalam otakku" Maka si niekauw mulai menjelaskannya . "Pada duapuluh tahun yang lampau, dalam suatu pertemuan pemilihan Gak Hong telah mengikat ganjelan permusuhan dengan tujuh tokoh persilatan dari partai ternama. kini kita berhasil membekuk orangnya. Aku ingin membawanya keluar dari Giok-bun Koan. Sedangkan berbarengan aku merencanakan untuk mengundang para tokoh2 rimba persilatan dari ketujuh partai tadi dengan, maksud mengadakan perundingan untuk mencari cara penyelesaian, bagaimana yang baik untuk dilakukan terhadap Gak Hong ini. Aku sudah perhitungkan, mereka pasti akan datang untuk melampiaskan sakit hati mereka! Selain itu, banyak lagi tokoh2 persilatan yang akan datang untuk melihat keramaian ini. Nah, pada saat itulah kita akan mengatur barisan "tin" Dan mengurung mereka. Bukankah dengan jalan ini kita dapat menyapu bersih semua jago2 dari Tionggoan ?!" Selesai berkata Tay Im Lo-nie tertawa ter-bahak2. Tay Yang Lhama turut bergirang, katanya dengan penuh semangat . "Hebat...! Hebat... sekali! Hari ini setelah mengetahui bahwa benda yang berupa se Jilid buku yang telah dicuri oleh Gorisan bukanlah sembarang kitab yang semulanya kuanggap tiada faedahnya. Aku sebehirnnya masih berasa putus asah. Tapi tak dinyana bahwa kitab ini demikian besar khasiatnya! Ha ... ha... ha ! Sumoay, kau telah memikirkan siasat ini dan menjadikan Gak Hong sebagai umpan pula... ha... ha...ha...! Sungguh hebat ! Para jago2 Tionggoan bagaikan ikan akan memasuki jaringnya sendiri! Ha... ha.... ha..." Tapi tiba2 ia bungkam pula. la masih teringat sesuatu dan melihat pula tubuh Im Hian Hong Kie-su yang masih terbaring dalam keadaan pingsan. Sambil mengerutkan sebelah alisnya, ia bertanya . Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apabila jahanam ini bangun pula, bagaimana baiknya kita perlakukan dia? Apabila kita sedikit lengah saja, niscaya ia akan mencoba meloloskan dirinya!" Tay Im Lo-nie memainkan matanya dan berkata dengan suara yang memuakkan . "Huh, aku tidak takut akan kepandaian jahanam ini. Aku telah mendapatkan suatu daya untuk dengan mudah mengendalikan dia. Didalam biaraku terdapat sebuah peti batu. Akan kumasukkan ia kedalamnya! Sebelumnya akan kuberikan jahanam ini obat bius Bie Hun Kim-tan yang dapat membikin dirinya terus menerus dalam keadaan tidak sadarkan diri." "Kalau bepitu, hatikupun merasa legah. Tapi masih ada satu hal Iagi. Kemarin si bangkotan Hian Cin-cu telah terluka oleh pukulan Sumoai, namun kita be!um lagi mengetahui bagaimana dengan nasibnya selanjutnya Mendengar ucapan itu, Tai Im Lo-nie melirik kepada Ang-bian Kim-kong. Tampak orang sedang menggali sebuah lubang dengan golok untuk menguburkan mayat muridnya. Si niekauw berkata pula . "Kemarin aku telah menyuruh Khutakan untuk mencuri berita. Haya, sekarang ia telah mati! Bagaimana perkembangan nasib Hian Cin-cu selanjutnya tak dapat kita ketahui lagi." Tapi Tai Yang Lhama cepat2 menahannya. "Jangan! Kau tak perlu pergi. Kita masih mempunyai suatu tugas yang harus diselesaikan. Dengan terkenanya pukulan Im Yang Ciang-hoat Sumoai, maka sembilan dari sepuluh kemungkinan dia akan menemui ajalnya! Terkecuali apabila ada orang yang memiliki ilmu Kian-kun Tai Kie-kang, barulah jiwa Hian Cin-cu dapat ditolong. Tapi harapan itu sangat tipis sekali. Nah, berhubung hari masih siang, baiklah kita tingalkan tempat ini." Gorisan mendukung Im Hian Hong Kie-su yang masih dalam keadaan tidak sadar. Bersam-sama mereka berjalan meninggalkan lembah Cu Bu Kok. ---oo0dw0oo--- Ditengah jalan Ang-bian Kim-kong menanyakan kepada Tai Yang Lhama. "Tai su-heng tadi mengatakan kecuali ada orang yang memiliki ilmu Kian-kun Tai Kie-kang, maka jiwa Hian Cincu tidak dapat tertolong. Apakah di Tionggoan tiada seorang yang memiliki kepandaian tersebut?" Mendengar pertanyaan orang itu, Tai Yang tertawa terbahak-bahak. "Cupu, segala macam ilmu yang dimiliki orang2 di Tionggoan semuanya berada didalam perut suhengmu ini. Sebagaimana kau ketahui pada beberapa tahun yang lampau gurunya Gak Hui yang bernama Cu Tong pernah menyakinkan ilmu tersebut, tapi lima puluh tahun belakangan ini orang2 yang pandai dikolong langit dan memiliki kepandaian ilmu tersebut dapat dihitung. Mungkin hanya ada dua setengah orang saja!" Mendengar keterangan itu, Gorisan menjadi heran dan mohon penjelasannya . "Tai su-heng, apa maksudmu dengan dua setengah orang?" "Gorisan, kau ingin mengetahui, baiklah. Ilmu Kiankun Tai Kie-keng ini sangat sukar dipelajari. Dan ilmu ini merupakan ilmu yang tiada tandingannya dikolong langit ini! Dalam partai kami ilmu tersebut dinamakan Kimhong Put-hwai-kang. Untuk menyelaminya paling sedikit orang harus bersemadi selama lima belas tahun lamanya. Barulah ia dapat berhasil. Nah, coba kau pikir, siapa yang mempunyai kesabaran demikian dan sangat memakan hati? Maka itulah dewasa ini hanya tinggal Tian Sin Tansu dari Thian Bun Sie digunung Kun Lun San. Orang ini sudah lanjut sekali usianya dan takkan mau turun gunung pula untuk turut campur dalam urusan keduniawian, Sedangkan orang yang kedua ialah Thiat Kwan To-jin imam dari Lo Hu San di San Hai." Sebuah senyuman tersungging pula pada bibir Tai Yang Lhama. "Hidung kerbau ini kabarnya telah mendapat pelajaran dari seorang aneh dan mengeramkan dirinya di gunung Lo Hu San selama dua puluh tahun lamanya un tuk menyelami ilmu tersebut. Kian-kun Tai Kie-kang ini demikian hebatnya! Begitu Thiat Kwan To-jin turun gunung, maka ia telah merobohkan semua jago2 silat didataran sungai Tiang-Kang. Peristiwa ini terjadi pada tigapuluh tahun yang lalu, dan kini tak seorangpun yang mengetahui lagi dimana orang kosen ini berada dan...." la berhenti sebentar untuk menarik napas panjang seraya melanjutkan pula . "Dan yang kukatakan setengah ialah Sin Ciang Taysu dari Tiang-pek San. Dialah gurunya Wanyen Hong. Semenjak dia berhasil memperoleh kitab wasiat dari kuburan tua, lantas dia mengeramkan dirinya selama delapan belas tahun. Kabarnya ia sedang mempelajari ilmu Kim-kong Put-hway kang. Nah, hitung-hitung kini sudak genap delapanbelas tahun, cuma sebegitu jauh dia belum pernah turun gunung. Dan karena itu juga belum pernah ada orang yang menjajal ilmu itu. Oleh sebab itulah dia kuberi angka setengah. Kau pikir, kedua setengah orang ini, apa mungkin diantara salah satu ada yang datang secara kebetulan ke Ciong Lam San untuk menolongi Hian Cin-cu ?" Mereka tersenyum puas ....! Lewat tiga hari mereka telah tiba dipegunungan Tay Soat San. Selagi mereka hendak memasuki sebuah biara untuk numpang bermalam, tiba2 dari kejauhan tampak mendatangi kereta berkuda meluncur dengan kencangnya. Pada atap kereta tampak berkibar bendera berbentuk bulan sabit lambang bangsa Monggol. Keempat orang itu menyingkirkan diri untuk memberi jalan pada rombongan kereta berkuda itu. Tapi setelah berada dihadapan mereka, kereta berhenti dan dari dalamnya muncul seorang dukun perempuan bangsa Monggol dan seorang bangsawan wanita bangsa Uighur. Kiranya dukun itu adalah....pawang Tilla! Sedangkan wanita bangsawan ilu adalah bibinya Tay Im Lo-nie-Bee Cin Sie. Dia tahu bahwa Tay Im Lo- nie sedang menuju ke Ciong Lam San. Maka ia lekas2 menyusulnya. Begitulah dengan dikawal oleh beberapa orang Monggol pawang Tilla menyampaikan surat rahasianya Bee Cin Ong-houw kepada Tay Im Lo-nie, dari situ ia baru tahu bahwa keenam putera Jenderal Tuli telah ditolong oleh Gokhiol. Demikian lihaynya Bu Siong cilik itu yang menyertai Gokhiol, yang telah berhasil menghancurkan kerangkeng besi hanya dengan sekali sapuan tangan saja. Benar2 hal ini membuat Bee Cin Ong-houw pusing dan buru2 menyuruh pawang Tilla menyampaikan berita tersebut dan harap agar Tay im Lo-nie secepat mungkin datang di Holim untuk mengadakan perundingan. Im Yang Jie yauw bertukar pikiran semalaman suntuk. Akhirnya tercapailah kata sepakat. "Apabila kita ingin memperdayakan Tuli, maka terlebih dahulu kita harus berhasil membekuk Gokhiol beserta keenam pangeran lainnya. Maka dengan ini kita harus turun tangan sendiri dan datang ke Holim. Lagipula menurut Su-moay ia hendak pergi ke Giok-bun Koan untuk memasang barisan "Kwee-liong Tin". Ditempat itu kebetulan sekali termasuk daerah pengaruh kaum Monggol Kelak kitapun harus meminjam pula bantuan Ong-houw dan dengan jalan ini barulah cita2 kita dapat terlaksana. Dengan begitu berakhirlah sudah riwayatnya orang2 pandai dari segala partai dan golongan di Tiong-goan." Ujar Tay Yang Lhama. Tay Im Lo-nie menganggukkan kepalanya. la setuju dengan pendapat suhengnya. "Maksud Suheng memang benar. Kemarin aku telah menyuruh orang untuk pergi mengambil peti batu itu. Dua hari lagi mereka akan kembali membwa benda itu. Maka sebaiknya pula apabila Im Hian Hong Kie-su kita bawa pergi ke Holim. Aku mempunyai suatu rencana yang bagus!" Pada keesokan harinya, Tay Im Lo-nie menerima undangan itu dan berjanji pula untuk selekas mungkin berangkat ke Holim. Mendengar berita ini, bukan kepalang rasa gembira hati pawang Tilla. ---oo0dw0oo--- Pada saat itu, Gokhiol yang pada kira2 sebulan yang lalu mengikuti Pato kembali ke Holim untuk menolongi saudara2nya. Sedangkan dalam perjalanan, seperii telah diketahui Im Hian Hong Kie-su telah melihat sipemuda sedang berjalan dengan Bu Siong cilik sambil menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sangat hebat. Kiranya Bee Cin Ong-houw dapat berita bahwa Pato telah berhasil meloloskan diri. Sudah dapat diduga lebih dulu bahwa ia tentu akan mengundang orang2 pandai untuk menolong saudara2nya. Sebab itulah ia telah memanggil semua Lhama2 Mongol untuk mengadakan perundingan guna mendapat jalan untuk menghadapi segala kemungkinan2. Pada saat bangsa Monggol dalam kejayaannya, mereka sangat menghormati kaum Lhama. Tapi ketika itu golongan suci tersebut sudah terpecah menjadi dua aliran. Didaerah Utara Sin-Kiang mereka memuja Pate-makhapa sebagai induk agamanya. Mereka menganjurkan untuk mempelajari keagamaan. Sedangkan didaerah See Hek dan suku2 bangsa lain di Turfan, para penjabat tinggi agama menganjurkan untuk menerjunkan diri dalam pemerintahan. Dan sampai kini menjadi turun-temurun. Partai ini disebut pula partai Lhama Ceng Pay. Begitulah orang2 Monggol sangat menghormati kaum ibadah, terutama kaum bangsawannya. Mereka sangat percaya akan nasib Pat-kwa (IImu nujum). Dan Bee Cin Ong-houw ini mempunyai tidak sedikit kepercayaan2nya dari orang2 Sin-kiang. Ketika tentara Monggol menjelajahi daerah Barat, disamping panglimanya yang bernama Uliangko, turut serta juga putera2nya Jenderal Tuli antara lain ialah Mangu dan Kubilay. Ketika di See Cong bertemu dengan kepala agama Pantati Lhama mereka tahu bahwa Lhama ini berkepandaian sangat tinggi. Sebab itulah mereka telah mengadakan sesuatu kunjungan kehormatan. Pantati, yang melihat air muka Kubilay memiliki ciri yang khas, telah merasakan bahwa dikemudian hari cucu raja ini pasti akan menempati kedudukan yang penting. Sebab itu ia mengeIuarkan pengumuman menginstruksikan pada para suku2 bangsa Monggol yang berada dibawah kekuasaannya agar supaya menyerah kepada pihak Monggol pusat tanpa syarat. Demikianlah tentara Monggol telah menaklukkan seluruh wilayah See Cong tanpa mendapat perlawanan yang berarti. Dan dikemudian hari Kubilay berhasil memusnakan negeri Song dan memindahkan ibu kotanya di Yan Keng. Kemudian ia mengangkat muridnya yang bernama Pasupat sebagai menteri agama. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa terima kasih Kubilay atas jasa2 yang telah diberikan oleh Pantati dimasa yang telah lewat. Bee Cin Ong-houw memanggil orang2 kepercayaannya untuk mengadakan perundingan dan setelah pada akhirnya mendapat kata sepakat yang datangnya dari usul pawang Tilla yang merencanakan untuk membuat suatu perangkap. Begitu Gokhiol dan Pato kembali, mereka segera akan turun tangan untuk menawannya. Tapi perundingan rahasia itu dapat didengar oleh ibunya Gokhiol, Lok Giok yang bergegas menemui gurunya Pato, Yalut Sang. Apa mau pada saat itu Yalut Sang sedang keluar kota. Lok Giok gelisah luar biasa. Diam2 ia menanyakan salah seorang pengawal istana yang dikenalnya dengan baik. Dan barulah setelah itu ia dapat tahu bahwa Yalut Sang telah menyuap sipir penjaga untuk mengadakan hubungan dengan kelima muridnya. Maka tiada lain jalan untuk ibu Gokhiol selain menyamar sebagai wanita dusun berpakaian sederhana untuk dapat mencuri keluar dari kota. Tapi di-tengah2 jalan.... ia berjumpa dengan sekelompok Boe-su istana yang sedang membawa sebuah kereta persakitan. Dan didalam kereta itu diborgol dua orang yang bukan lain ialah.... Pato dan Yalut Sang. Bukan kepalang terkejutnya Lok Giok! Kiranya Yalut Sang setelah menerima suratnya Kubilay Yang menyuruh ia mengirimkan seorang kepercayaannya untuk pergi meminta bantuan kepada agama Pantati di See Cong. Pantati memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Bila ada orang yang dapat menghantarkan surat kepadanya, maka kelima, putera Jenderal Tuli akan tertolong jiwanya. la mengambil keputusan untuk segera pergi. Tatkala berjalan kurang lebih limapuluh lie jauhnya dari luar kota Holim, ia berpapasan dengan Gokhiol bersama Pato. Diam2 ia merasa bersyukur sekali dengan kembalinya sang muridnya ini. Dengan demikian harapan untuk menolong para pendekar akan lebih besar lagi. Segera ia turun dari kudanya untuk menyambut kedua pemuda itu. Yalut Song menceritakan seluruh peristiwa yang telah terjadi selama mereka tak hadir di istana. Selesai mendengarkan gurunya Gokhiol berkata. "Kini biarlah aku yang pergi ke Pantati. Aku telah menyelami ilmu meringankan tubuh Leng Wan Keng-kang, hingga dalam waktu sehari saja aku dapat menempuh jarak delapan ratus li. Lagipula daerah Se Cong lebih kukenal dari pada Pato" Pato ingin turut serta, tapi sang guru mencegahnya. "Biarlah Gokhiol sendiri yang pergi. la akan lebih leluasa bergerak seorang diri. Kau sebaiknya turut aku .pulang ke Holim untuk bersembunyi dirumahku sampai mendapat berita yang kita nantikan." Begitulah setelah saling berpamitan, Gokhiol menyemplakl kudanya untuk menyampaikan surat Kubilay kepada Pantati. Bagaikan anak panah meluncur kudanya melesat menuju daerah See Cong. Pato kembali bersama gurunya ke Ho-lim. Tapi malang sekali ditengah jalan mereka tertawan. Mengetahui bahwa Gokhiol tak sampai tertawan, hati Lok Giok merasa agak lega. Satu2-nya harapan ialah bahwa puteranya akan segera kembali membawa Pantati yang sangat diharap kedatangannya itu. Dan demikian pula ia berdoa dengan hikmatnya sepajang malam. ---oo0dw0oo--- GOKHIOL melarikan kudanya siang-malam tanpa me- ngaso2. Sesampainya di Lasha, ibukota See Cong, ia segera menjumpai Pantati Lhama. Pantati sudah berusia tujuhpuluh tahun lebih. Kini boleh dikatakan bahwa seluruh kepandaiannya telah di turunkan kepada muridnya, Pasupat. Dengan sikap menghormat, pemuda kita menyampaikan surat Kubilay kepada pendeta sakti itu. Pantati tersenyum membaca isi surat tersebut, seraya berkata . "Perbuatan Bee Cin Ong-houw sebenarnya sia2 belaka. Sebab diantara saudaramu ini kelak pasti ada dua orang yang akan menjadi Khan. Walaupun Pinceng tidak pergi, merekapun tidak akan mendapat kecelakaan." Gokhiol berlutut sambil mengangguk tiga kali seraya memohon agar pendeta itu dapat turut serta. Sambii mesem Pantati memanggil muridnya. Suaranya sangat Iirih seolah2 kedengarannya seperti orang ber-bisik2. Tapi dari jauh terdengar pula suara orang menyahut. "Sucouw, murid telah datang menghadap." Suara itu terdengar datangnya dari beberapa tombak jauhnya. Gokhiol terperanjat. la menoleh keluar dan mengawasi jendela loteng. Barulah ia tahu diluar istana terdapat tangga batu putih yang bertingkat ribuan dan menembus sampai belakang gunung. Tampak olehnya seorang Bu Siong kecil sedang ber-lari2 menyusuri tangga batu itu. Suara Bu Siong itu se-olah2 terbawa tiupan angin dan kedengarannya seperti orang sedang berbicara di samping saja! Selagi pemuda kita masih berdiri ke-heran2-an atau mendadak sesosok bayangan yang kecil berkelebat masuk bagaikan seekor burung Hong melayang dengan ringannya. Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekejap mata saja Bu Siong itu telah berlutut di hadapan Pantati. Bu Siong itu baru berusia kurang lebih lima belas tahun. Wajahnya tampan dan bersih, sedangkan kepalanya di cukur gundul licin. "Pasupat" Kata Pantati. "Pangeran ini ada anak angkatnya Jendral Tuli. Kini suteemu Kubilay sedang menghadapi kesulitan. Maksudku ialah untuk menitahkan kau ikut serta dengan pangeran Gokhiol pergi ke Holim." Pasupat menghadap kepada Gokhiol seraya memberi hormat, kemudian ia baru menjawab gurunya. "Teecu sudah mengerti." "Kau mesti lekas kembali apabila telah selesai dengan tugas-mu," Ujar sipendeta pula." Jangan main gila di tengah jalan." "Dalam tempo lima hari teecu akan pulang menghadap," Jawab si Bu Siong cilik tersenyum riang. "Baiklah, kini kau boleh pergi dengan pangeran Gokhiol" Selesai berkata Pantati Lhama memejamkan matanya untuk tidak mengeluarkan sepatah kata lagi. Gokhiol menjadi tercengang. Terang2 ia dengan bertunggang kuda saja baru setelah lima hari sampai ditempat tujuan. Sekarang anak ini menjadi-kan gurunya bahwa dalam lima hari saja ia sudah kembali lagi. Kepandalan apakah yang telah dimilikinya? Namun pertanyaan ini oleh pemuda kita hanya disimpan dalam hatinya saja, tapi sebaliknya dalam pikiran lain timbul pula satu pertanyaan. "Ah, tentunya si Bu Siong cilik ini dapat diandalkan, kalau tidak, mana mungkin Pantati menitahkan dia seorang diri untuk pergi ke Holim?" Maka segera pemuda kita memberi hormat kepada Pasupat serta merenyanakan pertukaran fikiran. "Siau-ceng sekarang ingin membereskan perbekalan dahulu. Harap Heng- tiang sebentar malam sebelum menjelang subuh datang dipinggir danau Bengkuli diluar pintu kota Bang Tok." Mendengar keterangan sibocah, Gokhiol menghitung- hitung seorang diri. Jarak ke Bang Tok kira2 lima sampai enam rutus lie jauhnya. Kalau tidak sekarang juga aku berangkat, niscaya aku takkan sampai sebelum subuh. Maka ia segera berpamitan. Malam sunyi-senyap. Cahaya sang putri malam menyinari kulit permukaan bumi. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, Gokhiol ber-lari2 bagaikan seekor rase sedang berlompat-lompatan Jalan menuju ke Bang Tok hanya terdiri satu jurusan. Sering kali Gokhiol melirik kebelakang untuk melihat kalau2 ada orang yang menguntitnya. Tapi sebegitu jauh tiada sesuatu bayangan yang membuntuti dibelakangnya. Bulan permai menyinari air danau yang jernih tenang ber-goyang2 dihembus sepoian angin malam. Sungguh indah sekali pemandangan disekitar danau itu. Scelagi pemuda kita berjalan menghampiri tepi danau, maka tampaklah olehnya tidak jauh ada sesosok tubuh manusia sedang meringkuk diatas rumput, se-olah2 sedang tidur dengan nyenyaknya. Setelah ia menghampiri lebih dekat, ia jadi terperanjat hatinya. Orang yang sedang tidur itu tidak lain dari... Pasupat, si Bo Siong cilik! "Siauw Su-hu. " Ujar Gokhiol. "kiranya kau sudah sampai duluan." Pasupat tersenyum seraya bangkit membereskan pakaiannya. Tampak dipundaknya ada selapisan kepingan salju. Bu-siong cilik itu berkata sambil tertawa. "Ha, malam banyak kabut. Apa mau Siau-ceng telah kepulasan sehingga tak berasa lagi salju telah turun menutupi bajuku." Gokhiol benar2 merasa kagum dan bersamaan pula ia merasa tunduk terhadap pemuda yang masih belasan tahun umurnya ini. ---oo0dw0oo--- Tatkala itu ke-enam putra Jendral Tuli yakni Mangu Moko, Pato, Kubilay, Hulagu dan Kaidu beserta guru mereka Yalut Sang sedang meringkuk dalam penjara di kota Ho-lim. Adapun penjara itu merupakan suatu bangunan yang berbentuk seperti sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh tembok2 yang tinggi. Diluarnya di jaga keras oleh sepasukan tentara yang berpakaian lapis baja. Disamping itu terdapat pula sejumlah tiga ribu serdadu pasukan pemanah yang sudah siap setiap saat untuk menghadapi musuh. Gokhiol bersama Pasupat setibanya diluar kota Ho-lim, hari sudah mulai petang. Kemudian Pasupat menyuruh pemuda kita untuk menyediakan delapan ekor kuda yang bagus2 dan menunggunya dibalik batu besar dipinggir jalanan. Gokhiol masih merasa sangsi, lalu bertanya, "Siauw Su-coan, kenapa kau tidak ajak aku turut pergi?" "Apabila Heng-tiang ikut serta, maka hal ini menghambat waktu saja. Harap di maaf-kan. Malam ini Siauw - ceng pasti akan berhasil menolong ke-enam saudaramu!" "Eh, jangan Siauw Su-coan lupa, selain ke-enam saudara-ku itu masih terdapat seorang lagi, yaitu guruku Yalut Sang" Ujar Gokhiol dengan mengingatkan Pasupat. "Ha... ha... ha...! Maka itulah aku telah menyuruh kau menyediakan delapan ekor kuda yang bagus2," Katanya si Bu Siong cilik sambil tertawa gembira. Sesaat kentudian Gokhiol telah menantikan dengan kuda2-nya. Tiba2 terasa olehnya desiran angin berkesiur nienyusul mana terdengar pula di telinganya suara orang berbicara," Gokhiol, saudara2-mu sudah datang." Gokhiol lantas mengenali itulah suaranya Pasupat, si Bu Siong cilik yang luar biasa! Hatinya bukan kepalang girangnya. Lewat tak seberapa lama tampak dari kejauhan beberapa bayangan sedang mendatangi kearahnya. Merekalah tidak lain dari pada Pasupat bersama ke-enam saudaranya dan gurunya Yalut Sang. Masing2 tengah menggunakan ilmu meringankan tubuh. Lekas2 Gokhiol menyambut kedatangan mereka. Yang pertama kali membuka suaranya ialah Pato dan dengan suara masih ter-engah2 ia berkata. "Siauw Su-coan kau berjalan terlalu cepat, kami hampir kehabisan napas untuk mengimbangi kecepatanmu." Tanpa dapat berkata lagi Gokhiol lantas saling merangkul dengan saudara2nya. Sesaat kemudian baru ia dapat bertanya. "Bagaimana kalian dapat meloloskan diri?" Kubilay mendahului berkata. "Dinding perjara secara mendadak runtuh dan dengan mudah kami dapat mengikuti Seng-ceng lari keluar." Setelah itu mereka berbareng berlutut dihadapan Pasupat untuk menghaturkan terima kasih. Pato berkata. "Kalau tidak Seng-ceng yang menolong kami, maka malam ini niscaya kami akan mendapat celaka didalam tangannya pengkhianat Bee Cin Ong-houw yang kejam." Pada waktu itu dari jauh terdengar suara anjing menyalak dengan riuhnya. Pasupat segera berkata. " Lekaslah bangun, pasukan pengejar sudah menyusul!" Tapi baru saja ia selesai berkata atau mendadak terdengarlah suara derapan kaki kuda yang mendatangi semakin lama semakin dekat! Lalu tampak obor api menerangi kegelapan malam dan dari jauh keiihatannya seperti seekor naga berapi yang sedang bermain. "Celaka kita!" Seru Moko dengan cemas. " Pasukan lapis baja ini paling sedikit berjumlah tigaribu orang. Mana dapat kita melayaninya?" "Kita semua tidak membawa senjata," Ujar Yalut Sang dengan kuatir. "Kita hanya dapat melayani mereka dengan tangan kosong. Bagaimana kita dapat menerobos bendungan mereka ?" Pahlawan2 kita saling berpandangan satu sama yang lain. Se-olah2 mereka sudah kehabisan daya. Namun tatkala mereka mengawasi Pasupat, dilihatnya si cilik ini tengah berdiri tenang2 saja mengawasi cahaya api yang ber-liku2 bagaikan se-ekor naga api itu. Sedangkan dari mulutnya terdengar ia berkata. "Ah, mereka masih berada setengah lie dari sini, tak perlu kita cemas." Hiburnya. Kubilay segera tampil kedepan Pasupat, sambil berlutut ia memohon. "Su-heng rupanya sudah mempunyai daya-upaya untuk menolong kami, maka aku harap lekaslah Suheng cari jalan untuk melawan pasukan yang besar jumlahnya ini." Sambil mengusap-usap kepalanya yang licin Pasupat berkata. "Su-tee tak usah kuatir. Bukankah Gokhiol membawa sebilah pedang? Nah, suruhlah dia sekarang memotong kedelapan ekor kuda ini." Setelah ekor kuda itu dipotong, lalu di lilitkan pada tangan si Bu Siong itu bagaikan seikal padi. Tiba2 terdengar suara terompet berbunyi. Dua barisan pasukan pengejar sudah tampil kedepan berjejer melintang. Menyusul sebatang anak panah ber-api dilepaskan sebagai tanda peringatan. Dari jauhan terdengar seorang kepala pasukan berseru nyaring. "Hai, Mangu bersaudara! Lak Ong-houw telah memberi perintah. Bila kalian berani megadakan perlawanan, maka segera kalian akan mati tertimbun hujan panah!" Tanpa hiraukan peringatan itu Pasupat sudah meloncat kemuka, dengan sikapnya yang tenang ia berdiri, sambil merangkapkan sepasang tangannya, ia berkata. "Omitohud !" Katanya dengan sabar. " Mangu bersaudara sebenarnya tidak bersalah. Mengapa Ong-houw mesti menahan mereka?" Komandan tadi membentak dengan suara keras "Siapa kau hweeshio cilik?" Sambil memberi hormat si Bu Siong cilik memperkenalkan diri. "Siauw-ceng Pasupat." Katanya. Menyusul mana ekor kuda yang berada ditangannya lantas dilontarkan. Terdengarlah suara desiran angin dan rambut kuda itu berserakan diangkasa. Sekejap mata saja tiga ribu pasukan berkuda itu merasakan tubuhnya seperti terkena goresan jarum2 tajam. Lama-kelamaan tubuh mereka terasa gatal, bukan kepalang rasa gatalnya sampai terasa keseluruh tubuh mereka. Segera serentak pasukan tadi meletakkan busurnya untuk meng-garuk2 badannya dengan membabi-buta! Sedangkan kepala pasukan tadi yang berdiri dipaIing muka sudah bergelimpangan diatas tanah sambil berkaok2 saking kegatalan. "Lekas naik kuda," Ujar Pasupat dengan cepat. Mangu dengan kawan2nya lalu menuntun kudanya yang disembunyikan dibalik batu besar dan beberapa saat kemudian mereka sudah membedal kudanya dengan kencang sekali bagaikan angin puyuh. Sepanjang jalan Gokhiol tidak nampak Pasupat, ia menanya pada Pato. "Adikku, apa kau melihat Sengceng?" "Barusan aku lihat ia berjalan paling muka." Jawabnya. Berdua mereka lalu memandang kedepan, narnan sedikitpun tak kelihatan mata hidungnya si hweeshio cilik itu. "Baiklah kita berhenti dulu untuk mencarinya," Ujar Gokhiol dengan rasa cemas. Tapi tiba2 terdengar ada seruan orang dibawah pecut kuda. "Aku berada. disini, untuk apa kalian mencari aku?" Semua orang terperanjat. Tatkala mereka menoleh kebawah, tampak dibawah perutnya kuda Gokhiol, menggemblok seorang bocah yang ternyata... adalah Pasupat! Dengan keduabelah tangannya ia memeluk perut kuda itu, sedangkan kepalanya menjulur kedepan sampai dibawah leher kuda. Semua orang yang melihatnya jadi heran tercampur rasa geli. "Su-heng, lekaslah naik, mari kau duduk sepelana denganku," Ujar Kubilay. "Tak usah, aku ingin tidur dengan nyaman disini," Jawab Pasupat. Mendadak Gokhiol teringat sesuatu, Ialu menanya. "Seng-ceng bolehkah aku menanya ilmu apakah yang telah kau gunakan tadi untuk mengusir pasukan berkuda itu?" "Ah, itu bukanlah ilmu yang perlu dibanggakan. Pinceng hanya menotok jalan-darah gatal mereka saja." Mendengar keterangan Pasupat itu, semua orang yang mendengarnya jadi tertawa geli bergelak-gelak. Menjelang fajar, mereka sudah berada diluar perbatasan kota Giok Bun Kwan. Pasupat berkata. "Kini kalian hendak kemana?" Ia menanya. "Justru kami hendak meminta petunjuk2 dari Suheng." Sahut Kubilay. "Sebaiknya kalian ber-enam bersama Yalut Sang pergi ke Tong Kwan untuk menemui ayahmu." Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata Pasupat. Mendengar dirinya tak disebut. Gokhiol bertanya "Sengceng, apa aku juga harus turut dengan saudara2-ku?" "Tidak," Sahut Pasupat," Kau harus menemui seseorang. Tatkala kita datang kemari, bukankah kita. telah berjumpa dengan Im Hian Hong Kie-su? Malahan ia telah mengikuti kita cukup jauh. Sekarang aku pun hendak kembali kepada guruku. Maka itu sebaiknya kaulah yang mewakili aku untuk menemui dia orang tua." "Aku tak tahu dimana kini Im Hian Hong Kie-su berada." Ujar Gokhiol. "Akupun tak tahu," Sahut Pasupat," Baiklah kau cari dia di tempat kita bertemu itu," Selesai berkata Pasupat ingin berpamitan. Kubilay mencoba menahannya. Tapi si Bu Siong berkata. "Kau telah dengar sendiri dari Gokhiol, bahwa aku telah berajanji kepada guruku untuk kembali dalam tempo lima hari. Apa kau ingin aku mendapat cacian dari beliau?" Menyusul mana badannya lantas melesat dan ditengah2 udara ia masih sempat berkata. "Sampai berjumpa pula saudara-2." Dan menghilanglah ia dari pandangan mata orang ramai. Setelah itu Gokhiol-pun ikut meminta diri dari saudar2nya dan berjalan seorang diri menuju kearah selatan. ---oo0dw0oo--- Lewat beberapa hari si pemuda telah kembali pula kedaerah selatan propinsi Siam Say. Mengingat tempo hari ia pernah berjumpa dengan Im Hian Hong Kie-su di Cu Bu-kok, maka Pasupat telah menyarankannya untuk kembali ketempat itu. la menduga tentu disini ia akan berhasil menemui kembali Im Hian Hong Kie-su. Gokhiol melepaskan kudanya dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Setelah setengah haian lamanya ia mencari disekitar tempat itu, tapi usahanya tak menghasilkan apa2. la pun jadi berkeci! hati... Kiranya waktu itu Im Hian Hong Kie-su tetah kena tertawan oleh Im Yang Jie-yauw dan kejadian itu teIah berselang dua hari yang lalu. Menjelang senja. Sang batara surya mulai condong kesebelah barat. Suasana dilembah itu mulai remang2 gelap, namun Gokhiol terus mencari jejaknya Im Hian Hong Kie-su. Pikirnya dalam hati bahwa Pasupat tak nanti akan membohongi dirinya. Pada saat itu tiba2 tampak olehnya, tidak seberapa jauh rumput2 bergerak, menyusul mana lantas muncul seorang pengemis tua yang pakaiannya sudah compang-camping tak keruan. Gokhiol terkejut dan mundur beberapa tindak. Ketika diamatinya lebih teliti, sekujur badan pengemis tua itu kotor sekali. Setelah pengemis tua itu menoggokan kepalanya sebentar, lalu ia menyusup kembali kedalam semak2. Perbuatannya se-olah2 ia sedang mencari sesuatu. Dari mulutnya sipengcntis terdengar ia mengunyam. "Manisku... ....oh mustikaku, kau telah meninggalkan aku selagi aku tidur. Kalau kau ingin berbuat serong, janganlah disiang hari bolong," Katanya dengan aneh. Rupanya orang itu kini telah menemukan kembali apa yang sedang dicarinya barusan dan dengan suara gembira ia ber-seru2. "Oh... oh..., kiranya kau bersetnbunyi disini? Eh... eh..., jangan kau coba lari, manisku. Tanpa adanya kau ini aku akan mati kering." Melihat kelakuan pengemis lua itu seperti tolol2an, Gokhiol merasa geli didalam hatinya, rasa terkejutnya hilang. Diam2 ia bertindak kedepan untuk melihat benda apa yang sedang dipegang sipengemis sinting itu. Begitu ia melihat, kembali ia menjadi terkejut! Apa yang dicekal ditangan sipengemis tua itu adalah ........ seekor ular kecil. Yang sangat aneh ialah sekujur badan ular itu berwarna merah seperti darah! Ular itu melilit ditangan si pengemis sambil mengangkat kepalanya dan lidahnya menjulur keluar-masuk dengan lincah sekali. Sipengemis kini mendekati mulutnya pada mulut ular itu dan diciumnya seraya berkata dengan nada yang halus serta penuh kasih sayang. "Manisku, apa kau kenal dia? Itulah puteraku yang datang. Diapun seperti kau, tidak mau memanggil aku ayah. Hanya kau lebih baik sedikit dari padanya, sebabnya kau tidak mau merobah she mu, tapi dia telah mengubah namanya hingga jadi orang asing, itulah yang membuat aku kesal dan sedih." Mendengar ucapan aneh dari si pengemis ini, Gokhiol menoleh kebelakang, tapi ia tak melihat seorang juga. Hatinya menjadi heran. Pikirnya dalam hati terang2 pengemis ini sedang mempermainkan dirinya, Dia mengatakan bahwa aku adalah puteranya. Tapi melihat dia berlaku seperti orang sinting, tak usah aku menghiraukannya. Sedang Gokhiol berpikir, si pengemis tadi telah melilitkan ular merah-nya dipinggangnya se-olah2 tali pengikat pinggang saja. Lalu seperti tiada seorang didekatnya, si pengemis tiba2 menjatuhkan dirinya diatas rumput dan ber-guling2an, mendadak ia menangis berkoar serta menumbuk2 dadanya! Gokhiol kembali terkejut menyaksikan perbuatan aneh pengemis itu yang rebah di rumput menangis ter-sedu2. Terdengar pula pengemis itu berkata seorang diri. "Apa benar kau tidak mau mengenali aku lagi atau kau takut tubuhku yang kotor ini? Kalau aku tahu akan terjadi begini aku tentu tak mau pergi menyembunyikan diri selama belasan tahun di gunung Kun Lun-san. Ah, dasar nasibku yang sial." Gokhiol mendengar kata2 orang yang tiada juntrungannya, hatinya merasa kasihan. Ia maju kedepan dengan maksud untuk menghiburnya. Tapi sebaliknya mengingat orang itu sinting dan lagi pula seluruh tubuhnya penuh kotoran, maka apa bila ia merangkul orang itu serta rnengatakan kepadanya dialah puteranya, niscaya dirinya, akan kebauan. Maka buru2 pemuda kita mengangkat kaki untuk meninggalkan tempat itu. Tapi baru saja ia berjalan beberapa langkah, si pengemis itu tiba2 sudah berhenti menangis seraya berteriak. "Lo-Tio, eh....,eh..., kenapa kau pergi lagi? Akupun she Tio, kembalilah kitakan ber-sanak." Cokhiol terkejut, pikirnya bagaimana dia mengetahui bahwa ia she Tio? Segera ia membalikkan badannya untuk memandang pengemis itu yang kini berlutut disamping sebuah pohon besar, si pengemis menganggukkan kepalanya tiga kali. Hati pemuda kita jadi semakin heran. Ketika ia mengawasi, tampaklah olehnya pohon telah terpapas pingirannya, licin bagaikan papan yang halus rata, dan tampak juga goresan2 pada pohon itu yang tertulis. Inilah tempat pemujaan nenek moyang raja Tay-Song (Song yang maha besar). Gokhiol semakin heran, pikirnya . "Pantasan ia memanggil aku Lo Tio (Si Tio Tua). Kiranya dia sedang bersembahyang untuk arwah leluhur raja Song. Melihat tingkah lakunya yang begini aneh, mungkin dia ini menlpunyai sedikit riwayat. " Akhirnya Gokhiol tak dapat menahan diri, dan memberi hormat." Numpang tanya Locianpwe she apa? Kenapa arwah leluhur raja Song di tulis di sini?" Si pengemis palingkan mukanya dan menatap wajah orang. "Bocah, kau she apa?" Ia balas bertanya. Gokhiol menjadi mendongkol hatinya. "Aku menanya kau! Kenapa kau bertanya pula!" Si pengemis mengerutkan alisnya seraya menyahut. "Kau satu she dengan aku, kenapa kau mau bertanya?" Gokhiol bercekat hatinya. Mungkin dia kaki tangannya musuh, sebaiknya aku tidak mengatakan diriku yang sesungguhnya. Maka iapun segera berkata pula. "Lo-pee, kau keliru, bagaimana aku bisa satu she dengan kau? Aku adalah se-orang pemburu dari tepi sungai Kannan di Monggol." Tapi belum habis ia melanjutkan perkataannya, pengemis tua itu sudah mencelat bangun. Berbareng dengan itu menyambar pula desiran angin yang mengarah mukanya Gokhiol. "Plak!" Satu tamparan mengenakan dengan jitu dipipinya Gokhiol, pemuda kita yang tidak menduga bahwa dirinya bakal dipukul, tidak keburu lagi baginya untuk menangkis tamparan itu, maka kini dengan terpaksa ia meloncat kesamping dengan perasaan terkejut dan tidak mengerti. Tamparan itu sangat keras sekali, hingga pipinya Gokhiol menjadi merah. Belum puas dengan tamparan, si pengemis tua itu kembali, mendamprat Gokhiol dengan suaranya yang keras mengguntur. "Kau... kau... binatang! Bila aku tidak memukulmu dengan sepuas hatiku aku akan merasa dosa terhadap leluhurmu ...." Mendapat hadiah tamparan dan makian yang hebat ini, Gokhiol menjadi heran bercampur dongkol. "Eh, kenapa kau tanpa sebab memukul orang?" Tanyanya dengan penasaran. "Kau memang binatang!" Teriak pengemis tua itu dengan sepasang matanya melotot. Gokhiol menjadi gusar, sebab tanpa hujan atau angin, tahu-tahu dirinya dipukul oleh seorang pengemis sinting, maka ia maju beberapa langkah kedepan untuk membalas menghajar pengemis tua yang gila-gelo itu. Tapi maksudnya belum kesampaian, mendadak pengemis tua itu sudah mendahuluinya dengan membentak pula. "Aku bukan saja hendak memukul kau, malah aku ingin KAU berlutut dihadapan arwah leluhur raja Song untuk meminta ampun" Habis membentak, pengemis tua itu menyodorkan kedua belah tangngannya untuk menubruk seraya memeluk. Gokhiol menjadi kaget, selagi ia hendak mundur untuk sekalian mencabut pedangnya. Mendadak pengemis tua itu sudah mengibaskan sebelah tangannya dengan Iekas. Segera Gokhiol merasakan seperti ada semacam tenaga yang sangat keras yang menekan badannya, lalu tanpa ia tahu apa2 lagi, tubuhnya sudah terlempar dan menubruk pohon yang bertulisan itu tanpa berdaya. Kini pengemis tua itu mengangkat tangannya keatas kebawah dan menghitung. "Satu... dua.... tiga! Tanpa dapat mengendalikan dirinya, Gokhiol lantas memanggut-manggutkan kepalanya tiga kali kearah pohon besar itu. Apa yang dipegang oleh si pengemis itu adalah se-ekor ular yang berwarna merah seperti darah ! Melihat Gokhiol sudah memanggutkan kepalanya, pengemis tua itu jadi tertawa dengan gembira. "Ha... ha...ha...! Bagus, bagus sekali!" Katanya. Gokhiol yang semula memang sudah menduga bahwa pengemis gila -gilo itu bukannya orang sembarangan, tapi dasar ia yang masih muda berdarah panas, mana mau ia menerima hinaan dengan begitu saja? Tapi kini barulah ia insyaf bahwa pengemis tua itu berkepandian sangat tinggi sekali, hanya dengan mngangkat-angkat sebelah tangannya yang ditujukan kepadanya, lantas ia menurut apa yang diperintahkan oleh sipengerrais tua itu. Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo