Bukit Pemakan Manusia 19
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 19
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung Tahu-tahu ditengah arena telah bertambah dengan dua orang manusia aneh. Yang seorang bertubuh jangkung seperti setan gantung, mukanya putih memucat menimbuIkan rasa pedih dari siapapun. Sebaliknya yang lain berwajah gemuk putih dan senyuman selalu dikuIum, sepintas lalu membuat siapa yang memandang ingin tertawa. Begitu manusia tertawa dan manusia menangis munculkan diri, sorot mata mereka segera melirik sekejap kearah Lam sat pak mo, kemudian mendengus dingin, agaknya keempat orang itu sama sekali tak dipandang sebelah mata pun olehnya. Akan tetapi ketika sinar mata manusia aneh itu bertemu dengan wajah Mo Tin hong, mereka seperti amat terperanjat sehingga paras mukanya berubah hebat. Sun Tiong lo yang bersembunyi dibalik kege!apan, segera merasakan hatinya tergerak setelah menyaksikan kejadian itu. Manusia menangis segera memandang sekejap kearah manusia tertawa, kemudian kedua belah pihak sama-sama menganggukkan kepalanya. Manusia menangis tidak bergerak, sebaliknya manusia tertawa maju kemuka dan berhenti lebih kurang lima kaki dihadapan Mo Tin hong. Setelah tertawa terkekeh-kekeh dengan suara aneh, manusia tertawa lantas berkata. "Tin lam sam tok ketiga orang bocah keparat itu benar-benar menggemaskan, mereka hanya memberitahukan kepadaku dan sikakek menangis bahwa harta mestika dibukit ini bermanfaat sekali buat kami, mereka tidak mengatakan kalau Sancu bukit ini adalah kau...." Tak dapat disangkal lagi, simanusia menangis maupun manusia tertawa saling mengenal dengan Mo Tin hong. "Sekarang kalian tentunya sudah tahu bukan?" Seru Mo Tin hong cepat dengan suara dingin. "Heehh... heehh.... heehh.... tentu saja, tentu saja, sekarang kami sudah tahu." Manusia tertawa terkekeh-kekeh. "Lantas apa rencana selanjutnya?" "Harta mestika tetap harta mestika, apalagi mestika itu amat berguna untuk diriku dan kakek menangis, toh kami tak bisa berpeluk tangan belaka setelah mengetahui kau sebagai Sancu dari bukit ini." Mo Tin hong segera mendengus dingin. "Bagus sekali, manusia mati lantaran harta, burung mati lantaran makanan, kini ketiga macam benda mestika itu sudah berada didepan mata, lohu ingin saksikan dengan cara apakah kalian hendak mengambilnya." Manusia tertawa memicingkan matanya lalu tertawa terkekek- kekeh. "Bagaimana jika dirundingkan?" Ia bertanya. "Kalau jalan pikirannya berbeda, apanya yang perlu diperbincangkan lagi...?" Mendadak terdengar suara tangisan setan melengking diudara, Manusia menangis maju mendekat sambil berseru. "Lo mo, kita kan sobat lama bukan?" "Lohu tak akan bersanabat dengan manusia macam kalian." Dengan cepat Mo Tin hong menggeleng. Manusia menangis segera menangis tersedu-sedu, katanya lagi. "Perkataanmu itu sungguh membuat hatiku amat sedih, sedih sekali, teringat dimasa lalu." "Apa itu masa lalu, masa kini, lohu sama sekali tak tahu" Bentak Mo Tin hong. "dengarlah baik-baik, kalian dua makluk tua, mnngingat kalian tak tahu keadaan yang sebenarnya, lohu bersedia memberikan sebuah jalan untuk kalian...." Gelak tertawa dan isak tangis segera berkumandang lagi diudara, kemudian terdengar Manusia tertawa berkata. "Mo tua, satu lawan satu aku dan si kakek menangis tak pernah omong kosong, kami tahu bukan tandinganmu, tapi kalau dua lawan satu... Mo tua, kau bakal keok ditangan kami." "Mengingat dimasa lalu kita masih terhitung punya hubungan yang lumayan, marilah kita sekali lagi bekerja sama, aku dan sikakek menangis jamin kau tak akan mengalami kesulitan lagi dikemudian hari, bagaimana?" "Hmm, kalian anggap dengan dua lawan satu, kalian lantas punya keyakinan untuk menang?" Mo Tin hong mengejek sambil tertawa dingin. "Mo tua, apakah kau lupa dengan pertunjukan bagus dimasa lalu ?" "Belum, aku belum lupa dengan peristiwa itu, apalagi sewaktu kalian melarikan diri terbirit-birit macam anjing kena digebuk !" "Hanya mengandalkan kau seorang Lo Mo?" Sambung manusia sambil tertawa. "Kalian harus mengerti, waktu itu Pak gi lote datang kesana hanya secara kebetulan saja." Manusia menangis segera berkaok-kaok keras. "Mo tua, kini Giok Bin (muka kumala) sudah jadi onggokan tulang, Sian-kiam (dewa pedang) sudah terkubur di tanah, kau jangan harap bisa mengharapkan datangnya bantuan dari adik-adik angkatmu itu secara kebetulan !" Begitu mendengar si kakek menangis membongkar rahasia tersebut Mo Tin-hong segera merasakan hatinya tergerak, dengan cepat dia memperoleh suatu siasat bagus. Dengan wajah berubah bebat, bentaknya keras-keras. "Ku loji (kakek menangis), darimana kau bisa tahu kalau adik Pak gi sudah tewas?" Kakek menangis agak tertegun, setelah menangis terseduh, katanya. "Tentu saja aku tahu .... " Sesungguhnya Mo Tin-hong mempunyai hubungan yang luar biasa pada manusia menangis maupun manusia tertawa, boleh dibilang ia sangat memahami watak dari mereka berdua, maka tidak menanti manusia menangis melanjut kata-katanya, ia telah membentak. "Kau tentu saja tahu? Siau loji?" "Aku tahu dia tentu saja juga tahu!" Manusia menangis menyambung dengan cepat. "Ku loji, mari kita kesampingkan dulu masalah yang kita hadapi malam ini, mari perbincangkan dulu soal kematian yang menimpa Pek gi hiante ku beserta istrinya." "Aku tahu kalian berdua tidak pernah bisa membedakan mana yang salah mana yang benar, dan mana yang jahat, sebagai seorang laki-laki yang berani berbuat berani bertanggung jawab, aku ingin bertanya sekarang, apakah kalian turut mengambil bagian didalam peristiwa berdarah yang menimpa adik angkat ku itu?" Kedua orang manusia aneh itu tak menjawab melainkan yang satu berpekik sedih sedangkan yang lain tertawa seram. Dengan cepat Mo Tin Hong berkata lagi. "Suara pekikan sedih dan suara tertawa seram hanya aku orang she Mo seorang yang mengerti, bukankah kalian berdua sedang saling memberi tanda bahwa malam ini..." "Kalau saling memberi tanda lantas kenapa" Tukas manusia tertawa tiba tiba dengan suara dalam. "Kalau dalam hati tidak ada rencana busuk, buat apa mesti dirundingkan?" "Heeh heeh heeh... sekalipun ada rencana busuk yang hendak dirundingkan apa pula yang bisa engkau lakukan?" "Lohu bisa apa?" Mo Tin hong segera membentak keras. "terus terang aku katakan pada kalian berdua, lohu boleh saja tidak mau bukit ini, nyawaku boleh saja tertinggal disini, tapi hari aku hendak membunuh kaliau berdua untuk membalaskan dendam bagi kematian adik Pek gi ku..." "Hanya mengandalkan kau seorang?" Manusia menangis berpekik keras. Mo Tin hong mendengus dingin, sambil menuding kearah dua orang itu kembali bentaknya. "Katakan cepat, siapakah sebenarnya pemilik lencana Lok-hun- pay ?" Manusia tertawa segera tertawa ter-kekeh2. "Orang she Mo, bukankah kau sudah tahu pura-pura bertanya lagi..." Serunya. Sambil menjerit sedih, manusia menangis menyambung pula. "Bukankah pemilik lencana Lok hun pay adalah kau sendiri ?" Paras muka Mo Tin hong berubah menjadi amat serius sepatah demi sepatah dengan tegas ia berkata "Bagus sekali, sudah lama lohu mencurigai kalian berdua, aku tahu didunia persilatan dewasa ini belum ada orang lain yang begitu bernyali berani memusnahkan perkampungan Ang liu ceng dan membunuh adik Pak gi suami isteri, Hmmm... selama ini berhubung lohu tak punya bukti, aku tak berani berbuat banyak terhadap kalian berdua, tapi hari ini kalian telah mengakui sendiri dosa-dosamu itu, hutang darah bayar darah, serahkanlah nyawa kalian berdua !" Selesai berkata ia segera memberi tanda-tanda kepada enam belas orang jago pedang berbaju hitamnya sambil berseru. "Soal gedung dan bukit ini tak usah kalian pikirkan lagi, segera undang datang Pat-lo dan sekalian jago lihay yang ada, Basmi semua musuh tangguh yang datang ke bukit malam ini, tak seorangpun dibiarkan kabur dari sini !" Mendapat perintah tersebut, enam belas jago pedang itu serentak maju ke arena dan menyerang kawanan golongan hitam yang masih tersisa itu. Sedang Mo Tin-hong menuding kearah Lam sat pak mo sambil berseru. "Kawanan tikus ini masih ada sekelompok orang lagi yang bersembunyi dibelakang loteng Hian ki-lo, kalian segera ke sana dan bantai mereka semua, jangan biarkan seorangpun di antara mereka lolos dengan selamat, bantai semua sampai ludes !" Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Lam sat patmo segera membalikkan badan dan ber lalu dari situ. Mo Tin-hong segera mendengus dingin, dari sakunya dia mencabut keluar tongkat lemas naga sakti yang menjadi senjata andalannya itu, kemudian maju kedepan dan melancarkan serangan. Manusia menangis dan manusia tertawa tak sempat memberi penjelasan lagi, ditambah watak mereka yang keras kepala dan angkuh, mereka tak sudi membantah tuduhan orang. Begitulah sambil tertawa dan menangis ke dua orang itu segera maju pula menyongsong datangnya ancaman tersebut. Manusia tertawa itu mempergunakan sebuah penggaris Liang thian ci sebagai senjata andalannya, sedangkan si manusia menangis menggunakan sebuah gada berduri Siang bun pang sebagai senjata. Dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, untuk sesaat sukar dibedakan mana lawan dan mana kawan. Dalam pada itu, Sun Tiong lo dan nona Kim yang bersembunyi ditempat kegelapan, sedang terlibat pula dalam suatu perdebatan.sengit. Terdengar nona Kim berkata. "Nah sudah kau dengar jelas bukan." "Apa yang nona maksudkan?" Sun Tiong lo bertanya dengan kening berkerut kencang. "Dua orang mahluk tua itu telah mengakui." "Aku tetap curiga!" Tukas Sun Tiong lo. Mendengar jawaban tersebut, nona Kim jadi gelisah, kembali dia berseru. "Mereka berdua sudah mengakui sebagai pemilik lencana Lok hun pay, masa bisa salah?" "Mereka betdua sama sekali tidak mengaku apa-apa. "Apa yang kau kehendaki hingga menganggap mereka sudah mengaku? Barusan, ayahku toh sudah bilang dengan jelas, merekalah yang memusnahkan perkampungan Ang liu ceng dan membunuh ayahmu, mereka berdua tidak membantah." "Benar, tapi mereka berdua toh tidak mengaku juga ? Apalagi Mo Sancu pun tidak membe ri kesempatan kepada mereka berdua untuk membantah, tahu-tahu dia sudah memberi tanda untuk melakukan serangan !" Nona Kim jadi naik darah, sambil mendepak-depakkan kakinya berulang kali katanya. "Kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu diri, kau toh sudah akui ayanku sebagai empek angkatmu, sedang dua makluk tua itu manusia apa, kenapa kau percaya..." "Nona, aku tidak maksudkan begitu..." Sekali lagi Sun Tiong-lo menukas. Sementara mereka sedang berdebat tiada hentinya, mendadak dari tengah arena berkumandang suara jeritan dari manusia menangis serta dengusan tertahan dari Mo Tin-hong, menyusul kemudian tiga sosok bayangan manusia itu mendadak saling berpisah. Mereka yang berdebat pun segera hentikan perdebatannya dan mengalihkan sorot mata nya ketengah arena. Ditengah arena tampak lengan kiri manusia tertawa telah basah oleh cucuran darah, jari manis dan jari kelingking tangan kirinya mulai ruas kedua telah tersayat kuntung oleh sambaran toya lemas Mo Tin hong. Luka tersebut hanya luka dikulit saja, jelas tak akan mempengaruhi kemampuannya untuk melanjutkan pertarungan, sebaliknya Mo Tin hong tidak menderita cidera apa-apa, sekalipun pakaian dibagian dadanya sudah tersambar hingga robek. Nona Kim segera menghembuskan napas lega, baru saja akan bersura lagi, manusia tertawa dan manusia menangis telah melejit kembali keudara lalu menerjang Mo Tin hong secara ganas. Mo Tin hong segera membentak gusar. "Bagus sekali, inilah yang kuinginkan !" Maka ketiga orang itupun terlibat kembali dalam suatu pertarungan yang amat sengit. Nona Kim seperti bersiap-siap akan turun tangan, tapi Sun Tiong lo segera mencengkeram lengan kanannya sambil menegur. "Nona, mau apa kau?" Nona Kim berusaha untuk meronta dan melepaskan diri dari cengkeraman, namun tidak berhasil akhirnya dia berseru. "Lepaskan aku!" "Nona" Kata Sun Tiong lo dengan wajah bersungguh-sungguh. "tadi mereka hanya saling mencoba dalam jurus pukulan, tapi sekarang tenaga dalam masing masing telah disalurkan ke dalam senjata tajam, kedahsyatannya luar biasa sekali." "Bila nona tidak yakin memiliki kemampuan untuk menangkan tenaga gabungan dari mereka bertiga, lebih baik janganlah bertindak gegabah, sebab bila turun tangan sekarang, jangankan membantu Sancu, mungkin ketika badanmu mencapai berapa kaki dari arena pertarungan pun badanmu akan terluka oleh sambaran tenaga dalam yang sangat kuat ini." Nona Kim bukan tidak mengerti akan teori tersebut, hanya saja perasaan gelisah yang kelewat batas telah membuat dia kehilangan kesadarannya. Setelah diperingatkan oleh Sun Tiong lo sekarang, sudah barang tentu dia tak akan bertindak secara gegabah lagi. - ooo0dw0ooo- BAB KEDUA PULUH TUJUH. DASAR watak perempuan, sekalipun tahu kalau salah, namun dia enggan untuk mengakui kesalahannya itu, dengan suara manja dia lantas berseru keras. "Lepaskan cekalanmu, tak usah mencampuri urusanku !" Sun Tionglo tertawa, dia segera lepas tangan sambil katanya "Aku telah berusaha sedapat mungkin, bila nona tidak mau percaya juga kepadaku, yaa apa boleh buat lagi ?" Belum lama dia menyelesaikan perkataannya, mendadak dari tengah arena telah berkumandang suara jeritan yang memilukan hati. Tampaknya pertarungan ditengah arena telah berubah menjadi suatu pertarungan adu tenaga dalam. Sebenarnya nona Kim hendak membantu ayah nya, tapi niat tersebut dicegat oleh Sun Tiong lo. Tak terkira rasa kaget yang menekan perasaannya, secara tiba- tiba dia mendengar bergemanya suara jeritan keras yang memilukan hatinya itu. Dengan cepat dia berpaling kearena, tampaklah sesosok bayangan manusia telah mencelat keluar dari arena dan tergeletak ditanah. Nona Kim kuatir sekali kalau orang itu adalah ayahnya, maka setelah mengetahui kalau bayangan manusia itu adalah manusia menangis legalah hatinya. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampak manusia menangis telah kehilangan senjata gada berduri Siang-bun pangnya, sedang kaki kirinya seperti sudah putus pula kena terpenggal. Tapi setelah berpekik keras, tiba-tiba makhluk aneh itu meronta bangun dan menerjang kembali kedalam arena. Setelah dua kali menderita luka parah, keadaan dari manusia menangis bertambah parah dan mengenaskan, tapi ia tak ambil perduli, maka seperti orang kalap saja ia menerjang terus kedepan. Bicara yang sebenarnya, ilmu silat penggaris Liang thian ci maupun tenaga dalam dari manusia tertawa selalu setengah tingkat di-bawah manusia menangis, tapi dalam kenyataannya sesarang dia justru selamat tanpa cedera apapun sebenarnya apa yang telah terjadi? Waktu itu, meski manusia menangis kehilangan pada berduri Ku siang pangnya, meski kaki sebelah buntung, namun tak menjadi penghalang baginya untuk beradu jiwa, bukan cuma tidak menghalangi bahkan hawa napsu membunuh serta sifat buasnya makin membara, serangan demi serangan yang dilancarkan juga makin menggila, ilmu pukulan Han pok to kui ciang (pukulan hawa dingin penembus tulang) yang diandalkan manusia menangis untuk merajai dunia persilatan, kini telah dikerahkan sehebat-hebatnya, tampaklah deruan angin pukulan yang menusuk tulang mendesak sekeliling tubuh Mo Tin hong tiada hentinya. Pertarungan sengit kembali berkobar, ketiga orang itu dengan mengandalkan gerakan yang cepat saling menyerang saling mendesak. Untuk sesaat sukar ditentukan mana yang kuat mana yang lemah. Nona Kim mengerutkan dahinya rapat-rapat menghadapi situasi semacam ini, dia nampak merasa tegang sekali. Sun Tiong lo melirik sekejap kearahnya, lalu ujarnya. "Kau merasa kuatir?" Rasa mendongkol masih membara dalam dada nona Kim, sudah barang tentu ia tak akan bersikap ramah terhadap sang pemuda, tiba-tiba suaranya ketus. "Kau sangat lega bukan?" "Yaa, aku memang sangat lega, apa yang mesti kukuatirkan?" Sun Tiong lo tertawa. Nona Kim segera mendengus marah, tanpa berbicara lagi dia segera bangkit berdiri dan berlalu dari situ. Buru-buru Sun Tiong lo menghalangi jalan perginya sambil menegur. "Kau mau kemana?" "Minggir!" Nona Kim melirik sekejap ke arahnya. "kemana aku suka pergi, kesana aku akan pergi, kenapa kau mesti mencampuri urusanku!" Sun Tiong lo segera tersenyum. "Apa yang kau katakan memang benar, tapi pertarungan yang sedang berlangsung sekarang belum berakhir, Lam sat pak mo yang berada disamping loteng Hian ki lo pun sedang bertarung menghadapi sekelompok musuh yang tangguh, bila nona menampakkan diri sekarang..." "Kenapa?" Sela nona Kim. "tidak bolehkah aku menampilkan diri pada saat ini !" - ooo0dw0ooo- Jilid 22 SUN TlONG LO segera mengalihkan sorot matanya memandang sekejap Mo Tin hong yang sedang bertarung ditengah arena. kemudian tegurnya. "Apakah nona yakin memiliki kemampuan untuk melindungi keselamatan sendiri?" "Hm, kau jangan memandang hina kepada orang lain!" "Permainan toya lemas dari Mo Sancu sekarang lebih banyak melancarkan serangan dari pada bertahan, jurus-jurus serangan yang di-lancarkanpun lebih banyak yang aneh dan sakti, mustahil dia bisa menderita kekalahan, tapi bila kau menampakkan diri sekarang, maka hal ini justru akan memaksanya..." Ketika berbicara sampai disitu, sengaja dia menghentikan perkataannya itu. Nona Kim agak tertegun, cepat selanya. "Memaksa Sancu kenapa?" "Memaksa Mo Sancu harus menyerah kalah!" "Kenapa bisa begitu ?" Nona Kim merasa tidak habis mengerti. Sun Tiong lo tertawa. "Tadi manusia menangis bisa terluka lantaran dia kelewat bernapsu ingin mencari kemenangan, padahal berbicara soal ilmu silat, dengan kedudukan dua lawan satu sekarang, meski Mo Sancu bisa mempertahankan diri agar tak kalah, bukan suatu pekerjaan yang gampang baginya untuk meraih kemenangan. "Sebaliknya bila kau munculkan diri sekarang salah seorang diantara dua manusia aneh itu pasti akan melancarkan serangan secara tiba-tiba kepadamu, andaikata kau sampai tertawan dengan sandera ditangan, apakah kedua orang manusia aneh itu tak dapat memaksa Mo Sancu untuk..." Nona Kim tidak berbicara lagi, dia segera menundukkan kepalanya dan menyembunyikan diri lagi ketempat semula. Sementara berbicara dengan nona Kim tadi sepasang mata Sun Tiong-lo tak pernah berpisah dari tengah arena, dengan seksama dia perhatikan terus jalannya pertarungan antara manusia tertawa dan manusia menangis melawan Mo Tin-hong, dia memang seorang manusia yang bertujuan. Pelan pelan nona Kim mendongakkan kepalanya kembali memandang sekejap kearah Sun Tiong lo, tiba-tiba ia bertanya. "Apa yang sudah kau lihat ?" Walaupun Sun Tiong lo mengerti apa yang dimaksudkan nona itu, namun dia berlagak pilon, segera tanyanya pula. "Lihat apa ?" "Keadaan pertarungan yang sedang berlangsung !" "Kalau dipaksakan aku memang masih bisa melihat jelas gerakan tubuh mereka beserta jurus-jurus serangannya !" Mendengar itu nona Kim segera menundukkan kepalanya rendah-rendah, katanya lirih. "Aku justeru tak dapat melihat apa-apa!" "lni berkat pengalaman, masih belum terhitung seberapa." Sun Tiong lo tertawa. Dengan cepat nona Kim menggelengkan kepalanya berulang kali. "Hal ini bukan dikarenakan pengalaman, kau tak usah membohongi aku..." Kembali Sun Tiong lo tertawa. "Perlukah kujelaskan jalannya pertarungan kepadamu ?" Dia menawarkan pelan. "Tentu saja." Nona Kim tertawa tersipu-sipu. Sun Tiong lo segera mengalihkan kembali sorot matanya ketengah arena, lalu katanya. "Enam belas Kiamsu berbaju hitam mempunyai tenaga dalam yang merata, oleh karena itu meski pihak lawan terdapat tiga racun, toh gagal untuk melepaskan diri dari barisan pedang, bila pertarungan berjalan lama, mereka pasti tak akan tahan, kau tak usah kuatir!" Dengan gemas nona Kim melotot sekejap ke arah Sun Tiong lo sambil berseru. "Hei, kau toh tahu kalau aku sedang menanyakan kedua orang siluman tersebut ?" "Tak usah gelisah." Tukas sang pemuda sambil tersenyum "akan kujelaskan satu bagian demi satu bagian, akhirnya kelompok kedua siluman itupun pasti akan kubicarakan juga !" Nona Kim tidak menanggapi perkataan itu, ia segera mengerling sekejap kearah Tiong lo. Tapi Sun Tiong lo berlagak tidak melihat, kembali dia berkata. "Walaupun manusia menangis sudah terluka, namun tidak menghalangi gerak-geriknya untuk melanjutkan pertarungan, kaki kirinya juga seperti tidak patah melainkan cuma salah urat, sekarang tampaknya kesalahan urat tersebut telah dibenarkan olehnya sendiri. "Gerak gerik si manusia tertawa sudah tidak selincah dan secepat tadi lagi, tapi jurus serangan yang dimainkan dengan senjata penggaris Liang-thian-ci nya sangat lihay luar biasa, agaknya dia seperti memiliki suatu jurus pembunuh lainnya." "Ilmu pukulan manusia menangis juga sangat aneh, rupanya merupakan semacam ilmu pukulan hawa dingin yang sangat beracun, kalau tidak, Mo Sancu tak mungkin bersiap sedia selalu dengan tangan kirinya yaug melindungi dada serta melayani sangat berhati-hati." "Masih kuatkah tenaga kekuatan yang dimiliki ayahku?" Sela nona Kim lagi tanpa terasa, Sun Tiong lo segera tertawa. "Tak usah kuatir, Mo Sancu masih belum menunjukkan tanda- tanda akan kalah meski harus menghadapi serangan gabungan dari dua orang manusia aneh itu." "Menurut pendapatmu, bagaimanakah akhir dari pertarungan sengit ini..." "Sulit untuk dikatakan, ada kalanya suatu kelompok yang tampaknya bakal menang tapi karena gegabah atau terlalu menyombongkan diri akhirnya jadi kalah, tentu saja bila selisih tenaga dalamnya amat besar, lain lagi cerita nya." "Jangan kau singgung soal keteledoran atau gegabah, berilah penilaianmu atas dasar kekuatan yang mereka miliki." "Sulit untuk dibicarakan." Sun Tiong lo tetap menggelengkan kepalanya berulang kali. "Mengapa?" Nona Kim masih saja tidak habis mengerti. "Pertama aku kurang begitu jelas mengetahui tenaga dalam serta kepandaian silat yang mereka miliki, kedua berbicara sampai detik ini, agaknya Mo Sancu masih menyembunyikan sebagian besar ilmu silatnya, maka sulit bagiku untuk memberikan penilaiannya." "Ooooh.!" Setelah berhenti sejenak, mendadak nona Kim bertanya lagi. "Andaikata pertarungan ini sudah berlangsung hingga mencapai puncak kekritisan, dimana akhirnya ayahku tak sanggup menahan diri, bahkan jiwanya terancam bahaya maut, bersediakah kau menampilkan diri guna menolong ayahku ?" "Tentu saja!" Jawab Sun Tiong lo serius. Mendengar perkataan itu, nona Kim merasa hatinya sangat lega, dia lantas tersenyum manis. "Kalau begitu, akupun merasa lega sekali" "Tapi aku masih tetap tak tahu perbuatanku itu benar atau salah!" Sun Tiong lo kembali menambahkan sambil melirik sekejap kearahnya. "Oooh, tentu saja benar, coba bayangkan, ke dua orang manusia aneh itu adalah musuh sedang ayahku adalah empek angkatmu, dan lagi pertarungan inipun dilangsungkan untuk membalas dendam bagi kematian ayah serta ibumu " Sun Tiong lo segera tertawa getir, tiba-tiba tukasnya. "Bagaimana kalau kita jangan membicarakan persoalan itu sekarang?" "Aaaah, berbicara pulang pergi, kau masih saja tidak percaya kepada ayahku." Kembali nona Kim menjadi marah. Tiba-tiba Sun Tiong lo menuding ke tengah arena sambil berseru. "Oooh... sebuah jurus Sin Liong siang-hui (naga sakti terbang berputar) yang sangat indah, si manusia tertawa telah terluka. Benar juga, mengikuti ucapan dari Sun Tiong lo itu, bergema suara tertawa aneh dari si manusia tertawa. Menyusul kemudian tampak bayangan manusia saling berpencar, pertarunganpun segera terhenti. Sekali lagi senjata toya lemas naga sakti milik Mo Tin hong penuh berpelepotan darah. Siluman tertawa dan siluman menangis berdiri berjajar pula dengan sikap waspada, jaraknya dengan Mo Tin hong cuma satu kaki delapan depa. Dengan sepasang mata memancarkan cahaya tajam, siluman menangis mengawasi wajah Mo Tin hong tanpa berkedip, sepatah katapun tidak diucapkan. Bahu kiri siluman tertawa berubah pula menjadi merah darah, seluruh lengan kirinya itu sudah tak sanggup digerakkan lagi. Sesaat kemudian, siluman menangis berpaling dan memandang sekejap ke arah siluman tertawa, kemudian katanya. "Loji, bagaimana sekarang?" Siluman tertawa segera tertawa, serunya. "Lotoa, sepuluh tahun ditimur, sepulun tahun dibarat, kepandaian Mo loji saat ini sudah jauh lebih tangguh daripada tahun-tahun sebelum-nya, cuma lotoa, menang kalah masih terlalu awal untuk dibicarakan bukan begitu?" "Tentu saja, cuma.,..perlukah berbuat begitu" "Kakimu, bahuku tentunya tak akan dibiarkan sia-sia dengan begitu saja bukan?" Seru siluman tertawa sambil terkekeh-kekeh. Siluman menangis segera menggigit bibirnya kencang-kencang, kemudian katanya. "Loji, menurut pendapatmu apa yang mesti kita lakukan sekarang?" "Lotoa, mati hidup manusia sudah digariskan, tiada tanah yang tak bisa dipakai untuk mengubur jenazah, aku lihat pemandangan alam di atas Bukit pemakan manusia ini sangat indah, bagaimana kalau kita membelinya saja?" Mendengar perkataan itu, siluman tertawa segera berpekik sedih, serunya lantang. "Kalau kudengar dari pembicaraanmu tampaknya kau telah bertekad untuk menjual nyawa tuamu disini. sekalipun demikian, sudah sewajarnya kalau dilakukan tawar menawar lebih dahulu, benar bukan loji ?" Siluman tertawa segera mengangguk. "Tentu saja, kita memang seorang ahli dalam hal tawar menawar" Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Lotoa, mari kita membuat penawaran untuk Mo loji !" Begitu selesai berkata, siluman tertawa itu tertawa seram dengan suara nyaring, dua sosok bayangan manusia tahu-tahu melejit ketengah udara, kemudian dengan kecepatan luar biasa langsung menerjang ke arah Mo Tin hong. Gerak serangan yang dilakukan saat ini benar-benar amat dahsyat dan mengerikan, dalam kagetnya tanpa terasa nona Kim menjerit keras. Sementara gadis itu masih menjerit kaget, siluman tertawa dan siluman menangis telah menerjang kehadapan Mo Tin hong dengan sepenuh tenaga. Walaupun Mo Tin hong memiliki tenaga dalam yang amat sempurna dengan ilmu silat yang lihay, diapun tak berani memandang enteng atas serangan maut yang dilepaskan ke dua orang siluman itu, serta merta dia melejit kesamping kiri sejauh tiga kaki lebih untuk meloloskan diri. Dengan melejitnya Mo Tin hong ke samping hal ini memberi peluang bagi kedua orang si luman itu untuk melanjutkan sergapan mautnya. Berada ditengah udara, dua orang siluman itu segera berpekik sedih dan tertawa seram. Menyusul kemudian mereka berdua saling beradu pukulan sendiri ditengah udara, lalu siluman menangis menerjang ke tubuh Mo Tin hong, sebaliknya siluman tertawa dengan meminjam tenaga benturan tadi meluncur datar ke muka. Siluman tertawa yang meleset ke depan sama sekali tidak bermaksud untuk membantu siluman menangis dalam usahanya menggencet Mo Tin hong, rupanya dia menaruh maksud jahat dengan menerjang ke tempat persembunyian nona Kim. Rupanya seluk beluk serta keadaan diatas bukit Pemakan manusia sudan diketahui oleh dua orang siluman itu, mereka juga tahu kalau diatas bukit itu tidak terdapat jago perempuan lain selain putri Sancu. Ketika Nona Ki m berdebat dengan Sun Tiong lo lalu bangkit berdiri dan bersiap-siap meninggalkan tempat persembunyiannya tadi, sesungguhnya dua orang siluman tersebut telah melihatnya. Waktu itu mereka berdua sedang bertarung sengit melawan Mo Tin hong, dalam repotnya dalam sekilas pandangan saja mereka dapat menangkap bayangan tubuh nona Kim, tak heran kalau sasaran yang dituju kali ini sangat tepat. Walaupun dua orang siluman itu tak tahu persis kedudukan nona Kim, tapi karena Khong It hong telah bersekongkol dengan Tin lam sam-tok. dia pun turut mengetahui jika perempuan dalam Bukit pemakan manusia ini erat sekali hubungannya dengan Sancu. Dalam pertarungan yang berlangsung itupun kedua orang siluman itu tahu bahwa kemenangan tak mudah diraih, apalagi anak buah yang dipimpin tiga manusia racun sudah hampir punah dibantai enam belas jago lawan. Sedang pasukan pembantu lain yang dipersiapkan hingga kinipun belum ada kabar beritanya, tak bisa disangkal lagi mereka pasti sudah dibantai pula oleh Lam sat pak mo. Maka timbullah niat mereka untuk membekuk nona Kim sebagai sandera, dengan adanya sandera ditangan sedikit banyak harapan bagi mereka untuk berhasil masih ada. Itulah sebabnya dua orang siluman itu saling beradu tenaga diangkasa, lalu siluman tertawa manfaatkan kesempatan itu untuk meluncur ke tempat persembunyian nona Kim serta berusaha untuk membekuk gadis itu sebagai sandera. Waktu itu, siluman tertawa sudah hampir meluncur tiba pada sasarannya, sementara Mo Tin-hong masih terlibat dalam suatu pertarungan sengit melawan siluman menangis. Dibawah serangan-serangan gencar dari siluman menangis, Mo Tin-hong masih sempat, berseru keras memberi peringatan kepada nona Kim. "Kim ji, hati-hati dengan sergapan dari Siluman tertawa !" Teriakan Mo Tin liong yang bermaksud untuk memberi peringatan ini boleh dibilang merupakan suatu tindakan yang bodoh, seandainya dia tidak meneriakkan kata "anak Kim," Mungkin siluman menangis dan si luman tertawa masih belum mengetahui kedudukan si nona yang sebelumnya, kendatipun se andainya sampai terjatuh ke tangan mereka, tak nanti kedua orang siluman itu menyanderanya untuk memaksa Mo Tin hong menuruti kemauan mereka. Tapi sekarang, keadaan menjadi berubah, siluman menangis segera berpekik sedih, kemudian teriaknya. "Looji, sudah dengar belum ? Budak itu berguna sekali!" Ketika ucapan tersebut diutarakan, siluman tertawa telah menyelinapkan senjata penggaris Liang thian ci itu kesisi pinggangnya, kemudian dengan telapak tangan kanannya yang besar, disertai tenaga Yu ming si hun kui im ciang ( hawa dingin cakar setan pembetot sukma) dia cengkeram tubuh si nona." Sambil menggertak gigi, nona Kim meloloskan pedangnya dan menyongsong datangnya ancaman tersebut. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Siapa tahu, baru saja ujung pedang itu mencapai tiga depa dihadapan tubuh siluman tertawa, mendadak senjata tersebut terpental kembali keras-keras, menyusul kemudian hidungnya segera mengendus bau amis yang tak sedap, tahu-tahu cakar setan Si hun kui jiau telah muncul di depan dada. Pucat pias wajah nona Kim, ia menjerit kaget dan tampaknya sulit buat nona itu untuk meloloskan diri dari ancaman bahaya maut. Pada saat yang kritis inilah, mendadak Sun Tiong lo membentak gusar. "Hmmm, berhadapan dengan orang yang tak bersalah pun menggunakan ilmu beracun yang begini ganas, tampaknya kau sedang mencari kesulitan buat diri sendiri. Ditengah pembicaraan tersebut, tampak Sun Tiong lo mengebaskan ujung baju sebelah kanan nya, segulung hembusan angin lembut segera menyongsong datangnya cakar raksasa Yu ming si hun kui-jiau yang telah mengancam didepan dada si nona itu. Siluman tertawa segera menjerit kesakitan tubuhnya yang tinggi besar dan putih itu mencelat oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu sehingga terlempar sejauh satu kaki dua depa sebelum akhirnya terbanting keras-keras di atas tanah. Begitu mencium tanah, siluman tertawa berusaha untuk meronta bangun, namun usahanya yang berulang kali itu tak pernah berhasil. Ketika memeriksa pula cakar setannya yang barusan dipentangkan lebar lebar, tampaklah kelima jari tangannya telah patah menjadi dua, darah segar bercucuran dengan derasnya. Siluman tertawa yang ganas tapi setia kawan itu, mesti terkapar ditanah dalam keadaan terluka parah, ia sempat menggigit bibirnya sambil berseru kepada siluman menangis. "Lotoa, mundur cepat dari sini, seorang di antara kita berdua harus terap hidup untuk membalas dendam atas sakit hati ini." Siluman menangis sedang beradu kekuatan melawan Mo Tin hong waktu itu, ia tak pernah menyangka kalau saudaranya siluman tertawa bakal menderita kekalahan total, lebih-lebih tak menyangka kalau siluman tertawa bakal dipecundangi sehingga terluka parah. Ketika mendengar jeritan ngeri dari siluman tertawa tadi, hatinya menjadi terkesiap, dalam repotnya dia melirik sekejap kearah saudaranya itu, baru dia berpaling, telinganya sudah mendengar seruan dari siluman tertawa, sekarang dia baru tahu keadaan saudaranya itu sudah amat payah. Dengan cepat dia berpekit keras memperdengarkan tangisan setannya, kemudian sesudah memukul mundur Mo Tin-hong, ia langsung menerjang ke arah siluman tertawa. Begitu tiba disamping saudaranya, dia berseru keras. "Loji, bagaimana keadaanmu? Apakah masih bisa jalan." Ucapan terakhir baru diutarakan terjangan maut dari Mo Tin hong telah menerkam tiba. Tangan kiri Mo Tin hong dikepal kencang-kencang, kemudian diayunkan kemuka dengan kecepatan luar biasa, ketika hampir tiba pada sasarannya mendadak jati telunjuknya direntangkan kedepan, lalu bagaikan sebatang tombak menusuk jalan darah tay yang hiat dikening siluman menangis sementara tenaga dalam yang lain disalurkan lewat tangan kanannya dan menembusi tongkat lemas sin-hong luan cang untuk membabat kedepan. Entah siluman menangis sedang sedih hingga kehilangan ketajaman pendengarannya, entah disebabkan alasan lain, walaupun ia sempat melejit keudara, namun tak sempat meloloskan diri dari totokan jari tangan Mo Tin hong itu. Tak sempat lagi menangis setan, tubuhnya segera tergelepar diatas tanah, sedangkan sapuan loya yang dilancarkan Mo Tin hong dengan sepenuh tenaga itu, oleh karena tubuh siluman menangis tergelepar di tanah sehingga tidak terkena serangan. Siluman tertawa yang sudah terluka parah dan sedang duduk bersila itu segera menjadi sasaran berikutnya, dengan telak sapuan itu menghantam punggungnya. Pada saat itu, Sun Tiong-lo berteriak keras. "Mo sancu, cepat tarik kembali toyamu !" Sayang seruan itu terlambat diutarakan punggung siluman tertawa sudah terhajar telak, ia segera muntah darah segar dan terkapar mampus disamping rekannya. Mo Tin-bong segeta berpekik panjang, tubuhnya berputar kencang dan menerjang masuk kedalam lingkaran musuh yang terdiri dari tiga manusia beracun, toya lemasnya berkelebat kian kemari, jeritan kesakitanpun berkumandang silih berganti. Tak selang berapa saat kemudian, semua musuh berhasil ditumpas habis, tak seorang pun diantara mereka yang dibiarkan hidup. Dalam pada itu, Lam-sat-pak-mo juga telah meluncur balik, jelaslah sudah bahwa mereka pun berhasil menumpas musuhnya. Nona Kirn masih berdiri bodoh disamping Sun Tiong-lo, perubahan itu terjadi terlalu mendadak sehingga untuk sesaat dia menjadi tertegun saking kagetnya. Sun Tiong lo pun berkerut kening, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia maju kesisi tubuh siluman menangis dan siluman tertawa dengan langkah lebar, kemudian membungkukkan badan dan memeriksa denyutan nadi mereka. Ternyata jalan darah Tay-yang hiat diatas kening siluman menangis telah berlubang, tulang kepalanya sudah hancur, tentu saja selembar nyawanya sudah terbang meninggalkan raganya. Saat itulah Mo Tin-hong maju kemuka membangunkan nona Kim, hiburnya dengan suara lirih. "Anak Kim, kau dibikin kaget ?" Nona Kim menggeleng, ia membalikkan badan menubruk keatas bahu Mo sancu dan menangis tersedu-sedu. Sekalipun dia berhati keras namun belum pernah menjumpai keadaan seperti apa yang dialaminya malam itu, lebih-lebih lagi belum pernah menyaksikan mayat yang terkapar memenuhi tanah, maka tak kuasa lagi dia menangis. Sun Tiong lo melirik sekejap kearah Mo Tin hong, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun dia membalikan badan dan berlalu. Mo Tin hong amat terkesiap menyaksikan keadaan itu, segera tegurnya dengan suara keras. "Hiantit kau hendak kemana?" "Kembali kekamar untuk beristirahat!" Jawab Sun Tiong lo dingin. Mo Tin hong berusaha keras untuk mengembalikan gejolak dalam hatinya, lalu berkata sambil tertawa. "Musuh tangguh yang menyerbu ke atas bukit pada malam ini sungguh tangguh, siluman tertawa dan siluman menangis merupakan dua orang gembong iblis yaug tiada tandingannya dikolong langit, apalagi ketika siluman tertawa menyergap anak Kim secara tiba-tiba, seandai nya tak ada hiantit..." Sun Tiong lo segera menukas sambil tertawa hambar. "Seandainya tak ada aku, kedua orang itu akan mampus lebih awal lagi..." Ucapan mana kontan saja membangkitkan kemarahan nona Kim, sambil melotot besar teriaknya. "Apa.... apa maksudmu?" "Aku berbicara sejujurnya" Jawab Sun Tiong lo dingin. "dan aku percaya Mo sancu pasti mengerti akan ucapanku ini!" Tentu saja Mo Tin liong mengerti, namun dia harus berlagak seolah-olah tidak mengerti, dengan wajah tertegun tanyanya. "Hiantit, apa yang kau maksudkan dengan perkataan tersebut?" "Mo sancu tidak mengerti...?" Kata Sun Tiong lo setelah memandang sekejap ke arah nona Kim. "Empek betu!-betul merasa tidak mengerti!" Sun tiong lo segera tertawa dingin. "Mo sancu, kalau toh kau memiliki ilmu jari Thian sin ci yang maha lihay, mengapa tak kau gunakan sedari tadi? Mengapa kau malah bertarung menggunakan senjata tajam?" Mo Tin hong terbawa terbahak bahak. "Haahh..,.haaahh... haaahh hiantit salah paham!" "Ooh...salah paham? Aah, belum tentu begitu!?" Sekali lagi Mo Tin hong tertawa. "Seandainya empek memiliki ilmu jari Thian sian ci yang lihay mengapa tidak kau gunakan semenjak tadi?" Dengan cepat Sun Tiong lo menunjuk kearah jalan darah Tay yang hiat diatas kening siluman menangis, kemudian ujarnya. "Kalau kepandaian semacam ini mah masih belum dapat mengelabui diriku!" "Jadi hiantit berpendapat demikian?" Sekali lagi Mo Tin hong melirik sekejap kearah Sun Tiong lo. Sun Tiong lo berkerut kening. "Memangnya keliru ?" Mo Tin hong tidak menjawab, dia segera maju kedepan mendekati jenasah dari siluman menangis lalu mencengkeram mayatnya dan di dekatkan kepada Sun Tionglo, katanya sambil melepaskan jenasah tersebut keatas tanah. "Hiantit, coba kau saksikan dengan lebih seksama, terutama jalan darah Tay-yang hiat dimana merupakan luka yang mematikan bagi siluman tua ini !" Mendengar perkataan itu, berkilat sepasang mata Sun Tiong lo. dia segera mengalihkan perhatiannya keatas jalan darah Tay-yang hiat. Sesaat kemudian, paras muka Sun Ti.mg lo berubah menjadi merah padam, katanya agak tersipu. "Harap Mo sancu maklum, tampaknya aku telah salah melihat!" Mo Tin hong menghembuskan napas panjang, dia segera melancarkan serangan untuk menekan disisi jalan darah Tay yang hiat dikening siluman menangis sebatang jarum Wu sik bok sepanjang satu setengah inci segera melompat keluar dari jalan darah Tay yang hiat. Dengan kedua jari tangannya Mo tin bong menjepit jarum kayu tersebut, kemudian sekalian memutusnya dengan pakaian silum?n menangis setelah menghembuskan napas panjangt ia masukan kembali jarum itu kedalam saku- Tiba-tiba terlintas tasa curiga dalam hati Sun liong lo, segera serunya cepat. "Sungguh cepat gerakan tangan Mo sancu!" Ucapan itu mempunyai arti ganda, percaya Mo Tin hong pasti akan memahaminya. Ternyata Mo Tin hong seolah-olah tidak menangkap makna yang sesungguhnya dari perkataan itu, segera kepalanya digelenggelengkan. "Cepat apa? Kalau dibicarakan sesungguhnya memalukan sekali." Setelah berhenti sebentar, dia menggulung bajunya dan berkata. "Hiantit, silahkan kau lihat ini !" Ketika Mo Tin hong menggulung naik ujung bajunya tadi, Sun tiong-lo sudah tahu apa gerangan yang telah terjadi. Ternyata dibalik ujung bajunya itu terdapat sebuah alat pembidik jarum yang diikatakan pada lengan, diatas alat pembidik tersebut di pasang dua baris jarum kayu Wu sik-bok. Perlu diketahui, kayu Wu sik-bok adalah sejenis kayu yang keras bagaikan emas, bersifat panas dan sangat beracun, kayu itu banyak dihasilkan diwilayah Biau. Menggunakan kayu sebagai senjata rahasia, pada hakekatnya merupakan suatu perbuatan yang sama sekali diluar dugaan. Apalagi Mo Tin-hong menyembunyikan jarum semacam itu dibalik bajunya, tindakan semacam ini pada hakekatnya jauh diluar dugaan siapa pun, tak heran kalau dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Sun Tionglo pun ia tak sempat melihat jelas kalau siluman menangis tewas akibat terkena jarum kayu beracun itu. Sekarang, duduknya persoalan sudah menjadi nyata, kecurigaan Sun Tiong lo pun langsung lenyap. Dia, Sun Tiong-lo, sebenarnya adalah seorang pemuda yang jujur, maka setelah menyadari kalau kesalahan berada dipihaknya, kontan semua kecurigaannya lenyap. Dengan wajah yang bsrsungguh-sungguh dia pun berkata. "Empek, harap kau maklum, siau tit mengakui akan kesalahanku itu, sesungguhnya hal bisa terjadi karena siautit masih mencurigai empek sebagai musuh besarku, seperti diketahui dendam sakit hati orang tuaku belum terbalas dan kebetulan Su-nio, istri muda empek adalah musuh besar yang patut dicurigai, oleh karena itu..." Tidak menunggu Sun Tiong-Io menyelesaikan perkataannya, Mo Tin-hong telah menukas. "Hiantit tak usah memberi penjelasan, sesungguhnya Pak-gi suami istri bisa sampai terikat dendam sakit hati dengan kedua orang siluman itu tak lain adalah gara-gara empek, sehingga sewaktu menderita serangan gelap, empek merasa sedih sekali..." Tiba-tiba Sun Tiong lo mengucapkan suatu perkataan yang amat mengejutkan hati. "Empek Mo, hingga kini siautit masih tidak percaya kalau kedua orang siluman itu adalah musuh besarku!" Agak tertegun wajah Mo Tin hong ketika mendengar perkataan itu, segera serunya. "Apakah Hiantit tidak mendengar apa yang telah empek bicarakan dengan kedua orang itu?" "Siautit memang sudah mendengar semua. tapi kedua orang siluman itu toh tidak mengakui." Mo Tin hong segera menghela napas panjang. "Aaai... hal ini harus disalahkan pada-empek yang kelewat berhati-hati, seandainya aku tidak menyadari kedua orang Siluman itu kelewat liehay sehingga setelah melancarkan serangan dengan jarum kayu Wu sik bok, tak nanti akan kutambahi dengan toya lemas itu. "Seandainya tiada serangan toya itu, siluman menangispun pasti tak bisa menyingkir ke samping sehingga serangan mana mengenai siluman tertawa, asal salah seorang saja diantara ke dua orang siluman itu masih hidup, niscaya tak sulit untuk menyelidiki persoalan ini sampai menjadi jelas!" Baru saja dia menyelesaikan perkataan itu. tiba-tiba dari balik kegelapan terdengar seseorang menjawab. "Walaupun kedua orang itu sudah mati, namun aku berani menjamin kalau musuh besar yang melakukan pembunuhan dimasa lalu bukanlah mereka...!" Mendengar perkataan itu, paras muka Mo Tin hong berubah hebat, ia segera memberi tanda kepada Lam sat pak mo sambil berseru. "Masih ada musuh yang belum tertumpas, kali ini jangan biarkan seorang manusiapun tetap hidup!" Lam sam Pak mn segera bergerak setelah mendengar perkataan itu. Buru-buru Sun Tiong lo berseru. "Empek Mo, cepat suruh mereka berhenti, engkoh ku yang datang!" Baru saja Mo Tin hong menitahkan Lam sat Pak mo berhenti, dari tempat kegelapan telah muncul dua sosok bayangan manusia, yang berada dipaling depan adalah Bau ji sedang yang berada dibelakangnya tidak dikenal oleh Mo Tin hong maupun nona Kim. Sebaliknya Sun Tiong lo yang menyaksikan orang yang berada dibelakang itu segera maju menyongsong sambil tertawa. Mereka saling berjabatan satu sama lainnya dengan sangat akrab sekali, seakan-akan sudah lama tidak saling bersua. "Hiantit, dia adalah sahabatmu?" Tegur Mo Tin hong dengan perasaan tergerak. Belum sempat Sun Tiong lo menjawab, orang itu sudah menghampiri Mo Tin hong menjura. "Mo sancu, baik-baikkah kau!" Begitu teguran itu diutarakan, Mo Tin hong menjadi tertegun dan tak tahu bagaimana mesti menjawab. Buru-buru Sun Tiong Jo memperkenalkan Siau hou. "dialah Mo Tin hong, empek Mo-ku !" Ternyata orang yang baru datang itu adalah Siau Hou cu. Sambil tertawa terkekeh-kekeh sekali lagi Siau Hou cu menjura ke arah Mo Tin hong sambil berkata. "Aduuh... aduuh... memimpi aku Siau hou-cu tak pernah menyangka kalau Sancu yang bengis dan buas dari bukit pemakan manusia ini tak lain adalah bekas Mo cengcu dari perkampungan Ang liu ceng!" Ucapan tersebut kontan saja membuat Mo Tin hong menjadi termangu dan tak mampu menjawab lagi. Siau Ho cu tidak berhenti sampai disitu saja, sambil tertawa dingin kembali sambungnya. "Sekarang urusan jadi lebih mendingan, setelah kuketahui Sancu bukit pemakan manusia adalah Mo cengcu, dan Mo cengcu pun secara kebetulan adalah empek siau liong te ku, aku jadi tak usah kuatir Iagi, sekarang aku boleh berdiri disini dengan berani." Katanya. Sun Tiong-lo kuatir Mo Tin hong mendapat malu, maka dengan cepat dia menimbrung dari samping. "Engkoh Siau hou, aku dan empek Mo barusan terjadi sedikit kesalahan paham, tapi untung saja kesalahan paham itu sudah dapat dibereskan, aku harap engkoh dan engkoh Siauhou pun bisa mengurangi ejekannya dan bersikap lebih menghormat." Setelah Sun Tiong lo berkata demikian, tentu saja Siau Hou cu rikuh untuk mencemooh dan mengejek lebih lanjut, maka sambil tertawa katanya lagi kepada Mo Tin hong. "Mo sancu, siapa tidak tahu dia tidak bersalah, harap kau jangan marah !" Sesungguhnya kemarahan yang berkobar di dalam dada Mo Tin- hong telah mencapai pada puncaknya, namun dia segan untuk mengumbarnya didalam suasana seperti ini, terpaksa sambil berpura-pura tertawa dia menggelengkan kepalanya berulang kali. Setelah berhenti sejenak, diapun mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, ujarnya kepada Sun Tiong-lo. "Tempat ini bukan tempat yang pantas untuk berbincang- bincang, hiantit, mari kita duduk-duduk didalam ruangan saja ." Sun Tiong-lo segera mengiakan, baru saja dia akan mengundang Bauji, siapa tahu Bau ji telah berkata lebih dulu kepada Siau Hou cu. "Bagaimana? Bersedia untuk membantu ?" "Tentu saja bersedia!" Sahut Siau Hou cu dengan wajah serius. "bagaimana kita berbicara bagaimana pula kita laksanakan !" Tanya jawab dari kedua orang ini kontan saja membuat Sun Tiong lo tidak habis mengerti, tanpa terasa ia bertanya. "Toako, soal apa sih?" "Sebelum ini, bukankah kau telah memberi kabar kepadaku agar berjumpa dengan Bauji." Kata Siauw Hou cu cepat. Ketika Mo Tin hong mendengar perkataan ini, tanpa terasa ia memandang sekejap kearah Sun Tiong lo. Melihat itu, buru-buru Sun Tiong lo menjelaskan lebih dulu. "Empek, harap kau jangan menyalahkan siautit, sewaktu datang siautit sebetulnya melakukan perjalanan bersama engkoh siau hou, dengan tujuan satu terang-terangan memasuki bukit ini yang lain secara diam-diam, sebaliknya kedatangan kakakku sama sekali diluar dugaan, oleh karena itu..." Mo Tin hong berlagak seakan-akan dapat memaklumi keadaan tersebut, dia segera tertawa selanya. "Empek mengerti, waktu itu hiantit masih menganggap empek sebagai musuh besarmu, sudah barang tentu dalam setiap tindakan mesti berhati-hati, sedang kalau dilihat dari kepandaian yang hiantit miliki ketika memukul mundur siluman tertawa tadi, jelaslah sudah bahwa penjaga dibukit ini belum mampu membendung kedatangan hiantit maupun Bau ji, tentu saja lebih tak mungkin bisa mengurung pendekar Siau hou !" Siau hou ji segera tertawa terkekeh-kekeh. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mo Sancu, harap kau jangan berkata begitu dengan mengandalkan aku si macan kertas yang pandainya cuma bisa menakut-nakuti orang, mana mungkin aku bisa menyerempet bahaya untuk sampai kemari? Ke semuanya ini sesungguhnya tak lain adalah berkat kepandaian Siau liong seorang..." "Aah, sama-sama... sama-sama, enghiong memang dari kaum pemuda." Pada saat itulah Sun Tiong lo menyela. "Engkoh Siau hou, ketika kau berjumpa dengan toako ku, bagaimana ceritanya sehingga akhirnya..." "Akhirnya kami berteman." Sahut Siau Hou cu cepat. "Kalau watak sudah cocok. tentu saja kamipun berteman. Kami lantas berunding, dalam saat perundingan itulah kami anggap cara yang adik Siau liong kemukakan kurang sempurna." "Kalau cuma toako seorang, sudah jelas dia tak akan mempunyai akal muslihat semacam ini !" Kata sun Tiong lo sambil tertawa. Kembali siau Hou cu tertawa cekikikan. "Dan aithirnya kami pun harus menyerempet bahaya dan keluar kemari..." Ketika berbicara sampai disini, ia berhenti sebemar, kemudian berpaling kearah Mo Tin-hong dan berkata lebih jauh. "Mo sancu, aku lihat kau sudah sepantasnya mengucapkan terima kasih kepadaku dan adik Bau !" "Ooh...." Belum sempat Mo Tin-hong berkata lebih lanjut, nona Kim telah menukas dengan dingin. "Mengapa?" Siau Hou cu mengerdipkan sepasang matanya kepada nona Kim dia berkata. "Nona, aku Siauw Hou cu cukup memahami jalan pemikiranmu apabila kau hendak marah silahkan dilampiaskan kepada Siau-liong, toh selama beberapa hari ini dia telah memperkenalkan dengan jelas semua asal usulnya kepada diri nona." "Siapa tahu, setelah idni saling berjumpa, mungkin dia saking gembiranya ternyata sampai lupa untuk memperkenalkan diri, tak heran kalau nona lantas mengungkat-ungkit penyakit nya." Ucapan tersebut kontan saja membuat paras muka Sun Tiong lo berubah menjadi merah padam. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, nona Kim telah berkata lebih dahulu. "Hei, sebetulnya kau bisa mengertikan pembicaraan atau tidak? Aku ingin bertanya, kenapa ayahku mesti berterima kasih kepada kalian, apa pula hubungannya soal ini dengan mengungkit-ungkit penyakit ?" "Ooh, jadi tak ada hubungannya?" Kata Siau Hou cu. "Tak ada sangkut pautnya!" Nona Kim menyahut dengan cepat. Siau Hou cu segera tertawa terkekeh-kekeh. "Lantas persoalan apakah yang ada hubungannya dengan mengungkit-ungkit penyakit ?" Tanpa berpikir panjang lagi nona Kim segera menyahut. "Kau sudah datang sedari tadi, namun ia sama sekali tidak memberitahukan kepadaku hal ini." Ketika berbicara sampai disitu, mendadak nona Kim seperti menyadari akan sesuatu, dengan cepat dia merubah nada pembicaraannya. "Tapi soal inipun tak ada sangkut pautnya dengan soal mengungkit-ungkit penyakit !" Begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja semua orang tertawa terbahak-bahak. Begitu melihat semua orang tertawa, nona Kim semakin mendongkol. Tapi sebelum dia mengucapkan sesuatu, Siau Hou cu telah berkata lebih dulu. "Ada orang melepaskan api diistana Pat-tek sin-kiong, sementara Pat tek pat lo dipancing oleh musuh menuju ketempat lain, kebetulan aku dan adik Bau datang kesana, maka akupun lantas turun tangan untuk membekuk mereka !" Mendengar perkataan itu, mencorong sinar buas dari balik mata Mo Tin hong, serunya dengan cepat. "Ada berapa orang? sekarang mereka berada dimana ?" "Empat orang bocah keparat, semuanya berada didalam gua bagian belakang sana !" Mo tin-hong segera berkerut kening, sinar matanya dialihkan dan memberi tanda kepada seorang yang berada dibelakangnya, orang itu mengangguk dan segera berlalu dari sana. Siau Hou cu kembali memutar biji matanya kepada orang itu dia berseru keras. "Hei, sobat, bagaimana kalau meninggalkan mereka dalam keadaan hidup saja?" Diam-diam Mo Tin hong menggigit bibir, diapun segera berseru lantang. "Jangan celakai mereka, sekap orang-orang itu didalam gua Liat hwi tong." Siapa tahu pengalaman Siavw Hou cu kelewat banyak, sambil tertawa terkekeh-kekeh dia melanjutkan.. "Mo sancu, jikalau di jebloskan kedalam gua Liat hwee tong, bukankah orang hidup pun akan di panggang sampai mampus?" Saking mendongkolnya Mo Tin hong sampai menggigil bibirnya keras-keras, terpaksa sekali lagi dia berseru. "Serahkan kepada kepada Pat lo, jangan celakai jiwa mereka!" Orang itu menyahut dan segera berlalu dari situ, Menanti orang itu sudah pergi jauh, Mo Tin hong baru sekuat tenaga menahan hawa amarahnya dan berkata kepada Siau Hou cu sambil tertawa. "Apa yang Hou hiap katakan memang betul, lohu sudah sepantasnya mengucapkan banyak terima kasih !" Dalam pembicaraan tersebut, sekali lagi dia mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam ruangan, Tapi dengan cepat pula Siau Hou cu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Jangan terburu nafsu sancu. aku dan adik Bau masih ada persoalan yang belum diselesaikan." Seraya berkata, dengan langkah lebar dia berjalan menuju kedepan siluman menangis, kemudian membangunkan mayatnya sehingga berdiri tegak. Walaupun apa yang diiakukan oleh Siau Houcu sangat mencurigakan Mo Tin hong tapi dia masih dapat menahan diri dan tidak rnengajukan sesuatu pertanyaan pun. Nona Kim yang polos dan jujur dengan cepat bertanya. "Apa yang hendak kau lakukan?" Siau Hou cu tidak menggubris pertanyaan itu, sebaliknya kepada Bau ji dia berseru. "Adik Bau, kau memang hebat, ternyata siluman tua ini masih belum kaku !" Setelah Siau Hou cu berkata demikian, semua orang baru merasa amat puas. Siluman menangis yang sudah mati banyak waktu, ternyata jenasahnya tidak menjadi kaku, sudah barang tentu peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang sangat aneh. Dengan suara dingin Bau ji berkata. "Walaupun orangnya sudah mati, darah dan dagingnya masih bisa hidup setengah hari lagi, sudah barang tentu tubuhnya tak akan menjadi kaku !" Nona Kim tidak puas dengan teori tersebut dengan cepat dia menyela dari samping. "Lantas mengapa orang yang baru mati, tubuhnya ada pula yang menjadi kaku ?" Bau ji memandang sekejap kearahnya, lalu menjawab. "Orang yang baru mati, badannya tidak kaku, berapa saat kemudian badannya baru nampak menjadi kaku karena daya hidup yang berada didalam tubuhnya menjadi hilang, tapi kaku nya itu cuma kaku palsu, sesaat kemudian ia akan menjadi lembek kembali !" Dalam pada itu, Siau Hou cu telah membangunkan mayat dari siluman menangis sehingga berdiri. Bauji hanya memandang sekejap kearah depan, belakang kiri dan kanan, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata. "Apanya yang bukan?" "Bukan" Apa? Tak seorang manusiapun yang tahu. MenyusuI kemudian Siau Hou cu pun membangunkan tubuh siluman tertawa sehingga berdiri. Bau ji hanya melirik sekejap ke arah mayat itu, lalu sahutnya lagi dengan dingin. "lni pun bukan !" Terpaksa Siau Hou-cu harus membaringkan kembali mayat siluman tertawa dan berjalan ke samping sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Keris Maut Karya Kho Ping Hoo