Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 21


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 21


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   "Kita jangan membuang waktu"   "Apabila muncul Im sie Hong Mo di sana, aku yang menghadapinya."   Tio Cie Hiong mengingatkan.   "Kakek pengemis, Paman sastrawan dan lainnya harus berusaha menolong mereka"   "Ya."   Bu Lim Ji Khie mengangguk.   setelah berunding lagi sejenak.   barulah mereka berangkat dengan perasaan tegang dan tercekam.   Kini mereka telah sampai di tempat tujuan, tapi mereka hanya berdiri di tempat yang agak tinggi sambil memandang ke arah bangunan megah itu.   Tampak para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin berjalan mondar-mandir di halaman bangunan, yaitu bangunan bekas markas sam Mo Kauw atau istana Thian Mo.   "Aku akan ke sana,"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Apabila muncul Im Sie Hong Mo, aku akan memancingnya ke tempat lain."   "Kami mengerti,"   Sahut sam Gan sin Kay dan berpesan.   "Cie Hiong, hati-hatilah"   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "   Kakak Hiong"   Lim Ceng Im menatapnya.   "   Hati- hati ya"   Tio Cie Hiong tersenyum sambil manggut-manggut.   "Adik Hiong"   Lam Kiong Bie Liong memegang bahunya.   "sebelumnya kuucapkan terima- kasih kepadamu"   "Jangan berkata begitu"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Ibumu juga boleh dikatakan bibiku."   "Adik Hiong, hati-hati"   Pesan Lam Kiong Bie Liong.   Tio Cie Hiong mengangguk.   lalu melesat pergi.   Bu Lim Ji Khie dan lainnya terus memperhatikan halaman bangunan itu.   Sementara Tio Cie Hiong telah melayang turun di halaman bangunan tersebut, bahkan telah mengeluarkan suling kumalanya.   Munculnya Tio Cie Hiong membuat para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin menggeram, kelihatan ingin menyerang.   Tio Cie Hiong segera duduk bersila, kemudian mulai meniup suling kumalanya.   Ia mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kang dan Ilmu Penakluk iblis.   Para ketua tujuh partai, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin tampak tertarik akan suara suling Tio Cie Hiong.   Mereka semua berdiri mematung di tempat, dan terus mendengarkan dengan air muka berubah tak menentu.   suara suling terus mengalun lembut menggetarkan hati dan pikiran.   sesaat kemudian mereka semua mulai menengok ke sana ke mari.   Wajah mereka yang semula tampak bengis, berubah perlahan-lahan.   Lewat beberapa saat, mereka kelihatan seakan tersentak dan saiing memandang.   "omitohud"   Ucap Hui Khong Taysu.   "omitohud...., (Bersambung ke Bagian 26)   Jilid 26 "Aaaakh..."   Yang lain pun mengeluarkan seruan, sepertinya baru tersadar dari mimpi buruk. Tio cie Hiong berhenti meniup sulingnya, kemudian memandang mereka satu persatu.   "Pek Ih Sin Hiap"   Panggil mereka serentak.   "Syukurlah"   Tio cie Hiong tersenyum sambil bangkit berdiri.   "Kalian semua telah bebas dari pengaruh ilmu sesat"   "omitohud Terima kasih...,"   Ucap Hui Khong Taysu.   "Bu Lim Ji Khie dan lainnya juga sudah ke mari. Mari kita temui mereka"   Tio cie Hiong mengajak mereka pergi menemui Bu Lim Ji Khie dan lainnya. Yang paling gembira adalah Lam Kiong Bie Liong. Pemuda itu langsung bersujud di hadapan ibunya.   "Ibu Ibu...."   "Nak"   Lam Kiong hujin membelainya seraya berkata.   "Bangunlah Engkau harus berterima-kasih kepada pemuda itu"   "Ibu...."   Lam Kiong Bie Liong bangkit berdiri sambil memberitahukan.   "Dia Tio cie Hiong." "Oh?"   Lam Kiong hujin memandangnya dengan penuh kasih sayang.   "Nak...."   "Bibi..."   Panggil Tio cie Hiong dan memberi hormat.   "Mari kita tinggalkan tempat ini"   Seru Sam Gan Sin Kay lidak sabaran.   "Kita bicara di markas saja"   Mereka telah sampai di markas pusat Kay Pang. semuanya duduk di aula dalam sambil bercakap- cakap.   "   Kepala gundul Tuturkanlah kejadian itu"   Ujar Kim siauw suseng.   "omitohud...."   Hui Khong Taysu menghela nafas.   "   Kejadian itu sungguh mengerikan. Cap Pwee Lo Han mati dengan puluhan tusukan dan sabetan pedang, sedangkan ketiga paman guruku.... omitohud"   "siauw Lim sam Tianglo dapat bertahan berapa lama ketika bertarung dengan lm sie Hong Mo?"   Tanya sam Gan sin Kay.   "Tidak begitu lama."   Hui Khong Taysu memberitahukan.   "Gerakan pedang Im sie Hong Mo begitu cepat dan kacau balau, sehingga sulit diikuti dengan mata. Mendadak ketiga paman guruku berdiri diam di tempat, kemudian roboh. Namun tubuh bagian bawah dari pinggang sampai di kaki tetap berdiri di situ...."   "Tubuh ketiga Tetua itu terpotong dua?"   Tanya Lam Kiong Bie Liong dengan air muka berubah.   "omitohud...."   Mata Hui Khong Taysu tampak basah.   "omitohud..."   "Im sie Hong Mo memang kejam sekali,"   Ujar It Hian Tojin.   "Para murid Butong telah dibantai habis, hanya tersisa Butong Ngo Hiap."   "Aaaakh..."   Wie Hian Cinjin menghela nafas panjang.   "Kun Lun Pay kami telah musnah, sebab cuma tinggal aku seorang diri Aku... aku sungguh malu terhadap sucouw (Pendiri Partai Kun Lun)."   "sama,"   Sambung Ceng sinsuthay, ketua partai GoBie dan Beng Leng Hoatsu, ketua partai Khong Tong.   "Aaaakh..."   Keluh Pek Bie Lojin. ketua partai swat san sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Partai swat sanpun telah habis...."   "Aku masih tidak habis pikir, siapa sebenarnya Im sie Hong Mo itu?"   Ujar Tui Hun Lojin.   "   Kepandaiannya begitu tinggi, ilmu sesatnya pun sangat luar biasa."   "Dia dapat mengendalikan pikiran kita."   Sela Lam Kiong hujin.   "ohya, suara suling itu kok bisa menyadarkan kita?"   "Itu suling kumala, boleh dikatakan tergolong benda pusaka."   Kim siauw suseng memberitahukan.   "sedangkan Cie Hiong mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kang dan Ilmu Penakluk iblis ketika meniup suling kumala itu, maka setelah kalian mendengar suara suling itu, sudah barang tentu punah pula pengaruh ilmu sesat dalam pikiran kalian, dan kalian tersentak sadar."   "ooooh"   Lam Kiong hujin dan lainnya manggut-manggut.   "lbu"   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.   "Mungkin tidak lama lagi utusan Toan Hong Ya akan tiba di sini."   "oh, ya?"   Wajah Lam Kiong hujin berseri.   "Utusan itu dan Toan wie Kie akan melamar Gouw sian Eng, setelah itu kita semua akan berangkat ke Tayli,"   Ujar Lam Kiong Bie Liong sambil memandang Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong.   "Kalau begitu, kami berdua harus segera pulang,"   Sahut Tui Hun Lojin.   "Setan tua"   Ujar sam Gan sin Kay.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Lebih baik kalian tunggu di sini Untuk sementara ini, kita semua tidak boleh berpencar ingat, sewaktu-waktu Im sie Hong Mo pasti akan muncul lagi" "Tapi kalau utusan itu dan Toan wie Kie ke rumah?"   Tanya Gouw Han Tiong "Jangan khawatir"   Lim Peng Hang tersenyum.   "Akan kusuruh seseorang ke sana memberitahukan kepada pelayan di sana, bahwa kalian berdua menunggu di sini."   "Terimakasih, Lim Pangcu"   Ucap Gouw Han Tiong.   "lbu"   Ujar Lam Kiong Bie Liong.   "Kita pun menunggu di sini saja, sebab terlampau bahaya apabila kita berpencar."   "Ng"   Lam Kiong hujin mengangguk.   "Aaaakh..."   Hui Khong Taysu menghela nafas.   "Hingga saat ini aku tidak habis pikir,"   Katanya.   "Kepala gundul"   Kim siauw suseng tertawa.   "Apa yang menyebabkan engkau tak habis pikir?"   "Tujuh partai telah hancur, tapi... kenapa Kay Pang tidak diganggu Im sie Hong Mo itu?"   "siapa bilang tidak?"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Kami semua nyaris mati di tangannya."   "Tapi...."   It Hian Tojin menatapnya heran.   "Buktinya kalian semua masih hidup, Apakah dia tidak jadi membunuh kalian?"   "Yaah"   Sam Gan Sin Kay menggeleng-gelengkan kepala.   "   Kalau waktu itu tidak muncul Pek Ih Hong Li, kami semua pasti sudah mati."   "Apa?"   It Hian Tojin terbelalak.   "Pek Ih Hong Li? siapa dia?"   "seperti Im sie Hong Mo, tiada seorang pun tahu siapa dia,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "sebab wajahnya tertutup rambutnya yang panjang. Na-mun gerakan pedangnya mirip Im sie Hong MO."   "oh?"   Hui Khong Taysu tercengang.   "Mungkinkah mereka kakak beradik seperguruan?"   "   Kami pun menduga begitu,"   Sahut Kim siauw suseng.   "Masuk akal tapi tidak mungkin."   "   Kenapa begitu?"   Hui Khong Taysu heran.   "   Gerakan pedang mereka hanya mirip. masih terdapat perbedaan. itulah yang membingungkan,"   Ujar Kim siauw suseng.   "Heran..."   Gumam It Hian Tojin.   "sebetulnya siapa Im sie Hong Mo dan gurunya...?"   "Menurut cie Hiong, Im sie Hong Mo pasti ada hubungannya dengan im sie Hong Jin,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Im sie Hong Jin?"   It Hian Tojin terheran-heran.   "Siapa Im sie Hong Jin itu?"   "Omitohud Im sie Hong Jin yang hidup dua ratus tahun lampau itu?"   Tanya Hui Khong Taysu.   "Ya."   Sam Gan sin Kay mengangguk lalu bertanya.   "Taysu kepala gundul, tahukah engkau tentang Im sie Hong Jin itu?"   "   Ketiga paman guruku pernah menceritakan, Tapi itu juga tidak begitu jelas,"jawab Hui Khong Taysu.   "Tapi... bagaimana mungkin Im sie Hong Jin masih hidup?"   "Mungkin seseorang memperoleh kitab pusaka ilmu silat peninggalannya, lalu muncul dengan julukan Im sie Hong Mo,"   Sahut Kim siauw suseng.   "omitohud...."   Hui Khong Taysu menghela nafas.   "   Entah kapan rimba persilatan bisa tenang, aman dan damai? omitohud...."   Bab 42 Utusan Tayli sungguh mengherankan, walau sudah lewat belasan hari, namun Im sie Hong Mo tidak pernah muncul lagi di markas pusat Kay Pang. oleh karena itu semua orang Kay Pang merasa lega.   "Mungkinkah Im sie Hong Mo telah dibunuh oleh Pek Ih Hong Li?"   Gumam sam Gan sin Kay.   "Mungkin,"   Sahut Kim siauw suseng.   "sebab hingga saat ini dia tidak pernah muncul." "Itu hanya mungkin,"   Ujar Tok Pie sin wan.   "Menurut pendapatku, Im sie Hong Mo tidak mungkin telah dibunuh Pek Ih Hong Li, sebab kepandaian mereka berdua seimbang. Mungkin.... Im sie Hong Mo sedang menghindari Pek Ih Hong Li, maka dia tidak berani muncul."   "Ngmm"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Mungkin."   "   Kakek bagaimana sih?"   Tegur Lim Ceng Im.   "Ini mungkin dan itu mungkin...."   "   Cucuku yang pintar Menurutmu apa yang harus dipastikan?"   Sam Gan sin Kay menatap Lim Ceng Im sambil tersenyum.   "Yang jelas...."   Wajah Lim Ceng Im berseri.   "Kakak Hiong sudah berada di sini, maka Im sie Hong Mo tidak berani ke mari."   "Mungkin."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Mungkin lagi mungkin lagi"   Lim Ceng Im menggeleng-gelengkan kepala.   "Adik Im"   Ujar Tio Cie Hiong sungguh-sung-guh.   "Im sie Hong Mo tidak muncul bukan karena aku di sini, melainkan... dia sedang menunggu kesempatan."   "   Kakak Hiong"   Lim Ceng Im heran.   "   Kenapa dia harus menunggu kesempatan?"   "Sebab kini dia masih terhalang oleh Pek Ih Hong Li, maka dia belum mau muncul. Yang penting, kita semua harus hati-hati"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Masuk akal dan mungkin begitu,"   Sahut sam Gan sin Kay. Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara seruan di luar susul menyusul dan bergema.   "Utusan Tayli dan Toan wie Kie datang"   "Utusan Tayli dan Toan wie Kie datang...."   "   Undang mereka masuk"   Sahut Lim Peng Hang.   "   Undang mereka masuk...."   Suara seruan ini saling menyusul ke luar.   "Mari kita sambut mereka"   Ujar Lim Peng Hang. Bu Lim Ji Khie dan lainnya segera beranjak ke pintu. sesaat kemudian, muncullah utusan Tayli dan Toan wie Kie. Utusan Tayli ternyata Hian Teng Taysu, Koksu istana Tayli, sin san Lojin dan Ang Kin sian Li.   "selamat datang selamat datang"   Ucap Lim Peng Hang sambil memberi hormat kepada mereka.   "selamat bertemu"   Sahut Hian Teng Taysu dan balas memberi hormat.   "Toan Hong Ya mengutus kami ke mari."   "silakan masuk"   Ucap Lim Peng Hang selaku tuan rumah.   "saudara Tio"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Toan wie Kie menepuk bahu Tio Cie Hiong.   "Nanti kita baru mengobrol."   "saudara Kie"   Tio Cie Hiong manggut-manggut sambil tersenyum.   "silakan duduk"   Ucap Lim Peng Hang lagi. Kemudian mereka saling memperkenalkan diri, dan suasana pun menjadi semarak.   "Maaf"   Ucap Hian Teng Taysu.   "Kedatangan kami telah mengganggu markas pusat Kay Pang ini"   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Kepala gun.... eh Taysu...."   "Ha ha ha"   Hian Teng Taysu juga tertawa.   "Aku memang kepala gundul, engkau pengemis bau yang sangat terkenal."   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Kalau begitu, aku pun tidak perlu sungkan-sungkan lagi. Kepala gundul, kalian bertiga ke mari ingin melamar Gouw sian Eng, kan?"   "Betul, pengemis bau."   Hian Teng Taysu manggut-manggut.   "Kami mewakili Hong Ya untuk melamar Gouw sian Eng. Tui Hun Lojin dan Gouw tayhiap. apakah lamaran ini akan diterima dengan senang hati?"   "Tentu Tentu...."   Tui Hun Lojin tertawa gembira. "setan tua"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Engkau boleh makan enak dan tidur nyenyak di istana Tayli lho"   "Pengemis bau"   Tui Hun Lojin tertawa lagi.   "   Engkau boleh ikut."   "Benar, benar,"   Sela sin san Lojin.   "Kalau Bu Lim Ji Khie mau berkunjung ke Tayli, itu merupakan suatu kehormatan bagi kami."   "Ha ha ha"   Kim siauw suseng tertawa terbahak-bahak.   "   Kalau begitu, kelak kami pasti ke sana."   "Kami sangat mengharapkan,"   Sahut sin san Lojin sungguh-sungguh.   "Terimakasih"   Ucap Kim siauw suseng.   "ohya"   Ujar Hian Teng Taysu memberitahukan.   "Lam Kiong Bie Liong, Hong Ya juga perintahkan kami untuk menjemput ibumu ke Tayli."   "Terimakasih, Koksu"   Ucap Lam Kiong Bie Liong.   "Apakah kehadiranku di sana tidak akan mengganggu ketenangan istana Tayli?"   Tanya Lam Kiong hujin sambil tersenyum.   "Tentu tidak,"   Sahut Hian Teng Taysu sambil tertawa.   "Malah akan menambah semarak suasana di istana Tayli."   "Terimakasih"   Ucap Lam Kiong hujin.   "Tentu tidak"   Sahut Hian Teng Taysu.   "ohya"   Ang Kin sian Li memberitahukan.   "Hong Ya juga mengundang Tui Hun Lojin dan Gouw tayhiap ke sana."   "Terimakasih"   Ucap Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong serentak.   "Hua ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Tuuuh setan tua, mulai saat ini engkau akan hidup senang, punya menantu pangeran Tayli Jangan jangan engkau akan melupakan kami yang di sini"   "Pengemis bau Bagaimana mungkin aku melupakan kalian?"   Sahut TUi Hun Lojin sambil tertawa.   "Ohya"   Hian Teng Taysu memberitahukan.   "Hong Ya dan Hujin mengundang Pek Ih sin Hiap ke sana."   "Terima kasih atas undangan Hong Ya dan Hujin"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Tapi aku tidak bisa memenuhi undangan itu."   "Kenapa?"   Hian Teng Taysu heran.   "Sebab aku sedang menghadapi suatu masalah."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "setelah masalah itu selesai, kami pasti berkunjung ke Tayli."   "Masalah apa?"   Tanya sin san Lojin dan Ang Kin sian Li serentak.   "Di rimba persilatan sini telah muncul seorang iblis, yang berjuluk Im sie Hong Mo. Kepandaiannya sangat tinggi, maka aku harus menghadapinya,"   Jawab Tio Cie Hiong.   "Im sie Hong Mo?"   Sin san Lojin, Ang Kin sian Li dan Hian Teng Taysu saling memandang.   "Im sie Hong Mo..."   Tutur Tlo Cie Hiong.   "Apa?"   Hian Teng Taysu terbelalak.   "Tujuh partai besar telah hancur?"   "Omitohud"   Ucap Hui Khong Taysu.   "Memang benar. oleh karena itu, kami semua berkumpul di sini menunggu kemunculan Im sie Hong Mo itu."   "Pantas ketua-ketua partai berada di sini"   Hian Teng Taysu manggut-manggut menghela nafas.   "Sungguh di luar dugaan" "Kalau begitu...,"   Ujar Sin San Lojin sungguh-sungguh.   "Agar tidak terjadi sesuatu, lebih baik kita berangkat besok."   "Tidak terlalu cepat?"   Tanya sam Gan sin Kay.   "Kami memang harus cepat kembali ke Tayli, itu perintah Hong Ya."   Sin san Lojin memberitahukan.   "Lagipula... kalau terjadi sesuatu, berat sekali tanggung jawab kami."   "Baiklah."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Kami tidak akan menahan kalian. Memang ada baiknya kaitan segera berangkat ke Tayli, mudah-mudahan Im Sie Hong Mo tidak muncul malam ini"   Malam hari, Tio Cie Hiong, Lim Ceng Im, Lam Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie ber-cakap-cakap di halaman, namun wajah Toan wie Kie tampak agak kecewa.   "sayang sekali"   Ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Kalian berdua tidak bisa ke Tayli"   "sesungguhnya kami memang ingin menghadiri pesta pernikahan kalian, tapi...."   Tio Cie Hiong menghela nafas.   "Bagaimana mungkin aku dan adik Im berangkat ke sana?"   "saudara Tio"   Toan wie Kie menatapnya.   "Benarkah Im sie Hong Mo itu berkepandaian tinggi sekali?"   "Benar."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian Im sie Hong Mo itu. Berdasarkan bukti kematian siauw Lim sam Tianglo, maka kita dapat membayangkan kepandaiannya."   "saudara Tio"   Toan Wie Kie mengerutkan kening.   "Engkau dapat menghadapinya?"   "Mudah-mudahan"   Sahut Tio cie Hiong.   "Aku tidak yakin dapat menghadapinya karena ilmu pedangnya sangat berbeda."   "   Kenapa berbeda?"   Tanya Toan Wie Kie heran.   "Im sie Hong Mo adalah orang tak waras, maka ilmu pedangnya juga kacau balau tidak karuan, tapi lihay sekali. Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang dan Tok Pie sin Wan nyaris mati di tangannya. Kalau Pek In Hong Li tidak muncul di saat itu, mereka semua pasti sudah mati."   "saudara Tio"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tanya Toan Wie Kie.   "Engkau tahu siapa Pek Ih Hong Li itu?"   "Aku sama sekali tidak tahu, lagi pula aku tidak bertemu dia dan Im sie Hong Mo, maka aku tidak tahu siapa mereka."   Tio cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "   Kalau begitu, bukankah engkau boleh bergabung dengan Pek Ih Hong Li untuk membasmi Im sie Hong Mo?"   Ujar Toan Wie Kie seakan mengusulkan.   "Tidak mungkin."   Tio cie Hiong menggelengkan kepala lagi.   "   Kenapa?"   Tanya Toan wie Kie.   "Pek Ih Hong Li juga tak waras, jadi bagaimana mungkin aku bergabung dengannya?"   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Mereka berdua sama-sama tak waras, maka aku malah khawatir mereka berdua akan bergabung menghadapiku."   "   Kakak Hiong...."   Lim Ceng Im tersentak.   "Mungkinkah begitu?"   "Mungkin juga."   Tio Cle Hiong manggut-manggut.   "   Karena orang tak waras akan lebih dekat dengan orang tak waras pula."   "Tapi...."   Lim Ceng Im mengerutkan kening.   "Kata kakek, Pek Ih Hong Li justru memusuhi Im sie Hong Mo. Karena itu, aku yakin Pek Ih Hong Li tidak akan bergabung dengan Im sie Hong Mo untuk menghadapi Kakak Hiong."   "Mudah-mudahan begitu"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum getir.   "Kapan rimba persilatan akan aman...?"   "Tapi sungguh mengherankan"   Sela Lam Kiong Bie Liong.   "Kenapa hingga saat ini Im sie Hong Mo belum muncul?" "Dia sedang menunggu kesempatan. Aku yakin tidak lama lagi dia akan muncul di sini,"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Kenapa engkau yakin begitu?"   Tanya Lam Kiong Bie Liong.   "Apabila Pek Ih Hong Li lengah, dia pasti muncul,"   Sahut Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Dia agak takut kepada Pek Ih Hong Li, maka sementara ini dia menghindar. setelah itu, barulah muncul."   "Adik Hiong"   Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku tidak habis pikir, kenapa Im sie Hong Mo agak takut kepada Pek Ih Hong Li? Apakah mereka mempunyai suatu hubungan?"   "Mungkin."   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Kalau tidak, bagaimana mungkin Im sie Hong Mo agak takut kepada Pek Ih Hong Li?"   "Memang membingungkan."   Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memandang Tio Cie Hiong seraya berkata.   "Adik Hiong, tentunya engkau tidak berkeberatan memberi petunjuk kepadaku mengenai ilmu pedang, bukan?"   "Kakak Liong...."   Sesungguhnya Tio Cie Hiong ingin menolak, namun merasa tidak enak.   "   Kepandaianku. ...   "   "Adik Hiong"   Ujar Lam Kiong Bie Liong sungguh-sungguh.   "Jangan merendah, aku akan memperlihatkan ilmu pedangku, di mana terdapat kekurangannya, aku harap engkau memberi petunjuk"   "   Kakak Liong...."   Tio cie Hiong berpikir, lalu mengangguk seraya berkata. ."Baiklah. silakan Kakak Liong memperlihatkan ilmu pedangmu itu"   "Terima kasih, Adik Hiong"   Ucap Lam Kiong Bie Liong girang, lalu menghunuskan pedangnya dan berkata.   "Yang kuandalkan adalah Thay Yang Kiam Hoat (Ilmu Pedang surya)."   Usai berkata begitu, mulailah Lam Kiong Bie Liong menggerakkan pedangnya mempertunjukkan Thay Yang Kiam Hoat.   Tio Cie Hiong terus memperhatikan dengan cermat.   la manggut-manggut tapi kadang-kadang mengerutkan kening.   Berselang beberapa saat kemudian, barulah Lam Kiong Bie Liong berhenti lalu bertanya.   "Adik Hiong, bagaimana? Apakah ilmu pedang ku terdapat kekurangannya?"   "Kakak Liong,"   Sahut Tio Cie Hiong.   "sesungguhnya ilmu pedang mu sangat hebat dan mengagumkan tergolong ilmu pedang tingkat tinggi. Tapi...."   "Kenapa?"   Tanya Lam Kiong Bie Liong cepat.   "Ada beberapa jurus yang masih terdapat kekurangannya,"   Jawab Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Yaitu pada jurus ketujuh, kesembilan, dan ketiga belas. Apakah engkau sengaja tidak melanjutkan jurus-jurus itu?"   "Adik Hiong"   Lam Kiong Bie Liong menatapnya kagum.   "Sungguh tajam dan cermat penglihatanmu. Aku belajar ilmu pedang itu dari sebuah kitab, tapi tersobek sedikit, sehingga tidak dapat kupelajari dengan baik jurus-jurus itu."   "ooooh"   Tio Cie Hiong manggut-manggut dan mulai memberi petunjuk.   "Pada jurus ketujuh engkau harus melanjutkan dengan gerakan ini"   Lam Kiong Bie Liong segera mengikuti gerakan tersebut. Bukan main terkejut dan girangnya, karena jurus itu menjadi sempurna.   "Adik Hiong"   Ujarnya kemudian.   "Berbulan-bulan aku berpikir setengah mati untuk menyempurnakan jurus itu, namun tidak berhasil sama sekali. Engkau cuma sekali pandang sudah mampu menyempurnakan jurus itu. Aku... aku sungguh tidak mengerti."   Tio Cie Hiong hanya tersenyum, kemudian memberi petunjuk lagi, sehingga ilmu pedang tersebut bertambah hebat dan lihay. Betapa girangnya Lam Kiong Bie Liong, dan dia memandang Tio Cie Hiong dengan mata terbelalak. "   Kakak Liong"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Terima kasih, Adik Hiong Aku merasa bangga sekali mempunyai adik...."   "Kakak Liong, jangan terus-menerus memujiku"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku jadi malu...."   Pagi ini, utusan Tayli dan Toan wie Kie berpamit. Begitu pula Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong Bie Liong, juga ikut berangkat ke Tayli.   "Setan tua"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Bukan kami tidak hadir, melainkan...."   "Aku tahu, kalau bukan terpaksa, aku pun tidak akan berangkat ke Tayli,"   Sahut Tui Hun Lojin, kemudian memegang bahu Tio Cie Hiong.   "Hati-hati terhadap Im sie Hong Mo"   "Ya, Kakek."   Tio cie Hiong mengangguk.   "saudara Tio"   Ujar Toan wie Kie berpesan.   "Apabila urusanmu telah selesai, jangan lupa berkunjung ke Tayli"   "Tentu."   Tio cie Hiong tersenyum.   "saudara Kie, sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu dan adik sian Eng"   "Pasti kusampaikan."   Toan wie Kie mengangguk.   "Adik Hiong"   Lam Kiong Bie Liong memegang bahu Tio cie Hiong erat-erat.   "setelah engkau mengalahkan Im sie Hong Mo, susullah kami"   "   Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   Kemudian berangkatlah mereka dengan naik kuda.   setelah itu Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin Wan, Tio Cie Hiong, Lim Peng Hang, Lim Ceng Im dan para ketua tujuh partai baru masuk.   Mereka duduk di aula dalam.   sam Gan sin Kay menarik nafas lega seraya berkata.   "Mereka lebih aman diTayli daripada di sini jadi kita tidak usah mengkhawatirkan mereka"   "sayangnya kita tidak bisa menghadiri pesta pernikahan itu."   Kim siauw suseng menggelenggelengkan kepala.   "Padahal aku ingin sekali pesiar ke Tayli."   "Kalau begitu, cepatlah susul mereka"   Ujar sam Gan sin Kay sambil tertawa.   "Masih keburu kok"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Pengemis bau, jangan menyindir"   Sahut Kim siauw suseng.   "Aku bukan orang yang takut mati Iho"   "Aku tahu. Aku tahu...."   Sam Gan Sin Kay tertawa lagi, lalu memandang cucunya.   "Ceng Im, kalau tidak terganggu oleh kemunculan Im sie Hong Mo, engkau dan cie Hiong pun pasti telah melangsungkan pernikahan."   "Kakek...."   Wajah Lim Ceng Im memerah.   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak^ sementara itu, utusan Tayli terus melakukan perjalanan. Tampak Tui Hun Lojin sedang bercakap-cakap dengan Gouw Han Tiong.   "Terus terang, aku merasa tidak enak ikut ke Tayli...."   Tui Hun Lojin menghela nafas.   "sian Eng dan wie Kie akan melangsungkan pernikahan, tentunya ayah harus hadir, kenapa malah bilang tidak enak?"   Gouw Han Tiong heran.   "Aku merasa tidak enak terhadap yang berada di markas pusat Kay Pang. Karena mereka sedang menghadapi musuh tangguh, tapi kita malah berangkat ke Tayli."   "Kalaupun Ayah tetap berada di sana, juga tidak bisa membantu."   Ujar Gouw Han Tiong sungguh-sungguh.   "Bahkan aku akan merasa tidak enak terhadap Toan Hong Ya, kalau Ayah tidak hadir."   Tui Hun Lojin menghela nafas.   "Mudah-mudahan cie Hiong dapat mengalahkan Im sie Hong Mo"   Ucapan Tui Hun Lojin terhenti, karena mendadak mereka semua mendengar suara tawa yang menyeramkan.   "   Celaka"   Seru Gouw Han Tiong dengan wajah pucat pias.   "Im sie Hong Mo"   "semua harus hati-hati"   Teriak Tui Hun Lojin.   "Itu suara tawa Im sie Hong Mo"   Mereka semua berhenti. Hian Teng Taysu, Sin San Lojin dan Ang Kin Sian Li saling memandang. sungguh tak disangka, di tempat ini mereka akan menghadapi Im sie Hong Mo.   "Hua ha ha He he he...."   Suara tawa yang menyeramkan itu terus bergema, dan tak lama muncullah seseorang berpakaian kumal, rambutnya yang panjang awut-awutan menutupi wajahnya. orang itu ternyata memang Im sie Hong Mo.   "omitohud"   Hian Teng Taysu menatapnya seraya berkata.   "   Kami pihak Tayli tidak bermusuhan denganmu, harap engkau jangan mengganggu perjalanan kami yang akan kembali ke Tayli"   "He h e h e"   Im Sie Hong Mo masih terus tertawa.   "Pokoknya kalian semua harus mati Harus mati"   "Engkau. ingin menanam permusuhan dengan Tayli?"   Tanya sin san Lojin sambil mengerutkan kening.   "Tayli? Phui"   Im sie Hong Mo meludah.   "Aku Im sie Hong Mo, tidak akan takut kepada siapa pun Kalian semua harus mati He he he...."   Im sie Hong Mo mulai menghunuskan pedangnya, namun di saat bersamaan terdengarlah suara tawa nyaring yang melengking- lengking.   Im sie Hong Mo tampak tersentak lalu menengok ke sana ke mari.   sekonyong-konyong berkelebat sosok bayangan putih ke hadapan Im sie Hong Mo.   Bayangan itu ternyata Pek Ih Hong Li.   "Aku harus mencincangmu Aku harus mencincang mu"   Pek Ih Hong Li langsung menyerang Im sie Hong Mo.   Maka terjadilah pertarungan yang sangat seru.   Hian Teng Taysu dan lainnya menyaksikan pertarungan itu dengan mata terbelalak, sebab ilmu pedang Pek Ih Hong Li dan Im sie Hong Mo begitu hebat dan lihay, tapi kacau balau tidak karuan.   "He he he"   Im sie Hong Mo tertawa keras dan mendadak melesat pergi. Pek Ih Hong Li pun melesat mengejarnya. seketika juga suasana di tempat itu menjadi hening.   "omitohud"   Hian Teng Taysu menghela nafas.   "   Kalau wanita berbaju putih itu tidak muncul, kita semua pasti mati di tangan Im sie Hong Mo."   "Wanita berbaju putih itu pasti Pek Ih Hong Li,"   Ujar Toan wie Kie sambil menarik nafas legg.   "Secara tidak langsung dia telah menolong kita semua."   "Benar."   Lam Kiong Bie Liong manggut-manggut.   "   Wanita itu pasti Pek Ih Hong Li. Im sie Hong Mo tampak agak takut kepadanya."   "Ayoh, kita melanjutkan perjalanan"   Seru sin san Lojin.   Mereka segera melanjutkan perjalanan dengan hati tercekam, sebab khawatir kalau sewaktuwaktu Im sie Hong Mo muncul lagi.   Toan Hong Ya dan Hujin menyambut mereka dengan penuh kegembiraan, lalu beramah tamah dengan mereka di ruang khusus.   para dayang pun segera menyuguhkan berbagai macam makanan dan minuman.   "Ha ha ha"   Toan Hong Ya tertawa gembira.   "Terimakasih atas kedatangan kalian semua"   "Terimakasih atas keramahan Hong Ya dan Hujin"   Sahut Tui Hun Lojin.   "   Kami telah mempersiapkan segala keperluan pernikahan. Bagaimana kalau pesta pernikahan diselenggarakan esok?"   Tanya Toan Hong Ya.   "Kami setuju,"   Jawab Tui Hun Lojin. "Lam Kiong Hujin"   Ujar Toan Hong Ya memberitahukan.   "pesta pernikahan Bie Liong dan Pit Lian juga diselenggarakan bersama. Bagaimana?"   "Itu memang baik sekali."   Lani Kiong hujin manggut-manggut.   "Baik"   Toan Hong Ya tertawa.   "   Kita pastikan esok menyelenggarakan pesta pernikahan."   "Ya."   Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong dan Lam Kiong hujin mengangguk.   "ohya"   Toan Hong Ya mengerutkan kening.   "   Kenapa Cie Hiong dan Ceng Im tidak datang?"   "Ayah"   Toan wie Kie memberitahukan.   "Cie Hiong harus menghadapi seorang musuh tangguh."   "Oh?"   Toan Hong Ya mengerutkan kening lagi.   "Siapa musuh tangguhnya itu?"   "Im sie Hong Mo,"   Jawab Toan wie Kie.   "Kepandaiannya sungguh tinggi. Dalam perjalanan pulang, kami bertemu Im sie Hong Mo itu"   "Oh, ya?"   Toan Hong Ya terkejut.   "Kalian bertarung dengan dia?"   "Omitohud"   Sahut Hian Teng Taysu.   "Kalau kami bertarung dengan Im sie Hong Mo, tentu kami semua sudah mati."   "Apakah dia begitu hebat?"   Toan Hong Ya kelihatan kurang percaya.   "Benar."   Tui Hun Lojin mengangguk lalu menutur kejadian itu "Kami disadarkan dengan suara suling. Kalau tidak, pikiran kami masih terpengaruh dan dikendalikan oleh ilmu hitam itu."   "Apakah Im sie Hong Mo juga mahir ilmu hitam?"   Tanya Toan Hong Ya terkejut.   "Ilmu hitamnya tinggi sekali,"   Jawab Lam Kiong hujin.   "Kami dan para ketua tujuh partai besar di Tionggoan tak sanggup melawan ilmu hitam yang dimiliki Im sie Hong Mo."   "Tapi Cie Hiong...."   Toan Hong Ya tercengang.   "Dia cuma meniup suling...."   "Cie Hiong memiliki Ilmu Penakluk iblis. Dia mengerahkan ilmu itu di saat meniup suling, sehingga membuat pikiran kami menjadi jernih."   "Ooooh"   Toan Hong Ya manggut-manggut, kemudian bertanya.   "Ohya, dapatkah dia menghadapi Im sie Hong Mo itu?" ^ "Entahlah."   Tui Hun Lojin menggelengkan kepala.   "Yang jelas Im sie Hong Mo kelihatan takut kepada Pek Ih Hong Li. Ketika Im sie Hong Mo muncul menghadang kami, tak lama Pek Ih Hong Lipun muncul. Kalau Pek Ih Hong Li tidak muncul di saat itu, kami semua pasti celaka."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bukan cuma celaka, tapi pasti mati,"   Sela Ang Kin sian Li.   "Sebab kepandaian Im sie Hong Mo memang lihay dan bukan main hebatnya."   "Kalau begitu...,"   Toan Hong Ya tampak cemas.   "Bagaimana Cie Hiong?"   "Mudah-mudahan dia sanggup menghadapinya"   Ucap Tui Hun Lojin dan menambahkan.   "Lagipula masih ada Pek Ih Hong Li yang terus menerus mengejar Im sie Hong Mo. Dengan begitu Im sie Hong Mo tiada kesempatan untuk bertarung dengan cie Hiong"   "Benar."   Lam Kiong hujin manggut-manggut.   "syukurlah kalau begitu"   Ucap Toan Hong Ya agak berlega hati.   Keesokan harinya, Toan Hong Ya menyelenggarakan pesta pernikahan putra putrinya.   selama tiga hari tiga malam, seluruh rakyat Tayli juga ikut berpesta pora dengan penuh kegembiraan dan semarak.   Akan tetapi, sementara itu pula di markas pusat Kay Pang justru tengah terjadi sesuatu.   Bab 43 Wajah rusak tidak mempengaruhi cinta Ketika hari mulai gelap.   tiba-tiba di markas pusat terdengar suara tawa yang menyeramkan.   Pemilik suara itu tak lain Im sie Hong Mo.   Tio Cie Hiong, Lim Ceng Im, Bu Lim Ji Khie dan lainnya tampak berhambur keluar dengan perasaan tegang.   "cie Hiong, hati-hati"   Seru sam Gan sin Kay. Tio Cie Hiong mengangguk. Pemuda itu berdiri di tengah halaman dengan kening berkerutkerut. Tak seberapa lama kemudian, muncullah Im sie Hong Mo di hadapannya sambil tertawa seram.   "He he he Bagus, bagus Kalian semua berkumpul di sini, aku harus membunuh kalian semua"   Ujar Im sie Hong Mo dengan suaranya yang parau. Tersentak Tio Cie Hiong ketika melihat Im sie Hong Mo. Walau wajahnya tertutup oleh rambut, Tio Cie Hiong merasa kenal padanya.   "Im sie Hong Mo Apa urusanmu datang ke mari...?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Ha ha ha... aku harus membunuhmu dan lainnya Malam ini ajal kalian telah tiba. Ha ha ha..."   "Kila tidak saling punya dendam, kenapa engkau ingin membunuh kami?"   Tio Cie Hiong menatapnya, ingin melihat lebih jelas siapa sosok lelaki di hadapannya itu.   "Pokoknya aku harus mencabut nyawamu, setelah itu barulah giliran mereka He he he"   Im sie Hong Mo mulai menghunus pedangnya.   "   Harap semua minggir"   Seru Tio Cie Hiong, seraya mengeluarkan suling kumala. Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, dan lainnya segera mundur belasan depa. Melihat Lim Ceng Im masih berdiri di situ, Lim Peng Hang cepat-cepat menariknya.   "Ayah...."   Wajah gadis itu mulai memucat.   "Tenang"   Bisik Lim Peng Hang.   "Tio Cie Hiong Malam ini engkau harus mampus"   Bentak Im sie Hong Mo sambil menyerang. Tio Cie Hiong cepat berkelit. Hatinya merasa heran, karena Im sie Hong Mo tahu namanya.   "siapa engkau?"   Tanyanya lagi.   "Aku adalah Im sie Hong Mo, aku harus mencabut nyawamu"   Sahut Im sie Hong Mo sambil terus menyerang.   Para peimbaca yang budiman tentunya tahu siapa Im sie Hong Mo itu.   Dia adalah Ku Tek Cun.   Tokoh yang telah berhasil mempelajari Kitab Im sie Cin Keng, peninggalan Im sie Hong Jin, serta kitab Cih Hun Tay Hoat pemberian Im Yang Hoatsu.   oleh karena itu, ia betul-betul jadi gila tapi masih ingat siapa-siapa yang harus dibunuhnya.   saat ini ia menyerang Tio Cie Hiong dengan Hong Loan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kacau Balau).   Bagi orang yang normal, pasti tidak bisa mempelajari ilmu pedang tersebut.   Tio Cie Hiong pun segera mengeluarkan ilmu Giok siauw Bit Ciat Kang Hoat ciptaannya.   sementara kakinya bergerak berdasarkan ilmu Kiu Kiong san Tian Pou.   Akan tetapi, pedang di tangan Im sie Hong Mo seakan punya mata, di mana suling Tio Cie Hiong bergerak.   di situ pula pedang Im sie Hong Mo menangkis.   satu hal lagi yang sangat membingungkan, pada saat Tio Cie Hiong sudah berderak laksana kilat, Im sie Hong Mo dapat mengimbanginya, bahkan kelihatan seakan tahu ke mana lawannya akan bergerak.   Biasanya Tio Cie Hiong mampu melihat jelas gerakan-gerakan ilmu pedang lawan.   Namun kali ini ia justru tidak dapat melihat kelebatan-kelebatan pedang Im sie Hong Mo.   Hal itu tentu membuatnya terkejut bukan main.   Mendadak pemuda ini mengeluarkan bunyi siulan panjang.   Ternyata ia menyerang im sie Hong Mo dengan jurus Hoan Thian coan Te (Membalikkan Langit Memutarkan Bumi).   sebuah jurus yang sangat dahsyat.   Namun im sie Hong Mo tampak hanya ter-tawa-tawa.   la sama sekali tidak menangkis, melainkan balas menyerang.   Dan yang sangat mengherankan, serangannya yang kacau balau itu, mampu mematahkan serangan Tio Cie Hiong.   Cess Badan Tio Cie Hiong terpekik kaget.   Darah segar mengucur di tubuhnya ketika pedang lawan berhasil menusuknya.   "   Kakak Hiong..."   Urn Ceng Im menjerit karena merasa cemas.   "Jangan menjerit, itu akan mengganggu perhatiannya"   Bisik UrnPeng Hang. Keringat dingin pun mulai mengucur karena merasa tegang menyaksikan pertarungan itu Wajah Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, dan para ketua tujuh partai sudah pucat pias.   "Ha ha ha He he he"   Im sie Hong Mo terus tertawa seram.   "Engkau harus mampus Engkau harus mampus"   Pekiknya dengan penuh kegeraman.   Im sie Hong Mo terus menyerang Tio Cie Hiong.   sungguh mengagumkan, makin lama makin hebat ilmu pedang Im sie Hong Mo.   Mendadak Tio cie Hiong bersiul panjang lagi, lalu menyerang Im sie Hong Mo secepat kilat dengan jurus san pang Te Liat (Gunung Runtuh Bumi Retak).   TUk TUk TUk Ujung suling kumala berhasil menotok beberapa jalan darah penting di tubuh Im sie Hong Mo.   Akan tetapi, terbelalaklah Tio Cie Hiong melihat Im sie Hong Mo tidak roboh.   Lelaki seram itu malah tertawa terkekeh-kekeh lalu menyerang Tio cie Hiong bertubi-lubi.   Pedangnya berkelebatkelebat laksana kilat menusuk dan menyabet badan Tio Cie Hiong.   Cepat-cepat Tio Cie Hiong berkelit menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou, namun pedang Im sie Hong Mo bergerak lebih cepat.   cess Breet Badan Tio cie Hiong tertusuk dan tersabet pedang Im sie Hong Mo lagi.   sekujur badannya berlumuran darah hingga pakaiannya yang putih itu berubah merah.   "Kakak Hiong Kakak Hiong..."   Lim Ceng Im menjerit dan menangis.   "Nak...,"   Wajah Lim Peng Hang sudah bertambah pucat karena tegang.   Begitu pula wajah Bu Lim Ji Khie dan lainnya.   Sementara Im Sie Hong Mo terus melancarkan serangan, sedangkan Tio Cie Hiong memang sudah mulai terdesak hebat, hingga hanya mampu menangkis saja.   Breet crass Badan Tio Cie Hiong pun tersabet pedang im sie Hong Mo.   "HahahaHehehe"Im sie Hong Mo tertawa seram sambil terus menyerang Tio cie Hiong.   "sert"   Wajah Tio Cie Hiong pun tersabet pedang.   Walau wajah dan sekujur badan telah terluka, Tio cie Hiong tidak menjerit sama sekali.   Dia tetap berusaha menangkis sambil mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang untuk melindungi diri agar darah tidak terus mengucur.   Keadaan Tio Cie Hiong semakin gawat.   Sementara itu Bu Lim Ji Khie, Tok Jie sin wan, Lim Peng Hang, dan para ketua tujuh partai tampak sudah siap menyerang im sie Hong Mo.   Akan tetapi, di saat bersamaan terdengarlah suara tawa yang melengking nyaring.   Mendengar suara tawa itu, Im sie Hong Mo pun tampak tertegun.   Dihentikan serangannya terhadap Tio cie Hiong.   Pemuda itu pun terkulai.   "Kakak Hiong..."   Jerit Lim Ceng im. Tanpa menghiraukan apa pun ia langsung berlari mendekatinya.   "   Kakak Hiong"   "Adik Im..."   Sahut Tio Cie Hiong lemah. Darah masih tampak mengalir dari wajahnya.   "Aku cincang engkau Aku cincang engkau"   Terdengar cula suara teriakan menyertai munculnya Pek Ih Hong Li.   "Engkau berani melukainya? Aku cincang tubuhmu"   Pek Ih Hong Li langsung melesat melancarkan serangan,-^embuat Im sie Hong Mo termundurmundur. "Kucincang tubuhmu Kucincang tubuhmu..."   Teriak Pek Ih Hong Li, geram sekali. la menyerang Im sie Hong Mo dengan ganas dan dahsyat. Sementara Tio Cie Hiong memperhatikan Pek Ih Hong Li. Matanya terbelalak kaget melihat wanita itu.   "Adik In Adik In..."   "Kakak Hiong"   Lim Ceng Im juga kaget.   "Pek Ih Hong Li adalah Yap In Nio?"   "Ya"   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Im sie Hong Mo adalah Ku Tek Cun...."   Pek Ih Hong Li terus menyerang dengan ganas dan cepat sekali, membuat Im sie Hong Mo meloncat ke sana ke mari dan akhirnya melesat pergi.   "Mau kabur ke mana? Akan kubunuh kau"   Pek Ih Hong Li juga melesat mengejar Im sie Hong Mo.   "Adik In Nio..."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tio Cie Hiong berseru keras, namun mendadak ia pingsan.   "Kakak Hiong Kakak Hiong..."   Jerit Lim Ceng Im sambil menangis.   Lim Peng Hang segera mendekati Tio Cie Hiong, lalu bersama Lim Ceng Im menggotongnya ke dalam.   Ketika siuman, Tio Cie Hiong sudah berada di tempat tidur.   Namun badan, tangan, dan kaki tak bisa digerakkan sama sekali.   sekujur tubuhnya telah dibalut, begitu pula mukanya sehingga dirinya menyerupai sosok mummi, yang tampak hanya sepasang matanya.   Di dekatnya terlihat Lim Ceng Im terisak-isak.   "Engkau sudah siuman?"   "Adik Im...."   Panggil Tio Cie Hiong sambil memandangnya.   "   Kakak Hiong...."   Air mata Lim Ceng Im berderai-derai.   "   Engkau yang membalut luka-lukaku?"   Lim Ceng Im menggeleng kepala.   "Ayah, kakek dan kakek sastrawan yang melakukan semua ini."   Tak lama kemudian muncul Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin Wan.   "Syukurlah engkau sudah siuman"   "Aku...."   "Jangan banyak bicara, beristirahat saja"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Tidak apa-apa,"   Sahut Tio Cie, Hiong, dan kemudian menghela nafas panjang.   "Untung aku memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan buah Kiu Yap Ling che. Kalau tidak, aku pasti sudah mati kehabisan darah."   "Aaakh...."   Lim Peng Hang menggeleng-geleng kepala.   "   Luka- luka mu itu cukup parah, untung kami menyimpan obatmu."   "sungguh di luar dugaan,"   Gumam Tio Cie Hiong.   "Im sie Hong Mo ternyata Ku Tck Cun, dia tidak mati di dasar jurang Padahal kepandaiannya telah kumusnahkan, jadi bagaimana mungkin dia bisa seperti itu?"   "   Kami pun tidak habis pikir,"   Timpal Kim-siauw suseng.   "   Kalau Pek Ih Hong Li tidak muncul di saat itu...."   "Aku pasti sudah mati,"   Sambung Tio Cie Hiong.   "   Itu pun diluar dugaan. Pek Ih Hong Li ternyata Yap In Nio. Hanya dalam waktu setahun lebih, kepandaian mereka kok jadi begitu hebat? Dua-duanya pun sudah jadi gila pula"   "Apakah mereka berdua sama-sama memperoleh kitab pusaka peninggalan Im sie Hong Jin?"   Gumam sam Gan sin Kay. Tidak dapat diduga tentang itu,"   Sahut Kim siauw suseng.   "   Kecuali kita bertanya pada Yap In Nio"   "Dia sudah gila, bagaimana mungkin kita bisa menanyakannya?"   Ujar Tok Pie sin Wan. "Heran Itu sungguh mengherankan"   Gumam Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Paman, berapa tusukan dan sabetan di tubuhku?"   Tanya Tio Cie Hiong mendadak.   "Ada tiga puluh enam tusukan dan tiga puluh enam sabetan di tubuhmu."   Lim Peng Hang memberitahukan.   "Mukaku?"   Lim Peng Hang tampak ragu memberitahukan.   "Beritahukanlah"   Desak Tio cie Hiong.   "Tujuh tusukan dan tujuh sabetan."   Lim Peng Hang terpaksa memberitahukan.   "Aaakh..."   Keluh Tio Cie Hiong.   "Kalau begitu, wajahku... pasti rusak"   "Jangan memikirkan yang bukan-bukan, engkau beristirahat saja Ceng Im akan menemanimu di sini,"   Ujar sam Gan sin Kay.   Usai berkata begitu, Sam Gan sin Kay melangkah pergi diikuti Kim siauw suseng, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin wan dari belakang.   Kemudian mereka duduk di ruang dalam dengan mulut membungkam, hanya saling memandang sambil menghela nafas panjang.   "Kita harus terus menghibur Cie Hiong,"   Ujar sam Gan sin Kay.   "sebab wajahnya pasti rusak berat."   "Aku kuatir...."   Kim siauw suseng mengerutkan kening. sam Gan sin Kay menatapnya, kemudian bertanya.   "sastrawan sialan. Apa yang engkau kuatirkan?"   "   Cucumu itu."   "   Kenapa cucuku?"   "Wajah Cie Hiong telah rusak berat, pasti berubah menyeramkan. Maka aku kuatir cucumu terhadapnya...."   "Maksudmu cucuku akan berubah terhadapnya."   "Ya"   "sastrawan sialan, jangan menghina cucuku"   Sam Gan sin Kay tampak tidak senang.   "   Cucuku bukan gadis semacam itu."   "Aku tahu, tapi...."   "Tidak ada tapi-tapian cucuku akan tetap mencintai Cie Hiong "   "Itu yang kuharapkan. Kalau tidak...   "^ "Aku yakin putriku tetap mencintai cie Hiong walau wajahnya telah rusak tidak karuan,"   Ujar Lim Peng Hang.   "sebab aku tahu jelas mengenai sifat putriku."   "syukurlah"   Ucap Kim siauw suseng.   "Kita pun harus terus menghibur Cie Hiong, agar kuat hatinya,"   Tambah Tok Pie sin Wan.   "Jangan sampai dia kehilangan gairah hidup hanya karena wajahnya rusak"   "Benar"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Yang penting adalah Ceng Im, dia harus mendampingi cie Hiong dan terus menghiburnya."   Seminggu kemudian Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pie sin Wan membuka balutan Cie Hiong.   selelah balutan itu dibuka, diam-diam mereka pun menghela nafas panjang saat melihat wajah pemuda itu.   Ternyata wajah Tio Cie Hiong memang telah rusak karuan, penuh bekas tusukan dan sabetan.   Begitu pula tangan, kaki dan sekujur badannya.   "Paman"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku tahu, wajahku telah rusak tidak karuan...."   Lim Peng Hang tersenyum.   "Cepatlah engkau berpakaian, ceng Im akan ke mari menemanimu"   Tio Cie Hiong segera berpakaian, kemudian duduk melamun di pinggir tempat tidur.   "Tenang saja, Cie Hiong"   Lim Peng Hang menepuk bahunya. Kim siauw suseng menatapnya sambil tersenyum.   "Engkau tidak usah mengkhawatirkan apa pun, percayalah"   Ujarnya menghibur.   Tio Cie Hiong terdiam.   la tahu apa maksud perkataan mereka.   Namun kini ia tahu wajahnya telah rusak.   Bu Lim Ji Khie memandangnya sejenak.   lalu meninggalkan kamar itu.   Tok Pie sin Wan dan Lim Peng Hang juga ikut keluar.   Tak lama kemudian, tampak Lim Ceng Im berjalan ke dalam sambil memandang Tio Cie Hiong dengan iba.   "Kakak Hiong...,"   Panggilnya dengan air mata berderai.   "Adik Im...,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil menghela nafas panjang.   "Kakak Hiong...."   Lim Ceng Im mendekap di dadanya dan menangis terisak-isak dengan air mata terus bercucuran.   "Adik Im, kini wajahku telah rusak, tentunya...."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "   Kakak Hiong,"   Potong Lim ceng Im cepat.   "   Walau wajahmu telah rusak, aku tetap mencintaimu. Percayalah"   "Adik Im"   Tio cie Hiong menggeleng-geleng-kan kemala.   "Aku... aku merasa malu terhadap diriku sendiri"   "Jangan begitu, Kakak Hiong"   Ujar Lim Ceng Im sungguh-sungguh.   "Wajahmu memang telah berubah menyeramkan, tapi cintaku terhadapmu takkan berubah selama-lamanya. Percayalah Kakak Hiong"   "Adik Im...,"   Dua baris air mata mengalir turun dari mata Tio Cie Hiong.   "Terima kasih, Adik Im"   "   Kakak Hiong, mari kita ke depan"   Ajak Lim Ceng Im. Tio cie Hiong mengangguk. Mereka berdua lalu meninggalkan kamar itu. Kebetulan Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin Wan, dan Lim Peng Hang duduk di ruang dalam. Tio cie Hiong dan Lim Ceng Im menghampiri mereka lalu duduk.   "Bagaimana perasaanmu sekarang?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Sudah baik semua luka luar, hanya meninggalkan bekas saja,"   Jawab Tio Cie Hiong sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "cie Hiong"   Sam Gan sin Kay menatapnya seraya berkata.   "   Engkau tetap tenang, jangan membayangkan yang bukan-bukan sebab... cucuku tetap mencintaimu."   "Betul"   Timpal Kim siauw suseng.   "Ceng Im sangat mencintaimu. Walau wajahmu telah rusak. tidak akan mempengaruhi cintanya terhadapmu,"   Ujar Tok Pie sin Wan meyakinkan. Lim Peng Hang tersenyum.   "   Kami tidak menghibur, ceng Im telah mengatakan begitu pada kami."   "Benar, Kakak Hiong,"   Ujar Lim Ceng Im sambil menundukkan kepala.   "   Ketika wajahku dekil tidak karuan, kau pun tetap baik padaku." "Itu cuma dekil, tapi wajahku...,"   Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.   "Kakak Hiong"   Lim Ceng Im mendongakkan kepala memandangnya.   "Kalau Kakak Hiong tidak mempercayaiku, aku akan merusak wajahku"   "Jangan"   Tio Cie Hiong terkejut.   "Adik Im, engkau tidak boleh berbuat begitu."   "Tapi Kakak Hiong harus mempercayai, bahwa aku tetap mencintaimu"   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Aku mempercayaimu, Adik Im."   "Nah Harus begitu"   Lim Ceng Im tersenyum. Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang, dan Tok Pic sin wan juga tersenyum mendengar pembicaraan kedua muda-muda ini.   "Cie Hiong"   Sam Gan Sin Kay memandangnya.   "Engkau tidak dapat memecahkan ilmu pedang Im Sie Hong Mo itu?"   "Aku justru masih bingung, ilmu pedang itu sangat aneh"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku sama sekali tidak dapat melihat Jelas gerakan-gerakan pedangnya."   "Engkau bisa mengingatnya kembali?"   Tanya Kim Siauw Suseng.   "Aku akan mencobanya"   Tio Cie Hiong memejamkan mata, ia berusaha mengingat gerakangerakan ilmu pedang Im Sie Hong Mo.   Tak lama kemudian, tangannya juga bergerak tapi berhenti lagi.   Setelah itu bergerak lagi, namun berselang sesaat ia pun berhenti sambil membuka matanya dan menghela nafas.   "Aku tidak bisa mengingat gerakan-gerakan ilmu pedang itu, terlampau kacau balau"   Ujarnya dengan kening berkerut.   "Aku masih tidak habis pikir, entah Iweekang apa yang dimilikinya."   "Memangnya kenapa?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Makin lama bertarung, iwee kangnya makin dahsyat menyerangku"   Jawab Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Kalau aku tidak memiliki Pan Yok Hian Thian Sin Kang, pasti sudah terluka dalam."   "Heran?"   Gumam Lim Peng Hang.   "Bagaimana Ku Tek Cun itu berkepandaian begitu tinggi dalam waktu satu tahun?"   "Padahal urat penting dalam tubuhnya telah kuputuskan, tapi...."   Tio Cie Hiong mengerutkan kening.   "Mungkinkah dia telah mempelajari semacam Iwee kang sesat?"   "Mungkin"   Kim Siauw Suseng manggut-manggut.   "Bukankah dia telah berubah jadi gila? "Nah, itu mungkin terpengaruh oleh Iwee kang sesat yang dimilikinya."   "Masuk akal"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Tapi..., Yap In Niopun telah gila. Berarti dia mempelajari Iwee kang yang sama. Bagaimana mungkin mereka mempelajari Iwee kang itu bersama?"   "Itu sungguh membingungkan"   Tok Pie sin Wan menggeleng-geleng kepala.   "Mungkin...,"   Ujar Lim Peng Hang setelah berpikir sejenak.   "Im sie Hong Jin punya saudara seperguruan.Jadi...."   "Lam Hai sin ceng tidak memberitahukan, bahwa Im sie Hong Jin punya saudara seperguruan,"   Tukas Tio cie Hiong.   "Kalau begitu..,"   Lim Peng Hang menggeleng-geleng kepala.   "Lebih baik tidak perlu membicarakan tentang itu, membuat kita bertambah pusing"   "Cie Hiong"   Kim siauw suseng memandangnya.   "Kini kita harus bagaimana?"   "Entahlah"   Tio Cie Hiong menghela nafas.   "Aku sungguh bingung, bagaimana kita kalau Im sie Hong Mo muncul lagi?" "Kakak Hiong, sebaiknya kita bersembunyi,"   Usul Lim Ceng Im.   "Maksudku kita semua."   "Bisa bersembunyi untuk sementara waktu, tidak mungkin untuk selama-lamanya, oh ya, di mana para ketua?"   "Mereka sedang berunding di ruang depan."   Lim Peng Hang memberitahukan.   "Untuk sementara ini...,"   Ujar Kim siauw su-seng.   "Aku yakin Im sie Hong Mo tidak akan muncul di sini, sebab Pek Ih Hong Li pasti terus mengejarnya."   "Benar"   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memikirkan jalan keluarnya."   "Jalan keluar bagaimana?"   Tanya Tok Pie sin Wan.   "justru kita harus berpikir."   Sahut sam Gan sin Kay.   "Kita tidak bisa duduk diam saja."   Kim siauw suseng memandang Tio cie Hiong.   "Kecuali kalau dia dapat ciptakan semacam ilmu pedang untuk mengalahkan Im sie Hong Mo itu. Kalau tidak...."   "Terus terang,"   Ujar Tio Cie Hiong dengan wajah murung.   "Tentang itu aku tidak mampu, sebab aku tidak melihat jelas gerakan- gerakan pedang Im sie Hong Mo. Lagipula dia memiliki Iweekang yang aneh, semakin lama bertarung ilmu pedangnya pun makin hebat." (Bersambung ke Bagian 27)   Jilid 27 "Kalau begitu. Kita cuma berharap Pek Ih Hong Li dapat membunuhnya."   Ujar Tok Pie sin Wan.   "Hanya itu harapan kita,"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Ada jalan Ada jalan"   Seru Tio cie Hiong mendadak dengan wajah berseri tapijustru tampak menyeramkan.   "Jalan apa?"   Tanya mereka serentak.   "Aku harus segera berangkat Aku harus segera berangkat"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sahut Tio cie Hiong.   "Kakak Hiong harus berangkat ke mana?"   Tanya Lim ceng Im heran.   "Aku harus segera berangkat ke Gunung Thian San"   Tio cie Hiong memberitahukan.   "Di dalam goa itu terdapat beberapa macam gerakan, pada waktu itu aku tidak mempelajarinya karena belum tertarik belajar ilmu silat. Lagipula keterangannya diukir dengan huruf-huruf Han kuno, aku tidak mengerti. Namun sekarang aku sudah mengerti, Thian Thi Siansu yang mengajarkan padaku."   "Kalau begitu, cepatlah engkau berangkat"   Ujar Sam Gan Sin Kay.   "Siapa tahu gerakan-gerakan itu dapat mengalahkan ilmu pedang Im Sie Hong Mo."   "Benar"   Sela Kim Siauw suseng.   "Manfaatkanlah kesempatan ini untuk berangkat"   Tio cie Hiong mengangguk.   "Kakak Hiong, aku ikut,"   Ujar Lim ceng Im. Tio Cie Hiong menggeleng kepala.   "   Engkau tidak bisa ikut"   "   Kenapa?"   "sebab puncak Gunung Thian san sangat dingin, dirimu tidak akan tahan"   "Kakak Hiong bisa tahan, kenapa aku tidak?"   "Aku memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang, yang membuatku mampu menahan dingin"   "Kakak Hiong...."   "Kalau aku berangkat ke Gunung Thian san...."   "Jangan khawatir"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Kami menjaga Ceng Im baik-baik. Kalau perlu, kami akan menyembunyikannya di suatu tempat yang aman."   "Terima kasih, Kakek pengemis,"   Ucap Tio Cie Hiong. "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Cie Hiong, Ceng Im adalah cucuku. Tentunya aku pun bertanggung jawab atas keselamatannya, jadi tidak perlu gelisah."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Baik kalau begitu."   "   Kakak Hiong...,"   Lim Ceng Im menatapnya dengan mata basah seraya bertanya.   "   Kapan engkau berangkat?"   "sekarang"   "sekarang?"   Mata Lim Ceng Im membelalak.   "Ya"   "cie Hiong,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Akan kusiapkan kuda jempolan, agar engkau cepat tiba di Gunung Thian san."   "Terima kasih, Paman. Tapi, lebih baik aku menggunakan ginkang saja"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Mungkin akan lebih cepat."   "Baiklah."   Lim Peng Hang manggut-manggut.   "   Engkau boleh berangkat dengan tenang, jangan khawatirkan Ceng Im"   "Ya, Paman"   Tio Cie Hiong mengangguk.   Tio Cie Hiong telah berangkat ke Gunung Thian san.   Di tempat sepi ia menggunakan ginkang.   Malam harinya, ia cuma duduk bersamadi sejenak.   lalu melanjutkan lagi perjalanannya.   Kira-kira belasan hari kemudian, ia sudah tiba di kaki Gunung Thian.   segeralah ia mengerahkan ginkangnya melesat ke puncak gunung itu.   Begitu sampai di puncak.   la bersiul panjang lalu berteriak menggunakan Iwee kang.   "Kauw heng (saudara Monyet) Aku datang Kauw heng...."   Mendadak tampak sosok bayangan putih berkelebat- kelebat di permukaan saiju menuju ke arahnya, disertai suara cuit-cuitan yang amat nyaring.   "Kauw heng"   Betapa girangnya Tio Cie Hiong ketika melihat sosok bayangan itu yang tak lain monyet berbulu putih. setelah dekat, monyet putih itu langsung meloncat merangkul Tio Cie Hiong erat-erat sambil mengeluarkan suara cuit-cuitan.   "Kauw heng..."   Tio Cie Hiong membelainya. Mendadak monyet putih itu memandangnya sambil menggaruk-garuk kepala, sepertinya merasa heran kenapa wajah Tio Cie Hiong berubah jadi begitu menyeramkan.   "Kauw heng...."   Tio Cie Hiong menghela nafas.   "Wajah dan sekujur badanku dilukai musuh,"   Ujarnya memberitahu. Monyet putih bercuit-cuitan, sambil meloncat turun, kemudian menarik tangan Tio Cie Hiong.   "Kauw heng, aku ke mari untuk belajar ilmu silat yang terukir di dinding goa. Engkau tidak berkeberatan, kan?"   Monyet putih manggut-manggut, dan langsung menarik Tio Cie Hiong ke goa tersebut.   Keadaan di dalam goa itu masih seperti dulu.   Tio Cie Hiong duduk sejenak di atas batu yang dingin, sedangkan monyet putih itu terus berloncat- loncatan, gembira sekali.   Tio Cie Hiong bangkit berdiri, lalu mendekati dinding yang berukir huruf-huruf Han kuno itu.   Dia lalu mulai membacanya.   Ini adalah Kan Kun Taylo sin Kang (Tenaga sakti Alam semesta).   Tenaga sakti ini bersifat menahan dan menggempur balik serangan Iwee kang orang lain.   Gerakan-gerakan yang diukir di dinding goa ini adalah cara melatih Kan Kun Taylo sin Kang.   Bagi siapa yang telah memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan buah Kiu Yap Ling che, tidaklah sulit untuk belajar Kan Kun Taylo sin Kang dalam waktu beberapa bulan pasti berhasil.   Di dinding goa ini juga diukir tiga jurus pukulan dan tiga jurus pedang.   Walau cuma tiga jurus, tapi kehebatannya sangat luar biasa.   Tiga jurus pukulan ini hanya untuk menahan, dan sekaligus menggempur balik Iweekang pihak musuh.   Begitu pula tiga jurus ilmu pedang, dapat menahan ilmu pedang apapun yang dikolong langit, juga sekaligus menggempur balik ilmu pedang pihak musuh.   Ingat Kalau tidak dalam keadaan bahaya, janganlah mengerahkan Kan Kun Taylo sin Kang berikut jurus-jurus pukulan dan jurus-jurus pedang tersebut.   BuBeng sian sU setelah membaca huruf-huruf itu, dapat dibayangkan betapa girangnya Tio Cie Hiong.   Mulailah ia mempelajari Kan Kun Taylo sin Kang.   Bab 44 Pek Ih Hong Li (Wanita Gila Baju Putih) Beberapa hari kemudian setelah Tio Cie Hiong berangkat ke Gunung Thian san, ketika hari mulai gelap.   mendadak bergema suara tawa yang menyeramkan di markas pusat Kay Pang.   Begitu mendengar suara tawa seram itu, wajah Bu Lim Ji Khie, Tok Pie sin wan, Lim Peng Hang, dan para ketua tujuh partai langsung berubah pucat pias.   sebab, mereka mengenali suara tawa seram itu.   "Aaaakh...,"   Keluh Lim Peng Hnng.   "Kita harus bagaimana?"   "   Cepat sembunyikan Ceng Im"   Ujar Sam Gan sin Kay. Akan tetapi, gadis itu justru malah keluar mendekati mereka. Wajahnya juga sudah pucat pias.   "Ayah Im sie Hong Mo...?"   "Ceng im, cepatlah bersembunyi ke dalam"   Perintah Lim Peng Hang dengan suara bergemetar.   "He he he Percuma bersembunyi, pokoknya malam ini kalian harus mampus"   Terdengar suara seruan im sie Hong Mo, ternyata ia telah berada di halaman.   "Pengemis bau"   Kim siauw suseng menatapnya sambil tersenyum.   "   Kelihatannya ajal kita telah tiba malam ini."   "   Kira- kira begitulah,"   Sahut sam Gan sin Kay sambil tertawa.   "omitohud"   Hui Khong Taysu memandang mereka.   "   Kalau memangnya sudah takdir, terimalah dengan hati terbuka"   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa lagi.   "Mari kita keluar untuk menerima takdir kita"   Sam Gan sin Kay berjalan keluar, Kim siauw suseng mengikutinya dari belakang, setelah itu barulah para ketua tujuh partai dan Tok Pee sin wan. sedangkan Lim Peng Hang dan putrinya tetap berada dijalan. Kening Lim Peng Hang terus berkerut.    Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini