Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 3


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 3


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   "Jadi benar Bu Lim Sam Mo muncul di Pek Yun Nia?"   Pengemis tua mengerutkan kening.   "Kalau begitu, mereka bertiga yang memperoleh Kotak Pusaka itu?"   "Mungkin. Sebab Kotak Pusaka itu tidak berada di badan Hui Kiam Bu Tek maupun Sin Pian Bijin."   Ujar Tui Hun Lojin dan menambahkan.   "Aku bersama ketua partai Siauw Lim dan ketua partai Bu Tong yang mengubur mayat mereka."   "Setan tua, hatimu cukup baik,"   Ujar pengemis tua sambil menarik nafas panjang.   "Aku tak menyangka, mereka suami istri mati begitu mengenaskan."   "Pengemis busuk, kenapa engkau ingin tahu kejadian itu?"   Tanya Tui Hun Lojin mendadak.   "Setan tua, tentunya engkau tahu, Hui Kiam Bu Tek-Tio It Seng adalah teman baik putraku."   Sahut pengemis tua memberitahukan.   "Pada waktu itu, kami pihak Kay Pang juga ke sana, tapi... sudah terlambat. Kami berusaha mencari gadis kecil itu, namun tidak ketemu. Oh ya, kalau tidak salah, mereka pun mempunyai seorang putra. Tahukan engkau ke mana putra mereka itu?"   "Tidak terlihat putra mereka berada di situ"   Sahut Tui Hun Lojin sambil menarik nafas panjang.   "Pengemis busuk, aku ke sana dengan tujuan ingin menolong mereka, tapi mendadak muncul Bu Lim Sam Mo..."   "Setan tua! Kenapa engkau ingin menolong mereka?"   Tanya pengemis tua heran.   Sebetulnya siapa pengemis tua ialah Sam Gan Sin Kay (Pengemis Sakti Mata Tiga), yaitu salah satu Bu Lim Ji Khie (Dua Orang Aneh Rimba Persilatan), juga seorang tetua partai pengemis.   Karena di tengahtengah keningnya terdapat sebuah benjolan kecil, maka iamemperoleh julukan Sam Gan Sin Kay.   "Belasan tahun yang lampau, Hui Kiam Bu Tek-Tio It Seng pernah menolong putraku."   Tui Hun Lojin memberitahukan.   "Pada waktu itu, putraku di serang Hek Pek Siang Koay (Sepasang Siluman Hitam Putih). Kalau Hui Kiam Bu Tek tidak muncul menolong putraku, tentunya putraku sudah mati di tangan Hek Pek Siang Koay."   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Pantas engkau ingin menolong Hui Kiam Bu Tek! Setan tua, ada satu hal yang sangat membingungkan aku."   "Hal apa?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Padahal Bu Lim Sam Mo tidak ada hubungan satu sama lain, kenapa mereka bertiga bisa muncul bersama di Tebing Awan Putih?"   "Aku pun tidak habis pikir tentang itu"   Sahut Tui Hun Lojin.   "Kalau Kotak Pusaka itu jatuh di tangan mereka, bukankah kepandaian mereka akan bertambah tinggi?"   "Memang."   Sam Gan Sin Kay mengangguk.   "Tapi sudah belasan tahun tak ada kabar berita tentang mereka, mungkinkah mereka bertiga saling membunuh karena Kotak Pusaka itu?"   "Mudah-mudahan begitu!"   Ucap Tui Hun Lojin.   "Kalau tidak, mereka bertiga pasti akan menimbulkan bencana dalam rimba persilatan."   Sam Gan Sin Kay mengangguk.   "Ohya, setan tua! Aku juga ingin menyampaikan sesuatu kepadamu."   "Tentang apa?"   "Belum lama ini, dalam rimba persilatan telah muncul Pek Ih Mo Li (Iblis Wanita Baju Putih). Dia seorang gadis yang berkepandaian tinggi sekali. Khususnya membunuh kaum golongan hitam, tapi juga memusuhi tujuh partai besar, bahkan dia pun sering melukai para murid tujuh partai besar. Aku curiga, jangan-jangan Pek Ih Mo Li itu putri almarhum Hui Kiam Bu Tek."   Tui Hun Lojin mengerutkan kening.   "Tapi... anak gadis kecil itu tergelincir ke dalam jurang, bagaimana mungkin bisa hidup?"   "Setan tua! Mudah-mudahan Pek Ih Mo Li itu putri almarhum Hui Kiam Bu Tek!"   Ujar Sam Gan Sin Kay.   "Aku telah mengutus beberapa murid Kay Pang yang handal untuk menyelidikinya.   "Alangkah baiknya Pek Ih Mo Li itu putri almarhum Hui Kiam Bu Tek. Jadi Hui Kiam Bu Tek mempunyai keturunan."   "Tapi engkau harus berhati-hati! Mungkin Pek Ih Mo Li itu akan datang ke mari mencarimu."   "Itu tidak apa-apa. Sebaliknya aku malah merasa senang sekali."   Tui Hun Lojin tersenyum.   "Kalau dia datang aku ingin bertanya padanya, apakah dia putri almarhum Hui Kiam Bu Tek atau bukan ?"   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut. Pada waktu bersamaan, muncullah Gouw Sian Eng. Anak gadis itu memandang pengemis tua itu dengan mata terbelalak. Sam Gan Sin Kay tercengang.   "Siapa anak gadis kecil ini?"   "Paman Pengemis, ia putriku."   Gouw Han Tiong memberitahukan. Sam Gan Sin Kay tertawa.   "Putrimu sudah begitu besar, kelihatannya secantik cucuku yang binal itu."   "Maksudmu putri Lim Peng Hang?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Benar!"   Sam Gan Sin Kay tertawa sambil memandang Gouw Sian Eng.   "Sian Eng!"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Cepat beri salam pada kakek Pengemis!"   "Hormat Kakek Pengemis!"   Panggil Gouw Sian Eng sambil tersenyum, kemudian bertanya mendadak.   "Kakek Pengemis berkepandaian tinggi?"   "Kakek Pengemis berkepandaian tinggi sekali"   Sahut Gouw Han Tiong memberitahukan sambil tersenyum.   "Siapa yang lebih tinggi kepandaiannya, kakek atau kakek Pengemis?"   Tanya Gouw Sian Eng mendadak.   "Tentunya Kakek Pengemis."   Sahut Tui Hun Lojin sambil tertawa gelak.   "Kakek Pengemis adalah salah satu Bu Lim Ji Khie, bahkan juga tetua Partai Pengemis yang sangat terkenal itu."   "Kalau begitu..."   Gouw Sian Eng memandang Sam Gan Sin Kay.   "Aku ingin belajar pada Kakek Pengemis."   "Apa?"   Sam Gan Sin Kay tertegun, kemudian menggaruk-garukkan kepala.   "Itu..."   "Pengemis busuk!"   Tui Hun Lojin tertawa terbahak-bahak.   "Tentunya engkau tidak begitu pelit menurunkan sedikit kepandaianmu kepada cucuku kan?"   Sam Gan Sin Kay tertawa.   "Apa boleh buat! Kalau aku tidak menurunkan sedikit kepandaianku pada cucumu, sudah pasti aku kau katakan pelit."   "Terima kasih, Kakek Pengemis!"   Ucap Gouw Sian Eng girang. "Ohya!"   Sam Gan Sin Kay teringat sesuatu.   "Aku tadi melihat seorang anak lelaki menyapu di halaman, siapa anak lelaki itu?"   "Dia pembantu di sini."   Gouw Han Tiong memberitahukan.   "Namanya Cie Hiong,"   Sambung Gouw Sian Eng. Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Sian Eng, panggil dia ke mari."   "Ya, Kakek Pengemis."   Gouw Sian Eng segera berlari ke luar. Tak lama ia sudah kembali bersama Tio Cie Hiong, lalu menunjuk Sam Gan Sin Kay seraya berkata pada Tio Cie Hiong.   "Kakek Pengemis itu ingin menemuimu."   "Kakek Pengemis!"   Panggil Tio Cie Hiong.   "Ada urusan apa Kakek Pengemis memanggilku?"   Sam Gan Sin Kay tidak menyahut, melainkan terus menatap Tio Cie Hiong dengan penuh perhatian.   "Bukan main! Sungguh bukan main! Nak, siapa kedua orang tuamu?"   Tanyanya.   "Maaf Kakek Pengemis, aku tidak tahu kedua orang tuaku,"   Jawab Tio Cie Hiong jujur.   "Kok begitu?"   Sam Gan Sin Kay tertegun.   "Lalu siapa yang membesarkanmu?"   "Seorang tua yang kupanggil paman"   Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan.   "Tapi paman itu sudah meninggal."   "Nak!"   Sam Gan Sin Kay menatapnya dalam-dalam.   "Maukah engkau belajar ilmu silat? Kalau engkau mau belajar ilmu silat, aku bersedia menjadi gurumu."   "Maaf, Kakek Pengemis! Aku tidak suka belajar ilmu silat."   Tolak Tio Cie Hiong.   "Ha ha ha!"   Tui Hun Lojin tertawa gelak.   "Eh? Setan tua, kenapa engkau tertawa?"   Sam Gan Sin Kay heran.   "Kalau ia mau belajar ilmu silat, sudah aku dulu jadi gurunya"   Jawab Tui Hun Lojin memberitahukan.   "Sayang sekali!"   Sam Gan Sin Kay menarik nafas panjang.   "Padahal anak itu berbakat sekali, bahkan memiliki tulang bagus."   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Benar."   Tui Hun Lojin manggut-manggut.   "Pengemis busuk! Perhatikanlah sepasang matanya!"   Sam Gan Sin Kay segera memperhatikan sepasang mata Tio Cie Hiong. Pengemis tua itu, tampak terperanjat setelah memperhatikan sepasang mata Tio Cie Hiong, kemudian bergumam.   "Bukan main! Sepasang matanya bersinar begitu terang! Heran, itu pertanda dia pernah belajar ilmu Iweekang."   Seusai bergumam, Sam Gan Sin Kay pun bertanya.   "Cie Hiong, pernahkah engkau belajar ilmu lweekang?"   "Tidak pernah,"   Sahut Tio Cie Hiong sesuai dengan pesan Paman Tan.   "Setan Tua!"   Sam Gan Sin Kay memandang Tui Hun Lojin.   "Bukankah itu sungguh mengherankan?"   "Benar."   Tui Hun Lojin manggut-manggut dan melanjutkan.   "Seandainya dia mau belajar ilmu silat, kelak pasti akan menjadi seorang pendekar besar."   "Yaah!"   Sam Gan Sin Kay menarik nafas panjang.   "Kita tidak berjodoh menjadi gurunya, entah siapa yang berjodoh menjadi gurunya?"   "Mungkinkah It Seng ?"   "Padri keparat itu? Huh!"   Dengus Sam Gan Sin Kay.   "Setahuku, dia tidak mau menerima murid."   "Pengemis busuk, sungguh sayang sekali kita tidak bisa menjadi guru anak ini."   Tui Hun Lojin menggeleng-gelengkan kepala. "Kakek pengemis, kapan aku akan diajari ilmu silat?"   Tanya Gouw Sian Eng mendadak. Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Esok pagi, aku pasti mengajarmu semacam ilmu pedang."   "Terima kasih, Kakek Pengemis!"   Ucap Gouw Sian Eng sambil tertawa gembira.   "Cie Hiong!"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Engkau boleh melanjutkan pekerjaanmu."   "Ya, Paman."   Tio Cie Hiong mengangguk, lalu memberi hormat kepada mereka. Setelah itu barulah ia berjalan keluar.   "Kakak Hiong! Aku akan bantumu menyapu!"   Seru Gouw Sian Eng sambil menyusulnya.   "Huaha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Kelihatannya cucumu itu suka sekali pada anak lelaki itu."   "Mereka masih kecil, hanya saja mereka ada kecocokan,"   Sahut Tui Hun Lojin sambil tersenyum.   "Paman Pengemis, betulkah Paman Pengemis akan mengajar putriku semacam ilmu pedang?"   Tanya Gouw Han Tiong mendadak.   "Tentu saja... Aku tidak pernah bohong,"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Pengemis busuk! Engkau akan mengajar ilmu pedang apa pada cucuku?"   Tanya Tui Hun Lojin ingin mengetahuinya.   "Saat ini belum kupikirkan, tunggu esok pagi saja."   Jawab Sam Gan Sin Kay misterius.   "Pengemis busuk, janganlah engkau mengajar cucuku ilmu pedang cakar ayam, sebab akan mempermalukan dirimu sendiri!"   Ujar Tui Hun Lojin sungguh-sungguh.   "Jangan khawatir!"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Pokoknya akan kuajar cucumu ilmu pedang yang lihay, mungkin masih di atas tingkat Tui Hun Kiam Hoatmu."   "Kalau begitu..."   Tui Hun Lojin tertawa lebar.   "Aku mengucapkan terima kasih kepadamu."   "Kalau aku tidak merasa suka pada cucumu itu, belum tentu aku akan mengajarkan ilmu pedang."   Ujar Sam Gan Sin Kay sungguh-sungguh.   "Aku sering menggunakan tongkat bambu, jadi ilmu pedang itu akan kuturunkan pada cucumu."   "   Paman Pengemis, sebelumnya kuucapkan terimakasih!"   Ujar Gouw Han Tiong sambil menjura memberi hormat pada Sam Gan Sin Kay. Sam Gan Sin Kay manggut-manggut, kemudian menarik nafas panjang seraya bergumam.   "Sayang sekali, anak lelaki itu tidak mau belajar ilmu silat! Aku tidak mempunyai murid, namun dia malah menolak menjadi muridku."   "Sama-sama!"   Tui Hun Lojin tersenyum.   "Ohya! Kalau Pek Ih Mo Li itu datang mencarimu, tanyakan kepadanya apakah dia putri almarhum Hui Kiam Bu Tek atau bukan?!"   Pesan Sam Gan Sin Kay pada Tui Hun Lojin.   "Itu sudah pasti."   Tui Hun Lojin manggut-manggut.   "Aku dengar, tujuh partai besar akan bergabung melawan Pek Ih Mo Li."   Sam Gan Sin Kay memberitahukan.   "Kalau dia putri almarhum Hui Kiam Bu Tek, aku harus turun tangan mendamaikan mereka."   "Benar."   Tui Hun Lojin mengangguk.   "Jangan sampai terjadi banjir darah yang tiada artinya. Sebab yang membunuh Hui Kiam Bu Tek dan istrinya adalah Bu Lim Sam Mo..."   "Tapi tujuh partai besar juga ikut mengeroyok mereka berdua kan?"   "Sulit dikatakan, sebab pada waktu itu pertempuran di Tebing Awan Putih tersebut sangat kacau."   "Setan tua, setahuku Hui Kiam Bu Tek mempunyai seorang putra. Tapi kok tiada kabar ceritanya tentang putra Hui Kiam Bu Tek itu?"   "Mungkinkah ada orang membawanya pergi"   Ujar Tui Hun Lojin menduga.   "Tapi... mungkin juga telah terbunuh." "Aaakh...!"   Sam Gan Sin Kay menghela nafas.   "Padahal Hui Kiam Bu Tek merupakan pendekar yang selalu membela kebenaran, namun akhirnya malah mati bersama istrinya secara mengenaskan."   "Pengemis busuk, bagaimana menurutmu mengenai Bu Lim Sam Mo? Apakah mereka telah mati memperebutkan Kotak Pusaka itu, ataukah mereka bertiga sedang mempelajari ilmu silat yang ada di dalam Kotak Pusaka itu?"   Tanya Tui Hun Lojin mendadak.   "Mudah-mudahan saja mereka bertiga sudah mati!"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Tapi kalau mereka bertiga sedang mempelajari ilmu silat peninggalan Pak Kek Siang Ong itu, rimba persilatan bakal celaka."   "Benar."   Tui Hun Lojin manggut-manggut.   "Sebab sepertinya tiada seorang pun lagi yang mampu melawan mereka."   "Sudah belasan tahun tiada kabar berita tentang mereka bertiga, mungkin mereka bertiga telah mati,"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Itu yang kita harapkan. Tapi kalau tidak, entah apa pula yang akan terjadi?"   Sam Gan Sin Kay menggeleng-gelengkan kepala. Esok paginya Ketika hari baru mulai terang, Tio Cie Hiong sudah menyapu di halaman tengah. Di saat ia sedang menyapu, muncullah Gouw Sian Eng bersama Sam Gan Sin Kay.   "Kakak Hiong!"   Sahut Gouw Sian Eng.   "   Adik Eng!"   Sahut Tio Cie Hiong, lalu memberi hormat pada Sam Gan Sin Kay.   "Selamat pagi, Kakek Pengemis!"   Sam Gan Sin Kay menatapnya sambil tersenyum lembut.   "Kok masih pagi sudah menyapu?"   "Kakek pengemis!"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Lebih baik menyapu pagi dari pada siang, sebab kalau menyapu siang, itu berarti aku malas, tidak mau bangun pagi."   Sam Gan Sin Kay tersenyum lagi.   "Kakak Hiong, jangan menyapu dulu!"   Ujar Gouw Sian Eng.   "Kakek pengemis akan mengajariku ilmu pedang, engkau lihat aku belajar ya.   "Tapi..."   "Engkau boleh melihat Sian Eng belajar, itu tidak apa-apa."   Ujar Sam Gan Sin Kay. Tio Cie Hiong mengangguk. Sedangkan Gouw Sian Eng bertanya pada pengemis sakti.   "Kakek Pengemis mau mengajariku ilmu pedang apa?"   "Toat Beng Kiam Hoat (Ilmu Pedang Pencabut Nyawa)."   Jawab Sam Gan Sin Kay menjelaskan.   "Engkau harus tahu, bahwa ilmu pedang ini sangat lihay, mungkin lebih lihay dari pada ilmu pedang Tui Hun Liam Hoat (Ilmu Pedang Pengejar Roh), ilmu pedang andalan kakekmu itu."   Gouw Sian Eng girang bukan main.   "Kakek Pengemis, cepatlah ajari aku!"   "Tapi engkau harus belajar dengan tekun!"   Pesan Sam Gan Sin Kay.   "Jangan mempermalukan aku!"   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk.   "Ilmu pedang tersebut di namai Toat Beng (Pencabut Nyawa), karena setiap jurusnya pasti mematikan lawan. Kalau tidak terpaksa, janganlah engkau menggunakan ilmu pedang tersebut untuk menyerang orang!"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sam Gan Sin Kay memberitahukan dengan wajah serius.   "Ya!"   Gouw Sian Eng mengangguk lagi. "Toat Beng Kiam Hoat terdiri dari sembilan jurus."   Sam Gan Sin Kay menjelaskan.   "Jurus pertama adalah Pedang Menggetarkan Jagat, jurus kedua Ribuan Pedang Menyapu Ombak, jurus ketiga Bayangan Pedang Meretakkan Bumi, jurus keempat dan jurus terakhir paling lihay, yakni Laksaan Pedang Kembali Ke Asal."   Gouw Sian Eng mendengarkan dengan penuh perhatian.   Setelah itu Sam Gan Sin Kay mulai memainkan ilmu pedang tersebut.   Tampak pedang di tangannya berkelebatan, akhirnya badan Sam Gan Sin Kay tertutup oleh bayangan pedang itu, dan mendadak pengemis sakti itu membentak keras.   "Laksaan Pedang Kembali Ke Asal!"   Tampak sinar pedang berkelebatan, lalu tiba-tiba meluncur ke arah sebuah pohon yang di situ.   "Cesss!"   Pedangnya menembus pohon. Gouw Sian Eng terbelalak menyaksikan itu, kemudian bertepuk tangan seraya berseru.   "Kakek pengemis, sungguh hebat ilmu pedang itu!"   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Kalau tidak hebat, bagaimana mungkin akan kuturunkan kepadamu?"   "Terima kasih, Kakek Pengemis!"   Ucap Gouw Sian Eng.   "Nah, sekarang engkau harus memperhatikan baik-baik!"   Pesan Sam Gan Sin Kay.   "Akan kuajarkan sejurus demi sejurus."   Sam Gan Sin Kay mulai mengajar Gouw Sian Eng sejurus demi sejurus, dan Gouw Sian Eng belajar dengan sungguh-sungguh.   Sementara Tio Cie Hiong juga terus memperhatikan gerakan-gerakan pedang dan badan Sam Gan Sin Kay.   Beberapa hari kemudian, Gouw Sian Eng sudah dapat menguasai ilmu pedang tersebut, hanya saja gerakannya masih kaku dan sering pula melakukan gerakan yang salah.   Ketika hari mulai gelap, Gouw Sian Eng datang di kamar Tio Cie Hiong, lalu menariknya ke luar.   "Eh?"   Tio Cie Hiong tercengang.   "Adik Eng, engkau mau membawaku kemana?"   "Kakak Hiong, temani aku berlatih ilmu pedang!"   Sahut Gouw Sian Eng sambil tersenyum. Tio Cie Hiong juga tersenyum.   "Ku kira ada urusan apa, tidak tahunya engkau menghendaki aku menemanimu berlatih ilmu pedang!"   "Engkau tidak berkebaratan kan?"   "Tentu saja tidak."   Mereka berdua sudah sampai di halaman tengah. Tampak sebilah pedang di situ, tetapi Tio Cie Hiong malah mengambil sebatang ranting, kemudian diberikan pada Gouw Sian Eng.   "Adik Eng, lebih baik engkau berlatih dengan ranting saja. Kalau menggunakan pedang, itu akan membahayakan dirimu."   "Ya, kakak Hiong."   Gouw Sian Eng mengangguk sambil menerima ranting itu.   "Ohya, malam ini kebetulan bulan purnama, jadi halaman ini cukup terang benderang."   Di saat mereka sedang bercakap-cakap, mendadak muncul Sam Gan Sin Kay.   Tio Cie Hiong dan Gouw Sian Eng tidak mengetahuinya.   Sedangkan Pengemis Sakti Mata Tiga itu tahu kalau Gouw Sian Eng ingin berlatih ilmu pedang yang diajarkannya.   Ia ingin tahu bagaimana kemajuan anak gadis itu, maka ia bersembunyi di balik pohon untuk mengintip.   "Kakak Hiong, aku mulai ya!"   Ujar Gouw Sian Eng.   Tio Cie Hiong mengangguk.   Gouw Sian Eng mulai memainkan Toat Beng Kiam Hoat.   Tampak ranting ditangan gadis itu berkelebatan.   Tio Cie Hiong memperhatikan dengan seksama, sedangkan Sam Gan Sin Kay yang mengintip itu manggut-manggut puas, karena Gouw Sian Eng sudah ada kemajuan.   "Hiyaaat!"   Gouw Sian Eng berteriak keras, kemudian ranting itu meluncur ke arah sebuah pohon. Itulah jurus Laksaan Pedang Kembali Ke Asal. Taaak! ranting itu patah membentur batang pohon.   "Bagaimana Kakak Hiong?"   Tanya Gouw Sian Eng dengan wajah berseri.   "Apakah aku sudah ada kemajuan?"   "Memang ada"   Sahut Tio Cie Hiong, yang kemudian menggeleng-gelengkan kepala.   "Namun masih banyak kesalahan yang kau lakukan."   Gouw Sian Eng tersenyum.   "Kalau begitu, Kakak Hiong harus memberi petunjuk padaku!"   Sam Gan Sin Kay yang mengintip itu terbelalak ketika mendengar apa yang dikatakan Tio Cie Hiong.   Sebab sedari tadi ia terus mengikuti semua gerakan Gouw Sian Eng, tiada kesalahan yang dilihatnya, tapi Tio Cie Hiong justru mengatakan ada.   Itu sungguh mengherankan Pengemis Sakti Mata Tiga.   Ia pun merasa geli, karena Gouw Sian Eng minta petunjuk pada anak lelaki itu.   Perlu diketahui, Pan Yok Hian Thian Sin Kang adalah ilmu Iweekang yang amat langka, lagi pula di dalam kitab tipis itu terdapat uraian-uraian mengenai pokok dasar pukulan, tendangan, gerakan pedang dan lain sebagainya.   Karena itu, secara tidak langsung Tio Cie Hiong yang otaknya encer dapat melihat letak kesalahan-kesalahan gerakan Gouw Sian Eng.   "Engkau telah melakukan sedikit kesalahan pada jurus Ribuan Pedang Menyapu Ombak."   Tio Cie Hiong memberitahu kan.   "Ketika Kakek Pengemis memainkan jurus itu, sabetan pedangnya agak turun naik. Tapi tadi gerakanmu tidak begitu, maka lain kali engkau harus belajar lebih bersungguh-sungguh!"   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk. Mulut Sam Gan Sin Kay ternganga lebar, sebab tadi ia sama sekali tidak memperhatikan tentang itu, tapi Tio Cie Hiong dapat melihat kesalahan yang dilakukan Gouw Sian Eng.   "Dan juga..."   Tambah Tio Cie Hiong.   "gerakan badanmu kurang cepat ketika mengeluarkan jurus Bayangan Pedang Meretakkan Bumi, sehingga menyebabkan gerakan pedangmu jadi lamban. Engkau harus tahu, jurus itu mengandalkan pada kecepatan untuk merobohkan lawan. Kalau gerakanmu lamban, sebaliknya malah akan terserang lawan, engkau harus ingat baik-baik itu, bukan hal itu sudah dijelaskan oleh kakek pengemis!"   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk, lalu terus mendengar dengan penuh perhatian.   "Gerakanmu sungguh menakjubkan ketika mengeluarkan jurus Laksaan Pedang Kembali Ke Asal, hanya saja..."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Apakah ada kesalahan yang kulakukan pada jurus terakhir itu?"   Tanya Gouw Sian Eng.   "Bukankah barusan engkau memuji gerakanku itu?"   "Tiada kesalahan yang engkau lakukan pada jurus itu, namun engkau telah melupakan satu hal."   "Hal apa?"   Tanya Gouw Sian Eng.   Sam Gan Sin Kay mendengarkan dengan penuh perhatian, sebab ia yakin gerakan Gouw Sian Eng sudah sempurna sekali pada jurus terakhir itu.   Tapi Tio Cie Hiong mengatakannya telah melupakan satu hal, maka Pengemis Sakti Mata Tiga ingin tahu hal apa yang telah dilupakan anak gadis itu.   "Sebelum meluncurkan ranting itu, engkau lupa menarik nafas untuk menghimpun tenagamu, maka ranting itu patah membentur batang pohon."   Tio Cie Hiong memberitahukan. Mendengar itu, Sam Gan Sin Kay terkejut bukan main. Ia sama sekali tidak mengetahui akan hal itu, tapi anak lelaki itu malah mengetahuinya.   "Kalau begitu..."   Gouw Sian Eng tersenyum.   "Aku akan mengulang dan melatih jurus Laksaan Pedang Kembali Ke Asal itu yaaa...."   Gouw Sian Eng mulai bergerak melatih jurus tersebut, kemudian berteriak sambil menghimpun Iweekangnya. Tampak ranting di tangannya meluncur ke arch sebuah pohon. Taaak! Ranting itu tidak patah.   "Nah!"   Ujar Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Kini engkau telah mahir menggunakan jurus itu, sebab ranting itu tidak patah, dan percayalah batang pohon itu pasti lecet oleh ujung ranting itu."   Sam Gan Sin Kay terbelalak, dan segera menengok ke arah batang pohong itu. Memang benar batang pohon itu telah lecet, membuat mulut Pengemis Sakti Mata Tiga ternganga lebar.   "Kakak Hiong, bagaimana menurutmu mengenai Toat Beng Kiam Hoat ini?"   Tanya Gouw Sian Eng mendadak.   "Mengenai apa?"   Tio Cie Hiong balik bertanya.   "Maksudku ilmu pedang itu terdapat kelemahan tidak?"   Sahut Gouw Sian Eng.   "Adik Eng!"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Aku tak pernah belajar ilmu silat apa pun, bagaimana mungkin aku mengetahuinya?"   "Aku yakin Kakak Hiong tahu, sebab Kakak Hiong sangat cerdas,"   Ujar Gouw Sian Eng mendesaknya.   "Beritahukanlah!"   "Terus terang saja, ilmu pedang itu memang terdapat kelemahan."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   Sam Gan Sin Kay tertegun, sebab ketika ia menggunakan ilmu pedangnya, selama itu tidak ada seorang pun mampu mengalahkannya.   Namun kini Tio Cie Hiong mengatakan bahwa ilmu pedang itu terdapat kelemahan, itu sungguh membuatnya penasaran sekali.   "Kakak Hiong, di mana letak kelemahan itu?"   Tanya Gouw Sian Eng.   "Sulit kujelaskan..."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Kakak Hiong!"   Gouw Sian Eng membanting-banting kaki.   "Kakak Hiong jahat, tidak mau menjelaskan padaku!"   "Adik Eng..."   "Jelaskanlah!"   Desak Gouw Sian Eng. Tio Cie Hiong mengerutkan kening, kemudian mengambil sebatang ranting dan diberikan kepada anak gadis itu.   "Adik Eng!"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Sebetulnya tidak baik aku mencela ilmu pedang ini, sebab Kalau Kakek Pengemis tahu, pasti akan tersinggung."   "Kakek Pengemis tidak berada di sini, engkau takut apa? Kalaupun Kakek Pengemis tahu, dia pasti kagum padamu."   Ujar Gouw Sian Eng sambil tersenyum.   "Baiklah kalau begitu!"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio Cie Hiong berdiri di hadapan gadis cilik itu.   "Engkau boleh menyerangku dengan jurus-jurus ilmu pedang itu. Kalau aku menyuruhmu berhenti, engkau harus berhenti diam di tempat, jangan bergerak sama sekali." "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk. Sam Gan Sin Kay yang bersembunyi itu memandang dengan mata tak berkedip. Ia ingin tahu dengan cara bagaimana Tio Cie Hiong mengelak serangan-serangan Gouw Sian Eng.   "Kakak Hiong, bolehkan aku mulai menyerangmu?"   Tanya Gouw Sian Eng.   "Boleh."   Tio Cie Hiong mengangguk.   Gouw Sian Eng langsung menggerakkan ranting yang dipegangnya menyerang Tio Cie Hiong.   Anak gadis itu menyerang dengan sungguh-sungguh, sehingga membuat Sam Gan Sin Kay terkejut bukan main.   Jurus Pedang Menggetarkan Jagat dikeluarkan untuk menyerang Tio Cie Hiong, sedangkan anak lelaki itu masih berdiri diam di tempat.   Betapa terkejutnya Sam Gan Sin Kay, karena ujung ranting itu telah mengarah ke leher Tio Cie Hiong.   Ia ingin berteriak menyuruh Gouw Sian Eng berhenti, tapi begitu hendak bertindak ia tercengang melihat Cie Hiong bergerak.   Ternyata Tio Cie Hiong sudah memiringkan kepalanya, kemudian maju selangkah sambil menjulurkan tangannya yang kanan dan berseru.   "Berhenti!"   Gouw Sian Eng langsung berhenti diam di tempat, sehingga mereka berdua seperti patung. Mendadak wajah Sam Gan Sin Kay berubah pucat pias, karena ia melihat jari tangan Tio Cie Hiong sudah mengarah ke dada Gouw Sian Eng.   "Adik Eng, perhatikanlah!"   Ujar Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Kakak Hiong..."   Gouw Sian Eng tertawa gembira.   "Engkau memang hebat sekali, begitu gampang mengelak seranganku. Rantingku berada di sisi lehermu, sedangkan jari tanganmu berada di dadaku. Itu berarti aku sudah tertotok olehmu."   "Nah! Engkau sudah melihat kelemahan jurus ini?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Belum."   Gouw Sian Eng menggelengkan kepala.   "Begini adik Eng... di saat engkau menyerang dengan jurus ini, tangan kananmu jangan kau angkat terlampau tinggi, dan ujung jari kakimu harus tetap menyentuh tanah."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Tanganmu yang menggenggam ranting, juga jangan terlampau diluruskan ke depan, harus ditekuk sedikit. Jadi apabila engkau bertemu lawan dia pasti memiringkan kepalanya, sekaligus menyerang dadamu. Persis seperti gerakanku ini."   Gouw Sian Eng memperhatikan posisi Tio Cie Hiong, kemudian manggut-manggut.   "Aku harus bagaimana mengelak tanganmu?"   Tanyanya.   "Tarik kaki depanmu, dan sabetkan rantingmu ke kiri, leherku pasti tersabet rantingmu itu."   Gouw Sian Eng mengangguk.   "Bagaimana kalau kita ulang lagi?"   "Baik."   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Engkau menyerangku dengan jurus itu, aku akan mengelak dan menyerangmu dengan cara yang sama, namun engkau harus mengelak sesuai yang kuberitahukan barusan!"   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk dan langsung menyerang Tio Cie Hiong dengan jurus tersebut.   Tio Cie Hiong memiringkan kepalanya, pada waktu bersamaan, Gouw Sian Eng menarik kakinya yang di depan, sekaligus menyabetkan rantingnya ke kiri.   Plak! Leher Tio Cie Hiong tersabet ranting itu.   "Kakak Hiong..."   Seru Gouw Sian Eng kaget.   "Sakitkah lehermu?"   "Tidak apa-apa,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum. Sam Gan Sin Kay yang menyaksikan itu, nyaris jatuh pingsan seketika saking terkejutnya. "Kakak Hiong! Aku sangat kagum padamu, berikan aku petunjuk lagi!"   Desak Gouw Sian Eng. Bagian 4 Tio Cie Hiong mengangguk dan mulai memberi petunjuk lagi kepada anak gadis itu. Sedangkan Sam Gan Sin Kay terus memperhatikan.   "Nah! Sekarang engkau sudah mengerti kan?"   Tio Cie Hiong memandang Gouw Sian Eng sambil tersenyum.   "Terimakasih atas semua petunjuk Kakak Hiong!"   Ucap Gouw Sian Eng dan menatapnya dengan mata berbinar-binar.   "Ohya! Beberapa hari lalu, aku mendapat sebatang bambu yang amat bagus di halaman belakang sana, maka kubikin sebatang seruling."   Ujar Tio Cie Hiong melanjutkan.   "Kebetulan malam ini bulan purnama, aku akan meniup suling untuk mengiringi jurus-jurus ilmu pedang itu."   "Bagus!"   Sorak Gouw Sian Eng sambil tertawa gembira. Tio Cie Hiong mengeluarkan sebatang suling dari dalam bajunya, lalu memandang anak gadis itu seraya berkata.   "Engkau boleh mulai berlatih, aku akan mengiringi dengan suara suling."   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk dan mulai menggerakkan ranting yang di tangannya.   Pada waktu bersamaan, terdengarlah alunan suara suling yang amat merdu.   Tak seberapa lama kemudian, Gouw Sian Eng kelihatan sudah terpengaruh oleh alunan suara suling.   Gerakannya akan bertambah cepat apabila suara suling itu bernada tinggi, akan berubah lamban apabila suara suling itu bernada rendah.   Sam Gan Sin Kay terpesona dan terpukau oleh gerakan Gouw Sian Eng, bahkan tangannya pun bergerak-gerak.   Berselang sesaat, Pengemis Sakti Mata Tiga kelihatan tersentak kaget, ternyata ia pun telah terpengaruh oleh suara suling itu.   Kenapa bisa begitu? Tidak lain dikarenakan secara otomatis Tio Cie Hiong mengerahkan Pan Yok Hian Thian Sin Kang untuk meniup suling bambunya.   Betapa terkejutnya Sam Gan Sin Kay, sehingga keringat dinginnya mengucur.   Padahal ia salah seorang Bu Lim Ji Khie yang amat tersohor dalam rimba persilatan, tapi justru masih terpengaruh oleh alunan suara suling bambu Tio Cie Hiong.   Tak seberapa lama kemudian, Tio Cie Hiong berhenti meniup sulingnya.   Gouw Sian Eng pun berhenti menggerakkan ranting di tangannya.   Anak gadis itu tampak terengah-engah.   "Kakak Hiong, engkau pandai sekali meniup suling. Sejak kapan engkau belajar meniup suling?"   "Sejak aku masih kecil, ya... usia lima tahun-an lah."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Adik Eng, sudah malam, engkau harus pergi tidur."   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk.   "Kakak Hiong, esok pagi kita bertemu lagi..."   Tio Cie Hiong tersenyum, sedangkan anak gadis itu berjalan pergi.   Setelah itu Tio Cie Hiong pun kembali ke kamarnya.   Sam Gan Sin Kay masih tetap berada di balik pohon.   Ia tidak habis pikir mengenai Tio Cie Hiong.   Walau sudah larut malam, Pengemis Sakti Mata Tiga masih tetap berdiri termangu-mangu di balik pohon.   Kemudian mendadak ia meloncat ke atas bangunan belakang.   Setelah itu, dengan hati-hati sekali ia membuka sedikit genteng di situ.   Ternyata ia ingin mengintip Tio Cie Hiong.   Sam Gan Sin Kay melihat Tio Cie Hiong duduk di atas ranjang dengan mata terpejam.   Di saat bersamaan, mendadak Tio Cie Hiong membuka sepasang matanya, lalu mendongakkan kepala memandang ke atas, tempat Sam Gan Sin Kay mengintip.   Sam Gan Sin Kay masih tetap berada di balik pohon.   Ia tidak habis pikir mengenai Tio Cie Hiong.   Walau sudah larut malam, Pengemis Sakti Mata Tiga masih tetap berdiri termangu-mangu di balik pohon.   Kemudian mendadak ia meloncat ke atas bangunan belakang.   Setelah itu, dengan hati-hati sekali ia membuka sedikit genteng di situ.   Ternyata ia ingin mengintip Tio Cie Hiong.   Sam Gan Sin Kay melihat Tio Cie Hiong duduk di atas ranjang dengan mata terpejam.   Di saat bersamaan, mendadak Tio Cie Hiong membuka sepasang matanya, lalu mendongakkan kepala memandang ke atas, tempat Sam Gan Sin Kay mengintip.   Bukan main terkejutnya Pengemis tua itu.   Segera ia menggerakan kepalanya kebelakang.   Apakah Tio Cie Hiong telah mendengar suara langkahnya? Pikir Sam Gan Sin Kay.   Padahal tadi ia telah menggunakan ilmu ginkang tingkat tinggi, bagaimana mungkin Tio Cie Hiong mendengar suara langkahnya? Sam Gan Sin Kay sungguh tidak habis pikir, akhirnya dengan isi kepala penuh kebingungan ia meninggalkan tempat itu.   Sam Gan Sin Kay berjalan mondar-mandir di ruang tengah, bahkan mulutnya terus bergumam.   "Heran! Sungguh mengherankan! Kenapa bisa begitu? Itu sungguh mengherankan sekali! Dia betulbetul Sin Tong (Anak Sakti)..."   "Eh?"   Mendadak muncul Tui Hun Lojin sambil memandangnya dengan mata terbelalak.   "Pengemis busuk! Masih pagi kok engkau sudah bangun? Engkau sedang gerak jalan ya? Dan kenapa terus menerus bergumam seperti orang gila?"   "Setan tua!"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Mungkin aku sudah hampir gila gara-gara terus menerus berpikir."   "Apa yang kau pikirkan?"   Tui Hun Lojin tercengang.   "Sungguh luar biasa!"   Sahut Sam Gan Sin Kay bergumam lagi.   "Dia betul-betul luar biasa, sungguh merupakan anak sakti!"   "Siapa yang kau maksudkan Pengemis busuk?"   Tanya Tui Hun Lojin tertegun.   "Anak itu."   "Siapa?"   "Tio Cie Hiong."   "Lho? Kenapa dia?"   "Mari kita duduk, akan kuberitahukan!"   Ujar Sam Gan Sin Kay sambil duduk. Tui Hun Lojin pun duduk dengan wajah penuh keheranan.   "Pengemis busuk! Sebetulnya apa gerangan yang telah terjadi?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Setan tua! Engkau sama sekali tidak tahu? Padahal di tempatmu ini telah muncul seorang anak sakti."   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Pengemis busuk, jangan membingungkan aku, jelaskanlah!"   Ujar Tui Hun Lojin dengan kening berkerut-kerut.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tio Cie Hiong itu anak sakti."   Sahut Sam Gan Sin Kay, lalu menutur kejadian semalam.   "Apa?"   Tui Hun Lojin terbelalak.   "Engkau tidak bohong?"   "Setan tua, pernah aku berbohong?"   "Anak itu..."   Mulut Tui Hun Lojin ternganga lebar.   "Be... benarkah itu?"   "Aku telah menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, bahkan suara suling itu dapat mempengaruhi diriku pula."   "Kalau begitu, kita harus bertanya pada Sian Eng."   Ujar Tui Hun Lojin. Kebetulan Gouw Han Tiong muncul menghampiri mereka, maka langsung saja Tui Hun Lojin berseru.   "Han Tiong, cepat panggil putrimu ke mari!"   "Ada apa, ayah?"   Gouw Han Tiong heran.   "Cepat panggil dia ke mari!"   Sahut Tui Hun Lojin.   "Ya."   Gouw Han Tiong cepat-cepat ke dalam, dan tak lama ia sudah kembali bersama Gouw Sian Eng.   "Kakek panggil aku ya?"   Tanya anak gadis itu sambil mendekati Tui Hun Lojin. "Cucuku..."   Tui Hun Lojin menatapnya dalam-dalam.   "Kakek dengar, engkau sering datang ke kamar Cie Hiong. Benarkah itu?"   "Benar, Kek."   Gouw Sian Eng mengangguk.   "Apa yang kalian perbuat di dalam kamar Cie Hiong?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Kami tidak berbuat apa-apa... Dia hanya mengajariku ilmu sastra."   Gouw Sian Eng memberitahukan.   "Apa?"   Tui Hun Lojin terbelalak.   "Dia... dia mengerti ilmu sastra?"   "Dia pandai sekali ilmu sastra."   Jawab Gouw Sian Eng sambil tersenyum.   "Dia bilang sejak kecil sudah belajar ilmu sastra."   "Apakah ia bisa ilmu silat?"   Tanya Sam Gan Sin Kay.   "Dia tidak berniat belajar ilmu silat, bagaimana mungkin dia bisa ilmu silat? Bukankah Kakek ingin mengajarnya ilmu silat, tapi dia menolak?"   "Sian Eng!"   Tui Hun Lojin menatapnya tajam.   "Engkau tidak boleh membohongi kakek, harus memberitahukan dengan jujur!"   "Aku tidak bohong, Kek!"   "Pernah dia memberi petunjuk kepadamu mengenai ilmu pedang Pengejar Roh yang kakek ajarkan?"   Tanya Tui Hun Lojin mendadak.   "Pernah."   Gouw Sian Eng mengangguk. Thian Tek mengerutkan kening.   "Apa katanya mengenai ilmu pedang itu?"   "Dia bilang terdapat kelemahan, maka aku mohon petunjuk padanya,"   Jawab Gouw Sian Eng jujur.   "Han Tiong, berikan dia pedang!"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Ya."   Gouw Han Tiong segera memberikan sebilah pedang kepada putrinya, kemudian memandang Tui Hun Lojin dengan penuh keheranan.   "Sian Eng! Perlihatkan Tui Hun Kiam Hoat pada kami!"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Ya."   Gouw Sian Eng mulai menggerakkan pedang itu, dan seketika tampak pedang itu berkelebatan.   Berselang beberapa saat kemudian, barulah Gouw Sian Eng berhenti dengan wajah berseri-seri.   Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang setelah menyaksikannya, sebab ilmu pedang itu telah mengalami perubahan yang di luar dugaan mereka, jauh lebih lihay dari ilmu pedang yang aslinya.   "Bagaimana?"   Tanya Sam Gan Sin Kay.   "Terdapat banyak perubahan,"   Sahut Tui Hun Lojin.   "Berubah lihay atau berantakan?"   Tanya Sam Gan Sin Kay lagi.   "Bertambah lihay, itu sungguh diluar dugaan!"   Tui Hun Lojin menarik nafas. Kemudian bertanya pada Gouw Sian Eng.   "Benarkah dia yang memberi petunjuk kepadamu?"   "Benar Kek."   Jawab Gouw Sian Eng dengan wajah berseri.   "Karena Tui Hun Kiam Hoat terdapat kelemahan, maka kakak Hiong menciptakan beberapa gerakan untuk menutup kelemahan itu."   "Dia... dia yang menciptakan gerakan-gerakan itu?"   Wajah Tui Hun Lojin tampak memucat karena terkejut, begitu pula Gouw Han Tiong, putranya.   "Huaha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Semalam aku pun seperti kalian. Betul kan? Dia anak sakti."   "Itu... bukan main!"   Gumam Tui Hun Lojin.   "Aku... aku sendiri kiranya tidak mampu menciptakan gerakan-gerakan seperti itu." "Sama."   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Dia pun mengisi beberapa gerakan dalam jurus-jurus Toat Beng Kiam Hoat yang kuajarkan pada Sian Eng."   "Kakak Hiong memang pintar sekali,"   Ujar Gouw Sian Eng dan menambahkan.   "Dia pun pandai sekali meniup suling."   "Aku sudah mendengar suara sulingnya."   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Setan tua!"   Ujar Sam Gan Sin Kay pada Tui Hun Lojin.   "Kelak akan kujodohkan cucuku dengannya."   "Kakek pengemis! Cucu kakek Pengemis anak perempuan ya?"   Tanya Gouw Sian Eng mendadak.   "Ya."   Sahut Sam Gan Sin Kay sambil tertawa gelak.   "Cucuku itu harus menikah dengannya."   "Maksud Kakek Pengemis Kakak Hiong?"   Tanya Gouw Sian Eng lagi.   "Ya."   Sam Gan Sin Kay mengangguk.   Mendadak wajah Gouw Sian Eng berubah murung, kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam.   Itu tidak terlepas dari mata Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong, sehingga mereka berdua saling memandang.   Namun Sam Gan Sin Kay tidak mengetahuinya, sebaliknya malah terus tertawa gelak.   "Sian Eng panggilah Cie Hiong ke mari!"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk lalu segera berlari ke luar.   "Kita harus bertanya pada Cie Hiong, agar kita tidak bingung memikirkannya,"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Benar!"   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Kita memang harus bertanya kepadanya."   Gouw Sian Eng sudah kembali bersama Tio Cie Hiong, dengan wajah berseri-seri, tak murung lagi.   "Kakek memanggilku ya?"   Tanya Tio Cie Hiong kepada Tui Hun Lojin.   "Cie Hiong!"   Tui Hun Lojin menatapnya tajam.   "Aku sudah tua, maka engkau tidak boleh membohongiku."   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Cie Hiong, betulkah engkau tidak pernah belajar ilmu silat?"   Tanya Tui Hun Lojin.   "Betul, Kakek. Aku tidak bohong,"   Jawab Tio Cie Hiong.   "Kalau engkau tidak pernah belajar ilmu silat, kenapa engkau bisa memberi petunjuk tentang ilmu pedang kepada Sian Eng?"   Tanya Tui Hun Lojin lagi.   "Maaf, kakek!"   Jawab Tio Cie Hiong jujur.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aku sendiri pun tidak tahu apa sebabnya, hanya saja setelah aku menyaksikan latihan Adik Eng, semua gerakannya seakan sudah berada dalam otakku."   Tui Hun Lojin mengerutkan kening.   "Cie Hiong!"   Sam Gan Sin Kay menatapnya tajam.   "Kami berdua sudah tua dan sudah berbau tanah, jadi engkau tidak boleh membohongi kami! Aku harap engkau berterus terang!"   "Dalam hal apa aku berbohong?"   Tanya Tio Cie Hiong kebingungan.   "Cie Hiong, aku telah menyaksikannya, engkau tidur dalam keadaan bersemadi, tentunya engkau melatih semacam ilmu bukan?"   Sahut Sam Gan Sin Kay memberitahukan.   "Ooooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Jadi semalam yang berada di atap rumah adalah Kakek Pengemis!"   Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan.   "Aku malah mengira pencuri."   "Haaah...?"   Sam Gan Sin Kay terkejut bukan main.   "Engkau... engkau mendengar suara langkahku?"   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Setan tua!"   Ujar Sam Gan Sin Kay pada Tui Hun Lojin.   "Itu bukan main kan? Aku menggunakan ginkang khasku, dalam rimba persilatan yang bisa mendengar suara langkahku dapat dihitung dengan jari, tapi anak itu..." "Betul-betul luar biasa!"   Tui Hun Lojin juga terkejut.   "Cie Hiong, kami berdua penasaran sekali. Karena itu alangkah baiknya kalau engkau berterus terang."   "Kakek, aku harus berterus terang mengenai apa?"   Tanya Tio Cie Hiong sambil memandang Tui Hun Lojin.   "Pernahkah engkau belajar semacam ilmu silat atau ilmu yang lainnya?"tanya Tui Hun Lojin. Tio Cie Hiong diam, memang tidak baik membohongi kedua orang tua itu, lagi pula mereka berdua sangat baik terhadapnya. Pikir Tio Cie Hiong, akhirnya ia berterus terang juga.   "Ada seorang tua memberikan aku sebuah kitab tipis. Katanya kalau aku mempelajari kitab tipis itu, tubuhku akan bertambah sehat. Karena itu, aku mempelajari cara bernapas dan menghimpun tenaga dan yang lain-lainya sesuai yang tertera di dalam kitab itu."   Tio Cie Hiong memberitahukan, namun tetap merahasiakan nama kitab tipis itu, dan juga tidak menyebut Paman Tan yang di Puri Angin Halilintar, sesuai dengan pesan Paman Tan.   "Engkau bersemadi menuruti petunjuk dalam kitab tipis itu?"   Tanya Sam Gan Sin Kay.   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Di mana kitab tipis itu?"   Tanya Tui Hun Lojin mendadak.   "Sudah dibakar oleh orang tua itu setelah aku menghafal isinya!"   Tio Cie Hiong memberitahukan. Tui Hun Lojin manggut-manggut, kemudian bertanya lagi.   "Sejak kapan engkau belajar meniup suling?"   "Sejak aku berumur lima tahun,"   Jawab Tio Cie Hiong jujur.   "Pantas engkau begitu pandai meniup suling!"   Ujar Sam Gan Sin Kay sambil tertawa gelak dan menambahkan.   "Pikiranku terhanyut oleh suara sulingmu."   "Kakek Pengemis pernah mendengar aku meniup suling?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Ya."   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Semalam aku mengintip dari balik pohon, jadi aku pun tahu engkau memberi petunjuk pada Sian Eng mengenai ilmu pedang itu."   "Kakek Pengemis, aku minta maaf!"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Karena aku telah lancang memberi petunjuk kepada adik Eng, aku harap Kakek Pengemis jangan tersinggung."   "Ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak lagi.   "Bagaimana mungkin aku akan tersinggung? Sebaliknya aku malah merasa girang dan kagum padamu."   "Terimakasih, Kakek Pengemis!"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Sejak Kakak Hiong bekerja di sini, aku sudah tahu dia sangat pintar,"   Sela Gouw Sian Eng dengan wajah cerah ceria.   "Maka aku berani minta petunjuk kepadanya."   "Dasar anak kecil!"   Tegur Tui Hun Lojin sambil tersenyum. Sementara Sam Gan Sin Kay terus menatap Tio Cie Hiong, mendadak timbul suatu niat dalam hatinya, yakni ingin menurunkan beberapa jurus ilmu silat kepadanya, karena itu ia tertawa seraya berkata.   "Cie Hiong, aku akan memperlihatkan beberapa jurus ilmu tongkatku. Cobalah engkau lihat, apakah ilmu tongkatku itu terdapat kelemahan?"   "Kakek Pengemis, aku... aku tidak berani."   Tio Cie Hiong menggelengkan kepala.   "Kenapa tidak berani?"   Tanya Sam Gan Sin Kay tidak senang.   "Kakek Pengemis adalah Pengemis Sakti, bagaimana mungkin aku..."   "Itu tidak menjadi masalah,"   Potong Sam Gan Sin Kay sambil bangkit berdiri, kemudian berjalan ke tengah-tengah ruang itu.   "Nah, engkau harus perhatikan dengan baik-baik, aku akan mulai."   Sam Gan Sin Kay mulai menggerakkan tongkat bambunya, dan seketika juga terdengar suara menderu-deru.   Gouw Sian Eng segera mundur, sedangkan Tio Cie Hiong masih tetap berdiri di tempat memperhatikan gerakan-gerakan tongkat bambu itu.   Ketika Sam Gan Sin Kay menggerakkan tongkat bambunya, kening Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong tampak berkerut, sebab Sam Gan Sin Kay mengeluarkan Sam Ciat Kun Hoat (Tiga Jurus Tongkat Maut).   Itu adalah ilmu tongkat rahasia Sam Gan Sin Kay, termasuk Tah Kauw Kun Hoat (Ilmu Tongkat Pemukul Anjing).   Kedua ilmu tongkat tersebut hanya boleh diturunkan pada ketua Kay Pang.   Kalau tidak dalam keadaan bahaya, kedua ilmu tersebut tidak akan dikeluarkan.   Oleh karena itu, dapat dibayangkan betapa lihay dan hebatnya kedua ilmu tongkat itu.   Kini Sam Gan Sin Kay mengeluarkan salah satu dari ilmu tongkat rahasianya itu, tentunya amat mengherankan Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong.   Setahu mereka, dalam ilmu tongkat tersebut sama sekali tidak terdapat kelemahan.   Sam Ciat Kun Hoat (Tiga Jurus Tongkat Maut) terdiri dari tiga jurus, yakni Membalikkan Langit Memetik Bulan, Pelangi Di Ujung Langit dan jurus ketiga adalah Memecahkan Gunung Memindahkan Laut.   Berselang sesaat, barulah Sam Gan Sin Kay berhenti.   Ia tertawa sambil memandang Tio Cie Hiong dan bertanya.   "Bagaimana? Apakah ilmu tongkat itu terdapat kelemahan?"   "Ilmu tongkat Kakek Pengemis sungguh lihay dan hebat,"   Sahut Tio Cie Hiong serius.   "Sama sekali tiada kelemahannya. Hanya saia..."   "Kenapa?"   Tanya Sam Gan Sin Kay cepat.   "Ilmu tongkat Kakek Pengemis terdiri dari tiga jurus, yang setiap jurusnya memiliki keistimewaan sendiri, terutama jurus ketiga itu, sungguh lihay bukan main,"   Jawab Tio Cie Hiong dan menambahkan.   "Tapi... Kakek Pengemis bergerak agak ayal-ayalan, seakan meremehkan pihak yang diserang, itu akan mencelakai diri Kakek Pengemis"   "Haah?"   Sam Gan Sin Kay terbelalak, sebab apa yang dikatakan Tio Cie Hiong memang benar adanya, sehingga sangat mengejutkannya, kemudian tertawa gelak.   "Ha ha! Engkau memang anak Sakti!"   "Maafkanlah kelancanganku yang telah mengkritik Kakek Pengemis!"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Engkau benar, aku telah berlaku ayal-ayalan dalam jurus-jurus itu."   Sam Gan Sin Kay tertawa lagi.   "Ohya, setelah engkau menyaksikan ilmu Sam Ciat Kun Hoatku, apakah engkau dapat memecahkannya?"   Sementara Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong terus saling memandang dengan wajah penuh keheranan, karena ketika mereka berdua menyaksikan ilmu tongkat itu, sama sekali tidak melihat gerakan yang ayal-ayalan.   Namun, Tio Cie Hiong yang baru berusia empat belas dan tak pernah belajar ilmu silat, malah dapat melihatnya, tentunya sangat mengejutkan mereka berdua.   "Kakek Pengemis!"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Bagaimana mungkin aku dapat memecahkan ilmu tongkat itu?"   "Bukankah engkau dapat memecahkan ilmu pedang Pencabut Nyawa? Nah, tentunya engkau pun dapat memecahkan ilmu tongkatku ini."   Ujar Sam Gan Sin Kay mendesak.   "Kakek Pengemis..."   Tio Cie Hiong tampak ragu.   "Engkau jangan ragu, aku cuma ingin menguji kecerdasanmu"   Ujar Sam Gan Sin Kay mendesak.   "Tapi..."   Tio Cie Hiong tetap ragu.   "Kakak Hiong!"   Sela Gouw Sian Eng.   "Kakek Pengemis selalu berbangga diri karena ilmu tongkatnya tak terkalahkan. Cobalah kau pecahkan ilmu tongkat itu, agar Kakek Pengemis tidak berani berbangga diri lagi!"   "Sian Eng!"   Bentak Gouw Han Tiong.   "Jangan kurang ajar!" "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Selama ini aku memang merasa bangga, karena dalam rimba persilatan, tiada seorang pun yang dapat memecahkan ilmu tongkat Sam Ciat Kun Hoat dan Tah Kauw Kun Hoat."   "Kakek Pengemis, tidak baik berbangga diri,"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Itu akan menyebabkan diri kita menjadi sombong, dan kesombongan itu akan meruntuhkan diri kita sendiri."   "Apa?"   Sam Gan Sin Kay terbelalak.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kalau begitu, engkau harus mencoba memecahkan ilmu tongkatku, kalau tidak, aku tetap akan berbangga diri."   Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang. Mereka berdua nyaris tertawa geli ketika mendengar teguran yang dicetuskan Tio Cie Hiong.   "Ayoh Kakak Hiong, jangan mempermalukan aku"   Ujar Gouw Sian Eng mendadak.   "Aku yakin engkau pasti bisa memecahkan ilmu tongkat itu."   "Adik Eng, itu tidak baik,"   Tio Cie Hiong menggelengkan kepala.   "Ayohlah!"   Desak Gouw Sian Eng.   "Kalau engkau tidak mau mencoba memecahkan ilmu tongkat itu, aku... aku benar-benar akan merasa malu."   "Adik Eng?"   Tio Cie Hiong heran.   "Kenapa engkau merasa malu?"   "Selama ini aku sangat kagum kepadamu, bahkan amat mempercayaimu pula. Maka kalau engkau tidak mau mencoba memecahkan ilmu tongkat itu, aku... aku merasa kecewa sekali."   "Adik Eng..."   Tio Cie Hiong mengerutkan kening.   Gouw Han Tiong ingin menegur putrinya, namun Tui Hun Lojin memberi isyarat padanya, sebab orang tua ini ingin tahu bagaimana cara Tio Cie Hiong memecahkan ilmu tongkat itu.   Iapun mengakui dalam hati, sama sekali tidak mampu memecahkan ilmu tongkat tersebut.   "Benar! Benar!"   Ujar Sam Gan Sin Kay sambil tertawa terbahak.   "Kalau engkau tidak mau mencoba memecahkan ilmu tongkatku, itu berarti telah mempermalukan Sian Eng."   "Baiklah... jika kakek pengemis memaksa."   Tio Cie Hiong mengangguk.   Tio Cie Hiong kemudian memejamkan matanya.   Sedangkan Sam Gan Sin Kay, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang.   Mereka bertiga tentu saja yakin, Tio Cie Hiong tidak dapat memecahkan ilmu tongkat tersebut.   Berselang sesaat, mendadak sepasang tangan Tio Cie Hiong bergerak-gerak.   Sungguh aneh gerakan sepasang tangannya itu, sehingga membuat Sam Gan Sin Kay, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong bingung.   Ternyata dalam gerakan tangan itu, tercampur jurus-jurus ilmu pedang yang pernah dipelajari Siau Eng dan juga jurus-jurus Sam Ciat Kun Hoat, tentunya sangat mengejutkan Sam Gan Sin Kay.   Tak seberapa lama kemudian, Tio Cie Hiong membuka matanya sambil bangkit berdiri, dan segeralah Sam Gan Sin Kay bertanya.   "Bagaimana? Dapatkah engkau memecahkan ilmu tongkatku?"   "Dapat,"   Sahut Tio Cie Hiong. Sam Gan Sin Kay tertegun, lalu tertawa terbahak-bahak.   "Kalau engkau dapat memecahkan ilmu tongkatku, apa saja permintaanmu pasti kukabulkan."   "Aku tidak akan mengajukan permintaan apapun."   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Sekarang aku harap Kakek Pengemis memperlihatkan satu jurus ilmu tongkat itu, lalu aku pun akan memperlihatkan gerakanku untuk memecahkan jurus itu."   "Baik."   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   Setelah itu ia pun langsung mengeluarkan jurus Memecahkan Gunung Memindahkan Laut, yaitu jurus ketiga.   Kenapa Sam Gan Sin Kay mengeluarkan jurus ketiga? Tidak lain ingin membuat Tio Cie Hiong kacau pikirannya karena itu adalah jurus yang paling kuat dan tiada kelemahan menurutnya.   "Nah, itulah salah satu jurus ilmu tongkatku, bagaimana cara engkau memecahkannya?"   Tio Cie Hiong segera menggerakkan sepasang kakinya berputar, kemudian sepasang tangannya pun tampak bergerak ke samping kiri dan kanan, lalu berhenti. "Dengan gerakan ini aku memecahkan jurus ilmu tongkat itu,"   Ujar Tio Cie Hiong.   Sam Gan Sin Kay tidak menyahut, tapi wajahnya telah memucat bagaikan kertas putih.   Karena gerakan Tio Cie Hiong tadi memang tepat untuk memecahkan jurus ilmu tongkatnya itu.   Betapa terkejutnya Sam Gan Sin Kay menyaksikan itu.   Sedangkan Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong cuma saling memandang.   Mereka berdua tidak melihat jelas jurus yang dikeluarkan Sam Gan Sin Kay, maka tidak tahu gerakan Tio Cie Hiong dapat memecahkan jurus tersebut atau tidak?.   "Pengemis busuk!"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Kenapa engkau seperti kehilangan sukma?"   "Setan tua!"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Itu... itu sungguh di luar dugaan sekali!"   "Gerakan yang amat sederhana itu dapat memecahkan jurus tongkatmu itu?"   Tanya Tui Hun Lojin heran.   "Benar."   Sam Gan Sin Kay mengangguk.   "Gerakan itu memang tampak sederhana sekali, namun justru dapat memecahkan jurus tongkatku itu. Tui Hun Lojin terbelalak.   "Cie Hiong!"   Sam Gan Sin Kay memandang tajam dan kagum.   "Aku akan memainkan sisa dua jurus ilmu tongkat itu, cobalah kau pecahkan lagi!"   "Ya, Kakek Pengemis."   Tio Cie Hiong mengangguk. Sam Gan Sin Kay menarik nafas dalam-dalam, kemudian menggerakkan tongkat bambunya secepat kilat, sehingga menyilaukan mata semua orang.   "Nah!"   Ujar Sam Gan Sin Kay setelah selesai memainkan jurusnya.   "Cobalah kau pecahkan!"   Tio Cie Hiong mengangguk, lalu menggerakkan kaki dan tangannya. Menyaksikan gerakan itu, wajah Sam Gan Sin Kay memucat lagi. Ternyata gerakan-gerakan Tio Cie Hiong dapat memecahkan kedua jurus ilmu tongkat tersebut.   "Kakek Pengemis!"   Ujar Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Gerakan-gerakanku itu dapat memecahkan kedua jurus ilmu tongkat Kakek Pengemis bukan?."   "Cie Hiong..."   Mulut Sam Gan Sin Kay ternganga lebar.   "Kenapa engkau begitu luar biasa?"   "Kakek Pengemis..."   Tio Cie Hiong menundukkan kepala, karena merasa tidak enak telah memecahkan Sam Ciat Kun Hoat (Tiga Jurus i1mu Tongkat Maut) itu. Ia khawatir Sam Gan Sin Kay akan tersinggung.   "Cie Hiong, aku harap engkau menjawab sejujurnya!"   Sam Gan Sin Kay menatapnya dalamdalam.   "Seandainya aku langsung menyerangmu, bisakah engkau langsung memecahkan jurusjurus ilmu tongkatku itu?"   "Tentu saja tidak bisa,"   Jawab Tio Cie Hiong jujur.   "Kenapa?"   Tanya Sam Gan Sin Kay.   "Karena aku belum melihat jurus-jurus ilmu tongkat itu. Kecuali aku sudah lebih dulu untuk menyaksikannya. Setelah itu, barulah aku bisa memecahkan ilmu tongkat itu,"   Jawab Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "Disamping itu juga semua gerakan itu hanya ada dalam pikiranku saja, jadi kalau kakek pengemis langsung menyerang tentu saja aku tidak bisa menghindar."   "Cie Hiong, kenapa otakmu begitu luar biasa?"   Sam Gan Sin Kay menatapnya dengan penuh keheranan.   "Kakek Pengemis, aku berterus terang saja. Di dalam kitab tipis yang telah kupelajari itu, juga menguraikan banyak jenis-jenis dan bentuk-bentuk pukulan, tendangan, ilmu pedang dan lain sebagainya. Maka setelah aku menyaksikan ilmu tongkat kakek pengemis, diotakku terbayang gerakannya dan gerakan selanjutnya yang harus aku lakukan, maka aku bisa memecahkannya."   Ujar Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Cie Hiong!"   Sam Gan Sin Kay menatapnya seraya bertanya sungguh-sungguh.   "Kalau aku bertemu dengan orang yang menggunakan gerakan-gerakan sepertimu tadi, yang memecahkan jurus-jurus tongkatku, lalu aku harus bagaimana?" "Kakek Pengemis..."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku..."   "Cie Hiong!"   Desak Sam Gan Sin Kay.   "Anggaplah aku mohon petunjuk padamu!"   "Kakek Pengemis aku anak kecil, bagaimana mungkin berani memberi petunjuk kepada Kakek Pengemis?"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala lagi.   "Anggaplah aku lebih kecil darimu, beres kan?"   Ujar Sam Gan Sin Kay terus mendesaknya untuk memberikan petunjuk.   "Kalau begitu..."   Sela Gouw Sian Eng sambil tertawa geli.   "Kakek pengemis harus memanggil Kakak Hiong, Kakak besar!"   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa geli.   "Itu tidak apa-apa."   "Sian Eng!"   Gouw Han Tiong melototi putrinya.   "Jangan kurang ajar!"   Gouw Sian Eng langsung diam dengan wajah merengut, sedangkan Tio Cie Hiong masih tetap berdiri ragu di tempat.   "Ayohlah... Kakak besar!"   Desak Sam Gan Sin Kay.   "Apakah aku perlu berlutut di hadapanmu?"   "Kakek Pengemis... jangan main-main, aku tentu saja akan membantu..."   Tio Cie Hiong terkejut, kemudian berkata.   "Jurus pertama tongkat bambu itu jangan diangkat terlampau tinggi, dan kaki kanan yang di depan harus ditekut sedikit. Apabila ada serangan balasan yang mendadak, maka jurus itu bisa langsung berubah menjadi jurus ketiga, dan lawan pun tidak bisa berkutik."   "Oh?"   Sam Gan Sin Kay segera bergerak sesuai dengan petunjuk Tio Cie Hiong, dan seketika itu juga ia tertawa terbahak-bahak.   "Secara langsung engkau telah memperbaiki jurus pertama ini. Bagaimana dengan jurus kedua dan ketiga?"   Kembali Tio Cie Hiong menjelaskan, Sam Gan Sin Kay bergerak menuruti petunjuk Tio Cie Hiong, sampai berulang-ulang bertanya dan di jelaskan oleh Tio Cie Hiong. Setelah itu, ia menatap Tio Cie Hiong dengan mata terbeliak lebar.   "Saudara kecil! Perlukah aku memanggilmu guru?"   Tanyanya mendadak, bahkan ia sudah memanggil Tio Cie Hiong sebagai saudara kecil pula.   "Kakek Pengemis, jangan bergurau!"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio Cie Hiong tersenyum.   "Pengemis busuk!"   Ujar Tui Hun Lojin sambil tertawa.   "Sam Ciat Kun Hoatmu itu apakah sudah bertambah lihay dan hebat."   "Benar."   Sam Gan Sin Kay manggut-manggut.   "Itu berkat petunjuk dari saudara kecil."   "Kakak Hiong!"   Ujar Gouw Sian Eng girang.   "Engkau memang hebat, luar biasa sekali."   "Adik Eng, aku cuma anak biasa saja. Engkau tidak usah terus menerus memuji diriku,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum malu.   "Ohya!"   Mendadak Gouw Sian Eng memandang Sam Gan Sin Kay.   "Kakek Pengemis harus menepati janji lho!"   "Janji apa?"   Sam Gan Sin Kay heran.   "Tuh! Sudah lupa kan?"   Gouw Sian Eng mengingatkannya.   "Kakek Pengemis telah berjanji tadi, kalau Kakak Hiong bisa memecahkan ilmu tongkat itu..."   "Oooh!"   Sam Gan Sin Kay tertawa sambil manggut-manggut.   "Cie Hiong, apa permintaanmu kepadaku?"   "Aku tidak meminta apa pun,"   Jawab Tio Cie Hiong.   "Biar bagaimana pun, engkau harus mengajukan sebuah permintaan kepadaku! Kalau tidak, anak gadis itu pasti mengatakan aku tidak menepati janji."   "Tapi..." "Kakak Hiong! Ajukan saja sebuah permintaan, itu tidak apa-apa."    Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini