Kesatria Baju Putih 28
Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 28
Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung "Haaah...?" Air muka Toan Hong Ya berubah. "Cie Hiong... dia...." "Kepandaiannya telah dimusnahkan." Toan Wie Kie menggeleng-gelengkan kepala. "Tapi seseorang telah membawanya pergi." "siapa orang itu?" Tanya Toan Hong Ya. "Entahlah." Toan wie Kie menggelengkan kepala. "Namun orang itu bermaksud baik, mungkin akan berusaha menyembuhkannya." "Aaakh..." Toan Hong Ya menghela nafas panjang. "Cie Hiong perlu kita hormati, sebab dia rela mengorbankan dirinya demi keselamatan kalian semua. Kalau tidak. entah bagaimana nasib kalian?" "Dia benar-benar pendekar muda yang berhati mulia, namun nasibnya..." Toan pit Lian menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa begitu banyak percobaan berat yang menimpa dirinya?" "Tidak gampang menjadi orang baik, lebih gampang menjadi orang jahat," Sahut Toan Hong Ya sungguh-sungguh dan menambahkan. "sebab orang baik pasti akan mengalami berbagai percobaan kalau hatinya tidak tabah dan kuat imannya, niscaya akan berubah jahat pula." Bab 59 Hong Hoang To (Pulau Phoenix) Di Pak Hai (Laut Utara) terdapat sebuah pulau misterius. Pulau itu dinamai pulau Phoenix karena masih banyak burung langka tersebut hidup di pulau itu. Para nelayan yang tinggal di pesisir Laut Utara, sama sekali tidak berani mendekati Pulau Hong Hoang To, sebab pulau tersebut dianggap keramat, lagi pula sering diselimuti kabut tebal. Pada pagi ini, tampak seorang gadis berusia dua puluhan sedang berlatih ilmu pedang di pulau tersebut. Beberapa ekor burung Phoenix menyaksikannya sambil memekik girang. Ketika gadis itu berhenti berlatih, terdengarlah suara orang memujinya. "Bagus Bagus" Kemudian muncul seorang tua berusia tujuh puluhan sambil mendekatinya dengan wajah berseri. "Hoa Ji (Anak Hoa), ilmu pedang mu telah maju pesat." "oh?" Gadis itu tertawa gembira. "Ayah, apakah ilmu pedangku ini dapat mengalahkan orang berkepandaian tinggi di Tionggoan?" "Ha ha" Orang tua itu tertawa gelak. "Jangan terlampau berambisi Engkau tahu bahwa, banyak orang aneh berkepandaian tinggi di Tionggoan, sedangkan kepandaianmu masih cetek." Gadis itu cemberut. "Aku tidak berambisi, hanya ingin tahu saja. Boleh kan?" "Tentu boleh." Orang tua itu manggut-mang-gut dan melanjutkan. " Kecuali engkau telah berhasil mempelajari Kiu Yang sin Kang, maka engkau pasti bisa mengalahkan orang berkepandaian tinggi di Tionggoan." "Ayah, kapan aku akan berhasil mempelajari Kiu Yang sin Kang?" "Itu tergantung dari ketekunanmu berlatih. Mungkin... masih harus dua tahun lagi." "Kenapa begitu lama?" "Paling cepat masih harus menunggu setahun lebih. Karena itu, mulai hari ini ayah akan memberimu Kim Yang Tan. pil tersebut dapat menambah lweekangmu." "Terima kasih. Ayah" Ucap gadis itu dan bertanya. "ohya, kenapa Ayah tidak pernah ke Tionggoan?" "Almarhum kakekmu melarangnya, maka ayah tidak boleh ke Tionggoan," Sahut orang tua itu sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa kakek mengeluarkan larangan itu?" Tanya gadis itu heran. la bernama Tio Hong Hoa, ayahnya bernama Tio Tay seng, ibunya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. "Hoa Ji..." Tio Tay seng menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang. "Itu rahasia kakekmu, engkau tidak usah mengetahuinya." "Ayah..." Tio Hong Hoa tampak tidak senang. "Aku cucunya, kenapa tidak boleh tahu rahasianya? Lagipula kakek sudah almarhum..." "Hoa Ji, kelak ayah pasti menceritakannya," Ujar Tio Tay seng sambil tersenyum lembut. "Ayah, apakah Kiu Yang sin Kang merupakan ilmu yang tanpa tanding di rimba persilatan Tionggoan?" Tanya Phang Ling Hiang Hong Hoa. "Kiu Yang sin Kang berasal dari Kiu Yang cin Keng (Kitab Pusaka Kiu Yang). sebenarnya kitab pusaka itu milik siauw Lim Pay, tapi ratusan tahun silam, telah dicuri orang." Tio Tay seng memberitahukan. " Namun kemudian Tio Bu Kie yang memperoleh kitab pusaka tersebut, bahkan berhasil mempelajarinya . " "Ayah, siapa Tio Bu Kie?" "Ayah Tio Bu Kie adalah murid Tio sam Hong, ketua Butong Pay masa itu. Tio sam Hong berkepandaian sangat tinggi, bahkan kemudian berhasil menciptakan ilmu Thay Kek Kun (Ilmu Pukulan Taichi). sudah barang tentu nama Butong Pay terangkat tinggi, bahkan di atas nama siauw Lim Pay. Tapi akhirnya ayahnya membunuh diri karena menikah dengan putri Mo Kauw. Putri Mo Kauw itu pun membunuh diri sambil menggendong Tio Bu Kie yang masih kecil..." "Ayah" Tio Hong Hoa menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa kedua orang tua Tio Bu Kie bunuh diri?" "Karena ibu Tio Bu Kie sering membunuh orang, maka para ketua enam partai besar menuntut terhadap Tio sam Hong. padahal sesungguhnya ayah Tio Bu Kie merupakan murid kesayangan ketua Butong Pay itu." "Apakah Tio sam Hong yang mendesak ayah Tio Bu Kie membunuh diri?" "sebenarnya tidak. melainkan ayah Tio Bu Kie yang mengambil keputusan itu, lantaran sangat mencintai istrinya. Kemudian ibu Tio Bu Kie pun membunuh diri sambil menggendong Tio Bu Kie. sungguh mengenaskan kematian kedua orang tua Tio Bu Kie." "Apakah Tio Bu Kie menuntut balas setelah berkepandaian tinggi?" "Tidak." Tio Tay seng melanjutkan. "sebab Tio Bu Kie tahu, ibunya yang bersalah. setelah berhasil mempelajari Kiu Yang sin Kang, maka Tio Bu Kie menyatukan Mo Kauw menjadi Beng Kauw untuk merobohkan dinasti Goan (Monggol)." "Apakah Tio Bu Kie berhasil?" "Berhasil." Tio Tay seng manggut-manggut. " Karena itu, berdirilah dinasti Beng." "Tio Bu Kie adalah kaisar pertama dinasti Beng?" "Bukan. sebab Tio Bu Kie tidak mau menjadi kaisar." Tio Tay seng menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan. Justru karena itu, terjadilah pergolakan dalam Beng Kauw, dan muncullah salah seorang anggota Beng Kauw bernama Cu Guan ciang. Akhirnya dia yang berhasil menjadi kaisar pertama dinasti Beng, sebab dia menggunakan akal licik," "Lalu bagaimana?" "Setelah menjadi kaisar, Cu Guan cian malah menurunkan perintah membantai para anggota Beng Kauw. Tio Bu Kie sebera membubarkan Beng Kauw. karena tidak menghendaki pertumpahan darah. Lagi pula rakyat hidup menderita di masa itu. Kalau terjadi peperangan, rakyatlah yang akan menjadi korban. Maka Tio Bu Kie tidak mau mengadakan perlawanan, malah membubarkan Beng Kauw." "Sungguh berjiwa besar Tio Bu Kie, dia mementingkan rakyat tanpa memikirkan kepentingan sendiri." "Benar Tapi..." Tio Tay Seng menghela nafas. "Setelah Beng Kauw dibubarkan. cu Guan Ciang malah menurunkan perintah menangkap Tio Bu Kie. Karena itu, Tio Bu Kie terpaksa kabur bersama istrinya." "Tio Bu Kie dan istrinya kabur ke mana?" "Ke sebuah pulau, namun tiada seorang pun tahu pulau apa itu." "Ayah Mungkinkah mereka ke pulau ini?" "Mungkin." "Kalau begitu... mungkinkah kita keturunan Tio Bu Kie, sebab kita memiliki Kiu Yang Sin Kang." "Ayah tidak begitu jelas, tapi... mungkin juga." "Ayah..." Tio Hong Hoa memandangnya dengan penuh harap. "Ayah telah menceritakan tentang Tio Bu Kie, bagaimana kalau ayah ceritakan juga tentang kakek mengeluarkan larangan itu?" "Hoa Ji..." Tio Tay Seng mengerutkan kening. "Bukan ayah tidak mau menceritakan, melainkan...". "Kenapa?" "Sebab apa yang pernah kakekmu ceritakan kepada ayah..." Tio Tay Seng menghela nafas. "Ayah tidak tahu benar atau tidak cerita kakekmu itu." "Kalau begitu, Ayah ceritakan saja" Tio Hong Hoa tersenyum. "Mungkin aku bisa memberikan sedikit pendapat." Tio Tay seng berpikir, lama sekali barulah mengangguk. "Baiklah. Ayah akan menceritakannya. Kira-kira tujuh puluh lima tahun lalu, kakekmu pergi ke Tionggoan. Pada masa itu kaum golongan hitam merajalela di rimba persilatan Tionggoan. Karena itu, kakekmu mulai membunuh mereka, sekaligus meninggalkan Hong Hoang Leng (Tanda Perintah Poenix). Hal itu sangat mengejutkan kaum rimba persilatan Tionggoan, sebab dua ratus tahun lalu Hong Hoang Leng pernah muncul beberapa kali di rimba persilatan Tionggoan, khususnya membunuh kaum golongan hitam. Kakekmu ke Tionggoan dan membunuh kaum golongan hitam, setelah itu meninggalkan Hong Hoang Leng, tentunya sangat mengejutkan kaum golongan hitam. Akan tetapi, tiada seorang pun yang tahu siapa pemilik Hong Hoang Leng tersebut." "setelah itu bagaimana?" "Kebetulan kakekmu menolong seorang biarawati, kemudian mereka berdua saling mencinta, dan akhirnya biarawati itu melahirkan dua anak lelaki." " Kalau begitu, biarawati itu nenek?" "Betul." Tio Tay seng mengangguk. " Karena itu, biarawati kembali jadi wanita biasa. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, kakekmu membawa ayah dan pamanmu pulang ke Hong Hoang To." "Lho? Kenapa?" "Kata kakekmu, nenekmu menyeleweng dengan lelaki lain. Maka saking gusarnya kakekmu membawa ayah dan pamanmu pulang ke Hong Hoang To, dan nenekmu tidak tahu sama sekali." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ayah tahu siapa nenek?" "Ayah tidak tahu nama nenekmu, tapi... nenekmu sangat cantik dan lembut, karena itu, ayah tidak begitu yakin nenekmu akan menyeleweng dengan lelaki lain. Namun kakekmu bilang menyaksikannya dengan mata kepala sendiri." "ohya, di mana paman?" "Ketika pamanmu berusia dua puluhan, dia secara diam-diam meninggalkan pulau ini. Betapa gusarnya kakekmu sehingga ayah yang dihukum, sebab ketika kakekmu membawa ayah dan pamanmu pulang, kakekmu juga melarang kami ke Tionggoan. Siapa berani melanggar larangan itu pasti dihukum berat." "Dengan cara apa kakek menghukum ayah?" "Aaakh..." Tio Tay Seng menghela nafas panjang. "Kalau Tio Lo Toa tidak ikut berlutut bermohon kepada kakekmu, mungkin ayah sudah dibunuh." "Kalau begitu, secara tidak langsung Paman Lo Toa telah menyelamatkan nyawa Ayah." "Benar." Toa Tay Seng mengangguk. "Dia pembantu yang sangat setia, juga berkepandaian tinggi." "Ayah, paman tidak pernah pulang?" "Belasan tahun lalu setelah kakekmu meninggal, ayah pernah mengutus Tio Lo Toa ke Tionggoan menyelidiki pamanmu, ternyata pamanmu sudah mempunyai istri dan anak." "Oh?" "Lima tahun lalu, ayah mengutus Tio Lo Toa ke Tionggoan lagi." Lanjut Tio Tay seng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Paman dan bibimu telah mati di bunuh oleh Bu Lim sam Mo, anakanaknya entah hilang ke mana." "Kenapa Bu Lim sam Mo membunuh paman dan bibi?" "Dikarenakan sebuah kotak pusaka." "Ayah Bolehkah aku tahu nama paman?" "Pamanmu bernama Tio It seng, bibimu adalah sin Pian Bi jin-Lie Hui Hong," Jawab Tio Tay seng memberitahukan. "Anak-anaknya bernama Tio suan suan dan Tio cie Hiong. Tio suan suan sudah mati." "Bagaimana Tio cie Hiong?" "Belum tahu jelas, tapi ayah telah mengutus Tio Lo Toa ke Tionggoan untuk menyelidikinya . " "Kapan paman Lo Toa akanpulang?" "Mungkin... hari ini." "Ayah..." Di saat Tio Hong Hoa baru mau bicara, mendadak muncul seorang tua berusia enam puluhan mendekati mereka. "Tocu (Majikan pulau) "panggil orang tua itu, yang ternyata Tio Lo Toa yang baru pulang dari Tiong goan. "Tio Lo Toa Bagaimana kabarnya Tio Cie Hiong?" Sahut Tio Tay seng. "Aaaakh..." Tio Lo Toa menghela nafas. "Dia... dia sudah mati." "Apa?" Betapa terkejutnya Tio Tay seng. "Bagaimana dia mati?" " Kepandaiannya dimusnahkan oleh Bu Lim sam Mo, bahkan tulang punggungnya juga dipatahkan. Akhirnya dia mati beberapa hari kemudian." " Kenapa? Kenapa kepandaiannya bisa dimusnahkan oleh Bu Lim sam Mo?" Tanya Tio Tay seng dengan kening berkerut-kerut. "Demi Bu Lim Ji Khie, Kay Pang dan tujuh partai besar lainnya. Maka dia mengorbankan dirinya...," Jawab Tio Lo Toa dan menutur tentang kejadian itu. "Aaakh..." Tio Tay seng menghela nafas panjang. "sungguh malang nasib keponakanku..." "Ayah" Ujar Tio Hong Hoa dengan mata berapi-api. "Aku akan berangkat ke Tionggoan untuk menuntut balas kepada Bu Lim sam Mo" "Hoa Ji" Tio Tay seng menggeleng-gelengkan kepala. "Dengan kepandaianmu sekarang, engkau masih bukan tandingan mereka." "selain Bu Lim sam Mo, juga terdapat Kwan Gwa siang Koay." Tio Lo Toa memberitahukan. "Kini rimba persilatan Tionggoan telah dikuasai Bu Tek Pay yang dipimpin Bu Lim sam Mo." "Ayah, biar bagaimana pun aku harus menuntut balas kepada Bu Lim sam Mo" Tegas Tio Hong Hoa. "sungguh kasihan Adik Cie Hiong" "Hoa Ji" Tio Tay seng menatapnya dalam-dalam. " Kalau memang engkau bertekad, maka engkau harus lebih tekun belajar." "Ya, Ayah." Tio Hong Hoa mengangguk. "Tocu tidak berniat ke Tionggoan?" Tanya Tio Lo Toa mendadak. "Aku tidak mau melanggar larangan almarhum ayahku, jadi aku tetap di pulau. Engkau bersama Hoa Jie saja ke Tionggoan kelak." Jawab Tio Tay seng. "Tapi jangan bertindak gegabah, harus dengan perhitungan." "Tocu..." Tio Hong Hoa menghela nafas panjang. "Majikan tua telah meninggal, maka larangan itu tidak berlaku lagi." "Biar bagaimana pun, aku harus mentaati larangan almarhum, tidak baik melanggarnya," Ujar Tio Tay seng sungguh-sungguh. "Tocu..." Tio Lo Toa menggeleng-gelengkan kepala. "Ayah" Desak Tio Hong Hoa. "Ayah ikut saja kelak" "Hoa ji" Tio Tay seng tersenyum getir. "Ayah sudah tua, lagi pula dari dulu hingga kini sama sekali tidak berniat ke Tionggoan." "Ayah" Tio Hong Hoa tertawa kecil. "Anggap saja pesiar di sana, bukankah Ayah senang akan panorama yang indah? Nah, di Tionggoan banyak panorama indah." " Hoa ji" Tio Tay seng menatapnya. "Itu urusan kelak. tidak perlu dibicarakan sekarang. Yang penting, mulai sekarang engkau harus tekun mempelajari Kiu Yang sin Kang." "Ya, Ayah." Tio Hong Hoa mengangguk. dan mulai hari itu gadis tersebut betul-betul belajar dengan tekun sekali. sementara itu, di dalam goa yang di puncak Gunung Thiansan, monyet bulu putih merawat Tio Cie Hiong dengan penuh perhatian. setiap hari monyet itu pasti memberinya buah yang mengandung cairan pahit, dan selama beberapa bulan, Tio Cie Hiong hanya makan buah tersebut. Buah itu memang mujarab, maka kini sekujur badan Tio Cie Hiong sudah mulai bisa bergerak. tapi masih belum bisa duduk. "Kauw heng" Tio Cie Hiong menatapnya terharu. " Kebaikanmu melebihi manusia, aku sungguh berhutang budi kepadamu." Monyet bulu putih bercuit-cuit dan sepasang tangannya digoyang-goyangkan, sepertinya memberitahukan kepada Tio Cie Hiong, jangan merasa berhutang budi kepadanya. "Kauw heng, hatimu sungguh mulia" Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Apabila aku bisa sembuh, aku pasti mengajakmu pergi bersama. Tentunya engkau akan merasa gembira, bukan?" Monyet bulu putih bercuit-cuit lagi, kemudian bertepuk-tepuk tangan sambil berjingkrak-jingkrak kelihatan gembira sekali. Di dalam sebuah goa di Gunung Thay san, tampak Tayli Lo Ceng duduk bersemedi bersama seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tiga, yang wajahnya sangat tampan. Berselang beberapa saat kemudian, Tayli Lo Ceng membuka matanya dan tersenyum lembut sambil memandang pemuda itu. Tak seberapa lama pemuda itu pun membuka matanya. Ketika melihat Tayli Lo Ceng memandangnya, segeralah ia berlutut. "Guru..." "Duduk saja" Tayli Lo Ceng tersenyum lembut. "Tidak perlu berlutut." "Ya, Guru." Pemuda itu langsung duduk dan bertanya. "sudah lama kah guru pulang?" "Belum begitu lama." Tayli Lo Ceng menatapnya dalam-dalam. "Lweekangmu sudah bertambah maju, guru merasa gembira sekali, karena tidak sia-sia aku menggemblengmu." "Terima kasih atas gemblengan guru." Ucap pemuda itu dan bertanya. "Guru baru pulang dari Hong Lay san?" "Ya." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "Kini It sim sin Ni sudah mempunyai seorang murid perempuan bernama Tan Li Cu..." Tayli Lo Ceng menutur tentang kejadian yang menimpa Tan Li Cu, dan pemuda itu mendengar dengan penuh perhatian. "Guru, nasibnya sungguh malang" Ujar pemuda itu sambil menghela nafas, kemudian menundukkan kepala seraya bertanya. "Guru, sebetulnya siapa kedua orang tuaku?" "Kini sudah waktunya guru memberitahukan." Tayli Lo Ceng menatapnya. "Engkau bernama Lie Man Chiu. Ayahmu adalah seorang pembesar yang tidak pernah korupsi, akan tetapi, kira-kira dua puluh tahun lalu, kedua orang tuamu dan kakakmu dibantai oleh beberapa penjahat. Kebetulan guru lewat di kota itu, maka masih sempat menolongmu" "Aaakh..." Keluh Lie Man chiu sambil menghela nafas panjang. "setelah menolongmu...," Lanjut Tayli Lo Ceng. "Guru terpaksa menitipkanmu di keluarga petani, dan lima tahun kemudian barulah guru membawamu ke mari." "Terima kasih atas budi baik guru yang telah membesarkanku." Ucap Lie Man chiu, lalu berlutut di hadapan Tayli Lo Ceng. "Duduklah" Tayli Lo Ceng tersenyum lembut. "Sudah belasan tahun guru menggemblengmu, dan kini kepandaianmu sudah tinggi, maka setahun kemudian engkau boleh meninggalkan goa ini." "Guru...." "Guru perlu memberitahukan, kini rimba persilatan telah dikuasi Bu Tek Pay yang dipimpin Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay. Karena itu, setahun kemudian, engkau harus membantu Tio Cie Hiong." "Guru, bolehkah aku tahu siapa Tio Cie Hiong?" "Tio Cie Hiong adalah seorang pendekar yang berhati bajik..." Tutur Tayli Lo Ceng. "Guru, Tio Cie Hiong sungguh berjiwa besar, dia rela mengorbankan dirinya demi semua orang itu Aku kagum dan salut kepadanya, dan kelak aku pun harus jadi seorang pendekar seperti dia." "Bagus Bagus" Tayli Lo Ceng manggut-manggut.. "Tapi..." Mendadak Lie Man chiu mengerutkan kening. "Guru, apakah Cie Hiong akan sembuh?" "Dia akan sembuh, tapi kepandaiannya bisa pulih atau tidak. guru tidak berani memastikannya . " "Guru, bagaimana seandainya kepandaiannya tidak bisa pulih?" "Berarti Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Keay akan tetap menguasai rimba persilatan. " "Guru..." "Guru tahu engkau ingin mengatakan apa." Tayli Lo Ceng tersenyum getir. "Tentunya engkau menghendaki guru dan it sim sin Ni melawan Kwan Gwa siang Koay, sedangkan engkau dan Tan Li cu melawan Bu Lim sam Mo, bukan?" "Ya, guru." Lie Man chiu mengangguk. "Jadi kita bisa membasmi mereka." "Itu tidak mungkin..." Tayli Lo Ceng meng-gelcng-gelengkan kemala. "sebab kalian berdua belum mampu melawan Bu Lim sam Mo. Kalau kalian berdua menghadapi mereka bertiga, kalian berdualah yang akan celaka." Lie Man chiu mengerutkan kening. " Kalau begitu, Tio Cie Hiong...." "Dia seorang diri mampu melawan Bu Lim sam Mo." Tayli Lo Ceng memberitahukan. "sebab dia memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan Kan Ku Taylo sin Kang, hanya saja entah bisa pulih atau tidak kepandaiannya?" "Guru Tio cie Hiong berada di mana sekarang?" "Di puncak Gunung Thian san." "Guru yang membawanya ke sana?" "Betul." Tayli Lo Ceng manggut-manggut. " Karena di sana terdapat seekor monyet berbulu putih yang sakti, dan cie Hiong boleh dikatakan majikan monyet sakti itu." "Guru..." Lie Man chiu memandang Tayli Lo Ceng dengan penuh keheranan. "Bagaimana mungkin monyet itu dapat mengobati Cie Hiong?" "Engkau harus tahu, monyet itu sudah berusia hampir tiga ratus tahun." Tayli Lo Ceng memberitahukan. "Majikannya yang dulu adalah seorang sakti, sudah barang tentu dia pun menjadi sakti, bahkan tak mempan dibacok dengan senjata apa pun." " Kalau begitu, monyet itu pun berkepandaian tinggi?" "Tinggi sekali." Tayli Lo Ceng tersenyum dan melanjutkan. "Kemungkinan besar monyet itu mampu mengalahkan guru." "Begitu lihaykah monyet itu?" Lie Man Chiu terbelalak. "Kalau tidak. bagaimana mungkin guru menyebutnya monyet sakti?" Sahut Tayli Lo Ceng dan menambahkan. "Monyet sakti itu pun sangat setia kawan, karena itu, guru yakin dia pasti berupaya menyembuhkan Cie Hiong." Lie Man Chiu manggut-manggut. "omitohud..." Ucap Tayli Lie Man Chiu sambil menatapnya tajam. "Pada dasarnya engkau memang berhati baik, namun masih diliputi hawa membunuh. setelah engkau berkecimpung dalam rimba persilatan, janganlah terlampau banyak membunuh orang" "Guru Aku akan membunuh penjahat. Kalau tidak, para penjahat itu pasti terus melakukan kejahatan." "omitohud omitohud..." Tayli Lo Ceng menghela nafas panjang. "Tekanlah hawa membunuhmu itu" "Ya, guru." Lie Man chiu mengangguk. "omitohud..." Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "omitohud..." Bab 60 Gadis Jepang muncul di markas pusat Kay Pang Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Lim Peng Hang, Gouw Han Tiong dan Lim Ceng Im duduk di ruang depan markas pusat Kay Pang. Kini Kay Pang sudah tiada kegiatan apa-apa, sebab di bawah perintah Bu Tek Pay, bahkan semua markas cabang pun telah dijadikan markas cabang partai Tanpa Tanding itu. Begitu pula tujuh partai besar lainnya, semua di bawah perintah Bu Tek Pay, maka membuat kaum golongan hitam yang berjaya dalam rimba persilatan. Mereka selalu berlaku sewenang-wenang, menyita harta benda orang dan memperkosa kaum wanita. siapa yang berani melawan, pasti dibunuh tanpa ampun. Para pedagang harus membayar pajak tinggi kepada Bu Tek Pay, sedangkan kaum hartawan diwajibkan membayar uang keamanan. Yang paling menderita adalah rakyat jelata, walau anak gadis atau isteri mereka diperkosa, mereka pun harus diam. Kalau tidak, pasti mati di ujung senjata. "Aaaakh..." Sam Gan sin Kay menghela nafas panjang. "Tidak disangka rimba persilatan akanjadi begini macam" "Pengemis bau, kita sebagai Bu Lim Ji Khie, tapi cuma bisa duduk diam. sungguh menyedihkan" Ujar Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Keadaan yang begini, entah kapan akan berakhir?" "Kalau Cie Hiong sudah muncul, semuanya pasti berakhir," Sela Tui Hun Lojin. "Itu merupakan harapan kita satusatunya," Sahut sam Gan sin Kay. "sebab siapa yang dapat melawan Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay?" "Ini adalah kesuraman golongan putih...." Kim siauw suseng menghela nafas panjang. "sudah setahun..." Gumam Lim Ceng im dengan wajah murung. "Entah bagaimana keadaan Kakak Hiong? Mungkinkah dia sudah sembuh?" "Kita semua berharap dia sembuh dan pulih kepandaiannya. oleh karena itu kita harus tetap bersabar..." Ucapan sam Gan sin Kay terputus, ternyata ia melihat sai Pi Lo Kay berlari masuk dengan wajah serius. "Lapor pada Tetua dan Pangcu" Ujar sai Pi Lo Kay. "Gadis Jepang itu ke mari ingin bertemu cie Hiong." "siapa gadis Jepang itu?" Tanya Lim Peng Hang heran. "Dia Michiko, aku kenal dia," Jawab sai Pi Lo Kay memberitahukan. " Wajahnya tampak kusut dan murung, pasti ada suatu urusan." "Kalau begitu, cepat suruh dia masuk" Ujar Lim Peng Hang. "Ya, Pangcu." Sai Pi Lo Kay segera ke luar, dan tak lama ia sudah kembali bersama Michiko. "Maaf Maaf" Ucap gadis Jepang itu sambil menengok ke sana ke mari. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku ke mari mau bertemu Kakak Tio." "Maksudmu Tio Cie Hiong?" Tanya Lim Peng Hang. "Ya." Michiko mengangguk. "Aku memanggilnya Kakak Tio." "Mari kita ke ruang dalam" Ajak Lim Peng Hang dan berpesan kepada sai Pi Lo Kay. "Perketat penjagaan di luar, apabila ada anggota Bu Tek Pay ke mari, cepatlah melapor" "Ya, Pangcu." Sai Pi Lo Kay langsung pergi. sedangkan Lim Peng Hang dan lain-lainnya berjalan masuk. dan setelah duduk. ketua Kay Pang itu menatap Michiko dalam-dalam lalu bertanya. "Ada urusan apa Nona Michiko ingin bertemu Tio Cie Hiong?" "Aku cuma kenal Kakak Tio di Tionggoan ini, maka aku ke mari mencarinya." Jawab Michiko jujur. "sebab dia boleh dikatakan seperti kakakku sendiri" Berkata sampai di sini, Michiko mulai terisak-isak dengan air mata bercucuran. "Nona Michiko, apakah telah terjadi sesuatu atas dirimu di Jepang?" Tanya Lim Peng Hang. "Ya." Michiko mengangguk. "Setahun lalu, aku dan kakakku membawa lima Ninja pulang ke Jepang. setelah itu, mereka berlima dihukum mati. Akan tetapi...." "Kenapa?" Tanya Lim Peng Hang. "Mendadak muncul ketua aliran Ninja. Dia membunuh guru dan kakakku, untung aku sempat kabur. Kalau tidak- aku pun pasti mati." Michiko memberitahukan. Lim Peng Hang manggutmanggut. "Jadi engkau kabur ke mari?" "Ya." Michiko mengangguk. "Hanya Kakak Tio yang dapat melindung iku, karena aku yakin ketua aliran Ninja itu pasti akan mengejarku." "Mengejar sampai di Tionggoan ini?" Sam Gan sin Kay tersentak. "Ya," Jawab Michiko "Setahun lalu, lima Ninja itu bergabung dengan Bu Tek Pay." "Celaka" Seru sam Gan sin Kay. "Ini... ini...." "Pengemis bau, kenapa engkau menjadi begitu pengecut?" Tegur Kim siauw suseng sambil meng- geleng- gelengkan kepala. "sastrawan sialan Aku bukan pengecut" Sahut sam Gan sin Kay dengan kening berkerut-kerut. "Yang kupikirkan adalah kita dan para anggota Kay Pang" Kim siauw suseng manggut-manggut. "Kalau begitu, kita harus mencari akal." "Ada apa?" Tanya Michiko. "Nona Michiko, tentunya engkau belum tahu, bahwa kini Bu Tek Pay telah menguasai rimba persilatan Tionggoan, Kay Pang dan tujuh partai besar lainnya berada di bawah perintahnya," Ujar Lim Peng Hang. "Kalau begitu, nanti setelah bertemu dengan Kakak Tio, aku akan segera pergi agar tidak merepotkan di sini," Ujar Michiko dan bertanya. "Bolehkah aku bertemu Kakak Tio?" "Nona Michiko" Lim Ceng im menatapnya. "Kami akan berupaya melindungimu, karena engkau menganggap Kakak Hiong sebagai kakakmu." " Engkau pasti Nona Ceng im, calon isteri Kakak Tio." Michiko memandangnya. " Engkau cantik sekali, pantas Kakak Tio begitu mencintaimu" "Aaakh..." Lim Ceng im menghela nafas panjang. "Nona Ceng Im" Tanya Michiko cepat. "Apa-kah telah terjadi sesuatu atas diri Kakak Tio?" Lim Ceng Im mengangguk lalu memberitahukan. "Dia terluka parah...." Lim Ceng Im menutur secara jelas mengenai kejadian itu, dan Michiko mendengarkan dengan air mata berlinang-linang. "Kakakku begitu baik, tapi mati di tangan ketua aliran Ninja. sedangkan Kakak Tio yang berhati bajik, malah mati di tangan Bu Lim sam Mo." "Nona Michiko" Ujar Lim Ceng im dengan suara rendah. "Sebetulnya Kakak Hiong tidak mati, tapi...." "oh?" Michiko tercengang. "Kalau begitu, Kakak Tio pasti bisa sembuh." "itulah yang kita harapkan," Sahut Lim Peng Hang. "Tapi belum tentu kepandaiannya bisa pulih seperti sedia kala." "Aaakh..." Michiko menghela nafas panjang. " Karena itu, kita semua harus bersabar untuk menunggu Cie Hiong pulang," Ujar Lim Peng Hang. "Mudah-mudahan dia bisa pulang dengan keadaan seperti dulu" Michiko manggut-manggut, sementara sam Gan sin Kay terus mengerutkan kening, kelihatannya sedang memikirkan sesuatu. "Nona Michiko Untuk sementara ini, engkau harus bersembunyi." Ujarnya kemudian. "Kenapa?" Michiko heran. "Kalau pihak Bu Tek Pay tahu engkau berada di sini, dan kami tidak menyerahkanmu kepada Bu Tek Pay. tentunya kita akan celaka semua," Sahut Sam Gan sin Kay sungguh-sungguh . "Kalau begitu aku akan pergi," Ujar Michiko lalu bangkit berdiri "Kalau engkau pergi pasti celaka," Ujar sam Gan sin Kay dan menambahkan. "Aku mempunyai akal." "Pengemis bau Engkau punya akal apa? Beri-tahukanlah" Tanya Kim siauw suseng. "Begini...." Sam Gan sin Kay merendahkan suaranya. "Nona Michiko boleh pergi sekarang, lalu bersembunyi di luar markas Kay Pang ini. Malam harinya aku akan ke sana menjemput." "Maksud cianpwee menjemputku ke mari lagi?" Michiko agak bingung. "Ya." Sam Gan sin Kay mengangguk. "Jadi para anggota Kay Pang melihat engkau pergi...." "oooh" Michiko manggut-manggut. Terima kasih, Cianpwee" "Pengemis bau" Kim Siauw Suseng tertawa. "Aku tak menyangka kalau engkau begitu cerdik." "Ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Tentunya aku lebih cerdik dari padamu." "Kalau begitu, aku pergi sekarang" Ujar Michiko sambil bangkit berdiri. "Nona Michiko. Aku antar engkau ke depan." Lim Ceng Im juga bangkit berdiri sambil tersenyum. "Terima kasih" Ucap Michiko. "Mungkin usiaku lebih besar sedikit dari usiamu, jadi aku akan memanggilmu Adik Ceng Im, dan engkau memanggilku Kakak Michiko." "Baik, Kak." Lim Ceng Im mengantar gadis itu sampai di depan, kemudian berbisik. "Di luar markas ini terdapat sebuah pohon besar, bersembunyilah di sana Begitu hari sudah malam, kakekku pasti pergi menjemputmu." "Ya" Michiko mengangguk. "Terima kasih, adik Ceng Im" Malam harinya, tampak sosok bayangan berkelebat meninggalkan markas pusat Kay Pang. Berselang beberapa saat kemudian, sosok bayangan itu kembali memasuki markas pusat Kay Pang bersama sosok bayangan lain, yang ternyata sam Gan sin Kay dan Michiko "Bagaimana?" Tanya Kim siauw suseng. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apa-kah tiada seorang pun melihat kalian?" Sam Gan sin Kay mengangguk. "Mari kita ke ruang bawah tanah" Mereka semua menuju ke dalam. Lim Peng Hang menekan sebuah tombol rahasia, seketika muncul sebuah lubang di lantai. "Mari kita masuk" Ajak Lim Peng Hang lalu masuk ke lubang itu, dan yang lain pun mengikutinya . Ruang bawah tanah itu cukup luas dan bersih. setelah berada di dalam ruang itu, barulah Lim Peng Hang menghela nafas lega. "Nona Michiko sementara bersembunyilah engkau di sini, nanti setelah aman engkau boleh keluar, tetapi harus menyamar sebagai pengemis." "Terima kasih, Paman" Ucap Michiko "Kakak Michiko Bagaimana kepandaian ketua aliran Ninja itu?" Tanya Lim Ceng im. "Kepandaiannya sangat tinggi. Aku justru masih merasa heran...." Gadis Jepang itu mengerutkan kening. "Padahal setahun lalu kepandaiannya belum begitu tinggi, namun kini sungguh tinggi dan lihay. Guru dan kakakku tak sanggup melawannya, akhirnya mati di tangannya." "Engkau yakin ketua aliran Ninja itu akan ke mari?" Tanya sam Gan sin Kay. "Aku yakin" Michiko manggut-manggut. "Sebab dia tahu aku kabur ke Tionggoan ini." "Kalau begitu, ketua aliran Ninja itu pasti Bu Tek Pay. Karena kelima muridnya pernah bergabung dengan partai Tanpa Tandihg itu." Ujar Lim Ceng im. "Benar." Kim siauw suseng mengangguk. HKe-mungkinan besar dalam beberapa hari ini, pihak Bu Tek Pay akan ke mari mencari Nona Michiko." "Ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa. " Karena itu, timbullah akalku ini, jadi Nona Michiko akan aman di dalam ruang bawah tanah." "Hanya kitalah yang tahu ruang bawah tanah ini?" Tanya Tui Hun Lojin mendadak. "Apakah sai Pi Lo Kay tidak mengetahuinya?" "Memang hanya kita yang tahu," Sahut sam Gan sin Kay. "sai Pi Lo Kay pun tidak tahu." Tui Hun Lojin manggut-manggut. "Pengemis bau, aku tidak menyangka kalau engkau mempunyai akal yang sedemikian lihay." "Ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Kini engkau sudah tahu, kan?" "Benar Benar...." Tui Hun Lojin juga tertawa. "Nona Michiko Tenanglah engkau di sini, Ceng Im akan mengantar makanan dan minuman untukmu" "Terima kasih, Paman" Ucap Michiko terharu. "Terima kasih...." Ketua aliran Ninja sudah tiba di Tionggoan dan langsung menemui beberapa anggota Bu Tek Pay. setelah tahu identitas ketua aliran Ninja, maka salah seorang anggota partai tersebut mengantarnya ke markas. Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Keay, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan. "Ha ha ha Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Selamat datang, ketua Ninja" "Selamat bertemu, ketua Bu Tek^ay" Sahut ketua aliran Ninja, yang bernama Takara Yahatsu. "Ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa lagi. "sila-kan duduk, silakan duduk" "Terima kasih" Takara Yahatsu duduk seraya berkata. "Murid- murid ku pernah bilang, bahwa mereka telah bergabung di sini, maka setelah tiba di Tionggoan, aku pun langsung ke mari." "Benar- sahut Thian Mo. "Murid-muridmu memang telah bergabung di sini, kemudian mereka berlima bertarung dengan Yasuki Nichiba dan Michiko sesungguhnya mereka dapat membunuh kedua lawan itu, tapi muncul Tio Cie Hiong...." (Bersambung ke Bagian 35) Jilid 35 "Hmm" Dengus Takara Yahatsu. "Aku datang di Tionggoan, justru ingin membuat perhitungan dengan Tio cie Hiong. Selain itu, aku pun harus membunuh Michiko yang kabur ke Tionggoan ini." "oh? Michiko juga sudah berada di Tionggoan?" Tanya Te Mo. "Ya." Takara Yahatsu mengangguk. "Mungkin Bu Tek Pay bisa membantuku mencari Michiko." "Tentu." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Kami pasti membantu dalam hal ini." "Terima kasih" Ucap Takara Yahatsu. "Kalau begitu, aku pun mau bergabung di sini." "Bagus Bagus" Siluman Kurus tertawa. "Kita bisa bekerja sama." "Benar." Takara Yahatsu memandangnya. "Maaf, bolehkah aku tahu...." "Mereka berdua adalah Kwan Gwa Siang Koay, kini sebagai Tetua Bu Tek Pay." Tang Hai Lo Mo memperkenalkan. Takara Yahatsu manggut-manggut, kemudian bertanya. "Tio cie Hiong berada di mana sekarang?" "Dia telah kami musnahkan kepandaiannya, dan beberapa hari kemudian dia mati." "Sayang sekali Padahal aku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri." Ujar Takara Yahatsu. "Dia mati di tangan kami juga sama, bukan?" Tanya Thian Mo sambil tertawa gelak. "Betul." Takara Yahatsu^ juga tertawa. "ohya, apakah para anggota di sini tahu Michiko berada di mana?" "Itu..." Pikir Tang Hai Lo Mo. "Dia pernah tinggal di markas pusat Kay Pang, mungkin dia berada di sana." "Kalau begitu, aku akan ke sana." "Engkau tidak perlu ke sana," Ujar Tang Hai Lo Mo. "Kami akan mengutus beberapa orang ke sana." "Hm" Dengus Tang Hai Lo Mo dingin. "Kalau dia berada di sana, dan Kay Pang tidak menyerahkannya kepada kita, berarti Kay Pang akan musnah" "Benar. Kalau benar Michiko berada di sana tapi Kay Pang tidak menyerahkan kepada kita, Bu Tek Pay pasti membantai habis Kay Pang" Sahut siluman Gemuk. "Terima kasih Terima kasih" Ucap Takara Yahatsu sambil tertawa gembira. "Aku tidak menyangka, baru tiba di Tionggoan sudah mempunyai kawan baik." "sebab kita satu aliran, lagipula engkau sudah bergabung dengan kami." Sahut Tang Hai Lo Mo. "oleh karena itu mulai hari ini engkau pun akan hidup senang di sini." Sambung Thian Mo. "Terima kasih Ha ha ha..." Takara Yahatsu tertawa terbahak-bahak. Bu Lim Ji Khie dan lainnya duduk di ruang depan markas pusat Kay Pang. Kelihatannya mereka sedang membicarakan sesuatu yang cukup penting, karena tampak kening mereka berkerut-kerut. "Aku yakin dalam satu dua hari ini, pihak Bu Tek Pay pasti ke mari. Kalau mereka mau menggeledah, kita biarkan saja Kita jangan menentang mereka, dan harus tetap bersabar." "Memang harus begitu," Sahut Kim siauw su-seng dan melanjutkan. "Apabila Cie Hiong pulang dan kepandaiannya telah pulih, aku pasti akan turun tangan membantaipara anggota Bu Tek Pay" "Nafasku sudah mulai sesak karena menahan hawa kegusaran," Ujar Tui HUn Lojin. " Kenapa, setan tua?" Tanya sam Gan sin Kay. "Kita cuma bisa bersabar," Sahut Tui Hun Lojin sambil menggeleng-gelengkan kepala. "seandainya Cie Hiong tidak pulang...." "Kakak Hiong pasti pulang. Kakak Hiong pasti pulang." Sela Lim Ceng Im setengah berteriak. "Jangan berteriak-teriak, Nak" Tegur Lim Peng Hang. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita masih harus berhati-hati...." Mendadak sai Pi Lo Kay berjalan ke dalam, lalu memberi hormat sekaligus melapor. "Utusan Bu Tek Pay ke mari." "sambut mereka" Sahut Lim Peng Hang. "ya, Pangcu." Sai Pi Lo Kay segera berjalan ke luar. Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang, dan air muka mereka tampak agak berubah. " Ingat Kita semua harus tenang" Pesan sam Gan sin Kay. Berselang sesaat, sai Pi Lo Kay sudah kembali bersama Ang Bin sat sin, Liu siauw Kun dan belasan anggota Bu Tek Pay. "selamat datang, utusan ketua Bu Tek Pay" Ucap Lim Peng Hang sambil bangkit berdiri, dan yang lain pun mengikutinya. "Ha ha ha" Ang Bin sat sin tertawa. "Bagus Bagus Kalian memang tahu aturan" "silakan duduk" Ucap Lim Peng Hang. "Terima kasih" Sahut Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun serentak sambil duduk. sikap pemuda itu paling memuakkan. "Ada perintah apa untuk kami?" Tanya Lim Peng Hang. "Ketua Bu Tek Pay memberi perintah kepada kalian agar menyerahkan Michiko" Sahut Ang Bin sat sin. "Kalau tidak. hari ini Kay Pang pasti musnah" Sambung Liu siauw Kun dengan dada terangkat sedikit. "Apa?" Lim Peng Hang pura-pura terheran-heran. "Kami tidak mempunyai Michiko, apa itu Michiko? Kalau Mi biasa kami punya." "Ha ha ha" Ang Bin sat sin tertawa gelak. "Lim Pangcu,janganpura-pura tidak mengerti" "Michiko..." Lim Peng Hang pura-pura berpikir, kemudian manggut-manggut seraya berkata. "Apakah yang kalian maksudkan gadis Jepang itu?" "Benar" Sahut Ang Bin sat sin. "Nah, cepatlah kalian serahkan" "Maaf" Ucap Lim Peng Hang. "Dua hari yang lalu gadis Jepang itu memang ke mari, tetapi pada hari itu juga dia pergi." "Benarkah?" Ang Bin sat sin tidak percaya. "Benar." Ujar Lim Peng Hang. "Dia ke mari mencari Tio Cie Hiong. Katanya ketua aliran Ninja di Jepang telah membunuh guru dan kakaknya. Dia ingin berlindung di sini, namun kami beritahukan kepadanya, bahwa Tio Cie Hiong sudah mati. Karena itu, dia langsung pergi." "Lim Pangcu" Kening Ang Bin sat sin berkerut. "jangan-jangan kalian menyembunyikannya " "Ang Bin sat sin" Sela sam Gan sin Kay sambil menatapnya. "Mungkinkah kami akan mempertaruhkan ratusan nyawa hanya karena seorang gadis Jepang yang tiada hubungannya dengan kami?" Ang Bin sat sin manggut-manggut. "sam Gan sin Kay, ucapanmu masuk akal" "Tapi kami tidak bisa percaya begitu saja" Ujar Liu siauw Kun. "Lalu apa maumu?" Tanya Lim Peng Hang. "Kami berhak menggeledah" Sahut Liu siauw Kun dingin. " Kalau tidak berkeberatan apabila kami menggeledah seluruh kamar yang ada di sini, bukan?" "Apakah kami berani menentang?" Sahut Lim Peng Hang. "Baik" Liu siauw Kun tersenyum, lalu menurunkan perintah kepada belasan anggota Bu Tek Pay itu. "Cepatlah kalian geledah" "Ya." Sahut mereka lalu mulai menggeledah ke sana ke mari. Berselang beberapa saat kemudian, para anggota Bu Tek Pay itu sudah kembali ke ruang depan dan melapor. " Lapar kepada Pelindung dan Tuan muda Kami sudah menggeledah semua kamar, tetapi tidak tampak gadis Jepang itu." Ang Bin sat sin manggut-manggut, kemudian memandang Lim Peng Hang seraya bertam "Gadis Jepang itu ke mana?" "Maaf, kami tidak tahu," Jawab Lim Peng Hang. "Kalau kalian mengetahuijejak gadis Jepang itu, harus melapor kepada Bu Tek Pay" Pesan Ang Bin sat sin. "sebab ketua aliran Ninja sudah berada di markas kami" "Baik." Lim Peng Hang mengangguk. " Kalau begitu, kami mau kembali ke markas." "Tunggu dulu, Guru" Potong Liu siauw Kun, kemudian menunjuk beberapa anggota Bu Tek Pay, dan berkata. " Kalian pergi bawa beberapa pengemis ke mari" "Ya." Mereka segera keluar, dan tak lama sudah kembali bersama beberapa pengemis berusia empat puluhan. "Tahukah kalian kenapa aku menyuruh kalian ke mari?" Tanya Liu siauw Kun kepada pengemispengemis itu. "Maaf, kami tidak tahu," Sahut pengemis-pengemis itu. "Apakah dua hari lalu kalian melihat seorang gadis Jepang ke mari?" Tanya Liu siauw Kun sambil menatap mereka dengan tajam dan dingin sekali. "Kami memang melihat," Sahut salah seorang pengemis. "Tapi tak seberapa lama, kami pun melihat dia pergi." Liu siauw Kun manggut-manggut. "Nah, sekarang kalian boleh keluar" "Ya." Mereka sebera meninggalkan ruang itu sambil menghela nafas lega. "Guru" Ujar Liu siauw Kun kepada Ang Bin sat sin. "sekarang aku baru percaya akan perkataan Lim Pangcu." "Ha ha" Ang Bin sat sin tertawa. " Engkau memang cerdik Ayoh kita kembali ke markas" "selamat jalan" Ucap Lim Peng Hang. " Ingat Apabila ada kabar berita tentang gadis Jepang itu, kalian harus melapor kepada Bu Tek Pay" Pesan Ang Bin sat sin dengan tegas dan menambahkan. "Kalau kalian lalai melaporkan Hm" Setelah mendengus dingin, Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun melangkah pergi meninggalkan markas pusat Kay Pang. "Aaakh..." Lim Peng Hang menghela nafas dalam-dalam. "sungguh cerdik Liu siauw Kun" "Ha ha" Kim siauw suseng tertawa. "Tapi pengemis bau jauh lebih cerdik, sebab telah memperhitungkan itu." "Ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "sastrawan sialan, baru kali ini engkau memujiku Ha ha ha..." "Pengemis bau Aku benar-benar kagum akan kecerdikanmu, bisa memperhitungkan sampai ke situ." Ujar Tul Hun Lojin. "Tapi ingat Michiko harus terus bersembunyi di dalam ruang bawah tanah, tidak boleh menyamar sebagai pengemis." Ujar sam Gan sin Kay. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Benar." Kim Siauw Suseng manggut-manggut dan melanjutkan. "Pokoknya kita semua harus tetap sabar menunggu kembalinya Tio Cie Hiong." Sementara itu, Tio Cie Hiong yang dirawat oleh monyet berbulu putih sudah bisa menggerakkan badannya, bahkan bisa duduk. Itu sungguh menggembirakan Tlo Cie Hiong. Maka tidak heran kalau ia terus-menerus membelai monyet bulu, putih yang duduk di hadapannya. "Kauw heng Kalau tidak ada engkau, entah bagaimana diriku? Aku yakin tubuh ku pasti cacat seumur hidup," Ujarnya. Monyet itu bercuit-cuit kelihatannya juga gembira sekali, kemudian mendadak menarik Tio Cie Hiong mengajak berdiri "Kauw heng...." Tio Cie Hiong memandangnya. " Engkau menyuruhku belajar berdiri?" Monyet bulu putih manggut-manggut. "Tapi...." Tio Cie Hiong mengerutkan kening, lalu mengangguk. "Baiklah Aku akan coba berdiri" Perlahan-lahan Tio Cie Hiong bangkit berdiri, namun sepasang kakinya bergemetar, akhirnya terkulai. Monyet bulu putih menarik tangannya lagi, dan mulutnya bercuit-cuit seakan menyuruh Tio Cie Hiong bangkit berdiri. "Kauw heng...." Kening Tio cie Hiong mengucurkan keringat. Namun karena monyet berbulu putih terus menarik tangannya, maka ia mencoba bangkit berdiri lagi. Tio Cie Hiong berhasil berdiri, namun sepasang kakinya terus gemetar. la terus bertahan karena monyet bulu putih bertepuk-tepuk tangan, sepertinya memberi semangat kepadanya. Berselang sesaat, Tio Cie Hiong terkulai dan nafasnya terengah-engah. Monyet bulu putih segera memasukkan sebiji buah ke mulutnya. setelah cairan buah itu masuk ke tenggorokannya, nafas Tio Cie Hiong kembali normal. "Kauw heng, terima kasih" Ucap Tio cie Hiong. Monyet bulu putih bercuit, kemudian terjadilah hal yang di luar dugaan, karena monyet itu menghapus keringat di kening Tio cie Hiong. "Kauw heng...." Tio cie Hiong tertegun. la menatap monyet itu seraya berkata. "Engkau sungguh baik terhadapku, belum tentu ada manusia yang sebaik engkau." Monyet bulu putih bercuit-cuit, lalu menjatuhkan diri berlutut di hadapan Tio Cie Hiong. "Kauw heng, kenapa engkau berlutut?" Tio cie Hiong heran. " Cepatlah berdiri, jangan begini" Monyet bulu putih menunjuk ke arah makam, setelah itu bercuit-cuit lagi. Tio cie Hiong manggut-manggut mengerti. "oooh Engkau menganggapku sebagai majikanmu, kan?" Monyet bulu putih itu manggut-manggut. "Kauw heng" Tio Cie Hiong membelainya. "Kita bersaudara, aku bukan majikanmu." Monyet bulu putih berloncat- loncatan, kelihatannya gembira sekali, namun Tio Cie Hiong malah menghela nafas panjang. seketika monyet putih berhenti, lalu menatap Tio Cie Hiong sambil menggaruk-garuk kepala. "Kauw heng, oleh seandainya kepandaianku tidak bisa pulih, sebetulnya tidak jadi masalah, tapi rimba persilatan...." Bab 61 Thian Liong Hong Hoang Po Kiam (Pedang Pusaka Naga Khayangan dari Poenix) Tio Hong Hoa terus melatih Hong Hoang Kiam Hoat (Ilmu Pedang Burung Phoenix), menggunakan sebatang ranting, dan tampak ranting itu berkelebatan lebat ke sana ke mari. Ketika ia sedang berlatih, Tio Tay seng menghampirinya dengan membawa sebilah pedang. "Bagus Bagus" Ujarnya sambil tertawa gembira setelah putrinya berhenti berlatih. " Ilmu pedangmu maju pesat, ayah gembira sekali." "Ayah" Tio Hong Hoa segera menghampirinya. Ketika melihat pedang di tangan ayahnya, gadis itu terbelalak. "Itu... itu Hong Hoang Po Kiam (Pedang Pusaka Phoenix). Kenapa ayah membawa pedang pusaka itu ke mari?" "Hoaji, mulai sekarang engkau harus berlatih dengan pedang pusaka ini." Sahut Tio Tay seng. Tio Hong Hoa tampak girang sekali. "Ayah, apakah aku boleh menggunakan pedang pusaka itu untuk berlatih?" "Kalau tidak boleh, bagaimana mungkin ayah membawa pedang pusaka ini ke mari?" "Terima kasih, Ayah" Ucap Tio Hong Hoa. "Aku pasti bertambah tekun melatih Hong Hoang Kiam Hoat (Ilmu Pedang Phoenix). "Hoaji" Tio Tay seng tersenyum. "Ayah juga akan berikan pedang pusaka ini kepadamu." Tio Hong Hoa kurang percaya. "Benarkah itu?" "Benar." Tio Tay seng tersenyum dan memberitahukan. " Ketika kakekmu pergi ke Tionggoan, pedang pusaka ini pun dibawanya." "Jadi kalau aku ke Tionggoan, ayah pasti berikan pedang pusaka ini kepadaku? Ayah tidak bohong kan?" "Bagaimana mungkin ayah membohong imu?" Kemudian wajah Tio Tay seng berubah serius seraya berkata. "sebetulnya pedang pusaka ini ada pasangannya, hanya saja ayah tidak tahu berada di mana pedang pusaka yang satu itu." Hati Tio Hong Hoa tertarik. "Apakah juga Hong Hoang Po Kiam?" "Bukan. itu adalah Thian Liong Pokiam (Pedang pusaka Naga Kahyangan)." Tio Tay seng menjelaskan. "Apabila kedua pedang pusaka bertemu, kedua pemiliknya juga akan bersatu hati." "Maksud Ayah?" "Thian Liong Pokiam pasti berada di tangan seorang pemuda, maka...." "Ayah" Wajah Tio Hong Hoa kemerah-merahan. "jangan bicara yang bukan-bukan ah" "Ayah bicara sesungguhnya." Tio Tay seng tersenyum. "Engkau harus percaya itu." "Tapi...." Tio Hong Hoa mengerutkan kening. "seandainya pemilik Thian Liong Pokiam seorang lelaki yang sudah berumur, lalu harus bagaimana?" "Tidak mungkini sebab apabila pedang pusaka Phoenix muncul, belum tentu pedang pusaka Naga Kahyangan akan muncul. Kecuali pemiliknya seorang pemuda, maka Thian Liong Pokiam itu pasti muncul." "Ayah" Tio Hong Hoa tertawa geli. "seperti-nya suatu cerita dongeng." " Hoa ji" Tio Tay seng tersenyum lembut. "Eng-kau boleh percaya boleh tidak- lihat buktinya nanti" "Tocu" Tio Lo Toa menghampiri mereka. Ketika melihat Hong Hoang Pokiam, ia tampak terkejut. "Apakah Hong Hoang Pokiam akan muncul dalam rimba persilatan Tionggoan?" "Ya." Tio Tay seng mengangguk dan menambahkan. "Bahkan Hong Hoang Leng (Tanda Perintah Phoenix) juga akan muncul dalam rimba persilatan." "Maksud Tocu?" Tio Loa Toa tercengang. "Beberapa bulan lagi engkau dan Hoa ji akan berangkat ke Tionggoan, jadi Hoa ji juga akan membawa Hong Hoang Leng." Tio Tay seng memberitahukan. "Tocu tidak mau ke Tionggoan bersama?" Tio Tay seng menggelengkan kepala. "Ayah" Tio Hong Hoa tampak kecewa. "Benarkah Ayah tidak mau ke Tionggoan? Memangnya kenapa?" "Kalian berdua berangkat duluan, ayah akan menyusu," Sahut Tio Tay seng dan berpesan. "Hoaji, engkau harus menuruti perkataan paman Lo Toa, jangan berlaku gegabah" "Ya, Ayah." Tio Hong Hoa mengangguk. "Nah sekarang cobalah berlatih dengan pedang pusaka ini" Tio Tay seng memberikan pedang pusaka tersebut kepada putrinya. "Terima kasih, Ayah" Ucap Tio Hong Hoa sambil menerima pedang pusaka itu dan mulai berlatih. Di luar goa di Gunung Thay san, tampak Lie Man chiu sedang melatih Hud Bun Pan Yok Ciang Hoat. sungguh hebat ilmu pukulan itu, terdengar suara menderu- deru merontokkan daun-daun pohon di sekitarnya. Berselang beberapa saat kemudian, barulah Lie Man chiu berhenti, dan di saat bersamaan muncullah Tayli Lo Ceng sambil tersenyum-senyum, membawa sebilang pedang. "Man chiu Engkau sudah menguasai ilmu pukulan itu dengan baik, maka kini engkau harus berlatih Thian Liong Kiam Hoat (Ilmu Pedang Naga Kahyangan)," Ujar Tayli Lo Ceng. "Ya, Guru." Lie Man chiu mengangguk sambil memandang pedang yang di tangan padri tua itu. "Guru, bukankah itu pedang pusaka Naga Khayangan?" "Betul." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "ini memang Thian Liong Pokiam. Mulai hari ini engkau harus berlatih Thian Liong Kiam Hoat dengan pedang pusaka ini." "Guru...." Lie Man chiu girang bukan main. "Kini sudah saatnya engkau berlatih dengan Thian Liong Pokiam." Tayli Lo Ceng tersenyum. "Thian Liong Pokiam harus menyatu dengan Hong Hoang Pokiam." "Apa?" Lie Man chiu tertegun. "Maksud guru...?" "Tidak lama lagi Hong Hoang Pokiam akan muncul dalam rimba persilatan, maka Thian Liong Pokiam pun harus muncul bersatu padu dengan Hong Hoang Pokiam itu." "jadi... pasangan Thian Liong Pokiam adalah Hong Hoang Pokiam?" "Benar. Bahkan pemiliknya juga harus bersatu hati." "Apa?" Lie Man Chiu heran. "Guru, tolong jelaskan" "Pemilik Hong Hoang Pokiam pasti seorang gadis yang cantik jelita, sedangkan engkau adalah pemilik Thian Liong Pokiam, maka engkau dan gadis itu harus bersatu hati." "Guru...." Wajah Lie Man Chiu kemerah-merahan. "jadi guru ingin memberikan Thian Liong Pokiam kepadaku?" "Benar." Tayli Lo Ceng tersenyum. " Karena pemilik Hong Hoang Pokiam adalah jodohmu." "Guru...." Kening Lie Man chiu berkerut. "Bagaimana kalau pemilik Hong Hoang Pokiam itu seorang nenek?" "omitohud Hahaha..."TayliLo Ceng tertawa. "Tidak mungkin. Engkau harus percaya bahwa pemilik Hong Hoang Pokiam itu seorang gadis cantik," "oh?" Lie Man chiu tampak girang. " Kalau Thian Liong Kiam Hoat bersatu dengan Hong Hoang Kiam Hoat, maka merupakan ilmu pedang yang sangat dahsyat." "Bisakah mengalahkan Bu Lim sam Mo?" Tanya Lie Man chiu mendadak. "Menurut guru...," Jawab Tayli Lo Ceng setelah berpikir sejenak. "Masih bisa bertahan." "Cuma bisa bertahan?" "Engkau harus tahu." Tayli Lo Ceng memberitahukan. "Bu Lim sam Mo memiliki Pak Kek sin Kang, bahkan kini kepandaiannya bertambah tinggi, tentunya memiliki semacam lwee-kang yang sangat tinggi. Kalau tidak, bagaimana mungkin uratnya yang telah putus itu tersambung kembali?" "Guru...." Lie Man Chiu menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau begitu, bagaimana cara membasmi Bu Lim sam dan Kwan Gwa siang Koay?" "Kecuali...." Tayli Lo Ceng menghela nafas. "Kepandaian Tio cie Hiong bisa pulih seperti semula, barulah Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay dapat dibasmi." "Guru Apakah kepandaian Tio cie Hiong akan pulih?" Tanya Lie Man chiu. "Mudah-mudahan Guru pun tidak berani memastikannya. Namun menurut guru, kepandaiannya akan pulih." Sahut Tayli Lo Ceng. " Kalau begitu...." Wajah Lie Man Chiu tampak berseri. " Kami pasti bertemu kelak dalam rimba persilatan. Aku ingin mohon petunjuk kepadanya." "omitohud omitohud...." Tayli Lo Ceng tersenyum. "Itu memang baik sekali, mudah-mudahan kepandaiannya akan pulih" Sementara itu, Tan Li cu yang berada di gunung Hong Lay san juga sedang berlatih ilmu pukulan dan ilmu pedang. It sim sin Ni menyaksikannya sambil manggut-manggut gembira. "Bagus Bagus Kepandaianmu sudah maju pesat, begitu pula Iweekangmu." Ujar It sim sin Ni seusai Tan Li cu berlatih. "Guru Kapan aku boleh pergi mencari Liu siauw Kun?" Tanya Tan Li Cu. "Harus menunggu beberapa bulan lagi." Jawab It sim sin Ni. "Tapi engkau harus ingat Janganlah engkau ke markas Bu Tek Pay, sebab engkau akan celaka di tangan Bu Lim sam dan Kwan Gwa siang Koay" "Apakah Guru tidak dapat mengalahkan mereka?" Tanya Tan Li Cu mendadak. " Kalau satu lawan satu, guru masih bisa menang, tapi apabila mereka maju serentak guru pasti kalah," Jawab It sim sin Ni jujur. "Bagaimana kalau guru bergabung dengan Tayli Lo Ceng?" "Mungkin akan seimbang melawan Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay. oleh karena itu, engkau harus memancing Liu siauw Kun keluar." "Guru...." Wajah Tan Li Cu tampak murung. "Entah bagaimana keadaan cie Hiong?" "Menurut guru, kepandaiannya agak sulit untuk pulih." It sim sin Ni mengerutkan kening. "Tapi memang cuma dia yang dapat menyelamatkan rimba persilatan." "Kalau kepandaiannya tidak bisa pulih, bagaimana mungkin dia dapat menyelamatkan rimba persilatan?" Tan Li cu menghela nafas. "Mudah-mudahan kepandaiannya bisa pulih" Ucap It Sim sin Ni dan menambahkan. "Dia merupakan harapan kaum rimba persilatan golongan putih." Bagaimana keadaan Tio Cie Hiong sekarang? Apakah dia sudah sembuh? Benarkah dia merupakan harapan kaum rimba persilatan golongan putih? Monyet bulu putih terus merawat Tio Cie Hiong dengan penuh perhatian. Dapat dibayangkan betapa terharunya Tio Cie Hiong. Padahal monyet bulu putih tersebut hewan, namun mempunyai perasaan setia kawan. Kini Tio Cie Hiong sudah bisa berjalan, hanya terbungkuk-bungkuk. Hal itu membuat hatinya berduka sekali. "Kauw heng..." Ujar Tio Cie Hiong dengan mata bersimbah air. "Keadaanku menjadi begini...." Monyet bulu putih bercuit-cuitan kemudian memegang tangan Tio Cie Hiong seakan menghiburnya . "Kauw heng, kalau keadaanku begini, bagaimana mungkin aku meninggalkan goa ini?" Keluh Tio Cie Hiong. Monyet bulu putih bercuit-cuit lagi, lalu menepuk bahu Tio cie Hiong, sepertinya menyuruhnya bersabar. "Aaakh..." Tio Cie Hiong menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu harus bagaimana" Keesokan harinya, ketika Tio cie Hiong duduk bersandar di dinding goa, tiba-tiba monyet bulu putih melesat ke dalam sambil bercuit-cuit tak henti-hentinya, tangannya membawa sesuatu. Begitu melihat apa yang dibawa monyet bulu putih, seketika juga Tio Cie Hiong terbelalak. Ternyata monyet itu membawa buah Kiu Yap Ling che. "Kauw heng...." Mulut Tio Cie Hiong ternganga lebar. "Itu buah Kiu Yap Ling che, engkau dapat dari mana?" Monyet bulu putih bercuit-cuit, lalu memberikan buah tersebut kepada Tio Cie Hiong. "Terima kasih, kauw heng" Ucap Tio Cie Hiong dengan mata basah. la menerima buah itu dengan tangan gemetar saking gembiranya, kemudian dimasukannya ke mulut. Berselang beberapa saat, sekujur tubuhnya mulai hangat. Kemudian segeralah ia duduk di atas batu dingin, dan mencoba menghimpun hawa murninya. Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Ang Bin sat sin, Takara Yahatsu dan Liu siauw Kun duduk dengan wajah serius. Kelihatannya mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting . "Bagaimana mungkin Michiko bisa tiada jejaknya?" Ujar ketua aliran Ninja dengan kening berkerut. "Memang mengherankan," Sahut Tang Hai Lo Mo. "Tidak mungkin dia hilang begitu saja." "Padahal para anggota kita telah mencarinya ke mana-mana, tapi...." Thian Mo menggelenggelengkan kemala. "Tiada kabar beritanya." "Mungkinkah pihak Kay Pang menyembunyikannya?" Tukas Te Mo. "Tidak mungkin," Sahut Ang Bin sat sin. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kami sudah menggeledah di markas pusat Kay Pang, namun tidak menemukannya." "Aku pun sudah bertanya kepada beberapa anggota Kay Pang..." Sela Liu siauw Kun. "Mereka bilang memang melihat Michiko ke sana, tapi kemudian pergi lagi." "Mungkinkah beberapa anggota Kay Pang itu berdusta?" Tukas siluman Kurus sambit meneguk minumannya. "Begini..." Usul siluman Gemuk. "suruh beberapa orang pergi membawa anggota Kay Pang ke mari Kita siksa mereka agar mereka mengaku." "Betul." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "ltulah ide yang tepat sekali Ha ha ha..." " Ketua Biar aku dan Liu siauw Kun yang melaksanakan tugas ini" Ujar Ang Bin sat sin. "Baiklah." Tang Hai LoMo mengangguk dan berpesan. "Kalian berdua harus cepat pulang" "Ya, Ketua." Ang Bin sat sin memberi horr mat, lalu mengajak Liu siauw Kun pergi. sementara Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay serta Takara Yahatsu terus makan dan minum sambil tertawa-tawa. Setelah hari gelap. barulah Ang Bin sat Sin dan Liu Siauw Kun pulang dengan membawa beberapa anggota Kay Pang. "Ketua, kami telah berhasil membawa mereka ke mari." Lapar Ang Bin sat sin. "Bagus" Tang Hai Lo Mo tertawa. "Ha ha ha Ang Bin sat sin, Liu siauw Kun, kalian duduklah" "Terima kasih, Ketua" Ang Bin sat sin dan Liu siauw Kun lalu duduk. Bu Lim sam Mo dan Kwan Gwa siang Koay menatap beberapa anggota Kay Pang itu dengan tajam. Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo