Bukit Pemakan Manusia 26
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 26
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung "Gan tayjin, tampaknya kuil ini memang sedikit agak aneh" Gan Wan-sim tersenyum. "Seandainya dugaan siaute tak keliru..." Berbicara sampai disini, dia lantas menuding ke arah semua.opas dan tentara pemerintah yang ada disitu sambil melanjutkan. "Mereka tak akan berhasil menemukan seorang manusiapun!" Ui Siu-pi jadi tertegun. "Bukankah tayjin pernah berkata, disini terdapat seratus orang perempuan...?" Gan wan sim manggut-manggut. "Benar, siaute memang berkata demikian" "Lantas mengapa kita tak berhasil menemukan seorang manusia pun?" Tanya Ui Siu pi ke heranan. Padahal semua jawaban akan segera terungkap, harap Ui tayjin suka menanti sebentar lagi." Benar juga, tak selang berapa saat kemudian semua orang yang ditugaskan melakukan penggeledahan datang melaporkan bahwa mereka tidak berhasil menemukan seorang manusiapun. Dengan suara dalam Gan Wan sim menitahkan. "Kini dengan dua orang membentuk satu regu menyebarkan diri di seputar ruangan dan gedung penerima tamu sambil menantikan terjadinya perubahan selanjutnya. Semua opas dan tentara pemerintah menyahut dan melaksanakan tugas masing masing. Kepada Gan Wan sim, Ui Siu pi kembali berkata. "Gan tayjin, sebenarnya kejadian aneh apakah yang telah terjadi ditempat ini?" "Sederhana sekali." Jawab Gan wan sim serius. "dalam kuil Tong thian koan pasti terdapat lorong rahasia yang menghubungkan ruangan bawah tanah, semua tokoh serta perempuan yang berjumlah seratus orang lebih itu kini bersembunyi semua di ruang rahasia bawah tanah!" Setelah mendengar ucapan itu, Ui Siu pi baru menjadi mengerti, katanya. "Apakah tayjin hendak menjalankan siasat "menjaga pohon menanti kelinci?" "Tidak, yang akan siaute lakukan adalah memukul rumput mengejutkan sang ular!" Sambil berkata dia lantas memberi tanda agar Lim Tiong maju kedepan... Setelah Lim Tiong mendekat, dengan suara lirih Gan Wan sim berpesan. "Kau segera naik keloteng bagian genta dan bunyikan sendiri genta kuil ini!" Lim Tiong mendapat perintah dan berlalu, tak selang berapa saat kemudian suara genta telah dibunyikan bertalu-talu. Sambil manggut-manggut berulang kali," Ui Siu-pi bergumam tiada hentinya. "Betul, memang siasat "memukul rumput me gejutkan ular" Yang sangat mujarab !" Begitu suara genta berhenti berbunyi dari ruangan sebelah kanan telab datang berita. Dua orang yang bertugas menjaga di ruangan sebelah kanan adalah seorang opas yang bernama Si Seng dengan seorang pengawal dari Ui Siu pi yang bernama Ui Ci-sin. Tak lama setelah suara genta dibunyikan, patung malaikat yang berada diruangan sebelah kanan mendadak bergeser ke samping, lalu muncullah sebuah pintu rahasia yang amat besar dan cukup lebar, pintu itu cukup untuk di lalui tiga orang yang jalan berjajar. Sebenarnya Ui Ci sin akan segera bertindak tapi Si Seng si opas kenamaan itu segera mencegah rekannya bertindak. Sementara Ui Ci sin masih dibuat keheranan, Si Seng telah berbisik. "Jangan lupa dengan jaring yang baru saja kita siapkan, mengapa tidak menunggu saja sampai dia masuk perangkap sendiri ?" Ui Ci sin segera menjadi sadar kembaii, diapun manggut- manggut tiada hentinya. Tak selang berapa saat kemudian, tampak dua orang To koh munculkan diri dari balik pintu rahasia. Baru saja mereka menuruni altar dimana patung malaikat tersebut berada, Si Seng dan Ui Ci sin telah bertindak cepat dengan membekuknya dan tanpa ditanya lagi langsung di seret ke ruang tengah. Sementara itu dalam ruang tengah telah di persiapkan sidang darurat yang di pimpin Wali kota. Begitu ke dua orang To koh tersebut di gusur masuk ke dalam ruangan, Si Seng segera memberi laporan. "Dibelakang patung malaikat ruang sebelah kanan terdapat pintu rahasia menuju ke ruang bawah tanah, hamba dan Ui Ci-sin berhasil membekuk mereka ketika mereka munculkan diri karena mendengar suara genta." Gan Wan sin segera mengulapkan tangannya menitankan Si Seng agar menyingkir ke samping, kemudian tanyanya kepada dua orang To koh tersebut. "Siapa nama kalian ?" Belum sempat kedua orang Too koh itu menjawab, dari ruang sebelah kiri telah berhasil pula membekuk dua orang too koh lainnya. Ketika ditanyakan ternyata keadaannya tidak jauh berbeda dengan keadaan di ruang sebelah kanan. Secara ketat Gan Wan sirn mengajukan serangkaian pertanyaan dia baru tahu kalau ke empat orang To koh itu adalah Hui im, pek im" Cing im dan Toan-im. Ketika Gan Wan-sim menanyakan tentang usia mereka. baru diketahui bahwa Hui im berusia dua puluh tujuh tahun, Pek im dua puluh empat tahun, Cing im baru berumur dua puluh tahun, sedang Toan im yang paling kecil baru berusia tujuh belas tahun. Gan Wan-sim adalah seorang pembesar yang teliti, dia mulai menyusun rencana dan pertanyaan untuk mengungkap latar belakang peristiwa itu, pertama-tama ia bertanya kepada Hui im. "Sejak kapan kau menjadi pendeta ?" "Pinto mendapat suami yang tak jujur, akhir nya karena kecewa dan hambar terhadap kehidupan keduniawian, pinto baru menjadi pendeta." Ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada Pek im, maka Pek im pun menjawab. "Pinto pernah dijual orang ke dalam rumah pelacuran, akhirnya setelah berhasil melepaskan diri, pinto jadi pendeta" Sewaktu pertanyaan itu ditujukan kepada Cing im, ternyata pendeta ini sudah mencukur rambut semenjak kecil. Jawaban dari Toan im pun sama. Saat itulah Gan Wan sim baru berbisik kepada Ui Siu pi yang duduk disampingnya. "Ui tayjin, apakah kau berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan..?" Ui Sin-pi juga sudah lama berkecimpungan dalam bidang ini mendengar pertanyaan itu ia segera manggut-manggut. "Pernyataan dari Cing im dan Toan im sudah cukup dijadikan bukti yang nyata." Dengan serius Gan Wan sim manggut-manggut, dia lantas bertanya kepada Cing-im dan Toan-im. "Apakah kalian sudah menjadi pendeta di kuil Tong thian-koan semenjak masih kecil?" Cing-im, Toan im segera mengiakan. Tatkala Gan Wan-sim menanyakan usia sewaktu mereka menjadi pendeta, Cing-im mengaku berusia dua belas, sedang Toan im sebelas tahun. - ooo0dw0ooo- Jilid 29 KETIKA ditanyakan sesudah menjadi pendeta apakah mereka pernah pergi jauh dari kuil Tong thian koan, atau mengalami suatu peristiwa lain, kedua orang itu mengatakan tidak. Maka semua pengakuan itu dicatat kemudian memerintahkan mereka memberi tanda tangan. Sewaktu Gan Wan sim bertanya kepada Hui im, dia telah bertemu dengan tandingannya, Sambil menatap wajah Hui im, Gan Wan sim berkata. "Kami mempunyai bukti yang nyata menunjukkan bahwa tempat ini bukan sebuah to koan yang bersih..." Belum habis dia berkata, Hui im telah menukas. "Tayya, pertama pinto hendak memberitahukan kepada tayya bahwa tempat ini adalah kuil tempat tinggal para rahib, tapi kenyataannya ditengah malam buta Tay ya telah membawa ratusan orang lelaki menyerbu kemari dengan melewati dinding pekarangan, pinto rasa cukup didalam hal ini Tay-ya sudah tak mampu memberikan penjelasan kepada semua penduduk kota." "Kini Tay ya berulang kali menuduh kuil kami sebagai kuil yang tidak bersih, sebenarnya persoalan ini sederhana sekali, asal tay ya punya bukti, silahkan saja diperlihatkan kepada pinto !" "Hm, dengan mengandalkan kedudukanmu, kau masih belum berhak untuk meminta bukti dari kami, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Sang sang koancu, ketua kalian kini berada dalam kuil !" "Koancti tidak berada dalam kuil !" "Dia berada dimana?" Seru Gan Wan sim sambil menggebrak meja. "Senja tadi, dia telah diundang kegedung gubernur Lau !" Jawab Hui im angkuh. Gubernur Lau adalah pembesar yang berpangkat tinggi di propinsi Sam-siang, kini Hui im telah menggunakan nama pembesar tersebut untuk menakut-nakuti walikota Gak yang. Seorang walikota yang berjabatan kecil tentu saja tak akan mungkin berani mencari gara-gara dengan atasannya kendatipun dia bernyali besar, sebab hal ini ibaratnya sebutir telur yang hendak diadu dengan sebutir batu cadas. Siapa tahu Gan Wan sim memang seorang pembesar yang berbeda dengan kebanyakan pembesar lainnya, selama kebenaran tetap ada kendatipun harus berkonfrontasi dengan kaisar pun dia berani. Maka setelah mendengar nama "gubernur Lau" Disinggung, dia hanya tertawa hambar, lalu ujarnya kepada Lim Tiong yang berada di sisinya. "Lim Tiong, segera membawa kartu namaku dan berkunjung ke gedung Lau tayjin, katakan kepadanya kalau ada urusan penting hendak dibicarakan diharapkan ia segera datang bersama Sang- sang koancu!" Lim Tiong menerima perintah dan membalikkan badan siap berlalu dari situ, namun belum lagi melangkah berapa tindak, Hui im, teIah berkata lagi. "Aku masih ingat, Pek tayjin dikota selatan juga telah mengundangnya, Chin lo siangya di kota timur juga mengutus orang kemari, maka kini koancu berada dirumah siapa, sulit rasanya untuk dikatakan !" Gan Wan-sin tertawa terbahak-bahak, kepada Lim Tiong serunya. "Kemarilah kau !" Lim Tiong mengiakan, dia segera berjalan mendekati. Sambil menuding kearah Hui-im, Gan Wan sim berkata. "Gusur dia kesudut luar ruangan kuil, perintahkan delapan orang prajurit menjaganya dengan golok terhunus, sebelum mendapat perintah dariku, jika ia berani banyak bicara lagi, Segera cincang tubuhnya berkeping-keping !" Agak tertegun Ui Ci-sin setelah mendengar perkataan itu, buru- buru cegahnya. "Tayjin, aku rasa hal ini kurang sesuai !" Gan Wan-sin tidak memberi banyak penjelasan, dia mengulapkan tangannya dan Lim Tiong menggusur pergi Hui im dari situ. Selang berapa saat kemudian, Gan Wan sim baru berkata kepada Pek im. "Dengarkan baik-baik, kini aku sudah mengetahui penyakit kalian. jika kau bersedia bicara jujur, aku akan menghapus dosamu serta mengembalikan kedudukanmu sebagai perempuan baik-baik. "Tapi, jika kau berani bicara sembarangan atau menipu, Aku percaya kau belum pernah merasakan bagaimana enaknya dipantek diatas lempengan besi yang membara, apalagi kau bisa dihukum seumur hidup sehingga hidupmu sengsara, mengerti ?" Pek im menjadi ketakutan setengah mati, buru-buru dia mengiakan berulang kali. Pada saat itulah Hui im yang berada di sudut luar kuil berteriak keras. "Pek im, tutup mulut, jangan bicara apa apa. d!a tak akan mampu berbuat apa apa terhadap kita, jika kau sampai berbicara, bukan cuma kami saja yang bakal celaka, orang-orang itu..." "Lim Tiong, cincang tubuhnya !" Bentak Gan Wan sim ke arah luar, Menyusul perintah itu dari luar ruangan kedengaran suara bacokan golok yang bertubi-tubi disertai jeritan jeritan ngeri dari Hui im yang menyayatkan hati, sampai lama kemudian suasana baru berubah kembali menjadi hening. Menyusul kemudian, Lim Tiong dengan membawa sebilah golok yang penuh berpelepotan darah berjalan masuk ke ruang dalam dengan langkah lebar, sambil berlutut dia mengangkat tinggi-tinggi goloknya sambil berseru. "Hukuman telah dilaksanakan, silakan tayya memeriksa golok hukuman !" Gan Wan sim menyahut, lalu sambil menuding ke arah Pek im katanya. "Sekarang gusur juga dia, bacok sampai mampus !" Lim Tiong segera menarik pula Pek im ke luar dari ruangan, Ui Ci-sin yang menyaksikan kejadian itu segera berubah muka. Tanpa pengakuan, tanpa bukti, jangankan cuma seorang walikota, sekalipun seorang Bubernur pun tak boleh membunuh orang tanpa sebab, apalagi membunuh secara sewenang- wenangnya. Tapi Gan Wan-sim sedikitpun tidak takut, hal ini benar- benar merupakan suatu kejadian yang aneh. Gan tayjin tidak takut, Pek-im justeru takutnya setengah mati, ia duduk diatas lantai tak mau berkutik. Lim Tiong mendengus dingin, ia segera mencengkeram bahunya dan berseru "Hmm, kau tak bisa seenaknya sendiri, ayo jalan !" Dengan gugup Pek-im segera berteriak keras. "Pinto bersedia untuk mengaku !" Maka semua pertanyaan yang diajukan segera dijawab cepat, tak selang berapa saat kemudian pengakuan dari Pek-im, Cing-im dan Toan im telah dicatat, ditanda tangani pula oleh Oi Siu-pi sebagai saksi. Selesai pengakuan, Pek-im sekalian bertiga diperintahkan untuk digusur pergi, sedang Gan Wan sim yang kuatir Ui Siu pi merasa tak tenang, segera berkata sambil tersenyum. "Harap Ui tayjin jangan kuatir, Hui im sebenarnya tidak mati !" Ui Siu pi menjadi tertegun. "Aaah, bagaimana mungkin? Darah yang bercucuran dan suara jeritan yang memilukan hati itu.. "Semuanya cuma pura pura !" Tukas Gan Wan sim. Ui Siu pi segera tertawa, mau tak mau dia harus mengagumi kecerdasan pembesar itu. Setelah urusan diluar selesai, dibawah komando Gan Wan sim dan mengikuti apa yang diakui Pek im, tiga buah pintu rahasia yang menghubungkan ruangan bawah tanah segera dipentang lebar- lebar, lalu duapuluh orang opas dan empat puluh orang tentara pemerintah bersama-sama menyerbu ke dalam... Keadaan dibawah tanah sana benar-benar membuat orang menghela napas panjang. Ternyata disitu terdapat puluhan buah kamar yang indah dengan sebuah dapur besar dan ruang penyimpanan bahan makanan yang besar. Begitu masuk keruang bawah tanah, sudah terdengar suara tetabuhan yang merdu merayu. Para prajurit dan opas segera melakukan penggeledahan kamar demi kamar, sebuah pemandangan anehpun segera ditemukan. Dari dalam ruangan pertama ditemukan beberapa orang perempuan berparas cantik. Ada diantaranya sedang menyulam, ada yg sedang bermain catur, ada pula yang sedang minum teh sambil berbincang-bincang. Setelah dilakukan penggeledahan terhadap separuh bagian dan bangunan tersebut, kendatipun tak ditemukan hal-hal yang kotor, tapi terbukti sudah kalau perempuan perempuan itu adalah perempuan sehat yang tidak menderita penyakit apa-apa. Sejak penggeledahan dilakukan, para wanita itu sudah dibikin kaget, apalagi setelah Gan Wan-sin menurunkan perintah yang melarang setiap wanita yang ditemukan dslam kamar di larang keluar, bahkan ditempatkan penjagaan secara ketat, suasana makin bertambah gempar. Akhirnya dalam sebuah kamar yang indah ditemukan Sang-sang koancu sedang bergembira dengan dua orang perempuan, menurut Iaporan Sang sang koancu berada dalam keadaan bugil. Yang dimaksudkan bugil disini bukan telanjang bulat, melainkan tubuh bagian luarnya di tutup dengan jubah pendeta yang longgar, tapi jubah itu tidak dikancing, sedang dibalik jubah tanpa busana barang secuilpun, seorang rahib ternyata berada dalam keadaan begitu, tentu saja hal tersebut merupakan suatu berita besar yang cukup menggemparkan. Ketika gudang rangsum diperiksa, seperti apa yang dilaporkan Li Hong, daging dan sayur serta beras dan arak yang disimpan disitu cukup untuk menghidupi ratusan orang dalam setengah tahun. Dari sebuah regu kecil yang melakukan penggeledahan, dilaporkan pula secara rahasia bahwa mereka bukan saja menemukan benda yang tidak seharusnya ditemukan dalam kuil Sang sang-koan, bahkan dikeluarga biasapun jarang sekali ditemukan. Sepintas lalu, benda itu mirip kain pembalut wanita. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Padahal bukan begitu, benda itu tak lain adalah benda rahasia yang seringkali dipakai para dara ketika menghadapi malam pertamanya. Tanpa menggubris tempat itu kotor atau tidak, dalam ruangan dimana Sangsang koancu ditemukan itulah Gan Wan sim membuka sidang. Belum lagi Gau Wan sim membuka suara, Sang-sang koancu sudah tertawa dingin tiada hentinya sambil berseru. "Bagus bagus sekali, besar amat nyalimu !" Gan Wan sim memperbaiki tempat duduknya. Baru saja akan menegur, tiba-tiba datanglah kabar buruk. seorang datang memberi laporan, sepuluh orang datang memberi laporan, suara orang yang memberi laporan semakin lama semakin banyak, suasanapun makin hiruk pikuk Dari awal sampai akhir isi laporannya sama semua, yakni ada orang bunuh diri. Begitu mendengar ada orang bunuh diri, Gan Wan sim mulai merasa tak tenteram. Peristiwa bunuh diri berlangsung secara beruntun. ketika akhirnya diperiksa dengan jelas dalam sekejap mata inilah sudah ada tiga puluh empat orang perempuan dengan menggunakan pelbagai cara yang berbeda, bunuh diri dalam kamar tahanan mereka. Paras muka Ui Siu-pi seketika berubah menjadi pucat pias karena terperanjat. Paras muka Gan Wan sim pun turut berubah. Bahkan keringat sudah mulai membasahi jidatnya. Sesungguhnya hal ini merupakan keteledorannya, ia tak pernah berpikir sampai kesitu, menanti perintah diturunkan untuk mengawasi perempuan-perempuan itu lebih ketat, kembali ada tiga orang menemui ajalnya. Dengan demikian seluruhnya ada tiga puluh tujuh orang perempuan yang melakukan bunuh diri di dalam ruang bawah tanah kuil Tong thian-koan. Ketika suasana kacau itu sudah mulai mereka, dengan lantangnya Sang-sang koancu menuntut kepada Gan Wan sim untuk mengembalikan baju dalam serta kaos kakinya. Sementara Gan Wan sim masih mempertimbangkan apakah akan mengembalikan atau tidak, sambil tertawa dingin Sangsang koancu telah berkata lagi. "Gan tayjin. lebih baik kembalikan saja kepadaku, kecuali kalau kau pun ingin membawa aku menghadiri sidang pengadilan !" Setelah berhenti sejenak, sambil tertawa dingin kembali ujarnya. "Andaikata sampai terjadi kejadian semacam ini, heehhh... heeehhh... aku kuatir hal mana tak akan memberikan manfaat apaapa untuk Gan tayjin pribadi." Gan Wan-sim adalah seorang pembesar yang tidak takut menghadapi ancaman maupun gertak sambel, namun sebagai seorang pembesar bijaksana, tentu saja ia tak dapat menyeret Sang-sang koancu menghadap kesidang dalam keadaan bugil. Maka Gan Wan-sim menitahkan anak buah nya untuk mengembalikan pakaian dalam serta kaos kaki Sang-sang koancu dan membiarkan ia mengenakannya kembali. Sementara itu semua benda bukti yang kotor itu sudah dikumpulkan dan diletakkan didalam kamar tidur Sang-sang koancu. Gan Wi,n-sim dan Ui Siu-pi juga telah mempersiapkan sidang untuk melakukan pemeriksaan. Sambil menuding kearah barang bukti yang berserakan diatas meja, Gan Wan-sim berkata. "Sang-sang, kuanjurkan kepadamu untuk membicarakan secara jujur saja, darimana datang-nya barang-barang itu ?" Sang-sang koancu mendengus dingin. "Hmm, tayya ! Usiaku sudah cukup dewasa, kalau dibilang aku tidak mengetahui benda apakah itu, setiap orang tak akan percaya, tapi kalau ditanyakan darimana datangnya benda-benda itu, hal mana harus ditanyakan ke pada Tay-ya sendiri!" "Apa maksud perkataanmu itu ?" Bentak Gan Wan sim dengan gusar. Seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, jawab Sang seng koancu dengan tenang. "Benda benda semacam ini hanya akan ditemukan bagi perempuan yang akan menginjak dewasa atau dalam malam pengantin mereka." "Tong thian-kau merupakan tempat pertapaan para rahib, tolong tanya tayya, darimana pun koancu bisa tahu darimana datangnya barang-barang kotor yang memuakkan itu ?" Gan Wan-sim segera menggebrak meja sam bil membentak. "Paling tidak ada belasan orang yang membuktikan kalau bendabenda tersebut berhasil ditemukan ditempat ini !" "Siapakah saksinya ?" Tanya Sang sang koan cu dingin. "Para opas dan tentara pemerintah yang menemukan bendabenda tersebut..!" Sang-sang koancu tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata secara tiba-tiba. "Tay-ya, tahukah kau penghasilan kuil ini besar sekali, jemaah yang memasang hio disini tak terhitung banyaknya, paling tidak, setiap tahun kami bisa memperoleh lima ribu tahil perak sebagai uang dupa." Sambil mendengus dingin Gan Wan sim menukas. "Sekalipun kau menghadiahkan semua kuil Tong thian koan ini kepadaku pun jangan harap bisa memperoleh pelayanan yang lebih baik dariku, apa lagi aku paling benci dengan segala macam bentuk suap!" Sang-sang koancu segera menggelengkan kepala berulang kali. "Tay ya, kau keliru" Ujarnya. "sudah jelas kau tahu, aku tak mungkin akan menyerahkan penghasilan kuil kami kepadamu, maka sekarang kau membawa orang datang mencelakai diriku ditengah malam buta begini!" Gan Wan sim jadi naik darah, serunya kepada Lim Tong dengan suara dalam. "Lim Tiong, hadiahkan tempelengan kepada nya!" Dua puluh kali tempelengan keras seharusnya akan membuat mulut Sang sang koancu berdarah tapi kenyataannya rahib itu masih tetap tenang saja, seolah-olah sama sekali tidak merasakan akan hal itu, bahkan mengeluh sedikitpun tidak! Kejadian ini benar-benar aneh sekali! Setelah kena ditempeleng, tentu saja Sang sang koancu tak akan menyudahi persoalan sampai disitu saja, sambil menyeringai seram katanya. "Orang she Gan, bagus sekali tempelengan mu itu! Kini aku berada di bawah kekuasaanmu hingga tak bisa banyak berkutik, tapi ingat saja, cepat atau lambat suatu ketika aku pasti akan memberikan pembalasan yang cukup setimpal kepadamu. "Bila hari semacam itu telah tiba, hmm orang she Gan, kecuali kau benar-benar bisa mem buktikan kalau kuil kami adalah sebuah kuil yang cabul, kalau tidak, dua puluh kali tempelengan pada hari ini ditambah dengan beberapa kali rentennya pasti akan kutuntut kembali!" Walaupun Ui Siu pi adalah seorang panglima perang, ia tak tahan juga menyaksikan kejadian seperti ini, segera bentaknya. "Didalam operasi yang dilancarkan kali ini aku dan Gan sian leng belum pernah berpisah barang setengah langkahpun, percuma saja segala siasat busuk mu itu, aku berani bertindak sebagai saksi untuk membuktikan kenyataan dari kesemuanya itu!" Sang sang koancu sama sekali tidak ambil perduli, katanya dengan hambar. "Siu pi tayjin kau tak usah kuatir, dalam surat pengaduanku nanti pasti akan mencantum-kan pula namamu!" Ui Siu pi tertawa dingin. "Siapa benar siapa salah, mana yang hitam mana yang putih semuanya sudah tertera jelas kau bisa berbuat apa lagi?" Sang sang koancu mendengus dingin, lalu mengucapkan kata kata yang cukup menggetarkan sukma. "Siapa benar siapa salah bisa mempengaruhi apa? Benda kotor itu kalian yang temukan, siapa bilang hitam dan putih tak dapat di bedakan? Asal bisa ditemukan bukti, itulah bukti nya, Dan bukti yang jelas sekarang tayjin berdua adalah orang lelaki!" Setelah berhenti sejenak kembali lanjutnya. "Asalkan kalian bisa menemukan orang lelaki di dalam kuil Tong thian koan ini, sekalipun hanya satu orang, aku akan segera menyerahkan diri, tapi bila tak berhasil ditemukan hmm, hmmm!" Gan Wan sim dan Ui Siu pi menjadi tertegun, terpaksa mereka turunkan perintah untuk sekali lagi melakukan penggeledahan Seluruh ruang bawah di geledah, segenap ruangan kuil Tong thian koan di periksa tetapi laporan yang datang berulang kali semuanya mengatakan tidak ada, bahkan seorang bocah lelaki pun tak pernah ditemukan. Sang sang koancu segera tertawa, senyuman licik yang penuh dengan kekejian. Kemudian dengan sikap seakan akan tidak pernah terjadi sesuatu apapun, dia berkata. "Tiga puluh tujuh orang gadis telah melakukan bunuh diri karena malu, marah dan juga merasakan gemas lantaran dimalam buta ada serombongan orang Ielaki menyerbu masuk ke-dalam kamarnya, kejadian ini merupakan kenyataan fakta. "Kenyataan ini tak mungkin bisa di pungkiri lagi, sekalipun bisa di pungkiri belum tentu keluarga sang korban mau menyudahi persoalan sampai disini saja, hmm, hanya sebuah kota kecil saja penjagaan keamanannya sudah begitu rapih, ingin aku lihat sampai di manakah tanggung jawab kalian terhadap peristiwa berdarah ini?" Berbicara menurut keadaan yang sebetulnya jangankan tiga puluh tujuli lembar nyawa, sekalipun ada selembar nyawa yang melayangpun panglima keamanan kota harus memikul tanggung jawab yang berat itu. Maka penggeledahan dilaksanakan segera. Hingga fajar menyingsing, mereka tak berhasil mendapatkan suatu apapun. Dalam keadaan demikian, perasaan hatinya Gan Wan sim mulai tak tenteram, sedangkan Ui Siu pi merasakan hatinya selalu murung dan kesal. Para perempuan yang belum mati itu segera diperiksa dengan seksama, mereka disuruh menulis namanya termasuk nama suami masing-masing, usia dan tempat tinggal. Dari pemeriksaan yang dilakukan kali ini, Gan Wan sim kembali mendapatkan hal-hal yang membuat hatinya makin yakin. Dia lantas menitahkan orang untuk mendatangkan peti mati, guna membereskan layon ketiga puluh tujuh orang gadis yang bunuh diri dan menjajarkan peti mati mereka diruang samping pengadilan, sementara Sang sang koan cu sekalian digusur kedalam pengadilan. Tatkala peristiwa ini tersiar keluar, siang nya hampir semua keluarga hartawan kaya, saudagar kaya dan pembesar tingkat tinggi berdatangan ke ruang pengadilan. Keluarga ketiga puluh tujuh orang gadis yang bunuh diri pun datang menuntut keadilan sambil mencari tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Sambil menekan kobaran amarah dalam hatinya, Gan Wan-sim menghadapi semua persoalan dengan sewajarnya dan makin meyakinkan pandangan dalam hatinya. Yang paling jelas mencurigakan dalam peristiwa ini adalah kematian dari ketiga puluh tujuh orang gadis itu, menurut keterangan yang berhasil di kumpulkan, disebutkan bahwa ke tiga puluh tujuh orang gadis itu masih berstatus perawan. Gan Wan-sim segera mencari dukun beranak dan memerintahkan kepada mereka untuk melakukan pemeriksaan terhadap gadis-gadis yang mati bunuh diri itu. Alhasil diketahui bahwa semua gadis yang bunuh diri itu sudah berada dalam keadaan tidak perawan lagi. Setelah bukti berada di depan mata, Gan Wan-sim semakin memahami lagi sebab-sebab kematian gadis-gadis tersebut. Ketika seratus orang perempuan lainnya di teliti kembali, ternyata diantara mereka tak seorangpun berstatus gadis, jadi peristiwa ini makin menjadi jelas. Seorang perempuan yang sudah tidak perawan lagi memang sukar dibuktikan apakah ia ternoda atau tidak, sebaliknya kalau gadis perawan yang ternoda maka hal itu dapat terbukti dalam sekali periksa saja. Namun, bagaimanapun lengkapnya bukti-bukti tersebut, bila tanpa bukti yang paling penting yakni orang lelaki, peristiwa ini bisa mengakibatkan Gan Wan sim dan Ui Sia pi kehilangan batok kepalanya. Barang-barang kotor sudah ditemukan. Jumlah rangsum yang ditemukan sudah mencurigakan Status perempuan perempuan itupun sudah jelas. Bahkan didalam kuil Tong-thian-koan telah ditemukan ruang bawah tanah yang sama sekali diluar dugaan setiap orang. Tatkala Gan Wan sim menerangkan pelbagai persoalan ini kepada para keluarga hartawan dan saudagar kaya itu, pertanyaannya memang menghasilkan pengaruh yang besar, membuat orang orang itu tak bisa berkutik dan ber bicara banyak. Tapi tanpa ada pengakuan dari Sang sang koancu dan tidak berhasil ditemukannya seorang yang ditangkap oleh Gan Wan sim pun tak bisa membaurkan masalahnya menjadi berlarut-larut. Sementara itu, peristiwa tersebut telah menggusarkan panglima perang yang ditempatkan di kota itu. Tat heran kalau pembesar ini menjadi naik darah, karena selirnya yang ketiga merupakan salah seorang yang ditangkap oleh Gan Wan sim. Ia lantas menghadap gubernur dan menekankan kepadanya untuk segera menyelesaikan peristiwa ini. Tatkala peristiwa itu telah berlangsung, Gubernur telah mengundang Gan Wan sim untuk menghadap serta mencari keterangan tentang peristiwa itu maka tentu saja Gubentur tidak ingin mencari penyakit dengan mencampuri masalah itu. Kini Tiga puluh tujuh lembar nyawa sudah melayang, bila Gan Wan sim salah bertindak, hal ini bisa berakibat sang wati kota dipenggal kepalanya sebagai orang yang pintar tentu saja dia tak ingin mencari penyakit buat diri sendiri. Maka ketika sang panglima perang memerintahkan kepadanya untuk membereskan persoalan ini, dengan cepat dia menjawab. "Peristiwa ini sudah ditangani oleh wali kota dan lagi batas waktu pun sudah ditetapkan untuk segera menyelesaikan masalahnya, menurut pendapat hamba, keliru besar jika masalah ini diserah terimakan kepada orang lain" Dengan perasaan tak senang panglima perang itu berseru. "Aku tidak memahami perkataan itu!" "Harap tayjin mengerti, Gan Wan sim diangkat langsung oleh Sri Baginda, ia telah di beri wewenang untuk bertindak sekehendak hatinya, jika bukan begini, tak mungkin ia begitu bernyali berani mendatangi kuil Tong thian koan. "Sekarang ia dan Ui Siu pi sedang berusaha melakukan pemeriksaan meski berakhir tiga puluh tujuh orang gadis bunuh diri, namun aku pikir dia pasti mempunyai persiapan yang cukup matang sebelum berani bertindak memikul resiko yang besar ini. "Andaikata persoalan pada akhirnya menjadi terang dan terbukti Tong thian koan tak terlibat dalam perbuatan mesum, aku pikir ... Gan Wan sim harus bertanggung jawab atas kematian ketiga puluh tujuh jiwa itu dan aku rasa dia tak akan lolos dari kematian." "Sebaliknya bila pada akhirnya terbukti jika dalam kuil Tong thian koan terdapat pendeta gadungan, di tambah barang bukti sudah lengkap, maka bukan saja tiga puluh tujuh orang yang sudah mati itu memang sudah sepantasnya mati, keluarga mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas peristiwa ini." "Coba bayangkan saja betapa besar dan seriusnya masalah ini, kini Gan Wan sim sedang menangani masalah itu, bagaimana akhirnya sudah pasti akan terungkap, karerna itu kuharap tayjin suka bersabar diri dan tunggulah keputusan akhir dari masalah itu." Karena merasa perkataan itu masuk diakal maka dengan perasaan apa boleh buat dia harus memohonkan diripun, sebelum pergi ia memerintahkan orang untuk menyampaikan pesan nya kepada Gan Wan sim bahwa peristiwa itu harus sudah diselesaikan dalam sepuluh hari. Dalam surat balasannya Gan Wan-sim minta waktu selama sebulan, karena tak bisa menampik akhirnya panglima perang itu mengabulkan tapi di tambah, waktu yang diberikan tak bisa diundur lagi walau sehari pun. Sejak saat itulah Gan Wan-sim melakukan sidang dan penyelidikan yang seksama siang malam tiada hentinya. Setiap hari para keluarga kaum saudagar dan hartawan kaya hadir di sidang dan mengikuti pemeriksaan tersebut dengan seksama. Setengah bulan kemudian, berita yang tersiar ditempat luaran mulai tidak menguntungkan posisi Gan Wan-sim. Karena menurut hasil penyelidikan sebelas orang murid dari Tong thian koan semuanya berkelamin perempuan. Sejak peristiwa itu meletuk hingga saat ini mereka belum berhasil menemukan seorang lelaki pun. Maka berita yang tersiar makin santar, orang bilang apa yang dikatakan Sang-sang koancu bisa jadi benar, tentu Gan Wan-sim dan Ui Siu-pi kemaruk harta, karena itu mereka sengaja berkomplot untuk merusak nama baik Tong-thian koan. Orang bilang, dari pada difitnah lebih baik mati saja, itulah sebabnya tiap hari Gan Wan sim dan Ui Siu pi harus menekan batin sambil bermuram durja. Akhirnya dalam keadaan apa boleh buat, mereka mengundang Li Hong dan melakukan pemeriksaan secara diam-diam. Jika tidak melakukan pemeriksaan masih mendingan, begitu pemeriksaan dilakukan, hampir meledak dada kedua orang pembesar ini saking mendongkolnya. Menurut Li Hong. ia berkata begini. "Waktu itu siaujin berkata bahwa di dalam kuil disimpan arak dan daging yang cukup di santap seratus orang selama setengah tahun, dalam hal ini, kini sudah terbukti. Kedua, siaujin pernah pula bilang bila kuil Tong tong thian koan diperiksa, maka paling tidak akan ditemukan ratusan orang perempuan yang berdiam disitu, dan kini ucapan siaujin pun sudah terbukti siaujin tokh tidak berbohong barang sepatah katapun. "Yang telah kukatakan tadi merupakan laporanku, tapi siaujin toh tak pernah memberi laporan kalau dalam kuil Tong thian koan bersembunyi orang laki-laki, maka perkembangan sampai keadaan sekarang ini bukan tanggung jawab siaujin." Benar, Li Hong memang berkata demikian, namun siapapun yang mendapat laporan tersebut sudah pasti akan menghubungkan peristiwa itu dengan persoalan lainnya. Kini persoalannya sudah berkembang menjadi makin besar, bahkan sudah jatuh korban tiga puluh tujuh orang tewas karena bunuh diri. Waktu masalahnya ditanyakan lagi kepada Li Hong, dia justru mencuci tangan bersih-bersih, dapat dibayangkan siapa yang sanggup menahan diri ?" Gan Wan sim masih dapat menahan diri, namun Ui Sio-pi tak sanggup mengendalikan diri lagi, sambil menuding Li Hong, serunya dengan suara dalam dan berat. "Rakyat celaka, rakyat celaka, kau hanya mendatangkan bencana buat kami..." Sambil tertawa getir Gan Wan sim segera mencegah, katanya. "Ui tayjin, percuma menghukum dia, malam itu dia memang cuma berkata begitu, semuanya ini harus salahkan kecerobohanku sendiri,tapi Ui tayjin toh membuktikan sendiri bahwa semua penyelidikan kita sekarang tak ada yang salah !" Dengan mendongkol Ui Sio-pi mendepak-depakkan kakinya berulang kali, serunya. "Gan tayjin, persoalannya memang mencurigakan... aaah, tidak, sudah pasti ada hal hal yang tidak beres, akan tetapi jika tak berhasil menemukan pembunuhnya, toh urusan ini bakal berakhir dengan kematian kita berdua." Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekali lagi Gan Wan sim tertawa getir, namun dia tidak menjawab separah katapun. Sementara itu Li Hong yang berada di bawah telah bertanya lagi. "Tolong tanya tayjin berdua, apa yang disebut pembunuhnya?" "Kami hendak mencari lelaki yang membuat perbuatan terkutuk ini!" Kata Gan Wan sim dengan kening berkerut. Li Hong tertawa. "Aneh benar, adakah apakah koancu itu bukan seorang lelaki?" Sebelum Gan Wan sim menjawab, Ui Siu pi telah membentak dengan suara dalam. "Andaikata dia adalah seorang lelaki, buat apa pada malam ini kami bertanya kepadamu?" "Tapi, koancu itu jelas adalah seorang lelaki?" Kata Li Hong dengan wajah tercengang. Sementara itu Gan Wan sim sudah dapat menangkap kata dibalik kata dari kakek tersebut maka diapun berkata. "Dari mana kau bisa tahu ?" Li Hong segera tertawa terkekeh kekeh. "Hee... heeh... heeeh... tayjin, seperti aku seorang yang begini bodoh, aku berani menghadap pembesar ? Dan lagi mana mungkin aku bisa begitu menganggurnya hingga bersedia memanjat pohon sambil menahan rasa kedinginan." "Berbicara sebenarnya aku berbuat demikian karena ada alasan tertentu, ada seorang loyacu berambut dan berjenggot putih yang pada suatu hari datang mencari siaujin, dia bertanya kepada siaujin apakah ingin menerima seribu tahil perak. "Seperti tayjin ketahui, Siaujin hidup miskin dan sengsara, tentu saja siaujin bersedia setelah mendengar ada seribu tahil perak bisa di dapat, namun siaujin tak berani melakukan perbuatan tidak halal yang melanggar hukum, maka sebelumnya siaujin tanyakan masalah ini sejelas-jeIasnya. "Begitu aku bertanya, Ioya-cu itu baru memberitahukan kepada siaujin, agar sejak hari itu setiap kentongan pertama harus memanjat pohon, setengah bulan kemudian siaujin harus melaporkan apa yang hamba saksikan itu kepada Gan tayya." "Loya-cu itu untuk memberitahukan pula sebuah rahasia kepada siaujin, katanya suatu ketika tayya pasti akan kesal oleh peristiwa ini karena ingin cepat cepat menemukan si penjahat tersebut. "Jika hari semacam itu telah tiba, loya-cu itu kembali berkata, tayya tentu akan teringat siaujin dan melakukan pemeriksaan lagi, pada saat itulah dia menyuruh siaujin minta hadiah seribu tahil perak dulu kepada tayya sebelum mengemukakan rahasianya !" Seribu tahil perak, bukan suatu jumlah yang kecil artinya. Tapi Ui Siu-pi tanpa menunggu pendapat dari Gan Wan-sim segera berseru lantang. "Baik, baik, cepat katakan apa rahasianya?" Gan Wan sim jauh lebih pandai menahan diri, segera serunya keluar ruangan. "Litn Tiong, masuk kemari!" Lim Tiong menyahut dan melangkah masuk. Gan Wan-sin segera memerintahkan kepadanya. "Coba kau pergi ke Ciaya sana dan tanyakan, apakah dalam gudang masih tersedia seribu tahil perak, andaikata ada, segera bawa kemari, kalau tak ada, segera cari akal untuk menyelesaikan, cepat !" Sewaktu Lim Tiong hendak pergi, Li Hong berseru sambil mengulapkan tangannya. "Lim tayjin, harap tunggu sebentar." Lim Tiong tertegun dan memandang kearah Li Hong, sementara itu, Li Hong telah berkata kepada Gan Wan sin. "Tayjin, siaujin tahu kalau tayjin adalah seorang pembesar yang bersih, uang yang di simpan dalam gudang baru dipakai jika ada urusan besar, aku hanya berharap tayjin suka mengingat saja akan seribu tail perakku itu kau tak usah membayar kontan saat ini juga." Gan Wan sim tertawa, ia mengulapkan tangan memberi tanda pada Lim Tiong bila disini tak ada urusan lagi dan boleh segera mengundurkan diri dari situ. Setelah Lim Tiong berlalu dengan wajah termangu-mangu, Gan Wan sin baru berkata lagi kepada Li Hong. "Baik, sekarang urusan sudah selesai kujamin pasti ada seribu tahil perak sebagai imba lan untukmu!" "Kalau begitu bagus sekali." Li Hong tertawa. "tolong tanya tayya, hari ini tanggal berapa?" "Tanggal sembilan belas." Li Hong segera menghitung sebentar dengan jari tangannya lalu berkata. "Pada tanggal dua puluh sembilan tengah hari nanti, harap tayya suka melangsungkan sidang terbuka, pintu gerbang pengadilan boleh dibuka lebar-lebar, setiap rakyat boleh mengikuti jalannya sidang, terutama keluarga dari saudagar dan hartawan kaya, mereka lebih lebih harus hadir. "Sampai waktunya, siaujin akan membongkar rahasia itu di depan umum, tanggung si-biang keladi dalam peristiwa ini akan terungkap jelas!" "Apakah sekarang belum dapat diutarakan lebih dulu?" Desak Ui Siu-pi dengan gelisah. Li Hong segera memperlihatkan wajah serba salah. Gan Wan sim yang menyaksikan hal itu, segera ujarnya sambil tertawa. "Baik, kalau begitu pulanglah dulu, pada tanggal dua puluh sembilan nanti aku akan memohon bantuanmu lagi" Maka persoalan itu pun diputuskan demikian Gan Wan sim segera memenuhi janjinya pula dengan pihak Gubernur. Selama beberapa hari ini, para keluarga mereka yang mati pun telah membeli peti mati yang berkwalitet baik untuk mengurusi lelayon keluarganya yang bunuh diri. Namun sebelum perkara itu diputuskan, peti mati masih harus tetap berada diruang sidang dan tak boleh di kubur dulu. BegituIah, pada tanggal dua puluh sembilan suasana disekitar gedung pengadilan kota Gak yang menjadi sangat ramai, pengunjung yang memenuhi gedung dan seputar gedung berlimpah ruah. Gan Wan sin segera menurunkan perintah untuk membuka segenap pintu pengadilan lebar-lebar. Sebelum tengah hari, Gan toa loya bersiap siap untuk membuka sidang. Sebelumnya harus berbasa-basi dulu dengan mempersilahkan atasannya untuk memimpin sidang tersebut. Sebagai orang yang berhati licik, tentu saja sang Gubernur enggan menerima tanggung jawab itu, maka buru-buru dia menampik Saat itulah Gan Wan sim baru berseru dengan lantang. "Sidang dibuka !" Setelah membuka sidang, sekali lagi Gan Wan sim berseru. "Pengawal, persembahkan pedang Sio hong kiam !" Begitu mendengar nama pedang itu, serentak suasana didalam ruang sidang menjadi gempar. Mereka tak menyangka kalau pedang Sio hong kiam milik Sri Baginda berada disitu. Tak heran kalau Gan Wan sini begitu bernyali untuk menangani kasus sebesar ini. Begitu pedang Sio hong kiam dipersembahkan, segera turun perintah untuk menghadapkan kesebelas tokoh itu. Rahib tua Sang-sang koancu juga dihadapkan ke depan sidang dan berlutut disisi kiri, sedangkan Hui im sekalian sepuluh orang rahib muda berlutut disebeah kanan ruangan. Lalu bergema lagi suara bentakan nyaring. "Persilahkan Li Hong masuk keruang sidang." "Li Hong? siapakah Li Hong?" Semua orang mulai berbisik-bisik membicarakan persoalan itu, suasana menjadi gempar dan gaduh. Bentakan nyaring kembali menggelegar di dalam ruangan. "Atas perintah tayya, diharapkan suasana di dalam sidang tenang, bila ada yang berani membuat kegaduhan iagi, akan dihukum sebagai pengacau sidang.." Seketika suasana menjadi hening, hening sekali. Pada saat itulah Li Hong muncul di ruang sidang dengan langkah pelan. "Dipersilahkan duduk menanti di ruangan sebelah kanan." Perintah ini keluar dari mulut Gan tayya sendiri, suatu penghormatan yang amat besar. Maka beratus pasang mata manusia pun bersama-sama dialihkan ke wajah Li Hong. Sikap Li Hong ternyata lebih hebat, dia memejamkan matanya rapat-rapat dan sama sekali tak acuh terhadap suasana disekitarnya, Pemeriksaan segera di mulai, Gan Wan sin memerintahkan orang untuk membacakan pengakuan mereka, kemudian diperintahkan pula tiga orang dukun beranak maju. Ketiga orang dukun beranak itu satu berasal dari kota Gak-yang, satu dari gedung Gak-yanghu sedang yang lain berasal dari gedung panglima perang propinsi sam siang. Ketika semua pengakuan mereka dibuktikan dengan jelas, maka Gan wan-sim pun berkata kepada semua hadirin yang berada disitu. "Pengakuan dari Pek im berkisar sekitar di bangunnya ruang bawah tanah di kuil Tong-thian-koan, dahulu sudah ditanyakan berapa kali dan kini tak usah ditanyakan lagi, sekarang coba lihat pengakuan dari Cingin dan Toan in." "Mereka berdua mengaku menjadi pendeta sejak kecil, menjadi pendeta di kuil Tong thian koan dan selamanya tak pernah meninggalkan tempat itu, pengakuan tersebut diberikan sewaktu mereka diperiksa. "Kini aku berharap apakah diantara saudara sekalian yang hadir disini merasa keberatan atau mempunyai pandangan lain terhadap pengakuan mereka itu ? Kalau ada harap segera di utarakan !" Tiada yang menjawab, keadaan tetap hening. Maka Gan Wan sin mendesak ke dua orang too koh itu lebih jauh. "Apakah pengakuan kalian semuanya jujur?" Toan in dan Cing in bersumpah kalau pengakuan mereka sejujurnya dan tidak bohong. Sambil tertawa Gan Wan-sim lantas berpaling ke arah ke tiga orang dukun beranak itu sambil berkata. "Kalian harus memberi jawaban yang sejelasnya! Nah, sekarang bacalah hasil pemeriksaan kalian." Ke tiga orang dukun beranak itu masing-masing membacakan laporan hasil penyelidikan mereka, yang aneh adalah Cing-in dan Toan in yang berulang kali menyatakan dirinya masih gadis perawan itu terbukti sudah tidak perawan lagi. Sebelum laporan itu dibacakan, semua orang masih belum memahami apa maksud dan tujuan Gan Wan-sin dengan pertanyaan pertanyaannya ini. Tapi sekarang mereka sudah mengerti, ternyata begitulah yang diharapkan.... Berpikir, sejak kecil Toan in dan Cing in sudah menjadi pendeta, tapi kenyataannya kini mereka sudah tidak gadis lagi, apa yang telah terjadi dengan mereka berdua ? Tanpa orang lain memberi penjelasan, tiap orang dapat memahami betapa rumit soal itu. Tapi Sang sang koancu segera berseru sambil tertawa dingin. "Gan Tayya, bolehkah aku berbicara sepatah dua patah kata.?" "Hmm, silahkan!" Jawab Gan Wan sim sambil mendengus. "Sang sang sebagai seorang hongtiang selalu mendidik anak muridku agar berbuat kebajikan dari kebaikan, sekali pun kini terbukti bahwa mereka berdua sudah melakukan suatu perbuatan yang memalukan namun hal itu merupakan urusan pribadi mereka berdua, apa sangkut pautnya dengan perkara yang sedang disidangkan kali ini.?" Ucapan ini ada benarnya juga, bila seorang anak gadis sudah menginjak dewasa, siapa tahu kalau diluar pengetahuan guru mereka, kedua orang itu sudah melakukan suatu perbuatan? Anak gadis dari keluarga biasa yang punya orang tua saja tak bisa selalu mengawasi anak gadisnya, apa lagi seorang guru? Dengan suara dalam Gan Wan sim segera membentak. "Tajam amat mulutmu itu, tentunya kau pun sudah mendengar sendiri bukan, mereka mengaku belum pernah meninggalkan kuil Tong-thian-koan barang selangkahpun !" "Ucapan mereka belum tentu benar semuanya !" Kata Sang sang koancu sambil tertawa. Sementara Gan Wan sim mendengus, Sang-sang koancu telah berkata lagi sambil tertawa. "Dewasa ini seharusnya tayya berupaya dalam masalah yang pokok, bila kau dapat menemukan seorang lelaki dalam kuil kami, bukankah semua masalah akan menjadi jelas dengan sendirinya ? sedangkan pinto pun tidak usah banyak berbicara lagi, bukankah hal itu jauh lebih menguntungkan dirimu ?" Gan wan sin tidak menggubris perkataan-nya itu, sebaliknya sambil berpaling ke arah hadirin diruangan, ujarnya. "Ada suatu berita yang mungkin akan merisaukan hati kalian bila sudah ku umumkan nanti, setelah kurahasiakan sampai kini, rasanya mau tak mau hal mana terpaksa harus kuumumkan." "Menurut penyelidikan, tiga puluh tujuh orang gadis yang bunuh diri itu semuanya masih berstatus gadis perawan dan belum pernah menikah. "Akan tetapi, setelah diperiksa dengan seksama oleh tiga orang dukun beranak, ternyata ditemukan suatu rahasia yang amat mengenaskan, penemuan tersebut sama halnya dengan keadaan Cing-in dan Toan in, yakni mereka semua sudah tidak perawan lagi !" Begitu laporan tersebut diutarakan kembali suasana dalam ruangan menjadi gempar. Gubernur Lau segera bangkit berdiri sambil berseru. "Tayjin, sebelum melontarkan tuduhan-tuduhan berikutnya, aku harap kan suka memperlihatkan dulu bukti-buktinya." "Lotayjin menginginkan bukti macam apa ?" Tanya Gan Wan sim dengan suaranya dingin. "Seperti apa yang dikatakan Sang sang koan cu, sewaktu melakukan penggeledahan terhadap kuil, apakah kau berhasil menemukan orang lelaki di dalam kuil tersebut ?" "Tidak !" Gan Wan sin menggeleng, Lau tayjin segera mendengus dingin. "Hmm, jika tiada orang lelaki disitu, aku rasa belum tentu segala sesuatunya berlangsung seperti apa yang kau tuduhkan tadi!" "Bila tanpa bukti, hari ini ku tak berani merepotkan kehadiran tayjin ke sidang ini !" Kemudian setelah berhenti sejenak, dia memandang sekejap ke arah Li Hong, kemudian melanjutkan. "Cuma aku telah menjanjikan sejumlah hadiah kepada si pelapor tersebut karena itu seandainya perkara bisa dibikin terang pada hari ini, mungkin kalian harus membayar sejumlah denda !" "Bila biang keladinya berhasil ditangkap hukuman mecam apapun akan kami terima, aku rasa bukan cuma keluarga yang terlibat dalam perkara ini saja yang mesti bertanggung jawab, lohu sekalian pun akan turut bertanggung jawab pula" "Kalau begitu bagus sekali" Seru Gan Wan sim sambil tertawa. Setelah berhenti sejenak, ia berpaling ke-arah Li Hong yang sedang memejamkan mata sambil acuh tak acuh itu seraya berseru. "Li Hong, sudah hampir tengah hari, waktu telah tiba!" Begitu mendengar waktu sudah tiba, Li Hong segera membuka sepasang matanya lebar-lebar. Tapi begitu sepasang matanya terpentang lebar Gan Wan sim segera menjadi terperanjat, ternyata orang itu telah berubah, sorot matanya seakan-akan sepasang rembulan yang bersinar tajam, benar-benar menggidikkan hati siapapun jua yang memandangnya. Dengan langkah Iebar ia beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke hadapan Sang sang koancu. Mula-mula dia saling bertatapan muka dulu dengan Sang sang koancu, akhirnya menakutkan sekali ternyata Sang-sang koancu menundukkan kepalanya rendah-rendah, bahkan sepasang pipinya yang berwarna merah kini berubah menjadi pucat pias. Dengan tangan kanannya Li Hong memegang kepala Sang sang koancu, lalu ujarnya dlngin. "Hei, manusia tak tahu diri, gara-gara mencari kau. lohu telah berkelana selama puluhan tahun lamanya mengarungi ujung langit, inilah saatmu untuk mempertanggung jawabkan diri, lohu tak bisa membiarkan kau berbuat jahat terus!" Kalau terhadap Gan Wan sin, Sang sang koan cu selalu memperlihatkan sikap angkuh dan keras kepala, tapi setelah mendengar beberapa patah kata dari Li Hong itu sekujur tubuhnya gemetar amat keras, sehingga hal ini sangat mengherankan semua orang yang melihatnya." Pada saat inilah Li Hong kembali berkata! "Apakah kau hendak menyuruh lohu repot repot lagi?" Air mata bercucuran membasahi wajah Sang sang koancu, serunya lirih. "Kau orang tua adalah..." "Lohu adalah "orang asing" Yang memberi ilmu silat kepadamu..." Sahut Li Hong dengan suara dalam. Sekali lagi sekujur badan Sang sang koancu gemetar keras. "Kasihanilah boanpwe, setelah bertahun-tahun melatih diri dengan susah payah, sekarang baru nampak hasilnya, kau orang tua..." "Gara-gara perasaan kasihan lohu kepadamu, hampir saja menerbitkan bencana, buat apa kau mesti banyak berbicara Iagi!" Tukas Li Hong ketus. "Ampunilah aku kali ini, aku bersumpah akan segera mengundurkan diri." "Mengampunimu ?" Bentak Li Hong gusar. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "hmm, kepada siapa ke tiga puluh tujuh orang nona yang mati penasaran itu harus mengadu ? Kepada siapa pula gadis-gadis yang bernasib jelek itu mesti mengadukan nasib mereka yang malang ?" Agaknya Sang-sang koancu menyadari kalau rengekannya tak berguna, mendadak ia membentak keras. "Setan tua, belum tentu kau mampu mengendalikan aku !" Kata Sang-sang koancu kemudian. "Haaah, haaah, haaah, kalau begitu cobalah sendiri !" Li Hong tertawa berbahak-bahak. Seraya berkata dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangan kanannya dan menekannya ke bawah. Sang sang koancu segera mengayunkan pula sepasang lengannya dan menghajar tubuh Li Hong dengan menggunakan rantai yang membelenggu tubuhnya. Bersamaan itu juga badannya berputar kencang lalu melompat bangun dari atas tanah. Li Hong mendengus dingin, tangan kanannya menyambar ke muka mencengkeram rantai itu kemudian digetarkan ke depan. Siapa sangka Sang-sang koancu sudah menduga sampai kesitu, sepasang lengannya direntangkan ke arah samping dan rantai tersebut hancur berantakan menjadi berkeping-keping dan rontok ke tanah, kontan saja kejadian ini membuat paniknya rakyat yang kebetulan mengikuti jalannya persidangan, jeritan kaget berkumandang dari sana sini. Siapa sangka gerakan tubuh Li Hong jauh lebih cepat dari pada gerakan Sang sang koan cu, tahu-tahu dia sudah berkelebat lewat dan menyelinap ke belakang punggung Sang sang koan cu, tangan kanannya menyambar kedepan dan menekan jalan darah Pay sim hiat ditubuh lawan. "Masih tak mau berlutut untuk menyerah?" Bentaknya dengan suara menggeledek. Berbareng dengan bentakan tersebut, Sang-sang koancu segera terjatuh kembali ke tanah dan tak berkutik lagi. Di bawah tatapan mata semua orang, raut wajah Sang sang koancu tampak berubah menjadi hijau keabu abuan. Tubuhnya yang terjatuh ketanahpun terkulai lemas dan tidak berkutik lagi, keadaannya tak berbeda dengan seekor babi. Saat itulah Li Hong baru berkata kepada Gan Wan sim. "Siau bin (rakyat kecil) mohon kepada tayjin agar memeriksa kelamin orang ini dihadapan umum!" Gan Wan sim segera menurunkan perintah, agar adilnya maka dipilih tiga orang untuk secara bergilir melakukan pemeriksaan. Alhasil pemeriksaan tersebut segera menggemparkan hadirin. ternyata Sang sang koancu adalah seorang lelaki tulen. Li Hong segera minta sidang dilangsungkan secara tertutup, maka kecuali mereka yang bersangkutan, seluruh hadirin dipersilahkan ke luar dari ruang sidang dan pintu ditutup rapat2. Pada saat inilah Li Hong baru berkata kepada para saudagar kaya dan pembesar yang ada. "Nah, saudara sekalian, apa yang hendak kalian katakan sekarang?" Sejak Sang-sang koancu terbukti sebagai lelaki tulen, para saudagar hartawan dan pembesar yang ada disitu dibikin tersipusipu kemaluan, seandainya disitu ada lubang, mungkin mereka sudah menerobos ke dalamnya untuk menyembunyikan diri. setelah mendengus dingin, kembali Li Hong berkata. "Saudara sekalian kini urusan sudah jelas, tapi soal urusan kalian pribadi lohu tak mungkin bisa membantu lagi" Mula-mula semua orang tertegun dan tidak tahu apa yang dimaksudkan. tapi setelah memahami maksudnya, kontan peluh dingin jatuh bercucuran wajah berubah hebat, mereka bersama- sama memandang kearah Li Hong dengan wajah merengek. Li Hong mendengus dingin, ujarnya lebih jauh. "Gak yang adalah kota besar, setelah terjadi peristiwa semacam ini, dan tiga puluh orang menjadi korban. apalagi ada beribu-ribu orang rakyat menjadi saksi, sekalipun Gan loya berusaha menolong, rasanya hal inipun mustahil bisa terlaksana. "Lohu berani memastikan, kejadian hari ini pasti akan dilaporkan kepada Sri Baginda, bila hal ini sampai terjadi sudah bisa dipastikan kalian semua akan dituntut menurut hukum. "Sejak dulu sampai sekarang, perzinahan dan perkosaan merupakan dosa yang tak terampuni, apalagi jika ada lelaki yang menyaru sebagai perempuan melakukan perbuatan mesum. "Sesunggunnya masalah ini bisa diselesaikan secara damai dan tenang tanpa keributan, seandainya kalian tahu diri, tapi atas ulah dan desakan kalian sendiri akhirnya Gan tayjin dipaksa untuk melakukan persidangan secara terbuka, kini urusan telah berkembang jadi begini, lohu rasa tiada jalan lain kecuali..." "Kecuali bagaimana sianseng ?" Tanya para hartawan tanpa terasa. Li Hong memandang sekejap ke arah Gan Wan-sim, kemudian baru berkata lebih jauh. "Kini sang gubernur berada disini, kecuali Gubernur bersedia untuk menanggung masalah ini" Sang Gubernur Gak-yang menjadi berdiri bodoh, dia masih mempunyai masa depan yang baik, tentu saja tak berani menanggung masalah yang begitu besarnya. Apabila Gan tayjin juga yang mengambil keputusan, tapi idenya sebagian besar masih keluar dari benak Li Hong. Dengan pedang Siang-hong kiam, Sang sang koancu menjalani hukuman mati penggal kepala. Kuil Tong thian koan ditutup dan di bakar. Sedang para keluarga hartawan dan pembesar yang tersangkut dalam peristiwa ini di hukum denda sekian laksa tahil perak. Uang denda yang terkumpul kemudian di bagikan kepada fakir miskin dan rakyat kecil yang sedang tertimpa bencana. Sementara keluarga yang menjadi korban boleh membawa pulang jenasah keluarganya untuk dikubur. Setelah itu atas prakarsa Gan tayjin, gubernur Gak-yang dan panglima keamanan kota-peristiwa tersebut diakhiri sampai disitu dan tidak dilaporkan ke atasan. Tentu saja di perkampungan keluarga Li terdapat seorang kakek baik hati yang bernama Li Hong, cuma Li Hong itu bukan Li Hong ini, Gan-ya yang mendapat tahu akan hal ini segera menghadiahkan pula sejumlah uang untuk Li Hong asli yang miskin tapi jujur itu. Inilah cerita tentang kuil Tong thian koan. berhubung masalahnya menyangkut nama baik keluarga hartawan dan orang- orang terkemuka maka orang dari luar daerah sulit untuk mendapatkan cerita yang sesungguhnya. Kisah cerita yang aneh inipun membuat Sun Tiong lo dan Hou ji mendapatkan suatu berita yang berharga, tapi merekapun mendapat pelajaran yang berharga pula dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekar Bunga Merah Karya Kho Ping Hoo Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo