Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 15


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 15


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   Hal itu tidak terlepas dari mata Tio Cie Hiong, maka timbul dugaan bahwa mereka berdua sebetulnya merupakan sepasang kekasih, hanya saja tidak mau saling mengalah, sehingga sering menimbulkan percekcokkan, akhirnya mereka berdua harus hidup merana.   Dugaan Tio Cie Hiong memang tidak meleset, sin san Lojin dan Ang Kin sianii memang merupakan sepasang kekasih di masa muda, namun mereka berdua tidak mau saling mengalah dalam hal ilmu silat, maka sering ribut sehingga tidak terangkap menjadi suami isteri.   Akan tetapi, mereka berdua tetap saling mencinta dalam hati.   sementara Ang Kin sianii terus mempertunjukkan ilmu selendangnya.   Tio Cie Hiong manggutmanggut kagum dan kemudian mengeluarkan suling kumalanya.   Tak lama terdengarlah suara suling yang sangat merdu.   Berselang sesaat, Ang Kin sianii bergerak mengikuti irama suling itu Ketika irama suling itu mengalun perlahan, gerakan Ang Kin sianii ikut perlahan dan lemah gemulai, bahwa wajahnya juga tampak berseri-seri.   sin san Lojin terbelalak menyaksikan wajah itu, membuatnya teringat akan masa puluhan tahun lampau, mereka berdua pernah berlatih bersama.   Kenangan manis dan indah itu menyebabkannya mendekati Ang Kin sianii, lalu ikut bergerak pula menggunakan kipas bajanya.   Mendadak suara suling itu berubah menjadi irama percintaan.   seketika itu juga sin san Lojin dan Ang Kin sianli bergerak bagaikan sepasang kekasih.   Mereka berdua saling melirik dan tersenyum dengan penuh cinta kasih.   Lim Ceng Im, Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya menyaksikan kejadian itu dengan mata terbelalak.   sementara irama suling itu makin menggetarkan kalbu.   Tampak Sin San Lojin dan Ang Kin sianii bergerak sambil bergandeng tangan.   Berselang beberapa saat kemudian, irama suling itu berubah meninggi.   Gerakan sin san Lojin dan Ang Kin sianii pun bertambah cepat.   Namun sungguh mengherankan, karena gerakan mereka itu justru saling melindung dan menyerang seakan menghadapi musuh.   irama suling makin lama makin meninggi dan cepat.   seketika itu juga hanya tampak bayangan sin san Lojin dan Ang Kin sianli berkelebatan.   Bukan main hebatnya gerakan-gerakan mereka berdua, tak lama kemudian, irama suling berubah rendah dan perlahan.   sin san Lojin dan Ang Kin sianli juga ikut bergerak perlahan, bahkan kelihatan lemah gemulai.   Kemudian suara suling itu berubah lagi menggetarkan kalbu, ternyata berirama percintaan.   Tio Cie Hiong tersenyum, lalu mengerahkan beberapa bagian Pan Yok Hian Thian sin Kang, Seketika sin san Lojin dan Ang Kin sianli saling memandang dengan penuh kasih sayang sambil bergerak gemulai.   Mereka berdua makin mendekat dan...   saling memeluk dengan penuh cinta kasih.   Tio cie Hiong manggut-manggut sambil tersenyum, lalu berhenti meniup, sin san Lojin dan Ang Kin sianli tampak tersentak, kemudian cepat-cepat melepaskan pelukan, dan mereka tersenyum bahagia.   Perlahan-lahan mereka berdua menghampiri Tio Cie Hiong, kemudian menjura.   "Pek Ih sin Hiap Terima kasih karena engkau telah menyadarkan kami akan satu hal"   Ujar sin san Lojin dengan wajah cerah ceria.   "Kalau sudah sekian lama saling mencinta, kenapa masih harus menyia-nyiakan waktu? Nikmatilah sisa hidup yang ada"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Benar."   Sin san Lojin manggut-manggut sambil memandang Ang Kin Sianli.   "sianli, mari kita pergi dulu"   Ang Kin sianli mengangguk malu-malu. Mereka berdua lalu melesat pergi. Toan wie Kie dan adiknya tertegun, setelah itu mereka berseru serentak.   "Guru Guru..."   "Mulai saat ini, guru-guru kalian akan melewati hari-hari yang indah dan bahagia, tetapi mereka pasti ke mari lagi menengok kalian."   Ujar Tio cie Hiong memberitahukan.   "oooh"   Toan wie Kie manggut-manggut.   "saudara Tio, terima kasih Engkau telah membuat guruku hidup bahagia."   "cie Hiong"   Ucap Toan pit Lian dengan kepala tertunduk.   "Terima kasih..."   Ternyata suara suling itu telah menyadarkan sin san Lojin dan Ang Kin sianli akan kekeliruan mereka di masa lalu.   Padahal mereka berdua saling mencinta, tapi kenapa sering ribut dan cekcok sehingga kedua-duanya telah menyia-nyiakan waktu puluhan tahun yang sangat berarti itu? setelah tersadar akan kekeliruan itu, mereka berdua ingin hidup bahagia sesuai dengan apa yang di ucapkan Tio Cie Hiong.   Kenapa suara suling itu tidak mempengaruhi Lim Ceng Im, Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya? Ternyata Tio Cie Hiong telah mengendalikan suara sulingnya, agar hanya tertuju kepada sin san Lojin dan Ang Kin sianli, maka mereka tidak terpengaruh oleh suara suling itu.   Toan Hong Ya dan sang Ratu duduk di kursi kebesaran mereka.   Toan Hong Ya terus tertawa gembira, sedangkan sang Ratu tersenyum-senyum.   Hadir pula Toan wie Kie, Toan Pit Lian dan Gouw sian Eng.   Tak seberapa lama kemudian, muncullah Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im.   "Hong Ya"   Tio Cie Hiong memberi hormat.   "Ada urusan apa Hong Ya memanggil kami?"   "HaHa ha"   Toan Hong Ya tertawa. sungguh mengherankan, hari ini Toan Hong Ya kelihatan gembira sekali, sedangkan Toan pit Lian kelihatan malu-malu.   "Kalian duduklah"   Tio cie Hiong dan Lim Ceng Im duduk, sebetulnya hari ini Tio Cie Hiong juga ingin berpamitan, kebetulan Toan Hong Ya memanggilnya.   "Maaf"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Apakah ada urusan penting sehingga Hong Ya memanggil kami menghadap?"   "Memang ada urusan penting,"   Sahut Toan Hong Ya dengan wajah berubah serius.   "Begini, putriku sudah dewasa, namun hingga kini masih belum menikah..."   Begitu mendengar ucapan itu, Tio Cie Hiong sudah tahu apa maksud Toan Hong Ya.   Tapi ia tidak memotong ucapannya, melainkan terus mendengarkan.   Lim Ceng Im pun sudah menduga juga apa kehendak Toan Hong Ya itu, maka diam-diam ia melirik Tio Cie Hiong ingin mengetahui ekspresi wajahnya, namun wajah pemuda itu tampak biasa-biasa saja.   "Ketika pergi ke Tionggoan untuk mengundang sok B eng Yok ong, putriku bertemu denganmu, kemudian dengan cara tak terpuji, ia mengundangmu ke mari."   Lanjut Toan Hong Ya sambil memandang Tio Cie Hiong.   "Ternyata putriku sangat tertarik padamu, dan hal tersebut telah diutarakannya kepada kami..."   Toan Hong Ya tertawa-tawa, sang Ratu manggut-manggut, sedangkan Toan pit Lian tersenyum malu-malu dan Toan wie Kie memandang Tio Cie Hiong dengan penuh harap.   "oleh karena itu..."   Tambah Toan Hong Ya.   "Kami sebagai orang tuanya telah bersepakat menjodohkannya denganmu. Tentunya engkau tidak akan menolak kan?"   "Terima kasih Hong Ya Itu berarti Hong Ya memandang tinggi diriku."   Ucap Tio Cie Hiong sambil memberi hormat.   "Ha ha ha"   Toan Hong Ya tertawa gembira.   "Jadi engkau menerima perjodohan ini kan?"   "Maaf"   Ucap Tio Cie Hiong tegas.   "Aku menolak."   Jawaban Tio Cie Hiong membuat Toan Hong Ya, sang Ratu dan Toan wie Kie tertegun, sedangkan wajah Toan pit Lian langsung berubah pucat. Lim Ceng Lim bergirang dalam hati, dan Gouw sian Eng memandang Tio Cie Hiong dengan tidak mengerti.   "   Kenapa engkau menolak?"   Tanya Toan Hong Ya dengan kening berkerut.   "Beritahukan apa alasanmu"   "Hong Ya, aku sangat berTerima kasih kepada Hong Ya yang ingin menjodohkan Tayli Kong cu padaku, karena sesungguhnya itu merupakan suatu kebanggaan bagiku. Akan tetapi, aku mohon maaf dan mohon Hong Ya jangan tersinggung,"   Ujar Tio Cie Hiong memberitahukan secara jujur.   "sebelum bertemu Tayli Kongcu, aku telah mencintai seorang gadis..."   "siapa gadis itu?"   Tanya Toan pit Lian cepat dengan wajah yang masih pucat.   "Dia bernama Im Ceng, kakak Ceng Im."   Tio Cie Hiong memberitahukan sambil tersenyum.   "Putri Lim Peng Hang, ketua Kay Pang."   "oh?"   Toan pit Lian mengerutkan kening.   "Ceng Im"   Toan Hong Ya menatapnya tajam.   "Benarkah itu?"   "Benar Hong Ya,"   Sahut Lim Ceng Im dan menambahkan.   "   Kakakku pun sangat mencintainya .   "   "cie Hiong"   Toan Hong Ya menatapnya sambil mengerutkan kening.   "Jadi engkau menolak perjodohan ini?"   "Ya, Hong Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Aaakh..."   Toan Hong Ya menghela nafas.   "Padahal sesungguhnya, putriku sangat mencintaimu.   "   "Terima kasih atas cintanya"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Namun aku tetap menolak."   "cie Hiong"   Ujar Toan Hong Ya sungguh-sungguh. "Kalau engkau menikah dengan putriku, berarti engkau adalah Hu Man (Mantu Raja) negeri Tayli ini, engkau akan hidup senang dan penuh kehormatan di sini. Kenapa engkau menyia-nyiakan kesempatan emas ini?"   "Hong Ya, cinta yang suci murni dan kesetiaan jauh lebih berharga daripada segalanya,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Apabila aku menerima perjodohan ini, berarti diriku sudah tiada kesetiaan dan cinta yang suci murni jadi Tayli Kongcu akan menerima cinta palsu dariku, selanjutnya pasti akan hidup menderita. sebab dia punya seorang suami yang tidak memiliki kesetiaan dan cinta kasih yang suci murni, karena aku sudah tidak memiliki kesetiaan, setelah menikahi sudah pasti akan menyeleweng. Apakah Hong Ya menghendaki itu?"   Toan Hong Ya terbungkam, Toan pit Lian menundukkan kepala, Toan wie Kie manggut-manggut akan kebenaran ucapan Tio Cie Hiong, Gouw sian Eng meliriknya, sedangkan Lim Ceng Im girang bukan main sehingga nyaris memeluknya.   "Hong Ya"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lanjut Tio cie Hiong.   "Apakah Hong Ya menghendaki aku menjadi pemuda yang tidak setia terhadap cinta?"   "Itu..."   Toan Hong Ya menghela nafas.   "Pek Ih sin Hiap. engkau benar. Aku harus mengakui itu, bahkan aku pun salut sekali pada mu. Engkau selain sakti, juga memiliki kesetiaan dalam hal cinta."   "Hong Ya"   Ujar Tio Cie Hiong memberitahukan.   "sesungguhnya akupun ingin mohon pamit, karena sudah sekian lama aku tinggal di sini."   "Engkau mau kembali ke Tionggoan?"   Toan Hong Ya memandangnya.   "Kapan?"   "Hari ini,"   Sahut Tio Cie Hiong singkat.   "Begitu cepat?"   Toan Hong Ya terbelalak.   "   Ya."   Tio cie Hiong mengangguk.   "Hong Ya, bolehkah aku berbicara sebentar dengan Tayli Kongcu?"   "silakan"   Toan Hong Ya manggut-manggut. Tio Cie Hiong menghampiri Toan pit Lian. la melihat mata putri Tayli itu telah bersimbah air.   "Kongcu"   Ujar Tio Im Ceng sambil tersenyum.   "Aku sangat berterima kasih atas cintamu, tapi aku sudah mencintai gadis lain, maka aku mohon engkau sudi memaafkan aku"   "Pek Ih sin Hiap..."   Toan pit Lian terisak-isaki "Kongcu"   Tio cie Hiong tersenyum lembut.   "Engkau adalah Tayli Kongcu yang cantik jelita, maka aku yakin engkau pasti akan bertemu pemuda yang jauh lebih baik dan tampan dariku. Percayalah"   "Kakak Cie Hiong?""   Panggil Toan pit Lian dan mendadak ia mendekap di dada Tio Cie Hiong. Pemuda itu pun membelainya dengan penuh kasih sayang bagaikan seorang kakak.   "Adik Lian, aku menyayangimu seperti adik sendiri Engkau begitu baik, maka tentunya akan mendapatkan calon suami yang baik pula. Percayalah"   "Ng"   Toan pit Lian mengangguk dengan air mata bercucuran.   Bagaimana reaksi Lim Ceng Im menyaksikan itu? Apakah ia akan merasa cemburu dengan hati membara?Justru sungguh diluar dugaan, itu sama sekali tidak.   sebaliknya ia malah merasa iba pada Toan pit Lian.   Lagi pula ia pun tahu Toan pit Lian mendekap di dada Tio Cie Hiong di sebabkan emosional.   sedangkan Tio Cie Hiong membelainya hanya terdorong oleh rasa kasih sayang sebagai seorang kakak terhadap adik, Karena itu, ia harus bermain lapang menyaksikannya tanpa disertai rasa cemburu.   "Kakak Cie Hiong..."   Toan pit Lian melepaskan dekapannya.   "Engkau sudi menganggapku sebagai adik?"   "sejak bertemu denganmu, aku telah menganggapmu sebagai adik,"   Jawab Tio Cie Hiong sambil tersenyum lembut.   "Terima kasih, Kakak Cie Hiong"   Ucap Toan pit Lian, kemudian menatapnya sekaligus tersenyum pula.   "   Engkau mau pulang ke Tionggoan hari ini?"   "Ya."   Tio cie Hiong mengangguk.   "   Kakak Hiong"   Gouw sian Eng mendekatinya.   "Aku..."   "Aku tahu, engkau masih ingin tinggal di sini kan?"   Tio Cie Hiong memandang Gouw sian Eng dan Toan wie Kie sambil manggut-manggut.   "saudara Kie, kapan engkau akan mengantar Gouw sian Eng ke Tionggoan?"   "Mungkin... dua tiga bulan lagi,"   Jawab Toan wie Kie.   "saudara Tio, tolong beritahukan kepada ayahnya sekaligus sampaikan salamku kepada ayah dan kakeknya"   "Baik."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Pasti kusampaikan." , Bab 29 Yap In Nio mengembara Kedai itu cukup besar dan dipenuhi para tamu. Mereka makan minum sambil tertawa. Tanipak seorang gadis belia duduk seorang diri menikmati sop sapi, gadis itu cantik manis, berusia tujuh belasan. Di saat ia sedang menikmati sop sapi, tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan berpakaian mentereng memasuki kedai itu. setelah menengok ke sana ke mari, pemuda itu menghampiri gadis tersebut sambil tersenyum lembut.   "Maaf"   Ucapnya.   "Nona, tempat lainp enuh semua, bolehkah aku duduk di sini?"   "Duduklah"   Sahut gadis itu.   "Terima kasih"   Pemuda itu lalu duduk di hadapannya dengan wajah berseri, kemudian menatap gadis itu dengan mata berbinar- binar.   "Nona seorang diri?"   "Ya."   Gadis itu mengangguk.   "Nona, bolehkah aku tahu namamu?"   Tanya pemuda itu mendadak.   "Namaku Yap In Nio."   Ternyata gadis itu adalah Yap In Nio, Tio Cie Hiong pernah mengajarnya ilmu pedang. sungguh mengherankan, kenapa gadis tersebut berada di kota ini? "Oh ya, namamu?"   "Ku Tek Cun."   Ini pun di luar dugaan, karena pemuda tampan itu tidak lain Ku Tek Cun.   "Nona berasal dari mana?"   "Kota An Wie."   Yap In Nio memberitahukan.   "Oooh"   Ku Tek Cun manggut-manggut.   "Kenapa engkau berada di kota ini?" "   Ibuku sudah meninggal, maka aku mengembara..."   Wajah Yap In Nio tampak murung.   "Aku mau mencari seseorang."   "Engkau mau mencari siapa? Beritahukanlah Mungkin aku tahu,"   Ujar Ku Tek Cun sambil menatapnya.   "oh?"   Yap In Nio kelihatan girang.   "Aku mencari kakak Hiong..."   "   Kakak Hiong?"   Ku Tek Cun mengerutkan kening.   "Nama lengkapnya?"   "Tio Cie Hiong."   Yap In Nio memberitahukan secara jujur. Begitu mendengar nama tersebut, wajah Ku Tek Cun langsung berubah. Berselang sesaat, ia pun tersenyum.   "Kenapa engkau ingin mencari dia?"   Tanya Ku Tek Cun ingin tahu.   "Dia baik sekali padaku, aku pun baik padanya. Kini ibuku sudah meninggal, maka aku mengembara untuk mencarinya,"   Jawab Yap In Nio.   "Engkau kenal dia?"   "Engkau mencari karena mencintainya?"   Ku Tek Cun balik bertanya.   "Ya."   Yap In Nio mengangguk.   "Aku... aku sangat mencintainya."   Gadis itu justru tidak tahu, kalau ia sedang berhadapan dengan pemuda yang berhati jahat dan licik.   "oooh"   Ku Tek Cun manggut-manggut dan timbul pula rencana busuknya.   "Ternyata engkau begitu mencintainya"   "Jadi..."   Wajah Yap In Nio berseri-seri.   "Engkau kenal dia?"   "   Kenal."   Ku Tek Cun mengangguk.   "Dia... dia berada di mana?"   Tanya Yap In Nio girang.   "Tolong beritahukan kepadaku"   "Aku memang kenal dia, tapi..."   Ku Tek cun menggelengkan kepala.   "Aku tidak tahu dia berada di mana."   "Engkau bersedia bantuku, mencari dia?"   Tanya Yap In Nio dengan penuh harap.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Aku..."   Ku Tek Cun menggelengkan kepala.   "Tolonglah bantu aku mencari dia"   Desak Yap In Nio.   "Aku... aku sangat merindukannya .   "   "Itu..."   Ku Tek Cun bersikap seakan sedang berpikir keras, kemudian mengangguk.   "Baiklah. Aku akan membantumu."   "Terima kasih Terima kasih..."   Ucap Yap In Nlo gembira.   "Engkau baik sekali."   "ohi ya?"   Ku Tek Cun tertawa gelak.   "Tapi..."   "   Kenapa?"   "   Engkau harus ikut ke rumah penginapan, setelah itu barulah aku pergi mencarinya."   "Ya."   Yap In Nio mengangguk. Ku Tek Cun membayar makanannya, lalu mengajak Yap In Nio ke rumah penginapan Yung Cun. seorang pelayan menyambut mereka sambil membungkuk-bungkukkan badannya.   "selamat datang Tuan muda"   Ucapnya.   "Ng"   Sahut Ku Tek Cun dengan suara hidung.   "Tuan muda membutuhkan kamar?"   Tanya pelayan tua itu.   "Ya."   Ku Tek Cun mengangguk.   "Mari ikut aku ke dalam, Tuan muda"   Ujar pelayan tua itu dan berjalan ke dalam, kemudian menunjuk kamar mewah.   "Bagaimana kamar ini, Tuan muda merasa cocok?"   Ku Tek Cun manggut-manggut lalu mendorong pintu kamar. la mengajak Yap In Nio ke dalam sekaligus menutup pintu.   "   Eng kau merasa cocok dengan kamar ini?"   Tanya Ku Tek Cun lembut.   "   Cocok,"   Sahut Yap In Nio.   "Terima kasih"   "Kalau begitu.."   Ucapan Ku Tek Cun terputus karena ada suara ketukan di pintu.   "siapa?"   Tanya kemudian.   "Aku mengantar teh untuk Tuan muda."   Terdengar suara sahutan di luar.   "Masuk"   Ujar Ku Tek Cun.   Pintu kamar itu terbuka, pelayan tua lalu berjalan masuk dengan membawa sebuah teko dan dua buah cangkir.   setelah menaruh teko dan cangkir di atas meja pelayan tua itu meninggalkan kamar tersebut.   Ketika sampai di luar ia menggeleng-gelengkan kepala.   "Kalau begitu..."   Lanjut Ku Tek Cun.   "Engkau tunggu di sini saja, aku akan pergi mencari Tio cie Hiong."   "Terima kasih"   Ucap Yap In Nio.   "   Engkau jangan ke mana-mana"   Pesan Ku Tek Cun dan memberitahukan.   "Mungkin nanti malam dia akan ke mari menemuimu"   "oh?"   Yap In Nio girang bukan main.   "Terima kasih"   Hari sudah malam, Yap In Nio duduk di pinggir ranjang sambil menunggu dengan sabar.   Ketika membayangkan Tio Cie Hiong, wajahnya tampak ceria.   Di saat itulah mendadak ia mendengar suara ketukan dipintu Gadis itu segera bertanya dengan hati berdebar- debar, karena berharap yang mengetuk pintu itu Tio Cie Hiong.   "siapa?"   "In Nio Aku Tio Cie Hiong"   Terdengar suara sahutan di luar.   "   Kakak Hiong"   Seru Yap In Nio girang dan langsung membuka pintu kamar. la melihat Tio Cie Hiong berdiri di situ sambil tersenyum lembut.   "   Kakak Hiong..."   "In Nio"   Panggil Tio cie Hiong. Padahat ada sedikit keganjilan, karena ketika mereka bersama, Tio Cie Hiong selalu memanggilnya "Adik In", namun kini hanya memanggil namanya saja. Akan tetapi Yap In Nio tidak menyadari hal tersebut.   "Kakak Hiong..."   Gadis itu mendekap di dadanya.   "In Nio"   Tio Cie Hiong memeluknya erat-erat sambil tersenyum.   Berselang beberapa saat kemudian, barulah Tlo Cie Hiong melepaskan pelukannya, lalu mengunci pintu kamar.   sedangkan Yap In Nio duduk kembali di pinggir ranjang.   setelah mengunci pintu kamar, Tio Cie Hiong duduk di sisinya.   "In Nio"   Tio Cie Hiong menatapnya.   "Kenapa engkau berada di kota ini?"   "Aku... aku..."   Yap In Nio menundukkan kepala.   "Aku mengembara mencarimu, Kakak Hiong."   "oooh"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Kakak Hiong..."   Wajah Yap In Nio tampak berduka.   "Ibuku sudah meninggal."   "ohi ya?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Kapan ibumu meninggal?"   "Sudah dua bulan. Ibuku sakit mendadaki lalu... meninggal."   Yap In Nio memberitahukan.   "Aku tidak punya siapa-siapa lagi, maka aku mengembara mencarimu. Untung bertemu denganmu di sini"   "In Nio"   Tio Cie Hiong memeluknya.   "janganlah engkau bersedih, kini aku sudah berada di sisimu"   "Ya, Kakak Hiong."   Yap In Nio mengangguk dengan wajah berseri.   "ohya, kakak Li Cu sudah menikah dengan Him Hay Beng. Mereka hidup bahagia sekali."   "oh?"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Apakah Kakak Hiong lupa?"   Yap In Nio tersenyum.   "   Kakak Li Cu, putri guru silat Tan, kok sudah lupa sih?"   "oh Dia..."   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Aku ingat Aku ingat..."   "Kakak Hiong..."   Tanya Yap In Nio malu-malu.   "   Engkau mencintaiku?"   "In Nio"   Tio Cie Hiong memeluknya erat-erat.   "Aku... cinta sekali padamu. setelah kita berpisah, aku merindukanmu siang dan malam."   "Sungguh?"   Hati Yap In Nio berbunga-bunga, lalu mendekap di dadanya.   "Kakak Hiong, mulai sekarang kita jangan berpisah lagi"   "Tentu Tentu"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio Cie Hiong mengangguk, kemudian mengecup pipi gadis itu dengan mesra.   "In Nio..."   "Ng?"   "In Nio, aku..."   Tangan Tio Cie Hiong mulai meraba-rabanya.   "Kakak Hiong..."   Yap In Nio tersenyum sipu.   "Kakak Hiong mau..."   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk cepat.   "In Nio, aku mau."   "   Kakak Hiong"   Yap In N io tersenyum mesra.   "Aku... aku pasti memberikan kepadamu, tapi..."   "   Kenapa?"   "Engkau harus bertanggung jawab Jangan setelah mendapatkan, engkau lalu meninggalkanku...   " "In Nio, aku bersumpah, selamanya tidak akan meninggalkanmu."   Tio Cie Hiong langsung membuka pakaian gadis itu.   "Kakak Hiong..."   Yap In Nio tersenyum dengan penuh cinta kasih.   "Aku akan membuka sendiri, pakaianmu pun harus dilepaskan."   "Ya Ya..."   Tio Cie Hiong segera melepaskan pakaiannya sendiri, sedangkan Yap In Nio pun telah menanggalkan pakaiannya .   "Kakak Hiong, malam ini aku menyerahkan diriku kepadamu. Engkau tidak boleh meninggalkan aku ya Dan juga... engkau harus bertanggung jawab"   "Ya. Aku bersumpah, apabila aku meninggalkanmu dan tidak bertanggung jawab atas perbuatanku ini, kelak aku pasti mati ditangan mu,"   Ucap Tio Cie Hiong dan mulai menggerayangi sekujur tubuh Yap In Nio yang putih mulus itu, dan kemudian terjadilah hubungan intim di atas ranoang.   Tio Cie Hiong bangun, lalu mengenakan pakaiannya sambil tersenyum-senyum.   Yap In Nio juga mengenakan pakaiannya dengan sikap malu-malu.   "Kakak Hiong, engkau harus ingat akan sumpahmu"   Gadis itu mengingatkannya.   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk sambil tersenyum.   "Ohya, In Nio Aku harus pergi sekarang..."   "Kakak Hiong"   Yap In Nio tersentak.   "Engkau mau pergi ke mana?"   "In Nio"   Tio Cie Hiong memegang bahunya.   "Aku harus pulang ke markas pusat Kay Pang..."   "Aku ikut"   "In Nio"   Tio Cie Hiong tersenyum lembut.   "Engkau ke sana besok pagi -aja, aku menunggumu di sana."   "Kakak Hiong, kenapa aku tidak boleh ikut engkau ke sana sekarang?"   Tanya Yap In Nio heran.   "Sudah larut malam, tidak baik aku membawamu ke sana,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum dan menambahkan.   "Pokoknya engkau kutunggu di markas pusat Kay Pang, sampai jumpa esok, In Nio"   "Sampai jumpa, Kakak Hiong"   Sahut gadis itu sambil tersenyum mesra.   Bu Lim Jie Khie, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lim Peng Hang ketua Kay Pang duduk di ruang tengah sambil membicarakan sesuatu.   Kening mereka tampak berkerut-kerut, begitu pula Tok Sie sin wan yang terus minum arak "   Heran"   Gumam Tui Han Lojin.   "Kenapa Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im belum pulang?"   "sudah begitu lama mereka ke Tayli, seharusnya mereka sudah pulang."   Sambung Gouw Han Tiong.   "Tenang saja,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Aku yakin tidak lama lagi mereka pasti pulang."   "Tapi..."   Gouw Han Tiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Sudah sekian lama, namun mereka masih belum pulang. Apakah... telah terjadi sesuatu atas diri mereka?"   "Tidak mungkin,"   Sahut Kim sia uw suseng.   "Percayalah, tidak lama lagi mereka pasti pulang"   Mendadak berlari ke dalam seorang pengemis berusia lima puluhan. setelah memberi hormat ia melapor.   "Pangcu, ada seseorang ingin bertemu Pek Ih sin Hiap Tio Cie Hiong." "oh?"   Lim Peng Hang mengerutkan kening.   "siapa orang itu?"   "Dia seorang gadis belia."   "Namanya?"   "Gadis belia itu bernama Yap In Nio."   "Yap In Nio?"   Lim Peng Hang mengerutkan kening sambil memandang yang lain.   "Kalian pernah mendengar nama itu?"   Tiada seorang pun yang mengangguk. Mereka hanya saling memandang, tetapi berselang sesaat, sam Gan sin Kay membuka mulut.   "Beritahukan kepada gadis itu, bahwa Pek Ih sin Hiap tidak berada di sini, suruh dia lain hari saja ke mari"   "Tetua, aku sudah memberitahukan, tapi...."   "Kenapa?"   "Gadis itu ngotot mengatakan Pek Ih sin Hiap berada di sini, bahkan dia bilang Pek Ih sin Hiap sedang menunggu kedatangannya."   "Hah?"   Sam Gan sin Kay tercengang.   "pengemis bau, suruh gadis itu masuk saja, biar kita bisa bertanya langsung padanya"   Ujar Kim siauw suseng.   "Ng"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut, lalu berkata kepada pengemis yang melapor itu "suruh gadis itu masuk".   "Ya, Tetua"   Pengemis itu mengangguk, setelah memberi hormat, pengemis itu langsung pergi. Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Tok Pie sin wan dan lainnya saling memandang dengan wajah penuh keheranan..   "Mungkinkah gadis itu tidak waras?"   Gumam sam Gan sin Kay.   "sungguh membingungkan"   Kim siauw suseng menggeleng- gelengkan kepala.   "Mungkinkah... Tio Cie Hiong sudah pulang?"   Ujar Tok Pie Sin Wan bergumam.   "Tapi kalau dia sudah pulang..."   "Tidak mungkin,"   Potong Lim Peng Hang sambil mengerutkan kening.   "   Kalau Cie Hiong dan Ceng Im sudah pulang, mereka pasti ke mari."   "   Heran"   Sam Gan sin Kay menggaruk-garuk kepala.   "   Kenapa muncul urusan yang begini aneh?"   Tak seberapa lama kemudian, mereka melihat seorang gadis belia berjalan ke dalam sambil menengok ke sana ke mari, yang ternyata memang Yap In Nio.   "Kakek-kakek dan paman-paman, apakah Kakak Hiong berada di sini?"   Tanya gadis itu sambil tersenyum.   "Nona kecil"   Lim Peng Hang menatapnya.   "siapa engkau?" (Bersambung ke bagian 19)   Jilid 19 "Namaku Yap In Nio. Aku ke mari untuk menemui kakak Hiong,"   Jawab Yap In Nio.   "Kakak Hiong berada di sini kan?" "Duduklah!"   Ucap Lim Peng Hang.   "Ya, Paman."   Yap In Nio duduk. Sementara Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Tok Pie Sin Wan dan Gouw Han Tiong terus menatap gadis itu dengan penuh perhatian.   "Engkau ingin menemui kakak Hiong, siapa kakak Hiong itu?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Dia bernama Tio Cie Hiong,"   Sahut Yap In Nio sambil tersenyum malu-malu.   "Engkau kenal dia di mana?"   Tanya Sam Gan Sin Kay.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Di kota kelahiranku,"   Jawab Yap In Nio memberitahukan.   "ibuku membawanya ke rumah, maka kami berkenalan."   "Nama kota kelahiranmu?"   Tanya Sam Gan sin Kay lagi.   "Kota An Wie..."   Jawab Yap In Nio dan menutur, kemudian menambahkan.   "Kakak Hiong pun mengajarku ilmu pedang."   "Lalu kapan engkau bertemu dia lagi?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Semalam,"   Jawab Yap In Nio dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Dia... dia... ke rumah penginapan menemuiku."   "Oh?"   Lim Peng Hang mengerutkan kening.   "Nona kecil, apakah tidak salah lihat orang?"   "Bagaimana mungkin aku salah lihat orang?"   Yap In Nio tersenyum sipu.   "Semalam dia pun... dia pun menyatakan cinta padaku. Aku... girang sekali, sebab aku sudah jatuh cinta padanya ketika pertama kali bertemu dengannya."   "oooh"   Lim Peng Hang terbelalak.   la tidak menyangka kalau gadis itu akan bicara blak-blakan.   sementara Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang dengan mimik aneh, sebab mereka tahu Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im belum pulang.   Namun gadis itu justru mengatakan bertemu Tio Cie Hiong semalam, bukankah aneh sekali? "Nona kecil"   Sam Gan sin Kay menatapnya.   "Engkau tidak sinting kan?"   "   Kakek pengemis"   Yap In Nio tertawa geli.   "Aku bukan sinting. semalam aku mau ikut dia ke mari, katanya sudah larut malam, lebih baik pagi ini aku ke mari, dia menungguku di sini. Kakek pengemis, cepatlah suruh dia keluar aku ingin menemuinya"   "Nona kecil"   Ujar sam Gan sin Kay sungguh-sungguh.   "Tio Cie Hiong tidak berada di sini, dia masih berada di Tayli."   "   Kakek pengemis bohong"   YapIn Nio tidak percaya.   "Tio Cie Hiong memang berada di Tayli, kami tidak membohongimu,"   Ujar Kim siauw suseng.   "semalam kakak Hiong yang menyuruhku ke -sini menemuinya, maka tidak mungkin dia tidak berada di sini."   Sahut Yap In Nio dengan mulai bersimbah air.   "Kakak Hiong tidak akan membohongi aku."   "Nona kecil"   Lim Peng Hang menatapnya tajam.   "Benarkah engkau sudah bertemu Tio Cie Hiong semalam?"   "Benar, Paman."   Yap In Nio mengangguk.   "Begini saja"   Ujar Lim Peng Hang. "Engkau boleh tinggal di sini menunggu Tio Cie Hiong, mungkin tidak lama lagi dia akan pulang."   "Dia... dia sudah pergi?"   Yap In Nio tampak kecewa.   "semalam dia telah bersumpah padaku, bahwa dia tidak akan meninggalkanku. Kenapa hari ini dia malah pergi?"   Lim Peng Hang tidak menyahut, melainkan segera menyuruh seseorang pengemis untuk mengantar Yap In Nio ke kamar.   "Kita yang telah gila ataukah gadis itu yang tidak waras?"   Gumam sam Gan sin Kay sambil menggaruk-garuk kepala.   "Ayah?"   Ujar Lim Peng Hang.   "Bagaimana kalau aku menyuruh beberapa orang pergi menyelidikinya? "   "Lebih baik tunggu cie Hiong dan ceng Im pulang saja"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Gadis itu memang kenal Tio Cie Hiong, tentunya dia tidak akan salah mengenali orang,"   Ujar Kim siauw suseng.   "Tapi yang jelas Cie Hiong dan ceng Im belum pulang, kenapa bisa muncul Tio Cie Hiong? Lagipula... ketika gadis itu mengatakan di rumah penginapan, kelihatannya malu-malu, sudah pasti terjadi sesuatu atas dirinya di rumah penginapan itu."   "Benar."   Tui Hun Lojin manggut-manggut.   "Gadis itu pun tampak tidak bohong, namun kok bisa muncul Tio Cie Hiong?"   "Mungkinkah... ada orang lain yang menyerupai Tio Cie Hiong?"   Tanya Tok Pie sin Wan.   "Tidak mungkin."   Lim Peng Hang menggelengkan kepala.   "Gadis itu kelihatan begitu mencintai Tio Cie Hiong, tentunya tidak akan salah mengenali orang yang menyerupai Tio Cie Hiong."   "   Kalau begitu.."   Tok Pie sin wan menghela nafas.   "   Urusan ini sungguh aneh sekali."   "Juga membingungkan,"   Sambung sam Gan sin Kay sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Haaah..."   Seru Gouw Han Tiong mendadak.   "Ada apa?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Lim Pangcu"   Jawab Gouw Han Tiong.   "Mungkinkah belum lama ini telah muncul seseorang yang mahir dalam hal tata rias wajah di rimba persilatan?"   "Aku belum menerima laporan tentang itu berarti tidak ada,"   Sahut Lim Peng Hang.   "   Urusan ini memang aneh sekali."   Sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala.   "   Urusan di Tayli belum beres, muncul lagi urusan lain."   "Aaakh..."   Lim Peng Hang menghela nafas.   "Entah harus bagaimana Cie Hiong memberesi urusan aneh ini?"   "Kelihatannya gadis itu tidak mempercayai kita, itulah yang merepotkan,"   Ujar Kim siauw suseng dengan kening berkerut.   "Kita sedang menunggu kemunculan Bu Lim sam Mo, yang muncul malah urusan yang tak terduga". Tok Pie sin wan menarik nafas panjang. sementara Yap In Nio sudah berada di dalam kamar. Gadis itu tidak habis pikir, kenapa Tio Cie Hiong tidak menepati janji? setahunya Tio Cie Hiong bukan pemuda semacam itu Mungkinkah dia disembunyikan oleh orang-orang di sini? Yap In Nio terus berpikir, akhirnya dia mengambil keputusan untuk menunggu. Akan tetapi, sudah dua hari ia menunggu di markas pusat Kay Pang itu, Tio Cie Hiong masih belum muncul. Mungkin karena kesal, maka Yap In Nio pergi jalan-jalan. Tiada seorang pengemis pun yang menghadangnya, sebab mereka tahu gadis itu adalah tamu di situ. Yap In Nio terus berjalan. Ketika dia sampai dijalan yang sepi, mendadak muncul seorang pemuda tampan, dialah Ku Tek Cun.   "Hei"   Seru Yap In Nio memanggilnya. Ternyata gadis itu, lelah lupa akan namanya.   "oh"   Ku Tek Cun tersenyum.   "Nona In Nio"   "Engkau bertemu Kakak Hiong?"   Tanya Yap In Nio.   "Maksudmu Tio Cie Hiong?"   Ku Tek Cun terheran- heran.   "Aku sudah menyuruhnya ke rumah penginapan itu menemuimu, dia tidak ke sana?"   "Dia memang sudah ke sana menemuiku, bahkan menyuruhku ke markas pusat Kay Pang."   Yap In Nio memberitahukan.   "Aku ke markas Kay pang, tapi orang-orang di sana bilang dia tidak di sana."   "oh?"   Ku Tek Cun mengerutkan kening.   "setahuku, dia memang berada di situ, tidak mungkin tidak ada."   "Tapi..."   Yap In Nio menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku sudah menunggu dua hari di markas pusat Kay Pang, tapi kakak Hiong masih belum muncul."   "Aaakh..."   Ku Tek Cun menarik nafas panjang- "Eh?"   Yap In Nio heran.   "Kenapa engkau menarik nafas?"   "Nona In Nio"   Ku Tek Cun menatapnya.   "   Engkau belum tahu, sebetulnya orang-orang di sana, semuanya penjahat. Karena itu, mereka telah membohongimu."   "Maksudmu Kakak Hiong berada di sana, tapi "   Mereka membohong iku?"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tanya Yap In Nio terbelalak.   "Ya."   Ku Tek Cun mengangguk.   "ohya, malam itu Tio Cie Hiong ke kamarmu?"   "Benar."   Yap In Nio manggut-manggut dengan wajah kemerah-merahan.   "Dia... dia telah berbuat sesuatu atas dirimu?"   Tanya Ku Tek Cun berbisik dan menatapnya.   "Engkau harus berterus terang, karena aku harus membelamu"   "Ya."   "setelah berbuat, dia bersumpah tidak?"   "Dia memang bersumpah."   Yap In Nio memberitahukan dengan suara rendah.   "Dia bersumpah, apabila meninggalkanku dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya itu, dia akan mati di tanganku."   "Ngmmm"   Ku Tek Cun manggut-manggut.   "   Kalau begitu, engkau harus bersabar menunggunya. setelah itu, engkau bertanya kepadanya, apabila dia menyangkal dan tidak mau bertanggung jawab, bunuh saja dia"   "Apa?"   Yap In Nio terbelalak.   "Aku... aku harus membunuhnya?" "Tentu."   Ku Tek Cun mengangguk.   "Dia tidak mau mengaku berarti tidak mau bertanggung jawab, maka dia harus mati di tanganmu."   "Tapi..."   Yap In Nio menggeleng-gelengkan kepala.   "Bagaimana mungkin aku tega membunuhnya? "   "Yap In Nio"   Mendadak Ku Tek Cun memanggil namanya.   "Ya."   Gadis itu mendongakkan kepala memandangnya.   "Yap In Nio, engkau harus ingat"   Ujar Ku Tek Cun sambil menatapnya tajam.   "Kalau dia menyangkal dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, engkau harus membunuhnya Engkau harus membunuhnya Engkau harus membunuhnya"   "Ya, ya."   Yap In Nio mengangguk.   "Kalau dia menyangkal dan tidak mau bertanggung jawab, aku pasti membunuhnya. Aku pasti bunuh dia. Aku pasti bunuh dia."   "Nah, sekarang engkau harus kembali ke markas pusat Kay Pang, tunggu Tio Cie Hiong pulang"   Ujar Ku Tek Cun dan tetap menatapnya tajam.   "Ya."   Yap In Nio mengangguk.   lalu segera kembali ke markas pusat Kay Pang.   setelah Yap In Nio pergi, Ku Tek Cun tertawa gelak lalu melesat pergi.   Tiba-tiba muncul seorang pengemis muda dari balik pohon.   Pengemis muda itu terus mengerutkan kening, kemudian menggeleng-gelengkan kepala sambil meninggalkan tempat itu.   Bab 30 Kejadian yang mengejutkan Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im dalam perjalanan pulang.   Mereka memacukan kuda masingmasing menuju markas pusat Kay Pang.   Ketika hari mulai gelap.   mereka berhenti, lalu duduk beristirahat di bawah sebuah pohon.   Tio Cie Hiong mengeluarkan makanan kering, lalu diberikannya kepada Lim Ceng Im.   "Terimakasih, Kakak Hiong"   Ucapnya lalu mulai menyantap makanan kering terseb it.   "Adik Im"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Mungkin besok sore kita akan sampai."   "Tui Hun Lojin dan paman Gouw pasti gembira sekali menerima kabar baik dari kita,"   Sahut Lim Ceng Im.   "Tentu gembira."   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "sebab Pangeran Tayli telah jatuh cinta pada sian Eng."   "Toan wie Kie seorang pangeran yang baik, maka sian Eng pasti hidup bahagia."   Ujar Lim Ceng Im sambil melirik Tio Cie Hiong.   "   Kakak Hiong, seandainya engkau menerima perjodohan itu, aku pasti pulang seorang diri"   "Adik Im"   Sahut Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "engkau harus tahu akan satu hal"   "Tentang hal apa?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Apa yang kuucapkan di hadapan Toan Hong Ya, itu bukan karena engkau berada di situ."   Tio Cie Hiong menjelaskan.   "   Kalau pun engkau tidak hadir di situ, aku pun pasti mengucapkan begitu."   "oooh"   Lim Ceng Im manggut-manggut mengerti, dan bukan main girang hatinya.   "   Kalau kakakku tahu, dia pasti senang."   "Adik Im, engkau harus tahu"   Ujar Tio cie Hiong melanjutkan.   "   Cinta itu memang indah, kalau kita berlaku setia tidak akan luntur selama-lamanya.   Tetapi, cinta itu akan berubah menjadi momok dalam hati kita, apabila kita tidak setia, gampang mengalihkannya dan cepat luntur.   Itu akan membuat orang lain menderita dan merusak diri sendiri pula."   "oh?"   Lim Ceng Im menatapnya.   "Aku pernah menyatakan di hadapanmu, bahwa aku sangat mencintai kakakmu. Ketika Toan Hong Ya menyatakan ingin menjodohkan Tayli Kongcu padaku, seandainya aku gampang tergoda, bukankah aku sudah tidak setia terhadap cinta yang pernah kunyatakan itu? Aku bisa berbuat begitu terhadap kakakmu, tentunya juga bisa berbuat begitu pula terhadap Tayli Kongcu. Nan, akhirnya siapa yang akan menderita dan rusak?"   "Kakak Hiong"   Lim Ceng Im tersenyum.   "Aku tidak menyangka kalau engkau begitu memahami arti cinta."   "Adik Im"   Ujar Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "   Kalau engkau jatuh cinta pada seseorang gadis kelak. engkau harus setia dan...."   "Kakak Hiong"   Sahut Lim Ceng Im cepat.   "Aku tidak akan jatuh cinta pada gadis yang mana pun."   "Lho?"   Tio Cie Hiong heran.   "   Kenapa?"   "Engkau akan mengetahuinya kelak."   Lim Ceng Im menundukkan kepala.   "ohya"   Tio Cie Hiong teringat sesuatu.   "Entah bagaimana keadaan di markas pusat Kay Pang? Mungkinkah sam Mo Kauw sudah menyerbu ke sana?"   "Entahlah."   Lim Ceng Im menggelengkan kepala.   "Adik Im, kita harus memburu waktu sampai di sana."   Tio Cie Hiong bangkit berdiri "Mari kita berangkat"   Lim Ceng Im mengangguk.   Mereka berdua lalu meloncat ke punggung kuda dan memacunya laksana kilat.   Ketika hari mulai senja, Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im telah sampai di markas pusat Kay Pang.   Beberapa pengemis langsung berlari ke dalam untuk melapor.   Di saat mereka memasuki halaman markas itu, mendadak terdengar suara seruan seorang gadis.   "Kakak Hiong Kakak Hiong"   "Heeh?"   Tio Cie Hiong terbelalak dan kemudian tersenyum.   "Engkau... adik In Nio"   "Kakak Hiong"   Yap In Nio langsung mendekap di dadanya.   "Adik In Nio"   Tio Cie Hiong membelainya.   "ohya, mari kuperkenalkan, ini adalah Lim Ceng Im, putra Lim Peng Hang ketua Kay Pang."   "Kakak Lim"   Panggil Yap In Nio sambil tersenyum.   "   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Engkau Yap In Nio..."   Lim Ceng Im menatapnya.   "   Kakak Hiong pernah memberitahukan kepadaku tentang dirimu."   "oh?"   Yap In Nio terbelalak, kemudian memandang Tio Cie Hiong seraya berkata.   "Kakak Hiong, engkau jahat sekali"   "Apa?"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Aku jahat?"   "Ya."   Yap In Nio mengangguk.   "Engkau memang jahat, sudah berjanji tapi tidak menepatinya." "Eh? Adik In, aku pernah berjanji apa kepadamu?"   Tio Cie Hiong bingung.   "Malam itu...,"   Jawab Yap In Nio sambil menundukkan kepala.   "   Engkau ke kamar penginapan menemuiku, lalu menyuruhku ke mari, tapi engkau malah tidak ada."   "Malam itu?"   Tio Cie Hiong mengerutkan kening, ia memandang Lim Ceng Im sejenak, kemudian bertanya pada Yap In Nio.   "Malam kapan?"   "Beberapa malam yang lalu,"   Sahut Yap In Nio.   "Beberapa malam yang lalu?"   Tio Cie Hiong terbelalak.   "Adik In, beberapa malam yang lalu, aku dan adik Im ini masih dalam perjalanan."   "Kakak Hiong..."   Yap In Nio menggeleng-gelengkan kepala.   "Kenapa kini engkau suka berbohong?"   "Aku berbohong?"   Tio Cie Hiong betul-betul pusing dibuatnya.   "Beberapa malam yang lalu, aku memang masih dalam perjalanan bersama adik Im ini. Kalau engkau tidak percaya, tanyalah kepadanya"   "Benar, In Nio,"   Ujar Lim Ceng Im.   "Beberapa malam yang lalu, dia memang masih dalam perjalanan kemari bersamaku."   "   Kenapa kalian semua membohongiku?"   Wajah Yap In Nio tampak muram. Di saat bersamaan, muncullah Bu Lim Ji Khie dan lainnya. Gouw Han Tiong tersentak dan cemas karena tidak melihat Gouw sian Eng.   "cie Hiong, kenapa Gouw sian Eng tidak ikut kalian? Apakah telah terjadi sesuatu atas dirinya?"   Tanya Gouw Han Tiong dengan hati kebat-kebit.   "Tenang saja, Paman"   Sahut Lim Ceng Im sambil tersenyum.   "Kami membawa kabar baik untuk paman.   "   "Kabar baik apa?"   Tanya Gouw Han Tiong agak berlega hati.   "Mari kita bicara di dalam"   Ujar sam Gan sin Kay sambil melirik Yap In Nio, kemudian menambahkan.   "Cie Hiong, engkau juga harus ikut ke dalam"   "Ya"   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Kakak Hiong"   Seru Yap In Nio.   "Aku tunggu di sini saja. Engkau... jangan pergi lagi ya"   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk dan berjalan ke dalam. Mereka semua duduk di ruang depan. Walau begitu banyak orang, tapi hening sekali suasananya.   "Cie Hiong"   Gouw Han Tiong menatapnya.   "   Kalian sudah bertemu sian Eng?"   "Sudah, Paman."   Tio Cie Hiong mengangguk sambil tersenyum.   "Adik Eng belum mau pulang, sebab dia masih betah tinggal di istana Tayli."   "Lho?"   Tui Hun Lojin mengerutkan kening.   "Kenapa begitu?"   "   Karena sian Eng dan Toan wie Kie sudah saling mencintai, maka sian Eng masih betah tinggal di sana,"   Sahut Lim Ceng Im memberitahukan.   "Ceng Im"   Tanya Lim Peng Hang.   "siapa Toan wie Kie itu?" "Dia Pangeran Tayli, putra Toan Hong Ya,"   Jawab Lim Ceng Im memberitahukan.   "Mungkin dalam waktu dua tiga bulan, Toan wie Kie akan mengantar sian Eng pulang."   "oh?"   Gouw Han Tiong berlega hati dan wajahnya mulai berseri.   "cie Hiong, ceritakanlah tentang semua itu"   "Ya, Paman."   Tio Cie Hiong mengangguk, lalu menceritakan semua itu dan menambahkan.   "Kemungkinan besar, Toan wie Kie mengantar sian Eng pulang, maksudnya juga ingin melamarnya."   "Huaha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa terbahak setelah mendengar itu "Setan tua, setelah sian Eng menikah dengan Pangeran Tayli itu, engkaupun bisa ikut hidup senang di istana Tayli dikelilingi para dayang"   "Pengemis bau"   Tui Hun Lojin tertawa.   "Engkau ngiri ya?"   "Ngiri sih tidak. hanya saja..."   Sam Gan sin Kay tersenyum.   "   Kenapa?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Tentunya aku pun boleh nebeng di sana. Ya, kan?"   Sahut sam Gan sin Kay dan tertawa lagi. Yang tidak bisa tertawa hanya Lim Peng Hang. la terus memandang Tio Cie Hiong dengan kening berkerut-kerut.   "Ayah...."   Lim Ceng Im terheran- heran.   "Aaakh..."   Lim Peng Hang menarik nafas panjang, sehingga membuat semua orang bungkam, tapi kemudian ketua Kay Pang itu melanjutkan.   "urusan di Tayli telah beres, namun di sini malah muncul urusan yang membingungkan"   "Tentang Yap In Nio itu?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Ya."   Lim Peng Hang mengangguk.   "Aku juga masih bingung...."   Lim Ceng Im mengerutkan kening.   "Ayah, sebetulnya apa gerangan yang telah terjadi?"   "Ayah pun kebingungan..."   Lim Peng tiang menggeleng-gelengkan kepala.   "Beberapa hari yang lalu, muncul gadis itu ke mari dari mengatakan bahwa Cie Hiong telah menemuinya, bahkan menyuruhnya ke mari. Bukankah itu aneh sekali?"   "BetuL Paman."   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Tadi dia pun mengatakan begitu kepadaku, sehingga aku menjadi bingung sekali."   "Bukan hanya engkau yang bingung, bahkan semua pun kebingungan memikirkan hal itu,"   Ujar sam Gan sin Kay sambil menggeleng- geleng kepala.   "ohya, engkau kenal baik gadis itu?"   "Memang aku kenal baik..."   Tio Cie Hiong menutur tentang ibu gadis itu membawanya ke rumah, kemudian berkenalan dengan gadis itu dan lain sebagainya."   "Kalau begitu, gadis itu tidak berdusta,"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Apa yang diceritakannya persis seperti apa yang kau tuturkan barusan."   "Itu pertanda dia gadis normal,"   Sela Kim siauw suseng.   "Tapi kejadian itu..."   "Kejadian apa, Paman sastrawan?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Dia bilang engkau ke kamar penginapan itu menemuinya..."   Sahut Kim siauw suseng memberitahukan. "Aku melihat wajahnya tampak kemerah-merahan, sudah pasti telah terjadi sesuatu di dalam kamar itu."   "Maksud Paman sastrawan..."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio Cie Hiong mengerutkan kening.   "Ya."   Kim siauw suseng manggut-manggut.   "Memang itu yang kumaksudkan, lagi pula dia begitu yakin bahwa yang datang itu dirimu."   "Tapi aku masih dalam perjalanan bersama adik Im,"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Kami tahu itu."   Lim Peng Hang manggut-manggut.   "Maka urusan ini sungguh aneh."   "Ayah, mungkinkah ada orang tertentu menyamar sebagai Kakak Hiong karena ingin merusak nama baik Kakak Hiong?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Mungkin."   Lim Peng Hang mengangguk.   "Dalam rimba persilatan, tidak ada orang yang begitu mahir dalam hal menyamar wajah orang lain."   Sela Tui Hun Lojin dan melanjutkan.   "Kita harus tahu, kelihatannya gadis itu sangat mencintai Cie Hiong, tentunya dia ingat benar wajah Cie Hiong pula. Apabila ada orang tertentu menyamar sebagai Cie Hiong, gadis itu pasti tahu."   "Benar."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Mungkinkah dalam rimba persilatan terdapat seseorang yang mirip Cie Hiong?"   "Itu tidak mungkin."   Kim siauw suseng menggeleng-gelengkan kemala dan menambahkan.   "Lagi pula kita semua tahu jelas bagaimana sifat Cie Hiong...."   "Aaakh..."   Sam Gan sin Kay memukul keningnya sendiri "Aku jadi pusing sekali. Usiaku sudah delapan puluh lebih, baru kali ini menghadapi urusan yang sedemikian aneh."   "sama-sama,"   Sahut Kim siauw suseng, kemudian menghela nafas.   "Kini keadaan sangat genting, kita harus siap menghadapi Bu Lim sam Mo, justru malah muncul urusan yang tak terduga ini."   "Cie Hiong"   Sam Gan sin Kay menatapnya.   "Hmms bagaimana engkau membereskan urusan ini?"   "Kakek pengemis "jawab Tio Cie Hiong tenang.   "Akan kubereskan secara baik dan damai."   "Cie Hiong..."   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Kelihatannya tidak begitu gampang membereskan urusan ini."   "Kenapa?"   Tanya Tio Cie Hiong heran.   "Kalau tidak terjadi sesuatu di dalam kamar itu, mungkin masih bisa di bereskan dengan baik dan damai, tapi..."   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kemala lagi.   "Haah..."   Seru Tio Cie Hiong mendadak.   "Ada apa, Kakak Hiong?"   Tanya Lim Ceng Im terkejut.   "   Celaka"   Wajah Tio cie Hiong berubah pucat.   "Apa yang celaka?"   Tanya semua orang serentak.   "   Kalau... kalau..."   Kening Tio cie Hiong terus berkerut-kerut.   "Akh Ini betul-betul celaka" "Kakak Hiong Apa yang celaka?"   Tanya L^m Ceng Im gelisah.   "Kalau Im Ceng, kakakmu itu tahu akan urusan ini, dia... dia pasti akan salah paham padaku. Akh celaka..."   "Jangan khawatir Kakak Hiong"   Ujar Lim Ceng Im.   "Aku adalah saksi utama dalam urusan ini, engkau harus tenang"   "Ceng Im"   Sam Gan sin Kay melotot.   "   Engkau memang keterlaluan"   "Kakek..."   Lim Ceng Im menundukkan kepala.   "Bagaimana kalau kita suruh In Nio ke mari saja?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Aku ingin bertanya langsung kepadanya di sini."   "Mungkin dia akan merasa malu."   Lim Peng Hang menggelengkan kepala.   "Tidak apa-apa,"   Sahut Tio cie Hiong.   "sebab aku tidak akan menyinggung mengenai masalah dalam kamar itu."   "Baiklah."^ Lim Peng Hang mengangguk, lalu berkata pada Lim Ceng Im.   "Panggil dia ke mari"   "Ya, Ayah."   Lim Ceng Im segera pergi memanggil Yap In Nio. Tak seberapa lama kemudian, Lim Ceng Im sudah kembali bersama Yap In Nio, yang wajahnya tampak berseri.   "Kakak Hiong Engkau panggil aku ya?"   Tanya Yap In Nio sambil tersenyum manis.   "   Ya."   Tio Cie Hiong manggut-manggut dan tersenyum lembut.   "Adik In Nio, duduklah"   Yap In Nio duduk. namun merasa kikuk karena semua orang terus memandangnya.   "Kakak Hong...."   "Tidak apa-apa."   Tio Cie Hiong tersenyum lagi.   "Mereka orang jahat"   Ujar Yap In Nio.   "Aku ke mari mencarimu, tapi mereka telah membohongiku. Padahal engkau berada di sini, tapi mereka malah bilang engkau belum pulang...."   "Adik In, mereka bukan orang jahat dan sama sekali tidak membohongimu. Aku memang belum pulang,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil memandangnya.   "Adik In, kenapa engkau mengembara di rimba persilatan? Bagaimana keadaan ibumu?"   "Eeeh?"   Yap In Nio terbelalak.   "Kok Kakak Hiong jadi pelupa sekarang? Malam itu aku sudah beritahukan, bahwa ibuku telah meninggal karena sakit mendadak."   "Apa?"   Tio Cie Hiong tertegun dan wajahnya berubah murung.   "   Ibumu telah meninggal?"   "Ya."   Yap In Nio mengangguk.   "Karena itu, aku mengembara mencarimu."   "oooh"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Adik In Nio, bagaimana kabarnya Tan Li cu dan Lim Hay Beng?"   "Kakak Hiong..."   Lagi Yap In Nio terbelalak . "Malam itu aku pun telah beritahukan, bahwa Li Cu dan Hay Beng sudah menikah, mereka hidup bahagia."   "syukurlah"   Tio Cie Hiong tersenyum, kemudian wajahnya berubah serius.   "Adik In, benarkah malam itu aku ke kamar penginapan menemuimu?"   "Memang benar."   Yap In Nio mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Engkau yang ke sana, kenapa malah bertanya demikian?"   "Adik In"   Tio Cie Hiong menatapnya.   "Apa-kah engkau tidak keliru mengenali orang?"   "Kakak Hiong, bagaimana mungkin aku keliru?"   Yap In Nio memandangnya.   "Malam itu, setelah kita... kita...."   "Adik In, lanjutkanlah Jangan merasa malu"   Ujar Tio Cie Hiong lembut.   "Ya, Kakak Hiong"   Yap In Nio melanjutkan.   "Malam itu setelah kita melakukan itu engkau pun bersumpah, apabila meninggalkan aku dan tidak mau bertanggung jawab, engkau pasti akan mati di tanganku. Kemudian engkau menyuruhku ke mari, dan engkau akan menungguku di sini."   "Aaakh..."   Tio Cie Hiong menghela nafas.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Adik In perhatikanlah diriku baik-baik, benarkah aku adalah orang itu?"   Yap In Nio menatapnya, lama sekali barulah ia mengangguk dan berkata dengan yakin sekali.   "Tidak salah. Kakak Hiong yang menemuiku malam itu."   "Adik In"   Tio Cie Hiong tersenyum getir.   "sekarang beristirahatlah, besok pagi kita bertemu lagi"   "Kakak Hiong tidak akan pergi kan?"   Tanya Yap In Nio sambil memandangnya.   "Jangan khawatir, Adik In"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Aku tidak akan pergi, percayalah padaku"   "Ya, Kakak Hiong."   Yap In Nio segera ke dalam.   "Aaakh..."   Tio Cie Hiong menarik nafas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala.   "Yap In Nio seorang gadis yang baik, tidak mungkin dia akan memfitnah diriku. Aku yakin, pasti ada orang tertentu menyamar sebagai diriku, lalu berbuat begitu dengan Adik In. Tapi... aku tidak mempunyai musuh lain, kenapa...."   "Mungkinkah itu perbuatan sam Mo Kauw?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Mungkin dan tidak,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Tidak dan mungkini Itu memang telah terjadi atas diri gadis itu, hanya saja kita tidak tahu siapa yang begitu hebat bisa menyamar sebagai diriku."   "Kalau mengenai soal menyamar, aku pun cukup mahir,"   Ujar Tok Pie sin wan dan menambahkan.   "Namun dalam rimba persilatan tidak ada yang mampu menyamar wajah orang lain sampai mirip sekali."   "Kalau begitu.."   Tio Cie Hiong terus berpikir, kemudian mendadak ia berseru.   "Hah? Mungkinkah begitu?"   "Maksud Kakak Hiong?"   Tanya Lim Ceng Im cepat. "Aku pernah bertarung dengan seorang pendeta Ang Liansi (Biara Teratai Merah), di sebuah desa kecil. Pendeta itu mahir ilmu sesat."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Dia mampu membuat penglihatan kita terpengaruh oleh ilmu sesatnya, jadi kalau dia bilang dirinya apa, kita pasti melihat dia seperti apa yang dia bilang itu."   "oh?"   Sam Gan sin Kay terbelalak.   "Siapa pendeta itu?"   "Dia Im Yang Hoatsu (Pendeta Banci),"   Jawab Tio Cie Hiong.   "Ngmmm"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Aku pernah dengar nama itu, Im Yang Hoatsu memang mahir ilmu sesat."   "   Kakak Hiong tidak terpengaruh oleh ilmu sesatnya itu?"   Tanya Lim Ceng Im mendadak.   "Tidak."   Tio cie Hiong menggelengkan kepala.   "Kok tidak?"   Lim Ceng Im heran.   "sebab aku memiliki ilmu Penakluk iblis."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Maka aku tidak terpengaruh oleh ilmu sesat itu."   "   Kakak Hiong, maukah engkau mengajarkan ilmu itu kepadaku?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Ceng Im"   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kemala.   "Kau kira gampang belajar ilmu Penakluk iblis itu? Kakekmu masih tidak mampu mempelajari ilmu itu, apa lagi engkau."   "oh?"   Lim Ceng Im terbelalak, kemudian bertanya pada Tio Cie Hiong.   "   Kakak Hiong, bagaimana hasil pertarungan itu?"   "Im Yang Hoatsu tidak kuat menghadapi aku, akhirnya dia kabur,"   Jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan.   "Maka aku curiga...."   "Engkau mencurigai orang itu adalah Im Yang Hoatsu?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "cie Hiong"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Kecurigaanmu memang beralasan. Mungkin Im Yang Hoatsu itu mendendam padamu, maka dilampiaskannya terhadap Yap In Nio"   "Besok pagi aku akan bertanya kepadanya,"   Ujar Tio Cie Hiong. Kemudian dia memandang Lim Peng Hang dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Paman, apakah adik Ceng sudah pulang?"   "Dia..."   Lim Peng Hang tidak tahu harus menjawab apa, sehingga membuatnya menjadi serba salah.   "Dia belum pulang?"   Tanya Tio Cie Hiong kecewa dan bergumam.   "Kenapa dia pergi begitu lama?"   "Cie Hiong"   Seia sam Gan sin Kay.   "Kalau bertemu dia lagi, engkau boleh menamparnya."   "Kakek pengemis..."   Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Kakek kok mengajar orang yang bukan-bukan sih?"   Tegur Lim Ceng Im cemberut.   "siapa suruh engkau begitu keterlaluan."   Sahut sam Gan sin Kay sambil melotot.   "Kakek pengemis, adik Im jangan dipersalah-kan"   Ujar Tio Cie Hiong. "Dia cukup pusing karena kakaknya belum pulang."   "Engkau masih membela dia?"   Sam Gan sin Kay melotot lagi.   "Seharusnya engkau menamparnya.   "   "Kakek pengemis..."   Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala lagi.   "Kakek "   Lim Ceng Im juga melotot.   "Kok kakek jadi bawel?"   "Ayah"   Ujar Lim Peng Hang.   "Kita masih memusingkan urusan ini, jangan terus bergurau"   "Wuah"   Sam Gan sin Kay mencak-mencak.   "Dunia sudah terbalik, anak berani menegur orang tua"   "Ha ha ha"   Kim Siauw Suseng tertawa terbahak-tabahak.   "Makanya jangan suka usil..."   Yap In Nio duduk di pinggir ranjang, mendadak ia merasa hatinya tersentak. sehingga membuat pikirannya melayang-layang. setelah itu, telinganya mendengung- dengung.   "Kalau dia menyangkal dan tidak mau bertanggung jawab, bunuh saja dia Bunuh saja dia"   Ternyata ucapan ini mengiang di telinganya secara mendadak. kemudian ia pun bergumam.   "Apabila dia menyangkal perbuatannya, aku pasti membunuhnya Aku pasti membunuhnya"   Usai bergumam, Yap In Nio menyembunyikan sebilah belati di lengan bajunya. Di saat bersamaan, terdengarlah suara ketukan di pintu kamar.   "Siapa?"   Tanyanya.   "Aku dan adik Ceng Im ke mari ingin bercakap-cakap denganmu,"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Kakak Hiong"   Seru Yap In Nio girang dan segera membuka pintu kamar.   "Masuklah"   Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im melangkah ke dalam, lalu duduk di kursi. Sedangkan Yap In Nio duduk di pinggir ranjang.   "Adik In, bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu?"   Tio Cie Hiong menatapnya lembut.   "Tentu saja boleh,"   Sahut Yap In Nio sambil tersenyum.   "Adik In..."   Tio Cie Hiong menatapnya.   "Malam itu sebelum engkau melihat aku ke kamarmu, apakah engkau bertemu seseorang?"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ya."   Yap In Nio mengangguk.   "orang itu baik sekali. Kalau aku tidak bertemu dia, aku pasti tidak tahu Kakak Hiong berada di mana."   "orang itu masih muda atau sudah berumur?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Masih muda dan tampan."   Yap In Nio memberitahukan.   "Dia mengajakku ke sebuah rumah penginapan, kemudian menyuruhku menunggu di dalam sebuah kamar karena dia mau pergi mencari Kakak Hiong. Dia pun bilang, mungkin malam hari kakak Hiong akan menemuiku di kamar penginapan itu."   "Engkau tahu nama pemuda tampan itu?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Namanya... namanya..."   Yap In Nio tidak ingat lagi.   "Dia memberitahukan namanya, tapi aku sudah lupa." "Adik Im"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Kalau begitu, orang itu bukan Im Yang Hoatsu."   "Kakak Hiong, engkau pernah kenal pemuda tampan?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Tidak."   Tio cie Hiong menggelengkan kepala.   "Heran"   Gumam Lim Ceng Im dengan kening berkerut.   "Aku yakin pemuda tampan itu pasti kenal denganmu."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kemala.   "Sungguh mengherankan sekali"   "Kakak Hiong"   Yap In Nio menatapnya, kemudian berkata sambil menundukkan kepala.   "Aku... aku telah menyerahkan diriku kepadamu, engkau tidak boleh meninggaikan aku, engkau... harus bertanggung jawab"   "Adik In"   Tio Cie Hiong menghela nafas.   "Terus terang, orang itu bukan aku. Engkau telah terpedaya oleh orang jahat."   "Apa?"   Yap In Nio terbelalak.   "Engkau bilang apa?"   "Aku bilang orang itu bukan aku,"   Tegas Tio Cie Hiong.   "Aku tidak pernah melakukan apa pun terhadap dirimu...."   "Kakak Hiong"   Wajah Yap In Nio mulai memucat.   "Engkau ingin mengelak perbuatanmu itu?"   "Adik In, aku tidak mengelak melainkan memang benar aku tidak melakukan apa-apa terhadap dirimu. Lagi pula pada waktu itu, aku masih dalam perjalanan...."   "Kakak Hiong"   Sepasang mata Yap In Nio berapi-api.   "Engkau... engkau tidak mau bertanggung jawab? "   "Aaakh..."   Keluh Tio Cie Hiong.   "Adik In, aku harus bertanggung jawab apa?"   "Perbuatanmu itu"   Sahut Yap In Nio sambil menudingnya.   "Engkau... engkau telah berbuat, kenapa sekarang tidak mau bertanggung jawab?"    Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo Asmara Dibalik Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini