Kesatria Baju Putih 36
Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 36
Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung "Bu Lim Ji Khie dan lainnya bersembunyi di Gunung Hong Lay san, di sana terdapat sebuah biara." "Bijin tidak membohong?" Tang Hai Lo Mo kurang percaya. "Apa?" Kou Hun Bijin melotot. "Engkau tidak mempercayaiku? Kurang ajar Baik, apabila aku bohong, engkau boleh ambil nyawaku" "Kalau begitu, aku percaya." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Bijin boleh menerima gadis ini sebagai murid." "Hi hi Hi" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Tang Hai Lo Mo, terima kasih atas kebaikanmu" Mendadak Kou Hun Bijin menowel pipinya, setelah itu barulah mengajak Lim Ceng im pergi. Tang Hai LoMo berdiri mematung di tempat, kemudian mengusap-usap pipinya dan dicium pula tangannya yang mengusap pipinya itu. "Ha ha ha" Kwan Gwa siang Koay tertawa. "Masih tercium bau tangannya?" "Haaah..." Wajah Tang Hai Lo Mo memerah seketika. "Aku...." "Tang Hai Lo Mo, Kou Hun Bijin berbisik apa kepadamu?" Tanya Thian Mo ingin mengetahuinya . "Dia memberitahukan bahwa Bu Lim Ji Khie dan lainnya bersembunyi di Gunung Hong Lay san. " Jawab Tang Hai Lo Mo. "Apakah benar?" Thian Mo kurang percaya. "Te Mo" Ujar Kwan Gwa siang Koay. "Kou Hun Bijin tidak akan membohongi kita, percayalah kepadanya" "Kalau begitu...." Te Mo mengerutkan kening. "Perlukah kita cari mereka ke gunung itu?" "Jangan dulu" Sahut Tang Hai Lo Mo. "Kenapa?" Te Mo heran. "Sebab Kou Hun Bijin juga memberitahukan, bahwa mereka berada di sebuah biara di gunung itu" Tang Hai LoMo memberitahukan. "Biara itu pasti ada penghuninya, sedangkan kita tidak tahu siapa penghuni biara itu. Maka Jangan sembarangan ke sana" "Heran? Kenapa Kou Hun Bijin bisa tahu?" Gumam Te Mo. "Aku yakin dia pernah melewati gunung itu, jadi tahu..." Sela Kwan Gwa siang Koay dan tiba-tiba teringat sesuatu. "Jangan-Jangan... lelaki yang membawa monyet itu berada di biara tersebut?" "Benar." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Ketika Kou Hun Bijin bertanding dengan dia, pasti dia yang memberitahukan." "Kalau begitu..." Thian Mo mengerutkan kening. "Apa rencana kita sekarang? Perlukah kita serang ke sana?" "Kita lihat saja bagaimana perkembangan selanjutnya," Sahut Tang Hai Lo Mo dan menambahkan. "Aku yakin mereka tidak akan tinggal diam begitu." "Maksudmu mereka akan menyerang kita?" Tanya Te Mo. "Kira-kira begitulah," Sahut Tang Hai Lo Mo sambil tertawa. "Kalau mereka menyerang kita, aku juga punya akal untuk menghadapi mereka. Ha ha ha..." Lim Ceng Im sungguh berterima kasih kepada Kou Hun Bijin yang telah menolongnya. Ternyata Kou Hun Bijin membawa gadis itu ke Gunung Hong Lay san. sepanjang jalan Kou Hun Bijin terus tertawa. "Hi hi hi Aku tidak menyangka begitu cepat membalas budi Cie Hiong." Gumamnya. "Dia pasti gembira sekali. Hi hi hi" "Kok Bibi bisa begilu kebetulan ke markas Bu Tek Pay?" Tanya Lim Ceng Im. "Bukan kebetulan, melainkan aku sengaja ke sana menolongmu," Sahut Kou Hun Bijin. "Aku dengar markas pusat Kay Pang telah diserang pihak Bu Tek Pay, bahkan salah seorang anggota Kay Pang mengatakan engkau ditangkap. Karena itu, aku segera ke markas Bu Tek Pay." "Terimakasih, Bibi" Ucap Lim Ceng Im. " Kakak Hiong bilang, Bibi adalah wanita baik. Memang tidak salah...." "Hi hi Hi" Kou Hun Bijin terlawa nyaring. "Yang paling baik itu Kakak Hiong mu, karena dia berhati mulia. Maka, hari ini engkau pun tertolong." "Kenapa begitu?" "Kalau hari itu dia tidak berbuat baik kepadaku, bagaimana mungkin hari ini aku menolongmu, bukan?" "oooh" "Ceng Im" Kou Hun Bijin tersenyum. "Engkau memang pintar. Ketika melihatku, engkau tidak memanggilku maka mereka tidak bercuriga sama sekali." "Terimakasih alas pujian Bibi" Ucap Lim Ceng Im. "Tapi Bibi lebih cerdik dari padaku." "Lho?" Kou Hun Bijin lertawa. " Kenapa engkau mengatakan demikian?" "Sebab aku tahu apa yang Bibi bisikkan itu." "Oh?" "Tentu Bibi memberitahukan kepada Tang Hai Lo Mo, bahwa Bu Lim Ji Khie dan lainnya bersembunyi di Gunung Hong Lay san, bukan?" "Benar. engkau tahu kenapa aku memberitahukan kepadanya?" "Bibi tahu mereka tidak akan berani menyerang ke sana. Maka Bibi memberitahukan dengan cara berbisik, seakan tidak menghendaki aku mengetahuinya." "Hi hi Hi" Kou Hun Bijin tertawa nyaring. "engkau memang pintar oh ya, maukah engkau menjadi muridku?" "Terimakasih, Bibi Namun aku lebih senang memanggil Bibi, sebab rasanya begitu dekat," Ujar Lim Ceng im sungguh-sungguh. "Bagus, bagus Memang lebih baik engkau panggil aku bibi, aku senang sekali." Kou Hun Bijin tersenyum. "Aku menyatakan di hadapan Bu Lim sam Mo dan lainnya, bahwa aku ingin menerimamu sebagai murid, sesungguhnya itu cuma alasan belaka." "Kenapa Bibi harus menyatakan dengan alasan itu?" Lim Ceng im tercengang. "Kalau tidak. bagaimana mungkin begitu gampang aku mengajakmu pergi, bukan?jadi sesungguhnya aku tidak berniat menerimamu sebagai murid." "Yaah" Lim Ceng im tampak kecewa. "Bibi bikin aku girang setengah mati." "Ceng Im" Kou Hun Bijin tertawa. "Engkau cukup belajar kepada Cie Hiong, sebab kepandaiannya lebih linggi d ariku." "Tapi...." "Begini saja, setelah kita sampai di Gunung Hong Lay san, aku akan mengajarmu Giok Li sin Kang." Lim Ceng im girang sekali. "Kalau begitu, aku akan awet muda seperti Bibi?" "Tentu tidak." Kou Hun Bijin menggelengkan kepala. "Lho, kenapa?" "Engkau perlu tahu, sebelum aku belajar Giok Li sin Kang, guruku memberiku tiga butir pil." Kou Hun Bijin memberitahukan. "Setelah makan tiga butir pil itu, barulah aku diajar Giok Li sin Kang. Kata guruku, aku akan awet muda karena tiga butir pil itu akan membaur dengan Giok Li sin Kang." "Kalau begitu, Bibi akan memberiku tiga butir pil itu juga?" "Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa. "Ceng Im, tahukah engkau berapa lama guruku membuat tiga butir pil itu?" "Entahlah." "Hampir lima puluh tahun." "Haah?" Mutut Lim Ceng Im ternganga lebar. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Membuat tiga butir pil harus membutuhkan waktu hampir lima puluh tahun?" "Ya." Kou Hun Bijin mengangguk dan menambahkan. "Lagipula pil itu hanya tiga butir, jadi bagaimana aku memberikan kepadamu? Pil itu sudah tidak ada." "ooooh" Lim Ceng Im menghela nafas. "Namun ada gunanya juga engkau belajar Giok Li sin Kang," Ujar Kou Hun Bijin menjelaskan. "sebab setelah engkau memiliki lweckang itu, wajahmu tidak akan gampang keriput." "oh, ya?" Lim Ceng im tersenyum. "Bibi, aku mau belajar lweekang itu." "Aku pasti mengajarmu setelah kita tiba di Gunung Hong Lay San." Kou Hun Bijin berjanji. "Terima kasih, Bibi" Ucap Lim Ceng Im gembira. Walau Tayli Lo Ceng mengatakan tidak akan terjadi apa-apa atas diri Lim Ceng im, bahkan ditambah dengan naluri monyet bulu putih menyatakan begitu pula, namun rasa cemas tetap mencekam dalam hati Tio Cie Hiong, sam Gan sin Kay dan Lim Peng Hang. "Kakek, Paman" Ujar Tio Cie Hiong dengan kening berkerut. "Kalau besok masih tiada kabar beritanya adik Ceng Im, aku akan pergi mencarinya." "Tapi ada baiknya engkau berkonsultasi dulu dengan Tayli Lo Ceng." Sahut sam Gan sin Kay mengusulkan. "Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Sebelum aku pergi mencari adik Im, tentu aku akan berkonsultasi dulu dengan Tayli Lo Ceng." "Menurut aku..." Sela Tui Hun Lojin. "Tidak akan terjadi apa-apa atas diri Ceng im." "setan tua" Sam Gan sin Kay menatapnya. "Apa dasarnya engkau berkesimpulan begitu?" "Tentunya kita tahu, berapa usia monyet kauw heng ini? Tentu dia memiliki naluri yang kuat sekali, bahkan juga memiliki panca indera ke-enam, bukan?" "Memang benar apa yang dikatakan Tui Hun Lojin," Sahut Kim siauw suseng. "Aku pun yakin, tidak akan terjadi apa-apa atas diri Ceng Im." Mendadak monyet bulu putih yang duduk di bahu Tio cie Hiong bercuit-cuit seakan gembira sekali, kemudian meloncat turun dan berjingkrak-jingkrak pula. "Kauw heng...." Tio Cie Hiong tercengang melihat sikap monyet bulu pulih ilu. " Kenapa engkau?" Monyet bulu putih itu berhenti berjingkrak, lalu menunjuk ke atas, setelah itu menunjuk Tio cie Hiong dan mengelus-elus dada. "cie Hiong...." Sam Gan sin Kay terbelalak. "Kauw heng bilang apa?" "Kalau tidak salah, dia bilang sebentar lagi ada orang ke mari." Tio Cie Hiong memberitahukan. "Apa?" Sam Gan sin Kay tersentak. "Pihak Bu Tek Pay ke mari?" Monyet bulu pulih b ercuit sambil menggelengkan kepala. "Kalau bukan pihak Bu Tek Pay, lalu siapa...." Sam Gan sin Kay mengerutkan kening. Di saat bersamaan, terdengarlah suara tawa cekikikan yang amat nyaring menusuk telinga. "Haah?" Mulut Bu Lim Ji Khie ternganga lebar. "Kou.... Kou Hun Bijin...." "Kakak" Wajah Tio cie Hiong langsung berseri. "Hi hi hi" Terdengar suara Kou Hun Bijin. "Adik kecil, aku membalas budi kebaikanmu. Hi hi hi..." Kemudian melayang turun dua sosok bayangan, yang tidak lain Kou Hun Bijin dan Lim Ceng Im. "Adik Im" Seru Tio Cie Hiong girang sambil menghampirinya. "Kakak Hiong Kakak Hiong...," Sahut Lim Ceng Im sekaligus merentangkan sepasang tangannya, siap memeluk Tio Cie Hiong. "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay yang usil itu tertawa gelak. "itulah jurus memeluk kekasih" "Kakek...." Lim Ceng Im melototinya, namun tetap merentangkan sepasang tangannya lebarlebar. "Kakak Hiong...." "Adik Im" "Kakak Hiong" Lim Ceng Im memeluknya erat-erat, kemudian mendekap di dadanya. "Kakak Hiong, aku rindu sekali kepadamu." "Aku juga," Sahut Tio Cie Hiong sambil membelainya. "Huaha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Dekap mendekap lagi Asyilik." "Pengemis bau Engkau memang usil dari kecil sampai dewasa, dari dewasa sampai tua" Tegur Kou Hun Bijin sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Bawaan lahir, mau bilang apa?" Sahut sam Gan sin Kay dan tertawa lagi. "Itu bukan bawaan lahir," Tandas Kou Hun Bijin. "Melainkan tak tahu diri, sebab engkau tidak boleh melihat orang senang." "Benar, Bibi," Sahut Lim Ceng Im. "Kakekku memang tidak boleh melihat orang senang." "Eeeh?" Sam Gan sin Kay melotot. "Cucuku kok malah membela orang lain, dasar...." Sementara Tio Cie Hiong hanya tersenyum ketika mendengar perdebatan itu. Berselang beberapa saat barulah ia membuka mulut. "Kakak. kuucapkan banyak-banyak terima kasih kepadamu" "Adik kecil" Kou Hun Bijin tertawa. "Engkau pernah berbaik hati padaku, tentu aku pun harus berbuat baik terhadapmu. Nah, Bu Lim sam Mo menangkap Ceng Im, aku yang menyelamatkannya sekaligus membawanya ke mari, agar kalian bisa berkumpul." "Terimakasih, Kakak" Ucap Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Apa yang dikatakan Tayli Lo Ceng memang benar." "Apa?" Kou Hun Bijin tertegun. "Kepala gundul itu berada di sini?" "omitohud Aku si Kepala Gundul memang berada di sini." Muncul Tayli Lo Ceng, It sim sin Ni, Tio Tay seng dan Tio Hong Hoa. "Kepala gundul" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Ternyata engkau belum naik ke sorga" "Bijin" Sahut Tayli Lo Ceng sambil tersenyum. "Diriku belum bersih dari dosa, bagaimana mungkin begitu cepat naik ke sorga?" "oh, ya?" Kou Hun Bijin tertawa lagi, kemudian menatap It sim sin Ni. "Hi hi hi Engkau pun belum mati." "Bijin" It sim sin Ni tersenyum. "Engkau belum mati, tentunya aku juga tidak mau mati." "Ei sin Ni Terus terang, aku tidak habis pikir hingga saat ini," Ujar Kou Hun Bijin sungguhsungguh. "Kenapa suamimu yang ganteng itu minggat bersama anak-anaknya?" "Engkau belum tahu sebab musababnya?" "Aku dengar...." Kou Hun Bijin menatapnya. "Engkau menyeleweng, namun aku tidak begitu percaya Karena... engkau bukan tipe wanita yang suka menyeleweng." "Terima kasih" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ucap It sim sin Ni, lalu menghela nafas panjang. "Itu dikarenakan salah paham." "Salah paham?" Kou Hun Bijin mengerutkan kening, kemudian menuding Tayli Lo Ceng seraya berkata. "Pasti disebabkan kepala gundul itu, bukan?" "omitohud Memang disebabkan diriku, sehingga timbul kesalahpahaman itu," Sahut Tayli Lo Ceng mengaku. "Kepala gundul" Tegur Kou Hun Bijin. "Engkau tidak tahu diri sih Kepala sudah gundul, tapi masih sering menemui sin Ni, akhirnya rumah tangganya jadi berantakan." "omitohud" Tayli Lo Ceng tersenyum. "Kalau kepalaku tidak gundul, tentu aku tidak mau menemui sin Ni." "Maksudmu karena engkau seorang hweeshio, maka tidak jadi masalah menemui isteri orang?" "Sebelum dia jadi isteri orang, aku sudah tahu dia seorang biarawati. Karena jatuh cinta pada Tio Po Thian, maka dia menikah sekaligus melepaskan jubah biarawatinya. Dia menemuiku karena ingin memperdalam ajaran Budha, namun justru menimbulkan kesalahpahaman itu." "Suami mana yang tidak akan cemburu melihat isterinya pergi menemui lelaki lain secara diamdiam? Engkau seorang padri sakti, kenapa tidak tahu itu?" "Hatiku bersih, maka tidak tahu itu." "Kepala gundul" Kou Hun Bijin tertawa nyaring. "Hatimu bersih? Kalau hatimu bersih harus pergi menemui suaminya, bukan menemui sin Ni ini. Hi hi Masih berani mengaku berhati bersih, berarti hatimu kotor." "omitohud" Tayli Lo Ceng tersenyum. "Engkau mau bilang apa, aku tetap menerima. Yang penting hatiku bersih, omitohud" "Kakak Itu memang salah paham," Sela Tio Cie Hiong. "Lagipula sudah berlalu, jadi tidak usah diungkit kembali" "Adik kecil...." Kou Hun Bijin tersenyum. "Menurutku hatimu lebih mulia dan bersih dari si Kepala gundul itu." "Kakak...." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak baik kurang ajar terhadap Tayli Lo Ceng, sebab dia pernah menyelamatkan nyawaku." "sama," Sahut Kou Hun Bijin. "Aku juga telah menyelamatkan nyawa Ceng Im. Hi hi hi" "omitohud" Tayli Lo Ceng manggut-manggut. "Dalam hatimu masih disinari cahaya Budha." "omong kosong" Kou Hun Bijin tertawa cekikikan. "Yang benar dalam hatiku disinari oleh kebaikan cie Hiong, kalau tidak...." "Cahaya Budha menuntunmu ke markas Bu Tek Pay, maka engkau berhasil menolong Ceng Im." "Aku sengaja ke sana, bukan dituntun oleh cahaya Budha." "Cahaya Budha yang di dalam hatimu, menggerakkan hatimu untuk ke sana." "Hi hi Hi" Kou Hun Bijin tertawa nyaring. "Dan" Dulu engkau selalu omong kosong, saat ini juga masih omong kosong." "omitohud Kosong itu berisi, berisi itu kosong. segala apa pun berasal dari kosong, maka segalagalanya akan kembali ke kosong pula," Ujar Tayli Lo Ceng sambil tersenyum. "sudahlah Jangan membicarakan soal kosong dan berisi" Tandas Kou Hun Bijin. "ohya, sin Ni Engkau sudah bertemu suami dan anak-anakmu?" "Suamiku sudah lama meninggal, namun anak sulungku berada di sini," Sahut It sim sin Ni. "Tay seng, cepat beri hormat kepada Kou Hun Bijin" "Cianpwee, terimalah hormatku" Ucap Tio Tay seng sambil memberi hormat. "Engkau Tay seng? Kek sudah begini besar?" Kou Hun Bijin terbelalak sambil menatapnya. "Ha ha ha Ha ha ha..." Mendadak sam an sin Kay tertawa gelak hingga badannya bergoyanggoyang. "Pengemis bau" Tegur Kou Hun Bijin. "Kenapa engkau tertawa?" "Tay seng sudah berusia tujuh puluhan, tapi engkau malah bilang dia sudah besar. Bukankah itu lucu sekali?" Sahut sam Gan sin Kay. "Itu tidak lucu," Sahut Kou Hun Bijin. "sebab ketika aku melihat Tay seng dan it seng, mereka berdua masih kecil, bahkan sering mandi telanjang di sungai." "oh?" Sam Gan sin Kay tertegun. "Jadi engkau kenal Tay seng dan It seng kelika mereka masih kecil?" "Ng" Kou Hun Bijin mengangguk. "Bijin Tahukah engkau anak siapa Tio Cie Hiong?" Tanya sam Gan sin Kay mendadak. "Tidaktahu." Kou Hun Bijin menggelengkan kepala. "Dia anak siapa?" "Anak Tio It seng." Sam Gan sin Kay memberitahukan. "Apa?" Kou Hun Bijin tertegun. "Jadi.... It sim sin Ni adalah neneknya?" "Bijin" It sim sin Ni tersenyum. "Aku memang neneknya, namun belum lama ini aku baru tahu." "Lalu di mana It seng?" Tanya Kou Hun Bijin. "It seng dan isterinya mati di tangan Bu Lim sam Mo." Sam Gan sin Kay memberitahukan, sekaligus menutur tentang kejadian yang menimpa diri Tio It seng dan isterinya. "Sungguh di luar dugaan" Kou Hun Bijin menggeleng-gelengkan kemala. "Ternyata Cie Hiong anak Tio It seng" "Bijin, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?" Ujar sam Gan sin Kay dengan wajah serius. "Tanyalah" "Benarkah Tay seng dan it seng sering mandi telanjang di sungai?" "Benar," Sahut Kou Hun Bijin agak tercengang. "Memangnya kenapa?" "Pantas" Sam Gan sin Kay tertawa sambil memandang Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im. seketika juga wajah yang dipandangnya menjadi kemerah-merahan. "Apanya yang pantas?" Kou Hun Bijin kebingungan. "Ketika cucuku bertemu Tio Cie Hiong, dia juga mandi telanjang di sungai. Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Kakek" Lim Ceng Im langsung melotot dengan wajah memerah. "oh?" Kou Hun Bijin terbelalak, kemudian tertawa cekikikan. "Kebiasaan almarhum menurun pada anaknya Hi hi hi..." "Eeeeh?" Mendadak Tui Hun Lojin menatap Kim siauw suseng. "sastrawan sialan Kenapa engkau diam saja dari tadi? sukmamu telah terbetot keluar ya?" "Setan tua Jaga mulutmu dikit" Tegur Kim siauw suseng. "Jangan omong sembarangan" "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa. "Sukmanya memang sudah terbetot keluar sejak bertemu Kou Hun Bijin." "Pengemis bau" Kim siauw suseng melotot. "Jangan sampai aku marah ya" "Sastrawan awet muda" Kou Hun Bijin menatapnya sambil tertawa nyaring. "Benarkah sukmamu terbetot keluar sejak melihat aku tempo hari?" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku... mereka...." Kim siauw suseng tergagap. "Aku...." "Hi hi hi" Kou Hun Bijin tertawa nyaring lagi. "Kalau engkau tertarik pada ku, mengaku saja Jangan malu-malu" "Eh? Bijin...." Kim siauw Suseng menundukkan kepala. "Engkau awet muda dan ganteng, sedangkan aku juga awet muda dan cantik pula," Kou Hun Bijin menatapnya sambil tersenyum-senyum. "Dasar genit" Cetus Tayli Lo Ceng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Apa?" Kou Hun Bijin melotot. "Lo Ceng, engkau berani mengatai aku genit? Coba katakan sekali lagi" "Kou Hun Bijin, engkau memang genit" Tayli Lo Ceng benar-benar mengatainya sekali lagi. Sudah barang tentu membuat Kou Hun Bijin gusar bukan kepalang. oleh karena itu langsung saja ia bergerak sambil mengayunkan tangannya. Plaaak sebuah tamparan mendarat di pipi Tayli Lo Ceng. Tayli Lo ceng diam saja, sedangkan Kou Hun Bijin menudingnya seraya berkata dengan penuh kegusaran. "Lo Ceng Tujuh puluh lima tahun lalu, aku pernah menamparmu karena engkau mengataiku genit Tujuh puluh lima tahun kemudian yaitu saat ini, aku kembali menamparmu lantaran engkau mengataiku genit pula Hmm" "omitohud" Sahut Tayli Lo Ceng. "Aku memang pantas ditampar karena banyak mulut." "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Lo Ceng, bagaimana rasanya ditampar Kou Hun Bijin?" "Omitohud Cukup sakit tapi itu akan merubah sifat buruknya," Jawab Tayli Lo Ceng sungguhsungguh, bahkan kemudian tersenyum pula. "Hmm" Dengus Kou Hun Bijin. "Dasar tak tahu malu" "Bijin" Mendadak Tayli Lo Ceng menatapnya dalam-dalam. "Kelak engkau pasti minta maaf kepadaku, sebab pada waktu itu engkau akan mengalami sesuatu yang menggembirakan. omitohud" "Lo Ceng" Kou Hun Bijin tertegun. "Bolehkah Lo Ceng menjelaskan tentang sesuatu yang menggembirakan itu?" "Bijin" Tayli Lo Ceng tersenyum. "Engkau akan mengetahuinya kelak. saat ini aku tidak boleh memberitahukan." "Jangan omong kosong, Lo Ceng" "Aku tidak omong kosong, kelak engkau pasti membuktikannya." Tayli Lo Ceng menatapnya lagi, lalu manggut-manggul. "omitohud Penglihatanku tidak akan salah." "oh, ya?" Kou Hun Bijin tertawa, setelah itu memandang Lim Ceng im seraya berkata. "Gadis cantik, aku harus menepati janji.Jadi aku harus tinggal di sini beberapa hari untuk mengajarmu Giok Li sin Kang." "Terimakasih, Bibi" Ucap Lim Ceng Im girang. "Terimakasih...." Beberapa hari kemudian setelah mengajar Lim Ceng im Giok Li sin Kang, Kou Hun Bijin berpamit, lalu meninggalkan biara itu sambil tertawa nyaring. Akan tetapi, kepergiannya justru membuat wajah Kim siauw suseng berubah murung. "Sastrawan sialan" Sam Gan sin Kay memandangnya sambil tertawa. "Kenapa engkau jadi murung seperti ditinggal kekasih?" "Ha ha ha" Tui Hun Lojin tertawa. "Dia memang ditinggal kekasih." "Setan tua" Tegur Kim siauw suseng. "Jangan omong sembarangan, jaga mulutmu baik-baik" "Wuah" Sam Gan sin Kay menggeleng-ge-lengkan kepala. "Aku sama sekali tidak menyangka, dalam usia setua ini engkau malah jatuh cinta" "Pengemis bau" Kim siauw suseng mengerutkan kening, kemudian menghela nafas panjang dan berkata. "Aku sendiri justru bingung, kenapa bisa jadi begini? sungguh di luar dugaanku" "Eh?" Tui Hun Lojin menatapnya dengan mata tak berkedip. "Jadi benar engkau jatuh cinta pada Kou Hun Bijin?" "Kita kawan baik, maka aku... aku harus berterus terang, bukan?" Kim siauw suseng memandang mereka. "Aku... aku memang jatuh cinta padanya, hatiku merasa hampa setelah dia pergi." "omitohud" Mendadak muncul Tayli Lo Ceng, It sim Sin Ni, Tio Cie Hiong dan Lim Ceng Im. "Lo Ceng...." Wajah Kim siauw suseng kemerah-merahan. "Aku sudah tahu. Aku sudah tahu...." Tayli Lo Ceng tersenyum. "Itu memang sudah merupakan takdir, namun takdir yang baik." "Lo Ceng" Sam Gan sin Kay terbelalak. "Apakah Kim siauw suseng dan Kou Hun Bijin akan terangkap menjadi suami isteri?" "Ya." Tayli Lo Ceng mengangguk dan menambahkan. "Namun masih harus menunggu segalanya beres. siapa yang berbuat baik, pasti menerima buah yang manis pula." "Lo Ceng...." Kentng Tui Hun Lojin berkerut. "Usia Kim siauw suseng dan Kou Hun Bijin...." "Dari wajah, fisik dan kondisi lubuh mereka, kira-kira berapa usia mereka sekarang?" Tanya Tayli Lo Ceng mendadak. "Empat puluhan," Sahut Tui Hun Lojin. "Nah" Tayli Lo Ceng tersenyum. "orang yang berusia empat puluhan, tentunya masih boleh menikah." "Tapi usia Kou Hun Bijin sudah di atas seratus, sedangkan usia Kim siauw suseng sudah mendekati sembilan puluh. Itu...." Tui Hun Lojin menggeleng-gelengkan kepala. "Itu usia mereka, namun fisik maupun kondisi mereka tidak berusia segitu. Tentunya kalian tahu jelas tentang itu," Sahut Tayli Lo Ceng sungguh-sungguh. "Lagi pula mereka ditakdirkan menjadi suami isteri. Cobalah kalian pikir, selama ini Kou Hun Bijin dan Kim siauw suseng tidak pernah menikah. Mereka berdua sama-sama awet muda, maka mereka merupakan pasangan yang serasi." "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa terbahak-bahak. "Mereka berdua memang merupakan pasangan yang ideal Aku tidak menyangka Kim siauw suseng akan punya isteri Ha ha ha" "omitohud" Ujar Tayli Lo Ceng. "setiap manusia tidak akan terlepas dari takdir maupun karma. Takdir dan karma buruk dapat dibersihkan oleh perbuatan yang baik, namun takdir dan karma baik akan berubah buruk apabila kita berbuat jahat." "oooh" Sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Kalau begitu, bolehkah aku mengajukan satu pertanyaan?" "Silakan" Sahut Tayli Lo Ceng. "Tempo hari Kou Hun Bijin menampar Lo Ceng, apakah itu merupakan suatu takdir bagi Lo Ceng?" Ternyata ini yang ditanyakan sam Gan sin Kay. "omitohud" Tayli Lo Ceng tersenyum. "Aku mengatainya genit justru melenyapkan sifat genitnya. Dia menamparku, sudah barang tentu membuat karma burukku hilang pula. omitohud" "Lo Ceng" Sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kemala. "Aku masih tidak begitu mengerti." "Engkau pasti mengerti kelak." Sahut Tayli Lo Ceng dan kemudian menghela nafas panjang. "Kerajaan Beng mulai bobrok, Dinasti Beng sudah mendekati ambang keruntuhan, siapa pun tidak dapat menyelamatkan dinasti Beng. omitohud" "Lo Ceng...." It sim sin Ni menatapnya sambil mengerutkan kening. "Maksudmu dinasti Beng akan runtuh?" Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ya." Tayli Lo Ceng mengangguk. "Kita semua tidak akan mencampuri urusan kerajaan. omitohud" "Benar." Sam Gan sin Kay manggut-manggut. "setelah urusan dengan Bu Tek Pay diselesaikan, aku ingin mengasingkan diri." " Omitohud Itu memang baik sekali," Sahut Tayli Lo Ceng, lalu memandang Tio Cie Hiong seraya berkata. "segala apa pun pasti beres, engkau dan ceng Im pun pasti hidup bahagia kelak. Kini aku mau pamit." "Lo Ceng?" It sim sin Ni tersentak. "Engkau mau ke mana?" "Aku mau ke Tayli" "Guru...." Lie Man chiu segera menjatuhkan diri berlutut di hadapan padri tua itu. "Guru...." "Setelah segalanya beres, barulah engkau menikah dengan Hong Hoa." Ujar Tayli Lo Ceng. "Kita semua akan berjumpa lagi nanti, selamat tinggal" Tayli Lo Ceng melesat pergi, Bu Lim Ji Khie dan lainnya saling memandang, sedangkan Lie Man chiu masih berseru memanggil padri tua itu. "Guru Guru..." "Man chiu" Ujar Tio Tay seng sambil tersenyum. "Gurumu sudah bilang, dia dan kita akan berjumpa lagi. Engkau tidak usah berduka karena berpisah dengan gurumu itu" "Ya, Paman." Lie Man chiu mengangguk. kemudian memandang Tio Hong Hoa sambil tersenyum mesra. Bab 78 Siasat licik Di markas Bu Tek Pay. tampak Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin Sat sin sedang membahas suatu masalah. "Kelihaiannya Kou Hun Bijin berpihak pada mereka," Ujar Tang Hai LoMo dengan wajah tidak senang. "sebab dia membawa Lim Ceng im." "Belum lenlu Kou Hun Bijin berpihak pada mereka," Sahut Kwan Gwa siang Koay. "Dia tertarik pada bakat gadis ilu, maka mau menerimanya sebagai murid." "Hm" Dengus Thian Mo. "Menurutku, itu cuma alasan belaka. Mungkin dia membawa gadis itu ke Gunung Hong Lay san. "Aku juga berpikir begitu," Sambung Te Mo. "ltu sungguh menjengkelkan, padahal kita begitu menghormatinya." "sudahlah" Sela Tiau Am Kui. " Kita Jangan memperdebatkan masalah itu, seharusnya kita merencanakan sesuatu." "Benar." Ang Bin sat sin mengangguk. kemudian teringat sesuatu. "ohya, kok siauw Kun masih belum pulang?" "Ang Bin sat sin" Sahut Tang Hai Lo Mo. "Kita tidak perlu memikirkannya, dia mau pulang atau tidak terserah." "Tapi...." Ang Bin sat sin menggeleng-gelengkan kepala. "Biar bagaimana pun dia murid kita." "Benar." Thian Mo mengangguk. "Namun kalau dia tidak mau pulang, apakah kita harus memaksanya pulang?" "Dia tidak mau pulang itu memang urusannya, tapi... yang kukhawatirkan...." Ang Bin sat sin menghela nafas panjang. "Engkau khawatir dia dibunuh orang?" Tanya Te Mo. "Itu yang kukhawatirkan." Ang Bin sal sin mengangguk. "Mungkinkah Kou Hun Bijin membunuhnya? " "Tidak mungkin," Sahut siluman Kurus. "Tiada alasan bagi Kou Hun Bijin membunuhnya." "Malam itu Liu siauw Kun pergi, lalu pagi harinya Kou Hun Bijin juga pergi. Karena itu aku berkesimpulan." "Ha ha ha" Tang Hai Lo Mo tertawa memutuskan ucapan Ang Bin sat sin. "Kou Hun Bijin kelihatan begitu tertarik pada siauw Kun, bagaimana mungkin membunuhnya? Tempo hari Kou Hun Bijin kembali ke mari, aku yakin dia ingin tahu siauw Kun pulang atau belum. Kebetulan kita menangkap Ceng im, maka dia membawa gadis itu pergi karena ingin menerimanya sebagai murid." "Mudah-mudahan siauw Kun masih hidup," Ucap Ang Bin sat sin. "Dia pasti terus menerus bersenang-senang dengan kaum wanita, sehingga lupa pulang," Sahut Thian Mo sambil tertawa gelak. "Itu memang mungkin." Ang Bin sat sin manggut-manggut, sebab ia tahu silat Liu siauw Kun. "sekarang kita kembali pada pokok pembicaraan. Apa rencana kita sekarang?" "Bagaimana menurut kalian?" Tanya Tang Hai Lo Mo. "Kila harus menyerang ke Gunung Hong Lay san," Sahut Ang Bin sal sin. "Mungkin lelaki yang membawa monyet itu berada di sana." "Kalau dia berada di sana, justru akan merepotkan kita," Ujar Tang Hai Lo Mo sambil mengerutkan kening. "Lalu kita harus diam saja?" Tanya Ang Bin sat sin. "Diam berarti kita sedang bergerak," Sahut Tang Hai Lo Mo, yang kelihatannya sudah punya suatu ide. "Aku tidak mengerti." Ang Bin sat sin menatapnya. "Lo Mo, tolong jelaskan arti ucapanmu barusan" "Yang bergerak adalah otak kita," Sahut Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "Kita harus memerintahkan para anggota kita untuk membantai anggota-anggota Kay Pang." "Tujuannya?" Tanya Kwan Gwa siang Koay. "Membuat marah Sam Gan Sin Kay, Lim Peng Hang dan lainnya," Sahut Tang Hai Lo Mo sambil lertawa. "Apabila mereka marah, pasti menyerang ke mari." "Engkau sudah punya suatu siasat untuk menghadapi mereka?" Tanya Thian Mo sambil menatapnya. "Benar." Tang Hai Lo Mo manggut-manggut. "Kalau mereka menyerang ke mari, aku pasti membuat kejutan." "Kejutan apa?" Tanya Kwan Gwa siang Koay. "Bolehkah diberitahukan pada kami semua?" "Tentu boleh." Tang Hai Lo Mo tertawa. "Markas kita ini berada di dalam perut gunung. Tiada seorang pun tahu di dalam goa ini terdapat sebuah terowongan rahasia yang menembus ke gunung lain, hanya kami bertiga yang tahu." "Apa hubungannya penyerangan mereka dengan terowongan rahasia itu?" Tanya Ang Bin sat sin tidak mengerti. "Tentu ada hubungannya," Sahut Tang Hai Lo Mo serius. "Apabila mereka menyerang ke mari, kita akan pergi melalui terowongan rahasia itu, lalu kita ke Gunung Hong Lay san. Aku yakin masih ada orang di sana, kita tangkap mereka. Nah, bukankah itu merupakan suatu siasat yang luar biasa?" "Benar." Ang Bin sat sin, Kwan Gwa siang Koay dan Lak Kui tertawa terbahak-bahak. "Itu memang siasat yang jitu, juga merupakan kejutan Ha ha ha" Para anggota Bu Tek Pay mulai membantai sisa-sisa anggota Kay Pang, sehingga membuat mereka harus bersembunyi di tempat yang aman, namun banyak yang menjadi korban pembantaian itu. Tentang pembantaian itu, juga telah masuk ke telinga sam Gan sin Kay, Lim Peng Hang dan lainnya. Betapa gusarnya sam Gan sin Kay dan ketua Kay pang, mereka berdua terus marah-marah sambil memukul meja. "Percuma marah-marah, Pengemis bau Lebih baik kita memikirkan suatu cara untuk menghadapi mereka," Ujar Kim siauw suseng. "Cara apa?" Tanya sam Gan sin Kay berang. "Kita cuma diam saja di sini...." "Karena itu, kita harus berpikir bersama," Sahut Tui Hun Lojin. "Tiada gunanya engkau marahmarah tidak karuan." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aaakh..." Keluh sam Gan sin Kay. "Tidak disangka, Kay Pang akan menjadi begini" "Begitu pula tujuh partai besar lainnya," Sambung Kim siauw suseng dan menambahkan. "Bahkan tujuh partai besar pun telah menutup pintu perguruan masing-masing." "Kalau Bu Tek Pay tidak dibasmi, Kay Pang dan tujuh partai besar sama sekali tidak bisa bangkit," Ujar Lim Peng Hang sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Jadi...," Sela Gouw Han Tiong. "Kita terpaksa harus menyerang markas Bu Tek Pay." "Kita tidak boleh bertindak gegabah," Sahut Tio Tay seng. "sebab kekuatan kita masih terbatas." "Kalau begitu...," Sam Gan sin Kay menghela nafas panjang. "Apakah kita harus terus diam saja?" "Tentu tidak,"ujar Tio Tay seng dan melanjutkan. "Kita justru harus memikirkan suatu cara untuk menghadapi mereka." "Paman" Tio Cie Hiong mulai membuka mulut. "Menurutku, lebih baik aku pergi menyelidiki keadaan di luar markas Bu Tek Pay. seielah itu, barulah kita rundingkan lagi." "Kakak Hiong...." Lim Ceng Im tersentak. "Saudara Tio" Ujar Lie Man Chiu sungguh-sungguh. "Bagaimana kalau aku yang pergi?" "Jangan" Tio cie Hiong menggelengkan kepala. "Lebih baik aku saja." "Kakak Hiong...." Wajah Lim Ceng Im berubah murung. "Engkau mau pergi lagi?" "Ya." Tio Cie Hiong tersenyum lembut. "Tapi tidak lama, kira-kira cuma beberapa hari." "Bolehkah aku ikut?" "Adik Im" Tio cie Hiong menggelengkan kepala. "Kalau engkau ikut, aku malah akan jadi repot. Kauw heng yang ikut bersamaku." Monyel bulu putih bercuit sambil manggut-manggut, kemudian menunjuk Lim Ceng Im dan menggeleng-gelengkan kepala. "Kauw heng bilang engkau tidak boleh ikut." Tio Cie Hiong memberitahukan sambil tersenyum. "Adik Im, engkau harus menurut." "Kakak Hiong. aku...." Mata Lim Ceng Im mulai bersimbah air. "Nak" Lim Peng Hang memegang bahunya. "Cie Hiong pergi cuma beberapa hari saja. Lebih baik engkau menemani it sim sin Ni atau melatih Giok Li sin Kang." "Aaakh..." Lim Ceng im menarik nafas panjang. "Heran Kenapa harus berpisah, berkumpul dan berpisah lagi? Aku sungguh tidak mengerti." "Setelah urusan dengan Bu Tek Pay beres, kalian berdua pasti tidak akan berpisah setapak pun," Ujar sam Gan sin Kay sambil tertawa. "Ceng im, engkau tenanglah." "Kakek...." Lim Ceng im menggeleng-gelengkan kemala. "Tempo hari Kakek juga berkata demikian, buktinya aku tetap akan berpisah dengan Kakak Hiong." "Itu karena urusan dengan Bu Tek Pay belum beres. Pokoknya engkau tenang saja Percayalah, tidak lama lagi pasti beres" Ujar sam Gan sin Kay menghiburnya. "Lagipula Cie Hiong pergi cuma beberapa hari saja." "Kauw heng menyertainya, maka engkau tidak usah mengkhawatirkan apa-apa," Sela Tio Hong Hoa sambil tersenyum lembut. "Kakak Hong Hoa...." Lim Ceng Im mulai terisak-isak. "Jangan menangis, Adik Ceng Im" Tio Hong Hoa membelainya. "Engkau bukan gadis cengeng, kan?" "Ng" Lim Ceng im mengangguk, kemudian memandang Tlo Cie Hiong dan sekaligus mendekap di dadanya. "Kakak Hiong...." "Adik Im" Tio Cie Hiong membelainya. "Aku pasti pulang secepat mungkin, engkau tenanglah" "Kakak Hiong...." Air mata Lim Ceng Im meleleh. Sebelum berangkat, Tio cie Hiong terlebih dahulu menyusun beberapa formasi di depan biara, agar pihak musuh tidak mudah memasuki biara tersebut. Bukan main kagumnya Tio Tay seng dan it sim sin Ni, karena formasi-formasi itu tampak begitu sederhana, namun justru sungguh lihay dan banyak perubahannya. Seusai menyusun formasi-formasi tersebut, barulah Tio Cie Hiong berangkat bersama monyet bulu putih, dengan tetap memakai kedok kulit. Malam harinya, tampak sosok bayangan berkelebat di sekitar markas Bu Tek Pay. Ternyata Tio Cie Hiong yang sedang melakukan penyelidikan di tempat tersebut. Tiada jebakan apa pun di sekitar tempat itu, maka Tio Cie Hiong pun bergirang dalam hati. Setelah menyelidik sekaligus memperhatikan tempat itu dengan seksama, barulah Tio Cie Hiong kembali ke Gunung Hong Lay san. Betapa gembiranya Lim Ceng 1m. la menyambut Tio Cie Hiong dengan pelukan mesra. "Kakak Hiong...." "Adik Im...." Tio Cie Hiong membelainya dengan penuh cinta kasih. "Ya, kan? Aku cuma pergi beberapa hari saja, dan kini sudah kembali ke sisimur "Kakak Hiong...." Lim Ceng Im tersenyum mesra. "Cie Hiong" Seru sam Gan sin Kay mendadak, pengemis sakti itu memang usil sekali. "Bukankah engkau akan pergi lagi esok pagi?" "Apa?" Lim Ceng Im terbelalak. "Kakak Hiong Engkau akan pergi lagi esok pagi?" "Kakekmu cuma menggoda," Sahut Tio Cie Hiong sambil tersenyum. "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Langsung kaget dan melotot" "Kakek bau Kakek jahat Kakek...." Lim Ceng im membanting-banting kaki. "Terus, terus Apa lagi?" Sam Gan sin Kay tertawa gelak dan tak henti-hentinya hingga badannya bergoyang-goyang. "Huaha ha ha..." Kim siauw suseng dan Tui Hun Lojin saling memandang sambil menggeleng-gelengkan kepala. "cie Hiong, duduklah" Ujar Lim Peng Hang. "Ya." Tio Cie Hiong duduk. Lim Ceng im duduk di sebelahnya dengan wajah berseri-seri. "Bagaimana keadaan di sekitar markas Bu Tek Pay itu?" Tanya Tio Tay seng. "Apakah terdapat jebakan? " "Tidak ada jebakan. Aku telah memperhatikan tempat itu dengan seksama." Jawab Tio Cie Hiong memberitahukan. "Ternyata markas Bu Tek Pay berada di dalam sebuah goa. mungkin di dalam goa itu terdapat jebakan." "Kalau begitu...." Lim Peng Hang mengerutkan kening. "Bagaimana cara kita menyerbu ke dalam?" "Kita harus memancing mereka keluar," Sahut Tio Cie Hiong. "Caranya harus dengan api." "Benar." Sam Gan sin Kay manggut-manggut. "Kita lempar kayu yang telah dibakar ke dalam goa itu, agar mereka berhambur ke luar." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tidak salah," Sahut Kim siauw suseng. "Kalau mereka tidak keluar, berarti mereka akan mati hangus." "Ide yang bagus" Tui Hun Lojin mengangguk. "Lalu kapan kita menyerang ke sana?" "Tentang ini perlu kita rundingkan bersama," Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Kita tidak boleh bertindak ceroboh, sebab kita tidak boleh gagal." Di saat bersamaan, muncul It Sim sin Ni bersama Tio Hong Hoa. It Sim Sin Ni memandang mereka, lalu bertanya dengan kening berkerut. "Kalian sedang berunding untuk menyerang Bu Tek Pay?" "Ya, lbu,"sahutTioTay seng. "Cie Hiong sudah pulang, dia memberitahukan tentang keadaan di sekitar markas Bu Tek Pay." "Harus dipikirkan secara matang, Jangan sembarangan menyerang" Ujar it sim sin Ni. "Agar tidak mencelakai diri sendiri." "Kami justru sedang merundingkan itu, Nek." Ujar Tio Cie Hiong. "Kami tidak akan menyerang secara ceroboh." It sim sin Ni manggut-manggut sambil duduk. "Sayang sekali, aku telah bersumpah tidak akan mencampuri urusan rimba persilatan" "Memang lebih baik ibu tidak mencampuri urusan ini, sebab akan mengotori tangan ibu," Ujar Tio Tay seng dan menambahkan. "Ceng Im akan menemani ibu." "Aku ikut Kakak Hiong," Sela Lim Ceng im cepat. "Pokoknya aku ikut." "Ceng Im, engkau tidak boleh ikut," Ujar Lim Peng Hang. "Kami bukan pergi pesiar, melainkan pergi bertarung." "Adik Im" Tio Cie Hiong menatapnya lembut. "Engkau di sini menemani nenekku saja." "Kakak Hiong...." Wajah Lim Ceng Im berubah muram. "Ceng Im" It sim sin Ni tersenyum lembut sambil menatapnya. "Memang lebih baik engkau tidak ikut, Jangan bandel" "Sin Ni...." Lim Ceng Im menundukkan kepala. "Jadi kita terdiri dari Bu Lim Ji Khie, Tio Tay Seng, Tio Lo Toa, Tui Hun Lojin, Lim Peng Hang, Gouw Han Tiong, Lie Man chiu, Tio Hong Hoa dan Tio Cie Hiong. Kita semua berjumlah sepuluh orang, sedangkan mereka terdiri dari Bu Lim Sam Mo, Kwan Gwa Siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin Sat Sin. Karena itu...." Sam Gan sin Kay mengerutkan kening. "Harus kita atur bagaimana menghadapi mereka yang berjumlah dua belas orang" "Begini saja," Ujar Tio Cie Hiong mengatur. "Aku menghadapi Bu Lim Sam Mo, paman sastrawan dan kakek pengemis menghadapi siang Koay, paman menghadapi Ciak Bin Kui, sedangkan yang lain menghadapi Ang Bin Sat Sin, Tok Gan Kui, ok Sim Kui, Toa Thau Kui, Tiau Am Kui dan Bu Ceng Kui. Dengan demikian kita dapat mengatasi mereka, bahkan akan dibantu kauw heng pula." "Ngmm" Kim siauw Suseng manggut-manggut. "Cie Hiong menghadapi Bu Lim Sam Mo, aku dan pengemis bau menghadapi Siang Koay, Tio Lo Toa menghadapi Ang Bin Sat Sin, sedangkan yang lain menghadapi Lak Kui. Benar, memang harus begitu." "Menghadapi mereka, lebih baik pergunakan Kiu Kiong San Tian Pou (Ilmu Langkah Kilat), karena kauw heng akan membantu kalian," Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Kita tidak boleh gagal. Apabila gagal berarti kita yang akan celaka." "Baik." Tio Tay Seng mengangguk. "Ini merupakan keputusan tetap. Lalu kapan kita berangkat ke sana?" "Besok pagi," Sahut Tio Cie Hiong. "Kalau begitu, mari kita istirahat sekarang" Usul Sam Gan Sin Kay. "Sebab besok pagi kita harus melakukan perjalanan yang cukup jauh." "Baik." Tio Tay seng manggut-manggut. "Mari kita ke ruang istirahat" Mereka menuju ruang istirahat, namun Tio Cie Hiong dan Lim Ceng im malah menuju halaman. "Eh?" Tio Tay seng mengerutkan kening. "Cie Hiong, kenapa engkau tidak mau beristirahat?" "Ha ha ha" Sam Gan sin Kay tertawa. "saudara Tay seng, cie Hiong cukup bersemedi sejenak saja, sudah jauh bersemangat dari kita." "oh?" Tio Tay seng kurang percaya. "Percayalah" Ujar sam Gan sin Kay. "sebab aku pernah menyaksikannya, jadi engkau tidak usah ragu." "oooh" TioTay seng manggut-manggut. Sementara Tio Cie Hiong dan Lim Ceng im telah sampai di halaman. Mereka duduk bersandar di sebuah pohon. "Kakak Hiong" Lim Ceng Im menatapnya. "Engkau yakin dapat menghadapi Bu Lim sam Mo?" "Ya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Kakek dan kakek sastrawan mampu melawan Kwan Gwa siang Koay?" Tanya Lim Ceng im dengan kening berkerut. "Mungkin akan kalah dalam hal hveekang, namun mereka bisa berkelit dengan Kiu Kiong san Tian Pou, juga akan dibantu kauw heng," Jawab Tio Cie Hiong. seketika terdengar suara cuit-cuit monyet bulu putih yang duduk di bahunya. "Kakak Hiong, kauw heng bilang apa?" "Dia bilang pasti membantu mereka." "oh?" Lim Ceng Im tersenyum. "Terimakasih kauw heng oh ya, tolong jaga Kakak Hiong baikbaik ya Kalau dia terjadi apa-apa, aku juga tidak akan hidup," Monyet bulu putih bercuit tiga kali, lalu manggut-manggut sekaligus membelai rambut gadis itu. "Terimakasih kauw heng" Ucap Lim Ceng Im terharu. "Terimakasih...." Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin tertawa gelak setelah menerima laporan dari salah seorang anggota mereka yang menjaga di luar, bahwa anggota tersebut melihat sosok bayangan berkelebat di sekitar goa. "Ha ha ha" Scusai tertawa Tang Hai LoMo berkata. "Tidak salah kan perhitunganku, salah seorang dari mereka pasti ke mari menyelidiki tempat kita. Karena di luar tidak ada jebakan, tentu mereka akan menyerang ke mari." "Kalau begitu, bagaimana rencana kita?" Tanya Thian Mo. "Perintahkan kepada para anggota, semuanya harus melawan mereka" Sahut Tang Hai Lo Mo dan melanjutkan. "Setelah itu barulah kabur." "Lalu bagaimana kita?" Tanya Kwan Gwa siang Koay. "Pintu goa akan kututup," Jawab Tang Hai Lo Mo memberitahukan. "setelah itu, kita akan pergi melalui terowongan rahasia, kemudian menuju Gunung Hong Lay san." "Ha ha ha" Kwan Gwa siang Koay tertawa terbahak-bahak. "Mereka sama sekali tidak akan menyangka siasat kita ini. setelah penyerangan mereka sia-sia, mereka pasti pulang." "Tentunya akan terkejut setengah mati begitu mereka tiba di Gunung Hong Lay san. Ha ha ha..." Tang Hai Lo Mo tertawa gelak. "Pokoknya kita tangkap saja siapa yang berada di biara itu." "Benar." Thian Mo manggut-manggut dan menambahkan. "Kita pun Jangan meninggalkan jejak, agar mereka kebingungan." "Mudah-mudahan Lim Ceng 1m itu tidak ikut, jadi kita bisa menangkapnya lagi" Ujar Te Mo dan tertawa keras. "Setelah itu, kita diam saja satu dua bulan agar mereka bertambah kalut dan kebingungan." "Kita kembali ke mari?" Tanya siluman Kurus. "Tentu." Tang Hai Lo Mo mengangguk. "sebab hanya kita yang tahu tentang terowongan rahasia itu, pihak lain tidak akan mengetahuinya Jadi mereka pasti kebingungan, sedangkan kita tetap menikmati kesenangan di sini." Bagian 45 "Benar." Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Thian Mo manggut-manggut dan melanjutkan. "Satu dua bulan kemudian, barulah kita mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada mereka." "Ha ha ha" Kwan Gwa Siang Koay tertawa gelak. "Oh ya, bagaimana dengan para pemain musik dan penari?" "Di saat kita berangkat ke Hong Lay San, kita kurung mereka di ruang batu," Sahut Tang Hai LOMo. "Setelah kita pulang ke mari, barulah kita keluarkan." "Ha ha ha" Thian Mo tertawa terbahak-bahak. "Kalau begitu, kita tunggu saja mereka. Ha ha ha..." Bab 79 Penyerangan yang sia-sia Salah seorang anggota Bu Tek Pay memasuki markas melapor kepada Bu Lim Sam Mo, bahwa pihak Kay Pang sedang menuju tempat itu. Begitu menerima laporan tersebut, Bu Lim Sam Mo, Kwan Gwa Siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin Sat Sin tertawa terbahak-bahak. Setelah itu, Bu Lim Sam Mo perintahkan semua anggota agar meninggalkan markas. Dia lalu menekan sebuah tombol rahasia, kemudian pintu goa tertutup seketika. "Ha ha ha" Te Mo tertawa. "Sekarang kita kurung para pemain musik dan penari itu, barulah kita berangkat ke Gunung Hong Lay San." "Ohya" Siluman Kurus teringat sesuatu. Kemudian ia memandang Te Mo seraya bertanya serius. "Bagaimana kalau mereka mendobrak pintu goa itu?" "Pintu goa itu tidak bisa didobrak." Sahut Te Mo sambil tersenyum. "Perlu diketahui, pintu goa itu dibuat dari baja yang sangat tebal Jadi tidak dapat dihancurkan dengan apa pun." "Oooh" Kwan Gwa siang Koay berlega hati. Setelah mengurung para pemain musik dan penari, mereka meninggalkan markas melalui sebuah terowongan rahasia. Sementara itu, di sekitar markas tersebut telah terjadi pertarungan, dan sudah banyak anggota Bu Tek Pay yang mati terbunuh. Sam Gan sin Kay, Tui Hun Lojin dan Lim Peng Hang sama sekali tidak memberi ampun kepada para anggota Bu Tek Pay. Akhirnya anggota-anggota Bu Tek Pay yang belum terbunuh, segera kabur tanpa menghiraukan yang lain. Itu merupakan pembunuhan besar-besaran, Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala menyaksikannya . "Kakek pengemis cukuplah Jangan membunuh lagi" Seru Tio Cie Hiong merasa tidak tega menyaksikan anggota-anggota Bu Tek Pay itu dibunuh. "Mereka sangatjahat, harus dihabiskan." Sahut sam Gan sin Kay. Mendadak salah seorang anggota Bu Tek Pay menjatuhkan diri berlutut di hadapan sam Gan sin Kay. Monyet bulu putih yang duduk di bahu Tio Cie Hiong terus menatap anggota Bu Tek Pay itu dengan tajam sekali. "Lo cianpwee, ampunilah aku" Ujar anggota Bu Tek Pay itu. "Ha ha ha" Sam Gan Sin Kay tertawa. "Minta diampuni? Hm Sudah berapa banyak orang tak berdosa yang kau bunuh?" "Aku... aku tidak pernah membunuh orang. sumpah" "Hmm" Dengus sam Gan sin Kay dingin sambil mengangkat longkat bambunya. Mendadak berkelebat sosok bayangan putih ke arahnya, sekaligus menyambar tongkat bambu di tangan sam Gan sin Kay. Betapa terkejutnya sam Gan sin Kay, sebab tongkat bambu itu telah lenyap dari tangannya. "Eeeh?" Sam Gan sin Kay mengerutkan kening. "Kauw heng...." Tio Cie Hiong segera melesat ke hadapan sam Gan sin Kay. Dipandangnya monyet bulu putih itu seraya berkata. "Kauw heng, kembalikan tongkat itu kepada kakek pengemis" Monyet bulu putih menurut. Dilemparkannya tongkat bambu itu ke arah sam Gan sin Kay. "Cie Hiong Kenapa kauw heng berbuat begitu?" Tanya sam Gan sin Kay heran sambil menyambut tongkat bambunya. "Dia menolong orang itu, pertanda orang itu tidak jahat," Sahut Tio Cie Hiong. "Kakek pengemis, lepaskanlah orang itu" "Benarkah orang itu bukan penjahat?" Sam Gan sin Kay tampak ragu. Monyet bulu putih bercuit tiga kali, kemudian manggut-manggut. "Kauw heng bilang benar." Tio Cie Hiong memberitahukan, lalu bertanya kepada orang itu. "saudara, kenapa engkau mau menjadi anggota Bu Tek Pay?" "Tuan...." Orang itu menghela nafas panjang. "Aku terpaksa, karena anggota Bu Tek Pay telah mencetuskan ancaman. Kalau aku tidak menjadi anggota Bu Tek Pay, mereka akan membunuh anak isteriku. Karena itu, aku terpaksa ikut mereka. Tapi selama bergabung dengan Bu Tek Pay, aku sama sekali tidak pernah membunuh siapa pun." "Aku percaya." Tio Cie Hiong mengangguk. "Nah, engkau boleh pergi sekarang." "Terimakasih, Tuan Terima kasih lo cianpwee" Ucap orang itu terharu. "Terimakasih monyet sakti" Tio Cie Hiong menghela nafas, sedangkan orang itu sudah melangkah pergi. Tak lama kemudian, muncullah Kim siauw suseng, Tio Tay seng dan lainnya. "Bagaimana?" Tanya sam Gan sin Kay. "Sudah kami bereskan semua," Sahut Kim siauw suseng sambil tertawa. " Hanya beberapa orang yang kabur." "Bagus" Sam Gan sin Kay tertawa gelak. "Heran" Gumam Kim siauw suseng. "Kenapa Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin tidak muncul?" "Mereka pasti bersembunyi di dalam markas," Sahut sam Gan sin Kay. "Mereka takut maka tidak berani keluar." "Tidak mungkin mereka takut," Ujar Tio Cie Hiong dengan kening berkerut. "Aku yakin mereka sedang mengatur suatu siasat untuk menghadapi kita. Karena itu, kita harus hati-hati." "Cie Hiong" Tanya Tio Tay seng. "Bagaimana kalau kita serang ke dalam?" Tio cie Hiong berpikir sejenak. kemudian baru menjawab. "Kita ke goa itu dulu, lapi jangan sembarangan masuk" Pesan Tio Cie Hiong dan menambahkan. "Di dalam goa itu pasti telah dipasang berbagai macamjeb akan, kita jangan sampai terjebak oleh siasat mereka." "Benar." Tio Tay seng manggut-manggut. "Tapi kita tetap harus ke goa itu." "Mari kita ke sana" Seru sam Gan sin Kay. Mereka semua lalu menuju goa tersebut. Na-mun mereka tercengang ketika sampai di depan goa itu, karena goa itu telah ditutup. "Sungguh di luar dugaan" Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Goa ini ternyata ada pintunya" Sam Gan sin Kay mendekati pintu goa, kemudian diketuk- ketuknya dengan sebuah batu. "Pintu goa ini dibuat dari baja yang sangat tebal, tidak mungkin kita dapat mendobraknya." Sam Gan sin Kay memberitahukan. "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Kim siauw suseng mengerutkan kening. "BerartiBu Lim sam Mo dan lainnya masih berada di dalam goa," Sahut Tio Tay seng. "Bagaimana kalau kita tunggu di sini beberapa hari? Mereka pasti mengira kita sudah pergi, tentunya pintu goa ini akan dibuka. Nah, barulah kita menyerbu ke dalam." "Ngmmm" Bu Lim Ji Khie manggut-manggut. "Kalau begitu, kita tunggu di sini saja beberapa hari." "Seandainya mereka tetap tidak membuka pintu?" Tanya Tio Cie Hiong mendadak. "PerTanda mereka tidak ada di dalam. Kemungkinan besar mereka sudah pergi," Sahut Kim siauw suseng. "Heran..." Gumam Tio Cie Hiong. "Kenapa mereka menghindari kita? seharusnya mereka keluar untuk bertarung dengan kita." "Mungkinkah..." Sela Lim Peng Hang. "Mereka pergi melalui jalan rahasia?" "Tidak mungkin," Sahut Tio Cie Hiong. "Karena aku telah memeriksa dengan cermat tempattempat di sekitar ini, sama sekali tidak menemukan suatu tempat yang mencurigakan. Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo " "Begini saja," Usul Tio Tay seng. "Kita tunggu di sini beberapa hari lagi, apabila pintu goa ini tetap tidak dibuka, barulah kita pulang ke Gunung Hong Lay san untuk berunding." "Baiklah." Tio cie Hiong mengangguk. Inilah kesalahan mereka. seandainya mereka langsung kembali ke Gunung Hong Lay san, mungkin masih sempat mencegah suatu kejadian di sana. Karena mereka menunggu beberapa hari, justru memberi kesempatan kepada Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin. Walau mereka sudah menunggu beberapa hari, pintu goa itu tetap tidak dibuka. sudah barang tentu mereka tercengang, sehingga timbul pula berbagai dugaan. "Mungkinkah mereka tidak ada didalam goa?" Gumam sam Gan sin Kay. "Jangan-jangan mereka pergi ketika kita mulai menyerang" Sahut Kim siauw suseng. "Aku yakin mereka masih punya markas lain yang sangat rahasia." "Tidak seharusnya mereka pergi tanpa bertarung dengan kita," Ujar Tio Tay seng dan menambahkan. " Kemungkinan besar ini merupakan siasat mereka." "Siasat apa?" Tanya Tio Cie Hiong. "Siasat...." Tio Tay seng berpikir sejenak. kemudian mendadak wajahnya berubah pucat pias. " Celaka" "Apa yang celaka, Paman?" Tanya Tio Cie Hiong tersentak. "Kita harus segera kembali ke Gunung Hong Lay san, aku berfirasat buruk," Sahut Tio Tay seng. "Mari kita cepat kembali ke sana" "Haaah...? Tio Cie Hiong terkejut bukan kepalang."Nenek, Adik Im, Tan Li cu dan kedua murid nenek berada di dalam biara." Tio Cie Hiong langsung melesat pergi, dan yang lain segera mengikutinya dengan perasaan cemas. Kini mereka telah tiba di Gunung Hong Lay san. Ketika mendekati biara tersebut, Tio Cie Hiong terbelalak karena melihat formasi-formasi yang disusunnya telah porak poranda. "Celaka" Wajah Tio Cie Hiong bertambah pucat. la melesat ke biara itu laksana kilat. "Nenek Adik Im Adik Im...." Tiada sahutan. Tio Cie Hiong menerjang ke dalam dan bertambah cemas, karena di dalam biara tampak porak-poranda tidak karuan. "Ibu Ibu..." Teriak Tio Tay seng. "Ceng Im Ceng Im..." Teriak Lim Peng Hang dengan wajah pucat pias. "Nenek Nenek..." Teriak Tio Hong Hoa dengan suara gemetar, dan matanya sudah bersim-bah air. "Nenek...." "Tenang, Adik Hoa" Lie Man chiu memegang bahunya. "Nenekku...." Tio Hong Hoa mulai terisak-isak. "Nenekku...." "Tenanglah" Lie Man chiu menggenggam tangan gadis itu erat-erat. "Tidak akan terjadi apa-apa atas diri nenekmu." Semeniara Tio Cie Hiong memeriksa semua kamar di dalam biara, namun tidak tampak It sim sin Ni, Lim Ceng Im maupun kedua murid neneknya. segeralah ia ke ruang medilasi, juga tidak kelihata Tan Li cu. "Aaaakh..." Tio cie Hiong berdiri di tempat. "Adik Im...." "Ibu...." Tio Tay seng jatuh duduk di lantai. Begitu pula Tio Hong Hoa, sam Gan sin Kay dan Lim Peng Hang. Sedangkan Kim siauw suseng, Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong saling memandang dengan kening berkerut-kerut. "Ini... ini...." Sam Gan sin Kay bersandar pada dinding. "Siapa yang ke mari?" "Sudah pasti Bu Lim sam Mo, Kwan Gwa siang Koay, Lak Kui dan Ang Bin sat sin," Sahut Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Mereka ke mari di saat kita menyerang ke sana." "Tapi...." Tio cie Hiong juga jatuh duduk di lantai. "Kita tidak melihat mereka." "Ketika kita menyerang para anggota Bu Tek Pay mereka pasti meninggalkan goa itu, sekaligus menutup pintunya, lalu mengambil jalan lain menuju ke mari." "Sungguh licik mereka" Geram sam Gan sin Kay. "Mereka jauh lebih pintar dari kita, tentunya sudah memperhitungkan bahwa kita akan menyerang ke sana. Padahal mereka sudah tahu kita berada di sini, namun mereka tidak menyerbu ke mari, ternyata sudah mengatur siasat itu," Ujar Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kita kalah cerdik dibandingkan dengan mereka." "Berarti mereka telah menangkap nenek, Adik Im, Tan Li cu dan kedua murid nenekku, bukan?" Tanya Tio Cie Hiong. "Memang tidak salah." Kim siauw suseng mengangguk. "Tapi kila tidak usah khawatir, sebab mereka tidak akan mencelakai It sim sin Ni dan lainnya." "Kalau begitu...." Tio Cie Hiong mengerutkan kening. "Untuk apa Bu Lim sam Mo menangkap mereka?" "Tujuan mereka pasti untuk memaksamu menyerah," Sahut Tui Hun Lojin. "Karena mereka sudah tahu, bahwa orang yang membawa monyet punya hubungan dengan Kay Pang." "Aaakh..." Keluh Tio Cie Hiong. "Kejadian dua tahun lampau itu akan terulang lagi sungguh di luar dugaan" "Tapi mereka masih belum tahu engkau adalah Tio Cie Hiong jadi mereka pun tidak akan bertindak sembarangan," Ujar Kim siauw su.seng. "Lalu...." Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" "Kita cuma bisa menunggu," Sahut Kim siauw suseng singkat. "Menunggu apa?" Tanya Tio Cie Hiong dengan kening berkerut. "Mereka pasti akan mengutus seseorang ke mari, jadi kita tunggu saja" Sahut Kim siauw suseng dan menambahkan. "Dalam hal ini, kita harus tenang dan memperhitungkan langkah-langkah kita. sebab It sim sin Ni dan lainnya berada di tangan mereka." "Aaakh..." Keluh Tio cie Hiong lagi. "Kenapa bisa jadi begini? Aku betul-betul jenuh terhadap urusan rimba persilatan." "Cie Hiong" Lim Peng Hang menatapnya. "Biar bagaimana pun, kita memang harus tenang. salah bertindak, It sim sin Ni dan putriku serta yang lain pasti celaka." "Kalau begitu...," Sela Tio Tay seng. "Kita tunggu saja Memang telah terjadi, kalau kita kalut dan bingung juga percuma. Karena itu, kita harus tenang sambil menunggu." Sudah lewat beberapa hari, namun masih belum ada yang muncul menemui mereka. Itu membuat mereka tercengang dan cemas, sehingga Tio Tay seng dan Tio Cie Hiong terus berjalan mondar-mandir di ruang tengah dengan wajah murung. Sam Gan sin Kay dan Lim Peng Hang duduk diam dengan kening berkerut-kerut,yang lain juga tampak cemas. "Kenapa masih belum ada yang ke mari?" Tanya Tio Cie Hiong. pertanyaan tersebut entah ditujukan kepada siapa, karena semua orang dalam kebingungan. "Mungkinkah bukan Lim sam Mo yang menangkap mereka?" "Sudah pasti Bu Lim sam Mo," Sahut Kim siauw suseng. Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo