Sepasang Pendekar Perbatasan 13
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung Bagian 13
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya dari Chin Yung Melihat kedatangan orang secara berduyun-duyun, Hay Yan jadi berpikir, kemudian dengan berbisik disamping telinganya Gokhiol, ia berkata " Koko, aku lihat tampaknya mereka seperti hendak mengadakan pertemuan secara besar2-an di Giok Bun Koan, tapi entah apa maksudnya? Bagaimana kalau kita menyelidiki?" "Aku setuju dengan pikiran kau, moay-moay. Daerah ini termasuk wilayah kekuasaan orang Monggol, maka kalau orang2 dari kaum rimba-persilatan hendak mengadakan pertemuan, pasti mereka bakal mendapat banyak kesulitan. Daerah ini kau sangat apal, baiklah sebentar malam kita mengadakan penyelidikan." Kata Gokhiol sambil menggenggam tangannya Hay Yan lebih erat. Malam harinya, kedua anak muda ini menginap disebuah penginapan kecil. Dipekarangan yang tidak seberapa luas, tampak ada beberapa kuda yang ditambat, antaranya seekor membawa alat2 periengkapan yang dibungkus oleh kain minyak yang bertuliskan huruf2 . "Boe-tong Pay Ong Ciok Hu." Diruang makan sudah duduk beberapa orang, tiga antaranya adalah hweeshio2 yang lagi membaca surat undangan yang berwarna merah. Sambil mengambil tempat duduk untuk makan, Gokhiol dan Hay Yan diam2 pasang kupingnya untuk mendengar apa saja yang lagi dipercakapkan oleh orang2 kang-ouw itu. Benar saja tidak lama kemudian, seorang dari ketiga hweeshio itu berkata. "Surat undangan ibmo toheng terima sama dengan yang kudapat, hanya bagi kita orang2 kang-ouw golongan agama di Tiong-goan, sudah lama tidak pernah mengadakan pertemuan dengan golongan agama dari daerah See-hek. Tapi kali ini katanya mereka hendak mengadili Im Hian Hong Kie-su. Persoalannya agak mencurigakan, maka aku hendak menanyakan pada To- heng, agar kita berlaku hati2 sedikit, jangan sampai kita kena dikibuli oleh orang2 sebangsa siluman rase." Segera terdengar hweeshio yang lain menyahut. "Pinceng tidak berpikir sampai sebegitu jauh, meskipun undangan ini berasal dari Im Yang Jie-yauw, dan walaupun mereka berkepandaian tinggi, aku rasa tak nanti mereka bakal berani mencari setori dengan kaum bu-lim dari Tionggoan." Mendengar ucapan ini, Gokhiol dan Hay Yan saling berpandangan dengan penuh pertanyaan. Persoalan ini sangat ruwet sekali, tetapi biar bagaimanapun mereka tidak bakal peluk tangan, sebab jiwanya Im Hian Hong Kie-su sangat terancam. Mereka bersantap dengan hati gelisah, selagi mereka terbenam dalam pikiran masing2, tak tahu lagi sejak kapan, tiba2 seorang gadis sudah mengambil tempat duduk dihadapan mereka. "Aku sudah menduga bahwa kalian berdua akan datang kemari." Bisik gadis itu deagan perlahan. Gokhiol dan Hay Yan terkejut atas teguran yang tiba2 ini. "Siocia, kau!?" Teriak Gokhiol tertahan perlahan, "Kapan kau datang?" Hay Yan yang begitu melihat siapa adanya gadis itu menjadi girang. "Liu kouw-kouw," Tegurnya dengan tersenyum. "Apa kau datang seorang diri?" Gadis itu yang ternyata adalah Kim-gan-bie Liu Bie tertawa. "Tentu saja tidak, aku berjalan dengan seorang pria gagah sambil berpegangan tangan, sampai orang menegurpun aku tidak diladenin!" Mengejek Liu Bie tersenyum sambil melirik kearah Hay Yan. Merah pipinya Hay Yan atas gurauan si nona yang jail ini, tapi dengan cepat Kim-gan-bie melanjutkan pula, "Tentunya kau tidak gusar bukan? Tempat ini kurang leluasa bagi kita untuk bicara, disana masih ada kawan kita yang menanti." Lantas mereka meninggalkan ruang makan untuk keluar hingga sampai diluar kampung. Dalam suasana remang-remang gelap tampak dibawah naungan pohon2 yang-liu, berdiri dua sosok bayangan orang yang samar-samar dapat dilihat sebagai seorang laki2 dan seorang wanita. Laki2 itu berdandan sebagai pahlawan bangsa Monggol, dipinggangnya tetselip sebilah pedang panjang. Sedangkan yang perempuan memakai topi dari kulit rase yang pada ujung depannya terselip setangkai bulu merak yang indah, baju luarnya yang tebal juga terbuat dari kulit rase, cara dandan wanita ini sangat mewah sekali. Kiranya mereka adalah Pato, saudara angkatnya Gokhiol dan Wanyen Hong, ibunya Hay Yan. Bagaikan seekor anak manjangan, Hay Yan melesat memeluk ibunya dengan manja. Gokhiol yang melihat cara Pato berdandan agak berlainan seperti biasa, hatinya Gokhiol menjadi gelisah. Itulah pakaian orang lagi berkabung! Pato yang melihat Gokhiol datang, lantas menubruknya dengan erat mereka saling rangkul. "Adikku, bagaimana kesehatan ayah dan ibuku ?" Gokhiol tanya. Saat itu Pato sudah tidak tertahan lagi rasa sedihn ya, dengan air mata bercucuran ia berkata dengan terputus-putus. "Ayah... ayah.... ayah sudah me .... meninggal.....! Beliau....ber.....berkorban untuk Kha....Kha Khan.....! " Gokhiol terkejut bagaikan ia mendengar geledek mengqeletar disiang hari bolong, ia berdiri bagaikan patung, matanya terasa ber-kunang2 barulah setelah lewat sesaat lamanya ia menjadi sadar. Dengan air matanya yang ber-linang2 ia berlutut menghadap kearah timur. "Gie-hu, ayah!" Katanya. "Kau orang tua telah dianiaya oleh kaum dorna, aku Gokhiol sebagai anakmu, pasti akan membalas sakit hati ini. Ayah, baik-baiklah kau berjalan seorang diri, semoga dewa-dewa memberkahi arwahmu!" Kata pemuda kita dengan perasaan hancur! Kedua anak inipun lalu menangis dengan sedihnya sambil berpeluk-pelukan. Kim-gan-bie lalu menghibur. "Disini bukan tempatnya untuk menangis, kita harus berlaku hati2 terhadap musuh dalam selimut." Si nona memperingati. Belum habis ia berkata atau sekonyong-konyong terdengar suara bergeraknya daun pohon kering yang melayang jatuh. "Ada orang!" Berteriak Hay Yan dengan terkejut. Liu Bie yang cekatan, begitu ia lompat, pecut panjangnya sudah menggeletar diudara. "Bangsa cecunguk! Berani kau jual lagak didepan nonamu!" Bentaknya. Segera ia putarkan pecutnya dengan ilmu yang disebut sebagai Hong-hwee-cie atau Pecut Ekor Burung Hong dengan cepat bagaikan gerakan ular hingga banyak daun2 dan ranting2 pohon yang patah berguguran jatuh ketanah Sekonyong-konyong terdengar desiran angin menyambar dari tempat gelap. Wanyen Hong berseru perlahan . " Awas senjata rahasia!" Segera puteri negeri Kim ini membuka baju luarnya, lantas tampak sinar putih yang berkilauan menerangi kegelapan malam. Dalam sorotan sinar putih yang berasal dari dadanya Wanyen Hong itu, semua senjata rahasia meluruk jatuh diatas tanah. Hay Yan maju memeriksa, kiranya senjata itu adalah.... Kiu-ciu Lui-seng. "Gorisan!" Teriaknya dengan gusar. "Hua-ha-ha! Hua-ha-ha! Sampai bertemu kembali anakku yang manis" Terdengar satu suara mengalun diudara yang kemudian lenyap dikejauhan. Gokhiol dan Pato serentak mencabut pedangnya seraya membentak. "Hai! Jahanam. Kemana kau hendak kabur?!" Mereka hendak mengejar, tetapi Wanyen Hong lantas mencegahnya sambil berkata. "Percuma saja kalian mengejarnya, ia sudah menggunakan ilmu entengkan tubuh Leng-wan Gin-kang, sehingga kalian tak mungkin lagi menyusulnya." Kedua anak muda cuma bisa berdiri dengan hati penasaran dan rnendongkol. Kim-gan-bie dengan tenang menyimpan pulang pecutnya dan memandang kearah utara sambil berkata. "Dari sini kekampung Hay-kee-cun tidak jauh lagi, mari kita pergi kesana untuk berunding. Gorisan meskipun besar nyalinya, pasti ia tak berani datang kekampung itu untuk membuat onar lagi." Mengajaknya. Wanyen Hong manggutkan kepalanya tanda setuju. "Tempat ini bukan tempat yang aman. "berkata Hay Yan" Ibu, mari kita pulang." Diluar hutan sudah menunggu beberapa ekor kuda yang ditambat, maka dengan menunggang kuda mereka berlima lantas berangkat menuju Hay-kee-cun. ---oo0dw0oo--- Semenjak Wan-yen Hong meninggalkan rumahnya untuk pulang ke negerinya, maka segala-galanya ia serahkan pada para tetangganya untuk mengurus. Dari kegelapan malam tampak cahaya lampu pelita yang kelap-kelip menyorot keluar dari dalam rumah. Wanyen Hong menjadi heran. "Aneh!" Tukasnya. "orang kampung ini bagaimana tahu bahwa aku bakal pulang hari ini?" "Mungkin rumah kita ada yang serobot!" Kata Hay Yan dengan tertawa riang. Mereka dengan perlahan-lahan turun dari kuda, tepat nada saat itu juga terderigar pintu pagar terbuka dan heluarlah se-orang gadis dengan lampu gantung ditangan, "ibu! Aku sudah lama menunggu kau disini" Terdengar suara gadis itu berteriak dengan nyaring, dan bernada gembira. Siapakah gerangan gadis itu? Semua orang heran, setelah ditegasi, astaga! Dialah Tai-tai. Rambutnya sekarang disisir rapih dan digelung dua, sepasang matanya tampak indah jeli. Dengan tersenyum simpul ia berjalan menghampiri orang ramai dengan lenggang-lenggongnya yang menarik, tingkah lakunya kini telah berubah tidak seperti dulu yang ketolol-tololan lagi. "Ha! Tai-tai sekarang sudah merobah menjadi seorang gadis yang cantik jelita!" Berkata Gokhiol bergurau, hingga semua orang yang mendengarnya menjadi tertawa. Dulu sejak Tai-tai melukai tumitnya Gorisan di atas tebing yang curam dan berhasil menolong jiwanya Wanyen Hong, maka sejak saat itu Tai-tai diangkat sebagai anak oleh puteri negeri Kim ini. Kemudian oleh lm Hian Hong Kie- su, Tai-tai di tolong pula dengan membuka semua jalan-darahnya yang telah tersumbat sejak kecil, dan sejak itu pula Tai-tai kembali menjadi manusia normal, tidak seperti dulu yang kelakuannya seperti gila-gilaan. Hal ini menunjukkan kecerdikannya yang melebihi orang lain. la dapat menduga bahwa Wanyen Hong dan kawan2nya pasti akan kembali ketempat itu. Maka begitu mendengar suara derapan kaki kuda, iapun berlari keluar menyambut. Wanyen Hong merasa heran, lalu ia menanya. "Kau setan cerdik, bagaimana kau dapat tahu bahwa ibumu akan kembali kesini sekarang?" Tai-tai tertawa dan mengeluarkan sepuiyuk surat, lalu memberikannya kepada ibu angkatnya. "Ibu, harap jangan marah. Sebenarnya aku telah pergi ke Ciong-lam San untuk mencari Yan cie-cie, tapi beberapa hari yang lalu, ditengah jalan aku telah bertemu dengan si pengemis aneh yang dahulu memainkan ular merah dan yang telah menghadiahkan ibu kuda....." "Oh, yah? Ingatanmu tajam sekali. Eh, apakah surat ini untukku?" Tanya Wanyen Hong. "Betul, dia menitipkan surat ini untuk ibu sambil mengatakan bahwa Yan cie-cie sudah meninggalkan Ciong-lam San ber-sama2 Tio Kong-coe dan menyuruh aku menunggu saja disini. Siapa tahu ibupun ikut datang kemari?" Gokhiol menjadi terkejut sekali. "Dimana dia sekarang?" Tanyanya dengan cepat. Sementara itu Wanyen Hong sudah membuka suratnya dan belum habis ia membaca, tangannya sudah gemetaran clan wajahnya pucat pasi. Hay Yan melihat gelagat kurang baik segera maju untuk mendukung tubuh ibunya sambil mencuri lihat isi surat itu yang berbunyi. "Sudah duapuluh tahun lamanya kita berpisah, Hong-moay. Aku Tio Hoan sebenarnya belum mati, tapi telah bertapa dipegunungan Kun-lun San, giat meyakinkan ilma Kian-kun Tai Kie-kang. Sebelum aku dapat membalas dendam kesumat. Tak dapat kita sailing berjumpa. Hong-moay, kini bahaya sedang mengancam! Janganlah kau tinggal ditempat lama ini!" Dibawahnya tergambar seekor ular yang sedang melingkar sambil mengangkat kepalanya. Hay Yan berkata kepada Gokhiol. "Tak salah lagi, dia memang adalah ayahmu!" Dengan suara gemetar terdengar Wanyen Hong berkata separuh berbisik. "Syukur seribu kali syukur! Hoanko benar2 belum meninggal! Tapi mengapa kau tidak mau menemui aku selama ber-tahun2 lamanya?" Gokhiol kemudian menceritakan bagaimana ia telah bertemu dengan ayahnya secara aneh dipegunungan Ciong-lam San. Mendengar keterangan itu hati sang putri menjadi heran bercampur girang. Untuk ketegasannya ia menanyakan pula. "Betulkah ada kejadian yang sangat aneh seperti ini?" Kim Gan Bie mendekatinya. "Suci, kau lihat suratnya Tio Hoan yang mengatakan bahwa bahaya kini sedang mengancam. Mungkin dia sudah mengamat-amaii sepak terjangnya Gorisan. Malam ini Suci telah pulang kembali kekampung keluarga Hay, entah bahaya apa yang mengintai kita?" Katanya. Kim Gan Bie setelah mendapat dengar tentang tertawannya Im Hian Hong Kie-su dan para tokoh2 Bu-lim mendapat surat undangan dari Im Yang Jie-yauw untuk datang ke Cian Hud Tong untuk mangadakan persidangan. Diam2 ia memberitahukan peristiwa itu kepada Wanyen Hong dan segera berangkat untuk menolongi Im Man Hong Kie-su. Kemarin ditengah perjalanan mereka telah bertemu dengan Pato. Wanyen Hong segera mengenalinya. Semula ia berniat untuk menyingkir, tapi Pato sudah turun dari kudanya. Sang Pengeran kamudian menceriterakan bahwa ayahnya telah membunuh diri. Kedatangannya sekarang ialah untuk mencari Gokhiol. Wanyen Hong menanyakan sesuatu dan tahulah bahwa Tay Yang Lhama pernah datang ke Ho-lim. lapun sadar ada sesuata yang kurang beres, maka ia melanjutkan perjalanannya bersama Pato. Sepanjang jalan mereka mencari jejak Gokhiol dan diluar dugaan barusan mereka telah bertemu dirumah penginapan. Malam itu mereka mengadakan perundingan untuk mem-perbincangkan maksud dari isi surat Tio Hoan. Apakah gerangan arti . Jangan tinggal ditempat lama2?........... "Kalau tempat lama yang dimaksudkan Hay-kee Cun, maka malam ini juga kita harus meninggalkan tempat ini!" Ujar Hay Yan. Tapi Tai-tai tak dapat menyetujuinya, katanya," Tempat lama yang dimaksud Tio Siok-siok tak mungkin adalah tempat ini, karena ia dahulu belum mengetahui kampung keluarga Hay ini. Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sebab ibu pun baru kemudian menempati tempat ini. Menurut pendapatku yang dimaksud tempat lama tentulah Cian Hud Tong atau Goa seribu Budha dimana dia dahulu pernah bertempur melawan Gorisan. Bagaimana pendapat kalian?" Wanyen Hong meng-annguk2-kan kepalanya, tapi segera ia teringat pula kejadian pada dua puluh tahun yang lampau tatkala Gorisan dengan menyamar sebagai Tio Hoan telah mencemarkan dirinya, karena merasa ma!u dan rasa dendam yang tak terhingga ia mengeretakkan giginya. "Huh, tempat lama? Tempat yang tak dapat kulupakan, Aku justeru hendak pergi kesana untuk membalas sakit hatiku kepada Gorisan, bagaimana aku bisa diam saja?" Pato menggeleng dengan kuatir dan mengeluarkan pendapatnya . "Kongcu, kau harus mempercayai kata2 Tio Cianpwee. Lagi pula Im Yang Jie-yauw sedang mengadakan pertemuan dengan para tokoh Bu-lim digoa seribu Budha. Maka tak salah lagi Gorisanpun akan berada ditempat itu. Sebaiknya Kongcu jangan pergi kesana agar tidak menjadi mangsa perangkap mereka!" Gokhiol tak setuju, katanya . "Adik mengapa kau berkata demikian? Kini Im Hian Hong Kie-su jatuh ketangan sepasang iblis itu, masakan kita harus berpe!uk tangan saja tanpa berbuat sesuatu? Biarpun Kongcu tidak pergi, aku seorang diri akan pergi kesana Bagaimanapun juga aku bersumpah akan menolongi jiwa Im Hian Hong Kie-su!" Diam2 Pato tertawa dalam hatinya. Sebenarnya perkataannya adalah untuk membakar hati Wanyen Hong. Dia tahu bahwa antara, bangsa Monggol dengan bangsa Kim terpendam rasa dendam yang sudah turun temurun. Sang puteri belum tentu hendak ikut bertempur melawan Im Yang Jie-yauw yang merupakan musuhnya, maka barusan ia pura2 membujuk sang Kongcu supaya jangan sembarang pergi. Sekarang begitu mendengar kata2 Gokhiol, iapun segera menjawab . "Kalau koko hendak pergi menolongi Im Hian Hong Kie-su, maka sebaiknya kita berunding dulu, lalu barulah kita pergi bersama-sama." Wanyen Hong manggut. "Antara kita berenam masing2 mempunyai persoalan sendiri2 yang berlainan. Mulai saat ini, kita harus menghapuskan perasaan perbedaan suku bangsa dan bersatu menjadi kawan untuk sama2 mengganyang kaum Iblis dari See-hek. Dengan demikian pasti Im Hian Hong Kie-su dapat kita selamatkan jiwanya." Ujarnya. Wanyen Hong berkata demikian karena ia adalah seorang puteri dari negeri Kim, sedangkan Pato adalah pangeran muda Monggol. Sedangkan dalam kenyataannya antara kedua negara itu sudah terjalin permusuhan yang hebat. Disamping itu Gokhiol adalah sanak saudara Kaisar Song dan ibunya adalah orang Kim dan ia sejak kecil sudah diangkat anak oleh Jenderal Tuli. Hay Yan, meski adalah puteri Wanyen Hong, tapi tidak mengakui ayahnya sendiri yang menjadi musuh besar ibunya. Semenjak kecil ia dipelihara Hay An Peng. Tai-tai adalah puteri angkat dari Wanyen Hong sedangkan Kim Gin Bie adalah puteri Lu Bun Liong yang sejak kecil diculik dan kemudian diangkat sebagai puteri sendiri oleh seorang pangeran Kim. Sejak kecil Kim Gan Bie dipelihara oleh Tiang Pek Lonio. Sebenarnya ia adalah turunan dari seorang menteri setia kerajaan Song. Pada waktu itu semua tokoh2 rimba-persilatan telah menerima surat undangan Im Yang Jie-yauw. Dan semua orang merasa aneh, dengan hati ingin tahu mereka ber-duyun2 datang ke Giok-bun Koan untuk menyaksikan keramaian. Diantara mereka ada ketua partai yang pada dua puluh lima tahun yang lalu telah dipecundangi oleh Im Hian Hong Kie-su. Mereka umumnya ingin membalas sakit hati yang telah terkandung selama puluhan tahun lamanya. Kini mereka ingin menyaksikan sendiri betulkah Im Hian Hong Kie-su tertawan oleh Im Yang Jie-yauw? Bila benar mereka akan merasa puas, sebab dengan meminjam tenaga lain orang sakit hati mereka telah terbalas. Tapi diantaranya ada juga yang tidak mempunyai sangkut paut apa2, mereka hanyalah orang2 yang biasa berkelana didunia kang-ouw, yakni hanya ingin tahu dan mau lihat keramaian saja. Ketika itu Ciang-bun-jin Bu-tong Pay Wan Han San To- tiang yang telah lanjut usianya, menitahkan suteenya yang bernama Ong Ciok Hu untuk datang meninjau. Kebanyakan yang datang ke Giok Bun Koan berasal dari partai Bu-tong Pay, karena pada tiga puluh tahun yang lampau partai itulah yang dapat anugerah dari Kaisar Song sebagai partai yang terhormat. Im Hian Hong Kie-su dan Tio Hoan dahulu pun pernah belajar silat di Bu-tong San. Ong Ciok Hu kali ini mendapat titah untuk datang ke Giok Bun Koan dengan maksud untuk memohon kepada sahabat2 Bu-lim supaya jangan mengenang kejadian yang telah lampau dan sudi menyudahi saja soal itu, sehingga dengan dernikian Im Hian Hong Kie-su dapat tertolong jiwanya. Hari itu Gokhiol melihat dirumah makan dua orang Hwee-shio, satu diantaranya adalah Ong Ciok Hu itu. Sementara itu Tay Im Lo-nie sudah mengadakan pesiapan. Beberapa orang kepercayaannya telah ditugaskan untuk mengadakan penyambutan para tamu. Gorisan dan Ang-bian Kim-kong mendapat tugas untuk meng-amat2-i secara diam2 tamu2 itu. Dilain pihak, San Tik orang kepercayaannya Bee Cin Ong-houw telah mendapat sebuah Leng-ciam dari Ong Houw untuk memimpin dua ribu orang pasukan Monggol untuk menuruti segala perintah yang diberikan oleh Im Yang Jie-yauw dan mengadakan perangkap menanti para tokoh Bu-lim masuk jaringan. Menurut kebiasaan tata-tertib kang-ouw, orang2 yang telah menyebarkan surat undangan tak pernah mengeluarkan suatu tipu muslihat terhadap para tamunya, maka para tokoh dari berbagai partai dan kalangan yang datang ke Giok Bun Koan ini mimpipun mereka takkan menyangka bahwa Im Yang Jie-yauw sedemikian beracun dan keji untuk menjatuhkan mereka kejurang kemusnahan. Berselang dua hari para tamu sudah berkumpul diluar Tuna Wang, diantaranya terlihat It Kiat Cinjin dari Go Bie Pay, Ang Cin To-tiang dari Hwa-san Pay, Pek le Kie-su dari Heng-ie Pay, Kim Jie Hauw dari Kwan Gwa Hek San Pay dan Iain2 tokoh yang kenamaan. Melihat Tay Yang Lhama hanya membawa beberapa anak muridnya, mereka sedikit pun tak menaruh syahwasangka. Ong Ciok Hu menanyakan kepada Tay Yang Lhama dimana adanya Tay Im Lo-nie yang dijawab. "Sumoay berada di gunung untuk menjaga Im Hian Hong Kiesu. Besok adalah hari pertemuan. Harap kalian datang pada waktunya untuk naik keatas gunung buat bertamu." Keesokan paginya, sehabis semua orang sarapan, Tay Yang Lhama mengajak Ang-bian Kim-kong masuk dan mengundang para tamu lainnya untuk berkumpul di goa keenam belas di atas gunung. Para tokoh silat mengikuti Tay Yang Lhama naik keatas gunung. Tak lama tampak seorang nie-kauw yang berparas pucat berdiri di mulut goa dan memberi hormat kepada para tamu yang datang. Para hadirin satu per-satu membalas hormat. Dialah Tay Im Lo-nie. Wanita iblis itu tersenyum, dan berkata dengan manis merendah "Siauw-nie merasa bangga atas kedatangan kawan2 sekalian. Kami sebenarnia tidak bermusuhan dengan Im Hian Hong Kie-su. Tapi sebaliknya, dia selalu bersikap musuh terhadap kami maka kami telah menawannya. Kini dia berada didalam peti batu untuk menanti keputusan kalian untuk menentukan nasibnya." Ong Ciok Hu melihat gerak-gerik si nie-kauw tidak begitu wajar, ia mulai merasa curiga. Lalu ia menanya . "Dimanakah kini Im Hian Hong Kie-su berada? Bolehkah kami melihatnya?" Tay Tm Lo-nie tersenyum manis yang di buat2-nya. "Tentu saja boleh, kalian dengan susah payah dan lelah telah memerlukan untuk datang kemari, memang kami sudah menantikan kawan2 Bu-lim untuk melihat tawanan katni dengan lebih jelas serta mengenalinya. Apakah betul2 orang yang telah siauw-nie tangkap Im Hian Hong Kie-su adanya? Karena kabarnya dia sudah dua puluh tahun lebih menyembunyikan dirinya dipegunungan dan baru belakangan ini saja muncul untuk menimbulkan berbagai macam ke-onaran." Dengan ramah-tamah Tay Im Lo-nie mempersilahkan para hadirin untuk memasuki goa ke-enam belas. Kurang lebih tiga puluh orang tokoh2 rimba persilatan be-duyun2 berjalan masuk kedalam goa, setelah melalui arca2 yang tak terhitung jumlahnya akhirnya sampailah mereka pada sebuah kamar batu. Pada mulut kamar itu terdapat sebuah pintu besi yang tertutup rapat2. Si nie-kauw mmbuka pintu dan tiba2..... terlihat sinar cahaya matahari yang menerobos masuk dari luar menerangi seluruh kamar! Di dalam kamar itu tampak sebuah peti batu yang besar melintang diatas lantai. Pada tutup peti terpahat sebuah lubang persegi dan didalamnya kelihatan jelas muka Im Hian Hong Kie-su yang tengah berbaring. Wajah Si Penunggu Puncak Gunung Maut tiada berubah, hanya matanya yang terpejam. namun bulu matanya ber-gerak2 menandakan bahwa dia tidak mati. Para tamu merasa heran sekali bagaimana pendekar tua itu masih dapat hidup didalam sebuah peti batu selama beberapa waktu lamanya.? Tiba2 Ang Cin To-tiang, berkata . "Dialah memang Am Hian Hong Kie-su!" Lalu menoleh ke Ong Ciok Hu dan melanjutkan . "Apa to-heng juga mengenalinya? Nampaknya dia tertotok jalan-darahnya, hingga tidak sadarkan diri." Belum sempat Ong Ciok Hu menjawab, atau sudah terdengar Tay Im Lo-nie berkata," Saudara2 sekalian, apakah kalian sudah melihat dengan jelas? Bila sudah jelas dan pasti orang ini adalah Im Hian Hong Kie-su, harap kalian keluar dari sini untuk mengadakan perundingan. Siauw-nie masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan." Tay lm Lo-nie menutup kembali pintu kamar, sehingga mau tak mau para tamu terpaksa mengundurkan diri Kemudian si nie-kauw mengantar mereka berjalan meIalui sebuah gili2 keciI yang ber-liku2. Dinding dan lantai jalanan tersebut terbuat dari batu alam yang berwarna putih. Tiba2 Ong Ciok Hu merasakan sesuatu bebauan yang aneh! Per-lahan2 ia berbisik kepada It Kiat Cin-jin. "Apakah To-heng dapat mencium bau belerang?" It Kiat Cin-jin menganggukan kepalanya," Aku sendiripun merasa heran, bau ini datangnya se-olah2 dari celah2 batu lantai." Tak lama kemudian sampailah mereka kesuatu tempat yang berbentuk seperti baskom, tempat itu dikelilingi oleh tembok yang menjulang tinggi keatas. Pada tembok batu itulah tampak jalan2 kecil yang menuju keluar. Berkata pula Ong Ciok Hu. "Lie Hoat-su hendak mengantar kita kemana, apa ada jalan untuk turun gunung ?" Tay Im Lo-nie tertawa lebar seraya berkata. "Hari ini siauw-nie merasa beruntung sekali atas kehadiran kalian. Gunung Beng See San atau Gunung Pasir Berbunyi ini luasnya sepanjang sepuluh lie. Disekitarnya terdapat goa2 yang penuh terukir arca2 yang bercorak seni. Antara goa2 ini terdapat pintu rahasia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sungguh suatu pekerjaan yang tinggi mutu- seninya. Siauw-nie bermaksud mengantar kalian untuk menikmati seluruh pemandangan disini. Setelah itu kita kembali kebawah gunung untuk bersantap bersama-sama." Diantara hadirin sebagian besar memang belum pernah mengunjungi Giok Bun Koan, maka mendengar penjelasan itu, mereka menjadi ketarik hati. It Kiat Cin-jin lalu bertanya pada Tay Im Lo- nie. "Lie Hoat-su telah mengedarkan surat undangan kepada kami, sebenarnya hendak merundingkan soal apa? Sebaiknya kita kembali kebawah dahulu dan nanti mempersilahkan kawan2 lainnya untuk melancong sendiri2. Bukankah ini mengirit waktu dan lebih baik?" It Kiat Cin-jin adalah tokoh Go-bie Pay, diam2 melihat wajah Tay Yang Lhama yang samar2 memancarkan nafsu pembunuhan. Sebab itulah ia telah mengajukan usulnya untuk segera kembali kebawah. Tay Im Lo-nie tertawa. "Dalam surat undangan siauwnie berjanji hendak menyerahkan Im Hian Hong Kie-su kepada kalian untuk diadili. Sekarang kawan2 sudah capai, baiklah kita turun dahulu untuk bersantap, kemudian kita adakan perundingan. Nah, suheng! Lebih baik kau pergi dulu mengadakan persiapan." Kata Tay Im Lo-nie pada Tay Yang Lhama. Tay Yang Lhama manggut, lalu segera bergegas berjalan pergi. Ong Ciok Hu bertanya. "Eh, kenapa Tay Yang Hoatsu pergi dulu?" "Su-hengku turun untuk mempersiapkan hidangan agar kalian tidak menunggu lama." Kata Tay Im Lo-nie dengan tersenyum. "Ah, bikin repot saja!" Ong Ciok Hu menyahut, sedangkan didalam hatinya ia sudah mempunyai firasat kurang enak. Memang sebagian besar hadirin gudah mulai merasa curiga, lagi pula mereka makin lama diajak ketempat yang letaknya sangat bahaya seperti liku Pat Kwa Tin, sedangkan bau belerang semakin santer merangsang hidung mereka. Maka itu mereka ingin lekas2 kembali kebawah gunung. Mereka berjalan lagi beberapa saat lamanya hinggh tampak dihadapan mereka sebuah goa kecil dengan muiutnya yang sangat sempit, untuk masuk kedatam hanya dapat dilewati seorang saja. Tay Im Lo-nie berkata. "Goa ini adalah yang kedelapan puluh enam. Didalamnya terdapat patung2 cerita Gak Lian menolong ibunya dan......." Pada saat itulah secara mendadak Biauw Tiin Lie-nie membentak "Kami tak bermaksud untuk masuk kedalam goa! Inilah bukan jalan untuk turun kebawah! Tay Im Lonie, kau sebenarnya sedang menjalankan siasat apa?" It Kiat Cin-jin turut membuka suara. "Lie Hoat-su, mungkin kau hendak mengurung kami ditempat ini?" Wanita iblis itu terus berjalan dimuka, dengan paras menunjukkan senyuman palsu ia menyahut. "Siasat apa? Ah, kalian terlalu banyak curiga." Walanpun mulutnya mengucapkan kata2 menyangkal. namun langkahnya makin dipercepat menuju kemulut goa! Ong Ciok Hu, Biauw Cin Lie-nie, It Kiat Cin-jin dan lain2-nya menjadi terkejut, berbareng mereka berseru. " Jangan kasih iblis perempuan itu lari! Pegang dia!" Kim Jie Hauw dari Hek-san Pai yang terkenal dengan ilmu meringankan tubuh Langkah-Harimau, bagaikan kilat ia meloncat kemuka, mengejar si nie-kauw. Tapi setelah hampir tercandak, Tay Im Lo-nie secara tiba2 memalingkan badannya dan mengirimkan pukulan. Segera terasa oleh Kim Jie Hauw semacam angin dingin menyerang dirinya. Cepat2 ia menyingkir kesamping, namun tindakannya terlambat! ---oo0dw0oo--- KINI semua tamu baru sadar bahwa mereka sudah tertipu! Pada detik yang menyusul, beberapa jago kelas satu yang berada dibelakang sambil berteriak laksana guntur, mereka menyusul kedepan bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya melayang diudara, berbareng segera terdengar pukulan yang serentak bagaikan gunung ambruk! Dinding batu terhantam sampai retak dan debu berhamburan, namun Tay Im Lo-nie sudah keburu lari dan menghilang kedalam lubang goa lainnya. It Kiat Cin-jin bersama beberapa orang pandai lainnya memburu datang, tapi dari sebelah depan sudah memegat seorang Lhama berpakaian jubah serba merah berdiri dimulut lubang goa dengan angker. Ditangannya memegang sebuah kaca tembaga besar, dialah Tay Yang Lhama. Dalam waktu yang sekejap dari dalam kaca tembaga itu keluar satu sinar yang dasyat sekali dag hawa udara terasa sangat panas bagaikan lagi dipanggang! Para tokoh rimba persilatan untuk sesaat lamanya tidak mampu berbuat apa-apa karena mata mereka menjadi silau. Tiba-tiba ... ffuutt .. , dan dari mulut goa itu menyembur api yang ber-kobar2 dengan hebat! Beberapa orang yang berada didepan, karena tidak menduga bakal terjadi kebakaran, tak keburu lagi mereka menyingkir dan segera mati tertambus angus! Semua bergegas mundur kebelakang, kini mulut goa itu sudah tertutup oleh api yang besar. Tak mungkin lagi bagi orang untuk menerobos kesana. Dari dalam api yang hebat itu karena bercampur belerang, tampak satu sosok bayangan merah berkelebat masuk kedalam goa. Tokoh2 Bu-lim berikhtiar untuk mencari jalan keluar, tapi tiba2 dari celah2 lantai keluar bebauan yang sangat merangsang hidung. Ong Ciok Hu berseru, "Celaka! Gunung ini mengeluarkan belerang yang dapat menyala! Hayo, kawan2, lekas kita cari jalan keluar!" Semua menjadi kacau dan api semakin berkobar bagaikan belasan naga menyemburkan api. Kiranya daerah Giok Bun Koan ini terkenal dengan tambang minyak tanahnya. Sementara ini para tokoh2 Bu-lim sudah hampir terkurang oleh lautan api yang kian berkobar kian bertambah hebat nyalanya! Mereka melihat goa ditingkat keenam belas, dimma kini Im Hian Hong Kie-su masih terbaring dalam peti batu, mereka hanya mampu melihat tanpa berdaya untuk datang menolong Pendekar Puncak Gunung Maut ini, sebab jarak antara mereka dengan lm Hian Hong Kie-su dipisahkan oleh jurang api yang dalam! Walaupun mereka rata-rata memiliki kepandaian yang tinggi serta jempolan, namun terhadap lautan api ini mereka tidak berdaya sama sekali. Kiranya lautan api itu adalah sebuah Hwee-liong-tin atau Barisan rahasia Naga Berapi yang sangat hebat serta keji sekali ! Barisan ini telah lama tidak di pergunakan karena mendapat tentangan yang sangat hebat dari orang2 rimba persilatan. Hwee-liong-tin ini sengaja dipasang oleh Gorisan dengan mengikuti petunjuk2 kitab Kie-bun Tin-hoat yang telah di curinya dari Gunung Ciong-lam San dalam kuil Hu Cin Koan. Cara membikinnya Hwee-liang-tin ini ialah dengan membuat saluran2 dibawah tanah, lalu dialirkan minyak tanah dan belerang serta bahan-bahan yang mudah terbakar. Maka bila disulut atau kena cahaya matahari yang cukup panas sedikit saja, lantas terjadilah api yang dengan melewati celah2 batu terus membumbung tinggi. Kalau orang yang tidak mengenal rahasia Hweeliong-tin ini, sukar sekali baginya untuk dapat meloloskan diri. Hari kini mulai menjelang magrib, Beng-see San telah terkurung oleh api yang berkobar-kobar sehingga dari jauh kelihatan berwarna merah-kemerahan bagaikan gunung berapi. Syukur bagi tokoh2 Bu-lim, mereka masih dapat memepet dibagian tebing gunung yang cukup tinggi, dimana api tidak dapat menjalar. Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka saling pandang satu sama lain dengan wajah yang putus asa ! Mereka bungkam tidak bersuara! Selang beberapa saat, barulah terdengar It Kiat Cinjin berkata dengan nada menyesal. "Aku begitu datang memang sudah merasa curiga terhadap Tay lm Lo-nie yang sepak terjangnya sangat aneh. Namun aku sedikitpun tidak mengira bahwa ia bakal menjebak kita dengan Hwee-liong-tin yang begini keji!" Biauw Cin Lie-nie turut menghela napas. "Bila kita terus terkurung disini begini rupa, dalam waktu sepuluh hari tanpa makan tanpa minum, kita bakal tertawan tanpa dapat melawan........ ujarnya dengan lesu. ---oo0dw0oo--- SEMENTARA itu Wanyen Hong serta Gokhiol berenam sedang berjalan menuju gunung Beng-see San. Daerah ini adalah bekas daerah berkelananya Wanyen Hong bersama puterinya dimasa lampau. Belum lagi mereka tiba, dari jauh sudah terlihat api membumbung tinggi kelangit. "Api itu berasal dari Beng-see San!" Berkata Gokhiol dengan kaget sambil menunjuk kearah gunung. "Cilaka ! tentunya orang2 Bu-lim yaug datang ke Giok Bun Koan "semuanya telah masuk perangkapnya Im Yang Jie-yauw !" Tanpa ayal mereka lantas mengeluarkan ilmu gin-kang untuk berlari cepat, tapi baru sampai ditengah gunung, lautan api sudah menghalang perjalanan mereka. Wanyen Hong menjadi putus asa. "Mari kita berpencaran, masing2 mencari jalan naik keatas. Aku tidak percaya kalau semua jalan sudah tertutup oleh api!" Katanya. Lalu ke-enam jago2 ini berpencaran mencari jalan untuk naik keatas. Malam telah berganti dengan pagi Namun ke-enam jago2 kita masih belum juga mendapatkan jalan aman untuk naik keatas, akhirnya mereka berkumpul pula ditempat yang sama dengan saling berpandang-pandangan dengan penuh kecemasan. Selagi mereka sedang bingung, se-konyong2 dari segumpalan asap yang mengepul muncul seorang imam yang bukan lain adalah Hu In too-tiang dari Hu Cin Koan. Napasnya tampak ter-sengal2 seolah-olah ia sudah kehabisan tenaga. Gokhiol dan Hai Yan lalu memapaki sambil menanya, "Ada apa Too-tiang begitu tergesa-gesa?" Sambil menyeka peluhnya yang mengalir turun Hu In mengeluarkan sepucuk surat seraya berkata. "Guruku telah menyalin peta Kie-bun-tin ini secara kasar. Tapi dengan mengikuti petunjuk2 peta ini, kita bakal menemui jalan masuk dan keluar dengan leluasa." Semua orang yang mendengarnya menjadi girang dan bersemangat. Gokhiol buru2 menyambuti peta itu sambil bertanya. "Hian Cin Cian-pwee bagaimana mengetahui bahwa kedua Iblis Tangkula San itu sedang menggunakan barisan Naga Berapi ini?" "Kemarin guruku menerima surat dari Wan Han San Ciang-bun-jin Butong Pay yang mengatakan bahwa lm Yang Jie-yauw mengedarkan surat undangan yang telah dibagi-bagikan kepada seluruh tokoh2 rimba-persilatan untuk datang ke Giok-Bun Koan, guna mengadili Im Hian Hong Kie-su. Too-tiang ini menanyakan apakah gurukupun dapat surat undangan tersebut? Tentu saja guruku jadi terkejut berbareng teringat oleh beliau bahwa Gorisan telah mencuri se Jilid kitab yang didalamnya terdapat rahasia2 Hwee-liong-tin yang keji. Maka dapat diduga bahwa para orang gagah dari Bu-lim tentunya bakal mendapat kesulitau, bergegas beliau menyuruh aku mengantarkan petanya yang kasar ini kepada siapa saja yang aku temui ditengah jalan yang sudi datang ke Beng-see San untuk menolong para orang gagah tersebut yang telah terjebak." Menerangkan Hu In. "Dugaan gurumu memang tidak keliru," Kata Wanyen Hong. "Kami disini memang sudah mati kutu untuk mencari jalan naik." Gokhiol lalu membuka peta itu, setelah dipelajari dengan seksama, ia lantas berkata. "Lekas, mari kita naik keatas untuk menolong Im Hian Hong Kie-su dan Ho-han Ho-han dari Bu-lim" ---oo0dw0oo--- Buat mengatur dan menguasai barisan Hwee-liong-tin ini, Gorisan ditugaskan untuk menjaga goa ditingkat yang ketiga belas. Tempat ini merupakan tempat rahasia dari seluruh Gunung Ribuan Budha dan tempat ini pula dulu Gokhiol ditemukan serta Wanyen Hong dicemarkan oleh Gorisan, si jahanam! Kiranya goa ditingkat ini juga yang merupakan kunci dari barisan rahasia Hwee-liong-tin! Yang menjaganya adalah Wan Hwi Sian alias Gorisan! Gorisan yang telah menjalankan tugasnya semalaman suntuk dan ketika fajar menyingsing, ia jadi teringat akan pesannya Tay Im Lo-nie kemarin bahwa diwaktu tengah hari ia harus datang bersama Tay Yang Lhama kegoa ditingkat ke-enam-belas untuk membunuh Im Hian Hong Kie-su yang sudah tidak berdaya. Terpikir yang Im Hian Hong Kit-su bakal mati dalam waktu yang tidak lama iagi, Gorisan menjadi gembira dan mendumal seorang diri . "Hem! Im Hian Hong Kie-su, kau boleh menjagoi rimba-persitatan sesuka hatimu, tapi, sekarang, hi-hi-hi, kau..... kau bakal mampus ditangannya Gorisan! Huaha..ha! Oh... Hua..ha-ha!" Tertawa Gorisan dengan suara yang keras bagaikan ia sudah gila. Tapi sekonyong-konyong terdengar satu suara yang angker menjawab. "Gorisan! Betapa kau pintar, tapi hari ini kau bakal mati diujung pedangku!" Gorisan terkejut, dengan cepat ia menoleh untuk melihat siapa Yang berkata, namun setelah menoleh kekiri, kanan dan belakang, tetap ia tidak menemukan seorang juga. Diam2 ia tertawa sendiri. "Ah, kenapa sekarang aku jadi begini penakut? Apa lantaran karena aku sedang berpikir keras, lantas kupingku tanpa sebab mendengar orang berkata ? Mungkin ... mungkin. Gorisan, kau jangan takut, laki-laki sejati takut apa dengan segela setan pejajaran? hi-hi-hi, Hua..ha-ha!" Kembali Gorisan tertawa dengan rasa puas. Belum habis Gorisan tertawa dan menyeka peluh dinginnya, mendadak suara berkeresek terdengar dari belakang sebuah patung..... "Setan.......!?" Pikir Gorisan dengan terkejut. Tapi yang muncul bukanlah setan atau memedi, melainkan seorang.......... wanita yang mencekal sebilah pedang yang mengkeredep cahayanya! Wanita ini memakai topi kulit rase yang ujungnya terselip sebatang bulu merak yang indah, rambutnya terurai keluar sedikit, wajahnya yang cantik rupawan bagaikan rembulan, bibirnya bersemu merah-kemerahan, sungguh seorang wanita cantik yang jarang ditemukan..... Gorisan kesima sejenak melihat seorang wanita cantik tiba2 muncul dihadipannya, rasanya ia pernah kenal nengan wanita ini, tapi entah dimana? Ketika ia mengawasi lebih tegas. Astaga! Lantas saja tubuhnya gemetar, peluh dinginnya kembali ngucur, bahkan lebih deras, wajahnya pucat seperti kertas. ---oo0dw0oo--- KIRANYA wanita itu adalah saudara misannya sendiri..... Wanyen Hong! Puteri dari negeri Kim. Wanyen Hong tertawa dingin dan mengeluarkan suara di hidungnya yang menyeramkan . " Gorisan..... Gorisan....!!! Kini kedokmu terbuka, apa kau masih mampu menyamar pula? Hi..... hi.....hi..... Hai iblis! Kau adalah binatang jalang yang tak perlu hidup didunia ini. Lekas cabut pedangnu supaya kau mati tanpa meninggalkan rasa penasaran!" Gorisan berdebar-debar hatinya, mulutnya berkemak- kemik, tampaknya ia sulit sekali mengeluarkan perkataan, "Wanyen Hong piauw-moay, aku.... aku.... tak pernah menodai dirimu...... ka...... kau jangan per.... ca..... ya" Berkata baru sampai disini. Gorisan yang ulung dalam segala hal, lantas dapat melihat bahwa Wanyen Hong lengah sekejap, tak mau ia melewatkan ketika yang baik ini, bagaikan kilat tubuhnya dengan gerakan "Leng wan Cut-tong" Atau Lutung-sakti-keluar-dari-lubang, badannya melesat kearah pintu, maksudnya untuk kabur! Namun diluar dugaannya, dari sebelah luar segera terdengar suara betakan-bentakan. "Kau mau kabur kemana?" Empat bilah pedang menghadang dihadapannya! Ketika ia memandang, tampak olehnya Gokhiol, Pato, Hay Yan dan Tai-tai! Empat jago muda yang mulai tersohor namanya dikalangan sungai-telaga. Ke-empat muda-mudi ini mengawasi Gorisan dengan sorotan mata yang tak mengenal ampun. Kini Gorisan sadar bahwa jiwanya terancam, dengan nada yang dibuat-buat agar orang yang mendengarnya menjadi iba-hati, ia berkata memohon pada Gokhiol, "Oh,.... muridku! Tolonglah diriku yang sudah tua ini, mengingat jasa-jasaku kepadamu tempo hari itu. Lepaskanlah diriku sekali ini saja." Ratapnya. Tapi Gokhiol tak bergerak hatinya mendengar ucapan Gorisan yang palsu ini, malahan dengan membentak ia berkata. "Kau adalah serigala berkedok manusia! Aku bukan muridmu, dahulu kau hanya memperalat diriku saja. Kini puterimu berada didepanmu. Apa bila ia mau mengampuni kau, akupun segera akan melepaskan pedangku." Gorisan lalu memandang pada Hay Yan, puterinya yang ia dapatkan secara liar didalam goa ditingkat ketiga belas. Walaupun Gorisan memandang puterinya dengan penuh harapan, tapi si nona dengan mata yang menyeramkan membentak. "Manusia iblis ! Orang semacam kau ini mati tiga kalipun belum lagi lunas dosa-dosamu!" Gorisan tahu bahwa usahanya sia2 belaka, maka tak ada jalan lain selain dari pada..... menempur mereka mati2-an. Dengan pandangan mata yang me-nyala2 dan bengis, ia mengawasi sang puteri. "Puteri sialan, kau telah mendidik anakmu menjadi begini kejam? Kelak kau sendiri akan celaka!" Wanyen Hong merasa dadanya seperti mau meledak. Tanpa manantikan lagi orang selesai berkata, ia lompat menerjang, sambil membentak. "Gorisan, ajalmu sudah tiba!" Pedangnya lantas berputaran menyapu dengan disertai tenaga-dalam yang hebat, menyusul mana terdengar dua bilah logam saling bentrok dengan mengeluarkan suara bergemingan yang menyakitkan kuping. Gorisan merasakan telapak tangannya kesemutan dan linu! Buru2 ia meloncat kebelakang dengan menggunakan ilmu Leng-wan Gin-kang atau ilmu ringan tubuh kera-sakti. Dengan mata mendelik ia mengawasi Wanyen Hong. Sementara itu Wanyen Hong terus merangsek, dengan menggunakan gerak tipu Hong-song Lok-hoa atau Angin meniup-merontokan-bunga. Pedangnya mengiris tajam kesamping. Gorisan mengelak sambil otaknya bekerja, dalaan waktu yarg sekejap, ia sudah mempunyai suatu tipudaya yang keji. Maka secara tiba-tiba punggungnya menempel pada dinding batu seraya memanjat dengan menggunakan kepandaian yang bernama "Menempel dinding-memanjat-tebing" Inilah suatu ilmu meringankan tubuh yang langka dikalangan rimba-persilatan! Saat itu Wanyen Hong sudah menyerang dengan hebatnya, berbareng Gorisan sudah merayap keatas. Kedua belah fihak bergerak dengan sangat cepat. Wanyen Hong tak sempat menarik kembali pedangnya dan menusuk tempat kosong lalu maju terus dan amblas masuk kedalam tembok! Ketika Wanyen Hong hendak menarik kembali pedangnya, gerakannya terhalang dan terlambat setindak..... waktu yang walaupun hanya sekejap saja tapi dalam medan pertempuran sangat berharga sekali..... Saat yang pendek ini telah dipergunakan secara baik sekali oleh Gorisan untuk mencelat turun dan bagaikan halilintar pedangnya berkelebat menikam tenggorokannya Wanyen Hong Tapi kalau hanya untuk menghadapi serangan yang serupa ini saja Wanyen Hong tidak mampu, berkelit, dia bukanlah Wanyen Hong sebagai muridnya Tiang-pek Lonie, maka dengan sebat serta lincah ia berkelit dan pedangnya Gorisan lewat dipinggir lehernya hanya terpisah beberapa dim saja! Kini Wanyen Hong sudah berhasil menarik pedangnya, sehingga Gokhiol beramai yang melihat jadi menarik napas lega. Tidak sia-sia Wanyen Hong belajar silat dibawah pimpinan Tiang-pek Lo-nie, begitu pedangnya Gorisan lewat, dengan cepat ia merendek dan ... gagang pedangnya sudah berhasil membentur badan pedangnya Gorisan. Berbareng segera terdengar Gorisan berteriak seperti orang kesakitan dan tampak badannya mencelat mundur dengan tangannya memegang iganya! Kiranya barusan selagi Wanyen Hong membentur pedang Gorisan, badannya dengan cepat maju selangkah sambil sebelah kakinya ia angkat untuk menendang iganya Gorisan dan berhasil kena dengan jitu! Tampak Gorisan merintih, mukanya menunjukkan rasa jeri terhadap puteri dari negeri Kim ini! Sebenarnya kepandaian Gorisan jauh lebih tigggi setingkat dari pada Wanyen Hong, tapi karena pada umumnya orang yang merasa dirinya telah berdosa, hatinya merasa tidak tentram dan hidupnya selalu berada dalam ketakutan. Kejadian yang seperti ini dialami juga oleh Gorisan. Seperti tadi, ketika ia untuk pertama kalinya mengenali Wanyen Hong, hatinya sudah mencelos. Lebih-lebih setelah melihat sepasang matanya Wanyen Hong membelalak dan mengeluarkan sinar dengan perasaan dendam kesumat yang luar biasa sekali hebatnya! Keruan saja dalam pertempuran barusan, Gorisan yang sedang ketakutan jadi lengah dan akibatnya .... iganya kena tendangan kakinya Wanyen Hong. Gorisan yang telah terkena telak iganya, berbalik dari takut kini menjadi gusar, rasa takutnya hilang bagaikan embun disapu bersih oleh sinar matahari pagi, dengan raungan seperti harimau luka ia menggerang hebat, pedangnya diayun hingga tergetar-getar, kali ini ujung pedangnya mengarah tempat yang mematikan atas dirinya Wanyen Hong. Tapi Wanyen Hong tidak tinggal diam, ia mainkan pedangnya sedemikian rupa, berjaga dengan teguh hingga air hujanpun belum tentu dapat menembusi sinar pedang penjagaannya. Sekali-kali Wanyen Hong dari dalam penjagaannya juga mengadakan serangan balasan yang tidak kalah hebatnya, lalu sambil menangkis setindak demi setindak Wanyen Hong melangkah mundur hingga disamping sebuah patung yang disebelah belakangnya terdapat sebuah pintu rahasia. Wanyen Hong bermaksud memancing musuhnya masuk ketempat dulu, dimana dirinya dicemarkan. Selagi ia mundur sampai dimuka patung bertangan seribu, ia tiba2 saja berkata. "Gorisan, coba kau lihat apa telapak tanganmu masih ada?" Tanpa disadari Gorisan mendongak dan melihat, betul saja pada dinding tampak bekas telapak tangannya yang kini telah berwarna kebiru-biruan. Hatinya terkejut dan teringat masa yang lalu. ia sudah berusaha berulang kali untak menghapuskan tanda itu, tapi kenapa sekarang timbul kembali? Hatinya menjadi kaget tercampur heran! Wanyen Hong tak sudi melewatkan kesempatan baik ini, selagi orang berdiri kesima. Siang2 ia sudah menyalurkan tenaga lwee-kangnya dalam pedang "Mo Hwee Kiam", hingga tampak asap panas mengepul-ngepul keluar. Lalu bagaikan gerakan se-ekor belalang meloncat keatas dahan pedangnya tahu2 sudah melekat pada pedang Gorisan! Begitu kedua pedang saling tempel, segera mengepul asap putih yang tebal dan ........ tring. Pedangnya Gorisan telah kutung menjadi dua. Ditangannya ia cuma memegang gagangnya saja. ---oo0dw0oo--- Dalam keadaan yang terdesak itu Gorisan lalu mengeluarkan ilmu Ceng-ling Kui-cin yang sangat ia andalkan begitu melihat pedang sang putri menyerang pula untuk kedua kalinya, ia sudah bersiap untuk menyambut dengan sebelah tangannya. Tapi tiba2 ia batalkan niatannya, sebab ia melihat pedangnya Wanyen Hong sudah berubah menjadi merah bagaikan besi baja yang lagi dilebur dan gelombang hawa panas secara ganas sudah menyerang dirinya, melihat keadaan serupa ini hatinya menjadi ciut. Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air. Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya. Dibalik punggungnya terdapat kunci pintu rahasia. Gorisan tak ayal lantas memencet kenop, menyusul mana pintu besi terbentang lebar dengan dibarengi oleh suara yang gemuruh. Gorisan cepat2 meloncat masuk. Selagi pintu besi hendak tertutup kembali, Wanyen Hong sudah tertawa dingin. "Hah! Gorisan, kau hendak lari kemari?" Lalu dengan pedangnya ia menahan pintu agar tidak tertutup dan kembali terbentang lebar. Cepat bagaikan kilat tubuh Wanyen Hong melesat kedalam ruangan lain. Tak ada jalan lain baginya, selain menangkis dengan gagang pedangnya, tapi kembali Gorisan menjerit dan tubuhnya lompat mundur kebelakang. Kiranya telapak tangannya dirasakan sangat pedih-panas seperti sedang menggenggam bara yang marong dan lantas saja telapak tangannya melepuh dan keluar bintik-bintik butiran air. Cepat2 Gorisan melempar pedang buntungnya. Pato, Gokhiol, Hay Yan dan Tai-tai turut memburu masuk. Kiranya barusan kunci rahasia pintu itu telah dikotek rusak oleh pedangnya Wanyen Hong dan tak dapat bekerja lagi seperti biasanya. Sementara itu dari dalam ruangan terdengar suara tertawanya Wanyen Hong dan suara ratapan meminta ampun dari Gorisan. "Wah, celaka" Seru Gokhiol. "Kongcu mungkin dapat dipengaruhi oleh kata2 manis si iblis dan ia akan terkena tipunya." "Koko tak usah kuatir," Diawab Hay Yan. "Ibuku sangat membencinya sampai ketulang-sumsum, dan didalam ruang inipula ibuku dicemarkan olehnya, maka tak mungkin ia akan memberi ampun." "Aku masih merasa kuatir atas keselamatan Kongcu, pasti ia akan terpedaya oleh iblis itu" Kata Pato dengan rasa kuatir. Sinona memandang sebentar si pemuda seraya membantah. "Mustahil, hari ini Gorisan pasti akan menemui ajalnya diujung pedang ibuku, aku berani bertaruh denganmu." Buru2 Gokhiol berkata. "Kata-katamu memang tak salah, begitu ada ibunya begitu pula ada anaknya." Ketiga orang yang melihat sikap Hay Yan tenang saja, mau tidak mau mereka turut merasa lega juga. Sementara itu Wanyen Hong yang lagi menghadapi Gorisan yang sudah bertekuk lutut dihadapannya sambil meratap memohon dikasihani. "Hong Piauw-moay, aku memang berdosa terhadapmu, tapi perbuatanku dahulu hanyalah disebabkan karena aku sangat.... cinta padamu.... Maka tanpa mengingat akibat2-nya aku telah berlaku sembrono dan berbuat tidak senonoh terhadap dirimu. Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hari ini bila kau dapat mengampuni dosaku, aku bersumpah terhadap Thian Yang Maha Kuasa, aku akan pergi mengasingkan diri ketempat yang jauh untuk menebus segala dosa2ku! Oh, Piauw-moay, berilah aku kesempatan yang terakhir" Ratap Gorisan. Benar saja Wanyen Hong lantas berhenti mendesak lebih lanjut, tapi ini bukan berarti ia menjadi lembek hati, ia benci kepada Gorisan seumur hidupnya! Namun bagaimana juga, mereka berdua masih tersangkut keluarga, dan dalam hatinya ia masih mempunyai sedikit rasa kasihan. Dari dalam kesangsiannya, Wanyen Hong berpikir pula, "Menurut kabarnya Tio Hoan masih belum mati. Gorisan inilah yang menyebabkan kita berdua terpisah, maka bagaimana aku dapat memberikan ampun padanya?" Maka mengingat hal itu sang puteri membentak. "Kau tak mungkin dikasi ampun!" Berbareng pedang Mo Hwee Kiam berkelebat dan selagi Wanyen Hong hendak menusuk dadanya Gorisan, tapi secara tiba2 Gorisan mengeluarkan sebuah botol kecil. Tapi sedikit gerakan dari Gorisan tak akan lolos dari pandangan mata Wanyen Hong yang sangat tajam, dan segera ia mengenalinya bahwa botol itu berisi obat untuk penyalin rupa yang sangat mujijat. Dahulu obat itu ditemukan secara kebetulan dalam kamar rahasia ini dan diantaranya terdapat juga sebuah botol lainnya sebagai obat pengawet muda yang kini berada dalam tangan Wanyen Hong. Kemudian terdengar pula Gorisan meratap. "Hong piauw-moay, obat mujarab yang tiada keduanya didunia ini masih kusimpan baik-baik......." Belum sempat Gorisan menerangkan atau ia sudah dibentak oleh Wanyen Hong. " Obat ini tiada guna bagiku!" Berbareng Wanyen Hong membentak, Gorisan pun segera melemparkan botol obat itu kemuka sang puteri. Dengan sigap Wanyen Hong menyapu dengan pedangnya, segera botol itu hancur dan dari dalamnya mengepul keluar asap hitam yang dengan cepat sekali telah menyelubungi seluruh ruangan goa rahasia yang tidak seberapa lebar itu. Wanyen Hong terbatu-batuk, kepalanya dirasakan pening, matanya berkunang-kunang, samar2 ia masih sempat melihat wajah Gorisan yang menyeringai seperti iblis setindak demi setindak menghampiri dirinya. Mendadak Gorisan mengangkat sepasang tangannya, dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya berwarna hijau yang berkilauan, telinganya Wanyen Hong mendengar suara tertawanya Gorisan yang mengejek. "Ha, perempuan lacur, apa kau masih belum mau roboh? Ha... ha... ha! Robohlah kau atau aku akan menghantam remuk kepalamu hanya dengan sekali pukul saja. Tapi.... jangan dulu, aku mau lihat dulu badanmu yang putih bakal menjadi hitam seluruhnya. Agar kau, perempuan lacur... hi... hi.... hi... akan merasakan siksaan sedikit demi sedikit sampai ajalmu tiba dihadapanku. Hhuuaahh.... haaa....haaa!" Wanyen Hong tak berdaya lagi mengangkat pedangnya, pendengarannya kian lemah, samar2 ia masih mampu mendengar suara tertawanya Gorisan yang terdengarnya seolah-oiah jauh.... jauh sekali. Namun dalam keadaan yang serupa ini, ini Wanyen Hong masih mampu melihat wajahnya si iblis yang sedang berjalan kearahnya. "Aku telah diperdayai olehnya!" Pikir Wanyen Hong didalam hatinya. Pada saat yang genting bagi jiwanya Wanyen Hong, telinganya yang memang sangat tajam pendengarannya ia masih mampu menangkap satu suara orang yang datang dari tempat yang jauh... suara itu seperti suaranya Tio Hoan pada tujuh betas tahun yang lalu, sedikitpun tidak berobah. Mendengar suara ini semangatnya Wanyen Hong terbangun, memang benar saja, sesaat kemudian ia mendengar suara Tio Hoan berkata. "Lekas kau berbaring dan telan mutiara Ya-beng-cu kedalam mulutmu." Secara beruntun Tio Hoan mengulangi kata2-nya pula. Segera Wanyen Hong merasakan badannya terkulai dan lalu rebah dilantai, dalam keadaan setengah pingsan ia masih sempat mengambil mutiara Ya-beng-cu untuk disesapkan kedalam mulutnya. Lantas ia merasakan hawa yang nyaman masuk kedalam tubuhnya dan badannya segera terasa segar kembali. Tapi sekonyong-konyong terdengar suara kain dirobek, kiranya Gorisan telah berhasil menjambret mantelnya dan disebet hancur. Wanyen Hong menjadi gusar, tiba2 saja ia mencelat bangun sambil menyerang dengan pedangnya. Saat itu Gorisan dengan tangan Liok-mo-ciang yang beracun hendak mencengkeram Wanyen Hong, sang puteri yang melihat sepasang tangan berwarna hijau menyambar datang, lantas mengayunkan pedangnya membahat dengan cepat, tidak ampun lagi sepasang tangannya Gorisan terpapas buntung! Gorisan menjerit kesakitan bagaikan gunung lagi ambruk, badannya rubuh diatas lantai. Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo